prosiding seminar nasional teknik kimia unpar issn 2477 …
TRANSCRIPT
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia UNPAR ISSN 2477-1694
Inovasi Teknologi Proses dan Produk Berbasis Sumber Daya Alam Indonesia
Bandung, 19 November 2015
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri ii
Universitas Katolik Parahyangan Bandung
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
TEKNIK KIMIA UNPAR 2015
Inovasi Teknologi Proses dan
Produk Berbasis Sumber Daya Alam Indonesia
Bandung, 19 November 2015
Hak Cipta ada pada Jurusan Teknik Kimia
Teknologi Industri Universitas Katolik Parahyangan
Jl. Ciumbuleuit No.94, Bandung, Jawa Barat, Indonesia (40141)
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini atau diperbanyak dengan tujuan
Komersial dalam bentuk apapun tanpa seijin Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri Universitas Katolik Parahyangan, kecuali untuk keperluan
penulisan artikel atau karangan ilmiah dengan menyebutkan buku ini sebagai sumber
Cetakan 1 : Januari 2016
ISSN 2477-1694
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia UNPAR ISSN 2477-1694
Inovasi Teknologi Proses dan Produk Berbasis Sumber Daya Alam Indonesia
Bandung, 19 November 2015
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri viii
Universitas Katolik Parahyangan Bandung
Daftar Isi
BIODIESEL dan ENERGI
BE1 Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Microwave:
Penggunaan Katalis KOH dengan Konsentrasi Rendah
A. Suryanto, L.Qadariyah, P. Prihatini, M. Mahfud
1
LIMBAH
L1 Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Menggunakan
Advanced Fenton-Like Oxidation Process: Response Surface
Methodology
Darmadi, Mirna Rahmah Lubis, Yulia Ruka, Hesti Meilina, Adisalamun
6
L2 Pengolahan Limbah Cair Tempe dengan Reaktor Tubular Tanpa
Membran Microbial Fuel Cell (MFC)
Guruh Mehra Mulyana, Rita Arbianti, Tania Surya Utami
12
L3 Adsorpsi Logam Berat Cu (II) dalam Air Limbah dengan Sistem
Kolom Menggunakan Adsorben Kulit Kacang Tanah
Halim Zaini, Muhammad Sami
16
L4 Pengolahan Limbah Domestik Berkadar Garam Tinggi Dengan Proses
SANI Menggunakan Anaerobic Baffled Reactor (ABR)
Termodifikasi
Lulu Nurdini, Tjandra Setiadi
23
L5 Aplikasi Reaktor Multi Contact Glow Discharge Electrolysis untuk
Meningkatkan Efektivitas Degradasi Limbah Linear Alkylbenzene
Sulfonate dalam Larutant NaOH
Nelson Saksono, Adilfi Finasthi Kusuma Putri, Ibrahim, Setijo Bismo
28
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia UNPAR ISSN 2477-1694
Inovasi Teknologi Proses dan Produk Berbasis Sumber Daya Alam Indonesia
Bandung, 19 November 2015
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri ix
Universitas Katolik Parahyangan Bandung
L6 Destruksi Sianida pada Limbah Tailing dengan Kombinasi Metode
Inco-Degussa
Ninik Lintang E.W., Emmanuela M. Widyanti, Yasoka Dewi, Annisa
Feriani
34
L7 Perolehan Kembali Logam Yttrium dari Limbah Lampu Fluorescent
dengan Metode Ekstraksi Cair- Cair Menggunakan Ekstraktan
Cyanex 272
Yuliusman
40
MATERIAL
M1 Sintesis Karbon Aktif dari Kulit Jeruk dengan Aktivasi
Menggunakan Superkritik CO2
Arenst Andreas, Henky Muljana, Bennyto
46
M2 Pengaruh Suhu Karbonisasi pada Karakteristik Porositas Karbon
Aktif dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
Bachrun Sutrisno, Arif Hidayat, Rachmat Bayu Nugraha, Dian Ayumia,
Darmono, Fanisa Deliyani
51
M3 Perlakuan dan karakterisasi Carbon nanotube (CNT) menggunakan
Asam Nitrat (HNO3)
Desi Heltina, Praswasti P. D. K. Wulan, Davin Philo, Slamet
57
M4 Sintesis Karbon Aktif dari Kulit Jeruk dengan Aktivasi
Menggunakan Superkritik Karbon Dioksida
Arenst Andreas, Henky Muljana, Emerentiana Maerilla Puspaningrum
63
M5 Karakterisasi Carbon Nanospheres (CNSS) dari Minyak Goreng
dengan Katalis Ferrocene di Permukaan Karbon Aktif
Hans Kristianto, Cahyadi Dwi Putra, Arenst Andreas Arie, Martin Halim,
JongKee Lee
71
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia UNPAR ISSN 2477-1694
Inovasi Teknologi Proses dan Produk Berbasis Sumber Daya Alam Indonesia
Bandung, 19 November 2015
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri x
Universitas Katolik Parahyangan Bandung
M6 Rancang Bangun dan Uji Karakteristik Simulator Skala Pilot untuk
Praktek Inspeksi Kerusakan Pelapis Pipa
Nurcahyo
77
M7 Sintesis Komposit TiO2/CNT/Fe3O4 untuk Aplikasi Fotodegradasi
Limbah Industri Migas
Slamet, Praswasti P. D. K. Wulan, Desi Heltina, Adel Fisli, Indriana
Lestari, Davin Philo
85
M8 Karakterisasi Membran Polietersulfon (PES) dengan Variasi
Konsentrasi Polimer di dalam Larutan Casting untuk Proses
Ultrafiltrasi
Sri Mulyati, Fachrul Razi, Zuhra
93
M9 Sintesis Nanocarbon Berbasis Minyak Tanah dengan Proses Spray
Pyrolysis
Ongky Widjaja, Arenst Andreas Arie, Martin Halim, Joong Kee Lee
97
PANGAN, BIOTEKNOLOGI, dan FARMASI
PBF1 Uji Aktivitas Ekstrak Daun Keji Beling (Strobilanthes crispus) sebagai
Inhibitor Hmg KoA Reduktase untuk Sediaan Obat
Antihiperkolesterolemia
Desna Qurratul Aini, Tania Surya Utami, Rita Arbianti
101
PBF2 Pengaruh Peningkatan Karbon Dioksida terhadap Laju
Pertumbuhan, Kemampuan Fiksasi CO2 dan Kandungan Esensial
dari Spirulina sp.
Dianursanti, Muthia Delaamira, Anifah
105
PBF3 Disinfeksi Bakteri Salmonella sp. Menggunakan Kombinasi Ozonasi
dan Kavitasi Ultrasonik
Eva Fathul Karamah, Sorindah Molina
113
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia UNPAR ISSN 2477-1694
Inovasi Teknologi Proses dan Produk Berbasis Sumber Daya Alam Indonesia
Bandung, 19 November 2015
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri xi
Universitas Katolik Parahyangan Bandung
PBF4 Pengaruh Konsentrasi Glukosa dan Suhu Inkubasi terhadap Produksi
Monounsaturated Fatty Acid (MUFA) dan Polyunsaturated Fatty Acid
(PUFA) dari Aspergillus terreus
Firna Indrianty Sari, Rita Arbianti, Tania Surya Utami
121
PBF5 Pengaruh Rasio Karbon / Nitrogen Berbasis Onggok dan Ampas
Tahu untuk Produksi AA, DHA, EPA dari Aspergillus Oryza
Muslimah, Tania Surya Utami, Rita Arbianti
126
PBF6 Kajian Awal Penggunaan Gula Cair dalam Pembuatan Xanthan
Gum sebagai Bahan Substitusi Impor Melalui Fermentasi Aerob
Nancy Siti Djenar, Sita Rahmi Dewi
133
PBF7 Karakteristik Rheologi Petis Berbahan Baku Udang
Yansen Hartanto, Aditya Putranto, Monica Nathania
139
PBF8 Ekstraksi Antioksidan Pada Buah Stroberi
H. Maria inggrid, Herry Santoso, Yohan Eliasyar, Robert Sugiarto
144
PENGENDALIAN dan INSTRUMENTASI
PI1 Pemilihan Metode Penyetelan Pengendali PI pada Pengendalian
Pabrik Regasifikasi LNG Menggunakan Metode Skor
Abdul Wahid, Ryan Tanuwijaya
149
PI2 Simulasi Pengendalian ph dengan Perbandingan Metode MPC,
Pengendali PI dan Tuning Pengendali
Arenst Andreas, Siu Lie
159
PI3 Model Kinetika Pelepasan Pupuk Urea dari Controlled Release
Fertilizer Berbasis Pati
Kennedy, Herry Santoso, Judy Retti Witono, Yohanes Herjanto, dan Evan
Susanto
164
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia UNPAR ISSN 2477-1694
Inovasi Teknologi Proses dan Produk Berbasis Sumber Daya Alam Indonesia
Bandung, 19 November 2015
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri xii
Universitas Katolik Parahyangan Bandung
PI4 Rancang Bangun, Pembuatan dan Uji Karakteristik Simulator
Proteksi Katodik untuk Sistem Perpipaan
Yunus Tonapa Sarungu
170
REAKSI
RX1 Oksidasi Isopropil Alkohol Menggunakan Kalium Bikromat dalam
Suasana Asam
Agustinus Ngatin, Ety Prihatini, Nina Marli
175
RX2 Interesterifikasi Terarah Lemak Biji Pala untuk Meningkatkan
Perolehan Trimiristin
Astri Nur Istyami, Tatang Hernas Soerawidjaja, Tirto Prakoso
180
RX3 Konsentrasi Alkali dan Jenis Oksidator pada Pewarnaan Batik Katun
dengan Zat Warna Indanthreen
Dwi Suheryanto
187
RX4 Gliserolisis Minyak Kastor
Suprihastuti Sri Rahayu, Ferdana Eldriansyah
191
RX5 Fotokatalitik Produksi Hidrogen dari Air Menggunakan Glukosa
sebagai Donor Elektron pada Fotokatalis Pt/La-Natao3
Husni Husin, Adi Salamun, Mukhlisien, Fikri Hasfita
196
RX6 Kinetika Reaksi Karbon Dioksida Dengan Larutan Alkanolamin
Dalam Sebuah Reaktor Tangki Gelembung
Sholeh Ma’mun, Faisal R. M., Kamariah
201
RX7 Simulasi Reaktor Plasma Non-Termal dengan Konfigurasi Umpan 3-
Lewatan untuk Konversi CO2 dan CH4 Menjadi Gas Sintetis
Yuswan Muharam, Setijo Bismo, Abubakar Adeni, Eny Mulya
206
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia UNPAR ISSN 2477-1694
Inovasi Teknologi Proses dan Produk Berbasis Sumber Daya Alam Indonesia
Bandung, 19 November 2015
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri xiii
Universitas Katolik Parahyangan Bandung
RX8 Penilaian Kelaikan Pengembangan Industri Puderisasi Zat Warna
Alam Indigo (PZI) Skala Kecil
Dwi Suheryanto
213
SEPARASI dan ELEKTROKIMIA
SE1 Pengaruh Berbagai Parameter pada Karakter Fisikokimiawi Minyak
non Pangan pada Ekstraksi Minyak dari Kulit Biji Jambu Mete
Agus Taufiq, Pratikno Hidayat, Dalyono
230
SE2 Pengeringan Eceng Gondok dengan Metode Mixed Adsorption Drying
Menggunakan Fly Ash pada Unggun Terfluidisasi
Asep Handaya Saputra, Fariz Razanah Zharfan
235
SE3 Pengaruh pH Larutan Buffer pada Ultrafiltrasi BSA Menggunakan
Membran Polietersulfon Modifikasi dengan Quaternary Ammonium
Monomer
Fachrul Razi
241
SE4 Pemurnian Garam Rakyat Melalui Proses Hidroekstraksi secara
Batch
Angela Martina, Ginanjar Karya Pamungkas, Willy, Judy Retti Witono
248
SE5 Isolasi Kitin dari Limbah Kulit Udang Menggunakan Larutan HCl
Dan NaOH dengan Bantuan Irradiasi Microwave
Nur Rokhati, Bambang Pramudono, Titik Istirokhatun, Mohammad
Sulchan, Dwi Titik Apriyanti
252
SE6 Studi Perolehan Minyak Atsiri dari Daun Nilam Aceh Sidikalang
(Pogostemon Cablin Benth) Menggunakan Proses Destilasi Uap
Setiadi, Yora Faramitha
257
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia UNPAR ISSN 2477-1694
Inovasi Teknologi Proses dan Produk Berbasis Sumber Daya Alam Indonesia
Bandung, 19 November 2015
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri xiv
Universitas Katolik Parahyangan Bandung
SE7 Pengaruh Penambahan Solvent dalam Bak Koagulasi pada Preparasi
Membran Secara Inversi Fasa Serta Uji Kinerja Membran dalam
Menurunkan Salinitas
Sofyana, Cut Meurah Rosnelly
262
SE8 Analisis Ftir Distribusi Sulfur Organik: Aliphatik Mercaptans pada
Lignit Tondongkura Sebelum dan Setelah Bioproses: Artifisial
Biotreatment Multi Tahap
Paisal, Y, Handayani, I, Chaerun, S.K., Suprianto, S.
267
SE9 Design dan Optimasi Kolom Distilasi pada Pemisahan Campuran
Asam Asetat-Metanol-Air
Herry Santoso , Enrico Yosua, Celfin Alfari Tratama
275
SE10 Pengaruh Suhu Dan Konsentrasi Yeast Dalam Enkapsulasi Kurkumin
Dengan Yeast Saccharomyces Cerevisiae
Olyvia Sentosa, Katherine, Asaf Kleopas Sugih
281
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia UNPAR ISSN 2477-1694
Inovasi Teknologi Proses dan Produk Berbasis Sumber Daya Alam Indonesia
Bandung, 19 November 2015
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
Universitas Katolik Parahyangan Bandung
Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Yeast dalam Enkapsulasi Kurkumin dengan Yeast
Saccharomyces Cerevisiae
Olyvia Sentosa1, Katherine1*, Asaf Kleopas Sugih1
1Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141 *Email: [email protected]
Abstrak
Kurkumin merupakan senyawa yangmemiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Untuk mencegah
kurkumin terdegradasi oleh pengaruh lingkungan dan meningkatkan kelarutan kurkumin maka dilakukan
enkapsulasi kurkumin menggunakan yeast biakan murni berupa Saccharomyces cerevisiae. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio yeast-air dan temperatur terhadap yield enkapsulasi
kurkumin, efisiensi enkapsulasi kurkumin, serta mengetahui adanya pengaruh temperatur enkapsulasi
terhadap profil pelepasan kurkumin dalam air. Enkapsulasi dilakukan dengan konsentrasi yeast sebesar
3, 6, dan 12 g yeast / L air d e n g a n variasi temperatur enkapsulasi pada 350C, 450C, dan 550C selama
18 jam. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa konsentrasi yeast dan temperatur berpengaruh terhadap
nilai efisiensi dan yield enkapsulasi kurkumin. Nilai efisiensi enkapsulasi dan yield enkapsulasi kurkumin
terbesar didapatkan pada konsentrasi yeast 12 g/L. Dari hasil analisis enkapsulasi menggunakan
mikroskop fluorescence mengkonfirmasi interaksi antara kurkumin dan yeast
Kata kunci: enkapsulasi, kurkumin, yeast
Abstract
Curcumin is a component of natural ingredient with many therapeutic effects. To prevent curcumin
degradation, the curcumin need to be encapsulated. Curcumin encapsulation is done by using a pure
culture yeast of Saccharomyces cerevisiae. The purpose of this research is to determine the influence of
yeast-water ratio and temperature variation to curcumin encapsulation yield, curcumin encapsulation
efficiency, and the influence of temperature encapsulation to release profile of curcumin in water.
Encapsulation was done with the yeast concentration 3, 6, dan 12 g yeast / L water and the variation of
temperature encapsulation at 350C, 450C, and 550C for 18 hours. The results show that yeast
concentration and encapsulation temperature affect encapsulation efficiency and yield. The largest
encapsulation efficiency and yield were obtained when the encapsulation is done with yeast concentration
of 12 g/L and at 55 oC. The analysis of encapsulation using fluorescence microscopy confirmed
interaction of curcumin with yeast. Keyword: curcumin, encapsulation, yeast
PENDAHULUAN
Kurkumin adalah salah satu senyawa aktif yang
terdapat pada berbagai tanaman, di antaranya kunyit dan
temulawak. Tanaman seperti temulawak telah lama
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan
dalam rumah tangga dan industri.
Penggunaan rimpang temulawak dalam bidang
industri antara lain sebagai sumber bahan pangan, obat-
obatan, pewarna, dan bahan baku kosmetik (Bagem
dkk., 2006). Selain itu, temulawak juga digunakan
sebagai bahan baku obat untuk mengatasi gangguan
aliran getah empedu, gangguan saluran cerna, sembelit,
radang rahim, radang lambung, dan meningkatkan nafsu
makan (Moelyono dan Ahmad, 1995). Salah satu
penyebab temulawak memiliki manfaat bagi kesehatan
adalah kandungan kurkuminnya.
Kurkumin memberikan warna kuning pada rimpang
temulawak dan mempunyai khasiat bagi kesehatan
(Suwiah, 1991). Menurut Sinambela (1985) kurkumin
mempunyai sifat koleknesis yaitu dapat meningkatkan
produksi dan sekresi empedu. Senyawa aktif kurkumin
juga bermanfaat sebagai senyawa antioksidan yang
dapat menangkal radikal bebas, meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap serangan penyakit, dan dapat
menjaga hati atau lever.
Kurkumin memiliki beberapa sifat yaitu mudah
terdegradasi oleh cahaya, suhu, dan pH serta tidak larut
dalam air. Oleh karena itu, perlu dilakukan enkapsulasi
untuk mencegah kurkumin terdegradasi oleh cahaya,
suhu, dan pH serta meningkatkan kelarutan kurkumin
dalam tubuh manusia.
Dalam penelitian ini, enkapsulasi dilakukan
menggunakan yeast biakan murni berupa
Saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces cerevisiae
digunakan karena biaya yang murah dan telah banyak
digunakan dalam pembuatan makanan atau obat. Selain
itu, membran phospholipid pada Saccharomyces
cerevisiae memiliki kelakuan seperti liposom dan telah
digunakan untuk proses enkapsulasi diantara molekul
hidrofobik dan hidrofilik (Anilkumar dkk., 2014).
281
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia UNPAR ISSN 2477-1694
Inovasi Teknologi Proses dan Produk Berbasis Sumber Daya Alam Indonesia
Bandung, 19 November 2015
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
Universitas Katolik Parahyangan Bandung
Enkapsulasi dilakukan dengan konsentrasi yeast
sebesar 3, 6, dan 12 g yeast /L air d e n g a n variasi
temperatur enkapsulasi pada 350C, 450C, dan 550 C
yang diamati selama 18 jam. Analisis hasil ekstraksi dan
hasil enkapsulasi kurkumin dengan yeast dilakukan
menggunakan UV-Vis spectroscopy dengan
menggunakan panjang gelombang maksimum yang
didapatkan pada pengukuran panjang gelombang
kurkumin standar. Absorbansi yang didapatkan
digunakan untuk menghitung yield enkapsulasi, efisiensi
enkapsulasi, dan kelarutan mikrokapsul.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh konsentrasi yeast dan temperatur terhadap
yield enkapsulasi kurkumin, efisiensi enkapsulasi
kurkumin, serta mengetahui adanya pengaruh
temperatur enkapsulasi terhadap profil pelepasan
kurkumin dalam air.
METODE PENELITIAN
Bahan
Kurkumin murni diperoleh dari Sigma Aldrich,
Singapura. Etanol murni diperoleh dari Merck.
Persiapan Enkapsulasi Kurkumin
Persiapan enkapsulasi kurkumin yang dilakukan
berupa pembuatan biakan murni Saccharomyces
cereviseae dalam medium Potato Dextrose Agar. Yeast
dibiakkan dengan metode gores secara zigzag pada
permukaan agar dan diinkubasi pada suhu 37oC selama
24 jam.
Yeast hasil biakan murni digunakan untuk
melakukan perhitungan langsung jumlah sel yeast pada
5 kotak besar hemasitometer yang diamati di bawah
mikroskop. Persamaan untuk menghitung jumlah sel
yeast adalah:
Jumlah sel yeast dalam 1 ml =
jumlah sel yeast x x 10.000 sel/ml
Enkapsulasi kurkumin
50 mg serbuk kurkumin ditambahkan ke dalam 150
mg yeast yang disuspensikan di dalam air dengan
konsentrasi sebesar 3, 6, dan 12 g yeast / L air..
Campuran tersebut dimasukkan ke dalam incubator
shaker dengan kecepatan pengadukan 180 rpm dan
diaduk pada suhu 35oC, 45oC, 55oC selama 18 jam.Pada
akhir proses inkubasi, suspensi dicuci dengan
disentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm selama 10
menit. Dilakukan pencucian sebanyak tiga kali dengan
air. Hal ini bertujuan untuk mencuci kurkumin yang
tidak terenkapsulasi. Pencucian dilakukan dengan
menggunakan pelarut lalu disentrifugasi kembali.
Residu hasil sentrifugasi kemudian dikeringkan
menggunakan oven vakum dengan suhu 40 oC sampai
kadar airnya mencapai 7-10%.
Analisis kurkumin hasil enkapsulasi dilakukan
dengan cara mencampurkan 20 mg yeast-kurkumin
dengan 2 ml akuades dan 8 ml etanol di dalam labu
Erlenmeyer lalu dilakukan pengadukan semalaman pada
suhu ruang. Sampel tersebut disentrifugasi dengan
kecepatan 6000 rpm selama 10 menit dan supernatannya
diambil lalu persen transmitannya diukur pada panjang
gelombang maksimum 430 nm. Tujuan dari analisis
kurkumin hasil enkapsulasi ini adalah untuk menghitung
efisiensi enkapsulasi (EE) dan yield enkapsulasi (EY).
Efisiensi enkapsulasi merupakan massa kurkumin
yang terenkapsulasi (mE) per massa kurkumin yang
digunakan untuk proses enkapsulasi (mT). Sedangkan
yield enkapsulasi merupakan massa kurkumin yang
terenkapsulasi (mE) per massa mikrokapsul yang
terbentuk (mM). Persamaan untuk mecari EE dan EY
adalah:
Analisis terhadap profil pelepasan kurkumin di
dalam etanol 1%, dilakukan pada beberapa run terbaik.
Profil pelepasan kurkumin dilakukan dengan
mencampurkan 12 mg kurkumin atau mikrokapsul yang
mengandung 12 mg kurkumin dengan 50 ml etanol 1%
lalu dilakukan pengadukan pada suhu 37oC selama 48
jam. Dilakukan pula sampling pada menit-menit tertentu
untuk diukur absorbannya pada panjang gelombang
makasimum 430 nm.
Analisis hasil enkapsulasi menggunakan mikroskop
fluorescence tipe Nikon Eclipse E800 pada perbesaran
400x. Sampel yang diamati terdiri dari yeast biakan
murni, kurkumin standar, dan mikrokapsul kurkumin
(1,2 g yeast/mL air; 55oC). Analisis fluorescence
dilakukan dengan mengamati sampel di bawah
mikroskop sebelum dan sesudah terpapar oleh sinar
ultraviolet.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kurkumin dapat berdifusi ke dalam sel yeast karena
dinding sel yeast bersifat permeabel untuk molekul yang
memiliki massa molekul sampai 760 gr/mol. Dalam
penelitian ini digunakan bahan aktif berupa kurkumin
dengan massa molekul 368 gr/mol, sehingga
memungkinkan molekul kurkumin dapat masuk dan
berinteraksi dengan membran plasma dari
Saccharomyces cerevisiae.
Pengaruh konsentrasi yeast dan temperatur
terhadap efisiensi enkapsulasi kurkumin
Dari hasil enkapsulasi kurkumin dengan yeast
diketahui bahwa efisiensi enkapsulasi akan meningkat
seiring dengan meningkatnya konsentrasi yeast
(Gambar 1). Seiring meningkatnya konsentrasi yeast, air
yang diperlukan sebagai medium enkapsulasi
berkurang. Akibatnya konsentrasi kurkumin di dalam
medium ikut meningkat. Efisiensi enkapsulasi yang
meningkat seiring dengan berkurangnya air disebabkan
karena adanya perbedaan gradien konsentrasi kurkumin
di dalam medium enkapsulasi. Kurkumin masuk ke
dalam sel yeast melalui peristiwa difusi. Dengan
meningkatnya konsentrasi kurkumin dalam medium
282
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia UNPAR ISSN 2477-1694
Inovasi Teknologi Proses dan Produk Berbasis Sumber Daya Alam Indonesia
Bandung, 19 November 2015
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
Universitas Katolik Parahyangan Bandung
enkapsulasi maka semakin banyak jumlah kurkumin
yang berdifusi masuk ke dalam sel yeast dan dapat
terenkapsulasi. Untuk konsentrasi yeast yang semakin
kecil diperoleh efisiensi enkapsulasi yang semakin kecil
karena rasio sel yeast dan kurkumin yang dimasukkan
tetap sama, sedangkan kapasitas volume medium untuk
enkapsulasi kurkumin yang tersedia lebih besar.
Gambar 1. Pengaruh konsentrasi yeast terhadap
persen efisiensi enkapsulasi (%EE) kurkumin
standar
Dalam penelitian ini juga diamati pengaruh variasi
temperatur terhadap efisiensi enkapsulasi. Berdasarkan
analisis varians, temperatur enkapsulasi berpengaruh
terhadap efisiensi enkapsulasi. Hal ini juga dapat
diamati pada Gambar 2 dimana terdapat kecenderungan
hasil efisiensi enkapsulasi untuk tiga kondisi temperatur
yang berbeda. Gambar 2 menunjukkan bahwa terjadi
fluktuasi terhadap hasil efisiensi enkapsulasi. Efisiensi
enkapsulasi paling besar terjadi pada suhu 350C,
kemudian terjadi penurunan nilai efisiensi ketika
kurkumin dienkapsulasi pada suhu 450C dan efisiensi
enkapsulasi mengalami kenaikan lagi pada suhu 550C.
Gambar 2. Pengaruh temperatur terhadap persen
efisiensi enkapsulasi (%EE) kurkumin standar
Dari hasil penelitian tentang pengaruh temperatur
diketahui bahwa pada temperatur 350C dihasilkan
efisiensi paling besar. Hal ini disebabkan karena
temperatur 350C merupakan temperatur transisi
membran plasma dari gel ke fasa yang lebih cair,
sehingga jumlah kurkumin yang berdifusi masuk ke
dalam membran plasma sel yeast dapat ditingkatkan.
Hasil penelitian serupa dilaporkan oleh Paramera (2011)
yang menunjukkan bahwa temperatur enkapsulasi pada
rentang 350C-450C menjadi kondisi yang penting
dikarenakan di atas temperatur 350C komposisi
phospholipid dari membran plasma menjadi lebih cair
(kondisi kristal-cair), sehingga penetrasi molekul
kurkumin dapat ditingkatkan dalam sel yeast. Untuk
kondisi enkapsulasi yang terjadi di bawah temperatur
350C akan menunjukkan perolehan efisiensi yang kecil
karena membran sel yeast berada pada fase gel dan
dapat membatasi kurkumin untuk masuk ke dalam sel
yeast.
Pengaruh konsentrasi yeast dan temperatur
terhadap yield enkapsulasi kurkumin
Dalam penelitian ini juga dilakukan analisis untuk
mengetahui perolehan yield hasil enkapsulasi. Dari hasil
analisis diketahui bahwa yield enkapsulasi akan
meningkat seiring dengan berkurangnya volume
akuades yang digunakan sebagai medium enkapsulasi.
Hal ini disebabkan karena konsentrasi kurkumin yang
besar memberikan dorongan yang lebih besar untuk
molekul kurkumin masuk dan berinteraksi dengan
membran plasma dari Saccharomyces cerevisiae.
Gambar 3. Pengaruh konsentrasi terhadap persen
yield enkapsulasi (%EY) kurkumin
Dari hasil penelitian tentang pengaruh temperatur
terhadap yield enkapsulasi diketahui terdapat perbedaan
yang kecil untuk yield enkapsulasi pada tiga kondisi
temperatur yang berbeda. Gambar 4 menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan kecil terhadap hasil yield
enkapsulasi dari suhu 350C sampai 550C.
Gambar 4. Pengaruh temperatur terhadap persen
yield enkapsulasi (%EY) kurkumin
283
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia UNPAR ISSN 2477-1694
Inovasi Teknologi Proses dan Produk Berbasis Sumber Daya Alam Indonesia
Bandung, 19 November 2015
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
Universitas Katolik Parahyangan Bandung
Hasil penelitian ini memiliki kecenderungan yang
sama dengan hasil penelitian Paramera (2011) yang
menunjukkan bahwa temperatur enkapsulasi pada
rentang 350C-450C berada di atas rentang temperatur
transisi phospholipid dari membran plasma, dimana
terjadi transisi membran dari gel ke fase larutan kristal
yang lebih cair, terjadi pengaktifan penetrasi, dan
meningkatnya penetrasi senyawa dalam sel. Pengaruh
temperatur juga diuraikan oleh Bishop et al., (1998)
yang mempelajari pengaruh temperatur pada hasil %EY
minyak kulit jeruk dan menemukan bahwa terjadi
peningkatan persen yield pada temperatur 400C-500C.[5]
Perbedaan temperatur transisi dari hasil penelitian
Paramera (2011) dan Bishop et al., (1998) dapat
disebabkan oleh sifat phospholipid, tetapi dalam kedua
penelitian ini tetap dapat diidentifikasi peran dari
membran plasma dalam mengendalikan masuknya
molekul ke dalam sel yeast. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa suhu yang lebih tinggi tidak
memberikan keuntungan yang lebih dari sisi yield
enkapsulasi. Selain itu, semakin tinggi suhu yang
digunakan, semakin besar kemungkinan kurkumin
terdekomposisi. Oleh karena itu sebaiknya suhu yang
terlalu tinggi dihindari di dalam proses enkapsulasi.
Analisis Profil Pelepasan Kurkumin
Analisis profil pelepasan kurkumin dilakukan untuk
mengetahui massa kurkumin terenkapsulasi yang dapat
larut dalam etanol 1% pada waktu tertentu. Berdasarkan
studi literatur diketahui bahwa kelarutan kurkumin
dalam air yang tidak terenkapsulasi adalah sebesar 0,1
mg/ml. Analisis profil pelepasan kurkumin dilakukan
untuk membandingkan profil pelepasan pada kurkumin
dengan mikrokapsul kurkumin. Sampel mikrokapsul
kurkumin yang digunakan adalah sampel pada
temperatur 45oC dan konsentrasi yeast 12 g/L.
Gambar 5. Profil pelepasan kurkumin di dalam
etanol 1%
Profil pelepasan kurkumin di dalam etanol 1% dapat
dilihat pada Gambar 5. Hasil analisis profil pelepasan
kurkumin menunjukkan bahwa kurkumin yang tidak
dienkapsulasi memiliki kelarutan sebesar di bawah 4,5
ppm, sedangkan mikrokapsul kurkumin memiliki
kelarutan sebesar 8,5 ppm. Dapat dilihat pula bahwa
kelarutan kurkumin meningkat secara gradual sampai
pada waktu di atas 20 jam sedangkan konsentrasi
maksimum kurkumin standar terjadi pada waktu 2 jam.
Dari hasil profil pelepasan kurkumin diketahui
bahwa kelarutan kurkumin akan meningkat sampai 2
kali setelah dilakukan proses enkapsulasi dengan yeast.
Hasil penelitian ini memiliki kelarutan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan simulasi pelepasan kurkumin
yang dilakukan oleh Paramera (2011) dan diperoleh
hasil kelarutan kurkumin meningkat sampai 1,7 kali
dibandingkan kurkumin non enkapsulasi. Berdasarkan
hasil analisis diketahui bahwa kurkumin hasil
enkapsulasi memiliki kelarutan yang lebih besar
dibandingkan dengan kurkumin yang tidak
dienkapsulasi. Hal ini disebabkan oleh sifat fisik
kurkumin yang sulit larut dalam air. Oleh karena itu
dilakukan proses enkapsulasi agar diperoleh suatu
material pembawa kurkumin yang dapat melepaskan
kurkumin secara teratur sehingga penggunaan kurkumin
menjadi lebih optimal.
Analisis Mikroskop Fluorescence
Analisis dilakukan menggunakan mikoskop
fluorescence tipe Nikon Eclipse E800 pada perbesaran
400x untuk mengkonfirmasi keberhasilan proses
enkapsulasi. Analisis dengan mikroskop fluorescence
dilakukan untuk tigajenis sampel yang terdiri dari yeast
biakan murni, kurkumin murni, dan mikrokapsul
kurkumin (12 g/L; 55oC). Dengan mengamati sampel di
bawah mikroskop fluorescence, maka dapat diketahui
ada atau tidaknya interaksi antara molekul kurkumin
dan sel yeast pada sampel mikrokapsul. Interaksi antara
kurkumin dan sel yeast dapat dikonfirmasi melalui
cahaya fluorescence yang dihasilkan ketika sampel
terpapar sinar ultraviolet yang merupakan sumber
cahaya mikroskop fluorescence.
Dari hasil pengamatan di bawah mikroskop
fluorescence diperoleh 6 mikrograf dari empat sampel
yang berbeda. Hasil mikorgraf dari yeast biakan murni
pada Gambar 6a menunjukkan bentuk sel yeast dalam
cahaya brightfield sebelum sampel terpapar sinar UV,
sedangkan pada Gambar 6b dapat diamati bahwa sel
yeast biakan murni tidak dapat memancarkan cahaya
fluorescence setelah sampel terpapar sinar UV. Hal ini
menunjukkan bahwa sel yeast biakan murni yang
kosong tidak mengandung bahan aktif yang mampu
memancarkan cahaya fluorescence ketika sampel
terpapar oleh sinar ultraviolet. Sebaliknya untuk
pengamatan sampel kurkumin standar telihat pada
Gambar 6d kurkumin mampu menghasilkan cahaya
fluorescence berwarna hijau ketika sampel terpapar
sinar ultraviolet. Cahaya yang dihasilkan oleh sampel
kurkumin standar disebabkan karena kurkumin secara
alami memiliki zat warna kuning yang mampu
memancarkan suatu jenis cahaya ketika terkena cahaya
lain.
284
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia UNPAR ISSN 2477-1694
Inovasi Teknologi Proses dan Produk Berbasis Sumber Daya Alam Indonesia
Bandung, 19 November 2015
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
Universitas Katolik Parahyangan Bandung
Gambar 6. Hasil mikrograf brightfield dan
fluorescence dari yeast biakan murni (A dan B);
kristal kurkumin (C dan D); mikrokapsul kurkumin
(E dan F)
Untuk sampel mikrokapsul kurkumin juga terlihat
mampu memancarkan cahaya fluorescence berwarna
hijau yang menunjukkan bahwa di dalam sel yeast
terdapat molekul kurkumin. Gambar 6f memperlihatkan
adanya cahaya berwarna hijau yang berasal dari
kurkumin karena molekul kurkumin berinteraksi dengan
sel yeast. Hasil pengamatan di bawah mikroskop ini
menunjukkan kesamaan dengan studi mikroskop yang
dilakukan oleh Paramera (2011) dimana semua sampel
mikrokapsul mampu memancarkan fluorescence yang
berasal dari kurkumin.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Efisiensi dan yield enkapsulasi akan meningkat
seiring dengan meningkatnya konsentrasi yeast
2. Temperatur enkapsulasi berpengaruh terhadap
nilai efisiensienkapsulasi ekstrak temulawak
3. Nilai efisiensi enkapsulasi kurkumin terbesar
didapatkan pada konsentrasi yeast 12 g/L pada
temperatur 55oC, yaitu sebesar 8%.
4. Nilai yield enkapsulasi kurkumin terbesar
didapatkan pada konsentrasi yeast 12 g/L pada
temperatur 55oC, yaitu sebesar 10%
5. Mikrokapsul kurkumin memberikan profil
pelepasan kurkumin yang lebih baik dibandingkan
dengan mikrokapsul ekstrak temulawak dan
kurkumin standar.
6. Mikrokapsul kurkumin memancarkan cahaya
fluorescence berwarna hijau yang menunjukkan
adanya interaksi antara kurkumin dan sel yeast
dalam proses enkapsulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bishop, J.R., G. Nelson, and J. Lamb,
Microencapsulation in yeast cells Microencapsul,
1998. 15(6): p. 761-773. Ciamponi, F., Characterisation of microencapsulation
processes in Saccharomyces cerevisiae, in Faculty
of Medical and Human Science. 2011, School of
Pharmacy and Pharmaceutical Sciences.
Gaonkar, A.G., et al., Microencapsulation in the Food
Industry: A practical Implementation Guide. 2014:
Elsevier.
Gibbs, B.F., et al., Encapsulation in the food industry: A
review. Int. J. Food Sci. Nutr, 1999: p. 50,213-224.
Paramera, E.I., S.J. Konteles, and V.T. Karathanos,
Microencapsulation of curcumin in cells of
Saccharomyces cerevisiae. Food Chemistry, 2011.
125: p. 892-902.
Paramera, E.I., S.J. Konteles, and V.T. Karathanos,
Stability and release properties of curcumin
encapsulated in Saccharomyces cerevisiae, b-
cyclodextrin and modified starch. Food Chemistry,
2011. 125: p. 913-922.
Rijal, M.A.S., Sugiyartono, and D.H. Nugraha,
Influence of Sorbitan Monostearate on
Characteristics of Salbutamol Sulphate Containing
EthylcelluloseMicrocapsules, in Majalah Farmasi
Airlangga. 2008, Department of Pharmaceutics
Airlangga University: Surabaya. Sembiring, B.B., Ma'mun, and E.I. Ginting, Pengaruh
Kehalusan Bahan dan Lama Ekstraksi terhadap
Mutu Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorriza
Roxb). Bul.Littro, 2006. XVII(2): p. 53-58.
Sidik, M.M.W. and A. Muhtadi, Temulawak (Curcuma
xanthoriza). Yayasan Pengembangan Obat Bahan
Alam Phyto Medica, 1995. Suwiah, A., Pengaruh perlakuan bahan dan jenis
pelarut yang digunakan pada pembuatan temulawak
(Curcuma xanthorriza Roxb.) instan terhadap
rendemen dan mutunya, in Fakultas Teknologi
Pertanian. 1991, Institut Pertanian Bogor.
285