r.bab ii

Upload: ideajogja

Post on 29-May-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/9/2019 r.BAB II

    1/21

    BAB II

    GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

    2.1 Kondisi Geografi

    Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Daerah

    Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten

    Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi Daerah

    Istimewa Yogyakarta.

    Kabupaten Gunungkidul terletak di sebelah tenggara Kota Yogyakarta (Ibu kota

    Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Jarak Wonosari sebagai Ibukota Kabupaten

    Gunungkidul dengan Kota Yogyakarta 39 km.

    Letak geografis Kabupaten Gunungkidul sebagai berikut:

    Tabel 1.Letak Geografis Kabupaten Gunungkidul

    Letak Ujung Bujur/Lintang Derajat Letak Geografis

    Barat Bujur Timur 110 21Timur Bujur Timur 110 50Utara Lintang Selatan 7 46

    Selatan Lintang Selatan 8 09

    Wilayah Kabupaten Gunungkidul selain berbatasan dengan kabupaten-kabupaten

    lain di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga berbatasan dengan kabupaten-

    kabupaten dari Propinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia.

    Batas wilayah Kabupaten Gunungkidul sebagai berikut :

    Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman

    (Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

    Sebelah Utara : Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo

    (Propinsi Jawa Tengah)

    Sebelah Timur : Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah)

    Sebelah Selatan : Samudera Hindia

    6

  • 8/9/2019 r.BAB II

    2/21

    Wilayah Kabupaten Gunungkidul terletak pada ketinggian yang bervariasi antara

    0800 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kabupaten

    Gunungkidul yaitu 1.341,71 km2 atau 90,33 % berada pada ketinggian 100500 m

    di atas permukaan laut (dpl). Sedangkan sisanya 7,75 % terletak pada ketinggian

    kurang dari 100 m dpl, dan 1,92 % terletak pada ketinggian lebih dari 500-

    1.000 m dpl.

    Lahan di Kabupaten Gunungkidul mempunyai tingkat kemiringan yang bervariasi

    18,19 %, diantaranya merupakan daerah datar dengan tingkat kemiringan 0%2 %,

    sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan antara 15%40% sebesar 39,54 %

    dan untuk tingkat kemiringan lebih dari 40% sebesar 15,95 %.

    Jenis tanah di wilayah Kabupaten Gunungkidul cukup beragam, dengan rincian

    sebagai berikut:

    * Latosol, dengan batuan induk kompleks sedimen tufan dan batuan vulkanik,

    yang terletak pada wilayah bergunung-gunung, tersebar di wilayah Kecamatan

    Patuk bagian Utara dan Selatan, Gedangsari, Ngawen, Semin bagian Timur, dan

    Ponjong bagian Utara

    * Kompleks latosol dan mediteran merah, dengan batuan induk batuan gamping,

    bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit, terdapat di wilayah Kecamatan

    Panggang, Purwosari, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Semanu bagian Selatan

    dan Timur, Rongkop, Girisubo, serta Ponjong bagian Selatan.

    * Asosiasi mediteran merah dan renzina, dengan batuan induk batu gamping,

    bentuk wilayah berombak sampai bergelombang, terdapat di wilayah Kecamatan

    Ngawen bagian Selatan, Nglipar, Karangmojo bagian Barat dan Utara, Semanu

    bagian Barat, Wonosari bagian Timur, Utara dan Selatan, Playen bagian Barat

    dan Utara, serta Paliyan bagian Selatan.

    * Grumosol hitam, dengan batuan induk batu gamping, bentuk wilayah datar

    sampai bergelombang, terdapat di wilayah Kecamatan Playen bagian Selatan,Wonosari bagian Barat, Paliyan bagian Utara, dan Ponjong bagian Selatan.

    * Asosiasi latosol merah dan litosol, dengan bahan induk tufan dan batuan

    vulkanik intermediet, bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit, terdapat di

    wilayah Kecamatan Semin bagian Utara, Patuk bagian Selatan, dan Playen

    bagian Barat.

    7

  • 8/9/2019 r.BAB II

    3/21

    Tekstur tanah di Kabupaten Gunungkidul dibedakan atas dasar komposisi

    komponen pasir, debu, dan lempung, sehingga secara garis besar dipilahkan

    menjadi tekstur kasar, sedang, dan halus.

    Curah hujan rata-rata Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2004 sebesar 1382 mm

    dengan jumlah hari hujan rata-rata 89 hari. Bulan basah 45 bulan, sedangkan

    bulan kering berkisar antara 78 bulan. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober

    Nopember dan berakhir pada bulan MaretApril setiap tahunnya. Puncak curah

    hujan dicapai pada bulan Desember Pebruari. Wilayah Kabupaten Gunungkidul

    bagian Utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding

    wilayah tengah dan selatan, sedangkan wilayah Gunungkidul bagian selatan

    mempunyai awal hujan paling akhir.

    Suhu udara Kabupaten Gunungkidul untuk suhu rata-rata harian 27,7 C, suhu

    minimum 23,2C dan suhu maksimum 32,4 C. Kelembaban nisbi di Kabupaten

    Gunungkidul berkisar antara 80% 85%. Kelembaban nisbi ini bagi wilayah

    Kabupaten Gunungkidul tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih

    dipengaruhi oleh musim. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan JanuariMaret,

    sedangkan terendah pada bulan September.

    Di Kabupaten Gunungkidul terdapat dua daerah aliran sungai (DAS) permukaan

    yaitu DAS OpakOyo dan DAS Dengkeng. Masing-masing DAS itu terdiri dari

    beberapa Sub DAS yang berfungsi untuk mengairi areal pertanian, juga terdapat

    DAS bawah permukaan yaitu DAS Bribin.

    Air permukaan (sungai dan mata air) banyak dijumpai di Gunungkidul wilayah utara

    dan tengah. Di wilayah tengah beberapa tempat mempunyai air tanah yang cukup

    dangkal dan dimanfaatkan untuk sumur ladang. Wilayah selatan Gunungkidulmerupakan kawasan karst yang jarang ditemukan air permukaan. Di wilayah ini

    dijumpai sungai bawah tanah seperti Bribin, Ngobaran, dan Seropan serta

    ditemukan juga telaga musiman yang multiguna bagi penduduk sekitarnya.

    8

  • 8/9/2019 r.BAB II

    4/21

    Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1659 K/

    40/MEN/2004 Tanggal 1 Desember 2004 tentang Penetapan Kawasan Karst

    Gunungsewu dan Pacitan Timur, untuk Kabupaten Gunungkidul kawasan yang

    ditetapkan sebagai kawasan karstadalah kawasan perbukitan batu gamping yang

    terletak di Kecamatan Wonosari, Ponjong, Panggang, Semanu, Purwosari, Paliyan,

    Saptosari, Rongkop, Tanjungsari, Tepus, dan Girisubo. Kawasan tersebut perlu

    dikelola sesuai dengan daya dukung lingkungannya dalam upaya mengoptimalkan

    pemanfaatan potensi kawasan karst yang berkelanjutan dan berwawasan

    lingkungan.

    Jumlah sungai di Kabupaten Gunungkidul ada 14 buah, sebagian besar terdapat di

    wilayah utara. Sungai terbesar di Kabupaten Gunungkidul adalah Sungai Oyo

    dengan lokasi mata air di Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah) dan

    bermuara di Samudera Hindia.

    Jumlah mata air di wilayah Kabupaten Gunungkidul ada 215 buah, sedangkan

    jumlah telaga ada 252 buah. Di wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian tengah dan

    sebagian kecil wilayah selatan terdapat sumur bor (deep well) sebanyak 55 buah

    dengan fungsi untuk irigasi pertanian dan untuk air minum penduduk setempat.

    Untuk kepentingan irigasi, satu sumur bor mempunyai kemampuan oncoran antara

    1550 ha. Kemampuan masing-masing sumur tergantung pada debit airnya.

    Beberapa sungai bawah tanah dimanfaatkan airnya untuk memenuhi kebutuhan air

    baku/air bersih bagi rumah tangga antara lain, di Bribin, Ngobaran, Seropan, dan

    Baron. Air sungai bawah tanah juga dirintis untuk kepentingan irigasi pertanian

    seperti Seropan untuk wilayah Kecamatan Semanu.

    Atas dasar topografi, jenis batuan, jenis tanah, ketinggian wilayah, dan keadaanhidrologi/sumber air, wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi tiga zone

    wilayah sebagai berikut:

    a) Zone Utara atau Zone Batur Agung; meliputi wilayah Kecamatan Patuk,

    Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin dan Ponjong Utara, bentuk wilayah

    berbukit, bergunung, tinggi dari permukaan laut 200700 meter di atas

    9

  • 8/9/2019 r.BAB II

    5/21

    permukaan laut, jenis tanah didominasi latosol dengan batuan induk vulkanik dan

    sedimen tufan. Kisaran curah hujan per tahun 20002500 mm, memiliki sungai

    di atas tanah dan banyak ditemukan sumber air. Wilayah ini potensial untuk

    tanaman tahunan (tanaman perkebunan, buah-buahan, dan kayu-kayuan),

    tanaman semusim (padi, palawija), budidaya perikanan darat, pembibitan, dan

    penggemukan ternak.

    b) Zone Tengah atau Zone Ledok Wonosari atau Cekungan Wonosari, meliputi

    wilayah Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong Tengah, dan

    Semanu bagian Utara. Bentuk wilayah landai sampai bergelombang, ketinggian

    dari permukaan laut 150200 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah

    didominasi oleh asosiasi mediteran merah dan grumosol hitam dengan bahan

    induk batu kapur. Kisaran curah hujan per tahun 18002000 mm, terdapat

    sungai permukaan, sumber air dan diduga terdapat sungai bawah tanah.

    Wilayah zone tengah potensial untuk tanaman semusim (padi, palawija dan

    sayuran), tanaman tahunan seperti tanaman buah-buahan dan kayu-kayuan,

    budidaya perikanan darat dan usaha penggemukan maupun pembibitan ternak.

    c) Zone Selatan atau Zone Gunung Seribu, meliputi wilayah Kecamatan Purwosari,

    Panggang, Saptosari, Paliyan, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, Girisubo, Semanu

    Selatan, dan Ponjong Selatan. Bentuk wilayah berbukit-bukit, tinggi dari

    permukaan laut 0300 meter di atas permukaan laut, jenis tanah didominasi

    oleh tanah komplek litosol dan mediteran merah dengan bahan induk batuan

    kapur. Di zone ini ditemukan sungai-sungai di bawah tanah. Potensial untuk

    tanaman lahan kering (padi gogo dan palawija), tanaman buah-buahan (pisang,

    srikoyo, sirsat, dll), budidaya perikanan perairan darat (telaga) dan perikanan

    tangkap serta untuk usaha budidaya ternak (pembibitan dan penggemukan).

    2.2 Perekonomian Daerah

    2.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat dicerminkan daribeberapa indikator makro. Salah satu indikator makro yang sering dipakai

    untuk melihat keberhasilan pembangunan adalah Produk Domestik Regional

    Bruto (PDRB). Besarnya nilai PDRB yang berhasil dicapai dan

    perkembangannya merupakan refleksi dari kemampuan daerah dalam

    mengelola sumberdaya alam dan sumber daya manusia.

    10

  • 8/9/2019 r.BAB II

    6/21

    Berlangsungnya pelaksanaan pembangunan Kabupaten Gunungkidul saat

    ini juga ditunjukkan oleh adanya perkembangan sektor jasa yang yang

    cenderung naik walaupun pada tahun 2002 sedikit mengalami penurunan.

    Sifat sektor jasa adalah mudah tumbuh seiring banyaknya pelaksanaan

    pembangunan fisik, mudah dimasuki masyarakat tanpa memerlukan

    ketrampilan rumit, dan dari segi ekonomi lebih menjanjikan. Di sisi lain, sektor

    pertanian mengalami kecenderungan sulit naik atau lebih cenderung kearah

    stagnan, yang menandakan adanya kejenuhan dalam perkembangannya.

    Kedua fenomena di atas menunjukkan adanya transformasi ekonomi dari

    sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.

    Perkembangan sektor yang cenderung menurun dibandingkan tahun 2002dialami oleh Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pertambangan dan

    Penggalian, Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan dan Sektor

    Perdagangan, Hotel dan Restoran, tetapi kondisi ini belum dapat menjadi

    gambaran akan kejenuhan masing-masing sektor, karena sangat

    dimungkinkan belum digali secara maksimal.

    Kontributor sektor terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten

    Gunungkidul berasal dari Sektor Pertanian, yaitu 37,87 persen. Penyumbang

    terbesar ke dua adalah Sektor Jasa-jasa (14 %). Sedangkan penyumbang

    terkecil PDRB Kabupaten Gunungkidul adalah Sektor Listrik, Air dan Gas.

    Penyumbang terkecil ke dua adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian.

    Kondisi ini menunjukkan bahwa Sektor Pertanian saat ini masih menjadi

    andalan sebagai sumber matapencaharian masyarakat Gunungkidul, tetapi di

    masa mendatang aspek manajemen kelembagaan harus mendapatkan

    perhatian yang serius yaitu terobosan kebijaksanaan yang berarti, karena

    dampaknya langsung mengena pada laju perkembangan yang cenderung

    stagnan bahkan turun.

    11

  • 8/9/2019 r.BAB II

    7/21

    Gambar 1.

    Kontribusi Masing-masing Sektor Dalam Pembentukan

    PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2003

    Besarnya Sektor Pertanian dalam menyumbang PDRB terbesar merupakan

    refleksi dari luasnya lahan yang dimiliki dan mata pencaharian terbesar

    masyarakat Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai petani.

    Kecilnya peranan Sektor Pertambangan dalam memberikan kontribusi PDRB

    (hanya 3 %), sementara secara nyata potensinya besar, menunjukkan

    sumber daya alam potensial Kabupaten Gunungkidul yaitu bahan-bahan

    galian belum dimanfaatkan secara optimal. Kondisi ini menyebabkan, SektorPertambangan kurang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar,

    kurang mampu memberi upah yang memadai, dan kurang mampu menarik

    pajak serta retribusi yang efektif.

    2.2.2 Pertumbuhan Ekonomi per Sub Sektor

    Perkembangan peranan Sektor Pertanian dari tahun ke tahun yang semakin

    menurun adalah sebagai akibat dari turunnya peranan Sub Sektor Tanaman

    Bahan Makanan. Penurunan Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan iniberasal dari tanaman padi dan palawija, terutama padi sawah, ketela pohon,

    kacang tanah, dan kedelai.

    12

  • 8/9/2019 r.BAB II

    8/21

    Gambar 2.

    Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Tahun 1999-2003 (Juta Rupiah)

    Naiknya sumbangan sektor penyumbang terbesar kedua (SektorPerdagangan, Hotel dan Restoran) adalah ditopang dari Sub Sektor

    Perdagangan Besar dan Perdagangan Eceran. Sementara Sub Sektor Hotel

    dan Restoran peranannya masih relatif kecil, tetapi perkembangan relatif

    naik. Sumbangan ini merupakan refleksi dari hasil pengelolaan potensi

    wisata Kabupaten Gunungkidul yang mempunyai banyak obyek wisata alam

    yang potensial.

    Gambar 3.

    Perkembangan PDRB Sub Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

    Kabupaten Gunungkidul Tahun 1999-2003

    13

  • 8/9/2019 r.BAB II

    9/21

    Perkembangan PDRB di Sub Sektor Hotel dan Restoran yang cenderung

    naik, sangat ditunjang oleh usaha peningkatan pengoptimalan pengelolaan

    obyek wisata di sepanjang pantai selatan Gunungkidul. Potensi ini mencakup

    fenomena alam panorama, dan sumberdaya ikan laut. Obyek dan daya tarik

    wisata (ODTW) andalan Kabupaten Gunungkidul adalah pantai-pantai yang

    mempunyai panorama spesifik yaitu dari arah barat ke timur berturut-turut

    Pantai Girijati, Gesing, Ngobaran, Ngrenehan, Baron, Kukup, Sepanjang,

    Drini, Krakal, Ngobaran, Sundak, Siung, Wediombo, dan Sadeng. Semua

    pantai tersebut mempunyai bentuk spesifik (bentuk U) karena menempati

    bekas lembah uvala maupun polje. Selain itu terdapat keunikan topografi

    karst yang meliputi bukit- bukit karst, gua-gua karst dengan stalaktit dan

    stalakmitnya serta sungai- sungai bawah tanah.

    Bahan galian tambang yang merupakan potensi alam unggulan di

    Kabupaten Gunungkidul mempunyai peranannya kecil dalam pembentukan

    PDRB. Tetapi dari segi perkembangan cenderung naik seiring dengan

    semakin dikelolanya hasil-hasil pertambangan. Peranan Sektor

    Pertambangan ini hanya ditunjang pada Sub Sektor Pertambangan dan

    Penggalian. Pada tahun 2003 mampu menyumbang Rp 17.836 milyar.

    Gambar 4.Perkembangan PDRB Sub Sektor Penggalian

    Kabupaten Gunungkidul Tahun 1999 - 2003

    14

  • 8/9/2019 r.BAB II

    10/21

    2.2.3 PDRB Per Kapita

    Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran yang telah dicapai

    penduduk suatu daerah adalah dengan menghitung PDRB per kapitanya.

    Jika data tersebut disajikan secara berkala maka akan menunjukkan adanyaperubahan kemakmuran.

    Dilihat dari nilai PDRB per kapita atas dasar harga berlaku, pada tahun 2003

    terjadi peningkatan menjadi sebesar Rp 7,18 juta dibanding tahun 2002

    sebesar Rp 3,92 juta, atau meningkat 6,63%. Namun kenaikan tersebut

    belum menunjukkan kenaikan daya beli masyarakat karena kenaikan

    tersebut masih terpengaruh oleh adanya kenaikan harga.

    Untuk dapat melihat kenaikan daya beli masyarakat, secara umum tercermin

    dari kenaikan PDRB per kapita atas dasar harga konstan. Berdasarkan

    harga konstan, PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul mengalami

    kenaikan yaitu sebesar 1,62% menjadi Rp 1,313 juta pada tahun 2003.

    Dengan demikian meskipun secara nominal PDRB Kabupaten Gunungkidul

    cukup tinggi tetapi secara riil daya beli masyarakat hanya mengalami sedikit

    peningkatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya kenaikan pada PDRB per

    kapita atas dasar harga berlaku lebih didominasi oleh kenaikan harga-harga

    dibandingkan dengan kenaikan produksi riil.

    2.2.4 Potensi Ekonomi

    Potensi sumber ekonomi yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul cukup

    beragam, mulai dari pantai sampai perbukitan/pegunungan dengan segala

    kakayaan alam yang terkandung di dalamnya. Keadaan potensi sumberdaya

    alam Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut:

    1). Lahan Pertanian

    Lahan pertanian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagian besar

    adalah lahan kering tadah hujan ( 90 %) yang tergantung pada daur

    iklim khususnya curah hujan. Lahan sawah beririgasi relatif sempit dan

    sebagian besar sawah tadah hujan. Rincian lahan pertanian Kabupaten

    Gunungkidul adalah sebagai berikut:

    15

  • 8/9/2019 r.BAB II

    11/21

    a. Sawah irigasi setengah teknis 1.192 hektar

    b. Sawah irigasi sederhana 736 hektar

    c. Sawah irigasi non PU/desa 214 hektar

    d. Sawah tadah hujan 3.081 hektar

    e. Tegal 61.989 hektar

    f. Pekarangan 30.989 hektar

    g. Kolam/tambak 180 hektar

    Lahan sawah yang dapat ditanami padi sawah dua kali atau lebih dalam

    setahun seluas 653 ha. Lahan tegal umumnya diusahakan untuk

    kegiatan usaha tani padi-palawijo dengan pola tumpang sari/tumpang

    gilir. Terdapat pula lahan tegal yang dipergunakan untuk usaha tanaman

    perkebunan/tanaman jangka panjang.

    2). Hutan

    Luas hutan Kabupaten Gunungkidul 29.340,5 ha atau (19,75 %) dari

    luas wilayah, yang terdiri dari Hutan Negara seluas 13.221,5 ha dan

    Hutan Rakyat seluas 16.119 ha. Berdasarkan fungsinya Hutan Negara

    terdiri :

    Hutan suaka marga satwa seluas : 619,66 hektar

    Taman Hutan Raya : 617 hektar

    Hutan produksi seluas : 11.359,84 hektar

    Hutan pendidikan (Wanagama) seluas : 625 hektar

    Disamping itu, Kabupaten Gunungkidul juga memiliki tanah AB seluas

    1.700 ha yang direkomendasikan oleh Gubernur Daerah Istimewa

    Yogyakarta untuk difungsikan sebagai hutan melalui Surat Gubernur

    Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 552/0211 Tanggal 20 Januari 1999.

    Pengelolaan hutan negara yang diarahkan lebih pada fungsi konservasi

    sehingga memiliki peran sangat strategis untuk mendukung ekonomi

    wilayah (bioregion), ekowisata, pusat pendidikan (Wanagama), dan

    ekonomi masyarakat. Keberadaan jenis tegakan hutan di Kabupaten

    Gunungkidul sangat bervariasi yaitu jenis tegakan jati, akasia, mahoni,

    sonokeling, kayu putih, dan lain-lain.

    16

  • 8/9/2019 r.BAB II

    12/21

    Hutan rakyat di Kabupaten Gunungkidul memiliki peran yang penting

    dalam konservasi lahan bagi lahan pertanian di Kabupaten Gunungkidul,

    sedangkan kawasan hutan negara sangat terbatas luasnya. Potensi

    untuk pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Gunungkidul antara lainmeliputi tanah AB, tanah Sultan Grounds (SG), tanah kas desa, tanah

    milik rakyat, dan lain-lain dengan target sampai dengan tahun 2010

    seluas 4.500 hektar. Hutan rakyat di Kabupaten Gunungkidul umumnya

    merupakan hutan produksi dan berperan dalam peningkatan pendapatan

    masyarakat sekaligus memberikan lapangan kerja bagi masyarakat

    perdesaan.

    Berdasarkan Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999 sebagaimana

    sudah direvisi dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang

    Kehutanan, bahwa luas lahan yang berfungsi hutan di Kabupaten

    Gunungkidul minimal 50.144 hektar dan karena luas hutan rakyat saat ini

    baru mencapai 16.119 hektar dan hutan negara 13.221,5 hektar.

    3). Pertambangan dan Energi

    Kabupaten Gunungkidul memiliki sumberdaya alam tambang yang

    berupa bahan galian golongan C meliputi: batugamping terumbu keras,

    batugamping terumbu lunak, batugamping berlapis (kalkarenit), breksi

    batuapung, batupasir tufan, andesit, breksi andesit, tras, kaolin, pasir

    kuarsa, zeolit, kalsit, dan batu setengah mulia (kalsedon).

    Sampai saat ini pengusahaan sektor pertambangan di Kabupaten

    Gunungkidul selain diusahakan oleh perusahaan swasta, sebagian masih

    merupakan usaha pertambangan rakyat yang diusahakan secara

    berkelompok dan belum terorganisasi dengan baik, sedangkan produk

    bahan tambang dipasarkan dalam bentuk produk alami yang belum

    melalui prosessing.

    Potensi energi alternatif yang prospektif untuk dikembangkan antara lain

    energi surya, gelombang, dan angin.

    17

  • 8/9/2019 r.BAB II

    13/21

    4). Kelautan

    Kabupaten Gunungkidul bagian Selatan berbatasan dengan Samudera

    Hindia, di wilayah ini terdapat garis pantai sepanjang 67 km terbentang

    dari Kecamatan Purwosari sampai dengan Kecamatan Girisubo. Di

    sepanjang garis pantai terdapat tempat-tempat yang dapat didarati oleh

    kapal/perahu perikanan .

    Potensi perikanan laut dapat dimanfaatkan oleh siapa saja termasuk

    masyarakat kawasan pantai Kabupaten Gunungkidul. Sebagian besar

    pantai di Kabupaten Gunungkidul mulai pantai di Desa Girijati

    (Kecamatan Purwosari) merupakan pantai karang yang curam dan

    menjadi kawasan wisata (Sadeng, Sundak, Krakal, Drini, Kukup, Baron,

    Ngrenehan, Ngobaran, Siung, Sepanjang, dan Wediombo). Penduduk

    desa pantai juga memanfaatkan kawasan pantai untuk mencari dan

    mengumpulkan rumput laut, ikan hias, dan udang lobster (dengan jaring

    krendet). Pantai-pantai di wilayah Kabupaten Gunungkidul juga

    merupakan obyek wisata yang bagus dan menarik untuk dikunjungi.

    5). Flora dan Fauna

    Flora dan fauna yang ada di wilayah Kabupaten Gunungkidul cukup

    beragam dan memiliki kekhasan ekosistem yang didominasi lahan kering

    dan perbukitan kapur(karst) di wilayah selatan. Flora yang dapat dijumpai

    di wilayah Kabupaten Gunungkidul dapat dikelompokkan dalam dua

    kelompok besar yaitu tanaman musiman dan tanaman tahunan.

    Tanaman musiman antara lain, meliputi padi (sawah dan gogo), palawija

    (jagung, kacang tanah, kedelai, ubi kayu, dan bermacam-macam polo

    kependem), sayuran (bayam, sawi, lombok, tomat, waluh, semangka).

    Tanaman tahunan antara lain meliputi tanaman buah-buahan (srikaya,

    mete, mlinjo, nangka, sirsat, rambutan, mangga, kelapa) dan kayu-

    kayuan (jati, mahoni, sono keling, bambu).

    18

  • 8/9/2019 r.BAB II

    14/21

    Fauna yang ada di wilayah Kabupaten Gunungkidul beberapa dasa

    warsa yang lalu cukup banyak jenisnya, namun dengan terjadinya

    perburuan dan perusakan lingkungan jenis maupun jumlahnya makin

    menyusut. Fauna lain yang sampai saat ini masih nampak antara lain

    burung derkuku, perkutut, gelatik, emprit, burung gereja, bethet, harimau

    kumbang, landak, ayam alas, musang, luwak, kijang, harimau cecep, ular,

    kelelawar, sriti, walet, landak, dan kera ekor panjang. Fauna air yang

    masih nampak antara lain lele, gabus, pelus, sidat, tawes, gurameh,

    sepat, nila, penyu hijau, dan penyu belimbing. Gunungkidul merupakan

    gudang ternak di Propinsi DIY dengan produksi peternakan pada akhir

    tahun 2004 adalah sapi potong sebanyak 108.395 ekor, kerbau

    sebanyak 249 ekor, kuda sebanyak 8 ekor, kambing sebanyak 123.300

    ekor, domba sebanyak 11.896, babi sebanyak 33 ekor, ayam buras

    sebanyak 1.656.258 ekor, ayam ras petelur sebanyak 10.436 ekor, ayam

    ras pedaging sebanyak 181.539 ekor, itik sebanyak 9.210 ekor, dan

    burung puyuh sebanyak 203.335 ekor.

    6). Industri

    Sebagian besar industri Kabupaten Gunungkidul adalah industri rumah

    tangga sebanyak 13.293 unit usaha, industri kecil sebanyak 5.604 unit

    usaha , industri besar dan sedang sebanyak 9 unit usaha. Industri kecil ini

    berbasis pada hasil pertanian, hasil hutan, dan pertambangan.

    7). Pariwisata

    Sektor pariwisata di Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu sektor

    andalan masa depan yang penting dan strategis. Kabupaten Gunungkidul

    sebagai pendukung daerah tujuan wisata Propinsi Daerah Istimewa

    Yogyakarta mempunyai potensi wisata yang cukup besar, dengan titik

    berat pada obyek wisata alam pantai Baron, Kukup, Drini, Krakal,Sundak, Siung, Wediombo, Sadeng, Ngrenehan, Ngobaran, Girijati,

    Parangendog, dan Gupit. Peninggalan sejarah dan purbakala adalah

    Gunung Gambar, wisata goa Seropan, Maria Tritis, Cerme, Paesan,

    Balong, dan Langse, serta wisata desa. Wisata minat khusus antara lain

    kawasan karst, situs megalitikum, caving, climbing, tracking, dan otomotif.

    19

  • 8/9/2019 r.BAB II

    15/21

    2.3 Sosial Budaya Daerah

    2.3.1 Kependudukan

    Jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2004 sebanyak

    753.008 jiwa dengan jumlah rumah tangga 155.629. Jumlah penduduk

    perempuan Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2004 lebih banyak dibanding

    penduduk laki-laki yaitu sebesar (51,03 %) dan 48,97 % penduduk laki-laki.

    Rata-rata penduduk per rumah tangga (household size) 4,83 % dengan sex

    ratio 96 %. Kepadatan penduduk 500 jiwa/km2. Secara proporsional jumlah

    penduduk mengalami penurunan, disebabkan keberhasilan Keluarga

    Berencana (KB) serta tingginya angka migrasi penduduk keluar wilayah.

    Disamping hal-hal tersebut di atas, variabel penting yang turut

    mempengaruhi jumlah dan komposisi penduduk adalah fertilitas (angka

    kelahiran), dimana pada tahun 2003 mencapai 1,7 per seribu, demikian juga

    variabel lain yang berpengaruh, yaitu angka kematian bayi (AKABA) sebesar

    26,06 per seribu kelahiran, dan angka kematian ibu (AKI) sebesar 540 per

    seratus ribu kelahiran.

    2.3.2 Aparatur

    Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Gunungkidul pada bulan Desember tahun

    2004 sebanyak 10.271 orang, yang terdiri dari pegawai struktural sebanyak

    582 orang, fungsional sebanyak 6.922 orang, dan staf sebanyak 2.767 orang.

    2.3.3 Ketenagakerjaan

    Jumlah penduduk Gunungkidul usia kerja 569.650 jiwa, atau sebanyak

    (75,65 %) termasuk angkatan kerja dan 183.358 jiwa, (24,35 %) bukan usia

    kerja. Jumlah angkatan kerja adalah 460.451 jiwa (80,80 %) dan 109.198

    jiwa (19,20 %) usia kerja.

    Gambar 5.

    20

  • 8/9/2019 r.BAB II

    16/21

    Matapencaharian Penduduk

    Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2004

    Perdagangan

    9%

    Kontruksi

    5%

    Industri

    5%

    Listrik, Gas, dan Air

    0%

    Pertambangan

    dan Galian

    1%

    Keuangan

    0%Angkutan dan

    Komunikasi

    8%

    Jasa-jasa

    8%

    Pertanian

    69%

    2.3.4 Pendidikan

    Jenis-jenis sekolah di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004 meliputi, SD,

    SMP, SMA dan SMK. Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 2.Jenis-jenis Sekolah di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004

    No Jenis

    Sekolah

    Jumlah

    Unit

    JumlahRuang

    Kelas

    Kondisi Ruang Kelas

    Baik Rusak

    Ringan

    Rusak

    Berat

    1.

    2.

    3.

    4.

    SD

    SMP

    SMA

    SMK

    506

    99

    28

    23

    3.298

    826

    276

    248

    1.338

    717

    245

    233

    1.197

    83

    22

    15

    763

    26

    9

    -

    Jenis-jenis sekolah/lembaga pendidikan di Lingkungan Departemen Agama

    yang ada di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004 adalah MIN, MIS, MTsN,

    MTsS, MAN, MAS, dan Perguruan Tinggi Agama. Adapun rinciannya dapat

    dilihat pada tabel berikut:

    21

  • 8/9/2019 r.BAB II

    17/21

    Tabel 3.Jenis-jenis Sekolah / Lembaga Pendidikan di Lingkungan Departemen

    Agama yang Ada di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004

    No Jenis

    Sekolah

    Jumlah

    Unit

    JumlahRuangKelas

    Kondisi Ruang Kelas

    Baik Rusak

    Ringan

    RusakBerat

    1.

    2.

    3.

    4.

    MIN/MIS

    MTsN/MTsS

    MAN/MAS

    Perguruan Tinggi Agama

    75

    28

    5

    2

    450

    125

    37

    -

    190

    97

    37

    -

    201

    29

    -

    -

    59

    28

    -

    -

    2.3.5 Kesehatan

    Keberhasilan dalam penerapan hidup bersih dan sehat di masyarakat dapat

    diukur dari berbagai indikator, dan tercermin dalam meningkatnya derajatkesehatan masyarakat antara lain :

    1) Angka kematian bayi pada tahun 2002 sebesar 26,06/1000 dan pada

    tahun 2003 tetap sebesar 26,06/1000.

    2) Angka kematian kasar turun dari 3,66/1000 pada tahun 2002 menjadi

    3,54/1000 pada tahun 2003.

    3) Penderita anemia ibu hamil pada tahun 2002 sebesar 83,60 dan pada

    tahun 2003 turun menjadi 41,30.

    4) Penderita anemia balita pada tahun 2002 sebesar 65,30 dan padatahun 2003 turun menjadi 28,16.

    5) Penderita kurang energi kronis (KEK) WUS pada tahun 2002 sebesar

    26,54 dan 26,38 pada tahun 2003.

    6) Status gizi masyarakat di Kabupaten Gunungkidul kurang begitu baik,

    hal ini ditandai dengan tingginya angka gizi buruk sebesar 51,64%, dan

    gizi kurang sebesar 13,68 %.

    2.3.6 Agama

    Penduduk Kabupaten Gunungkidul sebesar 716.783 jiwa (95,36 %) memeluk

    agama Islam, sedangkan pemeluk agama Katholik 16.659 jiwa (2,22 %),

    agama Kristen Protestan 14.792 jiwa (2,04 %), agama Hindu 1.962 jiwa

    (0,25 %), dan agama Budha 443 jiwa (0,10 %).

    2.4 Prasarana dan Sarana Daerah

    22

  • 8/9/2019 r.BAB II

    18/21

    2.4.1 Transportasi

    Untuk meningkatkan pelayanan transportasi lokal perlu dilakukan

    pemerataan pembangunan jalan dan jembatan ke seluruh wilayah perkotaan,

    perdesaan, kawasan wisata, dan sebagainya secara proporsional.Sedangkan untuk transportasi regional direncanakan peningkatan jalan

    kolektor yang menghubungkan antar kabupaten dan jalan yang

    menghubungkan daerah perbatasan.

    Jaringan transportasi yang ada, selain berfungsi untuk menghubungkan kota-

    kota di dalam wilayahnya, juga merupakan penghubung dengan kota-kota di

    luar wilayah, seperti Kota Yogyakarta, Bantul, Sleman, Klaten, Sukoharjo,

    dan Wonogiri.

    Jalur jalan yang menghubungkan kota-kota di Jawa Tengah bagian selatan

    dan bagian timur (Klaten, Sukoharjo, Wonogiri) adalah jalur jalan yang

    melewati Semin KarangmojoWonosariterus ke Kota Yogyakarta. Jalur

    jalan yang merupakan jalur transportasi koridor fungsi perdagangan,

    industri, dan pusat permukiman yaitu SadengRongkopSemanuWonosari

    PlayenPatuk terus ke Kota Yogyakarta.

    Untuk membuka akses wilayah selatan Pulau Jawa, mulai dari Kulonprogo-

    BantulGunungkidulWonogiriPacitan, akan dikembangkan jaringan jalan

    lintas selatan. Akses ini dimaksudkan sebagai pengembangan peluang

    ekonomi di wilayah pantai selatan Pulau Jawa, sekaligus mengurangi

    kejenuhan lalu lintas wilayah utara Pulau Jawa. Panjang jaringan jalan lintas

    selatan di Kabupaten Gunungkidul sepanjang 81,25 km dengan melintasi 7

    kecamatan di wilayah selatan.

    Rasio panjang jalan di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2004 adalah

    0,80 km/km2 dengan rincian kondisi jalan tampak seperti gambar 6. Kondisi

    ini menunjukkan bahwa fasilitas transportasi sudah cukup mantap.

    Gambar 6.

    23

  • 8/9/2019 r.BAB II

    19/21

    Kondisi dan Status Jalan di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004 (Km)

    Status Jalan di Kab. Gunungkidu

    Beraspal, 280.31

    Beraspal, 55.55

    Beraspal, 466.56

    Krikil/ batu, 371.5

    Tanah, 13.8

    Kabupaten Propinsi Nasional

    Untuk melayani angkutan transportasi, terdapat terminal regional yang

    terletak di kota Wonosari, yaitu terminal antar kota yang menjadi satu

    dengan angkutan perdesaan. Terminal dan tempat pemberhentian angkutan

    lainnya tersebar di kecamatan lainnya. Pengembangan sarana transportasi

    ke seluruh wilayah perdesaan yang belum terjangkau jaringan trayek

    termasuk daerah perbatasan dengan kabupaten lain.

    2.4.2 Sarana Kesehatan

    Dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di Kabupaten Gunungkidul perlu

    adanya ketersediaan sarana yang memadai, sehingga pelayanan kepada

    masyarakat akan semakin baik. Sarana kesehatan yang ada tersebar di

    seluruh wilayah, sehingga pemerataan pelayanan akan semakin dapat

    diwujudkan. Adapun jenis dan jumlah sarana kesehatan di Kabupaten

    Gunungkidul tahun 2004 adalah sebagai berikut : rumah sakit 2 buah,

    puskesmas 29 buah, puskesmas pembantu 110 buah, poliklinik 7 buah,rumah bersalin 6 buah, praktek bidan 125 buah, posyandu 1.457 buah,

    polindes 27 buah, dan apotik 6 buah.

    2.4.3 Sarana Peribadatan

    24

  • 8/9/2019 r.BAB II

    20/21

    Dalam bidang keagamaan diupayakan adanya hubungan yang harmonis

    antara umat beragama yang ada di Kabupaten Gunungkidul, demikian pula

    adanya pembangunan sarana ibadah dari berbagai agama yang ada,

    sehingga ratio antara banyaknya masing-masing umat beragama terhadap

    tempat ibadahnya semakin baik. Sedangkan jumlah sarana peribadatan

    menurut agama yang ada adalah sebagai berikut: masjid sebanyak 1.621

    buah, mushola 388 buah, langgar 445 buah, gereja Kristen Protestan 78

    buah, rumah peribadatan Kristen 18 buah, gereja Katholik 3 buah, kapel 31

    buah, pura 14 buah, dan wihara 7 buah.

    2.5 Pemerintahan Umum

    Pemerintahan umum daerah mencakup pelayanan catatan sipil, perijinan, pemadam

    kebakaran, pengelolaan pasar, ketentraman dan ketertiban, penyediaan air bersih,

    pelayanan pada tingkat kecamatan dan desa serta pelayanan pemerintah umum

    lainnya pada masyarakat (kebersihan dan persampahan).

    Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 18 kecamatan meliputi 144 desa dan 1.443

    padukuhan. Berdasarkan tingkat perkembangan desa pada tahun 2004, 62 desa

    termasuk desa swadaya dan 82 desa termasuk swakarya. Berdasarkan kondisi

    tersebut diharapkan ada perkembangan desa secara bertahap dari desa swadaya

    menjadi swasembada. Sedangkan lembaga tingkat desa yang dibentuk untuk ikut

    mengisi pembangunan diantaranya Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga

    Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) dengan klasifikasi semua termasuk

    tumbuh dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dengan klasifikasi maju.

    Dalam melakukan tugas pelayanan kepada masyarakat, di tingkat kabupatendibentuk struktur organisasi pemerintah daerah disesuaikan dengan kebutuhan pada

    saat ini, yaitu terdiri dari:

    1) Sekretariat Daerah yang terdiri 9 bagian

    2) 12 Dinas

    3) 3 Badan

    25

  • 8/9/2019 r.BAB II

    21/21

    4) 7 Kantor

    5) 18 Kecamatan

    6) 2 BUMD (PDAM dan Bank Pasar)

    Pengembangan perdesaan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf

    hidup penduduk dari berbagai ketertinggalannya. Pemanfaatan ruang perdesaan

    dalam skala besar dilakukan secara optimal dengan memperhatikan daya dukung

    lingkungannya, sehingga untuk itu diharapkan dilakukan beberapa kegiatan dalam

    kaitan program pengembangan sumberdaya manusia, peningkatan kesehatan

    masyarakat, pengenalan teknologi tepat guna, pemanfaatan lembaga perdesaan,

    dan pengadaan prasarana lingkungan seperti air bersih, jalan, irigasi, listrik, dan

    telekomunikasi.

    Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor :

    001/KEP/M-PDT/II/2005 tanggal 7 Pebruari 2005 tentang Strategi Nasional

    Pembangunan Daerah Tertinggal, Kabupaten Gunungkidul ditetapkan sebagai salah

    satu kabupaten tertinggal di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara umum

    ketertinggalan daerah yang menyebabkan Kabupaten Gunungkidul ditetapkan

    sebagai daerah tertinggal yaitu:

    1. Sumber daya manusia.

    2. Sarana dan prasarana.

    3. Perekonomian masyarakat.

    4. Kelembagaan.

    5. Kerawanan bencana alam.

    26