reog

7
Tarian rakyat merujuk kepada sesuatu seni tari yang telah diamalkan selama beberapa keturunan di sesuatu tempat oleh orang kebanyakan atau orang ramai. Tarian rakyat biasanya termasuk ke dalam hak umum (public domain) dan tidak dimiliki oleh sesuatu pihak yang tertentu disebabkan ia melepasi tempoh pendaftaran. Sesuatu tarian rakyat tidak boleh dipatenkan kerana ia bukannya sesuatu yang baru, kecuali sekiranya pengubahsuaian dilakukan padanya. Bagaimanapun, dengan pengubahsuaian tersebut, ia tidak lagi dikelaskan sebagai tarian rakyat kerana tidak menjadi milik umum. Tarian rakyat biasanya mempunyai beberapa ciri penting, antaranya adalah:- Ia biasanya berasal sebelum abad ke-20 atau sesetengahnya sebelum Perang Dunia II , dan dalam kebanyakan kes tidak dipaten atau didaftar hakcipta. Ia biasanya diwarisi secara turun temurun dan bukannya melalui ciptaan langkah baru. Ia ditarikan oleh orang kebanyakan, dan tidak hanya oleh kaum bangsawan. Ia berkembang secara spontan dan tiada badan penyelaras yang mempunyai kata pemutus mengenai apa langkah rasmi dan siapa yang diluluskan bagi mengajarnya. Ia turut bererti tiada orang yang mempunyai kata mutlak mengenai apa takrifan mengenai sesuatu tarian rakyat atau usia minima bagi seseorang penarinya. GAMBAR : REOG

Upload: hamzah-fansuri

Post on 05-Jul-2015

95 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: reog

Tarian rakyat merujuk kepada sesuatu seni tari yang telah diamalkan selama beberapa keturunan di sesuatu tempat oleh orang kebanyakan atau orang ramai. Tarian rakyat biasanya termasuk ke dalam hak umum (public domain) dan tidak dimiliki oleh sesuatu pihak yang tertentu disebabkan ia melepasi tempoh pendaftaran.

Sesuatu tarian rakyat tidak boleh dipatenkan kerana ia bukannya sesuatu yang baru, kecuali sekiranya pengubahsuaian dilakukan padanya. Bagaimanapun, dengan pengubahsuaian tersebut, ia tidak lagi dikelaskan sebagai tarian rakyat kerana tidak menjadi milik umum.

Tarian rakyat biasanya mempunyai beberapa ciri penting, antaranya adalah:-

Ia biasanya berasal sebelum abad ke-20 atau sesetengahnya sebelum Perang Dunia II, dan dalam kebanyakan kes tidak dipaten atau didaftar hakcipta.

Ia biasanya diwarisi secara turun temurun dan bukannya melalui ciptaan langkah baru. Ia ditarikan oleh orang kebanyakan, dan tidak hanya oleh kaum bangsawan. Ia berkembang secara spontan dan tiada badan penyelaras yang mempunyai kata

pemutus mengenai apa langkah rasmi dan siapa yang diluluskan bagi mengajarnya. Ia turut bererti tiada orang yang mempunyai kata mutlak mengenai apa takrifan mengenai sesuatu tarian rakyat atau usia minima bagi seseorang penarinya.

GAMBAR : REOG

Page 2: reog

ARTIKEL TARIAN DWI MUKO

TARI DWI MUKO

oleh : Nur fitria chasana..

Tari Dwi Muko diciptakan oleh Didik Hadiprayitno atau yang lebih dikenal dengan Didik Nini Thowok pada tahun 1990-an. Tari dwi muko merupakan tari unik dan mengandung nilai filosofis. Tari tersebut menceritakan dua sifat yang saling bertentangan satu dengan lainnya. Tari ini termasuk bentuk tari tunggal putri yang disusun berdasarkan latar belakang tari tradisi topeng Cirebon. Busana terdiri dari kain batik pesisiran Pekalongan dengan motif tumbuh-tumbuhan menjalar (sulur-suluran), dengan warna dan pola berani (cerah) serta memakai tekes (irah-irahan)yang biasa digunakan untuk tari topeng. Pada kedua telinga dihiasi untaian bunga merah dan putih yang panjangnya mencapai pinggul. Tari dwi muko merupakan perkembangan dari tari salome yang disusun pada tahun 1980. Aksesoris tari dwi muko adalah dua topeng yang dipakai pada dua sisi, yaitu bagian depan dan belakang wajah. Bagian depan menggunakan topeng Cirebon putrid dan bagian belakang menggunakan topeng Ni Luh (Bali). Properti utamanya adalah cundrik. Rias wajahnya biasa karena menggunakan topeng sejak awal.

Page 3: reog

Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.

Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.

Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI

Page 4: reog

Tari Legong Keraton adalah suatu tarian putri yang ditarikan oleh 2 ( dua ) atau 3 ( tiga ) gadis dimana salah satu diantaranya ada yang berperan sebagai condong yaitu peran yang pertama kali tampil dipentas guna memulai tari legong ini. Kata Legong diduga berasal dari akar kata Leg yang kemudian dikombinasikan dengan kata Gong. Leg mengandung arti luwes atau elastis yang kemudian dapat diartikan gerakan yang lemah gemulai ( Tari ), Selanjutnya Gong berarti gambelan. Leg dan Gong digabungkan sehingga menjadi legong yang mengandung arti gerakan yang sangat diikat terutama aksentuasinya oleh gambelan yang mengiringinya. Sebutan Legong Keraton adalah merupakan perkembangan kemudian, Gambelan yang mengiringinya tari legong yaitu gambelan pelegongan dan ada juga yang diiringi dengan gambelan Semar pegulingan.. dan Lakon yang biasanya dipakai dalam Legong ini kebanyakan bersumber pada ceritra Malat khususnya kisah Prabu Lasem, ceritra kuntir dan Jobog ( kisah Bali Sugriwa ), Legod Bawa ( kisah Brahma Wisnu tatkala mencari ujung dan pangkal Lingganya Siwa ), Kuntul ( Kisah Burung ) Sudarsana ( Semacam Calonarang ), Palayon, Candra Kanta dan lain sebagainya.

Struktur tarinya pada umumnya terdiri dari Papeseon, Pangawak, Pangecet dan Pakaad. Sebagaimana biasanya penari Legong ini selalu membawa kipas. Di Desa Tista ( Tabanan ) terdapat jenis Legong yang lain yang dinamakan Andir ( Nandir ) di Pura Pajogan Agung ( Ketewel ) terdapat juga tari Legong yang memakai topeng yang dinamakan Sangyang Legong atau LegongTopeng. Adapun daerah-daerah yang diangap sebagai daerah sumber Legong di Bali yaitu : Saba, Pejeng, Peliatan ( Gianyar ), Binoh, Kuta ( Badung ) dan Tista ( Tabanan ).

Page 5: reog

Teater Janger atau kadang disebut Damarwulan atau Jinggoan, merupakan pertunjukan rakyat yang sejenis dengan ketoprak dan ludruk. Pertunjukan ini hidup dan berkembang di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur serta mempunyai lakon atau cerita yang diambil dari kisah-kisah legenda maupun cerita rakyat lainnya. Selain itu juga sama-sama dilengkapi pentas, sound system, layar/ tirai, gamelan, tari-tarian dan lawak. Serta pembagian cerita dalam babak-babak yang dimulai dari setelah Isya hingga mSejarah

Pada abad ke-19, di Banyuwangi hidup suatu jenis teater rakyat yang disebut Ande-Ande Lumut karena lakon yang dimainkan adalah lakon Andhe-Andhe Lumut. Dan dari sumber cerita dari mulut ke mulut, pelopor lahirnya Janger ini adalah Mbah Darji, asal Dukuh Klembon, Singonegaran, Banyuwangi kota. Mbah Darji ini adalah seorang pedagang sapi yang sering mondar-mandir Banyuwangi-Bali, dan dari situ dia tertarik dengan kesenian teater Arja dan dia pun berkenalan dengan seniman musik bernama Singobali yang tinggal di Penganjuran, dari situlah kemudian terjadi pemaduan antara teater Ande-Ande Lumut dengan unsure tari dan gamelan Bali, sehingga lahirlah apa yang disebut Damarwulan Klembon atau Janger Klembon.

Semenjak itu, mulai lahir grup-grup Damarwulan di seantero Banyuwangi. Mereka bukan hanya memberikan hiburan, namun juga menyisipkan pesan-pesan perjuangan untuk melawan penjajah dengan kedok seni. Di masa revolusi, kerap kali para pejuang kemerdekaan menyamar sebagai seniman Janger untuk mengelabui Belanda dan para mata-matanya.

Menurut Dasoeki Nur, seorang pelaku kesenian Janger, teater ini juga sempat berkembang hingga melampaui wilayah Banyuwangi sendiri. Bahkan menurutnya lagi, pada tahun 1950an pernah berdiri dua kelompok Janger yang berada di wilayah Samaan, dan Klojen, kota Malang.