repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/skripsi nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. warga...

45

Upload: others

Post on 14-Nov-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera
Page 2: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera
Page 3: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera
Page 4: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

iii

HALAMAN MOTTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan, ada kemudahan”(Qs. Al-Insyirah : 5)

“Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka kesungguhannya tersebut untuk

kebaikannya sendiri” (Qs. Al-Ankabut : 6)

“Orang yang tidak pernah melakukan kesalahan adalah mereka yang tidak pernah mencoba

hal-hal baru” (Albert Einstein)

“Do Good, and Good Will Come To You”

Page 5: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk :

1. Kedua orang tuaku tercinta, Damanhuri dan Hj. Aminah yang telah merawat dan

membimbingku sejak kecil. Dan selalu mendukung serta mendo’akan ku tiada

hentinya.

2. Kakak dan adikku tercinta, Meylita Amanda dan Novitasari yang telah mendukung

serta memberiku inspirasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Nenek dan Kai (Kakek) yang selalu memberikanku pembelajaran tentang kehidupan.

4. Almamaterku, Kampus Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

Yogyakarta yang kurang lebih selama 4 tahun menjadi wadah bagi ku untuk

mengembangkan diri menjadi orang yang lebih baik.

Page 6: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

v

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang mana atas limpahan

Rahmat dan Hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pembentukan Sistem Klaster oleh Lurah Rejowinangun untuk Meningkatkan Perekonomian

Masyarakat” ini dengan sebaik-baiknya.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta. Dan

dengan harapan agar skripsi ini dapat berguna bagi akademisi maupun praktisi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan baik bentuk maupun isinya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam

penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak dapat dilakukan dengan baik tanpa dukungan dan bantuan

dari pihak lain. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan ucapan

terima kasih kepada :

1. Bapak Habib Muhsin, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Sekolah Tinggi

pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.

2. Bapak Gregorius Sahdan, S.IP., M.A selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan

Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.

3. Bapak Drs. Suharyanto, M.M. yang telah membimbingku sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Ibu Dosen yang telah memberikan banyak ilmu dalam perkuliahan,

khususnya Bapak Ibu Dosen Ilmu Pemerintahan.

5. Seluruh Staf dan Karyawan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa

“APMD” Yogyakarta.

6. Seluruh Masyarakat dan Aparatur Pemerintahan Kelurahan Rejowinangun,

Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, DIY yang telah meluangkan

waktunya untuk membantuku demi kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Retnaningtyas, S.STP selaku purna Lurah Rejowinangun yang telah

banyak memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini.

Page 7: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

vi

8. Paman-paman dan bibi-bibiku. Terutama Paman Amat, Paman Johan, Paman

Edi, Paman Burdan, Julak Dolah, Acil Aluh, Acil Imah dan Acil Ati yang

selalu mendukungku. Serta kepada saudara sepupu kesayangan ku Fitrianni

Hidayah dan Rica Febriani yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

9. Seluruh saudara-saudara ku di UKM Musik Ganesha. Terimakasih untuk

energi positif dan semangatnya, dan selalu meluangkan waktu untuk memberi

masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Yang terkasih, Putera Perdana yang selalu mendo’akan dan memberikan

semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat ku di tanah rantau : Al-Fateha Riska, Meily Ika Kurniawati,

Aminah Ratnawati, Valentina Olympia Beka, Ade Randa, Sastra Fadilman

Lahagu, Handra Juli, dan Godefridus Yohanes Doru yang selalu memberikan

dorongan agar skripsi ini dapat terselesaikan.

12. Sahabat-sahabatku di kampung halaman : Ayunia Firdayati, Nuur Hamidah,

Lisna Noor Amalia, Riyanti, Azis Pramuraya, Yogie Arie Prasetyo, Budi

Setiawan, dan Galih Agus Pratama.

13. Teman-teman angkatan dan antar jurusan di Kampus STPMD “APMD”

Yogyakarta atas diskusi-diskusi ringannya sehingga memberi masukan dalam

penyusunan skripsi ini.

14. Masih banyak pihak-pihak yang sangat berjasa dalam penyususnan skripsi ini

yang penulis tidak dapat menyebutkan satu-persatu. Namun penulis tetap

mengucapkan banyak terima kasih atas bantuannya.

Penulis, September 2018

Nurmalasari

Page 8: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ ii

HALAMAN MOTTO ..................................................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL .............................................................................. ix

INTISARI ....................................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 6

C. TUJUAN PENELITIAN ..................................................................................... 6

D. MANFAAT PENELITIAN ............................................................................... 7

E. KERANGKA KONSEPTUAL ........................................................................... 7

1. Sistem Klaster ............................................................................................. 7

2. Peningkatan Perekonomian Masyarakat ..................................................... 15

F. RUANG LINGKUP ........................................................................................... 18

G. METODE PENELITIAN ................................................................................... 18

1. Jenis Penelitian ............................................................................................ 18

2. Unit Analisis ............................................................................................... 19

3. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 21

4. Teknik Analisis Data ................................................................................... 22

BAB II PROFIL KELURAHAN REJOWINANGUN DAN SISTEM KLASTER

KELURAHAN REJOWINANGUN .............................................................................. 24

A. PROFIL KELURAHAN REJOWINANGUN ................................................... 24

1. Keadaan Monografis ................................................................................... 24

2. Kependudukan Kelurahan Rejowinangun .................................................. 24

Page 9: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

viii

3. Sarana dan Prasarana Kelurahan Rejowinangun ........................................ 26

4. Kelembagaan Kelurahan Rejowinangun ..................................................... 27

5. Struktur Organisasi Kelurahan Rejowinangun ........................................... 27

B. SISTEM KLASTER DI KELURAHAN REJOWINANGUN .......................... 28

1. Klaster Budaya ............................................................................................ 29

2. Klaster Kerajinan ........................................................................................ 30

3. Klaster Herbal ............................................................................................. 31

4. Klaster Kuliner ............................................................................................ 32

5. Klaster Agro ................................................................................................ 33

BAB III ANALISIS DATA ........................................................................................... 35

A. DESKRIPSI PEMBENTUKAN SISTEM KLASTER

KELURAHAN REJOWINANGUN .................................................................. 35

B. PERAN KELURAHAN DALAM PEMBENTUKAN SISTEM KLASTER ... 38

C. SISTEM KLASTER DALAM MENINGKATKAN

PENDAPATAN MASYARAKAT .................................................................... 45

D. KENDALA YANG DIHADAPI DALAM SISTEM KLASTER ..................... 59

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 67

A. KESIMPULAN .................................................................................................. 67

B. SARAN .............................................................................................................. 68

LAMPIRAN

Page 10: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

ix

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Daftar Narasumber ............................................................................. 20

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 25

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ............................ 25

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ....................................... 26

Tabel 2.4 Sarana dan Prasarana Kelurahan Rejowinangun ............................... 26

Tabel 3.1 Data Potensi Kelurahan Rejowinangun ............................................. 39

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kelurahan Rejowinangun ............................... 28

Gambar 2.2 Peta Klaster Budaya Kelurahan Rejowinangun ............................. 30

Gambar 2.3 Peta Klaster Kerajinan Kelurahan Rejowinangun ......................... 31

Gambar 2.4 Peta Klaster Herbal Kelurahan Rejowinangun .............................. 32

Gambar 2.5 Peta Klaster Kuliner Kelurahan Rejowinangun ............................. 34

Gambar 2.6 Peta Klaster Agro Kelurahan Rejowinangun ................................. 34

Page 11: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

x

INTISARI

Salah satu masalah sosial yang dialami oleh masyarakat perkotaan adalah kemiskinan. Meningkatnya pertumbuhan penduduk merupakan penyebab maraknya terjadi kemiskinan di perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera (KMS) sebanyak 18.651 kepala keluarga (KK) atau 60.215 jiwa. Dibutuhkan peran pemerintah untuk memerangi masalah kemiskinan tersebut dengan cara berfikir yang segar melalui kebijakan dan segala bentuk inovasinya. Kelurahan Rejowinangun, Kecamatan Kotagede, kota Yogyakarta merupakan salah satu kelurahan yang menerapkan inovasi sistem klaster dalam meningkatkan perekonomian masyarakatnya. Dari kenyataan tersebut, penulis mengambil judul penelitian “Pembentukan Sistem Klaster oleh Lurah Rejwoinangun dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat” dengan rumusan masalah yaitu “Bagaimana sistem klaster yang dibentuk oleh Lurah Rejowinangun dalam meningkatkan perekonomian masyarakat?”. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui bagaimana peningkatan perekonomian masyarakat di Kelurahan Rejowinangun melalui sistem klaster yang dibentuk oleh Lurah Rejwoinangun; 2) kendala yang dihadapi dalam peningkatan perekonomian masyarakat di Kelurahan Rejowinangun melalui sistem klaster. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah : 1) Deskripsi pembentukan sistem klaster; 2) Peran Kelurahan dalam pembentukan sistem klaster; 3) Sistem klaster dalam meningkatkan pendapatan masyarakat; 4) Kendala-kendala yang dihadapi dalam sistem klaster.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik wawancara (interview), dokumentasi, dan observasi. Jumlah narasumber yang peneliti tentukan yaitu 16 narasumber yang ditentukan melalui teknik Purposive. Yaitu terdiri dari Aparatur Kelurahan Rejowinangun, Purna Lurah Rejowinangun, ketua masing-masing klaster, masyarakat pelaku usaha, dan tokoh masyarakat.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Pembentukan sistem klaster di Kelurahan Rejowinangun dideskripsikan sebagai pembentukan kelompok yang berbasis wilayah RW yang dibentuk berdasarkan kesamaan potensi unggulan. Terdapat 5 klaster di Kelurahan Rejowinangun, diantaranya Klaster Budaya (RW1-5), Klaster Kerajinan (RW 6 dan 7), Klaster Herbal (RW 8 dan 9), Klaster Kuliner di RW 10, dan Klaster Agro (RW 11-13). Peran Kelurahan dalam pembentukan sistem klaster di Kelurahan Rejowinangun adalah dengan melakukan: 1) Pendataan potensi; 2) Membagi atau Mengelompokkan Klaster; 3) Pengoptimalan potensi. Dengan diterapkannya sistem klaster oleh Lurah Rejwoinangun, peningkatan pendapatan dapat dirasakan oleh masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat di kelurahan Rejwoinangun dapat dilihat dari: 1) adanya keguyuban dan kekompakan sehingga muncul ide baru yang memiliki nilai jual di klaster budaya; 2) hasil produksi yang dapat dipamerkan di berbagai event di klaster kerajinan; 3) upaya Proteksi Produk Lokal di klaster Kuliner; 4) kerjasama kelompok klaster dengan berbagai pihak di klaster herbal; dan 5) adanya paket pelatihan bercocok tanam di klaster agro. Namun seiring berjalannya waktu, klaster kerajinan dan klaster agro mengalami kemunduran dikarenakan sulitnya dalam hal pemasaran (marketting). Kendala yang dihadapi Kelurahan maupun masyarakat dalam pelaksanaan sistem klaster adalah : 1) Manajemen Sumber Daya Manusia yang masih sulit; 2) Sulitnya promosi dan pemasaran; 3) Kurangnya apsresiasi dan dukungan dari Pemerintah Kota; 4) Pengadaan aset atau alat yang masih sulit; 5) Prosedur pembuatan sertifikasi P-IRT yang rumit, 6) Adanya sistem dua pintu di klaster kuliner sehingga menjadi tidak fokus.

Kata Kunci : Sistem Klaster, Peningkatan Perekonomian Masyarakat

Page 12: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Meledaknya pertumbuhan jumlah penduduk di kota-kota semakin meningkat.

Perkembangan kota-kota dipengaruhi oleh proses terjadinya urbanisasi yang dapat

dilihat berdasarkan aspek demografi, ekonomi, dan sosial. Berkaitan dengan aspek

demografi, pertumbuhan penduduk di perkotaan ini disebabkan oleh pertumbuhan

alami penduduk maupun migrasi penduduk. (Amelia Renggapratiwi, 2009:1)

Meningkatnya jumlah penduduk di wilayah kota mengakibatkan semakin

meningkat juga heterogenitas yang ada di masyarakat. Dengan meningkatnya

heterogenitas pada penduduk di perkotaan menjadikan timbulnya masalah-masalah

kependudukan yang dihapadi masyarakat kota pada saat ini.

Masalah kependudukan yang terjadi akibat meningkatnya jumlah penduduk

tersebut menurut Putera Perdana (2015:3) adalah seperti : pertama, tempat tinggal

yang layak yang semakin hari semakin mahal dan semakin sempit pula karena

manusia yang terlalu banyak. Kedua, pekerjaan yang semakin hari semakin sulit

karena lapangan pekerjaan yang semakin susah untuk didapatkan karena keterbatasan

lahan pekerjaan. Ketiga, pendidikan yang semakin hari semakin mahal yang

menyebabkan banyak anak yang putus sekolah hal ini berimbas pada sulitnya untuk

mendapatkan pekerjaan karena pada saat ini jika tidak mempunyai pendidikan,

keahlian, dan kreatifitas maka akan sulit untuk memperoleh pekerjaan.

Masalah kependudukan tersebut merupakan akar permasalahan dari timbulnya

masalah sosial pada masyarakat. Masalah sosial yang terjadi pada masyarakat

perkotaan yang terutama adalah masalah kemiskinan. Peningkatan jumlah masyarakat

miskin akibat dari pertumbuhan penduduk tidak jarang terjadi. Hal ini dialami terus

Page 13: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xii

menerus oleh masyarakat perkotaan dengan seiring bertambahnya jumlah penduduk

yang kian meledak.

Pembicaraan kemiskinan penduduk perkotaan, juga diungkap oleh Gavins

Jones (dalam Ketut Sudhana, dkk, 2010:22) yang menyatakan bahwa sebagai akibat

dari migrasi penduduk pedesaan ke kota (khususnya kota-kota di Jawa), telah

menambah jumlah penduduk miskin yang ada karena dua hal yaitu : karena

penambahan secara alamiah (lebih banyak kelahiran daripada kematian); dan karena

adanya migrasi orang desa ke kota bertambah (untuk mencari pekerjaan).

Keberhasilan pembanguna khususnya pembangunan ekonomi akan dilihat dari

penanganan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh

pemerintah. Jika di kota masih banyaknya penduduk miskin, ketersediaan lapangan

pekerjaan yang masih minim, maka pembangunan tersebut belum merata atau dengan

kata lain pembanguna tersebut tidak berhasil. Semua tergantung dari pemerintah

bagaimana cara melakukan pembangunannya.

Terkadang pemerintah belum melihat masalah kemiskinan dan pengangguran

di kota sebagai suatu masalah yang mendesak sehingga pembangunan pun diabaikan.

Dan juga, pembangunan dan perbaikan di kota sering dilakukan melalui cara berfikir

yang sistematis, yaitu pembangunan dan perbaikan akan dilakukan jika sudah timbul

masalah atau kerusakan saja. Padahal, pencehagan timbulnya berbagai masalah sosial

seperti kemiskinan dan penganggguran di kota dapat dilakukan oleh pemerintah

sebelum terjadinya masalah tersebut.

Masalah sosial merupakan kondisi yang perlu diubah dan diperbaiki, dengan

demikian penanganan masalah merupakan suatu usaha atau suatu proses untuk

melakukan perubahan ke arah perbaikan. Dengan demikian, tidak jarang bahwa

berbagai kondisi yang dapat dikategorisasikan sebagai masalah sosial seperti

Page 14: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xiii

kemiskinan, keterbelakangan merupkan suatu yang mendorong dilaksanakannya

perubahan. Dengan perkataan lain, masalah sosial merupakan suatu kondisi yang

membeikan inspirasi bagi tindakan perubahan terutama perubahan menuju perbaikan.

(Soetomo, 2013:302)

Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi di perkotaan guna memerangi

berbagai permasalahan sosial seperti kemiskinan dan pengangguran, dibutuhkan peran

pemerintah dengan caraa-cara berfikir yang segar. Kebijakan yang harus ditempuh

oleh pemerintah adalah dengan mendukung peran ekonomi rakyat di dalam

pelaksanaan pembangunan dengan segala bentuk inovasinya.

Amartya Sen (dalam Michael Todaro dan Stephen Smith, 2011:19), pemenang

Nobel di bidang ekonomi pada tahun 1998, menyatakan bahwa “kapabilitas untuk

berfungsi (capability of fungtion)” merupakan hal yang penting untuk menentukan

status miskin tidaknya seseorang. Seperti yang dikemukakan sen : “Pertumbuhan

ekonomi tidak boleh dipandang sebagai tujuan. Pembangunan haruslah lebih

memperhatikan upaya peningkatan kualitas kehidupan yang kita jalani dan kebebasan

yang kita nikmati”.

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi tidak bisa dilihat dari hasil yang

didapatkan melalui pembangunan ekonomi. Tidak bisa hanya dilihat dari berhasil atau

tidaknya suatu pembangunan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Akan

tetapi, sebuah pembangunan harus lebih memperhatikan upaya atau bagaimana cara

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Upaya-upaya tesebut dapat berupa

kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Kebijakan langsung diarahkan pada peningkatan peran serta dan produktivitas

sumberdaya manusia. Khususnya golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah,

melalui penyediaan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, perumahan, kesehatan

Page 15: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xiv

dan pendidikan, serta pengembangan kegiatan sosial ekonomi yang berkelanjutan

untuk mendorong kemandirian mereka. (Gunawan Sumodiningrat, 2011:38)

Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta sampai pada Maret 2017

sebesar Rp 374.009,- per kapita per bulan. Jumlah penduduk miskin, yaitu penduduk

yang konsumsinya berada di bawah garis kemiskinan, pada Maret 2017 di Daerah

Istimewa Yogyakarta terdapat 488,53 ribu orang.

(https://jogjakota.bps.go.id/pressrelease/2017/07/17/500/profil-kemiskinan-daerah-

istimewa-yogyakarta-maret-2017.html diakses pada Selasa, 13 Januari 2018 pukul

16:21)

Sedangkan data warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah

pemegang kartu menuju sejahtera (KMS) sebanyak 18.651 kepala keluarga (KK) atau

60.215 jiwa. Selain itu, sebanyak 17.634 KK di Kota Yogyakarta juga mendapat

bantuan pangan non tunai dari Kementerian Sosial.

(http://jogja.tribunnews.com/2017/11/03/pemkot-yogyakarta-ubah-pendekatan-upaya-

pengentasan-kemiskinan, diakses pada Selasa, 13 Januari 2018 pukul 16:45)

Sebanyak 60.215 jiwa penduduk miskin dari 488.530 jiwa penduduk miskin di

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan penduduk Kota Yogyakarta. Itu tandanya,

tingkat kemiskinan di Kota Yogyakarta masih sangat tinggi. Dibutuhkan kebijakan

atau solusi yang tepat dari pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk miskin di

kota Yogyakarta.

Kebijakan yang dapat dilakukan dalam pengembangan ekonomi rakyat yang

berkelanjutan dan mendorong kemandirian masyarakat guna menanggulangi masalah

sosial masyarakat yang terjadi di Kota Yogyakarta adalah salah satunya dengan

penerapan sistem klaster. Istilah “klaster (cluster)” mempunyai pengertian harfiah

sebagai kumpulan, kelompok, himpunan, atau gabungan obyek tertentu yang memiliki

keserupaan atau atas dasar karakteristik tertentu.

Sistem Cluster menurut Suwarno dkk (2016:225) dikembangkan dari konsep

pengembangan wilayah, pada dasarnya konsep ini bertujuan untuk memperbaiki

Page 16: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xv

tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah tertentu, memperkecil kesenjangan

pertumbuhan dan ketimpangan kesejahteraan antar wilayah.

Adapun yang dapat dikembangkan melalui sistem klaster di suatu wilayah

adalah potensinya. Potensi ekonomi di wilayah-wilayah perkotaan sangatlah banyak.

Namun hal itu tergantung pada pemerintah dan masyarakat bagaimana mengelola

potensi ekonomi tersebut dalam upaya pembangunan ekonomi masyarakat.

Melalui sistem klaster, potensi ekonomi dan usaha-usaha perseorangan di

wilayah dapat dikelompokkan menjadi suatu kelompok yang memiliki kesamaan

katakteristik. Karena menurut Abdul Haris (2014:3), klaster merupakan suatu

pengembangan dalam sistem manajemen, dimana dari usaha-usaha perseorangan yang

memiliki usaha sejenis dalam satu kawasan dibentuk suatu kelompok atau yang lebih

populer dinamakan klaster, sehingga tercipta kolaborasi, sinergitas, persatuan yang

akan menjadi kekuatan.

Oleh karena itu, dengan adanya sistem klaster ini dapat menciptakan banyak

sekali kelompok-kelompok usaha sejenis di dalamnya. Peningkatan perekonomian

masyarakat akan terlaksana dengan meningkatnya peran serta dan produktivitas

sumber daya manusia. Sebab, klaster memiliki peran sebagai wadah untuk

mengelompokkan potensi-potensi ekonomi yang terdapat di suatu wilayah sehingga

menciptakan kelompok-kelompok usaha ekonomi yang banyak menyerap tenaga kerja

dan menciptakan lapangan pekerjaan. Sehingga sistem klaster sangatlah tepat

diaplikasikan oleh pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi masyarakat.

Salah satu wilayah yang menerapkan inovasi sistem klaster dalam

pengembangan potensi wilayah guna mempercepat pembangunan ekonomi

masyarakat adalah Kelurahan Rejowinangun. Kelurahan Rejowinangun adalah

kelurahan yang berada di pinggiran Kota Yogyakarta. Merupakan salah satu dari

Page 17: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xvi

empat puluh lima (45) kelurahan yang ada di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa

Yogyakarta, Indonesia. Dan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan

Kotagede dengan jumlah RW sebanyak 13 RW dan jumlah RT sebanyak 49 RT.

Menanggapi berbagai permasalahan sosial seperti kemiskinan dan

pengangguran yang terjadi di perkotaan, maka Lurah Rejowinangun menerapkan

inovasi sistem klaster sebagai upaya peningkatan perekonomian masyarakat yang ada

di kelurahan Rejowinangun dengan membentuk 5 (lima) klaster berdasarkan

kesamaan atau kemiripan potensi. Oleh karena itu, peneliti memilih Kelurahan

Rejowinangun sebagai lokasi penelitian karena di Kelurahan Rejowinangun ini telah

dibentuk sistem klaster oleh Lurah Rejwoinangun dalam meningkatkan perekonomian

masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem klaster yang

dibentuk oleh Lurah Rejowinangun dalam meningkatkan perekonomian masyarakat ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan perekonomian masyarakat di

Kelurahan Rejowinangun melalui sistem klaster yang dibentuk oleh Lurah

Rejwoinangun.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam peningkatan perekonomian

masyarakat di Kelurahan Rejowinangun melalui sistem klaster.

Page 18: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xvii

D. MANFAAT PENELITIAN

1) Manfaat Bagi Penulis

Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah sebagai sarana untuk

mengembangkan kemampuan dalam melakukan penelitian dan juga

memperluas pengetahuan mengenai sistem klaster yang dibentuk oleh Lurah

rejowinangun dalam meningkatkan perekonoian masyarakat.

2) Manfaat bagi Praktisi

Manfaat bagi praktisi dalam penelitian ini adalah sebagai tambahan

informasi dan tambahan wawasan kepada masyarakat pada umumnya serta

Aparatur Kelurahan Rejowinangun dalam meningkatkan perekonomian

masyarakat.

3) Manfaat bagi Pembaca

Manfaat bagi akademisi dalam penelitian ini adalah memberikan buah

pikiran dan masukan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

E. KERANGKA KONSEPTUAL

1. Sistem Klaster

Istilah “klaster (cluster)” mempunyai pengertian harfiah sebagai

kumpulan, kelompok, himpunan, atau gabungan obyek tertentu yang memiliki

kesamaan atau atas dasar karakteristik tertentu. (Petir Papilo & Tajuddin

Bantacut, 2016:90)

Dari pengertian harfiah mengenai klaster tersebut, dapat dijelaskan

kembali bahwa klaster adalah pengelompokan atau penggabungan obyek

tertentu yang memiliki persamaan berdasarkan karakteristik.

Page 19: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xviii

Hal ini juga serupa dengan apa yang dikatakan oleh Johnson dan

Wichern dalam Retnaningtyas (2017:13) bahwa untuk mengklasifikasikan

obyek atau kasus kedalam kelompok yang lebih relatif homogen yang disebut

klaster, obyek atau kasus dalam setiap kelompok cenderung mirip satu sama

lain dan berbeda jauh (tidak sama) dengan obyek dari klaster lainnya.

Dapat dilihat dari apa yang telah dijelaskan oleh Johnson dan Wichern,

bahwa dalam sistem klaster pengelompokan dilakukan berdasarkan obyek atau

kasus yang relatif sama. Namun, masing-masing klaster atau kelompok

memiliki jauh sekali perberbedaan dengan kelompok atau klaster yang

lainnya.

Analisis cluster mengelompokkan objek yang ada sedemikian hingga

setiap objek yang serupa atau paling dekat kesamaannya dengan objek yang

lain berada dalam kelompok yang sama. Untuk mengukur kesamaan antar

objek biasanya ditunjukkan dengan ukuran jarak yang skala pengukurannya

sama. Apabila jarak yang dihasilkan kecil menunjukkan suatu objek makin

mirip dengan objek lainnya, begitu juga sebaliknya (Hair dkk dalam Chorina

Dsagita Cahyani, 2014:3).

Dapat dilihat bahwa di dalam klaster, pengelompokkan objek

berdasarkan kesamaan dan dapat dilihat skala pengukuran kesamaan. Semakin

suatu objek memiliki jarak kesamaan yang sangat dekat dengan objek lainnya,

maka masing-masing objek tersebut dapat dikelompokkan ke dalam

kelompok yang sama atau berarti objek tersebut adalah sejenis. Dan

sebaliknya. Jika masing-masing objek tersebut memiliki jauh sekali jarak

perbedaan, maka tidak dapat dikatakan sama atau tidak dapat dikelompokkan

menjadi suatu kelompok yang sama.

Page 20: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xix

Menurut Suwarno (2016:224), sistem Cluster dikembangkan dari

konsep pengembangan wilayah, pada dasarnya konsep ini bertujuan untuk

memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah tertentu,

memperkecil kesenjangan pertumbuhan dan ketimpangan kesejahteraan antar

wilayah.

Dari apa yang telah disampaikan Suwarno, sistem klaster pada awalnya

diterapkan dalam konsep pengembangan wilayah yang digunakan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di suatu wilayah tersebut.

Untuk mengembangkan sistem cluster, menurut Suwarno (2016:225)

perlu dilakukan beberapa tindakan, yakni: 1) memahami kondisi dan standar

ekonomi kawasan; 2) menjalin kerjasama; 3) mengelola dan meningkatkan

kualitas pelayanan; 4) mengembangkan kualitas sumber daya manusia; 5)

mendorong tumbuh suburnya inovasi-inovasi; 6) mengembangkan pemasaran.

Dapat disimpulkan dari apa yang telah dijelaskan oleh Suwarno, untuk

mengembangkan sistem klaster di suatu wilayah dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat perlu dilakukan tindakan-tindakan seperti

memahami kondisi ekonomi suatu wilayah, adanya kerjasama yang terjalin,

meningkatkan kualitas pelayanan, mengembangkan SDM, melakukan inovasi-

inovasi, dan mengembangkan pemasaran untuk hasil yang diperoleh dari suatu

klaster.

Dalam konteks ekonomi/bisnis, klaster sering digunakan sebagai

klaster industri. Menurut Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan

Tertinggal, Bappenas (dalam Abdul Haris, 2015:3) Klaster adalah kelompok

usaha industri yang saling terkait dan klaster mempunyai dua elemen kunci

yaitu: (1) perusahaan dalam klaster harus saling berhubungan dan, (2)

Page 21: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xx

berlokasi di suatu tempat yang saling berdekatan yang mudah dikenali sebagai

suatu kawasan industri.

Dari pendapat Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan

Tertinggal mengenai klaster industri, dapat dijelaskan kembali bahwa klaster

merupakan suatu kelompok usaha industri yang saling berhubungan dan

berada di suatu tempat yang berdekatan sehingga membentuk suatu kawasan

industri.

Hal ini sependapat dengan Munnich Jr (dalam Abdul Haris, 2015:3)

yang mengatakan bahwa klaster industri adalah konsentrasi geografis dari

perusahaan dan industri yang komplementer, atau saling terkait, yang

melakukan bisnis satu dengan lainnya dan/atau memiliki kebutuhan serupa

akan kemampuan, teknologi dan infrastruktur.

Dari pendapat Munnich Jr mengenai klaster industri, dapat dijelaskan

kembali bahwa klaster industri adalah konsenstrasi perusahaan dan industri

yang memiliki kesamaan geofrafis (berdekatan), memiliki kesamaan

kebutuhan dan kemampuan, saling terkait dan berhubungan, dan juga saling

melengkapi satu sama lain.

Berbagai terminologi digunakan untuk menjelaskan konsep klaster

industri. Benang merah dari berbagai terminologi tersebut menurut (Ribas

Panisello dan Sune, 2003) adalah adanya sekumpulan pelaku usaha pada suatu

kawasan yang saling berbagi (sharing) sumberdaya lokal dan membangun

jaringan (network) usaha untuk meningkatkan kinerja usaha mereka.

Page 22: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxi

Dapat disimpulkan bahwa klaster industri menurut Ribas dan Sune

adalah kumpulan pelaku usaha pada suatu kawasan yang saling berhubungan

dalam hal sumberdaya dan jaringan untuk meningkatkan kinerja.

Ciri utama klaster menurut Schmitz dan Nadvi dalam Retnaningtyas

(2017:13) adalah sectoral and spatial concentration of firms atau konsentrasi

usaha sejenis pada lokasi tertentu.

Dapat dijelaskan kembali menurut Schmitz dan Nadvi dalam suatu

klaster, dapat disimpulkan bahwa ciri utama dalam suatu klaster terdapat satu

konsentrasi usaha yang sejenis yang terletak di suatu lokasi tertentu.

Selain ciri utama dari klaster tersebut yang telah disampaikan Schmitz

dan Nadvi, menurut Lyon dan Atherton (dalam Abdul Haris, 2015:4) terdapat

tiga hal mendasar yang dicirikan oleh klaster industri, terlepas dari perbedaan

struktur, ukuran ataupun sektornya, yaitu: 1) Komonalitas/ Keserupaan/

Kebersamaan/ Kesatuan (Commonality) yaitu bahwa bisnis-bisnis beroperasi

dalam bidang-bidang “serupa” atau terkait satu dengan lainnya dengan fokus

pasar bersama atau suatu rentang aktivitas bersama; 2) Konsentrasi

(Concentration) yaitu bahwa terdapat pengelompokan bisnis-bisnis yang dapat

dan benar-benar melakukan interaksi; 3) Konektivitas (Connectivity) yaitu

bahwa terdapat organisasi yang saling terkait/bergantung (interconnected/

linked/ interdependent organizations) dengan beragam jenis hubungan yang

berbeda.

Dapat disimpulkan dari apa yang telah dijelaskan Lyon dan Atherton,

bahwa ciri-ciri mendasar dari klaster adalah adanya bisnis-bisnis yang serupa

Page 23: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxii

dan yang saling berkaitan, adanya konsentrasi bisnis atau usaha yang saling

berinteraksi, dan terdapat organisasi yang saling bergantung.

Berbeda dengan pendapat Schmitz dan Musyck mereka melihat ciri-

ciri klaster dari perkembangan definisi klaster yang diawali dari penelitian

terhadap kisah sukses Italia Utara pada tahun 1980-an. Berdasarkan fenomena

kisah sukses Italia Utara tersebut dirumuskan karakteristik kunci klaster atau

industrial district menurut Schmitz dan Musyck (1994) sebagai berikut : 1)

Didominasi oleh usaha kecil yang beraktivitas pada sektor yang sama

(spesialisasi pada sektor) atau sektor yang berhubungan; 2) Kolaborasi antar

usaha yang berdekatan dengan berbagai peralatan, informasi, tenaga kerja

terampil, dan lain sebagainya; 3) Perusahaan-perusahaan tersebut saling

bersaing dengan lebih berdasarkan pada kualitas produk daripada menurunkan

ongkos produksi termasuk upah; 4) Pengusaha dan pekerja memiliki sejarah

panjang pada lokasi tersebut. Hal ini memudahkan saling percaya dalam

berhubungan baik antara usaha kecil, antara pekerja, dan tenaga kerja

terampil; 5) Pengusaha diorganisir dengan baik dan berpartisipasi aktif dalam

organisasi mandiri; 6) Ada pemerintah lokal dan regional yang aktif

mendukung pengembangan klaster industri lokal atau daerah.

(http://klaster-umkm.blogspot.co.id/2012/05/difinisi-klaster-umkm.html,

diakses pada Jumat, 26 Januari 2018 pukul 29:17 WIB)

Dari pendapat Schmitz dan Musyck mengenai klaster industri tersebut,

dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri dari klaster industri adalah adanya usaha

kecil pada sektor yang sama dan saling berhubungan, adanya kolaborasi

peralatan, informasi, tenaga kerja terampil, dan lain sebagainya pada usaha

yang berdekatan, adanya sejarah yang panjang mengenai usha, terorganisir

Page 24: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxiii

dan berpartisipasi dengan baik dalam organisasi, dan adanya pemerintah yang

mendukung perkembangan klaster.

Adapun manfaat dari adanya klaster industri menurut Scorsone (dalam

Choirunnisa, 2012:26-28), adalah klaster industri yang berbasis pada

komunitas publik memiliki manfaat baik bagi industri itu sendiri maupun bagi

perekonomian di wilayahnya. Bagi industri, klaster membawa keuntungan

sebagai berikut : 1) Lokalisasi ekonomi. Melalui klaster, dengan

memanfaatkan kedekatan lokasi, industri yang menggunakan input (informasi,

teknologi atau layanan jasa) yang sama dapat menekan biaya perolehan dalam

penggunaan jasa tersebut. Misalnya pendirian pusat pelatihan di klaster akan

memudahkan akses industri pelaku klaster tersebut; 2) Pemusatan tenaga

kerja. Klaster akan menarik tenaga kerja dengan berbagai keahlian yang

dibutuhkan klaster tersebut, sehingga memudahkan industri pelaku klaster

untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerjanya dan mengurangi biaya pencarian

tenaga kerja; 3) Akses pada pertukaran informasi dan patokan kinerja. industri

yang tergabung dalam klaster dapat dengan mudah memonitor dan bertukar

informasi mengenai kinerja supplier dan nasabah potensial. Dorongan untuk

inovasi dan teknologi akan berdampak pada peningkatan produktivitas dan

perbaikan produk; 4) Produk komplemen. Karena kedekatan lokasi, produk

dari satu pelaku klaster dapat memiliki dampak penting bagi aktivitas usaha

industri yang lain. Disamping itu kegiatan usaha yang saling melengkapi ini

dapat bergabung dalam pemasaran bersama.

Dari apa yang disampaikan oleh Scorsone mengenai manfaat dari

klaster industri, dapat disimpulkan kembali bahwa klaster industri memiliki

manfaat yang baik yaitu adanya lokalisasi ekonomi karena usaha-usaha yang

Page 25: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxiv

saling berdekatan, menyerap banyak tenaga kerja dengan berbagai keahlian

yang dibutuhkan oleh masing-masing klaster, meningkatnya produktifitas

karena dengan mudahnya saling bertukar informasi, produk dari suatu klaster

dapat berdampak baik dan menjadi sangat penting untuk klaster lain karena

saling berdekatan.

Sistem klaster yang diterapkan di kelurahan Rejwoinangun merupakan

sistem yang dibentuk dengan mengelompokan wilayah berbasis RW

berdasarkan kesamaan atau kemiripan potensi unggulan yang dimiliki masing-

masing wilayah tesebut. Terdapat beragam potensi yang dimiliki Kelurahan

Rejowinangun, baik itu Budaya, Kerajinan, Kuliner, Herbal, maupun Agro

yang kemudian dikembangkan melalui sistem klaster yang dibentuk oleh

Lurah Rejowinangun dalam rangka mempercepat peningkatan perekonomian

masyarakat.

Menanggapi berbagai permasalahan sosial seperti kemiskinan yang

terjadi di perkotaan, maka Kelurahan Rejowinangun menerapkan inovasi

sistem klaster sebagai upaya peningkatan perekonomian masyarakat yang ada

di kelurahan Rejowinangun. Penerapan sistem klaster ini juga merupakan

tindak lanjut dari Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 106 Tahun 2009

tentang Perubahan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 71 tentang

Pemberdayaan ekonomi berbasis Kewilayahan melalui Penguatan Modal

Usaha Mikro dan Kecil. Dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 91 tahun

2008 tentang Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Kelurahan di Lingkungan

Kota Yogyakarta.

Page 26: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxv

2. Peningkatan Perekonomian

Dari sudut pandang ekonomi, pembangunan menurut Michael Todaro

dan Stephen Smith (2011:16-17) biasa diartikan upaya pencapaian tingkat

pertumbuhan pendapatan per kapita (income per capita) yang berkelanjutan

agar negara dapat memperbanyak output yang lebih cepat dibandingkan laju

pertumbuhan penduduk. Pembanguna ekonomi di masa lalu umumnya

dipandang dalam kaitannya degan perubahan secara terencana atas truktur

produksi dan kesempatan kerja.

Dari pendapat Michael Todaro dan Stephen Smith, dapat disimpulkan

bahwa pembangunan dalam sudut pandang ekonomi adalah upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan pendapatan per kapita yang

berkelanjutan dibandingkan laju pertumbuhan penduduk. Hal ini berkaitan

dengan perubahan struktur produksi dan kesempatan kerja yang didapatkan.

Berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Michael Todaro dan

Stephen Smith. Sebagian ahli ekonomi mengartikan istilah pembangunan

ekonomi sebagai ”economic development is growth plus change”

(pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh

perubahan-perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi). Dengan

kata lain, dalam mengartikan istilah pembangunan ekonomi, ekonomi bukan

saja tertarik kepada masalah perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi

juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi, misalnya kepada usaha

perombakan sektor pertanian yang tradisional, mempercepat pertumbuhan

ekonomi dan pemerataan pendapatan. (Almizan, 2016 : 4)

Page 27: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxvi

Menurut sebagian ahli ekonomi tersebut, dapat dijelaskan kembali

bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu pertumbuhan ekonomi yang

tidak hanya mengupayakan peningkatan pendapatan, tetapi juga suatu upaya

perubahan kegiatan ekonomi, dan pemerataan pendapatan.

Apapun komponen yang tercakup dalam kehidupan yang lebih baik itu,

pembangunan di semua masyarakat setidaknya harus memiliki tiga tujuan

berikut : 1) Peningkatan ketersediaan dan perluasan distribusi barang-barang

kebutuhan hidup seperti makanan, tempat tinggal, kesehatan, dan

perlindungan; 2) Peningkatan standar hidup yang bukan hanya berupa

peningkatan pendapatan, tetapi juga ketersediaan lapangan kerja yang lebih

banyak, pendidikan yang lebih baik, serta perhatian lebih besar terhadap nilai-

nilai budaya dan kemanusiaan; 3) Perluasan pilihan ekonomi dan sosial yang

tersedia bagi individu dan bangsa secara keseluruhan, yang tidak hanya

membebaskan mereka dari kungkungan sikap menghamba dan perasaan yang

bergantung pada orang dan negara-bangsa lain tetapi juga dari beberapa faktor

yang menyebablan kebodohan dan kesengsaraan.

(http://adniuthongkong-gitc.blogspot.co.id/2013/05/cara-efektif-

meningkatkan-pertumbuhan.html diakses. Diakses pada Sabtu, 3 Februari

2018 pukul 15:43)

Dapat dijelaskan kembali bahwa tujuan pembangunan terhadap

masyarakat : yang pertama terpenuhinya kebutuhan hidup masyarakat seperti

sandang, pangan, papan, kesehatan dan perlindungan. Kedua, peningkatan

ketersediaan lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan pendidikan yang

lebiih baik. Dan ketiga, terbebasnya masyarakat dari kebodohan dan

kesengsaraan.

Page 28: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxvii

Dampak dari pembangunan ekonomi : pelaksanaan kegiatan ekonomi

berjalan lancar, terciptanya lapangan kerja yang dibutuhkan oleh masyakarat,

dimungkinkan adanya perubahan struktur ekonomi yang semula dari agraris

ke ekonomi industry.

Dapat dijelaskan kembali bahwa dampak dari adanya pembangunan

ekonomi adalah kegiatan perekonomian masyarakat dapat berjalan degan

lancar, terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat, dan perubahan

struktur ekonomi agraris menjadi ekonomi industri.

Dilihat dari beberapa konsep mengenai pembangunan ekonomi, dapat

dipahami bahwa peningkatan perekonomian masyarakat sama halnya dengan

pembangunan ekonomi. Karena, peningkatan perekonomian masyarakat juga

merupakan upaya yang dilakukan untuk memperbaiki perekonomian

masyarakat guna terpenuhinya kebutuhan masyarakat.

Hal ini dapat dilihat dari pengertian peningkatan dan ekonomi.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988:951) yang mengatakan bahwa

peningkatan adalah proses atau cara untuk meningkatkan usaha. Sedangkan

ekonomi yang diketahui secara umum adalah suatu benda yang menjadi

kebutuhan seseorang. Sedangkan untuk mendapatkan hal tersebut yaitu

dengan cara melakukan kegiatan untuk memanfaatkan dan mempergunakan

unsur-unsur produksi dengan sebaik-baiknya dengan tujuan untuk memenuhi

berbagai rupa kebutuhan ekonomi atau benda. (Endang Syaifudin Anshori

dalam Muhammad Najib, 2015:14)

Dari penjelasan peningkatan dan ekonomi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa peningkatan ekonomi adalah proses atau cara yang dilakukan untuk

memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat. Cara memenuhinya yaitu dengan

Page 29: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxviii

upaya meningkatkan unsur-unsur produksi yang akan berdampak pada

mudahnya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonomi atau benda

lainnya.

Jadi, dapat dijelaskan kembali bahwa peningkatan perekonomian

dalam pembangunan ekonomi merupakan upaya yang dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan dasar masyarakat melalui peningkatan pendapatan

masyarakat secara berkelanjutan, pemerataan pendapatan masyarakat,

menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, dan perubahan struktur

ekonomi masyarakat.

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN

1. Deskripsi pembentukan sistem klaster

2. Peran Kelurahan dalam pembentukan sistem klaster

3. Sistem klaster dalam meningkatkan pendapatan masyarakat

4. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem klaster

G. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Lexy J Moleong, 2017:4)

mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskrftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan prilaku yang diamati. Metode ini digunakan karena beberapa

pertimbangan dan sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Lexy J

Moleong (2017:9) yaitu : Pertama, penyesuaian metode kualitatif lebih mudah

Page 30: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxix

apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan

secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga,

metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif

dengan melakukan pendekatan studi tentang Sistem Klaster dalam

Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Kelurahan Rejowinangun. Jenis

penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai jenis penelitian dengan data yang

dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.

Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk

memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin

berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen

pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. (Lexy J Moleong

2017:11)

2. Unit Analisis

Obyek dalam penelitian merupakan fokus penelitian agar penelitian

yang akan dilakukan terfokus pada satu titik perhatian. Adapun obyek dalam

penelitian ini adalah Sistem Klaster yang dibentuk oleh Lurah Rejowinangun.

Lokasi yang menjadi tempat dalam penelitian ini adalah Kelurahan

Rejowinangun, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta.

Subyek penelitian merupakan informan/ narasumber yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi atau data dalam sebuah penelitian.

Informan/ narasumber dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

menentukan sejauh mana sistem klaster dalam meningkatkan perekonomian

masyarakat.

Page 31: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxx

Penentuan narasumber dalam penelitian ini diambil dengan teknik

purposive. Konsep tentang purposive menurut (John W Creswell, 2015:217)

digunakan dalam penelitian kualitatif. Hal ini berarti bahwa sang peneliti

memilih individu-indidvidu dan tempat untuk diteliti karena mereka secara

spesifik memberi pemahaman tentang problem riset dan fenomena dalam studi

tersebut. Adapun narasumber yang dipilih adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1

Daftar Narasumber

No. NAMA JENIS

KELAMIN

USIA PEND. PEKERJAAN

1. Wulan Purwandari, S.STP P 35 D4 Lurah Rejowinangun

2. Hariyono L 55 SLTA KASIE. Pembangunan

3. Parjilah P 52 SLTA KASIE. Pemberdayaan dan

Perekonomian Masayarakat

4. Retnaningtyas, S.STP P 38 S2 PNS (Purna Lurah

Rejowinangun)

5. Hyono L 37 SLTA Wiraswasta (Sekretaris Klaster

Agro)

6. Didik Purwadi L 52 S1 SWASTA (Ketua Klaster

Kerajinan)

7. Ir. Woro Darmini P 61 S1 Pensiunan (Ketua Klaster

Kuliner)

8. Supriyana L 53 SLTA Wiraswasta (Ketua Klaster

Budaya)

9. Suparti P 65 SLTA Pensiunan (Ketua Klaster

Herbal)

10. Sri Sumarita P 48 SLTA Wirausaha (pelaku klaster

kuliner)

11. Saiman Rais, S.Sn L 63 S1 Pensiunan (penggiat seni dan

budaya klaster budaya)

12. Rahman L 40 SLTA (pelaku usaha klaster agro)

13. Sarita P 38 SLTA (pelaku usaha klaster kerajnan)

14. Hanna P 42 SLTA (pelaku usaha klaster herbal)

15. Tutik Setyaningsih P 58 S1 PNS (Ketua PKK Kelurahan

Rejowinangun)

16. Untung Suparjo L 62 SLTA Ketua Kampung Wisata

Rejowinangun

Sumber : Data Primer 2018

Page 32: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxxi

Keterangan :

Mayoritas narasumber dalam penelitian ini berjenis kelamin

perempuan. Karena, pelaku usaha yang terlibat langsung dalam sistem klaster

di Kelurahan Rejowinagun mayoritas memiliki jenis kelamin perempuan.

Mayoritas narasumber memiliki tingkat pendidikan SLTA. Dan rata-rata dari

narasumber masih berusia produktif, yaitu usia 30 sampai 40 tahun.

3. Teknik Pengumpulan Data

a) Observasi

Menurut Suyanto dan Sutinah (2005:34), metode pengumpulan data

yang umum digunakan dalam penelitian sosial adalah menggunakan metode

observasi yaitu metode pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti.

Adapun data yang peneliti amati secara langsung adalah keadaan

pekarangan rumah warga di klaster herbal yang banyak ditanami tanaman

herbal, dan informasi seputar klaster di kelurahan Rejwoningaun yang peneliti

amati melalui berita di surat kabar, koran, maupun web.

b) Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Pecakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu Pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (intervewee) yang memberikan jawaban

atas pertanyaan itu. (Lexy J Moleong, 2017:186)

Adapun narasumber yang peneliti wawancara adalah terdiri dari

Aparatur Kelurahan Rejwoinangun, Purna Lurah Rejowinangun, Ketua

Masing-masing Klaster, Sekretaris Klaster Agro, Pelaku Usaha Masing-

masing klaster, dan tokoh masyarakat yang terdiri dari ketua PKK Kelurahan

Rejowinangun dan Ketua Kampung Wisata Kelurahan Rejowinangun.

Page 33: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxxii

c) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara menyalin atau mengumpulkan data melalui catatan-catatan, buku,

maupun arsip-arsip yang telah ada menjadi sebuah laporan yang dibutuhkan

dalam penelitian. Agar penelitian ini dapat memberikan sebuah kesimpulan

yang sesuai dengan apa yang menjadi objek permasalahannya.

Adapun data yang peneliti peroleh dari teknik dokumentasi adalah data

Profil Kelurahan Rejowinangun, data Sistem Klaster Kelurahan Rejowinangun

beserta peta Klaster Rejowinangun, dan data potensi yang diperoleh dari tahap

pendataan potensi pembentukan klaster.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982) adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

data, memilah-milah menjadi kesatuan yang dapat dikelola,

mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain. Di pihak lain, analisis data kualitatif menurut Seiddel

(1998) prosesnya berjalan sebagai berikut :1) mencatat yang mengahislkan

catatan lapangan; 2) mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan,

mensistensikan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya; 3) berfikir,

dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan

menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan

umum. (Lexy J Moleong, 2017:248)

Dari apa yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa analisis

data adalah proses pengolahan data-data yang telah didapatkan dengan bentuk

Page 34: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxxiii

pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan

uraian dasar sehingga dapat merumuskan hipotesis sehingga dapat menarik

kesimpulan yang dijadikan hasil dari penelitian.

Page 35: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxxiv

BAB II

PROFIL KELURAHAN REJOWINANGUN DAN

SISTEM KLASTER DI KELURAHAN REJOWINANGUN

A. PROFIL KELURAHAN REJOWINANGUN

1. Keadaan Monografis

Kelurahan Rejowinangun terletak di perbatasan antara Kota

Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, berjarak 1 Km dari Kantor Kecamatan

Kotagede, 3 Km dari Pemerintah Kota Yogyakarta dan 6 Km dari Pemerintah

DIY. Kelurahan Rejowinangun dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (PERDA DIY) Nomor 6 tahun 1981

(6/1981) tentang Pembentukan, Pemecahan, Penyatuan dan Penghapusan

Kelurahan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kelurahan Rejowinangun memiliki luas wilayah 1,25 km2

dengan

batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Bantul

2. Sebelah Selatan : Kelurahan Prenggan, Kecamatan Kotagede

3. Sebelah Barat : Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo

4. Sebelah Timur : Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Bantul

Tipologi Kelurahan rejowinangun meliputi persawahan, perladangan,

perkebunan, peternakan, nelayan, pertambangan/galian, kerajinan dan industri

kecil, industri sedang dan besar, jasa dan perdagangan.

2. Kependudukan Kelurahan Rejowinangun

Berdasarkan data Monografi Kelurahan Rejowinangun tahun 2017

smester II, jumlah Penduduk di Kelurahan Rejowinangun adalah 12.495 jiwa

Page 36: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxxv

dan 3.773 KK dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Penduduk %

1. Laki-laki 6.211 50

2. Perempuan 6.284 50

Jumlah 12.495 100

Sumber : Data Monografi Kelurahan Rejowinangun tahun 2017 Semester II

Dari data Tabel 2.1 tersebut dapat dilihat bahwa, jumlah penduduk

Kelurahan Rejowinangun adalah 12.495 jiwa. Dengan jumlah penduduk laki-

laki sebanyak 6.211 jiwa dan perempuan 6.284 jiwa.

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (Jiwa) %

1. Pegawai Negri Sipil 572 4,6

2. ABRI 41 0,3

3. SWASTA 2.153 17,2

4. Wiraswasta/Pedagang 1.540 12,3

5. Petani 21 0,1

6. Pertukangan 21 0,1

7. Buruh Tani 27 0,3

8. Pensiunan 286 0,3

9. Jasa 27 2,3

10. Tidak/ belum bekerja 7.807 0,3

Jumlah 12.495 100

Sumber : Data Monografi Kelurahan Rejowinangun tahun 2017 Semester II

Dari data Tabel 2.2 tersebut dapat dilihat bahwa, sebagian besar

penduduk Kelurahan Rejowinangun memiliki mata pencaharian SWASTA

yaitu sebanyak 2.153 jiwa atau 17,2%. Kemudian penduduk yang memiliki

mata pencaharian pedagang atau Wiraswasta yaitu sebanyak 1.540 jiwa atau

12,3%.

Page 37: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxxvi

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (jiwa) %

1. Taman Kanak-Kanak (TK) 1.384 11

2. Sekolah Dasar (SD) 1.209 9,7

3. SMP Sederajat 1.373 11

4. SMA sederajat 3.484 27,9

5. Akademi/D1-D3 69 0,5

6. S1 2.234 17,9

7. S2 270 2,2

8. Tidak/belum sekolah 2.472 17,8

Sumber : Data Monografi Kelurahan Rejowinangun tahun 2017 Semester II

Dari data Tabel 2.3 tersebut dapat diketahui bahwa, sebagian besar

penduduk Kelurahan Rejowinangun memiliki tingkat pendidikan SMA/

sederajat yaitu sebanyak 3.484 jiwa atau 27,9 % dan S1 sebanyak 2.234 jiwa

atau 17,9%.

3. Sarana dan Prasarana Kelurahan Rejowinangun

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan

Rejowinangun adalah sebagai berikut :

Tabel 2.4

Sarana dan Prasarana Kelurahan Rejowinangun

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (buah)

1. Kesehatan :

a. Puskesmas

b. UKBM (Posyandu)

c. Poliklinik

1

15

1

2. Pendidikan :

a. Gedung PAUD

b. Gedung sekolah TK

c. Gedung sekolah SMP

d. Gedung sekolah SD

e. Gedung Sekolah SMA

f. Perguruan Tinggi

2

15

0

5

1

0

3. Ibadah :

Page 38: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxxvii

a. Masjid

b. Mushola

c. Greja

d. Pura

e. Wihara

f. Klenteng

16

12

1

0

0

0

4. Umum :

a. Olahraga

b. Keseninan/budaya

c. Balai Pertemuan

6

1

5

Sumber : Data Monografi Kelurahan Rejowinangun tahun 2017 Semester II

4. Kelembagaan

Di Kelurahan Rejowinangun juga terdapat kelembagaan masyarakat, yang

terdiri dari :

1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dengan jumlah pengurus 42

orang, jumlah anggota 62 orang, jumlah kegiatan perbulan sebanyak 2

kegiatan

2. PKK dengan jumlah pengurus 33 orang, jumlah anggota 195 orang, dan

jumlah kegiatan perbulan sebanyak 2 kegiatan

3. Karang Taruna, dengan jumlah Karang Taruna sebanyak 1 buah, jenis

karang taruna adalah Kepemudaan, dan jumlah pengurus (rata-rata) 22

orang

4. RT/RW, dengan jumlah RT sebabnyak 49 buah, jumlah RW sebanyak

13 buah.

5. Lembaga kemasyarakatan lainnya sebanyak 20 buah, yaitu BKM dengan

jumlah pengurus sebanyak 27 orang, dan KESI dengan jumlah penduduk

sebanyak 32 orang.

5. Struktur Kelurahan Rejowinangun

Adapun bagan Struktur Organisasi Kelurahan Rejowinangun adalah sebagai

berikut :

Page 39: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxxviii

Gambar 2.1

Struktur Organisasi Kelurahan Rejowinangun

(Sumber : Data Monografi Kelurahan Rejowinangun tahun 2017 Semester II)

B. SISTEM KLASTER DI KELURAHAN REJOWINANGUN

Sistem Klaster di Kelurahan Rejowinangun merupakan inovasi yang dilakukan

Pemerintah Kelurahan Rejowinangun dalam mengembangkan potensi wilayah yang

ada di Kelurahan Rejowinangun. Pengklasteran ini dilakukan berdasarkan kemiripan

potensi yang ada di 13 RW. Dengan menumbuhkan rasa ingin menjadi kampung yang

maju dengan kesejahteraan yang meningkat menjadi titik tolak terlaksananya inovasi

sistem klaster.

Dalam penentuan Klaster, Pemerintah Kelurahan Rejowinangun melakukan

musyawarah. Kegiatan ini melibatkan : seluruh ketua lembaga masyarakat, RW, RT

dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya.

Klaster sebagai lembaga kemasyarakatan dikuatkan dengan SK Lurah

Rejowinangun Nomor 03/KPTS/RJW/2015 dimana lembaga ini merupakan mitra

kerja Pemerintah Kelurahan Rejowinangun yang berfungsi membantu

mengembangkan potensi wilayah dan memudahkan dalam pembinaannya.

Page 40: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xxxix

Dalam SK tersebut mengesahkan klaster Kelurahan Rejowinangun yang terdiri

dari:

a. Klaster Kampung Budaya (RW 01 – 05)

b. Klaster Kampung Kerajinan (RW 06 – 07)

c. Klaster Kampung Herbal (RW 08 – 09)

d. Klaster Kampung Kuliner (RW 10)

e. Klaster Kampung Agro (RW 11 – 13)

Kelima klaster ini saling terhubung satu sama lain dan merupakan satu

kesatuan yang tidak terpisah.

1. Klaster Budaya

Klaster budaya merupakan klaster yang terletak di RW 01, 02, 03, 04 dan 05

di Kelurahan Rejowinangun. Di dalam klaster budaya terdapat potensi seni dan

budaya yang beraneka ragam dan memiliki nilai jual. Adapun potensi seni yang ada

di dalam klaster budaya ini diantaranya :

a. Wayang durasi 2 jam berbahasa Inggris

b. Karawitan

c. Sanggar Tari

d. Keroncong

e. Jathilan anak

f. Mocopat

g. Hadroh

h. Angklung

i. Gejog lesung

j. Panembrama

k. Kethoprak

Page 41: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xl

Gambar 2.2

Peta Klaster Budaya Kelurahan Rejowinangun

Sumber : Peta Klaster Kelurahan Rejowinangun 2015

Dari peta tersebut, dapat dilihat bahwa klaster budaya di Kelurahan

Rejowinangun terdiri dari 5 RW, yaitu RW 01, 02, 03, 04 dan 05 dengan potensi

seni dan budaya yang beraneka ragam.

2. Klaster Kerajinan

Klaster kerajinan merupakan klaster yang berada di RW 06 dan 07 yang

mana pada kedua RW ini banyak terdapat industri rumahan yang membuat kerajinan

baik yang sifatnya lokal maupun dijual sampai ke luar DIY. Kerajinan tersebut

diantaranya adalah :

a) Kerajinan kulit

b) Fiber

c) Ukir kayu

Page 42: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xli

d) Batik tulis dan jumputan

e) Suttlecok

f) Lukis kaca terbalik

g) Wayang kulit

h) Daur ulang limbah plastik

i) Rajut, dll

Gambar 2.3

Peta Klaster Kerajinan Kelurahan Rejowinangun

Sumber : Peta Klaster Kelurahan Rejowinangun 2015

Dari gambar peta tersebut dapat dilihat bahwa, klaster kerajinan terdiri dari

RW 06 dan RW 07 dengan potensi kerajinan yang beraneka ragam.

3. Klaster Herbal

Klaster herbal merupakan klaster yang berada di RW 08 dan 09. Klaster ini

terdapat sentra pembuat jamu J’GER (Jamu Gendong Rejowinangun) dan jamu

Page 43: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xlii

instan yang bahan utamanya adalah tanaman herbal yang ditanam sendiri oleh warga

di setiap rumah dan jalan dengan pemanfaatan lingkungan yang ada.

Gambar 2.4

Peta Klaster Herbal Kelurahan Rejowinangun

Sumber : Peta Klaster Kelurahan Rejowinangun 2015

Dari gambar peta klaster herbal tersebut dapat dilihat bahwa, klaster herbal

terdiri dari RW 08 dan RW 09 dengan potensi jamu instan dan jamu gendong yang

tersebar di dua RW tersebut.

4. Klaster Kuliner

Klaster kuliner merupakan klaster yang berada di RW 10. Di dalam klaster

ini terdapat banyak rumah tangga yang membuat makanan kecil. Untuk membantu

pemasarannya, Pemerintah Kelurahan memberikan suatu himbauan kepada seluruh

masyarakat Kelurahan Rejowinangun khususnya RT, RW, PKK, dan lembaga sosial

lainnya untuk menggunakan produk makanan lokal dari klaster kuliner di setiap ada

TUGUPEKAT

POSYANDU

RUMAHSEHAT

TBM

PAUD

KANDANGKAMBING

KAWASANBEBAS ROKOK

KAWASANWISATA

RW 06

RW 07

RW 08 RW 09

RT 14

RT 47

RT 21

RT 22

RT 23RT 24

RT 25

RT 20

RT 19

RT 26

RT 28

RT 29

RT 27

RT 30RT 33

JL. NYI AGENG NIS

JL. KI PENJAWI

KECAMATANUMBULHARJO

Page 44: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xliii

kegiatan atau pertemuan di Kelurahan Rejowinangun yang diberi nama Proteksi

Produk Lokal.

Gambar 2.5

Peta Klaster Kuliner Kelurahan Rejowinangun

Sumber : Peta Klaster Kelurahan Rejowinangun 2015

Dari gambar peta klaster kuliner tersebut dapat dilihat bahwa, klaster kuliner

hanya terletak di RW 10. Namun didalamnya banyak sekali rumah tangga pembuat

makanan kecil.

5. Klaster Agro

Klaster agro merupakan klaster yanga berada di RW 11, 12 dan 13 dengan

spesifikasi masing-masing RW berbeda. Yaitu RW 11 sebagai kampung Anggrek,

RW 12 Sebagai Kampung Agro edukasi khusus tanaman sayuran dan buah, RW 13

sebagai Kampung Flori khusus untuk tanaman hias.

Page 45: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/540/1/Skripsi Nurmalasari 2.pdf · 2019. 1. 29. · perkotaan. Warga miskin di Kota Yogyakarta sesuai dengan jumlah pemegang kartu menuju sejahtera

xliv

Gambar 2.6

Peta Klaster Agro Kelurahan Rejowinangun

Sumber : Peta Klaster Kelurahan Rejowinangun 2015

Dari gambar peta klaster agro tersebut dapat dilihat bawa, klaster agro

terletak di RW 11, 12 dan 13 dengan spesifikasi tanaman di masing-masing RW

berbeda.