proposal skripsi ppt
DESCRIPTION
perbandingan bijikelengkeng dan kolsotrumTRANSCRIPT
PERBANDINGAN JUMLAH NEUTROFIL SETELAH APLIKASI GEL EKSTRAK
BIJI KELENGKENG (EUPHORIA LONGAN) DAN KOLOSTRUM SAPI
PADA PENYEMBUHAN LUKA
RENO ANDREY SUDARMANTO021211133052
Latar Belakang Luka rongga
mulutObat kimia
Kerugian :- Mahal- Iritasi- Reaksi
alergi
Penyembuhan luka
Obat herbal Keuntungan:
- Mengurangi efek alergi & efek samping- Dipercaya lebih efektif
Ekstrak biji kelengkeng
Ekstrak kolostrum
sapi
Asam galat & asam elagat
FGF, PDGF, IGF, TGF, Lactoferin
Fase inflamasi
Fase proliferas
iFase
remodeling
Neutrofil
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat penurunan jumlah neutrofil setelah aplikasi gel ekstrak biji kelengkeng (Euphoria longan) dan gel ekstrak kolostrum sapi pada penyembuhan luka?
Tujuan
Tujuan UmumUntuk mempelajari perbedaan jumlah neutrofil setelah aplikasi gel ekstrak biji kelengkeng (Euphoria longan) dan kolostrum sapi pada penyembuhan luka.Tujuan Khusus1. Untuk melihat secara histologis jumlah neutrofil setelah aplikasi gel
ekstrak biji kelengkeng (Euphoria longan) pada penyembuhan luka.2. Untuk melihat secara histologis jumlah neutrofil setelah aplikasi gel
ekstrak kolostrum sapi dan gel ekstrak biji kelengkeng (euphorian longan) pada penyembuhan luka.
3. Untuk menganalisa secara histologis jumlah neutrofil setelah aplikasi gel ekstrak biji kelengkeng (Euphoria longan) dan kolostrum sapi pada penyembuhan luka.
Kerangka Konseptual
Metode Penelitian
Jenis PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories dengan menggunankan rancangan penelitian post test only control group design.Sampel dan Besar Penelitian SampelHewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus jantan (Rattus novergicus) strain Wistar. Besar SampelUntuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Lemeshow sebagai berikut:
Pada penelitian ini digunakan sample trial sebanyak 7
Kriteria Inklusi Sampel Hewan Coba Tikus Wistar Jenis kelamin jantan Berat badan 150 - 200 gram Usia 2 - 3 bulan Keadaan umum tikus baik Diadaptasikan selama 1 minggu
Pembagian Kelompok Sampel1. Kelompok kontrol : kontrol negatif2. Kelompok perlakuan 1 : aplikasi gel ekstrak biji kelengkeng (Euphoria
longan)3. Kelompok perlakuan 2 : aplikasi gel ekstrak kolostrum
Tempat Penelitian
1. Pemeliharaan hewan coba dilakukan di laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
2. Pembuatan gel ekstrak biji kelengkeng dilakukan di Laboratorium Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
3. Pembuatan gel kolostrum sapi dilakukan di Laboratorium Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
4. Pembuatan sediaan HPA dilakukan di Laboratorium Patologi dan Anatomi Gedung Diagnostic Center RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
5. Pencatatan hasil HPA untuk melihat jumlah neutrofil dilakukan di Ruang Praktikum C Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
Variabel PenelitianVariabel Bebas
1. Gel ekstrak biji kelengkeng 3,2%2. Gel ekstrak kolostrum sapi 40%
Variabel Tergantung3. Perubahan jumlah neutrofil
Variabel Terkendali4. Jenis tikus5. Umur tikus6. Jenis kelamin tikus7. Berat badan tikus8. Tempat luka pada tikus9. Makanan dan minuman tikus10. Cara pemberian gel ekstrak biji kelengkeng dan kolostrum sapi11. Teknik pembuatan gel ekstrak biji kelengkeng dan kolostrum sapi
Definisi Operasional Variabel1. Gel Ekstrak Biji Kelengkeng
Gel ekstrak biji kelengkeng adalah sediaan setengah padat dengan konsentrasi 3,2% yang diperoleh dari biji kelengkeng yang diekstraksi dengan etanol 70% dan dicampur dengan bahan dasar gel Carboxyl Methyl Cellulosa (CMC-Na) 3% dalam 96,8 ml akuades steril.
2. Gel Ekstrak Kolostrum SapiGel kolostrum sapi adalah sediaan setengah padat dengan
konsentrasi 40% yang diperoleh dari bubuk kolostrum sapi sebanyak 20 gram dan dicampur dengan bahan dasar gel Carboxyl Methyl Cellulosa (CMC-Na) 2% dalam 30 ml akuades steril.
3. Luka SayatanLuka sayatan adalah luka pada tikus Wistar dengan panjang
1,5cm dan kedalaman 0,2-0,3cm pada mukosa labial rahang bawah rongga mulut tikus Wistar, lalu diberikan perlakuan dengan diolesi gel ekstrak biji kelengkeng dan kolostrum sapi menggunakan cotton buds steril.
4. NeutrofilNetrofil pada umumnya akan ditemukan pada 2 hari pertama dan
berperan penting untuk memfagositosis jaringan mati dan mencegah infeksi. (Gurtner, 2007)
5. Carboxyl Methyl Cellulosa (CMC-Na)CMC-Na adalah bahan pembentuk gel yang dapat menghasilkan
gel yang netral, jernih, tidak berwarna dan tidak berasa, stabil pada pH 3 hingga 11 (Agoes, 1993). Penggunaan CMC-Na secara topikal berdasarkan sediaan farmasi pada umumnya adalah sekitar 2,5%. CMC-Na terbukti tidak menyebabkan kerusakan ataupun perubahan pada jaringan (Fennema et al, 1996). Sehingga pemberian CMC-Na 2% atau 3% tidak mempengaruhi proses penyembuhan luka.
Bahan dan Alat PenelitianAlat Penelitian Kandang tikus Tempat makan dan minum tikus Timbangan hewan coba Blade dan scalpel Kapas Kertas saring Sarung tangan Tissue processor Rotary mikrotom Water bath Gelas objek Penutup gelas Bowl dan spatula Mikroskop cahaya
Bahan Penelitian Tikus Wistar jantan Makanan tikus wistar Etanol 70% CMC-Na 2% dan 3% Gel ekstrak biji kelengkeng 3,2% Gel ekstrak kolostrum 40% Bahan cat hematoksilin-eosin (HE) Akuades steril Formalin 10% Ketamin 5-10 mg/kg BB Xylazine 1-2 mg/kg BB Alkohol 70%, 80%, 90% dan 100% Xylol dengan konsentrasi absolute Parafin Albumin
Cara Kerja
1. Pengajuan Laik Etik Penelitian2. Pengelolaan binatang coba3. Persiapan gel ekstrak biji kelengkeng dan kolostrum sapi
a. Pembuatan ekstrak biji kelengkengb. Pembuatan ekstrak kolostrum sapic. Pembuatan gel ekstrak biji kelengkengd. Pembuatan gel ekstrak kolostrum sapi
Pembuatan Ekstrak Biji Kelengkeng Biji
kelengkeng
Dijemur 7 hari
Serbuk
Dihaluskan
Diaduk berulang sampai terbentuk suspensi
Direndam etanol 70% selama 3 hari
Ekstrak kental
Penyulingan
Disaring menggunakan kertas saring
3 gram bubuk CMC-Na
100 ml akuades steril Gel CMC-Na 3%
96,8 gram gel CMC-Na 3% Gel ekstrak biji
kelengkeng 3,2%
3,2 gram ekstrak biji kelengkeng
Pembuatan Gel Ekstrak Biji Kelengkeng
Pembuatan Gel ekstrak Kolostrum Sapi
50 ml akuades steril
20 gram bubuk kolostrum sapi
1 gram gel CMC-Na 2%
Gel ekstrak kolostrum sapi
40%
4. Perilaku pembuatan luka pada hewan coba Tikus Wistar
Tikus dianastesi perinhalasi
Penyayatan pada mukosa labial rahang bawah
5. Perlakuan pada hewan coba tikus Wistar
Luka bekas sayatan mukosa labial rahang bawah
Kontrol:Luka diberi
aplikasi akuades steril
Perlakuan B:Luka diberi aplikasi gel
ekstrak kolostrum
Perlakuan A:Diberi aplikasi gel ekstrak biji
kelengkeng
Dirawat dan diberi perlakuan
Hari ke-1 didekapitasi dan biopsi seluas luka dan sedikit jaringan sehat
Jasad tikus dikubur
6. Pembuatan preparat jaringan
Pengecatan preparat jaringan dengan Hemaktosilin Eosin
(HE)
Fiksasi sediaan dan pembuatan sediaan HPA
Pengambilan sampel
DehidrasiEmbedding
BlockingPemotongan Jaringan
Peletakan jaringan pada gelas objek
7. Prosedur pengamatan dan perhitungan jumlah neutrofil
Dihitung dengan mikroskop binokuler dengan perbesaran 1000x 3 potong jaringan diberi minyak emersi Tiap potong jaringan dihitung secara sistematis Jumlah neutrofil: menghitung rata-rata jumlah neutrofil dari ketiga
potongan jaringan tiap preparat yang telah dibaca
8. Analisis Data
Data penelitian yang telah diperoleh terlebih dahulu diuji normalitasnya menggunakan uji Kolmogorov-smirnov dan di uji Levene untuk menguji homogenitasnya kemudian dilanjutkan dengan uji parametrik menggunakan Oneway Anova dengan tingkat kepercayaan 95% dan bila ada perbedaan dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significance Difference).
Alur PenelitianTikus wester jantan, BB 150-200
gramAdaptasi selama 1 minggu
Tikus dilukai pada bagian labial rahang bawah mukosa rongga mulut
Luka bekas sayatan
Perlakuan1. Gel ekstrak biji
kelengkeng 3,2%2. Gel ekstrak kolostrum
40%
KontrolAkuades steril
Tikus wistar di pelihara kembali
Pengambilan spesimen pada hari ke-1 (7 ekor tikus, 30 spesimen)
Pemeriksaan histopatologis jumlah neutrofil
Analisis data
10. Analisis dataData diolah dan diuji analisis statistik menggunakan One Sample Kolmogorov Test untuk menentuan data berdistribusi normal, lalu selanjutnya dihitung menggunakan ANOVA jika data berdistribusi normal. Penelitian disusun dengan menggunakan SPSS versi 21 untuk windows 7.
Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan syarat utama untuk menentukan apakah populasi dari data-data tersebut berdistribusi normal yang nantinya berhubungan dengan presisi dan akurasi data. Pada uji normalitas menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, hasil dikatakan berdistribusi normal jika nilai probabilitasnya atau asymp.sig.(2-tailed)lebih dari 0,05 yang menandakan Ho diterima (Corder & Foreman, 2009).
Perlakuan 2
Kontrol
Perlakuan 1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Neutrofil KategoriN 10 10
Normal Parametersa,bMean 29.9000 2.0000Std. Deviation 15.33659 .00000c
Most Extreme DifferencesAbsolute .177 Positive .106 Negative -.177
Kolmogorov-Smirnov Z .558 Asymp. Sig. (2-tailed) .914 a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Neutrofil KategoriN 10 10
Normal Parametersa,bMean 17.1000 3.0000Std. Deviation 14.83577 .00000c
Most Extreme DifferencesAbsolute .176 Positive .176 Negative -.125
Kolmogorov-Smirnov Z .556 Asymp. Sig. (2-tailed) .917 a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Neutrofil KategoriN 30 30
Normal Parametersa,bMean 31.6000 2.0000Std. Deviation 31.46602 .83045
Most Extreme DifferencesAbsolute .158 .219Positive .154 .219Negative -.158 -.219
Kolmogorov-Smirnov Z .863 1.200Asymp. Sig. (2-tailed) .445 .112a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.
Uji normalitas terhadap kontrol, perlakuan 1 dan perlakuan 2
Kelompok Perlakuan N p KeteranganKontrol 10 0.445 NormalPerlakuan 1 10 0.914 NormalPerlakuan 2 10 0.917 Normal
Dari table diatas dapat ditunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih tinggi daripada nilai alpha (p>0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok perlakuan kontrol, perlakuan 1 dan perlakuan 2 berdistribusi normal dan dapat melanjutkan ke penghitungan One Way Anova.
Setelah uji normalitas menunjukkan hasil distribusi normal, dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunakan One Way Anova dalam menentukan apakah perbandingan data hasil pada perlakuan 1 dan perlakuan 2 memiliki variansi yang sama
Uji Anova terhadap perlakuan 1 dan 2
Uji Annova perlakuan 1 dan perlakuan 2
Nilai .sig lebih dari 0,05 pada perlakuan 1 dan perlakuan 2 di setiap kelompok sampel. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan data tersebut homogen yang artinya data memiliki variansi yang sama dan tidak ada perbedaan dalam perhitungan jumlah neutrofil.
Macam-macam perlakuan
PERLAKUAN 1 PERLAKUAN 2
Asymp .sig. (2-tailed) 0,088 0,525
Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa asymp.sig.(2-tailed) lebih dari 0,05 sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara bahan biji kelengkeng dan kolostrum sehingga data tersebut berdistribusi normal dan samplenya homogen walaupun tidak terjadi perbedaan yang signifikan lebih baik jika menggunakan kolostrum.
bahan .sigPerbandingan kelengkeng dan kolostrum
0.108
TERIMA KASIH