program studi ilmu sejarah jurusan …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. skripsi full 11407141005.pdf ·...

121
MIGRASI ORANG-ORANG MADURA KE JAWA TIMUR TAHUN 1870-1930 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Oleh: Andreas Kresnan Hadi 11407141005 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016

Upload: phamcong

Post on 12-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

MIGRASI ORANG-ORANG MADURA KE JAWA TIMURTAHUN 1870-1930

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu SosialUniversitas Negeri YogyakartaUntuk Memenuhi Persyaratan

Guna Memperoleh GelarSarjana Sastra

Oleh:

Andreas Kresnan Hadi

11407141005

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2016

Page 2: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah
Page 3: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

iii

Page 4: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah
Page 5: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

v

MOTTO

Hiduplah seakan kau akan mati besok, belajarlah seolah-olah kau akan hidup

selamanya. Yang penting adalah apa yang kau rasakan, kau tidak perlu mengubah

pendapatmu, hanya karena orang lain punya pemikiran yang berbeda.

Page 6: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan bagi orang tuaku yang selalu ada mendukungku,

secara langsung ataupun tidak langsung. Cita-cita ku cuma satu, yaitu

membahagiakan orang tuaku, dan membalas semua budi yang pernah beliau

berikan. Walaupun sepertinya tidak mungkin. Terimakasih juga untuk Tuhan

Yesus Kristus atas berkat dan kuasa-Nya kepadaku dalam mengerjakan dan

menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

vii

Abstrak

MIGRASI ORANG-ORANG MADURA KE JAWA TIMURTAHUN 1870-1930

Oleh:

Andreas Kresnan Hadi11407141005

Hubungan antara pelabuhan-pelabuhan di Madura dan kota-kota di pantaiJawa Timur membawa dampak besar bagi kedua belah pihak, khususnya masyarakatMadura. Dengan munculnya Undang-Undang Agraria pada tahun 1870, membuatJawa Timur menjadi kawasan perkebunan yang besar. Serta membutuhkan tenagakerja dalam jumlah besar pula. Masyarakat Madura dengan geografis danekonominya yang buruk, tidak melewatkan kesempatan ini. Atas dasar faktorekonomi sebagian besar masyarakat Madura bermigrasi ke wilayah Jawa Timur.Banyak yang menetap dan tinggal disana, namun ada pula yang tetap pulang keMadura tiap bulannya. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui faktor penarik danpendorong, serta dampaknya bagi orang Madura dan masyarakat asli Jawa Timur dariadanya migrasi orang-orang Madura ke Jawa Timur tahun 1870-1930.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis, dengan tahapan.Pertama, heuristik merupakan kegiatan untuk menghimpun jejak-jejak masa lampau.Dalam penelitian sejarah, heuristik adalah pencarian sumber sejarah yang berkaitandengan tema penelitian. Kedua, kritik sumber dilakukan untuk mencari keabsahandata dengan melakukan penyaringan secara kritis. Ketiga, interpretasai adalahpenciptaan fakta baru dengan menafsirkan berbagai fakta yang ada di dalam sumber-sumber. Keempat, penulisan sejarah merupakan sarana mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang diungkap, diuji dan diinterpretasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor ekonomilah yang menjadimotivasi utama, ketika masyarakat Madura bermigrasi ke Jawa Timur. Banyaknyalahan-lahan perkebunan baru yang membutuhkan tenaga kerja, membuat peluangkerja mereka semakin besar, proses migrasi tersebut tejadi secara berantai. Dampakmigrasi di daerah tujuan pada akhirnya menyebabkan terjadinya pertumbuhanpenduduk, bertambahnya tingkat kepadatan penduduk, perkembangan wilayah,diferensiasi sosial dan mobilitas sosial. Meskipun begitu sikap toleran danmenghargai perbedaan tetap terjada diantara penduduk asli dan para migran.

Kata Kunci: Migrasi, Orang-Orang Madura, Jawa Timur.

Page 8: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul ”Migrasi Orang-Orang Madura ke Jawa Timur Tahun 1870-1930”

sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana sastra.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini, tidak terlepas

dari kerjasama, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

2. Bapak Agus Murdiyastomo, M. Hum. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Sejarah.

3. Bapak Mudji Hartono, M. Hum. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

dan penuh perhatian telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam

membimbing penulis guna menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Danar Widiyanta, M. Hum. selaku dosen pembimbing akademik yang

selalu memberikan motivasi dan perhatiannya.

5. Seluruh dosen Prodi Ilmu Sejarah yang telah memberikan ilmu pengetahuan

serta wawasan kepada penulis. Saya merasa sangat bersyukur bisa menjadi

murid dari Bapak dan Ibu dosen sekalian.

Page 9: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

ix

6. Seluruh petugas Perpustakaan Kependudukan UGM, Perpustakaan Pusat

Studi Pedesaan UGM, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UGM,

Perpustakaan Pusat UNY, Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial UNY,

Perpustakaan Laboratorium Sejarah UNY, Perpustakaan Daerah Istimewa

Yogyakarta dan Perpustakaan Sonobudoyo yang telah memberikan pelayanan

dengan baik dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Kedua orangtuaku tersayang, Bapak Heribertus Widodo dan Alm Ibu

Veronica S, yang telah mencurahkan dukungan kepada penulis.

8. Para sahabat di Prodi Ilmu Sejarah angkatan 2011 beserta para kakak dan adik

tingkat yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

9. Berbagai pihak yang telah banyak membantu di mana penulis tidak dapat

menyebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan

demikian, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

pihak-pihak yang telah menggunakan skripsi ini sebagai bahan bacaan dan referensi.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi para

pembacanya. Amin.

Yogyakarta, 18 Januari 2016

Penulis

Page 10: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iii

HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………….. iv

MOTTO…………………………………………………………………………...v

PERSEMBAHAN……………………………………………………………...... vi

ABSTRAK……………………………………………………………………….. vii

KATA PENGANTAR……………………………………………………………viii

DAFTAR ISI……………………………………………….......………………....x

DAFTAR TABEL……………………………………………………………….. xii

DAFTAR ISTILAH……………………………………………………………... xiv

DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………............xvi

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….xvii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………......1

A. Latar Belakang………………………………………….……………......1B. Rumusan Masalah………………………………………………..............5C. Tujuan Penulisan…………………………………....……………………5D. Manfaat Penelitian…………………………………….…………............6E. Kajian Pustaka……………………………………………………...........7F. Historiografi Relevan……………………………………………............ 10G. Metode Penelitian……………………………………………………….. 12

Page 11: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

xi

H. Pendekatan Penelitian……………………………………………………15I. Sistematika Penulisan……………………………………………………17

BAB II LATAR BELAKANG MIGRASI……………………………………... 19

A. Letak dan Keadaan Alam………………………………………............. 19B. Pola Pemukiman………………………………………………………….25C. Mata Pencaharian………………………………………………..............32

BAB III PROSES MIGRASI……………………………………………………47

A. Migrasi Orang Madura….……………………………………................ 47B. Identifikasi Kelompok Migrasi……………………………………….....60

BAB IV DAMPAK MIGRASI ORANG-ORANG MADURA……………......68

A. Dampak Sosial Ekonomi………………………………………………... 68B. Dampak Sosial Budaya………………………………………………......77

BAB V KESIMPULAN…………………………………………………………. 87

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….93

LAMPIRAN……………………………………………………………............... 96

Page 12: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Persediaan Bahan Makanan Rakyat Rata-Rata 1 Tahun/Jiwa (dalamkg) di Madura 1919-1940—21

Tabel 2 Jumlah Rata-Rata Banyaknya Hujan Per Hari Tiap-Tiap Bulan—22

Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah Hujan Tiap-Tiap Bulan (dalam milimeter) —23

Tabel 4 Tanah yang Ditanami di Madura: Tipe-Tipe, Luas dalam Bau, danPersentase (dalam tanda kurung) Tahun 1906—24

Tabel 5 Kepadatan Penduduk Tahun 1867—28

Tabel 6 Kelompok-Kelompok Populasi di Madura—29

Tabel 7 Kepadatan Penduduk Per 100 Ha/ kepala—30

Tabel 8 Pemilikan Tanah di Desa Tahun 1912—33

Tabel 9 Jumlah Ternak di Madura—33

Tabel 10 Hasil Panen Padi Rata-Rata Per Bau (dalam pikul) —35

Tabel 11 Hasil Ladang yang Ditanami Padi Rata-Rata Per Bau (dlam pikul) —35

Tabel 12 Hasil Panen Tiga Tanaman Subsisten (dalam kg)—37

Tabel 13 Penanaman Tembakau (dalam bau)—39

Tabel 14 Produksi Garam pada Tahun-Tahun Terpilih (dalam koyang)—43

Tabel 15 Pemilikan Tanah Ladang Garam Tahun 1920—44

Tabel 16 Produksi Garam Tahun 1917—45

Tabel 17 Pemakaian Konsumsi Garam Tahun 1905—46

Tabel 18 Perbandingan Kepadatan Penduduk—53

Page 13: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

xiii

Tabel 19 Kepadatan Penduduk Tahun 1867—53

Tabel 20 Jumlah Penumpang Madoera Stoomtram Maatschappij—58

Tabel 21 Jumlah Emigrasi dari Madura Tahun 1930—59

Tabel 22 Jumlah Emigran Madura di Jawa Timur Tahun 1930—61

Tabel 23 Jumlah Orang-orang Jawa dan Madura di beberapa wilayah—66

Tabel 24 Jumlah Penduduk, Angka Pertumbuhan di Indonesia, Jawa Maduradan Jawa Timur Tahun 1930—77

Page 14: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

xiv

DAFTAR ISTILAH

Agrarische Wet : Undang-Undang Pokok Agraria, yang dikeluarkan tahun1870.

Aksentuasi : Pemberian tekanan suara pada suku kata atau kata.

Alluvial : Sejenis tanah liat, halus dan dapat menampung air hujan yangtergenang.

Bau : Satuan ukuran luas tanah 7.096 m2.

Erpacht : Hak sewa turun temurun untuk menggunakan benda yangtidak bergerak atau lahan milik orang lain dengan kewajibanmembayar sewa setiap tahunnya.

Empirik : Suatu keadaan yang bergantung pada bukti yang telah diamatioleh seorang.

Geologis : Bersangkut paut dengan geologi; peta-peta dan tektonismenjadi dasar untuk menaksir sumber mineral.

Geomorfologi : Sebuah ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam danproses yang membentuknya.

Hydrologis : Suatu ilmu yang mempelajari pergerakan, distribusi dankualitas air di muka bumi.

Industrialisasi : Usaha menggalakkan industri dalam suatu negara;pengindustrian.

Inferioritas : Kerendahan diri atau rasa rendah diri.

Komperhensif : Bersifar mampu menangkap atau menerima dengan baik.

Kompleks : Mengandung beberapa unsur yang pelik, rumit, sulit dansaling berhubungan.

Koyan : Satuan berat untuk beras dan sebagainya, antara 27-40 pikul.

Page 15: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

xv

Laten : Tersembunyi/terpendam/ tidak kelihatan, tetapi mempunyaipotensi untuk muncul.

Migrasi : Perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain.

Pandalungan : Percampuran antara budaya Jawa dan Madura dan masyarakatMadura yang lahir di wilayah Jawa dan beradaptasi denganbudaya Jawa.

Partisipan : Orang yang ikut serta dalam suatu kegiatan atau pemeranserta.

Retorika : Seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis.

Sekunar : Kapal layar bertiang dua.

Superioritas : Sebuah keunggulan ataupun kelebihan.

Tegalan : Tanah yang luas dan rata yang ditanami palawija dansebagainya, dengan tidak menggunakan sistem irigasi, tetapibergantung pada hujan; ladang, huma.

Topografi : Kajian ataupun penguraian yang terperinci tentang keadaanmuka bumi pada suatu daerah.

Dikumpulkan dari berbagai sumber.

Page 16: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

xvi

DAFTAR SINGKATAN

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

MSM : Madoera Stoomtram Maatschappij

SDA : Sumber Daya Alam

VOC : Vereenigde Oostindische Compagnie

Page 17: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Peta Madura Tahun 1930—98

2. Lampiran 2 : Peta Madura Tahun 1930 (lanjutan)—99

3. Lampiran 3 : Peta Administratif Jawa Timur—100

4. Lampiran 4 : Fisiografis Jawa Timur—101

5. Lampiran 5 : Iklim Jawa Timur—102

6. Lampiran 6 : Peta Kabupaten Situbondo—103

7. Lampiran 7 : Peta Fisiografis Madura—104

8. Lampiran 8 : Peta Persebaran Suku Bangsa dan Bahasa di Jawa Timur-105

Page 18: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Madura sangat erat hubungannya dengan pulau Jawa,

khususnya Jawa Timur. Di sepanjang masa telah terjadi migrasi, penduduk dalam

jumlah yang sangat besar, baik untuk selama-lamanya, ataupun untuk waktu yang

singkat. Sudah sejak pertengahan abad yang lampau terdapat 833.000 orang

Madura yang bertempat tinggal di Jawa Timur, dua kali lipat lebih banyak dari

pada jumlah orang yang bertempat tinggal di pulau itu sendiri.1 Pada

kenyataannya di daerah sepanjang pantai Utara Jawa Timur bagian Timur yang

berbatasan dengan Selat Madura, banyak terdapat orang-orang suku bangsa

Madura. Bahkan di beberapa tempat mereka menggunakan bahasa pengantar

sehari-hari dengan bahasa Madura. Daerah pedalaman yang banyak dijumpai suku

bangsa Maduranya di Jawa Timur bagian Timur adalah Kabupaten Bondowoso,

Kabupaten Jember, dan Kabupaten Lumajang.2

Hubungan antara pelabuhan-pelabuhan di Madura dan kota-kota di pantai

Utara Jawa Timur telah terjalin lama. Pelabuhan-pelabuhan itu ialah Sumenep,

Pamekasa, Sampang dan Kamal. Sedangkan pelabuhan-pelabuhan di patai Utara

Jawa Timur di antaranya Gersik, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo dan Besuki.

1 Huub de Jonge, Madura dalam Empat Jaman: Pedagang, PerkembanganEkonomi dan Islam. Terjemahan (Jakarta: PT Gramedia, 1989), hlm. 23.

2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Geografi Budaya DaerahJawa Timur. (Jakarta: 1983), hlm. 28.

Page 19: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

2

Melalui kontak dengan pelabuhan-pelabuhan tersebut terjadilah perdagangan

beras yang sangat dibutuhkan oleh daratan Madura. Perdagangan ini merupakan

perdagangan hidup dalam arti terjadi pertukaran komoditi barang-barang

dagangan antara kedua kota tersebut.

Pada tahun 1832 Residen Pasuruan van Nes, berusaha meningkatkan

perdagangan berasnya dengan Madura melalui pelabuhan Pasuruan. Di samping

itu dengan majunya perdagangan, banyak sekali orang Madura yang masuk ke

Jawa melalui pelabuhan Pasuruan. Menurut catatan Kielstra, perpindahan

penduduk dari Madura ke Jawa pada 1850 setiap musim antara 20.000 hingga

30.000 pekerja dengan upah f 0,25 per hari. Pada saat mereka bekerja di

perkebunan teh atau gula, mereka mendapatkan upah f. 0,40 per hari.3 Para

imigran yang berasal dari Madura terus berdatangan di kawasan Jawa Timur. Pada

1892 penduduk yang berasal dari Madura sebanyak 40.000 orang pergi atau

pindah ke Jawa Timur untuk bekerja, 10.000 orang di antaranya berasal dari

Sumenep, 3.000 orang dari Pamekasan, 9.000 orang dari Bangkalan dan 18.000

orang dari Sampang. Para imingran yang berasal dari Sumenep beremigrasi ke

Besuki, dari Sampang bermukim di Probolinggo, sedangkan dari Bangkalan pergi

beremigrasi ke Pasuruan atau Surabaya kota.4

Mulai berlakunya Undang-Undang Agraria pada tahun 1870. Di mana

pihak swasta selaku pemilik tanah, membuka lahan-lahan perkebunan baru yang

tentu saja membutuhkan tenaga kerja yang besar, untuk mengolah lahan mereka.

3 Sri Margana, Kota-kota di Jawa: Identitas, Gaya Hidup danPermasalahan Sosial, (Yogyakarta: Ombak, 2010), hlm. 30.

4 Ibid.

Page 20: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

3

Membuat orang-orang Madura semakin tergiur untuk bermigrasi. Di Madura

sendiri kebanyakan masyarakatnya, merupakan masyarakat agraris. Kurang lebih

90% penduduknya hidup terpencar-pencar di pedalaman, di desa-desa, dukuh-

dukuh, dan kelompok-kelompok perumahan petani, namun alam yang tidak

mendukung inilah yang menjadi faktor terjadinya migrasi masyarakat Madura. Di

sepanjang masa telah terjadi migrasi penduduk dalam jumlah yang besar, baik

untuk selama-lamanya ataupun untuk waktu yang singkat maupun untuk masa

yang panjang ke Jawa dan ke pulau-pulau lain di Nusantara.

Bagian terbesar penduduk pantai utara Jawa Timur berasal dari Madura

dan kira-kira sepertiga dari penduduk Surabaya dan Gersik berketurunan Madura.

Sama seperti di Madura, penduduk di sepanjang pantai itu pada pokoknya hidup

dari usaha pertanian dan perikanan. Sebagian besar dari Jawa Timur dibuka dan

diusahakan oleh orang-orang Madura.5 Di kota-kota, orang-orang Madura

berkerja sebagai kuli, penjaja, pedagang kecil, atau sebagai tukang. Akibat dari

pengembangan perusahaan perkebunan partikelir yang saling berkaitan dengan

pembukaan daerah pedalaman di Jawa Timur dalam paroh kedua abad ke-19, arti

migrasi pun menjadi meningkat. Dari Sumenep saja setiap tahun rata-rata sepuluh

ribu penduduk yang bermigrasi, ke perkebunan teh, gula, dan tembakau

memberikan pekerjaan kepada para migran yang tidak terbilang banyaknya itu.

Bahkan tercipta sumber penghasilan alternatif, banyak petani lokal pun

menyerahkan lahan mereka sebagian atau seluruhnya atas dasar bagi hasil kepada

pendatang baru. Biasanya para migran ini berangkat ke daerah yang berhadapan

5 Huub de Jonge, op.cit.

Page 21: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

4

dengan kabupaten mereka. Berangsur-angsur daerah sekitar Jember, Malang, dan

Lumajang yang dulunya sedikit penduduknya, dihuni oleh orang-orang Madura.6

Di antara para migran itu terdapat sejumlah pekerja musiman yang setiap

tahunnya makin meningkat, mereka membantu saat panen. Pekerjaan musiman di

seberang dapat dikombinasikan dengan baik dengan pekerjaan mereka di rumah.

Baik di musim kemarau pada waktu lahan-lahan di Madura tidak digarap, maupun

di bulan-bulan musim hujan ketika tanaman sedang tumbuh, kebutuhan tenaga

kerja di Jawa untuk sementara besar sekali. Perkebunan memberikan banyak

kesempatan untuk bekerja di musim kemarau, dan di musim hujan terdapat

banyak pekerjaan di pertanian rakyat. Hampir sekitar 2,5 juta orang Madura yang

dalam tahun 1930 bertempat tinggal di luar Madura dan sebagian tersbesar

bertempat tinggal di Jawa Timur. Orang-orang yang melakukan migrasi ini

menemukan di pantai Jawa suatu lingkungan yang mereka kenal. Seolah-olah

selat Madura ini merupakan suatu teluk bagi daerah kebudayaan Madura.

Sepanjang tahun terdapat lalu lintas barang dan orang sangat ramai di antara kota-

kota dan desa-desa pantai dari kedua pulau itu. Jadi arus migrasi dari Bangkalan

terutama tertuju ke Surabaya, Malang, Kediri, Madiun, dan Bojonegoro. Orang-

orang dari Sampang terutama ke jurusan Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang,

sedangkan orang-orang Sumenep serta penduduk Pamekasan pada pokoknya ke

Jember, Bondowoso, dan Banyuwangi. Di daerah-daerah pantai yang saling

berhadapan pun digunakan dialek yang sama.

6 Ibid., hlm. 24.

Page 22: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

5

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul dan uraian latar belakang masalah, penulis mencoba

merumuskan dan menguraikan, permasalahan-permasalahan yang ada. Berikut

bebrapa rumusan masalah yang akan menjadi pokok pembahasan:

1. Mengapa orang Madura bermigrasi ke Jawa Timur?

2. Bagaimana sikap penduduk Jawa Timur, ketika wilayahnya mulai didatangi

banyak orang Madura?

3. Bagaimana kondisi sosial-ekonomi masyarakat Madura yang melakukan

migrasi ke Jawa Timur?

C. Tujuan Penelitian

Kegiatan penulisan ini dilakukan untuk mencapai tujuan. Yang mana

disini, penulis berusaha mengungkapkan sebuah fakta pengetahuan dengan

menerapkan metode-metode ilmiah.

Penulisan ini bertujuan untuk:

1. Tujuan Umum

a. Mempertajam daya pikir kritis dalam menganalisa sebuah objek, yang

tentu saja dalam sebuah penulisan karya sejarah.

b. Mampu mengaplikasikan metodologi sejarah secara kritis, sehingga

menghasilkan karya sastra yang mampu dipercaya.

c. Memperbanyak karya tulis, yang berhubungan dengan sejarah,

khususnya mengenai sejarah sosial ekonomi.

Page 23: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

6

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan penjelasan tentang migrasi orang-orang Madura ke Jawa

Timur dari tahun 1870-1930.

b. Mempelajari bagaimana sikap penduduk Jawa Timur, ketika

wilayahnya mulai didatangi banyak orang Madura.

c. Mengetahui bagaimana kondisi sosial-ekonomi dari orang-orang

Madura yang melakukan migrasi ke Jawa Timur dari tahun 1870-1930.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

a. Mengetahui sejarah migrasi orang-orang Madura di Jawa Timur tahun

1870-1930.

b. Menambah pengetahuan tentang khasanah kesejarahan sehingga dapat

menilai peristiwa sejarah dengan kristis dan obyektif.

c. Sebagai tolak ukur bagi penulis, sejauh mana kemampuan si penulis

dalam membuat sebuah karya tulis yang kristis.

2. Bagi Pembaca

a. Menjelaskan penyebab orang-orang Madura melakukan migrasi ke

Jawa Timur pada tahun 1870 hingga 1930.

b. Menjelaskan proses migrasi orang-orang Madura ke Jawa Timur pada

tahun 1870 hingga 1930.

c. Menjelaskan dampak migrasi orang-orang Madura ke Jawa Timur

pada tahun 1870 hingga 1930.

Page 24: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

7

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah jawaban sementara dari rumusan masalah. Kajian

pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti buku, jurnal

papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, hand outs, laboratory manuals, dan karya

ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan proposal. Telaah terhadap pustaka

atau literatur menjadi landasan pemikiran dalam penelitian.7 Perubahan pola

migrasi masyarakat Madura ke Jawa Timur dari tahun ke tahun terus mengalami

perubahan, di awal-awal migrasi berkembang sangat pesat, namun ketika Jepang

mulai menguasai wilayah Jawa dan Madura, pola migrasi berubah, sangat sedikit

orang Madura yang melakukan migrasi bahkan turun drastis. Kajian pustaka

pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku dari Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah Jakarta 1983. Yang berjudul Geografi Budaya Daerah Jawa Timur,

keluaran Depdikbud Daerah Jakarta. Buku ini menjelaskan faktor-faktor

pendorong dan penarik/push and pull, seperti fisis Pulau Madura, faktor politis,

faktor perdagangan, faktor perpindahan, mata pencaharian dan faktor perlakuan

dan peraturan dari penguasa setempat. Yang mana merupakan penyebab utama

terjadinya migrasi masyarakat Madura ke pulau Jawa, khususnya Jawa Timur.

Kajian Pustaka yang kedua adalah Prof. Dr. Kuntowijoyo yang berjudul,

Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris Madura 1850-1970. Di dalam buku

ini dijelaskan, migrasi orang Madura merupakan akibat ekologi Pulau Madura

7 Tim Prodi Ilmu Sejarah, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Ilmu Sejarah,(Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah, JurusanPendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sejarah, UNY, 2013), hlm. 6.

Page 25: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

8

yang tidak menguntungkan, sehingga memaksa mereka mencari pekerjaan ke luar.

Sekitar 1880-1890 datangnya penduduk sebagai buruh ke perusahaan-perusahaan

gula sangat penting, hal ini menunjukkan bertambahnya sistem kerja upah.

Kesukaran-kesukaran yang berhubungan dengan pembukaan tanah baru pada

waktu itu dirasakan lebih berat daripada keberatan-keberatan rakyat terhadap

kerja upah. Kerja upah secara bebas mungkin sekali timbul karena desakan

ekonomi.8 Hal-hal yang menjurus ke perekonomian ini, yang mungkin saja

menjadi faktor utama dari adanya migrasi orang-orang Madura tersebut.

Kajian Pustaka yang ketiga adalah karya dari Egbert de Vries yang

berjudul “Pertanian dan Kemiskinan di Jawa”. Karya tersebut secara garis besar

memperkenalkan metoda komparatif yang berakar pada pengalaman pedesaan dan

yang menggabungkan perkembangan sosial-ekonomi. Melalui buku ini kita akan

memperoleh informasi masyarakat petani Jawa khususnya dan penelitian yang

diungkapkan Egbert de Vries akan membawa keluasan pandangan “masalah-

masalah pertanian-pedesaan” di berbagai pelosok dunia dan kurun zaman. Pada

dasarnya buku ini menjelaskan mengenai kemiskinan dan kesulitan-kesulitan yang

dihadapi petani-petani di Jawa, yang mana berarti teori Egbert de Vries

berlawanan dengan teori migrasi orang-orang Madura ke Pulau Jawa dalan hal ini

Jawa bagian Timur, yakni push and pull. Yang mana “pull” berarti adanya faktor

penarik terjadinya migrasi ke tanah Jawa. Dimana ketika masyarakat Madura

sudah sampai di Jawa mereka lebih memilih profesi sebagai petani atau buruh

untuk pekerjaan mereka.

8 D.H. Burger, Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia. Jilid 1 (Jakarta:Pradnja Paramita, 1962), hlm. 226.

Page 26: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

9

Mengenai migrasi sebagai sebuah dampak dari kependudukan dan sistem

sosial masyarakat Madura, Dr. Kuntowijoyo dalam karyanya pada tahun 1994

yang berjudul “Radikalisasi Petani”. Menurutnya penjelasan ekosistem masih

harus dilengkapi dengan penjelasan demografis. Untuk Madura, masalah

kependudukan mempunyai tempat sentral dalam perilaku, sehingga pengaruhnya

dalam aspek-aspek sosial, politik dan kultural dapat kita lihat.9 Ada pepatah

Madura yang mengatakan: lebih baik berputih tulang dari pada berputih mata.

Kalau Anda hanya menunjukkan bagian putih mata, Anda tidak berani melihat

musuh Anda. Mati lebih disukai daripada menanggung rasa malu karena

penghinaan.10 Hal ini menunjukkan besarnya keberanian masyarakat Madura,

dalam menghadapi suatu permasalahan, yang mana dalam konteks ini, migrasi

menjadi pilihan utama sebagian masyarakat Madura ketika lingkungan dan alam

mereka tidak mendukung. Migrasi orang Madura ke luar daerah membuat Madura

mempunyai penduduk yang sangat mobil. Migrasi ini disebabkan oleh bermacam-

macam hal.

Sebagai faktor pendorong, kita menemukan bahwa Madura mengalami

kekurangan dalam penyediaan bahan makan untuk penduduknya, karena tegalan11

9 Kuntowijoyo, Radikalisasi Petani, (Jakarta: PT Gramedia, 1994), hlm.88.

10 Huub de Jonge, Agama, Kebudayaan dan Ekonomi, (Jakarta: CV.Rajawali, 1989), hlm. 162.

11 Tegalan adalah tanah yang luas dan rata yang ditanami palawija dansebagainya dengan tidak menggunakan irigasi tetapi bergantung pada hujan:lading, huma (KBBI).

Page 27: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

10

tidak membuahkan hasil panen yang cukup. Bahkan, sawah-sawah Madura juga

berada di bawah hasil sawah di Jawa. Demikian juga tanaman tebu, yang pernah

dicoba pada pertengahan abad ke-19, tidak dapat menandingi hasil panen di Jawa.

Hanya tanaman tembakau mempunyai prospek yang baik di Madura, tetapi tidak

dapat mengubah tingkat ekonomi secara menyeluruh. Akibat yang tidak

terelakkan dari basis usaha pertanian yang sangat kecil itu menyebabkan selalu

terdapat bahaya laten dari kekurangan bahan pangan dan kekurangan uang. Untuk

mendapat uang, sang petani harus menjual sebagian dari hasil taninya, dan

demikian ia selalu dihadapkan pada dilema yang sulit, menahan bahan makanan

dan tidak melakukan pembelian sandang dan barang-barang industri lainnya, atau

menjual bahan makanan dan kelak menghadapi kekurangan pangan.12

F. Historiografi Relevan

Historiografi Relevan adalah adalah tahap untuk mencari, menemukan,

dan mengumpulkan sumber-sumber berbagai data agar dapat mengetahui segala

bentuk peristiwa atau kejadian sejarah masa lampau yang relevan dengan

topik/judul penelitian. Dalam hal ini historiografi relevan adalah upaya

pembandingan sebuah penelitian yang akan dilangsungkan dengan penelitian

sejarah yang telah ada. Tujuannya untuk mendapatkan sebuah karya sejarah yang

benar-benar baru. Karya sejarah terdahulu dibedah untuk mengetahui kekurangan

12 Egbert de Vries, Pertanian dan Kemiskinan di Jawa, (Jakarta: PTGramedia, 1985), hlm. 114.

Page 28: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

11

peneliti terdahulu. Kekurangan peneliti digunakan sebagai landasan pembeda

karya sejarah yang akan ditulis.13

Dalam hal ini historiografi relevan yang dijadikan pembanding dalam

penulisan ini adalah disertasi dari Fransiskus Asisi Sutjipto Tjiptoatmojo yang

berjudul “Kota-kota Pantai di Sekitar Selat Madura (Abad XVII Sampai Medio

Abad XIX), Universitas Gadjah Mada, 1983. Desertasi ini menjelaskan

bagaimana masyarakat Madura yang tinggal disekitar selat Madura tersebut.

Mulai dari bagaimana mereka mengupayakan lahan pertanian mereka hingga

terciptanya jalur-jalur perdagangan antara Pulau Jawa dan Madura.

Historiografi yang kedua adalah karya dari Huub de Jonge yang berjudul

“Madura Dalam Empat Zaman: Pedagang, Perkembangan Ekonomi, dan Islam”.

Buku ini membahas tentang peranan para saudagar dan berbagai persekutuan

dagang dalam proses perubahan ekonomis yang terjadi di Pulau Madura pada

paroh kedua abad ke-19 setelah berlaku pemerintahan kolonial secara langsung

dari pusat. Buku ini dimulai dengan penjelasan tentang keadaan geografi-sosial

dan latar belakang sejarah dari proses perubahan ekonomis tersebut; di situ

tampak bagaimana Pulau Madura secara berangsur dilibatkan dalam lalu lintas

perdagangan Indonesia. Pada bagian kedua dibahas keadaan ekonomi desa

Parindu, salah satu kota perdagangan terpenting di pantai selatan Madura, tempat

De Jonge melakukan penelitian lapangan. Semenjak pulau itu mulai terbuka, para

saudagar dari desa Parindu telah memainkan peranan kepeloporan dalam ekonomi

Madura. Bagian akhir buku ini membahas tentang kelompok pengusaha terpenting

13 Tim Prodi Ilmu Sejarah, op.cit,.hlm. 6.

Page 29: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

12

dari desa tersebut, yaitu para saudagar tembakau. Dalam buku ini, penulis

memberikan pandangan-pandangan baru tentang watak perkembangan ekonomi di

daerah-daerah pinggiran, tentang peranan para saudagar dalam proses itu, dan

hubungan antara perdagangan dan agama Islam.

Pada bagian ke-3 buku karya Huub de Jonge “Madura dalam Empat

Zaman; Pedagang, Perkembangan Ekonomi dan Islam”, beliau menjelaskan

tentang penyebarluasan tanaman tembakau. Yang mana ketika masyarakat

Madura telah mengenal tanaman tembakau, seharusnya kehidupan mereka

membaik. Karena, buku ini menjelaskan tanaman tembakau sangat cocok dengan

keadaan geografis Pulau Madura, walaupun tidak semua. Tetapi mengapa migrasi

terus saja berlangsung hingga 1930. Dan yang paling penting, pada halaman 23

buku ini secara khusus menjelaskan mengapa orang Madura bermigrasi ke Jawa

Timur mulai dari faktor hingga dampaknya.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan

penelitian historis menurut Kuntowijoyo. Metode historis merupakan salah

penyelidikan mengaplikasi metode pemecahan yang ilmiah dari prespektif historis

suatu masalah. Metode penelitian menurut Kuntowijoyo14 ini meliputi:

1. Heuristik

Heuristik merupakan kegiatan untuk menghimpun jejak-jejak masa

lampau. Dalam penelitian sejarah, heuritik adalah tahap pencarian sumber sejarah

14 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Benteng, 2005),hlm. 91.

Page 30: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

13

yang berkaitan dengan tema penelitian. Sumber sejarah adalah bahan-bahan yang

dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang peristiwa sejarah.15

Jejak-jejak sejarah dikenal sebagai data-data sejarah. Kegiatan ini ditujukan untuk

menemukan serta mengumpulkan jejak-jejak dari peristiwa sejarah yang

sebenarnya mencerminkan berbagai aspek aktivitas manusia masa lampau.

Tujuannya agar kerangka pemahaman yang didapatkan berdasarkan sumber-

sumber yang relevan untuk dapat disusun secara jelas, lengkapn dan menyeluruh.

Pengumpulan jejak-jejak dilakukan di Perpustakaan Sonobudoyo, Perpustakaan

Pusat Universitas Negeri Yogyakarta, Laboratorium Sejarah FIS, Perpustakaan

Pedesaan UGM dan perpustakaan-perpustakaa lain di Yogyakarta.

Sumber yang digunakan dalam penulisan adalah sumber primer dan

sumber sekunder. Sumber primer yang digunakan diantaranya adalah koleksi

perpustakaan Sonobudoyo, berupa arsip tentang Perkembangan Laporan Jabatan

Karesidenan Pasuruan/MVO, oleh H.J. Domis tahun 1830, Volkstelling 1930 Deel

III Inheemsche Bevolking van Oos-Java dan Volkstelling 1930 Deel VIII

Overzicht voor Nederlands-Indie. Sedangkan sumber sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini berupa referensi yang mendukung penelitian ini.

2. Kritik Sumber

Kritik sumber dilakukan untuk mencari keabsahan data dengan melakukan

penyaringan secara kritis. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan kritik

ekstern dan itern. Kritik ekstern ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian

15 Helius Sjamsudin, Pengantar Ilmu Sejarah, (Jakarta: Depdikbud DirjenPendidikan Tinggi, 1996), hlm. 70.

Page 31: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

14

terhadap aspek-aspek “luar” dari sumber sejarah. Sebelum semua kesaksian yang

berhasil dikumpulkan oleh sejarawan dapat digunakan untuk merekontruksi masa

lalu, maka terlebih dahulu harus dilakuka pemeriksaa yang ketat.16 Sedangkan

kritik intern lebih menekankan aspek “dalam” yaitu isi dari sumber: kesakisan.

Setelah fakta kesaksian ditegakkan melalui kritik eksternal, tiba giliran sejarawan

untuk mengadakan evaluasi terhadap kesaksian itu. Ia harus memastikan apakah

kesaksian itu dapat digunakan atau tidak.17

3. Interpretasi

Interpretasi adalah suatu pendapat atau pandangan teoritis terhadap sesuatu

atau tafsiran. Oleh karena itu setiap peneliti sejarah bisa saja memiliki penjelasan

yang berbeda meskipun berangkat dari sumber yang sama. Interpretasi sebagai

upaya untuk merangkai fakta-fakta agar memiliki bentuk dan struktur. Fakta-fakta

tersebut ditafsirkan sehingga menemukan struktur logisnya. Selain, diperlukan

landasan yang jelas agar terhindar dari penafsiran yang semena-mena akibat

pemikiran yang sempit.

4. Penulisan Sejarah

Penulisan Sejarah menjadi sarana mengkomunikasikan hasil-hasil

penelitian yang diungkap, diuji dan diinterpretasi. Kalau penelitian sejarah

bertugas merekontruksi sejarah masa lampau, maka rekontruksi itu hanya akan

menjadi eksis apabila hasil-hasil pendirian tersebut ditulis. Penulisan sejarah tidak

16 Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2012),hlm. 104.

17 Helius Sjamsuddin (1996), op.cit,.hlm. 112.

Page 32: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

15

semudah dalam penulisan ilmiah lainnya, tidak cukup dengan menghadirkan

informasi dan argumentasi. Penulisan sejarah, walaupun terikat pula oleh aturan-

aturan logika dan bukti-bukti empirik, tidak boleh dilipakan bahwa ia adalah juga

karya sastra yang menuntut kejelasan struktur dan gaya bahasa, aksentuasi serta

nada retorika tertentu.

H. Pendekatan Penelitian

Sebagaimana permasalahan inti dari metodologi dalam ilmu sejarah adalah

pendekatan. Penggambaran mengenai suatu peristiwa sangat tergantung pada

pendekatan. Seperti segi mana yang dipandang, dimensi mana yang diperhatikan

dan sebagainya. Hasil pelukisannya akan sangat ditentukan oleh jenis pendekatan

yang dipakai. Dalam menghadapi gejala historis yang serba kompleks, setiap

penggambaran atau deskripsi menuntut adanya pendekatan yang memungkinkan

penyaringan data yang diperlukan.18 Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini

menggunakan:

a. Pendekatan Sosial

Manusia senantiasa berada dalam kekurangan kemakmuran. Kekurangan

kemakmuran itulah yang memaksa dia bertindak menurut motif ekonomi.19 Hal

seperti inilah yang membuat masyarakat Madura rela pergi meninggalkan

pulaunya menuju Jawa Timur demi kehidupan mereka yang lebih baik.

18 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam MetodologiSejarah, (Jakarta: Gramedia, 1992), hlm. 40.

19 Mohammad Hatta, Pengantar Kejalan Ekonomi Sosiologi, (Jakarta:Fasco, 1957), hlm. 16.

Page 33: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

16

Pendekatan sosial semacam ini akan sangat membantu penulis dalam

mengungkapkan unsur-unsur sosial. Pendekaan sosial ini digunakan untuk

mengetahui keadaan sosial masyarakat Madura dari tahun 1870-1930, baik yang

belum melakukan migrasi ataupun yang sudah melakukan migrasi ke hampir

semua wilayah di Jawa bagian Timur. Untuk mengungkap hal ini penulis

menggunakan karya tulis dari Mohammad Hatta yang berjudul Pengantar Kejalan

Ekonomi Sosiologi.

b. Pendekatan Ekonomi

Pendekatan ekonomi akan digunakan penulis untuk mengetahui keadaan

ekonomi masyarakat Madura setelah dan sebelum melakukan migrasi ke Pulau

Jawa khususnya, Jawa Timur tahun 1870-1930. Pendekatan ekonomi dipilih

karena penulis mengetahui bahwa faktor pendorong dari terjadinya migrasi adalah

kemiskinan yang cukup besar di wilayah Madura. Orang-orang ini kesulitan

mendapatkan penghasilan di wilayah mereka sendiri, sehingga mau tidak mau

mereka pergi meninggalkan pulaunya dan menuju Jawa Timur. Yang mana ketika

itu sedang memasuki periode Tanam Paksa. Hal inilah yang membuka peluang

mereka untuk bekerja di perkebunan. Contohnya wilayah Jember yang mana,

mulai mendapatkan perhatian orang-orang Madura sebagai tujuan migrasi karena

mulai banyak perusahaan swasta yang berdiri. Terjadinya gelombang migrasi

penduduk Madura ke daerah ini berawal dari usaha George Birnie yang pada 21

Oktober 1859 mendirikan perusahaan perkebunan tembakau yang diberi nama NV

Page 34: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

17

Landbouw Maatscappij oud Djember (LMOD).20 Dengan ini tentunya kita dapat

mengetahui peranan ekonomi dalam mendorong terjadinya migrasi.

I. Sistematika Penulisan

Skripsi yang berjudul “Migrasi Orang-orang Madura ke Jawa Timur tahun

1870-1930”, terbagi menjadi lima bab. Garis besar skripsi ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah yang akan dikaji,

dan manfaat dari penulisan, serta sistematika pembahasan yang akna menjabarkan

ringkasan dari bab yang akan disajikan dalam skripsi ini.

BAB II LATAR BELAKANG MIGRASI

Bab ini berisi tentang gambaran umum perekonomian dan SDA pulau

Madura, yang hingga pada akhirnya menjadi penyebab utama, kenapa masyarakat

Madura melakukan migrasi ke Pulau Jawa Timur tahun 1870-1930.

BAB III PROSES MIGRASI

Bab ini berisi penjelasan tentang pola migrasi yang banyak dilakukan

masyarakat Madura ke Jawa Timur. Dan macam-maca pekerjaan yang mereka

lakukan setelah sampai ditempat tujuan.

BAB IV DAMPAK MIGRASI

Bab ini menjelaskan tentang dampak yang ditimbulkan dari adanya

migrasi masyarakat Madura ke Pulau Jawa Timur tahun 1870-1930 terhadap

sosial ekonomi masyarakat, baik pendatang maupun penduduk asli.

20 Edy Burhan Arifin, Migrasi Orang Madura dan Jawa ke Jember: SuatuKajian Historis Komparatif, (Jember: Universitas Jember, 2006), hlm. 67.

Page 35: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

18

BAB V KESIMPULAN

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari semua

pemaparan yang dijabarkan pada bab-bab sebelumnya. Kesimpulan yang

diperoleh disini, merupakan jawaban yang menjadi pokok pertanyaan dalam

rumusan masalah.

Page 36: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

19

BAB II

LATAR BELAKANG MIGRASI

A. Letak dan Keadaan Alam

Pulau Madura terletak di timur laut Pulau Jawa, kurang lebih 7o sebelah

selatan dari khatulistiwa di antara 112o dan 114o bujur timur. Pulau ini dipisahkan

dari Jawa oleh Selat Madura, yang menghubungkan Laut Jawa dan Laut Bali,

Moncongnya di baratlaut, karena bentuknya disebut corong, agak dangkal dan

lebarnya tidak lebih dari beberapa mil laut.1 Disebelah timur Surabaya, Selat

Madura menjadi lebih besar dan lebih dalam. Antara Madura dan pantai di Jawa

jarak selat itu bervariasi antara 30 sampai 40 mil laut. Di beberapa tempat di

depan pantai terdapat lumpur dan gundukan pasir yang agak melandai. Panjang

Pulau Madura itu kurang lebih 190 km dan jarak yang terlebar pulau itu adalah 40

km, dan luasnya 5.304 km2.

Pantai utara merupakan suatu garis panjang yang hampir lurus. Pantai

selatannya dibagian timur memiliki dua teluk yang besar, terlindung oleh pulau-

pulau, gundukan-gundukan pasir, dan batu-batu karang. Disebelah timur terletak

Kepulauan Sapudi dan Kangean yang termasuk administrasi Madura. Kepulauan

ini keseluruhannya terdiri dari hampir 50 pulau yang berpenghuni dan tidak

berpenghuni. Secara geologis Madura merupakan embel-embel bagian utara Jawa.

Daerah itu merupakan kelanjutan dari pegunungan kapur yang terletak di sebelah

utara dan disebelah selatan Lembah Solo. Bukit-bukit kapur di Madura

1 Huub de Jonge, Madura Dalam Empat Zaman: Perdagangan,Perkembangan Ekonomi, Dan Islam, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), hlm. 3.

Page 37: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

20

merupakan bukit-bukit yang lebih rendah, lebih kasar, dan lebih bulat daripada

bukit-bukit di Jawa dan letaknya pun lebih bergabung. Pantai utara yang berada di

perpanjangan pegunungan bagian utara Jawa, di mana Kabupaten Rembang dan

Kabupaten Bojonegoro itu terletak, terdiri dari punggung kapur yang rendah dan

terpotong secara teratur oleh lembah-lembah sungai.

Deretan bukit yang terletak di tengah-tengah dan di selatan pulau,

membentuk kaki-kaki gunung dari pegunungan Kendeng yang terletak lebih ke

selatan. Dari punggung pantai utara dan tanah yang berbukit di bagian tengah, di

sana-sini memisahkan punggung-punggung bukit pendek kearah tenggara. Bukit-

bukit disebelah timur dan disebelah tenggara Madura dilanjutkan dalam bentuk

pulau-pulau dan karang-karang di laut. Pada umumnya bukit-bukit di pedalaman

itu lebih tinggi daripada bukit-bukit disepanjang pantai. Bukit-bukit di bagian

timur jelas lebih tinggi letaknya di atas permukaan laut dari pada di bagian barat

Madura. Puncak tertinggi di bagian timur Madura adalah Gunung Gadu 341 m,

Gunung Merangan 398 m, dan Gunung Tembuku 471 m.

Sebagian besar Madura terdiri dari formasi-formasi batu sudut tersier,

yang di beberapa tempat di sepanjang pantai terendap dengan jalur-jalur alluvial.

Langsung disebelah selatan bukit-bukit kapur yang rusak karena cuaca di

pedalaman terdapat tanah liat bercampur kapur yang disela oleh tanah yang

mengandung gips. Pulau ini tidak memiliki banyak hutan. Kurang lebih enam

persen dari tanahnya merupakan daerah hutan. Pada waktu pembuatan topografi

yang pertama pada tahun 1873 di Madura, luas hutannya masih berkisar tiga belas

persen. Seharusnya sebagian besar pulau itu pada zaman dahulu merupakan

Page 38: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

21

daerah hutan. Pertambahan penduduk yang besar awal abad ke-19 telah membuat

areal hutan itu menjadi sangat berkurang, semakin banyak lahan hutan yang terus

menerus dibuka, walaupun kenyataannya penghidupan para penghuni pulau itu

sebagian besar tergantung pada hutan. Disamping bahan makanan untuk mereka

sendiri dan ternak, kayu sebagai alat bangunan untuk perumahan, perahu dan

peralatan, serta kayu bakar untuk menanak makanan diambil dari hutan-hutan itu.

Juga pengolahan barang-barang untuk diekspor seperti ikan pindang, gula

siwalan, dan arang menggunakan kayu dalam jumlah yang besar.

Tabel 1

Persediaan Bahan Makanan Rakyat Rata-Rata 1 Tahun/Jiwa (dalam kg) diMadura 1919-1940

Bahan Tahun

makanan 1919 1920 1925 1930 1935 1940

Beras

Jagung

Ketela

Ubi

Kacang tanah

Kedelai

102

29

71

25

3,7

4,3

86

44

160

42

4,9

3,7

86

40

142

25

2,6

4,2

89

45

116

26

3,

4,9

85

42

132

30

2,3

4,9

87

37

159

32

2,7

5,9

Sumber: Soedigdo Hardjosudarmo, Kebijaksanaan Transmigrasi: DalamRangka Pembangunan Masyarakat Desa di Indonesia, (Jakarta:Bharatara, 1965), hlm. 84.

Keadaan fisik Pulau Madura kurang menguntungkan untuk usaha

pertanian. Sebagian besar tanahnya terdiri dari tanah kapur, yang terbentuk pada

jaman pleistosen, yang umumnya kurang subur untuk pertanian. Disamping itu

18,20 % atau kira-kira 99,650 hektar, merupakan tanah gundul dalam keadaan

fisis tehnis kritis dan hydrologis kritis. Curah hujan rata-rata di Madura hanya

Page 39: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

22

sekitar 1276 mm, dengan rata-rata bulan basah tahunan 5,4 dan bulan keringnya

4,8. Suhu udara rata-rata di Madura 26.61oC. Tipe iklim Madura termasuk dalam

klasifikasi “Type Aw”. Tipe iklim ini ditandai oleh curah hujan bulan terkering

13,95 mm (di bawah 60 mm) dan kekeringan ini tidak dapat diimbangi oleh

jumlah curah hujan sepanjang tahun. Iklim di Madura ditandai oleh dua musim,

yaitu musim kering dan musim hujan, yang masing-masing berlangsung dari

bulan Mei sampai pertengahan Oktober dan dari pertengahan November sampai

April. Yang mana kegiatan pertanian di sebagian besar pulau ini tergantung pada

besarnya curah hujan.2

Tabel 2Jumlah Rata-Rata Banyaknya Hujan Per Hari Tiap-Tiap Bulan

(dalam millimeter)

Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total

Jawa-

Madura

Bangkalan

Pamekasan

Sumenep

18,9

17,6

18,4

16,7

18,4

15,5

16,4

14,6

18,1

15,3

15,7

15,1

14,4

14,9

13,3

10,3

10,2

10,5

9,1

8,0

8,3

8,6

7,6

6,6

6,4

5,3

3,1

3,3

4,6

3,4

1,6

1,1

5,2

3,3

0,9

0,6

9,5

5,8

2,2

1,9

14,1

10,2

8,1

7,8

18,1

17,1

17,0

16,1

146,6

127,4

113,4

102,1

Sumber : Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,Jogjakarta: Mata Bangsa, 2002, hlm. 28.

2 Huub de Jonge, Agama, Kebudayaan, Dan Ekonomi, (Jakarta: Rajawali),hlm. 230.

Page 40: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

23

Tabel 3Jumlah Rata-Rata Curah Hujan Tiap-Tiap Bulan

(dalam millimeter)

Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total

Jawa-

Madura

Bangkalan

Pamekasan

Sumenep

Madura

369

252

252

259

254

369

228

253

281

254

344

250

262

268

260

261

254

190

180

208

171

170

113

126

136

162

124

95

102

107

102

76

43

52

57

68

45

13

7

22

87

40

8

4

17

179

68

23

29

40

274

153

136

97

129

356

264

137

273

258

2722

1924

1625

1678

1742

Sumber: Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm. 29.

Dari tabel di atas kita dapat simpulkan, bahwa wilayah Madura, seperti

Bangkalan, Pamekasan dan Sumenep. Memiliki curah hujan yang sangat sedikit

jika dibandingkan dengan wilayah Jawa. Keadaan yang semacam ini sangat

menganggu untuk usaha pertanian, karena curah airnya tidak mencukupi terutama

di musim kemarau. Ketidakseimbangan tata air yang ada di Madura bukan

semata-semata dari pengaruh unsur iklim saja tetapi juga dipengaruhi oleh

keadaan jenis hutannya dan jumlahnya, keadaan fisik tanah, serta kegiatan

manusianya.

Page 41: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

24

Tabel 4

Tanah yang Ditanami di Madura: Tipe-Tipe, Luas dalam Bau, danPersentase (dalam tanda kurung) Tahun 1906

Sawah TegalWilayah Irigasi

TahunanIrigasiMsmHjn

Tergantung

Hujan

SawahDiubahMenjadi

Tegal

Tahunan TdkTetap

Total

Pamekasan

Sumenep

Bangkalan

Sampang

Madura

1.917(3,6)3.978(3,0)1.385(1,4)1.329(1,9)8.609(2,4)

935(0,7)970(1,0)176(0,2)2.801(0,6)

11.397(21,5)18,821(14,3)36,662(36,4)27.720(39,1)94.600(26,5)

695(1,3)254(0,2)895(0,8)

1.844(0,6)

39.099(73,6)

107.729(81,8)60.872(60,4)30.944(43,7)

238.644(66,9)

10.717(15,1)10.717(3,0)

53.108(100)

131.717(100)

100.784(100)

70.885(100)

356.495(100)

Sumber : Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,Jogjakarta: Mata Bangsa, 2002, hlm. 39.

Statistik di atas menunjukkan bahwa ekologi Pulau Madura sebenarnya

sangatlah tidak mendukung sebagai tempat bercocok tanam. Respons orang

Madura terhadap kekurangan ekologis ini tentu saja sangat penting untuk

diketahui. Orang Madura tidak hanya memiliki persedian tanah yang sedikit,

kenyataannya mereka sering kali kekurangan tenaga pengolah tanah. Tanah-tnah

pertanian yang ditanami telah dicatat selama Belanda melaksanakan kembali

distribusi tanah Pamekasan. Laporan tahun 1860 mencatat bahwa di Desa Tokol,

misalnya, beberapa lading ditinggalkan, tidak ditanami karena kekurangan tenaga

kerja, dan orang-orang desa enggan untuk menerima penghuni-penghuni tetap

yang baru. Sebuah alasan telah diberikan pejabat resmi bahwa kekosongan tanah

itu karena adanya gerakan penduduk petani ke bagian pojok timur Pulau Jawa,

Page 42: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

25

meninggalkan tanah-tanah pertanian miliknya untuk bekerja di perkebunan

Belanda yang secara ekonomis lebih menguntungkan.3

Secara keseluruhan keadaan fisik Pulau Madura baik yang mencakup

masalah tanahnya, iklimnya, morfologinya, tata airnya dan sebagainya kurang

menguntungkan untuk usaha pertanian. Keadaan alam yang kurang

menguntungkan ini mendorong mereka meninggalkan daerahnya untuk

bermigrasi. Karesidenan Madura terletak antara 6o49 dan 7o20 Lintang Selatan

dan antara 112o40 dan 116o20 Bujur Timur. Karena letak Madura termasuk dalam

jajaran pulau-pulau tropika, maka temperatur di Madura selalu panas.4

B. Pola Pemukiman

Desa dalam artian pengelompokan pekarangan yang merupakan kesatuan

geografis menurut imbangannya kurang terdapat di Madura. Desa dalam artian

yang demikian hanya terdapat disepanjang pantai, di pusat-pusat persimpangan

jalan yang penting, dan di daerah yang dahulu adalah milik raja, bukan merupakan

daerah pertanian. Mata pencaharian penduduk desa-desa tersebut, pada pokoknya

terdiri dari perdagangan dan perikanan. Sebagian besar penduduk pedesaan hidup

terpencar-pencar di pedalaman dalam rumah-rumah petani, yang bergabung dalam

kelompok-kelompok yang kecil. Kelompok-kelompok perumahan itu terletak di

antara lading-ladang dan persawahan, dan saling dihubungi melalui jalan-jalan

kecil yang ruwet. Di Madura bagian timur, perumahan petani yang berkelompok

3 Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura1850-1940, (Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm. 38.

4 Ibid., hlm. 27.

Page 43: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

26

menjadi satu disebut tanean lanjang, arti harfiahnya ialah “pekarangan panjang”.

Perumahan petani itu didirikan secara berdampingan dengan arah yang sejajajar

dengan panjangnya pulau. Tanean Lanjang mungkin sekali merupakan bentuk

pemukiman yang tertua di Pulau Madura. Di pekarangan terdapat rumah, dapur,

kandang dan sering juga langgar. Pada dasarnya semua rumah dibangun di utara

halaman dengan sisi depannya menghadap selatan. Dapur dan kandang

berhadapan dengan perumahan dengan sisi depannya menghadap ke utara, filosofi

dari hal ini adalah bahwa petani harus bias mengawasi istri dan ternaknya.

Langgar menutup pekarangan tersebut di bagian barat. Pada malam hari langgar

digunakan sebagai tempat tidur bagi anak laki-laki yang sudah besar. Di sekitar

pekarangan terdapat pohon-pohon, semak-semak, belukar dan tanaman-tanaman

yang membuat perumahan itu sebagian besar tertutup dari pandangan mata.

Pertama-tama tumbuhan di pekarangan itu diperkuat oleh pagar bambu yang

dibelah, tanaman tersebut memenuhi aneka ragam kebutuhan seperti sayur-mayur,

buah-buahan, bunga, rempah, tali-temali, minyak, kayu untuk bangunan, dan kayu

bakar. Sampai pada tingkat tertentu, sejarah dan susunan keluarga yang bermukim

di tanean lanjang dapat diketahui dari caranya pekarangan itu dibangun.5

Anak perempuan yang telah menikah tetap tinggal di pekarangan orang

tuanya. Anak lelaki yang sudah menikah pindah ke pekarangan istri atau

mertuanya. Rumah pertama yang terletak di baratlaut merupakan rumah asal dan

dengan demikian menjadi terpenting dari pekarangan. Rumah ini dihuni oleh para

orang tua. Di rumah-rumah berikutnya, tinggal anak perempuan yang telah

5 Huub de Jonge (Jakarta: PT. Gramedia), op.cit., hlm. 14.

Page 44: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

27

menikah dengan suaminya menurut urutan umur. Yang menentukan urutan

sebenarnya adalah hari perkawinan, tetapi jarang sekali seorang anak perempuan

yagn lebih muda akan menikah lebih dahulu dari pada saudara perempuan yang

lebih tua. Biasanya orang tua sudah mencarikan calon ketika anaknya masih

sangat muda. Setelah orang tua itu meninggal dunia, para penghuni semuanya

berpindah tempat. Anak perempuan tertua dengan sendirinya menempati rumah

kediaman orang tuanya dan anak perempuan yang kedua menempati rumah

kediaman saudara perempuannya yang tertua. Menantu laki-laki yang pertama,

kini menjadi kepala tanean lanjang.

Suatu perubahan yang mendalam terjadi, bila anak perempuan dari para

ibu yang orang tuanya masih hidup itu menikah. Supaya anak perempuan itu

bertempat tinggal di samping orang tuanya, ia diberi tempat tinggal di antara

anak-anak perempuan dari kepala pekarangan. Bila kakek dan nenek pun telah

meninggal dunia, maka pekarangan itu dibagi-bagikan di antara anak-anak

perempuan itu dan keluarga mereka, ditempatkan dinding pemisah dan dua atau

lebih, sedikit banyak hidup berdampingan secara berdikari. Sebuah pekarangan

tidak boleh mengambil banyak tempat. Bila perluasan itu terjadi dengan

mengorbankan lahan pertanian yang memang sangat diperlukan, perumahan pun

dibangun di sebelah selatan. Dalam hal ini, anak perempuan tinggal di sebelah kiri

orang tuanya. Keadaan ini sepintas lalu nampaknya bertentangan dengan prinsip

“barat-timur”. Sebetulnya ini adalah penerapan yang konsekuen dari situasi yang

terbalik dalam kasus yang luar biasa. Penyimpangan dan variasi-variasinya makin

Page 45: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

28

meningkat di desa-desa dan di dukuh-dukuh di mana sebagian besar penghuni

tidak bekerja di bidang agraria.

Tabel 5

Kepadatan Penduduk Tahun 1867

Ukuran Dalam Kepadatan Dalam

Wilayah Persegi Populasi Persegi

Mil Pal Mil Pal

Pamekasan

Sampang

Bangkalan

Sumenep

9,66

14,48

28,97

68,50

253

351

704

1.096

103.117

68.832

212.774

210.218

10.674

4.753

7.343

3.068

442

196

302

193

Sumber : Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm. 84.

Pola pemukiman dalam bentuknya yang paling murni terdapat di daerah-

daerah pertanian. Namun, di desa nelayan di sepanjang pantai pola tanean juga

masih dipertahankan. Walaupun tanean lanjang itu dihuni oleh satu atau lebih

keluarga luas, keluarga-keluarga inti tetap merupakan kesatuan social terpenting.

Setiap keluarga mengurus rumah tangganya sendiri dan menguasai sebidang lahan

tertentu. Tetapi di antara keluarga-keluarga inti dari sebuah pekarangan itu

terdapat kerjasama yang sangat erat. Para penghuni saling membantu dalam hal

berbelanja, masak pun kadang dilakukan bersama dan secara teratur saling

mengurus anak-anak mereka. Para penghuni dari suatu tanean lanjang merupakan

figurasi sosial terpenting di pedesaan sesudah keluarga inti.

Page 46: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

29

Tabel 6

Kelompok-Kelompok Populasi di Madura

Tahun Pend. Asli Eropa Cina Arab Lain-lain Total

1857

1870

1880

1885

1890

1895

1900

1905

1920

1930

308.985

651.273

804.015

1.367.875

1.496.044

1.626.148

1.751.498

1.487.925

1.731.790

1.953.812

408

495

509

473

462

578

747

612

814

1051

3.776

3.319

Peranakan

5.366

3.932

4.028

4.469

4.127

4.381

3.085

5.029

879

979

1.516

1.425

1.564

1.524

1.774

1.586

36 Bengali

7 “moor”

4.159 Mly

36 budak

4.607

164

147

140

133

(111)

81

6.322

2.719

393.605

662.720

810.135

1.373.948

1.502.679

1.592.514

1.758.511

1.493.289

1.738.926

1.962.611

Sumber : Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm, 76.

Tabel di atas menjelaskan bagaimana pada tahun 1870 penduduk Madura

berkurang dengan pesatnya. Satu-satunya yang dapat menjelaskan masalah

penurunan populasi adalah emigrasi ke Jawa, yang tentu saja penyebab emigrasi

ini antara lain, geografis Madura yang tidak layak, tekanan penguasa lokal, dan

tentu saja pandangan tentang penghidupan di Pulau Jawa yang lebih baik dari

pada Pulau Madura.

Page 47: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

30

Tabel 7

Kepadatan Penduduk Per 100 Ha/ kepala

Kabupaten Areal

dalam Ha

1885 1890 1900 1905

Pamekasan

Sumenep

(+Kangean,

Sapudi)

Bangkalan

Sampang

78.704

114.848

129.555

123.870

273

243

292

427

315

267

340

439

320

289

373

529

353

300

Total 337 360

Sumber : Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm, 88.

Wilayah pemukiman tradisional di Madura tidak hanya tanean lanjang

saja, namun ada pula takat lanjang. Takat lanjang adalah sebutan untuk rumah di

atas laut, tepatnya di Sumenep, Desa Sepanjang, Kecamatan Sepaken. Untuk

menuju kesana dengan perahu dari Pulau Sepaken membutuhkan waktu sekitar

satu jam. Jika dilihat dari jauh, rumah-rumah tersebut menyerupai keramba ikan

raksasa di tengah laut, namun sebenarnya dari sejumlah “keramba” itu adalah

rumah tempat tinggal penduduk setempat. Bentuk bangunan rumah takat lajang

tersebut sangat sederhana. Dindinnya terbuat dari anyaman bambu. Sebagian ada

juga yang terbuat dari papan. Sementara atap rumah menggunakan anyaman

jannur kering. Setiap rumah dibangun berukuran 3x5 meter. Rumah-rumah

tersebut dibangun dengan pola berjajar. Jarak lantai rumah dengan laut sekitar 1

meter. Lokasi takat lanjang tepat berada di atas gugusan karang. Mereka

menyebut rumah mereka dengan takat lanjang atau karang panjang. Bentuknya

Page 48: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

31

yang berjajar mengingatkan kita pada rumah saudara mereka yang ada di daratan,

yang disebut tanean lanjang.6

Sama seperti tanean lanjang, semua penghuni rumah apung tersebut

memiliki hubungan kekerabatan. Kehidupan mereka yang mengelompok dan

hanya terdiri dari beberapa keluarga itu membuat mereka rukun satu sama lain.

Mereka juga sangat ramah dan hangat, pada tamu yang berkunjung kesana. Ketika

ada tamu yang dating, semua warga di tempat itu segera berkumpul di satu tempat

untuk menemui tamu. Satu-satunya alat transportasi disana adalah perahu, yang

dimiliki setiap keluarga. Untuk mendapatkan barang kebutuhan pokok mereka

mencari di pulau terdekat. Untuk mendapatkan air minum, warga menuju Pulau

Sasel’el. Sementara untuk kebutuhan lain, mereka mennuju pulau lainnya. Warga

disana semuanya bekerja sebagai nelayan. Di tempat ini tentu saja sangat mudah

mendapatkan ikan segar. Karena tinggal di antara sejumlah pulau, warga di sini

memiliki kemampuan lebih dalam berkomunikasi. Mereka rata-rata menguasai

tiga bahasa, yakni bahasa Madura, Bajo, Indonesia. Ketiga bahasa tersebut

digunakan sesuai dengan lawan bicara. Baha Bajo digunakan saat berhadapan

dengan warga pulau sekitar yang juga menggunakan bahasa Bajo. Begitu pula

dengan bahasa Madura, digunakan saat mereka berhadapan dengan orang yang

berbahasa Madura.

6 Samsul Ma’arif, The History Of Madura, (Yogyakarta: Araska, 2015),hlm. 181.

Page 49: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

32

C. Mata Pencaharian

Tanah dan hewan ternak merupakan sesuatu yang sangat spesial di Pulau

Madura. Walaupun kebanyakan tanah di Pulau Madura, tandus dan berkapur.

Namun tidak sedikit dari masyarakat Madura yang bermata pencaharian

sepenuhnya bergantung pada tanah. Pertanian dan peternakan merupakan mata

pencaharian utama. Antara 70% dan 80% dari penduduk Madura, bagi kehidupan

sehari-hari seluruhnya atau sebagian besar tergantung pada kegiatan-kegiatan

agraris. Di daerah-daerah pantai dan di sekitar kepulauan, perikanan mempunyai

arti penting disamping pertanian.

Perdagangan, kerajinan, pembuatan garam dan pelayaran merupakan

sumber pendapatan penting lainnya. Lagi pula mata pencaharian dari sebagian

besar penduduk masih bertumpu kepada pekerjaan yang mereka lakukan di

seberang laut. Pada tahun 1879 ketika topografi pulau itu untuk pertama kali

dibuat, ternyata kira-kira 70% dari luas lahan telah dibudidayakan. Pada akhir

tahun-tahun dua puluhan, pertanian tersebut telah meningkat menjadi hampir

sekitar 80%. Sejak saat itu luas lahan pertanian tidak berubah. Luas lahan

pertanian dewasa ini ialah 433.000 ha, dan 52.000 ha terdiri dari pekarangan dan

kebun.

Page 50: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

33

Tabel 8Pemilikan Tanah di Desa Tahun 1912

Wilayah JumlahDesa

PemilikanIndividu

Campuran Komunal Perdikan BukanTanahPertanian

PamekasanSumenepBangkalanSampang

195330413227

1.165

183314381224

1.102

----

----

613103

32

63

22-

31Sumber: Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,

(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm. 357.

Tabel 9Jumlah Ternak di Madura

Tahun Sapi Kerbau Kuda Total Rata-rata

per 1.000

1885

1890

1900

1906

1922

1930

415.360

473.000

567.922

581.413

603.895

657.818

30.797

27.900

28.738

21.637

17.065

22.299

26.200

29.622

12.000

499.668

527.100

616.282

686.883

342

361

356

1,5

Per rumah

Tangga

358

N.A.

Sumber : Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm. 369.

Sepertiga dari lahan sawah ini diairi secara teknis dengan air sungai, mata

air atau dari waduk-waduk cadangan yang dahulu dibuat di bawah pemerintahan

kolonial. Sawah seluruhnya tergantung pada curah hujan. Dua pertiga dari areal

sawah tersebut terletak di bagian barat Pulau Madura. Di Pulau Madura hanya

pertanian rakyat saja yang ada. Pada waktu tanah-tanah partikelir di Jawa

mengalami zaman makmur, Pulau Madura hanya memiliki dua buah perusahaan

perkebunan, yaitu sebuah perkebunan gula dan sebuah perkebunan tembakau.

Tetapi tidak lama kemudian kedua perkebunan tersebut tutup. Karena

Page 51: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

34

pertumbuhan penduduk yang pesat, lambat laun tekanan yang berlangsung terus

menerus terhadap lahan menjadi semakin berat.

Pulau Madura juga memiliki sejumlah perusahaan kecil, seperti

pembakaran kapur, pabrik batu bata, dan genteng, pabrik tenun, pabrik es batu,

perusahaan pemintalan tali, dan galangan kapal yang kecil. Selain pabrik garam,

tidak ada perusahaan besar. Madura merupakan salah satu dari daerah-daerah

yang paling miskin di kepulauan Indonesia per kepala. Dibandingkan dengan

daerah-daerah lain sehubungan dengan permasalahan ekonominya, seperti

Gunung Kidul yang terletak di sebelah tenggara Yogyakarta, Madura kurang

mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat dan propinsi. Kehidupan yang pelik

seperti ini tentunya memancing niat dari orang-orang Madura untuk pindah atau

bermigrasi ke wilayah lain terutama Jawa Timur.

Orang-orang Madura dipaksa oleh keadaan untuk memilih jenis bibit padi

yang mempunyai masa pertumbuhan singkat, hanya sedikit yang memilih bibit

dengan masa tumbuh lama. Di Pameksan tidak ada padi berumur 5 sampai 6 bulan

ditanam; padi tengah dengan masa tumbuh 4 sampai 5 bulan dipilih untuk ditanam

di sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Di Sumenep, padi dalem juga ditanam,

namun sebagian besar menanam padi genjah dengan masa pertumbuhan pendek,

yakni 3 sampai 4 bulan. Di Bangkalan, padi dalem juga ditanam, tetapi yang

paling disukai adalah padi tengah. Di Sampang, padi dalem ditanam dalam skala

yang sangat kecil di sawah tadah hujan, namun petani lebih banyak menanam di

sawah irigasi dibandingkan dengan padi tengah. Rupanya, keterbatasan air

menentukan jenis padi yang akan ditanam.

Page 52: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

35

Tabel 10Hasil Panen Padi Rata-Rata Per Bau

(dalam pikul)

Tahun Madura Jawa-Madura

1896

1900

1906

1911

14,26

14,84

15

15

24,17

24,99

25,26

27

Sumber : Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm, 49.

Tabel 11

Hasil Ladang yang Ditanami Padi Rata-Rata Per Bau (dalam pikul)

Tahun Madura Jawa-Madura

1916

1921

1926

1929

11,20

10,91

14,34

11,17

23,59

19,08

23,88

22,65

Sumber : Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm, 49.

1 bau = 0,7096 hektar; 1 pikul = 137 lb

Buruknya kondisi tanah dan kurangnya air mengakibatkan hasil yang

rendah. Dibandingkan dengan Jawa, produktivitas tanah di Madura lebih rendah,

kurang lebih separuh dari jumlah padi per unit tanah. Tabel 10 dan 11

memperlihatkan hasil panen dan hasil ladang yang ditanami rata-rata per bau di

Madura dan Jawa-Madura. Sebagaimana ditunjukkan dalam tabel, resiko

penanaman padi di Madura jelas lebih besar dibanding dengan di Jawa. Walaupun

mereka mengalami kesulitan, orang Madura lebih intensif dalam pengolahan

tanah disbanding rata-rata orang Jawa. Pada tahun 1930 proporsi hasil panen dari

seluruh tanah yang ditanami di bagian barat Madura adalah 143 persen dan

Madura timur 119 persen; dibandingkan dengan gambaran untuk Jawa-Madura

Page 53: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

36

adalah 102 persen (Bojonegoro 151,6 persen yang tertinggi dan Priangan Timur

61,3 persen yang terindah). Intensitas penanaman mereka yang lebih tinggi tidak

menjadikan orang Madura makmur. Beras langka dan harganya menjadi tinggi.

Bagi orang Madura, pemanfaatan bahan makanan pokok tergantung pada

tanaman-tanaman lain juga. Jagung paling popular, kemudian singkong. Ubi jalar

sekali waktu dianggap sebagai pengganti. Pada tahun 1880, orang Madura

mempunyai andil yang cukup besar dalam produksi jagung untuk Jawa-Madura,

yaitu lebih dari 50 persen. Jumlah areal yang ditanami jagung di Jawa-Madura

pada tahun itu seluas 637.677 bau, di Madura sendiri 324.252 bau.

Andil orang Madura ini terus-menerus dan turun-temurun. Tahun 1895

tanah yang ditanami jagung di Jawa-Madura 1.090.497 bau, dan di Madura

321.920 bau. Adapun distribusi tiga tanaman pokok subsisten, yakni padi, jagung,

dan singkong, seperti terlihat dalam tabel 11. Ubi jalar ditanam dalam jumlah

yang agak besar: 23.467 bau pada tahun 1916, 35.981 bau pada tahun 1926, dan

32.260 hektar pada tahun 1935. Sedangkan kentang hanya ditanam dalam jumlah

yang kecil: 1 bau pada tahun 1926, 58 hektar pada tahun 1935. Umbi-umbian

yang lain ditanam pada areal seluas 19.492 hektar. Kacang ditanam dalam jumlah

yang cukup berarti, namun tidak demkian dengan keledai. Persentase tanaman

selain padi yang ditanam pada tahun 1927: jagung 61,7 persen, singkong 16,6

persen, ubi jalar 3,6 persen, kacang-kacangan 5,4 persen, dan tanaman lain 5,3

persen.7

7 Kuntowijoyo (2002), op.cit., hlm. 50.

Page 54: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

37

Tabel 12

Hasil Panen Tiga Tanaman Subsisten (dalam kg)

Tahun dan

Wilayah

Padi Jagung Singkong

1916

Madura

Jawa-Madura

84.065

4.273.332

342.852

2.229.833

35.734

639.171

1921

Madura

Jawa-Madura

93.876

4.118.499

391.314

2.104.287

154.194

1.107.326

1926

Madura

Jawa-Madura

112.665

4.784.342

463.251

2.764.073

78.551

957.970

Sumber : Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm, 51.

Di antara tanaman keras, siwalan menduduki tempat yang penting di

dalam perekonomian orang Madura. Siwalan tumbuh di dataran tinggi bagian

timur perbatasan Sapulu-Pameasan, yang paling banyak di Sumenep. Siwalan

dapat tumbuh dengan baik di tanah-tanah tandus. Seluruh bagian dari pohon

Siwalan dapat dimanfaatkan: daunnya untuk membuat tikar, keranjang, timba, dan

mainan; sari buahnya untuk bahan dasar minuman keras, arak, dan cuka; rebusan

sari buahnya untuk membuat gula; pohonnya untuk bahan-bahan bagunan; dan

buahnya dapat dimakan. Tanaman lain yang memberikan keuntungan bagi orang

Madura dalam perdagangan di antaranya asam jawa, kapuk, dan pohon buah-

buahan (khususnya mangga). Di Pulau Madura kelapa tumbuh dimana-mana dan

buahnya dimanfaatkan untuk minyak. Satu lagi tanaman tradisional adalah Indigo

digunakan sebagai pewarna tekstil. Indigo hanya tumbuh dalam jumlah yang kecil

di wilayah Bangkalan.

Page 55: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

38

Tanaman-tanaman komersial seperti tebu, tembakau, dan kopi juga

tumbuh di Madura. Mulai tahun 1835 perkebunan tebu di Pamekasan dikuasai

oleh raja-raja pribumi. Semula hanya terbatas di desa-desa, dan tak lebih dari 400

bau. Setelah penguasa pribumi dihentikan pada tahun 1858, pemerintah kolonial

melanjutkan kontrak dan pengawasan perkebunan tebu tersebut. Pada tahun 1860

jumlah areal yang ditanami tebu 300 bau dan menghasilkan 10.000 pikul tebu.

Tanaman itu ternyata menguntungkan pemerintah regional Madura, yang

kemudian merencanakan perluasan penanaman ke seluruh bagian pulau, dengan

masing-masing ditanami 400 sampai 500 bau. Namun sesungguhnya Madura

tidak cocok untuk perkebunan tebu. Hasil per bau pada tahun 1867 adalah 32,02

pikul pada tahun 1871. Madura termasuk penghasil tebu terjelek. Keuntungan

terus mengalir untuk pengusaha perkebunan, tetapi kenyataan perkebunan itu

telah merusak produksi tanaman pangan lain serta menimbulkan beberapa

persoalan yang serius.

Namun meskipun begitu bukan berarti Pulau Madura tidak memiliki

komiditi unggulan di bidang pertaniannya. Tembakau bukanlah tanaman baru, ada

dua pendapat tentang asal-usul tanaman tembakau di Madura. Pendapat pertama

mengatakan bahwa tanaman tembakau diperkenalkan di Madura oleh bangsa

Portugis pada akhir abad 16. Pendapat kedua mengatakan bahwa pada waktu

kedatangan Belanda di Madura sekitar abad 16, tanaman tembakau telah banyak

dibudidayakan rakyat. Tanaman tembakau telah ada sebelum kedatangan Portugis

ke Indonesia. Bahkan timbul dugaan bahwa tembakau merupakan tanaman asli

Madura. Hal ini berdasarkan cerita rakyat yang berkembang di masyarakat

Page 56: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

39

Madura, bahwa tanaman tembakau diperkenalkan pertama kali oleh penyebar

Islam dari Kudus bernama Pangeran Katandur sekitar abad ke-12. Tanaman

tembakau Madura ini tersebar mulai dari dataran tinggi di sebelah utara Pulau

Madura, mulai Pakong, Kabupaten Pamekasan, sampai Batu Putih, Kabupaten

Sumenep. Awalnya sebagian besar petani menanam tembakau untuk memenuhi

kebutuhan sendiri. Hanya sedikit yang diperjualbelikan di pasar. Pemerintah

Belanda mengenalkan tembakau jenis Virginia. Namun gagal karena lahan dan

sistem pengairan yang buruk serta kondisi sosial budaya pada saat itu yang tidak

mendukung untuk penanaman tembakau secara besar-besaran. Baru pada era

kepemimpinan Raffles kesuksesan budidaya tembakau Madura mulai dapat

dirasakan. Bahkan hasil dari petanian tembakau nomor dua setelah padi.

Tabel 13Penanaman Tembakau (dalam bau)

Tahun Sumenep Pamekasan Sampang Bangkalan19171918191919201921192219231924192519261927

2,1122,1482,7822,7113,6794,6573,4854,0663,8514,0894,492

1,6431,6181,2211,0941,9462,8452,2293,5893,7882,7263,189

289712163191235433396402384323280

--

1212142210130502790

Sumber : Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm, 58.

Tanaman tembakau memberikan harapan bagi ekonomi pertanian orang

Madura. Walaupun terdapat keluhan-keluhan dari pemerintah setempat mengenai

kurangnya keberanian petani untuk berusaha, pertumbuhan temabaku sebagai

tanaman komersial terus meningkat. Perkembangan itu sangat menarik,

Page 57: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

40

kemungkinan karena adanya kemampuan adaptasi dari tanaman tembakau

terhadap variasi tanah dan kondisi air. Di musim penghujan dan musim kemarau,

tembakau akan tumbuh di sawah irigasi, sawah tadah hujan dan tegal. Pada tahun

1875 di Pamekasan telah dipanen tembakau dari tanah seluas 137 bau dan pada

tahun 1880, 279 bau. Di Sumenep, pada tahun 1884 luas areal tembakau yang

dipanen adalah 3.671 bau; tahun 1895, 2.629 bau; tahun 1900, 3.652 bau; tahun

1905, 8.865 bau; tahun 1910, 6.410 bau; dan tahun 1915, 8.506 bau.

Cepatnya popularitas itu menguntungkan pasaran tembakau Madura.

Sebelum Perang Dunia I, produksi tembakau terbatas untuk pasar local, tetapi

setelah Perang Dunia I tembakau Madura banyak dibutuhkan di pasaran Eropa.

Akan tetapi, tembakau Madura kemudian mengecewakan pasaran Eropa; sebab

yang mendasar adalah karena tiap-tiap produsen tidak sama dalam menjaga mutu.

Pada tahun 1919 hanya satu perusahaan di Surabaya yang mengadakan transaksi

ekspor tembakau Madura. Meskipun tembakau telah hancur reputasinya di

pasaran luar negeri, tetapi di pasaran local tembakau Madura tidak merosot.

Penanaman tembakau semakin meluas pada dasawarsa setelah tahun 1917. Tabel

12 memperlihatkan penanaman tembakau di masing-masing kabupaten. Pusat

penanamannya ada di Pegantenan dan waru di Pamekasan, barat laut dan timur

laut di Sumenep, dan Kedundung di Sampang. Pusat-pusat pengiriman di Waru,

Ambunten dan Bunder.

Selain dibidang pertanian Pulau Madura juga memiliki komoditi unggulan

lain, dalam hal ini ialah produksi garamnya. Produksi garam terpusat di Pantai

Selatan dari pulau utama, dan jumlah pekerjanya lebih kecil dibanding pekerja

Page 58: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

41

pertanian. Sebuah laporan 1885 mencatat hanya 2.586 produsen garam, meskipun

dalam kenyataannya hal itu berarti hanya pemilik-pemilik ladang garam. Pada

tahun 1894, jumlah yang terlibat seluruhnya dalam produksi garam diperkirakan

24.600 orang: 4.000 orang di Sampang, 10.000 orang di Pamekasan dan 10.600 di

Sumenep. Pembuat-pembuat garam yang betul-betul bekerja di ladang jumlahnya

3.269 dengan perincian 815 di Sampang, 1.072 di Pamekasan, dan 1.382 di

Sumenep. Taksiran yang komperhensif untuk partisipan-partisipan8 produksi

garam tidak hanya para pemilik, pembuat, dan pekerja saja, tetapi juga yang

terlibat dalam transportasi. Pada tahun 1894 terdapat 222 perahu yang terlibat

dalam transportasi garam dengan perincian, 94 di Sampang, 38 di Pamekasan, dan

90 di Sumenep, seluruh pekerja transportasi itu jumlahnya 1.110 orang. Dalam

rangka proses pengiriman garam, pada umumnya digunakanlah perahu, nama-

nama perahu yang ada seperti perahu Jukung, Lis-alis, Paduwang, Leti-leti,

Galekan, dan Janggolan. Perahu Lis-alis terutama Janggolan, biasa untuk

mengangkut garam dari Madura ke tempat tujuan ke Jawa. Perahu Janggolan amat

efektif untuk pengangkutan garam karena mempunyai daya muat dalam jumlah

yang besar. Jenis perahu ini merupakan perahu raksasa yang mempunyai berat

100 hingga 200 ton.

Tujuan pengangkutan garam dengan meggunakan perahu semacam itu

adalah ke gudang-gudang yang telah ditentukan. Sebagai konsekuensi adanya

monopoli, maka mengenai pendistribusiannya pemerintah tekah menentukan

tempat atau gudang dari setiap propinsi di ketiga propinsi di Jawa dan ditempat

8 Orang yang ikut serta dalam suatu kegiatan atau pemeran serta.

Page 59: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

42

lainnya. Kemudian dari gudang-gudang itu diangkat ke tempat-tempat penjualan

yang resmi. Produksi garam tidak hanya banyak menguntungkan pendapatan

keuangan pemerintah kolonial, tetapi juga menguntungkan penduduk Madura.

Secara ekologis di katakan bahwa produksi garam adalah salah satu alternatif dari

pertanian. Ketika keadaan cuaca tidak menguntungkan untuk pertanian, justru

untuk produksi garam menguntungkan, begitu sebaliknya. Dengan keadaan alam

di Madura yang demikian itu, migrasi kerja ke ujung timur Jawa diatur oleh

keadaan cuaca.

Dalam musim kemarau, petani-petani pergi ke Jawa untuk bekerja dan

kembali lagi pada musim hujan, sedangkan produsen-produsen garam di Pantai

Selatan pada musim hujan giliran pergi ke Jawa dan kembali lagi ke Madura pada

musim kemarau. Namun, tidak adanya pembatasan prosuksi garam

mengakibatkan stok garam di gudang-gudang berlebih. Hal itu terjadi misalnya

pada tahun-tahun setelah krisis garam tahun 1859 ketika pemerintah pada tahun

1861 mencoba menstimulasi produksi dengan menaikkan harga beli dari f3,50 per

koyang (1.825 kg) menjadi f10. Akibat kelebihan produksi, pemerintah terpaksa

memberhentikan produksi garam sampai 24.000 koyang per tahun.9 Pada tahun

1876 Sampang dibuka kembali dengan produksi per tahun 7.250 koyang, jadi

pada tahun-tahun itu produksi garam di Madura hanya kira-kira 30.000 koyang.

Pemerintah menangguhkan pembukaan kembali Pamekasan karena kesulitan

transportasi. Malahan, mereka membuka ladang-ladang garam milik pemerintah

9 Kuntowijoyo (2002), loc.cit.

Page 60: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

43

di Gersik Putih, Sumenep, pada tahun 1876. Seribu rancangan dibuat, tetapi

karena kurangnya kerja sama dengan peduduk rencana itu baru dilaksankan pada

Tabel 14Produksi Garam pada Tahun-Tahun Terpilih (per koyang 27-28 pikul)

Tahun Hasil Produksi (koyang)

187018711873187718791883189018911900190119021903190419051906190719081909191019131915191619171918

88818.25638.16866.901

15484.56320.79668.00038.28152.20063.47749.61550.78963.46934.72681.35953.7217.604

12.927132.00095.00026.00029.000

128.000Sumber : Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,

(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm, 405.

tahun 1881. Menurut catatan, pada tahun-tahun itu ladang-ladang garam di

Pamekasan dibuka kembali dengan rata-rata produksi 10.000 koyang pertahun.

Pada tahun 1882, dengan demikian, jumlah seluruh produksi adalah 42.250

koyang dan pada tahun 1892 meningkat menjadi 48.000 koyang.

Page 61: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

44

Tabel 15Pemilikan Tanah Ladang Garam Tahun 1920

Jumlah PemilikPlot Sumenep Pamekasan Sampang Total

12345678910141618

2328293444

Tak terbatasgabungan

milik keluargaTidak

digunakan

664 (39%)13817271064163-4-

1111-

198(11,72%)

30

819 (52,6%)6429842111111-

----1

359 (23%)

-

815 (68,8%)5813531-2-1--1

-----

386 (20%)

-

2.336 (50,48%)26059401795475151

11111

841 (13,23%)

30

Total 1.719* 1.557 1.377 4.653Sumber : Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,

(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm, 414.

*termasuk 41 plot baru yang digunakan pertama kali tahun 1919. Plot adalahsebuah istilah yang dibuat oleh pihak kolonial, untuk menandai lahan satu denganlahan lainnya.

Pemerintah sendiri menyatakan tidak lagi membuka ladang-ladang garam

baru sampai tahun 1910. Landasan dasar monopoli garam adalah untuk

melindungi produksi. Belanda telah lama menganggap monopoli garam sebagai

bagian dari pelayanan kerja, mirip dengan jasa penanaman (kultuurdiensten) yang

Page 62: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

45

diterapkan di Jawa. Kemudian ketika pelayanan kerja dan jasa penanaman secara

resmi dihapuskan, monopoli dianggap sebagai bagian dari sistem pajak, yang

setiap warga Negara wajib melakukannya demi kepentingan-kepentingan umum.

Di samping rendahnya harga beli garam yang ditetapkan, kebijakan pemerintah

seringkali merugikan produksi garam penduduk di tempat lain. Produsen-

produsen garam di Pantai Selatan, yang semata-mata hidupnya terganung dari

garam, praktis kehilangan mata pencaharian mereka ketika pemerintah

menghentikan produksi garam pada akhir tahun 1860-an. Jumlah pemilik tanah

yang terdaftar, yang tidak mengerjakan tanah mereka lebih banyak daripada yang

mengerjakannya. Sebagai akibat dari berbagai jenis transaksi, banyak tanah yang

Tabel 16Produksi Garam Tahun 1917

Jumlah plot per pemilik

Wilayah 1 2-5 6-10 11-15 16-20 20-

lebih

Jml

Plot

Sumenep

Pamekasan

Sampang

914

1.204

1.218

167

51

47

23

6

3

3

-

-

1

1

1

3

2

-

35

289

202

Sumber : Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm, 415.

dikerjakan oleh orang lain. Transaksi-transaksi itu mirip sekali dengan transaksi

yang terjadi di tanah pertanian. Pada waktu itu, banyak orang tidak bekerja,

banyak orang meninggalkan pulau untuk menuju ke wilayah Jawa Timur dan

sekitarnya untuk mencari upah, dan beberapa lainnya terpaksa melakukan tindak

kejahatan. Sering kali musim yang tampak baik itu berbalik menjadi buruk.

Page 63: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

46

Tabel 17Pemakaian Konsumsi Garam Tahun 1905

Daerah Pemakai Garam Pemakaian Garam per kepala per tahun

(kg)

Madura

Pasuruan

Surabaya

Madiun

Kedu

2,26

2,52

2,34

3,28

3,08

Sumber: Kolonial Studien 1916-1917 (1917), hlm. 134.

Bila kita melihat dari data tabel di atas, Madura yang notabene penghasil dan

pengekspor garam itu sendiri. Memilik konsumsi yang sangat kecil terhadap

garam, jika dibandingkan dengan daerah lain di pulau Jawa.

Page 64: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

47

BAB III

PROSES MIGRASI

A. Migrasi Orang Madura

Migrasi ialah perubahan tempat tinggal secara permanen atau semi

permanen. Tidak ada pembatasan, baik pada jarak perpindahan maupun sifatnya,

yaitu apakah perpindahan itu bersifat sukarela atau terpaksa; serta tidak diadakan

perbedaan antara migrasi dalam negeri dan migrasi ke luar negeri. Jadi, pindah

tempat dari satu apartemen ke apartemen lain hanya dengan melintasi lantai antara

kedua ruangan itu dipandang sebagai migrasi, sama seperti perpindahan dari

Bombay di India ke Cedar Rapids di Iowa, meskipun tentunya sebab-sebab dan

akibat-akibat perpindahan itu sangat berbeda. Akan tetapi, tidak semua macam

perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain dapat digolongkan ke dalam

definisi ini. Yang tidak dapat digolongkan misalnya, pengembaraan orang nomad

dan pekerja-pekerja musiman yang tidak lama berdiam di suatu tempat atau

perpindahan sementara, seperti pergi ke daerah pegunungan untuk berlibur selama

musim panas. Intinya, migrasi adalah gerak penduduk dari suatu tempat ke tempat

lain dengan ada niatan menetap di daerah tujuan.

Tanpa mempersoalkan jauh dekatnya perpindahan, mudah atau sulitnya,

setiap migrasi mempunyai tempat asal, tempat tujuan, dan bermacam-macam

Page 65: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

48

rintangan yang menghambat.1 Nelson menggolongkan faktor-faktor yang

menyebabkan perpindahan itu atas 3 faktor, yaitu:

1. Push factor (faktor yang mendorong) yang ada pada daerah asal;

2. Pull factor (faktor yang menarik) yang ada pada daerah tujuan;

3. Other factor (faktor-faktor lainnya).

ad. 1. Kedalam faktor yang mendorong manusia untuk pindah tempat kediaman

ini ialah:

a. Adanya pertambahan alami dari jumlah manusia yang mengakibatkan

adanya tekanan penduduk;

b. Adanya kekeringan sumber alam (telah habis);

c. Fluktuasi iklim, hal ini sangat terasa bagi manusia yang telah lanjut

usianya;

d. Social maladjustment, ketidaksesuaian diri dengan tempat semula.

ad. 2. Kedalam faktor yang menarik orang untuk pindah ketempat bersangkuta

ialah:

a. Munculnya sumber alam serta sumber mata pencaharian baru;

b. Adanya pendapatan-pendapatan baru;

c. Iklim yang sangat baik.

ad. 3. Faktor-faktor lain. Kedalam faktor ini sesungguhnya dapat dimasukkan

dalam sub (1) atau sub (2).

a. Adanya perubahan-perubahan tehnologi, misalnya adanya mekanisasi

pertanian bisa menyebabkan berkurangnya permintaan tenaga kerja untuk

1 Everett S. Lee, Teori Migrasi, (Yogyakarta: Pusat PenelitianKependudukan UGM, 2000), hlm. 5-6.

Page 66: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

49

pertanian. Hal ini memaksa buruh-buruh tani pindah ketempat atau

pekerjaan lain;

b. Adanya perubahan pasar;

c. Faktor agama dan politik;

d. Faktor pribadi (personal factor), yang buat segolongan orang perpindahan

ini merupakan suatu social habit.2

Hubungan antara suku bangsa Madura dengan daerah sekitarnya terutama

dengan Jawa Timur yang secara geografis letaknya lebih dekat dengan Madura.

Dari data sejarah dapat diketahui bahwa hubungan antar suku bangsa Madura

dengan Jawa Timur meliputi politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Proses

perpindahan penduduk (migrasi) suku bangsa Madura ke Jawa Timur berlangsung

sejak masa lampau. Bahkan pada tahun 1806 telah terdapat desa-desa orang

Madura di pojok timur karesidenan-karesidenan Jawa, seperti: 25 desa di

Pasuruan, 3 desa di Probolinggo, 22 desa di Puger, dan 1 desa di Panarukan.3

Dalam proses migrasinya orang-orang Madura ke Jawa Timur, dibagi menjadi

tiga periode waktu. Periode pertama bisa ditelusuri setelah terjadinya peperangan

antara Mataram dan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) sekitar

permulaan abad ke kedelapan belas. Peperangan ini berlangsung lama sekali

sehingga benar-benar membutuhkan dana besar serta amat melelahkan.

Akibatnya, VOC tidak lagi bias memberikan banyak perhatian kepada anak-anak

2 Soedigdo Hardjosudarmo, Kebijaksanaan Transmigrasi: Dalam RangkaPembangunan Masyarakat Desa di Indonesia, (Jakarta: Bharatara, 1965), hlm. 24.

3 Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura1850-1940, (Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm. 75.

Page 67: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

50

Surapati yang menjadi bupati di Lumajang dan Malang. Bahkan setelah VOC

menerima laporan bahwa British East Indian Company4 melakukan perdagangan

candu di kedua sisi Selat Bali, mereka memutuskan untuk mengambil sesuatu

tindakan. Kegiatan perdagangan Inggris di kedua sisi Selat Bali oleh VOC

dipandang merusak monopoli perdagangannya sebagaimana tercantum dalam

perjanjian dengan Mataram. Pada tahun 1757 VOC melancarkan serangan ke

ujung timur pulau Jawa untuk membersihkan daerah perdagangan Inggris. Daerah

Blambangan diduduki, kemudian serangan dilanjutkan ke Lumajang dan Malang.

Setelah kedua daerah ini diduduki oleh VOC serta dengan perginya orang-orang

Bali dan Inggris, maka didatangkanlah orang-orang Madura untuk mencegah

kembalinya orang-orang Bali.

Gelombang migrasi orang-orang Madura berikutnya terjadi pada bagian

kedua abad kesembilan belas. Pada tahun 1870 pemerintah Hindia Beanda

mengeluarkan undang-undang Agraria sebagai akibat politik liberal pemerintah di

negeri Belanda. Dengan adanya undang-undang ini, yang memberi lebih banyak

kesempatan kepada pihak swasta dalam bidang ekonomi, di bagian pojok timur

pulau Jawa mulai banyak dibuka perkebunan. Perkebunan-perkebunan ini,

terutama tembakau dan tebu, sangat banyak membutuhkan tenaga kerja manusia.

Kebanyakan tenaga kerja murah didatangkan dari pulau Madura, baik sebagai

tenaga kerja tetap maupun musiman. Setiap tahun ribuan orang Madura

berdatangan ke Jawa Timur. Di samping sebagai pekerja perkebunan banyak di

antara mereka yang bekerja sebagai petani kecil. Gelombang migrasi ini terus

4 Sebuah Kongsi Dagang milik Inggris yang beroprasi di Hindia bagianTimur

Page 68: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

51

berlangsung sampai terjadi krisis ekonomi internasional pada tahun 1929. Sebagai

akibat merosotnya pasaran hasil perkebunan di dunia internasional banyak tenaga

kerja musiman yang tidak diperlukan lagi. Akibatnya banyak dari mereka yang

menetap di sekitar perkebunan dan bekerja apa saja. Periode ketiga perpindahan

orang-orang Madura ke daerah Lumajang yang biasa diamati mulai terjadi

sesudah kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945. Pada saat itu, berbeda

dengan situsai Perang Dunia II, kebanyakan kaum migran di Indonesia mencari

dan memperoleh pekerjaan di sektor informal. Produktifitas perkebunan tidak lagi

mencapai tingkatan yang sama dengan masa-masa sebelumnya sehingga

permintaan akan tenaga kerja manusia tidak meningkat, bahkan mulai stabil. Di

kota-kota besar, sebaliknya, dimana penduduk meningkat secara drastis,

kesempatan kerja semakin banyak khususnya yang berkaitan dengan sector

informal. Meskipun kebanyakan kaum migran berdiam di kota-kota besar, seperti

Surabaya, sebagian lainnya berdiam pula di kota kecil seperti Lumajang.

Dibandingkan dengan migrasi yang terjadi sebelumnya, kedatangan kaum migran

asal Madura pada waktu itu lebih kecil. Dari ketiga periode waktu ini, periode

kedualah yang menjadi kajian dalam tulisan ini.

Keadaan fisik Pulau Madura sangat tidak menguntungkan untuk usaha

pertanian. Sebagian besar tanahnya terdiri dari tanah kapur serta iklim yang

buruk. Faktor ini semakin menegaskan masyarakat Madura untuk pindah dari

pulau itu, demi kehidupan yang lebih baik. Hubungan antara pelabuhan-pelabuhan

di Madura denga kota-kota di pantai Utara Jawa Timur telah ada sejak jaman

dahulu. Pelabuhan-pelabuhan itu adalah Sumenep, Pamekasan, Sampang, dan

Page 69: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

52

Kamal. Sedangkan pelabuhan-pelabuhan di pantai Utara Jawa Timur di antaranya

Gersik, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, dan Besuki. Melalui kontak dengan

pelabuhan-pelabuhan tersebut terjadi perdagangan beras yang sangat dibutuhkan

oleh daratan Madura. Dengan majunya perdagangan ini banyak sekali orang

Madura yang masuk ke Jawa Timur melalui pelabuhan Pasuruan. Sebenarnya

sebagian besar penduduk Madura bermata pencaharian sebagai petani. Karena

keadaan alamnya yang kurang menguntungkan untuk usaha pertanian ini

menyebabkan banyakan di antara orang Madura ini berpindah mata pencaharian,

misalnya berdagang, mencari ikan dan sebagainya. Yang mendorong mereka

untuk keluar dari daerahnya hingga akhirnya sampai ke Jawa. Dari perantau-

perantau ini banyak yang menetap di daerah yang baru dan berintegrasi dengan

penduduk setempat. Sebagai catatan, sebab utama “dorongan” untuk migrasi tentu

saja disebabkan oleh tanah pertanian yang kurang menguntungkan dan susahnya

pasokan makanan di Madura.

Dibandingkan dengan tanah pertanian, kepadatan penduduk Madura

termasuk tinggi. Beberapa laporan menunjukkan bahwa pada awal abad XIX

kepadatan penduduk Jawa dan Madura hampir sama, tetapi kemudian Madura

tertinggal oleh Jawa, sampai abad itu berakhir. Kualitas tanah pertanian tidak

menjanjikan rasio5 populasi tinggi. Tabel 17 menunjukkan kepadatan penduduk

dari tahun 1815 sampai tahun 1863. Faktor migrasi lain seperti perlakuan atau

peraturan dari penguasa-penguasa setempat juga patut di perhitungkan.

5 Hubungan taraf atau bilangan antara dua hal yang mirip; perbandingan

antara berbagai gejala yang dapat dinyatakan dengan dua angka.

Page 70: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

53

Tabel 18

Perbandingan Kepadatan Penduduk

Wilayah Areal Geografis dalam mil

persegi

1815 1814 1860 1863

Madura

Jawa

115,6

2.329,0

1.891

1.892

2.558

3.977

4.401

5.242

4.434

5.638

Sumber : Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm, 83.

Dalam hal ini banyak terjadi apabila penguasa setempat membuat suatu peraturan

tetapi mereka tidak/kurang bisa menerima, misalnya menghindari diri dari

kewajiban masuk tentara, baik untuk keperluan Belanda ataupun birokrasi Madura

sendiri. Selain itu mereka menghindarkan diri dari penindasan, pemerasan,

tekanan serta perlakuan tidak adil dari penguasa setempat. Kepadatan penduduk di

pulau Madura juga menjadi faktor pendorong terjadinya migrasi. Wilayah yang

terlampau padat serta lowongan pekerjaan yang minim dan bayaran yang tidak

seberapa menjadi penyebabnya.

Tabel 19

Kepadatan Penduduk Tahun 1867

Wilayah Ukuran Dalam

persegi Populasi

Kepadatan Dalam

persegi

Mil Pal Mil Pal

Pamekasan

Sampang

Bangkalan

Sumenep

9,66

14,48

28,97

68,50

253

351

704

1.096

103.117

68.832

212.774

210.218

10.674

4.753

7.343

3.068

442

196

302

193

Sumber : Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura,(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm, 84.

Page 71: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

54

Dari sebab-sebab kesemuanya tersebut di atas, banyak penduduk Madura

meninggalkan daerahnya untuk berpindah ke daerah lain, seperti Jawa, khususnya

Jawa Timur. Sifat dari perpindahan penduduk ini sendiri bermacam-macam, ada

yang sifatnya sementara, ada yang menetap dengan tidak kembali lagi ketempat

asalnya. Sudah sejak pertengahan abad yang lampau terdapat 833.000 orang

Madura yang bertempat tinggal di Jawa Timur, dua kali lipat lebih banyak dari

pada jumlah orang yang bertempat tinggal di pulau itu sendiri. Bagian terbesar

penduduk pantai utara Jawa Timur berasal dari Madura dan kira-kira sepertiga

dari penduduk Surabaya dan Gersik berketurunan Madura. Sama seperti di

Madura penduduk di sepanjang pantai itu pada pokoknya hidup dari usaha

pertanian dan perikanan.

Sampai pada awal abad ini adalah lebih mudah menyebrang ke Jawa dari

pada melakukan perjalanan keliling di pulau. Hubungan melalui laut telah

berkembang lebih baik dari pada hubungan di darat. Perahu-perahu niaga berlayar

dari tempat-tempat di pantai ke berbagai tujuan di seberang laut. Armada niaga di

pualu itu berjumlah beberapa ribu perahu layar. Perahu-perahu angkutan muatan

Madura memiliki saham penting dalam lalu lintas pelayaran antarpulau. Para

pelaut Madura, seperti halnya dengan seni navigasi dan keberanian mereka.

Kapal-kapal yang lebih besar, termasuk sekunar-sekunar Bugis dengan daya muat

lebih dari seratus ton dan 15 sampai 20 awak kapal, terutama ikut serta dalam lalu

lintas pelayaran yang tak teratur. Perahu-perahu layar ini mengangkut orang

maupun barang. Biasanya muatan itu adalah milik para pedagang yang ikut

berlayar sebagai penumpang. Terutama pengangkutan orang antara Madura dan

Page 72: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

55

Jawa adalah penting sekali artinya. Bila pekerjaan di perkebunan dan pertanian

rakyat meningkat, ruang kapal pun penuh dengan migran. Para penduduk yang

berangkat ke Jawa, biasanya mengenal lebih baik jalan di seberang daripada di

Madura. Kebanyakan penduduk di pulau itu sendiri hanya mengadakan perjalanan

di daerah sekitar tempat kediaman mereka atau ke desa pantai yang terdekat.

Pelayaran pantai dan pengangkutan barang melalui darat yang sedang jaraknya

atau yang jauh, kurang begitu berarti dengan lalu lintas niaga lewat laut.

Migrasi ke Jawa merupakan bagian dari sejarah orang Madura. Pada tahun

1806 telah terdapat desa-desa orang Madura di pojok timur karesidenan-

karesidenan Jawa; 25 desa di Pasuruan, 3 desa di Proboliggo, 22 desa di Puger,

dan 1 desa di Panarukan. Pada tahun 1846, populasi orang Madura di pojok timur

Jawa diperkirakan berjumlah 498.273, dan di Surabaya, Gersik, serta Sedayu

sekitar 240.000. Adapun jumlah total etnis Madura di Jawa-Madura adalah

1.055.915. Pola migrasi seterusnya tak banyak diketahui. Laporan dari Sumenep

pada tahun 1857 mencatat bahwa 20.000 orang minta izin meninggalkan pulau,

jumlah itu tidak termasuk orang-orang yang pergi tanpa meminta izin. Tidak

semuanya menyebrangi selat dan mencari makan di Jawa, tetapi bila dihitung rata-

rata pertumbuhan populasinya, migrasi orang Madura tertinggi adalah di

kabupaten-kabupaten di Jawa Timur sebelah timur. Di Karesidenan Probolinggo,

umpamanya, pertumbuhan yang besar terjadi pada tahun 1855. Populasi di

Probolinggo adalah 270.734 pada tahun 1854 dan menjadi 281.294, bertambah

10.560 atau 3,9 persen. Laporan resmi menambahkan bahwa pemukiman-

pemukiman baru orang Madura di Probolinggo berjumlah 13.974 atau 5,19

Page 73: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

56

persen. Dibukanya perkebunan di Jawa Timur menarik orang Madura untuk

menjadi buruh di perkebunan.

Migrasi temporer mempengaruhi pertumbuhan penduduk di Madura

sendiri. Penurunan jumlah kelahiran terjadi pada tahun-tahun 1868. 1869, dan

1870. Penurunan total populasi juga terjadi, misalnya dari 1.532.764 pada tahun

1891 menjadi 1.530.220 pada tahun 1892. Satu-satunya yang dapat menjelaskan

masalah penurunan populasi adalah emigrasi ke Jawa. Penurunan tajam terjadi

dalam periode antara tahun 1900 hingga 1920, berturut-turut dalam periode antara

tahun 1900 hingga 1920, berturut-turut dari 1.750.511 menjadi 1.738.926.

Penduduk Kota Sumenep, Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan turun tajam

sekali dalam dasawarsa antara tahun 1920 hingga 1930. Pada tahun 1892

diperkirakan perpindahan tiap-tiap tahun dari semua penduduk Madura ke Jawa

berjumlah 40.000, dengan perincian 10.000 dari Sumenep, 3.000 dari Pamekasan,

18.000 dari Sampang, dan 9.000 dari Bangkalan. Selama musim kemarau, ketika

air sangat jarang, pekerja-pekerja migran meninggalkan pulau dan kembali lagi

setelah masa panen, atau pada akhir bulan Ramadhan, untuk berpesta bersama

keluarga mereka. Mereka biasanya tinggal di Jawa selama tiga sampai enam bulan

atau dua minggi sampai satu bulan. Para pedagang biasanya tinggal lebih lama,

enam bulan atau lebih. Kesempatan menyeberangi selat sangat menguntungkan

karena ongkos transportasi relatif murah.

Ongkos berlayar hanya 25 sen, atau setara dengan upah buruh sehari.

Rendahnya ongkos perjalanan mendorong mereka pergi hanya untuk sementara di

Jawa, kira-kira bagi 20.000 sampai 30.000 orang membantu panen di Jawa Timur

Page 74: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

57

dan daerah-daerah pantai; Surabaya, Pasuruan, Bangil, Probolinggo, dan Besuki.

Mereka juga menyediakan jasa menjadi buruh-buru upah upahan, kuli, tukang

angkut air, tukang angkut barang, dengan mendapat imbalan 24 sampai 30 sen

sehari. Ada juga yang pergi jauh ke pedalaman untuk bekerja di perkebunan tebu

atau perkebunan kopi dengan upah lebih tinggi; 30, 35 atau 40 sen. Jumlah

penduduk Madura yang sangat besar namun diwaktu yang sama dapat berkurang

dengan sangat pesat. Hal seperti ini hanya bisa dijelaskan sebagai akibat dari

adanya migrasi. Kepergian para suami ke Jawa tampak berpengaruh terhadap rata-

rata fertilitas.

Ketidakhadiran laki-laki dewasa di lingkungan keluarganya, dicatat

dengan baik selama kampanye melawan wabah demam tahun 1906. Pada

dasarnya emigrasi permanen jarang terlihat. Semua yang menyebrangi selat

biasanya kembali lagi ke Madura. Komisi kesejahteraan pada tahun 1911

melaporkan bahwa karakteristik pekerja-pekerja migran temporer, yang dari

Bangkalan, adalah laki-laki yang belum menikah, tidak memiliki tanah pertanian

atau anak-anak, sedangkan yang dari Sumenep juga laki-laki yang sudah menikah.

Laporan-laporan mengenai para penumpang yang menggunakan perahu atau MSM

memberikan beberapa keterangan mengenai sifat dan jumlah pekerja-pekerja

migran. Para penumpang yang menggunakan perahu antara Madura-Jawa,

berdasarkan catatan resmi tahun 1917 berjumlah 255.734/berangkat dan 261.728

datang.

Page 75: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

58

Tabel 20Jumlah Penumpang Madoera Stoomtram Maatschappij

Tahun Jurusan

Kamal

-Surabaya

P.P.

Jurusan

Kalianget-Panarukan

P.P

Per Tahun Per Hari Per Tahun:

Semua Kelas

Pribumi: Kelas

Dua/Kelas Tiga

1905

1906

1907

1908

1909

1910

1911

1912

1913

1914

1915

1916

1917

1918

1919

1920

1921

1922

1923

1924

1925

1926

1927

1928

1929

1930

263.158

269.960

290.395

407.113

278.701

401.166

469.685

475.329

626.027

701.497

516.644

702.853

656.843

663.378

774.601

942.012

1.090.723

927.930

779.476

712.840

705.256

646.322

710.247

838.457

942.948

781.712

721

739

796

1.117

1.037

1.099

1.273

1.298

1.714

1.925

1.415

1.925

1.799

1.817

2.122

2.574

2.988

2.545

2.135

1.948

1.932

1.771

1.946

2.291

2.577

2.141

51.583

53.175

54.534

59.053

63.672

66.290

75.003

68.314

59.490

61.620

61.559

73.040

75.714

63.661

81.274

76.249

59.712

46.224

43.196

50.296

53.030

61.219

82.736

79.659

83.081

71.086

51.376

52.890

54.140

58.710

63.354

65.955

74.555

67.985

58.920

60.730

60.492

71.950

74.210

61.008

78.649

73.370

55.961

43.604

40.990

47.737

51.376

59.976

79.928

77.617

80.963

69.633

Sumber: Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura1850-1940, (Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm. 614.

Berdasarkan laporan penumpang-penumpang perahu, laporan penumpang

MSM (Madoera Stoomtram Maatschappij) tahun 1917, dan laporan populasi

untuk tahun yang sama, proporsi penduduk yang bergerak pergi dan pulang ke

Page 76: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

59

Madura pada tahun 1917 adalah separuh dari keseluruhan penumpang dibagi

jumlah penduduk. Jumlah para pekerja migran temporer yang tinggal d Jawa jelas

sekali menunjukkan bahwa angka keberangkatan dan kedatangannya tidak jauh

berbeda. Laporan jasa angkutan kapal uap MSM menerangkan jumlah

penumpang, tetapi tidak memerinci antara yang datang dan yang berangkat. Selain

migran-migran temporer, sampai tahun 1930 pemukim-pemukim baru orang

Madura banyak yang datang dan menetap di Jawa Timur.

Tabel 21

Jumlah Emigrasi dari Madura Tahun 1930

Wilayah Jumlah Persentase

dari

Tujuan

Emigrasi Total populasi Lokal Jawa Timur

Sumenep

Pamekasan

Sampang

Bangkalan

92.357

63.057

59.525

65.773

17,66

17,81

12,66

13,09

8,34

12,21

12,95

11,56

91,66

87,79

87,45

88,44

Sumber: Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura1850-1940, (Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm. 81.

Tabel 19 menunjukkan jumlah dari pemukiman-pemukiman baru orang

Madura di karesidenan-karesidenan di Jawa Timur dan di Kota Surabaya. Tahun

1930, separuh lebih dari etnis Madura tinggal di Jawa, kebanyakan di pojok

bagian timur. Sensus penduduk pada tahun itu memperlihatkan bahwa orang

Madura yang tinggal di Jawa Timur berjumlah 4.287.276. Sejumlah 1.940.567

atau 45 persen orang Madura bertempat tinggal di Madura, sedangkan 2.346.707

atau 55 persen menyebrangi selat dan menetap di Jawa. Di wilayah pojok timur

Jawa orang Madura merupakan kelompok mayoritas (kecuali di Banyuwangi

mereka hanya berjumlah 17,6 persen). Di Karesidenan Panarukan, Bondowoso,

Page 77: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

60

dan Kraksaan hampir seluruh penduduknya adalah orang Madura; populasi

terbesar terdapat di Krakasan sebanyak 88,3 persen. Di Probolinggo orang

Madura berjumlah 72 persen, di Jember 61 persen, di Pasuruan 45 persen, di

Lumajang 45,6 persen, di Malang 12 persen, dan di Bangil 12,7 persen dari total

populasi.

B. Identifikasi Kelompok Migrasi

Sejak tahun 1846 Karesidenan Bojonegoro-Tuban, Karesidenan Gersik,

Karesidenan Surabaya, Karesidenan Pasuruan, Karesidenan Besuki, Karesidenan

Bondowoso, telah dipenuhi orang-orang Madura yang bermigrasi ke Jawa Timur.

Mereka memiliki berbagai macam profesi di daerah-daerah tersebut. Namun

sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai buruh dan petani. Seperti halnya di

Jember, populasi orang Madura disana hampir 61 % pada tahun 1930. Yang

tersebar di Bondowoso, Kalisat dan Majang, karena di Jember saat itu banyak

perusahaan yang membutuhkan buruh. Hal inilah yang membuat Jember menjadi

tujuan utama masyarakat Madura yang bermigrasi ke Jawa Timur, seperti yang

ditunjukkan pada tabel 20. Sedangkan di kabupaten Pasuruan, Lumajang, Malang

dan Bangil, orang Madura tidak lagi menjadi mayoritas. Ini adalah persentase

terkecil orang-orang Madura di Jawa Timur. Orang-orang yang bekerja sebagai

buruh di Jawa Timur ini, sebagian besar datang secara musiman. Mereka menjadi

buruh penuai padi dan tanaman-tanaman pertanian lainnya pada musim panen.

Pada masa pemerintahan kolonial orang Madura yang bekerja di perkebunan milik

onderneming-onderneming pemerintahan maupun milik

Page 78: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

61

Tabel 22

Jumlah Emigran Madura di Jawa Timur Tahun 1930

Tempat-

tempat

Tempat-tempat kelahiran di Madura

Kediaman

baru

Sumenep Pamekasan Sampang Bangkalan

Banyuwangi

Jember

Panarukan

Bondowoso

Probolinggo

Krakasan

Lumajang

Malang

Pasuruan

Bangil

Sidoarjo

Mojokerto

Jombang

Blitar

Tulungagung

Gersik

Kota Surabaya

29.147

28.918

1.464

7.300

238

1.093

1.015

369

75

82

54

23

14

14

2

42

537

9.477

30.958

4.028

1.628

1.252

3.415

4.391

962

129

134

48

16

26

29

11

91

573

3.036

14.688

1.478

548

2.577

727

11.840

9.631

1.627

489

53

79

139

122

29

18

5.237

2.340

2.145

285

128

237

278

1.081

20.985

1.176

944

914

494

757

1.062

560

939

20.767

Jumlah 70.387 57.168 52.318 55.092

Sumber: Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura1850-1940, (Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002), hlm. 82.

swasta orang Eropa atau orang Cina. Jember menjadi tujuan utama dari para

migran yang berasal dari Madura dikarenakan hadirnya sistem perkebunan

partikelir di Jember yang mana membawa perubahan sosial dan ekonomi pada

masyarakat Jember dan para pendatang yang berasal dari Madura dan sekitarnya.

Page 79: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

62

1.000.000

500.000

100.000

50.000

10.000

5.000

(jumlah orang)

100

1805 20 25 40 60 80 1900 (tahun)

Sumber: Edy Burhan Arifin, Migrasi Orang Madura ke Jember: Suatu KajianHistoris Komparatif, dalam Jurnal DPRD Dalam PerkembanganKabupaten Jember, hlm. 27.

Hal ini mengakibatkan Jember yang semula termasuk daerah yang sepi dan

berpenduduk paling sedikit jika dibanding dengan daerah-daerah lain di

Karesidenan Besuki, kemudian menjadi daerah yang paling ramai dan paling

padat penduduknya. Penyebab pertumbuhan kota Jember erat kaitannya dengan

penetrasi sistem kapitalisme yang berwujud perkebunan partikelir.

Perusahaan perkebunan partikelir banyak berdiri di daerah Jember sejak

diterapkannya “the system of interprise” oleh pemerintah kolonial Belanda pada

desenia keenam abad ke XIX. Perusahaan-perusahaan ini antara lain; NV LMOD

(Landbouw Maatscappij Oud Djember), Djelboek Tabak Maatscppij, N.V Cultuur

Maatscappij Zuid Djember dan masih banyak yang lainnya. Grafik diatas

Page 80: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

63

memperlihatkan penduduk Jember pada tahun 1820-an hanya berjumlah sekitar

10.000 jiwa, namun pada tahun 1970-an meningkat tajam menjadi sekitar 100.000

jiwa. Peningkatan tersebut antara lain dikarenakan sejak desenia keenam abad

XIX terjadi gelombang migrasi orang-orang Madura ke wilayah Jember dan

mereka menetap di kawasan Jember Utara karena sesuai dengan kondisi

ekosistem di tempat asal mereka yakni hidup di kawasan tegalan. Namun mulai

akhir abad XIX terjadi perubahan arus migrasi ke Jember. Pada waktu itu orang-

orang Jawa terutama yang berasal dari Bojonegoro, Ponorogo, Kediri dan orang-

orang Vorstenlanden mulai berdatangan dan menetap di daerah Jember. Mereka

umumnya menetap di kawasan Jember Selatan sesuai dengan asal mereka yang

berekosistem persawahan dan kehisupan agraris. Salah satu penyebabnya

dikarenakan lancarnya jalur transportasi karena sejak akhir abad XIX dibuka jalur

kereta api Surabaya-Probolinggo-Jember. Terjadinya migrasi ke Jember itu

mengakibatkan terjadinya pola settelement baru yang sesuai dengan latar

belakang etnisnya. Adanya kondisi pemukiman seperti itu memungkinkan bagi

etnis-etnis di daerah Jember tetap dapat mempertahankan dan mengembangkan

budaya asalnya. Itulah sebabnya secara demografis dan kultural Jember Utara dan

Jember Selatan berbeda. Seperti yang dituliskan E.G. Ravenstein dalam

makalahnya bahwa ekonomi sangat kuat mempengaruhi seseorang untuk

bermigrasi walaupun faktor nonekonomi tidak dapat diabaikan dalam motivasi

seseorang untuk bermigrasi, seperti contohnya faktor sosial.

Dalam makalahnya, beliau juga menjelaskan tujuh butir hukum dari

migrasi; migrasi dan jarak; migrasi cendrung menempuh jarak dekat dan apabila

Page 81: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

64

daerah tujuan semakin jauh, frekuesi migran menuju kedaerah tersebut semakin

kecil, migrasi bertahap, arus dan arus balik, adanya perbedaan antara penduduk

perkotaan dan pedesaan dalam minat bermigrasi, kebanyakan perempuan lebih

suka melakukan migrasi ke daerah-daerah yang dekat, teknologi dan migrasi,

motif ekonomi merupakan dorongan utama. Tujuh poin inilah yang selalu menjadi

patokan dari E.G. Ravenstein untuk mempertahankan tulisannya. Namun secara

luas, migrasi lebih dipahami sebagai perubahan tempat tinggal secara permanen

atau semi permanen. Tidak ada pembatasan, baik pada jarak perpindahan maupun

sifatnya, yaitu apakah perpindahan itu bersifat sukarela atau terpaksa; serta tidak

diadakan perbedaan antara migrasi dalam negeri dan migrasi ke luar negeri.6 Ada

empar faktor yang mempengaruhi orang mengambil keputusan untuk bermigrasi

dan proses migrasi sebagai berikut; faktor-faktor yang terdapat di daerah asal,

faktor-faktor yang terdapat didaerah tujuan, penghalang dan faktor pribadi.

Faktor Tempat/Daerah Asal dan Tempat Daerah Tujuan

Serta Penghalang-Antara dalam Migrasi

Daerah Asal Penghalang Daerah Tujuan

6 Everett S. Lee, op.cit., hlm. 6.

-+---+---

+--+-O-

++O-O---

-----+-----

++++-

+++O--

+-O++--

-O++---

Page 82: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

65

Luas daratan propinsi Jawa Timur adalah 47.922 km2. Berdasarkan ciri-

ciri geomorfologis, daerah Jawa Timur dapat dibagi menjadi 3 bagian yang

membujur dari Barat ke Timur. Pertama, daerah Jawa Timur bagian Utara dan

Pulau Madura. Bagian ini merupakan daerah yang berupa gunung kapur, sehingga

tanahnya relatif kurang subur untuk usaha pertanian. Sebagian dari daerah ini

sejak lama merupakan daerah yang cocok untuk hutan jati. Kedua, daerah Jawa

Timur bagian Tengah. Daerah ini sangat subur, antara lain karena banyak dialiri

oleh sungai-sungai seperti; Brantas, Madiun, Konto, Sampean dan sungai-sungai

kecil. Daerah Jawa Timur bagian Tengah ini sangat cocok untuk pertanian

persawahan. Ketiga, daerah Jawa Timur bagian Selatan yang merupakan

pegunungan kapur selatan, mulai dari Gunung Kidul membujur sampai daerah

Malang sebelah Selatan. Daerah ini keadaan tanahnya relatif tandus. Selain faktor

geomorfologis, faktor pertumbuhan industri di Hindia Belanda mendorong

perkembangan baru yang membutuhkan keahlian kerja bagi kaum urban di Jawa.

Yaitu ketika Undang-undang Agraria mulai diberlakukan tahun 1870. Permintaan

komoditas tanaman ekspor mengalami peningkatan, hal itu menyertai

bertambahnya tenaga kerja untuk keperluan pabrik. Di beberapa kota di Jawa

Timur secara umum tidak hanya menjadi pusat aktivitas masyarakat Eropa dan

administrasi orang-orang pribumi, tetapi lambat laun juga berkembang sebagai

daerah komersial yang menarik bagi tenaga kerja.

Pada periode itu, memang pabrik-pabrik gula di kawasan Jawa Timur telah

mengalami moderniasasi. Alasan terpenting, modernisasi selalu khas mencakup

industrialisasi, dan industrialisasi secara khas ditempatkan kawasan urban, dengan

Page 83: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

66

mengalirnya penduduk yang mencari keuntungan dari sektor ekonomi yang

ditimbulkan. Pada 1905, penduduk Bojonegoro dan Lamongan banyak yang

berpindah ke daerah Lumajang dan Malang sebagai tenaga kerja musiman di

perkebunan teh, tembakau dan kopi. Sementara itu dari Gersik dan Lumajang,

penduknya berdatangan ke Surabaya pada saat musim kemarau sebagai tenaga

kerja musiman untuk mengemas gula karungan yang jumlahnya hingga ribuan

ton.7

Tabel 23

Jumlah Orang-orang Jawa dan Madura di beberapa Wilayah

Wilayah Jawa MaduraLaki-laki

Perempuan Total Laki-laki

Perempuan Total

Mojokerto

Surabaya

Pasuruan

Malang

Probolinggo

Jombang

Sidoarjo

Bangil

Tempeh

Lumajang

Krakasan

Jember

Banyuwangi

Bondowoso

Situbondo

8.926

109.212

14.116

29.603

8.821

8.013

4.795

7.483

3.288

7.006

562

4.832

5.971

1.387

659

10.404

118.312

16.122

33.149

10.000

9.069

5.706

9.020

3.793

7.341

683

5.200

6.315

1.691

735

19.330

227.524

30.233

62.752

18.821

17.082

10.501

16.503

7.081

14.347

1.245

10.032

12.286

3.078

1.394

122

18.241

1.268

2.270

6.311

51

57

581

1.696

1.354

1.257

3.788

2.819

5.920

5.786

86

16.192

1.077

1.629

6.480

34

69

407

1.714

1.274

1.301

3.418

2.093

6.293

6.059

208

34.433

2.345

3.899

12.791

85

126

988

3.410

2.628

2.558

7.206

4.912

12.213

11.845Jumlah 214.674 237.540 452.210 51.521 48.126 99.647Sumber : Volksteling 1930 Deel III Inheemsche Bevolking van Oost-Java, hlm.

21.

7 Sri Margana, Kota-Kota di Jawa: Identitas Gaya Hidup danPermasalahan Sosial, (Yogyakarta: Ombak, 2010), hlm. 193.

Page 84: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

67

Tabel di atas menunjukkan, bahwa para emigran yang datang ke Jawa Timur tidak

hanya berasal dari Madura, melainkan dari wilayah lainnya di pulau Jawa.

Perkebunan teh, gula, tembakau memberikan peluang kerjaan bagi para migran.

Apalagi banyak petani lokal yang menyerahkan lahannya untuk digarap dengan

cara bagi hasil. Berangsur-angsur daerah sekitar Mojokerto, Surabaya, Pasuruan,

Malang, Probolinggo, Jombang, Sidoarjo, Bangil, Tempeh, Lumajang, Kraksaan,

Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo dihuni oleh para migran Madura

dan Jawa.

Page 85: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

68

BAB IV

DAMPAK MIGRASI ORANG-ORANG MADURA

A. Dampak Sosial Ekonomi

Migrasi penduduk adalah suatu bentuk respon dari adanya variasi keadaan

lingkungan di mana mereka hidup. Keadaan alam yang terus berubah, adanya

perubahan dalam kehidupan sosial politik masyarakat, fluktuasi kondisi ekonomi

dan perkembangan penduduk melalui proses siklus kehidupannya, telah

mengakibatkan penduduk bermigrasi dari satu ke lain tempat. Pertumbuhan

penduduk dan perkembangan sosial-ekonomi jarang sekali terjadi kesamaan untuk

semua wilayah. Perbedaan perkembangan tersebut telah menimbulkan

kesempatan-kesempatan yang berbeda pula. Dalam hal ini migrasi dianggap

sebagai suatu respon dari perubahan dan perbedaan dalam kesempatan.1 Tanah

yang memunyai fungsi multidimensional akan mempengaruhi status sosial dari

masyarakat penguasa atau pemilik tanah.2 Menurut Nelson, dengan migrasi

dimaksudkan sebagai suatu perubahan tempat tinggal seseorang atau segolongan

orang. Perubahan tempat tinggal ini bisa bersifat menetap, bisa juga tidak tetap

atau bersifat musiman. Perpindahan ini oleh Nelson digolongkan atas 3 macam,

1 Suko Bandiyono, Migrasi Permanen Penduduk Jawa Timur, (Jakarta:Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan dan Ketenagakerjaan LIPI,1987), hlm. 37-38.

2 Brahmana Adhie, Reformasi Pertanian: Pemberdayaan Hak-hak atasTanah ditinjau dari aspek Hukum, Sosial, Politik, Ekonomi, Hankam, Teknis,Agama dan Budaya, (Bandung: Mandar Maju, 2002), hlm. 203.

Page 86: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

69

yaitu: (a) sirkulasi dari tempat tinggal tertentu; (b) perpindahan tempat tinggal

(domisili); (c) berkelana.

Pada dasarnya, karena ketiadaan keseragaman dari berbagai ahli dalam

penggunaan istilah migrasi, maka biasanya migrasi dipakai dalam arti yang kedua,

yaitu perpindahan tempat kediaman (menetap). Ahli lain, Eisenstadt, mengartikan

migrasi sebagai suatu perpindahan badaniah dari orang perseorangan atau

segolongan orang dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya. Disini ditegaskan

perpindahan itu dari suatu masyarakat kedalam masyarakat lain yang baru.

Penegasan ini penting karena tiap masyarakat itu mempunyai pola hidup yang

berbeda satu sama lain, sehingga dalam soal migrasi terlihat adanya pelepasan

manusia dari ikatan masyarakatnya yang lama (desocialization) dan memasuki

lingkungan masyarakat yang baru (resocialization).3 Letak geografis suatu daerah

memungkinkan kita mengetahui potensi wilayah dan memberi wawasan analisis

yang lebih dalam terhadap potensi tersebut.4 Dalam Peraturan Agraria tahun 1870

semua tanah milik pribumi dinyatakan sebagai tanah domein (domein van de

Staat). Ini disebut juga tanah bebas, sedangkan tanah yang dikuasai pribumi juga

disebut tanah bebas. Di sini dinyatakan pula bahwa penyewa adalah warga negara

Belanda yang ada di Nederland atau Hindia Belanda; maksimum areal yang

disewa 500 bau dengan sewa antara f.1 sampai 1.6. Tanah pribumi yang dikuasai

3 Soedigdo Hardjosudarmo, Kebijakan Transmigrasi; Dalam RangkaPembangunan Masyarakat Desa di Indonesia, (Jakarta: Bharatara, 1965), hlm. 23.

4 Ida Komang Wisnu, Profil Kependudukan: Propinsi Jawa Timur,(Jakarta: Biro Pusat Statistik, 1993), hlm. 4.

Page 87: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

70

berdasarkan hokum adat hanya dapat disewa selama lima tahun, sedangkan tanah

milik mereka untuk dua puluh tahun.

Selanjutnya perjanjian harus terdaftar. Suatu akibat dari peraturan tersebut

ialah bahwa ada kecendrungan menjadikan status yang disewakan berubah

sehingga berstatus milik yang menyewakan.5 Aturan seperti ini, tentu saja

mempermudah modal-moda asing untuk menanamkan modalnya di Pulau Jawa

dalam hal ini Jawa Timur. Yang secara otomatis memperbanyak pabrik-pabrik

yang membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Pada tahun 1910

dengan disertasinya yang terkenal Staathuishoudkunde, J.H. Boeke secara tepat

memisahkan dua macam kebutuhan orang Indonesia, yaitu kebutuhan ekonomi

dan kebutuhan sosial. Perbedaan diantara dua macam kebutuhan ini adalah bahwa

yang pertama merupakan kebutuhan perorangan yang diukur dengan ukuran

individu, sedangkan yang kedua merupakan kebutuhan perorangan tetapi diukur

berdasar norma yang ditetapkan masyarakat. Yang menjadi masalah adalah bahwa

tidak selalu mudah memisahkan dua tipe kebutuhan tersebut. Kadang-kadang ada

kebutuhan yang jelas-jelas merupakan kebutuhan ekonomi seperti kebutuhan akan

makan. Kebutuhan akan sandang mudah dimasukkan sebagai kebutuhan ekonomi,

tetapi sesudah tingkat tertentu orang dapat pula mengklasifikasikannya sebagai

kebutuhan sosial, misalnya pakaian seragam atau pakaian untuk pesta atau

upacara-upacara. Bagaimana dengan rumah, ternak, dan kendaraan? Semakin

5 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 ;Dari Emporium sampai Imperium, (Jakarta: PT. Gramedia,1987), hlm. 331.

Page 88: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

71

banyak macam kebutuhan manusia yang kita sebutkan, makin sulit untuk

memisah-misahkan fungsinya antara ekonomi dan sosial.6

Pulau Madura serta pulau-pulau kecil yang lain di laut Jawa merupakan

pulau-pulau yang keadaan tanahnya kurang cocok untuk persawahan. Berlayar

dan mencari ikan di laut merupakan tradisi yang dimiliki oleh penduduk di pulau-

pulau tersebut. Tradisi berlayar ini juga mendorong migrasi ke luar penduduk

Madura. Apabila dilihat dari pengelompokan permukiman penduduk secara

geografis, terutama terpusat di daerah-daerah yang keadaan tanahnya subur,

seperti dari Surabaya sampai Pasuruan, Sepajang jalur Surabaya-Malang, dan

sepanjang jalur tengah Surabaya-Mojokerto-Jombang sampai perbatasan Jawa

Tengah. Pemusatan penduduk di daerah-daerah yang tanahnya subur bisa

dimengerti, bercocok tanam merupakan pekerjaan turun temurun yang dilakukan

penduduk di Jawa. Daerah persawahan dan perkebunan yang sebagian besar

menempati wilayah tersebut menyerap tenaga kerja yang besar. Keterikatan antara

aspek-aspek geografis dengan pemusatan penduduk secara perlahan-lahan

mengalami perubahan, sejalan dengan dinamika aspek sosial-ekonomi seperti

berubahnya struktur pekerjaan baik di daerah pedesaan maupun di perkotaan,

yang antara lain diakibatkan oleh berkembangnya sektor-sektor; seperti

administrasi pemerintahan (birokrasi), persekolahan (pendidikan), transportasi,

komunikasi, dan industrialisasi.7

6 Mubyarto, Ekonomi dan Keadilan Sosial, (Yogyakarta: Aditya Media,1980), hlm. 32.

7 Suko Bandiyono, op.cit., hlm. 37-38.

Page 89: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

72

Daerah Madura sudah lama dikenal banyak migran yang keluar. Menurut

MEI, dalam sensus 1930 lebih dari 250 ribu penduduk tiba di Jawa Timur (tidak

termasuk Madura), mempunyai tempat kelahiran di pulau Madura.8 Jawa Timur

yang terdiri lebih dari 60 pulau-pulau, memiliki luas daratan 47.922 km2, atau

sekitar 2,5 persen dari seluruh wilayah Indonesia. Dengan kondisi geografis yang

agak terpencar, penduduk lebih terkonsentrasi di pulau terbesar yaitu daratan

pulau Jawa bagian timur. Penduduk yang tinggal di daratan pulau Jawa adalah

90,53 persen, tinggal di daratan pulau Madura 8,40 persen dan sisanya 1,07 persen

terpencar di pulau-pulau sekitar Madura dan Bawean. Di daratan Jawa, sebagian

besar penduduk tinggal di dataran alluvial, yaitu dataran yang subur dengan

kondisi persawahan yag baik, terletak di zona tengah Jawa, dimulai dari

Kabupaten Ngawi sampai Banyuwangi. Sedikit dibawah kesuburan zona tengah,

daerah pantai Jawa memiliki tanah berkapur. Terbentang dari kabupaten Tuban,

Bojonegoro sampai Gersik. Karena luas wilayah yang relatif lebih kecil

disbanding zona tengah, persentase penduduk yang tinggal di daerah ini cukup

besar. Pengembangan industri besar/sedang dan perdagangan merupakan sektor-

sektor yang memiliki daya tarik bagi pendatang daerah lain. Hal ini sangat

berbeda dengan zona selatan Jawa. Walaupun merupakan daerah pantai, struktur

tanah di wilayah ini lebih tidak subur dibanding zona utara. Zona selatan ini

dimulai dari Lumajang Selatan, Malang Selatan terus membujur kearah barat

sampai di Kabupaten Pacitan.9

8 Suko Bandiyono, loc.cit.

9 Ida Komang Wisnu, op.cit., hlm. 12.

Page 90: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

73

Bagi masyarakat Madura sendiri, dengan berpindahnya mereka dari

Madura menuju Jawa Timur. Ada hal-hal yang di dalam diri mereka, yang mau

tidak mau berubah secara mereka sadari atau tidak. Dalam konteks ini proses

penilaian bukan hanya proses kebudayaan, dan nilai bukan hanya inti dari benda-

benda kebudayaan tetapi proses penilaian dan nilai-nilai adalah tenaga integrasi

pribadi maupun masyarakat. Proses penilaian dan nilai yang berkuasa adalah juga

tenaga yang menentukan konfigurasi proses penilaian dan nilai pribadi serta

masyarakat. Proses penilaian dan nilai-nilai yang lain sedikit banyaknya tunduk

pada tujuan, logika dan kenyataan dari proses penilaian dan nilai-nilai yang

berkuasa itu menjadi norma yang tertinggi atau etik dari seluruh konfigurasi, baik

dalam bentuk pribadi maupun dalam bentuk masyarakat. Demikian kita telah

mendapat definisi kebudayaan, pribadi dan masyarakat.10 Perubahan ini dimulai

dari adanya pekerjaan baru dengan keahlian baru, pengetahuan akan bercocok

tanam, kebudayaan, interaksi sosial, sampai Fisiografi Jawa Timur. Jawa Timur

sendiri terletak antara 111o Bujur Timur, serta antara 5o dan 10o Lintang Selatan.

Propinsi ini dikelilingi oleh Laut Jawa dan Samudra Indonesia di sebelah Selatan,

sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan Jawa Tengah. Yang mana, hampir

dua pertiga dari daratan Jawa Timur merupakan daerah pegunungan dan

perbukitan, sedangkan selebihnya adalah dataran rendah. Paparan dataran rendah

terdapat di sepanjang pantai dan daerah aliran gunung. Di bagian utara, dataran

rendah terhampar mulai dari daerah Tuban sampai Gersik. Kemudian dataran

10 Takdir Alisjahbana, Perkembangan Sejarah Kebudayaan Indonesia:Dilihat Dari Jurusan Nila-Nilai, (Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1982), hlm. 15.

Page 91: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

74

rendah ini bersambung ke pantai timur yaitu daerah Sidoarjo, Pasuruan dan terus

ke Probolinggo.

Di bagian pantai selatan juga terdapat dataran rendah tapi tidak seberapa

luas yaitu di daerah Lumajang dan Jember. Paparan dataran rendah cukup luas

terdapat di sepanjang aliran Bengawan Solo dan Kali Brantas. Di daerah aliran

Kali Brantas paparan ini meliputi wilayah Tulung Agung, Kediri, Nganjuk,

Jombang, Mojokerto, Sidoarjo hingga Surabaya, sedangkan di darah aliran

Bengawan Solo terhampar dari Ngawi ke utara yaitu melalui daerah Bojonegoro

sampai ke pantai utara. Di bagian selatan, paparan dataran rendah dan rawa-rawa

terdapat di wilayah Lumajang, dekat kota kecil Puger dan demikian pula

semenanjung Blambangan dan di sekitar kota kecil Muncar terdapat dataran

rendah yang tidak seberapa luas.11 Ditambah lagi iklim di Madura berbeda dengan

daerah di Jawa Timur. Jawa Timur sendiri terletak di belahan selatan garis

khatulistiwa sehingga memiliki iklim tropis yang terbagi dalam dua musim

kemarau. Musim hujan terjadi antara bulan Oktober sampai bulan April dan

musim kemarau antara bulan Mei sampai bulan November. Di antara kedua

musim tersebut terdapat musim pancaroba atau musim peralihan yaitu sekitar

bulan April/ Mei dan Oktober/ November, suhu udara berkisar antara 20oC-

30oC.12 Tanah di Jawa Timur ini digunakan kurang lebih 4,0 juta ha untuk

pertanian, 1,2 juta ha untuk perkebunan dan sejumlah hampir 0,1 ha digunakan

untuk perkebunan campuran dengan sayur-sayuran. Yang digunakan untuk areal

11 Soemargono, Profil Propinsi Republik Indonesia: Jawa Timur, (Jakarta:Yayasan Bhakti Wawasan Nusantara, 1992), hlm. 33.

12 Ibid., hlm. 38.

Page 92: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

75

hutan sekitar 1,4 juta ha dan kurang lebih 0,2 ha tergolong rusak dan tandus.

Sedangkan untuk pemukiman digunakan sekitar 0,7 juta ha.13

Berakhirnya Tanam Paksa telah membawa konsekuensi semakin

terbukanya kesempatan bagi pemilik modal swasta Barat untuk mempergunakan

tanah-tanah penduduk dalam usaha perkebunan. Terbukanya kesempatan ini tidak

lain karena telah disahkannya Agrarische Wet Staatsblad no 55 tahun 1870 yang

merupakan aturan bagi penduduk pribumi dalam menyewakan tanahnya kepada

orang asing. Undang-Undang Agraria ini memungkinkan penyewaan tanah

menggunakan hak erfpacht selama 75 tahun. Tahun-tahun sesudah 1870 mulai

berlaku proses komunalisasi atau perluasan hak milik desa atas tanah yang terjadi

secara bersamaan dengan proses pembentukan hak milik perorangan atas sebagian

tanah itu. Namun demikian, ini tidak berarti kekuasaan kepala desa yang selama

periode cultuurstelsel semakin besar, secara otomatis menjadi melorot.

Sebaliknya, banyak kepala desa selama tahun-tahun tersebut telah berhasil

memperluas kekuasaan dan memperbesar kekayaannya.14

Dampak dari hal ini, adalah terjadi perkembangan pesat dalam kerja upah

dan persewaan tanah. Sehingga semakin banyak alasan orang-orang Madura untuk

bermigrasi ke Jawa Timur, yaitu peluang kerja di perkebunan-perkebunan di Jawa

Timur. Semua keperluan yang berhubungan dengan kepindahan orang-orang

Madura ditanggung oleh perkebunan. Banyak dari perusahaan-perusahaan

13 Eddy Yuwono Slamet, Profil Kependudukan Jawa Timur, (Jakarta:Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan LembagaDemografi Fakultas Ekonomi UI, 1986), hlm. 1-2.

14 Frans Husken, Masyarakar Desa dalam Perubahan Zaman: SejarahDiferensiasi Sosial di Jawa 1830-1980. (Jakarta: PT. Grasindo, 1998), hlm. 125.

Page 93: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

76

perkebunan memberikan janji-janji manis kepada orang-orang Madura yang mau

melakukan migran. Begitupun bagi mereka yang berhasil mengajak sanak saudara

mereka bermigrasi ke Jawa Timur untuk bekerja di perkebunan. Salah satu

janjinya yakni apabila mereka banyak memasukkan tenaga kerja, mereka akan

diberi tanah garapan yang luas dan akan dijadikan mandor perkebunan. Pada

waktu itu jabatan mandor merupakan jabatan yang banyak diharapkan oleh para

penduduk pribumi.15Perluasan permintaan persewaan tanah oleh penguasa swasta

Barat ternyata meningkatkan permintaan tenaga kerja. Situasi ini bersamaan

dengan semakin langkanya tanah garapan, banyak tenaga yang menganggur yang

mengakibatkan berkurangnya kemampuan petani untuk mempertahankan

nafkahnya.16 Sejak tahun 1870-an berduyun-duyunlah orang Madura pindah dan

menetap didaerah Jember. Pihak perkebunan tembakau tidak hanya memerlukan

tenaga kerja laki-laki untuk membabat hutan dan membenahi tanah moeras (rawa)

untuk dijadikan persil tembakau, tetapi tenaga kerja wanita dan anak-anak juga

dibutuhkan di perkebunan tembakau. Wanita dan anak-anak tersebut

dimanfaatkan untuk bekerja di gudang-gudang penyortiran, peragian, dan

pengepakan.17

15 Edy Burhan Arifin, Migrasi Orang Madura dan Jawa ke Jember: SuatuKajian Historis Komparatif, (Jember: Universitas Jember, 2006), hlm. 68.

16 Mubyarto, Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan, (Yogyakarta: AdityaMedia, 1992), hlm. 110.

17 Edy Burhan Arifin, op.cit., hlm. 68.

Page 94: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

77

Peningkatan jumlah kebutuhan tenaga kerja ternyata berjalan seiring

dengan kenaikan jumlah penduduk yang dapat diartikan sebagai respon demografi

atas tuntutan tenaga kerja dalam keluarga.

Tabel 24Jumlah penduduk, Angka Pertumbuhan di Indonesia, Jawa Madura dan

Jawa Timur tahun 1930Wilayah Penduduk (dalam ribuan) Perkembangan rata-rata

tiap tahun 1930-1961

Indonesia

Jawa-Madura

Jawa Timur

68.727

62.993

21.823

1,5

1,3

1,2

Sumber: Eddy Yuwono Slamet, Profil Kependudukan Jawa Timur, (Jakarta:Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup denganLembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI, 1986), hlm. 13.

Dengan melihat pola migrasi tersebut diatas, dapat diketahui dampak yang paling

jelas adalah meningkatnya pendapatan keluarga migran, seberapapun kecilnya,

akibat tambahan pendapatan migran di daerah tujuan. Dampak yang lain adalah

berkaitan dengan perubahan kualitas kehidupan keluarga.

B. Dampak Sosial Budaya

Di samping dampak sosial ekonomi, mobilitas penduduk juga membawa

dampak sosial budaya, dalam kaitannya dengan intervensi nilai budaya baru yang

dibawa migran dari daerah tujuan. Seperti halnya dampak sosial ekonomi, dampak

sosial budaya sebenarnya juga sulit diidentifikasikan secara akurat. Artinya, tidak

mudah untuk mengklaim bahwa terjadinya perubahan sosial budaya di daerah asal

semata-mata disebabkan karena mobilitas penduduk. Penilaian terhadap

perubahan sosial budaya, di antaranya dilakukan dengan mengajukan beberapa

Page 95: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

78

pertanyaan. Pada umumnya pertanyaan-pertanyaan tersebut berkaitan dengan

persepsi terhadap kondisi sosial budaya dan keterlibatan mereka terhadap kegiatan

yang ada di desa. Disamping itu perubahan sosial tidak semata-mata di dasarkan

atas wawancara dengan migran, tetapi juga didasarkan atas pengamatan dan

wawancara dengan tokoh masyarakat.18 Kebudayaan dapat dilihat sebagai

blueprint atau pedoman bagi kehidupan sesuatu masyarakat yang menjadi pemilik

kebudayaan tersebut. Dalam perspektif ini kebudayaan dilihat sebagai terdiri atas

perangkat-perangkat sistem-sistem acuan atau model-model kognitif yang berlaku

pada beranekaragam tingkat perasaan dan kesadaran. Pendukung kebudayaan

yang bersangkutan menggunakan kebudayaan tersebut secara selektif, yang

mereka rasakan sebagai yang paling cocok atau yang terbaik untuk mendorong

terwujudnya interpretasi-interpretasi yang penuh makna dari situasi-situasi atau

gejala-gejala yang mereka hadapi dan utnuk menuntun tindakan-tindakan di

dalam lingkungan hidup mereka, melalui pranata-pranata dan adat istiadat yang

berlaku.

Tindakan-tindakan tersebut dapat dilihat sebagai dorongan untuk

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup manusia dan sebagai tanggapan-

tanggapan atas rangsangan-rangsangan atau stimulasi yang berasal dari

18 Sofian Effendi, Pola Mobilitas dan Dampaknya Terhadap Daerah YangDitinggalkan: Studi Kasus Kabupaten Sukoharjo, Madura, Ciamis dan Asahan,(Yogyakarta: Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup danPusat Penelitian Kependudukan UGM, 1988/1989), hlm. 86.

Page 96: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

79

lingkungan hidupnya.19 Indonesia adalah negara yang bersifat pluralistik, baik

dari segi etnis maupun budayanya. Pluralisme budaya ini merupakan faktor yang

rawan dalam penyelenggaraan transmigrasi. Para transmigran dari Jawa, Bali,

ombok dan Madura akan bertemu dengan penduduk asli yang memiliki budaya

yang sangat berbeda. Dengan demikian penyesuaian budaya pendatang yang

sangat berbeda. Dengan demikian penyesuaian budaya pendatang dan budaya

penduduka asli merupakan masalah yang dihadapi oleh para transmigran,

disamping penyesuaian budaya antarkelompok transmigran sendiri yang terdiri

dari berbagai suku.20 Pertemuan beberapa kelompok etnik tersebut akan

membuahkan dua alternative, baik yang bersifat positif maupun negatif sebagai

perwujudan proses interaksi sosial. Hal yang bersifat positif timbul bila pertemuan

itu mampu menciptakan suasana hubungan sosial yang harmonis dalam

masyarakat baru. Kondisi ini bisa dicapai jika ada rasa saling menghargai dan

mengakui keberadaan masing-masing etnik, mengurangi dan memperlunak hal-

hal yang bisa menyebabkan timbulnya benturan atau konflik serta perasaan

terbuka dalam bertoleransi sehingga perbedaan-perbedaan yang tajam bisa

dikurangi, ditingkatkannya kegiatan pencarian kepentingan bersama sehingga

timbul suatu simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan antara golongan

etnik misalnya dengan proses akulturasi, asimilasi dan amalgamasi.

19 Muhajir Utomo, 90 Tahun Kolonialisasi 45 Tahun Transmigrasi,(Jakarta: PT. Penebar Swadaya, 1997), hlm. 146-147.

20 Ibid., hlm. 163.

Page 97: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

80

Kesemua unsur ini sangatlah besar sumbangsihnya dalam menata

kehidupan yang rukun dan damai di daerah transmigrasi. Sedangkan hal yang

bersifat negatif muncul bila pertemuan beberapa golongan etnik itu menimbulkan

suasana hubungan sosial yang tidak harmonis karena adanya perbedaan sikap

dalam memandang suatu obyek yang menyangkut kepentingan bersama. Faktor

ini bisa menyebabkan hubungan antar golongan menjadi tegang dan gampang

menjurus kepada konflik. Selanjutnya pemaksaan atau pendiktean suatu tata nilai

ataupun norma baru oleh golongan yang merasa sebagai mayoritas kepada

golongan yang dianggap minoritas akan menyempurnakan ajang pertikaian serta

memperuncing masalah-masalah nilai budaya. Karena hal ini hanya akan

mendukung timbulnya superioritas dan inferioritas.21 Penduduk Jawa Timur

terdiri dari 2 (dua) suku bangsa besar, yaitu Jawa dan Madura. Suku bangsa Jawa

bertempat tinggal di daratan pulau Jawa, sedangkan suku bangsa Madura

mendiami pulau Madura dan pulau-pulau kecil sekitarnya dan sebagian dari

mereka mendiami pesisir dari daerah-daerah pantai utara selat Madura seperti di

kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso dan juga di kabupaten

Jember dan beberapa tersebar di seluruh Jawa Timur. Penduduk Jawa Timur

umumnya bersifat terbuka dan tinggi tingkat partisipasinya dalam melaksanakan

pembangunan, mereka bersedia berkorban untuk kepentingan orang banyak dan

mempunyai semangat membangun yang tinggi.

21 Rukmadi Warsito, Transmigrasi; Dari Daerah Asal sampai BenturanBudaya di Tempat Pemukiman, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984), hlm. 144-145.

Page 98: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

81

Suku Madura mempunyai sifat dan bakat wiraswasta yang cukup tinggi.

Tentu saja sifat-sifat ini sangat diperlukan dalam era pembangunan.22 Penduduk

Madura mempunyai kebiasaan, kebudayaan, serta bahasa daerah sendiri. Bahasa

daerah ini adalah bahasa ibu dari etnik suku Madura. Adapun fungsi bahasa

Madura ini ialah sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat sesama suku

Madura sekaligus sebagai lambang identitas daerah Madura. Wilayah pemakai

bahasa Madura adalah kepulauan Madura, mantan karesidenan Besuki, dan pesisir

utara mantan karesidenan Malang.23 Merupakan suatu gejala umum terjadinya

gelombang migrasi sekelompok etnis tertentu biasanya membawa dan

mengembangkan budaya asal. Penggunaan bahasa Jawa dan budaya Jawa di Jawa

Timur hingga saat ini masih tetap digunakan walaupun sudah sejak dahulu, sedikit

demi sedikit tergerus oleh budaya Madura yang dominan. Seperti yang bisa kita

lihat di Probolinggo hari ini, bahasa dan budaya yang terdapat disana ialah bahasa

dan budaya Madura. Situasi itu terjadi karena adanya migrasi secara sporadis dari

pulau Madura ke wilayah-wilayah Pesisir Timur Pulau Jawa bukan hanya pada

tataran kebahasaan namun juga pada tataran kuantitas penduduknya yang tidak

seimbang antara pendatang Madura dengan penduduk asli. Ketidakseimbangan

jumlah pendatang dan penduduk asli Probolinggo dapat diduga kemudian

22 Eddy Yuwono Slamet, op.cit., hlm 2.

23 Huub de Jonge, Agama, Kebudayaan, Dan Ekonomi, (Jakarta: Rajawali,1989), hlm. 181.

Page 99: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

82

menyebabkan tersisihnya bahasa dan budaya asli Jawa di kabupaten

Probolinggo.24

Pengembangan budaya asalnya itu dilakukan karena pada waktu senggang

mereka memerlukan hiburan dan hal itu sebagai salah satu cara pelepas rindu pada

tanah asalnya. Pengembangan budaya asalnya itu juga untuk menjalin interaksi

dengan orang-orang sekutunya. Sudah pasti, bahwa antara etik pribadi dan etik

masyarakat senantiasa ada perseregangan. Individu mesti tunduk kepada dua

sistem norma, yaitu yang berpusat pada kata hatinya dan yang tersimpul dalam

adat istiadat, kebiasaan, dan hukum masyarakat.25 Dengan alasan itu para migran

menganggap perlu mengembangkan budaya asal sebagai media yang terbaik

untuk menjalin solidaritas agar jatidiri kesukuan dan budayanya di daerah rantau

tetap terbina dengan baik. Pengembangan budaya asal itu terjadi pada migran

Madura dan Jawa di daerah Jember. Orang-orang Madura di daerah rantau hidup

secara berkelompok di suatu tempat. Tempat kelompok orang-orang Madura

biasanya didasarkan pada unsur geologis. Para migran Madura pertama-pertama

membawa bahasa Madura ke tempat yang baru. Oleh karenanya sampai saat

sekarang penduduk yang berada di Jawa timur khususnya Jember utara

menggunakan bahasa Madura sebagai alat penuturnya. Sebagian besar dari

mereka banyak yang tidak menguasai bahasa Jawa. Selain itu para migran Madura

membawa dan mengembangkan seni-seni tradisional dari daerah asalnya.

24 Bahasa dan Budaya Jawa, http://ki demang.com/kbj5/index.php/makalahpengombyong/1204-22-bahasa dan budaya jawa selogudingan di kabupatenprobolinggo potret kebertahanan sebuah entitas masyarakat jawa lama dalamdominasi madura, diakses 28 Oktober 2015, pukul. 23.59.

25 Takdir Alisjahbana, op.cit., hlm. 16.

Page 100: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

83

Seni-seni tradisional yang dibawa oleh para migran Madura sejak desenia

akhir-akhir abad XIX di antaranya ialah: seni macopat Madura, seni topeng

Madura, tandhak, sronen , dan sandhur. Seni mocopat termasuk kesenian yang

digemari oleh masyarakat Madura. Hal ini terbukti hampir di setiap desa yang

sebagian besar masyarakatnya Madura memiliki kesenian ini. Seni macopat

Madura memiliki dua unsur seni yakni sebagi seni sastra dan sebagai seni baca

(tembang). Dalam seni macopat selain terdapat penemban yang membaca cerita-

cerita, juga terdapat juru makna yang bertugas menjelaskan arti dan isi tembang.

Juru makna itu dalam penjelasannya menggunakan bahasa Madura. Sampai saat

sekarang sulit untuk menentukan kapan asal mula macopat Madura berkembang

di daerah Jember. Semua orang yang banyak mengetahui seluk beluk macopat

Madura tidak ada yang dapat memastikan. Mereka hanya memberikan keterangan

bahwa sejak kecil, seni macopat sudah ada di daerah Jember. Kesenain topeng

juga berkembang di daerah Jember sudah sejak lama, yang dibawa oleh para

migran Madura. Kesenian wayang topeng Madura termasuk jenis wayang purwo

yang mengambil cerita dari epos India yakni Mahabrata dan Ramayana. Pada

awalnya di pulau Madura kesenian ini hanya untuk kaum bangsawan tetapi

kemudian berkembang menjadi kesenian rakyat yang banyak digemari oleh

masyarakat Madura di pedesaan. Seperti halnya wayang purwo, dalang

mempunyai peranan yang sangat besar. Dalang berfungsi mengatur dialog

permainan kecuali para punakawan yang diperkenankan untuk berbicara sendiri.

Dalam penuturannya, dalang menggunakan bahasa Madura. Selain kedua seni

diatas, masih banyak seni-seni lainnya yang dibawa oleh para migran Madura.

Page 101: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

84

Selain budaya asal para migran Madura, di Jawa Timur terdapat juga kebudayaan

yang lahir akibat dari adanya pertemuan budaya asli setempat dengan budaya

pendatang. Seperti budaya pandalungan ini merupakan hasil sentuhan budaya

Madura dan Jawa.

Perubahan-perubahan kebudayaan biasanya telah terjadi karena adanya

kontak-kontak hubungan dengan kebudayaan lain yang lebih tinggi tingkat

efisiensi dan ekonomi dari teknologinya, yang biasanya berlangsung melalui

proses-proses difusi atau penyebaran unsur-unsur kebudayaan. Proses ini

menghasilkan unsur-unsur kebudayaan yang merupakan perpaduan dengan atau

pengaruh dari kebudayaan yang datang dari luar. Proses ini tejadi bila warga

masyarakat setempat menganggap bahwa peminjaman unsur-unsur kebudayaan

dari luar tersebut menguntungkan. Di samping itu, perubahan kebudayaan juga

terjadi kalau dalam masyarakat tersebut memungkinkan terjadinya inovasi melalui

penciptaan dan penemuan yang secara teknologi menguntungkan warga

masyarakat yang bersangkutan.26 Budaya ini banyak ditemui di daerah Jember

tengah dan sekitarnya. Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya budaya itu

ialah karena komposisi migran Madura dan migran Jawa jumlahnya berimbang.

Penduduk di Jember tengah dan sekitarnya memiliki dwi bahasa dalam artian

pemakai bahasa Madura dapat berbahasa Jawa dan sebaliknya pemakai bahasa

Jawa dapat pulau berbahasa Madura. Demikian pula dalam bidang kesenian, seni

yang berkembang di daerah ini adalah seni pandalungan yang memiliki ciri

budaya Madura dan juga memiliki ciri budaya Jawa. Perkembangan kesenian

26 Muhajir Utomo, op.cit., hlm. 150.

Page 102: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

85

pandalungan tidak terlepas dari bentuk-bentuk akulturasi dan akomodasi produk

kesenian etnik dominan.

Percampuran budaya tampaknya sangat mempengaruhi ekspresi

masyarakatnya dalam berkesenian. Sejatinya, proses invensi dan modifikasi

kesenian juga terjadi. Sebagai sebuah media berkomunikasi, maka produk

kesenian yang berkembang di wilayah pandalungan melahirkan pola ekspresi

yang cendrung akomodatif, egaliter, kasar dan marginal. Pola ini berkembang

tampaknya lebih didorong oleh keinginan mengedepankan sifat komunikatif

antaretnik yang ada.27 Pandalungan merujuk pada kelompok sub etnik yang

mendiami kawasan Jawa Timur bagian timur tengah Pulau Jawa, yang dikenal

dengan istilah daerah tapal kuda. Dinamakan tapal kuda karena bentuk kawasan

tersebut dalam peta mirip dengan bentuk tapal kuda. Kawasan Tapal Kuda

meliputi Pasuruan (bagian timur), Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo,

Bondowoso, dan banyuwangi. Masyarakat penghuni tapal kuda mayoritas adalah

etnis Madura. Meski ada minoritas etnis Jawa, namun pengaruh Madura yang

sangat kuat menyebabkan karakter budaya di wilayah ini lebih beraroma Madura

daripada etnis lain.

Orang-orang tapal kuda juga identik dengan Islam tradisional yang

merujuk pada pengikut Nahdatul Ulama (NU). Secara tradisional, kawasan Tapal

Kuda merupakan kawasan yang diwarnai nuansa keislaman yang kental. Nahdatul

Ulama mempunyai akar yang sangat kuat di wilayah ini. Meskipun berada di

27Kesenian Masyarakat Pandalungan, www.infobondowoso.net/2013/05/12kesenian masyarakat pandalungan.html, diakses pada 28 Oktober 2015, pukul.22.28.

Page 103: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

86

pulau Jawa, namun mayoritas penduduk Tapal Kuda adalah masyarakat Madura

atau berbahasa Madura. Tapi anehnya mereka banyak yang enggan disebut orang

Madura dan lebih suka disebut sebagia orang pendalungan atau campuran,

dikarenakan nenek moyang mereka yang merupakan pembauran antara etnis Jawa

dan Madura.28 Para migran Madura dan Jawa di daerah yang baru membentuk

pola pemukiman seperti di tempat asalnya. Di dalam kehidupan sosial masyarakat

Madura dikenal suatu pola pemukiman berkelompok. Pola pemukiman ini terdiri

atas beberapa rumah yang berderet memanjang sehingga membentuk suatu

formasi halaman memanjang. Pola pemukiman ini dikenal sebagai tanean lanjang

yang artinya halaman panjang. Pola pemukiman tanean lanjang itu dikembangkan

oleh para migran di tempat yang baru, sehingga pola pemukiman di daerah

Jember utara yang penduduknya sebagian besar Madura masih tetap

menggunakan pola tanean lanjang. Pengembangan pola tanean lanjang

memungkinkan karena gelombang migrasi orang-orang Madura ke daerah Jawa

Timur bersifat migrasi keluarga.

28 http://pksbl.ipb.ac.id/berita-mengenal-kebudayaan-masyarakat-pesisir-utara-jawa-timur-dan-Madura.html, diakses 9 November 2015, pukul 15.33.

Page 104: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

87

BAB V

KESIMPULAN

Masyarakat Madura yang hampir setiap tahun selalu mengalami kesulitan,

mulai dari keadaan topografi alamnya yang sulit diolah sampai perlakuan para

pejabatnya yang semena-mena. Menempa jati diri masyarakat Madura itu sendiri,

menjadi pribadi yang kuat, tegas, serta apa adanya. Sebenarnya sebagian

penduduk Madura bermata pencaharian sebagai petani. Namun, karena keadaan

alamnya yang kurang menguntungkan untuk usaha pertanian ini, menyebabkan

banyak di antara orang Madura ini berpindah mata pencaharian, misalnya

berdagang, mencari ikan dan sebagainya. Ditambah banyaknya aturan yang dibuat

para pejabat setempat, namun malah merugikan masyarakat Madura itu sendiri.

Selain itu ada pula yang sengaja menghindarkan diri dari kewajiban masuk tentara

untuk keperluan Belanda. Adanya teknologi seperti alat transportasi juga

menunjang terjadinya migrasi, menurut Ravenstein peningkatan sarana

perhubungan, perkembangan industri, dan perdagangan menyebabkan frekuensi

migrasi meningkat. Yang mana, pada masa itu kapal dan kereta, sudah menjadi

alat transportasi utama untuk penyeberangan dan lintas daerah. Dari sebab-sebab

kesemuanya tersebut di atas, banyak penduduk Madura meninggalkan daerahnya

untuk berpindah ke lain tempat misalnya ke Jawa, khususnya Jawa Timur.

Sifat dari perpindahan penduduk ini sendiri juga bermaca-macam, ada

yang sementara dan ada yang menetap dengan tidak kembali lagi ketempat

asalnya. Di Jawa Timur orang-orang adura ini rata-rata bekerja di wilayah

perkebunan sebagai buruh, ada pula yang bekerja dengan masyarakat lokal

Page 105: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

88

dengan cara bagi hasil bersama pemilik lahan. Masyarakat Madura yang menetap

di Jawa Timur kebanyakan menikah dengan wanita setempat, sehingga lama-

kelamaan memiliki rumah dan tanah di Jawa Timur. Namun setiap hari raya tiba,

mereka akan pulang kampong ke Madura, begitupun seterusnya. Berbeda halnya

dengan masyarakat Madura yang melakukan migrasi non permanen, mereka ke

Jawa Timur hanya dengan tujuan berdagang atau membeli barang-barang tertentu.

Sehingga tidak terlalu lama menetap di Jawa Timur.

Migran cendrung menempuh jarak dekat, dan apabila daerah tujuan

semakin jauh, frekuensi migran menuju ke daerah tersebut semakin kecil. Migran

yang menempuh jarak jauh umumnya menuju ke pusat-pusat perdagangan dan

industri yang penting, seperti perkebunan, dan lahan-lahan pertanian baru. Jika

seorang “laki-laki” Madura dengan bebasnya dapat melakukan migrasi kemana

saja, berbeda halnya dengan “perempuan” Madura, mereka ini lebih cendrung

bermigrasi ke wilayah yang lebih dekat dengan tanah kelahirannya. Undang-

undang yang menindas di suatu Negara, pajak yang tinggi, iklim yang tidak

menarik, lingkungan masyarakat yang tidak menyenangkan, dan pemaksaan.

Semuanya itu dari dahulu sampai sekarang menimbulkan arus migrasi keluar dari

wilayah tersebut. Akan tetapi, volume migrasi karena paksaan ini tidak dapat

dibandingkan dengan volume migrasi yang didorong oleh keinginan untuk

memperbaiki kehidupannya dalam bidang ekonomi. Di Jawa Timur orang-orang

Madura ini sebagian besar tetap tinggal sebagian koloni, yang berarti mereka

tinggal bersama orang-orang Madura lainnya, dengan sistem permuahan

tradisional mereka, yaitu tanean lanjang. Setelah di Jawa Timur pun mereka tidak

Page 106: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

89

begitu saja lepas dari cara-cara mereka bercocok tanam, seperti sistem tegalan

yang selalu mereka manfaatkan di Madura, karena lahan yang kurang

menguntungkan. Yang mana di Jawa Timur pun mereka kebanyakan tinggal di

lahan yang kering dan berkapur sama halnya dengan wilayah Madura.

Sifat orang-orang Madura yang pekerja keras dan hemat, membuktikan

bahwa orang-orang Madura itu selektif, yang membuktikan bahwa mereka bukan

orang-orang sembarangan. Sebagian besar orang Madura yang bermigrasi ke Jawa

Timur, sebagian besar mendapatkan pekerjaan di tanah perkebunan asing maupun

lokal, hanya sedikit yang mengalami kegagalan kemudian terpaksa pulang

kembali ke Madura. Namun meskipun begitu, kota-kota di Jawa Timur seperti

Surabaya, Pasuruan, Malang, Probolinggo, Bangil, Lumajang, Krakasan, Jember,

Banyuwangi, Bondowoso dan Situbondo, selalu menjadi kota-kota tujuan utama

dari migrasi orang-orang Madura ini. Banyaknya pembukaan lahan-lahan

perkebunan barulah yang menjadi alasannya. Yang mana otomastis membutuhkan

tenaga kerja yang besar, apalagi iming-iming dari perusahaan yang selalu

menjanjikan posisi mandor bagi mereka yang berhasil mengajak orang-orang

lebih banyak untuk bekerja di tempat itu. Karena dengan menjadi mandor, mereka

merasa derajat mereka terangkat, dengan fasilitas-fasilitas lebih yang diberikan

perusahaan. Motivasi ini yang membuat mereka mengajak sanak saudara mereka

yang masih tinggal di Madura. Sekian lama tinggal di Jawa Timur, para migran

dari Madura ini sudah pasti mau tidak mau, langsung tidak langsung, membaur

dengan masyarakat setempat. Sehingga menghasilkan nilai-nilai sosial dan

kebudayaan baru yang berkembang yang dikenal dengan istilah pendalungan.

Page 107: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

90

Definisi sederhana dari pandalungan ini adalah sebuah percamuran antara

budaya Jawa dan Madura, yang mana masyarakat Madura yang lahir di wilayah

Jawa dan beradaptasi dengan budaya Jawa. Wilayah pandalungan merujuk pada

suatu kawasan di wilayah pantai utara bagian timur Jawa Timur yang mayoritas

penduduknya berlatar belakang budaya Madura. Pada umunya orang pendalungan

bertempat tinggal di perkotaan yang secara historis sebagai melting pot, pusat

pertemuan berbagai budaya. Dalam pertumbuhan sebuah kota, bagaikan sebuah

“dulang besar” tempat bertemunya manusia dengan latar belakang budaya yang

berbeda, maka secara tidak langsung menjadi pusat interaksi berbagai kelompok

etnik, yang memungkinkan terjadinya proses asimilasi melalui perkawinan

campuran antar etnik (intermariage). Memang ketika membicarakan

pendalungan, citra yang lebih banyak muncul adalah perpaduan antara dua tradisi

besar, Jawa dan Madura. Pendapat tersebut tentu tidak lepas dari fakta bahwa

kedua etnis tersebut merupakan warga mayoritas di wilayah ini. Di Jember

misalnya, interaksi antara warga Madura dan Jawa Timur melahirkan sebuah

Bahasa Jawa Dialek Jember yang mempunyai perbedaan daam struktur dengan

Bahasa Jawa pada umumnya. Dalam konteks kesenian juga terjadi proses

perpaduan dan, lagi-lagi, lebih cenderung berorientasi pada kesenian yang berakar

dari budaya Jawa. Di Desa Candi Jati, Kecamatan Arjasa, Jember misalnya, ada

kelompok ludruk Masa Jaya yang dalam pertunjukkannya menggunakan bahasa

Madura karena memang komunitas penontonnya berasal dari etnis Madura. Di

Desa Panti, terdapat kelompok jaranan Turonggo Sakti yang memadukan jaranan

Page 108: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

91

Jawa dan Osing (sebuah suku asli di Banyuwangi), sedangkan para pelakunya

merupakan campuran antara warga etnis Madura, Jawa dan sebagian kecil Osing.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa kehadiran komunitas Madura di pelataran

Jawa Timur telah melahirkan budaya baru akibat interaksi yang cukup intens

dengan budaya Jawa, khususnya Jawa Timur. Dan hal itu tidak berlangsung dalam

waktu yang singkat. Di Jember misalnya, sejak migrasi era kolonial sebagai

bentuk mobilasasi masa oleh pihak kolonial, telah menghasilkan struktur

masyarakat multietnis. Dalam perilaku sehari-hari, meskipun terkesan berperangai

keras sebagaimana watak orang Madura, masyarakat pandalungan dikenal

akomodatif, toleran dan menghargai perbedaan. Jika merasa tidak senang,

merekapun akan segera mengatakannya. Di kawasan ini hampir tidak pernah

terjadi konflik antar keompok etnik. Konflik yang terjadi dan mungkin terjadi,

disebabkan karena kecemburuan sosial yang bernuansa ekonomi, politik, pribumi

dan nonpribumi, atau bernuansa keagamaan. Dalam perkembangan selanjutnya,

budaya pandalungan sangat sarat dengan nuansa Islam. Hal itu terjadi karena di

wilayah ini, ulama dan kiai bukan hanya menjadi tokoh panutan, tetapi juga tokoh

yang memiliki akar kuat pada beberapa kekuatan politik. Terdapat beberapa ciri

umum masyarakat pendalungan; Pertama, masyarakatnya cendrung bersifat

terbuka dan mudah beradaptasi. Kedua, sebagian besar lebih bersifat ekspresif,

cenderung keras, temperamental, transparan dan tidak suka basa-basi. Ketiga,

menjunjung tinggi hubungan primer, memiliki hubungan kekerabatan yang relatif

kuat, sehingga penyelesaian persoalan seringkali dilakukan secara beramai-ramai.

Keempat, cenderung bersifat peternalistik, keputusan bertindak mengikuti

Page 109: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

92

keputusan yang diambil oleh para tokoh yang dijadikan panutan. Kelima, seagian

besar masih terkungkung tradisi lisan tahap pertama (primary orality), yang

memiliki ciri-ciri suka mengobrol, ngarasani (membicarakan aib orang), takut

menyimpang dari pikiran dan pendapat yang berlaku umum (solidaritas mekanis).

Keenam, sebagian besar agraris tradisional, berada di pertengahan jalan antara

masyarakat agraris dan indurtri: tradisi dan mitos mengambil tempat yang

dominan dalam kesehariannya.

Page 110: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

93

DAFTAR PUSTAKA

Arsip

Memorie van Overgave van den resident van Passaroeang, H.J. Domis, 1930.

(Museum Sonobudoyo).

Volkstelling 1930 Deel III Inheemsche Bevolking van Oost-Java

Volkstelling 1930 Deel VIII Overzicht voor Nederlands-Indie

Buku-buku dan Artikel

Abdul Madjid, Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia, Jakarta: Yayasan OborIndonesia, 1987.

Brahmana Adhie, Reformasi Pertanian: Pemberdayaan Hak-hak atas Tanahditinjau dari aspek Hukum, Sosial, Politik, Ekonomi, Hankam, Teknis,Agama dan Budaya, Bandung: Mandar Maju, 2002.

Burger, D.H., Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia. Jilid 1. Jakarta: PradnjaParamita, 1962.

De Jonge, Huub, Agama Kebudayaan dan Ekonomi. Jakarta: Rajawali, 1989.

_________, Madura dalam Empat Jaman: Pedagang, Perkembangan Ekonomidan Islam. Terjemahan KITLV-LIPI. Jakarta: P.T Gramedia, 1989.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Geografi Budaya Daerah Jawa Timur.Jakarta: 1983.

Eddy Yawono Slamet, Profil Kependudukan Jawa Timur, Jakarta: Kantor MenteriNegara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan LembagaDemografi Fakultas Ekonomi UI, 1986.

Egbert de Vries, Pertanian dan Kemiskinan di Jawa, Jakarta: Yayasan OborIndonesia dan PT Gramedia, 1985.

Everett.S.Lee, Teori Migrasi, Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM,2000.

Frans Husken, Masyarakat Desa dalam Perubahan Zaman: Sejarah DiferensiasiSosial di Jawa 1830-1980, Jakarta: PT.Grasindo, 1998.

Page 111: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

94

Helius Syamsuddin, Metodelogi Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2012.

_________, Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Depdikbud Dirjen PendidikanTinggi, 1996.

Ida Komang Wisnu, Profil Kependudukan: Propinsi Jawa Timur, Jakarta: BiroPusat Statistik, 1993.

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang, 2005.

_________, Penjelasan Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008.

_________, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura; 1850-1940,Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002.

_________, Radikalisasi Petani, Yogyakarta: Bentang, 1994.

Mubyarto, Ekonomi dan Keadilan Sosial, Yogyakarta: Aditya Media, 1980.

Mubyarto, Tanah dan Tenaga Kerja, Yogyakarta: Aditya Media, 1992.

Muhajir Utomo, 90 Tahun Kolonisasi 45 Tahun Transmigrasi, Jakarta: PT,Penebar Swadaya, 1997.

Mohammad Hatta, Pengantar Kejalan Ekonomi Sosiologi, Jakarta: Fasco, 1957.

Ricklefs M.C, Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: UGM Press, 1989.

Rukmadi Warsito, Transmigrasi; Dari Daerah Asal sampai Benturan Budaya diTempat Pemukiman, Jakarta: CV. Rajawali, 1984.

Samsul Ma’arif, The History of Madura, Yogyakarta: Araska, 2015.

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta:Gramedia, 1992.

Soedigdo Hardjosudarmo, Kebijaksanaan Transmigrasi; Dalam RangkaPembangunan Masyarakat Desa di Indonesia, Jakarta: Bharatara, 1965.

Soemargono, Profil Propinsi Republik Indonesia; Jawa Timur, Jakarta: YayasanBhakti Wawasan Nusantara, 1992.

Sofian Effendi, Pola Mobilitas dan Dampaknya Terhadap Daerah YangDitinggalkan: Studi Kasus Kabupaten Sukoharjo, Madura, Ciamis dan

Page 112: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

95

Asahan, Yogyakarta: Kantor Menteri Negara Kependudukan danLingkungan Hidup dan Pusat Penelitian Kependudukan UGM, 1988/1989.

Sri Margana, Kota-kota di Jawa: Identitas, Gaya Hidup dan PermasalahanSosial, Yogyakarta: Ombak, 2010.

Suko Bandiyono, Migrasi Permanen Penduduk Jawa Timur, Jakarta: PusatPenelitian dan Pengembangan Kependudukan dan Ketenagakerjaan UPI,1987.

Takdir Alisjahbana, Perkembangan Sejarah Kebudayaan Indonesia; Dilihat DariJurusan Nila-Nilai, Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1982.

Tim Prodi Ilmu Sejarah, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Ilmu Sejarah,Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah,Fakultas Ilmu Sosial, UNY, 2013

Skripsi

Edy Burhan Arifin, Migrasi Orang Madura dan Jawa ke Jember: Suatu KajianHistoris Komparatif, Jember: Universitas Jember, 2006.

Internet

http://pksbl.ipb.ac.id/berita-mengenal-kebudayaan-masyarakat-pesisir-utara-jawa-timur-dan-Madura.html, diakses 9 November 2015, pukul 15.33.

“Kesenian Masyarakat Pandalungan”, http://www.infobondowoso.net/2013/05/12-kesenian-masyarakat-pandalungan.html?m=1, diakses pada 28 Oktober2015, pukul. 22.28.

“Bahasa dan Budaya Jawa”, http://ki-demang.com/kbj5/index.php/makalah-pengombyong/1204-22-bahasa-dan-budaya-jawa-seloguding-an-di-kabupaten-probolinggo-potret-kebertahanan-sebuah-entitas-masyarakat-jawa-lama-dalam-dominasi-madura, diakses 28 Oktober 2015, pukul.23.59.

Page 113: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

96

LAMPIRAN

Page 114: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

97

Lampiran 1: Peta Madura Tahun 1930

Sumber : Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura;1850-1940, Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002.

Page 115: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

98

Lampiran 2: Peta Madura Tahun 1930 (lanjutan)

Sumber : Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura;1850-1940, Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002.

Page 116: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

99

Peta 3: Peta Administratif Jawa Timur

Sumber : Volkstelling 1930 Deel III Inhemsche Bevolking van Oost-Java.

Page 117: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

100

Lampiran 4: Fisiografis Jawa Timur.

Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Geografi Budaya DaerahJawa Timur, Jakarta: 1983.

Page 118: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

101

Lampiran 5: Iklim Jawa Timur.

Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Geografi Budaya DaerahJawa Timur, Jakarta: 1983.

Page 119: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

102

Lampiran 6: Peta Kabupaten Situbondo

Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Geografi Budaya DaerahJawa Timur, Jakarta: 1983.

Page 120: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

103

Lampiran 7: Peta Fisiografis Madura

Sumber: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Geografi Budaya DaerahJawa Timur, Jakarta: 1983.

Page 121: PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN …eprints.uny.ac.id/30541/2/1. Skripsi Full 11407141005.pdf · data dengan melakukan penyaringan secara kritis. ... Tabel 3 Jumlah Rata-Rata Curah

104

Lampiran 8: Peta Persebaran Suku Bangsa Dan Bahasa Di Jawa Timur

Sumber: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Geografi Budaya DaerahJawa Timur, Jakarta: 1983.