remidial training of trainer kader dakwah halal
DESCRIPTION
training of trainer sertifikasi manajemen halalTRANSCRIPT
REMIDIAL TRAINING OF TRAINER KADER DAKWAH
HALAL Jawaban dari Pertanyaan yang Diajukan
11 SEPTEMBER 2014
NAMA PESERTA : AHMAD IRAWAN Jl. RW Monginsidi lr. Ramyana no. 92 rt. 09/002 kec. Kalidoni kel. Kalidoni Palembang, Sumatera
Selatan
Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal
Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN
1. Sebutkan 4 ayat dalam alquran beserta artinya yang berkaitan dengan
halal?
Jawab:
a. Surat Al-maidah ayat ke-4 yang artinya "Apakah yang dihalalkan bagi
mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik”.
b. Surat Al-maidah ayat ke-88 yang artinya “Dan makanlah makanan yang
halal lagi baik dari apa yang Allah Telah rezekikan kepadamu, dan
bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”.
c. Surat An-Nahl ayat ke-114 yang artinya “Maka makanlah yang halal lagi
baik dari rezki yang Telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat
Allah, jika kamu Hanya kepada-Nya saja menyembah”.
d. Surat Al-Anfal ayat ke-69 yang artinya“Maka makanlah dari sebagian
rampasan perang yang Telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal
lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”
2. a. Apa yang dimaksud dengan Sistem Jaminan Halal (SJH) ?
b. Jelaskan kriteria SJH?
Jawab:
a. Sistem Jaminan Halal (SJH) adalah sistem manajemen terintegrasi yang
disusun, diterapkan dan dipelihara untuk mengatur bahan, proses
produksi, produk, sumber daya manusia dan prosedur dalam rangka
menjaga kesinambungan proses produksi halal sesuai dengan persyaratan
LPPOM MUI.
b. i. Kebijakan halal
Kebijakan halal adalah pernyataan tertulis komitmen manajemen
puncak untuk senantiasa menghasilkan produk halal secara
konsisten. Kebijakan inilah yang akan dijadikan dasar dalam
penyusunan dan penerapan Sistem Jaminan Halal (SJH) di
perusahaan, manajemen puncak harus mensosialisasikan dan
mengkomunikasikan kebijakan kepada seluruh stake holder
perusahaan.
Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal
Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN
ii. Tim manajemen halal
Tim manajemen halal adalah sekelompok orang yang ditunjuk oleh
manajemen puncak sebagai penanggung jawab atas perencanaan,
implementasi, evaluasi dan perbaikan berkelanjutan sistem jaminan
halal di perusahaan.
iii. Pelatihan dan edukasi
a) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan
pelatihan untuk semua personel yang terlibat dalam aktivitas kritis,
termasuk karyawan baru. Pelatihan ini ditujukan untuk
meningkatkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill)
dan/atau perilaku (attitude) dari semua personel yang terlibat dalam
aktivitas kritis.
b) Pelatihan (internal atau eksternal) harus dilaksanakan secara
terjadwal minimal setahun sekali atau lebih sering jika diperlukan.
c) Perusahaan harus mengikuti pelatihan dari LPPOM MUI: (i) Untuk
perusahaan baru: sebelum dilakukan audit, (ii) Untuk perusahaan
pemegang Sertifikat halal yang belum pernah mengikuti pelatihan
dari LPPOM MUI: sebelum dilakukan perpanjangan Sertifikat halal,
(iii) Untuk perusahaan pemegang Sertifikat halal yang sudah pernah
mengikuti pelatihan dari LPPOM MUI: sekurang-kurangnya 2 tahun
sekali.
d) Pelaksanaan pelatihan harus mencakup kriteria kelulusan untuk
menjamin kompetensi personel
iv. Bahan
Bahan yang dimaksud mencakup bahan baku, bahan tambahan dan
bahan penolong. Bahan baku dan bahan tambahan adalah seluruh
bahan yang digunakan dalam proses pembuatan produk dan menjadi
bagian dari komposisi produk (ingredient). Bahan penolong adalah
bahan yang digunakan untuk membantu proses produksi, tetapi
bahan tersebut tidak menjadi bagian dari komposisi produk
(ingredient).
Vi. Produk
Produk adalah produk yang didaftarkan untuk disertifikasi, mencakup
produk antara/intermediet dan produk akhir, baik yang dijual eceran
(retail) atau curah. Ketentuan mengenai produk adalah sebagai
berikut :
Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal
Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN
a) Merk/nama produk tidak boleh menggunakan nama yang
mengarah pada sesuatu yang diharamkan atau ibadah yang tidak
sesuai dengan syariah Islam.
b) Karakteristik/profil sensori produk tidak boleh memiliki
kecenderungan bau atau rasa yang mengarah kepada produk haram
atau yang telah dinyatakan haram berdasarkan fatwa MUI.
c) Produk pangan eceran (retail) dengan merk sama yang beredar di
Indonesia harus didaftarkan seluruhnya untuk sertifikasi, tidak boleh
jika hanya didaftarkan sebagian.
vii. Prosedur tertulis aktivitas kritis
Prosedur tertulis aktivitas kritis adalah seperangkat tata cara kerja
yang dibakukan untuk mengendalikan aktivitas kritis. Aktivitas kritis
adalah aktivitas pada rantai proses produksi yang dapat
mempengaruhi status kehalalan suatu produk. Contoh aktivitas kritis
yaitu seleksi bahan baru, pembelian bahan, formulasi produk,
pemeriksaan bahan datang, produksi, pencucian fasilitas produksi
dan peralatan pembantu, penyimpanan dan penanganan,
transportasi, pemajangan (display), penyembelihan hewan, dan lain-
lain.
viii. Kemampuan Telusur (Traceability)
Kemampuan Telusur (traceability) adalah kemampuan telusur
produk yang disertifikasi berasal bahan yang memenuhi kriteria
bahan (bahan yang sudah disetujui LPPOM/tercantum dalam daftar
bahan) dan diproduksi di fasilitas produksi yang memenuhi kriteria
fasilitas produksi. a) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis
untuk menjamin kemampuan telusur produk yang disertifikasi. b)
Prosedur harus menjamin produk yang disertifikasi berasal dari
bahan yang disetujui dan dibuat di fasilitas produksi yang memenuhi
kriteria fasilitas produksi. c) Bila perusahaan menerapkan
pengkodean bahan, maka perusahaan harus menjamin : (i) bahan
dengan kode yang sama mempunyai status halal yang sama (ii)
ketertelusuran informasi bahan di setiap kegiatan kritis. d) Jika
terdapat bahan yang dikemas ulang/dilabel ulang, maka kesesuaian
informasi (nama produk, nama produsen, negara produsen dan logo
halal, jika diperlukan) yang tercantum dalam label baru dengan label
asli dari produsennya harus terjamin.
ix. Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria
Produk yang tidak memenuhi kriteria adalah produk bersertifikat
halal yang terlanjur dibuat dari bahan yang tidak disetujui LPPOM
MUI, atau diproduksi di fasilitas yang tidak memenuhi kriteria.
Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal
Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN
a) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk menangani
produk yang terlanjur dibuat dari bahan dan pada fasilitas yang tidak
memenuhi kriteria. b) Produk yang tidak memenuhi kriteria tidak
dijual ke konsumen yang mempersyaratkan produk halal. c) Produk
yang tidak memenuhi kriteria dan terlanjur dijual, harus ditarik. d)
Dokumen penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria harus
dipelihara.
x. Audit Internal
Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh tim manajemen halal
untuk menilai pelaksanaan sistem jaminan halal di perusahaan
dengan persyaratan sertifikasi halal. a) Perusahaan harus
mempunyai prosedur tertulis audit internal pelaksanaan SJH. b) Audit
internal dilakukan secara terjadwal setidaknya enam bulan sekali
atau lebih sering jika diperlukan. c) Audit internal dilaksanakan oleh
auditor halal internal yang kompeten dan independen. d) Hasil audit
internal disampaikan ke pihak yang bertanggung jawab terhadap
setiap kegiatan yang diaudit. e) Tindakan koreksi yang diperlukan
dan batas waktunya harus ditentukan. f) Hasil tindakan koreksi harus
dipastikan dapat menyelesaikan kelemahan yang ditemukan pada
audit internal dan menghindari terulangnya kembali di masa yang
akan datang. g) Hasil audit internal disampaikan ke LPPOM MUI
dalam bentuk laporan berkala setiap 6 (enam) bulan sekali. h) Bukti
pelaksanaan audit internal harus dipelihara.
xi. Kaji Ulang Manajemen
Kaji ulang manajemen adalah penilaian yang dilakukan oleh
manajemen puncak atau wakilnya dengan tujuan untuk menilai
efektifitas implementasi sistem jaminan halal dan merumuskan
perbaikan berkelanjutan. a) Manajemen puncak harus melakukan
kajian terhadap efektifitas pelaksanaan SJH satu kali dalam satu
tahun atau lebih sering jika diperlukan. b) Hasil evaluasi harus
disampaikan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk setiap
aktivitas. c) Tindak lanjut penyelesaian hasil evaluasi harus
menetapkan batas waktu. d) Bukti dari kaji ulang manajemen harus
dipelihara.
3. Jelaskan titik kritis produk dibawah ini??
a. Roti manis b. Minuman fermentasi c. minyak goreng d. gelatin
Jawab:
Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal
Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN
a. Roti manis merupakan salah satu produk bakery. Bahan-bahan
(ingredient) pembuat bakery cukup rawan kehalalannya. Inilah titik-titik
kritisnya:
Tepung Terigu
Ini bahan utama produk bakery dan kue. Jenis tepung lainnya yang bisa
digunakan adalah tepung rye, tepung beras, tepung jagung, dan lain-lain.
Tepung terigu dibuat dari biji gandum yang digiling dan diayak sehingga
diperoleh tepung dengan besar partikel tertentu.
Secara garis besar, ada dua jenis tepung gandum yaitu tepung gandum
keras (strong flour) dan tepung gandum lunak (soft flour). Tepung gandum
keras biasanya digunakan untuk membuat roti dan produk-produk yang
dibuat dengan melibatkan proses fermentasi serta puff pastry. Tepung
terigu lunak biasanya digunakan untuk membuat biskuit dan kue.
Salah satu bahan aditif/tambahan pada pembuatan tepung gandum yaitu
L-sistein. Fungsinya sebagai improving agent (meningkatkan sifat-sifat
tepung gandum yang diinginkan). Ia dapat melembutkan gluten (protein
utama gandum yang berperan dalam pengembangan adonan yang dibuat
dari tepung gandum), sehingga adonan tepung lebih lembut. Sistein juga
mengembangkan adonan.
L-sistein murah yang banyak tersedia di pasaran adalah L-sistein yang
dibuat dari rambut manusia, khususnya yang dari Cina. Nah, MUI sudah
memutuskan, barang semacam ini haram hukumnya bagi umat Islam.
L-sistein dari bulu unggas pun masih dipertanyakan kehalalannya. Jika
diperoleh pada waktu hewan masih hidup, maka bisa jadi tidak
diperbolehkan. Jika diperoleh dari hewan mati, bagaimana
penyembelihannya? Untungnya sekarang sudah ada L-sistein yang
diproduksi secara fermentasi dan boleh digunakan. Memang, harganya
lebih mahal (tidak ekonomis). Namun, hampir semua tepung terigu lokal
telah mendapatkan sertifikat halal.
Ada pula bahan aditif tepung terigu dengan maksud untuk memperkaya
nilai gizinya, biasanya mineral dan vitamin. Agar vitamin A mudah larut
dalam produk pangan berair (aqueous) dan tidak mudah rusak selama
penyimpanan, biasanya ia ‘’disalut’’. Nah, bahan penyalut yang diragukan
kehalalannya adalah gelatin.
Ragi/Yeast (Gist)
Dalam pembuatan roti, ragi/yeast dibutuhkan agar adonan bisa
mengembang. Secara komersial ragi/yeast dapat diperoleh dalam 3
bentuk, yaitu compressed yeast, active dry yeast, dan instant active dry
yeast. Di super market biasanya yang tersedia adalah yang instant active
Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal
Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN
dry yeast (ragi instan), bisa langsung digunakan, tinggal dimasukkan
kedalam adonan.
Semua bentuk ragi, isinya tak hanya yeast tapi juga sejumlah kecil bahan
aditif. Dari segi kehalalan bahan aditif inilah yang perlu dicermati
kehalalannya. Pada pembuatan compressed yeast sering ditambahkan
pengemulsi (emulsifier) yang syubhat.
Bahan aditif yang mungkin ada pada ragi instan adalah bahan anti gumpal
(anticaking agent). Bahan-bahan anti gumpal yang syubhat adalah E542
(edible bone phosphate, berasal dari tulang hewan), E 570 (asam stearat)
dan E572 (magnesium stearat). Asam stearat dapat berasal dari tanaman
atau dari hewan, magnesium stearat dibuat dengan menggunakan bahan
dasar asam stearat. Disamping gum atau dekstrin, gelatin kadang
digunakan sebagai bahan pengisi pada ragi instan.
Bahan Pengembang
Digunakan dalam pembuatan roti dan kue. Berfungsi untuk
menggelembungkan adonan. Bahan pengembang jenis kedua yaitu apa
yang disebut sebagai baking powder yang merupakan campuran antara
sodium karbonat (baking soda) dengan asam pengembang (leavening
acid). Yang bisa bertindak sebagai asam pengembang adalah umumnya
garam fosfat, sodium aluminium fosfat, glukono delta lakton dan cream of
tartar.
Dari semua bahan-bahan ini yang tidak boleh digunakan adalah cream of
tartar. Cream of tartar sebetulnya adalah garam potasium dari asam
tartarat yang diperoleh sebagai hasil samping (hasil ikutan) industri wine
(sejenis minuman keras).
Istilah lain dari bahan pengembang adalah bread improver atau cake
improver. Di pasaran sudah ada bread improver dan cake improver yang
sudah mendapatkan sertifikat halal.
Cake Emulsifier
Digunakan untuk penstabil dan pelembut adonan cake, kadang digunakan
pula untuk menghemat penggunaan telur. Di pasaran bahan ini dikenal
dengan nama-nama dagang seperti Ovalet, SP, Spontan 88, TBM (istilah
jenis cake emulsifier dalam bahasa Jerman), dll.
Status emulsifier secara umum syubhat, karena bisa terbuat dari bahan
nabati (tanaman) atau hewani (dari hewan) seperti telah banyak dibahas
di rubrik ini sebelumnya. Di samping itu, seringkali di pasaran bahan ini
dicampur dengan lemak padat yang tidak jelas dari mana asalnya.
Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal
Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN
Dough Conditioner
Bahan multifungsi, bisa melembutkan adonan, mengembangkan adonan,
mengawetkan, dll. Itulah sebabnya dough conditioner berisi campuran
berbagai jenis bahan diantaranya yaitu L-sistein, tepung kedele, asam
askorbat, lemak, gula, pengawet, emulsifier dan gipsum. Karenanya, status
dough conditioner syubhat.
Shortening
Arti sesungguhnya dari shortening adalah lemak atau campuran yang
memiliki sifat plastisitas tertentu sehingga mampu membuat makanan
seperti roti dan kueh menjadi lembut. Secara umum shortening berstatus
syubhat, kecuali yang sudah diketahui komposisinya dan telah dinyatakan
halal oleh yang berwenang. Untungnya, di Indonesia sudah banyak
shortening yang diproduksi didalam negeri dan sudah mendapatkan
sertifikat halal.
Disamping itu, kita juga harus hati-hati memilih produk bakery dan kue
hasil industri dalam negeri karena ditengarai banyak menggunakan bahan-
bahan yang belum jelas kehalalannya. Bahan-bahan tersebut antara lain:
ovalet, TBM, SP, roombutter, di samping jenis shortening atau lemak
b. Minuman fermentasi, harus dilakukan penelaahan. Penelaahan pertama
adalah dari ada tidaknya proses pengolahan. Jika tidak terdapat
pengolahan, maka statusnya sudah jelas tidak kritis atau sudah jelas
kehalalannya. Namun jika terdapat pengolahan, maka hal pertama yang
perlu ditelaah lebih lanjut adalah ada tidaknya kultivasi mikrobial. Jika
terdapat kultivasi mikrobial dan terkategori fermentasi untuk menghasilkan
minuman beralkohol (khamr) maka jelas haram dan tidak dapat digunakan
untuk menjadi bahan pada proses produksi produk halal.
Jika jenis fermentasi yang terjadi bukan untuk menghasilkan khamr, maka
dikatakan sebagai titik kritis. Artinya perlu diperjelas proses fermentasi
yang terjadi dan bahan-bahan yang digunakan dalam proses fermentasi.
Misalnya proses fermentasi pada kacang kedelai dengan menggunakan
kapang Aspergillus sp atau Rhizopus sp untuk menghasilkan kecap .
Produk yang dihasilkan terkategori halal apabila media yang digunakan
untuk memproduksi kecap tidak berasal dari bahan haram. Oleh karena itu
fermentasi mikrobial termasuk titik kritis karena memerlukan penelaahan
sumber media. Penelahan ini membutuhkan dokumen yang berisi informasi
lengkap media yang digunakan untuk memproduksi kecap tersebut.
Jika tidak terdapat kultivasi mikrobial maka proses pengolahan
kemungkinan merupakan proses lainnya seperti: proses pengeringan,
Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal
Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN
pembekuan, penggilingan, pengadukan atau cara-cara lainnya. Maka
penelaahan selanjutnya adalah dengan melihat apakah terdapat bahan
tambahan / penolong yang digunakan selama proses.
Sebagai contoh, produk nabati akan jelas status kehalalannya jika pada
proses pengolahan hanya melibatkan proses pengeringan menggunakan
oven pada suhu tertentu atau secara alamiah menggunakan cahaya
matahari untuk mengurangi kadar air suatu bahan tanpa ada penambahan
bahan. Namun jika menggunakan bahan tambahan dan bahan penolong
proses maka dinyatakan sebagai titik kritis. Artinya status kehalalannya
dapat diputuskan setelah ditelaah kehalalan bahan tambahan dan bahan
penolong proses yang terlibat dalam proses pengolahannya.
c. Minyak goreng berasal dari nabati seperti kelapa atau kelapa sawit,
Dalam proses pembuatannya terdapat beberapa titik kritis, yaitu terdapat
kemungkinan penggunaan karbon aktif. Penelaahan karbon aktif apakah
menggunakan karbon aktif dari tulang atau tidak. Jika menggunakan
karbon aktif dari tulang maka perlu penelaahan apakah berasal dari tulang
hewan halal yang disembelih sesuai syariat Islam atau tidak.
Selain bahan penolong proses, pelu penelaahan ada tidaknya bahan
tambahan lain selain bahan nabati itu sendiri. Hal ini disebabkan bahwa di
berbagai negara, khususnya di wilayah Amerika dan Eropa, pengertian
“Vegetable Oil” dapat berarti minyak nabati yang dicampur dengan minyak
lain, misalnya minyak hewani. Meskipun mengandung minyak hewani
hingga 10 % masih dapat diklaim sebagai minyak nabati.
d. Gelatin Sumber bahan baku gelatin dapat berasal dari sapi (tulang dan
kulit jangat), babi (hanya kulit) dan ikan (kulit). Dari artikel tersebut maka
dapat disimpulkan, titik kritis keharaman gelatin adalah pada bahannya
(kulit babi). Produsen gelatin lebih memilih bahan kulit babi karena kualitas
bagus dan prosesnya singkat, sehingga menekan biaya produksi. Akan
tetapi karena keharamannya maka harus dicari bahan yang dapat
menghasilkan kualitas bagus dan pastinya halal dan thoyyib yaitu ikan.
4. Jelaskan prosedur sertifikasi halal ?
Jawab:
Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal
Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN
Penjelasan dari tahapan proses sertifikasi sebagaimana digambarkan
dalam diagram diatas adalah sebagai berikut :
Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal
Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN
Pendaftaran
Pendafataran dilakukan oleh perusahaan yang mengajukan untuk
disertifikasi halal produknya secara sukarela. Pendaftaran ini dilakukan
berdasarkan pada kelompok produk. Semua fasilitas produksi harus
terdaftar, termasuk jika ada penambahan pabrik, gudang antara
(intermediet), maklon, dsb. Sertifikasi dapat dilakukan untuk sebagian
produk atau seluruh produk. Jika produk pangan eceran (retail) dengan
merk tertentu didaftarkan, maka semua produk dengan merk yang sama
yang dipasarkan di Indonesia juga harus didaftarkan. Sertifikasi restoran/
katering mencakup semua menu. Pendaftaran untuk Sertifikasi oleh pusat
dilakukan secara online melalui web www.e-lppommui.org sedangkan
untuk sertifikasi halal oleh LPPOM Provinsi dilakukan secara manual.
Formulir pendaftaran harus diisi lengkap, disertai dengan dokumen
pendukung yang diperlukan. Setelah dilakukan pendaftaran maka
dilakukan akad sertifikasi yang berisi kesepakatan untuk melakukan
sertifikasi halal yang didaftarkan termasuk penghitungan biaya sertifikasi
halal. Penghitungan biaya sertifikasi halal diasetelah pendaftaran melalui
akad sertifikasi halal dengan mencakup : biaya audit dan laporan audit,
penetapan fatwa halal, penerbitan Sertifikat halal, dokumen status nilai
implementasi/Sertifikat SJH, analisis laboratorium (untuk produk tertentu)
dan publikasi di Majalah Jurnal Halal LPPOM MUI.
Pemeriksaan Kecukupan Dokumen
Setelah perusahaan melakukan pendaftaran dengan melengkapi seluruh
dokumen yang diperlukan, kemudian Bagian Auditing LPPOM MUI akan
memeriksa seluruh dokumen pendaftaran untuk ditentukan kecukupannya.
Jika dokumen belum memenuhi, maka bidang auditing mengirimkan Pre-
Audit Memorandum agar dilengkapi oleh perusahaan. Setelah dokumen
dinyatakan lengkap dan akad sertifikasi telah lunas, maka kemudian
ditetapkan pelaksanaan waktu untuk audit.
Pelaksanaan Audit
Audit dilakukan oleh minimum 2 orang auditor yang dilengkapi dengan
surat tugas resmi. Proses produksi produk yang didaftarkan sertifikasi atau
sejenisnya sedang berlangsung. Audit dilaksanakan di semua fasilitas yang
berkaitan dengan produk yang disertifikasi. Audit lanjutan dapat dilakukan
jika diperlukan. Pengaturan transportasi dan akomodasi menjadi
tanggungjawab perusahaan. Audit dilaksanakan pada jam kerja.
Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal
Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN
Lingkup Audit meliputi pemeriksaan dokumen, observasi lapangan,
pemeriksaan fisik bahan dan pengambilan contoh/sampel (jika
dibutuhkan). Laporan audit ditandatangani oleh auditor dan auditi.
Pelaksanaa audit on site (audit ke perusahaan) mencakup audit
implementasi
SJH. Pelaksanaan audit on desk (audit dokumen tanpa ke perusahaan)
dilakukan di kantor LPPOM MUI. Evaluasi hasil audit dilakukan melalui
Forum Rapat Auditor dan kemudian pada Rapat Komisi Fatwa MUI.
Evaluasi Pasca Audit
Setelah dilakukan audit kemudian hasil audit akan disampaikan pada dua
rapat pasca audit, yaitu pada Rapat Auditor dan Rapat Komisi Fatwa MUI.
Penjelasan masing-masing rapat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Rapat Auditor
Auditor yang telah melakukan audit akan memberikan laporan hasil audit
pada Rapat Auditor. Rapat ini diikuti oleh seluruh auditor LPPOM MUI.
Auditor memberikan laporan fakta terkait dengan bahan, fasilitas maupun
implementasi Sistem Jaminan Halal dari perusahaan yang telah diauditnya.
Jika masih terdapat kekurangan/catatan, maka Bagian Auditing
mengirimkan audit memorandum kepada perusahaan. Jika hasil audit
sudah memenuhi kriteria, maka auditor menyiapkan Laporan Hasil Audit
yang akan disampaikan dalam Rapat Komisi Fatwa.
2. Rapat Komisi Fatwa
Laporan Hasil Audit oleh auditor akan disampaikan dihadapan Komisi Fatwa
MUI. Pada saat rapat ini, sampel produk eceran (retail) ditunjukkan pada
Komisi Fatwa. Jika Rapat Komisi Fatwa masih terdapat catatan atau
memerlukan data tambahan, maka Bidang Auditing mengirimkan audit
memorandum Rapat Komisi Fatwa kepada perusahaan. Jika sudah tidak
ada catatan, maka status kehalalan produk dapat diputuskan Komisi Fatwa.
Keputusan status halal
oleh Komisi Fatwa MUI ini kemudian dibuat dalam bentuk sertifikat Halal.
Dengan demikian jelas bahwa Sertifikat Halal merupakan suatu Fatwa
tertulis dari MUI yang menunjukkan status halal dari suatu produk. Sebagai
tindak lanjut terbitnya sertifikat halal, maka perusahaan harus
mengirimkan daftar bahan yang telah ditandatangani oleh pimpinan
perusahaan untuk ditandatangani oleh Direktur LPPOM MUI. Daftar bahan
yang telah ditandatangani oleh kedua pihak ini merupakan kesepakatan
dari perusahaan untuk senantiasa menjaga konsistensi kehalalan bahan
yang digunakan untuk memproduksi produk yang telah bersertifikat halal.
Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal
Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN
Jika dikemudian hari perusahaan akan mengubah bahan dengan bahan lain
di luar daftar bahan yang telah disetujui, maka perusahaan akan meminta
ijin penggunaan bahan terlebih dahulu sebelum bahan digunakan untuk
memproduksi produk yang sudah bersertifikat halal.
Sertifikat Halal
Sertifikat halal diterbitkan jika produk telah dinyatakan halal dalam Rapat
Komisi Fatwa MUI. Sertifikat Halal ini ditandatangani oleh Ketua Umum
MUI, Ketua Komisi Fatwa MUI dan Direktur LPPOM MUI. Masa berlaku
sertifikat halal ini adalah selama dua tahun. Pada Sertifikat Halal dapat
dijumpai informasi berisi nomor Sertifikat, nama dan alamat perusahaan,
nama dan alamat pabrik, nama produk secara rinci serta masa berlaku
Sertifikat.
Perpanjangan Sertifkat
Sertifikat Halal MUI berlaku selama 2 (dua) tahun. Perusahaan pemegang
sertifikat halal akan melakukan pedaftaran ulang sebelum berakhirnya
masa berlaku Sertifikat Halal.
Permohonan Surat Keterangan dalam Proses Perpanjangan Sertifikat Halal
akan diberlakukan berdasarkan ketentuan status SJH. Bila perusahaan
tidak melakukan perpanjangan Sertifikat Halal, maka LPPOM MUI berhak
mengumumkan kepada masyarakat luas bahwa perusahaan tidak
memperpanjang Sertifikat Halalnya.
Logo LPPOM
Perusahaan dapat mencantumkan logo LPPOM MUI pada kemasan produk
yang bersertifikat halal. Untuk restoran, logo LPPOM MUI dapat
dicantumkan di gerai restoran.Untuk katering, logo LPPOM MUI dapat
dicantumkan di tempat penyajian dan media promosi. Aturan pencantuman
logo halal pada produk eceran (retail) mengikuti aturan yang dikeluarkan
oleh BPOM RI.
Penerbitan Surat Keterangan dalam Proses Sertifikasi
Diterbitkan berdasarkan permintaan perusahaan. Untuk pendaftaran baru
dan pengembangan, Surat diterbitkan setelah proses audit. Untuk
perpanjangan, Surat diterbitkan setelah pendaftaran perpanjangan
Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal
Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN
selambatnya 2 (dua) bulan sebelum habis masa berlaku Sertifikat halal.
Berlaku selama 3 (tiga) bulan dan hanya dapat diperpanjang 1 (satu) kali.
Inspeksi Mendadak (Sidak)
Perusahaan bersertifikat halal harus menyatakan kesediaan menerima
sidak pada awal akad sertifikasi. Pelaksanaan sidak dapat dilakukan tanpa
pemberitahuan atau dengan pemberitahuan. Laporan sidak ditandatangani
oleh auditor dan perusahaan yang diuadit (Auditi). Jika terdapat
ketidaksesuaian, maka ditindaklanjuti sesuai dengan keputusan LPPOM
MUI.
5. Buatlah tema tulisan dengan tema “halal is my life”. Jumlah karakter
bebas.
Jawab:
Nama saya adalah Ahmad Irawan, saya kuliah di Universitas
Muhammadiyah Palembang. Saya seorang muslim, setiap muslim
diwajibkan untuk memakan hal yang halal atau baik bagi tubuh kita. Dan
pula kita diperintahkan untuk menjauhi yang haram atau yang dapat
merusak tubuh kita.
Semua yang dilarang Allah adalah semua yang dapat merugikan bagi tubuh
ataupun kejiwaan kita. Contohnya kita dilarang memakan babi (perintah
allah). Berdasarkan pengujian di laboratorium, daging babi yang telah
dimasak masih mengandung bakteri. Bakteri itu tetap hidup walaupun
dimasak karena bakteri tersebut dilindungi dengan lapisan kimia. Bakteri
tersebut disa dibunuh dengan cara yang sama untuk membersihkan najis.
Peneliti mencoba membersihkan daging babi sama dengan cara
mensucikan sesuatu dari najis yaitu membersihkannya dengan tanah
sebanyak 7 kali. Dan peneliti tersebut menyatakan bahwa daging babi yang
telah dibersihkan dengan cara membersihkan najis setelah dimasak bakteri
tersebut hilang atau mati.
Semenjak saya membaca artikel itu saya menerapkan pada diri saya untuk
memilih makanan atau minuman yang halal. “Halal is My Life”