referat dislokasi dr.m
TRANSCRIPT
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
1/30
REFERAT
DISLOKASI
Oleh:
Abdi Nusa Persada Nababan, S.Ked 1018011032
M. Rezha Remontito, S.Ked 1018011125
Resti Lhutvia A, S.Ked 1018011000
Preceptor:
dr. E Marudut S, Sp.OT
KEPANITERAAN KLINIK BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM ABDUL MULUK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PROVINSI LAMPUNG
2014
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
2/30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang
bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang
seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapatmengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi
rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi
sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya,
maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah
sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya
menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan
me lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan
panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan
menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena
fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya
tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat
mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi.
Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena
dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
3/30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DISLOKASI
I. DEFINISI
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Keluarnya
(bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatukedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. Patah tulang di dekat
sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di sertai
luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal
1138).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser
atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya
(dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya
kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya
terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah
mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi
bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka
sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi
yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi
kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
II. KLASIFIKASI
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dislokasi congenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
4/30
2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar
sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan
oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi traumatic : Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan
saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia)
akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma
yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf,
dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :
1)
Dislokasi Akut, Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip.
Disertai nyeri
akut dan pembengkakan di sekitar sendi.
2) Dislokasi Kronik
3) Dislokasi Berulang, Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh
frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka
disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan
patello femoral joint.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur
yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena
kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan
III. ETIOLOGI
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera olah raga, Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasiadalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya :
terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain
sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari
karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga. Benturan keras pada
sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
5/30
3. Terjatuh, Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai
yang licin
4. Patologis : terjadinya tear ligament dan kapsul articuler yang
merupakan komponen vital penghubung tulang
IV.
PATOFISIOLOGI
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus
terdorong kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid
teravulsi. Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang
prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan
luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh
membawa kaput ke posisi da bawah karakoid).
V. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri terasa hebat . Pasien menyokong lengan itu dengan tangan
sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja . Garis gambar
lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan
dapat diraba tepat di bawah klavikula.
VI.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dengan cara pemeriksaan Sinar X ( pemeriksaan X-Rays ) pada
bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih
antara kaput humerus dan fossa Glenoid, Kaput biasanya terletak di bawah
dan medial terhadap terhadap mangkuk sendi.
VII. KOMPLIKASI
Komplikasi Dini
1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat
mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati
rasa pada otot tesebut
2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
3) Fraktur disloksi
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
6/30
Komplikasi lanjut :
1) Kekakuan sendi bahu: Immobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan
kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.
Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi
abduksi
2) Dislokasi yang berulang: Terjadi kalau labrum glenoid robek
atau kapsul
terlepasdari bagian depan leher glenoid
3) Kelemahan otot
VIII. PENATALAKSANAAN
1.
Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
Penanggulangan
Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan
ke rongga sendi. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai,
gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil. Beberapa hari
sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari
yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi, Memberikan
kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.
2. Dislokasi sendi rahang. Terjadi karena menguap atau tertawa terlalu lebar,
terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka.
Penanggulangan
Rahang ditekan kebawah dengan mempergunakan ibu jari yang sudah
dilindungi balutan, ibu jari tersebut diletakkan pada geraham paling
belakang, tekanan tersebut harus mantap tetapi pelan-pelan bersamaan
dengan penekanan jari-jari yang lain mengangkat dagu penderita keatas.
Tindakan dikatakan berhasil bila rahang tersebut menutup dengan cepat
dan keras. Untuk beberapa saat penderita tidak boleh membuka mulut
lebar
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
7/30
3. Dislokasi sendi bahu, tanda-tanda korban yang mengalami Dislokasi sendi
bahu yaitu: Sendi bahu tidak dapat digerakakkan, korban mengendong
tangan yang sakit dengan yang lain, korban tidak bisa memegang bahu
yang berlawanan, kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba pada
tempatnya.
Penanggulangan
Teknik Hennipen secara perlahan dielevasikan sehingga bongkol sendi
masuk kedalam mangkok sendi. Pasien duduk atau tidur dengan posisi
450, siku pasien ditahan oleh tangan kanan penolong dan tangan kiri
penolong melakukan rotasi arah keluar (eksterna) sampai 900 dengan
lembut dan perlahan, jika korban merasa nyeri, rotasi eksterna sementara
dihentikan sampai terjadi relaksasi otot, kemudian dilanjutkan. Sesudah
relaksasi eksterna mencapai 900 maka reposisi akan terjadi, jika reposisi
tidak terjadi, maka;
Teknik Stimson pasien tidur tengkurap, kemudian tangan yang dislokasi
digantung tempat tidur diberi beban 10-15 pound selama 30 menit
biasanya akan terjadi reposisi jika tidak berhasil dapatditolong dengan
pergerakan rotasi dan kemudian interna.
4.
Dislokasi sendi panggul, tanda-tanda klinis terjadinya dislokasi panggul:
Kaki pendek dibandingkan dengan kaki yang tidak mengalami dislokasi
kaput femur dapat diraba pada tanggul. Setiap usaha menggerakkan
pinggul akan mendatangkan rasa nyeri
5. Dislokasi congenital: Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
6.
Dislokasi patologik: Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.
misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan olehkekuatan tulang yang berkurang.
Dislokasi traumatic: Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf
rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat
oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat
sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan
mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular.
Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
8/30
DISLOKASI PANGGUL
Dislokasi panggul karena trauma dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa.
Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering
dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi
sendi panggul yang sering ditemukan adalah dislokasi sendi panggul bawaan.
Pada anak-anak
Dislokasi panggul pada anak-anak karena trauma sering ditemukan di Indonesia.
Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang jenis dislokasi panggul yang sering
ditemukan adalah dislokasi panggul bawaan.
Pada dewasa
Panggul normal pada orang dewasa merupakan persendian yang paling stabil pada
tubuh seperti bola dan soketnya. Kestabilannya sangat bergantung kepada bentuk
permukaan sendi. Oleh karenanya diperlukan trauma yang hebat untuk dapat
menyebabkan dislokasi. Persendian panggul normal dapat menjadi sangat rentan
terjadi dislokasi saat dalam posisi fleksi dan adduksi.
A. Insidensi
Dislokasi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah 5 tahun. Lebih
banyak pada anak laki-laki daripada perempuan.
B. Klasifikasi
Klasifikasi
Dislokasi sendi panggul traumatic dibagi dalam tiga tipe:
1.
Tipe posterior
Tipe ini yang paling sering ditemukan.
Iliaka; kepala femur berada di posterior dan superior sepanjang aspek
lateral ilium
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
9/30
Isial; kaput femur bergeser ke postero-inferior dan berada di dekat
greatersciatic noth.
2. Tipe anterior
Kaput femur berada di daerah membrane obturator
Pubik; kaput femur bergerak ke antero-superior sepanjang ramus superior
tulang pubis
3. Tipe sentral
Pada keadaan ini ditemukan fraktur komunitif bagian sentral asetabulum
dimana terjadi perpindahan kaput femur dan fragmen asetabulum ke dalam
panggul.
1. Dislokasi Posterior
Mekanisme trauma
Caput femur dipaksa keluar dan ke belakang acetabulum melalui suatu trauma
yang dihantarkan pada diafisis femur dimana sendi panggul dalam posisi fleksi
atau semifleksi. Trauma biasanya terjadi karena kecelakaan lalu lintas dimana
lutut penumpang dalam keadaan fleksi dan menabrak dengan keras bagian depan
lutut. misalnya kecelakaan mobil dimana lutut terbentur ke dasboard.
Lima puluh persen dislokasi disertai fraktur pada pinggir acetabulum dengan
fragmen kecil atau besar.
Klasifikasi menurut Thompson Epstein 1973 , klasifikasi ini penting untuk
rencana pengobatan.
Tipe I; dislokasi tanpa fraktur atau dengan fragmen tulang yang kecil
Tipe II; dislokasi dengan fragmen tunggal yang besar pada bagian
posterior acetabulum
Tipe III; dislokasi dengan fraktur bibir acetabulum yang komunitif
Tipe IV; dislokasi dengan fraktur dasar acetabulum
Tipe V; dislokasi dengan fraktur caput os femur
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
10/30
Gambaran klinis
Penderita biasanya datang setelah suatu trauma yang hebat disertai nyeri dan
deformitas pada daerah sendi panggul. Sendi panggul teraba menonjol ke
belakang dalam posisi adduksi, fleksi dan rotasi interna. Terdapat pemendekan
anggota gerak bawah. Caput femorisdapat berada di posisi yang tinggi (iliac) atau
rendah (ischiatic), tergantung dari posisi flexi paha ketika terjadi dislocasi. 12
Dislocasi tipe iliac:
- Panggul flexi, adduksi, endorotasi.
- Extremitas yang terkena tampak memendek.
- Trochanter majordan bokong di daerah yang mengalami dislocasi
terlihat menonjol.
- Lutut extremitas yang mengalami dislocasi tampak menumpang di
paha sebelahnya.
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
11/30
Dislocasi tipe ischiatic:
- Panggul flexi.
- Panggul sangat beradduksi sehingga lutut di extremitas yang
mengalami dislocasi tampak menindih di paha sebelahnya.
- Extremitas bawah tampak dalam posisi endorotasi yang ekstrim.
- Trochanter majordan bokong di daerah yang mengalami dislocasi
terlihat menonjol.
Cedera neurovaskular pada dislocasi panggul posterior dapat memberikan
gambaran sebagai berikut:
Nyeri di panggul, bokong, dan tungkai bawah bagian posterior.
Hilangnya sensasi di tungkai bawah dan kaki.
Hilangnya kemampuan dorsoflexi (cabang peroneal) atau plantarflexi
(cabang tibial).
Hilangnya deep tendon reflexdi pergelangan kaki.
Hematoma lokal.
Pemeriksaan Radiologis
Dengan sinar-x akan diketahui jenis dislokasi dan apakah dislokasi disertai fraktur
atau tidak. Pada foto anteroposterior (AP), caput femoristerlihat keluar dari
acetabulum dan berada di atas acetabulum. Segmen atap acetabulumatau caput
femorisdapat ditemukan patah dan bergeser. Foto oblik dapat digunakan untuk
mengetahui ukuran fragmen. CT scanadalah cara terbaik untuk melihat fracture
acetabulumatau setiap fragmen tulang.
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
12/30
Terapi
1. Pengobatan dislokasi panggul tipe posterior
Dislocasi harus direduksi secepat mungkin di bawah anestesi umum. Reduksi
harus dilakukan dalam waktu 12 jam sejak terjadinya dislocasi.41Pada
sebagian besar kasus dilakukan reduksi tertutup, namun jika reduksi tertutup
gagal sebanyak 2 kali maka harus dilakukan reduksi terbuka untuk mencegah
kerusakan caput femorislebih lanjut.13Sebelum melakukan reduksi,
sebaiknya dilakukan pemeriksaan neurovaskular.
Indikasi reduksi tertutup:
- Dislocasi dengan atau tanpa defisit neurologis jika tidak ada fracture.
- Dislocasi yang disertai fracture jika tidak terdapat defisit neurologis.
Kontraindikasi reduksi tertutup:
- Dislocasi panggul terbuka.
Berikut ini adalah beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mereduksi
dislocasi panggul posterior sederhana (tipe I Epstein).
a. Metode Bigelow
Penderita diletakkan dalam posisi terlentang di lantai, asisten melakukan
traksi berlawanan dan tahanan pada daerah spina iliaka anterior superior
dan ilium. Ahli bedah memegang tungkai yang terkena pada daerah
pergelangan kaki dengan satu tangan, serta tangan lain di belakang lutut.
Tungkai difleksi 90O atau lebih pada daerah abdomen dan dilakukan
traksi longitudinal. Dengan cara ini ligament Y akan mengalami relaksasi
dan kaput femur berada di bagian posterior asetabulum. Kaput femur
dibebaskan dari muskulus rotator dengan melakukan rotasi dan
menggerakkan tungkai ke depan dan ke belakang (rocking). Selanjutnya
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
13/30
dalam keadaan traksi, kaput femur digerakkan ke dalam asetabulum
dengan manipulasi abduksi, rotasi eksterna serta ekstensi pada panggul.
b. Metode Stimson
Penderita dalam keadaan tengkurap dan tungkai bawah yang mengalami
trauma dibiarkan tergantung pada pinggir meja.Panggul dimobilisasi oleh
asisten dengan cara menekan sacrum.Dengan tangan kiri ahli bedah
memegang pergelangan kaki dan melakukan fleksi pada lutut sebesar 90O
dengan tangan kanan menekan ke bawah pada daerah tungkai bawah di
bawah lutut.Dengan gerakan rocking dan rotasi pada tungkai serta
tekanan langsung pada daerah kaput femur dapat dilakukan reposisi.
c. Metode Allis
Penderita dalam posisi terlentang di lantai, asisten menahan panggul dan
menekannya.Ahli bedah melakukan fleksi pada lutut sebesar 90O dan
tungkai di adduksi ringan dan rotasi medial.Lengan bawah ditempatkan
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
14/30
di bawah lutut dan dilakukan traksi vertical dan kaput femur diangkat
dari bagian posterior asetabulum.Panggul dan lutut diekstensikan secara
hati-hati.Metode yang ketiga merupakan metode yang lebih
mudah.Syarat terpenting dalam melakukan reposisi adalah sesegera
mungkin dan dilakukan dengan pembiusan umum disertai relaksasi
cukup.
Pada tipe II setelah reposisi, maka fragmen yang besar difiksasi dengan
screw secara operasi. Pada tipe III biasanya dilakukan reduksi tertutup
dan apabila ada fragmen yang terjebak dalam acetabulum dikeluarkan
melalui tindakan operasi. Tipe IV dan V juga dilakukan reduksi secara
tertutup dan apabila bagian fragmen yang lepas tak tereposisi maka harus
dilakukan reposisi dengan operasi.
d. Teknik Whistler
Panggul yang mengalami dislocasi direlokasikan menggunakan lengan
operator untuk mengangkat dan memanuver tungkai yang mengalami
dislocasi ketika bahu operator diangkat. Tangan operator bertumpu pada
paha kontralateral. Seorang asisten atau tangan lain operator melakukan
kontratraksi pada tibia atau fibula.
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
15/30
e. Traksi longitudinal
Pasien dibaringkan dalam posisisupine, kemudian seorang asisten
melakukan traksi lateral, sementara operator melakukan traksi
longitudinal. (Gambar dapat dilihat di halaman berikutnya)
f. Leg-crossing maneuver
Kadang-kadang dislocasi dapat direduksi dengan cara membujuk pasien
untuk perlahan-lahan menyilangkan tungkai yang mengalami dislocasi ke
arah tungkai sebelahnya (adduksi) dan kemudian lakukan traksi lembut
ketika asisten memandu caput femoriskembali ke posisi semula dengan
melakukan tekanan di sebelah anterior.
g. Teknik fulcrum
Pasien dibaringkan dalam posisisupine, lalu lutut operator diletakkan di
bawah lutut pasien di sisi yang mengalami dislocasi. Lutut operator
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
16/30
digunakan sebagai titik tumpu untuk mengungkit caput femoris agar
kembali masuk ke acetabulum.
h. Manuver East Baltimore Lif t
Pasien dibaringkan dalam posisi supine. Operator berdiri di sisi panggul
yang mengalami dislocasi. Extremitas bawah pasien diflexikan hingga
panggul dan lutut membentuk sudut 900.
Kemudian operator menempatkan lengannya yang lebih dekat dengan
kepala pasien di bawah lutut pasien, menopang tungkai pasien dengan
cara menumpukan tangannya di bahu seorang asisten yang berdiri di
seberangnya, sedangkan tangan lain operator memegang pergelangan
kaki pasien.
Kemudian asisten meletakkan tangannya di bahu operator dengan cara
melewati bagian bawah lutut pasien (serupa dengan yang dilakukan oleh
operator). Operator dan asisten kemudian berdiri dengan posisi lututsedikit flexi dan secara bersama-sama berdiri tegak tanpa merubah posisi
bahu untuk memberikan traksi. Operator merotasikan tungkai bawah
pasien di bagian pergelangan kaki, sedangkan asisten yang kedua
menstabilkan pelvis.
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
17/30
Pemeriksaan X-Ray sangat diperlukan untuk memastikan reduksi dan
untuk menyingkirkan fracture. Bila terdapat sedikit kecurigaan saja
bahwa fragmen tulang telah terperangkap di dalam sendi, maka
diperlukan pemeriksaan CT-scan.
Reduksi biasanya stabil, panggul yang telah mengalami cedera harus
diistirahatkan. Cara yang paling sederhana untuk mengistirahatkan
panggul adalah dengan memasang traksi dan mempertahankannya
selama 3 minggu. Gerakan dan latihan dimulai segera setelah nyeri
mereda. Pada akhir minggu ketiga pasien diperbolehkan berjalan dengan
kruk penopang.
Jika pemeriksaan X-Ray atau CT-scan pasca reduksi memperlihatkanadanya fragmen intra-articular, fragmen itu harus dibuang dan sendi
dibilas melalui posterior approach. Hal ini biasanya ditunda hingga
keadaan pasien stabil.
Fracture-dislocasi tipe II Epstein sering diterapi dengan reduksi terbuka
segera dan fiksasi anatomis pada fragmen yang terlepas. Namun, jika
keadaan umum pasien meragukan atau tidak tersedia ahli bedah yang
terampil di bidang ini, panggul direduksi tertutup seperti diuraikan di
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
18/30
atas. Jika sendi tidak stabil atau fragmen besar tetap tidak tereduksi,
maka reduksi terbuka dan fiksasi internal tetap diperlukan. Pada kasus
tipe II, traksi dipertahankan selama 6 minggu.
Fracture-dislocasi tipe III diterapi secara tertutup, tetapi mungkin
terdapat fragmen yang bertahan dan fragmen-fragmen ini harus dibuang
dengan operasi terbuka. Traksi dipertahankan selama 6 minggu.
Fracture-dislocasi tipe IV dan V pada awalnya diterapi dengan reduksi
tertutup. Fragmen caput femoris dapat secara otomatis berada pada
tempatnya, dan ini dapat dipastikan dengan CT-scanpasca reduksi. Jika
fragmen tetap tidak tereduksi, terapi operasi diindikasikan: fragmen yang
kecil dibuang, namun fragmen yang besar harus diganti; sendi dibuka,
caput femorisdidislocasikan dan fragmen diikat pada posisinya dengan
countersunk screw. Pasca operasi, traksi dipertahankan selama 4 minggu
dan pembebanan penuh ditunda selama 12 minggu.
i. Dislocasi Panggul yang Tidak Tereduksi
Kadang-kadang dislocasi panggul posterior tanpa fracture acetabulum
atau caput femoristidak dapat direduksi dengan metode reduksi tertutup.
Pada dislocasi posterior, caput femoriskeluar ke arah posteroinferior dari
kapsul dan dapat menembus otot-otot exorotasi. Jaringan lunak yang
mengelilingi collum femorisdapat mencegah relokasi dari caput femoris.
Sebagai contoh, labrum acetabulum dapat terlepas dari tempatmelekatnya, dengan atau tanpa fragmen tulang, ketika reduksi, labrum
mungkin tertarik masuk ke dalam sendi di depan caput femorissehingga
mencegah kembalinya posisi caput secara konsentris ke dalam
acetabulum.
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
19/30
Tata laksana untuk dislocasi yang tidak tereduksi ini adalah dengan reduksi
operatif (terbuka).
a. Poster ior approachsendi panggul (Kocher-Langenbeck)
Pasien dibaringkan dalam posis lateral.
Mulai dengan insisi kulit pada daerah trochanter major dan perluas ke
arah proximal sepanjang 6 cm dari spina iliaca posterior (Gambar 35A).
Insisi dapat diperluas ke arah distal sepanjang permukaan lateral paha
sepanjang 10 cm atau seperlunya.
Pisahkan fasciae latae sejajar dengan insisi kulit dan pisahkan gluteus
maximus secara tumpul sejajar dengan arah seratnya (Gambar 35B).
Lindungi cabang dari nervus gluteus inferior ke arah anterosuperior dari
gluteus maximus.
Kenali dan lindungi nervus ischiadicus yang berada di atas quadratus
femoris (Gambar 35C).
Pisahkan tendon M. Piriformis, gemellus, dan obturatorius internus
sejajar dengan insersinya pada trochanter majordan kemudian otot-otot
exorotasi tersebut ditarik ke arah medial untuk melindungi nervus
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
20/30
ischiadicus. M. qudratus femoris tetap dibiarkan intak untuk melindungi
cabang arteri circumflexa femoris medialis (Gambar 35D). Tempat
melekatnya tendon M. gluteus maximuspada femur dapat diinsisi untuk
memperluas daerah paparan.
Identifikasi kapsul yang mengelilingi collum femoris dan jika perlu
perbesar robekan ke arah proximal dan distal untuk membebaskan
collum dan caput femoris.
Reduksi:
Traksi paha sepanjang aksis longitudinalnya.
Panggul diflexikan 900dan diadduksi.
Dislocasikan caput femoris ke arah posterior dengan
mengendorotasikan paha.
Buat traksi longitudinal pada femur dengan kuat.
Cari gambaran cartilago labrum di dalam acetabulum.
Tarik labrum keluar dari acetabulum dengan kait tumpul.
Potong bagian yang tidak melekat dari labrum.
Eratkan caput femoris dengan membuat traksi longitudinal pada
femur yang diflexikan dan diadduksi.
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
21/30
Setelah reduksi terbuka, dilakukan pemasangan skin traction di tungkai
bawah. Panggul dalam posisi extensi dan extremitas sedikit abduksi.24
Traksi dipertahankan selama 3 minggu. Beberapa hari setelah reduksi,
gerakan aktif dan pasif sendi panggul dapat dimulai. Pada akhir minggu
ketiga, pasien diperbolehkan jalan menggunakan kruk penopang. Pasien
diperbolehkan menopang berat badan pada akhir minggu ke 12-14 dan
diperbolehkan kembali beraktivitas seperti biasa 6-10 bulan setelah operasi.
Ikuti perkembangan pasien selama 2 tahun (setiap 3 bulan), setiap
pemeriksaan rekam perkembangan range of motion dari sendi panggul dan
lakukan pemeriksaan X-ray untuk mengetahui ada tidaknya necrosisavaskular dari caput femoris.24
Perawatan pasca reposisi
Traksi kulit selama 4-6 minggu, setelah itu tidak menginjakkan kaki dengan jalan
mempergunakan tongkat selama 3 bulan.
Komplikasi
a. dini
Kerusakan nervus sciatic; biasanya dapat mengalami pemulihan.
Apabila terdapat lesi sesudah reposisi, maka perlu dilakukan
eksplorasi saraf.
Kerusakan pada caput femur; sewaktu dislokasi sering caput femur
berbenturan dengan acetabulum hingga pecah. Kerusakan pada pembuluh darah; pembuluh darah yang biasa
mengalami robekan adalah arteri gluteus superior. Bila terdapat
kecurigaan terhadap robekan pembuluh darah perlu dilakukan
arteriogram
Fraktur diafisis femur
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
22/30
b. lanjut
Nekrosis avaskuler; sebanyak 10% dari seluruh dislokasi panggul
mengalami kerusakan pembuluh darah. Apabila reposisi ditunda
sampai beberapa jam, maka insidensnya akan meningkat menjadi
40%. Kelainan ini biasanya dideteksi setelah enam bulan sampai 2
tahun dan dengan pemeriksaan radiologist ditemukan fragmentasi,
sklerosis dan pembentukan kista.
Miositis osifikans
Dislokasi yang tidak dapat direduksi. Apabila reduksi tertunda
untuk beberapa hari biasanya reposisi dengan cara manipulasi sulit
dilakukan.
Osteoarthritis; terjadi karena adanya kerusakan tulang rawan,
terdapat fragmen fraktur dalam ruang sendi atau adanya nekrosis
iskemik caput femur.
2. Dislokasi Anterior
Mekanisme trauma
Dislokasi anterior dapat terjadi akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh dari
ketinggian atau trauma dari belakang pada saat berjongkok dan posisi penderita
dalam keadaan abduksi yang dipaksakan. Trochanter menabrak acetabulum dan
keluar melalui robekan pada kapsul anterior. Bila sendi panggul dalam keadan
fleksi, maka terjadi dislokasi tipe obturator dan bila sendi panggul dalam posisi
ekstensi maka terjadi dislokasi tipe pubic atau iliaca.
Gambaran klinis
Tungkai bawah dalam keadaan rotasi eksterna, abduksi dan sedikit fleksi. Tungkai
tidak mengalami pemendekan karena perlekatan musculus rectus femoris
mencegah caput femur bergeser ke proksimal. Terdapat benjolan di depan daerah
inguinal, dimana caput femur dapat diraba dengan mudah. Sendi panggul sulit
digerakan.
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
23/30
Cedera neurovaskular dapat terjadi. Berikut ini adalah tanda-tanda terjadinya
cedera neurovaskular pada dislocasi panggul anterior:
Paresis di extremitas bawah
Rasa nyeri tumpul di extremitas bawah
Refleks patella melemah atau hilang
Extremitas bawah tampak pucat dan dingin
Parestesia di extremitas bawah
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan menunjukkan caput os femur berada di bawah acetabulum pada
region foramen obturator, foto oblik dapat menunjukkan bahwa letak caput os
femur berada di anterior.
Terapi
Dislokasi harus direduksi secepat mungkin di bawah anestesi umum. Reduksi
harus dilakukan dalam waktu 12 jam sejak terjadinya dislocasi. Sebelum
melakukan reduksi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan neurovaskular.
Manuver yang digunakan hampir sama dengan yang digunakan untuk mereduksi
dislocasi posterior, kecuali bahwa ketika paha yang berflexi ditarik ke atas, paha
harus diadduksi. Tata laksana berikutnya mirip dengan tata laksana pada dislocasi
posterior.
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
24/30
Setelah reduksi, panggul diistirahatkan dengan pemasangan skin traction selama
tiga minggu. Beberapa hari setelah reduksi, gerakan aktif dan pasif sendi panggul
dapat dimulai. Pada akhir minggu ketiga, pasien diperbolehkan jalan
menggunakan kruk penopang tanpa bertumpu pada sisi yang mengalami dislocasi.
Selama periode ini dapat dilakukan latihan aktif terkontrol untuk mengembalikan
fungsi sendi dan perkembangan tonus dan kekuatan otot. Kerja ringan dapat
dilanjutkan pada minggu ke 14-16 dan aktivitas penuh dapat dilakukan 6-10 bulan
setelah cedera.
Ikuti perkembangan pasien selama minimal 2 tahun, setiap pemeriksaan rekam
perkembangan range of motiondari sendi panggul dan lakukan pemeriksaan X-
raysetiap 4-6 bulan untuk mengetahui ada tidaknya necrosis avaskular dari caput
femoris.
Dislocasi Panggul yang Tidak Tereduksi
Pada kasus yang jarang, manuver reduksi tertutup dapat gagal dalam mereduksi
dislocasi panggul anterior. Jika hal ini terjadi, maka reduksi tertutup tidak boleh
dipaksakan dan hal ini merupakan indikasi untuk dilakukannya reduksi terbuka.
Kegagalan reduksi tertutup ini dapat disebabkan oleh 1)Penetrasi caput
femoriske dalam otot iliopsoas dan 2) ekstrusi caput femoriske dalam lubang
(buttonhole) di kapsul anterior.
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
25/30
Anterolateral approachsendi panggul (Smith-Petersen)
1. Buat insisi kulit sepanjang 1/3 anterior crista iliaca dan sepanjang tepi
anterior M. tensor fasciae latae, kemudian insisi dibelokkan ke arah
posterior melewati insersio otot tersebut di region subtrochanterica
(biasanya 8-10 cm di bawah dasar trochanter major).
2. Insisi fasia sepanjang tepi anterior M. tensor fasciae latae. Kenali dan
lindungi nervus cutaneous femoris lateralis, yang biasanya berada di
bagian medial M. tensor fasciae lataedan lateral dariM. sartorius.
3. Insisi perlekatan otot di aspek lateral ilium sepanjang crista iliaca.
Pisahkan perlekatan otot di antara spina iliaca anterior superior danacetabulum labrum, lalu tampak M. tensor fasciae latae, M. gluteus
minimus, dan bagian anteriorM.gluteus medius.
4. Insisi fasia kemudian dilanjutkan ke arah insersio M. tensor fasciae latae
ke ikatan iliotibial dan paparkan bagian lateral M. rectus femoris dan
bagian anteriorM. vastus lateralis.
5. Mulai insisi kapsular di aspek inferior kapsul, lateral dari acetabulum
labrum; dari titik ini, perluas ke arah proximal, paralel dengan acetabulum
labrumdan belokkan ke arah lateral.
6.
Lakukan traksi longitudinal pada tungkai bawah. Ketika traksi
dipertahankan, tungkai di-endorotasi-kan dan berikan tekanan pada caput
femorissecara langsung untuk menimbulkan efek reduksi.
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
26/30
Setelah reduksi, panggul diistirahatkan dengan pemasangan skin traction selama
tiga minggu. Beberapa hari setelah reduksi, gerakan aktif dan pasif sendi panggul
dapat dimulai. Pada akhir minggu ketiga, pasien diperbolehkan jalan
menggunakan kruk penopang tanpa bertumpu pada sisi yang mengalami dislocasi.
Selama periode ini dapat dilakukan latihan aktif terkontrol untuk mengembalikan
fungsi sendi dan perkembangan tonus dan kekuatan otot. Kerja ringan dapat
dilanjutkan pada minggu ke 14-16 dan aktivitas penuh dapat dilakukan 6-10 bulan
setelah cedera.
Ikuti perkembangan pasien selama minimal 2 tahun, setiap pemeriksaan rekam
perkembangan range of motiondari sendi panggul dan lakukan pemeriksaan X-
raysetiap 4-6 bulan untuk mengetahui ada tidaknya necrosis avaskular dari caput
femoris.
Komplikasi
Necrosis avaskular adalah complicasi yang dapat terjadi pada dislocasi panggul
anterior dan terjadi pada 10% kasus. Persediaan darah pada caput femorissangat
terganggu sekurang-kurangnya pada 10% dislocasi panggul traumatik. Jika
reduksi ditunda lebih dari beberapa jam, angkanya meningkat menjadi 40%.
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
27/30
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
28/30
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
29/30
- Ketidakstabilan klinis pada flexi 900.
- Fragmen yang terjebak di dalam acetabulumsetelah reduksi tertutup.
Beberapa penulis menganjurkan operasi dilakukan 2-3 hari setelah cedera untuk
menunggu kondisi pasien agar stabil. Idealnya reduksi terbuka dan fiksasi internal
fracture acetabulumseharusnya dilakukan dalam 5-7 hari setelah cedera. Reduksi
anatomis akan menjadi lebih sulit setelah melewati waktu tersebut karena
pembentukan hematoma, kontraktur jaringan lunak, dan pembentukan callus
awal.
-
8/11/2019 Referat Dislokasi Dr.m
30/30
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham, APLEYS SYSTEM OF ORTHOPAEDICS AND
FRACTURE 7th
edition, Great Britain, Bath Press.
Canale ST, Beaty JH. Campbells Operative Orthopaedics. Edisi ke-11.
Philadelphia: Elsevier; 2009. Hal 80)
Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi Edisi Ketiga. Jakarta: PT
Yarsif Watampone. 2007. Hal 395-7
Salter, Robert Bruce, TEXBOOK OF DISORDERS AND INJURIES OF THE
MUSCULOSKELETAL SYSTEM, 2ndedition, Baltimore, U.S.A.
Schafer SJ, Anglen JO: The East Baltimore Lift: a simple and effective method
for reduction of posterior hip dislocations,J Orthop Trauma. 1999. 13:56)