profil kesehatan puskesmas wirobrajan 2013.doc
TRANSCRIPT
PROFIL KESEHATAN
PUSKESMAS WIROBRAJAN
KOTA YOGYAKARTA
TAHUN 2013
OLEH :
PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA
JL. BUGISAN WB III/437 YOGYAKARTA, TELP. 0274-387764
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya Profil Kesehatan Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2013
(Data tahun 2012) dapat terselesaikan.
Profil ini disusun untuk memberikan informasi sekaligus laporan kepada pengambil
kebijakan pemerintah khususnya Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, serta kepada masyarakat
mengenai hasil pembangunan bidang kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan. Profil
ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan (input) untuk pembagunan bidang kesehatan pada
tahap selanjutnya khususnya di wilayah Puskesmas Wirobrajan.
Data yang disajikan dalam profil ini merupakan hasil kinerja Puskesmas Wirobrajan
selama tahun 2012 yang disusun oleh masing-masing programer sesuai dengan target dan
sasaran. Data juga diambil dari lembaga lintas sektoral yang berwenang menyediakan data-data
ekstrinsik diluar bidang kesehatan yang mendukung perilaku di bidang kesehatan, sebagai contoh
: Data kepadatan penduduk, data jenis pekerjaan, data geografis dan lain-lain, yang diambil dari
Data Monografi Kecamatan.
Kami menyadari bahwa penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas Wirobrajan tahun 2013
masih terdapat kekurangan, baik dalam kelengkapan data, validasi data, maupun ketepatan waktu
penyusunannnya. Untuk itu kami mengharapkan saran, tanggapan, maupun kritik yang
membangun demi perbaikan penyusunan Profil Kesehatan di masa yang akan datang.
Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaga baik langsung
maupun tidak langsung, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya. Akhirnya semoga Profil Kesehatan ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi
bagi perencanaan pembangunan di bidang kesehatan selanjutnya.
Yogyakarta, 2 September 2013Kepala Puskesmas Wirobrajan
Dr. Iva Kusdyarini NIP : 197706012003122004
2
DAFTAR ISI
1. Halaman Judul 1
2. Kata Pengantar 2
3. Daftar Isi 3
4. Bab I Pendahuluan 4
5. Bab II Gambaran Umum Puskesmas Wirobrajan 7
a. Geografi 7
b. Demografi 7
c. Sosial Ekonomi 8
d. Sarana Pelayanan Kesehatan 9
6. Bab III Pembangunan Kesehatan Umum 11
a. Pengertian 11
b. Tujuan, Fungsi dan Tanggungjawab Puskesmas 14
c. Manajemen Puskesmas 16
d. Visi 19
e. Misi 20
7. Bab IV Pencapaian Program Kesehatan 22
a. Data Rekapitulasi Umum Pasien 22
b. Data Kepenyakitan 24
c. Data Hasil Laboratorium 26
d. Program Gizi 28
e. Program KIA 32
f. PKM dan Kesehatan Lingkungan 35
g. Kesehatan Gigi dan Mulut 39
h. Upaya Kesehatan usia Lanjut 42
i. Psikologi 43
8. Bab V Kesimpulan Dan Saran 45
9. Daftar Isi dan Lampiran 46
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Republik Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar didunia ke
empat dibawah negara RRC, Amerika Serikat, dan India, dan menjadi negara kepulauan terbesar
dengan jumah 17.336 pulau yang tersebar di seluruh Nusantara. Dengan jumlah penduduk yang
besar dan pulau-pulau yang terpisahkan oleh hamparan laut, Indonesia terkayakan oleh ragam
budaya dan adat istiadat. Karena kaya akan budaya, Indonesia juga terhimpit oleh ragam masalah
yang melingkupi berbagai sektor kehidupan. Kemiskinan, pengangguran, masalah perumahan,
dan masalah di sektor lain menghiasi berbagai berita di media cetak maupun elektronik. Tak
terkecuali, bidang kesehatan juga tak luput dari berbagai permasalahan. Puskesmas yang menjadi
ujung ombak pelayanan primer, tentunya sangat diharapkan berada di garis depan dalam
pengentasan masalah kesehatan di tingkat terkecil.
Reformasi bidang kesehatan telah menetapkan Visi pembangunan kesehatan yang
tercermin dalam motto Indonesia Sehat 2015, dalam tatanan desentralisasi berarti pencapaian
Indonesia Sehat pada tahun 2015 sangat ditentukan oleh Pencapaian Kabupaten Sehat,
Kecamatan Sehat, bahkan pencapaian Desa Sehat. Tujuan pembangunan kesehatan menuju
Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan
dengan perilaku yang sehat, memiliki keamampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
Fungsi Puskesmas ditetapkan Pemerintah melalui Departemen Kesehatan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 128/MENKES/SK/II/2004 yaitu sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, Pusat
pelayanan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat, fungsi Puskesmas secara spesifik terdiri dari pemberian tindakan kuratif
(pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif
(pemulihan kesehatan). Pelaksanaan fungsi ini melalui dua cara, yaitu kegiatan di dalam
Puskesmas dan kegiatan luar gedung Puskesmas. Diantara tugas dan fungsi Puskesmas tersebut
paling besar, nyata dan langsung dapat dirasakan oleh masyarakat adalah fungsi jasa pelayanan
kesehatan.
. Upaya untuk memenuhi fungsi yang dibebankan pada puskesmas tidak akan berhasil
tanpa adanya Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas yang terintegrasi, komprehensif dan
berkesinambungan. Untuk itu diperlukan suatu data kesehatan yang berupa profil kesehatan di
wilayah Puskesmas. Profil kesehatan merupakan bagian dari sistem informasi kesehatan yang
sangat penting artinya dalam mengevaluasi keberhasilan pembangunan bidang kesehatan serta
sebagai indikator/sarana untuk mengukur tercapainya Kecamatan Wirobrajan yang sehat. Selain
itu profil kesehatan juga diarahkan sebagai sarana penyedia data dan informasi untuk
perencanaan, pengambilan keputusan dan managemen kesehatan.
4
Profil Kesehatan Puskesmas tahun 2013 (data tahun 2012) disusun dengan tujuan untuk
memberikan gambaran hasil pembangunan bidang kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Wirobrajan dengan pencapaian hasil-hasil pembangunan kesehatan dalam rangka tercapainya
Kecamatan Sehat mendukung terwujudnya Indonesia Sehat 2015. Selain itu juga dimaksudkan
sebagai sistem informasi dan penyajian data terhadap keberhasilan yang telah dicapai serta
memberikan gambaran tentang permasalahan yang dihadapi menyangkut teknis maupun non
teknis, internal maupun external yang dapat dipergunakan sebagai evaluasi terhadap peningkatan
mutu pelayanan kesehatan sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan nasional. Selain
sebagai masukan penting bagi penyusunan Profil Kesehatan Kota Yogyakarta.
5
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS WIROBRAJAN
A. Geografis
Puskesmas Wirobrajan terletak di Jl. Bugisan WB III/437 Yogyakarta, tepatnya di
Kalurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, sebelah barat Kota Yogyakarta dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah utara : Kecamatan Tegal Rejo
2. Sebelah timur : Kecamatan Ngampilan dan Mantrijeron
3. Sebelah selatan : Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
4. Sebelah barat : Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
Puskesmas Wirobrajan mempunyai luas wilayah kerja 1,78 Km2, Countur tanahnya
adalah datar dengan dilewati beberapa sungai yang lebarnya sedang 5-10 M dengan debit air
yang relatif kecil. Ketinggian daratan adalah 114 M dari permukaan air laut. Suhu udara
maksimum 35◦ C dan suhu udara minimum adalah 23◦ C. Kisaran curah hujan rata-rata 1,29
Mm/tahun. Jumlah hari dengan jumlah hujan terbanyak adalah 31 hari. Wilayah Wirobrajan
termasuk perkotaan dengan padatnya bangunan perumahan dan pertokoan serta pusat-pusat
bisnis dan pendidikan. Kecamatan Wirobrajan sendiri terdiri dari 3 Kalurahan memiliki 34 RW
dan 165 RT :
1. Kalurahan Pakuncen : Terletak di bagian utara, 12 RW dan 58 RT
2. Kalurahan Wirobrajan : Terletak di bagian tengah, 10 RW dan 51 RT
3. Kalurahan Patangpuluhan : Terletak di bagian selatan ,12 Rw dan 56 RT
Grafik perbandingan luas wilayah Wirobrajan berdasarkan luas kelurahan
B. Demografi
Wilayah Wirobrajan memiliki penduduk yang sangat beragam, baik dari segi sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, asal daerah, dan agama. Keragaman tersebut menjadi kesatuan
yang dinamis karena semua menjalankan fungsinya dengan baik. Hal ini didukung pula oleh
6
struktur kepemerintahan yang sudah terpola dan masyarakat yang telah memiliki kesadaran
tinggi terhadap aspek-aspek kehidupan.
Transportasi dapat berjalan lancar karena memiliki jalan raya yang menunjang yang
menghubungkan dengan pusat kota dan pusat-pusat bisnis pergerakan ekonomi. Kepadatan
penduduk merata dengan jumlah penduduk 28.152 orang. Berikut ini adalah data-data
kependudukan Kecamatan Wirobrajan yang bersumber dari data Kecamatan Wirobrajan 2012:
1. Grafik Jumlah Penduduk Kecamatan Wirobrajan Tahun 2012
Jumlah penduduk Pakuncen berjumlah 3202 KK dengan jumlah penduduk 10726 (38%),
dengan perbandingan laki-laki 5281 dan perempuan 5445 orang. Grafik diatas memberikan
gambaran bahwa jumlah penduduk terbanyak berada di Kalurahan Pakuncen sebanding dengan
luas wilayahnya dalam peta (terlampir). Jumlah penduduk di Kalurahan Wirobrajan menduduki
peringkat kedua dengan 9.967 jiwa (35%), terdiri 3009 KK, dengan perbandingan 4906 laki-laki
dan 5061 perempuan. Dan yang terakhir, Kalurahan Patangpuluhan yang terdiri 2283 KK, 7.459
(26%) jiwa, dengan perbandingan 3.669 laki-laki dan 3.790 perempuan.
2. Grafik Perbandingan Jenis Kelamin Penduduk di Kecamatan Wirobrajan Tahun 2012
Rata-rata jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada laki-laki disetiap
kalurahan. Penduduk terbesar berada di Kalurahan Pakuncen diikuti oleh Wirobrajan dan
Patangpuluhan.
7
C. Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi akan sangat mempengaruhi pola perilaku kesehatan masyarakat.
Hal ini dapat dilihat secara nyata, orang yang memiliki kemampuan ekonomi tinggi akan
menggunakan fasilitas kesehatan yang mahal dan bagus sedangkan masyarakat dengan tingkat
sosial ekonomi menengah kebawah sebagian besar menggunakan fasilitas kesehatan apa adanya.
Berikut ini adalah grafik mata pencaharian penduduk di Kecamatan Wirobrajan yang merupakan
gambaran tingkat sosial ekonomi mereka.
1. Grafik Jumlah Penduduk Miskin d wilayah Kecamatan Wirobrajan
Jumlah penduduk miskin di wilayah Kecamatan Wirobrajan berkisar 2.901 jiwa, dengan jumlah
terbanyak pada kelurahan Pakuncen 997 jiwa. Selanjutnya kelurahan patang puluhan dengan 990
jiwa, dan yang paling makmur kelurahan wirobrajan dengan 914 jiwa.
1. Grafik Penduduk Berdasarkan Kelompok Pekerjaan
Grafik diatas menunjukkan sepuluh pekerjaan yang didata oleh Kecamatan Wirobrajan.
Dalam grafik tersebut, terlihatt bahwa sebagian besar pekerjaan warga adalah Pegawai Negeri
Sipil (PNS), diikuti oleh pekerjaan sebagai karyawan swasta, jasa, petani, dsb. Dari grafik
tersebut, dapat di hitung bahwa jumpah penduduk yang bekerja 15.251, atau hanya 54 % dari
total penduduk. Angka tidak bekerja cukup tinggi yang harus menjadi perhatian lintas sektoral
untuk memberikan lapangan pekerjaan maupun merangsang untuk dapat menciptakan
8
pekerjaan. Angka pengangguran yang tinggi meningkatkan kunjungan di suatu fasilitas
kesehatan gratis (Diki, 2013)
D. Sarana Pelayanan Kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan akan sangat berpengaruh pada penanganan permasalahan
kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan yang baik akan memberikan kenyamanan kepada pasien
sehingga motivasi pasien tinggi untuk menjaga dan memeriksakan kesehatannya. Berikut adalah
Tabel sarana kesehatan di wilayah Kecamatan Wirobrajan.
1. Tabel Sarana Pelayanan Kesehatan
No Sarana Jumlah
1 Puskesmas 12 Puskesmas Pembantu 13 Rumah Sakit Swasta 14 Apotik 85 Praktik Dokter Swasta 406 Praktik Bidan Swasta 47 Posyandu 368 Kendaraan Pusling 19 Lokasi Pusling 1210 Balai Pengobatan Swasta 111 Rumah Bersalin 112 Laboratorium Swasta 1 Lain-lain 4 Jumlah 111
Jumlah sarana tersebut tersebar dalam 3 Kalurahan dimana lokasi utama Puskesmas
berada di wilayah Kalurahan Patangpuluhan sedangkan Puskesmas Pembantu (Pustu) berada di
wilayah Kalurahan Pakuncen.
2. Tabel Kader Kesehatan
No KaderKal.
PakuncenKal.
WirobrajanKal.
PatangpuluhanJumlah
1 Petugas Puskesmas 10 10 7 272 Kader total 129 122 98 3493 Kader yang dilatih 129 122 98 3494 Kader aktif 108 105 89 3025 Batrra 1 3 1 56 Kelompok/Paguyupan Batrra 1 1 1 3
Puskesmas di kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta sejumlah 2 buah yaitu Puskesmas
Induk dan Puskesmas Pembantu, telah memiliki gedung yang memadai sebagai pusat pelayanan
kesehatan masyarakat, tenaga medis dan paramedis dapat bekerja secara optimal melayani
masyarakat sekitar. Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas UGD dan Ambulance yang setiap saat
dapat digunakan pada jam kerja. Puskesmas Wirobrajan belum melayani pasien rawat inap.
Kegiatan pelayanan secara umum meliputi : Balai Pengobatan umum (BPU), Balai Pengobatan
Gigi (BPG), BKIA/KB, Unit Farmasi, Unit Puskesmas Keliling, UKS, Konseling Gizi,
Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan (Promkes), Poli Lansia, KRR. Pelayanan khusus
kepada balita dan usila dilaksanakan pada kegiatan-kegiatan luar gedung yaitu kegiatan
Posyandu.
9
BAB III
PEMBANGUNAN KESEHATAN UMUM
DAN PEMBANGUNAN KESEHATAN PUSKESMAS WIROBRAJAN
A. Pengertian
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,
yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar
1945 pasal 28 H ayat (1) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan. Dalam
Indeks pembangunan Manusia (IPM), indikator status kesehatan merupakan salah satu
komponen utama selain pendidikan dan pendapatan perkapita. Dengan demikian pembangunan
kesehatan merupakan salah satu upaya utama untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia,
yang pada gilirannya mendukung percepatan pembangunan nasional.
Secara umum, status kesehatan dan gizi masyarakat terus mengalami peningkatan, antara
lain dilihat dari beberapa indikator. Angka kematian bayi menurun dari 46 (1997) menjadi 32 per
1.000 kelahiran hidup (2005). Angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334 (1997) menjadi
307 per 100.000 kelahiran hidup (2002-2003). Usia harapan hidup meningkat dari 65,8 tahun
(1999) menjadi 69 tahun (2005). Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk menurun dari 34,4 persen
(1999) menjadi 28 persen (2005), namun dalam beberapa tahun terakhir ini cenderung terjadi
stagnasi. Walaupun terjadi peningkatan, status kesehatan masyarakat Indonesia masih lebih
rendah bila dibandingkan dengan status kesehatan di negara-negara ASEAN seperti Thailand,
Malaysia, dan Filipina, dan masih jauh dari sasaran Millenium Development Goals (MDGs).
Kondisi status kesehatan dan keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan tersebut,
dipengaruhi antara lain oleh faktor lingkungan fisik, biologik maupun sosial ekonomi, perilaku
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta kondisi pelayanan ekonomi. Pada akhir tahun
2006, sarana pelayanan kesehatan dasar yang tersedia meliputi 8.015 Puskesmas, 22.000
Puskesmas Pembantu, dan 6.132 Puskesmas Keliling. Disamping itu, hampir seluruh
Kabupaten/Kota telah memiliki Rumah Sakit, baik milik pemerintah maupun swasta. Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) telah dikembangkan sejak tahun 2006 dalam rangka desa siaga.
Jumlah sarana kesehatan dasar tersebut telah meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, dan pada
tahun 2007 diperkirakan akan terus bertambah. Meskipun demikian sebagian masyarakat
terutama penduduk miskin belum sepenuhnya dapat mengakses pelayanan kesehatan karena
kendala jarak dan biaya transportasi Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat
Miskin (JPKMM), yang bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap
pelayanan kesehatan, selama ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat miskin. Program ini perlu
dilanjutkan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat miskin dengan memberikan
pelayanan kesehatan secara cuma-cuma di Puskesmas dan jaringannya, dan pelayanan kesehatan
di kelas III rumah sakit.
Tenaga kesehatan masih belum mencukupi dan penyebarannya belum merata. Daerah-
daerah terpencil dan tertinggal masih kekurangan tenaga kesehatan, terutama dokter dan bidan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 2006 telah diangkat dan ditempatkan Pegawai
Tidak Tetap (PTT) dokter spesialis, dokter, dan dokter gigi di daerah terpencil dengan insentif
khusus. Namun kebutuhan tenaga kesehatan masih cukup besar sehingga ketersediaan dan
10
penyebaran tenaga kesehatan tetap akan menjadi permasalahan selama beberapa tahun ke depan.
Penyakit infeksi menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menonjol,
antara lain ditunjukkan dengan masih tingginya kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD),
Tuberkulosis paru, Malaria, Diare, infeksi saluran pernafasan dan HIV/AIDS. Pada tahun 2006,
kasus penyakit flu burung pada manusia tercatat sebanyak 55 kasus terkonfirmasi (confirmed
casus) dan 45 diantaranya meninggal dunia (case fatality rate (CFR) 81,8 persen). Pada awal
tahun 2007 (sampai dengan 12 Februari 2007), tercatat sebanyak 9 kasus terkonfirmasi, 6
diantaranya meninggal (CFR: 66,7 persen). Di bidang kesehatan, perkembangan penyakit flu
burung ini, menjadi suatu tantangan yang perlu ditangani lebih baik terutama dalam hal
survailans, penanganan pasien/penderita, penyediaan obat, sarana dan prasarana rumah sakit.
Pada tahun 2007 dan 2008, upaya perbaikan status gizi masyarakat, terutama masyarakat
miskin, menjadi salah satu prioritas pembangunan kesehatan. Masalah kurang gizi disebabkan
berbagai faktor seperti tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan pengetahuan, status
kesehatan, dan perilaku masyarakat. Oleh karena itu upaya penanggulangan masalah gizi dengan
fokus pada kelompok miskin harus dilakukan secara sinergis meliputi berbagai bidang seperti
pertanian, pendidikan dan ekonomi. Permasalahan gizi utama yang dihadapi pada tahun 2008
meliputi kurang energi protein pada ibu hamil, bayi, dan balita, serta berbagai masalah gizi lain
seperti anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A dan kurang zat gizi
mikro lainnya. Ketersediaan dan keterjangkauan obat esensial serta penurunan harga obat perlu
terus diupayakan. Pada periode tahun 2004-2006, harga obat generik telah diturunkan antara 60-
80 persen, serta dilakukan labelisasi obat generik dan sekaligus pencantuman harga obat.
Meningkatnya ketersediaan obat generik esensial yang terjangkau diharapkan dapat mendorong
pemakaian obat terutama bagi kelompok miskin. Upaya ini akan bersinergi dengan upaya
peningkatan akses terhadap sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar. Dengan sinergi ini,
masyarakat diharapkan akan lebih mudah dalam menjangkau fasilitas kesehatan, mendapatkan
pelayanan yang bermutu, dan harga obat yang terjangkau. Pengawasan terhadap obat, makanan
dan keamanan pangan serta penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA)
menjadi hal sangat penting. Pada tahun 2006 antara lain telah dilakukan pemeriksaaan/inspeksi
terhadap sarana produksi obat, pedagang besar farmasi, serta apotek. Hal ini dilakukan untuk
melindungi masyarakat dari obat yang tidak bermutu, pangan yang berbahaya dan
penyalahgunaan NAPZA. Dalam hal pengawasan pangan, perlu ditingkatkan pengawasan dan
penegakan hukum terhadap penggunaan zat-zat tambahan yang membahayakan.
Pembangunan kesehatan pada tahun 2008 merupakan bagian dari upaya pencapaian
sasaran pembangunan kesehatan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun
2004–2009, yaitu meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat yang ditandai dengan
meningkatnya usia harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi, menurunnya angka
kematian ibu, dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita. Adapun sasaran keluaran
pembangunan kesehatan tahun 2012 adalah:
1. Meningkatnya persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat.
2. Meningkatnya persentase keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan
mencakup 50 persen; persentase keluarga menggunakan air bersih mencakup 61 persen
11
dan persentase keluarga menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan
mencakup 66,5 persen.
3. Meningkanya persentase tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan
mencakup 80 persen.
4. Meningkatnya cakupan rawat jalan mencakup 15 persen.
5. Meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mencakup 85
persen.
6. Meningkatnya cakupan pelayanan antenatal (K4) mencakup 87 persen; cakupan
kunjungan neonatus (KN2) 87 persen.
7. Meningkatnya pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin secara cuma-cuma di
Puskesmas dan kelas III Rumah Sakit mencakup 100 persen.
8. Meningkatnya persentase rumah sakit yang memiliki pelayanan gawat darurat yang
memenuhi standar mutu mencakup 50 persen; persentase rumah sakit yang melaksanakan
pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif mencakup 70 persen;
meningkatnya persentase rumah sakit yang terakreditasi mencakup 70 persen.
9. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan di 28.000 desa.
10. Meningkatnya persentase desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI)
mencakup 95 persen.
11. Meningkatnya Case Detection Rate TB mencakup > 70 persen.
12. Menurunnya angka Acute Flaccid Paralysis menjadi ≤ 1 per 100 ribu anak usia kurang
dari 15 tahun.
13. Meningkatnya persentase penderita demam berdarah (DBD) yang ditangani mencakup
100 persen.
14. Meningkatnya persentase penderita malaria yang diobati mencakup 100 persen.
15. Menurunnya Case Fatality Rate diare saat KLB mencakup < 1,2 persen.
16. Meningkatnya persentase orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang mendapat pertolongan
Anti Retroviral Treatment (ART) mencakup 100 persen.
17. Meningkatnya persentase penderita flu burung yang ditangani mencakup 100 persen.
18. Meningkatnya persentase ibu hamil yang mendapat tablet Fe mencakup 80 persen.
19. Meningkatnya persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif mencakup 65 persen.
20. Meningkatnya persentase balita yang mendapatkan Vitamin A mencapai 80 persen.
21. Meningkatnya persentase guru, dosen dan instruktur bidang kesehatan yang ditingkatkan
kemampuannya mencakup 12 persen.
22. Meningkatnya persentase peredaran produk pangan yang memenuhi syarat mencakup 70
persen.
23. Meningkatnya cakupan pemeriksaan sarana produksi dalam rangka cara pembuatan obat
yang baik (CPOB) mencakup 45 persen.
Pembangunan kesehatan pada tahun 2012 diarahkan pada:
1. Peningkatan akses, pemerataan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan
terutama bagi masyarakat miskin, melalui pelayanan bagi penduduk miskin di kelas III
Rumah Sakit, pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya, dan
12
peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar (sebagian dibiayai melalui
Dana Alokasi Khusus).
2. Peningkatan ketersediaan tenaga medis dan paramedis terutama untuk pelayanan
kesehatan dasar di daerah terpencil dan tertinggal, melalui pemenuhan kebutuhan tenaga
kesehatan, terutama untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya, serta
rumah sakit kaupatenb/kota dan daerah bencana.
3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, melalui penanggulangan penyakit
menular, peningkatan surveilans, dan penemuan dan tatalaksana kasus.
4. Penanggulangan penyakit flu burung dan kesiapsiagaan pandemi influenza melalui
penyusunan dan pelaksanaan surveilans, penanganan pasien/penderita flu burung,
penyediaan obat flu burung, sarana dan prasarana penanganan kasus di rumah sakit.
5. Penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada ibu hamil, bayi dan anak balita,
melalui peningkatan pendidikan gizi masyarakat, dan peningkatan surveilans gizi; dan
6. Peningkatan ketersediaan obat generik esensial, pengawasan obat, makanan dan
keamanan pangan, melalui peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan,
peningkatan pengawasan obat penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif
(NAPZA), pengadaan sarana dan prasarana BPOM dan peningkatan SDM.
7. Kebijakan tersebut didukung oleh promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat,
peningkatan lingkungan sehat, peningkatan sumber daya kesehatan, pengembangan obat
asli Indonesia, pengembangan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan serta
penelitian dan pengembangan kesehatan (Bappenas, 2008).
Puskesmas Wirobrajan merupakan unit pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah
kerja di kecamatan Wirobrajan merupakan Unit Teknis Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta.
Tugas utamanya sebagai unit pelaksana tingkat pertama pembangunan kesehatan di Indonesia.
Puskesmas menjadi pelayanan kesehatan yang dinamis terpola di wilayah kerja masing-masing
yang memberikan kemudahan akses bagi penduduk di wilayah sekitarnya. Puskesmas sendiri
sebagai unit pelaksana pertama hanya memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama pula
dengan kompetensi yang telah diatur oleh Dinas Kesehatan. Pada pelayanan tingkat lanjut
Puskesmas diarahkan memberikan rujukan ke pelayanan ditingkat atasnya RSUD/RSUP atau
yang setingkat.
Wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan adalah batas pembangunan kesehatan yaitu
meliputi satu kecamatan yang dipertanggungjawabkan langsung kepada kepala Dinas Kesehatan
Kota Yogyakarta. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
128/MENKES/SK/II/2004, Puskesmas secara administratif berada dibawah Pemerintah Daerah
Kabupaten (Bupati atau Walikota selaku kepala daerah). Puskesmas secara teknis medis
mendapat pembinaan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi. Wewenang untuk
mendapatkan luas wilayah kerja Puskesmas dilakukan oleh Bupati/Walikota berdasarkan saran
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Setelah 32 tahun Puskesmas dikembangkan sebagai
ujung tombak pelayanan kesehatan di Indonesia, reformasi dan system desentralisasi yang mulai
dikembangkan tahun 2011 menghendaki adanya perubahan visi, misi dan strategi Puskesmas.
Kebutuhan untuk mengkaji kembali peran dan managemen Puskesmas tertuang didalam UU No.
13
22 dan 25 tahun 1999 tentang desentralisasi dan otonomi daerah. Reformasi kebijakan kesehatan
untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2011. Pengembangan dan manajemen Puskesmas harus
disesuaikan dengan semangat reformasi.
B. Tujuan, Fungsi dan Tanggungjawab Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja Puskesmas
agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia
Sehat 2011. Puskesmas dalam menjalankan aktivitasnya mengacu pada fungsi yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah. Adapun fungsi Puskesmas adalah :
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelengaraan pembangunan
lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha diwilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu Puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani
diri sendiri dan masyarakat untuk sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial
budaya masyarakat setempat.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang menjadi tanggungjawab Puskesmas meliputi :
a. Pelayanan Kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private
goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan keesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods)
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan penyakit.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan,
14
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai
program kesehatan masyarakat lainnya.
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta secara spesifik memberikan fungsi kepada Puskesmas
sebagai:
1. Pelayanan kesehatan strata pertama
2. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dan
3. Penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Selain fungsi diatas Puskesmas juga memiliki tugas pokok antara lain :
1. Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginventarisasi permasalahan serta
melaksanakan pemecahan masalah yang berhubungan dengan tugas-tugas pelayanan
kesehatan masyarakat.
2. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan
Puskesmas.
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan.
4. Melaksanakan pembinaan upaya kesehatan, peran serta masyarakat, koordinasi semua
upaya kesehatan, sarana pelayanan kesehatan, pelaksanaan rujukan medik, pembantuan
sarana dan pembinaan kepada Puskesmas Pembantu, unit pelayanan kesehatan swasta
serta kader pembangunan kesehatan.
5. Melaksanakan pengembangan upaya kesehatan dalam hal pengembangan kader,
pembangunan kesehatan dan pengembangan kegiatan sawadaya masyarakat di wilayah
kerjanya.
6. Melaksanakan pelayanan upaya kesehatan/kesejahteraan ibu dan anak, Keluarga
Berencana (KB), perbaikan gizi, perawatan kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pemberantasan penyakit, pembinaan kesehatan lingkungan, penyuluhan kesehatan
masyarakat, usaha kesehatan sekolah, kesehatan olah raga, pengobatan termasuk
pelayanan darurat karena kecelakaan, kesehatan gigi dan mulut, laboratorium sedherhana,
upaya kesehatan kerja, kesehatan usia lanjut, upaya kesehatan jiwa, kesehatan mata dan
kesehatan khusus lainnya serta pengobatan tradisional.
7. Melaksanakan pencacatan dan pelaporan dalam rangka sistem inforamasi kesehatan.
Sebagai pusat pembinaan kesehatan masyarakat Puskesmas bertanggungjawab penuh atas
wilayah kerjanya, asas atau prinsip kerja. Tidak demikian dengan Puskesmas, karena Puskesmas
tetap bertanggungjawab atas kerjanya meskipun masalah-masalah kesehatan berada dari luar
wilayah kerjanya. Puskesmas dituntut untuk lebih mengutamakan tindakan pencegahan penyakit
daripada tindakan pengobatan. Dengan kata laian Puskesmas harus terjun ke masyarakat, bukan
menanti masyarakat yang sakit datang ke Puskesmas. Puskesmas juga dituntut untuk menjaga
wibawa dan citra agar masyarakat menghargai pelayanan Puskesmas. Dalam program kerjanya
juga disebutkan bahwa Puskesmas wajib menjaga :
1. Kebersihan gedung, halaman serta jamban Puskesmas
2. Senyum dan sikap ramah dari setiap petugas Puskesmas
15
3. Pemberian pelayanan dengan mutu dan sebaik-baiknya
4. Kerjasama yang baik dg lintas sektoral
5. Selalu menepati janji pelayanan yang telah disepakati bersama.
C. Manajemen Puskesmas
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas perlu ditunjang oleh
manajemen Puskesmas yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang
bekerja secara sistemik untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien.
Rangkaian kegiatan sistemis yang dilaksanakan oleh Puskesmas membentuk fungsi-fungsi
manajemen. Ada tiga fungsi manajemen Puskesmas yang dikenal yakni Perencanaan,
Pelaksanaan dan Pengendalian, serta Pengawasan dan pertanggungjawaban. Semua fungsi
manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan. Fungsi–fungsi itu
meliputi :
1. Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas untuk mengatasi
masalah kesehatan diwilayah kerja Puskesmas. Dibedakan menjadi rencana tahunan
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.
a. Perencanaan Upaya Kesehatan Wajib
Jenis upaya ini adalah Promosi kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan
Anak, KB, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan penyakit menular dan tidak
menular dan pengobatan.
i. Menyusun Usulan Kegiatan
Merupakan langkah pertama Puskesmas dengan memperhatikan kebijakan yang
berlaku baik nasional maupun daerah, disusun dalam bentuk matrik berisi rincian
kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta biaya.
Disusun dengan mengikutsertakan BPP serta dikoordinasikan dengan camat.
ii. Mengajukan Usulan Kegiatan
Puskesmas mengajukan usulan kegiatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
untuk persetujuan pembiayaanya disertai usulan kebutuhan rutin, sarana dan
prasarana dan operasional Puskesmas.
iii. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Puskesmas menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui (POA)
dalam bentuk matrik dilengkapi mapping.
b. Perencanaan Upaya Kesehatan Pengembangan, Santun Lansia dan PKPR (UKS)
Dipilih dari upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada atau upaya inovasi yang
dikembangkan sendiri. Upaya laboratorium medik, laboratorium kesehatan
masyarakat dan pelaporan adalah upaya penunjang.
i. Identifikasi Upaya Kesehatan Pengembangan
Identifikasi ini dilakukan berdasar ada tidaknya masalah kesehatan yang terkait
dengan setiap upaya kesehatan pengembangan tersebut. Identifikasi dapat
16
dilakukan dengan Survei Mawas Diri atau dengan kesepakatan kelompok
(Delbecq Technique). Selain itu juga dapat dikembangkan upaya-upaya inovatif
yang belum tercantum dalam daftar upaya pengembangan kesehatan.
ii. Menyusun Usulan Kegiatan
Rencana ini berisi rincian kegiatan, tujuan, sasaran, besaran (volume), waktu,
lokasi serta perkiraan biaya. Disusun dalam bentuk matrik dilaksanakan dengan
BPP dan Dinas Kesehatan dalam bentuk musyawarah masyarakat.
iii. Mengajukan Usulan Kegiatan
Puskesmas mengajukan usulan kegiatan ke Dinas Kesehatan atau dapat pula ke
Badan Penyantun Puskesmas atau badan lain yang dilengkapi keterangan-
keterangan.
iv. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Disusun dalam matrik (POA) dilengkapi mapping secara terpadu.
2. Pelaksanaan dan Pengendalian
Proses penyelenggaraan, pemantauan, penilaian terhadap penyelengaraan rencana
tahunan Puskesmas baik upaya kesehatan wajib maupun pengembangan.
a. Pengorganisasian
Ada dua macam pengorganisasian yaitu penentuan penanggungjawab kegiatn setiap
satuan wilayah kerja yang kedua penggalangan kerjasama tim lintas sektoral baik
langsung maupun tidak langsung.
b. Penyelenggaraan
Penanggungjawab dan pelaksana ditugaskan menyelenggarakan kegiatan Puskesmas
sesuai rencana yang telah ditetapkan.
i. Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang menyangkut jadwal, pencapaian, lokasi
wilayah kerja dan penanggungjawab.
ii. Menyusun jadwal kegiatan bulanan. Beban Puskesmas harus dibagi merata.
iii. Menyelenggarakan kegiatan sesuai jadwal dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu azas pertanggungjawaban wilayah,
azas pemberdayaan masyarakat, azas keterpaduan dan azas rujukan.
2. Berbagai standart dan Pedoman pelayanan Puskesmas, standart tersebut
adalah
a. Standar dan Pedoman bangunan Puskesmas.
b. Standart dan Pedoman peralatan Puskesmas.
c. Standar manajemen peralatan Puskesmas.
d. Standar dan Pedoman ketenagaan Puskesmas.
e. Standar rasional pengobatan Puskesmas.
f. Standar manajemen obat Puskesmas.
g. Standar dan pedoman teknis pelayanan berbagai upaya
kesehatan.
h. Pedoman Sistem Informasi Manajemen Puskesmas.
17
i. Pedoman perhitungan satuan biaya pelayanan Puskesmas.
3. Kendali Mutu
Prinsipnya adalah kepatuhan terhadap berbagai standar dan pedoman
pelayanan serta etika profesi, yang memuaskan pemakai jasa pelayanan.
4. Kendali Biaya
Prinsipnya adalah kepatuhan terhadap berbagai satndar dan pedoman
pelayanan serta etika profesi, yang terjangkau oleh pemakai jasa pelayanan.
c. Pemantauan
Dilselenggarakan secara berkala mencakup :
i. Melakukan telaah kegiatan dan hasil yang dicapai
1. Telaah internal adalah telaah bulanan, data diambil dari SIMPUS yang
dilakukan dalam Lokakarya Mini Bulanan.
2. Telaah Eksternal adalah telaah triwulan, melibatkan sektor terkait dalam
Lokakarya Mini Triwulan lintas sektoral.
ii. Menyusun saran peningkatan kegiatan sesuai pencapaian kinerja Puskesmas.
d. Penilaian
Dilakukan pada akhir tahun anggaran, mencakup hal-hal :
i. Melakukan penilaian terhadap kegiatan dan hasil yang dicapai dibandingkan
dengan rencana tahunan dan standar pelayanan.
ii. Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan sesuai pencapaian serta masalah
dan hambatannya.
3. Pengawasan dan Pertanggungjawaban
Adalah proses memperoleh kepastian atas kesesuaian penyelenggaraan dan pencapaian
tujuan Puskesmas terhadap rencana dan peraturan perundang-undangan serta berbagai
kewajiban yang berlaku.
a. Pengawasan
Pengawasan internal dan eksternal dilakukan secara melekat dan langsung oleh
atasan maupun masyarakat ataupun institusi terkait.
b. Pertanggungjawaban
Dilaksanakan pada akhir tahun anggaran dilaksanakan oleh kepala Puskesmas dan
jajarannya termasuk laporan keuangan.
D. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya
Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran
masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni
masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai
mencakup 4 indikator utama yakni :
1. Lingkungan sehat
18
2. Perilaku sehat
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Derajat kesehatan yang tinggi penduduk kecamatan
Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan
kesehatan Puskesmas diatas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat. Untuk mewujudkan
hal tersebut secara khusus Puskesmas Wirobrajan berusaha memiliki visi :
“ Terwujudnya Wirobrajan Sehat
melalui Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan yang Optimal”
E. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung
tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
2. Memberdayakan serta mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga dalam
pembangunan kesehatan
3. Memberikan pelayanan kesehatan strata pertama yang bermutu dan mengutamakan
kepentingan pelanggan
4. Meningkatkan kompetensi dan profesionalitas petugas
Berdasarkan visi dan misi maka dapat disusun tujuan dan sasaran Puskesmas Wirobrajan
dalam bidang kesehatan :
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mewujudkan Indonesia Sehat 2011.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu merata serta terjangkau sesuai SOP.
c. Pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu yang meliputi tindakan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
d. Terwujudnya kemandirian masyarakat dalam memelihara kesehatan.
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan mutu pelayanankesehatan bagi masyarakat.
b. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
c. Meningkatkan status gizi masyarakat.
d. Menurunkan angka kematian/kesakitan yang disebabkan penyakit menular.
e. Meningkatnya mutu cakupan pelayanan kesehatan.
f. Meningkatnya cakupan sarana sanitasi.
3. Sasaran
Sasaran pembangunan Puskesmas Wirobrajan tahun 2008 mengacu pada indikator Indonesia
Sehat 2011 dan SPM Tahun 2005.
a. Derajat Kesehatan
i. Mortalitas
1) Angka kematian bayi 27 kelahiran hidup.
2) Angka kematian balita 43 per 1000 kelahiran hidup.
19
3) Angka kematian ibu 90 per 100.000 kelahiran hidup.
4) Angka harapan hidup waktu lahir 67,9.
ii. Morbilitas
1) Angka kesakitan malaria 5 per 1000 penduduk.
2) Angka kesakitan DBD 0,75 per 100.000 penduduk.
3) Angka kesakitan polio 0%.
4) Kesembuhan (Cure Rate) TB Paru BTA +>85%.
5) Presentasi kasus diare yang ditangani 75%.
iii. Status Gizi
1) Status gizi buruk <15% pada balita.
2) Balita diatas garis merah >85%.
b. Keadaan Lingkungan
i. Tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan 45%.
ii. Tempat pengolahan makanan memenuhi syarat 50%.
iii. Keluarga menghuni rumah sehat 65%.
iv. Angka bebas jentik 95%.
c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
i. PHBS tatanan rumah tangga strata III dan IV 60%.
ii. Keluarga berperilaku sehat 65%.
iii. Masyarakat kecamatan 20%.
iv. Posyandu Purnama 40%.
v. Desa dengan garam beryodium baik 90%.
vi. Bayi mendapatkan ASI eklusif 80%.
d. Pelayanan Kesehatan
i. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 95%.
ii. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan 90%.
iii. Ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk 100%.
iv. Kunjungan Neonatal 90%.
v. Cakupan BBLR yang ditangani 100%.
vi. Cakupan deteksi tumbuh kembang balita dan prasekolah 90%.
vii. Cakupan pemeriksaan siswa SD oleh tenaga kesehatan/guru UKS 100%.
viii. Cakupan peserta KB aktif 70%.
ix. Cakupan desa yang mencapai UCL 100%.
x. Desa terkena kejadian luar biasa yang ditangani <24 jan 70%.
xi. Keluarga miskin yang mendapat pelayanan kesehatan 100%.
xii. Penulisan resep generik 90%.
e. Perbaikan Gizi Masyarakat
i. Balita ditimbang 70%.
ii. Balita yang naik berat badannya 80%.
iii. Balita garis merah -<15%.
iv. Cakupan balita mendapat Vit A balita 2 x per tahun 80%.
v. Cakupan bumil mendapat 90 tablet Fe 70%.
20
vi. Cakupan pemberian MP-ASI pada bayi BGM dari gakin 90%.
vii. Balita gizi buruk mendapat perawatan 100%.
viii. Cakupan Vit A ibu menyusui 80%.
ix. Kecamatan rawan gizi 40%.
21
BAB IV
PENCAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
A. Data Kepenyakitan di Puskesmas Wirobrajan
Besarnya angka kepenyakitan di Puskesmas Wirobrajan tidak mengalami perubahan yang
signifikan. Penyakit-penyakit menular dan tidak menular masuk dalam kategori 10 besar
penyakit. Sepuluh besar penyakit ini merupakan prioritas penanganan yang harus segera
diselesaikan. ISPA adalah peringkat atas dalam 10 besar penyakit yang diderita masyarakat di
wilayah kecamatan Wirobrajan.
1. Rekapitulasi 10 Besar Penyakit
TABEL 10 BESAR PENYAKITKECAMATAN WIROBRAJAN 2012
1 Infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas 37032 Hipertensi primer 35943 Common cold/Nasopharingitis akut 25914 Penyakit pulpa dan periapikal 15685 Diabetes Melitus tipe 2 14686 Mialgia 11457 Nyeri Kepala 10868 Gangguan metabolisme lipid 8559 Febris/demam 829
10 Diare dan Gastroenteritis 825
Menduduki peringkat atas sepuluh besar penyakit di Puskesmas Wirobrajan adalah ISPA,
Hipertensi Primer, Common cold, Penyakit Pulpa, Diabetes Melitus Tipe 2 NIDDM, myagia
Headache (Nyeri Kepala), , gangguan metabolisme lipid, Febris (Demam), dan demam
B. Data Hasil Kegiatan Laboratorium
Laboratorium klinik adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
dibidang Hematologi, Kimia klinik, Mikrobiologi klinik, Parasitologi klinik, Imunologi klinik,
Patologi anatomi dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan
terutama untuk menunjang upaya diagnosisi penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. (Kepmenkes RI No. 364/ MENKES/SK/III/2003).
22
Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi terpenting
dalam diagnostik invitro. Dengan pengukuran dan pemeriksaan laboratorium akan didapatkan
data ilmiah yang tajam untuk digunakan dalam menghadapi masalah yang diidentifikasi melalui
pemeriksaan klinis dan merupakan bagian esensial dari data pokok pasien. Identifikasi
permintaan laboratorium merupakan pertimbangan terpenting dalam kedokteran laboratorium.
Informasi laboratorium dapat digunakan untuk diagnosis awal yang dibuat berdasarkan riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik. Analis laboratorium juga merupakan bagian integral dari
penapisan kesehatan dan tindakan preventif kedokteran.
Laboratorium Puskesmas Wirobrajan merupakan laboratoriun sederhana dimana pemeriksaaan
penunjang yang dilaksanakan adalah pemeriksaan Hematologi, Urinologi kimia klinik dan
Mikrobiologi. Permintaan pemeriksaan yang dilakukan di Puskesmas Wirobrajan dapat berasal
dari rujukan Poli umum, KIA, BP Gigi, Gizi, dokter umum maupun permintaan sendiri.
Keberadaan laboratorium kesehatan di Puskesmas Wirobrajan saat ini tidak lagi hanya
merupakan bagian dari gaya hidup, tetapi sudah menjadi kebutuhan di dalam masyarakat. Pola
makan yang tidak teratur serta olahraga kurang serta rutinitas yang cukup padat menjadikan
masyarakat rentan terhadap penyakit berbahaya, seperti jantung, asam urat, diabetes, stroke dan
sebagainya.
1. Tabel Rekapitulasi Hasil Kegiatan Laboratorium
No Pemrksaan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Spt Okt Nov Des Jml
1 HB 235 139 167 146 145 68 81 70 125 139 111 101 1527
2 AL 68 53 77 75 72 31 34 15 44 58 40 35 602
3 AE 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 HJL 38 33 32 43 38 14 17 11 21 23 7 10 287
5 LED 0 4 2 31 27 0 0 0 3 0 2 0 69
6 Gol Darah 35 34 30 79 82 21 23 24 32 13 12 17 402
7 Malaria 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2
8 AT 43 42 44 30 25 26 25 4 35 42 36 32 384
9 HMT 40 36 40 30 29 23 22 11 29 38 8 0 306
10 BT 2 5 2 1 1 1 2 1 1 3 0 2 21
11 CT 2 5 2 1 1 1 2 1 1 3 0 2 21
12 Gula Darah 199 231 224 242 242 128 190 126 238 218 140 178 2356
13 Cholesterol 116 140 179 182 180 85 76 125 186 217 100 154 1740
14 Trigisedride 93 88 116 123 121 64 105 79 129 135 73 99 1225
15 Asam Urat 115 142 135 158 159 34 72 96 139 182 56 95 1383
16 Urin Rutin 65 73 82 89 88 55 47 44 69 59 11 30 712
17 PP test 26 28 44 26 31 28 15 33 46 23 18 19 337
18 Faeses Rutin 3 3 0 0 0 2 1 2 2 5 1 1 20
19 BTA 10 5 11 7 4 12 8 6 0 11 5 1 80
20 HBsAg 0 0 0 0 1 0 1 27 3 0 0 0 32
21 Leptospirosis 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
22 Campak 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 3
23 HDL 0 0 5 11 20 7 0 0 2 0 0 0 45
24 LDL 0 0 5 34 70 6 0 0 2 0 0 0 117
25 SGOT 0 0 1 2 0 1 0 0 0 0 0 0 4
26 SGPT 0 0 1 2 0 1 0 0 0 0 0 0 4
27 Ureum 0 0 2 4 1 0 0 0 0 0 0 0 7
28 Kreatinin 0 0 1 4 1 0 0 0 0 0 0 0 6
29 Jumlah 1090 1061 1204 1321 133 608 721 675 1113 1170 621 777 11699
23
Pemeriksaan 8
30Jumlah Pasien 541 518 529 491 514 333 363 348 465 478 311 311 5202
31
Jumlah Pemeriksaan Total 11506
Dari data diats terlihat di Laboratorium Puskesmas Wirobrajan mengalami peningkatan
permintaan pemeriksaan dari tahun 2011. Pada tahun 2011, jumpah pasien yang diperiksa lab
sebanya 5.066 pasien, dan meningkat pada tahun ini menjadi 5202 pasien, dengan jumlah
pemeriksaan sebesar 11.699. Pemeriksaaan masih didominasi oleh pemeriksaan-pemeriksaan
yang menunjang untuk diagnose penyakit seperti jantung, asam urat, diabetes, stroke dan
sebagainya.
Dengan adanya peningkatan yang cukup berarti ditahun ini maka Laboratorium
Puskesmas Wirobrajan tetap akan mempertahankan keakuratan hasil pemeriksaan melalui
pemantapan mutu eksternal dan pemantapan mutu internal. Dengan memegang pedoman hasil
pemeriksaan laboratorium teliti, akurat, sensitif, spesifik, cepat, tidak mahal dan dapat
membedakan orang normal dari abnormal diharapkan laboratorium Puskesmas Wirobrajan dapat
lebih berkembang di tahun mendatang.
C. Program Gizi
Program gizi merupakan usaha untuk terus menjaga kesehatan secara berkesinambungan
melalui asupan-asupan makanan yang mengandung gizi seimbang baik bayi, balita, bumil anak-
anak maupun dewasa. Peningkatan gizi juga dialokasikan kepada suspek-suspek gizi kurang dan
buruk yang tingkat perekonomiannya menengah ke bawah. Pada program ini didistribusikan
juga beberapa vitamin-vitamin, Zat-zat makanan tertentu seperti zat besi yang vital bagi
perkembangan bayi atau balita serta ibu hamil.. Khusus pada ibu hamil pemberian zat besi sangat
mutlak diberikan untuk mengantisipasi pendarahan pada waktu melahirkan baik melalui anjuran
asupan makanan maupun tablet vitamin, disamping itu khusus bagi bayi dianjurkan pentingya
ASI eklusif.
Pelayanan Gizi juga memberikan pelayanan konsultasi gizi dan program peningkatan gizi
masyarakat dimana diharapkan permasalahan-permasalahan gizi yang berhubungan dengan
faktor lain dapat dilakukan pendekatan dan penyelesaian secara kerjasama dengan lintas
program dan lintas sector di Puskesmas Wirobrajan. Berikut adalah tabel kegiatan Program Gizi.
1. Tabel Cakupan Distribusi Vitamin A pada Bayi dan Balita tahun 2012
CAKUPAN DISTRIBUSI VITAMIN A TAHUN 2012
FEBRUARI
NO
PUSKESMASBAYI BALITA
SASARAN
DISTRIBUSI
%SASARA
NDISTRIBUS
I%
1 PAKUNCEN 41 41 100
461 461 100
2 WIROBRAJAN 45 45 100
275 275 100
3 PATANGPULUHAN 54 54 10 347 347 10
24
0 0
WB 140 140 100
1083 1083 100
CAKUPAN DISTRIBUSI VITAMIN A TAHUN 2012
AGUSTUS
NO
PUSKESMAS
AGUSTUSBAYI BALITA
SASARAN
DISTRIBUSI
%SASARA
NDISTRIBUS
I%
1 PAKUNCEN 64 64 100
453 453 100
2 WIROBRAJAN 48 48 100
393 393 100
3 PATANGPULUHAN 57 57 100
350 350 100
WB 169 169 100
1196 1196 100
Cakupan pemberian vitamin A yang dilaksanakan 2 kali pertahun yaitu pada bulan
Februari dan Agustus. Distribusi pemberian vitamin A bagi bayi dan balita mencapai 100% dari
target hanya 80%. Motivasi langsung ke kader kesehatan untuk pengawasan berjalan dengan
baik.
2. Tabel Cakupan Distribusi Vitamin A pada Bufas
CAKUPAN VITAMIN A IBU NIFAS BULAN JANUARI - DESEMBER 2012NO KELURAHAN SASARAN DISTRIBUSI %1 PAKUNCEN 166 166 1002 WIROBRAJAN 96 86 89,5833 PATANGPULUHAN 125 124 99,20
WB 387 376 97,16
Cakupan pemberian vitamin A bagi Bufas dengan target 100% belum mencapai target,
baru tercapai 97,16% ini sudah meningkat dibandingkan tahun 2011 yaitu 82.90%. Beberapa
penyebabnya antara lain : Bufas tidak rutin kontrol ke Puskesmas ataupun pelayanan kesehatan
lain, sistem pendampingan kepada Bufas masih belum optimal. Upaya peningkatan pencapaian
distribusi vitamin A untuk Bufas melakukan sweeping oleh kader dan petugas serta kerjasama
ditingkatkan dengan BPS dan RS bersalin.
3. Tabel Cakupan Distribusi Zat Besi
CAKUPAN DISTRIBUSI ZAT BESIBULAN JANUARI - DESEMBER 2012
NO
PUSKESMASFe1 Fe3
SASARAN
DISTRIBUSI %SASARA
NDISTRIBUSI %
1 PAKUNCEN 174 150 86,21 119 167140,3
4
2 WIROBRAJAN 119 125105,0
4103 140
135,92
3 PATANGPULUHAN 92 105 114,1 76 114 150,0
25
3 0WB 385 380 98,70 298 421 70,78
Zat besi sangat diperlukan bagi ibu hamil, untuk itu telah didistribusikan dalam bentuk
tablet keseluruh masyarakat di 3 wilayah Kalurahan. Cakupan ibu hamil yang mendapatkan
tablet Fe 1 sebesar 98.7 %, jauh meningkat dibanding tahun 2011 yang hanya 77.6%.Namun
pada distribusi Fe3 terjadi penurunan yang signifikan, hanya mencapa angka sebesar 70.78%,
bahkan lebih rendah dari distribusi Fe3 tahun 2011 yaitu 74.3%. Beberapa kendala yang dihadapi
: Pemantauan pendamping bumil yang lemah
1. Bumil tidak melakukan kontrol ke puskesmas, sehingga tidak terdata
2. Kurangnya tingkat pengetahuan bumil terhadap pentingnya zat besi
3. Kurangnya edukasi dari petugas kesehatan.
4. Kehamilan tidak diinginkan
Upaya untuk meningkatkan cakupan Fe Bumil :
1. Pengoptimalan pendampingan oleh kader pendamping Bumil di wilayah
2. Peningkatan P4K
4. Tabel Bumil Kurang Energi Kronis (KEK)
IBU HAMIL KEKBULAN JANUARI - DESEMBER 2012
NO PUSKESMASBUMIL BARU
YANG DIUKUR LILA
LILA < 23,5 cm
%
1 PAKUNCEN 134 34 25,372 WIROBRAJAN 113 12 10,623 PATANGPULUHAN 96 11 11,46
WB 343 57 16,62
Data KEK ibu hamil di Puskesmas menunjukan angka 16,62, atau menurun dibanding
tahun 2011 yaitu 25,38%. Penurunan jumlah KEK bumil berarti sudah ada peningkatn kesadaran
bumil terhadap gizi kehamilannya.
5. Tabel Anemia Ibu Hamil
IBU HAMIL ANEMIABULAN JANUARI - DESEMBER 2012
NO PUSKESMAS
BUMIL BARU YANG
DIUKUR KADAR HB
BUMIL BARU ANEMIA
%
1 PAKUNCEN 149 7 4,702 WIROBRAJAN 123 16 13,013 PATANGPULUHAN 98 6 6,12
WB 370 29 7,84
Anemia ibu hamil diwilayah Puskesmas sebesar 7,84%, atau jauh menurun dibanding
tahun 2011 yaitu 22.35% hal ini dipengaruhi beberapa faktor :
1. Kepatuhan minum tablet Fe sudah meningkat
26
2. Cara minum tablet Fe sudah benar
3. Peningkatan pendampingan oleh kader pendamping
4. Intake makanan yang mengandung zat besi sudah mencukupi
5. Dukungan keluarga terhadap bumil mulai meningkat
6. Tabel Kegiatan Penimbangan di Posyandu
HASIL KEGIATAN PENIMBANGAN DI POSYANDU
BULAN JANUARI - DESEMBER 2012
NO
PUSKESMAS S K D D' NBGM
2T
D/S N/D N/D'BGM/
D2T/D
1 PAKUNCEN 529 529370
290
172
527
69,88
46,55 59,41 1,31 7,35
2 WIROBRAJAN 431 431292
236
148
215
67,80
50,74 62,90 0,54 5,05
3 PATANGPULUHAN 428 428312
253
162
214
72,84
51,87 64,09 0,72 4,33
WB138
8138
8974
298
482
9 5570,1
549,5
1161,8
0 0,89 5,69
Balita yang mengalami kenaikan berat badan N/D 49.51%, justru mengalami penurunan
dibanding tahun 2011 yang mencapai angka 66.64%, sehingga makin jauh dari target sebesar
80%, beberapa yang ditengarai menjadi penyebab :
1. Asupan kurang (baik kualitas/kuantitas)
2. Sosial ekonomi
3. Pendidikan dan pengetahuan orang tua
4. Pola asuh
5. Penyakit penyerta
Jumlah balita garis merah BGM/D sebesar 0,89%, menurun dibanding tahun lalu 1.7%. Angka
ini sangat dipengaruhi oleh peran ibu dan keluarga, serta kader posyandu yang taat dalam
melakukan kegiatan penimbangan dan pemberian makanan bergizi. Masih adanya balita dibawah
garis merah ini disebakan antara lain :
1. PMT Pemulihan belum optimal
2. Pola asuh yang salah
3. Masalah sosial ekonomi,
4. Pengasuh kurang berpendidikan dan berpengetahuan
5. Penyakit penyerta dan infeksi
Balita yang mengalami gizi buruk 100% tertangani begitu juga dengan cakupan pemberian MP
ASI semua dapat tercapai 100%. Upaya peningkatan status gizi dengan pemberian penyuluhan,
konsultasi gizi, pemberian PMT, penyuluhan di Posyandu, PMT pemulihan dari dana APBD II.
7. Tabel Pemberian ASI Eklusif
CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BULAN JANUARI - DESEMBER 2012
NO. PUSKESMAS SASARAN AE6 %
1 PAKUNCEN 110 69 62,732 WIROBRAJAN 74 40 54,053 PATANGPULUHAN 93 49 52,69
WB 277 158 57,04
27
Bayi yang mendapatkan ASI Eklusif sebesar 57.04% belum mencapai target sebesar 80%
dan mengalami sedikit penurunan dari tahun 2010 yaitu 57.68%. Hal ini disebabkan:
1. Ibu sebagian bekerja
2. Tingkat kesadaran pemberian dan manfaat ASI masih rendah
3. Sosial budaya yang belum benar
4. Merasa Asi tidak cukup
5. Sejak awal sudah mendapat susu formula dari tempat bersalin
6. Sistem cuti bersalin tidak mendukung program karena cuti hanya diberikan 2 bulan
setelah melahirkan
8. Tabel Berat Bayi Lahir Rendah
JUMLAH BBLRBULAN JANUARI - DESEMBER 2012
NO PUSKESMASBAYI LAHIR
HIDUPBBLR %
1 PAKUNCEN 95 4 4,212 WIROBRAJAN 57 2 3,513 PATANGPULUHAN 61 1 1,64
WB 213 7 3,29Jumlah bayi lahir dengan berat badan rendah mencapai 3,29 %, dan dapat dikatakan cukup
rendah. Hal ini menunjukkan kesadaran ibu untuk menjaga kesehatan dan nutrisi janinnya telah
cukup baik. Disamping itu, banyaknya penuluhan tentang PHBS dan posyandu cukup banyak
berpengaruh.
9. Tabel pemberian IMD ibu hamil
JUMLAH IMDBULAN JANUARI - DESEMBER 2012
NO PUSKESMASBAYI LAHIR
HIDUPIMD %
1 PAKUNCEN 95 68 71,582 WIROBRAJAN 57 54 94,743 PATANGPULUHAN 61 43 70,49
WB 213 165 77,46
Dari 213 bayi lahir hidup di lingkungan Kecamatan Wirobrajan, 165 atau sekitar 77,46%,
mendapatkan IMD. Angka ini tentunya bukan angka yang tergolong fantastis, tak dapat
dipungkiri bahwa banyak faktor yang membuat IMD tidak dapat dikerjakan pada semua bayi.
D. Program KIA
Program KIA mengarahkan agar dalam masa pertumbuhan dan perkembangan bayi,
balita serta anak dapat tumbuh normal dan ibu hamil dapat melahirkan dengan selamat. Promosi
dan peningkatan pengetahuan menjadi acuan pokok dalam program ini agar secara mandiri dapat
melaksanakan usaha-usahan peningkatan kualitas kesehatan. Secara kelompok dilaksanakan
bersamaan dengan program Posyandu, Pos Lansia, dan Pusling, cara perorangan dilaksanakan
28
dengan konsultasi kepada petugas kesehatan di Puskesmas. KB dan imunisasi juga dilaksanakan
dalam program ini.
1. Tabel Jumlah Kematian Bayi dan Balita
JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN BALITAPUSKESMAS WIROBRAJAN 2012
Jenis Kelamin Bayi Anak Balita BalitaLaki-laki 1 2Perempuan 2 1 3Jumlah 3 1 5
Jumlah kematian bayi dan balita berjumlah total 9 kelahiran. Faktor yang menjadi penyebab
adalah adanya penyulit pada bayi baru lahir, seperti kegagalan napas (asfiksi), hingga infeksi
berat pada bayi yang lebih tua.
2. Tabel jumlah kematian ibu
JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR PUSKESMAS WIROBRAJAN 2012
Jumlah Lahir Hidup
KEMATIAN IBU HAMIL
KEMATIAN IBU BERSALIN
KEMATIAN IBU NIFAS
JUMLAH KEMATIAN IBU
<20 thn
20-34 thn
> 35 thn
<20 thn
20-34 thn
> 35 thn
<20 thn
20-34 thn
> 35 thn
<20 thn
20-34 thn
> 35 thn
331 - - - - - - - - - - - -Pesatnya teknologi kedokteran ditambah kesadaran ibu untuk melakukan persalinan dibantu
tenaga kesehatan telah banyak membantu menekan angka kematian ibu menjadi nihil.
3. Tabel kunjungan ibu hamil dan persalinan
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS
PUSKESMAS WIROBRAJAN 2012
NO KELURAHANIBU HAMIL IBU BERSALIN IBU NIFAS
JML K1 % K4 % JMLDITOLONG NAKES % JML
MENDAPAT YANKES %
1 PAKUNCEN 159 159 100% 145 91,2% 134 134 100% 134 125 93,3%
2 WIROBRAJAN 111 111 100% 108 97,3% 87 87 100% 87 85 97,7%
3PATNGPULHN 92 92 100% 103
112,0% 109 109 100% 109 99 90,8%
JUMLAH 362 362 100% 356 98,3% 330 330 100% 330 309 93,6%
Dalam tabel terlihat bahwa angka kunjunganibu hamil dan angka ibu hamil yang ditolong tenaga
kesehatan mencapai angka sempurna (100%). Namun kunjungan ibu ke pelayanan kesehatan
selama masa nifas menurun menjadi sekitar 93,6 %. Tentunya kesadaran akan perlunya
melanjutkan pemeriksaan saat nifas belum di sadari penuh oleh ibu-ibu.
4. Tabel Keluarga Berencana
JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF PUSKESMAS WIROBRAJAN 2012
NO KELURAHAN JUMLAH PUSPESERTA KB
BARUPESERTA KB
AKTIFJUMLAH % JUMLAH %
1 PAKUNCEN 1200 29 812 2 WIROBRAJAN 940 38 676 3 PATANGPULUHAN 848 31 635
JUMLAH 2988 98 2123
29
5. Tabel kunjungan Balita
CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELURAHAN
PUSKESMAS WIROBRAJAN 2012
NO KELURAHANJUMLAH BAYI
KUNJUNGAN BAYI (MIN 4X)
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAHLAKI-LAKI PEREMPUAN
JUMLAH
JUMLAH %
JUMLAH %
JUMLAH %
1 PAKUNCEN 63 71 134 48 72 120
2 WIROBRAJAN 43 44 87 39 40 79
3 PATANGPULUHAN 46 64 110 41 55 96
JUMLAH 152 179 331 12884,20
% 16793,30
% 29589,10
%
E. PKM dan Kesehatan Lingkungan
Tim PKM dan PHBS telah melakukan berbagai kegiatan survei dan penyuluhan setiap bulan
demi terciptanya masyarakat yang sehat. Dalam kegiatan survei PHBS, didapatkan data sebagai
berikut :
------------------------------------------- (Lampiran) -------------------------------------------------
Berbagai masalah terutama merokok menjadi kendala yang tiada habisnya dalam menciptakan
PHBS di masyarakat Kecamatan Wirobrajan. Berbagai upaya seperti penyuluhan, penempelan
stiker dan poster masih saja belum mampu menekan angka perokok
F. Kesehatan Gigi Dan Mulut
Kegiatan ini adalah salah satu kegiatan pengembangan Puskesmas yang menjadi sebuah
kegiatan penting bagi pelayanan kesehatan masyarakat. Bagaimanapun juga angka kesakitan gigi
sangat berpengaruh kepada kinerja masyarakat. Selain itu juga estetika penampilan akan
berkurang jika mengalami sakit gigi ataupun kerusakan gigi pada bagian tertentu. Berikut adalah
data tentang kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Wirobrajan.
1. Grafik Kunjungan Pasien Poli Gigi dan Mulut Berdasarkan Cara Membayar
Berdasarkan cara membayar jumlah terbanyak adalah pasien umum 2.616 kemudian
diikuti pasien dengan Askes 755, Jamkesmas 286 dan Jamkesos 222, Jamkesda 72 dan Jamkesta
tidak ada
30
2. Grafik Jumlah Kunjungan Pasien Poli Gigi dan Mulut
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat jumlah pasien seluruhnya ada 3.951. dengan
rincian jumlah pasien baru 2.163, pasien lama 1.788. Jumlah pasien dari wilayah kecamatan
sebesar 2.162 dan luar kecamatan 384. Jumlah pasien dalam kota 2.546, luar kota 1.405 dan
UKGS 22.
3. Grafik Diagnosa Penyakit di Poli Gigi dan Mulut
Berdasarkan grafik diagnosa dapat diketahui bahwa penyakit gigi tertinggi yang diderita
oleh masyarakat yang berkunjung di Puskesmas Wirobrajan adalah Penyakit gusi dan jaringan
periodontal kasus baru 1.311. Kemudian diikuti oleh penyakit pulpa dan jaringan periapikal 603.
4. Grafik Perawatan Pasien
31
Pada grafik kasus perawatan pasien pengobatan gigi dan jaringan mulut menduduki
peringkat pertama 1.632, kemudian tumpatan sementara 524, tumpatan gigi tetap 490,
pencabutan gigi tetap 372 , dan pencabutan gigi sulung 431.
5. Grafik Pencabutan Dan Penumpatan Gigi Permanen
G. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
-----------------------
H. Pelayanan Unit Psikologi
-----------------------
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Wirobrajan memiliki wilayah dan keanekaragaman penduduk, dimana sebagian besar
penduduk Wirobrajan tidak bekerja, dan ini berpengaruh pada jumlah kunjungan ke
Puskesmas Wirobrajan
2. Secara umum kondisi lingkungan Puskesmas Wirobrajan cukup sehat terlihat dengan
indikator-indikator pencapaian yang telah memenuhi target dan kesadaran masyarakat
yang tinggi.
3. Prosentase perilaku sehat dalam data belum menggambarkan secara keseluruhan
tentang perilaku sehat penduduk Kecamatan Wirobrajan
Saran
1. Perbaikan sarana dan prasarana lingkungan terutama daerah-daerah beresiko
terjadinya KLB
2. Pemeriksaan air bersih secara teratur sehingga terjamin tersedianya air bersih di RT
yang menjadi salah satu cara untuk memotong rantai penularan penyakit terutama
yang ditularkan lewat air
3. Perhatian khusus pada balita gizi buruk serta penangananya dengan memperhatian
sosial ekonomi keluarga penderita
4. Peningkatan profesionalisme tenaga kesehatan, kader kesehatan dan pelaku kesehatan
lain dengan pelatihan, seminar dan lain-lain
5. Peningkatan kerjasama sektoral dan lintas sektoral
6. Terwujudnya Kelurahan Siaga (KESI) sehingga terwujud Kesiapan Sumber Daya &
Kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah/ancaman kesehatan termasuk
bencana & kegawat daruratan kesehatan secara mandiri
33
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Peta Wilayah Kecamatan Wirobrajan
34
DAFTAR ISI
1. Data Monografi dan Demografi Kecamatan Wirobrajan Tahun 2012
2. Depkes, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program JPSBK, edisi pertama, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta, 1998.
3. Depkes, Petunjuk Teknis Program JPSBK untuk Puskesmas dan Bidan di Desa,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1999.
4. Depkes, Pedoman Kerja Puskesmas, Jilid I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta,
1997/1998.
5. Depkes, Pos Pelayanan Terpadu, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1995.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 128/MENKES/SK/II/2004
tentang Puskesmas
35
36