refrat bilirubin dr is
TRANSCRIPT
-
5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is
1/14
REFERAT
BILIRUBIN
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing :
dr. Iswadi, Sp.B(K)BD
Oleh :
Agri Saraswati, S.Ked.
J 5000 900 49
PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
-
5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is
2/14
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bilirubin merupakan produk pemecahan hemoglobin normal yang
dihasilkan dari sel darah merah tua oleh sistem retikuloendotelial. Dalam
setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin. Perhari
bilirubin dibentuk sekitar 250350 mg pada seorang dewasa.3
Keadaan fisiologis pada manusia dewasa, masa hidup eritrosit sekitar 120
hari. Eritrosit dihancurkan setiap jam. Dengan demikian sel-sel eritrosit tua
dikeluarkan dari sirkulasi dan dihancurkan oleh limpa. Apoprotein dari
hemoglobin dihidrolisis menjadi komponen asam-asam aminonya.1
Langkah awal pemecahan gugus heme ialah pemutusan jembatan
metena membentuk biliverdin, suatu tetrapirol linier. Biliverdin, suatu pigmen
berwarna hijau akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang menggunakan
NADPH sehingga rantai metenil menjadi rantai metilen antara cincin pirol III
IV dan membentuk pigmen berwarna kuning yaitu bilirubin.2
Kadar bilirubin darah yang meninggi disebut hiperbilirubinemia, menjadi
penyebab ikterus. Kelainan ini dikelompokkan berdasar penyebab prehepatik,
hepatik dan post hepatik. Pengukuran kadar biliribin dalam darah dan urine
serta urobilinogen dalam urine dapat menjadi petunjuk diagnostik dari
kelompok penyebab ikterus tersebut.
Umumnya, jaundice non-obstruktif tidak membutuhkan intervensi bedah,
sementara jaundice obstruktif biasanya membutuhkan intervensi bedah atau
prosedur intervensi lainnya untuk pengobatan.
B. TUJUAN PENULISAN
Mengetahui definisi, metabolisme, macam dan sifat bilirubin
-
5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is
3/14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI HATI
Hepar adalah organ terbesar dalam tubuh manusia dengan berat
sekitar 1,2-1,5 kg atau 2% berat badan orang dewasa normal. Hepar terletak
pada bagian kanan atas cavum abdomen, menempati hampir seluruh
hipokondrium kanan, sebagian besar epigastrium, dan mencapai
hipokondrium kiri sampai sejauh linea mamaria.4
Hepar mempunyai 2 lobus utama, yaitu lobus dekstra yang dibagi menjadi
segmen anterior dan posterior oleh fisura segmentalis dextra dan juga lobus
sinistra yang dibagi oleh ligamen falciforme menjadi segmen medial dan
lateral. Lobus dekstra, terletak di regio hipokondrium kanan, lebih besar
dibandingkan lobus sinistra. Lobus sinistra terletak di regio epigastrik dan
hipokondrium kiri.
Daerah hillus merupakan tempat masuknya vena porta dan arteria
hepatika propria, juga tempat keluarnya duktus hepatikus kanan dan kiri.
Hepar mendapatkan banyak sekali darah dari vena porta (+ 75%) dan melalui
arteria hepatika propria (+ 25%). Cabang kanan dari vena porta masuk ke
lobus dextra, sedangkan cabang kiri membentuk cabang ke lobus kaudatus,
kemudian memasuki lobus kiri hepar. Vena porta mendapat aliran darah balik
-
5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is
4/14
dari vena lienalis, vena mesenterika superior, vena gastrika, vena pilorika,
vena cystika dan venae parumbilikales. Vena mesenterika superior mendapat
aliran darah balik dari ileum terminale, caecum, colon ascenden dan colon
transversum.5
Hepar difiksasi oleh ligamen coronarium dan ligamen triangular yang
melekat pada diafragma serta oleh jaringan ikat pada area nuda hepar bersama
dengan perlekatan dengan vena cava inferior oleh jaringan ikat dan vena
hepatika dapat menahan bagian posterior hepar. Ligamen falciforme berperan
untuk membatasi gerakan hepar ke lateral.5
Di bawah peritoneum terdapat jaringan ikat padat yang disebut sebagai
kapsula Gibson, yang meliputi permukaan seluruh organ, bagian paling tebal
dari kapsula ini terdapat porta hepatis membentuk rangka untuk cabang vena
porta, a. Hepatika, dan saluran empedu. Porta hepatis adalah fisura pada hepar
tempat masuknya vena porta dan a.hepatika serta tempat keluarnya duktus
hepatika.6
B.
HISTOLOGI HEPAR
Lobulus hepar adalah unit struktural utama hepar yang dikelilingi jaringan
ikat portal/ interlobular yang merupakan lanjutan dari kapsula. Lobulus
hepar dipisahkan oleh jaringan pengikat dan pembuluh-pembuluh darah.
Pembuluh darah terdapat pada pertemuan sudut-sudut poligonal/
heksagonal yang berbentuk segitiga yang disebut sebagai area portal atau
trigonum Kiernan. Pada area ini terdapat saluran-saluran, disebut daerah
portal, yang terdiri dari cabang arteria hepatika, cabang vena porta, dan duktus
biliaris, serta ditambah pembuluh limfe, yang berada diantara jaringan ikat
interlobularis.
Lobulus hepar secara makroskopis tampak sebagai silinder/prisma yang
tak teratur dengan ukuran 1mm x 2mm dan jumlah seluruhnya +/- 1juta.
Pada potongan melintang tampak secara kasar mempunyai 6 sudut
(heksagonal) dengan ukuran yang bervariasi.5,4 Terdiri dari lempengan/deretan
sel-sel parenkim hepar yang tersusun radier yang saling berhubungan dan
-
5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is
5/14
bercabang membentuk anyaman tiga dimensi dengan pusat pembuluh kecil
ditengahnya yaitu vena sentralis, dan dipisahkan oleh celah yang disebut
sinusoid hepar. Daerah portal tersusun sedemikian rupa sehingga seakan-akan
membatasi lobulus hepar. Daerah ini juga disebut sebagai lobulus klasik
hepar. Lobulus klasik yang berbentuk prisma heksagonal merupakan unit
struktural anatomis terkecil dari hepar.7
Unit fungsional utama dari hepar dinamakan sebagai lobulus portal.
Lobulus portal dibatasi oleh 3 vena sentralis berbeda yang dikelompokkan
sekitar sumbu duktus biliaris interlobuler. Lobulus portal terdiri atas bagian-
bagian dari 3 lobulus klasik yang berdekatan yang melepaskan sekret kedalam
duktus biliaris interlobularis (sebagai pusatnya). Kerusakan hepar biasanya
berhubungan dengan perdarahannya dan suatu susunan unit yang lebih kecil
yaitu asinus hepar, merupakan konsep terbaru dari unit fungsional hepar
terkecil.
Unit ini terdiri atas sejumlah parenkim hepar yang terletak di antara 2
vena sentralis dan mempunyai cabang terminal arteria hepatika, vena porta
dan sistem duktuli biliaris sebagai sumbunya. Jadi suatu asinus hepar
memperoleh darah dari cabang akhir arteria hepatika dan vena porta,serta
mengeluarkan hasil sekresi eksokrin kedalam duktuli biliaris.
Hepatosit tersusun dalam rangkaian lempeng-lempeng yang secara
radial bermula dari tepi lobulus klasik menuju ke vena sentralis sebagai
pusatnya.7 Tebal lempeng biasanya hanya satu sel, kecuali pada tempat-tempat
anastomosis dan percabangan. Hepatosit merupakan sel berbentuk polihedral,
mempunyai permukaan 6 atau lebih, dengan membran sel yang jelas, inti bulat
di tengah. Sel yang besar dengan inti besar atau inti 2 dapat ditemukan karena
terjadi mitosis. Sitoplasma eosinofilik, karena banyaknya mitokondria dan
retikulum endoplasma halus. Di dalam sitoplasmanya terdapat lisosom,
peroksisom (mikrobodies), butir- butir glikogen (pengecatan khusus) serta
tetes lemak (terutama setelah puasa atau makan makanan banyak lemak).
Sel Kupffer juga terdapat dalam sinusoid yang merupakan sel
fagosit/makrofag. Sel ini mempunyai inti yang lebih besar dibandingkan sel
-
5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is
6/14
endotel. Sitoplasmanya lebih banyak dengan cabang-cabangnya yang meluas
atau bahkan melintang didalam ruang sinusoid. Sel ini berfungsi untuk
memfagosit eritrosit tua, memakan hemoglobin dan mensekresi protein yang
berkaitan dengan proses imunologik (sitokin).
Sel ini dapat membersihkan darah dari basili kolon, yang berhasil
memasuki darah portal selama peredarannya melalui usus, dengan sangat
efisien sewaktu darah melewati sinus. Bila satu bakteri berhubungan dengan
sel Kupffer, dalam waktu kurang dari 0,01 detik bakteri akan masuk
menembus dinding sel Kupffer dan menetap permanen di dalam sampai
bakteri tersebut dicernakan. Mungkin tidak lebih dari 1% bakteri yang masuk
ke darah porta dari usus berhasil melewati hepar ke dalam sirkulasi sistemik.
Sel Kupffer akan bertambah jumlahnya bila diperlukan, mungkin melalui
diferensiasi sel endotel yang lebih primitif.
Celah Disse (perisinusoid) memiliki sel stellata atau sel penimbun
lemak (liposit). Sel ini diduga mampu berdiferensiasi menjadi fibroblas yang
ada di dalam lobulus.
Pendarahan lobulus hepar adalah melalui sinusoid yang membentuk jala
jala yang luas di antara lempengan sel-sel hepar. Dinding sinusoid dilapisi
oleh selapis sel endotel yang tidak kontinyu (mempunyai pori-pori). Celah
yang memisahkan antara sel-sel endotel dengan hepatosit disebut sebagai
celah/spasium Disse, yang berisi mikrovili dari hepatosit.
Suplai darah di hepar berasal dari vena porta dan arteria hepatika propria
dengan aliran darah sebagai berikut :
1. Vena porta bercabang-cabang sampai ke venula kecil yang ada di area
portal kemudian bercabang menjadi venula penyalur yang berjalan di
sekitar tepi lobulus, ujung kecilnya menembus dinding hepatosit menuju
sinusoid. Sinusoid berjalan radier dan berkumpul di tengah lobulus
membentuk vena sentralis/ vena sentro lobularis, di basis lobulus bersatu
dalam vena sublobularis, bersatu membentuk vena hepatika kemudian
menuju vena cava inferior. Vena porta membawa darah dari limpa dan
usus yang membawa bahan-bahan yang telah diserap oleh usus (aliran
-
5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is
7/14
darah fungsional), kecuali lemak (kilomikron) yang dibawa lewat
pembuluh limfe.7
2. Arteria hepatika bercabang-cabang membentuk arteria interlobularis,
sebagian mendarahi struktur portal dan lainnya berakhir langsung di
sinusoid (aliran darah nutritif).
C. BILIRUBIN
1. Definisi
Bilirubin adalah pigmen kuning yang sangat tidak larut dalam air yang
berasal dari pemecahan hem dari pengolahan normal metabolik hemoglobin
setelah pembebasannya dari eritrosit yang menua dan penguraian otot
(mioglobin).1
2. Sumber Bilirubin
Bilirubin berasal dari katabolisme protein heme, dimana 75% berasal
dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari penghancuran eritrosit
yang imatur dan protein heme lainnya seperti mioglobin, sitokrom,
katalase dan peroksidase.9
Hati mempunyai peranan penting dalam metabolisme pigmen bilirubin,
ada 3 tahap yaitu :
a. Penyerapan bilirubin dari sirkulasi
b. Konjugasi enzimatik sebagai bilirubin glukoronida
c. Pengangkutan dan ekskresi bilirubin
3. Macam dan sifat bilirubin
Bilirubin ada 2 macam antara lain :
Bilirubin tak terkonjugasi/ indirek
Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) merupakan bilirubin bebas
yang terikat albumin, sukar larut dalam air sehingga untuk memudahkan
bereaksi dalam pemeriksaan harus lebih dulu dicampur dengan alkohol,
kafein atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi.9
-
5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is
8/14
Peningkatan kadar bilirubin indirek mempunyai arti dalam diagnosis
penyakit bilirubinemia karena payah jantung akibat gangguan dari delivery
bilirubin ke dalam peredaran darah. Pada keadaan ini disertai dengan
tanda-tanda payah jantung, setelah payah jantung diatasi maka kadar
bilirubin akan normal kembali dan harus dibedakan dengan chardiac
chirrhosis yang tidak selalu disertai bilirubinemia.9
Peningkatan yang lain terjadi pada bilirubinemia akibat hemolisis atau
eritropoesis yang tidak sempurna, biasanya ditandai dari anemi hemolitik
yaitu gambaran apusan darah tepi yang abnormal,umur eritrosit yang
pendek.9
Bilirubin terkonjugasi /direk
Bilirubin terkonjugasi /direk adalah bilirubin bebas yang bersifat larut
dalam air sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin
terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin ) masuk ke saluran
empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan
mengubahnya menjadi urobilinogen.9
Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang
terdiazotasi membentuk azobilirubin. Peningkatan kadar bilirubin direk
atau bilirubin terkonjugasi dapat disebabkan oleh gangguan ekskresi
bilirubin intrahepatik antara lain Sindroma Dubin Johson dan Rotor,
Recurrent (benign) intrahepatic cholestasis, Nekrosis hepatoseluler,
Obstruksi saluran empedu. Diagnosis tersebut diperkuat dengan
pemeriksaan urobilin dalam tinja dan urin dengan hasil negatif. 9
4. Metabolisme Bilirubin
Proses metabolisme bilirubin dibagi menjadi tiga fase, yaitu prehepatik,
intrahepatik, dan pasca hepatik.
Penyebab prehepatik
Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi terjadi karena terganggunya
proses konjugasi bilirubin pada hepatosit. Hal ini mungkin disebabkan
-
5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is
9/14
gangguan yang terjadi sebelum bilirubin memasuki hepatosit.
Metabolisme heme berlebihan dari hemolisis atau reabsorbsi hematoma
yang besar, menghasilkan peningkatan bilirubin yang signifikan, yang
dapat membanjiri proses konjugasi dan menyebabkan keadaan
hiperbilirubinemia unconjugated. Dapat terjadi pada anemia hemolitik
misalnya karena thalassemia, autoimun dan obat-obatan.
Intrahepatik
Keadaan ini disebabkan proses inflamasi/kerusakan pada jaringan
hati, misalnya pada hepatitis ( karena virus, bakteri atau obat-obatan ).
Dalam keadaan ini, kadar bilirubin meningkat, baik bilirubin
terkonyugasi maupun bilirubin tak terkonyugasi, disertai dengan
peningkatan enzim transaminase. Pada keadaan ini, dapat pula terjadi
kolestasis intrahepatik yang akan memperberat keadaan ikterus.11
Pasca hepatik
Pada keadaan ini terjadi sumbatan (obstruksi) total atau parsial dari
aliran empedu dan komponen-komponennya dari mulai sel hati
(kanalikulus) sampai ke duodenum. Untuk kepentingan klinik, ikterus
kolestatik dibagi menjadi dua yaitu kolestasis intrahepatik dan
kolestasis ekstrahepatik. Kolestasis intrahepatik bisa terjadi pada
keadaan hepatitis, sirosis hati bilier primer atau pada karsinoma hati
metastatik. Pada kolestasis ekstrahepatik terjadi sumbatan secara
mekanis pada duktus biliaris ekstrahepatik mulai dari duktus hepatikus
komunis sampai muara duktus koledokus (common bile duct) di
duodenum. Keadaan ikterus kolestatik ekstrahepatik ini sering disebut
sebagai ikterus obstruktif (obstructive jaundice).
Ikterus obstruktif sering disebabkan oleh batu duktus koledokus,
kanker kaput pankreas, tumor duktus koledokus, tumor papilla vateri
atau striktur CBD.12 Pada keadaan ini terjadi peningkatan kadar
bilirubin plasma terutama bilirubin terkonjugasi.
-
5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is
10/14
Seiring dengan peningkatan kadar bilirubin darah, pada keadaan
ikterus obstruktif terjadi peningkatan kadar fosfatase alkali lebih dari 3
kali nilai normal, sedangkan peningkatan enzim transminase (SGOT
dan SGPT) umumnya kurang dari 3 kali nilai normal. Kadar enzim
gamma glutamyl transpeptidase (GGT) umumnya meningkat pada
keadaan ikterus obstruktif, namun peningkatan ini bisa juga terjadi pada
keadaan-keadaan lain, misalnya pada keadaan fatty liver, hepatitis
akibat obat-obatan serta penyakit-penyakit non-hepatik yang lain.
4a. Metabolisme bilirubin di Hati13
Metabolisme bilirubin dalam hati dibagi menjadi 3 proses:
I. Pengambilan (uptake) bilirubin oleh sel hati
II. Konjugasi bilirubin
III. Sekresi bilirubin ke dalam empedu
Pengambilan Bilirubin oleh Hati
Bilirubin hanya sedikit larut dalam plasma dan terikat dengan
protein, terutama albumin. Beberapa senyawa seperti antibiotika dan
obat-obatan bersaing dengan bilirubin untuk mengadakan ikatan
dengan albumin. Sehingga, dapat mempunyai pengaruh klinis. Dalam
hati, bilirubin dilepaskan dari albumin dan diambil pada permukaan
sinusoid dari hepatosit melalui suatu sistem transport berfasilitas
(carrier-mediated saturable system) yang saturasinya sangat besar.
Sehingga, dalam keadaan patologis pun transport tersebut tidak
dipengaruhi.
Konjugasi Bilirubin
Dalam hati, bilirubin mengalami konjugsi menjadi bentuk yang
lebih polar sehingga lebih mudah diekskresi ke dalam empedu dengan
penambahan 2 molekul asam glukoronat. Proses ini dikatalisis oleh
enzim diglukoronil transferase dan menghasilkan bilirubin
-
5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is
11/14
diglukoronida. Enzim tersebut terutama terletak dalam retikulum
endoplasma halus dan menggunakan UDP-asam glukoronat sebagai
donor glukoronil. Aktivitas UDP-glukoronil transferase dapat
diinduksi oleh sejumlah obat misalnya fenobarbital.
Sekskresi bilirubin kedalam empedu
Bilirubin yang sudah terkonjugasi akan disekresi kedalam
empedu melalui mekanisme pangangkutan yang aktif dan mungkin
bertindak sebagai rate limiting enzyme metabolisme bilirubin.
Sekeresi bilirubin juga dapat diinduksi dengan obat-obatan yang dapat
menginduksi konjugasi bilirubin. Sistem konjugasi dan sekresi
bilirubin berlaku sebagai unit fungsional yang terkoordinasi.
Metabolisme Bilirubin di Usus
Setelah mencapai ileum terminalis dan usus besar bilirubin
terkonjugasi akan dilepaskan glukoronidanya oleh enzim bakteri yang
spesifik (b-glukoronidase). Dengan bantuan flora usus bilirubin
selanjutnya dirubah menjadi urobilinogen.
Urobilinogen tidak berwarna, sebagian kecil akan diabsorpsi dan
diekskresikan kembali lewat hati, mengalami siklus urobilinogen
enterohepatik. Sebagian besar urobilinogen dirubah oleh flora normal
colon menjadi urobilin atau sterkobilin yang berwarna kuning dan
diekskresikan melalui feces. Warna feces yang berubah menjaadi lebih
gelap ketika dibiarkan udara disebabkan oksidasi urobilinogen yang tersisa
menjadi urobilin.13
-
5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is
12/14
D. HIPERBILIRUBINEMIA
1. Definisi
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana konsentrasi bilirubin
darah melebihi 1 mg/dl. Pada konsentrasi lebih dari 2 mg/dl,
hiperbilirubinemia akan menyebabkan gejala ikterik atau jaundice. Ikterik
atau jaundice adalah keadaan dimana jaringan terutama kulit dan sklera
mata menjadi kuning akibat deposisi bilirubin yang berdiffusi dari
konsentrasinya yang tinggi didalam darah. Hiperbilirubinemi
dikelompokkan dalam dua bentuk. 13
2. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya yaitu hiperbilirubinemia retensi yang
disebabkan oleh produksi yang berlebih dan hiperbilirubinemia regurgitasi
yang disebabkan refluks bilirubin kedalam darah karena adanya obstruksi
bilier. Hiperbilirubinemia retensi dapat terjadi pada kasus-kasus hemolisis
berat dan gangguan konjugasi.
Hati mempunyai kapasitas mengkonjugasikan dan mengekskresikan
lebih dari 3000 mg bilirubin perharinya sedangkan produksi normal
bilirubin hanya 300 mg perhari. Hal ini menunjukkan kapasitas hati yang
sangat besar dimana bila pemecahan heme meningkat, hati masih akan
mampu meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin larut. Akan tetapi
lisisnya eritrosit secara massive misalnya pada kasus sickle cell anemia
ataupun malaria akan menyebabkan produksi bilirubin lebih cepat dari
kemampuan hati mengkonjugasinya sehingga akan terdapat peningkatan
bilirubin tak larut didalam darah.
Peninggian kadar bilirubin tak larut dalam darah tidak terdeteksi
didalam urine sehingga disebut juga dengan ikterik acholuria. Pada
neonatus terutama yang lahir premature peningkatan bilirubin tak larut
terjadi biasanya fisiologis dan sementara, dikarenakan hemolisis cepat
dalam proses penggantian hemoglobin fetal ke hemoglobin dewasa dan
-
5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is
13/14
juga oleh karena hepar belum matur, dimana aktivitas glukoronosil
transferase masih rendah.13
Beberapa kelainan penyebab hiperbilirubinemia retensi diantaranya
seperti Syndroma Crigler Najjar I yang merupakan gangguan konjugasi
karena glukoronil transferase tidak aktif, diturunkan secara autosomal
resesif, merupakan kasus yang jarang, dimana didapati konsentrasi
bilirubin mencapai lebih dari 20 mg/dl.
Syndroma Crigler Najjar II, merupakan kasus yang lebih ringan dari
tipe I, karena kerusakan pada isoform glukoronil transferase II, didapati
bilirubin monoglukoronida terdapat dalam getah empedu. Syndroma
Gilbert, terjadi karena hemolisis bersama dengan penurunan uptake
bilirubin oleh hepatosit dan penurunan aktivitas enzym konjugasi dan
diturunkan secara autosomal dominan.
Hiperbilirubinemia regurgitasi paling sering terjadi karena terdapatnya
obstruksi pada saluran empedu, misalnya karena tumor, batu, proses
peradangan dan sikatrik. Sumbatan pada duktus hepatikus dan duktus
koledokus akan menghalangi masuknya bilirubin ke usus dan peninggian
konsentrasinya pada hati menyebabkan refluks bilirubin larut ke vena
hepatika dan pembuluh limfe.13 Bentuknya yang larut menyebabkan
bilirubin ini dapat terdeteksi dalam urine dan disebut sebagai ikterik
choluria.
-
5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is
14/14
DAFTAR PUSTAKA
1. Sacher A. Ronald dan Richard A. Mc Pherson ; 2004; tinjauan klinis hasil
pemeriksaan laboratorium; penerbit buku Kedokteran (EGC) ; Jakarta
2. Yayan A. Israr; 2010;Metabolisme bilirubin pdF diakses tanggal 20 maret
2011
3. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG. Hiperbilirubinemia. Dalam:
Neonatology; Management. Procedures, On-Call Problems, Diseases and
Drugs. New York. Lange Medical Book/McGraw-Hill Co. 2004; 247-50
4. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed. 6. Jakarta :EGC.
2006
5. Christa van Tellingen, M. Organ Physiology from Phenomenological Pointof
View. Driebergen. Louis Bolk Instituut, 2003; (3): 304.
6. Sylvia A.Prince, Lorraine M Wilson. Patofisiologi.Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit Ed 6. Jakarta.EGC. 2006 ;(5)
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar
IlmuPenyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
PenyakitDalam FKUI. 2009
8. Susan tucker blackburn. Maternal, fetal, and neonatal physiology: A Clinical
Perspective. Saunder Elseviers.USA.2007.647
9. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam:vol 1, Ed : 13, ECG : Jogjakarta
10. Riswanto ; 2009 Tes kimia darah laboratorium kesehatan; diakses tanggal 4
maret 2011
11. Sulaiman A. 2006. Pendekatan Klinis pada Pasien Ikterus. Di dalam: Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 4, hlm 422-425.
12. Siddique K, Ali Q, Mirza S, Jamil A, Ehsan A, Latif S, Malik AZ. 2008.
Evaluation of the aetiological spectrum of obstructive jaundice. J Ayub Med
Coll Abbottabad 20:62-66.
13. Helvi Mardiani; 2004; Metabolisme HEME ;Digital Library;.Universitas
Sumatera Utara ; Medan pdF diakses tanggal 20 maret 2011
http://belibis-a17.com/2010/04/06/sedikit-mengenai-metabolisme-bilirubin/http://belibis-a17.com/2010/04/06/sedikit-mengenai-metabolisme-bilirubin/