publicitas - jurnal.poltekmkm-bbs.ac.id
TRANSCRIPT
PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes
Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 HUBUNGAN KONSENTRASI TAWAS DENGAN PERSENTASE PENURUNAN
KADAR FOSFAT TOTAL PADA LIMBAH DETERJEN LAUNDRY X
Edi Jubaedi Program Studi Analis Kesehatan, Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes
ABSTRACT
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai
dengan kegunaannya, air dipakai untuk minum, mandi, dan mencuci, pengairan pertanian,
kolam perikanan, sanitasi, proses industri dan juga untuk transportasi, baik di sungai
maupun di laut. Jika dilihat dari kegunaannya air tidak pernah lepas dari peranan
kehidupan manusia.
Semakin berkembangnya zaman banyak para wanita yang berkarir di luar rumah.
Mahasiswa dengan kesibukannya seperti belajar, mengerjakan tugas, praktikum, dan lain-
lain, karyawan yang bekerja dari pagi sampai malam. menyebabkan waktu untuk mencuci
pakaian, menjemur, dan menyetrika semakin sempit bahkan tidak ada waktu. Sehingga
membuat peluang bisnis laundry yang sangatlah besar, Hal ini yang menyebabkan banyak
bermunculannya usaha jasa laundry di sekitar lingkungan kita. Meningkat pula jumlah air
limbah dari limbah jasa laundry tersebut. Bila tidak terlebih dahulu dikelolah sebelum
dibuang ke selokan, sungai, limbah tersebut bisa mencemari lingkungannya.
Kata Kunci : Kadar Fosfat, Limbah
PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes
Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Jasa laundry menggunakan
deterjen menghasilkan limbah yang
mencemari lingkungan perairan. Beberapa
komponen deterjen mengandung fosfat,
yang terdapat pada senyawa sodium Tri
polyposfat (STP), Linear Alkaly Bensene
Sulfonate (IAS), Adenosine Triphosphate
(ATP), dan Adenosine Diphosphate
(ADP), yang bersifat tidak dapat terurai
secara alamiah dalam air, sehingga akan
mencemari lingkungan perairan. Ketika
deterjen yang mengandung fosfat
digunakan, air limbah yang dihasilkan
akan mengandung fosfat yang
menyebabkan masalah lingkungan
berupa meningkatnya pertumbuhan
algae dan menurunnya jumlah ikan,
udang, dan serangga, serta menimbulkan
racun yang dihasilkan oleh
cyanobacteriyang dapat membunuh
oraganisme lain. Yang lebih parahnya
lagi air tidak bisa digunakan lagi oleh
manusia.
Kadar maksimum fosfat
berdasarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia
No.5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah, pada fosfat kadar maksimum 2
mg/l dengan beban pencemaran sabun
0,016, dan deterjen 0,002.
Tawas merupakan kelompok
garam Alum (Al) berbentuk kristal yang
mudah larut dalam air, serta sangat larut
dalam air panas. Tawas juga banyak
dimanfaatkan untuk menjernihkan air,
sebagai deodoran, menghilangkan
lumut, obat sariawan, dan lain-lain.
Dalam pengelolaan air limbah deterjen,
tawas digunakan sebagai koagulan yang
menangkap partikel-partikel yang tidak
larut dalam air limbah deterjen yang
tidak mengendap. Diharapkan dengan
penambahan tawas sebagai koagulan ini
bisa menurun kadar fosfat pada air
limbah deterjen laundry. Banyak metode
yang telah digunakan dalam proses
penurunan kadar fosfat di dalam air,
antara lain metode fisika, kimia, dan
biologi. Metode yang paling efektif
dalam penurunan kadar fosfat adalah
metode kimia yaitu dengan mengikat
senyawa-senyawa fosfat melalui
penambahanbahan yang bersifat
koagulan misalnya tawas. Penambahan
koagulan bertujuan untuk mempercepat
proses pengendapan dalam air dengan
metode koagulasi.
Limbah air laundry
menghasilkan kadar fosfat yang
menyebabkan pencermaran lingkungan
jika melebihi baku mutu yang
ditentukan.sedangkan fosfat dalam air
terdapat dalam bentuk terlarut,
tersuspensi atau terikat di dalam sel
organisme dalam air. Fosfat yang
melebihi batas 2 mg/L dapat
berpengaruh dalam keseimbangan
ekosistem pada perairan. Cara
menurunkan kadar fosfat yang efektif
yaitu dengan menggunakan tawas
karena tawas bersifat koagulan.
Koagulan diketahui sangat efektif untuk
menghilangkat zat terlarut pada air
dengan cara menangkap partikel-partikel
dan partikel tersebut akan terjadi
pengendapan.
Berdasarkan uraian tersebut
penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Konsentrasi
Tawas DenganPersentase Penurunan
Kadar Fosfat Total Pada Limbah
Deterjen Laundry X”.
PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes
Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
rumusan masalah penelitian adalah:
1. Apakah terdapat hubungan
konsentarasi tawas dengan
persentase penurunan kadar fosfat
pada limbah laundry?
2. 2. Berapakah konsentrasi tawas
yang optimum dalam persentase
penurunan kadar fosfat total ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Jasa Laundry
Laundry adalah bisnis binatu
khusus untuk mencuci dan menyetrika
pakaian, linen, gorden, dan lain-lain
dengan tarif yang ditentukan (Pendit,
2005).
Laundry merupakan suatu usaha
yang bersifat dagang untuk mencucikan
pakaian atau linen (Sihete, 1996).
Berdasarkan pendapat diatas
penulis sependapat bahwa laundry
merupakan bisnis perdagang untuk
mencuci dan menyetrika pakain dengan
tarif yang ditentukan.
Gambar 2.1 Usaha Laundry (Bulukamba
Penelitian)
2.2 Air Limbah
2.2.1 Pengertian Air Limbah
Air limbah atau air buangan
adalah sisa air yang dibuang yang
berasal dari rumah tangga, perindustri,
perdagangan maupun tempat-tempat
umum lainnya, dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat
yang dapat membahayakan bagi
kesehatan manusia serta mengganggu
lingkungan hidup (Kusnoputranto,
1985).
Air limbah adalah limbah cair
yang berupa air kotoran yang membawa
sampah dari tempat tinggal, bangunan,
perdagangan dan industri berupa
campuran air dan bahan padat terlarut
atau bahan tersuspensi (Wilgooso, 1979)
Air limbah domestik adalah air
limbah yang berasal dari usaha dan
kegiatan permukiman (real estate),
rumah makan (restauran), perkantoran,
perniagaan, apartemen dan asrama
(KepmenLH no 112/2003).
Menurut pendapat para ahli
diataspenulis sependapat bahwa air limbah
merupakan air buangan yang berasal dari
rumah tangga, peindustrian, perternakan
dan tempat lain yang mengandung bahan
dan zat-zat yang membahayakan kesehatan
manusian dan merusak lingkungan
Gambar 2.2 Air Limbah
2.2.2 Bulukamba Air Limbah
Menurut (Kusnoputranto, 1985) air
limbah berBulukamba dari,
1. Air Buangan Yang BerBulukamba
Dari Rumah Tangga
PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes
Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 Yaitu air limbah yang berasal
dari permukiman pendudukan. Pada
umumnya air limbah ini terdiri dari
ekskreta (tinja dan air seni), air bekas
cucian dapur dan kamar mandi, dan
umumnya terdiri dari bahan-bahan
organik.
2. Air Buangan Industri
(Industrial Wastes Water)
Yang Berasal Dari Berbagai
Jenis Industri Akibat Proses
Produksi.
Zat-zat yang terkandung
didalamnya sangat bervariasi sesuai
dengan bahan baku yang dipakai oleh
masing-masing industri, antara lain
nitrogen, sulfida, amoniak, lemak,
garam-garam, zat pewarna, mineral,
logam berat, zat pelarut dan lain-lain.
Oleh sebab itu, pengelolahan jenis air
limbah ini agar tidak menimbulkan
polusi lingkungan menjadi lebih rumit.
3. Air Buangan Kotapraja
(Municipal Wastes Water)
Yaitu air buangan yang berasal dari
daerah perkantoran, perdagangan, hotel,
restoran, tempat-tempat umum, tempat
ibadah dll. Umumnya sama saja seperti
limbah rumah tangga.
4. Air Buangan Dari Bidang Pelayanan
Usaha
Yaitu pelayanan jasa yang
dilakukan dalam berbagai jenis usaha,
misalnya jasa laundry, perbengkelan,
perhotelan, pencucian kendaraan, dll.
limbah cairan terutama yang dihasilkan
dari kegiatan pencucian peralatan
kendaraan, pemeliharaan pertamanan,
pencuciaan pakaian.
2.2.3 Pencemaran Air
Pencemaranair berBulukamba dari
limbahrumah tangga, limbah industri,
limbah pertanian, minyak plastik, pestisida,
tanah, logam berat. Ciri-ciri air tercemar
bisa dilihat dari indikator warna, bau, rasa,
pH, kenaikan suhu, dan ada endapannya.
Menurut Tosepu,S Jika manusia
mengkonsumsi air yang tercemar untuk
kehidupan sehari-hari, maka akan terjadi
1. Gangguan pencernaan apabila
air tercemar tersebut
digunakan untuk mencuci
bahan makanan, minuman,
atau memasak.
2. Apabila digunakan untuk
mandi maka akan timbul
gangguan kesehatan kulit
(gatal).
3. Makhluk hidup yang tinggal di
air yang tercemar akan mati
4. Kenaikan suhu sehingga oksigen
dalam air berkurang.
5. Masalah kesehatan lain
seperti gangguan saraf,
kanker apabila
mengkonsumsi hewan air
yang tinggal di air tercemar
oleh logam berat.
6. Pertumbuhan ganggang yang
berlebihan.
Air limbah dapat menjadi media
tempat berkembangbiaknya mikroorganisme
patogen yang dapat menjadi media transmisi
penyakit terutama penyakit-penyakit yang
penularannya melalui air yang tercemar,
seperti penyakit kolera, disentri, thypus
abdominalis. sebagai pembawa kuman
penyakit, air limbah dapat mengandung zat-
zat beracun yang bersifat iritasi dan penyakit,
zat-zat beracun yang terdapat dalam air
limbah seperti air raksa, kadimium, krom,
timah hitam dan sianida.
PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes
Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 2.3 Deterjen
Deterjen dalam arti luas adalah bahan
yang digunakan sebagai pembersih,
termasuk sabun cuci piring alkali dan
cairan dan cairan pembersih. Dalam arti
khusus, deterjen adalah bahan
pembersih yang mengandung senyawa
peptrokimia atau surfaktan sintetik lainnya
(Fardiaz, 1992). Deterjen adalah golongan
dari molekul organik yang
dipergunakan sebagai pengganti sabun
untuk pembersih supaya mendapatkan hasil
yang lebih baik. Deterjen mempunyai
kelebihan dibanding dengan sabun, karena
dapat bekerja pada air sadah (Sugiharto,
1992).
Deterjen merupakan suatu senyawa
yang termasuk dalam zat aktif muka
(surface active agent) yang dipakai sebagai
zat pencuci. Senyawa sintetis ini tidak
hanya dipakai dalam keperluan rumah
tangga, tetapi juga industri tekstil, kosmetik,
pencucian dan emulsi (Austin,1986).
Menurut pendapat para ahli diatas
penulis sependapat bahwa deterjen
merupakan bahan yang adigunakan dalam
keperluan rumah tangga, mbisnis
laundry, bisnis pencucian motor dengan
tujuanuntuk membuat pakaian bersih dari
noda, serta wangi dan segar.
2.3.1 Zat Yang Terkandung Pada
Deterjen
Berikut ini adalah zat-zat yang
terkandung pada deterjen dan fungsinya
(Rayler, 1913).
1. Surfaktan merupakan salah
satu bahan paling penting
dalam komposisi kimia
deterjen pakaian. Molekul-
molekul surfaktan hidrofobik
(pembenci air) memecahkan
partikel kotoran pada kain,
sedangkan molekul surfaktan
hidrofilik (penyuka air)
mengendapkan parikel tanah
dan kotoran dalam air cucian.
Surfaktan ada 3 macam yaitu
surfaktan kation merupakan
surfaktan yang mengandung
muatan positif dalam air
sehingga tidak bereaksi
dengan ion yang bermuatan
positif pada air sadah,
digunakan pada deterjen
untuk conditioning kain dan
efektif bila dikombinasikan
dengan surfaktan non-ionik
pada perbandingan yang
tepat. Surfaktan anionik
merupakn surfaktan yang
membawa muatan negatif
sehingga bereaksi dengan ion
bermuatan positif pada air
sadah untuk menetralkan.
Surfaktan nonionik yaitu
tidak memiliki muatan, maka
mereka tidak mengalami
ionisasi dalam air, untuk
membantu memebersihkan
noda berminyak melalui
proses emulsifikasi.
2. Builder merupakan bahan
kimia, sepetri polifosfat,
natrium karbonat atau
natrium silikat, dan
aluminosilikat, yang
membantu meningkatkan
kualitas deterjen.
3. Natrium silikat bertindak
sebagai anti korosi sehingga
mencegah bagian mesin cuci
dari karat.
4. Optical brightener merupakan
senyawa kimia yang
PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes
Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 mengubah panjang
gelombang cahaya ultra
violet menjadi cahaya tampak
untuk memberi kesan pakaian
tampak lebih putih.
5. Fragrance merupakan
pewangi yang memebrikan
aroma unik pada detrejen
sekaligus meredam bau tidak
menyenangkan dari bahan
kimia yang digunakan dalam
deterjen.
6. Colorant merupakan pewarna
yang bertindak sebagai aditif
khusus pada deterjen.
7. Natrium sulfat digunakan
untuk mencegah
penggumpalan pada deterjen
bubuk.
8. Enzim digunakan untuk
membantu memecahkan
senyawa kotoran yang
kompleks seperti noda darah.
2.3.2 Dampak Air Limbah Deterjen
Berikut ini limbah air deterjen yang
menyebabkan pencemaran air:
1. fosfat berlebihan pada air
menyebabkan eutropikasi yaitu
masuknya hara bagi tanaman-
tanaman dalam jumlah berlebih
sehingga akan menyebabkan
pertumbuhan tanaman air dengan
pesat, tanaman yang dimaksud
ganggang dan eceng gondok.
2. Warna air yang menjadi
kehijauan, bau, kekeruhan
semakin meningkat.
3. Kualitas air di banyak ekosistem air
menjadi sanagt menurun.
4. Rendahnya konsentrasi oksigen
terlarut, bahkan sampai tanda
batas nol menyebabkan mahkluk
hidup air seperti ikan, udang,
dan spesies lainnya tidak tumbuh
baik bahkan mati.
5. Mengandung toksin sehingga
membawa resiko kesehatan bagi
manusia dan hewan.
Gambar 2.3.2 Pencemaran Air Limbah
Deterjen
2.4 Fosfat
Fospat didalam perairan bisa dalam
bentuk terlarut atau pun tidak terlarut.
Fosfat yang tidak terlarut biasanya dalam
bentuk tersuspensi atau pun terdapat
didalam mikroorganisme. Semua senyawa
fosfat yang terlarut digolongkan kedalam
ortofosfat. Bentuk lain dari fosfat adalah
polifosfat yang sangat sulit larut. Polifosfat
dianggap sebagai fosfat anhidrat karena
dapat terhidrolisis oleh air membentuk
ortofosfat. Fosfat dapat ditetapkan sebagai
ortofospat dan fospat atau fospat total,
penetapan ortofospat yaitu dengan sampel
disaring untuk memisahkan ortofospat dan
fospat yang tidak larut. Senyawa fosfor
sengaja ditambahkan ke dalam deterjen
untuk mengikat ion-ion kalsium dan
magnesium serta kation penyebab kesadahan
lainnya. Terikatnya kation-kation tersebut
akan memaksimalkan kerja deterjen.
Senyawa-senyawa fosfor yang ditambah ke
PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes
Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 dalam deterjen disebut builder (Perwitasari,
2017).
2.4 Gambar struktur
Fosfor merupakan elemen penting
dalam proses metabolisme organisme-
organisme biologis. Pada proses biologis,
diperlukan konsentrasi yang minimal untuk
mencapai operasi yang optimal. Fosfor
terdapat dalam air limbah dalam berbagai
bentuk, antara lain ortofosfat, pirofosfat,
polifosfat dan metafosfat, serta fosfor
organik. Di antara ketiga bentuk fosfor
ortofosfat merupakan bahan metabolisme
organisme yang paling baik.
Tabel 2.1 Bentuk Fosfat di Dalam Air
Nama Rumus
Ortofosfat:
Trinatrium fosfat Na3PO4
Dinatrium fosfat Na2HPO4
Mononatrium fosfat NaH2PO4
Diamonium fosfat (NH4)2HP4
Polifosfat:
Natrium
Heksametfosfat
Na3(PO3)4
Natrium tripolifosfat Na5P3O10
Tetra natrium
pirofosfat
Na4P2O7
2.5 Tawas
Tawas merupakan pengendapan
secara kimia menggunakan koagulan
tawas, besi dan kapur merupakan cara
yang efektif dalam penurunan kadar
fosfat. Reaksi penggumpalan merupakan
reaksi komplek dan hanya sebagian
yang dipahami, tetapi intinya adalah
penggabungan senyawa ortoposphat
dengan kation logam (Al3+
, Fe2+
,
Ca2+
). (Hammer, 1977).
Tawas dalam Bahasa Inggrisnya
disebut “Alum ( Al2(SO4) ) adalah
suatu kristal sulfat dari logam-logam
calsium, alumunium dan logam-logam
lainnya. Kristal tawas ini cukup mudah
larut dalam air dan kelarutanya berbeda-
bed tergantung pada jenis logam dan
suhu. Tawas berfungsi untu
mengumpulkan kotoran-kotoran pada
proses penjernihan air. Selai itu juga
digunakan sbagai deodoran, karena
sifatnya anti bakteri. (Sumdani, 2010).
Saya sependapat bahwa tawas bisa
digunakan untuk penjernihan air.
Selain itu di dalam tawas terdapat
besi sulfat, besi klorida, dan polimer
seperti PAC. Rumus kimia tawas yaitu
Al2(SO4)3.
PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes
Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605
Gambar 2.5.1 Tawas
Filtrasi (penyaringan) merupakan
pembersihan partikel padat dari suatu
fluida dengan melewatkannya pada
medium penyaringan, atau septum, yang
di atasnya padatan akan terendapkan.
Fluida yang disaring dapat berupa
padatan cairan atau gas aliran yang lolos
dari saringan mungkin saja cairan,
padatan, atau keduanya.
2.6 Metode Penentuan Kadar Fosfat
Fosfat dapat ditetapkan sebagai
ortofosfat atau pun fosfat total. Pada
penetapan ortofosfat, sampel disaring
untuk memisahkan ortofosfat dan fosfat
yang tidak terlarut. Setelah disaring, filtrat
kemudian dianalisis. (Perwitasari, 2017).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode eksperimen adalah suatu
cara mengajar, di mana siswa melakukan
suatu percobaan tentang sesuatu hal,
mengamati prosesnya serta menuliskan
hasil percobaannya, kemudian hasil
pengamatan itu disampaikan ke kelas dan
dievaluasi oleh guru. Metode penelitian
yang digunakan pada metode penelitian ini
adalah Metode Eksperimen dengan desain
pure eksperimen (Roestiyah, 2001).
3.2 Bulukamba Data
3.2.1 Data Primer
Data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari Bulukambanya,
data yang dihasilkan dari wawancara. Data
primer diperoleh dari hasil pemeriksaan
laboratorium mengenai kandungan kadar
fospat pada air limbah deterjen laundry
dengan penambahan konsentrasi tawas
(Arikunto, 2006).
3.2.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari buku-buku, laporan, data-
data yang ada. Data sekunder diperoleh
dari literatur-literatur yang mendukung
penelitian ini (Arikunto, 2006).
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah
keseluruhan gejala yang ada disekitar
kehidupan manusia. Objek penelitian ini
adalah limbah Loundry X yang berada di
Kelurahan Bangsri Kec.Bulukamba
Kab.Brebes (Ratna, 2010)
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan
objek atau individu yang akan diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah air
limbah loundry X yang berada di
Kelurahan Bangsri Kec. Bulukamba
Kab. Brebes (Arifin, 2008).
3.4.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari
populasi yang dipilih melalu cara tertentu
yang mewakili karakteristik populasi.
Sampel yang digunakan adalah sebagian
dari air limbah Loundry X yang ada di
Bangsri diambil langsung dari buangan
mesin cucinya. Jumlah sampel pada
penelitian ini diperhitungkan menurut
rumus dari Surjawani 2015, untuk
PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes
Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 penelitian dengan rancangan acak lengkap,
Acak kelompok atau factorial secara
sederhana dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Rumus replikasi = (t-1) (r-1) > 15
Keterangan:
t = banyaknya kelompok perlakuan
r = Jumlah replikasi
Peneliti menggunakan 5 macam
konsentrasi tawas ( t = 5) yaitu 0,4 %,
0,8 %, 1,2 %, 1,6 %, dan 2 % yang
ditambahkan pada sampel. Jadi
Replikasi untuk setiap perlakuan
pada penelitian ini dihitung dengn rumus di
atas, yaitu sebagai berikut:
Rumus replikasi = (t-1) (r-1) > 15
(5-1) (r-1) > 15
4(r-4) > 15
4r – 4 > 15
4r > 15 + 4
4r > 19
r > 19/4
r > 4,75
r ≈ 5
Setelah dilakukan perhitungan
sampel didapatkan hasil r >4,75 sehingga
penulis menetapkan r≈ 5. Artinya penulis
akan melakukan pengulangan sebanyak 5
kali untuk setiap konsentrasi tawas.
Sehingga jumlah sampel dalam penelitian
sebanyak 25 buah.
3.5 Waktu dan Tempat
3.5.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada
tanggal 14 September 2016 sampai
tanggal 18 bulan November tahun 2016.
3.6 Alat Dan Bahan
3.6.1 Alat-alat
1.
Spectrophotometer UV-
Vis 100 DA : 1 set
2.
Kertas saring membran
0,45 μm : 30 buah
3. Erlenmeyer 100 ml : 6 buah
4. Labu takar 100 ml : 6 buah
5. Labu takar 50 ml : 1 buah
6. Volume Pipet 50 ml : 1 buah
7. Volume Pipet 25 ml : 1 buah
8. Volume Pipet 15 ml : 1 buah
9. Volume pipet 10 ml : 1 buah
10. Volume Pipet 5 ml : 1 buah
11. Alat pemanas : 2 buah
12. Timbangan digital : 1 buah
13. Corong : 5 buah
14. Batang pengaduk : 5 buah
15. Sudip : 3 buah
16. Botol kaca tertutup : 2 buah
17. Botol sampel : 5 buah
PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes
Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 18. Mortar (alat penghalus) : 1 buah
19. Gelas kimia 50 ml : 6 buah
20. Batu didih : secukupnya
21. Filler : 1 buah
3.6.2 Bahan
1. Limbah deterjen : 1 L
2. Tawas : 200 gr
3.
Amonium
molibdovanadat : 600 ml
4.
Amonium metavanadat
(NH4VO3) : 0,125 g
5. (NH4)6MO7O24.4H2O : 7,5 g
8.
kalium hidrogen fosfat
anhidrat (KH2PO4)
: 0,0715
g
9.
Larutan baku kerja
standar fosfat : 400 ml
10. HNO3 pekat
: 1500
ml
11. HClO4 pekat : 800 ml
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hubungan Konsentrasi Tawas
dengan % Penurunan Kadar Fospat
Total Pada Air Limbah Deterjen
Laundry
Setelah dilakukan penelitian pada
air limbah deterjen laundry X dengan
penambahan konsentrasi tawas dengan
metode vanadat yang dilaksanakan pada
tanggal 14 September – 18 November 2016
diperoleh Data hasil penelitian persentasi
penurunan kadar fospat total sentpada
setiap konsentrasi penambahan tawas
terhadap sampel, seperti di dalam stabil di
bawah ini Tabel 4.1 Hubungan Konsentrasi Tawas Dengan
Persentasi Penurunan Kadar Fopspat Total
N
o
Kons
entra
si
Persentase
Penurunan Kadar
PO42- Total (%)
Tawa
s %
1
2 3 4 5
R
a
t
a
-
r
a
t
a
1
. 0 0 0 0 0 0 0
2
.
0,4 70,08
60,3
8 62,15
57,1
5
62,1
8
62
,3
9
PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes
Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605
3
.
0,8 73,67
67,3
9 68,60
63,3
9
68,0
1
68
,2
1
4
.
1,2 74,86
70,8
6 72,47
72,1
2
75,2
7
73
,1
1
5
.
1,6 82,80
87,0
4 83,12
80,6
1
80,6
2
83
,8
4
6
.
2,0 84,41
92,5
5 92,48
83,9
6
87,1
7
88
,1
1
4.2 Data Analisa
Untuk menjawab hipotesa penelitian ini
dilakukan analisa data hasil penelitian
secara statistik dengan Metode Korelasi
Bivariate.
konsentrasit
awas kadarpospat
Pearson Correlation 1 ,848*
konse
ntrasit
awas Sig. (2-tailed) ,033
N 6 6
Pearson Correlation ,848* 1
kadarp
ospat Sig. (2-tailed) ,033
N 6 6
4.3 Pembahasan
Dari hasil penelitian di dapat bahwa
dengan penambahan konsentrasi tawas
pada sampel terjadi kenaikan persentasi
penurunan kadar fospat total paa limbah
deterjen dengan angka sebagai berikut,
setiap konsentrasi tawas yaitu 0 = 0 %, 0,4
= 62,39 %, 0,8 = 68,21 %, 1,2 = 73,11 %,
1,6 = 83,84 %, dan 2,0 = 88,11 %
kemudian dibuat kurva.Pada saat tawas
ditambahkan kedalam sampel dengan
konsentrasi 0,4 % terjadi kenaikan %
penurunan kadar fospat total sebanyak
62,39%.
Dari hasil pengujian dengan
Metode Korelasi Bivariate didapat angka
korelasi adalah 0,848 dan Sig 2 tailed
0,033 < 0,05 hal ini menunjukan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan
(hubungan korelasi yang sangat kuat) yang
terdapat pada lampiran 8. Hubungan
penambahan konsentrasi tawas denga
persentasi penurunan kadar fospat total
PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes
Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 yang berarti hipotesa yang didapat H1
diterima dan H0 ditolak. Harga Sig 2
Tailed 0,033 > 0 (positif) menunjukan
hubungan yang positif atara hubungan
konsentrasi tawas dengan persentasi
penurunan kadar fospat total,karena
konsentrasi tawas naik dan persentase
penurunan kadar fospat total nya semakin
naik.
Tawas yang ditambah pada air
limbah mengkoagulasi fospat yang tidak
larut, yang tadinya air limbah keruh
setelah menambahkan tawas kekeruhan
sedikit berkurang karena tawas ini
mengikat fospat tersebut pada air
limbah. Kemudian menambahkan
HNO3 pekat, dan memanaskan selama
10 menit,ini berfungsi untuk
melarutkanfospat yang belum terlarut
sehingga air limbah tersebut berkurang
kekeruhannya. Menambahkan HClO4
pelarut yang sangat kuat sehingga ketika
menambahkan kedalam air limbah
semakin jernih, kemudian
menambahkan reagen Amonium
Molibdovanadat yang terbuat dari
campuran NH4VO3 (sebagai perantara)
dengan (NH4)6MO7O24.4H2O,
memberikan warna kuning dan
mengencerkan dengan aquades sehingga
bisa dibaca dalam sprektofotometer UV
– Vis.
Proses penelitiandiatas dilakukan
dengan tahapan – tahapan sebagai
berikut. Membuat larutan deret standar
terlebih dahulu membuat larutan standar
fospat yang berasal dari larutan standar
baku induk standar fospat 500 mg/L,
dibuat dari reagen KH2PO4 (sebagai
pengenceran) lalu mengencerkan dengan
aquades. Hasil fospat 500 mg/L diubah
menjadi 50 mg/L. 50 mg/L diubah lagi
menjadi 10 mg/L. Hasil lautan standar
baku kerja standar Fospat 10 mg/L
dipipet untuk membuat larutan deret
standar 0 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4
ppm dan 5 ppm.
Menentukan panjang gelombang
maksimum terlebih dahulu dengan cara
mengambil salah satu dari deret larutan
standar untuk di baca pada
sprektofotometer UV –Vis, peneliti
mengambil larutan standar PO4 3 ppm
untuk diukur pada berbagai panjang
gelombang mulai 310 - 500 nm dengan
interval 10 nm sehingga menghasilkan
nilai absorban yang ada pada lampiran
Setelah dilakukan pengukuranpanjang
gelombang maksimum dilanjutkan dengan
pengukuran absorban terhadap larutan
standar fospat 0 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3
ppm, 4 ppm, dan 5 ppm dengan panjang
gelombang 410 nm, kemudian hasil data
yang diperoleh di buat kurva standar fospat
untuk menentukan konsentrasi kadar
fosfat. Dari kurva didapatkan rumus
perhitungan yaitu pada replikasi 1
y=0,069x + 0,1189, replikasi ke – 2
y=0,0746x +0,1121, replikasi ke – 3
y=0,0797x + 0,935, replikasi ke – 4
y=0,0791x + 0,0978, dan replikasi ke – 5
y=0,0807x + 0,1044, rumus tersebut di
gunakan untuk menghitung kadar fosfat
total yang ada pada air limbah deterjen
laundry yang terdapat pada lampiran 6.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
analisa data statistik maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan
konsentrasi tawas
dengan % penurunan
PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes
Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 kadar fospat total hal ini
di buktikan berdasarkan
pengelolaan data
statistik korelasi
bivariate pearson di
dapatkan hasil bahwa
sig (2-sided yaitu 0,033
< 0,05) sehingga di
dapatkan hasil H1 yang
diterima dan H0 ditolak
atau adanya hubungan
konsentrasi tawas
dengan persentase
penurunan kadar fosfat
total dan harga Sig 2
Tailed menujukan
hubungan yang positif
antara hubungan
konsentrasi tawas
dengan persentase
penurunan kadar fospat
total yaitu 0,033 > 0 .
2. Berdasarkan hubungan
konsentrasi tawas
dengan persentase
penurunan kadar fospat
total nilai optimum
konsentrasi tawas yaitu
0,4 % = 62,39 %
5.2 Saran
1. Kepada pihak laundry
disarankan membuat
tampungan air limbah
untuk dilakukan
pengelolaan limbah
dengan menambahkan
tawas sebelum
membuang air limbah
ke lingkungan.
2. Untuk penelitian
selanjutnya perlu
dilakukan dengan alat
yang berbeda.
Daftar Pustaka Arifin, (2008). Statistik Bisnis
Terapan dengan Microssoft Exel
2007. Yogyakarta:
LPPT-UGM
Bungin, (2006). Metodologi
Penelitian Kuantitatif Edisi 2.
Jakarta Timur: Prenada
Media.
Dimyati, (2013). Metodologi
Penelitian Pendidikan Aplikasi.
Bandung: Cv Jejak.
Hadi, (2000) Ilmu Kimia.
Yogyakarta: LPPT-UGM
Harsojo,M (2016) Analisis
Makanan
Mulyono, (2006) Membuat
Reagen Kimia. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Perwitasari,S (2017). Analisis Air
& Bidang Keahlian Teknik Kimia.
Jakarta: EGC
Sarwono, (2006) Analisis data
penelitian menggunakan
PUBLICITAS Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes
Volume 2 No 2 Januari 2017 ISSN : 2476-8605 spss13. Yogyakarta: Cv
Andi Offset.
Setiapermana, (1980) Seminar
Nasional Perikanan
Indonesia 2003, Sekolah
Tinggi Perikanan. Jakarta
Siregar, (2005) Instalasi
Pengelolaan Air Limbah.
Yogyakarta: Kanisius
Surjaweni, (2015) SPSS untuk
penelitian. Yogyakarta: Pustaka
baru press
Tosepu, (2016).Epidemologi
Lingkungan Teori dan Aplikasi. Bandung:
Bumi medika