proposal skripsi

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang – Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal I ayat 1 disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dan pada bab III mengenai Hak dan Kewajiban, pada pasal IV disebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa tidak hanya orang normal yang berhak menerima kesehatan, tetapi juga orang yang memiliki keterbatasan juga berhak menerima derajat kesehatan yang optimal. Seseorang yang mempunyai kecacatan baik jasmani maupun rohani, biasanya disebut dengan kondisi luar biasa atau kondisi khusus. Pada umumnya mereka yang 1

Upload: ega-meinaldy-pujayusman

Post on 30-Jun-2015

1.375 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal skripsi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009

tentang kesehatan, pada pasal I ayat 1 disebutkan bahwa kesehatan adalah

keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang

hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dan pada bab III mengenai Hak dan

Kewajiban, pada pasal IV disebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang

sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dari hal tersebut dapat

dikatakan bahwa tidak hanya orang normal yang berhak menerima kesehatan,

tetapi juga orang yang memiliki keterbatasan juga berhak menerima derajat

kesehatan yang optimal.

Seseorang yang mempunyai kecacatan baik jasmani maupun rohani,

biasanya disebut dengan kondisi luar biasa atau kondisi khusus. Pada umumnya

mereka yang mengalami cacat baik fisik, psikologis, kognitif atau sosial

terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan dan potensinya secara

maksimal (Mangunsong, 1998).

Hallahan dan Kauffman (1991) mendefinisikan tunarungu sebagai istilah

umum yang menunjukan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang

berat, dan diklasifikasikan dalam tuli (deaf) dan kurang mendengar (hard of

1

Page 2: Proposal skripsi

hearing). Kecacatan dalam pendengaran menyebabkan remaja tunarungu tidak

mampu memahami suatu kejadian atau kebutuhan secara tepat

Anak tunarungu mempunyai keterbatasan pada indra pendengaran antara

lain berbicara dan berkomunikasi. Masalah bicara terjadi karena anak tidak dapat

mempelajari hubungan antara pergerakan dengan mekanisme yang terlibat dalam

proses bicara sampai proses itu dihasilkan. Dalam berkomunkasi anak tunarungu

mendapat kesulitan karena ketidakmampuan untuk menangkap dan

menyampaikan suatu masalah. Perilaku orang-orang yang mengalami tunarungu

dengan segala keterbatasan yang dimilikinya tentunya memerlukan pelayanan

kesehatan yang cukup memadai untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.

(Resphaty, 2003)

Tunarungu adalah salah satu jenis cacat yang cukup banyak terdapat di

Indonesia, baik yang mengalaminya secara bawaan sejak lahir ataupun yang

didapat karena penyakit ataupun kecelakaan. Berdasarkan data dari GERKATIN

(Gerakan Untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) bahwa jumlah penyandang

cacat adalah 6% dari jumlah penduduk Indonesia dan sebanyak 2, 9 juta atau

sekitar 1,25 % dari total keseluruhan penduduk Indonesia adalah penyandang

tunarungu. Menurut data Sensus Nasional Biro Pusat Statistik tahun 2003, jumlah

penyandang cacat di Indonesia sebesar 0,7% dari jumlah penduduk 211.428.572

atau sebanyak 1.480.000 jiwa.Dari jumlah itu sebesar 21,42 % atau 317.016 anak

diantaranya adalah anak cacat usia sekolah (5-18 tahun). Data siswa penyandang

cacat yang tersebar di SLB menurut Kementerian Pendidikan Nasional Republik

2

Page 3: Proposal skripsi

Indonesia pada tahun 2009 pada SLB tunarungu/tunawicara sebesar 5.610 orang.

(Depkes, 2010)

Dari penelitian yang dilakukan oleh Krista Veronica Siagian pada tahun

2005 di SLB B Karya Murni dan SLB-B Taman Islam Medan, diperoleh data

bahwa pada kelompok usia 11-12 tahun, indeks oral hygiene rata-rata siswa-siswi

tunarungu sebesar 2,64. Pada kelompok usia 14-16 tahun indeks oral hygiene rata-

rata siswa-siswi tunarungu adalah 2,54.Indeks OHIS dikategorikan sedang. Pada

kelompok usia 11-12 tahun DMF-T rata-rata siswa-siswi tunarungu adalah 4,17.

Pada kelompok usia 14-16 tahun DMF-T rata-rata siswa-siswi tunarungu adalah

5,53. Indeks DMF-T dikategorikan tinggi.

Pada tahun 1989 Tati Hartati melakukan penelitian dalam skripsinya

tentang prevalensi karies gigi dan keadaan kebersihan mulut pada tunanetra di

PRCPN Wyata Guna, SLB/B Cicendo, dan Panti Asuhan Taman Harapan

Muhammadiyah Bandung. Pada penelitiannya tersebut diketahui bahwa rata-rata

indeks kebersihan mulut subjekdi SLB/B Cicendo adalah 1,58. Dari hasil

penelitian tentang prevalensi karies gigi, diperoleh hasil bahwa prevalensi karies

yang paling besar di SLB/ B sebesar 81%, dibandingkan dengan tunanetra di

Wyata Guna yaitu sebesar 75,53%.

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka penulis merasa

tertarik untuk melakukan suatu penelitian terhadap siswa tunarungu untuk

3

Page 4: Proposal skripsi

mengetahui indeks kebersihan mulut dan indeks DMF (decay, missing, filling)

untuk gigi tetap, atau def (decay, extracted, filling) untuk gigi sulung.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang pemilihan masalah tersebut, maka masalah

yang timbul dan ingin diketahui adalah :

Bagaimana indeks DMF-T/def-t dan indeks kebersihan mulut pada tunarungu di

SLB B Cicendo

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk mengetahui

indeks DMF-T/def-t dan keadaan kebersihan mulut pada tunarungu di SLB B

Cicendo.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Dapat memberikan informasi mengenai indeks DMF-T/def-t dan keadaan

kebersihan mulut pada tunarungu di SLB B Cicendo

2. Untuk dapat dijadikan dasar bagi penelitian lebih lanjut bagi lembaga

lainnya di dalam upaya pembinaan kesehatan gigi dan mulut pada orang-

orang cacat

4

Page 5: Proposal skripsi

1.5. Kerangka Pemikiran

Menurut pernyataan dari Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), kesehatan

adalah keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara lengkap dan bukan

hanya sekedar tidak mengidap penyakit atau kelemahan. Secara umum, seseorang

dikatakan sehat tidak hanya tubuhnya saja yang sehat tetapi juga sehat rongga

mulut dan giginya. Gigi yang sehat juga tidak cukup hanya rapi dan putih saja

tetapi harus didukung oleh gusi, akar dan tulang pendukung yang sehat. Gigi akan

berfungsi dengan baik apabila gigi tersebut dalam keadaan sehat, sebaliknya gigi

dan mulut yang tidak sehat akan menimbulkan masalah (Pintauli dan Hamada,

2008)

Penderita khusus, dalam hal ini adalah penderita cacat, yaitu penderita yang

mengalami hambatan rohani dan atau jasmani, sehingga mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan dalam menjalankan fungsi sosialnya perlu

ditangani secara khusus. Sebagian besar individu penderita cacat mempunyai

kebersihan mulut yang lebih buruk dibandingkan dengan individu normal, yang

disebabkan diet makanan yang buruk dan kurangnya pemeliharaan di rumah,

sehingga gigi banyak rusak dan berlubang (Maulani, 2005)

Anak Tunarungu/Tunawicara/wicara adalah anak yang memiliki hambatan

dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen dan biasanya

memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.

Anak Tunarungu/Tunawicara mengalami gangguan komunikasi secara verbal

karena kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya, sehingga mereka

5

Page 6: Proposal skripsi

menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi, oleh karena itu pergaulan

dengan orang normal mengalami hambatan. Selain itu mereka memiliki sifat ego-

sentris yang melebihi anak normal, cepat marah dan mudah tersinggung.

Kesehatan fisik pada umumnya sama dengan anak normal lainnya.(Depkes, 2010)

Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut, Greene dan Vermillion

menggunakan indeks yang dikenal dengan Oral Hygiene Index (OHI) dan

Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S). Pada awalnya indeks ini digunakan untuk

menilai penyakit peradangan gusi dan penyakit periodontal, akan tetapi data dari

data yang diperoleh ternyata kurang berarti atau bermakna. Oleh karena itu hanya

digunakan untuk mengukur tingkat kebersihan gigi dan mulut dan menilai

efektiftas dari penyikatan gigi. OHI terdiri dari komponen Debris Index dan

Calculus Index, dengan demikian OHI merupakan hasil penjumlahan dari Debris

Index dan Calculus Index, (Widodo, 2010)

Indeks DMFT yang dikeluarkan oleh WHO bertujuan untuk

menggambarkan pengalaman karies seseorang atau dalam suatu populasi. Semua

gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena biasanya gigi tersebut sudah dicabut

dan kadang-kadang tidak berfungsi. Indeks ini dibedakan atas indeks DMFT

(decayed missing filled teeth) yang digunakan untuk gigi permanen pada orang

dewasa dan deft (decayed extracted filled tooth) untuk gigi susu pada anak-anak.

(Pintauli dan Hamada, 2008)

6

Page 7: Proposal skripsi

Untuk mendukung hal tersebut, maka perlu dilakukan pelaksanaan

program kesehatan pada seluruh tingkat masyarakat, tidak terkecuali untuk orang-

orang yang mengalami keterbatasan seperti pada siswa tunarungu.

Kesehatan

Kesehatan gigi dan mulut

Penderita Cacat

Tuna rungu

1.6. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian survei deskriptif. Penelitian ini

diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan indeks DMF-T/deft-t dan

indeks kebersihan mulut pada tunarungu di SLB B Cicendo.

1.7. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa tunarungu dari TK sampai SMA

di SLB B Cicendo Bandung.

7

- Keterbatasan berbicara- Keterbatasan berkomunikasi

Indeks kebersihan mulut

Indeks DMF T/deft

Page 8: Proposal skripsi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan jenis penelitian survei.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua siswa di SLB B Cicendo dari TKLB

sampai SMALB

3.2.2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan total sampling

berjumlah 152 siswa, terdiri dari siswa TKLB berjumlah 27 orang, SDLB

berjumlah 68 orang, SMPLB berjumlah 34 orang, dan SMALB berjumlah 23

orang.

3.3. Variabel Penelitian

Variable-variabel yang dicari dalam penelitian ini adalah

1. Indeks DMF-T/def-t

2. Indeks kebersihan mulut

3.4. Definisi Operasional Variabel

1. Indeks DMF-T/def-t

8

Page 9: Proposal skripsi

Untuk mendapatkan data mengenai pengalaman karies gigi, dipakai angka

DMF (untuk gigi tetap) dan def (untuk gigi sulung) sebagai indeks.

Pemeriksaan klinis yang dilalukan terhadap setiap subjek adalah

pemeriksaan karies dengan menggunakan index def-t/ DMF-T yang dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. def-t

def-t (decayed, extracted, filled teeth) adalah jumlah gigi sulung yang

mengalami karies pada subjek, berupa angka yang diperoleh dengan

menghitung keadaan sebagai berikut:

d : Apabila jaringan email gigi sulung mengalami dekalsifikasi, terlihat

keputih-putihan atau kecokelatan dengan ujung ekskavator yang terasa

menyangkut pada kavitas. Keadaan lain yang termasuk kategori ini yaitu:

karies dengan kavitas besar yang melibatkan dentin, karies mencapai

jaringan pulpa baik pulpa tersebut masih vital maupun non-vital, karies

terhenti serta karies pada gigi sulung walaupun pada gigi tersebut terdapat

restorasi. Seluruh keadaan ini masih dapat dikategorikan d (decayed),

apabila kavitas tersebut nantinya masih dapat direstorasi.

e: Apabila gigi tersebut telah dilakukan pencabutan atau tanggal. Keadaan

lain yang termasuk ke dalam kategori ini yaitu karies gigi sulung yang

diindikasikan untuk pencabutan, contohnya jika mahkota gigi tidak ada

atau yang ada hanya sisa akar.

9

Page 10: Proposal skripsi

f: Apabila pada gigi sulung tersebut telah ditumpat atau direstorasi secara

tatap maupun sementara. Apabila gigi yang sudah ditumpat terdapat karies

maka tidak termasuk dalam kategori ini.

2. DMF-T

DMF-T (Decayed, Missing, Filled Teeth) adalah jumlah gigi tetap yang

mengalami karies pada subjek berupa angka yang diperoleh dengan

menghitung keadaan sebagai berikut:

D: Apabila jaringan email gigi tetap mengalami dekalsifikasi, terlihat

keputih-putihan atau kecokelatan dengan ujung ekskavator yang terasa

menyangkut pada kavitas. Keadaan lain yang termasuk ke dalam kategori

ini yaitu keadaan karies dengan kavitas besar yang melibatkan dentin,

karies mencapai jaringan pulpa

M :Apabila gigi tersebut telah dilakukan pencabutan atau tanggal.

Keadaan lain yang termasuk ke dalam kategori ini, yairu karies gigi tetap

yang diindikasikan untuk pencabutan, contohnya jika mahkota gigi tidak

ada atau yang ada hanya sisa akar.

F : Apabila pada gigi tetap tersebut telah ditumpat atau direstorasi secara

tetap maupun sementara. Apabila gigi yang sudah ditumpat terdapat karies

maka tidak termasuk dalam kategori ini.

Dengan kriteria ini maka dapat diketahui jumlah gigi yang D, M, F juga d,

e, f. Selain itu indeks ini juga dipkai untuk menentukan status kesehatan gigi yang

menyangkut serangan karies pada masyarakat.

10

Page 11: Proposal skripsi

Indeks DMF : jumlah gigi DMF

Jumlah gigi yang diperiksa

Indeks def : jumlah gigi d e f

Jumlah gigi yang diperiksa

WHO memberikan kategori dalam perhitungan DMF-T dan def-t

berupa derajat

interval sebagai berikut (Pine, 1997) :

1. Sangat rendah : 0,0 – 1,1

2. Rendah : 1,2 – 2,6

3. Moderat : 2,7 – 4,4

4. Tinggi : 4,5 – 6,5

5. Sangat Tinggi : > 6,6

2. Indeks Kebersihan Mulut

Indeks yang digunakan adalah “Oral Hygiene Index Simplified” . OHI-S

dari Green dan Vermillion, merupakan hasil penjumlahan debris indeks dan

kalkulus indeks.

Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan pada gigi-gigi tertentu yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31, 46

11

Page 12: Proposal skripsi

4 gigi diperiksa permukaan facial (molar 1 RA kanan - kiri, incisivus 1 atas kanan,

incisivus 1 bawah kiri) dan 2 gigi diperiksa permukaan lingual (molar 1 bawah

kanan - kiri)

gambar 3.1. pemilihan gigi menurut Greene dan

Vermillion (Moslehzadeh, diakses dari

http://www.whocollab.od.mah.se/expl/ohisgv64.html)

Bukal Labial Bukal

6 1 6

6 1 6

Lingual Labial Lingual

Bila gigi penentu tidak ada, maka yang digunakan sebagai gigi penentu

adalah gigi dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Apabila gigi molar pertama tidak ada maka penilaian dilakukan pada gigi

molar kedua, apabila gigi molar pertama dan kedua tidak ada maka

penilaian dilakukan pada gigi molar ketiga akan tetapi bila gigi molar

12

Page 13: Proposal skripsi

pertama, kedua dan ketiga tidak ada, maka tidak ada penilaian untuk

segmen tersebut

b. Apabila gigi incisivus pertama kanan atas tidak ada, maka dapat diganti

oleh gigi incisivus kiri dan apabila gigi incisivus kiri bawah tidak ada,

dapat diganti dengan gigi incisivus pertama kanan bawah, akan tetapi bila

gigi incisivus pertama kiri atau kanan tidak ada, maka tidak ada penilaian

untuk segmen tersebut.

c. Gigi indeks dianggap tidak ada pada keadaan-keadaan seperti: gigi hilang

karena dicabut, gigi yang merupakan sisi akar, gigi yang merupakan

mahkota jaket baik yang terbuat dari akrilik maupun logam, mahkota gigi

sudah hilang atau rusak lebih dari ½ bagiannya pada permukaan indeks

akibat karies maupun fraktur, gigi yang erupsinya belum mencapai ½

tinggi mahkota klinis.

Penilaian dapat dilakukan apabila minimal ada dua gigi indeks yang dapat

diperiksa.

2. Pemeriksaan debris index (DI)

Debris index adalah endapan lunak/ plak yang melekat pada gigi penentu.

Cara pemeriksaannya yaitu dengan menggunakan sonde atau disclosing

solution

Kriteria penilaian:

0 = jika tidak ada debris lunak dan pewarnaan ekstrinsik

13

Page 14: Proposal skripsi

1= kurang dari 1/3 permukaan gigi terdapat debris lunak atau tidak ada

debris lunak, tetapi ada pewarnaan ekstrinsik

2 = lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi terdapat debris

lunak

3= lebih dari 2/3 permukaan gigi terdapat debris lunak

Gambar 3.2. kriteria pengklasifikasian debris menurut Greene dan Vermillion

(Moslehzadeh, diakses dari http://www.whocollab.od.mah.se/expl/ohisgv64.html)

Debris index = ∑ nilai debris

∑ jumlah gigi yang diperiksa

3. Calculus Index (CI)

Adalah nilai dari endapan keras/ karang gigi yang melekat pada gigi

penentu

Kriteria penilaian adalah:

0= permukaan gigi bersih

1= kurang dari 1/3 permukaan gigi terdapat karang gigi supra gingival

14

Page 15: Proposal skripsi

2= lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi terdapat karang gigi

supra gingival atau pada servikal/ leher gigi terdapat bercak-bercak karang

gigi sub gingival tapi permukaan gigi bersih

3= lebih dari 2/3 permukaan gigi terdapat karang gigi atau permukaan gigi

bersih, karang gigi melingkari leher gigi

Calculus Index (CI) = ∑ penilaian calculus

∑ jumlah gigi yang diperiksa

4. Oral Hygiene Index merupakan penjumlahan debris index dan calculus

index

OHI= DI+ CI

Tingkat kebersihan oral hygiene dapat digolongkan sebagai berikut:

Baik : 0,0-1,2

Sedang : 1,3-3,0

Jelek : 3,1-6,0

3.5. Teknik Pengumpulan Data

15

Page 16: Proposal skripsi

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan survei yaitu

dengan cara memeriksa langsung keadaan mulut subjek penelitian, untuk

mengetahui indeks DMF-T/def-t dan keadaan kebersihan mulutnya.

3.6. Alat dan Bahan

3.6.1. Bahan Penelitian

a. Alkohol untuk mensterilkan alat-alat

b. Disclosing solution

c. Kapas

3.6.2. Alat Penelitian

a. Sonde

b. Kaca mulut

c. Pinset

d. Gelas kumur

e. Tissue

f. Formulir informed consent

g. Alat tulis

3.7. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1. Subjek penelitian diminta untuk mengisi informed consent yang dibimbing

oleh guru atau peneliti

16

Page 17: Proposal skripsi

2. Peneliti mencatat identitas subjek penelitian selengkapnya dalam formulir

status

3. Subjek penelitian duduk pada kursi dan diinstruksikan untuk membuka mulut

4. Dilakukan pemeriksaan pada gigi yang DMF (decayed, missing, filled) atau

gigi yang def (decayed, extracted, filled) dengan menggunakan sonde dan

kaca mulut, kemudian mencatatnya pada formulir pemeriksaan

5. Pemberian disclosing solution pada ujung lidah subjek penelitian, kemudian

diinstruksikan untuk melumatkan ujung lidah pada permukaan gigi.

6. Periksa akumulasi plak dan kalkulus dengan melihat gigi yang terwarnai

disclosing solution, kemudian mencatatnya pada formulir pemeriksaan.

3.8. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa tunarungu dari TK sampai

SMA di SLB B Cicendo.

17

Page 18: Proposal skripsi

Daftar Pustaka

Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu Kedokteran Gigi. Jakarta :EGC

Definisi kesehatan menurut WHO diakses dari http://www.who.int/about/definition/en/print.html diakses 2 feb 2011 11.32 p.m

Hallahan, D. P., & Kauffman, J.M. 1991. Exceptional Children. 5th edition. EnglewoodCliffs, USA : Prentice Hall Inc

Hernawati, Tati. 2007. Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan Berbicara Anak Tunarungu. JASSI_anakku Volume 7 Nomor 1 Juni 2007 hlm 101-110

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Sekolah Luar Biasa (SLB) Bagi Petugas Kesehatan.

Mangunsong, F. (1998). Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta: LPSP3 Universitas Indonesia

Moeis, E.F. 2004. Menuju Sehat Gigi dan Mulut Indonesia 2020. Jurnal Kedokteran Gigi Edisi Khusus KOMIT KG.

Moslahzadeh. Oral Hygiene Index Simplified. Diakses dari http://www.whocollab.od.mah.se/expl/orhdmft.html (Januari 2011)

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineke Cipta

Pine, C.M.1997. Community Oral Health. Great Britain. Wright.

Pintauli, sondang. Hamada taizo. 2008. Menuju Gigi dan Mulut Sehat: pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press

Resphaty Sri, Suharsono Ismu, BB Sarworini. Karies Gigi Pada Anak Tunarungu Usia 2-5 Tahun Menurut Tingkat Kehilangan Pendengaran di SLB B Sanu Rama. Jakarta: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2003

18

Page 19: Proposal skripsi

Samaranayake, Lakshman. 2006. Essential Microbiology for Dentistry. Hongkong: Elsevier

Siagan, Krista Veronika. 2005. Gambaran Oral Hygiene Dan Karies Gigi Pada Siswa Sekolah Tunarungu Dan Tidak Tunarungu Pada Kelompok Usia 11-12 Tahun Dan 14-16 Tahun

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor. 36 Tahun 2009

Widodo, Tiyo. 2010. Mengukur Kebersihan Gigi. Diakses dari http://setiyowidodo.blogspot.com/2010/12/mengukur-kebersihan-gigi.html (29 jan 2011 pukul 12.20 am)

19