reklamasi di pt adaro indonesia

18
REKLAMASI DI PT ADARO INDONESIA I. Pengenalan Perusahaan PT Adaro Indonesia adalah salah satu kontraktor Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) yang melakukan kegiatan eksplorasi dan penambangan batubara di Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan. Luas wilayah pertambangan (mining area) Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara PT Adaro Indonesia seluas 35.800 Ha (tiga puluh lima ribu delapan ratus hektar) yang berlaku mulai tanggal 29 April 1998. Metode penambangan yang dilakukan adalah tambang terbuka dengan dengan sisitem Open PIT menggunakan kombinasi kerja alat gali-muat dan angkut. Lokasi penambangan terletak di kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan Propinsi Kalimantan Selatan, yang di bagi dalam tiga bagian tambang yaitu Tambang Tutupan, Tambang Paringin dan Tambangan Wara. Akibat dari tambang terbuka ini adalah terbuka lahan lebih cepat dan berubahnya ekosistem, sehingga diperlukan pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari operasional tambang. Salah satu pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia adalah dengan melakukan kegiatan reklamasi.

Upload: eddy-mining-faculty-uvri

Post on 10-Apr-2016

203 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

Page 1: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

REKLAMASI DI PT ADARO INDONESIA

I. Pengenalan Perusahaan

PT Adaro Indonesia adalah salah satu kontraktor Perjanjian Karya Pengusahaan

Pertambangan Batubara (PKP2B) yang melakukan kegiatan eksplorasi dan penambangan

batubara di Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan. Luas

wilayah pertambangan (mining area) Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara

PT Adaro Indonesia seluas 35.800 Ha (tiga puluh lima ribu delapan ratus hektar) yang berlaku

mulai tanggal 29 April 1998.

Metode penambangan yang dilakukan adalah tambang terbuka dengan dengan sisitem

Open PIT menggunakan kombinasi kerja alat gali-muat dan angkut. Lokasi penambangan

terletak di kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan Propinsi Kalimantan Selatan, yang

di bagi dalam tiga bagian tambang yaitu Tambang Tutupan, Tambang Paringin dan

Tambangan Wara. Akibat dari tambang terbuka ini adalah terbuka lahan lebih cepat dan

berubahnya ekosistem, sehingga diperlukan pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari operasional tambang. Salah satu

pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia adalah dengan melakukan

kegiatan reklamasi.

Page 2: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

Lokasi penambangan terletak di Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong

Propinsi Kalimantan Selatan, berjarak lebih kurang 220 km dari kota Banjarmasin ke arah

utara. Lokasi pengolahan batubara (crushing plant) dan Pelabuhan Khusus batubara berada di

Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah. Lokasi jalan khusus angkutan

batubara yang menghubungkan area penambangan dengan pengolahan dan pelabuhan

batubara dibangun oleh PT Adaro Indonesia berjarak ± 84 km. Lokasi jalan ini melintasi dan

berada di wilayah Kabupaten Tabalong, Kabupaten Barito Timur dan Kabupaten Barito

Selatan.

Kegiatan pertambangan batubara berada pada lokasi :

1. Tambang Tutupan, meliputi :- Desa Padang Panjang Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong Propinsi Kalimantan

Selatan.

- Desa Buntu Karau Kecamatan Juai Kabupaten Balangan Propinsi Kalimantan Selatan.

- Desa Lamida Atas Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan Propinsi Kalimantan

Selatan.

2. Tambang Paringin, meliputi :- Desa Lasung Batu Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan Propinsi Kalimantan

Selatan.

- Desa Sungai Ketapi Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan Propinsi Kalimantan

Selatan.

- Desa Dahai Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan Propinsi Kalimantan Selatan.

3. Pengolahan dan Pelabuhan batubara, meliputi :- Desa Kelanis Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Selatan Propinsi Kalimantan

Tengah.

II. Kegiatan Reklamasi

Reklamasi merupakan suatu usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan

vegetasi dalam kawasan hutan atau bukan kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan

usaha pertambangan dan energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan

peruntukannya.

Sesuai dengan definisinya, tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan yang

rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut, biasanya

dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta

objek wisata.

Page 3: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

Haparan yang diinginkan dari kegiatan reklamasi ini adalah menjadikan lahan bekas

tambang sebagai area stabil, dengan fungsi lingkungan yang pulih kembali, mempunyai

manfaat ekonomi secara berkesinambungan dengan mengacu kepada rencana tataguna lahan

dan tata ruang wilayah.

Dari hal tersebut kriteria keberhasilan reklamasi, adalah :

1. biaya reklamasi

2. kesuburan tanah dari waktu ke waktu meningkat

3. pertumbuhan tanaman memenuhi criteria yang ditetapkan

4. jenis tanaman sesuai dengan kesesuaian lahan dan kondisi lingkungan

5. lahan yang telah di serah terimakan dari bagian operasional dapat segera direklamasikan

Adapun indicator keberhasilan reklamasi adalah :

1. tanaman reklamasi sustain (berkelanjutan)

2. erosi di area reklamasi semakin kecil dan kualitas air ynag dihasilkan semakin baik

3. keanekaragaman hayati yang semakin baik

Kegiatan reklamasi ini mempunyai prosedur operasional agar hasil reklamasi sesuai

dengan yang diharapkan. Langkah-langkah ini meliputi:

A. Alat dan Bahan

1. Pengelolaan top soil, menggunakan peralatan seperti dozer, excapator, dan dump truck

2. Revegetasi, penanaman secara manual dan menggunakan metode hydroseeding

dengan alat hydroseeder.

3. Pengendalian erosi, menggunakan peralatan seperti dozer, excapator, dump truck.

Konstruksi pengendali erosi seperti drainase permanen, drainase drop structure

menggunakan ban-ban bekas, bronjong.

B. Prosedur Kerja

1. Pembentukan disposal dan pengaturan permukaan

a. Tujuan

Menciptakan tempat penimbunan lapisan tanah penutup yang stabil

Menyediakan lokasi penanaman kembali yang sesuai untuk pertumbuhan

tanaman

Meminimalkan erosi

b. Target

Segera dapat dilakukan penanaman kembali

Page 4: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

c. Kegiatan

Membentuk waste dump dengan slope 1 : 2,8, tinggi jenjeng 12 m, lebar 24

(gambar 2)

Membentuk back slope dan cross fall dengan grade maksimum 2% (gambar3)

2. Perlindungan top soil

a. Tujuan

Mengamankan lapisan top soil/ tanah humus yang kaya dengan unsure-unsur

hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman dan kaya dengan benoh-benih

tanaman lokal (seed bank)

b. Target

Mencegah hilangnya volume tanah saat pengupasan dan pemindahan top soil

c. Kegiatan

Mengupas top soil pada lokasi yang digunakan untuk opersional, ketebalatan

sampai pada zona pengakaran tanaman

Memindahkan top soil ke lokasi penyinpanan sementara atau penghamparan

pada area yang telah siap

Tatacara penimbunan top soil di tempat penyimpanan sementara, dengan

mempertimbangakan bebrapa factor :

- Aman dari bajir atau gangguan opersiaonal

- Dimensi penimbunan : tinggi timbunan perlayer 3 meter, maksiumum 6

meter, lebar jenjang 8 meter, kemiringan slope mmaksimum 21 derajat

Page 5: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

- Menanami top soil dengan tanaman penutup sesegera mungkin di lokasi

penimbunan sementara untuk mencegah erosi

3. Penghamparan top soil

a. Tujuan

Mengembalikan top soil untuk media tumbuh tanaman

b. Target

Luas area tercover sesuai dengan volume top soil yang di pindahkan

c. Kegiatan

Penghamparan top soil di lakukan segera setelah waste dump final terbentuk

Penghamparan top soil di lakukan sedemikian rupa sehingga jumlah top soil

yang ada dapat mencukupi untuk mengcover luas waste dump dengan

ketebalan maksiumum 10 cm

-

Page 6: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

4. Pengendalian Erosi

a. Tujuan

Meminimalkan terjadinya erosi akibat aliran permukaan

Menjaga kestabilan waste dump

b. Target

Kondisi drainage yang baik dan stabil sehingga dapat menguarangi laju erosi

opada area yang dilalui aliran air permukaan

c. Kegiatan

Membuat sarana kendali erosi seperti : check dump, drop struktur, guludan,

parir dengan mempertimbangkan debit air, jenis material, ketersdian bahan,

grade

Melakukan penanaman pada dinding drainage

Melakukan pemeriksaan dan perawatan

Page 7: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

5. Persemaian

a. Tujuan

Memproduksi benih/bibit berkualitas yang siap ditanam

Mengembangkan jenis-jenis tanaman pioneer, endemic dan estetika ( ketapang,

sengon, johar, meranti, alaban, eukiptus, cemara, mahoni, pinus, pulai, bambu,

trembesi, gmelina, waru, jabon, dll)

b. Target

Menyiapkan bibit tanaman yang mampu beradaptasi dengan kondisi lapangan,

sehingga dapat diminimalkan tanaman yang mati

Menyiapkan bibit tanaman sesuai denganrencana reklamasi

c. Kegiatan

Membangun tempat persemaian yang terdiri dari rumah kaca, bedeng sapih

Menyediakan peralatan dan bahan yang diperlukan seperti :

a. Alat pengolah media : pencacah sabuk kelapa, sterilisasi media steamer),

mesin pengaduk media

b. Media tanaman : pupuk, arang, sekam, politube

c. Obat-obatan : zat perangsang tumbuh tanaman, instektisida

Perawatan tanaman : penyiraman, pemupukan, pencegahan penyakit

Metode persemaian : stek pucuk, cabutan, putaran, semai benih, cangkok.

Page 8: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

6. Penanaman

a. Tujuan

Mencegah terjadinya erosi di area reklamasi

Memulihkan laha bekas operasional penambangan dengan berbagai jenis

tanaman tahunan, lokal yang mempunyai manfaat secara ekologi dan ekonomis

b. Target

Tertutupnya permukaan lahan dengan tanaman penutup sesegera mungkin

setelah penanaman

Menanaman tanaman tahunan yang sesuai kondisi lapangan sesegera mungkin

setelah kondisi lahan sesuai untuk tumbuh tanaman

c. Kegiatan

Menanaman tanaman penutup lahan dengan :

a. Metode : hydroseeding, hand seeding

b. Material dan bahan : pupuk organik, zat perangsang tumbuh, pupuk an-

organik, zat perekat, air yang sesuai, mulsa, legume, benih pohon cepat

tumbuh, rumput

c. Perawatan tanaman, pengendalian hama dan penyakit

Menanam tanaman tahunan dengan :

a. Metoda : planting dengan membuat luabng tanaman ukuran 40 x 40 x 40 cm

b. Jarak tanaman : 3 x 3 m – 3 x 4 m

c. Pupuk : organic

d. Penyuluman tanaman yang mati atau tidak sehat

Perawatan tanaman dengan :

a. Melakukan penyiangan

b. Membersihkan lilitan

c. Pemupukan ulang

d. Pembasmian hama dan penyakit tanaman

e. Pencegahan kebakaran

Pemantauan :

a. Kesuburan tanah : unsure kimia dan fisik tanah

b. Kesuburan tanaman : fisik (lingkar batang, tinggi, canopy)

Kimia (analisa daun)

Page 9: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

III. Hasil Kegiatan Reklamasi Dibandingkan dengan Kondisi Awal

3.1 Kondisi Awal Geofisik

Berdasarkan hasil pengolahan garis bentuk dari peta rupa bumi Indonesia

(bakosurtanal) skala 1: 5000, wilayah Kabupaten Tabalong didominasi oleh kelompok

lahan dengan tiopografi datar (kelas lereng a ; 0-8%) yang terletak bagian tengah ke

selatan dan di sepanjang sungai tabalong kiwa. Keadaan lereng lainnya yang cukup

dominan adalah landai (kelas lerang B : 8-15%) hingga agak curam (kelas lerang C :

15-25%) tersebar dalam kelompok memanjang dari arah utara ke bagian tengah

wiayah. Sedangkan wilayah dengan topografi curam (kelas lerang D : 25-40%) dan

sangat curam (kelas lereng E : lebih dari 40%) hanya sebagian kecil tersebar di

beberapa bagian sebelah timur dan utara.

Formasi batuan penyusun di wilayah PT. Adaro secara khusus terdiri dari

empat formasi batuan, yaitu : Formasi Berai (satuan tertua berumur oligosen 38-26

juta tahun lalu, terdiri dai batugamping, napal dan batu lempung tebal 1.250 meter),

Formasi Warukin (Formasi pembawa batubara berumur 26-7 juta tahun lalu, terdiri

dari batu pasir, kuarsa, batu lanau, serpih tebal 1.000 meter), Formasi Dahor (berumur

plio-plistosen berumur 7 -1 juta tahun lalu, terdiri dari batu pasir, konglomerat tebal

250 meter), Satuan Alluvial (berumur kuarter 1 juta tahun lalu dan masih terbemtuk

Page 10: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

sampai sekarang, terdiri dari lempung, lanau, pasir, dan gambut dengan tebal 15 meter,

bersifat lunak dan kurang padu.

Kelembaban udara maksimum berkisar 88 – 100% dan kelembaban minimum

antara 66-84%. Sedangkan temperatur udara berkisar 250C – 340C dan temperatur

minimum antara 180C – 280C. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni dan

November yaitu 105 mm sedangkan curah hujan terendah terjadi bulan Agustus yaitu

1 mm, kecepatan angin tiap bulannya rata-rata 0,0 – 6,2 knot, dan rata-rata penyinaran

matahari tiap bulannya dengan pengukuran pada pukul 06.00-18.00 dengan intensitas

teringi bulan Juli yaitu 68% dan terendah bulan Desember yaitu 26%.

3.2 Tipe Vegetasi Awal

Hasil perhitungan luas dari peta tutupan lahan berdasarkan hasil analisis Citra

Landsat 7 ETM+ Path 117 Row 61 (liputan tanggal 29 juni 2008) dan pengamatan

lapangan menunjukkan bahwa 47,25% kawasan wilayah kabupaten tabalong masih

berhutan, masing-masing 8,9% hutan primer, 31,06% hutan sekunder, 0,91 hutan

rawa, 0,52% hutan rawa sekunder dan 5,77% hutan tanaman sejenis. Jenis penutupan

lahan lainnya relative didominasi kawasan berturut-turut berupa : pertanian campuran

28,81%, semak 9,89%, perkebunan 3,72%, belukar tua 3,16%, kebun 1,88%, sawah 1,

11%, serta jenis penutupan lahan lainnya yang kurang dari 1 %, berturut-turut berupa:

belukar muda, pertambangan, permukiman, rawa, tubuh air, landasan udara, dan tanah

terbuka.

Tipe hutan di Kabupaten Tabalong mencerminkan tipe hutan Dipterocarp

pengunungan, Dipterocrap dataran rendah dan dasar lembah, tipe hutan biwan,

rivarian forest (tepi sungai), bukit kapur, dan hutan sekunder. Sebagain besar pohon

yang terdapat di kawsan hutan tersebut merupakan anggota family Dipterocarpaceae

seperti meranti (shorea sp), kapur (driobalanos sp), keriung (dipterocarpus sp),

nyatoh (palaqium sp), bengkirai (shorea leavis), balau (shorea eliptica), biwan

(endertia spectabilis), merijang (sindora sp) dan ulin (eusideroxylon zwageri).

Jenis fauna yang hidup di Kabupaten Tabalong yaitu jenis burung, terutama

penghasil sarang yang ekonomis seperti wallet. Selain itu, juga terdapat berbagai jenis

kelelawar yang tinggal dalam hutan, beragam jenis ikan dan amfibi, owa-owa, orang

utan, macan dahan, beruang matahari dan banteng. Adapun jenis ikan yang terdata

sebagian besar ikan budidaya yang sering dijadikan sumber bahan makanan, seperti

ikan gabus (channa striata), ikan lais (cyptopterus sp), ikan toman (channa

Page 11: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

micropellets), sapat siam (trichogaster pectoralis), tambakan (heleostoma temminckii),

udang tawar (cambarus virilis), patin (pangasius sp), serta masih banyak lagi yang

masih dalam proses identifikasi.

3.3 Tipe Tanah Awal

• Tipe Tanah yang mendominasi wilayah pertambangan yaitu jenis tanah Podsolik

Haplik (PPT,1983) atau sepadan dengan typic Kanhapludults (USDA,2006)

• Dicirikan dengan dijumpainya horison argilik yaitu horison yang terjadi akibat

proses pencucian horison di atasnya, dengan kejenuhan basa di bawah 35%

• Porositas sedang-cepat (>29,7 mikron) pada topsoilnya dengan ketebalan <15 cm

sedangkan pada subsoilnya 0,2-29,7 mikron

3.4 Perubahan Akibat Kegiatan Reklamasi

Langkah-langkah reklamasi yang diterangkan di atas dimaksudkan untuk

menjadikan lahan bekas tambang sebagai area yang stabil dengan fungsi lingkungan yang

pulih kembali. Adapun luas lahan yang sudah direklamasi ditunjukkan oleh tabel di

bawah ini.

Untuk melihat area yang stabil dan fungsi lingkungan yang pulih dapat dilihat dari

dua aspek utama yaitu aspek tanah (lahan) dan aspek tanaman (vegetasi).

3.4.1 Aspek tanah lahan

Tanah disposal sesuai dengan karakteristiknya secara umum adalah tanah

yang miskin hara dan struktur yang labil sehingga memerlukan perlakuan tertentu

agar dapat dilakukan revegetasi. Ketersediaan nutrisi yang sangat rendah dilokasi

bekas tambang harus direkayasa agar upaya revegetasi dapat berhasil. Upaya yang

dapat dilakukan adalah dengan penambahan bahan organik dari luar sehingga

diharapkan kesuburan tanah dapat meningkat dan fungsi ekologi lahan tersebut

dapat berjalan secara alami. Putra et.al (2009) menjelaskan penambahan bahan

organik pada lahan bekas tambang terbukti mampu meningkatkan kelimpahan

artropoda dan mikrobia yang berfungsi sebagai pengurai sehingga bahan terurai

yang dapat digunakan kembali oleh tumbuhan semakin berlimpah. Selain itu

Page 12: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

Purnomo et.al (2007) membuktikan dengan menggunakan kompos (IMO) dengan

dosis tertentu dapat menggantikan penggunaan top soil pada lahan bekas tambang,

dan membuat pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik.

Struktur tanah yang labil akan menyebabkan tanah memiliki tingkat erosi

yang tinggi. Dengan tahapan – tahapan reklamasi yang telah dilakukan maka

pengendalian erosi dapat menurunkan tingkat erosi. Pembuatan bangunan

pengendali erosi seperti check dam, drop strcture, guludan, parit, dll dapat

menurunkan tingkat erosi yang terjadi. Selain pembangunan sarana pengendali

erosi, penanaman segera pada lahan yang telah diserah terimakan dari bagian

operasional juga dapat mengurangi tingkat erosi yang terjadi. Hal ini dapat

dilakukan dengan metoda hydroseeding yang memiliki kemampuan dalam hal

kecepatannya menghijaukan lahan dalam berbagai kondisi tanah (sand, clay, sub

soil bahkan over burden), juga berbagai wilayah disposal dan kemiringan lahan (00

– 600) (Ghems Enviro, 2007). Kecepatan tanam dengan metoda ini terutama

ditujukan untuk keperluan antisipasi resiko erosi. Dengan pengendalian erosi yang

baik kualitas air yang dihasilkan atau keluar dari area tambang juga akan semakin

baik. Data berikut menunjukkan kualitas air limbah yang terukur pada outlet.

Gambar 11. Data kualitas air limbah

Page 13: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

3.4.2 Aspek tanaman (vegetasi)

Dengan tanah yang stabil dan kesuburan yang relatif meningkat diharapkan

pertumbuhan tanaman akan meningkat dan memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Pemantauan yang dilakukan sampai saat ini menunjukkan pertumbuhan tanaman

hasil reklamasi yang terus meningkat. Hal ini dapat dilihat pada gambar hasil

pemantauan revegetasi di bawah:

Page 14: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

Jenis dan jumlah bibit yang ditaman dilokasi nursery berdasarkan data tahun

2009 triwulan II adalah sebagai berikut :

Sedangkan pada lahan reklamasi diluar kawasan hutan pinjam pakai juga

ditanami tanaman perkerbunan yaitu kelapa sawit dengan luas lahan 107,6 Ha

(2007-2008) dan 88 Ha pada tahun 2009. Pertumbuhan sawit tersebut terglong baik

dan mampu berproduksi baik. Hal ini membuktikan bahwa dengan tahapan dan

pemilihan vegetasi sesuai karakteristik lahan dapat meningkatkan keberhasilan

reklamasi. Luas lahan dapat dilihat dalam tabel berikut :

Page 15: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

Tabel 3. Luas lahan izin pinjaman pakai kawasan hutan

Nama Perusahaan(PT. Adaro Indonesia)

1jin pinjampakai kawasanhutan

LuasIPPKH

Luas yangdibuka s.d2011(Ha)

Luas yangtelah direklamsi s.d2011 (ha)

Tahap I Tgl 16 mei

2008

1.195,62

2.011,53 267,84

Tahap II Tgl 21 okt

2008

2.254,9

Pertumbuhan tanaman yang baik sebagai indicator keberhasilan reklamasi

dan rehabilitasi lahan juga dapat dinilai dari segi ekonomi. Udiansyah (2007) dari

hasil penelitian menyebutkan bahwa revegetasi PT. Adaro Indonesia memiliki

potensi untuk mengikuti program perdagangan carbon (carbon trade program). Dari

2 jenis vegetasi tanaman reklamasi yaitu Eucalyptus deglupta dan Albazia

falcataria, diketahui bahwa harga karbon dari tanaman ini adalah Rp 926.004,- dan

Rp 620.000,- per hektar.

Page 16: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

IV. Analisis Hasil Reklamasi

Keberhasilan suatu usaha reklamasi dapat dilihat dari beberapa indikator yang

mewakilinya yaitu tingkat tumbuh dan perkembangan tumbuhan, erosi yang yang dapat

teratasi, dan meningkatnya fungsi ekologi pada lahan sehingga keanekaragaman hayati

akan semakin membaik. Berbagai indikator keberhasilan ini terus diupayakan agar dapat

diraih oleh PT. Adaro Indonesia. Banyak dana yang telah dikeluarkan yang diharapkan

untuk mengembalikan ekosistem bahkan juga bernilai ekonomis.

PT. Adaro Indonesia telah melaksanakan secara intensif tahapan-tahapan

reklamasi (best reclamation practice). Berdasarkan aspek tanah dan tanaman terlihat hasil

reklamasi yang cukup baik. Dalam upaya mendukung kegiatan reklamasi, PT. Adaro

Indonesia memiliki pusat pembibitan (nursery) dengan kapasitas produksi 70.000 –

130.000 bibit, dengan jenis tanaman yang disemaikan antara lain : pohon ulin, kapuk,

halaban, balik angin, sungkai, sengon, akasia, angsana, eucalyptus, turi, cemara, tanaman

yang dimanfaatkan untuk energy alternatif seperti tanaman jarak, nyamplung, pongamea,

serta buah-buahan local.

PT. Adaro Indonesia juga berhasil mengembangkan budidaya perikanan di Danau

Paringin Selatan dimana air tambang terbukti aman untuk pemeliharaan udang dan ikan

nila. Budidaya tersebut bekerjasama dengan Bagian Liminologi LIPI sejak tahun 2009.

Program ini juga menjadi basis proyek komersial masyarakat dibawah Program

Pengembangan Masyarakat Adaro.

Hasil kerja keras PT. Adaro Indonesia ini mendapat apresiasi oleh Kementerian

Lingkungan Hidup pada bulan Desember 2012 dengan penghargaan PROPER peringkat

emas. Hal ini merupakan penghargaan tingkat tertinggi yang pernah dicapai perusahaan

tambang batubara Indonesia. Dengan demikian, penelitian-penelitian sebagai usaha

percepatan reklamasi harus terus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adaro Indonesia PT. 2009. Laporan pelakanaan RKL/RPL Triwulan II tahun 2009.

Adaro Indonesia PT. 2009, Laporan Pelaksanaan Reklamasi Periode Januari-Desember 2008.

Laporan RKL-RPL PT. Adaro Indonesia, November 2008

Subandrio Agus, dkk. 2010. Kegiatan Reklamasi di PT Adaro Indonesia. EnvironmentalDepartment PT Adaro Indonesia.

Page 17: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

Lampiran : Gambar-gambar publikasi pelaksanaan Reklamsi PT. Adaro Indonesia

Gambar area Paringin Selatan - model lokasi reklamasi yang berhasil

Page 18: Reklamasi Di Pt Adaro Indonesia

Peta Konsesi PT. Adaro Indoensia dan Peta Reklamasi