rancangan media buku cerita bergambar dokter …
TRANSCRIPT
RANCANGAN MEDIA BUKU CERITA BERGAMBAR DOKTER KECIL
(DOKCIL) SD NEGERI TELUKPINANG DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Disusun oleh:
KHOIRUNNISA DAMAYANTI
NIM 1113101000051
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
H/
i
LEMBAR PERNYATAAN
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
Skripsi, Mei 2018
Khoirunnisa Damayanti, NIM:
Rancangan Media Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil (Dokcil) SD Negeri
Telukpinang Di Kabupaten Bogor Tahun
xiv + 122 halaman, 10 gambar, 13 tabel, 22 lampiran
ABSTRAK
Pelatihan dokter kecil merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan
oleh Puskesmas agar dokter kecil mendapatkan pengetahuan untuk menjalankan
tugasnya di sekolah. Pada pelatihan dokter kecil yang dilakukan oleh Puskesmas
Ciawi, media yang digunakan berupa power point. Namun, media ini sulit diakses
berulang-ulang karena materi tidak diberikan kepada siswa serta membutuhan
komputer dan proyektor untuk membacanya. Untuk itu, penelitian rancangan
media buku cerita bergambar dokter kecil dilakukan agar sasaran mengetahui dan
mengingat informasi yang telah diberikan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif (mix method) dengan bentuk one grup pretest
posttest design dan analisis konten media. Sampel pada penelitian ini adalah
dokter kecil di SD Negeri Telukpinang 03 yang berjumlah 40 orang. Informan
pada penelitian ini adalah ahli media, ahli materi, dan guru UKS SD Negeri
Telukpinang 03.
Buku cerita bergambar dokter kecil ini dirancang berdasarkan teori
kognitif sosial menggunakan tahapan ADDIE (Analysis, Design, Development,
Implementation, Evaluation). Teori kognitif sosial digunakan untuk melakukan
analisis kebutuhan media dengan melihat faktor personal, faktor lingkungan dan
faktor perilaku yang saling mempengaruhi. Hasil penelitian mendapatkan respon
yang baik pada konten media. Perubahan pengetahuan dokter kecil SD Negeri
Telukpinang 03 dilihat mengunakan uji independent t-test dan uji wilcoxon. Pada
uji independent t-test dan uji wilcoxon terdapat perubahan pengetahuan setelah
diberikan media pada materi P3K dengan pvalue 0 001 dan materi pengetahuan
dokter kecil dengan pvalue 0 000. Sedangkan pada materi jajan sehat dengan uji
wilcoxon diketahui bahwa tidak terdapat perubahan yang signifikan setelah
diberikan media dengan pvalue 0 206.
Kata kunci: Dokter Kecil, Buku Cerita Bergambar
Referensi: -
iii
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
HEALTH PROMOTION
Undergraduate Thesis, May 2018
Khoirunnisa Damayanti, NIM:
Design of Little Doctor’s Picture Book on Little Doctors in Telukpinang
State Elementary School
xiv + 122 pages, 10 pictures, 13 tables, 22 attachments
ABSTRACT
Little doctor training is one of the activities undertaken by the
Puskesmas in order for a little doctor to gain knowledge to perform his duties at
school. In little doctor training conducted by Puskesmas Ciawi, media used in the
form of power point . But, this media was difficult repeatly because the materials
was not given to participants. If they want to access it, they need a computer and
projector for reading it.. For that, the study of the media book design of small
doctor picture is done so that the target to know and remember the information
that has been given. This research uses qualitative and quantitative approach
(mix method) with one group pretest posttest design and media content analysis.
The sample in this research is a small doctor in Teluk Negeri Negeri State
Elementary School which amounts to people. Informants in this study were
media experts, material experts, and teachers of UKS SD Negeri Telukpinang .
This little doctor picture book is designed based on social cognitive
theory using ADDIE model (Analysis, Design, Development, Implementation,
Evaluation). Social cognitive theory is used to analyze media needs by looking at
personal factors, environmental factors and behavioral factors that affect each
other. The results has a good response to media content. The enhancement of
knowledge of small doctor of Telukpinang State Elementary School was seen
using independent t-test and wilcoxon test. In the independent test t-test and
wilcoxon test there is a significant enhancement of knowledge after being given
media on first aid topic with pvalue and little doctor topic with pvalue
. While on healthy snack topic with wilcoxon test known that there is no
significant enhancement after given media with pvalue .
Keywords: Little Doctor, Picture Book
References: -
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DATA
Nama : Khoirunnisa Damayanti
Tempat & Tanggal Lahir : Bandung, 3 September 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah
Kewarganegaraan : WNI
Agama : Islam
Nomor HP : 085780445504
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
2000-2001 : RA Assa‟addah
2001-2007 : SD Negeri Ciawi 01
2007-2010 : SMPIT Roudlotul Jannah
2010-2013 : MA Negeri 2 Kota Bogor
2013-2018 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Kesehatan Masyarakat
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Rancangan Media Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil
(Dokcil) SD Negeri Telukpinang 03 Di Kabupaten Bogor Tahun 2018”. Sholawat
serta salam kami junjungkan kepada nabi besar kita Muhammad SAW.
Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu dengan segala keikhlasannya yang selalu mendoakan, memberikan cinta
dan kasih sayang, serta memberikan dukungan baik moril maupun materil.
Terima kasih pula kepada adikku, Arif yang telah mendukung penyelesaian
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M. Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat.
4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan dukungan dan arahan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Kepala Puskesmas Ciawi yang telah memberikan izin dan drg. Fitria Istina
Dewi yang telah bersedia sebagai informan dalam penelitian ini.
6. Kepala sekolah SD Negeri Telukpinang 03 yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian dan Ibu Elis Suryati, S.Pd selaku guru UKS yang
telah membantu terlaksananya penelitian ini.
7. Ibu Lilis Wijayanti yang telah bersedia sebagai informan dalam penelitian ini.
8. Kepada Riska, Hindun, Mira, Ware dan Cirun yang telah memberikan
dorongan, semangat dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini. Juga teman-
teman promosi kesehatan 2013 yang telah membantu dan memberikan
dukungan dalam penelitian ini.
viii
9. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Kesehatan Masyarakat
angkatan 2013 semoga keberkahan dan kemudahan selalu menyertai kita.
10. Serta ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan skripsi ini. Hanya Allah yang dapat membalas segala
kebaikan dengan sebaik baik balasan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan
baik pada isi maupun penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat. Terimakasih.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 7 Mei 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................... ii
ABSTRACT ................................................................................................................ iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 7
1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 8
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 9
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
2.1 Dokter Kecil (Dokcil) ............................................................................. 11
2.2 Pelatihan Dokter Kecil ........................................................................... 14
2.3 Anak Usia Sekolah ................................................................................. 14
2.4 Pendidikan Kesehatan ............................................................................ 20
2.5 Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Kesehatan .......................... 22
2.6 Media Buku Cerita Bergambar ............................................................... 28
2.7 Model Pengembangan Media ADDIE ................................................... 34
2.8 Teori Kognitif Sosial .............................................................................. 37
2.9 Kerangka Teori ....................................................................................... 42
x
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ...........................
3.1 Kerangka Berpikir .................................................................................. 43
3.2 Definisi Operasional ............................................................................... 45
3.3 Definisi Istilah ........................................................................................ 47
BAB IV METODE PENELITIAN ..........................................................................
4.1 Desain Studi Penelitian .......................................................................... 51
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 53
4.3 Informan Penelitian, Populasi, dan Sampel ............................................ 53
4.4 Tahapan Penelitian Rancangan Buku Cerita Bergambar ....................... 58
4.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data ....................................................... 65
BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................................
5.1 Analisis Rancangan Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil ................... 70
5.2 Desain Rancangan Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil ..................... 75
5.3 Pengembangan Rancangan Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil ........ 88
5.4 Implementasi Rancangan Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil........... 99
5.5 Evaluasi Rancangan Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil................. 102
BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................................
6.1 Keterbatasan Peneliti ............................................................................ 108
6.2 Tahap Analisis (Analyze) ...................................................................... 108
6.3 Tahap Desain (Design) ......................................................................... 112
6.4 Tahap Pengembangan (Development) .................................................. 115
6.5 Tahap Implementasi (Implementation)................................................. 117
6.6 Tahap Evaluasi (Evaluation) ................................................................ 118
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
7.1 Kesimpulan Penelitian Rancangan Media Buku Cerita Bergambar Dokter
Kecil ...................................................................................................... 123
7.1 Saran Penelitian Rancangan Media Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil
.............................................................................................................. 125
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................. 44
Tabel 3.2 Definisi Istilah ........................................................................... 46
Tabel 4.1 Matriks Informan Penelitian ...................................................... 54
Tabel 5.1 Konsep Rancangan dari Hasil Analisis Kebutuhan Media
Berdasarkan Faktor Personal, Lingkungan, dan Perilaku .......... 74
Tabel 5.2 Rancangan Storyboard Buku Cerita Bergambar
Dokter Kecil ............................................................................... 78
Tabel 5.3 Sumber Referensi Gambar yang Terdapat dalam
Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil ........................................ 84
Tabel 5.4 Hasil Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berdasarkan
Review Ahli Media Pada Lembar Cover.................................... 86
Tabel 5.5 Hasil Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berdasarkan
Review Ahli Media Pada Materi Dokter Kecil .......................... 88
Tabel 5.6 Hasil Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berdasarkan
Review Ahli Media Pada Materi Jajan Sehat ............................. 90
Tabel 5.7 Hasil Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berdasarkan
Review Ahli Media Pada Materi Jajan Sehat ............................ 93
Tabel 5.8 Hasil Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berdasarkan
Review Ahli Materi ................................................................... 95
Tabel 5.9 Evaluasi Media Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil Oleh
Dokter Kecil SD Negeri Telukpinang 03 .................................. 101
Tabel 5.10 Evaluasi Konten Media Buku Cerita Bergambar Dokter
Kecil ........................................................................................... 103
Tabel 5.11 Evaluasi Pengetahuan Materi Dokter Kecil, Jajan Sehat dan
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan pada Dokter Kecil Di
SD Negeri Telukpinang 03 ........................................................ 105
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori Kognitif Sosial ................................................. 41
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ...................................................................... 43
Gambar 4.1 Pembuatan Lembar Task Awal .................................................. 59
Gambar 4.2 Cara Memasukkan Gambar Ke Dalam Lembar Task ................. 59
Gambar 4.3 Cara Menebalkan Garis Pada Gambar Dengan
Paint Bucket Tool ....................................................................... 60
Gambar 4.4 Hasil Pewarnaan Keseluruhan Gambar ...................................... 60
Gambar 4.5 Pemberian Teks Cerita Pada Gambar ......................................... 60
Gambar 4.6 Penyesuaian Ukuran Tulisan ...................................................... 61
Gambar 4.7 Pembuatan Background Tulisan ................................................. 61
Gambar 4.8 Penyimpanan File Dengan Format JPEG/Gambar ..................... 62
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
TAHAP ANALISIS
Lampiran 1 Pedoman Wawancara Mendalam Informan Dokter Kecil yang
Pernah Mengikuti Pelatihan Dokter Kecil
Lampiran 2 Matriks Hasil Wawancara Dengan Informan Dokter Kecil
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Informan Wawancara Mendalam Informan
Guru UKS
Lampiran 4 Pedoman Wawancara Mendalam Informan Guru UKS
Lampiran 5 Matriks Wawancara Mendalam Informan Guru UKS
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Responden Kuesioner Gaya Belajar Anak
Lampiran 7 Kuesioner Gaya Belajar Anak
TAHAP DESAIN
Lampiran 8 Dokumentasi Hasil Observasi Kantin dan UKS SD Negeri
Telukpinang 03
TAHAP PENGEMBANGAN
Lampiran 9 Lembar Persetujuan Informan Ahli Media dan Ahli Materi
Lampiran 10 Pedoman Wawancara Mendalam Ahli Media (Tahap Uji Coba)
Lampiran 11 Pedoman Wawancara Mendalam Ahli Materi (Tahap Uji Coba)
Lampiran 12 Matriks Wawancara Informan Ahli Media (Tahap Uji Coba)
Lampiran 13 Matriks Wawancara Mendalam Ahli Materi (Tahap Uji Coba)
Lampiran 14 Pedoman Wawancara Ahli Media (Tahap Konfirmasi)
Lampiran 15 Matriks Wawancara Ahli Media (Tahap Konfirmasi)
TAHAP IMPLEMENTASI
Lampiran 16 Dokumentasi Pengambilan Data
TAHAP EVALUASI
Lampiran 17 Lembar Persetujuan Responden Dokter Kecil
Lampiran 18 Kuesioner Pengetahuan Dokter Kecil (Pretest dan Posttest)
xiv
Lampiran 19 Kuesioner Penilaian Media Buku Cerita Bergambar Oleh Dokter
Kecil
Lampiran 20 Hasil Analisis Deskriptif
Lampiran 21 Hasil Independent T-Test dan Uji Wilcoxon
Lampiran 22 Hasil Tanggapan Dokter Kecil Terhadap Media Buku Cerita
Bergambar Dokter Kecil
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teman sebaya memiliki peranan yang penting dalam
menumbuhkan perilaku yang positif pada anak usia sekolah. Kelompok
teman sebaya memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan anak
usia sekolah baik secara emosional maupun secara social (Perdana,
Ayuningsh dan Widiastuti). Hubungan dengan teman sebaya dapat
membantu dalam mengatasi masalah (Huston & Ripker dalam Perdana,
Ayuningsih dan Widiastuti). Begitu pula dengan masalah yang berkaitan
dengan kesehatan pada anak usia sekolah agar terwujudnya sekolah yang
sehat.
Anak usia sekolah memiliki banyak permasalahan kesehatan,
terutama pada anak sekolah dasar. Pada anak sekolah dasar masalah yang
muncul yaitu masalah pemilihan jajanan anak sekolah yang kurang baik
(Rosyidah 2015). Selain itu, menurut Permata dalam Prasetyo, Hudha &
Mayangsari (2014) banyak anak usia sekolah yang menderita diare
dikarenakan sebelum dan sesudah makan mereka tidak mencuci tangan.
Bakteri yang ada di tangan ikut masuk ke dalam tubuh bersama makanan
yang dimakan dan menyebabkan infeksi seperti diare. Permasalahan lainnya
2
adalah siswa Sekolah Dasar (SD) berisiko mengalami masalah nutrisi
sehubungan dengan pola makan dan masa tumbuh kembang (Lestari,
Ernalia dan Restuastuti 2016).
Sekolah yang sehat dapat menunjang siswa agar mendapatkan
pendidikan yang lebih baik. Salah satu elemen sekolah yang dapat
mewujudkan terciptanya hidup bersih dan sehat di sekolah adalah dengan
adanya dokter kecil. Dokter kecil merupakan peserta didik yang memenuhi
kriteria dan telah dilatih untuk ikut melaksanakan sebagian usaha
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman,
keluarga dan lingkungannya (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Untuk itu,
dengan adanya dokter kecil dapat memberikan contoh dan pengetahuan
kepada teman sebayanya di sekolah untuk berperilaku sehat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurafifah (2015)
menyatakan bahwa setelah adanya dokter kecil terjadi perubahan
pengetahuan dan perilaku siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat
menjadi lebih baik. Sehingga terdapat pengarun h diadakannya dokter kecil
dengan pengetahuan dan perilaku siswa. Dengan begitu, dokter kecil dapat
membawa perubahan yang baik bagi sekolah apabila melaksanakan
tugasnya dengan baik dan benar.
Dokter kecil di sekolah memiliki beberapa peran yakni selalu
bersikap dan berperilaku sehat, dapat menggerakkan teman sesama teman-
teman siswa untuk bersama-sama menjalankan usaha kesehatan terhadap
dirinya masing-masing, berusaha bagi tercapainya kesehatan lingkungan
3
yang baik di sekolah maupun di rumah, membantu guru dan petugas
kesehatan pada waktu pelaksanaan pelayanan kesehatan di sekolah, serta
berperan aktif dalam rangka peningkatan kesehatan, antara lain Pekan
Kebersihan, Pekan Gizi, Pekan Penimbangan BB dan TB di sekolah, Pekan
Kesehatan Gigi, Pekan Kesehatan Mata, dan kegiatan peningkatan
kesehatan lainnya (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Untuk menjadi dokter
kecil di sekolah memiliki beberapa kriteria tertentu. Berdasarkan
Kementrian Kesehatan RI (2011), adapun kriteria yang ditetapkan untuk
menjadi dokter kecil salah satunya adalah peserta didik kelas 4 dan 5
SD/MI. Peran dan tugas tersebut akan berjalan dengan baik apabila dokter
kecil tersebut memiliki bekal pengetahuan yang didapatkan dari pelatihan.
memenuhi aspek-aspek yang menjadi kriteria sekolah sehat. Aspek-aspek
yang dinilai dalam lomba sekolah sehat adalah Trias UKS dan Sarana
Prasana Sekolah, Pengetahuan dan sikap peserta didik, Upaya dan
komitmen Kepala Sekolah, serta Kinerja Tim Pembina UKS. Trias UKS di
Sekolah meliputi perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan-kegiatan UKS
di sekolah, upaya pemenuhan sarana prasarana sekolah sehat, kebijakan
yang mendukung pelaksanaan UKS, dll (Kementrian Kesehatan RI, 2016).
Pengetahuan dan sikap peserta didik, meliputi pengetahuan dan sikap
tentang UKS, PHBS, kesehatan reproduksi, imunisasi, penyakit menular dan
tidak menular, pemberantasan sarang nyamuk, gizi seimbang, penghindaran
kekerasan, dll (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Dalam keikutsertaannya
menjadi perwakilan sekolah sehat, sekolah dibantu oleh Puskesmas Ciawi
4
yang merupakan Puskesmas Kecamatan di wilayah tersebut, termasuk
dalam mengadakan pelatihan dokter kecil.
Puskesmas Ciawi telah mengadakan pelatihan dokter kecil kepada
perwakilan dokter kecil di setiap sekolah di Kecamatan Ciawi, termasuk SD
Negeri Telukpinang 03. Dalam pelatihan tersebut hanya diikuti oleh tiga
orang perwakilan dokter kecil setiap sekolah. Berdasarkan hasil wawancara
dengan perwakilan peserta pelatihan dokter kecil diketahui bahwa media
yang digunakan berupa power point. Ketiga dokter kecil menyatakan bahwa
media tersebut menarik hanya dari segi gambar-gambarnya saja. Namun
mereka tidak banyak mengingat materi yang telah disampaikan. Disamping
itu, berdasarkan hasil pengamatan peneliti, media pelatihan berupa power
point memiliki kelemahan diantaranya sulit diakses secara berulang-ulang
oleh siswa sekolah dasar karena membutuhkan proyektor dan komputer dan
materi tidak diberikan kepada siswa. Selain itu juga, berdasarkan hasil studi
pendahuluan pada 30 orang siswa kelas 4 dan 5 SD Negeri Telukpinang 03
untuk mengetahui tipe gaya belajar siswa, diketahui bahwa 60 siswa
memiliki tipe gaya belajar visual, 30 memiliki tipe gaya belajar auditori
dan 10 siswanya memiliki gaya belajar kinestetik. Berdasakan hal
tersebut, siswa membutuhkan media yang mudah diakses dalam bentuk
media visual cetak.
Pemilihan media adalah penjabaran saluran yang akan digunakan
untuk menyampaikan pesan pada khalayak sasaran. Yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan media adalah pemilihan media didasarkan pada selera
5
khalayak sasaran, bukan pada selera pengelola program; harus memberi
dampak yang luas/ menjangkau khalayak sasaran dengan tingkat frekuensi,
efektivitas, dan kredibilitas yang tinggi; dan disampaikan secara menarik
dengan frekuensi yang sering (Komala, Novianti & Suekti, 2014)
Dalam penelitian ini, dipilihlah media buku cerita bergambar
yang merupakan buku yang di dalamnya terdapat gambar dan kata-kata,
yang tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling bergantung menjadi
sebuah kesatuan cerita (Adipta, Maryaeni & Hasanah, 2016). Pemilihan
media tersebut dikarenakan sebagian besar siswa kelas 4 dan 5 yang
merupakan syarat untuk menjadi dokter kecil (Kementrian Kesehatan RI,
2011) memiliki gaya belajar visual yang artinya lebih mudah mengingat
dengan gambar dan dapat belajar dengan baik melalui gambar visual
(Gilakjani, 2012). Selain itu, buku cerita ini juga merupakan hasil pilihan
perwakilan dokter kecil setelah ditanyakan mengenai ketertarikan beberapa
jenis media cetak seperti poster, leaflet dan buku cerita. Adapun kelebihan
lain dari buku cerita bergambar adalah dapat mencakup banyak orang,
dalam artian dapat dilihat berulang kali oleh orang yang berbeda.
(Notoatmodjo, 2010)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dirgantara dkk
(2013) mengenai peningkatan pengetahuan dokter kecil mengenai
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) bahwa diperlukan suatu media
yang menjadi solusi untuk dokter kecil agar dapat belajar sambil bermain.
Untuk itu, dibuatlah suatu media berupa kartu Dokter Kecil Keluarga
6
Indonesia (Dokkelin) yang memiliki keunggulan diantaranya daya tarik
visualnya yang tinggi karena kartu Dokkelin dilengkapi oleh gambar
sehingga anak cenderung mudah mengingat, bahasa Indonesia yang mudah
dimengerti oleh anak membuat materi P3K mudah dipahami. Akan tetapi,
kekurangan dari Dokkelin ini tidak memiliki jalan cerita seperti halnya buku
cerita bergambar. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Jannah (2016)
diketahui bahwa terjadi peningkatan pengetahuan pada siswa SDN Kemiri
dan SDN Tegalsari setelah diberikan media buku cerita bergambar. Terdapat
peningkatan rata-rata skor pengetahuan antara sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan dengan media buku cerita bergambar yakni 58 97
menjadi 78 07. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa media buku cerita
bergambar dapat meningkatkan pengetahuan pada siswa sekolah dasar.
Untuk pembuatan media buku cerita bergambar dokter kecil ini
akan menggunakan model ADDIE. Model ini dirasa tepat untuk
menggambarkan tahapan pembuatan media. Selain itu, model ini juga
dianggap efektif dan efisien. Berdasarkan model ADDIE, sebuah rancangan
media harus terdiri dari tahapan analisis masalah dan kebutuhan, merancang
media apa yang akan dibuat termasuk mempertimbangkan komponen-
komponen yang terdapat di dalam media tersebut, mengembangkan tujuan
dari media tersebut sehingga pemakaian media tersebut dapat sesuai untuk
sasaran,dan yang terakhir adalah penilaian dari media yang telah dibuat
(Aldoobie, 2015).
7
Dalam rangkaian model ADDIE, peneliti memodifikasi dengan
ditambahkannya teori kognitif sosial ke dalam tahapan sasaran. Hal ini
dilakukan agar analisis sasaran lebih mendalam. Menurut Bandura, seluruh
proses pembelajaran yang sebenarnya dapat terjadi dengan melihat orang
lain berperilaku dan akibat dari perilaku orang tersebut. (Bandura dalam
Minnesota State University). Hal itu terjadi karena adanya proses timbal di
mana semua faktor saling berhubungan dan bisa diawali dari faktor
manapun terlebih dahulu yaitu faktor personal, lingkungan dan perilaku
yang disebut triadic reciprocal (Bandura, 1999). Dikarenakan hal tersebut,
penelitian ini menggunakan teori kognitif sosial dimodifikasi ke dalam
model ADDIE agar media yang dihasilkan lebih tepat guna dan tepat
sasaran serta dapat dimanfaatkan dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
Anak sekolah dasar memiliki beberapa masalah kesehatan.
Dengan adanya hubungan teman sebaya di sekolah dapat membantu
mengatasi masalah, terutama masalah kesehatan. Untuk itu, dokter kecil di
sekolah dapat mempengaruhi teman sebayanya untuk hidup sehat.
Dokter kecil perlu mendapatkan pelatihan agar dapat menjalankan
tugasnya dengan baik dan benar. Dalam pelatihan dokter kecil yang pernah
dilaksanakan oleh Puskesmas Ciawi, diketahui media yang digunakan
berupa media power point. Namun, media ini sulit diakses secara berulang-
ulang karena materi tidak diberikan kepada peserta.
8
Berdasarkan hal tersebut, pelatihan untuk dokter kecil perlu
menggunakan media yang mudah diakses berulang-ulang dengan mudah,
yaitu berupa media cetak. Perwakilan peserta pelatihan dokter kecil yang
dilakukan oleh Puskesmas Ciawi memilih media buku cerita dibandingkan
media cetak lainnya.
SD Negeri Telukpinang 03 merupakan sekolah yang menjadi
perwakilan Kecamatan Ciawi untuk lomba sekolah sehat. Namun, dokter
kecil yang ada belum mendapatkan pelatihan secara keseluruhan.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti memutuskan ingin membuat media buku
cerita bergambar dokter kecil SD Negeri Telukpinang 03.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1.3.1 Bagaimana hasil analisis (analyze) rancangan media kesehatan
dokter kecil untuk SD Negeri Telukpinang 03?
1.3.2 Bagaimana hasil desain (design) rancangan media kesehatan dokter
kecil untuk SD Negeri Telukpinang 03?
1.3.3 Bagaimana hasil pengembangan (development) rancangan media
kesehatan dokter kecil untuk SD Negeri Telukpinang 03?
1.3.4 Bagaimana hasil implementasi (implement) rancangan media
kesehatan dokter kecil untuk SD Negeri Telukpinang 03?
1.3.5 Bagaimana hasil evaluasi (evaluate) rancangan media kesehatan
dokter kecil untuk SD Negeri Telukpinang 03?
9
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Dihasilkannya media buku cerita bergambar yang efektif
untuk dokter kecil di sekolah dasar di Kabupaten Bogor.
1.4.2 Tujuan Khusus
A. Diperolehnya hasil analisis (analyze) rancangan media buku
cerita bergambar dokter kecil di SD Telukpinang 03.
B. Diperolehnya hasil desain (design) rancangan media buku cerita
bergambar dokter kecil di SD Telukpinang 03.
C. Diperolehnya hasil pengembangan (development) rancangan
media buku cerita bergambar dokter kecil di SD Telukpinang
03.
D. Diperolehnya hasil implementasi (implementation) rancangan
media buku cerita bergambar dokter kecil di SD Telukpinang
03.
E. Diperolehnya hasil evaluasi (evaluation) rancangan media buku
cerita bergambar dokter kecil di SD Telukpinang 03.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Dokter Kecil
Penelitian ini bermanfaat bagi dokter kecil karena media
yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai panduan kegiatan dokter
10
kecil di sekolah serta dapat memberikan wawasan mengenai
kegiatan dokter kecil.
1.5.2 Bagi Sekolah
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi sekolah terutama
sekolah dasar yang memiliki dokter kecil agar memudahkan dalam
membina dokter kecil untuk melakukan kegiatan UKS di sekolah.
1.5.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi untuk
peneliti lainnya serta menambah wawasan dan pengalaman bagi
peneliti sendiri.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan mix method atau
penggabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dilaksanakan pada
bulan Agustus 2017 hingga April 2018. Lokasi penelitian dilaksanakan di
SD Negeri Telukpinang 03, Kabupaten Bogor. Peneliti akan melakukan
perancangan media promosi kesehatan berupa buku cerita bergambar untuk
dokter kecil yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan
sasaran. Tujuan dari penelitian ini adalah dihasilkannya rancangan media
buku cerita bergambar yang efektif untuk dokter kecil di SD Negeri
Telukpinang 03, Kabupaten Bogor
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dokter Kecil (Dokcil)
2.1.1 Definisi Dokter Kecil
Dokter Kecil adalah peserta didik yang memenuhi kriteria
dan telah dilatih untuk ikut melaksanakan sebagian usaha
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri,
teman, keluarga dan lingkungannya (Kementrian Kesehatan RI,
2011).
Dokter kecil ini memiliki tujuan umum yaitu agar
meningkatnya partsipasi peserta didik dalam program UKS.
Sedangkan tujuan khususnya antara lain yakni agar peserta didik
dapat menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, di rumah dan
lingkungannya serta dapat menolong dirinya sendiri, sesama dan
orang lain untuk hidup sehat (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
2.1.2 Kriteria Dokter Kecil
Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan dokter
kecil di sekolah dasar adalah sebagai berikut (Kementrian Kesehatan
RI, 2011).
12
a. Peserta didik kelas 4 atau kelas 5 sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah dan belum pernah mendapat pelatihan dokter kecil.
13
b. Berprestasi sekolah.
c. Berbadan sehat.
d. Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab.
e. Berpenampilan bersih dan berperilaku sehat.
f. Berbudi pekerti dan suka menolong.
g. Izin orang tua.
2.1.3 Tugas dan Kewajiban Dokter Kecil
Bagi seorang dokter kecil, ada tugas dan kewajiban yang
harus dijalankan yakni sebagai berikut. (Kementrian Kesehatan RI,
2011)
a. Selalu bersikap dan berperilaku sehat.
b. Dapat menggerakkan teman sesama teman-teman siswa untuk
bersama-sama menjalankan usaha kesehatan terhadap dirinya
masing-masing.
c. Berusaha bagi tercapainya kesehatan lingkungan yang baik di
sekolah maupun di rumah.
d. Membantu guru dan petugas kesehatan pada waktu pelaksanaan
pelayanan kesehatan di sekolah.
e. Berperan aktif dalam rangka peningkatan kesehatan, antara lain
Pekan Kebersihan, Pekan Gizi, Pekan Penimbangan BB dan TB
di sekolah, Pekan Kesehatan Gigi, Pekan Kesehatan Mata, dan
kegiatan peningkatan kesehatan lainnya.
14
2.2 Pelatihan Dokter Kecil
2.2.1 Definisi Pelatihan
Menurut Siagian dalam Shinta definisi pelatihan adalah:
proses belajar mengajar dengan menggunakan teknik dan metode
tertentu secara konsepsional dapat dikatakan bahwa latihan
dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan
kerja seseorang atau sekelompok orang (Shinta, 2015).
Berdasarkan pendapat Maulana dalam Kurniawan,
Gamelia & Widiyanto (2014) menyebutkan suatu tujuan dari
pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
guna mengembangkan sumber daya manusia.
2.2.2 Pelatihan Dokter Kecil
Berdasarkan definisi pelatihan, dapat disimpulkan bahwa
pelatihan dokter kecil merupakan sebuah proses yang harus
dilakukan agar dapat meningkatkan keterampilan, pengetahuan,
sikap dan perilaku dokter kecil agar dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik dan benar.
2.3 Anak Usia Sekolah
2.3.1 Definisi
Anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang
sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Walaupun tanggung
15
jawab utama kesehatan anak usia sekolah berada di tangan orang
tua/wali, tetapi sekolah memiliki pengaruh yang besar untuk
mempengaruhi kesehatan masyarakat terutama kesehatan anak
(Nurafifah, 2015).
2.3.2 Karakteristik Anak Usia Sekolah
Anak pada usia sekolah dasar umumnya memiliki
karakteristik perilaku yang khas dan hanya ditemukan pada periode
usia tersebut. Karakteristik perilaku tersebut meliputi pembentukan
kelompok teman sebaya, perilaku tidak jujur atau berbohong,
perilaku curang, ketakutan dan stres. Selain perilaku-perilaku di atas,
perkembangan perilaku anak usia sekolah juga meliputi pola koping
serta adanya aktivitas pengalih (Potter & Perry, Wong et.al. dalam
Latifah, 2012).
Menurut Hurlock dalam Latifah (2012) mendefinisikan
karakteristik anak pada usia sekolah sebagai masa berkelompok
dimana perhatian anak tertuju pada keinginan agar diterima oleh
kelompoknya. Pada tahap ini anak akan mengalami penyesuaian diri
dengan standar yang ditetapkan oleh kelompoknya.
2.3.3 Perkembangan Kognitif Anak
Karakteristik perkembangan kognitif anak usia sekolah ini
dijelaskan dengan menggunakan tahap perkembangan kognitif
menurut Piaget. Kemampuan kognitif berkaitan dengan cara kerja
otak. Adapun perkembangan kognitif itu meliputi:
16
A. Tingkat sensori motor pada umur 0-2 tahun
Bayi lahir dengan refleks bawaan, dimodifikasi dan
digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang telah lebih
kompleks. Pada masa ini anak belum mempunyai konsepsi
tentang objek tetap. Ia hanya mengetahui hal-hal yang ditangkap
oleh inderanya (Alfin).
B. Tingkat pra operasional pada umur 2-7 tahun
Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi
masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) di
dalam lingkungannya saja. Baru pada menjelang akhir tahun ke-
2 anak telah mengenal simbol dan nama: (Alfin)
Anak dapat mengaitkan pengalaman yang telah ada di
lingkungan bermainnya dengan pengalaman pribadinya, dan
karenanya ia menjadi egois.
Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah yang membutuhkan berfikir “yang dapat di
balik”(reversible). Pikiran mereka bersifat irreversible.
Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau
situasi sekaligus dan belum mampu bernalar (reasoning)
secara induktif dan deduktif.
17
Anak bernalar secara tranduktif (dari khusus ke khusus),
juga belum mampu membedakan antara fakta dan fantasi.
Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi,
luas, berat dan isi)
Menjelang tahap akhir ini, anak mampu memberi alasan
mengenai apa yang mereka percayai. Anak dapat
mengklasifikasikan objek ke dalam kelompok yang hanya
memiliki satu sifat tertentu dan telah mulai mengerti konsep
yang konkrit.
C. Tingkat operasional konkrit pada umur 7-11 tahun
Menurut Jean Piaget, penrkembangan kognisi anak
sekolah dasar pada usia 7-11 tahun di mana usia dokter kecil
termasuk di dalamnya, yakni memasuki tahap operasi konkret
(concrete operations). Tahap ini dicirikan dengan
perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan
tertentu yang logis. Anak sudah memperkembangkan operasi-
operasi logis. Operasi itu bersifat reversible, artinya dapat
dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat
dikembalikan kepada awalnya lagi. Misalnya, bila suatu benda
A dikembangkan dengan cara tertentu menjadi benda B, dapat
juga dibuat bahwa benda B dengan cara tertentu menjadi
kembali menjadi benda A. Dengan operasi itu, anak telah
mengembangkan sistem pemikiran logis yang dapat diterapkan
18
dalam memecahkan persoalan-persoalan konkret yang dihadapi
(Suparno, 2006).
Selanjutnya Brunner mengatakan bahwa
perkembangan kognisi seseorang bisa dimajukan dengan jalan
mengatur bahan pelajaran. Adapun faktor-faktor yang
berpengaruh dalam perkembangan kognitif ada empat faktor,
yaitu:
1) Lingkungan fisik. Kontak dengan lingkungan fisik perlu
karena interaksi antara individu dan dunia luar merupakan
sumber pengetahuan baru.
2) Kematangan, artinya membuka kemungkinan untuk
perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan
membatasi secara luas prestasi kognitif.
3) Pengaruh sosial, artinya termasuk penanaman bahasa dan
pendidikan pentingnya lingkungan sosial serta pengalaman.
4) Proses pengaturan diri yang disebut equilibrasi. Ekuilibrasi
menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara
terpadu dan tersusun dengan baik.
2.3.4 Gaya Belajar Anak
2.3.4.1 Definisi Gaya Belajar
Gaya belajar dapat didefinisikan dalam beberapa
pandangan, tergantung pada perspektif seseorang. Brown
(2000) mendefinisikan gaya belajar sebagai cara individu
19
merasakan dan memproses informasi dalam situasi
pembelajaran. Dia berpendapat bahwa preferensi gaya
belajar adalah salah satu aspek gaya belajar, dan mengacu
pada pilihan salah satu situasi pembelajaran atau kondisi
yang lainnya. Gaya belajar juga terkadang didefinisikan
sebagai karakteristik kognitif, afektif, sosial dan perilaku
psikologis yang berfungsi sebagai indikator yang relatif
stabil tentang bagaimana peserta melihat, berinteraksi
dengan, dan menanggapi lingkungan belajar (MacKeracher
in Gilakjani, 2012).
2.3.4.2 Macam-Macam Gaya Belajar Anak
Gaya belajar anak secara umum terbagi menjadi
tiga tipe, yaitu visual, auditori dan kinestetik sebagai berikut
(Gilakjani, 2012).
A. Visual (Visual)
Seseorang yang memiliki gaya belajar visual
lebih mudah mengingat dengan gambar dan dapat
belajar dengan baik melalui gambar visual. Mereka
dapat memahami pembelajaran dengan baik melalui
petunjuk non verbal yang diajarkan oleh guru seperti
bahasa tubuh untuk membantu pemahaman materi
(Gilakjani, 2012).
B. Auditori (Auditory)
20
Seseorang yang memiliki gaya belajar auditori
mendapatkan informasi melalui pendengaran dan
menginterpretasikan informasi melalui nada suara,
penekanan, dan kecepatan berbicara. Selain itu,
seseorang dengan tipe belajar auditori memiliki cara
belajar dengan cara membaca secara keras di kelas dan
bisa jadi tidak begitu memahami informasi yang hanya
ditulis saja (Gilakjani, 2012).
C. Kinestetik (Kinestethic)
Individu dengan gaya belajar kinestetik belajar
paling baik dengan dan pendekatan penanganan yang
aktif. Individu ini baik dalam hal interaksi dengan
dunia luar. Seringkali individu dengan tipe belajar ini
sangan sulit untuk mencapai target dan mudah untuk
tidak fokus (Ldpride,n.d in Gilakjani & Ahmadi, 2011).
2.4 Pendidikan Kesehatan
2.4.1 Definisi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan suatu cara penunjang
`program-program kesehatan yang dapat menghasilkan perubahan
dan peningkatan pengetahuan dalam waktu yang pendek. Konsep
pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu,
kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai
21
kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan menjadi mampu (Notoatmodjo dalam Utari, Arneliwati,
Novayelinda).
Pendidikan kesehatan dapat berperan untuk merubah
perilaku individu, kelompok dan masyarakat sesuai dengan nilai-
nilai kesehatan. Perubahan perilaku yang diharapakan adalah dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko
terjadinya sakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta
berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat sehingga
perubahan perilaku merupakan hasil dari pendidikan kesehatan
(Notoatmodjo dalam Utari, Arneliwati, Novayelinda).
2.4.2 Sasaran Pendidikan Kesehatan
Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia berdasarkan
pada program pembangunan Indonesia adalah sebagai berikut
(Fitriani, 2011).
1. Masyarakat umum.
2. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda,
remaja. Termasuk dalam kelompok khusus adalah lembaga
pendidikan mulai dari TK hingga Perguruan tinggi, sekolah
agama baik negeri maupun swasta.
2.4.3 Manfaat Alat Bantu Pendidikan Kesehatan
Alat bantu pendidikan kesehatan memiliki manfaat
sebagai berikut (Fitriani, 2011).
22
1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2. Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3. Membantu mengatasi hambatan bahasa.
4. Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-
pesan kesehatan.
5. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan
cepat.
6. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan
yang diterima kepada orang lain.
7. Mempermudah penyampaaian bahan pendidikan/informasi oleh
para pendidik/pelaku pendidikan.
8. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
9. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui kemudian lebih
mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih
baik.
10. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
2.5 Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Kesehatan
2.5.1 Konsep Media Secara Umum
Heinich pada tahun 1982 memberikan pengertian bahwa
media adalah perantara yang mengantar informasi antara sumber dan
penerima, seperti televisi, radio, film, rekaman, audio, gambar yang
diproyeksikan dan bahan-bahan cetak. Selain itu, Education
23
Association memberikan pengertian bahwa media adalah benda yang
dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan
beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan
belajar mengajar dapat memengaruhi efektifitas program
instruksional (Solang, Losu & Tando, 2016)
2.5.2 Media Promosi atau Promosi Kesehatan
Media pendidikan atau promosi kesehatan adalah semua
sarana atau upaya untuk menmpilkan pesan atau informasi yang
ingin disampikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak,
elektronika, dan medi luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah
perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
2.5.3 Tujuan Media Promosi Kesehatan
Pembuatan media seperti halnya media edukasi kesehatan
memiliki beberapa tujuan yakni sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007)
1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi
2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi
3. Dapat memperjelas informasi
4. Media dapat mempermudah pengertian
5. Mengurangi komunikasi yang verbalistik
6. Dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan
mata
7. Memperlancar komunikasi
24
2.5.4 Fungsi dan Manfaat Media Promosi Kesehatan
Dalam promosi kesehatan, media yang baik harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010).
a. Alat peraga/media harus mudah dimengerti oleh sasaran.
b. Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat
diterima oleh sasaran.
Penggunaan media dalam kegiatan promosi kesehatan
dapat memberikan fungsi dan manfaat sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2010).
a. Dapat menghindari kesalahan pengertian/pemahaman yang salah
tafsir.
b. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah
ditangkap.
c. Materi promosi yang disampai kan akan lebih lama diingat,
terutama hal-hal yang mengesankan.
d. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
e. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang
dianjurkan.
2.5.5 Jenis Media Promosi Kesehatan
Notoatmodjo dalam Komala, Novianti & Subekti (2014)
menggolongkan jenis-jenis media promosi kesehatan menjadi:
25
1. Berdasarkan bentuk umum penggunaan media promosi
kesehatan dibagi menjadi :
a. Bahan bacaan: Modul, buku rujukan/ bacaan, folder, leaflet,
majalah, buletin, dan sebagainya.
b. Bahan peragaan: Poster tunggal, poster seri, plipchart,
tranparan, slide, film, dan seterusnya.
2. Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan
dikelompokkan menjadi:
a. Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan
pesan-pesan visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari
gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata
warna. Fungsi utama media cetak ini adalah memberi
informasi dan menghibur. Adapun macam-macamnya
adalah poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar
balik, sticker, dan pamflet.
b. Media elektronika yaitu suatu media bergerak dan dinamis,
dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya
melalui alat bantu elektronika. Adapun macam-macam
media tersebut adalah TV, radio, film, video film, cassete,
CD, VCD.
c. Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan
pesannya di luar ruang secara umum melalui media cetak
dan elektronika secara statis, misalnya: Papan reklame yaitu
26
poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum
di perjalanan, spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk
tulisan dan disertai gambar yang dibuat di atas secarik kain
dengan ukuran tergantung kebutuhan dan dipasang di suatu
tempat yang strategi agar dapat dilihat oleh semua orang,
pameran, banner dan TV layar lebar.
2.5.6 Himbauan dalam Pesan Media
Dalam media promosi, pesan dimaksudkan untuk
mempengaruhi orang lain, atau pesan itu untuk menghimbau
khalayak sasaran agar mereka menerima dan melaksanakan gagasan
(Kemenkes dalam Puspitasari, 2017).
a. Himbauan Rasional
Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada
dasarnya makhluk rasional. Contoh pesan “Datanglah ke
posyandu untuk imunisasi anak Anda. Imunisasi melindungi
anak dari penyakit berbahaya” para ibu mengerti pesan itu
namun kadang tidak bertindak karena keraguan (Kemenkes
dalam Puspitasari, 2017).
b. Himbauan Emosional
Kebanyakan perilaku manusia, terutama kaum ibu, lebih
didasarkan pada emosi daripada hasil pemikiran rasional.
Beberapa hal menunjukan bahwa pesan dengan menggunakan
imbauan emosional sering lebih berhasil dibanding dengan
27
imbauan dengan bahasa rasional. Contoh: “Diare penyakit
berbahaya, merupakan penyebab kematian bayi. Cegahlah
dengan stop BAB sembarangan” Kombinasikan dalam media
hubungan gagasan dengan unsur visual dan non verbal, misal
dengan gambar anak balita sakit, kemudian tertera pesan
“Lindungi anak Anda” (Kemenkes dalam Puspitasari, 2017).
c. Himbauan Ketakutan
Penggunaan imbauan dengan pesan yang menimbulkan
ketakutan harus digunakan secara berhati-hati. Ada sebagian
orang yang mempunyai kepribadian kuat justru tidak takut
dengan imbauan semacam ini, tetapi sebaliknya kelompok orang
yang memiliki tingkat kecemasan tinggi, pesan semacam ini
akan lebih efektif (Kemenkes dalam Puspitasari, 2017).
d. Himbauan Ganjaran
Pesan dengan imbauan ganjaran dimaksudkan
menjanjikan sesuatu yang diperlukan dan diinginkan oleh si
penerima pesan. Teknik semacam ini dirasa cukup masuk akal,
karena pada kenyataanya orang akan lebih banyak mengubah
perilakunya bila akan memperoleh imbalan (terutama materi)
yang cukup (Kemenkes dalam Puspitasari, 2017).
e. Himbauan Motivasional
Pesan ini dengan menggunakan bahasa imbauan motivasi
yang menyentuh kondisi internal diri si penerima pesan.
28
Manusia dapat digerakkan lewat dorongan kebutuhan biologis
seperti lapar, haus, keselamatan, tetapi juga lewat dorongan
psikologis seperti kasih sayang, keagamaan, prestasi, dll
(Kemenkes dalam Puspitasari, 2017).
2.6 Media Buku Cerita Bergambar
2.6.2 Definisi Buku Cerita Bergambar
Menurut Mitchell “Picture storybooks are books in which
the picture and text are tightly intertwined. Neither the pictures nor
the words are selfsufficient; they need each other to tell the story”.
Pernyataan tersebut memiliki makna bahwa buku cerita bergambar
adalah buku yang di dalamnya terdapat gambar dan kata-kata, yang
tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling bergantung menjadi
sebuah kesatuan cerita (Adipta, Maryaeni & Hasanah, 2016).
Pendapat lain tentang buku cerita bergambar juga
diungkapkan oleh Rothlein dan Meinbach “a picture storybooks
conveys its message through illustrations and written text; both
elements are equally important to the story”. Ungkapan ini
mengandung pengertian bahwa cerita bergambar adalah buku yang
memuat pesan melalui ilustrasi yang berupa gambar dan tulisan.
Gambar dan tulisan tersebut membentuk kesatuan yang utuh (Adipta,
Maryaeni & Hasanah, 2016).
29
2.6.3 Kelebihan Buku Cerita Bergambar
Buku cerita bergambar ini termasuk ke dalam kategori
media cetak dimana media cetak ini memiliki beberapa kelebihan
diantaranya sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010).
a. Media ini dapat bertahan lama
b. Dapat mencakup banyak orang, dalam artian dapat dilihat
berulang kali oleh orang yang berbeda
c. Biaya produksi cukup terjangkau atau tidak terlalu tinggi
d. Media ini tidak memerlukan listrik
e. Dapat dibawa kemana-mana dengan mudah
f. Dapat mengungkit rasa keindahan dikarenakan terdapat tulisan,
gambar dan warna
g. Media ini juga dapat mempermudah pemahaman dikarenakan
terdapat visualisasi sesuatu yang ingin disampaikan
h. Dapat meningkatkan gairah belajar karena tampilan cenderung
tidak membosankan, terutama bagi anak-anak
2.6.4 Kekurangan Buku Cerita Bergambar
Buku cerita bergambar ini termasuk ke dalam kategori
media cetak dimana media cetak ini memiliki beberapa kekurangan
diantaranya sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010).
a. Media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak
b. Mudah terlipat
2.6.5 Isi Buku Cerita Bergambar
30
Penentuan isi materi buku cerita bergambar untuk dokter
kecil di SD Negeri Telukpinang 03 ditentukan berdasarkan hasil
wawancara mendalam dengan guru UKS. Diketahui bahwa materi
jajanan sehat dan petolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
(ISINYA DIGANTI JADI SAKIT GIGI) merupakan materi yang
dibutuhkan oleh dokter kecil di sekolah tersebut. Ditambahkan pula
materi pengenalan mengenai dokter kecil agar dokter kecil paham
akan tugas dan kewajibannya di sekolah.
A. Dokter Kecil
Dalam bagian pengenalan tentang dokter kecil, berisi
materi mengenai definisi dokter kecil, kriteria dokter kecil serta
tugas dan kewajiban dokter kecil.
B. Jajanan Sehat
Makanan di kantin sekolah seharusnya merupakan
makanan yang besar dan volumenya diawasi serta tidak
mempengaruhi selera makan peserta didik. Makanan yang
disediakan di sekolah daapat digolongkan sebagai berikut:
(Kementrian Kesehatan RI, 2011)
a. Makanan yang dihidangkan sebagai makanan tunggal:
Sumber zat tenaga, seperti singkong goreng, pisang
goreng, ubi goreng, jagung, urap, lupis, ketan, getuk,
ketimus, tiwul.
31
Sumber zat pembangun, seperti tempe goreng, tahu isi,
tahu bakso, bakwan udang, rempeyek kacang,
rempeyek teri, bubur kacang ijo.
Sumber zat pengatur, seperti pisang ambon, pepaya,
jambu, jambu biji, mangga, apel, kesemek, es buah,
rujak nanas, nangka, melon.
b. Makanan yang dipersiapkan dengan campuran zat tenaga,
zat pembangun atau zat pengatur misalnya soto ayam, mie
bakso mie goreng, gado-gado, nasi uduk, nasi pecel, nasi
kuning, lontong sayur, siomay, batagor, nasi rames, tauge
goreng, gandasturi, kue dadar isi kacang ijo, lemper, risoles,
kroket, combro, tahu susur.
Adapun tips jajan sehat di sekolah bagi siswa
adalah sebagai berikut (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
a. Belilah makanan di tempat yang tertutup seperti di
kantin sekolah.
b. Hindari membeli makanan dipinggir jalan.
c. Hindari makan makanan manis secara berlebihan.
d. Perhatikan kebersihan tempat makan.
e. Hindari makanan yang tidak ada/sedikit zat gizinya.
f. Peralatan makanan harus dicuci bersih dengan sabun.
g. Bawa bekal dari rumah lebih baik.
32
h. Dan yang paling penting dari keseluruhan tips di atas
adalah cuci tangan dengan sabun sebelum makan.
C. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)
Apabila melihat teman yang megalami luka atau
kecelakaan di sekolah, langkah pertama yang dapat diambil
adalah menghubungi guru. Kemudian, membawa korban ke
ruang UKS untuk mendapatkan pertolongan pertama.
Selanjutnya, dokter kecil didampingi oleh guru UKS membantu
mengobati luka tersebut. Adapun tahapan cara tepat obati luka
adalah sebagai berikut (Kusumawardhani, 2015).
1. Bersihkan luka dengan air bersih yang mengalir.
2. Bersihkan dengan sabun antiseptik, jika masih kotor,
bersihkan dengan alkohol.
3. Untuk menghentikan pendarahan, gunakan kasa steril yag
ditekan 15-20 menit.
4. Jika darah masih mengalir, posisikan bagian tubuh ke atas.
Jika luka pada tangan, angkat tangannya.
5. Oleskan krim antiseptik atau obat merah. Tutup luka dengan
kasa dan plester.
6. Ganti perban setiap hari setelah mandi. Perban juga bisa
diganti setiap mau tidur.
Setelah luka diobati, sebaiknya korban beristirahat hingga pulih.
33
2.6.6 Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Edukasi Bagi Anak
Hurlock mengemukakan bahwa anakanak usia sekolah
menyukai cerita bergambar karena beberapa hal di antaranya:
(Yudistira)
1. Anak memperoleh kesempatan yang baik untuk mendapat
wawasan mengenal masalah pribadi dan sosialnya. Hal ini
akan membantu memecahkan masalahnya.
2. Menarik imajinasi anak dan rasa ingin tahu tentang masalah
supranatural.
3. Memberi anak pelarian sementara hiruk pikuk hidup sehari-
hari.
4. Mudah dibaca, bahkan anak yang kurang mampu membaca
dapat memahami arti dari gambarnya.
5. Mendorong anak untuk membaca yang tidak banyak diberikan
buku lain.
6. Memberi sesuatu yang diharapkan (bila berbentuk serial).
7. Tokoh sering melakukan atau mengatakan hal-hal yang tidak
berani dilakukan sendiri oleh anak-anak, walaupun mereka
ingin melakukannya, ini memberikan kegembiraan.
34
8. Tokoh dalam cerita sering kuat, berani, dan berwajah tampan,
jadi memberikan tokoh pahlawan bagi anak untuk
mengidentifikasikannya.
9. Gambar dalam cerita bergambar berwarnawarni dan cukup
sederhana untuk dimengerti anak-anak
2.7 Model Pengembangan Media ADDIE
Desain Pembelajaran Model ADDIE adalah salah satu
proses pembelajaran yang bersifat interaktif dengan tahapan-tahapan dasar
pembelajaran yang efektif, dinamis dan efisien. Model ini kemudian dapat
digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti
strategi dan metode pembelajaran, media dan bahan ajar (Branch & Kopcha,
2014). Model ADDIE ini dibuat di Florida Stated University sebagai sumber
daya instruksional dan dapat digunakan untuk membangun pelatihan
sukarelawan yang adaptif (Soares, Malo & Brodsky, 2017). Model ADDIE
dapat menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur
program pelatihan atau pembelajaran yang efektif, dinamis dan mendukung
kinerja pelatihan itu sendiri dengan beberapa tahapan.
2.7.1 Tahapan Model ADDIE
Skema desain pembelajaran model ADDIE membentuk
siklus yang terdiri dari 5 tahapan yang terdiri dari analisis (Analysis),
desain (Design), pengembangan (Development), implementasi
(Implementation) serta evaluasi (Evaluation).
35
2.7.1.1 Analisis (Analysis)
Tahap analisis berfokus pada target audiens.
Pada tahap analisis, dilakukan pendefinisian permasalahan
instruksional, tujuan instruksional, sasaran pembelajaran
serta dilakukan identifikasi lingkungan pembelajaran dan
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa (Branch & Kopcha,
2014).
2.7.1.2 Desain (Design)
Tahap desain merupakan tahap selanjutnya dalam
model ADDIE. Dalam tahap desain, perancang memikirkan
keseluruhan elemen media yang yang akan dibuat, cara
menggunakannya, materi dan jalan cerita yang akan dimuat,
jenis media, dan software yang digunakan untuk membuat
media tersebut (Juhazren & Misrom).
2.7.1.3 Pengembangan (Development)
Dalam tahan pengembangan dilakukan pembuatan
dan penggabungan konten yang sudah dirancang pada
tahapan desain (Branch & Kopcha, 2014). Selanjutnya,
mengkomunikasikan rancangan yang telah dibuat kepada
ahli media dan ahli materi (Danks, 2011).
2.7.1.4 Implementasi (Implementation)
Setelah rancangan dibuat, pembuat rancangan media
menggunakan metode Plan-Do-Study-Act (Rencanakan-
36
Lakukan-Pelajari-Terapkan) untuk mengimplementasikan
setiap dukungan dan memantau perkembangan untuk
menyakinkan bahwa media yang dihasilkan dapat berfungsi
dengan baik (Danks, 2011). Selain itu, pada tahap ini juga
dijelaskan tatacara penggunaan media atau model
pembelajaran akan dijelaskan kepada guru atau orang yang
akan menggunakannya.
2.7.1.5 Evaluasi (Evaluation)
Setiap tahap proses ADDIE melibatkan evaluasi
formatif. Ini adalah multidimensional dan merupakan
komponen penting dari proses ADDIE (Branch & Kopcha,
2014). Dalam evaluasi, terdapat beberapa tahap dalam
mengevaluasi suatu desain pembelajaran sebagai berikut.
A. Evaluasi formatif satu per satu
Proses evaluasi ini berdasarkan penilaian setiap
komponen yang digunakan untuk melihat apakah
keefektifan suatu komponen dan mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan dari komponen tersebut
(Aldoobie, 2015).
B. Evaluasi kelompok kecil
Setelah melakukan evaluasi formatif satu per
satu, evaluasi selanjutnya adalah membuat evaluasi
kelompok kecil. Pada tahapan ini menilai keefektifan
37
dan penilaian dari perubahan yang telah dibuat dalam
tahap evaluasi formatif satu per satu (Aldoobie, 2015).
C. Uji coba evaluasi formatif di lapangan
Ketika telah menyelesaikan dua tahap evaluasi
sebelumnya, maka telah siap untuk uji coba yang
sebenarnya. Tahap ini harus benar, efektif, dan dapat
dipraktikkan guna menyelesaikan evaluasi ini dan
rancangan yang telah dibuat dapat dimanfaatkan.
(Aldoobie, 2015)
2.8 Teori Kognitif Sosial
Albert Bandura mengembangkan teori kognitif sosial berdasarkan
konsep pembelajaran yang dipengaruhi oleh kognitif, perilaku dan faktor
lingkungan. Kontras dengan teori psikologi biasanya yang menekankan
pembelajaran melalui pengalaman langsung, Bandura menempatkan seluruh
proses pembelajaran yang sebenarnya dapat terjadi dengan melihat orang
lain berperilaku dan akibat dari perilaku orang tersebut (Bandura dalam
Minnesota State University). Hal itu terjadi karena adanya proses timbal di
mana semua faktor saling berhubungan dan bisa di awali dari faktor
manapun terlebih dahulu. Teori timbal balik ini dinamakan Triadic
Resiprocal (Bandura, 1999).
Hubungan timbal balik antara Person (Orang) dan Behavior
(Kebiasaan) menggambarkan interaksi antara pemikiran, emosi dan
38
perilaku. Harapan, kepercayaan, persepsi diri, tujuan dan niat memberikan
pengaruh dalam kebiasaan bertindak. Pemikiran, kepercayaan dan perasaan
memengaruhi bagaimana seseorang berperilaku. Dampak alamiah dari
tindakan tersebut, dalam hal ini, menentukan bagian pola pikir dan reaksi
emosional. Faktor personal juga meliputi bagian-bagian biologis dari
organisme seperti struktur fisik dan sensor dalam sistem saraf berpengaruh
terhadap kebiasaan dan kapabilitas seseorang. Struktur berpikir, dalam hal
ini, dapat dibentuk oleh perilaku yang dilakukan secara berulang dan terus
menerus (Bandura, 1989).
Hubungan timbal balik antara Environment (Lingkungan) dan
Person (Orang) fokus kepada hubungan interaktif antara karakteristik
seseorang dan pengaruh lingkungan. Harapan manusia, kepercayaan, bakat
emosional dan kompetensi kognitif dikembangkan dan dibentuk oleh
pengaruh sosial yang membawa informasi dan mengaktifkan reaksi
emosional melalui contoh/model, arahan dan ajakan sosial (Bandura, 1989).
Orang-orang juga menimbulkan reaksi berbeda dari lingkungan sosial
mereka oleh karakteristik fisik, seperti usia, ukuran, ras, jenis kelamin, dan
penampilan fisik, di samping dari apa yang mereka katakan dan lakukan
(Lerner dalam Bandura, 1989).
Hubungan timbal balik antara behavior (perilaku) dengan
environment (lingkungan) menggambarkan dua hal yang saling
mempengaruhi antara perilaku dan lingkungan. Dalam kehidupan sehari-
39
hari, perilaku mengubah keadaan lingkungan dan sebaliknya (Bandura,
1989).
2.8.1 Orang (Person)
2.8.1.1 Kognitif atau pengetahuan
Kognitif atau sering disebut kognisi mempunyai
pengertian yang luas mengenai berfikir dan mengamati.
Ada yang mengartikan bahwa kognitif adalah tingkah laku-
tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh
pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan
pengetahuan (Syaodih). Faktor kognitif mempunyai peranan
penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena
sebahagian besar aktivitasnya dalam belajar selalu
berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir
dimana kedua hal ini merupakan aktivitas kognitif yang
perlu dikembangkan (Syaodih).
2.8.1.2 Efikasi Diri
Efikasi diri merupakan keyakinan pada
kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan
memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga
berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses.
40
Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen
dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah
ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan
itu tidak berhasil. Menurut Bandura, individu yang
memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam
menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena
ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan
dirinya. Individu ini menurut Bandura akan cepat
menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan
yang ia alami (Isnainii, 2017).
2.8.2 Lingkungan (Environment)
Observational Learning
Pembelajaran observasional mencakup dua hal
yaitu pemodelan/meniru perilaku secara langsung dan
pemodelan secara kognitif. Pada pemodelan secara
langsung, terjadi pada kehidupan nyata, sedangkan
pemodelan secara kognitif melalui media (Groenendijk, et
al. 2013).
Sebagian besar perilaku manusia dan keterampilan
kognitifnya dipelajari melalui pengamatan terhadap
model. Fungsi observational learning adalah sebagai
berikut.
41
1) Modelling dapat mengajari observer keterampilan dan
aturan-aturan berperilaku.
2) Modelling dapat menghambat ataupun memperlancar
perilaku yang sudah dimiliki orang.
3) Perilaku model dapat berfungsi sebagai stimulus dan
isyarat bagi orang untuk melaksanakan perilaku yang
sudah dimilikinya.
4) Modeling dapat merangsang timbulnya emosi. Orang
dapat berpersepsi dan berperilaku secara berbeda
dalam keadaan emosi tinggi.
5) Symbolic modelling dapat membentuk citra orang
tentang realitas sosial karena menggambarkan
hubungan manusia dengan aktivitas yang
dilakukannya (Tarsidi).
Dalam observasi memberikan manusia
kesempatan untuk mempelajari banyak hal tanpa harus
mengalami sendiri secara langsung. Inti dari pembelajaran
melalui observasi adalah modeling (Suryaningrum, 2015).
2.8.3 Perilaku (Behavior)
Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku
dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar.
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks
42
interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif,
perilaku dan pengaruh lingkungan (Isnainii, 2017).
2.9 Kerangka Teori
Rancangan media buku cerita bergambar dokter kecil akan
dikembangkan berdasarkan teori kognisi sosial. Teori kognisi sosial terdiri
dari faktor individu, lingkungan dan perilaku.
Individu (Person)
- Pengetahuan
- Efikasi Diri
Lingkungan (Environment)
- Observational Learning
Perilaku (Behavior)
Gambar 2.1 Kerangka Teori Kognitif Sosial (Bandura dalam Pajares, 2002)
43
BAB III
KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
1.1 Kerangka Berpikir
Penelitian ini menggunakan tahapan ADDIE untuk mengetahui
gambaran alur penelitian. Untuk itu, bagan yang disajikan merupakan
kerangka berpikir peneliti dengan mengikuti tahapan ADDIE berdasarkan
teori kognitif sosial.
Dalam teori kognitif sosial, terdapat faktor personal dokter kecil
tentang pengetahuan umum mengenai dokter kecil, mulai dari definisi,
syarat, hingga tugas dan kewajiban, pengetahuan mengenai jajanan sehat,
serta pengetahuan mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
Untuk faktor lingkungan, meliputi kondisi sekolah seperti kondisi kantin
dan kelengkapan UKS sekolah, serta media yang digunakan saat pelatihan
dokter kecil tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini disusun berdasarkan
teori kognitif sosial dimana faktor lingkungan dan faktor personal dapat
mempengaruhi perilaku.
44
Analisis (Analyze)
. Kebutuhan Media
. Tujuan
. Pengembangan Sasaran
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir (Modifikasi model ADDIE dan
teori kognitif sosial)
Personal:
Pengetahuan
Lingkungan:
Kondisi sekolah, Observational Learning
(model pembelajaran)
Perilaku
Desain (Design)
Membuat tokoh dan rancangan media berdasarkan hasil
analisis yang telah didapat.
Pengembangan (Development)
Rancangan berdasarkan review ahli media dan ahli materi.
Implementasi (Implementation)
Pelaksanaan evaluasi buku cerita bergambar dokter kecil
Evaluasi (Evaluation)
1. Evaluasi pengetahuan
2. Evaluasi konten media
45
3.2 Definisi Operasional
Berikut merupakan tabel definisi operasional yang digunakan dalam penelitian dengan pendekatan
kuantitatif.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional
Cara Pengumpulan
Data
Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Evaluasi Penilaian oleh dokter kecil
terhadap media yang telah dibuat
dan dikembangkan.
a. Evaluasi terdiri dari penilaian
terhadap isi materi, tampilan,
komunikasi secara visual dan
kemanfaatan media bagi
sasaran.
Pengisian kuesioner
penilaian media
Kuesioner
dengan
menggunakan
skala Likert
a. Hasil Skor
Persepsi
b.
Rasio
46
No. Variabel Definisi Operasional
Cara Pengumpulan
Data
Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
b. Evaluasi pengetahuan yaitu
pengukuran pengetahuan yang
dilakukan untuk melihat
pengaruh media terhadap
pengetahuan sasaran
Pengisian kuesioner
pretest-posttest
Kuesioner
pretest dan
posttest
Hasil Skor
Pengetahuan
Rasio
47
3.3 Definisi Istilah
Berikut merupakan tabel definisi istilah yang digunakan dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif.
Tabel 3.2 Definisi Istilah
No. Istilah Definisi Istilah
Cara
Pengumpulan
Data
Instrumen
Penelitian
Informan Penelitian
1.
Analisis sasaran
media faktor
personal
Mencari informasi untuk kebutuhan media
dengan mengetahui sasaran dari segi
pengetahuan dan gaya belajar.
Wawancara
mendalam
Pedoman
wawancara
mendalam
Guru UKS
SD Negeri
Telukpinang 03
2.
Analisis sasaran
media faktor
perilaku
Mencari informasi untuk kebutuhan media
dengan mengetahui perilaku sasaran di
sekolah.
Wawancara
mendalam
Pedoman
wawancara
mendalam
Guru UKS
SD Negeri
Telukpinang 03
No. Istilah Definisi Istilah
Cara
Pengumpulan
Instrumen
Penelitian
Informan Penelitian
48
Data
3.
Analisis sasaran
media faktor
lingkungan
Mencari informasi untuk kebutuhan media
dengan mengetahui faktor lingkungan sekolah
mencakup kondisi sekolah dan media
pembelajaran sasaran.
Wawancara
mendalam
Pedoman
wawancara
mendalam
Guru UKS
SD Negeri
Telukpinang 03
4.
Analisis tujuan
media
Mencari informasi mengenai tujuan
pembuatan media buku cerita bergambar
dokter kecil.
Wawancara
mendalam
Pedoman
wawancara
mendalam
Guru UKS
SD Negeri
Telukpinang 03
5.
Analisis
pengembangan
sasaran
Mencari informasi mengenai pengembanggan
sasaran media buku cerita bergambar dokter
kecil.
Wawancara
mendalam
Pedoman
wawancara
mendalam
Guru UKS
SD Negeri
Telukpinang 03
No. Istilah Definisi Istilah
Cara
Pengumpulan
Data
Instrumen
Penelitian
Informan
Penelitian
49
6.
Desain rancangan
media buku cerita
bergambar dokter
kecil
Membuat rancangan buku cerita bergambar
dimulai dari membuat storyboard (tokoh dan
jalan cerita), menentukan warna, menentukan
pemilihan teks dan kalimat sebelum akhirnya
media di cetak.
Wawancara
mendalam
Pedoman
wawancara
mendalam
Ahli media; guru
UKS SD Negeri
Telukpinang 03;
penjaga kantin
7.
Pengembangan
rancangan media
buku cerita
bergambar dokter
kecil
Kritik dan saran yang didapatkan dari ahli
media dan ahli materi mengenai media buku
cerita bergambar dokter kecil sebagai
perbaikan sebelum media diberikan kepada
sasaran.
Wawancara
mendalam
Pedoman
wawancara
mendalam
Ahli media; ahli
materi
No. Istilah Definisi Istilah
Cara
Pengumpulan
Data
Instrumen
Penelitian
Informan
Penelitian
8. Implementasi Melakukan pengamatan saat dilaksanakannya Pengisian Kuesioner Dokter Kecil SD
50
rancangan media
buku cerita
bergambar dokter
kecil
penilaian media buku cerita bergambar dokter
kecil pada sasaran dokter kecil di SD Negeri
Telukpinang 03.
kuesioner Negeri
Telukpinang 03
51
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Studi Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dan kuantitatif (mix method). Pendekatan kualitatif digunakan untuk
mendapatkan informasi lebih mendalam dari informan. Sedangkan pendekatan
kuantitatif digunakan untuk mempermudah penilaian media dari sasaran.
Penelitian ini akan menggunakan rancangan design-based research
pada tahapan analisis hingga implemetasi dan rancangan pra-experimental one
group pretest-posttest design pada tahap evaluasi. Dalam rancangan design-
based research yang dilakukan adalah sebagai berikut. (Wang & Hannafin,
2005)
- Adanya analisis, siklus desain, desain ulang, dan pemberlakuan.
- Intervensi yang dilakukan tergantung konteks.
- Mendokumentasikan dan menghubungkan hasil dengan proses
pengembangan dan pengaturan sebenarnya.
- Adanya kolaborasi antara praktisi/ahli dan peneliti.
- Mengarah pada pengembangan pengetahuan yang dapat digunakan dalam
praktik dan dapat menginformasikan praktisi dan perancang lainnya.
52
Sedangkan pada rancangan pra experiental one group pretest-
posttest design pertama-tama dilakukan pengukuran, lalu dikenakan perlakuan
untuk
53
jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya
(Suryabrata, 2012).
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2017-April 2018. Untuk waktu dan
tempat pengambilan data dengan ahli media disesuaikan dengan ketersediaan
waktu informan. Untuk pre test dengan post test disertai dengan pengisian
kuesioner penilaian media dilakukan di SD Negeri Teluk Pinang 03. Pemilihan
lokasi penelitian dikarenakan sekolah tersebut pernah mewakili Kecamatan
Ciawi dalam lomba sekolah sehat tingkat Kabupaten Bogor, namun belum
keseluruhan dokter kecil mendapatkan pelatihan dokter kecil.
4.3 Informan Penelitian, Populasi, dan Sampel
4.3.1 Pendekatan Kualitatif
Pada pendekatan kualitatif, informan ditetapkan dengan
menggunakan metode purposive sampling dikarenakan dalam metode
ini, sampel ditentukan dengan pertimbangan tertentu yang dipandang
dapat memberikan data secara maksimal. Informan yang diperlukan
dalam penelitian ini adalah ahli media, dan guru pembina dokter kecil
sebagai ahli materi dikarenakan telah mendapatkan pelatihan dari
Puskesmas.
54
Adapun kriteria yang diperlukan untuk informan ahli media
yakni sebagai berikut.
a. Menguasai media buku cerita bergambar, mencakup seluruh
kesesuaian elemen yang ada di dalam buku cerita tersebut, seperti
tata bahasa, tata letak, animasi visual, kesesuaian warna dan
tulisan, serta kesesuaian jalan cerita.
b. Merupakan lulusan ilmu desain komunikasi visual (DKV) atau
desain grafis atau bekerja dibidang tersebut.
c. Pernah membuat karya buku cerita bergambar atau editor media
buku cerita bergambar.
d. Bersedia menjadi informan.
4.3.2 Pendekatan Kuantitatif
Pada pendekatan kuantitatif, pertimbangan yang harus dipenuhi
sebagai responden adalah siswa haruslah seorang dokter kecil yang
sudah terpilih berdasarkan kriteria-kriteria pemenuhan dokter kecil.
Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan dokter kecil di
sekolah dasar adalah sebagai berikut.
a. Peserta didik kelas 4 atau kelas 5 Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah dan belum pernah mendapat pelatihan “Dokter Kecil”.
b. Berprestasi sekolah.
c. Berbadan sehat.
d. Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab.
55
e. Berpenampilan bersih dan berperilaku sehat.
f. Berbudi pekerti dan suka menolong.
g. Izin orang tua. (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
Peneliti memilih dokter kecil SD Negeri Telukpinang 03
dikarenakan sekolah tersebut pernah memenangkan lomba sekolah sehat
dan dokter kecil merupakan salah satu aspek yang dinilai. Sedangkan
dokter kecil yang pernah mengikuti pelatihan hanya tiga orang saja dari
satu sekolah. Peneliti memilih dokter kecil yang berasal dari kelas 4 dan
5 sesuai dengan syarat seorang dokter kecil. Jumlah dokter kecil secara
keseluruhan di SD Negeri Telukpinang 03 berjumlah 40 orang.
Perhitungan sampel pada penelitian ini menggunakan
perhitungan uji hipotesis beda rata-rata berpasangan (Ariawan 1998)
dengan mengambil data dari penelitian terdahulu oleh Jannah (2016)
yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
Karies Gigi Melalui Buku Cerita Bergambar dan Leaflet Terhadap
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Anak Sekolah Dasar Di Kabupaten
Malang” dan diperoleh perhitungan sebagai berikut.
σ = 13 60
Z1-α/2 = 95 = 1 96
Z1-β = 5 = 1 28
µ1- µ2 = 10
56
n =
= 1 96 1 28
=
= 19 41
Berdasarkan hasil tersebut, sampel yang diperlukan adalah 20
orang dokter kecil ditambah dengan sampel cadangan 10 yaitu
sebanyak 2 orang. Jadi sampel minimal yang diperlukan sebanyak 22
orang. Akan tetapi, peneliti tetap mengambil keseluruhan dokter kecil
yang berjumlah 40 orang dikarenakan setiap dokter kecil harus
mendapatkan pengetahuan melalui media buku cerita bergambar.
Untuk itu, pengambilan sampel ditetapkan dengan
menggunakan total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana
jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Dalam
pendekatan ini, yang menjadi sampel adalah dokter kecil. Sampel total
ini diperlukan dalam kegiatan pre test dan post test.
Tabel 4.1 Matriks Informan Penelitian
No. Informan Metode
Informasi Konten
Buku Cerita
Bergambar Personal Lingkungan Perilaku
1.
3 orang perwakilan
dokter kecil yang
telah mengikuti
pelatihan.
Wawancara
mendalam
√ √ - -
57
No. Informan Metode
Informasi Konten
Buku Cerita
Bergambar Personal Lingkungan Perilaku
2.
30 siswa kelas 4
dan 5 SD Negeri
Telukpinang 03
Pengambilan
data
menggunakan
kuesioner
√ - - -
3. 1 orang ahli media
Wawancara
mendalam
- - - √
4.
1 orang ahli
materi
Wawancara
mendalam
- √ - √
5. 1 orang guru UKS
Wawancara
mendalam dan
observasi UKS
√ √ √ √
6.
40 orang dokter
kecil SD Negeri
Telukpinang 03
Pengambilan
data
menggunakan
kuesioner
√ - - -
7. Penjaga Kantin
Wawancara
dan observasi
kantin
- √ - √
58
4.4 Tahapan Penelitian Rancangan Buku Cerita Bergambar
Pada tahapan rancangan media buku cerita bergambar dokter kecil,
menggunakan model ADDIE. Dalam model ADDIE ini, terdapat beberapa
tahapan yang harus dilakukan yaitu analisis, desain, pengembangan,
implementasi dan evaluasi. Dalam tahapan analisis mencakup analisis tujuan,
sasaran dalam hal ini adalah dokter kecil SD Negeri Telukpinang 03 dan
analisis kebutuhan media buku cerita bergambar (Aldoobie 2015).
4.4.1 Tahap Analisis (Analysis)
4.4.1.1 Analisis Tujuan
Pada analisis ini, menggambarkan tujuan peneliti
dalam pembuatan media buku cerita dokter kecil. Dalam tahap
ini, peneliti memasukkan alasan pemilihan media buku cerita
dokter kecil yang nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai
media untuk pelatihan.
4.4.1.2 Analisis Kebutuhan Media
Dalam teori kognitif sosial, faktor personal/individu
terdiri dari kognitif dan efikasi diri. Kognitif tersebut
merupakan kemampuan mengingat dokter kecil terhadap materi
yang disampaikan saat pelatihan. Selain itu, peneliti juga
menganalisis materi-materi yang belum dipahami oleh dokter
kecil agar dapat menjadi landasan materi dalam buku cerita
bergambar dokter kecil. Sedangkan efikasi diri dalam
59
penelitian ini, mengacu kepada gaya belajar dokter kecil serta
kemampuan dokter kecil untuk memahami perannya sebagai
dokter kecil di sekolah agar terwujudnya suasana sekolah yang
sehat.
Dalam memenuhi kebutuhan pembuatan media,
peneliti telah melakukan analisis kognitif dengan melakukan
wawancara mendalam kepada 3 orang perwakilan dokter kecil
yang telah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Puskesmas.
Peneliti menggunakan panduan wawancara mendalam dalam
melakukan wawancara mendalam kepada perwakilan dokter
kecil tersebut.
Lingkungan UKS dan media yang digunakan dalam
pelatihan termasuk ke dalam faktor lingkungan dalam teori
kognitif sosial. Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kondisi dan kegiatan Usaha Kesehatan Siswa (UKS) di
SD Negeri Telukpinang 03. Sedangkan faktor lingkungan yang
selanjutnya yakni media telah yang digunakan dalam pelatihan
dokter kecil. Peneliti telah melakukan wawancara mendalam
kepada peserta pelatihan dokter kecil yang telah dilakukan oleh
Puskesmas Ciawi dimana peneliti melihat bahwa media yang
sudah ada dianggap kurang efektif bagi dokter kecil.
60
Pada teori kognitif sosial, terdapat hubungan timbal
balik antara faktor lingkungan, individu dan perilaku. Dalam
penelitian ini, peneliti menetapkan perilaku sebagai respon atau
dampak akhir dari adanya perlakuan.
4.4.1.3 Pengembangan Sasaran
Pengembangan sasaran dalam penelitian rancangan
media buku cerita bergambar dokter kecil menggambarkan
perkembangan yang didapat oleh dokter kecil di SD Negeri
Telukpinang 03 setelah diberikan media buku cerita bergambar
dokter kecil.
4.4.2 Desain (Design)
Langkah pertama dalam tahapan perancangan media buku
cerita bergambar dokter kecil adalah dengan menentukan tokoh-
tokohnya. Tokoh-tokoh yang dipilih berdasarkan cerita sehari-hari anak-
anak dengan tokoh utama yang dipilih adalah tiga orang siswa yang
menjadi dokter kecil dengan 2 orang siswa laki-laki dan 1 orang siswa
perempuan dan tokoh-tokoh pendukung. Alasan pemilihan tokoh utama
lebih dari satu karena dalam satu kelas, memiliki lebih dari dua dokter
kecil. Langkah kedua dalam tahapan rancangan media buku cerita
bergambar dokter kecil adalah membuat konsep dan alur
cerita/storyboard.
61
Pada tahapan ini, media buku cerita bergambar dibuat
berdasarkan hasil analisis kebutuhan media. Pembuatan gambar
dilakukan dengan menggunakan kertas HVS berukuran A4 yang dibagi
menjadi dua bagian atau ukuran A5 dan pensil 2B untuk memudahkan
penghapusan apabila terjadi kesalahan. Selanjutnya, gambar dipertebal
dengan spidol berukuran normal agar gambar terlihat lebih tegas saat
discan. Setelah gambar discan, gambar tersebut diedit dan diberi warna
menggunakan aplikasi Adobe Photoshop CS6. Berikut merupakan
tahapan editing menggunakan aplikasi Adobe Photoshop CS6.
A. Buat lembar baru di dalam aplikasi Adobe Photoshop CS6 dengan
ukuran A5 landscape dengan ukuran panjang 210 mm dan lebar
148 mm.
Gambar 4.1 Pembuatan Lembar Task Awal
B. Kemudian pilih file, lalu klik place dan pilih gambar yang akan
diedit. Setelah itu klik place.
62
C. Selanjutnya pilih paint bucket tool pada sisi kiri kemudian pilih
warna hitam untuk mempertegas garis gambar.
Gambar 4.3 Cara Menebalkan Garis Pada Gambar dengan Paint
Bucket Tool
D. Selanjutnya beri warna pada keseluruhan gambar dengan cara yang
sama pada saat menebalkan garis dengan menggunakan paint
bucket tool.
Gambar 4.4 Hasil Pewarnaan Keseluruhan Gambar
E. Setelah itu masukkan teks dengan menggunakan horizontal type
tool.
Gambar 4.2 Cara Memasukkan Gambar Ke Dalam Lembar Task
63
Gambar 4.5 Pemberian Teks Cerita pada Gambar
F. Dikarenakan teks kurang terbaca, maka ditambahkan background
text agar teks dapat terbaca dengan jelas dengan cara klik kanan
pada mouse pada layer text kemudian pilih blending options. Font
yang digunakan yaitu SMARTKID dengan ukuran 19 45pt.
Gambar 4.6 Penyesuaian Ukuran Tulisan
G. Kemudian pada layer style, beri tanda centang pada kotak outer
glow kemudan atur structure dan elements. Untuk structure, atur
blend mode menjadi screen, kemudian opacity 100 dan noise 0 .
Selanjutnya ubah warna background text menjadi warna putih.
Untuk elements, atur technique menjadi softer, kemudian spread
100 dan size 45 . Sedangkan untuk quality tidak ada yang perlu
diubah. Setelah itu klik OK.
64
Gambar 4.7 Pembuatan Background Tulisan
H. Dan yang terakhir yakni simpan file yang sudah diedit ke format
JPEG dengan cara klik file kemudian save as, lalu pilih format
JPEG dan klik save.
Gambar 4.8 Penyimpanan File Dengan Format JPEG/Gambar
I. Setelah menyelesaikan seluruh halaman, file siap di print.
4.4.3 Pengembangan (Development)
Setelah komponen-komponen dalam tahap desain selesai,
digambungkan dan disusun menjadi satu kesatuan dalam media buku
cerita bergambar. Selanjutnya, media tersebut dikomunikasikan kepada
ahli media dan ahli materi sebagai data kualitatif untuk mengetahui
penilaian terhadap media tersebut.
4.4.4 Implementasi (Implementation)
65
Pada tahap ini, media yang telah dibuat dipastikan dapat
memberikan manfaat kepada sasaran. Selain itu, akan dijelaskan cara
menggunakan media ini, termasuk cara membacanya kepada sasaran.
4.4.5 Evaluasi (Evaluation)
Dalam tahap evaluasi media, hanya sebatas menggunakan
evaluasi formatif satu per satu dengan menggunakan kuesioner.
Kuesioner tersebut berupa kuesioner pretest dan posttest untuk
mengetahui kebermanfaatan media dalam meningkatkan pengetahuan,
serta kuesioner penilaian media untuk mengetahui tampilan dan isi
media secara keseluruhan menurut sasaran.
4.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.5.1 Cara Pengambilan Data
4.5.1.1 Pendekatan Kualitatif
Pengambilan data secara kualitatif akan dilakukan
dengan metode wawancara mendalam (indepth interview).
Wawancara akan dilakukan kepada ahli media dan ahli materi
terkait dengan media yang akan dibuat yakni buku cerita
bergambar dokter kecil.
4.5.1.2 Pendekatan Kuantitatif
66
Pada pendekatan kuantitatif, data diambil
berdasarkan hasil pretest dan posttest untuk melihat sejauh
mana pengetahuan siswa setelah membaca buku cerita. Selain
itu, data penilaian media oleh dokter kecil dikumpulkan melalui
kuesioner dengan metode penilaian menggunakan skala likert.
Skala likert merupakan skala yang dapat digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang suatu hal, gejala atau fenomena.
(Djaali dan Muljono t.thn.) Pengisian kuesioner akan diisi
sendiri oleh informan.
4.5.2 Instrumen Penelitian
Untuk instrumen penelitian ini dibedakan berdasarkan metode
penelitian sebagai berikut.
4.5.2.1 Penelitian Kualitatif
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pedoman wawancara mendalam (indepth interview).
Instrumen ini dipilih karena mampu menggali informasi lebih
dalam dari informan dan dianggap lebih efektif.
4.5.2.2 Pendekatan Kuantitatif
Instrumen yang digunakan dalam pendekatan
kuantitatif adalah kuesioner pretest dan posttest serta kuesioner
penilaian media. Instrumen ini dirasa lebih efektif untuk
67
mengukur pengetahuan dan menilai suatu media mengingat
yang menjadi sasaran adalah anak-anak sekolah dasar.
4.5.3 Triangulasi Data
Triangulasi merupakan suatu cara mendapatkan data yang
benar-benar absah dengan menggunakan pendekatan metode ganda
(Bachri 2010). Untuk itu, triangulasi data ini sangat penting untuk
dilakukan untuk mendapatkan data yang sebenar-benarnya.
Dalam penelitian ini, cara triangulasi data yang digunakan
adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber berarti membandingkan
mencek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui sumber yang berbeda (Bachri 2010). Untuk penelitian media
buku cerita bergambar untuk dokter kecil, triangulasi sumber yang
dilakukan yakni kepada ahli media, ahli materi dan guru UKS SD
Negeri Telukpinang 03.
4.5.4 Analisis Data
4.5.4.1 Pendekatan Kualitatif
Pada penelitian ini, dalam pendekatan kualitatif
analisis data dilakukan dengan metode content analysis. Dalam
metode content analysis, langkah-langkah yang harus
dilakukan menurut Hadari Nawawi yaitu sebagai berikut.
(Soejono dan Abdurrahman 2005)
68
1. Menyeleksi teks yang akan digunakan dengan
memperhatikan:
a. Menghubungi ahli media dan materi bahwa isi yang
dianalisis akan bermanfaat bagi sasaran.
b. Melakukan observasi atau studi literatur untuk
mengetahui keluasan pemakaian media tersebut.
c. Menetapkan standar isi buku di bidang tersebut dari
segi teoretis dan kegunaan praktisnya (Soejono &
Abdurrahman, 2005)..
2. Menyusun item-item yang spesifik tentang isi dan bahasa
yang akan diteliti sebagai sarana pengumpul data
3. Melaksanakan penelitian sebagai berikut.
a. Menetapkan cara yang ditempuh, apakah dilakukan
pada keseluruhan isi media, bab per bab,
b. atau memisahkan ilustrasi dengan teks dan sebagainya.
c. Melakukan pengukuran terhadap teks secara kualitatif.
d. Membandingkan hasil penelitian berdasarkan standar
yang telah ditetapkan melalui item-item spesifik yang
telah disusun. (Soejono dan Abdurrahman 2005)
4.5.4.2 Pendekatan Kuantitatif
Dalam analisis data kuantitatif, data yang diperoleh
berupa data univariat yang akan diolah menggunakan software
69
pengolah data. Tujuan dari pengolahan data ini adalah untuk
menggambarkan pengetahuan dan penilaian dokter kecil
mengenai media buku cerita bergambar.
4.5.5 Penyajian Data
4.5.5.1 Pendekatan Kualitatif
Dalam pendekatan kualitatif, data penelitian ini akan
disajikan dalam bentuk narasi dan matriks. Narasi digunakan
untuk menggambarkan pendapat informan secara keseluruhan
dan detail. Sedangkan matriks digunakan untuk mempermudah
pembaca untuk menarik kesimpulan.
4.5.5.2 Pendekatan Kuantitatif
Dalam pendekatan kuantitatif, data berupa gambaran
pengetahuan yang akan disajikan yaitu berupa mean, modus,
median, dan standar deviasi. Selain itu, dilakukan uji hipotesis
pada hasil preteest dan posttest.
70
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Analisis Rancangan Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil
5.1.1 Menetapkan Tujuan
Dokter kecil memiliki tujuan umum yaitu agar meningkatnya
partsipasi peserta didik dalam program UKS. Sedangkan tujuan
khususnya antara lain yakni agar peserta didik dapat menjadi penggerak
hidup sehat di sekolah, di rumah dan lingkungannya serta dapat
menolong dirinya sendiri, sesama dan orang lain untuk hidup sehat
(Kementrian Kesehatan RI, 2011). Dengan demikian, dokter kecil harus
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kesehatan agar dapat
membantu teman sebayanya. Materi mengenai kesehatan untuk dokter
kecil, diperoleh melalui sosialisasi dan pelatihan khusus bagi dokter
kecil yang diberikan oleh Puskesmas.
Pelatihan dokter kecil yang diadakan oleh Puskesmas hanya
ditujukan kepada perwakilan setiap sekolah, bukan dokter kecil secara
keseluruhan. Maka dari itu, peneliti ingin mengembangkan sebuah
media edukasi kesehatan bagi dokter kecil yang efektif dan praktis
berupa buku cerita bergambar.
71
5.1.2 Analisis Kebutuhan Media
Analisis kebutuhan media dilakukan berdasarkan teori kognitif
sosial. Hal ini dilakukan agar media yang dihasilkan sesuai dengan
karakteristik sasaran. Dalam teori kognitif sosial, terdapat tiga faktor
yang mendasari analisis kebutuhan media yaitu analisis faktor personal,
faktor lingkungan dan faktor perilaku.
5.1.2.1 Analisis Faktor Personal
Analisis kebutuhan media berdasarkan faktor personal
pada teori kognitif sosial meliputi pengetahuan. Pengetahuan
yang dimaksud merupakan pengetahuan yang dibutuhkan
dokter kecil di SD Negeri Telukpinang 03.
Pada studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti,
diketahui bahwa pengetahuan yang dibutuhkan oleh dokter
kecil di SD Negeri Telukpinang 03 yakni materi jajan sehat dan
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) berdaasarkan hasil
wawancara mendalam dengan informan guru pembina UKS.
“Paling hanya gak menguasai bagaimana cara
penanganan kalau ada teman yang luka atau kecelakaan itu.
Sama ke makanan sehat juga mereka belum ya. Ke jajanan
mungkin ya itu kurang memahami bahwa makanan sehat tuh
yang bagaimana sih gitu ya. Jadi mereka belum memahami
72
Sepenuhnya. Kadang-kadang kan anak-anak susah ya,
apalagi kalau anak-anak apa aja dimakan. Jadi belum tau
makanan yang sehat tuh yang gimana. Mereka masih belum
memahami ” (ES)
Namun, peneliti menambahkan materi mengenai dokter kecil
beserta tugas-tugasnya agar dokter kecil lebih memahami akan
peran dan tugasnya di sekolah.
5.1.2.2 Analisis Faktor Lingkungan
Dalam analisis kebutuhan media berdasarkan faktor
lingkungan diketahui bahwa model dan media yang digunakan
saat pelatihan dokter kecil menggunakan media power point.
Berdasarkan studi pendahuluan kepada peserta pelatihan dokter
kecil, diketahui bahwa media yang digunakan untuk pelatihan
yaitu media power point dianggap kurang efektif karena sulit
untuk diakses secara berulang-ulang dan terdapat banyak teks
sehingga dokter kecil sulit untuk mengingat materi yang telah
dijelaskan.
“Dari gambarnya yang menarik ka..” (AA)
“Menariknya digambarnya ka” (MA)
Maka dari itu, siswa pun memilih buku cerita bergambar yang
terdapat banyak gambar dan bisa dibaca berulang-ulang.
“Lebih suka baca sendiri ka, tapi yang buku cerita ” (MA)
“Pilih baca sendiri ka yang buku cerita.” (KN)
“Baca sendiri ka, yang buku cerita ” (AA)
Di samping itu, kondisi lingkungan jajan sekolah juga
sangat berpengaruh terhadap perilaku siswa SD Negeri
73
Telupinang 03 dan kondisi UKS juga dapat berpengaruh
terhadap kegiatan dokter kecil. Di SD Negeri Telukpinang 03
terdapat kantin sekolah. Berbagai macam makanan dijual di
kantin tersebut, mulai dari makanan kemasan, es krim, hingga
mi instan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada
penjaga kantin, diketahui bahwa siswa lebih banyak membeli
makanan berupa makanan manis seperti es krim, biskuit, dan
makanan sejenisnya. Akan tetapi, masih banyak pula siswa
yang jajan diluar kantin sekolah dan membeli makanan yang
kurang sehat.
Untuk kondisi UKS SD Telukpinang 03, sudah cukup
lengkap, mulai dari kasur hingga alat peraga makanan. Namun,
dalam kotak P3K hanya tersedia kasa perban dan obat sakit
perut dikarenakan UKS baru saja dilakukan cleaning barang-
barang yang sudah habis masa pakainya. Berdasarkan
informasi guru pembina UKS, sebelum dilakukan cleaning,
barang-barang yang terdapat dalam kotak P3K cukup lengkap
mulai dari kasa pembalut, obat merah dan barang sejenisnya.
5.1.2.3 Analisis Faktor Perilaku
Analisis kebutuhan media berdasarkan faktor perilaku
hanya melihat perilaku jajan siswa SD Negeri Telukpinang 03
74
sesuai dengan pernyataan guru pembina UKS bahwa masih
banyak siswa yang jajan sembarangan di sekolah.
“Ke jajanan mungkin ya itu kurang memahami bahwa
makanan sehat tuh yang bagaimana sih gitu ya. Jadi mereka
belum memahami sepenuhnya. Kadang-kadang kan anak-
anak susah ya, apalagi kalau anak-anak apa aja dimakan.”
(ES)
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti saat jam istirahat
sekolah, masih banyak siswa yang jajan sembarangan dengan
membeli jajanan yang kurang sehat bagi mereka.
Analisis perilaku ini digunakan untuk memperkuat
pernyataan guru pembina UKS untuk menentukan materi yang
dimuat dalam buku cerita. Penentuan materi yang dipilih harus
berdasarkan analisis kebutuhan sasaran agar media dapat
berguna dengan efektif dan efisien.
5.1.3 Pengembangan Sasaran
Berdasarkan hasil analisis faktor personal, lingkungan dan
perilaku, peneliti menetapkan bahwa setelah dokter kecil membaca buku
cerita bergambar ini adanya peningkatan pengetahuan mengenai materi
dokter kecil, jajan sehat dan P3K. Hal ini dikarenakan materi tersebut
sudah sesuai dengan kebutuhan sasaran.
75
5.2 Desain Rancangan Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil
Pada tahapan desain dibuat konsep rancangan media buku cerita
bergambar dokter kecil sesuai dengan hasil analisis kebutuhan media. Setelah
konsep rancangan tergambar, dibuatlah storyboard secara manual.
76
Tabel 5.1 Konsep Rancangan dari Hasil Analisis Kebutuhan Media Berdasarkan Faktor Personal, Lingkungan,
dan Perilaku
No. Informan Metode
Informasi Konsep Rancangan
Buku Cerita Bergambar Personal Lingkungan Perilaku
1.
3 orang
perwakilan
dokter kecil
yang telah
mengikuti
pelatihan.
Wawancara
mendalam
-
Media yang digunakan
pada saat pelatihan
dokter kecil yaitu power
point presentation.
Siswa lebih suka
membaca sendiri
dengan media buku
cerita bergambar.
-
Buku cerita harus
menampilkan gambar
yang menarik dan dapat
menggambarkan materi
yang ingin disampaikan
agar mudah dipahami
oleh siswa terutama
dokter kecil. Buku
cerita harus memuat
tugas-tugas dokter kecil 2. 30 orang siswa
kelas 4 dan 5
Pengisian
kuesioner
Diperolehnya data
mengenai gaya
- -
77
SD Negeri
Telukpinang 03
belajar siswa yaitu
sebagian besar
siswa atau 60
siswa memiliki
gaya belajar visual.
sesuai dengan trias
UKS dan materi yang
disampaikan harus
memuat materi jajan
sehat dan P3K. Dalam
alur cerita jajan sehat,
digambarkan seorang
dokter kecil yang
menasihati temannya
yang jajan
sembarangan.
Pemilihan makanan
pada siswa yang jajan
sembarangan ini
2.
1 orang ahli
media
Wawancara
mendalam
- - -
3.
1 orang ahli
materi
Wawancara
mendalam
Tugas dokter kecil
harus sesuai
dengan trias UKS.
- -
4.
1 orang guru
UKS
Wawancara
mendalam
dan
Dokter kecil masih
belum paham
mengenai jajan
Dokter kecil sudah
diikutkan dalam
kegiatan UKS di
Masih banyak siswa
yang jajan
sembarangan.
78
observasi
UKS
sehat dan materi
P3K seperti cara
mengobati luka.
sekolah. Kegiatan
tersebut antara lain
kegiatan penimbangan,
sikat gigi bersama,
periksa gigi, kuku dan
rambut, pemilahan
sampah dan cara cuci
tangan yang benar.
Dengan adanya buku
ini diharapkan siswa
bisa memilih jajanan
yang sehat.
dipilihlah makanan
yang manis. Sedangkan
pada alur cerita P3K,
digambarkan dokter
kecil membantu
mengobati termannya
yang terluka
didampingi oleh guru
UKS.
5.
Penjaga kantin
sekolah
Wawancara
dan
observasi
kantin
Siswa paling sering
jajan es krim,
biskuit. Makanan
yang paling laku ya
es krim.
Jajanan yang terdapat di
kantin sekolah.
Gambaran mengenai
desain kantin secara
umum dan makanan
yang dijajakan di
kantin. Selain itu,
dimasukkan tips
79
jajan sehat untuk
tidak banyak
mengonsumsi
makanan manis.
80
5.1.4 Pembuatan Storyboard
Konsep pembuatan storyboard merupakan hasil dari analisis
kebutuhan media berupa faktor personal, lingkungan dan perilaku.
Pembuatan rancangan sketsa awal digambar secara manual dengan
mempertimbangkan jalan cerita yang berasal dari konsep rancangan
buku cerita bergambar.
Tabel 5.2 Rancangan Storyboard Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil
No. Hasil Sketsa Awal Penjelasan
Pesan
Himbauan
dalam Media
1.
Cover depan buku cerita
bergambar dokter kecil dengan
menampilkan karater 3 orang
dokter kecil.
Tidak ada pesan
himbauan pada
jalan cerita ini
karena cerita ini
dibuat hanya
untuk
memberikan
informasi
mengenai dokter
2.
Gambaran situasi SD Negeri
Telukpinang 03. Situasi sekolah
dibuat semirip mungkin dengan
sekolah aslinya.
81
3.
Tokoh guru UKS memberikan
informasi bahwa akan ada
pemilihan dokter kecil sekolah.
Terdapat pertanyaan dari seorang
siswa tentang dokter kecil.
kecil.
4.
Tokoh guru UKS menjelaskan
tentang dokter kecil dan tugasnya.
5.
Tokoh guru UKS memilih 3 siswa
yang menjadi dokter kecil, yaitu
Dito (kiri), Raihan (tengah) dan
Niana (kanan).
6.
Cover sub-bab mengenai materi
yang pertama yaitu materi jajanan
sehat.
Pada halaman
ini, berisi
himbauan
rasional.
82
7.
Pada halaman ini, berisi pengenalan
tokoh agar memudahkan pembaca
memahami tokoh dalam cerita.
Himbauan ini
berisi pesan
yang
meyakinkan
orang lain
dengan
perkataan logis
dan adanya
bukti-bukti.
Hal ini terlihat
dari jalan cerita
yang
menyatakan
bahwa apabila
jajan
sembarangan
dapat
8.
Pada halaman ini berisi situasi SD
Telukpinang 03.
9.
Pada halaman ini, menggmbarkan
dokter kecil dan salah satu
temannya memilih untuk jajan di
kantin sekolah yang lebih sehat
dibandingkan jajan sembarangan.
10.
Pada halaman ini, terlihat anak
suka jajan sembarangan di pinggir
jalan sebagai perbandingan
perilaku yang baik dan kurang baik
dengan halaman sebelumnya.
83
11.
Pada halaman ini, terlihat anak
yang jajan sembarangan dan dokter
kecil yang jajan di kantin makan
bersama. Namun, dokter kecil
memakan jajanan yang sehat
sedangkan tokoh yang satunya
tidak.
menyebabkan
sakit perut.
Pesan ini
bertujuan agar
siswa tidak
jajan
sembarangan.
12.
Pada halaman ini menceritakan
tidak masuknya tokoh yang jajan
sembarangan dikarenakan sakit
perut.
13.
Pada halaman ini menggambarkan
tokoh yang jajan sembarangan
bolak-balik ke toilet dikarenakan
sakit perut.
15.
Pada halaman ini menceritakan
tokoh yang jajan sembarangan mau
untuk jajan ke kantin dan memilih
jajanan yang sehat dikarenakan
mimpinya.
84
16.
Pada halaman ini, tokoh dokter
kecil menjelaskan tentang
kandungan sumber zat gizi jajanan
sehat di sekolah.
17.
Pada halaman ini, tokoh dokter
kecil menjelaskan tentang tips jajan
sehat di sekolah.
18.
Pada halaman ini menggambarkan
dokter kecil dan temannya duduk
bersama memakan jajanan yang
sehat.
19.
Pada halaman ini, merupakan cover
depan dari sub cerita yang
membahas materi P3K.
Tidak ada pesan
himbauan
karena jalan
cerita dibuat
hanya untuk
memberikan
pengetahuan
mengenai cara
20.
Pada halaman ini, berisi
pengenalan tokoh agar
memudahkan pembaca memahami
tokoh dalam cerita.
85
21.
Pada halaman ini, menggambarkan
sis wa sedang bermain bola sebagai
awal cerita dari permasalahan.
mengobati luka
terbuka.
22.
Pada halaman ini, menceritakan
tentang seorang anak yang jatuh
saat bermain bola sebagai
permasalahan utama.
23.
Pada halaman ini, menceritakan
tentang seorang guru yang
mendampingi dokter kecil
membawa temannya yang jatuh ke
UKS.
24.
Pada halaman ini, menceritakan
tentang peranan masing-masing
dokter kecil. Ada yang
menenangkan korban, melepas
sepatu korban dan mempersiapkan
alat-alat yang digunakan untuk
mengobati luka korban.
86
25.
Pada halaman ini menjelaskan
tahapan cara tepat untuk mengobati
luka terbuka.
26.
Pada halaman ini menggambarkan
siswa yang terjatuh diizinkan
pulang oleh guru UKS untuk
beristirahat di rumah.
5.2.2 Menetapkan Sumber Referensi
Dalam buku cerita bergambar dokter kecil ini, terdapat beberapa
gambar yang diambil dari internet dan bersifat gratis. Berikut adalah
gambar beserta sumbernya.
Tabel 5.3 Sumber Referensi Gambar yang Terdapat dalam
Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil
No. Gambar Sumber
1.
http://www.infomakan.com/tempat-
makan/pondok-bakso-seksi-5
2.
http://infobandung.co.id/batagor-enak-di-
bandung/
87
3.
https://id.wikipedia.org/wiki/Gado-gado
4.
https://www.gulalives.co/yuk-buat-lemper-
di-rumah/
5.
http://beautynesia.id/12718
6.
http://icone-inc.org/product/siomaybandung/
7.
https://www.resepmasakanindonesia.me/rese
p-soto-ayam-khas-indonesia/
8.
https://resepmakanan.id/cara-membuat-
risoles/
9.
http://bobo.grid.id/Sejarah-Dan-
Budaya/Budaya/Kisah-Dibalik-Nasi-Uduk
10.
www.freepik.com
11.
https://www.cnnindonesia.com/gaya-
hidup/20151117183817-258-92282/cara-
tepat-obati-luka-terbuka
88
5.3 Pengembangan Rancangan Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil
Rancangan buku cerita bergambar dokter kecil dikembangkan setelah
mendapat masukkan dari ahli media dan ahli materi. Masukkan yang didapat
berupa tanggapan mengenai isi materi, gambar dan layout, bahasa, teks dan
urutan materi.
Berikut adalah hasil perubahan yang disarankan oleh ahli media.
Perubahan yang signifikan adalah perubahan teks yang semula narasi menjadi
percakapan agar sasaran tidak mudah bosan membacanya terlebih lagi
sasarannya adalah anak-anak. Selain itu, terdapat perubahan warna menjadi
lebih cerah agar lebih menarik sasaran.
Tabel 5.4 Hasil Pengembangan Buku Cerita Bergambar
Berdasarkan Review Ahli Media Pada Lembar Cover
Desain Awal Review Revisi
Huruf pada judul agak aneh,
sebaiknya diganti
menggunakan font dari
komputer.
Backgroundnya kurang
menarik, sebaiknya
menggunakan warna yang
cerah.
89
Gambar untuk judulnya agak
aneh, sebaiknya tampilkan
gambar anak menggunakan
baju dokter agar lebih terkesan
buku ini sebagai buku cerita
dokter kecil.
Warna background tulisan
dokter kecil yang semula
berwarna biru diganti menjadi
kuning agar perpaduan
warnanya lebih menarik.
Pada cover depan, terjadi perubahan pada jenis huruf. Desain huruf
yang mulanya menggunakan tulisan tangan lebih baik menggunakan huruf yang
berasal dari komputer agar terlihat lebih menarik.
“Tulisan yang ini (cover) diganti saja pakai tulisan komputer biar lebih
menarik” (LW)
Perbaikan pada cover selanjutnya yaitu pada warna background dan
tampilan gambar agar diganti dengan gambar anak yang memakai pakaian
dokter agar menggambarkan dengan jelas bahwa buku ini adalah buku cerita
dokter kecil.
“Ini kan (cover) polos ya, Ini aja gambar sosok dokter kecil. Kaya pake
jas, stetoskop biar orang lihat kalo ini tuh buku tentang dokter kecil.
Warnanya terlalu gelap. Kontrasnya terlalu tajam ya. Kok kaya gelap
90
gitu ya. Kaya gini.. kan gelap. Ini warnanya yang cerah-cerah aja ”
(LW)
Selanjutnya pada tahap konfirmasi, terjadi perubahan lagi pada warna
dasar tulisan „Dokter Kecil‟ yang semula berwarna biru menjadi warna kuning.
“Ini covernya juga biru-biru. Kalo bisa diganti kuning ya entah atasnya
atau background tulisannya nanti kamu coba cocokin sendiri aja mana
yang lebih bagus ” (LW)
Tabel 5.5 Hasil Pengembangan Buku Cerita Bergambar
Berdasarkan Review Ahli Media Pada Materi Dokter Kecil
Desain Awal Review Revisi
Kata “guru” menggunakan
awalan huruf kecil, kecuali
untuk nama.
Sebaiknya kalimat dibuat
lebih efektif lagi.
Warnanya kurang cerah,
sebaiknya diatur lagi
saturasi warnanya supaya
lebih cerah.
91
Pada awal kalimat tidak
boleh menggunakan kata
“yang”. Sehingga diganti
menjadi kata “tugas”.
Kalimat yang berisi syarat
dokter kecil dihilangkan
karena sudah dijelaskan
sebelumya, diganti menjadi
nama-nama dokter kecil.
Syarat dokter kecil sudah
dijelaskan di halaman
sebelumnya.
Pemilihan warna diubah
menjadi lebih cerah.
Penomoran seharusnya
konsisten. Apabila di sisi
kanan bawah, maka
seterusnya disitu saja.
Pada materi dokter kecil, ada beberapa halaman yang mengalami
perbaikan yaitu pada halaman 2, 3 dan 4. Pada halaman 2, terjadi perubahan
dari sisi penulisan kalimat dan warna. Dari penulisan kalimat, perubahan yang
92
dilakukan yaitu mengubah huruf kapital menjadi huruf kecil pada awalan kata
„Guru. Selain itu kalimat juga diubah menjadi lebih efektif.
“Untuk tanda baca sih engga tapi ini kata „guru‟ kalau di tengah kalimat
biasanya huruf kecil” (LW)
“Anak kecil lebih suka kalimat yang efektif kalau ini terlalu bertele-tele.
Cepat lelah nantinya kalau teksnya panjang-panjang terus ” (LW)
Untuk perbaikan warna, disarankan untuk menggunakan warna yang
lebih cerah. Hal ini berlaku pada keseluruhan halaman dalam materi ini.
“Ini pilihan warnanya pakai warna yang cerah-cerah aja” (LW)
Pada halaman 3, terdapat perubahan pada kalimat yang digunakan.
Kata penghubung seharusya tidak diletakkan di awal kalimat. Untuk itu, kata
„yang‟ diubh menjadi kata „tugas‟.
“Penulisan kata „yang‟ jangan di awal kalimat” (LW)
Pada halaman 4, terdapat perubahan kalimat. Mulanya ditulis syarat-
syarat dokter kecil diganti menjadi nama dokter kecil yang terpilih karena
syarat dokter kecil telah disebutkan di halaman sebelumnya agar kalimat tidak
terlalu panjang.
“Anak kecil lebih suka kalimat yang efektif kalau ini terlalu bertele-tele.
Cepat lelah nantinya kalau teksnya panjang-panjang terus ” (LW)
Tabel 5.6 Hasil Pengembangan Buku Cerita Bergambar
Berdasarkan Review Ahli Media Pada Materi Jajan Sehat
Desain Awal Review Revisi
93
Narasi diubah menjadi teks
percakapan agar tidak mudah
bosan dalam membacanya,
terutama pada sasaran anak-
anak.
Pemilihan warna diubah
menjadi lebih cerah.
Untuk warna mobil
sebaiknya diganti menjadi
warna kuning agar terlihat
lebih hidup.
Narasi diubah menjadi teks
percakapan agar tidak mudah
bosan dalam membacanya,
terutama pada sasaran anak-
anak.
Pemilihan warna diubah
menjadi lebih cerah.
94
Narasi diubah menjadi teks
percakapan agar tidak mudah
bosan dalam membacanya,
terutama pada sasaran anak-
anak.
Pemilihan warna diubah
menjadi lebih cerah.
Pada materi jajan sehat, terdapat perubahan secara keseluruhan yaitu
dari warna, perubahan kalimat pada cerita yang semula berupa narasi menjadi
percakapan. Untuk perubahan warna diubah menjadi lebih cerah agar lebih
menarik sasaran.
“Ini pilihan warnanya pakai warna yang cerah-cerah aja” (LW)
Pada tahap konfirmasi, untuk halaman 8 terdapat perubahan warna
pada trotoar dan mobilnya. Perubahan ini dimaksudkan agar pemilihan warna
pada halaman ini tidak cenderung ke warna abu-abu atau agar terlihat lebih
kontras.
“Selebihnya sudah oke, tapi ini di halaman warnanya abu-abu semua
dari jalannya mobilnya sama ininya (trotoar) nya juga abu-abu. Kalo
bisa mobilnya diganti yang cerah, kaya kuning gini (menunjuk warna
95
lampu mobil). Kan sekarang udah banyak mobil yang dicat warna
warni ” (LW)
Untuk perubahan kalimat dilakukan pada semua halaman dimateri ini.
Hal tersebut dimaksudkan agar sasaran tidak mudah bosan dalam
membacanya. Apabila masih dalam bentuk narasi, terlihat seperti materi yang
dipindahkan dalam buku cerita.
“Sebaiknya cerita diubah dari narasi jadi percakapan Kalau seperti ini
terkesan seperti materi yang dipindahkan plek ke dalam buku cerita.
Kalau dijadiin percakapan kan anak-anak gak gampang bosan bacanya ”
(LW)
Tabel 5.7 Hasil Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berdasarkan Review
Ahli Media Pada Materi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Desain Awal Review Revisi
Narasi diubah menjadi
teks percakapan agar
tidak mudah bosan
dalam membacanya,
terutama pada sasaran
anak-anak.
Pemilihan warna
diubah menjadi lebih
cerah.
Penomoran sebaiknya
dilanjurkan dari
96
penomoran cerita
sebelumnya karena ini
merupakan satu
kesatuan cerita dengan
judul utama
„Petualangan Dokter
Kecil‟.
Pada halaman 22,
terdapat perubahan
kata.
Pada materi ini, keseluruhan kalimat juga diubah dari narasi menjadi
percakapan. Hal tersebut dimaksudkan agar sasaran tidak mudah bosan dalam
membacanya. Apabila masih dalam bentuk narasi, terlihat seperti materi yang
dipindahkan dalam buku cerita.
“Sebaiknya cerita diubah dari narasi jadi percakapan Kalau seperti ini
terkesan seperti materi yang dipindahkan plek ke dalam buku cerita.
Kalau dijadiin percakapan kan anak-anak gak gampang bosan bacanya ”
(LW)
Selain itu, ada perubahan pada kalimat dihalaman 22. Untuk langkah
cara tepat obati luka di langkah ke-4 kata „seperti‟ dihilangkan dan kata depan
„di‟ juga dihilangkan. Hal ini dimaksudkan agar kalimat lebih efektif.
“Anak kecil lebih suka kalimat yang efektif kalau ini terlalu bertele-tele.
Cepat lelah nantinya kalau teksnya panjang-panjang terus ” (LW)
97
Perubahan yang selanjutnya yakni pada warna. Warna yang
digunakan kurang cerah sehingga ahli media menganjurkan untuk mengganti
warna atau mengurangi kontrasnya agar lebih cerah.
“Ini pilihan warnanya pakai warna yang cerah-cerah aja” (LW)
Untuk perubahan penomoran, dilakukan perubahan dengan
melanjutkan penomoran dari materi sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar
tidak membuat bingung pembaca. Selain itu letak penomoran juga harus
konsisten. Akhirnya peneliti menetapkan penomoran di kanan bawah halaman.
“Penomoran harus konsisten lanjutan dari cerita sebelumnya ” (LW)
“Untuk halaman harus konsisten kalau di atas semua ya di atas semua
Kalau dibawah semua ya di bawah semua atau boleh selang-seling atas
bawah ” (LW)
Tabel 5.8 Hasil Pengembangan Buku Cerita Bergambar
Berdasarkan Review Ahli Materi
Desain Awal Review Revisi
Materi tugas dokter kecil harus
menjabarkan gambaran dari
Trias UKS. Tugas dokter kecil
sebaiknya dikelompokkan sesuai
dengan prinsip Trias UKS.
98
Adanya penambahan halaman
agar sasaran tidak bingung
mengenai urutan materi di dalam
buku cerita bergambar dokter
kecil.
Materi PHBS cuci tangan
sebelum makan harus
dimasukkan karena merupakan
elemen yang paling penting dari
materi jajan sehat. Anjuran
mencuci tangan dimasukkan ke
dalam tips jajan sehat di sekolah.
Berdasarkan review dari ahli materi, terdapat beberapa perubahan
pada materi jajan sehat. Pada halaman 3, tugas dokter kecil yang ditulis harus
sesuai dengan prinsip Trias UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah yang sehat. (Gustina 2017)
“Kan trias uks ada ya, pendidikan, pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan. Kesehatan lingkungannya udah masuk belum disini? Kalo
pelayanan dengan memasukan p k ini udah masuk berarti ya.
Pendidikannya berarti dia harus bisa memberikan contoh. Poin ke
tugas dokcilnya masuknya kesini ya (ke poin ). Kan Trias uks itu ada
yang pertaman pendidikan, berarti dia harus bisa nyuluh-nyuluh, harus
bisa jadi contoh oleh teman-temannya. Salah satu Dia berPHBS sendiri
terus teman-temannya lihat. Trus yang ke pelayanan. Pelayanan itu
salah satunya adalah dengan membatu guru dan petugas kesehatan pada
waktu pelaksanaan pelayanan kesehatan sekolah, penjaringan dia bilang.
x
99
Pelaksanaan penjaringan kesehatan sekolah. Nah kalo udh penjaringan
itu dia udah lebih kompleks isinya de. Ikut serta menjaga kebersihan
lingkungan sekolah, berarti fungsi dokcil yang ketiga kan, pendidikan
kesehatan lingkungan. Membantu guru pada saat pelaksanaan kegiatan
penjaringan di sekolah, didalamnya adalah penimbangan BB. Terus yang
kedua menjaga kesehatan lingkungan sekolah. Asal unsur Trias UKS
ada itu dimasukkin ke sini (hal ) itu udah masuk semua tugas dokter
kecil.” (F)
Pada halaman 15, ditambahkan informasi PHBS cuci tangan sebelum
makan. Hal ini dianggap penting mengingat cuci tangan sebelum makan dapat
mencegah berbagai macam penyakit. Sesuai dengan anjuran ahli materi.
“Materi PHBS nya disinikan belum ada. Kalo jajanannya udah sehat tapi
cara makannya gak bener sama aja nanti dia sakit juga. Mungkin
disininya diselingin aja dek ceritanya pas mau makan. Pas mau makan
sini boleh. Diantara baris ini mungkin ada. Disini dimasukin satu
lembar lagi atau apa. Dimasukkan cuci tangan ketika mau makan. Itu
salah satu tugas dokter kecil adalah menjadi contoh dalam berperilaku
hidup bersih dan sehat ” (F)
5.4 Implementasi Rancangan Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil
Pada tahap implementasi rancangan buku cerita bergambar dokter
kecil dilaksanakan di SD Negeri Telukpinang 03 di Kabupaten Bogor. Adapun
yang perlu diperhatikan yakni kesiapan sarana prasarana, responden yaitu
dokter kecil dan pelaksanaan uji coba media.
5.4.1 Sarana Prasarana
Sarana yang diperlukan oleh peneliti adalah ruang kelas. Selain
itu, yang diperlukan juga tentunya kuesioner pre test dan post test
dengan masing-masing sebanyak 40 buah serta kuesioner uji coba media
sebanyak 40 buah dan juga buku cerita dokter kecil sebanyak 15 buah.
100
5.4.2 Responden Rancangan Media Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil
Dalam penelitian ini, yang menjadi responden adalah
keseluruhan dokter kecil di SD Negeri Telukpinang 03. SD Negeri
Telukpinang 03 ini berada di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor yang
berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Ciawi.
Pada tahun 2017, UPT Puskesmas Ciawi telah mengadakan
pelatihan dokter kecil. Namun hanya terbatas kepada 3 orang
perwakilan siswa dari setiap sekolah di wilayah kerja Puskesmas Ciawi,
belum pada keseluruhan dokter kecil disetiap sekolah. Di samping itu,
media yang digunakan saat pelatihan yaitu slide power point.
Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta yang pernah meikuti
pelatihan bahwa media yang digunakan saat pelatihan hanya menarik di
bagian gambarnya saja, tidak secara keseluruhan.
“Menarik tapi sedikit...” (KN)
“Menariknya digambarnya ka ” (MA)
Dikarenakan hal tersebut, peneliti merancang sebuah media yang
memuat banyak gambar dan dapat dibaca berulang-ulang oleh dokter
kecil. Peneliti pun meminta pendapat mengenai media yang mereka
lebih suka. Pilihan yang diberikan hanya terbatas kepada media cetak
mengingat adanya keterbatasan apabila dimasukkan pilihan media
elektronik. Peneliti memberikan pilihan yaitu buku cerita, leaflet dan
poster. Keseluruhan informan memilih buku cerita.
“Baca sendiri ka yang buku cerita” (AA)
101
“Pilih baca sendiri ka yang buku cerita.” (KN) “Lebih suka baca sendiri ka, tapi yang buku cerita” (MA)
Berdasarkan hal tersebut, peneliti memilih untuk meneliti
rancangan media buku cerita bergambar dokter kecil pada keseluruhan
dokter kecil di SD Telukpinang 03, Kabupaten Bogor.
5.4.3 Pelaksanaan Uji Coba Media
Pada saat pelaksanaan uji coba media, responden dokter kecil
dibagi menjadi tiga kloter yang dibagi menjadi 2 hari. Pada hari pertama
memuat 1 kloter dan pada hari kedua memuat 2 kloter. Untuk kloter
pertama memuat 15 orang dokter kecil. Pada kloter kedua memuat 13
orang dokter kecil, sedangkan pada kloter ke tiga memuat 12 orang
dokter kecil. Uji coba dilakukan selama 70 menit yang terbagi atas 5
menit pengenalan dan sosialisasi, 10 menit pengisian pretest, 40 menit
pembacaan media buku cerita bergambar dokter kecil, 10 menit
pengisian posttest, 5 menit pengisian kuesioner uji coba dan penutup.
Setelah dokter kecil masuk kelas, peneliti menjelaskan maksud
kedatangan ke sekolah kemudian membagikan lembar kuesioner pretest.
Selanjutnya, membagikan buku cerita bergambar dokter kecil dan
menginstruksikan cara membacanya yakni dengan tidak terburu-buru
dan dipahami alur cerita dan informasi yang terdapat dalam buku
tersebut. Setelah itu, dokter kecil kembali dibagikan kuesioner posttest
dilanjutkan dengan kuesioner uji coba. Peneliti pun menjelaskan
102
kuesioner uji coba sebelum diisi oleh responden. Yang terakhir adalah
pemberian gift untuk responden dan salam penutup.
5.5 Evaluasi Rancangan Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil
Pada tahap evaluasi buku cerita bergambar dokter kecil melibatkan
keseluruhan dokter kecil SD Negeri Telukpinang 03 sebagai responden.
Evaluasi yang dilakukan terdiri dari evaluasi konten buku cerita bergambar dan
evaluasi pengetahuan dokter kecil.
5.5.1 Evaluasi Konten Media Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil
Evaluasi pada konten buku cerita bergambar dokter kecil dibagi
menjadi empat bagian, yaitu isi materi, tampilan, komunikasi visual dan
kemanfaatan. Penilaian isi materi memiliki lima indikator yaitu
ketepatan gambar yang digunakan untuk kejelasan materi, kesesuaian
media dengan kebenaran materi, urutan penyajian materi, materi mudah
dimengerti dan kedalaman materi yang ditampilkan. Untuk penilaian
tampilan desain mencakup tiga indikator yaitu tata letak teks dan
gambar, kesesuaian pemilihan warna, dan ukura teks dan huruf dapat
terbaca. Untuk penilaian komunikasi visual, terdiri dari empat indikartor
yaitu komunikatif, kesederhanaan, daya tarik media dan ketepatan
penggunaan bahasa. Dan aspek penilain yang terakhir adalah
kemanfaatan dengan indikator penilaian yaitu manfaat buku cerita.
103
Adapun skala nilai yang diberikan yaitu 1 = sangat buruk, 2 = buruk, 3 =
cukup, 4 = baik, dan 5 = sangat baik.
Tabel 5.9 Evaluasi Media Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil
Oleh Dokter Kecil SD Negeri Telukpinang 03
No.
Aspek
Penilaian
Indikator Nilai
1. Isi Materi
Ketepatan gambar yang digunakan untuk
kejelasan materi
4 18
Kesesuaian media dengan kebenaran materi 4 25
Urutan penyajian materi 4 43
Materi mudah
Dimengerti
4 63
2. Tampilan
Tata letak teks dan gambar 4 45
Kesesuaian pemilihan warna 4 20
Ukuran teks dan huruf dapat terbaca 4 53
3.
Komunikasi
Visual
Komunikatif 4 10
Kesederhanaan 4 20
Daya tarik media 4 20
Ketepatan penggunaan bahasa 4 55
4. Kemanfaatan Manfaat buku cerita 4 85
104
Pada aspek penilaian isi materi, terlihat bahwa indikator
ketepatan gambar yang digunakan untuk kejelasan materi mendapatkan
nilai 4 18 yang artinya buku cerita bergambar dokter kecil ini baik
dalam mengilustrasikan materi yang ingin disampaikan. Untuk indikator
kesesuaiaan media dengan kebenaran materi mendapat nilai 4 25 yang
artinya baik. Indikator urutan penyajian materi mendapat nilai 4 43 yang
artinya baik. Indikator materi mudah dimengerti mendapat nilai 4 63
yang artinya baik.
Pada aspek penilaian tampilan desain, terlihat bahwa indikator
tata letak teks dan gambar mendapatkan nilaia 4 45 yang artinya buku
cerita bergambar ini baik. Indikator kesesuaian pemilihan warna
mendapat nilai 4 20 yang artinya baik, dan indikator ukuran teks dan
huruf dapat terbaca mendapat nilai 4 53 yang artinya baik.
Pada aspek komunikasi visual, terlihat bahwa indikator
komunikatif mendapat nilai 4 10 yang artinya baik, indikator
kesederhanaan mendapat nilai 4 20 yang artinya baik, indikator daya
tarik media mendapat nilai 4 20 dan indikator ketepatan penggunaan
bahasa meendapat nilai 4 55 yang artinya baik.
Pada aspek ke empat yaitu aspek kemanfaatan, indikator yang
dinilai yaitu manfaat buku cerita mendapatkan nilai 4 85 yang artinya
105
baik. Berdasarkan hasil penilaian keempat aspek tersebut, buku cerita
bergambar dokter kecil ini dinilai baik oleh dokter kecil di SD Negeri
Telukpinang 03.
Tabel 5.10 Evaluasi Konten Media Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil
No. Konten Penilaian Nilai
1. Isi materi 4 37
2. Tampilan 4 39
3. Komunikasi visual 4 26
4. Kemanfaatan 4 85
Rata-rata 4 47
Disamping itu, terdapat beberapa saran yang dituliskan melalui
saran yang terdapat dalam kuesioner. Pada konten penilaian isi materi,
terdapat beberapa saran yang meminta untuk memasukkan materi lain
selain materi jajanan sehat dan P3K.
“Kak materinya mungkin lebih ditambah lagi, dan mungkin
manfaatnya ditambah ”
“Seharusnya tambah lagi ceritanya agar lebih menarik dan
materinya lebih banyak ”
“Lebih perbanyak ceritanya supaya lebih seru dan asik tapi
banyak dan juga sederhana ”
Selain itu, terdapat beberapa saran mengenai tampilan desain
buku cerita bergambar. Beberapa dari dokter kecil menyarankan agar
106
tampilan gambar lebih baik lagi dan lebih baik lagi dalam pemilihan
warnanya.
“Kurang baik dalam tampilan gambar.”
“Sampul bukunya harus lebih menarik. Warnanya lebih
menarik. Gambar dan ceritanya lebih diperdalam. Cerita
harus lebih menarik ”
Disamping itu ada pula yang menyarankan agar tokoh yang
ditampilkan harus lebih berekspresi.
“Buku ini sangat menarik dan bermanfaat supaya lebih
menarik harus ada ekspresi.”
Untuk konten penilaian komunikasi visual, juga terdapat
tanggapan yang dituliskan mengenai indikator kesederhanaan dan daya
tarik media.
“Ada yang harus diperbaiki lagi yaitu kesederhanaannya dan
saya bisa mengerti. Dan semuanya sangat baik kecuali
kesederhanaan cukup baik ”
“Manfaat buku cerita ini baik Buku ini mudah dimengerti
Daya tariknya sangat baik. Buku ini perlu ditambah ceritanya
supaya buku ini mudah dimengerti ”
Untuk konten penilaian kemanfaatan buku cerita, terdapat
beberapa tanggapan dari sasaran.
“Harus lebih menarik lagi dan harus lebih bagus bermanfaat
bagi semua orang yang membaca bukunya.”
“Seharusnya buku cerita bergambar dokter kecil dibaca oleh
seluruh dokter kecil.”
“Kita dapat mengerti cara menjadi dokcil yang baik.”
Berdasarkan tanggapan tersebut, diketahui bahwa buku cerita
bergambar ini dapat dijadikan salah satu sumber pengetahuan bagi
dokter kecil untuk lebih baik lagi dalam melakukan tugasnya di sekolah.
5.5.2 Evaluasi Pengetahuan Dokter Kecil
107
Dalam media buku cerita bergambar dokter kecil, peneliti
membagi penilaian ke dalam tiga materi yang dibutuhkan oleh dokter
kecil, yaitu materi dokter kecil, jajan sehat dan pertolongan pertama
pada kecelakaan (P3K). Pada setiap materi, dibagi menjadi 5
pertanyaan. Setiap 1 pertanyaan memiliki nilai 2.
Tabel 5.11 Evaluasi Pengetahuan Materi Dokter Kecil, Jajan Sehat dan
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan pada Dokter Kecil Di SD Negeri
Telukpinang 03
Pngetahuan
Nilai Pretest Nilai Posttest
P value
Mean Min Max Mean Min Max
Dokter kecil 6 0 2 0 10 7 6 4 0 10 0.000
Jajan sehat 6 7 2 0 10 7 1 4 0 10 0.206
Pertolongan pertama
pada kecelakaan (P3K)
6 35 0 10 7 8 4 0 10 0 001
108
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Peneliti
Penelitian ini hanya menggambarkan tahapan rancangan media buku
cerita bergambar dokter kecil, namun tidak melihat efektivitas dari media
tersebut. Evaluasi media buku cerita bergambar ini hanya melihat penilaian
mengenai konten media yang dibagi ke dalam beberapa aspek penilaian serta
evaluasi terhadap perubahan pengetahuan sasaran setelah diberikan media.
6.2 Tahap Analisis (Analyze)
6.2.1 Analisis Sasaran
Analisis sasaran diperlukan untuk mengetahui gambaran
sasaran agar dapat menghasilkan media yang tepat. Dalam analisis
sasaran, dibagi berdasarkan faktor kognitif sosial menjadi analisis faktor
personal, analisis faktor lingkungan dan analisis faktor perilaku
(Pajares, 2002). Analisis juga merupakan salah satu langkah dalam
desain-based research (Wang & Hannafin, 2005).
109
6.2.1.1 Analisis Faktor Personal
Berdasarkan studi pendahuluan berupa wawancara kepada guru
UKS, diketahui bahwa dokter kecil sangat membutuhkan
materi mengenai jajan sehat dan P3K. Hal ini dikarenakan
menurut guru UKS masih banyak siswa yang jajan
sembarangan dan belum paham cara mengobati luka.
Seharusnya, dokter kecil sudah memahami materi tersebut
mengingat sudah dilakukannya pelatihan dokter kecil. Hal
tersebut berkaitan dengan pelatihan
dokter kecil yang hanya diikuti oleh perwakilan saja dan media
pelatihan yang berupa slide power point.
6.2.1.2 Analisis Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat mendukung terjadinya
perilaku. Dalam penelitian rancangan media buku cerita
bergambar dokter kecil, yang menjadi faktor lingkungan adalah
paparan media yang digunakan saat pelatihan, kondisi UKS dan
kondisi kantin sekolah. Faktor media saat pelatihan dokter kecil
menjadi pertimbangan dalam pemilihan media. Sedangkan
kondisi UKS dan kantin sekolah menjadi pertimbangan dalam
pembuatan isi media.
Media yang digunakan dalam pelatihan dokter kecil
yaitu media power point. Media ini memiliki beberapa
110
keterbatasan diantaranya materi tidak dapat diulang-ulang
membacanya layaknya buku cerita bergambar. Selain itu,
terdapat keterbatasan sarana untuk menggunakan media ini di
sekolah dasar. Membaca cerita bergambar dapat meningkatkan
kemampuan imajinasi anak-anak. Kemampuan imajinasi anak
dalam membayangkan suatu kejadian dalam cerita dapat lebih
terasah, dibanding bila anak disuguhi tayangan berbentuk audio
visual semisal tayangan di televisi (Shabrina, Wikan &
Soetopo).
UKS merupakan bagian dari substansi manajemen
layanan khusus yang bergerak dalam bidang kesehatan sekolah.
Manajemen layanan khusus di sekolah pada dasarnya dibuat
untuk mempermudah atau memperlancar pembelajaran, serta
dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah
(Rahmawati, Soetopo & Maysaroh, 2015). Berdasarkan hasil
observasi, UKS SD Negeri Telukpinang 03 sudah cukup baik
namun kotak P3K yang ada belum terlalu lengkap isinya.
Hanya memuat obat sakit perut dan kassa perban saja. Namun
menurut penuturan guru UKS hal tersebut terjadi lantaran UKS
baru saja dibersihkan dan dicek barang-barang yang sudah
habis masa pakainya.
111
Selain kondisi UKS, faktor lingkungan juga terdapat
. pada kondisi kantin sekolah. Berdasarkan hasil observasi,
kantin sekolah banyak sekali menjual makanan manis seperti es
krim, permen-permen, biskuit, mi instan dan masih banyak
lagi. Akan tetapi lingkungan jajan di luar sekolah juga harus
mendapatkan perhatian karena banyak pedagang yang menjual
jajanan tidak sehat. Tentu hal ini sudah diluar pengawasan oleh
guru dan harus terdapat kesadaran dalam individu itu sendiri.
6.2.1.3 Analisis Faktor Perilaku
Dalam teori kognitif sosial, faktor personal,
lingkungan dan perilaku juga saling mempengaruhi (Pajares,
2002). Berdasarkan hasil wawancara dengan ahli materi, jajan
sembarangan yang dilakukan siswa ini dikarenakan terdapat
banyak penjual di sekitar sekolah, terutama sekolah negeri.
Farnsworth dan Dunoskovich pada tahun 2001
menemukan fakta bahwa anak yang dilatih keterampilan
berkonsumsi lebih baik dan lebih sehat daripada yang tidak
terlatih (Triwijayanti, et al. 2016).
Adapun usulan yang diusulkan oleh instansi
Pemerintah adalah pembuatan materi pendidikan jajanan sehat
untuk anak sekolah.Materi pendidikan untuk anak sekolah dan
orang tua harus mencakup faktor ragam jajanan, jajanan yang
112
berbahaya, dan dampak jajanan bagi kesehatan anak
(Triwijayanti, et al. 2016).
6.2.2 Analisis Tujuan
Buku cerita bergambar yang dihasilkan dari penelitian
rancangan media buku cerita bergambar dokter kecil SD Negeri
Telukpinang 03 di Kabupaten Bogor adalah untuk menambah
pengetahuan dokter kecil.
6.2.3 Analisis Pengembangan Sasaran
Sasaran harus dapat melakukan apa yang telah diarahkan dalam
media yang telah dibuat. Dalam hal ini, harus terjadi peningkatan
pengetahuan, tingkah laku dan keahlian (Aldoobie, 2015). Media buku
cerita bergambar dokter kecil ini harus mampu mengembangkan
kemampuan sasarannya. Namun, pada pengembangan sasaran media
buku cerita bergambar hanya melihat peningkatan pengetahuan.
6.3 Tahap Desain (Design)
Tahap selanjutnya setelah melakukan analisis adalah
memvisualisasikannya ke dalam buku cerita bergambar. Kesatuan desain, cerita
dan visual adalah yang terpenting dalam sebuah karya seni. Dalam buku
ilustrasi cerita, desain dan cerita sangat terhubung satu sama lain. Tidak ada
elemen dari buku cerita yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan
113
elemen lain, semua hal dalam buku cerita saling berfungsi dan berhubungan
(Wijaya).
Langkah awal yang dilakukan dalam pembuatan cerita bergambar
adalah penokohan. Dari penokohan tersebut, media buku cerita bergambar
dokter kecil ini memuat tiga orang tokoh dokter kecil yang dibagi ke dalam dua
cerita. Satu orang dokter kecil pada cerita jajanan sehat dan dua orang dokter
kecil pada cerita pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Tokoh dokter
kecil ini dipilih dikarenakan sasaran dari buku cerita ini adalah dokter kecil SD
Negeri Telukpinang 03.
Awal mula cerita dari buku cerita bergambar ini bermula dari adanya
pemilihan dokter kecil di sekolah. Pada cerita ini, ditambahkan pengetahuan
mengenai apa itu dokter kecil dan tugas-tugas dokter kecil sesuai dengan trias
UKS. Cerita yang kedua yakni mengenai jajan sehat. Dalam cerita ini,
digambarkan dengan perbandingan antara dokter kecil yang jajan sehat di
kantin sekolah dan temannya yang tidak sehat. Selain itu, ditambahakan pula
pengetahuan mengenai tips jajan sehat di sekolah dan macam-macam jajanan
sehat di sekolah.
Cerita berikutnya yaitu mengenai P3K. Pada cerita ini, digambarkan
situasi siswa yang sedang bermain bola, termasuk juga dokter kecil. Ditengah
permainan, salah seorang temannya jatuh dan terluka di bagian kaki dan tangan.
Dokter kecil didampingi guru UKS membantu mengobati luka tersebut. Dalam
cerita ini ditambahkan mengenai pengetahuan cara tepat obati luka.
114
Selain pengetahuan, buku cerita juga menampilkan efikasi diri dokter
kecil dalam melaksanakan tugasnya. Pada cerita jajanan sehat, terlihat dokter
kecil memberikan contoh dan nasihat kepada temannya yang jajan
sembarangan. Sedangkan pada cerita P3K, menampilkan efikasi diri dokter
kecil dalam melaksanakan tugasnya yaitu mengobati luka pada temannya
didampingi guru UKS.
Tampilan desain buku cerita bergambar dibuat dalam ukuran A5
dengan dengan tampilan landscape. Tampilan ini dimaksudkan agar buku ini
mudah untuk dibawa karena ukurannya yang tidak terlalu besar. Sedangkan
untuk hasil cetak menggunakan kertas artcarton 190 gr. Ini dimaksudkan agar
kertas tidak mudah sobek dan rusak.
Pemilihan warna yang digunakan dalam buku cerita ini menggunakan
warna yang cerah. Warna yang digunakan pada desain buku terutama pada
ilustrasi disesuaikan dengan latar belakang cerita serta suasana kegiatan yang
sedang berlangsung. Warna yang digunakan untuk mendesain buku anak
baiknya bersifat dekoratif dan cerah (Mayandra & S.). Tetapi terjadi perbedaan
antara warna saat pembuatan media dalam komputer dengan media yang sudah
dicetak. Tingkat kontras media saat sudah dicetak menjadi lebih gelap
dibandingkan saat diedit.
Pada teks dan huruf yang digunakan dalam buku cerita ini, terpilihlah
jenis huruf SMARTKID. Jenis huruf ini dapat diunduh dari internet dan bukan
jenis huruf bawaan dari software adobe photoshop. Hal ini dilakukan agar
115
variasi pemilihan jenis huruf menjadi lebih beragam dan tepat untuk
menggambarkan situasi dalam cerita. Jenis huruf ini juga sederhana, jelas tetapi
tetap mengandung unsur dekoratif.
Dalam buku cerita bergambar dokter kecil ini, ditambahkan gambar
asli atau gambar yang berbentuk bitmap agar mempermudah sasaran dalam
memahami isi. Gambar tersebut digunakan pada halaman penjelasan makanan
sehat di sekolah dengan menampilkan gambar asli makanan. Hal ini bertujuan
agar sasara tidak salah dalam memahami isi. Apabila menggunakan gambar
vektor/kartun dikhawatirkan terjadi kesalahpahaman pada sasaran. Disamping
itu, pengggunaan gambar yang merupakan gambar asli (foto) menarik perhatian
pengunjung, membatu mempermudah dan mengingat pesan yang disampaikan
(Amalia, 2013).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Levie & Levie (1975)
menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih
baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan
menghubungkan fakta dan konsep (Anwariningsih).
6.4 Tahap Pengembangan (Development)
Pada tahap pengembangan ini terdapat kolaborasi antara praktisi/ahli
dengan peneliti, dalam hal ini ahli melibatkan ahli media dan materi (Wang &
Hannafin, 2005). Ahli media dan materi dilibatkan dalam perbaikan media
sebelum akhirnya peneliti memberikan media kepada sasaran.
116
Pada pemilihan bentuk teks cerita pada buku cerita bergambar dokter
kecil mengalami perubahan yang sangat signifikan. Pada rancangan semula,
teks cerita disajikan dalam bentuk narasi yang terkesan seperti materi yang
dipindahkan dalam buku cerita bergambar. Setelah mendapatkan masukkan dari
ahli media, bentuk teks cerita diubah menjadi bentuk percakapan. Hal ini
dimaksudkan agar sasaran yang merupakan anak sekolah dasar tidak mudah
bosan dan lelah dalam membacanya. Dengan memparafrasekan wacana dialog
dalam bentuk sajian yang sederhana, yakni berupa percakapan sehari-hari
diharapkan dapat menarik antusiasme dan membuat siswa aktif dalam
pembelajaran, serta membangkitkan motivasi mereka dalam kegiatan
pembelajaran yang dalam hal ini pembelajaran mengenai kesehatan (Ratnasari,
Sumarwati & Suwandi, 2016).
Warna juga merupakan hal yang penting dan mengalami perubahan
yang cukup signifikan dalam media buku cerita bergambar dokter kecil. Warna
yang ditampilkan sebelumnya memiliki saturasi yang cukup gelap. Berdasarkan
saran ahli media, sebaiknya warna diubah menjadi warna yang lebih cerah
Pemilihan warna yang digunakan harus kontras dalam satu halaman agar dapat
menarik sasaran.
Review dari ahli materi terdapat perubahan pada teks tugas dokter
kecil. Semula tugas dokter kecil tidak dikelompokan berdasarkan trias UKS dan
dapat membingungkan dokter kecil. Akhirnya tugas dokter kecil disusun
berdasarkan trias UKS.
117
Selain itu, terdapat penambaan sedikit materi mengenai cuci tangan
atas saran ahli materi. Perintah cuci tangan sebelum makan merupakan faktor
yang sangat penting sehingga harus dimasukkan ke dalam buku cerita
bergambar. Berdasarkan fenomena yang ada terlihat bahwa anak-anak usia
sekolah mempunyai kebiasaan kurang memperhatikan perlunya cuci tangan
dalam kehidupan sehari-hari, terutama ketika di lingkungan sekolah
(Purwandari, Ardiana & Wantiyah, 2013).
6.5 Tahap Implementasi (Implementation)
Pada penelitian ini melibatkan seluruh dokter kecil yang ada di SD
Negeri Telukpinang 03 sebanyak 40 orang dokter kecil. Keseluruhan dokter
kecil ini dilibatkan dengan alasan bahwa seluruh dokter kecil harus
mendapatkan pengetahuan yang terdapat dalam buku cerita bergambar dokter
kecil. Dokter kecil tersebut berasal dari kelas 4 dan 5.
Keseluruhan dokter kecil ini dibagi menjadi tiga kloter dalam tahap
uji coba media. Hal ini dikarenakan jumlah media yang terbatas dan
meminimalisir sasaran meniru jawaban temannya apabila dilakukan dalam satu
kloter dalam satu kelas. Pada saat pelaksanaan uji coba media, responden
dokter kecil dibagi menjadi tiga kloter yang dibagi menjadi 2 hari. Pada hari
pertama memuat 1 kloter dan pada hari kedua memuat 2 kloter. Untuk kloter
pertama memuat 15 orang dokter kecil. Pada kloter kedua memuat 13 orang
dokter kecil, sedangkan pada kloter ke tiga memuat 12 orang dokter kecil. Uji
118
coba dilakukan selama 70 menit yang terbagi atas 5 menit pengenalan dan
sosialisasi, 10 menit pengisian pretest, 40 menit pembacaan media buku cerita
bergambar dokter kecil, 10 menit pengisian posttest, 5 menit pengisian
kuesioner uji coba dan penutup.
Pada saat pemberian media buku cerita dokter kecil, sasaaran terlihat
antusias. Namun, saat membaca buku cerita, ada enam orang anak yang izin
keluar untuk menandatangani tugas pelajaran sebelumnya sehingga terjadi
penambahan waktu sekitar 5 menit. Di samping itu, terdapat kekeliruan siswa
saat menjawab dengan tidak terjawabnya beberapa soal dalam lembar pretest
dan segera diketahui oleh peneliti sehingga dokter kecil tersebut diminta untuk
mengisi pertanyaan yang belum terjawab.
6.6 Tahap Evaluasi (Evaluation)
Cara evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi formatif satu per satu.
Proses evaluasi ini berdasarkan penilaian setiap komponen yang digunakan
untuk melihat apakah keefektifan suatu komponen dan mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan dari komponen tersebut (Aldoobie, 2015).
Dikarenakan hal tersebut, cara evaluasi ini dianggap tepat dalam penelitian ini
mengingat evaluasi dilakukan kepada masing-masing peserta secara satu per
satu.
119
Pada tahap evaluasi dibagi menjadi dua penilaian yaitu penilaian
konten media dan penilaian pengetahuan sasaran setelah diberikan media buku
cerita bergambar dokter kecil. Adanya tahapan evaluasi dalam rangkaian
kegiatan perancangan bertujuan untuk dapat dilakukannya verifikasi hasil
rancangan sementara yang telah dicapai, sehingga dengan demikian selain
membuka peluang untuk dilakukannya perbaikan/penyempurnaan pada hasil
rancangan tersebut, juga dapat dimanfaatkan sebagai dasar mengukur
pengetahuan yang diharapkan pada sasaran (Said, Cahyadi & Arifin).
6.6.1 Evaluasi Konten Media Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil
Penilaian media buku cerita bergambar dokter kecil dibagi
berdasarkan empat aspek yaitu isi materi, tampilan, komunikasi dan
kemanfaatan.
Media buku cerita bergambar dokter kecil secara keseluruhan
dinilai baik oleh sasaran. Pada aspek penmilaian isi materi, indikator
yang mendapat nilai lebih besar dibandingkan indikator lainnya adalah
kemudahan materi dalam media untuk dimengerti. Sedangkan indikator
dengan nilai terendah dalam aspek penilaian isi materi adalah ketepatan
gambar yang digunakan untuk menjelaskan materi yang bernilai 4 18
namun masih dinilai baik oleh sasaran.
Pada aspek penilaian tampilan, indikator dengan penilaian
tertinggi adalah pada ukuran teks dan huruf dapat terbaca yang
mendapat nilai 4 53 dan dinilai baik oleh sasaran. Huruf yang digunakan
120
dalam media buku cerita bergambar dokter kecil yaitu font SMARTKID.
Jenis huruf ini dipilih karena mudah terbaca, jelas dan sederhana namun
tetap terlihat indah. Menurut Aryani dalam Amalia (2013) penggunaan
huruf yang tidak kaku dan rumit membantu dalam mempermudah orang
untuk membaca. Untuk nilai terendah pada aspek tampilan, tertuju pada
indikator kesesuaian pemilihan warna yang mendapatkan nilai 4 20 dan
masih dinilai baik oleh sasaran.
Pada aspek komunikasi visual, mendapatkan nilai tertinggi
pada indikator ketepatan penggunaan bahasa yang mendapat nilai 4 55
dan bernilai baik. Sedangkan untuk nilai terendah terdapat pada
indikator komunikatif mendapat nilai 4 10 yang masih bernilai baik.
Pada aspek terakhir yaitu kemanfaatan media, mendapat nilai
cukup tinggi yaitu 4 85 yang artinya media ini dinilai baik untuk
memberikan manfaat kepada sasaran.
6.6.2 Evaluasi Pengetahuan Dokter Kecil
Hasil penelitian menyatakan bahwa pengetahuan dokter kecil
setelah membaca buku cerita bergambar dokter kecil terdapat perbedaan
pada materi tertentu yaitu materi dokter kecil dan P3K. Pada hasil
pengetahuan, menggunakan dua jenis uji karena ada variabel materi
yang berdistribusi normal dan berdistribusi tidak normal. Untuk data
yang berdistribusi normal menggunakan uji independent t-test
121
sedangkan untuk data yang berdistribusi tidak normal menggunakan uji
wilcoxon.
Pada variabel materi dokter kecil dan jajan sehat, data tidak
berdistribusi normal. Untuk itu, digunakan uji wilcoxon dengan hasil
sig. 0 000 yang artinya terdapat perbedaan pengetahuan yang lebih baik
antara pretest dan posttest pada materi dokter kecil. Namun, pada materi
jajan sehat, didapatkan hasil sig. 0 206 yang artinya tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest.
Adapun beberapa penyebab data tidak signifikan diantaranya
adalah adanya outliers, model yang tidak sesuai, ukuran sampel kecil,
pengaruh variabel intervening, prasyarat analisis tidak dipenuhi,
perbedaan konteks, alat ukur yang kurang valid atau reliabel dan adanya
penyebab lain (Widhiarso, 2011). Pada penelitian ini, penyebab data
tidak signifikan adalah dikarenakan peningkatan pengetahuan sangat
tipis. Hal tersebut bisa dikarenakan alur cerita dalam cerita jajan sehat
cukup rumit dan membingungkan siswa. Pada umumnya, anak-anak
kecil sulit mengikuti cerita yang mempunyai plot yang berliku-liku,
jalan cerita yang rumit dengan bahasa yang abstrak (Sutresna, Rasna &
Binawati, 2012). Pada buku cerita bergambar dokter kecil ini, alur yang
dapat membingungkan sasaran terdapat pada halaman 12 dan 13. Pada
halaman tersebut, alur cerita yang semula siswa bertemu di kantin
122
kemudian berubah menjadi penjelasan jajan sehat di sekolah pada
halaman setelahnya.
Pada variabel materi P3K, diketahui data berdistribusi normal.
Untuk itu, digunakan uji independent t-test dengan hasil sig. 0 001 yang
artinya terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan antara pretest
dan posttest pada materi P3K.
123
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Penelitian Rancangan Media Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil
Media buku cerita bergambar dokter kecil ini dirancang berdasarkan
hasil analisis kebutuhan media. Analisis tersebut meliputi analisis sasaran yang
mencakup analisis faktor personal, lingkungan dan perilaku, analisis tujuan dan
analisis pengembangan sasaran. Dari hasil analisis kebutuhan media didapatkan
informasi berupa sebagian besar siswa memiliki gaya belajar visual. Selain itu
dokter kecil membutuhkan informasi mengenai jajan sehat di sekolah dan P3K.
Untuk itu, media ini dirancang karena media sebelumnya dinilai belum efektif
untuk dokter kecil.
Pada tahap desain dibuat berdasarkan hasil analisis kebutuhan media
dengan membuat rancangan storyboard terlebih dahulu secara manual.
Terdapat tiga bagian cerita dalam satu buku cerita bergambar yaitu cerita dokter
kecil, jajan sehat dan P3K. Pada cerita jajan sehat mengandung himbauan
pesan rasional.
Pada tahap pengembangan, ada beberapa perubahan yang signifikan
yaitu perubahan pada teks cerita, pemilihan warna, penomoran halaman, dan
124
keefektifan kalimat. Selanjutnya, media diperlihatkan kepada sasaran.
Tahap
125
implementasi media pun berjalan cukup kondusif dan sasaran terlihat antusias
dalam membaca buku cerita bergambar.
Untuk evaluasi buku cerita bergambar, diketahui bahwa media ini
secara keseluruhan dinilai baik oleh sasaran dengan total rata-rata nilai 4 47 dari
rentang 1 hingga 5. Pada evaluasi pengetahuan, buku cerita bergambar ini dapat
memberikan peningkatan pengetahuan yang signifikan terhadap sasaran pada
materi dokter kecil dan P3K dengan masing-masing nilai pvalue 0 000 dan
0 001. Sedangkan pada materi jajan sehat, buku cerita bergambar ini tidak dapat
memberikan peningkatan yang signifikan dengan nilai pvalue 0 206. Hal ini
bisa disebabkan oleh jumlah soal atau sasaran yang terlalu sedikit, atau
peningkatan nilai terlalu tipis sehingga tidak signifikan.
7.2 Saran Penelitian Rancangan Media Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil
7.2.1 Bagi Sekolah
Media ini dapat diperbanyak dan dibagikan kepada dokter kecil di
sekolah.
7.2.2 Bagi UPT Puskesmas Ciawi
Media ini dapat digunakan dalam pelatihan dokter kecil.
7.2.3 Bagi Peneliti Lainnya
Peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti lanjutan dari penelitian
ini yaitu meneliti efektifitas media buku cerita bergambar dokter kecil
dan melengkapi penelitian yang telah ada.
126
DAFTAR PUSTAKA
Adipta, Hendra, Maryaeni, dan Muakibatul Hasanah. 2016. “Pemanfaatan Buku
Cerita Bergambar Sebagai Sumber Bacaan Siswa SD.” Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, dan Pengembangan 1 (5): 989-992.
Aldoobie, Nada. 2015. "ADDIE Model." American International Journal of
Contemporary Research V (6): 68-72.
Alfin Jauharoti. t.thn. “Analisis Karakteristik Siswa Pada Tingkat Sekolah Dasar.”
Prosiding Halaqoh Nasional & Seminar Internasional Pendidikan Islam)
190-2015.
Amalia, Icca Stella. 2013. “Evaluasi Media Poster Hipertensi Pada Pengunjung
Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka.” Jurnal Kesehatan Masyarakat 1-
8.
Anwariningsih, Sri Huning. t.thn. “Unsur Estetika Dalam Perancangan Media
Pembelajaran Berbasis Karakter Untuk Mata Pelajaran TIK Siswa Sekolah
Dasar (SD).” 13-24.
Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Depok:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
127
Ashari, Indah Mawar. 2017. “Evaluasi Komik Pencegahan Anemia Gizi Besi Pada
Remaja Putri Di SMAN 09 Depok Tahun 2017.” Skripsi Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Bachri, Bachtiar S. 2010. “Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada
Penelitian Kualitatif.” Jurnal Teknologi Pendidikan 10: 46-62.
Bandura, Albert. 1989. "Social Cognitive Theory." Annals of Child Development (JAI
Press) VI: 1-60.
Bandura, Albert. 1999. "Social Cognitive Theory: An Agentic Perspective." Asian
Journal of Social Psychology 21-41.
—. n.d. Social Learning Theory. New Jersey: Prentice-Hall.
Branch, R. M., dan T J Kopcha. 2014. “Model Desain Pembelajaran.” Dalam
Handbook Penelitian tentang Komunikasi Pendidikan dan Teknologi.
Ciawi, UPT Puskesmas. 2017. “Rencana Pelaksanaan Kegiatan Program
Pengembangan UPT Puskesmas Ciawi Tahun 2017.” Bogor.
Danks, Shelby. 2011. "The ADDIE Model: Designing, Evaluating Instructional
Coach Effectiveness." ASQ Primary and Secondary Education Brief IV (5).
Dirgantara , Ria Candra, Syifa Chairunnisa, Sinta Marlina, dan S. A. Nugraheni.
2013. “Kartu Dokter Kecil Keluarga Indonesia (Dokkelin) Sebagai Media
128
Permainan Edukatif Untuk Anak Usia Sekolah Dasar.” Jurnal Ilmiah
Mahasiswa III (1): 7-10.
Djaali, dan Pudji Muljono. t.thn. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan.
Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Gilakjani, Abbas Pourhossein. 2012. "Visual, Auditory, Kinaesthetic Learning Styles
and Their Impacts on English Languange Teaching." Journal of Studies in
Education II (1): 104-113. www.macrothink.org/jse.
Gilakjani, Abbas Pourhossein, dan Seyedeh Masoumeh Ahmadi. 2011. “The Effect
Of Visual Auditory Kinaesthetic Learning Styles On Languange Teaching.”
International Conference on Social Science and Humanity 469-472.
Groenendijk, Talita, Tanja Janssen, Gert Rijlaarsdam, and Huub van den Bergh.
2013. "The Effect Of Observational Learning On Students' Performance And
Motivation In Two Cretive Domains." British Journal of Educational
Psychology 35-47.
Gustina, Eni. 2017.
http://depkes.go.id/resources/download/bahan_rakerkesnas_2017/Direktorat
20Kesehatan 20Keluarga, 20Ditjen 20Kesmas.pdf.
Isnainii, Zizah Azizah. 2017. Diakses Mei 2018. https://kupdf.com/download/teori-
albert-bandura_59d0f6ca08bbc53062687060_pdf.
129
Jannah, Zuhrotul. 2016. “Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Karies
Gigi Melalui Media Buku Cerita Bergambar dan Leaflet Terhadap
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Anak Sekolah Dasar Di Kabupaten
Malang.” Publikasi Ilmiah Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Juhazren, Junaidi, dan Nur Suhaila Binti Misrom. t.thn. “Pembinaan Modul
Pembelajaran Kendiri (MPK) Bagi Perisian Makromedia Authorware 7
Berasakan Teori Konstruktivisme.” Fakulti Pendidikan Universiti Teknologi
Malysia.
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Empat Kementrian Dialog dengan Pemenang
Lomba Sekolah Sehat. Agustus 19. Accessed Juli 11, 2017.
http://www.depkes.go.id/article/view/16081900002/empat-kementerian-
dialog-dengan-pemenang-lomba-sekolah-sehat.html.
—. 2011. Pedoman Pelatihan Dokter Kecil. Jakarta.
Komala, Lukiati, Evi Novianti, dan Priyo Subekti. 2014. “Strategi Pemilihan Media
Promosi Kesehatan Dalam Penanggulangan HIV/AIDS Di Kabupaten Garut.”
Acta Diurna X (2).
Kurniawan, Arif, Elviera Gamelia, dan Agnes Fitria Widiyanto. 2014. “Pengaruh
Pelatihan Pembuatan Media Cetak Kesehatan Lingkungan Terhadap
130
Pengetahuan Dan Keterampilan Mahasiswa UKM Plakat Jurusan Kesehatan
Masyarakat Unsoed.” Kesmasindo VII: 39-45.
Kusumawardhani, Atari. 2015. Cara Tepat Obati Luka Terbuka. 18 November.
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20151117183817-258-92282/cara-
tepat-obati-luka-terbuka.
Lestari, Indah Dian, Yanti Ernalia, dan Tuti Restuastuti. 2016. “Gambaran Status Gizi
Pada Siswa Sekolah Dasar Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir.” JOM
FK III (2): 1-14.
Lung, Sinta Tan. 2017. “Pengembangan Buku Cerita BErgambar Berbasis Pendidikan
Seks Untuk Keterampilan Membaca Siswa Kelas III SD.” Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Univrsitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Mayandra, Natasha dan Riama Maslan S. t.thn. “Perancangan Media Buku Cerita
Bergambar "Kotak Makan Dimi" Untuk Anak Usia 7-10 Tahun.” Jurnal
Tingkat Sarjana Seni Rupa dan Desain (1).
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi . Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
131
Nurafifah, Dian. 2015. “Pemberdayaan Siswa Sebagai Dokter Kecil Terhadap
Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Anak Usia Sekolah Di SD
N Tlogohaji 1 Kabupaten Bojonegoro.” Motorik 36-43.
Pajares, Frank. 2002. “Overview Of Social Cognitive Theory and Of Self Efficacy.”
http://www.emory.edu/EDUCATION/mfp/eff.html.
Perdana N.W.N.L N.N Ayuningsih dan I Widiastuti. t.thn. “Pengaruh Peer Group
Tutorial Terhadap Perilaku Jajan Sehat Siswa Kelas 3 Di SD Islam
Hidayatullah Denpasar Selatan.” (Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana).
Prasetyo, Yoyok Bekti, Atok Miftachul Hudha, dan Wahyu Tisna Mayangsari. 2014.
“Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah Dalam Upaya
Meningkatkan Derajat Kesehatan Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Lombok
Timur.” Jurnal Kedokteran Yarsi 102-113.
Purwandari, Retno, Anisah Ardiana, dan Wantiyah. 2013. “Hubungan Antara
Perilaku Mencuci Tangan Dengan Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di
Kabupaten Jember.” Jurnal Keperawatan 122-130.
Puspitasari, Mira Rizkia. 2017. “Rancangan Aplikasi Permainan Kesehatan Gigi
Untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) Roudlatul Jannah Depok Tahun 2017.”
Skripsi, Depok.
132
Rahmawati, Elya Indah, Hendyat Soetopo, dan Maisyaroh. 2015. “Manajemen Usaha
Kesehatan Sekolah.” Manajemen Pendidikan XXIV (6): 571-577.
Ratnasari, Ika, Sumarwati, dan Sarjiwi Suwandi. 2016. “Peningkatan Kemampuan
Menulis Narasi Dengan Teknik Parafrase Wacana Dialog: Penelitian
Tindakan Kelas Pada Siswa Sekolah Dasar.” BASASTRA Jurnal Penelitian
Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya IV (2): 77-98.
Rosyidah, Cholifatur. 2015. “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Perilaku
Anak Sekolah Dasar Mengenai Pemilihan Makanan Jajanan Dengan Status
Gizi Di SD Negeri Kudu 02 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.” Fakultas
Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Rozalena, Agustin, dan Sri Komala Dewi. 2016. Panduan Praktis Menyusun
Pengembangan Karier dan Pelatihan Karyawan. Jakarta: Raih Asa Sukses.
Saebani, Beni Ahmad. 2008. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Said Abdul Aziz Dian Cahyadi dan Irfan Arifin. t.thn. “Struktur Media
Pembelajaran Dalam Perspektif Desain Komunikasi Visual.”
http://eprints.unm.ac.id/4186/1/Struktur 20Media 20Pembelajaran.pdf.
Shabrina, Haidi, Daniar Wikan, dan Godham Eko Saputro. t.thn. “Perancangan Media
Sosialisasi Buku Cerita Bergambar Berbentuk Pop Up Untuk Kesehatan
133
Mulut Dan Gigi Pada Anak-Anak Usia Pra Sekolah Di Kota Semarang.”
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro.
Shinta, Juliany. 2015. “Peranan Pelatihan dan Pengembangan Dalam Meningkatkan
Kinerja Karyawan PT Pos Indonesia (Persero) Palembang.” Tesis Politeknik
Negeri Sriwijaya .
Soares, Lauren, Lucas Malo, and Max Brodsky . 2017. "ADDIE Overview."
(Brandeis University Department of Community Service).
n.d. "Social Cognitive Theory." A Division of Information Technology Services,
Minnesota State University. Accessed September 27, 2017.
https://www.mnsu.edu/its/academic/socialcognitivetheory-2.pdf.
Soejono, dan Abdurrahman. 2005. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan
Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta.
Solang, Sesca Diana, Nansy Losu, dan Naomy Marie Tando. 2016. Promosi
Kesehatan untuk Mahasiswa Kebidanan. Bogor: Penerbit In Media.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R & D . Bandung: Alfabeta.
Suparno, Paul. 2006. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Kanisius.
Suryabrata, Sumadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.
134
Suryaningrum, Cahyaning. 2015. “Model Pembelajaran Kognisi Sosial untuk
Meningkatkan Efikasi Diri Anak Panti Asuhan.” Seminar Psikologi &
Kemanusiaan 59-64.
Sutresna, Ida Bagus, I Wayan Rasna, dan Ni Wayan S. Binawati. 2012. “Cerita Asing
yang DIgemari Anak SD: Sebuah Kajian Unsur Intrinsik.” Jurnal Ilmu Sosial
dan Humaniora I (2): 92-101.
Syaodih Ernawulan. t.thn. “Perkembangan Kognitif Anak Pra Sekolah.”
Perkembangan Kognitif Anak.
Tarsidi Didi. t.thn. “Teori Kognitif Sosial Albert Bandura.” Universitas Indonesia.
Triwijayanti, Anna, Etsa Astridya Setiyati, Yudi Setianingsih, dan Maria Lucia
Luciana. 2016. “Anak Dan Jajanan Sekolah: Program Pemberdayaan
Kesehatan Anak Sekolah Dalam Perspektif Pemerintah Daerah.” Jurnal
MKMI XII (3): 170-180.
Utari, Weni Arneliwati dan Riri Novayelinda. t.thn. “Efektifitas Pendidikan
Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga Tentang Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA).” 1-7.
Wang, Feng, and Michael J. Hannafin. 2005. "Design-Based Research and
Technology-Enhanced Learning Environments." Educational Technology
135
Research and Development (Springer) LIII (4): 5-23. Accessed February 13,
2011. http://www.jstor.org/stable/30221206.
2009. "What's Your Learning Style?" Accessed December 2017.
https://www.schoolonwheels.org/pdfs/3121/Learning-Styles.pdf.
Widhiarso, Wahyu. 2011. “Metodologi Penelitian Pendidikan Kesehatan.” 7 Juni.
www.widhiarso.staff.ugm.ac.id.
Wijaya Priska. t.thn. “Perancangan Buku Ilustrasi Anak Berjudul Kerajaan Fantasi
Indonesia Bertema Gotong Royong.” Fakultas Seni dan Desain Universitas
Kristen Petra.
Yudistira Grace Marina. t.thn. “Perancangan Buku Cerita Fiktif Bergambar
Dwibahasa Bertema Petualangan 'Make Your Own Story'.” (Universitas
Kristen Petra).
LAMPIRAN
Lampiran
(TAHAP ANALISIS)
Pedoman Wawancara Mendalam Informan Dokter Kecil yang Pernah
Mengikuti Pelatihan Dokter Kecil
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
INFORMAN DOKTER KECIL YANG PERNAH MENGIKUTI PELATIHAN
A. Review pelatihan dokter kecil yang telaah diikuti
1. Apakah benar pernah mengikuti kegiatan pelatihan dokter kecil yang
diselenggarakan Puskesmas Ciawi?
2. Apakah masih ingat materi yang disampaikan? Jika iya, materi apa saja yang
masih diingat?
3. Apakah masih ingat siapa yang membawakan materinya?
B. Ketertarikan Media
1. (Memperlihatkan salah satu materi yang digunakan dalam pelatihan dokter
kecil) Dari materi ini, menurut kamu menarik atau tidak?
2. Jika iya, dilihat dari segi apakah menariknya?
3. Jika ada media lain seperti poster, buku cerita, dan leaflat, kamu lebih suka
materi slide seperti ini dtayangkan dan dijelaskan lagi atau memilih media
yang tadi sudah disebutkan dan membaca sendiri medianya?
C. Daya Ingat mengenai Isi Buku Cerita
1. Jika seperti itu, adakah buku cerita yang pernah kamu baca dan masih ingat
isi ceritanya hingga sekarang?
2. Apakah buku cerita yang dibaca itu belum lama kamu baca atau sudah lama?
Lampiran
(TAHAP ANALISIS)
Matriks Hasil Wawancara Dengan Informan Dokter Kecil
MATRIKS HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN DOKTER KECIL
Topik Subtopik Informan Hasil Temuan Kesimpulan
Pelatihan
Dokter Kecil
Review pelatihan dokter kecil
yang telaah diikuti
1. Apakah benar pernah
mengikuti kegiatan
pelatihan dokter kecil yang
diselenggarakan
Puskesmas Ciawi?
2. Apakah masih ingat materi
yang disampaikan? Jika
iya, materi apa saja yang
masih diingat?
3. Apakah masih ingat siapa
yang membawakan
materinya?
Azkya Ambar
Rihan,
perwakilan
pelatihan dokter
kecil
1. Iya pernah ka.
2. Itu ka.. kesehatan gigi,
gosok gigi.
3. Engga ka lupa
Berdasarkan jawaban,
informan benar telah
mengikuti pelatihan dokter
kecil yang diselenggarakan
Puskesmas Ciawi, namun dari
beberapa materi yang
diberikan, informan hanya
mengingat satu materi saja
yaitu mengenai kesehatan
gigi. Informan juga sudah
lupa dengan yang
membawakan materi saat
pelatihan.
Keyshakimar
Nazwa Putri
Azzahra,
perwakilan
1. Iya pernah waktu itu..
2. Masih ka, yang inget
tentang kebersihan
lingkungan. Tapi
Berdasarkan jawaban,
informan benar telah
mengikuti pelatihan dokter
kecil. Dari beberapa materi
pelatihan dokter
kecil
isinya gak inget ka,
cuma inget kebersihan
lingkungan aja
3. Itu.. dokter Fitri kan
ka?
yang disampaikan dalam
pelatihan tersebut, informan
hanya mengingat satu materi
saja. Akan tetapi, informan
mengingat pelatih pada saat
pelatihan dokter kecil.
Muhammad
Abdul Hafiz
Alfiyansyah,
perwakilan
pelatihan dokter
kecil
1. Iya ka pernah ikut..
2. Masih ingat ka, itu
hmm… tentang
kebersihan lingkungan
sama gosok gigi.
Isinya itu ka tentang
gosok gigi yang bener,
dipratekkin gitu..
3. Masih inget ka, itu
dokter Fitri ya kalo
gak salah?
Berdasarkan jawaban,
informan benar telah
mengikuti pelatihan dokter
kecil. Dari beberapa materi
yang disampaikan, informan
hanya mengingat dua materi.
Informan juga mengingat
pelatih yang memberikan
materi saat pelatihan dokter
kecil.
Ketertarikan Media
4. (Memperlihatkan salah
satu materi yang
digunakan dalam pelatihan
dokter kecil) Dari materi
ini, menurut kamu menarik
Azkya Ambar
Rihan,
perwakilan
pelatihan dokter
kecil
1. Iya menarik ka..
2. Dari gambarnya yang
menarik ka..
3. Baca sendiri ka, yang
buku cerita
Berdasarkan jawaban, materi
berupa slide powerpoint yang
ditayangkan dalam pelatihan
tersebut cukup menarik dari
gambar-gambar yang ada di
dalamnya. Akan tetapi,
informan lebih menyukai
atau tidak?
5. Jika iya, dilihat dari segi
apakah menariknya?
6. Jika ada media lain seperti
poster, buku cerita, dan
leaflat, kamu lebih suka
materi slide seperti ini
dtayangkan dan dijelaskan
lagi atau memilih media
yang tadi sudah disebutkan
dan membaca sendiri
medianya?
apabila membaca sendiri,
yaitu membaca buku cerita
bergambar.
Keyshakimar
Nazwa Putri
Azzahra,
perwakilan
pelatihan dokter
kecil
1. Menarik tapi sedikit.
Soalnya pas tanya
jawab tentang gosok
gigi masa yang dikasih
malah coklat..
2. Pilih baca sendiri ka
yang buku cerita.
Berdasarkan jawaban, materi
yang ditayangkan sedikit
menarik. Dan hadiah pada
sesi tanya jawab tidak sesuai
dengan materi yang
disampaikan, yakni dengan
memberikan hadiah coklat
pada saat materi kesehatan
gigi. Hal tersebut bertolak
belakang dimana salah satu
penyebab kerusakan gigi pada
anak dikarenakan makan
coklat.
Muhammad
Abdul Hafiz
Alfiyansyah,
perwakilan
pelatihan dokter
kecil
1. Menariknya
digambarnya ka
2. Lebih suka baca
sendiri ka, tapi yang
buku cerita
Berdasarkan jawaban
informan, bagian yang
menarik dari materi tersebut
adalah gambar-gambarnya.
Akan tetapi, informan lebih
suka untuk membaca sendiri
materinya, yakni membaca
buku cerita bergambar.
Daya Ingat mengenai Isi Buku
Cerita
7. Jika seperti itu, adakah
buku cerita yang pernah
kamu baca dan masih ingat
isi ceritanya hingga
sekarang?
8. Apakah buku cerita yang
dibaca itu belum lama
kamu baca atau sudah
lama?
Azkya Ambar
Rihan,
perwakilan
pelatihan dokter
kecil
1. Gak ka, udah lupa
hehe..
2. Iya kak, udah lama
bacanya
Berdasarkan jawaban
informan, tidak ada satupun
isi cerita dari buku cerita yang
pernah dibaca dikarenakan
sudah lama membaca buku
ceritanya.
Keyshakimar
Nazwa Putri
Azzahra,
perwakilan
pelatihan dokter
kecil
1. Engga ka..
2. Udah lama bacanya
Berdasarkan jawaban
informan, tidak ada satupun
isi cerita dari buku cerita yang
pernah dibaca dikarenakan
sudah lama membaca buku
ceritanya.
Muhammad
Abdul Hafiz
Alfiyansyah,
perwakilan
pelatihan dokter
kecil
1. Ga ada ka..
2. Udah lama ka..
Berdasarkan jawaban
informan, tidak ada satupun
isi cerita dari buku cerita yang
pernah dibaca dikarenakan
sudah lama membaca buku
ceritanya.
Lampiran
(TAHAP ANALISIS)
Lembar Persetujuan Informan Wawancara Mendalam Informan Guru UKS
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
RANCANGAN PENGEMBANGAN MEDIA BUKU CERITA BERGAMBAR
DOKTER KECIL SD TELUKPINANG 03 KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2018
Assalamu‟alaikum wr. wb.
Perkenalkan nama saya Khoirunnisa Damayanti, mahasiswi Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Univrsitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian untuk skripsi dengan judul
“Rancangan Media Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil (Dokcil) SD Telukpinang
03 Di Kabupaten Bogor Tahun 2017” Penelitian ini saya lakukan untuk mengetahui
rancangan media buku cerita bergambar yang tepat dan menarik yang dapat
digunakan untuk media pelatihan bagi dokter kecil.
Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara
kepada informan. Oleh karena itu, peneliti berharap Bapak/Ibu bersedia menjadi
informan dalam penelitian ini. Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengikuti penelitian
ini, saya mengucapkan terimakasih.
Wassalamu‟alaikum wr. wb.
Saya mengerti risiko dan manfaat dari keikutsertaan saya pada penelitian ini
dan menyatakan setuju untuk ikut serta sebagai peserta penelitian.
Nama informan : ......................................................................................................
Pekerjaan : ......................................................................................................
Ahli : ......................................................................................................
Waktu/Tempat : ......................................................................................................
Peneliti Informan
(Khoirunnisa Damayanti) (.................................)
Lampiran
(TAHAP ANALISIS)
Pedoman Wawancara Mendalam Informan Guru UKS
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (STUDI PENDAHULUAN)
INFORMAN GURU UKS SD NEGERI TELUKPINANG 03
A. Informasi Lomba Sekolah Sehat
1. Apakah saat mengikuti lomba sekolah sehat, SD Negeri Telukpinang 03
mendapatkan juara?
2. Jika iya, mendapatkan juara ke berapa dan jika tidak, apa yang menyebabkan
sekolah ini tidak mendapat juara?
3. Apakah penilaian sekolah sehat ini terdapat tes pengetahuan pada siswa atau
pada dokter kecilnya?
B. Informasi Pengetahuan Dokter Kecil
1. Menurut Anda, adakah materi yang belum disampaikan kepada dokter kecil
melalui pelatihan dokter kecil yang diadakan oleh Puskesmas?
2. Menurut Anda, materi apa saja yang belum dikuasai oleh dokter kecil atau
paling dibutuhkan oleh dokter kecil?
C. Informasi Kebiasaan Membaca Dokter Kecil
1. Apakah siswa SD Negeri Telukpinang senang membaca buku?
2. Jika iya, buku apa yang paling senang mereka baca?
D. Pendapat Mengenai Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil
1. Bagaimana pendapat Anda mengenai buku cerita bergambar dokter kecil
yang akan saya buat untuk dokter kecil di SD Negeri Telukpinang 03 ini?
Lampiran
(TAHAP ANALISIS)
Matriks Wawancara Mendalam Informan Guru UKS
MATRIKS WAWANCARA MENDALAM GURU UKS
Informan: Guru Pembina UKS (Ibu Elis Suryati, S.Pd)
Topik Subtopik Hasil Temuan Kesimpulan
Lomba Sekolah
Sehat
Informasi Lomba Sekolah
Sehat
1. Apakah saat mengikuti
lomba sekolah sehat, SD
Negeri Telukpinang 03
mendapatkan juara?
2. Jika iya, mendapatkan
juara ke berapa dan jika
tidak, apa yang
menyebabkan sekolah ini
tidak mendapat juara?
3. Apakah penilaian
sekolah sehat ini terdapat
tes pengetahuan pada
siswa atau pada dokter
kecilnya?
. “Juara ke , kalo adiwiyata kemarin
ke juga. Terus juga dapat
penghargan adiwiyata juga tingkat
kabupaten ”
. “Karena ini ya, seperti kekurangan
WC, tidak seimbang gitu antara
jumlah murid dan WC. Harusnya
murid per WC. Ini ada ratusan
murid tapi WC nya cuma . Gak
seimbang gitu ya ”
. “Engga sih, ya. Cuma ditanya-tanya
aja paling. Kaya udah seberapa jauh
mereka latihannya. Gak ada
pertanyaan yang mendetail sih. Cuma
paling latihan prakte aja langsung ”
SD Negeri Telukpinang 03
berhasil mendapatkan juara ke
3 dalam lomba sekolah sehat.
Alasan tidak mendapatkan jura
1 karena jumlah toilet tidak
sesuai dengan jumlah siswa.
Pengetahuan
Dokter Kecil
Informasi Pengetahuan
Dokter Kecil
1. Menurut Anda, adakah
materi yang belum
disampaikan kepada
dokter kecil melalui
pelatihan dokter kecil
yang diadakan oleh
Puskesmas?
2. Menurut Anda, materi
apa saja yang belum
dikuasai oleh dokter
kecil atau paling
dibutuhkan oleh dokter
kecil?
1. “Ya Cuma mendasar ya, disini hanya
dikasih materi yang dasar dasar aja,
gak terlalu mendetail sih, jadi gak
terlalu fokus ke kesehatannya itu.
Hanya anak mengenal aja bahwa
penanganan orang yang pingsan
bagaimana ”
“Oh kalo itu sosialisasi udah ya, kaya
kaki gajah, terus rubella itu ya. Udah
semua sih ya ”
2. “Paling hanya gak menguasai
bagaimana cara penanganan kalau
ada teman yang luka atau kecelakaan
itu. Sama ke makanan sehat juga
mereka belum ya. Ke jajanan mungkin
ya itu kurang memahami bahwa
makanan sehat tuh yang bagaimana
sih gitu ya. Jadi mereka belum
memahami sepenuhnya. Kadang-
kadang kan anak-anak susah ya,
apalagi kalau anak-anak apa aja
dimakan. Jadi belum tau makanan
yang sehat tuh yang gimana. Mereka
masih belum memahami ”
Dokter kecil sudah
mendapatkan sosialisasi, akan
tetapi terdapat materi yang
belum dipahami oleh dokter
kecil yaitu materi jajanan sehat
dan P3K.
Kebiasaan Informasi Kebiasaan . “Suka sih ” Diketahui bahwa siswa SD
Membaca Siswa Membaca Siswa
1. Apakah siswa SD Negeri
Telukpinang senang
membaca buku?
2. Jika iya, buku apa yang
paling senang mereka
baca?
. “Kalau di perpus kebanyakan mereka
senangnya cerita ”
“Kalo pelajaran juga yang berbentuk
cerita pasti mereka senang, kaya
cerita-cerita Malin Kundang, itu kan
menyangkut sejarah ya.”
Telukpinang 03 senang
membaca buku cerita.
Tanggapan
Mengenai Buku
Cerita Bergambar
Dokter Kecil
Pendapat Mengenai Buku
Cerita Bergambar Dokter
Kecil
1. Bagaimana pendapat
Anda mengenai buku
cerita bergambar dokter
kecil yang akan saya
buat untuk dokter kecil
di SD Negeri
Telukpinang 03 ini?
1. “Baik sih ya kalau menurut saya.
Dengan adanya buku cerita mungkin
menambah wawasan anak-anak juga
ya. Kadang kan anak-anak tuh ya
sekarang agak-agak kurang minat
membaca, apalagi buku-buku yang
gitu. Mungkin dengan adanya buku
cerita, apalagi ceritanya lebih
menarik, mereka lebih tertarik
membaca.”
Buku cerita bergambar ini
dipandang baik oleh guru
pembina UKS.
Lampiran
(TAHAP ANALISIS)
Lembar Persetujuan Responden Kuesioner Gaya Belajar Anak
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
RANCANGAN PENGEMBANGAN MEDIA BUKU CERITA BERGAMBAR
DOKTER KECIL SD TELUKPINANG 03 KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2018
Assalamualaikum Wr. Wb.
Perkenalkan nama saya Khoirunnisa Damayanti, mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian “Rancangan Media Buku
Cerita Bergambar Dokter Kecil SD Negeri Telukpinang 03 Di Kabupaten Bogor
Tahun 2018”. Dalam penelitian ini saya membutuhkan adik sebagai sasaran.
Saya akan melakukan sebuah tes yaitu untuk mengetahui gaya belajar siswa
yang dituliskan pada kuisioner ini. Data pribadi yang saya dapat tidak akan
disebarluaskan. Untuk itu dimohon partisipasi adik untuk membantu saya dalam
penelitian ini.
“Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia untuk menjadi responden
pada penelitian: Rancangan Media Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil SD Negeri
Telukpinang 03 Di Kabupaten Bogor Tahun 2018
Tanda Tangan
Lampiran
(TAHAP ANALISIS)
Kuesioner Gaya Belajar Anak
KUESIONER GAYA BELAJAR ANAK
Nama : ...................................................................
Kelas : ...................................................................
Berikan tanda silang (X) pada jawaban pilihanmu!
No. Pertanyaan Jawaban
Kode
(Diisi oleh
peneliti)
1. Ketika kamu belajar untuk ujian,
kamu lebih suka...
A. Membaca catatan, membaca garis besar yang ada di dalam buku, dan melihar
gambar-gambarnya.
B. Meminta seseorang untuk bertanya kepadamu tentang pelajaran, atau
mengulang-ulang hafalan dengan pelan-pelan.
C. Menulis hal-hal yang telah kamu hafal dan membuat gambar-gambar dari
hafalan tersebut seperti membuat mind mapping.
2.
Apakah yang akan kamu lakukan
ketika kamu mendengarkan
musik?
A. Membayangkan maksud atau arti lagu tersebut.
B. Bergumam mengikuti irama lagu.
C. Berjoget/dance
3.
Apa yang akan kamu lakukan
dalam memecahkan suatu
masalah?
A. Membuat daftar, menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan, dan menandai
pekerjaan yang sudah selesai.
B. Menelepon teman dan bercerita pada teman.
C. Membuat gambaran masalah dan menyelesaikannya sesuai dengan apa yang ada
di dalam pikiran.
4.
Ketika kamu membaca buku
sebagai hiburan, kamu lebih
sukaa...
A. Buku petualangan dengan banyak gambar di dalamnya.
B. Buku misteri dengan banyak percakapaan di dalamnya.
C. Buku yang di dalamnya kamu dapat menjawab pertanyaan dan memecahkan
masalah.
5. Untuk mempelajari komputer,
kamu lebih suka...
A. Menonton tutorial/video tentang komputer
B. Mendengarkan seseorang menjelaskan tentang komputer.
C. Praktik langsung menggunakan komputer.
6.
Kamu baru memasuki museum
sains, apa yang akan kamu
lakukan pertama kali?
A. Melihat-lihat sekitar dan mencari peta yang menunjukkan lokasi macam-macam
pameran.
B. Berbicara kepada pemandu museum dan bertanya tentang pameran.
C. Pergi ke pameran yang pertama kali membuatmu tertarik dan kemudian
membaca petunjuknya.
7. Restoran seperti apa yang tidak
akan kamu datangi?
A. Salah satunya yang memiliki cahaya terlalu terang.
B. Salah satunya yang memiliki musik yang sangat keras.
C. Salah satunya yang memiliki kursi yang tidak nyaman.
8. Kamu lebih suka pergi ke...
A. Kelas seni.
B. Kelas musik.
C. Kelas latihan (misal latihan tari/dance)
9. Apa yang lebih suka kamu
lakukan ketika sedang merasa
A. Tersenyum lebar.
B. Berteriak dengan sukacita.
senang? C. Lompat-lompat kegirangan.
10.
Jika kamu dalam pesta, apa yang
akan selalu kamu ingat
dikemudian hari?
A. Wajah orang-orang di sana, tetapi lupa namanya.
B. Namanya, tetapi lupa wajahnya.
C. Hal-hal yang kamu lakukan dan katakan di sana.
11.
Ketika kamu melihat kata
“kucing” apa yang akan kamu
lakukan pertama kali?
A. Membayangkan gambar kucing.
B. Mengucapkan kata “kucing” dalam hati.
C. Membayangkan bermain dengan kucing.
12. Ketika kamu menceritakan suatu
cerita, kamu lebih suka...
A. Menuliskannya.
B. Menceritakannya keras-keras.
C. Memperagakaannya.
13. Apa yang paling mengganggumu
disaat kamu sedang konsentrasi?
A. Gangguan visual (misalnya, orang yang lewat dsb).
B. Berisik.
C. Perasaan lain seperti kelaparan, cemas, dsb.
14. Apa yang paling sering kamu
lakukan ketika kamu marah?
A. Cemberut.
B. Berteriak.
C. Menginjak-injak dan membanting pintu.
15.
Ketika kamu tidak yakin
bagaimana cara mengeja kata,
mana yang paling sering kamu
lakukan?
A. Menuliskannya untuk melihat bahwa terlihat itu benar.
B. Mengeja sambil bersuara.
C. Menuliskannya untuk melihat bahwa itu terasa benar.
16.
Yang manakah yang sering kamu
lakukan ketika kamu mengantri
panjang di bioskop?
A. Melihat-lihat poster film.
B. Berbicara dengan orang di belakang/depanmu.
C. Melangkahkan kaki keluar antrian dan berjalan-jalan sesukamu.
Lampiran
(TAHAP DESAIN)
Dokumentasi Hasil Observasi Kantin dan UKS SD Negeri Telukpinang
HASIL OBSERVASI KANTIN DAN UKS
SD NEGERI TELUKPINANG
No. Gambar Keterangan
Kondisi Kantin Sekolah
1.
Jajanan yang dijajakan di sekolah
berupa makanan kemasan seperti
biskuit, permen, wafer dan ciki.
2.
Kantin juga menjual es krim.
Ruang UKS
1.
Dalam kotak P3K hanya terdapat kasa
perban dan obat sakit perut dikarenakan
sebelumnya telah dilakukan cleaning
barang-barang yang sudah habis masa
pakainya.
2.
Pada gambar ini menunjukkan adanya
etalasi yang berisi alat peraga makanan.
3.
Kondisi ruangan pertama dari UKS.
4.
Kondisi tempat tidur di UKS SD Negeri
Telukpinang 03
Lampiran
(TAHAP PENGEMBANGAN)
Lembar Persetujuan Informan Ahli Media dan Ahli Materi
LEMBAR PERSETUJUAN INFORMAN
RANCANGAN PENGEMBANGAN MEDIA BUKU CERIT BERGAMBAR
DOKTER KECIL SD TELUKPINANG KABUPATEN BOGOR
TAHUN
Assalamu’alaikum wr. wb.
Perkenalkan nama saya Khoirunnisa Damayanti, mahasiswi Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Univrsitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian untuk skripsi dengan judul
“Rancangan Media Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil (Dokcil) SD Telukpinang
03 Di Kabupaten Bogor Tahun 2017” Penelitian ini saya lakukan untuk mengetahui
rancangan media buku cerita bergambar yang tepat dan menarik yang dapat
digunakan untuk media pelatihan bagi dokter kecil.
Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara
kepada informan. Oleh karena itu, peneliti berharap Bapak/Ibu bersedia menjadi
informan dalam penelitian ini. Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengikuti penelitian
ini, saya mengucapkan terimakasih.
Wassalamu‟alaikum wr. wb.
Saya mengerti risiko dan manfaat dari keikutsertaan saya pada penelitian ini
dan menyatakan setuju untuk ikut serta sebagai peserta penelitian.
Nama informan : ......................................................................................................
Pekerjaan : ......................................................................................................
Ahli : ......................................................................................................
Waktu/Tempat : ......................................................................................................
Peneliti Informan
(Khoirunnisa Damayanti) (.................................)
Lampiran
(TAHAP PENGEMBANGAN)
Pedoman Wawancara Mendalam Ahli Media
(Tahap Uji Coba)
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
UNTUK INFORMAN/AHLI MEDIA (Uji Coba)
Nama : ...............................................................
Pekerjaan : ...............................................................
Ahli : ...............................................................
No. HP : ...............................................................
Pertanyaan
A. Kesesuaian Desain
1. Bagaimanakah kualitas teks (thypography) yang terdapat di dalam buku
cerita bergambar? (pemilihan jenis huruf, ukuran, dan warna)
2. Bagaimanakah menurut Anda, kesesuaian layout buku cerita dengan
pemilihan warnanya?
3. Apakah gambar-gambar tokoh yang terdapat di dalam buku cerita bergambar
cukup dapat menarik Anda sebagai pembaca?
4. Apakah gambar-gambar pendukung (selain gambar tokoh) dapat mendukung
pesan yang ingin disampaikan?
B. Kualitas isi
1. Bagaimanakah menurut Anda, layout yang terdapat dalam buku certa
bergambar ini?
2. Bagaimanakah kesesuaian bahasa yang digunakan di dalam buku cerita
dengan sasaran anak sekolah dasar?
3. Bagaimanakah menurut Anda, penggunaan tanda baca di dalam buku cerita
bergambar ini?
Lampiran
(TAHAP PENGEMBANGAN)
Pedoman Wawancara Mendalam Ahli Materi
(Tahap Uji Coba)
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
UNTUK INFORMAN/AHLI MATERI (Uji Coba)
Nama : ...............................................................
Pekerjaan : ...............................................................
Ahli : ...............................................................
No. HP : ...............................................................
Pertanyaan
A. Kesesuaian Materi
1. Apakah materi yang terdapat dalam media buku cerita bergambar dokter
kecil ini sesuai untuk mengedukasi sasaran?
2. Apakah materi yang terdapat dalam buku cerita bergambar dokter kecil
sesuai dengan tingkat kemampuan dokter kecil?
3. Bagaimana urutan penyajian materi yang ada di dalam buku cerita
bergambar?
4. Apakah materi yang terdapat dalam buku cerita bergambar dokter kecil ini
akurat? (kebenaran dan ketepatan fakta, konsep dan teori)
5. Apakah penggunaan bahasa, tada aca dan ejaan yang terdapat dalam buku
cerita bergambar dokter kecil sesuai dengan EYD?
6. Apakah gambar yang terdapat di dalam buku cerita sudah dapat menjelaskan
materi?
B. Tujuan Instruksional
1. Apakah buku cerita bergambar merupakan media yang tepat sebagai pemberi
informasi mengenai dokter kecil?
Lampiran
(TAHAP PENGEMBANGAN)
Matriks Wawancara Informan Ahli Media
MATRIKS WAWANCARA MENDALAM AHLI MEDIA
Informan: Lilis Wijayanti
Topik Subtopik Hasil Temuan Kesimpulan
Desain Buku
Cerita
Bergambar
Dokter Kecil
Kesesuaian Desain
1. Bagaimanakah kualitas
teks (thypography) yang
terdapat di dalam buku
cerita bergambar?
(pemilihan jenis huruf,
ukuran, dan warna)
2. Bagaimanakah menurut
Anda, kesesuaian layout
buku cerita dengan
pemilihan warnanya?
3. Apakah gambar-gambar
tokoh yang terdapat di
dalam buku cerita
bergambar cukup dapat
menarik Anda sebagai
1. “Tulisan yang ini (cover) diganti saja pakai
tulisan komputer.”
2. “Ini kan (cover) polos ya, Ini aja gambar
sosok dokter kecil. Kaya pake jas, stetoskop
biar orang lihat kalo ini tuh buku tertang
dokter kecil. Warnanya terlalu gelap.
Kontrasnya terlalu tajam ya. Kok kaya
gelap gitu ya. Kaya gini.. kan gelap. Ini
warnanya yang cerah-cerah aja ”
3. “Ini tokohnya agak banyak bikin pusing
Bagaimana kalau dibuat satu saja ”
4. “Gambarnya-gambarnya sudah cukup”
Terdapat perbaikan pada cover.
Disarankan tokoh berjumlah satu
saja, akan tetapi hal ini nantinya
tidak sesuai dengan jumlah
dokter kecil di kelas yang
berjumlah lebih dari satu.
pembaca?
4. Apakah gambar-gambar
pendukung (selain
gambar tokoh) dapat
mendukung pesan yang
ingin disampaikan?
Kualitas isi
1. Bagaimanakah menurut
Anda, layout yang
terdapat dalam buku
certa bergambar ini?
2. Bagaimanakah
kesesuaian bahasa yang
digunakan di dalam buku
cerita dengan sasaran
anak sekolah dasar?
3. Bagaimanakah menurut
Anda, penggunaan tanda
baca di dalam buku
cerita bergambar ini?
1. “Untuk halaman harus konsisten kalau di
atas semua, ya di atas semua. Kalau
dibawah semua ya di bawah semua atau
boleh selang-seling atas bawah ”
“Penomoran harus konsisten lanjutan dari
cerita sebelumnya atau setiaap cerita baru
beda penomoran”
2. “Kalimat yang digunakan terlalu panjang
dan membingungkan. Kalimat usahakan
satu rangkaian SPO saja ”
“Anak kecil lebih suka kalimat yang efektif
kalau ini terlalu bertele-tele. Cepat lelah
nantinya kalau teksnya panjang-panjang
terus ”
“Untuk anak-anak hindari kata penghubung
yang banyak”
“Penulisan kata „yang‟ jangan di awal
kalimat”
Penomoran yang dicantumkan
harus stabil agar tidak
membingungkan pembaca.
Kalimat yang digunakan harus
efektif supaya sasaran tidak
mudah bosan, dan bacaan diubah
ke dalam percakapan saja.
“Sebaiknya cerita diubah dari narasi jadi
percakapan. Kalau seperti ini terkesan
seperti materi yang dipindahkan plek ke
dalam buku cerita. Kalau dijadiin
percakapan kan anak-anak gak gampang
bosan bacanya ”
3. “Untuk tanda baca sih engga tapi ini kata
„guru‟ kalau di tengah kalimat biasanya
huruf kecil”
“Terdapat kata yang seharusnya dipisah
tetapi ini disambung”
Lampiran
(TAHAP PENGEMBANGAN)
Matriks Wawancara Mendalam Ahli Materi (Tahap Uji Coba)
MATRIKS WAWANCARA MENDALAM AHLI MATERI
Informan: drg. Fitri (Pembina UKS se-Kecamatan Ciawi)
Topik Subtopik Hasil Temuan Kesimpulan
Materi Buku
Cerita
Bergambar
Dokter Kecil
Kesesuaian Materi
1. Apakah materi yang
terdapat dalam media
buku cerita bergambar
dokter kecil ini sesuai
untuk mengedukasi
sasaran?
2. Apakah materi yang
terdapat dalam buku cerita
bergambar dokter kecil
sesuai dengan tingkat
kemampuan dokter kecil?
3. Bagaimana urutan
penyajian materi yang ada
di dalam buku cerita
bergambar?
1. “Banget de, justru sekarang yang lebih bagus
tuh lebih baik secara visual daripada hanya
mendengarkan saja.”
“Materi PHBS nya disinikan belum ada.
Kalo jajanannya udah sehat tapi cara
makannya gak bener sama aja nanti dia sakit
juga. Mungkin disininya diselingin aja dek
ceritanya pas mau makan. Pas mau makan
sini boleh. Diantara baris ini mungkin ada.
Disini dimasukin satu lembar lagi atau apa.
Dimasukkan cuci tangan ketika mau makan.
Itu salah satu tugas dokter kecil adalah
menjadi contoh dalam berperilaku hidup
bersih dan sehat ”
2. “Kalo ini kan melihatnya berdasarkan
permasalahan di sekolah ya. Kalo
permasalahan di sekolah sana (SD Negeri
Materi yang terdapat dalam
media buku cerita bergambar
dokter kecil ini sudah sesuai
untuk mengeduksi sasaran yang
seorang dokter kecil karena
medua visual dianggap lebih
bagus dibandingkan hanya
mendengarkan saja. Selain itu,
materi yang terdapat di dalam
buku cerita ini sudah sesuai
karena diangkat dari
permasalahan yang ada di
sekolah.
Urutan penyajian perlu
4. Apakah materi yang
terdapat dalam buku cerita
bergambar dokter kecil ini
akurat? (kebenaran dan
ketepatan fakta, konsep
dan teori)
5. Apakah penggunaan
bahasa, tanda baca dan
ejaan yang terdapat dalam
buku cerita bergambar
dokter kecil sesuai dengan
EYD?
6. Apakah gambar yang
terdapat di dalam buku
cerita sudah dapat
menjelaskan materi?
Telukpinang ) karena saya juga tahu
memang jajanan ini.”
“Tapi ini sudah cukup sih, udah bagus. Kalo
di SD sih emang masalah utamanya itu,
mengontrol jajanan.”
3. “Saya tadi tuh agak kurang ini, gak
nyambung soalnya antara jajanan sama p k.
Gimana caranya supaya nyambung gitu ya.”
” kasih cerita dulu nih misalnya. Ini dari
sini langsung ke makanan kaya gak ada kata
penghubungnya.”
“ ditambahin kalimat pengantar selembar
atau apa.”
4. “Udah cukup sih, emang ini maslah yng
sering terjadi di sekolah tuh emang ini ”
“Kan trias uks ada ya, pendidikan,
pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan. Kesehatan lingkungannya udah
masuk belum disini? Kalo pelayanan dengan
memasukan p k ini udah masuk berarti ya.
Pendidikannya berarti dia harus bisa
memberikan contoh. Poin ke tugas
dokcilnya masuknya kesini ya (ke poin ).
Kan Trias uks itu ada yang pertaman
pendidikan, berarti dia harus bisa nyuluh-
diperbaiki lagi. Perlu
ditambahkan satu lembar
tambahan untuk
menyambungkan antara materi
pengenlan dokter kecil ke materi
jajan sehat. Sedangkan untuk
keakuratan materi dirasa sudah
cukup dan sesuai dengan
permasalahan yang terjadi di
sekolah.
Pada penggunaan bahasa, ada
kata yang harus dihilangkan
pada halaman 3 yaitu kata pekan
kebersihan. Untuk bahasa sudah
sesuai dengan sasaran.
Untuk materi perlu dimasukkan
unsur Trias uks pada tugas
dokter kecil.
Untuk ilustrasinya sudah cukup
nyuluh, harus bisa jadi contoh oleh teman-
temannya. Salah satu Dia berPHBS sendiri
terus teman-temannya lihat. Trus yang ke
pelayanan. Pelayanan itu salah satunya
adalah dengan membatu guru dan petugas
kesehatan pada waktu pelaksanaan
pelayanan kesehatan sekolah, penjaringan
dia bilang. Pelaksanaan penjaringan
kesehatan sekolah. Nah kalo udh penjaringan
itu dia udah lebih kompleks isinya de. Ikut
serta menjaga kebersihan lingkungan
sekolah, berarti fungsi dokcil yang ketiga
kan, pendidikan kesehatan lingkungan.
Membantu guru pada saat pelaksanaan
kegiatan penjaringan di sekolah, didalamnya
adalah penimbangan BB. Terus yang kedua
menjaga kesehatan lingkungan sekolah. Asal
unsur Trias UKS ada itu dimasukkin ke sini
(hal ) itu udah masuk semua tugas dokter
kecil.”
5. “Ini coret aja ya de pekan kebersihan ini gak
usah. Udah bahasa anak-anak ini mah, udah
dipahami.”
6. “Udah cukup ini. Gak usah ilustrasi nya,
yang penting ada kalimat yang menyatakan
dan perlu ditambahkan kalimat
yang menyatakan keharusan
mencuci tangan sebelum makan.
sebelum makan itu harus cuci tangan dulu.”
Tujuan Instruksional
1. Apakah buku cerita
bergambar merupakan
media yang tepat sebagai
pemberi informasi
mengenai dokter kecil?
1. “Kalo paling tepat mungkin gak ya, bukan
semata hanya ini. Tapi ini sudah bisa
menjadikan tambahan ilmu anak-anak. Dia
kan seneng ya kalo disuruh membaca gini
daripada suruh kita dengerin. Apalagi kalo
pake peraga boneka gitu. Medianya beda
ya.”
Media ini dapat digunakan untuk
menambah pengetahuan pada
sasaran dan sasaran lebih senang
membaca, akan tetapi media ini
bukan satu-satunya yang paling
tepat.
Lampiran
(TAHAP PENGEMBANGAN)
Pedoman Wawancara Ahli Media (Tahap Konfirmasi)
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
UNTUK INFORMAN/AHLI MEDIA
A. Kesesuaian Teks dan Kalimat
Bagaimana teks dan kalimat yang sudah direvisi? Apakah sudah sesuai?
B. Kesesuaian Warna dan Gambar
Bagaimana perubahan warna yang sudah direvisi? Apakah sudah sesuai?
Lampiran
(TAHAP PENGEMBANGAN)
Matriks Wawancara Ahli Media (Tahap Konfirmasi)
MATRIKS WAWANCARA AHLI MEDIA (KONFIRMASI)
Informan: Lilis Wijayanti
Topik Subtopik Hasil Temuan Kesimpulan
Desain Buku
Cerita
Bergambar
Dokter Kecil
(Konfirmasi)
Kesesuaian Teks dan Kalimat
Bagaimana teks dan kalimat
yang sudah direvisi? Apakah
sudah sesuai?
“Iya ini udah lumayan sih.”
“Oiya ini di halaman yang bener kata
„bulak-balik‟ atau „bolak-balik‟ ya coba dicari.”
“Terus di halaman ini agak bingung soalnya
dari sakit perut kok langsung mimpi. Jadi
ditambahin kata „tidak lama kemudian, Rafa
tertidur‟ ”.
“Di halaman ini kalimatnya jangan terlalu
panjang biar gak bingung Diganti aja jadi „saat
jam istirahat sekolah, beberapa siswa bermain
futsal‟ ”
“Terus untuk halaman kalau untuk guru, kata
Desain dari segi teks dan
kalimat sudah lebih baik dari
sebelumnya, namun ada
beberapa halaman yang perlu
perbaikan.
dipanggil itu kurang sopan ya. Diganti saja jadi
„diberitahu‟.”
Kesesuaian Warna dan
Gambar
Bagaimana perubahan warna
yang sudah direvisi? Apakah
sudah sesuai?
“Selebihnya sudah oke, tapi ini di halaman
warnanya abu-abu semua dari jalannya
mobilnya sama ininya (trotoar) nya juga abu-
abu. Kalo bisa mobilnya diganti yang cerah,
kaya kuning gini (menunjuk warna lampu
mobil). Kan sekarang udah banyak mobil yang
dicat warna warni ”
“Ini covernya juga biru-biru. Kalo bisa diganti
kuning ya entah atasnya atau background
tulisannya nanti kamu coba cocokin sendiri aja
mana yag lebih bagus ”
Desain dari segi kesesuaian
warna dan gambar sudah lebih
baik dari sebelumnya, namun
perlu ada sedikit perbaikan.
Lampiran
(TAHAP IMPLEMENTASI)
Dokumentasi Pengambilan Data
HASIL DOKUMENTASI PENGAMBILAN DATA
Dokumentasi Pengambilan Data
Pengisian lembar pretest
oleh dokter kecil kloter 1
Pengisian lembar pretest
oleh dokter kecil kloter 2
Pengisian lembar pretest
oleh dokter kecil kloter 3
Pembacaan media buku
cerita bergambar dokter
kecil kloter 1
Pembacaan media buku
cerita bergambar dokter
kecil kloter 2
Pembacaan media buku
cerita bergambar dokter
kecil kloter 3
Pengisian lembar posttest
oleh dokter kecil kloter 1
Pengisian lembar posttest
oleh dokter kecil kloter 2
Pengisian lembar posttest
oleh dokter kecil kloter 3
Lampiran
(TAHAP EVALUASI)
Lembar Persetujuan Responden Dokter Kecil
PEDOMAN WAWANCARA RESPONDEN
DOKTER KECIL
Assalamualaikum Wr. Wb.
Perkenalkan nama saya Khoirunnisa Damayanti, mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian “Rancangan Media Buku
Cerita Bergambar Dokter Kecil SD Negeri Telukpinang 03 Di Kabupaten Bogor
Tahun 2018”. Dalam penelitian ini saya membutuhkan adik sebagai sasaran.
Saya akan melakukan sebuah tes yaitu, pre dan post test yang dituliskan pada
kuisioner ini. Data pribadi yang saya dapat tidak akan disebarluaskan. Untuk itu
dimohon partisipasi adik untuk membantu saya dalam penelitian ini.
“Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia untuk menjadi responden
pada penelitian: Rancangan Media Buku Cerita Bergambar Dokter Kecil SD Negeri
Telukpinang 03 Di Kabupaten Bogor Tahun 2018
Tanda Tangan
Lampiran
(TAHAP EVALUASI)
Kuesioner Pengetahuan Dokter Kecil (Pretest dan Posttest)
LEMBAR KUESIONER PRETEST/POSTTEST
Nama : ...........................................................
Kelas : ...........................................................
Alamat : ...........................................................
Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang kamu anggap benar!
No. Kategori Pertanyaan
Kode
(Diisi
oleh
peneliti)
1. Dokter kecil
1. Yang menjadi syarat seseorang menjadi dokter kecil
adalah...
a. Suka menolong
b. Tidak bertanggungjawab
c. Kelas 1 dan 2 SD
d. Sering sakit-sakitan
2. Berikut adalah yang dimaksud trias UKS, kecuali...
a. Pendidikan kesehatan
b. Pelayanan kesehatan
c. Lingkungan sekolah bersih dan sehat
d. Pelatihan kesehatan
3. Yang termasuk tugas dokter kecil dalam Trias UKS
pendidikan kesehatan adalah...
a. Selalu bersikap dan berperilaku sehat agar dapat menjadi
contoh bagi temannya
b. Membantu guru dan petugas kesehatan saat pelayanan
kesehatan di sekolah
c. Berusaha bagi tercapainya kesehatan lingkungan di
sekolah
d. Meningkatkan kesehatan diri sendiri
4. Yang bukan termasuk syarat dokter kecil adalah...
a. Siswa kelas 4 dan 5 SD
b. Bertanggung jawab
c. Suka menolong
d. Siswa kelas 1 dan 2 SD
5. Yang termasuk tugas dokter kecil dalam Trias UKS
pelayanan kesehatan adalah...
a. Selalu bersikap dan berperilaku sehat agar dapat menjadi
contoh bagi temannya
b. Membantu guru dan petugas kesehatan saat pelayanan
kesehatan di sekolah
c. Berusaha bagi tercapainya kesehatan lingkungan di
sekolah
d. Meningkatkan kesehatan diri sendiri
2. Yuk, jajan sehat
1. Makanan yang seperti apa yang menyebabkan sakit
perut?
a. Makan jajanan sembarangan
b. Makanan yang bersih
c. Makanan 4 sehat 5 sempurna
d. Makanan dengan gizi yang baik
2. Berikut merupakan kandungan makanan yang
dihidangkan secara tunggal, kecuali...
a. Sumber zat tenaga
b. Sumber zat pembangun
c. Sumber zat pengatur
d. Sumber lemak
3. Contoh makanan yang mengandung zat tenaga adalah...
a. Singkong
b. Bakwan udang
c. Jambu
d. Bubur kacang ijo
4. Tips jajan sehat yang paling penting adalah...
a. Hindari makan makanan manis secaara berlebihan
b. Cuci tangan sebelum makan dengan sabun
c. Hindari makanan yang tidak ada/sedikit zat gizinya
d. Perhatikan kebersihan tempat makan
5. Berikut adalah contoh makanan yang dihidangkan
dengan campuran zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur yakni ...
a. Rempeyek kacang
b. Tahu isi
c. Soto ayam
d. Pisang goring
3.
Pertolongan
Pertama pada
Kecelakaan
(P3K)
1. Yang harus dilakukan pertama kali apabila melihat teman
yang jatuh atau kecelakaan di sekolah adalah...
a. Minta bantuan dengan memanggil guru
b. Menolong sendiri
c. Diam saja
d. Pergi meninggalkan teman yang kecelakaan
2. Tahapan pertama dalam mengobati luka terbuka adalah...
a. Gunakan kasa steril untuk menghentikan pendarahan
b. Posisikan bagian tubuh yang luka ke atas
c. Bersihkan dengan sabun antiseptik
d. Bersihkan luka dengan air yang mengalir
3. Kapan perban harus diganti?
a. Setiap hari sebelum tidur dan setelah mandi
b. Seminggu sekali
c. Dua hari sekali
d. Tidak diganti
4. Berikut adalah tahapan cara tepat obati luka terbuka,
kecuali...
a. Gunakan kasa steril untuk menghentikan pendarahan
b. Posisikan bagian tubuh yang luka ke atas
c. Ganti perban 5 hari sekali
d. Bersihkan luka dengan air yang mengalir
5. Setelah luka diobati, apa yang harus dilakukan?
a. Beristirahat
b. Berlarian
c. Berjalan jauh
d. Bermain bola
Lampiran
(TAHAP EVALUASI)
Kuesioner Penilaian Media Buku Cerita Bergambar Oleh Dokter Kecil
KUESIONER PENILAIAN MEDIA
Berikut adalah lembar evaluasi untuk buku cerita bergabar dokter kecil.
Berikan tanda (X), pada nomor 1, 2, 3, 4, atau 5.
Skala Penilaian:
1 : Sangat Buruk
2 : Buruk
3 : Cukup
4 : Baik
5 : Sangat baik
No. Aspek
Penilaian Indikator
Nilai Ruang
Entry 1 2 3 4 5
1. Isi Materi
Ketepatan gambar yang digunakan untuk
kejelasan materi 1 2 3 4 5
Urutan penyajian materi 1 2 3 4 5
Materi mudah dimengerti 1 2 3 4 5
2. Tampilan
Tata letak teks dan gambar 1 2 3 4 5
Kesesuaian pemilihan warna 1 2 3 4 5
Ukuran teks dan huruf dapat terbaca 1 2 3 4 5
3. Komunikasi
Visual
Komunikatif 1 2 3 4 5
Kesederhanaan 1 2 3 4 5
Daya tarik media 1 2 3 4 5
Ketepatan penggunaan bahasa 1 2 3 4 5
4. Kemanfaatan Manfaat buku cerita 1 2 3 4 5
Saran:
Lampiran
(TAHAP EVALUASI)
Hasil Analisis Deskriptif
Statistics
Pengetahuan
Dokcil Jajan Sehat P K
Pengetahuan
Dokcil Jajan Sehat P K
N Valid
Missing
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Minimum ,
Maximum
Sum
Lampiran
(TAHAP EVALUASI)
Hasil Independent T-Test dan Uji Wilcoxon
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
PengetahuanDokcil , , , ,
JajanSehat , , , ,
P K , , , ,
PengetahuanDokcil , , , ,
Jajansehat , , , ,
P K , , , ,
a. Lilliefors Significance Correction
ANOVA
P K
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,
Within Groups Total
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. ( -
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair P K - P K - , - -, - ,
Test Statistics
a
Pengetahuan
Dokcil –
Pengetahuan
Dokcil
Jajan sehat –
Jajan Sehat
Z - b -
b
Asymp. Sig. ( -tailed) , ,
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Lampiran
(TAHAP EVALUASI)
Hasil Tanggapan Dokter Kecil Terhadap Media Buku Cerita Bergambar Dokter
Kecil
TANGGAPAN DOKTER KECIL SETELAH MEMBACA
BUKU CERITA BERGAMBAR DOKTER KECIL
No. Tanggapan
1. Saya menyarakan untuk menambah pengetahuan lagi di dalam buku tersebut.
2. Buku ini sangat menarik dan bermanfaat supaya lebih menari harus ada ekspresi
3. Kita tidak boleh jajan sembarangan lagi. Kita harus memakan makanan 4 sehat 5
sempurna seperti di dalam buku tersebut.
4. Buku cerita dokter kecil itu sangat baik, dan manfaatnya juga sangat baik. Dan dapat
dipercaya oleh anak-anak, menjadi dokter kecil itu baik, dan supaya menolong yang
kesakitan, dan membuat kesederhanaan.
5. Baik, karena buku cerita itu dapat dimengerti dengan baik dan banyak sekali manfaaat
dari buku itu. Kita pun dapat mengetahui cara-cara dokter kecil melakukan tugasnya.
6. Untuk menghindari berbagai penyakit. Untuk kesehatan hidup dan mencegah infeksi atau
penyakit.
7. Lebih ditambah lagi wawasannya dan belakang bukunya diberi gambar.
8. Manfaat buku cerita ini baik. Buku ini mudah dimengerti. Daya tariknya sangat baik.
Buku ini perlu ditaambah ceritanya supaya buku ini mudah dimengerti.
9. Yang harus diperbaiki menurut saya bahasa, lebih banyak lagi penjelasan trias UKS,
keseimbangan makanan bergizi, tenaga, pengatur, contoh makanannya.
10. Buku ini banyak pengetahuan yang kita ketahui. Buku ini bisa dimanfaatkan. Saya ingin
buku ini sudah lebih lengkap isi materi dan lain-lainnya.
11. Sangat baik dan tepat untuk ketepatan penggunaan bahasa, penjelasannya dan buku
ceritanya sangat seru dan seharusnya warnanya lebih bagus.
12. Kurang baik dalam tampilan gambar.
13. Sebaiknya yang tercantum di buku cerita “Dokter Kecil” tidak hanya soal jajanan sehat
dan petualangan dokter kecil, tapi harus juga tentang dokter kecil lebih dalam materinya
dan cara meletakkan gambar harus lebih diperbaiki lagi.
14. Sampul bukunya harus lebih meenark. Warnanya lebih menarik. Gambar dan ceritanya
lebih diperdalam. Cerita harus lebih menarik.
15. Kak materinya mungkin lebih ditambah lagi, dan mungkin manfaatnya ditambah.
16. Buku cerita dokter kecil sangat bagus untuk dibaca, ukuran teks dan huruf dapat terbaca,
jadi buku cerita dokter kecil sangat indah.
17. Harus lebih bagus.
18. Seharusnya tambah lagi tulisan teksnya pada buku cerita.
19. Buku cerita ini sangat baik dengan gambar juga sangat baik. Kita juga membaca lebih
baik dalam bacaan dibuku yang baik.
20. Ada yang harus diperbaiki lagi yaitu kesederhanaannya dan saya bisa mengerti. Dan
semuanya sangat baik kecuali kesederhanaan cukup baik.
21. Baik untuk yang membaca buku dokter kecil tulisannya sangat bisa dimengerti dan
gampang dipahami.
22. Buku cerita ini sangat bagus enak dibaca dan menarik dan yang lebih bagus kita bisa lebih
membahas dokcil secara pelayanan kit bisa mengerti karena bukunya menarik bisa diingat
dan dipahami.
23. Seharusnya tambah lagi buku ceritanya agaar lebih menarik.
24. Seharusnya tambah lagi buku ceritanya agar lebih menarik dan materinya lebih banyak.
25. Dibacanya dengan rutin supaya menjadi lebih sehat dengan membacanya.
26. Karena buku cerita petualang sangat dimengerti mudah dipahami dan baik percakapannya.
27. Semuanya sangat baik, jadi tidak perlu diperbaiki lagi, hanya saja perbagus materi yang
ditampilkannya.
28. Sangat menempatkan pribahasanya dengan baik dan benar untuk kita.
29. Ketepatan materinya cukup dan baik sehingga orang yang membacanya bisa lebih
gampang untuk memahaminya.
30. Karena dokter kecil itu sangat berarti bagi manusia, karena dokter itu bisa menyembuhkan
banyak orang dari berbagai penyakit dari mana saja.
31. Sarannya ya memang buku itu sangat baik untuk dokter kecil kita harus waspada kita
harus jajan yang sehat jangan jajan sembarangan.
32. Saya sangat mengerti dengan materi-materi yang tertulis dibuku ini karena saya merasa
materi yang ada di buku ini sangat bagus, dan gampang dipahami.
33. Kita harus rajin belajar.
34. Harus lebih tepat gambar yang digunakan untuk kejelasan.
35. Kita dapat mengetahui tentang dokcil dan saya sangat menyukai tentang dokcil.
36. Kita dapat mengerti cara menjadi dokcil yang baik.
37. Harus lebih menarik lagi dan harus lebih bagus bermanfaat bagi semua orang yang
membaca bukunya.
38. Lebih perbanyak ceritanya supaya lebih seru dan asik, tapi banyak dan juga sederhana.
39. Seharusnya buku cerita bergambar dokter kecil dibaca oleh seluruh dokter kecil.
40. Sarannya tema buku yang tadi.