rami makalah

36
B o e hm e r i a ni ve a SEBAGAI BIOMATERIAL INDUSTRI MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Sains dan Teknologi Hayati Oleh Veronica Grace 19813005 Hadiyan Rahimi 19813030 Eunike Lily C. S 19813065 Sylvania Wulandari 19813114 Raexsyaf Arrahman 19813104 SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG 2013

Upload: zella-purnamaningtyas

Post on 09-Oct-2015

616 views

Category:

Documents


42 download

DESCRIPTION

Rami

TRANSCRIPT

  • Boehmeria nivea

    SEBAGAI BIOMATERIAL INDUSTRI

    MAKALAH

    Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

    Pengantar Sains dan Teknologi Hayati

    Oleh

    Veronica Grace 19813005

    Hadiyan Rahimi 19813030

    Eunike Lily C. S 19813065

    Sylvania Wulandari 19813114

    Raexsyaf Arrahman 19813104

    SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    BANDUNG

    2013

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia adalah suatu negara adidaya yang kaya akan berbagai

    keanekaragaman hayati. Indonesia juga merupakan negara dengan letak wilayah

    yang strategis, yaitu berada di kawasan tropis. Dengan iklim yang menunjang

    serta keanekaragaman yang begitu mutlak terbentang di sepanjang khatulistiwa,

    menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang sesungguhnya berpotensi

    untuk mengolah berbagai kekayaan tersebut menjadi berbagai bahan produksi

    yang membawa banyak keuntungan. Berbagai macam keanekaragaman tersebut

    seperti variasi tanaman dapat diolah menjadi obat-obatan, pakaian, serta berbagai

    material lainnya. Obat-obatan serta pakaian yang dihasilkan tentu akan mengalami

    proses pengolahan terlebih dahulu pada industri masing-masing. Kenyataannya,

    proses tersebut tidaklah selalu berjalan mulus tanpa hambatan. Berbagai faktor,

    termasuk keterbatasan material menjadi pemicu utama penghalang maju dan

    berkembangnya berbagai industri yang ada di Indonesia.

    Sebagai bukti nyata, industri tekstil sebagai salah satu industri yang terus

    berevolusi tiada henti sepanjang masa juga tengah bergelut dengan ketersediaan

    material utama sebagai kendala utama penggerak industrinya. Kapas sebagai

    bahan baku tekstil di Indonesia sampai saat ini masih diimpor dari luar negeri.

    Suplai kapas di pasaran dunia semakin berkurang karena banyak negara penghasil

    kapas dunia mengurangi ekspor kapasnya untuk digunakan pada industri sendiri.

    Sebanyak 565 ribu ton kapas pada tahun 2000 telah diimpor dan jumlahnya kerap

    mengalami peningkatan menjadi 762 ribu ton pada tahun 2001. Kenyataan lain

    yang menyedihkan yakni produksi kapas dalam negeri yang hanya mencapai

    2.000 ton hanya mampu mencukupi sebesar 0,4% saja dari kebutuhan masyarakat

  • nasional. Memang bahan baku tekstil bukan hanya terbuat dari kapas saja dan bisa

    berasal dari serat sintetis seperti rayon dan polyester, tetapi serat-serat sintesis

    tersebut mempunyai kelemahan antara lain sulit menyerap keringat. Hal ini

    berakibat pada timbulnya ketidaknyamanan ketika bahan tersebut digunakan

    sebagai bahan baku pembuatan pakaian meskipun harganya tergolong murah.

    Oleh karena itu, melihat penggunaan serat sintesis yang kurang optimal,

    seharusnya kita dapat melihat lebih jauh kepada serat alam yang mungkin akan

    jauh memberikan manfaat lebih bila dikritisi komponen dan pengolahnnya.

    Salah satu serat alam yang menarik perhatian saat ini ialah tanaman rami atau

    Boehmeria nivea. Serat ini selain dinilai dapat menyerap keringat, juga akan

    memberikan kenyamanan lebih apabila digunakan sebagai bahan pembuatan

    pakaian. Menurut Soemarno (1984), serat rami yang diusahakan di Indonesia

    memenuhi syarat sebagai bahan tekstil karena mempunyai beberapa kelebihan,

    antara lain: lebih kuat, lebih tahan air, dan lebih mengkilap dari pada serat kapas.

    Tak hanya sebagai bahan dasar sandang, Boehmeria nivea atau yang biasa kita

    kenal dengan sebutan tanaman rami dalam kehidupan sehari-hari dirasa memenuhi

    berbagai kualifikasi untuk dapat menjadi sumber daya yang akan berpotensi di

    masa yang akan datang. Namun perlu kita ketahui bahwa penggunaan serat rami

    di Indonesia saat ini masih sebatas sebagai campuran serat kapas pada industri

    tekstil dan produk tekstil.

    Oleh karena itu, melalui makalah ini, penulis mencoba meganalisis berbagai

    potensi lain yang dimiliki oleh tanaman rami untuk lebih dapat diolah menjadi

    sumber daya yang lebih berkualitas. Didukung oleh beriklim tropis dengan curah

    hujan yang cukup sehingga dapat menjadi lahan yang ideal sebagai pertumbuhan

    dan perkembangan tanaman ini. Selain itu, dengan didukung oleh kemajuan ilmu

    pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi ini, diharapkan

    pengolahan tanaman rami yang lebih baik kedepannya dapat terlaksana sehingga

    tak hanya Indonesia saja yang menjadi negara utama yang memproduksi tanaman

    ini, tetapi juga negara-negara maju dan berkembang lainnya, seperti China, Korea,

    Filipina, Brazil juga dapat menerapkan hal yang serupa sehingga akan dapat

  • terjalin kerjasama bilateral ataupun multilateral yang akan mampu meningkatkan

    devisa dan kesejahteraan masyarakatnya.

    1.2 Tujuan

    Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan makalah ini antara lain :

    1. Pengoptimalisasian penggunaan Boehmeria nivea atau tanaman rami sebagai

    bahan dasar dan substitusi berbagai material

    2. Mengetahui berbagai teknik dan proses budidaya tanaman rami di Indonesia

    3. Pemanfaatan potensi tanaman rami sebagai salah satu penunjang industri

    berskala besar

    4. Mengetahui proses produksi dan pemasaran tanaman rami baik secara lokal

    maupun ekspor impor

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Biologi dari Komoditas

    Spesies : Boehmeria nivea

    Nama Indonesia : Rami

    Nama Lokal : Haramay (Sunda).

    Deskripsi : Merupakan tumbuhan berumah satu, tegak, tinggi 1-

    2(-3) m, dengan rhizome panjang dan akar tuber

    sebagai penyimpan cadangan makanan. batang tidak

    bercabang dan kosong, diameter 8-16 mm, pada

    awalnya berwarna hiaju dan berambut kemudian

    berubah menjadi kecoklatan dan berkayu, lapisan kulit

    kayu menghasilkan serat rami. Daun berseling,

    sederhana, dengan 3 tulang daun basal utama; stipula

    axillary, pangkal connate, lanset menggaris, panjang

    mencapai 1,5 cm; panjang tangkai daun 6-12 cm,

    berambut; helaian daun membundar telur, triangular to

    suborbicular, 7-20 cm x 4-18 cm, pangkal membaji

    hingga agak menjantung, tepi daun bergigi,

  • menggergaji atau beringgitan, ujung meruncing

    panjang, berwarna hiaju dan berambut di permukaan

    atas, pada permukaan bawah gundul dan berwarna

    hijau atau putih. Inflorescence axiller, tandan, malai,

    panjang 3-8 cm. Buah agak membulat hingga bulat

    telur, diameter sekitar 1 mm, berambut, crustaceous,

    coklat-kuning. Biji agak menbulat hingga bulat telur,

    coklat tua.

    Distribusi/Penyebaran : Merupakan tumbuhan asli daerah Cina Barat dan

    Tengah. Asal dan penyebaran geografi Ramie,

    kemungkinan dari China Barat dan Tengah dan telah

    dibudidayakan di China karena keantikannya.

    Penanaman menyebar dari China ke negara - negara

    Asia lainnya. Tanaman dan produk Ramie dibawa ke

    Eropa pada abad ke 18 dan penanaman percobaan

    dibangun di beberapa negara - negara troopis,

    subtropis dan temperate. Meskipun dengan adanya

    kemajuan serat sintetik, namun tanaman ini masih di

    beberapa negara tropis dan subtropis, seperti Filipina,

    Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Kamboja dan

    Laos.

    Habitat : Ekologi tanaman ini adalah di daeerah temperate yang

    hangat hingga hutan deciduous subtemperate, juga di

    daerah tropis datarn rendah dan dataran tinggi,

    terutama di daerah dengan iklim musim.

    Perbanyakan : Rami dapat diperbanyak dengan menggunakan biji,

    tetapi membutuhkan waktu 1-2 tahun untuk produktif

    dan biasanya mutunya lebih rendah dari induknya.

    Rami biasanya diperbanyak secara vegetatif dengan

    memotong rhizomenya, sepanjang 15-30 cm, yang

    didapat dari tanaman yang umurnya sedikitnya 3

    tahun. Untuk pertumbuhan yang optimal, rhizhome

  • harus ditanam segera setelah dipotong. Jika

    penanaman segera tidak mungkin dilakukan, rhizhome

    harus dijaga kelembabannya dengan ditutup atau

    ditempatkan di tempat yang ternaungi. Potongan

    rhizome biasanya ditanam secara manual dengan

    kedalaman 5-7.5 cm. Jarak tanam bervariasi,

    tergantung pada kesuburan tanah, kultivar dan

    kemampuan untuk ditanam. Jarak antara garis berkisar

    antara 25-140 cm dan di dalam garis 5-60 cm. Rami

    dapat juga ditanam dengan pembagian lapisan udara

    dan potongan batang. Perbanyakan secara in vitro

    memungkinkan, sebagai tanaman lengkap yang

    diperoleh dari kotiledon, daun, segmen batang,

    segmen daun dan hipokotil rami untuk memproduksi

    kalus.

    Manfaat tumbuhan : Serat dari batang rami merupakan salah satu serat

    tekstil tertua, digunakan sejak sebelum jaman

    prasejarah China, India dan Indonesia. Sekarang, serat

    rami digunakan untuk produksi tambang, benang

    string, jala ikan, pabrik jahit. Serat dapat dibuat

    menjadi pakaian (pakaian kasar, linen kasar atau linen

    China) yang dipakai untuk pakaian, taplak meja, lap

    makan, tissue, sarung bantal, handuk, dsb. Serat rami

    diproses menjadi produk lainnya seperti kanvas, jaring

    nyamuk, pakaian saring, mantel gas, sol sepatu dan

    karpet. Rami biasanya dicempur dengan polyester,

    wool, sutra atau katun.

    Sinonim : Urtica nivea L. (1753), Boehmeria tenacissima

    Gaudich. (1830), Boehmeria utilis Blume (1853).

  • 2.2 Potensi Industri

    2.2.1 Skala Usaha Besar

    Budidaya tanaman rami memang akan lebih ekonomis bila dilakukan

    dalam skala usaha yang cukup besar.Untuk mendapatkan nilai tambah dari

    budidaya tanaman rami ini,sebaiknya dilakukan pengolahan awal di tingkat

    usahatani,sehingga produk yang dihasilkan berupa bahan serat yang siap masuk

    pabrik.Untuk itulah suatu usahatani tanaman rami perlu dilengkapi dengan mesin

    pengolah dekortikator.

    Proses pertamanya adalah batang hasil panen terlebih dahulu dibuang

    daun-daunnya,kemudian diolah untuk diambil seratnya dengan mesin dekortikator

    tersebut.Hasil dekortikator ini adalah berupa serat basah kasar yang harus

    dipisahkan atau dipilih-pilih,lalu dicuci dan dikeringkan. Selama

    pengeringan,jangan sampai terkena air,karena bisa menghasilkan warna yang

    jelek dan sisa-sisa getahnya bisa mengakibatkan lengketnya serat-serat

    tersebut.Hasil pengeringan serat rami ini disebut China Grass dan bahan inilah

    yang biasa dijual untuk bahan baku industri yang kini berkembang pesat.

    Agar harga jual serat rami mencapai tingkat yang ekonomis, maka produk

    serat yang dihasilkan harus memenuhi standar mutu yang dibutuhkan berbagai

    industri antara lain : serat tidak mudah putus, kuat, bersih, berwarna kuning

    gading, kuning sampai kecokelat atau hijau tua kehijau-hijauan, serta memenuhi

    criteria panjang serat. Kriteria panjang serat rami yang sesuai standar mutu dari 6

    kelas yakni super long, dengan panjang lebih dari 200 cm, ekstra long dengan

    panjang antara 150 sampai dengan 200 cm, very long dengan panjang berkisar

    125 sampai dengan 150 cm, long dengan interval panjang antara 100 sampai 125

    cm, normal dengan panjang 80 sampai 100 cm dan yang terakhir adalah short

    yang memiliki panjang antara 40 sampai 80 cm.

  • 2.2.2 Rami Sebagai Substitusi Kapas

    Komoditas rami, china grass, semakin banyak diminta oleh industri

    pemintalan dalam negeri sejalan dengan semakin berkurangnya suplai kapas di

    pasaran dunia karena banyak negara penghasil kapas dunia mengurangi ekspor

    kapasnya untuk dipakai untuk industri sendiri. Industri garmen lokal sudah sejak

    tahun 1980 an melakukan impor rami khususnya dari negara China. Belakangan

    suplai rami produksi lokal semakin menurun, yang menyulitkan pabrik-pabrik

    pemintalan lokal. Pernah dilakukan impor serat rami kasar dari Philipina tetapi

    belum berhasil menyelesaikan permasalahan.

    Dibandingkan kapas, rami sebenarnya memiliki beberapa keunggulan

    antara lain kualitas tekstil yang dihasilkannya lebih baik karena memiliki

    kehalusan serat (dyener) seperti halnya kapas, dengan elastisitas yang baik dan

    lebih sejuk apabila dipakai. Industri pertekstila nasional dulunya banyak

    mengandalkan kapas tetapi 98 % kebutuhan kapas nasional masih tergantung pada

    suplai impor. Sementara itu, program Intensifikasi kapas Rakyat (IKR) baru

    mampu memasok sebanyak 2 % dari total yang dibutuhkan industri tekstil sebesar

    746.730 ton (tahun 2000).Ketua Komite Serat Alam Asosiasi Pertekstilan

    Indonesia, Drs Soerpto, memperkirakan bahwa kebutuhan kapas dunia pada tahun

    2005 akan mencapai 23 juta ton yaitu meningkat 10,58 % dibandingkan tahun

    2000 sebesar 20 juta. Akan terdapat kekurangan suplai sebesar 440.000 ton.

    Impor rami untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri menurut catatan

    Badan Pusat Statistik dari tahun ke tahun semakin meningkat. Apabila impor serat

    rami tercatat 38.185 kg dan benang 15.485 kh pada tahun 1996, maka pada tahun

    1999 impor melonjak menjadi 472.312 kg untuk serat rami dan 78.834 kg

    untuk benang. Kebutuhan rami pada saat ini diperkirakan sudah mencapai

    500 ton per hari. Meskipun kebutuhan rami meningkat tetapi masih ada banyak

    hambatan yang mengganjal pengembangan budidaya rami dan proses pengolahan

    serat rami kasar. Kualitas serat rami produksi lokal masih rendah mengingat

    kurang memadainya peralatan pengolahan yang digunakan dan masih terbatasnya

    sumber daya manusia yang terlibat. Jenis mesin pintal yang dimiliki industri

    lokal kebanyakan diperuntukkan untuk mengolah kapas. Pembuatan benang

  • pintal dari rami harus menggunakan long fiber spinning system agar bisa

    menghasilkan benang dan kain berkualitas halus dan baik.

    Teknik budidaya rami sudah berjalan dengan baik tetapi proses

    sesudahnya untuk pengolahan serat masih banyak hambatan. Serat rami produksi

    lokal masih kasar dan agak kaku yang menyulitkan proses pemintalan selanjutnya.

    Meskipun demikian, industri pemintalan di Indonesia sekarang ini sudah

    memungkinkan untuk mengolah rami.

    2.3 Teknologi

    2.3.1 Teknologi masa prapanen rami

    Di Indonesia, klon-klon tanaman rami yang ditanam adalah Pujon 10,

    Pujon 13, Pujon 301, Indochina, Florida, dan lain-lain. Pada umumnya kepadatan

    tanam per hektar mencapai 25.000 30.000 rumpun per ha. Tanaman rami dapat

    dipanen setelah berumur 5070 hari. Bila keadaan tanaman normal, dalam arti

    kecukupan hara dan air, hasil panen dapat mencapai 1015 ton batang basah per

    ha. Setelah panen, tanaman harus dirawat dalam arti dipupuk lagi dengan pupuk

    yang sesuai agar hara yang telah diserap oleh tanaman rami dikembalikan lagi.

    Dengan demikian kesuburan tanah dapat dipertahankan. Dengan perawatan yang

    intensif, tanaman rami dapat bertahan 68 tahun sebelum diremajakan kembali

    dengan hasil yang relatif konstan.

    Daerah perintis penanaman rami adalah Wonosobo, Garut, Sukabumi,

    Subang, Lampung Utara, Lampung Barat, Muara Enim, Pagar Alam, Oku, Musi

    Rawas, Lahat, Rejang Lebong, dan lain-lain. Di Sumatra Utara, rami

    dikembangkan di daerah sekitar Toba Samosir dan di Provinsi Jambi, rami

    dikembangkan di Bungo. Tanaman rami merupakan tanaman yang serba guna.

    Selain serat, dari proses dekortikasi akan didapatkan sisa hasil proses dekortikasi.

    Bahan ini dapat diuraikan lagi menjadi senyawa sederhana yang berguna untuk

    pupuk tanaman. Dengan proses pengomposan sisa hasil proses dekortikasi dapat

    dipakai untuk pupuk hijau yang dapat dikembalikan ke lahan pertanaman rami.

  • Daun rami dapat dipakai untuk pakan ternak. Adapun kotoran ternak dapat

    dikembalikan ke pertanaman. Dengan demikian, apabila usaha tani rami ini

    dikombinasikan dengan peternakan, bukan tidak mungkin memberikan

    keuntungan bagi petani/pengelola yang melaksanakannya.

    2.3.2 Teknologi masa panen rami

    Pada perkebunan yang berdrainase baik, tanaman rami sudah bisa dipanen

    ketika umur 3-4 bulan. Namun, untuk varietas Florida umumnya panen sekitar 60

    hari, dan varietas Formosa sekitar 45 hari. Hal yang pasti bahwa tanda-tanda

    tanaman yang siap panen, yakni pertumbuhannya berhenti, batang bagian bawah

    berwarna cokelat, batang mudah pecah, seratnya telah sampai ke pucuk dan tunas-

    tunas baru bermunculan pada pangkal batang.

    Apabila tanaman telah memperlihatkan tanda-tanda panen tersebut,

    sebaiknya pemanenan segera dilakukan. Bila dibiarkan lebih dari 2 minggu, maka

    kualitas serat rami yang dihasilkannya kurang begitu baik dan tunas baru tidak

    segera diberi kesempatan untuk tumbuh lebih baik. Adapun pemanenan dilakukan

    dengan cara memotong batang dekat permukaan tanah. Selain itu, disarankan agar

    hasil pemanenan pertama kali tidak diambil seratnya, melainkan dibenamkan

    untuk dijadikan pupuk dikarenakan mutu serat tanaman ini dinilai masih kurang

    baik. Sedangkan untuk pemanenan berikutnya dapat dilakukan setiap 60-80 hari

    sekali. Sehingga untuk tahun pertama bisa panen rami dan tahun-tahun berikutnya

    sebanyak 6 kali panen setiap tahun.

    Produksi batang segar rami setiap kali panen bisa mencapai sekitar 10 ton per

    hektar.Usia produksi tanaman rami berkisar antara 5-10 tahun, tergantung

    varietasnya, kondisi lingkungan dan juga dalam pemeliharaannya. Jika

    produksinya sudah menurun, maka perlu dilakukan peremajaan tanaman, yakni

    tanaman yang sudah tua dibongkar rhizome dan akar-akarnya. Kemudian

    dilakukan pengolahan tanah dan penanaman baru seperti pada penanaman

    pertama.

  • 2.3.3 Teknologi masa pascapanen rami

    Pascapanen rami merupakan rangkaian panjang sebelum batang rami dapat

    dimanfaatkan menjadi serat rami siap pintal yang biasa disebut rami top.

    Rangkaian ini meliputi: proses dekortikasi batang rami menjadi china grass,

    degumming china grass menjadi serat bebas gum, pelunakan (softening) serat

    bebas gum agar serat menjadi lemas. Perlakuan selanjutnya pembukaan bundelan

    serat menjadi helaian serat elementer agar mudah dipintal atau di-blending dengan

    serat sintetis atau serat alami lainnya. Serat yang telah mengalami perlakuan di

    atas disebut rami top. Selanjutnya rami top dapat diperdagangkan dalam bentuk

    aslinya atau dipotong-potong sepanjang serat kapas apabila akan diblending

    dengan serat kapas. Selanjutnya, proses diatas akan diuraikan sebagai berikut :

    Yang pertama ialah teknologi dalam proses pemisahan serat dari batang.

    Proses dekortikasi atau proses pemisahan serat dari batang dilakukan dalam

    keadaan tanaman masih basah; hasil proses dekortikasi yang berupa serat kasar

    (china grass) kemudian di- keringkan. Sistem kerja alat ini ialah pemukulan

    batang basah oleh batang besi yang melintang te- gak lurus atas batang tersebut.

    Bagian kayu akan hancur dan serat mengelupas, kemudian akan terpi- sah

    bersama dengan keluarnya serat dari mesin. Serat inilah yang biasa disebut china

    grass. Mesin dekortikator yang digunakan adalah mesin diesel atau bensin

    berkekuatan 25 pk. Ada juga mesin dekortikator yang digerakkan dengan motor

    listrik, namun sangat jarang. Kemampuan proses dekorti- kasi per mesin sekitar 1

    ton batang basah per hari. Output berupa serat mentah (china grass) = 525 kg per

    15 ton hasil panen batang basah per hektar (rendemen 3,5%). Efektivitas

    pemakaian per mesin dapat mencapai 45 hektar dan mesin dioperasikan di lokasi

    perkebunan. Proses dekortikasi dengan sistem penggilasan dan kontinu dapat

    menghasil- kan serat mentah dengan rendemen 6%.

    Proses selanjutnya yakni proses penerapan teknologi degumming. Proses

    ini merupakan upaya penguraian china grass menjadi serat elementer dengan cara

    mendekomposisi gum/pektin/zat perekat yang ber- ada di antara helaian serat.

    Pada umumnya proses merupakan proses kimiawi yang disertai dengan

  • pemanasan. Bahan kimia yang digunakan ialah NaOH dengan konsentrasi 2

    sampai 5%, suhu pemanasan sekitar 90 sampai 95%, serta lama pemanasan yakni

    sekitar 2 sampai 3 jam. Kemampuan mesin degumming melakukan proses ini

    yaitu sebanyak 50 kg per batch, dengan jumlah per hari sebanyak 4 sampai 5

    batch, bergantung pada jenis dan kapasitas mesin.

    Proses degumming serat rami dimaksudkan untuk menghilangkan perekat

    yang melengketkan serat-serat rami pada serat kasar rami (yang biasa disebut

    china grass) yang sudah dipisahkan dari batangnya (di-dekorikasi). Ini mutlak

    diperlukan agar serat rami terlepas dalam helaian-helaian sehingga dapat dengan

    mudah dipintal. Proses degumming dengan metode biologis atau enzimatis

    merupakan cara alternatif dengan mempergunakan bakteri atau enzim. Cara ini

    tidak menggunakan bahan kimia dan suhu yang dipertinggi; merupakan suhu

    optimal untuk kegiatan enzimatis yang dilakukan oleh bakteri/enzim pe- rombak.

    Berbeda dengan proses degumming cara kimia yang memerlukan waktu proses

    cukup singkat (23 jam pemasakan), proses ini memerlukan waktu lebih lama.

    Hal ini disebabkan karena kegi atan enzimatis tersebut yang tidak dapat

    dipercepat. Untuk mempercepat proses ini jalan yang di- tempuh ialah dengan

    mengondisikan tempat proses pada keadaan optimal untuk kegiatan bakteri pe-

    rombak/enzim yang dipergunakan dalam proses degumming. Cara ini masih

    belum banyak dipakai di kalangan praktisi, karena memerlukan tempat proses

    yang lebih besar/banyak. Namun bila diinginkan proses tanpa bahan kimia, proses

    degumming dengan menggunakan metode ini layak dipertimbangkan.

    Dari berbagai hasil penelitian dan uji coba, dapat disimpulkan bahwa

    proses degumming dengan cara enzimatis akan menghasilkan serat berkualitas

    yang lebih baik dan bermutu melalui cara kimia. Degumming cara enzimatis in

    imasih terus dikembangkan dan kini aplikasinya masih terbilang cukup kecil

    dengan begitu banyaknya lapangan yang sudah tersedia. Tantangan yang

    dihadapi untuk diatasi segera ialah waktu yang diperlukan untuk menjalankan

    proses degumming enzimatis yang masih cukup lama, yakni 5 sampai 7 hari.

    Hasil proses degumming ini berupa degum- med fiber dengan rendemen 90% yang

    mengan- dung 90% selulosa.

  • Proses yang ketiga yaitu proses pelemasan. Serat hasil proses degumming,

    baik cara kimia maupun biologis/enzimatis masih memerlukan perlakuan lanjutan

    berupa proses pelemasan (softening). Proses ini dilakukan dengan tujuan agar

    serat rami tidak kaku. Adapun cara-caranya sebagai berikut: cara kimiawi melalui

    metode perendaman atau penyemprotan dengan zat pelemas sedangkan cara

    mekanik melalui mekanisme penggilasan. Setelah melalui proses ini serat akan

    menjadi lemas dan siap untuk mendapat perlakuan selanjutnya.

    Setelah itu teknologi juga masih berperan dalam proses pembukaan.

    Proses ini dilakukan agar serat berubah menjadi helaian serat atau serat elementer

    yang menyerupai serat kapas tetapi dengan panjang yang berbeda. Prinsip kerja

    alat ini ialah mengurai, membuka, dan melepas serat-serat yang masih saling

    melekat. Peralatan yang digunakan ialah: mesin fiber opener atau waste opener.

    Hasil proses ini ialah serat stapel rami siap pintal atau yang biasa disebut rami

    top. Serat ini dapat dikempa dan dikemas dalam satu kemasan atau dipotong

    sepanjang serat kapas, apabila akan dicampur dengan serat kapas.

    2.3.4 Pemeliharaan

    Adapun pemeliharaan tanaman yang pokok adalah penyiangan, pengairan,

    perbaikan drainase dan pemupukan. Pada proses penyiangan harus disesuaikan

    dengan kondisi pertumbuhan gulma dan lahan. Jika pengairan meliputi

    penyiraman pada musim kering dan perbaikan dranase pada musim penghujan.

    Tanaman rami termasuk jenis tanaman yang sensitif terhadap tanah yang

    tergenang air. Itulah sebabnya jika terjadi genangan air lebih dari 24 jam, maka

    akan mengakibatkan tanaman rami menjadi layu dan bahkan akan mati seketika.

    Dalam upaya mempercepat pertumbuhan danmeningkatkan produktivitas, maka

    tanaman rami perlu diberi pupuk buatan,selainpupuk kandang yang diberikan

    sebelum tanaman..Pupuk buatan diberikan pada saat tanaman berumur 2-3 minggu

    berupa campuran Urea,TSP dan KCL.Pada umumnya, dosis pupuk tergantung

    pada kesuburan tanahnya,tetapi bisa menggunakan patokan jumlah TSP25-50

    kg/ha,Urea 100-150 kg/ha dam KCl sebanyak 50-100 kg/ha.Lantas,campuran

  • pupuk buatan ini dimasukkan pada lubang pupuk yang ditugal pada jarak 10 cm

    daripangkal batang tanaman rami.

    2.4 Industri yang Telah Berkembang

    Salah satu industri yang tengah berkembang pesat saat ini dalam proses

    pengolahan rami yakni industri kain yang berasal dari serat Rami. Rami bahkan

    telah menjelajah dan menembus mancanegara. Berikut adalah satu dari sekian

    banyak bukti yang merujuk pada keunggulan rami sebagai material berkualitas

    yang menjanjikan.

    Ruang tamu berukuran 5 x 5 meter itu tampak penuh. Di setiap sisi dinding

    terdapat kursi panjang. Sedangkan di tiap pojok terlihat manekin. Sebuah etalase

    kaca berisi tumpukan kain diletakkan di sebelah kiri pintu masuk. Di atas etalase

    itu terdapat deretan benang bertumpuk-tumpuk.

    Jangan salah. Baju, kain, dan benang itu bukan dari bahan kapas, melainkan

    terbuat dari serat rami (Boehmeria nieca). Mien Aminah Musaddad, sang pemilik

    rumah, lantas menunjuk sebuah kardus besar di dekat pintu masuk yang berisi

    ikatan batang pohon rami sebagai bukti. Ikatan pohon itu untuk contoh bila ada

    tamu yang ingin melihat langsung bentuk pohon rami, ujarnya.

    Dari rumah sederhana itulah kini berkembang industri baru: kain serat rami.

    Peminatnya pun bukan hanya pasar dalam negeri, melainkan juga pasar

    mancanegara, terutama Cina. Karena itu, Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa

    Barat, merancang konsep perencanaan pembangunan industri kain berbahan baku

    rami secara besar-besaran. Di wilayah kota dodol itu, tanaman rami bakal

    dikembangkan hingga seluas 300 hektare.

    Pada saat ini, Garut menghasilkan 600 ton rami per bulan dari lahan seluas 200

    hektare. Prospek tanaman itu dipercaya sangat moncer lantaran hingga kini

  • Indonesia masih mengimpor serat kapas lebih dari 95 persen kebutuhan dalam

    negeri. Apalagi, hasil penelitian membuktikan, daun rami mengandung 21 persen-

    23 persen protein, 10 persen-11 persen lemak, 14 persen-16 persen serat kasar, 22

    persen fosfor, dan 4,9 persen kalsium, bahkan kaya lisin dan karoten.

    Belakangan ini, kain rami mulai

    dikembangkan untuk pakaian

    militer. Bahkan penelitian untuk

    menciptakan rami sebagai baju

    anti-peluru dilakukan Lembaga

    Ilmu Pengetahuan Indonesia

    (LIPI) serta Badan Pengkajian dan

    Penerapan Teknologi (BPPT).

    Semua potensi itu terkuak berkat kegigihan Aminah yang mengembangkan serat

    rami menjadi kain berkualitas. Akhirnya setelah melewat jatuh-bangun, Aminah

    menjadi potret warga yang sukses menjadi juragan kain rami.

    Berdasarkan contoh nyata diatas, sudah jelas bahwa tanaman rami kini

    tidak bisa dianggap remeh. Bahan rami banyak dipilih dengan beberapa asumsi.

    Misalnya, dapat diproduksi dengan investasi rendah, prosesnya mudah, tidak

    memerlukan alat khusus, dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Namun, seperti

    serat alam pada umumnya, kelemahan rami terletak pada ketahanan panasnya

    yang lebih rendah dibandingkan dengan kevlar. Keawetannya lebih rendah dan

    dapat terpengaruh oleh kelembapan. Panjang serat dan kualitasnya pun dapat

    berubah, tergantung panen. Kekurangan sifat serat rami itu diperbaiki dengan

    menambahkan crosslink agent agar lebih tahan panas sekaligus tahan terhadap

    kelembapan. Sedangkan panjang serat dan kualitasnya dapat diperbaiki dengan

    kontrol sejak budi daya serta kontrol proses pengambilan dan pengolahan serat.

  • 2.5 Manajemen

    Budidaya tanaman rami (Boehmerianivea) bila dilakukan dalam skala

    besar dan intensif, ternyata bernilai ekonomi yang cukup tinggi. Hal ini

    dikarenakan saat ini industri-industri yang memanfaatkan serat alam sudah jauh

    lebih berkembang dibandingkan pada tahun 1970-an. Seiring hal tersebut,

    budidaya rami mempunyai prospek cerah dengan pola pembudidayaan mulai dari

    penanaman sampai menjadi bahan siap masuk pabrik. Apalagi tanaman rami

    termasuk jenis perdu yang dapat tumbuh pada semua jenis tanah yang berada pada

    ketinggian 250 sampai dengan 1.500 meter dpl. Namun, pertumbuhan tanaman

    rami yang terbaik akan tercapai pada tanah-tanah lempung berpasir dengan pH

    tanah 4,5 sampai dengan 6,5, gembur, kaya akan bahan organik, dan curah hujan

    100 sampai dengan 150 mm/bulan dengan bulan basah selama 9 bulan.

    2.5.1 Pengolahan Tanah

    Tanaman rami membutuhkan tanah yang gembur, kaya akan unsur hara

    dan tidak menghendaki air yang menggenang. Lahan yang digunakan untuk

    pertanaman rami dapat berupa tegalan atau lahan sawah. Pada lahan sawah setelah

    dibajak perlu dibuat bedengan-bedengan dan drainase agar tidak ada air yang

    menggenangi tanaman. Sedangkan pada lahan tegalan setelah dibajak/dicangkul

    perlu dibuat saluran irigasi dan drainase untuk mengatur ketersediaan air bagi

    tanaman. Pada lahan tegalan tidak perlu dibuat bedengan (Sjafei, 1988).

    Penanaman dengan pola bedengan masih digunakan di kebun inti, namun secara

    bertahap pola tersebut diganti tanpa bedengan.

    Setelah tanah diolah kemudian dibagi menjadi beberapa kapling (petak),

    selanjutnya dibuat alur pupuk dengan jarak sesuai jarak tanam yang digunakan.

    Pupuk yang diberikan berupa pupuk dasar yaitu urea, KCl dan pupuk kandang.

    2.5.2 Penanaman

    Penanaman rhizom dilakukan pada lubang tanam yang dibuat dengan

    menggunakan pencong kemudian stek ditanam miring 45 dan sepertiga

  • bagiannya berada di atas permukaan tanah. Rhizom yang ditanam sebaiknya yang

    telah memiliki tunas serta memiliki perakaran yang baik. Jarak tanam yang

    digunakan di kebun inti adalah 75 cm x 25 cm, 70 cm x 30 cm, 80 cm x 30 cm, 60

    cm x 50 cm dan 90 cm x 30 cm.

    Penanaman dilakukan minimal satu minggu setelah pemberian pupuk

    dasar. Waktu penanaman yang baik adalah pada awal musim hujan untuk

    mengurangi kegagalan akibat kekurangan air. Apabila pada saat penanaman tidak

    turun hujan, maka perlu dilakukan pernyiraman.

    2.5.3 Penyulaman

    Penyulaman bertujuan untuk menggantikan tanaman yang mati, tidak

    tumbuh atau pertumbuhannya tidak normal. Penyulaman menggunakan bibit yang

    berasal dari rhizom yang telah disemai. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman

    berumur 10 sampai 14 hari setelah penanaman. Penyulaman pada tanaman yang

    telah dewasa biasanya tidak dilakukan karena biasanya kurang berhasil. Sulaman

    sering kali tercabut pada saat panen karena tidak diberi tanda.

    2.5.4 Pemangkasan Kosmetik

    Selama tiga sampai lima bulan setelah penanaman, tanaman dibiarkan

    tidak dipangkas untuk memberikan kesempatan supaya perakaran tanaman dapat

    tumbuh dengan baik. Pertumbuhan tanaman pertama seringkali tidak serempak,

    sehingga tinggi tanaman tidak seragam. Pemangkasan kosmetik biasanya

    dilakukan pada saat tanaman telah berumur tiga sampai lima bulan, agar

    pertumbuhan tanaman menjadi seragam. Pemangkasan kosmetik dilakukan

    dengan memangkas batang tepat pada permukaan tanah. Dengan cara ini

    diharapkan tunas yang tumbuh nantinya memiliki pertumbuhan yang serempak

    dan merata. Batang rami hasil pangkas kosmetik tidak dapat diambil seratnya

    karena kandungan serat yang dimiliki masih rendah. Batang tersebut kemudian

    dikembalikan ke lahan untuk dijadikan kompos.

    2.5.5 Pemupukan

  • Tanaman rami merupakan tanaman yang rakus akan unsur hara. Tanaman

    ini memiliki pertumbuhan yang cepat dan dapat dipanen setiap dua bulan

    (Rukmana, 2003). Dalam setahun rami dapat dipanen sampai enam kali dengan

    syarat ketersediaan air selalu dijaga. Pemupukan dilakukan bersamaan dengan

    pemanenan dan merupakan rangkaian dari kegiatan borongan panen. Pupuk

    ditempatkan pada lubang-lubang yang dibuat dengan menggunakan pencong

    kemudian ditutup dengan tanah.

    2.5.6 Penyiangan dan Pendangiran

    Penyiangan bertujuan untuk mengendalikan gulma agar tidak merugikan

    tanaman, sedangkan pendangiran bertujuan untuk menggemburkan tanah,

    sehingga menyediakan struktur tanah yang baik bagi tanaman. Penyiangan gulma

    biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemanenan, sedangkan

    pendangiran dilakukan setelah tanaman dipanen atau tergantung kondisi di

    lapangan. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara membersihkan gulma yang

    ada disekitar tanaman, sedangkan pendangiran dilakukan dengan cara menggali

    tanah yang berada di antara barisan tanaman dan membuang rhizom yang tumbuh

    di antara barisan tanaman. Gulma yang tumbuh juga dibersihkan kemudian

    ditimbun di antara barisan tanaman sebagai kompos.

    2.5.7 Pengairan

    Tanaman rami merupakan tanaman yang membutuhkan curah hujan 100

    sampai 150 mm/bulan. Hal ini identik dengan pengairan sebanyak 1 000 sampai 1

    500 m3/ha/bulan (Dirjenbun, 1986). Pada kondisi air yang selalu tersedia rami

    dapat dipanen 5 6 kali/tahun, namun jika air tidak tersedia sepanjang tahun,

    frekuensi panennya bisa turun hingga 3 4 kali/tahun.

    2.5.8 Drainase

    Tanaman rami meskipun memerlukan air dalam jumlah banyak tetapi tidak

    menyukai keadaan yang tergenang. Tanaman rami jika tergenang dalam waktu

    yang relatif lama akan menyebabkan pertumbuhan terganggu (Dirjenbun, 1986).

  • Drainase diperlukan untuk membuang kelebihan air yang ada di sekitar

    pertanaman.

    2.5.9 Masa panen

    Pada perkebunan yang berdrainase baik, tanaman rami sudah bisa dipanen

    ketika umur 3-4 bulan. Namun, untuk varietas Florida umumnya panen sekitar 60

    hari, dan varietas Formosa sekitar 45 hari. Hal yang pasti bahwa tanda-tanda

    tanaman yang siap panen, yakni pertumbuhannya berhenti, batang bagian bawah

    berwarna cokelat, batang mudah pecah, seratnya telah sampai ke pucuk dan tunas-

    tunas baru bermunculan pada pangkal batang.

    Apabila tanaman telah memperlihatkan tanda-tanda panen tersebut,

    sebaiknya pemanenan segera dilakukan. Bila dibiarkan lebih dari 2 minggu, maka

    kualitas serat rami yang dihasilkannya kurang begitu baik dan tunas baru tidak

    segera diberi kesempatan untuk tumbuh lebih baik. Adapun pemanenan dilakukan

    dengan cara memotong batang dekat permukaan tanah. Selain itu, disarankan agar

    hasil pemanenan pertama kali tidak diambil seratnya, melainkan dibenamkan

    untuk dijadikan pupuk dikarenakan mutu serat tanaman ini dinilai masih kurang

    baik. Sedangkan untuk pemanenan berikutnya dapat dilakukan setiap 60-80 hari

    sekali. Sehingga untuk tahun pertama bisa panen rami dan tahun-tahun berikutnya

    sebanyak 6 kali panen setiap tahun.

    Produksi batang segar rami setiap kali panen bisa mencapai sekitar 10 ton

    per hektar.Usia produksi tanaman rami berkisar antara 5-10 tahun, tergantung

    varietasnya, kondisi lingkungan dan juga dalam pemeliharaannya. Jika

    produksinya sudah menurun, maka perlu dilakukan peremajaan tanaman, yakni

    tanaman yang sudah tua dibongkar rhizome dan akar-akarnya. Kemudian

    dilakukan pengolahan tanah dan penanaman baru seperti pada penanaman

    pertama.

  • 2.6 Pemasaran

    Penggunaan serat rami sebagai bahan baku industri tekstil di Indonesia

    sudah mulai berkembang. Hal itu terlihat dari mulai banyak industri tekstil yang

    menggunakannya, meskipun masih dipadukan dengan serat lain. Namun

    demikian, tentu hal itu menjadi awal dari kebangkitan serat rami. Berkembangnya

    penggunaan serat rami sebagai bahan baku tekstil ternyata belum diikuti dengan

    perluasan penanaman rami. Salah satunya adalah masih terbatasnya informasi

    yang diberikan kepada masyarakat tentang potensi budi daya rami. Akhirnya

    kalangan industri melakukan impor serat rami.

    Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), impor rami untuk pemenuhan

    kebutuhan dalam negeri dari tahun ke tahun terus meningkat. Impor serat rami

    pada tahun 1996 tercatat 38.185 kg dan benang 15.485 kg. Pada tahun 1999

    meningkat menjadi 472.312 kg untuk serat rami dan 78.834 kg untuk benang.

    Serat rami diimpor dari China, Vietnam, dan Bangladesh. Kebutuhan rami pada

    saat ini diperkirakan sudah mencapai 500 ton per hari. Dalam perdagangan dunia,

    serat rami dipasarkan dalam berbagai bentuk berikut ini

    China grass (serat kasar)

    Raw rami atau decorticated & degumming rami fibres.

    Rami tow and waste yaitu limbah dekortiasi maupun dari proses lanjutan.

    Staple fiber, sliver, tops, and roving, yaitu serat rami yang telah diolah

    melalui proses degumming.

    Benang atau kain rami, baik murni maupun campuran serat lain.

    Meskipun kebutuhan rami menignkat, tetapi masih banyak hambatan yang

    mengganjal pengembangan budi daya dan proses pengolahan serat rami. Kualitas

    serat rami produksi lokal masih rendah. Hal ini tidak lepas dari kurang

    memadainya peralatan pengolahan yang digunakan dan masih terbatasnya sumber

    daya manusia yang terlibat.

  • Jenis mesin pintal yang dimiliki industri lokal kebanyakan diperuntukkan

    mengolah kapas sehingga pemintalan serat rami benang pintal dari rami

    seharusnya menggunakan long fiber spinning system agar bisa menghasilkna

    benang dan kain berkualitas halus dan baik.

    Dari gambaran yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa

    pengembangan rami di Indonesia sebagai tanaman serat sangat tergantung pada

    jaminan pasar, baik lokal maupun pasar ekspor. Untuk menembus pasar ekspor,

    semua kalangan yang terlibat dalam lingkup agribisnis dan agroindustri rami

    harus bekerja keras agar menghasilkan serat rami berkualitas tinggi (rami top).

    Saingan berat dalam menembus pasar ekspor adalah Cina, Filipina, Hongkong,

    Brasil, Vietnam, dan Bangladesh.

    Pada tahun 2005, produksi serat rami dunia mencapai 280.000 ton,

    sebagian besar berasal dari negara Cina. Serat rami yang dihasilkan digunakan

    oleh negara itu sendiri dan hanya sedikit yang mencapai pasar Internasional

    (FAO, 2009). Data dari Alibaba.com (2010),

    perusahaan pemasok serat rami murni paling banyak berada di negara Cina

    (sebanyak 923

    perusahaan), sedangkan di India (64 perusahaan), Hongkong (5 perusahaan), dan

    Taiwan (1 perusahaan). Negara-negara seperti Brazil, Filipina, Laos, India,

  • Thailand, Vietnam, dan Indonesia juga membudidayakan rami dalam skala yang

    tidak terlalu luas. Negara pengimpor

    serat rami utama adalah Jepang, Jerman, Perancis dan Inggris (FAO, 2009),

    namun data pengimpor yang tersedia pada statistik FAO tahun 2007 adalah negara

    Cina, Libya dan Angola (FAO, 2010). Kebutuhan rami dunia hingga tahun 2010

    diprediksi mencapai 500.000 ton/tahun (Anonim, 2007). Kebutuhan tersebut

    dipenuhi oleh Cina sebesar 280.000 ton (56%), sisanya dari Brazil dan Filipina

    dengan persentase yang sangat kecil. Di Indonesia, produksi serat rami nasional

    sebesar 11 ton pada tahun 2007, hanya memenuhi 0,006% konsumsi serat

    nasional yang mencapai 500 ton/hari (Tirtosuprobo et al., 2007a). Berdasarkan

    kebutuhan rami di pasar dunia maupun domestik, peluang pengembangan rami

    untuk mensuplei serat sebagai bahan baku tekstil masih terbuka.

    2.7 Kebijakan

    SK Nomor 34/KEP/Meneg/VI/2001 itu menetapkan pembentukan tim

    terpadu pengembangan usaha kecil dan menengah dibidang agroindustri serat

    rami.

    2.8 Komoditas Aspek Sosial

    Komoditas rami semakin banyak diminta oleh industri permintalan dalam

    negeri sejalan dengan semakin berkurangnya suplai kapas di pasaran dunia karena

    banyak negara penghasil kapas mengurangi ekspor. Belakangan ini suplai rami

    produksi lokal semakin menurun, yang menyulitkan pabrik-pabrik permintalan

    lokal. Fungsi sosial budaya rami adalah digunakannnya rami sebagai bahan baku

    pembuatan baju-baju berkualitas tinggi, beberapa designer Indonesia sudah

    banyak yang tertarik dengan bahan rami salah satu designer Nelwan Anwar.

    Aspek sosial mencakup hubungan masyarakat serta penanganan perburuhan

    dalam berkelanjutan produksi serat rami jangka panjang.

    Industri tekstil di Indonesia masih sangat tergantung pada kapas impor.

    Hal ini tentu menjadi rawan karena tingkat ketergantungan mencapai 99%. Oleh

  • karena itu, kerawanan tersebut dapat diatasi jika tanaman rami dikembangkan

    menjadi salah satu komoditas ungggul penghasil serat. Bayangkan, bila serat rami

    mampu menutupi kebutuhan serat impor hingga 50%. Jangankan setengahya, 20%

    saja bisa menutupi serat impor tentu dampaknya besar. Tidak hanya untuk industri

    tekstil dalam negeri, tetapi sangat mendukung kemajuan ekonomi nasional,

    terutama dampak perubahan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan bagi para

    petani.

    Untuk mengembangan suatu komoditas unggulan secara nasional perlu

    dilaksanakan secara terpadu yang didukung oleh kebijakan pemerintah.

    Disamping itu, perlu pula ditinjauan dari fungsi sosial, budaya, ekonomi, dan

    ekologi. Ternyata, dari berbagai hasil penelitian membuktikan bahwa rami bisa

    memenuhi semua aspek tersebut.

    Tinjauan dari sisi ekologi, akar rami bisa membantu rehabilitasi lahan

    kritis. Tanaman rami tidak membutuhkan waktu lama seperti halnya tanaman

    industri lainnya untuk dapat mencegah terjadinya bencana alam. Pemerintah

    Propinsi Jawa Barat telah melakukan penanaman rami seluas 240 hektar melalui

    Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK). Dampak yang dirasakan oleh

    masyarakat di sekitar lokasi penanaman lokasi rami antara lain volume air tanah

    menjadi meningkat. Jika biasanya pada waktu musim kemarau ketersediaan air

    tanah sangat terbatas maka setelah adanya tanaman rami kondisi air tanah tetap

    tersedia atau tidak berubah. Dampak tersebut sangat cepat dirasakan oleh

    masyarakat karena rami termasuk tanaman yang cepat tumbuh. Hanya dalam

    jangka 5-6 bulan kondisi lahan berubah dari kritis menjadi produktif.

    Pohon rami merupakan vegetasi bersifat rapat dan berakar panjang yang

    mampu mencegah erosi dan banjir. Dengan dari limbah daun, batang, dan akar

    menjadi tepung rami juga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia.

    Sebaliknya, kotoran domba dan ayam dapat dimanfaatkan oleh petani untuk

    dijadikan pupuk kandang pada tanaman rami.

    Rami merupakan spesies yang paling penting secara ekonomi, karena

    memiliki serat yang baik untuk diperdagangkan. Ada dua golongan rami yang

  • secara komersial diusahakan, yaitu rami hijau (Boehmeria nivea var. tenaccisima)

    dan rami putih (Boehmeria nivea var. proper). Ciri khas tanaman rami putih

    adalah pada daun bagian bawah berwarna putih keperakan yang sangat kontras,

    sedangkan rami hijau warna putih keperakannya agak kurang jelas.

    Devisa Komoditas Ekspor

    Propinsi Lampung dikenal sebagai Bumi Agribisnis yang memiliki

    berbagai keunggulan komparatif dengan berbagai jenis komoditas unggulan selain

    untuk memenuhi kebutuhan domestik juga untuk memenuhi pasar internasional

    sehingga mampu memberikan sumbangan devisa ekspor negara yang cukup besar.

    Tindakan karantina tumbuhan terhadap komoditas ekspor merupakan fungsi

    pelayanan sertifikasi sekaligus akselerasi ekspor yang memberikan jaminan

    kesehatan tumbuhan. Jaminan sertifikasi komoditas ekspor ini disamping untuk

    memenuhi persyaratan negara tujuan ekspor diharapkan juga mampu

    meningkatkan daya saing sekaligus meningkatkan nilai jual yang akan

    memberikan nilai tambah/penerimaan bagi petani.

    Tindakan karantina terhadap komoditas ekspor tahun 2010 mencapai

    856.726.673,76 Kg, 741,42M3 M3 dan 39.695,00 Batang serta 7.265,00 KOLI

    dengan frekuensi 7.454 kali. Komoditas ekspor sebagai media pembawa OPT

    meliputi 67 jenis yaitu: Asam Jawa, Basil, Bibit Kelapa Sawit, Buah Jeruk Purut,

    Buah Pisang, Bubuk Jahe, Bumbu Macam-Macam, Cabe Jamu, Cengkeh,

    Cengkeh Bubuk, Creamer, Damar, Damar Batu, Getah Damar, Getah Damar Mata

    Kucing, Getah Karet, Gum Benjamin Black, Gum Benjamin Red, Gum Benjamin

    White, Inti Sawit, Jahe, Kakao Biji, Karet Lembaran, Karet Lempengan, Karung

    Goni, Kayu Karet, Kayu Manis, Kayu Manis Bubuk, Kayu Olahan, Kelapa Bulat,

    Kelapa Parut, Kelapa Serabut, Kemenyan, Kopi Biji, Kopi Instan, Kopra, Kulit

    Kayu Manis, Lada Biji, Lada Bubuk, Lengkuas Bubuk, Marjoram, Media

    Tanam/Serbuk Kelapa, Minyak Sawit Mentah, Nenas Irisan, Nenas Sirup,

    Oregano, Pala Biji, Pala Bubuk, Palm Kernel, Palm Kernel Meal, Palm Kernel

    Oil, Parsley, Pinang Biji, Rosemary, Rotan, Rumput Kering, Santan Kelapa, Sawit

    Cangkang, Serai, Serat Rami Kering, Tanaman Kering, Tepung Kelapa, Tepung

  • Onggok, Tepung Sabut Kelapa, Tepung Tapioka, Thyme, Vanili. Apabila

    dibandingkan dengan tahun 2009 volume tindakan karantina tumbuhan ekspor

    tahun 2010 meningkat sebesar 23,89% dengan frekuensi meningkat 6,26 %.

    Hal ini disebabkan antara lain disamping produksi tahun 2010 cukup baik

    juga disertai permintaan yang cukup besar di dunia internasional serta

    meningkatnya jenis komoditas yang diekspor. Lebih kurang ada 87 negara antara

    lain seperti Australia, Mesir, Vietnam, Jepang, Prancis, Selandia Baru (Aotearoa),

    Pakistan, Cina, Amerika Serikat, India, Saudi Arabia, Libya, Uni Emirat Arab,

    Yunani, Maroko, Jerman, Taiwan, Turki, Korea Selatan, Bangladesh, Singapura,

    Ekuador, Itali, Malaysia, Meksiko, Kanada, Thailand, Belgia, Brasil, Republik

    Dominika, Swedia, Afrika Selatan, Argentina, Azerbaijan, Belanda, Kosta Rica,

    Macedonia, Polandia, Rusia, Sri Lanka, Latvia, Spain, Ukraina, Algeria, Ethopia,

    Sudan, Armenia, Bulgaria, Czech Republic, Estonia, Georgia, Hongkong, Inggris,

    Iran, Kolombia, Nikaragua, Philipina, Portugal, Republik Ceko, Rumania, Swiss,

    Hungaria, Hong Kong, Jamaika, Pantai Gading, Tanzania, Austria, Bahrain, Cile,

    Irak, Kuwait, Libanon, Netherlands, Antilles, Roman, Panama, Peru, Puerto Rico,

    Qatar, Slovenia, Yaman, Yordania, Gabon, Israel, Kamerun, Siria, Venezuela dan

    Nepal.

  • Berdasarkan kebutuhan rami di pasar dunia maupun domestik, peluang

    pengembangan rami untuk mensuplai serat sebagai bahan baku tekstil masih

    terbuka luas dalam penyediaan lapangan kerja, baik untuk pertanian maupun

    industri tekstil.

    2.9 Industri prospektif

    Aktivitas industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) nasional tengah

    mengalami peningkatan yang signifikan sebagai respon untuk pemenuhan

    kebutuhan pasar internasional dan domestik terhadap komoditas tekstil Indonesia.

    Pada periode Januari-Juli tahun 2010 ekspor produk TPT mencapai US$ 6,4

    miliar, naik 18,8% dari periode yang sama pada tahun 2009 dan menyumbang 4%

    dari total ekspor manufaktur Indonesia (Tabel 1) (Kementerian Perdagangan,

    2010). Disamping itu, komoditi yang mengalami peningkatan cukup tinggi sampai

    dengan periode ini adalah serat tekstil yang mengalami pertumbuhan sebesar

    110,9% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2009. Indonesia

    termasuk negara yang memiliki pertumbuhan rata-rata paling tinggi dibandingkan

    negara pesaing lainnya, yaitu mencapai 20,5% jauh melebihi pertumbuhan rata-

  • rata dunia yang mengalami penurunan 11,7%. Tahun 2011 Produk TPT

    ditargetkan meningkat 10,4%, sehingga merupakan peluang pula bagi Indonesia

    untuk meningkatkan pangsa pasarnya di dalam negeri (Kementerian Perdagangan,

    2011).

    Tabel 1. Perkembangan ekspor produk TPT Indonesia

    Respon positif untuk terus mengupayakan perkembangan insdustri tekstil

    nasional juga datang dari berbagai pihak. Miranti E (2007) mengemukakan bahwa

    Asosiasi Pertekstilan Indonesia menargetkan nilai ekspor TPT sebesar USD 14

    miliar pada 2010. Hal itu berarti meningkat sebesar 48% dibanding tahun 2006.

    Upaya untuk meningkatkan kapasitas produksi pun mulai gencar dilakukan dalam

    setahun terakhir yaitu melalui restrukturisasi mesin. Pemerintah setiap tahunnya

    meningkatkan anggaran untuk program percepatan peremajaan mesin TPT.

    Sebagai contoh adalah yang terjadi pada tahun 2007 dimana anggaran peremajaan

    mesin dalam APBN hanya sebesar 255 miliar rupiah kemudian meningkat

    menjadi 400 miliar rupiah pada APBN 2008. Selain itu, pemerintah juga

    menetapkan program meningkatkan mutu produk TPT dengan memberikan

    bantuan revitalisasi mesin dan peralatan pada tahun 2010 hingga 2015

    (Kementerian Perdagangan, 2011).

    Namun, peningkatan produksi tekstil tersebut sayangnya belum diimbangi

    dengan optimalisasi pengelolaan dan pengembangan industri nasional secara

    terintegrasi dari sektor hulu hingga ke hilir. Sebagai contoh adalah permasalahan

    yang muncul pada sektor hulu dimana fakta menunjukan bahwa impor bahan baku

    serat kain alam (terutama kapas) terus mengalami peningkatan. Padahal, pada

    awal Januari 2011 terjadi kenaikan harga kapas yang dipicu oleh penurunan

  • pasokan kapas dunia akibat curah hujan yang tinggi di negara eksportir kapas

    seperti Australia. Pemerintah RI mengimpor bahan baku serat kapas sebesar lebih

    dari 95,5 % dari kebutuhan dalam negeri dan tercatat sebagai pengimpor kapas

    terbesar ke-2 di dunia (Pamuji H, et al., 2009). Selama periode Januari-Juni 2010,

    impor serat kapas Indonesia secara kumulatif mengalami kenaikan signifikan baik

    dalam volume maupun nilai. Untuk volume naik 24% menjadi 318,51 ribu ton

    dari impor kapas periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebanyak 256,91 ribu

    ton. Untuk nilai meningkat 54% menjadi US$ 543,37 juta atau terjadi peningkatan

    dari US$ 1,3/kg menjadi US$ 1,7/kg. Sementara itu, produksi kapas dalam negeri

    tidak lebih dari 25.000 ton dari total kebutuhan 550.000 ton (Rachman A.H,

    2010).

    Selain itu, konsumsi serat sintetis di Indonesia juga cukup tinggi dan terus

    mengalami kenaikan. Padahal, serat sintetis tidak ramah lingkungan dan harganya

    pun lebih mahal dibandingkan serat alam. Pada tahun 2010 total produksi industri

    serat sintetis nasional sekitar 900.000 ton, sedangkan pada tahun 2007 dan tahun

    2008 masing-masing sebesar 750.000 ton dan 800.000 ton. Sebanyak 60% dari

    total produksi digunakan untuk memenuhi konsumsi serat sintetis nasional dan

    sisanya (40%) diekspor (Kementerian Perdagangan, 2010). Contoh jenis serat

    sintetis yang banyak digunakan di Indonesia adalah serat aramid dan rayon. Serat

    aramid memang sangat kuat (5 kali kekuatan baja), ringan, tahan bahan kimia,

    tahan panas, tahan bakar, dan rendah dalam menghantar panas. Namun, harga

    serat aramid seperti kevlar cukup mahal.

    Fakta lainnya menunjukkan bahwa industri tekstil berbasis kain dan

    benang terancam kekurangan bahan baku berupa serat rayon (viscose staple fibre)

    sebesar 33% atau sekitar 100.000 ton. Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan

    Indonesia (API), Ade Sudrajat Usman, mengatakan bahwa total kebutuhan serat

    rayon di industri kain dan benang mencapai 300.000 ton per tahun. Namun,

    pasokan serat rayon dari dalam negeri masih terbatas. Hal ini mengakibatkan

    harga rayon di dalam negeri justru mencapai US$2,750 per ton atau lebih mahal

    US$ 250 per ton dari harga serat rayon ekspor yang hanya US$2,500 per ton.

    Produsen tekstil lokal merasa sangat kesulitan karena setiap tahun impor rayon

  • tidak lebih dari 30.000 ton. Pasalnya, produksi rayon dunia hanya 3,6 juta ton dan

    habis digunakan untuk produksi TPT dunia (Yati YW, 2010).

    Keterbatasan bahan baku serat di dalam negeri tidak boleh dibiarkan

    berlarut-larut mengingat komoditas serat alam dan serat sintetis yang menjadi

    semakin vital seiring dengan menurunnya produksi serat alam lain berbasis kapas

    (cotton) atau serat sintetis yang harganya semakin mahal dan tidak ramah

    lingkungan. Oleh karena itu, berdasarkan pertimbangan di atas, saat ini diperlukan

    upaya intensifikasi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi serat di

    Indonesia dengan tetap memperhatikan kearifan lokal dan lingkungan.

    Alternatif solusi yang dapat diterapkan adalah melalui pengembangan

    serat alam berbasis nanoteknologi (natural nanofiber) dari tanaman rami

    (Boehmeria nivea [L.] Gaud) dengan metode pemintalan elektrik

    (electrospinning). Dalam dasawarsa terakhir nanoteknologi betul-betul mengalami

    perkembangan yang luar biasa. Melalui teknologi ini dapat dihasilkan berbagai

    material atau produk berukuran nano yang dapat diaplikasikan pada berbagai

    bidang, seperti kesehatan, perindustrian, pangan, elektronik, dan sebagainya.

    Kualitas materinya pun tidak dapat diragukan lagi, terlebih lagi jika

    dikembangkan dengan metode electrospinning atau pemintalan elektrik yang

    baru-baru ini sedang dikembangkan. Menurut Zubaidin (2009) nanofiber sendiri

    telah banyak dikembangkan di negara Jepang, Amerika Serikat, Jerman, dan

    negara maju lainnya.

    Prospek serat nano rami meliputi bidang ekonomi, lingkungan, sosial, dan

    ilmu pengetahuan dan teknologi. Pertama, program ektensifikasi serat nano rami

    akan meningkatkan kebutuhan dan nilai guna tanaman rami. Efeknya, budidaya

    tanaman rami dapat menjadi peluang usaha atau bisnis yang semakin diminati dan

    prospekif. Perluasan budidaya rami sangat berkontribusi dalam meningkatkan

    produktivitas lahan tidur tanah air sebesar 1,62% dan mengurangi jumlah

    penganggur terbuka tanah air hingga 6,77%. Kedua, produk serat nano rami dapat

    menjadi tambahan pasokan atau bahkan menjadi pasokan utama untuk

    menggantikan serat tekstil alam terutama serat kapas. Ketiga, serat nano rami

    dapat menjadi alternatif pengganti penggunaan serat sintetis yang tingkat

    kebutuhannya cukup tinggi, sifatnya tidak ramah lingkungan, dan harganya

  • mahal. Keempat, pengembangan nanofiber dari tanaman rami di Indonesia

    diharapkan dapat memunculkan ide-ide kreatif baik individu akademisi maupun

    institusional dalam mengembangkan serat nano rami dengan metode

    electrospinning. Hasil survei dari Kemenegristek yang dimodifikasi menunjukan

    bahwa sejak tahun 2005 hingga kini telah terdata sekurangnya 70 periset di bidang

    iptek nano (Kementerian Perindustrian, 2008)

  • Pemilihan tanaman rami sebagai bahan baku nanofiber adalah dengan

    mempertimbangkan berbagai aspek. Serat rami memiliki keunggulan dibandingkan dengan

    jenis serat alam yang berasal dari tanaman lainnya. Menurut hasil penelitian Penelitian LIPI

    menunjukkan bahwa rami memiliki modulus elastisitas dan densitas yang setara dengan

    aramid (kevlar), dengan regangan patah (break strain) pada rami yang lebih tinggi daripada

    kevlar (rami 2% dan kevlar 1-3%), bersifat terbarukan, dan tentunya tidak mencemari

    lingkungan (Tarmansyah US, 2007). Bahkan kualitas serat rami dapat mengalahkan serat

    kapas. Serat nano dari rami sangat prospektif untuk keperluan industri tekstil, terutama

    sebagai subtitusi serat kapas, serat rayon, atau bahkan serat sintetis yang harganya mahal.

    Pemanfaatan serat rami ternyata juga merambah industri kertas (sebagai pulp), alat

    pertahanan (sebagai NC/bahan peledak, baju anti peluru), migas (sebagai bahan tabung gas),

    kesehatan (sebagai bahan kaki palsu), otomotif, dan industri lainnya (Pamuji H, 2009).

    Selain itu, di Indonesia terdapat banyak daerah penghasil rami seperti Wonosobo,

    Lahat, Pagar Alam, Muara Enim, Lampung Utara, Lampung Barat, Jawa Barat, Tanggamus,

    Toba Samosir, Jawa Barat, dan wilayah lainnya. Pada tahun 2004 luas lahan budidaya rami di

    Indonesia adalah 480 ha (Tarmansyah US, 2007). Sementara ini kebutuhan rami pada saat ini

    diperkirakan sudah mencapai 500 ton per tahun. Namun, selama ini pemanfaatannya memang

    baru sebatas sebagai pakan ternak atau sebagai serat alam dengan metode konvensional.

    Melalui ekspansi produksi serat alam nano dari rami diharapkan semakin membuka peluang

    budidaya tanaman rami pada lahan-lahan tidur di Indonesia yang saat ini luasnya mencapai

    7,2 juta ha (Darwansyah Y, 2010). Nanofiber rami dengan electrospinning mempunyai andil

    besar dalam menunjang nanoteknologi dan sangat bermanfaat untuk intensifikasi industri

    tekstil nasional atau bahkan bidang industri lainnya.

    Dalam rentan waktu yang cukup lama di masa depan, serat rami akan semakin

    berkembang dalam proses industri, terlebih dalam dunia sandang. Serat rami ini merupakan

    bahan yang dapat diolah untuk kain fashion berkualitas tinggi dan bahan pembuatan selulosa

    berkualitas tinggi (selulosa ). Selain itu, selulosa berkualitas tinggi merupakan salah satu

    unsur pokok pembuatan bahan peledak dan atau propelan (propellant) yaitu isian dorong

    untuk meledakkan peluru. Di masa mendatang, kayu dan serat rami dapat diolah menjadi

    pulp berkualitas tinggi sebagai bahan baku pembuatan aneka jenis kertas berharga.

    Serat dari batang tanaman rami sebenarnya memiliki beberapa keunggulan, antara lain

    kualitas tekstil yang dihasilkan cukup baik karena memiliki kehalusan serat, seperti halnya

  • kapas. Serat rami juga memiliki tingkat elastisitas yang baik dan lebih sejuk bila dipakai.

    Serat rami juga dapat dijadikan sebagai campuran kain lainnya seperti : katun, rayon, linen, &

    polyester. Dibandingkan dengan kapas, serat rami lebih kuat sehingga banyak dimanfaatkan

    untuk bahan pakaian atau perlengkapan militer. Bahkan sudah ada penelitian yang

    menyebutkan bahwa serat rami anti peluru.

  • BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Boehmeria Nivea atau rami adalah salah satu tanaman tahunan yang berbentuk

    rumpun mudah tumbuh dan dikembangkan di daerah tropis, tahan terhadap penyakit dan

    hama, serta dapat mendukung pelestarian alam dan lingkungan. Tanaman Rami yang dikenal

    dengan nama latinnya Boehmeria nivea yang dapat menghasilkan serat alam nabati dari pita

    (ribbons) pada kulit kayunya yang sangat keras dan mengkilap. Rami merupakan spesies

    yang paling penting secara ekonomi, karena memiliki serat yang baik untuk diperdagangkan.

    Serat rami mempunyai sifat dan karakteristik serat kapas (cotton) yaitu sama-sama

    dipintal ataupun dicampur dengan serat yang lainnya untuk dijadikan bahan baku tekstil.

    Serat dari batang rami merupakan salah satu serat tekstil tertua, digunakan sejak sebelum

    jaman prasejarah China, India dan Indonesia. Serat rami yang telah diproses sampai

    menyerupai serat kapas sudah dapat dipintal menjadi benang untuk ditenun menjadi tekstil

    dari rami peringkat No.2 setelah sutera. Sekarang, serat rami digunakan untuk produksi

    tambang, benang string, jala ikan, pabrik jahit. Serat dapat dibuat menjadi pakaian (pakaian

    kasar, linen kasar atau linen China) yang dipakai untuk pakaian, taplak meja, lap makan,

    tissue, sarung bantal, handuk, dsb. Serat rami diproses menjadi produk lainnya seperti

    kanvas, jaring nyamuk, pakaian saring, mantel gas, sol sepatu dan karpet. Rami biasanya

    dicempur dengan polyester, wool, sutra atau katun.

    Serat rami diteliti dan dikembangkan untuk kepentingan alat pertahanan karena serat

    alam rami mempunyai keunggulan lebih baik dari serat alam yang lain termasuk serat sintetis

    seperti fiber glass, kevlar dan spectra untuk digunakan sebagai material anti balistic seperti

    helm tahan peluru, plat dada anti peluru, tameng anti huru hara, rompi tahan peluru,

    komponen senjata dan lain-lain. Prospek pengembangan pasar untuk serat rami sangat baik

    karena harga jual yang relatif tinggi. Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk

    mengembangkan rami karena memiliki lahan yang relatif luas dan iklim yang cocok untuk

    tanaman rami. Rami sangat cocok dikembangkan di Indonesia bagian barat yang beriklim

  • basah karena tanaman ini memerlukan curah hujan sepanjang tahun. Tumbuhan rami dapat

    diolah menjadi bahan bahan yang sangat bermanfaat dan bermutu tinggi. Proses dekortikasi

    menghasilkan limbah rami yang sangat baik untuk pupuk organik ( kompos). dapat

    digunakan untuk tanaman hortiku-tura atau tanaman perkebunan lainnya.Kegunaan batang

    rami yang lain adalah sebagai bahan baku pulp (kertas), bahan baku particle board serta

    mempunyai kandungan selulosa yang cukup baik untuk dijadikan bahan baku propelant

    double base (bahan baku isian dorong peluru). Berdasarkan persyaratan tumbuhnya banyak

    daerah yang sesuai antara lain: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara dan

    Sumatera Selatan. Dari hasil penelitian, serat rami di Indonesia kualitasnya mampu bersaing

    dengan serat rami dari Cina, Brazil, Filipina, Taiwan, Korea, Komboja, Thailand dan

    Vietnam. Dengan demikian pengembangan tanaman ini memiliki prospek yang sangat cerah,

    karena sampai saat ini Indonesia merupakan potensi yang besar untuk menggerakkan

    ekonomi rakyat melalui perekonomian pedesaan, pendapatan petani dan komoditi ekspor non

    migas.

  • 3.2 Daftar Pustaka

    Musaddah, Mien Aminah. 2007. Agribisnis Tamanan Rami. Jakarta: Niaga Swadaya.

    http://petaniberdasicom.blogspot.com/2009/11/budidaya-rami-skala-besar-bernilai.html)***

    http://wildanm.wordpress.com/2009/03/11/industri-kain-rami-garut-menembus-mancanegara/

    http://tekyang.blogspot.com/2012/07/rami.html

    http://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/images/pdf/garut24.pdf

    http://en.wikipedia.org/wiki/File:Starr_020925-0129_Boehmeria_grandis.jpg

    http://www.sobatbumi.com/inspirasi/view/735/-Uji-Viabilitas-Rhizopus.sp-dalam-Tablet-

    Bentonit-Terekayasa-untuk-Proses-Bio-degumming-Serat-Rami-Boehmeria-nivea-

    L.Gaudich-dengan-teknologi-Ramah-Lingkungan-1

    argitekno.tripod.com/rami_subtitusi_kapas.htm

    cybez.deptan.go.id/penyuluhan/budidaya-rami-borhmerianivea

    djolbis.wordpress.com/2013/05/03/kegunaan-multifungsi-dari-tumbuhan-rami/

    petaniberdasicom.blogspot.com/2009/11/budidaya-rami-skala-besar-bernilai.html