proses berpikir kreatif model wallas dalam ......relasi dan fungsi ditinjau dari perspektif gender...
TRANSCRIPT
PROSES BERPIKIR KREATIF MODEL WALLAS DALAM
MEMECAHKAN MASALAH RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI
PERSPEKTIF GENDER SISWA KELAS VIII SMPN 26 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Oleh:
Rudi
NIM 105361114416
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
iii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Sesungguhnya setelah kesukaran itu ada kemudahan,
Karena itu, setelah selesai mengerjakan sesuatu, maka berdoalah. Yakinlah
Bahwa Sesudah Kesulitan Selalu Ada Kemudahan”
Kupersembahkan karya ini buat:
Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku,
Atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis
Untuk menyelesaikan karya ilmiah ini dengan maksimal.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
vii
ABSTRAK
Rudi. 2020. Proses Berpikir Kreatif Model Wallas dalam Memecahkan Masalah
Relasi dan Fungsi Ditinjau dari Perspektif Gender Siswa Kelas VIII SMPN 26
Makassar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Muhammad
Darwis M dan Pembimbing II Ma‟rup
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa dalam
memecahkan masalah relasi dan fungsi ditinjau dari perspektif gender. Jenis
Penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif, penelitian dilakukan pada
kondisi objek yang alami. Subjek Penelitian ada 6 yaitu siswa laki-laki
berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah, dan siswa perempuan berkemampuan
tinggi, sedang, dan rendah. Instrumen penelitian menggunakan tes, wawancara
dan dokumentasi. Adapun Prosedur Penelitian yang digunakan yaitu Tahap Pra
Lapangan, Tahap Kegiatan Lapangan, Tahap Analisis Data.
Hasil Penelitian proses berpikir kreatif model wallas ditinjau dari
perspektif gender antata lain, Tahap Persiapan Subjek laki-laki dominan dapat
memahami informasi awal dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan,
Subjek LBT dan LBS dapat memahami informasi awal dengan baik, namun
subjek LBR tidak dapat memahaminya. Sedangkan subjek perempuan dominan
tidak dapat memahami informasi awal, hanya subjek PBT yang dapat menuliskan
apa yang diketahui dan ditanyakan. Tahap Inkubasi Subjek laki-laki berhenti atau
diam sejenak untuk memunculkan sebuah ide sambil mengaitkan materi yang
pernah didapatkan. Sedangkan subjek perempuan, subjek PBT berhenti sejenak
sambil membaca berkali-kali soal yang diberikan, subjek PBS langsung
mendapatkan ide, subjek PBR berhenti sejenak untuk memunculkan sebuah ide.
Tahap Iluminasi Subjek LBR mendapatkan beberapa ide dengan jawaban
yang benar, subjek LBS dan LBR hanya satu ide yang didapatkan dengan jawaban
yang benar. Sedangkan subjek perempuan, subjek PBT mendapatkan beberapa ide
dan dapat menyelesaikan jawaban dengan benar, subjek PBS dan PBR hanya
mendapatkan satu ide dengan jawaban yang salah. Tahap Verifikasi Subjek laki-
laki dominan memeriksa kembali jawaban yang telah dikerjakan hanya subjek
LBR yang tidak memeriksa kembali jawabannya. Sedangkan subjek perempuan
dominan tidak memeriksa kembali jawaban, hanya subjek PBT yang memeriksa
kembali jawaban yang telah dikerjakan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Tingkat
kreatif dari perempuan berkemampuan tinggi ini berada pada tingkatan ke 4 yaitu
sangat kreatif. Subjek PBS berada pada tingkat berpikir kreatifnya di tingkat 0
(tidak kreatif). Subjek PBR pada tingkatan kreatif berada pada tingkat 0 (Tidak
Kreatif). Subjek LBT tingkat berpikir kreatifnya berada pada tingkat 4 (sangat
kreatif). Subjek LBS tingkat berpikir kreatifnya berada pada tingkat 2 (cukup
kreatif). Subjek LBR tingkat berpikir kreatifnya berada pada tingkat 2 (cukup
kreatif).
Kata Kunci: Berpikir Kreatif, Model Wallas, Kemampuan Matematika, Gender,
Relasi dan Fungsi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah
subhanahu wa ta‟ala, yang senantiasa memberi berbagai karunia dan nikmat
yang tiada terhitung kepada seluruh makhluk-Nya. Demikian pula salam dan
shalawat kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad shallallahu „alaihi wa
sallam, beserta keluarga dan sahabat beliau dan kepada kaum muslimin yang
senantiasa memperjuangkan risalah-Nya. Berkat rahmat dan hidayah-Nya serta
nikmat kekuatan, kesehatan dan kesempatan sehingga penulisan skripsi ini dapat
selesai sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
Dengan berbekal keikhlasan dan niat serta dengan tanggung jawab, Allah
SWT telah meridhai peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini..
Keberhasilan ini tentu saja tidak dapat terwujud tanpa bimbingan, dukungan dan
bantuan berbagai pihak, oleh karena itu, dengan rasa hormat yang paling dalam
peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Dr. Erwin Akib, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Mukhlis, S.Pd., M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar.
4. Dr. Muhammad Darwis M., M.Pd. Dosen Pembimbing I dalam Penelitian ini.
5. Ma‟rup, S.Pd., M.Pd. Dosen Pembimbing II dalam Penelitian ini.
6. Orang tua dan keluarga tercinta atas segala doa dan dukungan serta
pengorbanannya.
7. Teman-teman mahasiswa atas kerja sama yang dilakukan selama ini, sehingga
penelitian ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan.
8. Semua pihak yang telah ikut serta memberikan bantuannya yang tidak sempat
disebutkan namanya.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ix
Semoga bantuan, bimbingan, saran, dan kritikan yang bersifat membangun
yang telah diberikan oleh berbagai pihak dapat menjadi amal kebaikan dan Skripsi
ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, maupun dunia pendidikan pada
umumnya.
Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Makassar, Januari 2021
R u d i
NIM. 105361114416
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN .................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR...………………………………………………….. ... viii
DAFTAR ISI ………………………………………………...…………… ... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7
A. Kajian Teori ......................................................................................... 7
B. Penelitian Relevan ................................................................................ 19
C. Kerangka Pikir ..................................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 23
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 23
B. Fokus Penelitian ................................................................................... 23
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ............................................................... 23
D. Prosedur Penelitian............................................................................... 24
E. Instrumen Penelitian............................................................................. 25
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 25
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 26
H. Keabsahan Data .................................................................................... 28
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 29
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 29
B. Pembahasan ......................................................................................... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 78
A. Kesimpulan ......................................................................................... 78
B. Saran ................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 81
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 77
LAMPIRAN
Lampiran.1 Instrumen Penelitian .................................................................... 83
Lampiran 2 Hasil Tes Proses Berpikir Model Wallas ..................................... 97
Lampiran 3. Hasil Wawancara ...................................................................... 108
Lampiran 4. Surat Pembimbingan ................................................................. 120
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian .................................................................. 131
Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian...................................................... 120
Lampiran 7. Hasil Turnitin ............................................................................ 137
Lampiran 8. Dokumentasi ............................................................................. 159
Lampiran 9. Tahap Wawancara..................................................................... 160
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Proses Berpikir ............................................................. 7
Tabel 2.2 Tingkatan Berpikir Kreatif ........................................................... 8
Tabel 2.3 Pedoman Tahap Berpikir Kreatif Model Wallas Siswa dalam
Mengerjakan Tes ....................................................................... 22
Tabel 2.4 Rentang Nilai ............................................................................. 24
Tabel 4.1 Hasil tes relasi subjek ................................................................. 29
Tabel 4.2 Klasifikasi Hasil Tes .................................................................. 30
Tabel 4.3 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Gender dan Kemampuan
Memecahkan Masalah Relasi dan Fungsi. ................................ 31
Tabel 4.4 Indikator Tahap Berpikir Kreatif Model Wallas ........................ 32
Tabel 4.5 Proses Berpikir Kreatif Subjek LBT .......................................... 37
Tabel 4.6 Aspek Kreatifitas Subjek LBT ................................................... 37
Tabel 4. 7. Tingkatan Berpikir Kreatif ...................................................... 38
Tabel 4.8 Proses Berpikir Kreatif Subjek LBS .......................................... 43
Tabel 4.9 Aspek Kreatifitas Subjek LBS ................................................... 44
Tabel 4. 10. Tingkatan Berpikir Kreatif .................................................... 45
Tabel 4.11 Proses Berpikir Kreatif Subjek LBR ........................................ 48
Tabel 4.12 Aspek Kreatifitas Subjek LBR ................................................. 49
Tabel 4. 13. Tingkatan Berpikir Kreatif .................................................... 50
Tabel 4.14 Proses Berpikir Kreatif Subjek PBT ........................................ 55
Tabel 4.15 Aspek Kreatifitas Subjek PBT ................................................. 55
Tabel 4. 16. Tingkatan Berpikir Kreatif PBT .......................................... 56
Tabel 4.17 Aspek Kreatifitas Subjek PBS ................................................. 60
Tabel 4. 18. Tingkatan Berpikir Kreatif PBS ............................................. 61
Tabel 4.19 Aspek Kreatifitas Subjek PBR ................................................. 64
Tabel 4.20. Tingkatan Berpikir Kreatif PBR ............................................. 64
Tabel 4.21 Proses Berpikir Kreatif Model Wallas Bedasarkan Gender..... 74
Tabel 4.22 Tingkat Berpikir Kreatif Berdasarkan Gender ......................... 76
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jawaban Siswa LBT ................................................................. 33
Gambar 2. Laki-laki Berkemampuan sedang(LBS) ................................... 39
Gambar 3. Jawaban Siswa Laki-laki Berkemampuan Rendah (LBR) ....... 45
Gambar 4. Siswa Perempuan Berkemampuan Tinggi (PBT) ..................... 51
Gambar 5. Jawaban Perempuan berkemampuan Sedang (PBS) ............... 57
Gambar 6. Jawaban Perempuan Berkemampuan Rendah (PBR) .............. 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap
jenjang sekolah, baik tingkah Sekolah Dasar, Menengah maupun Perguruan Tinggi
yang diperlukan proses berpikir kreatif dalam penyelesaiannya. Permendiknas No
22 Thn 2006 kemampuan yang sangat diperlukan oleh siswa agar dapat
memperoleh dan memanfaatkan informasi untuk beradaptasi dengan lingkungan
dimana mereka bertahan hidup yang kompetitif yaitu berpikir logis, sistematis,
kreatif, dan kritis. Berpikir kreatif sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan agar
dapat mencapai kompetensi yang di targetkan, selain itu agar dapat tercipta
generasi-generasi muda yang kreatif (Isvina, 2015).
Berpikir kreatif sangat penting dalam pemecahan suatu masalah, hal ini
ditunjukkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hwan yaitu kemampuan
elaborasi merupakan salah satu komponen berpikir kreatif yang dapat merespon
siswa untuk mengkreasikan pengetahuannya pemecahan masalah, rendahnya
penalaran dan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah menjadi permasalahan
mendasar dalam dunia pendidikan, kualitas siswa dalam proses berpikir kreatif
masih dikatakan sangat rendah dalam pembelajaran matematika.
Kemampuan yang harus dimiliki dalam pembelajaran matematika yaitu
berpikir kritis dan juga berpikir kreatif, kemampuan tersebut harus dibekali oleh
siswa di setiap kelas ketika proses pembelajaran berlangsung. Kemampuan
1
2
tersebut bukan hanya muncul secara alami, namun perlu diajarkan dan dirancang
mulai dari tingkat sekolah sampai di perguruan tinggi. Pembelajaran matematika
bukan hanya dijadikan sebagai bekal bagi siswa akan tetapi dijadikan sebagai nilai
edukasi yang dapat membentuk karakternya
Hudoyono (Hasanuddin, 2015) mengemukakan bahwa pemecahan masalah
dapat dijadikan sebagai proses penemuan dari sejumlah aturan yang dapat
diterapkan untuk mengatasi situasi yang diperhadapkan, selain itu pemecahan
masalah dapat dikatakan hal yang sangat esensial dalam pembelajaran matematika
karena dibutuhkan siswa yang terampil dalam menyeleksi informasi yang relevan.
Aktivitas pembelajaran bukan hanya fokus pada upaya mendapatkan pengetahuan
sebanyak-banyaknya, akan tetapi bagaimana pengetahuan itu didapatkan untuk
menghadapi situasi dalam memecahkan berbagai permasalahan terkhusus yang ada
kaitannya dengan mata pelajaran matematika. Operasi prosedural urutan tindakan
yang dilakukan secara bertahap dan sistematis termasuk dalam pemecahan
masalah.
Relasi dan fungsi menjadi bagian dari materi matematika siswa kelas VIII
yang diajarkan pada semester ganjil. Relasi dan fungsi sangat penting diajarkan
untuk siswa karena relasi dan fungsi menjadi materi prasyarat yang menjadi bekal
pemahaman konsep siswa untuk melangkah ke materi selanjutnya yaitu
persamaan garis lurus. Pentingnya materi tersebut untuk dipelajari siswa masih
belum sejalan dengan pemahaman dan hasil belajar siswa sehingga masih banyak
yang merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal relasi dan fungsi yang
melibatkan materi himpunan bersifat abstrak.
3
Kesalahan siswa dalam pemahaman konsep dan penyelesaian materi relasi
dan fungsi mencapai persentase 45,91% berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Sari (2012). Selain itu, kesalahan dalam mendefinisikan konsep relasi dan
fungsi dalam menjawab soal menurut Sumarsih (Mutmainnah, 2019). Siswa laki-
laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam proses berpikir, perbedaan tersebut
terdapat pada pemecahan masalah matematika dengan soal yang bervariasi.
Perbedaan proses berpikir tersebut mengindikasikan bahwa laki-laki dan
perempuan memiliki perbedaan yang signifikan. Sedangkan, salah satu dari laki-
laki atau perempuan belum dapat disimpulkan secara jelas dalam belajar
matematika, dan juga memiliki perbedaan pada faktor gender menunjukkan hasil
yang beragam menurut Hasanah (2013).
Di sisi lain, Frastica (2013) mengatakan bahwa kemampuan matematika
antara siswa laki-laki dan perempuan itu memiliki persamaan. Lain halnya dengan
Amir (2013) memaparkan bahwa terdapat perbedaan antara siswa laki-laki dan
perempuan ditinjau dari perspektif gender terhadap kemampuan matematika.
Kemampuan komunikasi merupakan keunggulan yang dimiliki oleh siswa
perempuan, berbeda halnya dengan laki-laki keunggulannya terdapat pada
keterampilan spatial. Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk melakukan
penelitian bagaimana proses berpikir kreatif siswa ditinjau dari perspektif gender
di SMPN 26 Makassar.
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 09 Februari 2020
di SMPN 26 Makassar, menunjukkan bahwa hasil tes materi relasi dan fungsi yang
telah dilakukan oleh guru mata pelajaran belum sesuai dengan harapan yang
4
diinginkan sehingga berdampak pada prestasi belajar siswa tersebut. Kesalahan
dalam pemahaman konsep yang dilakukan oleh siswa pada materi tersebut seperti
siswa belum mampu membedakan antara fungsi dan bukan fungsi yang dinyatakan
kedalam bentuk diagram panah dan berbagai bentuk lainnya, begitu pula dengan
materi relasi masih terdapat kesalahan dalam pemahaman konsep yang dilakukan
oleh siswa berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh guru mata pelajaran.
. Pembelajaran matematika saat ini sangat dibutuhkan kemampuan berpikir
kreatif, dengan berpikir kreatif siswa dapat menggunakan beberapa cara dalam
penyelesaian. Berdasarkan hal tersebut dalam mempelajari dan memahami materi
relasi dan fungsi diperlukan proses berpikir kreatif dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Berpikir kreatif dijadikan sebagai suatu proses yang digunakan
untuk memunculkan suatu gagasan yang berbeda dari gagasan yang lain, dengan
kata lain dapat memunculkan suatu ide baru. Proses berpikir kreatif yang
dikembangkan oleh Wallas masih dapat dikembangkan untuk mengetahui berpikir
kreatif siswa. Model wallas terdiri dari empat tahapan yaitu (1) persiapan, (2)
Inkubasi, (3) Iluminasi, (4) verifikasi.
Pada tahap persiapan hal yang dilakukan yaitu mempersiapkan diri untuk
melakukan pemecahan masalah yang dilakukan dengan mengumpulkan sumber-
sumber yang valid atau relevan. Pada tahap inkubasi, melakukan sesuatu yang
dapat menimbulkan ide itu muncul dengan kata lain kita merasa seakan-akan
melepaskan diri sementara dari masalah yang akan dihadapi. Tahap ini sangat
berguna yang dapat dijadikan sebagai awal proses timbulnya ide. Tahap iluminasi,
setelah berpikir kita sudah mendapatkan ide dari suatu permasalahan yang
5
dihadapi diikuti dengan munculnya inspirasi/gagasan baru. Tahap verifikasi, hal
yang sangat penting dilakukan adalah memeriksa kembali jawaban yang telah kita
kerjakan atau menguji jawaban kembali dengan seksama, pemikiran kritis dang
kreatif sangat dibutuhkan (Sari, 2017).
Bersumber dari permasalahan tersebut peneliti sangat tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Proses Berpikir Kreatif Model Wallas
dalam Memecahkan Masalah Relasi dan Fungsi Ditinjau dari Perspektif
Gender Siswa Kelas VIII SMPN 26 Makassar”. Dengan adanya penelitian ini
nantinya dapat dijadikan sebagai referensi bagi guru untuk mengevaluasi proses
pembelajaran yang telah dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah yang
diangkat oleh peneliti yaitu: bagaimana proses berpikir kreatif model wallas dalam
memecahkan masalah relasi dan fungsi ditinjau dari perspektif gender siswa kelas
VIII SMPN 26 Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu: mengetahui proses berpikir kreatif model wallas
dalam memecahkan masalah relasi dan fungsi ditinjau dari perspektif gender siswa
kelas VIII SMPN 26 Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai referensi untuk perbaikan kedepannya,
dan digunakan melihat proses berpikir kreatif siswa berdasarkan gender.
6
2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai referensi dalam, proses pembelajaran
khususnya materi relasi dan fungsi, dan mengevaluasi kekurangan apa yang
kurang saat proses pembelajaran.
3. Bagi siswa, dapat dijadikan sebagai patokan kekurangan dan kelebihan yang
mereka lakukan pada saat mengerjakan soal sehingga dapat diperbaiki
kedepannya.
4. Bagi Peneliti berikutnya, dijadikan sebagai referensi untuk mengembangkan
proses berpikir kreatif siswa baik pada mata pelajaran yang sama maupun
berbeda.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif yaitu suatu proses yang digunakan seseorang untuk
mencari atau memunculkan suatu ide baru, hal tersebut dapat dijadikan sebagai
gabungan dari ide sebelumnya yang tidak pernah dimunculkan. Definisi
tersebut lebih difokuskan pada proses individu yang berusaha memunculkan ide
baru itu yang masih terdapat pada pemikiran seseorang. Mempertimbangkan
masalah serupa yang sering dihadapi menjadi salah satu langkah dalam
merumuskan suatu penyelesaian yang kreatif. Pengertian tersebut ditandai
dengan adanya ide yang berbeda dari sebelumnya yang dihasilkan dari proses
berpikir kreatif. Dalam proses berpikir kreatif terdapat yang namanya
pemecahan masalah dan pengajuan masalah yang dapat meningkatkan kreatif
siswa melalui dimensi kreativitas yaitu kefasihan, kebaruan, dan fleksibilitas.
Tabel 2.1 Indikator Proses Berpikir
Pemecahan Masalah Indikator
bermacam-macam solusi dan jawaban
Siswa dalam melakukan menyelesaikan
masalah
Kefasihan
Terdapat cara lain dalam pemecahan
masalah bukan Cuma satu
fleksibilitas
Melakukan pengujian secara seksama atau
memeriksa kembali jawaban yang telah
dikerjakan dengan berbagai metode
penyelesaian
Kebaruan
7
8
Indikator proses berpikir tersebut terdapat tiga yaitu, kefasihan dapat
didefinisikan sebgai beragamnya cara dalam memecahkan masalah yang
dikerjakan oleh siswa dengan jawaban benar. Dua jawaban atau lebih belum
tentu hasilnya memilki keberagaman, fleksibilitas dapat didefinisikan sebagai
kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan dengan berbagai cara yang
berbeda, kebaruan diartikan sebagai kemampuan dalam menjawab permasalahan
dengan beberapa jawaban berbeda yang bernilai benar, selain itu juga bisa satu
jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh siswa yang lain (Nur‟aini, 2013).
Setiap siswa memiliki tingkat berpikir yang berbeda dan juga pola pikir
yang berbeda pula, daya imajinasi setiap individu, dan hasil karya yang
dibuatkan tidak akan memiliki kesamaan. Untuk mengetahui perbedaan tingkat
berpikir tersebut perlu adanya tingkatan proses berpikir kreatif yang dilakukan
oleh siswa seperti tabel berikut ini:
Tabel 2.2 Tingkatan Berpikir Kreatif
Tingkat Karakteristik
Tingkat 4 (Sangat Kreatif) Kriteria dalam pemecahan masalah,
Siswa mampu menunjukkan kefasihan,
fleksibilitas, dan kebaruan
Tingkat 3 (Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut
Siswa mampu menunjukkan kebaruan
atau fleksibilitas atau kefasihan dan
fleksibilitas
Tingkat 2 ( Cukup Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut
Siswa mampu menunjukkan salah satu
dari kebaruan atau fleksibilitas
Tingkat 1 (Kurang Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut
Siswa hanya mampu menunjukkan
9
kefasihan
Tingkat 0 (Tidak Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut
Siswa tidak mampu menunjukkan
ketiga indikator kreatif.
Berpikir kreatif dapat dijadikan sebagai suatu proses yang digunakan
seorang individu untuk mendapatkan atau memunculkan suatu ide yang berbeda
dengan yang lain/ide baru, selain itu dapat dipandang sebagai suatu tindakan
yang dilakukan seseorang dalam memanfaatkan akalnya untuk menghasilkan
ide baru dari proses pemikiran yang telah dilalui yang berisi ide, konsep,
pengalaman, dan juga pengetahuan. Pada dasarnya berpikir kreatif mengacu
pada proses yang menghasilkan suatu produk kreatif dikatakan sebagai inovasi
yang diperoleh dari suatu kegiatan yang berdasarkan pada tujuan tertentu.
Bukan hanya itu proses berpikir kreatif ini memenuhi kebaruan sehingga
individu dapat dikatakan kreatif dengan menciptakan sesuatu yang sudah
diketahui sebelumnya menurut Weisberg (Siswono, 2016) .
. Beberapa alasan perlunya pembelajaran matematika menekankan pada
berpikir kreatif dalam pelajaran matematika, antara lain: (1) pendidik dapat
melihat peran siswa dalam menciptakan ide-ide yang kreatif, sehingga ide yang
didapatkan dapat ditransformasikan ke peserta didik yang lain untuk belajar, (2)
peserta didik dapat menemukan penyelesaian yang original saat memecahkan
masalah, sehingga memberikan kepuasan tersendiri dari dalam diri individu, (3)
matematika suatu pengetahuan yang kompleks dan luas sehingga tidak cukup
diajarkan dengan hafalan, (4) menemukan sesuatu yang asli/original
10
memerlukan proses, pemikiran mendalam dan ketekunan, kritis, dan pantang
menyerah, seperti membuat pembuktian dari menemukan teorema-teorema
merupakan suatu kepuasan tersendiri yang didapatkan oleh individu, (5)
potensi peserta didik untuk berpikir kreatif dalam semua hal, termasuk
matematika yang merupakan ilmu tentang aktivitas manusia (Siswono, 2016).
Berdasarkan pemaparan teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang untuk
membangun, menghasilkan ide atau gagasan yang baru. Indikator kemampuan
berpikir kreatif yaitu kefasihan, beragamnya cara dalam memecahkan masalah
yang dikerjakan oleh siswa dengan jawaban benar. Fleksibilitas, kemampuan
pemecahan masalah yang dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda. Dan
kebaruan kemampuan dalam menjawab permasalahan dengan beberapa
jawaban berbeda yang bernilai benar, selain itu juga bisa satu jawaban yang
tidak biasa dilakukan oleh siswa yang lain.
2. Model Wallas
Terdapat beberapa indikator dalam proses berpikir kreatif model wallas
yaitu pada tahap persiapan, disini siswa mempersiapkan dirinya untuk
memecahkan masalah yang diberikan, hal yang biasa dilakukan yaitu,
membuka buku, bertanya kepada guru atau temannya, mengingat materi
sebelumnya yang pernah diajarkan oleh guru. Tahap inkubasi, melakukan
berbagai aktivitas untuk mencari suatu inspirasi, misalkan diam, merenung,
menopang dagu dan sebagainya. Selain itu siswa membaca soal berkali-kali
untuk lebih memahami, mengaitkan materi sebelumnya dengan soal yang
11
diberikan. Tahap iluminasi, ide yang sudah didapatkan siswa dapat
memaparkannya sebagai suatu penyelesaian. Tahap verifikasi, memeriksa
kembali jawaban yang telah dikerjakan atau menguji kembali secara seksama
untuk mendapatkan jawaban yang benar, mampu menganalisis soal (Paramitha,
2017).
Wallas menyatakan bahwa proses berpikir kreatif meliputi empat tahap
yaitu: (1) tahap persiapan, tahap ketika siswa dalam mengidentifikasi masalah
atau mencermati masalah, , mengumpulkan data yang relevan untuk
penyelesaian masalah, mengaitkan informasi tersebut dengan pengetahuan
terdahulu, dan memikirkan alternatif solusi masalah dengan bekal ilmu yang
dimiliki, (2) tahap inkubasi yaitu tahap ketika siswa berhenti sejenak untuk
memikirkan masalah tersebut secara tidak sadar dan tidak memikirkan masalah
yang dihadapi, namun seolah-olah meninggalkan masalah sendirian, bukan
berarti siswa tidak berpikir, kegiatan yang dilakukan adalah menunda dalam
mengerjakan soal dan memikirkan solusi yang tepat untuk soal tersebut. (3)
tahap iluminasi, siswa mampu memberikan dan mengembangkan jawaban
dengan menggunakan alternatif yang lain, siswa menemukan ide dan solusi
untuk soal yang diberikan. (4) tahap verifikasi, siswa melakukan pengujian
kembali untuk meyakinkan dirinya bahwa jawabannya sudah benar atau
memeriksa kembali solusi yang ada apakah sudah tepat untuk masalah tersebut
atau belum (Hanifah, 2019).
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa Model
wallas terdiri dari 4 tahap antara lain; tahap persiapan, berbagai macam cara
12
yang dipersiapkan sebelum memecahkan suatu permasalahan. Tahap inkubasi,
melakukan berbagai macam aktivitas atau kegiatan yang dapat mendorong
munculnya suatu ide. Tahap iluminasi, menjalankan solusi/ide yang
sebelumnya didapatkan dari tahap inkubasi. Tahap verifikasi
memeriksa/menguji kembali jawaban yang telah dikerjakan apakah sudah benar
atau salah.
3. Kemampuan Matematika
Kemampuan matematika terdapat tiga macam yaitu kemampuan
matematika tinggi, sedang, dan rendah, kemampuan tersebut dikaitkan dengan
konsep-konsep matematika baik dalam materi matematika itu sendiri ataupun
konsep matematika dari bidang lainnya. Perbedaan kemampuan matematika
sangat berpengaruh terhadap proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan
pemecahan masalah yang dihadapkan. Selain itu, perbedaan tingkat
kemampuan siswa dalam penyelesaian masalah sejalan dengan kemampuan
matematika setiap siswa yang berpengaruh terhadap proses berpikir dalam
penyelesaian masalah. Dengan demikian terdapat perbedaan kemampuan
matematika yang dimiliki setiap siswa karena proses berpikir siswa pun
memiliki perbedaan (Handayani, 2018).
Kemampuan matematika tiap subjek memiliki karakteristik sebagai
berikut, subjek berkemampuan tinggi umumnya membaca soal berkali-kali
dengan perlahan dan jelas agar mereka mudah memahami untuk menentukan
pokok permasalahan dari soal tersebut, dapat mengemukakan apa yang
diketahui didalam soal, yang ditanyakan pun dipaparkan dengan jelas dengan
13
alasan yang jelas. Setelah selesai pengerjaan subjek menguji
kembali/memeriksa jawaban yang telah dikerjakan, membaca kembali soal dan
jawabannya secara menyeluruh serta dilakukan secara teliti apakah di jawaban
tersebut terdapat kekurangan atau terlewatkan. Subjek berkemampuan sedang
membaca soal yang diberikan, namun subjek melewati beberapa kata/kalimat,
dapat memaparkan apa yang diketahui dan ditanyakan di dalam soal secara
jelas, subjek memikirkan ide/jawaban yang tepat untuk menyelesaikan
permasalahan kemudian memberikan alasan mengapa mengambil ide tersebut,
setelah selesai dalam mengerjakan soal subjek sedang kurang meneliti kembali
jawaban yang telah dikerjakan, subjek hanya meneliti bagian akhir saja. Subjek
berkemampuan rendah pada umumnya tidak teliti pada saat membaca soal dan
banyak kata/kalimat yang tertinggal, subjek kurang mengetahui apa yang
diketahui dan ditanyakan dari soal, setelah itu memikirkan ide penyelesaian
yang harus dilakukan yang paling tepat. Biasanya hasil jawaban dari subjek
kurang tepat karena subjek tidak memeriksa dan mengujinya kembali,
berpikiran apa adanya (Afriansyah, 2017).
Menciptakan/memunculkan permasalahan matematika hal yang sangat
penting dalam menyelesaikan masalah matematika, perlu adanya kemampuan
berimajinasi kreatif yang dapat dikembangkan ketika terdapat pertanyaan yang
baru, memandang pertanyaan, dan membentuk peluang baru dengan sudut
pandang yang baru pula, sehingga pengajuan masalah matematika merupakan
bagian dari kegiatan pembelajaran yang dianggap penting.
14
Kemampuan matematika menjadi bahan/tujuan utama dalam
pembelajaran matematika, sebagaimana diketahui bahwa peserta didik yang
mampu memahami pengertian dalam matematika, keterampilan yang dimiliki
dalam memecahkan persoalan matematika ataupun persoalan dalam kehidupan
sehari-hari yang dialami oleh individu, kemampuan tersebut menjadi prasyarat
untuk mendapatkan kemampuan yang lain. Pemahaman tersebut sangat penting
dalam memahami konsep matematika. Visi belajar matematika yaitu
memahami konsep pemahaman yang diberikan (Herawati, 2016).
Berdasarkan pemaparan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa
Kemampuan matematis dikatakan sebagai kemampuan mengaitkan konsep-
konsep matematika baik antar topik dalam matematika itu sendiri maupun
mengaitkan konsep matematika dengan konsep dalam bidang lainnya. terdiri
dari 3 yaitu kemampuan matematika yang rendah, kemampuan matematika
sedang, dan kemampuan matematika tinggi.
4. Gender
Gender berasal dari bahasa inggris yaitu Genus yang dapat diartikan
sebagai jenis atau tipe. Konsep gender memiliki perbedaan dengan jenis
kelamin, kata gender dapat dikatakan equivalen dengan seks. Dalam buku
William-de Vries dengan judul: gender bukan tabu yang didalamnya terdapat
catatan perjalanan kelompok perempuan di Jambi. Dalam buku tersebut
dipaparkan bahwa gender memiliki perbedaan dengan jenis kelamin. Gender
merupakan perbedaan fungsi/peran sosial antara perempuan dan laki-laki yang
dibentuk oleh proses sosial dan budaya dengan perjalanan panjang dari
15
lingkungan tempat mereka tinggal, sehingga peran tersebut berbeda dari satu
lingkungan ke lingkungan yang lain. Sedangkan jenis kelamin dapat ditafsirkan
sebagai pembagian dua jenis kelamin manusia yang tidak dapat dipertukarkan
secara biologis, kodrat, serta ketentuan tuhan (Hilman, 2019).
Gender lebih banyak dibentuk dari persepsi sosial dan budaya mengenai
stereotip antara perempuan dan laki-laki dalam sebuah masyarakat. Gender dan
jenis kelamin memiliki perbedaan yaitu pertama berkaitan erat dengan karakter
biologis dan fisik tertentu. Para feminisme terdapat kesepakatan bahwa jenis
kelamin dan perangkat reproduksi adalah organ biologis yang bersifat alami.
Maskulin dan feminim merupakan identitas kedua yang diambil dari gender,
feminim dapat diartikan sebagai hal yang lebih identik dengan perempuan
seperti, budi pekerti yang halus, lemah gemulai, selalu mengalah, sedangkan
maskulin dapat diartikan sebagai hal yang memiliki kaitan dengan sifat
kejantanan, sifat ini identik dengan laki-laki (Asmaret, 2018).
Gender memiliki pengaruh dalam pembelajaran matematika, dengan
adanya perbedaan biologis dalam otak laki-laki dan perempuan dapat diketahui
melalui observasi dari beberapa peneliti yang mengemukakan bahwa secara
umum perempuan lebih unggul dalam bidang bahasa dan juga penulisan, disisi
lain laki-laki lebih unggul dalam bidang matematika. Dengan menggunakan
beberapa variabel diantaranya kemampuan bawaan, bakat, sikap, motivasi, dan
kinerja yang memiliki kemampuan spesial yang lebih baik. Pada umumnya
perempuan lebih tertuju pada hal-hal yang bersifat praktis, kongkrit, emosional
16
dan juga personal, lain halnya dengan laki-laki lebih tertuju pada hal bersifat
abstrak, intelektual, dan juga objektif (Dilla, 2018)
Berdasarkan pemaparan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa
seorang individu yang memiliki peran dan fungsi sesuai dengan nilai sosial dan
budaya yang dibentuk dalam waktu yang cukup lama apabila kita kaitkan
dengan kesadaran, kesadaran gender tidak dapat dipahami/dilaksanakan
sekaligus oleh masyarakat. Dalam pembelajaran matematika sikap sabar dan
ketekunan sangat diperlukan dalam mengubah nilai dan faktor kebiasaan gender
karena terdapatnya faktor biologis dalam otak laki-laki dan perempuan yang
diketahui melalui observasi.
5. Relasi dan Fungsi
Relasi (hubungan) dari suatu himpunan ke himpunan lain adalah
pasangan anggota-anggota suatu himpunan dengan anggota-anggota himpunan
lainnya. Suatu relasi dapat dinyatakan dengan tiga cara, yaitu dengan diagram
panah, diagram Cartesisus, dan himpunan pasangan berurutan. suatu aturan
yang menghubungkan elemen-elemen pada himpunan A ke elemen - elemen
pada himpunan B. cara menyajikan suatu relasi yaitu penyajian relasi dengan
diagram panah, pasangan berurut, Tabel. Relasi antara himpunan A dan B
merupakan himpunan yang berisi pasangan terurut yang mengikuti aturan
tertentu (Agung, 2018).
Suatu relasi f dari suatu himpunan A ke himpunan B adalah sub
himpunan dai A x B. Himpunan {x: (x,y) єf} disebut daerah asal (domain) dari f
dan himpunan {y: (x,y) є f} disebut himpunan daerah hasil (range), Invers dari f
17
dinotasikan , adalah relasi dari B ke A didefinisikan sebagai = {(y,x):
(x,y) є f}. jika A=B, sebarang sub himpunan dari A x A disebut relasi dalam
himpunan A. jika f suatu relasi dan (x,y) є f, dikatakan bahwa x direlasikan oleh
f ke y (Mulyani, 2013).
Ada beberapa macam relasi yaitu relasi refleksi, simetri, transitif,
ekuivalen, dan invers.
Definisi 1.1. Misalkan A suatu himpunan tak kosong, R suatu relasi dari A ke A.
R disebut relasi refleksi jika dan hanya jika untuk setiap x є A berlaku (x,x) є R.
Definisi 1.2. Misalkan A suatu himpunan tak kosong, R suatu relasi pada A
(dari A ke A). relasi R disebut relasi simetri jika dan hanya jika untuk setiap
(x,y) є R berlaku (y,x) є R.
Definisi 1.3. misalkan A suatu himpunan tak kosong, R suatu relasi pada A.
relasi R disebut relasi transitif jika dan hanya jika untuk setiap (x,y), (y,z) є R
berlaku (x,z) є R.
Definisi 1.4. Misalkan A suatu himpunan, R suatu relasi pada A. relasi R disebut
relasi ekuivalen jika dan hanya jika R adalah relasi refleksi, simetri, dan
transitif.
Definisi 1.5. Misalkan A, B dua himpunan, dan R relasi dari A ke B. relasi
invers dari R yang ditulis dengan adalah {(x,y)(y,x) є R}.
Sedangkan Definisi fungsi, Misalkan A dan B dua himpunan tak kosong.
Fungsi dari A ke B adalah aturan yang mengaitkan setiap anggota A dengan
tepat satu anggota B. Adapun aturannya yaitu Setiap anggota A harus habis
18
terpasang dengan anggota B, Tidak boleh membentuk cabang. Selain itu,
misalkan A dan B merupakan suatu fungsi f dari A ke B merupakan sebuah
aturan yang mengaitkan tepat satu unsur di B untuk setiap unsur di A. kita dapat
menuliskan f(a) = b, jika b merupakan unsur di B yang dikaitkan oleh f untuk
suatu a di A. ini berarti bahwa jika f(a) = b dan f(a) = c maka b = c (Ardian,
2018).
Misalkan X dan Y dua himpunan tak kosong, maka fungsi atau pemetaan
dari X dan Y adalah suatu korespondensi yang menghubungkan setiap elemen x
dari X, suatu elemen dinyatakan oleh f(x) dari Y dan ditulis: f: X Y, yang
berarti bahwa f adalah pemetaan dari X ke Y. elemen f(x) dari Y terhubung
dengan elemen x dari X disebut image dari x atau bayangan dari x, sedangkan x
disebut pre-image dari f(x) (Mulyani, 2013).
macam-macam fungsi terdiri dari fungsi kepada, fungsi satu-satu, fungsi
bijektif.
Definisi 1.1. Misalkan f fungsi dari himpunan A ke himpunan B. fungsi ini
disebut fungsi A kepada B (disingkat fungsi kepada) jika dan hanya jika setiap y
є B ada x є A sehingga y= f(x).
Definisi 1.2. Misalkan f fungsi dari himpunan A ke himpunan B, fungsi ini
disebut fungsi satu-satu dari A ke B jika dan hanya jika untuk setiap x, y єA, jika
x y maka f(x) f(y).
19
Teorema Fungsi, Misalkan f fungsi dari A ke B, pernyataan x, y A, jika x y
maka f(x) f(y) ekuivalen dengan pernyataan x, y A jika f(x) = f(y) maka x =
y.
Bukti: Andaikan berlaku x,y A jika f(x) = f(y) maka x = y. kita andaikan lagi
bahwa x,y A, jika x y maka f(x) f(y) tidak berlaku. Artinya x, y A
dengan x y dan f(x) = f(y). Jika f(x) = f(y) maka x = y. hal ini bertentangan
dengan pernyataan x,y A dengan x y dan f(x) = f(y) . maka itu, pengandaian
bahwa x,y A dengan x y maka f(x) = f(y) bernilai salah. Artinya x,y A
jika x y maka f(x) f(y) bernilai benar (Rasmedi, 2013).
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa relasi
merupakan pasangan anggota-anggota suatu himpunan dengan anggota-anggota
himpunan lainnya. Sedangkan fungsi merupakan relasi yang menghubungkan
antara anggota-anggota himpunan yang satu (domain) dengan yang lainnya
dengan tepat satu anggota (Kodomain).
B. Penelitian Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017) menunjukkan bahwa
proses berpikir kreatif siswa yang berkemampuan tinggi memiliki karakteristik
secara umum antara lain: tahap persiapan, sebelum mengerjakan suatu
permasalahan terlebih dahulu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan,
tahap inkubasi, sudah berusaha untuk memikirkan ide/solusi dalam penyelesaian
dalam memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Tahap iluminasi, setelah
memikirkan ide, disini siswa mengerjakan ide yang telah didapatkan. Tahap
20
verifikasi, memeriksa/menguji kembali jawaban yang telah dikerjakan sebelum
mengambil suatu kesimpulan. Proses berpikir kreatif siswa dengan kemampuan
sedang memiliki karakteristik secara umum diantaranya: tahap persiapam,
mencoba untuk memahami suatu permasalahan akan tetapi kurang memahami
data/informasi yang diberikan. Tahap inkubasi, siswa melakukan
kegiatan/aktivitas yang dapat menimbulkan/memunculkan suatu solusi untuk
memecahkan suatu permasalahan. Tahap iluminasi, ide/solusi yang didapatkan
kemudian dikerjakan untuk memecahkan permasalahan. Tahap verifikasi, siswa
seringkali memeriksa dan juga sering tidak menguji kembali solusi yang
didapatkan. Kemampuan rendah dalam proses berpikir kreatif terdapat
karakteristik antara lain: tahap persiapan, kurang memahami data/informasi yang
diberikan. Tahap inkubasi, dalam penemuan ide/solusi menggunakan waktu yang
lama. Tahap verifikasi, tidak memeriksa kembali jawaban yang telah dituliskan
Hasil penelitian yang dilakukan Hendriyati (2017) menunjukkan bahwa
proses berpikir kreatif antara laki-laki dan perempuan itu memiliki perbedaan.
Pada umumnya, siswa laki-laki pada tahap persiapan dapat memahami konsep,
diketahui dan ditanyakan dituliskan dengan baik dan benar, akan tetapi disisi lain
laki-laki dalam penyusunan kata-kata lebih cenderung merasa kesulitan ketika
menggunakan bahasa sendiri. Laki-laki cenderung diam atau merenung pada tahap
inkubasi. Tahap iluminasi, penyelesaiannya lancar dan benar akan tetapi hanya
mendapatkan satu ide saja. Lain halnya dengan perempuan pada tahap persiapan,
memahami konsep dengan baik, diketahui dan ditanyakan dituliskan dengan benar,
pada saat menyampaikan apa yang dimaksud dalam soal siswa perempuan lancar
21
memaparkan dengan menggunakan bahasa sendiri. Pada umumnya, kertas penuh
coretan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Menggunakan waktu yang lama
dalam memikirkan solusi suatu permasalahan.
Hasil penelitian yang dilakukan Setiawani (2017) Menunjukkan bahwa
proses berpikir kreatif siswa dengan objek penelitian di SMKN 5 Jember proses
berpikir kreatif siswa berbeda-beda. Tahap persiapan, terdapat 7 subjek yang
menuliskan informasi diketahui/ditanyakan dengan tepat, cermat, dan lebih
lengkap. Terdapat 1 subjek siswa dalam pemaparan informasi kurang tepat dalam
menuliskan diketahui/ditanyakan dengan alasan kurang memahami maksud dari
permasalahan. Tahap inkubasi, terdapat 7 subjek mengerjakan soal no 1 dan 2,
akan tetapi 1 subjek tidak dapat mengerjakan soal tersebut dikarenakan adanya
waktu yang dibatasi. Tahap iluminasi, mendapatkan beberapa solusi/alternatif
untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan benar. Tahap verifikasi, subjek
melakukan uji coba kembali atau memeriksa secara seksama penyelesaian yang
telah dituliskan.
C. Kerangka Pikir
Mengerjakan soal relasi dan fungsi dengan beragam cara merupakan salah
satu hal yang dapat dilakukan dalam mengembangkan proses berpikir kreatif.
Dengan berpandu pada proses berpikir model wallas yang terdapat 4 tahap yaitu;
persiapan/preparasi, inkubasi, iluminasi, dan juga verifikasi. Selain itu, terdapat
perbedaan hasil tes relasi dan fungsi antara laki-laki dan perempuan dalam proses
berpikir kreatif siswa. Dalam penelitian ini, dilakukan wawancara untuk
mengetahui hasil tes relasi dan fungsi yang kemudian dianalisis guna mengetahui
22
proses berpikir siswa baik siswa laki-laki maupun perempuan yang memiliki
kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah.
Berdasarkan proses berpikir kreatif model Wallas, peneliti membuat
indikator yang akan digunakan untuk meneliti agar penelitian lebih fokus dan
terarah, sebagai berikut:
Tabel 2.3 Pedoman Tahap Berpikir Kreatif Model Wallas Siswa dalam
Mengerjakan Tes
Indikator Tahap Berpikir
Kreatif Model Wallas
Tahapan Proses Berpikir Kreatif
Tahap Persiapan 1. Siswa mengumpulkan informasi/data
untuk memecahkan masalah dengan
berbagai cara yaitu:
a. Membuka buku
b. Siswa mengingat-ingat pelajaran
yang diajarkan
2. Siswa menjajagi beberapa kemungkinan
cara dalam penyelesaian masalah
Siswa mampu menganalisis soal dengan
menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan
Tahap Inkubasi Siswa mencari inspirasi dengan melakukan
berbagai aktivitas seperti:
1. Siswa diam sejenak merenung
2. Siswa membaca soal berkali-kali
3. Siswa mengaitkan soal dengan materi
yang sudah didapatkan
Tahap Iluminasi 1. Siswa mendapat ide
2. Siswa akan menyampaikan beberapa ide
yang akan digunakan sebagai
penyelesaian
3. Siswa akan menunjukkan ide-idenya
untuk mendapatkan jawaban yang benar
Tahap Verifikasi 1. Siswa mampu mengerjakan soal dengan
benar, sistematis dengan banyak cara
2. Siswa memeriksa kembali jawabannya
dan mencari cara lain untuk
menyelesaikannya
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif
deskriptif, penelitian yang dilakukan pada kondisi objek yang alami (Kamaria,
2016). Penelitian ini berupaya untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan
dengan proses berpikir kreatif siswa yang berpandu pada model wallas materi
relasi dan fungsi dengan menghubungkan perspektif gender di SMPN 26
Makassar.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian digunakan untuk menganalisis proses berpikir kreatif
siswa dengan model Wallas dalam mengerjakan tes relasi dan fungsi serta
memberikan solusi alternatif model pembelajaran agar proses berpikir kreatif
siswa dapat ditingkatkan. Proses berpikir kreatif menggunakan tahapan Wallas
yang terdiri dari proses kreatif meliputi 4 tahap antara lain; (1) persiapan, (2)
inkubasi, (3) iluminasi, dan (4) verifikasi.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMPN 26 Makassar, dan subjek
penelitian ini yaitu kelas VIII yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 12 siswa
perempuan. Subjek ini diambil berdasarkan hasil tes dengan tidak dilakukan secara
bersamaan dikarenakan harus mengikuti protokol kesehatan, untuk memutuskan
rantai penyebaran COVID-19. Subjek perempuan dan laki-laki masing-masing 1
23
24
siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jumlah keseluruhan siswa
yang akan di wawancara ada 6 siswa. Kategori nilai berdasarkan hasil tes dapat
diri dirinci pada tabel berikut.
Tabel 2.4 Rentang Nilai
Rentang Nilai Klasifikasi
Tinggi
56 Sedang
rendah
Sumber: Depdiknas (Kamariah, 2016)
D. Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini
terdapat 3 tahapan antara lain; tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan Tahap
akhir.
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan oleh peneliti yaitu: (1) penyusunan
proposal penelitian, (2) pengurusan surat izin penelitian, (3) meminta
persetujuan dari pihak sekolah untuk dapat melakukan penelitian, (4)
melakukan observasi di kelas VIII, (5) menyusun instrumen penelitian yang
divalidasi oleh dosen pembimbing, (6) seminar proposal penelitian, (7)
merevisi proposal dan instrumen penelitian, (8) memvalidasi proposal dan
instrumen penelitian pada tiga orang validator yaitu dua dosen pendidikan
matematika dan satu orang kepala laboratorium pembelajaran matematika,
2. Tahap pelaksanaan
25
Tahap pelaksanaan yang dilakukan oleh peneliti yaitu; (1) melakukan
uji coba instrumen penelitian di kelas VIII SMPN 26 Makassar, (2)
menganalisis hasil tes untuk penentuan subjek, (3) menentukan subjek
penelitian dengan mengambil 6 orang siswa, (4) melakukan wawancara pada
subjek yang telah dipilih.
3. Tahap akhir
Tahap akhir yang dilakukan peneliti yaitu: mengolah data hasil
penelitian kemudian melakukan penyusunan laporan penelitian yang berisikan
hasil dan pembahasan penelitian serta kesimpulan dan saran.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan ada dua yaitu: instrumen utama
dengan kata lain peneliti itu sendiri, instrumen pendukung berupa tes materi relasi
dan fungsi, dan pedoman wawancara dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Tes dapat dijadikan sebagai penentuan subjek yang berkemampuan
matematika dengan tiga klasifikasi yaitu tinggi, sedang, dan rendah dengan
memperhatikan perspektif gender.
2. Pedoman wawancara dijadikan sebagai alat untuk memandu saat melakukan
wawancara pada ke 6 subjek tersebut, yang berisikan pertanyaan yang tidak
terstruktur dengan kata lain bergantung pada situasi dan kondisi yang ada di
lapangan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menjadi salah satu langkah yang harus dilakukan
untuk mendapatkan suatu informasi. Pengumpulan data dilakukan dengan kondisi
26
yang natural, sumber data dilakukan secara primer yaitu informasi didapatkan
secara langsung dari subjek. Teknik ini lebih sering didapatkan pada saat
observasi, dan wawancara. Adapun teknik yang dilakukan dalam penelitian ini
yaitu:
1. Observasi
peneliti melakukan pengamatan di Sekolah SMPN 26 Makassar
sebelum melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan
yang terdapat di kelas VIII pada materi relasi dan fungsi.
2. Tes Siswa Berkemampuan Tinggi, sedang, dan rendah
Tes kemampuan yang dibuat oleh peneliti terdapat 6 soal yang harus di
kerjakan oleh subjek penelitian untuk mengetahui siswa yang berkemampuan
tinggi, sedang, dan rendah.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui cara berpikir kreatif subjek
penelitian dengan berpandu model wallas pada setiap gender. Peneliti
melakukan wawancara dengan melihat hasil tes dari setiap subjek kemudian
mengikuti tahapan wallas yang dimulai sebelum mengerjakan tes sampai pada
tahap verifikasi jawaban.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah proses pengumpulan data yang diperoleh
dari hasil wawancara dengan mengelompokkan data kedalam tiga klasifikasi,
selain itu menjabarkan tiap klasifikasi dari subjek. Data yang dianggap penting
dianalisis sedangkan data yang dianggap kurang penting dapat dibuang dengan
27
kata lain memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat
kesimpulan untuk lebih mudah dipahami oleh peneliti.
Miles dan Huberman (Emzir, 2010) berpendapat bahwa terdiri dari 3
macam kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis data kualitatif yaitu:
1. Data Reduction
Reduksi data yaitu data yang didapatkan dari hasil penelitian
dilapangan jumlahnya yang begitu banyak, berdasarkan hal tersebut perlu
adanya perincian dengan teliti. Mereduksi data artinya membuat suatu
rangkuman pada hal yang pokok saja dan tidak mengambil data yang tidak
penting. Data yang diambil dari hasil reduksi data akan memberikan
keterangan yang jelas, sehingga peneliti mudah untuk melakukan langkah
berikutnya. Dalam proses berpikir sangat dibutuhkan kecerdasan yang luas
serta wawasan yang tinggi harus dilakukan secara mendalam. Dalam tahap ini
peneliti memiliki yang namanya panduan dengan tujuan yang akan dicapai
2. Penyajian Data
Langkah yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini yaitu:
a. menyajikan hasil tes materi relasi dan fungsi
b. menyajikan hasil yang diperoleh pada tahap wawancara
2. Penarikan Kesimpulan
Langkah yang dilakukan untuk lebih memudahkan peneliti menemukan
hasil penelitian dengan melakukan penarikan kesimpulan. Pada tahap ini
menggunakan dua triangulasi antara lain: (1) triangulasi sumber dilakukan
dengan cara memeriksa beberapa sumber dengan hasil data yang telah
28
didapatkan oleh peneliti, (2) triangulasi teknik/metode, langkah yang dilakukan
oleh peneliti dengan cara melihat sumber yang sama dengan cara yang berbeda.
H. Keabsahan Data
Keabsahan data yang dapat digunakan dalam penelitian ini menggunakan
triangulasi untuk pengujian kredibilitas suatu penelitian. Triangulasi teknik/metode
merupakan hal yang digunakan oleh peneliti itu sendiri. Triangulasi
Teknik/Metode diartikan sebagai penggunaan dokumentasi sebagai data
pendukung dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 26 Makassar Kota Makassar, Subjek
dikelompokkan berdasarkan gender dan kemampuan memecahkan masalah relasi
dan fungsi. Pengelompokan kemampuan matematika berdasarkan siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah didasarkan pada hasil tes relasi dan
fungsi. Pengelompokan kemampuan siswa ini berdasarkan pada data nilai hasil tes
dengan materi relasi dan fungsi. Data dari hasil tes tersebut akan dijadikan data
awal untuk mengkategorikan siswa menjadi tiga kategori yaitu kategori siswa
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Kemampuan matematika siswa akan
disesuaikan acuan kriteria skor yang sudah dibuat yaitu penilaian acuan patokan.
Adapun kriteria kemampuan matematika siswa adalah sebagai berikut,
Tabel 4.1 Hasil Tes Subjek
No
Nama Siswa
Nilai
(Skala
100)
Tingkat Prestasi
Siswa
1. AM 73 Tinggi
2. AF 73 Tinggi
3. NK 74 Tinggi
4. AS 90 Tinggi
5. AR 91 Tinggi
6. HF 57 Sedang
7. NI 57 sedang
8. NT 61 sedang
9. AK 70 sedang
10. NW 65 sedang
11. MM 58 sedang
12. RI 58 sedang
29
30
13. Na 64 sedang
14. MR 69 sedang
16. SH 39 rendah
18. MF 50 rendah
19. Ri 20 rendah
20. MS 54 rendah
21. MZ 53 rendah
22. AS 20 rendah
1. Kategori siswa berkemampuan tinggi, yaitu siswa yang mempunyai nilai
lebih besar atau sama dengan 71.
2. Kategori siswa berkemampuan sedang, yaitu siswa yang mempunyai nilai
diantara 55 sampai 71.
3. Kategori siswa berkemampuan rendah, yaitu siswa yang mempunyai nilai
kurang dari atau sama dengan 55.
Tabel 4.2 Klasifikasi Hasil Tes Berpikir Kreatif Model Wallas
Kategori Interval Frekuensi
Tinggi x 5
Sedang 56 x 70 9
Rendah x 55 6
Jumlah 20
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa dari 3 Kategori tersebut,
siswa akan dikelompokkan lagi berdasarkan gender yaitu perempuan dan laki-laki.
Dari pengelompokan berdasarkan gender didapatkan 3 siswa perempuan dan 3
orang siswa laki-laki, secara spesifik 1 orang siswa perempuan berkemampuan
tinggi, 1 orang siswa berkemampuan sedang, dan 1 orang siswa berkemampuan
31
rendah, dan juga 1 orang siswa laki-laki berkemampuan tinggi, 1 orang siswa
berkemampuan sedang, dan 1 orang berkemampuan rendah dengan jumlah siswa
seperti yang tercantum dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 4.3 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Gender dan Kemampuan
Memecahkan Masalah Relasi dan Fungsi.
Kemampuan
Matematika
Laki-laki Perempuan
Tinggi LBT no. urut 5 PBT no. urut 4
Sedang LBS no. urut 14 PBS no. urut 13
Rendah LBR no. urut 22 PBR no. urut 16
Pada penelitian ini, siswa yang ada pada tabel 4.3 yang akan dilakukan
wawancara untuk mengetahui tahap berpikir kreatif berpandu pada model
wallas. Adapun pemaparan mengenai tabel 4.3 sebagai berikut;
a. LBT, bergender laki-laki. Subjek ini termasuk dalam pengelompokan siswa
berkemampuan tinggi.
b. LBS bergender laki-laki. Subjek ini termasuk dalam pengelompokan siswa
berkemampuan sedang.
c. LBR bergender laki-laki. Subjek ini termasuk dalam pengelompokan siswa
berkemampuan rendah.
d. PBT bergender perempuan. bergender laki-laki. Subjek ini termasuk dalam
pengelompokan siswa berkemampuan tinggi.
e. PBS bergender perempuan. Subjek ini termasuk dalam pengelompokan
siswa berkemampuan sedang.
32
f. PBR bergender perempuan. Subjek ini termasuk dalam pengelompokan
siswa berkemampuan rendah.
Pada penelitian ini, siswa yang sudah dipilih selanjutnya diwawancarai
guna mengetahui proses berpikir kreatif siswa menurut model Wallas. Subjek
penelitian yang terpilih bukan hanya peneliti yang menentukan tetapi juga
dengan pertimbangan guru mata pelajaran matematika, karena penelitian ini
bertujuan mengetahui proses berpikir kreatif siswa berdasarkan gender dan
kemampuan memecahkan masalah relasi dan fungsi.
1. Pedoman Analisis Proses Berpikir Kreatif Model Wallas Siswa dalam
Memecahkan Masalah Relasi dan fungsi
Tabel 4.4 Indikator Tahap Berpikir Kreatif Model Wallas
Tahap Indikator Tahap Berpikir Kreatif Model Wallas Siswa
dalam Memecahkan Masalah Relasi dan Fungsi
Persiapan Siswa mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah
dengan dengan cara mengumpulkan sumber yang relevan
dan mencari pendekatan untuk menyelesaikannya.
a. Siswa memahami informasi awal pada soal yang
diberikan, meliputi:
1) Siswa menuliskan yang diketahui dan ditanyakan
2) Siswa memahami apa yang ditanyakan dalam soal
3) Siswa mengetahui syarat-syarat yang harus
dipenuhi yang nantinya diperlukan untuk
menyelesaikan soal
b. Siswa dapat mengaitkan informasi yang didapatkan
dengan materi yang telah didapatkan dari guru atau
membuka buku sebelum mengerjakan tes.
Inkubasi Siswa memikirkan langkah pengerjaan soal relasi dan
fungsi dengan berbagai cara seperti berikut:
a. Siswa diam sejenak dan selanjutnya memikirkan ide
pemecahan masalah relasi dan fungsi.
b. Siswa melakukan hal seperti merenung, menggigit
pulpen, menopang dagu, dan lain sebagainya.
c. Siswa mengaitkan informasi pada soal dengan materi
33
yang sudah pernah diperoleh dari guru maupun belajar
sendiri.
Iluminasi Siswa mendapatkan pemecahan masalah relasi dan
fungsi, setelah memikirkan langkah penyelesaian;
Setelah mendapatkan ide penyelesaian siswa akan
menjalankan ide-ide untuk mendapatkan jawaban yang
benar.
Verifikasi Siswa menguji dan memeriksa kembali pemecahan
masalah terhadap realitas. Pada tahap ini,
a. Siswa memeriksa jawaban yang didapatkan apakah
sudah benar dan sesuai pertanyaan pada soal.
b. Siswa menemukan ide lain untuk menyelesaikan
masalah pada soal.
a) Data Siswa Laki-laki Berkemampuan Tinggi (LBT)
Gambar 1. Jawaban Siswa LBT
1. Tahap Persiapan
P: “ apa yang kamu lakukan sebelum mengerjakan soal?”
LBT: “ yang saya lakukan pertama, membuka buku, ehh mengingat materi
yang pernah diajarkan oleh guru”
P:”apakah kamu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal?”
34
LBT: iy kak, saya terlebih dahulu menulis diketahui baru ditanyakan setelah
itu baru saya kerjakan jawabannya kak”
P:”apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal no.4 dek?”
LBT:”yang diketahui itu kak fungsi x sama dengan –x kuadrat kurang
enam x ditambah tujuh, kemudian daerah hasilnya kak himpunan
bilangan bulat yaitu {..,-2,-1,0,1,2,..} kemudian yang ditanyakan nilai
terbesar dari fungsi f (x)”
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa Subjek LBT
menuliskan dan menyebutkan apa yang diketahui yaitu fungsi x sama dengan
–x kuadrat kurang enam x ditambah tujuh, kemudian daerah hasilnya kak
himpunan bilangan bulat yaitu {..,-2,-1,0,1,2,..} kemudian yang ditanyakan
nilai terbesar dari fungsi f (x). Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan
Subjek LBT memahami informasi awal pada soal yang diberikan dengan baik.
Subjek LBT mengatakan bahwa soal ini terdapat kaitannya dengan materi
relasi dan fungsi. Berdasarkan hal tersebut Subjek LBT dapat mengaitkan
informasi yang dipahaminya dengan materi yang pernah diperoleh dengan
baik.
2. Tahap Inkubasi
P:”selama kamu pikirkan caranya dan belum dapat ide, apa yang kamu
lakukan?
LBT:”ya, saya berusaha ingat kembali kak materi relasi dan fungsi”
P:” ya sebelum dapat ide mencari jawabannya, apa pas habis baca soal atau
saat yang lain gitu?”
LBT:”emm, sebelum dapat ide kak, saya mikir-mikir sambil menggigit pulpen,
heheh”
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisa, bahwa pada tahapan
inkubasi ini Subjek LBT berhenti sejenak dan membaca buku dalam
pengerjaannya, sebelum berpikir untuk mencari penyelesaian masalah, Dalam
proses itu Subjek LBT mampu mengaitkan pengetahuan yang pernah dia
35
dapatkan yaitu tentang relasi dan fungsi. Selain itu, dalam proses berpikir
sejenak yang Subjek LBT lakukan salah satunya adalah mengaitkan materi
yang pernah didapatkannya yaitu materi relasi dan fungsi.
3. Tahap Iluminasi
P:” apakah kamu sudah punya ide untuk menyelesaikan soal yang telah
diberikan?”
LBT:” iye kak, setelah saya pikir-pikir tadi saya sudah punya ide untuk
menyelesaikan soal ”
P:” terus ide yang adek dapat ada berapa itu?”
LBT:” untuk no. 4 dan no.6 saya punya 2 ide tapi cuma satu ide yang saya
tulis seperti pada lembar jawaban saya (sambil menunjuk jawaban)
untuk no. 4 bagian b itu jawabannya dapat ditulis kembali jawaban a
kemudian didapatkan nilai f(x) yang memenuhi lebih dari -1, kemudian
ide yang saya tulis langsung singkat saja seperti jawaban yang saya
tulis di lembar jawaban saya (sambil menunjuk jawaban), untuk no.6 itu
ada dua langkah yang bisa dilakukan yaitu secara eliminasi dan juga
dapat dilakukan secara subtitusi”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dianalisa, bahwa Subjek
LBT mendapatkan 2 ide untuk menyelesaikan permasalahan pada soal no. 4
dan juga no.6. Subjek LBT dapat menjalankan idenya dengan baik sehingga
proses pengerjaannya menghasilkan jawaban yang benar pada setiap idenya.
4. Tahap verifikasi
P:”setelah selesai mengerjakan dan menjalankan semua ideta , untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan beberapa ide, apa kamu
sudah periksa kembali semua jawabanmta?”
LBT:”sudah kak”
P:”sudah yakin semuanya sudah Benar tidak dek”?
LBT:”emm, iye kak, Saya sudah merasa yakin dengan jawabanku kak”
Hasil wawancara menunjukkan bahwa Subjek LBT memeriksa
kembali jawaban yang sudah didapatkannya. Namun Subjek LBT tidak
36
menemukan kesalahan. Hal ini dikarenakan Subjek LBT melakukan perbaikan
langsung saat pengerjaan. Pada tahap ini Subjek LBT tidak mencoba mencari
cara lain untuk menyelesaikan permasalahan pada soal.
1) Indikator Berpikir Kreatif
a) Kefasihan
Berdasarkan dari hasil wawancara tertulis dan wawancara
dengan subjek LBT dapat dianalisa bahwa subjek LBT mampu
menyelesaikan pemecahan masalah dengan beberapa alternatif cara
penyelesaiannya.
b) Kebaruan
Subjek LBT belum memenuhi aspek kebaruan ini dapat dilihat
pada proses pengerjaan masih menggunakan proses penyelesaian yang
secara umum, belum menggunakan proses penyelesaian yang berbeda
dengan yang lainnya.
c) Fleksibilitas
Penjelasan mengenai aspek fleksibilitas terdapat pada
penjabaran aspek kefasihan. Pada penjabaran tersebut, subjek LBT
mampu menjabarkan dua idenya dengan baik, maka memenuhi
indikator fleksibilitas.
2) Deskripsi subjek LBT
Proses berpikir kreatif model wallas subjek LBT dalam
menyelesaikan masalah relasi dan fungsi, berikut adalah tabel triangulasi
data proses berpikir kreatif pada soal relasi dan fungsi:
37
Tabel 4.5 Proses berpikir kreatif subjek LBT
Tahap Data Soal
Persiapan Subjek LBT menyebutkan apa yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Berdasarkan hasil tersebut,
dapat dikatakan bahwa subjek LBT memahami
informasi awal pada soal yang diberikan. Subjek
LBT juga mengatakan bahwa soal ini terdapat
kaitannya dengan materi fungsi kuadrat. Berdasarkan
hal tersebut, subjek LBT dapat mengaitkan
informasi yang telah diberikan sebelumnya dengan
materi relasi dan fungsi. Pada wawancara diatas
subjek LBT dapat memaparkan soal dengan
kalimatnya sendiri.
Inkubasi Subjek LBT tidak langsung mendapatkan ide. Subjek
berhenti sejenak, membaca mengingat materi dan
setelahnya mulai mengaitkan dengan materi lain
yang pernah diajarkan.
Iluminsi Subjek LBT mendapatkan dua ide. dalam proses
mengerjakan subjek LBT mengerjakan yang lain
dengan jawaban yang benar dan sesuai dengan
jawaban yang diberikan oleh peneliti.
verifikasi Subjek LBT meriksa kembali jawaban yang telah ia
kerjakan selama waktu masih ada yang tersisa.
Tabel 4. 6. Aspek Kreativitas Subjek LBT
Indikator Kreatif Soal
1. Kefasihan Memenuhi
2. Kebaruan Memenuhi
38
3. Fleksibilitas Memenuhi
Berdasarkan hasil triangulasi di atas, didapatkan data valid sebagai berikut:
1. Kefasihan
Subjek LBT dalam menyelesaikan masalah dengan memenuhi indikator
kreativitas kefasihan.
2. Kebaruan
Subjek LBT dalam menyelesaikan masalah aspek kreativitas memenuhi
indikator kebaruan.
3. Fleksibilitas
Subjek LBT dalam menyelesaikan memenuhi aspek kreativitas fleksibilitas.
Berdasarkan indikator kreativitas yang dicapai, tingkat berpikir kreatif
subjek LBT dalam menyelesaikan masalah dapat diketahui berdasarkan tabel
berikut:
Tabel 4. 7. Tingkatan Berpikir Kreatif
Tingkat Karakteristik
Tingkat 4 (Sangat Kreatif) Kriteria dalam pemecahan masalah, Siswa
mampu menunjukkan kefasihan, fleksibilitas,
dan kebaruan
Tingkat 3 (Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa
mampu menunjukkan kebaruan atau
fleksibilitas atau kefasihandan fleksibilitas
Tingkat 2 ( Cukup Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa
mampu menunjukkan salah satu dari kebaruan
39
atau fleksibilitas
Tingkat 1 (Kurang Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa
hanya mampu menunjukkan kefasihan
Tingkat 0 (Tidak Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa
tidak mampu menunjukkan ketiga indikator
kreatif.
b. Data Siswa Laki-laki Berkemampuan Sedang (LBS)
Gambar 2. Laki-laki Berkemampuan Sedang (LBS)
1) Tahap persiapan
Berikut adalah hasil wawancara untuk mengkonfirmasi hasil tertulis dari
Subjek LBS guna mengungkap tahap persiapan:
P : “sebelum mengerjakan soal apa yang kamu lakukan?
LBS:”yang saya lakukan sebelumnya kak membaca buku baru saya mengingat
kembali materi yang diajarkan sama ibu guru”
P:”Setelah kamu membaca dan mengamati soalnya, apa yang diketahui dan
yang ditanyakan pada soal ini?”
LBS:”yang diketahui di no. 5 kak f (x) sama dengan m(x) dikurangi dua, baru
memetakan empat ke dua kak”
40
P : “Trus yang ditanyakan apa?”
LBS: yang ditanyakan itu, ee peta dari lima kak”
P: “Coba jelaskan lagi dengan kata-katamu sendiri tentang soal ini?”
LBS: “diketahui fungsi x sama dengan mx kurang dua memetakan empat kedua
artinya fungsi empat dihubungkan kedua kak”
Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan Subjek LBS memahami
informasi awal pada soal yang diberikan. Subjek LBS mengatakan bahwa soal ini
terdapat kaitannya dengan pokok bahasan relasi dan fungsi dari apa yang
ditanyakan pada soal yaitu peta dari 5. Berdasarkan hal tersebut Subjek LBS
dapat mengaitkan informasi yang dipahaminya dengan materi yang pernah
diperoleh. Pada wawancara di atas Subjek LBS memaparkan soal dengan
kalimatnya sendiri yaitu bahwa diketahui fungsi x sama dengan mx kurang dua
memetakan empat kedua artinya fungsi empat dihubungkan kedua kak,
ditanyakan peta dari lima maksudnya hubungannya 5, apa. Berdasarkan hasil
tersebut Subjek LBS memaparkan apa yang ada, apa saja yang diketahui, apa
yang ditanyakan serta komentar tambahan mengenai permasalahan pada soal
tanpa membaca soal, sehingga Subjek LBS dikatakan dapat mengutarakan soal
dengan bahasanya sendiri dengan baik.
2) Tahap Inkubasi
P : “Habis baca soalnya kamu langsung dapet ide ga?Pake cara apa?”
LBS : “Ya mikir dulu lah kak, sempet pusing juga tadi kak.”
P: “Apa yang kamu pikirin? “
LBS: “Ya karena ini kayak masuk materi relasi dan fungsi ya mikirnya tak
hubung-hubungin mesti ya pakekan rumus-rumus yang ada dimateri relasi
fungsi kak.”
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisa, bahwa pada tahapan
41
inkubasi ini Subjek LBS tidak langsung mendapatkan ide untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada pada soal no. 5. Subjek LBS diam sejenak dan berpikir
sambil mengaitkan permasalahan yang diberikan dengan materi berkaitan yang
sudah Subjek LBS dapatkan sebelumnya.
3) Tahap Iluminasi
P : “Setelah apa yang kamu pikirkan, langsung dapet ide untuk mengerjakan
soal itu gak?”
LBS: “Iya kak.”
P: “ Truz idenya apa? Langsung dapet berapa ide?”
LBS : “Ya dapatnya Cuma satu ide kak, tapi saya coba pikir-pikir lagi siapa
tau masih ada ide yang saya dapat kak .”
P: “Tadi sempat dapet ide dua gitu?”
LBS: “Gak lah kak, tadi tak coret-coret dulu kira-kira bisa ga ya cara ini, bisa
ga ya cara itu. Ya habis dapet satu cara tapi belum langsung tak kerjain
kak, ya saya coret-coret sambil mikir kira-kira pake ini bisa ga ya gitu
lagi kak."
Pada tahap iluminasi ini seperti pada hasil wawancara di atas Subjek
LBS mendapatkan ide melalui tahap sebelumnya. Subjek LBS mampu
menyelesaikan permasalahan pada soal dengan arti kata lain Subjek LBS
mampu menjalankan ide-ide yang didapatkannya pada tahap inkubasi. Subjek
LBS mampu mengeksekusi ide-idenya dengan berhasil mendapatkan cara
penyelesaian dan jawaban akhir yang semuanya bernilai benar.
4) Tahap Verifikasi
P: “Udah yakin jawabanmu itu benar?”
LBS: “Iyah kak, soalnya tadi dah teliti. Ya tadi sempet salah-salah ngitung
jadi jawabanya ada yang beda. Trus setelah tak teliti ya jawaban akhirnya
sudah yakin dengan jawaban saya kak
Berdasarkan hasil wawancara di atas, pada tahap verifikasi ini Subjek
LBS memeriksa kembali hasil pengerjaannya dan mencoba untuk mencari
42
jawaban yang lain. Dalam proses ini Subjek LBS berhasil memperbaiki
jawabannya yang salah yang dikarenakan ketidaktelitian Subjek LBS dalam
menghitungsampai benar. Pada tahap ini, Subjek LBS mencoba-coba mencari
ide lain yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah pada
soal, namun akhirnya ditinggalkan karena waktu sudah hampir habis.
1) Indikator Berpikir Kreatif
a) Kefasihan
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan Subjek LBS dapat dianalisa
bahwa Subjek LBS mampu menyelesaikan pemecahan masalah dengan satu
penyelesaian. Jawaban dari subjek LBS yaitu f(x) = mx-2 memetakan 4 ke 2
artinya f(4)=2, f(4) = m(4)-2 =2, 4 m = 2+2, m =1 subtitusi m=1 ke
persamaan f(x) =mx-2, f(x)=x-2, f(5) = 5-2 =3. Oleh karena itu, Subjek LBS
tidak memenuhi indikator kefasihan.
b) Kebaruan
Untuk aspek kebaruan ini dapat dilihat bahwa Subjek LBS untuk
no.4 merupakan langkah yang baru dalam materi relasi dan fungsi yang
mengaitkan antara persamaan kuadrat dengan materi relasi dan fungsi,
sehingga subjek LBS memenuhi indikator kebaruan.
c) Fleksibilitas
Penjelasan mengenai aspek fleksibilitas terdapat pada penjabaran
aspek kefasihan. Pada penjabaran tersebut, didapatkan bahwa subjek LBS
tidak memenuhi fleksibilitas.
2) Deskripsi Proses Berpikir Kreatif Subjek LBS dalam
43
Menyelesaikan Masalah Berpandu Model Wallas
Berikut adalah tabel triangulasi data proses berpikir kreatif dalam
menyelesaikan masalah pada soal relasi dan fungsi:
Tabel 4. 8. Proses Berpikir Kreatif Subjek LBS
Tahap Data Soal
Persiapan Subjek LBS tidak menuliskan dan menyebutkan
apa yang diketahui, apa yang ditanyakan serta
komentar tambahan mengenai permasalahan,
namun ketika wawancara subjek LBS dapat
menjelaskannya dengan lancar, sehingga Subjek
LBS dikatakan dapat mengutarakan soal dengan
bahasanya sendiri dengan baik.
Inkubasi Subjek LBS berhenti sejenak dalam pengerjaannya
untuk berpikir bagaimana langkah pengerjaan dan
alternatif lainnya. Sementara itu Subjek LBS
memikirkan penyelesaian sambil mengaitkan
informasi- informasi dengan materi yang sudah iya
dapatkan sebelumnya yaitu mengenai materi relasi
dan fungsi sebelum mendapatkan ide. Sebelum
mendapatkan idenya, siswa beralih untuk
mengerjakan atau mencari bagian-bagian yang
dianggap perlu nantinya.
Iluminasi Subjek LBS pada tahap ini mendapatkan ide yang
mana didapatkan melalui proses sebelumnya yaitu
inkubasi. Subjek LBS menjalankan ide- idenya
dengan baik dan mendapatkan hasil yang benar
pada setiap jawaban yang didapatkan. Namun ide
yang didapatkannya hanya satu ide saja.
44
Verifikasi Subjek LBS kembali memeriksa jawaban yang
telah dapatkan, kemudian memperbaiki jawaban
yang menurutnya kurang tepat Dalam proses
perbaikan Subjek LBS hanya mengalami
kesalahan yaitu hanya pada proses penghitungan
yang tidak teliti. Dalam proses verifikasi ini pula,
Subjek LBS juga belum mendapatkan ide
pemecahan masalah lain, dan juga waktu hampir
habis, maka ditinggalkan begitu saja.
Tabel 4. 9. Aspek Kreativitas Subjek LBS
Aspek Kreativitas Soal
1. Kefasihan Tidak Memenuhi
2. Kebaruan Memenuhi
3. Fleksibilitas Tidak Memenuhi
Berdasarkan hasil triangulasi di atas, didapatkan data valid sebagai
berikut:
a) Kefasihan
Subjek LBS dalam menyelesaikan masalah tidak memenuhi
indikator kreativitas kefasihan.
b) Kebaruan
Subjek LBS dalam menyelesaikan masalah aspek kreativitas
memenuhi indikator kebaruan.
c) Fleksibilitas
Subjek LBS dalam menyelesaikan tidak memenuhi aspek
45
kreativitas fleksibilitas.
Berdasarkan aspek kreativitas yang dicapai, tingkat berpikir kreatif siswa
dalam menyelesaikan masalah dapat diketahui berdasarkan tabel berikut:
Tabel 4. 10. Tingkatan Berpikir Kreatif
Tingkat Karakteristik
Tingkat 4 (Sangat
Kreatif)
Kriteria dalam pemecahan masalah, Siswa mampu
menunjukkan kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan
Tingkat 3 (Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa mampu
menunjukkan kebaruan atau fleksibilitas atau
kefasihandan fleksibilitas
Tingkat 2 ( Cukup
Kreatif)
Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa mampu
menunjukkan salah satu dari kebaruan atau fleksibilitas
Tingkat 1 (Kurang
Kreatif)
Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa hanya
mampu menunjukkan kefasihan
Tingkat 0 (Tidak
Kreatif)
Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa tidak mampu
menunjukkan ketiga indikator kreatif.
c) Data Siswa Laki-laki Berkemampuan Rendah (LBR)
Gambar 3. Jawaban Siswa Laki-laki Berkemampuan Rendah (LBR)
46
1) Tahap Persiapan
P : “sebelum mengerjakan soal apa yang kamu lakukan?
LBR:”yang saya lakukan sebelumnya kak langsung baca soal sama
mengingat kembali materi yang diajarkan sama ibu guru”
P: “Setelah kamu membaca soalnya, informasi awal apa yang kamu
dapatkan?”
LBR: “Yang diketahui fungsi x sama dengan min x pangkat dua kurang
enam x ditambah tujuh kak, baru kan a itu berada di variabel x pangkat
dua, jadi a nya sama dengan -1, baru b nya sama dengan -6, dan c nya
sama dengan 7 kak”
P : “Coba jelaskan soal ini lagi dengan kata-katamu sendiri!”
LBR: “kan kak diketahui fungsi yang bentuknya fungsi kuadrat yaitu fungsi x
sama dengan min x pangkat dua kurang enam x ditambah 7, baru daerah
asalnya himpunan semua bilangan bulat, kan saya tidak tau itu kak, jadi
saya langsung menggunakan rumus penyelesaian fungsi persamaan
kuadrat kak yaitu x sama dengan min b per 2a, jadi kudapatmi nilai x nya
kak yaitu -3 baru ku subtitusikanmi ke fungsi x kak, kudapatmi 16”
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa Subjek LBR
menuliskan dan menyebutkan apa yang diketahui. Berdasarkan hasil tersebut,
dapat dikatakan Subjek LBR memahami informasi awal pada soal yang
diberikan . Subjek LBR mengatakan bahwa soal ini terdapat kaitannya dengan
materi persamaan kuadrat dan tidak berpikir bahwa soal ini berkaitan dengan
pokok bahasan relasi dan fungsi. Berdasarkan hal tersebut Subjek LBR tidak
mengaitkan informasi yang dipahaminya dengan materi relasi dan fungsi yang
sudah diajarkan. Pada wawancara di atas Subjek LBR memaparkan soal
dengan kalimatnya sendiri. Berdasarkan hasil tersebut Subjek LBR
memaparkan yang diketahui dan apa yang ditanyakan hanya berdasar apa
yang dituliskan pada soal, sehingga Subjek LBR mengutarakan soal dengan
bahasanya sendiri dengan tidak baik.
47
2) Tahap Inkubasi
P: “Setelah membaca soal, apakah kamu langsung mendapatkan ide? Maksud
saya, tadi langsung dapet ide apa kamu mikir-mikir dulu gitu, diem
bentar , apa ngapain dulu gitu,”
LBR: “Ya tadi sich sempat saya ga langsung kerjakan, pusing kak, tapi habis
itu langsung mikir sich gimana nyeleseinnya.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, Subjek LBR tidak langsung
mendapatkan ide. Subjek LBR berhenti sejenak dan setelahnya mulai
mengaitkan dengan materi yang pernah diperoleh.
3) Tahap Iluminasi
P: “Berapa ide yang kamu dapatkan ?”
LBR: “Cuma dapat satu kak.”
P: “Menurutmu apa idemu ini sudah benar?”
LBR: “Enggak tau kak.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, Subjek LBR hanya mendapatkan
satu ide. Namun dalam proses mengerjakannya Subjek LBR, cara-cara yang
digunakan benar dan tentunya proses dan hasil akhirnya juga benar. Selain itu
jawaban yang didapatkan Subjek LBR sesuai dengan jawaban yang
disediakan oleh peneliti.
4) Tahap Verifikasi
P: “Apa jawabanmu sudah kamu teliti lagi?”
LBR: “Tidak ka, setelah saya dapat jawaban saya sudah tidak periksa lagi
kak”
P: “Trus tadi selesai ngerjain ngapain?”
LBR: “Enggak ngapa-ngapain kak.”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, subjek LBR tidak memeriksa
kembali jawabannya, selama waktu masih ada yang tersisa, dan juga tidak
memanfaatkan untuk mencari ide lain.
48
Berdasarkan hal tersebut Subjek LBR tidak mengaitkan informasi
yang dipahaminya dengan materi relasi dan fungsi yang sudah diajarkan
a) Kefasihan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Subjek LBR, Subjek LBR
hanya mendapatkan satu ide tapi dapat menyelesaikan soal dengan benar
dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu, Subjek LBR tidak memenuhi
indikator kreativitas kefasihan.
b) Kebaruan
Ide yang didapatkan oleh Subjek LBR yang terselesaikan bisa
dikatakan baru dalam materi relasi dan fungsi, sehingga subjek LBR
memenuhi indikator kebaruan
c) Fleksibilitas
Subjek LBR hanya mendapatkan satu ide, jadi Subjek LBR tidak
memenuhi indikator fleksibilitas.
1) Deskripsi data subjek LBR
Proses berpikir kreatif model wallas subjek LBR dalam menyelesaikan
masalah relasi dan fungsi, berikut adalah tabel triangulasi data proses berpikir
kreatif pada soal relasi dan fungsi:
Tabel 4.11. Proses berpikir kreatif subjek LBR
Tahap Data Soal
Persiapan Subjek LBR menyebutkan apa yang diketahui pada soal
yaitu fungsi x sama dengan –x pangkat dua kurang
enam tambah tujuh, dengan a sama dengan -1, b sama
49
dengan -6, dan c sama dengan 7. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat dikatakan bahwa subjek LBR memahami
informasi awal pada soal yang diberikan. Subjek LBR
juga mengatakan bahwa soal ini terdapat kaitannya
dengan materi fungsi kuadrat dan tidak berpikir bahwa
soal ini berkaitan dengan materi relasi dan fungsi.
Berdasarkan hal tersebut, subjek LBR tidak dapat
mengaitkan informasi yang telah diberikan sebelumnya
dengan materi relasi dan fungsi. Pada wawancara diatas
subjek LBR dapat memaparkan soal dengan kalimatnya
sendiri.
Inkubasi Subjek LBR tidak langsung mendapatkan ide. Subjek
berhenti sejenak dan setelahnya mulai mengaitkan
dengan materi lain yang pernah diajarkan.
Iluminsi Subjek LBR hanya mendapatkan satu ide. Namun dalam
proses mengerjakan subjek LBR berbeda dengan
pengerjaan subjek yang lain dengan jawaban yang benar
dan sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh peneliti.
verifikasi Subjek LBR tidak meriksa kembali jawaban yang telah
ia kerjakan selama waktu masih ada yang tersisa dan
juga tidak berusaha untuk mencari ide lain.
Tabel 4. 12. Aspek Kreativitas Subjek LBR
Aspek Kreativitas Soal
1. Kefasihan Tidak Memenuhi
2. Kebaruan Memenuhi
3. Fleksibilitas Tidak Memenuhi
50
Berdasarkan hasil triangulasi di atas, didapatkan data valid sebagai
berikut:
a) Kefasihan
Subjek LBR dalam menyelesaikan masalah tidak memenuhi
indikator kreativitas kefasihan.
b) Kebaruan
Subjek LBS dalam menyelesaikan masalah aspek kreativitas
memenuhi indikator kebaruan.
c) Fleksibilitas
Subjek LBR dalam menyelesaikan tidak memenuhi aspek
kreativitas fleksibilitas.
Berdasarkan indikator kreativitas yang dicapai, tingkat berpikir kreatif
subjek LBR dalam menyelesaikan masalah dapat diketahui berdasarkan tabel
berikut:
Tabel 4. 13. Tingkatan Berpikir Kreatif Subjek LBR
Tingkat Karakteristik
Tingkat 4 (Sangat Kreatif) Kriteria dalam pemecahan masalah, Siswa
mampu menunjukkan kefasihan, fleksibilitas,
dan kebaruan
Tingkat 3 (Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa
mampu menunjukkan kebaruan atau fleksibilitas
atau kefasihandan fleksibilitas
Tingkat 2 ( Cukup Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa
51
mampu menunjukkan salah satu dari kebaruan
atau fleksibilitas
Tingkat 1 (Kurang
Kreatif)
Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa
hanya mampu menunjukkan kefasihan
Tingkat 0 (Tidak Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa
tidak mampu menunjukkan ketiga indikator
kreatif.
d) Data Siswa Perempuan Berkemampuan Tinggi (PBT)
Gambar 4. Siswa Perempuan Berkemampuan Tinggi (PBT)
1) Tahap Persiapan
P: “ apa yang kamu lakukan sebelum mengerjakan soal?”
PBT: “sebelum saya baca buku saya mempersiapkan diri dulu kak, membaca
doa, kemudian saya membuka buku sejenak dan mengingat materi yang
pernah diajarkan oleh guru. Selain itu saya membaca soalnya berkali-
kali kak”
52
P: “ iya dek, terus Informasi awal apa yang kamu dapatkan setelah membaca
soal?”
PBT: “ saya menuliskan diketahui, ditanyakan kak, supaya saya bisa mengerti
saat pengerjaan”
P:” kalau boleh tahu apa yang diketahui dan ditanyakan pada no.6?”
PBT:”yang diketahui itu di no. 6, fungsi x sama dengan ax tambah b, dan f(2)
sama dengan 6, serta f(3) sama dengan 7 kak, baru kak yang ditanyakan
itu f(7) nya berapa dan juga a kali b nya berapa”
P:” yang ditanyakan di soal apakah hanya itu dek? Atau masih ada?
PBT:” iye kak, yang kuliat dari soal ada dua yang ditanyakan kak”
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa Subjek PBT
menuliskan dan menyebutkan apa yang diketahui yaitu fungsi x sama dengan
ax tambah b, dan f(2) sama dengan 6, serta f(3) sama dengan 7 kak, baru kak
yang ditanyakan itu f(7) nya berapa dan juga a kali b nya berapa. Berdasarkan
hasil tersebut, dapat dikatakan Subjek PBT memahami informasi awal pada
soal yang diberikan dengan baik. Subjek PBT mengatakan bahwa soal ini
terdapat kaitannya dengan materi relasi dan fungsi dan juga bisa dikaitkan
dengan materi aljabar. Berdasarkan hal tersebut Subjek PBT dapat
mengaitkan informasi yang dipahaminya dengan materi yang pernah
diperoleh dengan baik.
2) Tahap Inkubasi
P:” Jadi tadi sudah tahu cara apa yang akan di gunakan di’?”
PBT:” iya kak, waktunya kubaca soalnya berkali-kali langsung langsung
kutau ini cara penyelesaiannya karena sudahma diajarkan sama ibu”
P:”selama kamu pikirkan caranya dan belum dapat ide, apa yang kamu
lakukan?
PBT:”ya, saya berusaha ingat kembali kak materi relasi dan fungsi dan
membaca soalnya berkali-kali kak”
P:” setelah itu kamu langsung dapat ide begitu?”
PBT:” iye kak, langsung ada jawabannya yang kupikir”
53
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisa, bahwa pada tahapan
inkubasi ini Subjek PBT berhenti sejenak dan membaca berkali-kali soal
dalam pengerjaannya, sebelum berpikir untuk mencari penyelesaian masalah,
Dalam proses itu Subjek PBT mampu mengaitkan pengetahuan yang pernah
dia dapatkan yaitu tentang Aljabar. Selain itu, dalam proses berpikir sejenak
yang Subjek 4 lakukan salah satunya adalah mengaitkan materi yang pernah
didapatkannya yaitu materi relasi dan fungsi.
3) Tahap Iluminasi
P:” apakah kamu sudah punya ide untuk menyelesaikan soal yang telah
diberikan?”
PBT:” iye kak, setelah saya membaca soalnya berkali-kali tadi saya sudah
punya ide untuk menyelesaikan soal ”
P:” terus ide yang adek dapat ada berapa itu?”
PBT:” untuk no.6 saya punya 2 ide tapi cuma satu ide yang saya tulis seperti
pada lembar jawaban saya kak (sambil menunjuk jawaban) untuk no. 6
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dianalisa, bahwa Subjek
PBT mendapatkan 2 ide untuk menyelesaikan permasalahan pada soal. Subjek
PBT dapat menjalankan idenya dengan baik sehingga proses pengerjaannya
menghasilkan jawaban yang benar pada setiap idenya.
4) Tahap verifikasi
P:”setelah selesai mengerjakan dan menjalankan semua ideta , untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan beberapa ide, apa kamu
sudah periksa kembali semua jawabanmta?”
PBT:”sudah kak”
P:”sudah yakin semuanya sudah Benar tidak dek”?
PBT:”emm, iye kak, Saya sudah merasa yakin dengan jawabanku kak”
Hasil wawancara menunjukkan bahwa Subjek PBT memeriksa
kembali jawaban yang sudah didapatkannya. Namun Subjek PBT tidak
54
menemukan kesalahan. Hal ini dikarenakan Subjek PBT melakukan perbaikan
langsung saat pengerjaan. Pada tahap ini Subjek PBT tidak mencoba mencari
cara lain untuk menyelesaikan permasalahan pada soal.
1) Indikator Berpikir Kreatif
a) Kefasihan
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan Subjek PBT dapat
dianalisa bahwa Subjek PBT mampu menyelesaikan pemecahan
masalah dengan dua penyelesaian. Dengan demikian subjek PBT
memenuhi Indikator kefasihan.
b) Kebaruan
Untuk aspek kebaruan ini dapat dilihat bahwa Subjek PBT
merupakan langkah yang baru dalam materi relasi dan fungsi yang
mengaitkan antara materi aljabar dengan materi relasi dan fungsi,
sehingga subjek PBT memenuhi indikator kebaruan.
c) Fleksibilitas
Penjelasan mengenai aspek fleksibilitas terdapat pada penjabaran
aspek kefasihan. Pada penjabaran tersebut, didapatkan bahwa subjek
PBT memenuhi fleksibilitas.
2) Deskripsi subjek PBT
Tingkatan proses berpikir kreatif model wallas subjek PBT dalam
menyelesaikan masalah relasi dan fungsi, berikut adalah tabel triangulasi
data proses berpikir kreatif pada soal relasi dan fungsi:
55
Tabel 4.14 Proses berpikir kreatif subjek PBT
Tahap Data Soal
Persiapan Subjek PBT menyebutkan apa yang diketahui dan
ditanyakan pada soal. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
dikatakan bahwa subjek PBT memahami informasi
awal pada soal yang diberikan. Subjek PBT juga
mengatakan bahwa soal ini terdapat kaitannya dengan
materi fungsi kuadrat dan tidak berpikir bahwa soal ini
berkaitan dengan materi relasi dan fungsi. Berdasarkan
hal tersebut, subjek PBT tidak dapat mengaitkan
informasi yang telah diberikan sebelumnya dengan
materi relasi dan fungsi. Pada wawancara diatas subjek
PBT dapat memaparkan soal dengan kalimatnya sendiri.
Inkubasi Subjek PBT tidak langsung mendapatkan ide. Subjek
berhenti sejenak, membaca berkali-kali soal dan
setelahnya mulai mengaitkan dengan materi lain yang
pernah diajarkan.
Iluminsi Subjek PBT mendapatkan dua ide. Namun dalam proses
mengerjakan subjek PBT berbeda dengan pengerjaan
subjek yang lain dengan jawaban yang benar dan sesuai
dengan jawaban yang diberikan oleh peneliti.
verifikasi Subjek PBT meriksa kembali jawaban yang telah ia
kerjakan selama waktu masih ada yang tersisa.
Tabel 4. 15. Aspek Kreativitas Subjek PBT
Aspek Kreativitas Soal
1. Kefasihan Memenuhi
2. Kebaruan Memenuhi
56
3. Fleksibilitas Memenuhi
Berdasarkan hasil triangulasi di atas, didapatkan data valid sebagai
berikut:
a) Kefasihan
Subjek PBT dalam menyelesaikan masalah dengan memenuhi
indikator kreativitas kefasihan.
b) Kebaruan
Subjek PBT dalam menyelesaikan masalah aspek kreativitas
memenuhi indikator kebaruan.
c) Fleksibilitas
Subjek PBT dalam menyelesaikan memenuhi aspek kreativitas
fleksibilitas.
Berdasarkan indikator kreativitas yang dicapai, tingkat berpikir kreatif
subjek PBT dalam menyelesaikan masalah dapat diketahui berdasarkan tabel
berikut:
Tabel 4. 16. Tingkatan Berpikir Kreatif Subjek PBT
Tingkat Karakteristik
Tingkat 4 (Sangat
Kreatif)
Kriteria dalam pemecahan masalah, Siswa mampu
menunjukkan kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan
Tingkat 3 (Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa mampu
menunjukkan kebaruan atau fleksibilitas atau
kefasihandan fleksibilitas
57
Tingkat 2 ( Cukup
Kreatif)
Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa mampu
menunjukkan salah satu dari kebaruan atau
fleksibilitas
Tingkat 1 (Kurang
Kreatif)
Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa hanya
mampu menunjukkan kefasihan
Tingkat 0 (Tidak
Kreatif)
Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa tidak
mampu menunjukkan ketiga indikator kreatif.
e) Data Subjek Perempuan Berkemampuan Sedang (PBS)
Gambar 5. Jawaban Perempuan Berkemampuan Sedang (PBS)
1) Tahap persiapan
Berikut adalah hasil wawancara untuk mengkonfirmasi hasil tertulis dari Subjek
PBS
P : “sebelum mengerjakan soal apa yang kamu lakukan?
PBS:”ee membaca soal kak, sama ingat-ingat materi”
P:”Setelah kamu membaca dan mengamati soalnya, apa kamu menuliskan yang
diketahui dan ditanyakan?”
PBS:”saya tidak tuliskan diketahui dan ditanyakan kak, saya langsung kerja saja
yang saya tahu”
58
Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan Subjek PBS tidak memahami
informasi awal pada soal yang diberikan. Subjek PBS dapat mengaitkan
informasi yang dipahaminya dengan materi yang pernah diperoleh. Pada
wawancara di atas Subjek PBS tidak memaparkan yang diketahui dan ditanyakan
dan juga tidak memaparkan soal dengan kalimatnya sendiri. Berdasarkan hasil
tersebut Subjek PBS memaparkan apa yang ada.
2) Tahap Inkubasi
P : “Habis baca soalnya kamu langsung dapet ide ga?Pake cara apa?”
PBS : “saya pikir dulu kak cara penyelesaiannya, sempet pusing juga tadi kak.”
P: “Apa yang kamu pikirin? “
PBS: “ya saya pikirkan kirain soalnya berhubungan dengan turunan kak untuk
soal no. 4, ya jadinya pakai rumus f(x) = naxn-1
”
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisa, bahwa pada tahapan
inkubasi ini Subjek PBS tidak memahami informasi awal akan tetapi langsung
mendapatkan ide untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada soal no. 4.
Subjek PBS diam sejenak dan berpikir sambil mengaitkan permasalahan yang
diberikan dengan materi berkaitan yang sudah Subjek PBS dapatkan sebelumnya.
3) Tahap Iluminasi
P : “Setelah apa yang kamu pikirkan, langsung dapet ide untuk mengerjakan
soal itu gak?”
PBS: “lama baru dapat kak.”
P: “ Truz idenya apa? Langsung dapet berapa ide?”
PBS : “Ya dapatnya Cuma satu ide kak, dan masih ragu-ragu dengan ideku
kak, heheh.”
Pada tahap iluminasi ini seperti pada hasil wawancara di atas Subjek
PBS mendapatkan ide melalui tahap sebelumnya. Subjek PBS kurang mampu
menyelesaikan permasalahan pada soal dengan arti kata lain. Subjek PBS
59
belum mampu mengeksekusi ide-idenya dengan berhasil mendapatkan cara
penyelesaian dan jawaban akhir yang semuanya bernilai benar.
4) Tahap Verifikasi
P: “Udah yakin jawabanmu itu benar?”
PBS: “belum yakin sih kak, tapi sudah tidak bisa lagi berpikir, sudah pusing”
P : “Kira-kira ada cara lain gak untuk mengerjakan soal tadi?”
PBS: “Mungkin ada , tapi saya tidak mencari cara yang lain kak.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, pada tahap verifikasi ini Subjek
PBS tidak memeriksa kembali hasil pengerjaannya dan mencoba untuk mencari
jawaban yang lain. Dalam proses ini Subjek PBS belum berhasil memperbaiki
jawabannya yang salah yang dikarenakan ketidaktelitian. Pada tahap ini, Subjek
PBS tidak mencoba-coba mencari ide lain.
1) Indikator Berpikir Kreatif
a) Kefasihan
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan Subjek PBS dapat
dianalisa bahwa Subjek PBS hanya mampu menyelesaikan pemecahan
masalah dengan satu penyelesaian dengan jawaban yang kurang tepat.
Dengan demikian subjek PBS tidak memenuhi Indikator kefasihan.
b) Kebaruan
Untuk aspek kebaruan ini dapat dilihat bahwa Subjek PBS
merupakan langkah yang baru dalam materi relasi dan fungsi yang
mengaitkan antara materi aljabar dengan materi relasi dan fungsi,
sehingga subjek PBS tidak memenuhi indikator kebaruan.
c) Fleksibilitas
60
Penjelasan mengenai aspek fleksibilitas terdapat pada penjabaran
aspek kefasihan. Pada penjabaran tersebut, didapatkan bahwa subjek PBS
tidak memenuhi fleksibilitas.
Tabel 4. 17. Aspek Kreativitas Subjek PBS
Aspek Kreativitas Soal
1. Kefasihan Tidak Memenuhi
2. Kebaruan Tidak Memenuhi
3. Fleksibilitas Tidak Memenuhi
Berdasarkan hasil triangulasi di atas, didapatkan data valid sebagai
berikut:
1) Kefasihan
Subjek PBS dalam menyelesaikan masalah tidak memenuhi
indikator kreativitas kefasihan.
2) Kebaruan
Subjek PBS dalam menyelesaikan masalah aspek kreativitas tidak
memenuhi indikator kebaruan.
3) Fleksibilitas
Subjek PBS dalam menyelesaikan tidak memenuhi aspek kreativitas
fleksibilitas.
Berdasarkan indikator kreativitas yang dicapai, tingkat berpikir kreatif
61
subjek PBS dalam menyelesaikan masalah dapat diketahui berdasarkan tabel
berikut:
Tabel 4. 18. Tingkatan Berpikir Kreatif Subjek PBS
Tingkat Karakteristik
Tingkat 4 (Sangat
Kreatif)
Kriteria dalam pemecahan masalah, Siswa mampu
menunjukkan kefasihan, fleksibilitas, dan
kebaruan
Tingkat 3 (Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa
mampu menunjukkan kebaruan atau fleksibilitas
atau kefasihandan fleksibilitas
Tingkat 2 ( Cukup
Kreatif)
Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa
mampu menunjukkan salah satu dari kebaruan
atau fleksibilitas
Tingkat 1 (Kurang
Kreatif)
Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa hanya
mampu menunjukkan kefasihan
Tingkat 0 (Tidak
Kreatif)
Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa tidak
mampu menunjukkan ketiga indikator kreatif.
f) Data Subjek Perempuan Berkemampuan Rendah (PBR)
Gambar 6. Jawaban Perempuan Berkemampuan Rendah (PBR)
1) Tahap Persiapan
62
P:” Apa yang diketahui dan yang ditanyakan pada soal ini?”
PBR:”saya kurang tahu kak apa yang diketahui dan yang ditanyakan, soalnya
saya kurang mengerti”
P:”sudah pernah dapat soal seperti ini sebelumnya, tidak?”
PBR:”sudah kak, tapi kemarin saya tidak memperhatikan, tidak suka belajar
matematika kak”
Pada wawancara di atas Subjek PBR tidak dapat memaparkan soal
dengan kalimatnya sendiri yaitu diketahui dan. Berdasarkan hasil tersebut
Subjek PBR apa saja yang diketahui, apa yang ditanyakan dengan hanya
membaca soal, sehingga Subjek PBR tidak dapat mengutarakan soal dengan
bahasanya sendiri dengan kurang baik.
2) Tahap Inkubasi
P: “Tadi setelah membaca soalnya, apa kamu langsung dapat ide atau cara
untuk mengerjakan soal ini? Atau mungkin ngapain dulu gitu sebelum
ngerjain soalnya, kayak kamu diem dulu, baca soalnya atau
bagaimana?”
PBR: “Ya tadi sempet diemin aja kak.”
P: “Mikirnya bagaimana dek? Apa kamu mengaitkan dengan materi yang
berhubungan?”
PBR: “Ya itu dihubungin ma relasi kak.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, Subjek PBR tidak langsung
mendapatkan ide Subjek PBR berhenti sejenak dan memikirkan ide untuk
memecahkan permasalahan pada soal dengan mengaitkan informasi awal
yang didapatkan pada soal dengan materi yang pernah didapatkannya.
3) Tahap Iluminasi
P: “Berapa ide yang kamu dapatkan?”
PBR: “Cuma satu kak, dah mentok itu saja yang saya dapatkan kak.”
P: “Menurut adek, jawaban adek ini sudah bener
belum?”
PBR: “Hmmm, sudah mungkin kak.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, Subjek PBR hanya mendapatkan
63
satu ide untuk memecahkan permasalahan pada soal. Namun ide yang didapat
menghasilkan jawaban yang salah, karena Subjek PBR kurang memahami
pokok bahasan relasi dan fungsi ini, jadi iya mengaitkan dengan materi
tersebut.
4) Tahap Verifikasi
P: “Trus ini tadi dah sempat diteliti lagi belum?”
PBR: “Enggak saya teliti lagi kak.”
P: “Trus tadi kepikiran ide lain gak?”
PBR: “tidak ada kak, yang ini saja sudah mentok.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, Subjek PBR tidak
memeriksa jawabnnya lagi karena jawabannya belum selesai. Selain itu,
Subjek PBR juga tidak memikirkan ide lain untuk menyelesaikan
permasalahan pada soal.
1) Indikator Berpikir Kreatif Subjek PBR
a) Kefasihan
Berdasarkan jawaban dari Subjek PBR yang hanya mendapatkan satu
ide namun sehingga mendapatkan hasil yang salah, jadi Subjek PBR tidak
memenuhi aspek kreativitas kefasihan.
b) Kebaruan
Berdasarkan jawaban yang didapatkan Subjek PBR yang belum
sempurna dan masih biasa, maka Subjek PBR tidak memenuhi aspek
kreativitas kebaruan.
c) Fleksibilitas
Karena Subjek PBR hanya mendapatkan satu jawaban dan
64
jawabannya salah, maka subjek PBR tidak memenuhi aspek fleksibilitas.
Tabel 4. 19. Aspek Kreativitas Subjek PBR
Aspek Kreativitas Soal
1. Kefasihan Tidak Memenuhi
2. Kebaruan Tidak Memenuhi
3. Fleksibilitas Tidak Memenuhi
Berdasarkan hasil triangulasi di atas, didapatkan data valid sebagai
berikut:
a) Kefasihan
Subjek PBR dalam menyelesaikan masalah tidak memenuhi
indikator kreativitas kefasihan.
b) Kebaruan
Subjek PBR dalam menyelesaikan masalah aspek kreativitas tidak
memenuhi indikator kebaruan.
c) Fleksibilitas
Subjek PBR dalam menyelesaikan tidak memenuhi aspek
kreativitas fleksibilitas.
Berdasarkan indikator kreativitas yang dicapai, tingkat berpikir kreatif
subjek PBS dalam menyelesaikan masalah dapat diketahui berdasarkan tabel
berikut:
Tabel 4. 20. Tingkatan Berpikir Kreatif Subjek PBR
Tingkat Karakteristik
Tingkat 4 (Sangat
Kreatif)
Kriteria dalam pemecahan masalah, Siswa mampu
menunjukkan kefasihan, fleksibilitas, dan
65
kebaruan
Tingkat 3 (Kreatif) Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa
mampu menunjukkan kebaruan atau fleksibilitas
atau kefasihandan fleksibilitas
Tingkat 2 ( Cukup
Kreatif)
Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa
mampu menunjukkan salah satu dari kebaruan
atau fleksibilitas
Tingkat 1 (Kurang
Kreatif)
Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa hanya
mampu menunjukkan kefasihan
Tingkat 0 (Tidak
Kreatif)
Kriteria pemecahan masalah tersebut Siswa tidak
mampu menunjukkan ketiga indikator kreatif.
B. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, proses berpikir kreatif
dalam penyelesaian masalah pada pokok bahasan relasi dan fungsi yang ditinjau
dari perspektif gender yaitu sebagai berikut:
1. Subjek Perempuan Berkemampuan Matematika Tinggi (PBT)
Proses Berpikir Kreatif Subjek dalam Menyelesaikan Masalah pada
Pokok Bahasan relasi dan fungsi Berpandu Model Wallas Ditinjau dari
Perspektif Gender
a. Tahap Persiapan
1) Subjek memahami informasi awal pada soal yang telah diberikan secara
baik
2) Subjek dapat mengkaitkan informasi yang dia dapatkan dengan materi
66
yang pernah diperoleh sebelumnya dengan baik.
3) Subjek mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan soal baik yang sudah dipenuhi atau belum.
4) Subjek bisa mengaitkan informasi yang dia dapatkan dengan materi
yang pernah diperoleh dengan baik.
5) Subjek mengutarakan soal dengan bahasa dan pemikirannya sendiri
dengan baik
b. Tahap Inkubasi
Subjek perempuan kreatif tidak langsung mendapatkan ide untuk
menyelesaikan permasalahan. Subjek diam dan merenung sambil
mengkaitkan permasalahan yang diberikan dengan materi berkaitan yang
telah subjek dapatkan sebelumnya.
c. Tahap Iluminasi
Pada tahap ini subjek perempuan kreatif mendapatkan ide-ide untuk
memecahkan masalah didapatkan melalui proses sebelumnya yaitu inkubasi
dan dapat menjalankan ide-idenya, baik dari proses menyelesaikan
masalahnya maupun hasil akhirnya subjek mendapatkan hasil yang benar
pada setiap ide atau cara yang digunakan.
d. Tahap Verifikasi
Pada tahap ini subjek perempuan kreatif menguji kembali jawaban-
jawaban yang ia dapatkan dan memperbaiki jawabannya dengan mengganti
jawabannya yang salah karena ketidaktelitiannya sampai mendapatkan
jawaban yang benar menurutnya. Dalam proses verifikasi ini pula, subjek
67
juga mendapatkan ide pemecahan masalah lain. Namun karena dianggap
rumit dan waktu sudah habis, maka ditinggalkan begitu saja.
Tingkatan Berpikir Kreatif Subjek dalam penyelesaian Masalah pada
Pokok Bahasan relasi dan fungsi yang Ditinjau dari Perspektif Gender. Subjek
perempuan berkemampuan tinggi memenuhi ketiga aspek kreativitas yaitu aspek
kefasihan, kebaruan dan fleksibilitas. Berdasarkan tingkat berpikir subjek
perempuan berkemampuan tinggi, tingkat berpikir kreatifnya berada pada tingkat
4 (sangat kreatif).
2. Subjek Perempuan Berkemampuan Matematika Sedang (PBS)
Proses Berpikir Kreatif Subjek dalam pemecahan Masalah pada Pokok
Bahasan relasi dan fungsi Berpandu Model Wallas Ditinjau dari Perspektif
Gender
a. Tahap Persiapan
Subjek PBS tidak memahami informasi awal pada soal yang
diberikan. Subjek PBS dapat mengaitkan informasi yang dipahaminya
dengan materi yang pernah diperoleh. Pada wawancara di atas Subjek PBS
tidak memaparkan yang diketahui dan ditanyakan dan juga tidak
memaparkan soal dengan kalimatnya sendiri. Berdasarkan hasil tersebut
Subjek PBS memaparkan apa yang ada.
b. Tahap Inkubasi
pada tahapan inkubasi ini Subjek PBS tidak memahami informasi
awal akan tetapi langsung mendapatkan ide untuk menyelesaikan
68
permasalahan yang ada pada soal no. 4. Subjek PBS diam dan melakukan
berbagai aktivitas sambil mengkaitkan permasalahan yang telah diberikan
dengan materi berkaitan yang sudah Subjek PBS dapatkan sebelumnya.
c. Tahap Iluminasi
Subjek PBS mendapatkan ide melalui tahap sebelumnya. Subjek PBS
kurang mampu menyelesaikan permasalahan pada soal dengan arti kata lain.
Subjek PBS belum mampu mengeksekusi ide-idenya dengan berhasil
mendapatkan cara penyelesaian dan jawaban akhir yang semuanya bernilai
benar.
d. Tahap Verifikasi
pada tahap verifikasi ini Subjek PBS tidak memeriksa kembali hasil
pengerjaannya dan mencoba untuk mencari jawaban yang lain. Dalam proses
ini Subjek PBS belum berhasil memperbaiki jawabannya yang salah yang
dikarenakan ketidak telitian. Pada tahap ini, Subjek PBS tidak mencoba-
coba mencari ide lain.
Tingkatan Berpikir Kreatif Subjek dalam pemecahan Masalah pada
Pokok Bahasan relasi dan fungsi Ditinjau dari Perspektif Gender. Subjek
perempuan berkemampuan sedang tidak memenuhi ketiga aspek kreativitas yaitu
aspek kefasihan, kebaruan dan fleksibilitas. Berdasarkan tingkat berpikir subjek
perempuan berkemampuan sedang, tingkat berpikir kreatifnya berada pada
tingkat 0 (tidak kreatif).
69
3. Subjek Perempuan Berkemampuan Matematika rendah (PBR)
Proses Berpikir Kreatif Subjek dalam pemecahan suatu Masalah pada
Pokok Bahasan relasi dan fungsi Berpandu Model Wallas Ditinjau dari
Perspektif Gender
a. Tahap Persiapan
Subjek PBR tidak dapat memaparkan soal dengan kalimatnya sendiri
yaitu diketahui dan. Berdasarkan hasil tersebut Subjek PBR menuliskan
diketahui, ditanyakan dengan hanya membaca soal, sehingga Subjek PBR
tidak dapat mengutarakan soal dengan bahasanya sendiri dengan kurang baik.
b. Tahap Inkubasi
Subjek PBR tidak langsung mendapatkan ide Subjek PBR berhenti
sejenak dan memikirkan ide untuk memecahkan permasalahan pada soal
dengan mengaitkan informasi awal yang didapatkan pada soal dengan materi
yang pernah didapatkannya.
c. Tahap Iluminasi
Subjek PBR hanya mendapatkan satu ide untuk memecahkan
permasalahan pada soal. Namun ide yang didapat menghasilkan jawaban
yang salah, karena Subjek PBR kurang memahami pokok bahasan relasi dan
fungsi ini, jadi iya mengaitkan dengan materi tersebut.
d. Tahap Verifikasi
Subjek PBR tidak memeriksa jawabannya lagi karena jawabannya
belum selesai. Selain itu, Subjek PBR juga tidak memikirkan ide lain untuk
70
menyelesaikan permasalahan pada soal.
Tingkatan Berpikir Kreatif Subjek dalam memecahkan Masalah pada
Pokok Bahasan relasi dan fungsi Ditinjau dari Perspektif Gender. Subjek
perempuan berkemampuan rendah tidak memenuhi ketiga aspek kreativitas
yaitu aspek kefasihan, kebaruan dan fleksibilitas. Berdasarkan tingkat berpikir
subjek perempuan berkemampuan rendah, tingkat berpikir kreatifnya berada
pada tingkat 0 (tidak kreatif).
4. Subjek Laki-laki Berkemampuan Matematika Tinggi (LBT)
Proses Berpikir Kreatif Subjek dalam Menyelesaikan Masalah pada
Pokok Bahasan relasi dan fungsi Berpandu Model Wallas Ditinjau dari
Perspektif Gender
a. Tahap Persiapan
Subjek LBT menuliskan dan menyebutkan apa yang diketahui dapat
dikatakan Subjek LBT memahami informasi awal pada soal yang diberikan
dengan baik. Subjek LBT mengatakan bahwa soal ini terdapat kaitannya
dengan materi relasi dan fungsi. Berdasarkan hal tersebut Subjek LBT dapat
mengkaitkan informasi yang dipahaminya dengan pokok bahasan yang
pernah diperoleh dengan baik.
b. Tahap Inkubasi
tahapan inkubasi ini Subjek LBT berhenti sejenak dan membaca
buku dalam pengerjaannya, sebelum berpikir untuk mencari penyelesaian
masalah, Dalam proses itu Subjek LBT mampu mengaitkan pengetahuan
71
yang pernah dia dapatkan yaitu tentang relasi dan fungsi. Selain itu, dalam
proses berpikir sejenak yang Subjek LBT lakukan salah satunya adalah
mengaitkan materi yang pernah didapatkannya yaitu materi relasi dan fungsi.
c. Tahap Iluminasi
Subjek LBT mendapatkan 2 ide untuk menyelesaikan permasalahan
pada soal no. 4 dan juga no.6. Subjek LBT dapat mengerjakan ide dengan
baik sehingga proses pengerjaannya menghasilkan jawaban yang benar pada
setiap idenya.
d. Tahap Verifikasi
Subjek LBT memeriksa/menguji kembali jawaban yang sudah
didapatkannya. Namun Subjek LBT tidak menemukan kesalahan. Hal ini
dikarenakan Subjek LBT melakukan perbaikan langsung saat pengerjaan.
Pada tahap ini Subjek LBT tidak mencoba mencari cara lain untuk
menyelesaikan permasalahan pada soal.
Tingkatan Berpikir Kreatif Subjek dalam memecahkan Masalah materi
relasi dan fungsi Ditinjau dari Perspektif Gender. Subjek laki-laki
berkemampuan matematika tinggi memenuhi ketiga aspek kreativitas yaitu aspek
kefasihan, kebaruan dan fleksibilitas. Berdasarkan tingkat berpikir subjek laki-
laki berkemampuan tinggi, tingkat berpikir kreatifnya berada pada tingkat 4
(sangat kreatif).
5. Subjek Laki-laki Berkemampuan Matematika Sedang (LBS)
Proses Berpikir Kreatif Subjek dalam Menyelesaikan Masalah pada
72
Pokok Bahasan relasi dan fungsi Berpandu Model Wallas Ditinjau dari
Perspektif Gender
a. Tahap Persiapan
Subjek LBS memaparkan apa yang diketahui, ditanyakan serta
komentar tambahan mengenai permasalahan pada soal tanpa membaca soal,
sehingga Subjek LBS dikatakan dapat mengutarakan soal dengan bahasanya
sendiri dengan baik.
b. Tahap Inkubasi
tahapan inkubasi ini Subjek LBS tidak langsung mendapatkan ide
untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada soal no. 5. Subjek LBS
diam dan melakukan kegiatan lain sambil mengaitkan permasalahan yang
diberikan dengan materi berkaitan yang telah Subjek LBS dapatkan
sebelumnya.
c. Tahap Iluminasi
Subjek LBS mendapatkan ide melalui tahap sebelumnya. Subjek
LBS mampu menyelesaikan permasalahan pada soal dengan arti kata lain
Subjek LBS mampu menjalankan ide-ide yang didapatkannya pada tahap
inkubasi. Subjek LBS mampu mengeksekusi ide-idenya dengan berhasil
mendapatkan cara penyelesaian dan jawaban akhir yang semuanya bernilai
benar.
d. Tahap Verifikasi
tahap verifikasi ini Subjek LBS memeriksa kembali hasil
73
pengerjaannya dan mencoba untuk mencari jawaban yang lain. Dalam proses
ini Subjek LBS berhasil memperbaiki jawabannya yang salah yang
dikarenakan ketidaktelitian Subjek LBS dalam menghitung sampai benar.
Pada tahap ini, Subjek LBS mencoba-coba mencari ide lain yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah pada soal, namun akhirnya
ditinggalkan karena waktu sudah hampir habis.
Tingkatan Berpikir Kreatif Subjek dalam memecahkan Masalah pada
materi relasi dan fungsi Ditinjau dari Perspektif Gender. Subjek Laki-laki
berkemampuan sedang pada aspek kreativitas mampu menunjukkan kebaruan
atau fleksibilitas dalam memecahkan masalah.. Berdasarkan tingkat berpikir
subjek laki-laki berkemampuan tinggi, tingkat berpikir kreatifnya berada pada
tingkat 2 (cukup kreatif).
6. Subjek Laki-laki Berkemampuan Matematika rendah (LBR)
Proses Berpikir Kreatif Subjek dalam memecahkan Masalah pada materi
relasi dan fungsi Berpandu Model Wallas Ditinjau dari Perspektif Gender
a. Tahap Persiapan
Subjek LBR memaparkan yang diketahui dan ditanyakan hanya
berdasar apa yang dituliskan pada soal, sehingga Subjek LBR mengutarakan
soal dengan bahasanya sendiri dengan tidak baik.
b. Tahap Inkubasi
Subjek LBR tidak langsung mendapatkan ide. Subjek LBR berhenti
sejenak dan setelahnya mulai mengaitkan dengan materi yang telah diperoleh.
74
c. Tahap Iluminasi
Subjek LBR hanya mendapatkan satu ide. Namun dalam proses
mengerjakannya Subjek LBR, cara-cara yang digunakan benar dan tentunya
proses dan hasil akhirnya juga benar. Selain itu jawaban yang didapatkan
Subjek LBR sesuai dengan jawaban yang disediakan oleh peneliti.
d. Tahap Verifikasi
Subjek LBR tidak memeriksa kembali jawabannya, selama waktu
masih ada yang tersisa, dan juga tidak memanfaatkan untuk mencari ide lain.
Tingkatan Berpikir Kreatif Subjek dalam memecahkan Masalah materi
relasi dan fungsi Ditinjau dari Perspektif Gender. Subjek Laki-laki
berkemampuan rendah pada aspek kreativitas mampu menunjukkan kebaruan
atau fleksibilitas dalam memecahkan masalah.. Berdasarkan tingkat berpikir
subjek perempuan berkemampuan tinggi, tingkat berpikir kreatifnya berada pada
tingkat 2 (cukup kreatif).
Tabel 4.21. Proses Berpikir Kreatif Model Wallas Berdasarkan Perspektif Gender
LBT LBS LBR PBT PBS PBR
Persiapan Memaham
i informasi
awal
Memahami
informasi
awal
Tidak
Memahami
informasi
Memahami
informasi
awal
Tidak
memahami
informasi
awal
Tidak
memaham
i informasi
awal
Inkubasi Berhenti
sejenak,
mampu
mengaitka
n materi
yang
pernah
didapatkan
Diam
sejenak
sambil
memikirkan
ide
Berhenti
sejenak dan
mengaitkan
materi yang
pernah
didapatkan
Berhenti
sejenak dan
membaca
berkali-kali
soal yang
diberikan
Berhenti
sejenak dan
langsung
mendapatka
n ide
Berhenti
sejenak
untuk
memuncul
kan
sebuah ide
Iluminasi Mendapat Ide yang Hanya Mendapatka Hanya satu Hanya
75
kan
beberapa
ide dengan
jawaban
yang benar
didapatkan
hanya satu
dengan
jawaban
yang benar
mendapatka
n satu ide
dengan
jawaban
yang benar
n beberapa
ide dengan
jawaban
yang benar
ide dengan
jawaban
yang salah
mendapatk
an satu ide
dengan
jawaban
yang salah
Verifikasi Memeriks
a kembali
jawaban
Memeriksa
kembali dan
mencoba
mencari
jawaban
yang lain
Tidak
memeriksa
kembali
jawaban
Memeriksa
kembali
jawaban
Tidak
memeriksa
jawaban
Tidak
memeriksa
kembali
7. Deskripsi Proses Berpikir Kreatif Model Wallas berdasarkan gender:
a. Tahap Persiapan
Subjek laki-laki dominan dapat memahami informasi awal dengan
menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, Subjek LBT dan LBS dapat
memahami informasi awal dengan baik, namun subjek LBR tidak dapat
memahaminya. Sedangkan subjek perempuan dominan tidak dapat memahami
informasi awal, hanya subjek PBT yang dapat menuliskan apa yang diketahui
dan ditanyakan.
b. Tahap Inkubasi
Subjek laki-laki berhenti atau diam sejenak untuk memunculkan sebuah
ide sambil mengaitkan materi yang pernah didapatkan. Sedangkan subjek
perempuan, subjek PBT berhenti sejenak sambil membaca berkali-kali soal yang
diberikan, subjek PBS langsung mendapatkan ide, subjek PBR berhenti sejenak
untuk memunculkan sebuah ide.
c. Tahap Iluminasi
76
Subjek LBR mendapatkan beberapa ide dengan jawaban yang benar,
subjek LBS dan LBR hanya satu ide yang didapatkan dengan jawaban yang
benar. Sedangkan subjek perempuan, subjek PBT mendapatkan beberapa ide dan
dapat menyelesaikan jawaban dengan benar, subjek PBS dan PBR hanya
mendapatkan satu ide dengan jawaban yang salah. Perbedaan pengerjaan antara
Subjek PBT pada no 2 terdapat kesalahan hasil perhitungan dengan tidak
mencantumkan negatif dan LBT pada jawaban no. 2 sudah benar. untuk PBS
proses pengerjaannya tidak terurut sedangkan LBS menggunakan cara berbeda
yaitu menggunakan cara fungsi kuadrat yaitu x = -b/2a kemudian x nya di
subtitusikan ke dalam persamaan, sedangkan subjek PBS menggunakan cara
rumus pangkat tertinggi yaitu f(x) = na . untuk PBR hanya mengerjakan soal
no. 4 saja dan subjek LBS menggunakan cara rumus fungsi kuadrat.
d. Tahap Verifikasi
Subjek laki-laki dominan memeriksa kembali jawaban yang telah
dikerjakan hanya subjek LBR yang tidak memeriksa kembali jawabannya.
Sedangkan subjek perempuan dominan tidak memeriksa kembali jawaban, h
anya subjek PBT yang memeriksa kembali jawaban yang telah dikerjakan.
Tabel 4.22. Tingkat Berpikir Kreatif siswa berdasarkan Gender
LBT LBS LBR PBT PBS PBR
Sangat Kreatif
Kreatif
Cukup Kreatif
77
Kurang Kreatif
Tidak Kreatif
Tingkat berpikir berdasarkan gender:
Subjek laki-laki lebih tinggi tingkat berpikir kreatifnya dibandingkan dengan
subjek perempuan, dapat dilihat pada tabel bahwa subjek laki-laki hanya menempati
tingkat berpikir sangat kreatif dan cukup kreatif, tidak ada yang menempati tidak
kreatif. Sedangkan subjek perempuan hanya subjek PBT yang menempati tingkatan
sangat kreatif, subjek PBS dan PBR berada di tingkatan tidak kreatif.
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Proses berpikir siswa model wallas untuk perempuan berkemampuan tinggi
pada tahap persiapan, Subjek memahami informasi awal pada soal yang diberikan
dengan baik, tahap inkubasi, subjek berhenti sebentar untuk memunculkan sebuah
ide. Tahap Iluminasi, subjek dapat menjalankan ide-idenya, baik dari proses
menyelesaikan masalahnya maupun hasil akhirnya subjek mendapatkan hasil yang
benar pada setiap ide atau cara yang digunakan, tahap verifikasi, subjek melihat
kembali jawaban yang telah dikerjakan. Tingkatan proses berpikir dari subjek
perempuan yang memiliki kemampuan tinggi yaitu tingkat 4 (sangat kreatif).
Perempuan berkemampuan sedang pada tahap persiapan, subjek PBS tidak
mengetahui hal pertama yang harus diketahui. Tahap Inkubasi, subjek PBS
berhenti dan mengingat materi yang telah diajarkan oleh guru. Tahap Iluminasi,
Subjek PBS kurang mampu menyelesaikan permasalahan pada soal dengan arti
kata lain. Tahap verifikasi, Subjek PBS tidak memeriksa kembali hasil
pengerjaannya. Subjek PBS berada pada tingkat berpikir kreatifnya di tingkat 0
(tidak kreatif).
Subjek Perempuan Berkemampuan Rendah (PBR) pada tahap persiapan,
tidak dapat memaparkan soal dengan kalimatnya sendiri, tahap inkubasi, tidak
langsung mendapatkan ide Subjek PBR berhenti sejenak dan memikirkan ide untuk
memecahkan permasalahan pada soal, tahap iluminasi, hanya mendapatkan satu ide
78
79
untuk memecahkan permasalahan pada soal. Tahap verifikasi, PBR tidak
memeriksa jawabnnya lagi karena jawabannya subjek PBR pada tingkatan kreatif
berada pada tingkat 0 (Tidak Kreatif). Untuk subjek Laki-laki Berkemampuan
Tinggi(LBT) pada tahap persiapan, Subjek LBT memahami informasi awal pada
soal yang diberikan dengan baik. Tahap Inkubasi, Subjek LBT berhenti sejenak
dan membaca buku dalam pengerjaannya, sebelum berpikir untuk mencari
penyelesaian masalah, Tahap Iluminasi, Subjek LBT mendapatkan 2 ide untuk
menyelesaikan permasalahan. Tahap Verifikasi, Subjek LBT memeriksa kembali
jawaban yang sudah didapatkannya. Subjek LBT tingkat berpikir kreatifnya berada
pada tingkat 4 (sangat kreatif).
Subjek Laki-laki Berkemampuan Sedang (LBS) pada tahap persiapan,
Subjek LBS memaparkan apa yang ada, apa saja yang diketahui, apa yang
ditanyakan. Tahap Inkubasi, Subjek LBS tidak langsung mendapatkan ide untuk
menyelesaikan permasalahan. Tahap iluminasi, Subjek LBS mampu
menyelesaikan permasalahan pada soal dengan arti kata lain Subjek LBS mampu
menjalankan ide-ide yang didapatkannyatahap verifikasi, Subjek LBS memeriksa
kembali hasil pengerjaannya dan mencoba untuk mencari jawaban yang lain.
Subjek LBS tingkat berpikir kreatifnya berada pada tingkat 2 (cukup kreatif).
Subjek LBR dapat menyampaikan dengan kata-kata sendiri, Subjek LBR berhenti
sejenak dan setelahnya mulai mengaitkan dengan materi yang pernah diperoleh.
Subjek Laki-laki Berkemampuan Rendah, pada tahap persiapan, dapat
memaparkan yang ia ketahui pada soal, tahap Inkubasi, Subjek LBR. Tahap
Inkubasi, Subjek LBR berhenti sejenak dan setelahnya mulai mengkaitkan materi
80
yang telah diberikan. Tahap iluminasi, Subjek LBR ide yang didapatkan hanya
satu. Tahap verifikasi, Subjek LBR tidak memeriksa kembali jawabannya, selama
waktu masih ada yang tersisa, dan juga tidak memanfaatkan untuk mencari ide
lain. Subjek LBR tingkat berpikir kreatifnya berada pada tingkat 2 (cukup kreatif).
B. Saran
Berdasar pada penelitian yang telah dilakukan, adapun saran dapat
diberikan antara lain:
1. Guru, hendaknya membuat soal sekreatif mungkin agar alternatif jawaban
lebih beragam yang memungkinkan siswa untuk berlatih berpikir kreatif.
Penelitian ini juga hendaknya menjadikan sebagai bahan intropeksi kesalahan
untuk guru dan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran selanjutnya.
Adapun analisis proses berpikir kreatif dalam penelitian ini dapat dijadikan
sebagai patokan secara deskripsi tentang hasil nilai yang diperoleh siswa.
2. Peneliti selanjutnya, dapat dijadikan referensi ketika ingin mengembangkan
penelitian dengan bahan ajar yang berbeda, sudut pandang berbeda pula.
81
DAFTAR PUSTAKA
Afriansyah, E. A. (2017). Problem Posing sebagai Kemampuan Matematis.
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1), 163-180.
Agung, J. 2018. Analisis Higher Order Thinking Skill Mahasiswa Dalam
Menyelesaikan Soal Mata Kuliah Struktur Aljabar Grup Program Studi
Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Amir. 2013. Perspektif Gender dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Marwah
12(1).
Ardian, F. 2018. Analisis Kesulitan Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah
Matematis Bermuatan Hots Ditinjau dari Kemampuan Koneksi Matematis.
Journal Of Songke Math 1(2).
Asmaret, D. (2018). Kajian Tentang Gender Perspektif Islam (Studi Analisis Tentang
Posisi Perempuan Dan Laki-Laki Dalam Islam). JURIS (Jurnal Ilmiah
Syariah), 17(2), 259-268.
Dilla, S. C., dkk. (2018). Faktor Gender dan Resiliensi dalam Pencapaian
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMA. Journal of Medives:
Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, 2(1), 129-136.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo
Frastica. 2013. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Melalui Pendekatan
Open Ended pada Siswa SMP Ditinjau dari Perbedaan Gender. Skripsi. UIN
Sunan Kalijaga.
Handayani, W., & Kurniasari, I. (2018). Identifikasi Proses Berfikir Siswa Smp Kelas
Vii Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
Ditinjau Dari Kemampuan Matematika. Mathedunesa, 7(2), 371-379.
Hanifah, A. (2019). Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah
Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian rational dan Guardian.
MATHEdunesa, 8(2).
Hasanah. 2013. Analisis Proses Berpikir Siswa dalam Memecahkan Masalah
Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian Extrovert-Introvert dan Gender.
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika 1(4).
Hasanuddin, M. 2015. Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA Berdasarkan
Tahapan Wallas dalam Memecahkan Masalah Program Linear Ditinjau dari
Adversity Quotient (AQ). Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika 3(1).
Hilman, L., & Khusumadewi, A. (2019). Studi Kasus Tentang Kesadaran Gender
Peserta Didik Sma Muhammadiyah 2 Sumberrejo Kab. Bojonegoro. Jurnal Bk
Unesa, 10(2).
81
82
Hendriyati, N. N., dkk. (2017). Profil Berpikir Kreatif Siswa Kelas VII B SMP
Negeri 6 Jember dalam Memecahkan Masalah Operasi Pecahan Berdasarkan
Tahapan Wallas Ditinjau dari Perbedaan Gender. KadikmA, 8(2), 189-196.
Herawati, L. (2016). Pembelajaran melalui strategi REACT untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman matematis siswa sekolah menengah kejuruan. JP3M
(Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika), 2(1), 35-40.
Isvina, W, Y. 2015. Proses Berpikir Kreatif dalam Memecahkan Masalah Sub Pokok
Bahasan Trapesium Berdasarkan Tahapan Wallas ditinjau dari Adversity
Ouotient (AQ) Siswa Kelas VII-C SMP Negeri 1 Jember. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa1(1).
Kamaria. 2016. Analisis Kesalahan Menyelesaikan Soal Relasi Dan Fungsi Pada
Siswa Kelas Viii Smp Negeri Buti Merauke. MAGISTRA 3(1).
Mulyani, 2013. Kajian Struktur Aljabar Grup pada Himpunan Fungsi Komposisi.
Skripsi. Jurusan Matematika Fakultas dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.
Mutmainnah, M., dkk. (2019). Penerapan Strategi Probing Prompting Dalam
Pembelajaran Matematika Materi Relasi Dan Fungsi Di Smp. Lentera
Sriwijaya: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 1(1), 27-37.
Nur‟aini, R, A. 2013. Profil Proses Berpikir Kreatif Berpandu Model Wallas dan
Tingkat Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Pokok Bahasan
Fungsi Kuadrat Ditinjau dari Perspektif Gender dan Kemampuan Matematika.
Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Paramitha, N. (2017). Analisis Proses Berpikir Kreatif dalam Memecahkan Masalah
Matematika Materi Aritmatika Sosial Siswa SMP Berkemampuan Tinggi. e-
Jurnal Mitra Pendidikan, 1(10), 983-994.
Rasmedi, 2013. Relasi, fungsi, dan Transformasi. Modul 1, Universitas Terbuka.
Sari, A. P., dkk. (2017). Proses berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah
matematika berdasarkan model Wallas. Beta: Jurnal Tadris Matematika,
10(1), 18-32.
Siswono, T. (2016). Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif sebagai Fokus Pembelajaran
Matematika. In Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
(1st Senatik). Semarang: Universitas PGRI Semarang.
Setiawani, S., dkk. (2017). Analisis Proses Berpikir Kreatif Siswa Kinestetik Dalam
Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Tahapan Wallas.
KadikmA,8(1),62-71
83
Lampiran.1 Instrumen Penelitian
PEDOMAN WAWANCARA
Pedoman wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi
lebih mengenai kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematika melaui tes.
I. Permasalahan
Bagaimana Proses Berpikir Kreatif model wallas dalam memecahkan relasi dan
fungsi ditinjau dari perspektif gender siswa kelas VIII SMPN 26 Makassar?
II. Tujuan Wawancara
Menyusuri secara mendalam bagaimana kemampuan dari subjek penelitian
pada setiap indikator Proses berpikir dan pemecahan masalah matematika
berdasarkan tes yang telah diberikan sebelumnya.
III. Metode Wawancara
Wawancara tidak terstruktur
IV. Langkah-langkah Pelaksanaan Wawancara
1. Peneliti berkenalan dengan subjek penelitian, kemudian menentukan waktu
yang telah disepakati bersama untuk mengadakan wawancara pada setiap
subjek yang telah ditetapkan.
2. Menyiapkan pokok-pokok masalah (daftar pertanyaan) yang akan diajukan
kepada informan atau subjek penelitian sebagai tahap lanjutan untuk
memperoleh informasi secara mendalam mengenai kemampuan koneksi dan
pemecahan masalah matematikasiswa.
3. Menulis hasil wawancara atau merekam hasil wawancara.
4. Mengidentifikasi tindak lanjut dari hasil wawancara yang telah diperoleh.
84
Adapun butir-butir pertanyaan wawancara yang akan diajukan dibuat
berdasarkan informasi-informasi yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan indikator-
indikator proses berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematika siswa yang
diteliti.
1. Tahap Persiapan
a. Apa yang kamu lakukan setelah membaca soal?
b. Kamu tadi sempat mencoba atau tidak?
c. Apakah kamu sudah tahu tes-nya materi apa?
d. Apa yang kamu lakukan setelah membaca soal?
e. Sudah dapat pencerahan?
f. Coba di cermati lagi soalnya, kira-kira variabel apa saja yang ada dalam soal
itu?
g. Pernah dapat soal seperti itu?
2. Tahap Inkubasi
a. Tadi saya perhatikan, kamu diam setelah membaca soal, apa yang kamu
pikirkan?
b. Tadi saya perhatikan sesudah membaca soal, kamu memegang kepala, kenapa
kamu melakukan itu?
c. Tadi saya perhatikan kamu kelihatan gelisah habis baca soal, apa yang kamu
lakukan?
3. Tahap Iluminasi
a. Sekarang kamu sudah punya ide?
b. Idenya ada berapa dalam mengerjakan soal, coba sebutkan?
c. Idenya berapa?
d. Apa Saja?
4. Tahap Verifikasi
a. Apa kamu yakin jawaban kamu benar?
b. Sudah diteliti lagi?
c. Kepikiran ide lain, tidak?
85
KISI-KISI SOAL TES
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
Nama Sekolah : SMPN 26 Makassar
Kelas : VIII
Mapel : Matematika
Sub Materi : Relasi dan Fungsi
Bentuk Soal : Uraian
Alokasi Waktu : 45 menit
Standar Kompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan
persamaan garis lurus
KI (Kompetensi Inti) :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai), antun, responsif, dan proaktif sebagai
bagiandari solusi atas berbagai permasalahan dan berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri
sebagai cermin bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusian,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
86
Kompetensi Dasar Sub
Pokok
Indikator
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Menurut
wallas
Soal No. Soal
1.3 Memahami relasi dan fungsi
himpunan
penyelesaian serta
memeriksa
kebenaran
jawabannya dalam
pemecahan masalah
matematika
1.3.1
Menjelas
kan dengan
kata-kata
mengenai
pengertia n
relasi dan
menyatak
an masalah
sehari-
hari yang
1.3.1.1.Penentu
an relasi
Menentukan
relasi himpunan
A dan Himpunan
B
1
87
1.3.2.
Menulisk
an
mengenai
cara
menyajik an
suatu relasi
dengan
diagram
panah,
diagram
Cartesius
,
himpuna
1.3.1.2 penentu
an nilai
relasi
dan
fungsi
1.3.2.1 Menentukan
daerah hasil
Diketahui fungsi
f(x)= 3x-4 jika
nilai fungsi f(m)=5
dan f(-2) = n,
Hitunglah nilai
dari m+n
Diketahui daerah
asal fungsi f:x
2x-3 adalah
{
}
Tentukan daerah
hasil dari fungsi f
?
Diketahui fungsi
f(x) = -x2-6x
+7dengan daerah
asal = Himpunan
semua bilangan
bulat
a. Tentukan nilai
terbesar dari
fungsi f(x)
b. Jika daerah
hasil dari
fungsi f(x)
.
Tentukan
semua nilai x
yang
memenuhi.
Suatu fungsi f(x) =
2 3 4
88
mx-2 memetakan
4 ke 2. Tentukan
Peta dari 5.
Pada pemetaan f:
x ax +b, jika
f(2) = 6, f(3) = 7.
Tentukan nilai dari
f(7) dan a x b.
5 6
89
PANDUAN PENSKORAN
1.
Relasi apakah yang ditunjukkan oleh R dari
himpunan A ke Himpunan B?
Dik:
A={2, 6, 8, 9, 15, 17}
B={3, 4, 5, 7}
Dit:
R=....?
1
Penyelesaian:
R={ ( ( ( ( ( } R adalah relasi “Kelipatan dari”
8
Jadi, Relasi yang ditunjukkan oleh R dari
himpunan A ke Himpunan B adalah “Kelipatan
Dari”
1
2. Diketahui fungsi f(x)= 3x-4 jika nilai fungsi
f(m)=5 dan f(-2) = n, Hitunglah nilai dari m+n
Dik:
f(x)= 3x-4
f(m)=5
f(-2) = n
Dit:
m+n=...?
1
2
6
8
9
15
17
21
3
4
5
7
R
A
B
90
Penyelesaian;
f(x)= 3x-4
f(-2) = 3(-2)-4
n = -6-4
n = -10
f(x) = 3x-4
f(m) = 3(m)-4
5 = 3m-4
3m = 5+4
3 m = 9
m = 3
m+n = 3+(-10)
= -7
8
Jadi, Nilai dari m+n adalah -7 1
3. Diketahui daerah asal fungsi f:x 2x-3 adalah { } Tentukan daerah hasil dari fungsi f ?
Dik:
Domain= {1,2,3,4,5}
f:x 2x-3
y= 2x-3
Dit:
Daerah Hasil f(x) = …?
1
x=1, y=2(1)-3=-1
x=2, y=2(2)-3=1
x=3, y=2(3)-3=3
x=4, y=2(4)-3=5
x=5, y=2(5)-3=7
daerah hasilnya = { }
8
Jadi, daerah hasilnya adalah { } 1
4. Diketahui fungsi f(x) = -x2-6x +7dengan daerah
asal = Himpunan semua bilangan bulat
c. Tentukan nilai terbesar dari fungsi f(x)
d. Jika daerah hasil dari fungsi f(x) .
Tentukan semua nilai x yang memenuhi.
91
Dik:
f(x) = -x2-6x +7
Daerah asal = {..,-2,-1,0,1,2,...}
f(x) Dit:
a. nilai terbesar dari fungsi f(x)=....?
b. daerah hasil=...?
5
Penyelesaian:
a. u/x = -3
f(x)= -x2-6x +7
f(-3)= -(-3)2-6(-3) +7
= -9+18+7
= 16
u/ x= -2
f(x)= -x2-6x +7
f(-2)= -(-2)2-6(-2) +7
= -4+12+7
= 15
u/x=-1
f(x)= -x2-6x +7
f(-1)= -(-1)2-6(-1) +7
= -1+6+7
= 12
u/ x= 0
f(x)= -x2-6x +7
f(0)= -(0)2-6(0) +
= 0+0+7
= 7
u/x=1
f(x)= -x2-6x +7
f(1)= -(1)2-6(1) +7
= -1-6+7
= 0
u/ x= 2
f(x)= -x2-6x +7
f(2)= -(2)2-6(2) +7
= -4-12+7
= -9
15
92
Nilai terbesar dari f(x) = 16
Jadi, Nilai terbesar dari f(x) = 16
Cara II
X =
(
(
(
= -3
F(-3) = -(-3)2-6(-3)+7
= -9+18+7
= 16
Jadi, nilai tertinggi f(x) adalah 16
15
b. u/x = -3, f(x) = 16
u/ x= -2, f(x) = 15
u/x=-1, f(x) = 12
u/x=0, f(x) = 7
u/ x= 2, f(x) = -9
Nilai x yang memenuhi jika f(x) yaitu
{ 0,7,12, 15,16}
10
Jadi, Nilai x yang memenuhi jika f(x) yaitu { 0,7,12, 15,16}
5. Suatu fungsi f(x) = mx-2 memetakan 4 ke 2.
Tentukan Peta dari 5 adalah..
Dik:
f(x) = mx-2
f(4) = 2
Dit:
F(5) = ...?
1
Penyelesaian:
f(4) = m(4)-2 =2
4 m = 2+2
m =1
8
93
f(x) =mx-2
f(x)=x-2
f(5) = 5-2 =3
Peta dari 5 adalah 3
Jadi, Peta dari 5 adalah 3 1
6. Pada pemetaan f: x ax +b, jika f(2) = 6, f(3) =
7. Tentukan nilai dari f(7) dan a x b.
Dik:
f: x ax +b
f(2) = 6
f(3) = 7
Dit:
f(7) =...?
a x b =...?
5
Penyelesaian:
y=f(x) = ax+b
f(2) = 2a +b = 6 ..............(1)
f(3) = 3a+b = 7 ...............(2)
eliminasi persamaan (1) dan (2)
2a +b = 6
3a+b = 7 -
-a = -1
a = 1
subtitusi a=1 ke persamaan (1)
2a+b=6
2(1) +b =6
2 +b = 6
b = 6-2
b = 4
untuk f(7),
f(x) = ax+b
f(x) = (1) x+4
f(x) = x+4
f(7) = 7+4
f(7) = 11
untuk a x b = 1 x 4 = 4
20
94
Jadi, f(7) = 11 dan a x b = 4 5
Cara 2
Dik
Dik:
f: x ax +b
f(2) = 6
f(3) = 7
Dit:
f(7) =...?
a x b =...?
5
Penyelesaian:
Penyelesaian:
y=f(x) = ax+b
f(2) = 2a +b = 6 ..............(1)
f(3) = 3a+b = 7 ...............(2)
Subtitusi Pers 1 ke 2
2a+b=6
b = 6-2a…(1) subtitusi ke pers 2
3a+b = 7
3a + (6-2a) = 7
3a + 6 – 2a = 7
a + 6 = 7
a = 1
Subtitusi a = 1 ke pers b = 6 -2a
b = 6 – 2a
b = 6 – 2 (1)
b = 6 – 2
b = 4
untuk f(7),
f(x) = ax+b
f(x) = (1) x+4
f(x) = x+4
f(7) = 7+4
f(7) = 11
a x b = 1 x 4 = 4
20
95
SOAL RELASI DAN FUNGSI
Mata Pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Relasi dan Fungsi
Kelas/Semester : VIII/Ganjil
Petunjuk Pengerjaan Soal :
a. Berdoalah sebelum mengerjakan soal
b. Bacalah soal dengan seksama
c. Waktu pengerjaan soal adalah 45 menit
d. Jawablah soal dengan langkah-langkah yang jelas
e. Periksa kembali jawaban sebelum dikumpulkan
1. B
Relasi apakah yang ditunjukkan oleh R dari himpunan A ke Himpunan B?
2. Diketahui fungsi f(x)= 3x-4 jika nilai fungsi f(m)=5 dan f(-2) = n, Hitunglah nilai
dari m+n
3. Diketahui daerah asal fungsi f:x 2x-3 adalah { }
Tentukan daerah hasil dari fungsi f ?
4. Diketahui fungsi f(x) = -x2-6x +7dengan daerah asal = Himpunan semua bilangan
bulat
e. Tentukan nilai terbesar dari fungsi f(x)
f. Jika daerah hasil dari fungsi f(x) . Tentukan semua nilai x yang
memenuhi.
2
6
8
9
15
17
21
3
4
5
7
R
A
B
96
5. Suatu fungsi f(x) = mx-2 memetakan 4 ke 2. Tentukan Peta dari 5.
6. Pada pemetaan f: x ax +b, jika f(2) = 6, f(3) = 7. Tentukan nilai dari f(7) dan a x
b.
LEMBAR KERJA SISWA
Nama :
Kelas :
No Hp :
Sekolah :
97
Lampiran 2 Hasil Tes Proses Berpikir Model Wallas
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
Lampiran 3. Hasil Wawancara
1. Subjek LBT
P: “ apa yang kamu lakukan sebelum mengerjakan soal?”
LBT: “ yang saya lakukan pertama, membuka buku, ehh mengingat materi
yang pernah diajarkan oleh guru”
P: “setelah melihat soal apakah kamu sudah tahu materi apa di soal tersebut?”
LBT: “ iy, setelah saya baca soal dan melihat variabel dan bentuknya, saya
tahu itu, eh materi relasi dan fungsi”
P:”apakah kamu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal?”
LBT: iy kak, saya terlebih dahulu menulis diketahui baru ditanyakan setelah
itu baru saya kerjakan jawabannya kak”
P:”apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal no.4 dek?”
LBT:”yang diketahui itu kak fungsi x sama dengan –x kuadrat kurang enam x
ditambah tujuh, kemudian daerah hasilnya kak himpunan bilangan bulat
yaitu {..,-2,-1,0,1,2,..} kemudian yang ditanyakan nilai terbesar dari
fungsi f (x)”
P:” yang ditanyakan di soal apakah hanya itu dek? Atau masih ada?
LBT:” masih ada kak yaitu nilai x yang memenuhi jika f(x) lebih sama
dengan -1”
P:”Apa kamu sudah pernah dapat soal yang sama seperti ini sebelumnya
dek?”
LBT: “ iya kak, pernahkah diajar sama ibu hanapiah, pernah di ajarkan secara
online
P:” Jadi tadi sudah tahu cara apa yang akan di gunakan di‟?”
LBT:” iya kak, langsung kutau ini cara penyelesaiannya karena sudahma
diajarkan sama ibu, tapi saya pikir-pikir lagi kak tadi karena lupa-
lupama”
P:”selama kamu pikirkan caranya dan belum dapat ide, apa yang kamu
lakukan?
LBT:”ya, saya berusaha ingat kembali kak materi relasi dan fungsi”
109
P:”kapan kamu mendapatkan ide ini tadi?”
LBT:” maksudnya kapan kak?”
P:” ya sebelum dapat ide mencari jawabannya, apa pas habis baca soal atau
saat yang lain gitu?”
LBT:”emm, sebelum dapat ide kak, saya mikir-mikir sambil menggigit
pulpen, heheh”
P:” apakah kamu sudah punya ide untuk menyelesaikan soal yang telah
diberikan?”
LBT:” iye kak, setelah saya pikir-pikir tadi saya sudah punya ide untuk
menyelesaikan soal ”
P:” terus ide yang adek dapat ada berapa itu?”
LBT:” untuk no. 4 dan no.6 saya punya 2 ide tapi cuma satu ide yang saya
tulis seperti pada lembar jawaban saya (sambil menunjuk jawaban)
untuk no. 4 bagian b itu jawabannya dapat ditulis kembali jawaban a
kemudian didapatkan nilai f(x) yang memenuhi lebih dari -1, kemudian
ide yang saya tulis langsung singkat saja seperti jawaban yang saya tulis
di lembar jawaban saya (sambil menunjuk jawaban), untuk no.6 itu ada
dua langkah yang bisa dilakukan yaitu secara eliminasi dan juga dapat
dilakukan secara subtitusi”
P:”menurut kamu, apa langkah-langkah yang kamu gunakan dijawabanmu
sudah benar tidak dek?”
LBT:” iy kak, dari kedua jawaban yang saya pikirkan sebenarnya jalannya
sama namun, ada yang bisa dilakukan secara sistematis ada juga yang
secara langsung, kemudian yang saya pilih itu yang secara singkat kak”
P:”setelah selesai mengerjakan dan menjalankan semua ideta , untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan beberapa ide, apa kamu
sudah periksa kembali semua jawabanmta?”
LBT:”sudah kak”
P:”sudah yakin semuanya sudah Benar tidak dek”?
LBT:”emm, iye kak, Saya sudah merasa yakin dengan jawabanku kak”
110
2. Subjek LBS
P : “sebelum mengerjakan soal apa yang kamu lakukan?
LBS:”yang saya lakukan sebelumnya kak membaca buku baru saya mengingat
kembali materi yang diajarkan sama ibu guru”
P:”Setelah kamu membaca dan mengamati soalnya, apa yang diketahui dan yang
ditanyakan pada soal ini?” (Saya menunjuk soal no. 5)
LBS:”yang diketahui di no. 5 kak f (x) sama dengan m(x) dikurangi dua, baru
memetakan empat ke dua kak”
P : “Trus yang ditanyakan apa?”
LBS: yang ditanyakan itu, ee peta dari lima kak”
P: “Trus kenapa di lembar jawabanmu tidak ditulis apa yang diketahui dalam
soal ini?”
LBS: “Hehehe ketinggalangi kak”
P: “Menurut kamu, apakah yang diketahui pada soal sudah cukup untuk mencari
penyelesaian dari soal?”
LBS: “sudahmi kak”
P: “Coba jelaskan lagi dengan kata-katamu sendiri tentang soal ini?”
LBS: “diketahui fungsi x sama dengan mx kurang dua memetakan empat kedua
artinya fungsi empat dihubungkan kedua kak”
P: “Tadi setelah selesai membaca soal, kamu berpikir ga soal ini kira-kira
berhubungan dengan materi yang sudah pernah kamu dapat?”
111
LBS: “iya kak, ini kayaknya kan yang materi relasi dan fungsi itu kak, yang ada
disuruh mencari hubungan gitu kak”
P : “Apa kamu sudah pernah tau soal ini sebelumnya?”
LBS : “Ya seingat saya kayak yang diberikan guru hanapiah dulu itu.”
P: “Berarti kamu udah tau cara penyelesaiannya?”
LBS: “Hehe, kalau cara ngerjainnya sich udah lupa-lupa kak”
P : “Habis baca soalnya kamu langsung dapet ide ga?Pake cara apa?”
LBS : “Ya mikir dulu lah kak, sempet pusing juga tadi kak.”
P: “Apa yang kamu pikirin? “
LBS: “Ya karena ini kayak masuk materi relasi dan fungsi ya mikirnya tak
hubung-hubungin mesti ya pakekan rumus-rumus yang ada dimateri relasi fungsi
kak.”
P : “Setelah apa yang kamu pikirkan, langsung dapet ide untuk mengerjakan
soal itu gak?”
LBS: “Iya kak.”
P: “ Truz idenya apa? Langsung dapet berapa ide?”
LBS : “Ya dapatnya Cuma satu ide kak, tapi saya coba pikir-pikir lagi siapa tau
masih ada ide yang saya dapat kak .”
P: “Tadi sempat dapet ide dua gitu?”
LBS: “Gak lah kak, tadi tak coret-coret dulu kira-kira bisa ga ya cara ini, bisa
ga ya cara itu. Ya habis dapet satu cara tapi belum langsung tak kerjain kak, ya
saya coret-coret sambil mikir kira-kira pake ini bisa ga ya gitu lagi kak."
P : “Trus menurutmu, apa langkah dan proses kamu mengerjakan sudah benar
112
dan sesuai ide yang kamu dapatkan?
LBS : “Iya kak”
P: “Udah yakin jawabanmu itu benar?”
LBS: “Iyah kak, soalnya tadi dah teliti. Ya tadi sempet salah-salah ngitung jadi
jawabanya ada yang beda. Trus setelah tak teliti ya jawaban akhirnya sudah
yakin dengan jawaban saya kak
P : “Kira-kira ada cara lain gak untuk mengerjakan soal tadi?”
LBS: “Mungkin ada , td saya mau nyoba pake cara lain, tapi saya belum
temukan lagian waktunya juga udah mu habis.”
3. Subjek LBR
P : “sebelum mengerjakan soal apa yang kamu lakukan?
LBR:”yang saya lakukan sebelumnya kak langsung baca soal sama mengingat
kembali materi yang diajarkan sama ibu guru”
P: “Setelah membaca soal, materi apa yang kira-kira kamu pikirkan yang
berkaitan dengan soal ini?”
LBR:”Fungsi kuadrat kak, ehh relasi fungsi kak bukan fungsi kuadrat”
P: “Setelah kamu membaca soalnya, informasi awal apa yang kamu
dapatkan?”
LBR: “Yang diketahui fungsi x sama dengan min x pangkat dua kurang
enam x ditambah tujuh kak, baru kan a itu berada di variabel x pangkat dua,
jadi a nya sama dengan -1, baru b nya sama dengan -6, dan c nya sama dengan
7 kak”
113
P : “yang saya lihat di lembar jawabanta menggunakan rumus fungsi kuadrat
di‟?”
LBR:”iy kak, karena kuliat bentukanya ada pangkat dua nya jadi saya
pakaikan rumus fungsi kuadrat”
P:”kenapa tidak menggunakan rumus relasi dan fungsi, apakah tidak ditauki
atau bagaimana?”
LBR:”tidak kutauki kak, cara kerjanya kalau menggunakan rumus relasi dan
fungsi”
P : “Coba jelaskan soal ini lagi dengan kata-katamu sendiri!”
LBR: “kan kak diketahui fungsi yang bentuknya fungsi kuadrat yaitu fungsi x
sama dengan min x pangkat dua kurang enam x ditambah 7, baru daerah
asalnya himpunan semua bilangan bulat, kan saya tidak tau itu kak, jadi saya
langsung menggunakan rumus penyelesaian fungsi persamaan kuadrat kak
yaitu x sama dengan min b per 2a, jadi kudapatmi nilai x nya kak yaitu -3
baru ku subtitusikanmi ke fungsi x kak, kudapatmi 16”
P: “Setelah membaca soal, apakah kamu langsung mendapatkan ide? Maksud
saya, tadi langsung dapet ide apa kamu mikir-mikir dulu gitu, diem bentar ,
apa ngapain dulu gitu,”
LBR: “Ya tadi sich sempat saya ga langsung kerjakan, pusing kak, tapi habis
itu langsung mikir sich gimana nyeleseinnya.”
P : “Lama tidak mikirnya?”
LBR : “bisa dikatakan lama kak, heheh.”
P : “Kan tentunya kamu mengaitkan dengan materi yang pernah kamu
114
dapatkan kan? Tadi kamu kaitkan dengan materi apa soal ini?”
LBR: “Ya mikirnya langsung ke fungsi kuadrat.”
P: “tidak berpikir pada materi relasi dan fungsi dek?”
LBR : “awalnya saya pikirkan relasi dan fungsi kak, tapi pas kuliat ada
pangkatnya ,Ya jadinya fungsi kuadrat deh.”
P: “Berapa ide yang kamu dapatkan ?”
LBR: “Cuma dapat satu kak.”
P: “Menurutmu apa idemu ini dah benar?”
LBR: “Enggak tau kak.”
P: “Trus apa jawabanmu ini dah selesai?”
LBR: “emm, iya kak sudah selesai”
P: “Apa jawabanmu sudah kamu teliti lagi?”
LBR: “Tidak ka, setelah saya dapat jawaban saya sudah tidak periksa lagi
kak”
P: “Trus tadi selesai ngerjain ngapain?”
LBR: “Enggak ngapa-ngapain kak.”
P: “Jadi dibiarin gitu saja?”
LBR: “Iya kak, hehe.”
P: “Tadi sempat kepikiran ide lain untuk menyelesaikan soal ini?”
LBR: “Tidak kak.”
4. Subjek PBT
P: “ apa yang kamu lakukan sebelum mengerjakan soal?”
115
PBT: “sebelum saya baca buku saya mempersiapkan diri dulu kak, membaca
doa, kemudian saya membuka buku sejenak dan mengingat materi yang
pernah diajarkan oleh guru. Selain itu saya membaca soalnya berkali-kali kak”
P: “setelah melihat soal apakah kamu sudah tahu materi apa di soal tersebut?”
PBT: “ iy kak, setelah saya baca soal berkali kali dan melihat variabel dan
juga gambar pada no.1 itu materi relasi dan fungsi kan kak?”
P: “ iya dek, terus Informasi awal apa yang kamu dapatkan setelah membaca
soal?”
PBT: “ saya menuliskan diketahui, ditanyakan kak, supaya saya bisa mengerti
saat pengerjaan”
P:” kalau boleh tahu apa yang diketahui dan ditanyakan pada no.6?”
PBT:”yang diketahui itu di no. 6, fungsi x sama dengan ax tambah b, dan f(2)
sama dengan 6, serta f(3) sama dengan 7 kak, baru kak yang ditanyakan itu
f(7) nya berapa dan juga a kali b nya berapa”
P:” yang ditanyakan di soal apakah hanya itu dek? Atau masih ada?
PBT:” iye kak, yang kuliat dari soal ada dua yang ditanyakan kak”
P:”Apa kamu sudah pernah dapat soal yang sama seperti ini sebelumnya
dek?”
PBT: “ iya kak, pernahkah diajar sama ibu hanapiah, pernah di ajarkan secara
online, pernah juga offline di sekolah kak”
P:” Jadi tadi sudah tahu cara apa yang akan di gunakan di‟?”
PBT:” iya kak, waktunya kubaca soalnya berkali-kali langsung langsung
kutau ini cara penyelesaiannya karena sudahma diajarkan sama ibu”
116
P:”selama kamu pikirkan caranya dan belum dapat ide, apa yang kamu
lakukan?
PBT:”ya, saya berusaha ingat kembali kak materi relasi dan fungsi dan
membaca soalnya berkali-kali kak”
P:” setelah itu kamu langsung dapat ide begitu?”
PBT:” iye kak, langsung ada jawabannya yang kupikir”
P:” apakah kamu sudah punya ide untuk menyelesaikan soal yang telah
diberikan?”
PBT:” iye kak, setelah saya membaca soalnya berkali-kali tadi saya sudah
punya ide untuk menyelesaikan soal ”
P:” terus ide yang adek dapat ada berapa itu?”
PBT:” untuk no.6 saya punya 2 ide tapi cuma satu ide yang saya tulis seperti
pada lembar jawaban saya kak (sambil menunjuk jawaban) untuk no. 6
P:”menurut kamu, apa langkah-langkah yang kamu gunakan dijawabanmu
sudah benar tidak dek?”
PBT:” iy kak, dari kedua jawaban yang saya pikirkan sebenarnya jalannya
sama namun, ada yang dilakukan secara eliminasi dan juga ada yang diubah
dulu baru disubtitusikan kak”
P:”setelah selesai mengerjakan dan menjalankan semua ideta , untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan beberapa ide, apa kamu sudah
periksa kembali semua jawabanmta?”
PBT:”sudah kak”
P:”sudah yakin semuanya sudah Benar tidak dek”?
117
PBT:”emm, iye kak, Saya sudah merasa yakin dengan jawabanku kak”
5. Subjek PBS
P : “sebelum mengerjakan soal apa yang kamu lakukan?
PBS:”ee membaca soal kak, sama ingat-ingat materi”
P:”Setelah kamu membaca dan mengamati soalnya, apa kamu menuliskan yang
diketahui dan ditanyakan?”
PBS:”saya tidak tuliskan diketahui dan ditanyakan kak, saya langsung kerja saja
yang saya tahu”
P: “Tadi setelah selesai membaca soal, kamu berpikir ga soal ini kira-kira
berhubungan dengan materi yang sudah pernah kamu dapat?”
PBS: “iya kak, ini kayaknya kan yang materi relasi dan fungsi itu kak, yang ada
disuruh mencari hubungan gitu kak”
P : “Apa kamu sudah pernah tau soal ini sebelumnya?”
PBS : “Ya seingat saya kayak yang diberikan guru hanapiah dulu itu.”
P: “Berarti kamu udah tau cara penyelesaiannya?”
PBS: “Hehe, lumayan tau sebagian kak”
P : “Habis baca soalnya kamu langsung dapet ide ga?Pake cara apa?”
PBS : “saya pikir dulu kak cara penyelesaiannya, sempet pusing juga tadi kak.”
P: “Apa yang kamu pikirin? “
PBS: “ya saya pikirkan kirain soalnya berhubungan dengan turunan kak untuk
soal no. 4, ya jadinya pakai rumus f(x) = naxn-1
”
P : “Setelah apa yang kamu pikirkan, langsung dapet ide untuk mengerjakan
soal itu gak?”
118
PBS: “lama baru dapat kak.”
P: “ Truz idenya apa? Langsung dapet berapa ide?”
PBS : “Ya dapatnya Cuma satu ide kak, dan masih ragu-ragu dengan ideku kak,
heheh.”
P : “Trus menurutmu, apa langkah dan proses kamu mengerjakan sudah benar
dan sesuai ide yang kamu dapatkan?
PBS : “belum yakin kak”
P: “Udah yakin jawabanmu itu benar?”
PBS: “belum yakin sih kak, tapi sudah tidak bisa lagi berpikir, sudah pusing”
P : “Kira-kira ada cara lain gak untuk mengerjakan soal tadi?”
PBS: “Mungkin ada , tapi saya tidak mencari cara yang lain kak.”
6. Subjek PBR
P: “Setelah kamu membaca soal, apa saja informasi yang kamu dapat?”
PBR: “Maksudnya kak?”
P:” Apa yang diketahui dan yang ditanyakan pada soal ini?”
PBR:”saya kurang tahu kak apa yang diketahui dan yang ditanyakan, soalnya
saya kurang mengerti”
P:”sudah pernah dapat soal seperti ini sebelumnya, tidak?”
PBR:”sudah kak, tapi kemarin saya tidak memperhatikan, tidak suka belajar
matematika kak”
P:‟ Setelah membaca soal, kira-kira soalnya berkaitan dengan materi apa
dek?”
PBR:” materi relasi dan fungsi bukan kak?”
119
P:”iy dek
P: “Tadi setelah membaca soalnya, apa kamu langsung dapat ide atau cara
untuk mengerjakan soal ini? Atau mungkin ngapain dulu gitu sebelum
ngerjain soalnya, kayak kamu diem dulu, baca soalnya atau bagaimana?”
PBR: “Ya tadi sempet diemin aja kak.”
P: “Apanya yang didiemin?”
PBR : “ diem dulu baru pikir kak gimana caranya ngerjain ini soal.”
P: “Mikirnya bagaimana dek? Apa kamu mengaitkan dengan materi yang
berhubungan?”
PBR: “Ya itu dihubungin ma relasi kak.”
P: “Berapa ide yang kamu dapatkan?”
PBR: “Cuma satu kak, dah mentok itu saja yang saya dapatkan kak.”
P: “Menurut adek, jawaban adek ini sudah bener
belum?”
PBR: “Hmmm, sudah mungkin kak.”
P: “Hmmm, tapi yakin ga caramu mengerjakan itu benar dek?”
PBR: “tidak tau kak, heheh”
5) Tahap Verifikasi
P: “Trus ini tadi dah sempat diteliti lagi belum?”
PBR: “Enggak saya teliti lagi kak.”
P: “Trus tadi kepikiran ide lain gak?”
PBR: “tidak ada kak, yang ini saja sudah mentok.”
120
Lampiran 4. Surat Pembimbingan
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian
132
133
134
135
136
137
Lampiran. 6 Hasil Turnitin
138
156
157
158
159
Lampiran. 8 Dokumentasi
160
Lampiran 9 Tahap Wawancara
161
RIWAYAT HIDUP
Rudi, Lahir di Kajuara, 30 Desember 1998, Alamat Kajuara,
Kecamatan Liliriaja, Kabupaten Soppeng. Nomor
silaturahmi 085256529972, jenjang pendidikan SDN 270
Mattirowalie pada tahun 2004 sampai pada tahun 2010,
SMPN 3 Liliriaja pada tahun 2010 sampai pada tahun 2013,
SMAN 1 Soppeng pada tahun 2014 sampai pada tahun
2016, kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi yaitu Universitas
Muhammadiyah Makassar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Program Studi Pendidikan Matematika, adapun pengalaman organisasi yaitu
Anggota di Ikatan Mahasiswa Pelajar Soppeng (IMPS) Periode 2017/2018,
Anggota Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia di Himpunan Mahasiswa
Matematika Periode 2018/2019, Ketua Bidang Kewirausahaan dan Jaringan di
Lembaga Kreativitas Ilmiah Mahasiswa Penelitian dan Penalaran (LKIM PENA)
Periode 2019/2020. Prestasi yang pernah diraih yaitu Juara 2 Lomba Kreativitas
Mahasiswa Nasional Perguruan Tinggi Muhammadiyah PKM Center Universitas
Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Finalis Essay Competition IMM AKBAR 2019
Tingkat Nasional , Peserta Olimpiade Sains Tingkat Mahasiswa dan Guru Se-
Indonesia, Mahasiswa Berprestasi tingkat mahasiswa se-universitas
muhammadiyah makassar, peraih beasiswa berprestasi dari pemerintah Kabupaten
Soppeng
162