proposalku edit
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara yang sebagian besar lahan daratan digunakan
untuk aktivitas pertanian, mayoritas masyarakat Indonesia mempunyai mata
pencaharian sebagai petani yang mendukung lahan pertanian tanaman pangan.
Upaya untuk meningkatkan produksi holtikultura seiring dengan pertumbuhan
penduduk yang juga semakin tinggi serta perancangan program peningkatan gizi
masyarakat yang memerlukan dukungan dari sektor pertanian pangan untuk
menyediakan sayuran dan buah - buahan dalam jumlah yang cukup (Siswadi, 2006).
Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan
merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi.
Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung
minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan
panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam
dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus
membelinya di pasar (Harpenas, 2009).
Tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan
sarang serta tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5 - 6. Waktu tanam yang
baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret - April). Untuk
memperoleh harga cabe yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan
panen pada bulan Desember, walaupun ada risiko kegagalan. Tanaman cabai
diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama
dan penyakit . Buah cabe yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering.
Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya:
Untuk areal satu hektar dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabe (300-500 gr biji)
(Harpenas, 2009).
1
Tanaman cabe termasuk tanaman sayuran yang mudah tumbuh di mana saja.
Buktinya tanaman cabe bisa telah berhasil dibudidayakan serta dikembangkan secara
luas di India, Sri Lanka, Malaysia, Indonesia, Amerika Tengah, Amerika Selatan,
Afrika Utara, serta Hawai. Di Indonesia, tanaman cabai banyak ditemukan dari
Sabang sampai Merauke. Sebagai salah satu Negara tropis yang besar, hampir seluruh
pelosok negeri Indonesia terdapat tanaman cabai. Menurut data BPS tahun 2008,
sentra penanaman cabai terbesar berada di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur,
dan Sumatra Utara (Harpenas, 2009).
Cabai rawit (Capsicum frutescens ) termasuk sayuran buah dan merupakan
bahan yang dibutuhkan sehari- hari pada setiap rumah tangga sebagai bumbu dapur.
Rasanya pedas dan banyak mengandung vitamin C. Cabai rawit juga banyak
digunakan untuk industri makanan kaleng, saus dan industri obat- obatan.Disamping
sebagai konsumsi dalam negeri, cabe juga merupakan komoditi eksport yang tinggi
nilainya. Untuk memperoleh hasil yang lebih tinggi, banyak faktor-faktor yang harus
diperhatikan, salah satu diantaranya adalah tersedianya unsur- unsur hara di dalam
tanah, baik unsur hara makro maupun mikro (Nellahutasoit, 2001).
Kebutuhan tanaman akan unsur hara pada Cabai rawit merupakan tanaman
hortikultura(sayuran) yang buahnya dimanfaatkan untuk keperluan aneka pangan.
Cabai rawit banyak digunakan sebagai bumbu dapur, yakni sebagai bahan penyedap
berbagai macam masakan, antara lain sambal, saus, aneka sayur, acar, lalap, asinan,
dan produk-produk makanan kaleng. Dalam industri makanan, ekstrak bubuk cabai
rawit digunakan sebagai pengganti lada untuk membangkitkan selera makan bagi
kebanyakan orang. Sebagai bumbu berbagai masakan dan hidangan makanan dalam
lingkungan masyarakat.(Nellahutasoit, 2001).
Selain digunakan sebagai penyedap masakan, cabai rawit juga dapat
digunakan dalam pembuatan ramuan obat-obatan (industri farmasi), industri
kosmetika, industri pewarna bahan makanan, bahan campuran pada berbagai industri
pengolahan makanan dan minuman, serta penghasil minyak atsiri. Dalam bidang
peternakan ekstrak bubuk cabai rawit digunakan sebagai campuran makan ternak,
2
terutama makanan burung ocehan, burung hias, dan ayam. Rasa pedas yang terdapat
pada cabai rawit karena adany kandunga n zat capsaicin dapat merangsang burung
untuk sering berkicauan dan merangsang ayam untuk segera bertelur (Nellahutasoit,
2001).
Cabai rawit mengandung zat oleorisin, yang dapat diperoleh dengan cara
ekstraksi menggunakan pelarut organik, misalnya alkohol dan heksan.Proses
pembuatan oleorisisn meliputi penggilingan (maserasi), sktraksi, penghilangan
perlarut (destilasi), dan finising at dan bleeding. Dalam indutsri farmasi zat oleorisin
dan zat-zat aktif (capsaicin) yang terdapat dalam bemtuk larutan capsikum adalah
obat yang digukan secara luas untuk mengobati berbagai jenis penyakit, misalnya
gangguan pada tulang, rematik.sakit kepala, sakit penggang, bisul pada anak-anak,
sakit perut, diare kram,sakit gigi, mulas, radang pada tenggorokan, sesak nafas, pegal-
pegal, penyakit kulit atau gatal-gatal, Polio, penyakit mata, bronkhitis, influensa,
masuk angin, sinusitis dan asma serta mencegah infeksi sistem pencernaan
(Nellahutasoit, 2001).
Cabai rawit juga dapat mencegah kanker karena kandungan flavonoid dan anti
oksidan yang terdapat didalamnya. Bubuk cabai rawit yang dikombinasi dengan 25
ml jus lemon madu dan air panas cukup baik untuk mengobati penyakit teggorokan.
Obat lain yang mengandung cabai dan banyak terdapat dipasaran adalah koyo, yang
digunakan untuk meringankan pegal-pegal dan sakit gigi.Buah cabai rawit juga
mengandung minyak atsiri, yang dapat diperoleh melalui proses ekstraksi. Minyak
atsiri dapat digunakan sebagai bahan baku obat-obatan dan bahan baku kosmetika.
Dalam industri farmasi, minyak atsiri dapat menggantikan fungsi minyak kayu putih
(Nellahutasoit,2001) .
Komposisi gizi cabai rawit, buah cabai rawit mengandung zat-zat gizi yang
cukup lengkap, yakni kalori, protein, lemak, karbohidrat, mineral, (kalsium, fosfor,
besi), vitamin, dan zat-zat lain yang berkhasiat obat, misalnya oleoresin, capsaicin,
bioflavonoid, minyak asitri, karatenoid, (kapsantin,kapsorubin, karoten, dan lutein).
Pada umumnya, cabai rawit juga mengandung 0,1% - 1% rasa pedas, yang
3
disebababkan oleh kandungan zat capsaicin dan dihidrocapsaicin. Dibandingkan
dengan jenis cabai besar (termasuk paprika), kandungan capsaicin dan
dihidrocapsaicin pada cabai rawit cukup tinggi. Oleh karena itu, cabai rawit memiliki
rasa lebih pedas dari pada jenis cabai lainnya. pat dipenuhi dengan pemupukan,
dimana pemupukan bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah hingga
pertumbuhan tanaman lebih baik (Nellahutasoit, 2001).
Selain air, pupuk merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi tanaman.
Pupuk ibarat makanan bagi tanaman, sangat penting untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup tanaman. Di dalam pupuk terkandung berbagai jenis unsure hara
yang sangat penting bagi tanaman. Pada zaman dahulu pupuk memang belum begitu
dibutuhkan oleh tanaman karena tanah di lapisan top soil masi kaya akan unsure hara.
Seiring berjalannya waktu, unsur hara yang ada di dalam tanah menjadi semakin tipis
akibat diserap oleh tanaman dan juga oleh karena terbawa air hujan. Di samping itu,
dengan semakin terbatasnya lahan pertanian, banyak usaha pertanian yang terpaksa
dilakukan di atas tanah yang kurang subur. Kini bahkan tanaman juga diusahakan di
dalam pot dengan menggunakan tanah atau media tanam yang kandungan unsur
haranya kurang mencukupi (Nurheti Yuliarti, 2009).
Untuk meningkatkan kandungan unsur hara itulah pupuk dibutuhkan.
Seberapa banyak pupuk yang diperlukan tentu bergantung pada kondisi tanah.
Menurut Balai Penelitian/Balai Teknologi Pertanian, faktor yang menentukan berapa
banyak unsur hara yang diperlukan untuk koreksi ialah kondisi kesuburan tanah itu
sendiri, kemasaman (pH) tanah, kelembaban tanah, tinggi rendahnya kadar bahan
organik dalam tanah, kemampuan penyerapan terhadap pupuk (zat - zat mineral) dari
tanaman, faktor iklim, dan nilai ekonomi tanaman yang dibudidayakan. Kandungan
unsur hara pada lapisan permukaan tanah dapat di tingkatkan dengan pemupukan, di
samping tergantung pada proses - proses yang terjadi dalam pembentukan tanah.
Faktor iklim, jasad hidupdan bahan - bahan lainnya sangat berpengaruh terhadap
proses ini. Segala unsur yang hilang terangkut bersama tanaman yang dipanen harus
segera diganti dengan melakukan pemupukan(Nurheti Yuliarti, 2009).
4
Seiring merebaknya gaya hidup kembali alam, pupuk organik jadi populer
kembali. Pupuk jenis ini memang memiliki berbagai keunggulan dibanding pupuk
kimia, diantaranya dapat mengatur sifat tanah dan dapat berperan sebagai penyangga
pupuk ini dapat mengembalikan kesuburan tanah. Pupuk organik dapat dibuat dari
berbagai bahan organik yang ada di alam, misalnya sampah tanaman. Dengan
bantuan teknologi yang ada saat ini pupuk organik dapat tampil lebih menarik. Jenis
tanaman pupuk hijau yang sering digunakan untuk pembuatan pupuk cair misalnya
daun johar, gamal, dan lamtorogung ( Chairani Hanum, 2011).
Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan
organik dapat dibuat menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair menyediakan
nitrogen dan unsur mineral lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman,
seperti halnya pupuk nitrogen kimia. Kehidupan binatang di dalam tanah juga terpacu
dengan penggunaan pupuk cair. Pupuk cair tersebut dapat dibuat dari kotoran hewan
yang masih baru. Kotoran hewan yang dapat digunakan misalnya kotoran kambing,
domba, kelinci atau ternak lainnya. Larutan tersebut merupakan pupuk cair yang
bagus untuk memupuk pertumbuhan tanaman. Pupuk ini dapat digunakan untuk
berbagai macam tanaman. Untuk mendapatkan hasil yang bagus lebih baik pupuk cair
tersebut diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Untuk satu bagian larutan,
tambahkan 1 atau 2 bagian air. Larutan tersebut digunakan untuk menyiram tanaman,
di sekeliling tanaman. Beberapa tanaman dapat juga langsung menggunakan pupuk
cair tersebut misalnya jagung. Pupuk cair lebih mudah terserap oleh tanamn karena
unsur-unsur di dalamnya sudah terurai. Tanaman menyerap hara terutama melalui
akar, namun daun juga punya kemampuan menyerap hara. Sehingga ada manfaatnya
apabila pupuk cair tidak hanya diberikan di sekitar tanaman, tapi juga di atas daun-
daun (Redhanie, 2009)
5
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana pengaruh
pupuk pelengkap cair terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum
frutescens )” ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut : ”Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk pelengkap cair terhadap
pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens)”.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat memberikan informasi tentang pengaruh pemberian Pupuk Pelengkap Cair
terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens ).
2. Dapat menjadi bahan informasi bagi pengembangan budidaya tanaman cabai
rawit (Capsicum frutescens) dan sebagai bahan pertimbangan pada penelitian
selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1 Tinjauan Cabai Rawit
2.1.1.1 Tanaman Cabai Rawit
Cabai rawit merupakan jenis tanaman hortikultura yang menghasilkan
buah dengan rasa pedas. Buah cabai rawit ukurannya lebih kecil dibandingkan
dengan ukuran buah cabai jenis cabai besar (cabai hibrida). Namun, rasa buah
cabai rawit lebih pedas dibandingkan dengan cabai besar karena memiliki
kandungan oleoresin yang lebih tinggi. Cabai rawit juga dikenal sebagai tanaman
yang mudah beradaptasi dengan lingkungan tempat tumbuhnya. Cabai rawit bisa
hidup dalam kisaran suhu yang luas, yaitu antara 15 - 32° C. Di antara jenis
tanaman cabai lainnya, tanaman cabai rawit memiliki umur lebih panjang bahkan
bisa mencapai tahunan. Karena itu, tanaman cabai rawit dapat di golongkan
menjadi tanaman tahunan (Ir.Purwono, MS ,2003).
2.1.1.2 Klasifikasi Tanaman Cabe
Menurut (Warsino, 2010) susunan klasifikasi tanaman cabai
rawit(Capsicum frutescen) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum frutescens (cabai rawit)
7
2.1.1.3 Morfologi Tanaman Cabai
Secara morfologi bagian - bagian atau organ - organ penting dari
tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Daun
Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada
daun yang berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang Ian- set. Warna
permukaan daun bagian atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan
hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada bagian bawah umumnya
berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang
halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3 — 11
cm, dengan lebar antara 1 — 5 cm (Warsino, 2010).
Gambar 1 Daun Tanaman Cabai
2. Morfologi tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens)
3. Batang
Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak
berkayu. Biasanya, batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian
membentuk banyak percabangan. Untuk jenis-jenis cabai rawit, panjang
batang biasanya tidak melebihi 100 cm. Namun untuk jenis cabai besar,
panjang batang (ketinggian) dapat mencapai 2 meter bahkan lebih. Batang
tanaman cabai berwarna hijau, hijau tua, atau hijau muda. Pada batang-batang
yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan muncul wama coklat
seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari pengerasan
jaringan parenkim (Warsino, 2010)
8
4. Akar
Tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit dan hanya terdiri
dari akar serabut saja. Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang merupakan
hasil simbiosis dengan beberapa mikroorganisme. Meskipun tidak memiliki
akar tunggang, namun ada beberapa akar tumbuh ke arah bawah yang
berfungsi sebagai akar tunggang semu (Warsino, 2010).
Gambar 2 Tanaman Cabai
5. Bunga
Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang
sama, yaitu berbentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk
dalam sub kelas Ateridae (berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh pada
ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam
satu tandan biasanya terdapat 2 — 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman
cabai warnanya bermacam-macam, ada yang putih, putih kehijauan, dan ungu.
Diameter bunga antara 5 — 20 mm. Bunga tanaman cabai merupakan
bunga sempuma, artinya dalam satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga
betina. Pemasakan jantan dan bunga betina dalam waktu yang sama, sehingga
tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Namun dilahan, penyerbukan
silang lebih diutamakan. Karena itu, tanaman yang ditanam di lahan dalam
9
jumlah yang banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman cabai yang
ditanam sendirian. Pernyerbukan tanaman cabai biasanya dibantu angin atau
lebah. Kecepatan angin yang dibutuhkan untuk penyerbukan antara 10 — 20
km/jam (angin sepoi-sepoi). Angin yang ter lalu kencang justru akan merusak
tanaman. Sedangkan penyerbukan yang dibantu oleh lebah dilakukan saat
lebah tertarik mendekati bunga tanaman cabai yang menarik penampilannya
dan terdapat madu di dalamnya (Warsino, 2010).
6. Buah dan Biji
Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak
dikenal dan memiliki banyak variasi. Menurut Sanders et. al. (1998), buah
cabai terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu serrano, cubanelle, cayenne,
pimento, anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate bell, ancho, banana, dan
blocky bell (Tabel 3). Namun menurut Peet (2001), hanya ada 10 tipe bentuk
buah cabai, di mana tipe elongate bell dan blocky bell dianggap sama
(Warsino, 2010).
2.1.1.4 Syarat tumbuh tanaman cabai rawit
Untuk dapat tumbuh dengan baik hasil yang maksimum sesuai dengan
potensi produksinya, tanaman cabai rawit memerlukan kondisi lingkungan
yang menentukan pertumbuhan tanaman cabai rawit. Tetapi secara umum,
terdapat empat faktor lingkungan utama yang menentukan,yakni :
a. Suhu
Suhu merupakan factor penting dalam proses kehidupan tanaman. Hal
ini karena proses biokimia dalam tanaman sangat di pengaruhi oleh suhu.
Aktivitas biokimia tanaman yang di pengaruhi oleh suhu udara antara lain
proses penyerbukan tanaman, pembentukan warna, dan pembentukan
kualitas buah yang di hasilkan. Demikian pula dengan tanaman cabai rawit.
Demikian pula dengan tanaman cabai rawit. Supaya tanaman cabai rawit
yang di budidayakandapat tumbuh dengan baik, suhu ideal untuk
pertumbuhannya harus dipenuhi. Tanaman cabai secara umum dikenal
10
sebagai tanaman sayuran yang dapat tumbuh pada rentang suhu yang cukup
luas, yakni pada kisaran 15 - 32°C. Dengan begitu, tanaman cabai dapat di
budidayakan baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Penting
untuk di ingat bahwa tanaman cabai cukup sensitive terhadap suhu rendah.
Apabila suhu lingkungan di bawah 15°C, pertumbuhan tanaman cabai akan
terganggu (Wiryanta, 2002).
Gambar 3 Budidaya Tanaman Cabai
b. Cahaya tanaman
Cahaya memiliki pengaruh yang sama penting dengan suhu. Cahaya
merupakan sumber energy bagi proses fotosintesis. Tanaman
membuhtuhkan cahaya yang cukup untuk mendapatkan pertumbuhan yang
sehat dan pembentukan buah yang maksimum selama masa produksinya.
Tanaman cabai rawit akan tumbuh maksimum di bawah cahaya dengan
kisaran panjang gelombang 400 – 700nm (Wiryanta, 2002).
c. Tanah
Fungsi tanah bagi tanaman tidak hanya menyediakan unsur - unsur
mineral, tetapi juga sebagai tempat berpegang dan bertumpuhnya tanaman
agar dapat tumabuh tegak. Hal ini terkait dengan kinerja akar dalam tanah.
Perakaran ini dapat menjalankan fungsinya dengan baik jika tanah sebagai
media tumbuh tidak menyediakan ruang yang cukup. Akibatnya,
pertumbuhan tanaman terhambat dan tidak dapat tegak. Pada teknik
11
penanaman cabai rawit menggunakan wadah, media tanah yang digunakan
tentu terbatas. Supaya proses budidaya tetap berjalan dengan baik,
kebutuhan minimal ruang perakaran harus dipenuhi. Diameter wadah yang
di gunakan tidak kurang 30cm dan kedalaman tanah untukperakaran cabai
tidak boleh kurang dari 50cm.Dari kedua syarat tersebut , dapat digunakan
cara sederhana dan mudah dipraktikkan. Bila diameter wadah 30cm,
kedalaman idealnya adalah 50cm, begipula sebaliknya (Wiryanta, 2002).
d. Air
Bagi tanaman, air tidak hanya berfungsi sebagai sistem pelarut sel
tanaman, tetapi juga sebagai media pengangkutan unsur – unsur makanan
di dalam tanah. Karena itu, air sangat di perlukan dalam proses
pertumbuhan tanaman. Di sisi lain, air juga di perlukan tanaman sebagai
hara untuk pembentukan persenyawaan baru. Seperti lazimnya tanaman
lain, tanaman cabai juga membutuhkan air yang baik untuk
pertumbuhannya. Air yang digunakan sebaiknya tidak mengandung kadar
garam (salinitas) terlalu tinggi atau mengandung logam – logam berat. Sel
– sel tanaman cabai sangat rentan terutama terhadap pengaruh kadar
garam, pertumbuhan tanaman cabai dapat terhambat bahkan mati. Air yang
digunakan sebaiknya bebas polutan dan berkadar garam rendah(Wiryanta,
2002).
e. Pemeliharaan tanaman cabai rawit
Pemeliharaan tanaman cabai (Capsicum frutescens). Untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan dari tanaman yang di tanam maka
perlu dilakukan langkah - langkah agar terhindar dari hama maupun
penggangu pertumbuhan tanaman sebagai, berikut :
1. Penyiraman tanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena pada
siang harinya tanaman banyak membuhtuhkan air untuk proses
fotosintesis ( Ir.Purwono.,MS ).
12
2. Pada musim hujan tidak perlu dilakukan penyiraman yang rutin,
karena apa bila berlebihan dapat menyebabkan akar tanaman busuk,
penyiraman hanya dilakukan jika tanah kering (Harpenas, 2009).
3. Untuk mengurangi risiko serangan penyakit, memperkokoh tanaman,
dan mengoptimalkan sinar matahari, perlu di lakukan perempelan
tunas air tanaman cabai (Wiryanta, 2007).
4. Saat tanamn berumur 7 dan 14 hari setelah penanaman, kita perlu
melakukan penyulaman atau mengganti bibit tanaman cabai yang mati
dengan bibit tanaman yang baru ( Wiryanta, 2007).
5. Untuk menjaga kondisi tanaman, bunga pertama dan kedua yang
muncul sebaiknya dibuang juga karena pada saat tersebut sebenarnya
kondisi tanaman cabai belum waktunya untuk berbua (Wiryanta,
2007).
6. Tanaman cabai mutlak memerlukan ajir atau urus untuk membantu
pertumbuhan supaya tegak, mencegah tanaman roboh karena berat
buah dan angin (Wiryanta, 2007).
7. Pemupukan pada tanaman, terutama pada tanaman cabai, bertujuan
untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman, selain unsur
hara yang diambil tanaman dari tanah (Wiryanta, 2007).
8. Salah satu perawatan yang juga harus dijaga yaitu sanitasi kebun yang
meliputi penjagaan kebersihan areal kebun. Daun, buah, dan tunas
hasil air hasil perempelan harus dimusnahkan dengan cara di bakar
atau di buang jauh – jauh (Wiryanta, 2007).
13
2.1.2 Tinjauan tentang Pupuk pelengkap cair
2.1.2.1 Kandungan pupuk pelengkap cair
Pupuk cair jenis ini memiliki kegunaan, untuk menyuburkan
tanaman keseluruhannya yaitu daun, bunga, buah tanaman menjadi
subur, mencegah daun berkerut atau keriting serta berlubang,
menyuburkan daun, menyuburkan penunasan dan tunas - tunas baru
mencegah kelayuan daun, menyuburkan pembuahan, menjadikan buah
subur dan mencegah kerontokan buah. Pemakaiannya seperti
pengaplikasian pupuk daun atau dapat dikategorikan Pupuk Pelengkap
Cair (Chairani, 2011).
2.1.2.2 Kegunaan pupuk pelengkap cair.
Pupuk cair jenis ini memiliki kegunaan, untuk menyuburkan
tanaman keseluruhannya yaitu daun, bunga, buah tanaman menjadi
subur, mencegah daun berkerut atau keriting serta berlubang,
menyuburkan daun, menyuburkan penunasan dan tunas - tunas baru
mencegah kelayuan daun, menyuburkan pembuahan, menjadikan buah
subur dan mencegah kerontokan buah. Formula organik pupuk ini di
proses untuk merangsang pertumbuan dan kesuburan tanaman serta
ramah terhadap lingkungan, namun secara umum pupuk organik buatan
ini memiliki kandungan hara seperti yang tercantum dalam table berikut:
Tabel 1 Kandungan Hara Pupuk Organik
No Kandungan Hara Jumlah
1 Nitrogen 15%
2 P2O5 15 - 18%
3 K2O 15 - 18%
4 Sulfur 5, 2 - 5,4%
5 Protein 70,3 %
6 Lemak 1,18%
14
7 Organik lain 1,55%
Pupuk ini pun mengandung unsur hara mikro seperti, Fe, Mn,
Cu, Mg, Za, Ca, B,dan Co kandungan sisanya adalah air sebagai
pelarut (Pinus, 2007) .
Pupuk cair dapat berbahan dari daun gamal, daun lamtoro,
kulit kerang, air ikan, kulit pisang, kulit semangka, kulit papaya, air
beras, dan rebung. Adapun manfaat dari bahan-bahan ini:
Kulit buah-buahan sebagai makanan dari organisme
Kulit kakao sebagai penghasil kalium
Daun lamtoro dan daun gamal sebagai penghasil nitrogen
Cangkang telur dan kulit kerang sebagai penghasil posfat
Rebung dan pucuk labu sebagai penghasil auksin dan giberelin
Semua bahan-bahan dicampur menjadi satu menjadi pupuk NPK dan
ZPT (Nurheti, 2009)
2.1.2.3 Keuntungan Pupuk Pelengkap Cair
Pada pembuatan formula pupuk cair tentu saja ada tujuannya,
yaitu untuk mengatasi beberapa kendala penggunaan pupuk padat yang
diberikan melalui akar kemudian kurang efektif atau kurang mengenai
sasaran karena penyerapan zat hara melalui akar banyak di
pengaruhi oleh kondisi media tumbuh. Selain itu, pupuk padat kurang
cepat bereaksi untuk memperbaiki kekurangan hara tanaman mudah
mengalami pencucian, serta kurang dapat memenuhi kebutuhan hara.
sebaliknya, penggunaan pupuk bentuk cair dapat secara cepat
mengatasi defisiensi hara, tidak pernah ada masalah pencucian hara, dan
mampu menyediakan hara secara cepat (Pinus, 2007). Pemupukan lewat
daun dipandang lebih berhasil digunakan dibandingkan lewat akar.
Seperti diketahui bahwa daun memiliki mulut daun (stomata). Stomata
ini membuka dan menutup secara mekanis yang diatur oleh tekanan
15
turgor dari sel-sel penutup. Hal ini erat hubungannya dengan terik
matahari, angin serta suhu. Untuk menggantikan cairan yang hilang.
Kalau yang di semprotkan bukan air, tetapi larutan pupuk maka tanaman
ini akan menyerap air dan zat-zat makanan yang di butuhkannya untuk
pertumbuhan. Itulah sebabnya dikatan penyerapan hara lewat daun
lebih cepat (Pinus, 2007).
Keuntungan lain dari pada pupuk cair ialah didalamnya terkandung
unsur hara mikro. Umumnya tanaman sering kekurangan unsur hara mikro
bila hanya mengandalkan pupuk akar yang mayoritas berisi hara makro.
Dengan pemberian pupuk cair melalui daunyang berisi mikro
makakekurangan tersebut dapat teratasi tidak kalah pentingnya dengan
pemakaian pupuk cair maka tanah akan terhindar dari kelelahan atau rusak
(Pinus, 2007).
Adanya kebijakan pemerintah, serta keinginan pecinta lingkungan
untuk mempertahankan keadaan dalam memperbaiki sumber daya alam
sebagai suatu sumber hidup manusia maka orang beramai - ramai
memproduksi pupuk organik buatan. Saat ini banyak pupuk organik buatan
yang beredar dipasar namun, pada dasarnya semuanya sama, yaitu berasal
dari pupuk organik (Pinus, 2007).
Pupuk organik berasal dari pelapukan bahan - bahan organik seperti
sisa sisa tanaman, serta hewan, tumbuhan, dan manusia sebelum abad -20,
orang telah mengenal pemupukan. Sekarang pemupukan telah umum
dilakukan, walaupun tidak cukup dengan cara tradisional. Pemupukan
bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah yang telah tercuci, tetapi
masalahnya kemudian bagaimana dengan petani yang sudah bergantung
pada pupuk buatan. Selain haraganya yang mahal juga sangat terbatas bagi
petani, salah satu alternatif untuk mengatasinya adalah dengan memberikan
pupuk organik (Pinus, 2007).
16
Berdasarkan peraturan Meteri pertanaian No. 02 / pert/ hk. 060 / 2
/2006 pasal 1, yang berbunyi pupuk organic adalah pupuk yang sebagian
besar atau seluruhnya terdiri dari tanaman atau hewan yang telah melalui
proses rekayasa dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk
mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik tanah, kimia dan biologi
tanah (Novizan, 2005) .
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau
lebih unsur untuk menggantikan unsur yang telah habis terisap oleh
tanaman. Sampai urusan menyuburkan tanah seluruhnya di tentukan oleh
pupuk organik. Kala itu, belum ada pupuk anorganik seperti urea. Dapat di
maklumi kalau tanah yang rata - rata masih subur secara alamiah kian subur
saja dengan adanya pupuk organik (Novizan, 2005).
Pupuk selain menambah unsur hara makro dan mikro didalam tanah
juga pupuk organik ini pun terbukti sangat baik di dalam memperbaiki
sturktur tanah pertanian pupuk organik tidak lain adalah bahan yang di
hasilkan dari berbagai pelapukan sisa - sisa tanaman, hewan dan manusia.
Secara umum pupuk hanya di bagi dalam 2 (dua) kelompok berdasarkan
asalnya, yaitu pupuk anorganik seperti urea (pupuk N), TSP atau SP-36
( pupuk P), KCL (pupuk) serta pupuk organik seperti, pupuk kandang,
kompos, dan pupuk hijau, humus, pupuk guano dan pupuk organic cair
(Pinus,2007).
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian : Pengaruh Pupuk Pelengkap Cair Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Terung (Solanum melongena) Dataran Rendah. Penelitian dilaksanakan
selama bulan Mei sampai dengan September 2010 yang dilakukan oleh Kadek
Warniasih (2011). Panen dilakukan sebanyak empat kali yaitu sejak tanaman berumur
50 hari setelah tanam hingga umur 75 hari setelah tanam. Hal ini berarti dalam
penelitian ini kurun waktu panen tanaman terong yang ditanam lebih lama jika
17
dibandingkan dengan deskripsi tanaman terong yang sudah didapatkan sebelumnya
(50-60 hari setelah tanam). Keadaan ini diduga akibat dari pengaruh pemberian
pupuk organik cair terhadap tanaman terong yang dapat menyebabkan kurun waktu
panen tanaman terong bmenjadi lebih lama.
Tanaman terong menunjukkan pertumbuhan yang relatif serempak untuk
semua perlakuan selama pertumbuhan di lahan. Hal ini ditandai dengan rata-rata
benih mulai berkecambah pada umur 6-7 hari setelah benih tersebut ditanam di lahan
dan hampir seragamnya umur berbunga (hanya berbeda 1-2 hari antar perlakuan) dan
umur panen yang seragam yaitu pada umur 50 hari setelah tanam untuk semua
perlakuan.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terong akan baik jika jumlah unsur
hara yang diberikan turut diperhatikan. Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk
dengan dosis yang tidak sesuai akan berpengaruh terhadap hasil tanaman. Pemupukan
di zona defisien akan meningkatkan bobot kering tanaman, sedangkan pemupukan di
zona berlebihan akan mengakibatkan peningkatan kandungan unsur hara tertentu di
dalam jaringan tanaman. Apabila hal ini terjadi, maka efisiensi pemupukan tidak
tercapai. Dengan demikian, diperlukan adanya pengujian-pengujian untuk
mendapatkan suatu rekomendasi pemupukan yang sesuai tentang dosis dan frekuensi
pemberian pupuk yang dianjurkan, khususnya pupuk organik cair.
Pupuk organik cair yang digunakan dalam penelitian ini mengandung unsur
hara makro dan mikro cukup lengkap, selain itu pupuk tersebut juga mudah larut
dalam air sehingga kemungkinan dengan cepat dapat diserap oleh tanaman. Hal ini
merupakan sifat baik dari pupuk organik cair yang diaplikasikan melalui daun, karena
efeknya akan cepat terlihat. Unsur hara mikro dapat merangsang pembentukan ATP,
yang mempunyai peranan penting di dalam menyerap energi sinar matahari.
18
2.3 Kerangka Berpikir
Cabai rawit (Capsicum frutescens) salah satu tanaman sayuran yang sangat
penting sebagai pelengkap kebutuhan sehari - hari masyarakat, karna (Capsicum
frutescens) memiliki manfaat selain sebagai sumber vitamin juga mengandung gizi
tinggi yang selalu dihadirkan dimeja makan hampir diseluruh rumah tangga
Indonesia, baik di pedesaan maupun di kota.
Buah Cabai rawit (Capsicum frutescens) mengandung zat-zat gizi yang cukup
lengkap, yakni kalori, protein, lemak, karbohidrat, mineral, (kalsium, fosfor, besi),
vitamin, dan zat-zat lain yang berkhasiat obat, misalnya oleoresin, capsaicin,
bioflavonoid, minyak asitri, karatenoid, (kapsantin,kapsorubin, karoten, dan lutein).
Pada umumnya, cabai rawit juga mengandung 0,1% - 1% rasa pedas, yang
disebababkan oleh kandungan zat capsaicin dan dihidrocapsaicin. Dibandingkan
dengan jenis cabai besar (termasuk paprika), kandungan capsaicin dan
dihidrocapsaicin pada cabai rawit cukup tinggisumber kalori yang cukup besar yaitu
sekitas 24 kalori. Dengan penggunaannya yang begitu luas, maka cabai rawit
(Capsicum frutescens) memiliki peluang bisnis yang baik sebagai komunitas yang
bernilai ekonomi tinggi. Kebutuhan akan akan cabai rawit (Capsicum frutescens)
terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah industri pengolahannya yang
memerlukan bahan baku cabai rawit. Peluang pemasarannya tidak hanya terbatas
dalam negeri, tetapi berpeluang pemasarannya keluar negeri.
Dalam memenuhi permintaan pasar, berbagai cara dilakukan untuk
membudidayakan tanaman cabai yang sesuai dengan daya dukung agroekosistem
dengan menijau aspek agronomis yang harus diperhatikan dalam budidaya tanaman
cabai rawit antara lain penyiapan lahan, pembibitan benih , penanaman, penyulaman,
pemupukan, penyiangan, penyiraman dan penggemburan tanah.
Dari semua faktor tersebut diatas, penyiapan lahan merupakan hal yang
penting, dimana tanah sangat penting untuk tanaman. Tanah tersebut menentukan
mati dan hidupnya tanaman dan produktif tidaknya tanaman. Agar tanah mampu
mengoptimalkan produksi tanaman, bahan organik dalam air (drinase) dan sirkulasi
19
udara (aesrase) dalam tanah menjadi lancar selain itu, harus diimbangi juga dengan
memperkaya kandungan material dalam tanah dengan berbagai unsur – unsur organik
maupun anorganik.
Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas dari tanaman cabai rawit
(Capsicum frutescens) dengan Pupuk Pelengkap Cair yang memberikan unsur hara
mikro / makro pada tanaman.
2.4 Hipotesis
Untuk memberikan arah jelas dan pedoman dalam pelaksanaan penelitian,
maka perlu dirumuskan hipotesis. Adapun Hipotesis yang dapat di rumuskan pada
penelitian ini adalah:
1. H0 (Hipotesis Nol)
Tidak ada pengaruh pemberian pupuk pelengkap cair terhadap pertumbuhan
tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens).
2. H1 ( Hipotesis Alternatif)
Ada pengaruh pemberian pupuk pelengkap cair terhadap pertumbuhan tanaman
cabai rawit (Capsicum frutescens).
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimen dengan memakai variabel bebas yaitu
Pupuk Pelengkap Cair kemudian mengukur pengaruhnya terhadap variabel terikat
yaitu Pertumbuhan cabai rawit (Capsicum frutescens).
3.2 Objek Penelitian
Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens). Sebagai objek yang akan diamati
dalam penelitian ini yang bertempat dilahan cabai rawit (Capsicum frutescens)
pekarangan rumah.
3.3 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 1 (satu) bulan yang dimulai pada bulan Maret
2012 yang bertempat dilahan perkebunan cabai rawit (Capsicum frutescens) berlokasi
di Jln. Pajalesang Kota palopo, Kecamatan Wara, Propinsi Sulawesi - Selatan.
3.4 Alat dan Bahan
3.4.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berilkut:
gelas ukur 100 ml, mistar, alat tulis menulis (buku dan pulpen), spayer, cangkul dan
parang, dan patok.
3.4.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens), pupuk pelengkap cair (PPC), Tanah,
label dan polibag.
21
3.5 Desain Penelitian
Penelitian ini digunakan dalam penyiraman tanaman setiap perlakuan tediri
dari 4 sampel tiap tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) dan setiap perlakuan
diulang sebanyak 3 kali ulangan sehingga jumlah unit pengamatan keseluruhan
adalah 4 x 3 = 12 tanaman.
Adapun perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut :
PO : Tanpa pemberian pupuk pelengkap cair ( kontrol)
P1 : Pemberian pupuk pelengkap cair 3 cc/ 1 liter air
P2 : Pemberian pupuk pelengkap cair dengan 4 cc/ 1 liter air
P3 : Pemberian pupuk pelengkap cair dengan 5 cc/ 1 liter air
Skema Desain Penelitiaan
22
Tanaman cabai
PPC
P1+ 3 cc/ 1 L air
P3+ 5 cc /1 L air
POKontrol
P2+ 4 cc / 1 L air
Pengaruh pupuk pelengkap cair terhadap pertumbuhan tanaman cabai (Capsicum frutescens)
3.6 Metode kerja
3.6.1 Tahap Persiapan – Persiapan Penelitian
Dalam penelitian ini uji yang akan digunakan adalah pupuk pelengkap cair
yang terbuat dari beberapa bahan seperti daun gamal, daun lamtoro, kulit kerang, air
ikan, kulit pisang, kulit semangka, kulit papaya, air beras, dan rebung.
Cara kerja membuat pupuk pelengkap cair.
Siapkan ember besar dan karung untuk tempat penampungan bahan-bahan
pembuat Pupuk Cair. Masukkan bahan yaitu air pencucian beras. Pencucian ikan, air
kelapa, kulit kakao, kulit kerang, cangkang telur, buah-buahan busuk, kulit semangka,
rebung, sabuk kelapa, daun lamtoro, daun gamal, pucuk labu, gula merah dan air
untuk melarutkan semua bahan kedalam ember yang telah tersedia.
Setelah semua bahan telah tercampur kadalam ember besar, ditutup dengan
rapat dengan menggunakan selotip. Ember dan toples dipasangkan dengan
menggunakan selang agar gas yang ada didalam tidak mengalami pertukaran udara.
Toples harus berisi air agar udara luar tidak masuk ke dalam ember. Kemudian
disimpan di tempat yang aman selama 2 minggu. Yang menjadi patokan pupuk
pelengkap cair telah jadi yaitu sudah tidak adanya gelembung udara yang muncul di
dalam toples.
3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pembagian Tanaman
Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) dibagi menjadi 4 perlakuan
dengan simbol PO,P1,P2, dan P3. Tiap perlakuan terdiri dari tiga unit tanaman.
Pembagian ini sesuai dengan kosentrasi masing – masing yaitu untuk PO (kontrol),
P1 (3 cc / 1 liter air) P2 (4 cc / 1 liter air), dan P3 (5 cc / 1 liter air).
Pemberian Pupuk Pelengkap Cair.
Pemberian Pupuk Pelengkap Cair (PPC) dilakukan dengan cara menyiram
secara langsung pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) dengan
menggunakan timba sesuai dengan kosentrasi masing - masing yaitu untuk PO
(kontrol), P1 (3 cc / 1 liter air) P2 (4 cc / 1 liter air), dan P3 (5 cc / 1 liter air).
23
Pemeliharaan Tanaman cabai rawit
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman satu kali sehari yaitu pagi hari
disesuaikan dengan kondisi tanaman karena tanaman cabai rawit tidak terlalu
membutuhkan air.
Awal pemupukan pada saat tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens)
berumur 3 (tiga) minggu sampai tanaman berbuah atau menghasilkan. Pada saat
dilakukan pemupukan, setiap tanaman disiram larutaan pupuk pelengkap cair
keseluruh bagian tanaman sampai tanaman menjadi jenuh penyiraman pupuk
pelengkap cair dilakukan setiap seminggu sekali.
3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung
pertumbuhan tanaman kemudian cabai rawit (Capsicum frutescens) menghitung :
1. Panjang Daun
2. Lebar Daun
3. Tinggi Tanaman dan
Pengamatan pertumbuhan tanaman yang akan dilakukan pada cabai rawit
(Capsicum frutescens) saat setelah 1 (satu) minggu dilakukan perlakuan yaitu
penyiraman PPC terhadap tanaman. Pengamatan dilakukan di cabai rawit (Capsicum
frutescens) pagi hari, mulai pada pukul 7 sampai pada pukul 9 pagi. Penelitian ini
diamati sebanyak 1 (satu) kali seminggu yaitu setiap hari rabu dan diamati selama 7
minggu.
3.7.2 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh di analisis secara varians dalam bentuk uji f = 0,05
kemudian di lanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) taraf kepercayaan α
= 0,05.
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN HASIL PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dari uji hasil yang dilakukan untuk rata-rata biji yang berkecambah setiap
minggunya, menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian Pupuk Organik Cair
terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman Cabe Rawit (Capsicum frutescens). Untuk
melihat perbedaan pengaruh antara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1, Hasil pengamatan rata-rata pengaruh PPC pada tinggi tanaman cabe rawit (Capsicum frutescens) pada perlakuan PO,P1,P2,P3 untuk tiap ulangan.
PerlakuanUlangan
TotalRata-rataI II III
1 2 3 4 5 6P0 3,52 3,90 3,87 11,29 3,76
P1 4,12 4,60 4,95 13,67 4,56
P2 5,22 5,02 5,55 15,79 5,56
P3 5,72 5,68 6,27 17,67 5,89
Jumlah 40,75
Tabel 2. Analisis Varian (ANAVA) rata-rata pengaruh Pupuk Organik Cair Tingggi tanaman Cabe Rawit (Capsicum frutescens) selama 4 minggu
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit Ftab
Perlakuan 3 7,55 2,51 25,26* 4,06*
Galat 8 0,79 0,09
Total 11 8,35
Tabel 3 : Hasil Uji BNT rata-rata laju tinggi tanaman
25
Cabe Rawit (Capsicum frutescens)
Perlakuan rata-rataBNT 0,05
P3 3,76
P2 4,560,07
P1 5,56
P0 5,89
Keterangan : Angka yang disamping oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan perbedaan yang nyata dengan uji BNT pada ∝ 0,05
Dengan BNT 5% (∝ 0,05) maka disimpulkan bahwa mulai dari perlakuan P0 sampai
perlakuan P3, mempunyai pebedaan yang nyata sehingga rata-rata perlakuan
didampingi oleh huruf yang berbeda Nilai,
Jumlah daun Cabe rawit (Capsicum frutascens)
26
Dari uji hasil yang dilakukan untuk rata-rata biji yang berkecambah setiap
minggunya, menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian Pupuk Organik Cair
terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman Cabe Rawit (Capsicum frutescens). Untuk
melihat perbedaan pengaruh antara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) yang dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tebel 4 : Hasil pengamatan rata-rata pengaruh PPC untuk jumlah daun cabe rawit
(Capsicum frutescens) pada perlakuan PO,P1,P2,P3 untuk tiap ulangan.
PerlakuanUlangan
TotalRata-rataI II III
1 2 3 4 5 6P0 3.00 3.25 3.25 9.50 3.17P1 3.50 3.50 3.75 10.75 3.58P2 4.75 4.25 5.00 14.00 4.67P3 5.25 5.25 5.50 5.00 5.33
Jumlah 39,25
Tabel 5. Analisis Varian (ANAVA) rata-rata pengaruh Pupuk Organik Cair jumlah daun Cabe Rawit (Capsicum frutescens) selama 4 minggu
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit Ftab
Perlakuan 3 8,84 2,94 56,63* 4,07*
Galat 8 0,41 0,05
Total 11 9,26
Tabel 6 : Hasil Uji BNT rata-rata jumlah daunCabe Rawit (Capsicum frutescens)
27
Perlakuan rata-rataBNT 0,05
P3 5,33
P2 4,67 0,04P1 3,58
P0 3,17
Dengan BNT 5% (∝ 0,05) maka disimpulkan bahwa mulai dari perlakuan P0 sampai
perlakuan P3, mempunyai pebedaan yang nyata sehingga rata-rata perlakuan
didampingi oleh huruf yang berbeda Nilai.
Luas Daun Cabe rawit (Capsicum frutascens)
Dari uji hasil yang dilakukan untuk rata-rata biji yang berkecambah setiap
minggunya, menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian Pupuk Organik Cair
terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman Cabe Rawit (Capsicum frutescens). Untuk
melihat perbedaan pengaruh antara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) yang dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 7, Hasil pengamatan rata-rata pengaruh PPC pada luas daun cabe rawit (Capsicum frutescens) pada perlakuan PO,P1,P2,P3 untuk tiap ulangan.
PerlakuanUlangan
TotalRata-rataI II III
1 2 3 4 5 6P0 1,87 1,67 1,72 5,26 1,75
P1 2,50 3,00 4,33 9,83 3,28
P2 3,75 3,62 4,05 11,42 3,81
P3 4,22 4,60 5,00 13,82 4,61
Jumlah 40,33
Tabel 8. Analisis Varian (ANAVA) rata-rata pengaruh Pupuk Organik Cair untuk luas daun Cabe Rawit (Capsicum frutescens) selama 4 minggu
28
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit Ftab
Perlakuan 3 13,02 4,34 15,70* 4,07*
Galat 8 2,21 0,27
Total 11 15,23
Tabel 9 : Hasil Uji BNT rata-rata luas daunCabe Rawit (Capsicum frutescens)
Perlakuan rata-rataBNT 0,05
P3 4,61
P2 3,810,21
P1 3,28
P0 1,75
Data tabel 4 diatas menunjukkan bahwa rata-rata laju tumbuh
perkecambahan biji Cabe Rawit (Capsicum frutescens) yang tertinggi adalah pada
perlakuan P3 (5 cc/ 1 ltr air)
Data tabel diatas menunjukkan bahwa semakin banyak Pupuk Organik Cair
yang diberikan, maka pertumbuhan Cabe Rawit (Capsicum frutescens) semakin
cepat.
Dengan BNT ∝ 0,05, maka disimpulkan bahwa mulai dari perlakuan P0
(control) sampai dengan perlakuan P3 (Pemberian Pupuk Organik Cair 5 cc/ 1 ltr air)
mempunyai perbedaan yang nyata sehingga setiap rata-rata perlakuan didampingi
oleh huruf yang berbeda.
Grafik pengamatan hasil rata-rata pengaruh PPC pada Perlakuan P0,P1,P2,P3 untuk
tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun
29
P0 P1 P2 P30
1
2
3
4
5
6
3.76
4.56
5.565.89
3.173.58
4.67
5.33
1.75
3.28
3.81
4.61
Tinggi tanamanJumlah daunLuas daun
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diatas tentang pertumbuhan Cabe Rawit
(Capsicum frutescens) yaitu dengan mengamati Tinggi tanaman, Jumlah daun, dan
Luasn Daun. Maka dapat ditetapkan bahwa Pupuk Organik Cair pada setiap
konsentrasi perlakuan P0 : Kotrol (Tanpa pemberian Pupuk Oganik cair), P1 :
(Pemberian Pupuk Organik Cair 3 cc/ 1 ltr air), P2 : (Pemberian Pupuk Organik Cair
4 cc/ 1 ltr air), P3 : (Pemberian Pupuk Organik Cair 5 cc/ 1 ltr air) memberikan daya
tumbuh yang berbeda terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan luasn
daun Cabe Rawit (Capsicum frutescens), dimana pengaruh ekstrak yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman cabe rawit yaitu terdapat pada perlakuan
P3 = Pemberian Pupuk Organik Cair 5 cc/ 1 ltr air, Pemberian Pupuk Organik Cair 5
cc/ 1 ltr air. Jumlah daun yaitu pada perlakuan P3 dan Luas Daun pada perlakuan , P3
: Pemberian Pupuk Organik Cair 5 cc/ 1 ltr air
30
Cabe Rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu komoditas
sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga
jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah
zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu
kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan
harian setiap orang, namun harus di konsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri
lambung (Sayuti . 2006)
Tanaman cabe cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan
sarang serta tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5 - 6. Waktu tanam yang
baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret - April). Media tanam
dari bahan yang subur seperti Pupuk Cair. Keuntungan dari hal tersebut adalah
mempermudah aliran nutrisi yang diberikan pada tanaman. Kardinan. (2002)
mengatakan, bahwa pemberian bahan organik berpengaruh baik terhadap
pertumbuhan tanaman karena dapat memperbaiki sifat , kimia dan biologi tanah.
Bahan organik cair yang telah terurai akan melepaskan senyawa yang sederhana
yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Sejauh mana pengaruh pemberian pupuk an
organik dengan pupuk organik cair terhadap hasil cabe rawit sistim budidaya
vertikultur, adalah merupakan salah satu tantangan yang perlu dikaji.
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik
kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan
kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang
dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.
Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik
dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan
pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Selain itu, peranannya
cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan.
Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase
perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik juga
berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat
31
meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.
Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, juga
sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba. Bahan dasar pupuk organik yang
berasal dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya. Penggunaan pupuk
kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos berbahaya
karena banyak mengandung logam berat dan asam-asam organik yang dapat
mencemari lingkungan. Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini
akan terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan
dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3). Pupuk
organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah
dalam pembentukan pupuk. Keadaan ini memengaruhi penyimpanan, penyediaan air,
aerasi tanah, dan suhu tanah (Parnata, Ayub 2004).
Tingginya laju pertumbuhan Cabe Rawit (Capsicum frutescens) disebabkan
oleh kerena banyak senyawa kimia yang terdapat pada Pupuk Organik Cair.
Senyawa-senyawa yang terkandung didalamnya seperti Penyediaan hara makro
(nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink,
tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi, meskipun jumlahnya relatif sedikit.
Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanahMembentuk senyawa kompleks
dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti aluminium, besi, dan mangan.
Sehingga dapat dinyatakan bahwa Pupuk Organik Cair mampu
mempengaruhi laju pertumbuhan Cabe Rawit (Capsicum frutescens) pada setiap
perlakuan yang diberikan, semakin banyak Pupuk Organik Cair yang diberikan pada
pertumbuhan Cabe Rawit (Capsicum frutescens) semakin nyata pula laju
pertumbuhan terhadap Cabe Rawit (Capsicum frutescens), seperti yang nampak pada
tiap-tiap perlakuan yang diberikan. Dengan demikian, hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa Pupuk Organik Cair dapat menambah laju pertumbuhan Cabe
Rawit (Capsicum frutescens)
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
33
Dari pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pemberian pupuk organik untuk tiap perlakuan P0, P1, P2, P3 menunjukkan bahwa
pertumbuhan yang baik terdapat pada perlakuan P3 (5 cc/ 1 ltr air) untuk masing-
masing pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa Pupuk Organik Cair mampu mempengaruhi laju pertumbuhan
Cabe Rawit (Capsicum frutescens) pada setiap perlakuan yang diberikan, semakin
banyak Pupuk Organik Cair yang diberikan pada pertumbuhan Cabe Rawit
(Capsicum frutescens) semakin nyata pula laju pertumbuhan terhadap Cabe Rawit
(Capsicum frutescens), seperti yang nampak pada tiap-tiap perlakuan yang diberikan.
Dengan demikian, hasil analisis statistik menunjukkan bahwa Pupuk Organik Cair
dapat menambah laju pertumbuhan Cabe Rawit (Capsicum frutescens)
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka disarankan agar :
1. penggunaan Pupuk Organik Cair lebih ditinggkatkan dalam sektor
pertanian khususnya bagi para petani yang membudidayakan Cabe
Rawit (Capsicum frutescens).
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjutan dengan isolasi jarak pada
perlakuan tanaman antagonis.
3. Perlu mengapilkasikan dengan skala sempit pada lokasi/lahan yang
bermasalah.
4. Perlu penelitian lanjut lamanya ketahanan pupuk kandang didalam
tanah dan efek yang ditimbulkan bagi kesehatan tubuh kita apabila
mengkonsumsi makanan yang, mengunakan berupa sayur-sayuran yang
menggunakan pupuk kandang.
Daftar Pustaka
34
Cahyono, Bambang. 2009. Cabai Rawit Teknik Budidaya Dan Analisis Usaha Tani. Agromedi Pustaka. Jakarta.
Hanum, Chairani. 2011. Pupuk Cair. Sejati. Jakarta.
Harpenas, Asep. 2009. Budi Daya Cabai Unggul. Penebar Swadaya. Surabaya.
Kardinan. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Nellahutasoit. 2011. Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk N dan P Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Cabai Rawit. Publised.
Novisan .2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Nurhety, Yuliarti. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Andi. Jakarta.
Parnata, Ayub (2004). Pupuk Organik Cair. Jakarta:PT Agromedia Pustaka.
Pinus, Lingga. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta
Purwono, Ms. 2003. Bertanam Cabai Dalam Pot. Agromedia Pustaka. Bogor.
Rudhy. 2009. Pupuk Alami. Graminea. Bogor.
Sayuti . 2006. Geografi budaya dalam wilayah pembangunan daerah Sumatera Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
Siswadi . 2006. Budidaya Tanaman Sayuran. PT. Intan Sejati. Klaten
Warsino. 2010. Peluang Usaha dan Budidaya Cabai. Gramedia. Jakarta
Wiryanta, Wahyu. 2002. Bertanam Cabai Pada Musim Hujan. Agromedia Pustaka. Jakarta.
35
Table 10. Pertumbuhan Cabe Rawit (Capsicum frutescens) Pada Tiap Perlakuan P0, P1, P2, dan P3 Pada minggu terakhir pengamatan
PerlakuanPengamatan ke-
I II III IV Jumlah Rata-
36
rataPoA1 3.00 3.40 3.70 4.00 14.10 3.53PoA2 3.50 3.90 4.00 4.20 15.60 3.90PoA3 3.20 3.80 4.00 4.50 15.50 3.88P1A1 3.50 3.90 4.30 4.80 16.50 4.13P1A2 3.70 4.30 4.80 5.60 18.40 4.60P1A3 4.00 4.70 5.00 6.10 19.80 4.95P2A1 4.50 4.90 5.30 6.20 20.90 5.23P2A2 4.20 4.80 5.10 6.00 20.10 5.03P2A3 4.60 5.20 5.80 6.60 22.20 5.55P3A1 4.90 5.20 5.90 6.90 22.90 5.73P3A2 4.70 5.30 6.00 6.70 22.70 5.68P3A3 5.00 6.00 6.60 7.50 25.10 6.28
Tabel 11, Hasil pengamatan rata-rata pengaruh PPC pada tinggi tanaman cabe rawit (Capsicum frutescens) pada perlakuan PO,P1,P2,P3 untuk tiap ulangan.
PerlakuanUlangan
TotalRata-rataI II III
1 2 3 4 5 6P0 3,52 3,90 3,87 11,29 3,76
P1 4,12 4,60 4,95 13,67 4,56
P2 5,22 5,02 5,55 15,79 5,56
P3 5,72 5,68 6,27 17,67 5,89
Jumlah 40,75
Tabel 12. Analisis Varian (ANAVA) rata-rata pengaruh Pupuk Organik Cair Tingggi tanaman Cabe Rawit (Capsicum frutescens) selama 4 minggu
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit Ftab
37
Perlakuan 3 7,55 2,51 25,26* 4,06*
Galat 8 0,79 0,09
Total 11 8,35
Tabel 13 : Hasil Uji BNT rata-rata laju tinggi tanamanCabe Rawit (Capsicum frutescens)
Perlakuan rata-rataBNT 0,05
P3 3,76
P2 4,560,07
P1 5,56
P0 5,89
Keterangan : Angka yang disamping oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan perbedaan yang nyata dengan uji BNT pada ∝ 0,05
Dengan BNT 5% (∝ 0,05) maka disimpulkan bahwa mulai dari perlakuan P0 sampai
perlakuan P3, mempunyai pebedaan yang nyata sehingga rata-rata perlakuan
didampingi oleh huruf yang berbeda Nilai,
Tebel 14 : Hasil pengamatan rata-rata pengaruh PPC untuk jumlah daun cabe rawit
(Capsicum frutescens) pada perlakuan PO,P1,P2,P3 untuk tiap ulangan.
Perlakuan Ulangan Total Rata-
38
rataI II III1 2 3 4 5 6
P0 3.00 3.25 3.25 9.50 3.17P1 3.50 3.50 3.75 10.75 3.58P2 4.75 4.25 5.00 14.00 4.67P3 5.25 5.25 5.50 5.00 5.33
Jumlah 39,25
Tabel l5. Analisis Varian (ANAVA) rata-rata pengaruh Pupuk Organik Cair jumlah daun Cabe Rawit (Capsicum frutescens) selama 4 minggu
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit Ftab
Perlakuan 3 8,84 2,94 56,63* 4,07*
Galat 8 0,41 0,05
Total 11 9,26
Tabel 16 : Hasil Uji BNT rata-rata jumlah daunCabe Rawit (Capsicum frutescens)
Perlakuan rata-rataBNT 0,05
P3 5,33
P2 4,67 0,04P1 3,58
P0 3,17
Dengan BNT 5% (∝ 0,05) maka disimpulkan bahwa mulai dari perlakuan P0 sampai
perlakuan P3, mempunyai pebedaan yang nyata sehingga rata-rata perlakuan
didampingi oleh huruf yang berbeda Nilai.
Tabel 17, Hasil pengamatan rata-rata pengaruh PPC pada luas daun cabe rawit (Capsicum frutescens) pada perlakuan PO,P1,P2,P3 untuk tiap ulangan.
39
PerlakuanUlangan
TotalRata-rataI II III
1 2 3 4 5 6P0 1,87 1,67 1,72 5,26 1,75
P1 2,50 3,00 4,33 9,83 3,28
P2 3,75 3,62 4,05 11,42 3,81
P3 4,22 4,60 5,00 13,82 4,61
Jumlah 40,33
Tabel 18. Analisis Varian (ANAVA) rata-rata pengaruh Pupuk Organik Cair untuk luas daun Cabe Rawit (Capsicum frutescens) selama 4 minggu
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit Ftab
Perlakuan 3 13,02 4,34 15,70* 4,07*
Galat 8 2,21 0,27
Total 11 15,23
Tabel 19 : Hasil Uji BNT rata-rata luas daunCabe Rawit (Capsicum frutescens)
Perlakuan rata-rataBNT 0,05
P3 4,61
P2 3,81 0,21
40
P1 3,28
P0 1,75
1. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf ∝ 0,05
a. Tinggi TanamanBNT = f α (DB Galat) √2s 2
ulangan
= f0,05 (8) √2 KGTulangan
= f0,05 (8) √2 x 0,093
= 2,306 x 0,03= 0,07
b. Jumlah daunBNT = f α (DB Galat) √2s 2
ulangan
= f0,05 (8) √2 KGTulangan
= f0,05 (8) √2 x 0,053
= 2,306 x 0,01= 0,04
c. Luas daunBNT = f α (DB Galat) √2s 2
ulangan
= f0,05 (8) √2 KGTulangan
= f0,05 (8) √2 x 0,273
41
= 2,306 x 0,09= 0,21
Nilai Persentil Untuk Distribusi F(Bilangan badan daftar menyatakan Fpi
Baris atas p = 0,05 dan baris bawah p = 0,01)
y1 = dkpenyebu
ty2 = dk bilangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
42
1 1614052
2004999
2165403
2255625
2305764
2345859
2375928
2395981
2416022
2426056
2436082
2446106
2
18,51
98,49
19,100
99,01
19,16
99,17
19,25
99,25
19,30
99,30
19,33
99,33
16,36
99,34
19,37
99,39
19,38
99,48
19,39
99,40
19,40
99,41
19,41
99,42
3
10,13
34,12
9,5530,81
9,2829,4
6
9,1228,7
1
9,0128,2
4
8,9427,9
1
8,8827,6
7
8,8427,4
9
8,8127,3
4
8,7827,2
3
8,7627,1
3
8,7427,0
5
47,7121,2
0
6,9418,00
6,9516,6
9
6,3915,9
8
6,2615,5
2
6,1615,2
1
6,0914,9
8
6,0414,8
0
6,0014,6
6
5,9614,5
4
5,9314,4
5
5,9114,5
56,6116,2
6
5,7913,27
5,4112,0
6
5,1911,3
9
5,0510,9
7
4,9510,6
7
4,8810,4
5
4,8210,2
7
4,7810,1
5
4,7410,0
5
4,709,96
4,689,89
65,9913,7
4
5,1410,92
4,769,78
4,539,15
4,398,75
4,288,47
4,218,26
4,158,10
4,107,98
4,067,87
4,037,79
4,007,72
75,59
12,25
4,749,55
4,358,45
4,127,85
3,977,46
3,877,19
3,797,00
3,736,84
3,686,71
3,636,62
3,606,54
3,576,46
85,3211,2
6
4,468,65
4,077,59
3,847,01
3,696,63
3,586,37
3,506,19
3,446,03
3,395,91
3,345,82
3,315,74
3,285,67
95,1210,5
6
4,268,02
3,866,99
3,636,42
3,486,06
3,375,80
3,295,62
3,235,47
3,185,35
3,135,26
3,105,18
3,075,11
104,9610,0
4
4,107,56
3,716,55
3,485,99
3,335,64
3,225,39
3,115,21
3,075,06
3,024,95
2,974,85
2,944,78
2,914,71
11 4,849,65
3,987,20
3,596,22
3,365,67
3,205,32
3,095,07
3,014,88
2,954,74
2,904,63
4,542,76
4,462,72
4,402,69
12 4,759,33
3,886,93
3,195,95
3,265,41
3,115,06
3,004,82
2,924,65
2,854,50
2,804,39
2,764,30
2,724,22
2,694,16
13 4,679,07
3,806,70
3,415,74
3,185,20
3,024,86
2,924,62
2,844,44
2,774,30
2,724,19
2,674,10
2,634,02
2,603,96
14 4,608,86
3,746,51
3,345,56
3,115,03
2,964,69
2,854,46
2,774,28
2,704,14
2,654,03
2,603,94
2,563,86
2,533,80
15 4,548,68
3,686,36
3,295,42
3,064,89
2,904,56
2,794,32
2,704,14
2,644,00
2,593,89
2,553,80
2,513,73
2,483,67
16 4,498,53
3,636,23
3,245,29
3,014,77
2,854,44
2,744,20
2,664,03
2,593,89
2,543,78
2,493,69
2,453,61
3,552,38
17 4,458,40
3,596,11
3,205,18
2,964,67
2,814,34
2,704,10
2,623,93
2,553,79
2,503,68
2,453,59
2,413,52
2,383,45
18 4,418,28
3,556,01
3,165,09
2,934,58
2,774,25
2,664,01
2,583,85
2,513,71
2,463,60
2,413,51
2,373,44
2,343,37
19 4,388,18
3,525,93
3,135,01
2,904,50
2,744,17
2,633,94
2,553,77
2,483,63
2,433,52
2,383,43
2,343,36
2,313,30
20 4,358,10
3,495,58
3,104,94
2,874,43
2,714,10
2,603,87
2,523,71
2,453,56
2,403,45
2,353,37
2,313,30
2,283,23
p Fp
Lampiran F 205Daftar nilai baku studen pada taraf uji 10, 5, 1 dan 0,1%Untuk uji Beda Nyata Terkecil (Least Signifikant Difference test)
43
v = DrajatTraf Kritis
BebasGalat
0,100 0,050 0,010 0,001 1 6,314 12,706 63,657 2 2,920 4,303 9,925 31,5893 2,353 3,182 5,841 12,9414 2,132 2,776 4,604 8,6105 2,015 2,571 4,032 6,859 6 1,943 2,447 3,707 5.9597 1,895 2,365 3,499 5,4058 1,860 2,306 3,355 5,0419 1,833 2,262 3,250 4,78110 1,812 2,228 3,169 4,587 11 1,796 2,201 3,106 4,43712 1.782 2,179 3,055 4,31813 1,771 2,160 3,012 4,22114 1,761 2,145 2,977 4,14015 1,753 2,131 2,947 4,037 16 1,746 2,120 2,921 4,01517 1.74 2,110 2,898 3,96518 1,734 2,101 2,878 3,92219 1,729 2,093 2,861 3,88320 1,725 2,086 2,845 3,850 21 1,721 2,080 2,831 3,81922 1,717 2,074 2,819 3,79223 1,714 2,069 2,807 3,76724 1,711 2,064 2,797 3,74525 1,708 2,060 2,787 3,725 26 1,706 2,056 2,779 3,70727 1,703 2,052 2,771 3,69028 1,701 2,048 2,763 3,67429 1,699 2,045 2,756 3,65930 1,697 2,042 2,750 3,646
Dokumentasi
44
Gambar 4 : Pembuatan PPC
Gambar 5 : Hasil Fermentasi PPC
45
Gambar 6 : Penanaman biji cabai rawit
Gambar 7 : Perlakuan pada pengamatan Cabai rawit
46
Gambar 8 : Penyiraman PPC pada tanaman cabai rawit
Gambar 9 : Pengukuran tanaman cabai rawit
47