program studi ilmu kesehatan masyarakat ...repository.utu.ac.id/459/1/bab i_v.pdfprogram studi ilmu...

46
UJI KUALITAS PARAMATER BESI DAN SENG AIR ISI ULANG DI KECAMATAN DARUL MAKMUR KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH: NOVI ERI SABELLA NIM: 08C10104065 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH-ACEH BARAT 2013

Upload: others

Post on 18-Feb-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • UJI KUALITAS PARAMATER BESI DAN SENG AIR ISIULANG DI KECAMATAN DARUL MAKMUR

    KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2013

    SKRIPSI

    OLEH:

    NOVI ERI SABELLANIM: 08C10104065

    PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH-ACEH BARAT

    2013

  • UJI KUALITAS PARAMATER BESI DAN SENG AIR ISIULANG DI KECAMATAN DARUL MAKMUR

    KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2013

    SKRIPSI

    OLEH:

    NOVI ERI SABELLANIM: 08C10104065

    Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SarjanaKesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Universitas Teuku Umar Meulaboh

    PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH-ACEH BARAT

    2013

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

    Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumberdaya air secara konsisten

    peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini.

    Oleh karena itu pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar

    peradaban manusia (Sunaryo, dkk, 2005).

    Penting untuk kita ketahui, penyakit yang berhubungan dengan kurangnya

    ketersediaan air bersih, sanitasi dan hygiene (perilaku hidup sehat) merupakan

    penyakit yang paling sering berulang dan juga merupakan penyebab kematian

    terbesar di dunia yang menyebabkan lebih dari 3 juta orang meninggal pada tiap

    tahunnya, yang umumnya adalah anak-anak. Kalau kita lihat statistik dunia, saat

    ini hampir sekitar 1,1 miliar peduduk dunia tidak memiliki akses terhadap air

    bersih dan 2,5 miliar tidak memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi dasar yang

    layak. (WHO, 2010).

    Indonesia sendiri merupakan negeri kaya air juga tidak luput dari

    persoalan air bersih. berdasarkan data Survey (SUSENAS) 2011 pada tri wulan III

    bulan September, baru 42,52% masyarakat indonesia yang memiliki akses air

    bersih, angka tersebut menurun dibandingkan tahun 2010 yaitu 44,19%

    masyarakat Indonesia yang memiliki akses terhadap air bersih dan 55,54% yang

    memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi dasar.

  • 2

    Situasi ini tidak jauh berbeda dengan di Aceh. Menurut data Riset

    Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010, 62,9 % masyarakat mempunyai akses air

    minum yang layak, sementara yang memiliki akses kepada air minum yang layak

    dan berkelanjutan sesuai dengan definisi Millennium Development Goals (MDGs)

    hanya 34,2% yang memiliki akses air bersih dan 63,6 % masyarakat sudah

    memiliki fasilitas sanitasi dasar yang sesuai dan layak dan hanya 13,22 %

    masyarakat yang mengunakan sumber air sumur tak terlindung. (Litbang Depkes

    RI, 2010).

    Berdasarkan hasil evaluasi Direktorat Pengembangan Air Minum

    Kementerian Pekerjaan Umum, untuk cakupan layanan air minum di Provinsi

    Aceh menduduki urutan ke-8 dari 10 provinsi se-Wilayah I Sumatra. 60%

    penduduk hingga saat ini belum terlayani dan tidak menikmati kebutuhan air

    bersih, kondisi ini disebabkan perusahaan PDAM sebagian besar kabupaten/kota

    di aceh belum mampu menyediakan air minum kepada masyarakat sesuai dengan

    standar kesehatan. (Kementerian PU, 2013).

    Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air

    minum, air mandi, dan sebagainya harus memenuhi persyaratan yang sudah

    ditentukan oleh pemerintah Republik Indonesia. Dalam hal ini persyaratan

    kualitas air minum harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam

    Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, dimana setiap komponen yang

    dikandung dalam air minum harus sesuai dengan yang ditetapkan. Air minum

    selain merupakan kebutuhan esensial, namun juga berpotensi sebagai media

    penularan penyakit, keracunan dan sebagainya (Widyanti, 2004).

  • 3

    Besi (Fe) adalah satu elemen yang dapat ditemui dalam air, besi dalam

    jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah

    merah, namun dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Seng atau juga

    disebut Zinkum (Zn) merupakan mineral mikro yang diperlukan untuk

    pertumbuhan, penambah nafsu makan dan penyembuhan luka, asupan seng yang

    berlebih dapat menyebabkan mual, muntah, sakit kepala, dan nyeri abdomen.

    (Yuliana, 2009; Gunawan, 2009).

    Air tawar bersih yang layak minum, semakin langka di perkotaan. Sungai-

    sungai maupun air tanah yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai

    macam limbah, baik dari rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Itulah

    salah satu alasan mengapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang

    menggunakan air pegunungan banyak dikonsumsi. Namun harga air minum dalam

    kemasan (AMDK) dari berbagai merek yang terus meningkat membuat konsumen

    mencari alternatif baru yang murah. Air minum isi ulang menjadi jawabannya.

    Air minum yang bisa diperoleh di depot-depot isi ulang harganya bisa sepertiga

    dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Karena itu banyak rumah

    tangga beralih pada layanan ini. Hal inilah yang menyebabkan depot-depot air

    minum isi ulang bermunculan (Widyanti, 2004).

    Keberadaan depot air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan

    dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman

    untuk dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum isi ulang

    terjamin keamanan produknya. Contohnya Hasil pengujian laboratorium yang

    dilakukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM ) atas kualitas depot air

    minum isi ulang di Jabotabek menunjukkan adanya cemaran mikroba dan logam

  • 4

    berat timbal (Pb), cadmium (Cd) dan merkuri (Hg) pada sejumlah sampel air

    minum isi ulang (Widyanti, 2004).

    Berdasarkan hal di atas maka pada kesempatan ini penulis ingin

    memeriksa kadar mineral besi (Fe) dan seng (Zn) pada air minum isi ulang yang

    beredar di Kecamatan Darul Makmur Nagan Raya, mengingat bahwa air isi ulang

    mulai menjamur namun tidak pernah ada upaya pengawasan dari Pemerintahan

    Kabupaten Nagan Raya khusus nya dinas kesehatan.

    1.2. Rumusan Masalah

    Apakah kadar kandungan besi (Fe) dan seng (Zn) pada air minum isi ulang

    yang diproduksi di Kecamatan Darul Makmur Nagan Raya sudah memenuhi

    persyaratan kesehatan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

    492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyarat kualitas air minum.

    1.3. Tujuan Penelitian

    1.3.1. Tujuan Umum

    Mengukur kandungan besi dan seng pada air minum isi ulang sesuai

    dengan persyaratan kesehatan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri

    Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas

    air minum.

  • 5

    1.3.2. Tujuan Khusus

    a) Mengetahui kadar Besi (Fe), pada air minum isi ulang yang

    diproduksi di Kecamatan Darul Makmur Nagan Raya.

    b) Mengetahui kadar Seng (Zn) pada air minum isi ulang yang

    diproduksi di Kecamatan Darul Makmur Nagan Raya.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Dalam penelitian ini, Peneliti sangat berharap agar bisa memberikan

    sumbangan pemikiran yang dapat membawa manfaat serta berguna bagi orang

    lain, istansi, maupun institusi baik secara praktis maupun secara teoritis, yaitu :

    1.4.1 Manfaat Praktis

    a) Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Nagan Raya agar dapat

    meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan Depot

    Air Mimun Isi Ulang secara kontiniu dan berkala.

    b). Memberikan masukan bagi pengelola depot Air isi ulang, akan pentingnya

    menerapkan higiene sanitasi dan pemeriksaan secara berkala kualitas air

    minum di depot serta menjaga kualitas produk dengan menggunakan

    sumber air yang memenuhi persyaratan sesuai dengan Permenkes RI No.

    492/MENKES/PER/IV/2010.

    c). Memberikan informasi kepada masyarakat yang menggunakan air minum

    isi ulang (AMIU) agar lebih selektif memilih depot yang higienis, bebas

    dari bahan tercemar dan memenuhi syarat kesehatan.

  • 6

    1.4.2 Manfaat Teoritis

    a) Sebagai Media untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis

    dalam mengaplikasikan ilmu yang di peroleh di bangku kuliah.

    b) Menjadi referensi dan bahan pembanding bagi penelitian berikutnya.

    c) sebagai sumbangan Ilmiah dan informasi dalam memperkaya khasanah

    ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan lingkungan.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengertian Air dan Air Minum

    2.1.1 Pengertian Air

    Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2O terdiri dari hidrogen

    (11,1888 %) dan oksigen (88,812 %), satu molekul air tersusun atas dua atom

    hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak

    berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar. Zat kimia ini

    merupakan suatu pelarut universal karena mampu melarutkan banyak zat kimia

    lainnya, seperti garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan senyawa organik

    (Wikipedia, 2012).

    Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Qamar ayat 12 yang arti

    nya: ”Dan kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, Maka bertemu-

    lah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan”

    Air merupakan suatu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan

    masyarakat karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

    penularan terutama penyakit saluran pencernaan. Oleh sebab itu, upaya penyedian

    air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitas perlu dilakukan sehingga

    berbagai yang dapat ditularkan melalui media air dapat diminimalisasi. (Sutrisno,

    2004).

    Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara,

    sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

    dapat bertahan hidup lebih dari 4 - 5 hari tanpa minum air. Selain itu air juga

  • 8

    dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang

    ada disekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian

    pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transfortasi dan lain-lain. Penyakit-penyakit

    yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air,

    kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana.

    (Budiman, 2007).

    2.1.2 Pengertian Air Minum

    Menurut Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, air minum

    adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang

    memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis air minum

    meliputi :

    1. Air Minum dari Air Bersih (dimasak dulu sebelum dikonsumsi) Diperoleh

    dari sumber : Air PDAM, air sumur dll

    2. Air Minum dalam kemasan (AMDK)

    3. Air Minum isi ulang (AMIU)

    Syarat-syarat air minum adalah tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak

    berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen yang dapat

    membahayakan kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat

    mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan

    secara ekonomis. Selain itu kebutuhan kualitas dan kuantitas air masyarakat harus

    dipenuhi untuk memenuhi syarat hidup sehat. (Slamet, 2004)

  • 9

    2.2. Persyaratan dan Penilaian Air Minum

    2.2.1 Persyaratan Kualitas Air Minum

    Pemanfaatan air dalam kehidupan harus memenuhi persyaratan baik

    kualitas dan kuantitas yang erat hubungannya dengan kesehatan. Air yang

    memenuhi persyaratan kuantitas apabila air tersebut mencukupi semua kebutuhan

    keluarga baik sebagai air minum maupun untuk keperluan rumah tangga lainnya.

    Sedangkan air yang memenuhi persyaratan kualitas air minum menurut

    Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, dapat digolongkan dengan

    empat syarat :

    1. Syarat Fisik

    Air minum yang dikonsumsi sebaiknya tidak berasa, tidak berbau, tidak

    berwarna, tidak keruh, dan suhu udara maksimal ± 30C. (Slamet, 2007)

    2. Syarat Kimia

    Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar

    secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air

    raksa (Hg), alumunium (Al), arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), flourida (F),

    tembaga (Cu), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Kandungan zat

    kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi

    kadar maksimum yang diperbolehkan. Penggunaan air yang mengandung bahan

    kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi ambang batas berakibat tidak baik

    bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia.

    3. Syarat Mikrobilogis

    Air minum yang aman harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi E-

    coli atau koliform tinja dengan standar 0 dalam 100 ml air minum. Keberadaan E-

  • 10

    coli dalam air minum merupakan indikasi telah terjadinya kontaminasi tinja

    manusia. (Pitojo dan Purwantoyo, 2002)

    4. Syarat Radioaktif

    Air minum yang akan dikonsumsi hendaknya terhindar dari kemungkinan

    terkontaminasi radiasi radioaktif melebihi batas maksimal yang diperkenankan.

    2.2.2 Penilaian Kualitas Air

    Penilaian fisik air dapat dianalisis secara visual dengan panca indra.

    Misalnya keruh atau berwarna dapat langsung dilihat, bau dapat dicium

    menggunakan hidung. Penilaian tersebut tentu saja bersifat kualitatif. Misalnya,

    bila tercium bau yang berbeda maka rasa air pun berbeda (Kusnaedi, 2006).

    Faktor yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam penetapan standar kualitas air,

    yaitu :

    1. Kesehatan : faktor kesehatan dipertimbangkan dalam penetapan standar

    guna menghindarkan dampak merugikan kesehatan.

    2. Estetika : faktor estetika diperhatikan guna memperoleh kondisi yang

    nyaman.

    3. Teknis : faktor tekhnis ditinjau dengan mengingat bahwa kemampuan

    teknologi dalam pengolahan air sangat terbatas, atau untuk tujuan

    menghindarkan efek-efek kerusakan dan gangguan instalasi atau peralatan

    yang berkaitan dengan pemakaian air yang dimaksud.

    4. Toksisitas : faktor toksisitas ditinjau guna menghindarkan terjadinya efek

    racun bagi manusia.

  • 11

    5. Populasi : faktor populasi dimaksudkan dalam kaitannya dengan

    kemungkinan terjadinya pencemaran air oleh suatu polutan.

    6. Proteksi : faktor proteksi dimaksudkan untuk menghindarkan atau

    melindungi kemungkinan terjadinya kontaminasi.

    7. Ekonomi : faktor ekonomi dipertimbangkan dalam rangka menghindarkan

    kerugian-kerugian ekonomi.

    2.3. Manfaat Air Bagi Kesehatan

    Air minum dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan

    metabolisme dan fisiologi tubuh setiap waktu, air perlu dikonsumsi karena setiap

    saat tubuh bekerja dan berproses. Disamping itu, air juga berguna untuk

    melarutkan dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna. Tubuh manusia terdiri

    dari berjuta- juta sel dan komponen terbanyak sel-sel itu adalah air. Jika

    kekurangan air, sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik.

    Begitu pula air merupakan bagian ekskreta cair (keringat,air mata, air seni), tinja,

    uap pernafasan, dan cairan tubuh (darah lympe) lainnya (Depkes RI, 2006).

    Menurut Slamet (2004), air digunakan untuk melarutkan berbagai jenis zat

    yang diperlukan oleh tubuh. misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum

    memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada di sekitar alveoli. begitu juga

    dengan zat-zat makanan hanya dapat diserap apabila dapat larut dalam cairan yang

    meliputi selaput lender usus. di samping itu, transportasi zat-zat makanan dalam

    tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. air juga berguna untuk

    mempertahankan suhu badan karena dengan penguapannya suhu dapat menurun.

  • 12

    2.4 Sumber – Sumber Air Bersih

    Sumber daya alam yaitu air dapat diperoleh dari air permukaan meliputi

    air sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainya. Pada air tanah dapat

    dibedakan menjadi dua macam, yaitu air tanah tidak tertekan (bebas) adalah air

    terletak pada suatu dasar yang kedap air dan mempunyai permukaan bebas. Pada

    air tanah tertekan adalah air yang sepenuhnya jenuh dengan bagian atas dan

    bawah dibatasi oleh lapisan yang kedap air, salah satunya sumur (Effendi, 2003).

    Dalam memenuhi air minum sehari-hari diperlukan air minum yang sesuai dengan

    keadaan, kebutuhan dan peruntukannya. Pengadaan sarana air minum di dasarkan

    pada tujuan penyediaan air minum. tujuan penyediaan air minum adalah :

    a) Menyediakan air yang aman dan menyehatkan kepada para pemakai

    b) Menyediakan air dalam jumlah yang cukup

    c) Menyediakan air yang siap digunakan secara sehat

    Pada prinsipnya semua air dapat diolah menjadi air minum. Sumber-

    sumber air dapat dibagi menjadi (Notoatmodjo, 2004) :

    1. Air hujan

    Air hujan merupakan penyulingan awan/air murni yang ketika turun dan

    melalui udara akan melarutkan benda yang terdapat diudara. Setelah mencapai

    permukaan bumi air hujan bukan merupakan air bersih lagi.

    2. Air permukaan

    Air permukaan merupakan salah satu sumber air yang dapat dipakai untuk

    bahan baku air bersih. Dalam penyediaan air bersih terutama untuk minum dalam

    sumbernya perlu diperhatikan tiga segi penting yaitu mutu air baku, banyaknya air

    baku dan kontinyuitas air baku. (Chandra, 2007)

  • 13

    3. Air Tanah

    Air tanah adalah sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi akan

    menyerap ke dalam tanah. Sebelum mencapai lapisan tanah air hujan akan

    merembes beberapa lapisan tanah sambil berubah sifatnya air yang diperuntukkan

    bagi konsumsi minum harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Dapat

    dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.

    (Budiman, 2007)

    Sarana air bersih yang sering digunakan oleh masyarakat bersumber dari

    Sumur gali, Sumur Pompa Tangan, penampungan air hujan perlindungan mata air

    /perpipaan (Ditjen PPM & PLP, 1999) Sumur merupakan sumber utama

    persediaan air bersih bagi penduduk di daerah pedesaan maupun perkotaan

    Indonesia.

    2.5 Depot Air Minum

    2.5.1 Pengertian Depot Air Minum

    Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan

    air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Proses

    pengolahan air pada depot air minum pada prinsipnya adalah filtrasi dan

    desinfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan selain untuk memisahkan kontaminan

    tersuspensi juga memisahkan campuran yang berbentuk koloid termasuk

    mikroorganisme dari dalam air, sedangkan desinfeksi dimaksudkan untuk

    membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring pada proses sebelumnya

    (Athena, 2004).

  • 14

    2.5.2 Peralatan Depot Air Minum

    Alat-alat yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum

    pada depot air minum isi ulang adalah :

    1. Storage Tank: berguna untuk penampungan air baku yang dapat

    menampung air sebanyak 3000 liter.

    2. Stainless Water Pump: berguna untuk memompa air baku dari tempat

    storage tank ke dalam tabung filter.

    3. Tabung Filter: Tabung filter mempunyai tiga fungsi, yaitu :

    a) Tabung yang pertama untuk menyaring patikel-partikel kasar dengan

    bahan dari pasir atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama.

    b) Tabung yang kedua berfungsi untuk untuk menghilangkan kekeruhan

    dengan hasil yang maksimal dan efisien.

    c) Tabung yang ketiga adalah merupakan karbon filter yang berfungsi

    sebagai penyerap debu, rasa, warna sisa khlor dan bahan organik.

    4. Micro Filter: Saringan air yang terbuat dari polyprophylene fiber yang

    gunanya untuk menyaring partikel air dengan maksud untuk memenuhi

    persyaratan air minum.

    5. Flow Meter: digunakan untuk mengukur air yang mengalir ke dalam.

    6. Lampu ultraviolet dan ozon : digunakan untuk desinfeksi/sterilisasi pada

    air yang telah diolah.

    7. Galon isi ulang: digunakan sebagai tempat atau wadah untuk menampung

    atau menyimpan air minum di dalamnya.

  • 15

    2.5.3. Proses Produksi Depot Air Minum

    Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004

    tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan proses

    produksi air minum di depot air minum adalah sebagai berikut :

    1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung

    Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan

    tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir).

    Bak penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus bebas

    dari bahan-bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai

    persyaratan yang terdiri atas:

    a) Khusus digunakan untuk air minum

    b) Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman

    c) Harus mempunyai manhole

    d) Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran

    e) Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi

    penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari

    kemungkinan kontaminasi.

    Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara

    pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air.

    Tangki pengangkutan harus dibersihkan disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan

    dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali

  • 16

    2. Penyaringan bertahap terdiri dari :

    a) Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi

    yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-partikel yang

    kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica (SiO2) minimal 80%.

    b) Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa

    berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik.

    Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.

    c) Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran

    maksimal 10 (sepuluh) micron.

    3. Desinfeksi

    Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi

    dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki atau alat pencampur

    ozon lainnya.Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan

    dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV).

    a) Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah

    Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara

    pangan (food grade) dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah yang

    dibawa konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk

    digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus disanitasi

    dengan menggunakan ozon (O3). Bilamana dilakukan pencucian maka harus

    dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade)

    dan air bersih dengan suhu berkisar 60-850C, kemudian dibilas dengan air

  • 17

    minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen yang

    dipergunakan untuk mencuci.

    b) Pengisian

    Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta

    dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.

    2.5.4. Hygiene Sanitasi Depot Air Minum

    Hygiene sanitasi adalah upaya kesehatan yang mengurangi atau

    menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran

    terhadap air minum dan sarana yang digunakan untuk proses pengolahan,

    penyimpanan dan pembagian air minum. Hygiene sanitasi depot air minum

    meliputi (Depkes RI, 2006) :

    1. Lokasi

    a) Lokasi depot air minum harus berada pada daerah yang bebas dari

    pencemaran lingkungan.

    b) Tidak pada daerah yang tergenang air dan rawa, tempat pembuangan

    kotoran dan sampah, penumpukan barang-barang bekas atau bahan

    berbahya dan beracun (B3) dan daerah lain yang diduga dapat

    menimbulkan pencemaran terhadap air.

    2. Bangunan

    a) Bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah

    pemeliharaannya. Tata ruang Depot Air Minum paling sedikit terdiri dari

    ruangan pengolahan, penyimpanan, penyediaan dan ruang tunggu.

  • 18

    b) Lantai

    Lantai Depot Air Minum harus memenuhi syarat seperti bahan kedap air,

    permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah

    dibersihkan, kemiringannya cukup untuk memudahkan pembersihan,

    Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu.

    c) Dinding

    Dinding Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut : bahan

    kedap air, permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah

    dibersihkan, warna dinding terang dan cerah, selalu dalam keadaan bersih,

    tidak berdebu dan bebas dari pakaian tergantung.

    d) Atas dan langit-langit

    Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan terhadap air dan

    tidak bocor, konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof) dengan

    ketinggian langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai.

    e) Pintu

    Bahan pintu harus kuat, tahan lama, berwarna terang dan mudah

    dibersihkan, pemasangannya rapi sehingga dapat menutup dengan baik.

    f) Pencahayaan

    Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya

    dengan minimal 10-20 foot candle atau 100-200 lux.

    g) Ventilasi

    Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur ventilasi yang dapat

    menjaga suhu yang nyaman

  • 19

    3. Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi

    Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap fasilitas

    sanitasi sebagai berikut :

    a) Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran

    limbah

    b) Fasilitas sanitasi (jaman dan peturasan).

    c) Tempat sampah yang memenuhi persyaratan.

    d) Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel setiap

    pengisian air.

    4. Sarana Pengolahan Air Minum

    a) Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum

    harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan.

    b) Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung unsur yang

    dapat larut dalam air, seperti Timah Hitam, Tembaga, Seng, Cadmium.

    c) Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikro filter alat

    sterilisasi masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa).

    5. Air Baku

    Air baku adalah yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai dengan

    Permenkes RI No.492/MENKES/PER/IV/2010. Jika menggunakan air baku lain

    harus dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang

    dapat menghasilkan air minum, untuk menjamin kualitas air baku harus dilakukan

    pengambilan sampel secara periodik.

  • 20

    6. Air Minum

    Air minum yang dihasilkan adalah harus memenuhi PERMENKES RI No.

    492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

    Minum. Pemeriksaan kualitas bakteriologis air minum dilakukan setiap kali

    pengisian air baku. untuk menjamin kualitas air minum dilakukan pengambilan

    sampel secara periodik.

    7. Pelayanan Konsumen

    a) Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan bersih.

    b) Proses pencucian botol disediakan oleh pengelola air Depot Air Minum.

    c) Setiap wadah yang diisi harus ditutup dengan penutup wadah yang saniter.

    8. Karyawan

    Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular, Bebas dari luka,

    bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi sumber pencemaran,

    dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali setahun) serta

    memiliki Surat Keterangan telah mengikuti Kursus Operator Depot Air Minum.

    9. Pekarangan

    Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan,

    selalu dijaga kebersihannya. Dan bebas dari kegiatan lain atau sumber

    pencemaran lainnya.

    10. Pemeliharaan

    Pemilik/Penanggungjawab dan operator wajib memelihara sarana yang

    menjadi tanggung jawabnya dan melakukan sistem pencatatan dan pemantauan

    secara ketat.

  • 21

    2.6 Air Minum Isi Ulang (AMIU)

    AMIU adalah salah satu jenis air minum yang dapat langsung diminum

    tanpa dimasak terlebih dahulu, karena telah melewati beberapa proses pengolahan

    tertentu. Pengolahan air minum dilakukan tergantung dari kualitas air baku yang

    digunakan baik pengolahan sederhana sampai dengan pengolahan yang kompleks.

    Pengolahan air baku ini dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas air sehingga

    aman dan tidak membahayakan bagi.

    Pada prinsipnya pengolahan depot AMIU terdiri dari :

    1. Pengolahan Fisik

    Pengolahan fisik yaitu pengolahan ulang bertujuan untuk mengurangi atau

    menghilangkan kotoran-kotoran yang ada dalam air yang diolah. Proses ini di

    sebut filteralisasi dan purifikasi.

    2. Pengolahan Kimia

    Pengolahan kimia yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat

    kimia untuk membantu proses selanjutnya, misalnya dengan pembubuhan klor.

    3. Pengolahan Bakteriologis

    Suatu pengolahan untuk membunuh atau memusnahkan bakteri-bakteri

    yang terkandung dalam air minum yakni dengan cara pembubuhan bahan

    disinfektan.

    2.7 Bahaya Zat Kimia dalam Air Minum

    Resiko atau bahaya terhadap kesehatan dapat juga akibat adanya

    kandungan zat atau senyawa kimia dalam air minum, yang melebihi ambang batas

    konsentarsi yang diijinkan. Adanya zat/senyawa kimia dalam air minum ini dapat

  • 22

    terjadi secara alami dan atau akibat kegiatan manusia misalnya oleh limbah rumah

    tangga, industri dll.

    Beberapa zat/senyawa kimia yang bersifat racun terhadap tubuh manusia

    misalnya logam berat, pestisida, senyawa mikro polutan hidrokarbon, zat-zat radio

    aktif alami atau buatan dan sebagainya, beberapa contoh senyawa kimia racun

    yang sering ada dalam air minum diantara nya:

    1) Besi (Fe)

    Unsur Fe merupakan unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme

    tubuh. Setiap hari tubuh memerlukan unsur besi 7-35 mg/hari yang sebagian

    diperoleh dari air. Depkes RI menetapkan kadar maksimum unsur besi terdapat

    dalam air minum adalah 0,3 mg/L.

    Fe dibutuhkan tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya besi

    dalam tubuh dikendalikan oleh fase adsorpsi. Tubuh manusia tidak dapat

    mengekskresikan Fe, karenanya mereka yang sering mendapat transfusi darah,

    warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung

    besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Sekalipun Fe

    diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis yang besar dapat merusak dinding usus.

    Kematian sering disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini (Slamet, 2004)

    Hemokromatis merupakan penyakit akibat kelebihan zat besi. Biasanya

    penyakit ini memiliki tanda-tanda diantaranya kulit berwarna merah, kanker hati,

    diabetes, impotensi, kelelahan dan gangguan jantung. Seseorang yang telah

    mendapat penyakit tersebut akan lebih rentan terhadap serangan jantung, stroke,

    dan gangguan pembuluh darah (Widowati, 2008).

  • 23

    2) Seng (Zn)

    Seng (Zn) adalah metal yang didapat antara lain pada industri alloy,

    keramik, kosmetik, pigmen, dan karet. Toxisitas Zn pada hakekatnya rendah.

    Tubuh memerlukan Zn untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi dapat

    bersifat racun. didalam air akan menimbulkan rasa kesat, dan dapat menimbulkan

    gejala muntaber. Seng menyebabkan warna air menjadi opalescent, dan bila

    dimasak akan menimbulkan endapan seperti pasir.

    2.8 Pengawasan Kualitas Air Minum

    Dari seluruh uraian diatas, dapat diketahui dengan jelas bahwa kualitas air

    khususnya kualitas air minum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

    kesehatan masyarakat, dan oleh karena suplai air minum dengan kualitas yang

    buruk dapat mengakibatkan pengaruh yang buruk terhadap tingat kesehatan

    masyarakat, maka air yang disuplai untuk masyarakat misalnya air PAM haruslah

    memenuhi standar yang telah ditetapkan dalam hal ini oleh Pemerintah atau

    Instansi yang berwenang.

    Dengan melihat kenyataan bahwa air baku untuk air minum yang ada di

    Indonesia khususnya di daerah hilir atau di daerah perkotaan yang semakin buruk,

    maka dengan teknologi pengolahan secara konvensional saja, masih sangat

    diragukan apakah air hasil olahannya sudah memenuhi syarat atau belum. Hal ini

    dapat dibuktikan dengan banyaknya keluhan-keluhan oleh masyarakat tentang

    buruknya kualitas air PAM, apalagi jika ditinjau dari beberapa parameter yang

    termasuk senyawa polutan nmikro misalnya trihalomethan, khlorophenol,

  • 24

    pestisida dan lainnya, karena selama ini pihak PAM tidak pernah memeriksa

    parameter-parameter yang termasuk senyawa polutan mikro tersebut.

    Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam rangka meningkatkan

    derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan

    termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat, dan

    agar air minum dikonsumsi masyarakat tidak menimbulkan gangguan kesehatan

    perlu menetapkan persyaratan kesehatan kualitas air minum. Untuk itu Pemerintah

    Repuplik Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan telah menetapkan

    syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum yang dituangkan dalam

    Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010, tentang Syarat-

    Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Di dalam surat keputusan tersebut

    yang dimaksud dengan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau

    tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung

    diminum, sedangkan jenis air minum meliputi air yang didistribusikan melalui

    pipa untuk keperluan rumah tangga, air yang didistribusikan melalui tangki air, air

    kemasan, serta air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman

    yang disajikan kepada masyarakat. Persyaratan kesehatan air minum sebagaimana

    dimaksud didalam Surat Keputusan tersebut meliputi persyaratan bakteriologis,

    kimiawi, radioaktif dan fisik.

    Pembinaan teknis terhadap segala kegiatan yang berhubungan dengan

    penyelenggaraan persyaratan kualitas air minum dilakukan oleh Menteri

    Kesehatan, sedangkan pengawasan kualitas air minum dilaksanakan oleh Dinas

    Kesehatan Kabupaten/Kota melalui kegiatan :

  • 25

    a) Inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air termasuk air pada sumber air

    baku, proses produksi, jaringan distribusi, air minum isi ulang dan air

    minum dalam kemasan.

    b) Pemeriksaan kualitas air dilakukan di tempat/dilapangan dan atau di

    laboratorium.

    c) Analisis hasil pemeriksaan laboratorium dan pengamatan lapangan.

    d) Memberi rekomendasi untuk mengatasi masalah yang ditemui dari hasil

    kegiatan a, b, c yang ditujukan kepada pengelola

    e) Tindak lanjut upaya penanggulangan/perbaikan dilakukan oleh pengelola

    penyedia air minum.

    f) Penyuluhan kepada msyarakat Pengawasan kualitas air dilakukan secara

    berkala sekurang- kurangnya setiap 3 (tiga) bulan dan hasil pengawasan

    sebagaimana dimaksud wajib dilaporkan secara berkala oleh Kepala Dinas

    kepada Bupati/Wali Kota.

    2.9 Dasar Variabel Penelitian

    Salah satu penyediaan air bersih dimasyarakat adalah air minum isi ulang

    yang merupakan penyediaan air bersih modern yang banyak dijumpai

    dimasyarakat pada umumnya. Cara pengelolaanya cepat dengan mengunakan

    peralatan dan teknologi.

    Dari segi kesehatan Air minum isi ulang dapat menjadi sumber penyakit

    apabila pembuatanya tidak memperhatikan beberapa aspek seperti bangunan alat

    dan tempat. Disamping perilaku pengelola depot terhadap prosedur dan ketentuan.

  • 26

    Salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit melalui air dengan

    menjaga kualitas air baik secara fisik, kimia, dan bakteorologis dari air yang oleh

    masyarakat, sehingga kejadian penyakit melalui air dapat dicegah. Pada penelitian

    ini, aspek kajian yang perlu mendapat perhatian adalah air minum isi ulang

    terhadap kadar kandung zat kimia besi (Fe) dan Seng (Zn) dalam air dimana

    kelebihan kadar zat kimia dalam air minum bisa menimbulkan penyakit.

  • 27

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen murni yang bertujuan

    mengetahui kadar kandungan besi (Fe) dan seng (Zn) pada air minum isi ulang

    yang diproduksi di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya.

    3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

    3.2.1 Tempat Penelitian

    Pada penelitian ini sampel air diambil di seluruh depot Air minum isi

    ulang yang beroperasi di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya,

    alasan pemilihan lokasi karena merupakan kecamatan yang cukup jauh dari

    central Kabupaten dan terindikasi tidak pernah dilakukan pengawasan terhadap

    produksi yang dilakukan pengelola depot air minum isi ulang. Sehingga peneliti

    tertarik untuk melakukan pengujian kadar kandungan besi (Fe) dan seng (Zn) pada

    air minum isi ulang yang kemudian akan di uji melalui UPTD Balai Laboratorium

    Kesehatan Provinsi Aceh.

    3.2.2 Waktu Penelitian

    Adapun waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Mei 2013 dengan

    tahap pendataan tempat dan pengambilan sampel pada depot air minum isi ulang

    yang ada di Kecamatan Darul Makmur dan akan dilakukan uji Laboratorium pada

    bulan Juni tahun 2013

  • 28

    3.3 Populasi Dan Sampel

    3.3.1 Populasi

    Yang manjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua depot air minum

    isi ulang yang berada di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya yaitu

    sebanyak 8 Depot AMIU.

    3.3.2 Sampel

    Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari Depot AMIU yang

    ada di Kecamatan Darul Makmur yaitu 8 depot. dalam pengambilan sample

    apabila subjek penelitian yang kurang dari 100 maka akan diambil keseluruhan

    sehingga penelitian merupakan penelitian populasi (Notoatmodjo, 2004)

    3.4 Alat dan Bahan Penelitian

    3.4.1 Alat

    Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : SAA (Spektrofotometer

    Serapan Atom), lampu katode berongga Fe, lampu katode berongga Zn, pipet ukur

    5 ml, labu ukur 100 ml, corong gelas, Pemanas Listrik, Gelas piala 250 ml atau

    Erlenmeyer 250 ml, gas Acetilen, Compressor, Box es, botol aqua steril.

    3.4.2 Bahan

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : sampel air minum

    isi ulang yang diambil dari Depot yang ada di kecamatan Kecamatan Darul

    Makmur Kabupaten Nagan Raya.

  • 29

    3.5 Defenisi Oprasional

    Tabel 3.1 Variabel Penelitian

    N NoVariabel Keterangan

    1. Besi (Fe) Definisi

    Cara ukurAlat ukur

    Hasil ukur

    Skala ukur

    Unsur sel penting dalam prosespembentukan sel darah merah didalam tubuh manusia.Pemeriksaan laboratoriumTabung reaksi, gelas ukur, PipetTetes- Positif Jika di atas 0,3 mg/l- Negatif Jika di bawah 0,3 mg/lRatio

    Variabel Keterangan2. Seng (Zn) Definisi

    Cara ukurAlat ukur

    Hasil ukur

    Skala ukur

    Zat pembentuk ratusan jenis enzimtubuh dan pemberi vitalitas danberpatisipasi dalam prosespenyatuan protein dan nucleid acd,Pemeriksaan laboratoriumTabung reaksi, gelas ukur, PipetTetes- Positif Jika di atas 3 mg/l- Negatif Jika di bawah 3 mg/lRatio

    3.6 Aspek Pengukuran

    1) Aspek pengukuran dalam penelitian ini adalah hasil proteksi kadar besi

    (Fe), pada air minum isi ulang diantaranya :

    - Positif bila hasil uji laboratorium menunjukan Fe di atas 0,3 mg/l

    - Negatif bila hasil uji Laboratorium memenuhi syarat yaitu 0,3 mg/l

    sesuai dengan permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010.

  • 30

    2) Aspek pengukuran dalam penelitian ini adalah hasil proteksi kadar seng

    (Zn) pada air minum isi ulang diantaranya :

    - Positif bila hasil uji laboratorium menunjukan Zn di atas 3 mg/l

    - Negatif bila hasil uji Laboratorium memenuhi syarat yaitu 3 mg/l sesuai

    dengan permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010.

    3.7 Skema Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti alur atau langkah – langkah

    sebagai berikut:

    Gambar 3.1. Skema Penelitian Air Minum Isi Ulang

    Keterangan :

    1. Penentuan lokasi dan titik pengambilan sampel : Lokasi pengambilan

    sampel ditentukan berdasarkan tujuan dan kebutuhan pengambilan sampel,

    titik pengambilan sampel yaitu di seluruh depot AMIU di Kecamatan

    Darul Makmur.

    2. Persiapan alat dan Pengambilan sampel : pengambilan sampel

    mengunakan botol yang di yakini steril yaitu botol air kemasan yang di

    Penentuan Lokasi dantitik pengambilan sampel

    Persiapan alat danPengambilan bahan Sampel

    Pengamatan Hasil Pemeriksaan Laboratoriumkadar Fe, Zn dengan SSA

    Positif Negatif

  • 31

    bilas sebanyak 2 kali dengan bahan baku air tersebut dan pengisian air

    yang ketiga digunakan sebagai sampel. kemudian ditutup serta diberikan

    label sampel dengan mengunakan kode, Lalu dikemas kedalam box es

    untuk dilakukan pengawetan dengan tujuan memperlambat proses

    perubahan kimia air dan mengurangi absorbsi dinding wadah, karena jarak

    tempuh antara lokasi pengambilan sampel ke kelaboratorium memakan

    waktu lebih dari 10 Jam sehingga harus dilakukan proses pengawetan.

    3. Pemeriksaan Laboratorium : Terlebih dahulu keseluruhan sampel air

    dimasukan kedalam masing-masing gelas piala sebanyak 50 ml dan

    ditambah asam nitrat (HNO3) sebanyak 5 ml kedalam gelas tersebut

    dengan mengunakan pipet ukur dan ditutup. Kemudian letakan gelas-gelas

    tersebut diatas pemanas listrik sampai air mendidih hingga sisa volumenya

    mencapai 15 ml - 20 ml. Setelah proses pemanasan air tersebut dimasukan

    kedalam labu ukur dengan mengunakan corong gelas sebanyak 50 ml, jika

    tak mencapai 50 ml maka ditambah dengan aquades hingga mencapai 50

    ml. Kemudian hidupkan SSA beserta lampu katode Fe pada kisaran 0,3

    mg/l dengan panjang gelombang 248,3 nm (nano meter) dan lampu katode

    Zn pada kisaran 3 mg/l dengan panjang gelombang 213,9 nm, lalu letakan

    labu ukur pada sped penghubung SSA dan sesuaikan dengan prosedur

    pengunaan SSA. Lakukan hal tersebut pada masing-masing sampel secara

    berurutan.

    4. Hasil : setelah proses reaksi kerja pada alat SSA, maka akan muncul hasil

    yang dapat dilihat dari destop yang terhubung dengan SSA dan dilakukan

    pencatatan hasil pengukuran kadar Fe dan Zn dalam air minum isi ulang .

  • 32

    3.8 Teknik Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan pengamatan

    langsung pada sampel AMIU yang akan diteliti dilaboratorium dengan mengikuti

    cara kerja alat yaitu dilakukan pengamatan konsentrasi serapan larutan logam dan

    penghitungan setelah proses selesai.

    3.9 Teknik Analisa Data

    Dalam penelitian ini mengunakan analisis data unvariat dimana analisis

    mengunakan satu Variabel dengan cara membaca tabel hasil kelayakan AMIU

    sebagai bahan air minum, maka hasil analisis dengan mendeteksi Kadar Fe dan Zn

    dalam Air Minum di laboratorium dapat ditetapkan berdasarkan permenkes No.

    492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan Kualitas air minum. Ketetapan

    tersebut mengacu pada kadar maksimum parameter kualitas air yang diperbolehkan

    dan dilakukan penguraian dan penafsiran, sehingga akan dijadikan bahan

    rekomendasi bagi pihak berwenang dalam hal ini dinas kesehatan dan kepada

    masyarakat yang mengkomsumsi air tersebut jika tidak memenuhi ketentuan.

    Tabel 3.2 Jumlah Sampel Yang Akan diteliti

    NO KodeSampel

    Hasil Fe Hasil Zn Keterangan

    (+) ( - ) (+) ( - )

    1 DAMIU 1 Sesuai StandarPermenkes RI

    Nomor492/Menkes/Per/IV/2013

    tentangPersyaratanKualitas Air

    Minum

    2 DAMIU 2

    3 DAMIU 3

    4 DAMIU 4

    5 DAMIU 5

    6 DAMIU 6

    7 DAMIU 7

    8 DAMIU 8

  • 33

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian

    4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Kecamatan Darul Makmur merupakan satu diantara 8 kecamatan yang ada

    di Kabupaten Nagan Raya dengan ibukota kecamatan Alue Bilie. Jumlah

    penduduk di kecamatan Darul Makmur mencapai 46,954 Jiwa pada bulan

    Desember 2011 yang terdiri dari 23,963 Laki-laki dan 22,991 Perempuan,

    Kecamatan Darul Makmur terdiri dari 7 kemukiman dari 51 Gampong dengan

    luas area 1.050,26 Km2. Kecamatan Darul Makmur memiliki teritori wilayah

    sebagai berikut:

    1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tadu Raya dan Kuala

    2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya

    3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Beutong

    4. Sebelah Selatan berbatasan dengan samudera Hindia

    Dalam sektor ekonomi, masyarakat Kecamatan Darul Makmur memiliki

    sumber daya yang sangat potensial, akses transportasi di Kecamatan Darul

    Makmur sudah sangat memadai dari sebelumnya. Tidak hanya itu akses pasar

    juga sudah mulai meningkat dimana dengan berdirinya fasilitas publik untuk

    pengelolaan hasil tanaman. Adapun sumber mata pencaharian masyarakat

    kecamatan Darul Makmur rata-rata adalah Perkebunan, disamping itu ada juga

    pedagang, petani dan Pegawai Negeri Sipil, Kecamatan Darul Makmur

  • 34

    merupakan daerah yang terkenal dengan produksi kelapa sawit karena banyak

    perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang beroperasi di kecamatan tersebut.

    4.1.2 Hasil Penelitian Air Minum Isi Ulang

    Dari hasil penelitian yang dilakukan pada air minum isi ulang yang

    diproduksi di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya yang dilakukan

    pada bulan Juni 2013, diperoleh sampel sejumlah 8 sampel air air minum isi

    dimana masing-masing sampel diuji untuk mengukur kadar Fe dan Zn pada air

    minum isi ulang.

    Tabel.4.1 Kesimpulan hasil pemeriksaan Besi (Fe) AMIU di Kecamatan

    Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013

    No Aspek PengukuranParameter

    KeteranganBesi (Fe)

    1 Memenuhipersyaratan

    7- Sesuai dengan kadar Maksimum

    dalam Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010.2 Tidak memenuhi

    Persyaratan1

    Jumlah Sampel 8

    Berdasarkan tabel 4.1 maka dinyatakan bahwa kualitas air minum isi ulang

    di lihat dari kadar besi di Kecamatan Darul Makmur, pada 8 sampel yang di teliti

    bahwa terdapat 7 sampel (87,5%) memenuhi syarat dan 1 sampel (12.5%) tidak

    memenuhi syarat. Artinya masih ada depot air minum yang positif ditemukan

    kadar Fe melibihi baku mutu yang di tetapkan dalam Permenkes tahun 2010

    tentang syarat kualitas air minum yaitu 0,3 mg/l dan dapat menyebabkan rusaknya

    dinding usus dan dampak kesehatan lainnya.

  • 35

    Tabel.4.2 Kesimpulan hasil pemeriksaan Seng (Zn) AMIU di Kecamatan

    Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

    No Aspek PengukuranParameter

    KeteranganSeng (Zn)

    1 Memenuhipersyaratan

    8- Sesuai dengan kadar Maksimum

    dalam Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010.2 Tidak memenuhi

    Persyaratan0

    Jumlah Sampel 8

    Berdasarkan tabel 4.2 maka dinyatakan bahwa kualitas air minum isi ulang

    di lihat dari kadar seng AMIU di Kecamatan Darul Makmur, pada 8 sampel yang

    di teliti bahwa keseluruhan sampel (100%) memenuhi syarat. Artinya jika ditinjau

    dari baku mutu Zn, keseluruhan sampel yang di ambil dari depot air minum yang

    beroperasi di Kecamatan Darul Makmur sudah memenuhi Permenkes tahun 2010

    tentang syarat kualitas air minum yaitu 3 mg/l.

    Tabel.4.3 Kesimpulan hasil pemeriksaan Fe dan Zn pada sampel AMIU di

    Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

    No Aspek PengukuranParameter

    KeteranganBesi (Fe) Seng (Zn)

    1 Memenuhipersyaratan

    7 8- Sesuai dengan kadar

    Maksimum dalamPermenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010.

    2 Tidak memenuhiPersyaratan

    1 0

    Jumlah Sampel 8 8

    Berdasarkan Hasil Tabel 4.3 maka dapat diuraikan bahwa jika ditinjuan

    dari dua pemeriksaan parameter kimia yaitu besi dan seng dalam AMIU terdapat 1

    (12,5%) depot yang belum memenuh persyaratan baku mutu air minum dan hanya

    7 (87,5%) depot yang sudah memenuhi baku mutu yang terdiri dari 8 sampel

  • 36

    pemeriksaan di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya, hal ini

    membuktikan bahwa tidak semua depot air minum memenuhi standar Permenkes

    tahun 2010 tentang persyarat kualitas air minum.

    Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah belum sesuainya

    standar oprasional prosedur (SOP) pengelolaan alat-alat depot air minum yang

    besumber dari sumur bor dan lemahnya pemeriksaan parameter terhadap kualitas

    air sehingga dapat merugikan kesehatan masyarakat yang mengkomsumsi air

    minum isi ulang meskipun belum ditemukan kasus tersebut.

    Dari uraian diatas, dapat diketahui dengan jelas bahwa kualitas air

    khususnya kualitas air minum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

    kesehatan masyarakat, dan oleh suplay air minum yang buruk maka akan

    berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat, maka air yang dijual kepada

    masyarakat misalkan air dalam kemasan maupun air minum isi ulang haruslah

    memenuhi standar yang di tetapkan dalam hal ini pemerintah maupun istansi yang

    berwenang. Dengan melihat kenyataan bahwa air minum yang disediakan oleh

    pihak swasta maupun pemerintah masih buruk, dengan mengunakan teknologi

    pengolahan secara konvensional saja masih diragukan apakah air olahanya sudah

    memenuhi persyaratan atau belum. Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka

    meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka hendaknya dilakukan berbagai

    upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikomsumsi oleh

    masyarakat dan agar air minum yang dikomsumsi oleh masyarakat tidak

    menimbulkan ganguan kesehatan.

  • 37

    4.2 Pembahasan

    Sumber air baku yang digunakan oleh pengusaha DAMIU Kecamatan

    Darul Makmur di peroleh dari beberapa sumber yaitu dari air tanah atau sumur

    bor. Namun demikian, sumber air baku harus memenuhi syarat-syarat baik

    struktur fisis, kimiawi maupun bakteriologis. Sumber air baku harus tetap terjaga

    dan terpelihara keberlanjutannya. Hasil pengamatan di lapangan dan hasil

    penelitian Laboratorium, menunjukkan bahwa tidak semua air baku yang

    digunakan pengusaha DAMIU dalam kondisi yang baik, karena ada beberapa

    yang terkontaminasi dengan sumber pencemaran lainnya, hal ini tidak sesuai

    dengan syarat- syarat / standar air bersih yang layak dikonsumsi yaitu berdasarkan

    Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492/Menkes/Per/IV/2010.

    Ketidak tahuan pengusaha DAMIU akan mutu sumber air baku yang

    mengakibatkan rendahnya mutu air isi ulang yang diproduksinya dan dapat

    membahayakan konsumen walaupun sejauh ini belum ada keluhan dari konsumen

    tentang pencemaran air isi ulang.

    Mengingat masih ditemukannya kontaminasi pencemaran dan kualitas

    baku yang tidak memenuhi standar di sumber air baku, perlu kiranya Dinas

    Kesehatan melakukan intervensi dengan 1). memberikan rekomendasi kepada

    pengusaha-pengusaha yang mampu menyediakan sumber air baku dengan kualitas

    baik dan memenuhi syarat-syarat kesehatan dan menghimbau kepada pengusaha

    DAMIU untuk hanya mengambil air baku dari pengusaha penyedia sumber air

    baku yang direkomendasi; 2). setiap pengusaha penyedia sumber air baku untuk

    rutin memeriksakan mutu / kualitas sumber air baku yang diambilnya minimal 3

    (tiga) bulan sekali ke laboratorium yang telah terakreditasi dan memberikan

  • 38

    salinan hasil uji laboratorium ke seluruh pengusaha DAMIU yang dipasoknya

    serta 3). Sebelum diberi ijin usaha DAMIU, terlebih dahulu di lihat kelayakan

    lokasi DAMIU, peralatan yang digunakan dan pengusaha penyedia sumber air

    baku karena selama ini masalah perijinan juga menjadi kendala tersendiri, karena

    tidak ada kejelasan tentang instansi yang berhak mengeluarkan ijin untuk usaha

    air minum isi ulang, sehingga sampai saat ini untuk dapat membuka usaha

    tersebut asal mempunyai modal untuk membeli peralatan dan mempunyai lokasi

    untuk usaha sudah dapat menjalankan usahanya. Kenyataannya dari 8 depot yang

    ada di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya hanya ada beberapa

    depot yang terdaftar.

    Suksesnya usaha DAMIU ada beberapa faktor yang harus diperhatikan

    yaitu :

    1. sumber air bakunya, harus tersedia baik kuantitasnya maupun kualitasnya,

    dan tidak mengganggu keberlanjutan sumberdaya air dan tidak merusak

    ekosistenmya,

    2. proses pengolahan, peralatan harus memenuhi spesifikasi minimal untuk

    dapat mengolah air baku yang menghasilkan air yang siap diminum yaitu

    memenuhi syarat-syarat air minum yaitu syarat fisik, kimiawi dan

    bakteriologis.

    3. dilandasi dan ditaatinya peraturan perundang-undangan yang jelas.

    Sumber air baku tidak sembarangan, dapat diperoleh dari berbagai sumber

    yaitu dari air tanah seperti mata air (pegunungan),sungai bawah tanah, busong dan

    sumur bor, yang terlindungi, air permukaan seperti air danau, air sungai, air laut

    dan gunung es. Air baku harus memenuhi syarat-syarat baik struktur fisis,

  • 39

    kimiawi maupun bakteriologis. Sumber air baku harus tetap terjaga dan

    terpelihara keberlanjutannya. Ekosistem tidak terganggu, tidak hanya dilihat dari

    sistem hidrologinya saja tetapi sistem kehidupan secara itentitas, termasuk

    dampak dan konflik sosialnya. (Slamet, 2004)

    Persepsi masyarakat atau pasar, depot air minum isi ulang (DAMIU) ini

    air bakunya adalah berasal dari sumber mata air pegunungan yang memenuhi

    syarat-syarat kesehatan yaitu rasanya segar, dingin, tidak berbau, tidak berwarna,

    pH normal dan TDS rendah. Dalam kenyataannya tidak demikian, air baku dapat

    diambil dari berbagai sumber seperti tersebut diatas. Air tanah, memiliki karakter-

    karakter tertentu dan berbeda satu dengan lainnya. Bisa mengandung mineral-

    mineral atau garam-garam yang cukup tinggi akibat dari pengaruh lapisan dan

    batuan dibawah tanah yang dilalui oleh air tanah tersebut. Sedangkan air

    permukaan kualitasnya sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya dan

    perilaku manusia dan sanitasi sekitarnya. Dan kualitas air yang siap diminum

    masih tergantung pula pada beberapa faktor yang lain, diantaranya adalah bahan

    peralatan, proses pengolahan, sanitasi DAMIU, sanitasi karyawan dan sanitasi

    botol air minum siap pakai. (Kusnaedi, 2006).

    Kelebihan kadar zat kimia dalam air dapat membawa dampak buruk jika

    melebihi ambang batas dan standar yang sudah di tentukan, adanya zat kimia

    dalam air bisa jadi dikarenakan oleh proses alamiah dan ulah manusia sendiri

    misalkan limbah rumah tangga atau industri dll.

    Beberapa senyawa kimia beracun dalam air adalah Fe, Zn dan sebagainya.

    Meskipun kandunga kimia dalam air tersebut dibutuhkan dalam tubuh seperti Fe

    dan Zn dibutuhkan sebagai metabolisme tubuh dan Fe sendiri juga dibutuhkan

  • 40

    untuk pembentukan hemoglobin, namun demikian dalam kadar atau dosis tingi

    dapat bersifat racun, kelebihan Fe bisa menyebabkan rusaknya dinding usus dan

    dapat menimbulkan penyakit hemokromatis yaitu penyakit kelebihan zat besi,

    dimana tanda-tanda yang timbul kulit menjadi bewarna merah, kangker hati,

    diabetes, impotensi, kelelahan dan ganguan jantung.sementara kelebihan Zn dapat

    menimbulkan gejala muntaber. (Widowati, 2008).

  • 41

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Sebagai simpulan dari hasil dan pembahasan penelitian berdasarkan

    Kajian kualitas parameter kimia seng dan besi pada air sumur isi ulang di

    Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 dapat diuraikan

    sebagai berikut :

    1. Berdasarkan hasil Uji laboratorium yang mengikuti ketentuan pengunaan

    alat SSA, dari 8 sampel yang diuji Fe ditemukan 1 (12,5%) sampel masih

    positif mengandung kadar Fe melebihi batas maksimal air minum dan 7

    (87,5%) sampel mengandung Fe yang sesuai dengan persyaratan baku

    mutu air minum. sehingga 1 sampel air minum isi ulang dinyatakan tidak

    layak untuk di komsumsi oleh masyarakat di Kecamatan Darul Makmur

    Kabupaten Nagan Raya.

    2. Berdasarkan hasil Uji laboratorium terhadap parameter kimia Zn air isi

    ulang di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya, bahwa 100%

    dari 8 Sampel air negatif mengandung Zn berlebih, sehingga dinyatakan

    layak untuk di komsumsi oleh masyarakat.

    3. Hasil dari proteksi laboratorium terhadap pemeriksaan kandungan Fe dan

    Zn pada 8 sampel air minum isi ulang yang diperoleh pada depot air isi

    ulang di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya, ditemukan 1

    (12,5%) Sampel air belum memenuhi standar persyaratan kualitas air

    minum sesuai dengan Permenkes RI nomor 492/Menkes/Per/IV/2010.

  • 42

    4. Dapat juga disimpulkan bahwa masih ada depot air minum isi ulang yang

    mengunakan teknologi secara convensional belum tenjamin kualitas air

    minum yang di produksinya sehingga memungkinkan akan menimbulkan

    dampak kesehatan yang merugikan komsumen.

    5.2. Saran

    1. Perlu adanya pembinaan dan pengawasan pengelolaan DAMIU oleh Dinas

    Kesehatan Kabupaten Nagan Raya dengan melibatkan organisai profesi

    dan bidang yang membawahinya yang dilaksanakan secara teratur dan

    terkoordinasi.

    2. Bagi Pengusaha atau pengelola depot Air minum isi ulang, harusnya

    menerapkan higiene sanitasi dan pemeriksaan secara berkala kualitas air

    minum di depot serta menjaga kualitas produk dengan menggunakan

    sumber air yang memenuhi persyaratan sesuai dengan Permenkes RI No.

    492/MENKES/PER/IV/2010, serta mengikuti Standard Operating

    Procedure (SOP) pengelolaan dan pengunaan Alat depot sehingga tidak

    menimbulkan dampak kesehatan yang merugikan kesehatan konsumen.

    3. Bagi masyarakat yang menggunakan air minum isi ulang (AMIU) agar

    lebih selektif memilih depot yang higienis, bebas dari bahan tercemar dan

    memenuhi syarat kesehatan pengelolaan air minum serta menjaga botol /

    galon isi ulang agar tidak terkontaminasi dengan zat-zat berbahaya.

  • DAFTAR PUSTAKA

    [BPPT] Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan

    Teknologi. 2004. [terhubung berkala]. http: www.warintek.ristek.go.id

    [11 Februari 2013]

    Badan Perencanaan Pembangunan Nasional2003. Kebijakan Nasional

    Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis

    Masyarakat. Jakarta.

    Badan Pusat Statistik 2011: Data dan Informasi Sensus Sosial Ekonomi Nasional ,

    BPS Jakarta

    Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku

    Kedokteran EGC. Jakarta Edisi ke V Hal. 124, dan 144-147

    Departemen Kesehatan RI 2006. Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan

    Hygene Sanitasi Depot Air Minum, Dirjen Penyehatan Lingkungan,

    Jakarta

    Departemen Kesehatan RI 2010, Data Hasil Riset Kesehatan Dasar, Litbang

    Depkes. Jakarta

    Depaertemen Kesehatan RI2011. Laboratorium Klinik Mandiri, Riset Fasilitas

    Kesehatan, Jakarta.

    Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI, 2004. Kepmenperindag No. 651

    Tahun 2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan

    Perdagangannya. Jakarta

    Effendi, Husni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

    Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

    Kementerian Pekerjaan Umum RI, Hasil Evaluasi Pelayanan Air Minum,

    Direktorat Pengembangan Air Minum, Jakarta.

    Kusnaedi, 2006. Pengolahan Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum:

    Penebar Swadaya,Jakarta

    Notoatmodjo, S, 2004. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

    Peraturan Menteri PU No. 12/2010 tentang Pedoman Kerjasama Pengusahaan

    Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum(SPAM).Jakarta 2010

  • Permenkes RI 2010, Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010 Tanggal 19 April 2010

    tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta

    Pitojo, Setijo. Eling Purwantoyo. 2002. Deteksi Pencemar Air Minum. CV Aneka

    Ilmu. Semarang

    Slamet, Juli Soemirat. 2007. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University

    Press, Yogyakarta

    Slamet, Purwanto dkk. 2004. Penyediaan Air minum, Proyek Pengembangan

    Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai,

    Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

    Sunaryo dkk, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air. Rineka Cipta. Jakarta.

    Sutrisno, Totok C, dkk, 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta.

    Jakarta.

    WHO 2010: Progres On Drinking Water and Saniitation, World Health

    Organization Avenue Appia 20 1211 Geneva 27, Switzerland.

    WHO, 2011, Guidelines for Drinking-Water Quality. Malta : WHO press.

    Widowati, W., dkk. (2008). Efek Toksik Logam.: Penerbit Andi. Hal. 109- 110,

    119-120, 125-126, Yogyakarta.

    Widyanti, M. (2004). Analisa Kualitatif Bakteri. Jurnal Ekologi Kesehatan,

    Volume 3,1,64-73.

    Yuliana, R. (2009). Mengatasi Zat Besi (Fe) Tinggi Dalam Air. Diakses 13

    Februari 2013 dari http://www.advancebpp.com.

    Cover depot isi ulangBAB IBAB IBAB IBAB IBAB IDaftar Pustaka(1)