resepsi al-qur’an di pondok pesantren darul

83
i RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL HAVIZ AL-MANSYURIYAH SUMBER SARI, KECAMATAN TEBO TENGAH, KABUPATEN TEBO, PROVINSI JAMBI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Stara Satu (S.1) Dalam Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama Oleh: DIANDA ULHAQ UT. 160074 PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

i

RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

HAVIZ AL-MANSYURIYAH SUMBER SARI, KECAMATAN

TEBO TENGAH, KABUPATEN TEBO, PROVINSI JAMBI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Stara Satu (S.1) Dalam Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama

Oleh:

DIANDA ULHAQ

UT. 160074

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2020

Page 2: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

ii

H. Abdulah Firdaus, Lc.M.A.,Ph.D Jambi, 13 Mei 2020

Akbar Imanuddin S.TH.I.,M.Ud

Alamat : Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi

Kepada Yth.

Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Bapak Dekan

Simp. Sungai Duren Fak.Ushuluddin

Muaro Jambi dan StudiAgama UIN

STS Jambi di

Jambi

NOTA DINAS

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan

persyaratan yang berlaku di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS

Jambi, maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara (Dianda Ulhaq) dengan

judul “Resepsi Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah

Sumber Sari, Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi”

telah dapat diajukan untuk di munaqasyahkan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Jurusan/Program Studi Ilmu Al-

Quran dan Tafsir (IAT) di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS

Jambi.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada bapak/ibu, semoga

bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.

Wassalam

Pembimbing I Pembimbing II

H. Abdulah Firdaus, Lc.M.A.,Ph.D Akbar Imanuddin S.Th.I.,M.Ud

NIP. 197012122005011011 NIP.

Page 3: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

iii

Page 4: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

iv

Page 5: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

v

MOTTO

ر ذا القرآن يهدي للتي هي أقوم ويبش ال إن ه أن المؤمنين الذين يعملون الص حا لهم أجرا كبيرا

“Sesungguhnya Al-Qura’n ini memberikan petunjuk kepada

(jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-

orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada

pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’ Ayat: 9)

Page 6: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

vi

PERSEMBAHAN

Bismillāhirrahmānirrahīm

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Bapak , Ibu dan keluarga tercinta yang selalu mendukung dan memberi doa dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Almamater Fakultas Ushuludin dan Studi Agama UIN

Sulthan Thaha Saifuddi Jambi

Teman - teman Jurusan Ilmu Al-quran dan Tafsir

Seperjuangan khususnya kelas A.

Abi, Umi serta seluruh Ustadz/Ustadzah dan

Santriwan/Santriwati Yayasan Pondok Pesantren

Darul Haviz Al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo.

Ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua yang terlibat dalam

proses penyelesaian penulisan skripsi ini, semoga kita semuanya selalu dalam

bimbingan dan lindungan Allah swt.

Page 7: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

vii

ABSTRAK

Penelitian living Qur’an dalam skripsi ini membahas tentang pembacaan

al-Qur’an surat-surat tertentu. Dalam hal ini adalah Pondok Pesantren Darul

Haviz Al-Mansuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo. Bagi seluruh santri Pondok

Pesantren Darul Haviz Al-Mansuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo diwajibkan untuk

mengikuti kegiatan pembacaan surat-surat tertentu yang dilaksanakan setiap rutin

hari pada waktu selesai shalat Ashar dan shalat Isya. Adapun surat-surat tertentu

yang dimaksud adalah surat al-Wāqi‘ah, dan surat al-Mulk.

Penelitian living Qur’an ini pembahsannya lebih difokuskan pada

bagaimana prosesi pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu di Pondok Pesantren

Darul Haviz Al-Mansuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo dan apa makna pembacaan

al-Qur’an surat-surat tertentu tersebut bagi para pelaku tindakan. Dalam hal ini,

sebagai para pelaku tindakan tersebut adalah para santri secara umum, para

ustadz, dan pengasuh Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansuriyah Sumber Sari,

Kab. Tebo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun

teknik pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam skripsi ini

yaitu menggunakan analisis eksplanasi, agar memudahkan penulis dalam

memaparkan isi pembahasan.

Adapun hasil penelitian dalam skripsi ini yaitu, pembacaan al-Qur’an

surat-surat tertentu ini dilaksanakan rutin setiap hari, untuk surat al-Wāqi’ah

dibaca setelah selesai shalat Maghrib dan surat al-Mulk dibaca setelah shalat

Ashar.

Maka ada tiga kategori makna yang diperoleh. Makna objektif suatu

kewajiban yang ditetapkan, makna ekspresif yang terbentuk sebagai pembelajaran

dan menunjukkan pada makna psikologi dan ketenangan jiwa serta makna

dokumenter adalah sebagai suatu kebudayaan.

Page 8: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah

SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunianya berupa kesehatan,

kesempatan dan kekuatan lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul, “Resepsi Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Darul Haviz

Al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten Tebo,

Provinsi Jambi”.

Sholawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi dan Rosul

kita, yakni Nabi Muhammad SAW. Seorang manusia mulia sebagai rahmat untuk

sekalian alam.

Selanjutnya penulis menyadari dalam proses penyelesaian skripsi ini,

penulis telah dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan

rasa terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak yang telah membantu

penulisan skripsi ini sampai selesai. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada orang tua dan keluarga yang telah menjaga,

mendidik, menyayangi dan senantiasa mensupport serta mendoakan penulis

sehingga karya ini dapat disesaikan.

Dan pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih

yang sebesar-besar kepada

1. Bapak H. Abdulah Firdaus, Lc. M.A., Ph. selaku pembimbing I yang telah

banyak memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya

Penulisan Skripsi ini.

2. Bapak Akbar Imanuddin S.TH.I.,M.Ud selaku pembimbing II yang telah

banyak memberikan saran dan waktu demi terselesaikannya Penulisan

Skripsi ini.

3. Bapak Bambang Husni Nugroho, S.Th.I.,M.H.I selaku ketua Prodi Ilmu

Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS

Jambi.

4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Syukri S.S.,M.Ag selaku pembimbing akademik

yang senantiasa selalu memberi saran, semangat dan waktunya demi

terselesaikannya Skripsi ini.

5. Bapak Dr. Abdul Halim, S.Ag.,M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

dan Studi Agama UIN STS Jambi.

6. Bapak Dr. Masiyan M.Ag selaku Wakil dekan bidang Akademik Fakultas

Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.

7. Bapak Dr. Edy Kusnaidi, M. Fil.I. selaku Wakil dekan bidang

Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan Fakultas Ushuluddin dan

Studi Agama UIN STS Jambi.

8. Bapak Dr. M.Ied Al-Munir, M.Ag selaku Wakil dekan bidang

Kemahasiswaan dan bidang Kerjasama luar Fakultas Ushuluddin dan

Studi Agama UIN STS Jambi.

Page 9: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

ix

Page 10: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

NOTA DINAS ................................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ORSINALITAS SKRIPSI ................................... iii

PENGESAHAN ................................................................................................ iv

MOTTO ............................................................................................................ v

PERSEMBAHAN ............................................................................................. vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

PEDOMANA TRANSLITERASI ................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................... 5

C. Batasan masalah ................................................................................. 5

D. Tujuan dan kegunaan penelitian ......................................................... 5

E. Kerangka Teori ................................................................................... 6

F. Metode penelitan ................................................................................ 9

G. Tinjauan pustaka ............................................................................... 10

H. Sistematika penulisan ....................................................................... 12

BAB II PROFIL PONDOK PESANTREN DARUL HAVIZ AL-

MANSYURIYAH SUMBER SARI, KAB. TEBO ....................................... 14

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah 14

B. Keadaan dan Aktivitas Santri Pondok Pesantren

Darul haviz Al-Mansyuriyah ............................................................ 17

C. Fasilitas Pendidikan di Pondok Pesantren Darul Haviz

Al-mansyuriyah ................................................................................ 20

D. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Darul Haviz

Al-Mansyuriyah ................................................................................ 22

BAB III RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

HAVIZ AL-MANSYURIYAH SUMBER SARI, KAB. TEBO .................. 24

A. Pengertian Resepsi Al-Qur’an .......................................................... 24

B. Pemilihan Surat-Surat yang di baca .................................................. 30

1. Surat Al-Wāqi‘ah .......................................................................... 31

2. Surat Al-Mulk ............................................................................... 38

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ............................... 44

A. Praktik Resepsi Pembacaan Surat-surat Pilihan ............................... 44

1. Makna Objektif ............................................................................ 47

2. Makna Ekspresif........................................................................... 50

Page 11: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

xi

3. Makna Dokumenter .......................................................................... 56

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 60

A. Kesimpulan ........................................................................................... 60

B. Rekomendasi Penelitian ....................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 12: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Alfabet

n = ن gh = غ sh = ش kh = خ =أ

w =و f = ف ṣ = ص d = د b =ب

h = ه q = ق ḍ = ض dh = ذ t =ت

’=ء k = ك ṭ = ط r = ر th = ث

y = ي l = ل ẓ= ظ z =ز j = ج

m =م ‘ = ع s = س ḥ = ح

B. Vokal dan Harkat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

Ī ا Ā ىا A ا

Aw ا و Á ا ى U ا

Ay ا ى Ū ا و I ا

C. Syaddah atau Tasydid

Syaddah dilambangkan dengan tanda (-), dalam alih aksara ini

dilambangkan dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan

tetapi hal itu tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak

setelah huruf syamsiyyah.

Page 13: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an pada prinsipnya adalah wahyu yang bersifat progresif.1

Progresifitas al-Qur’an di tunjukkan dengan teks-teks yang senantiasa berdialog

dengan konteks masa lalu di saat al-Qur’an diturunkan, masa kini dan juga masa

yang akan datang. Sebagai kitab suci umat Islam yang menyatakan dirinya secara

fungsional sebagai hudā (petunjuk) bagi manusia, ia memiliki nama-nama yang

beragam. Nama-nama tersebut antara lain al-Kitāb, al-Mubīn, al-Karīm, al-

Kalām, al-Suhūf, dan nama-nama lainnya. Salah satu nama yang sering kali di

labelkan padanya adalah al-Qur’an.2 Ikhtiar labelisasi tersebut, salah satunya

menurut Imam as-Suyuti adalah sebagai oposisi biner terhadap logika dan tradisi

sastra Arab kala itu.3

Disamping sebagai oposisi biner, labelisasi tersebut juga sebagai alat

evaluasi untuk memproteksi orisinalitas, otentisitas, dan eternalitas al-Qur’an.

Hal tersebut diyakini oleh para pengkaji al-Qur’an sebagai perisai canggih untuk

menjaga dan merawat kitab suci tersebut. Sebagai kitab suci yang harus dibaca,

antar pembaca (masyarakat) memiliki praktik yang berbeda-beda sesuai dengan

motivasi dan hidden ideology yang di usungnya. Motivasi tersebut bisa berupa

ekspresi bacaan al-Qur’an yang bertujuan untuk mencari pahala, sebagai petunjuk

teknis dalam kehidupan, ataupun sebagai alat justifikasi terhadap suatu tindakan.4

Perbedaan praktik pembacaan al-Qur’an tersebut dianggap sebagai sesuatu

wajar dan legal. Hal ini di sebabkan karena al-Qur’an di peruntukkan bagi

manusia guna menjadi pedoman (huda). Oleh karena itu, tidak heran apabila Peter

Werenfels menandaskan bahwa dalam kitab suci ini (al-Qur’an), setiap orang

akan mencari sistem teologisnya, dan dalam waktu yang sama iajuga akan

1 M. Abduh Wahid, “Tafsir Liberatif Farid Esack”, dalam Tafsere Vol. 4. No. 2. Tahun

2016, 149. 2 Manshur Sirojuddin Iqbal, Pengantar Ilmu Tafsir¸ (Bandung: Angkasa, 1987), 15. 3 Jalaludin as-Suyuthi, al-Itqan fi Ulumil Al-Qur’an, (Kairo: Dar al-Fikr, t.th.), 141. 4 Ahmad Rofiq, “Pembacaan yang atomistik terhadap Al-Qur’an; Antara Penyimpangan

dan Fungsi,” dalam Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol.4,

No. 1, Januari 2014, 3.

Page 14: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

2

menemukan sistem tersebut dengan orientasi tertentu sesuai denganapa yang

dicarinya.5 Pola bacaan yang di ekspresikan dengan motivasi tersebut apabila

ditelusuri dan ditilik pada sejarah islam, embrional integralnya sudah pernah,

bahkan nyaris di praktikkan setiap harinya di era Nabi Saw. dan sahabat.6

Beberapa kisah yang dapat diangkat dalam konteks ini antara lain Nabi

Saw. pernah menyembuhkan penyakit dengan ruqyah lewat surat al-Fatihah, dan

menolak sihir dengan surat al-Mu’awwizatain.7 Dalam kisah yang lain juga

diriwayatkan bahwa sahabat Abdullah bin Mas’ud begitu intens dalam membaca

surat Al-Wāqi’ah, dengan harapan diberi kecukupan dan dijauhkan dari kefakiran.

Dari dua hal tersebut, kiranya dapat dijadikan sebuah indikator bahwa resepsi

fungsional praktikal terhadap ayat-ayat suci al-Qur’an di era sahabat telah

dilakukan secara massif. Praktik-praktik demikian terus dilestarikan oleh generasi

berikutnya secara kontinue, apalagi ketika al-Qur’an mulai merambah ke wilayah

baru yang memiliki perbedaan secara kultural dengan wilayah dimana al-Qur’an

tersebut diturunkan.8 Artinya, bagi “telinga dan lidah” ajamiyah yang tidak

memperlakukan al-Qur’an secara “khusus” menjadi jauh lebih besar dibandingkan

ketika al-Qur’an masih berada di dalam komunitasnya.9

Asumsi-asumsi tertentu terhadap al-Qur’an dari berbagai komunitas baru

inilah yang menjadi salah satu faktor pendukung munculnya praktik

memfungsikan al-Qur’an dalam kehidupan praksis. Fenomena diatas, dalam

kajian metodologi ilmu tafsir disebut al-Qur’an al-hay atau Studi Living Qur’an,10

yakni fenomena yang hidup di masyarakat sebagai respon atas interaksinya

dengan al-Qur’an.11

5 Ignaz Goldziher, Mazahib al-Tafsir al-Islami, (Beirut: Dar al- Iqra’, 1403), 3.

6 Abdul Mutaqim dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:

TH-Press, 2007), Cet. I., 3.

7 Jalaludin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli dan Jalaluddin Abdurrahman bin Abi

Bakar as-Suyuthi, Tafsir Jalalain, (t.k: Al Haramain Jaya Indonesia, 2007), 274.

8 Muh. Asnawi, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam 1; Mengurai Hikmah Peradaban Islam,

(Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2012), 61.

9 Abdul Mutaqim dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis:4. 10 M. Mansyur dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: TH

Press, 2007), 8. 11 Heddy Shri Ahimsa, “The Living Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi,” dalam

Jurnal Walisongo Vol. 20, No. 1, Mei 2012, 237.

Page 15: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

3

Secara etimologi (kebahasaan) living Qur’an merupakan gabungan dari

dua kata yakni living yang dalam bahasa inggris berarti “hidup” dan kata Qur’an

yang berarti kitab suci umat Islam. Sedangkan secara istilah living Qur’an bisa

diartikan dengan “teks al-Qur’an yang hidup di masyarakat”.12

Disamping definisi tersebut, terdapat pula yang berpendapat bahwa Living

Qur’an berarti sambutan pembaca terhadap ayat-ayat suci al-Qur’an. Sambutan

tersebut bisaberupa cara masyarakat dalam menafsirkan pesan ayat-ayatnya, cara

masyarakat mengaplikasikan ajaran moralnya, serta cara masyarakat membaca

dan melantunkan ayat-ayatnya. Dengan demikian, pergaulan dan interaksi

pembaca dengan al-Qur’an merupakan konsentrasi dari kajian ini, sehingga

implikasi dari kajian tersebut, akan memberikan kontribusi tentang ciri khas dan

tipologi masyarakat dalam bergaul dengan al-Qur’an.13

Berangkat dari hal diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji

living Qur’an yang ada di masyarakat, khususnya di pondok pesantren yang

berada di daerah Jambi, dalam hal ini Pondok Pesantren Darul haviz al-

Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo, Prov. Jambi. Pondok Pesantren Darul

haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo ini merupakan salah satu lembaga

pendidikan agama yang berada di Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Lembaga ini

di dirikan oleh Ustazah Amatul Hafiz dan Ustadz Ardhani Hasan.14

Dalam konteks memperlakukan al-Qur’an di dalam kehidupan praksis,

para santri memiliki ragam praktik yang berbeda-beda. Salah satu contoh yang

bisa diangkat adalah adanya tradisi pembiasaan pembacaan surat-surat pilihan

(surat al-Wāqi‘ah dan surat al-Mulk). Surat al-Wāqi’ah dan surah al-Mulk rutin

dibaca oleh santri setelah selesai melaksanakan shalat ashar dan Shalat maghrib

berjamaah, sedangkan surat Yāsīn rutin dibaca setiap malam jum’at. Di samping

itu ada juga santri yang merespon kehadiran al-Qur’an dengan cara

12 Sahiron Syamsuddin, “Ranah-Ranah Penelitian dalam Studi Al-Qur’an dan Hadis”,

dalam M. Mansur dkk, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta: TH Press,

2007), xiv. 13 Fathurrosyid, “Tipologi Ideologi Resepsi Al-Qur’an di Kalangan Masyarakat Sumenep

Madura”, dalam Jurnal el-Harakah Vol. 17, No. 2 Tahun 2015, 222. 14 Mahyati, Ustadzah Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara

dengan Penulis, 11 November 2019. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Page 16: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

4

menjadikannya kaligrafi. Kaligrafi tersebut diletakkan di berbagai tempat, seperti

asrama santri.

Dengan demikian, resepsi al-Qur’an dari satu generasi terdahulu sangat

mungkin untuk ditiru secara kreatif oleh generasi- generasi selanjutnya,

tergantung pada transmisi pengetahuan yang berlangsung serta model resepsinya

apakah melalui teks atau praktik15. Akhirnya, dalam sejarah resepsi al-Qur’an, al-

Qur’an bukan hanya menjadi jalan hidup (way of life) bagi muslim, tetapi

kehidupan (life of) muslim itu sendiri. Sebagai jalan hidup, al- Qur’an telah ada

dan membimbing dan mengarahkan muslim ke jalan tertentu, “jalan yang benar”,

sementara sebagai kehidupan, al- Qur’an masuk ke dalam perjalanan hidup sehari-

hari muslim disadari atau tidak.16

Terhadap beragamnya resepsi al-Qur’an yang ada di Pondok Pesantren

Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo tersebut, pendekatan yang

peneliti gunakan adalah pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi

yaitu proses penelitian yang menekankan “meaningfulness”, artinya peneliti tidak

hanya mendeskripsikan suatu fenomena yang n ampak, akan tetapi juga berusaha

memahami makna yang melakat di dalam fenomena tersebut. Peneliti akan

berusaha mengungkap kesadaran atas pengetahuan pelaku mengenai dunia tempat

mereka berada, serta kesadaran mereka mengenai perilaku-perilaku tersebut.17

Hal ini peneliti pandang sebagai sesuatu yang penting untuk dilakukan,

karena dengan memahami pandangan dunia ini lah kemudian peneliti akan dapat

memahami mengapa resepsi tersebut yang diwujudkan bukan yang lain. Maka

dari itu, judul yang peneliti buat dalam penelitian ini berjudul “Resepsi Al-Qur’an

di Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kecamatan Tebo

Tengah, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi”.

15 Ahmad Rafiq, “Sejarah Al-Qur’an dari Pewahyuan ke Resepsi” dalam Sahiron

Syamsuddin (ed.), Islam,Tradisi dan Peradaban, (Yogyakarta: Bina Mulia Press,2012), 75 16 Ibid. 81

17 Heddy Shri Ahimsa Putra, “The Living Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi,”

dalam Jurnal Walisongo, vol. 20, no. 1, Mei 2012, 256.

Page 17: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, untuk mempermudah kajian dan agar

penelitian lebih terarah dan menghasilkan hasil akhir yang komprehensif, integral

dan menyeluruh sehingga relatif mudah untuk dipahami, maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apa makna yang melekat dalam praktik resepsi al-Qur’an di Pondok

Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo tersebut?

2. Bagaimana praktik resepsi al-Qur’an di Pondok Pesantren Darul haviz al-

Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo?

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari adanya perluasan masalah yang dibahas dan dapat

menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan rumusan masalah yang

penulis buat sebelumnya, maka peneliti memberikan batasan masalah ini hanya

membahas tentang resepsi al-Qur’an pada surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk di

Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan

Sejalan dengan perumusan permasalahan di atas, maka penelitian ini

memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui praktik resepsi al-Qur’an di Pondok Pesantren Darul

haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo

b. Untuk mengetahui makna yang melekat dalam praktik resepsi al-Qur’an di

Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang ingin di capai dalam penelitiaan ini adalah:

a. Memberikan informasi dan tambahan khazanah keilmuan kepada pembaca

mengenai ragam resepsi al-Qur’an yang ada di Pondok pesantaren Pondok

Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo serta

sebagai alat bantu bagi pembaca dalam memahami makna dan nilai-nilai

Page 18: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

6

(meaning and values) yang terkandung dalam ragam praktik resepsi al-

Qur’an di Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab.

Tebo tersebut.

b. Memberikan sumbangan keilmuan dibidang al-Qur’an khususnya dalam

kajian Living Qur’an dan agar dapat menjadi salah satu referensi untuk

pengembangan penelitian selanjutnya.

E. Kerangka Teori

a. Resepsi

Yang dimaksud dengan resepsi adalah sebagai pengolahan teks, cara-cara

pemberian makna terhadap karya, sehingga dapat memberikan respon

terhadapnya. Respon yang dimaksud tidak dilakukan antara karya dengan seorang

pembaca, melainkan pembaca sebagai proses sejarah, pembaca dalam periode

tertentu.18

b. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah Kalām Allah Swt. yang bernilai mukjizat, yang

diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan malaikat

Jibril, diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir, membaca terhitung sebagai

ibadah dan tidak akan tertolak kebenarannya.19

ن ي ةي ع ل او ر مس قنه ز ار م ا نف ق وام لوة و واالص ا ق ام و الله تب ك ي تل ون ين الذ ةلنا ن ار ت ج ون رج

ا نهغ ف ورش ك ور٩٢ت ب ور نف ضل ه يد ه مم ي ز ه مو ور ما ج ف ي ه ي و ٠٣ل

“Sungguh orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (al-Qur’an),

melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan

kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan

perdagangan yang tidak akan rugi. Agar Allah Swt menyempurnakan pahalanya

18http://mwalidin.blogspot.com/200712/seksualitas-dalam-novel-indonesia.html 19Ahsin W Al Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara,

2000),1.

Page 19: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

7

dan menambah karunia-Nya kepada mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun,

Maha Mensyukuri.”(QS. Fathir: 29-30).20

Al-Qur’an merupakan kitab yang kemurniannya dijaga langsung oleh

Allah Swt.

ا نال هل حف ظ ون و كر لن االذ ن ز ٢ا نان حن

“Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya

kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Al-Hijr: 9)21

sehingga tidak akan pernah diragukan lagi kebenaran kitab tersebut sampai

kapanpun. Bahkan, sekedar meniru keindahan susunan kalimatnya pun tidak ada

orang yang mampu melakukannya.Wahyu ini dijaga oleh Allah Swt, salah satunya

dengan keajaiban bisa dihafal oleh mereka yang sungguh-sungguh menghafal.22

Penulis menggunakan teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim, dengan

teori sosiologi pengetahuan maka menjadi menarik untuk diterapkan dan

diaplikasikan untuk menemukan dan menentukan saling keterkaitan antara pikiran

dan tindakan.23

Tindakan yang terjadi pada manusia dibentuk dari dua dimensi yaitu

perilaku (behaviour) dan makna (meaning). Sehingga, dalam memahami suatu

tindakan sosial seorang ilmuwan sosial harus mengkaji perilaku eksternal dan

makna perilaku. Mannheim mengklasifikasikan dan membedakan makna perilaku

dari suatu tindakan sosial menjadi tiga macam makna yaitu: 1) Makna obyektif ,

adalah makna yang ditentukan oleh konteks sosial dimana tindakan tersebut

berlangsung; 2) Makna ekspresif, adalah makna yang ditunjukkan oleh aktor

(pelaku tindakan); dan 3) Makna dokumenter, yaitu makna yang tersirat atau

20 Kemenag, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Adhi Aksara Abadi Indonesia, 2011),

621. 21Tim penterjemah dan penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:

Departemen Agama RI, 1985), 262. 22Muhammad Yusuf Bin Abdurrahman, Kisah-kisah Balita Penghafal Al-Qur’an,

(Yogyakarta: Laksana, 2018), 16. 23 Karl Mannheim, Ideologi dan Utopia, Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik, terj.

Arief Budiman, (Yogyakarta : Kanisius, 1991), 287.

Page 20: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

8

tersembunyi, sehingga aktor (pelaku tindakan) tersebut tidak sepenuhnya

menyadari bahwa suatu aspek yang diekspresikan menunjukkan kepada

kebudayaan secara keseluruhan.24

Prinsip dasar yang pertama dari sosiologi pengetahuan Karl Mannheim

adalah tidak ada acara berpikir (mode of thought) yang dipahami jika asal-usul

sosialnya belum diklarifikasi. Ide-ide dibangkitkan sebagai perjuangan rakyat

dengan isu-isu tertentu dalam masyarakat mereka, dan makna serta sumber ide-ide

tersebut tidak bisa dipahami secara semestinya. Jika seseorang tidak mendapatkan

penjelasan tentang dasar sosial mereka, berarti hal ini harus dipahami dalam

hubungannya dengan masyarakat yang memproduk dan menyatakannya dalam

kehidupan. Adapun prinsip yang pertama, yakni ide dan cara berpikir,

sebagaimana entitas sosial, maknanya akan berubah seperti institusi-institusi

sosial tersebut mengalami perubahan historis yang signifikan. Ketika lembaga-

lembaga tertentu menggeser lokasi historisnya, maka pergeseran makna dan gaya

pemikiran yang berhubungan dengannya akan berubah juga.25

Dengan menggunakan teori sosiologi pengetahuan yang ditawarkan Karl

Mannheim tersebut, penulis menjadikannya sebagai acuan dasar dalam

pembahasan latar belakang dari tradisi pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu di

Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo.

Meliputi asal-usul kontekstual dan asal usul normatif, yaitu pemahaman terhadap

karakterisktik ayat-ayat yang terdapat pada surat-surat tertentu yang dibaca dan

pemahaman terhadap hadis-hadis tentang keutamaan membaca surat tertentu pada

waktu khusus.

24Gregory Baum, Agama dalam Bayang-bayang Relativisme: Agama Kebenaran dan

Sosiologi Pengetahuan, terj. Ahmad Murtajib Chaeri dan Mashuri Arow, (Yogyakarta: Tiara

Wacana Yogya, 1998), 15-16. 25Ibid. 18

Page 21: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

9

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk menelitian lapangan (fieldresearch).

Selain itu, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Merupakan sebuah penelitian yang berusaha untuk menuturkan masalah-

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyek

penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Dalam jenis penelitian kualitatif ini, metode yang penulis gunakan adalah

wawancara, pengamatan/observasi, dan dokumentasi.

2. Subjek Penelitian

a. Guru tahfīz Pesantren Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah

Sumber Sari, Kab. Tebo Provinsi Jambi.Guru tahfīz merupakan orang

yang paling mengerti seluk-beluk tentang keadaan santri tahfiz dan

yang berkaitan dengannya.

b. Para huffaz di Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber

Sari, Kab. Tebo Provinsi Jambi.

3. Sumber dan Jenis Data

a. Sumber Data

Sumber data merupakan karya yang memiliki keterikatan dengan pokok

pembahasan dalam sebuah penelitian. Sumber data dalam penelitian ini

berupa wawancara dari beberapa sampel yang telah ditentukan dan

ditemukan atau peristiwa-peristiwa dilapangan.

b. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Data Primer

Adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. Data

primer juga sebagai data asli dan peneliti harus mengumpulkan

secara langsung melalui observasi atau wawancara di lapangan.

2) Data Sekunder

Page 22: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

10

Adalah data yang diperoleh dari sumber kedua, berupa dokumentasi

atau peristiwa bersifat lisan dan tertulis.26

4. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode yang peneliti gunakan dalampengumpulan data adalah

sebagai berikut:

1. Wawancara (Interview)

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam melalui wawancara tersruktur dan tidak

tersrukturyang berfungsi untuk mendapatkan informasi mengenai

resepsi al-Qur’an di Pondok Pesantren Darul haviz al-

Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo

2. Pengamatan/observasi

Pengamatan di dalam observasi ini, peneliti mengadakan

pengamatan dan ikut serta dalam kegiatan santri.

3. Dokumentasi

Dokumentasiyang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumenasi tertulis dan dokumentasi bentuk gambar, dan

audio.

4. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis

data deskriptif analitik (data yang berkaitan dengan tema yang

diteliti, dikumpulkan dan diklasifikasikan) yang kemudian

dilakukan deskripsi.

G. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari terjadinya pengulangan dalam penelitian, makapenulis

melakukan kajian pustaka sebelumnya. Mengenai literatur yangmembahas tema

terkait dengan penelitian yang peneliti kaji adalah sebagaiberikut:

Penelitian Imas Lu’lu Jannah, yang berjudul Resepsi Estetik terhadap Al-

Qur’an pada Lukisan Kaligrafi Syaiful Adnan.27 Dalam penelitiannya, Imas

26 Mohd. Arifullah. Panduan Penelitian Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin

Iain Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. (Jambi:Fak Ushuluddin IAIN STS Jambi. 2016). 44.

Page 23: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

11

menyingkap dan mengungkap bagaimana teks al-Qur’an diterima dan direspon

oleh seniman lukis muslim yang bernama Syaiful Adnan. Syaiful Adnan

menekuni dunia lukis dengan menempatkan kaligrafi al-Qur’an sebagai tema

sentral dalam lukisannya. Ayat al-Qur’an merupakan sumber inspirasi artistik

sekaligus estetik bagi Syaiful Adnan untuk melahirkan karya-karya masterpiece

nya. Teks al-Qur’an menawarkan sebuah ruang interpretasi yang dialogis kepada

pembaca. Interaksi antar keduanya merupakan proses reproduksi makna dimana

dalam proses ini, subjektifitas pembaca sangat mempengaruhi proses pembacaan.

Dari penelitian yang dilakukan, dia berkesimpulan bahwa makna (meaning) yang

diterima Syaiful Adnan dilokalisir dalam benak dan dikonkretisasi berdasarkan

aspek estetis yang dialaminya, kemudian diaktualisasikan dalam bentuk karya

lukis kaligrafi al-Qur’an.

Muhammad Mukhtar, dengan judul Resepsi Santri Lembaga Tahfidzul

Qur’an Pondok PesantrenWahid Hasyim Terhdap Al-Qur’an. Dalam skripsi

tersebut dia menjelaskan mengenai pola dan latar belakang resepsi santri Lembaga

Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren Wahid Hasyim terhadap al-Qur’an. Pada

penelitiannya tersebut, dia menitik beratkan pada pelacakan historis, metodologis,

serta relevansi dari resepsi santri Lembaga Tahfidzul Qur’an tersebut terhadap

kajian tafsir kontemporer. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut

adalah metode deskriptif analitik dengan pendekatan fenomenologi. Adapun hasil

dari penelitian tersebut adalah tradisi pembacaan santri terhadap bagian-bagian

tertentu dari al-Qur’an, khususnya QS. al-Mu’awwizatain, QS. Yāsīn, QS. ar-

Rahmān, QS. al- Wāqi’ah, dan ayat al-kursī termasuk dalam kategori pola resepsi

estetis, artinya fenomena tersebut merupakan pemaknaan di luar teks al-Qur’an.

Sedangkan latar belakang utama santri melakukan pembacaan surat-surat tersebut

berawal dari adanya anjuran orang tua dan ustadz-ustadznya, termasuk juga

pemahaman yang didapatkan santri dari berbagai kitab-kitab ataupun buku.28

27Imas Lu’lu Jannah, “Resepsi Estetik Terhadap Al-Qur’an pada Lukisan Kaligrafi

Syaiful Adnan,” dalam Jurnal Nun, vol. 3, no. 1, Tahun 2017, 25.

28Muhammad Mukhtar, “Resepsi Santri Lembaga Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren

Wahid Hasyim Terhadap Al-Qur’an”. Skripsi Fakultas Ushuluddin Studi Agama dan Pemikiran

Page 24: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

12

Ardi Putra, yang berjudul Resepsi Al-Qur’an dalam Pembelajaran Al-

Qur’an (Studi Perbandingan pada Pembelajaran Al-Qur’an Online dan

Pembelajaran Al-Qur’ān di TPA Al-MuhtadīnPerum Purwomartani Baru,

Kalasan, Sleman, Yogyakarta).29 Dalam penelitiannya, ia melakukan studi

komparatif antara salah satu situs pengajaran al-Qur’ān Online denganTaman

Pendidikan al-Qur’an (TPA) al-Muhtadīn yang berlokasi diPerum Purwomartani,

Sleman, Yogyakarta. Dengan menggunakan teoriresepsi estetis yang dicetuskan

oleh Wolfgang Iser, ia mencoba mengungkap resepsi al-Qur’an yang terdapat dari

kedua pola pembelajaran tersebut. Dari penelitian yang dilakukan, dia

mendapatkan hasil bahwa terdapat banyak perbedaan di dalam bagaimana kedua

objek kajian ini memanifestasikan resepsi al-Qur’an dalam praktik

pembelajarannya, misalnya pada tindakan aplikatif yang bersifat subjektif berupa

efisiensi waktu, tempat, hingga pentingnya seorang guru. Itulah terms yang tidak

terdapat pada praktik pembelajaran al-Qur’an online. Namun secara esensi

terhadap al-Qur’an, tidak ada perbedaan yang signifikan, ini dapat dilihat

berdasarkan manifestasi resepsi al-Qur’an yang diajarkan pada kedua pola

pembelajaran ini terdapat pada keyakinan yang sama, yaitu menunjukkan

pentingnya seorang muslim agar mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan

benar, karena selain sebagai pedoman hidup, membaca al-Qur’an juga dipandang

sebagai suatu amalan yang bernilai ibadah.

H. Sistematika Penulisan

Agar penelitian ini dapat dipaparkan secara runtut dan terarah maka

sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

Bab pertama, adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi

penelitian dan sistematika penulisan.

Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2007. Diakses dari http://digilib.uin-

suka.ac.id/36402/, pada Minggu, 17 November 2019. 29Ardi Putra, “Resepsi Al-Qur’an dalam Pembelajaran Al-Qur’an: (Studi Perbandingan

pada Pembelajaran Al-Qur’an Online dan Pembelajaran Al-Qur’an di TPA Al-Muhtadin Perum

Purwomartani Baru, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2016. Diakses dari http://digilib.uin-suka.ac.id/29506/, pada

Senin, 17 November 2019.

Page 25: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

13

Bab kedua, gambaran umum tentang pengertian resepsi, respon santri

terhadap ayat-ayat pilihan yang di baca, dengan maksud untuk memberikan

informasi awal dan memberikan pemahaman terlebih dahulu perihal yang menjadi

pusat penelitian.,

Bab ketiga, profil pondok pesantren antara lain letak geografis pondok

pesantren, latar belakang berdiri dan perkembangan pondok pesantren. Kedua,

sumber dana pondok pesantren. Ketiga, visi dan misi pondok pesantren. Keempat,

kondisi umum pondok pesantren antara lain tata tertib, struktur organisasi, jumlah

dan kegiatan santri.

Bab keempat, Resepsi Al-Qur’an di pondok pesantrenDaarul Hafidz al-

Mansyuriyah Sumber Sari, Kecamatan Tebo Tengah, kabupaten Tebo, Provinsi

Jambi. Pertama, tata laksana pembacaan surah- surah pilihan dan respon santri

terhadap pemaknaan surah tersebut.

Bab kelima, atau bab yang terakhir adalah kesimpulan dari penelitian,

saran-saran dan penutup. Setelah penutup maka penulis akan menyajikan daftar

pustaka sebagai kejelasan dan pertanggung jawaban referensi.

Page 26: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

14

BAB II

PROFIL PONDOK PESANTREN DARUL HAFIZ AL-

MANSYURIYAH

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darul Hafiz Al-Mansyuriyah

Pondok Pesantren Darul Havis Al-Mansyuriyah berdiri pada tanggal o8

Mei 2018. Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo

merupakan cabang dari Pondok pesantren Nurul Jalal Muara Tebo, Jambi

merupakan satu -satunya Pondok Pesantren yang terletak di jantung Kota Muara

Tebo. Sebagai salah satu studi Islam, pondok pesantren ini telah melalui sejarah

yang cukup panjang, dan memberi dampak posotif bagi perkembangan nilai-nilai

Islam, khususnya di Kabupaten Tebo Bahkan, pondok pesantren ini telah

mengalami beberapa fase dan sampai saat ini terus berkembang menuju pondok

pesantren modern dan mandiri sesuai dengan titahnya membentuk santriwan dan

santriwati yang berakhlakul karimah, yang mengusai ilmu pengetahuan dan

teknologi. Akan tetapi Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah yang

cabang dari Pondok pesantren Nurul Jalal Muara Tebo, Jambi. Hanya

mengkhususkan bagi santriwan dan santriwati yang ingin menghafal al-Qur’an.30

Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo

merupakan turunan dari Pondok Pesantren Nurul Jalal Muara Tebo. Jika

membicarakan sejarah berdirinya Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah

Sumber Sari, Kab. Tebo maka tidak terlepas dari sejarah Pondok Pesantren Nurul

Jalal Muara Tebo.31

Pondok pesantren Nurul Jalal Muara Tebo, Jambi merupakan satu –

satunya Pondok Pesantren yang terletak di jantung Kota Muara Tebo. Sebagai

salah satu studi Islam, pondok pesantren ini telah melalui sejarah yang cukup

30 Ardhani Hasan, Penasehat Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo. 31 Ardhani Hasan, Penasehat Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Page 27: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

15

panjang, dan memberi dampak posotif bagi perkembangan nilai – nilai islam,

khususnya di Kabupaten Tebo. Jika ditinjau dari sudut sejarah, pondok pesantren

Nurul Jalal Muara Tebo telah melalui tiga fase kepemimpinan.Awal sejarah

ponpes Nurul Jalal didirikan oleh KH. Zahruddin Bin Ustman, beliau seorang

tokoh ulama kharismatik yang sangat berpengaruh ditengah – tengah umat Islam.

Beliau (KH Zahruddin) lahir pada tahun 1901 di Sungai Jawi – Jawi Balai

Asahan, Sumatera Utara. Dimasa masa kecilnya beliau habiskan memang untuk

belajar dan menuntut ilmu agama.

Dengan perjalanan panjang, KH Zahruddin sudah banyak belajar dari

berbagai guru, sehingga beberapa daerah sudah beliau masuk untuk menyebar

syiar agama. Bahkan beliau sebelumnya juga pernah belajar mengaji di perguruan

tinggi Islam Al-Azhar Cairo (Mesir) dan juga pernah mengajar mengaji di

Masjidil Haram Makkatul Musyarafah (Negeri Mekkah). Singkat cerita, pada

tahun 1943 sampai 1954 beliau mengabdi untuk mensyiarkan agama Islam di

Provinsi Jambi, dan mengajar beberapa madrasah di Desa di Jambi. Pada tahun

1954 beliau menetap di Desa Mangun Jayo Muara Tebo, sehingga beliau

mendirikan Pondok Pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren Nurul Jalal.

Dengan perkembangan zaman, pesantren Nurul Jalal pun terus peningkatan

hingga saat ini.

Setelah wafat KH. Zahruddin, ponpes Nurul Jalal dilanjuti oleh KH.

Muhammad Mansyur Bin Hamzah yang merupakan menantunya KH. Zahruddin.

Dan pada saat ini, ponpes Nurul Jalal terus di kembangkan oleh H.M. Fauzi

Mansyur yang merupakan putra dari KH. Muhammad Mansyur. Yang

sebelumnya di Desa Mangun Jayo, saat ini Ponpes Nurul Jalal berada di pusat

kota Muara Tebo KM 02.

“Alhamdulillah perkembangan ponpes terus meningkat, sesuai dengan visi

Nurul Jalal Menjadikan santri yang berakhlaqul karimah, berakhlak mulia, yang

Page 28: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

16

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,” sebut H.M Fauzi Mansur saat

dijumpai dikediamannya.32

Seiring dengan perkembangan zaman maka berdirilah Pondok Pesantren

Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo yang terletak di samping

Pondok Pesantren Nurul Jalal Muara Tebo itu sendiri yang di dirikan oleh

ustazah Amatul Hafidz dan ustadz Ardhani Hasan pada tanggal 08 Mei 2018.33

Kegiatan di pondok ini adalah sebagaimana pesantren, kegiatan yang

menonjol adalah pengajian tahfiz yang di ajarkan tidak hanya itu ada juga

pengajian kitab-kitab dan madrasah untuk menunjang pembelajaran bagi para

santri. Materi dan cara pengajian tersebut adalah dikaji dengan hafalan. Santri-

santri yang berada di sini adalah dari pelajar MTs, jadi santri disini wajib

menjalankan rangkaian tiga kegiatan, yaitu mondok, menghafal, dan sekolah.34

Visi:

“Mencetak Santriwan dan santriwati yang bertauhid, hafiz, hafizoh,

sholih dan sholihah”

Misi:

1. Memahamkan aqidah yang benar dan menerapkannya dalam ibadah

sehari –hari

2. Menciptakan lingkungan yang Qurani

3. Menghidupkan kesadaran menghafal Al-quran, menjaganya,

memuroja’ahnya dan mengamalkannya melalui pembiasaan dalam

kehidupan sehari – hari

32 Ahmad Pudaili, “Keberadaan Ponpes Nurul Jalal Sangat Berdampak Positif Bagi

Masyarakat” Di akses melalui https://titikjambi.com/berita-selengkapnya/keberadaan-ponpes-

nurul-jalal-sangat-berdampak-positif-bagi-masyarakat/ tanggal 28 April 2020

33 Khairul Azhar, Pembimbing Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Wawancara dengan Penulis, 19 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo. Ponsel Recording. 34 Halima Tussa’diah, Ustadzah Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Page 29: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

17

4. Membiasakan adab – adab islami dalam kehidupan sehari – sehari

terhadap teman, guru dan seluruh civitas yang tinggal di dalam pondok

serta terhadap masyarakat di luar pondok

5. Menumbuhkan rasa cinta beribadah kepada Allah baik yang wajib

ataupun yang sunnah.

Tata Tertib santri Pondok Pesantren Darul haviz Al-Mansyuriyah Sumber

Sari, Kab. Tebo.

Kewajiban

a. Santri wajib menjunjung tinggi dan menjaga nama baik Pondok Pesantren

Darul haviz Al-Mansyuriyah.

b. Bersikap sopan santun dalam berhubungan dengan pengasuh dan sesama.

c. Wajib mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan oleh pengasuh.

d. Wajib mengikuti sholat berjama’ah.

e. Mohon izin kepada pengasuh apabila akan meninggalkan Pondok

Pesantren Darul haviz Al-Mansyuriyah.

f. Menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan.

g. Sopan dalam pakaian dan bertutur kata.

h. Mentaati tata tertib

Larangan-larangan

a. Dilarang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syara’.

b. Dilarang membawa ponsel35.

B. Keadaan dan Aktifitas Santri Pondok Pesantren Darul Hafidz Al-

Mansyuriyah

Santri yang belajar di Pondok Pesantren darul Haviz Al-Mansyuriyah

adalah santri dengan usia menjelang remaja, yaitu pada usia setelah lulus SD atau

MI kurang lebihnya seusia sebelas sampai lima belas tahun, jumlah tenaga

pendidik di Pondok pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriah keseluruhanya

berjumlah 7 orang, 2 ustadz dan 5 lainya ustadzah. Sedangkan jumlah santri pada

35 Halima tussa’diah, ustadzah Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Page 30: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

18

tahun ajaran 2019-2020 adalah berjumlah 35 orang, semuanya meliputi santri

laki-laki dan santri perempuan.

Adapun kegiatan rutin sehari-hari santri Pondok Pesantren Darul Haviz

Al-Mansyuriyah adalah dimulai pada pukul 03.30 WIB dengan pelaksanaan shalat

tahajud berjamaah kemudian dilanjutkan shalat subuh berjamaah, dan semua

kegiatan santri berakhir pada pukul 22.00 WIB. Pelaksanaan pendidikan umum

dilaksanakan pada waktu pagi hari sampai siang hari, sama dengan sekolah pada

umumnya, dan Madrasah Diniyah dimulai setelah jamaah Ashar sampai pukul

17.00 WIB.

Secara umum kegiatan santri pondok Pesantren Darul haviz Al-

Mansyuriyah ini sesuai dengan jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan pihak

pengurus dan pengasuh, seluruh santri diharuskan taat dan patuh mengikuti jadwal

kegiatan tersebut dan ada sanksi bagi santri yang tidak mengikuti jadwal kegiatan,

terkecuali bagi yang sedang uzur, seperti pulang, sakit, dan lain-lain.

Page 31: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

19

Jadwal Kegiatan Sehari-Hari Santri Pondok Pesantren Daarul Hafidz Al-

Mansyuriyah:

WAKTU KEGIATAN

TEMPAT

03.30 Bangun Tidur Asrama

03.30 – 04.30 Tahajjud & Wirid Bersama Mushalla

04.30 – 05.00 Sholat Subuh Berjamaah Dan Tadarus

Qur’an

Mushalla

05.00 – 05.30 Ilqa Mufradat Halaman

Mushalla

05.30 – 06.30 Hafalan Qur’an Mushalla

06.30 – 07.15 Sarapan Pagi Dan Persiapan Sekolah Matbah

07.15 – 12.00 Sekolah Kelas

12.00 – 12.30 Sholat Dzuhur Berjamaah Mushalla

12.30 – 13.30 Makan Siang Matbah

13.30 – 14-15 Sekolah Kelas

14.15 – 15.30 Pengajian Kitab-Kitab Kuning Mushalla

15.30 – 16.00 Sholat Ashar Berjamaah Mushalla

16.00 – 16.45 Pembacaan Surat Al- Mulk Mushalla

16.45 – 17.30 Ekstrakulikuler Lapangan

17.30 – 18.00 Istirahat & Persiapan Sholat Magrib Asrama

18.00 – 18.30 Sholat Magrib Berjamaah Mushalla

18.30 – 19.45 Pembacaan Surat Al-Alwāqi’ah Mushalla

19.45 – 20.00 Sholat Isya Berjamaah Mushalla

20.00 – 20.15 Makan Malam Matbah

21.00 – 22.00 Bimbingan Belajar Asrama

22.00 – 03.00 Istirahat Malam Asrama

Page 32: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

20

C. Fasilitas, Sarana Prasarana Pendidikan di Pondok Pesantren Darul Haviz

Al-Mansyuriyah

Pondok Pesantren darul Haviz Al-Mansyuriyah merupakan pesantren yang

baru berdiri dua tahun lalu maka fasilitas dan sarana prasarana di pesantren ini

belum begitu memadai. Namun di samping itu sama halnya dengan pondok

pesantren lainnya yang dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung kegiatan

belajar-mengajar. Seperti asrama santri, gedung madrasah, mushalla pondok,

lapangan olahraga, yang semua itu sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar

di pesantren.

NO NAMA BANGUNAN

JUMLAH

1 RUANG TAMU 1

2 MUSHALLA 1

3 DAPUR 1

4 RUANG KESEHATAN 1

5 RUANG MAKAN 1

6 KAMAR MANDI PUTRA 1

7 KAMAR MANDI PUTRI 1

8 KAMAR MANDI PENGASUH 2

9 KAMAR TIDUR PUTRA 1

10 KAMAR TIDUR PUTRI 2

11 KELAS 2

12 KANTIN 1

Page 33: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

21

Daftar Nama-Nama Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah.

NO

NAMA SANTRI

ASAL DAERAH

1 Andhika putra Tebo Tengah

2 Bimo Sakti Mangun Jayo

3 Muammar Khadafi Mangun Jayo

4 Muhammad Haikal Mangun Jayo

5 Hajarul Aswad Mangun Jayo

6 Muzammil Mangun Jayo

7 Khairia Mangun jayo

8 Renita Sepunggur

9 Raisya Khulwa Sungai Bengkal

10 Yunita Mangun Jayo

11 Dhea Monica Teluk Singkawang

12 Tara Amelia Mangun Jayo

13 Nur Hijatil Maula Mangun Jayo

14 Rika Amelia Mangun Jayo

15 Fania Rahmadani Mangun Jayo

16 Nadira Mangun Jayo

17 Elsa Olivia Mangun Jayo

18 Riza Nur Aulia Mangun Jayo

19 Zahratuddiniah Teriti

20 Rts. Melani Wulan Dari Teriti

21 Adelia Nofriza Az-Zahra Teluk Singkawang

22 Adelwis Cucu Mulani Dusun Tuo Sumai

23 Mustazilah Nurdin Teriti

24 Sari Atul Hikmah Teriti

25 Sumira Sepunggur

26 Saskia Prita Sepunggur

Page 34: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

22

27 Mutia Reza Paula Sepunggur

28 Milsa Tri Wardani Jambi

29 Miatul Islamiah Tujuh Koto

30 Giani Fitri Mangun Jayo

31 Rts. Raudha Tus Salwa Dusun Tengah

32 Nofrianingsih Pulau Temiang

33 Nur Jannah Pulau temiang

34 Miftahul Jannah Mangun Jayo

35 Yulita Mangun Jayo

D. Stuktur Organisasi Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah

NO

NAMA

JABATAN/PENGAJAR

1 Amatul hafidz Pimpinan/Tahfidz

2 Ardhani hasan Penasehat/Tahfidz

3 Khairul Azhar Pembimbing/Tafsir Al-Qur’an

4 Mifta Hussa’adah Ketua Pondok/nahu dan sorof

5 Halima Tussa’diah Wakil Ketua/Bahasa Arab dan Tahfidz

6 Sindi Novita Sekretaris/Akhlaq dan tahsin

7 Witya Bendahara/tahfidz

Page 35: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

23

PIMPINAN

AMATUL HAFIDZ

PENASEHAT

ARDHANI HASA

HASAN

PEMBIMBING

KHAIRUL

AZHAR

KETUA

PONDOK

MIFTAHUS

SA’ADAH

BENDAHARA

WITYA WAKIL KETUA

HALIMATUS

SA’DIAH

SEKRETARIS

SINDY NOVITA

Page 36: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

24

BAB III

RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DAARUL

HAFIDZ AL-MANSYURIYAH

A. Pengertian Resepsi Al-Qur’an

Secara etimologis, kata “resepsi” berasal dari bahasa Latin yaitu

recipere yang diartikan sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca.36

Sedangkan definisi resepsi secara terminologis yaitu sebagai ilmu keindahan

yang didasarkan pada respon pembaca terhadap karya sastra.37 Dari definisi

tersebut dapat disimpulkan bahwa, resepsi merupakan disiplin ilmu yang

mengkaji peran pembaca dalam merespon, memberikan reaksi, dan

menyambut karya sastra.

Pada awalnya, resepsi memang merupakan disiplin ilmu yang

mengkaji tentang peran pembaca terhadap suatu karya. Hal ini dikarenakan

karya sastra ditujukan kepada kepentingan pembaca sebagai penikmat dan

konsumen karya sastra. Dalam aktivitas mengkonsumsi tersebut, pembaca

menentukan makna dan nilai dari karya sastra, sehingga karya sastra

mempunyai nilai karena ada pembaca yang memberikan nilai. Dengan

demikian, teori resepsi ini membicarakan peranan pembaca dalam menyambut

suatu karya. Dalam memandang suatu karya, faktor pembaca sangat

menentukan karena makna teks, antara lain, ditentukan oleh peran pembaca.

Makna teks bergantung pada situasi historis pembaca, dan sebuah teks hanya

dapat mempunyai makna setelah teks itu dibaca.38

Dari definisi di atas, jika dikombinasikan menjadi resepsi al-Qur’an,

maka definisi secara terminologis berarti kajian tentang sambutan pembaca

terhadap ayat-ayat suci al-Qur’an. Sambutan tersebut bisa berupa cara

36 Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar). 22 37 Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar). 7 38 Kaelan, Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya (Yogyakarta:

Paradigma, 2002). 274

Page 37: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

25

masyarakat dalam menafsirkan pesan ayat-ayatnya, cara masyarakat

mengaplikasikan ajaran moralnya serta cara masyarakat membaca dan

melantunkan ayat-ayatnya. Dengan demikian, pergaulan dan interaksi

pembaca dengan al-Qur’an merupakan konsentrasi dari kajian resepsi ini,

sehingga implikasi dari kajian tersebutakan memberikan kontribusi tentang

ciri khas dan tipologi masyarakat dalam bergaul dengan al-Qur’an.

Mushaf Al-Qur’an adalah sesuatu yang diapit dua sampul dan tak bisa

berkata-kata sendiri, maka ia membutuhkan pembicara yakni manusia, di

dalamnya terkandung ilmu tentang apa yang akan terjadi, tentang apa yang

sudah berlalu, penawar bagi duka, dan neraca bagi kehidupan bersosial.”

Kalau ditilik dari sisi lingkupannya, kajian Kitab Suci terbagi dalam tiga

ranah;

1. Origin (Asal-usul), yakni kajian tentang asal-usul kitab suci, semisal

sejarah dan manuskrip.

2. Form (Bentuk), yaitu kajian tentang bentuk kandungan yang ada di

dalam kitab suci, semisal kajian tafsir dan pemaknaan.

3. Function (Fungsi), adalah kajian tentang kegunaan dan penggunaan

kitab suci.

Adapun kajian tentang resepsi tergolong dalam kajian Fungsi.

Bagaimana fungsi Al-Qur’an di dalam kajian ilmiah? Ada dua macam: Fungsi

Informatif, yakni ranah kajian kitab suci sebagai sesuatu yang dibaca,

dipahami, dan diamalkan. Fungsi Performatif, yaitu ranah kajian kitab suci

sebagai sesuatu yang ‘diperlakukan’. Misalnya sebagai wirid untuk nderes

atau bacaan-bacaan suwuk (ruqyah). Ada pesantren tertentu yang

memfungsikan Al-Qur’an lebih cenderung secara performatif dibandingkan

informatif. Di sana, kitab tafsir dibaca dari awal hingga khatam, namun tak

begitu penting apakah santri paham atau tidak. Justru yang dipentingkan

adalah disiplin pembacaan ayat-ayat al-Qur’an tersebut secara rutin (resitasi).

Lalu apakah fungsi informatif dan performatif ini saling bertentangan? Tentu

tidak. Karena sejak zaman Rasulullah pun dua fungsi ini sudah ada dan saling

Page 38: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

26

berdampingan. Di dalam al-Quran sendiri, disebutkan bahwa fungsinya adalah

sebagai petunjuk (huda), dan untuk mendapatkan petunjuk tentu harus

dipahami dan ditelaah, maka konsep ‘huda’ ini menjadi konsep fungsi

informatif al-Qur’an.

Di sisi lain, Rasulullah bersabda bahwa membaca al-Qur’an adalah

ibadah, setiap huruf yang dibaca mengandung pahala (ajrun). Maka konsep

‘ajrun’ ini menjadi konsep fungsi performatif al-Qur’an. Belum lagi berbagai

hadits tentang penggunaan ayat-ayat tertentu di dalam al-Qur’an semisal al-

Mu’awwidzatain maupun Ayat al-Kursiy. Dalam kaitannya dengan fungsi al-

Qur’an, kajian resepsi termasuk ke dalam ranah fungsi performatif. Yakni

tentang bagaimana respon umat terhadap al-Qur’an, bagaimana umat

menerima dan memaknai teks dalam ruang sosial budayanya. Sebagai obyek

resepsi, ada tiga sisi al-Qur’an yang diresepsi. Yakni tulisannya, bacaannya,

dan sistem bahasanya. Tradisi Yasinan adalah salah satu contoh kongkrit

praktek resepsi komunal dan reguler. Begitu pula dengan tradisi Khataman Al-

Qur’an di pesantren-pesantren dengan beragam variasi dan kreasi caranya,

sebagai praktek komunal dan insidental.

Mengapa bisa muncul resepsi-resepsi sedemikian rupa yang kemudian

melahirkan tradisi-tradisi? Hal ini tentu disebabkan adanya dua alur

pemahaman dalam tradisi Al-Qur’an, yakni transmisi dan transformasi.

Transmisi berarti pengalihan pengetahuan dan praktek dari generasi ke

generasi, sedangkan Transformasi adalah perubahan bentuk pengetahuan dan

praktek sesuai kondisi masing-masing generasi.

Contohnya tentang khasiat surah al-Fatihah. Sebagaimana

diriwayatkan Abu Sa’id al-Khudry, Rasulullah mengabarkan tentang kegunaan

surah al-Fatihah. Pengetahuan ini di transmisikan melalui rantaian sanad

hadits dan tercantum dalam Shahih Bukhari. Kemudian informasi ini di

transmisikan lagi dari generasi ke generasi, hingga tercantum dalam at-Tibyan

fi Adab Hamalati al-Qur’an karya An-Nawawi di dalam bab tentang bacaan

Page 39: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

27

bagi orang sakit. Lalu muncul lagi dalam Khazinatu al-Asrar dengan tata baca

yang berbeda, namun idenya tetap sama; khasiat Al-Fatihah.39

Menurut Muhammad yusuf, respon umat Islam sangat besar terhadap

al-Qur’an, dari generasi ke generasi dan berbagai kalangan kelompok

keagamaan di semua tingkatan usia dan etnis. Fenomena yang retlihat jelas

adalah sebagai berikut:

1. Al-Qur’an dibaca secara rutin dan diajarkan di tempat-tempat ibadah

(Masjid dan Surau/Langgar/Mushalla), bahkan di rumah-rumah,

sehingga menjadi acara rutin everyday apalagi di pesantren-pesantren

menjadi bacaan wajib.

2. Al-Qur’an senantiasa dihafalkan, baik secara utuh maupun sebagianya

(1 juz hingga 30 juz), meski ada juga yang menghafal ayat-ayat dan

surat-surat tertentu dalam juz ‘Amma untuk kepentingan bacaan dalam

shalat dan acara-acara tertentu.

3. Menjadikan potongan-potongan ayat satu ayat ataupun beberapa ayat

tertentu dikutip dan dijadikan hiasan dinding rumah, masjid, makam,

bahkan kain kiswah Ka’bah (biasanya ayat Kursi, al-Ikhlash, al-

Fatihah dsb.) Dalam bentuk kaligrafi dan sekarang tertulis dalam

bentuk ukir-ukiran kayu, kulit binatang , logam (kuningan, perak dan

tembaga) sampai pada mozaik keramik masing-masing memiliki

karakteristik estetika masing-masing.

4. Ayat-ayat al-qur’an di baca oleh para qari’ (pembaca professional)

dalam acara-acara khusus yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa

tertentu, khususnya dalam acara ahajatan (pesta perkawinan, khitan,

aqiqah) atau peringatan-peringatan hari besar islam.

5. Potongan ayat-ayat al-Qur’an di kutip dan dicetak sebagai assesoris

dalam bentuk stiker, kartu ucapan, gantungan kunci, undangan resepsi

pernikahan sesuai tema konteks masing-masing.

39Ahmad Rofiq “Tradisi Resepsi Al-Qur’an di Indonesia” di akses melalui

http://sarbinidamai.blogspot.com/2015/06/tradisi-resepsi-al-quran-di-indonesia.html 13 Juni

2020

Page 40: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

28

6. Al-Qur’an senantiasa juga dibaca dalam acara-acara kematian

seseorang, bahkan pasca kematian dalam tradisi Yasinan dan Tahlilan

selama 7 hari dan peringatan 40 hari, 100 hari, 1000 hari dst.

7. Al-Qur’an dilombakan dalam bentuk Tilawah dan Tahfidz al-Qur’an

dalam even-even incidental maupun rutin berskala local, nasional

bahkan internasional.

8. Sebagian umat islam menjadikan al-Qur’an sebagai “jampi-jampi”

terapi jiwa sebagai pelipur duka dan lara, untuk mendo’akan pasien

yang sakit bahkan untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu dengan

cara membakar dan abu-abunya diminum.

9. Potongan ayat-ayat tertentu dijadikan jimat yang dibawa kemana saja

pergi oleh pemiliknya sebagai perisai/tameng, ‘tolak balak’ atau

menangkis serangan musuh dan usur jahat lainya.

10. Bagi para muballigh atau da’i, ayat-ayat al-Qur’an dijadikan dalil dan

hujjah (argumentasi) dalam rangka memantapkan isi kuliah tujuh menit

(kultum) atau dalam khutbah jum’at dan pengajianya di tengah-tengah

masyarakat.

11. Terlihat juga Fenomena dalam politik, menjadikan ayat-ayat al-Qur’an

sebagai bahasa agama dijadikan media justifikasi, slogan untuk agar

memiliki daya Tarik politis, terutama bagi parpol-parpol yang berbau

dan berasaskan keislaman40

Selanjutnya adalah peran pembaca sebagai tindakan terstruktur

(structuredact), yang akan menjelaskan bagaimana komposisi dari

pemahaman seseorang sehingga melakukan tindakan. Kemudian teori ini akan

mengidentifikasi bagaimana seorang pembaca teks yang sebelumnya telah

memiliki karakter, pengetahuan, dan situasi historisnya sendiri dalam

40 Muhammad Yusuf, “Pendekatan sosiologi dalam penelitian Living Qur’an”, dalam

Metodologi penelitian Living Qur’an dan Hadis, Syahiron Syamsuddin (ed.) (Yogyakarta):

TH Press, 2007), 43-45

Page 41: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

29

keadaannya yang telah melewati tahap sebagai tindakan tekstual dan tindakan

terstruktur tersebut.41

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, resepsi berarti: pertemuan

(perjamuan) yang diadakan untuk menerima tamu. Dalam sastra, “resepsi”

adalah teori yang mementingkan tanggapan pembaca terhadap karya sastra.

Sedangkan di dalam Studi al-Qur’an, teori resepsi ini membahas tentang

bagaimana al-Quran diterima oleh masyarakat muslim, dan bagaimana mereka

memberikan reaksi terhadap al-Qur’an.42

Ada beberapa bentuk pembelajaran (studi) al-Qur’an menurut

penempatannya terhadap al-Qur’an, yakni;

1. Pembelajaran yang menempatkan teks al-Quran sebagai objek

pembelajaran, atau dengan istilah Amin al-Khuli dalam Manahij

Tajdid: “Dirasah ma fi al-Qur’an”. Misalnya: tafsir maudhu’i

(tematik) dan ma’ani al-Quran.

2. Pembelajaran yang menempatkan hal-hal di luar teks al-Qur’an, namun

berkaitan erat dengan “kemunculannya” sebagai objek pembelajaran.

Amin al-Khuli menyebutnya sebagai dirasah ma haula al-Qur’an.

Misalnya: sejarah al-Qur’an, asbab an-nuzul, sirah nabawiyyah.

3. Pembelajaran yang menjadikan pemahaman terhadap teks al-Qur’an

sebagai objek pembelajaran. Seperti studi kitab tafsir dan mazahib

tafsir.

4. Pembelajaran yang memberikan perhatian pada respon dan resepsi

masyarakat terhadap teks al-Qur’an maupun penafsirannya. Atau

istilahnya; “The living Qur’an”, al-Qur’an yang hidup di masyarakat.

Pembelajaran semacam ini menggabungkan antar cabang ilmu al-

Quran dan ilmu sosial.

41Ardi putra, “Resepsi Al-Qur’an Dalam Pembelajaran Al-Qur’an”,Skripsi

(Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), 13-14.

42Abdul Jalil Muhammad (2015) Etika Terhadap Al-Qur’an. Di akses melalui alamat

Http:///E:/sarbinidamai. tanggal 27 februari 2020

Page 42: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

30

B. Pemilihan Surat-surat yang Dibaca

Pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu yang dilakukan oleh para

santri Pondok Pesantren darul Haviz Al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo

merupakan kegiatan yang telah menjadi kebiasaan yang istiqomah sejak awal

berdirinya pondok pesantren tahun 2018 M hingga saat ini. Kegiatan itu

dimulai pertama kali oleh perintah dari pengasuh Pondok Pesantren darul

Haviz Al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo sebagai kegiatan yang harus

dijalankan oleh seluruh santrinya. Sebagaimana para santri tidak hanya

sekolah formal, tetapi juga diajarkan untuk menghidupkan al-Qur’an setiap

hari. Salah satu contohnya yaitu membaca al-Qur’an surat-surat tertentu pada

saat setelah shalat Ashar dan setelah shalat Maghrib secara bersama-sama.43

Setelah mengetahui sejarah pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu

setelah shalat Ashar dan shalat Maghrib di Ponpes Daarul Hafidz Al-

Mansyuriyah di bawah ini penulis akan menjelaskan mengenai mengapa

surat-surat tertentu yang dibaca.

Berkaitan dengan al-Qur’an yang menjelaskan tentang perintah dan

keutamaan membaca al-Qur’an adalah surat, al-Ankabut ayat 45 dan surat al-

Ahzab ayat 34 yang berbunyi:

نك ر الم و الف حش اء لوة ت نهىع ن الص ا ن لوة الص ا ق م و تب الك ن م ا ل يك ي اا وح م كا تل ل ذ و ر

ات صن ع ون ي عل م م الله و ا كب ر ٥٤الله

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al

Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari

(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah

(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan

Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS. al-Ankabut: 45).44

43Ardhani Hasan, Penasehat Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo. 44 Kemenag, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Adhi Aksara Abadi Indonesia,

2011). 621.

Page 43: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

31

يف ل ط ك ان الله ا ن ة كم الح و الله نايت م اي تلىف يب ي وت ك ن م اذك رن ب يراو ٠٥اخ

“Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah

dan hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi

Maha Mengetahui”(QS. al-Ahzab: 34).45

Pemilihan dan penetapan dua surat dalam pembacaan al-Qur’an surat-

surat tertentu dilakukan oleh para santri-santri Pondok Pesantren Darul haviz

al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo didasari oleh pertimbangan banyak

fadhilah dari surat-surat tertentu tersebut dan juga pembacaan surah tertentu di

Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo ini

juga sudah menjadi amalan pokok bagi para santri. Disisi lain apabila sering

membacanya maka akan menjadikan kebiasaan para santri untuk lancar

membaca surat-surat tertentu. Jadi, apabila surat-surat tertentu akan dihafal

oleh para santri maka akan menjadikannya mudah dihafal, dikarenakan surat-

surat tertentu sudah terbiasa dibacanya.

1. Surat Al-Wāqi’ah

a. Pengertian surat al-Wāqi’ah

Surat al-Wāqi’ah tergolong surat Makkiyah, yang terdiri dari 96

ayat. Nama al-Wāqi’ah yang berarti “hari kiamat” yang diambil

dari kata pada ayat pertama. Dalam al-Qur’an, surat al-Wāqi’ah

menempati posisi ke-56 setelah surat ar-Rahmān. Namun

dijelaskan dalam asbabun nuzul, surat al-Wāqi’ah diturunkan

setelah surat Thāhā. Dinamakan dengan al-Wāqi’ah karena di

dalamnya banyak memberitakan tentang kiamat. Adapun pokok-

pokok isinya menjelaskan tentang terjadinya hari kiamat, gambaran

tentang surga dan neraka, tentang orang yang sudah banyak berlaku

zhalim, inkar, juga tentang orang-orang yang beriman.46

45 Ibid, 597 46Muhammad Makhdlori, Bacalah Surat Al-waqi’ah, Maka Engkau Akan Kaya,

(Jogjakarta: DIVA Press, 2011), 42.

Page 44: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

32

Dalam tema akidah, surat ini berbicara tentang suasana hari

kiamat dan masalah-masalah-masalah yang terjadi pasca-peristiwa

ini, seperti terbaginya manusia menjadi 3 golongan, yaitu golongan

orang yang bersegera berbuat kebajikan, golongan kanan, dan

golongan kiri. Surat ini juga menjelaskan adanya hisab di akhirat,

gambaran tentang surga dan neraka, serta bantahan atas para

pengingkar Tuhan. Pokok-pokok isinya adalah waktu ditegakkan

hisab manusia terbagi atas tiga golongan, yaitu golongan yang

bersegera melakukan kebaikan, golongan kanan, dan golongan

yang celaka serta balasan yang diperoleh oleh masing-masing

golongan; bantahan Allah terhadap keingkaran orang-orang yang

mengingkari adanya Tuhan; al-Qur’an berasal dari Lauh Al-

Mahfuz; dan gambaran kenikmatan surga.47

Terdapat hubungan erat antara surat ini dengan surat

sebelumnya, ar-Rahmān. Keduanya sama-sama menerangkan

keadaan akhirat, surga dan neraka. Bila surat ar-Rahmān

menjelaskan azab bagi orang berdosa dan nikmat bagi mereka

yang bertaqwa, surat al-Wāqi’ah menerangkan kenikmatan yang

dikaruniakan kepada kelompok kanan dan neraka bagi kelompok

kiri.48

Menurut al-Biqa’i dalam surat itu ada uraian menyangkut

tiga kelompok: Pertama, orang-rang yang dekat kepada ar-Rahmān

yang tampil mendahului orang-orang taat yang lain. Kedua, adalah

uraian tentang orang-orang taat selain mereka dan kelompok

ketiga, adalah mereka yang secara terang-terangan melakukan

kedurhakaan dan bersikap munafik baik dari kelompok manusia

maupun jin. Maksud al-Biqa’i di sini adalah bahwa pada surat ar-

Rahmān disebut dua tingkat surga, yang pertama akan dihuni oleh

47 Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-qur’an, (Jakarta: AMZAH, 2012), 307. 48 Tim Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Tafsir Ringkas jilid 2, (Jakarta: LPMA,

2016), 721.

Page 45: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

33

mereka yang tampil mendahului orang-orang taat dan yang dalam

surat ini dinamai as - Sābiqun , surga kedua dihuni oleh Ash-hab

al-Yamin. Dan para pendurhaka akan menerima balasan neraka

yang di sini dinamai Ash-hab al-Masy’amah dan yang dalaam surat

ar-Rahmān diperingatkan dengan aneka siksa Illahi.49

b. Asbab an-Nuzul Surat Al-Wāqi’ah

Dalam suatu riwayat diterangkan bahwa ketika turun hujan

pada masa Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Diantara manusia

ada yang syukur dan ada yang kafir karena turun hujan”. Salah satu

di antara yang hadir ada yang berkata, “Ini adalah rahmat yang

diberikan Allah.” Sedang yang lainnya berkata, “Sungguh tepat

benar ramalan si Anu.”

Dari kisah ini maka turunlah ayat lain dalam surat al-

Wāqi’ah yang berbunyi:

وم النج وق ع ب م م ا قس ٥٤ف ل يم ع ظ ون لوت عل م م ل ق س ا نه ٥٧و يم ل ق رانك ر ا نه

٥٥ كن ون تبم ٥٧ف يك

“Lalu Aku Bersumpah dengan tempat beredarnya bintang

bintang. Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar

sekiranya kamu mengetahui, dan (ini) sesungguhnya al-Quran

yang sangat mulia.” (Q.S al- Wāqi’ah: 75-78).50

Ayat di atas tidak lain untuk mengingatkan kaum yang

sesat, bahwa semua yang terjadi itu atas kehendak Allah. Manusia

sama sekali tidak akan berdaya dengan segala kehendak yang

49M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an Vol

13, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), 541-542. 50 Tim penterjemah dan penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:

Departemen Agama RI, 1985), 484

Page 46: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

34

terjadi, baik sekarang maupun yang akan datang, diriwayatkan

oleh Muslim yang bersumber dari Ibnu Abbas.51

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat 75-82 dalam

surat al-Wāqi’ah turun berkenaan dengan serombongan kaum

Anshar di waktu perang Tabuk yang beristirahat di Hijr

(peninggalan kaum Nabi Saleh) dan mereka dilarang

menggunakan air yang ada di situ. Kemudian mereka berpindah

tempat lain, tapi mereka tidak mendapatkan air sama sekali.

Akhirnya mereka mengadu kepada Nabi SAW. Rasulullah

kemudian shalat dua rakaat lalu berdoa. Maka serta-merta langit

berawan yang lalu turun hujan atas perintah dan karunia Allah,

sehingga mereka dapat minum sepuas-puasnya. Orang Anshar

berkata kepada yang dituduh munafiq, “Bagaimana pendapatmu

setelah Nabi SAW berdoa yang lalu turun hujan untuk

kepentingan kita?”. Orang itu menjawab, “Kita diberi hujan tidak

lain karena ramalan seseorang.” Ayat diatas turun untuk

mengingatkan umat Islam bahwa segala sesuatu yang

terjadiadalah atas ketetapan Allah SWT. (Diriwayatkan oleh Ibnu

Abi Hatim yang bersumber dari Abi Hazrah).52

Kemudian dalam surat al-Wāqi’ah tepatnya dalam ayat 27-

29:

ا صحب ين و اەالي م ين ا صحب م درف ي٩٥الي م ودس خض ط لح٩٧م وود نض ٩٢م

“Dan golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan

itu. (Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri,

51Asrifin An Nakhrawie, Ringkasan Asbabun Nuzul, (Surabaya: Ikhtiar Surabaya,

2011), 159. 52Ibid. 160

Page 47: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

35

dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya).”(Q.S al-

Wāqi’ah: 27-29).53

Ayat tersebut diriwayatkan, setelah Rasulullah

membolehkan orang-orang Thaif untuk menguasai lembah indah

yang bersarang madu. Mereka mendapat kabar bahwa disurga

tempatnya seperti lembah itu, sehingga sebagian dari mereka

berangan-angan ingin mendapatkan surga untuk dijadikan tempat

abadinya. Maka dari sinilah kemudian turun ayat 27-29 yang

melukiskan kehidupan di surga na’im yang disediakan bagi

golongan kanan.

Dalam riwayat lain juga dijelaskan bahwa orang-orang

kagum melihat lembah yang teduh yang dinaungi pohon-pohon

yang rindang dan indah. Ayat tersebut melukiskan kehidupan

disurga yang serba indah dan menyenangkan, diriwayatkan oleh

al-Baihaqi dengan sanad yang lain, yang bersumber dari

Mujahid.54

c. Keutamaan Surat al-Wāqi’ah

Dalam suatu riwayat diterangkan bahwa ketika turun hujan

pada masa Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Diantara manusia

ada yang syukur dan ada yang kafir karena turun hujan.” Salah satu

di antara yang hadir ada yang berkata, “Ini adalah rahmat yang

diberikan Allah”. Sedang yang lainnya berkata, “Sungguh tepat

benar ramalan si Anu” maka turunlah ayat di atas untuk

53 Tim penterjemah dan penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:

Departemen Agama RI, 1985), 482 54Muhammad Makhdlori, Bacalah Surat Al-waqi’ah, Maka Engkau Akan Kaya,

(Jogjakarta: DIVA Press, 2011), 32-33.

Page 48: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

36

mengingatkan bahwa semua kejadian itu adalah ketetapan Allah.

(Diriwayatkan oleh Muslim yang bersumber dari Ibnu Abbas).55

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat di atas

berkenaan dengan serombongan kaum Anshar di waktu perang

Tabuk yang beristirahat di Hijr (peninggalan kaum Nabi Saleh) dan

mereka dilarang menggunakan air yang ada di situ. Kemudian

mereka berpindah tempat lain, tapi mereka tidak mendapatkan air

sama sekali. Akhirnya mereka mengadu kepada Nabi SAW.

Rasulullah kemudian shalat dua rakaat lalu berdoa. Maka serta-

merta langit berawan yang lalu turun hujan atas perintah dan

karunia Allah, sehingga mereka dapat minum sepuas-puasnya.

Orang Anshar berkata kepada yang dituduh munafiq,

“Bagaimana pendapatmu setelah Nabi SAW berdoa yang lalu turun

hujan untuk kepentingan kita?”. Orang itu menjawab, “Kita diberi

hujan tidak lain karena ramalan seseorang”. Ayat diatas turun

untuk mengingatkan umat Islam bahwa segala sesuatu yang terjadi

adalah atas ketetapan Allah SWT. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi

Hatim yang bersumber dari Abi Hazrah).56

Energi batin ayat-ayat dalam surat al-Wāqi’ah seperti yang

sudah diketahui dalam pembahasan sebelumnya banyak yang

mempercayai bahwa Surat al-Wāqi’ah adalah surat untuk

menghindarkan diri dari kefakiran, kemiskinan,dan kesulitan

sekaligus dapat memudahkan dalam mencari rezeki. Jika demikian

ada energi apadalam Surat al-Wāqi’ah sehingga kebanyakan para

ulama menganjurkan untuk membaca Surat al-Wāqi’ah. Apabila

seseorang dapat memahami tentang makna spiritual, terkadang

akan memunculkan gejolak jiwa yang dapat membuka atau

55 Asrifin An Nakhrawie, Ringkasan Asbabun Nuzul, (Surabaya: Ikhtiar Surabaya,

2011), 159 56Ibid, 160

Page 49: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

37

tersingkapnya suatu pengetahuan melalui hati sang hamba dengan

sang pencipta kebesaran-Nya dalam penyingkapan, seseorang

menemukan Allah SWT dalam kesadaran batinnya.57

Sama halnya apabila seorang hamba yang tengah membaca

al-Qur’an secara khusyuk (dilakukan secara rutin) maka nilai

spiritual akan muncul menghiasi diri dengan sebuah pancaran aura

keberuntungan. Hal ini tidak terbatas pada satu surat ataupun dua

surat dalam al-Qur’an, namun secara keseluruhan (semua surat

dalam al-Qur‟an) jika dibaca secara berulang-ulang maka akan

terbuka keajaibannya tanpa kita sadari. Sebab, di dalam semua

huruf dalam aya-ayat al-Qur’an tersimpan energi dahsyat, namun

juga halus dan bisa difungsikan bagi jiwa-jiwa yang disucikan.58

Demikian pula energi dahsyat yang tersimpan dalam surat

al-Wāqi’ah, sungguh besar. Karena dalam ayat-ayat surat al-

Wāqi’ah terkandung do’a, kabar gembira dan sejarah yang apabila

dipahami nilai dari makna ayat-ayat tersebut, menjadikan hati ini

terbuka akan nilai kebesaran dan kekuasaan-Nya. Hal ini

dikarenakan banyak pelajaran dan hikmah dari ayat-ayat surat al-

Wāqi’ah yang menjelaskan tentang dahsyatnya hari kiamat,

pedihnya orang yang masuk golongan kiri, dan sebaliknya betapa

bahagianya mereka yang masuk dalam golongan kanan.59

d. Pandangan Mufassir

Surat al-Wāqi’ah diketahui banyak sekali mengandung

fadhilah yang sangat berguna bagi yang menyakininya. Salah satu

KH. A. Mustofa Bisri mengomentari “Apabila Surat al-Wāqi’ah

dibaca sambil memikirkan artinya, insya Allah surat al-Wāqi’ah

57Muhammad Makhdlori, Bacalah Surat Al-waqi’ah, Maka Engkau Akan Kaya,

(Jogjakarta: DIVA Press, 2011), 141 58Ibid, 142-143 59Ibid, 144

Page 50: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

38

ini benar-benar mujarab untuk “menolak kemiskinan”. Selebihnya

tinggal bagaimana pembaca surat al-Wāqi’ah bisa mengambil

hikmah dari keistimewaan tersebut. Dengan kata lain bagaimana

pembaca bisa menggunakan sekaligus menghayatinya. Karena itu

benar apabila KH. A. Mustofa Bisri mengomentari surat al-

Wāqi’ah, “surat al-Wāqi’ah jika dibaca dengan penuh takzim

(khusyuk) penuh penghayatan, maka kita akan merasakan getaran

aura mukjizat yang luar biasa besarnya.60

2. Surat al-Mulk

a. Pengertian Surat al-Mulk

Surat al-Mulk tergolong surat Makkiyah, yang terdiri dari 30

ayat. Nama al-Mulk terdapat pada ayat pertama surat ini yang

artinya “kerajaan” atau “kekuasaan”. Surat ini juga dinamakan

Tabārak, al-Man’iah, al-Munjiyah. Surat al-Mulk tergolong surat

makkiyah. Al-Mulk menduduki urutan ke 67 dalam mushaf al-

Qur’an yang diturunkan setelah surat at-Thuur. Surat al-Mulk

merupakan salah satu surat yang menjelaskan bahwa Allah-lah

yang memiliki kekuasaan tunggal ataupun suatu kerajaan. Tidak

ada satu makhluk manapun yang dapat mengimbangi keadilan dan

peraturan Allah SWT.

Diantara isinya adalah hidup dan mati merupakan ujian bagi

manusia, Allah menciptakan langit berlapis-lapis dan semua

ciptaan-Nya mempunyai keseimbangan; perintah Allah untuk

memperhatikan isi alam semesta, azab yang diancamkan terhadap

orang-orang kafir; dan janji Allah kepada orang-orang beriman,

60Ibid, 24-25

Page 51: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

39

Allah menjadikan bumi sedemikian rupa hingga mudah bagi

manusia untuk mencari rezeki.61

Surat al-Mulk menegaskan kebesaran Allah SWT dan

kekuasaannya untuk menghidupkan mematikan, mengemukakan

berbagai dalil yang menunjukkan keesaan Rabb semesta alam,

menjelaskan hukuman bagi orang-orang yang mendustakan hari

kebangkitan.62 Surat ini juga menegaskan akan besarnya karunia

Allah kepada umatmanusia. Allah lah yang telah memberikan

segala kebutuhan manusia di bumi ini,agar manusia pandai

bersyukur kepada-Nya. Surat ini pun memerintahkan manusia

untuk beriman dan bertawakkal kepada-Nya.

Secara garis besar isi kandungan surat ini meliputi beberapa

hal antara lain, pertama, mati dan hidup adalah ujian bagi

manusia. Kedua, Allah menciptakan alam semesta dengan

keseimbangan yang sempurna. Ketiga, ancaman azab bagi yang

durhaka serta balasan nikmat atas kaum yang beriman.63

b. Asbab an-Nuzul surat al-Mulk

Sebelumnya harus diketahui bahwasanya tidak semua ayat

dan surat dalam al-Qur’an memiliki asbabun nuzul atau sebab

turunnya ayat atau surat. Begitu pula dengan surat al-Mulk yang

tidak memiliki asbabun nuzul. Hubungan surat al-Mulk dengan

surat sebelumnya atau surat at-Tahrim diterangkan bahwa Allah

mengetahui segala rahasia, sedang pada surat al-Mulk ditegaskan

lagi bahwa Allah mengetahui segala rahasia karena Allah

menguasai seluruh alam. Pada akhir surat al-Mulk, Allah

61Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-qur’an, (Jakarta: AMZAH, 2012), 194 62M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an Vol

13, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), 195-196 63Tim Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Tafsir Ringkas jilid 2, (Jakarta: LPMA,

2016), 815

Page 52: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

40

mengancam orang yang tidak bersyukur kepada nikmat Allah

dengan mengeringkan bumi atas mereka.

Firman Allah SWT :

ا نهع واب ه ر اجه واق ول ك ما و ر ا س و د ور الص ٣٠ل يمب ذ ات

“Dan rahasiakanlah perkataanmu ataunyatakanlah.Sungguh,

Dia Maha Mengetahui segala isi hati”. (QS. Al-Mulk: 13)64

c. Keutamaan surat al-Mulk

Keutamaan membaca surat al-Mulk yakni dapat menjadi

penghalang dari siksa kubur dan Nabi akan memberi syafaat

kepada orang yang membacanya sampai Allah mengampuni

dosanya.

Ibnu Abbas bercerita, “Pernah suatu ketika para sahabat

berkemah di atas kuburan. Mereka sebenarnya tidak menyangka

bahwa tempat itu adalah kuburan. Setelah beberapa saat ketika

berada di dalam kemah, mereka tiba-tiba mendengar suara orang

membaca surat al-Mulk dari awal hingga akhir ayat. Suara itu

datang dari dalam tanah. Setelah itu diketahuinya oleh mereka

bahwa sedang berkemah di atas kuburan. Kemudian hal itu

diberitahukan kepada Rasulullah SAW dan beliau berkata, “Surat

al-Mulk adalah surat pelepasan karena ia dapat menghindarkan

pembacanya dari azab kubur.”65

Berawal dari sinilah penulis tertarik untuk menyusuri lebih

lanjut fenomena dibalik tradisi atau pembiasaan membaca surat al-

Mulk ini. Keutamaan yang terdapat dalam hadist sebagai berikut:

64 Tim penterjemah dan penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:

Departemen Agama RI, 1985), 507 65 Muhammad Isa bin Surah at-Tirmidzi, Terjemah Sunan at-Tirmidzi, terj. Moh.

Zuhri dkk, Juz IV, (Semarang: Asy-Syifa, 1992). 488.

Page 53: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

41

ابن :ع ن س لم و ل يه لىالله ع الله ص س ول ر :ق ال نه ق ال الله ع ي ض سع ودر م

نع ذ اب الق بر م ان ع ة الم ه ي ك ت ب ار ة ""س ور

“Dari Ibnu Mas’ud R.A berkata: Rasulullah SAW

bersabda: Surat tabarak adalah Al-Mani'(penghalang/pelindung)

dari siksa kubur” (HR Abu Syeikh dalam kitab Thabaqat Al-

Muhadditsin, hasan).66

: ق ال س لم و ل يه ع لىالله ص الله س ول ر أ ن نه ع الله ي ض ر ة ير ه ر أ ب ي ع ن

اي ث ون ةث ل س ور الق ران ن "م ك :)ت ب ار ه ي له ،و تىغ ف ر لح ج ش ف ع تل ر ة

) لك ه الم يب ي د " الذ

“Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah SAW.

bersabda “ Di dalam al-Qur’an ada sebuah ayat yang berisi tiga

puluh ayat yang dapat memberi syafa’at kepada seseorang

sehingga ia diampuni, yaitu surat Tabarakal-ladzii bi yadihil-

mulku”. (Riwayat Abu Daud dan At Turmudzi).67

d. Pandangan Mufassir

Surat ini dibuka dengan kata tabāraka yang mengandung

makna melimpahnya anugerah Allah swt. Menurut al-Biqa’i surat

al-Mulk ini menguraikan kuasa Allah serta limpahan anugerah-

Nya. Di samping uraian tentang betapa harmonisnya alam raya.

Salah satu anugerah Allah yang terbesar bahkan yang menjadi

sumber kehidupan makhluk dan yang darinya segala sesuatu dapat

hidup adalah air.68

66 Ibrahim „Ali as-Sayyid „Ali, Fadha’il suwar Al-Qur’an al-Karim Terj. Abdul

Hamid, Keutamaan surah-surah Al-Qur’an, (Jakarta : SAHARA publishers, 2010). 343. 67 Muslich Shabir, Terjemah Riyadhus Shalihin II, (Semarang: PT. Karya Toha Putra

Semarang, TT), hlm. 61. 68M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an Vol

13, (Jakarta: Lentera Hati, 2000),370

Page 54: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

42

Surat al-Mulk membicarakan pembentukan tashawwur

(pandangan, pemikiran) baru terhadap alam dan hubungannya

dengan Pencipta alam ini. Surat ini mengusik dan menggerakkan

jiwa bahwa kematian dan kehidupan adalah dua hal yang biasa

terjadi berulang-ulang, sehingga surat ini menggerakkan hati

untuk merenungkan apa yang ada di balik kematian dan kehidupan

ini. Juga untuk memikirkan dan merenungkan qadar (takdir) dan

cobaan Allah, hikmah serta pengaturan-Nya.69

Allah menginformasikan bahwa Dia-lah yang menciptakan

planet bumi yang berbagai sudut dan ruangnya sangat mudah

untuk dijangkau, dan manusia dipersilahkan melakukan

penelusuran di berbagai ruang yang ada di bumi, seraya

dipersilahkan juga untuk memakan (menikmati) rezeki yang Allah

siapkan. Akan tetapi lalu diingatkan bahwa kehidupan di dunia

hanya sementara dan karenanya manusia itu diingatkan bahwa

dirinya akansegera kembali menghadap Allah. Allah yang Maha

Kuasa, tentu dengan mudah mampu mengguncangkan bumi,

lantaran itu apakah manusia akan tetap merasa aman dari semua

peristiwa yang sangat dahsyat itu.70

Berikut jadwal pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu di

Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab.

Tebo.

69As’ad Yasin, Terj. Tafsir fi zhilalil-Qur’an jilid 22, (Jakarta: GEMA INSANI,

2004), hlm. 220-221. 70 Muhammad Amin Suma, Tafsir Ayat Ekonomi (Teks, Terjemah, dan Tafsir),

(Jakarta: AMZAH, 2013), hlm. 75.

Page 55: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

43

Jadwal Pembacaan al-Qur’an Surat-Surat Tertentu Pondok

Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo.

1 Ba‘da Ashar Pembacaan Surat al- Mulk

Mushala Semua Santri

2 Ba‘da

Maghrib

Pembacaan Asma’ul Husna dan Surat

al-Wāqi’ah

Mushala Semua Santri

Page 56: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

44

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Praktik Resepsi Pembacaan al-Qur’an Surat-Surat Pilihan

Resepsi yang dimaksud di sini adalah bagaimana al-Qur’an sebagai teks

diresepsi atau diterima oleh generasi pertama muslim, dan bagaimana mereka

memberikan reaksi terhadap al-Qur’an. Yang dimaksud dengan resepsi atau

penerimaan adalah bagaimana seseorang menerima dan bereaksi terhadap sesuatu.

Jadi, resepsi al- Qur’an adalah uraian bagaimana orang menerima dan bereaksi

terhadap al-Qur’an dengan cara menerima, merespon, memanfaatkan, atau

menggunakannya baik sebagai teks yang memuat susunan sintaksis atau sebagai

mushaf yang dibukukan yang memiliki maknanya sendiri atau sekumpulan lepas

kata-kata yang mempunyai makna tertentu.71

Resepsi masyarakat terhadap ayat-ayat al-Qur’an banyak macamnya salah

satunya yaitu seperti resepsi di pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah

diwujudkan dalam bentuk resepsi fungsional yaitu dengan membaca dan

memfungsikan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan

mengaharapkan barokah dari pembacaan ayat tersebut. Yang diyakini dapat

memperlancar rezeki dan dijauhkan dari azab kubur. Berdasarkan hasil penelitian

lapangan penulis melalui wawancara dan observasi, pada dasarnya santri mampu

mengamalkannya dengan baik dan meyakini adanya barokah dari pembacaan

surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk ini. Hal ini disebabkan karena para santri

membuktikan sendiri barokah dari amalan tersebut, dan juga karena ketaan para

santri kepada pengasuh untuk melakukan sebuah amalan tersebut. Karena pada

dasarnya al-Qur’an itu mampu memberi hidayah bagi pembaca maupun

pendengarnya.

Aksi resepsi terhadap al-Qur’an sejatinya merupakan interaksi antara

pendengar (dalam hal ini al-Qur’an). Resepsi teks tersebut bukanlah reproduksi

71Ahmad Rafiq, “Sejarah Al-Qur’an dari Pewahyuan ke Resepsi” dalam Sahiron

Syamsuddin (ed.), Islam,Tradisi dan Peradaban, (Yogyakarta: Bina Mulia Press,2012), 73

Page 57: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

45

arti secara monologis, akan tetapi lebih merupakan proses reproduksi makna yang

amat dinamis antara pendengar (pembaca) dengan teks. Dalam khazanah kritik

sastra, proses resepsi ini merupakan pengejawantahan dari kesadaran intelektual.

Kesadaran ini muncul dari perenungan, interaksi, serta proses penerjemahan dan

pemahaman pembaca. Apa yang telah diterima oleh pembaca, lalu dilokalisir dan

dikonkretkan dalam benak. Anggapan yang telah terkonstruk tersebut membentuk

semacam ruang penangkapan (wahmehmungsraum) yang didalamnya materi-

materi yang didapatkan tersebut menjadi semacam kontur bagi dunia yang

individual. Dengan kata lain, kesadaran sebagai kerangka dan tempat konkretisasi,

membentuk semacam rangkaian yang dapat menghubungkan jejak-jejak kognitif,

sehingga pemahaman dan resepsi menjadi sangat memungkinkan.72

Pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu di Pondok Pesantren Darul haviz

al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo dilakukan setiap hari, tepatnya setelah

shalat Ashar dan setelah shalat Maghrib di mushala pesantren dan dipimpin oleh

ustadz dan ustadzah yang shalat berjamaah dan juga didampingi oleh para ustadz

dan ustadzah yang lain untuk mengondisikan santri. Sebelum mulai pembacaan

al-Qur’an surat tertentu yaitu suart al-Wāqi‘ah dan surat al-Mulk, antara waktu

setelah shalat berjamaah Ashar dan setelah shalat Maghrib ada perbedaan sedikit,

yaitu ketika sedang mulai pembacaan surat tertentu setelah Maghrib setelah

membaca wirid sebelum dimulainya surat yang akan dibaca, para santri

memulainya dengan pembacaan Asma‘ al-Husna terlebih dahulu, berbeda dengan

pembacaan surat tertentu setelah shalat Ashar, tidak ada pembacaan Asma’ al-

Husna, jadi setelah shalat Ashar berjamaah, terlebih dahulu melakukan wiridan

dan dilanjut dengan pembacaan surat al-Wāqi‘ah.73

Alquran itu agung dan mulia. Ia adalah kalam Allah Swt dan mukjizat

Nabi-Nya yang termulia. Ayat-ayatnya merupakan jaminan hidayah bagi

manusia dalam segala urusan dan di setiap keadaan serta jaminan bagi mereka

72 M. Nur Kholis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, (Yogyakarta:

eLSAQPress,2006), 68 73 Halima tussa’diah, ustadzah Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Page 58: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

46

untuk memperoleh cita-cita tertinggi dan kebahagiaan terbesar di dunia maupun

di akhirat.74 Sebagaimana Allah Swt berfirman:

يم ٥٥ا نهل ق رانك ر كن ون تبم ٥٧ف يك

“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia. Pada kitab

yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh).” (Q.S. al-Waqi’ah 77-78)75

Orang mukmin memandang bahwa kehidupan adalah kesempatan untuk

beribadah kepada Allah Swt. Salah satu bentuk ibadah kepada Allah adalah

dengan cara membaca al-Qur’an. Telah datang perintah Ilahi, untuk membaca al-

Qur’an di banyak ayat dalam kitab-Nya.76

Di antaranya firman Allah Swt dalam surat al-Kahfi ayat 27, yang

berbunyi:

ب ت اب ر نك م ا ل يك ي اا وح م اتل داو لت ح م ند ون ه م د ل نت ج و ل مت ه ل ك ل ب د م ل ٩٥ك

“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, Yaitu kitab Tuhanmu

(Al-Quran). tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya. dan

kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari padanya.”(Q.S.

Al-Kahfi:27)77

Surat-surat pilihan yang di baca di Pondok Pesantren Darul haviz al-

Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo ini terdapat 2 surat, yakni : surat al-Mulk,

surat al-Wāqi’ah, Agar pembacaan surat-surat pilihan tersebut kondusif, maka

mereka membuat jadwal terkait pembacaan surat-surat tersebut. Adapun jadwal

74 Haidar Ahmad Al A’raji, Fadhilah & Khasiat Surah-surah Alquran, (Jakarta: Zahra

Publishing House, 2007), 22. 75 Tim penterjemah dan penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:

Departemen Agama RI, 1985), 484 76 M.Quraish Shihab, Lentera Alquran (kisah & hikmah kehidupan), (Bandung: Mizan,

2008), 28. 77 Tim penterjemah dan penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:

Departemen Agama RI, 1985), 268

Page 59: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

47

bacaannya, surat al-Mulk setelah shalat Ashar, dan surat al-Wāqi’ah setelah

Maghrib.78

Pemahaman tentang keistimewaan atau keutamaan membaca surat-surat

pilihan diperkuat oleh pendapat-pendapat ulama diantaranya: Wahbah az-Zuhaily

dalam kitab tafsirnya (al-Tafsīr al-Munīr), Syekh Aḥmad ad-Dajali dalam kitab

Mujarat ad-Dairaby al-Kabir dan yang lainnya. Setelah seseorang membaca al-

Qur’an dengan di ikuti pemahaman yang benar, maka diharapkan akan semakin

tumbuh keyakinan akan kebenaran al-Qur’an, sehingga akan mendapatkan

limpahan rahmat.79

1. Makna Objektif

Makna Objektif adalah makna yang ditemukan oleh konteks

sosial dimana tindakan tersebut berlangsung. Dalam hal ini digunakan

untuk memandang praktik tradisi pembacaan al-Qur’an surat al-

Wāqi’ah dan surat al-Mulk sebagai suatu kewajiban dan rutinitas yang

harus dilaksanakan. Kegiatan pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah

dan surat al-Mulk merupakan suatu bentuk ibadah yang dilaksanakan

secara rutin di Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber

Sari, Kab. Tebo guna melatih santri dalam hal riyadhah atau usaha

dalam do’a.

Sebagai bentuk olah bathiniyah santri sehingga dalam diri santri

terdapat pribadi yang berpegang teguh pada al-Qur’an serta

mempunyai tujuan hidup yang sesuai dengan tuntunan al-Qur’an.

Selain itu tradisi pembacaan al-Qur’an surat al- al-Wāqi’ah dan surat

al-Mulk merupakan suatu tradisi yang harus dijaga kelestariannya oleh

para santri juga merupakan bentuk apresiasi kepatuhan santri terhadap

peraturan yang berlaku. Sebenarnya bukan hanya sekedar menjaga

tradisi serta bentuk kepatuhan santri terhadap peraturan, namun juga

78 Ardhani Hasan, Penasehat Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo. 79M. Syamsul Ulum, Menangkap cahaya al-Qur’an , (Malang: UIN Malang,2007). 126

Page 60: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

48

tradisi tersebut sudah menjadi amalan khas dan dianggap mempunyai

banyak fadhilah serta keberkahan terhadap pembacanya.

Para dzurriyyah sepakat untuk mewajibkan membaca surat al-

Wāqi’ah dan surat al-Mulk setiap harinya, sebab setiap lembaga

pendidikan mempunyai cara masing-masing untuk bisa mencetak

santri atau murid-muridnya menjadi orang yang ālim (berilmu).

Diantara cara untuk mencerdaskan santrinya, selain kurikulum

pesantren dibarengi dengan riyādhah (usaha). Dalam aktivitas

pengamatan, penulis menyimpulkan bahwa yang lebih berperan adalah

pengurus sebagaimana hasil wawancara dengan ustadz Ardhani

Hasan;

Tradisi ini diamalkan sebagai bentuk ikhtiar dan zikir kepada

Allah, mengharap hikmah dan syafa’at dari membaca al-Qur’an juga

merupakan wirid, agar dimudahkan segala sesuatunya , dimudahkan

dalam mencari ilmu, mudah dalam hal rezeki ataupun yang lainnya.

Sehingga tradisi pembacaan al-Qur’an surat al- al-Wāqi’ah dan surat

al-Mulk di Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber

Sari, Kab. Tebo ini harus senantiasa di laksanakan. Oleh karenanya

pemberdayaan tradisi ini tidak lepas peran dari pengurus, tanpa adanya

peraturan ataupun kebijakan Pesantren tersebut mungkin para santri

tidak begitu semangat dalam mengerjakannya.80

Begitu pentingnya peran pengurus agar terlaksananya tradisi ini,

menuntut mereka untuk senantiasa memberikan motivasi serta

meningkatkan semangat santri dalam mengamalkan tradisi ini.

Karenanya, membutuhkan kesadaran tinggi untuk santri dalam

mengamalkan tradisi tanpa bimbingan para pengasuh pesantren.

Harapan pengasuh dalam mewajibkan pembacaan surat al-Wāqi’ah

dan surat al-Mulk ini semata-mata untuk ibadah, membiasakan santri

80 Ardhani Hasan, Penasehat Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Page 61: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

49

selalu berinteraksi dengan al-Qur’an, membiasakan santri disetiap

usahanya maka dibarengi dengan do’a juga. Dengan harapan-harapan

itulah, maka pengasuh senantiasa menjaga tradisi ini dari tahun ke

tahun, agar para santri mendapatkan fadhilah atau keberkahan dari apa

yang sudah di lakukan setiap harinya.

Hasil wawancara menyebutkan bahwa salah satu santri setelah

melakukan tradisi tersebut, ia merasakan manfaat atau keberkahan.

Diantaranya; hasil wawancara dengan salah satu santri yang sudah

bermukim kurang lebih 1 tahun yang bernama Muzzammil.

Pada awalnya mengikuti kegiatan ini juga dengan rasa terpaksa

setiap harinya, namun semakin hari semakin terbiasa, sehingga jika

tidak membacanya sehari pun rasanya ada yang kurang (mengganjal)

dalam hati. Kalau untuk fadhilahnya lebih ke kiriman dari rumah,

setiap bulan semakin banyak, mungkin rezeki orang tua semakin

lancar, untuk pembacaan surat al-Mulk sendiri manfaatnya lebih ke

diri saya sendiri, menjadi hati lebih tentram.81

Namun tidak sedikit pula dari sebagian besar santri, mereka

kurang memahami pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-

Mulk, artinya mereka belum mengetahui keseluruhan tradisi tersebut.

Meskipun mereka tidak mengetahui tradisi pembacaan al-Qur’an surat

al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk, tetapi semangat dan antusias santri

dalam mengikuti kegiatan sangat tinggi.

Sebagaimana hasil wawancara dengan santri bernama Andika;

Dengan membiasakan membaca surat al-Wāqi’ah dan surat al-

Mulk, menurut saya semakin lama menjadi hafal surat tersebut dengan

sendirinya, sehingga mempermudah saya ketika ada hafalan surat

81 Muzammil, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan

Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Page 62: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

50

tersebut disekolah, saya tidak pusing- pusing untuk menghafal karena

saya sudah hafal, sebab setiap hari membacanya.82

2. Makna Ekspresif

Makna ekspresif adalah makna yang ditunjukkan oleh faktor

(pelaku tindakan). Makna ekspresifnya, tentu ada beberapa perbedaan

yang beragam. Karena, bagi sebagian besar santri pembacaan surat-

surat tersebut adalah bisa membuat hati menjadi tenang, sebagai

motivasi untuk hidup dikala sedang dalam masalah terutama masalah

rezeki, serta merasa bahwa diri kita terlalu banyak dosa.

Makna ekspresif tersebut dapat diklasifikasi menjadi beberapa

poin penting yaitu bahwa dengan tradisi pembacaan surat-surat

tersebut ada makna yang menunjukkan makna praktis sebagai bentuk

pembelajaran, seperti dapat melancarkan bacaan, maupun sebagai

bentuk upaya atau riyadhah para santri membantu orang tua dalam

mencari rezeki lewat amalan atau wirid yang dilaksanakan setiap hari

di Pesantren. Menunjukkan makna ketundukan dan rasa patuh kepada

guru maupun terhadap peraturan Pesantren.

Dalam makna ekspresif terbagi menjadi tiga bagian yaitu;

a.) Makna ekpresif menurut santri

Dari hasil wawancara terhadap santri dihubungkan dengan

teori makna ekspresif bisa dinyatakan, bahwa sebagian

besar santri melakukan tradisi pembacaan al-Qur’an surat

al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk dengan keterpaksaan

mentaati peraturan yang dibuat oleh pengurus.

Dari hasil wawancara santri Pondok Pesantren

Darul Havis Al-Mansyuriah, Sumber Sari Kab. Tebo tidak

82 Andika, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan

Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Page 63: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

51

sedikit dari mereka yang mengamalkan surat al- al-Wāqi’ah

dan surat al-Mulk hanya sebagai rutinitas untuk

menggugurkan kewajibannya. Mereka belum memahami

bagaimana mengamalkan tradisi pembacaan al-Qur’an surat

al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk tersebut sebagai suatu bentuk

pembelajaran yang banyak manfaatnya. Sebagaimana

wawancara peneliti dengan santri bernama Bima;

Pembacaan surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk

memang diwajibkan kepada seluruh santri, sehingga

awalnya memang terpaksa melakukan hanya untuk

menggugurkan kewajiban sampai saat ini belum merasakan

perubahan apapun juga setelah membacanya.83

Mekipun demikian, semangat atau niatan santri

dalam melakukan tradisi pembacaan al-Qur’an surat al-

Wāqi’ah dan surat al-Mulk perlu dicontoh untuk umum.

Sebab berawal dari keterpaksaan menjadi pembisaan,

menjadikan mereka mempunyai rasa tanggung jawab agar

selalu merutinkan membaca al-Qur’an khususnya surat al-

Wāqi’ah dan surat al-Mulk. Seperti halnya yang dikatakan

santri bernama Ilham;

Membaca surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk setiap

hari merupakan satu kewajiban di Pesantren ini, jadi ya

hanya ikut saja peraturan yang sudah dibuat di sini.84

Selain itu, santri melakukan tradisi tersebut untuk

mengharapkan ridho Allah SWT dalam bentuk apapun dan

83 Bima, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan

Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo. 84 Ilham, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan

Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Page 64: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

52

juga mengharap keberkahan kepada pengasuh. Seperti hasil

wawancara dengan santri bernama Muammar Khadafi;

Menurut saya melakukan tradisi pembacaan al-

Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk adalah bentuk

ta’dzim (ngalap barakah) terhadap pengurus dan pengasuh

khususnya, sebab dengan mentaati perintah guru yang

dinamakan dengan barakah itu pasti ada.85

Hasil wawancara dengan santri bernama Fatma;

Rutinitas membaca al-Qur’an menurut saya

memang sesuatu hal yang diharuskan bagi umat muslim,

disini diwajibkan membaca setiap hari khususnya surat al-

Wāqi’ah dan al-Mulk menurut saya tidak perlu mengetahui

apa manfaat atau fadilah apa yang di dapatkan setelah

membaca surat tersebut, yang penting menaati peraturan

sudah pasti ada manfaatnya sendiri.86

Namun tidak sedikit pula santri yang meyakini

dengan sepenuh hati kebenaran keutamaan serta berkah

surat al-Wāqi’ah yang berasal dari Allah. Keyakinan ini

diikuti dengan melakukan wirid dengan selalu membaca

surat al-Wāqi’ah. Seperti hasil wawancara dengan salah

satu santri putra yang bernama Muhammad Haikal;

85 Muammar Khadafi, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Wawancara dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo. 86 Fatma, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan

Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Page 65: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

53

Bukan hanya materi yang di lancarkan, tapi juga

ketenangan bathin yang saya dapatkan setiap selesai

membaca surat tersebut.87

Wawancara dengan santri bernama, Kairul Aswad;

Menurut saya, kegiatan rutin membaca surat al-

Wāqi’ah setelah shalat ashar sangat bermanfaat bagi saya,

bukan karena fadilahnya yang banyak, tapi bisa membuat

saya sibuk dengan kegiatan rutin membaca surat, sebab jika

waktu surup saya nganggur pasti ada hal-hal yang

mengganggu saya”.88

Tanpa disadari kebiasan mereka dalam melakukan

tradisi pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-

Mulk mendapatkan timbal balik yang dirasakan. Seperti

hasil wawancara dengan santri yang bernama Bimo Sakti;

Amalan membaca surat al-Wāqi’ah dan surat al-

Mulk memang diwajibkan sehingga pertama memang

terpaksa merutinkan membaca al-Wāqi’ah, namun semakin

hari semakin merasakan manfaat setelah merutinkan

membaca surat al- al-Wāqi’ah tersebut, salah satunya; tiap

kali minta kiriman uang saku dari rumah berapapun, pasti

ada. Kalau surat al-Mulk fadhilahnya lebih ke akhirat, jadi

saat ini ya belum merasakan apa-apa.89

Penulis menyimpulkan bahwa sebenarnya tradisi

pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk

87 Muhammad Haikal , Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Wawancara dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo. 88 Khairul Aswad , Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara

dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo. 89 Bimo Sakti, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara

dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Page 66: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

54

memiliki keutamaan tersendiri bagi pembacanya, terutama

untuk mereka yang istiqamah mengamalkannya. Ada

keistimewaan yang berbeda setelah santri membacanya.

Para santri merasa bukan hanya ketenangan dan

ketentraman batin saja, melainkan ada rasa lain yang

tersirat didalam batin santri, yang mereka pun tidak bisa

mengungkapkannya. Akan tetapi tidak semua santri

merasakan keutamaan yang terkandung dalam kedua surat

tersebut. Sesungguhnya jika semua santri melakukan

kegiatan ini dengan sungguh-sungguh maka keberkahan

yang diperolehnya. Melatih santri untuk belajar disiplin

melalui keistiqamahan dalam mengamalkan membaca surat

al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk di Pondok Pesantren Darul

Havis Al-Mansyuriyah, Sumber Sari, Kab. Tebo.

b.) Makna ekspresif menurut pengurus

Dalam wawancara pengurus menjelaskan susahnya

mengatur santri melakukan tradisi pembacaan al-Qur’an

surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk setiap hari. Meskipun

demikian, para pengurus tidak kurang-kurang dalam

menasehati para santri agar mereka lebih merasa punya

tanggung jawab dan kesadaran diri bahwa dari surat yang

akan santri baca nantinya santri sendirilah yang akan

merasakan fadhilahnya. Makna ekpresif sebenarnya lebih

memfokuskan bagaimana memotivasi santri dalam

melakukan tradisi pembacaan surat al-Wāqi’ah dan surat al-

Mulk di Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Sumber Sari, Kab. Tebo.

Tradisi pembacaan surat al-Wāqi’ah dan surat al-

Mulk dalam mengamalkannya diperlukan keistiqomahan

santri, agar dalam diri santri sendiri merasakan adanya

Page 67: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

55

perubahan dari apa yang diamalkan setiap harinya.

Sesungguhnya berubah tidaknya santri tergantung kepada

mereka sendiri, karena semakin niat kita dalam

mengamalkan dan mengerjakan tradisi pembacaan surat al-

Wāqi’ah dan surat al-Mulk maka hajat yang kita inginkan

segera dipermudah oleh Allah Swt dan tentunya tidak

terlepas dari peran pengurus mendampingi kegiatan

tersebut.

Selain karena memang mempunyai banyak fadhilah,

membaca al-Qur’an memang sangat dianjurkan bagi umat

muslim, sebagai pedoman dalam hidup dalam sehari-hari.

Seperti halnya yang di katakan atau hasil wawancara

dengan salah satu pengurus, Ustadzah Miftah;

Mengistiqomahkan membaca surat tersebut, bagi

saya bukan hanya sebagai bentuk kewajiban dari pesantren,

namun sebagai keharusan bahwa kita umat muslim sudah

sepatutnya membaca atau menghafal sebagian surat-surat

yang ada di dalam al-Qur’an dan tak perlu memikirkan

manfaat apa yang akan didapatkan setelah membaca surat

tersebut, karena Allah pasti akan memberi imbalan sesuai

dengan perilaku kita.90

Penulis menyimpulkan melalui makna ekspresifnya

dalam tradisi pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah dan

surat al-Mulk ini adalah mengubah perasaan santri dan

pengurus selepas melakukan tradisi tersebut menjadi bentuk

keyakinan, dengan wujud ikhtiyar santri berupa ibadah

membaca al-Qur’an harapannya bahwa segala sesuatu yang

menjadi beban atau pikiran mereka secara perlahan akan

dimudahkan oleh Allah dalam menyelesaikannya, seperti

90 Miftah, Ustadzah Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan

Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Page 68: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

56

halnya kelancaran rezeki atau merasa terlalu banyak dosa,

sehingga mereka mendapatkan ketentraman jiwa dengan

senantiasa mengharap Ridho dari Allah.

3. Makna Dokumenter

Makna dokumenter, yaitu makna yang tersirat atau tersembunyi,

sehingga aktor (pelaku tindakan) tersebut tidak sepenuhnya menyadari

bahwa suatu aspek yang diekspresikan menunjukkan kepada budaya

secara keseluruhan. Makna dokumenter dari tradisi pembacaan al-

Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk ini sesungguhnya dapat

diketahui jika diteliti secara mendalam, karena makna dokumenter

adalah makna yang tersirat dan tersembunyi, yang secara tidak disadari

bahwa dari satu praktik pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah dan

surat al-Mulk ini bisa menjadi suatu kebudayaan yang menyeluruh.

Tradisi pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-

Mulk menimbulkan tiga resepsi terhadap santri : Pertama, sebagai

kegiatan atau keadaan dimana santri hanya menganggap bahwa tradisi

tersebut merupakan wujud tradisi yang telah ada dan dilakukan.

Kedua, tradisi religius atau praktik keberagamaan, yaitu santri

menerima suatu keadaan yang telah mereka lakukan sebagai bentuk

praktik umat beragama terlebih kehidupan di pesantren dengan

mengambil manfaat dari tradisi tersebut. Ketiga, tradisi simbolis, yaitu

santri menganggap bahwa apa yang mereka lakukan maknayang sesuai

dengan fokus yang melingkupnya.

Hemat penulis bahwa tradisi pembacaan al-Qur’an surat al-

Wāqi’ah dan surat al-Mulk memiliki keutamaan tersendiri terutama

untuk mereka yang istiqamah mengamalkannya. Dalam tradisi

pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk menurut

makna dokumenter ialah bagaimana memposisikan kebiasaan menjadi

sebuah kebudayaan yang wajib dikerjakan. Makna dokumenter

Page 69: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

57

merupakan gabungan antara makna-makna sebelumnya. Maka tradisi

pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk merupakan

wujud akhir karena telah menjadikannya sebagai kebudayaan bagi

santri untuk senantiasa mengamalkannya.

Tujuan utama pengasuh menjadikan tradisi pembacaan al-

Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk di pondok pesantren ialah

membudayakan serta mengamalkan surat dalam al-Qur’an untuk

senantiasa dibaca dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Inilah yang disebut dengan fadhilah dari surat-surat di dalam al-

Qur’an yang dijadikan sebuah tradisi. Sebaik-baiknya amal adalah

mereka yang mau membacanya dan mengamalkannya, mungkin itu

yang menyebabkan pengurus maupun pengasuh untuk terus mengajak

santrinya membudayakan tradisi tersebut.

Pengasuh berharap para santri agar selalu mengamalkan ijazah

yang didapatkan sewaktu mondok sebagai pegangan dalam

kehidupannya kelak ketika sudah di rumahnya masing-masing dengan

harapan agar para santri yang senantiasa merutinkan membaca salah

satu surat dari al-Qur’an, disamping merupakan ibadah juga

mengharap ridho Allah serta dijauhkan dari musibah lahir maupun

musibah batin, dimudahkan rezekinya dan dijauhkan dari kefakiran,

agar diberi rezeki yang tiadak disangka-sangka dari mana datangnya,

ditinggikan derajatnya, dimudahkan rezekinya dan kita akan

mengetahui tentang sesuatu yang gaib seperti adanya kenikmatan

surga, seperti penjelasan makna surat al-Wāqiʽah ayat 88-89.

Tujuan lain adalah sebagai zikir kepada Allah, mengharap

hikmah dan syafa’at dari membaca al-Qur’an juga merupakan wirid,

karena dalam sebuah kamus menjelaskan, bahwa wirid adalah

potongan-potongan ayat al-Qur’an atau hadis yang dibaca dengan baik,

terutama dibaca setelah shalat. Dengan wirid, berdoa dan aktifitas

Page 70: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

58

keagamaan merupakan usaha batin yang berdimensi vertikal yaitu

permohonan kepada Allah, supaya kemudahan atau kelancaran rezeki.

Berikut penulis cantumkan tabel hasil penelitian:

Makna Objektif dari tradisi pelaksanaan pembacaan surat al-Waāqi’ah dan

surat al-Mulk, sebagai berikut:

Santri Pengurus Pengasuh

Pelaksanaan

pembacaan surat al-

Wāqi’ah dan surat

al-Mulk merupakan

kegiatan yang wajib

diikuti sehingga

berawal dari

peraturan menjadi

kebiasaan yang

setiap harinya

dilaksanakan para

santri

Sebagai bentuk olah

bathiniyah santri

Sebagai bentuk

motivasi bagi pribadi

santri, sehingga

mendapat keberkahan

dari apa yang mereka

amalkan dan sebagai

bentuk ikhtiar santri

mendoakan kedua

orang tuanya.

Surat al-Wāqi’ah dan surat al-

Mulk merupakan kegiatan

yang wajib diikuti sehingga

berawal dari peraturan menjadi

kebiasaan yang setiap harinya

dilaksanakan para santri

Sebagai bentuk olah bathiniyah

santri Sebagai bentuk motivasi

bagi pribadi santri, sehingga

mendapat keberkahan dari apa

yang mereka amalkan dan

sebagai bentuk ikhtiar santri

mendoakan kedua orang

tuanya. Para dzurriyyah

sepakat untuk mewajibkan

membaca surat al- al-Wāqi’ah

dan surat al- Mulk setiap

harinya, sebab setiap lembaga

pendidikan mempunyai cara

masing-masing untuk bisa

mencetak santri atau murid-

muridnya menjadi orang yang

ālim (berilmu).

Page 71: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

59

Makna Ekspresif dari tradisi pembacaan surat al-Waāqi’ah dan surat al-Mulk

menurut santri, pengurus maupun pengasuh:

Santri Pengurus Pengasuh

Hati menjadi tentram

Menjadi motivasi diri

sendiri disaat

mempunyai masalah,

terutama masalah

rezeki.

Melancarkan bacaan,

sehingga menjadi

hafal.

Mendoakan kedua

orang tua yang

sedang bekerja.

Mempunyai rasa

tanggung jawab untuk

selalu mengikuti

kegiatan tersebut.

Mengharap barakah

dari pengasuh serta

keluarga dilancarkan

rezekinya.

Menjadi bentuk

keyakinan

dankekuatan ketika

mengalami beban

pikiran atau sesuatu

yang lain, secara

perlahan akan

dimudahkan oleh

Keberhasilan menjaga

tradisi tersebut lewat

pengurus dan para

santri.

Makna dokumenter hasil pengamatan peneliti,

Dokumenter

Tradisi pembacaan surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk di Pondok Pesantren

merupakan kegiatan dimana seluruh santri putra maupun putri diwajibkan

mengikuti amaliyah tersebut, hemat penulis tradisi tersebut berawal dari

peraturan menjadi kegiatan yang tidak disadari oleh para santri jika kegiatan

tersebut sudah mendarah daging dalam diri santri, sehingga dari keterpaksaan

menaati peraturan menjadi kebiasaan hingga menjadikan santri lebih disiplin

dengan sendirinya.

Page 72: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, resepsi berarti: pertemuan

(perjamuan) yang diadakan untuk menerima tamu. Dalam sastra, “resepsi” adalah

teori yang mementingkan tanggapan pembaca terhadap karya sastra. Sedangkan di

dalam Studi al-Qur’an, teori resepsi ini membahas tentang bagaimana al-Quran

diterima oleh masyarakat muslim, dan bagaimana mereka memberikan reaksi

terhadap al-Qur’an.

Resepsi al-Qur’an adalah kajian tentang sambutan pembaca terhadap ayat-

ayat suci al-Qur’an. Sambutan tersebut bisa berupa cara masyarakat dalam

menafsirkan pesan ayat-ayatnya, cara masyarakat mengaplikasikan ajaran

moralnya serta cara masyarakat membaca dan melantunkan ayat-ayatnya. Dengan

demikian, pergaulan dan interaksi pembaca dengan al-Qur’an merupakan

konsentrasi dari kajian resepsi ini, sehingga implikasi dari kajian tersebutakan

memberikan kontribusi tentang ciri khas dan tipologi masyarakat dalam bergaul

dengan al-Qur’an.

Pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu yang dilakukan oleh para santri

Pondok Pesantren darul Haviz Al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo

merupakan kegiatan yang telah menjadi kebiasaan yang istiqomah sejak awal

berdirinya pondok pesantren tahun 2018 M hingga saat ini. Kegiatan itu dimulai

pertama kali oleh perintah dari pengasuh Pondok Pesantren darul Haviz Al-

Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo sebagai kegiatan yang harus dijalankan

oleh seluruh santrinya. Sebagaimana para santri tidak hanya sekolah formal, tetapi

juga diajarkan untuk menghidupkan al-Qur’an setiap hari. Salah satu contohnya

yaitu membaca al-Qur’an surat-surat tertentu pada saat setelah shalat Ashar dan

setelah shalat Maghrib secara bersama-sama.

Page 73: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

61

Setelah melakukan kajian living Qur’an di Pondok Pesantren Darul Haviz

Al-Mansyuriyah Sumber sari, Kab. Tebo terhadap pembacaan al-Qur’an surat-

surat tertentu, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

Secara garis besar pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu di Pondok

Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah Sumber sari, Kab. Tebo adalah praktek

pembacaan surat yang dapat direspon oleh santri-santri untuk dijadikan amalan

setiap hari. Selain itu, cara mempraktekkannya adalah membaca dengan cara yang

tartil, dan pembacaan surat ini bertujuan sebagai perantara agar rahmat Allah Swt

turun kepada yang membaca surat tertentu.

Makna berdasarkan penelitian meliputi tiga kategori makna yaitu:

1. makna objektif, secara umum pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu

tersebut merupakan praktek pembacaan al-Qur’an yang harus ditaati dan

dipatuhi oleh semua santri.

2. Makna ekspresif yang ditangkap oleh peneliti adalah mengajarkan amalan

kepada santri agar kelak terbiasa atau istiqamah dalam mengamalkannya.

Sedangkan makna.

3. dokumenter tanpa disadari bahwa dari pembacaan al-Qur’an surat-surat

tertentu ini adalah sebagai kebudayaan.

B. Rekomendasi Penelitian

1. Setelah penulis melakukan penelitian tentang kajian living Qur’an yang

terkait pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu bagi santri Darul Haviz Al-

Mansyuriyah Sumber sari, Kab. Tebo, tentu masih banyak objek penelitian

living Qur’an lainnya yang belum dikaji. Dalam penelitian ini, penulis

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan.

2. Semoga dalam penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan segenap pembaca,

serta dapat memberi kontribusi dalam khazanah studi al-Qur’an.

Page 74: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Al A’raji, Haidar Ahmad. Fadhilah & Khasiat Surah-surah Alquran, (Jakarta:

Zahra Publishing House, 2007)

Al Hafidz, Ahsin W. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Bumi

Aksara, 2000).

An Nakhrawie, Asrifin. Ringkasan Asbabun Nuzul, (Surabaya: Ikhtiar Surabaya,

2011), 159.

Arifullah, Mohd. Panduan Penelitian Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas

Ushuluddin Iain Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. (Jambi:Fak Ushuluddin

IAIN STS Jambi. 2016). Asnawi Muh., dkk, Sejarah Kebudayaan Islam 1; Mengurai Hikmah Peradaban

Islam, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2012).

as-Sayyid, Ibrahim Ali. „Ali, Fadha’il suwar Al-Qur’an al-Karim Terj. Abdul

Hamid, Keutamaan surah-surah Al-Qur’an, (Jakarta : SAHARA

publishers, 2010)

As-Suyuthi Jalaludin, al-Itqan fi Ulumil Al-Qur’an, (Kairo: Dar al-Fikr, t.th.) Baum, Gregory Agama dalam Bayang-bayang Relativisme: Agama Kebenaran dan

Sosiologi Pengetahuan, terj. Ahmad Murtajib Chaeri dan Mashuri Arow,

(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1998), Djoko, Pradopo, Rachmat. 2007. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar). Goldziher, Ignaz. Mazahib al-Tafsir al-Islami, Beirut: Dar al- Iqra’, 1403

Isa, Muhammad. bin Surah at-Tirmidzi, Terjemah Sunan at-Tirmidzi, terj. Moh.

Zuhri dkk, Juz IV, (Semarang: Asy-Syifa, 1992).

Iqbal, Manshur Sirojuddin. Pengantar Ilmu Tafsir¸ (Bandung: Angkasa, 1987)

Kaelan, Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya (Yogyakarta:

Paradigma, 2002).

Kuth, Ratna, Nyoman. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar). Makhdlori, Muhammad. Bacalah Surat Al-waqi’ah, Maka Engkau Akan Kaya,

(Jogjakarta: DIVA Press, 2011) Mansyur, M. dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:

TH Press, 2007)

Mannheim, Karl Ideologi dan Utopia, Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik,

terj. Arief Budiman, (Yogyakarta : Kanisius, 1991)

Muhammad, Jalaluddin. bin Ahmad Al-Mahalli dan Jalaluddin Abdurrahman bin

Abi Bakar as-Suyuthi, Tafsir Jalalain, (t.k: Al Haramain Jaya Indonesia,

2007)

Mutaqim Abdul dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis,

3(Yogyakarta: TH-Press, 2007).

Page 75: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

Rafiq, Ahmad “Sejarah Al-Qur’an dari Pewahyuan ke Resepsi” dalam Sahiron

Syamsuddin (ed.), Islam,Tradisi dan Peradaban, (Yogyakarta: Bina Mulia

Press,2012), Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an Vol 13,

(Jakarta: Lentera Hati, 2000)

Shabir, Muslich. Terjemah Riyadhus Shalihin II, (Semarang: PT. Karya Toha Putra

Semarang, TT)

Setiawan, M. Nur Kholis Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, (Yogyakarta: eLSAQ

Press,2006)

Suma, Muhammad Amin. Tafsir Ayat Ekonomi (Teks, Terjemah, dan Tafsir), (Jakarta:

AMZAH, 2013) Syamsuddin, sahiron. “Ranah-Ranah Penelitian dalam Studi Al-Qur’an dan Hadis”,

dalam M. Mansur dkk, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta:

TH Press, 2007)

Ulum, M. syamsul. Menangkap cahaya al-Qur’an , (Malang: UIN Malang,2007).

Yasin, As’ad. Terj. Tafsir fi zhilalil-Qur’an jilid 22, (Jakarta: GEMA INSANI,

2004)

Yusuf Muhammad Bin Abdurrahman, Kisah-kisah Balita Penghafal Al-Qur’an,

(Yogyakarta:Laksana, 2018).

Yusuf, Muhammad “Pendekatan sosiologi dalam penelitian Living Qur’an”,

dalam Metodologi penelitian Living Qur’an dan Hadis, Syahiron

Syamsuddin (ed.)(Yogyakarta): TH Press, 2007)

Jurnal

Fathurrosyid, “Tipologi Ideologi Resepsi Al-Qur’an di Kalangan Masyarakat

Sumenep Madura”, dalam Jurnal el-Harakah Vol. 17, No. 2 Tahun 2015.

Jannah Imas Lu’lu, “Resepsi Estetik Terhadap Al-Qur’an pada Lukisan Kaligrafi

Putra Heddy Shri Ahimsa, “The Living Qur’an: Beberapa Perspektif

Antropologi,” dalam Jurnal Walisongo, vol. 20, no. 1, Mei 2012.

Rofiq Ahmad, “Pembacaan yang atomistik terhadap Al-Qur’an; Antara

Penyimpangandan Fungsi,” dalam Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadis, UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol.4, No. 1, Januari 2014.

Wahid M. Abduh, “Tafsir Liberatif Farid Esack”, dalam Tafsere Vol. 4. No. 2.

Tahun 2016

Web-site

Jalil, Abdul Muhammad (2015) Etika Terhadap Al-Qur’an. Di akses melalui

alamat Http:///E:/sarbinidamai. tanggal 27 februari 2020

Mukhtar, Muhammad “Resepsi Santri Lembaga Tahfidzul Qur’an Pondok

Pesantren Wahid Hasyim Terhadap Al-Qur’an”. Skripsi Fakultas

Ushuluddin Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta Tahun 2007. Diakses dari http://digilib.uin-suka.ac.id/36402/,

pada Minggu, 17 November 2019.

Page 76: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

Pudaili, Ahmad “Keberadaan Ponpes Nurul Jalal Sangat Berdampak Positif Bagi

Masyarakat” Di akses melalui https://titikjambi.com/berita-

selengkapnya/keberadaan-ponpes-nurul-jalal-sangat-berdampak-positif-

bagi-masyarakat/ tanggal 28 April 2020

Putra, Ardi “Resepsi Al-Qur’an dalam Pembelajaran Al-Qur’an: (Studi

Perbandingan pada Pembelajaran Al-Qur’an Online dan Pembelajaran

Al-Qur’an di TPA Al-Muhtadin Perum Purwomartani Baru, Kalasan,

Sleman, Yogyakarta, dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta Tahun 2016. Diakses dari http://digilib.uin-

suka.ac.id/29506/, pada Senin, 17 November 2019.

Wawancara

Andika, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara

dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Ardhani Hasan, Penasehat Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo. Bima, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan

Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo. Bimo Sakti, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara

dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Fatma, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara

dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Halima Tussa’diah, Ustadzah Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo. Ilham, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan

Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo. Khairul Aswad , Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Wawancara dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Khairul Azhar, Pembimbing Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Wawancara dengan Penulis, 19 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Ponsel Recording. Mahyati. Ustadzah Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara

dengan Penulis, 11 November 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Miftah, Ustadzah Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara

dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Muammar Khadafi, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Wawancara dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo. Muhammad Haikal , Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,

Wawancara dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo. Muzammil, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan

Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

Page 77: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Resepsi Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah

Sumber Sari, Kab. Tebo, Provinsi Jambi

NO JENIS SDATA METODE SUMBER DATA

1. Letak Geografis

Pondok Pesantren

Darul Haviz Al-

Mansyuriyah

Sumber sari, Kab.

Tebo

Observasi

Dokumentas

Wawancara

Setting Penelitian

Dokumentasi Geografis

Ustadz

2. Proses

Berdirinya

Pondok Pesantren

Darul Haviz Al-

Mansyuriyah

Sumber sari, Kab.

Tebo

Wawancara

Dokumentasi

Ustadz

Dokumentasi

3. Struktur

Organisasi

Pondok Pesantren

Darul Haviz Al-

Mansyuriyah

Sumber sari, Kab.

Tebo

Dokumentasi Bagan Struktur Organisasi

Nama-Nama Pengurus Resepsi

Al-Qur’an Di Pondok

Pesantren Darul Haviz Al-

Mansyuriyah Sumber sari,

Kab. Tebo

4. Pelaksanaan

Resepsi Al-

Qur’an Pondok

Pesantren Darul

Haviz Al-

Mansyuriyah

Sumber sari, Kab.

Tebo

Wawancara

Dokumentasi

Santri

Page 78: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

A. Panduan Observasi

NO JENIS DATA OBJEK OBSERVASI

1 1. letak Geografis Pondok Pesantren

Darul Haviz Al-Mansyuriyah

Sumber sari, Kab. Tebo

Keadaan Dan Letak Geografis

22 2.

Sarana Dan Fasilitas Pondok

Pesantren Darul Haviz Al-

Mansyuriyah Sumber sari, Kab.

Tebo

Sarana dan Prasarana Yang

Tersedia Di Pondok Pesantren

Darul Haviz Al-Mansyuriyah

Sumber sari, Kab. Tebo Seperti :

Ruangan Tempat Belajar, Alat-

Alat Atau Media Yang

Digunakan Untuk Belajar

33 3.

Praktek Pelaksanaan Resepsi Al-

Qur’an Di Pondok Pesantren Darul

Haviz Al-Mansyuriyah Sumber sari,

Kab. Tebo

Metode Yang Di Terapkan

Dalam Praktek

Alokasi Waktu Yang Di

Butuhkan Dalam Proses Praktik

Resepsi

B. Panduan Dokumentasi

NO Jenis Data Data Dokumenter

1 1. Sejarah Pondok Pesantren Darul

Haviz Al-Mansyuriyah Sumber sari,

Kab. Tebo

Data dokumentasi tentang sejarah

berdirinya Pondok Pesantren

Darul Haviz Al-Mansyuriyah

Sumber sari, Kab. Tebo

22 2.

Struktur Organisasi Pondok

Pesantren Darul Haviz Al-

Mansyuriyah Sumber sari, Kab.

Tebo

Data dokumentasi tentang

struktur organisasi Pondok

Pesantren Darul Haviz Al-

Mansyuriyah Sumber sari, Kab.

Tebo

Page 79: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

C. Butir-Butir Wawancara

NO Jenis Data Data Dokumenter

1 1. Proses berdirinya Pondok Pesantren

Darul Haviz Al-Mansyuriyah

Sumber sari, Kab. Tebo

Pimpinan Pondok Pesantren

Darul Haviz Al-Mansyuriyah

Sumber sari, Kab. Tebo:

Bagaimana proses berdirinya

Pondok Pesantren Darul Haviz

Al-Mansyuriyah Sumber sari,

Kab. Tebo?

Kapan dan oleh siapa Pondok

Pesantren Darul Haviz Al-

Mansyuriyah Sumber sari, Kab.

Tebo didirikan?

Bagaimana perkembangan

hingga saat ini?

22 2.

Sarana/fasilitas Pondok Pesantren

Pondok Pesantren Darul Haviz Al-

Mansyuriyah Sumber sari, Kab.

Tebo

Apa saja sarana yang dimiliki

Pondok Pesantren Darul Haviz

Al-Mansyuriyah Sumber sari,

Kab. Tebo?

D. Time Line

No Kegiatan Maret April Mei

2 Bulan Ke

11 1 22 2 33 3 4 1 2 3 4 1 2 3 44 4

1. Observasi, Wawancara x x x

2. Dokumentasi x x x

3. Wawancara x x x

44 4. Pengolahan Data x x x x

5 5. Falidasi Data x x x x

Page 80: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

Lampiran-Lampiran

Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah

Pendiri sekaligus Penasehat Pondok Pesantren Darul Haviz Al-

Mansyuriyah

Page 81: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

Sholat Berjamaah Santri dan Santri Wati Pondok Pesantren darul Haviz

Al-Mansyuriyah

Wawancara Bersama ustadzah pondok Pesantren Darul Haviz Al-

Mansyuriyah

Page 82: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

Latihan Hadroh

Foto Bersama

Page 83: RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri

Nama : Dianda Ulhaq

Nim : UT160074

Tempat, tanggal lahir : Tebo, 23 Agustus 1998

Jenis kelamin : Laki-Laki

Alamat asal : Tebo

Pekerjaan : Mahasiswa

Jurusan : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Nomor hp : 082278868786

B. Riwayat Pendidikan

No Jenjang Pendidikan Tempat Tahun

1 SDN 101/VIII Tebo 2005-2011

2 MTS Baabussalam Tebo 2011-2013

3 MA Baabussalam Tebo 2013-2016

4 UIN Sts Jambi Jambi 2016 s/d Sekarang

C. Pengalaman Organisasi

No Jenis Pengalaman Jabatan Tahun

1 HMI Anggota 2016 s/d Sekarang

2 HIMASTE Sekretaris Keagamaan 2018 s/d 2019