program studi pendidikan agama islam fakultas...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI METODE TAMYĪZ DALAM PEMBELAJARAN KITAB
KUNING DI PONDOK PESANTREN WALI CANDIREJO
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
ANNISA’ NURUL CHANIFAH
NIM: 23010-15-0104
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
i
IMPLEMENTASI METODE TAMYĪZ DALAM PEMBELAJARAN KITAB
KUNING DI PONDOK PESANTREN WALI CANDIREJO
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
ANNISA’ NURUL CHANIFAH
NIM: 23010-15-0104
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
vi
vii
MOTTO
ى ال ر ال ال رى ر لالىر الى ى ال ر ى ال ى ال ر ا ر ى ا ال ى ر لال ا ى ال ال ال ال ى خا ر ى ت ال ى ال
“Janganlah menunda pekerjaanmu hingga esok hari sesuatu yang kamu dapat
mengerjakannya hari ini”
(Al-Mahfudhot)
“Berfikir, Catat, Terapkan, Lakukan, dan Jangan pernah menunda sesuatu jika
kamu bisa melakukannya sekarang”
viii
PERSEMBAHAN
Teruntuk:
1. Kedua orang tua, Bapak Wahyudi dan Ibu Istikharah yang tiada henti
mendoakanku dan banyak pengorbanan yang tak tergantikan hingga saya
selalu kuat menjalani segala rintangan hidup di perantauan.
2. Kakak Mas Afif Fachturrahman dan mbak ria yang selalu memberiku
semangat dan motivasi dalam bertholabul ilmi sampai detik ini serta adik-
adik Muhammad Iqban Amar, Fatimmatuzzahra, dan sheza yang selalu
memberikan canda tawa selama ini sehingga saya dapat semangat lagi
dalam bertholabul ilmi.
3. Keluarga besar mbah juweri yang selalu memberi semangat dan
membantu secara materi maupun tenaga.
4. Abah Minanul Huda sekeluarga pengasuh Pondok Pesantren A.P.I
Tegalrandu, Abah Bahrudin sekeluarga pengasuh Pondok Pesantren Nurul
maghfirah, Abah Ahmad Afif Dimyati sekeluarga pengasuh Pondok
Pesantren A.P.I Al-Masykur, beliau-beliau adalah orangtua keduaku yang
senantiasa memberikan petuah dan do‟anya hingga saya dapat menemukan
ketentraman hidup.
5. Guru-guru yang mulia dari SD sampai sekarang yang telah memberikan
ilmu yang inshaaAllah sangat bermanfaat di dunia dan di akhirat, serta
ustadza-ustadzah terhebat yang saya hormati yang telah membimbing saya
dengan penuh kesabaran.
ix
6. Keluarga besar Pondok Pesantren Wali, yang telah menerima saya untuk
penelitian di Pondok Pesantren Wali dan sudah banyak membantu dalam
penelitian saya.
7. Lembaga IAIN Salatiga yang telah mengadakan program Bidik Misi
sehingga saya dapat melanjutkan studi saya di IAIN Salatiga sampai
selesai, serta keluarga besar YAA BISMILLAH khususnya YAA
BISMILLAH angkatan 2015 yang telah menemani dalam belajar.
8. Keluarga besar Pondok Pesantren A.P.I Al-Masykur yang telah
memberikan semangat dan do‟a-do‟a, khususnya kamar 2 yang selalu saya
repotkan dalam segala hal.
9. Sahabat-sahabat yang sangat saya sayangi Sofi yang selalu merepokan
saya tapi saya suka, mb Wati yang selalu saya repotkan dan pathner
segalanya dari semester 1 sampai semester 8 pathner ngajar pramuka,
pathner TPQ, dan banyak lagi, Reni sahabatku yang selalu memberi
amunisi ketika semangat mulai menurun dengan mengajak menikmati
ciptaan Allah (tadabbur alam) sehingga semangat ini kembali lagi, Ulfa
yang selalu membuatku ceria kembali, terima kasih untuk segala dukungan
dan motivasi sahabat-sahabat, tanpa kalian aku tidak bisa sampai sekarang
ini, mb hida yang setia menemani saya berjuang skripsi.
10. Saudara-saudara FK-WAMA yang mengajari saya arti saudara tanpa Kartu
Keluarga dan mengajari saya mengenal organisasi dan memotivasi untuk
menjadi mahasiswa yang aktif.
x
11. Keluarga TPQ An-Nur dan keluarga SDN Kesongo 01 kalian salah satu
alasan saya tersenyum setiap harinya, hari-hariku indah bersama kalian.
12. Teman-teman PPL SMK Diponegoro, Agung, Viqi, Fattur, syifa, mb Riva,
mb Umi, mb Nisa, mb Fiqi, mb Yuni, Nurul, teman-teman KKN Desa Jati,
Kec. Bener, Kab. Purworejo, serta teman-teman PAI angkatan 2015
khususnya kelas C yang telah menjadi teman seperjuangan dalam
menuntut ilmu selama kurang lebih empat tahun ini.
13. Segenap pendidik dan pembaca
xi
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Assalamualaikum wr. Wb
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan puji syukur
kepada Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, dan hidayah-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Implementasi Metode Tamyīz dalam Pembelajaran Kitab Kuning Di
Pondok Pesantren Wali Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
Tahun 2019”.
Tidak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang
selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya
umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan
menuju ke zaman yang terang benderang yakni dengan ajaran agama Islam.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga
xii
4. Bapak Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.selaku Dosen Pembimbing Skripsi,
yang telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan
waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga, khususnya Dosen Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan..
6. Teman-teman Mahasiswa Bidikmisi IAIN Salatiga angkatan 2015.
7. Teman-teman setingkat dan seperjuangan yang selalu memberikan
dorongan dan semangat, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, maka
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.Semoga hasil
penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada
umumnya.Aamiin.
Wassalamualaikum wr. Wb
Salatiga, 10 Maret 2019
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
LEMBAR BERLOGO ............................................................................................... ii
HALAMAN SAMPUL DALAM .............................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. iv
PENGESAHAN ......................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................................. vi
MOTTO ..................................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL DAN BAGAN ............................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv
ABSTRAK ................................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ...................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 7
xiv
D. Manfaat Penelitian................................................................................... 8
E. Penegasan Istilah ..................................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ........................................................................................ 13
B. Kajian Terdahulu ..................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 24
B. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 24
C. Sumber Data ............................................................................................ 25
D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... 26
E. Analisis Data ........................................................................................... 28
F. Pengecekan Keabsahan Data ................................................................... 29
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. Paparan Data ........................................................................................... 32
B. Analisis Data ........................................................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 104
B. Saran ......................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran-Lampiran
Riwayat Hidup Penulis
xv
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Tabel
Tabel 1.4 : jadwal ngaji mudabbir dan santri wali
Tabel 2.4 : sarana-prasarana pembelajaran
Tabel 3.4 : Daftar santri Pondok Pesantren Wali
Tabel 4.4 : Daftar Asātid/Asātidzah Pondok Pesantren Wali
Tabel 5.4 : Belajar dengan LADUNI
Tabel 6.4 : Rencana pembelajaran metode tamyiz
Bagan
Bagan 1.2 : Model pembelajaran
Bagan 1.4 : Struktur Organisasi Pondok Pesantren Wali
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Gambar I : Proses pembelajaran
Gambar II : Wawancara dengan pengasuh, ustadz, dan santri
Gambar III : Buku-buku yang digunakan dalam pembelajaran
Gambar IV : Pondok Pesantren Wali
Gambar V : Lalaran Malam
xvii
ABSTRAK
Chanifah, Annisa’ Nurul.2019. Implementasi Metode Tamyīz dalam
Pembelajaran Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Wali Candirejo
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2019. Skripsi,
Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Prof. Dr.
Budihardjo, M. Ag.
Kata Kunci: Implementasi Metode Tamyīz, Pembelajaran Kitab
Kuning.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh generasi muslim yang jauh dari sumber-
sumber utama keagamaan, mereka mendapatkan informasi-informasi keagamaan
dari berbagai sumber yang validitasnya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Padahal dalam Islam khasanahnya sangat luar biasa, namun Islam di Indonesia
kurang sekali dengan referensi, karena tidak adanya proses ilmiah, transformasi
ilmu pengetahuan yang dimulai dengan penerjemahan kitab-kitab seperti yang
dilakukan oleh khalifah-khalifah terdahulu seperti kitab-kitab kuning.
Sekarang ini, untuk bisa membaca dan menguasai kitab kuning bagi
masyarakat awam dalam mempelajarinya membutuhkan waktu yang sangat lama
karena merupakan pekerjaan yang panjang dan kompleks. Berbagai upaya
dilakukan untuk mengatasi masalah pembelajaran kitab kuning, salah satunya
dengan melihat metodenya.Sekarang ini banyak metode-metode pembelajaran
khususnya dalam mempelajari kitab kuning. Dalam mempelajari kitab kuning
tidak lepas dari bagian pertama bahasa arab sebagai bahasa agama Islam. Di masa
sekarang, berbagai inovasi metode pun telah banyak diterapkan salah satunya
yaitu metode tamyīz.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu mengenai bagaimana perencanaan metode tamyīz,
bagaimana implementasinya,apa saja faktor pendukung dan faktor
penghambatnya, serta bagaimana evaluasi program tersebut.
Dalam hal ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dimana penelitian
ini tidak melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya, namun dengan
memberikan rincian yang lebih kompleks.Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara, analisis serta dokumentasi.Pengecekan
keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber, teknik, dan teori.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa metode
tamyīz dalam pembelajaran kitab kuning di pesantren wali candirejo kecamatan
tuntang kabupaten semarang tahun 2019mempunyai rencana pembelajaran
sebelum melakukan pembelajaran sehingga dalam pembelajaran sudah terstuktur
dengan baik, cara belajar kitab kuning dengan menggunakan metode tamyīz
mempunyai ciri khusus yaitu laduni (ilate kudu muni-bersuara lantang), sentot
(santri tot). waktu yang digunakan yaitu 2 jam @hari selama 3 bulan.
Implementasinya yaitu pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīz
mempunyai 4 tahap diantaranya tamyīz 1 mempelajari tentang kalimat (isim, fi‟il,
khuruf), tamyīz 2 mempelajari tentang i‟rab (jer, jazm, rofa‟, nashob), tamyīz 3
xviii
mempelajari tentang khal, tamyiz, badal, dll., tamyīz 4: mempelajari tentang tasrif.
penerapan metode tamyīz mempunyai beberapa cara yaitu dengan tamyīz intensive
dan tamyīz inside.Faktor pendukungnya yaitu metode yang digunakan ketika
pembelajaran dan ada buku-buku pendukung belajar para santri. Sedangkan.faktor
penghambatnya yaitu dari segi santrinya yang mana santri itu macam-macam ada
yang rajin dan ada yang kurang rajin dalam berangkat mengaji. Evaluasi
programnya yaitu dengan ujian lisan dan ujian tulis, dimana ujian lisan yaitu
dengan praktek setiap harinya setelah pembelajaran dan untuk ujian tulisnya
dilakukan ketika pertengahan semester dan akhir semester.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangatlah penting untuk mengantarkan umat manusia
dalam kehidupan yang benar. Pendidikan adalah berbagai usaha yang
dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar
tercapai perkembangan maksimal yang positif (Ahmad Tafsir, 2011: 28).
Dalam al-Qur‟an surat Al-Jumu‟ah ayat 2
ى تال بال مرى ركا هر خ ر ير ال ا ىوال مر خلها كا يرزال ىوال ىآيال ا ا مر ىيالتر رىى ال اللرها مر نرهر سرى ى ا ى ال لاخلنال خ ىفايى أل ا يىبال الثال ى ذا هرىال
ى ر النلى ى ال ايى ال الل ى ال ر ر نر ىكال ارى ى ا كر ال الىوال ا ر وال ر ا
Artinya:”Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka
Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
(Kemenag RI, 2010: 553)
Pendidikan Islam adalah proses pengembangan pemikiran seseorang
dan menata akhlak dan perasaannya diatas landasan dinul Islam, dengan
maksud merealisasikan tujuan Islam dalam kehidupan pribadi dan sosial di
seluruh aspek kehidupan (Sudarto, 2018: 59)
Pengertian pendidikan yang paling luas dan universal diutarakan oleh
Abdurrahman al-Nahlawi, yaitu: pertama, menjaga dan memelihara fitrah
anak menjelang dewasa (baligh): kedua, mengembangkan seluruh
potensinya: ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju
2
kesempurnaan (rupanya ia membedakan antara fitrah dan potensi); dan
keempat, dilaksanakan secara bertahap (Ali Mufran, 2013: 5).
Pendidikan Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk
membentuk peserta didik agar memiliki keseimbangan jasmani dan rohani,
serta memiliki iman, ilmu, dan amal sekaligus (HeriGunawan, 2014:11).
Jadi, pendidikan agama Islam merupakan upaya untuk mengarahkan
anak didik agar menjadi orang yang berkepribadian menurut ukuran Islam
melalui bimbingan baik jasmani maupun rohani.
Pesantren merupakan sebuah institusi atau lembaga swasta yang
bergelut dibidang pendidikan agama yang memiliki kekhasan dalam
kegiatan pembelajaran. Kekhasan tersebut menjadi pembeda antara pondok
pesantren dan lembaga formal lainnya, dan juga orientasi pendidikan di
pondok pesantren lebih memprioritaskan pada urusan agama dan akhirat,
dan juga merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam dan pengajaran
agama, yang umumnya dilaksanakan secara klasikal maupun non klasikal
oleh kiai dan para ustadz-nya. Ustadz dan kiai bertugas sebagai pengajar
yang mengajarkan ilmu-ilmu serta keagamaan kepada santri-santrinya
menggunakan rujukan kitab berbahasa arab maupun latin yang dikarang
oleh para ulama’ kuno maupun modern atau sering disebut dengan kitab
kuning sebagai reverensi atau modal pemahaman keagamaan yang
kompleks yang akan di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran kitab kuning tentu tidak lepas dari bahasa Arab.
3
Menyangkut hal tersebut juga sebetulnya didukung dalam Undang-
Undang No. 20 tahun 2003 pasal 30 yang berbunyi: 1) pendidikan
keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok masyarakat
dari pemeluk agama sesuai dengan pertautan perundang-undangan. 2)
pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agamanya dan/ atau menjadi ilmu agama. 3) pendidikan keagamaan dapat
diselenggarakan pada jalur formal, non-formal, dan informal, dan 4)
pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pondok pesantren,
dan bentuk lain yang sejenis (Putri Dewi Indah W, 2018: 1).
Sekarang ini generasi muslim jauh dari sumber-sumber utama
keagamaan, mereka mendapatkan informasi-informasi keagamaan dari
berbagai sumber yang validitasnya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Padahal dalam Islam khasanahnya sangat luar biasa, namun Islam di
Indonesia kurang sekali dengan referensi, karena tidak adanya proses
ilmiah, transformasi ilmu pengetahuan yang dimulai dengan penerjemahan
kitab-kitab seperti yang dilakukan oleh khalifah-khalifah terdahulu seperti
kitab-kitab kuning. Padahal di dalamnya sangat banyak sekali pembelajaran
tentang pendidikan agama Islam, sehingga untuk pembelajaran, referensi
dapat diambil dari kitab-kitab terdahulu karangan para ulama yang
validitasnya sangat jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Namun, sekarang ini untuk bisa membaca dan menguasai kitab kuning
bagi masyarakat awam dalam mempelajarinya sudah merasa enggan terlebih
4
dahulu dikarenakan mereka sudah berpersepsi pelajaran tersebut sulit dan
membutuhkan waktu yang sangat lama karena merupakan pekerjaan yang
panjang dan kompleks. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi masalah
pembelajaran kitab kuning, salah satunya dengan melihat metodenya.
Sekarang ini banyak metode-metode pembelajaran khususnya dalam
mempelajari kitab kuning. Dalam mempelajari kitab kuning tidak lepas dari
bagian pertama bahasa arab sebagai bahasa agama Islam, maka metode
pertama yang muncul seperti metode Abjadiyah (alphabetic method) yang
bertujuan agar peserta didik mampu membaca Al-Qur‟an. Selanjutnya,
sebagai ciri khas pesantren adalah metode gramatika terjemah (qawa’id wa
tarjamah) dengan teknik penyajian guru dan murid sama-sama memegang
buku (kitab) (Ma‟rifatun Nisa, 2017: 3). Kemudian di masa sekarang,
berbagai inovasi metode pun telah banyak diterapkan salah satunya yaitu
metode tamyīz.
Dalam seminar peranan kitab kuning dalam dinamika literasi dan
intelektual Islam Indonesia di Pondok Pesantren Wali Salatiga hari ahad
tanggal 22 Otober 2018, Kiai Munib salah satu pengasuh Pondok Pesantren
Wali berkata: “agar santri-santri mulai memasyarakatkan ilmu-ilmu dari
khasanah kitab kuning untuk menjawab beberapa persoalan kontemporer”.
KH Anis Maftuhin pengasuh Pondok Pesantren Wali mengatakan,
kitab kuning merupakan sumber pengetahuan keislaman yang sangat vital.
Namun, selama ini akses dan kemampuan untuk membaca dan memahami
hanya dimilki sebagian kecil santri. Kemampuan itu hanya dimiliki santri-
5
santri yang menguasai ilmu tata bahasa arab yang mumpuni dan belajar
belasan tahun di pondok pesantren.
Dalam pembelajaran kitab kuning, guru (ustadz maupun kiai) sangat
berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar, bukan hanya
menyampaikan pelajaran namun diharapkan mampu membuat peserta didik
atau santri faham dalam mengkaji ilmu-ilmu yang telah disampaikan oleh
ustadz dan kiai serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran kitab kuning itu sangat-sangat dibutuhkan untuk
menjawab persoalan kontemporer, dari sekian banyak manusia di dunia
yang mampu membaca dan memahami hanya dimiliki oleh sebagian santri
kecil saja, maka tujuan adanya metode tamyīz ini agar bukan hanya
kalangan sebagian kecil santri namun diharapkan semua orang dapat
membaca dan memahami kitab kuning tanpa membutuhkan waktu bertahun-
tahun.
Metode tamyīz merupakan salah satu metode dalam pembelajaran
bahasa arab, yang ditemukan oleh seorang ustadz bernama Abaza dimana
standar pengajaran tamyīz akan menghasilkan siswa yang dapat
menerjemahkan Al-Qur‟an dan kitab kuning dalam 100 jam belajar.
Menurut pendapat Akhsin agar tujuan tersebut terlaksana yakni siswa
mampu menerjemah Al-Qur‟an dan kitrab kuning maka diperlukan
pemahaman terhadap nahwu-shorof atau qowa’id bahasa arab sebagai ilmu
alat. Cara praktis belajar tamyīz dalam waktu 100 jam disebutkan di buku
tamyiiz bahwa model seperti ini merupakan cara tamyīz intensive yakni di
6
ajarkan 3-4 jam sehari dalam sistem pesantren mukim (Ma‟rifatun Nisa,
2017: 5).
Sejak munculnya Metode tamyīz telah mampu membuktikan
eksistensinya dalam dunia pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan semakin
banyaknya pesantren yang menerapkan metode ini salah satunya yaitu
Pondok Pesantren Wali.
Adapun alasan peneliti memilih objek penelitian di Pondok Pesantren
Wali, hal ini dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya
bahwa Pondok Pesantren di Sekitar Salatiga dan Semarang yang
menggunakan metode tamyīz hanya di Pondok Pesantren Wali dan
kebanyakan Pondok Pesantren di Salatiga dalam pembelajaran kitab kuning
menggunakan metode gramatika terjemah (qawa’id wa tarjamah) dengan
teknik penyajian guru dan murid sama-sama memegang buku (kitab) atau
disebut juga metode bandongan.
Hasil pengamatan peneliti menggunakan metode gramatika terjemah
membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk memahami dan membaca kitab
kuning dan kebanyakan santri ada yang tidur, bosan sehingga mengurangi
konsentrasi dalam belajar. Maka, tujuan peneliti meneliti pembelajaran kitab
kuning dengan menggunakan metode tamyīz yaitu agar dalam
pembelajarannya menyenangkan, tidak membosankan, dan tidak
membutuhkan waktu yang sangat lama hingga sampai bertahun-tahun.
Selain itu, untuk mengetahui bagaimana penerapan metode tamyīz dalam
pembelajaran kitab kuning dengan baik dan benar, bagaimana evaluasi
7
pembelajaran kitab kuning, dan mengetahui faktor yang mendukung dan
menghambat pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīz.
Dari latar belakang diatas maka penulis mengambil judul:
“IMPLEMENTASI METODE TAMYĪZ DALAM PEMBELAJARAN
KITAB KUNING DI PESANTREN WALI CANDIREJO KECAMATAN
TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2019”.
B. Fokus Penelitian
Dilihat dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Perencanaan Metode Tamyīz Dalam Pembelajaran Kitab
Kuning di Pesantren Wali Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang Tahun 2019?
2. Bagaimana Implementasi Metode Tamyīz Dalam Pembelajaran Kitab
Kuning di Pesantren Wali Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang Tahun 2019?
3. Bagaimana Evaluasi Program Metode Tamyīz dalam Pembelajaran Kitab
Kuning di Pesantren Wali Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang Tahun 2019?
4. Apa Saja Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dari Implementasi
Metode Tamyīz dalam Pembelajaran Kitab Kuning di Pesantren Wali
Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2019?
8
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Perencanaan Metode Tamyīz Dalam Pembelajaran Kitab
Kuning di Pesantren Wali Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang Tahun 2019.
2. Mengetahui Implementasi Metode Tamyīz dalam Pembelajaran Kuning
di Pesantren Wali Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2019.
3. Mengetahui Evaluasi Pembelajaran kitab kuning MetodeTamyīz dalam
Pembelajaran Kitab Kuning di Pesantren Wali Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019.
4. Mengetahui Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dari
Implementasi Metode Tamyīz dalam Pembelajaran Kitab Kuning di
Pesantren Wali Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2019.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Menambah Khasanah keilmuan dalam hal meningkatkan prestasi
dan semangat belajar kitab kuning yang sangat menyenangkan di pondok
pesantren khususnya dan di khalayak masyarakat pada umumnya.
2. Secara Praktis
a. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi lembaga
pendidikan di pondok pesantren wali.
9
b. Untuk menambah pengetahuan dan cakrawala berfikir bagi penulis
sendiri dan pembaca, khususnya mahasiswa tarbiyah dalam rangka
pengembangan PAI di lingkungan kampus.
c. Untuk menambah pengetahuan tentang metode pengajaran terjemah
Al-Qur‟an dan kitab kuning di pondok pesantren yang menyenangkan,
cepat, dan tidak membosankan.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari timbulnya berbagai interprestasi dan membatasi
ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu di jelaskan
beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi di atas, yaitu:
1. Metode Tamyīz
Metode dalambahasa arab terkadang digunakan kata al-
tariqah,manhaj, dan al-wasilah. Tariqah berarti jalan, manhaj berarti
sistem, dan wasilah berarti perantara atau mediator. Metode berasal
dari dua kata yaitu meta yang artinya melalui dan hodos yang artinya
jalan atau cara. metode adalah seperangkat cara, jalan, dan teknik
yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta
didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi
tertentu yang dirumuskan dalam silabi mata pelajaran (Ali Mufron,
2013: 85)
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah metode
merupakan suatu sistem yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
10
Tamyīzadalah lembar kerja (work sheet) tentang formulasi teori
dasar Quantum Nahwu Shorof yang masuk dalam kategori Arabic for
Spesific Purpuse(ASP) dengan target sederhana yaitu sedari kecil anak
SD/MI dan pemula (siapa saja yang sudah bisa membaca Al-Qur‟an)
pintar membaca, menterjemah, dan menulis (Imla) Al-Qur‟an dan
kitab kuning. (Mukraji, 2014: 168).
Menurut Kiai Dr. Akhsin Sakho Muhammad al-Hafidz (Rektor
Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta) kitab Tamyīz adalah formulasi teori
nahwu Quantum yang bisa mengantarkan santri dan siapapun yang
bisa membaca Al-Qur‟an menjadi pintar tarjamah Al-Qur‟an dan kitab
kuning dalam waktu yang singkat. (Elsa Dany Maulida, 2014: 20)
Metode Tamyīz
adalahlembarkerjatentangformulasiteoridasarquantumnahwu-shorof
yang masukdalamkategoriarabic for specific purpuse (ASP)(Arini
Rena Ratih, 2014: 1).
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa metodeTamyīz adalah cara
untuk belajar membaca, menterjemah, dan menulis bahasa arab baik
itu al-Qur‟an atau pun kitab kuning dalam waktu cepat dan
mengasyikkan.
2. Kitab Kuning
Kitab merupakan istilah khusus dalam bahasa arab yang
digunakan untuk menyebut karya tulis dibidang keagamaan maupun
non-keagamaan yang bertuliskan huruf arab. Ini istilah yang
11
membedakan dengan karya tulis selain bertuliskan bahasa arab yang
sering disebut buku. (Putri Dewi Indah W, 2018:23).
Pada umumnya kitab dijadikan sebagai sumber belajar di
pondok pesantren yang dikenal dengan kitab kuning atau sering
disebut”kitab gundul”,“kitab klasik”,”kitab kuno” (Al-kutub Al-
qadimah), karena kitab ditulis merujuk pada karya-karya tradisional
ulama berbahasa arab yang gaya dan bentuknya berbeda dengan buku
modern.adalah kitab yang senantiasa berpedoman pada Al-Qur‟an dan
Hadits, dan yang ditulis oleh para ulama terdahulu dalam lembaran-
lembaran ataupun dalam bentuk jilidan baik yang dicetak di atas
kertas kuning maupun kertas putih dan juga merupakan ajaran Islam
yang merupakan hasil interpretasi para ulama dari kitab pedoman
yang ada serta hal-hal baru yang datang kepada Islam sebagai hasil
dari perkembangan peradaban Islam dalam sejarah (Yusna Zaidah,
dkk, 2014: 24).
Jadi, kitab kuning merupakan kitab karya ulama terdahulu yang
ditulis tanpa huruf hidup sehingga untuk mempelajari kitab kuning
tidak lepas dari ilmu alat yang membantu dalam penyempurnaannya.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan berupa rencana pembagian bab dan sub bab dari
laporan penelitian yang akan ditulis. Adapun skripsi ini disusun dengan
sistematika penulisan disesuaikan dengan buku pedoman penulisan skripsi
Pendidikan Agama Islam yang terdiri dari V (lima) bab yang masing-
12
masing terdiri dari sub bab, antara satu dengan yang lain saling
berhubungan. Adapun sistematikan pembahasannya adalah sebagai berikut:
Bab satu merupakan pendahuluan berisi tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka,
kerangka teori, metode penelitian, sistematika penulisan.
Bab dua berisi pembahasan tentang kajian pustaka (penelitian
terdahulu) dan landasan teori (telaah teoritik terhadap pokok
permasalahan/variabel penelitian).
Bab tiga, berisi tentang metode penelitian mengenai jenis-jenis
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan
data, analisis data, pengecekan keabsahan.
Bab empat yaitu mengenai paparan dan analisis data mengenai
implementasi metode tamyīz dalam pembelajaran kitab kuning di Pondok
Pesantren Wali.
Bab lima merupakan konsep akhir dari skripsi ini yang berisi
kesimpulan dari seluruh kajian dan beberapa saran yang berkaitan dengan
metode tamyīz dalam pembelajaran kitab kuning.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Metode Pembelajaran Kitab Kuning
Metode pembelajaran merupakan cara yang wajib ditempuh oleh
pengajar dan pembelajar guna mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran tidak pernah luput dari sebuah metode yang merancang
pembelajaran agar apa yang disampaikan dalam pembelajaran dapat
diterima oleh peserta didik dengan baik dan benar.
Dalam sistem pembelajaran di pondok pesantren banyak terjadi
pengulangan pembelajaran dari tingkat ke tingkat yang dimaksud untuk
memperdalam wawasan namun dalam cakupan yang berbeda dengan
buku yang berbeda pula. Kurikulum di pondok pesantren merupakan
kurikulum yang sangat unik, dan cara penyampaiannya juga berbeda.
Pembelajaran kitab kuning biasanya diberikan dalam pengajian dalam
bentuk kuliah umum. Proses belajar mengajar kitab kuning
dilaksanakan secara bertahap, dari kurikulum tingkat dasar dengan
mengajarkan kitab-kitab sederhana, kemudian tingkat lanjut, dan
khusus pembelajaran kitab kuning didesain dengan penggunaan model
dan metode yang variatif antara lain: metode sorogan, hafalan, wetonan
atau bandingan, mudzakarah dan majlis ta’lim. (Muhammad
Thoriqussu‟ud, 2012: 234)
14
Pada umumnya, metode pembelajaran yang diaplikasikan dalam
pembelajaran pondok pesantren mencakup dua hal, yaitu:
1. Metode pembelajaran salafy, yakni metode pembelajaran yang
digunakan berdasarkan kebiasaan lama yang diterapkan pada
pembelajaran di pesantren dan dapat disebut sebagai metode
pembelajaran ali (original)pondok pesantren.
2. Metode pembelajaran tajdid, yakni metode hasil pembaharuan
dengan mengkolaborasikan metode lama dengan metode yang
berkembang di masyarakat modern walaupun tidak diikuti dengan
penerapan sistem modern, seperti sistem sekolah atau madrasah.
(Depag RI, 2003: 37)
Berikut ini merupakan metode pembelajaran tradisional yang menjadi
ciri utama pembelajaran di pondok pesantren:
a. Metode sorogan
Metode sorogan merupakan metode pembelajaran kitab kuning
dengan cara pembelajaran melalui pengajian dasar yang diberikan di
rumah-rumah, di langgar, dan di sekitar masjid secara individual.
Seorang murid mendatangi seorang guru yang akan membacakan
beberapa baris al-Qur‟an atau kitab-kitab bahasa Arab dan
menerjemahkan kata demi kata.
Metode sorogan dikenal sebagai metode yang paling efektif di taraf
pertama pembelajaran di pondok pesantren bagi para santri yang
menginginkan menjadi seorang „alim, karena sistem ini menuntun
15
pada penguasaan, penilaian dan pemahaman secara maksimal dalam
menguasai bahasa Arab.
b. Metode Bandongan
Pembelajaran dengan menggunakan metode bandongan ini
dengan membentuk lingkaran sekelompok peserta didik di bawah
bimbingan guru, prosesnya yaitu santri menyimak ustadz yang
membaca, mentransliterasi, menjabarkan dan mengulas kitab Islam
dalam bahasa Arab, santri memperhatikan bukunya dan membuat
catatan tentang arti atau sebuah penjelasan yang sulit. (Zamakhsyari
Dhofier, 1982: 28)
c. Metode Hafalan
Santri diharuskan membaca dan menghafal teks-teks bahasa
Arab secara individual, guru menjelaskan arti kata: biasanya
digunakan untuk teks nadhom (sajak).
d. Mudzakarah (musyawarah)
Pertemuan ilmiah yang secara khusus membahas persoalan
agama pada umumnya. Metode ini digunakan dalam dua tingkatan;
pertama, diselenggarakan oleh sesama santri untuk membahas suatu
masalah agar terlatih untuk memecahkan maslaah dengan rujukan
kita-kitab yang tersedia. Kedua, musyawarah yang dipimpin oleh
kiai, dimana hasil musyawarah santri diajukan untuk dibahas dan
dinilai seperti dalam seminar.
16
e. Majlis ta’lim
Suatu media penyiaran Islam secara umum dan terbuka.
Diikuti oleh jama’ah yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat
yang memiliki pengetahuan bermacam-macam dan tidak dibatasi
oleh tingkatan usia atau perbedaan jenis kelamin.
2. Model Pembelajaran
Hal lain yang melatarbelakangi adanya kegiatan pembelajaran
adalah pengembangan kurikulum. Kegiatan pengembangan kurikulum
memerlukan suatu model yang dijadikan landasan teoritis untuk
melaksanakan kegiatan tersebut. Dalam kegiatan pengembangan
kurikulum, model merupakan ulasan teoritis tentang proses
pengembangan kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula hanya
merupakan ulasan tentang satu komponen kurikulum.
Ada banyak model pengembangan kurikulum yang sesuai
dengan kegiatan pembelajaran yaitu model yang dikemukakan oleh
Rogers dan oleh Zais (Burhan Nurgiyantoro, 1988: 163).
Model pengembangan kurikulum Rogers terdapat 4 model
yaitu: model I, model II, model III, dan model IV.
1. Model I
Model I ( model yang paling sederhana) menggambarkan
bahwa kegiatan pendidikan semata-mata terdiri dari kegiatan
memberikan informasi (isi pelajaran) dan ujian. Hal ini
berdasarkan asumsi bahwa pendidikan adalah evaluasi dan evaluasi
17
adalah pendidikan, serta pengetahuan adalah akumulasi materi dan
informasi. Model tersebut merupakan model tradisional yang
masih dipergunakan orang.
penerapan model 1 yang dikemukakan oleh Rogers dalam
pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīz, yaitu dimana
dalam pembelajaran kitab kuning menyampaikan sebuah materi
yang sudah terencana dan melakukan evaluasi untuk mengetahui
tingkat kepahaman santri dengan materi tersebut.
Model di atas sangat sederhana dan tidak memadahi
2. Model II
Karena model I mengabaikan cara-cara (metode) dalam proses
berlangsung kegiatan belajar mengajar dan urutan atau organisasi
bahan pelajaran secara sistematis. Maka, muncullah model II untuk
menyempurnakan model I, dengan menambahkan tentang metode
dan organisasi bahan pelajaran. Pengembangan kurikulum pada
model II sudah dipikirkan pemilihan metode yang kiranya efektif
bagi berlangsungnya proses pengajaran. Di samping itu, bahan
pembelajaran juga sudah disusun secara sistematis, dari yang
Materi Pelajaran
Evaluasi
18
mudah ke yang lebih sukar dan juga memperhatikan luas dan
dalamnya suatu bahan pelajaran.
penerapan model II yang dikemukakan oleh Rogers dalam
pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīz, yaitu dimana
dalam pembelajaran kitab kuning menyampaikan sebuah materi
yang sudah terencana, menggunakan sebuah metode untuk
meningkatkan semangat belajar santri serta meningkatkan
pemahaman santri, salah satunya yaitu metode tamyīzyang mana
metode ini merupakan metode pembelajaran kitab kuning yang
mengasyikan dan menggunakan waktu yang cepat, setelah itu
melakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat kepahaman santri
dengan materi tersebut.
3. Model III
Karena model II tersebut belum memperhatikan masalah
teknologi pendidikan yang sangat menunjang keberhasilan kegiatan
pengajaran. Maka, muncul model III, dimana dalam model III ini
Metode Mengajar Organisasi bahan
pelajaran
Evaluasi
Bahan pelajaran
19
merupakan penyempurna model II yang belum dapat memberikan
masalah tentang teknologi pendidikan yang sangat menunjang
keberhasilan kegiatan pengajaran. Sehingga, dalam model III ini
memasukkan unsure teknologi pendidikan di dalamnya.Hal itu
berdasarkan pertimbangan bahwa teknologi pendidikan merupakan
faktor yang amat menunjang dalam keberhasilan kegiatan belajar
mengajar.Teknologi yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan
buku-buku pelajaran yang harus dipergunakan dalam suatu
pelajaran, dan alat atau media pengajaran yang dapat dipergunakan
dalam pelajaran.
penerapan model III yang dikemukakan oleh Rogers dalam
pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīz, yaitu dimana
dalam pembelajaran kitab kuning menyampaikan sebuah materi
yang sudah terencana, menggunakan sebuah metode untuk
meningkatkan semangat belajar santri serta meningkatkan
Model mengajar Teknologi pendidikan
Bahan pelajaran
Evaluasi
Organisasi bahan
pelajaran
20
pemahaman santri, salah satunya yaitu metode tamyīzyang mana
metode ini merupakan metode pembelajaran kitab kuning yang
mengasyikan dan menggunakan waktu yang cepat, setelah itu
melakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat kepahaman santri
dengan materi tersebut. Selain memberikan materi, menggunakan
metode yang menarik dan melakukan pengevaluasian dalam
pembelajaran juga membutuhkan sebuah tekhnologi, tekhnologi
yang dimaksud yaitu buku-buku pendukung dalam pembelajaran,
serta alat atau media pengajaran.
4. Model IV
Dalam model III pengembangan kurikulum berorientasi pada
bahan pelajaran.Namun, masih ada satu hal lagi yaitu mengenai
tujuan pengajaran yang dilakukan, dimana tujuan pengajaran
menduduki peranan sentral dalam setiap model pengembangan
kurikulum. Maka dari itu, muncullah model IV, dimana model IV
itu merupakan penyempurna model III yaitu dengan memasukkan
unsure tujuan ke dalamnya. Tujuan itulah yang mengikat semua
komponen yang lain, yaitu metode, organisasi bahan, teknologi
pengajaran, isi pelajaran, maupun kegiatan penilaian yang
dilakukan.
penerapan model IV yang dikemukakan oleh Rogers dalam
pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīz, yaitu dimana
dalam pembelajaran kitab kuning menyampaikan sebuah materi
21
yang sudah terencana, menggunakan sebuah metode untuk
meningkatkan semangat belajar santri serta meningkatkan
pemahaman santri, salah satunya yaitu metode tamyīzyang mana
metode ini merupakan metode pembelajaran kitab kuning yang
mengasyikan dan menggunakan waktu yang cepat, setelah itu
melakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat kepahaman santri
dengan materi tersebut. Selain memberikan materi, menggunakan
metode yang menarik dan melakukan pengevaluasian dalam
pembelajaran juga membutuhkan sebuah tekhnologi, tekhnologi
yang dimaksud yaitu buku-buku pendukung dalam pembelajaran,
serta alat atau media pengajaran, dan yang terkhir yaitu
mempunyai tujuan dalam pembelajaran. Untuk metode tamyīzini
mempunyai tujuan agar santri-santri dalam pembelajaran kitab
kuning tidak merasa bosan, tertekan karena dituntut hafalan,
ngantuk dan lain-lain.
evaluasi
Bahan pelajaran
Tujuan (sasaran)
Organisasi bahan
pelajaran
Teknologi pendidikan Metode mengajar
22
Dari ke empat teori model pengembangan kurikulum tersebut,
teori model ke empatlah yang dijadikan dasar oleh kegiatan
pembelajaran dalam pengembangan kurikulum
B. Kajian Pustaka (Kajian penelitian terdahulu)
Berdasarkan penelusuran terhadap literatur-literatur yang ada,
peneliti menemukan beberapa penelitian tentang metode tamyīz.Akan
tetapi belum ada yang spesifik meneliti tentang pembelajaran kitab kuning
dengan menggunakan metode tamyiz. Berikut skripsi yang penulis jadikan
telaah pustaka, diantaranya adalah:
Penelitian Ma‟rifatun Nisa mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang
berjudul “Penerapan Metode Tamyiz dalam Pemahaman Qawa’id di
Kelas XI MA Plus Nururrohmah Ponpes Al-Kamal Tahun Ajaran
2016/2017”. Hasil penelitian ini diketahui bahwa metode tamyis ini lebih
fokus pada proses pemahaman Qawa’id, adapun hasil tes pemahaman
Qawa’id peserta didik, diketahui rata-rata nilai mencapai 75,5 dari 41 data
terkumpul dan telah memenuhi kriteria ketuntasan minimum.
Penelitian yang kedua yaitu Arini Rena Ratih mahasiswi Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjudul “Studi
Penerapan Metode Tamyiz dalam Pembelajaran Terjemah Al-Qur’an di
MI Islam Grobagan Serengan Surakarta” hasil penelitian ini diketahui
23
bahwa metode tamyiiz ini lebih fokus pada pembelajaran terjemah Al-
Qur‟an, dan terbukti baik dan efektif untuk diterapkan. Didukung dengan
adanya pengajar yang profesional disertai metode yang menyenangkan dan
mudah. Adapun kendala yang dihadapi minimnya SDM yang dimiliki
timtamyiz.
Penelitian yang ketiga yaitu hasil penelitian dari Mukraji Magister
Studi Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang
berjudul “Metode Tamyiz (Sebuah Formulasi Teori Nahwu Shorof
Quantum)” hasil penelitian ini diketahui bahwa metode tamyīz ini lebih
fokus dalam pembelajaran bahasa arab nahwu dan shorof, karena dalam
pembelajaran bahasa arab ada empat keterampilan yaitu keterampilan
mendengar (maharah al-istima’), keterampilan berbicara (maharah al-
kalam), keterampilan membaca (maharah al-qira’ah), dan keterampilan
menulis (maharah al-kitabah).
Dari sejumlah telaah pustaka yang dilakukan, penulis tidak
menemukan kajian mengenai Implementasi Metodetamyīzdalam
Pembelajaran Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Wali.Sehingga
penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dan memliki
orisinitas yang dipertanggungjawabkan.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian untuk pembahasan judul di atas, penulis
menggunakan pendekatan kualitatif, yang mana penelitian yang lebih
menekankan pada pengumpulan data yang tidak berbentuk angka dan
menggunakan analisis kualitatif dalam pemaparan data, analisis data, dan
pengambilan kesimpulan. Menurut Brannen dalam bukunya Rasimin
yang berjudul metodologi penelitian pendekatan praktis kualitatif
penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuan-temuannya
tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya,
namun penelitian kualitatif dipilih karena kemantapan peneliti
berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat
memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit
diungkap metode kuantitatif (Rasimin, 2018: 65).
Jika ditinjau dari segi tempat, penelitian ini termasuk jenis
penelitian lapangan (Field Research) karena terjun langsung ke
lapangan.Data primer peneliti dapatkan dari hasil observasi dan
wawancara di lapangan, sedangkan data sekunder didapatkan dari buku
referensi, internet, dan catatan-catatan lain yang mendukung penelitian.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Wali Kec. Tuntang
Kab. Semarang Jawa Tengah.Lokasi ini dipilih karena tempat tersebut
25
adalah salah satu pondok pesantren yang menerapkan metodetamyīz
dalam pembelajaran kitab kuning di Salatiga dan Semarang.
Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada bulan Maret 2019
C. Sumber Data
Secara keseluruhan, yang dipandang sebagai sumber data penelitian
adalah:
a. Pengasuh Pondok Pesantren Wali
Pengasuh berperan sebagai pemberi informasi mengenai
gambaran umum Pondok Pesantren Wali.Instrumen yang digunakan
adalah wawancara.
b. Guru pengajar kitab kuning menggunakan metode tamyīz Pondok
Pesantren Wali
Berperan sebagai sumber data utama yang berkaitan dengan
pembelajaran kitab kuning dengan menggunakan metode
tamyīz.Instrumen yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
c. Santri Pondok Pesantren Wali
Santri sebagai sumber data pendukung atas semua data yang
telah diperoleh sebelumnya.Instrumen yang digunakan adalah
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
26
d. Buku-buku pendukung
Buku-buku pendukung merupakan sumber data pendukung yang
berkaitan dengan Pondok Pesantren Wali dan metode
pembelajarannya untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang
didapat dari data utama. Buku-buku yang digunakan dalam
pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīz yaitu Kamus
metode tamyīz, metode tamyīz metode cepat pintar terjemah al-Qur‟an
dan baca kitab kuning, praktek al-Qur‟an metode tamyīz, Laduni
Sentot, Tamyiz: Anak kecil saja bisa yang pernah kecil pasti bisa
pintar terjemah Qur‟an dan kitab kuning.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara bagaimana peneliti
memperoleh data secara terpadu dengan menyatukan, menghubungkan,
atau mengaitkan data yang terbaru dan yang telah ada sehingga tidak
berdiri sendiri atau terpisah. Beberapa teknik yang digunakan penulis
adalah:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek
dengan sistematika fenomena yang diselidiki (Sukandarrumidi, 2002:
69).
Untuk mengetahui pembelajaran kitab kuning dengan metode
tamyīz, peneliti menggunakan observasi partisipan karena peneliti ikut
dan terjun langsung dalam kegiatan pembelajaran kitab kuning dengan
27
menggunakan metode tamyīz untuk mengamati beberapa fenomena
yang berkaitan dengan pembelajaran kitab kuning dengan metode
tamyīz.
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan
tertentu (Maslikhah, 2017: 321).
Wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara bebas
atau sering pula tak struktur, yaitu wawancara dimana peneliti dalam
menyampaikan pertanyaan pada responden tidak menggunakan
pedoman (Sukardi, 2003: 80). Yakni peneliti melakukan wawancara
dengan spontan namun sebelumnya sudah dirancang apa saja yang akan
ditanyakan ketika wawancara untuk mendapatkan informasi yang ingin
didapatkan.
Pada penelitian ini, peneliti akan memberikan wawancara kepada
pengasuh pondok pesantren, guru pengajar kitab kuning dengan metode
tamyīz, dan beberapa santri untuk mendapatkan informasi terkait
pembelajaran kitab kuning dengan menggunakan metode tamyīz.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274).
28
Dalam penelitian kualitatif, dokumentasi dilaksanakan untuk
memperoleh data tambahan, seperti profil pondok pesantren, brosur
pondok pesantren, visi misi, gambar kegiatan, dan lain sebagainya.
E. Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan penulis adalah deskriptif
analisis. Langka-langkahnya adalah: dengan reduksi data, display data,
verifikasi atau menarik kesimpulan.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.
b. Reduksi data
Berarti merangkum, artinya memilih hal-hal yang pokok dan
inti, memfokuskan pada hal-hal yang terbilang penting. Dicari tema dan
pola pembahasannya dan membuang yang tidak penting
c. Penyajian data
Display data ini dibatasi dengan sekumpulan data tersusun untuk
diambil kesimpulan dan penentuan tindakan selanjutnya. Hal tersebut
dilakukan agar data terorganisir dan mudah dipahami. Proses penyajian
data setelah dilakukan redaksi data, yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif.
29
d. Verifikasi atau menarik kesimpulan
Verifikasi atau menarik kesimpulan merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan sebuah kesimpulan yang dapat diuji
kebenarannya berdasarkan penyajian data yang diperoleh dari informan
yang menjadi objek penelitian di lapangan. (Sugiyono, 2008: 317)
F. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam hal pengecekan keabsahan data penelitian terhadap kriteria
keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara tepat. Setiap data
yang diperoleh peneliti tidak selalu benar sesuai dengan realita yang ada.
Oleh karena itu, peneliti harus melakukan pemeriksaan apakah data yang
diperoleh memiliki keabsahan atau tidak. Teknik pemeriksaan yaitu dalam
penelitian ini harus terdapat kredibilitas yang dibuktikan dengan
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, trianggulasi,
pengecekan sejawat kecukupan referensi, adanya kriteria kepastian dengan
teknik uraian rinci.
Untuk menjamin validitas data peneliti menggunakan trianggulasi
sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data, dimana pengertian dari
trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Dalam bukunya Moleong
(2009: 330), pada trianggulasi terdapat tiga strategi yaitu:
a. Trianggulasi sumber dilakukan dengan membandingkan dan mengecek
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
30
b. Trianggulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data
diperoleh dengan wawancara, kemudian dicek dengan observasi dan
dokumentasi.
c. Trianggulasi Teori yaitu dilakukan dengan perbandingan antara teori
dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti.
Untuk mendapatkan data yang absah dengan trianggulasi, peneliti
akan menggunakan strategi yang pertama dan kedua. Pertama trianggulasi
sumber yaitu dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber.
Dalam hal ini peneliti menguji keabsahan data tentang metode tamyīz
dalam pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Wali Candirejo,
Tuntang, Semarang.Maka, pengumpulan data diperoleh dari pengasuh
Pondok Pesantren Wali, guru pengajar metode tamyīz, serta santri yang
mengikuti pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīz. Kedua,
trianggulasi teknik yaitu dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber sama dengan teknik berbeda. Data diperoleh dengan wawancara
yaitu dengan mewawancarai pengasuh Pondok Pesantren Wali, Guru
pengajar metode tamyīz, serta santri yang mengikuti pembelajaran kitab
kuning dengan metode tamyīz.kemudianyang ketiga, dicek dengan
observasi yaitu peneliti melakukan penelitian pada saat proses belajar
mengajar di dalam kelas. Sedangkan dokumentasi yaitu peneliti
31
mengumpulkan dokumen seperti rencana pembelajaran kitab kuning
dengan metode tamyīz, data santri-santri dan data-data lainnya.
32
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data Dan Lokasi Penelitian
1. Sejarah dan Profil Pondok Pesantren Wali
Umat Islam terutama di Indonesia dalam menghadapi tantangan
zaman yang begitu besar membutuhkan aspirasi yang cermat, terutama
dalam mempersiapkan sumber daya manusia sebagai generasi penerus,
khususnya dalam bidang pendidikan agama.
Berawal dari kegelisahan dan keresahan pendiri Pondok Pesantren
Wali bapak KH.Anis Maftuhin, dimana generasi muslim pada saat ini,
terutama di kalangan mahasiswa sendiri sekarang ini jauh dari sumber-
sumber utama keagamaan, mereka mendapatkan informasi-informasi
keagamaan dari berbagai sumber yang validitasnya tidak bisa
dipertanggungjawabkan google misalnya, padahal dalam islam itu
khazanahnya sangat luar biasa. Selain itu, Islam di indonesia sangat
kurang sekali dengan referensi, dunia literasi Islam saat ini sangat
terbatas literaturnya, karena tidak adanya proses-proses ilmiah,
transformasi ilmu pengetahuan yang dimulai dengan penerjemahan
kitab-kitab seperti yang dilakukan oleh kholifah-khalifah dahulu.
Di indonesia terutama proses pembelajaran di pesantren
membutuhkan waktu yang sangat lama, misalnya di pondok-pondok
salaf dalam pembelajaran ilmu nahwu bisa membutuhkan waktu yang
sangatlah lama bisa sampai 10 tahun jika mau tuntas, namun mereka
33
sudah cenderung capek, bosan, terus bagaimana nanti penerapannya
ketika pulang dari pesantren baru 4-5 tahunan, apa yang akan mereka
lakukan, apa yang akan mereka sampaikan jika belum tuntas
pembelajarannya, maka dari itu Pondok Pesantren Wali ini didirikan
dengan tujuan memutuskan jaringan, memberikan ruang belajar yang
cepat, paham dan menyenangkan, salah satunya dengan menerapkan
metode tamyīz dalam pembelajaran ilmu nahwu. Sehingga ilmu-ilmu
yang belum tertransformasi akan tertransformasi dan bisa menikmati
ilmu-ilmu lainnya. Salah satu dari tujuan Pondok Pesantren Wali
menjadi pionir pusat penerjemahan dan kodifikasi.
Pondok Pesantren Wakaf Literasi Islam Indonesia (WALI) yang
terletak di Jalan Mertokusumo, Candirejo, Tuntang, Salatiga, Jawa
Tengah yang dipimpin oleh KH.Anis Maftuhin (alumni Universitas Al-
Azhar, Kairo), Kyai Munib Sidiq (Alumnus Pesantren Al-Falah Ploso,
Kediri), dan Kyai Al-Muttaqin (Alumnus Pesantren Lirboyo, Kediri).
didirikan tahun 2014 dan diresmikan pada tanggal 21 Januari 2016 oleh
Dr. Syeh Adnan Al-Afyouni (Syaikh besar Damaskus Syiria) legalitas
formal
Akte notaris : Ehwan Zamrudi, SH, M.KN
Nomor : 01
Tanggal :04 Februari 2016
Kep-Menkumham RI
Nomor AHU-0008030.AH.01.04. Tahun 2016
34
Pondok Pesantren Wali merupakan salah satu pesantren yang
mengembangkan pembelajaran nahwu shorof secara mudah dan
menyenangkan yaitu dengan metode Tamyīz.Menurut pimpinan di
Pondok Pesantren Wali, Kyai M S mengatakan bahwa metode Tamyīz
sebagai pembaharu metode shorof.
“metode tamyīz sebagai pembaharuan dari metode-metode
konvensional nahwu shorof sehingga dapat mempunyai waktu yang
sangat banyak untuk memahami kitab-kitab kuning, dengan
menggunakan metode tamyīz santri dapat mengaktifkan otak bagian kiri
dan kanan sehingga santri memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam
mempelajari bahasa arab, metode tamyīz adalah pengaktifan otak kiri
dan kanan dimana santri-santri menghafal tanpa harus melotot dan
memperhatikan dengan seksama” kata Kyai Munib Sidiq
Metode Tamyīz di Pondok Pesantren Wali yang dinamakan “Wali
Tamyīz” dapat mempercepat pembelajaran nahwu para santri dengan
bahasa Indonesia yang dilagukan dengan lagu populer apapun yang
disukai santri. Metode ini bisa diuji shahih dan ditiru oleh Pondok
Pesantren lainnya se-Indonesia.
Harapannya dengan menggunakan metode Tamyīz pada
pembelajaran bahasa arab di Pondok Pesantren Wali dapat
menghasilkan penerjemah yang ahli dan pasca kelulusan dari Pondok
Pesantren Wali dapat menerjemahkan satu buah kitab kuning dan dapat
menulis buku berbahasa Arab.
35
Pondok Pesantren Wali selain terkenal dengan metode tamyīznya,
Pondok Pesantren Wali juga mempunyai berbagai lembaga dan
mempunyai banyak lingkup kegiatan diantaranya:
a. Lembaga Keilmuan dan Pendidikan Pondok Pesantren Wali
Lembaga Keilmuan dan Pendidikan Pondok Pesantren Wali
bergerak pada upaya-upaya membuka dan memudahkan akses umat
Islam Indonesia untuk bisa membaca dan mengkaji khazanah literasi
Islam karya-karya ulama dan ilmuwan muslim klasik dalam berbagai
bidang keilmuan dari seluruh penjuru dunia.
Cita-cita bersama mengembalikan kejayaan literasi Islam masa
lalu sebagai pendorong terwujudnya masyarakat Islam masa depan
yang maju, kreatif, inovatif dan mampu menjadi trend setter
perkembangan peradaban umat manusia di masa yang akan datang.
b. Lembaga Sosial dan Kesehatan Umat
Lembaga Sosial dan Kesehatan Umat sebagai bentuk
kepedulian Yayasan terhadap masyarakat dan umat sekitar lokasi
kampus Yayasan Wali, maka Yayasan mendirikan lembaga bantuan
sosial dan kesehatan umat.Diantaranya Wali Medica (Unit Pelayanan
Kesehatan Umat) dan Wali Siaga (Unit Bantuan Sosial dan
Penanganan Bencana).
c. Pendidikan dan Pengajaran
Wali menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pengajaran
yang bertujuan menyiapkan kader-kader umat yang memiliki skill
36
membaca, menerjemahkan dan menyadur ilmu-ilmu dari khazanah
Islam klasik serta mampu menghadirkannya sebagai konten-konten
dakwah dan pendidikan umat di era modern dalam berbagai media
dan tekhnologi.
Lingkup kegiatan pendidikan dan pengajaran meliputi Pondok
Pesantren Literasi, Madrasah Diniyah Plus, kursus dan training
(bahasa arab, training penerjemahan dan penulisan, training
jurnalistik dan penerbitan), bimbingan umroh dan haji. Konsultasi
agama meliputi konsultasi mawaris, konsultasi fiqih, konsultasi
keluarga sakinah, bimbingan haji dan umroh. Pengajian dan kajian
meliputi pengajian ahad legi, kajian kitab kuning tematik, pengajian
budaya “suluk jalanan: ngaji ngahad legi”.
d. Lembaga Pengembangan Seni dan Budaya Islam
Yayasan Wali juga memiliki kepedulian terhadap pelestarian
dan Pengembangan Seni dan Budaya Islam dan juga warisan seni
budaya nusantara yang bernafaskan Islam diantaranya yaitu:
Madrasah Syair Santri Nusantara, Rebana dan Mawaris, Bengkel
Theater dan Sastra, Tari Sufi.
e. Kajian dan Diskusi
1) Pengajian ibu-ibu ahad pagi
Ceramah umum
Waktu: minggu pagi (selain ahad legi)
Jam 07:00-08:30 WIB
37
Lokasi: Masjid At-Rahim
2) Pengajian rutin selapanan untuk umum
Waktu: ahad legi
jam 07:00-08:30 WIB
Lokasi: Masjid Ar-Rahim
Materi: hadits, aqidah dan akhlak yang bersumber dari kitab-kitab
kuning pesantren.
3) Diskusi Agama dan Budaya “Suluk Jalanan Ngaji Ngahad Legi”
a) Kajian kitab kuning bertema tasawuf
b) Religitainment
c) diskusi sosial budaya dan kadang-kadang politik
d) setiap bulan dengan menghadirkan berbagai tokoh agama,
seniman, budayawan, politisi lokal maupun nasional.
4) Kajian Kitab Kuning Tematik
a) sistem bandongan (dibaca dengan metode pesantren salaf oleh
seorang pengampu dan disimak bersama-sama oleh jamaah).
b) Kitab yang dibaca dari berbagai cabang ilmu semisal Tafsir,
Hadits, Fiqih, dan Tasawuf
c) Dibuka untuk umum terutama mahasiswa yang ingin
menambah ilmu dan wawasan keagamaan.
Menanggapi pengajian yang kerap di helat Yayasan Wali sendiri,
Ustadz Anis menegaskan pihaknya lebih cenderung mengedepankan
mengaji tanpa provokasi. Untuk itu materi pengajian mayoritas
38
mengupas berkaitan racun kehidupan yang setiap saat tersaji di depan
mata. Dimana, ibarat kata, begitu kaki keluar dari rumah, maka
berbagai racun telah terlihat.Tergantung kita mau dilahap mentah-
mentah atau diabaikan.
Itulah gambaran umum tentang Pondok Pesantren Wali yang dalam
pembelajarannya selalu menciptakan suasana yang asyik dan
menyenangkan dengan metode yang sangat disukai oleh dunia anak-
anak yaitu belajar sambil beryanyi dengan menggunakan metode
tamyīz, dan selalu mengadakan kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda
agar pembelajarannya tidak bosan, inovatif, serta memicu santri untuk
semangat mencari ilmu selain itu juga agar santri tidak tertinggal oleh
tekhnologi di era global ini dan menciptakan insan Literasi dikalangan
anak muda zaman sekarang khususnya di kalangan santri Pondok
Pesantren Wali.
39
2. Struktur Pondok Pesantren Wali
40
3. Visi, Misi Pondok Pesantren Wali
Visi:
Mencetak generasi penerus umat Islam yang berpegang teguh pada Al-
Qur‟an, Hadis, berakidah kuat, berdaya intelektual tinggi, dan
menjalankan ajaran-ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama’ah serta peka
terhadap perkembangan zaman dan kemajuan tekhnologi informasi
modern dalam menjalankan amar makruf nahi munkar.
Misi:
a. Mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan yang moderat berbasis kitab-
kitab kuning karya ulama-ulama Ahlussunah Wal Jama’ah.
b. Memberikan pendidikan praktik-praktik kegamaan Ahlussunah Wal
Jama’ah yang sudah menjadi bagian dari tradisi dan budaya
masyarakat.
c. Memberikan bekal kemampuan membaca, menerjemahkan, dan
menulis literatur-literatur bahasa Arab.
d. Memberikan ketrampilan kecakapan jurnalistik untuk memanfaatkan
kemajuan tekhnologi informasi dalam rangka dakwah dan syiar
Islam.
4. Tata Tertib Pondok Pesantren Wali
a. Ibadah
1). Melaksanakan sholat fardhu berjam‟ah
2). Melaksanakan sholat sunnah rawatib
41
3). Melaksanakan Tadarrus Al-Qur‟an 10 menit setelah sholat
maghrib.
b. Sopan santun
1). Taat dan patuh kepada asatidz-asatidzah
2). Senantiasa berakhlakul karimah
3). Menghormati kepada yang lebih tua dan menghargai kepada yang
lebih muda.
4). Berkomunikasi memakai bahasa jawa halus (krama) atau bahasa
Indonesia.
5). Saling tolong menolong
c. Izin santri
1). Tidak diperkenankan meninggalkan Madrasah saat jam pelajaran.
2). Santri yang meninggalkan Madrasah harus meminta ijin kepada
Direktur Madrasah.
3). Santri tidak mengikuti Madrasah diwajibkan izin melalui surat
yang disediakan.
4). Selama satu semester tidak diperkenankan izin lebih dari 3 kali.
d. Jam pembelajaran
1). Santri kelas tamyīz wajib mengikuti jam pembelajaran mulai
pukul 16:00-20:00 WIB.
2). Santri kelas TP wajib mengikuti jam pembelajaran mulai pukul
15:45-17:00 WIB
42
e. Keasramaan
1). Tidak diperkenankan tidur pada jam belajar
2). Tidak dibenarkan masuk kamar selama jam belajar kecuali jam
istirahat
f. Kebersihan
1). Piket kebersihan kelas dikerjakan bersama-sama sesuai jadwal.
2). Kelas harus dalam keadaan bersih dan rapi.
3). Membuang sampah harus pada tempatnya
4). Tidak diperkenankan memakai sandal orang lain
g. Makan
1). Dilarang makan dan minum sambil berdiri
2). Diperkenankan membeli jajan dengan batas akhir 15 manit
sebelum masuk sholat Maghrib
h. Busana
1). Seluruh santri diwajibkan berbusana secara Islami
2). Ketentuan pakaian dipakai sesuai aturan dan waktunya
3). Tidak diperkenankan memakai celana panjang jeans, celana
pendek, dan kaos.
i. Perhiasan/ barang berharga
1). Tidak diperkenankan memakai perhiasan, kecuali anting dan jam
tangan
2). Dilarang membawa handphone
43
j. Merokok dan narkoba
Santri yang kedapatan merokok atau mengkonsumsi narkoba
dikembalikan kepada orang tua/wali
k. Pergaulan
Pergaulan sesama santri tidak boleh melebihi batas terutama
dengan lawan jenis.
l. Lain-lain
1). Dilarang meminjam barang/uamg tanpa sepengetahuan
pemiliknya
2). Dilarang memerintah dengan cara memaksa sesama santri
3). Orang tua yang ingin menghubungi anaknya bisa melalui
pengurus madrasah
4). Santri harus aktif mengikuti pendidikan wakaf
Santri yang melanggar akan diberi peringatan melalui:
1). Melanggar satu kali, santri bersangkutan dipanggil Direktur
Madrasah.
2). Melanggar dua kali, santri bersangkutan diberi surat peringatan
ditujukan kepada orang tua.
3). Melanggar tiga kali, santri bersangkutan diberi surat peringatan
dengan pemanggilan langsung kepada orang tua.
4). Melanggar lebih dari tiga kali, santri bersangkutan dikembalikan
kepada orang tua.
44
5. Metode Tamyīz dan KurikulumPondok Pesantren Wali
Untuk menopang kemampuan bahasa Arab, Pondok Pesantren
Wali menetapkan model pembelajaran bahasa Arab Tamyīz yang
dipopulerkan oleh pesantren Bait Tamyīz di Indramayu.Bapak anis
menilai jika metode tamyīz merupakan metode belajar asyik tentang
nahwu, sharaf, terjemah al-Qur‟an dan kitab kuning.Dengan metode ini,
santri bisa memahami gramatika bahasa Arab dan terjemahan al-Qur‟an
dalam waktu yang relatif lebih singkat.
Pondok Pesantren Wali menerapkan kurikulum Kulliyatul
Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) Pondok Pesantren Modern Darussalam
Gontor sebagai acuan pendidikan formal meski dalam muatan lokalnya,
santri dibekali literasi Islamnya. Untuk muatan lokalnya, Pondok
Pesantren Wali berkonsentrasi pada kemampuan literasi Islam yakni
mengajarkan para santri bahasa Arab baik lisan maupun tulisan,
khususnya nahwu sharaf dengan metode baru sebagai bekal santri agar
mampu mengakses kitab-kitab kuning sejak dini. Secara praktis,
metode tamyīz tidak sekedar pembelajaran tentang kaidah tata bahasa
seperti nahwu dan sharaf saja melainkan juga mempraktikkannya
dengan membaca dan menerjemahkan sesuai dengan kaidah gramatika
bahasa Arab.Karena itu, seorang santri dalam waktu cepat bisa
mengenal dan mengidentifikasi posisi setiap kata dalam sebuah kalimat
dengan tepat hanya dengan mengenal ciri-cirinya bukan melalui kaidah-
kaidahnya.
45
Tidak hanya dalam kelas, kegiatan-kegiatan bertajuk literasi
diselenggarakan melalui seminar-seminar hingga pelatihan kebahasaan
khusus santri dan penghuni pesantren.Kajian literasi keislaman dan
kajian kebahasaan dengan mendatangkan tokoh yang berpengalaman di
bidangnya menjadi kurikulum tambahan sekaligus suplemen penting
bagi para santri.Dengan mendatangkan tokoh yang berpengalaman ini
di Pondok Pesantren Wali telah membuat seluruh lingkungan pesantren
makin semangat mencetak santri yang mampu berkomunikasi dengan
baik serta memilik kemampuan bahasa asing, baik lisan maupun tulisan.
6. Jadwal kegiatan
TATA TERTIB DAN JADWAL SANTRI
MADRASAH DINIYAH INTERNASIONAL
PONDOK PESANTREN WALI
a. Waktu Belajar
Kelas TPQ : 15:45 s/d 17:00 WIB
Kelas Tamyiiz : 16:00 s/d 20:00 WIB
b. Kegiatan Santri
Kelas TPQ : Sholat ashar berjama‟ah
Kelas Tamyiiz : Sholat maghrib berjama‟ah
Sholat Isya‟ berjama‟ah
Sholat Sunnah Rawatib
Tadarus al-Qur‟an 10 menit setelah sholat
Maghrib
46
c. Pakaian Santri
Santri Putra
Senin : kemeja/ sarung/ peci
Selasa : kemeja/ celana panjang/ peci
Rabu :kemeja/ sarung/ peci
Kamis :kemeja/ jas/ sarung/ peci
Jum‟at :kemeja/ celana panjang / peci
Santri putri
Berpakaian muslimah
d. Peralatan Belajar
Semua santri wajib membawa:
Kelas TPQ : buku iqro‟, buku tulis, dan alat tulis
Kelas Tamyīz :bukutamyīz, pensil, dan penghapus
e. Etika/Adab
1). Mengucapkan salam dan berjabat tangan dengan para asatid,
sebelum masuk dan meninggalkan lingkungan Pondok
Pesantren.
2). Santri wajib datang ke Pondok Pesantren, 10 menit sebelum
kegiatan belajar mengajar.
3). Taat kepada asatidz-asatidzah
4). Santri harus selalu bicara dengan sopan santun dan haram
mengucapkan kata-kata kotor di lingkungan Pesantren.
47
5). Pergaulan sesama santri tidak boleh melebihi batas, terutama
dengan lawan jenis
6). Tidak diperkenankan masuk kamar pesantren selama jam
belajar kecuali jam istirahat.
7). Dilarang makan dan minum sambil berdiri
8). Santri sudah berada di Masjid 15 menit sebelum masuk
sholat maghrib.
f. Perhiasan/Barang Berharga
1). Santri tidak boleh membawa hand-phone dan alat-alat
elektronik lainnya.
2). Tidak diperkenankan memakai perhiasan, kecuali anting dan
jam tangan.
g. Izin
1). Apabila tidak masuk madrasah harus memberikan
keterangan tertulis berupa surat ijin yang ditandatangani
oleh wali santri (form ijin diambil di Kantor Madrasah).
2). Santri yang meninggalkan madrasah pada jam belajar harus
minta ijin kepada Direktur Madrasah.
h. Kebersihan
1). Sebelum dan sesudah belajar para santri wajib
membersihkan ruangan kelasnya masing-masing sesuai
jadwal piket yang sudah ditentukan.
2). Tidak diperkenankan memakai sandal orang lain
48
i. Sanksi
1). Sanksi ringan : berupa teguran dan membersihkan
2). Sanksi sedang : berupa peringatan langsung
3). Sanksi berat : membuat pernyataan yang diketahui orang
tua/wali dan memanggil orang tua/wali
JADWAL NGAJI MUDABBIR DAN SANTRI WALI
HARI
WAKTU SENIN SELASA RABU KAMIS JUM‟A
T
AHAD
21:00-
22:00
Safinah Arba‟in
nawawi
Jurumiyah Tafsir surat
yasin
Taklim Manaqib
ASATIDZ Ust.
Khamim
Kyai
Munib
Kyai
Muttaqin
Kyai Anis Ust.
Tain
j. Kegiatan Mingguan
Kegiatan mingguan di Pondok Pesantren Wali adalah sabtu
kreatif dimana kegiatannya yaitu nonton bareng, belajar bareng
dengan mendatangkan pembicara dari luar dan pembicara
tersebut dengan suka rela berbagi ilmunya.
“Di Pondok Pesantren Wali ini selain ada kegiatan hariannya,
juga ada kegiatan mingguannya seperti nonton bareng, sinau
49
bareng dengan mendatangkan tamu dari luar, dan mereka
dengan suka rela berbagi ilmu tanpa mengharap imbalan” kata
Kyai M S
7. Sarana-prasarana Pembelajaran
No Nama Barang Jumlah Keadaan
1 Gedung 2 Bagus
2 Ruang belajar (kelas) 5 Bagus
3 Kamar santri Santri putri: 3
Santri putra: 2
Bagus
4 MCK 13 Bagus
5 Masjid 1 Bagus
6 Dapur 1 Bagus
7 Papan pengumuman 1 Bagus
8 Papan tulis 7 Bagus
9 Kendaraan 1 angkot
1 sepeda motor
Bagus
8. Daftar Jumlah Ustadz/ Ustadzahdan Santri
Pondok Pesantren Wali mendidik sekitar 23 santri mukim yang
sebagian besar berasal dari Kabupaten Semarang dan sejumlah wilayah
seperti Maluku, Riau, dan Kalimantan. Selain tingkat menengah,
Pondok Pesantren Wali juga mendirikan TPQ dan Madrasah Diniyah
bagi murid yang berasal dari desa-desa sekitar Pondok Pesantren Wali
50
dengan jumlah santri TPQ ada 127 santridan santri Tamyīz ada 48
santri.
Berikut adalah dokumen data santri Pondok Pesantren Wali pada
bulan Oktober tahun 2018.Namun, untuk tahun 2019 ini mengalami
pengurangan, dikarenakan banyak santri kalong yang mogol untuk
mengaji.
NO
DATA SANTRI PP
WALI
1 Adela Arden
2 Etis Etika
3 Bagaskara Pratama
4 Ikhya M. Abduh
5 Nadiva Kanza Azzahra
6 Endrias Saputro
7
Adis Ardiona Rafie Putra
Laksana
8 Adil Abdillah Shaleh
9
Muhammad Umar Al-
Faruq
10 Muhammad Aldo
11 Mayda Alfi Maulifa
12
Callysta Eloise Setyono
Putri
13
Emilyana Wati Setyono
Putri
14 Rendra Akbar Kahvesi
15 Farel Julian Firdhaus
16 Kanaya Julian Firdhaus
17 Ajeng Nasya M
18 Fausta Anaagya Husnun
19 Damara Dandan
20 Nabilla Alya Nadicha
21 Yasmin Sofia Yusuf
22 Keysa Nadinta Cahyani
23 Lucky Agusta Al Farizy
24 Saskia Sulistyowati
25 Zanna Durrotun Nafisa
26 Amalia Afidatul Mardliyya
27 Arbas Mulana Alif Haikal
28 Putri Amirul Khusnah
51
29 Meisya Dika Zoundaq
30
Muhammadun Najmuts
Tsaqib
31
Muhammad Ariza
Fatahillah
32 Muhammad Ali Akbar
33 Alvino Itsa Aziz
34 Radamel Falcao
35
Berlian Ayushintany
Religia
36 Kyandra Fatima Rafani
37 Anindya Shafa
38 Rafi Nayaka Ahnaf
39 Oktaviani Zahra Imani
40 Daffa Khairan
41 Muhammad Amar Ma'ruf
42 Niswatul Adiba
43 Layina Azka Qolbiya
44 Ezar Dean Maulana
45 M. Panji Fahrezi
46
Muhammad Afgan
Thabarani
47 Naemara Ziesma
48 Agam Abdillah Pratama
49 Monallisa Gea Ernesta
50 Putri Charissa Nuriel
51 M. Rizal Ar-Rasid
52
Muhammad Fikri
Najibuddin
53 Ahmad Reza Hanafi
54 Azra Azalia Daruqutni
55 Muhammad Rafif Sidqi
56 Khanza Hayfa Bilqis
57 Laudzasyakhis Hilmy
58 Muhammad Ibra Maulana
59 Aisyahara Adhiba
60 Muhamad Akrom
61 Amartio Syidiq Asabil
62 Firza Naufal Alift
63 Febrian Dio Rafangga
64 Safrida Azmi Maulana
65 Ewindo Setyo Wibowo
66 Adeva Kamajaya
67 Syila Rubin Finas
52
68 Gema Ayatullah Haqiqi
69 Afral Hasbi Atoillah
70 Akmalia Aditya Rizky
71 Billy Afrizal Aji
72 M. Nahar Al Rafa
73 Achmad Hafidz Azzaidan
74 Anindita Az Zahra
75 Adiwa Nahwa Salsabila
76 Ridwan Maulana
77 Leon Jaya Wardana
78 Elfano Rafa Fahreza
79 Anggi Dzikra Malilah
80 Adeva ratya Kiera
81 Raziq Hanan Wirawan
82 Farha Zidna Rachma
83 Andra Maulana Syah Putra
84 Nayla Rifda Kanaya
85 Muhammad Ridho F
86 Hasna Talitha Salsabila
87 Ahmad Azmi
88
Muhammad Zidan Alfa
Rizqi
89 Vito Airlangga
90 Keys Mukarrid M
91 Mohamad Farel H
92 Kirana Silkia Maulida
93 Tiara Mafa Salsabila
94 M Kelvin Saputra
95 Zakariya
96 Nia Rosalia
97 Adha Nur Mujtahid
98 Dzilla Faiza Salma
99 Dimas Thoufan Abdala
100 Muhammad Ircham Fadhol
101 Syifa Khaira Al Alya
102
Abdillah Ghani Satria
Abdussalam
103 Hayuja Dalila Hajar
104
Hammam Mahda Abdul
Karim
105 Azalea Rafa Junian
106 Auliaa Mutiara Rachma
107 Khoirul Azam
108 Jiero Leona Razan
53
109 Naufal Hanif Arifin
110 Dini Ayu Syifa
111 Galang Rafanda
112 Cinta Kirana
113 Nabila Putrie Apricya
114 Malliha Raisya Azzahra
115 Marcella Rifky K
116 Bilqis Aurura
117 Nissa Asalwa
118 Bayu Khoirul Humam
119 Adinar Rihaldy Sothi
120 Arjuna Falah Adeeba
121 Jasmine Risqy Hafiza
122 Rasya Arviana Callysta
123
Laire Soucha
Bharatchandra Jagaddhatri
124 Afzal Rizka Mahera
125 Raihan Akbar Saputra
126 Bagas Arsya Danarrusda
127 Naysilla Putri Ramadani
128 M.Agha Jiratullah M
129 Aflah Assyakir Abimawyu
130 Daniel
131 Cintya Putri I
132 Kharisa Azahra
133
Muhammad Khozin
Assidiq
134 Isna Taqil Maula
135 Basuki Agung Prasetyo
136 Ahamad Davi Priya Utama
137 Deva Satya Sabila
138 Dewi Minnata Salma
139 Nanik Rismayani
140 Tsalits Indah Fitriyana
141 Sinta Puspa Sari
142 Aldi Prasetyo
143 Mustika Arifiani
144 Ulyaa Romiz
145 Eza Rosuna Hidayah
146 Vinaroya Naila Siddiq
147 Lintang Fitriana
148 M. Najmuzzaman
149
Herlina Asmara Kusuma
jati
54
150 Agung Wahyu Nugraha
151 Izzatul Luthfiyah
152 Nabilla Putri Ramadhani
153 Budi Setiyawan
154 M. Abid Fadhil Abyan
155 Litsabita Sifwa Santi
156 Aura Luthfia Santi
157 Andhika Akbar Maulana
158 Muhammad Ibnu Masud
159 M.Ibnu Masud
160 Riko Fernando Alfiro
161 Anindita Cahya Mega
162 Ghulam Syauqi Fillah
163 Salma Reza Nabila
164 Helmi Fillahi Attaqi
165 Riskia Zahra
166
Swastika Wanadya
Kanastri
167 Zubair Ahmad Sofii
168 Dinar Leilani Zivanca
169 Qonita Diah Asna
170 Danang Arif Sulistyo
171 Queen Taqiyya Elvaret
172 Feti Fajriati
173 Alisa Meida Isnaeni
174 Feby Hana Anggraeni
175 Devi Sela
176 Redjal Adil
177 Intan Nurul Ilma
178
Rezky Ichwan
Cahyadiansyah
179 Hamidah Putri I
180 Prifda Saifullah
181 Fia Meychella Putri
182 Miekka Octa Wardanni
183 Dzaki Darma B
184 Karina Darma Nikeisha
185 Lailatul Mubarokah
186 Aris Haikal A
187 Yasmin Rida M
188 M. Nidhal Putra Ramadhan
189 Wifqi Nailaroja
190 Muhamad Ali Ma'sum
191 M. Fikri Zuhair Rizki
55
Firman
192 Bagus Surya Permada
193 Naufal Indra P
194 Nafeesa Aulia Permada
195
Mellanie Nikeysha
Salsabila
196 Muhannad Farhan Alzayan
197 Muhamad Ardra Baihaqi
198 Tyas Malia Ulfiana
199 Oka Danu Kartiwa
56
Pondok Pesantren Wali memiliki 20 guru, baik putra maupun putri
yang berlatar belakang pendidikan PMDG serta guru-guru pesantren
salafiyah melalui seleksi khusus. Berikut adalah daftar
asātidz/asātidzah Pondok Pesantren Wali:
DAFTAR ASĀTID/ASĀTIDZAH PONDOK PESANTREN
WALI
TAHUN AJARAN 2018/2019
NO Nama Lengkap Alamat Lengkap
1
Ahmad Munib Sidiq
Setyawan
Kesongo Lor, Rt 01/03
Kel.Kesongo Kec. Tuntang
Kab. Semarang
2
Al-Muttaqin
Dsn.Ngentaksari RT/006/002
Kel. Kesongo Kec. Tuntang,
Kab Semarang
3
Khamim Makruf
Dsn.Ngentaksari RT/RW 04/02
Kel.Kesongo Kec.Tuntang
Kab. Semarang
4
57
Kunti Romlah
Dsn.Ngentaksari RT/RW 04/02
Kel.Kesongo Kec.Tuntang
Kab. Semarang
5
Ika Prasetyani
Kesongo Lor, Rt 01/03
Kel.Kesongo Kec. Tuntang
Kab. Semarang
6
Muhamad Nasta‟in
Ngentaksari RT/RW 07/02
Kel.Kesongo Kec.Tuntang
Kab.Semarang
7
Arief Ardiansyah
Jl. Kemiri Raya RT/RW 06/04
Pondok Cabe Udik Pemalang
8
Jumiyati
Ngentaksari RT/RW 06/02
Kel.Kesongo Kec.Tuntang
Kab.Semarang
9
Muhammad Abdul Mukhlis
Ngentaksari RT/RW 04/02
Kel.Kesongo Kec.Tuntang
Kab.Semarang
10
58
Siti Rohmatun
Ngentaksari RT/RW 04/02
Kel.Kesongo Kec.Tuntang
Kab.Semarang
11
Agna Hawari
Jl. Raya Cilangkap RT/RW
004/006 Kel Cilangkap Kec.
Cipayung Jakarta
12
Yahya asyim Ardabilly
Dsn. Krajan I RT/RW 004/002
Ds. Tegaron Kec. Banyubiru
Kab. Semarang
13
Afida Ma‟ratus Solikha
Dsn. Baran RT/RW 003/004
Ds. Ketapang kec. Susukan
14
Indah Nurnafi‟ah
Sabak Permai RT/RW 003/002
Ds. Sabak Permai Kec. Sabak
Alih Riau
15
Maftukhin
Gondoharum RT/RW 003/001
Ds. Gondoharum Kec.
Pageruyung Kendal
16 Muhammad Najmuzzaman Kesongo Lor RT/RW 003/003
59
Ds. Kesongo kec. Tuntang Kab.
Semarang
17 Kharisma Titah Utami
Jl. Yayasan No.3 RT/RW
007/016 Ds. Duren Sawit Kec.
Duren Sawit
18 Ariq Akbar Madani
Graha Bintaro Jaya GR 21/70
RT/RW 007/007 Kel.Pondok
Kacang Barat Kec. Pondok Aren
19 Asma‟ Zakiyah
Kaligentong KulonRT/RW
005/005 Ds. Kaligentong Kec.
Ampel
20 Ancah Wildan Hakim
Ngentaksari RT/RW 002/002 Ds.
Kesongo Kec. Tuntang
21 Arifudin Yusup Vahlevy
Dukuh Mendakilang RT/RW
001/001 Ds. Tulung Kec.
Sampung Ponorogo
22 Indri Kartika
Candi Indah RT/RW 01/11
Candirejo kec. Tuntang kab.
Semarang
23 Amin Yusuf Efendi
Sidigede RT/RW 14/03 Kec.
Welehan Kab. Jepara
60
B. Analisis Data
1. Perencanaan Metode Tamyīzdalam Pembelajaran Kitab Kuning
a. Pengertian Metode Tamyīz
Metode tamyīz adalah sebuah cara baru dalam belajar bahasa
arab atau bahasa al-Qur‟an. Metode ini didedikasikan bagi umat
Islam yang ingin mampu menerjemahkan al-Qur‟an dan Kitab
Kuning dalam jangka waktu yang sangat cepat.Pelatihan belajar
bahasa Arab dengan metode tamyīz telah dilakukan di banyak
tempat. (Abaza, 2011: 3).
Metode tamyīz sudah lounching di panggung utama PESTA
BUKU JAKARTA, Istora Senayan Jakarta pada tanggal 4 Juli 2009.
Sebagai hasil riset panjang dan akan disebarluaskan untuk
masyarakat, baik untuk muslim Indonesia maupun di seluruh dunia,
maka tamyīz telah tercatat HAK CIPTA NO. 01645 tanggal 05 Mei
2010.
Saat liburan sekolah pada akhir Juni 2009, metode ini diuji
coba terbatas kepada 12 anak SD selama 2 minggu, Alhamdulillah,
mereka bisa. untuk lebih meyakinkan validitas dari hasil riset ini,
dilakukan uji coba secara massal selama 100 hari, dan setiap harinya
1 jam, dari Oktober-Desember 2009 kepada murid-murid kelas 1
sampai 6 TPA / MD Attamyizi Indramayu. Hasil risetnya
mengatakan bahwa anak-anak kecil sejak kelas 1 SD/MI bisa pintar
Qur‟an dan Kitab Kuning. Waktu belajarnya relatif singkat, yakni
61
100 jam belajar. Yang sudah lulustamyīz, bisa mengajar Qur‟an dan
Kitab Kuning, termasuk anak yang masih kecil.
b. Visi dan Misi Metode Tamyiiz
Visi:
Sedari kecil pintar tarjamah Qur‟an dan kitab kuning digital.
Misi:
Menjadi media belajar (literatur) yang mudah bagi keluarga muslim
untuk memahami dan pintar tarjamah Qur‟an. Membangun generasi
Qur‟ani dimulai dari pintar tarjamah Qur‟an sedari kecil semua
muslim di Indonesia dan dunia, mampu memahami Qur‟an,
menuliskan dan mengajarkannya.
c. Perencanaan Pembelajaran Kitab Kuning dengan Metode
Tamyīz
Pembelajaran Kitab Kuning dengan Metode tamyīzberbeda
dengan metode lain yang targernya adalah mempelajari segala hal
tentang bahasa arab.tamyīz hanya memformulasikan teori dasar
kuantum nahwu shorof sesuai keperluan Arabic Special Purpose
(ASP) dengan target sangat sederhana yaitu pintar membaca,
menterjemahkan, menulis (imla’) Qur‟an dan kitab kuning.
Dalam pembelajaran kitab kuning, metode tamyīztersebut
mempunyai rencana pembelajaran sehingga dalam pembelajaran
tersebut sudah terstruktur dengan baik. Cara mengajarkan Tamyīz
menganut prinsip, cara mengajar lebih penting dari materi yang
62
diajarkan. Cara belajar tamyīz mempunyai ciri khusus yaitu
LADUNI (ilate kudu muni-bersuara lantang), santri harus
mengeraskan suara sebagai salah satu cara untuk mengoptimalkan
penggunaan potensial otak kiri, otak kanan dan otak bawah sadar
(shudur) secara seimbang, sehingga hasil belajar akan lebih optimal.
Belajar dengan LADUNI
Auditorial Visual Kinestetik
Otak aktif (otak kanan)
Wajah senyum,
nyaman
(otak kiri)
Wajah serius,
tegang
(otak bawah sadar)
Mengulang secara
elaboratif ingatan otak
kanan dan kiri sebanyak
27
Kelebihan Ingat dengan baik
dalam jangka
panjang
Cepat memahami
informasi
Ingatannya akan
menjadi reflek
(perilaku)
Kelemahan Membutuhkan
jembatan keledai
(mnemonic)
Ingat dengan baik
selama 2 jam dan
lupa pada hari ke
27
Tidak mampu
membedakan benar
salah
Cara belajar Belajar dengan cara
mendengar melalui
intonasi
Belajar dengan
melihat
Belajar dengan cara
merasakan melalui
bahasa tubuh resonansi
dan pengulangan
63
SENTOT (santri TOT), model belajar santri adalah model ustadz
yang sedang mengajar/ menjelaskan kepada santri.inshaaAllah, santri
otomatis bisa mengajarkan tamyīz kepada orang lain (konsep START
FROM THE END). Waktu yang digunakan yaitu 2 jam @hari selama 3
bulan.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tamyīz
1) Tamyiz 1
Kompetensi Dasar
Kata (mabni dan tashrif)
Mujarrod
Materi Pokok Muqoddimah tamyiz
Kegiatan Pengajaran
(Sentot)
1. Menjelaskan metode tamyiz adalah
metode atau cara mudah untuk
menerjemahkan qur‟an (metode tamyiz
1) dan membaca kitab kuning (metode
tamyiz 2) bagi anak-anak dan orang
tidak menggunakan bahasa arab
sebagai bahasa ibunya.
2. Menjelaskan metode menerjemah dan
memmbaca adalah masuk dalam
kelompok ilmu alat.
3. Ilmu alat lebih mendekati masuk dalam
kelompok ketrampilan dari pada sebagai
64
pengetahuan
4. Cara terbaik memahami atau menguasai
ketrampilan adalah dengan cara latihan
atau mengulang-ulang sesering mungkin
minimal 27 kali.
5. Metode tamyiz adalah metode atau cara
mudah untuk menguasai ketrampilan
(bukan pengetahuan) menerjemah qur‟an
dan ketrampilan membaca kitab kuning.
6. Menjelaskan qur‟an itu mudah
7. Kosa kata (mufrodat) dalam al-Qur‟an
sangat sedikit yaitu 2065 kata
8. Mengajar tamyiz harus dengan hati dan
menggunakan ilmu Sentot
9. Ilmu sentot adalah teknik mengajar khas
metode tamyiz berupa metode guru
mengajar yang menitikberatkan pada
menanamkan kesan akhir pada siswa
bahwa belajar itu sangat mudah dan
siswapun akan merasa mampu
mengajarkan kembali sebagaiumana
gurunya.
10. Belajar tamyiz harus menggunakan ilmu
65
laduni
11. Ilmu ladunin adalah teknik belajar khas
metode tamyiz berupa metode belajar
dengan mengeraskan suara dengan
suara berintonasi ajaib atau berirama.
(teknik mengaktifkan tiga otak yaitu
otak kiri, otak kanan, dan otak bawah
sadar secara integratif sehingga belajar
menjadi sangat ringan dan mudah
sehingga akan mendapatkan hasil
belajar yang optimal).
12. Evaluasi ustadz terhadap kemampuan
murid dalam menerjemahkan qur‟an
dan membaca kitab kuning adalah
dengan menggunakan kata indikator
“mampu mengajarkan kembali”
13. Apabila ada murid yang tidak bisa, yang
salah bukan murid, tetapi ada yang
salah cara mengajar guru
14. Target pembelajaran tamyiz adalah
pintar tarjamah qur‟an dalam 24 jam
belajar.
15. Target pembelajaran tamyiz 2 adalah
66
pintar baca kitab kuning dalam 76 jam
belajar, total 100 jam belajar.
16. Perkenalan dengan yel-yel tamyiz
Kegiatan Pengajaran
(Laduni)
1. Memahami ilmu laduni (cara belajar khas
metode tamyiz) dengan mengeraskan
suara.
2. Memahami yel-yel tamyiz
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/Bahan Alat Tamyiz
2) Pembelajaran Huruf
Kompetensi Dasar Kata (mabni dan tashrif)
Mujarrod
Materi Pokok Perbedaan kata dan kalimat
Kegiatan Pengajaran
(Sentot)
1. Menjelaskan perbedaan kata dan klaimat
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab.
2. Al-Qur‟an menggunakan bahasa Arab
yang kalimatnya hanya terdiri dari tiga
macam kata yaitu huruf, isim, fi‟il.
3. Cara membaca al-Qur‟an dalam belajar
metode tamyiz adalah dengan metode
membaca qur‟an putus-putus di setiap kata
67
(huruf, isim, fi‟il)
4. Guru mencontohkan membaca al-Qur‟an
dengan metode tamyiz dan diikuti membaca
al-Qur‟an dengan metode tamyiz (putus-
putus)
Kegiatan Pengajaran
(Laduni)
Memahami cara membaca qur‟an putus-
putus (metode baca qur‟an khas metode
tamyiz) pada lembar latihan qur‟an yang
sedang dibaca atau pada saat “praktek”
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/Bahan Alat Tamyiz
Kompetensi Dasar Kata (mabni dan tashrif)
Mujarrod
Materi Pokok Huruf
Kegiatan Pengajaran
(Sentot)
1. Menjelaskan perbedaan abjad dan huruf
dalam metode tamyiz
2. Abjad adalah susunan dalam hijaiyyah
dari alif sampai ya (abjad hijaiyyah)
yang tidak mempunyai arti atau tarjamah
3. Huruf adalah susunan dalam kolom 1
sampai dengan kolom 26 dalam buku
68
metode tamyiz yang mempunyai arti
atau tarjamah.
4. Ustadz/ah membacakan dan
menyanyikan susunan huruf dari kolom
1 sampai dengan 26. Murid mengikuti
arahan ustadz/ah.
5. Latihan praktek mengidentifikasi huruf
pada al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 2
sampai ayat 5
Ustadz/ah membaca ayat dengan
metode membaca putus-putus, murid
mengikuti sesuai arahan ustadz/ah.
Ustadz/ah meminta mjurid untuk
menghitung ada beberapa jumlah
huruf yang ada pada ayat tersebut.
Ustadz/ah memberikan penjelasan
“mantra” setiap kata huruf, isim, dan
fi‟il yang dibaca putus-putus, murid
mengikuti sesuai arahan ustadz/ah.
Mantra yang berupa penjelasan
tentang huruf, isim, dan fi‟il dapat
dilihat pada buku tamyiz lil mudarris
dan rekamannya dalam youtube
69
Ustadz/ah membimbing murid untuk
memberikan tanda pada lembar
praktek ketika menemukan huruf
dengan tanda lingkaran dan tanda
contreng pada lembaran huruf sesuai
kolomnya.
Kegiatan Pengajaran
(Laduni)
1. Memahami jumlah huruf yang ada pada
ayat yang sedang dibaca pada saat
praktek
2. Memahami dan hafal nyayian huruf
kolom 1-26
3. Memahami dan hafal mantra pada saat
menemukan huruf, isim, dan fi‟im
4. Memahami untuk memberi tanda
lingkaran dan contreng pada saat
menemukan huruf pada saat praktek
Penilaian Tulisan
Memberi tanda (siswa mengerti)
Lisan
Membaca putus-putus sesuai tahapan
beserta mantranya (siswa hafal)
Praktek mengajar
(siswa mumayyiz)
70
Alokasi Waktu
Sumber/Bahan Alat Tamyiz
3) Pembelajaran Isim
Kompetensi Dasar Kata (mabni dan tashrif)
Mujarrod
Materi Pokok Isim
Kegiatan Pengajaran
(Sentot)
1. Menjelaskan isim adalah kata yang
terdapat dalam al-Qur‟an yang
mempunyai ciri-ciri tertentu.
2. Ustadz/ah membacakan dan
menyanyikan ciri-ciri isim. Murid
mengikuti sesuai arahan ustadz/ah
3. Latihan praktek mengidentifikasi isim
pada al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 7
sampai dengan 9
Ustadz/ah membaca ayat dengan
metode putus-putus, Murid
mengikuti sesuai arahan ustadz/ah.
Ustadz/ah meminta murid untuk
emnghitung ada berapa jumlah isim
yang ada pada ayat tersebut.
71
Ustadz/ah memberikan penjelasan
“mantra” setiap kata hurus, isim,
fi‟il yang dibaca putus-putus, murid
mengikuti sesuai arahan ustadz/ah
Mantra yang berupa penjelasan
tentang huruf, isim, dan fi‟il dapat
lihat di buku tamyiz lil mudarris dan
rekamannya dalam youtube.
4. Ustadz/ah membimbing murid untuk
memberikan tanda pada lembar praktek
ketika menemukan isim dengan tanda
garis atas
5. Murid tetap memberi tanda lingkaran
ketika menemukan huruf
Kegiatan Pengajaran
(Laduni)
1. Memahami jumlah huruf dan isim yang
ada pada ayat yang dibaca pada saat
praktek
2. Memahami dan menghafal nyanyian
huruf kolom 1-26
3. Memahami dan menghafal nyanyian ciri-
ciri isim
4. Memahami dan menghafal mantra pada
saat menemukan huruf, isim, dan fi‟il
72
5. Memahami untuk memberi tanda
lingkaran dan contreng pada saat
menemukan huruf pada saat praktek.
6. Memahami untuk memberi tanda garis
atas pada saat menemukan isim pada
saat praktek
Penilaian Tulisan
Memberi tanda (siswa mengerti)
Lisan
Membaca putus-putus sesuai tahapan
beserta mantranya (siswa hafal)
Praktek mengajar
(siswa mumayyiz)
Alokasi Waktu
Sumber/Bahan Alat Tamyiz
4) Pembelajaran Mudhori’
Kompetensi Dasar Kata (mabni dan tashrif)
Mujarrod
Materi Pokok Fi‟il Mudhori‟ dan tashrifnya
Kegiatan Pengajaran
(Sentot)
1. Menjelaskan bahwa kata yang bukan
huruf dan bukan isim dalam ayat al-
73
Qur‟an adalah fi‟il
2. Menjelskan fi‟il adalah kata yang terdapat
dalam al-Qur‟an yang mempunyai ciri-
ciri tertentu.
3. Fi‟il terdiri dari 3 macam yaitu fi‟il
mudhori‟, fi‟il madhi, dan fi‟il amr.
4. Ustadz/ah membacakan dan
menyanyikan ciri-ciri mudhori‟, murid
mengikuti sesuai arahan ustadz/ah.
5. Guru membacakana dan menyanyikan
tashrif mudhori‟ dengan dhomirnya,
murid mengikuti sesuai arahan ustadz/ah
6. Latihan praktek mengidentifikasi pada al-
Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 9-12
Ustadz/ah membaca ayat dengan
metode membaca putus-putus, murid
mengikuti sesuai arahan ustadz/ah
Ustadz/ah meminta murid untuk
menghitung ada berapa jumlah
mudhari‟ yang ada pada ayat
tersebut.
Ustadz/ah memberikan penjelasan
“mantra” setiap kata huruf, isim, dan
74
fi‟il yang dibaca putus-putus, murid
mengikuti sesuai arahan ustadz/ah
Mantra yang berupa penjelasan
tentang huruf, isim dan fi‟il dapat
dilihat di buku tamyiz lil mudarris
dan rekaman dalam youtube
Ustadz/ah membimbing murid untuk
memberikan tanda pada lembar
praktek ketika menemukan fi‟il
mudhori‟ dengan tanda garis bawah
Murid tetap memberi tanda garis
atas ketika menemukan isim
Murid tetap memberi tanda
lingkaran ketika menemukan huruf
Kegiatan Pengajaran
(Laduni)
1. Memahami jumlah huruf dan isim dan
mudhori‟ yang ada pada ayat pada saat
praktek.
2. Memahami dan menghafal nyanyian
huruf kolom 1-26
3. Memahami dan menghafal nyanyian ciri-
ciri isim
4. Memahami dan menghafal nyanyian ciri-
ciri mudhori‟
75
5. Memahami dan menghafal tashrif
mudhori‟
6. Memahami dan menghafal mantra bila
menemukan huruf, isim, dan mudhori‟
7. Memahami untuk memberi tanda
lingkaran dan contreng pada saat
menemukan huruf pada saat praktek
8. Memahami untuk memberi tanda garis
atas pada saat menemukan isim pada
saat praktek
9. Memahami untuk memberi tanda garis
bawah satu pada saat menemukan
mudhori‟ pada saat praktek
Penilaian Tulisan
Memberi tanda (siswa mengerti)
Lisan
Membaca putus-putus sesuai tahapan
beserta mantranya (siswa hafal)
Praktek mengajar
(siswa mumayyiz)
Alokasi Waktu
Sumber/Bahan Alat Tamyiz
76
5) Pembelajaran Amr
Kompetensi Dasar Kata (mabni dan tashrif)
Mujarrod
Materi Pokok Fi‟il Amr dan tashrifnya
Kegiatan Pengajaran
(Sentot)
1. Ustadz/ah membacakan dan
menyanyikan ciri-ciri amr, murid
mengikuti sesuai arahan ustadz/ah.
2. Ustadz/ah membacakan dan
menyanyikan tashrif amar dengan
dhomirnya. Murid mengikuti sesuai
arahan ustadz/ah.
3. Latihan praktek mengidentifikasi pada al-
Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 13-14, dan
21
Ustadz/ah membaca ayat dengan
metode membaca putus-putus, murid
mengikuti sesuai arahan ustadz/ah
Ustadz/ah meminta murid untuk
menghitung ada berapa jumlah amr
yang ada pada ayat tersebut
Ustadz/ah memberikan penjelasan
“mantra” setiap kata huruf, isim dan
77
fi‟il yang dibaca putus-putus, murid
mengikuti arahan ustadz/ah
Mantra yang berupa penjelasan
tentang huruf, isim, fi‟il dapat dilihat
di buku tamyiz lil mudarris dan
rekamannya di youtube
Ustadz/ah membimbing murid untuk
memberikan tanda pada lembar
praktek ketika menemukan fi‟il amr
dengan tanda garis bawah dua
Murid tetap memberi tanda garis
bawah satu ketika menemukan
mudhori‟
Murid tetap memberi tanda garis
atas ketika menemukan isim
Murid tetap memberi tanda garis
lingkaran ketika menemukan huruf
Kegiatan Pengajaran
(Laduni)
1. Memahami jumlah huruf dan isim dan
mudhori‟ dan amr yang ada pada ayat
pada saat praktek
2. Memahami dan menghafal nyanyian hurf
kolom 1-26
3. Memahami dan menghafal nyanyian ciri-
78
ciri isim
4. Memahami dan menghafal nyanyian ciri-
ciri mudhori‟
5. Memahami dan menghafal tashrif
mudhori‟
6. Memahami dan menghafal nyanyian ciri-
ciri amr
7. Memahami dan menghafal tashrif amr
8. Memahami dan menghafal mantra pada
saat menemukan huruf dan isim dan
mudhori‟ dan amr
9. Memahami untuk memberi tanda
lingkaran dan contreng pada saat
menemukan huruf pada saat praktek
10. Memahami untuk memberi tanda garis
atas pada saat menemukan isim pada
saat praktek
11. Memahami untuk memberi tanda garis
bawah satu pada saat menemukan
mudhori‟ pada saat praktek
12. Memahami untuk memberi tanda garis
bawah dua pada saat menemukan amr
pada saat praktek
79
Penilaian Tulisan
Memberi tanda (siswa mengerti)
Lisan
Membaca putus-putus sesuai tahapan
beserta mantranya (siswa hafal)
Praktek mengajar
(siswa mumayyiz)
Alokasi Waktu
Sumber/Bahan Alat Tamyiz
6) Pembelajaran Madhi
Kompetensi Dasar Kata (mabni dan tashrif)
Mujarrod
Materi Pokok Fi‟il Madhi dan tashrifnya
Kegiatan Pengajaran
(Sentot)
1. Ustadz/ah membacakan dan
menyanyikan ciri-ciri madhi, murid
mengikuti sesuai arahan ustadz/ah.
2. Ustadz/ah membacakan dan
menyanyikan tashrif madhi dengan
dhomirnya. Murid mengikuti sesuai
arahan ustadz/ah.
3. Latihan praktek mengidentifikasi pada al-
80
Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 15-17.
Ustadz/ah membaca ayat dengan
metode membaca putus-putus, murid
mengikuti sesuai arahan ustadz/ah
Ustadz/ah meminta murid untuk
menghitung ada berapa jumlah amr
yang ada pada ayat tersebut
Ustadz/ah memberikan penjelasan
“mantra” setiap kata huruf, isim dan
fi‟il yang dibaca putus-putus, murid
mengikuti arahan ustadz/ah
Ustadz/ah membimbing murid untuk
memberikan tanda pada lembar
praktek ketika menemukan fi‟il
madhi dengan tanda garis bawah
tiga
Murid tetap memberi tanda garis
bawah dua ketika menemukan amr
Murid tetap memberi tanda garis
bawah satu ketika menemukan
mudhori‟
Murid tetap memberi tanda garis
atas ketika menemukan isim
81
Murid tetap memberi tanda garis
lingkaran ketika menemukan huruf
Kegiatan Pengajaran
(Laduni)
1. Memahami jumlah huruf dan isim dan
mudhori‟ dan amr yang ada pada ayat
dibaca pada saat praktek
2. Memahami dan menghafal nyanyian hurf
kolom 1-26
3. Memahami dan menghafal nyanyian ciri-
ciri isim
4. Memahami dan menghafal nyanyian ciri-
ciri mudhori‟
5. Memahami dan menghafal tashrif
mudhori‟
6. Memahami dan menghafal nyanyian ciri-
ciri amr
7. Memahami dan menghafal tashrif amr
8. Memahami dan menghafal nyanyian ciri-
ciri madhi
9. Memahami dan menghafal tashrif madhi
10. Memahami dan menghafal mantra pada
saat menemukan huruf dan isim dan
mudhori‟ dan amr
11. Memahami untuk memberi tanda
82
lingkaran dan contreng pada saat
menemukan huruf pada saat praktek
12. Memahami untuk memberi tanda garis
atas pada saat menemukan isim pada
saat praktek
13. Memahami untuk memberi tanda garis
bawah satu pada saat menemukan
mudhori‟ pada saat praktek
14. Memahami untuk memberi tanda garis
bawah dua pada saat menemukan amr
pada saat praktek
15. Memahami untuk memberi tanda garis
bawah tiga pada saat menemukan
madhi pada saat praktek
Penilaian Tulisan
Memberi tanda (siswa mengerti)
Lisan
Membaca putus-putus sesuai tahapan
beserta mantranya (siswa hafal)
Praktek mengajar
(siswa mumayyiz)
Alokasi Waktu
Sumber/Bahan Alat Tamyiz
83
7) Pembelajaran Fi’il dan Dhomir
Kompetensi Dasar Kata (mabni dan tashrif)
Mujarrod
Materi Pokok Fi‟il Madhi dan dhomirnya
Kegiatan Pengajaran
(Sentot)
1. Menjelaskan bahwa fi‟il itu selain
mempunyai ciri-ciri dan tashrif, juga
mempunyai dhomir.
2. Memahami dhomir fi‟il merupakan syarat
mutlak untuk memahami tarjamah fi‟il
secara mudah dan benar
3. Membacakan dan menyanyikan tashrif
dan dhomir fi‟il secara bertahap mulai
dengan menyebut dlomir dengan kata
“sejajar dengan”. Siswa mengikuti sesuai
arahan guru
4. Latihan praktek mengidentifikasi akar
kata pada al-Qur‟an surat Al-Baqarah
ayat 18-25
5. Selanjutnya ustadz/ah membimbing
84
murid mengganti kata “sejajar dengan”
dengan kata “dhomirnya”. Murid
mengikuti sesuai arahan ustadz/ah
6. Menjelaskan arti dari dhomir yang ada
pada fi‟il
Kegiatan Pengajaran
(Laduni)
1. Memahami fi‟il dan dhomirnya yang ada
pada ayat yang dipaca pada saat praktek
2. Memahami dan menghafal nyanyian fi‟il
dan dhomirnya
Penilaian Tulisan
Memberi tanda (siswa mengerti)
Lisan
Membaca putus-putus sesuai tahapan
beserta mantranya (siswa hafal)
Praktek mengajar
(siswa mumayyiz)
Alokasi Waktu
Sumber/Bahan Alat Tamyiz
8) Pembelajaran wazan fi’il/wazan tambahan
Kompetensi Dasar Kata (mabni dan tashrif)
Mujarrod
85
Materi Pokok Memahami cara membuka kamus dan
menerjemahkan qur‟an dengan bantuan
kamus
Kegiatan Pengajaran
(Sentot)
1. Menjelaskan bahwa fi‟il mudhori‟, amr
dan madhi mempunyai beberapa jenis
wazan tambahan selain wazan yang telah
ditashrif.
2. Ustadz/ah membacakan dan
menyanyikan wazan tambahan fi‟il .
murid mengikuti sesuai arahan ustadz/ah
Kegiatan Pengajaran
(Laduni)
1. Memahami fi‟il dan wazannya yang ada
pada ayat yang dibaca pada saat praktek
2. Memahami dan menghafal nyanyian fi‟il
dan wazannya.
Penilaian Tulisan
Memberi tanda (siswa mengerti)
Lisan
Membaca putus-putus sesuai tahapan
beserta mantranya (siswa hafal)
Praktek mengajar
(siswa mumayyiz)
Alokasi Waktu
Sumber/Bahan Alat Tamyiz
86
9) Pembelajaran Mujarrod
Kompetensi Dasar Kata (mabni dan tashrif)
Mujarrod
Materi Pokok Memahami cara membuka kamus dan
menerjemahkan qur‟an dengan bantuan
kamus
Kegiatan Pengajaran
(Sentot)
1. Menjelaskan tentang mujarrad (akar kata)
Setiap isim dan fi‟il memiliki mujarrad
Huruf tidak punya mujarrad
Mujarrad terdiri dari 3 abjad
Mujarrad bukan awalan, bukan
sisipan, bukan akhiran (ciri-ciri dari
isim dan fi‟il)
Apabila isim dan fi‟il memiliki
abjad lebih dari 3 maka sisanya
adalah berupa awalan, sisipan dan
akhiran
Apabila ada huruf illat (huruf yang
saling menggantikan satu sama lain),
pada mujarrad maka mujarradnya
bisa berupa salah satu dari tiga huruf
illat tersebut
87
2. Latihan praktek mengidentifikasi akar
kata pada al-Qur‟an
Ustadz/ah membaca ayat dengan
metode membaca putus-putus, murid
mengikuti sesuai arahan ustadz/ah
Ustadz/ah meminta murid untuk
menghitung ada berapa jumlah isim
dan fi‟il yang ada pada ayat tersebut
Apabila bertemu isim dan fi‟il
ustadz/ah meminta murid untuk
menghitung abjadnya
Apabila lebih dari tiga abjad,
ustadz/ah meminta murid mencari
awalan, sisipan, dan akhiran (sesuai)
dengan ciri-ciri isim dan fi‟il)
sampai tersisa 3 abjad
3 abjad tersisa adalah mujarrad
apabila tidak ada illat
Apabila terdapat illat maka
ustadz/ah membimbing menemukan
mujarrad di kamus
Ustadz/ah membimbing cara
membuka kamus berdasarkan
88
mujarrad yang ditemukan.
3. Latihan praktek membuka kamus setiap
isim dan fi‟il berdasarkan mujarradnya.
Kegiatan Pengajaran
(Laduni)
1. Memahami isim dan fi‟il yang sering
diulang dan jarang diulang ada pada ayat
yang dibaca pada saat praktek.
2. Memahami dan hafal nyanyian mujarrad
3. Memahami cara membuka kamus untuk
mencari tarjamah isim dan fi‟il yang
jarang diulang.
Penilaian Tulisan
Memberi tanda (siswa mengerti)
Lisan
Membaca putus-putus sesuai tahapan
beserta mantranya (siswa hafal)
Praktek mengajar
(siswa mumayyiz)
Alokasi Waktu
Sumber/Bahan Alat Tamyiz
10) Praktek Tarjamah
Kompetensi Dasar Kata (mabni dan tashrif)
89
Mujarrod
Materi Pokok Memahami cara membuka kamus dan
menerjemahkan qur‟an dengan bantuan
kamus
Kegiatan Pengajaran
(Sentot)
1. Menjelaskan tarjamah Qur‟an itu mudah
2. Kosa-kata (mufradat) dalam al-Qur‟an
sangat sedikit yaitu 2065 kata
3. Al-Qur‟an menggunakan bahasa Arab
yang disusun katanya hanya terdiri dari 3
macam kosa kata yaitu huruf, isim, dan
fi‟il
4. Setiap kosa kata di atas diulang-ulang
yang jumlah pengulangannya mencapai
77.865 kali (riwayat Imam Hafs)
5. Pengulangan setiap kata dalam al-Qur‟an
masing-masing tidak sama satu sama
lain. Jumlah pengulangan huruf 26.787
kali. Jumlah pengulangan isim 383 kali.
Jumlah pengulangan fi‟il 167 kali.
6. Salah satu kemudahan tarjamah al-Qur‟an
disebabkan ada sebanyak 214 isim dan
fi‟il yang sama tarjamahnya serta ada ...
90
isim yang sering diulang lebih dari 2
digit (10 kali) dengan jumlah
pengulangan.....kali dan ada ....fi‟il yang
sering diulang lebih dari 2 digit (10 kali)
dengan jumlah pengulangan....
7. Total pengulangan huruf, isim, dan fi‟il
yang sama artinya dan isim dan fi‟il
yang sering diulang-ulang tersebut
adalah 66.234 kali atau setara dengan 25
juz
8. Menyanyikan tarjamah huruf, isim, fi‟il
yang sering diulang-ulang pada al-
Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 1-100
Ustadz/ah membaca ayat dengan
metode membaca putus-putus, murid
mengikuti sesuai arahan ustadz/ah
Ustadz/ah membacakan dan
menyanyikan huruf, isim, dan fi‟il
yang sama artinya dan yang sering
diulang murid mengikuti sesuai
arahan ustadz/ah
Nyanyian yang berupa huruf, isim,
fi‟il yang sama artinya dan yang
91
sering diulang dapat dilihat di buku
tamyiz lil mudarris dan rekaman
dalam youtube
9. Latihan praktek menerrjamah isim dan
fi‟il yang jarang diulang pada al-Qur‟an
surat Al-Baqarah ayat 1-100
Ustadz/ah membacakan dan
menanyakan akar kata setiap isim
dan fi‟il
Ustadz/ah membantu mencari akar
kata tersebut dan kata jadinya di
kamus
Murid menggaris bawahi akar kata
beserta tarjamahnya yang sudah
ditemukan di kamus
Murid mencari tarjamah kata jadinya
di kamus, menggaris bawahi dan
menuliskan tarjamah tersebut
dilembar praktek
Kegiatan Pengajaran
(Laduni)
1. Memahami isim dan fi‟il yang sering
diulang dan jarang diulang ada pada ayat
yang dibaca pada saat praktek.
2. Memahami dan hafal naynyian tarjamah
92
isim dan fi‟il yang sering diulang
3. Memahami cara membuka kamus untuk
mencari tarjamah isim dan fi‟il yang
jarang diulang.
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/Bahan Alat Tamyiz
2. Implementasi Metode Tamyīz dalam Pembelajaran Kitab Kuning
Dalam pandangan metode tamyīz, bahwa cara membaca kitab
kuning sama persis dengan membaca al-Qur‟an yang dihilangkan
harakatnya secara bertahap, sehingga kitab kuning cara membaca nya
seperti membaca “al-Qur‟an tanpa harakat”
a. Konsep pelaksanaan sistem pembelajaran kitab kuning dengan
metode tamyīz.
Tahapan pembelajaran dengan metode tamyīz dibagi menjadi 4
tahap yaitu:
1). Tamyīz 1: mempelajari tentang Kalimat (isim, fi‟il, khuruf)
2). Tamyīz 2:mempelajari tentang I‟rab (jer, jazm, rofa‟, nashob)
3). Tamyīz 3: mempelajari tentang khal (tamyiz, badal, dll)
4). Tamyīz 4: mempelajari tentang tasrif
Diantara tamyīz 1 sampai tamyīz 4 itu merupakan satu
kesatuan, dalam pembelajaran menggunakan metode tamyīz karena
93
saling berkesinambungan dan pembelajarannya bertahap. Jika santri
sudah tuntas mempelajari tamyīz 1 maka bisa lanjut ke tamyīz 2
begitu selanjutnya, tanpa menunggu tengah semester atau akhir
tahun untuk naik ke tamyīz 2, dan tidak ada rapot (lembar hitam di
atas putih), dikhawatirkan santri tidak fokus dengan apa yang di
pelajari, namun fokus pada nilai yang akan didapat besok. Dapat
dilihat pada hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
Kyai A M
“Dalam belajar tamyīz ada 4 tahapan diantaranya yaitu
tamyīz 1 belajar tentang kalimat, tamyīz 2 mempelajari tentang
i‟rab, tamyīz 3 mempelajari tentang khal, dan tamyīz 4
mempelajari tentang tasrif, jadi yang masih tamyiiz 1, 2, dan 3
itu belum bisa mentasrif tapi sudah mengetahui ini yng
namanya isim, fi‟in dan lain-lain. Tamyīz 1 sampai tamyīz 4 itu
merupakan satu kesatuan dalam pembelajaran menggunakan
metode tamyīz karena saling berkesinambungan”
Penerapan metode tamyīz dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1). Tamyīz intensive: Tamyīz diajarkan kepada santri secara intensive
sehari 3-4 jam dalam sistem pesantren yang mukim, sehingga
santri sudah bisa membaca kitab kuning dalam waktu kurang
lebih 100 jam pelajaran.
2). Tamyīz inside: Tamyīz disisipkan pada kurikulum sekolah
SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, Pesantren dan Perguruan Tinggi.
94
bagi sekolah dan institusi pendidikan lainnya yang ingin
menerapkan tamyīz.
Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti mengenai
konsep pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīzyang
berlaku di Pondok Pesantren Wali dapat dilihat pada hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan responden,
sebagai berikut:
“Di Pondok Pesantren Wali ini pembelajaran kitab
kuningnya menggunakan metode tamyīz yang mana
tujuannya yaitu dapat membaca kitab kuning tanpa
membutuhkan waktu yang lama, karena mengingat anak-
anak sekarang itu mudah bosan jika dengan cara
pengajarannya menggunakan metode yang membutuhkan
waktu yang lama, dengan adanya metode tamyīz ini anak-
anak menyukai karena pembelajarannya sangat
mengasyikkan dan dengan nyanyian-nyanyian yang mana
lagu-lagunya diambil dari nada-nada yang lagi ngetrend
istilahnya”
Dari hasil paparan Kyai M S mengenai penerapan metode
tamyīzdalam pembelajaran kitab kuning yang diberlakukan di
Pondok Pesantren Wali dapat diketahui bahwa pembelajaran
kitab kuning yang dilaksanakan menggunakan metode yang
berbeda dengan pondok-pondok lainnya, terutama di pondok
95
salaf, karena di pondok-pondok salaf dalam pembelajaran kitab
kuning menggunakan metode bandungan, namun di Pondok
Pesantren Wali menggunakan metode tamyīz.Hal ini
dimaksudkan agar para santri yang menimba ilmu dan
mempelajari kitab kuning tidak mudah bosan, menyenangkan,
dan tidak mudah ngantuk, cepat waktunya sehingga tidak
menghabiskan waktu yang sangat lama, disisi lain santri dapat
memahami dan dapat melaksanakan hikmahnya di kehidupan
sehari-hari.
Wawancara dengan santri, nama H kelas 3 SMA
asal Candirejo kelas imrithi, tanggal 15 Maret 2019 di
Masjid Ar-Rahim“metode tamyīz sangat efektif
diterapkan dalam pembelajaran ilmu nahwu shorof
karena pengajarannya sangatt menyenangkan, tidak
membosankan, asyik pokokknya, dan nyanyi-nyanyi
sehingga mudah di ingat, tanpa menghafalkan tapi bisa
melekat”
Wawancara dengan santri, namaN kelas 6 sd, asal
Dukuh Sidomukti kelas tamyiiz 2 di Pondok Pesantren
Wali, tanggal 15 Maret 2019 di Masjid Ar-
Rahim“Pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīz
sangat seru, soalnya menghafalnya nggak sepaneng
96
sambil nyanyi jadinya slow, saya suka belajar di sini
karena banyak teman, dan pembelajarannya asyik”
Wawancara dengan santri, M kelas 5 SD, asal
Kesongo kelas imrithi di Pondok Pesantren Wali, tanggal
15 maret 2019 di Masjid Ar-Rahim“kesan pertama
mempelajari kitab kuning dengan metode tamyīz itu
asyik tapi grogi juga awal-awalnya karena belum banyak
kenal sama teman-teman, tapi lama-lama seru karena
banyak nyanyi-nyanyinya”
Dari beberapa hasil wawancara yang dipaparkan di atas
menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran kitab kuning
dengan menggunakan metode tamyīzsangat efektif,
menyenangkan, tidak membosankan, dan semangat belajar
walaupun sudah capek pulang sekolah, dikarenakan cara
belajarnya itu dengan nyanyian atau dilagukan, walaupun
pembelajarannya itu sore hari, setelah anak pulang sekolah,
pasti anak sudah capek, lelah, dan semangatnya juga sudah
berkurang, namun dengan menggunakan metode tamyīzini anak-
anak semangat sekali, dan tidak merasakan capek dikarenakan
pembelajaran yang asyik dan menyenangkan. Belajar kitab
kuning dengan metode tamyīz dilakukan secara berjama’ah
dengan seorang ustadzsebagai pengajar materi dalam kitab
kuning lalu praktekkan dengan metode tamyīzyang berupa
97
nyanyian serta memberikan kosa kata yang disebutkan juga
dengan lagu-lagu, setiap hari di praktekkan yang mana di sebut
dengan lalaran.
3. Evaluasi Pembelajaran Kitab Kuning dengan Metode Tamyīz
Evaluasi selalu menjadi final dari setiap pembelajaran yang
sudah berlangsung sebagai tolok ukur atau sebagai cara untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman dan penangkapan santri
terhadap apa yang telah dipelajarinya. Maka hasil evaluasi menjadi
goal yang akan menilai hasil belajar para santri. Begitu juga dengan
pembelajaran kitab kuning menggunakan metode tamyīzdi Pondok
Pesantren Wali ini, sebagai pemahaman santri maka pihak pondok
pesantren dan pengajar yang mengampu materi kitab kuning dengan
metode Tamyīzmenyelenggarakan ujian yang diadakan setiap tengah
semeter dan juga akhir semester, dan ada juga ustadz yang melakukan
evaluasinya setiap hari setelah mengajar, evaluasinya dengan praktek
setiap harinya.
Pondok Pesantren Wali mengadakan ujian membaca kitab
kuning dan materinya sebagai usaha evaluasi terhadap hasil belajar
santri yang dilaksanakan pada ujian tengah semester dan akhir
semester. Hal tersebut dipertegas lagi dengan beberapa paparan hasil
wawancara sebagai berikut:
Wawancara dengan Kyai M S, tanggal 15 Maret 2019 di
Aula Pondok Pesantren Wali“kita melakukan evaluasinya
98
dengan ujian lisan dan tertulis, untuk ujian lisan dilakukan
setiap harinya agar mereka terlatih dan tidak lupa, dan untuk
ujian tulisnya dilakukan ketika tengah semester dan akhir
semester”
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
yang dilakukan oleh pihak Pondok Pesantren Wali yaitu dengan 2 cara
yaitu ujian tulis dan ujian lisan, yang mana ujian lisan yaitu dengan
praktek setiap harinya setelah pembelajaran dan untuk ujian tulisnya
dilakukan ketika pertengahan semester dan akhir semester.
Pembelajaran Kitab Kuning dengan Metode Tamyīz sudah
berjalan dua tahun ini di Pondok Pesantren Wali, tentu memberi kesan
yang mendalam bagi pengajar dan pembelajarannya, sehingga
pembelajaran model seperti ini tetap terlestarikan dan diwajibkan
bahkan dikolaborasikan dengan kurikulum lainnya. Sebagaimana hasil
wawancara dengan beberapa santri berkaitan dengan Pembelajaran
Kitab Kuning dengan Metode Tamyīz:
Wawancara dengan santri, H kelas 3 SMA asal Candirejo
kelas imrithi, tanggal 15 Maret 2019 di Masjid Ar-
Rahim“metode tamyīz sangat efektif diterapkan dalam
pembelajaran ilmu nahwu shorof karena pengajarannya sangatt
menyenangkan, tidak membosankan, asyik pokokknya, dan
nyanyi-nyanyi sehingga mudah di ingat, tanpa menghafalkan
tapi bisa melekat”
99
Wawancara dengan santri, N kelas 6 sd, asal Dukuh
Sidomukti kelas tamyiiz 2 di Pondok Pesantren Wali, tanggal
15 Maret 2019 di Masjid Ar-Rahim“Pembelajaran kitab kuning
dengan metode tamyīz sangat seru, soalnya menghafalnya nggak
sepaneng sambil nyanyi jadinya slow, saya suka belajar di sini
karena banyak teman, dan pembelajarannya asyik”
Wawancara dengan santri, M kelas 5 SD, asal Kesongo
kelas imrithi di Pondok Pesantren Wali, jam 17:30 tgl 15 maret
2019 di Masjid Ar-Rahim“kesan pertama mempelajari kitab
kuning dengan metode tamyīz itu asyik tapi grogi juga awal-
awalnya karena belum banyak kenal sama teman-teman, tapi
lama-lama seru karena banyak nyanyi-nyanyinya”
Dari beberapa pernyataan di atas menunjukkan bahwa
pembelajaran Kitab Kuning dengan Metode Tamyīz selama mereka
mengaji yang diajarkan di Pondok Pesantren Wali dirasa sangat
efektif sebagai penambah pengetahuan tentang berbagai ajaran Islam
yang mereka belum ketahui dan wawasan Islam lainnya yang terdapat
dalam kitab yang belum mereka pelajari sebelumnya. Sehingga
pembelajaran Kitab Kuning dengan Metode Tamyīzini sangat efektif
pembelajarannya dikarenakan cepat paham, menyenangkan, tidak
bosan, dan semangat untuk belajar.
100
4. Faktor pendukung dan faktor penghambat Pembelajaran Kitab
Kuning dengan Metode Tamyīz.
a. Faktor pendukung
Metode pembelajaran yang mengasyikan dan menyenangkan
merupakan salah satu faktor pendukung dalam mempelajari kitab
kuning dengan metode tamyīz serta buku-buku pendukung dalam
pembelajaran metode tamyīz.
“untuk pendukungnya yaitu semangat para ustadz dan
anak-anak juga dalam belajar ilmu, terutama kepada
ustadz/ustadzah bagaimana cara menciptakan pembelajaran
yang asyik”kata Kyai M S
b. Faktor Penghambat
Setiap proses perjalanan pasti ada problem atau kendala atau
hambatan yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang dituju.
Problem yang dihadapi dalam pembelajaran kitab kuning dengan
menggunakan metode tamyīz.
“ya untuk kendala pasti ada, salah satunya yaitu santri
yang jarang mengaji itu akan merubah target, dikarenakan
semakin lama tidak mengaji maka tidak akan bertambah
pembelajarannya, dan selama saya mengajar menggunakan
metode tamyīz belum ada anak yng merasa bosan ketika
mengaji, mereka bawaannya happy”kata Kyai M S.
101
“Untuk hambatannya yaitu anak-anak sudah terlalu
lelah untuk belajar karena tenaganya sudah dikuras dari pagi
sampai sore, tapi itu bisa diatasi dengan pengajaran yang
asyik, nyanyi-nyanyi, sehingga lelah mereka tidak terasakan
lagi karena mereka terhibur oleh hiburan seperti bernyanyi.”
kata Kyai A M.
Problem atau kendala/ hambatan yang dihadapi selama
pelaksanaan pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīzdi
Pondok Pesantren Wali yaitu: dari segi santrinya yang mana santri
itu macam-macam ada yang rajin dan ada yang kurang rajin dalam
berangkat mengaji karena mereka tidak mempunyai waktu untuk
mengaji sore dan jikalau mengaji malam jarak antara rumah dan
tempat untuk mengaji jauh, sehingga itu akan menjadi hambatan
untuk mencapai target, dikarenakan kurang aktif berangkatnya santri
ketika mengaji, sehingga waktu yang ditargetkan untuk belajar kitab
kuning dengan metode tamyīztidak bisa selesai cepat sesuai target.
Santri yang tidak rajin mengikuti ngaji maka mereka akan
ketinggalan sehingga dalam mempelajari kitab kuning dengan
metode tamyīz ini tidak bisa maksimal dan hanya setengah-setengah
saja.
102
c. Upaya Ustadz/Ustadzah Meningkatkan Minat Belajar Santri
dalam Mempelajari Kitab Kuning dengan Metode Tamyīz
Kendala yang ada di Pondok Pesantren Wali dalam
pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīz merupakan sebuah
tantangan, namun dari pihak Pondok Pesantren Wali berusaha untuk
meningkatkan semangat santri dalam mencari ilmu yaitu dengan
memberikan motivasi bahwa mencari ilmu itu sangat penting, dan
merupakan kewajiban setiap manusia, mendisiplinkan peraturan yang
ada, mengatur jadwal belajar yang sesuai dengan waktu luang santri
agar mereka bisa ikut bertholabul ilmi, dan juga dengan belajar di
luar ruangan salah satunya untuk menarik para santri dalam mengikuti
pembelajaran.
Upaya Ustadz/Ustadzah Meningkatkan Minat Belajar Santri
dalam Mempelajari Kitab Kuning dengan Metode Tamyīz diantaranya:
dengan memberikan pelajaran yang mengasyikan dengan cara
menyanyi sehingga mereka cenderung semangat dalam mengaji, dan
melakukan praktek setiap harinya untuk bahan evaluasi santri tersebut
sudah benar-benar paham atau belum. Dapat dilihat dari hasil
wawancara peneliti dengan Kyai A M.
Wawancara dengan Kyai A M , tanggal 15 Maret 2019 di
Masjid Ar-Rahim“ Untuk mengetahui anak mampu
menerjemahkan kitab kuning dengan metode tamyīz yaitu
103
dengan praktek setiap harinya, dan juga tes tapi sifatnya tidak
menekan anak”
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa upaya untuk
mengetahui kemampuan santri sudah mampu menerjemahkan kitab
kuning dengan metode tamyīz yaitu dengan memberikan praktek setiap
harinya tapi sifatnya tidak menekan.
104
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah dilakukan pembahasan dan analisis, guna menjawab pokok
permasalahan dalam penelitian yang dilakukan, maka ada beberapa hal
yang menjadi titik tekan sebagai kesimpulan skripsi ini, yaitu:
1. Perencanaan Metode Tamyīzyaitu dalam pembelajaran kitab kuning
metodetamyīz mempunyai rencana pembelajaran sebelum melakukan
pembelajaran sehingga dalam pembelajaran sudah terstuktur dengan
baik, Cara belajar tamyīz mempunyai ciri khusus yaitu LADUNI (ilate
kudu muni-bersuara lantang), SENTOT (santri TOT). Waktu yang
digunakan dalam mempelajari tamyīz yaitu 2 jam @hari selama 3
bulan.
2. Implementasi Metode Tamyīz yaitu pembelajaran kitab kuning dengan
metode tamyiiz mempunyai 4 tahap diantaranya ada tamyīz 1 yang
mana mempelajari tentang Kalimat (isim, fi’il, khuruf),tamyīz 2
mempelajari tentang I‟rab (jer, jazm, rofa’, nashob), tamyīz 3
mempelajari tentang khal, tamyiz, badal, dll., tamyīz 4 mempelajari
tentang tasrif. Penerapan metode tamyīz mempunyai beberapa cara
yaitu dengan tamyīz intensive dan tamyīz inside.
3. Faktor pendukungnya yaitu metode yang digunakan ketika
pembelajaran dan ada buku-buku pendukung belajar para
santri.Sedangkan. faktor penghambatnya yaitu dari segi santrinya yang
105
mana santri itu macam-macam ada yang rajin dan ada yang kurang rajin
dalam berangkat mengaji, mereka tidak mempunyai waktu untuk
mengikuti ngaji tersebut dikarenakan pulang sekolah sore, jadi untuk
mengatasi hambatan tersebut para ustadz memotivasi, menerapkan
kedisiplinan, mengadakan pembelajaran diluar ruangan, dan mendatang
tamu dari luar untuk berdiskusi bersama.
4. Evaluasi Program Metode Tamyīzyaitu dengan ujian lisan dan ujian
tulis, dimana ujian lisan yaitu dengan praktek setiap harinya setelah
pembelajaran dan untuk ujian tulisnya dilakukan ketika pertengahan
semester dan akhir semester.
B. Saran
Berdasarkan permasalahan yang peneliti bahas dalam skripsi ini
yang mengenai implementasi metode tamyīz dalam pembelajaran kitab
kuning di Pondok Pesantren Wali Candirejo, Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang Tahun 2019, maka peneliti hendak menyampaikan
saran sebagai berikut:
1. Kepada pengasuh Pondok Pesantren Wali untuk tetap semangat dan
istiqomah memanfaatkan tenaga dan fikirannya untuk melayani santri-
santrinya dalam belajar dan dakwah Islam, semoga yang menjadi
hajatnya tercapai.
2. Kepada asatidz dan asatidzah untuk tetap semangat dan istiqomah
memanfaatkan tenaga dan fikirannya untuk melayani santri-santrinya
dalam belajar dan dakwah Islam. Memberi motivasi agar santri
106
senantiasa semangat dalam menuntut ilmu dan juga selalu tingkatkan
kemampuan dalam mengajar.
3. Kepada santri-santri Pondok Pesantren Wali tetap semangat dan sabar
dalam menuntut ilmu-ilmu Keislaman dan ilmu umum, dan perbaiki
niat agar semata-mata karena mencari ridho Allah.
4. Kepada orang tua santri untuk selalu memberikan dukungan kepada
anak-anaknya untuk tetap istiqomah mengaji, dan mengawasi setiap
pergaulan anak-anaknya.
107
DAFTAR PUSTAKA
Abaza. 2011. Laduni Sentot: Panduan Mengajar Tamyiz. Jakarta: Tamyiz
Publising.
Abaza. 2011. Tamyiz: Anak Kecil Saja Bisa Yang Pernah Kecil Pasti Bisa Pintar
Terjemah Qur’an dan Kitab Kuning. Jakarta: Tamyiz Publising.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur PenelitianSuatuPendekatanPraktik. Jakarta:
RinekaCipta.
Depag RI. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan dan
Perkembangannya. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama
Islam.
Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren (Studi Tentang Pandangan Hidup
Kiai). Jakarta: LP3ES.
Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam: Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset
Kemenag RI. 2010. Al-Qur’an Tajwid dan Tarjamah dilengkapi dengan Asbabun
Nuzul dan Hadits Shohih. Bandung: Sygma Exagrafika.
Maftuhin, Anis, dkk. 2018. Tamyiz: Metode Cepat Pintar Tarjamah Al-Qur’an
dan Baca Kitab Kuning. Semarang: Wali Pustaka.
Maftuhin, Anis, dkk. 2018. Praktek Al-Qur’an Metode Tamyiz. Semarang: Wali
Pustaka.
Maftuhin, Anis, dkk. 2018. Kamus Metode Tamyiz. Semarang: Wali Pustaka.
Maslikhah. 2017. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa.
Yogyakarta: Trustmedia Publishing.
Maulida, Elsa Dany. 2014. Implementasi Metode Tarjamah dengan Kitab Tamyiz
Di Kelas XI IPA dan XI IPS MAN Pemalang Tahun Ajaran 2013/2014.
Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
Mufron, Ali. 2013. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Aura Pustaka.
Mukroji. 2014. Metode Tamyiz (Sebuah Formulasi Teori Nahwu Shorof
Quantum). Jurnal Kependidikan, Vol. II No. 1.
108
Nisa, Ma‟rifatun. Penerapan Metode Tamyiz,dalam Pemahaman Qowa’id Di
Kelas XI MA Plus Nururrohman Ponpes Al-Kamal Tambaksari Kebumen
Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Rasimin. 2018. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis Kualitatif.
Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Ratih, Arini Rena. 2014. Studi Penerapan Metode Tamyiz dalam Pembelajaran
Terjemah Al-Qur’an Di MI Al-Islam Grobogan Serengan Surakarta.
Skripsi. Surakarta: UMS.
Sudarto. 2018. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Deepublish.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA.
Sukandarrumidi. 2002. MetodologiPenelitian:
PetunjukPraktisuntukPenelitiPemula. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tafsir, Ahmad. 2011. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Thoriqussu‟ud, Muhammad. 2012. Model-Model Pengembangan Kajian Kitab
Kuning di Pondok Pesantren. Jurnal Ilmu Tarbiyah At-Tajdid, Vol. 1, No.
2.
W, Putri Dewi Indah. 2018. Implementasi Pembelajaran Kitab Kuning sebagai
Upaya Peningkatan Religiusitas Peserta Didik Di Pondok Pesantren
Tarbiyatul Mubtadiin Bekasi Timur. Skripsi. Yogyakarta: UII Yogyakarta.
Zaidah, Yusna, dkk. 2014. Evaluasi Sistem Pembelajaran Kitab Kuning pada
Program Magang Pesantren Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam.
Skripsi. Banjarmasin: IAIN Antasari.
109
LAMPIRAN
Gambar I. Proses Pembelajaran
110
111
112
Gambar II. Proses wawancara dengan pengasuh, ustadz, dan santri.
113
114
115
Gambar III. Buku-buku yang digunakan untuk pembelajaran
116
117
118
119
120
Gambar IV. Pondok Pesantren Wali
121
Gambar V. Lalaran Malam
122
Lampiran
VERBAL TEAM
Hasil wawancara:
1. Dengan Pengasuh Pondok Pesantren Wali Candirejo, Tuntang, Semarang
Nama : KH. A M
Tanggal : 15 Maret 2019
Pukul : 16:45
Tempat : Masjid Ar-Rahim Candirejo, Tuntang, Semarang
Daftar Pertanyaan:
1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Wali?
2. Bagaimana kurikulum yang diterapkan di Pondok Pesantren Wali?
3. Bagaimana keadaan dan kelengkapan sarana prasarana untuk pembelajaran?
4. Bagaimana sejarah metode tamyīz?
Jawab:
1. Berawal dari kegelisahan dan keresahan pendiri Pondok Pesantren Wali
dimana generasi muslim pada saat ini, terutama di kalangan mahasiswa
sendiri sekarang ini jauh dari sumber-sumber utama keagamaan, mereka
mendapatkan informasi-informasi keagamaan dari berbagai sumber yang
validitasnya tidak bisa dipertanggungjawabkan google misalnya, padahal
dalam islam itu khazanahnya sangat luar biasa.
123
2. Pondok Pesantren Wali menerapkan kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al-
Islamiyah (KMI) Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor sebagai
acuan pendidikan formal meski dalam muatan lokalnya, santri dibekali
literasi Islamnya. Untuk muatan lokalnya, Pondok Pesantren Wali
berkonsentrasi pada kemampuan literasi Islam yakni mengajarkan para
santri bahasa Arab baik lisan maupun tulisan, khususnya nahwu sharaf
dengan metode baru sebagai bekal santri agar mampu mengakses kitab-kitab
kuning sejak dini.
3. Keadaan sarana prasarana Pondok Pesantren Wali bagus, dan sedang dalam
proses melengkapi serta pembaharuan fasilitas-fasilitas untuk menunjang
proses pembelajaran.
4. Sejarahnya yaitu metode tamyīz merupakan temuan seorang ustadz bernama
abaza. Metode ini lahir sebagai usaha dan kreatifitas untuk
menyederhanakan materi dan mengembangkan metode pembelajaran, agar
materi tersebut dirasa mudah dan menyenangkan. Dilatarbelakangi oleh
fakta dalam pembelajaran bahasa Arab, pengalaman, dan pengamatan, hasil
renungan penulisnya. Metode ini memiliki spesifikasi khusus dalam
penyajian materi nahwu sharaf diantaranya yaitu: bahasa pengantar yang
sederhana, pembelajaran yang dilakukan menyenangkan dengan cara
bernyanyi jadi tidak membosankan, santri lebih aktif, mengulang-ulang
materi, tidak membebani santri.
124
2. Dengan Ustadz Pondok Pesantren Wali Candirejo, Tuntang, Semarang
Nama : Kyai A-M
Tanggal : 15 Maret 2019
Pukul : 16:15
Tempat : Masjid Ar-Rahim Candirejo, Tuntang, Semarang
Daftar Pertanyaan:
1. Apa itu metode tamyīz?
2. Bagaimana perencanaan pembelajaran kitab kuning dengan metodetamyīz?
3. Bagaimana implementasi pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīz?
4. Bagaimana upaya peningkatan minat belajar santri dalam pembelajaran kitab
kuning dengan metode tamyīz?
5. bagaimana evaluasi pembelajaran kitab kuning dengan metodetamyīz?
Jawab:
1. Metode tentang pengajaran ilmu nahwu yang dengan menggunakan sistem
yang mutakhir, menyenangkan, asyik dan membutuhkan waktu yang cepat.
beda dengan metode yang diajarkan di Pondok Pesantren salaf, diPondok
Pesantren Salaf dengan diajarkan jurumiyah dan metodenya dengan
pengajaran yang diajarkan pada zaman dahulu. Ilmu yang diajarkan di
pondok pesantren salaf sama namun hanya dengan metode yang berbeda.
125
2. Perencanaan pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīzyaitu untuk
tiap harinya membutuhkan waktu 2 jam sehingga dalam waktu 3 bulan
santri bisa mempelajari tamyīz 1, dan untuk satu tahun itu santri bisa
mempelajari tamyīz 1, 2, dan 3. Dan 6 bulan selanjutnya anak bisa
mempelajari tamyīz 4 dan imriti. Sehingga, santri sudah bisa membaca kitab
kuning dalam waktu kurang lebih 100 jam pelajaran.
3. Implementasi dalam pembelajaran kitab kuning itu ada tulisan yang mana
tulisan tersebut tidak terdapat harakatnya, dan itu pasti ada pekerjaan, siapa
yang mengerjakan, dan apa yang dikerjakan. Bagaimana para santri itu bisa
membaca dan menterjemahkannya, kuncinya santri paham ilmu nahwu,
dikhawatirkan nanti kalau tidak paham nahwu santri tidak bisa membedakan
siapa yang mengerjakan dan apa yang dikerjakan. Untuk penerapannya
yaitu dengan ustadz memberi materi kemudian dilagukan, dengan dilagukan
terus-menerus maka santri-santri akan paham dan tidak perlu menghafalkan,
dan tidak membebankan santri untuk menghafal.
4. Upaya meningkatkan minat mengaji santri dengan memberikan motivasi
kepada santri dan orang tua untuk bertholabul ilmi, serta mengajak belajar
di luar ruangan dan memberikan selingan setiap hari sabtu yang mana sering
disebut dengan sabtu kreasi diantara kegiatannya adalah: nonton bareng,
diskusi bareng dengan mendatangkan tamu dari luar.
5. Evaluasi diadakan setiap hari, dengan cara mempraktikkan setiap harinya,
agar mereka terbiasa mendengar apa yang telah diajarkan sehingga jika
126
terbiasa mereka tidak akan asing lagi dengan materi yang telah diajarkan,
ada ujian tulis, namun itu hanya sebagai formalitas saja, diadakan setiap
tengan semester dan akhir semester.
127
Nama : Kyai M S
Tanggal : 15 Maret 2019
Pukul : 17:30
Tempat : Aula Pondok Pesantren Wali
Daftar Pertanyaan:
1. Apa itu metode tamyīz?
2. Bagaimana perencanaan pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīz?
3. Bagaimana implementasi pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīz?
4. Bagaimana upaya peningkatan minat belajar santri dalam pembelajaran kitab
kuning dengan metode tamyīz?
5. Bagaimana evaluasi pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīz?
Jawab:
1. Secara sederhananya yaitu metode percepatan nahwu shorof, dimana metode
tersebut di praktekkan dengan menyanyi dan menyenangkan, banyan
metode-metode percepatan dalam memahami nahwu shorof ,namun terdapat
perbedaannya, jadi yang membedakan adalah transformasinya dengan
senang.
2. Perencanaan pembelajaran kitab kuning dengan metode tamyīz
3 bulan pertama santri dapat mengidentifikasi dan paham tentang kalimah
128
3 bulan kedua santri dapat mengidentifikasi dan paham tentang i‟rab
3 bulan ketiga santri dapat mengidentifikasi dan paham tentang khal
6 bulan pertama santri sudah mahir menterjemahkan kata perkata
Tahun pertama mempelajari imriti
3. Implementasi
Langkah-langkah Belajar kitab kuning dengan metode tamyīz
a. Ustad menyampaikan materi tidak lebih dari 10 menit, rata-rata sekitar 5
menit dan langsung mempraktekkan.
b. Masuk kelas langsung lalaran (mengulang materi yang telah diajarkan)
c. Diberi materi selama 5 menit.
d. Latihan setengan jam.
e. Diulang lagi dengan memberi materi dinyanyikan.
f. Latihan lagi setengah jam begitu seterusnya
4. Evaluasi yang dilakukan yaitu dengan kita melakukan evaluasinya dengan
ujian lisan dan tertulis, untuk ujian lisan dilakukan setiap harinya agar
mereka terlatih dan tidak lupa, dan untuk ujian tulisnya dilakukan ketika
tengah semester dan akhir semester.
129
3. Dengan Santri Pondok Pesantren Wali Candirejo, Tuntang, Semarang
Nama : H
Kelas : 3 SMA
Tanggal : 15 Maret 2019
Pukul : 16:45
Tempat : Masjid Ar-Rahim Candirejo, Tuntang, Semarang
Daftar Pertanyaan:
1. Apa itu metode tamyīz?
2. Apa saja kendala dalam mempelajari kitab kuning dengan metode tamyīz?
3. Apakah metodetamyīzefektif untuk diterapkan dalam pembelajaran kitab
kuning terutama ilmu bahasa Arab?
4. Apa kesan pertama mempelajari kitab kuning dengan metode tamyīz?
Jawab:
1. Metode percepatan mempelajari ilmu nahwu
2. Kendalanya yaitu ketika mengidentifikasinya masih sedikit bingung
membedakan siapa yang mengerjakan, apa yang akan dikerjakan begitu.
3. Metode tamyīz itu sangat efektif karena menambah semangat santri dalam
belajar
130
4. Metodenya beda dengan yang lain, dan metodenya menarik perhatian
soalnya dilagukan
131
Nama : N
Kelas : 6 SD
Tanggal : 15 Maret 2019
Pukul : 17:10
Tempat : Masjid Ar-Rahim Candirejo, Tuntang, Semarang
Daftar Pertanyaan:
1. Apa itu metode tamyīz?
2. Apa saja kendala dalam mempelajari kitab kuning dengan metode tamyīz?
3. Apakah metode tamyīz efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran kitab
kuning terutama ilmu bahasa Arab?
4. Apa kesan pertama mempelajari kitab kuning dengan metodetamyīz?
Jawab:
1. Metode cepat belajar ilmu nahwu.
2. Tidak ada kendala, tapi adanya kendala ketika mau belajar disini yaitu
hujan.
3.Metode tamyiz sangat efektif diterapkan dalam pembelajaran kitab kunin
terutama dalam mempelajari
132
4. Metodenya berbeda dengan yang lain, seneng karena banyak teman,
pembelajarannya asyik, dan menyenangkan, slow, di ajari menyanyi-nyanyi
yang berfaedah.
133
Nama : M
Kelas : 5 SD
Tanggal : 15 Maret 2019
Pukul : 17:15
Tempat : Masjid Ar-Rahim Candirejo, Tuntang, Semarang
Daftar Pertanyaan:
1. Apa itu metodetamyīz?
2. Apa saja kendala dalam mempelajari kitab kuning dengan metode tamyīz?
3. Apakah metode tamyīz efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran kitab
kuning terutama ilmu bahasa Arab?
4. Apa kesan pertama mempelajari kitab kuning dengan metode tamyīz?
Jawab:
1. Metode ilmu nahwu yang cepat beda dengan mempelajari jurumiah, imriti,
alfiah.
2. Kendalanya yaitu grogi, masih malu ketika disuruh mempraktekkan, masih
sedikit sulit untuk mengidentifikasi
3. Sangat efektif, karena sangat menyenangkan jadi tambah semangat mengaji.
4. Asyik, tapi gugup karena banyak orang, saya belum terbiasa dengan bergaul
dengan banyak orang.
134
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Annisa‟ Nurul Chanifah
Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 29 Agustus 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Susukan Rt: 022 Rw: 006, Sukorejo, Tegalrejo,
Magelang
Riwayat pendidikan : MI YAKTI Tegalrejo, lulus tahun 2009
SMP N I Tegalrejo, lulus tahun 2012
MAN 2 Magelang, lulus tahun 2015
S1 IAIN Salatiga, lulus tahun 2019
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 10 Maret 2019
Penulis
Annisa‟ Nurul Chanifah
135
136
137
138
139
140
141
142