referat neurosis

75
Gangguan Neurosis BAB II GANGGUAN PSIKOSIS Secara garis besar, fenomena perilaku manusia bermanifestasi dalam tiga aspek besar, yaitu perilaku, pikiran, dan perasaan. Perilaku, pikiran, atau perasaan manusia baru dapat dikategorikan sebagai gangguan jiwa apabila memenuhi kriteria gangguan jiwa. Adapun kriteria gangguan jiwa yaitu suatu kelompok gejala atau perilaku yang secara klinis ditemukan bermakna dan yang disertai dengan penderitaan (distress) pada kebanyakan kasus, dan yang berkaitan dengan terganggunya fungsi (disfungsi atau hendaya) seseorang. Dengan demikian jelas bahwa apabila hanya terjadi penyimpangan atau konflik sosial saja tanpa disfungsi seseorang, hal itu tidak dimasukkan ke dalam gangguan jiwa. Pada dasarnya gangguan jiwa bukanlah hal yang berdiri sendiri, karena kita mengetahui bahwa manifestasi gangguan jiwa, berupa : perilaku, pikiran, dan perasaan, yang erat sekali kaitannya dengan tubuh dan kondisi tubuh atau jasmani seseorang serta lingkungan sosialnya. Psikosis menekankan hilangnya tes realitas dan gangguan pada fungsi mental yang dimanifestasikan oleh waham, halusinasi, bingung, dan gangguan ingatan. Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Periode 30 Juli – 1 September 2012 4

Upload: jikawai

Post on 24-Oct-2015

98 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

neurosis

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

BAB II

GANGGUAN PSIKOSIS

Secara garis besar, fenomena perilaku manusia bermanifestasi dalam tiga

aspek besar, yaitu perilaku, pikiran, dan perasaan. Perilaku, pikiran, atau perasaan

manusia baru dapat dikategorikan sebagai gangguan jiwa apabila memenuhi

kriteria gangguan jiwa.

Adapun kriteria gangguan jiwa yaitu suatu kelompok gejala atau perilaku

yang secara klinis ditemukan bermakna dan yang disertai dengan penderitaan

(distress) pada kebanyakan kasus, dan yang berkaitan dengan terganggunya fungsi

(disfungsi atau hendaya) seseorang. Dengan demikian jelas bahwa apabila hanya

terjadi penyimpangan atau konflik sosial saja tanpa disfungsi seseorang, hal itu

tidak dimasukkan ke dalam gangguan jiwa.

Pada dasarnya gangguan jiwa bukanlah hal yang berdiri sendiri, karena

kita mengetahui bahwa manifestasi gangguan jiwa, berupa : perilaku, pikiran, dan

perasaan, yang erat sekali kaitannya dengan tubuh dan kondisi tubuh atau jasmani

seseorang serta lingkungan sosialnya.

Psikosis menekankan hilangnya tes realitas dan gangguan pada fungsi

mental yang dimanifestasikan oleh waham, halusinasi, bingung, dan gangguan

ingatan. Menurut American Psychiatric Assosiation, istilah “psikotik” secara

kasar berarti gangguan dalam tes realitas. Istilah ini dapat digunakan untuk

menggambarkan perilaku seseorang pada waktu tertentu atau suatu gangguan

mental dimana selama perjalanan penyakitnya semua orang dengan gangguan

tersebut mengalami gangguan tes realitas yang jelas. Istilah “psikotik” tidak

berlaku untuk distorsi ringan yang melibatkan masalah pertimbangan relatif,

misalnya orang terdepresi yang menilai rendah pencapaiannya adalah tidak

dianggap psikotik, sedangkan orang yang percaya bahwa mereka telah

menyebabkan bencana alam dianggap psikotik.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

4

Page 2: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Menurut Singgih D. Gunarsa (1998 : 140), psikosis ialah gangguan jiwa

yang meliputi keseluruhan kepribadian, sehingga penderita tidak bisa

menyesuaikan diri dalam norma-norma hidup yang wajar dan berlaku umum.

W.F. Maramis (2005 : 180), menyatakan bahwa psikosis adalah suatu

gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Kelainan

seperti ini dapat diketahui berdasarkan gangguan-gangguan pada perasaan,

pikiran, kemauan, motorik, dan seterusnya sedemikian berat sehingga perilaku

penderita tidak sesuai lagi dengan kenyataan. Perilaku penderita psikosis tidak

dapat dimengerti oleh orang normal, sehingga orang awam menyebut penderita

sebagai orang gila.

Berbicara mengenai psikosis, Zakiah Daradjat (1993 : 56), menyatakan

sebagai berikut:

Seorang yang diserang penyakit jiwa (psychosis), kepribadiannya terganggu, dan

selanjutnya menyebabkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan wajar, dan

tidak sanggup memahami problemnya. Seringkali orang sakit jiwa tidak merasa

bahwa dirinya sakit, sebaliknya ia menganggap dirinya normal saja, bahkan lebih

baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang lain.

Definisi berikutnya tentang psikosis (Medline Plus) rumusannya sebagai

berikut: “Psychosis is a loss of contact with reality, usually including false ideas

about what is taking place or who one is (delusions) and seeing or hearing things

that aren't there (hallucinations)”. Psikosis, menurut Medline Plus adalah

kelainan jiwa yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan realitas, biasanya

mencakup ide-ide yang salah tentang apa yang sebenarnya terjadi, delusi, atau

melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada (halusinasi).

Dari empat pendapat tersebut dapat diperoleh gambaran tentang psikosis

yang intinya sebagai berikut.

1. Psikosis merupakan gangguan jiwa yang berat, atau tepatnya penyakit jiwa,

yang terjadi pada semua aspek kepribadian.

2. Bahwa penderita psikosis tidak dapat lagi berhubungan dengan realitas,

penderita hidup dalam dunianya sendiri.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

5

Page 3: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

3. Psikosis tidak dirasakan keberadaannya oleh penderita. Penderita tidak

menyadari bahwa dirinya sakit.

4. Usaha menyembuhkan psikosis tak bisa dilakukan sendiri oleh penderita tetapi

hanya bisa dilakukan oleh pihak lain.

5. Dalam bahasa sehari-hari, psikosis disebut dengan istilah gila.

Secara umum, psikosis dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan faktor

penyebabnya, yaitu psikosis organik, yang disebabkan oleh faktor organik dan

psikosis fungsional, yang terjadi karena faktor kejiwaan. Kedua jenis psikosis dan

yang termasuk di dalamnya diuraikan berikut ini:

1. Psikosis organik

Psikosis organik atau gangguan mental organik adalah penyakit jiwa

yang disebabkan oleh faktor-faktor fisik atau organik, yaitu pada fungsi

jaringan otak, sehingga penderita mengalamai inkompeten secara sosial, tidak

mampu bertanggung jawab, dan gagal dalam menyesuaikan diri terhadap

realitas. Psikosis organik dibedakan menjadi beberapa jenis dengan sebutan

atau nama mengacu pada faktor penyebab terjadinya. Jenis psikosis yang

tergolong psikosis organik adalah sebagai berikut:

a. Alcoholic psychosis, terjadi karena fungsi jaringan otak terganggu atau

rusak akibat terlalu banyak minum minuman keras.

b. Drug psychose atau psikosis akibat obat-obat terlarang (mariyuana,

LSD, kokain, sabu-sabu, dst.)

c. Traumatic psychosis, yaitu psikosis yang terjadi akibat luka atau

trauma pada kepala karena kena pukul, tertembak, kecelakaan, dst.

d. Dementia paralytica, yaitu psikosis yang terjadi akibat infeksi

syphilis yang kemudian menyebabkan kerusakan sel-sel otak.

2. Psikosis fungsional

Psikosis fungsional merupakan penyakit jiwa secara fungsional yang

bersifat non-organik, yang ditandai dengan disintegrasi kepribadian dan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

6

Page 4: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

ketidakmampuan dalam melakukan penyesuaian sosial. Psikosis jenis ini

dibedakan menjadi: skizofrenia, psikosis mania-depresif (bipolar), dan

psikosis paranoid (Kartini Kartono, 1993 : 106).

a. Skizofrenia

Arti sebenarnya dari Skizofrenia adalah kepribadian yang terbelah

(split of personality). Sebutan ini diberikan berdasarkan gejala yang paling

menonjol dari penyakit ini, yaitu adanya jiwa yang terpecah belah. Antara

pikiran, perasaan, dan perbuatan terjadi disharmoni.

1) Gejala-gejala Skizofrenia (Singgih Dirgagunarsa, 1998 : 141-142):

Kontak dengan realitas tidak ada lagi, penderita lebih banyak hidup

dalam dunia khayal sendiri, dan berbicara serta bertingkah laku

sesuai dengan khayalannya, sehingga tidak sesuai dengan

kenyataan.

Karena tidak ada kontak dengan realitas, maka logikanya tidak

berfungsi sehingga isi pembeicaraan penderita sukar untuk diikuti

karena meloncat-loncat (inkoheren) dan seringkali muncul kata

kata aneh yang hanya dapat dimengerti oleh penderita sendiri.

Pikiran, ucapan, dan perbuatannya tidak sejalan, ketiga aspek

kejiwaan ini pada penderita Skizofrenia dapat berjalan sendiri

sendiri, sehingga ia dapat menceritakan kejadian yang

menyedihkan sambil tertawa.

Sehubungan dengan pikiran yang sangat berorientasi pada

khayalannya sendiri, timbul delusi atau waham pada penderita

Skizofrenia (bisa waham kejaran dan kebesaran).

Halusinasi sering dialami pula oleh penderita Skizofrenia.

2) Faktor penyebab terjadinya Skizofrenia

Pendapat para ahlimengenai factor penyebab Skizofrenia ada

bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa penyakit ini

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

7

Page 5: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

merupakan keturunan. Ada pula yang menyatakan bahwa Skizofrenia

terjadi gangguan endokrin dan metabolisme. Sedangkan pendapat yang

berkembang dewasa ini adalah bahwa penyakit jiwa ini disebabkan

oleh beberapa faktor, antara lain keturunan, pola asuh yang salah,

maladaptasi, tekanan jiwa, dan penyakit lain yang belum diketahui

(W.F. Maramis, 2005 :216-217).

b. Psikosis mania-depresif

Psikosis mania-depresif merupakan kekalutan mental yang berat,

yang berbentuk gangguan emosi yang ekstrim, yaitu berubah-ubahnya

kegembiraan yang berlebihan (mania) menjadi kesedihan yang sangat

mendalam (depresi) dan sebaliknya dan seterusnya.

1) Gejala-gejala psikosis mania-depresif:

a. Gejala-gejala mania antara lain:

euphoria (kegembiraan secara berlebihan);

waham kebesaran;

hiperaktivitas;

pikiran melayang.

b. Gejala-gejala depresif antara lain :

kecemasan;

pesimis;

hipoaktivitas;

insomnia;

anorexia.

2) Faktor penyebab psikosis mania-depresif

Psikosis mania-depresif disebabkan oleh faktor yang

berhubungan dengan dua gejala utama penyakit ini, yaitu mania dan

depresi. Aspek mania terjadi akibat dari usaha untuk melupakan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

8

Page 6: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

kesedihan dan kekecewaan hidup dalam bentuk aktivitas-aktivitas

yang sangat berlebihan. Sedangkan aspek depresinya terjadi karena

adanya penyesalan yang berlebihan.

c. Psikosis paranoid

Psikosis paranoid merupakan penyakit jiwa yang serius yang

ditandai dengan banyak delusi atau waham yang disistematisasikan dan

ide-ide yang salah yang bersifat menetap. Istilah paranoid dipergunakan

pertama kali oleh Kahlbaum pada tahun 1863, untuk menunjukkan suatu

kecurigaan dan kebesaran yang berlebihan (W.F. Maramis, 2005 : 241).

1) Gejala-gejala psikosis paranoid

Sistem waham yang kaku, kukuh dan sistematis, terutama waham

kejaran dan kebesaran baik sendiri-sendiri maupun bercampur

aduk.

Pikirannya dikuasai ole hide-ide yang salah, kaku, dan paksaan.

Mudah timbul rasa curiga.

2) Faktor penyebab psikosis paranoid

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan psikosis paranoid

(Kartini Kartono, 1999 : 176), antara lain :

Kebiasaan berpikir yang salah;

Terlalu sensitif dan seringkali dihinggapi rasa curiga;

Adanya rasa percaya diri yang berlebihan (overconfidence);

Adanya kompensasi terhadap kegagalan dan kompleks inferioritas.

Secara garis besar gangguan jiwa menurut Pedoman Penggolongan

Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) (Maramis, 2005: 150-155) adalah sebagai

berikut:

Psikosis

A. Psikosis Berhubungan dengan Sindroma Otak Organik.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

9

Page 7: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

1. Dementia senilis dan presenilis

2. Psikosis alkoholik

3. Psikosis berhubungan dengan infeksi intracranial

4. Psikosis berhubungan dengan kondisi serebral lain

5. Psikosis berhubungan dengan kondisi fisik lain

B. Psikosis Fungsional

1. Skizofrenia

2. Psikosis afektif

3. Psikosis paranoid

4. Psikosis lain

5. Psikosis tak tergolongkan

Gangguan mental psikotik :

F.20 Skizofrenia

Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang

mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan baik dan memiliki pemahaman

diri yang buruk ( kaplan dan shadok,1997 ).

F.21 Gangguan skizotipal

Gangguan yang ditandai secara khas oleh prilaku yang eksentrik dan

anomali-anomali dalam berpikir dan dalam afek yang menyerupai yang terdapat

pada skizofrenia.

F.22 Gangguan waham menetap

Gangguan dengan waham yang berlangsung lama sebagai satu-satunya

gejala klinis yang khas atau yang paling mencolok.

F.23 Gangguan psikotik akut dan sementara

Suatu perubahan dari keadaan tanpa gejala psikotik ke keadaan psikosis

yang jelas abnormal yang terjadi dalam periode 2 minggu atau kurang.

F.24 Gangguan waham terinduksi

Suatu gangguan waham yang jarang terjadi yang dialami oleh dua orang

atau kadang kadang lebih, yang mempunyai hubungan emosional erat. Hanya

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

10

Page 8: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

seorang individu saja yang menderita gangguan psikotik yang sesungguhnya;

waham tersebut terinduksi pada yang lainnya dan menghilang apabila orang

tersebut dipisahkan.

F.25 Gangguan skizoafektif

Gangguan yang bersifat episodik dengan gejala afektif dan skizofrenik

yang sama menonjol dan secara bersamaan ada dalam episode yang sama dari

penyakit itu atau setidaknya dalam beberapa hari sesudah yang lain.

F30.2 Mania dengan gejala psikotik

Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari keadaan

yang digambarkan pada F30.1 harga diri yang membungbung dan gagasan

kebesaran dapat berkembang menjadi waham, dan iritabilitas serta kecurigaan

menjadi waham kejar.

F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik

Gejala klinis episode sekarang mania dengan gejala psikotik

F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala

psikotik

Episode sekarang memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan

gejala psikotik, harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,

manik atau campuran dimasa lampau.

F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik

Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut

diatas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresif.

F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik

Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode

sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala

psikotik, sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing masing

selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan

suasana perasaan yang bermakna.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

11

Page 9: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

12

Waham, halusinasi, bicara terdisorganisasi atau perilaku yang jelas terdisorganisasi

Karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum

Karena efek fisiologis langsung dari zat (misalnya, suatu obat yang disalahgunakan, suatu medikasi atau suatu toksin)

Tidak

Tidak

Gejala fase aktif dari Skizofrenia, berlangsung sekurangnya 1 bulan

Gangguan Psikotik Karena Kondisi Medis Umum

Ya

YaGangguan Psikotik Akibat Zat

Depresi berat atau Episode Manik bersamaan dengan gejala fase aktif

Lama episode mood total adalah relatif singkat terhadap Irama periode aktif dan residual

Ya Lama sekurangnya 6 bulan

Ya SKIZOFRENIA

GANGGUAN SKIZOFRENIFORM

Tidak

Tidak

Sekurangnya 2 minggu waham atau halusinasi tanpa adanya gejala mood yang menonjol

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF

Ya

GANGGUAN MOOD DENGAN CIRI PSIKOTIK

Tidak

Tidak

Ya

Page 10: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

13

Waham yang tidak kacau berlangsung sekurangnya 1 bulan

Lama total episode mood adalah relatif singkat dibandingkan lama periode waham

Kecuali waham, fungsi tidak jelasterganggu

Gangguan skizofreniform

Gangguan psikotik YTT

Waham hanya terjadi selama episode mood

Gangguan mood dengan ciri psikotik

Lama lebih dari 1 hari tetapi kurang dari 1 bulan

Gangguan psikotik singkat

Gangguan psikotik YTT

Ya

YaYa

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Tidak

Page 11: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

BAB III

GANGGUAN NEUROSIS

A. PENGERTIAN NEUROSIS

Neurosis adalah suatu gangguan non-psikotik yang kronis atau rekuran

yang ditandai terutama oleh kecemasan, yang dialami atau yang diekspresikan

secara langsung atau diubah melalui mekanisme pertahanan. Kecemasan

tampak sebagai gejala, seperti suatu obsesi, suatu kompulsi, suatu fobia, atau

suatu difungsi seksual.

Neurosis kadang-kadang disebut psikoneurosis atau gangguan jiwa

(untuk membedakannya dengan psikosis atau penyakit jiwa). Menurut Singgih

Dirgagunarsa (1978 : 143), neurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada

sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa

melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar, dan

jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit. Dali Gulo (1982 : 179),

berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi

pengaruh pada sebagian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali

ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada

indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan,

dan kurang memiliki energi fisik, dst.

Neurosis, menurut W.F. Maramis (1980 : 97), adalah suatu kesalahan

penyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan suatu konflik

tidak sadar.

Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli tersebut dapat

diidentifikasi pokok-pokok pengertian mengenai neurosis sebagai berikut.

1. Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.

2. Neurosis terjadi pada sebagian aspek kepribadian.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

14

Page 12: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

3. Neurosis dapat dikenali gejala-gejala yang menyertainya dengan ciri khas

kecemasan.

4. Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan melakukan

aktivitas sehari-hari.

B. JENIS-JENIS NEUROSIS

Kelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan bermacam-

macam gejala. Dan berdasarkan gejala yang paling menonjol, sebutan atau

nama untuk jenis neurosis diberikan. Dengan demikian pada setiap jenis

neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang

ada pasien yang menunjukkan begitu banyak gejala sehingga gangguan jiwa

yang dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis neurosis tertentu (W.F.

Maramis, 1980 : 258).

Berdasarkan PPDGJ III Neurosis terdiri dari:

F40–F48 GANGGUAN NEUROTIK, GANGGUAN SOMATOFORM DAN

GANGGUAN YANG BERKAITAN DENGAN STRES

F40 Gangguan Anxietas Fobik

F40.0 Agorafobia

.00 Tanpa gangguan panik

.01 Dengan gangguan panik

F40.1 Fobia sosial

F40.2 Fobia khas (terisolasi)

F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya

F40.9 Gangguan anxietas fobik YTT

F41 Gangguan Anxietas Lainnya

F41.0 Gangguan panik (anxietas paroksismal episodik)

F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh

F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

15

Page 13: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya

F41.8 Gangguan anxietas lainnya YDT

F41.9 Gangguan anxietas YTT

F42 Gangguan Obsesif-Kompulsif

F42.0 Predominan pikiran obsesional atau pengulangan

F42.1 Predominan tindakan kompulsif (obsesional ritual)

F42.2 Campuran tindakan dan pikiran obsesional

F42.8 Gangguan obsesif kompulsif lainnya

F42.9 Gangguan obsesif kompulsif YTT

F43 Reaksi Terhadap Stres Berat dan Gangguan Penyesuaian (F43.0-F43.9)

F44 Gangguan Disosiatif (Konversi) (F44.0-F44.9)

F45 Gangguan Somatoform (F45.0-F45.9)

F48 Gangguan Neurotik Lainnya (F48.0-F48.9)

F40. GANGGUAN ANXIETAS FOBIK

Anxietas dicetuskan hanya atau secara predominan oleh adanya situasi

atau objek yang jelas, tertentu (dari luar individu itu sendiri), yang sebenarnya

secara umum tidak berbahaya. Akibatnya situasi atau objek demikian secara

khusus dihindari atau dihadapi dengan perasaan yang terancam. Pada anxietas

timbul gejala-gejala individual seperti palpitasi, perasaan mau pingsan, dan sering

kali disertai dengan perasaan takut mati, takut kehilangan kendali atau takut

menjadi gila. Anxietas tersebut tidak berkurang meskipun ia mengetahui bahwa

orang lain tidak menganggap situasi yang dihadapi tersebut berbahaya atau

mengancam. Membayangkan menghadapi situasi fobik itu saja umumnya sudah

dapat menimbulkan anxietas sebelumnya.

FOBIA

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

16

Page 14: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Definisi Fobia

Fobia adalah suatu ketakutan irasional yang jelas, menetap, dan berlebihan

terhadap suatu objek spesifik, keadaan atau situasi. Berasal dari bahasa Yunani

yaitu Fobos yang berarti ketakutan.

Fobia merupakan suatu gangguan jiwa yang merupakan salah satu tipe dari

gangguan anxietas dan dibedakan dalam tiga jenis menurut jenis objek atau situasi

ketakutan yaitu agorafobia, fobia spesifik, dan fobia sosial.

Agorafobia adalah ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak serta

adanya kesulitan untuk segera menyingkir ke tempat aman. Fobia spesifik adalah

suatu rasa takut yang kuat dan persisten pada suatu objek atau situasi. Fobia sosial

adalah rasa takut yang kuat dan persisten dimana dapat timbul rasa malu.

Tanda dan Gejala Fobia

Agorafobia

Pasien dengan agorafobia menghindari situasi disaat sulit untuk

mendapatkan bantuan. Lebih suka ditemani kawan atau anggota keluarga ditempat

tertentu, seperti jalan yang ramai, toko yang padat, ruang tertutup, kendaraan

tertutup. Mereka menghendaki ditemani setiap kali harus keluar rumah. Sebagian

dari penderita gangguan fobik menjadi terpaku dirumah, ketakutan dengan

bayangan akan pingsan dan ditinggalkan tak berdaya ditengah orang banyak.

Kebanyakan penderita adalah wanita dan onset biasanya pada dewasa muda.

Gejala depresif, obsesi, dan fobia sosial mungkin juga menyertai keadaan tersebut.

Tanpa pengobatan yang efektif agorafobia seringkali menjadi kronis, meskipun

biasanya berfluktuasi.

Fobia ditandai dengan timbulnya anxietas berat jika pasien terpapar

dengan situasi atau objek spesifik atau jika mengantisipasi akan terpapar dengan

situasi atau objek. Pemaparan atau mengantisipasi dengan stimulus fobik sering

menimbulkan serangan panik pada orang yang rentan terhadap serangan panik.

Orang dengan fobia berusaha untuk menghindari stimulus fobik.

Fobia Spesifik

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

17

Page 15: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Pada fobia spesifik, ketakutan yang jelas dan menetap dan tak beralasan

terbatas pada objek atau situasi yang spesifik dan terbagi dalam tipe hewan,

lingkungan alam, darah, injeksi, luka, dan situasional. Fobia yang terbatas pada

situasi yang sangat spesifik seperti bila berdekatan dengan binatang tertentu,

tempat tinggi, kegelapan, naik pesawat, buang hajat di tempat umum, takut

melihat darah atau luka, dan takut berhubungan dengan penyakit tertentu.

Fobia sosial

Pada fobia sosial, adanya ketakutan terhadap situasi sosial atau tampil

didepan orang – orang yang belum dikenal atau situasi yang memungkinkan ia

dinilai oleh orang lain atau menjadi pusat perhatian, merasa takut bahwa ia akan

berperilaku memalukan atau menampakkan gejala anxietas atau bersikap yang

dapat merendahkan dirinya.

Sering kali mulai pada usia remaja dan terpusat pada rasa takut

diperhatikan oleh orang lain, yang menjurus kepada penghindaran terhadap situasi

sosial. Fobia sosial frekuensinya sama pada laki-laki dan wanita.

Gambarannya dapat sangat jelas (misalnya, hanya terbatas pada makan di

tempat umum, atau berbicara di depan umum, atau menghadapi jenis kelamin

lain), atau dapat pula kabur, yang mencakup hampir semua situasi sosial di luar

lingkungan keluarga. Fobia sosial biasanya disertai dengan harga diri yang rendah

dan takut akan kritikan. Dapat juga tercetus sebagai keluhan malu (muka merah),

tangan gemetar, mual, ingin buang air kecil, dan kadang-kadang individu

bersangkutan merasa yakin bahwa salah satu dari manifestasi gejala fobia sosial

ini merupakan masalah utamanya (dalam hal ini, gejalanya dapat berkembang

menjadi serangan panik). Kecenderungan menghindar sering kali tampak jelas dan

dalam keadaaan ekstrim dapat menjurus ke isolasi sosial yang total.

Diagnosis dan kriteria diagnostik Fobia

Diagnosis dibuat berdasarkan wawancara psikiatrik, yang meliputi hal-hal

seperti keluhan, sejarah pasien, dan susunan keluarga yang lengkap, termasuk

anggota keluarga dengan fobia. Juga tentang pengalaman atau trauma yang

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

18

Page 16: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

memicu fobia. Penting juga diketahui dampak fobia terhadap kehidupan sehari-

hari, pekerjaan, dan hubungan dengan orang-orang terdekat. Masalah tentang

depresi dan penyalahgunaan zat yang sering menjadi komorbiditas fobia jangan

lupa ditanyakan.

Pedoman Diagnosis Fobia

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ)

Agorafobia

Semua kriteria ini harus dipenuhi untuk :

a. Gejala psikologis/otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi

primer dari anxietas dan bukan merupakan gejala lain yang sekunder

seperti waham atau pikiran obsesif.

b. Anxietas yang timbul harus terutama terjadi dalam sekurang-kurangnya

dua dari situasi berikut :

• Banyak orang

• Tempat-tempat umum

• Bepergian keluar rumah

• Bepergian sendiri

c. Menghindari situasi fobik harus/sudah merupakan gambaran yang

menonjol

Fobia Khas (Terisolasi)

Semua kriteria yang dibawah ini untuk diagnosis :

a. Gejala psikologis atau otonomik harus merupakan manifestasi primer dari

anxietas, dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti waham atau

pikiran obsesif.

b. Anxietas harus terbatas pada adanya objek situasi fobik tertentu.

c. Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.

Fobia Sosial

Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk suatu diagnosis pasti:

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

19

Page 17: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

• Gejala-gejala psikologis, perilaku/otonomik harus merupakan manifestasi

primer dari anxietas dan bukan sekundari gejala lain seperti waham /

pikiran obsesif

• Anxietas harus hanya terbatas / menonjol pada situasi sosial tertentu saja

• Penghindaran dari situasi fobik harus merupakan gambaran yang menonjol

Penatalaksanaan Fobia

Secara umum terapi Fobia meliputi:

A. Terapi Psikologik.

a. Terapi perilaku: merupakan terapi yang paling efektif dan sering

diteliti. Seperti desensitisasi sistematik yang sering dilakukan;

terapi pemaparan (exposure), imaginal exposure, participent

modelling, guided mastery, imaginal flooding.

b. Psikoterapi berorientasi tilikan.

c. Terapi lain: hypnotherapy, psikoterapi suportif, terapi keluarga bila

diperlukan.

B. Farmakoterapi

Terapi agorafobia sama seperti gangguan panik, terdiri dari obat

anti anxietas, antidepresan, dan psikoterapi khususnya terapi kognitif

perilaku.

Terapi terhadap fobia spesifik yang terutama adalah terapi perilaku

yaitu terapi pemaparan (Exposure therapy). Juga diajarkan menghadapi

kecemasan dengan teknik relaksasi, mengontrol pernapasan, dan

pendekatan kognitif. Penggunaan anti anxietas yaitu untuk terapi jangka

pendek.

Terapi terhadap fobia sosial terbatas, dapat menggunakan obat β-

bloker ,anti anxietas, anti depresan serta terapi kognitif perilaku secara

individual dan kelompok.

F41. GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

20

Page 18: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Manifestasi dari anxietas merupakan gejala utama dari gangguan ini dan

tidak terbatas pada situasi lingkungan tertentu saja. Dapat disertai gejala depresif

dan obsesif, bahkan juga beberapa unsur dari anxietas fobik yang bersifat

sekunder atau ringan (tidak begitu parah).

GANGGUAN PANIK

Definisi Gangguan Panik

Panik adalah adanya serangan anxietas berat (panik) yang berulang, yang

tidak terbatas pada adanya situasi tertentu atau pun suatu rangkaian kejadian, dan

karena itu tidak terduga. Gejala yang dominan bervariasi pada masing-masing

orang, tetapi onset mendadak dalam bentuk palpitasi, nyeri dada, perasaan

tercekik, pusing kepala, dan perasaan yang tidak riil (depersonalisasi atau

derealisasi), merupakan gejala yang lazim. Secara sekunder timbul rasa takut mati,

kehilangan kendali atau menjadi gila.

Tanda dan Gejala Panik

Gangguan panik terutama ditandai dengan serangan panik yang berulang.

Serangan panik terjadi secara spontan dan tidak terduga, disertai gejala otonomik

yang kuat, terutama sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan. Serangan sering

dimulai selama 10 menit, gejala meningkat secara cepat. Kondisi cemas pada

gangguan panik biasanya terjadi secara tiba-tiba, dapat meningkat hingga sangat

tinggi disertai gejala-gejala yang mirip gangguan jantung, yaitu rasa nyeri di dada,

berdebar-debar, keringat dingin, hingga merasa seperti tercekik.

Gangguan mental yang dirasakan adalah rasa takut yang hebat dan

ancaman kematian atau bencana. Pasien merasa bingung dan sulit berkonsentrasi.

Tanda fisik yang menyertai adalah takikardi, palpitasi, dispneu, dan berkeringat.

Penderita akan segera berusaha keluar dari situasi tersebut dan mencari

pertolongan. Serangan dapat berlangsung selama 20-30 menit, jarang sampai lebih

dari satu ja

Diagnosis dan Kriteria Diagnostik

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

21

Page 19: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Terjadinya beberapa serangan berat anxietas otonomik, yang terjadi dalam

periode kira-kira satu bulan:

a) Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak berbahaya;

b) Tidak terbatas hanya pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat

diduga sebelumnya;

c) Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala anxietas dalam periode

antara serangan-serangan panik.

Penatalaksanaan

Terdiri dari pemberian farmakaterapi dan psikoterapi.

A. Farmakoterapi:

Terdiri atas:

1. SSRI

Terdiri atas beberapa macam: sertralin, fluoksetin, fluvoksamin,

escitalopram. Diberikan 3-6 bulan atau lebih, tergantung kondisi

individu, agar kadarnya stabil dalam darah sehingga dapat mencegah

kekambuhan.

2. Alprazolam

Awitan kerjanya cepat, dikonsumsi biasanya antara 4-6 minggu,

setelah itu secara perlahan diturunkan dosisnya sampai akhirnya

dihentikan. Setelah itu pasien diberikan golongan SSRI.

B. Psikoterapi:

1. Terapi relaksasi

Prinsipnya adalah melatih pernapasan (menarik nafas dalam dan

lambat, lalu mengeluarkannya dengan lambat pula), mengendurkan

seluruh otot tubuh dan mensugesti pikiran ke arah konstruksi atau yang

diinginkan akan dicapai. Biasanya dilakukan 20-30 menit atau lebih

lama lagi.

2. Terapi kognitif perilaku

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

22

Page 20: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Pasien diajak untuk bersama-sama membentuk pola perilaku dan

pikiran yang irasional dan menggantinya dengan yang lebih rasional.

Biasanya berlangsung 30-45 menit. Pasien kemudian diberi pekerjaan

rumah yang harus dibuat setiap hari, antara lain membuat daftar

pengalaman harian dalam menyikapi berbagai peristiwa yang dialami.

3. Psikoterapi dinamik

Pasien diajak untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya. Pada

psikoterapi ini, biasanya pasien lebih banyak berbicara sedangkan

dokter lebih banyak mendengar. Terapi ini memerlukan waktu

panjang, dapat berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Hal ini tentu

memerlukan kerjasama yang baik antara pasien dengan dokternya serta

kesabaran pada kedua belah pihak.

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Definisi Gangguan Cemas

Cemas didefinisikan sebagai suatu perasaan yang difus, tidak

menyenangkan, yang umumnya disertai gejala otonom seperti nyeri kepala,

berkeringat, palpitasi, rasa sesak di dada, tidak nyaman pada perut, dan gelisah.

Cemas merupakan suatu sinyal sensor terhadap suatu keadaan yang tidak

menguntungkan, yang memungkinkan seseorang bertindak antisipatif terhadap

keadaan tersebut.

Tanda dan Gejala Klinis Gangguan Cemas Menyeluruh

Gejala utama adalah anxietas, ketegangan motorik, hiperaktivitas otonom,

dan kewaspadaan secara kognitif. Kecemasan bersifat berlebihan dan

mempengaruhi aspek kehidupan pasien. Ketegangan motorik bermanifestasi

sebagai bergetar, kelelahan dan sakit kepala. Hiperaktivitas otonom timbul dalam

bentuk pernapasan yang pendek, berkeringat, palpitasi, dan disertai gejala saluran

pencernaan. Terdapat juga kewaspadaan kognitif dalam bentuk iritabilitas.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

23

Page 21: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Pasien GAD biasanya datang ke dokter umum karena keluhan somatik

atau datang ke dokter spesialis karena gejala spesifik seperti diare kronik. Pasien

biasanya memperlihatkan perilaku mencari perhatian.

Pedoman Diagnostik Gangguan Cemas Menyeluruh

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ

III)

Penderita harus menunjukkan gejala primer anxietas yang berlangsung

hampir setiap hari selama beberapa minggu, bahkan biasanya sampai beberapa

bulan. Gejala-gejala ini biasanya mencakup hal-hal berikut :

a) Kecemasan tentang masa depan (khawatir akan nasib buruk, perasaan

gelisah seperti di ujung tanduk, sulit berkonsentrasi, dan sebagainya) ;

b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai) ;

c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, takikardi,

takipneu, keluhan epigastrik, pusing kepala, mulut kering, dan

sebagainya).

Penatalaksanaan Gangguan Cemas Menyeluruh

a. Farmakoterapi

Benzodiazepin

Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepin dimulai

dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi,

Penggunaan sediaan dengan waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat

mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata

adalah 2-6 minggu.

Buspiron

Buspiron lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding

dengan gejala somatik. Tidak menyebabkan withdrawal. Kekurangannya adalah

efek klinisnya baru terasa setelah 2-3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

24

Page 22: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

yang sudah menggunakan benzodiazepin tidak akan memberikan respon yang

baik dengan buspiron.

SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)

Sertraline dan paroxetine merupakan pilihan yang lebih baik daripada

fluoksetin. Pemberian fluoksetin dapat meningkatkan anxietas sesaat. SSRI efektif

terutama pada pasien gangguan anxietas menyeluruh dengan riwayat depresi.

b. Psikoterapi

Terapi Kognitif Perilaku

Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi

kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik, secara langsung.

Teknik utama yang digunakan adalah pada pendekatan behavioral adalah relaksasi

dan biofeedback.

Terapi Suportif

Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi

yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal

dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.

Psikoterapi Berorientasi Tilikan

Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah

sadar, menilik egostrength, relasi obyek, serta keutuhan diri pasien. Dari

pemahaman akan komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapis dapat

memperkirakan sejauh mana pasien dapat diubah menjadi lebih matur; bila tidak

tercapai, minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi

sosial dan pekerjaannya.

GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESIF

Digunakan bilamana terdapat gejala anxietas maupun depresif, dimana

masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk

menegakkan diagnosis tersendiri. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

25

Page 23: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

yang lebih ringan, maka salah satu dari kategori yang lain untuk gangguan

anxietas atau gangguan fobik harus digunakan. Apabila ditemukan sindrom

depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan masing-masing

diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan dan diagnosis

gangguan campuran ini tidak boleh dipakai. Namun, karena alasan praktis, hanya

dapat dikemukakan satu diagnosis saja, maka gangguan depresif harus

diutamakan.

Beberapa gejala otonomik (tremor, palpitasi, mulut kering, sakit perut,

dsb) harus ditemukan, meskipun tidak terus-menerus; apabila hanya kecemasan

berlebihan saja yang ditemukan tanpa adanya gejala otonomik, maka kategori ini

tidak dapat dipergunakan.

Termasuk: depresi anxietas (ringan atau tak menetap)

GANGGUAN ANXIETAS CAMPURAN LAINNYA

Digunakan untuk gangguan yang memenuhi kriteria gangguan anxietas

menyeluruh (F41.1) dan yang juga menunjukkan (meskipun hanya dalam jangka

pendek) ciri-ciri yang menonjol dari gangguan lain dalam F40-F49 walaupun

kriteria yang lengkap untuk gangguan tambahan ini tidak dipenuhi.

F42. GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF

Definisi Gangguan Obsesif Kompulsif

Gangguan Obsesi-kompulsif digambarkan sebagai pikiran dan tindakan

yang berulang yang menghabiskan waktu atau menyebabkan distress dan hendaya

yang bermakna.

Obsesi adalah aktivitas mental seperti pikiran, perasaan, ide, impuls yang

berulang dan intrusif. Kompulsi adalah pola perilaku tertentu yang berulang dan

disadari seperti menghitung, memeriksa dan menghindar. Pasien dengan

gangguan ini menyadari bahwa pengalaman obsesi dan kompulsi tidak beralasan

sehingga bersifat egodistonik.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

26

Page 24: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Gambaran Klinis Gangguan Obsesif Kompulsif

Pada umumnya obsesi dan kompulsif mempunyai gambaran tertentu

seperti :

Adanya ide atau impuls yang terus-menerus menekan ke dalam kesadaran

individu.

Perasaan cemas/takut akan ide atau impuls yang aneh

Obsesi dan kompulsi yang egoalien

Pasien mengenali obsesi dan kompulsif merupakan sesuatu yang abstrak

dan irasional

Individu yang menderita obsesi kompulsif merasa adanya keinginan kuat

untuk melawan

Ada 4 pola gejala utama gangguan obsesi kompulsif yaitu :

1. Kontaminasi; pola yang paling sering terjadi yang diikuti oleh perilaku

mencuci dan menghindari obyek yang dicurigai terkontaminasi

2. Sikap ragu-ragu yang patologik; obsesi tentang ragu-ragu yang diikuti

dengan perilaku kompulsi mengecek/memeriksa. Tema obsesi tentang

situasi berbahaya atau kekerasan (seperti lupa mematikan kompor atau

tidak mengunci rumah).

3. Pikiran yang intrusif; pola yang jarang, pikiran yang intrusif tidak disertai

kompulsi, biasanya pikiran berulang tentang seksual atau tindakan agresif.

4. Simetri; obsesi yang temanya kebutuhan untuk simetri, ketepatan sehingga

bertindak lamban, misalnya makan memerlukan waktu berjam-jam, atau

mencukur kumis dan janggut.

Pola yang lain : obsesi bertema keagamaan, trichotilomania, dan

menggigit-gigit jari.

Pedoman Diagnostik Gangguan Obsesif Kompulsif

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

27

Page 25: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ

III)

Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesional dan tindakan

kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua

minggu berturut-turut, dan merupakan sumber distres dan gangguan aktivitas.

Gejala-gejala obsesional harus memiliki ciri-ciri berikut :

a) Harus dikenal/disadari sebagai pikiran atau impuls dari diri individu

sendiri;

b) Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang masih tidak berhasil

dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita;

c) Pikiran untuk melaksanakan tindakan tersebut di atas bukan merupakan

hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekadar perasaan lega dari

ketegangan atau anxietas tidak dianggap sebagai kesenangan seperti

dimaksud di atas);

d) Pikiran, bayangan, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan

yang tidak menyenangkan.

Termasuk :

Neurosis anankastik

Neurosis obsesional

Neurosis obsesif-kompulsif

Penatalaksaan Gangguan Obsesif Kompulsif

Obat-obatan yang umum digunakan pada gangguan obsesif-kompulsif

berupa SSRI sebagai terapi lini pertama contohnya fluoxetine, fluvoxamine,

paroxetine, sertraline, dan citalopram; antidepresan trisiklik seperti

clomipramine yang terbukti paling efektif dibandingkan dengan obat-obatan

trisiklik lainnya. Obat-obatan tersebut memiliki efek samping, SSRI memiliki

efek samping berupa rasa mual, gangguan tidur, nyeri kepala, dan rasa gelisah

yang sifatnya transient sehingga tidak terlalu mengganggu. Untuk pengobatan

dengan clomipramine perlu diperhatikan pemberian dosis awal, karena memiliki

efek samping gangguan sistem gastrointestinal, hipotensi ortostatik, dan efek

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

28

Page 26: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

antikolinergi serta sedasi berat. Bila terapi dengan SSRI dan clomipramine tidak

efektif, dapat diberikan beberapa obat lain seperti valproat, litihium, atau

carbamazepine. Venlafaxine, pindolol, dan obat-obatan MAOI (phenelzine) juga

dapat digunakan sebagai tambahan.

Terapi perilaku pada seseorang dengan gangguan obsesif-kompulsif dapat

berupa exposure and response prevention dimana pasien dipanjankan dengan

stimulusnya namun diingatkan dan diawasi untuk menahan perasaan

kompulsifnya. Desensitisasi, thought stopping, dan thought flooding, merupakan

terapi yang dapat digunakan pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif.

Untuk keberhasilan dari terapi perilaku, sebaiknya terapi ini digabungkan dengan

obat-obatan, psikoterapi, dan yang terutama memerlukan tingkat komitmen pasien

yang tinggi. Dalam proses terapi, diperlukan dukungan dari keluarga yang cukup

sehingga pasien dapat mempertahankan tingkat komitmennya terhadap terapi

yang dijalaninya. Dalam kondisi tertentu, terapi kelompok juga dapat membantu

seorang pasien dalam terapinya.

Pada kasus-kasus yang ekstrim, dapat dipertimbangkan terapi elektro-

konvulsi dan bedah psikis. Yang umumnya digunakan terkait dengan kasus

gangguan obsesif-kompulsif adalah cingulotomy yang sukses pada 25-30 %

pasien. Selain itu juga terdapat capsulotomy. Teknik bedah nonablasi dimana

menanamkan elektrode-elektrode pada nukleus-nukleus ganglia basal. Terapi-

terapi ini dilakukan dengan bantuan MRI. Komplikasi dari terapi bedah tersebut

umumnya adalah kejang, yang dapat diterapi dengan fenitoin.

PREDOMINAN PIKIRAN OBSESIONAL ATAU PENGULANGAN

Dapat berupa gagasan, bayangan mental atau dorongan untuk berbuat.

Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, tetapi umumnya hampir selalu

menyebabkan distress. Kadanga-kadang berupa pikiran yang sepele yang tidak

ada habisnya untuk dipertimbangkan. Ketidakmampuan mengambil keputusan

atas berbagai alternatif tersebut merupakan unsur penting dalam banyak

penanggulangan obsesional lainnya dan sering kali disertai ketidakmampuan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

29

Page 27: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

untuk mengambil keputusan mengenai hal-hal kecil tetapi perlu dalam kehidupan

sehari-hari.

PREDOMINAN TINDAKAN KOMPULSIF

Mayoritas tindakan kompulsif berkaitan dengan kebersihan (khususnya

mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa situasi yang

dianggapnya berpotensi bahaya tidak dibiarkan terjadi, atau masalah kerapian dan

keteraturan. Perilaku ini dilandasi perasaan takut terhadap bahaya yang

mengancam dirinya atau yang bersumber dari dirinya, dan tindakan ritual yang

dilakukan merupakan ikhtiar simbolik untuk menghindari bahaya tersebut.

Tindakan ritual kompulsif tersebut bisa menyita banyak waktu sampai beberapa

jam setiap hari dan kadang disertai ketidakmampuan mengambil keputusan dan

kelambanan yang mencolok. Secara keseluruhan gejala-gejala tersebut di atas

terjadi secara seimbang pada laki-laki dan perempuan.

Tindakan ritual kompulsif lebih jarang disertai depresi dan lebih

responsive terhadap terapi perilaku.

CAMPURAN TINDAKAN DAN PIKIRAN OBSESIONAL

Kebanyakan dari pasien obsesi-kompulsif memperlihatkan unsur dari

pikiran yang obsesional maupun tindakan yang kompulsif. Subkategori ini

digunakan apabila keduanya secara seimbang sama menonjol. Namun jika salah

satu memang lebih jelas dominan, sebaiknya dinyatakan dalam satu kategori yang

spesifik, karena pikiran dan tindakan dapat menunjukkan respon yang berbeda

terhadap pengobatan yang berbeda.

F43. REAKSI TERHADAP STRESS BERAT DAN GANGGUAN

PENYESUAIAN

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

30

Page 28: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Kategori ini berbeda dari kategori lainnya karena ia mencakup gangguan-

gangguan yang tidak hanya diidentifikasi atas dasar simtomatologi dan perjalanan

penyakitnya, akan tetapi juga atas dasar salah satu dari dua faktor pencetus, suatu

stress kehidupan yang luar biasa yang menyebabkan reaksi akut, atau suatu

perubahan penting dalam kehidupan yang menimbulkan situasi tidak enak yang

bekelanjutan yang berakibat suatu gangguan penyesuaian. Stress yang terjadi atau

keadaan yang tidak menyenangkan yang berkepanjangan merupakan faktor

penyebab primer dan menentukan, dan tanpa hal itu gangguan tersebut tidak

terjadi. Reaksi terhadap stress berat dan gangguan penyesuaian pada semua

kelompok umur termasuk juga anak-anak dan remaja, dimasukan dalam ketegori

ini. Gangguan-gangguan ini dapat dianggap sebagai respon maladaptif terhadap

stress berat atau berkepanjangan, dalam arti mengganggu mekanisme penyesuaian

yang baik dan dengan demikian menjurus kepada problem dalam fungsi sosialnya.

Tindakan pembahayaan diri yang paling sering adalah meracuni diri

dengan obat-obatan, yang waktu terjadinya berkaitan erat dengan onset dari suatu

reaksi stress atau gangguan penyesuaian.

REAKSI STRESS AKUT

Suatu gangguan yang cukup parah yang terjadi pada seseorang tanpa

adanya gangguan jiwa lain yang nyata, sebagai respon terhadap stress fisik

maupun mental yang luar biasa dan yang biasanya menghilang dalam beberapa

jam atau hari. Stressornya berupa pengalaman traumatik yang luar biasa yang

dapat meliputi ancaman serius terhadap keamanan atau integritas fisik dari

individu atau orang yang dicintainya, atau perubahan mendadak yang tidak biasa

dan perubahan yang mengancam kedudukan sosial dan / atau jaringan relasi dari

yang bersangkutan, seperti kedudukan yang bertubi-tubi atau kebakaran. Resiko

terjadi gangguan ini makn bertambah bila ada kelelahan fisik atau faktor organik

lain (usia lanjut).

Gejalanya biasanya cukup khas berupa reaksi terpaku (daze-bengong),

dengan sedikit penyempitan dari perhatian dan lapangan kesadaran, tidak mampu

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

31

Page 29: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

memahami rangsangan dan disorientasi. Keadaan ini mungkin diikuti oleh

penarikan diri dari situasi lingkungan, atau gejala agitasi dan aktivitas berlebih

(flight reaction or fugue). Gejala otonomik dari anxietas panik (takikardi,

berkeringat, muka merah) lazimnya terjadi. Gejala ini biasanya timbul beberapa

menit dari stimulus yang merupakan stress dan menghilang dalam 2-3 hari

Pedoman diagnostik: Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa III (PPDGJ III)

Harus ada kaitan waktu yang langsung dan jelas antara terjadinya

pengalaman stressor luar biasa dengan onset dari gejala; onset biasanya setelah

beberapa menit datau bahkan segera setelah kejadian. Selain itu ditemukan gejala-

gejala :

a. Terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah; selain

gejala permulaan berupa keadaan “terpaku” (daze). Semua gejala berikut

mungkin tampak: depresif, anxietas, kemarahan, kekecewaan, overaktif

dan penarikan diri, akan tetapai tidak satupun dari jenis gejala tersebut

yang mendominasi gambaran klinisnya untuk waktu lama.

b. Pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dari lingkungan stressornya,

gejala-gejalanya dapat menghilang dengan cepat(paling lama beberapa

jam); dalam hal dimana stess menjadi berkelanjutan atau tidak dapat

dialihkan, gejala-gejala biasanya baru mulai mereda setelah 24-48 jam dan

biasanya hampir menghilang setelah 3 hari.

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

Keadaan ini timbul sebagai respon yang berkepanjangan dan/atau tertunda

terhadap kejadian atau situasi yang menimbulkan stress (baik singkat maupun

berkepanjangan) dari yang bersifat kastatrofik dan menakutkan, yang cenderung

menyebabkan distress pada hampir setiap orang (misalnya musibah alamiah

maupun yang dibuat oleh manusia seperti peperangan)

Faktor predisposisi seperti ciri kepribadian (misalnya kompulsif, astenik)

atau adanya riwayat gangguan neurotik sebelumnya, dapat menurunkan ambang

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

32

Page 30: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

kerentanan untuk terjadinya sindrom ini atau memperberat keadaannya, akan

tetapi bukan merupakan hal yang menentukan untuk terjadinya gangguan ini.

Gejala khas mencakup episode-episode dimana bayangan kejadian

traumatik tersebut terulang kembali, menjauhi orang lain, tidak responsif terhadap

lingkungannya, anhedonia, menghindari aktivitas atau situasi yang berkaitan

dengan traumanya. Meskipun jarang, kadang-kadang bisa terjadi reaksi yang

dramatik, mendadak ketakutan, panik atau agresif, yang dicetuskan oleh stimulus

mendadap mengingatkannya kembali pada trauma yang dialaminya serta reaksi

asli terhadap trauma itu.

Onset terjadi setelah terjadi trauma, dengan masa laten yang berkisar

antara beberapa minggu sampai beberapa bulan (jarang sampai 6 bulan). Pada

sejumlah kecil pasien, perjalanan penyakitnya dapat menjadi kronis sampai

beberapa tahun dan terjadi transisi menuju suatu perubahan kepribadian yang

berlangsung lama.

Pedoman diagnostik:

Gangguan ini tidak boleh secara umum didiagnosis kecuali ada bukti

bahwa timbulnya dalam waktu 6 bulan dari suatu peristiwa traumatik yang luar

biasa berat. Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya

waktu antara terjadinya peristiwa dan onset gangguan melebihi waktu 6 bulan,

asalkan manifestasi klinisnya khas dan tidak didapat alternatif lain yang

memungkinkan dari gangguan ini. Sebagai tambahan, bukti adanya trauma, harus

selalu ada dalam ingatan, bayangan atau mimpi mengenai peristiwa tersebut

secara berulang-ulang. Sering kali terjadi penarikan diri secara emosional,

penumpulan perasaan, dan penghindaran terhadap stimulis yang mungkin

mengingat kembali akan traumanya, akan tetapi hal ini tidak esensial untuk

didiagnosis. Gangguan otonomik, gangguan suasana perasaan dan kelainan

prilaku semuanya mempengaruhi diagnosis tersebut tetapi bukan merupakan hal

yang terlalu penting.

Termasuk: neurosis traumatik

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

33

Page 31: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

GANGGUAN PENYESUAIAN

Keadaan-keadaan stress yang subjektif dan gangguan emosional, yang

biasanya menggangu kinerja dan funsgsi sosial, dan yang timbul pada periode

adaptasi terhadap suatu perubahan dalam hidup yang bermakna atau terhadap

akibat dari peristiwa kehidupan yang penuh stress (termasuk adanya atau

kemungkinan adanya suatu penyakit fisik berat). Stresor tersebut mungkin sudah

berpengaruh terhadap integritas dari hubungan sosial individu atau terhadap

sistem dukungan dan nilai-nilai sosial yang lebih luas (migrasi atau status sebagai

pengungsi). Stresor mungkin hanya berpengaruh terhadap individu atau pun juga

terhadap kelompok dalam masyarakat.

Manifestasi gangguan ini bervariasi dan mencakup afek depresif, anxietas,

kecemasan (atau campuran dari hal-hal tersebut), perasaan tidak mampu

menghadapi dan menyesuaikan, merencanakan masa depan, atau berlanjut dalam

situasi sekarang, disertai adanya disabilitas dalam kinerja kegiatan rutin sehari-

hari. Pada remaja, gangguan prilaku (agresif atau disosial) dapat merupakan ciri

gangguan ini.

Pedoman diagnostik:

Diagnosis tergantung pada suatu evaluasi yang teliti terhadap hubungan antara :

1. Bentuk, isi, keparahan gejala;

2. Riwayat dan kepribadian sebelumnya;

3. Kejadian atau situasi yang penuh stress (stressful) atau krisis

kehidupan

Adanya faktor ketiga diatas harus ditetapkan dengan jelas dan harus ada

bukti yang kuat dan mungkin dapat diperkirankan, bahwa gangguan tersebut

mungkin tidak akan terjadi tanpa adanya hal tersebut. Apabila stressornya relatif

ringan, dan adanya hubungan waktu (temporal/kurang dari 3 bulan) tidak dapat

dibuktikan, maka gangguan tersebut hendaknya diklasifikasikan ke tempat lain,

sesuai ciri-ciri yang ada.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

34

Page 32: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Reaksi Depresif Singkat

Adalah suatu keadaan depresif ringan yang bersifat sementara

dengan jangka waktu tidak melebihi 1 bulan

Reaksi Depresif Berkepanjangan

Keadaan depresif ringan yang terjadi sebagai suatu respon

menghadapi suatu keadaan stress berkepanjangan, akan tetapi tidak

melebihi kurun waktu 2 tahun

Reaksi Campuran Anxietas dan Depresi

Gejala anxietas dan depresi keduanya menonjol, akan tetapi tidak

lebih berat dari yang dijumpai pada gangguan campuran anxietas dan

depresi (F41.2) atau gangguan anxietas campuran lainnya (F41.3)

Dengan Predominan Gangguan Emosional Lainnya

Gejala-gejala biasa meliputi berbagai reaksi emosi seperti anxietas,

depresi, kekhawatiran, ketegangan dan amarah. Gejala anxietas dan

depresi dapat memenuhi kriteria untuk gangguan campuran anxietas dan

depresif (F41.2) atau anxietas campuran lainnya (F41.3), akan tetapi tidak

sedemikian predominan, sehingga tidak bisa didiagnosis sebagai

gangguan-gangguan depresif ataupun anxietas lain yang lebih spesifik.

Kategori ini juga harus dipakai untuk reaksi anak-anak dimana ditemukan

prilaku regresif, sepeti ngompol dan menghisap jempol

Dengan Predominan Gangguan Tingkah Laku

Gangguan utamanya menyangkut tingkah laku misalnya reaksi

duka cita pada remaja yang menimbulkan prilaku agresif atau disosial.

Dengan Gangguan Campuran Dari Emosi dan Tingkah Laku

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

35

Page 33: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Disini baik gejala emosional maupun gangguan tingkah laku

merupakan ciri yang menonjol.

F44. GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI)

Hal umum yang terlihat pada gangguan disosiatif adalah adanya

kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal antara: ingatan masa lalu,

kesadaran akan identitas dan penghayatan, dan kendali terhadap gerakan tubuh.

Secara normal, terdapat pengendalian secara sadar sampai taraf tertentu terhadap

ingatan dan penghayatan yang dapat dipilih dan dipergunakan dengan segera,

serta gerakan-gerakan yang harus dilaksanakan. Pada gangguan disosiatif

diperkirakan bahwa kemampuan untuk mengendalikan secara sadar dan selektif

ini terganggu, sampai suatu taraf yang dapat bervariasi dari hari ke hari atau

bahkan dari jam ke jam.

Gangguan disosiatif diduga merupakan hal yang bersifat “psikogenik”

yang berkaitan dengan kejadian traumatik, masalah yang tidak dapat diselesaikan

dan tidak dapat ditolerir, atau gangguan dalam pergaulan.

Onset dan berakhirnya keadaan disosiatif sering kali berlangsung

mendadak, akan tetapi jarang sekali dapat dilihat kecuali dalam interaksi atau

prosedur teknik-teknik tertentu. Semua bentuk keadaan disosiatif cenderung

berakhir setelah beberapa minggu atau bulan, khususnya bila onsetnya berkaitan

dengan kejadian traumatik dalam kehidupan. Keadaan-keadaan yang lebih kronis

khususnya paralisis dan anestesi dapat terjadi apabila berkaitan dengan kesulitan

interpersonal atau masalah yang tidak terselesaikan. Keadaan disosiatif yang

sudah berlangsung lebih dari 1 atau 2 tahun dan belum berobat ke psikiater,

biasanya resisten terhadap terapi.

Individu dengan gangguan disosiatif sering kali menyangkal adanya

kesulitan atau masalah yang sebenarnya cukup jelas bagi orang lain.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

36

Page 34: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Pedoman Diagnostik Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) :

a. Ciri-ciri klinis yang ditentukan untuk masing-masing gangguanyang

tercantum pada F44;

b. Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejala-

gejala tersebut;

c. Bukti adanya penyebab psikologis, dalam bentuk hubungan waktu yang

jelas dengan masalah dan peristiwa yang “stressful” atau hubungan

interpersonal yang terganggu (meskipun hal tersebut disangkal oleh

pasien)

Bukti yang meyakinkan adanya penyebab psikologis mungkin sulit

diperoleh, meskipun sangat dapat diperkirakan. Bila tidak ditemukan adanya bukti

penyebab psikologis, maka diagnosis yang dibuat harus bersifat sementara, sambil

upaya pemeriksaan aspek fisik dan psikologis tetap dilanjutkan.

Termasuk: histeria konversi, reaksi konversi, histeria, psikosis histeris.

NESIA DISOSIATIF

Ciri utama adalah hilangnya daya ingat, biasanya mengenai kejadian

penting yang baru terjadi, yang bukan disebabkan karena gangguan mental

organik dan terlalu luas untuk dapat dijelaskan sebagai kelupaan yang umum

terjadi atau sebagai kelelahan. Amnesia tersebut biasanya terpusat mengenai

kejadian traumatik, seperti kecelakaan atau kesedihan tak terduga, dan biasanya

parsial dan selektif. Luasnya amnesia yang terjadi bervariasi dari hari ke hari,

tetapi ada hal utama yang lazim dan menetap yang tidak dapat diingat dalam

kondisi terjaga.

Kondisi afektif yang menyertai amnesia juga sangat bervariasi, akan tetapi

depresi berat jarang terlihat. Kebingungan, distres, dan berbagai taraf perilaku

mencari perhatian dapat merupakan bagian dari gejala, di lain pihak juga dapat

terjadi sikap yang menerima keadaannya dengan tenang.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

37

Page 35: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Dewasa muda paling lazim terkena. Keadaan yang paling ekstrem

biasanya terjadi pada pria yang sering mengalami stres karena pertempuran.

Pedoman Diagnostik Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) :

a. Amnesia, baik total maupun parsial, mengenai kejadian baru yang bersifat

stres atau traumatik (aspek ini mungkin tampil hanya apabila ada saksi lain

yang memberikan informasi);

b. Tidak ada gangguan otak organik, intoksikasi atau kelelahan yang

berlebihan.

FUGUE DISOSIATIF

Fugue disosiatif memiliki semua ciri amnesia disosiatif ditambah gejala

melakukan perjalanan meninggalkan rumah atau tempat kerja yang tampaknya

disengaja, dan selama itu yang bersangkutan tetap dapat mengurus dirinya. Pada

beberapa kasus, penderita mungkin menggunakan identitas baru, biasanya hanya

berlangsung beberapa hari, akan tetapi kadang-kadang dapat juga berlangsung

untuk jangka waktu lama. Perjalanan yang terorganisasi mungkin ke tempat-

tempat yang sudah dikenal oleh yang bersangkutan dan yang mempunyai makna

emosional. Meskipun terdapat amnesia, perilaku dari penderita selama kurun

waktu ini mungkin tampak sama sekali normal bagi pengamat lain.

Pedoman Diagnostik Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) :

a. Ciri-ciri amnesia disosiatif (F44.0);

b. Dengan sengaja melakukan perjalanan tertentu melampaui jarak yang

biasa dilakukannya sehari-hari;

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

38

Page 36: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

c. Tetap mempertahankan kemampuan mengurus diri yang mendasar

(makan, mandi, dsb) dan melakukan interaksi sosial sederhana dengan

orang yang belum dikenalnya (misalnya membeli karcis atau bensin,

menanyakan arah, memesan makanan).

STUPOR DISOSIATIF

Perilaku individu memenuhi kriteria untuk stupor, akan tetapi dari

pemeriksaan tidak didapatkan adanya tanda penyebab fisik. Didapatkan bukti

adanya penyebab psikogenik dalam bentuk kejadian-kejadian yang penuh stres

atau pun problem sosial atau interpersonal yang menonjol.

Stupor didiagnosis atas dasar sangat berkurangnya atau hilangnya gerakan-

gerakan volunter dan respon normal terhadap rangsangan dari luar seperti cahaya,

suara dan perabaan. Individu berbaring atau duduk tanpa bergerak-gerak untuk

jangka waktu yang lama. Hampir tidak ada pembicaraan atau gerakan yang

spontan atau disengaja. Meskipun dapat terjadi sedikit gangguan kesadaran,

gangguan tonus-tonus otot, gangguan postur tubuh, dan gangguan pernapasan,

kadang gerakan membuka mata atau gerakan mata terkoordinasi masih ada,

sehingga jelas menunjukkan bahwa yang bersangkutan tidak tidur dan tidak

kehilangan kesadaran.

Pedoman Diagnostik Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) :

a. Stupor;

b. Tidak ditemukan adanya gangguan fisik atau gangguan psikiatrik lain

yang dapat menjelaskan keadaan stupor tersebut; dan

c. Adanya masalah atau kejadian baru yang penuh stres.

GANGGUAN TRANS DAN KESURUPAN

Adalah gangguan-gangguan yang menunjukkan adanya kehilangan

sementara penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya;

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

39

Page 37: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

dalam beberapa kejadian, individu tersebut berperilaku seakan-akan dikuasai oleh

kepribadian lain, kekuatan gaib, malaikat atau “kekuatan” lain. Perhatian dan

kewaspadaan menjadi terbatas dan sering kali gerakan-gerakan, posisi tubuh dan

ungkapan kata-katanya juga terbatas dan diulang-ulang.

Gangguan trans yang terjadi selama suatu keadaan skizofrenik atau

psikosis akut disertai halusinasi atau waham, atau kepribadian multipel, tidak

boleh dimasukkan dalam kelompok ini. Demikian pula apabila gangguan trans

tersebut ternyata ada kaitan yang erat dengan gangguan fisik apapun atau dengan

intoksikasi zat psikoaktif.

GANGGUAN MOTORIK DISOSIATIF

Adalah kehilangan kemampuan untuk menggerakkan seluruh atau

sebagian dari anggota gerak (tangan atau kaki). Paralysis dapat bersifat parsial,

dengan gerakan yang lemah atau lambat, atau total. Berbagai bentuk dan taraf

inkoordinasi (ataksia) dapat terjadi, khususnya pada kaki dengan akibat

ketidakmampuan untuk berdiri tanpa dibantu. Dapat juga terjadi gemetar atau

bergoyang yang berlebihan pada satu ekstremitas atau lebih, atau pada seluruh

badan.

Termasuk: afonia psikogenik, disfonia psikogenik.

KONVULSI DISOSIATIF

Dapat menyerupai kejang epileptik dalam hal gerakannya, akan tetapi

jarang disertai lidah tergigit, luka serius karena jatuh saat serangan, dan

inkontinensia urin. Tidak dijumpai kehilangan kesadaran tetapi diganti dengan

keadaan seperti stupor atau trans.

ANESTESIA DAN KEHILANGAN SENSORIK DISOSIATIF

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

40

Page 38: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Bagian kulit yang mengalami anestesi sering kali mempunyai batas yang

tegas. Dapat pula terjadi hilangnya fungsi penginderaan yang tidak mungkin

disebabkan oleh kerusakan neurologis. Hal ini dapat disertai keluhan parestesia.

Kehilangan penglihatan jarang bersifat total pada gangguan disosiatif,

lebih banyak berupa gangguan ketajaman penglihatan. Meskipun ada gangguan

penglihatan, mobilitas pasien serta kemampuan motoriknya sering kali masih

baik.

Termasuk: tuli psikogenik.

GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI) CAMPURAN

Campuran dari gangguan-gangguan di atas (F44.0 – F44.6) harus

dimasukkan dalam kategori ini.

GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI) LAINNYA:

Gangguan Kepribadian Multipel

Ciri utama adalah adanya dua atau lebih kepribadian yang jelas

pada satu individu dan hanya satu yang tampil untuk setiap saatnya.

Masing-masing kepribadian tersebut memiliki ingatan, perilaku, dan

kesenangan sendiri-sendiri yang mungkin sangat berbeda dengan

kepribadian pramorbidnya.

Dalam bentuk lazim, salah satu kepribadian biasanya lebih

dominan. Meskipun demikian, tidak satu pun yang mampu mengetahui

memori dari yang lain. Perubahan dari satu kepribadian ke lainnya

biasanya pada mulanya berlangsung mendadak dan berkaitan erat dengan

peristiwa traumatik.

F45. GANGGUAN SOMATOFORM

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

41

Page 39: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Ciri utama dari gangguan somatoform adalah adanya keluhan gejala fisik

yang berulang yang disertai dengan permintaan pemeriksaan medis, meskipun

sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga sudah dijelaskan oleh dokter

bahwa tidak ada kelainan fisik yang mendasari keluhannya. Seandainya ada

ganguan fisik, maka gangguan tersebut tidak menjelaskan gejala atau distress dan

preokupasi yang dikemukakan pasien. Pasien biasanya menolak upaya-upaya

untuk membahas kemungkinan adanya penyebab psikologis, bahkan ditemukan

gejala anxietas dan depresi yang nyata. Taraf pengertian, baik fisik maupun

psikologis, yang dapat dicapai perihal kemungkinan penyebab gejala-gejalanya

sering kali mengecewakan dan menimbulkan frustasi pada kedua belah pihak,

baik pasien maupun dokter.

GANGGUAN SOMATISASI

Ciri utamanya adalah gejala-gejala fisik yang bermacam-macam

(multiple), berulang dan sering berubah-ubah, yang biasanya sudah berlangsung

beberapa tahun sebelum pasien datang ke psikiater. Kebanyakan pasien

mempunyai riwayat pengobatan yang panjang dan sangat kompleks, baik ke

pelayanan kesehatan dasar, maupun spesialistik, dengan hasil pemeriksaan atau

bahkan operasi yang negatif. Keluhannya dapat mengenai setiap sistem atau

bagian tubuh manapun, tetapi yang paling lazim adalah yang mengenai keluhan

gastrointestinal (perasaan sakit, kembung, berdahak, muntah, mual, dsb) dan

keluhan-keluhan perasaan abnormal kulit (gatal, rasa terbakar, kesemutan, baal,

pedih, dsb) serta bercak-bercak pada kulit. Keluhan mengenai seks dan haid juga

lazim terjadi.

Perjalanan gangguan ini bersifat menahun dan berflutuasi, dan sering kali

disertai ketidakserasian dari perilaku sosial, interpersonal dan keluarga yang

berkepanjangan. Gangguan ini jeuh lebih sering terjadi pada wanita daripada pria,

dan biasanya mulai pada usia dewasa muda.

Ketergantungan pada dan penyalahgunaan obat-obatan (biasanya sedativa

dan analgetika) sering kali akibat seringnya menjalani rangkaian pengobatan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

42

Page 40: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

Pedoman diagnostik Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) :

a. Ada banyak dan berbagai gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan adanya

dasar kelainan fisik yang memadai, yang sudah berlangsung sekurangnya

2 tahun

b. Selalu tidak mau menerima nasihat atau penjelasan dari beberapa dokter

bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-

keluhannya

c. Terdapat hendaya dalam taraf tertentu dalam berfungsinya di masyarakat

dan keluarga yang berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak

pada perilakunya

GANGGUAN SOMATOFORM TAK TERINCI

Bilamana keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap, akan

tetapi gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak

terpenuhi, sebaiknya digunakan kategori ini. Misalnya saja cara mengemukakan

keluhan-keluhan tidak dramatis dan tidak kuat, keluhan-keluhannya tidak terlalu

banyak, atau tidak ada gangguan pada fungsi sosial dan fungsi keluarganya.

Kategori ini kemungkinan ada atau tidak ada dasar faktor penyebab psikologis,

akan tetapi tidak boleh ada dasar fisik untuk keluhan-keluhannya yang digunakan

sebagai dasar diagnosis psikiatrik.

GANGGUAN HIPOKONDRIK

Ciri utama dari gangguan ini adalah adanya upaya preokupasi yang

menetap akan kemungkinan menderita satu atau lebih gangguan fisik yang serius

dan progresif. Pasien menunjukkan keluhan-keluhan somatik yang menetap atau

preokupasi yang menetap dengan penampilan fisiknya. Pengindraan dan

penampilan yang normal sebenarnya biasa dan oleh pasien sering kali ditafsirkan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

43

Page 41: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

sebagai abnormal dan tidak mengenakkan, dan perhatiannya biasanya hanya

terfokus pada satu atau dua organ atau sistem tubuhnya. Pasien dapat

menyebutkan penyakit atau perubahan apa yang ditakutkannya, akan tetapi

intensitas keyakinan terhadap kelainan yang ditakutkannya tersebut biasanya

bervariasi dalam beberapa konsultasi. Pasien biasanya masih juga mengajukan

kemungkinan bahwa ada gangguan fisik lain atau tambahan disamping apa yang

sudah dikemukakan sebelumnya.

Depresi dan anxietas sering kali menonjol. Sindrom ini terjadi pada pria

maupun wanita dan tidak ada karakteristik khusus mengenai keluarga (berbeda

dengan gangguan somatisasi)

Pedoman diagnostik Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) :

a. Keyakinan yang menetap perihal adanya sekurang-kurangnya satu

penyakit fisik yang serius yang menlandasi leuhan atau keluhan-

keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang tidak menunjang

adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang

menetap terhadap adanya deformitas atau perubaahn bentuk/penampakan.

b. Penolakan yang menetap dan tidak mau menerima nasehat atau dukungan

penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau

abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhannya.

DISFUNGSI OTONOMIK SOMATOFORM

Keluhan-keluhan fisik yang disampaikan oleh pasien seakan-akan

merupakan gejala dari sistem saraf otonom, misalnya sistem kardiovaskular,

gastrointestinal atau pernafasan.

Pedoman diagnostik Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) :

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

44

Page 42: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

a. Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik, seperti palpasi, berkeringat,

tremor, muka merah, yang menetap dan mengganggu

b. Gejala subjektif tambahan yang mengacu kepada sistem atau organ

tertentu

c. Preokupasi dengan distress mengenai kemungkinan adanya gangguan

yang serius (sering tidak begitu khas), dari sistem atau organ tertentu, yang

tidak terpengaruh oleh hasik pemeriksaan berulang, maupun penjelasan

dan peneguhan oleh para dokter

d. Tidak terbukti adanya gangguan yang bermakna pada struktur atau fungsi

dari sistem atau organ yang dimaksud

GANGGUAN NYERI SOMATOFORM MENETAP

Keluhan yang predominan adalah nyeri yang hebat, menyiksa dan

menetap, yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologis

maupun adanya gangguan fisik. Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya

konflik emosional atau problem psikososial yang cukup jelas untuk dapat

dijadikan alasan dalam mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut.

GANGGUAN SOMATOFORM LAINNYA

Pada gangguan ini, keluhan-keluhannya tidak melalui sistem saraf otonom,

dan secara spesifik terbatas pada bagian tubuh atau sistem tertentu.

Gangguan berikut juga dimasukkan dalam kelompok ini:

1. “globulus hystericus” perasaan ada benjolan di kerongkongan yang

menyebabkan disfagia) dan bentuk disfagia lainnya

2. “torticollis” psikogenik, dan gangguan gerakan spasmodik lainnya (kecuali

sindrom Tourette)

3. Pruritus psikogenik (tidak termasuk lesi kulit khas seperti alopesia,

dermatitis, eksema,atau utrikaria oleh penyebab psikogenik

4. Dismenore psikogenik

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

45

Page 43: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

5. “teeth grinding”

F48. GANGGUAN NEUROTIK LAINNYA:

Neurastenia

Terdapat dua tipe utama:

1. Tipe Pertama: Keluhan utamanya adalah kelelahan setelah suatu

kegiatan mental yang sering kali disertai menurunnya prestasi kerja

serta menurunnya efisiensi tugas sehari-hari. Kelelahan mental

digambarkan sebagai adanya pikiran-pikiran yang mengganggu

atau ingatan-ingatan yang tidak menyenangkan, sulit konsentrasi

dan tidak efisien dalam berpikir.

2. Tipe Kedua: Keluhan utamanya ditekankan pada kelemahan fisik

atau badaniah dan kelelahan hanya karena kegiatan ringan saja,

disertai perasaan nyeri dan sakit otot-otot dan tidak mampu untuk

bersantai (relax).

Pada kedua tipe tersebut, sering ditemukan juga berbagai keluhan

fisik seperti pusing kepala, sakit kepala karena ketegangan, dan perasaan

tidak mantap. Juga sering ditemukan kekhawatiran akan menurunnya

kesehatan badan maupun mental, gampang tersinggung, tidak ada

semangat, dan berbagai keluhan depresi dan anxietas ringan. Tidur

biasanya terganggu pada fase awal dan fase pertengahan masa tidur.

Pedoman Diagnostik:

a. Adanya keluhan-keluhan yang menetap dan mengganggu berupa

meningkatnya rasa lelah setelah suatu kegiatan mental, atau

keluhan yang juga menetap dan tak enak mengenai kelemahan

badaniah dan kehabisan tenaga hanya sesudah kegiatan ringan saja.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

46

Page 44: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

b. Paling sedikit ada dua dari hal-hal tersebut di bawah ini:

Perasaan sakit dan nyeri otot-otot

Pusing kepala

Nyeri kepala (tension headache)

Gangguan tidur

Tidak bisa bersantai

Mudah tersinggung

Dispepsia

c. Setiap gejala otonomik atau pun depresif yang ada, tidak cukup

berat untuk dapat memenuhi kriteria salah satu dari gangguan yang

lebih khas di dalam klasifikasi ini.

Termasuk: sindrom kelelahan (fatigue syndrome)

Sindrom Depersonalisasi-derealisasi

Pada gangguan ini penderita mengeluh bahwa aktivitas mentalnya,

tubuh, dan/atau lingkungannya menjadi berubah kualitasnya, sehingga

menjadi tidak nyata, asing atau menjadi seperti robot. Penderita merasa

bahwa mereka tidak lagi menguasai pikirannya sendiri; bahwa gerakan dan

perilaku mereka bukan dari dirinya sendiri; bahwa tubuhnya sudah tak

bernyawa, asing atau ada kelainan; dan bahwa lingkungannya kehilangan

warna dan tidak hidup lagi dan tampak semu, atau seperti panggung

dimana orang-orang hanya sebagai pemain sandiwara. Keluhan hilangnya

perasaan/emosi adalah yang paling sering dijumpai.

Pedoman Diagnostik Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) :

a. Gejala depersonalisasi, yaitu individu merasa bahwa perasaannya

dan/atau pengalamannya terasa seperti terlepas dari dirinya, bukan

dari dirinya;

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

47

Page 45: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

b. Gejala derealisasi, yaitu objek, orang dan/atau lingkungannya

menjadi seperti tidak nyata, semu, tanpa warna, tidak hidup;

c. Memahami bahwa hal tersebut merupakan perubahan spontan dan

subjektif, dan bukan disebabkan oleh kekuatan dari luar atau orang

lain;

d. Penginderaan tidak terganggu dan tidak ada keadaan kebingungan

toksik atau epilepsi.

Gangguan Neurotik Lainnya

Mencakup gangguan-gangguan campuran dari perilaku, keyakinan,

dan emosi yang tidak jelas penyebab dan yang terjadi dengan frekuensi

tertentu di dalam lingkungan budaya tertentu; sebagai contoh: sindrom

koro (anxietas dan ketakutan bahwa penisnya akan tertarik ke dalam

rongga perut dan menyebabkan kematian) dan latah (perilaku imitative dan

respon).

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

48

Page 46: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

BAB IV

PERBEDAAN PSIKOSIS DAN NEUROSIS

Untuk memperjelas pemahaman mengenai psikosis ada baiknya

membandingkan kelainan jiwa ini dengan neurosis, yaitu ada 6 perbedaan antara

psikosis dengan neurosis atas dasar :

1. Perilaku umum,

2. gejala-gejala,

3. orientasi,

4. pemahaman (insight),

5. risiko sosial, dan

6. penyembuhan.

NO FAKTOR PSIKOSIS NEUROSIS

1. Perilaku umum Gangguan terjadipada seluruh aspekkepribadian, tidak adakontak dengan realitas.

Gangguan terjadi pada sebagian kepribadian, kontak dengan realitas masih ada.

2. Gejala-gejala Gejala bervariasi luas dengan waham, halusinasi, kedangkalan emosi yang terjadi secara terus-menerus.

Gejala psikologis dan somatik bisa bervariasi, tetapi bersifat temporer dan ringan.

3. Orientasi Penderita sering mengalami disorientasi (waktu, tempat, dan orang-

Penderita tidak atau jarang mengalami disorientasi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

49

Page 47: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

orang).4. Pemahaman

(insight)Penderita tidak memahami bahwa dirinya sakit.

Penderita memahami bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa.

5. Risiko sosial Perilaku penderita dapat membahayakan orang lain dan diri sendiri.

Perilaku penderita jarang atau tidak membahayakan orang lain dan diri sendiri.

6. Penyembuhan Penderita memerlukan perawatan di rumah sakit. Kesembuhan seperti keadaan semula dan permanen sulit dicapai.

Tidak begitu memerlukan perawatan di rumah sakit. Kesembuhan seperti semula dan permanen sangat mungkin untuk dicapai.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

50

Page 48: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

BAB IV

KESIMPULAN

Secara garis besar, fenomena perilaku manusia bermanifestasi dalam tiga

aspek besar, yaitu perilaku, pikiran, dan perasaan. Perilaku, pikiran, atau perasaan

manusia baru dapat dikategorikan sebagai gangguan jiwa apabila memenuhi

kriteria gangguan jiwa.

Adapun kriteria gangguan jiwa yaitu suatu kelompok gejala atau perilaku

yang secara klinis ditemukan bermakna dan yang disertai dengan penderitaan

(distress) pada kebanyakan kasus, dan yang berkaitan dengan terganggunya fungsi

(disfungsi atau hendaya) seseorang. Dengan demikian jelas bahwa apabila hanya

terjadi penyimpangan atau konflik sosial saja tanpa disfungsi seseorang, hal itu

tidak dimasukkan ke dalam gangguan jiwa.

Psikosis menekankan hilangnya tes realitas dan gangguan pada fungsi

mental yang dimanifestasikan oleh waham, halusinasi, konfusi, dan gangguan

ingatan.

Jadi Psikosis:

1. Psikosis merupakan gangguan jiwa yang berat, atau tepatnya penyakit

jiwa, yang terjadi pada semua aspek kepribadian.

2. Bahwa penderita psikosis tidak dapat lagi berhubungan dengan realitas,

penderita hidup dalam dunianya sendiri.

3. Psikosis tidak dirasakan keberadaannya oleh penderita. Penderita tidak

menyadari bahwa dirinya sakit.

4. Usaha menyembuhkan psikosis tak bisa dilakukan sendiri oleh penderita

tetapi hanya bisa dilakukan oleh pihak lain.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

51

Page 49: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

5. Dalam bahasa sehari-hari, psikosis disebut dengan istilah gila.

Secara umum, psikosis dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan faktor

penyebabnya, yaitu psikosis organik, yang disebabkan oleh faktor organik dan

psikosis fungsional, yang terjadi karena faktor kejiwaan.

Neurosis adalah suatu gangguan non-psikotik yang kronis atau rekuren yang

ditandai terutama oleh kecemasan, yang dialami atau yang diekspresikan secara

langsung atau diubah melalui mekanisme pertahanan Kecemasan tampak sebagai

gejala, seperti suatu obsesi, suatu kompulsi, suatu fobia, atau suatu difungsi

seksual.

Jadi Neurosis:

1. Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.

2. Neurosis terjadi pada sebagian aspek kepribadian.

3. Neurosis dapat dikenali gejala-gejala yang menyertainya dengan ciri khas

kecemasan.

4. Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan melakukan

aktivitas sehari-hari.

Untuk memperjelas pemahaman mengenai perbedaan psikosis dengan

neurosis ada 6 perbedaan atas dasar :

1. Perilaku umum,

2. gejala-gejala,

3. orientasi,

4. pemahaman (insight),

5. risiko sosial, dan

6. penyembuhan.

Berdasarkan PPDGJ III gangguan neurosis terdiri dari gangguan anxietas

fobik, gangguan anxietas lainnya, dan gangguan obsesif kompulsif, reaksi

terhadap stress, gangguan disosiatif, gangguan somatoform, serta gangguan

neurotik lainnya.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

52

Page 50: Referat Neurosis

Gangguan Neurosis

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

2010.

2. Kaplan and Sadock`s. Comprehensive Textbook of Psychiatry 18 th edition:

Anxiety Disorders. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 1998.

3. Kaplan and Sadock`s. Comprehensive Textbook of Psychiatry 18 th edition:

Somatoform Disorders. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;

1998.

4. Kaplan and Sadock`s. Comprehensive Textbook of Psychiatry 18 th edition:

Dissociative Disorders. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;

1998.

5. Maramis, W.F. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University;

2008.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaUniversitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 Juli – 1 September 2012

53