proses masuk dan perkembangan islam di indonesia

Upload: alvi-dea

Post on 18-Oct-2015

329 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Proses Masuk dan Perkembangan Islam di Indonesia

    Masuknya Islam ke Indonesia

    Agama Islam berasal dari tanah Arab dan dari tanah Arab berkembanglah

    agama Islam kemana-mana, diantaranya ke Gujarat (India) dan Persia.

    Demikian pula berangsur-angsur meluas kearah timur hingga Semenanjung

    Malaka.

    Mengenai masuknya Islam ke Indonesia tidak diketahui secara pasti. Berikut

    beberapa sumber sejarah yang menjadi bukti masuknya Islam ke Indonesia.

    Perkampungan Islam yang terdapat disekitar Selat Malaka pada abad ke-7 dan

    ke-8

    Batu bersurat pada sebuah makam seorang wanita muslim di Leran Gersik Jawa

    TImur, atas nama Fatimah binti Ma'imun, berangka tahun 475 H (1082 M)

    http://4.bp.blogspot.com/-KUowOu71dao/T_BhCVtXJvI/AAAAAAAABpI/ZI4Ueu-kg0I/s1600/sejarah+agama+islam.jpg
  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Catatan kisah perjalanan Marcopollo (Musafir Venesia) yang singgah di Perlak

    Aceh Utara tahun 1292 M

    Batu nisan makam Sultan Malik al-Saleh, raja Samodra Pasai yang berangka

    tahun 1345 M

    Pembawa Islam ke Indonesia

    Pembawa Islam ke Indonesia terutama para pedagang dari Gujarat (India), Arab

    dan Persia. Sedangkan pusat perdagangan yang berperan penting dalam

    penyebaran Islam ke Indonesia ialah bandar (pelabuhan) Malaka.

    Sejak abad ke-15 kota Malaka tumbuh sebagai pusat perdagangan dan pusat

    penyebaran Islam di Asia Tenggara.

    Sementara itu proses perkembangan agama Islam di Indonesia semakin cepatmeluas setelah Malaka direbut Portugis pada tahun 1511 seperti yang ditulis

    Tome Pires dalam karyanya Suma Oriental.

    Semakin lama semakin banyak pedagang asing yang melewati perairan

    Nusantara. Pelayaran di Indonesia semakin ramai sehingga tumbuh badar-

    bandar dibeberapa pulau di Indonesia, misalnya di Aceh, Palembang, Cirebon,

    Jepara, Tuban, Banjarmasin, Ternate dan Tidore. Semakin banyak bandar di

    Indonesia, perkembangan Islam ditanah air semakin lancar.

    Faktor Pendukung Islam Cepat Berkembang di Indonesia

    Beberapa hal menyebabkan agama Islam terus berkembang pesat di Indonesia

    diantaranya sebagai berikut:

    1. Adanya perkawinan antara pedagang Arab, Persia, dan Gujarat dengan

    penduduk Indonesia.

    2. Adanya sistem pendidikan pondok pesantren3. Gigihnya para da'i atau mubaligh dalam menyebarluaskan Islam

    4. Metode penyampaiannya mengena dihati masyarakat, sebab disesuikan

    dengan latar belakang kebudayaan yang dimiliki, misalnya:

    a. Wayang kulitb. seni bangunan, danc. seni karawitan/seni gameland. Ajaran sederhana, mudah dimengeri dan diterima. Syarat

    memeluk Islam mudah, yaitu dengan mengucapkan Kalimat

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Syahadat. Didalam agama Islam tidak mengenal sistem kasta.

    Upacara keagamaan cukup sederhana, tidak memerlukan

    banyak biaya. Seiring surutnya kerajaan Sriwijaya dan

    Majapahit memungkinkan tersebarnya agama Islam.

    Saluran Penyebaran Agama Islam di Indonesia

    Melalui Perdagangan Melalui Perkawinan Melalui Pendidikan (Pondok Pesantren)

    Melalui Dakwah Melalui akulturasi maupun asimilasi kebudayaan

    Penerima Agama Islam di Indonesia

    Para Bangsawan dan raja-raja didaerah pantai Para Pedagang Masyarakat Luas

    http://campusnancy.blogspot.com/2012/07/proses-masuk-dan-perkembangan-

    islam-di.html

    Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    KARAKTERISTIK MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA

    Masuknya pengaruh agama dan kebudayaan Islam di Indonesia memiliki latar

    berlakang yang sama dengan agama Hindu-Budha, yaitu melalui jalur

    perdagangan dengan pedagang Arab, India dan Cina yang terlebih dahulu telah

    memeluk agama Islam.

    Agama Islam diperkenalkan dan disebarluaskan dengan cara yang damai, tidak

    melalui peperangan atau pemaksaan. Peranan wali dari penduduk asli Indonesia

    turut serta dalam penyebaran agama Islam, yang menjadi menarik perhatian

    masyarakat adlah mereka tidak membuat dirinya menjadi berbeda denganlainnya. Penggunaan pakaian dan pendekatan bahasa adalah cara yang efektif,

    http://campusnancy.blogspot.com/2012/07/proses-masuk-dan-perkembangan-islam-di.htmlhttp://campusnancy.blogspot.com/2012/07/proses-masuk-dan-perkembangan-islam-di.htmlhttp://campusnancy.blogspot.com/2012/07/proses-masuk-dan-perkembangan-islam-di.htmlhttp://campusnancy.blogspot.com/2012/07/proses-masuk-dan-perkembangan-islam-di.htmlhttp://campusnancy.blogspot.com/2012/07/proses-masuk-dan-perkembangan-islam-di.html
  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    diperkenalkannya unsur-unsur kesenian menambah khasanah kebudayaan

    Indonesia

    PROSES MASUKNYA AGAMA ISLAM

    Rute perdagangan melalui laut yang sering dipakai dalam oleh bangsa Indonesia

    dan bangsa-bangsa lainnya adalah Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Samudera

    Indonesia, Teluk Persia, Laut Merah, Laut Hitam, sampai Laut Tengah.

    Sejak abad ke 7, sistem perdagangan Islam sudah terasa lebih maju dari bangsa-

    bangsa lainnya. Hal ini ditandai dengan :

    1. Munculnya sistem perdagangan bebas, yaitu jual beli barang tanpa batas

    syarat.

    2. Menggunakan perdagangan saham, bagi bangsawan bisa memberikan modal

    kepada suatu perusahaan dagang dengan membeli saham.

    3. Banyaknya pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai oleh pedagang Islam.

    Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    SUMBER BUKTI MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA :

    a. Catatan Pedagang Arab

    Berdasarkan catatan dari Ibnu Hordadzbeth (844-848), Sulayman (902), Ibnu

    Rosteh (903), Abu Zayid (916) dan Masudi (955) menyebutkan bahwa

    Kerajaan Sriwijaya melakukan perdagangan dengan kerajaan Oman dengan

    menjual kayu, timah, gading, rempah-rempah, merica, pala dan lain-lain. Ini

    terjadi pada tahun 7 saat Sriwijaya dipimpin oleh Raja Zabaq.

    b. Catatan Ibnu Batuta

    Ibnu Batuta mendapat tugas untuk melakukan pelayaran ke Cina atas perintah

    Moh. Ibn Tuglag dari India. Ia mengemukakan bahwa di Indonesia sudah

    menggunakan nama-nama yang bernuansa Arab, yakni Syekh dan Malik.

    c. Catatan Marcopolo

    Saat perjalanan pulang Marcopolo dari Cina dan singgah di Perlak sudah

    melihat adanya kerajaan Islam di Tumasik dan Samudera Pasai. Kedua kerajaan

    tersebut menguasai Selat Malaka dan melakukan hubungan dagang ke Gujaratdan Benggala

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    d. Catatan Ma Huan

    Pada tahun 1400 M, Ma Huan adalah seorang penulis muslim asal Cina ikut

    serta bersama Laksamana Cheng-Ho yang juga Muslim melakukan eskpedisi ke

    tanah Jawa. Catatannya yang ditulis dalam buku Yingyai Seng-lan, menuturkanbahwa orang Cina yang bermukim di Jawa berasal dari Kanto, Zhangzhou, dan

    Quanzhou, kebanyakan dari mereka telah masuk Islam dan mentaati agama.

    e. Catatan Tome Pires

    Dalam catatan orang Portugis yang bernama Tome Pires menyebutkan bahwa

    pada awal abad XVI kerajaan-kerajaan di Sumatera telah menganut ajaran Islam,

    di Tuban dan Gresik sudah terdapat keturunan ketiga para pengusaha-pengusaha

    beragama Islam.

    f. Batu Nisan

    Ditemukannya batu nisan yang memiliki corak bernuansa Islam, antara lain:

    1. Makam Fatimah binti Maimun, diperkirakan meninggal pada tahun 1025.

    2. Makam Sultan Malik al-Saleh, meninggal tahun 1297.

    3. Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim, meninggal tahun 1419

    WALI SONGO :

    1. Maulana Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi, menyebarkan agama Islam

    di Gresik dengan menggunakan pendekatan pergaulan.

    2. Sunan Ampel, menyebarkan agama Islam di Surabaya.

    3. Sunan Bonang putra Sunan Ampel, menyebarkan Islam di Tuban.Sunan

    Drajat putra ketiga Sunan Ampel, menyebarkan Islam di Sedayu (Surabaya).

    4. Sunan Giri (Raden Paku) murid Sunan Ampel, menyebarkan Islam di Gresik

    5. Sunan Muria, menyebarkan Islam di daerah pedalaman Kudus.

    6. Sunan Kudus (Udung), menyebarkan Islam di Kudus.

    7. Sunan Kalijaga (Joko Said), menyebarkan Islam di Kadilangu

    (Demak).Sunan

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    8. Gunung Jati (Fatahillah), menyebarkan Islam di Cirebon

    PENGARUH DAN PENINGGALAN BUDAYA WALI SONGO

    Raden Fatah sewaktu menjadi raja Demak tidak memakaipakaian adat Arab,

    tetapi memakai kuluk, jamang dan sumping.

    Cerita wayang lebih bervariasi, diambil cerita-cerita rakyat dan cerita dari

    kitab Mahabarata dan Ramayana. Bentuk wayang yang semula boneka

    dimodifikasi menjadi pipih terbuat dari kulit.

    Menara Mesjid Kudus mirip dengan candi dengan bentuk atap menyerupai

    pura.

    Sunan Giri menciptakan lagu-lagu bernuansa Islam, seperti Ilir-ilir dan

    Jamuran

    AKULTURASI BUDAYA HINDU-BUDDHA DENGAN SILAM

    UPACARA ADAT

    Pada tahun 1284 Saka atau 1362 M, raja Hayam Wuruk melakukan acara srada

    untuk memperingati wafatnya Rajapatni. Tradisi penghormatan terhadap roh

    nenek moyang terasa masih sangat kental, walaupun sudah masuk agama

    Hindu-Budha. Di saat masuknya agama Islam, upacara seperti ini tidak hilang

    malah dibumbui dengan unsur-unsur Islam.

    SENI BANGUNAN

    Arsitektur bangunan mesjid dibuat secara khusus untuk membedakan denganbangunan lainnya. Biasanya atap mesjid dibuat bertingkat, denah persegi

    panjang, memiliki serambi depan atau samping, dikelilingi benteng dan gerbang

    berbentuk gapura. Contoh-contoh mesjid seperti ini dapat dijumpai pada Mesjid

    Marunda, Mesjid Agung Demak, Mesjid Agung Banten, dan Mesjid Agung

    Cirebon.

    SENI SASTRA

    Sastra karya Hamzah Fanshuri merupakan contoh hasil akulturasi kebudayaanIslam dengan Budha, seperti terlihat dalam karyanya yang berjudul Syair

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Perahu yang mengibaratkan hidup manusia di dunia bagaikan mengarungi

    lautan, dan Syait Si Burung Pingai yang menggambarkan jiwa manusia sama

    seperti burung yang sama seperti dzat Tuhan

    Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    1. SAMUDRA PASAI

    Orang Gujarat, Persia dan Arab yang berdagang dan menetap di muara Sungai

    Perlak dan muara Sungai Pasai mendirikan sebuah kesultanan. Dinasti Fatimiah

    runtuh tahun 1268 dan digantikan oleh dinasti Mamaluk yang beraliran Syafii,

    mereka menumpas orang-orang Syiah di Mesir, begitupula di pantai Timur

    Sumatera.

    Utusan dinastri Mamaluk yang bernama Syekh Ismail mengangkat Marah Silu

    menjadi sultan di Pasai, dengan gelar Sultan Malikul Saleh. Marah Silu yang

    semula menganut aliran Syiah berubah menjadi aliran Syafii.

    Sultan Malikul Shaleh digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Malikul

    Thahir, putra keduanya yang bernama Sultan Malikul Mansur memisahkan diri

    dan kembali menganut aliran Syiah.

    Saat Majapahit melakukan imperium ke seluruh Nusantara, kesultanan di

    Pasai tunduk dan berada di bawah kekuasaan Majapahit.

    Nama-nama sultan pengganti Sultan Malikul Saleh yang pernah berkuasa di

    Samudera Pasai adalah

    1) Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malikul Tahir (1297-1363).

    2) Sultan Ahmad yang bergelar Sultan Malik Az-Zahir (1326-1348).

    3) Sultan Zainal Abidin (1348-1383)

    Sumber-sumber yang menyatakan keberadaan kesultanan di Pasai didapat dari

    catatan Ibnu Batuta saat ekspedisi dari India ke Cina tahun 1345 dan catatan

    Marcopolo dari Venesia tahun 1292.

    2. KERAJAAN MALAKA

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Didirikan oleh Paramisora, pangeran Majapahit yang melarikan diri ke

    Tumasik setelah terjadi Perang Paregreg (1401-1406). Pelariannya ke Tumasik

    (Singapura) dilanjutkan ke Semenanjung Malaka.

    Paramisora membuat pelabuhan sebagai tempat singgah para pedagang dariluar negeri maupun dalam negeri.

    Paramisora mengganti agama lamanya denganagama Islam dan berganti nama

    menjadi Sultan Iskandar Syah.

    Kesultanan berikutnya adalah Muhammad Iskandar Syah (1414-1424) yang

    menikah dengan putri dari Pasai.

    Sultan Mudzafat Syah menggantikan Muhammad Iskandar Syah melalui

    kudeta, selanjutnya kesultanan dilanjutkan Sultan Mansur Syah (1458-1477),

    Sultan Mahmud Syah (1488-1511).

    Tahun 1511 saat Kerajaan Malaka dipimpin Sultan Mahmud Syah, terjadi

    penyerbuan oleh bangsa Portugis yang dipimpin oleh Alfonso dAlburquerque.

    Sultan Mahmud Syah melarikan diri ke Johor dan mendirikan kerajaan Johor

    Masalah perpajakan diurus seorang tumenggung yang menguasai wilayah

    tertentu, urusan perdagangan laut diurus oleh syahbandar dan urusan perkapalandiurus oleh laksamana.

    3. KERAJAAN ACEH

    Kerajaan Aceh didirikan Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1530

    Tahun 1564 Kerajaan Aceh di bawah pimpinan Sultan Alaudin al-Kahar

    (1537-1568).

    Pada masa kerajaan Aceh dipimpin oleh Alaudin Riayat Syah datang pasukan

    Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman untuk meminta ijin

    berdagang di Aceh.

    Penggantinya adalah Sultan Ali Riayat dengan panggilan Sultan Muda, ia

    berkuasa dari tahun 1604-1607. Portugis melakukan penyerangan tapi usaha ini

    tidak berhasil.

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Setelah Sultan Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Muda dari tahun 1607-

    1636, kerajaan Aceh mengalami kejayaan dalam perdagangan. Banyak terjadi

    penaklukan di wilayah yang berdekatan dengan Aceh seperti Deli (1612),

    Bintan (1614), Kampar, Pariaman, Minangkabau, Perak, Pahang dan Kedah

    (1615-1619).

    Gejala kemunduran Kerajaan Aceh muncul saat Sultan Iskandar Muda

    digantikan oleh Sultan Iskandar Thani (1637-1642). Pada masa ini terjadi

    pertikaian antara golongan bangsawan (Teuku) dengan golongan agama

    (Teungku), sedangkan golongan agama sendiri tidak pernah bersatu karena

    terdapat dua aliran yang berbeda, Syiah dan Sunni.

    4. KERAJAAN DEMAK

    Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Fatah. Yaitu keturunan Raja Brawijaya

    V yang menikah dengan putri Cina. Ketika Majapahit masih berkuasa walaupun

    dalam keadaan lemah, Raden Fatah diangkat menjadi bupati di Bintoro

    (Demak) dengan gelar Sultan Alam Akbar al Fatah. Tahun 1500 Demak

    menyerang Majapahit dan memindahkan pusat pemerintahan di Demak.

    Setelah Raden Fatah wafat, Demak diserahkan kepada Cu-cu atauSumangsang, Selanjutnya Demak diperintah oleh Dipati Unus dari tahun 1507.

    Tahun 1513 Demak memimpin pasukan yang dipimpin oleh Dipati Unus

    melakukan usaha merebut Selat Malaka dari Portugis. Karena kejadian itu,

    Dipati Unus dikenal dengan panggilan Pangeran Sabrang Lor atau Pangeran

    yang menyeberang ke Utara.

    Sultan Trenggana menggantikan saudaranya Dipati Unus dari tahun 1521-

    1546. Sultan Trenggana memperluas wilayah kekuasaan Demak ke Madiun(1529), Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535), Lamongan, Blitar,

    Wirasaba (1535), Kediri (1539), dan Blambangan (1546). Usaha Demak

    memperluas wilayah dilanjutkan ke Banten, Cirebon dan Jayakarta pada tahun

    1525 dibawah pimpinan Fatahillah.

    Wafatnya Sultan Trenggana saat penaklukan Blambangan menimbulkan

    konflik keluarga yang ingin menguasai tahta kerajaan Demak. Adiknya yang

    bernama Pangeran Seda ing Lepen menjadi raja Demak, namun tidakberlangsung lama dan digantikan oleh Pangeran Prawata putra Sultan

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Trenggana. Namun Arya Penangsang putra Pangeran Seda ing Lepen sama-

    sama menginginkan tahta kerajaan Demak.

    Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    5. KERAJAAN BANTEN

    Untuk mengurangi pengaruh Portugis di Nusantara, Fatahillah membuat

    kerajaan Banten sebagai kerajaan bawahan Demak. Fatahillah melanjutkan

    penaklukannya ke Cirebon, dan kekuasaan Banten diserahkan kepada puteranya

    yang bernama Hasannudin.

    Pada tahun 1522 Banten memutuskan untuk melepaskan diri. Dengan

    demikian, Hasanuddin adalah pendiri dan peletak cikal-bakal kerajaan Banten.

    Hasanuddin dinikahkan dengan putri Sultran Trenggono

    Hasanuddin memiliki dua putera yaitu Maulana Yusuf dan Pangeran Jepara.

    Pangeran Jepara menikah dengan putri penguasa Jepara, Ratu Kali Nyamat dan

    menjadi pengganti penguasa Jepara.

    Pada tahun 1570 Banten diperintah Maulana Yusuf. Ia melakukan penaklukan

    ke kerajaan Pajajaran yang masih beragama Hindu.

    Setelah Maulana Yusuf wafat tahun 1580, kekuasaan diberikan kepadaMaulana Muhammad. Proses peralihan kekuasaan ini mendapat tentangan dari

    Pangeran Jepara. Usaha Pangeran Jepara untuk menguasai Banten dilakukan

    dengan penyerangan, namun gagal karena Maulana Yusuf dibantu oleh para

    ulama.

    Tahun 1651-1682, Banten mengalami kejayaan saat diperitah oleh Sultan

    Ageng Tirtayasa. Ia sangat keras terhadap Belanda. Anehnya, Sultan Haji (putra

    Sultan Ageng Tirtayasa) tidak menyetujui dan malah bersekutu dengan Belanda.

    6. KERAJAAN MATARAM

    Jaka Tingkir menantu Pangeran Trenggono memindahkan pusat pemerintahan

    dari Demak ke Pajang, dan kemudian mendirikan kerajaan Pajang dan menjadi

    raja pertama di Pajang dengan gelar Hadiwijaya.

    Jaka Tingkir melakukan penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan kecil di JawaTimur. Ia memberikan hadiah kepada dua orang yang telah berjasa selama

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    penaklukan, mereka adalah Ki Ageng Pamanahan yang ditempatkan di Mataram

    dan Ki Ageng Panjawi yang ditempatkan di Panjawi.

    Pada tahun 1578 didirikan keraton oleh Pamanahan di Plered sebagai ibukota

    wilayah Mataram. Setelah Pamanahan, kekuasaan wilayah dilanjutkan olehanaknya yang bernama Senapati. Kelak, Senapati yang menjadi peletak cikal-

    bakal kerajaan Mataram.

    Pada tahun 1613-1645, Sultan Agung membawa Kerajaan Mataram ke dalam

    masa kejayaan.

    Amangkurat I putera dari Sultan Agung melakukan kerjasama dengan Belanda

    untuk dapat mengatasi pemberontakan-pemberontakan di daerah. Belanda

    berkeinginan untuk menguasai tanah Jawa yang subur dengan memecahMataram menjadi beberapa kerajaan kecil dan memaksa untuk dilakukan

    Perjanjian Giyanti (1755). Isi dari Perjanjian Giyanti adalah membagi kerajaan

    Mataram menjadi dua wilayah kekuasaan, yaitu Kesultanan Yogyakarta dengan

    Mangkubumi sebagai raja dengan gelar Sultan Hamengkubuwono I, dan

    Kasunanan Surakarta dengan raja Susuhunan Pakubuwono III.

    Tahun 1813, oleh Belanda wilayah Mataram dibagi menjadi 4 bag ian yaitu

    Yogyakarta, Surakarta, Pakualaman dan Mangkunegaran.

    7. KERAJAAN GOA TALLO

    Goa dan Tallo merupakan kerajaan kembar, pada tahun 1603 Goa menjadi

    kerajaan Islam Daeng Manrabia masuk Islam dan bergelar Alauddin, Tallo

    menjadi kerajaan Islam saat Kraeng Matoaya masuk Islam dan bergelar Sultan

    Abdullah. Wilayahnya meliputi sebagian besar Sulawesi dan bagian timur Nusa

    Tenggara.

    Setelah Alaudin meninggal, tahta diserahkan kepada Hasanuddin (1654-1660).

    Usaha ayahnya menentang Belanda dilanjutkan, bahkan kegigihannya sangat

    merepotkan. Oleh karena itu Hasanuddin dikenal dengan ayam jantan dari

    timur. Penguasa Makassar selanjutnya adalah Mapasomba, putra Hasanuddin.

    Bone merupakan wilayah kekuasaan Makassar yang dipimpin oleh Aru Palaka

    menawarkan kerjasama untuk membantu Belanda. Tahun 1667, Belanda dapat

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    menghancurkan Makassar dan memaksa dilakukan Perjanjian Bongaya, yang

    isinya antara lain

    1) Pengakuan hak monopoli Belanda.

    2) Belanda dapat mendirikan benteng-benteng pertahanan di Makassar.

    3) Makassar melepaskan daerah-daerah kekuasaan.

    4) Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone

    8. KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE

    Di pulau Maluku terdapat empat kerajaan besar, yaitu Jailolo, Bacan, Ternatedan Tidore. Ternate dan Tidore merupakan kerajaan besar yang menguasai

    persaingan perdagangan dibandingkan dengan lainnya. Dalam persaingannya

    Ternate membentuk Uli lima (persekutuan lima) yang terdiri dari Bacan, Obi,

    Seram dan Ambon, sedangkan Tidore membentuk Uli siwa (persekutuan

    sembilan) yang terdiri dari Jailolo, Makian, dan pulau-pulau kecil di Maluku

    sampai Irian.

    Portugis bersekutu dengan Ternate dan Spanyol bersekutu dengan Tidore.Dengan perjanjian Saragosa Spanyol menguasai Filipina dan Portugis

    menguasai Maluku.

    Sultan Tabariji dari Ternate ditangkap tanpa alasan jelas dan dibuang ke Goa.

    Melihat kejadian tersebut Sultan Hairun sebagai penguasa kerajaan Ternate

    secara terang-terangan menentang hak monopoli Portugis di Maluku, dengan

    tipu muslihat Sultan Hairun dibunuh oleh bangsanya sendiri.

    Tahun 1570 Sultan Baabulah berhasil mengusir Portugis dari tanah Ternate.Akhirnya Portugis keluar dari Maluku dan tinggal di daerah Timor Timur.

    Sejarah Perkembangan Islam Di Indonesia A. Kedatangan dan Penyebaran

    Islam di Indonesia

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Pada abad ke-1 hingga ke-7 M, pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan

    Jawa sering disinggahi pedagang asing, seperti Pelabuhan Lamuri (Aceh), Barus

    dan Palembang di Sumatra serta Pelabuhan Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa.

    Cikal bakal keberadaan Islam di Nusantara telah dirintis pada periode abad ke-1

    hingga ke-5 H atau abad ke-7 hingga ke-8 M. Pada periode ini, para pedagang

    dan mubalig membentuk komunitas Islam. Para mubalig memperkenalkan dan

    mengajarkan Islam kepada penduduk setempat tentang Islam. Ajaran-ajaran

    Islam tersebut antara lain sebagai berikut :

    1. Islam mengajarkan toleransi terhadap sesama manusia, saling menghormati

    dan tolong menolong.

    2. Islam mengajarkan bahwa dihadapan Allah, derajat semua manusia sama,

    kecuali takwanya.

    3. Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha

    Pengasih dan Penyayang, dan mengharamkan manusia saling berselisih,

    bermusuhan, merusak, dan saling mendengki.

    4. Islam mengajarkan agar manusia menyembah hanya kepada Allah dan tidak

    menyekutukannya serta senantiasa setiap saat berbuat baik terhadap sesama

    manusia tanpa pilih kasih.

    Ajaran Islam ini sangat menarik perhatian penduduk Indonesia. Dengan

    demikian, dakwah dan pengaruh Islam makin meluas, baik di kalangan

    masyarakat biasa, maupun bangsawan atau penguasa.

    Proses Islamisasi diperkirakan sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi.

    Di Aceh, kerajaan Islam Samudra Pasai berdiri pada pertengahan abad ke-13 M

    sehingga perkembangan masyarakat muslim di Malaka semakin pesat. Ibnu

    Batutah menceritakan, Sultan Kerajaan Samudra Pasai, Sultan Al Malik Az

    Zahir dikelilingi oleh ulama dan mubalig Islam.

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Sementara itu di Jawa proses penyebaran Islam sudah berlangsung sejak abad

    ke-11 M dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik

    yang bertahun 475 H/1082 M.

    Pengaruh Islam yang masuk ke Indonesia bagian timur, terutama Maluku, tidakdapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang sepanjang pusat lalu

    lintas pelayaran internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku.

    Menurut Tome Pires, masyarakat yang masuk Islam di Maluku dimulai kira-

    kira tahun 1460-1465 M. Mereka datang dan menyebarkan pembelajaran Islam

    melalui perdagangan, dakwah, dan perkawinan.

    Sulawesi, terutama bagian selatan, sejak abad 15 M sudah didatangi oleh

    pedagang-pedagang muslim yang kemungkinan berasal dari Malaka, Jawa, dan

    Sumatra. Pada abad ke-16 di daerah Goa sebuah kerajaan terkenal di daerah itu

    telah terdapat masyarakat muslim.

    B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan

    1. Ilmu-ilmu Keagamaan

    Perjuangan itu dilakukan, diberbagai aspek antara lain pendidikan, kesehatan,

    dakwah, sosial, politik hingga teknologi. Setidaknya ada dua cara yang

    dilakukan oleh para ulama dalam menumbuhkembangkan ajarannya yaitu

    sebagai berikut :

    a. Membentuk kader-kader ulama yang akan bertugas sebagai mubalig kedaerah-daerah yang lebih luas.

    b. Melalui karya-karya tulisan yang tersebar dan dibaca di seluruh Nusantara.

    Karya-karya itu mencerminkan perkembangan pemikiran dan ilmu-ilmu agama

    di Indonesia pada masa itu.

    Ilmuwan-ilmuwan muslim di Indonesia tersebut, antara lain :

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    a. Hamzah Fansuri (sufi) dari Sumatera Utara. Karyanya yang berjudul Asrar Al

    Arifin fi Bayan ila Suluk wa At Tauhid.

    b. Syamsuddin As Sumatrani dengan karyanya berjudul Miratul Mumin

    (Cermin Orang Beriman).

    c. Nurrudin Ar Raniri, yaitu seorang yang berasal dari India keturunan Arab

    Quraisy Hadramaut. Karya-karyanya meliputi ilmu fikih, hadis, akidah, sejarah,

    dan tasawuf yang diantaranya adalah As Sirat Al Mustaqim (hukum), Bustan As

    Salatin (sejarah), dan Tibyan fi Marifat Al Adyan (tasawuf).

    d. Abdul Muhyi yang berasal dari Jawa. Karyanya adalah kitab Martabat Kang

    Pitu (Martabat yang Tujuh).

    e. Sunan Bonang dengan karyanya Suluk Wijil

    f. Ronggowarsito dengan karyanya Wirid Hidayat Jati

    g. Syekh Yusuf Makasar dari Sulawesi (1629-1699 M). Karya-karyanya yang

    belum diterbitkan sekitar 20 buah yang masih berbentuk naskah.

    h. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (1812 M) seorang ulama produktif

    yang menulis kitab sabitul Muhtadil (fikih).

    i. Syekh Nawawi Al Bantani yang menulis 26 buah buku diantaranya yang

    terkenal Tafsir Al Muris

    j. Syekh Ahmad Khatib dari Minangkabau (1860-1916 M)

    2. Arsitektur Bangunan

    Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau memiliki penduduk yang juga terdiridari beragam suku, bangsa, adat, kebiasaan dan kebudayaan masing-masing.

    Oleh karena itu perbedaan latar belakang tersebut, arsitektur bangunan-

    bangunan Islam di Indonesia tidak sama antara satu tempat dengan tempat yang

    lainnya. Beberapa hasil seni bangunan pada masa pertumbuhan dan

    perkembangan Islam di Indonesia antara lain. Masjid-masjid kuno di Demak,

    Sandang Duwur Agung di Kasepuhan Cirebon, Masjid Agung Banten dan

    Masjid Baiturahman di Aceh.

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Beberapa masjid masih memiliki seni masih memiliki seni bangunan yang

    menyerupai bangunan merupai pada zaman Hindu. Ukiran-ukiran pada mimbar,

    hiasan lengkung pola kalamakara, mihrab dan bentuk mastaka atau memolo

    menunjukkan hubungan yang erat dengan kebudayaan agama Hindu, seperti

    Masjid Sendang Duwur.

    C. Peranan Umat Islam pada Masa Penjajahan, Masa Kemerdekaan dan Masa

    Perkembangan

    1. Masa penjajahan

    Jauh sebelum Belanda masuk ke Indonesia, sebagian besar masyarakat

    Nusantara telah memeluk agama Islam yang ajarannya penuh kedamaian, saling

    menghormati, dan tidak bersikap buruk sangka terhadap bangsa asing. Semula

    bangsa asing seperti Portugis dan Belanda datang ke Indonesia hanya untuk

    berdagang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya niat itu berubah menjadi

    keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai koloni di bawah kekuasaan dan

    jajahannya. Portugis berhasil meluaskan wilayah dagangnya dengan menguasai

    Bandar Malaka di tahun 1511 sehingga akhirnya mereka dapat masuk ke

    Maluku, Ternate dan Tidore.

    Portugis juga mematikan aktivitas perdagangan kaum muslim Indonesia di

    daerah lainnya seperti Demak. Pada tahun 1527 M, Demak di bawah pimpinan

    Fatahillah berhasil menguasai Banten. Banten dan Aceh kemudian menjadi

    pelabuhan yang ramai menggantikan Bandar Malaka.

    Dilandasi semangat tauhid dan hasil pendidikan yang diperoleh dari pesantren

    menyebabkan semakin bertambahnya kader pemimpin dan ulama yang menjadi

    pengayom masyarakat. Kaum bangsawan dan kaum adat yang semula tidak

    memahami niat para ulama untuk mempertahankan Indonesia dari cengkeraman

    penjajah secara perlahan bersatu padu untuk mempertahankan Nusantara dari

    ekspansi Belanda.

    Contoh perlawanan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut antara lain:

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    1. Tuanku Imam Bonjol melalui Perang Paderi (1821-1837) di Sumatera Barat.

    2. Pangeran Diponegoro (1815-1838) melalui Perang Diponegoro di Jawa

    Tengah.

    3. Perang Aceh (1873-1904) di bawah pimpinan Panglima Pilom, Teuku Cik

    Ditiro, Teuku Umar, dan Cut Nyak Din.

    2. Masa Kemerdekaan

    Umat Islam kemudian mengganti perjuangannya melawan penjajahan dengan

    strategi atau jalan mendirikan organisasi-organisasi Islam yang diantaranya

    sebagai berikut :

    a. Syarikat Dagang Islam

    Syarikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam berdiri

    pada tahun 1905 dipimpin oleh H. samanhudi, A.M. Sangaji, H.O.S.

    Cokroaminoto dan H. Agus Salim. perkumpulan ini berdiri dengan maksud

    untuk meningkatkan taraf hidup bangsa ndonesia, terutama dalam dunia

    perniagaan.

    b. Jamiatul Khair

    Berdiri pada tahun 1905 M di Jakarta adalah pergerakan Islam yang pertama di

    pulau Jawa. Anggotanya kebanyakan keturunan (peranakan) Arab.

    c. Al Irsyad

    Al Irsyad adalah organisasi Islam yang didirikan tahun 1914 M oleh para

    pedagang dan ulama keturunan Arab, seperti Syekh Ahmad Sorkali.

    d. Perserikatan Ulama

    Gerakan modernis Islam yang berdiri pada tahun 1911 M oleh Abdul Halim dan

    berpusat di Majalengka Jawa Barat. Organisasi ini diakui keberadaannya oleh

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Belanda tahun 1917 dan bergerak dibidang ekonomi dan sosial, seperti

    mendirikan panti asuhan yatim piatu pada tahun 1930 M.

    e. Muhammadiyah

    Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta 18 November 1912 oleh KH. Ahmad

    Dahlan bertepatan tanggal 8 Zulhijah 1330. Muhammadiyah bukan merupakan

    partai politik, tetapi gerakan Islam yang bergerak dalam bidang sosial dan

    pendidikan.

    f. Nahdatul Ulama

    Didirikan pada bulan Januari 1926 oleh KH. Hasyim Asyari yang bertujuan

    membangkitkan semangat para ulama Indonesia dengan cara meningkatkan

    dakwah dan pendidikan karena saat itu Belanda melarang umat Islam

    mendirikan sekolah-sekolah yang bernafaskan Islam seperti Pesantren.

    3. Masa Perkembangan

    Di masa perkembangan atau setelah memperoleh kemerdekaan, umat Islam juga

    memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya memajukan bangsa dan

    negara. Peran-peran tersebut antara lain dilakukan melalui hal-hal sebagai

    berikut.

    a. Membentuk Departemen Agama

    Tujuan dan fungsi Departemen Agama dirumuskan sebagai berikut:

    1) Mengurus serta menuntut pendidikan agama di sekolah-sekolah serta

    membimbing perguruan-perguruan agama.

    2) Mengikuti dan memperhatikan hal-hal yang bersangkutan dengan agama dan

    keagamaan.

    3) Memberi penerangan dan penyuluhan agama.

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    b. Di Bidang Pendidikan

    Salah satu bentuk pendidikan Islam tertua di Indonesia adalah pesantren yang

    tersebar di berbagai pelosok daerah. Lembaga ini dipimpin oleh seorang kyai

    dan saat ini sudah banyak muncul pesantren yang bersifat modern. Artinya,pendidikan Islam tersebut memiliki kurrikulum dan jenjang-jenjang pendidikan

    mulai dari tingkat dasar (ibtidaiyah), menengah (tsanawiyah), dan tingkat atas

    (aliyah), bahkan sampai ke tingkat perguruan tinggi, seperti Sekolah Tinggi

    Agama Islam (STAI) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang sekarang

    telah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).

    c. Majelis Ulama Indonesia

    Selain Departemen Agama, pemerintah Indonesia juga mendirikan Majelis

    Ulama Indonesia (MUI), yaitu suatu wadah kerja sama antara pemerintah dan

    ulama dalam urusan keorganisasian, khususnya agama Islam. Majelis Ulama

    Indonesia bergerak dalam bidang dakwah dan pendidikan. Majelis Ulama

    Indonesia (MUI) pusat berdiri pada bulan Oktober 1962 yang memiliki tujuan

    awal antara lain sebagai berikut :

    1) Pembinaan mental dan agama bagi masyarakat.

    2) Ikut ambil bagian dalam penyelenggaraan revolusi dan pembangunan

    semesta berencana dalam rangka demokrasi terpimpin.

    D. Hikmah Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

    Setelah memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna

    atau ciri yang khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita

    dapat mengambil hikmah, diantaranya sebagai berikut:

    1. Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.

    2. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki

    ketangguhan dan pekerja keras.

    3. Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam

    tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajarandasar dalam Islam.

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    E. Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

    Banyak manfaat yang dapat kita ambil untuk dilestarikan diantaranya sebagai

    berikut:

    1. Kehadiran para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan

    pengajaran Islam di bumi Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi

    perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan yang sudah ada di nusantara

    ini.

    2. Hasil karya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan

    sumber pengetahuan.

    3. Kita dapat meneladani Wali Songo telah berhasil dalam hal-hal seperti

    berikut.

    a. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al Quran.

    b. Mampu membangun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk

    atau arsitektur hingga ke seluruh pelosok Nusantara

    4. Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalanpara ulama, baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.

    5. Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktikkan

    tingkah laku yang penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan

    panutan oleh generasi berikutnya.

    6. Para ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan

    persenjataan yang tidak sebanding.

    F. Perilaku Penghayatan Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

    Ada beberapa perilaku yang merupakan cerminan dari penghayatan terhadap

    manfaat yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam, yaitu antara lain

    sebagai berikut:

    1. Berusaha menjaga persatuan dan kerukunan antaraumat beragama, saling

    menghormati, dan tolong menolong.

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    2. Menyikapi kejadian masa lalu dengan sikap sabar dan tetap meyakini bahwa

    setiap kejadian pasti ada hikmahnya.

    3. Sumber ilmu pengetahuan yang berupa karya tulis dari para ulama hendaknya

    terus digali atau dipelajari dan dipahami maksudnya.

    http://mklh6sejarahperkembanganislam.blogspot.com/

    Perkembangan Islam di Indonesia

    A. Awal Masuknya Islam di Indonesia

    Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti

    animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa

    Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri

    kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di

    Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya

    di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut

    dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-

    prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),

    menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk

    kedalam Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan

    tidak ada paksaan.

    http://mklh6sejarahperkembanganislam.blogspot.com/http://mklh6sejarahperkembanganislam.blogspot.com/http://bp0.blogger.com/_loiHtnBfk1U/SJSprXT1-4I/AAAAAAAAATw/exdURggxu2E/s400/==ee+Baiturrahman+Mosque+dekat+lampaseh+aceh.jpghttp://mklh6sejarahperkembanganislam.blogspot.com/
  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar

    masuknya Islam di Indonesia pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan,

    Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh

    masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai

    ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan

    Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi

    Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.

    B. Cara Masuknya Islam di Indonesia

    Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam

    berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif

    berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada

    prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :

    Artinya :

    Tidak ada paksaan dalam agama (Q.S. al-Baqarah ayat 256)

    Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain ;

    1. Perdagangan

    Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak

    dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti

    kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin

    ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia).

    Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan

    rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil

    menyiarkan agama Islam.

    2. Kultural

    Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media

    kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa.

    Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia

    mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan

    ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian

    tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa

    sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-

    anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.

    3. Pendidikan

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis

    dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para dai dan muballig yang

    menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren

    tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan

    Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan

    Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku,

    Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren terbukti

    sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh

    Indonesia.

    4. Kekuasaan politik

    Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat

    dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat

    dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja

    lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan

    hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para

    Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong

    menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi

    cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.

    C. Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah Nusantara

    1. Di Sumatra

    Kesimpulan hasil seminar di Medan tersebut di atas, dijelaskan bahwa wilayah

    Nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra

    dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian di masing-masing

    kedua daerah tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan IslamPerlak dan Samudra Pasai.

    http://socheh.files.wordpress.com/2008/10/baitur.jpg
  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Menurut keterangan Prof. Ali Hasmy dalam makalah pada seminar Sejarah

    Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh yang digelar tahun 1978 disebutkan

    bahwa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Perlak. Namun ahli sejarah

    lain telah sepakat, Samudra Pasailah kerajaan Islam yang pertama di Nusantara

    dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Malik Al-Saleh (memerintah dari

    tahun 1261 s.d 1297 M). Sultan Malik Al-Saleh sendiri semula bernama Marah

    Silu. Setelah mengawini putri raja Perlak kemudian masuk Islam berkat

    pertemuannya dengan utusan Syarif Mekkah yang kemudian memberi gelar

    Sultan Malik Al-Saleh.

    Kerajaan Pasai sempat diserang oleh Majapahit di bawah panglima Gajah Mada,

    tetapi bisa dihalau. Ini menunjukkan bahwa kekuatan Pasai cukup tangguh

    dikala itu. Baru pada tahun 1521 di taklukkan oleh Portugis dan mendudukinya

    selama tiga tahun. Pada tahun 1524 M Pasai dianeksasi oleh raja Aceh, Ali

    Mughayat Syah. Selanjutnya kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh

    keSultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam (sekarang dikenal

    dengan kabupaten Aceh Besar).

    Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam,

    hampir bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka karena pendudukan

    Portugis. Dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim

    kerajaan Aceh terus mengalami kemajuan besar. Saudagar-saudagar muslim

    yang semula berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatannya ke Aceh.

    Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Iskandar

    Muda Mahkota Alam ( 1607 - 1636).

    Kerajaan Aceh ini mempunyai peran penting dalam penyebaran Agama Islam

    ke seluruh wilayah Nusantara. Para dai, baik lokal maupun yang berasal dari

    Timur Tengah terus berusaha menyampaikan ajaran Islam ke seluruh wilayah

    Nusantara. Hubungan yang telah terjalin antara kerajaan Aceh dengan Timur

    Tengah terus semakin berkembang. Tidak saja para ulama dan pedagang Arab

    yang datang ke Indonesia, tapi orang-orang Indonesia sendiri banyak pula yang

    hendak mendalami Islam datang langsung ke sumbernya di Mekah atau

    Madinah. Kapal-kapal dan ekspedisi dari Aceh terus berlayar menuju Timur

    Tengah pada awal abad ke 16. Bahkan pada tahun 974 H. atau 1566 M

    dilaporkan ada 5 kapal dari kerajaan Asyi (Aceh) yang berlabuh di bandar

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    pelabuhan Jeddah. Ukhuwah yang erat antara Aceh dan Timur Tengah itu pula

    yang membuat Aceh mendapat sebutan Serambi Mekah.

    2. Di Jawa

    Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai pada

    abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan oleh Prof. Dr. Buya

    Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada tahun 674 M sampai

    tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di tanah

    Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah

    saat itu baru penjajagan saja, tapi proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh

    para dai yang berasal dari Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu

    lalu lintas atau jalur hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan

    Jawa dipihak lain sudah begitu pesat.

    Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para

    Wali Sanga, yaitu :

    a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik

    Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor

    penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan

    sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H)

    dimakamkan di Gapura Wetan Gresik

    b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)

    Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang

    Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan

    budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri,

    mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau

    wafat di desa Ampel tahun 1481 M.

    Jasa-jasa Sunan Ampel :

    1) Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini

    lahir para mubalig kenamaan seperti : Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah

    (Sultan Demak pertama), Raden Makhdum (Sunan Bonang), Syarifuddin

    (Sunan Drajat) dan Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam

    ke daerah Blambangan.

    2) Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun pada

    tahun 1479 M.

    3) Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden

    Patah sebagai Sultan pertama.

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)

    Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai

    ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja

    peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan

    Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.

    d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)

    Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-

    sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun

    1515 M.

    e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)

    Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia

    membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri

    sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar

    manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi

    wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha

    ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.

    f. Sunan Drajat

    Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang).

    Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para dai

    yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu

    Ambon.

    g. Syarif Hidayatullah

    Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan

    Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon

    yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid

    Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan

    Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan

    Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya

    saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik

    para wali.

    h. Sunan Kudus

    Nama aslinya adalah Jafar Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan

    sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan

    merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.

    i. Sunan Muria

    Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga.

    Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta

    kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara

    kota Kudus.

    Diparuh awal abad 16 M, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk merasa

    tentram dan damai dalam ayoman keSultanan Demak di bawah kepemimpinan

    Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah atau Raden Patah. Hidup mereka

    menemukan pedoman dan tujuan sejatinya setelah mengakhiri masa Siwa-

    Budha serta animisme. Merekapun memiliki kepastian hidup bukan karena

    wibawa dan perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum yang pasti yaitu

    syariat Islam

    Salokantara dan Jugul Muda itulah dua kitab undang-undang Demak yang

    berlandaskan syariat Islam. Dihadapan peraturan negeri pengganti Majapahit

    itu, semua manusia sama derajatnya, sama-sama khalifah Allah di dunia.

    Sultan-Sultan Demak sadar dan ikhlas dikontrol oleh kekuasaan para Ulama

    atau Wali. Para Ulama itu berperan sebagai tim kabinet atau merangkap sebagai

    dewan penasehat Sultan.

    Dalam versi lain dewan wali sanga dibentuk sekitar 1474 M. oleh Raden

    Rahmat (Sunan Ampel), membawahi Raden Hasan, Maftuh Ibrahim, Qasim

    (Sunan Drajat) Usman Haji (ayah Sunan Kudus, Raden Ainul Yakin (Sunan

    Gresik), Syekh Sutan Maharaja Raden Hamzah, dan Raden Mahmud. Beberapa

    tahun kemudian Syekh Syarif Hidayatullah dari Cirebon bergabung di dalamnya.

    Sunan Kalijaga dipercaya para wali sebagai muballig keliling. Disamping wali-

    wali tersebut, masih banyak Ulama yang dakwahnya satu kordinasi dengan

    Sunan Ampel hanya saja, sembilan tokoh Sunan Wali Sanga yang dikenal

    selama ini memang memiliki peran dan karya yang menonjol dalam

    dakwahnya.

    3. Di Sulawesi

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan dari

    pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan

    kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus

    dan merambah Celebes atau Sulawesi. Menurut catatan company dagang

    Portugis pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah ditemui

    pemukiman muslim di beberapa daerah. Meski belum terlalu banyak, namun

    upaya dakwah terus berlanjut dilakukan oleh para dai di Sumatra, Malaka dan

    Jawa hingga menyentuh raja-raja di kerajaan Gowa dan Tallo atau yang dikenal

    dengan negeri Makasar, terletak di semenanjung barat daya pulau Sulawesi.

    Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate

    dibawah pimpinan Sultan Babullah yang telah menerima Islam lebih dahulu.

    Melalui seorang dai bernama Datuk Ri Bandang agama Islam masuk ke

    kerajaan ini dan pada tanggal 22 September 1605 Karaeng Tonigallo, raja Gowa

    yang pertama memeluk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin Al

    Awwal (1591-1636 ) dan diikuti oleh perdana menteri atau Wazir besarnya,

    Karaeng Matopa.

    Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam Gowa Tallo menyampaikan

    pesan Islam kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan

    Bone. Raja Luwu segera menerima pesan Islam diikuti oleh raja Wajo tanggal

    10 Mei 1610 dan raja Bone yang bergelar Sultan Adam menerima Islam tanggal

    23 November 1611 M. Dengan demikian Gowa (Makasar) menjadi kerajaan

    yang berpengaruh dan disegani. Pelabuhannya sangat ramai disinggahi para

    pedagang dari berbagai daerah dan manca negara. Hal ini mendatangkan

    keuntungan yang luar biasa bagi kerajaan Gowa (Makasar). Puncak kejayaan

    kerajaan Makasar terjadi pada masa Sultan Hasanuddin (1653-1669).

    4. Di Kalimantan

    Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo melalui tiga

    jalur. Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai kerajaan Islam setelah

    Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis kian membuat dakwah

    semakin menyebar sebab para muballig dan komunitas muslim kebanyakan

    mendiamai pesisir barat Kalimantan.

    Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah Jawa.

    Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    berdiri. Demak mengirimkan banyak Muballig ke negeri ini. Para dai tersebut

    berusaha mencetak kader-kader yang akan melanjutkan misi dakwah ini. Maka

    lahirlah ulama besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al

    Banjari.

    Jalur ketiga para dai datang dari Sulawesi (Makasar) terutama dai yang

    terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.

    a. Kalimantan Selatan

    Masuknya Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan adanya krisis

    kepemimpinan dipenghujung waktu berakhirnya kerajaan Daha Hindu. Saat itu

    Raden Samudra yang ditunjuk sebagai putra mahkota oleh kakeknya, Raja

    Sukarama minta bantuan kepada kerajaan Demak di Jawa dalam peperangan

    melawan pamannya sendiri, Raden Tumenggung Sultan Demak (Sultan

    Trenggono) menyetujuinya, asal Raden Samudra kelak bersedia masuk Islam.

    Dalam peperangan itu Raden Samudra mendapat kemenangan. Maka sesuai

    dengan janjinya ia masuk Islam beserta kerabat keraton dan penduduk Banjar.

    Saat itulah tahun (1526 M) berdiri pertama kali kerajaan Islam Banjar dengan

    rajanya Raden Samudra dengan gelar Sultan Suryanullah atau Suriansyah. Raja-

    raja Banjar berikutnya adalah Sultan Rahmatullah (putra Sultan Suryanullah),

    Sultan Hidayatullah (putra Sultan Rahmatullah dan Marhum Panambahan atau

    Sultan Mustain Billah. Wilayah yang dikuasainya meliputi daerah Sambas,

    Batang Lawai, Sukadana, Kota Waringin, Sampit Medawi, dan Sambangan.

    b. Kalimantan Timur

    Di Kalimantan Timur inilah dua orang dai terkenal datang, yaitu Datuk Ri

    Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, sehingga raja Kutai (raja Mahkota)

    tunduk kepada Islam diikuti oleh para pangeran, para menteri, panglima dan

    hulubalang. Untuk kegiatan dakwah ini dibangunlah sebuah masjid.

    Tahun 1575 M, raja Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah

    sampai ke pedalaman Kalimantan Timur sampai daerah Muara Kaman,

    dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di Langgar dan para penggantinya.

    5. Di Maluku.

    Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah,

    sehingga menjadi daya tarik para pedagang asing, tak terkecuali para pedagang

    muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau dari manca negara. Hal ini

    menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah Islam di kepulauan ini.

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1440

    dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para

    dai yang dididik oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore,

    raja Ternate masuk Islam. Namun menurut H.J De Graaft (sejarawan Belanda)

    bahwa raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500

    M). Setelah itu Islam berkembang ke kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku.

    Tetapi diantara sekian banyak kerajaan Islam yang paling menonjol adalah dua

    kerajaan , yaitu Ternate dan Tidore.

    Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :

    a. Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).

    b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar

    jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke

    Filipina.

    c. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.

    d. Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.

    e. Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.

    Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang

    disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan para muballig yang

    juga berasal dari Maluku.

    Daerah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso, Jalawati, Pulau

    Waigio dan Pulau Gebi.

    D. Peranan Umat Islam dalam Mengusir Penjajah.

    Ketika kaum penjajah datang, Islam sudah mengakar dalam hati bangsa

    Indonesia, bahkan saat itu sudah berdiri beberapa kerajaan Islam, seperti

    Samudra Pasai, Perlak, Demak dan lain-lain. Jauh sebelum mereka datang, umat

    Islam Indonesia sudah memiliki identitas bendera dan warnanya adalah merah

    putih. Ini terinspirasi oleh bendera Rasulullah saw. yang juga berwarna merah

    dan putih. Rasulullah saw pernah bersabda : Allah telah menundukkan pada

    dunia, timur dan barat. Aku diberi pula warna yang sangat indah, yakni Al-

    Ahmar dan Al-Abyadl, merah dan putih . Begitu juga dengan bahasa Indonesia.

    Tidak akan bangsa ini mempunyai bahasa Indonesia kecuali ketika ulama

    menjadikan bahasa ini bahasa pasar, lalu menjadi bahasa ilmu dan menjadi

    bahasa jurnalistik.

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Beberapa ajaran Islam seperti jihad, membela yang tertindas, mencintai tanah

    air dan membasmi kezaliman adalah faktor terpenting dalam membangkitkan

    semangat melawan penjajah. Bisa dikatakan bahwa hampir semua tokoh

    pergerakan, termasuk yang berlabel nasionalis radikal sekalipun sebenarnya

    terinspirasi dari ruh ajaran Islam. Sebagai bukti misalnya Ki Hajar Dewantara

    (Suwardi Suryaningrat) tadinya berasal dari Sarekat Islam (SI); Soekarno

    sendiri pernah jadi guru Muhammadiyah dan pernah nyantri dibawah

    bimbingan Tjokroaminoto bersama S.M Kartosuwiryo yang kelak dicap sebagai

    pemberontak DI/TII; RA Kartini juga sebenarnya bukanlah seorang yang hanya

    memperjuangkan emansipasi wanita. Ia seorang pejuang Islam yang sedang

    dalam perjalanan menuju Islam yang kaaffah. Ketika sedang mencetuskan ide-

    idenya, ia sedang beralih dari kegelapan (jahiliyah) kepada cahaya terang

    (Islam) atau minaz-zulumati ilannur (habis gelap terbitlah terang). Patimura

    seorang pahlawan yang diklaim sebagai seorang Nasrani sebenarnya dia adalah

    seorang Islam yang taat. Tulisan tentang Thomas Mattulessy hanyalah omong

    kosong. Tokoh Thomas Mattulessy yang ada adalah Kapten Ahmad Lussy atau

    Mat Lussy, seorang muslim yang memimpin perjuangan rakyat Maluku

    melawan penjajah. Demikian pula Sisingamangaraja XII menurut fakta sejarah

    adalah seorang muslim.

    Semangat jihad yang dikumandangkan para pahlawan semakin terbakar ketika

    para penjajah berusaha menyebarkan agama Nasrani kepada bangsa Indonesia

    yang mayoritas sudah beragama Islam yang tentu saja dengan cara-cara yang

    berbeda dengan ketika Islam datang dan diterima oleh mereka, bahwa Islam

    tersebar dan dianut oleh mereka dengan jalan damai dan persuasif yakni lewat

    jalur perdagangan dan pergaulan yang mulia bahkan wali sanga

    menyebarkannya lewat seni dan budaya. Para dai Islam sangat paham dan

    menyadari akan kewajiban menyebarkan Islam kepada orang lain, tapi juga

    mereka sangat paham bahwa tugasnya hanya sekedar menyampaikan. Hal ini

    sesuai dengan Q.S. Yasin ayat 17 :Tidak ada kewajiban bagi kami hanyalah

    penyampai (Islam) yang nyata. (Q.S. Yasin : 17)

    Di bawah ini hanya sebagian kecil contoh atau bukti sejarah perjuangan umat

    Islam Indonesia dalam mengusir penjajah.

    1. Penjajah Portugis

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Kaum penjajah yang mula-mula datang ke Nusantara ialah Portugis dengan

    semboyan Gold (tambang emas), Glory (kemulyaan, keagungan), dan Gospel

    (penyebaran agama Nasrani).

    Untuk menjalankan misinya itu Portugis berusaha dengan menghalalkan semua

    cara. Apalagi saat itu mereka masih menyimpan dendamnya terhadap bangsa

    Timur (Islam) setelah usai Perang Salib . Dengan modal restu sakti dari Paus

    Alexander VI dalam suatu dokumen bersejarah yang terkenal dengan nama

    Perjanjian Tordesillas yang berisi, bahwa kekuasaan di dunia diserahkan

    kepada dua rumpun bangsa: Spanyol dan Portugis. Dunia sebelah barat menjadi

    milik Spanyol dan sebelah timur termasuk Indonesia menjadi milik Portugis.

    Karena itu Portugis sangat bernafsu untuk menguasai negeri Zamrud

    Katulistiwa yang penuh dengan rempah-rempah yang menggiurkan. Pertama

    mereka menyerang Malaka dan menguasainya (1511 M), kemudian Samudra

    Pasai tahun 1521 M. Mulailah mereka mengusik ketenangan berniaga di

    perairan nusantra yang saat itu banyak para pedagang muslim dari Arab.

    Demikian pula para pedagang dari Demak dan Malaka yang saat itu sudah

    terjalin sangat erat. Portugis nampaknya sengaja ingin mematahkan hubungan

    Demak dan Malaka, dan sekaligus tujuannya ingin merebut rempah-rempah

    yang merupakan komoditi penting saat itu. Banyak kapal-kapal mereka

    dirampas oleh Portugis termasuk kapal pedagang muslim Arab.

    Dengan sikapnya yang tak bersahabat dan arogan dari penjajah Portugis,

    seluruh kerajaan yang ada di Nusantara kemudian melakukan perlawanan

    kepada Portugis meskipun dalam waktu dan tempat yang berlainan. Kerajaan

    Aceh misalnya sempat minta bantuan kerajaan Usmani di Turki dan negara-

    negara Islam lain di Nusantara, sehingga dapat membangun kekuatan angkatan

    perangnya dan dapat menahan serangan Portugis. Demikian pula, mendengar

    perlakuan Portugis yang zalim terhadap para pedagang warga Demak muslim,

    Sultan Demak dan para wali merasa terpanggil untuk berjihad. Halus dihadapi

    dengan halus, keras dilawan dengan keras. Kalau orang-orang Portugis

    mengobarkan semangat Perang Salib, maka Sultan Demak dan para wali

    mengobarkan semangat jihad Perang Sabil.

    Pada tahun 1512 Demak dibawah pimpinan Adipati Yunus memimpin sendiri

    armada lautnya menyerang Portugis yang saat itu sudah menguasai Malaka, tapi

    kali ini mengalami kegagalan karena persenjataan lawan begitu tangguh

    penyerangan kedua kalinya dilakukan tahun 1521 dengan mengerahkan armada

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    yang berkekuatan 100 buah kapal dan dibantu oleh balatentara Aceh dan Sultan

    Malaka yang telah terusir, yang sasarannya sama yaitu mengusir pasukan asing

    Portugis dari wilayah Nusantara demi mengamankan jalur niaga dan dakwah

    yang memanjang dari Malaka-Demak dan Maluku. Namun perjuangannya tidak

    berhasil pula, bahkan ia gugur mati syahid dalam pertempuran tersebut. Sebab

    itulah ia mendapat gelar Pangeran sabrang lor artinya pangeran yang

    menyebrangi lautan di sebelah utara.

    Sepeninggal Adipati Yunus, perlawanan terhadap Portugis diteruskan oleh

    Sultan Trenggana (1521-1546) dan juga oleh putranya Sultan Prawoto.

    Meskipun pada masa Sultan Prawoto negara dalam keadaan goncang karena

    perseteruan dalam negeri tapi kekuatan perang untuk melawan dan

    mempertahankan diri dari serangan Portugis masih terus digalang. Diberitakan,

    bahwa saat itu Demak masih sanggup membangun kekuatan militernya

    terutama angkatan lautnya yang terdiri dari 1000 kapal-kapal layar yang

    dipersenjatai. Setiap kapal itu mampu memuat 400 prajurit masing-masing

    mempunyai tugas pengamanan wilayah Nusantara dari serangan Portugis.

    Kalau perlawanan umat Islam terhadap penjajah Portugis di Malaka mengalami

    kegagalan, namun terhadap penjajah Portugis di Sunda Kelapa (Jakarta) dan

    Maluku memperoleh hasil yang gemilang. Adalah panglima Fatahillah

    (menantu Sultan Syarif Hidayatullah) pada tahun 1526 M. memimpin pasukan

    Demak menyerang Portugis di Sunda Kelapa lewat jalur laut. Mereka berhasil

    mengepung dan merebutnya dari tangan penjajah Portugis, kemudian diganti

    namanya menjadi Fathan Mubina diambil dari Quran Surat al-Fath ayat satu.

    Fathan Mubina diterjemahkan menjadi Jayakarta (Jakarta). Peristiwa ini terjadi

    pada tanggal 22 Juni 1527 M, yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya

    kota Jakarta.

    Di Maluku, Portugis menghasut dan mengadu domba kerajaan Islam Ternate

    dan Tidore. Namun kemudian rakyat Ternate sadar, sehingga mereka dibawah

    pimpinan Sultan Haerun berbalik melawan Portugis. Nampaknya yang menjadi

    persoalan bukan hanya faktor perdagangan atau ekonomi, tapi juga persoalan

    penyebaran agama oleh Portugis. Kristenisasi secara besar-besaran terutama

    pada tahun 1546 dilakukan oleh seorang utusan Gereja Katolik Roma

    Fransiscus Xaverius dengan sangat ekstrimnya ditengah-tengah penduduk

    muslim dan di depan mata seorang Sultan Ternate yang sangat saleh, tentu saja

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    membuat rakyat marah dan bangkit melawan Portugis. Lebih marah lagi ketika

    Sultan Haerun dibunuh secara licik oleh Portugis pada tahun 1570. Rakyat

    Ternate terus melanjutkan perjuangannya melawan Portugis dibawah pimpinan

    Babullah, putra Sultan Haerun selama empat tahun mereka berperang melawan

    Portugis, dan Alhamdulillah berhasil mengusir penjajah Portugis dari Maluku

    2. Penjajah Belanda

    Belanda pertama kali datang ke Indonesia tahun 1596 berlabuh di Banten

    dibawah pimpinan Cornelis de Houtman, dilanjutkan oleh Jan Pieterszoon Coen

    menduduki Jakarta pada tanggal 30 Mei 1619 serta mengganti nama Jakarta

    menjadi Batavia. Tujuannya sama dengan penjajah Portugis, yaitu untuk

    memonopoli perdagangan dan menanamkan kekuasaan terhadap kerajaan-

    kerajaan di wilayah Nusantara. Jika Portugis menyebarkan agama Katolik maka

    Belanda menyebarkan agama Protestan. Betapa berat penderitaan kaum

    muslimin semasa penjajahan Belanda selama kurang lebih 3,5 abad. Penindasan,

    adu domba (Devide et Impera), pengerukan kekayaan alam sebanyak-

    banyaknya dan membiarkan rakyat Indonesia dalam keadaan miskin dan

    terbelakang adalah kondisi yang dialami saat itu. Maka wajarlah jika seluruh

    umat Islam Indonesia bangkit dibawah pimpinan para ulama dan santri di

    berbagai pelosok tanah air, dengan persenjataan yang sederhana: bambu runjing,

    tombak dan golok. Namun mereka bertempur habis-habisan melawan orang-

    orang kafir Belanda dengan niat yang sama, yaitu berjihad fi sabi lillah. Hanya

    satu pilihan mereka : Hidup mulia atau mati Syahid. Maka pantaslah almarhum

    Dr. Setia Budi (1879-1952) mengungkapkan dalam salah satu ceramahnya di

    Jogya menjelang akhir hayatnya antara lain mengatakan : Jika tidak karena

    pengaruh dan didikan agama Islam, maka patriotisme bangsa Indonesia tidak

    akan sehebat seperti apa yang diperlihatkan oleh sejarahnya sampai

    kemerdekaannya.

    Sejarah telah mencatat sederetan pahlawan Islam Indonesia dalam melawan

    Belanda yang sebagian besar adalah para Ulama atau para kyai antara lain :

    Di Pulau Jawa misalnya Sultan Ageng Tirtayasa, Kiyai Tapa dan Bagus Buang

    dari kesultanan Banten, Sultan Agung dari Mataram dan Pangeran Diponegoro

    dari Jogjakarta memimpin perang Diponegoro dari tahun 1825-1830 bersama

    panglima lainnya seperti Basah Marto Negoro, Kyai Imam Misbah, Kyai

    Badaruddin, Raden Mas Juned, dan Raden Mas Rajab. Konon dalam perang

    Diponegoro ini sekitar 200 ribu rakyat dan prajurit Diponegoro yang syahid,

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    dari pihak musuh tewas sekitar 8000 orang serdadu bangsa Eropa dan 7000

    orang serdadu bangsa Pribumi. Dari Jawa Barat misalnya Apan Ba Saamah dan

    Muhammad Idris (memimpin perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun 1886

    di daerah Ciomas)

    Di pulau Sumatra tercatat nama-nama : Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku

    Tambusi (Memimpin perang Padri tahun 1833-1837), Dari kesultanan Aceh

    misalnya : Teuku Syeikh Muhammad Saman atau yang dikenal Teuku Cik

    Ditiro, Panglima Polim, Panglima Ibrahim, Teuku Umar dan istrinya Cut Nyak

    Dien, Habib Abdul Rahman, Imam Leungbatan, Sultan Alaudin Muhammad

    Daud Syah, dan lain-lain.

    Di Kalimantan Selatan, rakyat muslim bergerak melawan penjajah kafir

    Belanda yang terkenal dengan perang Banjar, dibawah pimpinan Pangeran

    Antasari yang didukung dan dilanjutkan oleh para mujahid lainnya seperti

    pangeran Hidayat, Sultan Muhammad Seman (Putra pangeran Antasari),

    Demang Leman dari Martapura, Temanggung Surapati dari Muara Teweh,

    Temanggung Antaludin dari Kandangan, Temanggung Abdul jalil dari Amuntai,

    Temanggung Naro dari buruh Bahino, Panglima Batur dari Muara Bahan,

    Penghulu Rasyid, Panglima Bukhari, Haji Bayasin, Temanggung Macan Negara,

    dan lain-lain. Dalam perang Banjar ini sekitar 3000 serdadu Belanda tewas.

    Di Maluku Umat Islam bergerak juga dibawah pimpinan Sultan Jamaluddin,

    Pangeran Neuku dan Said dari kesultanan Ternate dan Tidore.

    Di Sulawesi Selatan terkenal pahlawan Islam Indonesia seperti Sultan

    Hasanuddin dan Lamadu Kelleng yang bergelar Arung Palaka.

    Sederetan Mujahid-mujahid lain disetiap pelosok tanah air yang belum diangkat

    namanya atau dicatat dalam buku sejarah adalah lebih banyak dari pada yang

    telah dikenal atau sudah tercatat dalam buku-buku sejarah. Mereka sengaja

    tidak mau dikenal, khawatir akan mengurangi keikhlasannya di hadapan Allah.

    Sebab mereka telah betul-betul berjihad dengan tulus demi menegakkan dan

    membela Islam di tanah air.

    3. Penjajahan Jepang

    Pendudukan Jepang di Indonesia diawali di kota Tarakan pada tanggal 10

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    januari 1942. Selanjutnya Minahasa, Balik Papan, Pontianak, Makasar,

    Banjarmasin, Palembang dan Bali. Kota Jakarta berhasil diduduki tanggal 5

    Maret 1942.

    Untuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh

    penjajah Jepang. Ibarat pepatah Lepas dari mulut harimau jatuh ke mulut

    buaya, yang ternyata penjajah Jepang lebih kejam dari penjajah manapun yang

    pernah menduduki Indonesia. Seluruh kekayaan alam dikuras habis dibawa ke

    negerinya. Bangsa Indonesia dikerja paksakan (Romusa) dengan ancaman

    siksaan yang mengerikan seperti dicambuk, dicabuti kukunya dengan tang,

    dimasukkan kedalam sumur, para wanita diculik dan dijadikan pemuas nafsu

    sex tentara Jepang (Geisha).

    Pada awalnya Jepang membujuk rayu bangsa Indonesia dengan mengklaim

    dirinya sebagai saudara tua Bangsa Indonesia (ingat gerakan 3 A yaitu Nippon

    Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon Pemimpin Asia). Mereka juga

    paham bahwa bangsa Indonesia kebanyakan beragama Islam. Karena itu pada

    tanggal 13 Juli 1942 mereka mencoba menghidupkan kembali Majlis Islam Ala

    Indonesia (MIAI) yang telah terbentuk pada pemerintahan Belanda (September

    1937). Tapi upaya Jepang tidak banyak ditanggapi oleh tokoh-tokoh Islam.

    Banyak tokoh-tokoh Islam tidak mau kooperatif dengan pemerintah penjajah

    Jepang bahkan melakukan gerakan bawah tanah misalnya dibawah pimpinan

    Sutan Syahrir dan Amir Syarifuddin.

    Selain itu, Jepang membubarkan organisasi-organisasi yang bersifat politik atau

    yang membahayakan Jepang yang dibentuk semasa Belanda, kemudian sebagai

    gantinya dibentuklah organisasi-organisasi baru misalnya Putera (Pusat Tenaga

    Rakyat), Cuo Sangi In (Badan pengendali politik), Jawa Hokokai (Himpunan

    Kebaktian Jawa), Seinendan, Fujinkai, Keibodan, Heiho, Peta dan lain-lain.

    Motif utama dibentuknya organisasi-organisasi tersebut hanyalah sebagai kedok

    saja yang ternyata untuk kepentingan penjajah Jepang juga. Namun bangsa kita

    sudah cerdas justru organisasi-organisasi tersebut sebaliknya dimanfaatkannya

    untuk melawan penjajah Jepang. Sebagai contoh adalah pembentukan tentara

    PETA (Pembela Tanah Air) pada tanggal 3 Oktober 1943 di Bogor yang

    merupakan cikal bakal adanya TNI. Terbentuknya memang atas persetujuan

    penjajah Jepang yang didukung oleh para alim ulama. Tercatat sebagai

    pendirinya adalah KH.Mas Mansur, Tuan Guru H. Yacob, HM.Sodri,

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    KH.Adnan, Tuan guru H.Kholid, KH.Djoenaedi, Dr.H.Karim Amrullah,

    H.Abdul Madjid dan U. Muchtar. Mereka betul-betul memanfaatkan PETA ini

    untuk kepentingan perjuangan bangsa. PETA saat itu terdiri dari 68 batalion

    yang masing-masing dipimpin oleh para alim ulama. Para Bintaranya adalah

    para pemuda Islam, dan panji-panji tentara PETA adalah bulan bintang putih di

    atas dasar merah. Tanggal 5 Oktober 1945 terbentuklah BKR (Barisan

    Keamanan Rakyat) yang sebagian besar pimpinannya adalah berasal dari PETA.

    BKR kemudian menjadi TKR dan selanjutnya TNI. Jadi TNI tidak mungkin ada

    jika PETA yang terdiri dari 68 bataliyon yang dipimpin oleh para ulama

    tersebut tidak ada.

    Namun ada beberapa organisasi bentukan Jepang yang sangat kentara

    merugikan dan bahkan berbuat aniaya terhadap bangsa Indonesia. Misalnya

    melalui Jawa Hokokai rakyat secara paksa untuk mengumpulkan padi, permata,

    besi tua serta menanam jarak yang hasilnya harus diserahkan kepada pemerintah

    pendudukan Jepang, pelecehan, penghinaan terhadap agama Islam dan umat

    Islam sudah terang-terang. Maka umat Islam di berbagai daerah bangkit

    menentang penjajah Jepang, diantaranya:

    a. Pemberontakan Cot Pileng di Aceh

    Perlawanan ini dipimpin oleh seorang ulama muda bernama Tengku Abdul Jalil,

    guru ngaji di Cot Pileng pada tanggal 10 November 1942. Sebabnya karena

    tentara Jepang melakukan penghinaan terhadap umat Islam Aceh dengan

    membakar masjid dan membunuh sebagian jamaah yang sedang salat subuh.

    b. Pemberontakan Rakyat Sukamanah

    Perlawanan ini dipimpin oleh KH. Zaenal Mustafa, pemimpin pondok pesantren

    di Sukamanah Singaparna Tasik Malaya pada tanggal 25 februari 1944.

    Penyebabnya karena para santrinya dipaksa untuk melakukan Seikirei,

    menghormat kepada kaisar Jepang dengan cara membungkukkan setengah

    badan ke arah matahari. Ini tentu saja pelanggaran aqidah Islam.

    c. Pemberontakan di Indramayu

    Perlawanan ini dipimpin oleh H. Madriyas. Sebabnya karena rakyat tidak tahan

    terhadap kekejaman yang dilakukan tentara Jepang.

    d. Pemberontakan Teuku Hamid di Aceh

    Perlawanan ini dipimpin oleh Teuku Hamid pada bulan November 1944.

    e. Pemberontakan PETA di Blitar

    Perlawanan ini dipimpin oleh seorang komandan Pleton PETA yang bernama

    Supriadi pada tahun 14 Februari 1945 di Blitar, karena mereka tidak tahan

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    melihat kesengsaraan rakyat di daerah dan banyak rakyat yang korban karena

    dikerjapaksakan (Romusha).

    4. Sekutu dan NICA

    Tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia baru saja diproklamirkan,

    tanggal 15 september 1945 datang lagi persoalan baru, yaitu datangnya tentara

    sekutu yang diboncengi NICA (Nederland Indies Civil Administration). Mereka

    datang dengan penuh kecongkakan seolah-olah paling berhak atas tanah

    Indonesia sebagai bekas jajahannya. Kedatangan mereka tentu saja mendapat

    reaksi dari seluruh bangsa Indonesia. Seluruh umat Islam bergerak kembali

    dengan kekuatan senjata seadanya melawan tentara sekutu dan NICA yang

    bersenjatakan lengkap dan modern. Perlawanan terhadap sekutu dan NICA

    antara lain: Dengan taktik perang gerilya, pertempuran arek-arek Surabaya,

    Bandung lautan Api, pertempuran di Ambarawa dan lain-lain.

    Arsitek perang gerilya adalah Jendral Sudirman nama yang tidak asing lagi bagi

    bangsa Indonesia. Beliau sebagai panglima besar TNI berlatar belakang santri.

    Pernah jadi dai atau guru agama di daerah Cilacap Banyumas sekitar tahun

    1936-1942. Berkarir mulai dari kepanduan Hizbul Wathan dan aktif dalam

    pengajian-pengajian yang diadakan oleh Muhammadiyah. Beliau pada sebagian

    hidupnya adalah untuk berjuang, dan bahkan dalam kondisi sakit sekalipun

    beliau terus memimpin perang gerilya ke hutan-hutan.

    Sedangkan pertempuran arek-arek Surabaya dipimpin oleh Bung Tomo. Dengan

    kumandang takbir, beliau mengobarkan semangat berjihad melawan tentara

    Inggris di Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Karena dahsyatnya

    pertempuran tersebut, maka tanggal tersebut dikenang sebagai hari pahlawan.

    Beliau tercatat pula dalam sejarah sebagai arsitek bom syahid. Dalam kurun

    waktu perjuangan tahun 19451949 beliau membentuk pasukan berani mati,

    yakni pasukan bom syahid yang siap mengorbankan jiwanya untuk

    menghancurkan tentara sekutu dan Belanda.

    Bandung lautan api adalah pertempuran dahsyat di Bandung Utara, kemudian di

    Bandung Selatan dibawah pimpinan Muhammad Toha dan Ramadhan .

    E. Peranan Umat Islam dalam Mempersiapkan dan Meletakkan Dasar-dasar

    Indonesia Merdeka.

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Dalam upaya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, tidak disangsikan lagi

    peran kaum muslimin terutama para ulama. Mereka berkiprah dalam BPUPKI

    (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk

    tanggal 1 maret 1945. Lebih jelas lagi ketika Badan ini membentuk panitia kecil

    yang bertugas merumuskan tujuan dan maksud didirikannya negara Indonesia.

    Panitia terdiri dari 9 orang yang semuanya adalah muslim atau para ulama

    kecuali satu orang beragama Kristen. Mereka adalah Ir. Soekarno,

    Drs.Moh.Hatta, Mr.Moh.Yamin, Mr.Ahmad Subardjo, Abdul Kahar Mujakir,

    Wahid Hsyim, H.Agus Salim, Abi Kusno Tjokrosuyono dan A.A. Maramis

    (Kristen)

    Meski dalam persidangan-persidangan merumuskan dasar negara Indonesia

    terjadi banyak pertentangan antar (mengutip istilah Endang Saefudin Ansori

    dalam bukunya Piagam Jakarta) kelompok nasionalis Islamis dan kelompok

    nasionalis sekuler. Kelompok Nasionalis Islamis antara lain KH. Abdul Kahar

    Muzakir, H. Agus Salim, KH.Wahid Hasyim, Ki Bagus dan Abi Kusno

    menginginkan agar Islam dijadikan dasar negara Indonesia. Sedangkan

    kelompok nasionalis sekuler dibawah pimpinan Soekarno menginginkan negara

    Indonesia yang akan dibentuk itu netral dari agama. Namun Akhirnya terjadi

    sebuah kompromi antara kedua kelompok sehingga melahirkan sebuah rumusan

    yang dikenal dengan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, yang berbunyi :

    1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-

    pemeluknya

    2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

    3. Persatuan Indonesia

    4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

    permusyawaratan perwakilan

    5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

    Rumusan itu disetujui oleh semua anggota dan kemudian menjadi bagian dari

    Mukaddimah UUD 45. Jadi dengan demikian Republik Indonesia yang lahir

    tanggal 17 Agustus 1945 adalah republik yang berdasarkan ketuhanan dengan

    kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-pemeluknya Meskipun

    keesokan harinya 18 Agustus 1945 tujuh kata dalam Piagam Jakarta itu

    dihilangkan diganti dengan kalimat Yang Maha Esa. Ini sebagai bukti akan

    kebesaran jiwa umat Islam dan para ulama. Muh. Hatta dan Kibagus

    Hadikusumo menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Yang Maha Esa

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    tersebut tidak lain adalah tauhid.

    Saat proklamasipun peran umat Islam sangat besar. 17 Agustus 1945 itu

    bertepatan dengan tangal 19 Ramadhan 1364 H. Proklamasi dilakukan juga atas

    desakan-desakan para ulama kepada Bung Karno. Tadinya Bung Karno tidak

    berani. Saat itu Bung Karno keliling menemui para ulama misalnya para ulama

    di Cianjur Selatan, Abdul Mukti dari Muhammadiyah, termasuk Wahid Hasyim

    dari NU. Mereka mendesak agar Indonesia segera diproklamasikan tanggal 17

    Agustus 1945.

    Demikian penting peran ulama di mata Bung Karno. Setelah Indonesia

    diproklamasikan, Bung karno masih terus berkeliling terutama minta dukungan

    para ulama dan rakyat Aceh. Di bawah pimpinan ulama-ulama Aceh seperti

    Daud Beureuh, Teuku Nyak Arief, Mr. Muhammad Hasan, M.Nur El Ibrahimy,

    Ali Hasyimi dan lain-lain, rakyat Aceh segera menyambut dengan gegap

    gempita. Dukungan mereka bukan hanya lisan tapi juga berbentuk sumbangan

    materi, yaitu berupa uang 130.000 Straits Dollar dan emas seberat 20 kg untuk

    pembelian pesawat terbang.

    Saat itu Soekarno sempat berjanji di hadapan Daud Beureuh, bahkan sampai

    mengucapkan sumpah. Demi Allah, Wallahi, saya akan pergunakan pengaruh

    saya agar nanti rakyat Aceh benar-benar dapat melaksanaan syariat Islam,

    demikian ucapan Soekarno untuk meyakinkan Daud Beureuh, bahwa jika Aceh

    bersedia membantu perjuangan kemerdekaan, syariat Islam akan diterapkan di

    tanah Rencong ini. Tapi janji itu hanya sekedar janji, tidak pernah diwujudkan.

    Inilah yang menyebabkan Daud Beureuh kemudian memberontak kepada

    pemerintah pusat dan bergabung dengan S.M.Kartosuwiryo yang juga

    dikecewakan oleh Soekarno, teman seperguruannya waktu nyantri di HOS

    Cokroaminoto.

    Sesungguhnya perjuangan para ulama begitu besar dalam mengantarkan

    Indonesia merdeka tidak lepas dari motivasi bagaimana Indonesia yang akan

    dibangun ini harus berdasarkan syariat Islam. Namun banyak dari golongan

    nasionalis meski mereka beragama Islam (misalnya Soekarno dkk) tidak setuju

    dengan cita-cita para ulama di atas. Kelompok Nasionalis inilah sangat berperan

    dalam penghapusan 7 kata dalam piagam Jakarta. Inilah yang kemudian

    menjadi ganjalan dan kekecewaan bagi para ulama. Sehingga beberapa tokoh

    Islam seperti Kartosuwiryo (Jawa Barat), Kahar Muzakir (Sulawesi Selatan),

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    Letnan I Ibnu Hajar (Kalimantan Selatan) dan Daud Beureuh (Aceh) terpaksa

    harus angkat senjata berjuang kembali untuk mewujudkan NII yang dicita-

    citakan, meskipun mereka kemudian dicap sebagai pemberontak.

    F. Peranan Organisasi-organisasi Islam dan Partai-partai Politik Islam

    Dalam perjuangan membela bangsa, Negara dan menegakkan Islam di

    Indonesia, Umat Islam mendirikan berbagai organisasi dan partai politik dengan

    corak dan warna yang berbeda-beda. Ada yang bergerak dalam bidang politik,

    sosial budaya, pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Namun semuanya

    mempunyai tujuan yang sama, yaitu memajukan bangsa Indonesia khususnya

    umat Islam dan melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Tercatat dalam

    sejarah, bahwa dari lembaga-lembaga tersebut telah lahir para tokoh dan

    pejuang yang sangat berperan baik di masa perjuangan mengusir penjajah,

    maupun pada masa pembangunan.

    1. Sarekat Islam (SI)

    Sarekat Islam (SI) pada awalnya adalah perkumpulan bagi para pedagang

    muslim yang didirikan pada akhir tahun 1911 di Solo oleh H. Samanhudi. Nama

    semula adalah Sarekat Dagang Islam (SDI). Kemudian tanggal 10 Nopember

    1912 berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI). H.Umar Said Cokroaminoto

    diangkat sebagai ketua, sedangkan H.Samanhudi sebagai ketua kehormatan.

    Latar belakang didirikannya organisasi ini pada awalnya untuk menghimpun

    dan memajukan para pedagang Islam dalam rangka bersaing dengan para

    pedagang asing, dan juga membentengi kaum muslimin dari gerakan

    penyebaran agama Kristen yang semakin merajalela. Dengan nama Sarekat

    Islam dibawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto organisasi ini semakin

    berkembang karena mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Daya

    tarik utamanya adalah asas keislamannya. Dengan SI mereka (umat Islam)

    yakin akan dibela kepentingannya.

    Keanggotaan SI terbuka untuk semua golongan dan suku bangsa yang beragama

    Islam. Berbeda dengan Budi Utomo yang membatasi keanggotaannya pada suku

    bangsa tertentu (Jawa). Sehingga banyak sejarawan mengatakan bahwa tanggal

    berdirinya SI ini lebih tepat disebut sebagai Hari Kebangkitan Nasional, dan

    bukan tahun 1908 dengan patokan berdirinya Budi Utomo. Karena ruang

    lingkup Budi Utomo hanyalah pulau Jawa, bahkan hanya etnis Jawa Priyayi.

    Sedangkan SI mempunyai cabang-cabang di seluruh Indonesia. Jadi layak

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    disebut Nasional.

    Secara lahir SI tidak menyatakan diri sebagai organisasi partai politik. Tetapi

    dalam sepak terjangnya jelas kelihatan sebagai organisasi politik. Kegiatan

    politik dilakukan dengan sangat hati-hati dan bertahap. Dalam kongres tahun

    1914, Cokroaminoto mengatakan bahwa SI akan bekerjasama (kooperatif)

    dengan pemerintah dan tidak berniat melawan pemerintah. Dua tahun kemudian

    dalam kongresnya di Bandung, dia melancarkan kritik terhadap praktek

    kolonialisme yang telah menyengsarakan rakyat. Dalam kongres itu SI

    menuntut supaya Indonesia diberi pemerintahan sendiri dan rakyat diberi

    kesempatan untuk duduk dalam pemerintahan. Semakin lama sikap SI semakin

    keras. Abdul Muis salah satu tokoh SI mengatakan, jika tuntutan-tuntutan itu

    tidak diindahkan pemerintah (penjajah), anggota SI bersedia membalas

    kekerasan dengan kekerasan. Pada waktu pemerintah mendirikan Volksraad

    (Dewan Rakyat), SI mendudukkan wakilnya dalam dewan itu, antara lain

    Cokroaminoto dan H. Agus Salim. Setelah ternyata Volksrad tidak bisa dipakai

    sebagai lembaga untuk memperjuangkan kemerdekaan, SI pun menarik

    wakilnya. Demikian SI beralih ke strategi non-kooperatif.

    Pada kongres 1917, SI mulai dimasuki pengaruh lain, yaitu dengan masuknya

    orang-orang yang berfaham Marxis (komunis) seperti Semaun dan Darsono.

    Bahkan pada kongresnya yang ketiga tahun 1918 pengaruh Semaun semakin

    kuat. Tetapi SI masih membiarkannya demi persatuan dan kesatuan bangsa

    yang saat itu sangat diperlukan dalam menghadapi pemerintah penjajah. Pada

    tangal 10 Oktober 1921 dalam kongres SI yang ke-6 H. Agus Salim dan Abdul

    Muis merangkap menjadi anggota dan pengurus mencetuskan perlunya disiplin

    partai dalam tubuh SI, antara lain seorang anggota SI tidak boleh merangkap

    menjadi anggota atau pengurus di partai lain. Ini tujuan sebenarnya adalah

    untuk membersihkan barisan SI dari unsur-unsur komunis. Dengan disetujuinya

    gagasan ini akhirnya Semaun dan Darsono keluar dari SI. Tapi kemudian SI

    terpecah menjadi dua, yaitu SI Merah dan SI Putih. SI Merah dipimpin oleh

    Semaun berpusat di Semarang dan berazaskan Komunis. Adapun SI Putih

    dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto berazaskan Islam.

    Pada Kongres SI ke-7. SI Putih berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam

    (PSI). Pada tahun 1927 nama Partai Sarekat Islam (PSI) ditambah dengan kata

    Indonesia, sehingga menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Hanya

    sangat disayangkan partai ini kemudian menjadi terpecah belah. Ada PSII yang

  • 5/27/2018 Proses Masuk Dan Perkembangan Islam Di Indonesia

    dipimpin oleh Sukiman, PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII H. Agus

    Salim.

    2. Muhammadiyah

    Muhammadiyah secara etimologi artinya pengikut Nabi Muhammad. Adalah

    sebuah organisasi non-politis yang bertujuan mengembalikan ajaran Islam

    sesuai dengan al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad saw; memberantas

    kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama (bidah) dan memajukan ilmu

    agama Islam di kalangan anggotanya. Organisasi ini didirikan oleh KH. Ahmad

    Dahlan di Yogyakarta pada 18 Nopember 1912. Dalam Anggaran Dasar

    Muhammadiyah yang baru, telah disesuaikan dengan UU no.8 tahun 1985 dan

    hasil Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta pada tanggal 7-11

    Desember 1985, Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa Muhammadiyah adalah

    gerakan Islam dan dakwah amar maruf nahi munkar yang berakidah Islam dan

    bersumber pada al-Quran dan Sunnah. Sifat gerakannya adalah non-politik, tapi

    tidak melarang anggotanya memasuki partai politik. Hal ini dicontohkan oleh

    pendirinya sendiri,