rangkuman filsafat

28
1. FILSAFAT ILMU Ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai karakteristik tersendiri. Pengetahuan (knowledge) mempunyai berbagai cabang pengetahuan dan ilmu (science) merupakan salah satu cabang pengetahuan tersebut. Karakteristik keilmuan itulah yang mencirikan hakekat keilmuan dan sekaligus yang membedakan ilmu dari berbagai cabang pengetahuan lainnya. Atau dengan perkataan lain, karakeristik keilmuan menjadikan pengetahuan menjadikan pengetahuan menjadi bersifat ilmiah. Dengan demikian, sinonim dari ilmu ialah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Secara sederhana filsafat dapat diartikan sebagai berfikir menurut tata tertib dengan bebas dan dengan sedalam-dalamnya, sehingga sampai kedasar suatu persoalan, yakni berfikir yang mempunyai cirri-ciri khusus, seperti analitis, pemahaman, deskriptif, evaluatif, interpretative dan spekulatif. Filsafat ilmu dapat dipahami dari dua sisi,yaitu sebagai disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofi bagi proses keilmuan. Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membicarakan objek khusus,yaitu ilmu pengetahuan. Sementara sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan, ia tak lain adalah kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri. Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya . Berfilsafat didorong untuk

Upload: hafihafi

Post on 23-Jun-2015

1.428 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rangkuman Filsafat

1. FILSAFAT ILMU

Ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai karakteristik tersendiri.

Pengetahuan (knowledge) mempunyai berbagai cabang pengetahuan dan ilmu

(science) merupakan salah satu cabang pengetahuan tersebut. Karakteristik keilmuan

itulah yang mencirikan hakekat keilmuan dan sekaligus yang membedakan ilmu dari

berbagai cabang pengetahuan lainnya. Atau dengan perkataan lain, karakeristik

keilmuan menjadikan pengetahuan menjadikan pengetahuan menjadi bersifat ilmiah.

Dengan demikian, sinonim dari ilmu ialah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge)

Secara sederhana filsafat dapat diartikan sebagai berfikir menurut tata tertib

dengan bebas dan dengan sedalam-dalamnya, sehingga sampai kedasar suatu

persoalan, yakni berfikir yang mempunyai cirri-ciri khusus, seperti analitis,

pemahaman, deskriptif, evaluatif, interpretative dan spekulatif.

Filsafat ilmu dapat dipahami dari dua sisi,yaitu sebagai disiplin ilmu dan

sebagai landasan filosofi bagi proses keilmuan. Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat

merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membicarakan objek khusus,yaitu ilmu

pengetahuan. Sementara sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan, ia tak lain

adalah kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri.

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa

ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk

mengetahui apa yang kita tahu dan apa yang kita belum tahu, atau semacam

keberanian untuk berterus terang. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita breterus terang

kepada diri kita sendiri, apakah sebenarnya yang kita tahu tentang ilmu? Apakah ciri-

ciri yang hakiki yang membedakan ilmu dengan pengetahuan lain yang bukan ilmu.

Demikian juga berfilsafat berarti merendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan

yang telah kita ketahui. Apakah ilmu telah mencakup segenap pengetahuan yang

seyogyanya saya ketahui dalam kehidupan ini? Di batas manakah ilmu dimulai dan

berhenti?

Terdapat tiga karakter berpikir filsafat :

1. Sifat menyeluruh (bebas)

Artinya ilmuwan tidak akan puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang

ilmu itu sendiri dan ingin melihat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang

lainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral, dan kaitan ilmu dengan

agama.

Page 2: Rangkuman Filsafat

2. Sifat mendasar (radikal)

Kerendahan hati ilmuwan dalam melihat segala sesuatu sebagai ketidak tahuan

sehingga berusaha membongkar tenpat berpijak secara fundamental. Dia tidak

lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu bisa disebut

benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan?

Apakah kriteria itu sendiri benar?

3. Sifat spekulatif (makna)

Secara terus terang tidak mungkin kita menangguk pengetahuan secara

keseluruhan, dan bahkan kita tidak yakin kepada titik awal yang menjadi

jangkar pmikiran yang mendasar. Dalam hal ini kita hanya berspekulatif.

Dalam prosesnya baik dalam analisis maupun pembuktiannya, kita bisa

memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak.

Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan.

Pengetahuan

Pengetahuan adalah terminology genetic yang mencakup segenap cabang

pengetahuan seperti seni, moral, dan ilmu. Manusia mendapatkan pengetahuan

tersebut berdasarkan kemampuannya selaku makhluk yang berfikir, merasa,

mengindera. Disamping itu, manusia juga bisa mendapatkan pengetahuannya lewat

intuisi dan wahyu dari Tuhan yang disampaikan lewat pesuruhnya.

Secara garis besar kita dapat menggolongkan pengetahuan kepada tiga

katagori utama, yakni:

(1) Pengetahuan tentang apa yang baik dan buruk (etika)

(2) Pengetahuan tentang apa yang indah dan jelek (estetika)

(3) Pengetahuan tentang apa yang benar dan salah (logika)

Kita sudah dapat membedakan pengetahuan secara garis besar baik ditinjau

dari kegunaannya yakni etika, estetika, dan logika. Kita menggunakan tiga ciri

pembeda yakni tentang apa (ontologi) , bagaimana (epistemologi), dan untuk apa

(aksiologi) pengetahuan tersebut disusun, diketahui, dan dimanfaatkan. Aspek

ontology, epistemology, serta aksiologi tiap jenis pengetahuan itulah yang mencirikan

hakikat pengetahuan tersebut dan sekaligus membedakannya dengan jenis-jenis

pengetahuan yang lain.

Page 3: Rangkuman Filsafat

Penalaran

Dari kelima sumber pengetahuan yakni pikiran, perasaan, indera, intuisi, dan

wahyu, ilmu berkaitan erat dengan dua sumber pengetahuan yakni pikiran dan indera.

Penalaran adalah suatu kegiatan berfikir berdasarkan suatu aturan. Aturan dalam

kegiatan berfikir tersebut disebut logika. Jadi berfikir logis merupakan suatu kegiatan

berfikir secara teratur berdasarkan logika.

Perasaan merupakan sumber pengetahuan yang efektif bagi seni dan moral,

tetapi tidak dapat diandalkan dalam menyusun pengetahuan ilmiah. Hal ini

disebabkan persyaratan ilmu adalah bersifat objektif.

Apakah ilmu?

Didalam perjalanan sejarah, metafisika keilmuan sering bercampur dengan

nilai dan baru pada abad-abad terakhir inilah ilmu secara otonom dapat mempelajari

alam sebagaimana adanya. Singkatnya ontologi keilmuan bersifat bebas nilai.

Secara epistemologis ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam

mempelajari alam, yakni pikiran dan indera. Epistemologi keilmuan pada hakekatnya

merupakan gabungan antara berfikir secara rasional dan berfikir secara empiris.

Kedua cara berfikir tersebut digabungkan dalam mempelajari gejala alam untuk

menemukan kebenaran.

Apakah kebenaran?

Ilmu, dalam upaya untuk menemukan kebenaran, mendasarkan dirinya kepada

beberapa kriteria kebenaran. Kriteria tersebut (atau sering disebut sebagai teori)

adalah kriteria koherensi , korespondensi , dan pragmatisme :

- Koherensi merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada kriteria

tentang konsitensi suatu argumentasi.

- Korespondensi merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada

kriteria tentang kesesuaian antara materi yang dikandung oleh suatu

pernyataan dengan obyek yang dikenai pernyataan tersebut.

- Pramagtisme merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada

kriteria tentang berfungsi atau tidaknya suatu pernyataan dalam lingkup ruang

dan waktu tertentu.

Page 4: Rangkuman Filsafat

Metode Ilmiah

Metode ilmiah merupakan langkah-langkah dalam memproses pengetahuan

ilmiah dengan menggabungkan cara berfikir rasional dan empiris dengan jalan

membangun jembatan penghubung yang berupa pengajuan hipotesis. Hipotesis

merupakan kesimpulan yang ditarik secara rasional dalam sebuah kerangka berfikir

yang bersifat koheren dengan pengetahuan-pengetahuan ilmiah sebelumnya. Hipotesis

tersebut berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang ditelaah

dalam kegiatan ilmiah.

Perangkat yang digunakan untuk keahlian penarikan kesimpulan tersebut

dinamakan logika deduktif. Logika deduktif adalah prosedur penarikan kesimpulan

dari pernyataan yang bersifat umum menjadi pernyataan yang bersifat khas.

Secara lebih rinci maka metode ilmiah tersusun dari langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Perumusan Masalah

Merupakan pernyataan tentang obyek empiris yang mempunyai lingkup/batas

permasalahan yang jelas yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi

faktor-faktor yang terkait didalamnya.

(2) Penyusunan kerangka berpikir

Merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan teoritis antara faktor-

faktor yang merupakan permasalahan dengan mempergunakan pengetahuan

ilmiah dengan tujuan untuk menyimpulkan hipotesis-hipotesis yang erfungsi

sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan.

(3) Pengajuan Hipotesis

Merypakan kesimpulan yang ditarik dari kerangka yang telah disusun

(4) Pengujian Hipotesis

Berupa pengumpulan data yang relevan untuk menilai kesesuaian antara

materi pernyataan yang terkandung dalam hipotesis dengan kenyataan empiris

yang sebenarnya

(5) Penarikan kesimpulan

Untuk menilai apakah kenyataan empiris sesuai atau tidak dengan hipotesis

yang diajukan

Filsafat : Peneratas Pengetahuan

Meminjam pemikiran Will Duran, perumpamaan pengetahuan yang

diantaranya adalah ilmu seperti pasukan infanteri. Filsafat sebagai tempat berpijak

Page 5: Rangkuman Filsafat

bagi kegiatan keilmuan, kemudian ilmu menang dan menjadi pengetahuan yang bisa

diandalkan. Filsafat pun pergi, mencari tempat berspekulasi dan meneratas. Semua

ilmu baik, ilmu pengetahuan alam dan sosial, bertolak dari pengembangannya

bermula sebagai filsafat.

Auguste Comte, membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan ke dalam

tahap religius, metafisik dan positif. Tahap pertama maka asas religilah yang

dijadikan postulat ilmiah sehingga ilmu merupakan deduki atau penjabaran dari ajaran

religi. Tahap kedua orang mulai berspekulasi tentang metafisika (keberadaan) ujud

yang menjadi obyek penelaahan yang terbebas dari dogma religi dan mengembangkan

sistem pengetahuan di atas dasar postulat metafisik tersebut. Sedangakan tahap ketiga,

adalah tahap pengetahuan ilmiah, (ilmu) dimana asas-asas yang dipergunakan diuji

secara positif dalam proses verifikasi yang obyektif.

2. Signifikansi Filsafat Ilmu

Sampai hari ini, sudah berapa banyak temuan berharga di bidang ilmu

kealaman(sains), dibidang ilmu-ilmu social kedokteran,farmasi,dll, baik berupa

konsep,teori, baik yang sudah diakui masyarakat maupun yang masih controversial.

Seiring dengan temuan-temuan tersebut, sampai saat ini sudah berapa disiplin ilmu

yang kita kenal, berapa disiplin ilmu yang lahir dari ilmu kealaman, berapa dr ilmu

yang lahir dari ilmu sosial. Demikian juga berapa disiplin ilmu yang dilahirkan dari

kelompok ilmu humanities.

Dalam sejarah pemikiran barat, tidak kurang dari 20 abad l amanya, para filsuf

memikirkan realitas. Temuan-temuan banyak ditemukan di bidang metafisika

sehingga mendorong seorang Rene Descrates (1596-1650) memikirkan “bagaimana

manusia mendapatkan pengetahuan?“ atau dengan kata lain “bagaimana cara para

filsuf itu sampai pada kesimpulannya?”

I nilah yang dimaksud dengan persoalan epistemologis. Sejak inilah kajian d

bidang epistemologis (filsafat pengetahuan) mendapat momentumnya, yakni di tangan

Descartes. Filsuf ini terkenal dengan konsepnya: cogito ergo sum (saya berfikir maka

saya ada), yang mengantarkannya kepada pelopor aliran rasionalisme di bidang

epistemologis. Yang kemudian kedua aliran ini didamaikan oleh Immanuel Kant

dengan kritisismenya dan para filsuf lain seperti August Comte dengan

positiveismenya, Edmund Husserl dengan fenomenologinya.

Page 6: Rangkuman Filsafat

Perkembangan ilmu fisika alam tidak bias lepas dri kemunculan filsuf Francis

Bacon (1561-1626) yang melihat pentingnya menerangkan terjadinyailmu-ilmu (yang

terglong) empiris tersebut. Untuk itu ia menulis Novum Organum (Organom baru),

sebagai pengganti OrganonAristoteles, yakni berisi tawaran tentang perangkat baru

dalam penyelidikan. Jika ilmu alam merupakan tahapan baru dari filsafat alam

(metafisika) dalam membaca realitas alam, maka filsafat ilmu sebenarnya merupakan

tahapan baru dari epistemology ( filsafatpengetahuan, teori pengetahuan, theory of

knowledge) yang menyelidiki proses keilmuan manusia.

Bidang Telaah Filsafat

Filsafat menelaah segala masalah yang mungkin dapat diperkirakan oleh

manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pioner dia mempermasalahkan hal-hal

yang pokok, terjawab masalah yang satu dia merambah masalah yang lain.

1. Pada tahap mula sekali, filsafat mempersoalkan siapakah manusia itu. Tahap

ini dapat dihubungkan dengan segenap pemikiran ahli filsafat sejak zaman

Yunani Kuno sampai sekarang mempermasalahkan tentang manusia.

Terutama ilmu sosial, mempunyai asumsi tertentu tentang manusia yang

menjadi lakon utama dalam kajian keilmuannya.

2. Tahap yang kedua adalah pertanyaan yang berkisar tentang ada: tentang hidup

dan eksistensi manusia. Apakah hidup itu sebenarnya? Apakah hidup itu

sekedar peluang dengan nasib yang melempar dadu acak? Ataukah hidup ini

sama sekali absurd, tanpa arah tanpa bentuk, bagaikan amoeba yang

berzigzag?

3. Tahap yang ketiga menyangkut tugas utama filsafat bukanlah menghasilkan

susunan pertanyaan filsafati, melainkan menyatakan sebuah pernyataan sejelas

mungkin. Dengan demikian maka epistemologi dan bahasa merupakan

gumulan utama para filsuf dalam tahap ini.

Teori Pengetahuan (Theory of Knowledge)

Penemuan-penemuan baru dibidang fisika yang didahului oleh

’Heliosentrisme’ Copernicus telah menggugah dunia filsafat untuk

mendiskusikan apa dan bagaimana cara serta sarananya untuk mencapai

pengetahuan itu.

Dalam Filsafat pengetahuan ini diselidiki otoritas pengalaman, rasio

(Verstand), akal budi (Vernunft) dan intuisi; arti evidensi dan syarat-syarat

Page 7: Rangkuman Filsafat

untuk mencapainya; batas-batas validitas kebenaran yang dikonotasikan

sebagai kenyataan (koherensi,korespondensi,hermeneutiks) guna memahami

horison pengetahuan manusia dalam upaya mendekati kebenaran atau

kenyataan tadi.

Kesemuanya itu tercemin dalam faham atau aliran-aliran rasionalisme

(Descartes, Spinoca, Leibniz), Empiris (John Locke, David Hume, Berkeley),

kritisme atau rasionalisme kritis (Immanuel Kant), positivisme (Auguste

Comte), dan fonomenologi (Husserl) yang merupaka aliran-aliran induk.

Aktualitas Filsafat

Kemajuan spektakuler yang diawali dengan gerakan Renaisance dan

Aufklaerung telah mendorong berkembangnya mentalitas manusia barat untuk

semakin percaya akan kemampuan dirinya berkat kuasa rasionya.

Sejarah telah menunjukkan bahwa pada awalnya ilmu-ilmu

pengetahuan cabang berinduk pada filsafat ini, spesialisme menjadi semakin

intensif di satu pihak, namun dilain pihak menjadikan kita ’pangling’ akan

sumber pemikiran filsafatinya, sehingga munculah ilmuan-ilmuan yang

kehilangan visi dan orientasi filsafatinya.

B. Dari Pola Pikir Hingga Pola Hidup

Hal yang banyak menarik perhatian para filsuf ialah -bisa dikatakan- perkembangan

sosiologis lebih jauh dari suatu ilmu, dan hal ini, adanya kecedrungan bahwa problem

epistemologis yang awalnya hanya sebagai pola pikir dalam melahirkan sebuah ilmu,

kemudian menguat menjadi pola hidup, bahkan sebagai pandangan dunia

(weltanschauung).

Pola fikir saintifik yang digunakan para ilmuan fisika dalam melihat fenomena

alam, secara serta merta diterapkan dalam melihat fenomena sosial. Kritik dari ilmuan

sosial sendiri menimbulkan suatu proses yang disebut naturalisasi dan universalisasi

dinamika sosial masyarakat. Pola fikir saintifik yang men g usung naturalisasi dan

rasionalisasi ini pada akhirnya muncul sebagai sebuah peradaban modern, yakni suatu

peradaban yang menuntut efesiensi, kompetetif, dinamis, dan lain-lain.

Page 8: Rangkuman Filsafat

Filsafat ilmu menjadi sangat penting artinya, untuk melihat rancang bangunan

keilmuan, baik ilmu kealaman, kemasyarakatan (sosial), dan humanities (termasuk

keislaman), sekaligus menganalisis konsekuensi logis dari pola pikir yang

mendasarinya.sehingga ekses-ekses yang ditimbulkan dapat dipahami dan akhirnya

dapat dikontrol sedemikian rupa.

C. Dari Epistemologi ke Filsafat Ilmu

Epistemologis maupun filsafat ilmu sama-sama merupakan cabang dari filsafat

yang secara khusus membahas keilmuan manusia. Keduanya memiliki lebih banyak

persamaan dari pada perbedaan. Perbedaan nya terletak pada objek material yakni

epistemologis menjadikan ‘pengetahuan’ sebagai objek kajiannya sedangkan filsafat

ilmu, objek kajiannya adalah ilmu pengetahuan. Epistemologis berasal dari bahasa

yunani, episteme yang berarti pengetahuan, logos yang berarti ilmu. Dalam bidang

initerdapat tiga persoalan pokok, yakni:

(a). apakah sumber-sumber pengetahuan itu?

(b). apakah sifat dasar pengetahuan itu?

(c). apakah pengetahuan kita itu benar (valid)?

Tiga persoalan pokok itu merupaka objek formal dari filsafat ilmu, sebagai

filsafat ilmu, sebagai perspektif dalam melihat objek materialnya, yakni ilmu. Bisa

dikatakan bahwa filsafat ilmu merupakan perkembangan lebih jauh dari

epistemologis1 atau bias juga dikatakanbahwa epistemologis sebenarnya telah

memperoleh maknanya yang baru, sekaligus memiliki maknanya yang luas sampai

pada ‘garapan’ filsafat ilmu.

D. Antara Filsafat Ilmu dan Sejarah Ilmu

Pembahasan mengenai pertumbuhan dan perkembangan ilmu umumnya

menunjukan (a). Bagaimana proses isnad ( silsilah). Thomas S. Khun dengan

penelitiannya di bidang sejarah ilmu(sains) menemukan sebuah teori yakni ‘teori

paradigma’. August Comte melihat bahwa perkembangan pengetahuan manusia

terjadi atas tiga tahap, yakni; teologis, metafisika, dan terakhir positif2. Hegel melihat

perkembangan ilmu sebagai proses dari suatu tesis, antitesis, dan terakhir sintesis3.

1

2

3

Page 9: Rangkuman Filsafat

(b). Bahwa perkembangan ilmu itu terbagi menjadi beberapa penggal sejarah dan

pada setiap penggal sejarah itu memiliki keunikan wacana atau tema dominan

tertentu.

E. Antara Filsafat Ilmu dan Sosiologi Ilmu

Sosiologi ilmu adalah sebuah disiplin yang secara teoritis berusaha

menganalisis kaitan antara pengetahuan dengan kehidupan dan secara metodologis

berupaya menelusuri bentuk-bentuk yang diambil oleh kaitan itu dalam

perkembangan intelektual manusia.Disiplin ini dirintis oleh Max Scheler dan

kemudian diperkokoh oleh Karl Mannheim.4 Ilmu sosial-budaya dikenal dengan

pendekatan verstehen (pemahaman), sedangkan untuk ilmu-ilmu alam dikenal dengan

pendekatan erklaren (penjelasan berdasar hokum alam;kausalitas). Perbedaan secara

dikotomis ini dikenalkan oleh Wilhelm Dilthey. Dengan demikian, sosiologi ilmu

memberikan informasi yang cukup tentang adanya keterkaitan antara proseskeilmuan

tertentu dengan factor-faktor lain diluarkeilmuan, misalnya ideology,

tradisi,keagamaan, otoritas,ekonomi,dll.

F. Problematika Filsafat Ilmu

Problematika filsafat ilmu dapat diidentifikasikan menjadi beberapa hal

berikut:

1. Mempelajari stuktur fundamental ( fundamental structure ) suatu ilmu

Stuktur fundamental suatu ilmu adalah hakikat ilmu itu sendiri. Melihat ilmu

dari aspek ini merupakan sumbangan dari epistemology in the old fashion; yakni

lebih menitikberatkan pada perspektif apa(objek formal!) yang digunakan suatu ilmu

dalam memahami objek kajiannya. dalam perkembangan keilmuan, struktur

fundamental juga bisa dipahami sebagai ‘kerangka’ paradigma keilmuan (asumsi

filosofis), yang dengannya bisa dilihat konsistensi’kerja’ konsep-konsep atau teori-

teori keilmuan. Paradigma dan teori keilmuan adalah dua hal yang mendasari (dalam

arti filosofis), mengarahkan dan menjadi batu ujian atas kosistensi suatu proses

keilmuan.

2. Mempelajari struktur logis ( logical stucture ) suatu ilmu

4

Page 10: Rangkuman Filsafat

Struktur logis suatu ilmu berhubungan dengan pandangan dunianya. Ini

artinya terkait dengan logika ‘apa’ yang ‘bermain’ dibelakang suatu ilmu tertentu dan,

karenanyabisa dilihat ‘apa’ konsekuensi sosiologis yang ditimbulkannya.dengan

melihat suatu struktur logis suatu ilmu, pada suatu sisi, akan bisa dipahami tipe-tipe

argumen yang digunaka, sekaligus sebagai landasan filosofis-logis dalam membuat

argumen ilmiah, pada sisi yang lain.

3. Sesuai dengan sifat heuristik dari filsafat, filsafat ilmu berusaha mencari trobosa n

baru agar suatu ilmu tetap dapat survive, marketable, aktual, dan berguna.

Menurut Fazlur Rahman filsafat diperlukan untuk menerobos kemacetan dan

jalan buntu yang dihadapin ilmu-ilmu, baik keilmuan alam, sosial, maupun

humanities, termasuk keilmuan agama.Filsafat merupakan alat yang terus menerus

diperlukan, untuk itu harus boleh berkembang secara alamiah, baik untuk kepentingan

pengembangan filsafat itu sendiri maupun untuk pengembangan disiplin-disiplin

keilmuan yang lain.

4. melakukan kritik (analisis kritik)

Kritik adalah dasar filsafat.Maka filsafat ilmu tidak henti-hentinya melakukan

kritik terhadap setiap ilmu dan perkembangannya, terutama diarahkan pada adanya

keselarasanpada tiga aspek, yaitu: epistemologis, metafisika, dan aksiologis.

3. CAKUPAN FILSAFAT ILMU

G. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu dapat dipahami dar i dua sisi, yaitu sebagai disiplin ilmu dan

sebagai landasan filosofi ilmu pengetahuan. Pertama , sebagai disiplin ilmu ,Filsafat

ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat, dengan demikian, juga merupakan disiplin

filsafat khusus yang mempelajari bidang khusus, yaitu ilmu pengetahuan.maka

mempelajari ilmu berarti mempelajari secara filosofis berbagai hal yang terkait

dengan ilmu pengetahuan.

Persoalan utama ontologi ilmu adalah apa bangunan dasar (fundamental

structure) sehingga sesuatu itu disebut ilmiah atau kapan sesuatu disebut ilmiah.

Sedang dalam epistemologislmu, persoalan utamanya adalah tentang “logika apa”

atau struktur logis (logical structure) yang bagaimana yang ’dipakai’ dalam

membangun ilmu. Sementara dalam aksiologi ilmu, ilmu dilihat dari sudut “peran dan

tanggung jawabnya” terhadap masyarakat dan sejarah, maka perhatian terhadap

sosiologi dan sejarah ilmu menjadi pembahasan utama.

Page 11: Rangkuman Filsafat

Kedua, sebagai landasan filosofis bagi ilmu pengetahuan 5 .Disini jelas filsafat

ilmu lebih dilihat dalam hal fungsinya, bahkan aplikasinya dalam kegiatan

keilmuan.Ilmu pengetahuan itu pada dasarnya merupakan representasi fakta;

ungkapan kembali dari fakta. Dalam pandangan filsafat ilmu, proses dan hasil

keilmuan pada jenis apapun, sangat dientukan oleh landasan filosofis yang

mendasarinya, yang memang berfungsi memberikan kerangka, mengarahkan,

menentukan corak dari keilmuan yang dihasilkannya.

1. Cakupan istilah “Ilmu”

Filsafat ilmu sebagai sebuah disiplin memiliki objek kajian yang cukup luas

yaitu, mulai dari yang masuk akal dalam kategori pengetahuan ( knowledge ), ilmu

( science ) itu sendiri, baik natural science maupun social science sampai yang

tergolong humanities, termasuk ilmu-ilmu keagamaan dan kebahasaan. Untuk yang

terakhir Diltheymenyebutnya dengan cultural-historical-science. Sementara itu

sebagaimana kema yang dibuat Jurgen Harbermas, bhwa ilmu pengetahuan itu terdiri

dari ilmu-ilmu empiris-analitis (ilmu-ilmu alam juga,juga ilmu hokum,psikologi)

ilmu-ilmu histories-hemeneteus (ilmu agama, filsafat, bahasa, sastra,kebudayaan), dan

ilmu sosial-kritis (ilmu politik, ekonomi, sosiologi).

Suatu bangunan keilmuan, ilmu-ilmu keislaman juga digerakan oleh

paradigma keimuan tertentu sekaligus berjalan diatas dialektiknya denan persoalan

aktual sezaman.dengan kata lain, ilmu-ilmu keislaman juga mempunyai filsafat ilmu,

dan karenanya juga termasuk dalam diskursus filsafat ilmu, yang bisa dianalisis

bangunan dasarnya konsekuensi-konsekuensinya, baik konsekuensi logis maupun

sosiologisnya.

2. Landasan Filosofis bagi Ilmu

Landasan flosofis dimaksud adalah asumsi dasar, paradigma keilmuan dan

kerangka teori ( theoretical framework ). Ketiga hal inilah yang lazim disebut filsafat

ilmu atau filsafat keilmuan . K etiga landasan filosofis ini, memang tidak serta merta

ditunjukan dalam wilyah praktis, namun jelas sangat menentukan “corak” ilmu yang

dihasilkan.

5

Page 12: Rangkuman Filsafat

Asumsi dasar proses keilmuan diidentifikasi oleh filsafat ilmu menjadi

beberapa aliran pemikiran, yang meliputi; rasionalisme, empirisisme, kritisisme,

intusionisme, sementara paradigma keilmuan(dalam tradisi sains) meliputi:

positivisme, pospositivisme, konstruktifisme, dan teori-teori kritis (critical theory).

Beberapa ilmu kemudian dapat diklasifikasikan menurut kesamaan karakteristiknya,

yakni atas dasar kesamaan teori atau paradigmanya, misalnya seperti apa yang

dilakukan Habermas.

Cabang-Cabang Filsafat

Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi yakni apa yang

disebut benar dan apa yang disebut salah ( logika ), mana yang dianggap baik dan mana

yang dianggap buruk ( etika ), serta apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk

jelek ( estetika ). Ketiga cabang filsafat utama ini kemudian bertambah lagi yakni,

pertama, teori tentang ada : tentang hakikat keberadaan zat, tentang hakikat pikiran

serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika ; dan,

kedua, politik : yakni kejian mengenai organisasi sosial atau pemerintahan yang ideal.

Kelima cabang filsafat ini kemudian berkembang lagi menjadi cabang filsafat yang

kajiannya lebih spesifik, mencakup :

1. Epistemologi (Filsafat pengetahuan)

2. Etika (Filsafat moral)

3. Estetika (Filsafat seni)

4. Metafisika

5. Politik (Filsafat pemerintahan)

6. Filsafat Agama

7. Filsafat Ilmu

8. Filsafat Pendidikan

9. Filsafat Hukum

10. Filsafat Sejarah

11. Filsafat Matematika

Filsafat Ilmu

Merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara

spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat ilmu sering dibagi

menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial, pembagian ini

merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditelaah antara ilmu alam dan

Page 13: Rangkuman Filsafat

ilmu sosial. Filsafat ilmu merupakan telaahan ecara filsafat yang ingin menjawab

beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti :

1. Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek

tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap

manusia yang membuahkan pengetahuan?

2. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa

ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita

mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu

sendiri?Apa kriterianya?

3. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan

antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana

penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?

Kelompok pertanyaan satu disebut landasan ontologis, yang kedua

merupakan epistemologi dan kelompok ketiga adalah aksiologi. Semua

pengetahuan apakah itu ilmu, seni, atau pengetahuan apa saja pada dasarnya

mempunyai ketiga landasan ini. Yang berbeda adalah materi perwujudannya

serta sejauh mana landasan-landasan dari ketiga aspek ini dikembangkan dan

dilaksanakan. Dari semua pengetahuan maka ilmu merupakan pengetahuan

yang aspek onotogis, epistemologis, dan aksiologisnya telah jauh berkembang

dibandingkan dengan pengetahuan lain dan dilaksanakan secara konsekuen

dan penuh disiplin. Untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dengan

pengetahuan lain maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah : Apa yang

dikaji oleh pengetahuan itu (ontologi)? Bagaimana cara mendapatkan

pengetahuan tersebut (epistemologi)? Serta untuk apa pengetahuan termasuk

dipergunakan (aksiologi)?

Filsafat ilmu adalah cabang ilmu filsafat. Filsafat ilmu adalah refleksi

mendasar dan integral mengenai hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Filsafat

ilmu (Philosophy of science,Wissenchaftlehre, Wetenschapsleer) merupakan

penerusan dalam pengembangan filsafat pengetahuan.

Ilmu sebagai masyarakat menunjukkan adanya sekelompok elit yang

dalam kehidupannya sangat mendambakan imperatives, yang oleh R. Merton

disebut universalisme, komunalisme, desinterestedness dan skepsisme yang

teratur.

BAB II

Page 14: Rangkuman Filsafat

Struktur Fundamental Ilmu Pengetahuan

( Membaca Archie J.Bahm dalam “ What is Science”)

A. Bangunan Dasar Imu Pengetahuan

Buku “What is Science” karya Archie J.Bahm secara umum membicarakan

enam komponen dari rancang bangunan ilmu pengetahuan, artinya dengan enam

komponen itu, sesuatu itu bisa disebut ilmu pengetahuan,yaitu:

1. Adanya Masalah (Problem)

Archie J.Bahm menjelaskan bahwa tidak semua masalah menunjukan cirri

keilmiahan. Suatu masalah disebuat masalah ilmiah, jika memenuhi ‘persyaratan’,

yaitu bahwa maslah itu merupakan masalah yang dihadapi dengan sikap dan metode

ilmiah; Masalah yang terus mencari solusi; Masalah yang saling berhubungan dengan

masalah dan solusi ilmiah lain secara sisitematis (dan lebih menandai dalam

memberikan pemahamanyang lebih besar). Masalah yang dapat dikomunikasikan dan

capable, yang disuguhkan dengan sikap dan metode ilmiah sebagai ilmu

pengetahuanawal, sudah pantas dikatakan “ masalah ilmiah” (scientific problem).

2. Adanya Sikap, dala artian sikap ilmiah

Menurut Bahm paling tidak, meliputi enam kharakteristik pokok, yaitu:

keingintahuan, spekualasi,kemauan untuk objektif, kemauan untuk menangguhkan

penilainan, dan kesmentaraan.

a. Keingintahuan; yang dimaksud disini adalah keingintahuan ilmiah, yang

bertujuan untuk memahami.

b. Spekulatif, artinya suatu hal yang disengaja dan berguna untuk

mengembangkan dan mencoba membuat berbagai hipotesa.

c. Kemauan untuk objektif. Objektifas adalah salah satu jenis sikap subyektif.

Dalam arti bahwa objektifitas bergantung pada eksistensinya, tidak hanya atas

eksistensi sebuah subyek, tetapi juga atas kemauan subyek untuk memperoleh

dan mengikuti sikap objektif, dalam arti minat untuk memahami sifat dasar

objek itu sendiri, sejauh objek tersebut bisa dipahami dengan cara ini.

d. Keterbukaan. Kemauan untuk mempertimbangkan semua saran yang

relevandengan hipotesis, metodologi, dan bukti yang berhubungan denagn

masalah dimana seorang bekerja.

e. Kemauan. Sikap ilmiah menyangkut kemauan untuk menangguhkan penilaian

sampai bisa diperolehnya semua bukti yang diperlukan.

Page 15: Rangkuman Filsafat

f. Kesementaraan. Sikap sementara akan selalu meragukan validitas suatu

hipotesa termasuk pengerjaannya, bahkan meragukan segala usaha ilmiah

termasuk bidang keahlian seseorang.

3. Menggunakan Metode Ilmiah

Archie J.Bahm berpendapat bahwa metode ilmiah adalah satu sekaligus

banyak; dikatakan satu karena metode ilmiah; sedangkan dikatakan banyak, karena

dalam kenyataannya terdapat banyak jalan. Yaitu:

a. Masing-masing ilmu mempunyai metodenyasendiri-sendiri, yang paling cocok

dengan masalahnya sendiri.

b. Setiap masalah particular memerlukanmetode uniknya sendiri

c. Secara historis, para ilmuan dalam bidang yang sama dalam waktu yang

berbeda, memakai metode yang sama sekali berbeda, lantaran berbeda dalam

perkembangan teoritis dan temuan teknologis.

d. Perkembangan yang cepat dalam banyak ilmu pengetahuan dan teknologi

yang semakin lama semakin bergantung dewasa ini, memerlukan

perkembangan berbagai metodologi bru yang cepat, berkenaan dengan maslah

yang ruwet dan dinamis

e. Siapa saja yang concern pada metode ilmiah harus mengakui bahwa metode

ini mempunyai tahapan-tahapan yang membutuhkan metode yang berbeda

pula.

Secara lebih Khusus Archie J. Bahm menjelaskan bahwa metode ilmiah meliputi 5

langkah, yaitu:

a. menyadari akan masalah

b. menguji masalah

c. mengusulkan teori

d. menguji usulan atau proposal

e. memecahkan masalah

4. Adanya aktifitas

Ilmu pengetahuan adalah apa yang dikerjakan oleh para ilmuan, yang

kemudian biasa disebut ‘ riset ilmiah’. Riset demikian mempunyai dua aspek:

aspek individu dan aspek sosial

Page 16: Rangkuman Filsafat

5. Adanya kesimpulan

Kesimpulan – pemahaman yang dicapai sebagai hasil pemecahan masalah- adalah

tujuan ilmu pengetahuan.

6. Adanya Pengaruh

Ilmu pengetahuan adalah apa yang digarap oleh ilmu pengetahuan. pengaruh yang

ditibulkan ilmu pengetahuan begitu beragam dan dapat dihubungkan pada dua hal,

yaitu: a). terhadap teknologi dan industri melaui apa yang disebut dengan ilmu

terapan. b). Pengaruh ilmu terhadap-atau dalam- masyarakat dan peradaban.

B. Pelajaran dari Archie J. Bahm: Keprihatinan dan Perhatian ( concern)

Kegiatan keilmuan dan pengembangan ilmu terkait denagn dua pertimbangan,

yaitu pertimbangan objektivitas dan pertimbangan nilai.

Pertama, para ilmuan hanya menggunakan satu pertimbangan yaitu nilai Kebenaran

dengan mengesampingkan pertimbangan-pertimbangan nilai-nilai metafisik yang lain.

kedua, para ilmuan memandang sangat perlu memasukan pertimbangan nilai-nilai

etni, kesusialaan, dan kegunaan untuk melengkapin pertimbangan nilai kebenaran

yang akhirny sampai pada prinsip bahwa ilmu pengetahuanharus bertaut nilai.