profil usahatani tumpangsari desa sea induk

Upload: balqies-camilla

Post on 06-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dcds

TRANSCRIPT

PENGANTAR USAHA TANIREVIEW JURNAL PROFIL USAHATANI POLA PENANAMAN TUMPANG SARI DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG

Disusun oleh Kelompok 3 :

Sayyida Camilla Balqies135040200111152Donny Valentinus S.135040200111158Athirah A. P. Insani135040200111169

Kelas : C

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

Secara umum, Desa Sea Induk terdiri atas 4415 orang. Dua puluh lima orang penduduk diantaranya menerapkan pertanian dengan pola tanam tumpang sari (intercropping). Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer melalui kuesioner. Adapun, responden kuesioner di Desa Sea Induk ini berusia sekitar 36-48 tahun. Dari 25 orang responden, 10 orang diantaranya berada pada rentang umur 41-50 tahun, 8 orang berada pada rentang umur 51-60, 4 orang pada rentang 30-40, dan 3 orang yang berusia di atas 60 tahun. Tingkat pendidikan pada sebgian besar responden petani tumpang sari di Desa Sea Induk, yaitu Sekolah Dasar (SD). Dari seluruh responden, 15 orang diantaranya berpendidikan hingga SD, 5 orang beriwayat pendidikan hingga SMP, 3 orang hingga jenjang SMA, dan 2 orang berpendidikan hingga perguruan tinggi. Berdasarkan pengalaman bertaninya, mayoritas petani tumpang sari di Desa Sea Induk sudah bercocok tanam selama 11-20 tahun.Berdasarkan pengalaman bertani terhadap penerapan pola penanaman tumpang sari, terdapat 5 orang dengan pengalaman bertani selama 0-10 tahun, 11 orang selama 11-20 tahun, 5 orang selama 21-30 tahun, dan 4 orang lebih dari 30 tahun. Sehingga pengalaman bertani selama lebih dari 20 tahun bisa disebut petani senior sebanyak 9 orang yang melakukan pola penanaman tumpang sari, sedangkan petani yang baru sekitar 10 tahun menjalani usaha bertani kurang dalam penerapan tumpang sari dari pada petani senior.Partisipasi responden terhadap penyuluhan sangat minim yakni sebesar 64 % petani tidak pernah mengikuti penyuluhan dan sisanya pernah mengikuti. Selain itu, jumlah tanggungan dalam keluarga juga turut berpengaruh dalam distribusi pendapatan hasil usaha tani di Desa Sea Induk. Hasil penelitian ini adalah jumlah tanggungan keluarga petani responden terbanyak berkisar 3-4 orang terdiri dari 17 rumah tangga atau 68% dari total rumah tangga responden, sedangkan 7 responden (28%) memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 1-2 orang. Hanya terdapat 1 orang responden (4%) dengan jumlah tanggungan keluarga berjumlah 5 orang. Kepemilikan lahan di Desa Sea Induk juga mempengaruhi hasil usaha tani para petani disana. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden menguasai lahan seluas 1,1 2 ha dalam kegiatan usahatani, yaitu sebanyak 12 responden atau 48%. Untuk luas lahan yang cukup sempit yaitu 0,1 1 ha, dikuasai oleh 11 responden (44%) petani dalam penelitian ini, sedangkan petani dengan penguasan lahan yang luas, yaitu lebih dari 2 ha sebanyak 2 responden (8%) dari keseluruhan petani responden. Hasil survey menunjukan bahwa semakin luas lahan petani penerap pola penanaman tumpang sari, maka semakin banyak variasi tanaman yang dibudidayakan.Petani memanfaatkan luas lahan dengan pola tanam tumpang sari sebagai alternatif untuk memksimalkan keuntungan dan menjaga stabilitas pendapatan. Selain itu terdapat 2 jenis petani di Desa Sea Induk, yakni petani penggarap dengan prosentase 32 % dan petani pemilik-penggarap dengan prosentase 68 %.Total biaya produksi tumpang sari di Desa Sea Induk pada lahan seluas 1,5 ha adalah sebesar Rp. 889.092 setiap bulan. Namun total lahan yang terdapat di Desa Sae Induk adalah 37, 5 ha, sehingga biaya produksinya sebesar RP. 22.207. 305 tiap bulan. Sedangkan total penerimaan yang didapat oleh para petani pada luas lahan 37,5 ha tersebut adalah Rp. 72.211.000 tiap bulan. Sehingga pendapatan bersih petani adalah sebesar Rp. 50.309.207 tiap bulan dengan rasio R/C adalah sebesar 3,24 yang artinya dalam usaha tani pada pola penanaman tumpang sari, petani mendapatkan untung hingga 300% yakni setiap Rp. 1 yang dikeluarja petani maka yang diterima petani adalah sebesar Rp. 3,24. Keuntungan tersebut cukup signifikan dalam kegiatan usaha tani pola tumpang sari.