referat trakoma

24

Click here to load reader

Upload: lukmanul-hakim

Post on 29-Dec-2015

137 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

aaaaa

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT trakoma

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Trakoma adalah suatu penyakit tertua yang terkenal di dunia sejak dahulu.

Penyakit ini dikenal sebagai penyebab trikiasis sejak abad ke 27SM dan mengenai

semua ras. Dengan 400 juta penduduk dunia yang terkena, penyakit ini menjadi

salah satu penyakit kronik yang paling banyak dijumpai. Prevalensi dan berat

penyakit yang beragam per regional dapat dijelaskan dengan dasar variasi hygiene

perorangan dan sandart kehidupan masyarakat dunia, kondisi iklim tempat

tinggal, usia saat terkena, serta frekuensi dan jenis infeksi mata bacterial yang

sudah ada. Trakoma yang membutakan terdapat pada banyak daerah di afrika,

beberapa daerah di asia, diantaranya suku aborigin di Australia, dan di brazil

utara. Masyarakat dengan trakoma yang lebih ringan dan tidak dapat membutakan

terdapat di daerah-daerah yang sama, dan beberapa daerah amerika latin serta

kepulauan pasifik.(1)

Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan sekret

penderita trakoma atau melalui alat- alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk,

alat-alat kecantikan dan lain-lain. Periode inkubasi : 5-14 hari dengan rata2 sekitar

7 hari. Penularan terjadi terutama antara anak-anak dan wanita yang merawatnya.

Beberapa sumber mengkarakteristikkan siklus penularan ini digambarkan bahwa

trakoma sebagai disease of day nursery.

Episode berulang dari reinfeksi dalam keluarga meneyebabkan kronik

folikular atau inflamasi konjungtiva berat (trakoma aktif), yang menimbulakan

scarring konjungtiva tarsal. Scarring pada konjungtiva tarsal atas, pada sebagian

individu, berlanjut menjadi entropion dan trichiasis ( cicatrical trachoma). Hasil

akhirnya menimbulkan antra lain abrasi kornea, ulkus kornea dan opasifikasi, dan

akhirnya kebutaan.

Pencegahan trakoma berkaitan dengan kebutaan membutuhkan banyak

intervensi. WHO menerapkan strategi surgery, antibiotics, facial cleanliness, dan

environmental improvement (SAFE) untuk mengontrol trakoma.(2,3)

1 | P a g e

Page 2: REFERAT trakoma

1.2 TUJUAN PENULISAN

Penulisan Referat ini untuk mengetahui mekanisme terjadinya trakoma

serta pengobatannya. Semoga dengan penulisan referat ini memberikan wawasan

baru bagi pembaca. Selain itu referat ini dibuat demi memenuhi tugas Ilmu

Penyakit Mata.

2 | P a g e

Page 3: REFERAT trakoma

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI

Trakoma adalah suatu bentuk keratokonjungtivitis kronis yang disebabkan

oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis.(2)

2.2 ANATOMI

Trakoma termasuk penyakit mata. Oleh karena itu, kita harus mengetahui

terlebih dahulu tentang mata. Mata merupakan salah satu indra yang paling

berharga. Tiap kondisi yang mengancam penglihatan harus kita anggap sebagai

darurat. Mata terdiri dari :

·         Suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior ( kornea) dan opak di

posterior (sklera). Sambungan antara keduanya disebut limbus. Otot – otot

ekstraokular melekat pada sklera sementara saraf optik meninggalkan sklera di

posterior melalui lempeng kribiformis.

·         Suatu lapisan kaya pembuluh darah (koroid) melapisi segmen posterior mata

dan memberi nutrisi pada permukaan dalam retina,

·         Korpus silaris terletak di anterior, korpus silaris mengandung otot silaris polos

yang kontraksinya mengubah bentuk lensa dan memungkinskan focus mata

berubah-ubah. Epitel silaris mensekresi akueous humor dan mempertahankan

tekanan ocular. Korpus silaris merupakan tempat perlekatan iris.

·         Lensa terletak di belakang iris dan disokong oleh serabut-serabut halus

(zonula) yang terbentang di antara lensa dan korpus silaris.

·         Sudut yang terbentuk oleh iris dan kornea (sudut iridokornea) dilapisi oleh

suatu jaringan sel dan kolagen (jalinan trabekula). Pada sclera di luar jalinan ini,

kanal Schlemm mengalirkan akueous humor dari bilik anterior ke dalam system

vena, sehingga terjadi drainase akueous. Daerah ini dinamakan sudut drainase.

·         Antara kornea di anterior dan lensa serta iris di posterior terdapat bilik mata

anterior. Diantara iris, lensa dan korpus siliar terdapat bilik mata posterior ( yang

berbeda dari korpus vitreous). Kedua bilik ini terisi oleh akueous humor. Diantara

lensa dan retina terletak korpus vitreous.  Dianterior, konjungtiva akan berlanjut

3 | P a g e

Page 4: REFERAT trakoma

dari sclera ke bagian bawah kelopak mata atas dan bawah. Satu lapis jaringan ikat

(kapsul tenon) memisah konjungtiva dari sclera dan memanjang ke belakang

sebagai satu penutup di sekitar otot-otot rektus..(2,3)

Di antara bagian- bagian mata tersebut penyakit trakoma merupakan suatu

penyakit yang mengenai bagian mata yaitu konjungtiva. Pembagian

Konjungtivitis berdasarkan kausanya yaitu, konjungtivitis bakteri, virus, klamidia

dan konjungtivitis alergi. Ada pula pembagian jenis konjungtivitis berdasarkan

gambaran klinik yaitu, konjungtivitis kataral, purulen, mukoporulen, membran,

folikular (termasuk trakoma), vernal dan konjungtivitis flikten.

2.3 ETIOLOGI

Trakoma disebabkan oleh Chlamydia trachomatis serotipe A, B, Ba dan C.

Masing- masing serotipe ditemukan di tempat dan komunitas yang berbeda beda.

Chlamydia adalah gram negatif, yang berbiak intraseluler. Spesies C trachomatis

menyebabkan trakoma dan infeksi kelamin ( serotipe D-K) dan limfogranuloma

venerum ( serotipe L1-L3). Serotipe D-K biasanya menyebabkan konjungtivitis

folikular kronis yang secara klinis sulit dibedakan dengan trakoma, termasuk

konjungtivitis folikular dengan pannus, dan konjungtiva scar. Namun, serotipe

genital ini tidak memiliki siklus transmisi yang stabil dalam komunitas. Karena

itu, tidak terlibat dalam penyebab kebutaan karena trakoma.(2,3)

2.4 PATOFISIOLOGI

Infeksi menyebabkan inflamasi, yang predominan limfositik dan infiltrat

monosit dengan plasma sel dan makrofag dalam folikel. Gambaran tipe folikel

dengan pusat germinal dangan pulau- pulau proliferasi sel B yang dikelilingi

sebukan sel T. Infeksi konjungtiva yang rekuren menyebabkan inflamasi yang

lama yang menyebabkan konjungtival scarring. Scarring diasosiasikan dengan

atropi epitel konjungtiva, hilangnya sel goblet, dan pergantian jaringan normal,

longgar dan stroma vaskular subepitel dengan jaringan ikat kolagen tipe IV dan V.(2,3)

2.5 PERJALANAN PENYAKIT dan TANDA KLINIS

4 | P a g e

Page 5: REFERAT trakoma

Secara klinis, trakoma dapat dibagi menjadi fase akut dan fase kronis ,

tetapi tanda akut dan kronis dapat muncul dalam waktu yang bersamaan dalam

satu individu. Derajat keparahan dari infeksi mata oleh Chlamydia trachomatis

dapat ringan sampai dengan berat. Banyak infeksinya bersifat asimtomatis. Sesuai

dengan masa inkubasinya yaitu 5-10 hari, infeksi konjungtiva menyebabkan

iritasi, mata merah, dan discharge mukopurulen. Keterlibatan kornea pada proses

inflamasi akut dapat menimbulkan nyeri dan fotofobia. Secara umum, gejala lebih

ringan dari tampilan mata.

Tanda awal infeksi yang kurang spesifik adalah vasodilatasi dari

pembuluh darah konjungtiva. Perubahan spesifik terjadi beberapa minggu setelah

infeksi, yaitu dengan munculnya folikel-folikel pada konjungtiva fornics,

konjungtiva tarsal dan limbus. Folikel adalah adalah limfoid germinal dan

ditemukan dibawah lapisan epitel. Folikel terlihat sebagai massa abu-abu atau

creamy dengan diameter 0,2-3,0 mm. Tidaklah normal bila ditemukan satu atau

dua folikel pada mata yang sehat, tertama di canthi lateral atau medial. Karena

lapisan superfisial dari stroma konjungtiva memiliki sedikit jaringan limfoid

sampai kurang lebih 3 bulan setelah lahir, neonatus tidak mampu menahan respon

folijular terhadap infeksi mata oleh Chlamydia. Papil juga dapat terlihat pada fase

ini :pada kasus ringan terlihat titik-titik merah kecil dengan mata telanjang.

Dengan bantuan slit lamp, papil terlihat sebagai pembengkakan kecil konjungtiva,

dengan vaskularisasi di tengahnya. Ketika inflamasi bertambah berat, reaksi

papilar pada konjungtiva tarsal diasosiasikan dengan penebalan konjungtiva,

pertambahan vaskularisasi pembuluh tarsal, dan kadang kadang edema palpebra.

Bila kornea terlibat pada proses inflamasi, keratitis punctata superficialis dapat

dideteksi dengan tes flouresensi. Infiltrat superficial atau pannus (infiltrasi

subepitel dari jaringan fibrovaskular ke perifer kornea) mengindikasikan inflamasi

kornea. Folikel, papil dan tanda kornea lain adalah tanda dari fase aktif, namun

pannus dapat bertahan setelah fase aktif.

Resolusi dari folikel ditandai dengan terjadinya scarring pada subepitel

konjungtiva. Deposisi dari skar biasanya di konjungtiva tarsal atas, walaupun

konjungtiva fornces, konjungtiva bulbi dan daerah atas kornea dapat terkena. Di

daerah endemis trakoma, sikatrik pada daerah tarsal karena episode infeksi

5 | P a g e

Page 6: REFERAT trakoma

berulang menjadi dapat terlihat secara makroskopis dengan mengeversi palpebra

atas, nampak seperti plester putih dengan latar konjungtiva yang eritematous. Di

limbus, pergantian folikel menjadi scar mengahasilkan formasi depresi translusen

pada corneoscleral junction yang disebut Herbert’s pits.

Bila scar pada konjungtiva tarsal cukup banyak berkumpul, menyebabkan

kelopak mata atas menekuk ke dalam dan menyebabkan bulu mata mengenai bola

mata, hal ini disebut trikiasis. Ketika semua bagian kelopak mengarah ke dalam

disebut entropion. Trikiasis sangat mengiritasi. Penderita kadang mencabut sendiri

bulu mata atau memplester kelopak mata agar mengahadap ke luar.

Selain nyeri, trikiasis juga mencederai kornea, sebagai efek abrasi kornea

dapat terjadi infeksi sekunder oleh jamur atau bakteri. Karena sikatrik bersifat

opak maka penglihatan dapat terganggu bila mengenai daerah sentral kornea.(2,3)

2.6 GRADING TRAKOMA

Pembagian menurut McCallan

Stadium Nama Gejala

Stadium I Trakoma Insipien Folikel imatur, hipertrofi papilar minimal

Stadium II Trakoma Folikel matur pada dataran tarsal atas

Stadim IIA Dengan hipertrofi

papilar yang

menonjol

Keratitis, folikel limbus

Stadium IIB Dengan hipertrofi

folikular yang

menonjol

Aktivitas kuat dengan folikel matur

tertimbun di bawah hipertrofi papilar yang

hebat

Stadium III Trakoma sikatrik Parut pada konjungtiva tarsal atas,

permulaan trikiasis dan entropion

Stadium IV Trakoma sembuh Tak aktif, tak ada hipertrofi papillar atau

folikular, parut dalam bermacam derajat

deviasi

(Ilyas, S, 2007)

Pembagaian menurut WHO Simplified Trachoma Grading Scheme

6 | P a g e

Page 7: REFERAT trakoma

1. Trakoma Folikular (TF)

Trakoma dengan adanya 5 atau lebih folikel dengan diameter 0,5 mm di

daerah sentral konjungtiva tarsal superior

Bentuk ini umumnya ditemukan pada anak-anak, dengan prevalensi

puncak pada 3-5 tahun

2. Trakoma Inflamasi berat (TI)

Ditandai konjungtiva tarsal superior yang menebal dan pertumbuhan

vaskular tarsal.

Papil terlihat dengan pemeriksaan slit lamp.

3. Sikatrik Trakoma (TS)

Ditandai dengan adanya sikatrik yang mudah terlihat pada konjungtiva

tarsal.

Memiliki resiko trikiasis ke depannya, semakin banyak sikatrik semakin

besar resiko terjadinya trikiasis.

4. Trikiasis (TT)

7 | P a g e

Page 8: REFERAT trakoma

Ditandai dengan adanya bulu mata yang mengarah ke bola mata.

Potensial untuk menyebabkan opasitas kornea

5. Opasitas Kornea (CO)

Ditandai dengan kekeruhan kornea yang terlihat di atas pupil.

Kekeruhan kornea menandakan prevalensi gangguan visus atau kebutaan

akibat trakoma (Salomon et al, 2010)

2.7 DIAGNOSA

2.7.1 Riwayat Penyakit

Trakoma aktif biasanya ditemukan pada anak anak, dan penduduk pada

daerah endemis, hanya menimbulkan sedikit keluhan. Penderita dengan trikiasis

bisa simtomatis. Beratnya keluhan bergantung pada banyaknya bulu mata yang

menyentuh bola mata, ada atau tidaknya abrasi kornea, dan ada tidaknya

blefarospasme.

2.7.2 Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan mata untuk tanda-tanda klinis dari trakoma meliputi

pemeriksaan yang teliti terhadap bulu mata, kornea dan limbus, kemudian eversi

palpebra atas, dan inspeksi konjungtiva tarsal. Binocular Loupes (x2,5) dan

pencahayaan yang cukup dibutuhkan, bila memungkinkan slit lamp dapat

digunakan.

2.7.3 Pemeriksaan laboratorium

8 | P a g e

Page 9: REFERAT trakoma

Mikroskopis, kultur sel, direct fluorescent antibody, enzyme

immunoassay, serology,PCR, direct hybridization probe test,Ligasse chain

reaction, Strand displacement assay, quantitative PCR.(2,3)

2.7.4 Diagnosis Banding

Trakoma Konjungtivitis folikularis Vernal catarrh

Gambaran

Lesi

(Dini) papula kecil

atau bercak merah

bertaburandengan

bintik-bintik

kuning pada

konjungtiva tarsal

(Lanjut) Granula

dan parut dan parut

terutama pada

konjungtiva tarsal

atas

Penonjolan merah muda

pucat tersusun teratur

seperti deretan beads

Nodul lebar

datar dalam

susunan

cobblestone

pada

konjungtiva

tarsal atas dan

bawah,

diselimuti

lapisan susu

Ukuran Lesi

dan Lokasi

Lesi

Penonjolan besar,

lesi konjuntiva

tarsal atas dan

teristimewa lipatan

retrotarsal kornea-

pannus, bawah

infiltrasi abu-abu

dan pembuluh

tarsus terlibat

Penonjolan kecil, terutama

konjungtiva tarsal bawah

dan forniks bawah tarsus

tidak terlibat

Penonjolan

besar, tarsus,

limbus dan

forniks dapat

terlibat

Tipe sekresi Kotoran air

berbusa atau frothy

pada stadium

lanjut

Mukoid aatu purulen Bergetah,

bertali, seperti

susu

Pulasan Kerokan epitel dari Kerokan tidak karakteristik Eosinofil

9 | P a g e

Page 10: REFERAT trakoma

konjungtiva dan

kornea

memperlihatkan

eksfoliasi,

proliferasi dan

inklusi selular

(Koch-Weeks, Morax

Axenfeld,

mikrokokus,pneumokokus)

karakteristik

dan konstan

pada sekresi

Penyulit atau

sekuela

Kornea; Panus,

kekeruhan

kornea,xerosis,

Kornea-

Konjungtiva:

Simblefaron,

Palpebra;

Entropion, trikiasis

Ulkus kornea, Blefaritis

Ektropion

Infiltrasi

kornea

Pseudoptosis

(Ilyas, S, 2007)

2.7.5 Penegakkan Diagnosa

Diagnosa trakoma ditegakkan berdasarkan:

a. Gejala Klinik :

Bila terdapat 2 dari 4 gejala klinik yang khas, sebagai berikut :

1) Adanya prefolikel di konjungtiva tarsalis superior

2) Folikel di konjungtiva forniks superior dan limbus kornea 1/3 bagian atas

3) Panus aktif di 1/3 atas limbus kornea

4) Sikatrik berupa garis-garis atau bintang di konjungtiva palpebra/ forniks

superior, Herbert’s pit di limbus korne 1/3 bagian atas

b. Kerokan konjungtiva, yang dengan pewarnaan giemsa dapat ditemukan badan

inklusi Halbert staedter Prowazeki.

Diagnosa trakoma juga dapat ditegakkan bila terdapat satu gejala klinis yang khas

ditambah dengan kerokan konjungtiva yang menghasilkan badan inklusi.

c. Biakan kerokan konjungtiva dalam yolk sac, menghasilkan badan inklusi dan

badan elementer dengan pewarnaan giemsa

10 | P a g e

Page 11: REFERAT trakoma

d. Tes serologis dengan:

1) Tes fiksasi komplemen, untuk menunjukkan adanya antibodi terhadap

trakoma,dengan menggunakan antigen yang murni. Melakukannya mudah,

tak memerlukan peralatan canggih, cukup mempergunkan antigen yang

stabil, mudah didapat di pasaran. Mempunyai nilai diagnostik yang tinggi.

2) Tes mikro-imunofluoresen, menentukan antibodi antichlamydial yang

spesifik, beserta sifat-sifatnya (IgM,IgA,IgG). Lebih sukar dan

memerlukan peralatan canggih.(5)

2.8 PENATALAKSANAAN

Kunci pentalaksanaan trakoma yang dikembangkan WHO adalah strategi

SAFE (Surgical care, Antibiotics, Facial cleanliness, Environmental

improvement).

1. Terapi antibiotik

WHO merekomendasikan dua antibiotik untuk trakoma yaitu azitromisisn oral

dan salep mata tetrasiklin.

Azitromisin lebih baik dari tetrasiklin namun lebih mahal.

Program pengontolan trakoma di beberapa negara terbantu dengan donasi

azitromisin.

Konsentrasi azitromisin di plasma rendah, tapi konsentrasi di jaringan

tinggi, menguntungkan untuk mengatasi organisme intraselular.

Azitromisin adalah drug of choice karena mudah diberikan dengan single

dose. Pemberiannya dapat langsung dipantau. Karena itu compliance nya

lebih tinggi dibanding tetrasiklin.

Azitromisin memiliki efikasi yang tinggi dan kejadian efek samping yang

rendah. Ketika efek samping muncul, biasanya ringan; gangguan GI dan

rash adalah efek samping yang paling sering.

Infeksi Chlamydia trachomatis biasanya terdapat juga di nasofaring, maka

bisa terjadi reinfeksi bila hanya diberi antibiotik topikal.

Keuntungan lain pemberian azitromisin termasuk mengobati infeksi di

genital, sistem respirasi, dan kulit.

11 | P a g e

Page 12: REFERAT trakoma

Resistensi C. trachomatis terhadap azitromisin dan tetrasiklin belum

dikemukakan.

Azitromisin : dewasa 1gr per oral sehari; anak anak 20 mg/kgBB per oral

sehari

Salep tetrasiklin 1% : mencegah sintesis bakteri protein dengan binding

dengan unit ribosom 30S dan 50S. Gunakan bila azitromisin tidak ada.

Efek samping sistemik minimal. Gunakan di kedua mata selama 6 minggu

2. Tindakan bedah

Pembedahan kelopak mata untuk memperbaiki trikiasis sangat penting

pada penderita dengan trikiasis, yang memiliki resiko tinggi terhadap

gangguan visus dan penglihatan.

Rotasi kelopak mata membatasi perlukaan kornea. Pada beberapa kasus,

dapat memperbaiki visus, karena merestorasi permukaan visual dan

pengurangan sekresi okular dan blefarospasme

3. Kebersihan wajah

Studi epidemiologi menunjukkan bahwa kebersihan wajah pada anak-

anak menurunkan resiko dan juga keparahan dari trakoma aktif.

Untuk mensukseskannya, pendidikan dan penyuluhan kesehatan harus

berbasis komunitas dan berkesinambungan

4. Peningkatan sanitasi lingkungan

Penyuluhan peningkatan sanitasi rumah dan sumber air, dan pembuangan

feses manusia yang baik.

Lalat yang bisa mentransmisikan trakoma bertelur di feses manusia yang

ada di permukaan tanah. Mengontrol populasi lalat dengan insektisida

cukup sulit.

2.9 KRITERIA KESEMBUHAN

12 | P a g e

Page 13: REFERAT trakoma

Kriteria kesembuhan berdasarkan pemeriksaan dengan mata telanjang,

terutama pada pengobatan masal adalah :

1) Folikel (-)

2) Infiltrat kornea (-)

3) Panus aktif (-)

4) Hiperemia (-)

5) Konjungtiva, meskipun ada sikatri, tampak licin.

Pada kasus individual, kriteria penyembuhan harus ditambah :

1) Pada pemeriksaan fluoresein, yang dilihat dengan slit lamp, menunjukkan

tidak ada keratitis epitelial di kornea.

2) Pada pemeriksaan mikroskopis dan kerokan konjungtiva, tidak

menunjukkan adanya badan inklusi.(5)

2.10 KOMPLIKASI & SEKUELE

Parut di konjungtiva adalah komplikasi yang sering terjadi pada trakoma

dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan duktulus

kelenjar lakrimal. Hal ini mengurangi komponen akueosa dalam film air mata

prakornea secara drastic, dan komponen mukosanya mungkin berkurang karena

hilangnya sebagian sel goblet. Luka parut itu juga mengubah bentuk palpebrae

superior berupa membaliknya bulu mata kedalam(trikiasis) atau seluruh tepian

palpebrae(entropion) sehingga bulu mata terus menerus mengggesek kornea.

Kondisi ini sering mengakibatkan ulcerasi kornea, infeksi bacterial kornea, dan

parut kornea.

Ptosis, obstruksi ductus nasolacrimalis, dan dakriosistitis adalah

komplikasi trakoma lainnya yang sering dijumpai.(1)

2.11 PROGNOSIS

Trakoma, secara karakteristik merupakan penyakit kronik yang

berlangsung lama. Dengan kondisi hygiene yang baik (khususnya, mencuci muka

pada anak-anak), penyakit ini sembuh atau bertambah ringan sehingga sekuele

13 | P a g e

Page 14: REFERAT trakoma

berat terhindarkan. Sekitar 6-9 juta orang di dunia telah kehilangan

penglihatannya karena trakoma.(1)

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

14 | P a g e

Page 15: REFERAT trakoma

1. Trakoma adalah suatu bentuk keratokonjungtivitis kronis yang disebabkan

oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis.

2. Grading trakoma menurut WHO adalah : Trakoma folikalular,trakoma

inflamasi berat, trakoma scarring, trikiasis, dan kekeruhan kornea.

3. Diagnosa trakoma ditegakkan bila terdapat 2 dari gejala klinik yang khas,

1gejala klinik dengan kerokan konjungtiva yang positif atau dengan tes

serologis.

4. Azitromisin dan tetrasiklin adalah antibiotik yang direkomendasikan

WHO untuk trakoma.

5. Peningkatan individual higiene dan sanitasi lengkungan mengurangi resiko

penularan trakoma

DAFTAR PUSTAKA

15 | P a g e

Page 16: REFERAT trakoma

(1)Vaughan & Asbury: oftalmologi umum / paul Riordan-Eva, John P.Whitcher :

alih bahasa, Brahm U. Pendit : editor edisi bahasa indonesia< diana susanto. –Ed

17- Jakarta : EGC, 2009

(2)Salomon, Anthony dan Hugh R Taylor. 2010. Trachoma: Treatment and

Medication.eMedicine Ophtalmology. 214: 29-38

(3)Salomon et al. 2004. Diagnosis and Assesment of Trachoma. Clinical

Microbiology Review. 17: 982-1011

(4)Ilyas, Sidarta. 2007. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-4. Jakarta: Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

(5)Wijana, Nana. 1993. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Abadi Tegal

16 | P a g e