referat uveitis jadi
DESCRIPTION
fsafd degreeTRANSCRIPT
referat/uveitis 2011
BAB I
PENDAHULUAN
Bola Mata terdiri atas dinding bola mata dan isi bola mata, dimana dinding bola mata
terdiri atas sclera dan kornea sedangkan isi bola mata terdiri atas lensa, uvea, badan kaca dan
retina. Uvea merupakan lapisan dinding kedua dari bola mata setelah sclera dan tenon. Uvea
merupakan jaringan lunak, terdiri dari iris, badan siliar dan koroid.6
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris, dan koroid) dengan
berbagai penyebabnya. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami
inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi. Peradangan pada uvea dapat hanya
mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan
tengah disebut siklitis. Iritis dengan siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan
uveitis anterior dan merupakan bentuk uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid
disebut uveitis posterior atau koroiditis.1,2
Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia pertengahan
(usia produktif). Ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia, dan penglihatan yang kabur, mata
merah (merah sirkumneal) tanpa tahi mata purulen dan pupil kecil atau ireguler1.
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai uveitis
anterior dan posterior, dimulai dari definisi, etiologi, anatomi dan fisiologi, patofisiologi dan
patogenesis, manifestasi klinis, penegakan diagnosis, penatalaksanaan serta prognosis.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 1
referat/uveitis 2011
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) dengan berbagai
penyebabnya. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi
biasanya juga ikut mengalami inflamasi.3
II. EPIDEMIOLOGI/INSIDENS
Insiden uveitis di Amerika Serikat dan di seluruh dunia diperkirakan sebesar 15
kasus/100.000 penduduk dengan perbandingan yang sama antara laki-laki dan
perempuan. Sekitar 50% pasien dengan uveitis menderita penyakit sistemik terkait. Di
Amerika Serikat, uveitis merupakan penyebab kebutaan nomor tiga setelah Retinopati
Diabetik dan Degenerasi Macular. Sekitar 75% merupakan uveitis anterior dan sekitar 30-
50% uveitis posterior. Syamsoe pada penelitiannya dalam periode Januari 1981–Maret
1982 terhadap 144 penderita uveitis menemukan 8 (5,56%) kasus disebabkan oleh
toksoplasmosis. Penderita umumnya berada pada usia 20-50 tahun. Setelah usia 70
tahun, angka kejadian uveitis mulai berkurang. Pada penderita berusia tua umumnya
uveitis diakibatkan oleh toksoplasmosis, herpes zoster, dan afakia.2
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 2
referat/uveitis 2011
III. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Uvea terdiri dari : iris, badan siliaris (corpus siliaria) dan koroid. Bagian ini adalah
lapisan vascular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini juga ikut
memasok darah ke retina. Iris dan badan siliaris disebut juga uvea anterior sedangkan koroid
disebut uvea posterior. 6
Iris adalah lanjutan dari badan siliar ke anterior dan merupakan diafragma
yang membagi bola mata menjadi 2 segmen, yaitu segmen anterior dan segmen posterior, di
tengah-tengahnya berlubang yang disebut pupil. Iris membagi bilik mata depan (camera oculi
anterior) dan bilik mata posterior (camera oculi posterior). Iris mempunyai kemampuan
mengatur secara otomatis masuknya sinar ke dalam bola mata. 5,6
Secara histologis iris terdiri dari stroma yang jarang diantaranya terdapat lekukan-
lekukan dipermukaan anterior yang berjalan radier yang dinamakan kripta. Didalam stroma
terdapat sel-sel pigmen yang bercabang, banyak pembuluh darah dan saraf.
Gambar 1. Anatomi mata
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 3
referat/uveitis 2011
Dipermukaan anterior ditutup oleh endotel terkecuali pada kripta, dimana pembuluh darah
dalam stroma, dapat berhubungan langsung dengan cairan di camera oculi anterior, yang
memungkinkan percepatan terjadinya pengaliran nutrisi ke COA dan sebaliknya. Dibagian
posterior dilapisi dengan 2 lapisan epitel, yang merupakan lanjutan dari epitel pigmen retina,
warna iris tergantung dari sel-sel pigmen yang bercabang yang terdapat di dalam stroma yang
banyaknya dapat berubah-ubah, sedangkan epitel pigmen jumlahnya tetap.6
Didalam iris terdapat otot sfingter pupil (M.Sphincter pupillae), yang berjalan
sirkuler, letaknya didalam stroma dekat pupil dan dipersarafi oleh saraf parasimpatis, N III.
Selain itu juga terdapat otot dilatator pupil (M. Dilatator pupillae), yang berjalan radier dari
akar iris ke pupil, letaknya di bagian posterior stroma dan diurus saraf simpatis. 5,6
Pasokan darah ke iris adalah dari circulus major iris, kapiler-kapiler iris mempunyai lapisan
endotel yang tidak berlobang. Persarafan iris adalah melalui serat-serat didalam nervi siliaris.4
Badan Siliar (Corpus Ciliaris) berbentuk segitiga, terdiri dari 2 bagian yaitu: Pars
korona, yang anterior bergerigi, panjangnya kira-kira 2mm dan pars plana, yang posterior
tidak bergerigi panjangnya kira-kira 4 mm. Badan siliaris berfungsi sebagai pembentuk
humor aquous. Badan siliar merupakan bagian terlemah dari mata. Trauma, peradangan,
neoplasma didaerah ini merupakan keadaan yang gawat.5
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 4
referat/uveitis 2011
Gambar 2. Sirkulasi Humour Aquous
Pada bagian pars korona diliputi oleh 2 lapisan epitel sebagai kelanjutan dari epitel
iris. Bagian yang menonjol (processus ciliaris) berwarna putih oleh karena tidak mengandung
pigmen, sedangkan di lekukannya berwarna hitam, karena mengandung pigmen. Didalam
badan siliaris terdapat 3 macam otot silier yang berjalan radier, sirkuler dan longitudinal. Dari
processus siliar keluar serat-serat zonula zinii yang merupakan penggantung lensa. Fungsi
otot siliar untuk akomodasi, kontraksi atau relaksasi otot-otot ini mengakibatkan kontraksi
dan relaksasi dari kapsula lentis, sehingga lensa menjadi lebih atau kurang cembung yang
berguna pada penglihatan dekat atau jauh. Badan siliar banyak mengandung pembuluh darah
dimana pembuluh darah baliknya mengalirkan darah ke V.vortikosa. Pada bagian pars plana,
terdiri dari satu lapisan tipis jaringan otot dengan pembuluh darah diliputi epitel.6
IV. KLASIFIKASI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 5
referat/uveitis 2011
Secara anatomis, uveitis dibedakan atas uveitis anterior, intermedia, posterior,
dan panuveitis. Uveitis anterior disebut juga iritis jika inflamasi mengenai bagian iris dan
iridosiklitis jika inflamasi mengenai iris dan bagian anterior badan siliaris. Uveitis intermedia
jika peradangan mengenai bagian posterior badan siliaris dan bagian perifer retina. Uveitis
posterior jika peradangan mengenai uvea di belakang vitreous. Panuveitis merupakan uveitis
anterior, intermedia, dan posterior yang terjadi secara bersamaan. Urutan uveitis dari yang
paling sering terjadi adalah uveitis anterior, posterior, panuveitis, dan intermedia.
V. ETIOLOGI
Uveitis mempunyai banyak penyebab-penyebab yang berpotensi, termasuk infeksi
dengan suatu virus, jamur-jamur, bakteri-bakteri atau parasit, penyakit peradangan yang
mempengaruhi bagian-bagian lain tubuh, atau luka pada mata.
Ada empat tipe-tipe dari uveitis:
1. Iritis adalah bentuk uveitis yang paling umum. Penyebab dari iritis tidak dapat diketahui
dengan melihat gambaran klinisnya saja. Iritis dan iridosiklitis dapat merupakan suatu
manifestasi klinik reaksi imunologik terlambat, dini atau sel mediated terhadap jaringan
uvea anterior. Uveitis anterior dapat disebabkan oleh gangguan sistemik di tempat lain,
yang secara hematogen dapat menjalar ke mata atau timbul reaksi alergi mata.5
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 6
referat/uveitis 2011
2. Cyclitis adalah suatu peradangan dari bagian tengah mata dan mungkin mempengaruhi
otot yang mengfokuskan lensa. Ini juga dapet berkembang tiba-tiba dan berlangsung
beberapa bulan.
3. Retinitis mempengaruhi belakang mata. Ia mungkin maju secara cepat, membuatnya
sulit untuk dirawat. Retinitis mungkin disebabkan oleh viris-virus seperti shingles atau
herpes dan infeksi-infeksi bakteri seperti syphilis atau toxoplasmosis.
4. Choroiditis adalah suatu peradangan dari lapisan dibawah retina. Penyebab dari uveitis
posterior dapat dibagi atas dari penyakit infeksi (uveitis granulomatosa) dan non
infeksi (uveitis non granulomatosa).
Retinitis dan choroiditis dapat setiapnya disebabkan oleh suatu penyakit autoimun seperti
rheumatoid arthritis atau lupus. Pada sejumlah besar kasus-kasus, penyebab dari uveitis tidak
dketahui, namun ia seringkali dikaitkan dengan stress.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 7
referat/uveitis 2011
VI. KLASIFIKASI UVEITIS ANTERIOR
1.1. DEFINISI
Uveitis anterior merupakan radang iris dan badan siliar bagian depan atau pars
plikata.
1.2. ETIOLOGI
1. Berdasarkan spesifitas penyebab:
Penyebab spesifik (infeksi)
Disebabkan oleh virus, bakteri, fungi,atau pun parasit yang spesifik.
Penyebab non spesifik (non infeksi) atau reaksi hipersensitivitas
Disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap mikroorganisme atau antigen yang
masuk kedalam tubuh dan merangsang reaksi antigen antibodi dengan predileksi pada
traktus uvea.
2. Berdasarkan asalnya:
Eksogen
Pada umumnya disebabkan oleh karena trauma, operasi intra okuler, ataupun
iatrogenik.
Endogen
Dapat disebabkan oleh fokal infeksi di organ lain ataupun reaksi autoimun.
3. Berdasarkan perjalanan penyakit:
Akut
Apabila serangan terjadi satu atau dua kali, dan penderita sembuh sempurna diluar
serangan tersebut.
Residif
Apabila serangan terjadi lebih dari dua kali disertai penyembuhan yang sempurna di
antara serangan-serangan tersebut.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 8
referat/uveitis 2011
Kronis
Apabila serangan terjadi berulang kali tanpa pernah sembuh sempurna di antaranya.
4. Berdasarkan reaksi radang yang terjadi:
Non granulomatosa
Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel plasma dan limfosit.
Granulomatosa
Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel epiteloid dan makrofag.
1.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Faktor-faktor demografik: usia (uveitis Behcet pada usia 20-40 th), seks(uveitis VKH
banyak pada wanita), ras, geografi (uveitis Behcet banyak di Timur Tengah).
Faktor-faktor ekologik: uveitis lebih sering pada orang desa, uveitis Behcet banyak di
Jepang, Turki
Faktor-faktor imunologik: oftalmia simpatika
Faktor-faktor stress: toksoplasmosis kambuh saat ujian akhir mahasiswa.
Faktor-faktor sosio ekonomik: rakyat miskin >>>
Faktor-faktor endokrin: hipotiroidisme
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 9
referat/uveitis 2011
1.4. PATOLOGI KLINIK
Berdasarkan patologi dapat dibedakan 2 jenis uveitis anterior, yaitu granulomatosa
dan non granulomatosa. Pada jenis non granulomatosa umumnya tidak dapat ditemukan
organisme patogen dan karena berespon baik terhadap terapi kortokosteroid diduga
peradangan ini semacam fenomena hipersensitivitas. Uveitis ini timbul terutama dibagian
anterior traktus yakni iris dan korpus siliaris. Terdapat reaksi radang dengan terlihatnya
infiltrasi sel-sel limfosit dan sel plasma dalam jumlah cukup banyak dan sedikit sel
mononuclear. Pada kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion didalam
kamera okuli anterior.3
Sedangkan pada uveitis granulomatosa umumnya mengikuti invasi mikroba aktif ke
jaringan oleh organisme penyebab (misal Mycobacterium tuberculosis atau Toxoplasma
gondii). Meskipun begitu patogen ini jarang ditemukan dan diagnosis etiologi pasti jarang
ditegakkan. Uveitis granulomatosa dapat mengenai sembarang traktus uvealis namun lebih
sering pada uvea posterior. Terdapat kelompok nodular sel-sel epithelial dan sel-sel raksasa
yang dikelilingi limfosit di daerah yang terkena. Deposit radang pada permukaan posterior
kornea terutama terdiri atas makrofag dan sel epiteloid. Diagnosis etiologi spesifik dapat
ditegakkan secara histologik pada mata yang dikeluarkan dengan menemukan kista
toxoplasma, basil tahan asam tuberculosis, spirocheta pada sifilis, tampilan granuloma khas
pada sarcoidosis atau oftalmia simpatika dan beberapa penyebab spesifik lainnya.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 10
referat/uveitis 2011
Perbedaan Uveitis Granulomatosa dan Non Granulomatosa
Non granulomatosa Granulomatosa
Onset Akut Tersembunyi
Sakit Nyata Tidak ada atau ringan
Fotofobia Nyata Ringan
Penglihatan kabur Sedang Nyata
Merah sirkumkorneal Nyata Ringan
Perisipitat keratik Putih halus Kelabu besar
Pupil Kecil dan tak teratur Kecil dan tak teratur (bervariasi)
Synechia posterior Kadang-kadang Kadang-kadang
Nodul iris Kadang-kadang Kadang-kadang
Tempat Uvea anterior Uvea posterior
Perjalanan Akut Menahun
Rekurens Sering Kadang-kadang
Sedangkan berdasarkan waktu uveitis anterior dikatakan akut jika terjadi kurang dari
6 minggu,jika inflamasi kambuh diikuti dengan serangan inisial disebut rekuren akut dan
dikatakan sebagai kronik jika lebih dari 6 minggu.
✤ Beberapa keadaan yang menyebabkan tanda dan gejala yang berhubungan dengan uveitis
anterior akut, yaitu:
1. Traumatic Anterior Uveitis
Trauma merupakan salah satu penyebab Uveitis Anterior, biasanya terdapat
riwayat trauma tumpul mata atau adneksa mata. Luka lain seperti luka bakar pada mata,
benda asing, atau abrasi kornea dapat menyebabkan terjadinya Uveitis Anterior. Visual aquity
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 11
referat/uveitis 2011
dan tekanan intraokular mungkin terpengaruh, dan mungkin juga terdapat darah pada anterior
chamber.2
2.Idiopathic Anterior Uveitis
Istilah idiopatik dipergunakan pada Uveitis Anterior dengan etiologi yang
tidak diketahui apakah merupakan kelainan sistemik atau traumatic. Diagnosis ini ditegakkan
sesudah menyingkirkan penyebab lain dengan anamnesis dan pemeriksaan.1
3.HLA-B27 Associated Uveitis
HLA-B27 mengacu pada spesifik genotype atau chromosome. Mekanisme
pencetus untuk Uveitis Anterior pada pasien dengan genotype seperti ini tidak diketahui. Ada
hubungan yang kuat dengan ankylosing spondylitis, sindrom Reiter, Inflamatory bowel
disease, psoariasis, arthritis, dan Uveitis Anterior yang berulang.4
4.Behcet’s Diseases/syndrome
Sebagian besar menyerang laki-laki dewasa muda dari bangsa mediterania
atau jepang. Terdapat trias penyakit Behcets, yaitu akut Uveitis Anterior dan ulkus pada
mulut dan genital. Penyakit behcet yang menyebabkan Uveitis Anterior akut adalah sangat
langka. 4
5.Lens Associated Anterior Uveitis
Ada beberapa keadaan yang ditemukan pada peradangan anterior chamber
dan penyebab yang disebabkan oleh keadaan lensa, yaitu : phaco-anaphylactic
andhopthalmitis dan phacogenic (phacotoksik) uveitis; phacolitic glaukoma; dan UGH
syndrome ( Uveitis, Glaukoma dan Hifema).4
6.Masquerade syndrome
Merupakan keadaan yang mengancam, seperti lymphoma, leukemia,
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 12
referat/uveitis 2011
retinoblastoma, dan malignant melanoma dari choroid, dapat menimbulkan Uveitis Anterior.5
✤ Beberapa keadaan yang dapat menghasilkan tanda dan gejala yang terdapat pada diagnosis
Uveitis Anterior kronik adalah :
1. Juvenile Rheumatoid Arthritis
Anterior Uveitis terjadi pada penderita JRA yang mengenai beberapa
persendian. Karena kebanyakan dari pasien JRA adalah positif dengan test ANA (Anti
Nuklear Antibody), yang merupakan pemeriksaan adjuvant. JRA lebih banyak mengenai anak
perempuan dibanding anak lelaki. Merupakan suatu anjuran pada semua anak yang menderita
JRA untuk diperiksa kemungkinan terdapatnya Uveitis Anterior.4
2. Anterior Uveitis Associated with Primary Posterior Uveitis
Penyakit sistemik, seperti sarcoidosis, toksoplamosis, sipilis, tuberculosis,
herpes zoster, cytomegalovirus, dan AIDS mungkin saja terlibat dalam Uveitis Anterior baik
primer ataupun sekunder dari uveitis posterior.5
3. Fuch’s Heterochromatic Iridocyclitis
Merupakan suatu penyakit kronik, biasanya asimptomatik, terdapat 2% pasien
Uveitis Anterior.5
1.5. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan subyektif yang menyertai uveitis anterior adalah nyeri, terutama di bulbus
okuli, sakitnya spontan atau pada penekanan di daerah badan siliar, sakit kepala di kening
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 13
referat/uveitis 2011
yang menjalar ke temporal, fotofobia, bervariasi dan dapat demikian hebat pada uveitis
anterior akut, lakrimasi yang terjadi biasanya sebanding dengan derajat fotofobia, gangguan
visus dan bersifat unilateral. 2
Gambar 4. Uveitis anterior granulomatosa dengan muttan-fat keratic presipitat dan nodul koeepe dan busacca
Riwayat yang berhubungan dengan uveitis adalah usia, kelamin, suku bangsa penting
untuk di catat karena dapat memberikan petunjuk ke arah diagnosis uveitis tertentu. Riwayat
pribadi tentang penderita, yang utama adalah adanya hewan peliharaan seperti anjing dan
kucing, serta kebiasaan memakan daging atau sayuran yang tidak dimasak termasuk
hamburger mentah. Hubungan seks diluar nikah untuk menduga kemungkinan terinfeksi oleh
STD atau AIDS. Penggunaan obat-obatan untuk penyakit tertentu atau narkoba (intravenous
drug induced), serta kemungkinan tertular penyakit infeksi menular (seperti TBC) dan
terdapatnya penyakit sistemik yang pernah diderita. Riwayat tentang mata didapatkan apakah
pernah terserang uveitis sebelumnya atau pernah mengalami trauma tembus mata atau
pembedahan.2
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 14
referat/uveitis 2011
Gambar 5. Uveitis anterior granulomatosa dengan sejumlah nodul busacca pada permukaan iris dan beberapa muttan fat keratik presipitat pada aspek inferior.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus umumnya normal atau berkurang sedikit.,
konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva dan injeksi siliar, serta kornea keruh karena udem dan
keratik presipitat. Keratik presipitat merupakan kumpulan sel-sel yang menempel pada
endotel kornea, biasanya di bagian bawah. Pada uveitis non granulomatosa, keratik presipitat
berukuran kecil dan sedang berwarna putih. Pada uveitis granulomatosa, keratik presipitat
besar-besar dan lonjong dan dapat menyatu membentuk bangunan yang lebih besar, sehingga
dapat mencapai diameter 1mm. Adanya keratik presipitat dijumpai pada keratouveitis karena
herpes simpleks dan sangat spesifik pada Heterokromik Fuch.2,6
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 15
referat/uveitis 2011
Tabel 1 Berat ringannya flare dan Cells
Grade Flare Cells
0 Tidak ada tidak ada
1+ Flare tipis atau lemah 5-10 /lapang pandang
2+ Flare tingkat sedang (Iris dan lensa secara 10-20/lapang pandang detail masih
tampak)
3+ Kekeruhan lebih berat (Iris dan lensa 20-50/lapang pandang diselimuti kekeruhan
4+ Flare sngat berat (penggumpalan fibrin pada >50/lapang pandang humur aquos)
Adapted from Hogan MH, Kimura SJ, Thygeson P. Signs and symptoms of uveitis: I. Anterior uveitis. Am J Ophthalmol 1959;47:162-3.
Pada kamera okuli anterior terdapat flare, terlihat sebagai peningkatan kekeruhan
dalam humor akuos dalam COA, dapat terlihat dengan menggunakan slitlamp atau lampu
kecil dengan intensitas kuat dengan arah sinar yang kecil sehingga menimbulkan fenomena
Tyndal. Pada uveitis non granulomatosa, reaksi flare sangat menonjol tapi reaksi sel biasanya
terdiri dari sel-sel kecil dan jarang sel besar seperti monosit atau sel raksasa. Sedangkan pada
uveitis granulomatosa, sel besar-besar dan reaksi flare biasanya sangat ringan. 2
Pada iris tampak suram, gambaran radier tak nyata, karena pembuluh darah di iris
melebar, sehingga gambaran kripta tak nyata. Warna iris dapat berubah, kelabu menjadi
hijau, coklat menjadi warna Lumpur. Terdapat nodul iris, ditandai sebagai benjolan di iris,
bila pada tepi pupil disebut nodul koeppe, bila pada permukaan depan iris disebut nodul
busacca. Adanya nodul-nodul tersebut merupakan pertanda uveitis granulomatosa dan
terdapat adanya sinekia posterior.2
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 16
referat/uveitis 2011
Tabel 2 Pembagian Uveitis Anterior secara klinis
Ringan Sedang BeratKeluhan ringan sampai sedang
VA 20/20 to 20/30
Kemerahan sirkumkornel superficial
Tidak ada KPs (keratic presipitat)
1+ cells and flare
tekanan intraokuler berkurang < 4 mmHg
Keluhan sedang sampai berat
VA from 20/30 to 20/100
Kemerahan sirkumkornel dalam
Tampak KPs
1-3+ cells and flare
Miotic, sluggish pupil
Sinekia posterior ringan
Udem iris ringan
tekanan intraokuler berkurang 3-6 mm Hg
Anterior virtreous cells
Keluhan sedang sampai berat
VA < 20/100
Kemerahan sirkumkornel dalam
Tampak KPs
3-4+ cells and flare
pupil terfiksir
Sinekia posterior (fibrous)
Tidak tampak kripte pada iris
tekanan intraokuler meningkat
cells anterior sedang sampai berat
* Reprinted with permission. Catania LJ. Primary care of the anterior segment,2nd ed. Norwalk, CT: Appleton & Lange, 1995:371.
Pada pupil terjadi miosis, pinggir tak teratur karena adanya sinekia posterio atau seklusio
pupil. Pupil dapat terisi membran yang berwana keputiih-putihan yaitu oklusi pupil. Pada
lensa terdapat uveitis rekurens yang dapat menimbulkan kekeruhan pada bagian belakang
lensa (katarak kortikalis posterior).2
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 17
referat/uveitis 2011
1.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes imunitas humoral: sifilis (FTA-ABS), toksoplasma.
Klamidia (Direct monoclonal fluorescent antibody), antibodi antinuclear (LE, faktor
reumatoid), ACE (Sarkoidosis)
Human leukocyte antigen: B 5, B 27, A 29
Uji kulit (Deteksi alergen, diagnostik TBC, Behcet)
Pemeriksaan sinar X peparu pada Sarkoidosis,sakroiliaka pada uveitis anterior
dengan HLA B 27 (+)
1.7. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding uveitis anterior adalah konjungtivitis, keratitis atau
keratokonjungtivitis dan Glukoma akut. Pada konjungtivitis penglihatan tidak kabur, respon
pupil normal, dan umumnya tidak ada rasa sakit, fotofobia, atau injeksi siliar.
Pada keratitis atau keratokonjunctivitis, penglihatan dapat kabur dan ada rasa sakit
dan fotofobia. Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simplek dan zoster dapat mengenai
uveitis anterior sebenarnya. Pada glaucoma akut, pupil melebar, tidak ada sinekia posterior,
dan korneanya “beruap”.3
1.8. KOMPLIKASI
Pada uveitis anterior dapat terjadi komplikasi berupa katarak, retinitis
proliferans, ablasi retina, glukoma sekunder yang dapat terjadi pada stadium dini dan stadium
lanjut, pada uveitis anterior dengan visus yang sangat turun, sangat mungkin disertai penyulit
edema macula kistoid.2
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 18
referat/uveitis 2011
Gambar 7: Glaucoma sudut tertutup dan Katarak matur
1.9. PENATALAKSANAAN
Pengobatan secepatnya diperlukan untuk meminimalisasi berkurangnya penglihatan.
Uveitis biasanya hanya peradangan ringan sehingga pengobatan dengan obat tetes mata,
terutama yang berisi kortikosteroid dan obat-obatan untuk dilatasi (pembesaran) pupil, adalah
pengobatan terutama untuk mengurangi peradangan dan nyerinya. Untuk peradangan yang
lebih berat, diperlukan obat-obatan yang diminum maupun disuntik. Komplikasi yang dapat
terjadi antara lain seperti glaukoma (peningkatan tekanan bola mata), katarak atau
neovaskularisasi (pembentukan pembuluh darah baru) juga perlu diobati dalam perjalanan
penyakit uveitis. Bila komplikasi terlalu berat, terapi bedah dapat dilakukan.
Uveitis anterior biasanya terjadi secara tiba-tiba, dapat berlangsung selama 6-8
minggu dan pada tahap awal dapat dikontrol dengan penggunaan tetes mata saja. Uveitis
posterior biasanya terjadi secara lambat dan dapat berlangsung lebih lama. Uveitis posterior
lebih susah diobati dibandingkan uveitis anterior.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 19
referat/uveitis 2011
✤ Adapun terapi uveitis dapat dikelompokkan menjadi:
Terapi non spesifik
1. Penggunaan kaca mata hitam
Kacamata hitam bertujuan untuk mengurangi fotofobi, terutama akibat pemberian
midriatikum.
2. Kompres hangat
Dengan kompres hangat, diharapkan rasa nyeri akan berkurang, sekaligus untuk
meningkatkan aliran darah sehingga resorbsi sel-sel radang dapat lebih cepat.
3. Midriatikum sikloplegik
Tujuan pemberian midriatikum adalah agar otot-otot irisdan badan silier relaks,
sehingga dapat mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan. Selain itu,
midriatikum sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya sinekia, ataupun
melepaskan sinekia yang telah ada. Midriatikum yang biasanya digunakan adalah:
Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes
Homatropin 2% sehari 3 kali tetes
Scopolamin 0,2% sehari 3 kali tetes
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 20
referat/uveitis 2011
4. Anti inflamasi
Anti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid, dengan dosis
Sebagai berikut:
Dewasa: Topikal dengan dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 %.
✤ Bila radang sangat hebat dapat diberikan subkonjungtiva atau periokuler :
dexamethasone phosphate 4 mg (1 ml)
prednisolone succinate 25 mg (1 ml)
triamcinolone acetonide 4 mg (1 ml)
methylprednisolone acetate 20 mg
Bila belum berhasil dapat diberikan sistemik prednisone oral mulai 80 mg per hari
sampai tanda radang berkurang, lalu diturunkan 5 mg tiap hari.Anak : prednison 0,5 mg/kgbb
sehari 3 kali. Pada pemberian kortikosteroid, perlu diwaspadai komplikasi-komplikasi yang
mungkin terjadi, yaitu glaukoma sekunder pada penggunaan lokal selama lebih dari dua
minggu, dan komplikasi lain pada penggunaan sistemik.3
Terapi spesifik
Terapi yang spesifik dapat diberikan apabila penyebab pasti dari uveitis telah
diketahui.
✤ Karena penyebab yang tersering adalah bakteri, maka obat yang sering diberikan
Berupa antibiotik:
Dewasa:
Lokal berupa tetes mata kadang dikombinasi dengan steroid subkonjungtiva kadang juga
dikombinasi dengan steroid. Per oral dengan Chloramphenicol 3x2 kapsul.
Anak:
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 21
referat/uveitis 2011
Chloramphenicol 25 mg/Kgbb sehari 3-4 kali. Walaupun diberikan terapi spesifik, tetapi
terapi non spesifik seperti disebutkan diatas harus tetap diberikan, sebab proses radang yang
terjadi adalah sama tanpa memandang penyebabnya.
Terapi terhadap komplikasi
1. Sinekia posterior dan anterior
Untuk mencegah maupun mengobati sinekia posterior dan sinekia anterior,
perlu diberikan midriatikum, seperti yang telah diterangkan sebelumnya.
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada uveitis
anterior.
Terapi yang harus diberikan antara lain:
Terapi konservatif : Timolol 0,25%-0,5% 1 tetes tiap 12 jam, acetazolamide 250 mg
tiap 6 jam.
Terapi bedah :
Dilakukan bila tanda-tanda radang telah hilang, tetapi TIO masih tetap tinggi.
sudut tertutup dilakukan Iridektomi Perifer atau Laser Iridektomi, bila telah terjadi
perlekatan iris dengan trabekula (Peripheral Anterior Synechia atau PAS) dilakukan
Bedah filtrasi. Sudut terbuka dilakukan bedah filtrasi.
3. Katarak komplikata
Komplikasi ini sering dijumpai pada uveitis anterior kronis. Terapi yang diperlukan
adalah pembedahan, yang disesuaikan dengan keadaan dan jenis katarak serta kemampuan
ahli bedah.
1.10. PROGNOSIS
Kebanyakan kasus uveitis anterior berespon baik jika dapat didiagnosis secara awal
dan diberi pengobatan. uveitis anterior mungkin berulang, terutama jika ada penyebab
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 22
referat/uveitis 2011
sistemiknya. Karena baik para klinisi dan pasien harus lebih waspada terhadap tanda dan
mengobati dengan segera. Prognosis visual pada iritis kebanyak akan pulih dengan baik, tanp
adanya katarak, glaucoma atau posterior uveitis.5
VII. KLASIFIKASI UVEITIS POSTERIOR
1.1 DEFINISI
Uveitis posterior merupakan salah satu klasifikasi uveitis berdasarkan anatomis.
Uveitis posterior adalah radang uvea bagian posterior yang biasanya disertai dengan
keradangan jaringan disekitarnya. Inflamasi ini terletak dibagian uvea di belakang
dengan batas basis vitreus. Jika mengenai retina disebut retinitis dan jika mengenai
vitreous disebut vitritis.2
1.2. Etiologi
Penyebab dari uveitis posterior dapat dibagi atas dari penyakit infeksi (uveitis
granulomatosa) dan non infeksi (uveitis non granulomatosa).1
1. Penyakit infeksi (uveitis granulomatosa)
virus : virus sitomegalo, herpes simpleks, herpes zoster, rubella,rubeola, HIV,
virus Epstein-Barr, virus coxsackie.
bakteri : Mycobacterium tuberculosis, brucellosis, sifilis sporadik dan
endemik, Nocardia, Neisseria meningitides, Mycobacterium avium-intracellulare,
Yersinia, dan Borrelia.
fungus : Candidia, Histoplasma, Cryptococcus, dan Aspergillus.
parasit : Toxoplasma, Toxocara, Cysticercus, danOnchocerca.
2. Penyakit non infeksi (uveitis non granulomatosa)
Autoimun : penyakit Behcet, Sindroma Vogt-Koyanagi-Harada, poliarteritis
nodosa, ofthalmia simpatis, vaskulitis retina.
Keganasan : sarkoma sel retikulum, melanoma maligna, leukemia, lesi metastatik.
Etiologi tak diketahui : sarkoidosis, koroiditis geografik, epiteliopati pigmen
plakoid multifokal akut, retinopati “birdshot”, epiteliopati pigmen retina.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 23
referat/uveitis 2011
1.3. PATOFISIOLOGI
Pada stadium awal terjadi kongestif dan infiltrasi dari sel-sel radang seperti PMN,
limfosit, dan fibrin pada koroid dan retina yang terkena. PMN lebih banyak berperan
pada uveitis jenis granulomatosa sampai terjadinya supurasi. Sebaliknya pada uveitis non
granulomatosa limfosit lebih dominan. Apabila inflamasi berlanjut, lamina vitrea akan
robek sehingga lekosit pada retina akan menginvasi rongga vitreum yang menyebabkan
timbulnya proses supurasi di dalamnya. Pada uveitis granulomatosa kronis tampak sel
mononuclear, sel epiteloid, dan giant cell sebagai nodul granulomatosa yang tipikal.
Kemudian eksudat menghilang dengan disertai atrofi dan melekatnya lapisan koroid dan
retina yang terkena. Eksudat dapat menjadi jaringan parut. Keluarnya granula pigmen
akibat nekrosis atau atrofi dari kromatofor dan sel epitelia pigmen akan difagositosis
oleh makrofag dan akan terkonsentrasi pada tepi lesi.6
Gambar : Uveitis Posterior
Sel-sel radang pada humor vitreus, lesi berwarna putih atau putih kekuningan
pada retina dan atau koriod, eksudat pada retina, vaskulitis retina dan edema nervus
optikus dapat ditemukan pada uveitis posterior.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 24
referat/uveitis 2011
1.4. GEJALA KLINIS
Gejala Uveitis Posterior antara lain :
A. Penurunan ketajaman penglihatan, dapat terjadi pada semua jenis uveitis posterior.
B. Injeksi mata—kemerahan mata tidak terjadi bila hanya segmen posterior yang
terkena, jadi gejala ini jarang pada toksoplasmosis dan tidak ada pada
histoplasmosis.
C. Rasa sakit pada mata terdapat pada pasien dengan sindrom nekrosis retina akut,
sifilis, infeksi bakteri endogen, skleritis posterior, dan pada kondisi-kondisi yang
mengenai nervus optikus.
Pasien toksoplasmosis, toksokariasis, dan retinitis sitomegalovirus yang tidak disertai
glaukoma umumnya tanpa rasa sakit pada mata. Penyakit segmen posterior noninfeksi
lain yang khas tidak sakit adalah epiteliopati pigmen plakoid multifokal akut, koroiditis
geografik, dan Sindroma Vogt- Koyanagi-Harada.3
✤ Tanda yang penting untuk diagnosis uveitis posterior adalah :
A. Hipopion
Uveitis posterior dengan hipopion misalnya pada leukemia, penyakit Behcet,
sifilis, toksokariasis, dan infeksi bakteri endogen.
B. Pembentukan granuloma
Jenis granulomatosa biasanya pada uveitis granulomatosa anterior yang juga
mengenai retina posterior dan koroid, sarkoidosis, tuberkulosis, toksoplasmosis,
sifilis, Sindroma Vogt-Koyanagi- Harada, dan oftalmia simpatis. Sebaliknya,
jenis non granulomatosa dapat menyertai penyakit Behcet, epiteliopati pigmen
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 25
referat/uveitis 2011
plakoid multifokal akut, bruselosis, sarkoma sel retikulum, dan sindrom nekrosis
retina akut.
C. Glaukoma yang terjadi sekunder mungkin terjadi pada pasien nekrosis retina akut,
toksoplasmosis, tuberkulosis, atau sarkoidosis.
D. Vitritis
Peradangan korpus vitreum dapat menyertai uveitis posterior. Peradangan dalam
vitreum berasal dari fokus-fokus radang di segmen posterior mata. Vitritis tidak
terjadi pada koroiditis geografik atau histoplasmosis. Peradangan ringan terjadi
pada pasien sarcoma sel retikulum, infeksi virus sitomegalo, rubella, dan
beberapa kasus toksoplasmosis dengan fokus-fokus infeksi kecil pada retina.
Sebaliknya, peradangan berat dengan banyak sel dan eksudat terdapat pada
tuberkulosis, toksokariasis, sifilis, penyakit Behcet, nokardiosis, toksoplasmosis,
dan pada pasien endoftalmitis bakteri atau kandida endogen.
E. Morfologi dan lokasi lesi
Toksoplasmosis adalah contoh khas yang menimbulkan retinitis dengan
peradangan koroid di dekatnya. Infeksi virus sitomegalo, herpes, rubella, dan
rubeolla umumnya mengenai retina secara primer dan lebih banyak menyebabkan
retinitis daripada koroiditis. Pada pasien tuberkulosis, koroid merupakan sasaran
utama proses granulomatosa, yang juga mengenai retina. Koroiditis geografik
terutama mengenai koroid dengan sedikit atau tanpa merusak retina dan pasien
tidak menderita pasien sistemik. Sebaliknya, koroid terlibat secara primer pada
oftalmia simpatis dan penyakit Lyme. Ciri morfologiknya dapat berupa lesi
geografik, lesi punctata, nodul Dalen-Fuchs.4
F. Vaskulitis.
G. Hemoragik retina.
H. Parut lama.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 26
referat/uveitis 2011
1.5. PENATALAKSANAAN
Terapi uveitis posterior tergantung dari penyebabnya. Pada prinsipnya
pengobatan ditujukan untuk mempertahankan penglihatan sentral, mempertahankan
lapang pandang, mencegah atau mengobati perubahan- perubahan struktur mata yang
terjadi seperti katarak, glaukoma sekunder, sinekia posterior, kekeruhan badan kaca,
ablasi retina dan sebagainya.
Ada empat kelompok obat yang digunakan dalam terapi uveitis, yaitu
midriatikum, steroid, sitotoksik, dan siklosporin. Sedangkan uveitis akibat infeksi harus
diterapi dengan antibakteri atau antivirus yang sesuai. Midriatikum berfungsi untuk
memudahkan follow up keberhasilan pengobatan. Atropin tidak diberikan lebih dari 1-2
minggu.5
Indikasi operasi pada pasien dengan uveitis mencakup rehabilitasi visual, biopsi
diagnostik (hasil penemuan dari biopsi menyebabkan adanya perubahan pada rencana
pengobatan), dan pengeluaran Opacities media untuk memonitor segmen posterior.
Apabila timbul perubahan struktur pada mata (katarak, glukoma sekunder) maka terapi
terbaik adalah dengan operasi.
Vitrektomi berfungsi untuk menentukan diagnosis dan pengobatan. Indikasi
vitrektomi adalah peradangan intraokular yang tidak sembuh pada pengobatan, dugaan
adanya keganasan dan infeksi pada mata. Uveitis posterior berkaitan dengan kekeruhan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 27
referat/uveitis 2011
vitreus yang tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan. Dengan adanya vaskulitis dan
oklusi vaskular pada pars planitis, penyakit Behcet dan sarkoidosis neovaskularisasi
retina atau pada diskus optikus (pada pasien uveitis) menyebabkan timbulnya perdarahan
pada vitreus. Vitrektomi merupakan salah satu pilihan untuk situasi tersebut.2
1.6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi adalah :
Dapat mengenai daerah sekitar koroid, misalnya retina, vitreus humour, badan
siliar, iris, nervus optikus, dan sklera.
Sinekia posterior.
Edema makula sistoid.
Vaskular dan optik atropi.
Traction retinal detachment.
Uveitis posterior dapat menyebabkan katarak sisi posterior.6
1.7. PROGNOSIS
Prognosis pasien tergantung pada lokasi dan luasnya eksudasi dan atrofi daerah
lesi. Lesi yang kecil tetapi jika mengenai daerah makula lutea akan berpengaruh pada
fungsi penglihatan. Sebaliknya lesi yang meluas sepanjang fundus tidak mempengaruhi
penglihatan apabila tidak mengenai area makula.1
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 28
referat/uveitis 2011
BAB III
KESIMPULAN
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) dengan berbagai
penyebab. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi
biasanya juga ikut mengalami inflamasi. Uveitis anterior merupakan radang iris dan badan
siliar bagian depan atau pars plikata, yang disebabkan oleh gangguan sistemik di tempat lain,
yang secara hematogen dapat menjalar ke mata atau timbul karena reaksi alergi mata. Uveitis
anterior dikatakan akut jika terjadi kurang dari 6 minggu dan dikatakan sebagai kronik jika
lebih dari 6 minggu. Laboratorium sangat dibutuhkan guna mendapat sedikit gambaran
mengenai penyebab uveitis. Penatalaksanan yang utama untuk uveitis tergantung pada
keparahannnya dan bagian organ yang terkena dan prognosis kebanyakan kasus uveitis
anterior berespon baik jika dapat didiagnosis secara awal.3
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 29
referat/uveitis 2011
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan wasisdi, Gambaran Klinis Uveitis Anterior Akua pada HLA B27 Positif,
FKUGM, Yogyakarta
2. Ilyas Sidarta, Uveitis Anterior, Ilmu Penyakit Mata, ed II, FKUI, Jakarta: 2002
3. Vaughan G Daniel, anatomi dan Embriologi Mata, Oftalmologi Umum ed 14, Widya
Medika, Jakarta: 2000 hal 155-161
4. Wijana Nana, Uvea, Ilmu Penyakit Mata, hal 126-127
5. www_preventblindness. Co.id, Causes of Anterior Uveitis . Accessed. September th.
2006:1-2
6. K George Roger, MD, Uveitis, Nongranulomatous. www emedicine.co.id, Accessed.
June th. 2005:1-3
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Mata/FK.UKRIDA/16 Mei-18 Juni 2011Page 30