referat gangguan bipolar - ilmu kesehatan jiwa
DESCRIPTION
referat pada stase psikiatri yang membahas tentang gangguan bipolarTRANSCRIPT
GANGGUAN BIPOLAR
A. Pendahuluan
Sejak 2500 tahun yang lalu gangguan mood telah banyak dijelaskan sebagai penyakit
yang paling sering terjadi. Hubungan antara etiologi, gejala, proses biokimia yang
mendasarinya, respons terhadap terapi, dan akibat dari suasana perasaan (mood [afektif])
belum cukup dipahami dengan baik untuk memungkinkan klasifikasinya disepakati secara
universal. Kelompok fundamental pada kelompok gangguan ini adalah perubahan suasana
perasaan (mood) atau afek biasanya ke arah depresi (dengan atau tanpa anxietas yang
menyertainya), atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat).1,2,3
Suasaana alam perasaan (mood) bervariasi, bisa normal, menurun ataupun meningkat
dan individu dapat mengontrol suasana alam peraasaannya. Bila terjadi gangguan dalam
alam perasaan, individu kehilangaan kontrol terhadap perasaan-peraasaannya tersebut dan
timbulah penderitaan. Penderita dengaan mood yang meningkat menunjukkan
expansiveness, flight of ideas, penurunan tidur, peningkatan self esteem, serta ide-ide
kebesaran. Penderita dengan mood terdepresi kehilangan minat dan energi, merasakan
perasaan bersalah, sulit berkonsentrasi, kehilangan nafsu makan, serta mempunyai ide-ide
kematian bahkan bunuh diri. Gejala lain adalah perubahan dalam tingkat aktivitas,
kemampuan kognitif, kemampuan bicara dan vegetatif. Perubahan-perubahan tersebut
hampir selalu menimbulkan gangguan dalam hubungan interpersonal, sosial dan fungsi
okupasi. Gangguan depresif berat dan gangguan bipolar I seringkali dinamakan gangguan
afektif, tetapi patologi utama dalam gangguan tersebut adalah mood, yaitu keadaan
emosional internal yang meresap dari seseorang. Pasien dengan episode manik saja
dikatakan menderita gangguan bipolar I. Istilah “mania unipolar” dan “mania murni”.
Kadang-kadang pasien bipolar I tidak memiliki episode depresif.3,4,9
B. Definisi
Gangguan bipolar yang diketahui terdapatnya episode manik dan depresi serta
merupakan suatu penyakit gangguan mental. Disebut gangguan bipolar oleh karena terdapat
dua fase didalamnya yaitu fase elevasi (fase manik) dan fase menurun (fase depresi).2,3,5
1
C. Etiologi
Hingga saat ini belum diketahui etiologi yang pasti.2
D. Klasifikasi
Kriteria utama untuk klasifikasi gangguan afektif dipilih berdasarkan alasan praktis,
yaitu untuk memungkinkan gangguan klinis yang lazim ditemukan dan mudah diidentifikasi.
Episode tunggal dibedakan dari gangguan bipolar dan gangguan yang berepisode multipel
lainnya oleh karena sebagian besar dari pasien hanya mengalami satu episode penyakit dan
keparahan ditonjolkan oleh karena implikasinya bagi terapi dan penyediaan pelayanan yang
berbeda tingkatannya.3,4
Istilah “mania” dan “depresi berat” digunakan dalam klasifikasi ini untuk
menunjukkan kedua ujung yang berlawanan dalam spektrum afektif; “hipomania”
digunakan untuk menunjukkan suatu keadaan pertengahan tanpa waham, halusinasi, atau
kekacauan menyeluruh dari aktivitas normal, yang sering (meskipun tidak semata-mata)
dijumpai pada pasien yang berkembang ke arah mania atau dalam penyembuhan dari
mania.3,7
F30. Episode Manik
Ada 3 derajat keparahan yang ditentukan disini, dengan kesamaan ciri khas dalam
suasana perasaan yang meningkat dan peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas
fisik dan mental. Terutama ditandai dengan suasana perasaan/mood meningkat, ekspansif
dan iritabel. Peningkatan mood biasanya eforik dan seringkali menular sehingga
menimbulkan penyangkalan sakit secara kontra-transferensi dari dokter yang kurang
berpengalaman. Sering pula ditandai dengan mood yang iritabel, terutama bila rencana yang
sangat ambisius menemui kegagalan. Seringkali menunjukkan perubahan mood yang
menonjol dari eforik pada awal perjalanaan penyakitnya dan kemudian menjadi iritabel.
Ditegakkan episode manik bila merupakan episode tunggal.2,3,8
2
F30.0 Hipomania
Hipomania adalah derajat yang lebih ringan daripada mania (F30.1) yang kelainan
suasana perasaan (mood) dan perilakunya terlalu menetap atau menonjol sehingga tidak
dapat dimasukkan dalam siklotimia (F34.0), namun tidak disertai halusinasi atau waham.2,3
1. Manifestasi klinis
Peningkaatan suasana perasaan ringan yang menetap sekurang-kurangnyaa beberapa hari
berturut-turut dan menonjol. Individu mengalami peningkataan energi dan aktivitas,
biasanya perasaan sejahtera yang mencolok dan efisiensi baik fisik maupun mental. Lebih
sering bersifat pergaulan sosial yang bersifat eforik, kadang-kadang mudah marah,
terkesan sombong serta perilaku yang tidak sopan dan mengesalkaan. Tidak disertai
halusinasi dan waham. Konsentrasi dan perhatiannya mengalami hendaya.2,3,8
2. Pedoman diagnostik
Perubahan mood dan peningkatan aktivitas sekurangnya berlangsung beberapa hari
berturut-turut dengan derajat intensitas lebih tinggi dari siklotimia tetapi seberat ataau
menyeluruh seperti pada mania.2,3
3. Kriteria diagnostik
Peningkatan mood atau menjadi iritabel pada suatu tingkatan yang tidak dapat disangkal
dirasakan sebagai tidak normal dan dipertahankan sekurangnya 4 hari berturut-turut.2,3
a. Setidaknya terdapat tiga dari tanda-tanda dibawah ini, yang secara nyata
mempengaruhi fungsi kehidupannya sehari-hari:
- Peningkatan aktivitas atau agitasi
- Peningkatan pembicaraan
- Perhatian yang mudah teralih atau sulit berkonsentrasi
- Pengurangan kebutuhan tidur
- Peningkatan energi seksual
- Belanja sedikit berlebihan atau perilaku lain yang tidak bertanggungjawab atau
tidak hati-hati
- Sosialisasi atau pergaulan yang berlebihan
b. Episode ini tidak memenuhi kriteria mania, gangguan afektif bipolar, episode
depresif, siklotimia atau anoreksi nervosa.
3
c. Petunjuk eksklusi yang sering digunakan: episode ini tidak disebabkaan oleh
penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental organik.
F30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik
Suasana perasaan (mood) meninggi tidak sepadan dengan keadaan individu dan
dapat bervariasi antara keriangan (seolah-olah bebas dari masalah apapun) sampai keadaan
eksitasi yang hampir tak terkendali. Elasi (suasana perasaan yang meningkat) disertai
dengan energi yang meningkat, sehingga terjadi aktivitas yang berlebihan, percepatan dan
kebanyakan berbicara dan berkurangnya kebutuhan tidur.2,3,7
1. Manifestasi klinis:2,3,7
- Mood: meninggi, bervariasi antara keriangan (seolah bebas masalah) sampai ekstasi yang
tidak terkendali, tidak sesuai dengan keadaan individu. Pada beberapa episode lebih
banyak tampil sebagai rasa curiga dan mudah tersinggung.
- Energi meningkat: aktivitas berlebihan, percepatan dan banyak bicara, kebutuhan tidur
berkurang.
- Perhatian: mudah teralih.
- Harga diri: meningkat, pemikiran serba hebat (rencana tidak praktis dan boros, bersifat
cinta kasih, berkelakar dalam situasi yang tidak tepat), optimis dan dinyaatakan dengan
bebas.
- Persepsi: mungkin terjadi gangguan.
2. Pedoman diagnostik:2,3
Berlangsung sekurangnya satu minggu, cukup berat sehingga menganggu seluruh
pekerjaan dan aktivitas sosial. Perubahan mood seharusnya disertai energi yang meninggi
dan beberapa gejala lain yang disebutkan diatas.
3. Kriteria diagnostik:2,3,7
a. Mood harus secara dominan meningkat, meluas atau iritabel, dan dinilai abnormal bagi
orang lain. Perubahan mood harus menetap dan dipertahankan selama setidaknya satu
minggu (kecuali sangat berat dan memerlukan perawatan rumah sakit).
b. Setidaknya 3 gejala dibawah ini harus ada (4 bila hanya ada mood yang iritabel), yang
secara nyata mempengauhi fungsi kehidupannya sehari-hari:
- Peningkatan aktivitas atau agitasi
4
- Peningkatan pembicaraan (pressure of speech)
- Lompat gagasan, atau individu secara subjektif merasakan percepatan pikiran
- Hilangnya batasan normal sosial, yang berakibat pada perilaku yang tidak sesuai dalam
lingkungannya
- Penurunan kebutuhan tidur
- Peningkatan self-esteem atau rasa kebesaran
- Perubahan terus-menerus dari aktivitas atau rencana
- Perilaku yang tidak bijaksana dan tidak hati-hati yang risikonya tidak disadari oleh
penderita, seperti pemakaian uang berlebihan, rencana-rencana besar yang tidak matang,
berkendara secara tidak hati-hati
- Peningkatan energi seksual atau tidak hati-hati secara seksual
c. Tidak terdapat halusinasi maupun delusi, walaupun dapat terjadi gangguan persepsi
seperti misalnya perasaan subjektif hiperakusis, apresiasi terhadap warna secara
dramatis.
d. Petunjuk ekslusi yang sering digunakan: episode ini tidak disebabkan oleh penggunaan
zat psikoaktif atau gangguan mental organik.
F30.2 Mania Dengan Gejala Psikotik
Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat daripada keadaan yang
digambarkan pada F30.1. Harga diri menjadi membumbung dan gagasan kebesaran dapat
berkembang menjadi waham, dan iritabilitas serta kecurigaan menjadi waham kejar.2,8
1. Manifestasi klinis:
Gambaran klinis lebih berat daripada mania tanpa gejala psikotik. Iritabilitas dan
kecurigaan menjadi waham kejar, waham kebesaran atau religious. Waham dan
halusinasi bisa serasi atau tidak serasi dengan suasana alam perasaan. Peningkatan
aktivitas dan eksitasi fisik yang hebat dan terus menerus dapat menjurus kepada agresi
dan kekerasan, pengabaian keselamatan dan kesehatan diri.2,8
2. Kriteria diagnostik:2
a. Episode yang memenuhi kriteria mania tanpa gejala psikotik dengan pengecualian pada
kriteria c.
5
b. Episode ini tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia atau gangguan
skizoafektif, tipe mania.
c. Terdapat halusinasi dan delusi yang tidak seperti pada skizofrenia (bersifat sangat tidak
mungkin, atau tidak sesuai dengan latar belakang kulturnya, dan bukan halusinasi
sebagai orang ketiga serta sedang dikomentari). Paling sering bersifat kebesaran,
terpusat pada dirinya sendiri, erotik atau berisikian kecaman.
d. Petunjuk ekslusi yang sering digunakan: episode ini tidak disebabkan oleh penggunaan
zat psikoaktif atau gangguan mental organik.
F31. Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (yaitu sekurang-kurangnya dua) yang
menunjukkan suasana perasaan (mood) pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan
gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan (mood) serta
peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa
penurunan suasana perasaan (mood) serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang
khas ialah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode dan insidensi pada
kedua jenis kelamin kurang lebih lebih sama dibanding dengan gangguan suasana perasaan
(mood) lainnya.2,3
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu
sampai 4 – 5 bulan (rata-rata sekitar 4 bulan). Depresi cenderung berlangsung lebih lama
(rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi setahun kecuali pada orang lanjut usia.
Kedua macam episode itu seringkali menyusul peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma
mental lainnya.2,3,7
F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik
Pedoman diagnostik:3
- Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria hipomania.
- Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau
campuran) di masa lampau.
6
F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik:2,3
- Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik.
- Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau
campuran) di masa lampau.
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik: 2,3
- Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik.
- Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau
campuran) di masa lampau.
- Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi
dengan suasana perasaan (mood).
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang
Pedoman diagnostik: 2,3
- Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan atau pun
sedang.
- Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di
masa lampau.
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya gejala somatik dalam
episode depresif yang sedang berlangsung:
- F31.30 Tanpa gejala somatik
- F31.31 Dengan gejala somatik
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik: 2,3
- Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala
psikotik.
- Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di
masa lampau.
7
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik: 2,3
- Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala
psikotik.
- Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di
masa lampau.
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran
Pasien pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif manik, hipomanik atau
campuran di masa lampau dan sekarang sedang menunjukkan gejala-gejala manik,
hipomanik dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat. 2,3
Pedoman diagnostik: 2,3
Pergantian antar episode manik dan depresif yang diselingi suasana perasaan (mood) depresif
selama berhari-hari atau berminggu-minggu disertai aktivitas berlebihan dan kegesitan
berbicara. Gejala depresif dan gejala dari hipomania dapat juga bergantian dengan cepat, dari
hari ke hari bahkan jam ke jam, dan jika episode ini telah berlangsung selama sekurang-
kurangnya 2 minggu.
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Dalam Remisi
Pasien pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif manik, hipomanik atau
campuran di masa lampau ditambah sekurang-kurangnya satu lagi episode afektif hipomanik,
manik, depresif atau campuran akan tetapi pada waktu sekarang tidak menderita suatu
gangguan afektif yang nyata dalam beberapa bulan terakhir ini.3
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
Termasuk gangguan bipolar II dan episode manik berulang.3
8
F32. Episode Depresif
Terdapat tiga variasi depresif khas ringan, sedang dan berat yang dapat terjadi
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek
dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat, seperti tercantum
sebagai berikut:3
1. Individu biasanya menderita suasana perasaan (mood) yang depresif
2. Kehilangan minat dan kegembiraan
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya
aktivitas.
Gejala lazim lainnya adalah:1-4
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe ringan
sekalipun)
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang
F32.0 Episode Depresif Ringan
Pedoman diagnostik: 2,3
- Suasana perasaan yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan, mudah lelah, sekurang-
kurangnya ada dua gejala ini ditambah dua gejala lazim dan berlangsung sekitar 2 minggu.
- Orang tersebut biasanya resah dan agak sukar baginya untuk meneruskan pekerjaan biasa
maupun kegiatan sosial lainnya.
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan adanya sindrom somatik:
- F32.00 Tanpa gejala somatik
- F32.01 Dengan gejala somatik
9
F32.1 Episode Depresif Sedang
Pedoman diagnostik: 2,3
- Sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala paling khas yang ditentukan untuk
episode depresif ringan ditambah sekurang-kurangnya tiga gejala lainnya.
- Lamanya seluruh episode berlangsung sekitar 2 minggu.
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan adanya sindrom somatik:
- F32.10 Tanpa gejala somatik
- F32.11 Dengan gejala somatik
F32.2 Episode Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik
Penderita biasanya menunjukkan ketegangan atau kegelisahan yang amat nyata. Kehilangan
harga diri dan perasaan dirinya tak berguna mungkin mencolok dan bunuh diri merupakan
bahaya nyata. Sindrom somatik hampir selalu ada pada espisode depresif berat.3
Pedoman diagnostik: 2,3
- Semua tiga gejala khas yang ditentukan untuk episode depresif ringan dan sedang harus
ada, ditambah sekurang-kurangnya empat gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harsu
bersifat berat.
- Biasanya berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, dan gejala amat berat dan beronset
cepat bisa dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
F32.3 Episode Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik: 2,3
- Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 disertai waham, halusinasi
atau stupor sepresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau
malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggungjawab akan hal itu.
Halusinasi auditorik dan olfaktorik biasanya berupa suara menghina atau menuduh dan bau
kotoran yang membusuk. Waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan suasana perasaan.
F32.8 Episode Depresif Lainnya
Episode yang termasuk disini yang tidak sesuai dengan episode depresif pada F32.0-F32.3.3
10
F33. Gangguan Depresif Berulang
Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari depresi sebagaimana dijabarkan
dalam episode depresif (ringan, sedang dan berat), tanpa riwayat adanya episode tersendiri
dari peninggian suasana perasaan (mood) dan hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania.
Usia dari onset, keparahan, lamanya berlangsung dan frekuensi episode dari depresi,
semuanya sangat bervariasi. Umumnya episode pertama terjadi pada usia lebih tua dibanding
dengan gangguan bipolar, dengan onset usia rata-rata lima puluhan. Episode masing-masing
juga lamanya antara 3 dan 12 bulan (rata-rata lamanya sekitar 6 bulan).3
F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan
Pedoman diagnostik: 2,3
- Kriteria untuk depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi
kriteria untuk episode depresif ringan;
- Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2
minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan suasana perasaan (mood) yang
bermakna.
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan adanya sindrom somatik:
- F33.00 Tanpa gejala somatik
- F33.01 Dengan gejala somatik
F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang
Pedoman diagnostik: 2,3
- Kriteria untuk depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi
kriteria untuk episode depresif sedang;
- Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2
minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan suasana perasaan (mood) yang
bermakna.
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan adanya sindrom somatik:
- F33.10 Tanpa gejala somatik
- F33.11 Dengan gejala somatik
11
F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Tanpa Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik: 2,3
- Kriteria untuk depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi
kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik;
- Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2
minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan suasana perasaan (mood) yang
bermakna.
F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Dengan Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik: 2,3
- Kriteria untuk depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi
kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik;
- Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2
minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan suasana perasaan (mood) yang
bermakna.
F34. Gangguan Suasana Perasaan Menetap
Ini merupakan gangguan suasana perasaan (mood) yang menetap dan biasanya
berfluktuasi, namun masing-masing episodenya jarang atau tidak pernah cukup parah untuk
disebut sebagai episode hipomanik atau pun depresif ringan. Karena masing-masing
berlangsung bertahun-tahun lamanya.3,5,6
F34.0 Siklotimia
Ketidakstabilan suasana perasaan (mood) yang menetap, berupa banyak episode
depresi ringan dan elasi ringan. Ketidakstabilan ini biasanya mulai berkembang dini dalam
kehidupan dewasa dan berlangsung secara kronis. Individu biasanya memandang alunan
suasana perasaan (mood) itu tidak berkaitan dengan peristiwa hidup. Pedoman diagnostik:
ketidakstabilan menetap suasana perasaan (mood) meliputi banyak periode depresi ringan
atau elasi ringan diantaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama.3,6
12
F34.1 Distimia
Suatu depresi kronis dari suasana perasaan (mood) yang pada saat sekarang tidak
memenuhi kriteria untuk gangguan depresif berulang. Biasanya, penderita mengalami
periode berhari-hari atau berminggu-minggu yang dilaporkan sebagai sehat, akan tetapi
kebanyakan (seringkali selama berbulan-bulan berturut-turut) mereka merasa lelah dan
tertekan, segala pengalaman hidunya merupakan upaya yang berat dan tak ada yang
dinikmati. Mereka memikirkan dan mengeluh, tidak dapat tidur nyenyak dan merasa kurang
mampu, namun biasanya masih sanggup mengurus keperluan hidup sehari-hari. Pedoman
diagnostik: depresi suasana perasaan (mood) yang berlangsung sangat lama yang tidak
pernah atau jarang sekali cukup parah. Biasanya mulai dini dalam masa kehidupan dewasa
dan berlangsung sekurang-kurangnya beberapa tahun.3,5,8
E. Penatalaksaan
1. Perawatan
Pada umumnya penderita tidak datang pada terapis dengan kemauan sendiri. Indikasi
yang pasti untuk perawatan di rumah sakit adalah:1-3,6,8,9
- Prosedur diagnostik
- Risiko bunuh diri atau pembunuhan
- Kemunduran yang parah dalam kemampuan memenuhi kebutuhan makan dan
perlindungan
- Memburuknya gejala secara cepat
- Hilangnya sistem dukungan yang biasa didapatnya
2. Terapi Psikososial
a. Terapi kognitif
Tujuannya adalah untuk menghilangkan atau meringankan episode depresi dan
mencegah timbulnya episode tersebut dengan mengenali pola berpikir irrasional,
mengembangkan alternatif pola berpikir rasional dan fleksibel, kemudian melatih
kembali pola berpikir serta respons perilaku yang baru.2,4
13
b. Terapi interpersonal
Difokuskan pada problem interpersonal yang ada. Diasumsikan bahwa, pertama,
problem interspersonal yang ada saat ini merupakan akar terjadinya disfungsi
hubungan interpersonal. Kedua, problem interpersonal saat ini berperan dalam
terjadinya gejala depresi. Biasanya sesi berlangsung antara 12 – 16 minggu dan
ditandai dengan pendekatan terapeutik yang aktif.2,4
c. Terapi perilaku
Berdasarkan hipotesa bahwa pola perilaku maladaptif menghasilkan umpan-balik
positif yang sedikit serta penolakan dari lingkungan sosial. Diharapkan dengan
terapi ini pasien belajar berperilaku yang menimbulkan perbaikan dari respons
yang didapat sebelumnya.2,4,5
d. Terapi berorientasi-psikoanalitik
Lebih ditujukan pada psikoterapi yang menimbulkan perubahan struktur
kepribadian atau karakter, tidak semata menghilangkan gejala depresi. Tujuan
terapi ialah mencapai kepercayaan dalam hubungan interpersonal, keintiman,
mekanisme penyesuaian, kapasitas dalam merasakan kesedihan serta kemampuan
dalam merasakan perubahan emosional secara luas.2,4
e. Terapi keluarga
Terapi ini dilakukan bila gangguan mood yang dideritanya dapat membahayakan
hubungan perkawinannya atau fungsinya dalam keluarga.1,2
3. Farmakoterapi
a. Depresi mayor
- Golongan trisiklik
- Golongan SSRI : fluoxetine, paroxetine, sertraline, bupropion, venlaxine,
nefazodone, mintrazepine.2
b. Gangguan bipolar I
- Lithium
- Anti konvulsan : Valproat dan Carbamazepin.2
14
c. Gangguan bipolar II
Fakmakoterapi pada gangguan bipolar II harus diberikan secara hati-hati,
pemberian anti depresan pada episode depresi bisa mencetuskan timbulnya
episode manik. Pemberian lithium dan anti konvulsan masih dalam penelitian.1,2,4
F. Pencegahan
Pencegahan primer dapat dilakukan apabila diketahui bahwa dalam keluarga terdapat
yang mengalami gangguan ini, maka diharapkan pasien dan atau keluarganya melakukan
antisipasi. Pencegahan sekunder yaitu bila telah mengalami gangguan ini, diharapkan tetap
berkonsultasi dengan dokter yang merawat, mengikuti anjuran untuk mengkonsumsi obat
sesuai anjuran.2,9
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry.
Volume I. 7th Edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2000. p. 1284 – 1385.
2. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2010. p. 197 – 208.
3. World Health Organization. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III. Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral
Pelayanan Medik; 1993. p. 140 – 66.
4. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher;
2010. p. 719 – 830.
5. Torpy JM, Lynm C, Glass RM. Bipolar disorder. The Journal of American Medical
Association 2009; 5(301): 2–5.
6. Loganathan M, Lohano K, Roberts RJ, Gao Y, Mallakh RS. When to suspect bipolar
disorder. The Journal of Family Practice 2010; 12(59): 682–89.
7. Carlson GA, Goodwin FK. The stages of mania: a longitudinal analysis of the manic
episode. Archieves of General Psychiatry 1973;28:221–28.
8. Leibenluft E. Severe mood dysregulation, irritability, and the diagnostic boundaries of
bipolar disorder in youths. American Journal Psychiatry 2011; 168(2): 129–142.
9. Soreff S. Bipolar affective disorder. [Serial Online] 2013 Aug 5 [cited 2013 Aug 6]; [16
screens]. Available from:
URL: http://emedicine.medscape.com/article/286342-overview#showall
16