pteridophyta (walono)
TRANSCRIPT
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas
mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat diibedakan dalam
tiga bagian pokoknya yaitu akar, batang, dan daun. Namun demikian, pada
tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Tjitrosoepomo (2011: 219)
Paku-pakuan atau pteridofita merupakan sekelompok tumbuhan yang
mencakup lebih daripada 9.000 spesies. Bersama-sama dengan tumbuhan bunga,
tumbuhan biji telanjang, dan kelompok-kelompok tertentu lainnya, maka paku-
pakuan digolongkan ke dalam subdivisi terbesar, yaitu Pteropsida. Bab 19 dan 20
akan mencakup sifat-sifat tumbuhan pembuluh yang digolongkan ke dalam subdivisi
yang lain-lain. Banyak tumbuhan subdivisi ini (Psilopsida, Lycopsida, dan
Sphenopsida) sudah punah, dan bentuk-bentuk yang masih hidup tidak dikenal
secara umum. Tjitrosomo (2010:107)
Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat digolongkan sebagai tumbuhan
tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas mempunyai kormus,
serta mempunyai sistem pembuluh tetapi blm menghasilkan biji, dan alat
perkembangbiakan yang lain. Alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang
utama adalah spora. Jadi penempatan tumbuhan paku ke dalam golongan
tingkat rendah atau tinggi bisa berbeda-beda tergantung sifat yang digunakan
sebagai dasar. Jika didasarkan pada macam alat perkembangbiakannya, maka
sebagai tumbuhan berspora tergolong tumbuhan tingkat rendah. Namun, jika
didasarkan pada ada atau tidaknya sistem pembuluh, tumbuhan paku dapat
digolongkan sebagai tumbuhan tingkat tinggi karena sudah mempunyai
berkas pembuluh. Tjitrosoepomo (1994:123 ).
Meskipun tumbuhan paku mempunyai akar, batang dan daun, tetapi
untuk yang primitif daunnya masih sangat sederhana. Tumbuhan paku belum
mempunyai lamina dan masih dinamakan mikrofil. Anggota dari
2
Pteridophyta mempunyai habitus yang heterogen, dari yang berukuran kecil
sampai yang besar. Tjitrosoepomo (1994: 235).
Sebagai tumbuhan tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju dari pada
Bryophyta karena sudah mempunyai berkas pembuluh. Sporofitnya hidup
bebas dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah
merupakan tumbuhan heterospor. Tjitrosoepomo (1994: 235).
Seperti halnya dengan Bryophyta, di dalam siklus hidup
Pteridophyta juga terdapat pergantian generasi. Individu yang menghasilkan
gamet diberi nama gametofit dan merupakan generasi yang haploid. Setelah
terjadi fertilisasi akan terbentuk zigot yang merupakan permulaan dari
keturunan (generasi) yang diploid. Kemudian dari sini terbentuk individu
yang diploid dan diberi nama sporofit. Sporofit merupakan individu yang
menghasilkan spora melalui pembelahan reduksi. Jadi, spora ini merupakan
permulaan dari generasi yang haploid. Dari spora ini akan terbentuk
protalium (protalus) melalui perkecambhan dari spora. Suisetijiono (2011:
35).
Perbedaannya dengan Bryophyta ialah, pada tumbuhan paku yang
dikenal sebagai tumbuhannya adalah sporofit, sedangkan pada tumbuhan
lumut, yang dikenal sebagai tumbuhannya adalah gametofit. Kemudian
beberapa tumbuhan paku ada yang bersifat heterospor sehingga dijumpai
adanya makrogametofit dan mikrogametofit. Selain dari pada itu sporofit dari
tumbuhan paku dapat hidup bebas, hanya pada tingkatan permulaan dari
pertumbuhannya saja bergantung secara fisiologis dan gametofit. Sulisetijono
( 2011: 46).
Warga tumbuhan paku amat heterogen baik ditinjau dan segi habitus
maupun cara hidupnya lebih-Iebih bila diperhititungkan pula jenis paku yang
telah punah. Ada jenis-jenis paku yang sangat kecil dengan daun-daun yang
kecil-kecil pula dengan struktur yang masih sangat sederhana ada püla yang
besr dengan daun-daun yang mencapai ukuran panjang sampai 2 m atau lebih
dengan struktur yang rumit. Tjitrosoepomo (2011: 219)
Pada Pteridophyta juga dimungkinkan terjadi penyimpangan dari
siklus hidup yang normal, yaitu adanya peristiwa apogami dan apospori.
3
Apogami ialah terbentuknya sporofit langsung dari gametofit tanpa melalui
persatuan dari gamet-gamet. Sporofit yang terjadi dari peristiwa apogami
mempunyai jumlah kromosom yang sama dengan gametofit. Terjadinya
apogami disebabkan karena terbentuknya tunas pada protalium yang langsugn
tumbuh menjadi sporofit, atau karena sel telur yang tumbuh menjadi sporofit
tanpa terjadi fertilisasi terlebih dahulu (partogenesis). Peristiwa apogami ini
dapat terjadi pada jenis Dryopteris, Pteris, Adiantum, diplazium, Asplenium,
Osmunda, Lycopodium, Equisetum dan Polypodium. Sulisetijono (2011:
50).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tumbuhan paku (Pteridophyta)?
2. Bagaimana struktur tumbuhan Paku (Pteridophyta)?
3. Bagaimana klasifikasi tumbuhan lumut (Pteridophyta)?
4. Apa manfaat yang diperoleh dari tumbuhan paku (Pteridophyta)?
C. Tujuan Penyusunan Makalah
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui konsep yang benar tentang tumbuhan paku (Pteridophyta)?
2. Mengetahui struktur tumbuhan Paku (Pteridophyta)?
3. Mengetahuia klasifikasi tumbuhan lumut (Pteridophyta)?
4. Memahami manfaat yang diperoleh dari tumbuhan paku (Pteridophyta)?
5. Untuk memenuhi tugas Kelompok dalam menempuh mata kuliah Botani
4
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daun
sehingga tumbuhan paku adalah tumbuhan yang lebih tinggi
perkembangannya bila dibandingkan dengan tumbuhan lumut.
Daur hidup tumbuhan paku memperlihatkan pergiliran fase keturunan
tetapi berbeda dengan tumbuhan lumut.
Generasi yang menonjol adalah sporofitnya. Sporofit merupakan
tumbuhan paku yang memiliki system pembuluh angkut, yaitu xylem dan
floem yang gametofitnya merupakan akar talus yang disebut protalium.
Tumbuhan paku merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang
tertua yang masih dapat dijumpai didaratan. Diduga tumbuhan paku
merupakan tumbuhan berkormus tertua yanga menghuni daratan bumi.
Tumbuhan berkormus adalah tumbuhan yang memiliki akar, batang
dan daun yang sebenarnya, artinya batang, akar dan daunnya sudah memiliki
pembuluh angkut. Daun tumbuhan paku pada umumnya merupakan daun
majemuk. Pada permukaan sebelah bawah daun tumbuhan paku dewasa
umumnya terdapat bercak berbentuk bulat/mumajang berwarna karat yaitu
sporangium.
B. Karakteristik Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batang
tumbuhan paku berada didalam tanah dan disebut rizom. Pada rizom akan
muncul akar-akar seperti rambut yang merupakan akar serabut. Dari rizom ini
juga muncul tangkai daun. Ada pula tumbuhan paku yang batangnya mirip
tumbuhan palem, yakni batangnya menjulang ke atas, misalnya paku pohon
(Cyathea sp.).
5
Daun terbagi atas dua bagian, yaitu tangkai daun dan helaian daun.
Helaian daun ada yang tunggal. Akan tetapi, umumnya merupakan daun
majemuk menyirip. Salah satu ciri tumbuhan paku adalah pada saat masih
tunas, daunnya menggulung.
Pada paku tertentu, ukuran daun tidak sama. Ada daun kecil (mikrofil)
dan ada pula daun besar (makrofil). Pada mikrofil tidak terdapat tangkai daun
dan tulang daun serta bentuk kecil atau bersisik, belum memperlihatkan
diferensiasi sel. Sedangkan makrofil daun besar, bertangkai, bertulang daun,
bercabang-cabang, sel telah terdiferensiasi. Daun tumbuhan paku ada yang
khusus menghasilkan spora dan disebut sporofil dan ada yang tidak
menghasilkan spora disebut tropofil. Toprofil hanya berfungsi untuk
fotosintesis. Sporofil merupakan daun yang subur. Pada adiantum (pakis) dan
suplir tidak ada daun yang berfungsi khusus. Tumbuhan paku menghasilkan
spora. Spora terdapat di dalam kotak spora atau sporangium. Sporangium-
sporangium berkumpul di dalam kotak spora atau sorus-sorus berkumpul di
helaian daun bagian bawah. Perhatikan di bagian bawah daun paku ada sederet
bentukan bulat atau oval atau tamapak seperti bulan sabit pada suplir. Jika
sudah matang akan tampak kehitaman. Bentukan itu adalah sorus. Sorus ada
yang dilindungi oleh selaput yang disebut indusium dan di dalamnya terdapat
banyak kotak spora
Akar, batang, dan daun tumbuhan paku memiliki berkas pengangkut
xylem dan floem. Xylem atau pembuluh kayu berfungsi untuk mengangkut air
dan zat hara dari tanah ke daun. Adapun floem berfungsi untuk mengangkut
hasil-hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh. Berkas pengangkut
umumnya tersusun konsentris, artinya xylem ditengah dikelilingi oleh floem.
C. Daur Hidup Pterydophyta
Tumbuhan paku atau dikenal dengan (Pterydophyta) adalah kelompok
kingdom Plantae yang secara evolusi lebih maju dibandingkan Bryophyta
(Lumut) karena sudah mempunyai jaringan pengangkut Xilem dan Floem
(Tracheophyta) , selain akarnya sudah jelas dan membentuk sistem perakaran
serabut.
6
Secara keseluruhan Paku dan Lumut mempunyai persamaan adanya
metagenesis , yaitu adanya peristiwa pergiliran keturunan dari fase sexual ke
fase asexual ke fase sexual lagi sehingga membentuk daur/cyclus.
Karakter khas pada Pteridophyta ( tumbuhan paku).
Tumbuhan paku dewasa yang dijumpai di alam merupakan fase
sporofit yang menghasilkan spora sebagai alat perkembangbiakan seksual.
Spora yang jatuh ditempat lembab akan tumbuh menjadi protalium atau
prothallus yang merupakan fase gametofit yang berwujud tumbuhan kecil
berupa lembaran berwarna hijau.
Fase gametofitnya lebih pendek daripada fase sporofitnya. Daur hidup
tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase yaitu
Fase Gametofit dan Fase Sporofit.
Tumbuhan paku yang mudah dilihat merupakan bentuk fase sporofit
karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan
protalus (prothallus) atau protalium (prothallium).
1. Protallium
Prothallium berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna
hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rpizoid sebagai
enggantinya) tidak berbatang, tidak berdaun.
Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab.
Dari prothallium tumbuh anteridium (antheridium, organ penghasil
spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ
penghasil ovum atau sel telur).
Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media
spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi
berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan
paku baru.
2. Tumbuhan Paku
Berupa tumbuhan yang dewasa yang berakar , berbatang dan
berdaun,daun yang muda menggulung. Daunnya ada yang berukaran besar
7
(makrofil) maupun kecil ( mikrofil ) dan ditemukan pula dau sporofil ( daun
penghasil spora) dan Tropofil (daun untuk fotosintesis yang sering pula
disebut daun steril). Daun sporofil dibagian permukaan bawahnya terdapat
sporogonium penghasil spora sehingga permukaan daun bagian bawahnya
tidak rata, karena sering dijumpai dialam tentu ia lebih lama hidupnya maka
pada paku Fase sporofit lebih dominan / lebih lama hidupnya dibandingkan
dengan fase gametofitnya yang berupa fase gametofit.
Pergiliran keturunan pada tumbuhan paku menghasilkan dua
generasi yaitu : generasi gametofit dan generasi sporofit.
1. Generasi Gametofit
Generasi gametofit ditandai dengan adanya protalium. Protalium
adalah tumbuhan paku baru yang berbentuk seperti jantung, berwarna hijau,
dan melekat pada substrat dengan rizoidnya. Protalium tidak berumur
panjang. Artinya, generasi gametofit tidak berlangsung lama.
2. Generasi Sporofit
Generasi sporofit merupakan generasi penghasil spora, yaitu berupa
tumbuhan paku itu sendiri. Spora dihasilkan oleh struktur daun khusus yang
disebut sporofil. Spora mudah menyebar diterbangkan angin. Spora yang
jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi tumbuhan baru, yaitu
berupa protalium. Generasi lebih dominan terhadap generasi sporofit.
D. Klasifikasi Tumbuhan Paku
Berdasarkan jenis spora yang dihasilkannya, tumbuhan paku dapat
dibedakan atas paku homospora, paku heterospora, dan paku peralihan antara
homospora dan heterospora.
1. Tumbuhan Paku Homospora
Paku Homospora merupakan kelompok tumbuhan paku yang
menghasilkan satu macam spora berukuran sama besar.
Contoh: Lycopodium clavatum ( Paku kawat ) dan Suplir (adiantum
cuneat m)
Gametofit (n)
Sprofit (2n)
Anteredium
Spermatozoa
Ovum
ZigotTumbuhan
Paku
Sporofit
Sporangium
Protalium
Arkegonium
Spora
Spermatozoa
Zigot
Tumbuhan Paku
Mikrosporofil
Mikrosporangium
Anteredium
Mikrospora
Mikroprotalim
Arkegonium
Makrospora
Makroprotalim
Ovum
Makrosporofil
Makrosporangium
8
Gb. 1 Daur hidup paku homospora
2. Tumbuhan Paku Heterospor.
Paku Heterospora merupakan kelompok tumbuhan paku yang
menghasilkan dua macam spora dengan ukuran berbeda. Spora kecil
(mikrospora) merupakan spora berkelamin jantan, sedangkan spora besar
(makrospora) berupa spora betina.
Contohnya paku rane (Selaginella) dan semanggi (Marsilea crenata).
Spora
Protalium Betina
Arkegonium
Spora
Protalium Jantan
Anteredium
Zigot
Tumbuhan Paku
Sporofil
Sporangium
9
Gb. 2 Daur hidup paku heterospora
3. Tumbuhan paku peralihanPaku peralihan merupakan kelompok tumbuhan paku yang dapat
menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama. Akan tetapi
sebagian spora ada yang berkelamin jantan dan ada yang berkelamin betina.
Contohnya paku ekor kuda (Equisetum debile).
Gb. 3 Daur hidup paku peralihan
Berdasarkan ciri tubuhnya, tumbuhan paku diklasifikasikan menjadi
empat kelas, yaitu:
1. Kelas: Paku Purba (Psilophytinae)
Tumbuhan paku purba yang masih hidup saat ini diperkirakan hanya
tinggal 10 spesies sampai 13 spesies dari dua genus.
Paku purba hidup di daerah tropis dan subtropis.
Sporofit paku purba ada yang tidak memiliki akar sejati dan tidak
memiliki daun sejati.
Paku purba yang memilki daun pada umumnya berukuran kecil
(mikrofil) dan berbentuk sisik.
Batang paku purba bercabang dikotomi dengan tinggi mencapai 30 cm
hingga 1 m. Paku purba juga tidak memiliki pembuluh pengangkut.
10
Batang paku purba mengandung klorofil sehingga dapat melakukan
fotosintesis.
Cabang batang mengandung mikrofil dan sekumpulan sporangium yang
terdapat di sepanjang cabang batang.
Sporofil paku purba menghasilkan satu jenis spora (homospora).
Gametofitnya tidak memiliki klorofil dan mengandung anteridium dan
arkegonium. Gametofit paku purba bersimbiosis dengan jamur untuk
memperoleh nutrisi.
Psilophytinae dibagi menjadi 2 bangsa yatu:
a. Bangsa Psilophytales (paku telanjang)
Merupakan tumbuhan paku yang paling rendah rendah tingkat
perkembangannya.Yang paling sederhana masih belum berdaun dan
belum berakar, batang telah mempunyai berkaspengangkut, bercang-
cabang menggarpu dengan sporangium pada ujung cabang-cabangnya.
1) Suku Rhyniaceae : terna ini mencapai lebih kurang ½ m, batang
dalam tanah, tumbuhan horizontal, tidak mempunyai akar,
melainkan hanya rezoid.
Contoh : Rhynia major, Taeniocrada deeheniana, Zosterophyllum
australanum.
2) Suku Asteroxylaceae: tinggi dapat mencapai 1m, batang
mempunyai (garis tengah)1cm, mempunyai penonjolan-penonjolan
yang panjangnya hanya beberapa mm (mikrofil)
Contoh: Asteroxylon mackei, Asteroxylon elberfeldense
3) Suku Pseudosporochnaceae: dari ujung sumbu pokok yang tidak
beruas muncullah sejmlah dahan-dahan yang hanya sedikit
bercabang menggarpu, tetapi akhirnya menjadi ranting-ranting
kecil yang menggarpu.
Contoh: Pseudosporochnus krejcii
11
Gb.4 A. Asteroxylon elberfeldense B. Asteroxylon mackei
b. Bangsa Psilotales
Warganya yang masih hidup ialah marga Psilotum yang berupa terna
kecil rendah, dan bercabang-cabang menggarpu. Tumbuhan ini sama
sekali tidak berakar, hanya mempunyai tunas-tunas tenah dengan
rizoid-rizoid, dan pada batangnya terdapatmikrofil (daun-daun kecil)
berbentuk sisik, tidak bertulang dan tersusun jarang-jarang dalam
garis spiral.
Contoh: - Psilotum nudum, yang masih terdapat di puau jawa
- Psilotum triqueirum, hanya di daerah tropika
- Tmesipteris tanensis, di Australia
Gb. 4 Psilotum nudum
12
2. Kelas Paku Lycopodiinae (Paku Kawat atau paku rambat)
Paku kawat mencakup 1.000 spesies tumbuhan paku, terutama dari
genus Lycopodium dan Selaginella.
Paku kawat banyak tumbuh di hutan-hutan daerah tropis dan subtropis.
Paku kawat menempel di pohon atau hidup bebas di tanah.
Anggota paku kawat memiliki akar, batang, dan daun sejati.
Daun tumbuhan paku kawat berukuran kecil dan tersusun rapat.
Sporangium terdapat pada sporofil yang tersusun membentuk strobilus
pada ujung batang.
Strobilus berbentuk kerucut seperti konus pada pinus.
Oleh karena itu paku kawat disebut juga pinus tanah.
Pada paku rane (Selaginella) sporangium terdiri dari dua jenis, yaitu
mikrosporangium dan megasporangium.
Mikrosporangium terdapat pada mikrosporofil (daun yang mengandung
mikrosporangium).
Mikrosporangium menghasilkan mikrospora yang akan tumbuh
menjadi gametofit jantan.
Megasporangium terdapat pada megasporofil (daun yang mengandung
megasporangium).
Megasporangium menghasilkan megaspora yang akan tumbuh menjadi
gametofit betina.
Gametofit paku kawat berukuran kecil dan tidak berklorofil.
Gametofit memperoleh makanan dari jamur yang bersimbiosis
dengannnya.
Gametofit paku kawat ada yang uniseksual, yaitu mengandung
anteridium saja atau arkegonium saja.
Gametofit paku kawat juga ada yang biseksual, yaitu mengandung
anteridium dan arkegonium.
Gametofit uniseksual terdapat pada Selaginella.
13
Selaginella merupakan tumbuhan paku heterospora sedangkan gametofit
biseksual terdapat pada Lycopodium sehingga tergolong paki
homospore
Lycopodiinae dibedakan dalam 4 bangsa, yaitu
a. Bangsa Lycopodiales
Bangsa ini terdiri kurang lebih 200 jenis tumbuhan yang hampir semua
tergolong dalam suku Lycopodiaceae dari marga Lycopodium.
Batang mempunyai berkas pengangkut yang masih sederhana, tumbuh
tegak atau berbaring dengan cabang-cabang yang menjulang ke atas.
Daun-daun berambut, berbentuk garis atau jarum, yang dianggap
homolog dengan mikrofilnPsilophytinae dan hanya mempunya satu
tulang yang tidak bercabang. Akar biasanya bercabang-cabang
menggarpu.
Contoh:
- L. cerrum, di Jawa Barat banyak digunakan dalam pembuatan
karangan bunga
- L. clavatum, yang sporanya dikumpulkan sebagai serbuk
licopodium (plvis lycopodii) yang dipergunakan sebagai pembalut
pil agar tidak kelet satu sama lain.
b. Bangsa Selaginellales (Paku rane, paku lumut)
Sebagaian mempunyai batang berbaring dan sebagian berdiri
tegak,bercabang-cabang menggarpu, tidak memperlihatkan
pertumbuhan menebal. Pada baang terdapat daun-daun kecil yang
tersusun dorsiventral. Akar-akar keluar dari bagian-bagian batang yang
tidakberdaun yang dinamakan pendukung akar. Pada bagian sisi atas
daun terdapat suatu sisik yang dinamakan lidah-lidah (liguna)
c. Bangsa Lepidodendrales
Jenis-jenis tumbuhan yang tergolong dalam bangsa ini sekarang telah
punah. Daun-daunnya bangun jarum atau bangun garis, mempunyai
lidah-lidah, dalam daun terdapat berkas pengangkut yang sederhana dan
14
jarang sekali memperlihatkan percanbangan mengarpu. Batang
tumbuhan telah memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder. Pada
batang telah terdapat meristem semacam kambium.
Bangsa ini dibedakan dalam beberapa suku, yaitu:
1) Suku Sigillariaceae, batangnya penuh dengan berkas-berkas daun
yang berupa bantalan berbentuk segi enam dan tersusun berderet
deret menurut poros bujur batang
Contoh: Sigillaria elegans, S. miracaudi
2) Suku Lepidodendraceae, daun-daun panjangnya sampai beberapa
dm, terseusu menurut garis spiral dan duduk di atas bantalan
berbentuk belah ketupat:
Contoh: Lepididendron vasculare, L. aculaetum, Lepidostrobus
major
d. Bangsa Isoetales
Tumbuhan yang tergolong dalam bangsa ini berupa terna sebagian
hidup tenggelam dalam air, sebgaian hidup pada tanah-tanah basah.
Baang sepertiumbi, jarang sekalibercabang menggarpu. Batang
memperlihatkan pertumbuhan membesar sekunder biasa.
Daun-daun yang tersusun di bagian luar roset nerupa makrosporofil
dengan makrosporangium yang menghasilkan banyak makrospora
berbentuk bulat.
Isoetales terdisri dari satu suku saja yaitu Isoetaceae. Contonya: Isoetes
lacustris, I. echinasporum, I. duvieri
Gb. 5 Lycopodium
15
3. Kelas Equisetinae (Paku Ekor Kuda)
Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 25 spesies dari satu
genus, yaituEquisetum.
Equisetum terutama hidup pada habitat lembab di daerah subtropis.
Equisetum yang tertinggi hanya mencapai 4,5 m sedangkan rata-rata
tinggi Equisetumkurang dari 1 m.
Equisetum memiliki akar, batang, dan daun sejati.
Batangnya beruas dan pada setiap ruasnya dikelilingi daun kecil
seperti sisik.
Equisetum disebut paku ekor kuda karena bentuk batangnya seperti
ekor kuda.
Batangnya yang keras disebabkan dinding selnya mengandung silika.
Sporangium terdapat pada strobilus.
Sporangium menghasilkan satu jenis spora,
sehingga Equisetum digolongkan pada tumbuhan paku peralihan.
Gametofit Equisetum hanya berukuran beberapa milimeter tetapi
dapat melakukan fotosintesis.
Gametofitnya mengandung anteridium dan arkegonium sehingga
merupakan gametofit biseksual.
Equisetinae dibedakan dalam beberapa bangsa yaitu:
a. Bangsa Equisetales
Bangsa ini hanya terdiri dari satu suku Equisetaceae dan datu
marga Equisetum dengan lebih kurang 25 jenis saja. Tumbuhan ini
sebagian hidup di darat, dan sebagaian hidup di rawa-rawa.
Di dalam tanah tumbuhan ini mempunyai semacam rimpang yang
merayap, dengan cabang yang berdiri tegak. Biasanya cabang yang
berditi tegak itu hanya memiliki umur 1 tahun. Batang atau cabang
beralur dan berdiri atas ruas-ruas yang panjang. Pada penampang
melintang, batang kelihatan mempunyai suatu lingkaran berkas-berkas
pengangkut kolateral, dua lingkaran saluran-saluran antar sel, dan satu
16
ruang udara lisigen di pusat. Berkas pengangkut dalam sporofil
mempunyai susunan konsentris.
Sporofil tersusun dalam rangkaian yang berseling, dan karena
pendeknya ruas-ruas pendukung sporofil, maka rangkaian sporofil
terkumpul menyerupai suatu kerucut pada ujung batang.sporofil
berbentuk perisai atau meja dengan satu kaki di tengah, dengan beberapa
sporangium (5-10) berbentuk kantung pada sisi bawahnya.
Gb. 6 Equisetum arvense
A. Tunas fertil dengan rangkaian sporofil pada ujung cabang dan batang. B - C Sporofil bangun perisai engan sporangium pada sisi baah di sekeliling tangkai. D . Spora dengan haptera yang membalut spora itu (dalam keadaan lembab). E . Beberapa spora dengan haptera yang terlepas dan bergandenpn satu sama lain (dalam keadaan kering). F . Tunas steril dengan cabancabang berkarang.
Gb. 7 Equisetum fluviatile dan Equisetum arvense
b. Bangsa Sphenophyllales.
Tumbuhan dan bangsa ini hanya dikenal sebagai fosil dan
zaman Palaeo zoikum. Daun-daunnya menggarpu atau berbent uk
17
pasak dengan tulangt ulang yang bercabang menggarpu, tersusun berk
arang, dan tiap karanga n biasanya terdiri atas 6 daun. dan bangsa ini, warga yang filogenetik merupakan tumbuhan tertua mempunyai daun
yang tidak sama (heterofil).
Contoh-contoh jenis tumbuhan yang tergolong dalam suku
Calamitaceae ialah Eucalain lies multiramis, calarnostachys binn
eyana, Asierophyllites longifolius.
c. Bangsa Protoarticulatales.
Bangsa Protoarticulatales mencakup suku Rhyniaceae, yang
anggota-anggotanya dipandang sebagai nenek moyang Sphenophyllaceae
dan Calatnitaceac. Contoh Rhynia. elegans.
Equisetinae mencapai puncak perkembangannya dalam zarnan
Palaeozoikurn, yang haiupii semuanya kernudian punah kecuali marga
Equisetum yang masih kita kenal sampai sekarang. Jenis-jenis tumbuhan dan
marga Equisetum yang sekarang ada merupakan sisa dan warga Equisetum
yang dahulu lebih banyak dan Iebih meluas.
4. Kelas Filicinae (Paku Sejati)
Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paku yang paling sering kita
lihat.
Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada daerah tropis
dan subtropis.
Paku sejati diperkirakan berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae.
Filicinae memiliki akar, batang, dan daun sejati.
Batang dapat berupa batang dalam (rizom) atau batang di atas
permukaan tanah.
Daun Filicinae umumnya berukuran besar dan memiliki tulang daun
bercabang.
Daun mudanya memiliki ciri khas yaitu tumbuh menggulung
(circinnatus).
Contoh jenis paku yang termasuk paku sejati (Pteropsida) yaitu
18
1. Semanggi (Marsilea crenata),
2. Paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum),
3. Paku sarang burung (Asplenium nidus)
4. Paku suplir (Adiantum cuneatum)
5. Paku sawah / paku air (Azolla pinnata)
6. Dicksonia antarctica.
Gb. 8 Equisetum debile
Kelas Filicinae meliputi beraneka ragam tumbuhan yang
menurut bahasa sehari-hari dikenal sebagai tumbuhan paku atau pakis
yang sebenarnya. Dan segi ekologi tumbuhan ini termasuk higrofit,
banyak tumbuh di tempat-tempat yang teduh dan lembab, sehingga di
tempat-tempat yang terbuka dapat mengalami kerusakan akibat
penyinaran yang terlalu intensif. Ditinjau dan lingkungan hidupnya,
warga kelas ini dapat dibedakan dalam 3 golongan paku, yaitu paku
tanah, paku air, dan paku epifit. Berbagai jenis menjadi penyusun
“undergrowth” dalam hutan-hutan di daerah-daerah pegunungan dan
hutan-hutan sebiropika basah.
Semua warga Filicinae mempunyai daun-daun besar
(makrofil), bertangkai, mempunyai banyak tulang-tulang. Waktu
19
masih muda daun itu tergulung pada ujungnya, dan pada sisi bawah
mempunyai banyak sporangium.
Habitusnya yang beraneka ragam menyebabkan berbagai jenis
di antaranya yang mendapat penghargaan yang tinggi sebagal tanaman
hias, seperti misalnya ekor merak (Adiantumfarleyense), suplir
(Adiantum cuneatum) dan paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum).
Selain itu ada pula beberapa jenis yang menghasilkan bahan yang
berguna untuk obat-obatan, misalnya Dry opierisfilix mas.
Filicinae yang sekarang masih hidup dibedakan dalam 3
anak kelas, yaitu:
a. Eusporangiatae,
b. Leptosp2rangiarae (Fl/ices),
c. Hydropterides.
a. Anak kelas EUSPORANGIATAE
Tumbuhan yang tergolong dalam anak kelasini kebanyakan berupa
terna. Protaliurn di bawah ianah dan tidak berwarna, atau di atas tanab
dan berwarna hijau. Protalium selalu mempunyai cendawan endofitik.
Sporangium mempunyai dinding tebal dan kuat yang terdiri atas beberapa
lapis sel, spora sama besar.
Anak kelas ini dibedakan dalam dua bangsa, yaitu:
1. Bangsa Ophioglossales.
Bangsa ini hanya icidimi alas sa;u suku Ophlng/osu(cae
dengan bebera,a jenis saja. Tumbuhan ini biasanya mempunyai
batang di dalamim iaiiah yang pemidek, pada ba2iaim bawah
masih niempumyai protosteje, tetapi ke atas mengadakan
diferensiasi dalam berkas pengangkutannya. Pada marga
Bofrychium terdapat pertumb uhan menebal sekunder yang
Lemah. Titik tumbuhnya tidak terd in atas satu sd ujung saja,
melainkan terdiri atas beberapa sel pemula. Pada batang tiap-
tiap tahun hanya terdapat satu daun yang bcriangkai panjang
20
dengan upih daun yang rnenyerupai selaput. Dalam
mendapatkan rnakanannya wmbuhan ini selalu mendapaL
pertolongan dan mikoriza yang selalu ada di dalarn akar-
akarnva.
Daun biasanya mempunyai bagian yang khusus untuk
asirnilasi, dan bagian lain yang fertil yang menghasilkan aLat-
alat reproduksi. Bagian daun yang fertil itu berbentuk malal atau
bulir dan keluar dan tangkai, dan pangkal, dan tengah, atau dan
tepi daun yang steril.
Sporangium besar, hampir bulat, tidak mempunyai
anulus, dindingnya kuat, membuka dengan suatu retak
melintang atau membujur.
Ophioglossaceae bersifat isospor. Protalium berumah
satu, tidak mengandung kiorofil, di dalam tanah, dan hidup
sebagai saprofit dengan pertolongan cendawan mikoriza.
Anteridiurn dan arkegonium terbenam dalam jaringan protalium
yang berbentuk umbi dan dapat berumur sampai beberapa tahun.
Anteridium menyelubungi suatu kompleks jaringan spermatogen
yang menghasilkan spermatozoid berbentuk spiral dengan
banyak bulu bulu cambuk.
Pada beberapa jenis, embrionya sampai beberapa tahun
tetap di dalam tanah. Akar dibentuk lebih dulu danipada daun
dan tunasnya.
Ophioglossaceae hidup sebagai paku tanah atau epifit.
Suku ini hanya terdiri atas 3 marga, yaitu:
a) Ophioglnccum, sporangium dalam dua bans, letaknya
berhadapan pada suatu bulir, jika masak membuka dengan
suatu retak melintang. Daun yang steril bertepi rata atau
berb agi menggarpu 1-2 kali, bertulang jala tanpa ibu tulang
yang nyata. Contoh O. vulgatum di Eropa, O. reticulalum di
Indonesia.
21
b) Botrychium, tangkai daun yang fertil bercabang-cabang
seperti malai, sporangium ersusun dalam dua bans
sepanjang cabangcabangnya membuka dengan retak
melintang. Bagian daun yang steril menyirip 1-4 kali,
dengan tulang-tulang daun yang bercabang menggarpu.
Biasanya hidup sebagai paku tanah, misalnya B.Iunaria di
Eropa, B. dauc(foljum dan B. terna rum di Indonesia.
c) Heliniarhostachys sporangium ke segala arah, terkumpul
merupakan tukal, jika masak pecah menurut suatu retak
membujur. Daun yang steni terbagi tiga, masing-rnasjng
terbagi lagi dalam beberapa taju berebntuk lanset, hanya
terdiri atas satu jenis, yaitu H. zeylanica.
2. Bangsa Marauiales.
Bangsa ml juga hanya terdiri atas saw suku
Marauiaceae Daun amat besar, menyirip ganda sampal
beberapa kali. Sporangjum pada sisi bawah daun, mempunya
dinding yang teba, tidak memp unyal cincin (anulus), membuka
dengan suatu celah atau hang. Dalam suatu sorus sporangium
sering berlekatan menjadi sinangium.
Kebanyakan paku ini berupa paku tanah yang isospor.
Protalium berumur panjang, mempunyai mikoriza endofilik,
tumbuh di alas tanah, berwarna hijau, bentuknya menyerupai
talus lumut hati yang terdiri atas beberapa lapis sel.
Marauiaceae meliputi 3 marga, yaitu
Chrisiensenia daun menjari, beranak daun 3 atau berbentuk
kaki beranak daun 4-5. Sinangiun berbentuk cincin, tersebar
pada sisi bawah daun. Conioh Chr.aesculifolia.
Angiopieris, paku ang besar, daun sampai 2-5 m menyirip
ganda 2-4, anak iiaun menyerupaj daun kedondong (Spondias
dulcis,, sorus memanjang, sporangium di dalamnya bebas,
22
membuka dengan suatu celtah. contoh A. evecla (paku kedon-
dong).
Marania, daun sampai 2 m panjang, menyirip ganda 2-4,
pada pangkai tangkai terdapat duri yang merupakan
metamorfosis daun penumpu. Dalam Sorus sporangium
benlekatan merupakan sinangium dengan 2 katup. Sorus
terletak dekat tepi daun. Contoh M. fraxinea.
Dalam zaman Karbon hidup paku berbentuk pohon yang
tergolong dalarn suku Maratliaceae, yang telah mencapai
tinggi 10 m, antara lain Meaphyton.
Gb. 9 A. Botrychium lernatum B. Botrychium daucifolium
b.Anak kelas LEPTOSPORANGIATIE (FILICES)
Golongan ini terdiri atas beraneka ragam paku-pakuan yang
luar biasa banyaknya, meliputi ± 90% dan seluruh jumiah marga
yang tergolong dalarn FiIicinae dan tersebar di seluruh muka bumi.
Tumbuhan mi paling banyak terdapat di daerah tropika,
meliputi jenis-jenis paku dan yang terkecil (hanya beberapa mm
saja) sarnpai yang terbesar (yang berupa pohon). Paku yang berupa
pohon, batangnya dapat mcncapai besar satu lengan atau lebih,
23
umumnya tidak bcrcabang dan pada ujungnya terdapat suatu rozet
daun. Daun-daun itu menyirip ganda sampai beberapa kali,
panjangnya dapat sampai 3 m, dan jika telah gugur meninggalkan
bekas-bekas yang jelas pada batang. Batang mengeluarkan banyak
akar, tetapi jika tidak dapat masuk ke dalam tanah akar-akar itu
tidak bertambah panjang, dan karena rapatnya satu sama lain,
seakan-akan akar-akar tersebut menyelubungi batang.
Kambium tidak ada, jadi batang tidak mengadakan
pertumbuhan menebal sekunder dan tidak mempunyal bagian
kayu yang kompak.
Kekuatan batang diperoleh dan berkas-berkas
pengangkut yang masing- masing mempunyai susunan
konsentrik, lempeng-lempeng sklerenkim, dan kadang-kadang
batang itu diselubungi oleh akar-akar pendek yang kaku.
Kebanyakan tumbuhan paku berupa terna dengan rimpang
yang mendatar atau bangkit ujungnya, dan biasanya jarang
bercabang. Untuk pertumbuhan memanjang warga
Leptosporangiatae mempunyai satu sel pemula yang besar
pada ujung batangnya.
Daun yang masib muda selaju tergulung, dan sifat ini
sangat karak teristik bagi warga Filicenae umumnya.
Tergulungnya daun itu disebabkan karena sel-sel pada sisi
bawah daun lebih cepat pertumbuhannya dan baru ditiadakan
dengan terbukanya daun. Berheainan dengan daun
Spermatophyta daun Fificinae memperlihatkan petumbuhan
apikal sampai lama, bahkan pada beberapa jenis pertumbuhan
apikal itu hampir tidak berbatas, dapat berlangsung terus
sampai bertahun-tahun. Susunan anatomi daun telah
menyerupai daun Spermatophyta. Padanya telah terdapat
diferensiasi dalam janingan tiang dan jaringan bunga karang.
24
Jika pada mikrofil Lycopodiinae hanya terdapat satu tulang
daun, pada daun Filicinae tuIang-tuIang daunnya bercabang
cabang dengan bermacam.macam pola.
Pola percabangan tulang-tulang daun itu merupakan
salah ssatu dasar dalam mengklasikan Leptosporangitae
Biasanya hanya daun-daun lembaga dan daun-daun pertama
yang mempunyal percabangan dikotom. Bermacam-
macamnya sistem pertulangan dan tergulungnya ujung daun.
Lepiosporangiatae dibedakan dalam 3 golongan, yaitu
1) Simplices: sporangium di dalam sorus terjadi secara
serempak.
2) Gradaiae: sporangium di dalam sorus timbulnya dan alas ke
bawah (basipelal).
3) Mixtae: pembentukan sporangium di dalam sorus tidak
beraturan.
c. Anak kelas HYDROPTERIDES (Paku air).
Tumbuhan yang tergolong dalam Hydropterides
haampir selalu berupa tumbuhan air atau tumbuhan rawa.
Meskipun dengan adanya penyesuajan din dengan hidup
dalam air itu terjadi sifat-sjfät yang menyimpang dan
Ficicinae lainnya, akan tetapi tidak sukar untuk
menunjukkan adanya hubungan dengan Filicinae.
Tumbuhan ini selalu heterospor. Makro- dan
mikrosporangiumnya berdinding tipis, tidak mempunyai
anulus dan terdapat dalam suatu badan pada pangkal
daun. Badan yang mengancdung sporangium itu
25
dinamakan sporokarpium, yang seringkali mempunyai
dinding yang tebal dan mula-mula selalu tertutup.
Makrosporangium menghasilkan makrospora
yang nantinya tumbuh menjadi makrosprotalium dengan
arkegonium mikrosporangium menghasilkan mikrospora
yang kemudian turnbuh menjadi mikrosprotalium dengan
anteridium. Spora diliputi oleh perisporium dengan
bentuk susunan yang aneh.
Hydrosperides meliputi dua suku, yaitu:
1) Suku Salviniceae. Paku air yang mengapung dengan bebas pada
permukaan air, hanya sedikit bercabang.cabang Daun berkarang,
pada tiap-tiap buku terdapat 3 daun. Dan ke 3 daun itu yang dua
terdapat di sebelah atas, berhadapan dan merupakan alat
pengapung, yang 3 terdapat di dalam air terbagi-bagi merupakan
badan-badan yang bentuk maupun fungsinya menyerupai akar-
akar.
Sporangium terkumpul pada pangkal daun yang berada
dalam air, masing-masing berisi satu sorus dan mempunyai
dinding yang homolog dengan indusium. Sporokarpium yang
benisi satu sorus itu hanya mengandung mikro- atau
makrosporangium saja. Mikrosporangium bulat, mempunyai
tangkai panjang, berisi 64 mikrospora. makrosporangium lebih
besar, bertangkai pendek dan dan 32 sel tetrade yang dihasilkan
hanya 1 yang menjadi
makrospora yang sempurna. Mikrospora terbungkus oleh suatu
substansi seperti buih yang membeku, berasal dari
periplasmodium. Mikrospora yang berkecambah merupakan
suatu mikroprotalium berbentuk buluh pendek, terdiri atas
beberapa sel saja dan mempurupai dua anteridium, masing-
masing mengeluarkan 4 spermatozoid. Protalium ini amat
26
sederhana dan perkembangannya berlangsung di dalam
sporangium, yang dindingnya tidak membuka akan tetapi di
suatu tempat ditembus oleh mikroprotalium, sehingga dengan
ini spermatozoid dapat bergerak bebas.
Makrospora mengandung butir-butir zat putih telur,
tetes-tetes minyak dan butir-butir amilum. Pada ujungnya
terdapat inti plasma yang lebih kental. Dinding makrospora
(eksosporium) berwarna pirang, tebal, mempunyai selubung
penisporium seperti buih. Makrospora tetap diselubungi
sporangium dan dengan sporangium itu terlepas dan tumbuhan
induknya, lalu berenang reflak pada permukaan air. Setelah
berkecambah, turmbuhlah makroprotalium pada ujungnya. Di
belakangnya terdapat satu set besar yang mengandung zat-zat
makanan cadangan bagi protalium. Eksosporium dan dinding
sporangium pecah dengan 3 katup, dan protalium muncul ke
samping sebagai suatu badan yang dorsiventral. Meskipun
protalium ini kadang-kadang mempunyai kiorofil, tetapi
mengenai soal-soal makanan protaliuni ini tetap bergantung
pada cadangan di dalam sel spora yang besar tadi.
Makroprotalium mempunyai beberapa arkegonium, tetapi set
telur salah satu arkegonium yang telah dibuahi itu saja yang
berkembang menjadi embrio. Embrio memasukkan haustorium
ke dalam dinding arkegonium yang mula-mula melebar, tetapi
akhirnya juga pecah.
Salviniaceae terdiri atas dua marga:
Salvinia, paku air yang mengapung, tersebar di Eropa dan
Asia. Contoh: S. natans, S. cucullata, S. minima (di Amerika
Selatan), S. mole.sta (dan Afrika, sekarang tersebar di manam
ana).
27
Azolla, umumnya terdapat di daerth tropika, berupa
tumbuhan kecil, lunak, bercabang..cabang dan sepertj
Salvinja terapu. apung pada permukaan air.
Daun di sebelah atas berseling, tersusun dalam dua
baris, masing-masing terbelah dua. Bagian atas terapung,
berguna untuk asimilasi dan didalamnya terdapat ruanga-
ruang berisi koloni Anabaena (yang tergolong dalam
Cyanophyceae) Anaboena ini seperti Rhizobjum mempunyai
daya untuk dapat mengasimilasi N2 dan udara. Hubungannya
dengan Azolla analog dengan hubungan Leguminosg dan
Rhizobjum. Di Vietnam Azolla dipergunakan untuk
memupuk tanah-tanah sawah.
Pada sisi bawah terdapat banyak akar. selain akar,
juga bagian daun yang tenggelam dalam air ikut berperan
dalam penyerapan air. Selain dan itu taju-taju daun yang
tenggelam, pada cabang-cabang batang yang pendek dapat
berubah menjadi sporokarpium yang diselubungi oleh suatu
bagian daun yang terapung. Masing-masing Sparokarpium
mengandung satu sorus dan tiap sorus hanya berisi mikro
atau makrosporangium saja.
Pada Azolla terdapat usaha untuk menjamin
terjadinya pembuahan. Ke 64 mikrospora yang telah keluar
dari mikrosporangiumnya, beserta periplasmodium yang
membuih terbagi menjadi 5-8 gumpalan yang dapat
berenang-renang yang dinamakan masula. Tiap masula
mempunyai alat semacam kait yang disebut glokidium, yang
juga terdiri atas periplasmodium. Glokidium ini berguna
untuk mengait pada makrospora. Makrospora pada bagian
atasnya membentuk alat renang yang terisi udara dan
berjumlah 3-9. Dengan alat tersebut makrospora dapat
terapung-apung dan akhirnya seperti pada Salvinia juga
membentuk arkegonium. Beberapa contoh: A. pinnata sering
28
menutupi sawah-sawah di Asia dan Indonesia, A. caroliniana
di Amerika.
Gb.10 Azolla pinata
2) Suku Marsileaceae.
Hidup di paya-paya atau di air yang dangkal, berakar
dalam tanah, jarang berupa tumbuhan darat sejati. Jika hidup di
darat, terbentuklah seperti umbi. Batangnya menyerupai
rimpang yang merayap ke atas membentuk daun-daun, ke
bawah akar-akar. Daun pada jenis-jenis tetentu bersifat
polimorf. Daun mempunyai helaian yang berbelah empat atau
dua, jarang utuh. daun yang masih muda tergulung.
Sporangium pada pangkal tangkai daun, bertangkai
atau tidak, bangun ginjal atau bulat dengan dinding yang kuat,
di dalamnya terkandung mikro- dan makro- (mega)
sporangium. Bentuk dan susunan sporokarpium bermacam-
macam dan merupakan dasar dalam klasifikasi Marsileaceae,.
Berdasarkan sifat sporokarpiumnya maka Marsileaceae
dibedakan dalam beberapa marga, antara lain:
- Marsilea, batang merayap, daun bertangkai panjang dengan
helaian yang biasanya berbelah 4. Sedikit di atas pangkal
tangkai daun keluar sepasang atau sejumlah sporokarpium
berbentuk ginal atau jorong. dalam sporokarpium terdapat
banyak sorus yang mempunyai indusium dan di dalamnya
terdapat mikro dan makrosporangium. Sporokarpium yang
29
masak pecah dengan dua katup. Contoh: M. Crenata
(semangi).
- Pilunaria, tiap sporokarpium mempunyal 2-4 sorus. Daun
berbentuk ginjal (atau tangkai saja tanpa helaian daun),
dengan satu sporokarpium pada pangkalnya. Contoh P.
globuljfera.
- Regnellidium, mikrosporangium dengan 64 mikrospora,
makrosporangium dengan 1 makrospora. Daun berbelah
dua. Contoh R. diphyllum.
Gb.11 A Marsilea crenata
Gb. 11 B Regneilidium diphyllurn
30
Gb.12 Regneilidium diphyllurn
Penggolongan Hydropterides sebagai suatu anak kelas
tersendiri adalah suatu hal yang kebenarannya banyak
diragukan. Mungkin Hydropterides hanya merupakan cabang
Leptosporangialae yang heterospor, yang karena penyesuaian
terhadap hidup di air kemudian terpisah perkembangannya.
Dan semua warga Filicinae, Eusporangiatae-lah yang muncul
paling dahulu, yaitu dalam zaman Devon akhir. Lep
rosporangiatae baru dalam zaman Karbon, dan Hydropteridis
dalam Trias. Dalam zaman purba Eusporangiatae lebih banyak
terdapat daripada Leptosporangiatae, keadaan sekarang adalah
sebaliknya.
E. Manfaat Tumbuhan Paku Bagi Manusia
1. Tumbuhan paku yang hidup pada zaman karbon telah memfosil, fosil
tersebut berupa batu bara yang dapat dijadkan bahan bakar.
2. Sebagai tanaman hias, seperti tanaman suplir, paku sarang burung, dan
paku tanduk rusa yang bentuknya seperti tanduk rusa dan sering ditanam
dengan ditempelkan pada pohon.
3. Berguna untuk obat-obatan, misalnya dyoptoris filix-mas, licopodium
clavatum.
4. Dapat dimanfaatkan sebagai sayuran, contohnya adalah semanggi
(marsilea crenata) dan paku tiang (alsophia glauca).
31
5. Para ahli menggunakan tumbuhan paku untuk menyuburkan sawahnya.
Kantung-kanting kecil pada daun tumbuhan paku menyediakan rumah
untuk beberapa bakteri yang menghasilkan pupuk alami untuk membantu
pertumbuhan padi. Tumbuhan paku yang digunakan sebagai pupuk yaitu
azolla pinata.
F. Kajian Al-Qur’an Tentang Tumbuhan Paku
Berikut beberapa ayat yang membahas tentang tumbuhan:
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin
Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya Hanya tumbuh
merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi
orang-orang yang bersyukur. . [Al-A'raaf:58]
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami
tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda
kekuasaan Allah. dan kebanyakan mereka tidak beriman. [Asy-Syu'araa': 7-
8]
Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami keluarkan dari
32
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. kami keluarkan dari
tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma
mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan
(Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak
serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan
pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-
tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (Al-Aam:99)
Dan kami Telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-
gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. [Al-
Hijr:19]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumbuhan paku merupakan salah satu kelompok tumbuhan tertua
yang masih dapat dijumpai didaratan. Diduga, tumbuhan paku merupakan
tumbuhan berkormus tertua yang menghuni daratan bumi. Bermanfaat
33
sebagai tanaman hias, sebagai obat-obatan, sebagai sayuran dan berguna
untuk pupuk hijau dan yang digunakan untuk tempat penanaman anggrek
yaitu paku tiang (alsophilla glauca).
B. Saran
Kita sebagai makhluk sosial banyak mengetahui suatu tumbuhan yang
tumbuhan itu kita anggap umum. Karena dibalik tumbuhan tersebut banyak
manfaatnya bagi manusia. Jadi, jangan meremehkan tumbuh-tumbuhan yang
kita anggap umum.