referat anastesi darah-2-1 ok

41
TRANSFUSI DARAH Disusun oleh : Ivana Putri Oktavia (030.07.123) Azmi Ikhsan Azhary (030.09.043) Eva Maris Sahara (030.09.080) Pembimbing : Dr. Dublianus, Sp.An Dr. Evita, Sp.An Dr. Tati, Sp.An KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ANESTESI

Upload: aisahara30

Post on 24-Oct-2015

73 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

referat anastesi transfusi darah

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

TRANSFUSI DARAH

Disusun oleh :

Ivana Putri Oktavia (030.07.123)

Azmi Ikhsan Azhary (030.09.043)

Eva Maris Sahara (030.09.080)

Pembimbing :

Dr. Dublianus, Sp.An

Dr. Evita, Sp.An

Dr. Tati, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ANESTESI

PERIODE 4 NOVEMBER – 7 DESEMBER 2013

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEGON

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Page 2: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan……………………………………………….

…………………………

1

Bab II

Pembahasan………………………………………………………………………

2

Darah…………………………………………………………………………

…………

2

Darah sebagai

organ………………………………………………………….......

2

Peran penting

darah………………………………………………………………

2

Definisi dan tujuan tranfusi

darah……………………………………………………..

3

Tranfusi darah dalam

klinik………………………………………………………

3

Indikasi transfusi

darah…………………………………………………………...

4

Prosedur pelaksanaan transfusi

darah…………………………………………….

5

Sediaan Darah Untuk

Transfusi………………………………………………………

6

Packed Red Cell……………….……………….……………….

………………..

9

Suspensi Trombosit……………….……………….……………….

…………….

1

1

Plasma Segar Beku……………….……………….……………….

……………..

1

2

Cryopresipitate……………….……………….……………….

………………….

1

3

Albumin……………….……………….……………….………………. 1

1

Page 3: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

……….. 4

Kompleks Faktor IX……………….……………….……………….

……………

1

4

Imunoglobulin……………….……………….……………….

………………….

1

4

Transfusi Darah Autologus……………….……………….

……………………..

1

5

GOLONGAN DARAH DAN CARA PENGUMPULAN

DARAH………………………………

1

5

KOMPLIKASI TRANSFUSI

DARAH…………………………………………………………….

1

9

Bab III

Kesimpulan………………………………………………………………………………….

2

3

Daftar

Pustaka………………………………………………………………………………………

.

2

5

2

Page 4: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

BAB I

PENDAHULUAN

Transfusi darah sering menyelamatkan kehidupan, misalnya dalam kasus-kasus yang gawat, perawatan neonatus premature yang intensif modern, anak dengan kanker, penerima cangkok organ merupakan kasus yang tidak mungkin tanpa tranfusi. Tranfusi darah merupakan tindakan pengobatan pada pasien (anak, bayi dan dewasa) yang diberikan atas indikasi. Kesesuaian golongan darah antara resipien dan donor merupakan salah satu hal mutlak.

Transfusi darah adalah salah satu rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan.

Pemikiran dasar pada transfusi darah adalah cairan intravaskuler dapat diganti atau disegarkan dalam cairan pengganti yang sesuai dari luar tubuh. Pada tahun 1901, Landsteiner menemukan golongan darah sistem ABO dan kemudian sistem antigen Rh (rhesus) ditemukan oleh Levine dan Stetson di tahun 1939. Kedua sistem ini menjadi dasar penting bagi tranfusi darah modern. Meskipun kemudian sistem berbagai sistem antigen lain seperti Duffy, Kell dan lain-lain, tetapi sistem-sistem tersebut kurang berpengaruh.

Transfusi darah memang merupakan upaya untuk menyelamatkan kehidupan dalam banyak hal, dalam bidang pediatri misalnya dalam perawatan neonates prematur, anak dengan keganasan, anak dengan kelainan defisiensi atau kelainan komponen darah, dan transplantasi organ. Namun tranfusi bukanlah tanpa resiko, meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk memperlancar tindakan tranfusi, namun efek samping reaksi tranfusi atau infeksi akibat tranfusi tetap mungkin terjadi.

Pemberian komponen-komponen darah yang diperlukan saja lebih dibenarkan dibandingkan dengan pemberian darah lengkap (whole blood). Prinsip ini lebih ditekankan lagi di bidang ilmu kesehatan anak karena bayi maupun anak yang sedang tumbuh sebaiknya tidak diganggu sistem imunologisnya dengan pemberian antigen-antigen yang tidak diperlukan. (1)

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang definisi transfusi darah, macam bentuk sediaan darah serta komponen darah, indikasi pemberian transfusi darah, dan reaksi transfusi darah.

3

Page 5: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

BAB II

PEMBAHASAN

DARAH

1. Darah sebagai organ

Darah yang semula dikategorikan sebagai jaringan tubuh, saat ini telah

dimasukkan sebagai suatu organ tubuh terbesar yang beredar dalam sistem

kardiovaskuler, tersusun dari :

a) Komponen korpuskuler atau seluler

Komponen korpuskuler yaitu materi biologis yang hidup dan bersifat

multiantigenik, terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan keping trombosit,

yang kesemuanya dihasilkan dari sel induk yang senantiasa hidup dalam sumsum

tulang. Ketiga jenis sel darah ini memiliki masa hidup terbatas dan akan mati jika

masa hidupnya berakhir. Agar fungsi organ darah tidak ikut mati, maka secara

berkala pada waktu-waktu tertentu, ketiga butiran darah tersebut akan diganti,

diperbarui dengan sel sejenis yang baru.

b) Komponen cairan

Komponen cair yang juga disebut plasma, menempati lebih dari 50 volume %

organ darah, dengan bagian terbesar dari plasma (90%) adalah air, bagian kecilnya

terdiri dari protein plasma dan elektrolit. Protein plasma yang penting diantaranya

adalah albumin, berbagai fraksi globulin serta protein untuk factor pembekuan dan

untuk fibrinolisis. (2)

2. Peran penting darah

a. Sebagai organ transportasi, khususnya oksigen (O2), yang dibawa dari paru-

paru dan diedarkan ke seluruh tubuh dan kemudian mengangkut sisa

pembakaran (CO2) dari jaringan untuk dibuang keluar melalui paru-paru.

Fungsi pertukaran O2 dan CO2 ini dilakukan oleh hemoglobin, yang

terkandung dalam sel darah merah. Protein plasma ikut berfungsi sebagai

sarana transportasi untuk metabolism organ-organ tubuh.

b. Sebagai organ pertahanan tubuh (imunologik), khususnya dalam menahan

invasi berbagai jenis mikroba pathogen dan antigen asing. Transfusi darah

adalah salah satu rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam sirkulasi

4

Page 6: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

darah resipien sebagai upaya pengobatan. Mekanisme pertahanan ini

dilakukan oleh leukosit (granulosit dan limfosit) serta protein plasma khusus

(immunoglobulin).

c. Peranan darah dalam menghentikan perdarahan (mekanisme homeostasis)

sebagai upaya untuk mempertahankan volume darah apabila terjadi kerusakan

pada pembuluh darah. Fungsi ini dilakukan oleh mekanisme fibrinolisis,

khususnya jika terjadi aktifitas homeostasis yang berlebihan.

Apabila terjadi pengurangan darah yang cukup bermakna dari komponen

darah korpuskuler maupun non korpuskuler akibat kelainan bawaan ataupun

karena penyakit yang didapat, dan tidak dapat diatasi oleh mekanisme

homeostasis tubuh dalam waktu singkat maka diperlukan penggantian dengan

transfusi darah, khususnya dari komponen yang diperlukan. (3)

3. Definisi dan tujuan transfusi darah

Tranfusi darah adalah suatu rangkain proses pemindahan darah donor ke

dalam sirkulasi dari resipien sebagai upaya pengobatan. Bahkan sebagai upaya

untuk menyelamatkan kehidupan. Berdasarkan asal darah yang diberikan, transfusi

dikenal 1. Homologous tranfusi (berasal dari darah orang lain), 2. Autologous

tranfusi (berasal dari diri sendiri).

Tujuan transfusi darah adalah :

a. Mengembalikan dan mempertahankan volume yang normal peredaran darah

b. Menggantikan kekurangan komponen seluler atau kimia darah

c. Meningkatkan oksigenasi jaringan

d. Memperbaiki fungsi homeostasis

e. Tindakan terapi khusus (2,4)

4. Tranfusi darah dalam klinik

Darah dan berbagai komponen- komponen darah, dengan kemajuan

teknologi kedokteran, dapat dipisah- pisahkan dengan suatu proses dan

ditransfusikan secara terpisah sesuai kebutuhan.(2) Darah dapat pula disimpan

dalam bentuk komponen- komponen darah yaitu: eritrosit, leukosit, trombosit,

plasma dan factor- factor pembekuan darah dengan proses tertentu yaitu dengan

Refrigerated Centrifuge.

5

Page 7: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

Pemberian komponen-komponen darah yang diperlukan saja lebih dibenarkan

dibandingkan dengan pemberian darah lengkap (whole blood).

Dasar pemikiran penggunaan komponen darah:

(1) lebih efisien, ekonomis, memperkecil reaksi transfusi

(2) lebih rasional, karena:

(a) Darah terdiri dari komponen seluler maupun plasma yang fungsinya sangat

beragam, serta merupakan materi biologis yang bersifat multiantigenik,

sehingga pemberiannya harus memenuhi syarat- syarat variasi antigen

minimal dan kompatibilitas yang baik.

(b) Transfusi selain merupakan live saving therapy tetapi juga replacement

therapy sehingga darah yang diberikan haruslah safety blood.

Kelebihan terapi komponen dibandingkan dengan terapi darah lengkap:

(1) Disediakan dalam bentuk konsentrat sehingga mengurangi volume transfusi

(2) Resiko reaksi imunologik lebih kecil

(3) Pengawetan

(4) Penularan penyakit lebih kecil

(5) Aggregate trombosit dan leukosit dapat dihindari

(6) Pasien akan memerlukan komponen yang diperlukan saja

(7) Masalah logistic lebih mudah

(8) Pengawasan mutu lebih sederhana.(4)

5. Indikasi Tranfusi darah

Secara garis besar Indikasi Tranfusi darah adalah :

a. Untuk mengembalikan dan mempertahankan suatu volume peredaran darah yang

normal, misalnya pada anemia karena perdarahan, trauma bedah, atau luka bakar

luas.

b. Untuk mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah, misalnya pada

anemia, trombositopenia, hipotrombinemia, dan lain-lain.

Keadaan yang memerlukan Tranfusi darah :

a. Anemia karena perdarahan, biasanya digunakan batas Hb 7-8 g/dL. Bila telah

turun hingga 4,5 g/dL, tranfusi harus dilakukan secara hati-hati.

6

Page 8: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

b. Anemia haemolitik, biasanya kadar Hb dipertahankan hingga penderita dapat

mengatasinya sendiri. Umumnya digunakan patokan 5g/dL. Hal ini

dipertimbangkan untuk menghindari terlalu seringnya tranfusi darah dilakukan.

c. Anemia aplastik

d. Leukimia dan anemia refrekter

e. Anemia karena sepsis

6. Prosedur pelaksanaan tranfusi darah

Banyak laporan mengenai kesalahan tatalaksana tranfusi, misalnya kesalahan

pemberian darah milik pasien lain. Untuk menghindari berbagai kesalahan, maka

perlu diperhatikan :

a. Identitas pasien harus dicocokan secara lisan maupun tulisan

b. Identitas dan jumlah darah dalam kemasan dicocokkan dengan formulir

permintaan darah

c. Tekanan darah, frekuensi denyut jantung dan suhu harus diperiksa

sebelumnya, serta diulang secara rutin.

d. Observasi ketat, terutama pada 15 menit pertama setelah tranfusi darah

dimulai. Sebaiknya 1 unit darah diberikan dalam waktu 1-2 jam tergantung

status kardiovaskuler dan dianjurkan tidak lebih dari 4 jam mengingat

kemungkinan proliferasi bakteri pada suhu kamar.(5)

SEDIAAN DARAH UNTUK TRANSFUSI

Macam-macam komponen darah

Untuk kepentingan tranfusi, tersedia berbagai produk darah, seperti yang tercantum

dalam table 3.1.

Tabel 3.1 Karakteristik darah dan komponen-komponen darah

7

Page 9: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

8

Page 10: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

9

Page 11: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

10

Page 12: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

11

Page 13: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

1. Tranfusi Packed Red Cell

Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara

tertutup atau septik sehingga hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung

12

Page 14: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Lama simpan darah 24 jam dengan

sistem terbuka.(3)

Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah

dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells

banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik,

leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan

untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila

kadar Hb sudah di atas 8 g%.

Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB

atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. Diberikan selama 2 sampai 4

jam dengan kecepatan 1-2 mL/menit, dengan golongan darah ABO dan Rh yang

diketahui.

Rumus kebutuhan darah (ml) :

Ket :

- Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal

- Hb pasien : Hb pasien saat ini

Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan

volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan

darah jenuh adalah:

1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit

2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis

3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan

overload berkurang

4. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.

Indikasi: :

1. Kehilangan darah >20% dan kehilangan volume darah lebih dari

1000 ml.

2. Hemoglobin <8 gr/dl.

13

3 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

Page 15: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

3. Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya

empisema, atau penyakit jantung iskemik)

4. Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator. (6)

2. Transfusi Suspensi Trombosit

Suspensi trombosit dapat diperoleh dari 1 unit darah lengkap segar donor

tunggal, atau dari darah donor dengan cara/ melalui tromboferesis. Komponen ini

masih mengandung sedikit sel darah merah, leukosit, dan plasma. Komponen ini

ditransfusikan dengan tujuan menghentikan perdarahan karena trombositopenia,

atau untuk mencegah perdarahan yang berlebihan pada pasien dengan

trombositopenia yang akan mendapatkan tindakan invasive.

Indikasi transfusi trombosit pada anak, remaja dan bayi

Anak-anak dan remaja

Trombosit <10x109/L dan perdarahan

Trombosit <10x109/L dan prosedur invasif

Trombosit <20x109/L dan kegagalan sumsum tulang dengan faktor risiko

perdarahan tambahan

Defek trombosit kumulatif dan perdarahan atau prosedur invasive

Bayi berusia < 4 bulan

Trombosit <100x109/L dan perdarahan

Trombosit <50x109/L dan prosedur invasif

Trombosit <20x109/L dan secara klinis stabil

Trombosit <100x109/L dan secara klinis tidak stabil (3)

Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang

disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang

dapat menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. Transfusi

trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena trombositopenia.

Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3 hari.(1)

14

Page 16: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :

1. Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya

kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura,

leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang

karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas.

2. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal

juga memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.

Rumus Transfusi Trombosit

BB x 1/13 x 0.3

Macam sediaan:

Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)

Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar.

Penyimpanan 34°C sebaiknya 24 jam.

Platelet Concentrate (trombosit pekat)

Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan 20°±2°C.

Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post transfusi pada

dewasa rata-rata 5.000-10.000/ul. Efek samping berupa urtikaria, menggigil,

demam, alloimunisasi Antigen trombosit donor.

Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada Platelet Rich

Plasma, sehingga diperoleh endapan yang merupakan pletelet concentrate dan

kemudian memisahkannya dari plasma yang diatas yang berupa Platelet Poor

Plasma. Masa simpan ± 48-72 jam.(3)

3. Tranfusi Plasma Segar Beku (fresh frozen plasma)

Plasma segar beku adalah bagian cair dari darah lengkap yang dipisahkan

kemudian dibekukan dalam waktu 8 jam setelah pengambilan darah. Hingga

sekarang, komponen ini masih diberikan untuk defisiensi berbagai factor

pembekuan. (Bila ada/ tersedia, harus diberikan factor pembekuan yang spesifik

sesuai dengan defisiensinya).

15

Page 17: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

Plasma beku segar ditransfusikan untuk mengganti kekurangan protein

plasma yang secara klinis nyata, dan defisiensi faktor pembekuan II, V, VII, X

dan XI. Kebutuhan akan plasma beku segar bervariasi tergantung dari faktor

spesifik yang akan diganti.

Komponen ini dapat diberikan pada trauma dengan perdarahan hebat atau

renjatan (syok), penyakit hati berat, imunodefisiensi tanpa ketersediaan preparat

khusus, dan pada bayi dengan enteropati disertai kehilangan protein (protein

losing enteropathy). Meskipun demikian, penggunaan komponen ini sekarang

semakin berkurang. Dan bila diperlukan, maka dosisnya 20-40 ml/ kgBB/hari.

Indikasi lain transfusi plasma beku segar adalah sebagai cairan pengganti

selama penggantian plasma pada penderita dengan purpura trombotik

trombositopenik atau keadaan lain dimana plasma beku segar diharapkan

bermanfaat, misalnya tukar plasma pada penderita dengan perdarahan dan

koagulopati berat. Transfusi plasma beku segar tidak lagi dianjurkan untuk

penderita dengan hemofilia A atau B yang berat, karena sudah tersedia konsentrat

faktor VIII dan IX yang lebih aman. Plasma beku segar tidak dianjurkan untuk

koreksi hipovolemia atau sebagai terapi pengganti imunoglobulin karena ada

alternatif yang lebih aman, seperti larutan albumin atau imunoglobulin intravena.(2)

4. Cryopresipitate

Komponen utama yang terdapat di dalamnya faktor VIII, faktor

pembekuan XIII, faktor Von Willbrand dan fibrinogen. Penggunaannya ialah

untuk menghentikan perdarahan karena kurangnya faktor VIII di dalam darah

penderita hemofili A.

Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak

melalui tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab

komponen ini tidak tahan pada suhu kamar. 

Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun,

ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek sampingnya berupa

16

Page 18: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

demam dan alergi. Satu kantong (30 ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-

200 mg fibrinogen, faktor von wilebrand, dan faktor XIII.

Indikasi :

- Hemophilia A

- Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi

- Penyakit von wilebrand

Rumus Kebutuhan Cryopresipitate : (3)

0.5x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

5. Albumin

Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen

dipisahkan dari plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan sampai

menjadi cairan 5% atau 20%. Pada 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan

osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa.

Rumus Kebutuhan Albumin

∆ albumin x BB x 0.4

6. Kompleks faktor IX

Komponen ini disebut juga kompleks protrombin, mengandung factor

pembekuan yang tergantung vitamin K, yang disintesis di hati, seperti factor VII,

IX, X, serta protrombin. Sebagian ada pula yang mengandung protein C.

Komponen ini biasanya digunakan untuk pengobatan hemofilia B. Kadang

diberikan pada hemofilia yang mengandung inhibitor factor VIII dan pada

beberapa kasus defisiensi factor VII dan X. Dosis yang dianjurkan adalah 80-100

unit/kgBB setiap 24 jam.(1)

7. Imunoglobulin

Komponen ini merupakan konsentrat larutan materi zat anti dari plasma,

dan yang baku diperoleh dari kumpulan sejumlah besar plasma. Komponen yang

17

Page 19: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

hiperimun didapat dari donor dengan titer tinggi terhadap penyakit seperti

varisela, rubella, hepatitis B, atau rhesus. Biasanya diberikan untuk mengatasi

imunodefisiensi, pengobatan infeksi virus tertentu, atau infeksi bakteri yang tidak

dapat diatasi hanya dengan antibiotika dan lain-lain. Dosis yang digunakan adalah

1-3 ml/kgBB.

8. Transfusi darah autologus

Transfusi jenis ini menggunakan darah pasien sendiri, yang dikumpulkan

terlebih dahulu, untuk kemudian ditransfusikan lagi. Hal ini sebagai pilihan jika

pasien memiliki zat anti dan tak ada satu pun golongan darah yang cocok, juga

jika pasien berkeberatan menerima donor orang lain. Meski demikian, tetap saja

bisa terdapat efek samping dan reaksi transfusi seperti terjadinya infeksi.(5)

GOLONGAN DARAH DAN CARA PENGUMPULAN DARAH

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya

perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.

Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah

penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh).

- Sistem ABO

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang

terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:

Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen

A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen

B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A hanya

dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A atau O.

Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel

darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum

darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B hanya dapat menerima

darah dari orang dengan dolongan darah B atau O

18

Page 20: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen

A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.

Sehingga, orang dengan golongan darah AB dapat menerima darah dari orang

dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun,

orang dengan golongan darah AB tidak dapat mendonorkan darah kecuali

pada sesama AB.

Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi

memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan

golongan darah O dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan

golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang

dengan golongan darah O hanya dapat menerima darah dari sesama O.

- Sistem Rhesus

Sistem rhesus ini ditemukan melalui penyuntikan sel-sel darah merah

kera Macacca rhesus kepada marmot (guinea-pig) untuk mendapatkan anti

serum. Anti serum yang didapat ternyata bereaksi dengan sel-sel darah

merah. ,antigen-Rh yang ditemukan dalam darah kera Macaca rhesus oleh

Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 itu juga ditemukan dalam darah

manusia.

Berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia

dibedakan atas dua kelompok, yaitu :

1. Rhesus positif, bila dalam darah merahnya terdapat faktor Rh pada

permukaan sel darah merahnya.

2. Rhesus negatif, bila dalam darah merahnya tidak terdapat faktor Rh

pada permukaan sel darah merahnya.

Jika seseorang Rh(+), maka ia dapat menerima darah dengan Rh(+) atau Rh

(-). Sedangkan orang dengan Rh(-), hanya bisa menerima darah dengan Rh (-) saja.

Oleh karena itu darah Rh(-) sering disediakan untuk operasi-operasi darurat dimana

tidak ada waktu lagi untuk melakukan pengecekan golongan darah seseorang.

Untuk dapat menyumbangkan darah, seorang donor darah harus memenuhi

syarat sebagai berikut: (1)

19

Page 21: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

1. Calon donor harus berusia 17-60 tahun,

2. Berat badan minimal 50 kg

3. Kadar hemoglobin >12,5 gr%

4. Tekanan darah 100-150 (sistole) dan 70-100 (diastole).

5. Nadi 30-100x/menit teratur

6. Menandatangani formulir pendaftaran

7. Tidak mengalami gangguan pada pembekuan darah

8. Lulus pengujian kondisi berat badan, hemoglobin, golongan darah, dan

pemeriksaan oleh dokter

9. Untuk menjaga kesehatan dan keamanan darah, calon donor tidak

boleh dalam kondisi atau menderita sakit seperti alkoholik, penyakit

hepatitis, diabetes militus, epilepsi, atau kelompok masyarakat risiko

tinggi mendapatkan AIDS serta mengalami sakit seperti demam atau

influensa, baru saja dicabut giginya kurang dari tiga hari, pernah

menerima transfusi kurang dari setahun, begitu juga untuk yang belum

setahun melakukan tato , menindik, atau akupunktur; hamil atau

sedang menyusui.

Penyumbang darah (donor) dilihat keadaan kesehatannya.

Denyut nadi, tekanan darah dan suhu tubuhnya diukur, dan contoh darahnya diperiksa

untuk mengetahui adanya anemia.

Ditanyakan apakah pernah atau sedang menderita keadaan tertentu yang

menyebabkan darah mereka tidak memenuhi syarat untuk disumbangkan.

Keadaan tersebut adalah hepatitis, penyakit jantung, kanker (kecuali bentuk tertentu

misalnya kanker kulit yang terlokalisasi), asma yang berat, malaria, kelainan

perdarahan, AIDS dan kemungkinan tercemar oleh virus AIDS.

Hepatitis, kehamilan, pembedahan mayor yang baru saja dijalani, tekanan

darah tinggi yang tidak terkendali, tekanan darah rendah, anemia atau pemakaian obat

tertentu, untuk sementara waktu bisa menyebabkan tidak terpenuhinya syarat untuk

menyumbangkan darah. Biasanya donor tidak diperbolehkan menyumbangkan

darahnya lebih dari 1 kali setiap 2 bulan.

Untuk yang memenuhi syarat, menyumbangkan darah adalah aman.

Keseluruhan proses membutuhkan waktu sekitar 1 jam, pengambilan darahnya sendiri

20

Page 22: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

hanya membutuhkan waktu 10 menit. Biasanya ada sedikit rasa nyeri pada saat jarum

dimasukkan, tetapi setelah itu rasa nyeri akan hilang.

Standard unit pengambilan darah hanya sekitar 0,48 liter.

Darah segar yang diambil disimpan dalam kantong plastik yang sudah mengandung

bahan pengawet dan komponen anti pembekuan.

Sejumlah kecil contoh darah dari penyumbang diperiksa untuk mencari

adanya penyakit infeksi seperti AIDS, hepatitis virus dan sifilis. Darah yang

didinginkan dapat digunakan dalam waktu selama 42 hari. Pada keadaan tertentu,

(misalnya untuk mengawetkan golongan darah yang jarang), sel darah merah bisa

dibekukan dan disimpan sampai selama 10 tahun.

Karena transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien dapat berbahaya,

maka darah yang disumbangkan, secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya;

apakah golongan A, B, AB atau O dan Rh-positif atau Rh-negatif. Sebagai tindakan

pencegahan berikutnya, sebelum memulai transfusi, pemeriksa mencampurkan setetes

darah donor dengan darah resipien untuk memastikan keduanya cocok: teknik ini

disebut cross-matching.

Crossmatch adalah pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai atau tidak

sesuainya darah donor dengan darah resipien. Dilakukan sebelum

transfusi darah dan bila terjadi reaksi transfusi darah.

Terdapat dua cara pemeriksaan, yaitu:

1. Crossmatch mayor : mencampur enitrosit donor (aglutinongen donor) dengan

serum resipien (aglutinin resipien)

2. Crossmatch minor : mencampur eritrosit resipien (aglutinongen resipien)

dengan serum donor (aglutinin donor)

Cara menilai hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut:

- Bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan

aglutinasi eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesuai dengan darah

resipien sehingga transfusi darah boleh dilakukan, bila crossmatch mayor

menghasilkan aglutinasi, tanpa memperhatikan hasil Crossmatch minor,

diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan darah resipien sehingga

transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor itu.

- Bila Crossmatch mayor tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan dengan

Crossmatch minor terjadi aglutinasi, maka Crossmatch minor harus diulangi

dengan menggunakan serum donor yang diencerkan. Bila pemeriksaan

21

Page 23: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

terakhir ini ternyata tidak menghasilkan aglutinasi, maka transfusi darah masih

dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor tersebut. Bila pemeriksaan

dengan serum donor yang diencerkan menghasilkan aglutinasi, maka darah

donor

itu tidak dapat ditransfusikan.

KOMPLIKASI TRANFUSI DARAH

1. Reaksi transfusi darah secara umum

Tidak semua reaksi transfusi dapat dicegah. Ada langkah-langkah tertentu

yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya reaksi transfusi, walaupun

demikian tetap diperlukan kewaspadaan dan kesiapan untuk mengatasi setiap

reaksi transfusi yang mungkin terjadi. Ada beberapa jenis reaksi transfusi dan

gejalanya bermacam-macam serta dapat saling tumpang tindih. Oleh karena itu,

apabila terjadi reaksi transfusi, maka langkah umum yang pertama kali dilakukan

adalah menghentikan transfusi, tetap memasang inf

us untuk pemberian cairan NaCl 0,9% dan segera memberitahu dokter jaga

dan bank darah.

2. Reaksi Transfusi Hemolitik Akut

Reaksi transfusi hemolitik akut (RTHA) terjadi hampir selalu karena

ketidakcocokan golongan darah ABO (antibodi jenis IgM yang beredar) dan

sekitar 90%-nya terjadi karena kesalahan dalam mencatat identifikasi pasien atau

unit darah yang akan diberikan.(1,2)

Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHA adalah demam dengan

atau tanpa menggigil, mual, sakit punggung atau dada, sesak napas, urine

berkurang, hemoglobinuria, dan hipotensi. Pada keadaan yang lebih berat dapat

terjadi renjatan (shock), koagulasi intravaskuler diseminata (KID), dan/atau gagal

ginjal akut yang dapat berakibat kematian.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:

(a) meningkatkan perfusi ginjal,

22

Page 24: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

(b) mempertahankan volume intravaskuler,

(c) mencegah timbulnya DIC.2,3

3. Reaksi Transfusi Hemolitik Lambat

Reaksi transfusi hemolitik lambat (RTHL) biasanya disebabkan oleh

adanya antibodi yang beredar yang tidak dapat dideteksi sebelum transfusi

dilakukan karena titernya rendah. Reaksi yang lambat menunjukkan adanya selang

waktu untuk meningkatkan produksi antibodi tersebut. Hemolisis yang terjadi

biasanya ekstravaskuler.(1)

Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHL adalah demam, pucat,

ikterus, dan kadang-kadang hemoglobinuria. Biasanya tidak terjadi hal yang perlu

dikuatirkan karena hemolisis berjalan lambat dan terjadi ekstravaskuler, tetapi

dapat pula terjadi seperti pada RTHA. Apabila gejalanya ringan, biasanya tanpa

pengobatan. Bila terjadi hipotensi, renjatan, dan gagal ginjal, penatalaksanaannya

sama seperti pada RTHA.(4)

4. Reaksi Transfusi Non-Hemolitik

a. Demam

Demam merupakan lebih dari 90% gejala reaksi transfusi. Umumnya

ringan dan hilang dengan sendirinya. Dapat terjadi karena antibodi resipien

bereaksi dengan leukosit donor. Demam timbul akibat aktivasi komplemen dan

lisisnya sebagian sel dengan melepaskan pirogen endogen yang kemudian

merangsang sintesis prostaglandin dan pelepasan serotonin dalam hipotalamus.

Dapat pula terjadi demam akibat peranan sitokin (IL-1b dan IL-6). Umumnya

reaksi demam tergolong ringan dan akan hilang dengan sendirinya.

b. Reaksi alergi

Reaksi alergi (urtikaria) merupakan bentuk yang paling sering muncul,

yang tidak disertai gejala lainnya. Bila hal ini terjadi, tidak perlu sampai harus

menghentikan transfusi. Reaksi alergi ini diduga terjadi akibat adanya bahan

terlarut di dalam plasma donor yang bereaksi dengan antibodi IgE resipien di

permukaan sel-sel mast dan eosinofil, dan menyebabkan pelepasan histamin.

Reaksi alergi ini tidak berbahaya, tetapi mengakibatkan rasa tidak nyaman dan

23

Page 25: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

menimbulkan ketakutan pada pasien sehingga dapat menunda transfusi.

Pemberian antihistamin dapat menghentikan reaksi tersebut.

c. Reaksi anafilaktik

Reaksi yang berat ini dapat mengancam jiwa, terutama bila timbul pada

pasien dengan defisiensi antibodi IgA atau yang mempunyai IgG anti IgA dengan

titer tinggi. Reaksinya terjadi dengan cepat, hanya beberapa menit setelah

transfusi dimulai. Aktivasi komplemen dan mediator kimia lainnya meningkatkan

permeabilitas vaskuler dan konstriksi otot polos terutama pada saluran napas yang

dapat berakibat fatal. Gejala dan tanda reaksi anafilaktik biasanya adalah

angioedema, muka merah (flushing), urtikaria, gawat pernapasan, hipotensi, dan

renjatan.

Penatalaksanaannya adalah :

(1) Menghentikan transfusi dengan segera,

(2) Tetap infus dengan NaCl 0,9% atau kristaloid,

(3) Berikan antihistamin dan epinefrin.

Pemberian dopamin dan kortikosteroid perlu dipertimbangkan. Apabila terjadi

hipoksia, berikan oksigen dengan kateter hidung atau masker atau bila perlu

melalui intubasi.(1,2)

5. Efek samping lain dan resiko lain transfusi

a. Komplikasi dari transfusi massif

Transfusi massif adalah transfusi sejumlah darah yang telah disimpan,

dengan volume darah yanglebih besar daripada volume darah resipien dalam

waktu 24 jam. Pada keadaan ini dapat terjadi hipotermia bila darah yang

digunakan tidak dihangatkan, hiperkalemia, hipokalsemia dan kelainan koagulasi

karena terjadi pengenceran dari trombosit dan factor- factor pembekuan.

Penggunaan darah simpan dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya

beberapa komplikasi diantaranya adalah kelainan jantung, asidosis, kegagalan

hemostatik, acute lung injury.

b. Penularan penyakit Infeksi

1) Hepatitis virus

Penularan virus hepatitis merupakan salah satu bahaya/ resiko besar pada

transfusi darah. Diperkirakan 5-10 % resipien transfusi darah

menunjukkan kenaikan kadar enzim transaminase, yang merupakan

24

Page 26: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

bukti infeksi virus hepatitis. Sekitar 90% kejadian hepatitis pasca

transfusi disebabkan oleh virus hepatitis non A non B. Meski sekarang

ini sebagian besar hepatitis pasca transfusi ini dapat dicegah melalui

seleksi donor yang baik dan ketat, serta penapisan virus hepatitis B dan

C, kasus tertular masih tetap terjadi. Perkiraan resiko penularan hepatitis

B sekitar 1 dari 200.000 dan hepatitis C lebih besar yaitu sekitar

1:10.000.

2) AIDS (Acquired Immune Deficiency syndrome)

Penularan retrovirus HIV telah diketahui dapat terjadi melalui transfusi

darah, yaitu dengan rasio 1:670.000, meski telah diupayakan

penyaringan donor yang baik dan ketat.

3) Infeksi CMV

Penularan CMV terutama berbahaya bagi neonatus yang lahir premature

atau pasien dengan imunodefisiensi. Biasanya virus ini menetap di

leukosit danor, hingga penyingkiran leukosit merupakan cara efektif

mencegah atau mengurangi kemungkinan infeksi virus ini. Transfusi sel

darah merah rendah leukosit merupakan hal terbaik mencegah CMV ini. (1,2)

4) Penyakit infeksi lain yang jarang

Beberapa penyakit walaupun jarang, dapat juga ditularkan melalui

transfusi adalah malaria, toxoplasmosis, HTLV-1, mononucleosis

infeksiosa, penyakit chagas (disebabkan oleh trypanosoma cruzi), dan

penyakit CJD ( Creutzfeldt Jakob Disease).

Pencemaran oleh bakteri juga mungkin terjadi saat pengumpulan darah

yang akan ditransfusikan. Pasien yang terinfeksi ini dapat mengalami

reaksi transfusi akut, bahkan sampai mungkin renjatan. Keadaan ini

perlu ditangani seperti pada RTHA ditambah dengan pemberian

antibiotic yang adekuat.

5) GVHD(Graft versus Host disease)

GVHD merupakan reaksi/ efek samping lain yang mungkin terjadi pada

pasien dengan imunosupresif atau pada bayi premature. Hal ini terjadi

oleh karena limfosit donor bersemai (engrafting) dalam tubuh resipien

dan bereaksi dengan antigen penjamu. Reaksi ini dapat dicegah dengan

25

Page 27: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

pemberian komponen SDM yang diradiasi atau dengan leukosit rendah.(3)

26

Page 28: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

BAB III

KESIMPULAN

1. Transfusi darah adalah suatu rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan, pemikiran dasar pada transfusi adalah cairan intravaskuler dapat diganti atau disegarkan dengan cairan pengganti yang sesuai dari luar tubuh.

2. Peran penting darah adalah :

a. Sebagai organ transportasi, khususnya oksigen (O2), yang dibawa dari paru-paru dan diedarkan ke seluruh tubuh dan kemudian mengangkut sisa pembakaran (CO2) dari jaringan untuk dibuang keluar melalui paru-paru.

b. Sebagai organ pertahanan tubuh (imunologik), khususnya dalam menahan invasi berbagai jenis mikroba pathogen dan antigen asing.

c. Peranan darah dalam menghentikan perdarahan (mekanisme homeostasis) sebagai upaya untuk mempertahankan volume darah apabila terjadi kerusakan pada pembuluh darah.

3. Tujuan transfusi darah adalah:

(1) Mengembalikan dan mempertahankan volume yang normal peredaran darah,

(2) Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah,

(3) Meningkatkan oksigenasi jaringan,

(4) Memperbaiki fungsi homeostasis,

(5) Tindakan terapi khusus.

4. Darah dapat pula disimpan dalam bentuk komponen- komponen darah yaitu: eritrosit, leukosit, trombosit, plasma dan factor- factor pembekuan darah dengan proses tertentu yaitu dengan Refrigerated Centrifuge.

5. Secara garis besar Indikasi Transfusi Darah adalah:

a. Untuk mengembalikan dan mempertahankan suatu volume peredaran darah yang normal, misalnya pada anemia karena perdarahan, trauma bedah, atau luka bakar luas.

b. Untuk mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah, misalnya pada anemia, trombositopenia, hipoprotrombinemia, hipofibrinogenemia, dan lain-lain.

6. Gejala dan tanda yang dapat timbul pada Reaksi Tranfusi Hemolitik Akut adalah demam dengan atau tanpa menggigil, mual, sakit punggung atau dada, sesak napas, urine berkurang, hemoglobinuria, dan hipotensi. Pada keadaan yang lebih berat dapat terjadi renjatan (shock), koagulasi intravaskuler diseminata (KID), dan/atau gagal ginjal akut yang dapat berakibat kematian

27

Page 29: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

7. Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHL adalah demam, pucat, ikterus, dan kadang-kadang hemoglobinuria.

8. Reaksi Transfusi Non-Hemolitik

a. Demamb. Reaksi alergic. Reaksi anafilaktik

9. Penularan penyakit infeksi pada tranfusi

a. Hepatitis virusb. AIDSc. Penyakit CMVd. Penyakit infeksi lain yang jarange. Graft Versus Host disease

Transfusi darah merupakan bentuk terapi yang dapat menyelamatkan jiwa.

Berbagai bentuk upaya telah dan hampir dapat dipastikan akan dilaksanakan, agar

transfusi menjadi makin aman, dengan resiko yang makin kecil. Meskipun

demikian, transfusi darah belum dapat menghilangkan secara mutlak resiko dan

efek sampingnya.Untuk itulah indikasi transfusi haruslah ditegakkan dengan

sangat hati- hati, karena setiap transfusi yang tanpa indikasi adalah suatu

kontraindikasi. Maka untuk memutuskan apakah seorang pasien memerlukan

transfusi atau tidak, harus mempertimbangkan keadaan pasien menyeluruh. Pada

pemberian transfusi sebaiknya diberikan komponen yang diperlukan secara

spesifik untuk mengurangi resiko terjadinya reaksi transfusi. Indikasi untuk

pelaksanaan transfusi didasari oleh penilaian secara klinis dan hasil pemeriksaan

laboratorium.

Menyadari hal ini, maka perlu kiranya mereka yang terlibat dalam praktek

transfusi darah mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam bidang ilmu

kedokteran transfusi (transfusion medicine).

28

Page 30: Referat Anastesi Darah-2-1 Ok

DAFTAR PUSTAKA

1. Latief SA, Suryadi KA, Cachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua,

Jakarta Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI : 2002

2. Ramelan S, Gatot D, Transfusi Darah Pada Bayi dan Anak dalam Pendidikan

Kedokteran berkelanjutan (Continuing Medical Education) Pediatrics Updates,

2005, Jakarta, IDAI cabang Jakarta, halaman: 21-30

3. Sudoyo AW, Setiohadi B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Keempat.

Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006

4. Palang Merah Indonesia. Pelayanan Transfusi Darah, 2002

http://www.palangmerah.org/pelayanan transfusi.asp

5. Sudarmanto B, Mudrik T, AG Sumantri, Transfusi Darah dan Transplantasi dalam

Buku Ajar Hematologi- Onkologi Anak, 2005, Jakarta, Balai Penerbit IDAI,

halaman: 217-225

6. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http:/

www.merckmanuals.com/home/blood_disorders/blood_transfusion/

types_of_transfusions.html Accessed on 26 November 2013.

29