radiobiologi.docx

Upload: rachmatsaleh

Post on 26-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    1/31

    Menentukan Sel yang Mati Dan yang Bertahan

    4.1. Konsep klonogenik sel

    Seperti yang dijelaskan dalam bab 13, bagian 13.2, maintenens jaringan

    beserta fungsinya dalam jaringan baru yang normal di dalam tubuh bergantung

    pada adanya sejumlah kecil sel stem primitif sel-sel yang memiliki kapasitas

    untuk mempertahankan jumlahnya sementara dalam waktu yang bersamaan

    memproduksi sel-sel yang dapat berdiferensiasi dan berproliferasi untuk

    menggantikan populasi sel fungsional lainnya. Sel stem merupakan dasar hierarki

    sel yang membentuk epitel dan jaringan hemopoetik.

    arsinoma berasal dari jaringan hierarki demikian, dan kemampuan kita untuk

    mengenali karsinoma ini dalam potongan-potongan histologik berasal dari fakta

    bahwa tumor-tumor ini seringkali masih mempertahankan banyak sifat

    diferensiasi jaringan asalnya. !umor yang berdiferensiasi dengan baik

    mempertahankan sifat-sifat ini dengan sangat baik dibaning dengan tumor

    anaplastik. "emikian pula bahwa tidak semua sel di dalam tumor merupakan selstem neoplastik# beberapa sel berasal dari proses diferensiasi ire$ersibel. Sebagai

    tambahan, karsinoma mengandung banyak sel yang membentuk stroma %fibroblas,

    sel-sel endotel, makrofag, dll&. "engan demikian, sel stem mungkin hanya

    menyusun sebagaian kecil dari sel di dalam tumor.

    Saat tumor kembali tumbuh setelah terapi non-kuratif, hal itu terjadi karena

    sebagian sel stem neoplastik tidak ikut terbunuh. 'hli radiobiologi kemudian

    mengerti bahwa kunci untuk memahami respon tumor adalah dengan

    mempertanyakan( )erapa banyak sel stem yang tersisa* %bila kita dapat

    mengeradikasi sel stem neoplastik terakhir maka tumor tidak akan tumbuh

    kembali&. +ampir mustahil untuk mengidentifikasi sel stem tumor in situ, dan

    dengan demikian tes-tes telah dikembangkan untuk memungkinkan sel-sel

    tersebuh terdeteksi setelah dibuang dari tumor. emeriksaan ini secara umum

    mendeteksi sel stem melalui kemampuannya untuk membentuk koloni di dalam

    lingkungan tempatnya tumbuh. ita kemudian mengenal sel-sel ini dengan

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    2/31

    sebutan klonogenik atau sel-sel pembentuk koloni sel yang membentuk

    koloni-koloni sekitar lebih dari /0 sel di dalam suatu lingkungan tumbuh tertentu.

    umlah /0 mewakili lima atau enam generasi proliferasi. umlah ini dipilih untuk

    menyingkirkan sel-sel yang memiliki potensi tumbuh terbatas sebagai hasil dari

    diferensiasi, atau mengalami cedera subletal akibat terapi.

    Setelah paparan terhadap radiasi, sel yang rusak tidak segera mati dan sel-sel

    ini dapat menghasilkan sel-sel baru. +al ini diilustrasikan dalam ambar. .1.

    ertumbuhan sel-4 tikus diamati di bawah mikroskop dan satu koloni dipilih

    untuk diiradiasi dengan 200 rontgens sinar-5 di empat tahap sel %!rott, 1672&.

    Rontgen adalah unit radiasi lama, kira-kira setara dengan 1 cy. ertumbuhan

    selanjutnya dicatat dengan teliti dan di dalam gambar, setiap garis $ertikal

    mengindikasikan masa hudup sel mulai dari lahirnya pada saat mitosis sampai

    dengan pembelahan selanjutnya. edua sel teriradiasi di sisi kiri dan kanan dari

    gambar ini terus-menerus memproduksi koloni yang meluas, meskipun beberapa

    sel anakan memiliki waktu antar mitotis yang lama. "ua sel lainnya yang

    teriradiasi bernasib buruk( sel-sel ini mengalami sejumlah pembelahan yang tidakteratur, termasuk mitosis tripolar. !etapi perhatikan bahwa pada akhir eksperimen

    terdapat sel-sel yang muncul8berasal dari masing-masing empat sel asli(

    perbedaannya adalah bahwa dua sel menghasilkan koloni yang meluas dan dua

    sel lainnya tidak. "ua sel pertama merupakan 9sel clonogenic yang bertahan hidup9

    dan dua lainnya biasanya digambarkan sebagai sel yang 9terbunuh9 oleh radiasi,

    karena pertumbuhan kembali sel-sel ini mungkin tidak penting untuk hasil klinis.

    !etapi, akan lebih tepat untuk mengatakan bahwa dua seltersebut kehilangan

    kemampuan proliferasinya sebagai akibat dari iradiasi.

    )eberapa sel bahkan gagal mengalami satu pembelahan setelah iradiasi.

    ematian fase antar sel terjadi pada banyak jenis sel dengan dosis radiasi yang

    sangat tinggi, dan pada tingkat dosis terapi kon$ensional kematian ini merupakan

    karakteristik dari sel limfoid dan beberapa sel dalam kripte-kripte usus. :eskipun

    kematian fase antar sel dan apoptosis adalah konsep yang saling terkait %lihat )ab

    3, )agian 3.3& tetapi konsep ini tidaklah identik dengan proses yang sama. !etapi

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    3/31

    dalam pandangan radiobiologi kon$ensional kematian fase antar sel ini

    merupakan hilangnya integritas reproduksi yang merupakan tanggapan kritis

    terhadap iradiasi %baik dalam tumor atau sel jaringan normal&( ini terjadi dalam

    beberapa jam iradiasi melalui kerusakan genom, dan metabolisme selanjutnya dan

    pada akhirnya kematian sel merupakan 9kelanjutan9 dari proses ini.

    4.2. Tes klonogenik

    !es klonogenik telah membentuk dasar penelitian respon seluler di dalam

    tumor, dan dalam beberapa jaringan normal. ;de dasarnya adalah untuk

    mengangkat sel-sel dari tumor, menempatkan sel-sel tersebut dalam lingkungan

    pertumbuhan tertentu dan menguji kemampuan sel-sel tersebut untuk

    menghasilkan sebuah koloni turunan yang cukup besar. )anyak jenis tes telah

    ditemukan, kami mengilustrasikan prinsip tes dengan alat tes sederhana dalam

    kultur jaringan yang analog dengan uji mikrobiologi.

    Suspensi sel tunggal dari sel-sel tumor disiapkan dan dibagi menjadi dua

    bagian. Salah satu bagian diradiasi, sedangkan yang lainnya disimpan sebagaikontrol yang tidak diradiasi. edua suspensi kemudian dilaspiskan8platingdi atas

    plat dalam kultur jaringan di bawah kondisi yang sama, kecuali, karena kami

    mengantisipasi bahwa radiasi telah membunuh sejumlah sel, maka kami harus

    menempatkan sel dalam jumlah yang lebih besar untuk kelompok sel iradiasi.

    ami di sini mempertimbangkanplating100 sel kontrol dan 00 sel teradiasi.

    Setelah jangka waktu yang sesuai dengan masa inkubasi, koloni akan terbentuk

    %ambar .2&. 'da 20 koloni kontrol, dan oleh karena itu kami mengatakan bahwa

    efisiensiplatingadalah 208100 < 0.2. =fisiensiplatingsel dengan perlakuan lebih

    rendah( >800 < 0.02. ami menghitung fraksi sur$i$al dalam rasio efisiensi

    platingini melalui rumus sebagai berikut(

    ?raksi sur$i$al < = perlakuan 8= kontrol < 0,0280,2 < 0,1

    sehingga memberikan koreksi efisiensi dimana sel-sel klonogenik baik terdeteksi

    dan untuk jumlah sel platingyang berbeda. ?raksi sur$i$al sering ditampilkan

    dalam nilai persen %dalam kasus ini 10 persen&

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    4/31

    "eskripsi di atas dimulai dengan suspensi sel-sel tumor. @ntuk mengukur

    sur$i$al sel secara in $i$o kita mengambil dua kelompok tumor eksperimental

    %seringkali tumor subkutan yang ditanamkan pada tikus&, meradiasi salah satunya

    dan menjaga yang lainnya sebagai kontrol, kemudian, beberapa saat setelah

    iradiasi, kami membuat suspensi sel dari kedua kelompok dan melakukan plating

    dalam kondisi yang sama seperti sebelumnya. erbedaannya di sini adalah bahwa

    sel-sel yang diiradiasi di bawah kondisi in $i$o.

    :eskipun tes koloni telah membentuk suatu posisi sentral dalam biologi

    penyinaran8radiobiologi tumor tetapi tes-tes ini bukanlah tanpa celah. :engingat

    bahwa jumlah sel berlapis akan sering berbeda antara kontrol dan kultur dengan

    perlakuan, pertanyaan kunci adalah apakah jumlah koloni meningkat secara linear

    dengan jumlah sel yang ter-plat. ika tidak, maka ini akan mengarah pada

    kesalahan dalam sur$i$al sel. oloni pada ambar. .2 telah digambar untuk

    mengilustrasikan sifat-sifat tes koloni yang disebutkan dalam bagian sebelumnya.

    ;radiasi tidak hanya mengurangi jumlah koloni, tetapi juga meningkatkan jumlah

    koloni-koloni kecil. )eberapa dari koloni kecil mungkin mewakili klon yang padaakhirnya akan mati# yang lainnya mungkin timbul dari sel-sel yang mengalami

    cedera non-letal yang mengurangi tingkat pertumbuhan koloni. ecuali bila

    koloni-koloni ini mencapai batasan yang disepakati yaitu /0 sel, maka koloni

    tidak akan dihitung, meskipun implikasinya8keterlibatannya untuk e$aluasi efek

    radiasi pada tumor mungkin layak mendapatkan perhatian yang lebih besar

    %Seymour dan :othersill, 16>6&.

    4.3. Kurva survival sel

    ur$a sur$i$al sel merupakan plot8perpotongan antara fraksi sur$i$al terhadap

    dosis %radiasi, obat sitotoksik atau agen membunuh sel lainnya&. ambar .3a

    menunjukkan bahwa ketika diplotkan pada skala linear, kur$a sur$i$al untuk sel-

    sel yang diradiasi dalam kultur jaringan seringkali berbentuk sigmoid(

    terdapatpundak kur$a yang diikuti dengan kur$a yang asimtotik mendekati nilai

    sur$i$al nol. @ntuk menunjukkan sensiti$itas sel terhadap radiasi kita bisa melihat

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    5/31

    dari dosis yang membunuh sekitar /0 persen sel. "osis ini terkadang disebut

    dengan ="/0 %yaitu efek dosis /0 persen&. !erkadang digunakan ="60. "engan

    menggunakan dosis ini, kita perlu membuat perkiraan mengenai bentuk kur$a

    yang akan dihasilkan.

    !erdapat dua alasan mengapa kur$a sur$i$al sel lebih sering diplotkan dengan

    skala logaritma sur$i$al(

    1. )ila kematian sel terjadi random, maka sur$i$al akan menjadi fungsi

    %rumus& eAponensial dosis, dan hal ini akan membentuk garis lurus pada

    plot semi-log. )agian .> menjelaskan hal ini secara detail.

    2. Sebuah skala logaritma dengan lebih mudah memungkinkan kita untuk

    melihat dan membandingkan penurunan sihnifikan ukuran tumor, atau

    kontrol tumor lokal.

    lot yang demikian diilustrasikan pada gambar .3b. bentuk kur$a sur$i$al

    radiasi dan cara menggambarkan kecuramannya akan dijelaskan kemudian dalam

    bab ini.

    erhatikan bahwa, untuk data yang ditunjukkan pada ambar. .3, dosis

    radiasi di atas / y mengurangi kelangsungan hidup sel klonogenik hingga di

    bawah 10 persen. engukuran radiosensiti$itas dalam parameter "0%lihat )agian

    .>& dilakukan pada bagian eksponensial kur$a sur$i$al, yang dalam hal ini adalah

    di atas / y. Bleh karena itu, pengukuran ini dibuat dalam rentang dosis di mana

    fraksi sur$i$al sangat rendah. Cilai "0demikian, rele$an dengan persoalan

    membasmi beberapa sel klonogenikterakhir, tetapi jika populasi sel mengandungsel-sel dengan radiosensiti$itas yang berbeda-beda, nilai-nilai ini mungkin

    tidaklahbersifat khas untuk radiosensiti$itas sebagian besar populasi sel tumor.

    4.4. Uji untuk survival sel-sel klonogenik

    )anyak teknik yang telah dipaparkan untuk mendeteksi pembentukan koloni

    oleh sel-sel tumor dan dengan demikian, untuk mengukur sur$i$al sel. ertama-

    tama, uji-uji ini hampir semuanya membutuhkan tersedianya suspensi sel tunggal.

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    6/31

    +al ini biasanya tidaklah mudah, karena jaringan tumor berbeda-beda dalam

    kemudahannyauntuk dapat dipisah-pisahkankan8didisagregasi. =nDim-enDim

    seperti tripsin, kolagenase dan pronase seringkali digunakan dan beberapa

    jaringan dapat dipisahkan secara mekanis.

    !eknik-teknik tersebut juga dapat digunakan untuk uji sel pembentuk koloni

    pada jaringan normal, terutama jaringan hemopoetik yang dapat dengan mudah

    disampel dan dibuat menjadi suspensi sel. Selain itu, berbagai uji in situ untuk sel

    stem jaringan normal juga telah ditemukan %otten, 16>3&. )erikut ini merupakan

    beberapa tes utama yang digunakan untuk sel-sel tumor.

    Uji-uji koloni in vitro

    )eberapa sel tumor tumbuh dengan baik bila dilekatkan pada piring atau

    termos kultur jaringan plastik.Sedangkan untuk sel tumor lainnya hal tersebut

    dapat dicapai dengan terlebih dahulu meletakkan lapisan pengumpan berupa

    jaringan ikat atau sel tumor yang telah diradiasi dngan dosis letal. @ntuk sel-sel

    yang telah ditetapkan sebagai sel in $itro, hal ini seringkaliberjalan dengan baik,tetapi untuk studi pada sampel tumor yang diambil langsung dari pasien atau

    hewan, pada umumnya diamati bahwa fibroblas jaringan normal tumbuh dengan

    lebih baik daripada sel-sel tumor dan tumbuh memenuhi bidang kultur.

    Sebagai alternatifnya, adalah dengan mengentalkan media tumbuh dengan

    agar-agar atau metilselulosa. +al ini akan menghambat pertumbuhan jenis sel

    yang membutuhkan tambatan, tetapi banyak sel epitel yang masih akan tumbuh.

    Sebuah uji banyak digunakan dengan jenis ini adalah uji Eourtenay dan :ills

    %167>& untuk sel tumor manusia. ultur-kultur agar ditumbuhkan di dalam tabung

    plastik 1/-m4 yang dilapisi dengan medium cair yang dapat diisi ulang secara

    teratur. enambahan sel darah merah tikus pada agar,didapatkan mampu untuk

    mempromosikan pertumbuhan beberapa jenis sel tumor manusia. Sebuah sifat

    penting dari uji Eourtenay-:ills adalah penggunaan oksigen tekanan rendah %fase

    gas yang terdiri daari 60 persen nitrogen, / persen oksigen dan / persen karbon

    dioksida&, yang mampu meningkatkan efisiensiplatingsel tumor manusia.

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    7/31

    Uji koloni limpa

    !ill dan :cEulloch %16F1& menunjukkan bahwa, ketika sel-sel sumsum tulang

    tikus yang disuntikkan secara intra$ena ke penerima syngeneic yang telah

    menerima radiasi cukup di seluruh tubuh untuk menekan haemopoiesis endogen,

    koloni diproduksi di limpa yang berasal dari sel-sel induk dalam graft8cangkok.

    oloni ber$ariasi dalam morfologi %erythroid, granulosit atau campuran& dan oleh

    karena itu sel-sel induk ini disebut pluripoten. ;dentitas pastinya tidak diketahui

    dan oleh karena itu seringkali disebut sebagai unit pembentuk koloni %colony

    forming unit GE?@sH&. "engan menggunakan uji ini, !ill dan :cEulloch

    memperoleh kur$a sur$i$al pertama untuk sel sumsum tulang dan kur$a tersebut

    ditemukan untuk sangatlah curam. @ji koloni limpa juga telah digunakan untuk

    beberapa jenis sel limfoma tikus.

    Uji koloni paru

    @ji ini analog dengan uji koloni limpa dan berlaku untuk setiap tumor tikus

    yang ditransplantasikan yang siap membentuk koloni di paru-paru setelah injeksiintra$ena suspensi sel tunggal. =fisiensi kloning sering dapat ditingkatkan dengan

    mencampur sel uji dengan sel-sel tumor atau mikrosfer plastik pekat %c.10 F per

    injeksi& yang teradiasi dengan dosis letal, yang mungkin bekerja dengan

    meningkatkan tangkapan sel tumor disuntikkan di paru-paru. !idak semua sel-sel

    tumor tumbuh( beberapa koloni per seribu sel tumor yang disuntikkan di paru

    mungkin akan dianggap cukup. :eskipun koloni terbentuk di seluruh paru-paru,

    koloni-koloni ini biasanya hanya tersebar pada permukaan paru-paru. :etode ini

    dikembangkan oleh +ill dan Stanley %167/& terhadap dua tumor eksperimental

    dan mereka memberikan rincian lebih lanjut mengenai detail eksperimen.

    Uji atasan pengen!eran "limiting dillution assay#

    @ji ini merupakan tes non-kloning yang digunakan dalam penelitian awal

    radiasi sur$i$al sel dan untuk beberapa tumor eksperimental memiliki keuntungan

    berupa sensiti$itasnya yang tinggi. rinsip dari metode ini adalah dengan

    mempersiapkan suspensi sel tumor dan untuk memberikan sejumlah besar implan

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    8/31

    subkutan pada hewansyngeneic, yang mencakup berbagai ukuran inokulum, dan

    jika mungkin mencakup tingkatan /0 persen ambilan tumor. +ewan yang

    digunakan, biasanya tikus, kemudian diamati untuk jangka waktu cukup lama

    untuk merekam hampir setiap tumor yang dapat tumbuh dari implan sel tunggal.

    !ingkat-ambilan diplot terhadap ukuran inokulum dan titik ambilan /0 persen

    ditambahkan, ini biasanya disebut jumlah sel 9!"/09. ercobaan dilakukan secara

    bersamaan pada sel perlakuan dan sel kontrol dan fraksi sur$i$al ditunjukkan

    dengan rasio nilai !"/0.

    enambahan secara belebihan sel-sel yang telah diradiasi dengan dosis letal

    meningkatkan tingkat ambilan# dengan menggunakan manu$er ini, Steel dan

    'dams %167/& menemukan !"/0dari 1-3 sel tumor paru-paru 4ewis dan dengan

    demikian dapat mengukur kelangsungan hidup sel sampai dengan 10-F. :etode ini

    hanya akan berjalan dengan baik tanpa adanya respon imun terhadap tumor

    cangkokan, yang secara relatif merupakan situasi yang jarang terjadi terutama

    dengan tumor yang diinduksi secara kimiawi dan $iral.

    Uji in vitro jangka pendek

    ebutuhan untuk mengembangkan uji in $itro yang memberikan hasil lebih

    cepat daripada alat tes klonogenik muncul dari ketertarikan dalam prediksi respon

    tumor terhadap pengobatan %lihat )ab 23&. )erbagai tes telah diusulkan tapi

    reproduktifitas dan kemampuannya untuk dapat diandalkan telah sering menjadi

    batasan dalam kegunaan klinis uji-uji ini. !iga kendala umum antara lain(

    1. Sampel biopsi tumor manusia mengandung baik sel tumor maupun

    jaringan ikat normal# keduanya dapat tumbuh di bawah kondisi-kondisi uji

    dan mungkin sulit untuk membedakan bentukan koloni dengan sel-sel

    tumor.

    2. )ila metode yang digunakan membutuhkan diproduksinya suspensi sel

    tunggal, haruslah sangat berhati-hati dalam memisahkan kumpulan sel,

    karena hal ini dapat khas dapat meningkatkan nilai hitung koloni nantinya.

    3. Sel-sel yang dimatikan dengan menggunakan radiasi membutuhkan waktu

    untuk mati %misalnya lihat gambar .1& dan dalam uji jangka pendek sel-

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    9/31

    sel ini mungkin akan keliru sel-sel tumor yang bertahan# dengan demikian,

    metode yang digunakan mungkin tidak dapat dengan mudah membedakan

    antara sel-sel yang raiosensitif dan sel-sel yang mati dengan cepat setelah

    iradiasi.

    )anyak prinsip-prinsip dasar yang mendasari prediksi respon tumor

    dibicarakan di dalam buku yang diedit oleh Ehapman dkk %16>6&. @ji non-

    klonogenik untuk sel-sel tumor antara lain sebagai berikut(

    Uji $ikronukleus

    Sel tumor yang dibudidayakan dengan adanya cytochalasin-), yang

    menghambat sitokinesis, menghasilkan sel binukleat, dan dengan demikian

    memungkinkan inti sel yang telah mengalami satu kali pembelahan pasca

    perlakuanakanteridentifikasi. :icronuclei dapat dihitung sebagai badan

    eAtranuclear kecil. ?rekuensinya meningkat dengan dosis radiasi dan

    memnunjukkan ukuran sensiti$itas radiasi %Streffer et al., 16>F&. eandalan

    metode ini dibatasi oleh fakta bahwa sel-sel diploid, polyploid dan aneuploidmungkin berbeda dalam toleransinya akan kerusakan genetik dan dengan

    demikian terhada pembentukan mikronukleus pula.

    Uji pertu$uhan sel

    )erbagai metode telah digunakan untuk mengukur pertumbuhan kultur yang

    berasal dari spesimen tumor kontrol dan perlakuan, dan dengan demikian untuk

    mendapatkan ukuran radiosensiti$itas atau chemosensiti$itas. !ergabungnya

    radioisotop seperti 3+-timidin telah banyak digunakan. Suatu garam tetraDolium,

    3-%,/ "imethylthiaDol-2-il&-2,/-diphenyl tetraDolium bromide %:!!&, digunakan

    untuk mewarnai kultur sel dan dengan demikian dengan menggunakan uji

    kolorimetri, untuk memperkirakan tingkat pertumbuhan %Earmichael dkk., 16>7#

    Iasserman dan !wentyman, 16>>&. @ji ini dapat digunakan untuk menge$aluasi

    pertumbuhan pada plat microtiter dan dengan ketelitian terhadap faktor

    teknis,dapat mendapatkan ukuran nilai radiosensiti$itas. Jeagen 3-%,/-

    dimethylthia-Kol-2-il&-/-%3 carboAymethoAyphenyl&-2-%-sulfofenil&-2+-

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    10/31

    tetraDolium %:!S& merupakan pengembangan dari :!! dan membentuk

    formaDans yang larut melalui bioreduksi oleh sel. +al ini memiliki keuntungan

    yaiitu menyingkirkan kesalahan yang rawan terjado pada langkah

    solubilisasi8pelarutan yang diperlukan untuk microkulture tes tetra-Dolium, yang

    menggunakan :!! %oodwin et al., 166/&. :etode tersebut rentan terhadap

    pertumbuhan berbagai fibroblast, dan untuk studi pada sel leukemia mungkin

    akan lebih baik mewarnai sel secara berbeda-beda dan menganalisis kultur secara

    mikroskopis %)osanLuet, 1661&.

    Uji kerusakan D%&

    ini dimungkinkan untuk mengukur kerusakan "C' secara langsung melalui

    deteksi antibodi fokus-fokus histon terfosforilasi +2'5 %M+2'5& di dalam inti

    sel, dengan menggunakan image cytometry atau flow cytometry. "itemukan

    bahwa tingkat kerusakan M+2'5 %ukuran perbaikan "C'& berkorelasi dengan

    radiosensiti$itas selular yang diukur dengan uji klonogenik, meskipun hubungan

    itu tidaklah begitu sempurna %:achail et al., 2003&. Selain itu, persentase sel

    tumor yang mempertahankan fokus M+2'5 2 jam setelah radiasi dosis tunggal

    atau terbagi tampaknya menjadi indikator radiosensiti$itas seluler yang mungkin

    berguna di klinik %loko$ et al., 200F&.

    Meto'e-$eto'e 'engan $enggunakan hitung sel pasti

    :etode yang dijelaskan sejauh ini melibatkanplatingsuatualiquot %sebagian&

    dari suspensi sel yang rata-rata akan berisi sel dengan jumlah yang diketahui.

    umlah sebenarnya dari sel akan ber$ariasi menurut statistik oisson. @ntuk studi

    tentang efek dosis-dosis radiasi rendah %di mana efeknya kecil& ketepatan statistik

    yang lebih besar dapat dicapai dengan mengetahui persis berapa banyak sel yang

    di-plat-kan. +al ini dilakukan dengan menggunakan dua metode utama %lihat

    )agian .1&. Sebuah penyortir sel yang diaktifkan dengan fluoresensi

    %fluorescence-activated cell sorterG?'ESH& memungkinkan sejumlah tertentu sel

    dilapisi ke dalam piringankultur %"urand, 16>F&. Sebuah alternatif adalah dengan

    menggunakan sistem mikroskopis pengenalan sel hidup %:arples dan oiner,

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    11/31

    1663&, yang memungkinkan koordinat spasial sel direkam, selanjutnya

    pembentukan koloni oleh setiap sel indi$idu dapat diperiksa. edua metode ini

    memberikan presisi tinggi di wilayah awal kur$a sur$i$al sel dan penggunaannya

    mengarahkan pada identifikasi hiper-radiosensiti$itas %+JS& bahkan terhadap

    dosis rendah %lihat )agian .1&.

    4.(. )eran'ingan tes*uji

    erbandingan dari hasil-hasil sur$i$al sel antar tes dapat memberikan

    konfirmasi penting dalam $aliditasnya. ;nformasi ini dapat berharga baik pada

    tingkatan praktis maupun fundamental. ada tingkatan praktis, kiranya logis untuk

    mengkonfirmasi uji jangka pendek yang cepat terhadap hasil tes klonogenik lebih

    sulit tetapi lebih dapat diandalkan. ertanyaan yang lebih umum adalah apakah uji

    survival sel di dua lingkungan pertumbuhan yang berbeda benar-benar

    mengidentifikasi populasisurvivalsel tumor %yang berhasil bertahan& yang sama.

    )iasanya, sel survival in situ pada pasien atau pada hewan percobaan yang akan

    ditentukan, dan untukmenargetkan sel-sel tumor sebagai subjek dalam prosedur

    ekstraksi dan lingkungan pertumbuhan buatan mungkin juga akan menghasilkan

    kesulitan8kesalahan. Bleh karena itu meyakinkan bahwa perbandingan yang teliti

    antara tes klonogenik in $itro, di paru-paru tikus dan dengan transplantasi

    subkutan telah menunjukkan kesepakatan temuan yang baik untuk studi tumor

    tikus %Steel dan Stephens, 16>3&.

    4.+. Mengga$arkan huungan antara survival sel 'an 'osis

    ra'iasi

    enelitian dalam biologi penyinaran eksperimental meliputi studi pada

    tingkatan sel, hewan dan manusia. enelitian ini berkutat di tingkat dasar, dengan

    molekul, bio-kimia dan sifat biofisik cedera akibat radiasi. :odel deskriptif

    merupakan bagian penting dari penelitian biologi penyinaran( model-model ini

    memberikan sebuah kerangka untuk menganalisis dan membandingkan data dan

    akhirnya untuk membantu dalam membangun teori-teori yang konsisten dari

    tindakan radiasi baik in $itro dan in $i$o. :odel dan perhitungan juga

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    12/31

    terkadangdiperlukan untuk menghubungkan penelitian eksperimental terhadap

    pengobatan klinis kanker dengan tujuan meningkatkan terapi. ada bagian

    berikut, kami akan menjelaskan model yang paling penting yang digunakan untuk

    menggambarkan dan menganalisis hubungan antara kelangsungan hidup sel dan

    dosis radiasi.

    4.,. atatan $engenai respon ra'iasi pa'a tingkatan $olekular.

    Jadiasi membunuh sel-sel dengan memproduksi partikel bermuatan sekunder

    dan radikal bebas dalam inti yang pada akhirnya akan menghasilkan berbagai

    jenis kerusakan pada "C'. )ukti bahwa kerusakan "C' adalah penyebab utama

    kematian sel %cell kill& dan mutasi oleh radiasi dijelaskan dalam )ab 2, )agian

    2.1. Setiap radiasi dosis 1 y transfer linear energi rendah%low-linear energy

    transfer G4=!H& menghasilkan lebih dari 1000 kerusakan dasar, sekitar 1000

    inisial untai tunggal putus dan sekitar 20-0 awal untai ganda putus %double-

    strand breaksG"S)sH&. )eberapa lesi yang lebih penting dibanding yang lainnya

    dan letalitas radiasi berhubungan paling signifikan dengan jumlah residual, "S)s

    yang tidak dapat diperbaiki beberapa jam setelah iradiasi. ika kematian sel

    berubah dengan mengubah 4=!, tingkat oksigen, konsentrasi thiol atau suhu,

    maka untuk radiasi dosis tetap hanya jumlah "S)s yang betul-betul berkorelasi

    dengan perubahan kematian sel. !erputusnya untai tunggal, kerusakan dasar dan

    ikatan silang "C'-protein tidak mencerminkan perubahan dalam kematian sel

    untuk semua faktor pengubah ini. Bleh karena itu putusnya untai ganda "C'

    %"C' "S)& dianggap sebagai jenis dari kerusakan sel yang paling penting. +anya

    satu "S) residual %atau NtembahanO& di bagian penting "C' mungkin sudah

    cukup untuk menghasilkan kelainan kromosom yang signifikan dan dengan

    demikian mensterilkan %mandul& sel.

    4.. Teori target

    Sebuah cara sederhana untuk membayangkan bagaimana radiasi bisa

    membunuh sel-sel adalah dengan gagasan bahwa mungkin ada daerah tertentu

    dari "C' yang penting untuk mempertahankan kemampuan reproduksi sel.

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    13/31

    "aerah sensitif ini dapat dianggap sebagai target spesifik terhadap cedera radiasi

    sehingga kelangsungan hidup sel setelah paparan radiasi akan berhubungan

    dengan jumlah target yang diinakti$asi . 'da dua $ersi dari gagasan ini yang

    umumnya digunakan . Persi pertama dari teori ini mengusulkan bahwa hanya satu

    tembakan radiasi pada target tunggal sensitif akan mengakibatkan kematian sel .

    !eori ini disebut inakti$asi target-tunggal tembakan-tunggal, dan teori ini

    mengarah pada bentuk kur$a sur$i$al seperti yang ditunjukkan pada ambar. .a

    . ur$a sur$i$al merupakan suatu eksponensial %yaitu garis lurus dalam plot semi-

    logaritmik sur$i$al sel terhadap dosis&. @ntuk menurunkan persamaan kur$a

    sur$i$al ini , statistik oisson dapat diterapkan . "engan anggapan bahwa selama

    iradiasi terjadi tembakan dengan jumlah yang sangat besar pada sel-sel yang

    berbeda, namun probabilitas % p & dari tembakan berikutnya yang terjadi pada sel

    yang tertentu sangatlah kecil . dengan demikian, untuk setiap sel,

    p%sur$i$al& < p%0 hits& < eAp%-"8"0&

    dimana "0 didefinisikan sebagai dosis yang memberikan rata-rata satu

    hit8tembakan per sasaran sel. "osis "0y mengurangi sur$i$al8kelangsungan

    hidup dari 1 menjadi 0,37 %yaitu untuk e -1&, atau dari 0,1 menjadi 0,037, dan

    seterusnya, "8"0adalah jumlah rata-rata tembakan per sasaran %dan dalam hal ini

    per sel&. ;ni adalah alasan mengapa %seperti pada ambar .7, kemudian.& skala

    sur$i$al sel kadang-kadang ditulis sebagai %S&( ini merupakan skala logaritma

    natural fraksi sur$i$al dan juga merupakan jumlah yang setara dengan 9lesi letal9

    per sel.

    "alam contoh ini %ambar .a& "0< 1,F y. ur$a sur$i$al lurus seperti ini

    biasanya dijumpai untuk inakti$asi $irus dan bakteri. ur$a semacam ini juga

    mungkin tepat dalam menggambarkan respon radiasi dari beberapa sel manusia

    yang sangat sensitif %normal dan maligna& dan juga respon radiasi pada tingkat

    dosis yang sangat rendah %lihat )ab 12, )agian 12.3& dan respon terhadap radiasi

    4=! tinggi %lihat )ab F, )agian F.3&. "engan demikian, jenis kur$a sur$i$al

    9target tunggal tembakan tunggal9 %singgl- target singgle-hit& sebenarnya

    bernilai$alidbila berada di luar kerangka Nteori targetO. ;ni menggambarkan situasi

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    14/31

    sederhana di mana bilaindi$idu sel menerima sejumlah radiasi yang lebih besar

    dari "0maka sel akan mati, jika tidak, maka sel akan bertahan.

    @ntuk sel mamalia pada umumnya, respon sel terhadap radiasi biasanya

    digambarkan dengan kur$a sur$i$al'shouldered9. "alam upaya untuk meniru jenis

    respon ini, teori target $ersi yang lebih umum diusulkan, disebut sebagai

    inakti$asi multitarget tembakan tunggal. "alam ekstensi ide target ini, hanya satu

    tembakan radiasi pada setiap n sel target sensitifyang diperlukan untuk

    menyebabkan kematian sel. )entuk kur$a sur$i$al teori ini ditunjukkan pada

    ambar. .b. Sekali lagi, argumen dapat dikembangkan dengan menggunakan

    statistik oisson,

    p%0 tembakan terhadap target spesifik& < eAp%-"8"0&, dengan demikian

    p%target spesifik terinakti$asi& < 1 eAp%-"8"0&

    arena terdapat n target di dalam sel

    p%semua n target terinakti$asi& < %1 eAp%-"8"0&&n

    ambar .b menunjukkan bahwa kur$a sur$i$al tembakan tunggalmultitarget memiliki pundak dengan ukuran yang dapat itunjukkan melalui

    ambang dosis quasi %"L&. "osis ini berhubungan dengan n dan "0 melalui

    persamaan(

    "L< "0logen

    @ntuk contoh pada gambar .b, kami memilih n < 30 dan "0< /, y. ur$a

    sur$i$al multitarget seperti ini telah terbukti bermanfaat dalam menggambarkan

    respon radiasi sel-sel mamalia pada dosis tinggi Ndi luar pundak kur$aO. ur$a ini

    tidak menggambarkan dengan baik respon sur$i$al pada dosis lebih rendah yang

    secara klinis lebih rele$an.

    .6. ermasalah dengan target

    enurunan hubungan sur$i$al sel sederhana dalam perihal target dan

    tembakan, terutama kur$a sur$i$al lurus ditunjukkan pada ambar .a,

    merupakan ide intelektual yang menarik dan telah mendominasi pemikiran

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    15/31

    radiobiologis untuk waktu yang lama . ;stilah 9"09 masih seringdigunakan.

    esulitan utama dengan konsep ini adalah bahwa sejauh ini target radiasi

    spesifikuntuk sel mamalia belum teridentifikasi, meskipun banyak upaya untuk

    menemukannya. Sebaliknya, apa yang ditemukan adalah peran kunci dari

    putusnya untai "C' dan perbaikannya, dengan lokasi kerusakan "C' demikian

    %seperti di atas& yang umumnya tersebar seluruh inti sel %lihat )ab 2&. Sebuah

    kelemahan nyata dari model multitarget adalah, seperti ditunjukkan pada

    ambar . .b, model ini memprediksi respon yang datar untuk setiap dosis

    radiasi sangat rendah . +al ini tidak didukung oleh data eksperimen (

    terdapatbanyak bukti kematian sel yang signifikan pada dosis rendah dan bukti

    untuk kur$a sur$i$al sel yang memiliki kemiringan awal terbatas. @ntuk

    mempertimbangkan hal ini, model multitarget telah disesuaikan dengan

    menambahkan tambahan komponen sasaran tunggal. ersamaan yang dihasilkan

    untuk kur$a sur$i$al disebut sebagai model dua komponen (

    p%sur$i$al& < eAp%-"8"0&

    %1 %1-eAp%-"%18"0-18"1&&&n

    &

    enis kur$a sur$i$al ini diilustrasikan pada gambar ./a. sebagai tambahan

    terhadap parameter n, "0 dan "L, kur$a ini juga memiliki parameter "1, yang

    memperbaiki kemiringan awal kur$a %yaitu dosis yang dibutuhkan pada regio

    dosis rendah untuk mengurangi nilai sur$ical dari 1 menjadi 0,37&. "alam contoh

    ini, n < 30 dan "0< 1,F y, dan "1< ,F y. ur$a jenis ini sekarang dengan

    benar dapat memprediksi kematian sel terbatas di wilayah dosis rendah tetapi

    masih memiliki kelemahan bahwa perubahan dalam sur$i$al sel selama rentang 0

    sampai "L terjadi hampir linear. ;ni berarti bahwa harusnya tidak ada kerusakan

    terjadi saat dosis per fraksi diturunkan di bawah 2 y, yang biasanya

    bukanlahmerupakan suatu permasalahan baik baik secara eksperimental ataupun

    radio-terapi klinis %lihat )ab >, ambar >.1 dan >.2, )ab 10, )agian 10.3&. Suatu

    cara untuk mengatasi keterbatasan ini adalah dengan menggunakan multitarget

    ketimbang komponen-sasaran tunggal untuk kemiringan awal kur$a. Camun, hal

    ini menyebabak membuat model terlalu rumit dan menjadi kurang bermanfaat

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    16/31

    dalam membandingkan respon sur$i$al. :odel kur$a membuthkan setidaknya

    empat parameter, akan sedikit bermanfaat dalam membantu untuk memahami

    mekanisme dasar menentukan efek radiasi.

    4.1/. Mo'ellinear kua'rat

    )entuk sur$i$al sel secara kontinyu melengkung ke bawah secara sederhana dapat

    dijelaskan oleh hukum kedua polinomial, dengan suatu konstanta nol untuk

    memastikan bahwa S? < 1 pada dosis nol. Jumus ini secara persis merupakan

    rumus yang disebut sebagai model linear kuadrat %4Q&. :eskipun kita dapat

    menganggap rumus ini didasarkan murni atas perhitungan matematis %yaitu rumus

    sederhana yang menggambarkan kur$a&, tetapi juga memungkinkan untuk

    menyisipkan mekanisme radiobiologis di dalamnya. Jumus untuk sur$i$al sel

    adalah(

    -;n%S& < R" T"2

    p%sur$i$al& < eAp%-R" - T"2&

    dan kur$a sur$i$al selnya digambarkan dalam ambar. ./b. :eskipun bentuk

    model 4Q dan model rumit dua komponen secara sepintas sama %bandingkan

    ambar ./a dengan ambar ./b&, Jumus 4Q sederhana memberikan penjelasan

    yang lebih baik mengenai respon radiasi di wilayah dosis rendah %0-3 y&( kur$a

    sur$i$al 4Q terus melengkung tanpa adanya bagian lurus baik pada dosis radiasi

    yang rendah maupun tinggi. )entuk %atau NlengkunganO& ditentukan oleh rasio R 8

    T.

    arena dimensi parameter untuk R adalah y1 dan untuk T adalah y2,

    dimensi R 8 T adalah y# seperti yang ditunjukkan pada ambar. ./b, dimensi

    merupakan dosis di mana kontribusi linear terhadap cedera %R" pada skala

    logaritmik& sama dengan kuadrat kontribusi %T"2&. Jespon sel terhadap radiasi

    pengion pekat seperti neutron atau R-partikel, biasanya membentuk kur$a sur$i$al

    curam dan mendekati eksponensial %lihat ambar. F.2&. Seperti yang ditunjukkan

    dalam ambar. ./, hal ini akan dijelaskan dalam model dua-komponen melalui

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    17/31

    rasio "18"0mendekati 1,0, atau dalam model 4Q dengan rasio R 8 T yang sangat

    tinggi.

    Seperti ditunjukkan dalam ambar. ./, model 4Q tidak memiliki "0karena

    kur$a sur$i$al terus melengkung ke bawah dengan meningkatnya dosis sehingga

    kur$anya tidak pernah benar-benar lurus. Camun, kur$a ini terkadang bermanfaat

    untuk dapat mengkon$ersi secara kasar antara R, T dengan " 0, misalnya, ketika

    membandingkan dua temuan penelitian yang masing-masing telah dijelaskan

    dengan model yang berbeda. "eskripsi matematis yang tepat dari !he " 0adalah

    merupakan kebalikan dari diferensial hukum pertama dari -ln%S& sehubungan

    dengan dosis. :enerapkan definisi ini dengan model 4Q menghasilkan " 0< 18%R

    2T"&. Jumus ini menunjukkan bahwa, dalam model 4Q, " 0 efektif tidak

    konstan, tetapi menurun dengan meningkatnya dosis.

    :odel 4Q kini digunakan secara luas baik dalamradiobiologi eksperimental

    maupun klinis dan umumnya berfungsi dengan baik dalam menggambarkan

    respon terhadap radiasi in $itro dan in $i$o. 'pakah yang bisa menjadi dasar

    pembenaran mekanistiknya* Suatu ide sederhana adalah bahwa komponen linear

    GeAp %-U"&H mungkin berasal dari peristiwa satu jalur %single-track events&

    sedangkan komponen kuadrat GeAp %-V"2&H mungkin berasal dari peristiwa dua

    jalur %double-track events). enafsiran ini didukung oleh studi tentang efek

    tingkatan dosis %lihat )ab 12, )agian 12.3&, yang menunjukkan bahwa kur$a

    sur$i$al sel ketikatingkatan dosis dikurangi,kur$a sur$i$al sel menjadi lurus dan

    cenderung menyerupai kemiringan awal kur$a dosis tingkat tinggi( komponen

    kuadrat kematian sel menghilang, hanya menyisakan komponen linear. +al ini

    sudah dapat diprediksi, karena pada tingkat dosis rendah peristiwa single-track

    akan terjadi seiring dengan waktu dan probabilitas8kemungkinan interaksi akan

    menjadi rendah. :eskipun interpretasi dari persamaan 4Q ini nampaknya masuk

    akal, tetapi sifat interaksi antara jalur yang terpisah masih menjadi bahan

    perdebatan. Ehadwick dan 4eenhouts %1673& mendalilkan bahwa jalur yang

    terpisah mungkin menembak untaian yang berlawanan dari double-helix"C' dan

    dengan demikian membentuk "S). ita sekarang tahu bahwa hal ini tidak

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    18/31

    mungkin, mengingat probabilitas yang sangat rendah dari dua jalur saling

    berinteraksi dalam dimensi molekul "C' %diameter c. 2,/ nm& dengan dosis

    hanya beberapa y. ;nteraksi antara regio yang lebih luas dari struktur "C' yang

    kompleks, atau antara "C' dalam kromosom yang berbeda, merupakan

    mekanisme yang masih lebih masuk akal %lihat )ab 2, )agian 2.7&

    4.11. Mo'el !e'era letal yang se!ara potensial letal.

    Eurtis %16>F& mengusulkan model 44 sebagai Nmodel perbaikan kematian

    sel yang tergabungO %unified repair model&. Jadiasipengion dianggap

    menghasilkan dua jenis lesi( lesi yang dapat diperbaiki %repairable& %berpotensi

    letal& lesi dan yang tidak dapat diperbaiki %non-repairable& %letal&. 4esi yang tidak

    dapat diperbaiki menghasilkan efek letaltembakan tunggal dan karena itu

    menghasilkan komponen linear kematian sel G< =Ap %-R"&H. =fek akhir dari lesi

    yang dapat diperbaiki bergantung pada interaksi proses perbaikan dan dan proses

    perbaikan yang salah %misrepair&. roses yang terakhir inilah %misrepair& yang

    mengarah pada komponen kuadrat dalam kematian sel. Seperti ditunjukkan dalam

    ambar. .F, model memiliki dua parameter sensiti$itas %W4 menentukan jumlah

    lesi yang tidak dapat diperbaiki yang diproduksi per unit dosis, dan W4 jumlah

    lesi yang dapat diperbaiki&. !erdapat pula juga dua konstanta laju%X4

    menentukan tingkat perbaikan lesi yang dapat diperbaiki, dan X24 laju di mana

    sel-selmengalami interaksi dan dengan demikian di-misrepair&.

    :odel ini menghasilkan kur$a sur$i$al sel yang hampir identik dengan

    persamaan 4Q, turun ke tingkat sur$i$al sekitar 10-2. Bleh karena itu dapat

    diambil untuk memberikan suatu interpretasi mekanistik yang mungkin untuk

    persamaan 4Q. :odel ini memprediksi bahwa, dengan berkurangnya tingkatan

    dosis, kemungkinan interaksi lesi berpotensi letal akan turun, dan nilai-nilai

    parameter didapatkan akan memungkinkan model untukmensimulasikan secara

    akurat data sur$i$al sel pada sel manusia dan hewan yang diradiasi pada berbagai

    tingkat dosis %lihat )ab 12, )agian 12.3 dan 12./&.

    4.12. Mo'el saturasi*kejenuhan peraikan

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    19/31

    :odel 44 Eurtis adalah contoh dari model interaksi lesi yang juga

    mencakup proses perbaikan. ambar .7a menunjukkan bagaimana model ini

    menghasilkan kur$a sur$i$al sel yang melengkung ke bawah( kur$a putus-putus

    menunjukkan komponen kematian sel yang disebabkan oleh lesi single-trackyang

    tidak dapat diperbaiki. ur$a ini merupakan lesi letal tambahan yang dihasilkan

    oleh interaksi biner lesi berpotensi letal yang menghasilkan kur$a melengkung ke

    bawah.

    :odel kelas lain adalah model saturasi perbaikan, yang mengusulkan bahwa

    bentuk kur$a sur$i$al bergantung hanya pada tingkat perbaikan yang sesuai dosis.

    ambar .7b, c, menunjukkan ide ini. +anya satu jenis lesi dan kematian

    tembakan tunggal yang didalilkan8dihipotesiskan, dan tidak adanya perbaikan lesi

    ini, menghasilkan kur$a sur$i$al putus-putus yang curam pada ambar. .7b.

    ur$a sur$i$al akhir %garis utuh& dihasilkan dari perbaikan beberapa lesi ini,

    namun, jika enDim perbaikan menjadi jenuh %ambar .7c &, tidak terdapat enDim

    perbaikan yang cukup untuk mengikat semua lokasicedera secara bersamaan

    sehingga kecepatan reaksi perbaikan tidak lagi meningkat dengan meningkatnyacedera. Bleh karena itu pada dosis tinggi %lebih banyak lesi&, secara proporsional

    hanya terjadi sedikit perbaikan selama selang waktu yang ada sebelum kerusakan

    menjadi permanen# hal ini akan mengarah padacedera residu yang lebih banyak

    dan kematian sel yang lebih besar. :ekanisme fiksasi cedera yang tidak dapat

    diperbaiki belum dapat dipahami tetapi mungkin terkait dengan masuknya sel

    yang membawa kerusakan tersebut ke dalam proses sintesis "C' atau mitosis .

    erlu diperhatikan bahwa alternatif hipotesis NsaturasiO, mengarah pada

    konsekuensi yang sama, yaitu bahwa kumpulan enDim perbaikan

    banyakdigunakan selama proses perbaikan, sehingga pada dosis yang lebih tinggi

    sistem perbaikan akan habis dan kurang mampu memperbaiki semua kerusakan

    yang diinduksi.

    !abel .1 menggambarkan bagaimana perbedaan konseptual mendasar antara

    model akumulasi lesi8interaksi seperti 944 Eurtis dan model perbaikan

    bergantung dosis dalam mempengaruhi interpretasi beberapa fenomena

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    20/31

    radiobiologis %oodhead, 16>/&. edua jenis model memprediksikan kur$a linear

    kuadrat sur$i$al sel di wilayah dosis klinis yang rele$an. :odel-model ini juga

    memberikan penjelasan yang baik akan pemulihan dengan dosis terbagi %lihat )ab

    7, )agian 7.3&, mengubah efekti$itas dengan 4=! %lihat )ab F, )agian F.3& dan

    efek tingkatan dosis %lihat )ab 12, )agian 12.2&. Saat ini, para ilmuwan tidak

    yakin apakah radiasi interaksi lesi atau kejenuhan perbaikan benar-benar ada

    dalam sel, tetapi mungkin juga bahwa studi molekuler dan mikrodosimetrikpada

    akhirnya akan menentukan penjelasan mana yang benar %mungkin keduanyaY&.

    4.13. Mo'el linear kua'rat kuik

    :odel 4Q menggambarkan respon seluler terhadap radiasi pengion dengan

    sangat baik pada dosis kurang dari sekitar /-F y dan merupakan model yang

    lebih dipilih untuk digunakan dalam rentang dosis ini. Camun, pada dosis yang

    lebih tinggi respon sur$i$al sel seringkali ditemukan lebih mirip dengan hubungan

    linear antara-4n%S& dan dosis, seperti yang dijelaskan dalam model berdasarkan

    teori target.

    Suatu cara sederhana untuk menyesuaikan model 4Q untuk menjelaskan

    respon yang lebih linier pada dosis yang lebih tinggi adalah dengan menambahkan

    istilah tambahan sebanding dengan pangkat tiga dosis, tetapi berlawanan tanda

    dengan istilah linear dan kuadrat. ;ni disebut sebagai linear-kuadrat-kubik, atau

    :odel 4QE(

    -;ns%S& < R" T"2M"3

    p%sur$i$al& < eAp%-R" - T"2 M"3

    erbandingan antara model 4Q dan 4QE ditunjukkan pada ambar. .>.

    "engan mengambil diferensial hukum kedua dari -ln%S& sehubungan dengan

    dosis, dapat ditunjukkan bahwa kur$a sur$i$al dapat diluruskan pada dosis " 4

    dengan memilih M < T8%3"4&. "alam contoh ambar. .>, kur$a 4QE menjadi

    garis lurus dengan dosis, "41> y.

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    21/31

    Seperti halnya dengan model dua komponen, sebuah kelemahan dari model

    4QE adalah penambahan parameter ketiga, tetapi karena model 4QE merupakan

    polinomial sederhana, model ini tetap masih dapat diaplikasikan secara lebih

    matematis daripada model teori target. :odel 4QE sebenarnya hanyalah

    merupakanpendekatan polinomial hukum ketiga untuk model 44Eurtis, yang

    juga menunjukkan hubungan yang lebih linier antara ln-%S& dan dosis

    dibandingkan dengan yang diperkirakan oleh model 4Q, pada fraksi sur$i$al

    kurang dari sekitar 10-2.

    4.14. 0ipersensitivitas 'osis ren'ah

    :odel 4Q dan interpretasi mekanistiknya %944 Eurtis dan kejenuhan

    perbaikan& secara adekuat menggambarkan respon seluler terhadap radiasi di atas

    sekitar 1y. Sulit untuk membuat pengukuran yang akurat dari kematian sel oleh

    dosis radiasi di bawah ini, tetapi masalah ini sebagiannya telah diatasi dengan

    metode yang menentukan dengan tepat jumlah sel 9beresiko9 dalam uji pembentuk

    koloni%lihat )agian .&. +al ini dapat dicapai dengan menggunakan ?'ES

    untukmem-plat-kan jumlah sel yang tepat atau scanning mikroskopis untuk

    mengidentifikasi jumlah sel secara tepat setelah plating. :enggunakan teknik

    tersebut, dapat ditunjukkan bahwa banyak sel mamalia sebenarnya menunjukkan

    jenis respon radiasi seperti yang ditunjukkan pada ambar. .6 pada dosis kurang

    dari 1 y. "i bawah sekitar 10 cy, sel-sel menunjukkan +JS, yang dapat

    dicirikan dengan kemiringan %Rs& yang jauh lebih curam daripada kemiringan yang

    diharapkan dengan kembali meramalkan respon dari pengukuran dosis tinggi %R r&.

    !ransisi %selama sekitar 20->0 cy& dari respon sensitif menjadi resisten disebut

    sebagai regio peningkatan radioresistesi %;JJ&. ?enomena ini awalnya ditemukan

    pada sel mamalia oleh :arples dan oiner %1663& menggunakan fibroblas

    hamsterP76 dan diduga disebabkan oleh peningkatan tingkat perbaikan "C' dari

    sel-sel di regio ;JJ %oiner et al., 2001&. +al ini terjadi karena fase istirahat siklus

    sel yang cepat, yangdiradiasi pada fase 2 siklus sel, hanya terjadi ketika terdapat

    cukup "S)s "C' untuk memicu fosforilasi protein '!: pengenal-cedera %'!:

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    22/31

    damage recognition protein&. ?enomena iniutamanya mulai terjadi hanya bila

    dosis rata-rata melebihi sekitar 10 cy %:arples et al., 2003&.

    :odel 4Q dapat dimodifikasi untuk mencakup proses ini dan hasilnya

    disebut sebagai model perbaikan terinduksi %;ndJep&(

    p%sur$i$al& < -eAp%-Rr"%1 %Rs8Mr 1&eAp%-"8"c&& T"2&

    "alam persamaan ini, "csekitar 0,2 y dan menggambarkan dosis di mana

    mulai terjadi transisi dari respon +JS menuju respon ;JJ. ada dosis yang sangat

    tinggi %"ZZ"c&, persamaan .F cenderung seperti model 4Q dengan parameter

    aktif Rr dan T. ada dosis yang sangat rendah %"[["c&, persamaan di atas

    cenderung seperti model 4Q dengan parameter aktif R sdan T. "engan demikian

    model ;ndJep terdiri dari dua model 4Q dengan sensiti$itas R yang berbeda

    bergantung pada dosis yang diberikan, yang digabungkan menjadi satu

    persamaan.

    !elah diusulkan bahwa fenomena +JS ini mungkin dapat dimanfaatkan

    secara klinis jika secara praktiknyaradioterapi dapat dihantarkan dalam fraksi

    dosis jumlah yang sangat besar, masing-masing kurang dari 0,/ y. !ujuannya

    adalah untuk mengambil keuntungan dari radiosensiti$itas ekstra di wilayah +JS,

    yang dapat meningkatkan respon tumor yang diketahui resisten terhadap

    radioterapi pada dosis 2 y per fraksi.

    )TUMBU0&% TUM D&% S)%%& T0&D&) &D5&S5

    ,.2. espon Tu$or Terha'ap a'iasi

    )en'ahuluan

    =fek radiasi pada tumor secara klinis pada kondisi eksperimental yang

    baik dapat diukur dengan bebrapa titik point, termasuk kontrol tumor lokal,

    mencegah pertumbuhan kembali tumor dan regresi tumor. engontrolan tumor,

    tujuan dari terapi radioterapi. eningkatan pada pengontrolan tumor setelah

    radioterapi telah di buktikan, pada banyak percobaan klinik, pada pembuktian

    kemampuan bertahan hidup yang lebih lama pada pasien kanker. Blehnya itu,

    kontrol terhadap tumor secara konsep ujungnya lebih baik secara klinis dan

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    23/31

    in$estigasi eksperimen pada peningkatan radioterapi. !umor lokal terkontrol

    ketika semua sel yang di klon %mis. Sel yang mungkin berproloferasi dan

    menyebabkan rekurensi setelah radioterapi& telah di non aktifkan. emungkinan

    keberhasilan pengontrolan tumor lokal tergantung pada dosis radiasi dan

    hubungan secara langsung dengan angka kemampuan bertahan hidup sel tumor

    clonogenic. Jegresi tumor adalah titik akhir yang tidak spesifik untuk menguji

    respon radiasi. :enguji penundaan pertumbuhan kembali tumor di perluas

    menggunakan eksperimen radiobiology. enundaan pertumbuhan tumor

    meningkat dengan dosis radiasi, tetapi karena keterbatasan metodologinya, hal ini

    sulit atau bahakan tidak mungkin secara akurat memperkirakan kematian sel.

    Ke$a$puan Bertahan 0i'up Sel ClonogenicSetalah )enyinaran

    Jadioterapi meningkat secara efektif pada pembunuhan sel tumir

    clonogenic. +ubungan kuantitatif antara dosis radiasai, inakti$asi sel clonogenic

    dan kontrol tumor lokal sebaiknya di tegakan secara klinis pada kondisi

    eksperimental yang baik. ada radioterapi fractionated yang telah dibuktikan,

    bahwa logaritma dari kemampuan bertahan hidup sel tumor clonogenicImenurun

    sejajar dengan total dosis radiasi. ika dosis radiasi cukup ditingkatkan untuk

    mensterilkan semua sel yang mungkin menyebabkan rekurensi, selanjutnya

    kontrol tumor dapat dicapai. +ubungan ini di ilustrasikan pada gambar 7.3, yang

    menunjukkan suatu teori kur$a kemampuan bertahan hidup clonogenic untuk

    penyinaran fractionated dari suatu tumor model. !umor ini memiliki diameter

    sekitar 3cm, terdiri dari 1010sel tumor dengan suatu bagian clonogenicdari 10\

    %mis. !umor yang terdiri dari 106sel tumor clonogenic&. :isalkan suatu kepekaan

    radiasi intermediet, fraksi lain dari 2 y di non-aktifkan /0\ dari sel clonogenic.

    "engan kata lain, setelah suatu dosis 2 y /0\ dari kemampuan bertahan hidup

    sel clonogenic, setelah y 2/\, setelah F y 12,/\, dan seterusnya. +asil ini

    dalam suatu penurunan linear dari fraksi logaritma kemampuan bertahan hidup

    sel clonogenic pada peningkatan dosis dan digambarkan oleh garis tidak putus-

    putus pada diagram gambar 7.3. @ntuk contoh ini, dosis yang lebih tinggi dari F0

    y angka kemampuan bertahan hidup sel dari tumor berkurang menjadi satu dan

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    24/31

    kontrol tumor lokal dapat ditingkatkan. "engan jelas, hal ini adalah suatu

    penyederahanaan karena kelalain, sebagai contoh, kemaungkinan perubahan

    kepekaan penyinaran %mungkin berkat perubahan oksigenasi tumor& dan dari

    repopulasi selama radioterapi fractionated. 'kan tetapi, pada pembuktian ini

    parameter respon seperti respon parsial atau seluruhnya, dimana sering digunakan

    sebagai deskripsi klinis, bukan akhir yang pasti untuk menge$aluasi radioterapi

    kuratif. +al ini jelas dari respon parsial dari suatu kegagalan seluruhnya dari

    pengobatan karena sebagian besar sel clonogenicternyata masih hidup. )ahkan

    jika kita dapat mendeteksi tumor dengan gambaran radiologi %pada respon

    komplit& suatu angka yang besar dari sel tumor clonogenicmampu bertahan hidup

    pada pengobatan dan bisa rekurensi. Blehnya itu, pada kedua penelitain ini pada

    pasien dan hewan percobaan, hanya mengamati pengobatan untuk waktu yang

    lama untuk mendeteksi tumor yang kembali berkembang dapatkah dengan tepat

    menentukan apakah pemberian pengobatan efektif mensterilkan semua sel tumor

    clonogenic.

    Kontol Tu$or 6okal

    ika bukan suatu tumor tunggal tetapi suatu grup tumor %atau pasien&

    dipertimbangkan, kemungkinan kontrol tumor lokal %!E& sebagai suatu fungsi

    dari dosis radiasi dapat di jelaskan secara statistik dengan suatu distribusiPoisson

    dari angka kemampuan bertahan hidup sel tumor clonogenic. "i jelaskan

    penyebaran random dari induksi radiasi pembunuhan sel dalam suatu populasi sel

    clonogenic. Sebagai suatu ilustrasi, satu gambaran kuat dosis radiasi yang

    diberikan menyebabkan jumlah yang pasti dari Nlethal hitsO secara random

    didistibusikan dalam suatu populasi sel. )eberapa sel akan menerima satu N lethal

    hisO dan setelah itu mati. Sel lain yang menerima dua atau lebih Nlethal hitsO akan

    mati juga. 'kan tetapi beberapa sel yang tidak di hit, maka oleh karena itu

    kemampuan bertahan hidup dan setelahnya menyebabkan kegagalan lokal.

    )erdasarkan statistik oisson, suatu dosis radiasi cukup diakibatkan pada rata-rata

    satu Nletal hitO pada sel clonogeniclainnya pada suatu tumor %angka dari N lethal

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    25/31

    hitsO tiap sel, m1& menghasilkan 37\ sel clonogenic yang mampu bertahan

    hidup. ?raksi kemampuan bertahan hidup %S?& dapat dijelaskan pada (

    S? < eAp% - m&

    dan angka kemampuan bertahan hidup dari sel tumor %C& adalah (

    C < C0 5 S?

    dimana C0 mewakili angka inisial dari clonogenic. !E tergantung pada angka

    kemampuan hidup sel clonogenic%C& dan dapat di kalkulasi (

    !E < eAp % - C& < eAp % - C0S?&

    +ubungan kuantitatif antara dosis radiasi, fraksi kemampuan bertahan

    hidup dari sel tumor clonogenicdan bentuk !E basis biologi dari kontrol tumor

    lokal sebagai suatu fungsi diuji dari kemampuan bertahan hidup sel tumor

    clonogenic setelah penyinaran. ada penelitian serupa, kelompok tumor yang

    ditransplantasi disinari dengan dosis ber$ariasi dan selama pengamatan yang

    direkam apakah suatu tumor kembali berkembang %rekurensi& atau tidak % local

    control&. ada perbandingan ukuran $olume tumor, yang mana pelatihan yang

    sangat dibuthkan dan yang rentan pada $ariabilitas interobserver, pemberian nilai

    dari rekurensi lokal atau lokal kontrol lebih mudah dan membuat pengujian

    kontrol tumor lebih bisa di tegakkan. Cilai dari kontrol tumor lokal pada le$el

    dosis lainnya %angka darii tumor terkontrol dibagi dengan angka total tumor& yang

    diperoleh dan selanjutnya dianalisis berdasarkan kalkulasi karakteristik poin-poin

    pada kursa dosis respon. ada sebagian besar, !E"/0 %mis. ebutuhan dosis

    radiasi untuk mengontrol /0 \ dari tumor& yang dilaporkan %pembuktian kontrol

    tumor lokal olehnya itu di sebut suatu pembuktian !E"/0 &.

    Jange dosis total dari 30-100 y %dosis per fraksi berkisar dari 1.0 3.3

    y& dan F dari > tumor per le$el dosis disembuhkan. 'ngka kontrol tumor lokal

    ditetapkan 120 hari setelah akhir pengobatan. eriode pengamatan ini cukup

    untuk model tumor ini untuk mendeteksi secara $irtual semua pertumbuhan

    kembali tumor. Bbser$asi yang cermat pada penelitian sbelumnya, dimana hewan

    diamati hingga mati %angka harapan hidup kira-kira 2 tahun&, diungkapkan bahwa

    F/\ dari semua rekurensi ?a"u tumor terjadi kurang dari F0 hari dan 66\ kurang

    dari 60 hari setelah akhir penyinaran. ur$a respon radiasi untuk eksebisi kontrol

  • 7/25/2019 Radiobiologi.docx

    26/31

    tumor lokal suatu bentuk sigmoid dengan suatu nilai permulaan. "ibawah dosis

    total dari sekitar /0y tidak ada tumor yang dikontrol, kemungkinan karena

    tingginya angka sel clonogenicyang dapat bertahan selama pengobatan. "i atas

    dosis awal, lokal !E ditingkatkan secara bertahap dengan meningkatkan dosis.

    "ata dapat dicoba menggunakan suatu model statistik oisson-based dan !E"/0

    dikalkulasi berdasarkan (

    !E"/0< "05 %;nC0 ;n %;C2& &

    dimana "0 menggambarkan sensitifitas radioterapi secara intrinsik dari sel

    clonogenicdan C0 adalah angka dari clonogenicsebelum penyinaran. Cilai !E"/0

    bisa digunakan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dari model tumor

    yang berbeda.

    engujian !E"/0 telah digunakan secara luas untuk penelitian dan

    modifikasi pengukuran dalam sensitifitas radiasi atau angka dari sel tumor

    clonogenic dan e$aluasi data serta laporan hasil yang ditegakan dan

    distandarisasi. =fek dari modifikasiing pengobatan pada !E lokal dapat diukur

    dengan kalkulasi dose-modify factor%":?& (

    ":?