proposal proyek kultur jaringan
TRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN KULTUR JARINGAN
PENANAMAN EKSPLAN DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) PADA KULTUR JARINGAN
Oleh :
AGISTA MAHRINI (E1A209027)AKHMAD KAMAL (E1A209052)
DARMA SETIA JAYA (E1A209217)
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU2013
BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan salah satu tekhnik memperbanyak suatu
tanaman dengan cara menanam sebagian kecil jaringan pada medium yang
sudah dalam keadaan steril. Teknik kultur jaringan bukan hanya digunakan
untuk beberapa tujuan seperti mendapatkan produksi metabolit sekunder,
mendapatkan keragaman seleksi dan pemuliaan tanaman.
Pada dasarnya langkah-langkah dalam melakukan proses kultur jaringan
ada 3 tahap, yaitu :
1. Tahap I atau disebut juga tahap persiapan eksplan
2. Tahap II atau disebut juga tahap penggandaan.
3. Tahap III atau disebut juga tahap penndewasaan.
(D.F.Wetherell,1976).
Langkah pertama yang harus dilakukan apabila akan melakukan kultur
jaringan adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai, karena akan
menyangkut materi yang akan digunakan. Misalnya tujuannya ingin
memperbanyak tanaman dengan hasil yang sesuai dengan induknya, maka
dilakukan kultur meristem atau kultur kalur. Apabila tujuannya ingin
mendapatkan tanaman yang homozigot, dilakukan kultur anther. Langkah
berikutnya adalah menentukan medium yang akan digunakan dengan
menambahkan ZPT vitamin dan suplemen lainnya. Selanjutnya adalah tahap
kerja di laboratorium.
Proses pelaksanaan kultur jaringan yang dapat dikatakan proses
terakhir yaitu penanaman eksplan. Syarat pertama kultur jaringan juga masih
digunakan pada pelaksanaan ini yaitu kondisi yang aseptic. Pada pross
penanaman eksplan, lingkungan yang digunakan haruslah benar-benar dalam
kondisi yang aseptic. Oleh karenanya penanaman biasanya dilakukan di
Enkas, sebuah kotak dengan tepi yang transparan dan terdapat lubang untuk
tangan, atau dengan menggunakan LAF (Laminar Air Flow).
Penanaman eksplan harus dilakukan pada ruangan yang harus steril,
dan eksplan juga dalam keadaan yang steril pula. Penanaman dapat dilakukan
pada ruangan tertutup atau ruangan penabur dalam Laminair Air Flow (LAF).
Ruangan digunakan, setelah dilakukan sterilisasi dengan menggunakan larutan
alkohol 96 % pada lantai dan dinding ruangan, dan membiarkan ruangan
selama 30 menit dengan sinar UV yang menyala.
Kontaminasi yang terjadi pada kultur jaringan merupakan momok
yang cukup mengganggu proses kultur jaringan. Namun kontaminasi juga
dapat dicegah dengan perlakuan-perlakuan yang aseptic. Stelah dua acara
praktikum diatas dilakukan sterilisasi terhadap peralatan kultur dan media
kultur, tanaman atau eksplan yang akan ditanam juga harus dalam keadaan
steril dan sehat artinya eksplan tidak terserang penyakit ataupun terkena
serangan mikroba.
Keberadaan kontaminan yang berasal dari spora maupun mikroba
lainnya sangat sulit dihindari termasuk juga di dalam ruang kultur. Untuk itu
sterilisasi ruangan juga perlu dilakukan tentunya dengan tujuan untuk
menciptakan lingkungan yang aseptic dan menghilangkan mikroba maupun
spora penyebab kontaminan.
Perumusan Masalah
1. Apakah cara penanaman eksplan dan subkultur daun sambung nyawa
berpengaruh pada keberhasilan kultur?
2. Apakah kegiatan kultur jaringan memperlihatkan kemajuan pertumbuhan
eksplan daun smabung nyawa?
3. Adakah faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan?
Tujuan
1. Mengetahui dan mempraktikan cara menanam eksplan dan sub kultur .
2. Mengamati pertumbuhan eksplan daun sambung nyawa
3. Mencari factor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan.
Hipotesis
1. Ada pengaruh antara cara penanaman eksplan dan subkultur daun
sambung nyawa terhadap keberhasilan kultur jaringan.
2. Pengamatan terhadap pertumbuhan eksplan daun sambung nyawa
memperlihatkan kemajuan
3. Terdapat beberapa faktor penghambat penyebab kontaminasi dalm kultur
jaringan.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan menjadi media bagi para pembaca untuk
mendapat beberapa manfaat, yaitu:
1. Sebagai sumber informasi bagi kalangan peneliti, akademisi, instansi,
maupun wirausaha daun sambung nyawa
2. Sebagai langkah alternatif untuk pembaca untuk memulai proyek kultur
jaringan daun smabung nyawa
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Teknik Kultur Jaringan
Dengan semakin berkembangnya usaha di bidang pertanian maka
kebutuhan bibit semakin meningkat. Melalui perbanyakan konvensional sangat
sulit untuk memenuhi kebutuhan bibit yang sangat banyak dengan waktu relatif
cepat. Dengan demikian, teknologi kultur jaringan telah terbukti dapat
digunakan sebagai teknologi pilihan ( Mariska, 2008 ).
Menurut Sriyanti (1994), kultur jaringan adalah suatu metode untuk
mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel,
jaringan dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, sehingga
bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi
tanaman lengkap kembali. Tujuan dari Kultur jaringan diantaranya
menciptakan tanaman baru bebas penyakit, memperbanyak tanaman yang
sukar diperbanyak secara seksual, dan menghasilkan tanaman baru sepanjang
tahun (Hendaryono,1994).
Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan teknik pemeliharaan
jaringan atau bagian dari individu secara buatan (artifisial). Yang dimaksud
secara buatan adalah dilakukan di luar individu yang bersangkutan. Karena itu
teknik ini sering kali disebut kultur in vitro, sebagai lawan dari in vivo.
Dikatakan in vitro (bahasa Latin, berarti "di dalam kaca") karena jaringan
dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari kaca atau material
tembus pandang lainnya. Kultur jaringan secara teoretis dapat dilakukan untuk
semua jaringan, baik dari tumbuhan maupun hewan (termasuk manusia) namun
masing-masing jaringan memerlukan komposisi media tertentu (Hendra, 2007).
Pertumbuhan dan perkembangan dalam kultur in vitro dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya: faktor genetik, media tumbuh, faktor lingkungan,
dan zat pengatur tumbuh. Menurut Wetherell (1982), zat pengatur tumbuh
(ZPT) di dalam dalam media berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan
perkembangan tanaman pada setiap tingkat pertumbuhan dan perkembangan.
Di dalam tanaman terdapat fitohormon yang mendorong pertumbuhan
dan perkembangan, serta fitohormon yang menghambat. ZPT akan bekerja
secara aditif (sinergis) dengan fitohormon (pendorong) atau antagonis dengan
fitohormon yang menghambat. Resultan dari interaksi ini akan tampil dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Gardner (1991) tanaman
pada kultur jaringan tidak dapat menghasilkan karbohidrat sendiri dalam
jumlah cukup sehingga perlu diberikan sumber energi karbon dalam media
berupa sukrosa.
Proses perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan terdiri atas seleksi
pohon induk (sumber eksplan), sterilisasi eksplan, inisiasi tunas, multiplikasi,
perakaran, dan aklimatisasi. Eksplan berupa mata tunas, diambil dari pohon
induk yang fisiknya sehat. Tunas tersebut selanjutnya disterilkan dengan
alkohol 70%, HgCl2 0,2%, dan Clorox 30%. Inisiasi tunas. Eksplan yang telah
disterilkan di-kulturkan dalam media kultur (MS + BAP). Setelah terbentuk
tunas, tunas tersebut disubkultur dalam media multiplikasi (MS + BAP) dan
beberapa komponen organik lainnya. Multiplikasi dilakukan secara berulang
sampai diperoleh jumlah tanaman yang dikehendaki, sesuai dengan kapasitas
laborato-rium. Setiap siklus multiplikasi berlangsung selama 2–3 bulan.
Untuk biakan (tunas) yang telah responsif stater cultur, dalam periode tersebut
dari 1 tunas dapat dihasilkan 10-20 tunas baru. Setelah tunas mencapai jumlah
yang diinginkan, biakan dipindahkan (dikulturkan) pada media perakaran
(Biogen, 2008).
Untuk perakaran digunakan media MS + NAA. Proses perakaran pada
umumnya berlangsung selama 1 bulan. Planlet (tunas yang telah berakar)
diaklimatisasikan sampai bibit cukup kuat untuk ditanam di lapang.
Aklimatisasi. Dapat dilakukan di rumah kaca, rumah kasa atau pesemaian,
yang kondisinya (terutama kelembaban) dapat dikendalikan. Planlet dapat
ditanam dalam dua cara. Pertama, planlet ditanam dalam polibag diameter 10
cm yang berisi media (tanah + pupuk kandang) yang telah disterilkan. Planlet
(dalam polibag) dipelihara di rumah kaca atau rumah kasa. Kedua, bibit ditaruh
di atas bedengan yang dinaungi dengan plastik. Lebar pesemaian 1-1,2 m,
panjangnya tergantung keadaan tempat. Dua sampai tiga minggu sebelum
tanam, bedengan dipupuk dengan pupuk kandang (4 kg/m2) dan disterilkan
dengan formalin 4%. Planlet ditanam dengan jarak 20 cm x 20 cm.
Aklimatisasi berlangsung selama 2-3 bulan. Aklimatisasi cara pertama dapat
dilakukan bila lokasi pertanaman letaknya jauh dari pesemaian dan cara kedua
dilakukan bila pesemaian berada di sekitar areal pertanaman ( Biogen, 2008 ).
B. Deskripsi Daun Sambung Nyawa
Tanaman obat sambung nyawa di klasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales (Campanulatae)
Suku : Asteraceae (Compositae)
Marga : Gynura
Jenis : Gynura procumbens
Tanaman Gynura procumbens berbentuk perdu tegak bila masih muda dan
dapat merambat setelah cukup tua. Bila daunnya diremas bau aromatis.
Batangnya segi empat beruas-ruas, panjang ruas dari pangkal sampai ke
ujung semakin pendek, ruas berwarna hijau dengan bercak ungu. Daun
tunggal bentuk elips memanjang atau bulat telur terbalik tersebar, tepi daun
bertoreh dan berambut halus. Tangkai daun panjang ½-3 ½ cm, helaian daun
panjang 3 ½-12 ½ cm, lebar 1- 5 ½ cm. Helaian daun bagian atas berwarna
hijau dan bagian bawah berwarna hijau muda dan mengkilat. Kedua
permukaan daun berambut pendek. Tulang daun menyirip dan menonjol pada
permukaan daun bagian bawah. Pada tiap pangkal ruas terdapat tunas kecil
berwarna hijau kekuningan. Tumbuhan ini mempunyai bunga bongkol, di
dalam bongkol terdapat bunga tabung berwarna kuning oranye coklat
kemerahan panjang 1-1 ½ cm, berbau tidak enak. Tiap tangkai daun dan helai
daunnya mempunyai banyak sel kelenjar minyak (Anonim 3, 2010).
Daun Sambung Nyawa oleh sebagian masyarakat Indonesia digunakan
sebagai obat kanker kandungan, payudara dan kanker darah dengan memakan
3 lembar daun segar sehari selama 7 hari. Pengobatan tersebut dapat
diperpanjang selama 1-3 bulan tergantung dari keadaan penyakit (Ardhi,
2010).
Daun tanaman Sambung Nyawa mengandung senyawa flavonoid, sterol
tak jenuh, triterpen, polifenol dan minyak atsiri. Hasil penelitian lain
melaporkan bahwa tumbuhan ini mengandung senyawa flavonoid, tanin,
saponin, steroid, triterpenoid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat,
asam para kumarat, asam p-hidroksi benzoat (Suganda et al., 1988),
asparaginase (Mulyadi, 1989) (Ardhi, 2010).
BAB IIIBAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum Kultur Jaringan ini adalah :
- Eksplan yang digunakan pada praktikum kultur jaringan (daun tanaman
sambung nyawa).
- Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan media MS adalah larutan
stok hara makro, larutan hara mikro, stok Fe.EDTA, stok Myo-Inositol, stok
vitamin, ZPT, gula/sukrosa, aquades dan agar-agar.
- Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan larutan stok hara makro
adalah aquades, KNO3, NH4NO3, CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O, dan KH2PO4.
- Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan larutan stok hara mikro
campuran adalah Kl 83.0 mg, H3BO3 620.0 mg, MnSO4 H2O 1690.0,
ZnSO4.7H2O 860.0 mg, CuSO4.5H2O 2.5 mg, CoCl2.6H2O 2.5 mg, Stok
FeSO4.7H2O dan Na2 EDTA.
- Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan stok vitamin adalah Tiamin
HCl, Asam mikotinat, Piridoksin HCl, Gilisin, Mioinositol, Sukrosa, Agar.
- Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sterilisasi eksplan adalah
larutan deterjen, larutan stok agrep 0,2 %, larutan stok dithane 0,2 %, aquades
steril, alkohol 70 %, baycline 7 %, betadhine (10 tetes).
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum Kultur Jaringan ini adalah :
- Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), digunakan sebagai tahap perlakuan
penanaman.
- Shaker (penggojok), merupakan alat penggojok yang putarannya dapat
diatur menurut kemauan kita.
- Timbangan Analitik, berfungsi sebagai alat untuk menimbang bahan-
bahan kimia yang digunakan untuk kultur jaringan.
- Erlenmeyer, berfungsi sebagai sarana menuangkan air suling maupun
untuk tempat media dan penanaman eksplan.
- Gelas Ukur, digunakan untuk menakar air suling dan bahan kimia yang
akan digunakan.
- Gelas Piala, digunakan untuk menuangkan atau mempersiapkan bahan
kimia dan air suling dalam pembuatan medium.
- Petridish, merupakan tempat pemotongan eksplan.
- Pinset dan Scalpel. Pinset digunakan untuk memegang atau mengambil
irisan eksplan atau untuk menanam eksplan, Scalpel digunakan untuk
memotong eksplan.
- Lampu Spiritus, digunakan untuk sterilisasi dissecting kit (skalpel dan
pinset) di dalam laminar air flow cabinet pada saat kita mengerjakan
penanaman.
- Lampu UV, berfungsi untuk sterilisasi fisik.
- Lampu Neon, berfungsi untuk pencahayaan bagi eksplan.
- Hot plate/magnetic stirrer atau kompor berfungsi untuk menggojok
dengan pemanas/memasak media.
- Peralatan gelas (gelas ukur, erlenmeyer) atau stainless steel untuk
memanaskan dan melarutkan media.
- Autoclave, merupakan alat sterilisasi dengan tekanan uap (sterilisasi
basah).
- pH meter, berfungsi untuk mengukur pH.
- Timbangan (analitical dan bench top loading), berfungsi untuk
menimbang bahan kimia.
- Botol kultur dengan penutupnya, berfungsi sebagai tempat menanam
eksplan.
- Alat diseksi (spatula, scalpel (pinset), forcep, gunting)
- Refrigerator, berfungsi untuk menyimpan larutan kimia atau bahan kimia
- Distiling unit atau water deionizer, berfungsi untuk membuat aquades
- Oven, berfungsi untuk sterilisasi kering
- Pipet ukur, berfungsi untuk mengambil dan mengukur larutan kimia.
- Rak, berfungsi untuk tempat media dan plantlet.
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan lautan stok hara makro adalah
timbangan/neraca analitik, corong, labu ukur 1000 ml, erlenmeyer, beaker glass,
gelas ukur, pipet, gelas pengaduk, corong, pipet ukur, kertal label, karet gelang,
dan botol tempat penyimpan larutan stok, serta aluminium foil sebagai penutup
botol.
Cara Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan oleh praktikan yaitu :
1. Pembuatan sterilan
- Baycline 7 %
Caranya :
a. Membuat larutan stok baycline 7 % sebanyak 1 liter.
b. Ambil 70 ml larutan baycline, dan tambahkan 930 ml aquades agar
total volume larutan menjadi 1000 ml atau 1 liter.
- Alkohol 70 %
Caranya :
a. Membuat larutan alkohol 70 % sebanyak 1 liter.
b. Ambil 700 ml larutan alkohol, dan tambahkan 300 ml aquades agar
total volume larutan menjadi 1000 ml atau 1 liter.
- Dithane 0,2 %
Caranya :
a. Membuat larutan dithane 0,2 % sebanyak 1 liter.
b. Ambil 2 gr larutan larutan dithane, dan tambahkan air keran sampai
volume larutan menjadi 1 liter.
- Agrep 0,2 %
Caranya :
a. Membuat larutan agrep 0,2 % sebanyak 1 liter.
b. Ambil 2 gr larutan larutan agrep, dan tambahkan air keran sampai
volume larutan menjadi 1 liter.
2. Pembuatan larutan stok
a. Bahan-bahan kimia makro nutrien ditimbang dengan neraca analitik
sebagai berikut :
- KNO3 = 1900 mg/l x 20=38 gram
- NH4NO3 =1650 mg/l x 20=33 gram
- CaCl2.2H2O = 440 mg/l x 20=8,8 gram
- MgSO4.7H2O = 370 mg/l x 20=7,4 gram
- KH2PO4 =170 mg/l x 20=3,4 gram
Larutan makro = 1000 ml (1000/20=50 ml)
b. Bahan-bahan yang sudah ditimbang, dimasukkan ke dalam erlenmeyer
volume 1000 ml yang telah berisi 700 ml aquades.
c. Bahan-bahan tersebut dilarutkan dengan menggoyang-goyangkan
erlenmeyer.
d. Setelah semua hara makro larut, ditera dengan aquades hingga 1000 ml.
e. Masukkan ke dalam botol tempat penyimpanan larutan stok lalu ditutup
dengan aluminium foil dan diikat dengan karet, kemudian diberi label dan
tanggal pembuatan.
3. Pembuatan media
a. Timbang satu persatu NH4 NO3 (1650 mg/liter), KNO3 (1900 mg), MgSO4
7H2O (370 mg), NH4NO3 (170 mg), dan Na2FeEDTA. 2H2O (43 mg),
kemudian larutkan dalam gelas piala yang berisi 400 ml aquades.
b. Timbang dan larutkan kedalamnya 30 g sukrosa.
c. Tambahkan 29 ml Calsium chloride dari larutan stok 150 g/liter.
d. Tambahkan unsur mikro sebesar 1 ml dari larutan stok 100 kali dalam 100
ml volume.
e. Tambahkan Potassium lodide 1 ml dari larutan stok 83 mg dalam 100 ml.
f. Tambahkan hormon yang digunakan.
g. Tambahkan vitamin 1 ml dari larutan stok 100 kali dalam 100 ml,
kemudian jadikan volume larutan menjadi 800 ml Tera dan atur pH larutan
pada pH 5.6 – 5.8, selanjutnya tepatkan larutan menjadi 1 liter.
h. Bagi larutan menjadi 2 masing-masing 500 ml, tambahkan 3-4 g agar dan
panaskan serta diaduk.
i. Setelah itu dinginkan dan bagi ke dalam botol-botol kultur dan siap
disterilisasi
4. Penaburan
Sebelum melakukan penaburan, terlebih dahulu melakukan sterilisasi
eksplan yang akan ditanam. Adapun tahap-tahap sterilisasi eksplan sebelum
penaburan yaitu sbb. :
1. Sterilisasi eksplan di luar Laminar Air Flow dan persiapan peralatan
- Daun sambung nyawa sebagai eksplan direndam di dalam mangkuk
yang berisi air dan deterjen.
- Seluruh bagian daun dielus-elus dengan lembut selama 5 menit.
- Kemudian dibilas dengan air mengalir.
- Daun dimasukkan ke dalam botol selai kemudian diisi dithane 0,2 %
dan digojlok menggunakan shaker selama 30 menit.
- Kemudian dithane dibuang dan diganti dengan agrep 0,2 % dan
digojlok menggunakan shaker selama 30 menit.
2. Sterilisasi eksplan di dalam Laminar Air Flow
- Daun sambung nyawa (eksplan) yang telah digojlok dengan agrep 0,2
% dibawa ke dalam Laminar Air Flow Cabinet.
- Daun sambung nyawa (eksplan) dipindah ke dalam botol yang lain
berisi aquades steril dan di gojlok selama ± 3 menit, kemudian
dibuang.
- Diganti dengan alkohol 70 % dan digojlok selama 3 menit, kemudian
dibuang.
- Diganti dengan aquades steril dan digojlok selama 3 menit, kemudian
dibuang.
- Diganti dengan baycline 7 % dan digojlok selama 7 menit, kemudian
dibuang.
- Diganti dengan aquades steril dan digojlok selama 5 menit, kemudian
dibuang.
- Diganti dengan aquades steril dan ditambahkan betadhine 10 tetes lalu
digojlok selama 5 menit, kemudian dibuang.
- Daun sambung nyawa (eksplan) dipotong berbentuk silinder kemudian
dilukai.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006 http://nicedaysblue.web.id/index.php/my-project/39-science-and-tech/62-kultur-jaringan di akses tanggal 10 April 2013.
Anonim, 2006, http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=2008 1029045234AAwuqCD di akses tanggal 10 April 2013.
Anonim, 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Kultur_jaringan di akses tanggal 10 April 2013.
Gunawan, L.W. 1990. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Laboratorium Kultur Jaringan. Pusat Antar Universitas (PAU) Bioteknologi. IPB. Bogor. P. 304.
Gunawan, L.W. 1992. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.
Gunawan, L.W. 1995. Teknik Kultr In Vitro dalam Holtikultur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hameed N, Shabbir A, Ali A, Bajwa R. 2006. In vitro micropropagation of disease free rose (Rosa indica L.). Mycopath 4:35-38.
Priyono, D. Suhandi, dan Matsaleh. 2000. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh IAA dan 2-IP pada Kultur Jaringan Bakal Buah Pisang. Jurnal Hortikultura. 10 (3) : 183 – 190.
Raharja, P.D. 1993. Kultur Jaringan: Teknik perbanyakan tanaman secara modern. Penebar Swadaya, Jakarta. 53 hlm.
Rahardja, P.C. 1994. Kultur Jaringan Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modert. Penebar Swadaya. Jakarta.
Santoso, U. Dan F. Nursandi. 2001. Kultur Jaringan Tanaman. Malang.
Sriyanti, D.P. dan A.Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yayasan Kansius. Yogyakarta. Hal. 18, 54, 57, 63, 67, 69, 82-83.
Wetherell, D.F. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman Secara In vitro. Avery Publishing Group Inc., Wayne, New Jersey.
Yusnita, 2004. Kultur Jaringan : Cara memperbanyak tanaman secara efisien. Agromedia Pustaka, Jakarta. 105 hlm.