reformulasi konsep pendidikan anak berbasis prophetic parenting

Upload: tabrani-za

Post on 07-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING

    1/10

     

    SEMINAR PROCEEDINGS  1st  Annual International Seminar on Education 2015  

    Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh  |125

    Copyright © 2015 FTK Ar-Raniry PressAll rights reserved

    Printed in the Indonesia

    REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING 

    Chairan M. Nur1 

    1Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Ar-Raniry Banda Aceh

     Abstract

    Pendidikan anak berbasis prophetic parenting adalah proses pendidikan anak ala nabi. Dimana semua metode-metode yang diajarkan oleh nabi kembali diterapkan oleh pendidik, gunanya untuk membentuk manusiaberakhlak mulia dan menjadi manusia sempurna (insan kamil) yang menjadi panutan dan dapat dibanggakanuntuk agama dan bangsanya. Untuk mendukung konsep ini, tentunya dukungan orang tua dan guru

    disekolah sangatlah penting. Pendidikan anak dimulai dari orang tua dan kemudian dilanjutkan disekolah.Disinilah karakteristik pendidik sangat menentukan keberhasilan dalam upaya mendidik anak, karena pendidikan rohani (keagamaan) harus dimulai sejak usia dini. Jadi, tujuan besar dalam pendidikan anak adalah pendidikan moral. Dimana pendidikan moral (akhlak) itu merupakan sebuah komitmen seorang pendidik untukmembentuk anak didiknya menjadi manusia yang bernilai. Maka dari itu, mari kita sebagai pendidik sama-sama mendidik anak dengan konsep prophetic parenting, supaya anak-anak tidak menjadi penyebab kegelisahanbagi orang tuanya, tetapi menjadi kebanggaan dan menjadi jembatan bagi orang tuanya menuju surgaNya.

    Keywords: Reformulasi, Anak, Prophetic Parenting

    1. 

    Pendahuluan

    Pendidikan merupakan masalah yang

    dinamik, merupakan isu yang selalu muncul

    (recurrent issues). Di negara-negara maju maupun

    yang sedang berkembang, pendidikan

    diselenggarakan untuk menyiapkan sumber daya

    manusia yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan

    pembangunan dan pasaran kerja. Disamping itu

    lebih ideal lagi untuk mencerdaskan bangsa dalam

    rangka mengangkat derajat dan martabat merekasebagai manusia. Dalam bahasa Qurani disebut

    sebagai Khaira Ummat (Manusia utama), (Moh.

    Tolchah Hasan, 2000, Diskursus Islam dan Pendidikan

    (Sebuah Wacana Kritis), hlm. 89). Dengan demikian

    berarti pendidikan merupakan aset besar dalam

    pembangunan umat, ikut menentukan kualitas

    “kepribadian muslim peradaban” manusia,

    termasuk “hitam putihnya” dinamika ekonomi,

    politik, ekologi, sosial budaya, dan masalah-

    masalah hidup dan kehidupan manusia.

    Pendidikan adalah aktivitas yang terjadisepanjang hidup manusia, kapanpun dan di

  • 8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING

    2/10

     

    1st  Annual International Seminar on Education 2015   SEMINAR PROCEEDINGS 

    Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh 126|

    manapun manusia itu berada. Tujuan pendidikan

    khususnya dalam Islam ialah terwujudnya manusia

    sebagai hamba Allah. Pendidikan haruslah

    menjadikan seluruh manusia yang menghambakankepada Allah, yaitu beribadah kepada Allah.

    Pentingnya pendidikan agama dan mendidik

    dalam asuhan nilai-nilai Islam menjadi syarat

    mutlak bagi munculnya generasi tangguh dengan

    akhlak mulia. Tanpa akhlak mulia sebesar apapun

    pendidikan yang diberikan tidak akan merubah

    karakter seseorang menjadi baik.

    Berdasarkan observasi bahwa kualitas

    pendidikan di Aceh saat ini sangat

    memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain

    dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat

    Indeks Pengembangan Manusia (Human

    Development Index), yaitu komposisi dari

    peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan,

    dan penghasilan per kepala yang menunjukkan,

    indeks pengembangan manusia di Aceh makin

    menurun.

    Di antara 174 negara di dunia, Aceh

    menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997),

    ke-105 (1998), dan ke-109 (1999), sebagaimana

    memasuki tahun 2015 ini dunia pendidikan di

    Aceh menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan

    disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan

    nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena

    kesadaran akan bahaya keterbelakanganpendidikan di Aceh. Perasan ini disebabkan

    karena beberapa hal yang mendasar. Salah

    satunya adalah memasuki gelombang globalisasi

    dirasakan kuat dan terbuka.

    Kemajaun teknologi dan perubahan yang

    terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Aceh

    tidak lagi berdiri sendiri. Aceh berada di tengah-

    tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga

    orang bebas mengakses informasi maupun

    membandingkan kehidupan dengan negara lain.

    Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, era

    globalisasi saat ini merupakan tantangan besar

    bagi orang tua dalam upaya mendidik anak.Teknologi yang semakin canggih dan akses

    informasi yang semakin mudah sedikit banyak

    mempengaruhi perkembangan jiwa anak.

    Akibatnya, fenomena di masyarakat kita saat ini

    terhiasi dengan kian maraknya tawuran antar

    pelajar, perilaku remaja yang menyimpang, seks

    bebas dan masih banyak lagi kejadian yang jauh

    dari nilai-nilai karakter Islami. Orang tua pun

    banyak mengeluh atas kenakalan anak-anak

    mereka yang sukar dikendalikan, keras kepala,

    tidak mau menurut perintah orang tua, sering

    berkelahi, tidak mau belajar, merusak milik

    orang lain, merampok, menipu dan suka

    berbohong serta kerendahan moral lainnya,

    (Sofyan Sori, 2006, Kesalehan Anak Terdidik, hlm.

    34). Jika kondisi ini dibiarkan, kasus-kasus

    seperti ini nampaknya akan terus meluas seiring

    perkembangan kemajuan zaman. Dan jika hal ini

    terus berlanjut maka anak sebagai generasi Islam

    tidak mempunyai dasar karakter yang kuat

    dalam menghadapi tantangan zaman. Dalam

    kondisi ini banyak orang tua yang kurang

    menyadari apa penyebab dari tingkah laku anak

    mereka. Orang tua lebih melempar

    tanggungjawab pembinaan anak sepenuhnyakepada pihak sekolah. Padahal penanaman

    karakter pada diri anak bukan hanya tanggung

     jawab guru di sekolah, artinya tidak harus

    melalui jalur pendidikan formal. Namun orang

    tua sebagai pemilik anak yang sesungguhnya

    memiliki tanggung jawab yang sangat besar dan

    utama dalam hal ini. Maka hal yang perlu

    ditinjau ulang terlebih dulu adalah bagaimana

    pendidikan yang telah dilakukan oleh orang tua.

  • 8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING

    3/10

     

    SEMINAR PROCEEDINGS  1st  Annual International Seminar on Education 2015  

    Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh  |127

    Banyak kasus kenakalan yang dilakukan oleh

    anak lebih banyak disebabkan karena kondisi

    orang tua sendiri, seperti kurangnya kasih

    sayang dan perhatian orang tua, kurangnyapendidikan yang diberikan kepada anak di

    rumah, kondisi keluarga yang tidak harmonis

    dan lain sebagainya. Dalam keluarga tidak

    berlangsung proses penanaman karakter pada

    diri anak.

    Proses pendidikan kepada anak tidak

    hanya menjadi tugas guru di sekolah saja,

    karena pendidikan pertama anak adalah orang

    tuanya dan keluarga sekelilingnya. Ibu adalah

    guru terbaik dari siapapun, ibu mampu

    mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baiknya

    dalam lingkungan yang sehat. Ia mampu

    menjauhkan hal-hal yang buruk dan rendah dari

    lingkungan kehidupan anak-anak. (Rod Lahij

    dan Syihabuddin, 2012, Dalam Buaian Nabi, hlm.

    260). Anak akan menirukan apa saja yang dilihat

    dari orang tuanya, apapun yang dilakukan

    orang tuanya dianggap benar oleh anak. Karena

    dia belum bisa membedakan mana yang baik

    untuk dirinya dan mana yang tidak baik. Di sini,

    peran orang tua dalam mendidik anak sangat

    diperlukan. Sebagaimana yang Rasulullah

    ajarkan kepada semua umatnya bahwa tugas

    mendidik anak itu adalah tugas orang tua

    kandungnya sendiri. Namun yang terjadisekarang ini adalah orang tua sudah terlalu

    hedonis, orang tua terlalu mementingkan

    kepentingannya sendiri dari pada anak-anaknya,

    sekarang orang tua lebih memilih menitipkan

    anaknya pada tempat penitipan anak usia dini

    atau lebih mempercayakan anaknya dididik

    oleh orang lain selain keluarga inti, sedangkan

    mereka menggunakan waktu luang mereka

    untuk mempercantik diri disalon, atau lebih

    memilih hangout ke mall bersama teman-teman

    sejawat masing-masing. Banyak orang tua

    kuwatir dengan perkembangan anaknya,

    padahal jika mau ditelisik lebih jauh lagi, tidaksepenuhnya itu kesalahan anaknya, tapi

    sedikitnya waktu orang tua dalam mendidik

    anak. Itu yang sebenarnya menjadi problem

    utama yang sangat urgen untuk dipahami.

    Kenyataan yang seperti inilah penyebab

    terjadinya kekosongan dan kelangkaan keteladanan

    rabbani yang benar dalam kehidupan keluarga

    sehari-hari. Keteladanan dalam hal ini hanya

    terdapat dalam kepribadian Muhammad sebagai

    sosok yang menjadi suri tauladan semuanya. Untuk

    itu, agar manusia kembali pada kesadarannya dan

    terbebas dari kesesatannya, maka sudah menjadi

    kewajiban bagi para pendidik mendidik anak-anak

    didiknya yang kelak akan menjadi generasi penerus

    untuk mencintai Rasulullah dan mengenalkan

    mereka kepada puncak keteladanannya serta

    menanamkan ke dalam kalbu mereka kecintaan

    kepada kepribadiannya yang mulia. Seperti inilah

    yang telah dilakukan oleh para sahabat Rasulullah

    terhadap anak-anak mereka, sehingga mereka

    tumbuh dalam keadaan mencintai Rasulullah

    sehingga mereka berlomba untuk melayaninya

    seperti yang pernah dilakukan oleh Anas, Ibnu

    „Abbas, dan lain-lainnya (Bahrum Abubakar & Ihsan

    Zubaidi, 2005, Tahapan Mendidik Anak, hlm. 252).Semua orang menginginkan anaknya sukses

    dan bahagia baik di dunia maupun diakhirat, tetapi

    keinginan ini tidak mudah untuk dicapai seperti

    membalikkan telapan tangan. Harus ada usaha

    keras dari orang tua untuk mendidik anaknya agar

    sukses baik dari aspek dunia dan akhiratnya.

    Rasulullan Saw. mengajarkan cara mendidik dan

    mengasuh anak sejak dari kehamilan, masa kecil

    sampai dewasa dengan pengembangan potensi dan

  • 8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING

    4/10

     

    1st  Annual International Seminar on Education 2015   SEMINAR PROCEEDINGS 

    Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh 128|

    pola pendidikan sesuai ajaran Islam. Penelitian ini

    akan mengungkapkan secara detil tentang pola

    asuh anak yang merujuk pada metode pendidikan

    alan Rasulullah saw.

    2. Pendidikan Prophetic Parenting

    Kata pendidikan dalam bahasa Arab yaitu

    “ta’dib” “ta’lim”  dan “tarbiyah”,  bermakna

    menumbuhkan atau mengembangkan. Menurut

    M. Arifin, pendidikan yaitu sebagai sistem yang

    dapat memberikan kemampuan seseorang

    untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan

    cita-citanya (Usman Husen, 2008 Sejarah

    Pendidikan Islam, hlm. 3)

    Pendidikan dalam pengertian umum adalah

    usaha sadar untuk mengembangkan kemampuan

    dan kepribadian. Pendidikan dilihat sebagai suatu

    sistem adalah merupakan tempat berbagai masukan

    atau input ditransformasikan menjadi output. Dari

    pengertian singkat tersebut, berbagai teori pendidikan

    dikembangkan Brubacher, dalam bukunya  ModernPhilosophies of Education, mengatakan: “Education is the

    organized development and equipment of all the powers of

    human being, moral, intelectual and physical, by and for

    their individual and social uses, directed toward the union of

    these activities with their creator as their final end”.

    (Pendidikan merupakan perkembangan yang

    terorganisir dan kelengkapan dari semua potensi

    manusia, moral, intelektual maupun jasmani, oleh

    dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan

    masyarakatnya, yang diarahkan untuk menghimpun

    semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya yang

    akhir) (Muhammad Thalhah Hasan, 2005, Islam dalam

    Perspektif Sosio Kultural, hlm. 94-97).

    Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan

    adalah memanusiakan manusia muda. Pengangkatan

    manusia muda ketaraf, insane itulah yang menjelma

    dalam semua aktivitas mendidik.Apabila

    dihubungkan dengan keberadaan da hakekat

    kehidupan manusia, kegiatan pendidikan diarahkan

    pada empat segi (aspek) pembentukan kepribadian

    manusia, yaitu pengembangan manusia sebagai

    makhluk individu, makhluk social, makhluk susila,dan makhluk beragama (religius) (M. Nasir Budiman,

    1999, ilmu pendidikan-1). Tujuan pendidikan adalah

    membawa anak kearah kedewasaan, yaitu agar anak

    dapat berdiri (mandiri) di dalam hidupnya ditengah-

    tengah masyarakat.

    Dalam proses pendidikan ada dua unsur

    utama yang harus dipenuhi, yaitu: mengajar dan

    diajar. Bagi yang mengajar (guru) bertugas

    memberikan ilmu dan memastikan ilmu yang

    diberikan dapat bermanfaat serta diterima oleh yang

    diajarkan (murid). Posisi murid adalah mematuhi

    dan menjalankan apa yang diperintahkan oleh guru,

    murid tidak boleh melawan atau tidak mematuhi

    perintah guru, jika tidak transfer ilmu sulit

    dilakukan. Apalagi kalau guru dianggap sama

    dengan murid, jelas ilmu yang diberikan tidak akan

    memberikan manfaat apapun.

    Prophetic parenting itu sendiri merupakan

    metode pendidikan yang dijalankan oleh Nabi

    Muhammad SAW yang mengedepankan

    penanaman tauhid memiliki daya efektifitas

    yang luar biasa dalam membangun karakter

    para Sahabat Nabi, sehingga bisa menciptakan

    dasar yang kokoh bagi dakwah Islam di era

    Nabi. Karena efektifitas yang sangat tinggi

    dalam kesuksesan membangun karakter inilah,

    metode ala Nabi ini mengandung banyak

    pelajaran yang bisa dipetik dan diterapkan di

    segala zaman, bahkan hingga kini.

    Pendidikan Islam sebagai agen pencerahan

    dan penyelamatan hidup manusia sangat

    membutuhkan pondasi yang kuat, arah yang

     jelas dan tujuan yang utuh. Melalui pondasi,

    arah dan tujuan tersebut diharapkan idealitaspendidikan Islam seperti yang tersirat dalam

  • 8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING

    5/10

     

    SEMINAR PROCEEDINGS  1st  Annual International Seminar on Education 2015  

    Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh  |129

    sumber ajaran Islam (al-qur‟an dan hadits)

    senantiasa mendorong umatnya menjadi orang

    atau kelompok yang berkualitas (berilmu),

    beriman, dan punya kesalehan yang tinggi.Meskipun secara konseptual pendidikan Islam

    masih mengalami perbedaan pandangan, akan

    tetapi dalam implementasi dan tujuan yang

    dicita-citakannya sama.

    Pendidikan Islam itu harus mampu

    membawa cita-cita mulia yaitu menjadi rahmat

    bagi semesta alam, menghargai ilmu dan orang

    yang berilmu, membangun peradaban di era

    informasi dan penyelamat peradaban umat

    manusia. Manusia sebagai makhluk yang

    dinamis yang dibekali dengan petunjuk wahyu

    yang jelas diharapkan tercipta kedamaian,

    kerahmatan dan kemakmuran baik secara

    lahiriyah maupun batiniyah. Pendidikan Islam

    sebagai poros utama untuk mendorong

    perubahan prilaku dan watak manusia agar

    menjadi khaira ummah (kaum yang berkualitas).Melalui pendidikan Islamlah sosok generasi

    akan terwujud kesadaran sebagai abdullah dan

    sekaligus khalifatullah secara utuh. Suatu

    generasi yang berilmu pengetahuan, berakhlak

    mulia, terampil dan istiqamah kepada nilai-nilai

    kebenaran, keadilan, kasih sayang, dan selalu

    berkarya kebajikan untuk sesama (Dalam artikel

    yang berjudul; Upaya Reformulasi Pendidikan

    Islam, yang dipostkan oleh Mujtahid, Dosen

    Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang Kamis, 06

    Mei 2010, diakses tanggal 04 Maret 2015).

    Masa depan dunia Islam tergantung kepada

    cara dunia Islam menjawab dan memecahkan

    tantangan ini. Mengingat pendidikan merupakan

    kebutuhan penting bagi setiap manusia, masyarakat,

    maupun bangsa, maka pendidikan harus selalu di

    nomor satukan (di utamakan) serta ditumbuh

    kembangkan secara sistematis dan visioner.

    Berangkat dari kerangka ini, maka upaya

    pendidikan yang dilakukan suatu bangsa selalu

    memiliki hubungan yang signifikan dengan

    rekayasa bangsa tersebut di masa mendatang, sebabpendidikan selalu dihadapkan pada perubahan,

    baik perubahan zaman maupun perubahan

    masyarakat.

    Realitas yang terlihat dalam model

    pendidikan anak yang dikembangkan oleh

    orang tua sekarang (yang menyebut dirinya

    moderen) ternyata jauh dari nilai-nilai Islam.

    Bagaimana tidak para orang tua lebih tertarik

    mendidik anak dengan pola kebebasan dan

    memberi ruang cukup besar untuk anak

    melakukan hal yang disenanginya. Ruang

    demokrasi kebablasan dibangun atas nama

    pendidikan ala moderen. Banyak leonggaran

    diberikan pada anak asalkan anak merasa

    senang, bahkan tidak jarang orang tua

    memberikan fasilitas game online pada anak

    dengan alasan agar anak tidak menangis, rewel,

    dan mengganggu orang tuanya.

    Orang tua juga berpikir bahwa hal

    terpenting bagi seorang anak adalah

    memberikan fasilitas material agar anak menjadi

    bahagia. Untuk mewujudkan impian anak,

    orang tua tidak segan melakukan korupsi agar

    memperoleh uang yang banyak. Padahal

    makanan yang haram tidak akan menjamin anak

    menjadi baik dan penurut pada orang tuanya.

    Sebaliknya harta haram tersebut akan berbalik

    arah membentuk sifat buruk anak, yang pada

    akhirnya akan membuat orang tua menjadi malu,

    tersiksa dan kecewa dengan sikap anaknya.

    Rasulullah saw. yang mulai telah memberikan

    sabda pada umat Islam agar tidak memakan

    harta haram dan memberikan pada anak-anak

    sejak dalam kandungan. Sebab makanan dariyang haram itu akan membentuk darah, daging

  • 8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING

    6/10

     

    1st  Annual International Seminar on Education 2015   SEMINAR PROCEEDINGS 

    Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh 130|

    seorang anak. Jika seluruh bangunan fisik

    terbentuk dari yang haram maka jiwa yang akan

    mengarahkan fisik anak akan cendrung pada

    kejahatan.

    3. Model Pendidikan Nabi

    Dalam Islam tidak ada warisan yang lebih

    berharga dari adab dan pendidikan yang benar.

    Kecenderungan nafsu amarah manusia

    mengarah pada keburukan dan kenistaan, serta

    senantiasa mengajaknya pada kerusakan dan

    kehancuran. Karena itu, taklif atau kewajiban

    manusia dan keagamaannya menuntutnya agar

    mendidik dirinya dengan perbuatan baik dan

    prilaku yang patut. Para nabi mewasiatkan agar

    pendidikan rohani, keagamaan, dan ibadah

    dimulai sejak usia 5 sampai 6 tahun.

    Dasar pendidikan yang Islami adalah

    dalam struktur ajaran Islam, tauhid merupakan

    hal yang amat fundamental dan mendasari

    segala aspek kehidupan para penganutnya, takterkecualinya aspek pendidikan. Dalam kaitan

    ini seluruh pakar sependapat bahwa dasar

    pendidikan Islam adalah tauhid. Melalui dasar

    ini dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut:

    Pertama,  kesatuan kehidupan. Bagi manusia ini

    berarti bahwa kehidupan duniawi menyatu

    Dengan kehidupan ukhrawinya. Sukses atau

    kegagalan ukhrawi ditentukan oleh amal

    duniawinya. Kedua, kesatuan ilmu. Tidak ada

    pemisahan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-

    ilmu umum, karena semuanya bersumber dari

    satu sumber, yaitu Allah Swt. Ketiga,  kesatuan

    iman dan rasio. Karena masing-masing

    dibutuhkan dan masing-masing mempunyai

    wilayahnya sehingga harus melengkapi.

    Keempat,  kesatuan agama. Agama yang dibawa

    oleh para Nabi kesemuannya bersumber dari

    Allah Swt, prinsip-prinsip pokoknya

    menyangkut akidah, syari‟ah, dan akhlak tetap

    sama dari zaman dahulu sampai sekarang.

    Kelima,  kesatuan Kepribadian manusia. Mereka

    semua diciptakan dari tanah dan Ruh Ilahi.Keenam, kesatuan individu dan masyarakat.

    Masing-masing harus saling menunjang (H.M.

    Quraish Shihab, 1996, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir

     Madlu’I atas berbagai Kehidupan Persoalan Umat, 

    cet. III, hlm. 382-383)

    Dalam proses belajar-mengajar, ada

    beberapa metode pembelajaran yang digunakan

    oleh nabi, yaitu: 1) Metode ceramah (pidato), 2)

    Cerita, 3) Perumpamaan, 4) Ibrah dan nasehat,

    dan 5) Dialog. Inilah yang harus menjadi contoh

    dan panutan bagi pendidik dan juga orang tua

    dalam menggunakan metode pendidikan untuk

    mendidik anak. Nabi juga menganjurkan bahwa

    dalam pendidikan anak itu harus diajarkan pula

    keteladanan bagi anak, konsekuen terhadap diri

    sendiri dan mengutamakan orang lain, zuhud,

    ramah, ceria, dan lembut dalam tutur kata (Rod

    Lahij, Dalam Buaian Nabi, 2005, hlm 1).

    Salah satu tuntunan Rasulullah SAW tentang

    metode pendidikan pada anak, dengan langkah

    mengajarkan ibadah solat kepada anak, sebagaimana

    sabda beliau yang artinya, "Perintahkanlah anak-

    anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh

    tahun, pukullah mereka (jika tidak mengerjakannya) ketika

    berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidut

    mereka, ( Mufliha Muhammad bin Ismail Al Bukhari,

    2008,  Al Adab al Mufrad, Kumpulan hadits-hadits

     Akhlak, hlm. 4). Berdasarkan hadist tersebut dapat

    dipahami bahwa dalam hal ini Rasulullah SAW

    mengajarkan pada kita tentang implikasi metode

    yang sangat berperan penting dalam menanamkan

    mendidik anak.

    Berkaca dari hal tersebut, bagaimana metode

    dalam menanamkan pendidikan sesungguhnyasudah di bawa oleh Rasulullah. Pendidikan

  • 8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING

    7/10

     

    SEMINAR PROCEEDINGS  1st  Annual International Seminar on Education 2015  

    Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh  |131

    merupakan misi utama para rasul diutus Allah di

    muka bumi. Dan Islam hadir sebagai gerakan untuk

    menyempurnakan akhlaknya. Islam menegaskan

    bahwa pendidikan yang baik adalah hak anak atasorang tua dan pendidikan yang baik yang dimaksud

    Islam adalah pendidikan yang sesuai dengan

    tuntunan al-Quran dan tujuan-tujuannya dalam

    membentuk kepribadian muslim yang berserah diri

    secara total kepada Tuhannya dengan tuntunan

    yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. Selama ini

    kita lebih banyak mengadopsi ajaran-ajaran maupun

    pemikiran barat untuk kita gunakan sebagai

    pedoman hidup kita. Padahal kita mempunyai sosok

    manusia yang diciptakan Allah SWT. Sebagai sosok

    teladan yang wajib kita ikuti. Rasulullah saw sebagai

    utusan Allah mempunyai tugas untuk

    menyempurnakan akhlak (karakter) manusia.

    Pendidikan anak harus dimulai dari sejak

    usia dini. Dari usia 1-7 tahun. Pada masa ini,

    Rasulullah SAW menyuruh kita untuk

    memanjakan, mengasihi dan menyayangi anak

    dengan kasih sayang yang tidak berbatas.

    Biarkan anak-anak bermandikan kasih sayang

    pada tahap ini. Pada usia 7-14 tahun kita

    disuruh untuk mula menanamkan disiplin

    kepada anak-anak dengan mengajar dan

    menyuruh mereka untuk mengerjakan solat.

    Bahkan apabila umurnya sudah sepuluh tahun,

    seorang ayah boleh memukul anaknya jikaenggan mengerjakan solat.

    Kemudian pada usia 14-21 tahun. Orang tua

    sudah menukar penanaman disiplin dengan cara

    yang agak keras kepada yang rasional. Orang tua

    sudah semestinya mendidik anak dengan cara

    menjadikannya sahabat dalam berdiskusi,

    mengajaknya ikut dalam membincangkan masalah

    keluarga dan diberikan satu-satu tanggungjawab

    dalam hal-hal tertentu di rumah. Hal ini penting agar

    anak berasa dirinya punyai tanggungjawab

    mengambil berat hal-hal dalam keluarga (Diambil

    dalam artikel reformulasi pendidikan Islam yang

    dipostkan oleh Nur Syam. Diakses hari selasatanggal 17 maret 2015).

    Selanjutnya, pada usia lebih dari 21 tahun.

    Orang tua sudah boleh melepaskan anaknya untuk

    belajar menempuh hidup akan tetapi tetap melihat

    perkembangannya dan memberikan nasihat serta

    peringatan-peringatan apabila anak tersalah atau

    terlupa. Ada orang tua yang terlalu memanjakan

    anak sehingga umur 14 tahun dan baru mulai

    mengajar dan menyuruhnya shalat pada usia

    mereka 15 tahun sehingga mereka bukan saja

    enggan melakukannya malah marah kepada ibu

    bapaknya. Jika kewajipan yg tertinggi (yaitu solat)

    yang telah diperintahkan Allah Yang Maha Agung

    diabaikan apa lagi dengan perintah dan suruhan

    orang lain termasuk ibu bapaknya (Diambil dalam

    artikel reformulasi pendidikan Islam yang

    dipostkan oleh Nur Syam. Diakses hari selasa

    tanggal 17 maret 2015).

    Kisah Lukman Hakim juga harusnya

    menjadi panutan buat para orang tua dan

    pendidik sebagai referensi dan panutan dalam

    mendidik anak. Sebagaimana dikisahkan bahwa

    Lukman berkata kepada anaknya; “wahai

    anakku, dirikanlah shalat dan laksanakanlah

    amar makruf nahi munkar, diatas jalan ini,bersabarlah menghadapi setiap gangguan dari

    orang bodoh. Karena kesabaran dan keteguhan

    ini di jalan mendidik dan memberi petunjuk

    kepada makhluk adalah bukti niat yang kokoh

    dalam urusan-urusan yang lazim bagi seorang

    yang berilmu (Rod Lahij, Dalam Buaian Nabi,

    2005, hlm 137).

    Dengan dasar tauhid ini, maka pendidikan

    yang dikembangkan oleh Islam tidak akan

  • 8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING

    8/10

     

    1st  Annual International Seminar on Education 2015   SEMINAR PROCEEDINGS 

    Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh 132|

    mengarah kepada kesatuan Dengan Tuhan, manusia

    (masyarakat) dan alam semesta. Wawasan tentang

    ketuhanan akan menumbuhkan ideologi, idealisme,

    cita-cita dan perjuangan. Wawasan tentang manusiaakan menumbuhkan kearifan, kebijaksanaan,

    kebersamaan, demokrasi, egalitarian, menjunjung

    tinggi nilai kemanusiaan, dan sebaliknya menentang

    anarkisme dan kesewenang-wenangan.

    Sementara itu wawasan tentang alam akan

    melahirkan semangat dan sikap ilmiah, sehingga

    melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi,

    serta kesadaran yang mendalam untuk

    melestarikannya, karena alam bukan semata-

    mata sebagai obyek yang harus dieksploitasi

    seenaknya, melainkan sebagai mitra dan sahabat

    yang ikut menetnukan corak kehidupan. Ketiga

    wawasan yang dibangun dari dasar tauhid

    tersebut diharapkan dapat melahirkan

    kebudayaan yang berkualitas (amal shalih),

    sebagaimana yang dikehendaki oleh nurani

    manusia. Bukan kebudayaan yang justru

    menumbuhkan ketakutan, kekejaman dan

    menurunkan derajat kemanusiaan. Dengan

    demikian, pendidikan yang Islami mengemban

    misi melahirkan manusia yang tidak hanya

    memanfaatkan persediaan alam, tetapi juga

    manusia yang mau bersyukur kepada yang

    membuat manusia dan alam, memperlakukan

    manusia sebagai khalifah dan memperlakukanalam tidak hanya sebagai obyek penderita

    semata, tetapi juga sebagai komponen integral

    dari sistem kehidupan (Lihat A. Malik Fadjar,

    op.cit. h. 37).

    4. Penutup

    Pendidikan anak berbasis prophetic

    parenting adalah proses pendidikan anak ala

    nabi. Dimana semua metode-metode yang

    diajarkan oleh nabi kembali diterapkan oleh

    pendidik, gunanya untuk membentuk manusia

    berakhlak mulia dan menjadi manusia sempurna

    (insan kamil) yang menjadi panutan dan dapat

    dibanggakan untuk agama dan bangsanya.Untuk mendukung konsep ini, tentunya

    dukungan orang tua dan guru disekolah sangatlah

    penting. Pendidikan anak dimulai dari orang tua dan

    kemudian dilanjutkan disekolah. Disinilah karakteristik

    pendidik sangat menentukan keberhasilan dalam

    upaya mendidik anak, karena pendidikan rohani

    (keagamaan) harus dimulai sejak usia dini.

     Jadi, tujuan besar dalam pendidikan anak

    adalah pendidikan moral. Dimana pendidikan

    moral (akhlak) itu merupakan sebuah komitmen

    seorang pendidik untuk membentuk anak

    didiknya menjadi manusia yang bernilai. Maka

    dari itu, mari kita sebagai pendidik sama-sama

    mendidik anak dengan konsep prophetic

    parenting, supaya anak-anak tidak menjadi

    penyebab kegelisahan bagi orang tuanya, tetapi

    menjadi kebanggaan dan menjadi jembatan bagi

    orang tuanya menuju surgaNya.

    Daftar Pustaka

    Bahrum Abubakar Ihsan Zubaidi, TahapanMendidik Anak; Teladan Rasulullah Saw.,(Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005).

    Dalam artikel yang berjudul; Upaya Reformulasi

    Pendidikan Islam, yang dipostkan olehMujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UINMaliki Malang Kamis, 06 Mei 2010, diaksestanggal 04 Maret 2015.

    Diambil dalam artikel reformulasi pendidikanIslam yang dipostkan oleh Nur Syam.Diakses hari selasa tanggal 17 maret 2015.

    H.M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Madlu’I atas berbagai Kehidupan PersoalanUmat, (Bandung: Mizan: 1996), ce. III.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan,diakses hari selasa tanggal 17 Maret 2015.

  • 8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING

    9/10

     

    SEMINAR PROCEEDINGS  1st  Annual International Seminar on Education 2015  

    Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh  |133

    M. Nasir Budiman, ilmu pendidikan-1, FakultasTarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh,1999.

    Muhammad Thalhah Hasan, Islam dalamPerspektif Sosio Kultural, (Jakarta: LantaboraPress, 2005).

    Rod Lahij dan Syihabuddin, Dalam Buaian Nabi,(Zahra Publising House: Jakarta), 2012.

    Rod Lahij, Dalam Buaian Nabi; MerajutKebahagiaan si Kecil, (Jakarta: Zahra, 2005).

    Usman Husen, Sejarah Pendidikan Islam, (BandaAceh: Citra Kreasi Utama, 2008).

    Sofyan Sori, Kesalehan Anak Terdidik,(Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2006), hal. 34.

    Moh. Tolchah Hasan, Diskursus Islam danPendidikan (Sebuah Wacana Kritis), (Jakarta:Bina Wiraswasta Insan Indonesia, Cet.Pertama, 2000), hal. 89.

    Mufliha Muhammad bin Ismail Al Bukhari,  Al Adab al Mufrad: Kumpulan hadits-hadits Akhlak, Terj. Moh. Suri Saudari dan YasirMaqosid, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar,2008), hal. 4.

  • 8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING

    10/10

     

    1st  Annual International Seminar on Education 2015   SEMINAR PROCEEDINGS 

    Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh 134|