referat keracunan metanol

24
REFERAT KERACUNAN METANOL Disusun Oleh : 1. Rizki Hapsari N. G1A 209160 2. Ratna Juwita G1A 209179 3. Yosefin R. G1A 209161 4. Desty Dwianti G1A 209175 5. Hananingtyas Idasa G1A 209180 Pembimbing : dr. Zaenuri SH, Sp. KF, Msi.Med KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOETIKOLEGAL 1

Upload: ratna-juwita

Post on 29-Jun-2015

1.413 views

Category:

Documents


56 download

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT keracunan metanol

REFERAT

KERACUNAN METANOL

Disusun Oleh :

1. Rizki Hapsari N. G1A 209160

2. Ratna Juwita G1A 209179

3. Yosefin R. G1A 209161

4. Desty Dwianti G1A 209175

5. Hananingtyas Idasa G1A 209180

Pembimbing : dr. Zaenuri SH, Sp. KF, Msi.Med

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN

MEDIKOETIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

Periode 6 September – 17 Oktober 2010

1

Page 2: REFERAT keracunan metanol

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan pada

Hari/tanggal : ........................Oktober 2010

REFERAT

KERACUNAN METANOL

Disusun Oleh :

1. Rizki Hapsari N. G1A 209160

2. Ratna Juwita G1A 209179

3. Yosefin R. G1A 209161

4. Desty Dwianti G1A 209175

5. Hananingtyas Idasa G1A 209180

Telah disetujui dan disahkan :

Pembimbing

dr. Zaenuri SH, Sp. KF, Msi.Med

NIP. 19700925.200003.1.001

2

Page 3: REFERAT keracunan metanol

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL .......................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………..............

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................

BAB III. PEMBAHASAN ..............................................................................

KESIMPULAN ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... ..

3

Page 4: REFERAT keracunan metanol

BAB I

PENDAHULUAN

Metanol (CH3OH ;metyl alkohol; carbinol; alkohol kayu) diperoleh dari

distilasi destruktif kayu, merupakan alkohol yang paling sederhana, dengan rumus

kimia CH3OH, berat molekul 32,04, titik didih 64,5 C (147 F), bersifat ringan, mudah

menguap, tak berwarna, mudah terbakar, beracun dan berbau khas. Metanol

digunakan sebagai bahan penambah bensin, bahan pemanas ruangan, pelarut industry,

pada larutan fotokopi, serta sebagai bahan makanan untuk bakteri yang memproduksi

protein. Keracunan metanol sering terjadi di Negara kita dan dapat menyebabkan

meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Metanol paling banyak dijumpai dalam

rumah tangga dalam bentuk “canned heat” atau cairan pembersih kaca mobil.1,3

Metanol dapat diabsorbsi ke dalam kulit, saluran pernafasan atau pencernaan

dan didistribusikan ke dalam cairan tubuh. Mekanisme utama metanol di dalam

tubuh manusia adalah dengan oksidasi menjadi formaldehida, asam format dan CO2.

Metanol juga dapat disingkirkan dengan membuat muntah, dan dalam jumlah kecil

diekskresikan melalui pernafasan, keringat, dan urin. Metanol tidak dapat diikat

dengan karbon.2

Pada manusia kepekaan khusus terhadap keracunan metanol mungkin

disebabkan oleh produksi metabolit format dari metanol yang membutuhkan folat dan

bukan oleh metanolnya sendiri atau formaldehid, suatu metabolit antara.2

Manifestasi dari keracunan metanol adalah muntah, sakit kepala, nyeri ulu

hati, dyspneu, bradikardia dan hipotensi. Bisa terjadi delirium kemudian pasien akan

segera menjadi koma. Asidosis metabolik sangat khas terjadi pada keracunan

metanol, yang disebabkan karena terbentuknya asam format yang merupakan

metabolit dari metanol yang telah mengalami metabolisme di dalam hati. Toksisitas

yang spesifik yaitu kerusakan pada retina. Penglihatan kabur, pelebaran pembuluh

darah diskus optikus selalu mendahului kematian yang disebabkan oleh gagal nafas.2

4

Page 5: REFERAT keracunan metanol

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metabolisme Metanol

Metanol dapat diabsorbsi kedalam tubuh melalui saluran pencernaan, kulit

dan paru-paru. Metanol didistibusikan secara luas dalam cairan tubuh dengan volume

distribusi 0,6 L/kg. Metanol secara perlahan dimetabolisme di hati. Sekitar 3% dari

metanol diekskresikan melalui paru atau diekskresi melalui urin.3

Metanol beracun melalui dua mekanisme. Pertama metanol yang telah masuk

kedalam tubuh baik melalui, menelan menghirup atau diserap melalui kulit dapat

menekan saraf pusat seperti yang terjadi pada keracunan etanol. Kedua metanol

beracun setelah mengalami pemecahan oleh enzim alkohol dehidrogenase di hati

menjadi asam format dan formaldehida. Dosis yang berbahaya dapat terjadi bila

seseorang terekspos terus menerus terhadap uap metanol atau cairan metanol tanpa

menggunakan pelindung. Dosis yang mematikan adalah 100-125 ml (4 fl oz).4

Cara kerja metanol sama dengan cara kerja etanol. Metanol lebih bersifat

toksik dibandingkan dengan etanol. Toksisitas metanol semakin meningkat

disebabkan oleh stukturnya yang tidak murni. Metanol diekskresikan secara lambat di

dalam tubuh dan kemudian secara kumulatif metanol dapat bersifat toksik di dalam

tubuh. Selama penelanan metanol secara cepat diabsorbsi dalam traktus

gastrointestinal dan dimetabolisme dihati. Pada langkah pertama dari degradasi,

metanol diubah menjadi formaldehid oleh enzim alkohol dehidrogenase. Reaksi ini

lebih lambat dari reaksi kedua, oksidasi dari formaldehid menjadi asam format oleh

enzim aldehid dehidrogenase. Oksidasi ini berlangsung cepat sehingga hanya sedikit

formaldehid yang terakumulasi dalam serum. Hal ini menjelaskan latensi dari gejala

antara penelanan dan timbulnya efek. Waktu paruh dari formaldehid adalah sekitar 1-

2 menit.1,3

Asam format kemudian dioksidasi menjadi karbondioksida dan air oleh

tetrahidrofolat. Metabolisme dari asam format sangat lambat sehingga dapat

5

Page 6: REFERAT keracunan metanol

terakumulasi di dalam tubuh yang menimbulkan asidosis metabolik. Asam format

juga menghambat respirasi seluler sehingga terjadi asidosis laktat.5

Kecepatan absorbsi dari metanol tergantung dari beberapa faktor, dua faktor

yang paling berperan adalah konsentrasi metanol dan ada tidaknya makanan dalam

saluran cerna. Metanol dalam bentuk larutan lebih lambat diserap dibanding dengan

metanol yang murni dan adanya makanan dalam saluran cerna terutama lemak dan

protein akan memperlambat absorbsi metanol dalam saluran cerna. Setelah

diabsorbsi, metanol didistribusi ke seluruh jaringan dan cairan tubuh kecuali jaringan

lemak dan tulang, disini konsentrasi metanol paling rendah. Konsentrasi metanol di

dalam darah mencapai maksimum kira-kira setengah sampai satu jam setelah metanol

dikonsumsi. Konsentrasi metanol di dalam otak setelah tercapai keseimbangan adalah

lebih sedikit dibanding dengan konsentrasi di dalam darah.5

Metanol yang telah diabsorbsi, dimetabolisme di dalam tubuh di hepar melalui

proses oksidasi. Secara normal, tubuh dapat memetabolisme 10 gms metanol murni.

Jika dikonsumsi berlebihan, konsentrasi metanol dalam darah akan meningkat dan

orang tersebut akan mulai menunjukkan keluhan dan gejala keracunan alkohol,

kecuali orang tersebut telah mengalami toleransi terhadap metanol. Metanol dalam

jumlah yang maksimum yaitu 300 ml metanol murni, dapat dimetabolisme dalam

tubuh dalam 24 jam. Keracunan metanol dapat menyebabkan gangguan pada hepar

dan ginjal.1

Gambar 1. Metabolisme Metanol

6

Page 7: REFERAT keracunan metanol

2.2 Manifestasi Klinis

Gejala awal yang timbul setelah keracunan metanol adalah gejala yang terjadi

karena depresi sistem saraf pusat seperti sakit kepala, pusing, mual, koordinasi

terganggu, kebingungan dan pada dosis yang tinggi tidak sadarkan diri dan kematian.

Gejala awal ini lebih ringan dari yang terjadi pada keracunan etanol.4

Bila gejala awal telah dilalui rangkaian kedua dari gejala, terjadi 10-30 jam

setelah paparan awal terhadap metanol. Akumulasi asam format pada saraf optik

dapat menyebabkan penglihatan kabur. Hilangnya penglihatan secara total dapat

disebabkan oleh berhentinya fungsi mitokondria pada saraf optik dimana terjadi

hiperemi, edema dan atropi saraf optik. Demielinisasi saraf optik juga dapat terjadi

karena penghancuran mielin oleh asam format. Akumulasi asam format didalam

darah dapat menyebabkan asidosis metabolik. Interval antara masuknya racun sampai

timbulnya gejala berhubungan dengan volume metanol yang tertelan. Kadar metanol

dalam darah mencapai puncaknya setelah 30-90 menit. Dosis letal minimal adalah 1

mg/kg bb. Asidosis merupakan faktor primer dari keracunan metanol dan depresi dari

sistem saraf pusat adalah faktor yang minor.4,5,

Ketika metabolime metanol telah berlangsung asidosis metabolik dengan

anion gap yang berat akan terjadi. Asidosis metabolik yang berat yang berhubungan

dengan gangguan penglihatan adalah tanda dari keracunan metanol. Pasien biasanya

mengalami penglihatan kabur, penglihatan ganda, atau perubahan dari persepsi

warna. Bisa juga terjadi pengecilan lapangan pandang dan terkadang kehilangan

penglihatan secara total. Tanda khas dari disfungsi penglihatan termasuk dilatasi

pupil dan hilangnya reflek pupil.3

Tanda dan gejala lebih lanjut dapat terjadi pernafasan dangkal, sianosis,

takipneu, koma, kejang, gangguan elektrolit dan perubahan hemodinamik yang

bervariasi termasuk hipertensi dan cardiac arrest. Dapat juga terjadi gangguan

memori yang ringan sampai berat, agitasi yang dapat berlanjut menjadi stupor dan

koma sejalan dengan memberatnya asidosis. Pada kasus yang berat dapat terjadi

kematian. Pasien yang bertahan dapat menderita gejala sisa seperti kebutaan yang

permanen atau defisit neurologis yang lain.

7

Page 8: REFERAT keracunan metanol

2.3 Penatalaksanaan Keracunan Metanol

Keracunan metanol berat biasanya dijumpai pada pecandu alkohol kronis dan

mungkin tidak dapat dikenal kecuali dijumpai gejala-gejala yang khas pada sejumlah

pasien. Karena metanol dan metabolit formatnya merupakan toksin yang lebih kuat

dari etanol, maka penting bahwa pasien yang keracunan metanol dikenali dan diobati

secepat mungkin.2

Gejala awal yang penting dari keracunan metanol ialah gangguan visual,

sering kali dijelaskan sebagai “berada dalam badai salju”. Gangguan visual

merupakan keluhan umum epidemis keracunan metanol. Keluhan penglihatan kabur

dengan kesadaran relative baik merupakan suatu petunjuk kuat untuk keracunan

metanol. Dalam kasus-kasus berat, bau formaldehid tercium melalui pernafasan dan

urin. Timbul bradikardia, koma yang lama, kejang, dan asidosis yang menetap.2

Hasil pemeriksaan fisik pada keracunan metanol biasanya tidak spesifik.

Midriasis yang menetap merupakan tanda keracunan berat. Atropi saraf optik

merupakan tanda lanjut. Penyebab kematian dalam kasus fatal ialah berhentinya

pernafasan secara mendadak. Merupakan hal yang sangat perlu untuk menentukan

kadar metanol dalam darah secepat mungkin bila diduga suatu keracunan metanol.

Bila dugaan klinik keracunan metanol cukup kuat, pengobatan tidak boleh terlambat.2

Kadar metanol lebih dari 50 mg/dL, merupakan indikasi mutlak untuk

hemodialis dan pengobatan dengan etanol meskipun kadar format dalam darah

merupakan indikasi yang lebih baik. Hasil laboratorium tambahan termasuk asidosis

metabolik dengan peningkatan anion gap dan osmolar gap. Etilen glikol, paraldehid,

dan salisilat juga dapat menyebabkan anion gap. Penurunan serum bilirubin

merupakan gambaran yang seragam dari keracunan metanol berat. Toksisitas etilen

glikol biasanya menyebabkan eksitasi susunan saraf pusat, peningkatan enzim-enzim

otot, dan hipokalsemia tetapi tidak ada gejala visual. Keracunan salisilat dapat segera

ditentukan dari kadar salisilat dalam darah.2

Pengobatan pertama untuk keracunan metanol, seperti pada keadaan kritis

keracunan, ialah untuk menyelenggarakan pernafasan, dengan melakukan trakeotomi

bila perlu. Muntah dapat dibuat pada pasien yang tidak koma, tidak mengalami

8

Page 9: REFERAT keracunan metanol

kejang, dan tidak kehilangan reflex muntah. Bila salah satu dari kontraindikasi ini

ada, maka harus dilakukan intubasi endotrakeal dan bilasan lambung dengan selang

berdiameter besar setelah saluran nafas terlindungi.2

Ada tiga cara yang spesifik untuk keracunan metanol berat; penekanan

metabolism oleh alkohol dehidrogenase untuk pembentukan produk-produk

toksiknya, dialisis untuk meningkatkan bersihan metanol dan produk toksiknya, serta

alkalinasi untuk menetralkan asidosis metabolik.2

Karena etanol berkompetisi untuk alkohol dehidrogenase, yang bertanggung

jawab untuk memetabolisme metanol menjadi asam format, perlu untuk menjenuhkan

enzim ini dengan etanol yang kurang toksik. Metabolism etanol yang dicirikan

tergantung pada dosis dan variabilitas yang disebabkan oleh asupan etanol kronis

memerlukan pemantauan yang berulang-ulang untuk meyakinkan konsentrasi alkohol

yang tepat. Etanol diberikan secara intravena sebagai larutan 10%. 4-Metilpirazol,

suatu penghambat alkohol dehidrogenase yang kuat, dapat berguna sebagai

penunjang dalam keracunan metanol bila tersedia penuh untuk digunakan manusia.

Akhir-akhir ini, obat ini tergolong sebagai orphan drug.2

Dengan dimulainya prosedur dialisis, maka etanol akan hilang dalam dialisat.

Dialisis direkomendasikan untuk pasien yang mengalami gangguan penglihatan,

kadar metanol dalam darah 50 mg % atau lebih, menelan lebih dari 60 ml metanol

dan asidosis berat yang tidak dapat dikoreksi dengan bikarbonat.2,3

Alkalinisasi adalah terapi yang paling lama dipakai bertujuan untuk mengatasi

asidosis dan diperlukan dosis yang sangat besar dari sodium bikarbonat. Karena

sistem-sistem yang bergantung pada folat bertanggung jawab dalam oksidasi

pembentukan asam format menjadi CO2 pada manusia, maka mungkin berguna untuk

memberikan asam folat kepada pasien-pasien yang keracunan metanol, meskipun

belum pernah diuji secara lengkap dalam uji klinik.2,6

9

Page 10: REFERAT keracunan metanol

2.4 Penampakan Postmortem

Pada keracunan metanol dapat terjadi perubahan akut sekunder akibat

hipoksia/iskemia pada substansia grisea berupa edema serebri dan injuri neuronal

akut. Pada seseorang yang mengalami keracunan metil alkohol selama beberapa hari

atau beberapa minggu akan menunjukkan pola kerusakan otak yang khas yaitu

nekrosis putamen bilateral, terutama mengenai bagian lateral dari nuclei. Pada

beberapa kasus dapat juga ditemukan nekrosis hemoragik yang melibatkan centrum

semiovale, khususnya bagian subkortikal. Selain itu dapat juga terjadi kerusakan pada

substansia alba dan putamen.7

Penampakan klasik dari perdarahan dan nekrosis putamen akut adalah khas

pada keracunan metanol. Perdarahan yang banyak sampai meluas ke sistem ventrikel

berkorelasi dengan heparinisasi sistemik selama dialisis. Jika pasien dapat bertahan

selama fase akut dari penyakit ini akan terjadi resorpsi jaringan putamen yang

mengalami infark selama perdarahan menjadi suatu rongga kistik di dalam nuclei dari

putamen, beberapa dari pasien ini dapat mengalami sindrom Parkinson.7

Kelainan lain yang mungkin terjadi pada keracunan metanol adalah nekrosis

dan perdarahan pada substansia alba. Lesi pada substansia alba ini kurang spesifik

pada keracunan metanol. Penampakan postmortem pada keracunan metanol yang

kronis yaitu perubahan morfologik otak yang menyeluruh yaitu atropi kortikal dan

subkortikal. Lobus frontal adalah bagian otak yang paling peka, disini akan terjadi

kerusakan dan penyusutan bagian otak tersebut, gejala yang timbul yaitu berupa

gangguan eksekutif seperti kemampuan untuk merencanakan dan menyelesaikan

masalah.7

2.5 Penampakan Patologi

Pada keracunan metanol akan tampak hiperemi dan inflamasi dengan bercak-

bercak perdarahan pada lambung dan duodenum. Pada paru-paru akan tampak

kongesti dan odema. Pada otak dan meningen akan terjadi kongesti. Pada mukosa

kantung kemih terjadi kongesti, dan pada ginjal menunjukkan adanya degenerasi

tubular. Pada jantung terjadi degenerasi vacuolar pada sel-sel jantung.1

10

Page 11: REFERAT keracunan metanol

Temuan patologis yang mencirikan adanya suatu intoksikasi metanol adalah

neuropati optik dan nekrosis putamen bilateral dengan atau tanpa nekrosis. Lesi pada

mata meliputi destruksi dari sel-sel ganglion retina, edema. Nekrosis pada putamen

dapat dilihat pada pasien yang dapat bertahan lebih dari 24 jam. Daerah nekrosis juga

dapat dilihat pada substansia alba pada pasien yang bertahan lebih dari beberapa hari.

Nekrosis putamen bilateral atau perdarahan dapat diidentifikasi dengan CT scan atau

MRI.8

Gambar 2 CT scan pada hari ke lima menunjukkan adanya perdarahan pada

putamen.9

11

Page 12: REFERAT keracunan metanol

Gambar 3 CT Scan Pre –(A) dan Post kontras (B) pada hari ke 24 menunjukkan

Hilangnya volume putamen secara bilateral dan adanya lesi putamen dan

subkortikal.9

12

Page 13: REFERAT keracunan metanol

Gambar 4 fotografi fundus 2 bulan setelah intoksikasi metanol memperlihatkan

atropi optik dengan cakram optik yang terlihat glaucomatous dan penyempitan

lingkaran neuroretina dengan 0,9 cup pada (a) mata kanan, dan 0,7 cup pada (b)

mata kiri.10

2.6 Diagnosis

2.6.1 Pemeriksaan lab

Pemeriksaan lab pada ginjal didapatkan rendahnya kadar bikarbonat serum

karena terjadi asidosis metabolik. Peningkatan anion gap disebabkan karena

peningkatan kadar laktat dan keton, hal ini dapat terjadi kemungkinan karena

akumulasi asam format. Dapat juga terjadi peningkatan osmolar gap, hal ini bukan

merupakan temuan yang spesifik karena menunjukkan adanya suatu larutan

dengan berat molekul rendah seperti etanol, alkohol lain, mannitol, glisin, lemak

atau protein. Diagnosis definitive dari keracunan metanol dapat dilihat dari

peningkatan kadar metanol serum yang dapat diukur dengan gas chromathography

namun hal ini tidak berkorelasi dengan tingkat keracunan dan merupakan

indikator yang baik untuk prognosis.5

2.6.2 Imaging

CT scan dapat menunjukkan perubahan karakteristik dari nekrosis

putamen bilateral dengan derajat perdarahan yang bervariasi. Namun lebih sering

hasil CT scan normal. MRI adalah metode imaging yang lebih sensitive dalam

mendiagnosa keracunan metanol. Pada keracunan metanol yang baru berlangsung

selama empat minggu, MRI telah dapat menunjukkan adanya perubahan pada

putamen dan juga lesi yang berwarna putih pada lobus frontal atau oksipital. MRI

dapat digunakan untuk membedakan keracunan metanol dengan kondisi lain

seperti hipoglikemik dan keracunan karbonmonoksida.5

Temuan patologis paling karakteristik setelah keracunan metanol adalah

adanya daerah nekrosis pada putamen, dimana juga terdapat perdarahan dengan

derajat yang bervariasi. Gambaran ini bisa terlihat pada pasien yang bertahan

setelah 24 jam, nekrosis juga dapat terlihat pada substansia alba pada pasien yang

bertahan lebih dari beberapa hari.8

13

Page 14: REFERAT keracunan metanol

BAB III

PEMBAHASAN

KESIMPULAN

Keracunan metanol merupakan suatu keracunan yang menimbulkan

kegawatan medis yang akut, dan sering terjadi di negara kita yang dapat

menyebabkan morbiditas dan bahkan kematian. Metanol mempengaruhi berbagai

sistem organ di dalam tubuh. Metanol dapat diabsorpsi ke dalam kulit, saluran

pernafasan atau pencernaan dan didistribusikan ke dalam cairan tubuh.

Mekanisme utama metanol di dalam tubuh manusia adalah dengan oksidasi

menjadi formaldehid, asam format, dan CO2.

Metanol mempengaruhi berbagai sistem organ di dalam tubuh. Gejala

awal berupa depresi sistem saraf pusat seperti sakit kepala, pusing, mual,

koordinasi terganggu, kebingungan dan pada dosis yang tinggi tidak sadarkan diri

dan kematian. Gejala lebih lanjut berupa gangguan penglihatan, asidosis sampai

dapat terjadi pernafasan dangkal, sianosis, takipneu, koma, kejang, gangguan

elektrolit dan perubahan hemodinamik yang bervariasi termasuk hipertensi dan

cardiac arrest.

Ada tiga cara yang spesifik untuk keracunan metanol berat; penekanan

metabolism oleh alkohol dehidrogenase untuk pembentukan produk-produk

toksiknya, dialisis untuk meningkatkan bersihan metanol dan produk toksiknya,

serta alkalinasi untuk menetralkan asidosis metabolik

Pada keracunan metanol dapat terjadi perubahan akut sekunder akibat

hipoksia/iskemia pada substansia grisea berupa edema serebri dan injuri neuronal

akut. Pada seseorang yang mengalami keracunan metil alkohol selama beberapa

hari atau beberapa minggu akan menunjukkan pola kerusakan otak yang khas

yaitu nekrosis putamen bilateral, terutama mengenai bagian lateral dari nuclei.

Pada beberapa kasus dapat juga ditemukan nekrosis hemoragik yang melibatkan

centrum semiovale, khususnya bagian subkortikal. Selain itu dapat juga terjadi

kerusakan pada substansia alba dan putamen.

14

Page 15: REFERAT keracunan metanol

DAFTAR PUSTAKA

1. Modi’s Medical Jurisprudence and Toxicology. In : Alcohol Intoxication 18th

edition.

2. Bertram G Katzung (1998), Alkohol. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi VI,

EGC, hal .369-379.

3. “Methanol Poisoning Overview”. Available from: http://www.antizol.com/

mpoisono.htm (Accesed: 2010, Oct 1).

4. “Methanol”. Available from: http//www.wikipedia.com/ (Accesed: 2010, Oct

1).

5. “Methanol Intoxication”. Available from: http://www.emedicine.com/

NEURO/topic217.htm (Accesed: 2010, Oct 1).

6. “Methyl Alcohol Poisoning”. Available from :

http://www.jpgmonline.com/article.asp?

issn=00223859;year=1984;volume=30;issue=2;spage=69;epage=74;aulast=Ra

vichandran (Accesed: 2010, Oct 1).

7. “Final Diagnosis Methanol Poisoning”. Available from :

http://path.upmc.edu/divisions/neuropath/bpath/cases/case53/dx.html

(Accesed: 2010, Oct 1).

8. “Methanol Intoxication with Putaminal and White Matter Necrosis: MR and

CT findings”. Available from : http://www.ajnr.org/cgi/reprint/16/7/1492.pdf

(Accesed: 2010, Oct 1).

9. “CT and MR Imaging Findings in Methanol Intoxication”. Available from:

http://www.ajnr.org/cgi/reprint/27/2/452.pdf (Accesed: 2010, Oct 1).

10. “Ocular manifestasions and MRI findings in a case of methanol poisoning”.

Available from: http://www.nature.com/eye/journal/v19/n7/fig_tab/

6701641f2.html?url=/eye/journal/v19/n7/full/6701641a.html#figure-title

(Accesed: 2010, Oct 1).

15