proses penanggulangan bencana melalui...
TRANSCRIPT
PROSES PENANGGULANGAN BENCANA MELALUI
PROGRAM CBDRR OLEH KUN HUMANITY SYSTEM DI
PANDEGLANG BANTEN
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Ridwan Alfarisqi
NIM: 11140541000032
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa;
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah
saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Jakarta Syarief Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil
karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya
orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 22 November 2019
Ridwan Alfarisqi
NIM 11140541000032
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “PROSES PENANGGULANGAN BENCANA
MELALUI PROGRAM CBDRR OLEH KUN HUMANITY
SYSTEM DI PANDEGLANG BANTEN” telah diujikan dalam sidang
munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunkasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada........ skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi
Kesejahteraan Sosial.
Jakarta,09 Juni 2020
Sidang Munaqasyah
Ketua Penguji Sekretaris
Drs. Cecep Castrawijaya, M.A. Hj. Nunung Khoiriyah, MA
NIP.196708181998031002 NIP.197307252007012018
Penguji I Penguji II
Ismet Firdaus, M.Si. Dr. Muhtadi, M.Si.
NIP.197512272007101001 NIP.197506012014111001
Dosen Pembimbing
Dr. Tantan Hermansah, S.Ag., M.Si.
NIP.197606172005011006
i
ABSTRAK
Ridwan Alfarisqi. Proses Penanggulangan Bencana Melalui
Program CBDRR oleh KUN Humanity System di Pandeglang
Banten.
Indonesia merupakan negara yang rawan akan terjadinya bencana
dengan bertemunya empat lempeng tektonik di sekitar kepulauan
Indonesia. Dalam proses penanggulangan bencana yang dilakukan
Pemerintah dan lembaga non pemerintah, KUN Humanity System
juga terlibat dalam proses penanggulangan bencana melalui
program Ruang Tumbuh Bersama: CBDRR mengenalkan dan
memberikan bagaimana melakukan proses penanggulangan
bencana kepada masyarakat pasca-bencana tsunami di
Sumur,Pandeglang-Banten.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses
penanggulangan bencana bersama dengan terlibatnya masyarakat
pasca-bencana. Metode yang digunakan peneliti dalam skripsi ini
adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
Dimana wawancara dan studi dokumentasi menjadi teknik
pengumpulan data yang peneliti gunakan. Teknik pemilihan
informan yang peneliti gunakan adalah purposive sampling dimana
penulis menunjuk Kepala program CBDRR untuk dapat
memberikan informasi yang peneliti butuhkan, lalu Staff Desa dan
juga masyarakat yang terlibat aktif dalam kegiatan program
CBDRR.
Adapun hasil penelitian yang penulis dapatkan mengenai
proses penanggulangan bencana dengan keterlibatan langsung
masyarakat pasca-bencana yang dilakukan KUN Humanity
System, sesuai dengan yang dilakukan pemerintah melalui
berbagai tahap dari tanggap darurat hingga tahap rehabilitasi.
Dengan terlibatnya masyarakat secara langsung dalam program,
KUN Humanity System menggunakan salah satu jenis partisipasi
dari tujuh jenis partisipasi dari teori Mardikanto, menggunakan
jenis partisipasi fungsional dimana masyarakat menentukan apa
yang mereka butuhkan dalam proses penanggulangan bencana.
Kata Kunci : Proses Penanggulangan Bencana, Proses
Partisipasi Masyarakat.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji serta syukur
penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya. Sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya, sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana strata 1. Shalawat dan
salam tak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW, beserta keluarga, sahabat dan para umatnya.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan
sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Sosial Jurusan
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini. Oleh karena ini, dengan segala
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga selesainya
penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada:
1. Suparto, M.Ed., Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr. Siti Napsiyah
Ariefuzzaman, MSW sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik. Dr. Sihabuddin Noor, MA sebagai Wakil
Dekan Bidang Administrasi Umum. Drs. Cecep
Sastrawijaya, M.A sebagai Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
iii
2. Ahmad Zaky, M.Si., sebagai Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Hj. Nunung Khairiyah, MA sebagai Sekretaris Program
Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Dr. Tantan Hermansah, S.Ag., M.Si. sebagai dosen
pembimbing yang telah membantu mengarahkan, membina
dan selalu bersedia meluangkan waktunya sehingga penulis
bisa menyelesaikan skripsi ini.
4. Budi Rahman Hakim, MSW sebagai dosen pembimbing
akademik.
5. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak
memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis.
6. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
dan seluruh Civitas Akademika yang telah memberikan
sumbangan wawasan dan keilmuan dan membimbing saya
selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, terima kasih telah membantu saya dalam
memberikan referensi buku, jurnal maupun skripsi.
8. Kedua orang tua saya tercinta Sainan dan Maimunah yang
tak henti memanjatkan doa dan memberikan dukungan
apapun kepada penulis, sehingga penulis selalu termotivasi
iv
dengan kasih sayang kalian yang amat besar. Juga untuk
seluruh kakakku Robiyatul Adawiyah, Hidayatullah, Irda
Afriyani dan Yuli Fitrianti yang selalu menghibur dikala
penulis sedang mengalami kesulitan serta selalu
memberikan motivasi kepada penulis.
9. Kepada seluruh pihak Yayasan KUN Humanity System+
yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan
penelitian disana.
10. Untuk Bapak Dien Fahri Iqbal M selaku Kepala Site KUN
Banten yang telah membantu peneliti dengan memberikan
informasi yang dibutuhkan.
11. Kepada Bu Permata Andika, dan Pak Erwin selaku Kepala
program ruang tumbuh bersama dan kepala program
CBDRR yang telah meluangkan waktunya untuk
membantu peneliti dengan memberikan informasi yang
dibutuhkan.
12. Kepada Mba Catheliya, Teh Putri, Wara, Vina dan Rama
selaku bagian administrasi dan Kepala Program WASH
yang telah meluangkan waktunya dengan memberikan
informasi tambahan yang dibutuhkan peneliti, terima kasih
juga bisa menjadi teman baru selama disana.
13. Kepada seluruh informan yang telah bersedia memberikan
informasi dan waktunya sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan dengan baik dan terima kasih juga untuk
pengalaman yang diberikan yang membuat penulis paham
secara mendalam mengenai penelitian ini
v
14. Sahabat saya Fabio Nur Kautsar yang telah memberikan
semangat, memberikan pemikiran positif, motivasi, waktu,
dukungan moral kepada penulis selama penyelesaian
skripsi.
15. Teman-teman Saya dari “Minions Army” M Naufal
Suwaninda, Ahmad Ilham Filli, Yusman Fadillah, Fathira
Najati, Farhan Adriyan M, Fani Fadillah, Rezha Dwi
Pangestu yang memberikan semangat, motivasi selama
mengerjakan skripsi ini, terima kasih sudah menemani
selama kurang lebih empat tahun ini.
16. Teman-teman Kesejahteraan Sosial 2014 yang telah
mengisi hari-hari penulis semasa duduk dibangku kuliah,
terima kasih atas kisah klasik yang kelak akan selalu
dikenang hingga suatu hari nanti.
17. Teman-teman “JOKER” Wahyu Kurnia, Joko Prianto,
Fikri Nurjamil, Vina Wedisa, terimakasih untuk semangat
nya selama ini.
18. Teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu
per satu yang telah memberikan masukan, do’a, dan
semangat disetiap perbincangan. Semoga skripsi ini
bermanfaat dan semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
setiap langkah kita. Aamiin yaa Rabb al-alamin.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat
kekurangan, baik dari segi isi maupun teknik penulisan. Oleh
sebab itu, kritik saran yang bertujuan untuk membangun dari
berbagai pihak akan peneliti terima dengan terbuka.
vi
Demikianlah skripsi ini peneliti persembahkan, peneliti
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya
maupun bagi semua pembaca.
Ciputat, Desember 2019
Ridwan Alfarisqi
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................... vii
BAB I .........................................................................................1
PENDAHULUAN ......................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................6
C. Tujuan Penelitian .............................................................7
D. Manfaat Penelitian ...........................................................8
E. Tinjauan Pustaka ..............................................................8
F. Metode Penelitian........................................................... 12
G. Sistematika Penulisan ..................................................... 19
BAB II ...................................................................................... 21
KAJIAN TEORI ....................................................................... 21
A. Penanggulangan Bencana ............................................... 21
B. Partisipasi Masyarakat .................................................... 35
A. PROFIL ......................................................................... 46
B. SEJARAH ...................................................................... 46
C. STRUKTUR ORGANISASI .......................................... 47
D. VISI, MISI, TUJUAN ORGANISASI ............................ 48
viii
E. SUPPORTING ............................................................... 48
F. PENGALAMAN ............................................................ 49
G. PROGRAM .................................................................... 50
BAB IV .................................................................................... 53
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .................................... 53
A. Proses Penanggulangan Bencana .................................... 57
B. Tahapan-Tahapan Penanggulangan Bencana .................. 58
C. PASCA BENCANA TSUNAMI .................................... 61
D. Partisipasi Masyarakat .................................................... 66
A. Proses Peangggulangan Bencana .................................... 75
B. Tahapan-Tahapan Penanggulangan Bencana .................. 75
C. Pasca Bencana Tsunami ................................................. 78
D. Partisipasi Masyarakat .................................................... 80
BAB VI .................................................................................... 99
PENUTUP ................................................................................ 99
A. Kesimpulan .................................................................... 99
B. Implikasi ...................................................................... 102
C. SARAN ........................................................................ 103
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 105
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Transkip Wawancara
Lampiran 4 Transkip Observasi
Lampiran 5 Foto Wawancara
Lampiran 6 Foto Dokumentasi Kegiatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan
yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu
lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera
Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur
Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang
memanjang dari Pulau Sumatera - Jawa - Nusa Tenggara -
Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan
dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa.
Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana
seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir
dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat
kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat
kegempaan di Amerika Serikat(Arnold,1986).
Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng
tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi
di samudera. Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh
pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami
tsunami. Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar
disebabkan oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah
subduksi dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito, 1994).
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) wilayah pantai di Indonesia merupakan kawasan
2
yang rawan bencana. (BNPB, 2019) Bencana ini antara lain
adalah sebaran bencana tsunami terutama pantai barat
Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai utara dan selatan
pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau di Maluku, pantai utara
Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi.” (nurjanah,
2014, p. 21).
Dalam Al Qur’an, Allah Swt., membicarakan tentang bencana
pada Surah Ar-Rum ayat 41, yang berbunyi:
ظهر ٱلفساد فى ٱلبر وٱلبحر بما كسبت أيدى ٱلناس ليذ يقهم بعض
ٱلذى لعلهمعملوا ير جعون
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah menimpakan
kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum : 41)
Banyak pengertian atau definisi tentang bencana yang
pada umumnya merefleksikan karakteristik tentang gangguan
terhadap pola hidup manusia. Ada beragam dampak bencana
bagi manusia, dampak terhadap struktur sosial, kerusakan
pada aspek sistem pemerintahan, bangunan dan lain-lain serta
kebutuhan yang di kibatkan oleh bencana.
Definisi bencana menurut International Stratergy for
Disaster Reduction (UN-ISDR-2002,24) adalah : “Suatu
kejadian, yang disebabkan oleh alam atau karena ulah
3
manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga
menyebkan hilangnya nyawa manusia,harta benda dan
kerusakan lingkungan kejadian ini terjadi di luar kemampuan
masyarakat dengan segala sumberdayanya.” (nurjanah, 2014,
p. 37)
Sedangkan menurut definisi Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 Pasal 1 angka 1: “peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan meganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang di sebabkan, baik faktor alam
dan/atau non-alam maupu faktor manusia sehingga
megakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.”
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang sebagaimana
didefinisikan oleh undang-undang tersebut dapat di jelaskan
bahwa peristiwa bisa bersifat tunggal (peristiwa/fenomena
alam) atau bisa berupa lebih dari satu peristiwa (rangkaian
peristiwa/fenomena alam) dalam waktu hampir
bersamaan.contoh peristiwa adalah gempa tektonik, apabila
gempa tektonik tersebut diikuti tsunami, hal itu disebut
rangkaian peristiwa.
Pada tingkat pusat pemerintah telah membentuk lembaga
yang mempunyai tugas dan fungsi penyelenggaran
penanggulangan bencana yaitu BNPB. BNPB adalah lembaga
non-kementerian yang memiliki tugas pokok penanggulangan
bencana pada tingkat nasional, sedangkat pada tingkat
provinsi dan kabupaten/kota dilaksanakan oleh BPBD.
4
Perkembangan pembentukan lembaga kebencanaan di
Indonesia sebagai lembaga pemerintah yang
bertanggungjawab dalam memberikan perlindungan kepada
masyarakat dari ancaman resiko, dan dampak bencana
memiliki sejarah cukup panjang. Sejak berdirinya NKRI
hingga tahun 2007 tidak adanya payung hukum dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana, lembaga yang
secara permanent/definitif belum pernah terbentuk, melainkan
secara ad-hoc. Titik berat penanggulanganpun hanya sampai
fase tanggap darurat. Sebagai akibatnya, penanggulangan
tidak efektif. Pada fase pra-bencana kurang mendapat
perhatian, dan bencana selalu terjadi tanpa ada persiapan dari
masyarakat. Sedangkan pada fase pasca bencana, pemulihan
berjalan lamban, bantuan hanya sebatas untuk tanggap darurat
sehingga pada masa transisi (dari darurat ke pemulihan) terjadi
kevakuman. (nurjanah, 2014, p. 4)
Dengan adanya UU RI No. 24 tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana, mulailah banyak NGO (Non
Goverment Organisation) arti dari non-pemerintah adalah
lembaga yang tidak mendapat sumber dana pada pemerintah.
Perkembangan NGO di Indonesia mengambil peran se,cara
langsung dalam memecahkan pemasalahan di masyarakat, dan
NGO memberdayakan kemampuan yang masyarakat miliki.
Berkembangnya NGO di Indonesia mengalami
peningkatan yang signifikan, salah satu NGO yang
berkembang di Indonesia adalah KUN Humanity System.
5
Awal KUN Humanity System terbentuk berdasarkan
kebutuhan medic di lokasi bencana alam, emergency respons
yang dilakukan KUN dalam waktu dekat ini berlokasi di
lombok, palu, dan pandeglang. KUN mulai berkembang dan
menjalankan program di luar dari fokus utama mereka di
bidang medic.
Terlepas dari penanggulangan bencana yang kurang
mendapat perhatian pada fase pasca-bencana, KUN Humanity
System menjalankan program “RUANG TUMBUH
BERSAMA: CBDRR” yang ditujukan memberdayakan
masyarakat dan lokal untuk menangani bencana sendiri
sebagai cara hidup sejak status Krakatau dan risiko tinggi dan
bahaya. Kegiatan yang Diusulkan Kesehatan Mental dan
Dukungan Psikososial. Karena sebagai suatu sistem kerja
sama KUN humanity system bekerja sama dengan instansi
masyarakat yang ada di sana, membentuk sebuah gerakan
untuk menjalankan program ruang tumbuh bersama tersebut.
Dengan kondisi masyarakat pasca-bencana di pandeglang
banten, selain dimana masyarakat membutuhankan
pengobatan akan psikologisnya masyarakat juga
membutuhkan keterampilan dalam apa yang akan dilakukan
saat bencana alam terjadi, KUN humanity system bersama
masyarakat menjalankan program ruang tumbuh bersama
yang memang masyarakat memutuhkan itu. Program CBDRR
ini juga sebagai bentuk pelatihan yag dilakukan KUN
6
Humanity System kepada masyarakat pasca bencana di
beberapa wilayah Banten yang terdampak.
Melihat kesiapan yang berkaitan dengan siap siaga dalam
hal tanggap bencana, program CBDRR dengan target
masyarakat, melalui LINMAS (Lingkungan Masyarakat)
merekrut beberapa volunteer masayarakat setempat guna bisa
tersebar di sekitar desa yang terdampak. Program ini
memerikan pelaatihan bagi masyarakat alam dengan harapan
masyarakat mengetahui apa yang akan dilakukan saat tiba
bencana lain. (bnpb, 2011, hal. 9) Dengan melihat
permasalahan yang ada dalam penanggulangan bencana yang
kurang efisien, dimana pada tahap pasca-bencana masyarakat
menunggu tahap rekonstruksi dijalankan, KUN humanity
system ada bersama masyarakat, berperan sebagai pemenuh
kebutuhan di tahap recovery menuju rekonstruksi.
Berangkat dari permasalahan di atas, maka menarik untuk
dikaji bagaimana penanggulangan bencana yang dilakukan
KUN humanity system di Pandeglang Banten, Indonesia
beberapa waktu lalu. Untuk itu, studi ini dituangkan dalam
tema dan isu: “PROSES PENANGGULANGAN BENCANA
MELALUI PROGRAM CBDRR OLEH KUN HUMANITY
SYSTEM DI PANDEGLANG BANTEN.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dijabarkan diatas, untuk
tidak terjadi kesalahpahaman dan pelebaran pembahasan.
7
Dengan adanya keterbatasan waktu dan kemampuan yang
dimiliki maka riset ini fokus pada penanggulangan bencana
kepada masyarakat pasca-bencana. Kajian dibatasi pada
gambaran mengenai penanggulangan bencana yang dilakukan
KUN humanity system melalui program CBDRR kepada
masyarakat pasca-bencana saja di Desa Sumur, Kecamatan
Sumur, Pandeglang Banten.
2. Perumusan Masalah
Dari batasan masalah tersebut dapat dilihat sejumlah
masalah yang memungkinkan dapat dijelaskan dalam
penulisan dalam penulisan skripsi ini. Peneliti akan
merumuskan dalam permasalahan diantaranya :
a. Bagaimana proses penanggulangan bencana yang
dilakukan KUN humanity system melalui program
ruang tumbuh bersama : CBDRR di Desa Sumur?
b. Bagaimana bentuk keterlibatan masyarakat dalam
program ruang tumbuh bersama: CBDRR di Desa
Sumur?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penanggulangan bencana yang
dilakukan KUN humanity system melalui program program
ruang tumbuh bersama : CBDRR kepada masyarakat pasca-
bencana di Desa Sumur
a. Untuk mengetahui proses penanggulangan bencana yang
dilakukan KUN Humanity System melalui proram ruang
tumbuh bersama : CBDRR di Desa Sumur
8
b. Untuk mengetahui keterlibatan masyarakat dalam program
ruang tumbuh bersama : CBDRR di Desa Sumur
D. Manfaat Penelitian
a. Segi Akademis
1) Penelitian ini dapat menambah wawasan penulis, berkaitan
dengan konsep dan metodologinya.
2) Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pengembangan
penelitian serupa dimasa yang akan datang.
3) Hasil penelitian ini diharapkan kiranya dapat menjadi
dokumen perguruan tinggi yang berguna untuk menjadi
rujukan bagi masyarakat yang konsentrasi pada studi sosial
dalam dimensi penanggulangan bencana.
b. Segi Praktis
1) Bahan masukan bagi lembaga atau instansi yang melakukan
proses penanggulangan bencana.
2) Menjadi bahan pertimbangan berbagai pihak terkait dengan
isu penanggulangan bencana, baik lembaga maupun
pemerintah tentang penanggulangan bencana yang dilakukan
KUN humanty system.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas
kepustakaan (literature) yang berkaitan dengan topik
pembahasan penelitian yang dilakukan peneliti skripsi kali ini,
untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang
akan dilakukan.
Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian skripsi
ini, peneliti menggunakan literatur antara lain yaitu ;
9
1. Nama : Rizal Wahyudha
Judul : Implementasi Penanggulangan
Bencana Banjir oleh BPBD
Provinsi DKI Jakarta.
Tahun : 2016
Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Tentang : Penelitian ini ingin mengetahui
bagaimana implementasi penanggulangan bencana
banjir yang dilakukan oleh BNPD Provinsi DKI
Jakarta. Hasil dari penelitian ini bagaimana BNPD
Provinsi DKI Jakarta melakukan tahapan yang sesuai
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.
BNPD Provinsi DKI Jakarta melakukan semua tahap
penanggulangan bencana yang dimulai dari pra-
bencana, tanggap darurat, dan pasca-bencana.
2. Nama : Ade Yulianto
Judul :Strategi Adaptasi Sosial dan
Ekonomi Masyarakat Pasca-
Bencana.
Tahun : 2015
Universitas : Universitas Negeri Semarang
10
Tentang :Pembahasan dalam skripsi ini
tentang strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat
Desa Tangkil pasca bencana longsor yang melanda
Desa mereka. Dalam hal ini masyarakat Desa Trangkil
sudah mampu melakukan proses adaptasi dengan
perubahan perubahan yang terjadi pasca-bencana, dan
strategi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat Desa
Trangkil adalah melalui tindakan individu maupun
kolektif, tindakan individu yang dilakukan diantaranya
perbaikan tempat tinggal, dan pembenahan keadaan
psikologis anak. Sedangkan tindakan kolektif
dilakukan masyarakat diantaranya dengan pembuatan
saluran drainase, penghijauan lahan, dan mendirikan
koperasi di Desa.
3. Nama : Muhammad Roudhotul Ulum
Judul : Partisipasi Masyarakat Kelurahan
Tinjomoyo Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang
Terhadap Upaya Penanggulangan
Bencana Tanah Longsor
Tahun : 2017
Universitas : Universitas Negeri Semarang
Tentang :Penelitian ini menjelaskan tentang
partisipasi masyarakat yang sudah aktif dilibatkan
dalam tahapan pra bencana, saat terjadi potensi
bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana. Tanda
11
partisipasi ditunjukkan melalui peran serta masyarakat
pada pra bencana berupa keikutsertaan masyarakat
dalam memberikan informasi dan aspirasi dalam
perencanaan kawasan rawan bencana berdasarkan
kearifan lokal, kepedulian saling menolong sesama
melalui bantuan sosial, gotong royong dan lain-lain.
4. Nama : Wahyudin
Judul :Analisis Partisipasi Masyarakat
dalam Pembangunan Desa di Desa
Tanah Karaeng Kecamatan
Menuju Kabupaten Gowa
Tahun : 2018
Universitas : Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar
Tentang : Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam
pembangunan di Desa Tanah Karaeng Kecamatan
Manuju Jabupaten Gowa. Dan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi
masyarakat, hasil penelitian ini menunjukan bahwa
tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan
Desa tergolong tinggi melihat dari empat bidang
partisipasi, yaitu dalam perencanaan, dalam
pelaksanaan, evaluasi/mentoring, dan pemanfaatan
hasil.
12
Skripsi diatas menjadi dasar penelitian yang dilakukan
oleh peneliti dalam menyusun skripsi ini. Namun, dibuat
beberapa perubahan dan penambahan bagian. Salah satunya
dengan mengganti lokasi/tempat penelitian, menambahkan
berbagai macam teori, serta perubahan dalam perumusan
masalah. Perubahan ini dilakukan untuk mengembangkan
penelitian dan menjadi tolak ukur untuk membedakan skripsi
ini dengan penelitian sebelumnya.
F. Metode Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Sumur
Pandeglang Banten, dari bulan Maret sampai September tahun
2019. Peneliti menetap dilokasi penelitian sekitar tiga bulan
dari Juni hingga September 2019.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan kali ini
yaitu pendekatan Kualitatif dengan menggunakan metode
Deskriptif, (Rustanto 2015, 46) menyebutkan bahwa: “metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang di gunakan
untuk meneliti pada kondisi alamiah, dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi (gabungan), alasisi data bersifat induktif dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi”.
Kemudian Klick dan Miler dalam Maleong
(2003,3) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif tradisi
tertentu dengan ilmu pengetahuan sosial yang secara
13
fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasa.
Dalam penelitian kali ini adalah bagaimana proses
pemilihan informasi untuk menjadi objek penelitian penulisan.
Penulis pun berkoordinasi dengan pihak KUN Humanity
System terkait proses penanggulangan bencana dan proses
partisipasi masyarakat. Pihak KUN Humanity System pun
menyetujui dengan tujuan untuk memperoleh beberapa
informasi sebagai bahan penulisan skripsi ini.
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian
Deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan sebuah
situasi di lapangan. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka-angka. Data tersebut berasal dari
hasil wawancara secara langsung, observasi, dan dokumentasi
(bugin 2013, 39).
Berdasarkan pemahaman di atas, maka dalam
penelitian kali ini peneliti berusaha untuk menggambarkan dan
menganalisa fungsi proses penanggulangan bencana dan
proses partisipasi masyarakat melalui program CBDRR oleh
KUN Humanity System.
4. Teknik Pemilihan Informan
Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, teknik purposive sampling adalah teknik
pengambilan sample dengan pertimbangan tertentu. (sugiono
2009, 54) Artinya orang tersebut di anggap mengetahui
14
tentang apa yang peneliti harapkan sehingga akan
memudahkan peneliti untuk menjelajahi objek ataupun situasi
yang di telitinya.
Informan yang akan di jadikan objek utama dalam meneliti
proses penanggulangan bencana dan proses partisipasi
masyarakat melalui prgram CBDRR oleh KUN Humanity
System. Penulis mengambil beberapa sumber karena agar
mendapatkan informasi yang lebih konkrit dalam proses
penanggulangan bencana dan partisipasi masyarakat melalui
program CBDRR.
Informan yang peneliti pilih sesuai dengan teknik
pemilihan informan adalah dengan memilih narasumber yang
kompeten dalam masyarakat serta memahami informan si
yang akan peneliti kaji. Beberapa informan yang peneliti pilih
merupakan orang-orang yang ikut andil dalam menjalankan
program CBDRR bersama KUN Humanity System yang
meliputi; Ketua KUN Humanity System, Kepala Program
CBDRR, Staf Desa Sumur, Kepala pemuda Desa Sumur, dan
Volunteer lokal. Hal tersebut akan dijelaskan dalam tabel ini :
Table 1.1 informan wawancara
N
o
Nama Status Jenis Data Metode
15
Sumber didapatkan peneliti melakukan penelitian di Desa Sumur.
1 Dr.
Chandra
Sembiring
Ketua
KUN
Humanity
System
1. Program
2. Visi misi
3. Metode Program
4. Data
5. Sejarah
6. Profil Lembaga
Diskusi, studi
dokumen, dll.
2 Pak Irfan Staf Desa 1. Demografi
2. Geografi
3. Sejarah Lokal
4. Budaya
5. Nilai-nilai warga
Diskusi, studi
dokumen, dll.
3 Pak Erwin Kepala
Program
CBDRR
1. Program CBDRR
2. Tujuan Program
3. Peran Masyarakat
dalam Program
Diskusi, studi
dokumen, dll.
4 Kang Bayu Volunteer
Lokal
1. Keterlibatan
masyarakat
2. Manfaat Program
Untuk Masyarakat
3. Pandangan
Masyarakat Terhadap
KUN
Diskusi, studi
dokumen, dll.
5 Kang
Bahri
Volunteer
Lokal
1. Tantangan Dalam
Program ditengah
Masyarakat
2. Harapan Dengan
Adanya KUN di Desa
Sumur
Diskusi, studi
dokumen, dll.
16
5. Sumber Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penyusunan skripsi ini, maka peneliti menggunakan penelitian
lapangan (field research). Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi dua macam, yaitu data primer (pokok)
dan data sekunder (Pendukung). a. Data Primer
Jumlah partisipasi masyarakat dalam kegiatan program
CBDRR mencapai 30 orang dari 3 Desa arsiran KUN
Humanity System.
Terbentuknya kelompok siaga bencana yang
disepakati oleh semua masyarakat yang berpartisipasi.
Meningkatnya aktifitas masyarakat dalam proses
penanggulangan bencana bersama para volunter lokal
dan staf Desa.
b. Data Sekunder
Dari data yang di dapat dari hasil assessment, jumlah
korban terdampak mencapai 1000 orang.
Dari keterangan staf Desa Sumur banyak masyarakat
yang mengalami trauma pasca terjadinya bencana.
Banyaknya masyarakat yang merespon baik dengan
keberadaan KUN di tengah masyarakat yang diperoleh
dari hasil wawancara.
6. Teknik Pengumpulan Data
a. Pengumpulan Data dengan Wawancara
17
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat di kontruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Seperti ditegaskan oleh Lincon dan Guba antara lain,
mengontruksikan mengenai orang, kejadian, kegiatan,
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan kepedulian dan yang
dialami masa lalu. (j.moleong, 2012, p. 135)
Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah
secara terstruktur yaitu dengan menyusun terlebih dahulu
beberapa pertanyaan yang akan disampaikan kepada
informan. Selain itu juga peneliti menggunakan jenis
wawancara informal. Dalam jenis ini, pertanyaan sangat
tergantung pada pewawancara, jadi tergantung pada
spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada
terwawancara. Peneliti mewawancarai beberapa orang yang
berperan aktif dalam kegiatan, bukan hanya pihak lembaga
yang menjadi objek dari peneliti untuk mendapatkan informasi
melalui wawancara melainkan staff desa dan masyarakat yang
terlibat juga dalam kegiatan program ini. Sewaktu
pembicaraan berjalan, terkadang terwawancara sering kali
tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa dirinya sedang
diwawancarai.
b. Pengumpulan Data dengan Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan peneliti untuk mengamati suatu peristiwa dengan
penyaksian langsung dan biasanya peneliti dapat sebagai
partisipan atau observer dalam menyaksikan atau mengamati
18
suatu objek peristiwa yang sedang ditelitinya. (ruslan, 2006, p.
32)
Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan
observasi langsung serta menggunakan jenis observasi
partisipastif. Dengan observasi langsung, peneliti melakukan
pengamatan untuk mencari data yang akan menjadi salah satu
sumber dalam penelitian. Dan yang observer amati ialah
bagaimana pihak lembaga menjalankan proses
penanggulangan bencana dan masyarakat yang berpartisipasi
dalam kegiatan.
c. Studi Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Studi dokumen merupakan perlengkapan dari
pengguna metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif. Maksud pengumpulan dokumen ialah untuk
memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti
berbagai faktor di sekitar objek penelitian.
7. Teknik Analisis Data
Penelitian kali ini dilakukan dengan penelitian
kualitatif, yang datanya diperoleh melalui wawancara dan
pengamatan tersebut di deskripsikan dalam bentuk uraian.
Menurut Bogdam, analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat dengan mudah di pahami dan temuannya dapat di
informasikan kepada orang lain. (Sugiono 2008, 54)
19
Pada saat menganalisis data hasil wawancara, peneliti
mengamatinya secara detail dan dilakukan berulang-ulang dari
awal sampai akhir kemudian menyimpulkan hasilnya. Setelah
itu menganalisa kategori-kategori yang terlihat pada data-data
tersebut. Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi
suatu objek dan peristiwa. Kategori dari analisa data yang
diperoleh berdasarkan fenomena yang terlihat pada tempat
penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika ini terdiri dari lima bab, yang terdiri
sebagai berikut:
BAB I, Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah,
pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika
penulisan
BAB II, Landasan Teori, yang terdiri dari pertama
Penanggulangan bencana, kedua NGO partisipasi masyarakat.
BAB III, Gambaran Umum KUN Humanity System.
meliputi latar belakang berdirinya KUN humanity system.
Visi dan Misi KUN humanity system, struktur organisasi,
fungsi dan divisi yang bergerak di pemberdayaan masyarakat.
BAB IV, Data dan Temuan Penelitian, Menggambarkan
proses pemberdayaan melalui program ruang tumbuh bersama
dan keterlibatan masyarakat dalam program tersebut.
BAB V, Pembahasan/Analisa, merupakan bentuk analisa
tentang strategi pemberdayaan masyarakat melalui program
ruang tumbuh bersama dan hasil dari pelatihan tersebut.
20
BAB VI, Penutup, yang merupaan hasil dari penelitian.
21
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Penanggulangan Bencana
1. Penanggulangan
Dalam Buku Besar Bahasa Indonesia
penanggulangan adalah bagian proses, tindakan ata cara
mengantisipasi. Penanggulangan bencana menurut
Undang-Undang Republik Indonesia No. 24/ 2007 adalah
rangkaian cara yang meliputi ketetapan kebijakan
pembangunan yang beresiko terjadinya bencana, tindakan
pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan
rekontruksi. (Sembiring, 2011, p. 10)
Penanggulanan bencana berangkat dari
ketidaktahuan manusia dalam memperkirakan dan
menghadapi bencana. Jadi maksud dari penanggulangan
bencana ini justru berangkat dari sikap bencana tidak bisa
di prediksi seutuhnya. (Susanto, 2007, p. 3)
Penanggulangan bencana tidak dapat dijalankan
dengan hanya satu instansi saja, melainkan diperlukan
adanya kerja sama antar lembaga yang ada di bidang
kebencanaan. Karena dalam suatu kegiatan kerja sama,
cara ini dapat secara langsung menemukan cara menangani
program tertentu. Taoi cara ini juga dapat diartikan secara
partial atau tidak langsung, dimana saling melengkapi
22
untuk penanggulangan bencana yang terjadi di suatu
daerah. (Soeladi, 1995, p. 9)
Sistematisnya, penanggulangan bencana adalah cara
mengatasi ketidaktahuan manusia dalam memprediksi dan
menangani bencana, yang kemudian diterapkan dalam
penanganan dan kebijakan dalam mempersiapkan,
mencegah dan menghadapi bencana. (Susanto, 2007, p. 18)
2. Definisi Bencana
Bencana adalah sebuah tragedi yang disebabkan oleh
faktor alam atau karena faktor manusia itu sendiri, terjadi
secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga
menimbulkan adanya korban jiwa, materi dan rusaknya
lingkungan, tragedi ini terjadi di luar keinginan dan
ketidaktahuan masyarakat dengan segala kekuatannya.
(Nurjanah, 2011, p. 10)
Sedangkan definisi menurut UU RI No.24 Tahun
2007 Pasal 1 angka 1:
“Kejadian atau peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis”.
Berdasarkan artian dari bencana, bahwa dapat
disimpulkan bahwa untuk dapat disebut bencana harus
23
dipenuhi beberapa kriteria/kondisi sebagai berikut:
(Nurjanah, 2011, p. 11)
a. Adanya kejadian,
b. Terjadi disebabkan oleh alam atau non-alam,
c. Terjadi secara mendadak akan tetapi dapat juga terjadi
secara bertahap
d. Mengakibatkan adanya korban jiwa, hiangnya harta,
meruginya sosial dan ekonomi, rusaknya lingkungan,
dan lain sebagainya,
e. Tidak terjangkaunya kemampuan masyarakat dalam
mengantisipasinya.
3. Jenis-Jenis Bencana
Pada dasarnya jenis-jenis bencana dapat
dikelompokan ke dalam enam bagian berikut: (Nurjanah,
2011, p. 20)
a. Bencana geologi yaitu meletusnya gunung merapi,
bergetarnya tanah\gelombang besar,
longsor/bergesernya tanah.
b. Bencana hydro-meteorologi antara lain meluapnya air,
banjir gunung, badai/angin kencang, panceklik, rob/air
laut pasang, terbakarnya hutan.
c. Bencana biologi antara lain epidemi, sakitnya hewan
dan matinya tanaman.
d. Bencana kegagalan teknologi antara lain kegagalan
pabrik, rusaknya transportasi, kesalahan penguunaan
teknologi, ketidakmampuan manusia dalam
memanfaatkan teknologi.
24
e. Bencana lingkungan antara lain tercemarnya
lingkungan, rusaknya pantai, kebakaran (urban fire),
kebakaran hutan.
f. Bencana sosial antara lain konflik antar manusia, terror
bom, dan eksodus (pengungsian secara besar-besaran).
Menurut UU RI Nomor 24 tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana, bencana dibagi atas 3 jenis
sebagai berikut:
a. Bencana Alam
Adalah peristiwa yang terjadi dari kejadian alam seperti
gempa tektonik, meleletusnya gunung merapi, banjir,
badai, gelombang tinggi dan lain sebagainya.
b. Bencana Non-Alam
Adalah peristiwa yang terjadi oleh kejadian non-alam
seperti berupa gagalnya elektronik, gagal kemajuan
negara, epidemik, dan banyak penyakit.
c. Bencana Sosial
Adalah peristiwa yang mengakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian yang diakibatkan oleh orang-orang yang
meliputi konflik sosial antar kelompok, antar komunitas
masyarakat dan teror.
4. Penyebab Bencana
Yang menyebabkan bencana dapat terbagi dua yaitu
alam dan non-alam. Secara logika bencana akan pasti
terjadi di permukaan bumi, semisalnya gelombang besar,
lempengan tektonik, letusan gunung, meteorit, tidak turun
hujan pada satu lokasi pada waktu yang yang lama
25
sehingga mengakibatkan bencana kekeringan dan
kebakaran hutan, sebaliknya curah hujan yang lebat di satu
wlayah dapat menimbulkan bencana meluapnya air dan
tanah longsor.
Bencana yang diakibatkan manusia adalah
banyaknya eksploitasi alam berlebih, pengalihan tata guna
lahan meningkat, meningkatnya jumlah penduduk yang
berakibat kebutuhan bahan pokok dan non-pokok naik
secara drastis. (Sjarief, 2008, p. 68) Bencana yang
diakibatkan oleh manusia, berupa banyaknya
pembangunan dikota yang tidak melihat dari sisi
lingkungan dan mengakibatkan hilangnya keseimbangan
antara manusia dan alam. (Warto, 2003, p. 11)
Salah satu faktor yang sangat penting dalam
penanggulangan bencana adalah penegakan hukum (Law
Enforcement). Peraturan perundangan-undangan yang
telah banyak dipublikasikan, tapi pada penerapannya masih
banyak dilanggar. Pelanggar tidak dikenakan dengan
sanksi maupun dijerat dalam hukum yang jelas walaupun
sudah dinyatakan dalam undang-undang. Sehingga ada
istilah yaitu Low law enforcement. (Sjarief, 2008, p. 93)
kegiatan penggunaan lahan yang berlebihan dengan
jangka waktu yang lama dapat mengakbatkan gerakan
masyarakat yang besar. Gerakan masyarakat bisa
mengakibatkan bencana adalah gerakan masa yang terjadi
pada wilayah yang berpenghuni, hal itu dapat
mengakibatkan resiko kerugian yang besar. Penggunaan
26
lahan bersifat berkelanjutan, mempunyai dampak merubah
faktor-faktor topografi, kestabilan tanah, batu dan keadaan
alam, sehingga dapat mengganggu keseimbangan alam.
(Sutikna, 1992, p. 10)
5. Dampak-Dampak Bencana
Resiko dari bencana yaitu berpengaruh terhadap atau
segala sesuatu yang dapat menimbulkan bencana. Banyak
dampak yang dapat ditimbulkan dengan terjadinya bencana
adalah banyaknya korban jiwa, korban luka, rusaknya
lingkungan, hilang dan hancurnya harta, kehilangan
sumber ekonomi dan rusaknya pertanian, terganggunya
proses produksi, hancurnya gaya hidup, tidak adanya
tempat tinggal, kerusakan infrastruktur, rusaknya sistem
pemerintahan, gangguan psikologi, dan lain sebagainya.
(Sjarief, 2008, p. 146)
Variasi yang ditimbulkan akibat dari bencana
tergantung dari kondisi itu sendiri, rentannya lingkungan
yang ada dimasyrakat itu. (Hidayati, 2011, p. 65) Dengan
berjalannya waktu, kerusakan secara fisik yang diakibatkan
bencana mulai membaik dan berkurang, dengan banyaknya
bantuan dari masyarakat maupun lembaga non-pemerintah.
(Nurrachman, p. 11)
Para korban yang selamat dari bencana mengalami
masalah dalam menyesuaikan diri terhadap konflik baru,
psikologis, dan sosial yang akan ada setelah terjadinya
bencana tersebut. kondisi tersebut mengakibatkan konflik
27
batin bagi korban dan masyarakat yang selamat untuk bisa
menerima kenyataan bahwa keadaan sekarang telah
berubah. (Arifin, 2008, p. 5) Bencana sebagai suatu
pengalaman traumatik, karena dalam waktu singkat
perubahan terjadi dalam lingkungan dan diri mereka sendiri
terjadi secara sangat bermakna. (Nurrachman, p. 4)
Bencana menjadi salah satu faktor yang dapat
menghambat prosesnya pembangunan negara, dalam
proses pembangunan terdapat fungsi-fungsi pembangunan,
dimana fungsi itu mempunyai tugas dan fungsi yang harus
dijalankan yaitu meningkatnya pertumbuhan ekonomi
(economic gro.wth), pera.watan masyarakat (comm,unity
care), dan pengem,bangan manusia (hu!man development).
(Suharto, 2005, p. 5) Semua fungsi pembangunan tersebut
dapat terhambat atau bahkan hilang apabila terjadi suatu
bencana. Bencana juga merupakan salah satu faktor
penyebab menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat.
Untuk itu, berbagai unsur terkait harus menjadikan
pengurangan resiko bencana sebagia prioritas
pembangunan nasional, sehingga bencana dapat dicegah
atau paling tidak dapat dikurangi dampaknya. (Maarif,
2005, p. 47)
6. Tahapan – Tahapan Penanggulangan Bencana
Maksud dari implemtasi bencana dapat diartikan
sebagai salah satu peningkatan ataupun proses.
(kebudayaan) arti lain dari penanggulangan adalah bagian
28
proses, kegiatan dan cara menanggulanginya. (kebudayaan,
p. 884) Penanggulangan bencana menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 adalah
rangkaian cara penceghan yang meliputi penerapan
kebijakan pembangunan yang berisiko terjadinya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi
dan rekontruksi. (Sembiring, 2011, p. 10)
Para pihak yang ikut untuk mengelola
penanggulangan bencana meliputi un,sur-un,sur
pemerintah (enabler), universitas, Non-Government
Organitation (NGO), sukarelawan/ti (volunteer), donor,
kontraktor, konselor, masyarakat dan lain sebagainya.
Pemerintah ditolong oleh sepuh dalam masyarakat lainnya
sebagai partner dalam mengelola penanggulangan bencana
secara tepat. Para pihak dapat memberikan bantuan sesuai
dengan tugasnya masing-masing, dimulai dari sebelum
terjadinya bencana, saat bencana, dan pasca bencana.
(Sjarief, 2008, p. 105)
Proses Tahapan penanggulangan bencana dapat
diartikan sebagai salah satu jenjang dan berkelanjutan yang
mempunyai tujuan untuk mengurangi dampak dari
bencana, melalui proses kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat, rehabilitasi dan rekontruksi, agar
menciptakan suatu kondisi yang aman namun tetap
waspada terhadap bencana. Jadi penanggulangan bencana
bukan hanya perihal memberikan bantuan kepada
masyarakat yang terdampak bencana seperti yang selama
29
ini dipahami. Penanggulangan bencana harus dilakukan
jauh sebelum bencana terjadi dan juga setelah terjadinya
bencana. (Susanto, 2007, p. 9)
Penanggulangan bencana merupakan salah satu
proses berencana yang dilakukan untuk mengelola bencana
dengan baik dan aman melalui 3 (tiga) tahapan sebagai
berikut: (Haryanto, 2012, p. 20)
a. Pra Bencana
1) Siap Siaga
Kesiap siagaan merupakan rangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan
kejadian bencana melalui pengorganisasian dengan
langkah-langkah yang baik dan benar.
Mnurut Gillespie dan Streeter, Kesiap siagaan
yaitu sebagai rencana, pencarian data, bentuk
peringatan dan pelatihan, simulasi, dan tindakan pra
bencana lainnya yang mempunyai tujuan utama
peningkatkan keamanan dan efektif selama bencana
terjadi. (Gillespie, 2016, p. 4)
Meningkatkan kesiap siagaan adalah salah
satu aspek yang penting, tapi sepenuhnya mudah
dilakukan dikarenakan menyangkut sikap mental dan
kebudaya serta disiplin ditengah masyarakat. Kesiap
siagaan adalah proses yang paling strategis karena
sangat menentukan keberhasilan atas ketahanan
relawan masyarakat dalam menghadapi datangnya
suatu bencana.
30
2) Peringatan Dini
Peringatan dini adalah salah satu proses
dalam penanggulangan bencana dengan memberikan
peringatan kepada masyarakat tentang akan
terjadinya suatu bencana, seperti banjir bandang,
bergesernya lempengan tektonik, gelombang besar,
meletusnya gunung merapi, atau badai topan. (Ramli,
2010, p. 32)
Peringatan dini akan datangnya sebuah
bencana harus segera disampaikan kepada seluruh
masyarakat, khususnya mereka yang berpotensi
terkena bencana di tempat masing – masing.
Peringatan dini berdasarkan dari berbagai informasi
teknis dan ilmiah yang dimiliki, diproses atau
diterima oleh pihak yang berwenang dan
memutuskan akan terjadi bencana atau tidaknya.
3) Mitigasi
Mitigasi ialah salah satu cara untuk mencegah
atau mengurangi resiko yang disebabkan oleh suatu
bencana.
Dalam hal ini sangat jelas dan perlu diketahui
mitigasi ialah bersifat mencegahan sebelum bencana
terjadi. Mitigasi bencana dilakukan secara tersusun
dan komprehensif melalui berbagai upaya dan
pendekatan.
a) Pendekatan Teknis
31
Dalam proses melakukan mitigasi bencana
bertujuan untuk mengurangi dampak suatu
bencana misalnya:
Membuat desain rumah anti gempa.
Membuat material yang tahan api.
Membuat tanggul air untuk daerah yang rawan
akan terjadinya banjir bandang.
b) Pendekatan Manusia
Pendekatan sosial bertujuan untuk
membentuk manusia agar paham dan sadar
mengenai bahaya suatu bencana. Untuk itu
manusia harus menyesuaikan perilaku dan pola
hidup dengan lingkungan yang berpotensi
terjadinya bencana.
c) Pendekatan Administratif
Pemerintah atau lembaga yang terlibat
harus melakukan pendekatan administratif dalam
proses penanggulangan bencana, terkhusus di
tahap mitigasi sebagai contoh:
Penyusunan tata ruang hidup yang stabil antar
manusia dan alam.
Sistem penganalisis akan resiko bencana.
Sosialisasi pembangunan industri yang
mempunyai resiko membuat bencana.
Memberikan pendidikan dan pelatihan terkait
penanggulangan bencana.
32
Menyiapkan simulasi terkait bencana.
d) Pendekatan Kultural
Masih banyak yang beranggapan ditengah
masyarakat bahwa bencana itu ialah takdir yang
akan terjadi sehingga harus diterima apa adanya.
Tentu hal ini tidak sepenuhnya benar, karena
dengan kemampuan manusia belajar dan
menganalisis, manusia dapat berusaha
menyiapkan diri dari bencana.
b. Saat Bencana
1) Tanggap Darurat
Tanggap darurat dalam bencana adalah
rangkaian proses yang dilakukan dengan cepat dan
segera pada saat kejadian bencana dari dampak buruk
yang diakibatkan karena bencana, yang dilakukan
berupa kegiatan proses menyelamatkan dan
mengevakuasi korban bencana, harta benda,
keperluan logistik, perlindungan, mengurus
pengungsian, menyelamatkan dan pemulihan
prasarana dan sarana.
a) Menyelamatkan korban (resque).
b) Menyelamatkan benda-benda penting.
c) Menyelamatkan masyarakat umum (salvege).
2) Penanggulangan Bencana
Dalam proses tanggap darurat, yang
dilakukan adalah menanggulangi bencana yang
terjadi sesuai dengan sifat dan jenisnya.
33
Penanggulangan bencana memerlukan keterampilan
dan kedekatan khusus menurut kondisi dan skala
kejadian.
Tim yang menjalankan proses tanggap
darurat diharuskan bisa memahami segala bentuk
bencana. dan karena itu tim tanggap darurat harus
terorganisir secara baik dan benar untuk dapat
menangani berbagai jenis bencana.
c. Pasca Bencana
1) Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan perbaikan dalam
pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada
wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada
wilayah pasca bencana. (BNPB, 2008)
2) Rekontruksi
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan
dan usaha serta langkahlangkah nyata yang terencana
baik, konsisten dan berkelanjutan untuk membangun
kembali secara permanen semua prasarana, sarana
dan sistem kelembagaan, baik di tingkat
pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran
utama tumbuh berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum
dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi
34
masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat di wilayah pasca bencana. Lingkup
pelaksanaan rekonstruksi terdiri atas program
rekonstruksi fisik dan program rekonstruksi non
fisik. (BNPB, 2008)
Kementrian sosial menyatakan bahwa
korban bencana alam berpeluang menjadi penerima
program keluarga harapan (PKH) baru. Pemerintah
menargetkan 800.000 KPM PKH tergraduasi pada tahun
ini yang dapat di isi baru. Meski demikian, mereka (korban
bencana alam) tetap akan menjalani serangkaian verifikasi
yang ketat guna memastikan kelayakan mereka dalam
menerima program keluarga harapan (PKH)
Peraturan Kementerian Sosial Republik Indonesia
nomor 01 tahun 2003 menetapkan tentang bantuan sosial
yang diterima bagi korban bencana alam pada Bab II
bagian kesatu pasal 4, tertulis : bantuan sosial dapat bersifat
sementara dan/atau berkelanjutan. Bantuan sosial
sebagaimana yang dimaksud berupa bantuan langsung,
penyediaan aksesibilitas dan penguatan
kelembagaan/masyarakat korban bencana alam. Dengan
adanya peraturan kementerian sosial terkait bantuan sosial
bagi korban bencana alam dan dengan adanya program
keluarga harapan (PKH) pemerintah bisa menjalankan
program tersebut dengan anggaran yang telah disediakan
pertahunnya.
35
B. Partisipasi Masyarakat
1. Pengertian
Partisipasi menurut tata bahasanya berasal dari kata
“participate”, participation yang artinya ikut serta,
pengambilan bagian, peran serta. (KBBI, 1996)Menurut
Dr. Made Pidarta,Partisipasi adalah “pelibatan seseorang
atau beberapa orang dalam suatu kegiatan”. (Pirdata, 1990,
p. 53)
Adapun partisipasi merupakan keterlibatan atau
peran serta seseorang baik dilakukan secara individu
maupun kelompok dalam suatu kegiatan tertentu.Menurut
Santoso Sastropoetrodi kutip dari Ilmuwan Keith Davis
mendefinisikan (Sastopoetro, 1998, p. 13)
“Participation can be defined as mental and
emotional involvement of a person in a group situation
wich incourages him to contribute to group goals and share
responsibility in them”.
Selanjutnya ia mengemukakan pula bahwa “the are
three ideas in this wich are important to manager who will
practice the art of participation. . .”
Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan
mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang di dalam
situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan
sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai
36
tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang
bersangkutan.
Namun demikian dari pikiran-pikian ahli tentang
definisi partisipasi keterlibatan dapat berupa keterlibatan
mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala
kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian
tujuan dan tanggung jawab atas segala keterlibatan.
Adapun pengertian masyarakat, secara etimologi
masyarakat artinya pergaulan. Dalam bahasa latin socius
dan berubah menjadi kata sosial yang berarti “segala
sesuatu yang berhubungan dengan pergaulan hidup”.
(Daud, 1999, p. 77) Dan secara terminologi, sosial dalam
pandangan sosiologi berarti wadah pergaulan hidup
bersama manusia yang juga berfungsi sebagai tempat
persemaian dan pertumbuhan budaya manusia sebagai
mahluk sosial. (As'ari, 1993, p. 32)
2. Partisipasi Masyarakat
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam
proses penanggulangan bencana adalah berpartisipasinya
masyarakat. berpartisipasinya warga dalam program
peanggulangan bencana harus disadarkan untuk mencapai
keberhasilan suatu program. konsep partisipasi masyarakat
nebekankan hadirnya masyarakat untuk berani mengambil
pilihan pada program yang diberikan pemerintah atau
lembaga. keikutsertaan masyarakat menjadi sebuah bagian
37
penting dengan berbagai bentuk partisipasi warga dalam
menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan yang
mempengaruhi kebutuhan masyarakat. (Irene, p. 34)
Keikutsertaan masyarakat merupakan bagian dalam
suatu kegiatan baik secara materi dan non-materi yang
dilakukan untuk menciptakan kebutuhan bersama. Adapun
jenis-jenis keikutsertaan masyarakat diantaranya bersifat
terlibat langsung secara sadar dan bahkan terlibat aktif
karena adanya ajakan, adanya kerjasama yang dilakukan
oleh semua masyarakat yang berpartisipasi, terdapat
perilaku yang memulai kerjasama tersebut, serta terdapat
pemberian tugas dan fungsi yang setara satu sama lain.
(Supriatna, 2000, p. 209)
Akan tetapi pada kenyataannya,masyarakat pada
umumnya tidak pernah berani mengambil kebijakan dan
keputusan untuk menentukan program yang akan
dijalankan. Hal ini yang pada akhirnya akan menyulitkan
kelangsungan program. oleh karena itu, salah satu indikator
keberhasilan suatu program ialah adanya partisipasi
masyarakat.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Dalam proses partisipasi masyarakat banyak faktor
yang mempengaruhi akan kesadaran akan keberlangsungan
program, membangkitkan kesadaran akan keikutsertaan
masyarakat menjadi poin penting dalam keberhasilan
38
program, beberapa faktor yang mempengaruhi partsipasi
masyarakat: (Khairudin, 1992, p. 126)
a. Adanya Paksaan
b. Ikut Karna diajak
c. Inisiatif
Dari sumber lain, menurut Ndraha, ada beberapa
kemungkinan untuk menggerakan masyarakat agar
terdorong untuk ikut serta dalam program, yaitu:
(Soeliman, 1980, p. 9)
a. Menggunakan organisasi yang ada ditengah
masyarakat.
b. Adanya manfaat yang besar untuk masyarakat.
c. Masyarakat berperan aktif akan control sepenuhnya
terhadap program.
Selanjutnya, tumbuh kembangnya keikutsertaan
warga dalam pembangunan bisa dipengaruhi oleh tiga
faktor, yaitu:
a. Adanya kesempatan yang diberikan kepada
masyarakat untuk berpartisipasi.
b. Adanya kemauan untuk berpartisipasi.
c. Adanya kemampuan untuk berpartisipasi.
Tentang hal ini, adanya kesempatan yang diberikan,
sering merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan,
dan kemauan akan sangat menentukan kemampuan.
(Mardikanto, 2013, p. 91)
4. Macam-macam Partisipasi Masyarakat
39
Aktivitas yang dilakukan bersama-sama dapat
menimbulkan suatu kegiatan yang memicu keluarnya
potensi ditengah masyarakat, ada empat tipe yang dapat
dibedakan, dari jenis-jenis partisipasi masyarakat yang
meliputi itu ialah: (Ndraha, 1990, p. 105)
a. Partisipasi dalam Perencanaan
Partisipasi ini bertujuan agar masyarakat bisa
menenukan gagasan dan kesepakatan untuk
kepentingan bersama, dimana hal ini sangat penting
untuk menentukan keberhasilan program yang
dijalankan bersama dan masyarakat empunyai rasa
tanggung jawab akan suatu kebijakan yang mereka
sepkati, bentuk dari partisipasi ini seperti hadir
dalam rapat, aktif dalam diskusi, memberikan
sumbangan pemikiran, merespon hasil diskusi.
b. Partisipasi dalam Pelaksanaan
Dalam hal ini, keterlibatan pemerintah atau
lembaga terkait kelanjutan dari hasil yang telah
disepakti sebelumnya bersama masyarakat yang
berpartisipasi akan kelanjutan program yang
berikan, berkaitan dengan rencana program, egiatan
program dan hasil dari program yang telah
disepakati, pemerintah atau lembaga yang menjadi
sumber dana bagi masyarakat untuk pembangunan
menjadi pusat dari kegiatan yang akan berjalan.
40
c. Partisipasi dalam Pemanfaatan
Partisipasi ini tidak terlepas dari hasil dari program
yang telah dijalankan bersama masyarakat, output
dari program yang bisa dimanfaatkan masyarakat
tidak terlepas dari kualitas program yang
dicapai,aka ada dimana hasil dari program
dipresentasikankepada masyarakat dan membagi
hasildari program kepada merek yang
berpartisipasi.
d. Partisipasi dalam Evaluasi
Masyarakat yang berperan aktif dalam
program diharuskan mengikuti ahap akhir yaitu
berpartisipasi dalam evaluasi, dimana pada tahap
ini masyarakat akan mengetahui dimana potensi
yag harus diembangkan dan memberbaiki
kesalahan dalam menjalankan program.
5. Tipologi Partisipasi Masyarakat
Tipologi partisipasi masyarakat merupakan
gambaran mengenai keterlibatan masyarakat dalam proses
partisipasi yang didasarkan pada seberapa besar kekuasaan
yang dimiliki oleh masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan. Fungsi dari keberadaan tipologi partisipasi ini
adalah: (a) untuk membantu memahami praktek dari proses
keterlibatan masyarakat, (b) untuk mengetahui sejauh mana
upaya peningkatan partisipasi masyarakat, dan (c) untuk
menilai dan mengevaluasi keberhasilan kinerja dari pihak-
pihak yang melakukan keterlibatan masyarakat.
41
Adapun tipologi partisipasi masyarakat terbagi
menjadi tujuh jenis, ialah sebagai berikut : (Mardikanto,
2013, p. 88)
a. Partisipasi pasif/manipulatif
Masyarakat diberitahu apa yang sedang atau
telah terjadi
Pengumuman sepihak oleh pelaksana proyek
tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat
Informasi yang dipertukarkan terbatas pada
kalangan profesional diluar kelompok sasaran.
b. Partisipasi informatif
Masyarakat menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian
Masyarakat tidak diberi kesempatan untuk
terlibat dan mempengaruhi proses penelitian
Akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama
masyarakat.
c. Partisipasi konsultif
Masyarakat berpartisipasi dengan cara
berkonsultasi
Orang luar mendengarkan, menganalisis
masalah dan pemecahannya
Tidak ada peluang untuk pembuatan keputusan
bersama
Para profesional tidak berkewajiban untuk
mengajukan pandangan
42
Masyarakat (sebagai masukan) untuk
ditindaklanjuti.
d. Partisipasi intensif
Masyarakat memberikan korbanan/jasanya
untuk memperoleh imbalan berupa
insentif/upah
Masyarakat tidak dilibatkan dalam proses
pembelajaran atau eksperimen-ekperimen yang
dilakukan
Masyarakat tidak memiliki andil untuk
melakukan kegiatan-kegiatan setelah insentif
dihentikan.
e. Partisipasi fungsional
Masyarakat membentuk kelompok untuk
mencapai tujuan proyek
Pembentukan kelompok (biasanya) setelah ada
keputusan-keputusan utama yang di sepakati
Pada tahap awal, masyarakat tergantung kepada
pihak luar, tetapi secara bertahap menunjukan
kemandiriannya.
f. Partisipasi interaktif
Masyarakat berperan dalam analisis untuk
perencanaan kegiatan dan pembentukan atau
penguatan kelembagaan
43
Cenderung melibatkan metoda interdisipliner
yang mencari keragaman perspektif dalam
proses belajar yang terstruktur dan sistematik
Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol
atas (pelaksanaan) keputusan-keputusan
mereka, sehingga memiliki andil dalam
keseluruhan proses kegiatan.
g. Self mobilization (Mandiri)
Masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara
bebas (tidak di pengaruhi oleh pihak luar) untuk
mengubah sistem atau nilai-nilai yang mereka
miliki
Masyarakat mengembangkan kontak dengan
lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan
bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang
diperlukan
Masyarakat memegang kendali atas
pemanfaatan sumberdaya yang ada dan atau
digunakan.
KERANGKA BERPIKIR
Penanggulangan bencana adalah suatu proses, perbuatan
dan cara menanggulangi. Serangkain upaya yang meliputi
penetapan lebijakan pembangunan yang beresiko timbunya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat,
rehabilitasi dan rekontruksi.
44
Adapun kebijakan yang dilakukan pemerintah pada tahap
pasca bencana dalam proses rehabilitasi, pemerintah menagajak
seluruh elemen untuk berperan dala proses rehabilitasi ini. KUN
Humanity System lembaga non-pemerintah yang ikut andil dalam
proses rehabilitasi di pasca-bencana ini.
Salah satu program yang dijalankan KUN Humanity
System pada tahap pasca bencana adalah CBDRR atau
pengurangan resiko saat bencana. Program ini dibuat untuk
masyarakat, agar masyarakat tahu tanda-tanda bencana dan jenis-
jenis bencana agar masyarakat bisa mengantisipasi jika akan
terjadinya sebuah bencana.
Program ini dijalankan dengan melibatkan partispasi
masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana, memberikan
pelatihan penanganan pertama dalam keadaan darurat dan juga
memberikan edukasi bagaimana melakukan evakuasi saat bencana
terjadi. Melibatkan masyarakat tidak semata-mata langsung
meminta masyarakat ikut bergabung, tim assessment juga
mengukur faktor pendukung dan penghambat yang ada di
masyarakat, mempertimbangkan seperti culture, kebiasaan,
ekonomi hingga spiritual yang ada ditengah masyarakat.
45
Tabel 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Community Development
Disaster Risk Reduction
(DRR)
Partisipasi Masyarakat
Faktor Penghambat
Partisipasi Masyarakat
Faktor Pendukung
Partisipasi Masyarakat
Penanggulangan Bencana
KUN Humanity System
46
BAB III
PROFIL LEMBAGA
SISTEM KEMANUSIAAN KUN +
A. PROFIL
KUN Humanity System + menghadirkan pemberdayaan
dan gerakan kemanusiaan siapa pun yang membutuhkannya,
terutama bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil. Untuk
sekarang kita hanya bisa bekerja di indonesia. Tim kami terdiri
dari multi-disiplin kolaborasi untuk menyediakan cara yang
paling efektif dan holistik untuk mencapai tujuan kami
penglihatan. Kami adalah organisasi nirlaba dan independen.
(Sembiring 2019)
B. SEJARAH
KUN didirikan pada Februari 2016 di Indonesia. Sepanjang
2016 - 2017 kami telah fokus dalam mitigasi bencana, yang
persiapkan masyarakat sekitar di daerah rawan bencana
menjadi yang pertama responden Daerah saat ini yang dicakup
adalah kaki Gunung Semeru dan Gunung Merapi kaki Gunung
Leuser, Gunung Gede, dan Gunung Kerinci Gunung
Manglayang. Pada 2018, bekerja sama dengan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mengembangkan
KUN WILDERNESS CENTER (klinik dan pusat informasi)
Pada Agustus 2018, sebagai tanggapan terhadap Gempa
Lombok, tim kami telah terlibat dalam program tanggap
47
darurat dan rehabilitasi rekonstruksi. Akhir September 2018,
sebagai respons terhadap Gempa Bumi dan Tsunami Donggala
Palu, kami terlibat langsung dalam tanggap darurat saat ini.
(Sembiring 2019)
C. STRUKTUR ORGANISASI
Founder KUN
dr.Chandra Sembiring
Psycology expert KUN
Dien Fakhri Iqbal
Cinematography
Anggi Frischa I.C.S.
Tenaga Ahli Bidang
Kebencanaan
Onnie Rihidara
Integrative body movent
Permata Andika
ardja
Cinematography
Teguh Rahmadi
Founder WANADRI
Iwan Kweceng
Pemasaran KUN
Pras Lumbantoruan
Tenaga Ahli Navigasi Darat
Danu Pujiachiri
48
D. VISI, MISI, TUJUAN ORGANISASI
Visi
Kolaborasi orang-orang dari latar belakang
multi-disiplin untuk mensinergikan manusia dengan
sifatnya.
Misi
a. Pemberdayaan masyarakat dan lingkungan
b. Kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana
c. Meningkatkan kesiapan menghadapi alam liar
Tujuan
a. Terwujudnya masyarakat mandiri di daerah pasca-
bencana
b. Tersedianya pelayanan mental health
c. Terlatihnya para volunteer tanggap darurat
d. Terwujudnya kesadaran masyarakat terhadap
konservasi alam
e. Mewadahi para penyintas mengembangkan kreatifitas
E. SUPPORTING
Kun Humanity System+ adalah lembaga non-pemerintah,
Kun menjalankan semua aksi atau semua kegiatan mulai dari
penanggulangan bencana sampai dengan pemberdayaan yang
dilakukan, Kun membangun mitra dengan beberapa Lembaga
seperti:
International Medical Corps
Caritas
49
Yeu
Ciad
Selain bermitra dengan beberapa lembaga, Kun
juga kerap melakukan gerakan peduli sesama, dengan
berkeliling memutarkan film documenter “Negeri Dongeng”,
Kun juga mengeluarkan produk merchandise yang hasil
penjualannya akan digunakan untuk menjalankan program
yang ada di lokasi pasca-bencana.
F. PENGALAMAN
Melakukan pemberdayaan kepada para guide/porter di
kaki gunung tentang pelatihan pertolongan pertama
pada alam liar.
Melakukan pelatihan terkait film documenter di alam
liar.
Tanggap darurat pada bencana gempa bumi dan
tsunami di lombok.
Menjalankan program terkait mental health pada
masyarakat pasca-bencana di lombok.
Tanggap darurat pada bencana gempa bumi,tsunami
dan likuivaksi di palu.
Menjalankan program 200 huntara (hunian sementara)
di desa sigi,kulawi-palu.
Tanggap darurat pada bencana tsunami silent killer di
sumur,pandeglang-banten.
50
Menjalankan program ruang tumbuh bersama pada
masyarakat pasca-bencana di banten.
G. PROGRAM
1. Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan
KUN Humanity System + bekerja sama dengan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
melalui KUN Center, yang secara langsung aktif terlibat dalam
mengembangkan akses sistem konservasi di semua Taman
Nasional di Indonesia. Pusat KUN juga membawa
pemberdayaan masyarakat kepada orang-orang yang tinggal di
sekitar kawasan konservasi dan Taman Nasional. Pusat KUN
juga berperan dalam meningkatkan kapasitas porter, pemandu
dan masyarakat sekitar. Tujuan utama KUN Center adalah
untuk memperkuat alam konservasi, mempromosikan
pemberdayaan masyarakat, meningkatkan positif pengalaman
bepergian di alam liar, dan juga secara signifikan mengurangi
jumlahnya kecelakaan di hutan belantara di Indonesia. Saat ini
lebih dari 150 kuli telah berpartisipasi dan bersertifikat dalam
WFA (Pertolongan Pertama Wilderness).
2. Manajemen dan Penanggulangan Darurat Bencana
Kami selalu merespons keadaan darurat bencana
dengan cepat. Saat angka kematian meningkat dalam waktu
singkat, tantangan utama adalah bagaimana menyelamatkan
banyak nyawa mungkin dalam waktu yang relatif
singkat. KUN Humanity System + bekerja sama dengan
51
relawan dari dana organisasi lain di seluruh Indonesia sehingga
KUN dapat segera menilai situasi bencana, mengidentifikasi
masalah dan utama masalah dalam menanggapi bencana
dengan tepat, dan dengan cepat menyebarkan bencana tim
tanggap darurat. Cadangan uang tunai yang mencukupi,
memungkinkan kami untuk merespons dan kapan dan di mana
kebutuhan paling tinggi.
3. SIMAUNG (Bioskop Di Bawah Kaki Gunung)
KUN Humanity System + juga bergerak bersama
komunitas lokal dan lokal pemerintah melalui SIMAUNG
(Sinema Kaki Gunung - Cinema Under the Kaki
Gunung). SIMAUNG adalah bentuk program kesadaran
pendanaan pendidikan untuk manajemen Bencana. SIMAUNG
dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan
masyarakat lokal dan pemerintah daerah tentang bahaya yang
harus dihindari dan potensi yang memungkinkan mereka
mengatasi bencana. SIMAUNG disajikan melalui pemutaran
film di bioskop terbuka, sedang diadakan secara lokal. Sinema
Luar Ruang untuk Pengungsi di Sinabung setelah letusan
gunung berapi.
52
KUN Jl. Dago Pojok No. 84, Bandung
Telp. (022) 2045 7853
www.kun.or.id
Chandra Sembiring (+6281321500755)
Anggi Frisca (+628112255777)
Permata Andhika Rahardja (+628562266608)
Situs web :
www.kun.or.id
Media sosial :
www.facebook.com/kun.humanitysystem
https://www.instagram.com/kun.humanitysystem/
https://www.instagram.com/aksa7art/
53
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Selat Sunda dihantam tsunami pada 22 Desember 2018.
Berdasarkan data BNPB tercatat (437) orang meninggal dunia,
(9.061) orang luka, (10) orang hilang dan (16.198) orang
mengungsi. Di Kabupaten Pandeglang terdapat (296) orang
meninggal dunia, (3) orang hilang, dan (7.972) orang
mengungsi. Sebanyak (1.071) rumah rusak berat dan rusak
sedang, dan (457) rumah rusak ringan. Sedangkan di
Kabupaten Lampung Selatan tercatat (120) orang meninggal
dunia, (8.304) orang luka, dan (6.999) orang mengungsi.
Sebanyak (543) rumah rusak berat, (70) rumah rusak sedang
dan (97) rumah rusak ringan. (S, 2019). (KUN, 2019)
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferensi
pers Senin (24/12) menjelaskan penyebab tsunami yang
menyebabkan (373) orang meninggal, bersumber dari
longsoran sisi barat Gunung Anak Krakatau akibat erupsi.
Longsoran dianalisis setara dengan kekuatan guncangan
magnitudo 3,4. (KUN, 2019)
Kecamatan Sumur, Pandeglang, Banten, yang merupakan
salah satu lokasi paling parah terdampak tsunami Selat Sunda.
(7) desa yang terdampak adalah Tamanjaya, Tunggaljaya,
Cigorondong, Kertajaya, Ujungjaya, Sumberjaya, dan
54
Kertamukti. Berdasarkan data BNPB tercatat terdapat (43)
orang meninggal dunia di kecamatan tersebut. (KUN, 2019)
Berada pada wilayah pesisir dan pemukiman penduduk
berada sejajar dengan garis pantai Kecamatan Sumur sangat
rentan dengan ancaman tsunami dan 22 Desember
membuktikan dengan kerusakan dan korban jiwa yang cukup
tinggi bahwa potensi ancaman tsunami ini akan terus ada
Memahami kondisi ini, sangat diperlukan pemahaman
pengurangan risiko bencana dan ketrampilan kesiapsiagaan
bagi komunitas dan juga para pihak di kec. Sumur. KUN
merespon kebutuhan ini dengan melakukan pelatihan
pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat. Dengan
dilaksanakan pelatihan ini diharapkan masyarakat mengetahui,
memahami dan mampu memetakan ancaman, kerentanan dan
kapasitas yang ada di daerah masing- masing serta mampu
memetakan upaya- upaya pengurangan resiko bencana yang
ada, sehingga dampak yang diakibatkan bencana dapat
diminimalkan. (Erwin, 2019)
Berdasarkan hasil temuan lapangan melalui metode
wawancara dan studi dokumentasi, dapat diperoleh beberapa
informasi terkait keterlibatatan masyarakat dan semua pihak
untuk menjalankan program dari penanggulangan bencana di
desa sumur,pandeglang-banten. Pada bab ini penulis
menjabarkan hasil data dan temuan penelitian mengenai
keterlibatan masyarakat dan smua elemen yang ada
dimasyarakat melalui program penanggulangan bencana yang
55
dijalankan bersama KUN humanity system. Dalam
menentukan informan, peneliti menentukannya melalui
kualifikasi yakni berasal masyarakat yang tinggal di daerah
yang berpotensi bencana. Kualifikasi tersebut ditujukan untuk
empat orang yamg terlibat langsung dengan program
penanggulangan bencana. Selain para masyarakat yang
menjadi target wawancara dalam program ini, penulis juga
mewawancarai para informan pendukung yaitu ketua program
ruang tumbuh bersama yang merupakan seorang pekerja sosial
yang bertugas sebagai kepala program dan juga berprofesi
sebagai psikolog mental health dan juga sebagai penentu
kebijakan selama program berlangsung.
PROFIL INFORMAN
1. Informan Utama
a. Informan Pertama
Informan utama pertama yang penulis wawancarai
ialah bapak Irfan, beliau adalah staff kantor desa yang
menjabat sebagai kepala bagian pengembangan masyarakat
desa, pak irfan merupakan lulusan dari salah satu universitas
ternama di Bandung dan beliau menikah dengan warga sumur
sekitar tahun 2003. Pak irfan menjabat sebagai staff pembantu
di mulai pada tahun 2006 dan di angkat menjadi staff desa pada
tahun 2009. Alasan beliau menjadi informan penulis karena
pak Irfan sudah berpartisipasi aktif dalam berjalan nya program
dari awal Capacity Buillding sampai dengan kegiatan simulasi
bencana bersama masyarakat, dan pak irfan juga sebagai
56
fasilitator dari pihak desa yang membantu pihak KUN bisa
diterima di tengah masyarakat.
b. Informan Kedua
Penulis mewawancarai informan kedua yang
merupakan volunteer lokal muda yang biasa disapa Kang
Bayu, beliau yang turut andil dalam terbentuknya KSB
(Kelompok Siaga Bencana) yang awalnya hanya di isi oleh
para orang tua yang seharusnya menjadi salah satu prioritas
mendapat pertolongan di saat terjadinya bencana, dan para
orang tua ini tergabung dalam LINMAS (Lingkungan
Masyarakat) yang Sekarang sudah menjadi KSB (Kelompok
Siaga Bencana). Kang bayu menjadi narasumber kedua karena
beliau menjadi salah satu contoh penting dalam bergeraknya
para kelompok pemuda di desa Cigorondong agar berperan
aktif dalam pembentukan kelompok siaga bencana ini.
c. Informan Ketiga
Informan krtiga yang di pilih oleh penulis adalah
Bapak A’ap yang berprofesi sebagai petani, dan setelah bertani
pak A’ap menjalankan tugasnya sebagai LINMAS yang
nantinya akan di ubah menjadi KSB (kelompok siaga
bencana), pak A’ap menjadi anggota LINMAS sejak tahun
2000an dan menjadi ketua LINMAS sejak tahun 2017. Pak
A’ap menjadi pilihan penulis untuk di wawancarai karena
beliau sudah paham akan situasi dan kondisi yang ada di desa,
dan beliau juga sedikit lebih paham terkait penanggulangan
bencana dari anggota LINMAS yang lain.
57
2. Informan Pendukung
a. Informan Pertama
Informan Pendukung pertama ialah kepala program
CBDRR, beliau biasa di panggil Bang Erwin. Beliau sudah
berkecimpung dalam dunia disaster semenjak tahun 2004 di
kejadian bencana alam yang terjadi di Banda Aceh, dan
pengalaman lain beliau yang lain dalam bencana letusan
gunung merapi di yogyakarta, gempa dan tsunami di lombok,
dan yang terakhir di Kulawi, Palu. Sekarang beliau turun
kembali menjalankan program dari CBDRR bersama KUN di
Desa Sumur,Banten, beliau menyusun program untuk
masyarakat, memfasilitasi kebutuhan masyarakat melalui
program ini dan terctuslah sebuah ide pembentukan Kelompok
Siaga Bencana, yang sudah pernah lakukan di Lombok.
A. Proses Penanggulangan Bencana
Berdasarkan hasil temuan lapangan melalui wawancara
dan observasi, penulis mendapatkan informasi terkait proses
penanggulangan bencana yang dilakukan KUN humanity
system melalui program ruang tumbuh bersama: CBDRR di
Desa Sumur, Banten. Dengan menggabungkan data yang
didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, penulis
mendapatkan hasil dari proses penanggulangan bencana pasca
terjadinya tsunami yang di akibatkan longsoran gunung
krakatau pada bulan desember lalu.
58
B. Tahapan-Tahapan Penanggulangan Bencana
Manajemen bencana yang merupakan suatu proses
terencana yang dilakukan untuk mengelola bencana dengan
baik dan aman melalui 3 (tiga) tahapan. Dari tiga tahapan
penanggulangan bencana, KUN Humanity System hanya
melakukan ditahap saat bencana (tanggap darurat) dan tahap
pasca-bencana. Hal ini dikarenakan sulitnya memprediksi
suatu bencana, jadi KUN Humanity System hanya merespon
dimana adanya suatu bencana terjadi dengan kekuatan medic
yang mereka punya.
a. Pra Bencana
yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, serta peringatan dini. Kegiatan ini dilakukan
pemerintah setempat dengan BNPD sebagai penyelenggara,
dimana BNPD melakukan riset awal pada daerah yang dirasa
cukup rawan akan terjadinya bencana. Dalam hal ini
pemerintah dan BNPD membentuk team satuan khusus untuk
melakukan persiapan penanggulangan bencana, persiapan itu
terdiri dari kesiapsiagaan masyarakat jika memang nantinya
ada bencana yang akan datang.
Dalam hal peringatan dini, BNPD bersama satuan khusus
penanggulangan bencana sudah memasang pelampung yang
dapat mendeteksi gelombang besar di tengah laut. Pelampung
ini berjarak sekitar 300-400 meter dari bibir pantai, dan
pelampung ini bisa mendeteksi tinggi gelombang yang dirasa
cukup tinggi dan mengirimkan data tersebut ke bagian
informasi BNPD. Jika gelombang tinggi tersebut berpotensi
59
tsunami, BNPD akan membunyikan sirine peringatan kepada
masyarakat, agar masyrakat bisa segera menuju titik aman
yang sudah disediakan pemerintah.
b. Tanggap Darurat
Pada tahap tanggap darurat yang dilakukan KUN pada
tanggal 24 Desember 2018. Secara singkat yang dilakukan
KUN Humanity System dalam proses tanggap bencana di Desa
Sumur, Ujung Kulon, ialah melakukan assessment di wilayah
yang terdampak akibat longsong gunung Krakatau. Bersama
team assesment ada juga team medis yang memberikan
penanganan pertama untuk masyarakat yang terluka dan butuh
pengobatan. Melalui data ini team akan menentukan jenis
bantuan yang dibutuhkan oleh masyarakat terdampak. Maka
ditentukanlah bantuan pada tahap pertama untuk masyarakat
terdampak ialah memberikan 3 paket logistik berupa 1 paket
food kit, 1 paket hygne kit dan 1 paket shelter kit.
60
Tabel 4.1 Bantuan Logistik KUN Humanity System.
Food Kit Hygne Kit Shelter Kit
Beras Sabun Mandi Terpal
Minyak Deterjen Selimut
Mie Instant Pasta Gigi Matras
Sarden Kaleng Sikat Gigi
Kornet Kaleng Pakaian dalam pria
Biskuit Pakaian dalam
wanita
Sosis
Air Mineral
Paket yang diberikan kepada masyarakat terdampak.
Selama berjalan nya tanggap darurat, team terus melakukan
penyisiran ke desa-desa terdampak lain nya dengan membawa
team medis dan team assessment melakukan pencarian data
lebih rinci, mulai dari data desa, sejarah bencana yng pernah
terjadi di Desa Sumur, Struktur tanah, jenis tanah, hingga
pergantian musim. Hal ini dilakukan guna team nantinya akan
dapat menentukan program yang akan disusun dan diberikan
masyarakat pada pasca-bencana nanti.
Setelah masa tanggap darurat berakhir, atas kebijakan dari
pemerintah setempat yang dimana tanggap darurat dimulai
pada tanggal 22 Desember 2018 hingga 02 Februari 2019,
pemerintah merubah dari tahap tanggap darurat ke tahap
rehabilitasi ini. Dalam transisi perubahan tahap yang di
informasikan oleh pemerintah, KUN memulai kembali dengan
61
data assessment yang baru, dengan data terbaru ini tim KUN
Humanity System bisa menentukan desa arsiran dan
menentukan program apa yang akan dijalankan di desa tersebut
nanti.
c. Pasca Bencana
Pasca bencana merupakan proses pemulihan masyarakat
setelah tahap tanggap darurat dinyatakan berakhir oleh
pemerintah setempat. Peran bagi pemerintah dan lembaga
yang terkait dalam proses pemulihan ini adalah proses
rehabilitasi, proses rehabilitasi ini ditujukan untuk masyarakat
dan juga akses sarana dan prasarana untuk bisa kembali
normal kembali.
Dalam proses rehabilitasi ini pemerintah ataupun lembaga
banyak yang menjalankan program mental health atau
psycososial support. Kun juga menjalankan program
psycosocial support kepada masyarakat terdampak, dengan
tujuan masyarakat yang mengalami trauma dapet
disembuhkan dan menjalankan aktifitas yang normal seperti
sebelum terjadinya bencana.
C. PASCA BENCANA TSUNAMI
Pada pasca bencana ini KUN humanity system melakukan
aksi didaerah pasca bencana dengan menyusun beberapa
program yang dirasa diperlukan oleh masyarakat, dengan
bertujuan membantu BNPB agar masyarakat bisa bangkit
setelah terjadi bencana di daerah mereka, KUN yang berfokus
62
di tahap rehabilitasi melakukan proses bersama dengan
masyarakat dan staff pemerintah.
Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan untuk semua
aspek pelayanan publik dan masyarakat sampai tingkat yang
memadai pada wilayah pasca-bencana. Oleh karena itu KUN
humanity system selain melakukan trauma healing kepada
masyarakat pasca-bencana, KUN juga memberikan program
capacity building terkait penanggulangan bencana untuk
masyarakat, program dan pelatihan yang diberikan KUN
kepada masyarakat bertujuan untuk memulihkan kembali
masyarakat agar bangkit setelah terjadinya tsunami akhir tahun
lalu.
Hal ini ditemukan dari hasil wawancara sebagai berikut:
”KUN berada diwilayah pasca-bencana banten ini
melakukan beberapa program, program ini dibuat setelah
kami mendapatkan data assessment pada tanggap darurat
di desember lalu dan dari data itu disepakatilah program-
program yang diantara nya adalah CBDRR ini.” (Erwin,
2019)
Upaya yang dilakukan KUN humanity system dalam
menjalankan program dalam menjalankan program ditengah
masyarakat dalam tahap rehabilitasi untuk mengembalikan
kondisi masyarakat agar bisa beraktivitas seperti sebelumnya,
KUN mengajak aparatur desa agar membantu untuk bisa lebih
dekat dengan masyarakat untuk membentuk volunteer lokal.
63
Photo kegiatan sosialisasi yang dilakukan Kun, Kepala BNPD
Sumur, dan Staff Desa Sumur.
Hal tersebut juga diperkuat pada kutipan dibawah ini:
“hal yang pertama kami lakukan adalah pendekatan
terhadap masyarakat yang menjadi wilayah arsiran kami,
setelah pendekatan dengan masyarakat sekitar, kami
mencoba membentuk volunteer di wilayah arsiran
dengan dibantu oleh aparatur pemerintah.” (Erwin, 2019)
Hal ini juga diperkuat oleh pihak desa pada hasil wawancara
berikut:
“masyarakat merespon positif kegiatan ini tentunya ya,
dengan berdampingan antara pihak desa, masyarakat
tentunya akan lebih percaya dengan KUN untuk
mensukseskan program ini.” (Irfan, 2019)
Seperti juga yang diungkapkan pada penjelasan berikutnya
dalam wawancara tersebut bahwa pada pelaksanaan program,
tentunya akan ada hambatan dalam beberapa aspek yang perlu
di perhatikan, agar suksesnya program berjalan sesuai
kebutuhan masyarakat. Berikut kutipan wawancara:
64
”penghambat pasti ada ya, selain pemilihan penggunaan
bahasa baku yang kurang dimengerti masyarakat, tapi
hambatan itu bisa ditutupi dengan adanya para volunteer
dan staff desa lainnya, faktor pendukung disini itu kami
beruntung punya masyarakat yang solid.” (Irfan, 2019)
Dalam wawancara kali ini, penulis menambahkan beberapa
narasumber terkait hasil dari pelatihan para volunteer KSB atau
Kelompok Siaga Bencana guna merespon erupsi gunung
krakatau yang terjadi pada tanggal 10-11 April 2020.
Ketika terjadi erupsi pada malam itu, apa ada himbauan
atau peringatan dari Kelompok Siaga Bencana yang di
bentuk oleh KUN?
“iya, ada himbauan berupa peringatan dini bahwasannya
krakatau sedang erupsi dan diharuskan menuju titik
kumpul yang aman.” (Nurhaniah, 2020)
Selain himbauan dan peringatan, apa yang mereka
lakukan pada saat evakuasi berjalan?
“saya tidak tahu persis apa yang mereka lakukan, tapi dari
beberapa orang itu ada yang menunggu dibeberapa
persimpangan yang menuju titik kumpul.” (Nurhaniah,
2020)
Pada saat kejadian dan berada di titik kumpul, apa ada
masyarakat yang terluka?
“alhamdulillah tidak ada yang terluka, dan yang mereka
lakukan di titik kumpul mencoba menenangkan
masyarakat agar kondusif.” (Nurhaniah, 2020)
65
Dalam hal ini Kelompok Siaga Bencana yang terus di monitori
oleh KUN Humanity System melakukan tugasnya dengan
baik, dengan memprioritaskan kelompok rentan terlebih
dahulu. Selain membantu pemerintah dalam proses
mengevakuasi masyarakat, kelompok siaga bencana juga
harus bisa memonitoring keadaan alam sekitar dan juga
mampu menenangkan kondisi psikis masyarakat di titik
evakuasi.
Bagaimana cara kelompok siaga bencana dalam
mengevakuasi kelompok rentan?
“pada saat evakuasi berlangsung, orang tua saya yang
memang sudah sulit berjalan dijemput dengan kendaraan
di rumah dan langsung menuju ke titik aman.” (Ramin,
2020)
Dalam perjalanan menuju jalur evakuasi ke titik aman,
bagaimana situasi yang bapak lihat?
“menuju ke titik aman yang sudah ditentukan pemerintah
dan kelompok siaga bencana, saya merasa malam itu
kondusif, tidak ada nya kepanikan berlebih di masyarakat,
dan masyarakat juga sudah siap dengan barang bawaan
mereka yang dirasa dibutuhkan” (Ramin, 2020)
66
Dari kutipan beberapa wawancara dan observasi yang penulis
temukan dilapangan terlihat bagaimana KUN humanity system
menjalankan peran dalam proses penanggulangan bencana dan
membantu pihak pemerintahan dalam tahap rehabilitasi dalam
bencana alam yang terjadi pada bulan desember lalu.
D. Partisipasi Masyarakat
Salah satu elemen yang penting dalam proses
penanggulangan bencana adalah partisipasi masyarakat.
Partisipasi masyarakat dalam program peanggulangan bencana
perlu dibangkitkan untuk mencapai keberhasilan suatu
program. konsep partisipasi masyarakat nebekankan
keikutsertaan masyarakat dalam pengambilan keputusan pada
suatu lembaga atau proses pemerintahan. Partisipasi
masyarakat menjadi sebuah kepedulian dengan berbagai
bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijakan dan
pengambilan keputusan yang mempengaruhi kebutuhan
masyarakat. (Irene)
”masyarakat sangat terlibat dalam program yang
dijalankan bersama KUN, dan tentunya masyarakat juga
sangat membutuhkan program dan pelatihan ini, belajar
dari kejadian tsunami kemarin, yang tidak ada tanda-
tanda akan terjadinya tsunami seperti gempa, bencana
tsunami kemarin terjadi secara tiba-tiba yang disebabkan
longsoran dari gunung krakatau, yang tidak pernah kami
alami sebelumnya.” (Irfan, 2019)
Pak irfan yang membantu setiap proses penyelenggaraan
program yang dilakukan bersama KUN agar masyarakat
67
berpartisipasi dalam program ini agar semua masyarakat tau
apa yang akan mereka lakukan nanti.
Foto kegiatan bersama para volunteer lokal dan kepala BNPD
Sumur.
Kepala BNPD Sumur menyampaikan apresiasi sebelum
kegiatan simulasi bencana.
Partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan
masyarakat dalam suatu kegiatan baik secara fisik maupun
non-fisik yang dilakukan untuk mewujudkan keinginan dan
kepentingan bersama. Adapun ciri-ciri partisipasi masyarakat
antara lain bersifat proaktif dan bahkan reaktif, terdapat
68
kesepakatan yang dilakukan oleh semua yang terlibat, terdapat
tindakan yang mengisi kesepakatan tersebut, serta terdapat
pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam kedudukan
yang setara. (Supriatna, 2000)
Akan tetapi pada kenyataannya, Dalam persiapan dan
pengambilan keputusan terkait kegiatan program yang akan
dilakukan, masyarakat cenderung tidak pernah mengambil
bagian. Hal ini yang pada akhirnya akan menyulitkan
kelangsungan program. oleh karena itu, salah satu indikator
keberhasilan suatu program ialah adanya partisipasi
masyarakat.
Dan peran dalam partisipasinya masyarakat dalam
menjalankan program ini diperkuat oleh pertanyataan pak irfan
dalam wawancara berikut ini:
“masyarakat disini berperan penting tentunya sebagai
jembatan informasi untuk masyarakat lainnya, sebagai
linmas yang dibentuk menjadi KSB (kelompok siaga
bencana) berperan aktif sebagai fasilitator ke masyarakat
luas nanti, masyarakat sebgai volunteer yang menerima
manfaat dan berbagi kepada masyarakat yang lainnya,
bahkan bisa menjadi contoh untuk desa yang lainnya.”
(Irfan, 2019)
69
Bersama masyarakat, pak Irfan menyampaikan akan kegiatan
Simulasi Bencana di tengah Masyarakat.
Dengan adanya keterlibatan masyarakat secara langsung,
diharapkan adanya perubahan yang positif bagi masyarakat,
tanpa adanya faktor-faktor yang bersifat paksaan atau
ketakutan akan sesuatu dalam berpartisipasi nya masyarakat
dalam program, karena jika adanya faktor-faktor tersebut akan
menghambat keberhasilan dari program tersebut.
Tipologi Partisipasi Masyarakat
Dalam beberapa macam model partisipasi masyarakat, Kun
menggunakan model partisipasi fungsional, dimana partisipasi
ini mementingkan pendapat masyarakat untuk menentukan apa
yang akan mereka buat (kelompok), yang kesepakatan ini telah
disetujui oleh masyarakat lain. masyarakat berdiskusi bersama
terkait kebutuhan apa saja untuk menjadi sebuah desa tanggap
bencana nantinya, setelah kesepakatn telah dibuat antar
masyarakat akan terbentuknya sebuah kelompok, partisipan
70
yang nantinya akan menjadi kelompok siaga bencana masih
harus bergantung akan lembaga yang menjadi fasilitator akan
program tersebut, ketergantungan dalam masyarakat ini tidak
berlangsung terus menerus, hal ini hanya sebatas Kun yang
menjadi fasilitator memberikan capacity building akan
kebutuhan dan pengetahuan akan penanggulangan bencana.
Dalam pembentukan kelompok siaga bencana, Kun hanya
melibatkan kelompok LINMAS yang ada di desa. Ada
beberapa kelompok atau lembaga yang ada di Desa Sumur
seperti WWF dan Kelompok Peneliti Badak Cula Satu, namun
lembaga dan kelompok ini hanya berpartisipasi sebatas tukar
informasi tentang kegiatan yang akan Kun dan masyarakat
lakukan agar tidak terjadinya kesalahpahaman dan
terbenturnya agenda program dihari yang sama.
Selain masyarakat lokal yang berpartisipasi dalam kegiatan
ini, ada beberapa tokoh masyarakat yang terlibat seperti Kepala
Desa Cigorondong, Kepala Kecamatan Sumur dan Kepala
BNPD kecamatan Sumur, Dimana para tokoh masyarakat ini
mengajak masyarakat luas untuk bergabung dengan program
ini dan berharap Desa Sumur ini menjadi roll model akan Desa
tanggap bencana untuk Desa-desa yang lain.
Dalam wawancara dengan volunteer lokal akan manfaat
program ini untuk masyarakat dan harapan akan keberadaan
Kun di Desa ini:
71
“program ini sangat bermanfaat,masyarakat jadi lebih tau
apa yang harus disiapkan dan apa yang akan dilakukan”
(Bayu, 2019)
“perubahan yang sangat terasa terkait program bencana
ini masyarakat jadi lebih siaga dan para warga juga terasa
aman karna ada kelompok siaga bencana ini” (Bayu,
2019)
Terkait perubahan yang terjadi di masyarakat setelah
menjalankan program juga di utaran oleh salah satu volunteer
yang berpartisipasi dalam program ini.
Observasi pertama yang penulis lakukan adalah
pada saat penyampaian materi terkait CBDRR, dimana
penyampaian ini untuk mengenal jenis-jenis bencana, tanda-
tanda bencana dan sebab akibat bisa terjadinya bencana.
Pelatihan ini di pimpin langsung oleh Pak Erwin selaku ketua
program CBDRR, pelatihan ini dihadiri oleh 3 kelompok
LINMAS dari 3 desa (Sumber Jaya, Cigorondong dan Taman
Jaya) arsiran yang menjadi titik berjalannya program dari KUN
Humanity System. Sekitar 27 orang berpartisipasi dalam
sosialisasi terkait materi pengenalan bencana ini, partisipan
yang terdiri dari setengahnya orang tua dan para pemuda
setempat, acara ini berlangsung dari pukul 13.00 WIB – 17.00
WIB, penyampai materi terkait pengenalan bencana dilakukan
hingga 15.00 WIB untuk istirahat, makan dan Sholat. Setelah
istirahat selesai para partisipan dilanjutkan dengan pelatihan
Wildernest First Aid, yaitu pelatihan penanganan pertama yang
dilakukan di saat darurat, pelatihan ini lebih fokus ke praktik
72
dilapangan, dimana para partisipan bekerja sama melakukan
simulasi kepada korban bencana yang terluka, pelatihan ini
bertujuan untuk para partisipan ini yang nanti menjadi tim KSB
(kelompok siaga bencana) disetiap desa nya dapat membantu
masyarakat ditengah-tengah bencana hingga bantuan dari
pemerintah datang.
Untuk Observasi selanjutnya di kantor Desa
Cigorondong para partisipan yang hadir dalam sosialisasi dan
pelatihan penanganan pertama yang berlokasi di pesisir pantai
daplangu dikumpulkan kembali guna membicarakan agenda
selanjutnya, yaitu simulasi bencana yang akan dilakukan
bersama masyarakat desa semua. Malam ini diskusi dipimpin
oleh semua anggota LINMAS itu sendiri, ini dilakukan agar
para partisipan ini bisa mempraktekkan langsung hasil dari
pelatihan mereka pada beberapa hari yang lalu, dari pihak
KUN yaitu Pak Erwin hanya mengarahkan para partisipan
dengan beberapa point penting terkait simulasi bencana ini.
Yang ditekankan disini simulasi pengangan pertama dengan
simulasi saan bencana, disini partisipan harus mengajak
seluruh masyarakat untuk melakukan hal-hal yang harus
dilakukan saat terjadinya bencana, dimulai dari menuju titik
kumpul, menuju rute evakuasi hingga ke titik aman.
Selebihnya para partisipan yang menentukan bagaimana nanti
proses yang akan terjadi nanti, strategi ini diberikan kepada
partisipan bertujuan untuk agar masyarakat lebih berkembang
dan akan mandiri nantinya, tanpa harus menunggu pemerintah
atau NGO lain, mereka akan terus berkembang dengan
73
kemauan mereka dan bisa menjadi salahsatu desa tangguh
bencana.
Observasi terakhir yang dilakukan di tengah Desa
Cigorondong tepat nya di bangunan Ruang Tumbuh Bersama
yang telah dibangun oleh Tim KUN Humanity System untuk
masyarakat melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif
dan membangun. Ruang tumbuh bersama ini menjadi salah
satu program selain CBDRR dan ditempat ini pula akan
dilaksanakan nya simulasi bencana yang sudah dipersiapkan
oleh para partisipan dari jauh hari. Penulis mulai
mengobservasi mulai dari pengumuman kepada masyarakat
dengan berjalan menggunakan sepeda motor beserta mobil
KUN, para tim KUN dan para partisipan dari program CBDRR
ini berjalan iring-iringan mengelilingi desa. Dengan
menggunakan pengeras suara, Pak Irfan selaku staff kantor
desa memberitahukan bahwa hari ini akan di adakan simulasi
bencana, himbauan ini bertujuan agar masyarakat tidak panik
nanti nya dan diharap bisa berpartisipasi dalam kegiatan
tersebut. Acara simulasi dimulai pada Pukul 10.00 WIB,
dengan aba-aba yang disiapkan oleh para partisipan dimulai
dengan tanda sirine dibunyikan, masyarakat keluar rumah
menuju titik kumpul, di titik kumpul sudah ada tim evakuasi
yang siap menunjukan arah kepada masyarakat menuju titik
aman. Melihat antusias para masyarakat hari itu yang
jumlahnya bisa mencapai 100 orang lebih dan melihat
bagaimana partisipan yang telah dilatih oleh tim KUN
menunjukan hal yang positif dimana para partisipan mampu
74
mengendalikan masyarakat dan melakukan step-step apa saja
yang diharuskan saat terjadinya bencana. Dan acara ini di tutup
dengan peresmian Ruang Tumbuh Bersama dan Terbentuknya
Tim KSB (Kelompok Siaga Bencana) yang sebelumnya
bernama LINMAS.
Simulasi Pertolongan pertama saat bencana yang dilakukan
para Volunteer.
75
BAB V
ANALISIS DATA TEMUAN LAPANGAN
A. Proses Peangggulangan Bencana
Menurut Soeladi terkait penanggulangan bencana tidak dapat
dilaksanakan dengan mengandalkan satu instansi, melainkan
melibatkan banyak element dari masyarakat itu sendiri,
Susanto berpandangan tentang penanggulangan bencana
bahwa penanganan bencana berangkat dari keterbatasan
masyarakat dalam hal memprediksi dan menghadapi bencana
yang akan datang. Prinsipnya terkait penanggulangan bencana
adalah mengatasi keterbatasan manusia dalam memprediksi
dan menghadapi bencana (Tertulis dalam BAB II). Program
penanggulangan bencana yang dilaksanakan KUN Humanity
System yang terfokus pada tahap rehabilitasi terhadap
masyarakat pasca-bencana yang membutuhkan pembekalan
bagaimana memprediksi dan menghadapi bencana. Dengan
berkerja sama dengan semua element masyarakat yang ada
dengan melibatkan masyarakat dalam menjalankan program
bersama KUN Humanity System. Hal tersebut terlihat dari
pelaksanaan program CBDRR oleh KUN Humanity System di
wilayah Desa Sumur yang berpotensi akan adanya bencana.
B. Tahapan-Tahapan Penanggulangan Bencana
Tahapan penanggulangan bencana dapat diartikan sebagai
suatu proses berjenjang dan berkelanjutan yang bertujuan
untuk meminimalisisr dampak suatu bencana, dikutip dari
76
susanto (BAB II) tahapan penanggulangan bencana melalui
serangkaian kegiatan pencegakan akan suatu bencana, tanggap
darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Serangkaian kegiatan ini
bertujuan agar masyrakat tetap aman namun tetap waspada
terahap suatu bencana.
Dalam tulisan hayanto juga mengungkapkan bagaimana
manajemen bencana merupakan suatu proses terencana yang
dilakukan untuk mengelola bencana dengan baik dan aman
melalui 3 (tiga) tahapan, yaitu:
a. Pra Bencana
1) Kesiagaan
Dalam tahap pra bencana, KUN dan masyarakat membentuk
kelompok siaga bencana (KSB), dengan melalui kelompok
yang dibentuk ini dirasa merupakan langkah pertama yang
harus segera dilakukan. Sesuai dengan Gillespie dan Streeter,
dengan terbentuknya suatu kelompok yang mempunyai tujuan
utama meningkatkan keamanan dan efektifitas respon
masyarakat selama bencana. Membangun kesiagaan adalah
unsur penting, namun tidak mudah dilakukan karena
menyangkut sikap mental dan budaya serta disisplin ditengah
masyarakat.
2) Peringatan Dini
Peringatan Dini yang disepakati dari Kelompok Siaga Bencana
yang nantinya akan terbentuk menyepakati menggunakan
77
sirine manual dan satu paket alat HT menggunakan baterai
yang difasilitasi oleh KUN Humanity System sebagai lembaga
yang bertanggung jawab akan kelompok ini. dengan melihat
dikejadian lalu dimana sebelum kejadian gempa bumi atau
tsunami listrik akan padam seutuhnya dan memutus jaringan
komunikasi. Dengan peralatan manual yang kelompok ini
miliki, peringatan dini sebelum terjadinya bencana bisa
disampaikan dengan segera kepada semua pihak.
3) Mitigasi
Mitigasi yang dilakukan KUN Humanity System bersama
masyarakat dan volunteer lokal ialah menyediakan jalur
evakuasi, dimana jalur ini akan ditandai berupa plang atau
papan penunjuk arah ketempat teraman saat bencana.
b. Saat Bencana
Tanggap Darurat
Merespon bencana yang terjadi di Desa Sumur, Pandeglang-
Banten. KUN Humanity System melakukan penyelamatan dan
evakuasi korban dengan kekuatan mereka dibidang medis,
bergerak dari posko ke posko lain nya, mengecek kesehatan
dan kebutuhan apa saja yang diperlukan para korban yang
tinggal dipengungsian.
c. Pasca Bencana
Rehabilitasi
78
Perbaikan pemulihan semua aspek termasuk pemulihan
mental yang menjadi salah satu program utama KUN
Humanity System yaitu MHPSS, dimana KUN bekerja sama
dan membantu pihak BNPD membantu pemulihan untuk
masyarakat.
C. Pasca Bencana Tsunami
Mengutip dari laman BNPB, ada beberapa tahap yang akan
dilakukan pada lokasi terjadinya bencana, salah satunya ialah
tahap rehabilitasi. Pada tahap ini masyarakat membutuhkan
pemulihan dari semua aspek, mulai dari aspek pemulihan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadain hingga
semua nya bisa berjalan dengan secara wajar seperti semula.
Selain pemulihan aspek pelayan publik, masyarakat juga
membutuhkan pemulihan akan mental atau rasa trauma akan
kejadian dari bencana tersebut, KUN berfokus pada tahap
rehabilitasi untuk masyarakat. Dengan membawa program
capacity building terkait mental health psychosocial support
dan disaster risk reduction untuk masyarakat wilayah yang
terdampak bencana, diharap akan membantu masyarakat agar
bisa mengantisipasi dan menghadapi bencana nanti.
a. Rehabilitasi
Dalam proses rehabilitasi yang dilakukan KUN Humanity
System dalam rangka membantu pemerintah untuk
memulihkan masyarakat yang terdampak bencana di Desa
Sumur, Pandeglang-Banten. Hal yang dilakukan KUN
Humanity system di tahap rehabilitasi ini salah satunya adalah
79
menjalankan program capacity building disaster risk reduction
(CBDRR), yang pertama dilakukan tim KUN adalah
membentuk volunteer lokal dengan memberikan penguatan
mental dan pembekalan akan penanggulangan bencana, yang
materi ini disampaikan oleh ketua pelaksana program CBDRR
yaitu pak Erwin, materi ini diberikan kepada masyarakat yang
berpartisipasi dalam program CBDRR yang nantinya akan
menjadi Kelompok Siaga Bencana (KSB), Pelatihan-pelatihan
akan penanganan pertama disaat keadaan darurat (BAB IV)
yang diberikan kepada para calon volunteer lokal.
Selain penguatan mental dan pembekalan materi yang
diberikan oleh KUN Humanity System, para volunteer juga
diajak langsung untuk mengetahui dimana titik-titik berbahaya
dan dimana titik aman jika terjadi bencana. Hal ini dilakukan
guna agar masyarakat paham akan dimana dan kemana
masyarakat akan di evakuasi jika terjadi bencana, dan nantinya
titik-titik tersebut akan dipasangkan plang atau papan jalur
evakuasi hingga ketitik aman.
Proses pembekalan materi dan pelatihan yang dilakukan
bersama masyarakat dan KUN Humanity System akan terlihat
dari kegiatan simulasi bencana yang dilakukan volunter lokal
bersama dengan seluruh element masyarakat yang terlibat
seperti staff desa, BNPD Desa Sumur dan masyrakat umum
lainnya.
Berbagai upaya penanggulangan bencana yang dilakukan
KUN Humanity System menyasar kepada seluruh element
80
masyarakat secara umum. hal tersebut memungkinkan
persebaran informasi tentang bagaimana cara mengantisipasi
dan menghadapi bencana yang akan datang nantinya yang
memang menjadi salah satu program dan tanggung jawab KUN
Humanity System, hingga nantinya diharapkan desa arsiran
KUN Humanity System menjadi desa tangguh bencana.
D. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan seseorang di
dalam kelompok, berpartisipasi yang melibatkan mental dan
emosi untuk memberikan dorongan kepada kelompok untuk
mencapai suatu keberhasilan. Dalam situasi dimana
masyarakat membutuhkan banyak kekuatan untuk
mempersiapkan dan menghadapi segala kemungkinan yang
terjadi, pembentukan kelompok siaga bencana yang menjadi
acuan berjalan nya program CBDRR sangat dibutuhkan nya
partisipasi masyarakat itu sendiri.
Lebih lanjut lagi, dalam menghadapi kenyataan nya,
kurangnya partisipasi masyarakat dalam persiapan dan
pengambilan keputusan dalam suatu program yang akan
dilakukan, masyarakat cenderung tidak mengambil bagian dan
akan menyulitkan keberhasilan program. Masyarakat harus
bersifat proaktif dan reaktif, membuat kesepakatan dengan
semua masyarakat yang terlibat agar masyarakat itu sendiri
mempunyai tanggung jawab dan kewenangan dalam
kedudukan yang setara.
81
Dalam proses penanggulangan bencana partisipasi
masyarakat menjadi elemen penting yang harus segera
dibangkitkan, konsep partisipasi masyarakat ditekankan agar
masyarakat bisa mengambil dan membuat keputusan dalam
proses pembuatan kebijakan yang mempengaruhi kebutuhan
masyarakat. Dalam kegiatan program CBDRR yang dilakukan
KUN Humanity System, masyarakat yang berpartisipasi
diharapkan menjadi elemen penting bagi banyak pihak, mampu
melakukan sosialisasi dan menerapkan materi dan pelatihan
yang diberikan lembaga kepada masyarakat.
Tipologi Partisipasi Masyarakat
Tipologi partisipasi masyarakat merupakan sebuah
gambaran keterlibatan masyarakat yang akan dibagi dari
beberapa kelompok. Terlibatnya masyarakat untuk
berpartisipasi dalam 3 (tiga) program KUN Humanity system
berikan. dengan melihat banyaknya kelompok yang sudah ada
di tengah masyarakat, KUN Humanity System tanpa merubah
tatanan kelompok yang sudah ada menjalankan program
CBDRR dengan kelompok LINMAS yang bertugas
menjalankan keamanan untuk masyarakat.
Dalam menjalankan program CBDRR dengan kelompok
LINMAS yang terkumpul dari desa yang menjadi arsiran
wilayah KUN Humanity System, hal ini dilakukan untuk
melihat fungsi dari keberadaan kelompok-kelompok ini.
82
KUN Humanity System bersama dengan kelompok
LINMAS fokus menggunakan salah satu jenis tipologi
partisipasi masyarakat, yaitu partisipasi fungsional. Jenis
partisipasi ini dirasa perlu digunakan oleh pihak lembaga,
tujuan dari digunakannya jenis ini ialah agar masyarakat bisa
menentukan sendiri apa yang akan mereka lakukan dan
persiapkan dengan kelompok LINMAS ini.
Partisipasi Fungsional
Partisipasi fungsional terbagi dalam 3 point, antara lain
:
1) Masyarakat membentuk kelompok untuk mecapai tujuan
proyek.
Pada point ini, KUN Humanity System terfokus
dengan kelompok LINMAS yang akan menjadi kelompok
siaga bencana (KSB) nantinya, hal ini dilakukan tanpa
merubah tugas dan fungsi awal dari kelompok LINMAS.
Dalam bagian ini KUN Humanity System yang bertindak
sebagai fasilitator hanya memberikan pembekalan dan
materi akan penanggulangan bencana dan pertolongan
pertama pada disaat keadaan darurat.
2) Pembentukan kelompok (biasanya) setelah ada keputusan-
keputusan utama yang disepakati.
Para partisipan yang tergabung dalam kelompok
LINMAS sebelumnya menyepakati akan bergantinya
kelompok LINMAS menjadi kelompok siaga bencana
83
(KSB). Point ini dilakukan dengan bertujuan para partisipan
yang tergabung bisa menentukan akan sebuah kebijakan dan
mengambil keputusan untuk kelompok yang akan menjadi
wadah mereka selanjutnya, tanpa merubah fungsi
sebelumnya dan mendapatkan tugas baru yaitu bertanggung
jawab akan melindungi masyarakat dari bencana alam.
Selain menyepakati perubahan nama, para partisipan juga
diharapkan bisa merekrut kelompok pemuda yang menjadi
generasi penerus selanjutnya.
3) Pada tahap awal, masyarakat masih tergantung kepada pihak
lembaga, tetapi secara bertahap menunjukan
kemandiriannya.
Setelah partisipan menentukan dan menyepakati
akan suatu gerakan kelompok yang akan mereka lakukan
nantinya, masyarakat masih harus bergantung dengan
lembaga yang terkait, yaitu KUN Humanity System.
Ketergantungan akan materi dan pembekalan yang
diberikan KUN Humanity System hanya bertahan di awal
hingga mereka bisa mandiri dengan yang diberikan lembaga
kepada mereka. Dengan mengikuti materi dan pelatihan
dengan kelompok sebelumnya dan tambahan tenaga dari
kelompok pemuda yang diharapkan mampu menyerap
semua kebutuhan mereka untuk kelompok mereka yang
baru. Dengan melihat partisipan dari masa pelatihan hingga
melakukan kegiatan simulasi bencana nanti, akan
terbentuklah kemandirian untuk kelompok mereka
nantinya.
84
Dengan segala cara yang dilakukan KUN Humanity
System bersama dengan masyarakat yang berpartisipasi untuk
mensukseskan program CBDRR ini, diharap mampu menjadi
desa yang mandiri dan menjadi desa tangguh bencana. Dengan
bekerja sama dengan semua elemen yang ada, kelompok siaga
bencana (KSB) kelompok yang mampu menjadi roll model
akan pergerakan desa-desa lain akan pentingnya masyarakat
dalam menentukan kebijakan dan mengambil keputusan untuk
kebutuhan mereka dari kelompok-kelompok yang ada.
99
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses penanggulangan bencana yang dilakukan
pemerintah daerah di Desa Sumur, Pandeglang-Banten dalam
merespon bencana alam yang diakibatkan oleh longsornya
gunung krakatau dan terjadinya gelombang besar yang
menghantam sebagian besar pesisir pantai tanjung lesung
hingga ke ujung kulon. Bersama pemerintah daerah, BNPD
Desa Sumur, Pandeglang-Banten, dan KUN Humanity System
menjalankan tahap penanggulangan bencana pada tanggap
darurat pada bulan desember 2018, melakukan assessment
kepada masyarakat yang terdampak akibat gelombang besar
yang menghantam pemukiman warga. Program
penanggulangan bencana yang dilakukan KUN Humanity
System terfokus pada tahap pra-bencana pada bagian
rehabilitasi yang melibatkan keseluruhan masyarakat untuk
berpartisipasi.
Partisipasi masyarakat dalam program penanggulangan
bencana yang dilakukan pemerintah daerah dan KUN
Humanity System menjadi salah satu faktor penentu akan
keberhasilan program tersebut. Dalam hal ini masyarakat harus
berpartisipasi secara aktif dan pro-aktif untuk melakukan
pencegahan dan bersiap mengantisipasi akan menghadapi
bencana alam yang sulit di prediksi. Proses penanggulangan
100
bencana yang dilakukan KUN Humanity System dimulai pada
tahap saat bencana dan pasca-bencana.
Pada tahap saat bencana, proses penanggulangan bencana
terfokus pada tanggap darurat/emergency respon, tahap ini
mempunyai jangka waktu yang nantinya akan ditentukan
langsung oemerintah daerah dan BNPD Desa Sumur,
Pandeglang-Banten.
Saat Bencana
Tim KUN Humanity System merespon bencana yang
terjadi di Daerah Banten dengan kekuatan medis yang mereka
miliki membantu pemerintah Daerah dan BNPD. Melakukan
cek kesehatan kepada seluruh masyarakat terdampak dan
melakukan tahap assessment hingga memberikan bantuan
logistik berupa hygne kit dan food kit.
Selanjutnya setelah masa tanggap darurat dinyatakan
berakhir oleh pemerintah daerah dan BNPD Desa Sumur,
Pandeglang-Banten, Tim KUN Humanity System masih
bertahan di lokasi bencana menjalankan tahap selanjutnya
yaitu tahap pra-bencana. Pada tahap ini KUN Humanity
System terfokus pada bagian Rehabilitasi, dimana pada tahap
Rehabilitasi ini berkegiatan tentang pemulihan mental di
tengah masyarakat. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan tahap pemulihan dari semua aspek
yang ada dimasyarakat, KUN Humanity System menjalankan
salah satu program terkait penanggulangan bencana. Dimana
101
program ini bertujuan agar masyarakat mampu menghadapi
dan mengantisipasi akan suatu bencana yang bisa datang kapan
saja.
KUN Humanity System telah memberikan dampak yang
signifikan di tengah masyarakat dengan terlibatnya KUN
Humanity System dalam membantu pemerintah daerah dan
BNPD Desa Sumur, Pandeglang-Banten. Keterlibatan KUN
Humanity System di tengah masyarakat pasca-bencana
dirasakan oleh banyak pihak, dari individu, masyarakat, dan
Desa itu sendiri. Hal ini dapat terlihat dari terbentuknya
kelompok siaga bencana (KSB) yang telah disepakati oleh
masyarakat itu sendiri, dimana kelompok ini diharapkan akan
memberikan dampak positif bagi masyarakat luas nantinya
yang mampu menghadapi dan mengantisipasi bencana lainnya.
Kenyataannya bahwa KUN Humanity System masih harus
berbenah diri dalam proses penanggulangan bencana nantinya,
dimana mereka harus bisa lebih mempersiapkan dan
memperhatikan tahapan-tahapan penanggulangan bencana.
Dalam proses penanggulangan bencana KUN Humanity
System yang tidak melakukan atau melewatkan di tahap Pra-
bencana yang dimana memang lokasi bencana sangat sulit
diprediksi.
Proses partisipasi masyarakat menjadi tolak ukur akan
keberhasilan program yang dijalankan bersama KUN
Humanity System pada Desa yang terkena gelombang besar
akibat gunung krakatau, KUN Humanity System
102
menggunakan salah satu jenis partisipasi, yang digunakan
KUN Humanity System adalah jenis partisipasi fungsional.
Jenis partisipasi ini digunakan oleh KUN Humanity
System guna masyarakat mampu terlibat secara aktif,
memberikan masyarakat yang berpartisipasi agar bisa
menentukan kebijakan-kebijakan yang akan mereka gunakan
dan masyarakat sendiri juga bisa mengambil keputusan sesuai
dengan keadaan kelompok mereka nanti. Hal ini dilakukan
agar masyarakat mampu bertanggung jawab akan kebijakan
yang mereka ambil, yang nantinya masyarakat ini akan
menjadi masyarakat yang mandiri.
B. Implikasi
Proses penanggulangan bencana yang dilakukan KUN
Humanity System terfokus pada partisipasinya masyarakat
akan kesiapan mempersiapkan dan menghadapi bencana alam.
Upaya proses penanggulangan bencana dengan terlibatnya
masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana membuat
KUN Humanity System menjalankan program CBDRR pada
tahap rehabilitasi yang bertujuan agar masyarakat terdampak
mampu pulih dari kejadian bencana alam yang mereka alami.
Implikasi dalam penelitian ini menggambarkan proses
penanggulangan bencana dengan membawa program CBDRR
dari KUN Humanity System untuk masyarakat terdampak.
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, terlihat berbagai
bentuk pelatihan dan pemberian materi terkait bencana dari
KUN Humanity System yang juga melibatkan seluruh elemen.
103
Program CBDRR yang dilaksanakan telah memberikan
dampak yang bermanfaat bagi individu, masyarakat, dan Desa
Sumur, dimana terlihat dari bagaimana pelatihan yang
diberikan memberikan daya kepada para volunteer lokal yang
mampu mempraktikkan simulasi bencana dengan sangat baik
dan mampu membimbing atau mengarahkan masyarakat
ketempat yang aman.
C. SARAN
Mengacu dari hasil penelitian dan analisa yang telah
dilakukan, beberapa hasil tersebut perlu dikemukakan saran
dan masukan khususnya bagi KUN Humanity System.
Sehingga upaya penanggulangan bencana yang dijalankan
KUN Humanity System dapat berjalan efektif untuk
mempersiapkan masyarakat dengan lebih baik. Beberapa saran
tersebut diantaranya yaitu:
1. Pendekatan kepada masyarakat secara menyeluruh harus
lebih dioptimalkan, dimana bukan hanya kelompok-
kelompok terpilih saja yang menjadi fokus utama demi
keberhasilan program. Hal ini dilakukan agar nanti
bertambahnya para volunteer lokal dan kelompok lain
yang bergabung dengan kelompok siaga bencana, dengan
banyaknya yang tergabung dalam kelompok siaga
bencana nantinya akan menjadi kekuatan baru untuk
kelompok ini.
2. Penguatan kapasitas dan kuantitas dari tim KUN
Humanity System itu sendiri. Dengan banyaknya tim
104
KUN yang cukup untuk menjalankan suatu program akan
membantu proses penanggulangan bencana itu sendiri,
dimana makin luas daerah yang akan terjangkau nantinya
dan akan memperbanyak masyarakat yang berpartisipasi.
105
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku
As’ari. Syafari Imam. 1993. Sosiologi Kota dan Desa.
Surabaya: Usaha Nasional.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif
(Cet.ke-2). Jakarta: PT Grafindo Persada.
Daud Ali, Muhammad., dan Habibah Daud. 1999.
Lembaga-lembaga Islam di Indonesia. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Ghoni, M. Djunaedi, dkk. 2012. Metode Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Khairuddin. 1992. Pembangunan Masyarakat.
Yogyakarta: Liberty.
Mardikanto, Totok. 2013. Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung:
Alfabeta.
Moloeng, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ndraha, Taliziduhu. 1990 Pembangunan Masyarakat
Jakarta: Rineka Cipta.
Nurjanah., dkk. 2012. Manajemen Bencana. Bandung: Alfa
Beta
Pirdata, Made. 1990. Perencanaan Pendidikan Partisipasi
dengan Pendekatan Sistem. Jakarta: Cipta.
106
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan
& Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : Dian
Rakyat.
Ruslan, Rosady. 2006. Metode Penelitian: Public Relation
dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Sastopoetro, Santoso. 1998. Partisipasi, Komunikasi,
Persuasi dan disiplin dalam Pembangunan Nasional.
Bandung: Alumni.
Sembiring. Himpunan Peraturan Perundang-undangan
RI: Penanggulangan Bencana.
Soeladi. 1995. Manajemen Bencana Alam Tsunami.
Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial.
Sugiono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif Cet ke-5.
Bandung: Alfabeta.
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refia Aditama.
Supriatna, Tjahya. 2000. Strategi Pembangunan dan
Kemiskinan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Susanto. Sebuah Pendekatan Strategic Management:
Disaster Management di Negeri Rawan Bencana
Sutopo, Heribertus. 1996. Metodologi Penelitian
Kualitatif: Metodologi Penelitian Untuk Ilmu-ilmu
Sosial dan Budaya. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Warto., dkk. 2003. Ujicoba Pola Manajemen
Penanggulangan Korban Bencana Alam pada Era
107
Otonomi Daerah. Yogyakarta: Departemen Sosial
RI.
B. Sumber Skripsi
Rizal Wahyudha. 2016. Implementasi Penanggulangan
Bencana Banjir Oleh BPBD provinsi DKI Jakarta.
Skripsi S1 Mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial
Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah
Jakarta.
Agus Joko Haryanto. 2012. Manajemen Bencana Dalam
Menghadapi Ancaman Industri di PT. Lautan
Otsuka Chemical Cilegon. Tesis S2 Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
C. Sumber Jurnal
Arifin, Saru. 2008. Studi Model Kebijakan Mitigasi
Difabel Korban Bencana Alam (Studi Kasus di
Kabupaten Bantul, Yogyakarta). Laporan
Penelitian Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia.
Gillespie, D.F., & Streeter, C.L., Conceptualizing and
Measuring Disaster Preparedness.
International Journal of Mass Emergencies and Disaters,
5 (2)
108
Maarif, Syamsul. 2005. Indonesia Supermarket
Bencana,” Jurnal Perempuan No. 40.
Sutikno, dkk. 1992. Dampak Penggunaan Lahan
Terhadap Bencana Alam Akibat Gerakan Massa
Tanah/Batuan di Daerah Tamanggung, Jateng.
Laporan Penelitian Fakultas Geologi Universitas
Gajah Mada.
Yulianto, Ade. 2014. Strategi adaptasi sosial dan
ekonomi masyarakat pasca bencana (study kasus
masyarakat kampung trangkil baru kelurahan
sukorejo kecamatan gunung pati kota semarang
pasca bencana alam tanah longsor tahun 2014.
D. Sumber Undang-Undang
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana No. 11 tahun 2011 tentang
penanggulangan bencana
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Becana No. 11 tahun 2008 tentang pedoman
rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 ayat 1 pasal 10
dan pasal 11 tentang Penanggulangan Bencana.
E. Sumber Internet
https://www.bnpb.go.id/home/potensi, di akses pada
18.24/ Senin, 22 januari 2019
109
F. Sumber Lain
Kodoatie dan Sjarief. Pengelolaan Bencana Terpadu.
Hidayati. Panduan Siaga BencanaBerbasis Masyarakat.
Nurrachman. Pemulihan Trauma: Panduan Praktis
Pemulihan Trauma Akibat Bencana Alam.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar
Bahasa Indonesia.
Susanto. Sebuah Pendekatan Strategic Management:
Disaster Management di Negeri Rawan Bencana.
Tim Penyusun KBBI. 1996. .Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Siti Irene. Desentralisasi dan Partisipasi.
Holil Soelaiman. 1980. Partisipasi Sosial Dalam Usaha
Kesejahteraan Sosial. Bandung.
Lampiran
Transkip Wawancara
Hari/tanggal : Jum’at, 09 Agustus 2019
Waktu : 16:35 WIB
Lokasi : KUN Center Sumur,pandeglang-banten.
I. Identitas infroman
Nama : Dr. Chandra Sembiring
Jenis kelamin : Laki-Laki
Usia :
Alamat :
Informan : Ketua NGO KUN
Humanity System
II. Pertanyaan
1. (Peneliti) bagaimana awal berdirinya Kun
Humanity System ini ?
(ketua NGO) awalnya kami semua pernah
bertemu dan bekerja sama di lembaga kemanusiaan
di indonesia, mulai dari ekspedisi nusantara,
bencana tsunami di aceh dan juga letusan gunung
merapi di jawa tengah, dan pada akhirnya tanpa
disengaja saya dan beberapa orang yang pernah
bertemu dilembaga kemanusiaan waktu itu bertemu
kembali di sebuah event ekspeditor pendakian tujuh
gunung di indonesia atau biasa disebut seven
summits indonesian. Setelah ekspedisi ini berakhir
di akhir 2015, kami sepakat untuk bertemu kembali
dan berbicara lebih luas lagi kedepannya.
2. (peneliti) apa tujuan dan visi misi dari KUN
Humanity System?
(ketua NGO) selain untuk memberdayakan
masyarakat di pedalaman desa yang sulit untuk
diakses, kami bertujuan menjalin hubungan dengan
warga lokal, dengan bersinergi dengan mereka kita
jadi tahu apa yang di butuhkan masyakat dan akan
kita kembangkan seluruh potensi yang ada di desa
tersebut.
3. (peneliti) apa program dan fokus utama dari KUN
Humanity System ini ?
(ketua NGO) salah satu program yang
menjadi fokus kami selain pemberdayaan
masyarakat, kami juga punya kekuatan dibidang
medic, program utama kami di wilayah pasca-
bencana adalah MHPSS atau mental health
psycosocial support dan Siap siaga bencana
CBDRR.
4. (peneliti) lalu apa yang KUN lakukan diwilayah
pasca-bencana di banten ini ?
(ketua NGO) selain aksi kemanusiaan,
yang kami lakukan disini adalah mencoba
mengembangkan potensi yang ada di wilayah
pasca-bencana ini, sekiranya apa yang masyarakat
butuhkan dan apa yang masyarakat bisa lakukan
setelah bencana tsunami kemarin, dan kami
mencoba membantu memfasilitasi itu.
Transkip Wawancara
Hari/tanggal : Rabu, 14 Agustus 2019
Waktu : 19.30 WIB
Lokasi : Kantor Desa Cigorondong
I. Identitas infroman
Nama : Pak Erwin
Jenis kelamin : Laki-Laki
Usia :
Alamat :
Informan : Kepala Program CBDRR
II. Pertanyaan
1. (Peneliti) apa yang dilakukan KUN di wilayah
pasca-bencana ?
(kepala program) KUN berada diwilayah
pasca-bencana banten ini melakukan beberapa
program, program ini dibuat setelah kami
mendapatkan data assessment pada tanggap darurat
di desember lalu dan dari data itu disepakatilah
program-program yang diantara nya adalah
CBDRR ini.
2. (peneliti) bagaimana proses yang dilakukan KUN
untuk menjalankan program CBDRR ?
(kepala program) hal yang pertama kami
lakukan adalah pendekatan terhadap masyarakat
yang menjadi wilayah arsiran kami, setelah
pendekatan dengan masyarakat sekitar, kami
mencoba membentuk volunteer di wilayah arsiran
dengan dibantu oleh aparatur pemerintah.
3. (peneliti) apa peran KUN di dalam masyarakat
melalui program CBDRR ?
(kepala program) KUN berperan sebagai
fasilitator bagi masyarakat, apa yang masyarakat
butuhkan akan coba kami bantu sebisa mungkin,
dan melalui program cbdrr ini masrakat juga
membutuhkan pengetahuan tentang bencana,
apalagi mereka tinggal diwilayah yang berpotensi
bencana.
4. (peneliti) apa tujuan menjalankan program cbdrr
ini di sumur,pandeglang-banten ?
(kepala program) dengan melihat wilayah
sumur ini, yang memiliki banyak potensi akan
terjadinya bencana seperti tsunami, letusan gunung
dan lain sebagainya, dirasa program cbdrr ini sangat
tepat dijalankan di daerah ini.
Transkip Wawancara
Hari/tanggal : Selasa, 20 Agustus 2019
Waktu : 14.20 WIB
Lokasi : Kantor Desa Sumur,Pandeglang-Banten.
I. Identitas infroman
Nama : Pak Irvan
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia :
Alamat :
Informan : Kepala Bagian
Pengembangan Masyarakat Desa Sumur.
II. Pertanyaan
1. (peneliti) apa masyarakat terlibat dalam program
cbdrr?
(staff kantor desa) masyarakat sangat
terlibat dalam program yang dijalankan bersama
KUN, dan tentunya masyarakat juga sangat
membutuhkan program dan pelatihan ini, belajar
dari kejadian tsunami kemarin, yang tidak ada
tanda-tanda akan terjadinya tsunami seperti gempa,
bencana tsunami kemarin terjadi secara tiba-tiba
yang disebabkan longsoran dari gunung krakatau,
yang tidak pernah kami alami sebelumnya.
2. (peneliti) apa peran masyarakat di dalam program
ini ?
(staff kantor desa) masyarakat disini
berperan penting tentunya sebagai jembatan
informasi untuk masyarakat lainnya, sebagai
linmas yang dibentuk menjadi KSB (kelompok
siaga bencana) berperan aktif sebagai fasilitator ke
masyarakat luas nanti, masyarakat sebgai volunteer
yang menerima manfaat dan berbagi kepada
masyarakat yang lainnya, bahkan bisa menjadi
contoh untuk desa yang lainnya.
3. (peneliti) bagaimana respon masyarakat terhadap
program CBDRR ini ?
(staff kantor desa) masyarakat merespon
positif kegiatan ini tentunya ya, dengan
berdampingan antara pihak desa, masyarakat
tentunya akan lebih percaya dengan KUN untuk
mensukseskan program ini.
4. (peneliti) saat menjalankan program ini adakah
yang masyarakat ada yang paham terkait disaster ?
(staff kantor desa) ada beberapa orang
yang paham, tapi lebih banyak yang tidak taunya,
masyarakat tentunya harus lebih banyak belajar dan
memahami terkait disaster melalui program ini.
5. (peneliti) apakah KUN memberikan penuyuluhan
terkait jenis-jenis bencana ?
(Staff kantor desa) iya, kun memberikan
penyuluhan kepada masyarakat, selain adanya
forum, KUN juga memberikan kalender yang
isinya tentang jenis-jenis bencana.
6. (peneliti) apakah ada peringatan khusus jika akan
terjadinya bencana ?
(staff kantor desa) BNPD punya alat
deteksi gempa di sekitaran gunung krakatau, tapi
beda cerita jika tsunami terjadi tanpa adanya gempa
seperti kejadian desember kemarin ya.
7. (peneliti) apa ada faktor penghambat dan
pendukung dalam menjalankan program ?
(staff kantor desa) penghambat pasti ada
ya, selain pemilihan penggunaan bahasa baku yang
kurang dimengerti masyarakat, tapi hambatan itu
bisa ditutupi dengan adanya para volunteer dan
staff desa lainnya, faktor pendukung disini itu kami
beruntung punya masyarakat yang solid.
Transkip Wawancara
Hari/tanggal : Selasa, 22 Agustus 2019
Waktu : 16.00 WIB
Lokasi : Ruang Tumbuh Bersama Desa Cigorondong.
I. Identitas infoman
Nama : Bayu
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia :
Alamat :
Informan : Anggota Kelompok Siaga
Bencana (volunteer lokal)
II. Pertanyaan
1. (peneliti) Apa yang dirasakan masyarakat setelah
menjalankan program?
(volunteer) program ini sangat
bermanfaat,masyarakat jadi lebih tau apa yang
harus disiapkan dan apa yang akan dilakukan.
2. (peneliti) Perubahan seperti apa yang ada
masyarakat setelah ada kun humanity system ?
(volunteer) perubahan yang sangat terasa
terkait program bencana ini masyarakat jadi lebih
siaga dan para warga juga terasa aman karna ada
kelompok siaga bencana ini.
3. (peneliti) Apa yang anda tau tentang Kun humanity
system?
(volunteer) KUN ini tidak jauh beda ya
dengan WWF misalnya, tidak jauh beda dengan
WWF yang menjalankan program jangka panjang.
4. (peneliti) manfaat seperti apa yang kun humanity
system bawa ke masyarakat?
(volunteer) manfaat nya sangat banyak ya,
mulai dari menghilangkan trauma akan bencana,
kun juga memberikan pelatihan terkait sampah,
KUN memberikan banyak manfaat pastinya.
5. (peneliti Bagaimana proses penyampaian kun
kepada masyarakat terkait program ?
(volunteer) Alhamdulilah penyampaian
KUN diterima dengan baik, karna KUN juga sering
berkumpul dengan kita, jadi KUN tau apa yang
harus di ucapkan kepada masyarakat.
6. (peneliti) Bagaimana proses penerimaan
masyarakat terkait disaster management?
(volunteer) masyarakat menerima dengan
baik keberadaan KUN dengan program yang
mereka bawa ya, dengan bukti seberapa banyak nya
masyarakat sangat antusisas dengan program DRR
ini,
7. (peneliti) Apa harapan masyarakat dengan ada nya
kun humanity system di lingkungan pasca-bencana
?
(volunteer) masyarakat berharap KUN ini
tidak berhenti setelah program ini berakhir ya,
masyarakat ingin KUN tetap ada di masyarakat dan
memfasilitasi masyarakat tentunya.
Transkip Wawancara
Hari/tanggal : Selasa, 22 Agustus 2019
Waktu : 16.00 WIB
Lokasi : Ruang Tumbuh Bersama Desa Cigorondong.
I. Identitas infoman
Nama : Bahri
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia :
Alamat :
Informan : Anggota Kelompok Siaga
Bencana (volunteer lokal)
II. Pertanyaan
1. (peneliti) Apa yang dirasakan masyarakat setelah
menjalankan program?
(volunteer) masyarakat jadi lebih semangat
ya, dengan isu-isu yang dikembangkan, masyarakat
jadi lebih peduli terhadap lingkungan.
2. (peneliti) Perubahan seperti apa yang ada
masyarakat setelah ada kun humanity system ?
(volunteer) masyarakat jadi lebih aktif dan
peka di lingkungan mereka masing-masing
3. (peneliti) Apa yang anda tau tentang Kun humanity
system?
(volunteer) KUN ini sudah lama ada di
sumur ini ya, dari awal kejadian hingga sampe
sekarang ini, yang terfokus membantu masyarakat
bangkit dari bencana tsunami.
4. (peneliti) manfaat seperti apa yang kun humanity
system bawa ke masyarakat?
(volunteer) manfaat yang KUN bawa
banyaknya pastinya ya, sosialisasi dan
perkembangan program juga memang masyarakat
butuhkan.
5. (peneliti Bagaimana proses penyampaian kun
kepada masyarakat terkait program ?
(volunteer) KUN menyampaikan program
dengan sangat baik dan bisa dimengerti oleh
masyarakat, dan masyarakat mau mendengarkan
mereka.
6. (peneliti) Bagaimana proses penerimaan
masyarakat terkait disaster management?
(volunteer) masyarakat menerima KUN
berada di sekitar mereka dengan senang hati
pastinya.
7. (peneliti) Apa harapan masyarakat dengan ada nya
kun humanity system di lingkungan pasca-bencana
?
(volunteer) saya berharap ya KUN ini ada
disini, tinggal dimasyarakat, karna KUN ini
bermanfaat sangat buat kita semua.
Hasil Obsevasi
Waktu : 06, Agustus 2019
Tempat : Pesisir pantai Daplangu, Sumur,
Pandeglang-Banten.
Observasi pertama yang penulis lakukan adalah pada saat
penyampaian materi terkait CBDRR, dimana penyampaian ini
untuk mengenal jenis-jenis bencana, tanda-tanda bencana dan
sebab akibat bisa terjadinya bencana. Pelatihan ini di pimpin
langsung oleh Pak Erwin selaku ketua program CBDRR, pelatihan
ini dihadiri oleh 3 kelompok LINMAS dari 3 desa (Sumber Jaya,
Cigorondong dan Taman Jaya) arsiran yang menjadi titik
berjalannya program dari KUN Humanity System. Sekitar 27
orang berpartisipasi dalam sosialisasi terkait materi pengenalan
bencana ini, partisipan yang terdiri dari setengahnya orang tua dan
para pemuda setempat, acara ini berlangsung dari pukul 13.00 WIB
– 17.00 WIB, penyampai materi terkait pengenalan bencana
dilakukan hingga 15.00 WIB untuk istirahat, makan dan Sholat.
Setelah istirahat selesai para partisipan dilanjutkan dengan
pelatihan Wildernest First Aid, yaitu pelatihan penanganan
pertama yang dilakukan di saat darurat, pelatihan ini lebih fokus
ke praktik dilapangan, dimana para partisipan bekerja sama
melakukan simulasi kepada korban bencana yang terluka,
pelatihan ini bertujuan untuk para partisipan ini yang nanti menjadi
tim KSB (kelompok siaga bencana) disetiap desa nya dapat
membantu masyarakat ditengah-tengah bencana hingga bantuan
dari pemerintah datang.
Hasil Observasi
Waktu : 08, Agustus 2019
Tempat : Kantor Desa Cigorondong
Untuk Observasi selanjutnya di kantor Desa Cigorondong
para partisipan yang hadir dalam sosialisasi dan pelatihan
penanganan pertama yang berlokasi di pesisir pantai daplangu
dikumpulkan kembali guna membicarakan agenda selanjutnya,
yaitu simulasi bencana yang akan dilakukan bersama masyarakat
desa semua. Malam ini diskusi dipimpin oleh semua anggota
LINMAS itu sendiri, ini dilakukan agar para partisipan ini bisa
mempraktekkan langsung hasil dari pelatihan mereka pada
beberapa hari yang lalu, dari pihak KUN yaitu Pak Erwin hanya
mengarahkan para partisipan dengan beberapa point penting
terkait simulasi bencana ini. Yang ditekankan disini simulasi
pengangan pertama dengan simulasi saan bencana, disini
partisipan harus mengajak seluruh masyarakat untuk melakukan
hal-hal yang harus dilakukan saat terjadinya bencana, dimulai dari
menuju titik kumpul, menuju rute evakuasi hingga ke titik aman.
Selebihnya para partisipan yang menentukan bagaimana nanti
proses yang akan terjadi nanti, strategi ini diberikan kepada
partisipan bertujuan untuk agar masyarakat lebih berkembang dan
akan mandiri nantinya, tanpa harus menunggu pemerintah atau
NGO lain, mereka akan terus berkembang dengan kemauan
mereka dan bisa menjadi salahsatu desa tangguh bencana.
Hasil Observasi
Waktu : 22 Agustus 2019
Tempat : Desa Cigorondong
Observasi terakhir yang dilakukan di tengah Desa
Cigorondong tepat nya di bangunan Ruang Tumbuh Bersama yang
telah dibangun oleh Tim KUN Humanity System untuk
masyarakat melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif dan
membangun. Ruang tumbuh bersama ini menjadi salah satu
program selain CBDRR dan ditempat ini pula akan dilaksanakan
nya simulasi bencana yang sudah dipersiapkan oleh para partisipan
dari jauh hari. Penulis mulai mengobservasi mulai dari
pengumuman kepada masyarakat dengan berjalan menggunakan
sepeda motor beserta mobil KUN, para tim KUN dan para
partisipan dari program CBDRR ini berjalan iring-iringan
mengelilingi desa. Dengan menggunakan pengeras suara, Pak
Irfan selaku staff kantor desa memberitahukan bahwa hari ini akan
di adakan simulasi bencana, himbauan ini bertujuan agar
masyarakat tidak panik nanti nya dan diharap bisa berpartisipasi
dalam kegiatan tersebut. Acara simulasi dimulai pada Pukul 10.00
WIB, dengan aba-aba yang di siapkan oleh para partisipan dimulai
dengan tanda sirine dibunyikan, masyarakat keluar rumah menuju
titik kumpul, di titik kumpul sudah ada tim evakuasi yang siap
menunjukan arah kepada masyarakat menuju titik aman. Melihat
antusias para masyarakat hari itu yang jumlahnya bisa mencapai
100 orang lebih dan melihat bagaimana partisipan yang telah
dilatih oleh tim KUN menunjukan hal yang positif dimana para
partisipan mampu mengendalikan masyarakat dan melakukan
step-step apa saja yang diharuskan saat terjadinya bencana. Dan
acara ini di tutup dengan peresmian Ruang Tumbuh Bersama dan
Terbentuknya Tim KSB (Kelompok Siaga Bencana) yang
sebelumnya bernama LINMAS.
DOKUMENTASI
Dokumentasi wawancara dengan salah satu volunteer CBDRR
Dokumentasi Persiapan kegiatan simulasi bencana yang
dilakukan volunteer CBDRR bersama dengan aparatur
pemerintah dan masyarakat
Dokumentasi pelaporan kepada kepala BNPD kecamatan sumur
Dokumentasi sosialisi kepada masyarakat oleh pak Irfan terkait
kegiatan simulasi bencana yang akan dilakukan
Dokumentasi kegiatan simulasi bencana yang dilakukan oleh
Volunteer CBDRR, apparatur desa dan masyarakat
Dokumentasi praktek penangangan pertolongan pertama dalam
keadaan darurat dikegiatan simulasi bencana.