proposal arias

85
A. JUDUL Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment And Satisfaction) Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Sawan Tahun Ajaran 2010/2011 B. IDENTITAS PENELITI Nama : I Komang Ferry Astrawan Nim : 0915057112 Jurusan : Pendidikan Teknik Informatika C. LATAR BELAKANG Secara filosofis pendidikan merupakan hak asasi manusia. Pendidikan merupakan hal yang bersifat terbuka, demokratis, tidak diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Untuk itu pemikiran dan realisasi ke arah upaya memenuhi kebutuhan pendidikan harus terus dilakukan. Upaya pemenuhan kebutuhan pendidikan di Indonesia telah melalui proses yang selalu mengalami penyempurnaan. Pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan suatu produk atau hasil pendidikan yang berkualitas. Belajar sering didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Walaupun belajar berjalan seiring dengan berjalannya proses kehidupan, namun prosesnya tidak tercipta begitu saja, melainkan memerlukan kondisi yang dibentuk secara sengaja. Untuk memperoleh kualitas 1

Upload: balinese-gurlz

Post on 05-Jul-2015

2.421 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Arias

A. JUDUL

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance,

Interest, Assessment And Satisfaction) Terhadap Hasil Belajar Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK) Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Sawan

Tahun Ajaran 2010/2011

B. IDENTITAS PENELITI

Nama : I Komang Ferry Astrawan

Nim : 0915057112

Jurusan : Pendidikan Teknik Informatika

C. LATAR BELAKANG

Secara filosofis pendidikan merupakan hak asasi manusia. Pendidikan merupakan

hal yang bersifat terbuka, demokratis, tidak diskriminatif, dan menjangkau semua

warga negara tanpa kecuali. Untuk itu pemikiran dan realisasi ke arah upaya

memenuhi kebutuhan pendidikan harus terus dilakukan. Upaya pemenuhan kebutuhan

pendidikan di Indonesia telah melalui proses yang selalu mengalami penyempurnaan.

Pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan suatu produk atau hasil pendidikan

yang berkualitas.

Belajar sering didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah

perilakunya sebagai akibat pengalaman. Walaupun belajar berjalan seiring dengan

berjalannya proses kehidupan, namun prosesnya tidak tercipta begitu saja, melainkan

memerlukan kondisi yang dibentuk secara sengaja. Untuk memperoleh kualitas

pendidikan yang baik, salah satu upayanya adalah meningkatkan kualitas proses

belajar mengajar yang berlangsung dalam pendidikan. Proses belajar mengajar yang

berlangsung di dalam kelas akan berjalan dengan baik jika guru dan siswa sudah

mempunyai cukup bekal. Bekal yang dimaksud adalah persiapan-persiapan dalam

belajar mengajar. Persiapan-persiapan tersebut dimulai dari persiapan mental baik dari

guru maupun dari siswa, persiapan pengenalan terhadap tujuan pembelajaran dan

persiapan waktu belajar yang disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa hingga

persiapan materi.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai mata pelajaran yang

terhitung masih baru jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain, ternyata

masih dianggap sulit bagi sebagian siswa. Hal ini terjadi karena banyak siswa yang

1

Page 2: Proposal Arias

tidak memahami penyampaian materi yang dilakukan oleh guru. Selain itu, guru pun

tidak terlalu banyak mendalami pemahaman siswa karena lebih fokus pada mengejar

pencapaian kurikulum. Akhirnya, materi pelajaran selesai dibahas, namun kemampuan

siswa terhadap materi tersebut belum memadai. Banyak siswa yang tidak bisa

mengikuti alur penyampaian oleh guru karena kemampuan mereka memahami materi

tersebut pun kurang. Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model

pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para

guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga

dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar?

SMP Negeri 1 Sawan sebagai salah satu sekolah yang telah mengkategorikan TIK

sebagai salah satu mata pelajaran penting dalam kurikulum sekolah. Dari hasil

pengamatan dan wawancara dengan guru TIK Ketut Nusantari S.Pd di SMP Negeri 1

Sawan, ada beberapa permasalahan yang ditemukan selama proses pembelajaran TIK

berlangsung. Masalah tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, karakteristik siswa : 1). Pada saat guru memberikan pertanyaan kepada

siswa, hanya beberapa siswa yang berusaha untuk menjawab. Siswa yang lain hanya

diam, tidak berusaha untuk menjawab pertanyaan dari guru. Siswa kurang memiliki

rasa percaya diri, keberanian untuk menjawab pertanyaan dan kurang memiliki

motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran TIK. 2). Jumlah siswa yang banyak,

menyebabkan guru tidak bisa mengelola kelas dengan baik sehingga beberapa murid

yang khususnya berada pada tempat duduk paling belakang sering bermain-main pada

saat proses pembelajaran TIK berlangsung.

Kedua, belum maksimalnya hasil belajar siswa. Dari observasi yang dilakukan

peneliti, masih terdapat beberapa siswa yang nilainya di bawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM). Data hasil belajar TIK siswa dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Siswa Kelas

VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Sawan Tahun Pelajaran 2010/2011.

(Sumber: observasi dengan Guru dan Tata Usaha SMP Negeri 1 Sawan)

Kelas Jumlah KKM

NILAI HASIL BELAJAR

Afektif Kognitif Psikomotor

JS≥B JS<B T BT (%) T BT (%)

VIII A1 33 71 29 4 28 5 85% 26 7 80%

VIII A2 32 71 28 4 26 6 80% 24 8 75%

2

Page 3: Proposal Arias

VIII B1 39 71 35 4 30 9 78% 29 10 74%

VIII B2 40 71 37 3 30 10 75% 29 11 72%

VIII C1 39 71 32 7 29 10 74% 27 12 70%

VIII C2 37 71 30 7 27 10 72% 26 11 70%

VIII D1 37 71 33 4 26 11 70% 25 12 68%

VIII D2 37 71 28 9 26 11 70% 24 13 65%

Keterangan :

T = Jumlah siswa tuntas

BT = Jumlah siswa belum tuntas

% = Persentase ketuntasan

JS≥B = Jumlah Siswa dengan Katagori ≥ Baik

JS<B = Jumlah Siswa dengan Katagori < Baik

Dari analisis tabel 1.1 di atas menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas

VIII pada mata pelajaran TIK masih kurang dan belum memenuhi standar KKM.

Data yang diperoleh selama observasi, rata-rata nilai hasil belajar siswa yang belum

tuntas memiliki KKM berkisar antara 69 sampai dengan 70.

Ketiga, Guru jarang menggunakan variasi dalam proses pembelajaran TIK.

Selama ini pada saat proses pembelajaran TIK, guru jarang melakukan variasi

pembelajaran, misalnya jarang mengelompokkan siswa dalam belajar, belum pernah

menggunakan variasi belajar dengan permainan dan presentasi. Padahal dengan variasi

pembelajaran akan memberikan kesan yang positif, proses belajar yang tidak monoton

dan mengurangi kejenuhan siswa pada saat proses pembelajaran.

Berbagai model, metode dan strategi telah dilakukan untuk melakukan perbaikan

dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu

model pembelajaran yang sering digunakan. Dari penelitian yang telah dilakukan,

model pembelajaran kooperatif mampu mengembangkan keterampilan belajar siswa

dalam mengaplikasikan pengetahuan, konsep dan keterampilan. Tetapi, dari beberapa

model pembelajaran kooperatif seperti STAD, TPS, JIGSAW, NHT dan TGT belum

ada suatu model pembelajaran yang memiliki fase atau langkah yang memfokuskan

pada pengembangan sikap mental dan emosi siswa selama proses pembelajaran

berlangsung.

3

Page 4: Proposal Arias

Model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And

Satisfaction) adalah suatu model yang berhubungan dengan pengembangan sikap

mental dan emosi siswa. Model pembelajaran ARIAS diharapkan dapat menanamkan

rasa percaya diri dan bangga pada siswa, membangkitkan minat atau perhatian serta

memberi kesempatan kepada mereka untuk mengevaluasi diri. Dalam proses

pembelajaran dengan model ARIAS sebelum siswa mulai dengan materi pelajaran,

guru akan memberikan motivasi kepada siswa untuk berhasil dengan menggunakan

suatu standar yang memungkinkan siswa untuk mencapainya, mengembangkan sikap

mental dan emosi serta percaya diri siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan manfaat materi atau relevansi pembelajaran terhadap kehidupan

siswa baik sekarang maupun akan datang. Guru akan melanjutkan dengan

menumbuhkan minat siswa untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan variasi agar siswa selalu tertarik dalam mengikuti pelajaran. Penilaian

dan pemberian penguatan atas keberhasilan siswa merupakan langkah selanjutnya

dalam proses pembelajaran dengan model ARIAS.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Parsa (2008) pada siswa kelas VIII

SMP Negeri 5 Singaraja, Bali. Disimpulkan bahwa prestasi dan motivasi belajar siswa

pada bidang studi fisika meningkat dengan penerapan model pembelajaran ARIAS,

dalam penelitian tersebut hasil yang diperoleh adalah siswa memiliki motivasi belajar

dengan kategori tinggi yaitu 88,57% dan lebih baik dari prestasi belajar siswa yang

diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Suwateriningsih (2009) dalam penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 2

Singaraja, Bali pada kelas VII juga menyatakan bahwa model pembelajaran ARIAS

dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika yang

berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti termotivasi untuk mengkaji lebih jauh

apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar

siswa dengan materi Microsoft Office Excel. Pemilihan materi Microsoft Office Excel,

karena dalam materi ini diperlukan kecermatan dan ketelitian agar dapat memahami

konsep yang ada pada materi tersebut. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti

mengangkat judul penelitian “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ARIAS

(Assurance, Relevance, Interest, Assessment And Satisfaction ) Terhadap Hasil

Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Siswa Kelas VIII di SMP

Negeri 1 Sawan Tahun Ajaran 2010/2011”.

4

Page 5: Proposal Arias

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar

TIK siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran 2010/2011?

2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi

belajar TIK siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran 2010/2011?

3. Bagaimanakah respon siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran

2010/2011 terhadap penerapan model pembelajaran ARIAS dalam

pembelajaran TIK?

E. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai

adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar TIK

siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran 2010/2011 .

2. Mengetahui pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi belajar

TIK siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran 2010/2011 .

3. Mengetahui respon siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan terhadap penerapan

model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran TIK tahun ajaran 2010/2011.

F. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun secara

praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

perkembangan disiplin ilmu pengetahuan dalam memberikan sumbangan

pemikiran teoritik guna pengembangan ilmu pendidikan, khususnya mengenai

pemanfaatan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran TIK.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Siswa

5

Page 6: Proposal Arias

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat karena secara tidak langsung akan

membantu dalam pembelajaran, yang membuat siswa merasa percaya

diri, termotivasi, aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan hasil

belajar secara optimal.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu

alternatif dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yang

bertujuan untuk menanamkan rasa percaya diri pada siswa, pemahaman

konsep siswa, hasil belajar siswa dan mengurangi dominasi guu dalam

pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi

kepala sekolah untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam

menerapkan model ARIAS dalam pembelajaran TIK.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi

para peneliti bidang pendidikan, untuk meneliti aspek atau variabel lain

yang lebih mendalam untuk meningkatkan hasil belajar.

G. KAJIAN TEORI

1. Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Memasuki abad ke-21, bidang teknologi informasi dan komunikasi berkembang

dengan pesat dan memegang peranan sangat penting disegala bidang ini yang dipicu

oleh temuan dalam bidang rekayasa material mikroelektronika. Perkembangan ini

berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan, bahkan perilaku dan aktivitas

manusia kini banyak tergantung kepada teknologi informasi dan komunikasi. Mata

pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dimaksudkan untuk mempersiapkan

peserta didik agar mampu mengantisipasi pesatnya perkembangan tersebut. Mata

pelajaran ini perlu diperkenalkan, dipraktikkan dan dikuasai peserta didik sedini

mungkin agar mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan

global yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat. Untuk menghadapi

perubahan tersebut diperlukan kemampuan dan kemauan belajar sepanjang hayat

6

Page 7: Proposal Arias

dengan cepat dan cerdas. Pada hakekatnya, kurikulum Teknologi Informasi dan

Komunikasi menyiapkan siswa agar dapat terlibat pada perubahan yang pesat dalam

dunia kerja maupun kegiatan lainnya yang mengalami penambahan dan perubahan

dalam variasi penggunaan teknologi. Siswa menggunakan perangkat Teknologi

Informasi dan Komunikasi untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling

tukar informasi secara kreatif namun bertanggung jawab. Siswa belajar bagaimana

menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi agar dengan cepat mendapatkan

ide dan pengalaman dari berbagai kalangan masyarakat, komunitas, dan budaya.

Penambahan kemampuan karena penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri, sehingga

siswa dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan di mana

penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal,

termasuk apa implikasinya saat ini dan di masa yang akan datang. Guru dapat

menggunakan berbagai teknik dan metode pembelajaran untuk mendapatkan hasil

belajar yang optimal. Teknik dan metode pembelajaran yang dipilih harus dalam

bentuk demonstrasi yang melibatkan partisipasi aktif siswa. Guru perlu

mempertimbangkan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang

dikembangkan. Guru juga harus membuat perencanaan pembelajaran, penilaian,

alokasi waktu, jenis penugasan dan batas akhir suatu tugas.

Strategi pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan materi dan kondisi siswa

dapat meningkatkan partisipasi dari semua siswa dan kelompok dalam satu kelas,

yang antara lain meliputi :

a. Pemanfaatan studi kasus dari berbagai sumber informasi

b. Dorongan dari guru agar siswa menjadi pembelajar yang otodidak

c. Dorongan agar siswa mau berpikir kritis mengenai isu-isu dalam teknologi

informasi

d. Fasilitas belajar secara efektif melalui praktek langsung, refleksi, dan diskusi

e. Peningkatan kemampuan kerjasama termasuk aktivitas yang melibatkan siswa

untuk bekerjasama dalam kelompok kecil atau dalam tim

f. Penumbuhan sikap menghargai usaha siswa untuk memicu kreativitas

mereka.

g. Pemanfaatan sumber-sumber yang merefleksikan minat dan pengalaman

siswa

7

Page 8: Proposal Arias

h. Pemberian akses pada semua siswa untuk menggunakan berbagai sumber

belajar dan penguasaan berbagai alat bantu belajar.

i. Penyajian/presentasi hasil karya siswa di majalah dinding atau acara khusus

pameran misalnya pada saat pembagian raport, atau acara lainnya

j. Penyajian/presentasi hasil karya siswa di web sekolah, atau web klub

Teknologi Informasi dan Komunikasi

k. Penyajian/presentasi publikasi hasil karya siswa pada brosur sekolah, atau

brosur khusus Teknologi Informasi dan Komunikasi

2. Microsoft Office Excel

Microsoft Office Excel merupakan perangkat lunak untuk mengolah data secara

otomatis meliputi perhitungan dasar, penggunaan fungsi-fungsi, pembuatan grafik

dan manajemen data. Perangkat lunak ini sangat membantu untuk menyelesaikan

permasalahan administratif mulai yang paling sederhana sampai yang lebih

kompleks. Sebelum melakukan pengolahan data pada Microsoft Office Excel,

terlebih dahulu kita harus  mengetahui elemen-elemen yang ada di Microsoft Office

Excel. Tampilan area kerja Microsoft Office Excel dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tampilan area kerja Microsoft Office Excel

Penjelasan bagian-bagian tampilan area kerja Microsoft Office Excel adalah

sebagai berikut.

a. Title Bar menampilkan judul program dan dokumen aktif atau nama file dari

lembar kerja yang aktif.

8

Page 9: Proposal Arias

b. Office Button berisi barisan perintah untuk pengoperasian program yang

standar misalnya membuat dokumen baru, membuka dokumen lama,

menyimpan dan mencetak  dokumen.

c. Quick Access Toolbar merupakan sarana yang disediakan Microsoft Excel

untuk mempercepat akses  berkomunikasi dengan Microsoft Office Excel

misalnya menyimpan, mencetak dan sebagainya.

d. Toolbar merupakan deretan tool-tool atau gambar yang mewakili perintah dan

berfungsi untuk mempermudah dan mengefisienkan pengoperasian program.

e. Help merupakan fasilitas bantuan dalamMicrosoft Office Excel.

f. Lembar kerja (workbook) baris ini berisikan informasi halaman, section, letak

insertion point dan tombol pengendali.

g. Cell merupakan tempat menuliskan atau mengedit data dan dikelilingi oleh

garis batas yang lebih tebal.

h. Nomor baris untuk setiap baris memiliki nama berdasarkan angka dari 1

hingga 1048576.

i. Nomor kolom setiap kolom memiliki nama berdasarkan Abjad, dari kolom A

hingga Z, dilanjut AA hingga XFD.

j. Nama range merupakan nama sel yang sedang aktif yang akan ditampilkan

pada Name Box

k. Formula bar untuk mengedit data pada sebuah cell.

l. Penggulung vertikal dan horisontal fasilitas untuk menggeser layar secara

vertikal maupun horisontal.

Dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada jenjang

sekolah menengah pertama (SMP) materi Microsoft Office Excel diperoleh di kelas

VIII. Materi yang dipelajari merupakan materi dasar-dasar Excel misalnya

pengenalan lembar kerja, menu, ikon, format angka dan penggunaan rumus

sederhana.

3. Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment and

Satisfaction)

9

Page 10: Proposal Arias

Model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment and

Satisfaction) merupakan modifikasi dari model ARCS yang dikembangkan oleh

John. M Keller dengan menambahkan komponen Assessment pada keempat

komponen model pembelajaran ARCS tersebut. Model pembelajaran ARCS ini

dikenal secara luas sebagai Keller’s ARCS Model of Motivation. Model ini

dikembangkan dalam wadah Center for Teaching, Learning & Faculty Development

di Florida State University (Keller, 2006). Model pembelajaran ini dikembangkan

sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat

mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini

dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang

mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan

harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut

oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model

pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan

akronim ARCS.

Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori

belajar dan pengalaman nyata para instruktur (Bohlin, 1987). Namun demikian, pada

model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (Assessment), padahal evaluasi merupakan

komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang

dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan

selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui

sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa

(DeCecco, 1968). Saunders et al (dalam Beard dan Senior, 1980) menyatakan bahwa

evaluasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran dapat mempengaruhi hasil

belajar siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini

dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran

tersebut.

Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung

lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian), relevance (relevansi), confidence

(percaya/yakin), satisfaction (kepuasan/bangga) dan Assessment (evaluasi).

Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance,

dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi

assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence (Morris,

1981). Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan

10

Page 11: Proposal Arias

mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri

siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian

kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung

pengertian attention (perhatian). Jadi cakupan interest lebih luas dan sudah

mencakup perhatian, minat dan adanya variasi di dalamnya. Makna kata interest

tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan

tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka

urutannya pun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan

satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan

pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan

pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan

memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan

rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan

mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS

sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini

disebut model pembelajaran ARIAS.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, model pembelajaran ARIAS terdiri

dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction)

yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu

kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing-

masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan

dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Assurance, (percaya diri), yang berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan

berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987).

Bandura (dalam Gagne dan Driscoll, 1988) menyatakan bahwa seseorang yang

memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun

kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya

dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku

untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual

seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam

kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu

bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri, 1986). Siswa yang

memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung

11

Page 12: Proposal Arias

menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus (Prayitno, 1989). Sikap

percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk

mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan

yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat

melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu

kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik

dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Beberapa cara yang dapat

digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah:

a. Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat

mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu

dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku).

b. Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan/sesuai

dengan kemampuan siswa (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai

dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar). Menyajikan

materi secara bertahap sesuai dengan urutan dan tingkat kesukarannya

maka akan dapat menanamkan rasa percaya diri pada siswa (Keller &

Suzuki, 2004).

c. Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar

dan melatih suatu keterampilan.

d. Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta

menanamkan kepada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Hal

ini dapat dilakukan dengan menampilkan video ataupun gambar seseorang

yang telah berhasil. Dengan adanya ini, maka siswa akan bisa

menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri.

2. Relevance, berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman

sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan

karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987). Siswa merasa kegiatan

pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi

kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang

akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan

yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada

manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk

mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui

kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat.

12

Page 13: Proposal Arias

Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah

dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi

atau bahkan dihilangkan sama sekali (Gagne dan Driscoll, 1988).

3. Interest, adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut

Woodruff (dalam Callahan, 1966) sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada

minat/perhatian. Keller (dalam Reigeluth, 1987) menyatakan bahwa dalam

kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan

melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan

pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Adanya minat/perhatian

siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan

tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan

minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian

merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam

kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna

dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa Herndon (1987).

4. Assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi

merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan

keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982). Menurut Deale (dalam

Lefrancois, 1982) bagi guru evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah

yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan

siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang

telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa,

evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang

dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi

berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990). Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk

mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai. Apakah

siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan

pembelajaran (Gagne dan Briggs, 1979). Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh

guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self

assessment) atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri

mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa

untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang

maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang

13

Page 14: Proposal Arias

dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri

merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu

siswa meningkatkan keberhasilannya (Soekamto, 1994). Hal ini sejalan dengan

yang dikemukakan Martin dan Briggs (dalam Bohlin, 1987), evaluasi diri secara

luas sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri.

Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa

yang ingin mereka capai.

5. Satisfaction, yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang

dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan).

Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa

bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu

menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya

Gagne dan Driscoll (dalam kiranawati, 2007) menyatakan bahwa reinforcement

atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah

penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Keller (dalam Keller

dan Kopp, 1987) berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari

dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu

merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat

sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari

luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan

ekstrinsik. Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan

dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari

orang lain atau lingkungan. Menurut Thorndike (dalam Gagne dan Briggs, 1979)

memberikan penghargaan (reward) merupakan suatu penguatan (reinforcement)

dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, memberikan penghargaan

merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi hasil

belajar siswa (Hilgard dan Bower, 1975). Untuk itu, rasa bangga dan puas perlu

ditanamkan dan dijaga dalam diri siswa.

Adapun langkah-langkah atau sintaks dari model peembelajaran ARIAS

(Assurance, Relevance, Interest, Assessment and Satisfaction) ini dapat dilihat dalam

tabel 1.2 berikut.

14

Page 15: Proposal Arias

Tabel 1.2 Langkah/sintak model pembelajaran ARIAS

Komponen Fase Kegiatan Guru Kegiatan SiswaAssurance -Menumbuhkan rasa

percaya diri dalam diri siswa

- Menggali pengetahuan awal siswa yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.Contoh: menanyakan salah satu contoh perangkat lunak pengolah angka (pertanyaan yang tidak terlalu susah).

- memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar dan mayakinkan mereka bahwa mereka berhasil dalam belajar.Contoh : dengan menampilkan beberapa contoh video atau gambar seseorang yang telah berhasil dalam penggunaan Ms.Excel.

- Memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami masalah belajar.Contoh: menanyakan masalah yang dihadapi siswa terkait materi Ms.Excel dan memberikan solusi dari permasalahan.

- Selalu memberikan respon yang positif terhadap siswa.Contoh: selalu memberikan reinforcment dari setiap pendapat atau jawaban siswa meskipun itu salah atau kurang tepat agar siswa tetap merasa percaya diri.

- Siswa mulai menggali pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya, dan menghubungkannya dengan materi yang akan dipelajari.Contoh : menjawab pertanyaan yang diberikan guru.

- Aktif dalam proses belajar.Contoh : menumbuhkan motivasi diri, dan yakin terhadap diri sendiri untuk berhasil dalam pembelajaran.

- Siswa senantiasa membiasakan diri untuk selalu bertanya jika menemukan masalah.Contoh: menanyakan hal yang berhubungan dengan materi Ms. Excel jika menemukan masalah.

- Mendengarkan respon yang diberikan oleh guru.Contoh : respon positif dari guru digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan motivasi belajar Ms.Excel.

15

Page 16: Proposal Arias

Relevance - Menyampaikan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran.

- Menyampaikan relevansi materi pembelajaran dengan kehidupan nyata.

-Menyampaikan materi inti pelajaran

-Memberikan bimbingan belajar.

- Guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran kepada siswaContoh: penggunaan ikon dan menu pada Ms. Excel.

- Menghubungkan materi pelajaran dan relevansinya dengan kehidupan nyata, dan manfaatnya bagi kehidupan siswa.Contoh: materi excel bisa digunakan dalam pengolahan nilai rapor dan soal matematika dan pengolahan angka yang lain.

- Guru menyampaikan materi inti dengan menggunakan alternatif strategi dan media pembelajaran.Contoh: menggunakan alternatif strategi pembelajaran dari belajar individu menjadi kelompok.

- Guru memberikan soal terkait dengan materi dengan menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.Contoh: memberikan soal perhitungan nilai rapor siswa kepada siswa.

- Membimbing siswa jika mengalami kesulitan atau masalah dalam pengerjaan latihan soal.

- Siswa mencermati standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang disajikan oleh guruContoh: mencermati kompetensi dasar penggunaan ikon dan menu pada Ms.Excel.

- Siswa menghubungkan materi pelajaran yang akan dipelajari dengan pengalaman belajar siswa dalam kehidupan sehari-hari.Contoh : dengan menghubungkan materi excel dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam pengolahan nilai rapor.

- Siswa menyimak dan mengikuti pelajaran inti dengan baik.Contoh: siswa meyimak materi dan mengikuti strategi pelajaran yang digunakan oleh guru, misalnya belajar kelompok.

- Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.Contoh: mengerjakan soal perhitungan nilai rapor siswa.

- Siswa bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam pengerjaan soal.

1615

14

Page 17: Proposal Arias

Interest - Menumbuhkan minat/perhatian siswa

- Guru mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran untuk menarik perhatian /minat siswa.Contoh: variasi dengan menggunakan kartu indeks dan presentasi kelompok.

- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk selalu berpartisipasi aktif dalam kelas.Contoh: memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, mengemukakan pendapat, sharing kepada teman terkait materi Ms.Excel.

- Siswa mempresentasikan apa yang sudah mereka kerjakan, ikut serta dalam variasi lainnya.Contoh: mempresentasikan hasil diskusi kelompok, penggunaan kartu indeks ikon dan fungsinya terkait dengan materi Ms.Excel.

- Selalu aktif di dalam proses pembelajaran.Contoh : bertanya, mengemukakan pendapat dan menjawab soal dari guru atau sharing dengan teman terkait materi Ms.Excel.

17

Page 18: Proposal Arias

Assessment - Mengevaluasi hasil belajar siswa

- Melakukan Quis/tes pada tiap pertemuan.Contoh: mengadakan quis/tes terkait Ms.Excel dalam setiap pertemuan sebagai bahan evaluasi.

- Memberikan Postest di akhir penelitian kepada siswa untuk mengevaluasi pemahaman siswa setelah mendapat perlakuan ARIAS.Contoh: evaluasi dilakukan dengan tes obyektif dan tes praktikum di akhir penelitian terkait materi Ms.Excel.

- Memberikan tugas tambahan atau pekerjaan rumah.Contoh : memberikan tugas/pekerjaan rumah terkait materi Ms. Excel dalam beberapa pertemuan untuk memantapkan pengetahuan siswa

- Mengerjakan tes/quis yang diberikan secara mandiri/berkelompok.Contoh: mengerjakan tes/quis Ms. Excel dalam setiap pertemuan.

- Mengerjakan Postest yang diberikan sebagai bahan evaluasi.Contoh : mengerjakan tes obyektif dan tes praktikum pada akhir penelitian.

- Mengerjakan tugas tambahan/pekerjaan rumah yang diberikan guru.Contoh : mengerjakan tugas rumah manfaat dari Ms. Excel dalam kehidupan sehari-hari.

Satisfaction - Memberikan penguatan retensi dan transfer

- Menuntun siswa merangkum ataupun menarik kesimpulan terhadap materi yang sudah diberikan.Contoh : bersama siswa merangkum materi penggunaan fungsi IF dalam Ms.Excel.

- Memberikan penguatan, penghargaan kepada siswa atas keberhasilan yang diperoleh.

- Merangkum ataupun menarik kesimpulan terhadap materi yang diberikan.Contoh : merangkum materi penggunaan fungsi IF dalam Ms.Excel untuk memantapkan pemahaman materi yang dipelajari.

- Menerima penghargaan, reinforcement yang diberikan oleh guru atas keberhasilan yang diperoleh dan

18

16

Page 19: Proposal Arias

Contoh : memberikan reinforcement terhadap siswa atas keberhasilan melakukan presentasi atau merangkum materi Ms.Excel.

menjadikan sebagai motivasi untuk meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri.Contoh : mejadikan reinforcement karena berhasil merangkum materi sebagai motivasi untuk meningkatkan pengetahuan di bidang Ms.Excel.

19

17

Page 20: Proposal Arias

Sebelum model pembelajaran ARIAS diimplementasikan di sekolah, Guru atau

peneliti sudah merancang semua kegiatan yang akan dilakukan, strategi atau metode

pembelajaran yang akan digunakan, media pembelajaran apa yang akan dipakai,

perlengkapan apa yang dibutuhkan dan bagaimana cara penilaian akan dilaksanakan

ke dalam satuan pelajaran. Meskipun demikian pelaksanaan kegiatan pembelajaran

disesuaikan dengan situasi, kondisi dan lingkungan siswa. Demikian juga halnya

dengan satuan pelajaran sebagai bahan/materi untuk siswa. Bahan/materi tersebut

harus disusun berdasarkan model pembelajaran ARIAS. Bahasa, kosa kata, kalimat,

gambar atau ilustrasi, pada bahan/materi dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada

siswa, bahwa mereka mampu, dan apa yang dipelajari ada relevansi dengan

kehidupan mereka.

Bentuk, susunan dan isi bahan/materi dapat membangkitkan minat/perhatian

siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengadakan evaluasi diri dan siswa

merasa dihargai yang dapat menimbulkan rasa bangga pada mereka. Guru dan/atau

pengembang agar menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti, kata-

kata yang jelas dan kalimat yang sederhana tidak berbelit-belit sehingga maksudnya

dapat dengan mudah ditangkap dan dicerna siswa. Bahan/materi agar dilengkapi

dengan gambar yang jelas dan menarik dalam jumlah yang cukup. Gambar dapat

menimbulkan berbagai macam khayalan/fantasi dan dapat membantu siswa lebih

mudah memahami bahan/materi yang sedang dipelajari.

4. Motivasi Belajar

Motivasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa yang

memberikan energi bagi seseorang dan apa yang memberikan arah bagi aktivitasnya.

Motivasi kadang-kadang dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil. Energi

dan arah inilah yang menjadi inti dari konsep tentang motivasi. Motivasi merupakan

sebuah konsep yang luas (diffuse), dan seringkali dikaitkan dengan faktor-faktor lain

yang mempengaruhi energi dan arah aktivitas manusia, misalnya minat (interest),

kebutuhan (need), nilai (value), sikap (attitude), aspirasi, dan insentif (Gage &

Berliner, 1984).

Dengan pengertian istilah motivasi seperti tersebut di atas, kita dapat

mendefinisikan motivasi belajar siswa, yaitu apa yang memberikan energi untuk

belajar bagi siswa dan apa yang memberikan arah bagi aktivitas belajar siswa.

Lidgren (Sadirman, 2005) membedakan motivasi menjadi dua yaitu sebagai berikut.

20

Page 21: Proposal Arias

1. Motivasi intrinsik

Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik

dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang alam aktivita belajar

dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dalam diri dan secara

mutlak terkait dengan aktivitas belajarnya (Sardiman, 2005)

2. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Mitivasi ekstrinsik dapat

juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang dalam aktivitas belajar dimulai

dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari luar yang secara mutlak tidak

terkait dengan aktivitas belajar (Sardirman, 2005).

Dalam proses pembelajaran guru dapat membangkitkan motivasi intrinsik

siswa dengan membuatnya merasa memerlukan apa yang perlu dipelajari, namun

motivasi intrinsik tidak dapat diharapkan sepenuhnya untuk mendukung kegiatan

belajar. Terdapat situasi dimana suatu dorongan eksternal diperlukan untuk

membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga guru harus mendorong dan

memelihara motivasi intrinsik sambil menyiapkan motivasi ekstrinsik dengan tepat

dalam melaksanakan pembelajaran. Jika dikaitkan dengan kegiatan belajar TIK,

maka motivasi belajar dimaksudkan sebagai dorongan baik eksternal maupun

internal yang memacu siswa untuk mempelajari TIK demi memperoleh hasil yang

memuaskan. Jadi motivasi belajar TIK mencangkup dorongan yang berasal dari

dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar diri siswa yang menyebabkan

adanya perubahan perilaku siswa untuk berinteraksi dan berpartisipasi dalam

kegiatan pembelajaran TIK di kelas. Siswa yang termotivasi untuk belajar hanya

dapat diduga dari prilaku yang ditunjukkannya.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil

belajar, yakni: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c)

sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang

21

Page 22: Proposal Arias

telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori belajar,

yakni: (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) startegi kognitif, (d)

sikap, dan (e) keterampilan motoris.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak menggunakan

klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya

menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi. Aspek pertama, kedua dan ketiga termasuk kognitif tingkat rendah,

sedangkan aspek keempat, kelima dan keenam termasuk kognitif tingkat tinggi.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah

psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan

bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni: (a) gerakan refleks, (b)

keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau

ketetapan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan

interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara

ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai para guru di sekolah

karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan pengajaran.

5.1 Penilaian Hasil Belajar

Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan

nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek

diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat mengatakan baik,

sedang, kurang, diperlukan adanya ukuran yang jelas bagaimana yang baik, yang

sedang, dan yang kurang. Ukuran itulah yang dinamakan kriteria. Dari pengertian

tersebut dapat dikatakan bahwa ciri penilaian adalah adanya objek atau program

yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara apa

yang dicapai dengan kriteria yang harus dicapai. Perbandingan bisa bersifat

mutlak, bisa pula bersifat relatif.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil

belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa

objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar

22

Page 23: Proposal Arias

dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.

Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar rumusan kemampuan dan tingkah

laku yang diinginkan dikuasai siswa (kompetensi) menjadi unsur penting sebagai

dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses pebelajaran adalah upaya memberi

nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru

dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

5.2 Fungsi Penilaian Hasil Belajar

Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku pada

diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana

perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Dengan

mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil tindakan

perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Misalnya

dengan melakukan perubahan dalam strategi mengajar, memberikan bimbingan

dan bantuan belajar kepada siswa. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak

hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan tingkah laku

siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses

pembelajaran.

Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses pebelajaran dalam

mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan

proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang dicapai

siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang ditempuhnya (pengalaman

belajarnya). Sejalan dengan pengertian diatas maka penilaian berfungsi sebagai

berikut:

a. Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan

fungsi ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan

pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran.

b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin

dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajar

siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru dan media pembelajaran.

c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang

tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan

belajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk

nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

23

Page 24: Proposal Arias

6. Kerangka Berpikir

Pada proses pembelajaran yang efektif, yang aktif dalam proses pembelajaran

adalah siswa, guru merupakan fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran.

Peran aktif siswa dalam proses pembelajaran akan mengkonstruksi pengetahuan yang

dimiliki nantinya, yang akan berdampak pada hasil belajar siswa.

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru mata pelajaran TIK

Ketut Nusantari S.Pd, hasil belajar pada mata pelajaran TIK Semester I Tahun

Pelajaran 2010/2011 siswa kelas kelas VIII di SMP Negeri 1 Sawan tergolong masih

rendah, rata-rata masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Seperti

yang sudah dipaparkan sebelumnya, rendahnya hasil belajar bidang studi TIK di

kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan pada umumnya, hal itu disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu masih kurangnya rasa percaya diri siswa, masih kurangnya minat siswa

terhadap bidang studi TIK dan kurangnya keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran. Berbagai teknik dan metode dilakukan oleh guru TIK untuk mengatasi

masalah tersebut, misalnya guru akan memberikan nilai bonus bagi setiap siswa yang

aktif dalam proses pembelajaran, memberikan quis atau latihan-latihan soal, namun

hal itu belum menunjukkan perubahan yang berarti untuk meningkatkan motivasi,

percaya diri dan hasil belajar belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan.

Dari beberapa permasalahan tersebut, agar tidak berdampak negatif terhadap

proses pembelajaran TIK selanjutnya, maka perlu dilakukan perbaikan-perbaikan di

dalam proses pembelajaran yaitu dengan memilih dan menerapkan model

pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan masalah tersebut. Sebagai salah satu

alternatif untuk mengatasi masalah tersebut, adalah penggunaan model pembelajaran

ARIAS. Langkah awal penggunaan model pembelajaran ARIAS adalah menekankan

pada penanaman rasa percaya diri siswa dan menumbuhkan minat siswa sebelum

siswa siap untuk melakukan proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan

eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran

TIK sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Sawan tahun pelajaran 2010/2011.

H. HIPOTESIS

Berdasarkan kaitan antara masalah yang dirumuskan dengan teori yang

dikemukakan maka dapat disusun suatu hipotesis awal adalah:

24

Page 25: Proposal Arias

1. Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran

ARIAS terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan.

2. Terdapat motivasi belajar siswa yang tinggi atau lebih dalam penggunaan model

pembelajaran ARIAS.

3. Terdapat respon yang positif atau lebih dari siswa dalam penggunaan model

pembelajaran ARIAS.

I. METODE PENELITIAN

1. DESAIN PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian eksperimen.

Sedangkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

eksperimen semu (quasi eksperiment) mengingat tidak semua variabel (gejala

yang muncul) dan kondisi ekperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh model pembelajaran yang

digunakan terhadap hasil belajar dalam pembelajaran untuk siswa kelas VIII

SMP Negeri 1 Sawan.

2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sawan yang berada di

Desa Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng dengan waktu

pelaksanaan penelitian pada semester genap tahun ajaran 2010/2011.

3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.1 POPULASI

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian, Populasi penelitian

ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun akademik

2010/2011. Distribusi populasi tersaji dalam tabel 1.3 berikut.

Tabel 1.3 Distribusi Populasi

(sumber: Guru dan Tata Usaha SMP Negeri 1 Sawan)

No Nama Kelas Jumlah Siswa

1 VIII A1 33

2 VIII A2 32

3 VIII B1 39

25

Page 26: Proposal Arias

4 VIII B2 39

5 VIII C1 39

6 VIII C2 37

7 VIII D1 37

8 VIII D2 37

3.2 SAMPEL

Dalam penelitian sampel merupakan bagian dari populasi, yang

diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Pada penelitian ini teknik

pengambilan sampel diambil dengan teknik pengambilan acak (random

sampling). Karena jumlah kelas VIII di SMP Negeri 1 Sawan terdiri dari

delapan kelas, maka untuk memperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol,

kelas tersebut diundi. Setelah pengundian selesai maka akan diperoleh satu

kelas yang mendapat perlakuan sebagai kelas eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran ARIAS dan satu kelas lainnya sebagai

kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hasil pengundian dengan teknik random sampling, maka

ditetapkan kelas VIII B2 sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII A2

sebagai kelas kelompok kontrol. Perbandingan kelas kontrol dan eksperimen

dapat dilihat pada tabel 1.4.

Tabel 1.4 Distribusi Sampel Penelitian

Kelompok Nama Kelas Jumlah Siswa

Eksperimen VIII B2 39

Kontrol VIII A2 32

Jumlah 71

3.3 Variabel Penelitian

Dalam suatu penelitian variabel merupakan atribut seseorang, atau

objek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu

objek dengan objek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Secara umum,

penelitian ini melibatkan dua buah variabel, yaitu variabel terikat

(Dependent Variable) dan variabel bebas (Independent Variable). Menurut

(Margono, 2007) Variabel bebas merupakan kondisi atau karakteristik yang

26

Page 27: Proposal Arias

KE: X O1

KK: O2

dimanipulasi oleh peneliti dalam rangka untuk menerangkan hubungan

dengan fenomena yang diobservasi. Dalam penelitian ini variabel bebas

terebut adalah model pembelajaran yang diterapkan pada kelompok

eksperimen yaitu model pembelajaran ARIAS dan kelompok kontrol yaitu

metode konvensional. Sedangkan variabel terikat merupakan kondisi atau

karakteristik yang berubah atau muncul ketika peneliti mengintroduksi,

mengubah atau mengganti variabel bebas (Margono, 2007). Dalam

penelitian ini variabel terikat adalah hasil belajar dan motivasi belajar siswa

bidang studi TIK pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran

2010/2011.

4. RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan quasi eksperimen

dengan rancangan Postest-Only Control Grup. Dalam rancangan ini

pengambilan sampel dilakukan dengan memilih kelas yang akan dijadikan

sampel secara random. Rancangan ini dipilih karena selama melakukan

eksperimen tidak memungkinkan mengubah kelas yang sudah ada. Rancangan

dalam penelitian ini dapat dilihat seperti gambar berikut:

Gambar 2. Desain Penelitian “Postest-Only Control Grup Design”

Keterangan:

KE : Kelompok eksperimen

KK : Kelompok control

X : Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan Model pembelajaran ARIAS

O1 : Postest untuk kelas eksperimen setelah perlakuan

O2 : Postest untuk kelas kontrol setelah perlakuan

a. Prosedur penelitian

27

Page 28: Proposal Arias

Setiap penelitian harus ada tahap-tahap penelitian yang akan

dilaksanakan untuk dapat mengungkapkan secara tuntas terkait permasalahan

yang diajukan. Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 1.5.

Tabel 1.5 Tahapan Penelitian Model Pembelajaran ARIAS

No Tahapan Uraian Kegiatan

1 Orientasi 1. Peneliti menentukan sekolah yang

akan dijadikan tempat penelitian.

2. Peneliti melakukan penjajagan

kesekolah sekaligus minta ijin kepada

kepala sekolah untuk mengadakan

penelitian..

3. Peneliti menetapkan kelas yang akan

dijadikan populasi penelitian.

Selanjutnya peneliti menentukan

sampel penelitian yang terdiri dari dua

kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Penentuan sampel ini dengan

teknik random sampling.

4. Peneliti mengadakan sosialisasi

dengan guru mata pelajaran TIK

bahwa peneliti akan mengadakan

penelitian di kelas tersebut.

2 Observasi awal 1. Mengobservasi kegiatan belajar

mengajar di kelas yang dijadikan kelas

kontrol dan kelas eksperimen.

3 Merancang perangkat

pembelajaran dan

instrumen penelitian

1. Peneliti merancang perangkat

pembelajaran seperti RPP dengan

model pembelajaran ARIAS dan

model pembelajaran langsung.

2. Peneliti merancang tes hasil belajar

yang nantinya akan digunakan sebagai

postest.

28

Page 29: Proposal Arias

3. Mengadakan konsultasi dengan Dosen

pembimbing tentang instrumen

penelitian yang akan dilakukan.

4 Uji coba instrumen

penelitian

1. Setelah instrumen benar-benar siap,

maka diadakan uji coba instrumen.

5 Revisi instrumen

penelitian

1. Mengadakan revisi terhadap instrumen

yang telah diujikan.

7 Memberikan perlakuan 1. Menerapkan model pembelajaran pada

masing-masing kelas, model

pembelajaran ARIAS (Assurance,

Relevance, Interest, Assessment and

Satisfaction) pada kelas eksperimen

dan model pembelajaran langsung

pada kelas kontrol.

8 Mengadakan tes akhir

(postest)

1. Peneliti mengadakan test akhir

(postest) pada kelas kontrol maupun

pada kelas eksperimen. Pemberian test

akhir ini bertujuan untuk mengetahui

hasil belajar siswa setelah mendapat

perlakuan.

9 Mengadakan Quesioner 1. Peneliti mengadakan Quesioner

kepada siswa untuk memperoleh data

respon siswa dan data motivasi belajar

siswa terkait penerapan model

pembelajaran ARIAS dengan

menggunakan angket.

10 Analisis data dan

pengujian hipotesis

1. Peneliti menganalisis data hasil

penelitian.

2. Peneliti menguji hipotesis yang telah

dirumuskan sebelumnya.

11 Pembuatan laporan 1. Penyusunan laporan.

2. Ujian.

29

Page 30: Proposal Arias

Untuk memperjelas tahapan-tahapan prosedur penelitian terebut, dapat

dilihat dalam gambar 3 berikut.

Gambar 3. Prosedur penelitian

5. METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

5.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang diperlukan adalah

sebagai berikut.

30

Page 31: Proposal Arias

a. Metode Tes

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui hasil belajar siswa

pada mata pelajaran TIK. Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

digunakan metode tes. Tes hasil belajar yang dikembangkan

disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif dan psikomotor.

Dalam penelitian ini akan dilakukan test pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol yang disebut dengan postest. postest dilakukan setelah

kelas mendapat perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen dengan

menggunakan model ARIAS sedangkan kelas kontrol menggunakan

model konvensional. Dalam penelitian ini bentuk tes kognitif yang

digunakan adalah tes obyektif pilihan ganda (Multiple Choice Item

Test). Untuk psikomotor akan digunakan rubrik penilaian tes

psikomotor.

b. Metode Angket

Dalam suatu penelitian sering digunakan metode angket

(qustionnaire) yang digunakan untuk menghimpun data-data dengan

menggunakan daftar pertanyaan dan pilihan yang sudah disediakan oleh

peneliti. Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket

tertutup, yaitu responden menjawab pertanyaan-pertanyaan berdasarkan

jumlah pilihan jawaban yang telah disediakan. Dalam penelitian ini

digunakannya metode angket karena ada dua alasan, yaitu Untuk

memperoleh informasi-informasi yang relevan untuk penelitian dan

Untuk memperoleh informasi-informasi atau data yang valid dan

reliable.

Dalam implementasinya, data-data yang sudah diperoleh mengenai

respon siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran dan motivasi

belajar siswa dengan menggunakan model ARIAS akan dikumpulkan

untuk proses penelitian selanjutnya. Dalam penelitian ini ada 2 macam

angket yang digunakan yaitu:

1. Angket Motivasi Belajar Siswa

Untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar siswa

dengan diterapkannya model pembelajaran ARIAS dalam

31

Page 32: Proposal Arias

pembelajaran TIK dilakukan dengan menggunakan angket

motivasi belajar siswa dan disebarkan kepada siswa di akhir

pembelajaran.

Angket motivasi belajar yang diberikan kepada siswa terdiri

atas 20 item dengan pemberian skor minimal 1 dan skor maksimal

5 untuk setiap item angket yang dikelompokkan kedalam dua

pernyataan yaitu pernyataan positif dan negatif. Jadi dalam

implementasinya siswa memperoleh skor tanggapan dengan

rentangan skor tertinggi 100 dan skor terendah 20. Selanjutnya

dilakukan uji analisis terhadap data yang diperoleh. Pengolahan

data motivasi belajar siswa ini dianalisis dengan rumus yang suda

ada, dan diklasifikasikan menjadi 5 klasifikasi respon yaitu sangat

positif, positif, kurang positif dan atau sangat kurang positif.

2. Angket Respon Siswa

Angket respon siswa yang digunakan terdiri dari 10 item

dengan pemberian skor minimal 1 dan skor maksimal 5 untuk

setiap item angket. Jadi dalam implementasinya siswa

memperoleh skor tanggapan dengan rentangan skor tertinggi 50

dan skor terendah 10. Selanjutnya dilakukan uji analisis terhadap

data yang diperoleh. Pengolahan data respon siswa ini dianalisis

dengan rumus yang suda ada, dan diklasifikasikan menjadi 5

klasifikasi respon yaitu sangat positif, positif, kurang positif dan

atau sangat kurang positif.

Data motivasi belajar dan respon siswa ini dikumpulkan pada akhir

proses pembelajaran, dengan demikian nantinya peneliti akan tahu

seberapa besar motivasi belajar dan respon siswa terhadap penggunaan

model pembelajaran ARIAS dalam proses pembelajaran TIK setelah

memberikan perlakuan.

5.2 Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian ada istilah instrumen penelitian. secara umum

instrumen ini merupakan suatu alat ukur. Instrumen penelitian ini digunakan

32

Page 33: Proposal Arias

peneliti untuk mengukur variabel penelitian. Dengan demikian bisa

dikatakan bahwa instrumen penelitian ini merupakan hal yang cukup

penting dalam suatu penelitian, dan dalam penelitian ini instrumen yang

digunakan adalah tes hasil belajar siswa.

Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah tes

pilihan ganda atau tes obyektif untuk postest. Peneliti menyusun tes ini

dengan jumlah butir soal sebanyak 40 butir soal, masing-masing soal terdiri

dari lima buah pilihan jawaban (a,b,c,d dan e) dengan skor 1 untuk jawaban

yang bernilai benar dan skor 0 untuk jawaban yang salah.

Peneliti memilih tes pilihan ganda dalam melakukan evaluasi dalam

penelitian ini karena peneliti memiliki bebrapa alasan yaitu :

1. Tes pilihan ganda dapat menggunakan jumlah butir soal yang relatif

banyak, mencakup hampir seluruh materi dan memudahkan

responden dalam penyelesaiannya.

2. Dalam pemberian skor, peneliti dapat melakukannya dengan objektif.

3. Memudahkan peneliti untuk melakukan analisis butir soal

4. Mengurangi kemungkinan responden untuk menebak jawaban,

karena pilihan jawaban tes pilihan ganda lebih dari dua pilihan.

Dalam penyusunan tes hasil belajar yang akan digunakan untuk bahan

evaluasi, ada beberapa langkah atau tahapan. Tahapan tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Identifikasi standar kompetensi

2. Identifikasi kompetensi dasar

3. Identifikasi indikator pembelajaran

4. Penyusunan kisi-kisi tes hasil belajar

5. Menentukan kriteria penilaian

6. Penulisan butir-butir tes

7. Uji ahli tes hasil belajar

8. Uji coba tes hasil belajar

9. Analisis data hasil uji coba tes hasil belajar

10. Revisi butir soal

11. Penyusunan instrumen final

33

Page 34: Proposal Arias

Dalam penelitian ini, tes hasil belajar yang disusun disesuaikan dengan

tahapan-tahapan tersebut diatas untuk menghasilkan suatu instrumen tes

hasil belajar yang benar-benar valid. Dalam pengembangan tes hasil belajar

ini menggunakan taksonomi Bloom. Dalam sistem pendidikan nasional

rumusan hasil belajar banyak menggunakan klasifikasi hasil belajar dari

Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah,

yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif

berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek

yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi.

Tes hasil belajar yang dikembangkan berdasarkan jenjang taksonomi

Bloom pada ranah kognitif adalah sebagai berikut.

a. Tipe hasil belajar : Pengetahuan (C1)

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata

knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya

tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula

pengetahuan faktual disamping pengetahuan hafalan atau untuk diingat

seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang,

nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari segi proses istilah-

istilah tersebut memang perlu dihafalkan dan diingat agar dapat

dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-

konsep lainnya.

b. Tipe hasil belajar : Pemahaman (C2)

Tipe hasil belajar lebih tinggi dari pengetahuan adalah pemahaman.

Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang

dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah

dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan dari kasus lain.

Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi

dari pada pengetahuan.

c. Tipe hasil belajar : Aplikasi (C3)

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongret atau

khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau petunjuk

teknis. Menerapkan abtraksi kedalam situasi baru disebut aplikasi.

Aplikasi yang berulangkali dilakukan pada situasi lama akan beralih

34

Page 35: Proposal Arias

menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap

dilihat sebagai situasi baru bila terjadi proses pemecahan masalah.

d. Tipe hasil belajar : Analisis (C4)

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-

unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya.

Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan

kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan kemampuan analisis

diharapkan siswa mempunyai pemahaman yang komprehensif tentang

sesuatu dan dapat memilah atau memecahnya menjadi bagian-bagian

yang terpadu baik dalam hal prosesnya, cara bekerjanya, maupun dalam

hal sistematikanya.

Dalam penyusunan instrumen soal pilihan ganda adalah ranah kognitif

pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan analisis (C4). Dari

keempat aspek tersebut, peneliti menyusun contoh kisi-kisi dari instrumen

soal pilihan ganda dapat dilihat dalam tabel 1.6 berikut ini.

Tabel 1.6 Kisi-kisi tes hasil belajar ranah kognitif

Kompetensi Dasar

(KD)Indikator

Tipe Hasil Belajar

Pen

geta

hu

an

(C1)

Pem

aham

an

(C2)

Ap

lik

asi (

C3)

An

alis

is (

C4)

Jum

lah

Ite

m

% Item Soal

30%

21.4

3 %

31.4

3 %

17.1

4 %

35

Page 36: Proposal Arias

2.2 Menjelaskan fungsi

menu dan ikon pada

perangkat lunak

pengolah angka

20%

a. Menjelaskan fungsi menu bar

b. Menjelaskan menu dan fungsi ikon pada Toolbar1. Standard

2. Formatting

3. Drawing

c. Menjodohkan menu dan ikon sesuai dengan fungsinya

2

4

1

2

4

1

0

0

0

0

0

0

14

2.3.Menggunakan menu

dan ikon pokok pada

perangka lunak

pengolah angka

22,85 %

a. Menggunakan sub menu pada menu bar

b. Menggunakan menu dan ikon-ikon pada Toolbar :1. Standard

2. Formatting

3. Drawing

2

2

2

2

2

2

2

2

16

2.4 Membuat dokumen pengolah angka sederhana

57,15 %

a. Membuat dokumen barub. Mengatur width column

dan high rowc. Meletakkan data

a. pada worksheet yang

dikehendaki

b. Pada folder yang

dikehendaki

d. Mengatur tampilan Border

e. Mengedit column dan row

f. Menyisipkan objek

g. Mengatur format Angka

h. Menggunakan rumus dan fungsi

i. Mengatur Halaman

j. Mencetak dokumen

11

1

1

1

1

1

1

1

1

01

1

0

0

0

1

1

0

0

12

2

2

2

1

2

4

1

1

00

2

0

0

0

2

2

1

1

40

TOTAL ITEM TES 21 15 22 12 70

36

Page 37: Proposal Arias

Tabel 1.6 di atas, merupakan kisi-kisi untuk tes hasil belajar untuk

ranah kognitif yang menggunakan tes pilihan ganda. Total item tes hasil

belajar untuk ranah kognitif sebanyak 70 item dengan persebaran merata

pada tiap kompetensi dasar.

Tes praktek (ranah psikomotor) yang akan diberikan berupa contoh

kasus yang terkait dengan indikator pembelajaran yang telah diterapkan. Tes

ketrampilan psikomotor terdiri dari 12 unjuk kerja. Tes hasil belajar yang

dikembangkan berdasarkan jenjang taksonomi Bloom pada ranah

psikomotor adalah sebagai berikut.

a. Jenjang Kesiapan (P1)

Jenjang kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan diri

dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian

gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan

jasmani dan mental.

b. Gerakan Terbimbing (P2)

Pada tahap gerakan terbimbing, siswa dapat menirukan seperti

peniruan gerak mengikuti, mengulangi perbuatan yang dilakukan

atau diperintahkan oleh orang lain.

c. Gerakan Terbiasa (P3)

Gerakan terbiasa mencakup kemampuan untuk melakukan suatu

rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih

secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

Selanjutnya tes tersebut akan dikerjakan oleh masing-masing kelompok

pada masing-masing komputer. Cara penilaian yang dilakukan oleh guru

menggunakan rubrik psikomotor yang digunakan untuk mengukur

kemampuan siswa. Kisi-kisi tes praktek (ranah psikomotor) dapat dilihat

dalam tabel 1.7.

Tabel 1.7 Kisi-kisi tes hasil belajar ranah psikomotor

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KETERAMPILAN TOTAL UJI

KETERAMPILANP18,3%

P283,3%

P38,3%

1. Menggunakan a. Menggunakan sub 0 0 1 3

37

Page 38: Proposal Arias

menu dan ikon

pokok pada

perangkat lunak

pengolah angka

menu pada menu bar

b. Menggunakan menu dan ikon-ikon pada Toolbar 1. Standard

2. Formatting

3. Drawing

0 0 2

2. Membuat

dokumen pengolah

angka sederhana

a. Membuat dokumen baru

b. Mengatur width column dan high row

c. Meletakan data1. Pada worksheet

yang

dikehendaki

2. Pada folder

yang

dikehendaki

d. Mengatur tampilan Border

e. Mengedit column dan row

f. Menyisipkan objek

g. Mengatur format Angka

h. Menggunakan rumus dan fungsi

i. Mengatur Halaman

j. Mencetak dokumen

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

0

1

0

0

1

0

1

0

1

1

1

0

1

1

1

1

0

10

Total Uji Keterampilan Ranah psiokomotor 1 5 9 15

Dari hasil pemaparan di atas, metode dan instrumen pengumpulan data

dapat disimpulkan pada tabel 1.8 sebagai berikut.

38

Page 39: Proposal Arias

Tabel 1.8 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Jenis Data Sumber Data Metode Instrumen Waktu Sifat Data

Hasil

belajar

siswa

(postest)

Siswa dari kelas

eksperimen dan

kontrol

Tes Tes hasil

belajar

kognitif dan

psikomotor

(tes pilihan

ganda dan

keterampilan)

sesudah

proses

pembelajaran

(postest)

Skor Rasio

Motivasi

siswa

Siswa kelompok

Eksperimen

Angket Angket

Motivasi

Belajar siswa

Sesudah

proses

pembelajaran

Skor

interval

Respon

siswa

Siswa kelompok

eksperimen

Angket Angket

respon siswa

Sesudah

proses

pembelajaran

Skor

interval

5.3 Uji Instrumen Penelitian

Dalam sebuah penelitian sebelum instrumen penelitian digunakan,

peneliti harus melakukan pengujian terhadap instrumen tersebut. Dalam

penelitian ini instrumen penelitian untuk ranah kognitif diuji apakah sudah

layak untuk digunakan dalam tes hasil belajar. Suatu instrumen penelitian

bisa dikatakan sebagai sebuah instrumen yang baik, berkualitas dan sesuai

jika instrumen tersebut telah memenuhi kriteria reliabilitas, validitas,

kualitas item.

5.3.1 Uji Validitas

Hal pertama dan paling penting yang harus dimiliki suatu

instrumen adalah validitas. Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas

paling banyak diukur dengan menyelidiki bagaimana skor tes itu

berhubungan dengan beberapa kriterium, yaitu beberapa perilaku,

39

Page 40: Proposal Arias

prestasi pribadi, atau karakteristik-karakteristik yang menunjukkan

ciri-ciri yang ingin di ukur dari tes tersebut.

a. Validitas isi

Gay (1987) menyatakan bahwa validitas isi (content validity)

adalah derajat pengukuran yang mencerminkan domain isi yang

diharapkan. Validitas isi penting untuk tes hasil belajar

(achievement test). Suatu skor kurang bahkan tidak mencerminkan

hasil belajar siswa apabila instrumen tidak mampu mengukur

secara komprehensif apa yang telah dipelajari oleh siswa. Prosedur

yang hendak ditempuh agar suatu tes hasil belajar mampu

mencerminkan domain isi secara komprehensif adalah dengan

menyusun kisi-kisi tes.

Validitas isi suatu tes hasil belajar tidak terlalu penting untuk

dikuantifikasi. Validitas isi cukup diestimasi berdasarkan

pertimbangan ahli isi. Sebagai ahli isi dapat ditunjuk seorang guru

pada bidang studi yang sama yang memiliki kualifikasi dan

pengalaman kerja yang cukup. Pertimbangan ahli tersebut dianggap

cukup representatif sebagai dasar untuk memutuskan bahwa tes

yang dikembangkan telah memenuhi syarat validitas isi. Di

samping pemeriksaan oleh ahli isi, tes juga perlu diuji

keterbacaannya ditinjau dari pemakai (siswa). Prosedur ini

dilakukan melalui uji kelompok kecil dan kelas yang

sesungguhnya.

b. Validitas isi tes hasil belajar TIK siswa

Dalam suatu penelitian, sebuah item dikatakan valid apabila

mempunyai dukungan yang benar terhadap skor total, atau dengan

kata lain, sebuah item mempunyai kesejajaran dengan skor total.

Kesejajaran antara validitas item dengan skor total dapat diartikan

sebagai korelasi. Sehingga untuk mengetahui validitas item

digunakan rumus korelasi (Arikunto, 2002). Teknik analisis data

dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Office

Excel. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan rpbis

hitung dengan rpbis tabel dalam taraf signifikansi 5 %. Rumus yang

40

Page 41: Proposal Arias

digunakan untuk menguji validitas butir soal adalah koefisien

korelasi biserial yang dirumuskan sebagai berikut.

γ pbis=M p−M t

St √ pq

……………………………………………..(i)

Keterangan :

γ pbis = koefisien korelasi poin biserial

M p = rata-rata skor untuk yang menjawab benar

M t = rata-rata skor total

St = Standar deviasi total P = Proporsi yang menjawab benar (tingkat kesulitan)q = Proporsi yang menjawab salah (1-p)

Kriteria butir soal dalam katagori valid jika rpbs hitung > rpbs tabel

pada taraf signifikan 5%.

5.3.2 Uji Reliabilitas

Analisis butir tes standar tidak dapat ditentukan hanya oleh IKB,

IDB, dan untuk tes pilihan ganda oleh keefektifan pengecoh, tetapi

juga harus ditambah oleh analisis konsistensi internal baik konsistensi

internal butir maupun konsistensi internal tes (reliabilitas tes).

Gay (1987) menyatakan konsistensi internal butir adalah derajat

konsistensi pengukuran yang ditampilkan oleh butir terhadap apa yang

ingin diukur. Jadi konsistensi butir berkenaan dengan tingkatan atau

derajat yang menunjukkan seberapa jauh butir dapat mengukur secara

konsisten apa yang seharusnya diukur.

Wiersma (1991) menyatakan konsistensi internal tes atau reliabilitas

tes berarti konsistensi dari tes dalam mengukur apa yang seharusnya

diukur. Pengukuran konsisten berarti akan memberikan hasil yang

sama untuk subjek yang sama pada waktu yang berbeda. Koefesien

reliabilitas tes dapat bernilai antara 0,00-1,00. Gay (1987) menyatakan

reliabilitas tes adalah derajat pada mana suatu tes dapat mengukur

secara konsistens apa yang seharusnya diukur.

41

Page 42: Proposal Arias

Konsistensi internal tes atau reliabilitas internal tes dapat

ditentukan dengan beberapa metode diantaranya metode belah dua,

metode Kuder-Rechadson 20 (K-R 20,K-R21) dan koefisien alfa

Cronbach. Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan metode

(K-R20). Karena skor-skor butir bersifat dikotomis, maka koefesien

reliabilitas dihitung dengan Metode K-R 20 dengan formula (Mehrens

& lehmann, 1984) sebagai berikut.

r xy=n

n−1 [1−∑ pq

S x2 ] ………………………………………...……(ii)

Keterangan

n = jumlah butir tes

p = persentase responden yang menjawab benar

q = persentase responden yang menjawab salah

S x2= varians keseluruhan tes

Untuk konversi uji reliabilitas tes dapat digunakan kriteria

pengujian pada tabel 1.9.

Tabel 1.9. Kriteria Uji Reliabilitas Tes

Rentangan Reliabilitas Kategori

R11 < 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah

0,20 < R11 < 0,40 Derajat reliabilitas rendah

0,40 < R11 < 0,60 Derajat reliabilitas sedang

0,60 < R11 < 0,80 Derajat reliabilitas tinggi

0,80 < R11 < 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi

5.3.3 Uji Indeks Kesukaran Butir (IKB) Tes

Dalam suatu tes, tingkat kesukaran butir dapat digunakan untuk

mengukur bermutu atau tidaknya butir-butir tes tersebut. Butir yang

baik adalah butir yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar

sehingga dapat benar-benar menggambarkan kemampuan siswa

42

Page 43: Proposal Arias

tersebut. Tingkat kesukaran butir dalam tes pilihan ganda dapat

menggunakan formula sebagai berikut.

P= BJS

……………………………………...………………..(iii)

Keterangan

P = indeks kesukaran butir

B = jumlah responden yang menjawab benar

Js = jumlah responden seluruhnya

Klasifikasi indeks kesukaran butir yang umum digunakan adalah

seperti pada tabel 1.10 berikut.

Tabel 1.10 Kriteria Uji Indeks Kesukaran Butir

Rentangan IKB Kategori

P1 = 0,00 Terlalu sukar

0,00 < P1 < 0,30 Sukar

0,30 < P1 < 0,70 Sedang

0,70 < P1 < 1,00 Mudah

P1 = 1,00 Terlalu mudah

Secara umum butir yang ditoleransi sebagai tes standar adalah

yang memiliki P = 0,30-0,70.

5.3.4 Indeks Daya Beda Butir (IDB) Tes

Daya beda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa

yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2002).

Nilai IDB bergerak dari –1,00 s.d +1,00. Apabila IDB bernilai

positif, butir tersebut memiliki dayabeda yang positif, yang berarti

bahwa porsi siswa yang lebih tahu tentang jawaban benar lebih besar

dibandingkan dengan porsi siswa tang tidak tahu. Apabila IDB

bernilai nol, butir tersebut memiliki dayabeda nol, artinya butir

tersebut tidak mampu membedakan antara siswa tahu jawaban benar

43

Page 44: Proposal Arias

dengan siswa yang tidak tahu. Hal ini terjadi, karena beberapa hal,

yaitu: (1) butir terlalu mudah atau terlalu sukar, sehingga mungkin

semua siswa salah atau semua siswa benar, (2) butir tersebut

membingungkan sebagai akibat konstruksinya ambigu atau

menimbulkan penapsiran ganda. Apabila porsi siswa yang tidak tahu

jawaban benar lebih banyak dibandingkan dengan yang tahu, maka

IDB menjadi negatif. Hal ini bissa terjadi mungkin disebabkan karena

konstruksi tes bersifat ambigu, atau kunci jawabannya yang salah.

Secara umum, semakin tinggi IDB suatu butir semakin besar

kemungkinan butir tersebut mampu membedakan antara siswa yang

tahu jawaban benar dengan siswa yang tidak tahu. Kriteria yang

digunakan dalam menentukan daya pembeda tes adalah sebagai berikut

(Subana dan Sudrajat, 2001).

Tabel 1.11 Kriteria Uji Indeks Daya Beda Butir

Rentangan IKB Kategori

DB < 0,00 Sangat jelek

0,00 < DB < 0,20 Jelek

0,20 < DB < 0,40 Cukup

0,40 < DB < 0,70 Baik

0,70 < DB < 1,00 Sangat Baik

Untuk tes standar dianjurkan menggunakan tes yang memiliki

IDB > 0,20. Indeks daya beda butir dapat menggunakan formula

sebagai berikut.

IDB=RKA−RKB

12

T …………………………………………………..(iv)

Keterangan

IDB = indeks daya beda butir

RKA = jumlah responden Kelompok Atas yang menjawab benar

RKB = jumlah responden Kelompok Bawah yang menjawab benar

T = jumlah responden seluruhnya.

44

Page 45: Proposal Arias

5.3.5 Menentukan Keefektifan Pengecoh (distracters effectiveness).

Analisis distraktor di perlukan hanya untuk pembuat soal. Selain

menghitung indeks kesukaran dan daya beda dalam analisis butir juga

perlu di ketahui apakah distraktor atau pengecoh yang di sediakan

tepat atau tidak benar. Apakah semua pilihan yang disediakan dipilih

semua karena dianggap betul, jawaban terkumpul pada pilihan tertentu

atau pilihan yang sama sekali tidak ada pemilihnya. Dengan

memeriksa pola pilihan jawaban, dapat di tentukan hal-hal sebagai

berikut : (1). Berapa jumlah subjek yang menjawab betul; (2).

Distraktor mana yang terlalu jelas atau menyolok sehingga sangat

sedikit yang terkecoh untuk memilihnya; (3). Distraktor mana yang

justru menyesatkan subjek yang termasuk kelompok tinggi yang

seharusnya tidak terkecoh; (4). Distraktor mana yang dapat menarik

bagi subjek kelompok rendah, tetapi tidak cukup menarik bagi subjek

dari kelompok tinggi. Pengecoh dikatakan efektif bila minimal

dijawab oleh 5% peserta.

6. ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan

kualitatif. Data tersebut diolah menggunakan analisis statistik dan analisis

non statistik. Data kuantitatif akan dianalisis dengan analisis statistik

deskriptif untuk mendeskripsikan data hasil belajar siswa.

Analisis statistik digunakan untuk men-genaralisasi hasil penelitian

yang meliputi estimasi (perkiraan), uji prasyarat berupa uji normalitas dan

uji homogenitas, serta uji hipotesis. Dalam menguji hipotesis yang telah

dirumuskan dalam penelitian ini menggunakan uji t. Analisis data ini

dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

6.1 Deskripsi Data

Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya

hasil belajar TIK. Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara

pengolahan data yang dilakukan dengan cara menyusun secara sistematis

45

Page 46: Proposal Arias

dalam bentuk angka-angka atau presentase, mengenai suatu objek yang

diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum. Analisis deskriptif

dilakukan terhadap nilai rata-rata, modus, median, standar deviasi, varian,

skor maksimum, skor minimum, dan jangkauan. Untuk menentukan tinggi

rendahnya kualitas variabel-variabel tersebut dikonversikan dengan

menggunakan kriteria rata-rata (mean) ideal dan standar deviasi (SD) ideal

masing-masing variabel tersebut pada Tabel 1.12.

Tabel 1.12 Kriteria Uji Mean Ideal dan Standar Deviasi Ideal

Nurkancana dan sunartana (1992)

Variabel standar deviasi Kriteria

Mi + 2 Sdi s.d Mi + 3,0 Sdi Sangat Tinggi

Mi + 1 Sdi s.d Mi + 2 Sdi Tinggi

Mi - 1 Sdi s.d Mi + 1 Sdi Sedang

Mi - 2 Sdi s.d Mi - 1 Sdi Rendah

Mi - 3 Sdi s.d Mi - 2 Sdi Sangat Rendah

Keterangan:

Mi = Rata-rata ideal dihitung dengan rumus:1

2 (S.MaXI + S.Min)

Sdi = Standar deviasi ideal dihitung dengan rumus:1

6 (S.MaXI + S. Min)

6.2 Uji Asumsi Statistik

6.2.1 Uji Normalitas Sebaran Data

Dalam sebuah penelitian, uji normalitas sebaran data dilakukan

untuk menentukan langkah pengujian, yaitu dengan menggunakan

uji statistik parametrik dan uji statistik non parametrik.

Dalam penelitian ini, hipotesis yang akan diujikan adalah sebagai

berikut.

Ho = Data berdistribusi Normal.

Ha = Data tidak berdistribusi Normal.

46

Page 47: Proposal Arias

Sedangkan dala uji normalitas untuk penskoran hasil belajar

TIK siswa digunakan suatu analisis yang disebut uji Chi-Square

dengan rumus pada persamaan 1.5 (Sudijono, 2001).

x2=∑ (fo−fe )2

fe ........................................................................(v)

Keterangan:

XI2 : Chi-Square

f0 : frekuensi yang diperoleh sampel

fe : frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengujian dapat berdistribusi normal jika XI2 hit < XI2

tab, dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan dk=(k-1).

6.2.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians untuk kedua kelompok digunakan uji F

dengan rumus pada persamaan 1.6 (Sudjana, 2002).

Hipotesis yang akan diujikan adalah :

Ho : Tidak ada perbedaan varians antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen.

Ha : Ada perbedaan varians antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen.

Fhit=s1

2

s22 ..................................................................................(vi)

Keterangan:

s12 = varians kelompok eksperimen

s22 = varians kelompok kontrol

Kriteria pengujian, jika Fhit ¿F

α (n1−1, n2−1 ) maka sampel tidak

homogen dapat melakukan pengujian dengan menggunakan rumus

polled varians, dan jika Fhit <F

α (n1−1, n2−1) maka sampel homogen dapat

melakukan pengujian dengan dengan menggunakan rumus separated

47

Page 48: Proposal Arias

varians. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan

derajat kebebasan untuk pembilang n1-1 dan derajat kebebasan untuk

penyebut n2-1.

6.2.3 Uji Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan hipotesis penelitian atau hipotesis alternatif

(Ha) yang telah diajukan pada kajian teori, maka dapat dirumuskan

hipotesis nol (H0) sebagai berikut.

Uji hipotesis untuk hasil belajar siswa

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam

penggunaan model pembelajaran ARIAS terhadap hasil

belajar TIK siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan

model pembelajaran model pembelajaran ARIAS terhadap

hasil belajar TIK siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan.

Pengujian hipotesis menggunakan t-test terdapat beberapa rumus

yang digunakan (Sugiyono, 2008) yaitu sebagai berikut :

Rumus (separated varians)

1 2

2 21 2

1 2

X Xt

s s

n n

...............................................................................(vii)

Rumus (polled varians)

t=X1−X2

√( n1−1 )s1

2+(n2−1)s22

n1+n2−2 ( 1n1

+ 1n2

)

…………………………(viii)

48

Page 49: Proposal Arias

Keterangan :

X1 = Nilai rata-rata skor kelompok eksperimen

X 2 = Nilai rata-rata skor kelompok kontrol

n1 = Banyaknya subjek kelompok eksperimen

n2 = Banyaknya subjek kelompok kontrol

s12 = varians sampel kelompok eksperimen

s22 = varians sampel kelompok kontrol

Pedoman penggunaan rumus-rumus t-test (Separated Varian, dan

Polled Varian, yaitu sebagai berikut :

1. Bila jumlah anggota sampel n1 = n2, dan varian homogen

(σ12=σ 2

2) maka dapat digunakan rumus t-test baik untuk

Separated, maupun Polled Varian. Untuk melihat harga t-tabel

digunakan dk = n1 + n2 - 2

2. Bila n1 ≠ n2, varian homogen (σ1

2=σ 22) , dapat digunakan

rumus t-test dengan Polled Varian. Derajad kebebasan (dk) =

n1 + n2 – 2

3. Bila n1 = n2, varian tidak homogen (σ1

2≠σ 22) , dapat digunakan

rumus t-test dengan Separated Varian dan Polled Varian.

Dengan dk = n1 – 1 atau n2 – 1. jadi dk bukan n1 + n2 – 2.

4. Bila n1 ≠ n2, varian tidak homogen (σ1

2≠σ 22) , untuk ini

digunakan t-test dengan Separated Varian. Harga t sebagai

pengganti t-tabel dihitung dari selisih harga t-tabel dengan dk

(n1 – 1) dan dk (n2 – 1) dibagi dua, dan kemudian ditambahkan

dengan harga t yang terkecil.

49

Page 50: Proposal Arias

Berdasarkan pedoman rumus di atas karena banyaknya subjek

dalam penelitian ini antara kelompok ekperimen tidak sama

dengan kelompok kontrol n1 ≠ n2 maka rumus t-test yang

mungkin digunakan adalah nomor 2 dan 4

7. MOTIVASI BELAJAR SISWA

Untuk mengetahui motivasi siswa terhadap penggunaan pembelajaran

TIK setelah diterapkannya model pembelajaran ARIAS akan dianalisis secara

deskriptif terhadap pendapat siswa yang tertuang dalam angket motivasi belajar

siswa. Angket yang digunakan adalah skala Likert dengan 5 pilihan, yaitu

a. Sangat Setuju (SS)

b. Setuju (S)

c. Kurang setuju (KS)

d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

Data motivasi belajar siswa dianalisis berdasarkan rata-rata skor motivasi

belajar siswa ( M ) , mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI).

Mean Ideal ( MI ) =

12 (skor maksimum + skor minimum).

Standar Deviasi Ideal (SDI ) =

16 (skor maksimum + skor minimum).

Rata-rata skor motivasi belajar siswa dianalisis dengan rumus :

M=∑i=1

n

M i

n

…………………………………………………………………………………………..(ix)

Keterangan :

M = Rata-rata skor motivasi belajar siswa.

50

Page 51: Proposal Arias

∑i=1

n

M i= Jumlah skor motivasi belajar siswa.

n = Banyak siswa.

Rata-rata skor motivasi belajar siswa yang diperoleh dicocokkan dengan

kriteria penggolongan berikut.

Tabel 1.13 Kriteria Penggolongan Motivasi Belajar Siswa

(Ratumanan dalam Ari Septiana 2010)

Kriteria Kategori

M≥MI+1,5 . SDI Sangat tinggi

MI+0,5 . SDI≤M <MI+1,5 . SDI Tinggi

MI−0,5. SDI≤M <MI+0,5 . SDI Cukup

MI−1,5 .SDI≤M <MI−0,5. SDI Rendah

M <MI−1,5 . SDI Sangat Rendah

8. RESPON SISWA

Respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran ARIAS

dikumpulkan dengan menggunakan angket tanggapan siswa. Angket yang

digunakan adalah skala Likert dengan 5 pilihan, yaitu

a. Sangat Setuju (SS)

b. Setuju (S)

c. Kurang setuju (KS)

d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

Sedangkan untuk acuan respon negatif dilakukan dengan pemberian skor

terbalik dengan item positif.

Tabel 1.14 Kriteria Pemberian Skor Respon Siswa

Analisis Jawaban Nilai Item

51

Page 52: Proposal Arias

Positif (+) Negatif (-)

SS 5 1

S 4 2

KS 3 3

TS 2 4

STS 1 5

Untuk mencari skor rata-rata atau mean (X ) dapat dilakukan dengan membagi

jumlah semua skor (åXI) dengan jumlah siswa (N) (Masidjo, 1995).

X =

∑ X

N...........................................................................................(xi)

Keterangan :

X = Skor rata – rata respon siswa

∑ X

= Jumlah skor respon siswa

N = Banyaknya siswa

Untuk mencari mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI) dapat dilakukan

dengan rumus sebagai berikut.

MI =

12 (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)

SDI =

16 (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)

Respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran ARIAS yang

diterapkan dapat diketahui berdasarkan tabel di bawah ini.

Tabel 1.15 Kategori Respon Siswa

Masidjo (1992)

Rentangan Skor Kategori

MI + 1,5 SDI ¿ X Sangat Positif

MI + 0,5 SDI ¿ X ¿ MI + 1,5 SDI Positif

52

Page 53: Proposal Arias

MI - 0,5 SDI ¿ X ¿ MI + 0,5 SDI Cukup Positif

MI - 1,5 SDI ¿ X ¿ MI - 0,5 SDI Kurang Positif

X ¿ MI - 1,5 SDI Sangat Kurang

53

Page 54: Proposal Arias

No KegiatanJanuari 2011 Februari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Orientasi dan observasi awal

2 Pembuat proposal

3 Merancang instrumen penelitian dan

RPP

4 Ujian proposal

5 Uji coba instrumen penelitian

6 Analisis butir soal

7 Mengimplementasikan Model

Pembelajaran

8 Analisis data dan pengujian hipotesis

9 Pembuatan laporan

10 Ujian Skripsi

5453

Page 55: Proposal Arias

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1988. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Kiranawati. 2007. Penerapan Pembelajaran ARIAS.Artikel. Tersedia pada http://gurupkn.wordpress.com. Didownload tanggal 04 Februari 2011.

Keller, J. M. 2006. ARCS-Motivation teory. Artikel. Tersedia pada http//ide.ed.psu.edu. Didownload tanggal 04 Februari 2011.

Keller, J. M. 2006. The Arcs Model of Motivation Design. Artikel. Tersedia pada http://www.googlebooks.com/Arcsmodel. Didownload tanggal 25 Februari 2011.

Keller, J. M. & Suzuki, K 2004. Learner motivation and e-learning design: A multinationally validated process. Journal of Education Media, 29 (3), 175-189. Tersedia pada http//www.arcsmodel.com. Didownload tanggal 25 Februari 2011.

Mariana, Anah. 2007. Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Konsep Pengelolaan Lingkungan Dengan Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar Model Conceptual Change. Jurusan Biologi, UNNES Semarang.

Nurkancana dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Parsa, I Nyoman. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Arias Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas Viii Smp Negeri 5 Singaraja Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Fisika, UNDIKSHA Singaraja.

Rumiati, 2007. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Pada Anak. Tersedia pada http://rumiati.wordpress.com. Didownload tanggal 28 Februari 2011.

Sa’adah. 2010. Penerapan Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment And Satisfaction) Dalam Pembelajaran TIK. Kumpulan Skripsi Pendidikan Ilkom UPI.

Sardiman, A. M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.

Sri Suwateriningsih, Ketut. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Arias Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Viib Smp Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Matematika, UNDIKSHA Singaraja.

55

Page 56: Proposal Arias

Yuni, Ni Wayan. 2010. Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Tik Siswa Kelas Xi Bahasa1 Sma Negeri 3 Singaraja Tahun Ajaran 2009/2010. Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, UNDIKSHA Singaraja.

56