profilkesehatankabupatencilacaptahun2014profilkesehatankab ......grafik 3.8 jumlah kasus ca servick...
TRANSCRIPT
ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilaca
pTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankab
upatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilK
esehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahu
n2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupate
nCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKeseha
tankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014
ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilaca
pTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankab
upatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCil
acapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfil
KesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatan
kabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupate
nCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapP
rofilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKeseh
atankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabu
patenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilac
apProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilK
esehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatank
abupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupaten
CilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapPr
ofilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKeseha
tankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabup
atenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilaca
p
ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilaca
pTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankab
upatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilK
esehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahu
n2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupate
nCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKeseha
tankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014
ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilaca
pTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankab
upatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCil
acapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfil
KesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatan
kabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupate
nCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapP
DINAS KESEHATAN Jalan Jenderal Gatot Subroto Nomor. 26B TELP (0282) 520474, 534078
E_mail : [email protected]
C I L A C A P
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 i
KATA PENGANTAR
Pertama dan paling utama mari kita panjatkan puji syukur atas kehadirat
Allah SWT karena berkat rakhmat, taufik dan hidayah-Nya Buku Profil
Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 telah selesai disusun dan diterbitkan bagi
masyarakat umum. Buku profil kesehatan disusun berdasarkan data aplikasi dari Sistem
Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang dikembangkan dengan menggunakan
teknologi informatika yang bersumber dari UPT Puskesmas, Cilacap Dalam Angka Tahun
2014 dan unit kerja baik lintas program dilingkungan Dinas Kesehatan maupun lintas sektor
yang terkait.
Buku Profil Kesehatan sebagai salah satu media yang digunakan untuk melaporkan
kinerja pelayanan kesehatan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan
kesehatan yang berorientasi pada Indikator derajat kesehatan, Indikator Upaya Kesehatan,
Indikator Sumber Daya Kesehatan dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan
di Kabupaten Cilacap.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan profil kesehatan ini masih jauh dari
sempurna, karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun serta
partisipasi aktif dari semua pihak demi kesempurnaan buku profil kesehatan yang akan
datang.
Semoga dengan terbitnya “Buku Profil Kesehatan Kabupaten Cilacap 2014” dapat
bermanfaat dan Kepada semua pihak yang telah mendukung suksesnya penyusunan buku
Profil tersebut kami memberikan apresiasi yang setinggi tingginya dan mengucapkan banyak
terima kasih.
Cilacap, 27 Maret 2015
Kepala Bidang Managemen SDMK Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap
TEGUH RIYADI, S.KM, M.Kes, Penata Tk. I
NIP. 19670612 198903 1 013
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 ii
SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala taufik,
hidayah dan rahmat-Nya sehingga penyusunan Buku Profil Kesehatan
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 dapat diselesaikan. Dan saya pun merasa
gembira dengan terbitnya buku "Profil Kesehatan Kabupaten Cilacap 2014"
ini yang selesai tepat waktu dan tepat pada saat saya memasuki masa purna tugas karena
buku tersebut bagi saya sebagai salah satu bukti kinerja dan media penyajian informasi hasil
kegiatan upaya kesehatan periode bulan Januari sampai dengan Desember 2014 serta
merupakan alat ukur keberhasilan dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat
Kabupaten Cilacap.
Buku Profil kesehatan merupakan potret kinerja yang menyajikan data dan informasi
kesehatan secara komprehensif tentang upaya dan hasil kegiatan yang berorientasi pada
pencapaian Indikator derajat kesehatan yang terdiri atas indikator-indikator untuk mortalitas,
morbiditas, dan status Gizi. Indikator Upaya Kesehatan yang terdiri atas pelayanan
kesehatan, perilaku hidup sehat dan keadaan lingkungan serta Indikator Sumber Daya
Kesehatan yang terdiri atas sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan
kesehatan maupun Indikator lainnya yang terkait dengan kesehatan.
Dengan hadirnya “Profil Kesehatan Kabupaten Cilacap 2014” ini, saya menghimbau
kepada seluruh jajaran kesehatan khususnya agar dapat memanfaatkan profil kesehatan ini
sebagai data dasar didalam menyusun rencana strategis pembangunan kesehatan dan
bahan pertimbangan pada setiap pengambilan keputusan/policy.
Pada kesempatan yang baik ini saya memberikan apresiasi kepada semua pihak
yang telah berperan aktif dalam penyusunan profil ini dan berharap kedepan buku Profil
Kesehatan Kabupaten Cilacap tampil lebih sempurna.
Cilacap, 30 Maret 2015.
KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN CILACAP
dr. H. BAMBANG SETYONO, MMR Pembina Utama Muda
NIP. 19580524 198701 1 004
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 iii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i SAMBUTAN KEPALA DINAS ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii DAFTAR GRAFIK .......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xi BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. . Latar Belakang ................................................................................................ 1 B. . Sistematika Penyajian ..................................................................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM ........................................................................................... 5 A. . Keadaan Geografi ........................................................................................... 5 B. . Keadaan Penduduk ........................................................................................ 6
1. Pertumbuhan Penduduk .......................................................................... 6 2. Kepadatan Penduduk ............................................................................... 8
C. . Keadaan Ekonomi........................................................................................... 9 D. . Keadaan Pendidikan ....................................................................................... 10
1. Tingkat Pendidikan................................................................................... 10 2. Rasio Tingkat Pendidikan berdasarkan Gender ....................................... 12
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN .................................................................... 14 A. . Situasi Derajat Kesehatan ............................................................................... 14
1. Angka Kematian ....................................................................................... 15 a. Angka Kematian Bayi ......................................................................... 15 b. Angka Kematian Balita ....................................................................... 18 c. Angka kematian Ibu ........................................................................... 20
2. Angka Kesakitan Umum ........................................................................... 24 a. Penyakit Tidak Menular (PTM) .......................................................... 25
1) Neoplasma ................................................................................... 26 2) Diabetes Melitus ........................................................................... 34
3) Penyakit Jantung & Pembuluh Darah .................................... 36 4) Hipertensi ..................................................................................... 41 5) Asma Bronkial .............................................................................. 42
b. Penyakit Menular .............................................................................. 43 1) Tubercolusis ................................................................................. 43 2) Pneumonia ................................................................................... 50 3) HIV/ AIDS ..................................................................................... 51 4) Diare ............................................................................................. 52 5) Kusta ............................................................................................ 53 6) Demam berdarah dengue ............................................................. 56 7) Malaria .......................................................................................... 57
c. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) ..................... 59 1) Polio ............................................................................................. 59 2) Kasus Difteri ................................................................................. 61 3) Kasus Pertusis .............................................................................. 62 4) Kasus Tetanus Non neonatum...................................................... 62 5) Kasus Tetanus Neonatum ............................................................ 63 6) Kasus Campak ............................................................................. 63 7) Kasus Hepatitis B ......................................................................... 64
d. Desa KLB ditangani < 24 jam) ........................................................... 64
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 iv
3. Status Gizi ............................................................................................... 67 a. Angka Balita Gizi Buruk ..................................................................... 68 b. Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR ............................................. 69
B. Indikator Derajat Kesehatan ............................................................................ 70
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ........................................................................ 73 A. . Pelayanan Kesehatan ..................................................................................... 73
1. Pelayanan KIA dan KB ............................................................................. 73 a. Kunjungan Ibu Hamil (K1) .................................................................. 75 b. Kunjungan Ibu Hamil (K4) .................................................................. 76 c. Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan .............................................. 78 d. Ibu Nifas ............................................................................................ 81
1) Pelayanan Ibu Nifas ...................................................................... 82
2) Ibu Nifas Mendapat Vitamin A .............................................. 82
e. Ibu hamil dengan imunisasi TT2 + ..................................................... 85 f. Wanita usia subur dengan imunisasi TT2 + ....................................... 86 g. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 ......................................................... 87 h. Kunjungan Kebidanan ........................................................................ 89
1) Penanganan Komplikasi Kebidanan ............................................. 89 2) Penanganan Komplikasi Neonatal ................................................ 93
i. Pelayanan KB .................................................................................... 94 1) Peserta KB Baru ........................................................................... 94 2) Peserta KB Aktif............................................................................ 98
j. Pelayanan Kesehatan Bayi ................................................................ 99 1) Kunjungan Neonatus 1 (KN1) ....................................................... 99 2) Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) .................................... 99
2. Pelayanan Kesehatan Anak ..................................................................... 100 a. Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Dan Prasekolah ....... 100 b. Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD Dan Setingkat Oleh
Tenaga Kesehatan ............................................................................. 101 3. Pelayanan Imunisasi ................................................................................ 102
a. BCG ................................................................................................... 102 b. HB< 7 HARI ....................................................................................... 103 c. Polio 4 ................................................................................................ 104 d. DPT 3 + HB3...................................................................................... 104 e. Campak ............................................................................................. 105
4. Pelayanan Gizi ......................................................................................... 105 a. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Balita ......................... 105 b. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas .................................. 107 c. Bayi yang diberi ASI Eksklusif ............................................................ 108 d. Persentase Balita dengan Gizi Buruk ................................................. 110
5. Pelayanan Kesehatan Lansia ................................................................... 111 6. Program Pengobatan (Kuratif Dan Rehabilitatif) ....................................... 112 7. Perilaku Hidup Masyarakat ...................................................................... 114 8. Kesehatan Lingkungan ............................................................................ 116
a. Persentase Keluarga Menurut Jenis Sarana Air Bersih ...................... 116 b. Persentase Penduduk Dengan akses Terhadap Fasilitas Sanitasi
Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban ......................... 118 B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan ........................................................... 118
1. Kepesertaan Jaminan Kesehatan ............................................................ 118
BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN .......................................................................... 120 A. Sarana Kesehatan .......................................................................................... 120
1. Rumah Sakit ............................................................................................ 121
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 v
2. Puskesmas .............................................................................................. 122 3. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Manusia (UKBM) ............................. 124
a. Desa Siaga Aktif ................................................................................ 124 b. Posyandu ........................................................................................... 125
B. Tenaga Kesehatan.......................................................................................... 129 1. Rasio Tenaga Dokter umum dan Dokter Spesialis
per 100.000 Penduduk ............................................................................. 129 2. Rasio Tenaga Dokter gigi dan Dokter Spesialis Gigi
per 100.000 Penduduk Penempatan Tenaga Kesehatan ......................... 129 3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian per 100.000 Penduduk .............. 130 4. Jumlah Dan Rasio Bidan per 100.000 Penduduk ..................................... 130 5. Jumlah Dan Rasio Perawat per 100.000 Penduduk ................................ 130 6. Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan per 100.000 Penduduk ......... 130 7. Jumlah dan Rasio Ahli Kesehatan Lingkungan per 100.000 Penduduk .... 130 8. Jumlah dan Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000 Penduduk ... 131
C. Pembiayaan Kesehatan .................................................................................. 132
BAB VI KESIMPULAN ................................................................................................... 135 A. . Derajat Kesehatan .......................................................................................... 135
1. Mortalitas / Angka Kematian .................................................................... 135 2. Morbiditas / Angka Kesakitan ................................................................... 135 3. Status Gizi ............................................................................................... 136
B. . Upaya Kesehatan ........................................................................................... 137 1. Pelayanan Kesehatan .............................................................................. 137 2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan .................................................... 138
C. Sumber Daya Kesehatan ................................................................................ 139 1. Sarana Kesehatan ................................................................................... 139 2. Tenaga Kesehatan ................................................................................... 139 3. Pembiayaan Kesehatan ........................................................................... 140
LAMPIRAN
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 vi
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 2.1 Piramida Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin Dan Umur
Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................................... 6 Grafik 2.2 Rasio Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................................... 7 Grafik 2.3 Tingkat Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................................... 8 Grafik 2.4 Beban Tanggungan Penduduk Berdasarkan UPT Puskesmas
Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................................... 9 Grafik 2.5 Jumlah Penduduk Laki-laki Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 11 Grafik 2.6 Jumlah Penduduk Perempuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 12 Grafik 2.7 Distribusi Penduduk Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan
Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................................... 13 Grafik 3.1 Jumlah Kasus Kematian Bayi di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 17 Grafik 3.2 Jumlah Balita di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 19 Grafik 3.3 Kematian Balita Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014....... 20 Grafik 3.4 Kematian Ibu Berdasarkan Kasus Di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 22 Grafik 3.5 Kematian Ibu Berdasarkan Usia Di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 23 Grafik 3.6 10 Penyakit Terbanyak Di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 25
Grafik 3.7 Jumlah Penderita PTM Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 26
Grafik 3.8 Jumlah Kasus Ca Servick Di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 27 Grafik 3.9 Jumlah Kasus Ca Servick Di Rumah sakit
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 28 Grafik 3.10 Jumlah Kasus Ca Mammae Di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 30
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 vii
Grafik 3.11 Jumlah Kasus Ca Mammae Di Rumah sakit Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 30
Grafik 3.12 Jumlah Kasus DM Di wilayah kerja Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 35 Grafik 3.13 Jumlah Kasus angina Di wilayah kerja Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 37 Grafik 3.14 Jumlah kasus Decompensasi cordis di Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 41 Grafik 3.15 Jumlah kasus Hipertensi Esensial di Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 42 Grafik 3.16 Jumlah kasus baru TB BTA + di Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 46 Grafik 3.17 Jumlah kasus baru pada usia 0-14 di Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 48 Grafik 3.18 Distribusi Penemuan Dan Penanganan Kasus Pneumonia
Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................ 51 Grafik 3.19 Prosentase perbandingan kasus diare terhadap penderita diare
yang ditangani Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ................ 52
Grafik 3.20 Jumlah Kasus Kusta Basah/ Multi Basiler(MB) Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................ 54
Grafik 3.21 Distribusi Frekuensi Penderita AFP Polio dan AFP Non Polio
Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................ 61 Grafik 3.22 Jumlah penderita menurut jenis KLB
Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................ 66 Grafik 3.23 Jumlah Penemuan Kasus Bawah Garis Merah
Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................ 69 Grafik 3.24 Distribusi Frekuensi BBLR Menurut Jenis Kelamin
Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................ 70 Grafik 4.1 Kunjungan ibu hamil (K1) di Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 75 Grafik 4.2 Kunjungan Ibu hamil (K4) UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 77 Grafik 4.3 Distribusi Persalinan Tenaga Kesehatan Di UPT Puskesmas Kabupaten
Cilacap Tahun 2014 ................................................................................. 80 Grafik 4.4 Cakupan Pelayanan Antenatal (K4) & Pelayanan Persalinan
Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ......... 80
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 viii
Grafik 4.5 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 82
Grafik 4.6 Pencapaian Cakupan Pemberian Vitamin A Terhadap Ibu Nifas Di UPT
Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014 ............................................. 83 Grafik 4.7 Distribusi Ibu Hamil Dengan Imunisasi TT2+ Di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 85 Grafik 4.8 Distribusi Imunisasi TT2+ Pada Wanita Usia Subur Di UPuskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 86 Grafik 4.9 Distribusi Ibu Hamil Mendapatkan Fe1 dan Fe 3 Di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 88 Grafik 4.10 Penanganan Komplikasi Kebidanan Di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 91 Grafik 4.11 Penanganan Komplikasi Neonatus Di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 94 Grafik 4.12 Peserta KB Baru di Wilayah Kecamatan
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 97 Grafik 4.13 Peserta KB Aktif Di Wilayah Kecamatan
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 98 Grafik 4.14 Prosentase Pencapaian Kunjungan Neonatus 1(KN1) dan
Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) Tahun 2014 ............................ 100 Grafik 4.15 Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat
Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................ 101 Grafik 4.16 Pencapaian Cakupan Imunisasi BCG di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 102 Grafik 4.17 Pencapaian Cakupan Imunisasi HB< 7 Hari Di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 103 Grafik 4.18 Pencapaian Cakupan Imunisasi Polio Di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 104 Grafik 4.19 Pencapaian Cakupan Imunisasi DPT 3 + HB3 Di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 104 Grafik 4.20 Pencapaian Cakupan Imunisasi Campak Di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 105 Grafik 4.21 Cakupan Pemberian Vit A Pada Bayi Di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 106 Grafik 4.22 Cakupan Pemberian Vit A Pada Balita Di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 107
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 ix
Grafik 4.23 Cakupan Pemberian Vit A Ibu Nifas Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 108
Grafik 4.24 Pemberian ASI Eksklusif Di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 109 Grafik 4.25 Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapatkan Perawatan di UPT
Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................ 110 Grafik 4.26 Komperasi Penemuan Kasus Gizi Buruk Di Kabupaten Cilacap Tahun
2011 Sampai Dengan Tahun 2014 ........................................................... 111 Grafik.4.27 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin
Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................ 112
Grafik. 4.28 Rumah Tangga PHBS Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 115
Grafik. 4.29 Persentase Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................ 117
Grafik. 4.30 Penduduk Dengan akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak
(Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban Kabupaten Cilacap Tahun 2014 .............................................................................................. 118
Grafik 5.1 Indikator Kinerja Rumah Sakit di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 .............................................................................................. 122
Grafik 5.2 Strata Desa Siaga Kabupaten Cilacap Tahun 2014 .................................. 125 Grafik 5.3 Komperasi Sarana Posyandu Kabupaten Cilacap
Tahun 2013 s/d Tahun 2014 .................................................................... 126
Grafik 5.4 Komperasi Strata Posyandu Kabupaten Cilacap Tahun 2013 s/d Tahun 2014 .................................................................... 127
Grafik 5.5 Alokasi Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 134
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 x
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Pola Sepuluh Besar penyakit di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 24 Tabel 3.2 Frekuensi Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis
Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB) Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........... 65 Tabel 3.3 Pencapaian Indikator Standar Pelayanan Minimum (SPM)
Dinas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ..................................................... 71
Tabel 4.1 Data Dasar Program KIA Dan KB Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 74
Tabel 4.2 Pencapaian Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................ 84
Tabel 4.3 Hasil Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................................... 92
Tabel 4.4 Hasil Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................................... 113
Tabel 4.5 Jumlah Kunjungan menurut Jenis Kunjungan Dan Kunjungan Tujuan Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................ 114
Tabel. 4.6 BPJS dan Jamkesda Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ......................... 119 Tabel 5.1 Sarana Kesehatan di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................. 120 Tabel 5.2 Indikator Kinerja Rumah Sakit Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........... 121 Tabel 5.3 Rasio Tenaga Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...................... 131 Tabel 5.4 Alokasi Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ....... 132
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Peta Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ..................................................... 5
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sehat merupakan Karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat
merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga merupakan
investasi untuk meningkatkan produktifitas kerja guna meningkatkan
kesejahteraan keluraga. Orang bijak mengatakan “Health is not everything but
without Health everything is nothing” Sehat memang bukan segalanya tetapi
tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti. Karena itu kesehatan perlu
dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota keluarga, masyarakat
pada umumnya serta diperjuangkan oleh semua pihak guna mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal .
Determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan meliputi 4
faktor yaitu a). Kondisi lingkungan yang tidak saniter, b). Perilaku yang tidak
sehat, c). Pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau, dan d).keturunan
(herediter) dalam hal ini. penyakit-penyakit yang sifatnya menurun/genetik,
kecatatan dan kelainan bawaan yang apabila tidak dikendalikan akan
menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Masalah Kesehatan yang terjadi bila berorientasi pada hasil evaluasi
program upaya pelayanan kesehatan diketahui adanya beberapa hasil
pencapaian derajat kesehatan, sumber daya kesehatan, dan capaian indikator
hasil pembangunan kesehatan yang masih dibawah target seperti Cakupan
neonatal resti, Cakupan ibu hamil resti, Cakupan bumil resti yang dirujuk,
Cakupan penanganan BBLR, Cakupan balita yang naik berat badannya (N/D),
Cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, Cakupan kesembuhan penderita
TBC BTA+, Cakupan rumah tangga sehat (PHBS) dan bila berorientasi pada
Target MDGs angka kematian Ibu dan Angka kematian bayi masih diatas target.
Mengantisipasi permasalahan kesehatan yang ada Pemerintah
Kabupaten Cilacap segera mengambil langkah dan kebijakan melalui Peraturan
Bupati Nomor 76/Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Gerakan Bangga Mbangun
Desa yang mengandung maksud dan tujuan memberi arah dalam
melaksanakan pembangunan yang berorientasi di pedesaan tanpa
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 2
meninggalkan penataan kota dan sebagai pendorong semangat dalam
pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan kemajuan desa menuju desa
mandiri melalui 4 pilar pokoknya yaitu Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi dan
lingkungan sosial budaya.
Gerakan Bangga Mbangun Desa melalui pilar Kesehatan dalam
implementasinya berupa gerakat MASYARAKAT SEMANGAT Bangga Mbangun
Desa yang mengandung makna secara akronim dari SEMANGAT adalah SEhat,
Mandiri dan NGATi-ati dengan goalsnya adalah mewujudkan Masyarakat
Cilacap hidup dalam lingkungan pemukiman yang sehat, berperilaku hidup yang
sehat, dan dapat menjangkau, memilih serta menggunakan pelayanan
kesehatan secara adil dan merata sehingga memiliki derajat kesehatan yang
optimal.
Dalam upaya mewujudkan Kabupaten Cilacap Sehat melalui Pilar
Keseharan gerakan Bangga Mbangun Desa, pembangunan kesehatan di
Kabupaten Cilacap tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sektor
kesehatan, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan
sektor non kesehatan, peran serta swasta dan masyarakat.
Agar proses pembangunan kesehatan berjalan sesuai dengan arah dan
tujuan dari Pilar Kesehatan Gerakan Bangga Mbangun Desa maka dalam
implementasinya diperlukan manajemen yang benar sebagai langkah dasar
pengambilan keputusan dan kebijakan di semua tingkat administrasi pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya sistim managemen
pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan, dalam suatu 2ndica
informasi kesehatan.
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sebagai dasar evidence based,
diperlukan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat
waktu. Peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan semakin
dibutuhkan dalam manajemen kesehatan oleh berbagai pihak. Masyarakat
semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan
yang telah dilakukan oleh pemerintah, terutama masalah kesehatan yang
berhubungan langsung dengan kesehatan seperti halnya kesakitan dan kejadian
penyakit.
Tingkat kesakitan yang dituangkan dalam pola sepuluh besar penyakit
yang ditemukan di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 adalah Penyakit Infeksi
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 3
Saluran Pernafasan Bagian Atas, Nasopharingitis Akuta (Common Cold),
Gastristis, Myalgia,Hipertensi , Penyakit Kulit Alergi, Chepalgia, Diare (Termasuk
Tersangka Kolera), Penyakit Pulpa dan jaringan periapikal dan Arthritis tidak
spesifik. Ini menunjukkan bahwa pola penyakit masih didominasi oleh penyakit
yang berbasis Lingkungan, termasuk keadaan sanitasi yang kurang baik.
Kepedulian masyarakat terhadap informasi kesehatan akan memberikan
dampak positif bagi pembangunan kesehatan . Data dari pengelola program
mengenai keadaan pencapaian program kesehatan yang sesungguhnya, dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat dengan dikemas secara
baik, sederhana, 3ndicator3e, dan tepat waktu.
Profil kesehatan merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi
Kesehatan, yang di susun dan disajikan dengan sederhana tetapi masih
memenuhi unsur 3ndicator3e, yang memuat tentang hasil pencapaian derajat
kesehatan, sumber daya kesehatan, dan capaian 3ndicator hasil pembangunan
kesehatan dalam kurun waktu satu tahun. Dan digunakan sebagai tolok ukur
penilaian dan evaluasi pembangunan program kesehatan sebagai bahan
perencanaan pembangunan kesehatan di tahun selanjutnya.
B. SISTEMATIKA PENYAJIAN
Sistematika penyajian Profil Kesehatan adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN.
Berisi Latar belakang dari penulisan Profil Kesehatan, sebagai
bahan informasi, evaluasi dan perencanaan pembangunan
kesehatan di Kabupaten Cilacap tahun 2014.
BAB II : GAMBARAN UMUM
Menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Cilacap meliputi
letak geografis, kependudukan, pendidikan dan keadaan sosial
ekonomi, serta Gambaran Sarana Pelayanan Kesehatan dan
Sumber daya Manusia kesehatan.
BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN.
Berisi uraian tentang pencapaian kinerja program kesehatan,yang
berkaitan dengan 3ndicator angka kematian, angka kesakitan dan
angka status gizi masyarakat.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 4
BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN
Membahas tentang pelayanan kesehatan dasar; pelayanan
kesehatan rujukan dan penunjang; pencegaha pengendalian
penyakit menular dan tidak menular; pembinaan kesehatan
lingkungan;, pembinaan perbaikan gizi masyarakat; pelayanan
kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam
situasi bencana serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang
diselenggarakan oleh UPT Puskesmas.
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan,
pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
BAB V : PENUTUP
Berisi sajian garis besar hasil-hasil cakupan porgram/kegiatan
berdasarkan indikator-indikator bidang kesehatan untuk dapat
ditelaah lebih jauh dan untuk bahan perencanaan pembangunan
kesehatan serta pengambilan keputusan di Provinsi Jawa Tengah.
LAMPIRAN.
Berisi resume atau angka pencapaian kegiatan Program Kesehatan di UPT
Puskesmas dan 84 tabel data yang sebagian diantaranya merupakan Indikator
Pencapaian Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 5
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. KEADAAN GEOGRAFI
Secara geografis Kabupaten Cilacap terletak Terletak di antara 108o 4’
30”– 109o 30’ 30” garis bujur timur dan 7o 30’ – 7o 45’ 20” garis lintang selatan,
dengan luas wilayah 225.361 Ha termasuk Pulau Nusakambangan seluas
11.511 Ha atau sekitar 6,94 % dari luas Propinsi Jawa Tengah, terletak di ujung
barat bagian selatan Propinsi Jawa Tengah yang terbagi dalam 24 Kecamatan
yang terdiri dari 269 Desa dan 15 Kelurahan, dengan batas-batas: sebelah
Barat: Kabupaten Ciamis (Propinsi Jawa Barat), Sebelah Utara: Kabupaten
Brebes dan Banyumas, Sebelah Timur: Kabupaten Kebumen dan Sebelah
Selatan: Samudra Indonesia.
Keadaan topografi dengan permukaan tanah tertinggi adalah Kecamatan
Dayeuhluhur dengan ketinggian 198 M dari permukaan laut dan wilayah
terendah adalah Kecamatan Cilacap Tengah dengan ketinggian 6 M dari
permukaan laut. Adapun jarak terjauh 152 km, yaitu dari wiayah barat yakni
Kecamatan Dayuehluhur ke wilayah timur yaitu Kecamatan Nusawungu,
sedangkan bentang jarak wilayah dari utara ke selatan 35 km yaitu dari wilayah
Kecamatan Sampang sampai dengan wilayah Kecamatan Cilacap Selatan.
Gambar 2.1
Peta Kabupaten Cilacap Tahun 2014
LUAS WILAYAH : 225.360,84 HaJML PENDUDUK : 1.768.502 Jiwa-KEPADATAN : 827 Jiwa/Km2PERTUMB. PEND : 1,3 %PEND. MISKIN : 141.978 KK/ 663.045 JIWA PENGANGGURAN : 72.523 Jiwa
KAB. BREBES
KAB. BANYUMAS
WILAYAH TERBAGI DALAM :
24 KECAMATAN
284 DESA/KELUR AHAN
JAWA BARAT
DY.LUHUR
WANAREJA
MAJENANG
CIMANGGU
CIPARI
SIDAREJA
KD.REJA
PATIMUAN
BANTARSAR
I
KR.PUCUNG
KW.NGANTEN
JERUKLEGI
CIL-UT
CIL-TENG
CIL-SEL
NS.KAMBANGAN
KS.GIHAN
ADIPALA
MAOS
SAMPANG
KROYA
BIANANGUN
NS.WUNGU
SAMUDERA INDONESIA
Sumber : Simpus 2014
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 6
B. KEADAAN PENDUDUKAN
1. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak 1.768.502
jiwa dengan perincian Laki-laki 895.633 jiwa dan Perempuan 872869 jiwa
dengan jumlah KK sebanyak 454.793 orang. Rata-rata kepadatan penduduk
dalam kilometer persegi adalah 827 orang, dengan rasio penghuni dalam
rumah tangga 1: 3,89 artinya dalam satu rumah rata-rata terdapat lebih dari 3
penghuni dan kurang dari 4 penghuni.
Data jumlah penduduk dalam tampilan piramida penduduk yang
merupakan cara penyajian dari struktur umur penduduk dan badan piramida
penduduk bagian kiri dan kanan menunjukan banyaknya penduduk laki-laki
dan perempuan menurut umur secara terperinci terdapat pada Grafik 2.1 di
bawah ini :
Grafik 2.1
Piramida Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin Dan Umur Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: Cilacap dalam angka 2014
Berdasarkan grafik 2.1 tersebut diatas diketahui bahwa piramida
penduduk pada kelompok umur 0 – 4 tahun terdapat pada dasar piramida
terlihat membesar, ini berarti angka kelahiran nampaknya mengalami
kenaikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. jumlah penduduk terbanyak
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 7
berada pada kelompok umur 10 tahun sampai dengan umur 14 tahun, dimana
jumlah laki-laki pada usia 10 tahun sampai 14 tahun sebanyak 83.099 jiwa
dan pada usia yang sama di kelompok perempuan sebanyak 76.853 jiwa, ini
berarti bahwa penduduk Kabupaten Cilacap di dominasi penduduk usia
sekolah.
Dari grafik tersebut juga Jika di lihat dari data tersebut, menunjukan
bahwa penduduk Kabupaten Cilacap jumlahnya relatif lebih banyak penduduk
laki-laki di banding jumlah penduduk perempuan dengan rasio 102,61 : 97.46
yang berarti bahwa dari setiap 97.46 penduduk perempuan terdapat 102,61
orang penduduk laki-laki. Sedangkan rasio penduduk berdasarkan kelompok
umur, sangat bervariatif, sebagaimana tercantum pada lampiran data profil
tabel 2, jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur .Untuk
menggambarkan rasio jumlah penduduk tersebut, tergambar pada grafik
dibawah ini :
Grafik 2.2 Rasio Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: Cilacap dalam angka 2014
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 8
Dari grafik 2.2 tersebut di atas dapat diketahui bahwa kelompok umur
kurang dari 25 tahun, rasio penduduk lebih dominan pada laki-laki, dan
kelompok usia antara 25 sampai dengan 54 tahun dominan pada perempuan.
Sedangkan pada usia 54 tahun lebih di banyak pada laki-laki, yang
menggambarkan adanya kecenderungan peningkatan penduduk usia muda
didominasi penduduk laki-laki.
2. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk terhadap suatu
satuan luas (km²) sebagai acuan dalam rangka mewujudkan pemerataan dan
persebaran penduduk. Dari 24 Kecamatan, kepadatan Penduduk menurut
data BPS Kabupaten Cilacap, untuk wilayah kecamatan denagn jumlah
penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Majenang yaitu 127.275 jiwa, -
sedangkan untuk wilayah Kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah
di Kecamatan Kampung laut sebesar 17.163 jiwa.
Data tingkat Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Di
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 secara lengkap terdapat pada grafik 2.2
dibawah ini.
Grafik 2.3 Tingkat Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: Cilacap Dalam Angka 2014
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 9
Berdasarkan grafik 2.3 diatas diketahui bahwa persebaran penduduk
disetiap wilayah kecamatan berbeda-beda. Tingkat kepadatan penduduk
terpadat berada di wilayah Kecamatan Cilacap Selatan dengan rasio 8.581,23
jiwa/km² Sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah berada di wilayah
Kecamatan Kampunglaut dengan rasio 117,44 jiwa/km2.
C. KEADAAN EKONOMI
Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) merupakan alat untuk ukur
beban tanggungan perekonomian di suatu wilayah. Angka Ketergantungan atau
ratio beban tanggungan adalah perbandingan antara jumlah penduduk umur 0 –
14 tahun ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun atau lebih (keduanya
disebut penduduk bukan angkatan kerja / tidak produktif) dengan jumlah
penduduk umur 15 -64 tahun (penduduk produktif atau penduduk yang memiliki
potensi ekonomi atau penduduk yang berpotensi sebagai modal pembangunan).
Angka Beban Tanggungan dirinci menurut wilayah kerja UPT Puskesmas
tahun 2014 secara lengkap terdapat pada grafik 2.4 dibawah ini.
Grafik : 2.4 Beban Tanggungan Penduduk Berdasarkan UPT Puskesmas
Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber Simpus 2014
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 10
Berdasarkan grafik 2.4 diatas dapat diketahui bahwa angka beban
tanggungan tertinggi (29,26) berada diwilayah kerja UPT Puskesmas Majenang I
sedangkan yang terendah (8.92) berada diwilayah kerja UPU Puskesmas
Kampung laut.
Angkatan usia produktif tahun 2014 di Kabupaten Cilacap sebanyak
1.163.598 jiwa (65,79%) dan usia tidak produktif sebanyak 604.904 jiwa
(34,21%). Berorientasi pada perbandiangan angkatan usia produktif dan
angkatan usia tidak produktif maka diketahui Angka Beban Tanggungan
Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 51,98% yang berarti setiap terdapat 100
jiwa angkatan usia produktif terdapat 51,99 jiwa angkatan usia non produktif.
D. KEADAAN PENDIDIKAN
Tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan kemampuan menyerap dan
menerima informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan serta dalam
pembangunan kesehatan. Masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan yang
lebih tinggi pada umumnya mempunyai pengetahuian dan wawasan yang lebih
luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta berperan
aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya.
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam upaya peningkatan
kualitas hidup masyarakat, dimana usia sekolah merupakan tolok ukur dalam
standar perhitungan tingkat pendidikan. Di Kabupaten Cilacap jumlah
penduduk yang berusia 5 – 54 tahun (usia sekolah) sebanyak 1.1.588.292
jiwa. Dari jumlah tersebut, penduduk laki-laki lebih banyak dibanding dengan
penduduk perempuan Jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah 810.029 jiwa,
sedangkan penduduk perempuan sebanyak 778.263 jiwa
Jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan sekolah dasar atau
sederajat, penduduk laki-laki berjumlah 316.401 jiwa, sedangkan untuk
penduduk perempuan dengan tingkat pendidikan yang sama berjumlah
303.994 jiwa.
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 11
Pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Pertama atau
sederajat, penduduk laki-laki berjumlah 135.118 jiwa, sedangkan untuk
penduduk perempuan dengan tingkat pendidikan yang sama berjumlah
129.820 jiwa. Penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA atau sederajat,
pada laki-laki sejumlah 90.859 jiwa, sedangkan perempuan sebanyak 87.296
jiwa, dan utuk tingkat diploma penduduk laki-laki ada 4.228 jiwa dan penduduk
perempuan sebanyak 4.062 jiwa. Adapun untuk tingkat universitas penduduk
laki laki berjumlah 12.828 jiwa, dan 12.325 jiwa penduduk perempuan dengan
tingkat pendidikan universitas.
Data penduduk laki-laki berdasarkan tingkat pendidikan secara rinci
tergambar pada grafik 2.4 tersebut di bawah ini.
Grafik .2.5
Jumlah Penduduk Laki-laki Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Cilacap Dalam Angka 2014
Berdasarkan grafik 2.5 tersebut diatas diketahui bahwa secara
keseluruhan penduduk laki-laki yang berpendidikan sebanyak 831.282 jiwa.
Penduduk laki-laki terbanyak (527.678) jiwa berada pada tingkat pendidikan
SD/MI dan yang paling sedikit (10.425) jiwa berada pada tingkat pendidikan
Universitas (Sarjana).
Data penduduk perempuan berdasarkan tingkat pendidikan secara rinci
tergambar pada grafik 2.6 tersebut di bawah ini.
- 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000 900.000
50.649 133.519
327.678 182.118
111.451 15.543 10.425
831.382
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 12
Grafik 2.6
Jumlah Penduduk Perempuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Cilacap Dalam Angka 2014
Berdasarkan grafik 2.6 tersebut diatas diketahui bahwa secara
keseluruhan jumlah penduduk perempuan yang berpendidikan sebanyak
770.696. Penduduk perempuam terbanyak (256.262) jiwa berada pada tingkat
pendidikan SD/MI dan yang paling sedikit (7.530.) jiwa berada pada tingkat
pendidikan Universitas (Sarjana).
2. Rasio Tingkat Pendidikan berdasarkan Gender
Rasio tingkat pendidikan berdasarkan gender merupakan perbandingan
jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yang menyelesaikan jenjang
pendidikan dari tingkat dasar sampai pendidikan tingkat tinggi yang dibuktikan
dengan kepemilikan ijazah.
Di lihat dari rasio tingkat pendidikan berdasarkan jenis kelamin antara
laki-kali dan perempuan tergambar pada grafik 2.7 sebagai berikut:
- 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000
59.055 163.910
256.262 169.749
102.354 11.836 7.530
770.696
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014 13
109.704 297.428
583.940
351.868
213.805 27.378 17.955
1.602.078
TIDAK/ BELUM PERNAH SEKOLAH
TIDAK/ BELUM TAMAT SD/MI
SD/MI
SMP/ MTs
SMA/ SMK/ MA
Grafik 2.7
Distribusi Penduduk Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Cilacap Dalam Angka 2014
Berdasarkan Grafik 2,7 diatas diketahui bahwa secara keseluruhan
jumlah penduduk yang berpendidikan sebanyak 1.602.078 jiwat, tergambar
bahwa ratio tingkat pendidikan tingkat SLTP/MA pada laki-laki lebih tinggi di
bandingkan perempuan, yaitu untuk 109 laki-laki akan berbanding dengan
perempuan 92, ( 102 : 92) dengan demikian jumlah dengan tingkat
pendidikan SLTP/ MA laki-laki relatif lebih banyak di banding perempuan,
dan untuk tingkat pendidikan lainnya, laki-laki relatif lebih tinggi.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 14
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari
pencapaian pembangunan Kesehatan, dengan tolok ukur dari beberapa indikator
yang dapat digunakan. Indikator tersebut pada umumnya dalam angka kematian,
angka kesakitan dan status gizi. Derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten
Cilacap digambarkan melalui pencapaian hasil kegiatan dan ukuran-ukuran
epidemiologi seperti halnya mortalitas (angka kematian). yang terdiri dari
perhitungan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA),
Angka Kematian Ibu (AKI), dan morbiditas (angka kesakitan) dari beberapa jenis
penyakit dan status Gizi.
Faktor–faktor yang mempengaruhi terhadap Derajat kesehatan
masyarakat, tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti faktor pelayanan
kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan melainkan juga
dipengaruhi faktor demografi yang meliputi ekonomi, pendidikan, faktor
lingkungan sosial dan faktor keturunan,
Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat
kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
a) Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti
perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi,
umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan
aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik
contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya.
Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti
kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya
b) Perilaku
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku
manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 15
istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-
perilaku lain yang melekat pada dirinya.
c) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat
menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap
penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang
memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh
lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga
kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk
mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan
kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang
memerlukan.
d) Keturunan
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri
manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan
seperti diabetes melitus dan asma bronehial.
1. Angka Kematian.
Angka kematian adalah bilangan yang menunjukkan jumlah kematian
dari tiap seribu penduduk dalam waktu satu tahun. Kriteria angka kematian
termasuk tinggi apabila di atas 19, angka kematian tergolong sedang apabila
antara 14-18, dan angka kematian tergolong rendah apabila di bawah 13
Angka kematian dari waktu ke waktu menggambarkan status kesehatan
masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan kesehatan,
kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Angka tersebut
dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan
kesehatan dan program pembangunan kesehatan. Angka kematian yang
disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA, dan AKI
a. Angka Kematian Bayi.
Pengertian Bayi adalah manusia yang baru lahir dengan usia 0 bulan
hingga 1 tahun yang terbagi menjadi masa neonatal dan masa pasca
neotalal. Masa neonatal yaitu usia 0 – 28 hari yang meliputi 1). Masa
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 16
neonatal dini, yaitu usia 0 – 7 hari. 2). masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 –
28 hari. Sedangkan Masa pasca neonatal, yaitu usia 29 hari – 1 tahun.
Pada masa ini, manusia (bayi) sangat lucu dan menggemaskan tetapi
juga rentan terhadap kematian. Kematian bayi adalah kematian yang
terjadi setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun
Kematian bayi ada dua katagori, yakni kematian neonatal (kematian bayi
di umur 28 hari pertama hidup), dan post-neonatal (kematian bayi pada
umur setelah 28 hari).. Faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi, dari
sisi penyebab, kematian bayi ada dua macam yaitu
1). Endogen Kematian bayi endogen
Disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi
pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan
oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari
orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
2). Eksogen Kematian bayi eksogen
Kematian post neo-neonatal, adalah kematian bayi yang terjadi
setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang
disebabkan oleh faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan
luar.
Jumlah kelahiran di Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak 30.217
bayi, dengan kelahiran hidup sebanyak 30.023 bayi, dan kelahiran mati
sebanyak 194 bayi. Angka Kematian Bayi (AKB) Adalah merupakan
jumlah kematian bayi (0 - <12 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam
kurun waktu satu tahun. Jumlah kematian bayi di Kabupaten Cilacap,
sebanyak, 284 terdiri dari 194 neonatal dan 90 post-neonatal, dari 30.023
kelahiran hidup, atau dengan demikian Angka Kematian Bayi (AKB)
sebesar 9,46 per 1000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan target
Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000
kelahiran hidup maka AKB di Kabupaten tahun 2014 sudah cukup baik
karena masih dibawah target atau tidak melampaui target maksimal
MDGs. Hasil pencapaian program untuk Kematian Bayi neonatal dan
kematian post-neonatal dirinci menurut UPT Puskesmas tahun 2014
dapat di lihat pada grafik 3.1 sebagai berikut:
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 17
Grafik 3.1
Jumlah Kasus Kematian Bayi di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014.
Berdasarkan grafik 3.1 diatas diketahui bahwa jumlah kasus kematian
pada neonatus terbanyak terjadi d wilayah kerja UPT Puskesmas Sidareja
jumlah 11 kasus kematian dan UPT Puskesmas Binangun, untuk kasus
kematian neonatal tidak ada.
Hasil pencapaian program untuk Kematian Bayi post-neonatal atau
kematian bayi, dirinci menurut UPT Puskesmas tahun 2014, dari grafik
tersebut di atas, untuk jumlah kematian terbanyak ada di UPT Puskesmas
Cilacap Selatan II, dengan jumlah 9 kasus kematian, sedangkan untuk
UPT yang tidak terdapat kasus kematian post neonatal ada 7 UPT yakni :
1) Cimanggu I
2) Karangpucung II
3) Patimuan
4) Nusawungu I
5) Cilacap Selatan I
6) Cilacap Utara II
7) Kampunglaut
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 18
AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat
yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan
antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB,
serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu
wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah.
b. Angka Kematian Balita
Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang
baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11
bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0 - 5 tahun. Angka
Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian anak berusia 0 - 5
tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada
pertengahan tahun itu. AKABA merupaka indikator untk menggambarkan
tingkat permasalahan kesehatan balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu,
tingkat keberhasilan program KIA/Posyandu dan kondisi sanitasi
lingkungan. Formula dari angka kematian balita adalah sebagai berikut:
AKABA= X 1000
Jumlah balita di kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak 135.100
balita dengan perincian balita laki-laki sebanyak 68.851 balita, dan jumlah
balita perempuan sebanyak 66.249 balita, sebagaimana tergambar dalam
grafik 3.2 jumlah balita di bawah ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 19
Grafik 3.2
Jumlah balita Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Kasus kematian balita di Kabupaten Cilacap tahun 2014 secara
keseluruhan sebanyak 333 kasus, yang terdiri dari kasus kematian
neonatal sebanyak 194, kasus, kematian post-neonatal sebanyak 90
kasus dan kematian anak balita sebanyak 49 kasus.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 20
Berdasarkan jumlah kematian balita tersebut diatas, dapat diketahui
bahwa angka kematian balita Kabupaten Cilacap sebesar 21,83 per 1000
kelahiran hidup,. Hal ini jika dibandingkan dengan target MDGs ke 4
tahun 2015 yakni sebanyak 32/1.000 kelahiran hidup, maka pencapaian
AKABA tahun 2014 masih jauh di bawah target MDGs.
Grafik 3.3
Kematian Balita Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan grafik 3.3 diatas dapat diketahui bahwa angka kematian
Balita di Kabupaten Cilacap tahun 2014 secara keseluruhan sebanyak
333 kasus dengan kasus terbanyak diwilayah UPT Puskesmas Bantarsari
sebanyak 20 kasus, dengan jumlah kematian balita laki-laki sebanyak 14
anak dan balita perempuan 6 anak.
c. Angka Kematian Ibu.
Kematian Ibu merupakan risiko yang dihadapi ibu selama kehamilan
dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial
ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan,
kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya
dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
prenatal dan obstetri.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 21
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau
kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian
yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan
karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan,
Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi
yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
prenatal dan obstetri yang rendah pula.
Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke
pelayanan kesehatan ibu yang bermutu, terutama pelayanan
kegawatdaruratan tepat waktu, yang dilatarbelakangi oleh 3T “ terlambat
mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai
fasilitas kesehatan serta terlambat mendapatkan pelayanan difasilitas
kesehatan, “ selain itu penyebab kematian maternal juga tidak terlepas
dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria “4
Terlalu” yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun) terlalu muda
pada saat melahirkan (<20 tahun) terlalu banyak anak (>4 anak), dan
terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun).
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan
pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain,
per 100.000 kelahiran hidup
Kematian ibu Kabupaten Cilacap Tahun 2014 sebanyak 36 jiwa , yang
terdiri dari :
1) Jumlah kematian ibu hamil berdasarkan usia sebanyak 8 kasus
( umur < 20 tahun sebanyak 0 kasus,
umur 20-34 tahun sebanyak 5 kasus dan
umur ≥35 tahun sebanyak 3 kasus.).
2) Jumlah kematian ibu bersalin sebanyak 4 kasus
(umur < 20 tahun sebanyak 0 kasus,
umur 20-34 tahun sebanyak 1 kasus dan
umur ≥35 tahun sebanyak 3 kasus).
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 22
3) Jumlah kematian ibu nifas sebanyak 22 kasus
(umur < 20 tahun sebanyak 2 kasus,
umur 20-34 tahun sebanyak 13 kasus dan
umur ≥35 tahun sebanyak 8 kasus.
Dari data tersebut di atas dapat lihat secara lengkap pada grafik 3.4
dibawah ini.
Grafik 3.4
Kematian Ibu Berdasarkan Kasus Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan grafik 3.4 di atas dapat diketahui bahwa kematian ibu
banyak terjadi pada kasus ibu nifas, yakn sejumlah 19 orang, terbanyak di
wilayah kerja Poskesmas Majenang I sebanyak 4 orang. Sedangkan pada
kasus Ibu hamil sebanyak 14 orang, dengan kasus berdasarkan umur di
atas 20 tahun. Kasus kematian pada ibu bersalin sebanyak 3 orang,
terjadi pada ibu berusia antara 20-34 terjadi di wilayah Bantarsari,
Kedungreja, Majenang II, masing masing 1 kasus kematian ibu.
Data kematian ibu di Kabupaten Cilacap Tahun 2014, dari 36 kasus
terdapat pada profil kesehatan 2014 pada tabel 5 Untuk gambaran
tersebut tersaji pada grafik 3.5 di bawah ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 23
Grafik 3.5
Kematian Ibu Berdasarkan Usia Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Dari tabel 3.5 profil kesehatan 2014 kematian ibu pada kelompok
umur 20 tahun sampai dengan usia 34 tahun terjadi kasus kematian
sebanyak 22 jiwa, atau sebesar 61,1% dari 36 kasus kematian ibu, dan
kasus kematian ibu terbanyak terjadi di wilayah kerja Puskesmas
Sampang dan Puskesmas Majenang I, masing masik berkontribusi 4
kasus kematian ibu, dimana Puskesmas Majenang I terjadi pada ibu ibu
nifas, dan di Puskesmas Sampang terjadi pada ibu hamil 2 kasus, dan ibu
nifas 2 kasus. Dari data yang telah tersaji sebelumnya, angka Kematian
Ibu (AKI) dapat ditentukan dengan formula :
Rumus
Dari formula tersebut diatas, jumlah kelahiran hidup sebanyak 30.023
bayi, dan jumlah kematian ibu sebanyak 36 kasus, serta nilai konstanta
(K) adalah 100,000 kelahiran hidup, maka dengan demikian didapatkan
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 24
angka kematian ibu di Kabupaten Cilacap tahun untuk 2014 sebesar 120
per 100.000 Kelahiran Hidup, artinya setiap 100.000 kelahiran hidup
tersapat 120 kejadian kasus kematian ibu.
2. Angka Kesakitan umum
Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun
prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit
dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan
dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan laporan
Puskesmas penyakit yang paling banyak ditemukan di Kabupaten Cilacap
tahun 2014 adalah penyakit pada saluran pernafasan bagian atas (ISPA)
termasuk didalamnya adalah penyakit Nasopharingitis Akuta (Common Cold) ,
diikuti oleh gastritis dan Penyakit Myalgia serta penyakit Hipertensi / Penyakit
Tekanan Darah Tinggi. Pola 10 penyakit terbanyak tersebut dapat dilihat pada
tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1
Pola Sepuluh Besar penyakit di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
No Kode
Penyakit Penyakit Jumlah
1 1807 PENY. LAIN PADA SALURAN PERNAFASAN BAGIAN
ATAS 97103
2 1803 NASOPHARINGITIS AKUTA (COMMON COLD) 34233
3 2102 GASTRITIS 29328
4 1110 MYALGIA 23980
5 1601 HIPERTENSI / PENYAKIT TEKANAN DARAH TINGGI 19461
6 3214 PENYAKIT KULIT ALERGI 17061
7 1109 CHEPALGIA 12187
8 102 DIARE (TERMASUK TERSANGKA KOLERA) 11519
9 2002 PENY. PULPA DAN JARINGAN PERIAPIKAL 9616
10 3407 ARTHRITIS TIDAK SPESIFIK 9591
Sumber: Simpus 2014
Dalam bentuk grafik, data 10 penyakit terbanyak di wilayah Puskesmas
Kabupeten Cilacap tahun 2014 adalah sebagaimana tergambar dalam grafik
3.6 di bawah ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 25
Grafik 3.6
10 Penyakit Terbanyak Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Pola penyakit ini menggambarkan adanya transisi epidemiologi penyakit,
dimana penyakit degeneratif (tidak menular) menunjukkan peningkatan kasus
setiap tahunnya, untuk tahun 2014 di Kabupaten Cilacap salah satu penyakit
degeneratif yakni Hipertensi / Penyakit Tekanan Darah Tinggi, masuk dalam
kelompok 10 penyakit terbanyak, hal ini terjadi dikarenakan adanya pola gaya
hidup masyarakat yang berisiko terhadap penyakit degeneratif. Penyakit yang
berkaitan dengan hygiene sanitasi juga masih termasuk dalam kelompok 10
penyakit terbanyak, dalam hal ini adalah diare, dimana penyakit tersebut
disebabkan adanya faktor kebersihan makanan dan minuman yang tidak
hygienis.
a. Penyakit Tidak Menular (PTM)
Penyakit tidak menular (PTM) yang mendapat perhatian meliputi
golongan yakni :
1) N e o p l a s m a
2) Diabetes Mellitus
3) Peny. Jantung & Pembuluh Darah
4) PPOK
5) Asma
Jumlah penderita penyakit tidak menular di kabupaten cilacap tahun 2014
tergambar pada grafik 3.7 di bawah ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 26
Grafik 3.7
Jumlah Penderita PTM Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Dari lima golongan penyakit tidak menular yang menjadi perhatian dan
prioritas dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit tersebut,
masih di bagi menjadi beberapa bagian jenis penyakit antara lain :
1) Neoplasma
Berasal dari kata neoplasia yang berarti pertumbuhan baru, neoplasma
merupakan pertumbuhan jaringan baru yang berlebihan, tidak
terkoordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh terus meskipun
stimulus atau pencetus yang menimbulkannya telah hilang, tidak
mempunyai tujuan, merugikan penderitanya dan tumbuh otonom.
Seluruh populasi sel dalam tumor berasal dari sel tunggal (single cell)
yang telah mengalami perubahan genetik. Istilah neoplasma dalam
medis sering disebut juga sebagai tumor, yang berarti semua tonjolan
abnormal pada tubuh atau pembengkakan yang disebabkan oleh
inflammasi. “Kanker” (cancer) adalah merupakan terminologi umum
untuk semua tumor ganas dan ditulis dengan ca. Neoplasma dalam
pencatatan dan pelaporan pada profil 2014 terdiri dari 4 jenis antara
lain
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 27
a). Ca. Serviks
Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan kanker yang
menyerang kaum perempuan dan menyerang daerah leher rahim
atau serviks yang disebabkan infeksi virus HPV (human
papillomavirus) yang tidak sembuh dalam waktu lama. Jika
kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi HPV akan mengganas
dan bisa menyebabkan terjadinya kanker serviks. Gejalanya tidak
terlalu kelihatan pada stadium dini.
Beberapa gejala bisa diamati antara lain :
1) Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan
hubungan intim adalah sedikit tanda gejala dari kanker ini.
2) Cairan kekuningan yang berbau di area genital.
Virus ini dapat menular dari seorang penderita kepada orang lain
dan menginfeksi orang tersebut. Penularan dapat melalui kontak
langsung dan karena hubungan seks. Cara penularan lain adalah di
closet pada WC umum yang sudah terkontaminasi virus ini.
Penderita Ca serviks di wilayah Puskesmas Kabupaten Cilacap
tahun 2014 sebanyak 102 kasus dan jumlah penderita Ca serviks
ditemukan di sarana kesehatan lain seperti Rumah sakit, sejumlah
41 kasus. Kasus Ca servik banyak ditemukan di wilayah
Puaskesmas Kesugihan II sebanyak 30 kasus dan wilayak
Puskesmas Majenang I sebanyak 81 kasus. Gambaran kasus
penderita Ca servik dapat terlihat pada grafik 3.8 dibawah ini :
Grafik 3.8
Jumlah Kasus Ca Servick Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 28
Grafik 3.9
Jumlah Kasus Ca Servick Di Rumah sakit Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Dari gambaran data pada grafik 3.9 di atas, pelaporan kasus Ca
serviks di sarana kesehatan rumah sakit banyak ditemukan pada
rumah sakit RSU Majenang 20 kasus dan RSI Fatimah Cilacap 14
kasus.
b). Ca. Mammae
Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam
jaringan payudara, yang bisa tumbuh di dalam kelenjar susu,
saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara,
dan merupakan sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh,
pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan. Jika benjolan
kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada
bagian-bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar
getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel
kanker bias bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah
kulit. dimungkin adanya garis asimetris antara kedua payudara.
Gejala umum Ca mamae adalah :
1) Teraba adanya benjolan pada payudara
2) Payudara tidak simetris / mengalami perubahan bentuk dan
ukuran karena mulai timbul pembengkakan
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 29
3) Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat
disekitar puting susu, mengkerut seperti kulit jeruk purut dan
adanya ulkus pada payudara
4) Ada perubahan suhu pada kulit : kemerahan , panas
5) Ada cairan yang keluar dari puting susu
6) Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti
terbakar, erosi dan terjadi retraksi
7) Kadar kalsium darah meningkat
8) Ada pembengkakan didaerah lengan
9) Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.
10) Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.
11) Timbul luka pada payudara dan sulit sembuh meskipun diobati,
puting susu seperti koreng dan tertarik ke dalam.
12) Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk.
13) Benjolan menyerupai bunga kobis dan muda berdarah.
14) Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat
tubuh lain
Bila kanker sudah berkembang, tanda-tanda akan lebih nyata
sepeti jaringan menjadi merah, borok, bengkak dan kanker terlihat
dengan jelas.
Kasus penderita Ca mammae di Kabupaten Cilacap yang
dilaporkan Puskesmas dan Rumah sakit sejumlah 428 kasus, 320
kasus dilaporkan Puskesmas, paling banyak dilaporkan adanya
kasus Ca serviks di wilayah Puskesmas Majenang I sejumlah 81
kasus dan wilayah Puskesmas kesugihan II sebanyak 80 kasus.
Sedangkan kasus yang tercatat Rumah sakit sebanyak 108 kasus,
dengan pelaporan terbanyak di Rumah sakit Pertamina Cilacap
sebanyak 49 kasus, dan Rumah sakit umum Daerah Cilacap
sebanyak 23 kasus. Gambaran kasus Ca mammae pada
Puskesmas tergambar pada grafik 3.10 di bawah ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 30
Grafik 3.10
Jumlah Kasus Ca Mammae Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sedangkan jumlah kasus Ca mammae yang terlaporkan di
rumah sakit Kabupaten Cilacap tergambar sebagaimana pada
grafik 3.11 berikut ini :
Grafik 3.11
Jumlah Kasus Ca Mammae Di Rumah sakit Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 31
c). Ca. Hepar
Ca hepar atau kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah
suatu kanker yang timbul dari hati, dikenal sebagai kanker hati
primer atau hepatoma. Kanker hati merupakan penyakit kronis pada
hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan
distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian besar fungsi hepar,
yang disebabkan karena hepatitis kronik dalam jangka panjang.
Kanker hati berasal dari satu sel yang mengalami perubahan
mekanisme kontrol dalam sel, mengakibatkan pembelahan sel yang
tidak terkontrol atau abnormal. Sel abnormal tersebut akan
menggandakan sampai jutaan. Hasil penggandaan sel tersebut
dinamakan klon, dimana klon tersebut tidak dapat melakukan fungsi
normal sebagaimana sel hati, dan sel terus menerus
memperbanyak diri, sampai terbentuk tumor. Manifestasi dini
penyakit keganasan pada hati mencakup tanda-tanda dan gejala
seperti :
1) Gangguan nutrisi :
penurunan berat badan yang cepat,
kehilangan daya tahan tubuh
(kekuatan,
anoreksia, dan
anemia.
2) Nyeri abdomen
3) Pembesaran hati yang cepat
4) Pada pemeriksaan fisik, palpasi teraba permukaan hati yang
ireguler.
Kasus ca hepar atau kanker hati di kabupaten cilacap
dilaporkan sejumlah 12 kasus. Berdasarkan pelaporan Puskesmas
sebanyak 6 kasus terjadi di wilayah kerja Puskesmas cimanggu I
sebanyak 2 kasus, patimuan, adipala II, dan cilacap tengah II.
Pelaporan kasus kanker hepar di rumah sakit di kabupaten
cilacap tahun 2014 tercatat sejumlah 6 kasus.(terlampir pada tabel
profil 83)
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 32
d). Ca. Paru
Kanker paru-paru berasal dari jaringan tipis paru-paru, pada
umumnya berupa lapisan sel yang terletak pada saluran udara.
Kanker paru-paru yang dini tidak menunjukkan gejala. Namun,
seiring pertumbuhan kanker tersebut, beberapa gejala umumnya
meliputi:
1) Batuk yang memburuk dan tidak pernah sembuh
2) Kesulitan bernafas, seperti kehabisan nafas / sesak nafas
3) Sakit di dada secara konstan
4) Batuk darah
5) Suara yang serak
6) Sering terkena infeksi paru, seperti pneumonia
7) Merasa letih setiap saat
8) Kehilangan berat badan tanpa sebab yang jelas
Jika ditemukan adanya gejala tersebut, sebaiknya segera
didiagnosa dan memperoleh perawatan sesegera mungkin.
Ada dua jenis utama kanker paru, yakni kanker paru sel kecil
atau small cell lung cancers (SCLC), dan kanker paru-paru non-sel
kecil atau non-small cell lung cancers (NSCLC). Jenis ini
didiagnosa berdasarkan bentuk sel yang terlihat di bawah
mikroskop, dan lebih dari 80% kanker paru-paru merupakan tipe
kanker paru-paru non-sel kecil, yakni:
a) adenokarsinoma,
Sekitar 40% dari kanker paru-paru adalah adenokarsinoma.
Kanker ini dimulai pada versi awal dari sel-sel yang biasanya
akan mengeluarkan zat seperti lendir. Jenis kanker paru-paru
yang terjadi terutama pada orang yang merokok (atau telah
merokok), tetapi juga jenis kanker paru paru yang paling umum
terjadi pada non-perokok. Hal ini lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pria, dan lebih mungkin terjadi pada orang
yang lebih muda daripada jenis kanker paru-paru yang lain.
Adenocarcinoma biasanya ditemukan di daerah luar paru-paru.
Pertumbuan kanker ini cenderung lebih lambat daripada jenis
kanker paru yang lain, dan sering menyebar di luar paru lebih
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 33
dahulu. Penderita jenis adenocarcinoma disebut
adenokarsinoma in situ, dan memiliki harapan sembuh yang
lebih baik dibandingkan dengan jenis kanker paru-paru yang
lain.
b) Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamus (juga dikenal sebagai karsinoma
epidermoid). Perkembangan jenis kanker ini dimulai di dalam
sel-sel epitel yang melapisi saluran udara dengan gejala awal
seperti batuk atau batuk darah (hemoptisis), sesak napas,
kelelahan, atau gejala karena penyebaran kanker ke daerah
lain dari tubuh (seperti nyeri tulang) mungkin lebih umum.
Dimungkinan hal itu dapat berkembang di dalam pembuluh
pernapasan yang lebih besar. Jika tidak diobati, kanker ini bisa
bermetastasis (menyebar) ke kelenjar getah bening, kelenjar
adrenal, hati, tulang dan otak.
Penyebab paling umum dari karsinoma sel skuamosa adalah
merokok.
c) Karsinoma sel besar
Karsinoma sel besar adalah sejenis kanker paru-paru di mana
terdapat sel-sel besar dan tidak menyerupai sel-sel kanker paru
jenis lain. cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh
dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat yang jauh.
Umumnya jenis ini terletak di perifer, mempunyai diferensiasi
jelek dan mempunyai kecendrungan untuk bermetastase cepat.
Sel kanker ini dapat muncul dalam setiap bagian dari paru-
paru sehingga lebih sulit untuk diobati.
Kasus Ca paru di Kabupaten Cilacap untuk tahun 2014
dilaporkan sejumlah 29 kasus yang terdiri dari laporan Puskesmas
sebanyak 16 kasus, 9 kasus dilaporkan oleh Puskesmas
Karangpucung I, 4 kasus dilaporkan Puskesmas Kesugihan II, 2
kasus dilaporkan Puskesmas Patimuan dan 1 kasus dilaporkan
Puskesmas Kesugihan I.
Laporan kasus di rumah sakit sejumlah 13 kasus, masing-
masing dilaporkan oleh Rumah sakit Pertamina sejumlah 3 kaus,
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 34
Rumah sakit Daerah Majenang sejumlah 8 kasus, dan Rumah sakit
RSI Fatimah Cilacap sejumlah 2 kasus, sebagaimana terlampir
pada tabel 83.
2) Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus, atau yang juga dikenal sebagai penyakit kencing
manis, adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh: ketidakmampuan
organ pankreas untuk memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang
cukup, atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah
dihasilkan oleh pankreas secara efektif, atau gabungan dari kedua.
Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan terjadi
peningkatan kadar glukosa (gula) darah yang disebut hiperglikemia.
Hiperglikemia yang berlangsung dalam waktu lama akan menyebabkan
kerusakan serius pada sistem tubuh kita, terutama pada saraf dan
pembuluh darah. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengontrol
kadar glukosa dalam darah pasien diabetes mellitus.
Diabetes mellitus dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Diabetes melitus tipe 1, Insulin Dependent Diabetes Melitus
(IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin,
dihancurkan oleh proses autoimun. Pada Diabetes miletus tipe ini
suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Timbulnya
penyakin tiba-tiba biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.yakni
diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya produksi insulin
oleh pankreas.
2) Diabetes melitus tipe 2, Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) atau Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI),
disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga penggunaan insulin
oleh tubuh menjadi tidak efektif. Kondisi ini diakibatkan oleh
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat
penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama
adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa
darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik
(adalahmenurunkan kadar gula darah menjadi rendah). Kadar gula
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 35
darah yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai
keadaan.
Kasus Diabetes militus di kabupaten cilacap tercatat sebanyak
9.295 kasus. Dengan perincian dilaporkan oleh Puskesmas
sebanyak 3.025 dengan 374 Diabetes militus tipe I atau Insulin
Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung
insulin (DMTI), dan 2.651 merupakan diabetes militus tipe II atau
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI).
Untuk menggambarkan penyebaran penderita kasus Diabetes
Militus di wilayah kerja Puskesmas dapat dilihat pada grafik 3.12 di
bawah ini :
Grafik 3.12
Jumlah Kasus DM Di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
-
100
200
300
400
DA
YE
UH
LU
HU
R I
DA
YE
UH
LU
HU
R II
WA
NA
RE
JA
I
WA
NA
RE
JA
II
MA
JE
NA
NG
i
MA
JE
NA
NG
iI
CIM
AN
GG
U I
CIM
AN
GG
U II
KA
RA
NG
PU
CU
NG
I
KA
RA
NG
PU
CU
NG
II
CIP
AR
I
SID
AR
EJA
KE
DU
NG
RE
JA
PA
TIM
UA
N
GA
ND
RU
NG
MA
NG
U
I
GA
ND
RU
NG
MA
NG
U
II
BA
NT
AR
SA
RI
KA
WU
NG
AN
TE
N
KA
MP
UN
GL
AU
T
JE
RU
KL
EG
I I
JE
RU
KL
EG
I II
KE
SU
GIH
AN
I
KE
SU
GIH
AN
II
AD
IPA
LA
I
AD
IPA
LA
II
MA
OS
SA
MP
AN
G
KR
OY
A I
KR
OY
A II
BIN
AN
GU
N
NU
SA
WU
NG
U I
NU
SA
WU
NG
U II
CIL
AC
AP
SE
LA
TA
N I
CIL
AC
AP
SE
LA
TA
N I
I
CIL
AC
AP
TE
NG
AH
I
CIL
AC
AP
TE
NG
AH
II
CIL
AC
AP
UT
AR
A I
CIL
AC
AP
UT
AR
A I
I
2
78
0 5 0
18
0
17
2 7 0 0
48
0 0 0 0 2 2 0 3 3 0
95
1
18
3
46
24
24
1
10
-
15
5
- 6
-
11
8
0
39 53
15
7
16
12
8
- -
29
10
4
10
7
25
84
32
6
20
2
25
24
0
19
4
10
6
32
16
48
39
0
15
1 0
ID.DM
ND.DM
Dari grafik 3.12 tersebut tergambar penyebaran kasus DM tipe II di
kabupaten Cilacap terbanyak sejumlah 390 kasus di wilayah
Puskesmas cilacap tengah I, 326 kasus terdapat di Puskesmas
Kesugihan I, sedang untuk tipe I terbanyak di wilayah kerja
Puskesmas Kroya II sejumlah 95 kasus, dan 78 kasus di Wilayah
kerja Puskesmas Dayeuhluhur II.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 36
3) Penyakit Jantung & Pembuluh Darah
Penyakit jantung koroner adalah penyempitan atau penyumbatan
arteri atau arteri-arteri yang memasok aliran darah ke otot jantung.
Penyempitan ini disebabkan oleh plak dimana kumpulan kolesterol
pada dinding pembuluh darah, mengakibatkan ketidaknormalan dan
penebalan garis arteri jantung berangsur-angsur (kondisi dikenal
sebagai aterosklerosis). Penyempitan biasanya berkembang perlahan
dalam beberapa tahun. Penyakit yang berkaitan dengan jantung dan
pembuluh darah antara lian :
1. angina
Jantung memiliki tiga arteri utama jantung. Pasien dikatakan
memiliki penyakit pembuluh darah single, double, atau triple,
tergantung banyaknya pembuluh darah yang menyempit. Ketika
penyempitan menjadi kritis, pasien dapat memiliki gejala seperti
nyeri dada atau napas pendek, hal ini terjadi jika otot jantung
mengalami kekurangan oksigen. Kebutuhan jantung akan oksigen
ditentukan oleh beratnya kerja jantung. Aktivitas fisik dan emosi
menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan karena itu
menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen pada jantung. Jika
arteri menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke otot tidak
dapat memenuhi kebutuhan jantung akan oksigen, maka bisa
terjadi iskemia dan menyebabkan nyeri, kejadian ini dalam istilah
medis, ini disebut angina biasanya merupakan akibat dari penyakit
arteri koroner, penyebabnya adalah:
1. Stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta)
2. Regurgitasi katup aorta (kebocoran katup aorta)
3. Stenosis subaortik hipertrofik
4. Spasme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang terjadi
secara tiba-tiba)
Tidak semua penderita iskemia mengalami angina. Iskemia yang
tidak disertai dengan angina disebut silent ischemia. Masih belum
dimengerti mengapa iskemia kadang tidak menyebabkan angina.
Biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau
rasa sakit di bawah tulang dada (sternum). Kasus angina di
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 37
Kabupaten Cilacap yang di laporkan sejumlah 285 kasus, dengan
jumlah tersebar dan terlaporkan oleh Puskesmas sejumlah 187,
sebagaimana tergambar paga grafik 3.13 di bawah ini :
Grafik 3.13
Jumlah Kasus angina Di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Dari grafik 3.13 di atas jumlah terbanyak untuk kasus angina di
wilayah kerja Puskesmas Adipala I sejumlah 69 kasus, majenang I
47 kasus, cilacap tengah I 28, dan Kroya I sebanyak 21 kasus.
Sedangkan yang di laporkan oleh sarana kesehatan Rumah sakit
sebanyak 98 kasus, dengan laporan terbanyak terjadi di RSUD
Majenang 78 kasus sebagaimana terlampir pada tabel 83.
2. Acut Miocard Infark( AMI)
Miokard Infark (AMI) adalah suatu keadaan dimana otot jantung
tiba-tiba tidak mendapat suplai darah akibat penyumbatan
mendadak arteri koroner oleh gumpalan darah karena pecahnya
plak. Penyebab Akut Miokard Infark adalah terlepasnya suatu plak
aterosklerosis dari salah satu arteri koroner, dan kemudian
tersangkut dibagian hilir yang menyumbat aliran darah keseluruh
miokardium yang diperdarahi oleh pembuluh dan dapat
menyebabkan infark miokardium. Infark miokardium juga dapat
terjadi apabila lesi trombotik yang melekat ke suatu arteri yang
rusak menjadi cukup besar untuk menyumbat secara total aliran
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 38
darah ke bagian hilir, atau apabila suatu ruang jantung mengalami
hipertrofi berat sehingga kebutuhan oksigennya tidak dapat
terpenuhi. gambaran klinis tidak memperlihatkan tanda-tanda jelas
infark miokardium (suatu serangan jantung tersamar), biasanya
timbul manifestasi klinis yang bermakna, seperti nyeri dengan yang
mendadak, dan dapat menyebar kebagian atas tubuh mana saja,
tapi sebagian besar menyebar ke lengan kiri, leher, atau rahang.
Istirahat dapat menghilangkan iskemia di luar zona nekrotik dengan
menurunkan beban kerja jantung.
Terdapat dua jenis faktor resiko bagi setiap orang untuk terkena
AMI, yaitu:
a. Faktor resiko yang bisa dimodifikasi
Faktor Resiko Yang Dapat Dimodifikasi Merupakan faktor
resiko yang bisa dikendalikan sehingga dengan intervensi
tertentu maka bisa dihilangkan. Termasuk dalam kelompok ini
diantaranya:
i. Merokok
Peran rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara
lain: menimbulkan aterosklerosis; peningkatan
trombogenesis dan vasokontriksi; peningkatan tekanan
darah; pemicu aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan
oksigen jantung, dan penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen. Merokok 20 batang rokok atau lebih dalam sehari
bisa meningkatkan resiko 2-3 kali dibanding yang tidak
merokok.
ii. Konsumsi alcohol
Meskipun ada dasar teori mengenai efek protektif alcohol
dosis rendah hingga moderat, dimana ia bisa meningkatkan
trombolisis endogen, mengurangi adhesi platelet, dan
meningkatkan kadar HDL dalam sirkulasi, akan tetapi
semuanya masih controversial. Tidak semua literature
mendukung konsep ini, bahkan peningkatan dosis alcohol
dikaitkan dengan peningkatan mortalitas cardiovascular
karena aritmia, hipertensi sistemik dan kardiomiopati dilatasi.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 39
b. Faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi
Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi Merupakan
pactor resiko yang tidak bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu
diantaranya:
i. Usia
Resiko meningkat pada pria datas 45 tahun dan wanita
diatas 55 tahun (umumnya setelah menopause).
ii. Jenis Kelamin
Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada
laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan pada perempuan,
hal ini berkaitan dengan estrogen yang bersifat protective
pada perempuan. Hal ini terbukti insidensi PJK meningkat
dengan cepat dan akhirnya setara dengan laki-laki pada
wanita setelah masa menopause.
iii. Riwayat Keluarga
Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami PJK
sebelum usia 70 tahun merupakan factor resiko independent
untuk terjadinya PJK. Agregasi PJK keluarga menandakan
adanya predisposisi genetic pada keadaan ini. Terdapat
bukti bahwa riwayat positif pada keluarga mempengaruhi
onset penderita PJK pada keluarga dekat.
Jumlah kasus Penderita AMI di kabupaten Cilacap sebagai
mana terlampir pada tabel 83, tabel profil kesehatan tahun 2014
3. Decompensasi cordis
Decompensasi cordis merupakan kegagalan jantung dalam
upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan
dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang
berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung (Tabrani, 1998).
Penyebab timbulnya dekompensasi kordis adalah disebabkan
adanya keadaan yang menyebabkan meningkatnya beban awal,
beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium.
Keadaan penyebab yang meningkatkan beban awal seperti
regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 40
meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau
hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada
infark miokard atau kardiomiyopati. Gagal jantung dalam upaya
untuk mempertahankan peredaran darah menurut menurut ahli
(Price, Sylvia.2004) adalah sebagai berikut :
a. Decompensasi cordis kiri
Dengan berkurangnya curah jantung pada gagal jantung
mengakibatkan pada akhir sistol terdapat sisa darah yang lebih
banyak dari keadaan normal sehingga pada masa diastol
berikutnya akan bertambah lagi mengakibatkan tekanan diastol
semakin tinggi, makin lama terjadi bendungan di daerah natrium
kiri berakibat terjadi peningkatan tekanan dari batas normal pada
atrium kiri ( normal 10-12 mmhg ) dan diikuti dengan peninggian
tekanan vena pembuluh pulmonalis dan perubahan darah dalam
atrium jumlah pembuluh pulmonalis dan perubahan darah dalam
atrium dalam jumlah yang sesuai dalam waktu cepat tekanan
hidrostatik dalam kapiler paru-paru akan menjadi tinggi sehingga
melampaui 12 mmhg.
b. Dekompensasi cordis kanan
Kegagalan ventrikel kanan akibat bilik tidak mampu
memompakan melawan tekanan yang naik pada sirkulasi paru-
paru, berakibat membaliknya kembali kedudukan sirkulasi
sistemik, peningkatan volume vena dan tekanan mendorong
cairan ke intertisial masuk ke dalam edema perifer.
Kasus Decompensasi cordis yang dilaporkan Puskesmas
dan Rumah sakit di Kabupaten Cilacap tahun ini, sebanyak
1.148 kasus, 781 kasus dilaporkan Puskesmas dengan kasus
terbanyak di wilayah Puskesmas Kesugihan II sebanyak 155
kasus. Gambaran kasus Decompensasi cordis di wilayah kerja
Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 seperti tergambar
pada grafik 3.14 berikut ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 41
Grafik 3.14
Jumlah kasus Decompensasi cordis di Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
Laporan yang di dapat dari Rumah sakit untuk kasus yang
sama sejumlah 367 kasus, dengan kasus terbanyak dilaporkan
di Rumah Sakit Daerah Majenang sebanyak 285 kasus.
Sebagaimana tertera pada lampiran tabel 83.
4) Hipertensi
Hipertensi atau sering disebut dengan darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana terjadi meningkatnya tekanan darah yang memberi
gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul
kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak
pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada
kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri /
bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Hipertensi merupakan penyakit yang
sering dijumpai diantara penyakit tidak menular lainnya. Hipertensi
dibedakan menjadi hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
muncul akibat adanya penyakit lain seperti hipertensi ginjal, hipertensi
kehamilan, dll. Jumlah kasus Hipertensi di kabupaten Cilacap tahun
2014 sebanyak 15.717 kasus yang terdiri dari hypertensi Essensial
sebanyak 13.105 kasus, diantaranya dilaporkan oleh Puskesmas
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 42
sejumlah 9.590 kasus dan dilaporkan rumah sakit sejumlah 3.515
kasus. Sedangkan 2612 kasus merupakan kasus hypertensi lain.
Grafik 3.15
Jumlah kasus Hipertensi Esensial di Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
Dari grafik 3.15 di atas, jumlah kasus tertinggi terjadi di Wilayah
Puskesmas Cilacap Tengah I sejumlah 1315 kasus. Sedangkan kasus
yang dilaporkan oleh Rumah sakit sejumlah 3.515 kasus, jumlah kasus
terbanyak dilaporkan pada Rumah sakit Daerah Majenang sejumlah
1959 kasus sebagaimana tertera pada lampiran tabel 83.
5) Asma Bronkial
Asma Bronkial terjadi akibat penyempitan jalan napas yang
reversibel dalam waktu singkat oleh karena mukus kental, spasme, dan
edema mukosa serta deskuamasi epitel bronkus/bronkeolus, akibat
inflamasi eosinofilik dengan kepekaan yang berlebihan. Serangan asma
bronkhiale sering dicetuskan oleh ISPA, merokok, tekanan emosi,
aktivitas fisik, dan rangsangan yang bersifat antigen/allergen antara
lain: Inhalan yang masuk ke dalam tubuh melalui alat pernafasan
misalnya debu rumah, serpih kulit dari binatang piaraan, spora jamur
dll. Ingestan yang masuk tubuh melalui mulut biasanya berupa
makanan seperti susu, telur, ikan-ikanan, obat-obatan dll. Kontaktan
yang masuk tubuh melalui kontak kulit seperti obat-obatan dalam
bentuk salep, berbagai logam dalam bentuk perhiasan, jam tangan.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 43
Kasus asma di Kabupaten Cilacap pada tahun 2014 sebesar 5.220,
terdiri dari kasus dilaporkan Puskesmas sebanyak 3.573 kasus, dan
dilaporkan oleh Rumahsakit sejumlah 1.647 kasus. Prevalensi kasus
asma Bronkial adalah 29,52 per 10.000 penduduk.
b. Penyakit Menular
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat berpindah dari satu
penderita kependerita lain, baik terjadi secara langsung maupun tidak
langsung. penularan penyakit secara langsung terjadi apabila kita
melakukan kontak langsung dengan si penderita, sedangkan secara tidak
langsung biasanya melalui media, seperti air, udara, pakaian dan lainnya.
Penyakit menular tentunya sangat membahayakan. disamping efek dari
penyakit itu sendiri, juga akan membuat orang-orang disekeliling penderita
terancam mengalami hal yang sama, sehingga sulit untuk memberi
pertolongan. Tentunya kita dituntut untuk waspada dengan mengerti
bentuk, penyebab dan macam-macam penyakit menular, tujuannya agar
pertolongan yang diberikan kepada penderita benar-benar maksimal dan
kita tidak ikut mengalami hal yang sama
Hasil capaian program penyakit menular Kabupaten Cilacap Tahun 2014
sebagai berikut:
1) Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting di dunia ini. Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex. Tuberkulosis terdiri
dari 2 jenis, yakni Tuberkulosis paru dan Tuberkulosis ekstra.
a) Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
paru, tidak termasuk pleura. Berdasar hasil pemeriksaan dahak
(BTA) TB paru dibagi atas:
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 44
(1) Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan
hasil BTA positif. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak
menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan
gambaran tuberkulosis aktif. Hasil pemeriksaan satu spesimen
dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif.
(2) Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,
gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan
tuberkulosis aktif. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali
menunjukkan BTA negatif dan biakan M. tuberculosis.
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala
klinis, pemeriksaan fisis/jasmani, pemeriksaan bakteriologi,
radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.
b) Tuberkulosis Ekstra
Tuberkulosis ekstra adalah tuberkulosis yang menyerang organ
tubuh lain selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput
otak, tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-lain. Diagnosis
sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi dari
tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan
pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan
konsisten dengan TB ekstra paru aktif.
Gejala tuberkulosis ekstra tergantung dari organ yang terlibat,
misalnya pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran
yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada
meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala meningitis, sementara
pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan
kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat
cairan.
Dalam menentukan pengobatan terhadap penderita, diperlukan
adanya rekam medis atau riwayat pengobatan penderita. Tipe pasien
yang ditentukan berdasarkan kasus dan riwayat pengobatan
sebelumnya diantaranya :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 45
a) Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
b) Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. TB paru
kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten
menangani kasus tuberkulosis.
c) Kasus defaulted atau drop out
Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan
tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum
masa pengobatannya selesai
d) Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau akhir pengobatan.
e) Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2
dengan pengawasan yang baik.
f) Kasus Bekas TB:
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif,
atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung..
(1) Jumlah kasus baru TB BTA+
Jumlah penemuan penderita kasus Tuberkulosis paru untuk
kasus baru TB BTA+ di Kabupaten Cilacap tahun 2014
laporan pencatatan petugas wasor TB sejumlah 1.011 jiwa
terdiri dari penderita laki-laki sejmlah 535 jiwa dan penderita
perempian sejumlah 476 jiwa.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 46
Grafik 3.16
Jumlah kasus baru TB BTA + di Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
Dari Grafik 3.16 di atas terlihat bahwa jumlah penderita kasus
TB BTA+ banyak terjadi pada laki-laki, dan terbanyak di
wilayah Puskesmas Kawunganten sejumlah 150 kasus, 90
kasus pada laki-laki dan 60 kasus pada perempuan.
(a) Proporsi kasus baru TB BTA+
Proporsi atau jumlah kelompok individu yang terdapat
dalam penduduk suatu wilayah yang semula tidak sakit
dan menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu dan
pembilang pada proporsi tersebut adalah kasus baru.
Tujuan dari Insidence Rate adalah
1) Mengukur angka kejadian penyakit,
2) Untuk mencari atau mengukur faktor kausalitas.
3) Perbandinagan antara berbagai populasi dengan
pemaparan yang berbeda.
4) Untuk mengukur besarnya risiko yang ditimbulkan
oleh determinan tertentu
FORMULA: P = ( d/n ) k.
Dimana: P= Estimasi incidence rate
d= Jumlah incidence (kasus baru)
n= Jumlah individu ( population at risk).
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 47
Berdasarkan data yang diperoleh dari program TB paru di
Kabupaten Cilacap Tahun 2014, di dapatkan data untuk
jumlah Penderita Tuberkulosis paru BTA (+) tercatat
sebanyak 1.011 jiwa terdiri dari penderita laki-laki
sejumlah 535 jiwa dan penderita perempuan sejumlah 476
jiwa, sedangkan penemuan kasus suspek sebanyak
10.110 jiwa. Dengan demikian Proporsi kasus baru TB
BTA+ sebesar 0,1
(b) CNR kasus baru BTA+
Adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien BTA +
baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000
penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila
dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan
penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut.
Rumus = X 100.000
Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan
(trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien
pada wilayah tersebut.
Penderita Tuberkulosis paru BTA (+) di Kabupaten
Cilacap Tahun 2014 sejumlah 1.011 jiwa, dengan
demikian Angka Notifikasi kasus TB/Case Notification
Rate (CNR) : 12,05.
(2) Jumlah seluruh kasus TB
Jumlah TB paru di Kabupaten Cilacap tahun 2014 adalah
2.131 penderita, terdiri dari penderita kasus TB perempuan
sejumlah 896 jiwa dan penderita kasus TB laki-laki sejumlah
1.235 jiwa. Dari jumlah tersebut jumlah terbanyak terdapat di
Puskesmas Kawunganten sebanyak 275 jiwa, (12,9 %).
CNR seluruh kasus TB adalah angka yang menunjukkan
seluruh penderita kasus yang ditemukan dan tercatat diantara
100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 48
Rumus = X 100.000
Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend)
meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah
tersebut.
Jumlah penderita Tuberkulosis paru di Kabupaten Cilacap
Tahun 2014 sejumlah 2.131 jiwa, dengan demikian Angka
Notifikasi kasus TB /Case Notification Rate (CNR) pada
penderita TB Paru sebesar 120,5 artinya dalam 100.000
penduduk terjadi peningkatan penemuan penderita TB
sebesar 120,5.
(3) Kasus TB anak 0-14 tahun
Angka yang dilaporkan pada kasus TB pada anak tahun 2014
sejumlah 57 orang anak, dengan jumlah kasus dilaporkan
terbanyak di Puskesmas Sampang sejumlah 14 kasus.
Sebagaimana tergambar pada grafik 3.17 di bawah ini :
Grafik 3.17
Jumlah kasus baru pada usia 0-14 di Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 49
(4) Persentase BTA+ terhadap suspek
Pengertian suspek adalah Orang yang memiliki gejala utama
yaitu batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk berdarah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat
malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari
satu bulan. Angka yang didapatkan dari kegiatan program TB
untuk tahun 2014 didapat sejumlah 10110 jiwa. yang terdiri
dari penderita laki-laki sebanyak 5.350 jiwa, dan penderita
perempuan sejumlah 4.760 jiwa. Sedangkan untuk jumlah
BTA+ sejumlah 2131 jiwa, terdiri dari penderita laki laki
sejumlah 1.235 jiwa, dan penderita perempuan sejumlah 896
jiwa. Sedangkan jumlah penderita BTA (+) yang di obati
sejumlah 1.241 jiwa. Dengan demikian Persentase BTA+
terhadap suspek adalah
Rumus = X 100%
Dengan demikian Persentase BTA+ terhadap suspek Angka
kesembuhan BTA+ sebanyak 81,47%, dengan pengertian
pengobatan terhadap penderita TB BTA+ belum semuanya
terlayani.
(5) Angka pengobatan lengkap BTA+
Pengertian pengobatan lengkap adalah pasien yang telah
menyelesaikan pengobatan secara lengkap tetapi tidak ada
hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada akhir
pengobatan dan pada satu pemeriksaan sebelumnya. Data
tahun 2014 untuk kasus BTA + dengan pengobatan lengkap
terhadap seluruh penderita TB BTA + sebanyak 46 jiwa dari
jumlah penderita BTA + yang mendapat OAT (obat anti
Tuberkoluse).
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 50
(6) Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA+
Angka keberhasilan pengobatan merupakan jumlah pasien
yang sembuh dan mendapatkan pengobatan lengkap. Dari
data yang didapat jumlah keberhasilan dalam pengobatan
terhadap penderita TB tahun 2014 ini sejumlah 1.170 jiwa,
dari jumlah penderita BTA + yang di obati. (94,28%).
(7) Angka kematian selama pengobatan
Jumlah kasus Tuberkulosis Paru terbanyak terdapat di wilayah
kerja UPT Puskesmas Kawunganten sebanyak 250 jiwa, dari
jumlah penderita semua TB sejumlah 1.988 jiwa, dan yang di
obati sejumlah 1.257 jiwa. Dalam perjalanan masa
pengobatan, sejumlah 6 orang meninggal dunia terjadi di
wilayah Puskesmas Maos sebanyak 1 orang, Puskesmas
Binangun sebanyak 2 orang, dan Puskesmas Cilacap Selatan
II sebanyak 2 orang, dan Cilacap Utara II 1 orang.
2) Pneumonia
Kejadian Pnemonia pada balita untuk tahun 2014 yang di
temukan dan di tangani sebanyak 1.115 kasus dari perkiraan kejadian
kasus di Kabupaten Cilacap sebanyak 13.510 kasus pneumonia pada
balita. Kasus terbanyak terdapat pada UPT Puskesmas Cimanggu I
sebanyak 224 kejadian kasus.
Pencapaian cakupan terhadap penderita yang ditemukan dan
ditangani dari perkiraan kejadian kasus tahun 2014 sebesar 3,5 %.
Adapun gambaran pencapaian pencapaian tersebut dapat terlihat
pada Grafik 3.18 di bawah ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 51
Grafik 3.18
Distribusi Penemuan Dan Penanganan Kasus Pneumonia di Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
3) HIV/AIDS
HIV(Human Immunodeficiency Virus) seseorang yang hasil
pemeriksaannya HIV positif dengan pemeriksaan 3 test. AIDS :
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) Dewasa bila terdapar 2
gejala mayor dan 1 gejala minor dan tidak ada sebab-sebab
immunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat atau
etiologi lainnya. Kasus pada anak bila terdpat paling sedikit 2 gejala
mayor dan minor dan tidak ada sebab-sebab immunosupresi yang
diketahui seperti kanker, malnutrisi berat atau etiologi lainnya.
Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3
metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counselling, and Testing
(VCT), sero survey dan Survei Terpadu Biologis dan perilaku (STBP).
Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan tahun 2014 sebanyak 86 orang,
yang terdiri dari penderita dengan golongan umur sebagamana
terdapat pada tabel 11 (terlampir).
Jumlah Kasus AIDS, Jumlah Kematian karena AIDS, Donor darah
diskrining positif HIV, tidak terdapat kasus.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 52
4) Diare
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan
konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang
dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau
bila buang air besar tiga kali atau lebih,atau buang air besar yang
berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Jumlah kasus
kesakitan diare yang di tangani di Kabupaten Cilacap tahun 2014
sebanyak 22.429, dari perkiraan kasus sebanyak 37.846.
a) Penderita diare ditangani
Kasus penyakit diare di Kabupaten Cilacap tahun 2014 di wilayah
Puskesmas yang dilaporkan sebanyak 22.429 jiwa, yang terdiri
dari penderita diare laki-laki sejumlah 10.750 jiwa, dan pada
penderita perempuan sejumlah 11.679 jiwa. Jumlah perkiraaan
kasus penyakit diare sebanyak 37.846 kasus denga perincian
perkiraan kasus pada laki-laki sebanyak 19.167 kasus, dan pada
perempuan sejumlah 18.679 kasus.
b) Persentase Diare
Dari data penderita diare yang dilaporkan, perbandingan
antara jumlah perkiraan kasus penderita diare tahun 2014 dengan
jumlah penderita yang ditangani dalam tahun yang sama, di
wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Cilacap, sebesar 59,26%.
Sedangkan untuk gambaran masing masing Puskesmas adalah
sebagaimana tergambar dalam grafik 3.19 di bawah ini :
Grafik 3.19
Prosentase perbandingan kasus diare terhadap penderita diare yang ditangani di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun
2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 53
Dari data yang tergambar pada grafik 3.19 tersebut di
atas pencapaian penderita diare yang di tangani terhadap jumlah
perkiraan penderita diare di Puskesmas, Prosentase tertinggi di
wilayah kerja Puskesmas Jeruklegi II sebanyak 127 %, dan
terendah di ilayah kerja Puskesmas Nusawngu II sebesar 4,49 %.
Adapun jumlah pencapaian hasil pelayanan pada kasus penderita
diare yang di tangani berdasarkan masing masing Puskesmas
dapat dilihat pada tabel 13 profil Kesehatan tahun 2014 terlampir.
5) Kusta
Penyakit kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus Hansen,
adalah sebuah penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit kusta atau lepra (leprosy) atau
disebut juga Morbus Hansen, adalah sebuah penyakit infeksi menular
kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, ditemukan
oleh seorang ahli fisika Norwegia bernama Gerhard Armauer Hansen,
pada tahun 1873, merupakan bakteri aerob, tidak membentuk spora,
berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai , tahan terhadap
dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga dinamakan sebagai
bakteri “tahan asam”.
Gejala awal penyakit kusta, ditandai dengan adanya kelainan kulit
berupa bercak putih seperti panu ataupun bercak kemerahan,
berkurangnya rasa atau hilang rasa, tidak ditumbuhi bulu, tidak
mengeluarkan keringat, tidak gatal, tidak sakit , dan biasanya
penderita tidak merasa terganggu. penyakit kusta dibedakan menjadi
2 Jenis:
a) Kusta Kering (PB)
Kusta Kering disebut “Pausibasiler” (sedikit bakteri) atau disebut
golongan PB apabila seseorang mempunyai daya tahan tubuh
yang masih mampu sedikit melawan Mycobacterium leprae,
bakteri tidak sempat menjadi terlalu banyak. Secara klinis
penderita kusta golongan PB ditandai dengan adanya 1-5 bercak
mirip panu pada kulit, tidak gatal, tidak terasa kalau di sentuh,
tidak terdapat saraf yang tebal atau terganggu, dan hasil uji
laboratorium BTA negatif.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 54
b) Kusta Basah (MB)
Seseorang apabila daya tahan tubuhnya tidak melawan serangan
Mycobacterum leprae sama sekali, dan bakteri berkembang biak
dengan bebas, disebut “Multibasiler” (banyak bakteri) golongan
jenis kusta basah (MB).
Penatalaksanaan penanggulangan kasus kusta yang buruk dapat
menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan
permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Diagnosis
kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi: 1). Kelainan pada
kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa. 2).
Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa
mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot. 3). Adanya kuman
tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif).
c) Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB)
Jumlah kasus baru kusta jenis “Pausibasiler” atau kusta PB yang
tercatat di Puskesmas Kabupaen Cilacap Tahun 2014 sejumlah
42 penderita, yang terdiri dari penderita laki-laki sejumlah 31
penderita, dan penderita perempuan sebanyak 11 penderita. Dari
jumlah tersebut penderita dengan jenis kusta PB tidak ada, dan
penderita jenis Multi Basiler (MB)/ Kusta Basah sebanyak 42
penderita, laki-laki 31 penderita dan perempuan 11 penderita.
Grafik 3.20
Jumlah Kasus Kusta Basah/ Multi Basiler(MB) di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 55
Dari grafik 3.20 diatas jumlah kasus MB atau kusta basah yang
dilaporkan paling banyak 3 kasus terdapat di wilayah Puskesmas
Majenang I, Majenang II, Cipari, dan kroya I.
d) Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR)
Angka penemuan kasus baru kusta atau New Case Detection
Rate (NCDR) adalah Kasus kusta baru yang ditemukan pada
periode tertentu per 100.000 penduduk.
NCDR = X 100.000
Berdasarkan data jumlah kasus baru tercatat , dan dengan
menggunakan formula sebagaimana tersebut diatas maka dapat
diketahui angka penemuan kasus baru kusta, untuk Kabuapten
Cilacap sebesar 2,37 per 100.000. Artinya dalam 100.000
penduduk di mungkinkan ditemukan penderita baru penyakit kusta
antara 2 sampai 3 kasus.
Pada tahun 2014, dilaporkan terdapat kasus baru sebanyak 42
kasus dari tipe Multi Basiler. Sedangkan tipe Pausi Basiler tidak
ada yang dilaporkan.
Proporsi cacat tingkat II pada tahun 2014 di Kabupaten
Cilacap tidak ditemukan, demikian halnya untuk proporsi anak di
antara penderita baru pada tahun 2014.
e) Penderita Kusta Selesai Berobat
Jumlah kasus kusta yang tercatat dan terlaporkan keseluruhan
dari kasus baru dan kasus lama sebanyak 82 kasus, yang terdiri
dari laki-laki sebanyak 71 dan perempuan sejumlah 11 kasus.
Sedangkan jumlah penderita yang selesai dalam pengobatan dan
dinyatakan sembuh sebanyak 37 kasus, penderita laki-laki
sebanyak 24 kasus dan perempuan sebanyak 13 kasus,
merupakan kasus kusta type MB. Untuk lebih jelasnya dalam
melihat keadaan pencapaian program pencegahan PTM (penyakit
tidak menular) khususnya kusta dapat di lihat pada table 17 profil
kesehatan tahun 2014.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 56
6) Demam Berdarah Dengue (DBD)
a) Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypty.
Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun,
namun dapat juga menyerang orang dewasa. Penyakit DBD
masih merupakan permasalahan serius di Kabupaten Cilacap, hal
ini dibuktikan dengan masih adanya kasus DBD yang tersebar di
wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Cilacap.
Tahun 2014 ini kasus DBD di Kabupaten Cilacap sebanyak 447
kasus yang tersebar di 24 Kecamatan. Wilayah kecamatan yang
banyak terjadi kasus DBD adalah 90 kasus di Kecamatan Cilacap
Utara. Dari jumlah kasus tersebut sebanyak 6 penderita
meninggal.
Setiap ada penderita DBD yang dilaporkan, dilakukan tindakan
perawatan penderita, penyelidikan epidemiologi (PE) di lapangan
serta upaya pengendalian. Penyebab tingginya angka kesakitan
DBD dikarenakan adanya iklim tidak stabil dan curah hujan cukup
tinggi, sehingga dapat menimbulkan genagan air yang
merupakan tempat perindukan bagi vektor. nyamuk Aedes Aegipty
penyebab DBD yang cukup potensial. Selain itu juga didukung
dengan tidak maksimalnya kegitan PSN di masyarakat, sehingga
pemutusan rantai kehidupan dari vektor tidak tercapai dan
berdampak pada kelangsungan kehidupan nyamuk Aedes Aegipty
dan menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD.
b) Case Fatality Rate DBD
CFR atau Angka kefatalan kasus adalah perbandingan antara
jumlah kematian terhadap penyakit tertentu yang terjadi dalam 1
tahun dengan jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut
pada tahun yang sama
CFR = X 1.000
Formula atau perhitungan CFR dapat digunakan untuk
mengetahui tingakat penyakit dengan tingkat kematian yang
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 57
tinggi. Rasio ini dapat dispesifikkan menjadi menurut golongan
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lain-lain.
CFR atau angka kefatalan kasus untuk Demam berdarah tahun
2014 sebesar 13,4. Artinya dari jumlah penderita Demam
berdarah dimungkinkan terjadi kematian sebanyak 13 sampai
dengan 14 penderita setiap 1000 penderita Demam berdarah.
7) Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Malaria kecuali
menyerang manusia , juga menyerang, burung, kera dan primata
lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh
infeksi protozoa dari genus Plasmodium melalui perantaraan tusukan
(gigitan) nyamuk Anopheles spp, di tandai dengan gejala meriang.
(panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan. Kasus pada
manusia, Plasmodium ini menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan
mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit.
Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk anopheles betina.
Plasmodium malaria yang sering dijumpai ialah :
a) Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan penyebab
penyakit malaria yang paling berat, masa inkubasi 9-14 hari.
Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit oleh
Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil
yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan
satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double
Chromatin).
b) Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan
Plasmodium vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/
lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai
hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita.
Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang
tersusun seperti kelopak bunga/rossete. Bentuk gametosit sangat
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 58
mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil. Ciri-ciri demam
tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada
kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise
umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti
sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada
pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria,
hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.
c) Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip
Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit
dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di
pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi
Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated.
Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua
malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16
hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan
paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun
tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.
d) Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi
eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal.
Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring
dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid.
Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala
klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari
sekali dengan puncak demam setiap 72 jam
Di Kabupaten Cilacap tahun 2014, dari hasil catatan dan
pelaporan program penanggulangan penyakit menular, khususnya
penyakit malaria, didapatkan jumlah penderita malaria suspek
sejumlah 23 penderita.
Untuk mengetahui Angka kesakitan malaria didapat di ketahui di
suatu wilayah dengan menggunakan formula
API = X 1000
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 59
Dari pencatatan dan pelaporan yang di peroleh dari sumber data
Bidang PMK, seksi Pemberantasan Penyakit Menular didapatkan
data antara lain :
e) Case Fatality Rate Malaria
Merupakan perbandingan antara jumlah seluruh kematian karena
satu penyebab penyakit tertentu dalam 1 tahun dengan jumlah
penderita penyakit tersebut pada tahun yang sama. CFR
Digunakan untuk mengetahui penyakit – penyakit dengan tingkat
kematian yang tinggi, dengan formula perhitungan adalah :
CFR = X 1.000
Dari jumlah penderita malaria pada tahun 2014 sebesar 23
orang tidak ada pasien yang meninggal dunia.
c. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Yang termasuk dalam PD3I yaitu Polio, Pertusis, Tetanus Non
Neonatorum, Tetanus Neonatorum, Campak Difteri dan Hepatitis B,
Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit tersebut,
diperlukan Komitmen global untuk menekan turunnya angka kesakitan
dan kematian yang lebih banyak dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO),
Reduksi Campak (Redcam), dan Eliminasi Tetanus Neonatorum.
1) Polio
a) Kasus Polio
Polio (Poliomielitis) adalah suatu infeksi virus yang sangat
menular, yang menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf)
dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen,
kelumpuhan atau kematian. Penyebab Polio (Poliomielitis) adalah
virus polio. Penularan virus terjadi dengan cara: 1). Secara
langsung dari orang ke orang, 2). Melalui percikan ludah
penderita, 3). Tinja penderita.
Terdapat 3 pola dasar pada infeksi polio: 1). Poliomielitis klinis:
menyerang sistem saraf pusat (otak dan korda spinalis) serta
berbagi menjadi non-paralitik serta paralitik. Infeksi klinis bisa
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 60
terjadi setelah penderita sembuh dari suatu infeksi subklinis.
Infeksi subklinis (tanpa gejala atau gejala berlangsung selama
kurang dari 72 jam). 2). Poliomielitis non- paralitik: ditandai
dengan gejala antara lain demam, sakit kepala, kaku kuduk,
muntah, diare,kejang dan nyeri otot, ruam kulit atau luka di kulit
yang terasa nyeri. Gejala Poliomielitis non- paralitik berlangsung
selama 1-2 minggu. Dan 3). Poliomielitis paralitik: ditandai dengan
gejala antara lain : demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya,
kelemahan otot asimetrik dan diikuti dengan berkembang menjadi
kelumpuhan lokasinya tergantung pada bagian korda spinalis
yang terkena dan adanya perasaan ganjil/aneh di lokasi seperti
tertusuk jarum, gangguan menelan, kejang otot, terutama otot
betis, leher atau punggung.
b) AFP Rate (non polio) < 15 th
AFP merupakan Upaya membebaskan Indonesia dari penyakit
Polio, pemerintah telah melaksanakan Program Eradikasi Polio
(ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi polio rutin,
pemberian imunisasi masal pada anak balita melalui Pekan
Imunisasi Nasional (PIN) dan surveilans AFP. Surveilans AFP
merupakan pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan
yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh), seperti
sifat kelumpuhan pada poliomyelitis.
Guna mengetahui penderita AFP sudah terinfeksi virus polio liar
atau tidak, perlu adanya pembuktian dengan langkah langkah: 1).
Pelacakan terhadap anak usia di bawah 15 tahun yang mengalami
lumpuh secara mendadak kurang dari 14 hari, dan menentukan
diagnosa awal. 2). Mengambil spesimen tinja penderita, kurang
dari 14 hari setelah penderita mengalami kelumpuhan, di ambil
dua kali dengan interval waktu pengambilan pertama dan ke dua
kurang dari 24 jam.
Untuk wilayah jawa tengah, kedua spesimen dikirim ke
laboratorium Bio Farma Bandung dengan perlakuan khusus (
pengemasan khusus). Hasil pemeriksaan laboratorium sebagai
bukti ada atau tidaknya virus liar yang terdapat di spesimen tinja.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 61
Diagnosa akhir ditentukan setelah 60 hari sejak terjadinya
kelumpuhan. Pemeriksaan terhadap penderita dilakukan oleh
dokter spesialis anak atau dokter spesialis syaraf, guna
menentukan masih adatidaknya kelumpuhan pada penderita.
Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 ini untuk penderita kelumpuhan
AFP tidak ditemukan kasus diantara 100.000 anak usia < 15
Tahun. Sedangkan jumlah AFP non Polio sebanyak 12 penderita,
Untuk menggambarkan kejadian AFP di Kabupaten Cilacap tahun
2014 seperti pada grafik 3.21 di bawah ini :
Grafik 3.21
Distribusi Frekuensi Penderita AFP Polio dan AFP Non Polio di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
2) Kasus Difteri
Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Corynebacterium diphtheriae yang sangat mudah menular melalui
droplet dan penularan dapat terjadi tidak hanya dari penderita saja,
namun juga dari karier (pembawa) baik anak maupun dewasa yang
tampak sehat kepada orang-orang di sekitarnya. dan berbahaya karena
dapat menyebabkan kematian akibat obstruksi larings atau miokarditis
akibat aktivasi eksotoksin. Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 tidak
ditemukan kasus difteri.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 62
3) Kasus Pertusis
Adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bardetella pertusis
dengan gejala batuk beruntun dan pada akhir batuk menarik nafas
panjang terdengar suara “hup” (whoop) yang khas, biasanya disertai
muntah. Serangan batuk lebih sering pada malam hari. Akibat batuk
yang berat dapat terjadi pedarahan selaput lendir mata (conjunctiva)
atau pembengkakan di sekitar mata (oedema periorbital). Lamanya
batuk bisa mencapai 1-3 bulan dan penyakit ini sering disebut penyakit
100 hari. Pemeriksaan lab pada apusan lendir tenggorokan dapat
ditemukan kuman pertusis (Bordetella pertussis). Di Kabupaten Cilacap
tahun 2014 tidak ditemukan kasus pertusis.
4) Kasus Tetanus (non neonatorum)
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Clostridium
tetani. Kuman ini tersebar luas di tanah dan tahan hidup lama. Sering
ditemukan dalam usus dan kotoran binatang memamah biak seperti
kuda. Penyakit tetanus ini biasanya timbul lima hari sampai dua minggu
setelah tubuh kena luka, tetapi ada pula yang timbul baru setelah
beberapa minggu korban terluka. Semakin lambat timbul gejalanya
semakin ringan penyakit itu.Tetanus yang ringan mula-mula ditandai
oleh mulut yang kaku, sedangkan yang berat langsung ditandai dengan
kejang-kejang yang hebat. gejala umum penyakit Tetanus ditandai oleh
ketegangan otot yang semakin lama semakin kencang, terutama pada
rahang dan leher.Kemudian mulut sukar dibuka, dan timbul kejang-
kejang. Makin lama makin sukar menelan, merasa gelisah, sakit kepala,
suhu badan, mudah terangsang oleh suara yang keras atau sinar yang
terang. Sedang pada bayi yang baru lahir gejalanya ia tidak mau
menyusu serta timbul kejang-kejang. Gejala penyakit ini timbul karena
racun kuman Clostridium tetani merangsang saraf, merusak sel darah
merah dan sel darah putih. Di Kabupaten Cilacap tahun 2014
ditemukan 1 (satu) kasus tetanus non neonatum dan meninggal di
wilayah UPT Puskesmas Wanareja 1.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 63
5) Kasus Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh basil
Clostridium Tetani, yang memiliki sifat an aerob, berbentuk spora
selama diluar tubuh manusia, dan dapat mengeluarkan toksin yang
dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan
menyebabkan tetanospasmin, yaitu toksin yang bersifat neurotropik
yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. Tetanus
neonatorum harus memiliki kriteria, yaitu bayi lahir hidup, dapat
menangis dan menetek dengan normal minimal 2 hari, pada bulan
pertama kehidupan timbul gejala sulit menetek disertai kekakuan
an/atau kejang otot. Masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6 hari, apabila
masa inkubasi kurang dari 7 hari biasanya penyakit lebih parah dan
angka kematiannya tinggi. Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 tidak
ditemukan kasus tetatus neonatorium.
6) Kasus Campak
Campak (Rubeola, Campak 9 hari) adalah suatu infeksi virus yang
sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis
(peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penularan
infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak.
Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum
rimbulnya ruam kulit dan selama mengalami ruam kulit. Penyebab
Campak disebabkan oleh paramiksovirus. Penularan terjadi melalui
percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita
campak. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif
dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal
(berlangsung selama 1 tahun). Vaksin campak merupakan bagian dari
imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam
bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin
MMR/Mumps, Measles, Rubella), disuntikkan pada otot paha atau
lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada
umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 64
12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Di Kabupaten
Cilacap tahun 2014 tidak ditemukan kasus campak.
7) Kasus Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit peradangan hati akut atau kronik yang
disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Sebagian besar dari kasus
hepatitis B dapat berlangsung menjadi kanker hati atau serosis hati.
Virus hepatitis B(HBV) dapat menular melalui intravena, penggunaan
jarum suntik, tindik, melalui kontak seksual, dan dari ibu ke janin. Gejala
Hepatitis B penderita merasakan gejala rasa tidak enak makan. Suhu
tubuh penderita meningkat dan timbul nyeri sendi. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan pembesaran hati pada perut kanan atas, urin berubah
warna menjadi merah, mata dan kulit menguning. Selain dilihat dari
manifestasi-manifestasi yang timbul, perlu juga dilakukan petanda
serologi untuk memperkuat diagnosis. Pada penderita hepatitis B,
HBsAg positif, ALT meningkat, HBV DNA serum lebih tinggi dari 105
copy/ml. Untuk pencegahan, kelompok yang beresiko tinggi dapat
mengikuti program vaksinasi hepatitis B yang diberikan sebanyak 3 kali.
Interval Pemberian Vaksin Hepatitis B Pada bayi: 1). Vaksinasi I: baru
lahir s.d. 2 bulan, 2). Vaksinasi II: usia 1 s.d. 4 bulan dan 3). Vaksinasi
III: usia 6 s.d. 18 bulan. Pada orang dewasa: Pada usia 18 tahun atau
lebih, terutama untuk pengguna narkoba suntik, tenaga kesehatan,
pasien HIV, pasien liver kronis. Vaksin diberikan 3 kali dalam 6 bulan,
yaitu pada bulan ke-0, 1 dan 6, atau pada bulan ke-0, 2, dan 4.
Saat ini telah dilaksanakan Program Surveilans Integrasi PD3I, yaitu
pengamatan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi
(Difteri, Tetanus Neonatorum, dan Campak).
Di Kabupaten Cilacap untuk tahun 2014 jumlah kasus PD3I yang
dilaporkan sebagaimana terlampir pada tabel 19 profil 2014 (tabel
terlampir ). Kejadian kasus PD3I terjadi pada wilayah kerja Puskesmas
Wanareja I sejumlah 1 kasus terjadi pada Tetanus Non Neonatorum.
d. Desa KLB ditangani < 24 jam
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di
Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah
penyakit. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 65
Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa
dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu. Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada
Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman Penyelidikan dan
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian
dinyatakan luar biasa jika ada unsur: 1). Timbulnya suatu penyakit
menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal, 2). Peningkatan
kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu), 3). Peningkatan
kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun), dan 4). Jumlah
penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau
lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun
sebelumnya.
Kejadian luar biasa yang terjadi di Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebagai
mana tertera pada tabel 3.2 dibawah ini :
Tabel 3.2
Frekuensi Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB) Kabupaten Cilacap 2014
NO JENIS KLB JUMLAH SEBARAN KLB
KECAMATAN DESA PENDERITA KEMATIAN
1 Keracunan makanan 3 3 43 -
2 DBD 1 1 1 1
3 HMFD 1 1 7 -
4 Chikungunya 4 5 250 -
5 Leptospirosis 1 1 1 -
6 Scabies 1 1 160 -
7 Diare 1 1 160 -
8 TN 1 1 1 1
9 Rubela 1 1 13
JUMLAH 636 2
Sumber : Simpus 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 66
Berdasarkan tabel 3.2 diatas dapat diketahui bahwa Penderita akibat
Kejadian Luar Biasa secara keseluruhan berjumlah 636 penderita dengan
korban meninggal sebanyak 2 orang. Gambaran secara terperinci tentang
jumlah penderita menurut jenis KLB terdapat pada grafik 3.22 dibawah ini.
Grafik 3.22
Jumlah penderita menurut jenis KLB di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014.
Berdasarkan grafik 3.22 diatas diketahui bahwa Penderita terbanyak pada
ngan KLB Cikungunya sebanyak 40 % sedangkan KLB Diare dan Scabies
sebesar 25 %. Penyakit Chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya,
dimana virus chikungunya memiliki masa inkubasi sekitar 2-4 hari.
Gejalanya adalah demam tinggi sekitar 39-40° Celcius, tetapi tanpa pola
yang khas seperti pada BBD (tapal kuda). Umumnya, demam berlangsung
selama 3-5 hari dan setelah itu mereda. Selain demam, kulit penderita
tampak kemerahan (ruam) yang muncul pada hari ke-3-5 hari, mata
merah, muncul gejala flu, sering disertai kejang, mual, muntah, kadang
disertai diare. Bagian tubuh yang rusak akibat serangan virus
Chikungunya adalah jaringan ikat sendi. Chikungunya tidak
mengakibatkan sindrom syok dan perdarahan seperti halnya DBD. Hanya
saja, persendian dan otot biasanya mengalami rasa sakit luar biasa,
sehingga membuat penderita tak bisa berjalan yang sering kali dicurigai
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 67
mengalami kelumpuhan, umumnya penyakit ini tidak sampai
menyebabkan kematian.
Berdasarkan penyajian tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
kejadian luar biasa tahun 2014, kasus terbanyak terjadi pada Cikungunya,
tersebar di 4 kecamatan 5 desa, dengan jumlah 250 penderita.
Scabies atau kudis merupakan penyakit kulit kulit yang disebabkan oleh
tungau (mite) Sarcoptes scabiei yang dicirikan dengan adanya keropeng,
dan rasa gatal pada kulit. Proses penyakit kudis atau scabies di awali
dengan :
1) Infeksi dari penyakit, adanya tungau betina atau nymfa stadium kedua
yang secara aktif membuat terowongan di epidermis atau lapisan
tanduk. Pada terowongan tersebut diletakkan 2-3 butir telur setiap
hari.
2) Telur menetas dalam 2-4 hari yang kemudian menjadi larva yang
berkaki 6.
3) Dalam 1-2 hari larva berubah menjadi nymfa stadium pertama
kemudian berkembang menjadi nimfa stadium kedua, yang berkaki 8.
Nymfa ini menjadi tungau betina muda, yang siap kawin dengan
tungau jantan
4) Tungau berkembang menjadi tungau dewasa dalam 2-4 hari.
5) Pada bayi, gejala yang khas yaitu adanya bisul pada telapak kaki dan
telapak
Rasa gatal pada scabies disebabkan adanya terowongan pada
permukaan kulit yang di buat untuk meletakan telur, ditandai dengan
adanya warna kulit yang kemerahan dan ada infeksi sekunder, yang di
akibatkan oleh akibat bakteri.
3. Status Gizi.
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya
dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan
umur (U), berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dab TB ini
disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan menurut
umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB).
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 68
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan
salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi
yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga
terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat
diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif
maupun kualitatif.
a. Angka Balita Gizi Buruk.
Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang
sering reference. Baku Antopometri yang sering digunakan di Indonesia
adalah World Health Organization–National Centre for Health Statistic
(WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO-NCHS status gizi dibagi menjadi
empat : Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan
obesitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi kurang untuk
under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori
Malnutrition). Keempat, Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk
marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwasiorkor.
Pendataan gizi buruk di Kabupaten Cilacap didasarkan pada 2 kategori
yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U),
dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi
badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan
membandingkan berat badan dengan umur melalui kegiatan
penimbangan, jika ditemukan balita yang beradadi bawah garis merah
(BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi
dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika
ternyata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera dilakukan
perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas.Jika
ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani
di Puskesmas maka dirujuk ke rumah sakit.
Hasil penemuan kasus timbang balita bawah kasus merah dapat terlihat
pada grafik 3.23 berikut ini.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 69
Grafik 3.23
Jumlah Penemuan Kasus Bawah Garis Merah di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber :Simpus 2014
Berdasarkan grafik 3.23 diatas diketahui bahwa kasus bawah garis merah
secara keseluruhan berjumlah 416 kasus dengan kejadian terbanyak
berada diwilayah UPT Puskesmas Cilacap Utara II dengan 31 kasus dan
UPT Cimanggu II sebanyak 28 kasus.
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi
pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan
penentuanstatus gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya.
Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana
tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil
yang optimal.
b. Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara
lain karena ibu hamil yang mengalami anemia, kekurangan suply gizi
dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan
berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi
tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi dan belum sempurnanya
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 70
pembentukan organ-organ tubuhnya yang biasanya akan menjadi
penyebab utama kematian bayi. Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR).
Kasus BBLR dirinci menurut jenis kelamin secara lengkap terdapat pada
grafik 3.24 dibawah ini.
Grafik 3.24
Distribusi Frekuensi BBLR Menurut Jenis Kelamin di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: Simpus 2014
Berdasarkan grafik 3.24 diatas dapat diketahui bahwa kasus BBLR secara
keseluruhan berjumlah 1.103 bayi atau 3,7 % dengan kasus BBLR
dengan kasus terbanyak terjadi di wilayah kerja UPT Puskesmas
Kawunganten sebanyak 73 kasus.
B. INDIKATOR DERAJAT KESEHATAN
Indikator derajat kesehatan, salah satunya dapat dilihat dari hasil
pencapaian pelaksanaan program kesehatan, dalam bentuk Standar Pelayanan
Minimal (SPM). Adapun ketentuan tersebut sesuai dengan Keputusan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia No 828/MENKES /SK/IX/2008, tentang Standar
Pelayanan Minimum terdapat 18 indikator. Pencapaian Indikator SPM secara
lengkap terdapat pada tabel 3.3 sebagai berikut :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 71
Tabel 3.3
Pencapaian Indikator Standar Pelayanan Minimum (SPM) Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014
NO. INDIKATOR CAPAIAN
2014
TARGET
2014
1 Cakupan Kunjungan Hamil K4 85,91 93
2 Cakupan Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 89,38 83
3 Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan 91,29 93
4 Cakupan pelayanan ibu nifas 87,65 93
5 Cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani 67,66 75
6 Cakupan kunjungan bayi 95,63 87
7 Cakupan desa / kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 100,00 100
8 Cakupan pelayanan anak balita 84,75 83
9 Cakupan pemberian MP ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga
miskin 73,34 100
10 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100,00 100
11 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 98,96 100
12 Cakupan Peserta KB Aktif 74,00 69
13 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit
a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate/100.000 penduduk<15 tahun 2,53 10
b. Penemuan penderita pnemonia balita 4,79 100
c. Penemuan penderita baru TB BTA positif 78,67 70
d. Penderita DBD yang ditangani 100,00 100
e. Penemuan penderita diare 3,51 60
14 Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 24,71 100
15 Cakupan pelayanan rujukan pasien masyarakat miskin 24,71 100
16 Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yg harus diberikan sarana
kesehatan (RS) di kab/kota 100,00 100
17 Cakupan Desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan
penyelidikan epidemiologi < 24 jam 100,00 100
18 Cakupan Desa Siaga aktif 100,00 100
Sumber: Simpus 2014
Berdasarkan tabel 3.3 diatas diketahui bahwa dari 18 indikator Standar
Pelayanan Minimal (SPM) masih terdapat 11 (sebelas) indikator yang belum
mencapai target. Pencapaian terget terendah berada pada indikator Cakupan
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 72
penemuan dan penanganan penderita penyakit. Dari lima indikator yang ada
pada cakupan tersebut 3 diantara belum mencapai target yaitu 1) indikator
penemuan penderita pnemonia balita hanya mencapai 4,79% dari target
(100%), 2). Indikator penemuan penderita diare hanya mencapai 3,51% dari
target (60%).
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 73
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. PELAYANAN KESEHATAN
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128 tahun 2004 dinyatakan
bahwa fungsi Puskesmas dibagi menjadi tiga fungsi utama: Pertama, sebagai
penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) primer ditingkat pertama di
wilayahnya; Kedua, sebagai Pusat Penyedia Data Dan Informasi Kesehatan di
wilayah kerjanya sekaligus dikaitkan dengan perannya sebagai penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya, dan; Ketiga, sebagai
penyelenggara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) primer/tingkat pertama
yang berkualitas dan berorientasi pada pengguna layanannya. Artinya, upaya
kesehatan di Puskesmas dipilah dalam dua kategori yakni :
1. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer
Yakni puskesmas sebagai pemberi layanan promotif dan preventif dengan
sasaran kelompok dan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta pencegahan penyakit.
2. Pusat pelayanan kesehatan perseorangan primer
Yakni peran Puskesmas dimaknai sebagai gate keeper atau kontak pertama
pada pelayanan kesehatan formal dan penakis rujukan sesuai dengan
standard pelayanan medik.
Program Pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan
yang wajib di laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
1. Pelayanan KIA dan KB
Pelayanan KIA dan Peserta KB Baru yaitu program pelayanan
kesehatan KIA dan KB di Puskesmas yang ditujukan untuk memberikan
pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk melaksanakan
program KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi
dan balita. Dari hasil pencatatan dan laporan pelaksanaan kegiatan program
KIA, diperoleh data data yang berkaitan dengan pelayanan KIA dan KB
seperti tabel 4.1 di bawah ini:
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 74
Tabel 4.1
Data Dasar Program KIA Dan KB Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
NO
KECAMATAN PUSKESMAS JMLH IBU
HAMIL
JUMLAH LAHIR HIDUP
PESERTA KB BARU
PESERTA KB AKTIF
JUMLAH WUS (15-39
TAHUN)
1 Dayeuhluhur Dayeuhluhur I 406 340 956 4.187 6.034
2 -
Dayeuhluhur II 285 288 214 4.056 5.653
3 Wanareja Wanareja I 1.170 1.092 73 6.789 18.380
4 -
Wanareja II 484 478 1.264 7.433 7.956
5 Majenang Majenang I 2.042 1.842 933 15.941 23.005
6 -
Majenang II 709 714 480 6.446 7.895
7 Cimanggu Cimanggu I 835 812 482 8.408 13.581
8 -
Cimanggu II 830 753 495 7.668 12.148
9 Karangpucung Karangpucung I 746 654 558 6.545 11.404
10 -
Karangpucung II 476 450 4.111 4.701 7.228
11 Cipari Cipari 1.171 1.039 1.805 7.886 16.817
12 Sidareja Sidareja 1.002 897 1.578 8.061 15.044
13 Kedungreja Kedungreja 1.460 1.360 1.788 8.931 12.343
14 Patimuan Patimuan 826 794 889 6.560 20.992
15 Gandrungmangu
Gandrungmangu I 1.152 1.082 1.296 7.811 16.329
16 -
Gandrungmangu II 621 574 743 5.246 9.875
17 Bantarsari Bantarsari 1.313 1.248 1.550 11.563 17.677
18 Kawunganten Kawunganten 1.549 1.381 722 11.215 20.435
19 Jeruklegi Jeruklegi I 807 771 28 3.299 11.677
20 -
Jeruklegi II 395 396 1.014 6.539 6.068
21 Kesugihan Kesugihan I 999 889 370 3.187 13.929
22 -
Kesugihan II 1.230 1.132 1.175 3.670 15.345
23 Adipala Adipala I 1.064 970 1.020 8.079 12.942
24 -
Adipala II 677 618 1.789 7.728 8.285
25 Maos Maos 735 642 4.679 11.335
26 Sampang Sampang 683 618 980 6.111 10.285
27 Kroya Kroya I 1.074 941 287 5.950 15.719
28 -
Kroya II 866 853 1.348 9.467 10.487
29 Binangun Binangun 1.045 1.039 378 6.333 17.029
30 Nusawungu Nusawungu I 647 620 2.110 9.856 11.783
31 -
Nusawungu II 717 575 309 5.160 12.185
32 Cilacap Selatan Cilacap Selatan I 698 642 826 5.229 9.594
33 -
Cilacap Selatan II 591 581 3.129 4.321 9.831
34 Cilacap Tengah Cilacap Tengah I 814 747 511 4.530 11.961
35 -
Cilacap Tengah II 703 581 1.126 5.237 8.788
36 Cilacap Utara Cilacap Utara I 885 814 440 4.993 9.854
37 -
Cilacap Utara II 579 535 1.223 5.564 7.549
38 Kampunglaut Kampunglaut 304 261 923 3.467 3.972
JUMLAH KABUPATEN 32.590 30.023 38.923 252.846 461416
Sumber: Simpus 2014.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 75
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas diketahui bahwa jumlah Wanita Usia Subur
(WUS) terbanyak: 23.005 jiwa berada di wilayah kerja Puskesmas Majenang
I, jumlah ibu hamil terbanyak: 2.042 jiwa berada di wilayah kerja Puskesmas
Majenang 1, Jumlah Bayi Lahir Hidup terbanyak: 1.842 jiwa berada di
wilayah kerja Puskesmas Majenang 1 dan Jumlah Peserta KB Aktif
terbanyak : 15.941 jiwa berada di wilayah kerja Puskesmas majenang 1 juga.
Hal ini disebabkan di Kecamatan Majenang pada Tahun 2014 jumlah
penduduknya tertinggi dari 38 kecamatan yang ada di Kabupaten Cilacap
a. Kunjungan Ibu Hamil (K1)
Pelayanan kesehatan untuk ibu meliputi pelayanan kesehatan
antenatal, pertolongan persalinan, dan pelayanan pasca persalinan
(masa nifas). Pemantauan kegiatan cakupan untuk pelayanan baru ibu
hamil (K1), sedangkan untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu
sesuai standar pelayanan sedikitnya 4 kali pemeriksaan dalam
kehamilannya (K4). Pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil sebaiknya
dilakukan pada awal kehamilannya, minimal pada trimsester pertama,
dilanjutkan 1 kali pada triwulan kedua, 2 kali pada semester 3. Dari hasi
pencatatan dan pelaporan pada program kesehatan ibu dan anak,
pencapaian hasil kegiatan untuk pelayanan K1 di Puskesmas Kabupaten
Cilacap tahun 2014 sebanyak 32.584, dari jumlah sasaran ibu hamil
sejumlah 32.590, dengan demikian cakupan pencapaian kunjungan K1
sebesar 99,98 %. Dari jumlah kunjungan ibu hamil di Puskesmas
tersebut, kunjungan terbanyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas
Majenang I sebanyak 2.042 kunjungan ibu hamil. Pencapaian tersebut
terlihat pada grafik 4.1 di bawah ini :
Grafik 4.1
Kunjungan ibu hamil (K1) di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber :Simpus 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 76
Berdasarkan grafik 4.1 diketahui bahwa kunjungan ibu hamil (K1)
terbanyak: 2042 kunjungan berada diwilayah kerja UPT Majenang I dan
kunjungan terendah: 285 kunjungan berada di wilayah kerja UPT
Puskesmas Dayeuhluhur II. Kunjungan K1 terendah berada di Wilayah
Kerja Puskesmas Dayeuhluhur II dimungkinkan karena secara geografis
wilayahnya sulit untuk akses terhadap pelayanan kesehatan.
b. Kunjungan Ibu Hamil (K4)
K4 atau Kunjungan ke empat ibu hamil, mempunyai pengertian dari
beberapa sumber yaitu :
a) Berdasarkan indikator MDGs goal 5 Indikator
Menyebutkan bahwa Kunjungan ibu hamil K-4 adalah Ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit
empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali
pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali
pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe
selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
b) Berdasarkan Pedoman SPM Bidang Kesehatan
Pedoman Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Kesehatan
Tahun 2009 Depkes RI 2009 menyebutkan bahwa Cakupan
kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan Ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling
sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pelayanan pemeriksaan ibu hamil dalam ilmu epidemiologi
menggunakan pendekatan prospektif atau biasa dikenal dengan
istilah kohor atau dalam program pencatatan dan pelaporan program
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) tercatat dalam buku register kohor
ibu.
Pencapaian kegiatan program KIA untuk kunjungan K4 di Kabupaten
Cilacap Tahun 2014 sebanyak 30.830 kunjungan ibu hamil, dari jumlah
sasaran ibu hamil sebanyak 32.590 ibu hamil, dengan demikian angka
pencapaian cakupan kunjungan K4 sebesar 94,60 %. Data yang di
dapatkan pada pencatatan dan pelaporan Puskesmas Tahun 2014,
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 77
untuk kunjungan K4 terbanyak ada di wilayah kerja Puskesmas
Majenang I, sebanyak 1.984 kunjungan ibu hamil, dengan data jumlah
ibu hamil di wilayah kerja Majenang I tersebut sebanyak 2.042 ibu hamil.
Dengan demikian pencapaian cakupan kunjungan K4 di wilayah kerja
Puskesmas Majenang I 97,2 %. Karena jumlah ibu hamil di Wilayah kerja
puskesmas Majenang I tinggi jadi meskipun jumlah Kunjungan K4
tertinggi di Kabupaten Cilacap tapi pencapaian cakupan Kunjungan K4
tidak tertinggi di Kabupaten cilacap.
Kunjungan K4 dapat dilihat sebagamana terlihat pada tabel 29 (terlampir)
atau pada grafik 4.2 di bawah ini :
Grafik 4.2
Kunjungan Ibu hamil (K4) UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan grafik 4.2 diketahui bahwa kunjungan ibu hamil (K4)
terbanyak: 1984 kunjungan berada diwilayah kerja UPT Puskesmas
Majenang I dan paling sedikit terdapat di Puskesmas Dayeuhluhur II,
sebanyak 255 kunjungan.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 78
c. Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan
Indikator global untuk menurunkan jumlah kematian ibu yaitu angka
kematian ibu, Proporsi pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan
terlatih, dan angka pemakaian kontrasepsi pada pasangan usia subur
15-49 tahun. Sedangkan monitoring lokal Kabupaten/Kota dan
Kecamatan digunakan proksi atau alat ukur indikator. Indikator global
atau Nasional ini mempunyai target menurunkan angka kematian ibu
sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990-2015 (Berdasarkan
indikator MDGs).
Proporsi pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan terlatih atau
cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan
adalah perbandingan antara persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih, seperti dokter, bidan, perawat, dan tenaga medis
lainnya dengan jumlah persalinan seluruhnya, dan dinyatakan dalam
persentase. Untuk menghitung atau mengukur kematian ibu secara
akurat adalah suatu hal yang tidak mudah, kecuali tersedia data
registrasi yang sempurna tentang kematian dan penyebab kematian,
maka sebagai proksi indikator digunakan proporsi pertolongan kelahiran
oleh tenaga kesehatan terlatih.
Pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan adalah merupakan cakupan ibu bersalin yang
mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Adapun untuk menentukan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja dalam kurun waktu tertentu dapat diperkirakan dengan formula:
(CBR x jumlah penduduk di wilayah kerja.) X 1,1
Jumlah ibu hamil di Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
sebanyak 32.590 dan sedangkan jumlah ibu bersalin di Puskesmas
Kabupaten Cilacap tahun 2014 sejumlah 30.201 ibu, dengan jumlah
persalinan terbanyak di Puskesmas Majenang I sejumlah 1.880 ibu, dari
jumlah kunjungan ibu hamil (K4) sebanyak 1.984 kunjungan ibu, maka
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 79
pencapaian cakupan terhadap pertolongan persalinan di wilayah
Majenang I sebesar 95 %,. Adapun dari jumlah persalinan tersebut, yang
di tolong oleh tenaga kesehatan memiliki kompetensi kebidanan
sejumlah 29.675, atau sebesar 98,26%. Untuk jumlah pelayanan
persalinan terendah terdapat di wilayah kerja Puskesmas Dayeuhluhur II,
dengan jumlah persalinan sebanyak 276 ibu melahirkan dari jumlah ibu
hamil yang memeriksakan (K4), sebanyak 265 ibu, dengan demikian
capaian cakupan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Dayeuhluhur II
sebesar 104,15 %. Dari jumlah persalinan tersebut yang di tolong oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan sejumlah 274 ibu
melahirkan, dengan demikian cakupan pelayanan ibu bersalin oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kesehatan sebesar 99,28%.
Dari data tersebut, terlihat bahwa pelayanan pertolongan persalinan
yang terjadi di wilayah Puskesmas jika dibandingkan dengan jumlah
pelayanan kunjungan ibu hamil (K4) tidak sama, hal ini sangat mungkin,
mengingat definisi pelayanan kunjungan ibu hamil (K4) tidak sampai
pada tahapan pelayanan persalinan, dengan demikian dimungkinkan
adanya beberapa pelayanan persalinan di wilayah kerja Puskesmas
yang lebih banyak dari jumlah pelayanan kunjungan ibu hamil (K4).
Pencapaian cakupan ini dapat di gunakan sebagai salah satu indikator
tingkat pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah
pada tahun tertentu.
Gambaran pelayanan pertolongan persalinan pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014 oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan, terhadap pelayanan ibu hamil
sesuai pelayanan antenatal sesuai standar (K4) , serta cakupan
pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan terhadap pelayanan ibu hamil sesuai pelayanan
antenatal sesuai standar (K4) dapat di lihat pada grafik 4.3 di bawah ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 80
Grafik 4.3
Distribusi Persalinan Tenaga Kesehatan Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan grafik 4.3 diatas diketahui bahwa jumlah ibu hamil dan
persalinan ditolong tenaga kesehatan dengan jumlah terbanyak berada
diwilayah UPT Puskesmas Majenang I dan jumlah terendah di wilayah
kerja UPT Puskesmas Dayeuhluhur II.
Berikut gambaran pelayanan pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Kabupaten Cilacap tahun 2014 oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan, terhadap pelayanan ibu hamil (pelayanan
antenatal) sesuai standar (K4)
Grafik 4.4
Cakupan Pelayanan Antenatal (K4) & Pelayanan Persalinan Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 81
Berdasarkan grafik 4.4 diatas diketahui bahwa jumlah ibu hamil yang
mendapat pelayanan antenatal sesuai standar (K4) terbanyak berada
diwilayah UPT Puskesmas Majenang I dan jumlah terendah di wilayah
kerja UPT Puskesmas Dayeuhluhur II.
d. Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh
tenaga kesehatan. Masa Nifas terbagi menjadi 3 Periode yakni :
a) Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama islam dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.
b) Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c) Remote Puerperium
Merupakan waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu bersalin mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
berbulan-bulan atau tahunan.
Pelayanan yang diberikan meliputi : Pemeriksaan tekanan darah, nadi,
respirasi dan suhu, Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus),
Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya, Pemeriksaan
payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan, Pemberian kapsul vitamin A
200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera setelah melahirkan,
kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A pertama dan
Pelayanan KB pasca salin
Tujuan pelayanan kesehatan pada ibu nifas atau asuhan keperawatan
masa nifas adalah : Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik
maupun psikologik, Melaksanakan skrining yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya dan Memberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana,
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 82
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
sehat dan Memberikan pelayanan tentang program keluarga berencana.
1) Pelayanan Ibu Nifas
Jumlah ibu melahirkan yang mendapatkan pelayanan ibu nifas
sebanyak 28.766 ibu, dari jumlah keseluruhan ibu melahirkan
sebanyak 30.201 ibu dengan kata lain pencapaian cakupan pelayanan
ibu melahirkan terhadap ibu nifas sebesar 96,94 %. seperti terlihat
pada grafik 4.5 dibawah ini:
Grafik 4.5
Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Di UPT Puskesmas Kabupaten CilacapTahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Pelayanan terhadap ibu nifas angka cakupan terendah terdapat di
wilayah kerja Puskesmas Wanareja II sebesar 87,32 % dan tertinggi di
wilayah kerja Puskesmas Gandrungmangu I sebesar 99,90%.
2) Ibu Nifas Mendapat Vitamin A
Vitamin A adalah suatu vitamin yang berfungsi dalam sistem
penglihatan, fungsi pembentukan kekebalan dan fungsi reproduksi.
Vitamin A perlu diberikan dan penting bagi ibu selama dalam masa
nifas. Pemberian kapsul vitamin A bagi ibu nifas dapat menaikkan
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 83
jumlah kandungan vitamin A dalam ASI, sehingga pemberian kapsul
vitamin A (200.000 unit) pada ibu nifas sangatlah penting, selain
bermanfaat bagi ibu kapsul vitamin A juga bermanfaat pada bayi,
karena pada masa nifas ibu menyusui bayinya sehingga secara tidak
langsung bayi pun juga memperolehnya. Manfaat vitamin A selain
untuk meningkatkan daya tahan tubuh dapat juga meningkatakan
kelangsungan hidup anak serta membantu pemulihan kesehatan ibu
nifas yang erat kaitanya dengan anemia dan mengurangi resiko buta
senja pada ibu menyusui ini sering terjadi karena kurang vitamin A.
Pencapaian Cakupan Pemberian vitamin A pada ibu nifas tahun 2014
di Puskesmas Kabupaten Cilacap seperti tergambar pada grafik di
bawah ini :
Grafik 4.6
Pencapaian Cakupan Pemberian Vitamin A Terhadap Ibu Nifas Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
Sumber :Profile 2014
Dilihat dari grafik 4.6 di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa
cakupan pencapaian terhadap pemberian vitamin A pada ibu nifas
Tahun 2014 ada 15 Puskesmas yang mencapai 100% sebagaimana
tersebut dalam tabel 4.2 di bawah ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 84
Tabel 4.2
Pencapaian Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Kabupaten Tahun 2014
NO PUSKESMAS IBU NIFAS MENDAPAT VIT A
1 Dayeuhluhur I 99,12
2 Dayeuhluhur II 100,00
3 Wanareja I 100,00
4 Wanareja II 100,00
5 Majenang I 100,00
6 Majenang II 95,77
7 Cimanggu I 100,00
8 Cimanggu II 97,54
9 Karangpucung I 100,00
10 Karangpucung II 98,89
11 Cipari 100,00
12 Sidareja 94,27
13 Kedungreja 96,06
14 Patimuan 100,00
15 Gandrungmangu I 100,00
16 Gandrungmangu II 100,00
17 Bantarsari 96,88
18 Kawunganten 100,00
19 Jeruklegi I 100,00
20 Jeruklegi II 100,00
21 Kesugihan I 99,77
22 Kesugihan II 99,20
23 Adipala I 99,38
24 Adipala II 98,04
25 Maos 99,41
26 Sampang 99,36
27 Kroya I 100,00
28 Kroya II 100,00
29 Binangun 99,80
30 Nusawungu I 100,00
31 Nusawungu II 91,99
32 Cilacap Selatan I 97,28
33 Cilacap Selatan II 96,98
34 Cilacap Tengah I 90,00
35 Cilacap Tengah II 91,57
36 Cilacap Utara I 98,21
37 Cilacap Utara II 97,64
38 Kampunglaut 95,86
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 85
e. Ibu hamil dengan imunisasi TT2+
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) merupakan proses untuk
membangun kekebalan dalam upaya pencegahan terhadap infeksi
tetanus. Manfaat imunisasi TT ibu hamil adalah melindungi bayinya
yang baru lahir dari tetanus neonatorum dan melindungi ibu terhadap
kemungkinan tetanus apabila terluka. Imunisasi TT untuk ibu hamil
diberikan 2 kali, dengan imunisasi pertama sebaiknya diberikan sejak di
ketahui postif hamil dan untuk imunisasi kedua diberikan dengan
interval antara minimal 4 minggu.
Jadwal pemberian Imunisasi TT pada ibu hamil.
TT1 : Diberikan pada kunjungan awal/ Trimester I
TT2 : 4 Minggu setelah TT1 perlindungan 3 tahun
TT3 : 6 Bulan setelah TT2 perlindungan 5 Tahun
TT4 : 1 Tahun setelah TT3 perlindungan 10 Tahun
TT5 : 1 Tahun setelah TT4 perlindungan 25 Tahun
Jumlah Ibu hamil tahun 2014 ini sebanyak 32.590 dan yang telah
dilakukan imunisasi TT 2+ sebanyak 17.720.
Grafik 4.7
Distribusi Ibu Hamil Dengan Imunisasi TT2+ Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber :Profile 2014
Berdasarkan grafik 4.7 diatas diketahui bahwa jumlah ibu hamil yang
mendapat imunisasi TT2+ dengan jumlah terbanyak berada diwilayah
UPT Puskesmas Gandrungmangu I dan jumlah terendah di wilayah
kerja UPT Puskesmas Gandrungmangu II.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 86
f. Wanita usia subur dengan imunisasi TT2+
Secara ideal setiap WUS mendapatkan Imunisasi TT sebanyak 5
kali dalam hidupnya, mulai dari TT I sampai dengan TT 5.
Pemberian imunisasi TT pada Wanita usia subur diberikan pada saat :
a) TT I adalah waktu imunisasi di klas I SD;
b) TT II adalah waktu imunisasi di klas II SD;
c) TT III adalah waktu imunisasi calon pengantin (caten) ;
Sedangkan pemberian imunisasi pada
d) TT IV adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil
e) TT V adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil.
Apabila wanita usia subur pada saat sekolah SD, tidak mendapatkan
imunisasi TT maka maka status imunisasinya adalah
a) TT I adalah waktu imunisasi calon pengantin pertama.
b) TT II adalah satu bulan setelah imunisasi TT I.
c) TT III adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil.
d) TT IV adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil.
Hasil pencatatan dan pelaporan pada program imunisasi TT imunisasi
TT2+ pada wanita usia subur tahun 2014 di Puskesmas Kabupaten
Cilacap seperti tergambar pada grafik 4.8 di bawah ini:
Grafik 4.8
Distribusi Imunisasi TT2+ Pada Wanita Usia Subur Di UPuskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber :Profile 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 87
Berdasarkan grafik 4.8 diatas diketahui bahwa jumlah ibu hamil yang
mendapat imunisasi TT2+ dengan jumlah terbanyak berada diwilayah
UPT Puskesmas Gandrungmangu II dan jumlah terendah di wilayah
kerja UPT Puskesmas Gandrungmangu II.
g. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3
Zat besi adalah suatu zat dalam tubuh manusia yg erat dengan
ketersediaan jumlah darah yg diperlukan (hemoglobin). Dalam tubuh
manusia zat besi memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu Untuk
mengangkut oksigen dari paru-paru ke Jaringan dan berguna untuk
Proses pembentukan energi di dalam sel.
Saat keadaan tidak hamil zat besi bisa diperoleh dari menu makanan
yang sehat dan seimbang tetapi saat masa kehamilan suplay zat besi
dari makanan masih belum mencukupi sehingga diperlukan suplemen
berupa tablet Besi (fe).
Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe
pada ibu hamil karena pada masa kehamilan kebutuhan zat besi dalam
tubuh akan meningkat mencapai 2 kali lipat dari kebutuhan sebelum
hamil, hal ini terjadi karena selama hamil volume darah meningkat 50%,
dikarenakan adanya pertumbuhan janin dan plasenta yg sangat
memerlukan zat besi.
Kekurangan zat besi dalam tubuh dapat menyebabakan anemia,
dimana pada wanita dikatakan anemia apabila kondisi kadar
haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr%. Sedangkan
pada ibu hamil dikatakan amenia atau anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu hamil dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada
trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin,
2002).
Anemia kekurangan zat besi merupakan tahap yang paling parah,
dengan ditandai adanya penurunan cadangan besi, konsentrasi besi
serum, dan saturasi transferin yang rendah, serta konsentrasi
hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun.
Anemia defisiensi besi disebabkan oleh karena rendahnya asupan besi
selama kehamilan dimana kebutuhan zat besi sangat dibutuhkan atau
meningkat, berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 88
dikarenakan cadangan besi kosong (depleted iron store) yang
mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi
besi pada wanita hamil mempunyai dampak bervariasi dari keluhan
yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan
kehamilan abortus, partus imatur atau prematur dan gangguan pada
janin dismaturitas, mikrosomi, BBLR, dan kematian perinatal.
Pengobatan anemia defisiensi besi pada wanita hamil dengan
pemberian tambahan zat besi. Kebijakan program KIA di Indonesia saat
ini menetapkan bahwa pemberian tablet Fe (320 mg Fe sulfat dan 0,5
mg asam folat) untuk semua ibu hamil sebanyak 1 kali 1 tablet selama
90 hari. Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi
selama kehamilan, yaitu 100 mg.
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1 dan Fe3 menurut
kecamatan dan puskesmas di Kabupaten Cilacap tahun 2014, untuk
tablet Fe 1 (30 tablet ) sebanyak 32.364 ibu hamil, dan Fe 3 (90 tablet)
sebanyak 30.081 dari jumlah ibu hamil sebanyak 32.590 ibu hamil.
Cakupan pencapaian pemberian tablet Fe 1 sebesar 99,31%,
sedangkan untuk pemberian Tablet Fe3 sebesar 92,30 %.
Ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1 dan Fe3 di UPT Puskesmas
secara lengkap terdapat pada tabel 4.9 sebagai berikut.
Grafik 4.9
Distribusi Ibu Hamil Mendapatkan Fe1 dan Fe 3 Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap
Tahun 2014
Sumber :Profile 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 89
Berdasarkan grafik 4.9 diatas diketahui bahwa jumlah ibu hamil yang
mendapatkan Fe1 dan Fe3 dengan jumlah terbanyak berada diwilayah
UPT Puskesmas Majenang I dan jumlah terendah di wilayah kerja UPT
Puskesmas Dayeuhluhur II.
h. Kunjungan Kebidanan
1) Penanganan komplikasi kebidanan
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko
dan komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi
yang normal, tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya
komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan
masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta
penanganan yang adekuat sedini mungkin merupakan kunci
keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu. Faktor risiko pada
ibu hamil meliputi : Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun, Anak lebih dari 4, Jarak persalinan dan kehamilan sekarang
kurang dari 2 tahun, Kurang energi kronis ( KEK ) dengan lingkar atas
kurang dari 23.5 cm atau penambahan berat badan < 9 kg selama
masa kehamilan, Anemia dengan Hemoglobin < 11 g/dl, Tinggi badan
kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang, Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau
sebelum kehamilan ini, Sedang atau pernah menderita penyakit
kronis, riwayat kehamilan buruk (keguguran berulang, kehamilan
ektopik terganggu, mola hidatinosa, ketuban pecah dini, bayi dengan
cacat kongenital), Riwayat persalinan dengan komplikasi dan Riwayat
nifas dengan komplikasi : perdarahan pasca persalinan, infeksi masa
nifas, psikosis post partum.
Pemantapan pelayanan KIA khususnya untuk kesehatan ibu
diutamakan pada kegiatan :
a) Peningkatan pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan
sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 90
Standar Pelayanan Kebidanana (SPK). Pelayanan antenatal
sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan
kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta
intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam
pemeriksaan). Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila
dilakukan oleh tenaga kesehatan. Ditetapkan bahwa frekuensi
pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan
dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan
minimal satu kali pada triwulan pertama, minimal satu kali triwulan
kedua, minimal dua kali pada triwulan ketiga.
Dalam pelayanan antenatal, tindakan yang dilakukan terdiri atas :
Timbang berat badan dan ukur tinggi badan, Ukur tekanan
darah,Nilai status gizi (ukur lengan atas), Ukur tinggi fundus uteri,
Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), Skrining
status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (
TT ) bila diperlukan, Pemberian tablet besi minimal 90 tablet
selama kehamilan,Test laboratorium (rutin dan
khusus),Tatalaksana kasus dan Temu wicara (konseling),
termasuk Perencanaan Persalinan dan pencegahan Komplikasi (
P4K ).
b) Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten. Pada prinsipnya penolong persalinan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Pencegahan infeksi,
Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar, Merujuk
kasus yang tidak dapat ditangani ketingkat pelayanan yang lebih
tinggi, Melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD) dan Memberikan
injeksi Vit K1 dan salep mata pada bayi baru lahir
c) Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan
sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca
persalinan oleh tenaga kesehatan. Pelayanan yang diberikan
meliputi: Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu,
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 91
Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus), Pemeriksaan
lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya, Pemeriksaan
payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan, Pemberian kapsul
vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera setelah
melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul
Vitamin A pertama.
Jumlah Ibu hamil Kabupaten Cilacap tahun 2014 sejumlah
32.590, dari jumlah tersebut diperkirakan ibu hamil dengan komplikasi
kebidanan sebanyak 6.518 ibu hamil. Jumlah penanganan komplikasi
ibu hamil sejumlah 6.262 atau tercakup sebesar 96,07 %. Gambaran
pelayanan terhadap penanganan komplikasi kebidanan terdapat pada
grafik 4.10 di bawah ini :
Grafik 4.10
Penanganan Komplikasi Kebidanan Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: Profile 2014
Dari data grafik 4.10 tersebut terlihat beberapa puskesmas dalam
penanganan komplikasi kebidanan melebihi dari perkiraan kejadian
komplikasi kebidanan, sebagai mana terdapat pada tabel di bawah ini:
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 92
Tabel 4.3
Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
NO PUSKESMAS JUMLAH
IBU HAMIL
PERKIRAAN BUMIL DENGAN
KOMPLIKASI KEBIDANAN
PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN
%
1 2 3 4 5 6
1 Dayeuhluhur I 406 81 85 104,68
2 Dayeuhluhur II 285 57 58 101,75
3 Wanareja I 1.170 234 304 129,91
4 Wanareja II 484 97 111 114,67
5 Majenang I 2.042 408 451 110,43
6 Majenang II 709 142 91 64,17
7 Cimanggu I 835 167 223 133,53
8 Cimanggu II 830 166 160 96,39
9 Karangpucung I 746 149 189 126,68
10 Karangpucung II 476 95 115 120,80
11 Cipari 1.171 234 245 104,61
12 Sidareja 1.002 200 213 106,29
13 Kedungreja 1.460 292 229 78,42
14 Patimuan 826 165 171 103,51
15 Gandrungmangu I 1.152 230 183 79,43
16 Gandrungmangu II 621 124 106 85,35
17 Bantarsari 1.313 263 329 125,29
18 Kawunganten 1.549 310 219 70,69
19 Jeruklegi I 807 161 136 84,26
20 Jeruklegi II 395 79 123 155,70
21 Kesugihan I 999 200 205 102,60
22 Kesugihan II 1.230 246 176 71,54
23 Adipala I 1.064 213 221 103,85
24 Adipala II 677 135 114 84,19
25 Maos 735 147 165 112,24
26 Sampang 683 137 159 116,40
27 Kroya I 1.074 215 219 101,96
28 Kroya II 866 173 165 95,27
29 Binangun 1.045 209 212 101,44
30 Nusawungu I 647 129 189 146,06
31 Nusawungu II 717 143 141 98,33
32 Cilacap Selatan I 698 140 81 58,02
33 Cilacap Selatan II 591 118 54 45,69
34 Cilacap Tengah I 814 163 112 68,80
35 Cilacap Tengah II 703 141 97 68,99
36 Cilacap Utara I 885 177 69 38,98
37 Cilacap Utara II 579 116 99 85,49
38 Kampunglaut 304 61 43 70,72
Sumber :Simpus 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 93
Berdasarkan grafik 4.3 diatas diketahui bahwa persentase terbesar
(155,70%) cakupan lebih dari 100% penanganan komplikasi
kebidanan berada diwilayah kerja UPT Puskesmas Jeruklegi II.
2) Penanganan komplikasi Neonatal
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 hari sampai dengan 28
hari setelah lahir, baik difasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan
rumah. Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses
neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini
mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus.
Resiko terbesar kematian neonatus terjadi 24 jam pertama kehidupan,
minggu pertama, dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi
lahir difasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di
fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Pelayanan kesehatan
neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan
pemeriksaan dan perawatan Bayi Baru Lahir dan pemeriksaan
menggunakan pendekatan Manajemen terpadu bayi Muda ( MTBM )
untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat.
Pelayanan kesehatan pada neonatus di kabupaten cilacap yang
dilaksanakan oleh puskesmas tahun 2014, sesuai dengan pencatatan
dan pelaporan dari Program KIA, jumlah perkiraan komplikasi
neonatus sebanyak 4.503 kasus dari jumlah kelahiran hidup sebanyak
30.023 kelahiran, dengan penanganan terhadap komplikasi kasus
neonatus sebanyak 3.051 kasus (67,7%). Untuk gambaran
penanganan komplikasi neonatus di Kabupaten Cilacap dapat dilihat
pada grafik 4.11 sebagai berikut:
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 94
Grafik 4.11
Penanganan Komplikasi Neonatus Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
Sumber :Simpus 2014
Berdasarkan grafik 4.11 diatas dari penanganan komplikasi neonatus
yang ada di Puskesmas yang paling banyak adalah di wilayah kerja
Puskesmas Majenang I sebanyak 261 penanganan komplikasi
neonatus dari perkiraan penanganan kasus neonatus sejumlah 276.
i. Pelayanan KB
1) Peserta KB Baru
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar
dengan menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan
sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka
kematian ibu dan menurunkan tingkat fertilitas ( kesuburan ) bagi
pasangan yang telah cukup memiliki anak ( 2 anak lebih baik ) serta
meningkatan fertilitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 95
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda ( merencanakan ) kehamilan.
Bagi pasangan usia subur yang ingin menjarangkan dan atau
menghentikan kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi.
Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma tersebut (Manuaba, 1998). Kontrasepsi
adalah usaha-usaha mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu
dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Adapun
macam dari kontrasepsi adalah :
a) Kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah pilihan KB yang paling banyak
dipakai oleh akseptor yang terbagi dalam 3 cara KB yaitu suntik;
pil ; dan implant. Kontrsepsi hormonal berisi estrogen, progestin
atau campuran keduanya.
b) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR atau yang lebih dikenal dengan IUD atau spiral, Beberapa
alasan dalam pemilihan AKDR adalah penggunaannya dalam
waktu jangka panjang, tidak mengganggu produksi ASI serta tidak
memerlukan upaya tertentu untuk mempertahankan AKDR di
dalam rahim. Banyak jenis AKDR yang pernah berkembang di
Indonesia, diantaranya adalah bentuk spiral; tapal kuda; copper T.
c) Kontrasepsi mantap wanita (tubektomi)
Kontrasepsi mantap adalah pilihan untuk mengakhiri kehamilan,
dianjurkan untuk ibu yang sudah memiliki cukup anak dan usia di
atas 35 tahun. Pada tubektomi, dilakukan pemotongan tuba atau
saluran yang berfungsi sebagai jalan lewat sel telur dari ovarium
ke dalam rahim.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 96
d) Kontrasepsi mantap pria (vasektomi)
Vasektomi merupakan kontrasepsi pada pria yang sangat efektif
melindungi istri dari kehamilan dengan tingkat kegagalan 0.1 per
100 perempuan dalam tahun pertama. Vasektomi adaalah
pemotongan vas deferens (saluran tempat keluarnya sperma dari
testis). Mengakhiri kesuburan dan pilihan menjalani vasektomi
harus secara sukarela, bahagia dan sehat. Untuk menilai 3 syarat
tersebut, maka setiap calon akseptor vasektomi harus menjalani
konseling dan seleksi kelayakan medik pratindakan.
Upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta
KB diperlukan pengelolaan program yang berhubungan dengan
peningkatan aspek kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan
KB. Dari aspek kualitas perlu diterapkan pelayanan yang sesuai
dengan standar dan variasi pilihan metode KB, sedangkan dari
metode teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non klinis secara
berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program
KB perlu melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program
KB dan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.
Sedangkan untuk mencapai keberhasilan pelayanan keluarga
berencana tidak terlepas pada dukungan anggota masyarakat sebagai
pendukung gerakan keluarga berencana dengan berpartisipasi secara
aktif sebagai peserta KB atau akseptor KB. Akseptor KB menurut
sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu fase menunda atau
mencegah kehamilan, fase penjarangan kehamilan dan fase
menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Akseptor
KB lebih disarankan untuk Pasangan Usia Subur (PUS) dengan
menggunakan alat kontrasepsi. Karena pada pasangan usia subur
inilah yang lebih berpeluang besar untuk menghasilkan keturunan dan
dapat meningkatkan angka kelahiran. Akseptor KB yang diikuti oleh
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 97
pasangan usia subur dapat dibagi menjadi :Akseptor atau peserta KB
baru dan Akseptor atau peserta KB lama.
Akseptor atau peserta KB baru, yaitu Pasangan Usia Subur yang
pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan
yang berakhir dengan keguguran atau persalinan.
Peserta Keluarga Berencana di Kabupaten Cilacap Tahun 2014,
jumlah pasangan usia subur sejumlah 340.224 jiwa. Dari jumlah
tersebut, peserta KB baru sejumlah 35.297 pasangan usia subur atau
10,4 %. Gambaran peserta KB baru berdasarkan Kecamatan dapat di
lihat pada grafik 4.12 di bawah ini :
Grafik 4.12
Peserta KB Baru di Wilayah Kecamatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan grafik 4.12 diatas dari jumlah peserta KB baru yang ada
di Puskesmas yang paling banyak adalah di Karangpucung II
sebanyak 4.111 dan jumlah peserta KB baru paling sedikit adalah
Puskesmas Jeruk legi II sebanyak 28.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 98
2) Peserta KB Aktif
PUS menjadi peserta KB aktif adalah pasangan suami isteri yang sah
yang isterinya atau suaminya masih menggunakan alat, obat atau
cara kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dalam kurun waktu
tertentu. Pencapaian peserta KB aktif di suatu Kabupaten/ Kota
dihitung/ diperkirakan setiap tahun berdasarkan perkiraan perhitungan
penurunan angka kelahiran total (Total Fertility Rate=TFR) yang telah
ditetapkan secara Nasional dan didistribusikan ke Provinsi melalui
Rapat Kerja Daerah program KB Provinsi dan atau Kabupaten/Kota.
Cakupan sasaran Pasangan Usia Subur (PUS) menjadi peserta KB
aktif adalah jumlah peserta KB aktif dibandingkan dengan seluruh
PUS dalam suatu di wilayah pada kurun waktu tertentu. Peserta KB
Aktif adalah merupakan jumlah kumulatif dari peserta KB yang terus
menerus menggunakan salah satu alat, obat dan cara kontrasepsi
ditambah dengan jumlah peserta KB baru pada tahun berjalan.
Pencatatan Pelaporan Program KB aktif dengan jumlah PUS
sebanyak 340.224, dan jumlah akseptor KB baru sejumlah 35.297,
dan akseptor KB aktif sebanyak 217.289. Cakupan sasaran PUS
terhadap peserta KB aktif sebesar 63,86%. Untuk menggambarkan
jumlah peserta KB aktif di Kabupaten Cilacap berdasarkan Kecamatan
dapat di lihat pada grafik di bawah ini :
Grafik 4.13
Peserta KB Aktif Di Wilayah Kecamatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber :Simpus 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 99
Dari Grafik 4.13 diatas dapat terlihat bawa peserta KB aktif terbanyak
berada di Wilayah Kerja Puskesmas Majenang I (15941) sedangkan di
wilayah kerja Puskesmas Kesugihan I (3187) merupakan Kecamatan
dengan peserta KB aktif paling sedikit.
j. Pelayanan Kesehatan Bayi
Masa bayi baru lahir (neonatal) adalah masa 28 hari pertama kehidupan
manusia, dimana terjadi masa proses penyesuaian sistem tubuh bayi dari
kehidupan dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Keadaan ini
merupakan masa yang perlu mendapatkan perhatian dan perawatan yang
ekstra karena pada masa ini terdapat mortalitas paling tinggi.
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator derajat kesehatan.
Tingginya angka kematian bayi dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan
maternal dan neonatal kurang baik. Selain itu, penyebab tingginya
kematian bayi dalam usia 28 hari pertama merupakan indikator terhadap
penanganan dan perawatan bayi baru lahir. Perawatan bayi baru lahir
meliputi: Pencegahan infeksi, Penilaian bayi baru lahir, Pencegahan
kehilangan panas, Asuhan tali pusat, Inisiasi menyusu dini (IMD),
Pencegahan perdarahan, Pemberian imunisasi dan Pemeriksaan bayi
baru lahir.
1) Kunjungan Neonatus 1 (KN 1)
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai
standar pada 6 – 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui
akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal. Cakupan kunjungan
Neonatus 1 di Kabupaten Cilacap mencapai 99,3 % dengan cakupan
kunjungan paling rendah terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kroya II
sebesar 89,9 %.
2) Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap)
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai
standar sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada
hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 kal pada hari ke 8 – har ke 28 setelah lahir
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini
dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 100
Di Kabupaten Cilacap kunjungan Neonatus 3 kali rata-rata 97,9 %.
Untuk menggambarkan Prosentase Pencapaian Kunjungan Neonatus
1(KN1) dan Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) dapat di lihat
pada grafik 4.14 di bawah ini :
Grafik 4.14
Prosentase Pencapaian Kunjungan Neonatus 1(KN1) dan Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan grafik 4.14 diatas dari prosentase pencapaian kunjungan
neonatus 1(KN1) Tahun 2014 yang paling banyak ada di wilayah kerja
Puskesmas Patimuan dan Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap)
Tahun 2014 yang ada di Puskesmas yang paling banyak adalah di
UPT Puskesmas Gandrungmangu I.
2. Pelayanan kesehatan anak
a. Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Dan Prasekolah
Yang dimaksud dengan tumbuh kembang anak balita dan prasekolah
adalah Balita dan Anak prasekolah baru yang diperiksa kesehatannya
sekaligus dideteksi atau cek tumbuh kembangnya oleh Petugas
Puskesmas /Puskesmas Pembantu Polindes di dalam maupun diluar
Institusi Kesehatan.
Cakupan pelayanan kesehatan balita dan anak prasekolah (1-5 th) yang
dideteksi tumbuh kembangnya sesuai standar oleh tenaga kesehatan
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 101
yang ada di Kabupaten Cilacap tahun 2013, adalah, Jumlah Balita dan
anak pra sekolah ( 1-4 tahun) sebanyak 107.324 anak, Jumlah balita dan
anak pra sekolah ( 1-4 tahun ) yang dideteksi dini tumbuh kembang
diperoleh dari register anak dan laporan LB 3 KIA sebanyak 87.612
anak.
Dari data tersebut maka, kinerja petugas penyelenggara pelayanan
deteksi tumbuh kembang balita dan anak pra sekolah dapat di ukur
dengan keberhasilan nilai cakupan pelayanan deteksi Tumbuh kembang
balita dan anak prasekolah yakni sebesar 81,6%.
b. Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD Dan Setingkat Oleh
Tenaga Kesehatan
Pemeriksaan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat (kelas 1)
yang sesuai dengan Pedoman di wilayah kerja tertentu dalam kurun waktu
tertentu yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih / Guru
UKS / Dokter kecil. Perbandingan jumlah siswa SD dan setingkat yang
mendapat pemeriksaan penjaringan kesehatan yang sesuai pedoman
dengan jumlah proyeksi Anak Usia Sekolah tingkat dasar yang mendapat
pemeriksaan penjaringan kesehatan yang sesuai pedoman diperoleh dari
laporan triwulan kesehatan anak, pada 38 Puskesmas di Kabupaten
Cilacap tahun 2013, sebesar 37.961 anak, dari jumlah sasaran anak
Sekolah dasar atau setingkat sebanyak 38.665 anak sekolah atau sebesar
98,2 %. Untuk menggambarkan pelayanan kesehatan (penjaringan) siswa
SD & setingkat dapat di lihat pada grafik 4.15 di bawah ini :
Grafik 4.15
Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber :Simpus 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 102
Berdasarkan grafik 4.15 diatas dari cakupan pelayanan kesehatan
(penjaringan) siswa SD & setingkat yang ada di Puskesmas yang paling
banyak adalah di UPT Puskesmas Majenang I.
3. Pelayanan Imunisasi
Universal Child Immunization (UCI) adalah tercapainya kegiatan imunisasi
dasar secara lengkap pada bayi (0 -11bulan), dengan indikator UCI adalah
tercapainya cakupan imunisasi dasar ≥ 80% dan Imunisasi dasar lengkap
pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 3 dosis
Hepatitis B, 1 dosis Campak.
Desa/Kelurahan UCI merupakan desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah
bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi campak.
Dari hasil register dan pencatatan kegiatan imunisasi di 38 Puskesmas di
Kabupaten Cilacap tahun 2013, pencapaian imunisasi adalah sebagai berikut:
a. BCG
Penilaian terhadap cakupan imunisasi ini bertujuan untuk menilai
jangkauan program, imunisasi khususnya pada bayi. Cakupan imunisasi
BCG di Kabupaten Cilacap tahun 2014 mencapai 97,04 % di atas dari
target yang ditetapkan yaitu 90 %. Dari 38 Puskesmas yang semua sudah
mencapai terget 90%. Adapun pencapaian target lebih dari 100 %
sejumlah 19 Puskesmas. Hal ini jika dikaitkan dengan kunjungan
neonatus akan jelas ada kaitannya, dikarenakan pemberian imunisasi
BCG bersamaan dengan kunjungan neonatus. Untuk menggambarkan
pencapaian cakupan imunisasi BCG dapat di lihat pada grafik 4.16 di
bawah ini :
Grafik 4.16
Pencapaian Cakupan Imunisasi BCG di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 103
Berdasarkan grafik 4.16 diatas dari cakupan Imunisasi BCG yang ada di
Puskesmas yang paling tinggi adalah di UPT Puskesmas Cilacap Tengah
II (111,19%) sedangkan pencapaian imunisasi BCG terendah berada di
wilayah kerja UPT Puskesmas Wanareja I (54,58%).
b. HB< 7 HARI
Penilaian terhadap cakupan imunisasi HB < 7 hari bertujuan untuk menilai
jangkauan program imunisasi pada bayi. Cakupan Kabupaten Cilacap
tahun 2014 mencapai 94,05%. Untuk menggambarkan pencapaian
cakupan imunisasi HB < 7 hari dapat di lihat pada grafik 4.17 di bawah ini:
Grafik 4.17
Pencapaian Cakupan Imunisasi HB< 7 Hari Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: SIMPUS 2014.
Berdasarkan grafik 4.17 diatas dari cakupan Imunisasi HB < 7 hari yang
ada di Puskesmas yang paling tinggi adalah di UPT Puskesmas
Dayeuhluhur I (106,8%) pencapaian imunisasi HB < 7 hari terendah
berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Patimuan (73,7%).
c. Polio 4
Secara keseluruhan cakupan imunisasi Polio 4 Kabupaten Cilacap tahun
2014, mencapai 96 % hal ini sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu
95 % Cakupan imunisasi Polio 4 secara lengkap terdapat pada grafik 4.18
dibawah ini.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 104
Grafik 4.18
Pencapaian Cakupan Imunisasi Polio Di UPT Puskesmas Kabupaten CilacapTahun 2014
Sumber :Simpus 2014
Berdasarkan grafik 4.18 diatas diketahui cakupan Imunisasi Polio 4
tertinggi di UPT Puskesmas Dayeuhluhur I (132,4%) sedangkan
pencapaian terendah di UPT Puskesmas Wanareja I (50,9%) .
d. DPT 3 + HB3
Pencapaian imunisasi DPT3 dan HB 3, ini bertujuan untuk menilai
cakupan program imunisasi pada bayi. Cakupan Kabupaten Cilacap tahun
2014 mencapai 102,0%, sudah terpenuhi target yang ditentutan yaitu
sebesar 90%. Cakupan imunisasi DPT 3 dan HB 3 selengkapnya terdapat
pada grafik dibawah ini.
Grafik 4.19
Pencapaian Cakupan Imunisasi DPT 3 + HB3 Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: SIMPUS 2014.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 105
Berdasarkan grafik 4.19 diatas dari cakupan Imunisasi DPT 3 dan HB 3
yang ada di Puskesmas yang paling tinggi adalah di UPT Puskesmas
Binangun (133%) sedangkan pencapaian imunisasi DPT 3 dan HB 3
terendah berada di wilayah kerja Nusawungu II (85%).
e. Campak
Cakupan Imunisasi Campak Kabupaten Cilacap tahun 2014 mencapai
96% sudah melampaui target yang ditetapkan sebesar 80%. Pencapaian
cakupan imunisasi campak selengkapnya pada grafik 4.20 dibawah ini.
Grafik 4.20
Pencapaian Cakupan Imunisasi Campak Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber :Simpus 2014
Berdasarkan grafik 4.20 diatas dari cakupan Imunisasi Campak yang ada
di Puskesmas yang paling tinggi adalah di UPT Puskesmas Dayeuhluhur I
sedangkan pencapaian imunisasi Campak terendah berada di wilayah
kerja Cilacap Selatan II.
4. Pelayanan Gizi
a. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Balita
Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar
diseluruh dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada
semua umur terutama pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat
menimbulkan berbagai jenis penyakit yang merupakan “Nutrition Related
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 106
Diseases” yang dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari
organ tubuh seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan
epitelisme sel-sel kulit. Salah satu dampak kurang Vitamin A adalah
kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak bayi – balita usia 6
bulan – 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara
berkembang.
Kapsul vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna biru
dengan dosis 100.000SI yang diberikan pada anak umur 0-12 bulan yang
diberikan pada bulan Pebruari dan Agustus setiap tahunnya. Cakupan
pemberian Vit A bayi Kabupaten Cilacap Tahun 2013 mencapai 80,48 %.
Sedangkan pada tahun 2014 ada peningkatan Cakupan pemberian Vit A
pada anak balita Kabupaten Cilacap Tahun 2014 mencapai 99,89%
Cakupan Pemberian Vit A pada bayi berdasarkan wilayah Kerja UPT
Puskesmas secara lengkap terdapat pada grafik 4.21 dibawah ini.
Grafik 4.21
Cakupan Pemberian Vit A Pada Bayi Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
Sumber :Simpus 2014
Berdasarkan grafik 4.21 diatas diketahui Cakupan Pemberian Vit A pada
bayi paling tinggi adalah di UPT Puskesmas Kedungreja.
Kapsul vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna merah
dengan dosis 200.000SI yang diberikan pada anak umur 12 -59 bulan
yang diberikan pada bulan Pebruari dan Agustus setiap tahunnya.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 107
Cakupan pemberian Vit A pada anak balita Kabupaten Cilacap Tahun
2014 mencapai 99,89%. Cakupan Pemberian Vit A pada anak balita
berdasarkan wilayah Kerja UPT Puskesmas secara lengkap terdapat pada
grafik 4.22 dibawah ini.
Grafik 4.22
Cakupan Pemberian Vit A Pada Balita Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: SIMPUS 2014
Berdasarkan grafik 4.22 diatas diketahui bahwa cakupan pemberian Vit A
tertinggi (101,0 %) berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Jeruklegi I
dan cakupan terendah (96,4%) di wilayah kerja UPT Puskesmas Kroya II.
b. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas
Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayi baik di rumah dan atau
rumah bersalin dengan pertolongan dukun bayi dan atau tenaga
kesehatan. Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu
program penanggulangan kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas
mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat
kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) pada periode sebelum 40 hari
setelah melahirkan. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A
Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 99,89%,. Cakupan pemberian Vit
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 108
A ibu nifas berdasarkan wilayah Kerja UPT Puskesmas secara lengkap
terdapat pada grafik 4.23 dibawah ini :
Grafik 4.23
Cakupan Pemberian Vit A Ibu Nifas Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: SIMPUS 2014
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa cakupan pemberian Vit A Ibu
Nifas tertinggi (100%) berada di 8 (Delapan) wilayah UPT Puskesmas
DayeuhluhurII, Wanareja II, Majenang I, Cimanggu I, Karangpucung I,
Cipari, Patimuan,Jeruklegi I dan Jeruklegi II. Sedangkan Cakupan
terendah (89,76%) di wilayah kerja UPT Puskesmas Cilacap Tengah I.
c. Bayi yang diberi ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang
sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi
yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi
guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. ASI
adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada bayi,
dalam keadaan miskin mungkin merupakan hadiah satu-satunya, dalam
keadaan sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya
(UNICEF). Oleh sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 109
sampai umur 6 (enam) bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI
dilanjutkan bersama makanan pendamping sampai usia 2 (dua) tahun.
Kebijakan Nasional pemberian ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan
telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.450/Menkes/SK/IV/
2004. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi
sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman,
kecuali obat dan vitamin. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi
yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pernyataan bahwa dengan pemberian susu formula kepada bayi
dapat menjamin bayi tumbuh sehat dan kuat, ternyata menurut laporan
mutakhir UNICEF (Fact About Breast Feeding) merupakan kekeliruan
yang fatal, karena meskipun insiden diare rendah pada bayi yang diberi
susu formula, namun pada masa pertumbuhan berikutnya bayi yang tidak
diberi ASI ternyata memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk
menderita hipertensi, jantung, kanker, obesitas, diabetes dll.
Pencapaian rata-rata pemberian ASI Eksklusif Kabupaten Cilacap
Tahun 2014 sebesar 36,16%.dengan cakupan persentase pemberian Asi
Eksklusif terbanyak di UPT Puskesmas Cimanggu I (88,92%).
Grafik 4.24
Pemberian ASI Eksklusif Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber :Simpus 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 110
d. Persentase Balita dengan Gizi Buruk
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui
intensifikasipemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan
dengan penentuanstatus gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan
lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan
rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk
memberikan hasil yang optimal.
Pendataan gizi buruk di Jawa Tengah didasarkan pada 2 kategori
yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U)
dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi
badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan
membandingkan berat badan dengan umur melalui kegiatan
penimbangan, jika ditemukan balita yang beradadi bawah garis merah
(BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi
dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika
ternyata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera dilakukan
perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas.Jika
ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani
di Puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit.
Balita gizi buruk Tahun 2014 di Kabupaten Cilacap secara
terperinci terdapat pada tabel 4.25 dibawah ini..
Grafik 4.25
Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapatkan Perawatan di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014.
Sumber :Simpus 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 111
Berdasarkan grafik 4.25 diatas diketahui bahwa secara keseluruhan
jumlah kasus gizi buruk sebanyak 116 kasus dengan kasus terbanyak di
wilayah kerja UPT Puskesmas Cilacap Selatan I dengan 11 kasus.
Penanggulangan kasus Gizi buruk sebesar 100 %.
Berikut perbandingan penemuan kasus gizi buruk dari tahun 2011
samapi dengan 2014 terlihat pada grafik 4.26 berikut ini :
Grafik 4.26
Komperasi Penemuan Kasus Gizi Buruk Di Kabupaten Cilacap Tahun 2011Sampai Dengan Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan Grafik 4.26 diatas diketahui bahwa terjadi kecenderungan
peningkatan kasus gizi buruk secara tajam pada tahun 2013 baik
menimpa pada balita perempuan maupun laki-laki dan menurun pada
tahun 2014.
5. Pelayanan Kesehatan Lansia
Pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu pelayanan penduduk usia 60
tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan, baik di puskesmas maupun di
posyandu/kelompok usia lanjut. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut
Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 42 %. Pelayanan lansia secara
lengkap terdapat pada Grafik 4.27 dibawah ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 112
Grafik 4.27
Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan grafik 4.27 diatas diketahui bahwa jumlah lansia terbanyak
berada diwilayah UPT Puskesmas Sidareja dan Lansia terbanyak
mendapatkan pelayanan kesehatan berada diwilayah kerja UPT Puskesmas
Cimanggu I.
6. Program Pengobatan (Kuratif Dan Rehabilitatif)
Yaitu bentuk pelayanan kesehatan untuk mendiagnosa, melakukan
tindakan pengobatan pada seseorang pasien dilakukan oleh seorang dokter
secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis
dan pemeriksaan.
Berdasarkan data Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
tahun 2014, jumlah kunjungan di masing-masing Puskesmas dengan rincian
secara lengkap seperti terdapat pada tabel 4.4 di bawah ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 113
Tabel 4.4
Hasil Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
NO SARANA PELAYANAN
KESEHATAN
JUMLAH KUNJUNGAN
KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA
RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 DAYEUHLUHUR I 7.105 12.978 20.083 0 0 0 0 0 0
2 DAYEUHLUHUR II 6.454 6.991 13.445 31 38 69 4 6 10
3 WANAREJA I 7.456 6.234 13.690 223 230 453 0 0 0
4 WANAREJA II 7.123 5.263 12.386 0 0 0 0 0 0
5 MAJENANG I 19.810 21.368 41.178 0 0 0 83 41 124
6 MAJENANG II 17272 17234 34.506 0 0 0 0 0 0
7 CIMANGGU I 8658 9998 18.656 457 699 1.156 0 0 0
8 CIMANGGU II 15.952 16.269 32.221 0 0 0 8 2 10
9 KARANGPUCUNG I 9.768 11.654 21.422 494 682 1.176 0 0 0
10 KARANGPUCUNG II 4.229 3.854 8.083 0 0 0 1 1 2
11 CIPARI 8587 10928 19.515 1209 1540 2.749 9 4 13
12 SIDAREJA 10.802 16.181 26.983 1.730 2.036 3.766 17 18 35
13 KEDUNGREJA 14.433 16.985 31.418 0 0 0 0 0 0
14 PATIMUAN 13.213 14.451 27.664 0 0 0 0 0 0
15 GANDRUNGMANGU I 11183 11639 22.822 536 592 1.128 35 25 60
16 GANDRUNGMANGU II 21131 20511 41.642 0 0 0 0 0 0
17 BANTARSARI 7.532 7.180 14712 0 0 0 0 0 0
18 KAWUNGATEN 2.145 2.071 4.216 812 1098 1.910 9 0 9
19 KAMPUNGLAUT 3.751 4.076 7.827 0 0 0 4 2 6
20 JERUKLEGI I 2.570 3.693 6.263 363 444 807 0 0 0
21 JERUKLEGI II 7.105 12.978 20.083 0 0 0 0 0 0
22 KESUGIHAN I 22.037 21.172 43.209 0 0 0 0 0 0
23 KESUGIHAN II 10.851 14.608 25.459 0 0 0 55 45 100
24 ADIPALA I 6.180 11.722 17.902 448 501 949 45 47 92
25 ADIPALA II 4.556 5.025 9.581 0 0 0 0 0 0
26 MAOS 3664 3884 7.548 410 931 1.341 0 0 0
27 SAMPANG 21255 21900 43.155 2431 2672 5103 0 0 0
28 KROYA I 8.922 15.660 24.582 901 1.207 2.108 0 0 0
29 KROYA II 11.096 13.194 24.290 0 0 0 0 0 0
30 BINANGUN 10.618 11.421 22.039 0 0 0 0 0 0
31 NUSAWUNGU I 8.621 17.038 25.659 0 0 0 44 103 147
32 NUSAWUNGU II 7.673 11.509 19.182 427 383 810 0 0 0
33 CILACAP SELATAN I 12.748 20.334 33.082 0 0 0 0 0 0
34 CILACAP SELATAN II 8.760 13.128 21.888 0 0 0 0 0 0
35 CILACAP TENGAH I 27404 27102 54.506 0 0 0 2 2 4
36 CILACAP TENGAH II 5.245 7.169 12.414 0 0 0 0 0 0
37 CILACAP UTARA I 13213 14451 27.664 0 0 0 0 0 0
38 CILACAP UTARA II 16473 15854 32.327 0 0 0 0 0 0
Sumber data : Simpus 2014
Dari data tabel 4.4 di atas dapat terlihat bahwa jumlah kunjungan rawat
jalan yang terbanyak ada di wilayah Puskesmas Cilacap Tengah I sebanyak
54.506 kunjungan dan kunjungan rawat inap yang terbanyak di Puskesmas
Sampang sebanyak 5.108 kunjungan. Jumlah Kunjungan menurut jenis dan
tujuan kunjungan secara terperinci terdapat pada tabel 4.5 dibawah ini:
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 114
Tabel 4.5
Jumlah Kunjungan menurut Jenis Kunjungan Dan Kunjungan Tujuan Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
BPU BAYAR ASKES JPS LAIN-LAIN TOTAL
Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total
93838 24903 118741 24899 5197 30096 143968 9764 153732 7478 1113 8591 270183 40977 311160
BPG BAYAR ASKES JPS LAIN-LAIN TOTAL
Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total
13028 5567 18595 2158 621 2779 5920 605 6525 710 117 827 21816 6910 28726
KIA BAYAR ASKES JPS LAIN-LAIN TOTAL
Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total
43086 6869 49955 738 194 932 12991 746 13737 1035 148 1183 57850 7957 65807
KB BAYAR ASKES JPS LAIN-LAIN TOTAL
Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total
2437 255 2692 121 12 133 6784 182 6966 167 10 177 9509 459 9968
BUMIL
BAYAR ASKES JPS LAIN-LAIN TOTAL
Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total
6466 416 6882 85 11 96 4682 148 339 448 65 513 11681 640 12321
LAB BAYAR ASKES JPS LAIN-LAIN TOTAL
Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total
67 7 74 3 0 3 20 0 20 6 0 6 96 7 103
KIR DOKTER
BAYAR ASKES JPS LAIN-LAIN TOTAL
Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total
42 24 66 0 0 0 1 0 1 1 0 1 44 24 68
CAPENG / CATIN
BAYAR ASKES JPS LAIN-LAIN TOTAL
Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total
513 97 610 0 0 0 4 1 5 0 0 0 517 98 615
TOTAL
BAYAR ASKES JPS LAIN-LAIN TOTAL
Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total Dalam Luar Total
11960 2693 14653 1747 324 2071 11244 480 11724 1566 199 1765 26517 3696 30213
Sumber :Simpus 2014
Dari tabel 4.4 di atas diketahui bahwa tujuan kunjungan terbanyak terjadi pada
kunjungan BPU sebanyak 311.160 dan jenis kunjungan terbanyak 14.553
pada kunjungan Bayar.
7. Perilaku Hidup Masyarakat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga merupakan
upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan
mampu melakukan PHBS dalam memelihara dan meningkatkan
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 115
kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari
ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Yang dimaksud rumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga
yang memenuhi minimal 11 indikator dari 16 indikator PHBS tatanan rumah
tangga. Adapun 16 indikator PHBS tatanan Rumah tangga tersebut meliputi:
a. Variabel KIA dan GIZI: persalinan nakes; ASI Eksklusif; penimbangan
balita; gizi seimbang.
b. Variabel KESLING: air bersih; jamban; sampah; kepadatan hunian; lantai
rumah.
c. Variabel GAYA HIDUP: aktifitas fisik; tidak merokok; cuci
tangan;kesehatan gigi dan mulut; miras/narkoba.
d. Variabel upaya kesehatan mastarakat: jaminan Pemeliharaan Kesehatan
(JPK) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Jumlah rumah tangga PHBS secara keseluruah adalah 412.834 rumah
dan yang dipantau ada 240.180 rumah dengan pencapaian persentase rumah
tangga sehat sebesar 89,7 % yaitu yang diwakili oleh rumah tangga yang
mencapai rumah tangga PHBS secara lengkap terdapat pada grafik 4.28
dibawah ini.
Grafik 4.28
Rumah Tangga PHBS Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Profile 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 116
Berdasarkan grafik 4.28 diatas diketahui bahwa rumah tangga PHBS
terbanyak (16.182) berada di wilayah UPT Puskesmas Binangun.
8. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
derajat kesehatan, disamping perilaku dan pelayanan kesehatan. Program
Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang
lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk
menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun
kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: (1) Penyediaan
Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar, (2) Pemeliharaan dan Pengawasan
Kualitas Lingkungan, (3) Pengendalian Dampak Risiko Lingkungan, (4)
Pengembangan Wilayah Sehat.
Program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi
dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk
pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta
masyarakat.
a. Persentase Keluarga Menurut Jenis Sarana Air Bersih
Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan
penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang
dibangun, melalui kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang
ditandatangani oleh Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian
Dalam Negeri serta Kementerian Pekerjaan Umum cukup signifikan
terhadap penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi
khususnya di daerah.
Strategi pelaksanaan diantaranya, meliputi penerapan pendekatan
tanggap kebutuhan, peningkatan sumberdaya manusia, kampanye
kesadaran masyarakat, upaya penyehatan lingkungan, pengembangan
kelembagaan dan penguatan sistem monitoring serta evaluasi pada
semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan
kegiatan penyediaan air bersih.
Pada dasarnya negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air
bagi kebutuhan pokok minimal sehari – hari guna memenuhi kehidupan
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 117
yang sehat, bersih dan produktif (UU No. 7 Tahun 2004, pasal 10). Namun
pada kenyataannya persentase penduduk miskin masih tinggi, sehingga
kemampuan untuk mendapat akses ke sarana penyediaan air minum
yang memenuhi syarat masih terbatas.
Masyarakat berpenghasilan rendah, ternyata membayar lebih besar untuk
memperoleh air daripada masyarakat berpenghasilan tinggi, hal ini
menunjukkan ketidakadilan dalam mendapatkan akses pada air minum.
Walaupun terdapat program – program air minum dan sanitasi untuk
masyarakat berpenghasilan rendah, namun akses terhadap air minum
belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Perlu dukungan kebijakan
yang lebih fokus untuk penyediaan sanitasi dan air minum bagi
masyarakat berpenghasilan rendah.
Jumlah penduduk yang memiliki akses air minum adalah 879.762 jiwa dari
1.768.502 jiwa (50%) . Penggunaan sumber air bersih secara lengkap
terdapat pada grafik dibawah ini.
Grafik 4.29
Persentase Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: PROFILE 2014.
Berdasarkan grafik 4.28 diatas diketahui bahwa sumber air bersih yang
digunakan dengan persentase terbesar (19,36%) adalah Sumur gali
terlindung dan yang terendah (0,50%) adalah penampungan air hujan.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 118
b. Persentase Penduduk Dengan akses Terhadap Fasilitas Sanitasi
Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban.
Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga salah
satunya adalah Jamban sehat. Pada tahun 2014 di Kabupaten Cilacap
Persentase Penduduk memiliki Jamban Sehat secara lengkap terdapat di
grafik 4.30 di bawah ini.
Grafik 4.30
Penduduk Dengan akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak
(Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban
Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: PROFILE 2014.
Berdasarkan grafik 4.30 diatas diketahui bahwa Penduduk Dengan
akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut
Jenis Jamban yang terbanyak adalah jenis Komunal (90,6%) dan yang
terendah jenis cemplung (22,3%)
B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
1. Kepersertaan Jaminan Kesehatan.
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
pemerintah telah berupaya mengembangkan berbagai upaya kesehatan,
salah satunya adalah dengan mengembangkan suatu upaya kesehatan
melalui program jaminan kesehatan. Program ini dikembangkan dengan
tujuan merubah pola pembayaran langsung (out of pocket) yang biasanya
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 119
dibayar setelah pelayanan diberikan menjadi penyelenggaraan pemeliharaan
kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha bersama dan
kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu terjamin serta
pembiayaan yang dilaksanakan pra upaya.
Di Indonesia, pada tahun 2014 semua bentuk kepesertaan jaminan
kesehatan sudah masuk dalam BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).
Di Kabupaten Cilacap pada tahun 2014, Kepesertaan jaminan kesehatan
secara lengkap terdapat pada tabel 4.6 di bawah ini.
Tabel 4.6
BPJS dan Jamkesda Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
NO JENIS JAMINAN KESEHATAN JUMLAH KEPESERTAAN
1 2 3
1 JAMKESMAS (PENERIMA BANTUAN IURAN) 766.559
2 PEKERJA PENERIMA UPAH (PPU) 107.669,00
3 ASURANSI PERUSAHAAN (yang belum masuk JKN)
824.558
4 ASURANSI SWASTA bukan pekerja (pensiunan) 28.696
5 PEKERJA BUKAN PENERIMA UPAH (PBPU) 41.025
6 JAMKESDA 472.409
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas diketahui bahwa jumlah kepesertaan Jaminan
Kesehatan terbanyak pada PPU (Pekerja Penerima upah) dan terendah pada
Asuransi swasta.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 120
BAB V
SUMBER DAYA KESEHATAN
Sumber daya kesehatan merupakan salah satu pendukung di segala level
pelayanan kesehatan. Dan dengan terpenuhinya sumber daya kesehatan,
diharapkan juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sehingga derajat
kesehatan masyarakat akan terjaga. Pada bab ini, sumber daya kesehatan diulas
dengan menyajikan gambaran keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan
pembiayaan kesehatan.
A. SARANA KESEHATAN
Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat
perlu didukung oleh adanya sarana kesehatan yang memadai dan memiliki
kualitas pelayanan yang baik. Sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten
Cilacap tahun 2014 meliputi rumah sakit pemerintah dan swasta, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Poliklinik atau Balai Pengobatan, BKIA, Dokter dan Bidan
Praktek Swasta, Posyandu, apotek dan laboratorium. Sarana kesehatan secara
terperinci terdapat pada tabel 5.1 dibawah ini,
Tabel 5.1
Sarana Kesehatan di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
No Nama Pemda BUMN Swasta Jumlah
1. Rumah Sakit Umum 2 1 4 7 2. Rumah Sakit Khusus 3 3
3. Puskesmas 1. Puskesmas Rawat Inap 2. Puskesmas Non Rawat Inap 3. Puskesmas Keliling 4. Puskesmas Pembantu
15 23 38 73
15 23 38 73
4. Rumah Bersalin 3 3
5. Balai Pengobatan/Klinik 62 62
6. Praktik Dokter Bersama 62 62
7. Praktik Dokter Perorangan 221 221
8. Praktik Pengobatan Tradisional 81 81
9. Laboratorium Kesehatan 3 2 5
10. Unit Transfusi Darah 1 1
11. Usaha Kecil Obat Tradisional 12 12
12. Apotek 2 102 104
13. Toko Obat 18 18
14. Desa Siaga 284 284
15. Posyandu 2.127 2.127
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 121
16. Poskesdes 202 202
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan tabel 5.1 diatas diketahui bahwa sarana kesehatan terbanyak
(2.127) adalah Posyandu dan sarana praktik dokter perorangan sebanyak 221
buah.
1. Rumah sakit
Rumah Sakit (RS) merupakan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang
utamanya menyelenggarakan upaya kuratif dan rehabilitatif dan berfungsi
sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan. Rumah sakit sebagai salah
satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Jumlah Rumah Sakit Umum di
Kabupaten Cilacap : 7 RS (RS Pemerintah 2 unit, RS BUMN 1 unit dan RS
Swasta sebanyak 4 unit). Setiap rumah sakit perlu memperhatikan mutu dan
kualitas pelayanan kesehatannya. Mutu pelayanan rumah sakit di antaranya
dapat dilihat dari aspek-aspek penyelenggaraan pelayanan gawat darurat,
aspek efisiensi dan efektifitas pelayanan dan keselamatan pasien. Adapun
jumlah pelayanan gawat darurat level satu rumah sakit di Kabupaten Cilacap
Adapun jumlah pelayanan gawat darurat level satu rumah sakit Kabupaten
Cilacap adalah 7 Rumah Sakit Umum (RSU) dan 3 Rumah Sakit Khusus
(RSK).
Tabel 5.2
Indikator Kinerja Rumah Sakit Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Rumah Sakit Indikator Rumah Sakit
BOR BTO TOI ALOS
RSUD Cilacap 58,91 58,19 2,58 3,70
RSUD Majenang 83,31 83,37 0,73 3,65
RSU Pertamina 29,78 35,76 7,17 3,04
RSU Islam Fatimah 7,84 89,81 3,75 0,32
RSU Santa Maria 0,00 0,00 0,00 0,00
RSU Aprillia 29,65 83,16 3,09 1,30
RSU Aghisna Medika 59,02 47,04 3,18 4,58
RS Khusus Ibu dan Anak Afdilla 0,00 0,00 0,00 0,00
RS Khusus Bersalin Annisa 0,00 0,00 0,00 0,00
RS Khusus Ibu dan Anak Duta
Mulya
56,82 93,46 1,69 2,22
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 122
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan tabel 5.2 diatas diketahui bahwa pencapaian BOR tertinggi
(83,31%) berada di RSUD Majenang dan RSU Aghisna Medika (59,02%)
sedangkan BTO tertinggi (93,46) kali dimiliki RS Khusus Ibu dan Anak Duta
Mulya.
Grafik 5.1
Indikator Kinerja Rumah Sakit di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: Simpus 2013
Berdasarkan Garfik 5.1 diatas terlihat bahwa Rumah sakit yang memiliki BOR
terbesar adalah RSUD Cilacap (85,0425%) dan RSUD Majenang (85,0425%)
sedangkan utuk nilai BTO terbesar adalah RSU Aprilia (231,38 kali).
2. Puskesmas
Menurut DepKes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kesehatan.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten/kota (UPTD),
Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana
tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 123
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan
yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang
hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas
adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek
kesehatan yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan damapk negative
terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku
masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang
kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju
kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas akan selalu
berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan
pelayanan kesehatan sertameningkatkan efisiensi pengelolaan dana
sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 124
menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya
pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan puskesmas mencakup
pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.
Kabupaten Cilacap memiliki Puskesmas Rawat inap 15 unit dengan
209 tempat tidur dan 23 puskesmas non rawat inap. Sedangkan jumlah
puskesmas pembantu sebanyak 73 unit dan puskesmas keliling 38 unit.
3. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) merupakan
program pemberdayaan masyarakat yang bertujuan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. UKBM terdiri atas Desa Siaga Aktif, Forum Kesehatan
Desa, Poskesdes, Polindes, dan Posyandu.
a. Desa Siaga Aktif
Desa siaga aktif adalah sebuah desa/ kelurahan yang
penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan
dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan
Desa (PKD) atau sarana kesehatan lain yang ada di wilayah tersebut
seperti Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas atau sarana kesehatan
lainnya. Selain hal tersebut dalam desa/kelurahan siaga aktif
penduduknya juga mengembangkan UKBM dan melaksanakan surveilans
berbasis masyarakat meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan
anak, gizi, lingkungan dan perilaku, kedaruratan kesehatan dan
penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan, sehingga
masyarakat menerapkan perilaku hidup besih dan sehat (PHBS). Strata
desa siaga aktif menurut Kepmenkes RI No. 1529/Menkes/SK/X/2010
meliputi strata pratama, madya, purnama dan mandiri. Jumlah Desa Siaga
kabupaten Cilacap pada tahun 2014 adalah 284 buah.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 125
Grafik 5.2
Strata Desa Siaga Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: Simpus 2013
Dari grafik 5.2 diatas terlihat bahwa prosentase terbesar strata desa siaga
adalah madya (36 %) sedangkan desa siaga mandiri hanya sebesar 1 %.
b. Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar, utamanya lima program prioritas yang
meliputi (KB; KIA; Gizi; Imunisasi dan penanggulangan diare dan ISPA)
dengan tujuan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Dasar penghitungan Strata/penilaian tingkat perkembangan
posyandu yang selama ini digunakan adalah:
a. Manajemen ARRIF dengan 8 indikator yang meliputi : Frekuensi
penimbangan; Rerata kader bertugas pada hari buka Posyandu;
Rerata cakupan D/S; Cakupan kumulatif KB; Cakupan kumulatif KIA;
Cakupan kumulatif imunisasi; Ada tidaknya program tambahan dan
Cakupan dana sehat
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 126
b. Penghitungan strata Posyandu secara kuantitatif berdasar Surat
Gubernur Jawa Tengah nomor 411.4/05768, tanggal 20 Februari 2007
tentang Pedoman teknis penghitungan strata Posyandu secara
kuantitatif yang dinilai meliputi:
1) Variabel Input: kepengurusan, kader,sarana, prasarana dan dana.
2) Variabel Proses : pelaksanaan program pokok, program
pengembangan dan administrasi
3) Variable Output: D/S; N/S; K/S; cakupan K4; pertolongan
persalinan oleh nakes; Cakupan peserta KB, Imunisasi; dana
sehat; Fe; Vit A; pemberian ASI eksklusif dan frekuensi
penimbangan.
Grafik 5.3
Komperasi Sarana Posyandu Kabupaten Cilacap Tahun 2013 s/d 2014
Sumber: Simpus 2013
Berdasarkan grafik 5.3 diatas dapat diketahui bahwa Jumlah posyandu di
Kabupaten Cilacap tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 11
posyandu dibandingakan dengan tahun 2013. Penurunan jumlah
Posyandu tidak diikuti dengan menurunnya strata Posyandu. Hal
demikian dapat terlihat dari grafik 5.4 berikut ini.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 127
Grafik 5.4
Komperasi Strata Posyandu Kabupaten Cilacap Tahun 2013 s/d 2014
Sumber: Simpus 2014
Berdasarkan grafik 5.4 diatas diketahui bahwa strata Posyandu yang
mengalami kenaikan di tahun 2014 adalah posyandu strata pratama,
purnama dan mandiri.
1) Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang
ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana sacara
rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima)
orang.
Posyandu yang mencapai strata pratama mengalami kenaikan dari
(6,03 %) pada tahun 2013 menjadi (10,44 %) pada tahun 2014.
2) Posyandu Madya
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5
orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA,
Gizi, dan Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 128
Posyandu yang mencapai strata Madya mengalami penurunan yaitu
dari 56,74 % pada tahun 2013 menjadi 32,91 % pada tahun 2014.
Intervensi yang dapatdilakukan untuk perbaikan peringkat adalah
meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat
sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola
kegiatan Posyandu. Contoh intervensi yang dapat dilakukan antara
lain:
a. Pelatihan tokoh masyarakat, menggunakan Modul Posyandu
dengan metode simulasi.
b. Menerapkan SMD dan MMD di Posyandu, dengan tujuan untuk
merumuskan masalah dan menetapkan cara penyelesaiannya,
dalam rangka meningkatkan cakupan Posyandu.
3) Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata
jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima
kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan
program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan
dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.
Posyandu yang mencapai strata Purnama pada tahun 2014
sebanyak 977 (sebesar 45,93 %) meningkat dibanding tahun 2013
sebanyak 688 (32,18 %). Menurut SPM tahun 2010 Kabupaten
Cilacap telah berhasil mencapai target diatas 40 %.
Kegiatan revitalisasi posyandu masih perlu mendapat perhatian dari
semua sektor/pihak terkait. Termasuk didalamnya adalah dengan
mengoptimalkan fungsi Posyandu maupun Pokjanal Posyandu yang
sudah terbentuk baik di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota maupun
Kecamatan serta Pokja Posyandu di tingkat desa/kelurahan.
4) Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya
lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 129
telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola
oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK di wilayah kerja
Posyandu.
Posyandu yang mencapai strata mandiri juga mengalami kenaikan
dari 108 (5,05 %) pada tahun 2013 menjadi 228 (10,72 %) pada
tahun 2014.
B. TENAGA KESEHATAN
Gambaran keadaan sumber daya manusia kesehatan di Kabupaten
Cilacap Tahun 2014 adalah sebagai berikut :
1. Rasio Tenaga Dokter umum dan Dokter Spesialis per 100.000
Penduduk.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan pemerataan
pelayanan kesehatan diperlukan tenaga dokter yang cukup. Di Kabupaten
Cilacap tahun 2014 jumlah tenaga dokter umum yang bekerja di Puskesmas,
Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain adalah 98 orang atau Rasio =
5,541/100.000 penduduk. Rasio tenaga dokter per 100.000 penduduk sesuai
standar SPM adalah 40. Sedangkan jumlah dokter spesialis yang bekerja di
Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain adalah 50 orang atau
Rasio = 2,827/100.000 penduduk. Rasio tenaga dokter spesialis per 100.000
penduduk sesuai standar SPM adalah 6.
Dengan demikian keberadaan dokter umum dan dokter spesialis di
kabupaten Cilacap masih jauh dari yang diharapkan. Penyebaran dokter
spesialis belum menjangkau Pelayanan di tingkat Puskesmas, namun
demikian telah diupayakan adanya program kunjungan dokter spesialis
dalam rangka pelayanan kesehatan di tingkat Puskesmas.
2. Rasio Tenaga Dokter gigi dan Dokter Spesialis Gigi per 100.000
Penduduk.
Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 jumlah tenaga dokter gigi yang
bekerja di Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain adalah 34
orang atau Rasio = 1,9225/100.000. Target SPM Rasio tenaga dokter gigi
per 100.000 penduduk sampai adalah 11. Artinya di kabupten Cilacap tiap 2
orang dokter menangani 100.000 penduduk, idealnya 1 orang dokter gigi.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 130
3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian per 100.000 Penduduk.
Tenaga kefarmasian terdiri dari tenaga teknis farmasi dan tenaga
apoteker. Jumlah tenaga teknis farmasi di kabupaten cilacap 2014 adalah 66
orang dan jumlah tenaga Apoteker di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 adalah
23 orang. Jumlah Penyebaran tenaga apoteker di Tingkat Puskesmas
sebanyak 4 orang, Penyebaran tenaga apoteker di RS sebanyak 19 orang.
Jumlah total tenaga kefarmasian di Kabupaten Cilacap tahun 2014 adalah 89
orang dengan rasio 5,0325 per 100.000 penduduk dan standar SPM adalah
10. Lampiran tabel 78.
4. Jumlah Dan Rasio Bidan per 100.000 Penduduk.
Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi, serta meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, maka program
Pemerintah menempatkan bidan sampai ke desa yang dikenal dengan Bidan
Desa. Jumlah bidan yang ada di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan
lain Tahun 2014 sebanyak 818 orang dan Ratio bidan per 100.000 penduduk
sebesar 46,2538. Target rasio tenaga bidan per 100.000 penduduk adalah
100.
5. Jumlah Dan Rasio Perawat per 100.000 Penduduk.
Tenaga perawat kesehatan memegang peranan yang sangat penting,
karena pada umumnya tenaga perawat memberikan pelayanan langsung,
baik kuratif maupun preventif. Jumlah tenaga perawat kesehatan di
Kabupaten Cilacap tahun 2014, baik di Puskesmas, RS, dan Sarana
Kesehatan Lain sebanyak 1050 orang. Ratio jumlah perawat per 100.000
penduduk sebesar 59,3722. Target Rasio Tenaga Perawat per 100.000
penduduk adalah 117,5. Lampiran tabel 75.
6. Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan per 100.000 Penduduk.
Tenaga Ahli Gizi di Kabupaten Cilacap tahun 2014 baik di Puskesmas,
RS, dan Sarana Kesehatan Lain sebanyak 31 orang dengan ratio jumlah
tenaga Ahli Gizi per 100.000 penduduk sebesar 1,7528. Target Rasio Ahli
Gizi per 100.000 penduduk 10 adalah 22. Lampiran tabel 76.
7. Jumlah dan Rasio Ahli Kesehatan Lingkungan per 100.000 Penduduk.
Tenaga Ahli Kesehatan Lingkungan di Kabupaten Cilacap tahun 2014,
baik di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan lain sebanyak 38 orang,
terjadi penurunan jumlah tenaga ahli kesehatan lingkungan dibandingkan
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 131
pada tahun 2013. Ratio jumlah Ahli Sanitasi per 100.000 penduduk untuk
kabupaten Cilacap sebesar 2,1487. Target Rasio Ahli Sanitasi per 100.000
penduduk adalah 40. Lampiran Tabel 77.
8. Jumlah dan Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000 Penduduk
Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Cilacap tahun 2014,
baik di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan Lain sebanyak 30 orang,
sehingga ratio jumlah Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk
sebesar 1,6963. Target Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000
penduduk adalah 40.
Tabel 5.3
Rasio Tenaga Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014
NO JENIS JUMLAH Rasio (/100.000)
1 Dokter Spesialis 50 2,8272
2 Dokter Umum 98 5,5414
3 Dokter Gigi 34 1,9225
4 Bidan Total 818 46,2538
a. Bidan Puskesmas 671
b. Bidan Rumah Sakit 145
5 Perawat 1050 59,3722
a. Perawat Puskesmas 471
b. Perawat Rumah Sakit 579
6 Perawat Gigi 41 2,3183
7 Tenaga Kefarmasian 89 5,0325
a. Teknis Farmasi 66
• Teknik Farmasi Pusks 10
• Teknik Farmasi RS 56
b. Apoteker 23 1,3005
• Apoteker Puskesmas 4
• Apoteker Rumah Sakit 19
8 Kesehatan Masyarakat 30 1,6963
a. Kesmas di Puskesmas 25
b. Kesmas di Rumah sakit 5
9 Kesehatan Lingkungan 38 2,1487
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 132
a. Kesling di Puskesmas 35
b. Kesling di Rumahsakit 3
10 Tenaga Gizi 31 1,7528
a. Tenaga Gizi di Pusks 14
b. Tenaga Gizi di RS 17
11 Tenaga Fisioterapis 12 0,6785
a. Tenaga Fisioterapis di pusk 1
b. Tenaga Fisioterapis Di RS 11
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan tabel 5,3 diatas diketahui bahwa Jumlah tenaga kesehatan
terbanyak adalah tenaga perawat (1050) dengan rasio per 100.000
penduduk sebesar 59,3722 % disusul tenaga bidan sebanyak 818 dengan
rasio 46,2538 %.
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan bersumber dari anggaran APBD Kabupaten,
APBD Propinsi, APBN yang terdiri dari anggaran DAK, dan Dana tugas
pembantuan Kabupaten/ Kota. Tahun 2014, Dinas Kesehatan mendapatkan
anggaran sebesar Rp. 162.811.715.900,- (Seratus enampuluh dua milyar delapan
ratus sebelas juta tujuh ratus lima belas ribu sembilan ratus rupiah), dengan
rincian sebagaimana pada tabel 5.4 dibawah ini:
Tabel 5.4
Alokasi Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014
NO SUMBER BIAYA
ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN
REALIASASI
Rupiah % Rupiah
1 2 3 4 5
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:
1 APBD KAB/KOTA 152.725.065.900
93,80 110.608.948.311
a. Belanja Langsung 88.794.132.900
54,54 52.587.171.681
b. Belanja Tidak Langsung 63.930.933.000
39,27 58.021.776.630
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 133
1 2 3 4 5
2 APBD PROVINSI - 0,00
- Dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi
3 APBN : 10.086.650.000 6,20
9.618.560.890
- Dana Alokasi Umum (DAU)
- Dana Alokasi Khusus (DAK)
6.594.950.000 4,05 6.129.260.890
- Dana Dekonsentrasi
- Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota
3.491.700.000 2,14 3.489.300.000
- Lain-lain (sebutkan)
4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN)
- 0,00
(sebutkan project dan sumber dananya)
5 SUMBER PEMERINTAH LAIN
- 0,00
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN
162.811.715.900
120.227.509.201
TOTAL APBD KAB/KOTA 2.536.499.430.600
% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA
6,42
ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA
92.061,93
Sumber: Subbagian Perencanaan Dinkes Cilacap
Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa total APBD Kabupaten Cilacap
Tahun 2014 sebesar Rp 2.536.499.430.600 dengan alokasi anggaran Dinas
kesehatan sebesar 6,42 % atau sebesar Rp. 162.811.715.900,- dengan realisasi
anggarang sebesar Rp. 120.227.509.201.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 134
Grafik 5.5
Alokasi Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: Subbag Perencanaan Dinkes Cilacap.
Berdasarkan grafik 5.5 diatas terlihat bahwa anggaran kesehatan terbanyak
bersumber dari APBD Belanja Langsung Kabupaten Cilacap sebesar Rp.
88.794.132.900,- (54,54%) diikuti dari APBD Belanja Tidak Langsung sebanyak
Rp. 63.930.933.000.- (39,27%) dan anggaran APBN Dana Alokasi Khusus (DAK)
sebesar Rp 6.594.950.000.- (4,05%).serta APBN Dana tugas pembantuan
Kabupaten/ Kota Rp. 3.491.700.000 (2,14 %).
55% 39%
4% 2% APBD Belanja Langsung
APBD Belanja Tidak
Langsung
APBN Dana Alokasi
Khusus (DAK)
APBN Dana Tugas
Pembantuan
Kabupaten/Kota
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 135
BAB VI
KESIMPULAN
A. Derajat Kesehatan
1. Mortalitas/Angka Kematian
a. Kasus Kematian Bayi di Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak
284 kematian bayi dari 30.023 kelahiran hidup.
b. Kasus Kematian Balita di Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar
333 kasus.
c. Kasus Kematian Ibu di Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar
36 kasus. Meningkat dari tahun kemarin yang hanya 34 kasus kematian
ibu.
2. Morbiditas/Angka Kesakitan
a. Pada tahun 2014 di Kabupaten Cilacap ditemukan 12 penderita AFP,
sehingga sudah memenuhi target (10 kasus).
b. Case Detection Rate (CDR) atau angka penemuan penderita TB paru
BTA (+) di Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 1011 penderita
dengan terdiri dari penderita laki laki sejumlah 535 jiwa, dan penderita
perempuan sejumlah 476 jiwa, dengan jumlah kematian akbat TB paru
sebanyak 6 penderita.
c. Angka kesembuhan (Cure Rate) TB paru Kabupaten Cilacap tahun 2014
sebesar 94% dibawah target nasional (85%).
d. Persentase penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada
balita tahun 2014 sebesar 1.115 kasus dari perkiraan kejadian kasus di
Kabupaten Cilacap sebanyak 13.510.
e. Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan tahun 2014 sebanyak 86 kasus, lebih,
sedangkan Kasus Aquiared Immuno Devisiency Syndrome (AIDS)
sebanyak 13 kasus
f. Jumlah penemuan kasus diare di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 sebesar
42.429 dan penanganan diare sebesar 22.429 kasus.
g. Jumlah kasus baru Kusta tipe Multi Basiler yang dilaporkan pada tahun
2014 sebanyak 42 kasus dan Kusta tipe Pausi Basiler tidak ada kasus.
h. Penemuan kasus DBD di Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 447
kasus dengan angka kematian 6 orang. CFR atau angka kefatalan kasus
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 136
untuk Demam berdarah tahun 2014 sebesar 13,4. Artinya dari jumlah
penderita Demam berdarah dimungkinkan terjadi kematian sebanyak 13
sampai dengan 14 penderita setiap 1000 penderita Demam berdarah.
i. Penemuan Kasus baru filariasis sebanyak 18 penderita terdiri dari 8 orang
penderita laki-laki dan 10 perempuan.
j. Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 ini untuk penderita kelumpuhan AFP
tidak ditemukan kasus diantara 100.000 anak usia < 15 Tahun. Sedangkan
jumlah AFP non Polio sebanyak 12 penderita, dengan demikian AFP rate
untuk (non polio) per 100.000 penduduk usia kurang dari 15 tahun (< 15 )
sebesar 2,53.
k. Jumlah kasus Tetanus (Non Neonatorum) di Kabupaten Cilacap Tahun
2014 sebanyak 1.
l. Jumlah kasus Hipertensi di kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak
15.717 yang terdiri dari hypertensi Essensial sebanyak 13.105 kasus,
diantaranya dilaporkan oleh Puskesmas sejumlah 9.590 kasus dan
dilaporkan rumah sakit sejumlah 3.515 kasus. Sedangkan 2612 kasus
merupakan kasus hypertensi lain.
m. Kasus asma di Kabupaten Cilacap pada tahun 2014 sebesar 5.220, terdiri
dari kasus dilaporkan Puskesmas sebanyak 3.573 kasus, dan dilaporkan
oleh Rumahsakit sejumlah 1.647 kasus. Prevalensi kasus asma Bronkial
adalah 29,52 per 10.000 penduduk.
n. Kasus Diabetes militus di kabupaten cilacap tercatat sebanyak 9.295 kasus.
Dengan perincian dilaporkan oleh Puskesmas sebanyak 3.025 dengan 374
Diabetes militus tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/
Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI), dan 2.651 merupakan diabetes
militus tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI).
3. Status Gizi
a. Kasus bawah garis merah secara keseluruhan berjumlah 416 kasus
dengan kejadian terbanyak berada diwilayah UPT Puskesmas Cilacap
Utara II dengan 31 kasus dan UPT Cimanggu II sebanyak 28 kasus.
b. Kasus BBLR secara keseluruhan berjumlah 1.103 bayi atau 3,7 % dengan
kasus BBLR dengan kasus terbanyak terjadi di wilayah kerja UPT
Puskesmas Kawunganten sebanyak 73 kasus.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 137
B. Upaya Kesehatan
1. Pelayanan Kesehatan
a. Dari hasi pencatatan dan pelaporan pada program kesehatan ibu dan anak,
pencapaian hasil kegiatan untuk pelayanan K1 di Puskesmas Kabupaten
Cilacap tahun 2014 sebanyak 32.584, dari jumlah sasaran ibu hamil
sejumlah 32.590, dengan demikian cakupan pencapaian kunjungan K1
sebesar 99,98 %.
b. Pencapaian kegiatan program KIA untuk kunjungan K4 di Kabupaten
Cilacap Tahun 2014 sebanyak 30.830 kunjungan ibu hamil, dari jumlah
sasaran ibu hamil sebanyak 32.590 ibu hamil, dengan demikian angka
pencapaian cakupan kunjungan K4 sebesar 94,60 %.
c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten
Cilacap Tahun 2014 sebesar 98,26 %.
d. Cakupan pelayanan ibu nifas terhadap ibu melahirkan sebesar 96,94 %.
Pelayanan ibu nifas terhadap ibu melahirkan dengan angka cakupan
terendah terdapat di wilayah kerja UPT Puskesmas Wanareja II sebesar
87,32%.
e. Kabupaten Cilacap Tahun 2014 sejumlah 32.590 ibu hamil, dari jumlah
tersebut diperkirakan bumil dengan komplikasi kebidanan sebanyak 6.518
ibu hamil. Penanganan komplikasi kebidanan yang dilakukan pelayanan
terhadap ibu hamil sejumlah 6.262 atau tercakup sebesar 96,07 %.
f. Jumlah Ibu hamil tahun 2014 ini sebanyak 32.590 dan yang telah dilakukan
imunisasi TT 2+ sebanyak 17.720
g. Cakupan kunjungan Neonatus 1 di Kabupaten Cilacap mencapai 99,2 %
dengan cakupan kunjungan paling rendah terjadi di wilayah kerja
Puskesmas Kesugihan II sebesar 92,9 %.
h. Cakupan kunjungan Neonatus 3 (KN-Lengkap) Di Kabupaten Cilacap
Tahun 2014 kunjungan Neonatus 3 kali rata-rata 97,4 %.
i. Pencapaian rata-rata pemberian ASI Eksklusif Kabupaten Cilacap Tahun
2014 sebesar 36,16%.
j. Cakupan imunisasi BCG di Kabupaten Cilacap tahun 2014 mencapai
97,04% di atas dari target yang ditetapkan yaitu 90 %. Dari 38 Puskesmas
yang semua sudah mencapai terget 90%.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 138
k. Cakupan imunisasi HB < 7 hari bertujuan untuk menilai jangkauan program
imunisasi pada bayi. Cakupan Kabupaten Cilacap tahun 2014 mencapai
94,05%
l. Pencapaian imunisasi DPT3 dan HB 3, ini bertujuan untuk menilai cakupan
program imunisasi pada bayi. Cakupan Kabupaten Cilacap tahun 2014
mencapai 102,0%, sudah terpenuhi target yang ditentutan yaitu sebesar
90%.
m. Cakupan imunisasi Polio 4 Kabupaten Cilacap tahun 2014, mencapai 96% .
n. Cakupan Imunisasi Campak Kabupaten Cilacap tahun 2014 mencapai 96%
sudah melampaui target yang ditetapkan sebesar 80%.
o. Cakupan pemberian Vit A pada anak balita Kabupaten Cilacap Tahun 2014
mencapai 99,89%.
p. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A Kabupaten Cilacap tahun
2014 sebesar 99,89%.
q. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut Kabupaten Cilacap tahun 2014
sebesar 42 %.
r. Peserta Keluarga Berencana di Kabupaten Cilacap Tahun 2014, jumlah
pasangan usia subur sejumlah 340.224 jiwa. Dari jumlah tersebut, peserta
KB baru sejumlah 35.297 pasangan usia subur atau 10,4 %
s. Pencatatan Pelaporan Program KB aktif dengan jumlah PUS sebanyak
340.224, dan jumlah akseptor KB baru sejumlah 35.297, dan akseptor KB
aktif sebanyak 217.289. Cakupan sasaran PUS terhadap peserta KB aktif
sebesar 63,86%.
t. Jumlah rumah tangga PHBS secara keseluruah adalah 412.834 rumah dan
yang dipantau ada 240.180 rumah dengan pencapaian persentase rumah
tangga sehat sebesar 89,7 %.
u. Jumlah penduduk yang memiliki akses air minum adalah 879.762 jiwa dari
1.768.502 jiwa (50%).
2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
a. Jumlah kunjungan rawat jalan yang terbanyak ada di wilayah Puskesmas
Cilacap Tengah I sebanyak 54.506 kunjungan dan kunjungan rawat inap
yang terbanyak di Puskesmas Sampang sebanyak 5.108 kunjungan.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 139
b. Jumlah kepesertaan Jaminan Kesehatan terbanyak pada PPU (Pekerja
Penerima upah) sebanyak 107.669 dan terendah pada Asuransi swasta
(28.696).
C. Sumber daya Kesehatan
1. Sarana Kesehatan
a. Kabupaten Cilacap memiliki 7 (tujuh) rumah sakit. Dari 7 Rumah Sakit
Umum (RSU) dan 3 (tiga) Rumah Sakit Khusus (RSK).
b. Kabupaten Cilacap memiliki Puskesmas Rawat inap 15 unit dengan 238
tempat tidur dan 23 puskesmas non rawat inap. Sedangkan jumlah
puskesmas pembantu sebanyak 73 unit dan puskesmas keliling 38 unit.
c. Jumlah Desa Siaga pada tahun 2014 adalah 284 desa. Prosentase
terbesar strata desa siaga adalah madya (36 %) sedangkan desa siaga
mandiri hanya sebesar 1 %.
d. Jumlah posyandu di Kabupaten Cilacap tahun 2014 mengalami
peningkatan sebesar 2127 posyandu.
2. Tenaga Kesehatan
a. Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 jumlah tenaga dokter umum yang bekerja
di Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain adalah 98 orang
atau Rasio = 5,541/100.000 penduduk. Rasio tenaga dokter per 100.000
penduduk sesuai standar SPM adalah 40.
b. Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 jumlah tenaga dokter gigi yang bekerja di
Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain adalah 34 orang atau
Rasio = 1,9225/100.000.
c. Jumlah dokter spesialis yang bekerja di Puskesmas, Rumah Sakit dan
sarana kesehatan lain adalah 50 orang atau Rasio = 2,827/100.000
penduduk.
d. Jumlah tenaga teknis farmasi di kabupaten cilacap 2014 adalah 66 orang
dan jumlah tenaga Apoteker di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 adalah 23
orang. Jumlah Penyebaran tenaga apoteker di Tingkat Puskesmas
sebanyak 4 orang, Penyebaran tenaga apoteker di RS sebanyak 19 orang.
Jumlah total tenaga kefarmasian di Kabupaten Cilacap tahun 2014 adalah
89 orang dengan rasio 5,0325 per 100.000 penduduk.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014 140
e. Jumlah bidan yang ada di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan lain
Tahun 2014 sebanyak 818 orang dan Ratio bidan per 100.000 penduduk
sebesar 46,2538.
f. Jumlah tenaga perawat kesehatan di Kabupaten Cilacap tahun 2014, baik
di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan Lain sebanyak 1050 orang.
Ratio jumlah perawat per 100.000 penduduk sebesar 59,3722.
g. Tenaga Ahli Gizi di Kabupaten Cilacap tahun 2014 baik di Puskesmas, RS,
dan Sarana Kesehatan Lain sebanyak 31 orang dengan ratio jumlah tenaga
Ahli Gizi per 100.000 penduduk sebesar 1,7528.
h. Tenaga Ahli Kesehatan Lingkungan di Kabupaten Cilacap tahun 2014, baik
di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan lain sebanyak 38 orang, terjadi
penurunan jumlah tenaga ahli kesehatan lingkungan dibandingkan pada
tahun 2013. Ratio jumlah Ahli Sanitasi per 100.000 penduduk untuk
kabupaten Cilacap sebesar 2,1487.
i. Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Cilacap tahun 2014, baik
di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan Lain sebanyak 30 orang,
sehingga ratio jumlah Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk
sebesar 1,6963.
3. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan bersumber dari anggaran APBD Kabupaten, APBD
Propinsi, APBN yang terdiri dari anggaran DAK, dan Dana tugas pembantuan
Kabupaten/ Kota. Tahun 2014, Dinas Kesehatan mendapatkan anggaran
sebesar Rp. 162.811.715.900,- (Seratus enampuluh dua milyar delapan ratus
sebelas juta tujuh ratus lima belas ribu sembilan ratus rupiah).
Sumber anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 :
1. APBD Kabupaten Cilacap sebesar Rp. 152.725.065.900,- (93,80%).
2. APBN sebesar Rp. 10.086.650.000.-(6,20%).
TABEL 71
KABUPATEN/KOTA CILACAP
TAHUN 2014
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 DAYEUHLUHUR DAYEUHLUHUR I 9 0 7 2 9 100
2 DAYEUHLUHUR II 5 3 2 0 0 5 100
3 WANAREJA WANAREJA I 11 0 0 11 0 11 100
4 WANAREJA II 5 0 0 5 0 5 100
5 MAJENANG MAJENANG I 11 0 11 0 0 11 100
6 MAJENANG II 6 0 2 4 0 6 100
7 CIMANGGU CIMANGGU I 8 8 0 0 0 8 100
8 CIMANGGU II 7 0 7 0 0 7 100
9 KARANGPUCUNG KARANGPUCUNG I 7 0 4 3 0 7 100
10 KARANGPUCUNG II 7 5 0 2 7 100
11 CIPARI CIPARI 11 6 0 3 2 11 100
12 SIDAREJA SIDAREJA 10 7 3 0 0 10 100
13 KEDNGREJA KEDNGREJA 11 2 7 2 0 11 100
14 PATIMUAN PATIMUAN 7 0 4 3 0 7 100
15 GANDRUNGMANGU GANDRUNGMANGU I 8 0 6 2 0 8 100
16 GANDRUNGMANGU II 6 6 0 0 0 6 100
17 BANTARSARI BANTARSARI 8 2 2 4 0 8 100
18 KAWUNGANTEN KAWUNGANTEN 12 2 8 2 0 12 100
19 KAMPUNGLAUT KAMPUNGLAUT 4 4 4 100
20 JERUKLEGI JERUKLEGI II 7 0 0 5 2 7 100
21 JERUKLEGI II 6 0 3 3 0 6 100
22 KESUGIHAN KESUGIHAN I 9 0 9 9 100
23 KESUGIHAN II 7 0 5 2 0 7 100
24 ADIPALA ADIPALA I 9 0 0 7 2 9 100
25 ADIPALA II 7 0 0 0 7 7 100
26 MAOS MAOS 10 0 0 10 0 10 100
27 SAMPANG SAMPANG 10 0 1 9 10 100
28 KROYA KROYA I 11 7 4 0 0 11 100
29 KROYA II 6 0 0 6 0 6 100
30 BINANGUN BINANGUN 17 10 7 17 100
31 NUSAWUNGU NUSAWUNGU I 9 3 1 5 0 9 100
32 NUSAWUNGU II 8 0 8 0 0 8 100
33 CILACAP SELATAN CILACAP SELATAN I 3 0 3 3 100
34 CILACAP SELATAN II 2 2 0 0 0 2 100
35 CILACAP TENGAH CILACAP TENGAH I 3 0 0 2 1 3 100
36 CILACAP TENGAH II 2 0 1 1 0 2 100
37 CILACAP UTARA CILACAP UTARA I 3 3 0 0 0 3 100
38 CILACAP UTARA II 2 2 0 0 2 100
284 72 95 100 17 284 100JUMLAH KABUPATEN
DESA/KELURAHAN SIAGA
JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KECAMATAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH
DESA/
KELURAHAN
ProfilKesehatankabupatenCilacapTah
un2014ProfilKesehatankabupatenCil
acapTahun2014ProfilKesehatankabu
patenCilacapTahun2014ProfilKeseha
tankabupatenCilacapTahun2014Profi
lKesehatankabupatenCilacapTahun2
014ProfilKesehatankabupatenCilacap
Tahun2014ProfilKesehatankabupate
nCilacapTahun2014ProfilKesehatank
abupatenCilacapTahun2014ProfilKes
ehatankabupatenCilacapTahun2014P
rofilKesehatankabupatenCilacapTahu
n2014ProfilKesehatankabupatenCila
capTahun2014ProfilKesehatankabup
atenCilacapTahun2014ProfilKesehat
ankabupatenCilacapTahun2014Profil
KesehatankabupatenCilacapTahun20
14ProfilKesehatankabupatenCilacap
SIKDA (Sistem Informasi Kesehatah Daerah) berbasis website. Mendukung manajemen Data Kesehatan Kabupaten Cilacap : Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas (SIMPUS), Sistem Informasi Manajemen Program (SPTP), Sistem Informasi Manajemen Obat (SIMO) dan Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian (SIMKA).