referat pica

12
PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini terdapat berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang sangat kompleks yang akibatnya dapat mempengaruhi psikis ataupun fisik. Selain itu hubungan atau interaksi antara individu dengan individu yang lain terkadang terjadi hubungan yang tidak harmonis serta menyebabkan perilaku yang berbeda atau lazimnya disebut kelainan. Manusia merupakan makhluk yang unik dan menarik untuk dipelajari seluk-beluknya. Hal ini mencakup semua aspek yang membentuk pribadi individu, baik dari segi individunya sendiri, ataupun kehidupan sosialnya. Dalam menjalani kehidupannya manusia pasti mempunyai permasalahan dan dari permasalahan ini harus dicari penyelesaiannya. Permasalahan yang akan diangkat dalam makalah ini adalah tentang gangguan makan, yaitu “Pika,” berdasarkan DSM IV TR (dari Asosiasi Psikiatrik Amerika). Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui gangguan makan “Pika” yang terjadi di masyarakat. 1

Upload: nimas-ajeng

Post on 26-Nov-2015

89 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa ini terdapat berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang sangat kompleks yang akibatnya dapat mempengaruhi psikis ataupun fisik. Selain itu hubungan atau interaksi antara individu dengan individu yang lain terkadang terjadi hubungan yang tidak harmonis serta menyebabkan perilaku yang berbeda atau lazimnya disebut kelainan.Manusia merupakan makhluk yang unik dan menarik untuk dipelajari seluk-beluknya. Hal ini mencakup semua aspek yang membentuk pribadi individu, baik dari segi individunya sendiri, ataupun kehidupan sosialnya. Dalam menjalani kehidupannya manusia pasti mempunyai permasalahan dan dari permasalahan ini harus dicari penyelesaiannya.Permasalahan yang akan diangkat dalam makalah ini adalah tentang gangguan makan, yaitu Pika, berdasarkan DSM IV TR (dari Asosiasi Psikiatrik Amerika).Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui gangguan makan Pika yang terjadi di masyarakat.Manfaat

Penulisan makalah ini bermanfaat menambah wawasan tentang gangguan makan Pika sehingga dapat memberikan informasi kepada pembaca. PEMBAHASAN

DefinisiDi dalam revisi teks edisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR), pika digambarkan sebagai makan zat-zat tanpa gizi yang menetap selama sedikitnya 1 bulan. Perilaku ini harus tidak sesuai dengan perkembangan, tidak disetujui budaya, dan cukup berat sehingga membutuhkan perhatian klinis. Pika didiagnosis bahkan ketika gejala ini ada di dalam konteks gangguan lain seperti gangguan autistik, skizofrenia, atau sindrom Kleine-Levin. Pika tampak jauh lebih sering pada anak kecil dibandingkan orang dewasa, gangguan ini juga terdapat pada orang dengan retardasi mental. Di antara orang dewasa, beberapa bentuk pika, termasuk geofagia (makan tanah liat) dan amilofagia (makan zat tepung), dilaporkan terdapat pada perempuan hamil.EpidemiologiInsiden pika jarang pada anak yang berusia lebih tua dan remaja. Pika lebih lazim pada anak dan remaja dengan retardasi mental. Pika dilaporkan hingga 15% individu dengan retardasi mental berat. Pika dapat dijumpai pada kedua jenis kelamin dengan angka kejadian sama besar.EtiologiInsiden pika yang lebih tinggi dari perkiraan tampak terdapat pada kerabat orang dengan gejala ini. Defisiensi gizi didalilkan sebagai penyebab pika, pada keadaan tertentu, perasaan nagih zat-zat yang tidak dapat dimakan diakibatkan oleh insufisiensi diet. Contohnya, perasaan nagih debu dan es kadang-kadang disebabkan oleh defisiensi besi dan seng, yang dihilangkan dengan pemberiannya. Insiden pengabaian dan deprivasi orang tua juga dikaitkan dengan kasus pika. Teori yang menghubungkan deprivasi psikologis dan konsumsi zat yang tidak dapat dimakan diajukan sebagai mekanisme kompensasi untuk memenuhi kebutuhan oral.Selain itu terdapat kondisi-kondisi tertentu yang dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya pika, yaitu:

Diet. Orang yang diet mungkin mencoba untuk meringankan kelaparan dengan makan zat non-pangan untuk mendapatkan perasaan kenyang, Malnutrisi, terutama di negara-negara terbelakang, di mana orang-orang dengan pika paling sering makan tanah atau tanah liat. Faktor budaya. Dalam keluarga, agama, atau kelompok yang makan zat non-pangan, digunakan untuk praktek pembelajaran. Kelalaian orang tua, kurangnya pengawasan, atau kekurangan makanan sering terlihat pada anak-anak yang hidup dalam kemiskinan. Masalah perkembangan, seperti keterbelakangan mental, autisme, cacat perkembangan lainnya, atau kelainan otak. Kondisi kesehatan mental, seperti gangguan obsesif-kompulsif (OCD) dan skizofrenia. Kehamilan. Pika selama kehamilan lebih sering terjadi pada wanita yang selama masa kecil mereka atau sebelum kehamilan, memiliki riwayat pika baik dirinysa sendiri, maupun dalam keluarga.Diagnosis dan Gambaran KlinisMemakan zat yang tidak dapat dimakan secara berulang setelah usia 18 bulan biasanya dianggap abnormal. Onset pika biasanya antara usia 12 dan 24 bulan, dan insiden berkurang seiring usia. Zat khusus yang dikonsumsi bervariasi bergantung pada kemudahan diperolehnya, dan meningkat sesuai dengan penguasaan lokomosi dan meningkatnya kemandirian yang dihasilkan serta berkurangnya pengawasan orang tua. Biasanya, anak yang masih kecil mengkonsumsi cat, plester, kawat, rambut, dan pakaian. Anak yang lebih tua memiliki akses pada debu, kotoran hewan, batu, dan kertas. Akibat klinisnya dapat ringan atau mengancam nyawa, sesuai dengan benda yang dikonsumsi. Beberapa subtipe pika yang dinamakan sesuai dengan substansi yang dimakan misalnya: Amylophagia (konsumsi pati)

Coprophagy (konsumsi tinja)

Geophagy (konsumsi tanah, tanah liat, atau kapur)

Hyalophagia (konsumsi kaca)

Konsumsi debu atau pasir Lithophagia (subset dari geophagia, konsumsi kerikil atau batu) Mucophagia (konsumsi lendir)

Odowa (batu lembut dimakan oleh ibu hamil di Kenya) Konsumsi cat Pagophagia (konsumsi patologis es) Self-kanibalisme (kondisi langka di mana bagian tubuh dapat dikonsumsi) Trichophagia (konsumsi rambut, bulu atau wol)

Urophagia (konsumsi urin)

Xylophagia (konsumsi kayu atau kertas)Kriteria diagnostik DSM-IV-TR untuk pika diberikan pada Tabel 1-1.

Tabel 1-1 Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR untuk Pika

A. Makan zat tanpa gizi yang menetap untuk periode sedikitnya 1 bulan.

B. Makan zat tanpa gizi tidak sesuai dengan tingkat perkembangan.

C. Perilaku makan bukan bagian dari praktik yang disetujui budaya.

D. Jika perilaku makan ini terjadi hanya selama perjalanan gangguan jiwa lain (misalnya retardasi mental, gangguan perkembangan pervasif, skizofrenia), gangguan ini cukup berat sehingga memerlukan perhatian klinis tersendiri.

Dari American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed. Text rev, Washington, DC: American Psychiatric Association; copyright 2000, dengan izin

Patologi dan Pemeriksaan LaboratoriumTidak ada tes laboratorium tunggal yang mengkonfirmasi atau menyingkirkan diagnosis pika, tetapi beberapa tes laboratorium berguna karena pika sering disertai dengan indeks yang abnormal. Kadar serum besi dan seng harus selalu diperoleh; jika kadarnya berkurang, dapat terjadi anemia. Pada anak dengan pika, kadar timah serum harus didapat jika dokter khawatir pada anak; keracunan timah dapat terjadi akibat mengkonsumsi timah. Ketika kadar timah anak meningkat, keadaan ini harus diterapi. Diagnosis BandingDiagnosis banding pika mencakup defisiensi zat besi dan seng. Pika juga dapat terjadi bersama dengan keadaan gagal tumbuh dan beberapa gangguan jiwa dan medis lain, termasuk skizofrenia, gangguan autistik, anoreksia nervosa, dan sindrom Kleine-Levin. Pada kekerdilan psikososial, bentuk gagal tumbuh endokrinologis dan perilaku yang dramatik tetapi reversibel, anak menunjukkan perilaku aneh, mencakup meminum air toilet, sampah, dan zat tanpa gizi lainnya. Laporan kasus baru-baru ini menunjukkan hubungan pika dengan hipersomnolen, intoksikasi timah, dan pubertas prekoks. Pubertas prekoks menunjukkan bahwa hipotalamus sebagai tempat untuk sedikitnya satu bagian dari disfungsi. Intoksikasi timah diketahui dapat disebabkan oleh pika dan beberapa kelainan neuropsikiatrik lain dalam hal kinerja daya ingat dan kognitif. Sebagian kecil anak dengan gangguan autistik dan skizofrenia bisa memiliki pika. Pada anak yang menunjukkan pika dan gangguan medis lain, kedua gangguan harus diberi kode, menurut DSM-IV-TR.Perjalanan Gangguan dan PrognosisPrognosis untuk pika beragam, meskipun pada anak dengan intelegensi normal, gangguan ini paling sering bersifat pulih spontan. Pada anak, pika biasanya pulih seiring dengan meningkatnya usia; pada perempuan hamil, pika biasanya terbatas pada masa kehamilan saja. Meskipun demikian, pada beberapa orang dewasa, terutama mereka yang mengalami retardasi mental, pika dapat berlanjut hingga bertahun-tahun. Data pemantauan lanjutan pada populasi ini terlalu terbatas untuk memberikan suatu kesimpulan.TerapiLangkah pertama di dalam terapi pika adalah untuk menentukan penyebabnya jika memungkinkan. Jika pika disebabkan oleh situasi pengabaian atau penganiayaan, tentu saja keadaan ini perlu diubah. Pajanan pada zat toksik, seperti timah, harus dihilangkan. Tidak ada terapi definitif untuk pika; sebagian besar terapi ditujukan pada edukasi dan modifikasi perilaku. Terapi menekankan pendekatan psikososial, lingkungan, perilaku, dan pedoman keluarga. Upaya harus dilakukan untuk mengurangi stresor psikososial yang signifikan.

Beberapa teknik perilaku telah digunakan dengan beberapa pengaruh. Teknik yang paling cepat berhasil tampaknya adalah terapi aversi ringan atau penyokongan negatif (contohnya kejut listrik ringan, bunyi tidak menyenangkan, atau obat emetik). Penyokongan positif, pembentukan model, pembentukan perilaku, dan terapi koreksi yang berlebihan juga telah digunakan. Meningkatnya perhatian orang tua, stimulasi, dan pengasuhan emosional dapat memiliki hasil positif.PENUTUP

Simpulan

Pika adalah gangguan berupa memakan zat tanpa gizi yang menetap untuk periode sedikitnya 1 bulan. Makan zat tanpa gizi tidak sesuai dengan tingkat perkembangan. Perilaku makan ini bukan merupakan bagian dari praktik yang disetujui dalam budaya tertentu. Jika perilaku makan ini terjadi hanya selama perjalanan gangguan jiwa lain (misalnya retardasi mental, gangguan perkembangan pervasif, skizofrenia), gangguan ini cukup berat sehingga memerlukan perhatian klinis tersendiri.Saran

Perlunyaperhatian keluarga, khususnya orang tua terhadap kebiasaan makan dan pengawasan yang ketat dari anak yang diketahui meletakkan segala sesuatu di mulut mereka dapat membantu menangkap gangguan sebelum komplikasi dapat terjadi.

DAFTAR PUSTAKAAmerican Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed. Text rev, Washington, DC: American Psychiatric Association; 2000.Ginder GD. Microlytic and hypochromic anemias. In: Goldman L, Schafer AI, eds.Cecil Medicine.24th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2011:chap 162.

Kaplan, Sadock BJ. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Saduran Profitasari dan Tiara Mahatmi Nisa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004.Katz ER, DeMaso DR. Pica. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, eds.Nelson Textbook of Pediatrics.19th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2011:chap 21.2.Lpez, LB; Ortega Soler, CR, de Portela, ML. "Pica during pregnancy: a frequently underestimated problem".Archivos latinoamericanos de nutricion, 2004.54(1): 1724.Walker and M.C. Roberts (Eds.).The Handbook of Clinical Child Psychology. 3rd ed. Section of Behavior Medicine at the Children's Hospital at The Cleveland Clinic.. New York: NY: John Wiley & Sons, 2001.2