respon masyarakat dalam pemanfaatan biogas sebagai energi …

141
RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA TARUMAJAYA, KECAMATAN KERTASARI, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: MAULYDA WULANDARI NIM. 1112015000101 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS

SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA TARUMAJAYA,

KECAMATAN KERTASARI, KABUPATEN BANDUNG,

JAWA BARAT.

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

MAULYDA WULANDARI

NIM. 1112015000101

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2016

Page 2: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …
Page 3: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …
Page 4: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …
Page 5: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …
Page 6: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

iii

ABSTRAK

Maulyda Wulandari (NIM: 1112015000101). Respon Masyarakat Dalam

Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif Di Desa Tarumajaya,

Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Desa Tarumajaya menjadi Desa yang sedikit banyak warganya telah

menggunakan biogas. Penggunaan biogas ini tidak terlepas dari lokasi Desa

Tarumajaya yang paling dekat dengan bantaran hulu Citarum tepatnya berada di

kaki Gunung Wayang dan sebagai 0 Km Citarum yang mata airnya berasal dari

Situ Cisanti. Keadaan ini semakin genting saat adanya isu pencemaran Citarum,

oleh karena itu KLH Kabupaten Bandung membuat program biogas untuk

mengurangi limbah kotoran sapi yang dibuang langsung ke Citarum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat yang telah

menggunakan ataupun tidak menggunakan biogas yang dapat dijadikan energi

alternatif pengganti gas elpiji atau minyak tanah di Desa Tarumajaya, Kecamatan

Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode grounded atau

grounded research. Metode dilakukan untuk mengetahui suatu permasalahan

yang masih samar jawabannya kemudian setelah dilakukan penelitian akan

mendapatkan hasil yang jelas.

Tehknik pengumpulan data digunakan antara lain wawancara, observasi,

dan dokumentasi. Kemudian tekhnik analisis data yang digunakan adalah reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Bedasarkan hasil penelitian diketahui respon masyarakat positif terhadap

biogas dikemukakan oleh warga yang menggunakan biogas karena gratis, mudah,

kandang dekat rumah dan sebagai pengganti elpiji karena harga elpiji disana

lumayan mahal. Sedangkan diketahui respon negatif adalah untuk warga yang

tidak menggunakan biogas dengan alasan lahan milik orang lain, jarak kandang

jauh dengan rumah, dan trauma dengan instalasi biogas dahulu karena pernah

meledak.

Kata Kunci : Biogas, Desa Tarumajaya, Respon Masyarakat.

Page 7: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

iv

ABSTRACT

Maulyda Wulandari (NIM: 1112015000101). Respon Masyarakat Dalam

Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif Di Desa Tarumajaya,

Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Tarumajaya village became a little village where many people have been

using biogas. The use of biogas is not independent of the location of Tarumajaya

village closest to the riverbank upstream Citarum precisely located at the font of

Mount Wayang and as 0 km Citarum eyes water comes from Situ Cisanti. This

situation is increasingly precarious when the Citarum pollution issues, therefore

KLH Bandung regency create biogas program to reduce cow manure waste

dumped directly into the Citarum. This study aims to investigate the response of

the public who have been using or not using a biogas that can be used as an

alternative energy LPG or kerosene in the village Tarumajaya, Kertasari

subdistrict.

The method used is this research is grounded or grounded research to

determine an issue that is still vague answer later after the study will get the

obvious. Also use other data collection techniques used include interviews,

observation, and documentation. Then the data analysis technique used is data

reduction, data presentation, and conclusion.

Based on the survey results revealed a positive public respons to the

biogas expressed by residents who use biogas as a free, easy, stables near the

house and as a substitute for LPG because LPG prices there quite expensive.

While known negative response is for people who do not use the biogas by reason

of land owned by another person, a distance away with the home cages, and

trauma to the first biogas installation for ever exploded.

Key words: Biogas, Tarumajaya Village, Public Respons

Page 8: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Respon Masyarakat dalam Pemanfaatan

Biogas sebagai Energi Alternatif di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari

Kabupaten Bandung Jawa Barat”. Shalawat bertangkaian salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta para

sahabat.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak selalu berjalan mulus, sangat

diperlukan niat, do’a yang terus menerus serta usaha keras. Sehubungan dengan

selesainya penulisan skripsi dan seiring ucapan Alhamdulillah penulis haturkan

terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

4. Dosen Pembimbing I, Andri Noor Ardiansyah, M.Si yang selalu

memberikan saran dan ilmu tambahan selama menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih Bapak atas bimbingan dari mulai pengerjaan proposal,

hingga skripsi ini selesai.

5. Dosen Pembimbing II, Neng Sri Nuraeni, M.Pd yang selalu memberikan

semangat serta dukungan dalam penulisan skripsi. Ibu membuat

mahasiswa menjadi semangat dalam penyelesaian skripsi dengan

Page 9: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

vi

memberikan nasihat-nasihat dan selalu meluangkan waktunya dikala sibuk

untuk mahasiswa bimbingan Ibu.

6. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Bapak dan Mamah yang

senantiasa memberikan dukungan baik material maupun spiritual serta

kasih sayang yang tiada batas dan do’a sepanjang waktu yang sangat

berarti.

7. Desty Ristianingsih, kakak kandung satu-satunya yang telah banyak

membantu secara material maupun non material atas selesainnya proposal,

hingga rampungnya skripsi. Memberikan arahan, menjadi pembimbing

dan tempat bertukar pikiran.

8. Segenap keluarga besar di Bogor, Sumedang, Garut dan Bandung, yang

turut memberikan do’a dan dukungan.

9. Aldi Priyandana terima kasih untuk segala waktu, materi, keringat,

perjuangan dan do’a demi membantu terselesaikannya skripsi ini. Menjadi

penyemangat di segala suasanya, tempat bertukar emosi dan perasaan atas

segala beban di awal dan akhir proposal hingga terselesaikannya skripsi

ini.

10. Kang Uus, Teh Kokom, Kang Ivan, dan tak lupa seluruh warga Kampung

Babakan Ranca dan Kampung Pilar Dua, Desa Tarumajaya yang telah

membantu dengan tulus dalam memberikan informasi tentang Desa

Tarumajaya atas segala bantuan dan kebaikan semoga Allah

membalasnya.

11. Didik Hariyanto, kakak ipar yang telah memberikan bantuan demi

terselesaikannya skripsi ini, terima kasih atas segala bantuan, dorongan

serta do’a nya.

12. Sahabat teristimewa Sri Setiyowati, Eni Haryati, Eli Karlina, dan

Khoirunnisa. Terima kasih untuk waktu bersama, beban bersama yang

telah dilewati selama di bangku perkuliahan. Terima kasih juga untuk

tidak pernah bosan dalam memberikan saran nya selama proposal hingga

skripsi rampung.

Page 10: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

vii

13. Teman-teman sepanjang kuliah, Prisda Ayutt Mutiami, Fauzziyah Nur

Rahma, Ari Yanti Alita, Febby Famela, Ikrom Rosyidin, Aniszul Fuad,

Wulan Permatasari, Dessy dan seluruh keluarga besar pendidikan IPS

angkatan 2012P, khususnya teman-teman Geografi 2013.

14. Segenap pihak yang telah mendukung penulis dalam proses penulisan,

semoga Allah membalas jasa kalian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Ciputat, September 2016

Penulis

Maulyda Wulandari

NIM. 1112015000101

Page 11: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

viii

DAFTAR ISI

Surat Pernyataan Karya Ilmiah ........................................................................... i

Lembar Pengesahan Skripsi................................................................................. ii

Abstrak ............................................................................................................. iii

Kata Pengantar ...................................................................................................... v

Daftar Isi ........................................................................................................... viii

Daftar Gambar ..................................................................................................... xi

Daftar Tabel ......................................................................................................... xii

Daftar Lampiran ................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 6

D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Respon Masyarakat ............................................................. 9

a. Pengertian Respon ............................................................................ 9

b. Macam-Macam Respon .................................................................. 10

c. Pengertian Masyarakat ................................................................... 12

d. Pengertian Respon Masyarakat ...................................................... 13

2. Pengertian Energi Alternatif ............................................................... 13

3. Macam-macam Energi Alternatif ......................................................... 14

a. Energi Air ....................................................................................... 14

b. Energi Matahari .............................................................................. 15

c. Energi Angin .................................................................................. 15

Page 12: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

ix

d. Energi Panas Bumi ......................................................................... 15

4. Biogas ................................................................................................... 16

a. Pengertian Biogas........................................................................... 16

b. Proses Pembentukan Biogas .......................................................... 17

a) Hidrolisis ............................................................................ 17

b) Pengasaman (Asidifikasi)................................................... 18

c) Metanogenesis .................................................................... 18

c. Bahan Baku Pembuatan Biogas ..................................................... 19

1) Limbah Peternakan............................................................. 19

2) Limbah Pertanian ............................................................... 20

3) Limbah Perairan ................................................................. 21

4) Sampah Organik ................................................................. 21

d. Bagian Instalasi Pembuatan Biogas................................................ 22

1) Unit Digester ...................................................................... 22

2) Pipa ..................................................................................... 24

3) Pompa Biogas ..................................................................... 24

4) Kantong Penampung Biogas .............................................. 25

5) Manometer .......................................................................... 25

6) Katup atau Keran Gas ......................................................... 25

5. Membangun Instalasi Biogas ............................................................... 25

1) Membuat Lubang Penempatan Digester .................................. 26

2) Membuat Saluran Pemasukan (Inlet) ....................................... 27

3) Membuat Saluran Pengeluaran dan Penampungan Limbah..... 28

4) Memasang Instalasi Biogas ...................................................... 28

5) Memelihara Instalasi Biogas .................................................... 29

6. Kelebihan dan Kekurang Penggunaan Biogas ..................................... 30

7. Dampak Positif Biogas Untuk Masyarakat di Desa Peternak .............. 31

B. Hasil Penelitian Yang Relevan .................................................................. 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 34

Page 13: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

x

B. Metode Penelitian....................................................................................... 36

C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 38

D. Produser Pengumpulan dan Pengelolahan Data ......................................... 39

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ......................................... 40

F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. GambaranUmumLokasiPenelitian ....................................................... 43

a. SejarahGunungWayang.................................................................. 43

b. Lokasi, Letak, danLuas Daerah Penelitian ..................................... 44

c. Keadaan Iklim Daerah Penelitian................................................... 44

2. KarakteristikInforman .......................................................................... 46

B. ResponMasyarakatdalamPemanfaatan Biogas........................................... 47

1. ResponKognitifMasyarakatdalamPemanfaatan Biogas

SebagaiEnergiAlternatif ................................................................. 47

2. ResponAfektifMasyarakatdalamPemanfaatan Biogas

SebagaiEnergiAlternatif ................................................................. 57

3. ResponBehavioral MasyarakatdalamPemanfaatan Biogas

SebagaiEnergiAlternatif ................................................................. 60

C. Pembahasan ................................................................................................ 64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 67

B. Implikasi ..................................................................................................... 69

C. Saran ........................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peta Administarasi Desa Tarumajaya ............................................ 34

Gambar 3.1. Peta Administrasi Desa Tarumajaya .............................................. 42

Page 15: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Produksi Kotoran Ternak Segar Per Hari ............................................ 20

Tabel 2.2. Kelebihan dan Kekurangan Beberapa Jenis Digester ......................... 23

Tabel 2.3. Ukuran Lubang Untuk Penempatan Digester...................................... 27

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian ................................................................................. 35

Tabel 3.2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ........................................................... 42

Tabel 3.3. Kisi-kisi Lembar Observasi ................................................................. 48

Page 16: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ....................................................... 74

Lampiran 2 . Instrumen Pedoman Wawancara Tokoh Masyarakat ...................... 75

Lampiran 3. Instrumen Pedoman Wawancara Aktivis Lingkungan ................... 76

Lampiran 4. Instrumen Pedoman Wawancara Peternak Biogas ......................... 77

Lampiran 5 . Instrumen Pedoman Wawancara Warga Setempat ......................... 78

Lampiran 6. Instrumen Penelitian Pedoman Observasi ...................................... 79

Lampiran 7 . Kisi-kisi Lembar Observasi ............................................................. 80

Lampiran 8. Transkip Wawancara ...................................................................... 81

Lampiran 9 . Transkip Wawancara ....................................................................... 88

Lampiran 10. Transkip Wawancara ...................................................................... 91

Lampiran 11. Transkip Wawancara ...................................................................... 99

Lampiran 12. Transkip Wawancara .................................................................... 102

Lampiran 13. Transkip Wawancara .................................................................... 104

Page 17: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Energi merupakan salah satu kebutuhan paling mendasar bagi manusia.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia, tidak dapat dipungkiri

kebutuhan akan energi pun bertambah. Pasalnya, berbagai aktivitas manusia tidak

telepas dari energi. Mulai dari aktivitas sehari-hari seperti dalam rumah tangga,

penerangan, hingga pergerakan transportasi, tanpa adanya energi aktivitas

kehidupan manusia akan terganggu.1 Kebutuhan manusia yang terus meningkat

tak jarang menimbulkan kerusakan secara tidak langsung untuk lingkungan yang

ditempati tak terkecuali soal pasokan energi yang tidak dikelola secara bijak akan

berdampak pula pada keberlangsungan hajat orang banyak.

Penggunaan energi sebagai sektor utama terpenting penggerak kehidupan

tentunya harus dioptimalkan dengan baik. Manusia sebagai motor penggerak

kehidupan mempunyai tugas sebagai penanggung jawab terhadap pasokan energi,

dalam hal ini manusia harus memiliki berbagai cara untuk terus melakukan

inovasi terbarukan dalam rangka mengelola energi lebih baik untuk kedepannya.

Pada dasarnya, penggunaan energi untuk kehidupan sehari-hari sudah

dilakukan sejak lama. Sejarah penggunaan energi sudah dilakukan sejak zaman

dahulu hingga sekarang. Manusia dahulu mendapatkan sumber energi dan bahan-

bahan yang diambil atau dikumpulkan dari alam, seperti kayu bakar. Keadaan ini

terus berkembang hingga ditemukan batu bara untuk penggunaan mesin uap.2

Kebutuhan energi yang setiap tahun terus meningkat tidak dibarengi

dengan pasokan ketersediaan energi di muka bumi yang terbatas atau tidak dapat

1Sri Wahyuni, Biogas Energi Alternatif pengganti BBM, Gas, dan Listrik, ( Jakarta : Agro

Media Pustaka, 2013), h.2.

2Ibid.

Page 18: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

2

diperbaharui. Sebagai negara kepulauan, Indonesia merupakan negara dengan

banyak potensial energi yang dapat diperbaharui namun begitu belum banyak

halyang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri dalam upaya

menjaga ketahanan kestabilan energi. Terhitung sejak tahun 2013 Indonesia

memiliki cadangan terbukti (proven reserve) minyak bumi sekitar 4 miliar barrel,

gas bumi sekitar 104 miliar ton cubic feet (tcf) dan batubara sekitar 21 miliar ton.

Laju produksi minyak saat ini sekitar 900.000 barrel per hari (bph), gas sekitar 1,5

juta barrel setara minyak (bsm), dan batubara 340 juta ton. Sementara konsumsi

domestik minyak sekitar 1,3 juta bph, gas 750.000 bsm, dan batubara 67 juta ton.3

Keadaan seperti ini apabila terus berlanjut akan menyebabkan permasalahan krisis

energi.

Dampak dari krisis energi yakni semakin menipisnya cadangan energi di

muka bumi yang mengakibatkan berdampak kepada semua aspek. Selain

berdampak langsung kepada kegiatan manusia, energi yang tereksploitasi secara

besar-besaran melalui proses penggunaan bahan bakar fosil, penggunaan tata guna

lahan, limbah industri, dan kebakaran hutan dapat menyebabkan dampak paling

bahaya yang biasa disebut sebagai “global warming” atau pemanasan global.

Menurut Sri Wahyuni dalam Biogas Energi Alternatif Pengganti BBM, Gas dan

Listrik, salah satu gejala yang dapat dirasakan saat ini adalah kelangkaan bahan

bakar minyak, seperti minyak tanah, solar, dan bensin. Kondisi ini telah menuntun

untuk dilakukan inovasi-inovasi baru yang bertujuan untuk menemukan sumber

energi baru yang terbarukan.4

Oleh karena itu dalam mengatasi krisis energi yang tiap tahun jumlahnya

semakin meningkat, energi perlu dilakukan pembaharuan secara terus-menerus

melalui inovasi terbarukan untuk kemudian dapat menjadi sumber energi baru

yang dapat diperbaharui.

Macam-macam energi terbarukan meliputi energi air, energi matahari,

energi angin, dan energi panas bumi, energi gelombang laut, biomassa, bioetanol,

3Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, Energi Terbarukan Konsep

Dasar Menuju Kemandirian Energi ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013), h.27-28

4Wahyuni, Biogas sebagai Energi Alternatif pengganti BBM, Gas, dan Listrik.h.4

Page 19: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

3

biogas, dan masih banyak lagi. Semua macam energi alternatif tersebut berpotensi

besar dikembangkan di Indonesia. Sumber energi alternatif tersebut dapat

dikembangkan oleh pemerintah maupun kelompok masyarakat. Sumber energi

yang membutuhkan modal besar seperti air, matahari, angin, geotermal dan

gelombang laut dikembangkan oleh pemerintah atau perusahaan yang memiliki

modal besar. Sedangkan sumber energi yang tidak membutuhkan banyak modal

seperti biogas, bioetanol, dapat dikembangkan secara individual oleh kelompok

masyarakat. Seperti masyarakat di Desa Tarumajaya yang mengembangkan energi

alternatif biogas.

Desa Tarumajaya merupakan Desa yang terletak sekitar 50 km di selatan

Kota Bandung. Desa Tarumajaya yang terletak di kaki Gunung Wayang ini berada

di ketinggian antara 1.400 hingga 1.700 m di atas permukaan laut. Sebagai daerah

yang memiliki ketinggian sekitar 1000 m di atas permukaan laut, Desa

Tarumajaya memiliki potensi besar dalam sektor perkebunan khususnya

perkebunan teh, kentang, dan wortel. Selain perkebunan, Desa Tarumajaya juga

menjadi desa peternakan sebagai pemasok susu yang dihasilkan melalui

peternakan sapi ke PT. Ultra Jaya dan Frisian Flag melalui KPBS Pangalengan.5

Permukiman warga yang dekat dengan sungai Citarum membuat mudah

sebagaian masyarakat dapat membuang limbah rumah tangga maupun limbah

kotoran sapi ke dalam Sungai. Tercatat ada sekitar 784 peternak di desa ini.

Sedangkan dari kegiatan dokumentasi di aliran 10 km Sungai Citarum yang

dilakukan Cita-Citarum dan Citarum Recovery Program (CRP) bersama warga

pada bulan Juni 2013 lalu, setidaknya ditemukan 24 kandang sapi dan sekitar 663

ekor sapi. Sebagian besar peternak masih membuang limbah kotoran sapi ke

sungai. Dari para peternak, diketahui bahwa satu ekor sapi setidaknya membuang

kotoran sekitar 15 – 20 kilogram per harinya. Jika dihitung secara sederhana saja,

5https://id.wikipedia.org/wiki/Tarumajaya,_Kertasari,_Bandung diakses Minggu 06

September pukul 20:51 WIB.

Page 20: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

4

maka setidaknya di Desa Tarumajaya ini menghasilkan sekitar 10 ton kotoran sapi

setiap harinya.6

Pencemaran yang terus terjadi di aliran sungai Citarum apabila tidak di

atasi dengan baik, tak payah menjadikan sungai Citarum tercemar oleh kotoran

sapi yang lama kelamaan akan menjadi polusi air di Citarum. Sekitar tahun 2008,

penggunaan biogas telah dilaksanakan di Desa ini. Dengan pembangunan

sebanyak 100 unit biogas yang dibantu oleh Dinas Pertanian dan Peternakan.

Sampai saat ini program biogas di Desa Tarumajaya terus dilakukan selain itu

banyak program yang diperbaharukan, mengingat banyaknya isu yang

memberitakan banyak permasalahan yang terjadi di hulu sungai Citarum. Program

yang saat ini tengah dicanangkan adalah rencana pembangunan 150 unit biogas di

Desa Tarumajaya yang diberikan melalui Program BIRU (Biogas Rumah),

kerjasama antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan

Pemerintah Belanda.7

Bukan saja Desa Tarumajaya yang telah menggunakan biogas, di daerah

Jawa Barat ternyata sangat potensial dalam mengembangkan biogas, salah satunya

yaitu Desa Kebon Pedes di Kabupaten Bogor. Perkembangan pengelolaan biogas

di daerah ini sudah cukup baik dan dibantu oleh instansi pemerintah, yaitu Dinas

Peternakan Kabupaten Bogor. Digester disini dikelola secara mandiri, rata-rata

peternak memiliki 6 ekor sapi namun apabila kurang para peternak ini bergabung

dengan tetangganya. Jenis digester yang digunakan yakni jenis fixed dome.Di

Desa Kebon Pedes sendiri, hasil pengelolaan biogas digunakan sebagai sumber

untuk memasak dan untuk penerangan.8

Program biogas di Desa Tarumajaya tentu banyak menuai pro dan kontra.

Di lirik dari masyarakat yang kurang wawasan mengenai biogas tentu akan

memandang sebelah mata manfaat yang dihasilkan biogas ini. Seharusnya setiap

6Cita-citarum Recovery, Limbah Sapi di Desa Tarumajaya, 2013,

(http://citarum.org/info-citarum/berita-artikel/1359-limbah-sapi-di-desa-tarumajaya.html di akses

Minggu 06 September 2015 pukul 20:50 WIB).

7Ibid.,

8Ana Nurhasanah, dkk, Perkembangan Digester Biogas di Indonesia (Studi Kasus di Jawa

Barat dan Jawa Tengah), Jurnal Balai Besar Pengembangan Mekanisme Pertanian, h.1

Page 21: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

5

warga yang tidak tahu menahu tentang biogas didampingi dulu untuk pemanfaatan

kotoran sapi, jadi pupuk organik misalnya. Tetapi didampingi hingga

pemasarannya, sehingga bisa menambah pemasukan ekonomi. Untuk biogas,

yang perlu dilakukan adalah pendamping dan aktivasi kembali biogas yang sudah

ada. Dimaksimalkan saja dulu yang sudah ada.9 Faktor lain selain dari

masyarakat, kekhawatiran lain juga muncul untuk alat yang digunakan sebagai

tempat pembuatan biogas (digester) ini rusak. Bagaimana pengelolaannya dan

bagaimana pemeliharaannya, semua harus diberikan pengarahan juga sosialisasi

berkelanjutan untuk dapat mengoptimalkan program biogas kedepannya.

Selain faktor diatas, faktor yang paling penting adalah biaya.

Dibandingkan dengan pembuatan pupuk kandang, biogas memerlukan biaya yang

cukup mahal untuk membeli setiap alat demi menunjang prosesnya. Pembuatan

pupuk kandang hanya melibatkan kotoran sapi tanpa melalui proses yang panjang.

Dapat disimpulkan bahwa terjadinya perbedaan respon baik itu negatif

maupun positif dari masyarakat Desa Tarumajaya mengenai program biogas yang

telah berjalan hingga saat ini. Masyarakat yang masih awam tentang biogas

beranggapan bahwa biogas memerlukan biaya yang banyak, belum lagi kurangnya

pengetahuan dan sosialisasi akan manfaat yang dihasilkan dari biogas. Maka dari

itu penggunaan biogas saat ini diharapkan dapat diterima positif oleh masyarakat

Desa Tarumajaya dalam upaya memperbaiki keadaan sungai Citarum dan menjadi

energi alternatif untuk keberlangsungan hidup bersama.

Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Shofian Rinazani tahun 2011

mengenai respon masyarakat terhadap pemanfaatan energi biogas di Desa

Tarumajaya, hasil yang didapatkan menunjukan ada 3 respon yakni respon

masyarakat yang menolak biogas dikarenakan kurangnya pelatihan dan informasi,

respon kedua yakni masyarakat menerima tapi tidak pernah mempraktekan

dikarenakan tidak sepenuhnya memahami akan manfaat biogas, dan respon

9 Hasil wawancara dengan Kang Uus, aktivis lingkungan Desa Tarumajaya, 4 September

2016

Page 22: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

6

terakhir yakni masyarakat yang telah menerima informasi dan telah menggunakan

biogas sampai saat ini.10

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: “Respon Masyarakat Dalam Pemanfaatan Biogas

Sebagai Energi Alternatif di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari

Kabupaten Bandung Jawa Barat”.

B. Identifikasi Masalah

Setelah paparan yang didapatkan dari latar belakang masalah, faktor-faktor

penyebab pemanfaatan biogas sebagai energi alternatif di Desa Tarumajaya,

Kecamatan Kertasari adalah:

1. Pencemaran sungai Citarum oleh kotoran sapi

2. Banyaknya kotoran sapi yang tidak dimanfaatkan secara baik oleh warga

sekitar.

3. Kurangnya pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya.

4. Kurangnya respon masyarakat Desa Tarumajaya mengenai biogas

khususnya kotoran sapi sebagai energi alternatif.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Masalah penelitian ini dibatasi pada wilayah Desa Tarumajaya. Variabel

yang dijadikan fokus kajian:

1. Pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten

Bandung

2. Respon masyarakat dalam pemanfaatan biogas sebagai energi alternatif di

Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.

10Shofian Rinazani, “ Respon Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Energi Alternatif (

Biogas ) Di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.” Skripsi pada UPI

Bandung, Bandung 2011, tidak dipublikasikan

Page 23: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

7

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut penulis menemukan rumusan

masalah :

1. Bagaimana pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya, Kecamatan

Kertasari, Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana respon masyarakat dalam pemanfaatan biogas sebagai energi

alternatif di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten

Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengidentifikasi pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya,

Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.

2. Untuk mengukur respon masyarakat dalam pemanfaatan biogas

sebagai energi alternatif di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari,

Kabupaten Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil ini dapat dijadikan sumber wawasan dalam khasanah ilmu

pengetahuan khususnya bagi diri penulis maupun bagi masyarakat

pada umumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa: Hasil ini dapat dijadikan bahan dalam

pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari

sebagai upaya menemukan sumber daya baru untuk menghasilkan

energi alternatif yang dapat diperbaharui dan dapat dimanfaatkan

untuk kebutuhan orang banyak di Desa Tarumajaya.

b. Bagi masyarakat: Hasil ini dapat dijadikan sumber wawasan baru

yang diharapkan dapat dengan mudah dilaksanakan oleh

Page 24: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

8

masyarakat Desa Tarumajaya mengenai pemanfaatan biogas, yang

kedepannya dapat ikut membantu melestarikan lingkungan agar

lingkungan tetap bersih serta dapat mengatasi kekurangan energi

yang tengah terjadi saat ini.

c. Bagi pemerintah: Hasil ini dapat dijadikan referensi guna

mendapatkan energi alternatif dengan mudah dan hemat.

d. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Hasil ini dapat dijadikan

koleksi kepustakaan untuk pemenuhan kebutuhan mahasiswa

kedepannya, dan dapat diaplikasikan oleh mahasiswa dengan

mudah.

Page 25: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Respon Masyarakat

a. Pengertian Respon

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer disebutkan bahwa respon

adalah tanggapan atau reaksi.1 Pengertian respon menurut Anggi Ria, adalah

respon terbentuk dari proses rangsangan atau pemberian aksi atau sebab yang

berujung pada reaksi dan akibat dari proses rangsangan. Respon akan muncul

dari penerimaan pesan setelah terjadinya serangkaian komunikasi.2

Pendapat lain dikemukakan oleh John dan Hasan, respon berasal dari kata

response yang berarti jawaban, balasan dan tanggapan.3 Respon juga

diartikan sebagai suatu balasan, tanggapan, atau jawaban sebagai reaksi

terhadap suatu rangsangan yang mengenai diri seseorang.4

Jadi, dapat disimpulkan dari beberapa pengertian diatas, bahwa respon

merupakan suatu rangsangan atau tanggapan yang didapatkan dari hasil

komunikasi, sifatnya bisa otomatis dan kendali.

b. Macam-macam Respon

Secara umum hasil respon mencakup tiga aspek, berdasarkan teori yang

ada di buku Psikologi Komunikasi, Jalaludin Rahmat dalam Galih Aulia

Rachman dibagi menjadi tiga respon, yaitu:

1. Respon kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang

diketahui, dipahami, atau dipersepsi tentang khalayak. Respon ini

1Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta :

Pusat Bahasa, 2008). h.1204

2Anggi Ria Puspitasari, Respon Siswa SMP Negeri 3 Kelapa Banga Belitung Terhadap

Film Laskar Pelangi, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, tidak dipublikasikan

3John Echlos & Hasan Shadily. Kamus Besar Bahasa Inggris Indonesia. Jakarta :

Gramedia, 1996), h. 481

4Kadarina Wastuti, “ Respon Masyarakat Badegan Terhadap Siaran Dakwah K.H.

Mabarun Di Radio Persatuan Bantul.” Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2010, tidak

dipublikasikan

Page 26: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

10

berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan

atau informasi.

2. Respon afektif timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan,

disegani atau dibenci khalayak. Respon ini ada hubungannya dengan

emosi, sikap, atau nilai.

3. Respon behavioral merujuk kepada perilaku nyata yang dapat diamati

yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan perilaku.5

Berdasarkan pernyataan Jalaludin Rahmat mengenai klasifikasi respon,

penulis menyimpulkan bahwa respon dibagi menjadi 3 macam. Yang pertama

respon kognitif berisi tentang pengetahuan, keterampilan maupun informasi.

Respon kedua yakni respon afektif atau biasa dikenal dengan respon sikap.

Didalam respon ini berhubungan dengan sikap, nilai maupun emosi dari

setiap orang. Terakhir respon behavioral, respon ini dikenal dengan respon

tindakan, yang didalamnya merujuk kepada perilaku sehari-hari dari tiap

individu.

Winkel mengklasifikasikan ranah kognitif, afektif. Berikut adalah

taksonomi dan klasifikasi:

1) Ranah kognitif (cognitive domain)

a. Pengetahuan (knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal

yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

b. Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan untuk

menangkap makna dari arti bahan yang dipelajari.

c. Penerapan (application), mencakup kemampuan untuk

menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu

kasus atau problem yang kongkrit dan baru.

d. Analisis (analysis), mencakup kemampuan untuk merinci

suatu kesatuan kedalam bagian-bagian suatu struktur.

e. Sintesis (synthesis), mencakup kemampuan untuk

membentuk suatu kesatuan atau pola baru.

f. Evaluasi (evaluation), mencakup kemampuan untuk

membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa

hal.6

Penulis menyimpulkan, dalam ranah kognitif atau pengetahuan

klasifikasinya terbagi menjadi 6 bagian yaitu pengetahuan tentang apa yang

5Galih Aulia Rachman, Respon Masyarakat Terhadap Implementasi Program Keluarga

Harapan (PHK) di Dusun Bulurejo Desa Mongol Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunung Kidul

Yogyakarat, Skripsi pada UIN Sunan Kalijati Yogyakarta, 2015. h. 19

6W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), h. 245

Page 27: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

11

pernah dipelajari dan kemudian disimpan dalam ingatan, yang kedua

pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari

pembelajaran, ketiga yaitu penerapan mencakup kemampuan untuk

menerapkan atau menyelesaikan suatu kasus. Keempat analisis mencakup

kemampuan untuk merinci struktur-struktur, kelima ialah sistesis mencakup

kemampuan membentuk suatu pola baru, dan terakhir evaluasi mencakup

kemampuan untuk dapat memberikan suatu pendapat atau

pertanggungjawaban.

2) Ranah afektif (Affective domain)

a. Penerimaan (receiving), mencakup kepekaan adanya suatu

perangsang.

b. Partisipasi (responding), mencakup kerelaan untuk

memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu

kegiatan.

c. Penilaian (valuing), mencakup kemampuan untuk

memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri

sesuai dengan penilaian itu.

d. Organisasi (organization), mencakup kemampuan untuk

membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan

pegangan dalam hidup.

e. Pembentukan pola hidup (characterization by a value

complex), mencakup kemampuan untuk mengahayati

nilai-nilai kehidupan7.

Selanjutnya dalam ranah afektif bagian-bagiannya meliputi penerimaan,

partisipasi, penilaian, organisasi, dan pembentukan pola baru. Penerimaan

mencakup kepekaan terhadap rangsangan. Partisipasi mencakup kemampuan

untuk memperhatikan dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Penilaian

kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Organisasi mencakup kemampuan dalam membentuk sistem dan nilai untuk

dijadikan pedoman hidup, dan terakhir adalah pembentukan pola baru

mencakup kemampuan untuk dapat terus menghayati nilai-nilai dalam suatu

kehidupan.

7Ibid,. h. 246

Page 28: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

12

c. Pengertian Masyarakat

Masyarakat menurut Shadily dalam Abu Ahmadi, adalah “golongan besar

atau kecil dari beberapa manusia, dengan atau karena sendirinya, bertalian

secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain”.8

Masyarakat bisa diartikan pula sebagai kelompok manusia yang saling

berinteraksi dan saling mempengaruhi yang memiliki peranan untuk mencapai

tujuan bersama.

Pendapat J.L. Gillin dan J. P. Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah

“kelompok manusia terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan

perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-

pengelompokan yang lebih kecil”.9

Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut sebagai society, asal kata socius

yang berarti kawan. Adapun “masyarakat” berasal dari bahasa Arab yaitu

syirk yang artinya bergaul. Adanya saling begaul itu tentu karena ada

bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai

perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan

sosial yang merupakan kesatuan.10

JBAF Mayor Polak dalam Abu Ahmadi menyebut masyarakat adalah

“wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas banyak sekali kolektiva-

kolektiva serta kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompok-

kelompok lebih baik atau sub kelompok”.11

Masyarakat dapat diartikan sebagai kelompok-kelompok yang besar

didalamnya terdiri sub-sub kelompok atau pengelompokan lebih kecil lagi.

Dapat disimpulkan dari pernyataan diatas, Masyarakat berasal dari 2

bahasa yaitu bahasa Inggris dan Arab yang memiliki pengertian yakni kawan

dan bergaul maksudnya adalah sekolompok individu-individu yang memiliki

kepentingan dan tujuan sama dengan cara berinteraksi antara yang satu dengan

yang lainnya.

8Abu Ahmadi, dkk, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2009), h. 106

9Ibid.

10

M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Edisi Revisi, ( Bandung: PT Eresco, 1995)

h. 63

11

Abu Ahmadi, dkk, op. cit.,h.96

Page 29: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

13

d. Pengertian Respon Masyarakat

Berdasarkan pernyataan diatas tentang respon dan masyarakat. Dapat

disimpulkan respon masyarakat adalah tanggapan tentang suatu hal yang

didapatkan dari hasil komunikasi antara individu yang satu dengan yang lain,

yang bersifat terkendali ataupun otomatis.

2. Pengertian Energi Alternatif

Asan Damanik mendifinisikan “Energi sebagai kemampuan untuk

melakukan usaha (kerja). Yang melakukan usaha (kerja) itu dinamakan

gaya (force). Tidak semua gaya menghasilkan usaha atau kerja. Sedangkan

energi alternatif atau disebut dengan energi terbarukan yang layak diteliti

dan dikembangkan sebaiknya energi yang menghasilkan seminimal

mungkin emisi atau produk buangan yang dapat merusak lingkungan dan

harganya terjangkau oleh masyarakat luas”.12

Berdasarkan pengertian diatas, energi alternatif disebut juga sebagai energi

terbarukan yang harus dikembangkan, dalam hal ini energi yang dikembangkan

adalah energi yang menghasilkan seminimal mungkin emisi yang dapat

merusak lingkungan.

Menurut Tuti Haryati, Energi alternatif merupakan perpaduan kata energi

dan alternatif yang bermakna masing-masing. Energi adalah sebuah

kemampuan melakukan kegiatan dalam menjalani kehidupan. Seperti

tubuh manusia yang membutuhkan fungsi karbohidrat, fungsi protein,

dan zat-zat lain untuk proses metabolisme tubuh. Kemudian untuk kata

“alternatif” berarti pengganti dari suatu barang tanpa harus kehilangan

kegunaannya.13

Energi alternatif dapat dijabarkan sebagai energi terbarukan sebagai

pengganti energi konvensional.

Energi alternatif adalah istilah yang merujuk kepada semua energi yang

dapat bertujuan untuk menggantikan bahan bakar konvensional. Berdasarkan

Intergovernmental Panel On Climate Change umumnya istilah ini digunakan

untuk mengurangi bahan bakar hidrokarbon yang dapat mengakibatkan

12

Asan Damanik, Fisika Energi, ( Yogyakarta : Penerbit Universitas Sanata Dharma,

2011), h.21

13

Tuti Haryati, Biogas: Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi Alternatif.

Jurnal WARTAZOA Vol 16 No.3 tahun 2006. h. 164

Page 30: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

14

kerusakan lingkungan diakibatkan emisi karbon dioksida yang tinggi, yang

berkontribusi besar terhadap pemanasan global14

.

Menurut Mediastika, “Istilah alternatif merujuk pada sesuatu yang dipilih

kemudian. Artinya, selama alternatif pertama (yaitu, energi yang selama ini

digunakan atau energi tak terbarukan) masih dapat digunakan, alternatif

selanjutnya belum pernah digunakan. Istilah energi alternatif disarankan untuk

tidak digunakan dan istilah energi terbarukan-lah yang terus

dimasyarakatkan”.15

Dapat disimpulkan dari pernyataan diatas, pengertian energi dan alternatif

memiliki unsur yang berbeda. Energi adalah kemampuan yang digunakan

untuk melakukan suatu kegiatan, sedangkan yang dimaksud dengan alternatif

adalah pengganti atau pembaharuan. Jadi energi alternatif apabila disimpulkan

menjadi energi yang bertujuan untuk menghentikan penggunaan sumber daya

alam atau pengrusakan lingkungan.

3. Macam-macam Energi Alternatif

a. Energi Air

Sumber energi alternatif yang pertama yaitu air. Air merupakan salah satu

energi terbarukan dengan banyak manfaatnya. Pemanfaatan energi air secara

mekanis pertama kali ditemukan di Mesir, Cina, dan Persia khususnya untuk

menggerakan gilingan padi dan keperluan lain.16

Energi air digunakan untuk menggerakan turbin dan penggunaan moda

transportasi. Penggunaan energi air biasanya dilakukan untuk menggerakan

turbin dan penggunaan moda transportasi.

14

Budisan, “Fikruzzaman, Muhammad. “Lakon Ekonomi Rendah Karbon”. Harian

Kompas Siang (E-Paper), Jakarta 02 November 2013.http://budisansblog.blogspot.in/2013/11/l...

diakses tanggal 11 Oktober 2016 Pukul 20:49 WIB

15

Christina E. Mediastika, Hemat Energi & Lestari Lingkungan melalui Bangunan, (

Yogyakarta : C.V Andi Offset, 2013), h. 5

16

Damanik, op.cit, h.35-36

Page 31: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

15

b. Energi Matahari

Matahari adalah bola berpijar dengan senyawa penyusun utamanya berupa

gas Hidrogen (74%) dan helium (25%). Cahaya matahari berasal dari hasil

reaksi fusi hidrogen menjadi helium.17

Pancaran matahari yang kita rasakan setiap hari didapatkan dari sinar

matahari. Sinar matahari menjadi sumber utama panas bumi yang mudah

didapatkan. Pemanfaatan sinar matahari digunakan untuk menjemur segala

jenis keperluan manusia, berupa menjemur pakaian, menjemur badan untuk

mendapatkan asupan vitamin D, dan menjemur bermacam jenis makanan.

Sinar matahari dijadikan sebagai energi alternatif dengan mengggunakan

sinar matahari sebagai energi pembangkit listrik, yang dapat mengaliari listrik

ke rumah-rumah. Energi matahari diserap oleh sel surya dari sel surya ini di

hasilkan listrik. Listrik ini dapat dimanfaatkan untuk menyalakan televisi,

memberikan penerangan, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

c. Energi Angin

Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan

juga karena adanya perbedaan tekanan atau suhu udara.18

Arah angin yang cepat digunakan sebagai pemutar kincir angin yang

nantinya akan menghasilkan energi listrik. Energi angin memutar turbin

angin, hasilnya setelah turbin bergerak diteruskan menuju generator, dari

generator tersebut dihasilkan energi listrik, yang dapat dipergunakan sehari-

hari dalam memenuhi keperluan sehari-hari.

d. Energi Panas Bumi

Energi panas bumi adalah energi yang dieksraksi dari panas yang

tersimpan di dalam bumi. Energi panas ini berasal dari aktivitas tektonik di

17

Christina, op cit h.15

18

Ibid., h.25

Page 32: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

16

dalam bumi. Wilayah sumber panas bumi terbesar saat ini di dunia, disebut

The Geyser berada di Islandia, Kutub Utara.19

Pembangkit panas bumi ini hanya dapat dilakukan apabila daerah dekat

dengan sumber panas bumi dimana letaknya sekitaran lempeng tektonik.

Energi panas bumi juga terbilang ekonomis dan ramah lingkungan. Dampak

yang dihasilkan oleh panas bumi tidak berdampak langsung kepada

lingkungan. Hasil panas bumi ini dapat menghasilkan listrik yang dapat

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sejak tahun 2004, pengunaan panas bumi

sudah dilakukan oleh kelima negara berikut yang daerahnya dekat dengan

lempeng tektonik, El Savador, Kenya, Filipina, Islandia, dan Kostarika.20

4. Biogas

a. Pengertian Biogas

Menurut Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, “Biogas

(dari asal kata biologi dan gas) merupakan salah satu jenis energi terbarukan

yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik,

seperti kotoran ternak, sampah organik, serta bahan-bahan lainnya oleh

bakteri metanogenik dalam kondisi anaerob ( tanpa oksigen )”.21

Berdasarkan pendapat Sukandarrumidi, biogas adalah energi terbarukan

yang terbentuk berdasarkan proses fermentasi bahan-bahan limbah organik

dalam kondisi anaerob.

Dewi Hastusi (Dosen Fakultas Pertanian Wahid Hasyim) mendefinisikan,

gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi

bahan-bahan organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam keadaan

kedap udara)”.22

Definisi lain di kemukakan oleh Tuti Haryati menurutnya biogas adalah

renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk

19

Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, Energi Terbarukan Konsep

Dasar Menuju Kemandirian Energi ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013), h.118

20

Ibid., h.119

21

Ibid ., h.288

22

Dewi Hastuti, Aplikasi Tekhnologi Biogas Guna Menunjang Kesejahteraan Petani

Ternak, Jurnal Mediagro, Vol 5 Tahun 2009, h. 22

Page 33: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

17

menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan

gas alam”.23

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikemukakan biogas adalah jenis

energi terbarukan yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan

limbah organik, seperti kotoran ternak, sampah organik, pengelolaan limbah

air, pengelolahan limbah organik pertanian, peternakan, industri, dan

perkotaan oleh bakteri metanogenik dalam kondisi anaerob ( tanpa oksigen )

yang menghasilkan suatu gas yang sebagian besar terdiri atas campuran

metan dan arang dioksida. Penggunaan biogas sebagai energi alternatif

digunakan dalam rangka menemukan sumber energi baru yang dapat

diperbaharui.

b. Proses Pembentukan Biogas

Biogas secara karakteristik fisik bersifat gas. Oleh karenanya proses

pembentukannya harus dalam keadaan tertutup dan dalam kondisi kedap

udara. Proses yang berlangsung secara tertutup juga memberikan keuntungan

kepada lingkungan karena tidak menimbulkan bau. Biogas sendiri terbentuk

melalui serangkaian proses kimiawi yang melibatkan mikroorganisme. Proses

pembentukan biogas terbagi menjadi tiga proses yakni: hidrolisis,

pengasaman, dan metanogenesis.24

a) Hidrolisis

Hidrolisis adalah proses pemecahan molekul komplek berukuran

besar menjadi molekul yang sederhana. Fermentasi adalah proses

penguraian senyawa-senyawa organik kompleks menjadi senyawa

sederhana dalam kondisi anaerob. Pada tahap ini, bahan-bahan organik

seperti karbohidrat, lipid dan protein didegradasi menjadi senyawa dengan

rantai pendek.25

23

Tuti Haryati, op. cit., h. 160

24

Sri Wahyuni, Biogas Energi Alternatif pengganti BBM, Gas, dan Listrik, ( Jakarta :

Agro Media Pustaka, 2013), h. 17

25LailanNi’mah, Biogas From Solid Waste Of Tofu Production And Cow Manure

Mixture: Composition Effect, JurnalChemica,Volume 1, Nomor 1, Juni 2014, h.2

Page 34: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

18

Tahap ini juga diartikan sebagai struktur dari bentuk polimer menjadi

bentuk monomer. Senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis di

antaranya senyawa asam organik, glukosa, etanol, CO₂, dan senyawa

hidrokarbon lainnya. Senyawa ini akan dimanfaatkan mikroorganisme

sebagai sumber energi untuk melakukan aktivitas fermentasi.

b) Pengasaman ( Asidifikasi )

Senyawa-senyawa yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan

dijadikan sumber energi bagi mikroorganisme untuk tahap selanjutnya,

yaitu pengasaman atau asidifikasi.

Haryati mengungkapkan pada tahap pengasaman komponen

manomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis

akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam.

Produk ahkir dari perombakan gula-gula sederhana tadi yaitu asam

asetat, asam propionat, asam butirat, dan asam laktat beserta

produk sampingan berupa alkohol, CO₂, hidrogen, dan zat

amonia.26

Dapat disimpulkan bahwa proses pengasaman adalah suatu proses

awal mula berkembangnya beberapa sumber energi yang nantinya dapat

dijadikan sebagai bahan makanan untuk mikroorganisme yang berperan

dalam proses pembentukan asam yang selanjutnya menghasilkan gas.

c) Metanogenesis

Menurut Gunawan dalam Sri Maryani mengungkapkan bahwa

bakteri metanogen adalah bakteri yang terdapat pada bahan-bahan organik

dan menghasilkan metana secara anaerob. Bakteri metanogen

menggunakan senyawa karbon dan energi untuk melakukan proses

metanogenesis.27

Bakteri metanogen seperti methanococus, methanosarcina dan methano

bactherium akan mengubah produk lanjutan dari tahap pengemasan

menjadi gas metan, karbondioksida, dan air yang merupakan komponen

26

Tuti Haryati, op. cit, h. 160-169

27

Sri Maryani, Potensi Campuran Sampah Sayuran Dan Kotoran Sapi Sebagai Penghasil

Biogas, Skripsi pada Universitas Islam Malik Ibrahim Malang 2016, tidak dipublikasikan

Page 35: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

19

penyusun biogas. Sedangkan bakteri non metanogen yang terlibat dalam

proses pembentukan biogas sebagai bakteri hidrolitik dan pembentukan

asam yakni Bacteroidesfragilis, Peptostreptococcus, Clistridium diffeliclie,

E. Coli, Micrococcus, Bacillus, Bacillusanthracis, Bacillus Subtilis Coryne

bacteium mamycolatum, Pseudemonasborbori, Salmonella enteris

Streptococcus bovis Entrococus.

Peranan bakteri hidrolitik untuk menghidrolisis bahan-bahan yang ada di

dalam digester. Seperti adalah satunya adalah Bacillus Subtilis yang

merupakan bakteri gram positif dan motilitas positif.

Gas metana yang terkandung dalam komposisi biogas menjadi penentu

jumlah energi yang dikeluarkan, semakin banyak jumlah metana dalam

setiap komponennya maka semakin baik pula hasil energi yang dihasilkan.

Begitu juga sebaliknya, semakin sedikit jumlah metana maka semakin

rendah pula energi yang dihasilkan.

c. Bahan Baku Pembuatan Biogas

Bahan baku pembuatan biogas merupakan limbah-limbah hasil aktivitas

manusia. Limbah ini antara lain: limbah peternakan, limbah pertanian, limbah

industri, limbah perairan, hingga sampahorganik.

1) Limbah Peternakan

Komoditas peternakan masih menjadi sektor unggulan Indonesia yang tiap

tahun terus mengalami peningkatan. Kebutuhan masyarakat akan

peternakan tidak terlepas dari kebutuhan manusia akan daging, telur, dan

susu yang dijadikan kebutuhan dasar dalam pemenuhan gizi.

Terlepas dari pemenuhan gizi yang di dapat dari hasil peternakan,

produksi hasil ternak juga menghasilkan produksi limbah peternakan.

Limbah peternakan hewan ternak juga terus mengalami peningkatan.

Keadaan ini apabila terus di diamkan akan menimbulkan masalah yang

cukup serius bagi kesehatan lingkungan terutama dalam hal kebersihan.

Pengelolaan limbah peternakan yang baik dapat di kelola menjadi biogas,

Page 36: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

20

Sisa hasil produksi dapat dijadikan pupuk organik sebagai penyubur

tanaman. Ada beberapa karakteristik limbah peternakan sapi perah

menurut Hidayatullah, dkk yaitu dapat dimanfaatkan dan menghasilkan

milai ekonomis karena limbah dari ternak tersebut dapat diolah menjadi

kompos, biogas.28

Tabel 2.1 Produksi Kotoran Ternak Segar Per Hari

Jenis ternak Bobot ternak (kg/ekor) Produksi (kg/hari)

Sapi potong 400-500 20-29

Sapi perah 500-600 30-50

Ayam petelur 1,5-2,0 0,10

Ayam pedaging 1,0-1,5 0,06

Babi dewasa 80-90 7,00

Domba 30-40 2,00

Sumber : United Nations, 1984 dalam Wahyuni

Dapat disimpulkan bahwa sapi merupakan hewan yang memproduksi kotoran

ternak paling banyak per harinya dibanding hewan lain.

2) Limbah Pertanian

Pertanian merupakan sektor usaha di Indonesia yang terbilang luas selain

dari sektor peternakan. Pertanian masih mendominasi ladang usaha

masyarakat kawasan pedesaan. Semakin banyak jumlah pertanian semakin

banyak pula jumlah limbah pertanian. Limbah pertanian yang dihasilkan

berupa jerami atau sekam.29

Pemanfaatan jerami ini belum dilaksanakan dengan baik, masih banyak

sisa jerami yang menumpuk menjadi sampah di areal sekitar persawahan,

yang nantinya berakibat buruk kepada lingkungan. Padahal apabila jerami

ini apabila dikelola lagi dapat membawa keutungan. Pengelolaan limbah

pertanian ini yanng tepat dapat di kelola menjadi biogas, selain dapat

28

Hidayatullah, Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi

Kasus di CV. Lembah Hijau Multifarm, Solo-Jawa Tengah), Tesis di Program PascaSarjana IPB,

2002, h.41-43

29

Wahyuni, op.cit, h. 22

Page 37: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

21

menghasilkan gas sisa-sisa jerami yang nantinya sudah tidak terpakai lagi

akan digunakan menjadi pupuk kandang yang bermanfaat bagi kesuburan

tanaman.

3) Limbah Perairan

Limbah perairan yang banyak di manfaatkan berupa eceng gondok,

rumpur laut, dan alga. Kebanyakan masyarakat mengkonsumsi limbah

perairan ini untuk kebutuhan makanan sehari-hari sebagai pelengkap

sayur-mayur. Namun begitu terlepas dari konsumsi masyarakat akan

limbah perairan, justru semakin banyak limbah perairan malah berakibat

sebagai perusak biota air laut.Pengelolaan limbah perairan yang baik dapat

di kelola menjadi biogas. Selain menggunakan limbah peternakan dan

limbah pertanian, hasil dari limbah perairan berupa rumput laut dan eceng

gondok dapat di manfaatkan menjadi bahan baku pembuatan biogas.30

4) Sampah Organik

Keberadaan sampah memang sudah tidak dapat diragukan lagi,

selain mengotori lingkungan sampah yang sulit terurai menjadi ancaman

yang serius bagi keberlangsungan kehidupan manusia.

Menurut Kuncoro Sejati, ada beberarapa macam penggolongan

sampah. Sampah organik atau sampah basah, sampah anorganik atau

sampah kering dan sampah berbahaya, berikut penjelasannya:

a) Sampah oraganik/basah adalah sampah yang berasal dari makhluk

hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, sampah kotoran, sisa

sayuran, sisa buah, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi

(membusuk/hancur) secara alami.

b) Sampah anorganik/kering adalah sampah yang tidak dapat

terdegradasi secara alami. Contohnya: logam, besi, kaleng, plastik,

karet, botol, dll.

30

Diyanti Rizki Rahayu, dkk. Pembuatan Biogas dari Eceng Gondok (Eichorniacrassipes)

Melalui Pretreatment dengan Jamur Phanerochaete chrysospirium dan Trichodermaharzianum.

Jurnal Tekhnik Pomits Vol 1, No. 1 Tahun 2013. h. 1

Page 38: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

22

c) Sampah berbahaya ini berbahaya bagi manusia. Contohnya:

Baterai, jarum suntik bekas, limbah racun kimia, limbah nuklir, dll.

Sampah jenis ini memerlukan penanganan khusus.31

Berdasarkan pernyataan diatas, sampah terbagi menjadi tiga,

sampah organik dapat dimanfaatkan ulang, sampah kering tidak dapat

dimanfaatkan ulang dan juga sampah berbahaya untuk manusia karena

sampah jenis ini perlu penanganan lebih lanjut. Melihat macam-macam

sampah diatas, sampah organik lah yang dapat dimanfaatkan menjadi

bahan baku pembuatan biogas selanjutnya.

d. Bagian Instalasi Pembuatan Biogas

Bagian terpenting pembuatan biogas harus melirik pada alat yang

berkualitas agar hasil yang di keluarkan juga baik. Komponen utama instalasi

biogas diantaranya digester yang dilengkapi dengan lubang pemasukan (inlet)

danlubang pengeluaran (outlet), penampungan gas, serta penampungan sludge

(sisa buangan dalam bentuk padat dan cair).32

1) Unit digester

Pemilihan digester mencakup beberapa hal penting yang perlu

diperhatikan seperti ukuran, model, bahan, dan juga ketahannya terhadap

suhu, banjir dan juga gempa. Jika ukuran digester terlalu kecil maka akan

sulit untuk menampung kotoran sapi yang setiap harinya makin bertambah,

begitupun sebaliknya jika digester terlalu besar gas yang dihasilkan kurang

maksimal.

Menurut Widarto dan Sudarto, dalam Sukandarrumidi, dkk, perihal

perhitungan kapasitas alat didasarkan pada jumlah ternak sapi dan tinja

yang dihasilkan:

1) Tiap 1 ekor sapi menghasilkan 2 ember kotoran per hari.

2) Kotoran perlu diencerkan dengan 3 ember air.

3) Volume untuk 1 ember adalah sekitar kurang lebih 10 liter.

4) Jumlah ternak yang diusahakan untuk digunakan minimal 4 ekor

sapi.

31

Kuncoro Sejati, Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point, Center

Point, ( Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009), h. 15

32

Tuti Haryati, op, cit. h.165-167

Page 39: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

23

5) Lamanya fermentasi (proses pembentukan gas kurang lebih 30

hari).33

Berdasarkan perhitungan diatas, maka setiap hari kotoran yang masuk

sebagai umpan dalam digester adalah 2 ember (tinja) + 3 ember (air) = 5

ember. Bila 1 ember = 10 liter, maka ada 50 liter campuran tinja dan air untuk

1 ekor sapi. Lama proses pembentukan gas dalam digester 30 hari, maka tiap

ekor sapi membutuhkan ruang digester 30X50 liter = 1.500 liter. Bila jumlah

ternak yang diusahakan 4 ekor sapi, maka volume digester yang harus dibuat

4X1.500 liter = 6.000 liter atau 6 meter kubik.

Menurut Ruhimat Mamat, adapun alat-alat yang digunakan saat

pembuatan biogas adalah mesin las listrik, mesin gerinda, gergaji besi,

palu, thermometer, meteran, dan anemometer. Sedangkan bahan-bahan

yang digunakan adalah drum ukuran 200 liter sebanyak 3 buah, pipa

ukuran 0.5 in sebanyak 2 batang, pipa ukuran 2 in sebanyak 120 cm,

kompor gas sebanyak 1 buah, stop kran 0,5 sebanyak 4 buah, selang karet

sebanyak 1 buah, plat besi 3 mm 50x30 sebanyak 1 buah, panci ukuran 6

liter air.34

Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Beberapa Jenis Digester

Beton/bata Fiber glass ( PT SWEN

IT)

Plastik

Pembangunan harus

teliti, butuh waktu lama.

Produk. pabrik, sistem

knock down, sangat kedap

udara, pemasangan relatif

singkat.

Konstruksi

sederhana, waktu

pemasangan

singkat.

Tidak dapat

dipindahkan.

Dapat dipindah, mudah

untuk direnovasi.

Dapat

dipindahkan, tetapi

cukup riskan

(rusak).

33

Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, op. cit. h. 270.

34

Mamat Ruhimat,dkk, Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Biogas Skala Rumah

Tangga sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan di Kampung Parabon Desa

Warnasari Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung, Survey Pemetaan dan Informasi

Geografis FPIPS UPI, h.3

Page 40: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

24

Kebocoran sullit

dideteksi.

Apabila bocor mudah

dideteksi dan diperbaiki.

Apabila terjadi

kebocoran sulit

diperbaiki.

Biaya konstruksi agak

mahal.

Biaya konstruksi agak

mahal.

Biaya konstruksi

murah.

Operasional mudah

kotoran dapat langsung

disalurkan ke dalam

reaktor.

Operasional mudah,

kotoran dapat langsung

disalurkan ke dalam

reaktor

Operasional agak

rumit, bahan baku

kotoran diisi

menggunakan

tangan.

Daya tahan terganatung

saat pembuatan.

Daya tahan kuat terhadap

segaka cuaca hingga 10-

15 tahun.

Daya tahan sangat

kurang, mudah

rusak.

Sumber : Riset PT Swen Inovasi Transfer dalam Wahyuni

2) Pipa

Instalasi pipa berfungsi sebagai media penyaluran atau pendistribusian gas

dari digester ke peralatan aplikasi biogas. Jumlah yang dibutuhkan tergantung

pada jarak anatara digester dengan peralatan listrik, disarankan jaraknya tidak

lebih dari 30 meter agar mempermudah kontrol penggunaan dan keamanan.35

3) Pompa Biogas

Pompa berfungsi untuk megeluarkan biogas dari kantong penampung

biogas (biogas storage bag). Biasanya, terdiri dari pompa besar dan pompa

kecil, perbedaan kedua pompa ini hanya terletak pada penggunaan baterai

kering sebagai sumber arus listrik.36

35

Wahyuni., op. cit, h.26

36

Ibid., h.26-27

Page 41: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

25

4) Kantong Penampung Biogas

Kantong ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara untuk gas

yang dihasilkan pada proses metanogenesis. Hasil biogas yang telah

megalami proses metanogenesis kemudian disalurkan dengan menggunakan

pompa menuju tempat lain. Tempat lain yang dimaksud ialah tempat yang

akan dialiri biogas biasanya slang yang telah dipasang untuk kemudian

mengaliri biogas ke kompor atau alat penerang.37

5) Manometer

Alat ini berfungsi sebagai indikator pengukur tekanan biogas di dalam

digester dan tempat penampungan pada saat akan digunakan. Pada umumnya,

manometer ini diletakkan pada bagian bawah kubah digester dan tempat

peralatan aplikasi biogas.38

6) Katup atau Keran Gas

Katup ini berfungsi sebagai pengatur besar atau kecilnya aliran gas.

Pemasangan biasanya terdapat pada slang atau alat aplikasi. Jumlah keran

yang dibutuhkan tergantung kepada banyak tidaknya peralatan aplikasi

biogas. Biasanya, untuk satu unit biogas dibutuhkan 3-6 buah keran. Terdapat

beberapa jenis katup atau keran gas seperti katup berbahan plastik dan katup

besi.39

5. Membangun Instalasi Biogas

Menurut Sukandarrumidi, dkk, mengungkapkan beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam menentukan lokasi instalasi biogas:

a. Yakinkan bahwa tanah yang akan di jadikan lokasi pemasangan

instalasi biogas itu stabil, tidak mudah longsor atau ambles, dan bukan

tempat bekumpulnya air hujan (tempat yang rendah).

b. Pilih tempat yang selalu terkena sinar matahari secara langsung agar

gas yang dihasilkan tetap hangat.

37

Ibid., h. 28

38

Ibid.

39

Ibid., h. 29

Page 42: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

26

c. Dekat dengan bahan baku yang berupa feses ternak, sebaiknya

berdekatan dengan kandang ternak yang akan dimanfaatkan feses-nya.

Jarak nya berkisar kurang lebih 50m. Hal ini agar memudahkan proses

dalam pembuatan biogas.

d. Dekat dengan sumber air dan persediaan yang cukup untuk bahan

pengencer kotoran ternak maupun untuk menggelontor masuknya

kotoran ternak ke dalam digester.

e. Usahakan lokasinya tidak begitu jauh dari dapur, akan lebih baik bila

kurang dari 100 meter, namun tidak terlalu dekat dengan sumber air.

f. Demi estetika, digester jangan diposisikan di depan atau samping

rumah. Tempatkan digester dibelakang rumah agar dekat dengan

kandang sapi dan dekat dengan sumber air. Bangunan digester jangan

menyatu dengan rumah induk.40

Berdasarkan pernyataan diatas, hal-hal yang perlu dilakukan sebelum

menentukan lokasi dalam memasang instalasi biogas yakni yakinkan bahwa

tanah yang akan dipasang instalasi bukan tempat yang rendah hal ini

dilakukan karena dikhawatirkan akan merusak instalasi biogas.

Yang kedua pilihlah tempat yang selalu terkena sinar matahari untuk tetap

membuat hasil gas yang tetap hangat. Langkah ketiga usahakan dekat dengan

bahan baku (feses) dan dekat dengan sumber air. Usaha ini dilakukan untuk

memudahkan dan tidak membuang banyak waktu dan tempat.Selanjutnya,

simpan digester dibelakang rumah. Selain menambah estetika hal ini juga

dilakukan agar tidak mencemari lingkungan sekitar khususnya wilayah depan

rumah.

Langkah selanjutnya setelah menentukan lokasi adalah membangun

instalasi biogas. Pembangunan instalasi biogas mencakup 5 hal

yaitu:1)Membangun Lubang Penempatan Digester, 2)Membuat Saluran

Pemasukan (inlet), 3)Membuat Saluran Pengeluaran dan Penampungan

Limbah, 4) Memasang Instalasi Biogas, 5)Pemeliharaan Instalasi Biogas.41

1) Membuat Lubang Penempatan Digester

Setelah menentukan jenis, bentuk, ukuran dan lokasi pembangunan

digester, langkah awal adalah membuat lubang penempatan digester.

40

Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, op.,cit. h.295

41

Wahyuni, op. cit, h. 45

Page 43: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

27

Pembuatan lubang bertujuan untuk menempatkan digesterke dalam posisi

yang lebih rendah. Lubang penempatan digester dibuat dengan ukuran dan

bentuk digester. Karena itu, sebelum membuat lubang perhatikan ukuran dan

besarnya digester agar kedalaman dan lebar tanah yang di gali

sesuai.Biasanya pada instalasi biogas yang berbahan baku kotoran sapi,

digester dibuat ditanah yang digali sehingga posisinya lebih rendah dari

kandang sapi.42

Tabel 2.3 Ukuran Lubang Untuk Penempatan Digester

Sumber : Riset PT Swen Inovasi Transfer dalam Wahyuni.

2) Membuat Saluran Pemasukan (Inlet)

Guna mempermudah proses penyaluran kotoran dari kandang sapi ke

dalam digester, sebaiknya dibuat saluran dari arah kandang menuju lubang

pemasukan digester dengan diameter 20-30 cm. Saluran tersebut terbuat dari

42

Ibid.,h. 46

Kapasitas

Digester m³

Dimensi Lubang

Tinggi ( m ) Diameter ( m ) Tebal ( m )

4,0 2,5 1,5 3-5

5,0 2,5 1,7 5-8

6,4 2,5 2,0 5-8

7,0 2,5 2,0 3-5

11,0 2,5 2,6 5-8

17,0 3,5 2,6 8-10

Page 44: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

28

pasangan batu bata yang diplester. Kedalaman saluran disesuaikan dengan

kemiringan agar kotoran dan air yang mengalir lancar ke dalam digester.43

3) Membuat Saluran Pengeluaran dan Penampungan Limbah

Saluran ini dibuat untuk menghubungkan lubang pengeluaran bahan

organik yang sudah tidak menghasilkan biogas lagi dengan bak

penampungan. Bak penampungan dibangun dengan membuat galian

berbentuk kotak segi empat berukuran 1 m x 1 m dengan kedalaman 1 meter

dari pasangan batu bata yang diplester. Outlet atau saluran pengeluaran dapat

dibuat dari satu kotak dengan jarak dari lubang digester dengan posisi searah

dengan lubang pemasukan sekitar 20 cm. Sisa bahan baku yang tertampung

pada outlet dapat dijadikan pupuk kandang.44

4) Memasang Instalasi Biogas

Instalasi yang dipasang merupakan sarana penghubung antara peralatan

aplikasi dan digester sebagai sumber biogas. Instalasi terdiri dari saluran

penghubung berupa pipa atau slang, keran atau ketup penutup, dan alat untuk

memeriksa tekanan dan persediaan gas. Beberapa langkah pemasangan

instalasi biogas:

a) Lakukan penyetelan dan pemeriksaan terhadap kondisi digester

sebelum dimasukkan ke dalam lubang.

b) Masukkan digester secara perlahan-lahan ke dalam lubang untuk

menghindari kerusakan atau pecahnya digester. Selain itu,

pastikan posisi inlet dan outlet sudah pas.

c) Usahakan saluran gas terbuat dari bahan polimer pipa PVC

dengan ukuran diameter pipa 0,5 inci.

d) Pasang keran gas kontrol pada salah satu bagian pipa paralon

yang ada di bagian atas kubah digester. Sementara itu, satu pipa

lainnya disambungkan ke dapur atau generator penghasil listrik.

e) Lakukan penimbunan tanah di sekeliling digester jika digester

tersebut telah terisi kotoran ternak.

f) Sambung slang dengan keran gas yang telah disediakan ke

kompor dan slang direkatkan dengan benar.45

43

Ibid., h. 47

44

Ibid.

45

Ibid., h. 48-49

Page 45: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

29

Dalam memasang instalasi biogas cara yang paling awal yakni dengan

melakukan penyetelan akan kondisi digester sebelum dimasukkan ke dalam

lubang yang telah dibuat dengan diameter 1 meter. Langkah selanjutnya

masukan digester perlahan agar tidak rusak pastikan kembali posisi inlet dan

outlet sudah pas. Setelah digester masuk kedalam lubang, pasang gas yang

telah terhubung dengan bagian atas digester untuk pipa lainnya

disambungkan ke dapur untuk menghasilkan panas. Langkah selanjutnya

timbun tanah disekeliling digester tersebut. Terakhir sambungkan slang yang

telah disediakan ke kompor agar dapat menyalurakan gas hasil fermentasi

tersebut.

5) Pemeliharaan Instalasi Biogas

Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan agar biogas dapat

memproduksi gas secara terus-menerus:

a) Mengisi bahan baku berupa kotoran ternak segar ke dalam

digester sesuai dengan kapasitas harian agar produksi dapat

kontinu.

b) Mencegah bahan penghambat (pestisida, disinfektan, air detergen,

atau sabun) masuk ke dalam digester.

c) Membersihkan peralatan seperti kompor dan generator secara

teratur.

d) Mengelola limbah biogas secara teratur.

e) Mengaplikasikan hasil olahan sisa bahan baku pembuatan biogas

agar tidak terjadi penumpukan pada bak penampungan.

f) Segera perbaiki jika terjadi kebocoran pada instalasi peralatan

biogas.46

Berdasarkan pernyataan tentang pemeliharaan instalasi biogas,

disebutkan bahwa dalam memelihara instalasi biogas hal pertama yang

perlu dilakukan adalah mengisi bahan baku agar dapat dilakukan proses

fermentasi secara kontinu dan mengurangi limbah peternakan. Kedua

yakni mencegah bahan penghambat masuk salah satunya yaitu sabun hal

ini di khawatirkan akan menyumbat atau mengurangi hasil gas karena

tercampur bahan dari luar.

46

Ibid,. h. 49-50

Page 46: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

30

Selanjutnya membersihkan dan mengelola limbah secara teratur

agar terlihat selalu bersih. Selanjutnya yakni mengaplikasikan atau

mendaur ulang hasil olahan sisa pembuatan biogas menjadi pupuk agar

tidak mengasilkan bau. Terakhir segera perbaiki jika terjadi kerusakan

pada instalasi biogas.

6. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Biogas

P. Renosari mengungkapkan beberapa kelebihan dan kekurangan

dari biogas adalah sebagai berikut:

a. Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar.

b. Kotorannya dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti gas

elpiji.

c. Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat dijadikan

pupuk sehingga tidak mencemari lingkungan.

d. Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca melalui

pengurangan pemakaian bahan bakar kayu dan bahan bakar

minyak.

e. Relatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran.

f. Mengurangi penggunaan bahan bakar lain (minyak tanah, kayu,

dan lain sebagainya) oleh rumah tangga atau komunitas.

g. Menjadi metode pengolahan sampah (raw waste) yang baik dan

mengurangi pembuangan sampah ke lingkungan (aliran air/sungai).

h. Meningkatkan kualitas udara karena mengurangi asap dan jumlah

karbodioksida akibat pembakaran bahan bakar minyak/kayu bakar.

i. Secara ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadi investasi

yang menguntungkan dalam jangka panjang.

Selain keuntungan dari penggunaan biogas sebagai energi

alternatif, adapun kekurangan dari penggunaan biogas antara lain:

a. Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam bentuk instalasi

biogas.

b. Tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadai terutama dalam

proses produksi.

c. Belum dikenal masyarakat.

d. Tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam tabung.47

Penulis menyimpulkan, biogas memiliki beberapa kelebihan juga

kekurangan. Biogas yang memiliki harga murah, relatif aman,

47

P. Renosori. Kajian Peningkatan Pemanfaatan Kotoran Sapi Menjadi Biogas Dengan

Metode SWOT dan AHP di Desa Wangunsari Kecamatan Lembang. Jurnal Buana Sains, Vol. 12,

No. 1 Tahun 2012. h. 109.

Page 47: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

31

menggurangi penggunaan bahan bakar lain seperti minyak tanah, kayu,

juga dapat mengurangi pembuangan sampah ke lingkungan. Dampak

negatif dari biogas belum terlalu nampak sejauh penelitian yang telah

dilakukan, hanya saja program biogas memang belum banyak diketahui

oleh masyarakat dikarenakan kurangnya sosialisasi.Terlebih dari

banyaknya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan biogas

ketimbang dari kekurangannya, hal ini menjadi tidak berlebihan ketika

biogas dapat digunakan menjadi energi alternatif yang mudah, murah, dan

berjangka panjang.

7. Dampak Positif Biogas untuk Masyarakat di Desa Peternak

Penggunaan biogas di daerah pedesaan telah banyak memberi

dampak positif bagi masyarakat terutama untuk lingkungan sekitar, tak

terkecuali para peternak yang menggunakan kotoran sapinya untuk

dijadikan biogas. Manfaat biogas selain mudah pembuatannya, murah

bahan bakunya juga relatif aman digunakan untuk memenuhi kebutuhan

rumah tangga, biogas juga dapat dijadikan mata pencaharian sampingan

yakni hasil pupuk nya dapat dijual di pasar-pasar. Seperti yang telah

dilakukan oleh kelompok tani Pasanggani Limboro yang bekerja sama

dengan Balai Penelitian Tekhnologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah

melalui program peningkatan pendapatan petani melalui inovasi yang

dibiayai oleh Asian Development Bank.

Menurut Ahyar selaku tehknis biogas Limbaro mengungkapkan,

manfaat biogas sudah sangat terasa di desa ini. Biasanya kami

membutuhkan 20 liter minyak tanah perbulan, namun semenjak adanya

biogas hanya dibutuhkan dua liter untuk penggunaan satu bulan. Beliau

menambahkan, “Beberapa desa dan kecamatan di Donggala meminta

Page 48: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

32

diajari membuat biogas dari tahi sapi ini. Cuma kendalanya, kompor gas

tidak tersedia karena membutuhkan kompor khusus.48

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian dilakukan oleh Shofian Rinazani (Respon Masyarakat

Terhadap Pemanfaatan Energi Alternatif ( Biogas ) Di Desa

Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, Skripsi). Hasil

penelitian menunjukan 3 respon yang diberikan masyarakat yaitu:

masyarakat yang menolak program biogas dikarenakan kurangnya

pelatihan dan informasi mengenai biogas, masyarakat yang menerima

tapi tidak pernah mempraktekan biogas ini dikarenakan tidak

sepenuhnya memahami akan manfaat biogas, cara membuat instalasi

biogas, serta mekanisme cara kerja biogas, dan masyartakat yang telah

menerima informasi dan menggunakan biogas sampai saat ini.49

2. Penelitian dilakukan oleh Mamat Ruhimat, dkk ( Sosialisasi dan

Pelatihan Pemanfaatan Biogas Skala Rumah Tangga Sebagai Sumber

Energi Alternatif Ramah Lingkungan di Kampung Parabon Desa

Warnasari Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung, Jurnal).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penduduk di Kampung

Parabon masih belum mendukung sepenuhnya kegiatan biogas ini hal

ini dikarenakan masih adanya trauma akibat gempa bumi yang terjadi

pada tanggal 02 September 2009 sehingga kegiatan ini menjadi molor

dari jadwal yang telah dibuat. Masih banyak penduduk yang malas

mengelola kotoran sapi untuk di buat menjadi biogas, kebanyakan

penduduk desa Parabon membuang kotoran sapinya begitu saja yang

48

Darlis, Minyak Tanah Mahal, Warga Gunakan Biogas Kotoran Sapi, Tempo Interaktif,

Jakarta, 21 September 2007, (http://id.scribd.com/doc/301816139/Biogas-Dari-Kotoran-Sapi,

diakses tanggal 11 Oktober pukul 23:32 WIB

49

Shofian Rinazani, “ Respon Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Energi Alternatif (

Biogas ) Di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.” Skripsi pada UPI

Bandung, Bandung 2011, tidak dipublikasikan.

Page 49: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

33

berakibat pada tercemarnya lingkungan. Ditambah lagi kurangnya

sosialisasi di lingkungan penduduk akan manfaat biogas.50

3. Penelitian ini dilakukan oleh Alla Asmara, M. Parulian Hutagaol, dan

Salundik (Analisis Potensi Produksi dan Persepsi Masyarakat dalam

Pengembangan Biogas pada Sentra Usaha Ternak Sapi Perah pada

Kabupaten Bogor, Jurnal). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

sebagian besar responden, baik peternak maupun non-peternak

menyatakan setuju bahwa kotoran sapi yang tidak diolah akan

memberikan dampak yang negatif. Berdasarkan survey diketahui 95%

responden setuju bahwa kotoran sapi yang tidak diolah akan

menimbulkan bau dan mengakibatkan penyakit. Sementara itu, terkait

dengan pernyataan bahwa kotoran sapi yang tidak diolah akan

merusak lingkungan pemukiman dijawab setuju oleh 81% responden.

Proporsi rumah tangga nonpeternak yang menyatakan setuju

mencapai lebih dari 95%, sedangkan responden peternak hanya sekitar

57%. Keseluruhan responden sepakat bahwa pengolahan kotoran sapi

menjadi biogas akan memberikan dampak positif kepada masyarakat,

sebanyak 87,5% menyatakan setuju atas pernyataan ini.Namun begitu

alasan peternak masih belum banyak yang mengguanakan biogas

dikarenakan terbatasnya pengolahan biogas yang dilakukan adalah

ketidakmampuan menyediakan biaya, ketidaktahuan tentang

tekhnologi biogas dan biogas membutuhkan tekhnologi yang canggih.

Sebanyak 47,50% menyatakan setuju atas pernyataan ini.51

50

Mamat Ruhimat,dkk, op.cit., h.5-6

51

Alla Asmara, M. Parulian Hutagaol, dan Salundik,Analisis Potensi Produksi dan

Persepsi Masyarakat dalam Pengembangan Biogas pada Sentra Usaha Ternak Sapi Perah di

Kabupaten Bogor, Jurnal Agribisnis Indonesia. Vol. 1, 2013. h.74

Page 50: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari

Kabupaten Bandung Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan pada semester

VII (ganjil) tahun pelajaran 2014-2015.

Gambar 3.1

Peta Administrasi Desa Tarumajaya

Peneliti mengambil Desa Tarumajaya menjadi tempat penelitian karena

Desa Tarumajaya menjadi Desa dengan banyak peternakan sebagai pemasok

susu yang dihasilkan peternakan sapi ke PT. Ultra Jaya dan Frisian Flag

melalui KPBS Pangalengan.1

1https://id.wikipedia.org/wiki/Tarumajaya,_Kertasari,_Bandung diakses Minggu 06

September pukul 20:51 WIB.

Page 51: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

35

Belum lagi tahun 2013 tercatat sudah ada 784 petenak sapi di desa ini,

kemungkinan peternak sapi masih terus bertambah seiring dengan semakin

meningkatnya kebutuhan akan susu, dan daging sapi.

Desa Tarumajaya merupakan salah satu desa yang telah mengelola kotoran

sapi menjadi biogas sejak tahun 2008. Telah ada 100 unit biogas yang ada di

desa ini, saat ini tengah direncanakan program pembangunan 150 unit biogas.

Table 3.1

Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

Bulan

November

2015

Maret

2016

Mei

2016

Juli

2016

Agustus

2016

1. Pengajuan

proposal

2. Seminar proposal

3. Penyusunan Bab I-

III

4. Penyusunan

instrumen

penelitian

5. Pengumpulan data

6. Pengolahan data

dan analisis data

7. Pemeriksaan dan

keabsahan data

8. Penyerahan hasil

penelitian

Page 52: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

36

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan suatu data

dengan tujuan yang ingin dicapai di dalam penelitian ini. Penelitian yang

akan dilakukan di desa Tarumajaya ini menggunakan pendekatan kualitatif

dengan metode grounded research.

Meleong menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh objek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya. secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode ilmiah.2

Menurut Glaser dan Strauss dalam Syamsir, penelitian grounded

merupakan “Penelitian sebagai reaksi tajam atas stagnasi teori dalam ilmu-

ilmu sosial. Oleh karenannya, penelitian grounded tidak bertitik tolak dari

data atau situasi sosial, melainkan dari konsep, hipotesis dan teori yang

sudah mapan yang mungkin sekali tidak relevan dengan situasi sosial yang

khas dari masyarakat yang diteliti. Karena sifatnya verifikasi atau

pengecekan terhadap teori yang sudah tersedia, maka teori-teori baru tidak

tumbuh dan berkembang. Sebaliknya, terkadang timbul teori baru tetapi

pula tidak berlandaskan data”.3

Widoyo mengemukakan pengertian grounded research adalah “suatu

metode penelitian yang mendasarkan diri pada fakta dan menggunakan

analisis perbandingan bertujuan mengadakan generalisasi empiris,

menetapkan konsep, membuktikan teori dan mengembangkan teori dimana

pengumpulan dan analisis data berjalan pada waktu yang sama”.4

Adapun metode-metode yang ada didalam metode grounded research

yakni:

a. Tujuan yang berupa generalisasi empiris, menetapkan konsep,

membuktikan teori dan mengembangkan teori.

b. Jawaban atas pertanyaan bagaimana (hubungan kausal)

c. Data, fakta, tanpa teori digunakan untuk membangun suatu teori,

konsep.

2Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Banudng: PT. Remaja Rosdakarya,

2009), hal. 6

3Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta

press), h. 26

4 Widoyo Alfiandi, Epistemologi Geografi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

2001) h, 122

Page 53: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

37

d. Membuat klasifikasi melalui metode penelaran induksi

(penggolongan/perwilayahan) untuk membedakan dan persamaan

antar wilayah, yang merupakan dasar utama analisis.

e. Pengumpulan data dan analisis dilakukan pada waktu bersamaan,

pengumpulan data dikuasai oleh pengembangan analisis.5

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode

grounded research merupakan suatu metode yang bertujuan untuk

mengembangkan teori ataupun mencari teori baru selain itu metode ini juga

dijadikan sebagai jawaban atas hubungan kausal atara pertanyaan bagaimana.

Pengumpulan data dan analisis data pada metode ini dilakukan secara

bersamaan saat sedang melaksanakan penelitian.

Secara umum menurut Payne grounded research dapat digunakan untuk:

1. Wilayah penelitian yang belum banyak diketahui

2. Belum ada teori yang menjelaskan keadaan yang terjadi

3. Peneliti ingin membandingkan/menantang teori yang sudah ada

4. Peneliti ingin mencari tahu pemahaman, persepsi, dan pengalaman

partisipan

5. Peneliti ini bertujuan membangun suatu teori baru.6

Metode grounded research digunakan untuk melihat suatu pernyataan

yang masih dirasa kurang jelas kemudian dilakukan penelitian dan didapatkan

hasil dari penelitian tersebut. Selain itu metode ini juga digunakan untuk

menjelaskan kepada pembaca tentang wilayah yang ingin diteliti hal ini

bertujuan sebagai ajang promosi sekaligus agar pembaca dapat mengetahui

potensi yang dimiliki setiap wilayah di Provinsi Jawa Barat, khusunya Desa

Tarumajaya.

Penggunaan grounded research dalam penelitian ini juga sebagai

pembanding/pembeda dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Shofian

Rinazani dengan judul Respon Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Energi

Alternatif (Biogas) di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten

Bandung tahun 2011, peneliti akan membandingkan respon masyarakat

5Ibid.

6Khusni Mustaqim, Rasa Logika : Sekilas Mengenai Grounded

Theory,http://berpikirberbeda.blogspot.in/2011/11/sekilas-mengenai-grounded-research.html

diakses tanggal 3 Oktober 2016, pukul 19:21 WIB

Page 54: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

38

terhadap pemanfaatan biogas pada tahun 2011 ke tahun 2016. Dapat dilihat

adakan perbedaan yang mencolok di tahun 2016 ini, apakah ada tambahan

instalasi atau pengurangan instalasi, dan apakah sampai saat ini program

biogas masih dilakukan oleh waraga Desa Tarumajaya. Lewat pembeda ini

peneliti akan mengetahui persepsi atau respon dari setiap partisipan yang

akan diwawacarai nanti.

C. Populasi dan Sampel

Populasi menurut Sugiyono adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas :

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga objek dan benda-benda alam

yang lain”.7

Menurut pendapat Nursid Sumaatmadja, populasi adalah “keseluruhan

gejala, individu, kasus dan masalah yang kita teliti, yang ada di daerah

penelitian, menjadi obyek penelitian geografi itu meliputi kasus

(masalah, peristiwa tertentu), individu (manusia baik sebagai perorangan,

maupun sebagai kelompok), dan gejala (fisis, sosial, ekonomi, budaya,

politik) yang ada pada ruang geografi tertentu”.8

Pendapat Suharsimi mengenai populasi adalah “ Keseluruhan subjek

penelitian”.9

Populasi menurut Moh. Pabundu Tika adalah himpunan atau objek yang

banyaknya terbatas atau tidak terbatas”.10

Berdasarkan pernyataan diatas, populasi adalah keseluruhan dari suatu

objek maupun subjek dari suatu tempat penelitian. Populasi di penelitian ini

adalah keseluruhan warga masyarakat yang ada di wilayah Desa Tarumajaya.

7Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.( Bandung : Penerbit

Alfabeta, 2009). h. 80

8Nursid Sumaatmadja, Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan,

(Bandung: Alumni 1988), h. 112

9Suharsini Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2010), h.173

10

Moh. Pabundu Tika, Metode Penelitian Geografi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h

24

Page 55: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

39

Sampel menurut Moh. Pabundu Tikaadalah “sebagian dari objek atau

individu-individu yang mewakili suatu populasi”.11

Pendapat lain menurut Suharsimi Arikunto adalah “sebagian atau wakil

populasi yang diteliti”.12

Sampel sebagai setengah bagian dari suatu populasi, sampel ini dijadikan

sebagai pembatas dalam penarikan data. Sampel didalam penelitian ini

adalah peternak sapi yang telah menggunakan biogas, tokoh masyarakat,

ketua RT, dan warga yang menggunakan biogas maupun yang tidak

menggunakan biogas.

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Agar data yang diinginkan oleh penulis dapat terkumpul, maka prosedur

pengumpulan data meliputi:

A. Observasi

Menurut Nasution dalam Sugiyono, menyebutkan “observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi”.13

Observasi dilakukan untuk melihat lebih dekat proses pembuatan

biogas dan dapat diamati secara langsung.

B. Wawancara

Wawancara adalah suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap muka

antara pewawancara dan yang diwawancarai untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondenya sedikit/kecil.14

11Ibid.

12

Suharsini Arikunto.op. cit., h.109

13

Sugiyono, op. cit., h.226

14

Ibid.,h.137

Page 56: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

40

Wawancara dilakukan kepada para peternak yang menggunakan

hasil limbahnya sebagai bahan baku biogas, ketua RT setempat dan ketua

RW setempat.

C. Dokumentasi

Menurut Sugiyono, “Dokumentasi merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seseorang”.15

Dokumentasi dalam penelitian ini mengambil segala kegiatan yang

dilaksanakan sejak awal penelitian hingga akhir penelitian. Dengan

menggunakan kamera, alat perekam, catatan kecil.

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data dilakukan dengan teknik

triangulasi dikenal dengan istilah cek dan ricek yaitu mengecek data

menggunakan berbagai sumber, tekhnik, dan waktu.16

Beragam sumber

dimaksud kan mencari lebih dari satu sumber untuk memastikan apakah data

telah benar. Beragam teknik adalah teknik yang dilakukakan berkenaan untuk

memastikan apakah datanya memang benar, teknik bisa dilakukan dengan

wawancara, observasi maupun pengamatan serta analisis dokumen. Dan untuk

beragam waktu yakni memeriksa keterangan dari sumber pada waktu yang

berbeda.

Sugiyono membagi triangulasi menjadi tiga yakni triangulasi sumber,

triangulasi teknik dan triangulasi waktu dibawah ini;

a) Triangulasi sumber, digunakan untuk menguji kreadibilitas data

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber. Setelah didapatkan data selanjutnya data

dideskripsikan, dikategorisasikan, dan dicari yang lebih spesifik.

15Ibid.,140

16

Nusa Putera, Penelitian Kualitatif : Proses & Aplikasi, ( Jakarta: PT Indeks, 2012), h.

189

Page 57: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

41

Dalam penelitian ini, triangulasi sumber mengambil ketua RT setempat,

peternak sapi, masyarakat yang rumahnya berdekatan dengan instalasi

biogas.

b) Triangulasi tekhnik, untuk menguji kreadibilitas data dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan tekhnik yang berbeda.

c) Triangulasi waktu, data dikumpulkan dengan pembagian 3 waktu yakni,

pagi, siang, dan sore. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan

pendapat berdasarkan perbedaan waktu.17

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.18

Analisis data dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan,

hingga setelah selesai dilapangan.

Nasution dalam Sugiyono mengungkapkan “Analisis telah mulai sejak

merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan

berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi

pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang

“grounded”.19

Dalam proses analisis data penelitian kualitatif ada beberapa langkah-

langkah yang dilakukan menurut model Miles dan Huberman dalam Sugiyono,

sebagai berikut:

a. Data reduksi, tujuan dari mereduksi yakni untuk merangkum, memilih hal-

hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan

polanya. Dengan demikian data akan lebih karena telah memberikan

gambaran untuk melakukan pengumpulan data.

17Sugiyono, op, cit. h.273

18Ibid., h.244

19

Ibid., h. 245

Page 58: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

42

b. Data display, display dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan

cara singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sebagainya.

Selain dapat berbentuk naratif, display data juga dapat berupa grafik,

matriks, network.

Dalam hal ini, peneliti harus menguji apa yang telah ditemukan pada saat

telah memasuki lapangan ternyata hipotesis yang didukung data pada saat

dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti dan

berkembang menjadi teori yang grounded.

c. Penarikan kesimpulan, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin

dapat menjawab rumusan masalah yanng telah dirumuskan sejak awal,

tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah masih

bersifat sementara.20

20Ibid., h.247

Page 59: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Sejarah Gunung Wayang

Gunung Wayang merupakan gunung yang berada di Desa

Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung Provinsi Jawa

Barat. Gunung Wayang memiliki sejarah tersendiri. Kata Wayang

dalam Gunung Wayang ternyata bukan berasal dari kata wayang

(golek) seperti yang dikenal saat ini. Secara etimologis Wayang di sini

berasal dari kata wa, yang berarti angin atau berangin lembut, dan

yang atau hyang artinya dewa. Wayang yang menjadi nama gunung

ini berarti angin surgawi atau angin dewata yang lembut, yang

mencirikan gambaran keindah-permaian alam yang abadi. Gunung

Wayang memiliki kelebihan tersendiri dibanding dengan gunung-

gunung tetangganya seperti Gunung Rakutak dan Gunung Malabar.

Gunung wayang memiliki mata air utama yang mengaliri wilayah

Jawa Barat dan Jakarta. Mata air itu di sebut mata air Pangsiraman

yang mengalir ke aliran Sungai Citarum dengan luas panjang aliran

Sungai Citarum adalah 225 Km.1

b. Lokasi, Letak dan Luas Daerah Penelitian

Desa Tarumajaya terletak pada koordinat 7,208°LS dan

107,63°BT. Desa Tarumajaya merupakan desa pegunungan yang

dikelilingi oleh kawasan hutan dan perkebunan teh. Letaknya tepat di

kaki Gunung Wayang yang merupakan zona inti daerah aliran Sungai

Ci Tarum Hulu. Secara administratif, Desa Tarumajaya merupakan

1Moch. Aditia Gunawan, Praktik Alih Fungsi Hutan Lindung di Gunung Wayang

Kecamatan Kertasari, 2013, (http://raksawahanacitarum.wordpress.com/2012/08/08/praktik-alih-

fungsi-hutan-lindung-di-gunung-wayang-kecamatan-kertasari/ di akses Kamis, 22 September

pukul 23.47 WIB).

Page 60: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

44

bagian dari Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Jarak tempuh

dari Ibu Kota Kabupaten Bandung di Soreang sejauh 51 Km. Luas

Desa Tarumajaya adalah 2745,0 Ha.2

Batas-batas wilayah Desa Tarumajaya antara lain:

a. Sebelah Utara Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari

b. Sebelah Selatan Desa Santosa dan Desa Neglawangi,

Kecamatan Kertasari

c. Sebelah Timur Desa Cikembang, Kecamatan Kertasari dan

Kabupaten Garut

d. Sebelah Barat Desa Kertamanah, Kecamatan Pangalengan.

Tabel 4.1

Peta Administrasi Desa Tarumajaya

c. Keadaan Iklim Daerah Penelitian

Iklim adalah perubahan nilai unsur-unsur cuaca (hari demi hari dan

bulan demi bulan) dalam jangka panjang di suatu wilayah.3

2 Monografi Desa Tarumajaya, 2010

3Andri Noor Ardiansyah, Klimatologi Umum, (Tangerang Selatan : UIN Jakarta Press,

2013), h. 71

Page 61: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

45

a. Klasifikasi Iklim Menurut Junghuhn

Suhu di udara di Desa Tarumajaya yang berketinggian 1400

– 1700 m di atas permukaan laut ini berkisar antara 10 -

20°C. Menurut Junghuhn pembagian daerah iklim dapat

dibedakan sebagai berikut:

1) Daerah panas/tropis, yaitu zone iklim yang berada pada

ketinggian antara 0 - 600 m dari permukaan laut. Suhu

26,3° - 22°C. Tanamannya seperti padi, jagung, kopi,

tembakau, tebu, karet, kelapa, dan cokelat.

2) Daerah sedang, yaitu zone iklim yang berada pada

ketingggian 600 - 1500 m dari permukaan laut. Suhu

22° - 17,1°C. Tanamannya seperti padi, tembakau, teh,

kopi, cokelat, kina, dan sayur-sayuran.

3) Daerah sejuk, yaitu zone iklim dengan tinggi tempat

1500 - 2500 m dari permukaan laut. Suhu 17,1° -

11,1°C. Tanamannya seperti teh, kopi, kina, dan sayur-

sayuran.

4) Daerah dingin, yaitu zone iklim dengan tinggi tempat

lebih dari 2500 m dari permukaan laut. Suhu 11,1° -

6,2°C. Tanamannya tidak ada tanaman budidaya.4

Sesuai dengan klasifikasi iklim Junghuhn tersebut, Desa

Tarumajaya berada pada zone iklim sejuk dengan kisaran suhu

tahunan 10 - 20°C dan dengan ketinggian tempat 1400 – 1700 m di

atas permukaan laut. Sesuai dengan klasifikasi iklim Junghuhn

yang diklasifikasikan sesuai dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan,

maka Desa Tarumajaya termasuk ke dalam zone iklim sejuk yang

cocok ditanami teh, kopi, kina, dan sayur-sayuran.

4Ibid., h.93

Page 62: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

46

2. Karakteristik Informan

Secara umum gambaran karakteristik informan yang berhasil di

wawancarai beserta identitasnya sebagai berikut:

Tabel 4.2

Karakteristik Informan

No Nama

Informan

Jenis

Kelamin

Alamat Status

1 Kang Uus Laki-laki Kp. Babakan

Ranca RT 3

RW 20, Desa

Tarumajaya.

Kecamatan

Kertasari.

Aktivis

Lingkungan

Desa

Tarumajaya,

anggota Institut

Gunung

Wayang.

2 Jajang Laki-laki Kp. Pilar 2 RT

1 RW 11, Desa

Tarumajaya,

Kecamatan

Kertasari.

Ketua RT 1 RW

11

3 Icha Perempuan Kp. Pilar 2 RT

1 RW 11, Desa

Tarumajaya.

Kecamatan

Kertasari.

Warga peternak

yang tidak

menggunakan

biogas.

4 Dede Nuryani Perempuan Kp. Pilar 2 RT

1 RW 11, Desa

Tarumajaya.

Kecamatan

Kertasari.

Warga yang

telah 3 tahun

menggunakan

biogas sampai

saat ini.

Page 63: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

47

5 Ivan Laki-laki Kp. Babakan

Ranca RT 3

RW 20, Desa

Tarumajaya.

Kecamatan

Kertasari.

Warga yang

pernah

menggunakan

biogas dan

berhenti

menggunakan

biogas.

6 Aep Laki-laki Kp. Pilar 2 RT

1 RW 11, Desa

Tarumajaya.

Kecamatan

Kertasari.

Warga yang

sudah

menggunakan

biogas sejak

tahun 2015.

7 Teh Eneng Perempuan Kp. Pilar 2 RT

1 RW 11, Desa

Tarumajaya,

Kecamatan

Kertasari.

Warga peternak

yang tidak

menggunakan

biogas.

B. Respon Masyarakat Dalam Pemanfaatan Biogas

1. Respon Kognitif Masyarakat dalam Pemanfaatan Biogas Sebagai

Energi Alternatif.

Secara umum hasil respon mencakup tiga aspek, berdasarkan teori yang

ada di buku Psikologi Komunikasi, Jalaludin Rahmat dalam Galih Aulia

Rachman. Respon kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang

diketahui, dipahami, atau dipersepsi tentang khalayak. Respon ini berkaitan

dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi.5

5Galih Aulia Rachman, Respon Masyarakat Terhadap Implementasi Program Keluarga

Harapan (PHK) di Dusun Bulurejo Desa Mongol Kecamatan Saptosari Kabupaten GunungKidul

Yogyakarat, Skripsi pada UIN Sunan Kalijati Yogyakarta, 2015. h. 19

Page 64: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

48

Winkel mengklasifikasikan ranah kognitif berdasarkan taksonomi dan

klasifikasi:

1) Ranah kognitif (cognitive domain)

a. Pengetahuan (knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal

yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

b. Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan untuk

menangkap makna dari arti bahan yang dipelajari.

c. Penerapan (application), mencakup kemampuan untuk

menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu

kasus atau problem yang kongkrit dan baru.

d. Analisis (analysis), mencakup kemampuan untuk merinci

suatu kesatuan kedalam bagian-bagian suatu struktur.

e. Sintesis (synthesis), mencakup kemampuan untuk

membentuk suatu kesatuan atau pola baru.

f. Evaluasi (evaluation), mencakup kemampuan untuk

membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa

hal.6

Penulis menyimpulkan, dalam ranah kognitif atau pengetahuan

klasifikasinya terbagi menjadi 6 bagian yaitu pengetahuan tentang apa

yang pernah dipelajari dan kemudian disimpan dalam ingatan, yang kedua

pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari

pembelajaran, ketiga yaitu penerapan mencakup kemampuan untuk

menerapkan atau menyelesaikan suatu kasus. Keempat analisis mencakup

kemampuan untuk merinci struktur-struktur, kelima ialah sistesis

mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, dan terakhir evaluasi

mencakup kemampuan untuk dapat memberikan suatu pendapat atau

pertanggungjawaban.

Bentuk respon kognitif dari hasil penelitian dijabarkan dalan poin-

poin berikut:

a. Mengetahui Isu Pencemaran Sungai Citarum

Isu pencemaran hulu Sungai Citarum sudah ada sejak tahun 2004

dikarenakan adanya alih fungsi lahan untuk dijadikan tempat pertanian.

Hal ini mengakibatkan tanah yang dikeruk di pinggiran sungai bergerak

dan menghasilkan sedimentasi di DAS Citarum. Hasil penelitian

6W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h. 273

Page 65: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

49

didapatkan bahwa pengetahuan akan isu sungai Citarum yang diketahui

oleh Aktivis Lingkungan, seperti ungkapan berikut:

“Pencemaran Hulu Sungai Citarum itu sangat banyak masalah

banget. Eeemmm Hulu Sungai Citarum itu udah dari tahun 2004

sebenarnya dari mulai Program Pemerintah meluncurkan, 2009 itu

sudah mulai. Saya masuk datang itu isu nya sudah itu, tapi Saya

tidak terlibat langsung untuk Hulu Sungai Citarum. Dulu itu ada

Gerakan Citarum Bergetar, Gerakan Citarum Bergetar ini

merupakan program dari Provinsi untuk menangani kritisnya para

petani merambah hutan, itu awalnya. Merambah hutan itu

sebutannya dengan alih fungsi menjadi tempat pertanian, jadi

sedimentasi tanah itu terbawa oleh air hujan terbawa ke Sungai

Citarum, pendangkalan otomatis di daerah DAS Citarum yang

dilokasi Dayeuh Kolot, Bale Endah.

Peternak bukan dari Citarum aja yang membuang kotorannya

langsung ke Citarum eeemm karena tidak ada penanganan khusus,

ternyata setelah kita coba ngobrol dengan peternak inisiatif lah ya

ngobrol dengan peternak. Jadi permasalahnya tadinya bukan mau

membuang secara langsung itu karena keterbatasan lahan, awalnya.

Jadi dia bikin diawal sempadan itu bikin kandang sapi karena

tanahnya sedikit untuk membuang itunya kan deket perumahan nih,

untuk membuang kotoran di sini banyak lalet dan lain sebagainya

mencemari ke rumah, nah gitu. Mungkin dia tidak berpikir panjang

kalo peternak mah di buang aja di masukin ke Citarum. Lebih

bersih untuk lingkungan, lingkungan mereka gitu yahh. Padahal

dampak ke yang lain itu sangat dasyat, karena terus mengandap dan

itu salah satunya yakni pendangkalan limbahnya, nah itu. Kasus

dari daerah sempadan Citarum ini tidak ada jalan keluar khusus nah

kawan-kawan kita dsni bikin Tim Revorma Agraria untuk

mengalihkan yang berkonsentrasi di Wilayah DAS Citarum,

dialihkan ke tempat yang khusus”.7

Menurut Kang Uus selaku aktivis Lingkungan mengaku bahwa isu

Pencemaran Hulu Sungai Citarum sudah ada sejak tahun 2004 dikarenakan

adanya alih fungsi Lahan untuk dijadikan tempat pertanian. Hal ini

mengakibatkan tanah yang di keruk menghasilkan sedimentasi di DAS

Citarum. ditambah lagi dengan aktivitas Peternak yang membuang limbah

Sapi ke Citarum.

7Wawancara pribadi dengan Kang Uus (aktivis lingkungan Desa Tarumajaya), September

2016, h. 92

Page 66: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

50

Senada dengan Kang Uus, Pak Jajang selaku ketua RT 1

menyebutkan masalah krusial yang belakangan ini terjadi di Desa

Tarumajaya adalah masalah lingkungan dan Pencemaran Citarum, sepeti

ungkapan berikut ini:

“Masalah yang ada di Desa ini teh, masalah lingkungan dan

pencemaran Citarum. sebetulnya banyak program yang sudah

dilakukan untuk penanganan Citarum, mulai dari Pemda Kabupaten

Bandung, Provinsi, Kementerian ESDM, BAPENAS, dan KLH nah

kebetulan di RT kami dari KLH (Kementerian Lingkungan

Hidup)”.8

Secara umum didapatkan untuk dua informan ini, masalah yang

sedang hangatnya ialah masalah pencemaran sungai Citarum akibat

peternak membuang limbah sapi ke Sungai.

b. Memahami Penggunaan Instalasi Biogas

Bagian terpenting pembuatan biogas harus melirik pada alat yang

berkualitas agar hasil yang di keluarkan juga baik. Komponen utama

instalasi biogas diantaranya digester yang dilengkapi dengan lubang

pemasukan (inlet) danlubang pengeluaran (outlet), penampungan gas, serta

penampungan sludge (sisa buangan dalam bentuk padat dan cair).9

1) Unit digester

Pemilihan digester mencakup beberapa hal penting yang perlu

diperhatikan seperti ukuran, model, bahan, dan juga ketahannya terhadap

suhu, banjir dan juga gempa. Jika ukuran digester terlalu kecil maka akan

sulit untuk menampung kotoran sapi yang setiap harinya makin bertambah,

begitupun sebaliknya jika digester terlalu besar gas yang dihasilkan kurang

maksimal.

Menurut Ruhimat Mamat, adapun alat-alat yang digunakan saat

pembuatan biogas adalah mesin las listrik, mesin gerinda, gergaji besi,

palu, thermometer, meteran, dan anemometer. Sedangkan bahan-bahan

yang digunakan adalah drum ukuran 200 liter sebanyak 3 buah, pipa

8Wawancara pribadi dengan Pak Jajang Ketua RT 01, September 2016, h. 100

9Tuti Haryati, Biogas: Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi Alternatif,

Jurnal Wartazoa, Vol 16 No. 3 tahun 2006. h.165-167

Page 67: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

51

ukuran 0.5 in sebanyak 2 batang, pipa ukuran 2 in sebanyak 120 cm,

kompor gas sebanyak 1 buah, stop kran 0,5 sebanyak 4 buah, selang karet

sebanyak 1 buah, plat besi 3 mm 50x30 sebanyak 1 buah, panci ukuran 6

liter air.10

2) Pipa

Instalasi pipa berfungsi sebagai media penyaluran atau

pendistribusian gas dari digester ke peralatan aplikasi biogas. Jumlah yang

dibutuhkan tergantung pada jarak anatara digester dengan peralatan listrik,

disarankan jaraknya tidak lebih dari 30 meter agar mempermudah kontrol

penggunaan dan keamanan.11

3) Pompa Biogas

Pompa berfungsi untuk megeluarkan biogas dari kantong

penampung biogas (biogas storage bag). Biasanya, terdiri dari pompa

besar dan pompa kecil, perbedaan kedua pompa ini hanya terletak pada

penggunaan baterai kering sebagai sumber arus listrik.12

4) Kantong Penampung Biogas

Kantong ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara

untuk gas yang dihasilkan pada proses metanogenesis. Hasil biogas yang

telah megalami proses metanogenesis kemudian disalurkan dengan

menggunakan pompa menuju tempat lain. Tempat lain yang dimaksud

ialah tempat yang akan dialiri biogas biasanya slang yang telah dipasang

untuk kemudian mengaliri biogas ke kompor atau alat penerang.13

5) Manometer

Alat ini berfungsi sebagai indikator pengukur tekanan biogas di

dalam digester dan tempat penampungan pada saat akan digunakan. Pada

10Mamat Ruhimat,dkk, Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Biogas Skala Rumah

Tangga sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan di Kampung Parabon Desa

Warnasari Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung, Survey Pemetaan dan Informasi

Geografis FPIPS UPI.

11

Sri Wahyuni, Biogas Energi Alternatif pengganti BBM, Gas, dan Listrik, ( Jakarta :

Agro Media Pustaka, 2013), h.26

12

Ibid., h.26-27

13

Ibid., h. 28

Page 68: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

52

umumnya, manometer ini diletakkan pada bagian bawah kubah digester

dan tempat peralatan aplikasi biogas.14

6) Katup atau Keran Gas

Katup ini berfungsi sebagai pengatur besar atau kecilnya aliran gas.

Pemasangan biasanya terdapat pada slang atau alat aplikasi. Jumlah keran

yang dibutuhkan tergantung kepada banyak tidaknya peralatan aplikasi

biogas. Biasanya, untuk satu unit biogas dibutuhkan 3-6 buah keran.

Terdapat beberapa jenis katup atau keran gas seperti katup berbahan

plastik dan katup besi.15

5. Membangun Instalasi Biogas

Menurut Sukandarrumidi, dkk, mengungkapkan beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi instalasi biogas:

a. Yakinkan bahwa tanah yang akan di jadikan lokasi pemasangan

instalasi biogas itu stabil, tidak mudah longsor atau ambles, dan bukan

tempat bekumpulnya air hujan (tempat yang rendah).

b. Pilih tempat yang selalu terkena sinar matahari secara langsung agar

gas yang dihasilkan tetap hangat.

c. Dekat dengan bahan baku yang berupa feses ternak, sebaiknya

berdekatan dengan kandang ternak yang akan dimanfaatkan feses-nya.

Jarak nya berkisar kurang lebih 50m. Hal ini agar memudahkan proses

dalam pembuatan biogas.

d. Dekat dengan sumber air dan persediaan yang cukup untuk bahan

pengencer kotoran ternak maupun untuk menggelontor masuknya

kotoran ternak ke dalam digester.

e. Usahakan lokasinya tidak begitu jauh dari dapur, akan lebih baik bila

kurang dari 100 meter, namun tidak terlalu dekat dengan sumber air.

f. Demi estetika, digester jangan diposisikan di depan atau samping

rumah. Tempatkan digester dibelakang rumah agar dekat dengan

kandang sapi dan dekat dengan sumber air. Bangunan digester jangan

menyatu dengan rumah induk.16

Hasil penelitian tentang pemahaman penggunaan instalasi Biogas

biasanya didapatkan selama mengikuti proses sosialisasi yang diberikan

14Ibid.

15

Ibid., h. 29

16

Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, Energi Terbarukan Konsep

Dasar Menuju Kemandirian Energi ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013), h.295

Page 69: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

53

oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLHP) yang dilaksanakan 1 tahun

sekali. Berikut penuturan Kang Uus selaku aktivis lingkungan Desa

Tarumajaya.

“Tidak ada kesulitan selama memberikan pemahaman tentang

instalasi biogas. Karena mereka mah tinggal duduk, santai we.

Dibangunin tenaga kerja dari sana paling pekerja kasarnya juga

orang sana, orang lokal lah. Nanti diisiin bareng-bareng. Tapi ada

beberapan warga yang sudah diajak untuk mengikuti sosialisasi

tentang instalasi biogas ada yang menolak karena ada beberapa

orang yang mengambil keuntungan dengan meminta bayaran, ada

yang minta Rp 300.000 sampai Rp 500.000 untuk sekali

pemasangan isntalasi, jadi otomatis banyak warga yang tidak minat

membangun biogas”.17

Kang Uus menuturkan, pemahaman warga Desa Tarumajaya akan

instalasi biasanya dilakukan saat sosialisasi. Tidak ada kesulitan saat

sosialisasi karena cara penyampaian berbeda dengan orang kebanyakan.

Kang Uus lebih menggunakan pendekatan secara kekeluargaan.

Desa Tarumajaya telah menggunakan instalasi yang lebih praktis

dibandingkan dengan instalasi yang dulu. Penggunaan kantong penampung

sebagai tempat penyimpanan hasil gas yang sudah dapat langsung

digunakan untuk memasak dan penerangan dengan waktu kurang dari 10

hari. Namun semakin besar kantong penampung yang

dipompamenggunakan tenaga listrik maka gas yang ada juga banyak hal

ini menjadi penyebab meledaknya kantong penampung.18

Jadi dapat dipahami bahwa pemahaman warga tentang instalasi

biogas dilakukan selama sosialisasi yang diadakan oleh KLH setahun

sekali. Proses sosialisasi lebih mudah karena dilakukan secara

kekeluargaan melalui pendekatan datang langsung ke rumah warga.

Namun masih banyak pula warga peternak yang tidak mendapatkan

sosialisasi dikarenakan tidak tertarik menggunakan biogas.

17Wawancara pribadi dengan Kang Uus selaku aktivis lingkungan, September 2016, h. 97

18

Wawancara pribadi dengan A Ivan, Warga Desa Tarumajaya Kampung Babakan Ranca,

September 2016, h. 102

Page 70: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

54

c. Mengemukakan Perbedaan Sebelum dan Sesudah ada Biogas

Perbedaan sebelum dan sesudah adanya biogas disini berarti

perubahan serta dampaknya yang telah dirasakan langusng oleh warga

yang telah menggunakan biogas maupun yang tidak. Menurut pengamatan

penulis perbedaan yang ada setelah ada biogas kotoran sapi ternyata dapat

dimanfaatkan menjadi lebih dari sekedar pupuk organik saja namun

banyak lagi manfaat dari kotoran sapi. Menurut Bapak Aep selaku warga

yang setahun terkahir menggunakan biogas mengungkapkan:

“Yang banyak Neng, keuntungannya banyak. Kalo belum ada

biogas kotoran ngalir ke jalan sampai ke Citarum, sekarang enggak.

Enggak ada polusi kotoran-kotoran limbah, alhamdulillah. Biaya

juga, pengeluaran rumah tangga menjadi irit. Kalo make biogas 1

kali proses bisa 1 minggu, kalo 1 tabung gas Cuma 3 hari”.19

Selain mengurangi limbah yang ada dijalan, biogas dapat

mengurangi jumlah pengeluaran rumah tangga, karena disana khususnya

Desa Tarumajaya untuk 1 Kg tabung gas di jual dengan harga Rp. 26.000

sedangkan untuk biogas dapat terus dijalankan hanya tinggal memasukan

kotoran sapi saja. Dilihat dari segi keindahan juga, biogas dapat

mengurangi limbah peternakan dan tidak mencemari lingkungan sekitar.20

Dapat disimpulkan perbedaan sebelum dan setelah adanya biogas

dapat dilihat dari kebersihan lingkungan. Lingkungan sekitar menjadi lebih

bersih dan tidak banyak kotoran sapi dimana-mana. Disamping itu biogas

juga sangat membantu mengurangi pengeluaran rumah tangga setiap

bulannya.

d. Mengetahui Program Lain yang Sedang Berjalan selain Biogas

Menurut Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo ,

“Biogas ( dari asal kata biologi dan gas ) merupakan salah satu jenis energi

terbarukan yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah

organik, seperti kotoran ternak, sampah organik, serta bahan-bahan

19Wawancara pribadi dengan Pak Aep, Warga Desa Tarumajaya Kampung Pilar Dua,

September 2016, h. 82

20

Wawancara pribadi dengan Kang Uus, aktivis lingkungan, September 2016, h. 84

Page 71: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

55

lainnya oleh bakteri metanogenik dalam kondisi anaerob (tanpa

oksigen)”.21

Dewi Hastusi (Dosen Fakultas Pertanian Wahid Hasyim)

mendefinisikan,gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari

proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob

(bakteri yang hidup dalam keadaan kedap udara)”.22

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikemukakan biogas adalah

jenis energi terbarukan yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-

bahan limbah organik, seperti kotoran ternak, sampah organik,

pengelolaan limbah air, pengelolahan limbah organik pertanian,

peternakan, industri, dan perkotaan oleh bakteri metanogenik dalam

kondisi anaerob ( tanpa oksigen ) yang menghasilkan suatu gas yang

sebagian besar terdiri atas campuran metan dan arang dioksida.

Penggunaan biogas sebagai energi alternatif digunakan dalam rangka

menemukan sumber energi baru yang dapat diperbaharui.

Berdasarkan latar belakang di bab 1, penulis mengungkapkan

bahwa di Desa Tarumajaya selain biogas program yang sedang berjalan

adalah program BIRU (Biogas Rumah), bekerjasama dengan Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Pemerintah Belanda.

Sejalan dengan program BIRU, aktivis lingkungan mengaku

program BIRU sama dengan Program Biogas kebanyak yang sudah ada di

Desa Tarumajaya.

Kang Uus juga menuturkan bahwa, di Desa Tarumajaya selain

program BIRU ada program bernama Eco Village atau Kampung

Berbudaya Lingkungan, seperti ungkapan berikut ini:

“Eco Village, Kampung Berbudaya Lingkungan, yang kalo sama

saya ya. Itu udah hampir 2 tahun lebih. Program-program nya biasa

me-recyle, pokoknya yang berhubungan dengan lingkungan aja. Itu

21

Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, op.,cit.h.288

22

Dewi Hastuti, Aplikasi Tekhnologi Biogas Guna Menunjang Kesejahteraan Petani

Ternak, Jurnal Mediagro, Vol 5 Tahun 2009, h. 22

Page 72: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

56

selalu lah. Kami juga menyebar kiplet dengan kawan-kawan

komunitas”.23

Program Eco Village di Desa Tarumajaya lebih konsen kepada

lingkungan, dengan melakukan recycle barang-barang bekas, menjualnya

ke beda Desa dan membuat pestisida yang dibantu rekan-rekan

Mahasiswa/i.

e. Mengetahui Respon Masyarakat Tentang Biogas

Pengertian respon menurut Anggi Ria, adalah respon terbentuk dari

proses rangsangan atau pemberian aksi atau sebab yang berujung pada

reaksi dan akibat dari proses rangsangan. Respon akan muncul dari

penerimaan pesan setelah terjadinya serangkaian komunikasi.24

Respon juga diartikan sebagai suatu balasan, tanggapan, atau

jawaban sebagai reaksi terhadap suatu rangsangan yang mengenai diri

seseorang.25

Menurut pengamatan penulis respon berupa tanggapan dari warga

Desa Tarumajaya menyatakan positif dan negatif untuk program biogas di

Desa ini. Untuk respon positif biogas baik semoga lancar kedepannya, ada

perbaikan lagi ke depannya. Keunggulannya supaya bisa untuk penerangan

gang atau kandang sapi seperti di Desa Cibeureum.26

Namun tidak semua warga memberikan respon yang positif ada

warga yang menggangap penggunaan biogas merepotkan hanya

membuang-buang waktu kadang apabila ada pekerjaan biogas bisa saja

ditinggalkan dan dibiarkan berantakan tidak dilanjutkan lagi serta

terbatasnya lahan.27

23

Wawancara pribadi dengan Kang Uus, aktivis lingkungan, September 2016, h. 93

24

Anggi Ria Puspitasari, Respon Siswa SMP Negeri 3 Kelapa Bangka Belitung Terhadap

Film Laskar Pelangi, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, tidak dipublikasikan

25

Kadarina Wastuti, “ Respon Masyarakat Badegan Terhadap Siaran Dakwah K.H.

Mabarun Di Radio Persatuan Bantul.” Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2010, tidak

dipublikasikan

26

Wawancara pribadi dengan Pak Aep, Warga Desa Tarumajaya Kampung Pilar Dua,

September 2016, h. 87

27

Wawancara pribadi dengan Bu Icha, Warga Desa Tarumajaya Kampung Pilar Dua,

September 2016. 89

Page 73: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

57

Hal berbeda diungkapkan oleh A Ivan selaku warga yang pernah

menggunakan biogas dan trauma karena kantong penampung biogas

meledak, khawatiran ini membuat A Ivan berhenti untuk menggunakan

biogas dan beralih menggunakan gas elpiji ukuran 3 Kg.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa

respon masyarakat terhadap biogas sudah baik dan ingin supaya program

yang lain dikembangkan untuk memajukan Desa khususnya Desa

Tarumajaya. Namun begitu tidak semua masyarakat merespon baik biogas

karena terkendala lahan, dan air saat musim kemarau. Lahan yang mereka

lewati adalah milik orang lain di khawatirkan akan membuat kotor.

2. Respon Afektif Masyarakat dalam Pemanfaatan Biogas Sebagai

Energi Alternatif.

W.S Winkel mengaklasifikasikan ranah afektif (Affective domain)

dibawah ini:

a) Penerimaan (receiving), mencakup kepekaan adanya suatu

perangsang.

b) Partisipasi (responding), mencakup kerelaan untuk

memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu

kegiatan.

c) Penilaian (valuing), mencakup kemampuan untuk

memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri

sesuai dengan penilaian itu.

d) Organisasi (organization), mencakup kemampuan untuk

membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan

pegangan dalam hidup.

e) Pembentukan pola hidup (characterization by a value

complex), mencakup kemampuan untuk mengahayati

nilai-nilai kehidupan.28

Selanjutnya dalam ranah afektif bagian-bagiannya meliputi penerimaan,

partisipasi, penilaian, organisasi, dan pembentukan pola baru. Penerimaan

mencakup kepekaan terhadap rangsangan. Partisipasi mencakup kemampuan

untuk memperhatikan dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Penilaian

kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Organisasi mencakup kemampuan dalam membentuk sistem dan nilai untuk

28Winkel op.cit,. h. 274-277

Page 74: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

58

dijadikan pedoman hidup, dan terakhir adalah pembentukan pola baru

mencakup kemampuan untuk dapat terus menghayati nilai-nilai dalam suatu

kehidupan.Bentuk respon afektif berdasarkan hasil penelitian dijabarkan

seperti berikut:

a. Mengemukakan Ketertarikan Menggunakan Biogas

Ketertarikan disini berarti melihat pada faktor apa yang membuat

warga memilih menggunakan biogas dibandingkan gas elpiji 3 Kg ataupun

kayu bakar. Menurut pengamatan penulis ketertarikan menggunakan

biogas adalah gratis. Tidak perlu mengeluarkan biaya apapun karena

semuanya telah ditanggung oleh pemerintah setempat dalam hal ini KLH

Kabupaten Bandung. Selain ini ketertarikan menggunakan biogas menurut

Ibu Dede yang telah 3 tahun menggunakan biogas adalah mengurangi

jumlah pengeluaran rumah tangga dan dapat menghemat, menggunakan

biogas juga tidak sulit hanya harus rutin mengisi kotoran sapi ke dalam

digester.29

Terlepas dari itu, ternyata ada warga yang tidak tertarik

menggunakan biogas, alasan ketidaktertarikan ini didasarkan atas malas

mencampuri kotoran dengan sapi secara manual yang dianggap akan

menghabiskan waktu, sedangkan petani harus pergi ke kebun untuk bertani

setiap pagi sampai siang hari.30

Berdasarkan hasil wawancara diatas, warga ada yang tertarik dan

tidak tertarik. Ketertarikan warga hanya didasarkan kepada gratis dan

mudah dalam membuat biogas, namun yang tidak tertarik karena instalasi

yang digunakan masih instalasi dulu jadi warga khawatir meledak dan

juga jauh dari kandangnya takut mengotori lahan milik orang.

29

Wawancara pribadi dengan Ibu Dede, Warga Kampung Pilar Dua, September 2016, h.

86

30

Wawancara pribadi dengan Teh Eneng, Warga Kampung Pilar Dua, September 2016, h.

89

Page 75: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

59

b. Program Biogas sebagai Pengganti Minyak Tanah/Gas

Biogas adalah suatu energi alternatif pengganti gas elpiji yang

pembuatannya dibantu oleh mikroorganisme. Mikroorganisme yang

memproduksi gas metana dan karbondioksida disebut dengan

metanogen.31

Setelah dilakukan proses fermentasi biogas bisa langsung

digunakan untuk keperluan memasak. Penggunaan biogas sebagai energi

pengganti minyak tanah yang kini sulit didapatkan dan sebagai pengganti

gas elpiji yang kenyataannya jarang dan bahkan masih langka dibeberapa

daerah di Indonesia.

Seperti yang kemukakan oleh Mamat Ruhimat bahwa untuk 1m³

biogas sama dengan 0.62 liter minyak tanah sama dengan 3,5 kg kayu

bakar dan setara dengan 0,46 kg elpiji.

Menurut Bu Dede menggunakan biogas bisa mengurangi

pengeluaran rumah tangga, untuk satu tabung elpiji disana dibandrol

dengan harga Rp. 26.000. Berbeda dengan biogas yang gratis asalkan

rutin mengisi kotoran sapi ke digester, selain itu hasil akhir biogas tidak

mengeluarkan bau sama sekali.32

Berdasarkan wawancara diatas, penggunaan minyak tanah ataupun

gas sudah tidak digunakan lagi bagi warga yang telah mengaplikasikan

biogas. Namun berbeda dengan warga yang masih menggunakan elpiji3

Kg untuk kebutuhan sehari-hari. Penggunaan gas elpiji hanya bertahan

tiga hari karena digunakan untuk keperluan menjual makanan di warung,

namun bagi yang hanya di gunakan untuk keperluan masak rumah tangga

penggunaan gas elpiji bertahan hingga satu minggu.

31Mahdalena, Pengaruh Suhu Terhadap Produksi Biogas Pada Proses Metanogenesis

Berbahan Baku Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Skripsi pada Universitas Sumatera Utara,

Medan 2014, tidak dipublikasikan 32

Wawancara pribadi dengan Bu Dede, Warga Kampung Pilar Dua, September 2016, h. 84

Page 76: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

60

c. Mendapatkan Dana dari Pemerintah atau Secara Gotong-

royong

Pemberian dana untuk program Desa biasanya diberikan oleh pihak

Desa secara cuma-cuma melalui RW yang nantinya rinci lagi ke masing-

masing ketua RT yang ada di dalam wilayah RW tersebut.

Menurut Kang Uus, “Kementerian Lingkungan Hidup, tapi beda

Desa beda pemberian. Ada yang dari Pemerintah, Kementerian dan juga

ada yang dari Provinsi. Untuk Desa Tarumajaya di dapatkan dari

Kementerian Lingkungan Hidup”.33

Pemberian instalasi biogas didapatkan dari Kementerian

Lingkungan Hidup untuk Desa Tarumajaya sendiri. Untuk warga tidak

dipungut biaya bahkan di berikan upah untuk warga yang mau sukarela

membangun instalasi biogas, pembayaran upah sesuai dengan upah kerja

perjam, setiap warga hanya mengangkut batu sebagai bantuan swadaya.34

Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa instalasi biogas

100% gratis di dapatkan dari Pemerintah, yang kemudian hanya diminta

secara swadaya untuk mengangkat batu, malah jadi warga yang rumah

nya mau di bangun instalasi biogas, di berikan uang oleh pemerintah.

3. Respon Behavioral Masyarakat dalam Pembuatan Biogas Sebagai

Energi Alternatif

Respon behavioral merujuk kepada perilaku nyata yang dapat

diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan

perilaku.35

Bentuk dari respon behavorial berdasakan hasil penelitian

dijabarkan dalam sebagai berikut:

a. Mengisi Rutin Kotoran Sapi ke Digester

Menurut Widarto dan Sudarto, dalam Sukandarrumidi, dkk, perihal

perhitungan kapasitas alat didasarkan pada jumlah ternak sapi dan tinja

yang dihasilkan:

33Wawancara pribadi dengan Kang Uus , aktivis lingkungan, September 2016, h.91

34Wawancara pribadi dengan Kang Uus , aktivis lingkungan, September 2016, h.92

35

Galih Aulia Rachman, op, cit. h. 19

Page 77: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

61

1) Tiap 1 ekor sapi menghasilkan 2 ember kotoran per hari.

2) Kotoran perlu diencerkan dengan 3 ember air.

3) Volume untuk 1 ember adalah sekitar kurang lebih 10 liter.

4) Jumlah ternak yang diusahakan untuk digunakan minimal 4 ekor

sapi.

5) Lamanya fermentasi (proses pembentukan gas kurang lebih 30

hari).36

Berdasarkan perhitungan diatas, maka setiap hari kotoran yang

masuk sebagai umpan dalam digester adalah 2 ember (tinja) + 3 ember

(air) = 5 ember. Bila 1 ember = 10 liter, maka ada 50 liter campuran tinja

dan air untuk 1 ekor sapi. Lama proses pembentukan gas dalam digester

30 hari, maka tiap ekor sapi membutuhkan ruang digester 30X50 liter =

1.500 liter. Bila jumlah ternak yang diusahakan 4 ekor sapi, maka

volume digester yang harus dibuat 4X1.500 liter = 6.000 liter atau 6

meter kubik.

Seperti pernyataan diatas bahwa biogas membutuhkan waktu

kurang dari 30 hari untuk menghasilkan gas, pernyataan ini senada

dengan Mamat Ruhimat, menurutnya setelah kurang dari 10 hari reaktor

biogas dan penampung biogas akan terlihat mengembang dan mengeras

karena biogas telah menghasilkan gas. Biogas yang telah tertampung

dapat langsung digunakan.37

Menurut Kang Uus, instalasi yang ada di Desa Tarumajaya adalah

instalasi yang praktis dan mudah tidak mengoperasikan instalasi yang

lama karena dulu pernah meledak dan harus di pompa dengan dihasilkan

dari tenaga listrik.38

Penggunaan listrik tidak sama dengan prinsip biogas yang

berfungsi sebagai energi alternatif tanpa bantuan energi listrik, hanya

dibantu oleh bakteri pada saat proses fermentasi berlangsung dan

mendapatkan panas matahari yang cukup agar suhu tetap hangat.

36Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, op. cit. h. 270.

37

Mamat Ruhimat,dkk, Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Biogas Skala Rumah

Tangga sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan di Kampung Parabon Desa

Warnasari Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung, Survey Pemetaan dan Informasi

Geografis FPIPS UPI 38

Wawancara pribadi dengan Kang Uus, Aktivis Lingkungan, September 2016, h.97

Page 78: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

62

Menurut Kang Aep selaku warga yang setahun belakang

menggunakan biogas menuturkan banyaknya takaran kotoran sapi yang

dimasukkan ke digester sebagai berikut:

“1 ember kotoran sapidimasukan ke digester dalamnya kira-kira

5m³ tambahkan saja 2 ember air. Kalau tidak cair tidak dapat

memproses kalau terlalu cair juga hasilnya tidak bagus”, untuk

ukuran dalam digester 5m³ bisa untuk seminggu maksimal

pemakaian untuk dua rumah saja”.39

.

Banyaknya hasil gas yang didapatkan ternyata berdasarkan kepada

besar atau luas dari instalasi itu sendiri. Semakin besar digester semakin

banyak kotoran sapi yang dimasukkan otomatis semakin banyak pula

hasil gas yang dihasilkan. Di Desa Tarumajaya sendiri yang di gunakan

luas jari-jari nya 1,5 Meter diputarkan menjadi 3 Meter untuk luas

diameter dengan kedalaman 5m³.

Penulis menyimpulkan bahwa instalasi yang digunakan di Desa

Tarumajaya adalah instalasi terbaru yang praktis dan mudah. Untuk

pembuatan biogas sendiri takaran 1 ember yang isinya kotoran sapi

dicampur dengan air sebanyak 2 ember, cukup untuk pemenuhan gas

selama satu minggu dan maksimal digunakan untuk 2 rumah. Jumlah

biogas tidak tergantung dari banyaknya kotoran sapi yang dimasukan,

tapi bergantung kepada ukuran digester semakin besar digester otomatis

semakin banyak gas yang dihasilkan.

b. Mengikuti Jalannya Sosialisasi

Sosialisasi diartikan sebagai bentuk keikutsertaan warga dalam

setiap program yang sedang berjalan, keikutsertaan terbentuk dalam

bentuk perkumpulan. Penulis mengamati sosialisasi di Desa Tarumajaya

dilakukan secara kekeluargaan dengan cara mendatangi rumah warga

yang nantinya diberi pengarahan terkait program yang tengah berjalan.

Untuk sosialisasi biogas yang sedang berjalan Bapak Aep

menurutkansosialiasi tentang biogas di Desa Tarumajaya yang diberikan

39

Wawancara pribadi dengan Kang Aep, Warga Kampung Pilar Dua, September 2016, h. 83

Page 79: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

63

oleh pemerintah hanya sekali selama 3 tahun biogas berjalan di Desa

Tarumajaya.40

Sejalan dengan pernyataan Bapak Aep sebagai warga yang telah

menggunakan biogas dari tahun 2015, Ibu Dede pun mengaku bahwa, di

Desa Tarumajaya jarang diadakan sosialisasi khusus untuk kaum ibu-ibu

diberikan sosialisasi langsung dijemput hal ini dilakukan untuk menarik

minat mengikuti sosialisasi”.41

Tak jauh berbeda dengan pendapat kedua responden diatas,

pernayataan juga sama dikemukakan oleh Ibu Icha selaku warga peternak

namun tidak menggunakan biogas, “Pernah diberitahu kalau ingin ikut,

begitu ya. Didatengin tapi tidak dikasih tau kalau mau masang biogas,

diberitahu langsung didata tapi waktu itu saya tidak kebagian jadi masuk

ke gelombang dua”.42

Menurut Kang Uus yang bertindak sebagai aktivis lingkungan,

sosialisasi biasanya diberikan oleh KLH. Orang KLH yang langsung

datang ke Desa Tarumajaya bukan kami yang meminta orang KLH yang

dateng. Kalau orang KLH mau ketemu warga bisa langsung datang

kesini. Dalam setahun hanya sekali orang KLH yang datang. Ketika mau

membuat program atau meluncurkan program.43

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa pemberian sosialiasasi diberikan oleh pihak KLH Kabupaten

Bandung dilakukan ketika membuat atau meluncurkan program. Untuk

biogas di Desa Tarumajaya sendiri, sosialiasasi diberikan setahun sekali.

Yang memberikan sosialisasi adalah orang Kementerian Lingkungan

Hidup sendiri yang khusus datang ke Desa Tarumajaya. Pemberian

sosialisasi hanya dilakukan ketika akan membuat atau meluncurkan

sebuah program Desa.

40

Wawancara pribadi dengan Kang Aep, Warga Kampung Pilar Dua, September 2016, h. 86 41

Wawancara prbadi dengan Ibu Dede, Warga Kampung Pilar Dua, September 2016, h. 86 42

Wawancara pribadi dengan Bu Icha, Warga Kampung Pilar Dua September 2016, h. 89 43

Wawancara pribadi dengan Kang Uus, aktivis lingkungan, September 2016, h. 97

Page 80: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

64

C. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil diatas, isu pencemaran hulu Citarum sudah ada

sejak tahun 2004. Isu ini dimulai sejak krisisnya hutan akibat alih fungsi

lahan isu ini semakin santer terdengar dengan dibuatnya kandang sapi di

sempadan sungai yang menyebabkan warga yang tinggal di bantaran

sungai membuang kotoran sapi ke Citarum seperti yang di jelaskan oleh

Kang Uus selaku aktivis lingkungan Desa Tarumajaya. Dengan adanya isu

tersebut pemerintah dalam hal ini KLH (Kementerian Lingkungan Hidup)

Kabupaten Bandung memberikan program biogas secara gratis kepada

warga Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa

Barat.

Biogas adalah jenis energi terbarukan melalui proses fermentasi

bahan-bahan limbah organik seperti kotoran ternak, sampah organik,

pengelolaan limbah air, pengelolaan limbah organik pertanian, peternakan

dan industri oleh bakteri metanogenik dalam kondisi anaerob (tanpa

oksigen). Limbah yang dijadikan sebagai bahan pembuatan biogas adalah

kotoran sapi. Menurut Wahyuni produksi kotoran sapi ternak perhari bisa

mancapai 20-29 kg, dibandingkan dengan hewan ternak lainnya yang

hanya memproduksi kotoran sebesar 2,00 – 7,00 untuk hewan babi dewasa

hingga domba. Sesuai dengan tabel dibawah ini

Tabel 2.1 Produksi Kotoran Ternak Segar Per Hari

Jenis ternak Bobot ternak (kg/ekor) Produksi (kg/hari)

Sapi potong 400-500 20-29

Sapi perah 500-600 30-50

Ayam petelur 1,5-2,0 0,10

Ayam pedaging 1,0-1,5 0,06

Babi dewasa 80-90 7,00

Domba 30-40 2,00

Sumber : United Nations, 1984 dalam Wahyuni

Page 81: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

65

Dapat disimpulkan bahwa sapi merupakan hewan yang

memproduksi kotoran ternak paling banyak per harinya dibanding hewan

lain.

Program ini telah berjalan selama 3 tahun terhitung sejak tahun

2013 di Desa Tarumajaya. Pengelolaan biogas saat ini di Desa Tarumajaya

tidak rumit seperti sebelumnya, penggunaan instalasi biogas saat ini lebih

praktis dan tidak akan menyebabkan kebocoran pipa atau kantong

penampung biogas. Biogas mendapatkan respon yang positif karena gratis,

mengurangi pengeluaran rumah tangga sebagai pengganti gas karena harga

gas elpiji disana mencapai Rp 26.000 dan cara pengelolaannya yang

mudah namun tidak semua warga memberikan respon positif, beberapa

warga beranggapan bahwa pengelolaan biogas memakan waktu dan

menambah pekerjaan karena mereka harus pergi pagi dan pulang siang

hari untuk berkebun.

Respon masyarakat Desa Tarumajaya memiliki kesamaan dengan

respon masyarakat mengenai biogas di Kampung Parabon Desa Wanasari

yang dilakukan oleh Mamat Ruhimat mengenai Masih banyak penduduk

yang malas mengelola kotoran sapi untuk di buat menjadi biogas,

kebanyakan penduduk desa Parabon membuang kotoran sapinya begitu

saja yang berakibat pada tercemarnya lingkungan. Ditambah lagi

kurangnya sosialisasi di lingkungan penduduk akan manfaat biogas.44

Senada dengan penelitian relevan diatas, peneliti melihat

pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya masih terkendala dalam hal

sosialisasi. Pelaksanaan sosialisasi hanya di lakukan setahun sekali saat

akan mengadakan program atau akan membuat program baru, tentu ini

akan menjadi faktor kurang berkembangnya biogas di Desa Tarumajaya.

Disana juga kebanyakan warga yang malas untuk memanfaatkan kotoran

sapi menjadi biogas. Hal ini terlihat di sepanjang jalan Kampung Pilar Dua

44Mamat Ruhimat, dkk, Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Biogas Skala Rumah

Tangga Sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan di Kampung Parabon Desa

Warnasari Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung”, Jurnal Abmas, 2011, h.6

Page 82: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

66

yang dijadikan sebagai tempat penelitian, kotoran sapi masih banyak yang

berserakan sepanjang jalan, dan terlihat mengalir hingga ke Citarum.

Page 83: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

67

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dikemukakan tentang respon masyarakat terhadap pemanfaatan biogas

sebagai energi alternatif di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari,

Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Maka didapatkan kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pemanfaatan biogas saat ini di Desa Tarumajaya masih kurang

berkembang. Hal ini disebabkan karena sosialisasi yang dilakukan

oleh KLH hanya setahun sekali tentu hal ini akan menjadi dampak

tidak berkembangnya biogas di Desa Tarumajaya. Selain itu ada

faktor-faktor lain yang membuat biogas kurang berkembang.

Faktor tersebut anatara lain:

a. Lokasi antara kandang sapi dan rumah jauh.

b. Ada beberapa oknum yang menggunakan sosialisasi

sebagai jalan mencari uang. Setiap warga yang ingin

memasang instalasi biogas dimintai dana sebesar Rp.

300.000 sampai Rp. 500.000.

c. Terbatasnya lahan, karena lahan disana hampir 70% milik

pemerintah BUMN dan swasta.

d. Tidak tertariknya warga menggunakan biogas karena dirasa

merepotkan, tidak ada waktu untuk membuat biogas

kebanyakan warga disana bekerja sebagai petani yang

berangkat pagi pulang siang.

Dilihat dari kondisi fisik dan iklimnya Desa Tarumajaya memiliki

potensi untuk pemanfaatan biogas. Berdasarkan kondisi fisik dan

iklim nya Desa Tarumajaya berada di kaki Gunung Wayang.

Gunung Wayang sendiri memiliki kelebihan tersendiri dibanding

dengan gunung-gunung tetangganya seperti Gunung Rakutak dan

Page 84: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

68

Gunung Malabar. Gunung wayang memiliki mata air utama yang

mengaliri wilayah Jawa Barat dan Jakarta. Mata air itu di sebut

mata air Pangsiraman yang mengalir ke aliran Sungai Citarum

dengan luas panjang aliran Sungai Citarum adalah 225 Km. Hal ini

sangat penting karena dalam usaha peternakan sapi dapat

digunakan untuk memandikan sapi, membersihkan kotoran ternak

dan membersihkan kandang. Daerah penelitian mendukung dalam

pemanfaatan biogas menjadi energi alternatif karena Desa

Tarumajaya berada pada zone iklim sejuk dengan kisaran suhu

tahunan 10 - 20°C dan dengan ketinggian tempat 1400 – 1700 m di

atas permukaan laut. Sesuai dengan klasifikasi iklim Junghuhn

yang diklasifikasikan sesuai dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan,

maka Desa Tarumajaya termasuk ke dalam zone iklim sejuk yang

cocok ditanami teh, kopi, kina, dan sayur-sayuran. Kondisi ini

menguntungkan untuk peternak karena mudah mendapatkan pakan

ternak.

2. Respon masyarakat dalam pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya

antara lain:

a. Masyarakat yang sepenuhnya menerima yaitu masyarakat

yang telah lama menggunakan biogas. Masyarakat ini

adalah masyarakat yang mengikuti sosialisasi dan

pelatiahan dari awal pembuatan biogas sampai sekarang

masih menggunakan biogas.

b. Masyarakat yang menerima biogas namun belum pernah

mempraktekan pembuatan biogas. Masyarakat ini adalah

masyarakat yang telah mendapatkan sosialisasi seputar

biogas tetapi tidak sepenuhnya memahami akan manfaat

yang telah diberikan oleh biogas, cara kerja biogas serta

mekanisme pembuatan biogas.

c. Masyarakat yang menerima biogas dan sudah pernah

mempraktekan pembuatan biogas. Masyarakat ini adalah

Page 85: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

69

masyarakat yang telah mengikuti sosialisasi biogas dan

pernah menggunakan biogas namun trauma akibat kantong

penampung biogas pernah meledak. Hingga saat ini tidak

pernah mau menggunakan biogas lagi.

d. Masyarakat yang menolak biogas. Masyarakat ini adalah

masyarakat yang terang-terangan tidak pernah mengikuti

sosialisasi.

B. IMPLIKASI

Pemanfaatan biogas sejak tahun 2013 mendapatkan respon yang

positif dan negatif dari masyarakat Desa Tarumajaya. Masyarakat yang

memberikan respon postif adalah masyarakat yang benar-benar paham,

sering melakukan sosialisasi dan telah menggunakan biogas sampai hari

ini. Untuk masyarakat yang memberikan repson negatif adalah masyarakat

yang tidak pernah mengikuti sosialisasi dan tidak paham akan manfaat

serta penggunaan biogas.

Keterlibatan masyarakat dalam pemanfaatann biogas kurang

terlihat. Peneliti mengemukakan bahwa pemanfaatan biogas masih kurang

berkembang di Desa Tarumajaya. Hal ini diakibatkan kurangnya

kesadaran masyarakat untuk membersihkan lingkungannya dari kotoran

ternak dan sengaja membuang ke aliran sungai sampai ke Citarum.

C. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, saran-saran

yang dapat penulis berikan untuk pengembangan biogas di Desa

Tarumajaya antara lain:

a. Masyarakat harus lebih aktif lagi dan memiliki sifat peduli

terhadap lingkungan sekitar, karena berdasarkan penelitian hanya

segelintir warga yang aktif dalam mengurangi kotoran sapi menjadi

pupuk dan dijadikan bahan baku pembuatan biogas, selebihnya

dibiarkan mengalir sampai ke Citarum.

Page 86: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

70

b. Pelaksanaan sosialisasi harus dilakukan minimal setahun dua kali

untuk melihat apakah ada kerusakan dan penambahan instalasi di

Desa Tarumajaya. Sehingga masyarakat dapat dengan mudah

mengantisipasi apabila terjadi kerusakan pada instalasi biogas.

c. Adanya penambahan program selain biogas, dan eco village yang

sedang berjalan di Desa Tarumajaya. Karena peneliti melihat

program eco village atau kampung berbudaya lingkungan yang

tengah dilaksanakan kurang mendapat respon di masyarakat.

Masyarakat yang melakukan program eco village berasal dari luar

Desa Tarumajaya, untuk di Desa sendiri masih kurang warga yang

ikut berpartisipasi.

d. Keterlibatan perangkat Desa antara lain Kelurahan, RW, maupun

RT untuk bekerjasama dalam melakukan sosialiasasi kepada warga

mengenai program biogas di Desa Tarumajaya, Kecamatan

Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

e. Koordinasi kepada pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan

Perhutani dalam hal pembagian lahan agar masyarakat dapat

mendapatkan lahan sebagai tempat pembuatan instalasi biogas.

Page 87: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

71

DAFTAR PUSTAKA

Alfiandi, Widoyo, Epistemologi Geografi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

2001.

Ardiansyah, Andri Noor , Klimatologi Umum, Tangerang Selatan : UIN Jakarta Press, 2013.

Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta,

2002.

Aripin, Jaenal dan Salam, Syamsir, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta

press).

Damanik, Asan. Fisika Energi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma, 2011.

Hamalik, Abu, dkk, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta; PT Rineka Cipta, 2009

Kang Uus. Wawancara. Desa Tarumajaya. 4 September 2016.

Mediastika, Christiana E. Hemat Energi & Lestari Lingkungan melalui Bangunan.

Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2013.

Meleong, Lexy. J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.

Monografi Desa Tarumajaya tahun 2010

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat

Bahasa, 2008.

Putera, Nusa, Penelitian Kualitatif : Proses & Aplikasi, Jakarta: PT Indeks, 2012.

Sejati, Kuncoro, Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point, Center Point,

Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009.

Shadily, Hasan dan Echlos, John. Kamus Besar Bahasa Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia,

2003.

Soelaeman, M. Munandar, Ilmu Sosial Dasar Edisi Revisi, Bandung: PT Eresco, 1995.

Sukandarrumidi, dkk. Energi Terbarukan Konsep Dasar Menuju Kemandirian Energi.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013.

Wahyuni, Sri. Biogas Energi Alternatif Pengganti BBM, Gas, dan Listrik. Jakarta: Agro

Media Pustaka, 2013.

Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi, 2004.

Page 88: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

72

Jurnal dan Skripsi

Asmara, M. Alla, dkk. Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Biogas Skala Rumah Tangga

sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan di Kampung Parabon Desa

Warnasari Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, Jurnal Abmas, 2011.

Aulia Rachman, Galih, Respon Masyarakat Terhadap Implementasi Program Keluarga

Harapan (PHK) di Dusun Bulurejo Desa Mongol Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungKidul Yogyakarat, Skripsi pada UIN Sunan Kalijati Yogyakarta, 2015.

Haryati, Tuti. “Biogas: Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi Alternatif”. Jurnal

Wartazoa, Vol.6, 2006.

Hidayatullah, Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus di

CV. Lembah Hijau Multifarm, Solo-Jawa Tengah), Tesis di Program PascaSarjana IPB,

2002, h.41-43Hastuti, Dewi, Aplikasi Tekhnologi Biogas Guna Menunjang

Kesejahteraan Petani Ternak, Jurnal Mediagro, Vol 5 Tahun 2009.

Mahdalena.“Pengaruh Suhu Terhadap Produksi Biogas Pada Proses Metanogenesis

Berbahan Baku Limbah Cair Pabrik Kepala Sawit”, Skripsi pada Universitas Sumatera

Utara, Medan 2014, tidak dipublikasikan.

Ruhimat, Mamat, dkk. Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Biogas Skala Rumah Tangga

sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan di Kampung Parabon Desa

Warnasari Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, Survey Pemataan dan

Informasi Geografis FPIPS UPI.

Maryani, Sri, Potensi Campuran Sampah Sayuran dan Kotoran Sapi sebagai Penghasil

Biogas, Skripsi pada Universitas Islam Malik Ibrahim Malang 2016, tidak

dipublikasikan.

Ni’mah, Lailan, Biogas From Solid Waste Of Tofu Production And Cow Manure Mixture:

Composition Effect, JurnalChemica,Volume 1, Nomor 1, Juni 2014.

Nurhasanah, Anna, dkk. Perkembangan Digester Biogas di Indonesia (Studi Kasus di Jawa

Barat dan Jawa Tengah), Jurnal Balai Besar Pengembangan Mekanisme Pertanian.

Puspitasari, Anggi Ria. “Respon Siswa SMP Negeri 3 Kelapa Bangka Belitung Terhadap

Film Laskar Pelangi”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, tidak

dipublikasikan.

Page 89: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

73

Rahayu, Rizki Diyanti, dkk. Pembuatan Biogas dari Eceng Gondok (Eichorniacrassipes)

Melalui Pretreatment dengan Jamur Phanerochaete Chrysospirium dan

Trichodermaharzianum, Jurnal Tekhnik Pomits, Vol.1, 2013.

Renosari, P. Kajian Peningkatan Pemanfaatan Kotoran Sapi Menjadi Biogas Dengan Metode

SWOT dan AHP di Desa Wangunsari Kecamatan Lembang. Jurnal Buana Sains, Vol.

12, 2012.

Rinazani, Shofian. “Respon Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Energi Alternatif (Biogas) Di

Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.” Skripsi pada UPI

Bandung, Bandung 2011, tidak dipublikasikan.

Wastuti, Kadarina. “Respon Masyarakat Badegan Terhadap Siaran Dakwah K.H. Mabarun di

Radio Pemersatu Bantul.” Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2010, tidak

dipublikasikan.

Internet

Aditia Gunawan, Moch. Praktik Alih Fungsi Hutan Lindung di Gunung Wayang Kecamatan

Kertasari, 2013, (http://raksawahanacitarum.wordpress.com/2012/08/08/praktik-alih

fungsi-hutan-lindung-di-gunung-wayang-kecamatan-kertasari/ di akses

Kamis, 22 September pukul 23:47 WIB

Basuki, Seno, Pengenalan Dasar Tentang Iklim dan Cuaca, dalam http://jateng.litbang.

deptan.go.id/ind/images/Publikasi/databaseristek/iklimdancuaca.pdf, 2011 diakses

tanggal 22 September 2016 pukul 23:58 WIB

Budisan, “Fikruzzaman, Muhammad. “Lakon Ekonomi Rendah Karbon”. Harian Kompas

Siang (E-Paper), Jakarta 02 November 2013. http://budisansblog.blogspot.in/2013/11/l...

diakses tanggal 11 Oktober 2016 Pukul 20:49 WIB

Cita-citarum Recovery. “Limbah Sapi di Desa Tarumajaya”, (http://citarum.org/info-

citarum/berita-artikel/1359-limbah-sapi-di-desa-tarumajaya.html, 06 September 2015.

Darlis. Minyak Tanah Mahal, Warga Gunakan Biogas Kotoran Sapi. Tempo Interaktif,

Jakarta, 21 September 2007, http://id.scribd.com/doc/301816139/Biogas-Dari-Kotoran-

Sapi, diakses tanggal 11 Oktober pukul 23:32 WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Tarumajaya,_Kertasari,_Bandung, 06 September 2015.

Mustaqim, Khusni, Rasa Logika : Sekilas Mengenai Grounded Theory,

http://berpikirberbeda.blogspot.in/2011/11/sekilas-mengenai-grounded-research.html

diakses tanggal 3 Oktober 2016, pukul 19:21 WIB

Page 90: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

74

Page 91: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …
Page 92: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …
Page 93: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …
Page 94: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …
Page 95: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …
Page 96: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …
Page 97: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …
Page 98: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …
Page 99: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …
Page 100: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

74

Lampiran 1

Tabel 3.2

Kisi-kisi Pedoman Wawancara

Variabel Dimensi Pernyataan

Respon

Masyarakat

dalam

Pemanfaatan

Biogas sebagai

Energi

Alternatif

KOGNITIF

1. Mengetahui program biogas.

2. Paham tentang instalasi biogas.

3. Selain memasak digunakan untuk apa

hasil biogas.

4. Perkembangan sebelum dan sesudah

ada biogas.

5. Program lain yang sedang berjalan

kecuali biogas.

6. Respon seberapa pentingkah

penggunaan biogas.

AFEKTIF

1. Respon warga desa Tarumajaya saat

pertama kali program biogas

dilaksanakan.

2. Sering mengikuti sosialisasi.

3. Tertarik menggunakan biogas

4. Dana dr pemerintah, gotong royong

atau perseorangan.

5. Menggantikan gas/minyak tanah atau

kayu bakar

BEHAVIORAL

1. m³ tahi sapi dalam sehari untuk

pemenuhan perhari nya

2. Lama pembuatan biogas

Page 101: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

75

Lampiran 2

Wawancara

1. Identitas informan ( Tokoh Masyarakat, Ketua RT, Ketua RW)

Nama :

Jenis kelamin :

Alamat :

Status :

2. Sudah berapa lama Anda mendiami desa Tarumajaya?

3. Apa mata pencaharian utama di desa Tarumajaya?

4. Menurut Anda, apa masalah yang terjadi belakangan ini di desa

Tarumajaya?

5. Apakah Anda mengetahui program biogas yang tengah berjalan saat ini di

desa Tarumajaya?

6. Seberapa paham kah Anda tentang instalasi alat pembuatan biogas?

7. Dapatkah Anda menjelaskan sejarah singkat awal mula program biogas

hingga saat ini di desa Tarumajaya?

8. Apa perbedaan yang mencolok sebelum dan sesudah ada biogas?

9. Adakah perbedaan hasil dari biogas dari tahun ke tahun?

10. Selama program biogas berjalan, bagaimana respon warga yang

menggunakan biogas?

11. Pernahkan Anda mendapatkan keluhan dari warga untuk program biogas

yang saat ini tengah berjalan?

12. Untuk kedepannya, apa harapan untuk biogas kedepannya?

Page 102: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

76

Lampiran 3

Wawancara

1. Identitas informan (Aktivis Lingkungan Desa Tarumajaya)

Nama :

Jenis kelamin :

Alamat :

Status :

2. Bagaimana pendapat Anda tentang isu pencemaran di hulu Sungai

Citarum?

3. Apakah biogas dijadikan priyoritas warga dalam mengelola limbah

peternakan di Desa Tarumajaya?

4. Sebelum memulai menggunakan biogas, warga desa memanfaatkan

limbah peternakan untuk apa?

5. Sudah berapa lama program biogas berjalan di desa Tarumajaya?

6. Pembangunan instalasi biogas (unit biogas) mendapatkan dana dari

pemerintah, gotong-royong atau perseorangan?

7. Menurut Anda, siapakah yang pertama kali mencetuskan program biogas

di Desa Tarumajaya?

8. Selain biogas, adakah program lain yang sedang dikembangkan di desa

Anda?

9. Seberapa sering sosialisasi penggunaan biogas diberikan kepada warga

setempat?

10. Bagaimana respon pertama warga desa Tarumajaya saat dibekali

pengetahuan tentang biogas?

11. Bagaimana respon warga desa Tarumajaya saat pertama kali program

biogas dilaksanakan?

12. Apa harapan Anda terhadap biogas kedepannya selaku aktivis lingkungan

di desa Tarumajaya?

Page 103: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

77

Lampiran 4

Wawancara

1. Identitas informan (Peternak Biogas)

Nama :

Jenis kelamin :

Alamat :

Status :

2. Mengapa Anda tertarik membuat biogas?

3. Apa saja keunggulan biogas menurut Anda dibandingkan dengan produk

lain dari hasil limbah peternakan?

4. Selain untuk memasak, digunakan untuk apa saja hasil biogas ini?

5. Setelah proses biogas selesai hasil akhir yang keluar apakah masih

mengeluarkan bau kotoran sapi atau tidak?

6. Dalam satu minggu, berapa kali Anda melakukan proses fermentasi

kotoran sapi di dalam digester untuk mengasilkan biogas?

7. Berapa m³ kotoran sapi per harinya yang digunakan untuk membuat

biogas?

8. Hasil yang didapatkan perhari nya dapatkah mencukupi kebutuhan berapa

banyak rumah?

9. Pernahkah Anda meyakinkan peternak yang belum menggunakan biogas

untuk menggunakan biogas?

10. Bagaimana respon Anda terhadap biogas, dan untuk kedapannya harapan

Anda untuk biogas?

Page 104: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

78

Lampiran 5

Wawancara

1. Identitas informan (Warga setempat)

Nama :

Jenis kelamin :

Alamat :

Status :

2. Tertarikah Anda membangun biogas? Jika iya, mengapa dan jika tidak

mengapa?

3. Perbedaan yang Anda lihat di desa Tarumajaya saat sebelum dan sesudah

ada program biogas?

4. Apakah Anda memproitaskan biogas untuk kebutuhan sehari-hari

pengganti minyak tanah/ gas?

5. Apakah Anda pernah melihat proses pembuatan biogas secara langsung?

6. Sesering apa Anda menggunakan biogas?

7. Sudahkan warga desa Tarumajaya mendapatkan manfaatnya selama

program biogas ini berjalan?

8. Menurut Anda, apa yang ditakutkan saat Anda menggunakan biogas?

9. Bagaimana respon Anda sebagai penikmat biogas, untuk biogas

kedepannya?

Page 105: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

79

Lampiran 6

INSTRUMEN PENELITIAN

PEDOMAN OBSERVASI

1. Kondisi Geografis Desa Tarumajaya

2. Jumlah penduduk Desa Tarumajaya

3. Kondisi Ekonomi Masyarakat Desa Tarumajaya

4. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Tarumajaya

5. Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Tarumajaya

6. Jumlah pengguna Biogas di Desa Tarumajaya

7. Jumlah Masyarakat yang aktif menggunakan biogas

8. Keterlibatan Pemerintah Pusat

9. Keterlibatan Perangkat Desa

10. Keterlibatan dalam sosialisasi

11. Keunggulan Biogas sebagai energi alternatif terbarukan

12. Faktor penghambat produksi Biogas

13. Faktor pendorong peroduksi Biogas

14. Peran serta Masyarakat setempat dalam menjalani program Biogas

15. Tingkat keberhasilan Program Biogas

Page 106: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

80

Lampiran 7

Tabel 3.3

Kisi-kisi Lembar Observasi

Variabel Aspek yang diamati Ya Tidak

Respon

Masyarakat

dalam

Pemanfaatan

Biogas

sebagai

Energi

Alternatif

A. KOGNITIF

1. Mengetahui isu pencemaran sungai Citarum

2. Memahami penggunaan instalasi biogas

3. Mengemukakan perkembangan sebelum dan sesudah ada

biogas

4. Mengetahui program yang sedang berjalan selain biogas

5. Mengetahui respon masyarakat tentang pentingkah

penggunaan biogas

B. AFEKTIF

1. Mengemukakan ketertarikan menggunakan biogas

2. Mengarahkan program biogas sebagai pengganti minyak

tanah/gas

3. Mendapatkan dana dari Pemerintah atau secara gotong-

royong

C. BEHAVIORAL

1. Mengukur waktu pembuatan biogas

2. Mengikuti jalannya sosialisasi

Page 107: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

81

Lampiran 8

Transkip Wawancara

Transkip wawancara dengan Bu Dede, Bapak Aep, Kang Uus. Peneliti

mendatangi kediaman Bu Dede yang sudah tiga tahun menggunakan biogas,

serta Bapak Aep selaku warga yang menggunakan biogas sejak tahu 2015.

Bersamaan dengan Bu Dede, karena kandang sapi mereka berhadap-hadapan.

Tempat : Wawancara dilakukan di rumah Bu Dede di Kampung Pilar 2 RT

1 RW 11, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari. Peneliti

melakukan wawancara ke Kampung Pilar 2 yang berbeda RT dan

RW dengan Kampung Babakan Ranca dimana Babakan Ranca

merupakan lokasi Akitivis Lingkungan Desa Tarumajaya tinggal.

Perjalanan ke beda RW tersebut memakan waktu sekitar 10 menit

menggunakan kendaraan roda dua.

Waktu : Wawancara tanggal 4 September 2016 Pukul 10:19 – 10:46 WIB.

Keterangan

P = Peneliti

K = Kang Uus

D = Bu Dede

A = Bapak Aep

P : Assalamualikum Ibu, sebelumnya saya mau memperkenalkan diri terlebih

dahulu. Nama saya Maulyda Wulandari, mahasiswi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang bermaksud untuk melakukan wawancara terkait

dengan respon Ibu terhadap Biogas untuk hasil akhir saya Bu.

D :Waalaikumsalam, Iya”. (Bu Dede sambil terbangun untuk memanggil

Bapak Aep, yang ada di samping rumah).

K : Siap Bu? (Heheheh)

P : Ibu sudah siap?

D : Hehehe

P : Bu, jadi saya yang tidak siap. Heheh

K :Santai we, ngobrol biasa

P : Bapak Ketua RW? (Bertanya kepada Bapak Aep yang baru duduk)

A : Sanes Neng, mantan.

K : Tapi aya Pak RT?

D : Aya mereun RT/RW. RT di dinya, RW di dinya.

K : Engke we lah Bu eta mah

D : Paneri.

P : Emmm Ibu, Bismillahirahmanirahim.. jadi grogi sendiri ( hehehe )

D : Hehehee

P : Gak pernah wawancara jadi bingung.

P : Ibu, tanya nama dulu ya bu, nama Ibu siapa?

D : Ibu Dede

P : Panjangannya?

D : Dede Nuryani (sambil memandang foto)

Page 108: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

82

P : Ibu alamatnya apa disini?

D : Kampung Pilar 2 RT hiji RW sabelas, Desa Tarumajaya

P : Ibu, pertama mau tanya ketertarikan Ibu sama biogas, Yang membuat Ibu

tertarik menggunakan biogas?

D : Kumaha?

K : Jadi naon alesan Ibu teh awalnya masang biogas teh?

A : Aya dampak naon ka Ibu na?

D : Teu aya da pengeluaran mah.

K : Nya, naon tertarik na teh?

D : Tertarik na mah pan biogas teh gratis ari biogas eta mah meuli nya, ari ieu

mah heunteu asal daek ngisi tai sapi we asal daek ngisi berak.

P : Berak? Heheh

D : Kotoran sapi.

P : Ibu,sudah membuat biogas berapa lama?

D : Tiga tahun

P : Tiga tahun? Dari tahun 2013 berarti?

D : Taun sabaraha?

K : Taun 2013

A : 2013

D : Maneh mah 2015, pan pertama pisan ieu mah taun 2013

P :Menurut Ibu kan sudah menggunakan biogas selama 3 tahun,

keunggulannya dibandingkan dengan limbah kotoran sapi yang lain apa?

D : Pake ngecor geuning

P : Pake ngecor bisa bu?

K : Hasil akhir biogas mengelurkan lindih

P : Lindih naon?

K : Lindih dari, kan tekanan yang ke atas jadi gas, yang kebawah itu namanya

lindih, itu jadi pupuk cair. Itu sama si Ibu dijadikan cor untuk penyuburan

sayuran.

K : Jadi pertanyaan na ku si Neng, keunggulan tina biogas teh naon? Pastina

mah gratis we nya?

D : He’euh gratis we

K : Yang jelas mah mengeluari pengeluaran rumah tangga nya mah

P : Terus Bu, hasil biogas ini digunakan untuk apa saja?

D : Untuk memasak, ieu mendidihkan air.

P : Kalau untuk penerangan suka pake Bu?

A : Enggak pernah Cuma buat masak aja.

P : Terus Bu, untuk proses pembuatan biogas berapa lama dari dimasukannya

tahi sapi?

A : Langsung jadi

D : Langsung jadi

P : Oh, jadi setelah dimasukan tahi sapi dan air langsung bisa jadi Bu?

D : Iya langsung

A : Jadi kalau sudah ada berak didalam, tidak dimasukan lagi 1 minggu,

Biogas tetap berjalan.

K : Ini untuk digester yang baru, tidak tahu kalo yang lama

P : Ooh gitu.. jadi enggak perlu menunggu 1-2 hari? Soalnya yang saya baca

di buku prosesnya menunggu 1-2 hari.

Page 109: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

83

A : Awal doang

K : Kalo awal mah pas bikin harus penuh, 5 kibik teh di tunggu dulu

K : Sabaraha loba na teh?

D : 5 Kibik ari teu salah mah. Saminggu we

K : 1 minggu juga masih menyala

A : Tidak diisi seminggu juga masih menyala

P : Kalau tidak diisi selama seminggu bisa habis gak Pak ?

A : Iya kalau tidak diisi mah seminggu juga habis

D : Yang penting mah di isi we Neng yang rutin gitu

P : Terus Pak, untuk hasil biogas akhir masih mengeluarkan bau tidak?

D : Enya mimiti na mah

A : Lain bau tai sapi, bau gas akhir na mah

P :Jadi pembuatan biogas hanya dimasukan air saja Pak? Tidak perlu

menambahkan apa-apa lagi?

A : Air, Cuma air

P : Biasanya pak untuk pembuatan biogas berapa banyak perbandingannya?

A : Oohh. Per ember mereun. Kumaha kayaan tahi sapi. Lamun seer tahi sapi

na mah amun encer tahi sapi mah.

K : Perbandinganana tahi sapi saember tahi sapi baraha liter air?

A : 1 ember tahi sapi, 2 ember air. Lamun teu encer mah teu bisa meroses ari

terlalu encer gas na teu alus.

K : Lanjut?

P : Hehehe, saya udah bikin jadi bingung sendiri

K : Biarin dibantuin tenang aja, hehehe

P :Lanjut bu, menggunakan biogas ini apakah Ibu pernah memberikan

kepada berapa warga, ehh maksudnya, untuk sekali proses Ibu bisa

memberikan berapa rumah?

A : Batasnya Cuma 2

K : Kekuatannya Cuma 2 rumah, si Ibu dan Bapak

D : Iya, Cuma 2 rumah

K : Tapi kalo biogasnya yang besar digesternya yang komunal itu 10 kubik,

15 kubik bisa untuk banyak orang

D : Lahannya enggak ada

P : Jadi volume berapa kubik Pak untuk 2 rumah?

A : 5 Kubik untuk 2 Rumah

D : Tapi anu badag mah 8 atawa 10 mah kuat, lahan na ge kudu luas

K : Disini mah jari-jari 1,5 meter diputerin... sssssstttttt

P : Bu, dikasih instalasi biogas dari pemerintah?

A : Iya dari Pemerintah

K : Kementerian Lingkungan Hidup

D : Dari Kementerian

P : Tapi sama gak Bu setiap Desa atau beda-beda?

K : Beda-beda, ada yang dari Pemerintah, ada yang dari Provinsi. Kalau ini

dari Kementerian.

P : Alasan Pemerintah kenapa Pak membagikan biogas ini?

K: Mungkin kayanya gini, Kabupaten menganggarkan, Provinsi

menganggarkan tingkat Nasional juga menganggarkan. Karena kenapa,

jadi fokus DAS Citarum? Karena jadi Kawasan Strategis Provinsi (KSP)

Page 110: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

84

ini teh. Makannya jadi dari mana-mana tuh masuk. Dan juga Desa

Tarumajaya tuh menjadi Desa terbesar peternakan.

P : Dari Pangalengan sendiri?

K : Iya, tapi sekarang sudah banyak Pangalengan karena sudah komunal,

1000 ekor. Gitu.

P : Pak. Pernah gak Bapak mengajak warga yang belum menggunakan biogas

untuk menggunakan biogas?

A : Enggak neng, karena kasihan yang tidak punya lahan mau gimana. Yang

diajak yang punya sapi.

D : Ari ngajak mah pernah mereun

P : Waktu ngajak berarti Bapak pernah memberikan keunggulan-keunggulan

tentang biogas? Oh seperti ini lho Pak atau Bu?

K: Dahulu mah Neng banyak yang tidak meu menggunakan biogas

sebenarnya ada beberapa faktor, pertama kali saya masuk kesini, ini kan

bukan keinginan masyarakat soalnya. Saya dulu juga pemetaan dulu.

Banyak yang tidak mau karena instalasi jelek. Di sini mah dicoba dulu

seminggu, desshh langsung nyala.

A : Kalau dahulu mah pake plastik ditempel di dinding rumah

D : Iya pake plastik dahulu mah

P : Berarti Ibu dan Bapak sekarang tidak pernah menggunakan Gas atau

Minyak tanah?

A : Tidak pernah Neng, nyalanya lebih bagus daripada elpiji, cepet masak.

P : Cepet mateng ya Pak?

A : Iya

K : Tingkat bahaya na ge teu aya nya?

D : Enya, ieu mah teu aya tingkat bahaya na, jadi gas ieu mah upami seep we

kitu limbah na nya parem we ku nyalira teu aya hambatan nanaon

P : Tidak bau ya Bu?

D : Tidak

P : Iya Bu, lagipula tidak pernah bocor selang atau bocor regulator ya Bu?

D : Iya Tidak

P : Tapi Ibu masih menggunakan kayu bakar?

D : Enggak

P : Ibu bisa habis berapa kalau beli gas di warung?

D : Gas itu mah komo, 3 hari 1, 3 hari 1. Seminggu berapa?

K : 10 we nya sabulan, 10 di kali 26.000 ?

P : 26.000 Gas 3 Kg disini?

A : Iya 1 gas elpiji harganya itu 26.000

K : Makannya kalo ketemu saya, senyum dia (Gurauan Kang Uus)

P : Bapak punya berapa sapi?

A : 2

P : Kalau Ibu?

D : 3

P : Oh jadi 2 sapi juga sudah cukup ya bu untuk membuat biogas?

A : 1 juga sudah cukup kalau tahi sapi nya sudah banyak

P : Emmm, Bapak. Setelah ada biogas apa perbedaan sebelum dan setelah ada

biogas?

Page 111: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

85

A : Ya banyak Neng. Keuntungan biogas, kalau belum ada biogas kotoran

ngalir di jalan sampai Citarum

D : Heheh, sekarang enggak

A : Iya sekarang enggak

P : Mengurangi lah ya?

A : Iya mengurangi polusi-polusi juga

K : Alhamdulillah lah ya

P : Terus ada lagi Pak keuntungannya?

A : Biaya mereun nya, mengurangi biaya pengeluaran rumah tangga

P : Kalau menggunakan biogas 1 kali proses bisa untuk 1 minggu, kalau beli

gas 1 tabung cukup untuk 3 hari?

D : Iya

K :Program biogas juga dulu pernah gak diterima sama warga karena

dimintain duit. Coba tanya pada dimintain duit gak?

D : Tidak, gratis

A : Iya, tidak ada minta uang. Malahan kalau gali sendiri dikasih uang

K : Yang swadaya paling ngankat batu doang

P : Ooh gituu, oiya Pak, yang saya baca di Buku itu Desa Tarumajaya sedang

ada program lagi yakni program BIRU, apa Bapak tahu?

A : Apa ya. Tidak tahu itu mah Neng

K : Program na hampir sama jeung biogas, beda sumber na

P : Berarti kalau di Desa Tarumajaya hanya ada Program Biogas saja Bu

tidak ada yang lain?

D : Naon nya?

A : Teu aya kos na mah

K : Ari eta naon Walungan PTP, tapi bukan saya yang fasilitasi

D : Benteng Citarum eta

A : Perbaikan DAM Citarum

P : Kalau di RW 11 ini ada berapa orang yang menggunakan biogas? Apal

gak Pak?

A : Emmmmm, 7 rumah

P : 1 rumah punya 1 instlasi Pak, atau?

D : Apan di lebak ge Mang Didi?

K : Maksudnya nu aya di RW 11

D : Apan kan ngahiji, da RW 11 mah ngahiji ka urang. He’eh apan kan RW

teh mimitina 10.

A : 8, 9, 10

D : 10,12 ejeung Mang Ahmad. Apan Desa Cikembang mah misah

A : 12 satu RW

K : Program biogas dari Kabupaten mereun eta mah di RW lain

P : Emmmm, Bapak sering ikut sosialisasi biogas atau langsung dari Kang

Uus?

A : Pernah sekali, kalau dari pemerintah jarang

D : Desa jarang, anu ti Pamarentah mah anu aleut-aleutan tea. Aya bangsa

Ibu-Ibu teh sok di jajapkeun

P : Berarti selama sosialisasi hanya perawatan saja ya?

D : Iya hanya perawatannya saja

Page 112: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

86

P : Tapi pernah gak, untuk warga yang tidak menggunakan biogas diberikan

sosialisasi?

K : Iya pernah yang Kecamatan Pangalengan itu tapi gak pernah hadir

I : Hehehe, pada sibuk

K :Ada sebenernya Neng, orang KLH sebelum sosialisasi itu menerapkan

dulu Cuma 2 Kecamatan di satuin, tapi yang dari Desa ini tidak datang

karena sibuk ambil rumput dan lain sebagainya.

P : Ooohh Iya.

K : Maklum lah.Makannya saya inisiatif buat pelatihan langsung ke rumah-

rumah.Apa saja yang boleh dan tidak boleh masuk. Air sabun, rumput.

P : Ooh iya, jadi hanya air saja ya

K : Karena bahaya, kalo sabun bisa merubah biogasnya kalo rumput bisa

mandek

P : Pernah gak Pak dibersihkan kalau takutnya kemasukan air sabun atau

rumput?

A : Tidak pernah

K : Prosesnya kan masuk ke Inlet, dddeesssshh langusung keluar namanya

outlet

P : Boleh liat prosesnya langsung ya Pak?

A : Oiya boleh

P : Ada hambatan tidak ?

A : Tidak ada hambatannya

D : Tidak hambatannya mah

P : Intinya mah, perawatan tidak susah ya

D : Iya tidak

K : Karena kalau disini sama kompor-kompor nya juga dikasih

P : Ooh, langsung dapat kompor

K : Kompornya mah khusus

D : Tinggal nyala pokokna mah, dipasangkeun ku ditu

P : Tapi ada tidak yang punya sapi tapi tidak mau pake biogas?

D : Kumaha?

D : Ooh, nya ayaa

P : Kenapa ya?

K : Yang awal sosialisasi itu kan harus nenteng, rumit soalnya digester nya

bulet kaya ember gitu nyah, nah yang KLH percontohan disini pleekk itu

keluar dari sapi di selokannya campur air, jalan. Sudah

D : Enyaa, di kocok-kocok terus jalan

A : Iya itu aja

P : Kalu biasanya biogas sibelakang rumah, kalau disini bagaimana?

K : Dulu ada yang bukan di fasilitasi sama kita. Itu mah kandang sapi nya kan

komunal, kandang peternakan

D : Enya kitu

K : Saya gak yakin itu bisa tahan 1 tahun karena ngankut ke rumah berat, jauh

dari kandang

P : Pernah tidak bocor untuk biogas di Desa Tarumajaya?

K : Pernah bocor, tapi kalo disini mah aman. Di Pangalengan

D : Pan di itu ge pernah anu bocor

K : Gara-gara ada gempa, ada lini gitu yaa.

Page 113: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

87

P : Berarti faktor dari alam ya, kalau dari luar ada tidak?

K : Paling kalo mampet, disedot dulu sama pompa nanti di bersihkan, mah

alhamdulillah. Ngeri nya gempa kalo disini mah kaya sejarah gempa tahun

2009. Gerakan tanah

P : Berarti untuk akhir respon Bapak dan Ibu terhadap biogas positif?

Terbantu dengan adanya biogas?

A : Iya

P : Untuk Ibu harapan kedepan untuk biogas?

D : Ya naon nya, lancar saja

A : Iya lancar kedepannya, ada perbaikan lagi ke depannya kalau rusak

D : Kusabab ari biogas mah Neng, 1 instalasi tahan 40 tahun

P : Ooohh gituu,, Emmmm

P : Bapak, Ibu terima kasih sebelumnya. Pertanyaan saya sudah habis, hehehe

D : Iya

P : Terima kasih Ibu, Bapak atas infonya sangat membantu. Ada sedikit

souvenir sama cemilan buat Bapak dan Ibu.

P : Boleh minta foto ya bu ? Hehehe

D : Iya boleh, boleh

K : Mau lihat proses biogas langsung tidak?

P : Boleh, boleh

K : Hayo kedapur

P : Ibu, Bapak maaf tidak bisa memberi banyak, hehe

A : Bapak duluan ya Neng

P : Ooh iya Pak terimakasih

P : Saya pamit ya Bu. Assalamualikum wrwb

D : Waalaikumsalam wrwb

(Peneliti diperlihatkan cara membuat biogas dari awal masuk tahi sapi sampai

keluarnya gas, sekitar 20 menit melakukan perekaman, pemotretan dan

mencoba membuat biogas sendiri.

Page 114: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

88

Lampiran 9

Transkip Wawancara dengan Ibu Icha dan Teh Eneng

Warga peternak namun tidak mengaplikasikan biogas

Tempat : Wawancara dilakukan di rumah Bu Icha di Kampung Pilar 2 RT

1 RW 11, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari.

Waktu : Wawancara tanggal 4 September 2016 Pukul 11:34 – 11:50 WIB.

Keterangan

P : Peneliti

I : Ibu Icha

T : Teh Eneng

P : Assalamualikum Ibu, sebelumnya saya mau memperkenalkan diri terlebih

dahulu. Nama saya Maulyda Wulandari, mahasiswi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang bermaksud untuk melakukan wawancara terkait

dengan respon Ibu terhadap Biogas untuk hasil akhir saya Bu.

Maaf, dengan siapa saya wawancara?

I : Ibu Icha Neng

P : Ibu pernah mencoba biogas?

I : Belum

P : Tapi sapi ada ya?

I : Ada

P : Emmm. Alasan Ibu tidak menggunakan biogas karena apa?

I : Jauh dari rumah Neng

P: Tapi kandang ada di belakang?

I : Iya tadi yang dilewatin

P : Oohh, berarti kalo mau bikin juga harus dibawa dulu ya Bu?

I : Iyah

P : Tapi tertarik tidak Bu, membangun biogas?

T : Kudu di macok-macok heula, hehehehe

I : Mun di bahasa Sunda mah rencet

P : Naon Rencet teh Bu?

T : Riweh kitu, jadi teu aya cai mah teu bisa masuk, apan kitu. Ejeung teu

kaburu mah cul, geuningan kitu

P : Tapi sekarang kan buat biogas gampang Bu, tinggal di kucek-kucek terus

dimasukan?

I : Iya kalo lagi musim hujan, kalau musim kemarau susah. Kalau mau

minum sapi juga ngangkut.

T : Susssah

P : Berarti di dekat rumah Bu Dede juga susah air?

I : Sama, ngan kitu ari di ditu cai aya

T : Asal nyebor, nya tah kitu

P : Berarti Ibu sehari-hari menggunakan tabung 3 Kg?

I : Iya

T : Iya

P : Biasanya untuk berapa hari?

T :Baraha hari nya?

Page 115: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

89

I : 1 minggu

P : 1 minggu teh buat di rumah aja ya Bu, buat sehari-hari. Berbeda dengan

bu Dede yang membuka warung

P : Sebelumnya Ibu udah pernah melihat proses pembuatan biogas secara

langsung?

I : Iyah

P : Jadi Ibu tidak mau menggunakan biogas emang riweh ya Bu, terus juga

susah air?

I : Iya

T : Tah kitu, hehehe

P : Pernah tidak Bu, ada warga yang menggunakan biogas lalu memberikan

keunggulan-keunggulan tentang biogas, kepada Ibu?

I : Ada, Iyaah

P : Lalu bagaiamana respon Ibu?

I : Belum tertarik

P : Teteeh juga ?

T : Iya, belum tertarik sabab mah rencet, hehehe. Bakal piomongeun ari

kuduan mah. Urang nu ngucek-ngucek manehna nu make. Na kitu

P : Semisal ada tetangga yang disampig rumah Ibu ada yang pake biogas, Ibu

pernah rasain gak?

I : Belum

P : Belum pernah rasain ya. Hmmmmmm

T : Enya Neng, da hese kumaha

P : Tapi pengen gak Bu ngerasain hasilnya?

T : Da bau nya biogas teh?

I : Begini Neng, ngadamel biogas ternak na teu aya, nya kumaha. Sapi teh di

ara rical, da kumaha?

P : Oh jadi karena banyak sapi yang dijualin ya Bu?

T : Iya disini juga banyak yang sudah di jual

P : Terus Bu, bukannya bikin biogas gratis?

I : Iya gratis, kasihan yang bikin biaya Neng. Nya mun pageto jieun biogas ari

isukan sapi na teh diararical kumaha

T : Sayang-sayang, tidak dipaka. Da biaya na mah gede.

P : Karena biogas menggunakan lahan, lebih baik untuk yang lain kalo begitu

ya Bu?

T : Iya

I : Iya

P : Tapi Bu, pernah ada yang dipake tapi sekarang udah gak di pake lagi?

I : Belum

P : Kira-kira kenapa Bu, mereka pada jual sapi? Ekonomi ya?

I : Ada yang Ekonomi ada yang tidak kehartos. Ieu Neng ari Ieu teu kahartos

kapangenana. Jadi teu cekap we.

P: Ibu tapi pernah mengikuti sosialisasi langsung tentang tata cara

penggunaan biogas?

I : Belum

P : Belum pernah?

Page 116: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

90

T : Pernah nya, dibejaan lamun rek milu. Kitu nyaa. Dateuing teu dibarejaan,

dibarejaan teh ngadarata tea ngan daptar da didieu ge teu kabagean, ah

moal we sakalian kitu. Kabagean aya periode ka dua

I : Enya

T : Katanya enggak mau, kan rumah yang disitu sama di sini jauh

I : Ngelewati lahan orang lain, ada yang dibongkar-bongkar kitu

P : Tapi kalau dekat mau Bu?

T : Iya mau

I : Mau ge, tapi lahan na dimana?

P : Biasanya untuk limbah sapi, Ibu gunain buat pupuk aja?

I : Iya

T : Da sebenernya juga deket kandang Ibu ada biogas, tapi tidak digunain

P : Lho kenapa bu?

I : Di gunain sama adik Ibu. Seharusnya dua kesini tapi Ibu enggak mau

P : Tapi sejauh ini, Ibu mendukung dengan program biogas?

I : Iya

P : Berarti respon Ibu positif ya?

I : Respon gimana? Positif kumaha maksudna?

P : Kalau positif Ibu mendukung kalo Negatif, Ibu tidak mendukung adanya

biogas?

I : Iya

T : Ngeunahan ari geus boga lahan sorangan mah

P : Ibu, harapan kedepannya untuk biogas apa

I : Kalau punya lahan sendiri mah mau gitu, hehehe

T : Asal punya lahan aja Neng.

P : hehehe, emmmm. Bu sepertinya sudah cukup Bu, ini ada souvenir dan

cemilan untuk Teteh dan Ibu. Terima kasih banyak ya Bu, Teh

sebelumnya hehehe.

P : Boleh minta foto ya Bu, Teh?

T : Mangga..

P : Sekali lagi terima kasih Bu, saya pamit dulu.. assalamualaikum

I : Waalaikumsalam

T : Waalaikumsalam, wr.wb

Page 117: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

91

Lampiran 10

Transkip wawancara dengan Kang Uus

Aktivis Lingkungan Desa Tarumajaya sejak tahun 2009

Tempat : Kampung Babakan Ranca RT 3 RW 20. Desa Tarumajaya,

Kecamatan Kertasari.

Tanggal : 4 September 2016

Waktu : 14:32 WIB – WIB

Keterangan

P : Peneliti

K : Kang Uus

P :Assalamuaikum Kang, emmm Kang di sini kan menjadi aktivis

lingkungan ya?

K : Iya seperti itu.

P : Sudah berapa lama Kang?

K : 2009, yah

P : Awalnya tertarik untuk menjadi aktivis karena apa?

K : Jadi gini, jadi aktivis mah dari dulu juga sudah menjadi aktivis ya.

Semenjak dari Sekolah. Di Bogor jadi aktivis guru nah setelah itu pindah

kesini dan sebenernya mah aktivis pemuda Desa lah ya. Situasi Kertasari

semakin minim orang-orang mengenai perlibatan terhadap lingkungan.

Kita bikin komunitas lah, kita mulai memikirkan mata air, pemetaan mata

air yang ada di Gunung Wayang dan penanganan-penanganan penanaman

pohon-pohonan untuk melindungi mata air. Awalnya itu. Jadi kita sudah

mulai diskusi untuk masuk ke wilayah permasalah berkurangnya debit air

dan kurangnya air. Itu masalahnya di situ. Jadi tertarik untuk mengola

mata air ini untuk terlindungi

P : Memang awalnya perkumpulan pemuda doang?

K : Awalnya gitu, awalnya perkumpulan pemuda. Kita disuruh masuk.

Awalnya mah sebenernya dari Sekolah Polotik Anggaran dan saya itu

perwakilan pemuda Gunung Wayang, karena sudah lebih dulu lah selain

saya. Ada Kang Heri, dkk. Nah ikut diklat Sekolah politik anggraan. Di

sana ketemu lah aktivis-aktivis dari tingkat Jabar, ketemu dengan Walhi

dls. Ada Peling, Elingan. Nah diskusi masalah lingkungan jadi konsen

masalah di lokal. Jadi sampai sekrg gitu, kalo ada kegiatna2 merujuknya

kepada lingkungan sebagian. Oke lanjut.

P : Sekarang ini kan lagi ada berita tentang isu pencemaran Sungai Citarum,

nah makannya kenapa saya ngambil judul tentang ini. Karena emang

awalnya ada isu di hulu Sungai Citarum

K : he’eh

P : Menurut akang itu kaya gimana?

K : Pencemaran Hulu Citarum itu sangat banyak masalah banget. Eeemmm

Hulu Sungai Citarum itu udah dari tahun 2004 sebenaranya dari mulai

Program Pemerintah meluncurkan, 2009 itu sudah mulai. Saya masuk

datang itu isu nya sudah itu, tapi Saya tidak terlibat langsung untuk Hulu

Sungai Citarum. Dulu itu ada Gerakan Citarum Bergetar, Gerakan Citarum

Page 118: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

92

Bergetar ini merupakan program dari Provinsi untuk menangani kritisnya

para petani merambah hutan, itu awalnya.

P : Maksudnya merambah hutan?

K : Merambah hutan itu sebutannya dengan alih fungsi menjadi tempat

pertanian, jadi sedimentasi tanah itu terbawa oleh air hujan terbawa ke

Sungai Citarum, pendangkalan otomatis di daerah DAS Citarum yang

dilokasi Dayeuh Kolot, Bale Endah.

Peternak bukan dari Citarum aja yang membuang kotorannya langsung ke

Citarum eeemm karena tidak ada penanganan khusus, ternyata setelah kita

coba ngobrol dengan peternak inisiatif lah ya ngobrol dengan peternak.

Jadi permasalahnya tadinya bukan mau membuang secara langsung itu

karena keterbatasan lahan, awalnya. Jadi dia bikin diawal sempadan itu

bikin kandang sapi karena tanahnya sedikit untuk membuang itunya kan

deket perumahan nih, untuk membuang kotoran di sini banyak lalet dan

lain sebagainya mencemari ke rumah, nah gitu. Mungkin dia tidak berpikir

panjang kalo peternak mah di buang aja di masukin ke Citarum. Lebih

bersih untuk lingkungan, lingkungan mereka gitu yahh. Padahal dampak

ke yang lain itu sangat dasyat, karena terus mengandap dan itu salah

satunya yakni pendangkalan limbahnya, nah itu. Kasus dari daerah

sempadan Citarum ini tidak ada jalan keluar khusus nah kawan-kawan kita

disni yang aktivis itu bikin Tim Revorma Agraria untuk mengalihkan yang

berkonsentrasi di Wilayah DAS Citarum, dialihkan ke tempat yang

khusus. Kalo dari konsep kita itu mengalihkan warga nya dan kandang-

kandangnya jauh dari Citarum, nah nanti dikelola secara baik lah. Nah itu.

Sampai terjadi pembabatan 25 m itu sebenernya untuk memindahkan, di

relokasi.

P : Tapi berjalan lancar?

K : Kalau di revorma nya mah berjalan, tapi untuk memindahkan nya warga

belum terjadi sampai hari ini. Tapi melihat visi misi kita untuk

menggerakan warga itu, di respon oleh Dinas Peternakan dibangunkan di

yang lahan yang sudah kita babat itu kandang komunal.

P : Terus respon Dinas lama gak dari pembabatan sampai membangunkan

kandang?

K : Setahun. Cepet setahun mah. Jadi gitu,Cuma yang di babat sudah rata dia

langsung bangun kandang sapi nya tapi Cuma sapi nyha aja yang

dipindahinnya, nah sebagian juga tidak ada yuang mau ngisi kandang sapi

nya yang sudah dipindahin kesini, karena si peternak tidak bisa lepas

dengan ternaknya kalau terlalu jauh

P : Iya

K : Terlalu inten ya pekerjaannya, subuh, siang, malem kadang, jd sebagian

ada yang pindah sebagian masih ada. Tapi berkurang untuk masalah

eemmm masalah itu, masalah limbah lah. Ada masalah yang sudah di

rapihkan olah di Kandang komunal oleh Dinas Peternakan, Pertanian dan

Provinsi. Sebernenya awal gagasannya itu, kita mengambil lahan dri

PTPN untuk menata ruang isu itu bagaimana menata ruang Gunung

Wayang, karena Gunung Wayang itu masuk dalam wilayah strategis

Provinsi karna banyak air, untuk titik 0 ke Citarum, nah itu sebagai awal

nya. Hanya kandangnya yang dipindahin sampai sekarang belum beres

Page 119: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

93

maksudnya belum semua tapi sebagian belum terisi. Klo kandang yang

sekarang perkomunal sampai kandang yang paling besar dibangun. Sekrg

itu kandang komunal itu sudah 2 yang dibangun, yang 1 itu dan yang 1

lagi dibangun oleh Ultra Jaya. Itu mah kan milik dari Dinas.

Nah untuk penanganan lingkungan kebetulan itu saya sudah 2 tahun lebih

menggerakan kadar pemuda yang dibantu oleh Provinsi Jabar, program

Kampung Berbudaya Lingkungan. Kampung Berbudaya Lingkungan

Nama programnya Eco Village nah yang terpilih itu saya. Fokus

penangannya adalah Das Citarum RW 1, hanya membersihkan sampah

supaya tidak masuk ke Citarum. Tapi sampai sekarang juga belum selesai

karena Desa Tarumajaya tidak punya TPST masih banyak yang buang

sampah ke hutan. Sosialisasi di sini, ujung-ujungnya kita yang bersihin.

Udah di bersishin seminggu ada yang buang lagi. Karena kita itu gak ada

lahan untuk membuat TPS. Nah karena itu isu Desa Tarumajaya karena

minim lahan.

P : Terus Kang ini RT mana yang dekat dengan DAS Citarum?

K : RW 1

P : Oh, ini RW 11?

K : Ini mah RW 20

P : Berarti ada berapa RW, kang?

K : 30, Desa Tarumajaya. Waktu Desty itu ada 29. Sekarang pemekaran jadi

30

P : Ooohhhh

K : (Membuka laporan objektif Institut Gunung Wayang, melihat jumlah RW

di Desa Tarumajaya)

K : 28 RW, iya nambah satu. Itu di huni oleh 4.504 KK. Ini data yang tahun

2013 nih. Semua ini mata pencaharian ada. Kalo data yang ini soft datanya

saya ada. Kalau nanti dibutuhin.

P : Berarti disini mata pencaharian lebih banyak petani atau peternah?

K : Nahh, buruh

P : Buruh?

K : Iya buruh tani yang paling tinggi. Karyawan, Buruh BUMN kan yah

P : Iya

K : Petaninya Cuma sedikit

P : Iya ya, Cuma ada 1114

K : Ini gambaran tentang penguasaan lahan

P : Untuk jasa itu maksudnya gimana Kang?

K : Ya maksudnya kaya jasa cukur rambut

P : Wirausaha gitu?

K : Nah iya wirausaha gitu

K : Jasa service, perbengkelan. Nanti bisa di copy kalo mau

P : Dapat kaya gini bikin langsung Kang?

K : Iya bikin kalau ini ma gak bikin, ini sudah sampai ke KPK kan. Tadinya

laporan ini buat agraria itu, apa sih permasalahannya itu. Ke Menteri

BUMN, ke Menteri Agraria, DPR RI, ke Bupati apalagi. Sejarah tanahnya.

Apalagi kalau di isukan agraria. Ini permasalahan awalanya terpicu

masalah Citarum karena di DAS Citarum di sepadan sudah banyak rumah

gitu. Orang luar ngomongin terus, orang Gunung Wayang itu perncerman

Page 120: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

94

tertinggi dari peternak dan pertanian, sedangkan Pemerintah tidak mau

menata agar ini karena jalan keluar sapi tfk mungkin dihilangkan. Gimana

kalau di pindah? Nah gagasan dari aktivis ini. Jadi we dengan desain

seperti ini. Saya punya gagasan nya seperti ini dibantu dengan kawan-

kawan ITB jadilah Tapak Bongkor ini.

P : Anak-anak ITB juga berarti?

K : Iya, dari jurusan planalogi. Da dari awalnya mah kita, Cuma ada jaringan

yaudah dibantu gambar gitu. Disini ada di ceritain permasalahan lahan,

jumlah penduduk, presentasenya. Jadi milik masyarakat itu Cuma 3,6%

P : Lahannya?

K : Yang murni milik mayarakat, sisanya milik swasta milik Perhutani

P : BUMN ya?

K : Iya BUMN. Nah kan kita bingung kan gak mungkin tanah BUMN yang

milik orang mau dihibahin, dia aja kurang gitu.

P : Tapi pernah Kang minta izin gitu sama orang BUMN nya?

K : Minta izin pernah, Perhutani gak ngasih. Saya aja kemaren masih ada

data-data nya di Lonsum sana. Saya kan punya perkumpulan Bank

Sampah, namanya Bank Sampah IGW khusus yang fokus di lahan. Di

tolak, dengan alasan dia itu ISO sekian

P: Emmmm

K : Padahal saya butuh, gitu ya. Mau minjemin juga sulit mengibahkan

apalagi. Akhirnya mijem pake lahan sulit jug. Permasalahan nya mah

emang begitu

P : Jadi awalanya emang karena permasalah Citarum ya Kang jadi kemana-

mana

K : Iya. Jadi permasalahan Citarum rusak jadi salah satunya, itu menurut

saya. Gunung Wayang gunduk itu karena emang tidak punya lahan.

Sejarahnya dulu itu ada. Jadi penguasaaan lahan itu dulunya penguasa

lahan yang deket sama tuan-tuan itu, di petakan hanya beberapa untuk

Kertasari. Keluarga ini karena dulunya dekat dengan kerjaan punya lahan

yang luas, yang lain mah enggak. Jadi we hutan gundul.

P : Tapi sudah ada reboisasi sampai sekarang?

K : Reboisasi sebetulnya kita terus-terusan, terakhir itu kita menanam

percontohan di petak 29 itu kita nanem ampe 2000 pohon, buah-buahan

sama tanaman keras. Kalau sama Desty waktu itu malah 7000 pohon, itu

7000 hari enggak berhenti. Dengan petani, diajak Pemerintah enggak mau

Pemerintahnya. Tapi Perhutani memberikan bibitnya kita kan gak punya

yaa pembibitan kayu nya. Kita bantu petak 73 yang dekat dengan Citarum

itu gundul. Ya pada waktu UIN itu, yang terbaru itu di petak 69 masih

dekat sepadan Citarum, mata air mata air.

P : Pernah gak Kang mau bikin rencana kawasan Edukasi penanaman, orang

misal dateng dari luar kota. Beli bibit nanti mereka di suruh nenem gitu?

K : He’eh

K : Sudah ada tapi bukan saya yang konsep. Kawan-kawan dari Sulindra

Artapera. Kalau tidak salah hari ini sedang melakukan penanaman. Saya

juga di undang. Artapela itu sebenarnya masuk Gunung Wayang tapi

namanya puncak Artapela. Uuuhhh gundul nya gila-gilaan lah ya.

P : Artapela itu puncak Gunung Wayang?

Page 121: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

95

K : Bukan, puncak Gunung Wayang jadi berdampingan ini Gunung Wayang

ini puncak Artapela. Tapi masih kawasan Kertasari. Kalau fokus nya

Gunung Wayang mah da tidak gundul, terjaga. Kalau artapela mah kaki

nya sampai Desa Cibereum itu habis. Jadi yang paling ancur lah. Sudah

menjadi edukasi. Orang yang mau naik Gunung itu harus bawa

P : Bawa bibit?

K : Iya, tapi bukan Desa ini yang konsen kawan-kawan lain. Justru kawan-

kawan Desa Tarumajaya selain Kampung Berbudaya Lingkungan,

mengelola sampah mengedukasi warga mengola sampah, memilah,

memanfaatkan limbah ternak. Seperti yang di drum-drum itu kan pupuk

cair

P : Kalau begitu seperti yang Kang Uus bilang kan tidak mungkin

memberikan warga langsung ke rumah-rumah untuk bersosialisasi, pasti

kan belajar dulu. Nah awalnya gimana Kang?

K : Saya dulu kan ikut diklat ya, sebenarnya gini. Ilmu saya itu di kasih oleh

jaringan, tadinya sudah berjejaring dengan Walhi Jabar. Ada YPBB

contoh karena anggota dari Walhi nanti ngirim kontak dia. Ada pelatihan

cara olahan samaph oraganik anu anu anu seminggu gak boleh pulang.

Kita bawa temen-temen untuk studi banding.

P : Disini nya baru di buat nya gitu Kang, dikasih tau ke warga?

K : Nah karena kita udh ada progrma Eco Village kita buat FJD itu yang

hadir 45 orang, 20 orang. Masih terus-terusan. Sudah mulai terlihat yang

dulunya nasabah bank sampah yang mulai Cuma 6 orang sekarang sudah

ada 60 orang, berarti ada peningkatan

P : Jadi kalo warga Desa sini mah harus didorong ya, karena kurang paham

ya?

K : Iya namanya warga kan tingkat pendidikannya rendah ya jadi harus terus-

terusan, gotong royong setiap minggu masih terus berjalan

P : Tapi ada keluhan gak Kang?

K : Tidak ada keluhan, mereka mah ikut aja, tergantung yang ngajak. Karena

menyampaikannya tidak seperti warga kota ya. Da orang kampung mah

asal di ajak asal di undang. Pasti mau

P : Jadi isu pencemaran hulu sungai Citarum mah awalnya tahun 2009 itu

Kang?

K : Sebenarnya turun perambahan sejak tahun 1998 sejak turun Soeharto si

petani ini gak ada lahan tapi sejak itu berani naik lahan. Dahulu sempat di

berhentikan terusss deeeessshhh di mulai lagi tahun 2009. Yang tahun ini

membuat Perdes dengan Mahasiswa/i UNPAD bersama warga untuk

membuat Perdes perlindungan mata air. Jadi yang terakhir kita lakukan

adalah pembuatan Perdes. Jadi warga itu dari radius titik mata air 200 m

itu tidak boleh ada penanaman sayuran harus di hijaukan. Tinggal Desa

nya saja yang mau. Mendorong aja, saya dengan Kang Heri kalo di Desa

Tarumajaya. Kalau saya tidak mampu saya minta bantuan Mahasiswa

UNPAD dan ITB.

P : Berarti banyak yang bantuin mahasiswa?

K :Biasanya minta bantuan UNPAD di hukum untuk bagaimana cara

membuat Perdes. Bagaimana membuatnya kita diskusi, dibuat

penyusunannya. Saya gak bisa gambar akhirnya nanya dengan Mahasiswa

Page 122: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

96

Planalogi daerah wilayah sepadan. Saya pernah menjelaskan tentang

sepadan itu di Kompas TV.

P : Kompas TV yang langsung dateng atau di undang?

K : Langsung dateng kesini, nyari saya. 2 kali itu saya di Kompas TV untuk

membuang limbah Sungai Citarum itu di acara Kabayan Nyintreuk kalau

tidak salah. Mereka itu anggap nya kita mah radikal we, padahal kita

punya konsep yang jelas. Itu masih ada desain tapaknya.

P : Berarti konsen banget ya di Citarum?

K : Iya kita juga sering koordinasi dengan BPHD, dari hulu sampai hilir itu

awalnya Cuma 7 meter dari titik nol Sungai Citarum untuk program Eco

Village sampai Bogor juga malahan. 190 Desa yang ikut program Eco

Village. Nah alhamdulillah yang dapet penghargaan dari Gubernur itu saya

peringkat ke 3. Karena konsen ya praktek-prakteknya ada, karena tidak di

support oleh Pemerintah.

P : Baik Kang, untuk hulu Sungai Citarum kita tinggalkan dulu, lanjut ke

masalah biogas ya Kang?

K : Oh siap

P : Tadi waktu kita wawancara rumah Bu Dede, sebenarnya dari Kang Uus

nya sendiri mau dijadikan priyoritas tidak?

K : Sebenarnya kalau saya maunya dijadikan priyoritas, kaya tadi kan pengen

mah pengen tapi tidak ada lahan, tidak ada tempat untuk bikin biogasnya.

Sebenernya sekarang sudah masuk semua, di masukan ke dalam RPMD

bahwa biogas untuk penangan limbah sapi. Itu dikawal malahan dari

Musrenbangdes, Kecamatan. Kita hanya mendorong itu. Tapi pihak Desa

tidak mensupport sama sekali, ini komunitas kita yang buat.

P : Di Desa Tarumajaya sendiri sudah 3 tahun pembuatan biogas, sejarah

awal mula pembuatan biogas ini dari Kang Uus atau yang lain?

K : Dari yang lain, nah itu awal pembuatan biogas itu dari Citarum bergetar.

Program biogas itu banyak sebenernya, dari KLH, Pemerintah, dari

Provinsi Jabar dan Kabupaten. Cuma kebetulan aja karena KLH itu sering

muncul di BPHD sama saya. Nah si orang nya kontak langsung. Itu

sebenernya awal mula masuknya biogas. Secara desain yang sekarang

lebih praktis tidak rumit

P : Warga yang tidak menggunakan biogas terkendala jarak doang ya Kang

sebenernya? Dan juga katanya susa air, padahal disini adalah daerah

pegunungan. Makannya sempet bingung juga

K : Air itu sebenarnya dari atas sudah banyak Cuma di bolongin oleh petani

untuk menyiram tanaman saat musim kemarau. Orang situ juga

sebenernya orang dalam.

P : Emang sebelumnya belum pernah ketauan siapa yang membolongi?

K : Sudah sebenarnya mah Cuma dikasi kali untuk rokok nya mah

P : Jadi biogas disini sudah berjalan 3 tahun ya Kang, dengan Kang Uus saja?

K : Iya dengan saya, tapi saya pengen meriset ada berapa sih instalasi biogas,

karena dahulu tidak konsen. Tapi yang saya ketahui itu program biogas di

Desa Tarumajaya ngobrol sama Kabupaten Bandung itu sudah ada 140

unit. Nah ternyata denger lagi ada dari kementerian ESDM sudah lebih

200 unit. Tapi kan populasi peternak nya banyak siapa tau bisa nambah

lagi

Page 123: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

97

P : Lalu kenapa Pak, di RW 20 sedikit yang menggunakan biogas?

K : Mungkin kali ya, karena tidak langsung dekat dengan sungai. Begitu, dan

juga lebih banyak pengumpulan berak sapi nya digunakan untuk kompos,

begitu.

P : Oohh, mungkin lebih banyak yang bertani ya kalau disana?

K : Sama, disini juga bertani. Kalau disana bertani nya ke hutan kalau disini

tidak. Di lahan datar, kalau ke hutan berat bawa kotoran sapi karena

bobotnya berat harus di komposting bener-bener.

P : Jadi sebelum ada biogas, hanya dipakai buat pupuk aja Kang?

K : Buat pupuk aja.

p : Untuk sosialisasi sendiri Kang? Diajak atau bagaimana?

K : Biasanya KLH yang datang kesini. Saya mah gak mau kalau dateng

kesana. Bapak kalo mau ketemu warga dateng aja kesini, gitu. Jadi kita

yang dorong.

P : Tapi sering?

K : Ya dalam satu tahun sekali lah ya. Ketika biasanya mau membuat

program atau meluncurkan program.

P : Respon pertama warga gimana Kang? Apa kaget mungkin bingung cara

menggunakannya?

K : Maksudnya respon terhadap hasilnya?

P : Awal biogas di bangun biogas, apa mungkin kebingungan?

K : Ah enggak mereka mah cuman duduk, gak ada masalah kan. Dibangunin

tenaga kerjanya dari sana, orang lokal lah ya. Dia mah duduk santai we.

Nanti diisiin bareng-bareng, begitu dinyalain mereka langsung seneng.

Jadi aman gak ada masalah.

P : Pernah dapet keluhan gak Kang? Misalnya ahh instalasi nya rusak nih?

K : Kalo yang sama saya belum pernah ada keluhan, karena tadi itu untuk

menanggulangi hal itu saya melaksanakan sosialisasi tentang

permasalahan teknis. Saya ngomong sama kontraktornya, ini kan gak ada

anggaran selama pembuatan biogas, mau gak kita ngeriung kalau ada

kerusakan gimana. Mau katanya, akhirnya kita diskusi sama RT disitu

sama warga yang dapet biogas. Saya yang dateng kesitu sama si Irfan.

Udah ngumpul warga kaya gini nih, ini mah inisiatif aja sebenernya mah.

P : Jadi respon nya mah baik ya Kang?

K : Iya

P : Susah enggak sih Kang ngasih sosialisasi ke warga nya, kan tergantung

umur ya?

K : Kalau saya kan bisa berkomunikasi dengan mereka ya gak ada sih gak ada

yang susah.

P : Jadi sekali di bilangin langsung paham Kang?

K : Saya kan detail ya, jadi harus langsung paham mengerti gitu. Fungsi nya

fasilitator. Harus meyakinkan. Enggak enggak sulit, insaAllah ya. Yang

sulit itu waktu saya di Tulungangung tentang limbah sampah. Ruming

bahasanya, dia enggak ngerti bahasa Indonesia saya enggak ngerti bahasa

Jawa. Tapi kalo di Jawa Barat mah gak bingung.

P : Untuk pembuatan kompos biasanya menggunakan berapa banyak kotoran

sapi Kang?

Page 124: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

98

K : Gimana mau buatnya, terus ada lahannya apa tidak. Karena komposting

itu gampang, malah kalau dulu itu pemicu mikroorganismenya itu buatan

ITB, eh IPB. M4. Untuk kompos cairnya, starter untuk membuat

organisme cepat mengurai nah Kawan-kawan sudah membuat namanya

program IGW, nah kalau saya dari rumen Domba.

P : Rumen apa?

K : Dalamen Domba. Malah saya sudah sampai Bioculture, Hidroponik, tapi

jujur saya tidak konsen.

K : Ada lagi?

P : Sepertinya sudah cukup Kang. Hehe. Sebelumnya terima Kang atas

informasinya, sangat membantu.

K : Iya sama-sama

P : Masih mau wawancarai warga yang pernah menggunakan Biogas tapi

berhenti Kang

K : Okeh, orang nya masih berkebun. Tunggu saja ya

P : Iya udah Kang. Terima kasih.

Page 125: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

99

Lampiran 11

Transkip Wawancara dengan Pak Jajang

Ketua RT 01 RW 11, Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari.

Tempat : Kampung Pilar dua RT 01 RW 11. Desa Tarumajaya Kecamatan

Kertasari.

Tanggal : 4 September 2016

Waktu : 15:43 WIB – 15:59 WIB

Keterangan

P : Peneliti

J : Bapak Jajang

P : Assalamualikum Pak, sebelumnya saya mau memperkenalkan diri terlebih

dahulu. Nama saya Maulyda Wulandari, mahasiswi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang bermaksud untuk melakukan wawancara terkait

dengan respon bapak terhadap Biogas di Desa Tarumajaya ini Pak.

J : Oiya silahkan.

P : Nama Bapak siapa kalau saya boleh tahu?

J : Bapak Jajang.

P : Gak ada panjangannya Pak?

J : Tidak ada, hehe

P : Oke,, untuk mempersingkat waktu. Pertanyaan yang ingin saya ketahui.

Sudah berapa lama Bapak mendiami Desa Tarumajaya?

J : 38 tahunan Neng

P : Oooh 38 Tahun, lumayan juga ya Pak. Hehe. Pertanyaan selanjutnya Pak,

Bapak tahu tidak kebanyakan warga disini bermata pencaharian apa?

J : Yang saya tahu Neng disini palingan itu kebanyakan buruh tani dan petani.

Petani teh karena ini kan memang hampir semua tempat nya dikelilingi

oleh Kebuh teh, kalau peternak malahan sedikit.

P : Iya Pak. Lanjut ya Pak, sudah 38 tahun mendiami Desa Tarumajaya ini

yang paling Bapak rasakan masalah yang sedang terjadi apa pak?

J : Kalau yang saya dan warga sedang perbincangkan masalah Lingkungan ya

dan pencemaran Citarum, karena itu masalah sudah sampe ke mana-mana

gitu. Jadi suka di salahkan oleh kebanyakan orang selain di Desa

Tarumajaya yang membuang limbah dari Desa Tarumajaya

kebanyakannya, gitu Neng.

P : Jadi memang sudah gencar dimana-mana ya Pak, untuk memperbaiki

aliran sungai Citarum, DAS Citarum nya itu.

J : Iya Neng memang seperti itu.

P : Lanjut ya Pak. Di Kampung ini apabila dibandingkan dengan Kampung

lainnya, ternyata paling banyak yang menggunakan biogas, apa Bapak

mengetahui program ini Pak?

J : Iya saya mengatahui

P : Selama ini Bapak pernah tidak melihat pembuatan biogas secara langsung

tidak? Terus Bapak paham tidak tentang instalasi alat pembuatan biogas?

Page 126: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

100

J : Emmm, kalau dibilang pernah lihat mah pernah Neng karena biogas yang

sekarang kan beda dengan yang dulu. Untuk instalasi alat biogas itu saya

kurang begitu paham ya, tapi tahu saya tahu kalau si kotoran sapi itu bisa

untuk di buat biogas. Itu saja Neng, saya kurang paham.

P : Oke pak, kita next ke pertanyaan selanjutnya Pak

J : Iya

P : Bisa tidak Pak. Kira-kira nih kalau bapak menjelaskan sedikit atau yang

Bapak ketahui mengenai sejarah awal mulanya ada Biogas di Desa ini?

J : Sejarah nya maksudnya gimana?

P : Maksudnya menjelaskan sedikit saja awal mula Biogas bisa berkembang

di Desa ini khusunya Kampung Pilar dua.

J : Awalanya yang saya ketahui itu banyak program karena itu Neng, masalah

Citarum kan, mulai dari Pemda Kabupaten Bandung, Provinsi,

Kementerian ESDM, Bapenas, dan KLH. Nah kebetulan yang KLH itu di

RT kami, Kementerian Lingkungan Hidup.

P : Ooh gituuu.. emmm, untuk perbedaan nya yang Bapak lihat sebelum dan

sesudah ada biogas?

J : Yang saya lihat itu paling jelas ya tentu mulai berkurangnya limbah ke

Citarum, mengurangi gitu ya.

P : Lanjut ya Pak,Bapak bisa melihat perbedaan hasil dari biogas dari tahun

ke tahunnya?

J : Pasti ada ya Neng kalau hasil nya mah, tapi saya tidak begitu pasti

mengenai hal tersebut secara rinci, hehe

P : Baik Pak kalau begitu hehe

P : Next ya Pak, Respon warga terhadap pemanfaatan biogas bagaimana Pak?

Yang saya tahu sudah 3 tahun berjalan?

J : Bagus yah, dan alhamdulillah warga juga antusias Neng. Tidak susah

diajak untuk bekerja sama untuk membangun.

P : Selama 3 tahun ini Bapak pernah tidak mendapatkan keluhan, karena kan

tidak semua warga senang ya Pak dengan biogas, ada juga yang tidak

tertarik?

J : Keluhannya ada tapi orang yang mau program tersebut tapi tidak sesuai

karena lahannya sempit. Kadang ada yang mau, tapi lahan sempit Neng,

karena lahannya juga kan punya orang, jadi takut kalau nanti ngelewatin

lahan orang ngotorin gitu.

P :Berarti emang sebenrnya warga ingin adanya Biogas ya Pak? Tapi

kebanyakan kehalang lahan?

J : Kira-kira begitu lah Neng.

P : Pertanyaan terakhir Pak, Emmmm. Kedepannya harapan Bapak selaku

Ketua RT dengan adanya biogas ini?

J : Harapannya mah palingan juga supaya program untuk Desa Tarumajaya

ditambah lagi oleh Pemerintahnya, supaya bisa memberkan manfaat

kepada warga-warga yang bukan peternak.

P : Semoga ya Pak, Pemerintah bisa mengeluarkan program lagi.

J : Iya Neng, mudah-mudahan.

P :Alhmadulillah sepertinya pertanyaan sudah selesai semua. Kurang

lebihnya saya mohon maaf Pak, apabila banyak kekurangan atau bahasa

yang kurang berkenan di dengar. Hehe

Page 127: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

101

J : Iya sama-sama Neng, saya juga terima kasih.

P : Oke Pak, Asslamualaikum wrwb

J : Waalaikumsalam wrwb.

Page 128: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

102

Lampiran 12

Transkip Wawancara dengan A Ivan

Warga yang pernah menggunakan biogas dan telah berhenti menggunakan

biogas.

Tempat : Kampung Babakan Ranca RT 03 RW 20 Desa Tarumajaya

Kecamatan Kertasari.

Tanggal : 4 September 2016

Waktu : Sekitar pukul 17:10 - 17: 25 WIB

Keterangan

P : Peneliti

I : A Ivan

P : Assalamualikum A, sebelumnya saya mau memperkenalkan diri terlebih

dahulu. Nama saya Maulyda Wulandari, mahasiswi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang bermaksud untuk melakukan wawancara terkait

dengan responnya Aa terhadap Biogas di Desa Tarumajaya ini, karena

yang saya ketahui dari Kang Uus, Aa pernah menggunakan biogas tapi

berhenti? Betul begitu a?

I : Oh iyaa, betul. Saya memang pernah menggunakan biogas tapi tidak lama,

dan lupa dari tahun berapa sampai berapa menggunakannya

P : Tidak apa-apa A untuk maasalah itu, hehe

P : Langsung ke pertanyaan ya a, Ketertarikan memasang biogas hingga

akhirnya memutuskan untuk berhenti memasang biogas karena apa a?

I : Ketertarikan sama biogas itu memang karena itu sebagai pengganti gas ya,

makannya mau mencoba masang dulu. Setau saya ya, instalasi yang

dahulu itu tidak se praktis sekarang, kalau dulu itu ya Neng, ada namanya

kantong plastik besar di tempel dinding kalau sekarang mah hanya

memasukan kotoran sapi terus tinggal menunggu saja. Lagi juga Neng,

kalau pake kantong Plastik itu di dorong pake angin. Nah untuk

mendorong nya itu pake kompresor untuk mompa ban, tau kan? Itu pake

listrik kan Neng

P : Oiya ya, ini kan energi alternatif kenapa masih pake listirk ya?

I : Makannya itu Neng, saya khawatir kalau nanti meledaklagi.

P : Kenapa tidak mau menggunakannya kagi a, kan sekarang sudah praktis

alatnya, hanya di masukan kotoran sapi terus di kasih air terus tinggal di

tunggu saja?

I : Nah itu Neng, saya mikir-mikir lagi. Jarak antara kandang sama digester

kan jauh, kalo harus bawa-bawa nanti kena lahan orang, jadi nya kotor.

Kasihan kalau lahan orang kotor.

P : Berarti karena kurang lahan ya a, seperti yang sudah saya wawancara

beberapa warga juga mengatakan demikian?

Page 129: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

103

I : Iya Neng soalnya disini lahan sedikit, kebanyakan punya BUMN atau

Lonsum ( Perkebunan London Sumatera).

P :Oooh gitu,, waktu menggunakan biogas dijadikan proyoritas tidak a.

Untuk menggantikan gas elpiji?

I : Iya kalau dulu mah masih saya proiritaskan, sekarang mah karena sudah

tidak menggunakan lagi ya yang menjadi priyotitas sekarng Cuma gas

elpiji yang 3 kg.

P : Hasil akhir selain untuk dijadikan biogas, output nya biasa digunakan

untuk apa a?

I : Digunakan untuk penggunaan pupuk cair untuk berkebun paling juga

Neng. Hanya itu saja palingan juga.

P : Hal yang a Ivan takutkan berarti yang sudah dikemukakan sebelumnya,

kalau saat penggunaan biogas takut meledak ya?

I : Iya itu Neng, makannya sampai sekarang saya belum menggunakan lagi,

dibilang trauma mah tidak ya, saya hanya khawatir takut-takutnya meledak

jadi ada kebakaran hebat, heheh

P :Oke a, jadi dapat disimpulkan aa tidak mau menggunakan biogas lagi

karena yang pertama jarak jauh, terus tidak ada lahan, dan kekhawatiran

akan meledak ya?

I : Iya benar

P : Sepertinya sudah cukup a, alasan kenapa tidak mau menggunakan biogas

hehe. Terima kasih a atas info nya cukup membantu saya. Kurang

lebihnya mohon maaf ya a. Assalamualaikum

I : Sama-sama Neng, iya. Waalaikumsalam.

Page 130: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

104

Gambar 1 Observasi Kampung Babakan Ranca dan Kampung Pilar Dua

Gambar 2 Instalasi Biogas

Page 131: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

105

Page 132: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

106

Gambar 3 Pengumpulan Data

Page 133: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

107

Page 134: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

GAMBARAN UMUM

DESA TARUMAJAYA KECAMATAN KERTASARI

KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT

I. GAMBARAN UMUM DESA

1.1. Kondisi geografis desa

Tarumajaya merupakan desa pegunungan yang dikelilingi oleh kawasan hutan dan perkebunan teh. Letaknya tepat di kaki Gunung Wayang yang merupakan Zona Inti Daerah Aliran Sungai Ci Tarum Hulu. Suhu di udara di desa berketinggian 1400 – 1700m dari permukaan laut ini berkisar antara 10-20°Celcius. Secara administratif, Tarumajaya merupakan bagian dari Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Jarak tempuh dari Ibu Kota Kabupaten Bandung di Soreang sejauh 51 Km.

Batas-batas wilayah desa Tarumajaya anatara lain:

Sebelah Utara Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari

Sebelah Selatan Desa Santosa Dan Desa Neglawangi Kecamatan Kertasari

Sebelah Timur Desa Cikembang Kecamatan Kertasari Dan Kabupaten Garut

Sebelah Barat Desa Kertamanah Kecamatan Pangalengan

Tabel berikut menunjukkan sebaran kepemilikan lahan menurut data potensi dan perkembangan desa

Tarumajaya tahun 2010

Lahan Desa Ha % 1 2 3

Tanah Kering 119.8 4.36% Ladang 86.8 Pemukiman 33.0 Tanah Basah 7.0 0.26% Situ 7.0 Tanah Perkebunan 1800.0 65.57% BUMN 1200.0 BUMS 600.0 Tanah Fasilitas Umum 3.3 0.12% Kas Desa 2.0 Lapangan 1.0 Perkantoran Pemerintahan Desa 0.3 Tanah Hutan 814.9 29.69% Hutan Lindung 814.9 Luas Tanah 2745.0 1.00

1.2. Kondisi populasi penduduk desa

Wilayah Desa Tarumajaya dibagi dalam 7 dusun yang meliputi 27 RW dan 106 RT. Jumlah penduduk Desa Tarumajaya pada tahun 2010 tercatat sebanyak 14.048 jiwa yang terdiri dari 6.962 jiwa laki-laki dan 7.086 jiwa perempuan dari 4.243 kepala keluarga.

Page 135: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

Jumlah Usia Produktif Total

1 2

Jumlah angkatan kerja (penduduk usia 18-56 tahun) 8,001

Penduduk usia 18-56 tahun yang masih sekolah dan tidak bekerja

586

Penduduk usia 18-56 tahun yang menjadi ibu rumah tangga 3,382

Penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja penuh 3,592

Penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja tidak tentu 408

Penduduk usia 18-56 tahun yang belum atau tidak bekerja 31

Penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan bekerja 2

1.3. Strata kehidupan penduduk desa (ekonomi, pendidikan, pekerjaan dll)

Tabel berikut menunjukkan peta kelompok mata pencaharian masyarakat menurut data potensi dan perkembangan desa Tarumajaya tahun 2010

Mata Pencaharian Jumlah Jiwa

Total Laki-Laki Perempuan

1 2 3 4

Buruh Tani 1,638 721 2,359

Peternak 780 4 784

Petani 451 3 454

Buruh/BUMNegara 168 221 389

Buruh/ BUMSwasta 153 174 327

Pembantu Rumah Tangga 10 117 127

Pegawai Negeri Sipil 23 19 42

Pedagang Keliling 27 15 42

Buruh Migran 8 32 40

Pengrajin Industri Rumah Tangga 10 15 25

Pengusaha kecil dan menengah 12 9 21

Pensiunan PNS/TNI/POLRI 3 7 10

Montir 9 - 9

Dukun Kampung Terlatih - 7 7

Jasa Pengobatan Alternatif 3 2 5

Seniman / Artis 2 - 2

Perawat Swasta 1 1

Page 136: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

Tabel berikut menunjukkan jumlah kepemilikan asset pertanian menurut data potensi dan perkembangan desa Tarumajaya tahun 2010.

Kepemilikan Asset Luas Ha Ton/ Ha Jagung 5 125 Kentang 100 15 Kubis 100 20 Wortel 60 20 Bawang daun 10 25 Alpukat 5

Pisang 0,5 Perkebunan teh 1740 Kina 60

Tabel berikut menunjukkan jumlah kepemilikan asset peternakan menurut data potensi dan perkembangan desa Tarumajaya tahun 2010.

Kepemilikan Asset Jumlah Orang Ekor Ternak Ayam Kampung 120 850 Ternak Ayam Boiler 2 50 Ternak Itik/ bebek 3 30 Ternak Domba 95 231 Ternak Kambing 60 125 Ternak Kelinci 35 168 Empang/ kolam 6

Danau 7 Pancingan 3

Tabel berikut menunjukkan tingkat pendidikan masyarakat menurut data potensi dan perkembangan desa

Tarumajaya tahun 2010, dan masih terdapat buta huruf dan aksara sebanyaka 110 jiwa

Tingkat Pendidikan Tamat Jumlah Jiwa

Total Laki-Laki Perempuan

1 2 3 4

Sekolah Dasar/ sederajat 3,745 3,780 7,525

SMP/ sederajat 1,568 1,996 3,564

SMA/ sederajat 708 750 1,458

D-1/ sederajat 40 53 93

D-2/ sederajat 2 4 6

D-3/ sederajat 31 26 57

S-1/ sederajat 32 18 50

S-2/ sederejat 1 - 1

Tabel berikut menunjukkan usia tenaga kerja masyarakat menurut data potensi dan perkembangan desa

Tarumajaya tahun 2010

Page 137: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

Tenaga Kerja Jumlah Jiwa

Total Laki-Laki Perempuan

1 2 3 4

Penduduk usia 18-56 tahun 3,920

4,081 8,001

Penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja

3,265

2,360 5,625

Penduduk usia 18-56 tahun yang belum atau tidak bekerja

632

1,647 2,279

Penduduk usia 0 - 6 tahun 651

786 1,437

Penduduk masih sekolah 7 -18 tahun 1,121

1,168 2,289

Penduduk usia 56 tahun keatas 1,030

1,073 2,103

Tabel berikut menunjukkan usia angkatan kerja masyarakat menurut data potensi dan perkembangan desa

Tarumajaya tahun 2010

Angkatan Kerja

Jumlah Jiwa

Total Laki-Laki Perempuan

1 2 3 4

Penduduk usia 18-56 tahun yang buta kasara dan huruf/ angka latin

65 69 134

Penduduk usia 18-56 tahun yang tidak tamat SD

478 452 930

Penduduk usia 18-56 tahun yang tamat SD

3847 3892 7,739

Penduduk usia 18-56 tahun yang tamat SLTP

1568 1596 3,164

Penduduk usia 18-56 tahun yang tamat SLTA

708 750 1,458

Penduduk usia 18-56 tahun yang tamat Perguruan tinggi

89 81 170

1.4. Kehidupan sosial dan keberagamaan

Kondisi kehidupan sosial menurut data potensi dan perkembangan desa Tarumajaya tahun 2010, seluruh penduduknya berkewarganegaraan Indonesia. Adapun berikut ini tabel Entis yang ada di Desa Tarumajaya

Etnis Jumlah Jiwa

Total Laki-Laki Perempuan

1 2 3 4

Sunda 6,940 7,064 14,004

Page 138: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

Batak 11 7 18

Minang 6 3 9

Jawa 7 10 17

Tabel berikut menunjukkan keberadaan kelembagaan masyarakat menurut data potensi dan perkembangan

desa Tarumajaya tahun 2010

Lembaga Unit Organanisasi

LPMD 1

PKK 1

RW 27

RT 106

Karang Taruna 1

Kelompok Tani 6

BUMDes 1

Organisasi Keagamaan 1

Organisasi Pemuda Lainnya 1

Kelompok Gotong Royong 1

Yayasan 2

Kompepar 1

LMDH 1

SPP PNPM 59

Wanita Mandiri 1

Tabel berikut menunjukkan kehidupan beragama masyarakat menurut data potensi dan perkembangan desa

Tarumajaya tahun 2010

Agama Jumlah Jiwa

Total Laki-Laki Perempuan

1 2 3 4

Islam 6,957 7,083 14,040

Kriten 5 3 8

1.5. Nilai khas pedesaan

Gunung Wayang dan Sungai Ci Tarum adalah dua nama yang sulit di pisahkan. Gunung ini merupakan tempat dimana mata air – mata air Citarum keluar. Menurut cerita penduduk setempat yang diperkuat oleh catatan sejarawan, di lereng Gunung Wayang pernah ditemukan benda bersejarah berupa arca. Sayangnya arca – arca

Page 139: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

tersebut telah dihilangkan oleh sekelompok masyarakat yang khawatir keberadaannya bisa mengundang prilaku musrik.

Situ Cisanti merupakan bendungan buatan yang dibangun untuk menampung aliran air dari 7 mata air yang meberada di kawasan Zona Inti Hulu Sungai Ci Tarum. Situ seluas 7 Ha ini berada tepat di kaki Gunung Wayang. Setiap tanggal 10 muharam daerah ini menjadi tujuan kujungan para pejiarah dari luar daerah. Sebagian masyarakat menjadikan mata air “pangsiraman” yang berada di sudut Situ Cisanti sebagai tempat tujuan jiarah. Tempat ini diyakini sebagai salah satu “patilasan” tokoh sejarah Tatar Ukur yakni Adipati Ukur. Seorang adipati yang pernah memimpin pasukan Priangan menyerang Pemerintahan VOC di Batavia (sekarang Jakarta). Setiap hari minggu banyak warga masyarakat yang mengunjungi Ci Santi.

Sayangnya upaya untuk mengembangkan Gunung Wayang dan Cisanti sebagai tujuan wisata sejarah dan jiarah masih sangat terbatas. Upaya penataan dikawasan wisata belum didukung oleh penyedian infrastruktur jalan yang memadai. Sehingga denyut pariwisatanya belum mampu menggetarkan perekonomian masyarakat Tarumajaya.

1.6. Inprastruktur desa (jalan, pendidikan, kesehatan, bale umum dll)

Tabel berikut menunjukkan sarana dan prasarana desa menurut data potensi dan perkembangan desa Tarumajaya tahun 2010

Jenis Saran dan Prasarana Kondisi (KM - Unit)

Total Baik Rusak

1 2 3 4 Jalan Desa

21

Jalan Aspal 2

2 Jalan Makadam

2 2

Jalan Tanah

15 15 Jalanc Sirtu

2 2

Jalan Kabupaten

6 Jalan Aspal

0,6 0,6

Jalan Makadam

5,4 5,4 Jembatan Desa

4

Jembatan Beton

2 2 Jembatan Besi 2

2

Air Bersih

349 Sumur Pompa

182

Sumur Gali

143 Tangki Air Bersih

4

Mata Air

20 Sanitasi

1636

Sumur resapan air reumah tangga

1521 MCK

88

Saluran pembuangan limbah 11 16 27 Prasarana Irigasi

Panjang saluran primer 1500

1.500

Panjang saluran sekunder 2500

2.500 Pintu pembagi air

1

Peribadatan

60 Mesjid

24

Mushola

36

Page 140: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

Prasarana Kesehatan

17 Puskesmas pembantu

1

Poliklinik

1 Posyandu

14

Toko obat

1 Sarana Kesehatan

12

Dukun bersalin terlatih

7 Bidan

1

Perawat

1 Dukun pengobatan alternatif

3

Pendidikan

21 Gedung SD/ sederajat

9

Gedung TK

2 Gedung tempat bermain anak

7

Lembaga pendidikan agama

2 Perpustakaan desa

1

Energi dan Penerangan

4245 Listrik PLN

4243

Genset pribadi

2 Kebersihan

81

TPS ilegal

9 Gerobak sampah

8

Tong sampah

54 Satgas kebersihan

10

II. KONDISI KEMISKINAN

Berdasarkan hasil diskusi, wawancara dan pengamatan maka dapat diperoleh gambaran tentang bentuk–bentuk kemiskinan yang ditemukan di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari.

2.1. Ekonomi

Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat terutama para buruh tani, buruh ternak, petani dan peternak miskin.

Minimnya ketersediaan asset dan modal produksi perekonomian masyarakat.

Banyaknya angkatan produktif yang kesulitan mendapatkan pekerjaan.

Sulit memenuhi kebutuhan pokok.

Sulit meningkatkan taraf hidup yang layak dan sejahtera.

2.2. Pendidikan

Banyak warga masyarakat yang tidak mampu menyekolahkan anaknya ke Sekolah Dasar. Meski sudah ada kebijakan sekolah gratis namun biaya pendidikan tetap sulit dipenuhi oleh sebagian warga masyarakat. Hal ini terjadi karena mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan akan buku pelajaran serta kebutuhan lainnya.

Tidak mampu melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP dan SMU. Hal ini terjadi selain karena kesulitan mengadakan kebutuhan pendukung seperti buku pelajaran dan perlengkapan lainnya, jarak dari rumah ke tempat

Page 141: RESPON MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI …

sekolah pun membutuhkan biaya transportasi. Banyak siswa putus sekolah sebagai akibat dari ketidakmampuan untuk memenuhi biaya – biaya yang dibutuhkan.

2.3. Kesehatan

Banyak warga masyarakat yang tidak dapat mengobati penyakitnya secara optimal. Pelayanan kesehatan yang tersedia di tingkat desa dan kecamatan tidak cukup efektif untuk mengobati kasus – kasus penyakit berat. Sedangkan untuk melakukan pengobatan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kabupaten cukup jauh jaraknya. Sehingga banyak warga masyarakat yang mengupayakan pengobatan semampunya. Akibatnya kondisi pasien semakin parah.

2.4. Perumahan dan Lingkungan

Banyak ditemukan rumah – rumah warga masyarakat yang berada di lahan bukan milik pribadi. Bahkan sebagian ada yang tinggal di sempadan – sempadan sungai dan rawan terkena bencana. Kondisi rumahnya pun sebagian kurang layak untuk di huni baik dari sisi konstruksi bangunan maupun sanitasi. Misalnya terdapat rumah warga yang berhimpitan dengan kandang – kandang sapi peliharaannya.