resume etika profesi
DESCRIPTION
Semoga bermanfaatTRANSCRIPT
Resume Etika ProfesiOleh: Hisma Yuliet Abu Sopyan (17/3D)
DIII Akuntansi PemerintahanSEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
Pengertian dan Pendekatan Etika
Pengertian Etika
Etika sebagai suatu studi untuk memahami apa yang merupakan kehidupan yang baik
dan menaruh perhatian terhadap penciptaan kondisi bagi orang-orang untuk mencapai
kehidupan yang baik tersebut.
Etika, Moral, dan Moralitas
Istilah etika sering disamakan dengan moral (Latin: mos) atau moralitas (Latin: moralis;
Inggris: morality).
Kedua istilah tersebut, etika dan moralitas (atau moral), memang mempunyai
pengertian yang sangat dekat, dan dalam hubungan ini kita dapat mendefinisikan etika
sebagai studi tentang moralitas; studi mengenai norma-norma yang dimiliki atau dianut
oleh individu atau kelompok mengenai apa yang benar dan salah (baik dan jahat).
Etika dan Nilai
Etika biasanya dianggap sebagai istilah yang lebih umum. Etika mengacu pada konsepsi
mengenai kesejahteraan manusia dan pengembangan prinsip-prinsip untuk mencapai
kesejahteraan tersebut. Di pihak lain, nilai dapat dipahami sebagai hasrat khusus
terhadap objek-objek konkret atau keyakinan yang dianggap penting.
Amoral dan Immoral
Amoral berbeda dengan immoral. Sejalan dengan itu, jika dikatakan perbuatan amoral,
maka hal itu dimaksudkan sebagai perbuatan yang tidak ada relevansinya atau tidak
ada hubungannya dengan moral atau etika. Sedangkan perbuatan immoral
dimaksudkan sebagai perbuatan yang tidak bermoral atau perbuatan yang melanggar
norma-norma moral atau etika.
Etika dan Etiket
Etiket tidak sama dengan etika. Etiket berarti sopan santun. Keduanya memang
berkaitan dengan perilaku manusia dan sifat normatif (member norma), namun etiket
hanya menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan, sedangkan etika tidak
terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan; etika memberikan norma terhadap
perbuatan itu sendiri.
Pendekatan-Pendekatan Etika
1. Etika Deskriptif (Descriptive Ethics)
Etika dekriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu,
kelompok/golongan atau masyarakat tertentu. Kajian semacam ini umumnya
dilakukan oleh ilmu-ilmu sosial seperti anthropologi dan sosiologi.
2. Etika Normatif (Normative Ethics)
Dengan pendekatan normatif, etika merupakan suatu kajian mengenai standar
moral yang tujuannya adalah untuk sedapat mungkin menentukan standar mana
yang benar atau didukung oleh alasan terbaik, dan berusaha mencapai
kesimpulan mengenai moral yang benar dan salah serta moral yang baik dan
buruk.
3. Etika Analitis (Analytical Ethics)
Pendekatan ini berusaha untuk mentransendensikan atau memberikan jarak
antara teori-teori dan prinsip-prinsip etis yang dapat menyebabkan terjadinya
benturan tindakan dan menilai prinsip-prinsip tersebut berdasarkan nilai-nilai
tertinggi ummat manusia dalam rangka mengatasi benturan tersebut.
Dua Ciri Khas Sudut Pandang Etika
Pertama adalah kemauan untuk menemukan dan bertindak berdasarkan alasan atau
nalar (reasons). Artinya, dalam membuat pertimbangan atau melakukan penilaian etis
kita harus memilki komitmen untuk menggunakan alasan dalam menentukan mengenai
apa yang harus dilakukan dan menyusun argumen-argumen moral yang meyakinkan
diri kita sendiri dan orang lain.
Kedua, sudut pandang moral mengharuskan kita untuk objektif atau tidak memihak
(impartial). Dalam hal ini, kita harus memasukkan kepentingan orang lain dan juga
kepentingan kita sendiri, dalam pertimbangan kita dan memberikan bobot yang sama
pada semua kepentingan dalam memutuskan apa yang harus kita lakukan.
T eori-Teori Etika
1. Etika TELEOLOGI
Suatu tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan tujuannya atau akibat dari
perbuatan tersebut.
Egoisme Etis
Suatu tindakan dianggap baik/buruk jika bertujuan atau berakibat baik bagi dirinya
sendiri/pelakunya.
Altruisme Etis
Suatu tindakan dianggap baik/buruk jika bertujuan atau berakibat baik bagi orang lain
kecuali dirinya sendiri/pelakunya .
Utilitarianisme
Suatu tindakan dianggap baik/buruk berdasarkan penilaian apakah perbuatan tersebut
membawa akibat yang baik bagi siapa saja.
2. Etika DEONTOLOGI
Suatu tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau
tidak dengan kewajiban, sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma moral yang berlaku.
Deontologi Tindakan
Apabila seseorang dihadapkan pada situasi dimana harus mengambil keputusan,
seseorang harus memahami apa yang harus dilakukan tanpa mendasarkan pada aturan
atau pedoman.
Deontologi Kaidah
Suatu tindakan benar atau salah karena kesesuaian atau ketidaksesuaiannya dengan
satu atau lebih prinsip moral
Deontologi Monistik
Teori ini mendukung suatu kaidah umum seperti “the golden rule” (kaidah emas)
sebagai prinsip moral tertinggi yang menjadi dasar untuk menurunkan kaidah atau
prinsip-prinsip moral lainnya.
Deontologi Pluralistik
Ada sejumlah prinsip moral seperti kejujuran, menepati janji, memperbaiki kesalahan,
berkeadilan, menyantuni, berterima kasih, menyakiti, yang merupakan prima facie,
kewajiban tersebut harus dilaksanakan kecuali pada situasi tertentu bertentangan
dengan kewajiban yang sama atau lebih kuat.
3. Etika KEUTAMAAN
Benar atau salah, baik atau buruk tindakan tergantung pada karakter pelakunya (agent
based ethics).
Keunggulan : moralitas dalam suatu masyarakat dibangun melalui sejarah atau cerita.
Kelemahan : ketika berbagai kelompok masyarakat memunculkan berbagai keutamaan
moral yang berbeda-beda sesuai dengan pendapat masing-masing.
Hak dan Keadilan
Konsep Hak
Pengertian Hak
Hak merupakan alat penting yang tujuan utamanya adalah untuk memungkinkan
individu memilih secara bebas apakah memenuhi kepentingan atau menjalankan
aktivitas tertentu dan melindungi pilihan-pilihan tersebut.
Secara umum, hak adalah suatu klaim yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
Jenis-Jenis Hak
Hak Legal dan Hak Moral
Hak Legal adalah hak yang diakui dan ditegakkan sebagai bagian dari sistem hukum.
Sementara itu, Hak Moral adalah hak yang berasal dari suatu sistem norma moral dan
tidak bergantung kepada adanya sistem hukum.
Hak Khusus dan Hak Umum.
Hak Khusus berkaitan dengan individu-individu tertentu. Sumber utama hak khusus
adalah kontrak atau perjanjian, karena instrumen ini menciptakan sejumlah hak dan
kewajiban bagi individu-individu yang membuat perjanjian. Sementara itu, Hak Umum
adalah hak yang melibatkan klaim terhadap setiap orang, atau kemanusiaan secara
umum.
Hak Negatif dan Hak Positif
Umumnya hak negatif berkorelasi dengan kewajiban pada pihak lain untuk tidak
bertindak pada kita. Di lain pihak, hak positif adalah hak yang mewajibkan orang lain
bertindak untuk kita.
Teori Hak Alamiah.
Hak alamiah adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang semata-mata sebagai manusia.
Hak ini memiliki 2 ciri khas: (1) universal dan (2) tanpa syarat.
Teori Teleleologi.
Hambatan utama bagi teori teleleologi adalah bahwa hak seringkali berfungsi untuk
melindungi kepentingan individu terhadap klaim yang didasarkan pada kesejahteraan
umum.
Teori Deontologi.
Dalam hubungannya dengan teori deontologi, hak dilandasi oleh konsepsi manusia
sebagai agen rasional, yakni sebagai makhluk yang berkemampuan untuk bertindak
secara otonom.
Konsep Keadilan.
Keadilan Aristoteles
Keadilan Universal adalah keadilan yang berlaku bagi keseluruhan keutamaan. Dalam
hubungan ini, orang yang adil adalah orang yang selalu berbuat benar secara moral dan
mematuhi hukum.
Keadilan Khusus berkaitan dengan keutamaan pada situasi khusus.
Menurut Aristoteles ada 3 jenis keadilan khusus: yaitu keadilan distributif, keadilan
kompensasi dan keadilan retributif.
Keadilan distributif.
Keadilan distributif berkaitan dengan distribusi manfaat dan beban. Keadilan distributif
umumnya bersifat perbandingan, artinya pertimbangan dalam keadilan distributif
bukan jumlah absolut manfaat atau beban yang didistribusikan kepada masing-masing
orang, tetapi jumlah bagi masing-masing orang dibandingkan dengan jumlah bagi
orang lain.
Keadilan kompensasi
Keadilan kompensasi menyangkut masalah pemberian imbalan atau penggantian
(kompensasi) kepada seseorang karena kekeliruan atau kesalahan yang menimpanya.
Keadilan kompensasi bertujuan untuk mengembalikan apa yang hilang dari seseorang
akibat kesalahan orang lain. Dalam hubungan ini, seseorang mempunyai kewajiban
moral untuk memberikan kompensasi kepada pihak yang menjadi korban apabila
terdapat tiga kondisi berikut:
1. Perbuatan yang menyebabkan kerugian adalah perbatan yang salah atau
merupakan kelalaian.
2. Perbuatan orang yang bersangkutan merpakan penyebab sesungguhnya
kerugian itu.
3. Orang tersebt secara sengaja menyebabkan kerugian.
Keadilan retributif
Keadilan retributif berkaitan dengan pemberian hukuman terhadap pelaku kesalahan.
Dalam hubungannya dengan pemberian hukuman, keadaan berikut ini harus dipenuhi
agar seseorang dapat diminta bertanggung jawab secara moral atau dapat dikenai
hukuman sehingga keadilan kompensasi dicapai:
1. Seseorang tidak dapat dikenai hukuman apabila ia tidak tahu atau tidak memiliki
kebebasan untuk memilih apa yang ia perbuat.
2. Orang yang dihukum sungguh-sungguh melakukan kesalahan.
3. Hukuman harus konsisten dan proporsional dengan kesalahannya.
Teori Egilatarian: Keadilan sebagai Kesetaraan (Equality)
Pendukung egalitarianism berpendapat bahwa tidak ada perbedaan yang relevan di
antara manusia yang dapat membenarkan perlakuan berbeda (tidak sama). Oleh sebab
itu, semua manfaat dan beban harus didistribusikan menurut rumusan bahwa “Setiap
orang harus diberi bagian yang sama persis dari manfaat dan beban masyarakat atau
kelompok”.
Salah satu teori egalitarian mengenai keadilan yang paling berpengaruh adalah teori
keadilan yang dikembangkan oleh John Rawls. Oleh John Rawls, keadilan diartikan
sebagai kewajaran. Sesuai dengan pandangan ini, keadilan dalam distribusi manfaat dan
beban dalam suatu masyarakat terjadi apabila:
1. Setiap orang memiliki kebebasan yang sama (prinsip kebebasan yang sama).
2. Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi diatur sedemikian rupa sehingga:
a. Menguntungkan pihak yang paling tak beruntung (prinsip perbedaan), dan
b. Sesuai dengan tugas dan kedudukan yang terbuka bagi semua berdasarkan
persamaan kesempatan (prinsip kesetaraan dalam kesempatan).
Etika Kepedulian
Kepedulian dan keberpihakan telah menjadi prinsip moral penting sebagaimana
dikemukakan oleh pandangan etika kepedulian atau etika komunitarian yang secara
historis dipelopori oleh pendukung gerakan feminism.
Kepedulian dan Keberpihakan dalam Etika
Etika kepedulian menekankan kepada 2 tuntutan, yaitu:
1. Masing-masing kita ini berada dalam atau jaringan hubungan dan harus menjaga
dan harus membina hubungan konkret dan berharga yang kita miliki dengan
orang-orang tertentu.
2. Masing-masing kita harus peduli terhadap mereka yang dengannya kita secara
konkret berkaitan, khususnya terhadap mereka yang sangat memerlukan dan
bergantung kepada kepedulian kita.
Kepedulian dan Etika Komunitarian
Menurut etika kepedulian, gagasan hubungan konkret tidaklah terbatas pada hubungan
antara dua individu atau hubungan antara seseorang dengan kelompok tertentu.
Panduan berikut berguna dalam hal terdapat konflik antara kepedulian dan prinsip
moral, antara lain:
1. Tentukan prinsip mana yang lebih atau paling penting;
2. Pilih/ikuti prinsip yang lebih/paling penting;
3. Terima konsekuensi apa pun dari pilihan tersebut sekalipun yang paling buruk.
Kritik terhadap Etika Kepedulian
Ada dua kritik penting terhadap etika kepedulian.
Pertama, etika kepedulian dapat menjurus kepada favoritisme yang tidak adil. Misalnya
karena memihak, seseorang lebih mengutamakan orang dari golongannya.
Kritik kedua, menyatakan bahwa tuntutan etika kepedulian dapat menyebabkan
“pemadaman”. Artinya, dalam mengajak agar peduli, etika kepedulian terlihat menuntut
agar sesorang mau mengorbankan diri demi orang lain.
Kritik ini ditanggapi oleh pendukung etika kepedulian dengan menyatakan bahwa
pandangan yang baik mengenai kepedulian akan menyeimbangkan kepedulian
terhadap diri sendiri (orang yang berkepedulian) dengan kepedulian terhadap orang
lain.
Penalaran Moral dan Standar Moral
Pengertian Penalaran Moral
Penalaran moral mengacu kepada proses penalaran yang digunakan untuk menilai
apakah perilaku, kebijakan, atau institusi tertentu sesuai atau melanggar standar moral.
Penalaran moral selalu meliputi 2 unsur pokok:
(1) Pemahaman mengenai standar moral apa yang memerintahkan (mengharuskan),
melarang, membenarkan atau menyalahkan, dan
(2) Bukti, fakta atau informasi yang menunjukkan bahwa orang, perilaku, kebijakan,
atau institusi tertentu memiliki unsur-unsur yang diperintahkan, dilarang,
dibenarkan, atau disalahkan oleh standar moral tersebut.
Proses Penalaran Moral
Contoh: Atasan yang adil adalah atasan yang tidak membebani bawahan yang
baik/rajin, atau tidak membiarkan bawahan yang malas.
Contoh: Perilaku C tidak sesuai dengan prinsip keadilan, maka C adalah atasan yang
bertindak tidak adil.
Contoh: Pegawai A rajin dan kinerjanya bagus, tetapi malah sering mendapatkan
tambahan beban pekerjaan dari atasannya (B); pegawai C malas, tetapi dibiarkan oleh
B.
Kriteria Kecukupan Penalaran Moral
Pertama dan utama, penalaran moral harus logis.
Kedua, bukti atau informasi mengenai fakta yang dikutip untuk mendukung
pertimbangan harus akurat, relevan, dan lengkap.
Ketiga, standar moral yang digunakan dalam penalaran harus konsisten.
Standar Moral
Pertimbangan (Keputusan) Moral
Mengenai benar atau salahnya perilaku,
kebijakan, atau institusi.
Informasi atau Fakta
Mengenai perilaku, kebijakan, atau institusi yang menjadi sorotan.
Proses Pembandingan (Penilaian)
Apakah perilaku, kebijakan, atau institusi sesuai
dengan standar moral
yang relevan?
Standar Moral
Pengertian Standar Moral
Standar moral, sering disebut juga dengan moralitas, adalah ukuran, patokan atau
standar yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok mengenai apa yang benar dan
salah, atau apa yang baik dan buruk.
Standar moral mengandung 2 unsur, yaitu:
1. Norma: keyakinan yang kita miliki tentang apa atau tindakan apa yang secara
moral benar atau salah, baik atau buruk.
2. Nilai: merupakan pertimbangan baik atau buruk yang kita berikan pada sesuatu.
Standar moral terdiri dari norma moral khusus dan prinsip moral umum. Norma moral
khusus meliputi perintah atau larangan untuk melakukan pebuatan tertentu. Sedangkan
prinsip moral memberikan panduan yang sifatnya lebih umum untuk berperilaku dan
dapat diaplikasikan pada berbagai situasi keputusan.
Karakteristik Standar Moral
Pertama, standar moral berkaitan dengan masalah-masalah yang kita anggap dapat
secara serius memberikan kemaslahatan dan kemudaratan bagi ummat manusia.
Kedua, standar moral tidak dibentuk atau diubah oleh pihak atau badan-badan yang
memiliki otoritas tertentu.
Ketiga, standar moral haruslah lebih diutamakan dibandingkan nilai-nilai lain termasuk
kepentingan pribadi.
Keempat, dan umumnya, standar moral didasarkan pada pertimbangan tidak memihak
(imparsial atau objektif).
Kelima, atau yang terakhir, standar moral berkaitan dengan emosi-emosi khusus dan
kosakata khusus.
Dengan demikian, sekali lagi, standar moral adalah standar yang berkaitan dengan
masalah-masalah yang:
(1) Kita pandang memiliki konsekuensi serius;
(2) Didasarkan pada alasan baik dan bukan pada otoritas;
(3) Tidak mendahulukan kepentingan pribadi;
(4) Didasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak; dan
(5) Penyimpangan terhadapnya diasosiasikan dengan perasaan bersalah dan malu
serta kosakata atau istilah khusus.
Pendekatan Standar Moral dalam Pengambilan Keputusan
Standar Moral:
1. Memaksimalkan manfaat sosial.
2. Menghormati hak moral.
3. Membagi manfaat dan beban secara adil.
4. Menaruh kepedulian.
Proses Perbandingan (Penilaian):
Apakah perilaku, kebijakan atau institusi sesuai dengan standar moral yang relevan?
Informasi atau Fakta:
Mengenai perilaku, kebijakan, atau institusi yang menjadi sorotan.
Pertimbangan (Keputusan) Moral:
Mengenai benar atau salahnya perilaku, kebijakan, atau institusi.
Standar moral untuk menilai suatu perbuatan atau keputusan, yaitu:
1. Prinsip menepati janji atau kesetiaan (fidelity).
2. Prinsip ganti rugi (reparation).
3. Prinsip berterima kasih (gratitude).
4. Prinip keadilan (justice).
5. Prinsip berbuat baik (beneficence).
6. Prinsip mengembangkan diri (self-improvement).
7. Prinsip tidak merugikan (non-malificence atau no harm).
Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan suatu studi mengenai prinsip-prinsip atau standar-standar
moral dan bagaimana standar-standar ini berlaku bagi sistem dan organisasi yang
digunakan oleh masyarakat untuk menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa,
dan bagi orang-orang yang bekerja di dalam organisasi tersebut.
Dua hal yang perlu dicatat dari pengertian di atas.
Pertama, etika bisnis bukanlah suatu jenis lain etika; ia adalah etika dalam konteks
bisnis; memfokuskan pada apa yang merupakan perilaku yang benar atau salah di ranah
bisnis dan bagaimana prinsip-prinsip moral diterapkan oleh para pelaku bisnis pada
situasi-situasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari mereka di lingkungan
pekerjaan.
Kedua, para pelaku bisnis tidak perlu mengadopsi seperangkat prinsip etika untuk
memandu mereka dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis dan seperangkat
prinsip lain untuk memandu kehidupan pribadi mereka.
Dimensi Moral dalam Pengambilan Keputusan Bisnis
Terlepas dari rumitnya hubungan etika bisnis dengan ekonomi dan hukum, bisnis
adalah organisasi ekonomi yang tidak hanya menjalankan kegiatannya berdasarkan
aturan-aturan hukum yang berlaku, tetapi juga norma-norma etika yang berlaku di
masyarakat.
Bahkan dapat dikatakan, bahwa seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab sosial, etika merupakan dimensi sangat
penting yang harus selalu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis.
Cakupan Etika Bisnis
Isu-isu yang dicakup oleh etika bisnis meliputi topik-topik yang luas. Isu-isu ini dapat
dikelompokkan ke dalam 3 dimensi atau jenjang, yaitu: (1) sistemik, (2) organisasi, dan
(3) individu.
Isu-isu sistemik dalam etika bisnis berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan etika yang
timbul mengenai lingkungan dan sistem yang menjadi tempat beroperasinya suatu
bisnis atau perusahaan: ekonomi, politik, hukum, dan sistem-sistem sosial lainnya.
Isu-isu organisasi dalam etika bisnis berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan etika
tentang perusahaan tertentu.
Sementara itu, isu-isu individu dalam etika bisnis menyangkut pertanyaan-pertanyaan
etika yang timbul dalam kaitannya dengan individu tertentu di dalam suatu perusahaan.
Manajemen beretika, yakni bertindak secara etis sebagai seorang manajer dengan
melakukan tindakan yang benar (doing right thing).
Manajemen etika adalah bertindak secara efektif dalam situasi yang memiliki aspek-
aspek etis. Situasi seperti ini terjadi di dalam dan di luar organisasi bisnis.
Agar dapat menjalankan baik manajemen beretika maupun manajemen etika, para
manajer perlu memiliki beberapa pengetahuan khusus.
Pentingnya Etika Bisnis
Latar Belakang Peningkatan Perhatian terhadap Etika Bisnis
Ada 4 faktor yang memberikan sumbangan terhadap pudarnya konsensus mengenai
praktik perusahaan dan manajemen yang patut:
(1) Pertumbuhan ukuran organisasi bisnis yang berarti bahwa pasar tidak lagi
mengatur atau mengendalikan banyak kegiatan dan keputusan bisnis.
(2) Pertumbuhan cakupan ketentuan dan persyaratan hukum atas bisnis dan
keterlibatan pemerintah dalam kegiatan-kegiatan perusahaan.
(3) Kepedulian masyarakat terhadap eksternalitas yang tidak dapat dikendalikan
langsung oleh pasar.
(4) Martabat manusia dan nilai kehidupan manusia yang merupakan prioritas baru
dalam agenda nilai-nilai sosial.
Alasan-alasan lain bagi peningkatan perhatian terhadap etika binis meliputi:
(1) Penurunan umum kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan bisnis.
(2) Perkembangan manajemen sebagai satu profesi.
(3) Pertanyaan atau keraguan menyangkut legitimasi peranan manajemen.
Manfaat Jangka Panjang dan Manfaat Jangka Pendek
Kenneth H. Blanchard, seorang pakar manajemen, menegaskan bahwa dalam suatu
lingkungan bisnis yang kompetitif, arena bagi segala sesuatu berlangsung,
pertimbangan etis haruslah yang didahulukan. Ia mengibaratkan manajemen bisnis
yang semata-mata berorientasi laba tak ubahnya seperti “bermain tenis dengan mata
yang tertuju pada papan skor, bukan pada bola. “Tegasnya, beretika adalah yang terbaik
bagi kepentingan perusahaan dan para manajer dalam jangka panjang dan juga jangka
pendek.
Perspektif Makro dan Mikro
Perspektif makro mempertimbangkan pentingnya etika dalam sistem ekonomi.
Sedangkan perspektif mikro melihat pentingnya etika dari sisi perusahaan secara
individual.
Perspektif Tanggung Jawab Perusahaan.
Pergeseran Paradigma dan Tuntutan Etis.
Kini masyarakat memiliki makna baru menyangkut hubungan antara manusia dan
pekerjaan, dan keterkaitan antara organisasi bisnis dan masyarakat secara keseluruhan.
Paradigma baru ini secara jelas menegaskan perlunya tata-kelola perusahaan yang tidak
dapat melepaskan diri dari pertimbangan-pertimbangan etis.
Manusia dan Pekerjaan
Pada dasarnya sebagian besar waktu seseorang dihabiskan untuk bekerja (berada di
lingkungan kerja).
Keterkaitan
Organisasi pada hakikatnya merupakan bagian integral dari komunitas dunia yang
saling berhubungan dan merupakan ekosistem.
Faktor-Faktor Lingkungan dan Tuntutan Etis
Sejumlah perkembangan lingkungan bisnis telah secara objektif menyebabkan bisnis
atau manajemen bisnis perlu memfokuskan diri pada isu-isu etika, lebih dari apa yang
pernah ada sebelumnya. Perkembangan-perkembangan ini meliputi, antara lain:
globalisasi, teknologi, kompetisi, dan persepsi masyarakat terhadap etika sosial.
Perusahaan sebagai Agen dan Lingkungan Moral
Manajemen mempunyai 2 tantangan pokok.
Tantangan pertama adalah bagaimana memperoleh kesediaan bekerja bekerjasama dari
para pegawai (konstituen intern) tanpa memanipulasi atau melakukan pemaksaan
terhadap mereka.
Tantangan kedua adalah bagaimana menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi
perusahaan dan kepentingan pegawai.
Sejalan dengan tantangan kedua ini, perusahaan mempunyai dua bidang tanggung
jawab, yaitu:
(1) Menciptakan kehidupan kerja yang bermutu (quality work life), dan
(2) Membangun karakter moral para pegawai.
Tantangan dan tanggung jawab ini dilandasi oleh falsafah bahwa manusia bukanlah alat
untuk mencapai tujuan, tetapi tujuan itu sendiri. Untuk mencapai kemakmuran,
perusahaan tidak cukup memiliki keunggulan teknis, tetapi harus juga memiliki
keunggulan moral para pegawainya.
Prinsip-Prinsip Etika dalam Bisnis
Prinsip Manfaat, Hak, Keadilan, dan Kepedulian.
Sebagai etika terapan, etika bisnis berkenaan dengan penggunaan atau penerapan
standar moral yang sudah ada ketika mengambil keputusan-keputusan bisnis, bukan
penetapan standar moral (baru atau tersendiri) bagi bisnis.
Aktivitas bisnis hanyalah bagian dari aktivitas manusia, sehingga prinsip-prinsip moral
yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari dapat diterapkan pada kehidupan bisnis.
Prinsip manfaat menuntut agar bisnis mempertimbangkan apakah keputusan-
keputusannya akan sejauh mungkin memaksimalkan manfaat sosial dan meminimalkan
biaya atau kerugian sosial.
Prinsip hak menghendaki agar tindakan atau kebijakan bisnis harus konsisten dengan
hak-hak moral dari mereka yang akan dipengaruhi.
Prinsip keadilan menuntut agar tidak ada pihak yang dirugikan, dan setiap pihak
diperlakukan sesuai dengan standar atau kriteria yang objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Prinsip kepedulian menuntut agar tindakan, keputusan, atau kebijakan bisnis
menunjukkan kepedulian yang selayaknya terhadap kesejahteraan mereka yang
memiliki hubungan erat atau ketergantungan, seperti para pegawai.
Keputusan-keputusan bisnis selayaknya mempertimbangkan keempat prinsip tersebut
secara terintegrasi.
Prinsip-Prinsip Umum Lainnya
Ada sejumlah prinsip (berdasarkan teori teleleologi dan deontologi) yang juga
dipandang relevan untuk kegiatan dan keputusan bisnis.
Otonomi.
Otonomi mengacu kepada sikap dan kemampuan untuk memutuskan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
Tanggung jawab
Tanggung jawab berarti bahwa seseorang bertanggung jawab terhadap tindakan-
tindakannya dan melaksanakan pengendalian diri.
Kejujuran.
Kejujuran mensyaratkan niat baik dan tulus untuk menyampaikan kebenaran.
Integritas.
Integritas berarti bahwa seseorang bertindak sesuai dengan kesadaran akan kebenaran
atau hati nurani pada semua situasi.
Keandalan
Keandalan berarti berusaha secara maksimal dan masuk akal atau layak dalam
memenuhi komitmen.
Kesetiaan.
Kesetiaaan merupakan suatu tanggung jawab untuk menjunjung tinggi dan melindungi
kepentingan orang-orang tertentu dan organisasi.
Rasa Hormat.
Rasa Hormat meliputi gagasan-gagasan seperti keadaban, sopan santun, keluhuran,
toleransi, dan kesediaan menerima.
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan mencakup kepatuhan pada hukum dan partisipasi sesuai dengan
kemampuan agar kehidupan bermasyarakat berjalan.
Berdasarkan etika kewajiban W.D. Ross, ada 7 prinsip etika yang dapat diberlakukan
dalam kehidupan sosial termasuk kehidupan bisnis.
Ketujuh prinsip tersebut adalah kewajiban untuk: (1) menepati janji, (2) mengganti
kerugian, (3) berterima kasih, (4) keadilan, (5) berbuat baik, (6) pengembangan diri, (7)
tidak merugikan.
Etos Bisnis
Etos pada dasarnya berarti sikap dasar seseorang atau sekelompok orang dalam
melaksanakan kegiatan tertentu.
Sejalan dengan itu, etos bisnis mengacu pada suasana atau ciri khas yang menandai
bisnis; etos bisnis mengacu kepada suatu kebiasaan atau budaya etis menyangkut
kegiatan bisnis yang dianut dalam suatu perusahaan dari waktu ke waktu.
Etos bisnis sebagai budaya perusahaan memiliki beberapa fungsi penting:
1. Memberikan makna identitas diantara para anggota organisasi.
2. Mendorong suatu komitmen para anggota terhadap sesuatu yang lebih besar
daripada diri sendiri (organisasi).
3. Memberikan kestabilan bagi sistem sosial organisasi, dan
4. Menyediakan alasan atau pembenaran dan arahan untuk berperilaku.
Etos bisnis dengan demikian sangat diperlukan agar prinsip-prinsip etika bisnis dapat
dilaksanakan. Sebagai budaya perusahaan, etos bisnis mengkondisikan setiap manajer
atau pelaku bisnis secara konsisten memasukkan etika adalam proses pengambilan
keputusannya.