rancangan tata letak fasilitas produksi …€¦ · yang bergerak dibidang pembuatan kayu...
TRANSCRIPT
eJournal Administrasi Bisnis, 2019, 7 (2): 769-782 ISSN 2355-5408 , ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2019
RANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI
MENGGUNAKAN METODE PENYEIMBANGAN LINI
UNTUK MENCIPTAKAN EFISIENSI PRODUKSI
PADA PT. SEGARA TIMBER DI SAMARINDA
Nizar Zulmy Kurniawan1
Abstrak
PT Segara Timber merupakan Perusahaaan pengelolaan kayu bulat yang
setiap harinya melakukan kegiatan produksi, dalam kegiatan tersebut ternyata
perusahaan belum mampu mendapatkan hasil yang maksimal untuk itulah
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis guna menciptakan
efisiensi waktu produksi dengan menggunakan metode penyeimbangan lini pada
tata letak fasilitas produksi PT. Segara Timber di Samarinda. Penelitian ini
berjenis penelitian dekriftif kuantitatif. Teknik pengumpulan datanya dilakukan
dengan menggunakan data primer berupa penelitian lapangan, Pengamatan,
wawancara dan dokumentasi serta data sekunder yang merupakan data yang
diperoleh dari pihak lain secara tidak langsung. Teknik analisis datanya adalah
dengan menganalisis ulang tata letak fasilitas yang saat ini digunakan oleh PT.
Segara Timber serta menggunakan metode yang tepat yaitu metode
penyeimbangan lini. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan adanya
perencanaan ulang tata letak fasilitas produksi menggunakan metode
penyeimbangan lini mampu menciptakan efisiensi waktu produksi dengan
pembagian kegiatan produksi kedalam 4 stasiun kerja serta menciptakan tingkat
efisiensi waktu sebesar 92% yaitu 7,36 jam dan tingkst waktu menganggur
sebesar 8% yaitu 38,4 menit dari total waktu produksi 8 jam/shift. Peneliti
memberikan saran yaitu: 1) perusahaan menggunakan kembali mesin produksi
yang sebelumnya tidak digunakan; 2) perusahaan menggunakan metode
penyeimbangan lini dalam penyusunan tata letak fasilitas produksi; 3)
perusahaan perlu melakukan kajian mendalam tentang faktor atau variabel lain
yang ikut mempengaruhi kelancaran suatu proses produksi seperti perawatan
mesin dan SDM.
Kata Kunci: Tata Letak, Penyeimbangan Lini, Efisiensi Waktu Produksi, PT.
Segara Timber.
Pendahuluan
Dalam perusahaan yang menghasilkan barang, hal-hal yang memperngaruhi
perolehan laba ialah kuantitas dan kualitas dari barang tersebut. Kuantitas produk
bisa didapatkan jika suatu kegiatan produksi mampu menciptakan efektivitas dan
juga efisiensi. Dalam bidang operasional, upaya tersebut dapat dilakukan dengan
1 Mahasiswa Program S1 Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Email: [email protected]
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 7, Nomor 2, 2019: 769-782
770
menerapkan metode terbaik dalam setiap kegiatan yang bersifat teknis. Metode-
metode tersebut dapat berupa penentuan jalur transportasi, penentuan jumlah
persediaan yang optimal, maupun penentuan urutan langkah pekerjaan suatu
kegiatan atau proyek. Terdapat banyak keputusan yang memiliki pengaruh
terhadapat proses produksi ini. Di antaranya yaitu keputusan mengenai sumber
daya manusia dan sistem kerja, persediaan bahan baku dan perencaan untuk hal
tersebut, desain produk yang dihasilkan, lokasi produksi, desain tata letak dan
tentu saja keseimbangan lintasan dari fasilitas produksi, dimana semua keputusan
mengenai hal ini akan berpengaruh terhadap proses produksi (Assauri, 2008:39).
Tata letak memiliki banyak dampak strategis karena tata letak menentukan
daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, dan biaya, serta
kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan, dan citra perusahaan. Tata letak
yang efektif dapat membantu organisasi mencapai sebuah strategi yang
menunjang diferensiasi, biaya rendah, atau respon cepat. Keputusan mengenai
tata letak meliputi keputusan penempatan mesin-mesin ataupun fasilitas produksi,
jumlah dan penempatan prosisi karyawan pabrik, urutan pekerjaaan, dan banyak
keputusan lainnya. Dalam penerapan tata letka fasilitas produksi dibutuhkan
sebuah metode yang tepat guna menunjang kelancaran produksi dengan penrapan
tata letak yang diterapkan oleh perusahaan, metode tersebut ialah metode
penyeimbangan lini. Penyeimbangan lini (line balancing) merupakan konsep
memilah atau mengelompokkan tugas produksi ke dalam beberapa stasiun kerja,
agar tercipta suatu arus produksi yang lancar (Purnomo, 2004:217). Konsep
penyeimbangan lini pada suatu sistem produksi perusahaan diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi produksi dari perusahaan tersebut. Kombinasi stasiun
kerja yang baik adalah kombinasi dengan waktu nganggur (idle time) yang paling
minimal (Heizer dan Render, 2006:475).
PT. Segara Timber salah satu perusahaan di Samarinda, Kalimantan timur
yang bergerak dibidang pembuatan kayu lapis/plwood. Berdasarkan pra penelitian
yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa usaha yang sudah dilakukan selama ini
oleh perusahaan ternyata masih kurang optimal dikarenakan kurang seimbangnya
tugas pembagian antar stasiun kerja dengan layout yang ada sehingga
menciptakan waktu menganggur dibeberapa stasiun kerja dikarenakan tugas dari
stasiun kerja sebelumnya yang belum selesai.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Rancangan Tata Letak Fasilitas Produksi Menggunakan
Metode Penyeimbangan Lini Untuk Menciptakan Efisiensi Waktu produksi Pada
PT. Segara Timber di Samarinda”
Kerangka Dasar Teori
Manajemen Operasional
Menurut Assauri (2016:1) manajemen produksi atau operasi adalah
manajemen dari bagian suatu organisasi yang bertanggung jawab untuk kegiatan
produksi barang barang dan jasa. Merupakan suatu kewajiban bagi perusahaan
Rancangan Tata Letak Fasilitas Produksi Metode Penyeimbangn lini (Kurniawan)
771
yang melakukan kegiatan produksi untuk memiliki manajemen operasional guna
bertanggung jawab penuh bagi kelancaran suatu perusahaan.
Tata Letak
Wignjosoebroto (2009:67) mengemukakan bahwa tata letak pabrik dapat
didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna
menunjang kelancaran proses produksi dan dalam tata letak pabrik ada dua hal
yang di atur letaknya, yaitu pengaturan mesin (machine layout) dan pengaturan
departemen (departement layout) yang ada di pabrik. kegunaan dari pengaturan
tata letak pabrik adalah memanfaatkan luas area (space) untuk penempatan mesin
atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan perpindahan
material, penyimpanan material (storage) baik yang bersifat temporer maupun
permanen, personal pekerja dan sebagainya.
Ciri-ciri Layout Pabrik yang Baik
Ada beberapa ciri-ciri dari tata letak pabrik yang baik Menurut Hadiguna
dkk (2008:15-19), yaitu :
a. Keterkaitan kegiatan terencana.
b. Pola aliran bahan terencana.
c. Langkah balik (backtrack) minimum.
d. Jalur aliran tambahan.
e. Pemindahan antar-operasi minimum.
f. Metode pemindahan yang terencana.
g. Jarak pemindahan minimum.
h. Tata letak fleksibel.
i. Pemakainan seluruh lantai pabrik maksimum.
j. Ruang penyimpanan yang cukup.
k. Penyediaan ruang yang cukup antar peralatan.
l. Waktu pemerosesan bagi waktu produksi total maksimum.
m. Sedikit mungkin pemindahan bahan.
n. Pemindahan ulang minimum.
o. Pemisah tidak mengganggur aliran barang.
Penyeimbangan Lini
Ginting (2007:205) mengemukakan bahwa line balancing adalah
serangkaian stasiun kerja (mesin dan perlatan) yang dipergunakan untuk membuat
produk. Line balancing biasanya terdiri dari sejumlah area kerja yang dinamakan
stasiun kerja yang ditangani oleh seorang atau lebih operator dan ada
kemungkinan ditangani dengan menggunakan bermacam-macam alat. Tujuan
pokok dari penyeimbangan lintasan adalah meminimumkan waktu menganggur
pada lintasan yang ditentutkan oleh operasi yang paling lambat. (Baroto,
2002:192-193)
Efisiensi
Menurut Mulyadi (2007:63), efisinesi adalah ketepatan cara dalam
menjalankan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya.
Efisiensi juga berarti rasio antara input dan output.
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 7, Nomor 2, 2019: 769-782
772
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Merupakan Penelitian Deskriptif Kuantitatif dengan menggunakan metode
penyeimbangan lini. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menguguji data yang
telah ada dan melakukan analisis tentang kondisi yang sebenarnya. Sedangkan
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kuantitatif untuk
mendapatkan hasil perbandingan data dengan banyak variabel input dan output.
Penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.
Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari variabel yang digunakan oleh peneliti
adalah:
Definisi Operasional
Sumber : Data Diolah (2018)
Rancangan Tata Letak Fasilitas Produksi Metode Penyeimbangn lini (Kurniawan)
773
Sumber Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis data sebagai bahan
penelitian yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2017:137), mendefinisikan data primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
a. Penelitian Lapangan, Yaitu mencari dan memperoleh data langsung objek
penelitian.
b. Pengamatan (Observasi), yaitu suatu cara memperoleh data melalui
pengamatan dan pencatatan secara langsung terhadap objek penelitian
(dalam penelitian ini, lokasi pabrik, tata letak, proses produksi, dan lain-
lain).
c. Wawancara (Interview), ialah mengumpulkan data dengan melakukan
wawancara langsung dengan manajer produksi guna memperoleh bahan
masukan yang menunjang dalam penulisan skripsi ini.
d. Dokumentasi, melakukan pengumpulan data dengan mempelajari dan
mengamati berbagai sumber dokumen dan data yang dimiliki oleh PT.
Segara Timber.
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2017:137) data sekunder merupakan data yang diperoleh
dari pihak lain secara tidak langsung, memiliki hubungan dengan penelitian
yang dilakukan berupa sejarah perusahaan, ruang lingkup perusahaan, struktur
organisasi, buku, literatur, artikel, serta situs di internet.
Teknik Analisis Data
Analisa Tata Letak dan Sistem Produksi Perusahaan
Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan analisa
terhadap sistem produksi dan tata letak yang dimiliki oleh PT. Segara Timber.
1. Analisa Model Tata Letak Pabrik
Analisa pertama yang dilakukan adalah melakukan analisa tata letak fasilitas
pabrik digunakan oleh PT. Segara Timber. Peneliti berusaha mendefinisikan
model yang digunakan oleh perushaan pada luas ruangan pabrik, susunan
antar mesin, jumlah mesin (fasilitas) dalam pabrik, dan jarak antar fasilitas
tersebut.
2. Melakukan analisa terhadap proses produksi plywood di perusahaan. Dalam
analisa proses produksi peneliti berupaya untuk mendefinisikan hal tersebut:
a. Jumlah output (produksi pembuatan kayu lapis/plywood) yang
dihasilkansetiap hari , yang dinyatakan dalam satuan unit.
b. Input sumber daya yang terdiri dari:
1) bahan baku kayu lapis/plywood adalah pohon yang berasaldari pohon
hasil pemanfaatan hutan produksi.
2) Waktu kerja/jam kerja yang tersedia bagi proses produksi (dalam satuan
jam)
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 7, Nomor 2, 2019: 769-782
774
3) Jumlah tugas produksi yang ada dan aturan presedensi (urutan tugas
pendahulu dan pengikut) dari tugas-tugas tersebut.
4) Waktu yang dibutuhkan oleh setiap tugas produksi untuk menyelesaikan
tugasnya, yang dinyatakan dalam satuan waktu (detik/menit/jam).
Melakukan Perencanaan Line Balancing Pada Sistem Produksi
Untuk mencoba menerapkan konsep penyeimbangan lini ,peneliti perlu
melakukan beberapa langkah. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti
antara lain:
1. Mengetahui target output produksi per hari, dan waktu operasi tersedia untuk
setiap harinya.
2. Mendefinisikan tugas-tugas produksi, jumlah, dan waktu pengerjaan dari
masing-masing tugas produksi tersebut.
3. Menentukan aturan presendensi dari seluruh tugas produksi.
4. Pusat kerja membutuhkan waktu penyelesaian terpanjang atau yang
mempunyai daya kerja terkecil itu disebut Bettleneck operation, dan jangka
waktu antara selesainya satuan barang yang pertama dengan satuan barang
yang pertama dengan barang berikutnya disebut waktu siklus (cycles time)
rangkaian tersebut. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Sumber: Pardede (2005:178
5. Menentukan jumlah sekurang-kurangnya pusat kerja yang dibutuhkan. Jumlah
sekurang-kurangnya pusat kerja yang dibutuhkan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Sumber: Pardede (2005:184)
6. Setelah jumlah stasiun kerja minimal telah diketahui, maka tugas-tugas
produksi dibagi-bagi kedalam masing-masing stasiun kerja. Proses pembagian
ini perlu diatur sedemikian rupa agar keseimbangan dapat tercapai. Dalam
langkah ini, peneliti menggunakan salah satu metode “heuristic” untuk
membagi tugas tersebut ke dalam stasiun kerja.
7. Setelah tugas-tugas telah terbagi, maka efisiensi produksi dapat dicari. Rumus
efisiensi dapat dihitung dengan rumus:
Sumber: Heizer dan Render (2006:477)
Jumlah terbesar barang yang dapat dibuat setiap satuan waktu jumlah waktu yagn tersedia
Jumlah sekurang-kurangnya pusat kerja yang dibutuhkan
Efisiensi =
Rancangan Tata Letak Fasilitas Produksi Metode Penyeimbangn lini (Kurniawan)
775
Dimana :
t = Total waktu untuk menyelesaikan sebuah unit
N = TM = Jumlah work station
c = Waktu siklus
8. Setelah itu, maka waktu nganggur (idle time) dapat dicari dengan rumus:
Atau
Sumber : Heizer dan Render (2006:477)
Dimana:
n = Jumlah stasiun lini
c = Waktu siklus
ti = waktu tugas
Analisis dan Pembahasan
Analisis
Analisis dalam penelitian ini akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap
pertama yaitu, melakukan analisis terhadap sistem produksi dan tata letak yang
dimiliki oleh perusahaan, yang merupakan analisis mendasar terhadap konsidi
perusahaan. Setelah itu, tahap kedua peneliti akan melakukan penyeimbangan lini
pada tata letak dan sistem produksi PT. Segara Timber, dan kemudian melakukan
penilaian dari hasil penerapan konsep penyeimbangan lini tersebut.
Analisis Sistem Produksi dan Tata Letak (Layout)
1. Sistem Produksi dan Waktu Kerja
PT. Segara Timber melakukan produksi setiap hari kecuali hari besar.
Aktivitas produksi ini terbagi dalam 3 shift. Shift pertama dari jam 07.00
sampai jam 15.00, shift kedua dari jam 15.00 sampai 23.00, dan shift ketiga
dari jam 23.00 hingga jam 07.00. PT. Segara Timber memiliki 10 stasiun kerja
langsung dalam memproduksi kayu. Target produksi memenuhi permintaan
dari bagian distribusi, target yang diberikan sudah dapat dipenuhi oleh bagian
produksi karena diantisipasi dengan kenaikan tingkat prduksi sebesar 10% dari
target produksi, Jadi apabila ada permintaan mendadak maka produksi sudah
siap.
2. Proses Produksi
Dalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada proses produksi kayu
lapis pada PT. Segara Timber, yang dimana dalam prosesnya mampu
Idle Time = 1 - Efisiensi
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 7, Nomor 2, 2019: 769-782
776
menghasilkan plywood dalam jumlah besar karena perusahaan memiliki target
produksi tiap harinya dan dalam prosesnya perusahaan telah menciptakan
proses produksi yang bisa encapai target produksi yang ada. Namun, tidak bisa
untuk selalu konsisten dalam mencapai target produksi tersebut, hal inilah
yang tentunya menjadi point penting bagi perusahaan dalam menjalankan
proses produksinya
3. Tata Letak PT. Segara Timber
Sumber : Data Internal Perusahaan (2018)
Keterangan:
1) Pemotongan kayu bulat (1 Unit).
2) Pengupasan kayu menjadi potongan veneer (3 Unit).
3) Mengeringkan potongan veneer baru (3 Unit).
4) Penjahitan veneer yang terputus (1 Unit).
5) Membuat bagian inti dari plywood (7 Unit).
6) Merekatkan veneer untuk menjadi plywood (3 Unit).
7) Mendinginkan perekat pada plywood (7 Unit).
8) Memanaskan perekat pada plywood (3 Unit).
9) Merapikan veneer yang telah menjadi plywood (1 Unit).
10) Menghaluskan plywood (2 Unit).
11) Menyusun tumpukan plywood (1 Unit).
Penerapan Konsep Penyeimbangan Lini (Line Balancing)
Langkah penerapan konsep penyeimbangan lini (line balancing) pada
sistem produksi PT. Segara Timber diawali dengan mendefinisikan daftar tugas
produksi, waktu pengerjaan masing-masing tugas produksi, urutan presendensi
Rancangan Tata Letak Fasilitas Produksi Metode Penyeimbangn lini (Kurniawan)
777
dari tugas tersebut, dan juga target output produksi setiap hari serta waktu kerja
yang tersedia untuk memenuhi target output tersebut, hal ersebut dilakukan guna
mendapatkan data yang dibutuhkan.
Daftar Tugas Produksi dan Aturan Presedensi
Diagram presedensi menunjukkan aturan urutan pengerjaan dari
keseluruhan tugas produksi. Berdasarkan data dari tugas pada bagian sebelumnya,
maka kita dapat membuat diagram presedensi sebagai berikut:
Daftar Tugas Waktu Produksi
Tugas (Operasi) Waktu Performansi (Detik)
1. Pemotongan kayu bulat
2. Pengupasan menjadi potongan veneer
3. Mengeringkan potongan veneer baru
4. Penjahitan veneer yang terputus
5. membuat bagian inti dari plywood
6. Merekatkan lembaran veneer untuk
menjadi plywood
7. Mendinginkan perekat pada plywood
8. Memanaskan perekat pada plywood
9. Merapikan veneer yang telah menjadi
plywood
10. Menghaluskan plywood
11. Menyusun tumpukan Plywood
240
310
320
80
80
60
540
240
80
90
70
Total 2.110
Sumber : Data Diolah (2019)
Urutan tugas dalam proses pembuatan plywood, serta urutan tugas yang
mengikuti, dan waktu preformasi masing-masing tugas dengan waktu total 2.110
detik.
Diagram Presedensi
Sumber : Data Diolah (2019)
Perhitungan jumlah terbesar barang yang dapat dibuat setiap satuan waktu
untuk menentukan jumlah sekurang-kurangnya pusat kerja yang dibutuhkan.
Data yang diperoleh adalah data target output produksi setiap hari, data
waktu produksi yang tersedia untuk memenuhi target produksi setiap hari , data
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 7, Nomor 2, 2019: 769-782
778
waktu produksi yang tersedia untuk memenuhi target produksi tersebut dan total
dari waktu pengerjaan tugas produksi.
1. Perhitungan jumlah terbesar barang yang dapat dibuat setiap satuan waktu.
Waktu siklus =
=
= 576 detik.
Kebutuhan produksi setiap hari PT. Segara Timber memproduksi rata-rata
2500 buah plywood setiap harinya dengan waktu siklus 576 detik. Waktu yang
tersedia untuk produksi plywood adalah 8 jam, maka:
Jadi jumlah plywood yang dapat dibuat setiap harinya adalah 50 pack, yang
dimana dalam 1 pack berisi 50 lembar plywood, 50 x 50 = 2.500 lembar
plywood.
2. Menentukan jumlah sekurang-kurangnya pusat kerja yang dibutuhkan besar
jumlah minimum stasiun kerja yang harus disusun pada proses produksi
plywood PT. Segara Timber, adalah:
Jadi, jumlah minimum stasiun kerja yang seharusnya disusun pada proses
produksi plywood adalah 4 stasiun kerja dari total stasiun kerja sebelumnya
yaitu 11 stasiun kerja.
Penyusunan Tugas Produksi kedalam stasiun kerja
Untuk penetapan tugas-tugas yang mengisi stasiun kerja pembuatan matras
harus diupayakan agar waktu total dari tugas-tugas yang diberikan pada setiap
stasiun kerja sama dengan atau mendekati cyle time, dalam hal ini adalah 576
detik.
Stasiun Kerja
Sumber : Data Diolah (2019)
Rancangan Tata Letak Fasilitas Produksi Metode Penyeimbangn lini (Kurniawan)
779
Dari 4 stasiun kerja yang terbentuk, terdapat beberapa stasiun kerja yang
memiliki jumlah fasilitas yang banyak seperti WS-2 dan WS-4, hal itu
dikarenakan waktu produksi tiap fasilitas memiliki kecedrungan yang kecil oleh
sebab itu pengelompokan kedua stasiun kerja tersebut memiliki jumlah fasilitas
yang banyak guna tercipta waktu yang seimbang antar setiap stasiun kerja. WS-1
menggunakan waktu untuk proses pengolahan sebesar 550 detik, dengan idle tie
yang tercipta yaitu 26 detik. WS-2 menggunakan waktu untuk proses pengolahan
sebesar 540 detik dengan idle time yang tercipta yaitu 36 detik. WS-3
menggunakan waktu untuk proses pengolahan sebesar 540 detik dengan idle time
yang tercipta yaitu 36 detik dan WS-4 menggunakan waktu untuk proses
penngolahan sebesar 480 detik dengan idle time yang tercipta yaitu 96 detik. Total
seluruh waktu untuk proses produksi dari 4 stasiun kerja adalah 2.110, sedangkan
total idle time yang tercipta dari 4 stasiun kerja adalah 194.
Perhitungan Tingkat Efisiensi dan Waktu Nganggur (idle time)
= 28.800 x 92% = 26.496 detik
= 441,6 menit
= 7,36 jam
Dengan demikian sebesar 92%, maka tingkat idle time pada keseluruhan lini
adalah:
atau
= 8% = 2.304 detik
= 28.800 detik x 8% = 2.304detik
=38,4 menit
Jadi, tingkat efisiensi pada proses produksi plywood dengan solusi 4 stasiun
kerja (work station) sebesar 92% dan tingkat waktu nganggur (idle time) pada
keseluruhan lini adalah sebesar 8%.
Dari penerapan konsep penyeimbangan lini (line balancing) yang dilakukan
pada proses plywood diatas, maka didapat rancangan tata letak (layout) PT.
Segara Timber menggunakan konsep penyeimbangan lini yang dapat dilihat
dibawah ini:
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 7, Nomor 2, 2019: 769-782
780
Rancangan Tata Letak Fasilitas Menggunakan Metode
Penyeimbangan Lini
Sumber : Data diolah (2019)
Pembahasan
Tata letak Fasilitas Produksi dengan Metode penyeimbangan Lini Mampu
menciptakan Efisinsi Waktu Produksi
Dari hasil analisis pada penelitian ini didapat gambaran penyusunan ulang
tata letak(layout) fasilitas produksi yang dimana pada mulanya tata letak(layout)
fasilitas produksi yang dimiliki oleh PT. Segara Timber memiliki 11 stasiun kerja,
namun setelah penggunaan metode penyeimbangan lini stasiun kerja dari tata
letak(layout) fasilitas produksi PT. Segara Timber jadi 4 stasiun kerja. Pengaturan
ulang tata letak menggunakan metode penyeimbangan lini menciptakan 4 stasiun
kerja yang dimana setiap stiap waktu nganggur yang lebih minimal, hal tersebut
bisa dilihat dari jarak antar waktu tiap masing-masing stasiun kerja terhadap
waktu siklus dari proses proses produksi plywood PT. Segara Timber yaitu 576
detik, seperti WS-1 memiliki waktu menganggur 26 detik, WS-2 memiliki waktu
menganggur 36 detik, WS-3 memiliki waktu menganggur 36 detik, dan WS-4
memiliki waktu mengangur 96 detik.
Dari hasil penyusunan ulang tata letak(layout) fasilitas produksi yang
dimiliki PT. Segara Timber didapat tingkat efisiensi produksi berupa waktu
produksi yang efisien yaitu 7,36 jam dari total waktu produksi 8 jam/shift dan
waktu nganggur sebesar 38,4 menit dari total waktu produksi 8 jam/shift setelah
menggunakan metode penyeimbangan lini. Hasil ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan Heizer dan Render (2006:475) bahwa keseimbangan lini yang
efisien adalah yang dapat melengkapi perakitan yang dibutuhkan , mengikuti
urutan yang telah ditentukan, dan menjaga waktu kosong pada setiap stasiun kerja
menjadi minimal. Selain itu hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Mulyadi (2007:63) bahwa efisiensi adalah ketepatan cara
Rancangan Tata Letak Fasilitas Produksi Metode Penyeimbangn lini (Kurniawan)
781
dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan
biaya.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2015)
yang menyatakan bahwa dengan penerapan metode penyeimbangan lini proses
produksi yang dilakukan oleh PT. Arka Footwear Indonesia mampu berjalan
dengan baik, karena mampu menciptakan produksi yang efektif, efisien, dan
tujuan yang diinginkan oleh perusahaan dapat tercapai.
Temuan-temuan dalam penelitian
Dari hasil penelitian ini didapat tingkat efisiensi waktu produksi, namun
walaupun mampu menciptakan efisensi waktu produksi peneliti tetap
memperhatikan temuan-temuan dalam penelitian ini yang dimana berupa fakta
bahwa jika untuk menciptakan efisiensi waktu produksi tidak sepenuhnya bisa
diwujudkan dengan sempurna, hal ini dikarenakan ada faktor atau variabel yang
juga mempengaruhi tingkat efisensi waktu produksi menurut pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti, yaitu tingkat disiplin kerja karyawan dan perawatan
mesin produksi. Hal tersebut ditunjang dengan fakta bahwa perusahaan
melakukan produksi satu hari penuh selama 5 hari dalam seminggu, dan juga
tidak adanya pengawas bagian produksi yang terus-terusan mengawasi pada saat
proses produksi atau semacam mekanisme untuk melakukan pengawasan pada
saat proses produksi, serta kurang konsistensinya hasil produksi PT. Segara
Timber.
Penutup
Proses produksi plywood pada PT. Segara Timber dibagi kedalam 11
stasiun kerja, yaitu pemotongan, pengupasan, pengeringan veneer, penambalan
veneer, penyatuan beberapa veneer, pengeleman, pendinginan, pemanasan,
pemotongan untuk meratakan bentuk plywood, pengamplasan,dan pemeriksaan
terakhir. Sedangkan untuk tata letak proses produksi plywood yang diterakan pada
PT. Segara Timber adalah tata letak produksi berulang atau tata letak yang
berorientasi pada produk. Tata letak ini merupakan tata letak yang cocok untuk
diterapkan bagi sistem produksi yang berulang dan terus - menerus.
Dengan rancangan penggunaan metode penyeimbangan lini pada jalur
produksi plywood pada PT. Segara timber terbentuk 4 solusi stasiun kerja, yaitu
stasiun kerja 1 terdiri dari mesin pemotongan dan pengupasan, stasiun kerja 2
terdiri dari mesin pengeringan veneer, penambalan veneer, penyatuan beberapa
veneer dan pengeleman, stasiun kerja 3 hanya terdiri dari mesin pendinginan dan
stasiun kerja 4 terdiri dari mesin pemanasan, pemotongan untuk meratakan bentuk
plywood, pengamplasan,dan pemeriksaan terakhir.
Rancangan tata letak (layout) proses produksi plywood pada PT. Segara
Timber jika menggunakan konsep penyeimbangan lini, dapat dilihat tingkat
efisiensi dan tingkat waktu nganggur (idle time). tingkat efisiensi sebesar 92%
yaitu 7,36 jam dari total waktu produksi 8 jam dan waktu menganggur (idle time)
sebesar 8% yaitu 38,4 menit dari total waktu produksi 8 jam.
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 7, Nomor 2, 2019: 769-782
782
Perusahaan menggunakan kembali mesin produksi yang sebelumnya tidak
digunakan, Perusahaan juga perlu menggunakan metode penyeimbangan lini
dalam penyusunan taat letak fasilitas produksi dan Perusahaan perlu melakukan
kajian mendalam tentang faktor tau variabel lain yang ikut mempengaruhi
kelancaran suatu proses produksi seperti perawatan mesin dan SDM
Daftar Pustaka
Assauri, Sofjan. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi, Jakarta :
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Ekonomi.
Fahmi, Irham. 2014. Manajemen Produksi dan Operasi, Bandung : Alfa Beta.
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi, Edisi Pertama, Cetakan Pertama,
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Hadiguna, Rika Ampuh dan Heri Setiawan. 2008. Tata Letak Pabrik, Edisi
Kesatu, Yogyakarta : ANDI.
Heizer, Jay & Barry, Render. 2006. Manajemen Operasi, Buku 2, Edisi Ketujuh.
Terjemahan: Dwianograhwati Setyoningasing dan Indra Almahdi. Jakarta:
Salemba Empat.
Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi, Edisi ketiga. Jakarta: Geasindo
Pardede, Pontas M. 2005. Manajemen Operasi dan Produksi, Edisi Satu.
Yogyakarta: ANDI
Purnomo, Hari. 2004. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendkatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R & D. Bandung : Alfa Beta.
Wingjosoebroto, Sritomo. 2009. Tata Letak Pabrikn dan pemindahan Bahan.
Edisi Ketiga. Surabaya: Guna Widya.
Septiani, Dewi. 2017 Analisis Tata Letak (layout) Proses Produki Air Minum
Dalam Kemasan ( AMDK) Pada PT. Difusi Golden Utama Di Balikpapan.
Skripsi Universitas Mulawarman
Sari, NK. 2016. Analisis Plant Layout Pada PT. Teodore Pan Garmindo Garment
Manufaktur Dalam Usaha Meningkatkan Efisiensi Produksi. Skripsi
Universitas Widyatama
Setiawan, Hayyan. 2016. “Jenis-jenis Kayu Olahan Di Indonesia”.
(ilmuhutan.com/produk-kayu-olahan-di-indonesia/, diakses 5 November
2018)