refrat bilirubin dr is

Upload: reisya-tiara-kandita

Post on 10-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is

    1/14

    REFERAT

    BILIRUBIN

    Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum

    Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Pembimbing :

    dr. Iswadi, Sp.B(K)BD

    Oleh :

    Agri Saraswati, S.Ked.

    J 5000 900 49

    PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2014

  • 5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is

    2/14

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Bilirubin merupakan produk pemecahan hemoglobin normal yang

    dihasilkan dari sel darah merah tua oleh sistem retikuloendotelial. Dalam

    setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin. Perhari

    bilirubin dibentuk sekitar 250350 mg pada seorang dewasa.3

    Keadaan fisiologis pada manusia dewasa, masa hidup eritrosit sekitar 120

    hari. Eritrosit dihancurkan setiap jam. Dengan demikian sel-sel eritrosit tua

    dikeluarkan dari sirkulasi dan dihancurkan oleh limpa. Apoprotein dari

    hemoglobin dihidrolisis menjadi komponen asam-asam aminonya.1

    Langkah awal pemecahan gugus heme ialah pemutusan jembatan

    metena membentuk biliverdin, suatu tetrapirol linier. Biliverdin, suatu pigmen

    berwarna hijau akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang menggunakan

    NADPH sehingga rantai metenil menjadi rantai metilen antara cincin pirol III

    IV dan membentuk pigmen berwarna kuning yaitu bilirubin.2

    Kadar bilirubin darah yang meninggi disebut hiperbilirubinemia, menjadi

    penyebab ikterus. Kelainan ini dikelompokkan berdasar penyebab prehepatik,

    hepatik dan post hepatik. Pengukuran kadar biliribin dalam darah dan urine

    serta urobilinogen dalam urine dapat menjadi petunjuk diagnostik dari

    kelompok penyebab ikterus tersebut.

    Umumnya, jaundice non-obstruktif tidak membutuhkan intervensi bedah,

    sementara jaundice obstruktif biasanya membutuhkan intervensi bedah atau

    prosedur intervensi lainnya untuk pengobatan.

    B. TUJUAN PENULISAN

    Mengetahui definisi, metabolisme, macam dan sifat bilirubin

  • 5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is

    3/14

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. ANATOMI HATI

    Hepar adalah organ terbesar dalam tubuh manusia dengan berat

    sekitar 1,2-1,5 kg atau 2% berat badan orang dewasa normal. Hepar terletak

    pada bagian kanan atas cavum abdomen, menempati hampir seluruh

    hipokondrium kanan, sebagian besar epigastrium, dan mencapai

    hipokondrium kiri sampai sejauh linea mamaria.4

    Hepar mempunyai 2 lobus utama, yaitu lobus dekstra yang dibagi menjadi

    segmen anterior dan posterior oleh fisura segmentalis dextra dan juga lobus

    sinistra yang dibagi oleh ligamen falciforme menjadi segmen medial dan

    lateral. Lobus dekstra, terletak di regio hipokondrium kanan, lebih besar

    dibandingkan lobus sinistra. Lobus sinistra terletak di regio epigastrik dan

    hipokondrium kiri.

    Daerah hillus merupakan tempat masuknya vena porta dan arteria

    hepatika propria, juga tempat keluarnya duktus hepatikus kanan dan kiri.

    Hepar mendapatkan banyak sekali darah dari vena porta (+ 75%) dan melalui

    arteria hepatika propria (+ 25%). Cabang kanan dari vena porta masuk ke

    lobus dextra, sedangkan cabang kiri membentuk cabang ke lobus kaudatus,

    kemudian memasuki lobus kiri hepar. Vena porta mendapat aliran darah balik

  • 5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is

    4/14

    dari vena lienalis, vena mesenterika superior, vena gastrika, vena pilorika,

    vena cystika dan venae parumbilikales. Vena mesenterika superior mendapat

    aliran darah balik dari ileum terminale, caecum, colon ascenden dan colon

    transversum.5

    Hepar difiksasi oleh ligamen coronarium dan ligamen triangular yang

    melekat pada diafragma serta oleh jaringan ikat pada area nuda hepar bersama

    dengan perlekatan dengan vena cava inferior oleh jaringan ikat dan vena

    hepatika dapat menahan bagian posterior hepar. Ligamen falciforme berperan

    untuk membatasi gerakan hepar ke lateral.5

    Di bawah peritoneum terdapat jaringan ikat padat yang disebut sebagai

    kapsula Gibson, yang meliputi permukaan seluruh organ, bagian paling tebal

    dari kapsula ini terdapat porta hepatis membentuk rangka untuk cabang vena

    porta, a. Hepatika, dan saluran empedu. Porta hepatis adalah fisura pada hepar

    tempat masuknya vena porta dan a.hepatika serta tempat keluarnya duktus

    hepatika.6

    B.

    HISTOLOGI HEPAR

    Lobulus hepar adalah unit struktural utama hepar yang dikelilingi jaringan

    ikat portal/ interlobular yang merupakan lanjutan dari kapsula. Lobulus

    hepar dipisahkan oleh jaringan pengikat dan pembuluh-pembuluh darah.

    Pembuluh darah terdapat pada pertemuan sudut-sudut poligonal/

    heksagonal yang berbentuk segitiga yang disebut sebagai area portal atau

    trigonum Kiernan. Pada area ini terdapat saluran-saluran, disebut daerah

    portal, yang terdiri dari cabang arteria hepatika, cabang vena porta, dan duktus

    biliaris, serta ditambah pembuluh limfe, yang berada diantara jaringan ikat

    interlobularis.

    Lobulus hepar secara makroskopis tampak sebagai silinder/prisma yang

    tak teratur dengan ukuran 1mm x 2mm dan jumlah seluruhnya +/- 1juta.

    Pada potongan melintang tampak secara kasar mempunyai 6 sudut

    (heksagonal) dengan ukuran yang bervariasi.5,4 Terdiri dari lempengan/deretan

    sel-sel parenkim hepar yang tersusun radier yang saling berhubungan dan

  • 5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is

    5/14

    bercabang membentuk anyaman tiga dimensi dengan pusat pembuluh kecil

    ditengahnya yaitu vena sentralis, dan dipisahkan oleh celah yang disebut

    sinusoid hepar. Daerah portal tersusun sedemikian rupa sehingga seakan-akan

    membatasi lobulus hepar. Daerah ini juga disebut sebagai lobulus klasik

    hepar. Lobulus klasik yang berbentuk prisma heksagonal merupakan unit

    struktural anatomis terkecil dari hepar.7

    Unit fungsional utama dari hepar dinamakan sebagai lobulus portal.

    Lobulus portal dibatasi oleh 3 vena sentralis berbeda yang dikelompokkan

    sekitar sumbu duktus biliaris interlobuler. Lobulus portal terdiri atas bagian-

    bagian dari 3 lobulus klasik yang berdekatan yang melepaskan sekret kedalam

    duktus biliaris interlobularis (sebagai pusatnya). Kerusakan hepar biasanya

    berhubungan dengan perdarahannya dan suatu susunan unit yang lebih kecil

    yaitu asinus hepar, merupakan konsep terbaru dari unit fungsional hepar

    terkecil.

    Unit ini terdiri atas sejumlah parenkim hepar yang terletak di antara 2

    vena sentralis dan mempunyai cabang terminal arteria hepatika, vena porta

    dan sistem duktuli biliaris sebagai sumbunya. Jadi suatu asinus hepar

    memperoleh darah dari cabang akhir arteria hepatika dan vena porta,serta

    mengeluarkan hasil sekresi eksokrin kedalam duktuli biliaris.

    Hepatosit tersusun dalam rangkaian lempeng-lempeng yang secara

    radial bermula dari tepi lobulus klasik menuju ke vena sentralis sebagai

    pusatnya.7 Tebal lempeng biasanya hanya satu sel, kecuali pada tempat-tempat

    anastomosis dan percabangan. Hepatosit merupakan sel berbentuk polihedral,

    mempunyai permukaan 6 atau lebih, dengan membran sel yang jelas, inti bulat

    di tengah. Sel yang besar dengan inti besar atau inti 2 dapat ditemukan karena

    terjadi mitosis. Sitoplasma eosinofilik, karena banyaknya mitokondria dan

    retikulum endoplasma halus. Di dalam sitoplasmanya terdapat lisosom,

    peroksisom (mikrobodies), butir- butir glikogen (pengecatan khusus) serta

    tetes lemak (terutama setelah puasa atau makan makanan banyak lemak).

    Sel Kupffer juga terdapat dalam sinusoid yang merupakan sel

    fagosit/makrofag. Sel ini mempunyai inti yang lebih besar dibandingkan sel

  • 5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is

    6/14

    endotel. Sitoplasmanya lebih banyak dengan cabang-cabangnya yang meluas

    atau bahkan melintang didalam ruang sinusoid. Sel ini berfungsi untuk

    memfagosit eritrosit tua, memakan hemoglobin dan mensekresi protein yang

    berkaitan dengan proses imunologik (sitokin).

    Sel ini dapat membersihkan darah dari basili kolon, yang berhasil

    memasuki darah portal selama peredarannya melalui usus, dengan sangat

    efisien sewaktu darah melewati sinus. Bila satu bakteri berhubungan dengan

    sel Kupffer, dalam waktu kurang dari 0,01 detik bakteri akan masuk

    menembus dinding sel Kupffer dan menetap permanen di dalam sampai

    bakteri tersebut dicernakan. Mungkin tidak lebih dari 1% bakteri yang masuk

    ke darah porta dari usus berhasil melewati hepar ke dalam sirkulasi sistemik.

    Sel Kupffer akan bertambah jumlahnya bila diperlukan, mungkin melalui

    diferensiasi sel endotel yang lebih primitif.

    Celah Disse (perisinusoid) memiliki sel stellata atau sel penimbun

    lemak (liposit). Sel ini diduga mampu berdiferensiasi menjadi fibroblas yang

    ada di dalam lobulus.

    Pendarahan lobulus hepar adalah melalui sinusoid yang membentuk jala

    jala yang luas di antara lempengan sel-sel hepar. Dinding sinusoid dilapisi

    oleh selapis sel endotel yang tidak kontinyu (mempunyai pori-pori). Celah

    yang memisahkan antara sel-sel endotel dengan hepatosit disebut sebagai

    celah/spasium Disse, yang berisi mikrovili dari hepatosit.

    Suplai darah di hepar berasal dari vena porta dan arteria hepatika propria

    dengan aliran darah sebagai berikut :

    1. Vena porta bercabang-cabang sampai ke venula kecil yang ada di area

    portal kemudian bercabang menjadi venula penyalur yang berjalan di

    sekitar tepi lobulus, ujung kecilnya menembus dinding hepatosit menuju

    sinusoid. Sinusoid berjalan radier dan berkumpul di tengah lobulus

    membentuk vena sentralis/ vena sentro lobularis, di basis lobulus bersatu

    dalam vena sublobularis, bersatu membentuk vena hepatika kemudian

    menuju vena cava inferior. Vena porta membawa darah dari limpa dan

    usus yang membawa bahan-bahan yang telah diserap oleh usus (aliran

  • 5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is

    7/14

    darah fungsional), kecuali lemak (kilomikron) yang dibawa lewat

    pembuluh limfe.7

    2. Arteria hepatika bercabang-cabang membentuk arteria interlobularis,

    sebagian mendarahi struktur portal dan lainnya berakhir langsung di

    sinusoid (aliran darah nutritif).

    C. BILIRUBIN

    1. Definisi

    Bilirubin adalah pigmen kuning yang sangat tidak larut dalam air yang

    berasal dari pemecahan hem dari pengolahan normal metabolik hemoglobin

    setelah pembebasannya dari eritrosit yang menua dan penguraian otot

    (mioglobin).1

    2. Sumber Bilirubin

    Bilirubin berasal dari katabolisme protein heme, dimana 75% berasal

    dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari penghancuran eritrosit

    yang imatur dan protein heme lainnya seperti mioglobin, sitokrom,

    katalase dan peroksidase.9

    Hati mempunyai peranan penting dalam metabolisme pigmen bilirubin,

    ada 3 tahap yaitu :

    a. Penyerapan bilirubin dari sirkulasi

    b. Konjugasi enzimatik sebagai bilirubin glukoronida

    c. Pengangkutan dan ekskresi bilirubin

    3. Macam dan sifat bilirubin

    Bilirubin ada 2 macam antara lain :

    Bilirubin tak terkonjugasi/ indirek

    Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) merupakan bilirubin bebas

    yang terikat albumin, sukar larut dalam air sehingga untuk memudahkan

    bereaksi dalam pemeriksaan harus lebih dulu dicampur dengan alkohol,

    kafein atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi.9

  • 5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is

    8/14

    Peningkatan kadar bilirubin indirek mempunyai arti dalam diagnosis

    penyakit bilirubinemia karena payah jantung akibat gangguan dari delivery

    bilirubin ke dalam peredaran darah. Pada keadaan ini disertai dengan

    tanda-tanda payah jantung, setelah payah jantung diatasi maka kadar

    bilirubin akan normal kembali dan harus dibedakan dengan chardiac

    chirrhosis yang tidak selalu disertai bilirubinemia.9

    Peningkatan yang lain terjadi pada bilirubinemia akibat hemolisis atau

    eritropoesis yang tidak sempurna, biasanya ditandai dari anemi hemolitik

    yaitu gambaran apusan darah tepi yang abnormal,umur eritrosit yang

    pendek.9

    Bilirubin terkonjugasi /direk

    Bilirubin terkonjugasi /direk adalah bilirubin bebas yang bersifat larut

    dalam air sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin

    terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin ) masuk ke saluran

    empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan

    mengubahnya menjadi urobilinogen.9

    Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang

    terdiazotasi membentuk azobilirubin. Peningkatan kadar bilirubin direk

    atau bilirubin terkonjugasi dapat disebabkan oleh gangguan ekskresi

    bilirubin intrahepatik antara lain Sindroma Dubin Johson dan Rotor,

    Recurrent (benign) intrahepatic cholestasis, Nekrosis hepatoseluler,

    Obstruksi saluran empedu. Diagnosis tersebut diperkuat dengan

    pemeriksaan urobilin dalam tinja dan urin dengan hasil negatif. 9

    4. Metabolisme Bilirubin

    Proses metabolisme bilirubin dibagi menjadi tiga fase, yaitu prehepatik,

    intrahepatik, dan pasca hepatik.

    Penyebab prehepatik

    Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi terjadi karena terganggunya

    proses konjugasi bilirubin pada hepatosit. Hal ini mungkin disebabkan

  • 5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is

    9/14

    gangguan yang terjadi sebelum bilirubin memasuki hepatosit.

    Metabolisme heme berlebihan dari hemolisis atau reabsorbsi hematoma

    yang besar, menghasilkan peningkatan bilirubin yang signifikan, yang

    dapat membanjiri proses konjugasi dan menyebabkan keadaan

    hiperbilirubinemia unconjugated. Dapat terjadi pada anemia hemolitik

    misalnya karena thalassemia, autoimun dan obat-obatan.

    Intrahepatik

    Keadaan ini disebabkan proses inflamasi/kerusakan pada jaringan

    hati, misalnya pada hepatitis ( karena virus, bakteri atau obat-obatan ).

    Dalam keadaan ini, kadar bilirubin meningkat, baik bilirubin

    terkonyugasi maupun bilirubin tak terkonyugasi, disertai dengan

    peningkatan enzim transaminase. Pada keadaan ini, dapat pula terjadi

    kolestasis intrahepatik yang akan memperberat keadaan ikterus.11

    Pasca hepatik

    Pada keadaan ini terjadi sumbatan (obstruksi) total atau parsial dari

    aliran empedu dan komponen-komponennya dari mulai sel hati

    (kanalikulus) sampai ke duodenum. Untuk kepentingan klinik, ikterus

    kolestatik dibagi menjadi dua yaitu kolestasis intrahepatik dan

    kolestasis ekstrahepatik. Kolestasis intrahepatik bisa terjadi pada

    keadaan hepatitis, sirosis hati bilier primer atau pada karsinoma hati

    metastatik. Pada kolestasis ekstrahepatik terjadi sumbatan secara

    mekanis pada duktus biliaris ekstrahepatik mulai dari duktus hepatikus

    komunis sampai muara duktus koledokus (common bile duct) di

    duodenum. Keadaan ikterus kolestatik ekstrahepatik ini sering disebut

    sebagai ikterus obstruktif (obstructive jaundice).

    Ikterus obstruktif sering disebabkan oleh batu duktus koledokus,

    kanker kaput pankreas, tumor duktus koledokus, tumor papilla vateri

    atau striktur CBD.12 Pada keadaan ini terjadi peningkatan kadar

    bilirubin plasma terutama bilirubin terkonjugasi.

  • 5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is

    10/14

    Seiring dengan peningkatan kadar bilirubin darah, pada keadaan

    ikterus obstruktif terjadi peningkatan kadar fosfatase alkali lebih dari 3

    kali nilai normal, sedangkan peningkatan enzim transminase (SGOT

    dan SGPT) umumnya kurang dari 3 kali nilai normal. Kadar enzim

    gamma glutamyl transpeptidase (GGT) umumnya meningkat pada

    keadaan ikterus obstruktif, namun peningkatan ini bisa juga terjadi pada

    keadaan-keadaan lain, misalnya pada keadaan fatty liver, hepatitis

    akibat obat-obatan serta penyakit-penyakit non-hepatik yang lain.

    4a. Metabolisme bilirubin di Hati13

    Metabolisme bilirubin dalam hati dibagi menjadi 3 proses:

    I. Pengambilan (uptake) bilirubin oleh sel hati

    II. Konjugasi bilirubin

    III. Sekresi bilirubin ke dalam empedu

    Pengambilan Bilirubin oleh Hati

    Bilirubin hanya sedikit larut dalam plasma dan terikat dengan

    protein, terutama albumin. Beberapa senyawa seperti antibiotika dan

    obat-obatan bersaing dengan bilirubin untuk mengadakan ikatan

    dengan albumin. Sehingga, dapat mempunyai pengaruh klinis. Dalam

    hati, bilirubin dilepaskan dari albumin dan diambil pada permukaan

    sinusoid dari hepatosit melalui suatu sistem transport berfasilitas

    (carrier-mediated saturable system) yang saturasinya sangat besar.

    Sehingga, dalam keadaan patologis pun transport tersebut tidak

    dipengaruhi.

    Konjugasi Bilirubin

    Dalam hati, bilirubin mengalami konjugsi menjadi bentuk yang

    lebih polar sehingga lebih mudah diekskresi ke dalam empedu dengan

    penambahan 2 molekul asam glukoronat. Proses ini dikatalisis oleh

    enzim diglukoronil transferase dan menghasilkan bilirubin

  • 5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is

    11/14

    diglukoronida. Enzim tersebut terutama terletak dalam retikulum

    endoplasma halus dan menggunakan UDP-asam glukoronat sebagai

    donor glukoronil. Aktivitas UDP-glukoronil transferase dapat

    diinduksi oleh sejumlah obat misalnya fenobarbital.

    Sekskresi bilirubin kedalam empedu

    Bilirubin yang sudah terkonjugasi akan disekresi kedalam

    empedu melalui mekanisme pangangkutan yang aktif dan mungkin

    bertindak sebagai rate limiting enzyme metabolisme bilirubin.

    Sekeresi bilirubin juga dapat diinduksi dengan obat-obatan yang dapat

    menginduksi konjugasi bilirubin. Sistem konjugasi dan sekresi

    bilirubin berlaku sebagai unit fungsional yang terkoordinasi.

    Metabolisme Bilirubin di Usus

    Setelah mencapai ileum terminalis dan usus besar bilirubin

    terkonjugasi akan dilepaskan glukoronidanya oleh enzim bakteri yang

    spesifik (b-glukoronidase). Dengan bantuan flora usus bilirubin

    selanjutnya dirubah menjadi urobilinogen.

    Urobilinogen tidak berwarna, sebagian kecil akan diabsorpsi dan

    diekskresikan kembali lewat hati, mengalami siklus urobilinogen

    enterohepatik. Sebagian besar urobilinogen dirubah oleh flora normal

    colon menjadi urobilin atau sterkobilin yang berwarna kuning dan

    diekskresikan melalui feces. Warna feces yang berubah menjaadi lebih

    gelap ketika dibiarkan udara disebabkan oksidasi urobilinogen yang tersisa

    menjadi urobilin.13

  • 5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is

    12/14

    D. HIPERBILIRUBINEMIA

    1. Definisi

    Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana konsentrasi bilirubin

    darah melebihi 1 mg/dl. Pada konsentrasi lebih dari 2 mg/dl,

    hiperbilirubinemia akan menyebabkan gejala ikterik atau jaundice. Ikterik

    atau jaundice adalah keadaan dimana jaringan terutama kulit dan sklera

    mata menjadi kuning akibat deposisi bilirubin yang berdiffusi dari

    konsentrasinya yang tinggi didalam darah. Hiperbilirubinemi

    dikelompokkan dalam dua bentuk. 13

    2. Klasifikasi

    Berdasarkan penyebabnya yaitu hiperbilirubinemia retensi yang

    disebabkan oleh produksi yang berlebih dan hiperbilirubinemia regurgitasi

    yang disebabkan refluks bilirubin kedalam darah karena adanya obstruksi

    bilier. Hiperbilirubinemia retensi dapat terjadi pada kasus-kasus hemolisis

    berat dan gangguan konjugasi.

    Hati mempunyai kapasitas mengkonjugasikan dan mengekskresikan

    lebih dari 3000 mg bilirubin perharinya sedangkan produksi normal

    bilirubin hanya 300 mg perhari. Hal ini menunjukkan kapasitas hati yang

    sangat besar dimana bila pemecahan heme meningkat, hati masih akan

    mampu meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin larut. Akan tetapi

    lisisnya eritrosit secara massive misalnya pada kasus sickle cell anemia

    ataupun malaria akan menyebabkan produksi bilirubin lebih cepat dari

    kemampuan hati mengkonjugasinya sehingga akan terdapat peningkatan

    bilirubin tak larut didalam darah.

    Peninggian kadar bilirubin tak larut dalam darah tidak terdeteksi

    didalam urine sehingga disebut juga dengan ikterik acholuria. Pada

    neonatus terutama yang lahir premature peningkatan bilirubin tak larut

    terjadi biasanya fisiologis dan sementara, dikarenakan hemolisis cepat

    dalam proses penggantian hemoglobin fetal ke hemoglobin dewasa dan

  • 5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is

    13/14

    juga oleh karena hepar belum matur, dimana aktivitas glukoronosil

    transferase masih rendah.13

    Beberapa kelainan penyebab hiperbilirubinemia retensi diantaranya

    seperti Syndroma Crigler Najjar I yang merupakan gangguan konjugasi

    karena glukoronil transferase tidak aktif, diturunkan secara autosomal

    resesif, merupakan kasus yang jarang, dimana didapati konsentrasi

    bilirubin mencapai lebih dari 20 mg/dl.

    Syndroma Crigler Najjar II, merupakan kasus yang lebih ringan dari

    tipe I, karena kerusakan pada isoform glukoronil transferase II, didapati

    bilirubin monoglukoronida terdapat dalam getah empedu. Syndroma

    Gilbert, terjadi karena hemolisis bersama dengan penurunan uptake

    bilirubin oleh hepatosit dan penurunan aktivitas enzym konjugasi dan

    diturunkan secara autosomal dominan.

    Hiperbilirubinemia regurgitasi paling sering terjadi karena terdapatnya

    obstruksi pada saluran empedu, misalnya karena tumor, batu, proses

    peradangan dan sikatrik. Sumbatan pada duktus hepatikus dan duktus

    koledokus akan menghalangi masuknya bilirubin ke usus dan peninggian

    konsentrasinya pada hati menyebabkan refluks bilirubin larut ke vena

    hepatika dan pembuluh limfe.13 Bentuknya yang larut menyebabkan

    bilirubin ini dapat terdeteksi dalam urine dan disebut sebagai ikterik

    choluria.

  • 5/20/2018 Refrat Bilirubin Dr Is

    14/14

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sacher A. Ronald dan Richard A. Mc Pherson ; 2004; tinjauan klinis hasil

    pemeriksaan laboratorium; penerbit buku Kedokteran (EGC) ; Jakarta

    2. Yayan A. Israr; 2010;Metabolisme bilirubin pdF diakses tanggal 20 maret

    2011

    3. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG. Hiperbilirubinemia. Dalam:

    Neonatology; Management. Procedures, On-Call Problems, Diseases and

    Drugs. New York. Lange Medical Book/McGraw-Hill Co. 2004; 247-50

    4. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed. 6. Jakarta :EGC.

    2006

    5. Christa van Tellingen, M. Organ Physiology from Phenomenological Pointof

    View. Driebergen. Louis Bolk Instituut, 2003; (3): 304.

    6. Sylvia A.Prince, Lorraine M Wilson. Patofisiologi.Konsep Klinis Proses-

    proses Penyakit Ed 6. Jakarta.EGC. 2006 ;(5)

    7. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar

    IlmuPenyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu

    PenyakitDalam FKUI. 2009

    8. Susan tucker blackburn. Maternal, fetal, and neonatal physiology: A Clinical

    Perspective. Saunder Elseviers.USA.2007.647

    9. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam:vol 1, Ed : 13, ECG : Jogjakarta

    10. Riswanto ; 2009 Tes kimia darah laboratorium kesehatan; diakses tanggal 4

    maret 2011

    11. Sulaiman A. 2006. Pendekatan Klinis pada Pasien Ikterus. Di dalam: Sudoyo

    AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu

    Penyakit Dalam. Edisi 4, hlm 422-425.

    12. Siddique K, Ali Q, Mirza S, Jamil A, Ehsan A, Latif S, Malik AZ. 2008.

    Evaluation of the aetiological spectrum of obstructive jaundice. J Ayub Med

    Coll Abbottabad 20:62-66.

    13. Helvi Mardiani; 2004; Metabolisme HEME ;Digital Library;.Universitas

    Sumatera Utara ; Medan pdF diakses tanggal 20 maret 2011

    http://belibis-a17.com/2010/04/06/sedikit-mengenai-metabolisme-bilirubin/http://belibis-a17.com/2010/04/06/sedikit-mengenai-metabolisme-bilirubin/