reffi wff rutg

15
f;trx F II f,' E .! t e & gE t5r re * w F x x 5 * x Y i'; t: L* x f; .E ,fi a1 B x * x &J 3!* * *xx3 frl il t H ffiH P ru5 ,I ; hr T I re ffi w ff ru t g d rc JUR*ALISME DAMAI DALAM PEMBERITAAN KONFLIK DI MEDIA OHLINE {Analisis lsi Pemberitaan Kompas.com dan Republika,co,id ten- tang Konflik Kelompok lslam Syiah di $ampang) Indah $uryawati dan lca Wulansari I.AKI.I-AKI SEBAGAI KORBAN DALAM PERKAWINAN POLIGAIIII: (Analisis Semiotika Film Ayat-Ayat Ginta {AAC) Karya Hanung Bra- manQro) Eriya*to PERAHAH HUMAS KEMENTERIA]T KE}IUTANAN DAI.AM PELAK- SANAAN EVENT INDO€REEN FORESTRY EXPO DI JAI(ARTA GC}'VENTION CEilTER 2912 Rofiqoh Wulandari dan Linda lslami REPRESENTASI KEKUASAAN DALAM KONFLIK KOMITE NASIO]S AL PEMUDA INDONESIA 2OO8-2O11 (Analisis Framing Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki Berita Kompasn Jurnal Nasional, dan Repubtika) Dudi lskandar KO]IISTRUKSI TEORI KOMUNIT(ASI BERBASIS KEARIFAH LOI(AL Tur*omo Rahar& STRATEGI MEDIA RELATIOHS DAIAM NilE]TIINGKATKA}I CTTRA PE- RUSAHAAN {Studi Kasus pada Media Relations di PT J.Co trcntrts&Coffee) *enada Faraswacyen, MedyaApriliansyah, dan Tigor Morris Maqpaung GAYA KOMUNIKASI POLITIK PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO I'Iawiroh Vera, Eko Putraboedirnan, dan Linda lslami

Upload: vuongtuong

Post on 21-Jan-2017

254 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: reffi wff rutg

f;trxFIIf,'

€E.!te&

gEt5rre* w

Fxx5*xY

i';t:L* x

f;.E,fia1B

x

€*x&J3!*

€* *xx3

frl iltH ffiH P ru5,I

;

hrTI

reffi wff rutgdrcJUR*ALISME DAMAI DALAM PEMBERITAAN KONFLIK DI MEDIAOHLINE{Analisis lsi Pemberitaan Kompas.com dan Republika,co,id ten-tang Konflik Kelompok lslam Syiah di $ampang)Indah $uryawati dan lca Wulansari

I.AKI.I-AKI SEBAGAI KORBAN DALAM PERKAWINAN POLIGAIIII:(Analisis Semiotika Film Ayat-Ayat Ginta {AAC) Karya Hanung Bra-manQro)Eriya*to

PERAHAH HUMAS KEMENTERIA]T KE}IUTANAN DAI.AM PELAK-SANAAN EVENT INDO€REEN FORESTRY EXPO DI JAI(ARTAGC}'VENTION CEilTER 2912Rofiqoh Wulandari dan Linda lslami

REPRESENTASI KEKUASAAN DALAM KONFLIK KOMITE NASIO]SAL PEMUDA INDONESIA 2OO8-2O11 (Analisis Framing ZhongdanPan danGerald M. Kosicki Berita Kompasn Jurnal Nasional, dan Repubtika)Dudi lskandar

KO]IISTRUKSI TEORI KOMUNIT(ASI BERBASIS KEARIFAH LOI(ALTur*omo Rahar&

STRATEGI MEDIA RELATIOHS DAIAM NilE]TIINGKATKA}I CTTRA PE-RUSAHAAN {Studi Kasus pada Media Relations di PT J.Cotrcntrts&Coffee)*enada Faraswacyen, MedyaApriliansyah, dan Tigor Morris Maqpaung

GAYA KOMUNIKASI POLITIK PRESIDEN SUSILO BAMBANGYUDHOYONOI'Iawiroh Vera, Eko Putraboedirnan, dan Linda lslami

Page 2: reffi wff rutg

DAFTAR ISI

AVANT GARDE ISSN 2338-431X

Volume 1, Nomor I Juli 2013

JURNALISME DAMAI DALAM PEMBERITAAN KONFLIK DI MEDIA ONLINE(Analisis lsi Pemberitaan Kompas.com dan Republika.co.id tentang KonflikKelompok lslam Syiah diSampang)lndah Suryawati dan lca Wulansari

LAKI-LAKI SEBAGAI KORBAN DALAM PERKAWTNAN poLtcAMt: (AnatisisSemiotika Film Ayat'Ayat Cinta (AAC) Karya Hanung Bramantyo)Eriyanto

PERANAN HUMAS KEMENTERIAN KEHUTANAN DALAM PELAKSANAANEVENT INDOGREEN FORESTRY EXPO DI JAKARTACONVENTION CENTER 2012Rofiqoh Wulandaridan Linda lslami

REPRESENTASI KEKUASAAN DALAM KONFLIK KOMITE NASIONAL PEMUDAfNDONESIA 2008-2011(Analisis Framing Zhongdan pan danGerald M. Kosicki Berita Kompas, Jurnal Nasional, dan Republika)Dudi lskandar

KONSTRUKSI TEORI KOMUNIKASI BERBASIS KEARIFAN LOKALTurnomo Rahardjo

STRATEGI MEDIA RELATIONS DALAM MENINGKATKAN CITRAPERUSAHAAN (Studi Kasus pada Media Relations di pT J.CoDonuts&Goffee)Denada Faraswacyen, Medya Apriliansyah, dan Tigor Morris Marpaung

GAYA KOMUNIKASI POLITIK PRESIDEN SUSILO BAMBANGYUDHOYONONawiroh Vera, Eko Putraboediman, dan Linda lslami

20

41

59

73

86

95

i

I

I

I

tb

Page 3: reffi wff rutg

KONSTRUKSI TEORI KOMUNIKASIBERBASIS KEARIFAN LOKAL

Turnomo RahardjoJurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Diponegoro

[email protected]

ABSTRACT

Communication as an academic discipline has been studied for more than half a century at colleges anduniversities in Indonesia. Despite of more than 50 years of studying, thetheoretical perspectives thqt has beendiscussed among scholars and researchers mostly arethe product of Western togical discourses. The practice ofintellectual exercisesconducted among academic milieu is limited to the verification of the Westerncommunication theories, leaving out any effort ofexploring local insight to construct theoretical ideas that arerelevant to the context of indigenous communication problems. Communication scholars of China, Japan, andKorea hsve done a lot of scholarly works to build communication theories based on their local wisclom. Indeedthose practices should be able to drive the Indonesictn communiccttion academics to explore the philosophical,moral teachings, and local understandings existed within their surroundings through research initicttiyes.

Key lVords: construction theory, local wisdom

Pendahuluan

Dalam catatan sejarah (Littlejohn& Foss, 2005: 3), studi akademis tentangkomunikasi di Amerika Serikat dimulaisetelah Perang Dunia I ketika kemajuanteknologi dan literasi telah menjadikankomunikasi sebagai topik kajian.setelahPerang Dunia II, ilmu-ilmu sosial diakuisecara penuh sebagai disiplin ilmu, danperhatian kepada proses-proses psikologisdan sosial menjadi semakin intensif.Kajian komunikasi dikembangkan pada

paruh abad 20. Dalam perkembangannya

sekarang, banyak peneliti mengakuikomunikasi sebagai topik utama bagisemua pengalaman manusia. Karya-karyadari International Communication

Association (ICA) dan NationalCommunication Association (NCA)bersamaan dengan terbitnya sejumlahjurnal memperlihatkan apa yang sedang

terjadi dalam kajian komunikasi. Disiplinilmu komunikasi sekarang ini telah

menghasilkan teori-teori baru.

Di Indonesia, ilmu komunikasitelah dipelajari lebih dari setengah abad

melalui lembaga-lembaga pendidikantinggi. Perguruan tinggi pertama yangmenyelenggarakan pendidikan komunikasiadalah Akademi Ilmu Politik Yogyakartapada tahun t949 yang kemudian menjadiBagian Sosial Politik dari Fakultas HukumUniversitas Gadjah Mada (UGM).Perguruan tinggi ini sekarang kitamengenalnya sebagai Jurusan IlmuKomunikasi FISIPOL UGM.Jika dilihatperkembangannya hingg'a sekarang ini,jumlah perguruan tinggi di Indonesiayangmenyelenggarakan pendidikan komunikasisemakin meningkat secara kuantitas. Diberbagai wilayah, dapat dengan mudahdijumpai perguruan tinggi ilmukomunikasi, tidak saja di di kota-kotaPulau Jawa, tetapi telah menyebar keSumatera, Bali, Nusa Tenggara,Kalimantan, Sulawesi, Maluku hinggaPapua.

Dibalik peningkatan secara

kuantitas, ada persoalan yang perludiperbincangkan bersama, yaitu selama

tr

Avant Gorde I lurnol tlmu Komunikosi voL i- No.L Juti2aB ffi@

Page 4: reffi wff rutg

lebih dari 50 tahun kajian tentang ilmukomunikasi di Indonesia masih terlihat

"seragam". Hampir atau mungkin semua

perguruan tinggi melaksanakan kegiatan

pendidikan komunikasi dengan fokus

kajianyang kurang lebih "sama", yaitu

Jurnalistik, Hubungan Masyarakat,

Periklanan, Penyiaran, dan Manajemen

Komunikasi. Studi komunikasi di

Indonesia belum beranjak dari arus utama

tersebut.Persoalan kedua, pemikiran-

pemikiran teoritik komunikasi yang

menjadi bahan diskusi komunitas

pendidikan tinggi ilmu komunikasi

maupun praktisi komunikasi di Indonesia

masih sebatas atau bahkan berhenti pada

upaya melakukan verifikasi atau pengujian

terhadap teori-teori komunikasi yang

merupakan produk dari sejarah intelektual

Barat.Hingga saat ini belum cukup terlihat

upaya dari akademisi dan peneliti

komunikasi di Indonesia untuk menggali

kearifan lokal (local wisdom) guna

membangun gagasan-gagasan teoritik

komunikasi yang relevan dengan lingkuppersoalan komunikasi yang terjadi diIndonesia.

Sebagai gambaran awal, Shelton A.

Gunaratne (dalam Littlejohn & Foss, 2009:

47) dalam artikelnya menyebut secara

gamblang apa yang ia namakan sebagai

Teori Komunikasi Asia (Asian

Communication Theory). Menurut

Gunaratne, Teori Komunikasi Asia

merujuk pada kelompok literatur yang

mencakup konsep-konsep yang berasal

dari panbaaaan kembali esai-esai klasik

Asia, sintesis teoritis Timur-Barat,

eksplorasi ke dalam konsep-konsep

budaya Asia, dan refleksi kritis terhadap

teori Barat. Teori Komunikasi Asia yang

dimaksudkan dalam tulisan Gunaratne

memberi perhatian kepada filosofi besar

India dan China serta budaya dari' kawasan

diantara India dan China. Gunaratne tidak

satu pun menyebut pemikiran filosofisyang tumbuh dan berkembang di kawasan

Asia yang lain termasuk Indonesia.

Dalam konteks diskusi tentang

Teori Komunikasi Asia, para akademisi

dan peneliti komunikasi Jepang, Korea,

dan China telah melakukan praktik-praktik

intelektual guna menghasilkan teori-teori

komunikasi yang berbasis pada kearifan

lokal. Salah satu contohnya adalah

Chinese Harmony Theory yang diciptakan

oleh Guo-Ming Chen. Teori yang

dihasilkan pada tahun 2001 ini memiliki 4proposisi, 23 aksioma, dan 23 teorema

G4lam Littlejohn & Foss, 2009:95).Teoriini menjelaskan bahwa harmoni

merupakan nilai fundamental dalam

budaya China. Harmoni, bagi orang China

merupakan tujuan dari komunikasi

antarmanusia dimana pihak-pihak yang

berinteraksi mencoba untuk menyesuaikan

diri satu sama lain guna mencapai suatu

keadaan, yaitu interdependensi dan

kooperasi. Kemampuan untuk mencapai

harmoni dalam relasi antar manusia

merupakan kriteria utama yang dipakai

orang China untuk mengevaluasi

kompetensi komunikasi. Meningkatnya

kemampuan seseorang untuk mencapai

harmoni akan meningkatkan kompetensi

komunikasi.

Guo-Ming Chen dalam

membangun Chinese Harmony Theory

menggunakan konsep-konsep yang

berbasis pada kearifan lokal, yaitu

pertama, menginternalisasikan ien(kemanusiaan), yi (kejujuran), dan li(ritual); kedua, mengakomodasikan shi

(kemungkinan-kemungkinan dalam

konteks waktu/temporal), wei

Avont Gorde I lurnol llmu Komunikasi VoL L No.1Juli201-3 ffi

Page 5: reffi wff rutg

(kemungkinan-kemungkinan dalamkonteks ruang/spasial), dan 7i (awal suatu

tindakan); dan ketigasecara strategis

menerapkan guanxi (antarhubungan),

mientz ("wajah"), dan kekuasaan dalamtataran perilaku.

Dalam konteks keilmuan dan

filsafat, disadari atau tidak dominasipemikiran Barat terhadap pemikiran Timurmasih sangat besar.Pemikir Baratmenetapkan kriteria-kriteria tertentuterhadap pemikiran yang berasal dariTimur.Foucault G4!g!0 Takwin, 2001: 25-26) mengajukan tesis tentang hubunganantara pengetahuan dengan kekuasaan.Ia

melihat bahwa patokan keilmuan atau

filosofi tertentu sangat dipengaruhi("ditentukan") oleh kekuasaan yangdimiliki oleh pihak-pihak penyampaipatokan-patokan tersebut. Tesis Foucaultini dapat membantu kita untuk memahamimengapa Barat cenderung menolak filsafatTimur.Penentuan pemikiran Timur sebagai

"bukan filsafat" tidak lepas dari pengaruhkekuasaan Barat yang menetapkankriteria-kriteria mereka terhadap pemikiranTimur.Gagasan-gagas aL yang berasal dariTimur sering dianggap tidak rasional, tidaksistematis, dan tidak kritis. Namun,kehadiran gagasan tentang TeoriKomunikasi Asia danChinese HarmonyTheory karya Guo-Ming Chen sertapemikiran teoritik komunikasi Asialainnyaseperti Buddhist CommunicationTheory, Confucian CommunicationTheory, dan Japanese KuukiTheorybarangkali bisa menjadi jawaban

atas "ketidakpetcayaan" pemikir Baratselama ini terhadap pemikiran-pemikiranyang berasal dari Timur.

Dalam pandangan penulis,

pemikiran teoritik (komunikasi) Timur

lainnya termasuk di dalamnya pemikiranfilosofis, ajaran moral, dan kearifanlokalyang tumbuh dan berkembang dinegara kita perlu distimulasi kehadirannya,karena pada dasarnya gagasan-gagasan

teoritik merupakan konstruksi, yaitupemikiran yafig merepresentasikanberagam carayang dilakukan orang dalammemahami lingkungan mereka; dan upayauntuk memahami lingkungan tersebutdapat dilakukan tanpa mengenal batas-batas kewilayahan.

Konstruksi Teori (Komunikasi)

Teori tidak saja dipahami sebagaipenjelasan, tetapi juga sebuah caramengemas realitas, cara untuk memahamirealitas (Littlejohn & Foss, 2005: 4).Orang selalu merepresentasikan realitassecara simbolis dan menjalankannyadalam wilayah teori. Teori adalah sebuahsistem pemikiran, sebuah cara melihat.Kita tidak pernah dapat "melihat" realitassecara murni. Kita perlu menggunakanseperangkat konsep dan simbol untukmendefinisikan apa yang kita lihat, danteori-teori memberikan lensa yangmemungkinkan kita untuk mengobservasidan mengalami realitas.

Istilah teori komunikasi dapat

merujuk pada teori tunggal, namun teorikomunikasi dapat dipakai untuk memberilabel pada kearifan kolektif (collectivewisdom) yang ditemukan dalamkeseluruhan wujud dari teori-teori yangberkaitan dengan komunikasi. McQuail(2000: 12) menguraikan wujud nyata dariteori dan penelitian komunikasi dengan

merumuskan

sebagai berikut:

pertanyaan-p ertanyaan

L

Avant Garde I Jurnot tlmu Komunikosi VOL 7 No.lrtt;ffi

Page 6: reffi wff rutg

Who communicate to whom?. Siapa

berkomunikasi dengan siapa?

(sumber dan penerima).

Why communicate?. MengaPa

berkomunikasimaksud/tujuan).

(fungsi dan

How does communication take

place?. Bagaimana komunikasi

berlangsung? (saluran, bahasa,

kode).

What aboutT. Tentang apa (isi,

referensi, tipe informasi).

5. What are the outcomes ofcommunication?. Apa hasil dari

komunikasi (disengaja atau tidak

disengaja) terhadap informasi,

pemahaman, tindakan?.

McQuail (2010: 18) melengkapi pemikiran

sebelumnya dengan menguraikan

pertanyaan-pertanyaan untuk teori dan

penelitian tentang jejaring dan proses

komunikasi sebagai berikut:

1. Wo is connected to whom in agiven network and for what

purposeT. Siapa terhubungkan

dengan siapa dalam suatu jejaring

dan untuk maksud apa?.

2. What is the pattern and direction offlow?. Bagaimana pola dan arus

komunikasinya?

3. How does communication take

place?. Bagaimana komunikasi

berlangsung? (saluran, bahasa,

kode).

4. What types of content are

observed?. Tipe-tipe isi aPa Yang

diobservasi?.

5. What are the outcomes ofcommunication?. Apa hasil dari

komunikasi, disengaja atau tidak

disengaja?.

Dalam cara berpikir Barat, inti dari

konstruksi teori atau bagaimana sebuah

teori diciptakan adalah apa yang dikenal

dengan process of inquiry, yaitu kajian

pengalaman yang sistematis yang

mengarah pada pemah aman, pengetahuan,

dan teori (Littlejohn & Foss, 2008: 7)'

Orang terikat dalam inquiry ketika

berupaya untuk memahami sesuatu dalam

cara yang tertata. Proses inquiry yang

sistematis akan mencakup tiga tahapan,

yaitu:

1) Asking questions. Inquiry adalah

proses mengajukan PertanYaan-pertanyaan yang menarik,

signifikan, dan memberikanj awaban-jaw aban y ang sistematis.

P ertanyaan-pertanyaan yang

diajukan memiliki beragam tiPe,

yaitu pertanyaan-pertanyaan

tentang definisi (questions ofdefinition) terhadap konsep-konsep

sebagai jawaban, berupaya untuk

menjelaskan apa yang diobservasi

atau disimpulkan: Apa itu?.

Pertanyaan-pertanyaan tentang

fakta (questions of fact)menanyakan hal-hal (ytroperties)

dan hubungannya dengan apayargdiobservasi. Hal-hal tersebut berisi

tentang apa? Bagaimana hal-hal

tersebut berhubungan dengan hal-

hal lain? Pertanyaan-pertanyaan

tentang nllai (questions of value)

mengkaji tentang kualitas-kualitas

estetika, pragmatis, dan etis dari

hal-hal yang diobservasi. Apakah

menarik? Apakah efektifl Apakah

bagus?.

2) Observation. Para akademisi

berusaha mencari jawaban dengan

mengamati fenomena yang diteliti.

1.

2.

aJ.

4.

Avant Gorde I Jurnal llmu Komunikosi VOL L NO.1Juli 201-3

Page 7: reffi wff rutg

Metoda-metoda observasi berbeda

secara signifikan dari satu tradisike tradisi yang lain. Beberapa

akademisi melakukan observasi

dengan mengkaji catatan-catatan(records) dan artefak, akademisi

lainnya melalui keterlibatanpribadi, dan beberapa akademisi

lainnya menggunakan instrumen-

instrumen dan eksperimentasi yang. terkontrol, serta akademisi sisanya

menjalankan observasi dengan

mewawancarai orang. Apa pun

metoda yang digunakan, penelitimenjalankan beberapa metodayang direncanakan untukmenjawab pertanyaan-pertanyaan

(penelitian).

3) Constructing answers. Paraakademisi berupaya untukmendefinisikan, menerangkan, dan

menjelaskan guna membuatpenilaian dan interpretasi tentang

apa yang diobservasi. Tahapan inidikenal sebagai teori.

Tahapan-tahapan dalam inqury tidak bisa

dipahami secara linier, karena setiap

tahapan akan mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh tahapan yang lain.Observasi sering menstimulasi munculnyapertanyaan-pertanyaan baru; teori-teoridiperdebatkan melalui observasi dan

pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan.Teori-teori akan meng arah pada

pertanyaan-pertanyaan baru; dan observasi

sebagian ditentukan oleh teori.

Dalam catatan Sarantakos (1993:

9), konstruksi teori didasarkan pada

sebuah pendekatan sistematis yang

menggunakan prosedur-prosedur yangjelas, tersurat, dan formal dalam semua

aspek proses penelitian, yaitu dalammendefinisikan konsep-konsep, variabel-variabel, sistem-sistem penggolongan;

dalam mengembangkan proposisi-proposisi; dalam membuat pernyataan-

pernyataan; dan dalammengoperasionalkan dan mengukurkonsep-konsep dan variabel-variabel.

Maksud dari proses pemikiranmetodologis ini adalah agar sampai pada

seperangkat proposisi yang saling

berhubungan secara logis yang

menerangkan, menginterpretasikan,

menjelaskan danlatau memprediksifenomena sosial, sehingga dapat

diperkirakan dan diperkirakan kembaliserta akhirnya mengarah pada

pengembangan, penerimaan atau

modifikasi sebuah teori.

Proses konstruksi teori secara

deduktif diawali dari pengembangan

konsep-konsep sebagai bahan dasar dariteori, kemudian dilanjutkan dengan

melakukan analisis, pengujian, dan

pemahaman konsep-konsep serta

mengklasifikasikan konsep-konsep

tersebut ke dalam sistem atau kategori-kategori. Langkah berikutnya dalamkonstruksi teori adalah pengembangan

proposisi-proposisi, yaitu pernyataan-

pernyataan umum tentang hubungan antarakonsep-konsep.Proposisi-propo sisimenjawab pertanyaan "mengapa" (why)

dilawankan dengan konsep-konsep dan

sistem-sistem klasifikasi yang menjawabpertanyaan " apa" (what) -T ahapan terakhirdalam proses konstruksi adalah

dihasilkannya teori. Teori adalah

seperangkat proposisi yang saling

berhubungan secara logis yang disajikandalam sebuah cara yang sistematis yang

menjelaskan fenomena sosial. Teori adalah

Avont Garde I Jurnal llmu Komunikasi voL 7 No.i- Juli20L3 ffi

Page 8: reffi wff rutg

pemyataan-pernyataan yaflg

dikonstruksikan secara logis yang

meringkas dan mengorganisasikan

pengetahuan dalam sebuah kawasan

partikular, terbuka untuk diuji, dirumuskan

kembali, dimodifikasi, dan direvisi.

Berikut adalah sebuah contoh teori

komunikasi yang proses konstruksinya

menggunakan model atau logikahypothetico-deductive yang didasarkan

pada asumsi bahwa kita dapat memahami

dengan baik hal-hal yang komplek dengan

menganalisis bagian-bagian atau elemen-

elemennya. Jenis teori yang dihasilkan

dalam logika hypothetico-deductive adalah

nomothetic yang didasarkan pada empat

proses, yaitu 1) mengembangkan

pertanyaan-pertanyaan; 2) merumuskan

hipotesis; 3) menguji hipotesis; dan 4)

merumuskan teori (Littlejohn & Foss,

2005:23).

Charles Berger dan Richard

Calabrese mempublikasikan teori deduktiftentang interaksi awal antara individu-individu yang belum saling mengenal

(Baxter & Babbie, 2004: 73).Teori inidikenal sebagai Teori Pengurangan

Ketidakpastian (Uncertainty Reduction

Theory) yang memiliki peran penting

dalam banyak penelitian komunikasi

antarpribadi dan komunikasi

antarbudaya.Meskipun lingkup teori iniadalah interaksi awal, namun kemudian

diperluas dalam konteks interaksi

antarindividu yang tingkat hubungannya

sudah mapan.

Kedua teoritisi tersebut mencatat

bahwa ketika individu-individu yang

belum saling mengenal bertemu, maka

mereka termotivasi untuk mengurangi

ketidakpastian satu sama lain: apa yang

disukai orang lain? akankah ia menyrkai

saya? topik-topik apa yang obman" untuk

dibicarakan?, dan topik-topik apa yang

akan membuat tidak nyaman orang lain?

Inti dari teori Berger dan Calabrese adalah

asumsi bahwa komunikasi dalam interaksi

awal diarahkan pada upaya untuk

mengurangi ketidakpastian.

Berger dan Calabrese merumuskan

tujuh proposisi atau aksioma yang

disajikan sebagai landasan proses

penalaran deduktif, yaitu:

Aksioma 1: Ketika jumlah komunikasi

verbal antara individu-individu yang

belum saling mengenal meningkat, maka

tingkat ketidakpastian masing-masing

individu akan menurun. Ketikaketidakpastian terus dikurangi, makajumlah komunikasi verbal akan meningkat.

Dengan kata lain, semakin sering dua

individu berbicara bersama, maka

ketidakpastian diantara mereka akan

menurun.

Aksioma 2: Ketika ekspresi non verbal

tentang kesukaan (liking) meningkat, maka

ketidakpastian akan menurun.

Menurunnya tingkat ketidakpastian akan

menyebabkan meningkatnya ekspresi non

verbal tentang kesukaan. Dengan kata lain,

ketika orang lain tersenyum kepada kita,

maka kita merasa lebih pasti tentang orang

lain tersebut dan sebaliknya.

Aksioma 3: Tingkat ketidakpastian yang

tinggi akan meningkatkan perilaku

pencarian informasi (information-seeking

behavi or). Ketika ketidakpastian menurun,

maka pencarian informasi juga akan

menurun. Dengan kata lain, ketika kitamerasa tidak pasti tentang orang lain,

maka kita menanyakan banyak hal; sekali

kita memiliki beberapa kepastian tentang

Avant Garde I Jurnat llmu Komunikosi VoL 1 No.7 Juli20L3 ffi

Page 9: reffi wff rutg

orang lain, maka kita akan menghentikanrasa ingin tahu kita.

Aksioma 4: Ketidakpastian yang tinggiterjadi pada menurunnya kedekatan(intimacy) dalam isi komunikasi. Tataran

ketidakpastian yang rendah menghasilkan

tingkat kedekatan yang tinggi. Dengan

kata lain, ketika kita tidak pasti terhadap

seseorang, maka kita tidak banyakmengungkapkan hal-hal pribadi darikehidupan kita.

Aksioma 5: Ketidakpastian yang tinggidihasilkan dalam tingkat resiprositas yang

tinggi. Ketidakpastian yang rendahdihasilkan dalam tingkat resiprositas yang

rendah.Dengan kata lain, ketika kita tidakpasti tentang orang lain, maka kitacenderung bercermin pada komunikasiorang tersebut.

Aksioma 6: Kesamaan-kesamaan antaraindividu-individu akan mengurangiketidakpastian, sedangkan ketidaksamaan-ketidaksamaan akan meningkatkan

ketidakpastian. Dengan kata lain, ketikadua orang merasa bahwa mereka berbagisesuatu yang sama, maka akan mengurangiketidakpastian mereka satu sama lain.

Aksioma 7: Meningkatnya tataranketidakpastian akan menurunkan kesukaan

(liking); menurunnya ketidakpastian akan

meningkatkan kesukaan. Dengan kata lain,jika kita merasa tidak pasti terhadap

seseorang, maka kita tidak akan

menyukainya.

Teori Komunikasi (Perspektif Timur)

Gagasan tentang kemungkinanmunculnya pemikiran teoritik komunikasidalam cara pandang Timur disampaikan

oleh Kincaid (dalam Littlejohn, 1999:4-6).Ia mengemukakan pandangan yang cukup

menguntungkan bagi munculnya gagasan

konseptual tentang komunikasi dengan

mengkontraskan pandangan Barat dengan

pandangan Timur yang dapat disimak pada

tabel berikut.

TABEL 1

Teori Komunikasi Dalam PerspektifBarat dan Timur

Sumber: Stephen W. Littlejohn, Theories of HumanCommunication, Sixth Edition, 1999: 4-6.

Dalam catatan Littlejohn (1999:.

41), komunikasi dalam perspektif Timurmemiliki kesamaan dengan Teori Sistem,karena cara pandang Timur tentang

komunikasi menekankan pada keseluruhan(wholeness) yang menjadi inti(centerpiece) dari Teori Sistem. Dalamarti, sistem merupakan keseluruhan yang

bersifat unik.Ia mencakup pola hubungan(relationship) yang berbeda dengan sistemyang lain. Keseluruhan lebih dari sekadar

penjumlahan terhadap bagian-

Persnektif Barat Persnektif TimurMemberi perhatian padapengukuran bagian-bagiandan tidakmengintegrasikannya kedalam sebuah proses yangdisatukan.

Cenderungmemfokuskan padakeseluruhan dankesatuan.

Didominasi oleh visiindividualisme. Orangdipertimbangkan aktifdalam pencapaian tujuan-tujuan pribadi.

Memandang hasilkomunikasi sebagaisesuatu yang tidakdirencanakan danmerupakankonsekuensi yangbersifat alami darisuatu peristiwa.

Didominasi oleh bahasa. Lambang-lambangverbal, khususnyaujaran, tidak cukupmendapat perhatiandan dipandang secaraskeptis.

Hubungan atau relasimuncul diantara dua ataulebih individu.

Hubungan bersifatlebih rumit, karenamelibatkan posisisosial tentang peran,status, dankekuasaan.

AvantGarde|JurnolllmuKomunikosiVoL1-No.1.lulizoiiffi

Page 10: reffi wff rutg

bagiannya.Sistem merupakan produk darikekuatan-kekuatan atau interaksi diantara

bagian-bagiannya.Disamping adanya

kesamaan tersebut, perspektif Timur dan

Teori Sistem menghindari alasan kausal

(sebab-akibat) yang bersifat linier.

Jika Kincaid masih sebatas

menawarkan gagasan tentang

kemungkinan munculnya pemikiran

teoritik komunikasi dalam perspektifTimur, maka seperti yang telah

dikemukakan di atas, Shelton A.Gunaratne dalam artikelnya menyebut

secara lugas Teori Komunikasi Asia(dalam Littlejohn & Foss, 2009:47-52).

Menurut Gunaratne, tiga kata yangmenyusun "Teori Komunikasi Asia"membutuhkan penjelasan lebih lanjut,sebab setiap kata memiliki makna yangberagam. Meskipun secara geografis Asiameliputi Timur Tengah, Asia Tengah, dan

Rusia sebelah Timur, namun "Teori Asia"memusatkan perhatiannya kepada filosofibesar India dan China serta budaya darikawasan diantara India dan China. "TeoriKomunikasi Asia" menambah perbedaan

makna "komunikasi" dan bertentangan

dengan pandangan positivist tentang

"teori" yang merupakan sebuah artifak dariilmu Barat. Teori Asia menekankan pada

pada sistem, kelompok, jaringan, dan

pendekatan makro. Karenanya, lebih miripfilsafat yang tidak dapat secara mudah

diuji dalam cara ilmiah Barat.

P endekatan-pendekatan yang

berbeda terhadap komunikasi dan produk

teori dalam cara pandang Asia tidak sama

dengan premis-premis Barat tentang diri,alam, ruang dan wakfu, dan

pengetahuan.Johan Galtung meringkas

perbedaan-perbedaan tersebut seperti yang

dapat disimak dalam tabel berikut.

TABEL 2Teori Komunikasi Barat dan Asia

Sumber: Shelton A. Gunaratne (dglglq Littlejohn &Foss, 2009: 48), Encyclopedia of ContmunicationTheory.

Teori Komunikasi Asia, seperti

yang telah diuraikan sebelumnya,

merupakan hasil pembacaan kembali esai-

esai klasik Asia, sintesis teoritis Timur-Barat, eksplorasi ke dalam konsep-konsep

budaya Asia, dan refleksi kritis terhadap

teori Barat.Wujud nyata dari praktikintelektual yang dilakukan adalah

pemikiran teoritik komunikasi yang

berbasis pada nilai-nilai budaya yangtumbuh dan berkemban#Ltl(awasan Asia,khususnya Asia ff-Rmur. BuddhistCommunication Theory merupakangagasan teoritik yang disampaikan oleh

Wimal Dissayanake; Chinese HarmonyTheory adalah karya intelektual Guo-Ming

Perspektif Barat Persnektif AsiaMenekankan padaindividualisme.

Menekankan padatanggung jawabresiprokal antaraindividu denganmasvarakat.

Menekankan padakontrol terhadap alam.

Menekankan padahqrmoni dengan alam.

Melihat dunia terbagike dalam pusat (Barat),pinggiran (pendukungBarat), dan di luarpinggiran (sisanya).

Melihat dunia dan alamsemesta sebagai satuanyang tunggal(keseluruhan yangsaling berhubungan dansalins tersantuns).

Memahamipengetahuan dalamlingkup atomisme dandeduktivisme (danmenggunakan bagian-bagian tersebut untukmenciptakan kerangkateoritis yang bebaskontradiksi).

Memahami pengetahuandalam lingkup miripteori sistem dimanaaksiologi, epistemologi,dan ontologi menjadibagian-bagian esensialdari teoritisasi.

Melakukan sub ordinasimanusia untuk "asupreme being".

Menempatkankeyakinan denganmengikuti jalurkebaikan: dharmadalam Buddhisme danHinduisme,yi dalamKonfusianisme, danSupreme Reality yangsuci dalam Daoisme.

Avant Gorde I Jurnol llmu Komunikasi VOL 1 NO.7 Juti 2013 ffi

Page 11: reffi wff rutg

Chen; Confucian Communication Theorymerupakan pemikiran yang ditulis olehJing Yin; Japanese Kuuki Theory adalahgagasan konseptual yang disampaikan olehYouichi Ito; dan Xiaosui Xiao menulisTaoist Communication Theory.Ada duateori komunikasi dalam perspektif Timur,yaitu Hindu Communication Theory danIndian Rasa Theory. Namun, keduapemikiran teoritik ini ditulis olehakademisi non Asia, yaitu Scott R. Stroud.

Pemikiran-pemikiran teoritikkomunikasi Asia di atas dibangunberdasarkan nilai-nilai kearifan lokal yangtumbuh dan berkembang di kawasan

budaya tersebut. Dalam BuddhistCommunication Theory, Dissayanake(dab4q Littlejohn & Foss, 2009: 83-35)mengatakan bahwa Buddha merupakankomunikator persuasif yang hebat.Iaberdoa untuk para pengikutnya denganbahasa yang dapat dimengerti. Buddhamerancang pesan-pesan yang akandisampaikan dalam sebuah cara yangdapatmemiliki daya tarik untuk orangkebanyakan. Ia menempatkan penerima(receiver) sebagai titik pusat modelkomunikasinya, tidak seperti kebanyakanmodel komunikasi Barat yang hinggasekarang masih memfokuskan padapengirim (sender). Buddha menggunakankiasan-kiasan dan cerita-cerita untukmemberi kesaksian terhadap fakta yangada.Komunikasi menjadi aspek sentral daripemikiran Buddhist.

Lebih lanjut Dissayanakemenguraikan bahwa pandangan

komunikasi Buddhist adalah bahasa

sebagai praktik sosial yang dibentuk olehkebiasaan dan disetujui oleh orang yangmenggunakannya. Bahasa dan komunikasipada akhirnya harus mengarah pada suatu

cara untuk menuju pembebasan.

Karenanya, refleksi dan mawas dirimerupakan esensi dari komunikasi intrapribadi. Refleksi diri dibangun melaluiproses komunikasi verbal. Seseorang tidakhanya merangkai kata-kata, tetapi jugamerefleksikan

mengevaluasinya. Buddhi sme

Buddhisme

komunikasi.Pemahaman

mengembangkan model komunikasi antarpribadi. Tujuan Buddhisme adalahbagaimana hidup secara produktif danharmonis dengan orang lain. Modelkomunikasi antar pribadi Buddhisttergantung pada ketetapan moral, yaitumemberi perhatian pada kepekaan dalammenggunakan bahasa, kemampuanmelakukan verifikasi komunikasi, danpencaparan harmoni melaluiinteraksi.Teori Komunikasi Buddhistbersifat komplek dan banyaksisi.Pendekatan Buddhist terhadap bahasadan implikasi Buddhisme dalamkomunikasi intra dan antar pribadimerupakan contoh dari banyak implikasi

danjuga

terhadap

Buddhismetentang komunikasi sebagai tindakansosial dan moral banyak menawarkansesuatu yang perlu dikaji oleh paraakademisi komunikasi.

Contoh lain dari Teori KomunikasiAsia adalah Confucian CommunicationTheory. Jing Yin (dalam Littlejohn &Foss, 2009: 170-172)menjelaskanKonfusianisme merupakansebuah pandangan (worldview), ideologipolitik, etika sosial, tradisi ilmiah, danjalan hidup.Ajaran Konfusian bergantungpada tiga manfaat utama untukmendefinisikan hubungan arrtar manusiayang baik, yaitu ren (kemanusiaan), yi(kejujuran), dan li (kesopanan).Konfusius

memahami tujuan komunikasi sebagai

Avant Garde I Jurnal tlmu Komunikasi voL i. No.L Juli20L3 M

Page 12: reffi wff rutg

sesuatu yang etis, yaitu mematuhi dan

menopang tatanan moral dari komunitasmanusia. Komunikasi perlu bagi orang

untuk belajar dan menyatukan diri mereka

dengan orang lain. Karenanya, komunikasimerupakan usaha untuk mengembangkan

kepekaan orang.

Jing Yin lebih lanjut menjelaskan

bahwa komunikasi bukanlah sebuah

instrumen fungsional untuk mencapai

tugas-tugas tertentu, namun lebih sebagai

sarana untuk memfasilitasi dan

merefleksikan kultivasi diri (sulfcultivation) atau pengembangan moralseseorang.Komunikasi yang baik perlu

mengikuti prinsip /i (kesopanan) dan harus

sesual konteks.Ajaran moralKonfusianisme tidak memercayai kata-

kata yang terpola yang tidak memilikisubstansi dan tidak berhubungan dengan

moralitas orang.Dalam pandangannya

tentang integritas seseorang, Konfusiuslebih menekankan pada tindakan daripada

kata-kata.

Pengaruh Konfusianisme dapat

diamati dalam pola-pola komunikasibudaya Asia Timur. Komunikasi dipahami

sebagai proses interaksi dan interpretasiyang tidak pemah berakhir. Kompetensi

komunikasi dalam budaya Asia Timurmencakup kemampuan untuk secara

seksama memperkirakan dimana posisi

seseorang dalam hubungannya dengan

orang lain dan membuat pilihan bahasa

yang sesuai.Perhatian kepada hubungan

yang harmonis dalam ajaran Konfusianmengarahkan orang Asia Timur untuk

keluar dari ketergantungan pac,komunikasi langsung. Cara-car:

komunikasi tidak langsung dinilai tep:i.karena perhatian pada "wajah" orang 1ain.

Komunikasi dalam budaya AsiaTimur lebih berpusat pada penerima

(receiver-centerefi daripada pengirim(sender-centered) yang dominan dalam

budaya Barat.Penggunaan komunikasitidak langsung memungkinkan terciptanya

banyak ruang untuk melakukan

interpretasi.Komunikasi yang berpusat

pada penerima mempersyaratkan

pendengar untuk memberi perhatian pada

situasi dan hubungan yang berbeda. Cara

komunkasi ini merupakan praktik dari

prinsip utama Konfusian, yaitu ren:

kepekaan terhadap orang lain.

Menggali Kearifan Lokal (Jawa)tentang Komunikasi

Pemikiran-pemikiran teoritikkomunikasi Asia yang berbasis padakearifan lokal seperti yang dijelaskandalam Buddhist Communication Theory,Chinese Harmony Theory, dan ConfucianCommunication Theory seharusnya bisamenginspirasi akademisi dan penelitikomunikasi Indonesia untuk menggali danmengenali pemikiran filosofis, nilai-nilaimoral, dan kearifan lokal yang ada diwilayah budaya kita. Menggali danmengenali kearifan lokal ini merupakanupaya untuk menumbuhkan kesadaran dankepekaan keilmuan akademisi dan penelitikomunikasi Indonesia tentang pentingnyamemahami pemikiran filosofis, nilai-nilaibudaya dan moral gunamembangungagasan-gagasan teoritik komunikasi yangrelevan dengan lingkup persoalankomunikasi yang terjadi di Indonesia.

Teori-teori Komunikasi Asia'lanvak memberikan penjelasan tentang

Dentingnva menciptakan kehidupan sosial

r:ng liarmonis dengan memberi perhatian

iepada "n'ajah" (face) orang lain. "Wajah"

', "ns dimaksud adalah metafora tentang

:::: din ((self-image).Chinese Harmonyl,::or)' memperkenalkan konsep meintz

'',', :jah") dan Confucian Communication

- i::oi) menggunakan konsep ren

Avont Gorde - --' : - - ,icmunikosi VOL 1 NO.L Juti201-3 W

Page 13: reffi wff rutg

(kepekaan terhadap orang lain).Dalambudaya Jawa ada kearifan lokal yangmenekankan pada pentingnya kehidupanbermasyarakat yang harmonis, yaitu"sayuk rukun saiyeg saeka prayq" (Pasha,

20ll: 16l), sebuah tekad untukmembangun kehidupan yang rukun gunabersama-sama mencapai tujuan.Dalamkonteks menghormati "wqah" orang lain,ajaran moral dalam budaya Jawa

menekankan pentingnya "ana caturmungkur" (Pasha, 2011: 172), yaitumenghindari pembicaraan yang tidakperlu. Perdebatan yang tidak berujungpangkal hanya akan membuang waktu,tenaga, dan pikiran serta bisa membuatsuasana menjadi lebih keruh.

Dalam konteks menghormati"wajah" orang lain, ada sebuah pemikiranteoritik dalam kajian komunikasiantarbudaya, yaitu Face-NegotiationTheory dari Stella Ting-Toomey (dalamWest & Turner, 2007: 481). Teori inimemberikan penjelasan bahwa dalamsituasi konflik, kepedulian atau perhatianorang pada mutual face dan other facedalam budaya kolektivistik akan membuatmereka berusaha untuk membeikan focekepada orang lain. Cara yang digunakanadalah melakukan penghindaran, bersikapkooperatif atau melakukankompromi.Sebaliknya, kepedulian orangpada self-face dalam budayaindividualistik membuat mereka berusaha

untuk memperbaiki face diri sendirimelalui cara-cara dominasi ataumenunjukkan sikap agresif. Budaya Asiadiklasifikasikan sebagai kulturkolektivistik, sehingga dalam konteksresolusi konflik lebih memberi perhatianpada "wajah bersama" (mutual face) dan"wajah orang lain" (other face) agar orang

tetap teqaga citra dirinya dihadapanpublik.

Dalam konteks budaya Jawa, jugaada kearifan lokal yang barangkali dapatdisepadankan dengan teori-teorikomunikasi Barat tentang dialog, yaitu"yen ana rembug dirembug, nanging olehengrembug kanthi ati sing sareh" yangsecara harfiah bermakna jika ada persoalan

sebaiknya dibicarakan dengan hati yangtenang dan sabar. Dalam pustakakomunikasi dapat ditemukan teori-teorikomunikasi Barat tentang dialog antaralain dari Martin Buber, Carl Rogers, danMikhail Bakhtin.

Teori dialog dari Martin Buber

GAla4A Griffin, 2000: 202-203; Bertens,2002: 176;' Littlejohn & Foss, 2005:206-207; Littlejohn & Foss, 2009: 302)menjelaskan bahwa individu-individudalam relasi dialogis tidak berusahamemaksakan pandangan-pandangan

mereka satu sama lain. Setiap orangbersedia menerima orang lain tanpa syaratdan tidak ada keinginan untuk merubahorang lain. Mitra dialogis menunjukkankesadaran bahwa orang lain itu unik dansemua orang memiliki genuineness danauthenticity. Carl Rogers (dglelqLittlejohn, 2005: 204-206; Littlejohn &Foss, 2009: 3A2) mempopularkan istilahempathy sebagai kunci utama untukmemahami komunikasi yangbermakna.Komunikasi, menurut Rogers,harus berpusat pada perasaan manusia,hubungan antar manusia, dan potensi yangdimiliki manusia. Sebuah "ruang" dapatdibuka untuk melaksanakan dialog ketikahubungan antar individu ditandai olehkeinginan untuk mendengar dan masuk kedalam relasi yang bermakna dengan oranglain, genuineness dalam berbagi perasaan

Avont Garde I Jurnol llmu Komunikasi VOL i. NO.j_ Juli 2013

Page 14: reffi wff rutg

dan gagasan dengan orang lain, dan

menghormati orang lain.Sedangkan

Mikhail Bakhtin (dalgm Littlejohn & Foss,

2005: 196-199; Littlejohn & Foss, 2009:

303) menegaskan bahwa dialog akan

menghasilkan realitas yang

mengekspresikan "banyak suara" (many

voices) yang ia sebut dengan

heteroglossia. Bakhtin mengkontraskan

antara dialog dengan monolog. Monolog

terjadi karena hilangnya "banyak suara",

tema-tema menjadi dogmatis, dan tidak

ada pengayaan bersama (mutual

enrichment) dari pihak-pihak yang

berinteraksi.

Kearifan lokal "yen ana rembug

dirembug, nanging olehe ngrembug kanthi

ati sing sareh" mengajarkan kepada setiap

orang untuk menyelesaikan perselisihan

atau konflik dengan kepala dingin, hati

yang tenang, dan Pikiran Yangjemih.Kebencian dan kekerasan

seharusnya tidak perlu te{adi apabila

mereka bersedia untuk "rembugan" atau

membangun dialog.Kebencian dan

kekerasan dapat dihilangkan dengan

kelembutan hati.Dalam kearifan lokal

budaya Jawa dikenal dengan suradira

j ayaningrat lebur dining pangas tuti.

"Ajo tumindak grusa-grusu,

nanging tumindak kanthi landesan pikiran

kang wening"."TumindQk iku kanthi duga

lan prayoga" (Pasha, 20ll: 33).Kearifan

lokal ini bermakna bila kita sedang

menghadapi masalah, maka jangan

bertindak reaktif dalam menangani

persoalan secara emosional, namun perlu

menghadapinya secara Proaktif.menangani persoalan secara bijak dengan

pikiran yang jernh. Dalam cara berpikir

Barat, tumindak kanthi landesan pikirart

kang wening (bertindak dengan pikiran

yang jemih) atavtumindak kanthi duga lan

prayoga (tindakan yang didasari oleh

pertimbangan yang memadai) merupakan

wujud komunikasi yang mindful, sebuah

kompetensi atau kecakapan komunikasi

(communication comPetence) Yangseharusnya dimiliki oleh setiap orang.

PenutupWujud kearifan lokal dalam

budaya Jawa yang diuraikan di atas

merupakan contoh sederhana untukmenggugah kesadaran keilmuan akademisidan peneliti komunikasi bahwa di sekitarkita ada pemikiran filosofis, ajaran moral,dan kearifan lokal yang Perlu untukdieksplorasi guna membangun gagasan-

gagasan teoritik komunikasi yang sesuai

dengan situasi dan kondisi masyarakatkita. Kesediaan kita untuk melakukanpenelitian merupakan langkah nyata untukmembangun teori-teori komunikasi yang

berbasis pada kearifan lokal.Selalu ada

keterkaitan yang erat attara teori dengan

penelitian. Pada satu sisi, teori memandupenelitian dengan memberikan panduandan asumsi-asumsi dasar; pada sisi yang

1ain, penelitian memberikan suatu aara

untuk menciptakan, memformulasikan,memperku at, dan merevisi teori.

Daftar Pustaka

Bagus Takwin. 2001. Filsafat Timur,Sebuah Pengantar ke Pemikiran-pemikiran Timur. YogYakarta:Jalasutra.

Baxter, Leslie & Earl Babbie. 2004. The

Basic of Communication Research.

Canada: Wadsworth a division ofThomson Learning, Inc.

Griffin, Em. 2000. A First Look AtCommunication TheorY, FourthEdition. New York: McGraw-Hill.

K. Bertens. 2002. Filsafat BaratKontemporer Inggris-Jerman. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama.Analysis and Application. New York:The McGraw-Hill ComPanies, Inc.

Avant Garde I lure oi !!mu Komunikosi VOL 1- NO.1- Juli201-3

Page 15: reffi wff rutg

Littlejohn, Stephen W. 1999. Theories ofHuman Communication. Sixth Edition.Belmont, California: WadsworthPublishing Company.

Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss2005. Theories of HumanCommunication, Eighth Edition.Belmont, California: ThomsonWadsworth.

Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss.2008. Theories of HumanCommunication, Ninth Edition.Belmont, California: ThomsonWadsworth.

Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss.2009. Encyclopedia of CommunicationTheory. Thousand Oaks, California:

, SAGE Publications, Inc.

Lukman Pasha. 2011. Butir-butir KearifonJawa, Sumber Inspirasi KearifanLokal. Yogyakarta: IN AzNa Books.

McQuail, Denis. 2000. MassCommunication Theory. FourthEdition. Thousand Oaks, California:SAGE Publications, Inc.

McQuail, Denis. 2010. MassCommunication Theory. EighthEdition. Thousand Oaks, California:SAGE Publications, Inc.

Sarantakos, Sotirios. 1993. SocialResearch. South Melbourne:Macmillan Education Australia.

West, fuchard & Lynn H. Tumer. 2007.Introducing Communication Theory

Avant Garde I Jurnat tlmu Komunikosi VoL 7 No.i. Juti2013 re