publicitas - jurnal.poltekmkm-bbs.ac.id

14
PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 HUBUNGAN KONSENTRASI TAWAS DENGAN PERSENTASE PENURUNAN KADAR FOSFAT TOTAL PADA LIMBAH DETERJEN LAUNDRY X Edi Jubaedi Program Studi Analis Kesehatan, Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes ABSTRACT Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai untuk minum, mandi, dan mencuci, pengairan pertanian, kolam perikanan, sanitasi, proses industri dan juga untuk transportasi, baik di sungai maupun di laut. Jika dilihat dari kegunaannya air tidak pernah lepas dari peranan kehidupan manusia. Semakin berkembangnya zaman banyak para wanita yang berkarir di luar rumah. Mahasiswa dengan kesibukannya seperti belajar, mengerjakan tugas, praktikum, dan lain- lain, karyawan yang bekerja dari pagi sampai malam. menyebabkan waktu untuk mencuci pakaian, menjemur, dan menyetrika semakin sempit bahkan tidak ada waktu. Sehingga membuat peluang bisnis laundry yang sangatlah besar, Hal ini yang menyebabkan banyak bermunculannya usaha jasa laundry di sekitar lingkungan kita. Meningkat pula jumlah air limbah dari limbah jasa laundry tersebut. Bila tidak terlebih dahulu dikelolah sebelum dibuang ke selokan, sungai, limbah tersebut bisa mencemari lingkungannya. Kata Kunci : Kadar Fosfat, Limbah

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes

Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 HUBUNGAN KONSENTRASI TAWAS DENGAN PERSENTASE PENURUNAN

KADAR FOSFAT TOTAL PADA LIMBAH DETERJEN LAUNDRY X

Edi Jubaedi Program Studi Analis Kesehatan, Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes

ABSTRACT

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai

dengan kegunaannya, air dipakai untuk minum, mandi, dan mencuci, pengairan pertanian,

kolam perikanan, sanitasi, proses industri dan juga untuk transportasi, baik di sungai

maupun di laut. Jika dilihat dari kegunaannya air tidak pernah lepas dari peranan

kehidupan manusia.

Semakin berkembangnya zaman banyak para wanita yang berkarir di luar rumah.

Mahasiswa dengan kesibukannya seperti belajar, mengerjakan tugas, praktikum, dan lain-

lain, karyawan yang bekerja dari pagi sampai malam. menyebabkan waktu untuk mencuci

pakaian, menjemur, dan menyetrika semakin sempit bahkan tidak ada waktu. Sehingga

membuat peluang bisnis laundry yang sangatlah besar, Hal ini yang menyebabkan banyak

bermunculannya usaha jasa laundry di sekitar lingkungan kita. Meningkat pula jumlah air

limbah dari limbah jasa laundry tersebut. Bila tidak terlebih dahulu dikelolah sebelum

dibuang ke selokan, sungai, limbah tersebut bisa mencemari lingkungannya.

Kata Kunci : Kadar Fosfat, Limbah

PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes

Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Jasa laundry menggunakan

deterjen menghasilkan limbah yang

mencemari lingkungan perairan. Beberapa

komponen deterjen mengandung fosfat,

yang terdapat pada senyawa sodium Tri

polyposfat (STP), Linear Alkaly Bensene

Sulfonate (IAS), Adenosine Triphosphate

(ATP), dan Adenosine Diphosphate

(ADP), yang bersifat tidak dapat terurai

secara alamiah dalam air, sehingga akan

mencemari lingkungan perairan. Ketika

deterjen yang mengandung fosfat

digunakan, air limbah yang dihasilkan

akan mengandung fosfat yang

menyebabkan masalah lingkungan

berupa meningkatnya pertumbuhan

algae dan menurunnya jumlah ikan,

udang, dan serangga, serta menimbulkan

racun yang dihasilkan oleh

cyanobacteriyang dapat membunuh

oraganisme lain. Yang lebih parahnya

lagi air tidak bisa digunakan lagi oleh

manusia.

Kadar maksimum fosfat

berdasarkan Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup Republik Indonesia

No.5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air

Limbah, pada fosfat kadar maksimum 2

mg/l dengan beban pencemaran sabun

0,016, dan deterjen 0,002.

Tawas merupakan kelompok

garam Alum (Al) berbentuk kristal yang

mudah larut dalam air, serta sangat larut

dalam air panas. Tawas juga banyak

dimanfaatkan untuk menjernihkan air,

sebagai deodoran, menghilangkan

lumut, obat sariawan, dan lain-lain.

Dalam pengelolaan air limbah deterjen,

tawas digunakan sebagai koagulan yang

menangkap partikel-partikel yang tidak

larut dalam air limbah deterjen yang

tidak mengendap. Diharapkan dengan

penambahan tawas sebagai koagulan ini

bisa menurun kadar fosfat pada air

limbah deterjen laundry. Banyak metode

yang telah digunakan dalam proses

penurunan kadar fosfat di dalam air,

antara lain metode fisika, kimia, dan

biologi. Metode yang paling efektif

dalam penurunan kadar fosfat adalah

metode kimia yaitu dengan mengikat

senyawa-senyawa fosfat melalui

penambahanbahan yang bersifat

koagulan misalnya tawas. Penambahan

koagulan bertujuan untuk mempercepat

proses pengendapan dalam air dengan

metode koagulasi.

Limbah air laundry

menghasilkan kadar fosfat yang

menyebabkan pencermaran lingkungan

jika melebihi baku mutu yang

ditentukan.sedangkan fosfat dalam air

terdapat dalam bentuk terlarut,

tersuspensi atau terikat di dalam sel

organisme dalam air. Fosfat yang

melebihi batas 2 mg/L dapat

berpengaruh dalam keseimbangan

ekosistem pada perairan. Cara

menurunkan kadar fosfat yang efektif

yaitu dengan menggunakan tawas

karena tawas bersifat koagulan.

Koagulan diketahui sangat efektif untuk

menghilangkat zat terlarut pada air

dengan cara menangkap partikel-partikel

dan partikel tersebut akan terjadi

pengendapan.

Berdasarkan uraian tersebut

penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Hubungan Konsentrasi

Tawas DenganPersentase Penurunan

Kadar Fosfat Total Pada Limbah

Deterjen Laundry X”.

PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes

Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas

rumusan masalah penelitian adalah:

1. Apakah terdapat hubungan

konsentarasi tawas dengan

persentase penurunan kadar fosfat

pada limbah laundry?

2. 2. Berapakah konsentrasi tawas

yang optimum dalam persentase

penurunan kadar fosfat total ?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Jasa Laundry

Laundry adalah bisnis binatu

khusus untuk mencuci dan menyetrika

pakaian, linen, gorden, dan lain-lain

dengan tarif yang ditentukan (Pendit,

2005).

Laundry merupakan suatu usaha

yang bersifat dagang untuk mencucikan

pakaian atau linen (Sihete, 1996).

Berdasarkan pendapat diatas

penulis sependapat bahwa laundry

merupakan bisnis perdagang untuk

mencuci dan menyetrika pakain dengan

tarif yang ditentukan.

Gambar 2.1 Usaha Laundry (Bulukamba

Penelitian)

2.2 Air Limbah

2.2.1 Pengertian Air Limbah

Air limbah atau air buangan

adalah sisa air yang dibuang yang

berasal dari rumah tangga, perindustri,

perdagangan maupun tempat-tempat

umum lainnya, dan pada umumnya

mengandung bahan-bahan atau zat-zat

yang dapat membahayakan bagi

kesehatan manusia serta mengganggu

lingkungan hidup (Kusnoputranto,

1985).

Air limbah adalah limbah cair

yang berupa air kotoran yang membawa

sampah dari tempat tinggal, bangunan,

perdagangan dan industri berupa

campuran air dan bahan padat terlarut

atau bahan tersuspensi (Wilgooso, 1979)

Air limbah domestik adalah air

limbah yang berasal dari usaha dan

kegiatan permukiman (real estate),

rumah makan (restauran), perkantoran,

perniagaan, apartemen dan asrama

(KepmenLH no 112/2003).

Menurut pendapat para ahli

diataspenulis sependapat bahwa air limbah

merupakan air buangan yang berasal dari

rumah tangga, peindustrian, perternakan

dan tempat lain yang mengandung bahan

dan zat-zat yang membahayakan kesehatan

manusian dan merusak lingkungan

Gambar 2.2 Air Limbah

2.2.2 Bulukamba Air Limbah

Menurut (Kusnoputranto, 1985) air

limbah berBulukamba dari,

1. Air Buangan Yang BerBulukamba

Dari Rumah Tangga

PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes

Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 Yaitu air limbah yang berasal

dari permukiman pendudukan. Pada

umumnya air limbah ini terdiri dari

ekskreta (tinja dan air seni), air bekas

cucian dapur dan kamar mandi, dan

umumnya terdiri dari bahan-bahan

organik.

2. Air Buangan Industri

(Industrial Wastes Water)

Yang Berasal Dari Berbagai

Jenis Industri Akibat Proses

Produksi.

Zat-zat yang terkandung

didalamnya sangat bervariasi sesuai

dengan bahan baku yang dipakai oleh

masing-masing industri, antara lain

nitrogen, sulfida, amoniak, lemak,

garam-garam, zat pewarna, mineral,

logam berat, zat pelarut dan lain-lain.

Oleh sebab itu, pengelolahan jenis air

limbah ini agar tidak menimbulkan

polusi lingkungan menjadi lebih rumit.

3. Air Buangan Kotapraja

(Municipal Wastes Water)

Yaitu air buangan yang berasal dari

daerah perkantoran, perdagangan, hotel,

restoran, tempat-tempat umum, tempat

ibadah dll. Umumnya sama saja seperti

limbah rumah tangga.

4. Air Buangan Dari Bidang Pelayanan

Usaha

Yaitu pelayanan jasa yang

dilakukan dalam berbagai jenis usaha,

misalnya jasa laundry, perbengkelan,

perhotelan, pencucian kendaraan, dll.

limbah cairan terutama yang dihasilkan

dari kegiatan pencucian peralatan

kendaraan, pemeliharaan pertamanan,

pencuciaan pakaian.

2.2.3 Pencemaran Air

Pencemaranair berBulukamba dari

limbahrumah tangga, limbah industri,

limbah pertanian, minyak plastik, pestisida,

tanah, logam berat. Ciri-ciri air tercemar

bisa dilihat dari indikator warna, bau, rasa,

pH, kenaikan suhu, dan ada endapannya.

Menurut Tosepu,S Jika manusia

mengkonsumsi air yang tercemar untuk

kehidupan sehari-hari, maka akan terjadi

1. Gangguan pencernaan apabila

air tercemar tersebut

digunakan untuk mencuci

bahan makanan, minuman,

atau memasak.

2. Apabila digunakan untuk

mandi maka akan timbul

gangguan kesehatan kulit

(gatal).

3. Makhluk hidup yang tinggal di

air yang tercemar akan mati

4. Kenaikan suhu sehingga oksigen

dalam air berkurang.

5. Masalah kesehatan lain

seperti gangguan saraf,

kanker apabila

mengkonsumsi hewan air

yang tinggal di air tercemar

oleh logam berat.

6. Pertumbuhan ganggang yang

berlebihan.

Air limbah dapat menjadi media

tempat berkembangbiaknya mikroorganisme

patogen yang dapat menjadi media transmisi

penyakit terutama penyakit-penyakit yang

penularannya melalui air yang tercemar,

seperti penyakit kolera, disentri, thypus

abdominalis. sebagai pembawa kuman

penyakit, air limbah dapat mengandung zat-

zat beracun yang bersifat iritasi dan penyakit,

zat-zat beracun yang terdapat dalam air

limbah seperti air raksa, kadimium, krom,

timah hitam dan sianida.

PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes

Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 2.3 Deterjen

Deterjen dalam arti luas adalah bahan

yang digunakan sebagai pembersih,

termasuk sabun cuci piring alkali dan

cairan dan cairan pembersih. Dalam arti

khusus, deterjen adalah bahan

pembersih yang mengandung senyawa

peptrokimia atau surfaktan sintetik lainnya

(Fardiaz, 1992). Deterjen adalah golongan

dari molekul organik yang

dipergunakan sebagai pengganti sabun

untuk pembersih supaya mendapatkan hasil

yang lebih baik. Deterjen mempunyai

kelebihan dibanding dengan sabun, karena

dapat bekerja pada air sadah (Sugiharto,

1992).

Deterjen merupakan suatu senyawa

yang termasuk dalam zat aktif muka

(surface active agent) yang dipakai sebagai

zat pencuci. Senyawa sintetis ini tidak

hanya dipakai dalam keperluan rumah

tangga, tetapi juga industri tekstil, kosmetik,

pencucian dan emulsi (Austin,1986).

Menurut pendapat para ahli diatas

penulis sependapat bahwa deterjen

merupakan bahan yang adigunakan dalam

keperluan rumah tangga, mbisnis

laundry, bisnis pencucian motor dengan

tujuanuntuk membuat pakaian bersih dari

noda, serta wangi dan segar.

2.3.1 Zat Yang Terkandung Pada

Deterjen

Berikut ini adalah zat-zat yang

terkandung pada deterjen dan fungsinya

(Rayler, 1913).

1. Surfaktan merupakan salah

satu bahan paling penting

dalam komposisi kimia

deterjen pakaian. Molekul-

molekul surfaktan hidrofobik

(pembenci air) memecahkan

partikel kotoran pada kain,

sedangkan molekul surfaktan

hidrofilik (penyuka air)

mengendapkan parikel tanah

dan kotoran dalam air cucian.

Surfaktan ada 3 macam yaitu

surfaktan kation merupakan

surfaktan yang mengandung

muatan positif dalam air

sehingga tidak bereaksi

dengan ion yang bermuatan

positif pada air sadah,

digunakan pada deterjen

untuk conditioning kain dan

efektif bila dikombinasikan

dengan surfaktan non-ionik

pada perbandingan yang

tepat. Surfaktan anionik

merupakn surfaktan yang

membawa muatan negatif

sehingga bereaksi dengan ion

bermuatan positif pada air

sadah untuk menetralkan.

Surfaktan nonionik yaitu

tidak memiliki muatan, maka

mereka tidak mengalami

ionisasi dalam air, untuk

membantu memebersihkan

noda berminyak melalui

proses emulsifikasi.

2. Builder merupakan bahan

kimia, sepetri polifosfat,

natrium karbonat atau

natrium silikat, dan

aluminosilikat, yang

membantu meningkatkan

kualitas deterjen.

3. Natrium silikat bertindak

sebagai anti korosi sehingga

mencegah bagian mesin cuci

dari karat.

4. Optical brightener merupakan

senyawa kimia yang

PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes

Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 mengubah panjang

gelombang cahaya ultra

violet menjadi cahaya tampak

untuk memberi kesan pakaian

tampak lebih putih.

5. Fragrance merupakan

pewangi yang memebrikan

aroma unik pada detrejen

sekaligus meredam bau tidak

menyenangkan dari bahan

kimia yang digunakan dalam

deterjen.

6. Colorant merupakan pewarna

yang bertindak sebagai aditif

khusus pada deterjen.

7. Natrium sulfat digunakan

untuk mencegah

penggumpalan pada deterjen

bubuk.

8. Enzim digunakan untuk

membantu memecahkan

senyawa kotoran yang

kompleks seperti noda darah.

2.3.2 Dampak Air Limbah Deterjen

Berikut ini limbah air deterjen yang

menyebabkan pencemaran air:

1. fosfat berlebihan pada air

menyebabkan eutropikasi yaitu

masuknya hara bagi tanaman-

tanaman dalam jumlah berlebih

sehingga akan menyebabkan

pertumbuhan tanaman air dengan

pesat, tanaman yang dimaksud

ganggang dan eceng gondok.

2. Warna air yang menjadi

kehijauan, bau, kekeruhan

semakin meningkat.

3. Kualitas air di banyak ekosistem air

menjadi sanagt menurun.

4. Rendahnya konsentrasi oksigen

terlarut, bahkan sampai tanda

batas nol menyebabkan mahkluk

hidup air seperti ikan, udang,

dan spesies lainnya tidak tumbuh

baik bahkan mati.

5. Mengandung toksin sehingga

membawa resiko kesehatan bagi

manusia dan hewan.

Gambar 2.3.2 Pencemaran Air Limbah

Deterjen

2.4 Fosfat

Fospat didalam perairan bisa dalam

bentuk terlarut atau pun tidak terlarut.

Fosfat yang tidak terlarut biasanya dalam

bentuk tersuspensi atau pun terdapat

didalam mikroorganisme. Semua senyawa

fosfat yang terlarut digolongkan kedalam

ortofosfat. Bentuk lain dari fosfat adalah

polifosfat yang sangat sulit larut. Polifosfat

dianggap sebagai fosfat anhidrat karena

dapat terhidrolisis oleh air membentuk

ortofosfat. Fosfat dapat ditetapkan sebagai

ortofospat dan fospat atau fospat total,

penetapan ortofospat yaitu dengan sampel

disaring untuk memisahkan ortofospat dan

fospat yang tidak larut. Senyawa fosfor

sengaja ditambahkan ke dalam deterjen

untuk mengikat ion-ion kalsium dan

magnesium serta kation penyebab kesadahan

lainnya. Terikatnya kation-kation tersebut

akan memaksimalkan kerja deterjen.

Senyawa-senyawa fosfor yang ditambah ke

PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes

Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 dalam deterjen disebut builder (Perwitasari,

2017).

2.4 Gambar struktur

Fosfor merupakan elemen penting

dalam proses metabolisme organisme-

organisme biologis. Pada proses biologis,

diperlukan konsentrasi yang minimal untuk

mencapai operasi yang optimal. Fosfor

terdapat dalam air limbah dalam berbagai

bentuk, antara lain ortofosfat, pirofosfat,

polifosfat dan metafosfat, serta fosfor

organik. Di antara ketiga bentuk fosfor

ortofosfat merupakan bahan metabolisme

organisme yang paling baik.

Tabel 2.1 Bentuk Fosfat di Dalam Air

Nama Rumus

Ortofosfat:

Trinatrium fosfat Na3PO4

Dinatrium fosfat Na2HPO4

Mononatrium fosfat NaH2PO4

Diamonium fosfat (NH4)2HP4

Polifosfat:

Natrium

Heksametfosfat

Na3(PO3)4

Natrium tripolifosfat Na5P3O10

Tetra natrium

pirofosfat

Na4P2O7

2.5 Tawas

Tawas merupakan pengendapan

secara kimia menggunakan koagulan

tawas, besi dan kapur merupakan cara

yang efektif dalam penurunan kadar

fosfat. Reaksi penggumpalan merupakan

reaksi komplek dan hanya sebagian

yang dipahami, tetapi intinya adalah

penggabungan senyawa ortoposphat

dengan kation logam (Al3+

, Fe2+

,

Ca2+

). (Hammer, 1977).

Tawas dalam Bahasa Inggrisnya

disebut “Alum ( Al2(SO4) ) adalah

suatu kristal sulfat dari logam-logam

calsium, alumunium dan logam-logam

lainnya. Kristal tawas ini cukup mudah

larut dalam air dan kelarutanya berbeda-

bed tergantung pada jenis logam dan

suhu. Tawas berfungsi untu

mengumpulkan kotoran-kotoran pada

proses penjernihan air. Selai itu juga

digunakan sbagai deodoran, karena

sifatnya anti bakteri. (Sumdani, 2010).

Saya sependapat bahwa tawas bisa

digunakan untuk penjernihan air.

Selain itu di dalam tawas terdapat

besi sulfat, besi klorida, dan polimer

seperti PAC. Rumus kimia tawas yaitu

Al2(SO4)3.

PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes

Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605

Gambar 2.5.1 Tawas

Filtrasi (penyaringan) merupakan

pembersihan partikel padat dari suatu

fluida dengan melewatkannya pada

medium penyaringan, atau septum, yang

di atasnya padatan akan terendapkan.

Fluida yang disaring dapat berupa

padatan cairan atau gas aliran yang lolos

dari saringan mungkin saja cairan,

padatan, atau keduanya.

2.6 Metode Penentuan Kadar Fosfat

Fosfat dapat ditetapkan sebagai

ortofosfat atau pun fosfat total. Pada

penetapan ortofosfat, sampel disaring

untuk memisahkan ortofosfat dan fosfat

yang tidak terlarut. Setelah disaring, filtrat

kemudian dianalisis. (Perwitasari, 2017).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode eksperimen adalah suatu

cara mengajar, di mana siswa melakukan

suatu percobaan tentang sesuatu hal,

mengamati prosesnya serta menuliskan

hasil percobaannya, kemudian hasil

pengamatan itu disampaikan ke kelas dan

dievaluasi oleh guru. Metode penelitian

yang digunakan pada metode penelitian ini

adalah Metode Eksperimen dengan desain

pure eksperimen (Roestiyah, 2001).

3.2 Bulukamba Data

3.2.1 Data Primer

Data primer adalah data yang

diperoleh langsung dari Bulukambanya,

data yang dihasilkan dari wawancara. Data

primer diperoleh dari hasil pemeriksaan

laboratorium mengenai kandungan kadar

fospat pada air limbah deterjen laundry

dengan penambahan konsentrasi tawas

(Arikunto, 2006).

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang

diperoleh dari buku-buku, laporan, data-

data yang ada. Data sekunder diperoleh

dari literatur-literatur yang mendukung

penelitian ini (Arikunto, 2006).

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah

keseluruhan gejala yang ada disekitar

kehidupan manusia. Objek penelitian ini

adalah limbah Loundry X yang berada di

Kelurahan Bangsri Kec.Bulukamba

Kab.Brebes (Ratna, 2010)

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan

objek atau individu yang akan diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah air

limbah loundry X yang berada di

Kelurahan Bangsri Kec. Bulukamba

Kab. Brebes (Arifin, 2008).

3.4.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari

populasi yang dipilih melalu cara tertentu

yang mewakili karakteristik populasi.

Sampel yang digunakan adalah sebagian

dari air limbah Loundry X yang ada di

Bangsri diambil langsung dari buangan

mesin cucinya. Jumlah sampel pada

penelitian ini diperhitungkan menurut

rumus dari Surjawani 2015, untuk

PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes

Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 penelitian dengan rancangan acak lengkap,

Acak kelompok atau factorial secara

sederhana dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Rumus replikasi = (t-1) (r-1) > 15

Keterangan:

t = banyaknya kelompok perlakuan

r = Jumlah replikasi

Peneliti menggunakan 5 macam

konsentrasi tawas ( t = 5) yaitu 0,4 %,

0,8 %, 1,2 %, 1,6 %, dan 2 % yang

ditambahkan pada sampel. Jadi

Replikasi untuk setiap perlakuan

pada penelitian ini dihitung dengn rumus di

atas, yaitu sebagai berikut:

Rumus replikasi = (t-1) (r-1) > 15

(5-1) (r-1) > 15

4(r-4) > 15

4r – 4 > 15

4r > 15 + 4

4r > 19

r > 19/4

r > 4,75

r ≈ 5

Setelah dilakukan perhitungan

sampel didapatkan hasil r >4,75 sehingga

penulis menetapkan r≈ 5. Artinya penulis

akan melakukan pengulangan sebanyak 5

kali untuk setiap konsentrasi tawas.

Sehingga jumlah sampel dalam penelitian

sebanyak 25 buah.

3.5 Waktu dan Tempat

3.5.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada

tanggal 14 September 2016 sampai

tanggal 18 bulan November tahun 2016.

3.6 Alat Dan Bahan

3.6.1 Alat-alat

1.

Spectrophotometer UV-

Vis 100 DA : 1 set

2.

Kertas saring membran

0,45 μm : 30 buah

3. Erlenmeyer 100 ml : 6 buah

4. Labu takar 100 ml : 6 buah

5. Labu takar 50 ml : 1 buah

6. Volume Pipet 50 ml : 1 buah

7. Volume Pipet 25 ml : 1 buah

8. Volume Pipet 15 ml : 1 buah

9. Volume pipet 10 ml : 1 buah

10. Volume Pipet 5 ml : 1 buah

11. Alat pemanas : 2 buah

12. Timbangan digital : 1 buah

13. Corong : 5 buah

14. Batang pengaduk : 5 buah

15. Sudip : 3 buah

16. Botol kaca tertutup : 2 buah

17. Botol sampel : 5 buah

PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes

Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 18. Mortar (alat penghalus) : 1 buah

19. Gelas kimia 50 ml : 6 buah

20. Batu didih : secukupnya

21. Filler : 1 buah

3.6.2 Bahan

1. Limbah deterjen : 1 L

2. Tawas : 200 gr

3.

Amonium

molibdovanadat : 600 ml

4.

Amonium metavanadat

(NH4VO3) : 0,125 g

5. (NH4)6MO7O24.4H2O : 7,5 g

8.

kalium hidrogen fosfat

anhidrat (KH2PO4)

: 0,0715

g

9.

Larutan baku kerja

standar fosfat : 400 ml

10. HNO3 pekat

: 1500

ml

11. HClO4 pekat : 800 ml

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hubungan Konsentrasi Tawas

dengan % Penurunan Kadar Fospat

Total Pada Air Limbah Deterjen

Laundry

Setelah dilakukan penelitian pada

air limbah deterjen laundry X dengan

penambahan konsentrasi tawas dengan

metode vanadat yang dilaksanakan pada

tanggal 14 September – 18 November 2016

diperoleh Data hasil penelitian persentasi

penurunan kadar fospat total sentpada

setiap konsentrasi penambahan tawas

terhadap sampel, seperti di dalam stabil di

bawah ini Tabel 4.1 Hubungan Konsentrasi Tawas Dengan

Persentasi Penurunan Kadar Fopspat Total

N

o

Kons

entra

si

Persentase

Penurunan Kadar

PO42- Total (%)

Tawa

s %

1

2 3 4 5

R

a

t

a

-

r

a

t

a

1

. 0 0 0 0 0 0 0

2

.

0,4 70,08

60,3

8 62,15

57,1

5

62,1

8

62

,3

9

PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes

Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605

3

.

0,8 73,67

67,3

9 68,60

63,3

9

68,0

1

68

,2

1

4

.

1,2 74,86

70,8

6 72,47

72,1

2

75,2

7

73

,1

1

5

.

1,6 82,80

87,0

4 83,12

80,6

1

80,6

2

83

,8

4

6

.

2,0 84,41

92,5

5 92,48

83,9

6

87,1

7

88

,1

1

4.2 Data Analisa

Untuk menjawab hipotesa penelitian ini

dilakukan analisa data hasil penelitian

secara statistik dengan Metode Korelasi

Bivariate.

konsentrasit

awas kadarpospat

Pearson Correlation 1 ,848*

konse

ntrasit

awas Sig. (2-tailed) ,033

N 6 6

Pearson Correlation ,848* 1

kadarp

ospat Sig. (2-tailed) ,033

N 6 6

4.3 Pembahasan

Dari hasil penelitian di dapat bahwa

dengan penambahan konsentrasi tawas

pada sampel terjadi kenaikan persentasi

penurunan kadar fospat total paa limbah

deterjen dengan angka sebagai berikut,

setiap konsentrasi tawas yaitu 0 = 0 %, 0,4

= 62,39 %, 0,8 = 68,21 %, 1,2 = 73,11 %,

1,6 = 83,84 %, dan 2,0 = 88,11 %

kemudian dibuat kurva.Pada saat tawas

ditambahkan kedalam sampel dengan

konsentrasi 0,4 % terjadi kenaikan %

penurunan kadar fospat total sebanyak

62,39%.

Dari hasil pengujian dengan

Metode Korelasi Bivariate didapat angka

korelasi adalah 0,848 dan Sig 2 tailed

0,033 < 0,05 hal ini menunjukan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan

(hubungan korelasi yang sangat kuat) yang

terdapat pada lampiran 8. Hubungan

penambahan konsentrasi tawas denga

persentasi penurunan kadar fospat total

PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes

Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 yang berarti hipotesa yang didapat H1

diterima dan H0 ditolak. Harga Sig 2

Tailed 0,033 > 0 (positif) menunjukan

hubungan yang positif atara hubungan

konsentrasi tawas dengan persentasi

penurunan kadar fospat total,karena

konsentrasi tawas naik dan persentase

penurunan kadar fospat total nya semakin

naik.

Tawas yang ditambah pada air

limbah mengkoagulasi fospat yang tidak

larut, yang tadinya air limbah keruh

setelah menambahkan tawas kekeruhan

sedikit berkurang karena tawas ini

mengikat fospat tersebut pada air

limbah. Kemudian menambahkan

HNO3 pekat, dan memanaskan selama

10 menit,ini berfungsi untuk

melarutkanfospat yang belum terlarut

sehingga air limbah tersebut berkurang

kekeruhannya. Menambahkan HClO4

pelarut yang sangat kuat sehingga ketika

menambahkan kedalam air limbah

semakin jernih, kemudian

menambahkan reagen Amonium

Molibdovanadat yang terbuat dari

campuran NH4VO3 (sebagai perantara)

dengan (NH4)6MO7O24.4H2O,

memberikan warna kuning dan

mengencerkan dengan aquades sehingga

bisa dibaca dalam sprektofotometer UV

– Vis.

Proses penelitiandiatas dilakukan

dengan tahapan – tahapan sebagai

berikut. Membuat larutan deret standar

terlebih dahulu membuat larutan standar

fospat yang berasal dari larutan standar

baku induk standar fospat 500 mg/L,

dibuat dari reagen KH2PO4 (sebagai

pengenceran) lalu mengencerkan dengan

aquades. Hasil fospat 500 mg/L diubah

menjadi 50 mg/L. 50 mg/L diubah lagi

menjadi 10 mg/L. Hasil lautan standar

baku kerja standar Fospat 10 mg/L

dipipet untuk membuat larutan deret

standar 0 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4

ppm dan 5 ppm.

Menentukan panjang gelombang

maksimum terlebih dahulu dengan cara

mengambil salah satu dari deret larutan

standar untuk di baca pada

sprektofotometer UV –Vis, peneliti

mengambil larutan standar PO4 3 ppm

untuk diukur pada berbagai panjang

gelombang mulai 310 - 500 nm dengan

interval 10 nm sehingga menghasilkan

nilai absorban yang ada pada lampiran

Setelah dilakukan pengukuranpanjang

gelombang maksimum dilanjutkan dengan

pengukuran absorban terhadap larutan

standar fospat 0 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3

ppm, 4 ppm, dan 5 ppm dengan panjang

gelombang 410 nm, kemudian hasil data

yang diperoleh di buat kurva standar fospat

untuk menentukan konsentrasi kadar

fosfat. Dari kurva didapatkan rumus

perhitungan yaitu pada replikasi 1

y=0,069x + 0,1189, replikasi ke – 2

y=0,0746x +0,1121, replikasi ke – 3

y=0,0797x + 0,935, replikasi ke – 4

y=0,0791x + 0,0978, dan replikasi ke – 5

y=0,0807x + 0,1044, rumus tersebut di

gunakan untuk menghitung kadar fosfat

total yang ada pada air limbah deterjen

laundry yang terdapat pada lampiran 6.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

analisa data statistik maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan

konsentrasi tawas

dengan % penurunan

PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes

Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 kadar fospat total hal ini

di buktikan berdasarkan

pengelolaan data

statistik korelasi

bivariate pearson di

dapatkan hasil bahwa

sig (2-sided yaitu 0,033

< 0,05) sehingga di

dapatkan hasil H1 yang

diterima dan H0 ditolak

atau adanya hubungan

konsentrasi tawas

dengan persentase

penurunan kadar fosfat

total dan harga Sig 2

Tailed menujukan

hubungan yang positif

antara hubungan

konsentrasi tawas

dengan persentase

penurunan kadar fospat

total yaitu 0,033 > 0 .

2. Berdasarkan hubungan

konsentrasi tawas

dengan persentase

penurunan kadar fospat

total nilai optimum

konsentrasi tawas yaitu

0,4 % = 62,39 %

5.2 Saran

1. Kepada pihak laundry

disarankan membuat

tampungan air limbah

untuk dilakukan

pengelolaan limbah

dengan menambahkan

tawas sebelum

membuang air limbah

ke lingkungan.

2. Untuk penelitian

selanjutnya perlu

dilakukan dengan alat

yang berbeda.

Daftar Pustaka Arifin, (2008). Statistik Bisnis

Terapan dengan Microssoft Exel

2007. Yogyakarta:

LPPT-UGM

Bungin, (2006). Metodologi

Penelitian Kuantitatif Edisi 2.

Jakarta Timur: Prenada

Media.

Dimyati, (2013). Metodologi

Penelitian Pendidikan Aplikasi.

Bandung: Cv Jejak.

Hadi, (2000) Ilmu Kimia.

Yogyakarta: LPPT-UGM

Harsojo,M (2016) Analisis

Makanan

Mulyono, (2006) Membuat

Reagen Kimia. Jakarta: PT Bumi

Aksara

Perwitasari,S (2017). Analisis Air

& Bidang Keahlian Teknik Kimia.

Jakarta: EGC

Sarwono, (2006) Analisis data

penelitian menggunakan

PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes

Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 spss13. Yogyakarta: Cv

Andi Offset.

Setiapermana, (1980) Seminar

Nasional Perikanan

Indonesia 2003, Sekolah

Tinggi Perikanan. Jakarta

Siregar, (2005) Instalasi

Pengelolaan Air Limbah.

Yogyakarta: Kanisius

Surjaweni, (2015) SPSS untuk

penelitian. Yogyakarta: Pustaka

baru press

Tosepu, (2016).Epidemologi

Lingkungan Teori dan Aplikasi. Bandung:

Bumi medika