refrat ansietas
DESCRIPTION
sindroma ansietasTRANSCRIPT
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam praktek sehari-hari anxietas sering dikenal dengan istilah perasaan cemas,
perasaan bingung, was-was, bimbang dan sebagainya, dimana istilah tersebut lebih merujuk pada
kondisi normal. Sedangkan gangguan anxietas merujuk pada kondisi patologik. Anxietas sendiri
dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik, dapat sebagai sindroma pada
neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal. Anxietas normal sebenarnya sesuatu hal
yang sehat, karena merupakan tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya
dapat mempertahankan diri dan anxietas juga dapat bersifat konstruktif, misalnya seorang pelajar
yang akan menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia akan belajar secara giat supaya
kecemasannya dapat berkurang.
Sensasi anxietas / cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut
ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala
otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala
tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak sama.
Gangguan kecemasan merupakan salah satu penyakit yang paling tersering didalam ilmu
kejiwaan. Banyak pasien dengan gangguan kecemasan ini mengalami gejala fisik dan biasanya
mereka akan segera mencari dokter untuk mendapatkan pertolongan. Disamping dari begitu
banyaknya prevalensi kejadian gangguan kecemasan ini, banyak yang tidak mengetahui bahwa
mereka mempunyai gangguan kecemasan.
Dalam praktek sehari-hari anxietas sering dikenal dengan istilah perasaan cemas,
perasaan bingung, was-was, bimbang dan sebagainya, dimana istilah tersebut lebih merujuk pada
kondisi normal. Sedangkan gangguan anxietas merujuk pada kondisi patologik. Anxietas sendiri
mempunyai rentang yang luas dan normal sampai level yang moderat misalnya pertandingan
sepak bola, ujian, wawancara untuk masuk kerja mempunyai tingkat anxietas yang berbeda.
1Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik, dapat sebagai
sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal. Anxietas normal
sebenarnya sesuatu hal yang sehat, karena merupakan tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan
tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri dan anxietas juga dapat bersifat konstruktif,
misalnya seorang pelajar yang akan menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia akan belajar
secara giat supaya kecemasannya dapat berkurang. Istilah kecemasan dalam psikiatri muncul
untuk merujuk suatu respon mental dan fisik terhadap situasi yang menakutkan dan mengancam.
Secara mendasar lebih merupakan respon fisiologis ketimbang respon patologis terhadap
ancaman. Sehingga orang cemas tidaklah harus abnormal dalam perilaku mereka, bahkan
kecemasan merupakan respons yang sangat diperlukan. Ia berperan untuk meyiapkan orang
untuk menghadapi ancaman (baik fisik maupun psikologik). Perasaan cemas atau sedih yang
berlangsung sesaat adalah normal dan hampir semua orang pernah mengalaminya.
Cemas pada umumnya terjadi sebagai reaksi sementara terhadap stress dalam kehidupan
sehari-hari. Bila cemas menjadi begitu besar atau sering seperti yang disebabkan oleh tekanan
ekonomi yang berkepanjangan, penyakit kronik dan serius atau permasalahan keluarga maka
akan berlangsung lama; kecemasan yang berkepanjangan sering menjadi patologis. Ia
menghasilkan serombongan gejala-gejala hiperaktivitas otonom yang mengenai sistem
muskuloskeletal, kardiovaskuler, gastrointestinal dan bahkan genitourinarius.
Respon kecemasan yang berkepanjangan ini sering diberi istilah gangguan kecemasan,
dan ini merupakan penyakit. Dari aspek klinik kecemasan dapat dijumpai pada orang yang
menderita stress normal; pada orang yang menderita sakit fisik berat, lama dan kronik; pada
orang dengan gangguan psikiatri berat (skizofrenia, gangguan bipoler dan depresi); dan pada
segolongan penyakit yang berdiri sendiri yang dinamakan gangguan kecemasan.
Anxietas dapat bersifat akut atau kronik. Pada anxietas akut serangan datang mendadak
dan cepat menghilang. Anxietas kronik biasanya berlalu untuk jangka waktu lama walaupun
tidak seintensif anxietas akut, pengalaman penderitaan dari gejala cemas ini oleh pasien biasanya
dirasakan cukup gawat untuk mempengaruhi prestasi kerjanya. Bila dilihat dan segi jumlah,
maka orang yang menderita anxietas kronik jauh lebih banyak daripada anxietas akut.
2Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
2. EPIDEMIOLOGI
Survei terkini di Amerika (1996) melaporkan bahwa 15 - 33% pasien yang datang
berobat ke dokter non psikiater merupakan pasien dengan gangguan mental. Dari jumlah tersebut
minimal sepertiganya menderita gangguan kecemasan. Di Indonesia penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat tahun 1984 menunjukkan bahwa di puskesmas
jumlah gangguan kesehatan jiwa yang sering muncul sebagai gangguan fisik adalah 28,73%
untuk dewasa dan 34,39% untuk anak.
Gangguan kecemasan mengenai 19 juta Amerika dewasa. Kebanyakan gangguan
kecemasan dimulai ketika masa kanak-kanak, remaja dan dewasa muda. Gangguan kecemasan
ini banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki dan kejadian ini terjadi sama banyak pada orang
berkulit putih, African-American, dan Hispanics.
3Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
“Anxietas adalah perasaan yang difus, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak
menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini biasanya disertai dengan
reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang. Perasaan ini dapat
berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau
rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan
gelisah. “ ( Harold I. LIEF) “Anenvous condition of unrest” ( Leland E. HINSIE dan Robert S
CAMBELL) “Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan
akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman,
keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya.” ( J.J GROEN)
2. EPIDEMIOLOGI
Jenis Kelamin wanita 2-3 kali lebih sering terkena dari pada laki-laki, walaupun
kurangnya diagnosis gangguan panik pada laki-laki mungkin berperan dalam distribusi yang
tidak sama tersebut. Perbedaan antara kelompok Hispanik, kulit putih non-Hispanik, dan kulit
hitam adalah sangat kecil. Faktor sosial satu-satunya yang dikenali berperan dalam
perkembangan gangguan panik adalah riwayat perceraian atau perpisahan yang belum lama.
Gangguan paling sering berkembang pada dewasa muda - usia rata-rata timbulnya adalah kira-
kira 25 tahun, tetapi baik gangguan panik maupun agorafobia dapat berkembang pada setiap
usia. Sebagai contohnya. gangguan panik telah dilaporkan terjadi pada anak-anak dan remaja.
dan kemungkinan kurang diagnosis pada mereka.
Survei terkini di Amerika (1996) melaporkan bahwa 15 - 33% pasien yang datang
berobat ke dokter non psikiater merupakan pasien dengan gangguan mental. Dari jumlah tersebut
minimal sepertiganya menderita gangguan kecemasan. Di Indonesia penelitian yang dilakukan di 4
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat tahun 1984 menunjukkan bahwa di puskesmas
jumlah gangguan kesehatan jiwa yang sering muncul sebagai gangguan fisik adalah 28,73%
untuk dewasa dan 34,39% untuk anak.
3. ETIOLOGI
Penyebab pasti gangguan kecemasan tidak diketahui, banyak gangguan ini disebabkan
oleh kombinasi faktor, termasuk perubahan di otak dan stres lingkungan.
Seperti penyakit tertentu, seperti diabetes, gangguan kecemasan dapat disebabkan oleh
ketidakseimbangan kimia dalam tubuh. Penelitian telah menunjukkan bahwa stres berat atau
jangka panjang dapat mengubah keseimbangan kimia dalam otak yang mengendalikan mood.
Penelitian lain menunjukkan bahwa orang dengan gangguan kecemasan tertentu memiliki
perubahan struktur otak tertentu yang mengontrol memori atau mood. Selain itu, penelitian telah
menunjukkan bahwa gangguan kecemasan dalam keluarga, yang berarti bahwa mereka dapat
diwariskan dari satu atau kedua orang tuanya, seperti warna rambut atau mata. Selain itu, faktor
lingkungan tertentu - seperti trauma atau peristiwa penting - dapat memicu gangguan kecemasan
pada orang yang memiliki kerentanan diwariskan kepada mengembangkan kekacauan.
Faktor pencetus yang sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-
faktor yang menahun seperti amarah yang direpresi atau impuls untuk melampiaskan hal sex.
Biasanya urut-urutan kejadian sebagai berikut : Ketakutan ( kecemasan akut ) → represi dan
konflik ( tak sadar ) → kecemasan menahun → stres pencetus → penurunan daya tahan dan
mekanisme untuk mengatasinya → nerosa cemas.
Faktor Biologis
Penelitian tentang dasar biologis untuk gangguan panik telah menghasilkan berbagai
temuan; satu interpretasi adalah bahwa gejala gangguan panik dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan biologis di dalam struktur otak dan fungsi otak. penelitian tersebut dan penelitian
lainnya telah menghasilkan hipotesis yang melibatkan disregulasi system saraf perifer dan pusat
di dalam patofisiologi gangguan panik. Sistem saraf otonomik pada beberapa pasien gangguan
5Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
panik telah dilaporkan menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradaptasi secara lambat
terhadap stimuli yang berulang, dan berespon secara berlebihan terhadap stimuli yang sedang.
Sistem neurotransmiter utama yang terlibat adalah norepinefrin, serotonin, dan gamma-
aminobutyric acid (GABA).
Faktor Psikososial
Baik teori kognitif perilaku dan psikoanalitik telah dikembangkan untuk menjelaskan
patogenesis gangguan panik dan agoraphobia. Teori kognitif perilaku menyatakan bahwa
kecemasan adalah suatu respon yang dipelajari baik dari perilaku modeling orang tua atau
melalui proses pembiasan klasik.
Teori psikoanalitik memandang serangan panik sebagai akibat dari pertahanan yang tidak
berhasil dalam melawan impuls yang menyebabkan kecemasan. Apa yang sebelumnya
merupakan suatu sinyal kecemasan ringan menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda,
lengkap dengan gejala somatik.
Peneliti menyatakan bahwa penyebab serangan panic kemungkinan melibatkan arti
bawah sadar peristiwa yang menegangkan dan bahwa patogenesis serangan panik mungkin
berhubungan dengan faktor neurofisiologis yang dipicu oleh reaksi psikologis.
3. Gambaran Klinis
Serangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relative singkat
dan disertai gejala somatik. Suatu serangan panik secara tiba-tiba akan menyebabkan minimal 4
dari gejala-gejala somatik berikut:
1. Palpitasi
2. Berkeringat
3. Gemetar
6Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
4. Sesak napas
5. Perasaan tercekik
6. Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
7. Mual dan gangguan perut
8. Pusing, bergoyang. melayang. atau pingsan
9. Derealisasi atau depersonalisasi
10. Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila
11. Rasa takut mati
12. Parastesi atau mati rasa
13. Menggigil atau perasaan panas. Serangan panik pertama seringkali sama sekali spontan,
walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik,
aktivitas seksual, atau trauma emosional sedang. DSM-IV menekankan bahwa sekurangnya
serangan pertama harus tidak diperkirakan (tidak memiliki tanda) untuk memenuhi criteria
diagnostik untuk gangguan panic.
Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10
menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat dan suatu perasaan ancaman kematian
dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu untuk menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien
mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tanda
fisik adalah takikardia. palpitasi, sesak nafas, dan berkeringat.
Gejala Penyerta
Gejala depresif seringkali ditemukan pada serangan panik dan agoraphobia, dan pada
beberapa pasien suatu gangguan depresif ditemukan bersama-sama dengan gangguan panik.
7Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan
panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.
4. KRITERIA DIAGNOSIS
Kriteria diagnostic untuk Gangguan Panik
Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4.
Suatu periode tertentu adanya rasa takut atau tidak nyaman, di mana empat (atau lebih) gejala
berikut ini terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam 10 menit:
(1) Palpitasi, jantung berdebar kuat, atau kecepatan jantung bertambah cepat.
(2) Berkeringat.
(3) Gemetar atau berguncang
(4) Rasa nafas sesak atau tertahan
(5) Perasaan tercekik
(6) Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
(7) Mual atau gangguan perut
(8) Perasaan pusing, bergoyang, melayang, atau pingsang.
(9) Derealisasi (perasaan tidak realitas) atau depersonalisasi (bukan merasa diri sendiri).
(10) Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila
(11) Rasa takut mati.
(12) Parestesia (mati rasa atau sensasi geli)
8Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
(13) Menggigil atau perasaan panas.
Menurut PPDGJ-III gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak
ditemukan adanya gangguan anxietas fobik. Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya
beberapa kali serangan anxietas berat dalam masa kira-kira satu bulan :
1. Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya.
2. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya
(unpredictable situation)
3. Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara serangan-
serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga “anxietas antipsikotik”
yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan
terjadi.
5. KLASIFIKASI
F 40 GANGGUAN ANXIETAS FOBIK
a. F 40.0 AGORAFOBIA
PEDOMAN DIAGNOSTIK.
Semua kriteria ini hrs dipenuhi utk :
a. Gejala psikologis/otonomik yg timbul hrs mrpk manifestasi primer dr anxietas &
bkn mrpk gejala lain yg sekunder seperti waham atau pikiran obsesif.
b. Anxietas yg timbul hrs terutama terjadi dlm sekurang2nya dua dari situasi berikut :
• Banyak orang
• Tempat-tempat umum
• Bepergian keluar rumah
• Bepergian sendiri
c. Menghindari situasi fobik hrs/sdh mrpk gambaran yg menonjol
b. F 40.1 FOBIA SOSIAL
9Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
1. Mulai sejak usia remaja
2. Rasa takut diperhatikan oleh orla dlm kel yg relatif kecil
3. Menjurus pd perhindaran thd situasi sosial yg relatif kecil
4. Menjurus pd penghindaran thd situasi sosial
5. Lelaki sama dgn wanita
6. Gambarannya dpt sgt jelas mis. makan di tempat umum, berbicaradidepan umum,
menghadapi jenis kelamin lain, hampir semua situasi di luar keluarga
7. Biasanya disertai dgn harga diri yg rendah dan takut kritik
8. Dpt tercetus sbg : malu (muka merah), tangan gemetar, mual, ingin buang air
kecil & gejala demikian dpt berkembang menjadi serangan panik
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Semua kriteria dibwh ini hrs dipenuhi utk :
• Gejala2 psikologis, perilaku /otonomik hrs mrpk manifestasi primer dari anxietas
dan bukan sekundari gejala lain spt waham / pikiran obsesif
• Anxietas hrs hanya terbatas / menonjol pada situasi sosial tertentu saja
• Penghindaran dari situasi fobik hrs mrpk gambaran yang menonjol
DIAGNOSIS BANDING
Gangguan depresif & agorafobia sering sulit dibedakan dgn fobia sosial.
Hendaknya diutamakan Dx agorafobia, depresi jgn ditegakkan kecuali ditemukan
sindrom depresif yg lengkap & jelas
c. F 40.2 FOBIA KHAS (TERISOLASI)
Fobia yg terbatas pd situasi yg sgt spesifik seperti bila :
• Berdekatan dgn binatang tertentu
• Tempat tinggi
• Petir
• Kegelapan
• Naik pesawat
• Buang hajat ditempat umum
10Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
• Makan makanan tertentu
• Dokter gigi
• Takut melihat darah/luka
• Takut berhubungan dgn penyakit tertentu
Biasanya timpul pd masa kanak2/dewasa muda ; dpt menetap puluhan tahun bila
tdk diobati
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Semua kriteria yg dibawah ini utk DX :
a. Gejala psikologis atau otonomik hrs mrpk manifestasi primer dari anxietas, dan
bkn sekunder dari gejala2 lain seperti waham atau pikiran obsesif
b. Anxietas hrs terbatas ps adanya objek situasi fobik tertentu
c. Situasi fobik tsb sedapat mungkin dihindarinya
Termasuk :
– Akrofobia
– Fobia binatang
– Klaustrofobia
– Fobia ujian
– Fobia sederhana
DIAGNOSA BANDING
Gangguan hipokhondrik F 45.2
Gangguan waham F 22.0
F 40.8 gangguan fobik lainnya
F 40.9 Gangguan fobik YTT, termasuk fobia YTT, keadaan Fobik YTT
F 41 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA
Gejala Utama : manifestasi klinik
Dapat disertai :
• Gejala depresif
11Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
• Gejala obsesif
• Beberapa unsur anxietas fobik
à Bersifat sekunder, ringan
a. F 41.0 GANGGUAN PANIK (Anxietas Paroksimal Episodik)
Gambaran esensial :
• Serangan anxietas berat (panik) yg berulang
• Tdk terbatas pada adanya situasi tertentu / suatu rangkaian kejadian
• Tidak terduga
• Gejala yg biasa dijumpai, onsit mendadak :
– Palpitasi
– Nyeri dada
– Perasaan tercekik
– Pusing kepala
– Rasa menjadi gila
- Perasaan tidak riil (depersonalisasi/derealisasi)
- Rasa takut mati
- Kehilangan kendali
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Untuk Dx bbrp serangan anxietas berat diserta gejala otonomik hrs terjadi dlm
periode kira2 1 bln tdk berbahaya :
a. Pada keadaan2 yg sebenarnya scr objektiv tdk ada bahaya
b. Tdk terbatas hanya pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga
sebelumnya
12Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
c. Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala anxietas dalam periode antara
serangan2 panik (meskipun lazim terjadi anxietasantisipatorik)
Termasuk : - serangan panik - keadaan panik
DIAGNOSIS BANDING
• Gangguan panik sbg bagian fobik
• Sekunder dari gangguan depresif, terutama pada lelaki
b. F 41.1 GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH
Gambaran esensial :
• Anxietas yg menyeluruh & menetap
• Tidak terbatas hanya pd setiap keadaan lingkungan yg tertentu saja (misalnya sifat
mengambang atau “free floating”)
Gejala yang sering dijumpai :
• Keluhan tegang yg berkepanjangan
• Gemetaran
• Ketegangan otot
• Berkeringat
• Kepala terasa ringan
• Palpitasi
• Pusing kepala
• Keluhan epigastrik
• Ketakutan dirinya/ anggota kel lain akan celaka/sakit
• Khawatir & firasat lain
Pedoman Diagnostik
Hrs menunjukkan gejala primer anxietas hampir setiap hari selama bbrp minggu à
bulan
GEJALA-GEJALA :
a. Kecemasan ttg masa depan (khawatir akan nasib buruk, perasaan gelisah seperti
diujung tanduk, sulit berkonsentrasi)
13Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tdk dpt santai)
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, tahikardi, keluhan
epigastorik, pusing kepala, mulut kering, dsb)
Diagnostik Banding :
• Episode depresif (F 32)
• Gangguan panik (F 41.0)
• Gangguan obsesif-kompulsif (F 42)
Termasuk :
• Neurosis anxietas
• Reaksi anxietas
• Keadaan anxietas
c. F 41.2 GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS & DEPRESIF
Terdapat gejala anxietas dan depresi yg masing2 tdk menunjukkan rangkaian gejala
yg cukup berat utk menegakkan diagnosa tersendiri.
Bbrp gejala otonomik harus ditemukan :
• Tremor
• Palpitasi
• Mulut kering
• Sakit perut (mulas), dsb
Diagnosa Banding :
• Gangguan penyesuaian F 43.2
• Depresi anxietas menetap (dstimia) F 34.1
Termasuk : depresi anxietas (ringan atau tak menetap)
14Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
d. F 41.3 GANGGUAN ANXIETAS CAMPURAN LAINNYA
Gangguan yg memenuhi kriteria gangguan anxietas menyeluruh (F 41.1) dan yg
menunjukkan ciri2 yg menonjol dari gangguan lain dlm F 40-F 49
F 41.8 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA TDT
Termasuk : histeria anxietas
F 41.9 GANGGUAN ANXIETAS YTT
Termasuk : anxietas YTT
6. PENATALAKSANAAN
Terdapat tiga pendekatan terapeutik untuk mengatasi gejala berhubungan dengankecemasan
yaitu :
1.Manajemen krisis
2.Farmakoterapi
3.Psikoterapi
Manajemen krisis
Manajemen krisis adalah proses pendek yang di disain untuk menolong seseorang
menyembuhkan problem akut kepada tingkat fungsional normal mereka melalui cara
personal,sosial dan lingkungan. Langkah - langkah dalam manajemen krisis :
Pengukuran psikososial dari individu, bahwa keluarga ikut didalam krisis. Pengembangan
rencana dengan individu atau keluarga dalam krisis. Penerapan rencana dan penggambaran
secara personal, kelanjutan dari rencana (follow up)
Tujuan utama dari Manajemen Krisis adalah :
1.Peredaaan gejala
2.Pencegahan konsekuensi yang merugikan dari krisis tersebut untuk jangka pendek
3. Suportif (dukungan)
15Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
Farmakoterapi
Obat-obat antianxietas sebaiknya digunakan untuk waktu yang singkat karena ditakutkan akan
terjadi ketergantungan, meskipun banyak obat yang efektif untuk meredakan anxietas.
Obat antiansietas dibagi dalam dua golongan : Obat antiansietas disebut ansiolitika yaitu obat
yang dapat mengurang antiansietas dan patologik, ketegangan dan agitasi obat-obat ini tidak
berpengaruh pada proses kognitif dan persepsi, efek otonomik dan ekstra piramidal tetapi
menurunkan ambang kejang dan berpotensi untuk ketergantungan obat.
Ada dua golongan obat antiansietas :
1.Benzodiazepin : diazepam, oxazolam, lorazepam, clobazam
2.Non Benzodiazepin : buspiron dan sulpirit
Benzodiazepin merupakan obat pilihan untuk kecemasan dan ketegangan jika pasien
mengalami ansietas yang intensif. Benzodiazepin dengan paruh waktu yang lebih panjang
mungkin dapat diterima.
Mekanisme kerja : syndrome Acietas disebabkan oleh hiperaktifitas dari system limbik
SSP yang terdiri dari dopaminergik, noradrenergik, serotoniergik neurons yang dikendalikan
oleh GABA ergic neurons.
Ada beberapa efek samping obat dari golongan ini adalah :
Sedasi : mengantuk, kewaspadaan kurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuankognitif
melemah.
Relaksasi otot : rasa lemah, cepat lelah.
Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotik, potensi menimbulkan
ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis
akhir berlangsung sangat singkat.
Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan gejala putus obat : pasien menjadi
irirtable, bingung, gelisah, imsonia, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi. Hal ini berkaitan
dengan penurunan kadar Benzodiazepin dalam plasma.
Ketergantungan lebih sering pada individu dengan riwayat peminum alkohol, penyalahgunaan
obat, atau ´unstable personalities´, oleh kerena itu obat Benzodiazepin tidak dianjurkan kepada
pasien-pasien tersebut.
16Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
Golongan Benzodiazepin sebagai obat anti-ansietas yang mempunyai ratio terapeutik yang lebih
tinggi dan kurang menimbulkan efek adiksi, toksisitas rendah. Golongan ini merupakan drug of
choice dari semua obat yang mempunyai efek anti-ansietas.
Lama pemberian :
Pada sindrom ansietas yang disebabkan faktor situasi eksternal, pemberian obat tidak lebih dari
1 - 3 bulan.
Pemberian sewaktu-waktu dapat dilakukan apabila sindrom ansietas dapat diramal akan waktu
datangnya dan hanya pada situasi tertentu, serta terjadinya tidak sering.
Penghentian selalu secara bertahap agar tidak menimbulkan gejala lepas obat.
Psikoterapi
Psikoterapi adalah jenis pengobatan yang dilakukan oleh seorang terapis yang terlatih
khusus pada seorang pasien dengan memakai cara profesional yang dilandasi hubungan therapis-
pasien yang khas, sehingga keluhan pasien tersebut dapat dialihkan, diringankan, atau
disembuhkan, mengembangkan pertumbuhan secara positif.
Beberapa bentuk dasar dari psikoterapi :
A.Psikoterapi bentuk sugesti (supportive)
B.Psikoterapi jenis analisa (insight oriented)
C.Psikoterapi jenis perilaku (behaviour therapy)
7. PROGNOSIS
Gangguan panik biasanya memiliki onsetnya selama masa remaja akhir atau masa
dewasa awal, walaupun onset selama masa anak-anak, remaja awal, dan usia pertengahan dapat
terjadi. Biasanya kronik dan bervariasi tiap individu. Frekuensi dan kepasrahan serangan panic
mungkin berfluktuasi. Serangan panik dapat terjadi beberapa kali sehari atau kurang dari satu
17Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
kali dalam sebulan. Penelitian follow up jangka panjang gangguan panik sulit diinterpretasikan.
Namun demikian kira-kira 30-40% pasien tampaknya bebas dari gejala follow up jangka
panjang, kira-kira 50% memiliki gejala yang cukup ringan yang tidak mempengaruhi
kehidupannya secara bermakna dan kira-kira 10-21 % terus memiliki gejala yang bermakna.
Depresi dapat mempersulit gambaran gejala pada kira-kira 40-80 % dari semua pasien.
Pasien dengan fungsi premorbid yang baik dan lama gejala singkat cenderung memiliki
prognosis yang baik.
18Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
BAB III
KESIMPULAN
Anxietas adalah perasaan yang difus, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak
menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu
atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang.
Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat
berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai
dengan rasa ingin bergerak dan gelisah.
• Wanita 2-3 kali lebih sering terkena dari pada laki-laki
• Etiologi :
– Biologis : norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA).
– Genetika : peningkatan resiko gangguan panik sebesar 4-8 kali lipat pada sanak
saudara derajat pertama pasien dengan gangguan panik dibandingkan dengan
sanak saudara derajat pertama dari pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya.
Demikian juga pada kembar monozigot.
– Psikososial : Teori kognitif,teori psikoanalitik
Gejala : Palpitasi, berkeringat, gemetar, sesak napas, perasaan tercekik, nyeri dada atau
perasaan tidak nyaman, mual dan gangguan perut, pusing, bergoyang. melayang. atau
pingsan.
• Bentuk anxietas : Gangguan Panik,gangguan Fobik,Gangguan Obsesif-
kompulsif,Gangguan Stres Pasca Trauma,gangguan Stres Akut, Gangguan Anxietas
Menyeluruh.
19Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -
SINDROMA ANSIETAS Robinder Dhillon (11 – 2012 – 267)
Daftar Pustaka
1. American Psychiatric Association, Diagnostic Creteria, DSM -IV - TR, 2005 : 209 -223
2. Departemen Kesehatan R.l. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik 1993: 171 -195.
3. Anxiety Disorder. Diunduh dari : http://www.webmd.com/anxiety-panic/guide/mental-
health-anxiety-disorders?page=2 tanggal 25 maret 2011
4. Departemen Kesehatan R.l. Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat , Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat: Gangguan Anxietas.
5. Sadock BJ, Sadock VA: Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry 10 th.ed. Lippincott
Williams & Wilkins, 2007:579- 633.
6. Setyonegoro KR, IskandarY : Anxietas. Yayasan Drama Usada, Yakarta, 1980:2-4.
7. Stahl SM: Essential Psychopharmacology Neuroscientific Basis and Practical
Applications 2nd ed Cambridge University Press . 2002 : 300
20Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Jiwa- FK UKRIDA -