refleksi memori · terdapat dua penataan layout furnitur yang berbeda sebagai tempat pertemuan semi...
TRANSCRIPT
Living
casa 124 casa 125
Rindu akan tutur budaya, memaknai rumah sebagai tempat pulang yang tiada dua. Dengan merajut kembali memori,
bahasa desain pada hunian digunakan sebagai medium untuk membawa intuisi masa lalu dalam paras modern.
Teks oleh Prastia PutraFoTo oleh sefval Mogalana
ArsiTekTur oleh us&PDesAin inTerior oleh YaPH stuDio
Refleksi Memori
area ruang makan keluarga didominasi warna earthy dan pastel hingga menciptakan nuansa interior yang elegan
Living
casa 126 casa 127
salah satu area living dibuat untuk pertemuan yang sifatnya lebih formal dengan bentuk dan layout furnitur bersiluet tegas
atas-bawah:Ruang makan yang dirancang untuk acara jamuan bersantap dalam suasana lebih formal; Material kayu dan palet warna beige pada flooring menimbulkan susana rumah yang hangat serta bersahabat
"Bicara mengenai masa LaLu tidak seLamanya harus terBatas pada
konsep vintage atau retro, justru mewujudkan rupa kLasik yang modern
adaLah suatu gagasan yang kini tengah menjadi tren pada interior."
Living
casa 129
Gubahan desain senada terus dituangkan pada area lantai
dua dengan fungsi yang lebih privat untuk aktivitas keluarga
Paras Indonesia yang berpadu dengan gaya American Classic melebur melalui ornamen dekorasi kain tapis khas Lampung serta profil persegi pada dinding serta ceiling kayu berwarna legam
But I want to go home, I’ve got to go home… sepenggal lagu berjudul
Home yang dipopulerkan oleh Michael Buble tersebut memang
menyingkap banyak makna mengenai arti pulang. Bertemu
orang-orang terkasih, rindu orang tua, atau kenangan masa kecil
yang melekat hingga dewasa. Berangkat dari memori, sebuah hunian
yang berlokasi di kawasan Hang Tuah, Jakarta Selatan mengemas
sebuah tempat tinggal yang mengadaptasi kenangan masa kecil sang
pemilik. Besar dan tumbuh di negeri Paman Sam, sang pemilik justru
dibesarkan dalam adat dan tradisi Indonesia yang membuatnya begitu
merindukan tanah asal-usulnya.
Kembali ke Tanah Air, ia membawa memori tersebut untuk
dituangkan dalam hunian yang akan ditempati bersama keluarga
tercinta. YAPH STUDIO selaku desainer interior kemudian
mewujudkan keinginan penghuni tersebut melalui gubahan desain
dan bahasa ruang yang sarat akan sentuhan budaya Indonesia. Berdiri
di atas lahan seluas 900 meter persegi, interior hunian merupakan
gabungan antara paras American Classic dengan semburat tradisional
seperti detail berupa motif kain tapis asal Lampung yang tampak pada
area living.
Menuangkan kenangan masa lalu dalam gubahan desain masa kini
merupakan hal yang cukup menantang bagi YAPH STUDIO. Bukan
tanpa alasan, sebab bicara mengenai masa lalu tidak selamanya harus
terbatas pada konsep vintage atau retro, justru mewujudkan rupa
klasik yang modern adalah suatu gagasan yang kini tengah menjadi
tren pada interior. Oleh sebab itu, interior hunian menjawab paduan
nuansa tersebut dalam gaya American Classic berupa profil-profil
persegi pada dinding dan juga langit-langit. Warna kayu walnut yang
hadir pada profil beberapa bagian dinding tampil serasi dengan flooring
marmer berwarna beige serta border berupa marmer kehitaman untuk
mempertegas sentuhan American Classic pada interiornya.
Menyoal tentang pembagian ruang, kediaman di kawasan Hang
Tuah ini terbagi menjadi dua lantai di mana lantai pertama lebih
ditujukan untuk fungsi sosial bagi penghuni. Kebutuhan penghuni yang
sering menerima tamu maupun kolega diakomodasi melalui rancangan
Living
casa 130 casa 131
atas-bawah:Detail dan profil yang diberi sentuhan Indonesia menyeruak pada area vestibule atau ruang depan hunian; Profil kayu pada ceiling melembutkan aksen cerah pada furnitur di ruang hobi milik penghuni
atas-bawah:Kamar tidur utama beserta kamar mandinya mengedepankan kenyamanan optimal melalui pemilihan warna-warna natural dan pencahayaan yang tepat
area living yang berkesinambungan dengan area dining. Pada area living,
terdapat dua penataan layout furnitur yang berbeda sebagai tempat
pertemuan semi formal maupun tatanan grup sofa untuk suasana
lebih santai. Sebagai area berkumpul, area lantai satu pada hunian
turut dilengkapi dengan ruang ibadah hingga powder room. Untuk
menyambut kerabat dan kolega, salah satu area yang mengundang
decak kagum adalah area dining dengan menempatkan meja makan
berukuran panjang serta dekorasi interior berupa kain batik antik di
atas credenza.
Sementara itu, lantai dua hunian dimanfaatkan sebagai fungsi
privat bagi penghuni beserta keluarga. Bahasa desain yang digagas
oleh YAPH STUDIO tetap mengalir secara konsisten pada lantai
kedua hunian dengan mengakomodasi kebutuhan personal penghuni
seperti ruang tidur utama, ruang hobi dan karaoke. Menggunakan
luas bangunan sebesar 250 meter persegi, hunian ini mewujudkan
keinginan penghuni untuk kembali menikmati memori masa kecilnya
yang dipenuhi budaya Indonesia. Memadukan antara kekayaan tradisi
bangsa seperti ornamen batik dan kain tradisional lainnya dengan rupa
American Classic yang tak lekang oleh waktu merupakan salah satu
tips untuk menciptakan hunian agar tampil elegan. Pesona kekayaan
budaya Indonesia tidak melulu harus dituangkan secara gamblang
dalam balutan tradisional yang apa adanya, karena tren desain
saat ini justru mengarahkan ornamen tradisional bersinergi bersama
tren kekinian. ■