prosedur operasional baku budidaya bangun...
TRANSCRIPT
MODUL
PROSEDUR OPERASIONAL BAKU BUDIDAYA BANGUN‐BANGUN
(Plectranthus amboinicus)
Oleh:
Sandra Arifin Aziz
Southeast Asian Food And Agricultural Science and Technology
(SEAFAST) Center Research and Community Service Institution
BOGOR AGRICULTURAL UNIVERSITY http://seafast.ipb.ac.id
DISCLAIMERThis publication is made possible by the generous support of the American
people through the United States Agency for International Development (USAID).
The contents are the responsibility of Texas A&M University and Bogor Agricultural
University as the USAID Tropical Plant Curriculum Project partners and do
not necessarily reflect the views of USAID or the United States Government.
Plectranthus amboinicus
Bangun-bangun,
Torbangun
Sandra Arifin Aziz
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
SOUTHEAST ASIAN FOOD AND AGRICULTURAL
SCIENCE AND TECHNOLOGY
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
SAYUR FUNGSIONAL DIBUDIDAYAKAN
BERLANDASKAN BUDIDAYA YANG BAIK
KATA PENGANTAR
Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus) merupakan salah satu sayur fungsional
yang mempunyai khasiat sebagai laktagogum, penambah ASI (air susu ibu), yang belum
menjadi tanaman budidaya, masih dikumpulkan dari hutan yang ada terutama di Sumatera
Utara. Pedoman umum untuk pelaksanaan atau praktek produksi tanaman bangun-bangun
diperlukan, dan yang disampaikan pada tulisan ini meliputi kegiatan pra tanam sampai panen.
Budidaya sayuran yang diperlukan pada masa kini adalah budidaya yang berwawasan
lingkungan, tidak merusak lingkungan dan produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi
manusia. Acuan yang dibuat oleh Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Sayuran berupa GAP
Sayuran dan Tanaman Obat mensyaratkan budidaya secara. Budidaya secara dalam rangka
menindaklanjuti pasal 4 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, yang ternyata masih
memerlukan penjabaran selanjutnya untuk masing-masing jenis sayur yang diusahakan.
Di sisi lain, pengembangan sayuran asli yang menjadi bagian dari budaya nenek
moyang dan belum banyak dimanfaatkan merupakan suatu tantangan tersendiri. Salah satu
perilaku tumbuhan yang kemudian dijadikan tanaman adalah tidak responsif terhadap
pemupukan dan secara khusus pada bangun-bangun perilaku pertumbuhan yang sangat
lambat. Hasil penelitian budidaya yang dilakukan menunjukkan bahwa bangun-bangun masih
memerlukan penelitian lanjut akibat pertumbuhannya yang lambat, dan usaha pemanenan
berulang dengan pemangkasan masih harus dilakukan agar pucuk yang dapat dipanen lebih
banyak.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada para peneliti, mahasiswa Departemen
Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor yang melaksanakan penelitian bangun-
bangun, yang menjadi bahan POB (Pelaksanaan Operasional Baku) panduan ini, dan USAID
yang telah memfasilitasi penyusunan panduan ini.
Bogor, September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Pelaksanaan Operasional Baku Budidaya Bangun-bangun ……………………….. 7
Penutup ……………………………………………………………………………… 16
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………. 17
Apa yang Dinamakan Tanaman
Bangun-bangun? ………………….1
Jenis-jenis Plectranthus sp. ………2
Apakah Bangun-bangun Sama dengan
Jinten atau Jinten Hitam? ..................3
Apakah Semua Jenis Bangun-bangun
Dapat Dimakan? ……………………4
Budidaya Secara vs
Konvensional….……..……………..5
Apa yang Dinamakan Tanaman Bangun-bangun?
Bangun-bangun
Nama lain bangun-bangun yaitu
torbangun, daun jinten, Cuban oregano,
country borage, Indian borage. Bangun–
bangun mempunyai nama binomial
Plectranthus amboinicus yang dulu
dinamakan sebagai Coleus amboinicus,
merupakan herba sukulen semi semak
tahunan dengan tinggi 100-120 cm dan tidak
berumbi. Bercabang-cabang dan mempunyai
bulu-bulu tegak yang halus. Batang
berdaging, berdaun sederhana, lebar,
berbentuk bulat telur/oval, ovate dan tebal
dengan bulu-bulu yang banyak. Bagian
bawah daun mempunyai banyak rambut
glandular yang menyebabkan tampilan
berkilat. Bunga-bunga bertangkai pendek,
berwarna keunguan dalam kumpulan yang
padat, pada interval jarak menyatu pada
sebuah raceme yang panjang dan ramping.
Termasuk kedalam famili Lamiaceae,
mempunyai bau harum seperti oregano yang
menyegarkan. Berasal dari bagian selatan
dan timur Afrika. Dibudidayakan secara luas
dan sudah ternaturalisasi baik di dunia lama
dan dunia baru.
Plectranthus amboinicus yang
digunakan sebagai bumbu disebut daun
jinten, yang mempunyai daun yang lebih
tebal dan daun-daun yang lebih tegak. Bau
harum seperti oregano yang dimiliki
merupakan tambahan yang baik untuk
membumbui daging dan ayam. Sering
menjadi pengganti oregano dan dalam
perdagangan dilabel sebagai mempunyai
flavor oregano.
Jenis yang lain adalah yang
mempunyai daun yang lebih tipis dan lebar
yang biasa disebut sebagai bangun-bangun
atau torbangun dalam bahasa batak. Jenis ini
dipakai sebagai sayur.
Daun Jinten
Ada 200 species Plectranthus terdistribusi di daerah tropis dan subtropis di Dunia
Lama. Keragaman teringgi ditemukan di Afrika. Beberapa species telah diintroduksi dan
dibudidayakan di luar daerah distribusi asalnya sejak lama, juga di Amerika tropis, dan telah
ternaturalisasi sehingga sering sulit untuk mengetahui daerah asalnya. Di daerah Malesiana
ditemukan 15 species.
P. amboinicus jarang berbunga di Malesia, bunga disebuk oleh serangga. Coleus
dianggap sinonim dengan Plectranthus. Biasa ditemukan di tempat terbuka. P.
scutellarioides sering ditemukan di tempat ternaungi dan menjadi vegetasi hutan.
Daun-daun mempunyai beberapa kegunaan untuk pengobatan di berbagai negara,
terutama untuk batuk, radang tenggorokan dan gangguan di hidung, tetapi juga untuk
berbagai masalah seperti luka, infeksi, reumatik, diare, hepatoprotective, lactatogum, dan
perut kembung. Kegunaan lain adalah sebagai tanaman hias dan sumber minyak esensial.
Kegunaan umum Plectranthus di Asia Tenggara sebagai obat eksternal untuk
menyembuhkan luka, bengkak, luka bakar, luka gigitan serangga, haemorrhoids, sebagai obat
internal untuk mengobati asma, bronchitis, batuk, dyspepsia, diare dan analgesik. Produk
alami aktif forskolin, untuk anti hipertensi, anti tumor, anti mikrob, anti alergi.
Jenis-jenis Plectranthus amboinicus
Beberapa jenis Plectranthus amboinicus, bangun-bangun (a), daun jinten (b), dan
bangun-bangun variegata (c)
(a) (b)
(b) (c)
Tiga klon Bangun-bangun yang dimiliki oleh SEAFAST IPB: klon A merupakan torbangun
bertipe daun tebal, sedangkan klon B dan C bertipe daun tipis. Dua klon (klon A dan B) didapat
dari “Sringanis” (toko tanaman obat di Cipaku, Bogor), satu klon (klon C) dari kebun pribadi
keluarga bersuku Batak yang berdomisili di Bekasi.
Apakah Bangun-bangun Sama dengan Jinten atau Jinten Hitam?
Bangun-bangun dan juga daun jinten mempunyai nama binomial Plectranthus
amboinicus, yang sering disangka sama dengan jinten (Cuminum cyminum), adas manis
(Carum carvi), dan jinten hitam (Nigella sativa).
Bangun-bangun, torbangun
JINTEN, cumin (Cuminum cyminum)
Jinten adalah tanaman berbunga dari family Apiaceae, berasal dari Mediterania timur
sampai ke India. Digunakan dalam banyak masakan dari berbagai budaya, buah digunakan
baik secara utuh atau bubuk.
Sumber: loghouseplants.com Sumber: gernot-katzers-spice-pages.com
Adas manis, caraway (Carum carvi)
Jinten sering disangka sama dengan adas manis (Carum carvi), sejenis bumbu
Umbelliferae yang lain yang disebut sebagai caraway dalam bahasa Inggris, tetapi jinten
mempunyai rasa yang lebih pedas, berwarna lebih terang, dan lebih besar. Banyak bahasa
Eropa tidak membedakan antara keduanya.
Sumber: Wikipedia
Nigella sativa- jinten hitam
Jenis lain yang disangka sama dengan bangun-bangun adalah jinten hitam (Nigella
sativa)
Sumber Wikipedia Sumber: Taopik Ridwan 2013 Sumber: wordpress.com
Jinten hitam masih satu kelompok atau spesies dari Genus Nigella yang memiliki
kurang lebih 14 spesies. Jinten hitam masuk dalam family tanaman Rannunculaceae.
Tanaman ini berasal dari Eropa Selatan, Afrika Utara, dan Asia Selatan. Namun ada pula
yang mengatakan bahwa jinten hitam berasal dari kawasan tanah Mediterania.
Apakah Semua Jenis Bangun-bangun Dapat Dimakan?
Jenis yang biasa dimakan adalah bangun-bangun dan daun jinten. Beberapa yang lain
dipakai sebagai tanaman hias.
Budidaya Secara vs Konvensional
Banyak orang menyatakan produk mempunyai rasa yang lebih renyah dan enak.
Hasil yang beragam didapatkan hingga akhir tahun 2007 tentang studi banding kualitas
produk tanaman dengan in. Produk menurut SNI adalah suatu produk yang dihasilkan
sesuai dengan standar sistim pangan termasuk bahan baku pangan olahan, bahan asupan,
tanaman dan produk segar tanaman, ternak dan produk peternakan, produk olahan tanaman
dan produk olahan ternak.
Ketentuan pertanian sendiri mencakup usaha budidaya yang kegiatan produksinya
harus berada dalam satu unit yang secara terus menerus menjadi lahan areal produksi.
Bangunan dan fasilitas penyimpanan untuk produk tanaman secara jelas terpisah dari unit lain
yang tidak memproduksi produk .
Pertanian adalah salah satu teknologi dalam budidaya tanaman yang mempunyai
tujuan awal untuk mengurangi kerusakan lingkungan karena penggunaan pupuk dan pestisida
buatan (an) secara intensif. Suatu sistem produksi yang holistik untuk meningkatkan dan
mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi dan
aktifitas biologi tanah. Penggunaan pupuk dan pestisida anorganik dihindari dalam sistem
pertanian , oleh karena itu konsumen menganggap bahwa produk adalah produk yang aman.
Komponen titik kendali pertanian adalah:
Lahan bebas dari cemaran limbah bahan berbahaya dan beracun.
Kemiringan lahan < 30%
Media tanam tidak mengandung cemaran bahan berbahaya dan beracun (B3)
Tindakan konservasi dilakukan pada lahan miring
Pupuk disimpan terpisah dari produk pertanian
Pelaku usaha mampu menunjukkan pengetahuan dan keterampilan mengaplikasikan
pestisida
Pestisida yang digunakan tidak kadaluwarsa
Pestisida disimpan terpisah dari produk pertanian
Air yang digunakan untuk irigasi tidak mengandung limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3)
Wadah hasil panen yang akan digunakan dalam keadaan baik, bersih dan tidak
terkontaminasi
Pencucian hasil panen menggunakan air bersih
Kemasan diberi label yang menjelaskan identitas produk
Tempat/areal pengemasan terpisah dari tempat penyimpanan pupuk dan pestisida
Pelaksanaan Operasional Baku (POB)
Wajib tidak memakai kotoran manusia sebagai pupuk
Sangat dianjurkan bahan kimia yang digunakan dalam proses pasca panen terdaftar
dan diijinkan
Pemupukan diberikan pada tanaman dengan tujuan menambahkan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman. Unsur hara yang terdapat didalam tanah yang akan menyediakan
kebutuhan tersebut, tetapi bila jenis tanah yang dipakai tidak mencukupi, atau terus-menerus
diambil tanaman, maka perlu dilakukan pemupukan.
Jenis pupuk yang diberikan pada tanaman dapat berupa pupuk atau an pada pertanian
konvensional. Pada budidaya sayuran jenis pupuk yang lebih diutamakan. Menurut
Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006 tentang pupuk dan pembenah tanah, menuliskan bahwa
pupuk adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan yang berasal
dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau
cair yang digunakan menyuplai bahan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Pembagiannya berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen, limbah
ternak, limbah industri dan limbah kota, yang lazim dan banyak digunakan adalah pupuk
kandang.
Pestisida yang digunakan diusahakan yang berasal dari organisme, yang disebut
pestisida . Beberapa contoh yang biasa digunakan, misalnya dari bawang putih, sirsak,
tembakau, tahi kotok dan lain-lain.
Bawang putih Sirsak Tembakau
Tahi kotok Sirih Babadotan
Bangun-bangun terutama ditemukan dan dipanen dari alam, dan belum banyak
dibudidayakan. Salah satu perilaku tumbuhan yang kemudian dijadikan tanaman adalah tidak
responsif terhadap pemupukan dan secara khusus pada bangun-bangun perilaku pertumbuhan
yang sangat lambat. Kondisi di alam yang membuat tumbuhan memanfaatkan bahan yang
ada, membuat kecocokan budidaya yang dipakai adalah .
Pelaksanaan Operasional Baku Budidaya Bangun-bangun
1. Pembibitan
2. Persiapan media tanam bibit
Stek tersebut ditanam dengan media campuran tanah, pupuk kandang sapi, dan arang
sekam (1:1:1 /v:v), pembibitan dilakukan selama 3 minggu sebelum pindah tanam
(transplanting) ke lapang.
Perbanyakan dengan memakai
setek batang15-20 cm.
Pembibitan menggunakan
polybag kecil ukuran 15 x 15
cm, stek yang digunakan
adalah stek 2 buku dengan
panjang ± 10-15 cm
3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan hanya menggunakan pupuk kandang sapi 15 ton/ha
saja, atau kombinasi pupuk kandang sapi 5.1 ton/ha, rock phosphate (466.5 kg/ha) dan abu
sekam 8.6 ton/ha). Pupuk kandang sapi sebagai sumber Nitrogen, rock phosphate sebagai
sumber Fosfat, dan abu sekam sebagai sumber Kalium. Pupuk tersedia sangat lambat bagi
pertumbuhan tanaman, sehingga pemberiannya sebaiknya dilakukan + 1 bulan sebelum
penanaman. Pemupukan ulang dilakukan di awal dan akhir musim hujan.
Pemberian pupuk kandang, rock phosphate, dan abu sekam
4. Penanaman
Jarak tanam 40 cm x 40 cm. Penanaman dilakukan pada saat bibit yang berasal dari
stek batang telah berdaun dua helai dan membuka sempurna (± 21 hari di pembibitan).
Bibit yang ditanam tersebut adalah bibit yang memiliki pertumbuhan yang sehat dan
seragam di pembibitan. Bangun-bangun menyukai tempat yang agak ternaungi (25-60%
naungan), dengan media yang sarang atau berdrainase baik dan tidak begitu menyukai air.
Bila ditanam di tempat yang terkena sinar matahari langsung, maka daunnya akan
berwarna kekuningan, menggulung dan terlihat jelek; bila kurang terkena sinar matahari,
maka daun akan berwarna hijau tua dan jarang. Agar dapat memanen pucuk lebih banyak,
maka tanaman dibentuk agar mempunyai cabang yang banyak dengan cara memotong
pucuk tanaman (pinching).
5. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan gulma, dan
pencegahan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan sekali setiap pada pagi hari pada
awal pertumbuhan. Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan memperhatikan
gejala serangan. Hama nematode penyebab pembengkakan akar Meloidogyne incognita.
Ulat dan telur pemakan daun Kondisi tanaman yang dimakan ulat
Daun menggulung karena serangan aphid, kemudian menyebabkan gejala terserang virus
Busuk pangkal batang yang menyebabkan tanaman layu
Pangkal akar yang terpotong menyebabkan tanaman layu
Tanaman yang sehat
6. Panen
Pemanenan dilakukan dengan melihat kondisi dan kriteria panen daun bangun-
bangun. Panen dilakukan pada saat daun bangun-bangun telah memiliki kriteria panen
yaitu dengan memetik bagian pucuk daun dan tiga daun yang membuka sempurna dan
menyisakan 4 daun. Pemanenan dilakukan pada saat batang tanaman sudah berkayu pada
umur 4-5 bulan setelah tanam.
Kriteria panen Bangun-bangun Panen Pucuk
Bekas panen dengan pucuk-pucuk samping yang mulai tumbuh
Penutup
Bangun-bangun atau torbangun merupakan tumbuhan yang diusahakan menjadi
tanaman budidaya, sehingga tanggap terhadap usaha budidaya belum optimum. Pemakaian
saat ini berlandaskan pengetahuan etno botani, yang kemudian dijustifikasi lewat penelitian-
penelitian dan masih memerlukan penanganan lebih lanjut. Khasiat sebagai sayuran
fungsional dengan beragam kegunaan merupakan suatu kemungkinan penggunaan yang lebih
luas di masa depan.
Daftar Pustaka
Ekawati R. 2013. Produksi Pucuk dan Kandungan Metabolit Bangun-Bangun (Plectranthus
amboinicus (Lour.) Spreng) dengan Pemupukan Organik dan Pemangkasan. [Tesis].
Institut Pertanian Bogor.
Kaliappan ND, Viswanathan PK. Pharmacognostical studies on the leaves of Plectranthus
amboinicus (Lour) Spreng. Int J Green Pharm [serial online] 2008 [cited 2013 Sep
26];2:182-4. Available
from: http://www.greenpharmacy.info/text.asp?2008/2/3/182/42740
Padua, L. S. de, et al., eds, 1999, 'Medicinal and poisonous plants 1', in I. Faridah Hanum &
L. J. G. van der Maesen, eds, Plant Resources of South-East Asia (PROSEA),
12(1):407.
Porcher, M. H., et al., Searchable World Wide Web Multilingual Multiscript Plant Name
Database (MMPND).
SHENOY, Smita, et al., 2012, 'Hepatoprotective activity of Plectranthus amboinicus against
paracetamol hepatotoxicity in rats', International Journal of Pharmacology and Clinical
Sciences, 1(2): 32-8, http://www.ijpcs.net/uploads/1/0/3/4/10341868/ijpcs-0013-
2012.pdf
Suddee, S., et al., 2004, 'A taxonomic revision of tribe Ocimeae Dumort. (Lamiaceae) in
continental South East Asia II. Plectranthinae', Kew Bull. 59:391–393.
United States Department of Agriculture Agricultural Research Service, Beltsville Area
Germplasm Resources Information Network (GRIN)
Wikipedia, the free encyclopedia. Cumin.