ratubalqis- hasil diskusi kelompok walanda maramis
TRANSCRIPT
HASIL DISKUSI
KELOMPOK WALANDA MARAMIS (Selasa, 11 Desember 2012)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Politik Internasional
IMMANUEL KANT
Toward Perpetual Peace:
A Philosophical Sketch
INISIATOR :
RATU HUMAIROH BALQIS 10/297378/SP/23974
PESERTA DISKUSI :
Dania Wijayanti 09/282514/SP/23491
Maharani Yuniandini 10/297261/SP/23959
Inesyahana Asrifa 10/299281/SP/24095
Ernis Cahyaningtyas 10/299126/SP/24061
Mutiara Kurniasari 10/299063/SP/24046
Ravel adhy purna 10/297026/SP/23915
Valentino Samuel Fredrick 10/302205/SP/24263
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
UNIVERSITAS GADJAH MADA
PERTANYAAN
1. Bagaimanakah pandangan anda terhadap Immanuel Kant setelah membaca
pemikirannya mengenai Perpetual peace?
a. Inesyahana Asrifa
Saya memandang Kant sebagai seorang kosmpolitanis sejati dan memiliki
optimisme yang kuat mengenai kehidupan yang damai dengan meyakini bahwa
segala hal yang ada di muka bumi ini merupakan milik bersama dimana hal tersebut
disadari dan diamini oleh individu. Dan hal tersebut juga termasuk dengan
keberadaan konsepsi moralitas yang diyakini Kant sebagai sebuah konsepsi global
yang diakui dan dianut oleh seluruh individu tanpa batasan batas negara yang
kemudian konsepsi tersebut terejawantahkan menjadi Hak Asasi Manusia. Kemudian,
Hak Asasi Manusia-lah yang menjadi salah satu komponen yang membuat Kant
yakin akan terciptanya perpetual peace.Kant menganggap bahwa individu merupakan
makhluk rasional yang menginginkan perdamaian dan menghormati konsepsi
moralitas sehingga perpetual peace sangat mungkin terjadi. Anggapan itu
terejawantahkan dalam poin poin utama pemikiran Kant tentang aturan perang dan
preposisi –nya mengenai tiga poin utama yang dianggap mampu mewujudkan
perdamaian melalui institusi serta keyakinannya bahwa individu akan mengikuti
preposisi tersebut secara sadar dan rasional sehingga akhirnya perpetual peace bisa
terwujud.
b. Dania :Setuju dengan Ines bahwa Kant adalah seorang kosmopolitanis sejati.
Pemikirannya mengenai perpetual peace tidak terlepas dari latar kehidupannya
sebagai rakyat yang berada di bawah kerajaan Prussia, dimana hari demi hari
diwarnai oleh peperangan antar kerajaan dalam rangka perebutan wilayah, aliansi
dengan kerajaan/kekuatan lainnya, dsbg. Maka tak heran bahwa ia sungguh-sungguh
menginginkan perdamaian yang abadi. Baginya, perdamaian merupakan sesuatu yang
harus diupayakan dan tidak berlangsung begitu saja. Konstruksi mengenai misi
perdamaian abadi ini kemudian dituangkan dalam pemikiran-pemikitannya mengenai
human dignity, termasuk mengenai aturan-aturan kenegaraan yang menurutnya ideal
seperti ketiadaan tentara nasional maupun bentuk negara republik.
c. Ernis Cahyaningtyas
Menurut saya, pandangan Kant disini sangatlah liberalis dimana ia sendiri
sangat percaya pada apa yang disebut perdamaian abadi. Dalam hal ini pula, Kant
sangat percaya pada human dignity dan eksistensi moralitas itu sendiri. Menurut saya
ini menarik, ketika Kant berusaha menawarkan tatanan dunia yang lepas dari anarki
dan mengedepankan perdamaian sebagai basis utama hubungan antar negara. Tetapi
dalam teorinya Kant tidak menyinggung mengenai kemungkinan-kemungkinan
negara untuk menyeleweng dari aturan yang telah disepakati bersama (dalam hal ini
misalnya aturan organisasi internasional seperti yang ditawarkan Kant sendiri) dan
adanya kemungkinan negara untuk tetap mementingkan kepentingannya masing-
masing. Menurut saya akan lebih menarik jika Kant juga dapat mengutarakan
argumennya mengenai bagaimana cara riil untuk menciptakan perdamaian dan
pandangannya terhadap kepentingan negara itu sendiri.
d. Maharani Yuniandini
Setelah membaca pemikiran Immanuel Kant yang telah disampaikan presenter,
saya berpendapat bahwa Immanuel Kant adalah seorang yang idealis. Segala
pemikiran yang dicurahkannya pada buku Perpetual Peace tersebut dapat dikatakan
sebagai langkah-langkah yang harus diwujudkan untuk mencapai kedamaian.Namun
kita tidak dapat memungkiri bahwa idealisme tidaklah mudah untuk diwujudkan.
Saya melihat bahwa sebenarnya pasal-pasal tersebut memiliki posibilitas besar untuk
dilakukan, namun pada kenyataannya situasi dunia tidak dapat serta merta dibentuk
dan dikonstruksikan semudah itu untuk menciptakan perdamaian. Beberapa pasal
definitif yang diungkapkan oleh Kant juga ternyata tidak efektif untuk menciptakan
perdamaian di dunia ini, sebagai contoh institusi seperti PBB yang sesuai dengan
pasal definitif ke-2 ternyata tidak se-efektif itu dalam menghalau konflik dan
menciptakan perdamaian di dunia.
e. Ravel
Dalam pandangan pemikirannya Immanuel Kant berpendapat bahwa negara
itu adalah suatu keharusan adanya, karena negara harus menjamin terlaksanya
kepentingan umum di dalam hukum. Artinya negara harus menjamin setiap
warganegara bebas di dalam lingkungan hukum. Jadi bebas bukanlah berarti dapat
berbuat semau-maunya, atau sewenang-wenang. Tetapi segala perbuatannya itu
meskipun bebas harus sesuai dengan, atau menurut apa yang telah diatur dalam
undang-undang, jadi harus menurut kemauan rakyat, karena undang-undang itu
adalah merupakan penjelmaan dari pada kemauan umum, jika dilihat dari hal itu
sudah sangat lah jelas bahwa pandangan dari Immanuel kant sangal liberalis
f. Mutiara
Menurut saya pemikiran Kant tentang Perpetual Peace cenderung agak utopis
terutama dengan alternatif dan solusi imajiner yang ia berikan untuk mengatasi
kondisi perang dan mewujudkan perdamaian seperti penghapusan tentara tetap.
Namun beberapa solusi Kant juga merupakan suatu pedoman politik dimana ia selalu
menegaskan bahwa war is not worthwile at any cost bahkan bagi pemenang perang
dalam pasal yang menyatakan bahwa perang dapat mengganggu sistem finansial
negara.
g. Valentino
Menurut saya, Immanuel Kant merupakan seorang yang cukup optimis
terhadap adanya perdamaian abadi. Beliau berpendapat bahwa manusia merupakan
makhluk sosial yang diciptakan untuk berkooperasi satu sama lain demi terciptanya
perdamaian, maka dari itu beliau berpendapat bahwa perdamaian adalah sesuatu yang
sangat mungkin terjadi, terutama karena beliau mengakui adanya kerjasama antar
manusia yang dapat menghentikan peperangan secara total berikut unsur-unsur di
dalamnya serta kepercayaan akan teori kosmopolitanisme yang diiringi sikap saling
menghormati, melindungi, dan bertoleransi satu sama lain untuk menciptakan suatu
perdamaian. Menurut saya pula dari sembilan pokok pemikirannya akan perpetual
peace, Kant adalah seorang idealis sejati yang percaya perdamaian abadi adalah
sesuatu yang bisa diwujudkan (meskipun terkadang bersifat utopis) melalui eksistensi
liberalisme, seperti kooperasi dan saling menghormati antar manusia satu sama lain.
2. Apakah anda setuju dengan poin ketiga Kant bahwa tentara harus dihapuskan dari
suatu negara guna menghindari peperangan (‘‘Standing armies (miles perpetuus)
shall gradually be abolished entirely’’). Jelaskan!
a. Inesyahana
Saya tidak setuju dengan pemikiran Kant tentang penghapusan tentara karena
bagaimanapun juga keberadaan tentara sebagai sebuah pasukan khusus yang berfungsi
sebagai penjaga tetaplah perlu. Bagaimanapun juga, sebuah negara yang berdaulat tetap
memerlukan sebuah pasukan penjaga khusus yang dalam hal ini adalah tentara yang
bertugas untuk menjaga kesatuan, kedaulatan, dan integritas sebuah negara sehingga
eksistensi dan keamanan negara tersebut bisa terjaga dan terpelihara. Sementara, ide
wajib militer bagi warga sipil sebagai pengganti tentara tidak akan efektif mengingat
warga sipil memiliki fokus lain, tidak hanya terbatas pada penjagaan negara.
b. Mutiara
Sejalan dengan jawaban saya atas pertanyaan pertama, penghapusan tentara tetap
bagi saya merupakan solusi imajiner yang mengarah ke pemikiran yang utopis. Menurut
saya keberadaan tentara tetap masih diperlukan mengingat tidak semua ancaman
keamanan akan bisa diatasi oleh tentara rakyat hasil wajib militer. Tentara tetap yang
profesional dibutuhkan karena kewajiban utamanya adalah untuk melindungi negara dari
ancaman dari luar sementara tentara rakyat cenderung lebih tidak profesional karena
mempunyai kepentingan di luar kewajibannya melindungi negara.
c. Dania Tidak setuju. 'Ci vis pacem para bellum', saya lebih setuju dgn ungkapan tersebut.
Bagaimana pun jika ingin menjaga perdamaian, kita harus bersiap perang. Dalam hal ini,
tentara justru dipersiapkan untuk menjaga pertahanan dan keamanan nasional, bukan
untuk mengokupasi dan menciptakan peperangan.
d. Maharani Yuniandini
Saya tidak sepaham dengan poin tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa military
action akan membuat kekhawatiran tersendiri di dalam situasi politik internasional.
Kekhawatiran ini menimbulkan apa yang disebut dengan security dilemma dan akhirnya
membuat negara-negara saling memperkuat aspek militer mereka. Namun jika tentara
dihapuskan dan menggantinya dengan penduduk sipil yang diberikan wajib militer,
kemampuan mereka untuk melindungi negara tidak akan maksimal dan sudah tentu tidak
akan membawa dampak yang signifikan terhadap pertahanan negara. Negara tidak akan
memiliki back up€ di dalam sistem pertahanannya jika sewaktu-waktu negara mereka
diserang dan pastinya akan menderita kerugian yang jauh lebih besar. Seperti yang
pernah diilustrasikan di dalam film 300 dimana tentara Sparta bertemu dengan tentara
aliansinya dari negara lain yang merupakan penduduk sipil biasa yang disuruh berperang
dan hanya dibekali dengan pelatihan-pelatihan militer standar, skill yang dimiliki akan
jauh berada di bawah tentara yang memang ditugaskan untuk mempertahankan negara.
Menurut saya, tentara tidak harus dihapuskan untuk menghindari peperangan. Hal yang
harus dilakukan negara adalah memposisikan dan memperjelas fungsi tentara sebagai alat
pertahanan, bukan alat penyerang
e. Ernis Cahyaningtyas
Setelah saya membaca slide presentasi yang dibuat oleh presenter, hal yang
kemudian mengganjal adalah Kant berargumen bahwa tentara atau militer harus
dihapuskan. Namun pada akhirnya Kant berpandangan bahwa tentara tersebut diganti
dengan wajib militer, dimana setiap warga negara berarti dalam hal ini berkewajiban
untuk ikut andil dalam militer sendiri. Lalu bagaimana lingkaran ini akan terputus?
Pertanyaan inilah yang membuat saya belum bisa menemukan benang merah dari
pemikiran Kant sendiri mengenai penghapusan tentara. Namun, sekilas dari paparan Kant
mengenai hal ini yang terbesit di pemikiran saya adalah bahwasannya Kant sendiri masih
belum bisa melepaskan negara atau membayangkan negara benar-benar dalam keadaan
tanpa ancaman, terbukti dari gagasannya yang menawarkan mengenai wajib militer yang
memperlihatkan bahwa Kant sendiri berpikiran bahwa ancaman dari luar itu pasti selalu
ada
f. Valentino
Menurut saya, penghapusan keberadaan tentara merupakan suatu hal yang tidak
dapat dibenarkan karena biar bagaimanapun, tentara sangat penting di dalam
menjalankan fungsi perlindungan dan penjagaan atas negara. Tentara ini kan merupakan
sekumpulan yang memang sudah diarahkan dan dilatih sedemikian rupa untuk
menjalankan perannya sebagai pelindung dan sekaligus aparat keamanan negara. Ide
Kant mengenai wajib militer saya kira merupakan sesuatu yang boleh dikatakan tidak
akan benar-benar efektif fungsinya karena probabilitas warga negara yang menolak
menjadi militer itu bisa dikatakan cukup besar bila dibandingkan dengan warga negara
yang mendukung wajib militer, sehingga kemungkinan mandegnya bentukan militer yang
siap siaga dengan jumlah pasukan yang cukup berpeluang besar untuk terjadi yang justru
hanya akan menciptakan masalah baru bukan memperkuat usaha-usaha untuk
menciptakan keamanan dan perdamaian. Lagipula jika tentara dihapuskan, siapa pihak
yang akan melatih warga negara untuk ikut wajib militer?
g. Ravel
Saya setuju dengan argumen mengenai tentara harus di hapuskan, karena saya
melihat selama ini tentara hanya sebuah perpanjangan tangan dari pemerintahnya untuk
melakukan peperangan, jika tentara tidak ada maka sangat memungkinkan perdamaian
dapat di ciptakan.
3. Pada salah satu pasal definitive dalam perpetual peace, Kant mengatakan bahwa
konstitusi sipil setiap Negara harusnya berbentuk republik guna menciptakan perdamaian
abadi, Bagaimana pendapat anda akan poin tersebut?
a. Maharani
Menurut saya, tidak penting bentuk negaranya seperti apa. Yang terpenting adalah
bagaimana pemerintahannya dijalankan. Jika pemerintahannya dapat dijalankan dengan
mengakomodir kepentingan rakyat, membina hubungan baik dengan negara lain,
memaksimalkan potensi sumber daya alam lokal, dan berorientasi kepada kesejahteraan
masyarakat sudah pasti akan menciptakan kehidupan yang seimbang di dalam negara itu sendiri.
Hampir dapat dipastikan bahwa keadaan suatu negara yang stabil akan mengurangi keinginan
mereka untuk melakukan tindakan invasif dan anarkis terhadap negara lainnya sehingga mereka
akan hidup dengan damai.
b. Inesyahana
Preposisi yang ditawarkan oleh Kant tentang bentuk negara Republik sebagai bentuk
negara yang paling baik untuk menjaga perdamaian memang baik dan dapat dikatakan sesuai
dengan preposisi Kant sebelumnya tentang perpetual peace, apalagi Kant berargumen bahwa
republik paling sesuai karena semua pihak yang ada dalam negara diikutsertakan dalam
pembuatan keputusan dan diberi keleluasan untuk berpartisipasi dalam pemerintahan serta ada
pembagian kerja yang jelas. Namun, menurut saya bentuk Republik pun bisa menjadi buruk
ketika para elite pemerintahan sebagai lini terdepan yang menjalankan negara tidak mampu
memegang teguh amanah rakyat dan melakukan kecurangan kecurangan. Menurut saya, baik
republik maupun bentuk negara lainnya memiliki potensi untuk menjaga perdamaian ataupun
menjadi katalis timbulnya perang karena hal tersebut sangat bergantung pada kemampuan
aparatur negara menjalankan pemerintahan dengan baik dan juga kemampuan pemerintahnya
untuk mengakomodir kepentingan seluruh rakyatnya dan memaksimalkan potensi negaranya
sebagai upaya untuk mencapai stabilitas dan kepentingan nasionalnya sehingga menghindarkan
negara tersebut dari konflik terhadap negara lain yang mungkin pecah akibat instabilitas kondisi
nasional dan tidak terpenuhinya kebutuhan serta kepentingan nasionalnya.
c. Dania
Kembali lagi, ide Kant bahwa idealnya suatu negara berbentuk Republik dilatarbelakangi
keadaan Jerman yang saat itu masih berbentuk Kerajaan Prussia. Maka menurutnya saat itu,
bentuk negara yang mampu mengakomodir keinginan masyarakat akan perdamaian ialah negara
Republik. Di masa kini, hal tersebut tidak sepenuhnya tepat. Bahkan seringkali karakter negara
yang cinta perang tidak ditentukan oleh bentuk negara (level state), melainkan lewat level
individu (karakter pemimpin negaranya).
d. Ernis
Menurut saya, apa yang dipaparkan Kant mengenai bentuk negara Republik itu sendiri
merupakan tawarannya berdasarkan pemikirannya untuk menciptakan dunia yang lebih stabil
dan menuju ke perdamaian abadi. Namun dalam hal ini tidak ada jaminan bahwa negara republik
atau bentuk negara apapun itu bisa lepas dari kepentingannya sendiri ataupun kemungkinan
untuk mengancam atau mendapatkan ancaman dari negara lain. Jadi menurut saya tidak ada
korelasinya antara bentuk negara dengan perdamaian abadi itu sendiri, karena dalam hal ini
negara bermain dalam politik internasional yang melibatkan negara lain juga, bukan hanya
negara itu saja sendiri yang berdiri.
e. Valentino
Negara republik bukanlah jaminan terciptanya perdamaian. Kant mengatakan bahwa di
dalam negara Republik, semua keputusan berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Anomali terjadi
di sini karena setiap rakyat tidak mungkin memiliki keputusan bersama yang sifatnya kolektif
dan komprehensif, sehingga justru hanya akan menimbulkan masalah baru di beberapa sektor
seperti sosial dan politik yang dapat menghalangi usaha pembentukan perdamaian itu sendiri,
contohnya dapat dilihat di era kontemporer seperti sekarang dimana banyak negara-negara
republik yang sering mendapati masalah yang timbul dari warga negaranya sendiri, seperti
perang suku, demonstrasi vandalis, dan tingkat kesejahteraan yang rendah di Indonesia misalnya.
Hal-hal seperti itu mungkin disebabkan oleh pemerintah negara yang cenderung lebih
mementingkan permainan politiknya sendiri demi mencapai kepentingan pribadi elite-elite di
dalamnya, sehingga sering mengesampingkan masalah yang dihadapi rakyat di dalamnya yang
kemudian menimbulkan konflik baru antara pemerintah dan rakyatnya sendiri. Maka dari itu,
yang dibutuhkan agar perdamaian dapat tercipta adalah adanya pemerintah berdaulat yang
mampu memaksimalkan otonomi yang dimiliki untuk mengelola negara dan unsur-unsur di
dalamnya sedemikian rupa, seperti perwujudan kesejahteraan, pembangunan merata,
pemberdayaan potensi yang seimbang antara SDA dan SDM demi stabilisasi internal negaranya.
Beberapa bentuk usaha tersebut saya kira merupakan cara yang lebih efektif di dalam
menciptakan perdamaian, karena segala hal di dalamnya ada satu pihak berdaulat yang dapat
mengatur secara bijak, tidak terkecuali apa pun bentuk konstitusi negara tersebut, bila
pemerintah berdaulatnya mampu mengakomodir dan menciptakan suatu kondisi yang kondusif
dan terkendali bagi negaranya, perdamaian bukan sesuatu yang tidak mungkin untuk
diwujudkan. Dalam artian, saya tidak setuju dengan pendapat Kant akan hanya negara republik
yang mampu menciptakan perdamaian.
f. Mutiara
Menurut saya konsep republik yang ditawarkan Kant sesuai dengan konsep perpetual
peace di dalam dunia yang penuh konflik. Argumen Kant berasal dari egoisme kompetisi antar
negara dan kepentingan mendapatkan posisi dan kekuasaan dari pemimpin-pemimpin negara
yang terpusat. Namun tidak serta merta negara republik itu aman dari egoisme tersebut karena
negara republik yang berasal dari rakyat, saya pesimistis, tidak akan melibatkan seluruh rakyat
dari semua lapisan sehingga menghasilkan suatu lapisan kekuasaan baru yang melahirkan
egoisme yang sama.
h. Ravel
Menurut saya bentuk negara seperti republik atau apapun tidak menjamin akan terciptanya
perdamaian, perdamaian di tentukan oleh bagaimana masing - masing negara membawa
kepentingan nya,menurut saya perdamaian abadi tidak di tentukan dari bentuk negara tapi
bagaimana negara - negara mematuhi hukum yang telah di tetapkan bersama hal itu lebih
memungkinkan menciptakan perdamaian.
4. Baiklah sebagai pertanyaan penutup, menurut anda adakah kaitan pemikiran
Immanuel Kant ini dengan pemikir kontemporer dan apakah konsep perpetual peace ini
masih relevan dengan kondisi politik internasional saat ini?
a. Ernis
Pemikiran Kant dapat dibilang relevan dan tidak relevan bergantung dari mana kita
melihatnya. Dari sisi perpetual peace sebenarnya dari masyarakat internasional sendiri sudah
banyak usaha untuk menciptakannya, sebut saja organisasi internasional non pemerintah yang
bergerak dalam bidang perdamaian dan hak asasi manusia. Tetapi jika dilihat dari sisi negara,
sepertinya hal tersebut perlu dikaji ulang, mengingat kepentingan elit dalam hal ini sangat
memengaruhi pembuatan keputusan itu sendiri, bergantung pada bagaimana elit dapat
mengakomodir kepentingan rakyatnya berkaitan dengan perdamaian itu sendiri. Tidak dapat
dipungkiri pula realita kontemporer bahwa masih banyak terdapat konflik, baik internal maupun
eksternal, yang juga berpengaruh pada terciptanya perpetual peace itu sendiri.
b. Valentino
Kaitannya jelas terlihat pada poin-poin pemikiran yang dijabarkan oleh Kant merupakan
sesuatu yang utopia bila ditilik dari fenomena-fenomena yang terjadi di era kontemporer, malah
justru pemikiran-pemikiran tersebut menjadi pemicu terjadinya konflik baru di beberapa sektor
seperti sosial, politik, dan keamanan dibanding untuk menciptakan perdamaian. Bila dilihat dari
realitas politik internasional yang ada, konsep perpetual peace ini adalah sesuatu yang menurut
saya masih dalam tingkat mustahil untuk diwujudkan karena kondisi politik internasional yang
merupakan wujud dari sifat-sifat realisme dan imperialisme negara-negara di dalamnya yang
justru menjadi pionir dari konflik dan batu sandungan terbesar di dalam menciptakan
perdamaian, sehingga dapat disimpulkan konsep perpetual peace is irrelevant.
c. Inesyahana
Menurut saya, pemikiran Kant masih banyak menjadi dasar bagi para pemikir
kontemporer pada masa ini. hal ini terlihat dari perkembangann upaya negara maupun organisasi
internasional dalam mewujudkan perpetual peace. Selain itu, pemikirannya tentang kepemilikan
bersama juga masih dikembangkan hingga saat ini, khususnya yang terkait dengan “nilai” atapun
“paham” yang terglobalisasi sehingga menyebar, diakui, dan diterapkan di seluruh dunia.
Namun, mengenai paham kepemilikan bersama ini juga tidak dapat dikembangkan sepenuhnya
khususnya bagi aspek aspek yang sifatnya nyata seperti sumber daya alam yang kepemilikannya
diatur dan dibatasi dengan garis batas negara dimana pembatasan ini dilakukan untuk
menghindari perebutan yang bisa berujung konflik. Mengenai relevansinya, saya melihat bahwa
pemikiran Kant mengenai perpetual peace kurang relevan karena sulit diimplementasikan
mengingat keadaan dunia yang memang masih belum sepenuhnya stabil dan sarat konflik. Saya
meyakini bahwa kedamaian bisa dicapai namun tidak menutup kemungkinan bahwa konflik
tetap bisa muncul ditengah situasi damai tersebut.
saja tantangan yang harus dihadapi ketika
d. Dania Wijayanti
Menurut saya, pemikiran Kant masih sangat relevan dengan ide-ide mengenai
perdamaian dewasa ini. Dalam pasal 1 pendahuluan perpetual peace dijelaskan bahwa
perdamaian yang dikehendaki bukanlah perdamaian sementara, yakni situasi stabil yang
sesungguhnya hanya merupakan jeda antar konflik. Saya rasa John Galtung, aktifis perdamaian
Norwegia, mengembangkan pemikiran ini dan mengungkapkannya sebagai perdamaian negatif.
Dalam kondisi politik internasional saat ini, kita lebih menghendaki apa yang diistilahkan
Galtung sebagai perdamaian postif, yakni situasi damai yang memang betul-betul murni terlepas
dari konflik, dimana kesejahteraan dan keamanan tercipta dan dijaga oleh seluruh elemen
masyarakat. Saya rasa itu pula yang dahulu dikatakan Kant sebagai 'perpetual peace'.
Kesimpulan
Secara keseluruhan sebenarnya diskusi mengenai pemikiran Immanuel Kant dalam
bukunya yang berjudul Toward Perpetual Peace:A Philosophical Sketch, dapat dikatakan sudah
berjalan dengan cukup baik, yakni ditunjukkan dari peserta diskusi yang aktif dalam menjawab
berbagai pertanyaan pemantik dari inisiator. Hanya saja saat diskusi berlangsung, terjadi
kesalahan teknis dari server elisa, sehingga diskusi sempat terhenti beberapa saat. hingga
akhirnya diskusi bisa dilanjutkan kembali melalui chat box. Hal ini jugalah yang saya kira
akhirnya memakan waktu diskusi sehingga pada pertanyaan keempat, tidak semua peserta dapat
menjawabnya. Namun diluar kekurangan itu semua, melihat dari diskusi yang telah kami
lakukan tersebut, saya rasa peserta diskusi telah memiliki pemahaman yang cukup baik
mengenai pemikiran Immanuel Kant ini, khususnya mengenai pemikiran kant yang terdapat
dalam buku Toward Perpetual Peace:A Philosophical Sketch, yang menjadi fokus utama dalam
diskusi ini.
Melalui jawaban-jawaban peserta dari pertanyaan pertama yang diberikan, dapat kita
lihat bahwa kebanyakan dari peserta melihat Kant sebagai sosok kosmopolitanis sejati dan
memiliki optimisme yang kuat mengenai kehidupan yang penuh perdamaian. Selain meyakini
bahwa segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini adalah milik bersama dan kesetaraan moralitas
itu diakui dan dianut oleh seluruh individu tanpa batasan negara, Kant juga menawarkan suatu
konsep penting mengenai perpetual peace atau perdamaian abadi. Dengan pemikirannya tersebut,
ada pula beberapa peserta diskusi yang menganggap bahwa seorang Immanuel Kant sangat
liberalis (terbukti dari pemikirannya yang menginginkan perdamaian dan dunia tanpa batas), ada
juga yang berpendapat Kant terlalu utopis dan idealis dengan berbagai solusi imajiner dalam
perpetual peace yang sebenarnya sulit untuk diterapkan di dunia seperti saat ini.
Pada pertanyaan kedua, peserta diskusi hampir semuanya memiliki pendapat yang sama,
yakni kurang setuju dengan pasal ketiga perpetual peace yakni untuk menghapuskan tentara
dalam suatu negara. Hanya ada satu peserta diskusi saja yang setuju dengan pasal ketiga tersebut.
Inisiator kemudian menyimpulkan bahwa walaupun fakta security dilemma itu memang ada tapi
tentara tetaplah dibutuhkan untuk menjaga keamanan nasional. Sedangkan disini peran rakyat
yang wajib militer saja tidak cukup untuk menjalankan tugas seperti tentara profesional.
Lagipula bukankah ketika telah ada rakyat yang diwajibkan mengikuti wajib militer, maka
kemungkinan akan munculnya ketakutan dari negara lain akan ancaman dari rakyat wajib
militer tersebut akan tetap ada dan akhirnya mendorong terjadi nya penyerangan suatu negara
terhadap negara lain. Salah satu saran yang diberikan oleh peserta diskusi terkait dengan hal ini
adalah dibutuhkan peran negara untuk harus memposisikan dan memperjelas fungsi tentara
sebagai alat pertahanan, bukan alat penyerang.
Pada pertanyaan ketiga, semua peserta diskusi sepakat bahwa bentuk pemerintahan
Republik tidaklah dapat menjamin terciptanya perdamaian abadi seperti yang dikatakan Kant
dalam salah satu pasal definitive nya. Peserta diskusi melihat bahwa yang terpenting bukan saja
bentuk pemerintahannya namun lebih ke bagaimana aparatur pemerintahan melakukan tugasnya.
Hal ini disebabkan karena bentuk negara Republik pun ternyata bisa menjadi buruk ketika para
elit pemerintahannya tidak mampu memegang teguh amanah dari rakyat dan akibatnya malah
akan menimbulkan kekacauan di negara tersebut. Dibutuhkan pemerintah berdaulat yang mampu
memaksimalkan otonomi yang dimiliki untuk mengelola negara dan unsur-unsur di dalamnya
sedemikian rupa, seperti perwujudan kesejahteraan, pembangunan merata, pemberdayaan potensi
yang seimbang antara SDA dan SDM demi tercapainya stabilisasi internal negara hingga
akhirnya dapat mendoron g terciptanya perdamaian.
Selanjutnya pada pertanyaan terakhir, hanya ada empat peserta diskusi yang menjawab,
entah mungkin karena beberapa peserta kekurangan waktu untuk menjawab mengingat diskusi
sempat terhenti sebentar karena terjadi kesalahan teknis di Elisa. Namun walaupun begitu, tetap
didapatkan jawaban yang beragam dan saling melengkapi dari peserta diskusi medium ini.
Peserta diskusi rata-rata sepakat bahwa pemikiran Kant tersebut ternyata juga memiliki kaitan
dengan pemikiran kontemporer, seperti diperlukannya organisasi internasional untuk mendorong
terciptanya perdamaian, hingga ke persamaan pemikiran Kant mengenai perpetual peace dan
perdamaian positif oleh pemikir kontemporer seperti Johan Galtung. Namun disisi lain, ada pula
beberapa pemikiran Kant yang tidak relevan atau sulit diimplementasikan dengan kondisi politik
internasional saat ini, seperti misalnya teori kosmopolitan yang salah satu nya mengenai
kepemililian bersama sumber daya alam di dunia. Saat ini dapat kita lihat bahwa kepemilikan
SDA tersebut telah diatur dan dibatasi dengan garis batas negara dimana pembatasan ini sendiri
dilakukan untuk menghindari perebutan yang bisa berujung konflik. Sedangkan terkait dengan
perpetual peace sendiri, semua peserta sepakat bahwa akan sangat sulit untuk menerapkan pasal-
pasal yang ada tersebut, mengingat kondisi negara-negara yang memang belum sepenuhnya
stabil dan sarat akan konflik. Terlebih dengan adanya beberapa poin di pasal Kant yang
sepertinya akan sangat sulit diimplementasikan karena terkait dengan otoritas masing-masing.
Akhirnya dengan berbagai pemikiran Immanuel Kant tersebut, tidak dapat dipungkiri telah
memberikan warna serta pengaruh tersendiri dalam kondisi politik internasional selanjutnya
seperti misalnya di inisiasinya pembentukan organisasi internasional seperti PBB, hingga
mempengaruhi berbagai pemikiran mengenai hakikat perdamaian kedepannya.