program pascasarjana magister pendidikan bahasa dan …
TRANSCRIPT
i
TESIS
KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA ELEKTRONIK PADA KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2
BELOPA KABUPATEN LUWU
THE EFFECTIVENESS OF THE USE OF ELECTRONIC MEDIA IN LEARNING NARRATIVE WRITING SKILLS AT THE CLASS IX
STUDENTS OF THE SMP NEGERI 2 BELOPA LUWU
OLEH :
DEBORA SIGANNA NIM 04.06.700.2011
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2013
ii
KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA ELEKTRONIK PADA KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2
BELOPA KABUPATEN LUWU
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun dan Diajukan oleh:
DEBORA SIGANNA NIM 04.06.700.2011
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2013
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Tesis : KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA ELEKTRONIK TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 BELOPA KABUPATEN LUWU
Nama : DEBORA SIGANNA NIM : 04 06 700 2011 Program Studi : Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. H.M. Ide Said D.M., M. Pd. Dr. Syafruddin, M Pd. Ketua Sekretaris
Mengetahui
Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Unismuh Makassar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Prof. Dr. H. M. Ide Said D. M., M. Pd. Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum NBM : 988463 NBM : 951 576
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Jln.Sultan Alauddin No.259 Telp. 0411-866972 Fax.0411-865588 Mks 90221
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Dengan penuh kesadaran, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Debora Siganna
Nomor Pokok : 04.06.700.2011
Program : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Tesis : Keefektifan Penggunaan Media Elektronik pada Keterampilan Menulis Narasi Siswa Kelas IX SMPN 2 Belopa Kabupaten Luwu Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau
dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya
orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, Desember 2013
Debora Siganna
PROGRAM PASCASARJANA
v
MOTO
Tiada suatu keberhasilan tanpa suatu pengorbanan dan
perjuangan serta doa, pengorbanan dan perjuangan serta doa
itu dilakukan dengan penuh kesabaran.
Kekuatan dalam doa ( ora et labora)
Kupersembahkan karya ini buat ; kedua orang tuaku, suami dan
anak-anakku tercinta , serta sahabat-sahabat yang senantiasa
mendukung dan menyayangiku.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh
karena pemeliharaan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul “Keefektifan Penggunaan Media Elektronik terhadap Keterampilan
Menulis Narasi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu”. Tesis
ini diajukan sebagai tugas akhir pada Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Dalam penyelesaian tesis ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing I,
sekaligus Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar
Prof. Dr. M. Ide Said DM., M. Pd. Dan pembimbing II Dr. Syafruddin, M. Pd.
yang penuh kesabaran membimbing penulis.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada staf administrasi Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membantu kelancaran segala
urusan administrasi pengurusan tesis ini, terima kasih kepada Kepala SMP Negeri
2 Belopa Kabupaten Luwu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melaksanakan penelitian di SMPN 2 Belopa.
Terima kasih penulis ucapkan kepada para dosen, pada Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membina penulis
selama mengikuti perkuliahan. Terima kasih juga kepada rekan mahasiswa yang
telah banyak membantu dan saling memotivasi dari awal perkuliahan sampai
penulisan tesis ini.
vii
Melalui kesempatan ini pula, penulis menyampaikan terima kasih kepada
orangtua tercinta yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang serta
seluruh keluarga atas segala pengorbanan, doa serta kasih sayang yang tulus
diberikan demi keberhasilan penulis serta pengertian yang dalam tentang arti
pendidikan. Juga kepada saudara kandung penulis, suami tercinta Marten Sibau
dan kedua putri tercinta Yeftha dan Meilian yang setiap saat selalu mendoakan
dalam penyelesaian studi ini.
Makassar, Desember 2013
Debora Siganna
viii
ABSTRAK
DEBORA SIGANNA. 2013. Keefektifan Penggunaan Media Elektronik pada Keterampilan Menulis Narasi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu. Tesis. Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pasca Sarjana Unismuh Makassar. (Dibimbing oleh H. M. Ide Said, D.M., dan .Syafruddin).
Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui sejauhmana keefektifan penggunaan media elektronik terhadap keterampilan menulis narasi siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu, (2) mendeskripsikan hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen (kelompok yang menerapkan media elektronik dalam keterampilan menulis narasi) dan kelompok kontrol (kelompok yang tidak menerapkan media elektronik dalam keterampilan menulis narasi). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX yang berjumlah 234 orang yang terbagi dalam 7 kelas. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah proportional random sampling. Dalam penelitian ini terdapat kelas kontrol dan kelas bebas.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media elektronik memiliki keefektifan yang besar dalam menulis narasi bagi siswa kelas IX di SMP Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu, hal ini ditandai dengan adanya ketertarikan siswa dalam belajar yang tertuang dalam bentuk kerjasama siswa dalam menemukan sendiri jawaban dari pertanyaan guru melalui media elektronik yang ada. Keadaan ini menunjukkan antusias siswa dan membangkitkan semangat siswa dalam belajar, sehingga siswa termotivasi dalam bentuk pembelajaran menulis narasi, yang membuat siswa mudah untuk memaknai sebuah peristiwa yang ditontonnya dan dituliskannya dalam bentuk karangan narasi.
ix
ABSTRACT
DEBORA SIGANNA .2012. The Effectiveness of the Use of Electronic Media in learning Narrative Writing Skills at the class IX Students of the SMP Negeri 2 Belopa Luwu. Thesis. Master of Indonesian Language and Literature of Muhammadiyah University of Makassar. (Supervised by H.M. Ide Said D. M and Syafruddin )
This study aims to (1) determine the student of the effectiveness of the use of electronic media on narrative writing skills at class IX students of SMP Negeri 2 Belopa Luwu (2) describe the learning outcomes between the experimental class and the control class.
This study was an eksperimental studi which consists of to groups the eksperimental group (the group that implements the electronic media in narrative writing skills). The population in this study were all students of class IX totaling 234 people, divided in the 7 class grade. The sample selection in this study using a sampling technique used is proportional random sampling.
The results of this study indicate that the use of electronic media has great effectiveness in writing the narrative for class IX students of SMP Negeri 2 Belopa Luwu, it is characterized by the presence of student interest in learning embodied in the form of the student collaboration in finding their own answers to questions given by the teacher through existing electronic media.This situation show the enthusiastic students and excite student in learning, so that students are motivated in the form of learning to write narrative, which helped students to make sense of an event that is watched and wrote in the form of a narrative essay.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI ...................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ...................................... iv
HALAMAN MOTTO …………………………………………………………. v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
ABSTRACT ……………………………………………………..………….. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ............................ 9
A. Kajian Pustaka................................................................................... 9
xi
1. Keterampilan Menulis ............................................................. 9
2. Media Elektronik ......................................................... 30
B. Kerangka Pikir................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 40
A. Variabel dan Desain Penelitian .................................................... 40
B. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 42
C. Populasi dan Sampel ................................................................... 43
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 44
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 47
B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 60
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................... 65
B. Saran .......................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 67
LAMPIRAN ............................................................................................. 69
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................. 113
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
3.1 Model Desain Penelitian 41
3.2 Populasi Penelitian 43
3.3 Sampel Penelitian 44
4.1 Distribusi Skor Hasil Pre-test 49
4.2 Nilai Hasil Pre-test Kelas Eksperimen 50
4.3 Jumlah Nilai Pre-test Kelas Eksperimen 51
4.4 Presentase Hasil Pre-test Kelas Eksperimen 52
4.5 Nilai Hasil Post-test Kelas Eksperimen 53
4.6 Jumlah Nilai Hasil Post-test Kelas Eksperimen 54
4.7 Distribusi Frekuensi Pre-test Kelas Kontrol 55
4.8 Nilai Hasil Pre-test Kelas Kontrol 56
4.9 Jumlah Nilai Hasil Pre-test 57
4.10 Distribusi Skor Hasil Post-test Kelas Kontrol 58
4.11 Nilai Hasil Post-test Kelas Kontrol 58
4.12 Jumlah Nilai Hasil Post-tes Kelas Kontrol 59
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Bagan Kerangka Pikir 39
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Instrumen Penelitian 70
2. Tabel-tabel Skor Mentah 73
3. Dokumentasi Kegiatan 90
4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 108
5. Surat Izin Penelitian dari Pejabat yang Berwenang 110
6. Daftar Riwayat Hidup 113
xv
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Arti
ABS : Asal Bapak Senamg
KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MTs : Madrasah Tsanawiyah
NIM : Nomor Induk Mahasiswa
NIP : Nomor Induk Pegawai
SDN : Sekolah Dasar Negeri
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
UUD : Undang-Undang Dasar
UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah
PAIKEM : Pembelajaran Aktif,Inovatif,Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan PTK : Penelitian Tindakan Kelas
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal
dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan baik lisan
maupun secara tertulis, serta berpartisipasi dalam masyarakat dengan
menggunakan bahasa tersebut.
Melalui pembelajaran bahasa Indonesia, siswa diharapkan memiliki
kemampuan untuk menangkap makna pesan yang diterima, baik yang
disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, siswa diharapkan
memiliki kemampuan untuk mengemukakan pesan berupa gagasan, perasaan, atau
tanggapannya kepada orang lain dengan menggunakan bahasa yang baik dan
benar. Penerapan bahasa yang baik dan benar dapat diwujudkan atau
direalisasikan dengan penguasaan keterampilan berbahasa, yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
Adapun ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia dalam KTSP
mencakup komponen berbahasa yang meliputi kompetensi mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
ingin peneliti kembangkan adalah keterampilan menulis.
Menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan
keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh siswa yang belajar
bahasa, setelah keterampilan mendengarkan, berbicara, dan membaca.
1
2
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang perlu dimiliki
oleh siswa SMP/MTs, karena bermanfaat bagi kepentingan pengembangan pada
diri siswa, baik untuk melanjutkan studi mereka ke lembaga pendidikan yang
lebih tinggi maupun untuk terjun ke masyarakat. Namun, masih banyak siswa
sulit atau kurang berminat dalam menulis. Mereka tampaknya lebih menyukai
berkomunikasi secara lisan daripada berkomunikasi secara tertulis. Dengan
demikian, siswa merasa asing atau terkadang tidak mampu melakukan kegiatan
menulis sebagai perwujudan bentuk komunikasi tertulis. Kesulitan siswa menulis
itu wajar menurut Mulyana (2008), karena menulis merupakan sebuah proses
yang rumit. Rumitnya menulis dan kurang nyamannya siswa untuk menunjukkan
hasil tulisannya sehingga guru perlu menyediakan atmosfir kelas yang hangat dan
mendukung. Dengan demikian, siswa merasa aman dan tidak merasa terancam.
Suasana ini akan terwujud jika guru merancang berbagai kegiatan yang dapat
memotivasi siswa dalam menulis.
Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis,
diperlukan media pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Karena
keterampilan menulis bukan hanya memerlukan intelektual siswa, melainkan juga
unsur somatis, audio, dan visual siswa harus terlibat secara total. Selanjutnya,
keterampilan menulis dalam KTSP menuntut siswa dilatih berpikir kreatif, kritis,
dan inovatif. Di samping itu, pemerintah senantiasa menyelenggarakan
perlombaan penulisan karya ilmiah bagi siswa-siswi sehingga siswa tersebut
memiliki kemampuan berpikir kreatif, kritis, dan inovatif. Masalah pengajaran
bahasa Indonesia terutama keterampilan menulis perlu mendapat perhatian dan
penekanan yang intensif dari guru bahasa Indonesia karena keterampilan menulis
3
merupakan salah satu standar kompetensi dalam pengajaran bahasa Indonesia di
SMP/MTs. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan menulis harus dikuasai
oleh setiap siswa di SMP/MTs.
Dari berbagai kesulitan yang dialami oleh siswa dalam hal menulis, maka
yang paling sulit dilakukan oleh siswa adalah menuliskan suatu peristiwa atau
kejadian dengan mendeskripsikan kejadian tersebut dalam bentuk tulisan, seolah-
olah pembaca merasakan atau menyaksikan sendiri peristiwa atau kejadian
tersebut. Dalam hal ini adalah menulis narasi. Keterampilan menuliskan suatu
peristiwa atau kejadian dirasakan sulit oleh siswa disebabkan karena kurangnya
media yang mampu mengantar atau menginspirasi siswa dalam menuliskan
kejadian tersebut.
Berdasarkan pentingnya kajian kemampuan keterampilan menulis siswa di
SMP/MTs yang kesemuanya itu dipersiapkan untuk dapat menulis dengan baik
dan benar. Oleh karena itu, siswa kelas IX akan diperhadapkan ujian praktik
mengarang pada ujian nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah setiap tahun.
Hal ini yang memotivasi peneliti mengadakan penelitian dengan judul
“Keefektifan Penggunaan Media Elektronik pada Keterampilan Menulis Narasi
Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu”.
Peneliti memilih judul tersebut dengan alasan: (1) keterampilan menulis
merupakan salah satu standar kompetensi dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
di SMP/MTs., dan (2) bagi siswa SMP/MTs., setiap akan menyelesaikan studinya
akan diberikan ujian praktik menulis karangan pada akhir ujian nasional.
Selanjutnya, pembelajaran keterampilan menulis dapat dilihat dari
beberapa hasil penelitian sebelumnya, antara lain: Penelitian Saleh (2007)
4
menunjukkan bahwa pendekatan guru dalam pembelajaran keterampilan menulis
masih bersifat tradisional atau belum terlaksana sesuai dengan KTSP sehingga
diperlukan penyesuaian (adaptasi), dan penelitian Mulyana (2008) menunjukkan
bahwa, siswa masih mengalami kendala dalam menetapkan topik, siswa belum
mampu menetapkan sejumlah gagasan, dan siswa tidak diberikan kesempatan
untuk berinovasi yang sesuai dengan KTSP. Selanjutnya, penelitian Safar (2010)
menunjukkan bahwa, kompetensi siswa dalam menulis masih rendah dan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat tradisional. Mencermati
ketiga penelitian tersebut, maka peneliti memilih pendekatan yang dapat
mengatasi masalah yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran keterampilan
menulis. Selain itu, keterampilan menulis merupakan pembelajaran yang rumit
bagi siswa (Mulyana, 2008). Kerumitan ini perlu diatasi dengan menggunakan
media pembelajaran yang dapat: (1) menyulut imajinasi kreatif siswa, (2)
mengajak siswa terlibat sepenuhnya,(3) menciptakan lingkungan belajar yang
sehat, (4) mempercepat dan meningkatkan pembelajaran, (5) meningkatkan
ingatan dan prestasi kerja, (6) mempercepat proses rancangan, dan (7)
membangun komunitas belajar yang efektif (Meier, 2004).
Sehubungan dengan uraian tersebut, media yang dapat mengatasi
kerumitan siswa dalam menulis, yaitu media elektronik. Media elektronik atau
sering juga disebut e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media
internet, intranet atau media jaringan komputer lain. Media elektronik merupakan
media yang dapat mengoptimalkan unsur-unsur indera siswa dalam proses
pembelajaran khususnya menulis, karena pembelajaran menulis membutuhkan
5
sebuah proses. Penerapan media elektronik dalam pembelajaran menulis karangan
diharapkan menjadi lebih menarik, menyenangkan, menghilangkan kebosanan,
menggali potensi, dan memotivasi siswa sehingga menjadikan pembelajaran yang
aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).
Guru menerapkan media elektronik dalam pembelajaran menulis karangan
deskripsi agar siswa dapat menemukan rasa percaya diri dan dapat partisipasi
aktif. Mereka dapat berhasil tidak hanya sekadar menarik minat dan perhatian
pada awal kegiatan pembelajaran, tetapi juga dapat memelihara minat dan
perhatian siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran dengan menerapkan media elektronik akan memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan mengintensifkan inderanya secara
total, tidak sekadar mendengar cerita atau penjelasan guru mengenai suatu ilmu
pengetahuan. Akan tetapi, siswa bisa merasa berbahagia dengan peran aktifnya
sebagai ilmuan.
Mencermati keadaan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian
tentang keefektifan penggunaan media elektronik yang difokuskan pada
pembelajaran menulisnarasi pada siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Belopa
Kabupaten Luwu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah keefektifan penggunaan
media elektronik pada keterampilan menulis narasi siswa Kelas IX SMP Negeri 2
Belopa Kabupaten Luwu?”
6
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. mengetahui sejauhmana keefektifan penggunaan media elektronik
pada keterampilan menulis narasi siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belopa
Kabupaten Luwu.
2. mendeskripsikan hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
D. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoretis
Adapun manfaat teoretis penelitian tindakan ini, yaitu:
1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam rangka memperkaya
khazanah tentang media pembelajaran menulis.
2. Memberi sumbangan pemikiran berupa pengembangan dalam
penyusunan pembelajaran menulis.
3. Sebagai masukan bagi guru dalam menambah wawasan dan
pengetahuan tentang penerapan media elektronik dalam pembelajaran
menulis.
4. Pembelajaran semakin cepat dan mendalam jika unsur-unsur indera
siswa terlibat secara total dalam pembelajaran menulis.
5. Menciptakan perasaan positif dalam diri siswa pada kegiatan
pembelajaran menulis.
7
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi siswa,
guru, kepala sekolah, dan peneliti.
a. Bagi siswa
1. meningkatkan motivasi siswa;
2. meningkatkan minat belajar siswa untuk pemahaman dan visualisasi
dalam kompetensi dasar sekaligus siswa mampu mengulas suatu
konsep dan memecahkan suatu masalah;
3. meningkatkan kemampuan berpikir kritis sehingga mampu
mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari;
4. adanya hubungan antarpribadi yang positif;
5. menumbuhkan keberanian untuk mengemukakan gagasan pendapat,
dan
6. mengembangkan inovasi siswa dalam memahami materi ajar.
b. Bagi guru
1. meningkatkan kinerja guru dalam mengembangkan
keprofesionalismeannya;
2. meningkatkan pemahaman dan pengalaman dalam penyusunan
program pembelajaran;
3. meningkatkan keterampilan guru dalam mewujudkan program
pembelajaran;informasi berharga tentang pendekatan pembelajaran
dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis; dan
4. meningkatkan keterampilan dalam penilaian proses dan hasil belajar
siswa.
8
c. Kepala sekolah
1. pedoman dalam meningkatkan kemampuan guru dalam pelaksanaan
program pembelajaran;
2. pedoman dalam meningkatkan motivasi, kreativitas guru dalam proses
pembelajaran; dan
3. sebagai bahan kajian tindak lanjut.
d. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini kiranya dapat memperkaya pengetahuan, wawasan,
dan pengalaman tentang manfaat media elektronik dalam menulis karangan.
khususnya karangan dalam bentuk narasi baik dengan menggunakan media
maupun tanpa media.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Teori Keterampilan Menulis
a. Pengertian Menulis
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata
menulis berasal dari kata tulis. Tulis adalah ada huruf (angka dan
sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat,
dan sebagainya). Menulis adalah membuat huruf, angka, dan sebagainya
dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan
seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tulisan.
Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan,
keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian
“mengirimkannya” kepada orang lain (Syafi’ie,1998:45).
Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi
yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan
yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua
kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga suatu proses
penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada pembaca dengan
simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati
bersama oleh penulis dan pembaca.
Ada beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki seorang siswa
untuk meng-hasilkan tulisan yang baik. Syafi’ie (1998:45) mengemukakan
9
10
bahwa syarat-syarat tersebut adalah (1) kemampuan untuk menemukan
masalah yang akan ditulis, (2) kepekaan terhadap kondisi pembaca, (3)
kemampuan menyusun rencana penulisan, (4) kemampuan menggunakan
bahasa, (5) kemampuan memulai tulisan, dan (6) kemampuan memeriksa
tulisan.
Menulis berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau
pertimbangan melalui tulisan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata,
frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran yang disampaikan
kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung makna
secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu
harus disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat agar orang dapat
menangkap apa yang ingin disampaikan itu. Makin teratur bahasa yang
digunakan, makin mudah orang menang-kap pikiran yang disalurkan
melalui bahasa itu. Oleh karena itu, keterampilan menulis di sekolah
sangatlah penting.
Menurut Akhadiah dkk (1998:1.3) menulis adalah suatu aktivitas
bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri
atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang
tulisan seperti ejaan dan pungtuasi. Sebagai salah satu bentuk komunikasi
verbal (bahasa), menulis juga dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan
penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya.
Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan.
Adapun tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang
menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan
11
disepakati pemakainya. Di dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur
yang terlibat. Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai
pesan, (2) pesan atu isi tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, dan (4)
pembaca sebagai penerima pesan.
Menulis pada hakikatnya adalah suatu proses berpikir yang teratur,
sehingga apa yang ditulis mudah dipahami pembaca. Sebuah tulisan
dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri, antara lain bermakna, jelas, bulat
dan utuh, ekonomis, dan memenuhi kaidah gramatika.
Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk
menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan
rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Kemampuan menulis
seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki: (a) kemampuan
untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (b) kepekaan terhadap
kondisi pembaca, (c) kemampuan menyusun perencanaan penelitian, (d)
kemampuan menggunakan bahasa Indonesia, (e) kemampuan memulai
menulis, dan (f) kemampuan memeriksa karangan sendiri. Kemampuan
tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca
dan kekayaan kosakata yang dimilikinya.
Suatu tulisan pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama, isi suatu
tulisan menyampaikan sesuatu yang inggin diungkapkan penulisnya.
Kedua, bentuk yang merupakan unsur mekanik karangan seperti ejaan,
pungtuasi, kata, kalimat, dan alenia (Akhadiah,1998:13). Sementara itu,
WJS Poerwodarminto (1987:105) secara leksikal mengartikan bahwa
menulis adalah melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus
12
mengandung makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi
penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti
yang dimaksud penulis.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa menulis adalah keseluruhan
rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca seperti yang
dimaksud oleh pengarang. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat
tercapai seperti yang diharapkan, penulis hendaklah menuangkan ide atau
gagasannya kedalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap. Dengan
demikian, bahasa yang dipergunakan dalam menulis dapat
menggambarkan suasana hati atau pikiran penulis. Sehingga dengan bahsa
tulis seseorang akan dapat menuangkan isi hati dan pikiran.
Kata keterampilan berbahasa mengandung dua asosiasi, yakni
kompetensi dan performansi. Kompetensi mengacu pada pengetahuan
konseptual tentang sistem dan kaidah kebahasan, sedangkan performansi
merujuk pada kecakapan menggunakan sistem kaidah kebahasaan yang
telah diketahui untuk berbagai tujuan penggunaan komunikasi. Seseorang
dikatakan terampil menulis apabila ia memahami dan mengaplikasikan
proses pegungkapan ide, gagasan, dan perasaan dalam bahasa Indonesia
tulis dengan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain ejaan dan tata
bahasa, organisasi/ susunan tulisan, keutuhan (koherensi), kepaduan
(kohesi), tujuan, dan sasaran tulisan.
a. Menulis Sebagai Suatu Proses
13
Pembelajaran menulis sebagai suatu proses di sekolah dasar
mengisyaratkan kepada guru untuk memberikan bimbingan nyata dan
terarah yang dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Hal ini
dilakukan guru melalui tahap-tahap proses menulis, yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan (pramenulis, menulis, pasca-menulis), dan
evaluasi.
Kegiatan menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat
dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses terdiri atas beberapa
tahapan. Tompkins (1994) dan Ellis dkk. (1989) menguraikan lima
tahapan menulis, yaitu pramenulis, pengedrafan, perbaikan, penyuntingan,
dan publikasi.
Pada pramenulis, siswa diberi kesempatan menentukan apa yang
akan ditulis, tujuan menulis, dan kerangka tulisan. Setelah siswa
menentukan apa yang akan ditulis dan sistematika tulisan, siswa
mengumpulkan bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-buku dan
sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada pengedrafan,
siswa dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam
bentuk draf kasar. Pada tahap perbaikan, siswa merevisi draf yang telah
disusun. Siswa dapat meminta bantuan guru maupun teman sekelas untuk
membantu dan mempertimbangkan gagasan yang dikemukakan. Pada
tahap penyuntingan, siswa dilatih untuk memperbaiki aspek mekanik
(ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak sesuai
dengan kaidah penulisan. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki karangan
sendiri maupun teman sekelas. Pada tahap publikasi, siswa menyampaikan
14
tulisan kepada teman sekelas untuk meminta masukan dari guru dan teman
sekelas agar mereka dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi
sempurna.
Siswa menjadi partisipan aktif dalam seluruh tahapan menulis
proses: pra-menulis, pengedrafan, perbaikan, dan penyuntingan sehingga
siswa memahami betul apa yang ditulisnya. Ketika menentukan topik yang
akan ditulis, di benak siswa tergambar sejumlah informasi yang akan
ditulis. Informasi yang tersimpan di benak siswa dituangkan dalam sebuah
tulisan dengan bantuan guru dan teman sekelas. Ketika menulis, siswa
bebas mengungkapkan gagasan dengan cara menghubungkan kalimat
secara utuh dan padu membentuk sebuah paragraf serta menuangkannya
pada tulisan. Siswa menggunakan bahan-bahan pustaka untuk mendukung
tulisannya dan berdiskusi dengan guru dan teman sekelas apabila ada
bahan tulisan yang kurang jelas.
b. Tujuan Menulis
Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis
mempunyai empat tujuan, yaitu untuk mengekpresikan diri, memberikan
informasi kepada pembaca, mempersuasi pembaca, dan untuk
menghasilkan karya tulis.
Jenis tulisan menurut tujuan menulis sebagai berikut.
1) Narasi yakni karangan/tulisan ekspositoris maupun imajinatif yang
secara spesifik menyampaikan informasi tertentu berupa
perbuatan/tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
15
2) Deskripsi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan
informasi tentang situasi dan kondisi suatu lingkungan (kebendaan
ataupun kemanusiaan). Penyampaiannya dilakukan secara objektif,
apa adanya, dan terperinci.
3) Ekposisi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan
informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual).
Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan menjelaskan,
menerangkan, dan menguraikan sesuatu hal sehingga pengetahuan
pendengar/pembaca menjadi bertambah.
4) Argumentatif yakni karangan/tulisan yang secara spesifik
menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun
konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan
memefektifitasi, memperjelas, dan meyakinkan.
5) Persuasif:karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan
informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual).
Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan memefektifitasi,
meyakinkan, dan mengajak.
c. Manfaat Menulis
Graves (dalam Akhadiah dkk., 1998:14) berkaitan dengan manfaat
menulis mengemukakan bahwa: (1) menulis menyumbang kecerdasan, (2)
menulis mengem-bangkan daya inisiatif dan kreativitas, (3) menulis
menumbuhkan keberanian, dan (4) menulis mendorong kemauan dan
kemampuan mengumpulkan informasi.
16
1) Menulis Mengasah Kecerdasan
Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas
menulis terletak pada tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai
aspek. Aspek-aspek itu meli-puti: (1) pengetahuan tentang topik yang akan
dituliskan, (2) penuangan pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa yang
jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan
pembacanya, dan (3) penyajiannya selaras dengan konvensi atau aturan
penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan seperti itu, seseorang perlu
memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan, kemampuan
mengendalikan emosi, serat menata dan mengembangkan daya nalarnya
dalam berbagai level berfikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi.
2) Menulis Mengembangkan Daya Inisiatif dan Kreativitas
Dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan dan menyuplai
sendiri segala sesuatunya. Segala sesuatu itu adalah (1) unsur mekanik
tulisan yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan, dan
pewacanaan, (2) bahasa topik, dan (3) pertanyaan dan jawaban yang harus
diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya enak dibaca, maka apa
yang dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.
3) Menulis Menumbuhkan Keberanian
Ketika menulis, seorang penulis harus berani menampilkan
kediriannya, termasuk pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta
menawarkannya kepada publik. Konsekuensinya, dia harus siap dan mau
17
melihat dengan jernih penilaian dan tanggapan apa pun dari pembacanya,
baik yang bersifat positif ataupun negatif.
4) Menulis Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan
Informasi
Seseorang menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau
sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain.
Tetapi, apa yang disampaikannya itu tidak selalu dimilikinya saat itu.
Padahal, tak akan dapat menyampaikan banyak hal dengan memuaskan
tanpa memiliki wawasan atau pengetahuan yang memadai tentang apa
yang akan dituliskannya. Kecuali, kalau memang apa yang
disampaikannya hanya sekedarnya.
Kondisi ini akan memacu seseorang untuk mencari,
mengumpulkan, dan menyerap informasi yang diperlukannya. Untuk
keperluan itu, ia mungkin akan membaca, menyimak, mengamati,
berdiskusi, berwawancara. Bagi penulis, pemerolehan informasi itu
dimaksudkan agar dapat memahami dan mengingatnya dengan baik, serta
menggunakannya kembali untuk keperluannya dalam menulis.
Implikasinya, dia akan berusaha untuk menjaga sumber informasi itu serta
memelihara dan mengorganisasikannya sebaik mungkin. Upaya ini
dilakukan agar ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah
ditemukan dan dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti ini akan
memefektifitasi minat dan kesungguhan dalam mengumpulkan infor-masi
serta strategi yang ditempuhnya.
18
Menulis banyak memberikan manfaat, di antaranya (1) wawasan
tentang topik akan bertambah, karena dalam menulis berusaha mencari
sumber tentang topik yang akan ditulis, (2) berusaha belajar, berpikir, dan
bernalar tentang sesuatu misalnya menjaring informasi, menghubung-
hubungkan, dan menarik simpulan, (3) dapat menyusun gagasan secara
tertib dan sistematis, (4) akan berusaha menuangkan gagasan ke atas
kertas walaupun gagasan yang tertulis memungkinkan untuk direvisi, (5)
menulis memaksa untuk belajar secara aktif, dan (6) menulis yang
terencana akan membisakan berfikir secara tertib dan sistematis.
d. Prinsip Menulis
Keterampilan menulis merupakan satu keterampilan yang
ditunjukkan oleh siswa bahwa ia bukan buta aksara. Pelatihan menulis
menyibukan para siswa belajar bahasa. Semua ulangan selalu dinyatakan
dalam bentuk tulis. Walaupun demikian, para guru masih mengeluhkan
bahwa masih ada siswa tidak mempunyai keterampilan menulis.
Menurut Parera dan Tasai (1995:14) mengemukakan bahwa untuk
dapat menetralisir keluhan para guru bahasa, maka perlu diingatkan
mereka dua fakta. Fakta yang pertama banyak sekali orang pandai sangat
lemah dalam keterampilan menulis, fakta kedua, hanya sekelompok kecil
orang yang dapat menulis dengan baik setelah lama berlatih di sekolah dan
di luar sekolah. Walaupun demikian keterampilan menulis merupakan satu
keterampilan yang harus diajarkan dan diperhatikan dalam pembelajaran
bahasa meskipun dalam bentuk sederhana.
19
Selanjutnya menurut Rivers (dalam Parera dan Tasai, 1995:15)
mengemukakan keterampilan menulis merupakan satu kebiasaan yang
elegan dari para elite terdidik. Oleh karena itu, tujuannya tidak akan
tercapai untuk tingkat sekolah menengah ke bawah. Keterampilan menulis
menuntut penguasaan bahasa yang tinggi yang mungkin tidak dikuasai
oleh semua orang. Untuk memenuhi keterampilan menulis yang baik
jenjang menulis perlu diperhatikan. Belajar keterampilan menulis
dilakukan secara berjenjang.
Beberapa jenjang untuk keterampilan menurut Parera dan Tasai
(1995:15) adalah: (1) menyalin naskah dalam bahasa, (2) menuliskan
kembali/mereproduksi apa yang telah didengar dan dibaca, (3) melakukan
kombinasi antara apa yang telah dihafal dan didengar dengan adaptasi
kecil, (4) menulis terpimpin, dan (5)menyusun karangan atau komposisi
dengan tema, judul, atau topik pilihan siswa sendiri.
Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari pembelajaran membaca. Pembelajaran menulis merupakan
pembelajaran keterampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk
tertulis. Keterampiln menulis adalah hasil dari keterampilan mendengar,
berbicara, membaca. Menurut Pirera dan Tasai (1995:27) mengemukakan
prinsip prinsip menulis adalah: (1) menulis tidak dapat dipisahkan dari
membaca. Pada jenjang pendidikan dasar pembelajaran menulis dan
membaca terjadi secara serempak, (2) pembelajaran menulis adalah
pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin berbahasa, (3) pembelajaran
menulis adalah pembelajaran tata tulis atau ejaan dan tanda baca bahasa
20
Indonesia, dan (4) pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang
bermula dari menyalin sampai dengan menulis ilmiah.
Berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran menulis tersebut, maka
alternatif pembelajaran menulis adalah sebagai berikut: (1) menyalin, (2)
menyadur, (3) membuat ikhtisar, (4) menulis laporan, (5) menyusun
pertanyaan angket dan wawancara, (6) membuat catatan, (7) menulis
notulen, (8) menulis hasil seminar, pidato, dan laporan, (9) menulis surat
yang berupa : ucapan selamat, undangan, pribadi, dinas, perjanjian, kuasa,
dagang, pengaduan, perintah, pembaca, memo, dan kawat (telegram), (10)
menulis poster dan iklan, (11) menulis berita, (12) melanjutkan tulisan,
(13) mengubah, memperbaiki, dan menyempurnakan, (14) mengisi
formulir yang terdiri dari: wesel dan cek, (15) menulis kuitansi, (16)
menulis riwayat hidup, (17) menulis lamaran kerja, (18) menulis
memorandum, (19) menulis proposal/usul penelitian, (20) menulis
rancangan kegiatan, (21) menulis pidato/sambutan, (22) menulis naskah,
(23) menyusun formulir, (24) membentuk bagan, denah, grafik, dan tabel,
dan (25) menulis karya ilmiah.
e. Menulis Narasi
Keraf (2010: 135) mengemukakan bahwa narasi merupakan suatu
bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa
sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri
peristiwa itu. Sebab itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi
adalah unsur perbuatan atau tindakan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa
narasi dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah
21
tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa
yang terjadi dalam suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan
dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
Narasi merupakan salah satu bentuk karangan yang diterapkan
dalam pembelajaran yaitu dalam pelajaran bahasa Indonesia. Gorys Keraf
(2001: 136) mengungkapkan bahwa narasi dapat dibatasi sebagai suatu
bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin
dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu
waktu. Sedangkan menurut M. Atar Semi (1990: 32) narasi merupakan
bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau
menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan
perkembangan dari waktu ke waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan
cara lain: narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha
menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa
yang telah terjadi berdasarkan urutan waktu. Hal ini berarti bahwa dalam
menulis narasi yang perlu menjadi perhatian utama adalah urutan waktu
dari sebuah wacana tersebut.
Narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian
suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-
jelasnya kepada pembaca mengenai fase, urutan, langkah, atau rangkaian
terjadinya suatu hal. Sejalan dengan hal tersebut dapat pula diungkapkan
bahwa narasi merupakan jenis paparan yang biasa digunakan oleh para
penulis untuk menceritakan tentang rangkaian kejadian atau peristiwa-
peristiwa yang berkembang melalui waktu. Begitu juga dengan yang
22
diungkapkan Wahyu Wibowo (2001: 59) narasi adalah bentuk tulisan yang
menggarisbawahi aspek penceritaan atas suatu rangkaian peristiwa yang
dikaitkan dengan kurun waktu tertentu, baik secara objektif maupun
imajinatif.
Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa narasi merupakan
suatu bentuk karangan yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau
peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami
sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur yang paling penting dalam sebuah
narasi adalah unsur perbuatan dan tindakan. Selain itu, narasi dapat juga
mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu.
Oleh karenanya dapat dirumuskan dengan cara lain bahwa menulis narasi
adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan
sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi. Jadi, unsur
utama sebuah narasi adalah tindak-tanduk atau perbuatan dalam suatu
urutan waktu.
Setiap narasi memiliki plot atau alur cerita yang didasarkan pada
kesambung-sinambungan peristiwa-peristiwa dalam narasi dalam
hubungan sebab akibat.Narasi memiliki ciri-ciri yang dapat dicermati oleh
pembaca. Lebih lanjut M. Atar Semi (1990: 33-34) mengungkapkan
bahwa narasi mempunyai ciri penanda sebagai berikut:
a. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia;
b. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau
kejadian yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi,
atau gabungan keduannya;
23
c. Berdasarkan konflik. Karena, tanpa konflik biasanya narasi tidak
menarik;
d. Memiliki nilai estetika karena isi dan cara penyampainnya bersifat
sastra, khususnya narasi yang berbentuk fiksi;
e. Menekankan susunan kronologis (catatan: menekankan susunan ruang)
f. Biasanya memiliki dialog
Dari penjelasan di atas, tampak bahwa narasi memiliki ciri-ciri khusus,
yaitu berkaitan dengan peristiwa atau pengalaman manusia yang benar-
benar terjadi. Biasanya narasi berupa konflik, memiliki estetika, urut
sesuai dengan kronologis, dan memiliki dialog. Bentuk tulisan narasi
berusaha untuk menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan perbuatan
manusia dalam sebuah peristiwa.
Menulis narasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, narasi
ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris adalah narasi yang
menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa
(Gorys Keraf, 2001: 136), yang berarti bahwa narasi ekspositoris
merupakan suatu narasi yang hanya mengisahkan suatu kejadian yang
telah ada. Sementara itu narasi sugestif adalah suatu rangkaian peristiwa
yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para
pembaca (Gorys Keraf, 2001: 138), dalam hal ini bahwa narasi sugestif
terjadi karena adanya serangkaian cerita yang dibumbuhi dengan imajinasi
penulis.
Agar hasil tulisan menjadi lebih baik, maka dalam kegiatannya akan
dibutuhkan beberapa taha-tahap menulis. Menurut St.Y. Slamet (2007: 97)
24
bahwa menulis merupakan serangkaian aktivitas (kegiatan) yang terjadi dan
melibatkan beberapa fase (tahap) yaitu fase pramenulis (persiapan), penulisan
(pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau
penyempurnaan tulisan). Sehubungan dengan hal itu DePorter dan Hernacki
(2006: 194) menyatakan ada tujuh tahapan dalam proses penulisan: (1)
persiapan, yaitu mengelompokkan dan memulai menulis; (2) draft-kasar,
yaitu mencari dan mengembangkan gagasan; (3) berbagi, memberikan draft
tulisan untuk di baca orang lain dan mendapatkan umpan balik; (4) perbaikan,
yaitu memperbaiki tulisan; (5) penyuntingan, adalah memperbaiki semua
kesalahan, tata bahasa, dan tanda baca; (6) penulisan kembali, memasukkan
isi yang baru dan perubahan penyuntingan; dan (7) evaluasi, yaitu memeriksa
apakah sudah selesai ataukah belum. Gorys Keraf (2004: 38) menyatakan
bahwa rangkaian aktivitas menulis meliputi: a) pramenulis, b) penulisan draft,
c) revisi, d) penyuntingan, e) publikasi atau pembahasaan.
Sementara itu Temple dkk. (dalam Ahmad dan Darmiyati, 2002: 52)
mengidentifikasi bahwa ada 4 tahap perkembangan tulisan yang dialami oleh
anak, yaitu: prafonemik, fonemik tahap awal, nama-huruf, transisi, dan
menguasai. Dalam tahap ini anak Sekolah Dasar perlu mendapatkan
bimbingan dalam memahami dan menguasai cara mentransfer pikiran ke
dalam tulisan. Combs (dalam Ahmad dan Darmiyati, 2002: 51-52)
mengungkapkan bahwa perkembanngan menulis mengikuti prinsip-prinsip
sebagai berikut :
a. Prinsip keterulangan (recurring principle): anak menyadari bahwa dalam
suatu kata bentuk yang sama terjadi berulang-ulang.
25
b. Prinsip generatif (generative principle): anak menyadari bentuk-bentuk
tulisan secara lebih rinci, menggunakan beberapa huruf dalam kombinasi
dan pola yang beragam.
c. Konsep tanda (sign concept): anak memahami kearbirteran tanda-tanda
dalam bahasa tulis.
d. Fleksibelitas (flexibility): anak menyadari bahwa suatu tanda secara
fleksibel dapat menjadi tanda yang lain.
e. Arah tanda (directionality): anak menyadari bahwa tulisan bersifat linier,
bergerak dari satu huruf yang lain sampai membentuk suatu kata, dari
arah kiri menuju kea rah kanan, bergerak dari baris yang satu menuju
baris yang lain.
Menurut Ahmad dan Darmiyati (2002: 51) menulis dapat dipandang
sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat fleksibel, yang meliputi: pramenulis,
penulis draft, revisi, penyutingan, dan publikasi atau pembahasan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa tahap-tahap menulis narasi meliputi tiga tahap utama, yaitu: tahap
prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap merevisi. Dalam tiap tahap tersebut
ada proses yang lebih rinci yaitu persiapan, draft-kasar, berbagi, perbaikan,
penyuntingan, dan penulisan kembali. Evaluasi juga perlu dilakukan di akhir
kegiatan menulis, supaya menghasilkan tulisan yang bermutu.
f. Aspek Menulis Karangan
Pengetahuan tentang aspek-aspek penting dalam menulis perlu
dikuasai pula oleh siswa. Sebab dengan penguasaan itu siswa dapat
mengetahui kekurangan dan kesalahan suatu karangan. Badudu (1992:17)
26
mengemukakan yang perlu diperhatikan dalam menulis, yaitu (1)
menggunakan kata dalam kalimat secara tepat makna, (2) menggunakan
kata dengan bentuk yang tepat, (3) menggunakan kata dalam distribusi
yang tepat, (4) merangkaikan kata dalam frasa secara tepat, (5) menyusun
klausa atau kalimat dengan susunan yang tepat, (6) merangkaikan kalimat
dalam kesatuan yang lebih besar (paragraf) secara tepat dan baik, (7)
menyusun wacana dari paragraf-paragraf dengan baik, (8) membuat
karangan (wacana) dengan corak tertentu, deskripsi, narasi, eksposisi,
persuasi, argumentasi, (9) membuat surat (macam-macam surat), (10)
menyadur tulisan (puisi menjadi prosa), (11) membuat laporan (penelitian,
pengalaman, dan sesuatu yang disaksikan), (12) mengalihkan kalimat
(aktif menjadi pasif dan sebaliknya, kalimat langsung menjadi kalimat tak
langsung), (13) mengubah wacana (wacana percakapan menjadi wacana
cerita atau sebaliknya).
1) Jenis-jenis Mengarang
Pelajaran mengarang menurut Moeljono (1976:89) macamnya
adalah (1) mengarang surat, (2) mengarang cerita non fiksi, (3) mengarang
cerita fiksi, (4) mengarang lukisan keadaan, (5) menulis berita aktual, (6)
mengarang puisi, (7) mengarang esay, dan (8) mengarang naskah drama.
(1) Mengarang Surat
Surat merupakan bentuk percakapan yang disajikan secara tertulis.
Perbedaannya dengan percakapan biasa ialah karena dalam surat jawaban
orang yang diajak berbicara tidak dapat diterima secara langsung. Oleh
27
karena itu bentuk bahasa dalam surat dapat dikatakan mengarah-arah pada
bahasa percakapan biasa.
Pada garis besarnya surat dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu: (1) surat kekeluargaan dan (2) surat dinas. Yang dimaksud dengan
surat kekeluargaan ialah surat yang dikirim dari dan kepada keluarga atau
kenalan. Bentuk dan pemakaian bahasa dalam surat kekeluargaan sangat
bebas, tidak terlalu terikat oleh pedoman yang tertentu, sedangkan surat
dinas ialah surat yang dikirimkan dari dan kepada jawatan, lembaga atau
organisasi secara resmi. Bentuk dan bahasa dalam surat dinas biasanya
terikat oleh pedoman dan tatatulis tertentu.
(2) Mengarang Cerita Non Fiksi
Yang dimaksud dengan cerita non fiksi ialah cerita tentang sesuatu
yang ada/terjadi sungguh-sungguh. Karangan non cerita fiksi menuliskan
cerita yang berhibungan hal-hal yang ada di sekitarnya atau peristiwa-
peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikain mengarang
cerita non fiksi ialah menulis apa saja yang dilihat, apa saja yang
diketahui, dan apa saja yang dialami.
(3) Mengarang Cerita Fiksi
Yang dimaksud dengan mengarang cerita fiksi ialah mengarang
cerita berdasarkan atas buah rekaan atau angan-angan saja. Cerita ini akan
berupa suatu cerita pendek, fragmen, atau sekedar lamunan mengarang
saja. Oleh karena itu dasarnya adalah buah rekaan, maka cerita ini dapat
mempunyai nilai (1) membiasakan untuk mengisi waktu senggang dengan
28
lamunan yang produktif, (2) menghidupkan fantasi dan daya kreasi, dan
(3) mengembangkan bakat mengarang.
(4) Mengarang Lukisan Keadaan
Yang dimaksud mengarang lukisan keadaan ialah karangan yang
menggambarkan suatu situasi secara tepat dengan menggunakan alat
bahasa. Tujuan mengarang lukisan keadaan ialah membiasakan untuk
menggambarkan sesuatu dengan pengamatan secra teliti melalui kata-kata
secara tepat. Karangan lukisan keadaan didasarkan atas suatu kenyataan.
Karena sebagai suatu lukisan, maka kemampuan mengimajinasikan
kenyataan dalam bahasa yang indah dan mampu menyentuh perasaan
sangat diperlukan. Oleh karena itu karangan yang berupa lukisan keadaan
mengarah kepada gaya bahasa puisi atau prosa liris.
(5) Menulis Berita Aktual
Yang dimaksud menulis berita aktual ialah menyampaikan
terjadinya suatu peristiwa dengan cara menuliskannya menurut tata tulis
berita yang telah lazim dipergunakan dalam persuratkabaran. Jadi berita
aktual ialah suatu kejadian yang penting yang disampaikan oleh seseorang
untuk orang banyak secara tertulis.
Tujuan menulis berita aktual ialah (1) membiasakan agar dapat
menyampaikan peristiwa yang penting secara lengkap dan teratur dengan
gaya bahasa yang tepat dan (2) mengembangkan bakat kewartawanan.
(6) Mengarang Puisi
Puisi merupakan hasil ciptaan yang singkat dan padat. Manfaat
mengarang puisi ialah (1) menyalurkan dorongan melahirkan perasaan
29
yang kuat, yang pada umumnya yang terdapat pada diri masing-masing,
(2) memberika latihan mengungkapkan perasan dengan lambang-lambang
kata yang tepat, yang berarti melatih kemampuan berbahasa, (3) mengajar
memberi kesibukan yang berguan untuk mengisi waktu senggang dengan
kepandaiannya, (4) mencoba secara tidak langsung memahami keadaan
yang barang kali dapat dipergunakan untuk menolong memecahkan
kesulitan yang dihadapi, dan (5) membantu memperkembangkan bakat.
(7) Mengarang Esai
Yang dimaksud dengan esai ialah karangan tentang suatu masalah
yang pada suatu saat menarik perhatian seseorang penulis. Esai dapat
mengenai masalah ilmu pengetahuan,keagamaan, filsafat, kebudayaan,
kesenian, politik, dan masalah sosial. Tujuan mengarang esai ialah
membiasakan untuk mampu menanggapi suatu masalah yang pada suatu
saat menarik perhatian orang.
(8) Mengarang Naskah Pidato
Yang dimaksud dengan pidato ialah berbicara di hadapan publik,
yang ditujukan kepada seseorang, sekelompok orang, atau kepada publik
itu sendiri. Suatu piadato yang resmi memerlukan persiapan. Oleh karena
itu pidato disiapkan secara tertulis. Selanjutnya untuk melatih menyusun
naskah pidato perlu memperhatikan pidato yang akan disampaikan.
Berdasarkan yang disampaikan pidato dibedakan antara lain: (1) pidato
penjelasan, (2) pidato sambutan, (3) pidato laporan, dan (4) pidato
keilmuan.
30
2. Media Elektronik
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang
berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti ‘tengah’,
‘perantara’ atau ‘pengantar’ (Arsyad, 2002; Sadiman, dkk., 1990). Oleh
karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan
dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa sesuatu bahan
(software) dan/atau alat (hardware). Sedangkan menurut Arsyad(2002),
bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut
pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar
sekolah, bagi seorang siswa merupakan media. Pengertian ini sejalan
dengan batasan yang disampaikan oleh Gagne (1985), yang menyatakan
bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsang untuk belajar.
Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media
komunikasi digunakan secara bergantian atau sebagai pengganti istilah
media pendidikan (pembelajaran). Seperti yang dikemukakan oleh
Hamalik (1994) bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media
komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan
dengan hasil yang maksimal. Batasan media seperti ini juga dikemukakan
oleh Gagne, et al., (1988), yang secara implisit menyatakan bahwa media
adalah segala alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi
31
pengajaran. Dalam pengertian ini, buku/modul, tape recorder, kaset, video
recorder, camera video, televisi, radio, film, slide, foto, gambar, dan
komputer adalah merupakan media pembelajaran. MenurutNational
Education Association-NEA (dalam Sadiman, dkk., 1990), media adalah
bentuk-bentuk komunikasi baik yang tercetak maupun audio visual beserta
peralatannya.
Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di
atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan
untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar
(individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di
dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
b. Posisi Media Pembelajaran
Bruner (1966) mengungkapkan ada tiga tingkatan utama modus
belajar, seperti: enactive (pengalaman langsung), iconic (pengalaman
piktorial atau gambar), dan symbolic (pengalaman abstrak). Pemerolehan
pengetahuan dan keterampilan serta perubahan sikap dan perilaku dapat
terjadi karena adanya interaksi antara pengalaman baru dengan
pengalaman yang telah dialami sebelumnya melalui proses belajar.
Sebagai ilustrasi misalnya, belajar untuk memahami apa dan bagaimana
mencangkok. Dalam tingkatan pengalaman langsung, untuk memperoleh
pemahaman pebelajar secara langsung mengerjakan atau membuat
cangkokan. Pada tingkatan kedua, iconic, pemahaman tentang
32
mencangkok dipelajari melalui gambar, foto, film atau rekaman video.
Selanjutnya pada tingkatan pengalaman abstrak, siswa memahaminya
lewat membaca atau mendengar dan mencocokkannya dengan pengalaman
melihat orang mencangkok atau dengan pengalamannya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam proses belajar mengajar
sebaiknya terjadi variasi aktivitas yang melibatkan semua alat indera
pebelajar. Semakin banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan
mengolah informasi (isi pelajaran), semakin besar kemungkinan isi
pelajaran tersebut dapat dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan
pebelajar. Jadi agar pesan-pesan dalam materi yang disajikan dapat
diterima dengan mudah (atau pembelajaran berhasil dengan baik), maka
pengajar harus berupaya menampilkan stimulus yang dapat diproses
dengan berbagai indera pebelajar. Pengertian stimulus dalam hal ini adalah
suatu “perantara” yang menjembatani antara penerima pesan (pebelajar)
dan sumber pesan (pengajar) agar terjadi komunikasi yang efektif.
c. Fungsi Media Pembelajaran
Keefektifan proses belajar mengajar (pembelajaran) sangat diefektifitasi
oleh faktor metode dan media pembelajaran yang digunakan. Keduanya
saling berkaitan, di mana pemilihan metode tertentu akan berefektifitas
terhadap jenis media yang akan digunakan. Dalam arti bahwa harus ada
kesesuaian di antara keduanya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran.
Walaupun ada hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam pemilihan
media, seperti: konteks pembelajaran, karakteristik pebelajar, dan tugas
atau respon yang diharapkan dari pebelajar (Arsyad, 2002). Sedangkan
33
menurut Criticos (1996), tujuan pembelajaran, hasil belajar, isi materi ajar,
rangkaian dan strategi pembelajaran adalah kriteria untuk seleksi dan
produksi media. Dengan demikian, penataan pembelajaran (iklim, kondisi,
dan lingkungan belajar) yang dilakukan oleh seorang pengajar
diefektifitasi oleh peran media yang digunakan.
Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan
keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan berefektifitas secara psikologis kepada siswa
(Hamalik, 1986). Selanjutnya diungkapkan bahwa penggunaan media
pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian informasi (pesan dan isi pelajaran) pada saat itu. Kehadiran
media dalam pembelajaran juga dikatakan dapat membantu peningkatan
pemahaman siswa, penyajian data/informasi lebih menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Jadi dalam hal
ini dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam
kegiatan belajar mengajar.
Sadiman, dkk (1990) menyampaikan fungsi media (media
pendidikan) secara umum, adalah sebagai berikut: (i) memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat visual; (ii) mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya objek yang terlalu
besar untuk dibawa ke kelas dapat diganti dengan gambar, slide, dsb.,
peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat film, video,
fota atau film bingkai; (iii) meningkatkan kegairahan belajar,
memungkinkan siswa belajar sendiri berdasarkan minat dan
34
kemampuannya, dan mengatasi sikap pasif siswa; dan (iv) memberikan
rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi
siswa terhadap isi pelajaran.
Fungsi media, khususnya media visual juga dikemukakan oleh
Levie dan Lentz, seperti yang dikutip oleh Arsyad (2002) bahwa media
tersebut memiliki empat fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi
kognitif, dan fungsi kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual
dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi
kepada isi pelajaran. Fungsi afektif dari media visual dapat diamati dari
tingkat “kenikmatan” siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar.
Dalam hal ini gambar atau simbol visual dapat menggugah emosi dan
sikap siswa. Berdasarkan temuan-temuan penelitian diungkapkan bahwa
fungsi kognitif media visual melalui gambar atau lambang visual dapat
mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan
mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang
visual tersebut. Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah
memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam
mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks. Dengan
kata lain bahwa media pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi
siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi
pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks (disampaikan secara verbal).
Dengan menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai
(1992) mengemukakan beberapa manfaat media dalam proses belajar
siswa, yaitu: (i) dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena
35
pengajaran akan lebih menarik perhatian mereka; (ii) makna bahan
pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami siswa dan
memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan pengajaran;
(iii) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata didasarkan
atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (iv) siswa lebih banyak
melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan
tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan
memerankan.
Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media
pembelajaran elektronik dalam kegiatan belajar mengajar memiliki
efektifitas yang besar terhadap alat-alat indera. Terhadap pemahaman isi
pelajaran, secara nalar dapat dikemukakan bahwa dengan penggunaan
media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman yang lebih baik pada
siswa. Pebelajar yang belajar lewat mendengarkan saja akan berbeda
tingkat pemahaman dan lamanya “ingatan” bertahan, dibandingkan dengan
pebelajar yang belajar lewat melihat atau sekaligus mendengarkan dan
melihat. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa
pebelajar ke dalam suasana rasa senang dan gembira, di mana ada
keterlibatan emosianal dan mental. Tentu hal ini berefektifitas terhadap
semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang lebih hidup, yang
nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman pebelajar terhadap
materi ajar.
d. Pengertian Media Pembelajaran Elektronik
36
Dikatakan oleh Darin E. Hartley bahwa: e-learning merupakan
suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan
ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media
jaringan komputer lain. LearnFrame.com dalam Glossary of e-learning
Terms [Glossary, 2001] menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa:
e-learning adalah system pendidikan yang menggunakan aplikasi
elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet,
jaringan komputer maupun komputer stand alone.
Pengertian e-learning menurut Maryati, e-learning terdiri dari dua
bagian yaitu e- yang merupakan singkatan dari elektronika dan learning
yang berarti pembelajaran. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan
menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat
komputer. Terdapat kata "khususnya komputer" pada akhir kalimat yang
memberi pengertian bahwa komputer termasuk alat elektronik disamping
alat pembelajaran elektronik yang lain.
Menurut Maman Somantri, media elektronik adalah sebagai alat
bantu pembelajaran, misalnya tape recorder dapat merekam suara guru
untuk didengarkan di lain waktu, OHP mambantu guru tidak repot dengan
kotornya spidol saat menulis di papan tulis dan mahasiswa dapat dengan
mudah menggandakan slide tanpa susah mencatat. Komputer stand alone
menyampaikan materi secara lebih interaktif dengan presentasi yang
disertai dengan video dan gambar pendukung lainnya.
Media pembelajaran elektronik adalah seperangkat alat elektronik
yang dipergunakan untuk meyalurkan pesan dan dapat merangsang
37
pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa
sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.
B. Kerangka Pikir
Dalam KTSP, pembelajaran bahasa Indonesia meliputi empat aspek
kemampuan berbahasa yakni: aspek menyimak, aspek berbicara, aspek membaca,
aspek menulis. Keempat aspek itu dituangkan dalam standar kompetensi. Standar
kompetensi menulis dijabarkan dalam kompetensi dasar.
Pembelajaran menulis mengharuskan siswa terlibat total dalam
pembelajaran. Keterlibatan siswa secara total dalam pembelajaran, maka siswa
dapat memahami materi dengan cepat dan tepat. Dalam proses pembelajaran
menulis, guru dianjurkan menerapkan media pembelajaran yang tepat. Untuk
itulah peneliti menawarkan sebuah media yang bernama media elektronik. Media
elektronik menuntut siswa untuk mahir dalam menggunakan ICT yang dapat
membantu dan mempermudah proses penyampaian makna pembelajaran melalui
media komputer yang di dalamnya ada internet. Media elektronik akan
menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan pengunaan indera
secara total dapat berefektifitas besar terhadap pembelajaran.
Untuk mengetahui secara pasti efektifitas media elektronik dalam
pembelajaran keterampilan menulis siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belopa
Kabupaten Luwu, maka perlu dilakukan penelitian secara mendalam. Dalam
penelitian ini, siswa dituntut menguasai aspek dalam menulis. Untuk memiliki
keterampilan menulis yang memadai, diperlukan latihan yang sistematis dan
terarah. Dalam proses belajar mengajar, salah satu media yang ingin diterapkan
adalah media elektronik dalam pembelajaran.
38
Ada beberapa faktor yang diperhatikan dalam penerapan media elektronik
dalam pembelajaran menulis narasi siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belopa
Kabupaten Luwu, yaitu: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa,
menyampaikan informasi, mengorganisasikan siswa, mengarahkan siswa untuk
menyaksikan sesuatu yang divisualkan, mendiskusikan, menanggapi isi tayangan
yang telah mereka saksikan, menemukan topik atau gagasan pokok tayangan
tersebut, menyusun kerangka karangan berdasarkan tayangan tersebut,
mengembangkan kerangka karangan itu menjadi karangan deskripsi, merevisi
karangan tersebut, menulis kembali karangan berdasarkan hasil revisi, melaporkan
hasil karangan yang telah diperbaiki di depan kelas, dan menanggapi hasil
karangan itu dengan memperhatikan unsur karakteristik, organisasi isi,
penggunaan kalimat, diksi, dan, ejaan, mengevaluasi kemampuan siswa, dan
memberikan penilaian. Secara sederhana, kerangka penelitian dapat digambarkan
dalam bagan berikut.
39
Gambar 1. Kerangka pikir
Media Elektronik
Laptop LCD Video Pembelajaran (Peristiwa)
Keterampilaan Menulis
Penelitian Eksperimen
Menulis dalam bentuk Narasi
Kelas Kontrol (Kelas IX1)
Kelas Bebas (Kelas IX2)
Hasil
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel dan Desain Penelitian
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah keefektifan
penggunaan media elektronik dan variabel terikatnya adalah keterampilan
menulis narasi siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu.
Menurut jenisnya, penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Oleh
karena itu, dalam penyusunan desainnya dirancang berdasarkan prinsip
eksperimen yaitu mengumpulkan mengolah, menganalisis, dan menyajikan
data secara objektif.
Metode penelitian eksprimen dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang digunakan untuk mencari apakah ada pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan ( Sugiyono, 2010 : 72 ).
Metode eksprimen merupakan bagian dari metode kuantitatif mempunyai ciri
tersendiri yaitu dengan adanya kelompok kontrol. Dalam desain penelitian ini
terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random. Kelompok
pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang
diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi
perlakuan disebut kelompok kontrol. Pengaruh dari adanya perlakuan
(treatment) inilah yang akan diuji beda, kalau terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka
perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan dengan kata lain
40
41
penggunaan media elektronik tersebut efektif pada keterampilan menulis
narasi siswa kelas IX SMPN 2 Belopa Kabupaten Luwu.
Desain penelitian ini dilakukan dengan pola sebagai berikut:
Tabel 3.1. Model Desain Penelitian
Kelompok Tes awal Treatmen Tes akhir
Eksperimen Y1 X Y2
Kontrol Y1 _ Y2
Keterangan:
Y1 = Pretes
Y2 = Postes
X = Treatment
(Sukardi, 2004:185)
Penelitian ini terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen
yang menerapkan media elektronik dalam keterampilan menulis dan
kelompok kontrol yang tidak menerapkan media elektronik dalam
keterampilan menulis.
Berdasarkan desain eksperimen yang telah dikemukakan, maka
pelaksanaan eksperimen dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:
1. menentukan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Penentuan kelompok ini dilakukan atas dasar hasil yang diperoleh
dari pemberian tes awal serempak.
2. Setelah kedua kelompok tersebut terbentuk, maka masing-masing kelompok
diberi tes awal.
3. Memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen.
4. Memberikan tes akhir kepada kedua kelompok tersebut. Tes akhir ini sama
42
serempak (bersamaan).
5. Mencari rata-rata dari kedua kelompok baik yang dicapai sebelum
perlakuan diberikan maupun hasil yang dicapai setelah perlakuan diberikan
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil yang signifikan.
Untuk mencari seberapa besar keefektifan penggunaan media
elektronik pada keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IX SMP
Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu, harus membandingkan hasil tes sebelum
dan sesudah memberikan perlakuan yaitu sebelum menerapkan media
elektronik serta hasil akhir yaitu hasil dari pemberian perlakuan (eksperimen)
dengan kelompok kontrol ( yang tanpa perlakuan).
B. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dikemukakan untuk memperjelas dan
mengarahkan penelitian ini. Penelitian ini mengkaji tentang keefektifan
penggunaan media elektronik pada keterampilan menulis dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu.
Untuk memudahkan dalam memahami variabel, maka penulis
memerincinya sebagai berikut :
1. Media elektronik yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah media
yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam
pembelajaran menulis karangan narasi yaitu media audio visual.
2.. Kemampuan menulis karangan dalam bentuk narasi adalah suatu bentuk
kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa dalam menulis
karangan, peristiwa atau kejadian tertentu.
43
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX yang
berjumlah 234 orang yang terbagi dalam 7 kelas.
Untuk lebih jelasnya populasi pada penelitian ini, dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3 .2 Populasi Penelitian
No Populasi Jumlah Keterangan
1 Siswa kelas IX tahun
ajaran 2012-2013
234 orang 7 kelas
Sumber: Data Sekolah Tahun 2013
Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampling yang digunakan adalah proportional random sampling.
Dalam penelitian ini terdapat kelas kontrol dan kelas bebas. Kelas kontrol
adalah kelas yang diberikan perlakuan dengan menggunakan media elektronik
yakni di kelas IX1 dengan jumlah 30 orang dan kelas bebas adalah kelas yang
sama-sama dibelajarkan keterampilan menulis tanpa menggunakan media
elektronik yaitu kelas IX2 dengan jumlah 30 orang.
Dalam desain penelitian ini terdapat dua kelompok yang dipilih
secara random, kemudian diberi pretes dengan lembar format penilaian siswa
yang diberi bobot nilai dari rentang 1-10, untuk menngetahui keadaan awal
sebelum perlakuan diberikan, ada perbedaan hasil antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretes yang baik bila nilai kelompok
eksperimen tidak berbeda jauh secara signifikan sehingga layak digunakan
dalam langkah senjutnya.
44
Untuk lebih jelasnya sampel pada penelitian ini, dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel. 3.3 Sampel Penelitian
No Sampel Jumlah
1 Kelas Kontrol (IX1) 30 orang
2 Kelas Bebas (IX2) 30 orang
Sumber: Data Sekolah Tahun 2013
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan tujuan penelitian ini data yang dikumpulkan adalah
data dan informasi mengenai penggunaan media elektronik terhadap
keterampilan menulis siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu.
Oleh karena itu, dalam menyaring semua data dan informasi yang dibutuhkan
tersebut digunakan teknik pengumpulan data dengan skala likert dan skala
Guttman. Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan dua metode,
yaitu:
1. Pengumpulan data dengan menggunakan penelitian kepustakaan (Library
Research), penulis mengumpulkan data dengan jalan membaca buku-buku
perpustakaan yang erat hubungannya dengan materi tesis. Pengambilan data
dilakukan dengan teknik kutipan langsung dan teknik kutipan tidak langsung.
2. Pengumpulan data dengan menggunakan penelitian lapangan (Field
Research), penulis mengadakan penelitian secara langsung di lapangan atau di
lokasi penelitian dengan menggunakan tes, penyebaran angket, dan interview
(wawancara). Serta pemberian threathment (perlakuan) kepada salah satu
kelas dari dua kelas yang ada.
45
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
tes dan non tes.
a. Instrumen penelitian yang berupa tes
Pada perinsipnya yang dimaksud dengan tes adalah suatu cara untuk
Mengadakan penilaian tentang tingkah laku, prestasi, keterampilan dan
kemampuan atau bakat individu yang dilakukan dengan mengajukan tugas
atau pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh individu
sehingga menghasilkan suatu nilai yang kemudian diolah atau diberi skor.
Instrumen penelitian yang berupa tes digunakan dalam penelitian ini
adalah dalam bentuk format lembar penilaian karangan narasi, format
lembar penilaian ini disusun dan dikembangkan sendiri oleh peneliti
dengan mempertimbangkan aspek-aspek pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
b. Instrumen yang penelitian yang berupa non tes
Instrumen yang berupa non tes terdiri atas beberapa alat pelajaran, satuan
pelajaran, lembar pengamatan, lembaran-lembaran angket, buku referensi
dan penunjang penelitian lainnya.
Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap kegiatan
proses belajar dengan penggunaan media. Penyebaran angket dilakukan
dengan memberikan pertanyaan sebanyak 10 nomor kepada semua siswa kelas
IX SMP Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu. Dari 10 nomor pertanyaan
tersebut masing-masing terdiri dari dua pilihan jawaban. Threathment
diberikan kepada kelas IX1 dengan menggunakan media elektronik sedangkan
IX2 tidak menggunakan media elektronik. Perlakuan yang sama diberikan
46
kepada kedua kelas dengan memberi tema peristiwa kepada siswa, lalu siswa
di kelas IX1 menulis narasi dengan bantuan media elektronik yang ada,
sedangkan siswa IX2 menulis narasi tanpa bantuan media elektronik.
E. Teknik Analisis Data
Analisis Statistik Deskriptif
Langkah-langkah menganalisis data secara statitik deskriptif
sebagai berikut:
a. Membuat tabulasi skor siswa.
b. Menghitung persentase kemampuan tiap siswa.
c. Menghitung nilai rata-rata yang diperoleh siswa.
Hasil penelitian yang berupa data mentah di lapangan akan diolah dengan
menggunakan teknik statistik deskriptif dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
F
P = x 100 %
N
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah responden
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan metode penelitian yang
telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini dipaparkan hasil
penelitian penggunaan media elektronik dalam pembelajaran menulis karangan
narasi siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan, hasil penelitian ini adalah
hasil eksperimen kuantitatif. Hasil penelitian kuantitatif ini disajikan berdasarkan
hasil yang telah diperoleh di lapangan. Hasil eksperimen kuantitatif yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang dinyatakan dalam bentuk angka
untuk mengetahui keefektifan penggunaan media elektronik dalam pembelajaran
menulis karangan narasi siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu.
Penyajian hasil analisis data berikut bertujuan untuk mengungkapkan
penerapan penggunaan media elektronik dalam pembelajaran menulis karangan
narasi pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu dan
mengungkapkan keefektifan penerapan penggunaan media elektronik dalam
pembelajaran menulis karangan narasi pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belopa
Kabupaten Luwu. Untuk mengungkapkan hal tersebut, berikut ini dikelompokkan
ke dalam dua kelas, yaitu penyajian data kelas eksperimen (kelas yang dikenai
perlakuan penerapan penggunaan media elektronik) dan penyajian data kelas
kontrol (kelas yang tidak diberikan perlakuan penerapan penggunaan media
elektronik).
47
48
Penyajian hasil analisis data nilai mentah dari lembar penilaian karangan
narasi siswa kelas eksperimen dan hasil analisis data nilai kelas kontrol disajikan
secara terpisah. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik
deskriptif yang meliputi langkah-langkah, yaitu: membuat daftar skor mentah,
membuat distribusi frekuensi dari skor mentah, mencari mean rata-rata, mengukur
penyebaran, untuk standardisasi hasil pengukuran (skor) dilakukan transformasi
dari skor mentah di dalam nilai berskala 1-10, dan menetapkan tolok ukur
kemampuan siswa. Setelah itu, lalu dikemukakan perbandingan mean (rata-rata
nilai) keduanya dengan menggunakan analisis eksperimen jenis uji t desain.
Mk -- Me t = √ b2
n ( N – 1 )
di mana :
Mk -- Me : Masing-masing adalah mean dari kelompok kontrol dan
Mean dari kelompok eksperimen.
b2 : Jumlah deviasi dari mean perbedaan
N : Jumlah subyek
( Tiro, 2008 ; 230 )
1. Analisis Data Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi yang Menggunakan Media Elektronik pada Kelas Eksperimen (X) a. Pre-test
Berdasarkan hasil analisis data (pre-test) untuk kelas eksperimen, pre test
diberikan untuk mengetahui keadaan awal, adakah perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pre-test yang baik bila nilai
kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan (Sugiyono 210; 76)
Dari 30 sampel diperoleh gambaran bahwa tidak ada siswa yang mampu
49
memperoleh skor 100, sebagai skor maksimal. Skor tertinggi yaitu 70
diperoleh oleh dua orang sampel, dan skor terendah adalah 45 diperoleh oleh
empat orang sampel.
Gambaran yang lebih jelas dan tersusun rapi dari skor terendah hingga
skor tertinggi yang diperoleh siswa beserta frekuensinya dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.1 Distribusi Presentase Skor Hasil (Pre-test) Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi pada Kelas Eksperimen (X)
No Skor Mentah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
1 70 2 6,66
2 65 3 10,0
3 62 1 3,33
4 60 6 20,0
5 58 1 3,33
6 56 2 6,66
7 55 4 13,33
8 54 2 6,66
9 50 4 13,33
10 45 5 16,66
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang
diperoleh sampel yaitu 70 diperoleh 2 orang (6,66%). Selanjutnya, sampel
yang mendapat nilai 65 diperoleh 3 orang (10 %), sampel yang mendapat nilai
62 diperoleh 1 orang (3,33 %), sampel yang mendapat nilai 60 diperoleh 6
orang (20%), sampel yang mendapat nilai 58 diperoleh 1 orang (3,33%),
sampel yang mendapat nilai 56 diperoleh 2 orang (6,66 %), sampel yang
50
mendapat nilai 55 diperoleh 4 orang (13,33%), sampel yang mendapat nilai 54
diperoleh 2 orang (6,66%), sampel yang mendapat nilai 50 diperoleh 4 orang
(13,33%), sampel yang mendapat nilai 45 diperoleh 5 orang (16,66%).
Sebelum skor mentah ditransformasi ke dalam nilai berskala 1-10, terlebih
dahulu ditentukan mean ideal dengan rumus:
Xi = 60% x skor maksimal
Xi = 60/100 x 100
= 60
Langkah selanjutnya adalah mencari standar deviasi sebagai ukuran
penyebaran data. Rumus yang digunakan untuk menentukan stándar deviasi
adalah sebagai berikut :
Si = ¼ x Xi
= ¼ x 60
= 15
Perolehan nilai menulis karangan narasi seluruh siswa beserta
frekuensinya dapat dilihat secara jelas pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Nilai Hasil (Pre test) Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi Kelas Eksperimen (X) dan presentasenya
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 81 – 100 0 0
2 61 – 80 4 13,33
3 41 – 60 22 73,34
4 21 – 40 4 13,33
5 1 - 20 0 0
Jumlah 30 100%
51
Dari tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa nilai hasil (pre test) kemampuan
menulis karangan narasi yang diperoleh siswa kelas eksperimen bervariasi. Tidak
ada siswa sampel yang memperoleh nilai 8 sampai nilai 10. Rentang nilai tertinggi
yang diperoleh oleh siswa sampel adalah rentang 61-80 (13,33%). Dua puluh dua
orang siswa sampel (73,34%) yang memperoleh nilai rentang 41-60. Empat orang
siswa sampel yang memperoleh nilai rentang 21- 40 (13,33%). Dan tidak ada
siswa sampel yang memperoleh rentang nilai 1 - 20. Jumlah nilai perolehan hasil
(pre test) kemampuan siswa menulis narasi kelas eksperimen secara keseluruhan
dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Jumlah nilai Hasil (Pre-test) Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi Kelas Eksperimen (∑X) secara Keseluruhan.
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 70 2 140
2 65 3 195
3 62 1 62
4 60 6 360
5 58 1 58
6 56 2 112
7 55 4 220
8 54 2 108
9 50 4 200
10 45 5 225
Jumlah 30 1680
Rata-Rata 56,0
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa nilai rata-rata hasil (pre-test) kemampuan
siswa menulis karangan narasi kelas eksperimen adalah 56,0 yang diperoleh dari
52
hasil bagi jumlah seluruh nilai kemampuan menulis karangan narasi siswa (∑X)
dengan jumlah siswa sampel (N). Untuk mengetahui dengan jelas skor hasil (pre-
test) kemampuan siswa menulis karangan narasi kelas eksperimen beserta
distribusi frekuensi dan perhitungan skornya, dapat dilihat pada lampiran.
b. Post-test
Berdasarkan hasil analisis data (pre-test) untuk kelas eksperimen dari 30
sampel diperoleh gambaran bahwa tidak ada siswa yang mampu memperoleh skor
100, sebagai skor maksimal. Skor tertinggi yaitu 98 yang diperoleh 3 sampel dan
skor terendah diperoleh tiga orang sampel yaitu 70. Gambaran yang lebih jelas
dan tersusun rapi dari skor terendah hingga skor tertinggi siswa beserta
frekuensinya.
Tabel 4.4 Distribusi Presentase Skor Hasil (Post-test) Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi pada Kelas Eksperimen (X)
No Skor Mentah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
1 100 0 0
2 98 3 10,0
3 90 5 16,67
4 80 18 60,0
5 75 1 3,33
6 70 3 10,0
Jumlah 30 100 %
Skor mentah hasil (post test) kemampuan siswa menulis karangan narasi
kelas ekperimen dapat dikonversikan ke dalam nilai berskala 1-10, dan dapat pula
diketahui frekuensi dan persentase nilai hasil (post test) kemampuan siswa
53
menulis karangan narasi kelas eksperimen. Perolehan nilai menulis karangan
narasi seluruh siswa beserta frekuensinya dapat dilihat secara jelas pada tabel.
Tabel 4.5 Nilai Hasil (Post-test) Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi Kelas Eksperimen (X), frekuensi dan presentasenya
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 81 – 100 8 26,67
2 61 – 80 22 73,33
3 41 – 60 0 0,00
4 21 – 40 0 0,00
5 1 - 20 0 0,00
Jumlah 30 100%
Dari tabel 4.5 di atas diperoleh gambaran bahwa nilai hasil (post test)
kemampuan siswa menulis karangan narasi yang diperoleh siswa kelas
eksperimen bervariasi. Nilai tertinggi diperoleh delapan orang siswa sampel
(28,57%) dengan perolehan 90. Tujuhbelas orang sampel (60,71%) yang
memperoleh nilai 80, dan tiga orang sampel (10,72%) memperoleh nilai 70. Tidak
ada siswa yang memperoleh nilai 60 dan 50.
Untuk mengetahui daya pembeda (uji t) antara kelass eksperimen dan
kelas kontrol, maka diperlukan data mengenai rata-rata nilai kelas masing-masing.
Untuk rata-rata nilai kelas eksperimen pasca pemberian tindakan penelitian, dapat
dilihat pada tabel berikut:
54
Tabel 4.6 Jumlah Nilai Hasil (Post test) kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi Kelas Eksperimen (∑X) secara keseluruhan.
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 98 3 294
2 90 5 450
3 80 18 1440
4 75 1 75
5 70 3 210
Jumlah 30 2469
Rata-Rata 82,3
Dari tabel di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata hasil (post test)
kemampuan siswa menulis karangan narasi kelas eksperimen adalah 82,3 yang
diperoleh dari hasil bagi jumlah seluruh nilai kemampuan menulis karangan narasi
siswa (∑X) dengan jumlah siswa sampel (N).
2.Analisis Data Kemampuan Menulis Narasi pada Kelas Kontrol (Y)
a. Pre test
Berdasarkan hasil analisis data pre test untuk kelas kontrol, dari 30 sampel
diperoleh gambaran bahwa tidak ada siswa yang mampu memperoleh skor 100,
sebagai skor maksimal. Skor tertinggi yaitu 70 dan skor terendah adalah 50.
Gambaran yang lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
55
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil (Pre-test) Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi pada Kelas Kontrol (Y)
No Skor Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
1 70 2 6,66
2 65 3 10,0
3 62 1 3,33
4 60 6 20,0
5 58 1 3,33
6 56 2 6,66
7 55 4 13,33
8 54 2 6,66
9 50 4 13,33
10 45 5 16,67
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang
diperoleh sampel yaitu 70 diperoleh 2 orang (6,66%). Selanjutnya, sampel
yang mendapat nilai 65 diperoleh 3 orang (10 %), sampel yang mendapat nilai
62 diperoleh 1 orang (3,33), sampel yang mendapat nilai 60 diperoleh 6 orang
(20%), sampel yang mendapat nilai 58 diperoleh 1 orang (3,33%), sampel
yang mendapat nilai 56 diperoleh 2 orang (6,66%), sampel yang mendapat
nilai 55 diperoleh 4 orang (13,33%), sampel yang mendapat nilai 54 diperoleh
2 orang (6,66%), sampel yang mendapat nilai 50 diperoleh 4 orang (13,33%),
sampel yang mendapat nilai 45 diperoleh 5 orang (16,67%).
Perolehan nilai menulis karanagn narasi seluruh siswa beserta
frekuensinya dapat dilihat secara jelas pada tabel berikut.
56
Tabel 4.8 Nilai Hasil (Pre-test) Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi Kelas Kontrol (Y) dan presentasenya
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 81 – 100 0 0
2 61 – 80 6 20,0
3 41 – 60 24 80,0
4 21 – 40 0 0
5 1 - 20 0 0
Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa nilai hasil (pre test) kemampuan
siswa menulis karangan narasi yang diperoleh siswa kelas kontrol bervariasi.
Tidak ada siswa sampel yang memperoleh nilai 8 sampai nilai 10. Nilai tertinggi
yang diperoleh oleh dua orang siswa sampel (6,66%) adalah 70. Enam orang
siswa sampel (20%) yang memperoleh nilai 60. Empat orang siswa sampel
(13,33%) yang memperoleh nilai 50. Empat orang siswa sampel (13,33%) yang
memperoleh nilai 55. Dan tidak ada siswa sampel yang memperoleh nilai 40.
Jumlah nilai perolehan hasil (pre test) kemampuan siswa menulis narasi kelas
kontrol secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
57
Tabel 4.9 Jumlah Nilai Hasil (Pre test) Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi Kelas Kontrol (∑X) secara Keseluruhan.
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 70 2 140
2 65 3 195
3 62 1 62
4 60 6 360
5 58 1 58
6 56 2 112
7 55 4 220
8 54 2 108
9 50 4 200
10 45 5 225
Jumlah 30 1680
Rata-Rata 56
Dari tabel 4.9 diketahui bahwa nilai rata-rata hail (pre test) kemampuan siswa
menulis karangan narasi kelas kontrol adalah 56 yang diperoleh dari hasil bagi
jumlah seluruh nilai kemampuan menulis karangan narasi siswa (∑X) dengan
jumlah siswa sampel (N). Untuk mengetahui dengan jelas skor hasil (pre-test)
kemampuan siswa menulis karangan narasi kelas kontrol beserta distribusi
frekuensi dan perhitungan skornya, dapat dilihat pada lampiran.
b. Post-test
Berdasarkan hasil analisis data (pre-test) untuk kelas kontrol dari 30
sampel diperoleh gambaran bahwa tidak ada siswa yang mampu memperoleh skor
100, sebagai skor maksimal. Skor tertinggi yaitu 80 yang diperoleh empatbelas
sampel dan skor terendah diperoleh enambelas orang sampel yaitu 70.
58
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil (Post-test) Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi pada Kelas Kontrol (Y)
No Skor Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
1 100 0 0
2 90 0 0
3 80 15 50
4 70 15 50
5 80 0 0
Jumlah 30 100 %
Gambaran yang lebih jelas dan tersusun rapi dari skor terendah hingga
skor tertinggi siswa beserta frekuensinya. Skor mentah hasil (post test)
kemampuan siswa menulis karangan narasi kelas kontrol dapat dikonversikan ke
dalam nilai berskala 1-10, dan dapat pula diketahui frekuensi dan persentase nilai
hasil (post test) kemampuan siswa menulis karangan narasi kelas kontrol.
Perolehan nilai menulis karangan narasi seluruh siswa beserta frekuensinya dapat
dilihat secara jelas pada tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.11 Nilai Hasil (Post Test) Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi Kelas Kontrol (X), Frekuensi, dan Persentasenya.
No Skor Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
1 81 – 100 0 0
2 61 – 80 30 100
3 41 – 60 0 0
4 21 – 40 0 0
5 1 - 20 0 0
Jumlah 30 100 %
59
Dari tabel 4.10 di atas diperoleh gambaran bahwa nilai hasil (post test)
kemampuan siswa menulis karangan narasi yang diperoleh siswa kelas kontrol
bervariasi. Nilai tertinggi diperoleh empatbelas orang siswa sampel (46,67%)
dengan perolehan 80. Enambelas orang sampel (53,33%) yang memperoleh nilai
70, Tidak ada siswa yang memperoleh nilai 60 dan 50.
Untuk rata-rata nilai kelas kontrol pasca pemberian tindakan penelitian,
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12 Jumlah Nilai Hasil (Post test) kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi Kelas Kontrol (∑X) secara keseluruhan.
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 100 0 0
2 90 0 0
3 80 15 1200
4 70 15 1050
5 60 0 0
Jumlah 30 2250
Rata-Rata 75
Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata hasil (post test)
kemampuan siswa menulis karangan narasi kelas kontrol adalah 75 yang
diperoleh dari hasil bagi jumlah seluruh nilai kemampuan menulis karangan narasi
siswa (∑X) dengan jumlah siswa sampel (N).
Mk -- Me t = √ b2
n ( N – 1 )
60
2250 - 2469
√ 73.85
30 (30 – 1) 2.19
√ 73.85 870 2.19
√ 0,09
.0.3
= 7, 30 Dengan derajat kebebasan (n – 1) = 29 pada taraf signifikansi 5 %
diperoleh t tabel sebesar 2,045. Oleh karena telah terbukti bahwa t hitung (7,30)
lebih besar dari t tabel (2,045), sehingga dapat disimpulkan bahwa pada taraf
signifikansi 5 % terdapat perbedaan mean yang signifikan antara kelompok A dan
kelompok B, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media
elektronik pada keterampilan menulis narasi siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belopa
Kabupaten Luwu terbukti efektif.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah diperoleh, penggunaan media
elektronik efektif digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan
narasi pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu. Hal ini dapat
dilihat pada derajat kebebasan (n - 1) = 29 dengan taraf signifikansi 5 %
diperoleh t tabel (2,045) t hitung (7,30) lebih besar, sehingga dapat dinyatakan
61
bahwa penggunaan media elektronik dalam pembelajaran keterampilan menulis
karangan narasi efektif.
Hasil hitung dari instrumen tes tersebut di atas, sejalan dengan hasil
perolehan dari penyebaran angket siswa (non tes) diperoleh skor sebesar 67,17 %,
yang apabila didasarkan pada kriteria yang ditetapkan pemerintah yaitu
Departemen Pendidikan dan kebudayaan yaitu:
Tingkat efektifitas 0 % - 34 % = Sangat rendah
Tingkat efektifitas 35 % - 54 % = Rendah
Tingkat efektifitas 55 % - 64 % = Sedang
Tingkat efektifitas 65 % - 84 % = Tinggi
Tingkat efektifitas 85 % - 100 % = Sangat tinggi
Hasil hitung dari skor perolehan (403) dibagi deangan skor tertinggi (600)
dikali dengan 100% maka diperoleh 67,17 % yang berada pada tingkat efektifitas
“Tinggi” ini membuktikan bahwa “ Keefektifan Penggunaan Media Elektronik
pada Keterampilan Menulis Narasi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Belopa
Kabupaten Luwu” , dapat diterima.
Pada bagian ini menguraikan hasil temuan yang diperoleh dari hasil
analisis data pernelitian tentang penerapan penggunaan media elektronik dalam
pembelajaran menulis karangan narasi siswa kelas IX SMP Negeri 2 Belopa.
Pembelajaran akan berlangsung efektif dan efesien jika didukung dengan
kemahiran guru dalam mengatur strategi pembelajaran. Cara guru mengatur
strategi pembelajaran sangat berpengaruh kepada siswa belajar. Dalam
menyajikan materi pembelajaran sebaiknya seorang guru menggunakan teknik
yang tepat.
62
Penggunaan teknik yang tepat akan banyak berpengaruh terhadap
keberhasilan pembelajaran. Akan tetapi harus disadari bahwa faktor gurulah yang
pada akhirnya menentukan berhasil tidaknya suatu pembelajaran. Oleh karena itu,
seorang guru jangan sampai hanya terpaku pada salah satu teknik saja yang pada
akhirnya membuat anak akan bosan belajar.
Antusias siswa dalam proses pembelajaran adalah hal yang terpenting dari
sebuah kesuksesan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, media dan teknik adalah
dua hal yang tidak bisa dipisahkan peranannya masing-masing dalam proses
pembelajaran karena keduanya dapat memberikan kekuatan motivasi dalam
pembelajaran. Hal tersebut tercermin dalam perilaku siswa dalam memperoleh
perlakuan tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang melibatkan dua
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kemampuan siswa
di kelas kontrol dalam menulis karangan narasi tidak menunjukkan hasil yang
maksimal, ini disebabkan karena tidak adanya penggunaan teknik pembelajaran
yang dapat menarik perhatian siswa. Berbeda dengan kemampuan siswa di kelas
eksperimen. Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran menulis karangan
narasi dengan menggunakan media elektronik mampu mengembangkan beberapa
kemampuan mengelola pembelajaran yang dilakukan oleh guru maupun
menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran.
Hal ini dapat dilihat dari awal pembelajaran dimulai pada saat memabuka
pembealajran, pemberian materi, dan penggunaan media elektronik dalam
pembelajaran memberikan gambaran bahwa media elektronik merangsang
motivasi berpikir siswa dalam memunculkan kreativitasannya.
63
Secara umum, respon siswa terhadap pembelajaran memeiliki sikap positif
terhadap pemberlakuan pembelajaran menulis karangan narasi dengan
menggunakan media elektronik. Media ini akan membantu siswa lebih kreatif
dalam menulis karangan narasi karena siswa dihadapkan langsung dengan media
pembelaajran untuk mengamati secara langsung peristiwa yang akan menjadi
sumber kajiannya dalam menulis. Hal tersebut memunculkan daya pikir dan
tingkat kreativitas yang tinggi bagi siswa dalam menuliskan ide dan pikirannya
melalui sebuah karangan yang berbentuk narasi.
Dari penjelasan di atas, menunjukkan bahwa pembelajaran menulis
karangan narasi dengan menggunakan media elektronik sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai yaitu siswa dapat mencari gagasan atau ide,
mengembangkan dan menyusun ide tersebut menjadi tulisan yang sistematis dan
utuh serta padu. Sehubungan dengan itu, maka hasi penelitian ini diharapkan
mempunyai implikasi sebagai berikut :
1. Pembina atau pengawas, diharapkan dapat memberikan bantuan
pembinaan kepada guru-guru serta dukungan fasilitas pembelajaran yang
menunjang terlaksananya proses pembelajaran yang menyenangkan.
2. Guru sebagai tenaga pendidik harus mampu mengembangkan potensi
diri sebagai tenaga profesional, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta mampu menjawab tantangan zaman dalam mengembangkan segala
potensi siswa dalam penerapan teknologi dan informasi, khususnya penggunaan
media elektronik.
3. Sekolah sebagai lembaga yang memberikan layanan dan fasilitas yang
dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan, hendaknya mampu memberikan
64
dukungan dan fasilitas secara maksimal untuk pembelajaran terutama dalam
keterampilan menulis karangan bentuk narasi.
65
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil análisis data dalam penelitian ini, maka berikut ini
dikemukakan simpulan bahwa, “Penggunaan media elektronik memiliki
efektifitas yang tinggi dalam menulis narasi bagi siswa kelas IX di SMP Negeri 2
Belopa Kabupaten Luwu”, hal ini ditandai dengan adanya ketertarikan siswa
dalam belajar yang tertuang dalam bentuk kerjasama siswa dalam menemukan
sendiri jawaban dari pertanyaan guru melalui media elektronik yang ada. Keadaan
ini menunjukkan antusias siswa dan membangkitkan semangatnya dalam belajar,
sehingga siswa termotivasi dalam bentuk pembelajaran menulis narasi, yang
membuat siswa mudah untuk memaknai sebuah peristiwa yang ditontonnya dan
dituliskannya dalam bentuk karangan narasi.
B. Saran
1. Untuk peningkatan efektifitas pembelajaran menulis narasi di kelas IX SMP
pihak sekolah melalui guru kelas dituntut kreatif, kiranya dapat membuat alat
peraga yang baik, dan mudah dipahami oleh siswa baik dalam bentuk klasikal
maupun bentuk individual.
2. Disarankan kepada guru, agar kiranya senantiasa menggunakan alat peraga
atau media pembelajaran dalam penyampaian isi pesan belajar dalam proses
belajar mengajar terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
65
66
3. Peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan
mengkaji berbagai variabel yang mungkin ikut memberikan pengaruh agar
dapat memberikan sumbangsi yang berarti bagi siswa, perlu diadakan
penelitian lebih lanjut mengenai berbagai komponen yang dapat
mengefektifkan proses belajar mengajar dan meningkatkan mutu pengajaran,
khususnya menulis narasi di kelas IX Sekolah Menengah Pertama.
67
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, M. 1988. Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura, H.R. 1998. Pembinaan Kemampuan Menu-lis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
---------------. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta; Prenada Media Group.
Gagne, Roberth, M. (1985). The Conditions of Learning and Teory of Intruction. Fourth edition CBS College Publishing New York
Hamalik, Oemar. 1986. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.
Haryadi dan Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud-Dikti
Keraf, G. 1997. Komposisi.Ende Flores Nusa Tenggara Timur: Nusa Indah.
Kosasih, E. 2002. Kompetensi Ketatabahasaan: Cermat Berbahasa Indonesia.Bandung: Yrama Widya.
Meier, Andreas. 2004. Cooperative Diversity in Wireless Networks. University of Edinburgh.
Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Remaja Rosda karya.
Musaba, Z. 1994. Terampil Menulis dalam Bahasa Indonesia yang Benar. Banjarmasin: Sarjana Indonesia.
Parera & Tasai.1995. Linguistik Edukasional Metodologi Pembelajaran Bahasa Analisis Kontrastif Antarbahasa Analisis Kesalahan Berbahasa Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Poerwodarmanto, W.J.S. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sadiman, dkk. 1990. Media Pembelajaran, Pengertian, Pengembangan, Penempatan. Jakarta: Rajawali.
67
68
Saleh, Abdul Rahman. 2007. Pendidikan Anak Bangsa. Bandung: PT Remaja RoSMPakarya.
Soedjito dan Hasan, M. 1986. Seri Membina Keterampilan Menulis Paragraf. Malang: Tanpa Penerbit
Spandel, V. and Stigginis, R. J. 1990. Creating Writers. London: Longman.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif. Bandung : Alpa Beta.
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Cetakan 2. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Suparno. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Depdiknas-UT
Syafi’ie, I. 1998. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, H.G. 1987. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tiro, Muhammad Arif. 2008. Dasar-Dasar Statistika. Edisi ketiga. Makassar: Andira Publisher.
69
70
INSTRUMEN TES
LEMBAR FORMAT PENILAIAN KARANGAN NARASI
No Aspek Yang Dinilai Bobot Nilai Skor
1 Pemilihan judul karangan dengan tepat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2 Ketepatan isi karangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3 Pengorganisasian karya dengan tepat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4 Ketepatan penggunaan bahasa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 5 Pemilihan kata/ diksi dengan tepat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6 Ketepatan menggunakan ejaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 7 Penggunaan tanda baca dengan tepat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 8 Ketepatan penggunaan waktu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9 Pemakaian kosa kata dengan tepat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
10 Menemukan topik/ gagasan pokok dengan tepat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 Mampu menempatkan pola urutan pengarang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
12 Menampilkaan latar cerita dengan tepat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 13 Mampu menampilkan konflik dalam cerita 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 14 Mampu merangkaikan kejadian/ peristiwa
dengan baik dan runtut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
15 Mampu menceritakan kronologis, peristiwa atau kejadian secara runtut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
16 Keterlibatan aspek panca indra 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 17 Imajinasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 18 Kesan hidup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 19 Menunjukkan obyek yang ditulis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 Tanggapan terhadap revisi karangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah skor perolehan
71
INSTRUMEN ANGKET SISWA
Pilihlah salah satu jawaban yang Anda Anggap benar atau sesuai!
1. Apakah anda senang menulis dan membaca tulisan orang lain? a. ya b. tidak 2. Apakah anda senang menulis dan membaca karangan dalam bentuk narasi? a. ya b. tidak 3. Kalau anda senang, apakah anda tahu cara menulis karangan dalam bentuk narasi? a. ya b.. tidak 4. Dalam menulis karangan narasi, apakah anda lebih senang menggunakan media elektronik? a. ya b, tidak 5. Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan rangkaian peristiwa, yang dirangkai dalam urutan waktu sehingga lebih cocok kalau menggunakan media elektronik? a. ya b. tidak 6. Apakah menurut anda Media Elelktronik berperan dan membantu dalam pembelajaran menulis narasi di kelas IX SMP? a. ya b. tidak 7. Setelah menyaksikan media elektronik tentang karangan narasi, apakah anda dapat menyusun kembali karangan dengan tepat sesuai dengan waktu yang disediakan a. ya b. tidak 8. Menurut anda menulis karangan bentuk narasi lebih cocok kalau kita menggunakan imajinasi sendiri secara bebas tanpa ikatan waktu tertentu. a. ya b. tidak 9. Dalam menulis, topik karangan hendaknya yang aktual, menarik , sedang hangat dibicarakan ataupun terfokus pada cerita tayangan melalui media elektonik yang disajikan. a. ya b. tidak 10. Karangan narasi menekankan pada susunan kronologis kejadian atau peristiwa dengan urutan-urutan waktu tertentu sehingga sangat efektif kalau menggunakan media elektronik berupa audio-visual dalam pembelajarannya a. ya b. tidak
NO
…….
72
INSTRUMEN PENELITIAN
PENGAMATAN
Petunjuk Pelaksanaan
1. Tulislah Nama, Nis, dan Kelas Anda! 2. Amatilah tayangan film berikut ini dengan cermat! 3. Setelah mengamati tayangan film berikut, buatlah karangan narasi sesuai
dengan pengamatan Anda! 4. Dalam menulis karangan narasi Anda harus memperhatikan unsur-unsur
berikut ini! No Aspek yang dinilai Bobot
1 Isi karangan 0-30
2 Organisasi Karangan 0-25
3 Penggunaan Bahasa 0-20
4 Pilihan Kata (Diksi) 0-15
5 Penggunaan Ejaan dan tanda baca 0-10
Jumlah 100
73
Tabel Persiapan untuk T- Test Sampel-Sampel yang Terpisah
Pasangan Subyek K
E
B
b
b2
K E 1 31 70 70 0 -0,73 0,53 2 32 70 70 0 -0,73 0,53 3 33 70 70 0 -0,73 0,53 4 34 70 75 -0,5 1,23 1,51 5 35 70 80 -1 1,73 2,99 6 36 70 80 -1 1,73 2,99 7 37 70 80 -1 1,73 2,99 8 38 70 80 -1 1,73 2,99 9 39 70 80 -1 1,73 2,99 10 40 70 80 -1 1,73 2,99 11 41 70 80 -1 1,73 2,99 12 42 70 80 -1 1,73 2,99 13 43 70 80 -1 1,73 2,00 14 44 70 80 -1 1,73 2,99 15 45 70 80 -1 1,73 2,99 16 46 80 80 0 0,73 0,53 17 47 80 80 0 0,73 0,53 18 48 80 80 0 0,73 0,53 19 49 80 80 0 0,73 0,53 20 50 80 80 0 0,73 0,53 21 51 80 80 0 0,73 0,53 22 52 80 80 0 0,73 0,53 23 53 80 90 -1 1,73 2,99 24 54 80 90 -1 1,73 2,99 25 55 89 90 -1 1,73 2,99 26 56 80 90 -1 1,73 2,99 27 57 80 90 -1 1,73 2,99 28 58 80 98 -1,8 2,53 6,40 29 59 80 98 -1,8 2,53 6,40 30 60 80 98 -1,8 2,53 6,40
Jumlah 2250 2460 2, 19 - 73,85
b = B - MB MB = ∑ B/N (-0,73)
Mk = ∑K/ N (75) Me = ∑E/ N (82,3) Data-data tersebut dimasukkan ke dalam rumus uji T untuk sampel-sampel yang berkorelasi.
74
Tabel Data Hasi Angket / Skala Guttman
No. Responden
Skor Perolehan
Ket. No. Responden
Skor Perolehan
Ket.
1 8 31 6 2 7 32 6 3 9 33 5 4 6 34 4 5 7 35 5 6 8 36 7 7 7 37 8 8 7 38 6 9 5 39 8 10 6 40 7 11 9 41 7 12 9 42 4 13 6 43 3 14 6 44 8 15 7 45 5 16 8 46 4 17 7 47 9 18 6 48 7 19 7 49 6 20 4 50 8 21 4 51 9 22 7 52 6 23 5 53 7 24 6 54 9 25 8 55 8 26 9 56 8 27 7 57 7 28 6 58 8 29 6 59 8 30 5 60 8 Jumlah 202 Jumlah 201
P = 403/ 600 x 100 % = 40300/ 600 = 67,17 % ( kategori efektifitas tinggi )
75
Tabel 1: Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil (Pre-test) Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi pada Kelas Eksperimen (X)
No Skor Mentah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
1 71 0 0,00
2 70 2 6,66
3 69 0 0,00
4 68 0 0,00
5 67 0 0,00
6 66 0 0,00
7 65 3 10,0
8 64 0 0,00
9 63 0 0,00
10 62 1 3,33
11 61 0 0,00
12 60 6 20,00
13 59 0 0,00
14 58 1 3,33
15 57 0 0,00
16 56 2 6,66
17 55 4 13,33
18 54 2 6,66
19 53 0 0,00
20 52 0 0,00
21 51 0 0,00
22 50 4 13,33
23 49 0 0,00
24 48 0 0,00
25 47 0 0,00
26 46 0 0,00
76
27 45 5 16,67
28 44 0 0,00
29 43 0 0,00
30 42 0 0.00
Jumlah 30 100%
77
Tabel 2 : Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil (Post-test) Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi pada Kelas Eksperimen (X)
No Skor Mentah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
1 99 0 0,00
2 99 0 0,00
3 98 3 10,0
4 97 0 0,00
5 96 0 0,00
6 94 0 0,00
7 93 0 0,00
8 92 0 0,00
9 91 0 0,00
10 90 5 16,67
11 89 0 0,00
12 88 0 0,00
13 87 0 0,00
14 86 0 0,00
15 85 0 0,00
16 84 0 0,00
17 83 0 0,00
18 82 0 0,00
19 81 0 0,00
20 80 18 60,0
21 79 0 0,00
22 78 0 0,00
23 77 0 0,00
24 76 0 0,00
25 75 1 3,33
26 74 0 0,00
78
27 73 0 0,00
28 72 0 0,00
29 71 0 0,00
30 70 3 10,0
Jumlah 30 100%
79
Tabel 3 : Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil (Pre-test) Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi pada Kelas Kontrol (Y)
No Skor Mentah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
1 71 0 0,00
2 70 2 6,67
3 69 0 0,00
4 68 0 0,00
5 67 0 0,00
6 66 0 0,00
7 65 4 10
8 64 0 0,00
9 63 0 0,00
10 62 1 3,33
11 61 0 0,00
12 60 6 20
13 59 0 0,00
14 58 1 3,33
15 57 0 0,00
16 56 2 6,67
17 55 4 13,33
18 54 2 6,67
19 53 0 0,00
20 52 0 0,00
21 51 0 0,00
22 50 5 13,33
23 49 0 0,00
24 48 0 0,00
25 47 0 0,00
26 46 0 0,00
80
27 45 4 16,67
28 44 0 0,00
Jumlah 30 100%
81
Tabel 4 : Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil (Post-test) Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi pada Kelas Kontrol (Y)
No Skor Mentah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
1 90 0 0,00
2 89 0 0,00
3 88 0 0,00
4 87 0 0,00
5 86 0 0,00
6 85 0 0,00
7 84 0 0,00
8 83 0 0,00
9 82 0 0,00
10 81 0 0,00
11 80 15 50,0
12 79 0 0,00
13 78 0 0,00
14 77 0 0,00
15 76 0 0,00
16 75 0 0,00
17 74 0 0,00
18 73 0 0,00
19 72 0 0,00
20 71 0 0,00
21 70 15 50,0
22 69 0 0,00
23 68 0 0,00
24 67 0 0,00
25 66 0 0,00
26 65 0 0,00
82
27 64 0 0,00
28 65 0 0,00
Jumlah 30 100%
83
DATA HASIL POST TEST
No IX1
(menggunakan media) Kelas Eksperimen
IX2 (Tidak menggunakan media)
Kelas Kontrol 1 70 70
2 80 70
3 80 70
4 70 70
5 80 80
6 80 80
7 80 80
8 80 80
9 80 70
10 80 80
11 90 70
12 80 80
13 80 80
14 70 70
15 80 70
16 80 80
17 90 70
18 80 80
19 90 70
20 80 80
84
21 98 70
22 80 80
23 80 80
24 98 70
25 80 80
26 90 70
27 90 80
28 98 70
29 80 80
30 75 70
Jumlah 2469 (82,30%) 2250 ( 75,0 %)
85
DATA HASIL PRETEST
No IX1
(menggunakan media) Kelas Eksperimen
IX2 (Tidak menggunakan media)
Kelas Kontrol 1 70 70
2 70 70
3 65 65
4 65 65
5 65 65
6 62 65
7 60 62
8 60 60
9 60 60
10 60 60
11 60 60
12 60 60
13 58 60
14 56 58
15 56 56
16 55 56
17 55 55
18 55 55
19 55 55
20 54 55
86
21 54 54
22 50 54
23 50 50
24 50 50
25 50 50
26 45 50
27 45 45
28 45 45
29 45 45
30 45
45
Jumlah 1685 (56,17 %) 1700 (56,67 %)
87
88
Kondisi Kelas yang tidak Menggunakan Media Elektronik
Siswa Belajar dengan tidak menggunakan media elekronik
89
Peneliti sedang berada di kelas yang tidak mendapatkan perlakuan Media Elektronik
Siswa diberi kesempatan untuk mengamati tayangan video yang diberikan oleh guru melalui media elektronik
90
Sambil mengamati video, siswa menuliskan hal-hal penting yang menjadi dasar penulisan karangan narasi
Guru menjelaskan tentang tayangan video dan hubungannya dengan karangan narasi yang akan dituliskan oleh siswa
91
92
93
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Debora Siganna adalah anak kelima dari enam
bersaudara. Anak dari Bapak Yohanis Lino (Alm.) dan Ibu
Elizabeth Dampan. Lahir di Tondon pada tanggal 04
Desember 1970. Ia memulai jalur pendidikan di SDN
No.99 Langi pada tahun 1978 dan selesai pada tahun 1983.
Jenjang pendidikan di tingkat sekolah menengah pertama dilaluinya di SMP
Negeri Wawondula sejak tahun 1983 dan selesai pada tahun 1986. Belum merasa
puas dengan itu, pada tahun 1987 pendidikan menengah atas dilaluinya di SMA
Wawondula dan selesai pada tahun 1990. Tidak cukup dengan pendidikan tesebut,
pada tahun 1991 pendidikan Diploma III dijalaninya di IKIP Ujungpandang dan
selesai pada tahun 1994. Pendidikan Diploma III belum membuatnya merasa
cukup dengan bekal pendidikan, sehingga pada tahun 2006 pendidikan Sarjana
dilaluinya di Universitas Cokroaminoto Palopo pada Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia dan selesai pada tahun 2008 dengan judul “Penggunaan Kata
Ulang pada Siswa Kelas X SMA Negeri I Belopa Kabupaten Luwu”.
Semua itu tidak membuatnya merasa cukup dengan pendidikan, dan pada
tahun 2011 pendidikan strata dua pada program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia dimulainya lagi dan selesai pada tahun 2013 dengan judul Tesis
“Keefektifan Penggunaan Media Elektronik pada Keterampilan Menulis Narasi
Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu”.
94
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh
karena pemeliharaan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul “Efektivitas Penggunaan Media Elektronik terhadap Keterampilan
Menulis Narasi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu”. Tesis
ini diajukan sebagai tugas akhir pada Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Dalam penyelesaian tesis ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing I,
sekaligus Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar
Prof. Dr. M. Ide Said DM., M. Pd. Dan pembimbing II Dr. Syafruddin, M. Pd.
yang penuh kesabaran membimbing penulis.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada staf administrasi Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membantu kelancaran segala
urusan administrasi pengurusan tesis ini, terima kasih kepada Kepala SMP Negeri
2 Belopa Kabupaten Luwu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melaksanakan penelitian di SMPN 2 Belopa.
Terima kasih penulis ucapkan kepada para dosen, pada Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membina penulis
selama mengikuti perkuliahan. Terima kasih juga kepada rekan mahasiswa yang
telah banyak membantu dan saling memotivasi dari awal perkuliahan sampai
penulisan tesis ini.
95
Melalui kesempatan ini pula, penulis menyampaikan terima kasih kepada
orangtua tercinta yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang serta
seluruh keluarga atas segala pengorbanan, doa serta kasih sayang yang tulus
diberikan demi keberhasilan penulis serta pengertian yang dalam tentang arti
pendidikan. Juga kepada saudara kandung penulis, suami tercinta Marten Sibau
dan kedua putri tercinta Yeftha dan Meilian yang setiap saat selalu mendoakan
dalam penyelesaian studi ini.
Makassar, Desember 2013
Debora Siganna