religiusitas sebagai prediktor kecemasan ......kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat...

29
RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN MENGHADAPI KEMATIAN PADA PENATUA DAN DIAKON JEMAAT GKE TAMIANG LAYANG OLEH VIA KATELUNIATI 802013156 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN

MENGHADAPI KEMATIAN PADA PENATUA DAN

DIAKON JEMAAT GKE TAMIANG LAYANG

OLEH

VIA KATELUNIATI

802013156

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami
Page 3: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

2

Page 4: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Via Kateluniati

NIM : 802013156

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW

hal bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya

berjudul:

RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN

MENGHADAPI KEMATIAN PADA PENATUA DAN

DIAKON JEMAAT GKE TAMIANG LAYANG

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan

mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat

dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Salatiga

Pada Tanggal: 18 Juli 2017

Yang menyatakan,

Via Kateluniati

Mengetahui,

Pembimbing

Drs. Aloysius L. S. Soesilo, MA.

Page 5: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Via Kateluniati

NIM : 802013156

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir, judul :

RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN

MENGHADAPI KEMATIAN PADA PENATUA DAN

DIAKON JEMAAT GKE TAMIANG LAYANG

Yang dibimbing oleh :

Drs. Aloysius L. S. Soesilo, MA.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan Tugas Akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya

sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 18 Juli 2017

Yang memberi pernyataan

Via Kateluniati

Page 6: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

LEMBAR PENGESAHAN

RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN

MENGHADAPI KEMATIAN PADA PENATUA DAN

DIAKON JEMAAT GKE TAMIANG LAYANG

Oleh

Via Kateluniati

802013156

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 25 Juli 2017

Oleh:

Pembimbing

Drs. Aloysius L. S. Soesilo, MA.

Diketahui Oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 7: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN

MENGHADAPI KEMATIAN PADA PENATUA DAN

DIAKON JEMAAT GKE TAMIANG LAYANG

Via Kateluniati

Aloysius L. S. Soesilo

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 8: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

i

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah religiusitas adalah prediktor

kecemasan menghadapi kematian pada penatua dan diakon. Sampel (N=41) diambil

dengan menggunakan teknik incidental sampling. Hasil penelitian menggunakan teknik

regresi sederhana diperoleh adalah r = 0,504, dengan besar p = 0,001 (p < 0,05)

menunjukan bahwa religiusitas dapat menjadi prediktor kecemasan menghadapi

kematian pada penatua dan diakon.

Kata kunci: religiusitas, kecemasan menghadapi kematian, penatua dan diakon.

Page 9: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

ii

ABSTRACT

The aim of this study was to determine whether religiosity as an anxiety predictor faced

death in elder and deacon. The sample (N = 41 ) was taken using incidental sampling

technique. The result of research using simple regression technique is r = 0,504, with

big p = 0,001 (p < 0,05) shows that religiosity can be predictor of anxiety facing death

in elder and deacon.

Keywords: religiosity, anxiety facing death, elder and deacon.

Page 10: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

1

PENDAHULUAN

Tahap akhir perkembangan adalah kematian atau tutup usia. Kematian

merupakan sesuatu yang pasti datang dan tidak dapat dielakkan yang akan mengakhiri

kehidupan setiap individu, yang dapat menghampiri siapa saja, dimana saja dan kapan

saja. Oleh karena setiap kehidupan itu unik, maka begitu pula dengan kematian. Sulit

memang kita menerima kenyataan bahwa kita juga akan mati, tetapi kabar baiknya

adalah kita tahu kematian itu bagian dari kehidupan yang terus berlanjut. Kematian

adalah bagian normal dari kehidupan, namun dapat berisiko tinggi jika tidak ada

dukungan yang tersedia (Upton, 2012).

Ada tiga tahap proses transisi dari hidup menuju kematian, tahap pertama yaitu

fase agonal (agonal phase)bahasa Yunani agon berarti “perjuangan”. Di sini, agonal

mengacu pada embusan nafas dan kejang otot di saat-saat pertama detak jantung biasa

mulai terputus-putus. Tahap kedua yaitu fase kematian klinis (clinical death) terjadi

jeda pendek saat dimana detak jantung, peredaran darah, pernafasan dan otak berhenti

berfungsi, tetapi tindakan penyadaran masih bisa dilakukan. Tahap yang terakhir yaitu

fase kematian (mortality), individu mengalami kematian permanen, dalam beberapa jam

makhluk tidak bernyawa itu terlihat menyusut, sama sekali tidak mirip seperti dirinya

ketika masih bernyawa (Berk, 2012).

Kubler-Ross (dalam Berk, 2012) mengemukakan teori berupa lima respon khas

yang mulanya disebut sebagai tahapan terhadap bakal mati atau pengalaman sekarat,

respon pertama yaitu penyangkalan (denial) dimana seseorang menolak adanya

kematian. Respon kedua yaitu kemarahan (anger) seseorang menyadari bahwa

penolakan tidak dapat lagi dipertahankan.Respon ketiga yaitu tawar menawar

(bargaining) di mana seseorang mengembangkan harapan bahwa kematian sewaktu-

Page 11: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

2

waktu dapat ditunda atau diundur.Respon keempat yaitu depresi (depression) di mana

orang yang sekarat akhirnya menerima kematiandan yang kelima ialah penerimaan

(acceptance) respon di mana seseorang mengembangkan rasa damai dan menerima

takdir.

Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan

yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami kecemasan kematian

(Hartanto, 1996).Perasaan cemas yang dialami dapat mengganggu individu dalam

kegiatan sehari-hari (Wijaya & Safitri, 2006).Kecemasan kematian dapat diartikan

sebagai suatu kondisi psikologis, baik pikiran-pikiran ataupun perasaan yang tidak

menyenangkan saat seseorang memikirkan tentang kematian dan dipengaruhi oleh

kondisi lingkungannya (Templer, 1971 dalam Hartanto 1996).Kecemasan merupakan

suatu kondisi emosi yang tidak menyenangkan di mana individu merasa tidak nyaman,

tegang dan bingung. Suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan

fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan dan perasaan gelisah bahwa

sesuatu yang buruk akan terjadi (Nevid, Rathus & Greene, 2003).

Kecemasan pun terbagi atas beberapa karakteristik, yaitu ciri-ciri fisik,

keperilakuan (behavioral) dan kognitif (Nevid, Rathus & Greene, 2003). Ciri-ciri fisik

meliputi anggota tubuh gemetar atau bergetar, banyak keringat, telapak tangan yang

berkeringat, sulit bicara, sulit bernafas, terdapat gangguan perut/mual, panas dingin,

sering buang air kecil, dan merasa sensitif atau mudah marah. Ciri-ciri behavioral

(keperilakuan) meliputi perilaku menghindar, perilaku melekat dan perilaku terguncang.

Selanjutnya adalah ciri-ciri kognitif meliputi khawatir tentang sesuatu dan perasaan

terganggu oleh ketakutan atau gelisah terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan.

Terdapat berbagai hal yang diduga mampu mengatasi kecemasan yang dialami agar

Page 12: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

3

dapat mencapai hidup yang sejahtera diantaranya adalah melalui kajian ulang

kehidupan, olahraga, religiusitas dan dukungan sosial (Papalia, Feldman& Olds, 1992).

Beberapa peneliti (misalnya, Falkenhain & Handal, 2003; Cicirelli, 2003; Wen,

2010; Thoulless, 2000) mengatakan bahwa aspek yang bisa digunakan ketika membahas

tentang kecemasan kematian adalah agama atau religiusitas.Hal ini dikarenakan setiap

agama pasti membicarakan atau membahas tentang kematian (Lonetto & Templer,

1986). Ketika seseorang mengalami kecemasan kematian, intensitas mendekatkan diri

kepada Tuhan dengan cara beribadah semakin tinggi. Namun setiap orang memiliki

intensitas keberagamaan atau religiusitas yang berbeda satu sama lainnya. Sedangkan

makna religiusitas itu sendiri adalah keadaaan atau kualitas seseorang dalam

komitmennya terhadap suatu agama yang meliputi the beliefs religious, religious

practice, experience, religious knowledge, dan religious consequences.

Ideologi (the beliefs religious)berisi pengharapan-pengharapan dimana orang

religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran

doktrin tersebut. Praktik religius (religious practice)mencakup perilaku pemujaan,

pelaksanaan ritus formal keagamaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk

menunjukan komitmen terhadap agama yang dianutnya.Pengalaman (experience)

berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan, persepsi dan sensasi yang dialami

seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (masyarakat).

Selanjutnya ialah pengetahuan religiusitas (religious knowledge)dimensi ini

mengacu pada harapan bagi orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah

minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan

tradisi-tradisi dan yang terakhir ialah konsekuensi religiusitas (religious consequences)

dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik,

Page 13: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

4

pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Dengan kata lain, sejauh mana

implikasi ajaran agama memengaruhi perilakunya.

Di dalam beberapa penelitian yang dilakukan menggunakan kedua variabel

tersebut yaitu variabel “Religiusitas” dan “Kecemasan Menghadapi Kematian” terdapat

hasil yang berbeda-beda.Duff dan Hong (dalam Muthoharoh & Andriani, 2014)

mengatakan dua variabel tersebut berkorelasi negatif, sedangkan menurut Templer

(1972) dua variabel tersebut berkorelasi positif.Khalek dan Lester (2009) mengatakan

tidak ada keterkaitan di antara kedua variabel tersebut.Ketidakkonsistenan hubungan ini

terjadi karena alat ukur yang digunakan untuk mengukur “Religiusitas” masih

dipertanyakan validitas dan reliabilitasnya.Kebanyakan penelitian menggunakan alat

ukur yang dibuat sendiri dan meminta subjek untuk mengukur religiusitasnya

sendiri.Selain itu mereka juga menggunakan alat ukur yang aitemnya sedikit, sehingga

untuk menjelajahi lebih jauh mengenai keberagamaan kurang cukup (Khalek & Lester,

2009).Penelitian-penelitian yang selama ini dilakukan lebih banyak menggunakan

subjek orang-orang barat dalam hal keberagamaan dan melihat kematian.

Pada penelitian sebelumnya, peneliti lebih menghubungkan kematian dengan

dewasa akhir, sedangkan menurut Lenotto dan Templer (1986) orang dewasa akhir

mengalami kecemasan menghadapi kematian yang rendah. Pada dewasa tengah yang

mana merupakanusia produktif apalagi pada mereka yang telahmengalami puncak

kesuksesan dalam hidupnya,kecemasan kematian ini dapat menganggu danberakibat

kurang baik. Ada yang tidak bisa tidurkarena takut tidak bisa bangun lagi, ada juga

yangtidak mau bekerja karena lingkungannya tidak nyaman dan masih banyak kasus

lainnya (Hartanto, 1996).Ada juga yang melakukan tindakan-tindakan berbahaya untuk

Page 14: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

5

menekan kecemasan kematiannya,misalnya sexual risk taking (Ford, Ewig, Ferguson

&Sherman, 2004).

Kematian yang tidak terelakkan semakin menginsyafkan manusia akan

ketidakberdayaan. “Religiusitas” diharapkan mampu memberikan orientasi dan cara

pandang baru mengenai kehidupan, pandangan dan keyakinan akan adanya kehidupan

setelah kematian serta eksistensinya di dunia ini. Dalam suatu pelayanan yang

dilakukan di ruang lingkup gereja, nyatanya tidak terlepas dari pelayanan dalam suasana

dukacita atau kematian. Orang yang berperan dalam pelayanan ini selain Pendeta ialah

para Penatua dan Diakon yang membantu Pendeta dalam tugas pelayanan

gereja.Penatua dan Diakon memiliki prinsip yang sama bahwa mereka bukanlah orang

yang sembarangan dipilih. Mereka juga harus memiliki kualifikasi yang baik dan sesuai

dengan Firman Tuhan.Penatua dan Diakon seperti “the church factotums” di mana

mereka menangani semua jenis pelayanan mulai dari pembangunan, administrasi,

berkhotbah, perkunjungan dan masih banyak lagi.

Salah satu jenis pelayanan perkunjungan yang di lakukan oleh Penatua dan

Diakon ialah perkunjungan di suasana kedukaan atau kematian. Dari meninggalnya

jemaat, proses persembayangan, prosesi pemakaman hingga prosesi-prosesi lainnya

yang diadakan oleh keluarga yang berduka, pelayanannya pun seperti dalam bentuk

ibadah penghiburan, pendampingan, memberikan penguatan dan penghiburan bagi

anggota keluarga yang ditinggalkan itu merupakan tugas yang dilakukan oleh para

Penatua dan Diakon tersebut.

Di dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti Penatua dan Diakon.

Dalam dunia perkuliahan tidak ada penjurusan yang akan menjadikan seseorang

menjadi Penatua dan Diakon, beda halnya dariPendeta. Penatua dan Diakon dipilih

Page 15: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

6

langsung oleh jemaat dan pastinya atas penyertaan Allah, agar dapat melayani di Gereja.

Tugas berat yang mungkin diemban oleh para Penatua dan Diakon ini yaitu mereka

dituntut harus benar-benar mengetahui agama yang dilayaninya seperti apa, mulai dari

pengajaran, pemahaman, keyakinan dan penghayatan atas agamanya itu sendiri dan

mampu menjadi serupa dan segambar dengan Allah dan mampu mengaplikasikan

ajaran-ajaran-Nya dalam kehidupan mereka sehari-hari, entah itu dalam pelayanan

maupun diluar pelayanan yang ada dalam jemaat. Kematian pastinya akan dialami

semua manusia yang hidup tidak terkecuali para Penatua dan Diakon, dan diharapkan

para Penatua dan Diakon ini dapat menerima kematian yang akan menghampiri mereka

dengan adanya religiusitas yang ada di dalam diri mereka.

Hingga saat ini, masih belum ada penelitian-penelitian yang mampu

mengidentifikasi apakah “religiusitas” ini dapat dikatakan sebagai prediktor “kecemasan

menghadapi kematian” pada Penatua dan Diakon. Berdasarkan latar belakang di atas,

maka peneliti tertarik untuk meneliti religiusitas sebagai prediktor kecemasan

menghadapi kematian pada Penatua dan Diakon.

Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang dikemukakan,

makapenelitian ini memperlakukan variabel “religiusitas” sebagai prediktor terhadap

kecemasan menghadapi kematian pada Penatua dan Diakon di Jemaat GKE Tamiang

Layang.

Page 16: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

7

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel dalam penelitian adalah:

1. Variabel bebas (X) : Religiusitas

2. Variabel Terikat (Y) : Kecemasan Menghadapi Kematian

Partisipan

Jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak 41 partisipan Penatua dan

Diakon yang aktif melayani di Majelis Jemaat GKE Tamiang Layang Kabupaten Barito

Timur Provinsi Kalimantan Tengah, dengan rentang usia 30 – 63 tahun partisipan laki-

laki (18 orang) dan perempuan (23 orang) dan sekurang-kurangnya sudah menjadi

Penatua dan Diakon selama 1 periode (5 tahun) di Majelis Jemaat GKE Tamiang

Layang. Pemerolehan partisipan dilakukan dengan teknik incidental sampling.

Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua buah skala yaitu: Pertama, Skala “Religiusitas”

yang disusun menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban dari “sangat

setuju” hingga “sangat tidak setuju”. Skala yang digunakan untuk mengukur

“Religiusitas” ini disusun oleh Simorangkir (2014) yang didasarkan dari teori Stark dan

Glock (1968) yang terdiri dari 27 aitem dengan tingkat reliabilitas 0,882. Penilaiannya

adalah jika semakin tinggi skor total yang diperoleh individu maka semakin tinggi

religiusitasnya, sedangkan semakin rendah skor total yang diperoleh maka semakin

rendah skor religiusitasnya.

Instrumen kedua adalah Skala “Kecemasan Menghadapi Kematian” dari skala

yang disusun oleh Nikolas (2015) dengan tingkat reliabilitas 0.963.Skala ini didasarkan

Page 17: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

8

pada dua aspek yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis dari teori Taylor dan

Daradjat (dalam Nikolas, 2015). Skala terdiri dari 26 aitem yang menggunakan skala

Likert yang terdiri dari empat kategori jawaban “sangat setuju” hingga “sangat tidak

setuju”.

Prosedur Pengolahan Data

Untuk pengolahan data dan menganalisis apakah “Religiusitas” sebagai

Prediktor “Kecemasan Menghadapi Kematian” pada Penatua dan Diakon, peneliti

menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) forwindows

release 16.0. Namun sebelum menghitung regresi, dilakukan uji reliabilitas terlebih

dahulu.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi, yang

digunakan untuk memprediksi atau menguji pengaruh satu variabel bebas atau variabel

independen terhadap variabel terikat atau variabel dependen.

Page 18: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

9

HASIL PENELITIAN

Reliabilitas dan Seleksi Aitem

Perhitungan uji daya diskriminasi dilakukan dengan menggunakan Alpha

Cronbach. Kriteria pemilihan aitem yang memuaskan dan memberikan kontribusi baik

adalah sebesar > 0,30 (Azwar, 2012). Pada skala “Religiusitas”, diperoleh bahwa dari

27 aitem yang diuji terdapat 3 aitem yang gugur, sehingga terdapat 24 aitem terpakai.

Nilai r (corrected item-total correlation) bergerak dari 0,396-0,761 dengan koefisien

Alpha Cronbach sebesar 0,923.

Pada skala “Kecemasan Menghadapi Kematian” hasil uji reliabilitas dan daya

diskriminasi aitem diperoleh bahwa dari 26 aitem yang diuji terdapat 11 aitem yang

gugur, sehingga terdapat 15 aitem terpakai. Nilai r (corrected item-total correlation)

bergerak 0,399-0,881 dengan koefisienAlpha Cronbach 0,905, yang berarti alat ukur ini

tergolong sangat reliabel.

Analisis Deskriptif

Peneliti membagi skor dari setiap skala menjadi 4 kategori mulai dari “sangat

rendah” hingga “sangat tinggi” menggunakan rumus kategorisasi. Tabel 1 dan 2

menunjukan kategori skor untuk setiap variabel.

Tabel 1

Kriteria skor untuk Religiusitas

Variabel Interval Kategori N Persentase Mean SD

Religiusitas

78 ≤ - ≤ 96 Sangat Tinggi 25 60,97 %

84,07 8,779 60 ≤ - < 78 Tinggi 16 39,03 %

42 - < 60 Rendah

24 ≤ - < 42 Sangat Rendah

Page 19: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

10

Tabel 2

Kriteria skor untuk Kecemasan Menghadapi Kematian

Variabel Interval Kategori N Persentase Mean SD

Kecemasan

Menghadapi

Kematian

42 ≤ - 51 Sangat Tinggi 5 12,20 %

32,85 6,995 33 ≤ - < 42 Tinggi 15 36,58 %

24 - < 33 Rendah 19 46,34 %

15 ≤ - < 24 Sangat Rendah 2 4,88 %

Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas secara statistik dapat dilakukan dengan uji one sample

Kolmogorov-Smirnov dengan p > 0,05, perhitungan normalitas dapat dilihat pada tabel

3:

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa nilai K-S-Z pada “Religiusitas”

sebesar 0,840 (0,840>0,05) dan “Kecemasan Menghadapi Kematian” 0,591

Tabel 3

Hasil Uji One Komlogorov-Smirnov (K-S)

Religiusitas Kecemasan Menghadapi Kematian

N 41 41

Normal Parametersa Mean

Std. Deviation

84,07

8,779

32,85

6,995

Most Extreme Absolute

Positive

Negative

0,131

0,131

-0,115

0,092

0,092

-0,071

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

a. Test distribution in Normal.

0,840

0,480

0,591

0,876

Page 20: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

11

(0,591>0,05), sehingga dapat disimpulkan data tersebut memenuhi syarat untuk

berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Kriteria pengujian yaitu jika nilai signifikansi > 0,05 maka terdapat hubungan

linear, sedangkan jika nilai signifikansi < 0,05 maka tidak terdapat hubungan linear.

Dari pengujian linearitas kedua variabel diperoleh nilai signifikansi 0,088 (p>0,05)

dengan F (1, 39)= 1,844. Perhitungan linearitas dapat dilihat pada tabel 4:

Tabel 4

Hasil Uji Linearitas “Religiusitas” dengan “Kecemasan Menghadapi Kematian”

df SoF MS F Sig.

KEC *

REL

Between

Groups

(Combined)

Linearity

Deviation

from

Linearity

(18)

1

17

22

1355.330

497.614

857.717

601.792

75.296

497.614

50.454

27.354

2.753

18.192

1.844

0,13

0,000

0,088

Within Groups

Total 40 1957.122

Note : REL: Religiusitas; KEC: Kecemasan; df:degree of freedom; SoF; Sum of Squares; MS:

Mean Square

Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil perhitungan, maka diketahui bahwa “Religiusitas”

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap “Kecemasan Menghadapi Kematian”.

Dari hasil tersebut diatas diketahui bahwa hubungan positif antara “Religiusitas”

dengan “Kecemasan Menghadapi Kematian” berada pada derajat yang tergolong kuat

dengan besar nilai r = 0,504 (p < 0,05). Untuk melihat sejauh mana pengaruh antara

Page 21: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

12

variabel “Religiusitas” dan “Kecemasan Menghadapi Kematian”, pengolahan secara

statistik dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²)

N R R2 F Signifikansi

41 0,504a 0,254 13.297 0,001

a

Selanjutnya ialah besarnya pengaruh “Religiusitas” terhadap “Kecemasan

Menghadapi Kematian” tercermin dalam hasil penelitian dengan uji F dengan nilai F (1,

38) sebesar 13.297 pada taraf signifikansi sebesar 0,001 (p< 0,005) sehingga model

regresi sederhana dapat digunakan untuk memprediksi kecemasan menghadapi

kematian. Hasil uji signifikansi (Uji F) dapat dilihat pada tabel 6:

Tabel 6

Hasil Uji Signifikansi Nilai F

Model df SoF MS F Sig.

1 Regression

Residual

1

39

497.614

1459.508

497.614

37.423

13.297 0,001a

Total 40 1957.122

a. Predictor: (Constant), Religiusitas

b. Dependent Variabel: Kecemasan

Temuan ini juga didukung dengan nilai (R²) sebesar 0,254 yang berarti 25,4%

religiusitas memberikan kontribusi terhadap kecemasan menghadapi kematian pada

Penatua dan Diakon, sisanya yaitu 74,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti

dukungan sosial (Wijaya & Safitri, 2006) dan Persepsi terhadap kematian (Nikolas,

2015).

Page 22: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

13

Tabel 7

Hasil Uji Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 66.632 9.312 7.155 .000

religiusitas -.402 .110 -.504 -3.646 .001

a. Dependent Variable: kecemasan

Dari tabel 7 di atas, nilai konstanta sebesar 66,632 adalah besarnya nilai

kecemasan menghadapi kematian (Y) pada Penatua dan Diakon apabila tidak ada

kenaikan nilai dari variabel religiusitas (X). Koefisien regresi X sebesar -0,402

menyatakan bahwa setiap terjadi penurunan (karena tanda -) nilai religiusitas sebesar

satu satuan, maka akan memberikan penurunan nilai kecemasan menghadapi kematian

sebesar 0,402. Dengan demikian persamaanregresi yang digunakan adalah Y’= 66,632 –

0,402X. Kecemasan menghadapi kematian = 66,632 – 0,402 Religiusitas.

Page 23: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

14

PEMBAHASAN

Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif

yang kuat antara “Religiusitas” (x) dengan “Kecemasan Menghadapi Kematian” (y)

pada Penatua dan Diakon di Majelis Jemaat GKE Tamiang Layang. Hasil tersebut

ditunjukkan dengan angka koefisien korelasi r = 0,504, dengan besar p= 0,001 (p<0,05).

Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kecemasan

menghadapi kematian, sebaliknya semakin rendah religiusitas maka semakin tinggi

kecemasan menghadapi kematian.

Hal tersebut diatas dijelaskan olehSiswati dan Archentari (2014) yang

menyatakan bahwa religiusitas dapat menurunkan tingkat kecemasan terhadap kematian

karena membantu individu mencari makna kematian bagi hidupnya, harapan mengenai

kehidupan setelah kematian yang terdapat diagama juga mampu menurunkan rasa

cemas terhadap kematian. Religiusitas juga membantu individu menerima takdir

kematian, mengatasi kekhawatiran mengenai proses kematian dan perasaan takut

terhadap kematian.

Penelitian ini menunjukkan jumlah subjek dengan “Religiusitas” yang tergolong

sangat tinggi sebanyak 25 orang dan 16 orang tergolong tinggi. Kondisi ini

dimungkinkan terjadi karena partisipan penelitian merupakan Penatua dan Diakon yang

sudah aktif melayani minimal 1 periode (5 tahun) dimana karakteristik partisipan secara

umum lebih mendalami ajaran-ajaran agamanya dan mampu berpikir positif

tentangkematian. Dengan demikian, partisipan tersebut tidak hanya sekedar melayani

untuk kepentingan jemaat ataupun untuk mencari popularitas, tapi lebih dari itu untuk

dapat memberikan keyakinan kepada jemaat-jemaatnya agar berpandangan positif

Page 24: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

15

tentang kematian dan mampu meyakinkan jemaat bahwa kematian bukanlah akhir dari

segalanya.

Penelitian ini juga menunjukkan jumlah subjek dengan “Kecemasan

Menghadapi Kematian” yang tergolong sangat tinggi 5 orang dan tinggi 15 orang,

sedangkan rendah 19 orang dan 2 orang sangat rendah. Kondisi ini dimungkinkan

terjadi karena para partisipan ini terdiri dari berbagai macam pekerjaan, tingkat

pendidikan dan status ekonomi.Tingkat pendidikan yang tinggi disertai dengan

penghasilan yang mencukupi dapat dihubungkan dengan tingkat kecemasan

menghadapi kematian yang rendah (Cicirelli, 2006).

“Religiusitas” mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap “Kecemasan

Menghadapi Kematian”. “Religiusitas” memberikan kontribusi 25,4% terhadap

“Kecemasan Menghadapi Kematian” pada Penatua dan Diakon, sisanya yaitu 74,6%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti dukungan sosial (Pamungkas, Wiyanti &

Agustin, 2013) dukungan sosial dianggap mampu mereduksi kecemasan seseorang

dalam menghadapi kematian. Dukungan sosial dari orang lain menjadi sangat berharga

dan akan menambah ketentraman hidup seseorang ketika akan menghadapi kematian.

Faktor lain selanjutnya yaitu persepsi terhadap kematian (Nikolas, 2015),

seseorang yang mempunyai perasaan menerima terhadap kematian serta mampu

menyadari bahwa usianya sudah tidak lama lagi dianggap mampu menerima kematian

yang akan menghampirinya. Faktor yang lain yang ikut berperan yaitu tingkat ekonomi,

pendidikan, pekerjaan, kondisi psikologis, kesehatan, pernikahan, kepribadian, dan

sebagainya (Lonetto dan Templer, 1986) yang dapat mempengaruhi kecemasan

menghadapi kematian.

Page 25: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

16

Religiusitas dapat menurunkan kecemasan terhadap kematian disebabkan oleh

agama menyediakan cara-cara untuk meredam ketakutan terhadap

kematian(Malinowski dalam Bryant, 2003).Berdasarkan penelitian Roff, Butkeviciene,

Klemmack (dalam Archentari dan Siswati, 2014) religiusitas secara signifikan mampu

menurunkan kecemasan atau ketakutan mengenai hal-hal yang tidak jelas saat kematian.

Page 26: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

17

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa “Religiusitas” dapat menjadi prediktor

“Kecemasan Menghadapi Kematian” pada Penatua dan Diakonpada partisipan di GKE

Tamiang Layang. “Religiusitas”memberikan orientasi dan cara pandang baru mengenai

kehidupan, pandangan dan keyakinan akan adanya kehidupan setelah kematian serta

eksistensinya di dunia ini.

SARAN

Tingkat kecemasan yang relatif tinggi pada sebagian besar partisipan

mengindikasikan penting dan perlunya bagi Penatua dan Diakon untuk saling

membantu dan saling mendukung di dalam tugas pelayanan yang sedang dilakukan.

Dikarenakan penelitian ini hanya menggunakan 1 (satu) gerejaatau lokasi, lebih

baik untuk penelitian selanjutnya menggunakan gereja-gereja lain untuk memperluas

sampel dan memperoleh gambaran mengenai tingkat kecemasan menghadapi kematian

pada Penatua dan Diakon diberbagai gereja.Penelitian ini juga terbatas dalam melihat

hubungan dua variabel saja, sedangkan hasil menunjukkan kemungkinan peran dari

berbagai variabel lainnya. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut bisa melibatkan

faktor-faktor atau variabel-variabel sepertidukungan sosial, persepsi terhadap kematian

maupun lainnya, sehingga diperoleh hasil yang lebih komprehensif tentang hubungan

antara religiusitas dan kecemasan menghadapi kematian.Baik juga jika peneliti

selanjutnya memperhatikan dan mempertimbangkan sumbangan faktor-faktor lain

seperti dukungan sosial, persepsi terhadap kematian, tingkat ekonomi, pendidikan,

pekerjaan, kondisi psikologis, kesehatan, pernikahan dan kepribadian guna

Page 27: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

18

mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan memperluas cakupan penelitian

berkenaan dengan kecemasan menghadapi kematian.

Page 28: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

19

DAFTAR PUSTAKA

Archentari, K. A., & Siswati.(2014). Hubungan antara religiusitas dengan kecemasan

terhadap kematian pada individu fase dewasa madya di PT tiga serangkai

group.Journal Psychology, 3, 15-17.

Azwar, S. (2012).Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Berk, L. A. (2012).Development through the lifespan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bryant, C. D. (Ed.). (2003). Handbook of death & dying. Thousand Oaks: Sage

Cicirelli, V. G. (2003). Older adults’ fear and acceptance of death: a transitional model.

Ageing International, 28, 66-81.

Cicirelli, V.G. (2006). Fear of death in mid-old age. Journal of Gerontology:

Pshychologycal Sciences, 61, 75-81.

Falkenhain, M., & Handal, P. J. (2003). Religion death attitudes and belief in afterlife in

the elderly:Untangling the relationships. Journal of Religion and Health, 42, 67-

76.

Ford, G. G., Ewig, J. J., Ford, A. M., Ferguson, N. L., & Sherman, W. Y. (2004). Death

anxiety and sexual risktaking: different manifestation of process of defense.

Current Psychology: Developmental Learning Personality Social,23, 147-160.

Hartanto. (1996). Hubungan antara kecemasan akan kematian dengan belief in

afterlifepada usia dewasa menengah. Jurnal Psikologi Indonesia, 1, 3-6.

Khalek, A. A., & Lester, D. (2009). Religiosity and death anxiety: No association in

Kuwait. Psychological Report, 104, 770-771.

Lonetto, R., & Templer, D. I. (1986).Death anxiety. Washington: Hemisphere

Publishing Cororation.

Muthoharoh, S., & Andriani, F. (2004).Hubungan antara religiusitas dengan kecemasan

kematian pada dewasa tengah.Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 3, 23-

29.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2005).Psikologi abnormal (Edisi 5).

(Terjemahan dari : Abnormal Psychology). Jakarta: Erlangga.

Nikolas, H. (2015). Hubungan antara persepsi terhadap kematian dengan kecemasan

menghadapi kematian pada usia lanjut dengan penyakit kronis di panti wredha

mandiri Salatiga dan panti wredha salib putih Salatiga. Skripsi tidak

diterbitkan. Salatiga: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya

Wacana.

Page 29: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR KECEMASAN ......Kematian merupakan akhir kehidupan yang tidak dapat dihindari.Ketidakjelasan yang menyertai kematian ini menyebabkan seseorang mengalami

20

Pamungkas, A., Wiyanti, S., & Agustin, R. W. (2013). Hubungan antara religiusitas dan

dukungan sosial dengan kecemasan menghadapi tutup usia pada lanjut usia

kelurahan jebres Surakarta. Diakses April 21, 2016 dari http:

//download.portalgaruda.org/article/Hubungan antara religiusitas dan dukungan

sosial dengan kecemasan menghadapi tutup usia pada lanjut usia kelurahan

jebres Surakarta.

Papalia, D. E., & Olds, S. W. (1992). Human development (5th ed). United Stated of

America: McGraw-Hill Publications.

Simorangkir, S. L. B. L. (2004). Empati dan religiusitas sebagai prediktor terhadap

pemaafan pada mahasiswa sekolah teologia salatiga.Tesis. Salatiga: Program

Pascasarjana Magister Sains Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Stark, R., & Glock, C. Y. (1968).American piety: The nature religious commitment.

London: University of California Press.

Templer, D. I. (1972).Death anxiety in religiously very involved persons.Psychological

Reports, 1, 361-362.

Thouless, R. H. (2000). Pengantar psikologi agama. Jakarta: CV Rajawali.

Upton, P. (2012). Psikologi perkembangan. (Terjemahan dari : Human Development).

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wen, Y. H. (2010).Religiosity and death anxiety.The Journal of Human Resource and

Adult Learning, 6, 31-37.

Wijaya, F. S., & Safitri, R. M. (2006).Persepsi terhadap kematian dan kecemasan

menghadapi kematian pada usia lanjut. Diakses April 21, 2016

darihttp:fpsi.mercubuana-yogya.ac.id/wp content/uploads/2012/06/

Agustus_2010_Ranni-Merli-Safitri.pdf.