referat bojo

Upload: mithaitalia

Post on 30-Oct-2015

175 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

REFERAT DOKTER MUDA

XXXXX

DOKTER MUDA UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

KELOMPOK E BOJONEGORO (Periode 4 Februari 17 Maret2011)Meilki Nanda Putra08700132Sostenes V.T.T. 08700076Rindy

08700202Yessica Elsiyana W. 08700207Putri Harini D. 08700044Siska Christine

08700083Pembimbing

Prof. DR. MED. Dr. H. M. SOEKRY E.K. SpF.

Departemen/Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik Dan MedikolegalFakultas Kedokteran Universitas Airlangga

RSUD Dr. Soetomo Surabaya

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan rahmat dan hidayahNya sehingga kami telah dapat menyelesaikan tugas referat dengan judul XXXXX.Tugas referat ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr.Soetomo Surabaya.

Sebagai Dokter Muda yang sedang menjalankan kepaniteraan klinik, penyusun melihat tugas referat ini sebagai pelatihan agar kelak menjadi dokter umum yang selalu menambah ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

Selama penyusunan tugas referat ini, penyusun telah banyak mendapatkan bantuan yang tidak sedikit dari beberapa pihak, sehingga dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. DR. MED. Dr. H. M. SOEKRY.EK SpF. selaku Dokter Pembimbing penyusunan tugas referat ini.Penyusunan menyadari bahwa selama penyusunan tugas referat ini jauh dari sempurna dan banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan tugas referat ini.

Penyusun berharap tugas referat ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan teman-teman semua di masa yang akan datang.

Surabaya, Maret 2013PenyusunLEMBAR PENGESAHAN

REFERAT BERJUDULKONTRAK TERAPEUTIK DOKTER DAN PASIENHari: Jumat

Tanggal: 15 Februari 2013Tempat: Ruang Kuliah DM Departemen Instalansi Kedokteran

Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga- RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

PENYUSUNKELOMPOK E BOJONEGORO

(Periode 4 Februari 17 Maret 2013)

Meilki Nanda Putra

08700132 Sostenes V.T.T.

08700076 Rindy

08700202 Yessica Elsiyana W. 08700207 Putri Harini D. 08700044 Siska Christine

08700083

Koordinator Pendidikan S1

Pembimbing

Kedokteran Forensik dan Medikolegal

FK UnairDrg.Wieke Lutviandari, DFM Prof. DR. MED. Dr. H. M. Soekry Ek. Sp.F.DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL....................................................................................................I

KATA PENGANTAR..................................................................................................Ii

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................Iii

DAFTAR ISI...............................................................................................................Iv

BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1Latar Belakang....................................................................................................1

1.2Rumusan Masalah...............................................................................................2

1.3Tujuan.................................................................................................................2

1.3.1Tujuan Umum.......................................................................................2

1.3.2Tujuan Khusus......................................................................................2

1.4Manfaat...............................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................4

2.1Napza..................................................................................................................4

2.1.1Narkotika..............................................................................................4

2.1.2Psikotropika..........................................................................................4

2.1.3Zat Adiktif.............................................................................................4

2.2Toksikologi Forensik .........................................................................................9

2.2.1Definisi Toksikologi F orensik................................................................9

2.2.2Analisis Toksikologi.............................................................................10

2.2.3Proses Farmakokinetik..........................................................................10

2.2.4Peran Toksokinetik dalam Toksikologi Forensik.................................

2.3Penyalahgunaan dan Ketergantungan..................................................................14

2.3.1Penyebab penyalahgunaan.....................................................................14

2.4.2Deteksi penyalahgunaan NAPZA.........................................................15

2.4.3Gejala Klinis Penyalahgunaan NAPZA..................................................16

2.4Pemeriksaan Laboratorium Napza..........................................................................

BAB 3 CONTOH KASUS..............................................................................................30

BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................................32

4.1NAPZA...................................................................................................................32

4.2Cathinone...................................................................................................................33

4.3Pemeriksaan laboratorium......................................................................................35

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................40

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................41

BAB 1

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangMasalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagipengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda. Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 1524 tahun. Tampaknya generasi muda adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. Oleh karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi muda. Sektor kesehatan memegang peranan penting dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. Promotif, Preventif, Terapi dan Rehabilitasi. Peran penting sektor kesehatan sering tidak disadari oleh petugas kesehatan itu sendiri, bahkan para pengambil keputusan, kecuali mereka yang berminat dibidang kesehatan jiwa, khususnya penyalahgunaan NAPZA. Bidang ini perlu dikembangkan secara lebih profesional, sehingga menjadi salah satu pilar yang kokoh dari upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. Kondisi diatas mengharuskan pula Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dapat berperan lebih proaktif dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di masyarakat. 1.1 Rumusan Masalah

Bagaimana aspek medikolegal pada kepemilikan dan pengguna NAPZA? Apakah dampak yang ditimbulkan pada penggunaan NAPZA?

Apakah dampak yang ditimbulkan pengguna terhadap lingkungan sekitar?

1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan Umum

Menganalisis aspek medikolegal pada kepemilkan dan pengguna NAPZA Menganalisis dampak yang ditimbulkan pada pengguna NAPZA

Menganalisis dampak yang ditimbulkan pengguna terhdap lingkungan sekitar1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi NAPZA2. Mengetahui penggolongan NAPZA3. Mengetahui efek samping NAPZA 4. Mengetahui pemeriksaan penunjang NAPZA5. Mengetahui terapi dan rehabilitasi NAPZA1.3 Manfaat

Referat ini diharapkan dapat menambah informasi tentang NAPZA yang ditinjau dari aspek medikolegal dan etik. Sebagai salah satu tugas bagi dokter muda dalam menyelesaikan kepaniteraan klinik di Departemen Ilmu Kedokteram Forensik dan Medikologal. Mengetahui tujuan khusus yang dituliskan diatas.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA2.1 NAPZA2.1.1 NARKOTIKA :

Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan,ketergantungan.Narkotika terdiri dari 3 golongan :

1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.

2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.

3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.2.1.2 PSIKOTROPIKA :

Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

Psikotropika terdiri dari 4 golongan :

1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.

2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.

3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.

4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam2.1.3 ZAT ADIKTIF LAINNYA :Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :

1. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :

a. Golongan A : kadar etanol 1 5 % ( Bir ).

b. Golongan B : kadar etanol 5 20 % ( Berbagai minuman anggur )

c. Golongan C : kadar etanol 20 45 % ( Whisky, Vodca, Manson House, Johny Walker ).

2. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.

3. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.

2.2 Toksikologi Forensik

2.2.1 Definisi

Tosikologi forensik adalah salah satu cabang forensik sain, yang menekunkan diri pada aplikasi atau pemanfaatan ilmu toksikologi dan kimia analisis untuk kepentingan peradilan. Kerja utama dari toksikologi forensik adalah melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif dari racun dari bukti fisik dan menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya racun yang terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Hasil analisis dan interpretasi temuan analisisnya ini akan dimuat ke dalam suatu laporan yang sesuai dengan hukum dan perundangan-undangan. Menurut Hukum Acara Pidana (KUHAP), laporan ini dapat disebut dengan Surat Keterangan Ahli atau Surat Keterangan. Secara umum tugas toksikolog forensik adalah membantu penegak hukum khususnya dalam melakukan analisis racun baik kualitatif maupun kuantitatif dan kemudian menerjemahkan hasil analisis ke dalam suatu laporan (surat, surat keterangan ahli atau saksi ahli), sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Lebih jelasnya toksikologi forensik mencangkup terapan ilmu alam dalam analisis racun sebagi bukti dalam tindak kriminal, dengan tujuan mendeteksi dan mengidentifikasi konsentrasi dari zat racun dan metabolitnya dari cairan biologis dan akhirnya menginterpretasikan temuan analisis dalam suatu argumentasi tentang penyebab keracunan dari suatu kasus. Menurut masyarakat toksikologi forensik amerika society of forensic toxicologist, inc. SOFT bidang kerja toksikologi forensik meliputi:- analisis dan mengevaluasi racun penyebab kematian, - analisis ada/tidaknya alkohol, obat terlarang di dalam cairan tubuh atau napas, yang dapat mengakibatkan perubahan prilaku (menurunnya kemampuan mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya, tindak kekerasan dan kejahatan, penggunaan dooping),- analisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan obat terlarang lainnya.2.2.2 Analisis Forensik

Analisis toksikologi adalah gabungan antara kimia analisis dan ilmu toksikologi. Dalam prakteknya dan mengacu pada target analisis, maka analisis toksikologi dapat bermuara pada dua bidang, yaitu analisis toksikologi forensik dan analisis toksikologi klinik. Kerja utama dari toksikologi forensik adalah melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif dari racun dari bukti fisik dan menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya racun yang terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Hasil analisis dan interpretasi temuan analisisnya ini akan dimuat ke dalam suatu laporan yang sesuai dengan hukum dan perundangan-undangan. Analisis toksikologi klinik adalah analisis kualitatif dan kuantitatif dari suatu toksikan pada kasus keracunan, yang bertujuan untuk memastikan diagnose klinis, dimana diagnose ini dapat dijadikan dasar dalam melakukan terapi yang cepat dan tepat, serta lebih terarah, sehingga ancaman kegagalan pengobatan (kematian) dapat dihindarkan. Dari hasil analisis kualitatif dapat dipastikan bahwa kasus keracunan adalah memang benar diakibatkan oleh instoksikasi. Sedangkan dari hasil analisis kuantitatif dapat diperoleh informasi tingkat toksisitas pasien. Dalam hal ini diperlukan interpretasi konsentrasi toksikan, baik di darah maupun di urin, yang lebih seksama. Untuk mengetahui tepatnya tingkat toksisitas pasien, biasanya diperlukan analisis toksikan yang berulang baik dari darah maupun urin. Dari perubahan konsentrasi di darah akan diperoleh gambaran apakah toksisitas pada fase eksposisi atau sudah dalam fase eleminiasi. Tubuh mengenal drug sebagai senyawa asing atau xenobiotika. Jika tubuh terpejan oleh xenobiotika, maka tubuh akan berusaha menghancurkan dan kemudian mengeliminasi senyawa xenobiotika ini dari dalam tubuh. Ilmu farmakologi mencangkup ilmu farmakodinamik dan farmakokinetik, sedangkan ilmu biotransformasi juga dibahas dalam ilmu farmakokinetik. Farmakodinamik adalah bidang ilmu yang menelaah interaksi xenobiotika dengan reseptor serta mengamati efek (perubahan baik mental maupun fisik) yang ditimbulkan pada individu diakibatkan interaksi tersebut. Sedangkan farmakokinetik mempelajari kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi (ekskresi dan metabolisme) dari xenobiotika. Uraian distribusi dan eleminasi xenobiotika sering diistilahkan sebagai disposisi xenobiotika. Farmakokinetik dapat juga dipandang suatu bidang ilmu, yang mengkaji perubahan konsentrasi (kinetika) dari xenobiotika di dalam tubuh organisme sebagai fungsi waktu. Perubahan konsentrasi xenobiotika ditentukan oleh: dimana dan berapa cepat xenobiotika diabsorpsi menuju ke sirkulasi sistemik, bagaimana terdistribusi di dalam tubuh organisme, bagaimana enzim tubuh merubah struktur molekulnya, serta dari mana dan berapa cepat dieksresi dari dalam tubuh (Mutschler dan Schfer-Korting, 1997).2.2.3 Proses Farmakokinetik Farmakokinetik melibatkan proses invasi (masuknya xenobiotika ke tubuh), trasportasi dan distribusi (pergerakan xenobiotika di dalam tubuh), serta proses eleminasi (proses hilangnya xenobiotika dari dalam tubuh). Proses ini semua menentukan efficacy (kemampuan xenobiotika mengasilkan efek), efektifitas dari xenobiotika, konsentrasi xenobiotika di reseptor, dan durasi dari efek farmakodinamiknya. Proses invasiProses invasi disebut juga dengan absorpsi, yang ditandai oleh masuknya xenobiotika dari tempat kontak (paparan) menuju sirkulasi sistemik tubuh. Laju absorpsi xenobiotika ditentukan oleh sifat membran biologis dan aliran kapiler darah tempat kontak serta sifat fisiko kimia dari xenobiotika itu sendiri. Pada pemakaian oral (misal sediaan dalam bentuk padat), maka terlebih dahulu kapsul/tablet akan terdistegrasi, sehingga xenobiotika akan telarut di dalam cairan saluran pencernaan. Xenobiotika yang terlarut ini akan terabsorpsi secara normal dalam duodenal dari usus halus dan ditraspor melalui pembuluh kapiler mesenterika menuju vena porta hepatika menuju hati sebelum ke sirkulasi sistemik. Tabel 1. Beberapa contoh rute pemakaian obat-obat terlarangRuteDrugs (Obat-Obat terlarang)

Oralcannabinoide, opiate, LSD, meskalin, benzodiazepin, barbiturate, anti depresan tri-siklik, ecstasy

Inhalasipelarut-pelarut perangsang (terpentin, kloroform, eter, dll), alkaloid dengan titik didih yang rendah (nikotin, kokain, amfetamin)

Merokokmarijuana, daun ganja, Crack kokain, metamfetamin,

Intravenusheroin, morfin, kokain, metamfetamin, fensilidin

Intranasalkokain, heroin, methamfetamin

Dermalfentanyl, nikotin.

Paparan xenobiotika (rute administrasi) dapat melalui oral, inhalasi, topikal, rektal, atau vaginal. Sedangkan pemasukan xenobiotika langsung ke sirkulasi sistemik (injeksi), dapat dikatakan bahwa xenobiotika tidak mengalami proses absorpsi. Rute pemakaian obat akan mempengaruhi onset dari aksi, durasi efek, intensitas dan qualitas efek dari obat. Pada pemakaian intravenus obat dapat langsung ditranspor ke reseptor, rute pemakaian ini tentunya akan memberikan efek yang paling maksimum dan onset aksi yang singkat. Namun pemakaian intravenus pada penyalahgunaan obat terlarang lebih banyak menimbulkan resiko yang berbahanya, oleh sebab itu pada kasus ini pemakaian melalui inhalasi dan merokok merupakan alternatif yang lebih poluler dikalangan junkies. Jika drug dihisap melalui hidung atau bersamaan dengan rokok, maka drug akan sangat cepat terabsorpsi di alveoli paru-paru, dan selanjutnya melalui pembuluh darah arteri dibawa ke otak. Oleh sebab itu efek akan lebih cepat timbul. Pemakaian crack (bentuk kokain yang digunakan secara merokok) dengan menghisap akan menimbulkan onset aksi yang sangat singkat, sehingga intesitas eforia akan cepat tercapai. Demikian juga pada pemakain heroin secara inhalasi, efek eforia akan relatif sama tercapainya dibandingkan dengan pemakaian secara intravenus. Heroin biasanya digunakan dengan cara menguapkan dan kemudian uap dihirup, dengan merokok, atau injeksi secara intravenus. Setelah heroin sampai di sirkulasi sistemik, maka heroin sangat cepat menuju otak. Karena sangat cepatnya timbulnya efek pada pemakaian intravenus, maka rute pemakaian ini sangat digemari oleh para junkis. Namun pemakain ini sangat berresiko ketimbang pemakaian secara inhalasi atau merokok, karena sering ditemui muncul penyakit bawaan lain pada pemakaian injeksi, seperti infeksi HIV, hepatitis. Tansport dan DistribusiSetelah xenobiotika berada di pembuluh darah, maka bersama-sama darah melalui sirkulasi sistemik akan ditranspor ke seluruh tubuh, selanjutnya dari sirkulasi sistemik akan terdistribusi ke berbagai organ dan jaringan. Transport dapat di kelompokkan ke dalam dua proses utama, yaitu konveksi (transport xenobiotika bersama aliran darah) dan difusi (transport xenobiotika melalui membran biologis). Sirkulasi sistemik sangat memegang peranan penting dalam transport xenobiotika antar organ dan jaringan di dalam tubuh. Sehingga laju peredaran darah di dalam organ atau jaringan juga akan menentukan kecepatan distribusi xenobiotika di dalam tubuh. Difusi xenobiotika melalui membran biologis dapat berlangsung melalui berbagai proses, seperti: difusi pasiv, difusi aktiv, melalui poren dan juga melalui jembatan intraseluler. Ketika xenobiotika mencapai pembuluh darah, maka bersama darah melalui sirkulasi sistemik siap untuk didistribusikan ke reseptor dan ke seluruh tubuh. Untuk memudahkan memahami sejauh mana suatu xenobiotika terdistribusi di dalam tubuh, para ilmuan farmakokinetik mengumpamakan bahwa xenobitika di dalam tubuh akan terdistribusi di dalam suatu ruang, yang memiliki sejumlah volume tertentu. Jadi kemampuan suatu xenobiotika untuk terdistribusi di dalam tubuh dinyatakan sebagai parameter yang disebut dengan volume distribusi. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses distribusi dari suatu xenobiotika, dimana faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a) faktor biologis: laju aliran darah dari organ dan jaringan, sifat membran biologis, dan perbedaan pH antara plasma dan jaringan; b) faktor sifat molekul xenobiotika: ukuran molekul, ikatan antara protein plasma dan protein jaringan, kelarutan, dan sifat kimia.Senyawa yang larut lemak akan lebih mudah terdistribusi ke seluruh jaringan tubuh, sehingga pada umumnya senyawa lipofil akan mempunyai volume distribusi yang jauh lebih besar ketimbang senyawa yang hidrofil. Tetra-Hidro-Canabinol (THC) (zat halusinogen dari tanaman ganja) adalah sangat larut lemak, sehingga THC akan sangat mudah terdistribusi ke seluruh jaringan dan akan terdeposisi di jaringan lemak, oleh sebab itu THC memiliki volume distribusi yang relatif besar (4-14 l/kg). Karena kelarutannya yang tinggi, hal itu pun menyebabkan THC sangat lama tertambat di jaringan lemak, dan ini akan memperlambat laju eliminasi THC. Etanol (alkohol), senyawa yang bersifat agak hidrofil, sebagian besar terdistribusi di dalam cairan intra- dan ekstraseluler tubuh. Volume distribusi (Vd) etanol adalah 0,5 l/kg. EliminasiYang dimaksud proses eliminasi adalah proses hilangnya xenobiotika dari dalam tubuh organisme. Eliminasi suatu xenobiotika dapat melalui reaksi biotransformasi (metabolisme) atau ekskresi xenobiotika melalui ginjal, empedu, saluran pencernaan, dan jalur eksresi lainnya (kelenjar keringan, kelenjar mamai, kelenjar ludah, paru-paru). Jalur eliminasi yang paling penting adalah eliminasi melalui hati (reaksi metabolisme) dan eksresi melalui ginjal. Ginjal sangat memegang peranan penting dalam mengekskresi baik senyawa eksogen (xenobiotika) maupun seyawa endogen, yang pada umumnya tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Proses utama ekskresi renal dari xenobiotika adalah: filtrasi glumerula, sekresi aktiv tubular, dan resorpsi pasiv tubular. Pada filtrasi glumerular, ukuran melekul memegang peranan penting. Resorpsi pasiv tubular ditentukan oleh gradien konsentrasi xenobitika antara urin dan plasma di dalam pembuluh tubuli. Berbeda dengan resorpsi tubular, sekresi tubular melibatkan proses transport aktiv. Xenobiotika yang masuk ke dalam tubuh akan diperlakukan oleh sistem enzim tubuh, sehingga senyawa tersebut akan mengalami perubahan struktur kimia dan pada akhirnya dapat dieksresi dari dalam tubuh. Proses biokimia ini dikenal dengan reaksi biotransformasi. Biotransformasi pada umumnya berlangsung di hati dan sebagian kecil di organ-organ lain seperti: ginjal, paru-paru, saluran pencernaan, kelenjar susu, otot, kulit atau di darah. Biotransformasi belangsung dalam dua tahap, yaitu reaksi fase I dan fase II. Rekasi fase I melibatkan reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisis. Sedangkan reaksi fase II adalah pengkopelan hasil reaksi fase I (metabolit fase I) dengan suatu senyawa endogen. Reaksi fase II disebut juga reaksi konjugasi.2.2.4 Peran Toksokinetik dalam Analisis Toksikologi

Toksokinetik melibatkan proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi (metaboliesme dan eksresi) dari xenobiotika di dalam tubuh. Untuk mendekatkan pemahaman peran toksokinetik dalam tosikologi forensik, pada bahasan ini akan dicoba mengulas sifat toksokinetik opiat (heroin dan asetilkodein) pada penyalahgunaan heroin illegal. Heroin ilegal diperoleh dengan memasak opium dengan asam asetat anhidrat. Morfin akan diasetilasi menjadi heroin, asetilasi kodein akan membentuk asetilkodein. Merunut balik senyawa induk yang dikonsumsi Menurut Undang-Undang (UU) no 22 tahun 1997 tentang narkotika (pasal 84 dan 85), tercantum konsekuensi hukuman yang berbeda bagi pengguna Narkotika (Golongan I, II dan II) secara ilegal. Bagi pengguna terhadap orang lain (pasal 84) dapat di kenakan hukuman penjaara paling lama dari 5 sampai 15 tahun, atau dengan denda uang berkisar antara 250 juta rupiah sampai 750 juta rupiah. Menggunakan Narkotika secara ilegal bagi diri sendiri dapat dikenakan hukuman penjara paling lama dari 1 sampai 4 tahun (pasal 85).

Berdasarkan jalur metabolisme heroin dan asetil kodein (gambar 3), terlihat bahwa, kodein (narkotika golongan III) akan termetabolisme membentuk morfin (narkotika golongan II). Demikian juga apabila seseorang telah mengkonsumsi heroin ilegal pada waktu tertentu mungkin untuk mendeteksi kombinasi yang hampir sama pada penggunaan kodein. Sedangkan menurut UU no 22 tentang Narkotika, penyalahgunaan narkotika golongan I, II, dan III mempunyai konsekuensi hukum yang berbeda. Oleh karena itu interpretasi temuan analisis pada penyalahgunaan narkotika, khususnya merunut balik sumber narkotika yang telah dikonsumsi adalah mutlak.

Sifat toksokinetik opiatMelalui reaksi enzimatis deasetilasi dan hidrolisis, hampir 98% dari dosis heroin akan terdeasetilasi membentuk 6- asetil morfin (6-AM) dan kemudian menjadi morfin. Enzim yang terlibat dalam reaksi deasetilasi ini dalam deasetilasi heroin adalah serumbutiril-kolinesterase (BuChE) dan eritrocitasetil-kolinesterase (AChE) (LOCKRIDGE et al. 1980, SALMON et al. 1999), namun pada deasetilasi 6-AM menjadu morfin hanya enzim AChE yang terlibat (Salmon et al., 1999). Morfin hampir sekitas 60 % melalui enzim Uridin-difosfat-glukuronosilstransferase (UGT) terglukuronidasi membentuk morfin-3-glukuronida (M3G), dan sekitar 10% membentuk morfin-6-glukuronida (M6G) (YEH et al. 1977, OSBORNE et al. 1990). Morfin hanya dalam jumlah yang sangat sedikit melalui enzim sulfotransferasi membentuk morfin-3-sulfat dan demikian juga melalui enzim okasidasi N-demetilasi membentuk normorfin (Yeh et. al. 1977). Selanjutnya normofin terkunjugasi dengan asam glukuronat membentik normorfin-6-glukuronida.

Waktu paruh heroin berkisar antara 1,3 sampai 10 menit (Inturrisi et al. 1984, Cone et al. 1993, Gyr et al. 2000, Rentsch et al. 2001). Waktu paruh semu dari 6-MAM setelah pemakaian heroin berkisar antara 10 sampai 52 menit (Cone et al. 1993, Bourquin et al. 1999, Gyr et al. 2000). Setelah pemakaian intravenus konsentrasi puncak dari 6-AM tercapai sekitar 1,5 sampai 6 menit setelah injeksi (Bourquin et al. 1999, Gyr et al. 2000, Rentsch et al. 2001). Pada intravenus 200 mg heroin pada sekelompok pecandu, setelah 60 sampai 125 menit setelah pemakaian 6-MAM masih dapat dideteksi di darah. Batas deteksinya adalah 10 ng/ml. Dalam selang waktu 24 jam setelah injeksi intravenus heroin, maka di urin sekitar 2% dari dosis akan tereksresi sebagai 6-AM, antara 3-8% dalam bentuk morfin, dan 42-60% dalam bentuk morfinglukuronida (Yeh et al. 1976, Cone et al. 1991). Asetil kodein di dalam tubuh akan terhidrolisis membentuk kodein. Waktu paruh semu apparance half life adalah sekitar 42 menit (Wirasuta, 2004). Selanjutnya dari kodein sebagian besar termetabolisme membentuk kodein-6-glukuronid (K6G). Kodein juga dimetabolisme melalui N-demithilasi membentuk morfin. Okasidasi kodeina akan terbentuk norkodein.

Dalam kurun waktu 24 jam setelah injeksi asetil kodein di urin akan diketemukan sekitar 0,15 - 5,5 % asetil kodein, 5-24% kodein (Staub et al. 2001, Brenneisen et al. 2002). Sedangkan pada pemakaian kodein, dalam kurun waktu 48 jam di urin kemungkinan diketemukan sekiatar 3 - 16,6% kodein, 40 - 95% Kodein-6-glukuronida, sekitar 0 - 12% total morfin (morfin bebas dan morfin glukuronida), dan sekitar 0,7-7,2 % Norkodein (Vree dan Verwey-Van Wissen 1992, Chen et al. 1991, Caraco et al. 1999). Variasi jumlah morfin yang diekstrsi di urin setelah pemakaian kodein ditentukan oleh faktor genetika.

Hambatan dalam merunut balik sumber opiat yang telah dikonsumsiSifat toksokinetik (farmakokinetik dan metabolisme) opiat dapat dijadikan landasan untuk menduga kemungkinan mendeteksi opiat baik di dalam spesimen biologis (darah atau urin) pada waktu tertentu setelah pemakaian serta hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam merunut sumber opiat yang telah dikunsumsi (Wirasuta, et al 2002, 2003, 2005). Tabel 2 menggambarkan kemungkinan-kemungkianan senyawa opiat yang dapat dideteksi di darah atau urin berdasarkan alur metabolismenya (lihat gambar 3).

Tabel 2: Senyawa-senyawa yang mungkin dideteksi di darah atau urin apabila mengkonsumsi produk tertentu dari opiat

Opiat

KonsumsiHeroin6-AMMorfinMGAcetilkodeinKodeinKG

Opium++++

Heroin-ilegal +++++++

Morfin++

Kodein++++

6-AM: 6-Acetilmorfina, MG: Morfin-glukuronid; KG: Kodein-glucuronid. Di dalam opium terkandung sekitar 8-14% morpfin, 0,5-3% kodein dan alkaloid lainnya. Heroin-ilegal biasanya mengandung acetilkodein sebagai pengotor akibat proses produksi.

Waktu paruh dari opiat sangat bervariasi (lihat gambar 3), akan ikut juga memberi andil kesulitan dalam menduga (menginterpretasikan) temuan analisis. Variasi waktu paruh ini dan perbedaan rentang waktu antara saat mengkonsumsi opiat dan pengambilan sampel berperan sangat penting dalam menemukan kemungkinan-kemungkinan kombinasi pada deteksi opiat di darah maupun di urin (Wirasuta 2005).

Karena waktu paruh heroin yang sangat cepat, pada prakteknya (baik pada kasus kematian karena keracuanan heroin maupun kasus forensik lainnya) sangat tidak mungkin mendeteksi heroin di sampel darah maupun urin. Demikian halnya dengan 6-AM, akan relativ cepat (t = 10-50 menit) terhidrolisis menjadi morfin. Dari 699 kasus positiv opiat, hanya 3,5%-nya di darah positiv mengandung 6-AM (Wirasuta et al. 2002). Apabila seseorang telah mengkonsumsi heroin-ilegal, pada fase awal eliminasi adalah mungkin untuk mendeteksi kombinasi dari 6-AM, morfin, kodein, morfin-glukoronid dan kodein-glukoronid. Apabila retang waktu antara saat mengkonsumsi heroin-ilegal dan pengambilan sampel relativ luas, maka di darah hanya mungkin menemukan morfin- dan kodein-glukuronida.

KesimpulanSecara umum pengetahuan farmakokinetik diperlukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti: kapan xenobiotika (obat) tersebut digunakan dan berapa banyak obat tersebut telah dikunsumsi. Melalui pengetahuan biotransformasi akan dimungkinkan untuk merunut balik obat apa (parent drug) yang terlah dikonsumsi. Pengetahuan farmakodinamik dapat membantu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti: apa efek toksik yang ditimbulkan?, berapa lama efek toksik tersebut berlangsung?. Secara sederhana farmakokinetik menjawab pertanyaan perlakuan apa yang diberikan tubuh pada xenobiotika, sedangkan farmakodinamik menjawab pertanyaan kerja apa yang ditimbulkan oleh xenobiotika terhadap tubuh organisme.PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN

Penyalahgunaan menunjukan ciri pemekaian yang bersifat patologik yang perlu di bedakan dengan tingkat pemakaianpsikologik-sosial, yang belum bersifat patologik1. PENYALAHGUNAAN NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis,sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial dan KetergantungaN

2. KETERGANTUNGAN NAPZA adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat (withdrawal syamptom). Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh NAPZA yang dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara normal

3. TINGKAT PEMAKAIAN NAPZA.Pemakaian coba-coba (experimental use), yaitu pemakaian NAPZA yang tujuannya ingin

mencoba,untuk memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai berhenti pada tahap ini, dan sebagian lain berlanjut pada tahap lebih berat. - Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational use) : yaitu pemakaian NAPZA dengan tujuan bersenang-senang,pada saat rekreasi atau santai. Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini,namun sebagian lagi meningkat pada tahap yang lebih berat- Pemakaian Situasional (situasional use) : yaitu pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan, kesedihan, kekecewaaqn, dan sebagainnya, dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan tersebut.- Penyalahgunaan (abuse): yaitu pemakaian sebagai suatu pola penggunaan yang bersifat patologik/klinis (menyimpang) yang ditandai oleh intoksikasi sepanjang hari, tak mapu mengurangi atau menghentikan, berusaha berulang kali mengendalikan, terus menggunakan walaupun sakit fisiknya kambuh. Keadaan ini akan menimbulkan gangguan fungsional atau okupasional yang ditandai oleh : tugas dan relasi dalam keluarga tak terpenuhi dengan baik,perilaku sekolah atau kerja, melanggar hukum atau kriminal dan tak mampu berfungsi secara efektif. -Ketergantungan (dependence use) : yaitu telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian NAPZA dihentikan atau dikurangi dosisnya. Agar tidak berlanjut pada tingkat yang lebih berat (ketergantungan), maka sebaiknya tingkat-tingkat pemakaian tersebut memerlukan perhatian dan kewaspadaan keluarga dan masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan pada keluarga dan masyarakat.

2.3 Penyalahgunaan dan Ketergantungan2.3.1 Penyebab penyalahgunaan NAPZA

Penyebab penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks akibat interaksi antara factor yang terkait dengan individu, faktor lingkungan dan faktor tersedianya zat (NAPZA). Tidak terdapat adanya penyebab tunggal (single cause) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalagunaan NAPZA adalah sebagian berikut :agresif dan tak wajar, hubungan dengan kawan terganggu, sering bolos.

1. Faktor Individu :

Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA. Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA. Ciri-ciri tersebut antara lain :

- Cenderung membrontak dan menolak otoritas

- Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti Depresi,Ccemas, Psikotik- Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku

- Rasa kurang percaya diri (low self-confidence), rendah diri dan memiliki citra diri negatif

- Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif

- Mudah murung,pemalu, pendiam

-Mudah mertsa bosan dan jenuh

- Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran

- Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)

- Keinginan untuk mengikuti mode,karena dianggap sebagai lambang keperkasaan- Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.

- Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang jantan

- Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit mengambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan tegas

- Kemampuan komunikasi rendah- Melarikan diri sesuatu (kebosanan,kegagalan, kekecewaan,ketidak mampuan, kesepian dan kegetiran hidup,malu dan lain-lain)

-Putus sekolah2. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik disekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat. Faktor keluarga,terutama faktor orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi penyalahguna NAPZA antara lain adalah :a. Lingkungan Keluarga

- Kominikasi orang tua-anak kurang baik/efektif

- Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga

- Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin lagi

- Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh- Orang tua otoriter atau serba melarang

- Orang tua yang serba membolehkan (permisif)- Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan

- Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA- Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang konsisten)

- Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam keluargab. Lingkungan Sekolah- Sekolah yang kurang disiplin

- Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA- Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif- Adanya murid pengguna NAPZAc. Lingkungan Teman Sebaya

- Berteman dengan penyalahguna

- Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar

d. Lingkungan masyarakat/sosial

- Lemahnya penegakan hukum

- Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung

3. Faktor Napza

- Mudahnya NAPZA didapat dimana-mana dengan harga terjangkau

- Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba

- Khasiat farakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri, menidur-kan,

membuat euforia/fly/stone/high/teler dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selau membuat seseorang kelak menjadi penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktor-faktor diatas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA. Penyalahguna NAPZA harus dipelajari kasus demi kasus.Faktor individu, faktor lingkungan keluarga dan teman sebaya/pergaulan tidak selalu sama besar perannya dalam menyebabkan seseorang menyalahgunakan NAPZA. Karena faktor pergaulan, bisa saja seorang anak yang berasal dari keluarga yang harmonis dan cukup kominikatif menjadi penyalahguna NAPZA.

2.3.2 Deteksi penyalahgunaan NAPZA

Deteksi dini penyalahgunaan NAPZA bukanlah hal yang mudah,tapi sangat penting artinya untuk mencegah berlanjutnya masalah tersebut. Beberapa keadaan yang patut dikenali atau diwaspadai adalah :

A. KELOMPOK RISIKO TINGGI

Kelompok Risiko Tinggi adalah orang yang belum menjadi pemakai atau terlibat dalam penggunaan NAPZA tetapi mempunyai risiko untuk terlibat hal tersebut, mereka disebut juga Potential User (calon pemakai, golongan rentan). Sekalipun tidak mudah untuk mengenalinya, namun seseorang dengan ciri tertentu (kelompok risiko tinggi) mempunyai potensi lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA dibandingkan dengan yang tidak mempunyai ciri kelompok risiko tinggi.

Mereka mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. ANAK :

Ciri-ciri pada anak yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan NAPZA antara lain :

- Anak yang sulit memusatkan perhatian pada suatu kegiatan (tidak tekun)

- Anak yang sering sakit

- Anak yang mudah kecewa

- Anak yang mudah murung

- Anak yang sudah merokok sejak Sekolah Dasar

- Anak yang sering berbohong,mencari atau melawan tatatertib

- Anak denga IQ taraf perbatasan (IQ 70-90)

2. REMAJA :

Ciri-ciri remaja yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan NAPZA :

- Remaja yang mempunyai rasa rendah diri, kurang percaya diri dan mempunyai citra diri negatif

- Remaja yang mempunyai sifat sangat tidak sabar

- Remaja yang diliputi rasa sedih (depresi) atau cemas (ansietas)

- Remaja yang cenderung melakukan sesuatu yang mengandung risiko tinggi/bahaya

- Remaja yang cenderung memberontak

- Remaja yang tidak mau mengikutu peraturan/tata nilai yang berlaku

- Remaja yang kurang taat beragama

- Remaja yang berkawan dengan penyalahguna NAPZA

- Remaja dengan motivasi belajar rendah

- Remaja yang tidak suka kegiatan ekstrakurikuler

- Remaja dengan hambatan atau penyimpangan dalam perkembangan psikoseksual

(pemalu,sulit bergaul, sering masturbasi,suka menyendiri, kurang bergaul dengan lawan jenis).

- Remaja yang mudah menjadi bosan,jenuh,murung.

- Remaja yang cenderung merusak diri sendiri3. KELUARGA

Ciri-ciri keluarga yang mempunyai risiko tinggi,antara lain

- Orang tua kurang komunikatif dengan anak

- Orang tua yang terlalu mengatur anak

- Orang tua yang terlalu menuntut anaknya secara berlebihan agar berprestasi diluar kemampuannya

- Orang tua yang kurang memberi perhatian pada anak karena terlalu sibuk

- Orang tua yang kurang harmonis,sering bertengkar,orang tua berselingkuh atau ayah menikah lagi

- Orang tua yang tidak memiliki standar norma baik-buruk atau benar-salah yang jelas

- Orang tua yang todak dapat menjadikan dirinya teladan

- Orang tua menjadi penyalahgunaan NAPZA

2.3.4 Gejala Klinis Penyalahgunaan NAPZA1. Perubahan Fisik

Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tapi secara umum dapat digolongkan sebagai berikut :

- Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif,curiga

- Bila kelebihan disis (overdosis) : nafas sesak,denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal.

- Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau) : mata dan hidung berair,menguap terus menerus,diare,rasa sakit diseluruh tubuh,takut air sehingga malas mandi,kejang, kesadaran menurun.

- Pengaruh jangka panjang, penampilan tidak sehat,tidak peduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos, terhadap bekas suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain (pada pengguna dengan jarum suntik)

2. Perubahan Sikap dan Perilaku

- Prestasi membolos,pemalas,kurang bertanggung jawab.

- Pola tidur berubah,begadang,sulit dibangunkan pagi hari,mengantuk dikelas atau tempat kerja.

- Sering berpegian sampai larut malam,kadang tidak pulang tanpa memberi tahu lebih dulu

- Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi, menghindar bertemu dengan anggota keluarga lain dirumah

- Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh keluarga, kemudian menghilang

- Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tak jelaspenggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau milik keluarga, mencuri, mengomengompas terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.

- Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap bermusuhan, pencuriga, tertutup dan penuh rahasia Peralatan yang digunakanAda beberapa peralatan yang dapat menjadi petunjuk bahwa seseorang mempunyai kebiasaan menggunakan jenis NAPZA tertentu. Misalnya pada pengguna Heroin, pada dirinya, dalam kamarnya, tasnya atau laci meja terdapat antara lain :

- Jarum suntik insulin ukuran 1 ml,kadang-kadang dibuang pada saluran air di kamar mandi,

- Botol air mineral bekas yang berlubang di dindingnya,

- Sedotan minuman dari plastik

- Gulungan uang kertas,yang digulung untuk menyedot heroin atau kokain,

- Kertas timah bekas bungkus rokok atau permen karet, untuk tempat heroin dibakar

- Kartu telepon,untuk memilah bubuk heroin,

- Botol-botol kecil sebesar jempol,dengan pipa pada dindingnya.

2.4 Pemeriksaan Laboratorium NapzaPemeriksaan laboratorium NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) atau lebih dikenal dengan sebutan Narkoba. Menurut istilah NAPZA adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk kedalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena dll. Pemeriksaan laboratorium narkoba dibedakan menjadi 2 macam tujuan. Tujuan pertama pemeriksaan laboratorium narkoba adalah untuk keperluanpro justiciayaitu pemeriksaan untuk melengkapi data-data yang diajukan ke pengadilan. Pemeriksaan seperti ini dilakukan oleh institusi terbatas yaitu kepolisian, BNN, Puslabfor dan institusi kesehatan lain yang telah ditunjuk oleh undang-undang. Tujuan lainnya adalah bersifatnon pro justiciayaitu pemeriksaan narkoba yang biasa dilakukan di lab swasta atau lab rumah sakit umum. Pemeriksaan narkoba jenis ini bertujuan biasanya untuk seleksi karyawan, penerimaan siswa baru atau keperluan khusus seperti seseorang yang melakukan pemeriksaan narkoba kepada anaknya sendiri untuk tujuan pengawasan keluarga. Pemeriksaan narkobanon pro justiciadilakukan hanya sebagai skrining tes (tes penapisan) yaitu tes awal yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikannya (tes konfirmasi).NARKOBA TEST 3 Parameter,DRUG MULTI 3 (AMP,THC,MOP)Narkoba test 3 Parameter,Drug Multi 3,Drug Of Abuse,Multi Panel :Amphetamine(AMP),THC,Morphin(MOP)Selamat datang diSURYOMEDIKADistributor alat kesehatan dan laboratorium productNarkoba test 3 parameter,Drug Multi 3,Multi Panel atau Drug of Abuse.DRUG ITEMCUTOFF LEVEL

Amphetamine (AMP)500 ng/ml in Urine

THC50 ng/ml in Urine

Morphin(MOP)300 ng/ml in Urine

NARKOBA TEST 6 PARAMETER,DRUGS 6 PARAMETER,DRUG OF ABUSE(DOA), MULTI PANELNARKOBA TEST 6 PARAMETER,DRUGS MULTI 6,MULTI PANEL Amphetamine(AMP),

Methamphetamine(METH),

Cocain(COC),

Morphin(MOP),

THC,

Benzodiazephine(BZO),DRUG ITEMCUTOFF LEVEL

Amphetamine (AMP)500 ng/ml in Urine

Cocaine (COC)300 ng/ml in Urine

Morphine (MOP)300 ng/ml in Urine

THC50 ng/ml in Urine

Methamphetamine (METH)500 ng/ml in Urine

Benzodiazepine ( BZO )300 ng/ml in Urine

Tes Narkoba bisa Lewat Rambut

Jika selama ini masyarakat mengenal tes narkoba melalui urine atau darah. Kini digunakan metode baru pemeriksaan kandungan narkotika yaitu melalui rambut.Menurut data direktorat tindak pidana narkoba Badan Narkotika Nasional. Terdapat Peningkatan kasus narkoba berdasarkan penggolongan. Pada tahun 2010 angka penggunaan narkoba menurun hingga - 13.81 %. Namun di tahun 2011 angka tersebut melejit hingga11. 64 % kasus penggunaan narkoba berdasarkan penggolongan.Untuk mengurangi semakin meningkatnya pengguna narkoba di indonesia BNN melakukan metode barumendeteksi kandungan narkotika dalam tubuh manusia melalui rambut.Uji narkoba melalui rambut lebih akurat bila dibandingkan dengan uji lainnya. Jika melalui tes urin, urin dapat berkurang dan menghilang dalam waktu singkat antara 48 hingga 72 jamkarena pengeluaran secara berkala. Sementara melalui tes rambut penggunaan narkoba dapat terdeteksi hingga tiga bulan setelah pemakaian.Poltak Tobing / kasubdit lingkungan pendidikan BNNyang kita terdeteksi dari canabis, opium morfin dan lain-lain. keakuratannya jika pengguna tetap akan menempel dirambut selama 3 bln. Walaupun memiliki keunggulan namun tes narkoba melalui rambut ini juga memiliki kekurangan. Misalnya waktu yang dibutuhkan dalam mendeteksi kandungan narkotika pada satu rambut lebih lama yaitu 20 menit. Sementara jika menggunakan urine hanya membutuhkan waktu 10 menit.Saat ini sosialisasi tes narkoba melalui rambut terus dilakukan BNN dimulai dari sektor pemerintahan, swasta, lapas hingga sekolah.Semakin mudah dan berkembangnya metode pendeteksi kandungan narkotika menjadi suatu harapan cerah bagi masyarakat indonesia.Kedepannya diharapkan tes narkoba melalui rambut dapat terus dilakukansehingga dapat memberantaspenggunaan narkoba di masyarakat.

Parameter narkoba yang biasa di uji di lab antara lain : Golongan Amfetamin (sabu-sabu), Benzodiazepin, Kokain, Opiat (morphin) dan Ganja (Kanabis / Marijuana).

Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah urin (paling banyak digunakan), darah, rambut dan keringat. Jika seseorang kedapatan mengandung za-zat tersebut didalam urin-nya maka untuk memastikan apakah orang tersebut pengguna narkoba atau bukan maka harus dilakukan tes konfirmasi. Hal ini sangat diperlukan mengingat banyak obat-obatan di pasaran bisa mengganggu tes narkoba ini misalnya jika kita meminum obat flu yang mengandung zatephedrinebisa memberikan hasil positif pada tes Amfetamin.

BAB 3

CONTOH KASUSRAFFI AHMAD DITANGKAP: Raffi & Para Artis Negatif Narkoba, Tapi28 January 2013 06:29

Sutan Eries Adlin

Raffi Ahmad/Antara JAKARTA: Badan Narkotika Nasional (BNN) tetap memeriksa 17 orang yang ditangkap dari rumah artis Raffi Ahmad di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan Minggu pagi 04.30 WIB.

Meskipun lima orang dinyatakan positif, namun sisanya tetap dilanjutkan pemeriksaan, kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) BNN, Kombes Pol Sumirat Dwiyanto di Jakarta, Minggu malam.

Kelima orang ini sudah dipastikan jadi tersangka dan ditahan. Meski begitu, kabarnya Raffi dan tiga artis Zaskia Sungkar dan suaminya Irwansyah, serta Wanda Hamida, tidak termasuk dalam daftar lima orang tersangka.

Deputi Pemberantasan BNN Irjen Pol Benny Mamoto menambahkan barang bukti yang ditemukan di tempat kejadian perkara diantaranya adalah MDMA,. sejenis ekstasi yang sudah dihancurkan dalam kapsul dan linting ganja.

Penangkapan ini laporan dari masyarakat di mana yang bersangkutan sering melakukan pesta-pesta, kata Benny.

BNN memastikan lima dari 17 orang yang ditangkap dalam penggerebekan di rumah Raffi Ahmad Minggu dini hari tadi positif menggunakan narkoba.

Menurut Sumirat, BNN telah memastikan dalam penggerebekan di TKP terdapat barang bukti narkoba berupa dua linting ganja dan empat belas butir kapsul yang diduga berisi ekstasi.

Setelah mendapat informasi dari masyarakat yang disampaikan kepada BNN maka kami melakukan penggerebekan kurang lebih pada pukul lima pagi tadi, kata Sumirat.

Dalam penggerebekan itu, kata Sumirat, empat orang didapati sedang berada di lantai atas, sementara sepuluh orang lagi di bagian lantai bawah. Sedangkan tiga orang lagi yang baru datang ketika penggerebekan berlangsung juga ikut ditangkap petugas.

BNN tidak menyebutkan kelima nama orang yang dinyatakan positif menggunakan narkoba karena proses penyelidikan masih berlangsung.

Kami masih melakukan pemeriksaan mendalam terhadap barang bukti dan orang yang diamankan guna mengetahui secara pasti keterlibatan masing-masing, kata Sumirat.

Sebelumnya disebut-sebut artis Raffi Ahmad, Zaskia Sungkar, Irwansyah, dan Anggota DPRD DKI Jakarta, Wanda Hamidah termasuk orang yang ditangkap BNN karena terkait dengan kasus narkoba.

Namun Ayah Zaskia, Mark Sungkar, telah mendatangi kantor BNN untuk mengonfirmasi kabar Zaskia dan Irwansyah berada di rumah Raffi setelah keduanya pulang syuting.Hingga berita diturunkan, proses pemeriksaaan terhadap 17 orang yang ditahan masih berlangsung. Setelah tes urine, BNN juga melakukan penyelidikan terhadap specimen lain dari ketujuhbelas orang yang ditangkap itu, seperti sampel darah dan rambut. (Antara/ea)Kronologi penggerebekan dirumah Raffi Ahmad:

01.00 - Raffi Ahmad pulang kerumah di kawasan Town House, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Didalam rumah sudah menunggu beberapa teman.

05.00 petugas BNN datang, parker kendaraan di sekolah Widuri, tak jauh dari rumah Raffi. Petugas BNN menuju rumah ketua RT

05.15 BNN bersama ketua RT menggerebek rumah Raffi

06.30 Zaskia Sungkar dan suaminya Irwansyah datang kerumah Raffi. 17 orang digelandang dari rumah Raffi markas BNN mereka yang dibawa termasuk, Raffi, wanda hamidah, Zaskia dan irwansyah.20.00 BNN mengumumkan hasil tes urin. orang yakni. K,W,J,MF dan M dinyatakan positif mengkonsumsi narkoba. Empat artis tersebut dinyatakan negatif tapi masih akan di tes ulang

FAKTA:

Ada 17 0orang yang dibawa ke BNN (13 laki-laki dan 4 perempuan)

5 orang diantara jumlah itu dinyatakan positif berdasar inisial para artis negatif

Wanda Hamidah masih aktif sebagai anggota DPRD dari FPAN.

Raffi Ahmad adalah bakal calon anggota legistatif dari PAN

Jawa Pos, 29 Januari 2013..... Narkotika yang dikonsumsi adalajh jenis baru yakni menggunakan kapsul modusnya menggunakan campuran minuman ringan kaleng. Dari kasul di buka, dimasukkan keminuman, dari kapsul itu dibikin sendiri, lalu mereka bergantian minum, ujar Anang saat mengahadiri rapat kerja pemerintah di gedung JCC, Jakarta kemarin. Jenis ekstasi yang dipakai teman-teman Rafii tersenbut belum terdaftar dalam Undang-undang narkotika Indonesia. Diduga zat baru itu terdapat dalam obat-obatan yang di peroduksi pabrikan luar negeri.

Kepala UPT laboratorium BNN Kuswardani. menambahkan, zat sejenis ekstasi yang terdapat pada kapsul MDMA tersebut hanya beredar dinegara tertentu. Namun di Indonesia jenis itu termasuk baru karena belum diatur dalam UU no. 35/2009 tentang narkotika. memamnbg bukan jenis baru karena efeknya sam denga ekstasi pada umumnya tapi, belum diatur pada UU kita ujarnya di kantor BNN kemarin. Salah satu efek ekstasi itu orang menjadi lebih segar. Biasanya barang haram tersebut didapat di Singapura. Untuk mendalami BNN segera berkoordinasi dengan kementrian kesehatan (Kemenkes) guna membahas UU tersebut. Termasuk dengan Kementrian Perdangan serta badan pengawas obat dan makanan BPOM. Jadi jika ada kejaidan serupa, bisa ada ketegasan dan kepastian hukum.

Jawa Pos, 30 Januari 2013.. Tim laboratorium BNN mengungkapkan,zat tersebut memiliki nama ilmiah 3,4Methlyenedioxy methcathinone.Umumnya,narkoba yang beredar adalah Methlyenedioxy methamphetamine (MDMA) atau yang terkenal sebagai ekstasi.Jenis zat kimia itu sudah ditetapkan sebagai zat terlarang di Indonesia.

Untuk 3,4Methlyenedioxy methcathinone,belum banyak negara yang menetapkannya sebagai zat terlarang.Kasus tersebut itu paling banyak ditemukan di AS dan Singapura.Zat baru tersebut memiliki pengaruh yang mendekati atau sama seperti MDMA.

Humas BNN Sumirat Dwiyanto menyatakan,pihaknya masih akan menmgoordinasikan temuan zat terbaru tersebut Kementrian Kesehatan dan Badan POM.Tolong dicatat,zat baru itu berbeda dari MDMA,ujarnya.

Saat ditanya perihal kemungkinan jerat hokum terkait dengan kepemilikan zat terbaru tersebut,Sumirat tidak bersedia komentar.Dia hanya menyatakan bakal berkoordinasi dengan pihak terkait mengingat zat tersebut belum masuk dalam UU no 35 Tahun 2007 Tentang Narkotika.Jawa Pos, 2 Februari 2013Raffi Pemilik Ganja dan Methylone

Jakarta Nasib presenter Raffi Ahmad akhirnya jelas, BNN secara resmi menyataka bahwa Raffi Ahmad menjadi tersangka kasus Narkoba. Disebutkan Raffi Ahmad terbukti memiliki 2 linting ganja dan 14 Methylone.

Terhitung mulai kemarin Raffi Ahmad ditahan di rutan BNN. Raffi Ahmad disebut melanggar pasal kepemilikan dan penyalahgunaan narkotika pada Undang-Undang 35/2009 tentang Narkotika yakni, Pasal 111 ayat 1 juncto 132, 133, dan 127. berdasar pemeriksaan selama 5x24jam kami menetapkan Raffi Ahmad 26 tahun pekerja seni dengan status tersangka. Ujar humas BNN kombespol Sumirat. Pasal yang disangkakakan pada Raffi Ahmad cukup berat sebab pasal itu menyatakan bahwa setiap orang yang tanpa hak menanam, memilhara, memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkotika golongan 1 dipidana dengaan pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun. Berdasar pemeriksaan laboratorium Raffi Ahmad dinyatakan positif menggunakan methylone. Presenter acara musik dahsyat itu tidak sendirian, 7 temannya juga dijadikan tersangka dengan sangkaan pasal yang berbeda salah satunya W, 34, yang bekerja dibidang restoran dia disebut positif menggunakan MDMA dan methylone. Dia di jerat pasal 127 UU Narkotika. Pasal yang sama dikenakan pada M dan MF yang positif menggunakan ganja dan methylone lantas, RJ, rakan lain, positf menggunakan methylone, serta K positif memakai MDMA, ganja, ekstasi dan methylone. Sedangkan tersangka berinisial UW berdasar hasi laboratorium, negatif ganja, MDMA dan methylone. untuk status tersangka, dikanakan Pasal 131, imbuhnya. Pasal 131 berisi ancaman penjara maksimal1 tahun atau denda paling banyak Rp. 50 juta rupiah karena sengaja tidak melaporkan adanya tindak pidana narkotika. Khusus UW tidak ditahan karena ancaman hukumannya dibawah 1 tahun penjara dan ada jaminan keluarga. Ditempat yang sama Deputi Bidang rehabilitasi BNN usaman Surya Kusuma menambahkan bahwa Raffi bukan kali ini menggumakan narkoba. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dia. Sudah lama mengkonsumsi methylone . apalagi kalau ada masalah pribadi yang membuatnya galau. sudah lama pakai methylone itu bisa dilihat dari perubahan tingkah laku emosi, dan proses berfikirnya (jelasnya. BNN makin yakin bahwa Raffi sudah lama menjadi pecandu karena memiliki koselor yang bekas pemakai. Kareena itu, Usaman bisa melihat, dengan jeli bahwa Raffi adalah pemakai narkoba. Sumirat menambahkan, dari kasus Raffi, pihaknya mendapat pengalaman baru. Sebab, pihaknya telah menerima banyak kiriman obat dari para orangtua. Dalam kiriman itu mereka meminta BNN mempelajari obat-obatan yang dikonsumsi anak masing-masing. Orang tua khawatir ada narkoba jenis baru yang dikonsumsi. Konferensi pers itu juga dimanfaatkan Deputi Pemberantasan BNN, Benny Joshua Mamoto menyampaikan beberapa temuan lain. Salah satunya adalah tanaman sejenis ganja yang tumbuh liar di Bogor Jawa Barat. Tanaman itu memiliki efek yang sama dengan ganja dan diperjual belikan Rp. 500 ribu perpot.BAB 4

PEMBAHASAN

NARKOTIKA :

Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan,ketergantungan.Narkotika terdiri dari 3 golongan :

1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.

2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.

3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.PSIKOTROPIKA :

Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

Psikotropika terdiri dari 4 golongan :

1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.

2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.

3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.

4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam

ZAT ADIKTIF LAINNYA :Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :

1. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :

a. Golongan A : kadar etanol 1 5 % ( Bir ).

b. Golongan B : kadar etanol 5 20 % ( Berbagai minuman anggur )

c. Golongan C : kadar etanol 20 45 % ( Whisky, Vodca, Manson House, Johny Walker ).

2. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.

3. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya. Cathinone menjadi perbincangan setelah tujuh orang ditahan usai penggerebekan di rumah seorang artis di Jakarta Selatan. Dua orang di antaranya terindikasi mengonsumsi derivat dari cathinone, yakni 3,4-methylenedioxy-N-methylcathinone. Zat sintetis itu juga dikenal sebagai methylone.

Cathinone, S(-)-alpha-aminopropiophenone, merupakan zat yang konfigurasi kimia dan efeknya mirip dengan amfetamin. Demikian laporan Kalix P dari Fakultas Farmakologi, Universitas Geneva, Swiss, dalam publikasi Pharmacology and Toxicology, edisi Februari 1992.

Secara alami cathinone terkandung dalam khat (Catha edulis Forsk), tumbuhan semak yang banyak terdapat di Afrika timur dan tengah serta sebagian Jazirah Arabia. Daun khat sejak dulu dikonsumsi dengan cara dikunyah, dibuat jus, atau diseduh seperti teh oleh penduduk di wilayah itu.

Adapun cathinone sintetis, sebagaimana disebut dalam situs European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction (EMCDDA), berbentuk serbuk kristal putih atau kecoklatan, kadang-kadang dikemas dalam kapsul. Zat itu juga ditemui dalam bentuk tablet sebagai pengganti pil ekstasi. Cara penggunaan biasanya dihirup, ditelan, atau disuntikkan setelah dicampur air.

Di banyak negara, khat bukan barang terlarang meski penggunaannya dikontrol di beberapa negara Eropa. Adapun cathinone dimasukkan sebagai golongan I Konvensi PPB untuk Zat-zat Psikotropika Tahun 1971. Cathine yang juga terdapat dalam khat masuk golongan III, sedangkan cathinone sintetis, yakni amfepramone dan pyrovalerone masuk golongan IV konvensi itu.

Cathinone yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai katinona tercantum dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada daftar narkotika golongan I.

Stimulan

Al Bachri Husein, pengajar di Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo, yang dihubungi pada Selasa (29/1/2013) menyatakan, sejak tiga tahun atau empat tahun lalu ia sudah menangani gejala klinis akibat cathinone. Artinya, zat itu sudah lama ada di Indonesia.

Cathinone merupakan zat stimulan untuk sistem saraf pusat yang banyak digunakan sebagai club drug atau party drug, katanya.

Menurut Al Bachri, zat yang dibuat di laboratorium klandestin itu digunakan untuk membuat orang senang menjadi lebih senang. Yang dirangsang adalah ujung-ujung saraf.

Efek mirip amfetamin itu menimbulkan rasa gembira, meningkatkan tekanan darah,

kewaspadaan, serta gairah seksual. Namun, hal itu bisa diikuti dengan depresi, mudah terganggu, anoreksia, dan kesulitan tidur.

Semula, demikian EMCDDA, cathinone sintetis digunakan sebagai obat. Amfepramone dan pyrovalerone digunakan sebagai obat pengurang nafsu makan. Adapun bupropion yang bersifat antidepresan digunakan untuk orang yang ingin berhenti merokok.

Namun, sejak pertengahan tahun 2000-an, derivat cathinone ilegal beredar di pasar zat rekreasi di Eropa. Zat yang banyak ditemukan adalah mephedrone dan methylone. Methylone digolongkan sebagai zat yang dikontrol di Denmark, Irlandia, Romania, dan Swedia, bersama sejumlah derivat cathinone lain. Jenis-jenis cathinone sintetis makin banyak beredar mulai tahun 2009.

Merusak kesehatan

Laporan mengenai keracunan dan bahaya bagi kesehatan akibat penggunaan cathinone sintetis menyebabkan zat tersebut menjadi isu kesehatan masyarakat dan keamanan yang serius di Amerika Serikat.

Dalam situs National Institute on Drug Abuse dilaporkan, efek cathinone mirip amfetamin dan kokain. Zat itu merangsang peningkatan kadar neurotransmitter (zat pengantar impuls saraf) dopamin yang menimbulkan rasa gembira dan meningkatkan tenaga. Efek lain adalah peningkatan kadar norepinefrin meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Namun, pengguna bisa mengalami halusinasi akibat peningkatan kadar serotonin. Akibat buruk lain adalah dehidrasi, kerusakan jaringan otot, dan gagal ginjal yang berujung pada kematian.

Penggunaan cathinone dalam jangka lama dan berlebihan menyebabkan kerusakan sel otak. Akibatnya, orang menjadi paranoid dan berhalusinasi. Gejala yang lebih ringan, pengguna merasa lemas jika tidak mengonsumsi, kata Al Bachri.

Psikiater Danardi Sosrosumihardjo menyatakan, cathinone sintetis bukan diekstrak dari daun khat, melainkan disusun dari zat-zat prekursor.

Jika cathinone alami merupakan stimulan potensi rendah, bahkan lebih ringan dari alkohol dan tembakau, tidak demikian dengan zat sintetisnya. Tujuan pembuatan sintetis dari cathinone adalah memperkuat efek serta menghindari aturan hukum, ujar Danardi.

Menurut National Institute on Drug Abuse, pada Juli 2012, cathinone sintetis, yaitu pyrovalerone dan mephedrone, dinyatakan sebagai zat ilegal bersama sejumlah zat sintetis lain. Meski UU yang baru ditandatangani Presiden Barack Obama itu melarang zat-zat kimia yang analog dengan zat tersebut, diramalkan para pembuat akan merancang derivat baru yang cukup berbeda untuk menghindari jerat hukum.

Sebagai contoh, saat mephedrone dilarang di Inggris tahun 2010, segera muncul zat kimia disebut naphyrone untuk menggantikannya. Zat itu dijual dengan istilah jewelry cleaner dengan merek Cosmic Blast.

Kasus Raffi: Cathinone, Masalah Undang-Undang atau Ketidaktelitian BNN?REP| 29 January 2013 | 14:42Dibaca:626Komentar:0NihilPenangkapan Raffi Ahmad dan sejumlah nama oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) karena diduga dan sebagian telah terbukti mengkonsumsi narkoba menyisakan banyak tanya. Tanya yang mengundang penasaran tentang kronologi penangkapan yang belum terang benar, tanya tentang keberadaan sejumlah nama pada dini hari tersebut hingga wacana penjebakan yang sengaja dirancang untuk memojokkan pribadi tertentu.

Namun di luar itu semua ada satu hal yang juga penting bahkan patut untuk dicermati yakni pernyataan BNN yang menemukan narkoba jenis baru bernamaCathinonedalam penangkapan tersebut. BNN berkali-kali menyatakan zat tersebut belum tercantum dalam perundang-undangan di Indonesia. Sejumlah TV dan media pun berkali-kali menyatakan Cathinone sebagai barang asing. Hal ini pada akhirnya memunculkan anggapan bahwa penegakan hukum terhadap kasus ini akan menemui kendala.Tapi benarkah Cathinone adalah narkoba jenis baru dan belum dikenal dalam perundang-undangan di Indonesia ?.Ternyata tidak. Sebaliknya zat tersebut justru telah tercantum dalamUndang-Undang No. 35 Thn. 2009 Tentang Narkotika(dapat diunduh dihttp://www.kemenkumham.go.id/attachments/article/173/uu35_2009.pdf). Tak tanggung-tanggung undang-undang tersebut bahkan menggolongkan Cathinone ke dalam Narkotika Golongan 1 setara dengan Morfin, Heroin dan Kokain yang hanya dibolehkan penggunaanya secara terbatas untuk keperluan pengembangan ilmu pengetahuan atau sebagai reagensia laboratorium sesuai persetujuan Menteri Kesehatan dan rekomendasi Kepala BPOM. Narkotika Golongan 1 bahkan tidak diperkenankan digunakan untuk keperluan pelayanan kesehatan. Menurut undang-undang ini pula penyalah guna Narkotika Golongan 1 dikenakan ancaman hukuman paling lama 4 tahun. Sementara pihak yang membawa/mengirim Narkotika Golongan 1 dapat dikenai hukuman minimal 4 tahun penjara, paling lama 12 tahun dan denda minimal 800 juta rupiah, maksimal 8 milyar rupiah.

Lalu mengapa BNN luput mengenaliCathinonedalam undang-undang ?. Apakah Cathinone memang tidak tereja dalam UU No. 35 Thn 2009 tersebut ?. Boleh jadi demikian karena yang tercantum dalam UU tersebut adalah zat bernamaKatinona. Penyebutan ini karena ama tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Model penyebutan ini pula yang bisa jadi membuat BNN menjadi tak mengenalinya dalam undang-undang. Tapi apakah hal itu dapat dimaklumi begitu saja mengingat BNN adalah lembaga pemberantas narkotika ?.

BNN rasanya kurang teliti membaca Undang-undang. Jika ini yang terjadi maka patut disayangkan.

Di sisi lain hal ini boleh jadi menunjukkan kelemahan perundang-undangan Indonesia. Undang-undang kita memiliki kelemahan dalam penyebutan nama ilmiah suatu zat, spesies tumbuhan dan hewan. Ketidakkonsistenan atau kesalahan penulisan nama ilmiah kerap dijumpai dalam undang-undang dan ini adalah sebuah masalah. Banyak nama spesies tumbuhan dan hewan serta zat kimia dalam undang-undang kita ditulis menggunakan nama umum, sebagian menggunakan istilah serapan Indonesia dan sebagian lagi menggunakan nama ilmiah, itupun keliru. Disadari atau tidak hal ini pada masanya nanti dapat menimbulkan celah. Penyebutan nama zat, spesies tumbuhan dan hewan seharusnya mengikuti kaidah tertentu yang benar dan konsisten secara internasional.Sebuah reagen dan zat kimia misalnya, seharusnya disertai nama dagang, nama umum internasional dan nama ilmiah yang merujuk pada struktur kimianya. Pengalaman pribadi saya menjumpai betapa ketidakkonsistenan tersebut seringkali menimbulkan kerancuan dan masalah penerapan di masyarakat. Beberapa kali saya membeli reagen kimia untuk keperluan laboratorium, ternyata tidak semua pihak penyedia mengenal nama ilmiah atau nama umum zat kimia tersebut, mereka lebih mengenal nama dagangnya. Sebaliknya penggunaan nama dagang di beberapa tulisan ilmiah dianggap kurang valid.

Kembali ke masalah Cathinone yang ditemukan dalam penangkapan Raffi dkk. Jika benar BNN berpendapat Cathinone belum diatur dan dikenal dalam UU di Indonesia, maka hal ini patut dipertanyakan karena UU. No. 35 Thn 2009 adalah Undang-Undang yang menjadi pegangan dalam pemberantasan Narkotika di Indonesia. Apakah UU ini sudah dicabut hingga Katinona dan Chatinone menjadi tak dikenali ?. Rasanya belum. Lalu apakah pencantuman nama Katinona dalam UU tersebut sebagai kelompok Narkotika Golongan 1 merujuk ke zat lain yang bukan Cathinone ?. Hal ini sangat rancu.

Jika yang menjadi masalah adalah zat yang terdeteksi dalam penangkapan Raffi dkk. adalah turunan Cathinone maka hal itu bukan sesuatu yang istimewa dalam arti sebuah zat alami seperti Cathinone pasti akan memiliki banyak derivat. Dihasilkannya berbagai derivat bisa terjadi secara alami di dalam tubuh tumbuhan maupun sebagai akibat proses produksi senyawa sintetiknya di dalam pabrik. Yang lebih penting adalah senyawa derivat Cathinone atau derivat zat alami lainya pada prinsipnya tidaklah berbeda dengan senyawa alaminya. Semua senyawa derivat Cathinone pasti memiliki senyawa pembangun utama serta gugus fungsional yang sama dengan Cathinone. Dengan demikian jika senyawa alaminya merupakan zat yang ilegal, maka senyawa derivatnya pun dapat secara otomatis dianggap ilegal karena pada dasarnya memang serupa.

Cathinone pun sebenarnya bukan zat yang baru dikenal dalam ilmu pengetahuan. Menurut review ilmiah Elsevier dari berkala internasional Science Direct, Cathinone sintetis justru sudah dikenal sejak tahun 1920-an yang kemudian mulai dikenal luas di industri obat-obatan pada tahun 2000-an. Cathinone yang akhirnya diketahui memiliki efek seperti halnya Amphetamine dan Cocaine (Kokain) membuat legalitasnya mulai diperdebatkan. Meski di beberapa negara zat ini beredar di pasaran, tapi di beberapa negara lain Cathinone mulai dilarang.

Cathinone adalah senyawa yang termasuk ke dalam golongan alkaloid (metabolit sekunder dengan gugus amin) yang secara alami dihasilkan oleh tumbuhan bernamaCatha edulis. Tanaman ini merupakan spesies asli Ethiopia yang banyak dibudidayakan di Afrika Timur sampai semenanjung Arab. Secara taksonomiCatha edulistermasuk ke dalam kelas Magnoliopsida (dulu Dikotil), bangsa Celastrales dan suku Celastraceae.

Catha edulis(sumber :http://www.zimbabweflora.co.zw/speciesdata/image-display.php?species_id=137020&image_id=1)

Struktur kimia Cathinone analog dengan Amphetamine. Meski belum banyak data yang menunjukkan kasus efek farmakokinetik dan farmakodinamik zat ini pada manusia, namun sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa derivat Cathinone dan bentuk sintetiknya dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, menimbulkan sensasi euforia dan hiperaktivitas psychomotorik. Pemanfaatan secara berlebihan tanaman Catha edulis juga meningkatkan potensi insomnia, gastritis hingga gangguan hati.

Produksi Cathinone sintetik banyak dilakukan di Cina, India dan Pakistan. Produknya sering berupa kristal, serbuk dan cairan yang dikemas dalam kapsul atau tablet. Penggunaan Cathinone sering dilakukan dengan mencampurnya dalam air. Namun demikian meski memiliki efek seperti Amphetamine dan Cocaine, deteksi Cathinone terutama yang bersifat sintetik tidaklah semudah jenis Narkotika lainnya. Uji identifikasi standar seringkali tidak mampu mendeteksi keberadaan zat ini. Diperlukan kromatografi gas dan spektrometri massa (GC/MS) untuk bisa membuktikan keberadaannya dalam sebuah sampel.

Cathinone, zat yang pada awalnya diproduksi sebagai pupuk ini memang telah mulai disalahgunakan seperti halnya kokain dan amphetamine. Oleh karena itu wacana pelarangan penggunaannya mulai muncul di banyak negara untuk menghindari resiko kesehatan yang berbahaya.

Dan di Indonesia, kasus penangkapan Raffi dkk. memunculkan tanda tanya baru, apakah benar Cathinone adalah zat baru yang belum dikenal oleh Undang-Undang di Indonesia ?. Lalu zat apakah yang tertulis sebagai Katinona dalam UU. No 35 Thn 2009 itu ?. Mungkinkah BNN kurang teliti ?. Semoga ada penjelasannya nanti.Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan laboratorium NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) atau lebih dikenal dengan sebutan Narkoba. Menurut istilah NAPZA adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk kedalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena dll. Pemeriksaan laboratorium narkoba dibedakan menjadi 2 macam tujuan. Tujuan pertama pemeriksaan laboratorium narkoba adalah untuk keperluanpro justiciayaitu pemeriksaan untuk melengkapi data-data yang diajukan ke pengadilan. Pemeriksaan seperti ini dilakukan oleh institusi terbatas yaitu kepolisian, BNN, Puslabfor dan institusi kesehatan lain yang telah ditunjuk oleh undang-undang. Tujuan lainnya adalah bersifatnon pro justiciayaitu pemeriksaan narkoba yang biasa dilakukan di lab swasta atau lab rumah sakit umum. Pemeriksaan narkoba jenis ini bertujuan biasanya untuk seleksi karyawan, penerimaan siswa baru atau keperluan khusus seperti seseorang yang melakukan pemeriksaan narkoba kepada anaknya sendiri untuk tujuan pengawasan keluarga. Pemeriksaan narkobanon pro justiciadilakukan hanya sebagai skrining tes (tes penapisan) yaitu tes awal yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikannya (tes konfirmasi).NARKOBA TEST 3 Parameter,DRUG MULTI 3 (AMP,THC,MOP)Narkoba test 3 Parameter,Drug Multi 3,Drug Of Abuse,Multi Panel :Amphetamine(AMP),THC,Morphin(MOP)Selamat datang diSURYOMEDIKADistributor alat kesehatan dan laboratorium productNarkoba test 3 parameter,Drug Multi 3,Multi Panel atau Drug of Abuse.DRUG ITEMCUTOFF LEVEL

Amphetamine (AMP)500 ng/ml in Urine

THC50 ng/ml in Urine

Morphin(MOP)300 ng/ml in Urine

NARKOBA TEST 6 PARAMETER,DRUGS 6 PARAMETER,DRUG OF ABUSE(DOA), MULTI PANELNARKOBA TEST 6 PARAMETER,DRUGS MULTI 6,MULTI PANEL Amphetamine(AMP),

Methamphetamine(METH),

Cocain(COC),

Morphin(MOP),

THC,

Benzodiazephine(BZO),DRUG ITEMCUTOFF LEVEL

Amphetamine (AMP)500 ng/ml in Urine

Cocaine (COC)300 ng/ml in Urine

Morphine (MOP)300 ng/ml in Urine

THC50 ng/ml in Urine

Methamphetamine (METH)500 ng/ml in Urine

Benzodiazepine ( BZO )300 ng/ml in Urine

Tes Narkoba bisa Lewat Rambut

Jika selama ini masyarakat mengenal tes narkoba melalui urine atau darah. Kini digunakan metode baru pemeriksaan kandungan narkotika yaitu melalui rambut.Menurut data direktorat tindak pidana narkoba Badan Narkotika Nasional. Terdapat Peningkatan kasus narkoba berdasarkan penggolongan. Pada tahun 2010 angka penggunaan narkoba menurun hingga - 13.81 %. Namun di tahun 2011 angka tersebut melejit hingga11. 64 % kasus penggunaan narkoba berdasarkan penggolongan.Untuk mengurangi semakin meningkatnya pengguna narkoba di indonesia BNN melakukan metode barumendeteksi kandungan narkotika dalam tubuh manusia melalui rambut.Uji narkoba melalui rambut lebih akurat bila dibandingkan dengan uji lainnya. Jika melalui tes urin, urin dapat berkurang dan menghilang dalam waktu singkat antara 48 hingga 72 jamkarena pengeluaran secara berkala. Sementara melalui tes rambut penggunaan narkoba dapat terdeteksi hingga tiga bulan setelah pemakaian.Poltak Tobing / kasubdit lingkungan pendidikan BNNyang kita terdeteksi dari canabis, opium morfin dan lain-lain. keakuratannya jika pengguna tetap akan menempel dirambut selama 3 bln. Walaupun memiliki keunggulan namun tes narkoba melalui rambut ini juga memiliki kekurangan. Misalnya waktu yang dibutuhkan dalam mendeteksi kandungan narkotika pada satu rambut lebih lama yaitu 20 menit. Sementara jika menggunakan urine hanya membutuhkan waktu 10 menit.Saat ini sosialisasi tes narkoba melalui rambut terus dilakukan BNN dimulai dari sektor pemerintahan, swasta, lapas hingga sekolah.Semakin mudah dan berkembangnya metode pendeteksi kandungan narkotika menjadi suatu harapan cerah bagi masyarakat indonesia.Kedepannya diharapkan tes narkoba melalui rambut dapat terus dilakukansehingga dapat memberantaspenggunaan narkoba di masyarakat.

Parameter narkoba yang biasa di uji di lab antara lain : Golongan Amfetamin (sabu-sabu), Benzodiazepin, Kokain, Opiat (morphin) dan Ganja (Kanabis / Marijuana).

Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah urin (paling banyak digunakan), darah, rambut dan keringat. Jika seseorang kedapatan mengandung za-zat tersebut didalam urin-nya maka untuk memastikan apakah orang tersebut pengguna narkoba atau bukan maka harus dilakukan tes konfirmasi. Hal ini sangat diperlukan mengingat banyak obat-obatan di pasaran bisa mengganggu tes narkoba ini misalnya jika kita meminum obat flu yang mengandung zatephedrinebisa memberikan hasil positif pada tes Amfetamin.

Terapi dan Rehabilitasi

1. Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA. Tujuan ini tergolong

sangat ideal,namun banyak orang tidak mampu atau mempunyai motivasi untuk mencapai

tujuan ini, terutama kalau ia baru menggunakan NAPZA pada fase-fase awal. Pasien

tersebut dapat ditolong dengan meminimasi efek-efek yang langsung atau tidak langsung

dari NAPZA. Sebagian pasien memang telah abstinesia terhadap salah satu NAPZA tetapi

kemudian beralih untuk menggunakan jenis NAPZA yang lain.

2. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps Sasaran utamanya adalah pencegahan

relaps .Bila pasien pernah menggunakan satu kali saja setelah clean maka ia disebut slip.

Bila ia menyadari kekeliruannya,dan ia memang telah dobekali ketrampilan untuk mencegah

pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan untuk selalu

abstinensia. Pelatihan relapse prevention programe, Program terapi kognitif, Opiate

antagonist maintenance therapy dengan naltreson merupakan beberapa alternatif untuk

mencegah relaps.

3. Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial. Dalam kelompok ini,abstinensia

bukan merupakan sasaran utama. Terapi rumatan (maintence) metadon merupakan pilihan

untuk mencapai sasaran terapi golongan ini.

NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan ZatAditif)

I. PENDAHULUAN :Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.

NARKOTIKA :

Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan,ketergantungan.Narkotika terdiri dari 3 golongan :

PSIKOTROPIKA :

Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

Psikotropika terdiri dari 4 golongan :

1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.

2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.

3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.

4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).

ZAT ADIKTIF LAINNYA :Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :

1. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :

a. Golongan A : kadar etanol 1 5 % ( Bir ).

b. Golongan B : kadar etanol 5 20 % ( Berbagai minuman anggur )

c. Golongan C : kadar etanol 20 45 % ( Whisky, Vodca, Manson House, Johny Walker ).

2. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.

3. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat digolongkan menjadi 3 golongan :

1. Golongan Depresan ( Downer ). Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya menjadi tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan tak sadarkan diri. Contohnya: Opioda ( Morfin, Heroin, Codein ), sedative ( penenang ), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas ).

2. Golongan Stimulan ( Upper ). Adalah jenis NAPZA yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.

3. Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis ( ganja ).

II. PENYALAHGUNAAN NAPZA :Di dalam masyarakat NAPZA / NARKOBA yang sering disalahgunakan adalah :

1. Opioda, terdapat 3 golongan besar :a. Opioda alamiah ( Opiat ) : Morfin, Opium, Codein.

b. Opioda semisintetik : Heroin / putauw, Hidromorfin.

c. Opioda sintetik : Metadon.

Nama jalanan dari Putauw : ptw, black heroin, brown sugar.

Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan yang tidak murni berwarna putih keabuan.

Dihasilkan dari getah Opium poppy diolah menjadi morfin dengan proses tertentu dihasilkan putauw, yang kekuatannya 10 kali melebihi morfin.Sedangkan opioda sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Morfin, Codein, Methadon adalah zat yang digunakan oleh dokter sebagai penghilang sakit yang sangat kuat, misalnya pada opreasi, penderita cancer.

Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian menimbulkan perasaan ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan pemakai akan kehilangan percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Pemakai akan membentuk dunianya sendiri, mereka merasa bahwa lingkungannya menjadi musuh.

2. KOKAIN :

Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larutNama jalanan : koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow / salju.Cara pemakainnya : membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau alas yang permukaannya datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot seperti sedotan atau dengan cara dibakar bersama dengan tembakau. Penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.

Efek pemakain kokain : pemakai akan merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah percaya diri, dan dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah.

3. KANABIS :

Nama jalanan : cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass, bhang.

Berasal dari tanaman kanabis sativa atau kanabis indica.

Cara penggunaan : dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.

Efek rasa dari kanabis tergolong cepat, pemakai cenderung merasa lebih santai, rasa gembira berlebihan ( euphoria ), sering berfantasi / menghayal, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi, sensitive, kering pada mulut dan tenggorokan.

4. AMPHETAMINE :

Nama jalanan : seed, meth, crystal, whiz.

Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan dan juga tablet.Cara penggunaan : dengan cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan air.

Ada 2 jenis Amphetamine :

a. MDMA ( methylene dioxy methamphetamine )

Nama jalanan : Inex, xtc.

Dikemas dalam bentuk tablet dan capsul.

b. Metamphetamine iceNama jalanan : SHABU, SS, ice.

Cara pengunaan dibakar dengan mengunakan alumunium foil dan asapnya dihisap atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus ( boong ).

5. LSD ( Lysergic Acid ).

Termasuk dalam golongan halusinogen.

Nama jala