reformubasi islam dan iman: kembali kepada …

15
REFORMUbASI ISLAM DAN IMAN: Kembali kepada TaazU Hakim dalam Perspehlif Muhammad Syahrui Oleh: M. Zainal Abidin Abstract Thispaper tries to elaborate the Syahrur's thought on Islam and Iman. Based on research on Tanzil Hakim, Syahrur identified that actually the pillars of Islam are the belive in Allah; the believe in the day after; and the good deed. If these three pillars can be fulfilled, some one may be called as a Muslim. The acceptance of those pillars are the beginingfor the people to come to the Iman, namely believe in the prophethood of Muhammad; doing the prayer; spend the tithe; fasting in Ramadhan month; pilgrim to Mecca; syura (democracy); and jihad. Syahrur in formulating the pillars of Islam and Iman, put his argumentations in al-Qur'dn by the using the rigid linguistic analysis, but it can be understood for the mission of Syahrur is the spirit to refer to the sacred texts. The formulation of Islam is universal, while the formulation ofIman isparticular. j Jjlp- Ji 01 tOjSflll fliA Jjfc tla>* OU'Jjlj OlTjI 05 Jj*- Aibv—' Ayrji ( >) jA <^5-5^1 ^^L-^1 Ob J-^j3 J^b 01—b-UP (^JLJlj J^b (V) fjJl J (T) J-ftjOl—^jjl—ijsrj 01 .j»J—Jib AjIp Olf'jSl flj-4 (jl 0( J-P-- U OlTjSl ^^1 ^ ) fllTjll frlsjl (f) ^lil (Y) (^) :J Obr^l 55lai> J SJbJl 5_^laS-i Ci\S'fi J (V) O) ^ (®) (i Jap j! o* "bksPi 05 Olfi)|ij ^^^1 ifljjlail ®o* .Ajfj jiys J* SijAl til Oi uTj .jAiyi ^Si yTjSJi ti! .4*ag,Ai6 4J ytj OA ObS^l Olj tiJ_^»«»Jl t^l_^ Kata Kunci: Rukun Islam, Rukun Iman, Tradisi, Tanzil Hakim 'Koordinator Divisi Pendidikan dan Pelatihan Pusat Studi Islam Universitas Islam Indonesia (PSI- UII) Yogyakarta.

Upload: others

Post on 25-Nov-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

REFORMUbASI ISLAM DAN IMAN:

Kembali kepada TaazU Hakimdalam Perspehlif Muhammad Syahrui

Oleh: M. Zainal Abidin

Abstract

Thispaper tries to elaborate the Syahrur's thought on Islam and Iman. Basedon research on Tanzil Hakim, Syahrur identified that actually the pillars ofIslam are the belive in Allah; the believe in the day after; and the good deed.If these three pillars can be fulfilled, some one may be called as a Muslim.The acceptance ofthose pillars are the beginingfor the people to come to theIman, namely believe in the prophethood of Muhammad; doing the prayer;spend the tithe; fasting in Ramadhan month; pilgrim to Mecca; syura(democracy); and jihad. Syahrur in formulating the pillars of Islam andIman, put his argumentations in al-Qur'dn by the using the rigid linguisticanalysis, but it can be understoodfor the mission ofSyahrur is the spirit torefer to the sacred texts. Theformulation of Islam is universal, while theformulation ofIman is particular.

j Jjlp- Ji 01

tOjSflll fliA Jjfc tla>* OU'Jjlj OlTjI 05 Jj*-

Aibv—' Ayrji (>) jA <^5-5^1 ^^L-^1 Ob J-^j3

J^b 01—b-UP (^JLJlj J^b (V) fjJl J (T)

J-ftjOl—^jjl—ijsrj 01 .j»J—Jib AjIp Olf'jSl flj-4

(jl 0( J-P-- U OlTjSl ^^1 ^

) fllTjll frlsjl (f) ^lil (Y) (^) :J Obr^l 55lai> J SJbJl 5_^laS-i

Ci\S'fi J (V) O) ^ (®) (i

Jap j! o* "bksPi 05 Olfi)|ij ^^^1

ifljjlail ®o* .Ajfj jiys J* SijAl

til Oi uTj .jAiyi ^Si yTjSJi ti!.4*ag,Ai6 4J ytj OA ObS^l Olj tiJ_^»«»Jl t^l_^

Kata Kunci: Rukun Islam, Rukun Iman, Tradisi, Tanzil Hakim

'Koordinator Divisi Pendidikan dan Pelatihan Pusat Studi Islam Universitas Islam Indonesia (PSI-UII) Yogyakarta.

Reformulasi Islam dan Iman 109

A. Pendahuluan

lUlandeknya pemikiran Islam sejak berabad-abad yang silam telah•"*mendorong generasi bam pemikir muslim kontemporer untukmelakukan akumulasi {al-dhammu\ artikulasi {al-nuthqu), apresiasi {al-baydn), dan kritik (al-naqd) terhadap tradisi (turdts) keislaman yang adadandianggap mapan. Semangat untuk melakukan pembaman kembali{rethinking) pemikiran Islam ini semakin menguat pascakekalahan Arab olehIsrael tahun 1967, yang kemudian dianggap menjadi titik yang menentukandalam sejarah politik dan pemikiran Arab modem.

Muhammad Syahrur adalah satu dari sekian banyak intelektual Arabkontemporer, yang tumt mewamai dialektika pemikiran Arab kontemporer.Khususnya melalui karyanya yang berjudul al-Kitdb wa al-Qur 'an: Qird 'ahMu'dshirah, Syahrur bempaya menggugat monopoli pembacaan teks sucidan berupaya memntuhkan metode yang ditawarkan ulama klasik yangcendemng unscientific. Gugatan tersebut tidak serta-merta diarahkan padaulama klasik yang karyanya menempati posisi. yang berharga di masanya,melainkan kepada generasi selanjutnya yang memposisikan turdts padawilayah yang tak dapat didebat (ghairu qdbil lin-niqdsy). Konsekuensinya,mereka sulit melepaskan diri dari jeratan masa lalunya dan mereka mendugabahwa produk pemikiran pendahulunya melampaui mang dan waktu {shalihli kulli zamdn wa makdn).

Satu dari warisan pemikiran ulama klasik (turdts) yang dianggap sudahfinal dan tidak menerima pembaman lagi adalah formulasi Islam dan Iman.Islam, terdiri dari lima rukun: (1) bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allahdan Muhammad adalah Utusan Allah; (2) mendirikan sholat; (3)mengeluarkan zakat; (4) puasa Ramadhan; dan (5) pergi haji bagi yangmampu. Sementara Iman, dibangun atas enam mkun, yaitu: (1), Iman kepadaAllah; (2) Iman kepada para malaikat; (3) Iman kepada para rasul; (4) Imankepada kitab-kitab yang diturunkan pada para rasul-Nya; (5) Iman terhadaphari akhir; dan (6) Iman terhadap qadha danqadar(baik danburuknya).

Bagi Syahrur formulasi rukun Islam dan rukun Iman sebagaimana disebutdi atas perlu dikaji ulang, karena pandangan mkun Islam, membawa padakesadaran bagaimana amal saleh telah dijauhkan darinya. Demikian jugapandangan mkun Iman mengantarkan bagaimana ihsan dibengkalaikandarinya. Menurut Syalumr, dari kajian terhadap Tanztl Hakim dapat diketahuibahwa apa yang selama ini diyakini sebagai mkun Islam dan mkun Imansejatinya tidak benar, dantidak bersesuaian dengan Tanztl Hakim.^

'Yang dimaksud dengan Tamil Hakim menurut Syahrur adalah teks asli dari wahyu Tuhan kepadaNabi, yakni al-Qur'an. Dalam keyakinan Syahrur, al-Tamil adalah sualu keseluruhan yang bersifatketuhanan, mencakup baik ramalan {prophecy) obyektif maupun pesan subyektif. la adalah teks

110 Millah Vol. Ill, No. 1, Agustus 2003

Reformulasi Islam dan Iman yang dikemukakan oleh Sydiriir merupakanhasil pembacaan dia terhadap teks. Sikap yang diambilnya merupakanpelengkap dan penengah atas taksonomi kecenderungan pemikiran Arabkontemporer,^ yaitu kembali kepada teks {return to the texts). Kembalikepada teks menurut Sy^irur adalah upaya membaca kitab suci denganperangkat epistemologi yang diturunkan dari teks suci. Tentu saja, "kembalikepada teks" menurut Syahrur akan berbeda dengan apa yang dipahamikelompok islamisis atau revivalist Islam yang selalu menggunakan slogan"kembali kepada al-Qur' an dan Sunnah".

Paper ini secara khusus bermaksud mengkaji pemikiran SyaMr seputargagasan reformulasi Islam dan Iman, serta signifikansinya terhadapkeberagamaan umat. Untuk lebih komprehensifnya, akan dipaparkan terlebihdahulu biografi Syahrur dan karya-karyanya, serta metodologi pemikiranyang dipergunakan dalam merumuskan gagasannya.

B. Sketsa Biografi dan Karya Muhammad Syahrur

Muhammad Syahrur merupakan seorang insinyur berkebangsaan Syria,dilahirkan pada tanggal 11 April 1938. Syahrur mengawali karirintelektualnya pada pendidikan dasar dan menengah di tanah kelahirannya,tepatnya di lembaga pendidikan Abdurrahman al- Kawakibi, Damaskus.Pendidikan menengahnya ia rampungkan pada tahun 1957, dan segera setelahmenuntaskan pendidikan menengahnya, Syahrur melanjutkan studinya keMoskow, Uni Soviet (sekarang Rusia) untuk mempelajari teknik sipil(handasah madaniyah) atas beasiswa pemerintah setempat.^ Di negara inilah.

ilahiyah, sedangkan yang lainnya adalah turdts. Semua interpretasi, termasuk tafsir atau ijtihad(pemikiran sendiri) adalah upaya keras manusia dalam mengetahui dan merespon teks ilahiyah tersebut.Lihat pengantar penerbit pada buku Muhammad Syahrur, 2002, Islam dan Iman Aturan-Aturan Pokok,peneijemah M. Zaid Su'di, Yogyakarta: Penerbit Jendela, hal. xix

^Syahrur memetakan pemikiran Arab kontemporer pada dua kelompok besar. Pertama,skripturalis-literalis. Kelompok ini secara ketat dan kaku berpegang pada warisan masa lalunya.Khazanah yang telah mereka warisi dari pendahulunya diduga menyimpan kebenaran absolut. Olehkarenanya, menghadirkan maSa lalu untuk menyelesaikan problem saat ini merupakan hal yangdiidamkan.Kedua, kelompok yang menyerukan sekularisme dan modemitas. Kelompok ini secara apriori menolak warisan Islam. Pemimpin kelompok ini adalah kaum marxis, komunis, dan beberapakelompok pengagum nasionalisme Arab. Dalam kenyataannya, kelompok ini gagal memenuhi janjinyauntuk menyediakan modemitas bagi masyarakatnya, mengingal kata Syahrur, persoalan Arab saat inibukanlah sekularisme (atau modemitas) melainkan demokrasi. Dengan demokrasi diandaikan terciptaruang publik {public sphere) yang bebas bagi munculnya bursa gagasan dan dengan demikian bisamenghargai pluralitas. Mengenai paparan ini, lihat Mohammad Shahrour, "The Divine Text andPluralism in Muslim Societies" dalam www.19.org. untuk teks terjemahan dalam bahasa Indonesia,"Ketuhanan dan Pluralisme pada Masyarakat Muslim", lihat www.media.isnet.org.

'Lihat Muhammad Syahrur, 1990, al-Kiidb wa al-Qur'dn: Qird'ah Mu'dshirah, Damaskus: Al-Ahaly Lithiba'ah wa al-Nasyr wa al-TauzT, hal. 823. Beberapa pengkaji Syahrur ada yang kellm dalammenuliskan bulan kelahiran Sy^rur pada Maret dan bukannya April. Ini misalnya bisa dilihat padaMashadin, "Rekonsepsl Muhkam dan Mutasyabbih: Telaah Kritis Pemikiran Muhammad Syahrur,"

Reformulasi Islam dan Iman 111

Sy^ur mulai berkenalan dan kemudian mengagumi pemikiran Marxisme,sungguhpun ia tidak mendakwa' sebagai penganut aliran tersebut. Namundemikian, sebagaimana dikemukakannya sendiri pada Peter Clark, iamengakui banyak berhutang budi pada sosok Hegel dan Alfred NorthWhitehead/Oelar diploma dalam bidang tersebut, ia raih pada tahun 1964.

Setelah meraih gelar diploma, pada tahun 1964, Sy^rur kembali ke Syriauntuk mengabdikan dirinya sebagai doseh pada Fakultas Teknik diUniversitas Damaskus. Pada tahun itu pula, Syajum kembali melanjutkanstudi ke Irlandia, tepatnya di University College, Dublin dalam bidang yangsama. Pada tahun 1967, Syahrur berhak untuk melakukan penelitian padaimperial College, London. Pada bulan Juni tahun itu, teijadilah perang antaraInggris dan Syria yang mengakibatkan renggangnya hubungan diplomatikantara dua negara tersebut. Namun hal tersebut tidak menghambatnya untuksegera menyelesaikan studinya. Terbukti ia segera berangkat kembali keDublin untuk menyelesaikan program Master dan Doktor-nya di bidangmekanika pertanahan {soil mechanics) dan teknik bangunan {foundationengineering). Gelar doktomya ia peroleh pada tahun 1972. sejak itulah,Syahrur secara resmi menjadi staf pengajar di Universitas Damaskus hinggasekarang.^

Meski disiplin utama keilmuannya pada bidang teknik, namun itu tidakmenghalanginya untuk mendalami disiplin yang lain semisal filsafat. Initerjadi, terutama setelah pertemuannya dengan Ja'far Dek al-Bab, rekansealmamater di Syria dan teman seprofesi di Universitas Damaskus.Kontaknya itu, telah member! art! yang cukup berarti dalam pemikirannya,yang kemudian tertuang dalam karya monumentalnya, yaitu al-Kitdb wa al-Qw 'an: Qira 'ah Mu 'dshirah.

Sebagaimana diakuinya, buku tersebut disusun selama kurang lebih duapuluh tahun, tepatnya mulai tahun 1970-1990. Dalam pengantar bukutersebut, Syabrur menjelaskan proses penyusunan buku tersebut, sekaligussejauh mana pengaruh rekannya Ja'far Dek al-Bab dalam perumusanmetodologi yang ia tawarkan dalam buku tersebut pada tiga tahapan, yakni:

Skripsi, Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001, hal. 36; Siti Rohah, "PemikiranMuhammad Syahrur tentang Ayat-ayat lender dalam al Qur'an," Skripsi, Fakultas Ushuluddin IAINSunanKalijaga Yogyakarta, 2001, hal. 18;M. Aunul AbiedSyahdan Hakim Taufik, "TafsirAyat-ayatGender dalam al Qur'an: Tinjauan Terhadap Pemikiran Muhammad Syahrur dalam BacaanKonlemporer," dalam M. Aunul Abied Shah et al (ed), 2001, Islam Garda Depart: Kiosaik PemikiranIslam Timur Tengah, Bandung: Mizan, hal. 237; Ahmad Fawaid SJadzili, "M. Shahrur: FigurFenomenal dari Syria," dalam www.islib.com

"'Peter Clark, "The Shahrur Phenomenon: a Liberal Islamic Voice from Syria", dalam Islam andChristian-Muslim Relations, Vol. 7, No. 3, 1996, hal. 337

^Lihat Syahrur, 1990, op.cit., hal. 823; lihat Juga Charles Kurzman (ed.), 1989, Liberal Islam, ASourcebook, NewYork-Oxford: Oxford University Press, hal. 139

112 Millah Vol. Ill, No. 1, Agustus 2003

Tahap pertama: 1970-1980. Masa ini diawali ketika beliau berada diUniversitas Dublin. Masa ini merupakan masa pengkajian (muraja'at) sertapeletakan dasar awal metodologi pemahaman al-Dzikr^ al-Kitdb, al-Risdlah,al-Nubuwwah dan sejumlah kata kunci lainnya.^

Tahap kedua: 1980-1986. Masa ini merupakan masa yang penting dalampembentukan "kesadaran linguistik"nya dalam pembacaan kitab suci. Padamasa ini ia berjumpa dengan teman se almamatemya - Ja'far Dek al-Bab-yang menekuni Linguistik di Universitas Moskow. Melalui Dek al-Babitulii, Syahrur banyak diperkenalkan dengan pemikiran linguis Arab semisal •al-Farra', Abu All al-Farisi, Ibn Jinny, serta al-Juijani. Melalui tokoh-tokohtersebut, Syalyur raemperoleh tesis tentang tidak adanya sinonimitas ('adamual-tardduj) dalam bahasa. Sejak tahun 1984, Syahrur mulai menulis pikiran-pikiran penting yang diambil dari ayat-ayat yang tertuang dalam kitab suci.Melalui diskusi bersama Dek al-Bab Syahrur berhasil mengumpulkan hasilpikirannya yang masih terpisah-pisah.'

Tahap ketiga: 1986-1990. Syahrur mulai mengumpulkan hasilpemikirannya yang masih berserakan. Hingga tahun 1987, Syahrur telahberhasil merampungkan bagian pertama yang berisi gagasan-gagasandasamya. Segera setelah itu, bersama Dek al-Bab, Syahrur berhasilmenyusun "hukum dialektika umum" yang ia bahas di bagian kedua bukutersebut.

Pada tahun 1990, cetakan pertama buku ini diterbitkan. Buku tersebut,untuk pertama kali diterbitkan oleh al-Ahali Publishing House, Damaskusdan mengalami sukses luar biasa dan dinilai sebagai salah satu buku terlaris{best seller) di Timur Tengah. Terbukti, buku tersebut mengalami cetak ulangdari kurang lebih 20.000 eksemplar buku yang telah teijual hanya untukkawasan Syria saja. Bahkan, versi bajakan dan foto copy banyak beredar dibanyak negara semisal Lebanon, Yordania, Mesir, Jazirah Arab.^

Pada tahun 1994, al-Ahali Publishing House kembali menerbitkan karyakedua Syalu^r, yaitu "Dirdsdt al-Isldmiydt al-Mu'dshirah fi al-Dawlah waal-Mujtama'. " Buku ini secara spesifik menguraikan tema-tema sosial politikyang terkait dengan persoalan warga negara {civil) maupun negara {state).Secara konsisten, SyaMr menguraikan tema-tema tersebut dengansenantiasa terikat pada tawaran rumusan teoritis sebagaimana termaktubdalam buku pertamanya. Pada tahun 1996, Syahrur mengelurkan karyanyalagi dengan tajuk al-Isldm wa al-Imdn: Mamhumah al-Qiydm dengan

®Lihat Syahrfir, loc.cit., hal. 46''Ibid., hal. 47^Ibi'd., hal. 48®Peter Clark, op.cit., hal. 337; lihat juga Dale F. Eickelman, "Islamic Liberalism Strikes Back,'

dalam Middle East Studies Association Bulletin 27,1 Desember 1993, hal. 163

Reformulasi Islam dan Iman 113

penerbit yang sama. Buku ini mencoba mendekonstniksi konsep klasikmengenai pengertian dan pilar-pilar {arkdn) IsXom dan Iman. Pada tahun2000 dengan penerbit yang tetap sama, Syahruj memunculkan lagi karyaberjuduk "Nahwa Ushul Jadidah Lial-Fiqh al-Islamy ; Fiqh al Mar'ah."

Selain karyanya yang berbentuk buku,. Syalyrur juga banyak menulisartikel yang lebih pendek di beberapa majalah dan jumal, seperti "Islam andthe 1995 Beijing World Conference on Women," dalam Kmvaili Newspaper^yang kemudian diterbitkan dalam buku Liberal Islam: a Sourcebook (1998);"The Devine Text and Pluralism in Muslim Societies," dalam Muslim PoliticReport'', selanjutnya '̂ Mitsdq al-'Amal al-Isldmy" (1999) yang diterbitkanoleh al-Ahali Publishing House, yang dalam edisi Bahasa Inggris,diterjemahkan oleh Dale F. Eickelman dan Islamil S. Abu Shehadeh denganjudul '"'Proposal For an Islamic Covenant" (2000). Selain itu, ia juga seringmempresentasikan pokok-pokok pikirannya tentang al-Qur'^ kaitannyadengan masalah-masalah sosial dan politik, seperti hak-hak wanita,pluralisme dalam banyak konferensi.intemasional.'̂

Beragam tanggapan, baik yang setuju maupun yang menentang terhadappemikiran Syahrur dalam buku-buku yang ditulisnya. Mereka yang tidaksetuju dengan pemikirannya tidak segan-segan memberikan julukan yangberlebihan seperti musuh Islam (an enemy of Islam) atau Agen Barat danZionis {a Western and Zionist y^gewO-'̂ Sebaliknya mereka yang setujudengan pemikiran atau semangat reformasinya, memberikan penghargaandan nilai yang positif terhadap karyanya. Sultan Qaboos di Oman misalnyamembagikan karya Syahrur tersebut kepada menteri-menterinya danmerekomendasikannya untuk dibaca.'̂

C. Konstruksi Metodologi Syahrur

Konstruksi metodologi yang ditawarkan Sy^ur dalam membaca al-Kitab (al-Qur'an) adalah metode ilmiah {science). Untuk mengetahuimetodologi yang digunakan Syahrur dalam 'membaca ulang' Islam, pentinguntuk melihat prinsip-prinsip metodologis sebagai berikut:

Pertama, kajian menyeluruh dan mendalam terhadap bahasa Arab {al-lisdn al- 'arabi) dengan berlandaskan-kepada metode linguistik Abu Ali al-Farisi yang tercermin dalam pandangan dua tokohnya, yaitu Ibn Jinni danAbd al-Q^ir al-Juijani, disamping menyandarkan kepada syair-syair jahili.^^

'°Lihat Sahirun Syamsuddin, "Konsep Wahyu Al Qur'an Dalam Perspektif M. Syahrur," dalamjumal Siudi Ilmu-ilmu al Qur'an dan Hadis Vol. I, No. 1 Juli 2000, hal. 48

"Uhat Clark, op.cit.y hal.337'̂ Lihat Eickelman, op.cit., hal. 49'̂ Syahrtir, 1990, op.cit., hal. 44

114 Millah Vol. in. No. I, Agustus 2003

Kedua^ memperhatikan temuan-temuan bam dalam wacana linguistikkontemporer yang pada prinsipnya menolak adanya sinonimitas dalambahasa, tetapi tidak sebaliknya. Artinya, dalam perkembangannya, satu katabisa saja hilang atau bahkan membawa makna bam. Syahmr melihatkecendemngan ini tampak dengan jelas dalam bahasa Arab. Selanjutnya,Syahrur menganggap mujam Maqdyis al-Lughdh karya al-Farisi sebagaipilihan paling tepat untuk dijadikan mjukan, karena al-Farisi menolak adanyakata-kata sinonim di dalam bahasa.

Ketiga, dengan asumsi bahwa Islam itu senantiasa relevan pada setiap-waktu dan tempat {shdlih U kulli zamdn wa makdn\ maka dalam generasipenems hams memperlakukan kitab suci sebagai totalitas wahyu yang bamsaja ditumnkan dan dengan asumsi bahwa seolah-olah Nabi Muhammad bamsaja wafat. Sikap seperti ini akan mengarahkan pemahaman umat Islamterhadap al-Kitab selalu kontekstual relevan dalam segala situasi dan kondisiapapun. Sejalan dengan sikap ini, umat Islam harus melakukan desakralisasiterhadap semua produk tafsir yang telah dihasilkan oleh ulama terdahulu,karena pada hakikatnya yang sakral hanyalah teks kitab suci itu sendiri.^^

Keempal^ Allah tidak punya kepentingan untuk mendapatkan petunjukdan mengenal diri-Nya sendiri, maka itu AI-Kitab adalah wahyu Allah yanghanya dipemntukan kepada umat manusia, yang sudah pasti bisa dipahamioleh manusia sesuai kemampuan akalnya. Selama al-Kitab menggunakanbahasa sebagai media pengun'gkap, maka tidak terdapat satu ayat pun yangtidak bisa dipahami oleh manusia. Karena antara bahasa dan pikiran tidakterjadi keterputusan.'̂

Kelima, dalam beberapa ayat, Allah mengagungkan peran akal manusia,sehingga bisa dipastikan tidak ada pertentangan antara wahyu dan akal, jugatidak ada pertentangan antara wahyu dan realitas.'̂

Keenam, penghbrmatan terhadap akal manusia hams lebih diutamakandari pada penghormatan terhadap perasaannya. Dengan kata lain, ijtihad-ijtihad SyaMr lebih berorientasi pada ketajaman nalar ketimbang sensitivitasperasaan orang.'̂

Dari paparan di atas bisa dimengerti bahwa latar pendidikan dalambidang sains yang dimiliki Syajum temyata memiliki pengamh kuat, yangmembuatnya senantiasa mengedepankan sifat-sifat empiris, rasional, daniimiah. Secara sederhana bisa dijelaskan bahwa metode yang digunakan

'^ibid.

hal. 45

^^Ibid.^^Ibid.

Reformulasi Islam dan Iman 115

Syahrur adalah analisis kebahasaan (linguistic analysis) yang mencakup katadalam sebuah teks dan stmktur bahasa, yang disebutnya metode historisilmiah studi bahasa (al-manhdj al-tdrikhy al-ilmy fi al-dirasah al-lughdwiyyah). Bahwa makna kata dicari dengan menganalisis kaitan ataurelasi suatu kata dengan kata lain yang berdekatan atau berlawanan. Katatidak mempunyai sinonim (murddij). Setiap kata memiliki kekhususanmakna, bahkan bisa memiliki lebih dari satu makna. Penentuan makna yangtepat sangat bergantung pada konteks logis kata tersebut dalam suatu kalimat(shiydgh al-kaldm). Dengan kata lain, makna kata senantiasa dipengaruhioleh hubungan secara linear dengan kata-kata yang ada di sekelilingnya.'̂

D. Deformulasi Islam dan Iman

Kitab-kitab ushul dan al-adabiyyat al-Isldmiyyah (kitab-kitab tentangpendidikan keislaman) telah merumuskan konsep baku Islam dan Iman dalambentuk rukun Islam dan rukun Iman. Batasan rukun Islam, yaitu syahadatberupa kesaksian akan eksistensi Allah dan Muhammad sebagai rasul-Nya,mendirikan sholat, berpuasa di bulan Ramadhan, membayar zakat, danmenunaikan haji. Adapun rukun Iman melingkupi iman kepada Allah, kepadapara malaikat-Nya, kepada para rasul dan kitab-kitab, kepada hari kiamat,dan kepada ketentuan baik dan buruk (qadha dan qadar).

Pemahaman tentang konsep Islam dan Iman sebagaimana disebut di atasmenurut Syahrur sangat tidak sejalan dengan paparan yang dikemukakanoleh Tanzil Hakim. Anggapan bahwa sholat, puasa Ramadhan, dan hajisebagai hal yang final dalam rukun Islam, apabila dikembalikan pada TanzilHakim., sebenamya semua ritual itu dibebankan kepada orang mukmin, bukanorang Muslim.^*^ Rumusan konvensional rukun Islam tersebut, bagi Sy^irurjuga menimbulkan pertanyaan besar: mengapa tema tentang jihad, perang,qishas, syura, memenuhi janji, dan sejumlah perintah taklif lainnyadiasingkan dari rukun Islam. Padahal semuanya memiliki nilai hukum yang

'y 1

sama seperti sholat, zakat, puasa, dan haji?

"M., hal. 196^°Untuk memperkuat pendapatnya ml, Syahrur mengutip beberapa firman Allah: "...sesungguhnya

Sholat itu kewajiban (kitab) yang ditentukan'wakiunya atas orang-orang yang mukmin'̂ (Q.S. an Nisa;103); "Dan dirikanlah Sholat, tunaikan Zakat. Dan kebaikan apapunyang kalian usahakan untuk dirikalian, tentu kalian akan mendapat pahalanya di sisji Allah. Sungguh Allah Maha Melihat apa-apayang kalian kerjakan" (Q.S. al Baqarah: 110); "Dan dirikanlah Sholat, tunaikanlah Zakat. dan taatlahkepada Rasul supaya kalian diberi rahmaf (Q.S. an Nur: 56); "Hai orang-orang yang beriman,diwajibkan atas kalian berpuasa" (Q.S. al Baqarah; 183). Lihat Syahrur, 2002, op.cit., hal. 8-9

'̂Signifikansi tema-tema ini bisadilihat pada banyak ayatal-Qur'Sn. Misalnya tematentang jihaddan perang pada Q.S. al-Anfal: 74; Q.S. al-Hujurat: 15; dan Q.S. al-Baqarah: 216. Tema tentang qishaspada Q.S. al- Baqarah: 178. Tema tentang syura pada Q.S. asy-Syura: 38. Tema tentang pemenuhanjanji pada Q.S. al Maidah: 1; Q.S. al- Isra': 34 dan 35. Tema tentang etika bertamu pada Q.S. an-Nur:27 dan lain sebagainya.

116 Millah Vol. Ill, No. 1, Agustus 2003

Dengan menganggap rukun Islam hanya mencakup persoalan ritual, kitaseolah telah melakukan kesalahan fatal terhadap apa yang disampaikanTanzil Hakim. Agama, menurut pandangan Allah, adalah Islam. Agamalainnya-tidak diterimanya, tetapi agama Islam dalam pandangan Allah adalahagama fithrah insdniyyah (sejalan dengan naluri manusia), yang telahdifitrahkan Allah pada makhluk-Nya.^^

Atas asumsi ini, Syahrur kemudian mempertanyakan sisi naluriah dariapa yang selama ini disepakati sebagai rukun Islam. Apakah ritual-ritualseperti sholat, puasa, haji, dan zakat yang diyakini sebagai bagian dari rukunIslam itu bersifat fitri?, yang selaras dengan dorongan jiwa, rohani, dan akalpikiran? Zakat sebagai contoh, temyata merupakan sesuatu yang sangatberlawanan dengan fitrah manusia. Zakat adalah mengeluarkan hartakekayaan dan menginfakkannya, padahal Allah telah menciptakan rasa cintaterhadapnya, sebagai bagian dari watak manusia yang mencintai keabadian.Begitujuga ritual puasa, bertentangan dengan fitrah dan tabiat kita mencintaikeabadian. Dengan berpuasa berarti manusia harus menahan makan, minum,dan gairah yang diciptakan Allah pada makhluknya untuk memeliharakeragaman dan menjaga keadilan.

Islam sebagai bagian dari fitrah tidak ada yang dapat menganugerahkanselain Allah. Islam berdasarkan paparan TanzilHakim bermula dari Nuh danberakhir dengan kerasulan Muhammad, tunduk pada perkembangan dan adatkebiasaan yang diproduksi manusia. Fitrah tidak membutuhkan risalah langitatau pengajaran. Namun Iman, dalam artian ritual, perilaku, dan perbuatan,membutuhkan petunjuk dan pengajaran, terutama dari Allah yang telahmengutus rasul-rasul untuk memberi petunjuk dan cahaya kebenaran,mengajarkan manusia ritual-ritual yang mendekatkan ibdd (hamba yangmemiliki kebebasan memilih) dengan Tuhannya. Dengan kata lain bahwaIman adalah pembebanan (taklif).

E. Reformulasi Islam dan Iman

Kalau memang dianggap konsep konvensional rukun Islam tidak sejalandengan fitrah, lalu bagaimana rukun Islam versi Tanzil HakimI MenurutSy^mir, Tanzil Hakim telah merumuskan pijakan dasar dalam menyusunRukun Islam yang sebenamya, yaitu: ''Sesungguhnya orang-orang yangberiman, Yahudi, Nasrani, dan Sahi'in, yang beriman kepada Allah, hariakhir, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka,tidak ada kekhawatiran bagi mereka, dan tidakpula bersedih hati" (Q.S. al-

•^Lihat Firman Allah; "Maka hadapkanlah waj'ahmu dengan lurus kepada agama (Allah), tetaplahatas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan dalam fitrahAllah. (Itulah) agamayang lurus, tetapikebanyakan manusia tidakmengetahur (Q.S.al-Rum: 30).

ReformulasiIslam dan Iman 117

Baqarah: 62); "Siapakah yang lebih balkperkataannya daripada orangyangmenyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh dan berkata: sesungguhnyaaku termasuk golongan orang muslim" (Q.S. Fussliilat: 33); "Fa Tuhan,jadikanlah kami berdua, yang Muslim kepada engkau dan Jadikanlah anakcucu kami umatyang tunduk (muslimah) kepada engkau...''\Q.S. al-Baqarah:128) siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yangmenyerahkan dirinya (aslama) kepada Allah sedang dia pun mengerjakankebaikan...^^ (Q-S. an-Nisa: 125).^^

Dari ayat-ayat di atas, dan masih banyak yang lainnya, maka Islam bisadipahami sebagai: Pertama, penerimaan atas eksistensi Allah. Kedua,penerimaan atas Hari Akhir. Apabila penerimaan itu dipadu dengan formulaketiga, yaitu amal saleh, pelakunya sah disebut Muslim, baik ia berasal daripengikut Muhammad (alladzina dmanu), Musa {alladzina hadu\ atau daripara penolong 'Isa {Nashdrd) atau dari millah lain selain tiga millah iniseperti MaJusU Syijiyyah, dan Budha (Shdbi'in).

Mendudukkan kembali sesuatu sesuai namanya, menjelaskan membuatkita memahami dengan jelas bahwa Islam dimulai dari Nuh, dan berakhirpada Muhammad melalui Ibrahim, Ya'qub, 'Isa dan Musa. Bahwa Islamadalah satu-satunya agama langit yang dikenal manusiadan dibawa oleh paraRasul melalui risalah-risalah mereka yang berbeda. Muslim pada masa Nuhadalah mereka yang percaya pada Allah, hari alchir, dan beramal saleh.Mereka yang beriman setelah masa itu dengan mengikuti millah Ibrahimadalah hanif. Orang yang percaya pada Musa menjadi orang Yahudi, yangpercaya pada Islam menjadi Nasrani, dan yang percaya pada Muhammadmenjadi mukmin. '̂'

Ketiga rukun Islam versi Tanzil Hakim tersebut (Iman kepada Allah,Jman kepada Hari Akhir, dan Amal Saleh), memiliki dua sisi: teoritis, padakeimanan terhadap Allah dan Hari Akhir, dan sisi logis praktis, pada amalsaleh dan ihsan. Karena itu Iman teoritis tanpa tindakan hyata sebagaiekspresi dan manifestasinya, tidak bermakna apa-apa. Pada titik inilah, kitadapat mencema sabda Nabi Muhammad: '̂Makhluk (manusia) merupakankeluarga Allah, sebaik-baik mereka bagi Allah adalah yang palingbermanfaat bagi keluarganyaP^^

Lebih lanjut bagi Syahrur, rukun Iman tidak memuat penerimaan ataseksistensi Allah, hari akhir, dan beramal saleh. Semua ini termasuk rukunIslam, yang harus dipenuhi oleh manusia yang hendak melangkah dariwilayah Islam ke wilayah Iman. Oleh karenanya, dalam Tanzil Hakims

^^Lihal Syahrur, 2002, Islam dan Iman, op.cU., hal. 12-13."•'Lihat ibid, hal. Xxxvi.^^Ibid, hal. 14

118 Millah Vol. Ill, No. 1, Agustus 2003

diarahkan untuk semua orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, danberamal saleh untuk:

1. Iman kepada Muhammad dan yang diturunkan padanya, yaitu '^Danorang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal salehserta beriman pulapada apayang diturunkan kepada Muhammad..Muhammad: 2).

2. Mendirikan Sholat, yaitu "...sesungguhnya sholat itu kewajiban yangditentukan waktunya atas orang-orang berimarl'' (Q.S. an-Nisa: 103).

3. Menunaikan Zakat, yaitu "Sungguh beruntunglah orang-orang mukmin...,.dan orang-orang yang menunaikan zakaf (Q.S. al-Mu'minun: 1, 4).

4. Puasa pada bulan Ramadhan, yaitu "fei orang-orang yang beriman,diwajibkan atas kalian berpuasa" (Q.S. al-Baqarah: 183).

5. Berhaji ke Baitullah, yaitu '"''...mengerjakan Haji adalah kewajibanmanusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakanperjalanan...''\Q.?>. Ali 'Imran: 97).

6. Bermusyawarah (syura'), yaitu ^'dan bagi orang-orang yang menerimaseruan Tuhannya dan mendirikan sholat, sedang urusan merekadiputuskan dengan musyawarah..." (Q.S. al- Syura': 38).

7. Jihad dalam memperjuangkan kemerdekaan dan menghilangkankezaliman dan tidak memaksakan agama, yaitu '"'"diwajibkan atas kalianberperang, padahalperang itu adalah sesuatuyang kalian bend...''XQ.S.al-Baqarah: 216).^^

Dengan paparan di atas, Syahrur berkesimpulan bahwa Islam lebih umumdan dahulu dari Iman. Islam adalah agama seluruh manusia di muka bumi,karenanya disebut "agama Islam" {din al-Isldm) bukan Agama Iman {din al-Iman). Iman hanya dikhususkan bagi pengikut Muhammad, karenanya Tamilmenyebut mereka mu 'minun, Umar Ibn al-Khattab disebut Amir al-Mu 'mininbukan Amir al-Muslimin, isteri-isteri Nabi disebut Ummahdt al- Mu'mininbukan Ummahdt al-Muslimin. Dengan demikian, rukun Islam adalah berimankepada Allah, hari akhir, dan beramal saleh (akhlak dan muamalah),sedangkan rukun Iman adalah mengakui kebenaran rasul-rasul, risalah-risalahnya, ritual-ritual, syura, dan jihad.

F. Menakar Formulasi Islam dan Iman Syahrur

Sydirur dalam merumuskan gagasannya tentang Islam dan Iman tersebutdi atas, berangkat dari pemahaman dan pikiran dia tentang al-Tamil danturdts. Tamil adalah sesuatu yang normatif dan menipakan teks ilahiyah,sedangkan turdts adalah semua interpretasi atas teks ilahiyah tersebut.Sebagai sebuah interpretasi berarti kebenarannya tidaklah absolut

^Ibid., hal. 29-30.

Reformulasi Islam dan Iman 119

sebagaimana yang dimiliki al-Tanzil itu sendiri. Semangat kembali kepadaIslam hams dimjuk pada kembali kepada al-Tanzil, bukan kepada turdts,yang boleh jadi nilai 'kebenarannya' terbatas. Al-Tanzil, oleh karenanya akanmenjadi 'hakim' dalam menilai kebenaran yang ada pada sebuah turdts?^

Dengan formulasi bam mkim Islam dan mkun Iman sebagaimana dalamTanzil Hakim, lain apa signifikansinya bagi kehidupan umat? Nampaknyakesadaran yang hendak dibangun Syahrur, yaitu agar Islam sebagai sebuahagama, tetap aktual dan kontekstual dengan kondisi riil yang ada. Setidaknyaada dua sisi yang bisa dibidik dari formulasi baru Islam dan Iman Syahrur.Pertama, pada aspek akidah dan kedua, pada sisi etos keija umat.

Pertama, formulasi Islam dan Iman Sy^irur memungkinkan lahimyapemahaman akidah yang inklusif. Kebenaran 'agama' tidak lagi menjadi hakistimewa umat Islam (umat Muhammad) saja, tapi juga umat-umat lain. Islamdipandang sebagai satu kesatuan sejarah kenabian dari Nuh hinggaMuhammad. Klaim kebenaran yang seringkali menambah bobot 'pertikaianantara agama' dengan demikian, tidak sejalan dengan visi Tanzil Hakim yangmemberikan mang kebenaran bagi beragam agama, senyampang itumemenuhi tiga batasan 'Islam' yang ada dalam Tanzil Hakim.

Dengan asumsi bahwa Islam itu sejatinya hanya memuat tiga aspek saja,yaitu keyakinan akan eksistensi Allah dan hari kiamat, serta beramal saleh,maka umat Islam dan tentu saja umat-iunat yang lain, tidak boleh melakukanklaim kebenaran bahwa hanya agama mereka saja yang yang diridahi Allah,sedang agama yang lain raerupakan sesat dan menyesatkan. Selama suatuagama mempunyai keyakinan atas yang tiga macam tadi, maka ia bisadigolongkan pada kelompok Islam yang disebut Allah sebagai satu-satunya

•agama yang diridhai-Nya.

- Klaim kebenaran atas suatu agama telah dilakukan oleh kelompok Yahudidan Nasrani, dan ini mendapat kritikan yang sangat keras dari Allah. Olehkarenanya, umat islam, seandainya melakukan hal yang sama, tentu saja akanbertentangan dengan apa yang dikehendaki oleh pemilik Tanzil Hakim?^

'̂Sekarang ini menumt Sy^rOr, kebanyakan kaum muslim masih mendasarkan diri pada tafsirtradisional. Mereka mengadopsi dan menerima 'karya-karya itu karena mereka terpenganih institusireligius resmi. Institusi ini, kenyataannya, tidak kompeten dalam melakukan pemahaman kontemporerterhadap al-Qur'an. Bahkan, Syahrur pun bersikap kritis terhadap pembacaan Nabi Muhammad.Menurutnya beiiau telah menginterpretasikan al-Qur'^ dan al-Kitib imtuk orang-orang Arab padaabad ketujuh Masehi. Kita hams melakukan interpretasi itu sekarang. Bukan untuk menim apa yangbeiiau katakansecara verbal. Bukan untuk menim apa yang beiiau interpretasikan untuk dirinya sendiridan dunia Arab pada saat itu. Lihat wawancara dengan Mohammad Shahrour, "Kita Tidak MemerlukanHadis" dalam majalah Ummat, No. 4 Thn IV, 3 Agustus 1998/9 Rabiul Akhir 1419 H

^^Lihat Firman Allah: "Dan mereka (Yahudi 'dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuksurga kecuali orang-orang Yahudi atau Nasrani. Demikian itu angan-angan mereka". Katakanlah:"Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar". (Tidak demikian)bahkan barang siapa yang menyerahkan diri (asiama) kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan,

120 Millah Vol. Ill, No. 1, Agustus 2003

Pemikiran Syaluiir tentang Islam yang berangkat dari Tanzil Hakim ini,setidaknya bisa menjadi jembatan yang mengarah pada kesepahaman akanadanya pluralitas agama, dan pengakuan yang tulus terhadap hal itu. Denganrujukan pada Tanzil Hakim, problema-problema yang seringkali hadirmenyertai dialog antara agama, setidaknya bisa tereliminir, dan Islam sebagaiagama terakhir, yang dibawa oleh Muhammad kiranya bisa menjadi pelopordalam hal ini.^^

Kedua, pada sisi etos keija. Kondisi nil umat Islam saat ini berada padatahap yang cukup memprihatinkan. Mayoritas negara-negara muslim berada*pada kondisi terkebelakang dan tertinggal pada hampir semua aspekkehidupan.^® Alih-alih, berupaya untuk maju, seringkali yang mereka lakukanadalah 'memuja' masa lalu, dan tenggelam dalam turdts yang merekadapatkan dari pendahulu mereka. SyaMr dengan formulasi Islam danImannya, berupaya mengajak umat Islam kembali kepada Tamil Hakim.Pada formula Islam dan Iman yang lama, ada aspek-aspek paling pentingyang diabaikan umat, yaitu pada hal amal saleh dan ihsan. Denganmenganggap amal saleh bukan sebagai satu bagian dari batas minimalpengakuan seorang hamba pada Tuhan, maka secara tidak langsung bisamemunculkan bahwa keija terhadap suatu kebaikan bukan hal yang begitudipentingkan dalam Islam.

Pemahaman semacam ini, secara kasat bisa dilihat pada banyakkecenderungan umat Islam. Mereka lebih suka berdzikir di masjid-masjidatau melakukan ibadah ritual yang 'diklaim' sebagai rukun Islam, sementarapada saat yang bersamaan cenderung abai terhadap aspek kemanusiaan. Keijapublik dianggap bukan sesuatu yang 'lebih mulia' dibandingkan ibadah

V/ s./ V/ v/ \ ..

maka baginya pahala di sisi Tuhamya dan tidak ada kekhawatiran pada (diri) mereka dan tidak (pula)mereka bersedih hatf (Q.S. al Baqarah; 111,112)

'̂Syahrur cukup oplimis dalam memandang risalah Muhammad sebagai utusan Tuhan yangterakhir. Muhammad saw adalah penutup para nabi dan rasul, dan islam merupakan agama fitrah {althabi'ah, natural) yang sejalan dengan hukum-hukum alam yang selalu bergerak dinamis, dan hal inimerupakan konsekuensi logis dari kenyataan bahwa Allah yang mewahyukan agama ini jugamerupakan pencipta alam semesta. Oleh karena itu, risalah Muhammad (Islam) bersifat rahmahUl'alamin dan global (cocok untuk setiap penduduk bumi). Lihat Syahrur, 1990, op.cit., hal. 713-714

Menarik uraian Cak Nur tentang kondisi riil umat Islam saat ini. Menurunya dewasa ini duniaIslam praktis merupakan kawasan bumi yang paling terkebelakang di antara penganut agama-agamabesar. Negeri-negeri Islam jauh tertinggal oleh Eropa Utara, Amerika Utara, Australia dan SelandiaBaru yang Protestan;oleh Eropa selatan dan Amerikaselatan yang KatolikRomawi; oleh Eropa Timuryang Katolik Ortodoks; oleh Israel yang Yahudi; oleh India yang Hindu; oleh Cina (giant dragon),Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan Singapura (little dragon) yang Budhist-Konflisianis; olehJepang yang Budhis Taois; dan oleh Thailand yang Budhist. Praktis tidak satu pim agama besar dimukabumi ini yang lebihrendahkemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) nyadaripada Islam.Dengan perkataan lain, di antarasemua penganut agama besar di mukabumi ini, para pemeluk Islamadalah yang paling rendah dan lemah ddam hal sains dan teknologi. Lihat Nurcholish Madjid, 1997,KakiLangitPeradaban Islam, Jakarta; Paramadina, hal. 21-22

Reformulasi Islam dan Iman 121

ritual. Lebih parah lagi bagi sementara kelompok yang berpijak pada suatunash, bahwa dua ini adalah penjara bagi orang-orang yang beriman, dansurga bagi kaum kuffar.

Meletakkan pijakan amal saleh sebagai suatu prinsip dasar Islam,memungkinkan peningkatan etos keija ummat dalam luusan mu'amalah.Umat Islam yang dewasa ini berada dalam kondisi yang sangat terpuruk,diharapkan bisa bangkit kembali dan menempati posisi sebagaimanadiharapkan dalam Tanzil Hakims yaitu sebagai Ummat Terbaik (khairuummah) dan sebagai Saksi atas Umat Manusia (syuhadd' 'ala al-nds) dalamhal kebenaran.

G. Penutup

Reformulasi Islam dan Iman oleh Syaluiir hendaknya dipandang sebagaisebuah satu model pembacaan dari Tanzil Hakim. Sebagaimana kecenderungankebangkitan Islam dipandang sebagai era kembali kepada al-Qur'^ dan al-Sunnah. Maka pada titik inilah, pemikiran Sy^irur bisa ditelaah. Hasilinterpretasi Syahrur berupa formulas! baru terhadap Islam dan Iman,merupakan sebuah pemikiran altematif dari sekian bentuk pemikiran Islamkontemporer. Sebagai sebuah pemikiran altematif, apa yang dikemukakanSyahrur pada prinsipnya sangat mungkin diapresiasi oleh ummat Islam.Terutama dengan melihat kondisi riil umat yang nampaknya membutuhkanpencerahan pada pemikiran keagamaan agar bisa semakin mantap dalammenghadapi pembahan zaman yang sangat cepat. Dengan demikian, makaagama bisa menjadi part ofsolution dari seabrek persoalan kemanusiaan yangbutuh penyelesaian. Kemandegan dalam pemikiran agama, hanya akanmenjadikan agama sebagai part ofproblem^ yang ini, mudah-mudahan tidakakan terjadi, khususnya padaagamayang dibawa olehMuhammad.

DAFTAR PUSTAKA

Clark, Peter, 1996, "The Shahmr Phenomenon: a Liberal Islamic Voice fromSyria", dalamIslam and Christian-Muslim Relations, Vol. 7, No. 3.

Dale F. Eickelman, 1993, "Islamic Liberalism Strikes Back," dalam MiddleEast Studies Association Bulletin 27, 1 Desember.

Kurzman, Charles, (ed), 1989, Liberal Islam, A Sourcehook, New York-Oxford: Oxford University Press.

122 Millah Vol. Ill, No. I, Agustus 2003

Mashadin, 2001, "Rekonsepsi Muhkam dan Mutasyabbih: Telaah KritisPemikiran Muhammad Syahrur," Skripsi, Fakultas Ushuluddin IAINSunan Kalijaga Yogyakarta.

Madjid, Nurcholish, 1997, Kaki Langit Peradaban Islam, Jakarta;Paramadina.

Rohah, Siti, 2001, "Pemikiran Muhammad Syahrur tentang Ayat-ayat Jenderdalam al Qur'an," Skripsi, Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga.Yogyakarta.

Shah, M. Aunul Abied et al (ed), 2001, Islam Garda Depan: MosaikPemikiran Islam Timur Tengah, Bandung: Mizan.

Sjadzili, Ahmad Fawaid, "M. Shahrur: Figur Fenomenal dari Syria," dalamwww.islib.com

Syahrur, Muhammad, 1990, Al-KUdh wa Al-Qur'dn: Qird'ah Mu'dshirah,Damaskus: al- Ahaly Lithiba'ah wa al-Nasyr wa al-TauzP.

, 1998, "Kita Tidak Memerlukan Hadis," dalam majalah Ummat, No. 4Thn IV, 3 Agustus /9 Rabiul Akhir 1419 H.

, 2002, Islam dan Iman Aturan-Aturan Pokok, penerjemah M. ZaidSuMi, Yogyakarta: Penerbit Jendela.

, "Ketuhanan dan Pluralisme pada Masyarakat Muslim", lihatwww.media.isnet.org. Untuk Edisi Inggris "The Divine Text andPluralism in Muslim Societies" dalam wvyw.19.org.

Syamsuddin, Sahirun, 2000, "Konsep Wahyu Al Qur'an Dalam Perspektif M.Syahrur," dalam jumal Studi Hmu-ilmu al Qur'an dan Hadis Vol. 1,No. 1 Juli.

, 1998, "Book Review al-Kitab wa al-Qur'^; Qira'ah Mu'asirah",dsi\?crs\]\ivm\ AlJami'ah, No. 62/XII/.