profil kesehatan provinsi sulawesi barat tahun 2011
TRANSCRIPT
Profil kesehatanProvinsi sulawesi barat
tahun 2011
DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2012
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
Jalan Kurungan Bassi No. 19 Mamuju
Telpon : 0426-21027 Fax 0426-22579
Website : dinkes.sulbarprov.go.id
Email : [email protected]; Facebook : Portal Dinkes Sulbar
Diterbitkan oleh :
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
Jalan Kurungan Bassi No. 19 Mamuju
Telpon : 0426-21027 Fax 0426-22579
Website : dinkes.sulbarprov.go.id
Email : [email protected]; Facebook : Portal Dinkes Sulbar
Diterbitkan oleh :
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011
TIM PENYUSUN
Penanggung Jawab dr.Achmad Azis,M.Kes
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
Ketua Dr.Indahwati Nursyamsi
Sekretaris Wahyuddin,SE,M.Kes
Anggota Drs.Dadang Hardiawan,MM, Rosmianti,SKM
Yulianus Dupa Budi,Amd.F; Tenri Bulaeng,SKM,M.Kes Firman Gazali,SKM,M.Kes, Rachmi,SKM
Agustina Uta Tabang Kalua,S.Gz; Wa Ode Nuraisyah,S.Kep Irianti,SKM; Muh. Saleh,Amd.Kep
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya untuk mewujudkan
Negara Indonesia menjadi bangsa yang sehat,maju, mandiri, sejahtera,
adil dan makmur dengan sasaran meningkatnuya kualitas sumber daya
manusia yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan semakin kuatnya
jati diri dan karakter bangsa.
Pembangunan kesehatan harus dilaksanakan dengan keterlibatan
masyarakat luas dan dilaksanakan dengan semangat kemitraan lintas
sektor, antara pemerintah dan sawasta, serta antara pusat dengan
daerah. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan :
1). Upaya kesehatan, 2). Teknologi dan Produk Teknologi Kesehatan,
3). Pembiayaan Kesehatan, 4). SDM Kesehatan, 5). Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan dan Makanan, 6). Manajemen, Informasi, Regulasi
Kesehatan, dan 7). Pemberdayaan Masyarakat.
Sesuai dengan amanat yang tertiuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 dan Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 – 2014, yang ditujukan
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 2
untuk meningkatkan status kesehatan setinggi-tingginya, serta
mencapai MDG,s yang merupakan salah satu tugas penting dari
Pemerintah. Diupayakan percepatan pencapaian target sasaran yang
telah ditetapkan dengan pembangunan kesehatan yang lebih focus,
sistematis, terpadu, efisien, terintegrasi yang memerlukan kerjasama
dan komitmen dari seluruh stakeholders.
Untuk menjamin terlaksananya pembangunan secara efektif dan
efisien khususnya dalam bidang Kesehatan maka diperlukan data dan
informasi kesehatan yang cepat, tepat dan akurat sebagai bahan dasar
penyusunan perencanaan pembangunan kesehatan yang sistematis,
terarah, terpadu dan menyeluruh . Data yang akurat menjadi salah
satu indikator penting dalam penyusunan perencanaan pembangunan
kesehatan
Profil Kesehatan 2011 yang berbasis data terpilah menurut jenis
kelamin. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2011 adalah
gambaran situasi kesehatan di Provinsi Sulawesi Barat yang memuat
berbagai data tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan
selama tahun 2011. Data dan informasi yang termuat antara lain data
kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program-program
kesehatan, masalah kesehatan dan lain sebagainya. Profil Kesehatan
Propinsi Sulawesi Barat ini disajikan secara sederhana dan informatif
dengan harapan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 3
Selain untuk menyajikan informasi kesehatan, profil Kesehatan
Propinsi Sulawesi Barat bisa dipakai sebagai tolok ukur
keberhasilan/kemajuan pembangunan kesehatan yang telah dilakukan
selama tahun 2011 dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan,
sekaligus bisa dipakai sebagai bahan evaluasi perwujudan menuju
Sulawesi Barat Malaqbi.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
I. Maksud
Maksud dalam penyusunan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat
Tahun 2011 adalah untuk memantapkan dan mengembangkan Sistem
Informasi Kesehatan, sehingga dapat digunakan secara aplikatif
sebagai acuan dalam manajemen pelaksanaan upaya pelayanan
kesehatan.
II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan informasi tentang program-program pembangunan
kesehatan, pencapaian pembangunan kesehatan dan kinerja
pembangunan kesehatan.
b. Tujuan Khusus
1. Tersedianya data tentang data geografi, demografi, dan sosial-
ekonomi.
2. Evaluasi keberhasilan upaya kesehatan
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 4
3. Evaluasi kinerja pembangunan kesehatan
4. Terciptanya suatu sistem informasi kesehatan yang dapat
digunakan sebagai indikator pencapaian program dan kegiatan
kesehatan
C. SISTEMATIKA PENYAJIAN
Profil Kesehatan diharapkan bisa lebih informatif, maka profil
kesehatan ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:
Bab I – Pendahuluan. Bab ini secara ringkas menjelaskan latar
belakang, maksud dan tujuan serta sistematika penulisan. Di dalamnya
berisi pula uraian ringkas dari masing-masing bab.
BAB II - Gambaran Umum. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum
Propinsi Sulawesi Barat. Di dalamnya berisi uraian tentang keadaan
geografis, keadaan penduduk, keadaan pendidikan, keadaan ekonomi,
dan keadaan lingkungan di Propinsi Sulawesi Barat
BAB III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini menyajikan situasi
Derajat Kesehatan berisi uraian tentang angka kematian, angka
kesakitan, dan keadaan gizi;
BAB IV - Situasi Upaya Kesehatan . Bab ini membahas tentang upaya –
upaya kesehatan yang telah dilaksanakan di Sulawesi Barat sampai
tahun 2011.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 5
BAB V - Tenaga Kesehatan berisi uraian tentang jenis tenaga
kesehatan, unit kerja penempatan tenaga kesehatan, dan persebaran
tenaga kesehatan di unit kerja Propinsi Sulawesi Barat
**************
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 6
BAB II GAMBARAN UMUM
A. KEADAAN GEOGRAFI
Sulawesi Barat merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang cukup
strategis karena berada diantara dua Provinsi, yaitu Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Barat. Provinsi Sulawesi Barat sebelah barat berbatasan
langsung dengan Selat Makassar, Sebelah timur berbatasan dengan
Sulawesi Selatan, sebelah utara berbatasan dengan Sulawesi tengah
dan Sulawesi selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan.
Gambar 2.1 Peta Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 7
Luas wilayah Provinsi Sulawesi Barat sebesar 16.729,9 km2, secara
administratif terbagi menjadi 5 kabupaten, yang tersebar menjadi 604
desa/kelurahan. Wilayah terluas adalah Kabupaten Mamuju dengan
luas 7.943 km2, atau sekitar 47,5% dari luas total Provinsi Sulawesi
Barat, sedangkan Kabupaten Majene merupakan wilayah yang luasnya
paling kecil di Sulawesi barat, yaitu seluas 948 km2.
Gambar 2.2 Luas dan Persentase Kabupaten Se- Provinsi Sulawesi Barat
Tahun 2011
Secara topografi, wilayah Sulawesi Barat memiliki kondisi yang
bervariasi yaitu pegunungan, perbukitan, dataran rendah, pesisir
pantai serta rawa-rawa. Sebagian besar wilayah di Sulawesi Barat
merupakan daerah yang sulit dijangkau disebabkan kondisi daerah
yang sangat berat sehingga hanya bisa dilalui dengan kuda dan jalan
kaki. Disamping itu masih terdapat sekelompok masyarakat terasing
yang menutup diri dari kemajuan ilmu pengetahuan.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 8
B. KEADAAN PENDUDUK
Jumlah penduduk Sulawesi Barat tahun 2011 (Hasil Estimasi Dinas
Kesehatan masing-masing kabupaten) sebesar 1.163.737 Jiwa. Dengan
luas wilayah sebesar 16.937,2 km2,maka rata – rata kepadatan
penduduk di Sulawesi Barat sebesar 69 jiwa untuk setiap kilometer
persegi (km2). Wilayah terpadat adalah Kabupaten Polewali Mandar,
dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 231 jiwa per kilometer
persegi (km2). Wilayah terlapang di Sulawesi Barat adalah Kabupaten
Mamuju, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 42 jiwa per
kilometer persegi (km2). Dengan demikian dapat dilihat bahwa
persebaran penduduk se Sulawesi Barat belum merata.
Gambar 2.3 Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Barat
Menurut Kabupaten Tahun 2011
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten tahun 2011
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 9
Dengan jumlah rumah tangga sebesar 255.512 rumah tangga, maka
rata-rata jumlah rumah tangga di Sulawesi Barat adalah 4,55 Jiwa
untuk setiap rumah tangga. Jumlah penduduk tertinggi berada di
Kabupaten Polewali Mandar dan terendah di Kabupaten Mamuju Utara.
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio
jenis kelamin yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk
perempuan per 100 penduduk. Berdasarkan hasil proyeksi Dinas
Kesehatan Kabupaten tahun 2010 didapatkan jumlah penduduk laki-
laki di Sulawesi Barat sulit ditentukan karena kelengkapan data yang
kurang dari kabupaten. Data mengenai Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
dapat dilihat pada lampiran tabel 2.
Struktur/komposisi penduduk Sulawesi Barat menurut umur dan jenis
kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki maupun perempuan
mempunyai proporsi terbesar pada kelompok umur 10 – 14 tahun dan
5–9 tahun.
C. KEADAAN PENDIDIKAN
Keadaan pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap
ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu daerah.
Melalui pengetahuan, pendidikan berkonstribusi penting terhadap
perubahan perilaku kesehatan masyarakat. Pengetahuan yang
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 10
pencetus yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang
untuk berperilaku sehat.
Angka buta huruf berkolerasi dengan angka kemiskinan. Sebab,
pendududk yang tidak bisa membaca secara tidak langsung
mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan itu
sendiri mendekatkan kepada kemiskinan.
Berdasarkan data BPS 2010, persentase penduduk usia 5 tahun keatas
yang melek huruf di Sulawesi Barat sebesar 84,86%, artinya persentase
penduduk usia 5 tahun keatas yang bisa membaca serta mengerti
sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Penggunaan
AMH adalah untuk mengukur keberhasilan program-program
pemberantasan buta huruf, terutama didaerah pedesaan di Indonesia
terutama didaerah di Sulawesi Barat; menunjukkan kemampuan
penduduk suatu wilayah dalam menyerap informasi daer beberapa
media dan menunjukkan kemapuan untuk berkomunikasi secara lisan
dan tertulis.
D. KEADAAN EKONOMI
Proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya kurang dari $1 per
kapita per hari adalah persentase penduduk yang hidup dengan
pendapatan di bawah $1 (PPP) per hari. Nilai dolar dimaksud adalah
nilai dolar berdasarkan Paritas Daya Beli atau Purchasing Power Parity
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 11
(PPP) yang konversinya dengan mata uang lokal berdasarkan harga
tahun 1993.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Barat tidak melakukan
pendataan tingkat kemiskinan dengan parameter pendapatan kurang
dari US$ 1,00 per kapita perhari, oleh karena itu tolak ukur yang
digunakan adalah garis kemiskinan yang telah ditentukan secara
nasional.
Salah satu pendekatan dalam pengukuran kemiskinan di Indonesia
menurut Badan Pusat Statistik adalah seseorang yang dianggap miskin
jika tak mampu memenuhi kebutuhan dasar makanan yang disetarakan
2100 kilokalori serta kebutuhan bukan makanan, yakni kebutuhan
minimum perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan yang
dibawah rata-rata minimum, konsep dan Pendekatan di atas dikenal
denga nama pemenuhan kebutuhan dasar (Basic Needs Approach).
Jumlah Penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Barat sejak Maret 2007
sampai dengan Maret 2010 terus mengalami penurunan yang signifikan.
Tahun 2007 presentase penduduk miskin mencapai kisaran 19,03
persen atau setara dengan 189,9 ribu orang, kemudian mengalami
penurunan yang cukup besar hingga tahun 2010, yaitu sebesar 13,58
persen atau sekitar 141,33 ribu orang dan pada tahun 2011 mengalami
peningkatan menjadi 13,89%
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 12
Gambar 2.4 Angka Kemiskinan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007-2011
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Kecenderungan data garis Kemiskinan dari hasil pendataan Badan
Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat menunjukkan hasil yang
positif, dimana garis kemiskinan rata-rata penduduk di Provinsi
Sulawesi Barat dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 semakin
membaik.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 13
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Gambaran masyarakat Provinsi Sulawesi Barat masa depan yang ingin
dicapai oleh segenap kelompok masyarakat melalui pembangunan
kesehatan Provinsi Sulawesi Barat adalah “Terwujudnya Masyarakat
Sulawesi Barat Yang Sehat Maju dan Amanah”. Untuk mewujudkan
visi tersebut ada lima misi yang diemban oleh seluruh jajaran petugas
kesehatan di masing-masing jenjang administrasi pemerintahan, yaitu
meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, Menjamin
pemerataan sumber daya kesehatan, Memberdayakan masyarakat
untuk hidup sehat, Mendorong percepatan pelaksanaan pembangunan
kesehatan daerah tertinggal dan daerah perbatasan dan menciptakan
manajemen kesehatan yang akuntabel.
Guna mempertegas rumusan visi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Barat “Terwujudnya Masyarakat Sulawesi Barat Yang Sehat Maju
dan Amanah” maka ditempuh strategi percepatan berupa
mewujudkan komitemen pembangunan berwawasan kesehatan,
Profesioanalisme Unit Kerja, mempercepat pemerataan pelayanan
kesehatan yang berkualitas di daerah terpencil dan kepulauan dengan
strategi mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan
Melaksanakan jejaring Pembangunan Kesehatan.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 14
Adapun situasi derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Sulawesi
Barat adalah sebagi berikut :
A. ANGKA KEMATIAN
Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat
menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi
atau tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan
biologic secara tidak langsung. Disamping itu dapat digunakan sebagai
indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan
program pembangunan kesehatan.
1. Angka Kematian Bayi
Angka kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi (0-12 bulan)
per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB dapat
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan factor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan
antenatal, status gizi ibu hami, tingkat keberhasilan program KIA dan
KB, serta kondisi lingkungan dan social ekonomi. Bila AKB disuatu
wilayah tinggi, berarti status kesehatan diwilayah tersebut rendah.
AKB di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011 sebesar 11,6/1000 kelahiran
hidup, menurun bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar
15,2/1000 kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan target
Nasional dalam RPJMN 24/1000 kelahiran hidup, maka AKB Provinsi
Sulawesi Barat sudah melampaui target Nasional, demikian juga bila
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 15
dibandingkan dengan target yang diharapkan dalam MDD (Millennium
Development Goals) tahun 2015 yaitu 23/1000 kelahiran hidup.
Penurunan AKB di Provinsi Sulawesi Barat satu tahun terakhir dapat
memberi gambaran pelayanan kesehatan yang meningkat secara
keseluruh lapisan masyarakat.
Gambar 3.5 Angka Kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Barat
Tahun 2007-2011 Sumber : Program
KIA Dinas
Kesehatan Sulawesi
Barat, 2012
Kabupaten dengan Angka Kematian Bayi tertinggi pada tahun 2011
adalah kabupaten Mamuju Utara dengan AKB sebesar 15,9/1000
Kelahiran hidup atau sebanyak sedangkan yang terendah adalah
Kabupaten Mamasa 6/1000 kelahiran hidup
Gambar 3.6 Angka Kematian Bayi Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat Tahun2011 Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi, tahun 2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 16
Angka kematian bayi yang bervariasi dan tidak merata ditiap
kabupaten merupakan masalah pelayanan kesehatan. Akses
pelayanan yang tidak merata ditiap kabupaten memerlukan
intervensi yang berbeda.
Tabel 3.1
Jumlah kematian bayi menurut Kabupaten
tahun 2011
Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi 2012
2. Angka Kematian Balita
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian balita (1 – 5
tahun) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA
dapat menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak balita,
tingkat pelayanan KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan program
KIA/Posyandu, dan kondisi sanitasi lingkungan.
Angka kematian balita atau AKABA menggambarkan peluang untuk
meninggal pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun.
Berdasarkan laporan Dinas kesehatan 5 Kabupaten di Propinsi Sulawesi
Barat, Angka kematian balita tahun 2007 sebesar 17,2 per 1.000
kelahiran hidup, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 11,4 per
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 17
1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi
14,02 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2010 menurun menjadi 16,42
per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2011 menjadi 12,1/1000
Kelahiran hidup . Hal ini menandakan Angka Kematian Balita 3 tahun
terakhir sifatnya fluktuatif
Kasus kematian Balita berhubungan erat dengan kondisi lingkungan,
perilaku, infeksi penyakit, status gizi dan imunitas serta mutu dari
pelayanan kesehatan. Format pelaporan program KIA yang selama ini
digunakan tidak bisa mengakomodasi jumlah kematian balita yang ada
di wilayah kerja Puskesmas sehingga data kematian balita (1 – 4 th)
tidak bisa diketahui.
Gambar 3.7
Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2007-2011
Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2012
Pada gambar 3.7 nampak bahwa Angka Kematian Balita selama
periode 2007-2009 menunjukkan flukstuasi dan mengalami penurunan
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 18
pada tahun 2011. Pencapaian AKABA Sulawesi Barat sudah mencapai
target MDGs yakni 32 / 1000 kelahiran hidup yang mesti dicapai pada
tahun 2015
Data kematian balita ini termasuk dalam indikator pemantauan pada
cakupan pelayanan anak balita (12-59 bulan). Jadi, kasus kematian
yang terjadi tergantung dari peran tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan sesuai standar meliputi pemantauan
pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantuan perkembangan min 2x
setahun dan pemberian vitamin A 2x setahun. Termasuk dalam
pelayanan mendapatkan MTBS, khusus untuk anak yang sakit sehingga
kematian dapat dicegah.
3. Angka Kematian Ibu
AKI yang didefinisikan sebagai banyaknya kematian perempuan pada
saat hamil atau bersalin per 100.000 kelahiran hidup yang disebabkan
oleh kehamilan atau pengelolaannya, kecuali yang disebabkan oleh
kecelakaan.
Angka kematian Ibu merupakan salah satu indikator penting yang
merefleksikan derajat kesehatan di suatu daerah, yang mencakup
tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan Ibu,
kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan
terutama bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu pada masa nifas.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 19
Kesehatan Ibu hamil/bersalin dan AKI memiliki korelasi erat dengan
kesehatan bayi dan AKB. Faktor kesehatan ibu saat ia hamil dan
bersalin berkontribusi terhadap kondisi kesehatan bayi yang dikandung
serta resioko bayi yang dilahirkan dengan lahir mati (still birth) atau
yang mengalami kematian neonatal dini (umur 0-6 hari).
Gambar 3.8 Jumlah Kematian Ibu Menurut
Kabupaten Tahun 2011
Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Sebagai Provinsi baru Sulawesi Barat
belum memiliki data statistik vital yang
langsung dapat menghitung Angka Kematian Ibu (AKI). Jumlah
Kematian Ibu didapatkan dengan mengumpulkan informasi dari
Puskesmas semasa kehamilan, persalinan atau selama melahirkan.
Seperti indikator kesehatan lain pada umumnya, terdapat perbedaan
AKI antar wilayah di Sulawesi Barat. Berdasarkan data Jumlah
Kematian Ibu di provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011 di 5 (lima)
kabupaten menunjukkan bahwa kabupaten Mamuju Utara dan Mamasa
mempunyai jumlah kematian Ibu yang paling rendah yaitu 5 ibu di
bandingkan dengan Polman dan Mamuju 13 ibu yang meninggal dan
Majene 6 ibu yang meninggal pada tahun 2010.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 20
Gambar 3.9 Angka Kematian Ibu Menurut Kabupaten Tahun 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012
Angka Kematian Ibu per tahun di Provinsi Sulawesi Barat belum
dapat ditentukan karena jumlah kelahiran hidup di Sulawesi Barat
pada tahun 2011, sebesar 23.259 kelahiran hidup. Namun untuk
menjadi acuan program dalam pelaksanaan kebijakan program bidag
kesehatan dan pembanding capaian tiap kabupaten maka konstanta
yang digunakan dalam perhitungan Angka Kematian Ibu pada gambar
3.9 adalah per 100.000 kelahiran hidup. Jadi dalam buku ini penyusun
hanya angka absolut atau jumlah sebenarnya, dan dengan
menggunakan rumus per 100.000 kelahiran hidup.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 21
Gambar 3.10 Jumlah Kematian Ibu Maternal Sulawesi Barat
Tahun 2006-2011
Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Sulawesi Barat,2012
B. Morbiditas
Morbiditas adalah angka kesakitan (insidensi atau prevalensi) dari
suatu penyakit yang terjadi pada suatu populasi dalam kurun waktu
tertentu. Morbiditas berhubungan dengan terjadinya atau
terjangkitnya penyakit didalam populasi, baik fatal maupun non-fatal.
Angka morbiditas lebih cepat menentukan keadaan kesehatan
masyarakat dari pada angka mortalitas, karena banyak penyakit yang
mempengaruhi kesehatan hanya mempunyai mortalitas yang rendah.
1. Penyakit terbanyak di Rumah Sakit
Penyakit terbesar di rumah sakit sepanjang tahun 2010 di Sulawesi
Barat menurut catatan Bidang Pelayanan Medik Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Barat menunjukkan pasien yang paling banyak
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 22
berkunjung adalah pasien dengan faktor yang mempengaruhi keadaan
kesehatan dan berhubungan dengan pelayanan kesehatan.
Perincian penyakit yang melakukan kunjungan rawat jalan di rumah
sakit menurut catatan Bidang Pelayanan Medik Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011 adalah sebagai berikut :
Kunjungan terbesar pertama rawat jalan adalah Diare dengan Jumlah
kunjungan 1888 orang dan penyakit kedua adalah Demam Berdarah
dengan jumlah kunjungan 1232 orang.
Gambar 3.11 Jumlah 6 Penyakit Terbanyak Pada Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap
Dirumah Sakit Di Sulawesi Barat Tahun 2011
Sumber : Bina Pelayanan Medik Dinkes Sulbar tahun 2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 23
2. Penyakit Menular
a. Malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya
pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millennium
Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu
(protozoa). Plasmodium yang ditularkan melaui gigitan nyamuk
Anopheles. Wilayah endemis malaria di Sulawesi Barat pada umumnya
adalah desa – desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak
baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan
kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan social ekonomi masyarakat
yang rendah.
Direktorat Jenderal PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan
stratifikasi endemisitas malaria di suatu wilayah di Indonesia menjadi
4 strata yaitu:Endemis tinggi bila API > 5 per 1.000 penduduk; Endemis
sedang bila API berkisar antara 1 - < 5 per 1.000 penduduk; Endemis
rendah bila API 0 – 1 per 1.000 penduduk; Non Endemis adalah daerah
yang tidak terdapat penularan malaria (Daerah pembebasan malaria)
atau API = 0.
Guna mencapai target yang di canangkan secara nasional maka ada
beberapa program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi
Sulawesi Barat diantaranya sebagai berikut :
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 24
1. Gebrak Malaria yang bertujuan untuk memastikan 80% dari
masyarakat yang beresiko terjangkit malaria mendapatkan
perlindungan melalui metode pengendalian vector yang sesuai
keadaan setempat; 80% penderita malaria didiagnosis dan diobati
dengan menggunakan antimalarial yang adekuat; 80% perempuan
ibu hamil didaerah penularan yang stabil mendapat perawatan
pencegahan berkala (IPTp); dan beban akibat penyakit malaria
berkurang sampai 50% dan pada tahun 2015, penyakit dan
kematian akibat malaria berkurang 75 persen dibandingkan
dengan tahun 2005, tervapainya target MDG dan intervensi
efektif diterapkan secara universal
Tabel 3.2 Strategi Kampanye Gebrak Malaria
Strategi Utama Tujuan Utama
Memobilisasi dan memberdayakan masyarakat menuju hidup sehat
Semua desa menjadi “desa siaga”-pemberdayaan dan pelibatan masyarakat dalam pemberantasan dan pengendalian malaria dan penyakit lain yang merupakan masalah utama kesehatan
Meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang berkualitas
Setiap bayi, anak dan kelompok resiko tinggi terlindung dari penyakit-penyakit
Memperbaiki sistem surveilans, monitoring dan informasi
Setiap kejadian penyakit dilaporkan secara tepat waktu dan akurat kepada dinas kesehatan terdekat Setiap kejadian luar biasa/wabah dikendalikan secara cepat dan tepat
Peningkatan ketersediaan pendanaan malaria
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 25
2. Penelitian Malaria terpadu kerjasama Universitas Hasanuddin
dengan Dinas Kesehatan Sulawesi Barat. Penelitian ini
dilaksanakan di kabupaten Mamuju yang merupakan daerah
endemis malaria tinggi di Sulawesi Barat dan berlangsung selama
3 tahun mulai 2010 – 2012.
Di Sulawesi Barat terdapat dua kabupaten yang termasuk dalam daerah
endemis tinggi yakni Mamuju dan Mamuju Utara. Kondisi wilayah yang
ada menjadi salah satu faktor tingginya kasus malaria di kedua wilayah
tersebut di bandingkan dengan wilayah lain di Sulawesi Barat.
API Sulawesi Barat pada tahum 2010 adalah 6,7 per 1.000 dan
mengalami penurunan menjadi 5,9 per 1000 penduduk Sulawesi barat
pada tahun 2011. Di hubungkan dengan target MDGs angka API
Sulawesi Barat masih sangat tinggi. Begitupula dengan target nasional
yang yang menargetkan jumlah kasus kejadian malaria menjadi kurang
dari 1 per 1000 kasus malaria positif yang ditemukan melalui
pelayanan rutin. Sulawesi Barat mesti memacu diri untuk mencapai
target nasional Indonesia bebas malaria tahun 2030.
b. TB Paru
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat
menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi hasil TB.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 26
Bersama dengan malaria dan HIV AIDS, TB menjadi salah satu penyakit
yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs.
Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah
Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru TBA
Positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA
positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Kementerian
Kesehatan menetapkan target CDR minimal pada tahun 2010 sebesar
70%.
Dalam upaya peningkatan efektifitas pengendalian TB, Sulawesi Barat
telah melakukan upaya penguatan DOTS yang merupakan kebijakan
nasional dalam pengendalian Tuberkulosis. Kunci utama dalam DOTS
yaitu : komitmen, doagnosa yang benar dan baik. Ketersediaan dan
lancarnya distribusi obat, pengawasan penderita menelan obat dan
pencatatan dan pelaporan penderira dengan baik dan benar dengan
sistem kohort.
Gambar 3.12 Angka Penemuan Kasus (CDR) Per Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011
Sumber : Program P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 27
Angka penemuan kasus Case Detection Rate (CDR) Sulawesi Barat
tahun 2011 Sulawesi Barat sebesar 55%. Kabupaten Majene adalah
Kabupaten dengan pencapaian CDR sebesar 110% dan paling rendah
adalah Kabupaten Mamasa sebesar 17%. CDR Sulawesi Barat sebesar
50%. Capaian ini belum mencapai target MDGs sebesar 70%. Hal ini
tentu menjadi tantangan terbesar bagi Sulawesi Barat untuk dapat
mencapai target MDGs pada tahun 2015.
Tantangan yang dihadapi dalam upaya penanganan TB di Sulawesi
Barat antara lain:
1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat mengakibatkan tingginya
resiko penyebaran infeksi. Hal ini terkait dengan advokasi,
komunikasi dan mobilisasi social belum optimal, terbatasnya
akses pelayanan dan belum maksimalnya kemitraan antara
public-swasta;
2. Masih tingginya penemuan kasus yang belum diimbangi dengan
ketersediaan pelayanan pengobatan yang memadai. Layanan
pengobatan untuk TB secara rutin belum merata.
3. Masih terbatasnya penguatan kebijakan pengendalian TB berbasis
local di Sulawesi Barat. Diperlukan penguatan pelayanan
kesehatan, informasi dan pendanaan tingkat daerah
4. Belum optimalnya sistem informasi untuk penyusunan kebijakan
berbasis fakta. Saat ini penerapan elemen strategi TB, penguatan
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 28
sistem kesehatan, peran serta petugas kesehatan, ASCM, dan
riset masih kurang optimal
5. Masih terbatasnya sumber pendanaan untuk menanggulangi TB di
Sulawesi Barat. Selama ini sumber dana pendanaan
penanggulangan TB di Sulawesi Barat sebagian besar berasal dari
bantuan luar negeri (GF TB). Untuk itu diperlukan peningkatan
mobilisasi sumber daya local dan peningkatan efisiensi anggaran
bersumber APBD dalam peningkatan program TB.
c. HIV AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus (retrovirus) yang
menginfeksi sel-sel sistem imunologi sehingga merusak sistem
kekebalan tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) adalah kondisi kesehatan seseorang ketika HIV telah merusak
sistem kekebalan terhadap penyakit Infeksi menular seksual (IMS)
merupakan penyakit yang sangat erat keterkaitannya dengan kejadian
HIV dan AIDS.
Keberadaan penderita HIV/AIDS bagaikan fenomena gunung es, dimana
jumlah penderita yang ditemukan jauh lebih sedikit dibandingkan
penduduk yang terinfeksi dan diperkirakan pada tahun 2010 jumlah
Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) di Sulawesi Barat mencapai 000000
orang. Kondisi tersebut berkaitan dengan keadaan geografis Sulawesi
Barat yang berada dalam posisi “Segitia emas” terletak diantara
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 29
Sulawesi selatan dan Sulawesi Tengan dan berbatasan langsung dengan
pulau Kalimantan menjadi salah satu faktor mobilisasi penduduk yang
cepat. Selain itu banyaknya penduduk yang masuk menyebabkan
adanya perubahan pola hidup dan perubahan perilaku seksual yang
tidak aman serta penggunaan Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) suntik yang semakin meluas.
Tantangan lain yang dihadapi adalah terbatasnya akses terhadap
pelayanan kesehatan dalam pencegahan, perawatan dan pengobatan
HIV AIDS. Sistem layanan kesehatan perlu diperkuat dalam menangani
kasus HIV/AIDS; terbatasnya alokasi anggaran dan ketersediaan dana
yang berkesinambungan dalam pengendalian HIV/AIDS. Masalah dana
menjadi kendala utama dalam mengani HIV/AIDS; masih lemahnya
koordinasi linta sektor sistem monitoring dan evaluasi; dan masih
terbatasnya fasilitas dan tenaga kesehatan baik dalam hal kuantitas
dan kualitas maupun kapasitas dalam penanganan HIV AIDS.
Upaya pencegahan dan penanggulangan yang dilakukan memalui
penyuluhan ke masyarakat, pembentukan klinik IMS dan Voluntary
Concealing Test VCT di puskesmas, pengobatan dan pemeriksaan
berkala penyakit menular seksual, pengamatan darah donor dan
kegiatan lain yang menunjang pemberantasan penyakit HIV/AIDS.
Pengembangan jejaring HIV/AIDS serta kerjasama dengan Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional (KPA) tingkat provinsi dan kabupaten,
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 30
Majelis Ulama (MU) serta organisasi masyarakat lainnya yang terkait
merupakan usaha lain dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
dalam penanggulangan HIV/AIDS.
Meski demikian jumlah penderita HIV/AIDS di Provinsi Sulawesi Barat
hingga tahun 2011 belum ada laporan secara tertulis penduduk yang
tercatat sebagai penderita positif, namun penderita positif tersebut
diperkirakan ada di sekitar kita.
d. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
ISPA seringkali menjadi penyebab utama kematian pada bayi dan
balita, dimana pneumonia diduga sebagai faktor utama penyebabnya.
ISPA juga merupakan salah satu penyebab kunjungan berobat pasien di
rumah sakit dan Puskesmas.
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) atau Acute Respiratory
Infection (ARI) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu
bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga
alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga
tengah dan pleura. Penyakit ISPA yang menjadi fokus program
kesehatan adalah Pneumonia, karena pneumonia merupakan salah satu
penyebab utama kematian pada anak.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru
yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur dengan
populasi rentan pada anak-anak usia kurang dari dua tahun, usia lanjut
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 31
lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan
(malnutrisi, gangguan imunologi).
Gambar 3.13 Penderita Pneumonia pada Balita
Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2011
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Berdasarkan laporan bidang pencegahan dan pengendalian penyakit
dari dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Barat, kasus
pneumonia mengalami penurunan yang cukup tajam dari tahun 2007.
Pada tahun 2011 kasus pneumonia menunjukkan adanya
kecenderungan penurunan dari 4.187 pada tahun 2010 menjadi 1.729
pada tahun 2011
e. Kusta
Penyakit kusta atau disebut penyakit lepra adalah penyakit infeksi
kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 32
menyerang syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Bila tidak ditangani
dengan baik, kusta dapat menjadi progresif, menyebabkan kerusakan
permanen pada kulit, syaraf, anggota gerak dan mata.
Penyakit kusta menurut jenis penyakitnya dibedakan menjadi kusta
Pausi Basiler (PB) dan kusta Multi Basiler (MB) dan pengobatannya
disesuaikan dengan klasifikasi jenisnya.
Strategi global WHO menetapkan indikator eliminasi kusta adalah
angka penemuan penderita atau istilah bahasa inggrisnya Newly Case
Detection Rate (NCDR) yang menggantikan indicator utama
sebelumnya yaitu angka penemuan penderita terdaftar berupa
prevalensi rate < 1/100.000 penduduk.
Gambar 3.14 Angka Penemuan Kasus Kusta Baru Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2011
Sumber :Bagian P2PL Dina Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Angka penemuan kasus kusta baru pada tahun 2011 mengalami
peningkatan, baik dari jenis MB. Sedangkan untuk persebarannya,
kasus kusta terdapat di semua kabupaten dengan jumlah kasus yang
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 33
berbeda-beda.Hal ini disebabkan masalah dalam pengelolaan
pengendalian penyakit kusta baik di tingkat provinsi maupun
kabupaten.
Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta di Indonesia, salah satu
indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilannya adala angka
proporsi cacat tingkat II (kecatatatn yang dapat dilihat dengan mata)
sebesar 5% dan proporsi anak di antara kasus baru. Angka proporsi
cacat tingkat II digunakan untuk menilai kinerja petugas dalam upaya
peningkatan penemuan kasus.
3. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
AFP adalah kondisi abnormal yang ditandai dengan melemahnya,
lumpuhnya atau hilangnya kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas
secara tiba-tiba. Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit atau trauma
yang mempengaruhi syaraf yang berhubungan dengan otot. AFP ini
sering juga dijelaskan sebagai tanda cepat munculnya serangan seperti
pada polio.
Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dar 15 tahun dengan
kelumpuhan yang sifatnya layuh yang terjadi secara mendadak.
Sedangkan AFP non polio adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan
spesimen tinja tidak ditemukan virus polio liar yang ditetapkan oleh
tim ahli sebagai kasus AFP dengan kriteria tertentu.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 34
Gambar 3.15 Jumlah Kasus AFP [lumpuh layuh]
Provinsi Sulawesi Barat tahun 2007-2011
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011
Indikator keberhasilan ERAPO adalah ditemukannya kasus AFP minimal
2/100.000 penduduk dan tidak ditemukannya kasus polio selama lima
tahun berturut-turut. Penemuan kasus AFP di Sulawesi Barat dapat
dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3.16 AFP Rate tahun 2007 – 2011
Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 35
4. Penyakit Potensial KLB/Wabah
a. Demam Berdarah
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorraghic Fever) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue serta disebarkan dengan
perantaraan nyamuk Aedes Aegypty dan Aedes Albopictus yang hidup
di genangan air bersih atau jernih di sekitar rumah atau tempat-
tempat yang dapat menampung dan menjadi genangan air dan
umumnya kasus ini mulai meningkat pada musim penghujan.
Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat
ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan sering muncul
sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga menimbulkan kepanikan di
masyarakat karena penyebarannya yang sangat cepat dan berpotensi
menimbulkan kematian bila tidak mendapatkan penangan secara cepat
dan tepat.
Angka kesakitan DBD di Provinsi Sulawesi Barat sampai tahun 2011
cukup tinggi walaupun secara umum mengalami penurunan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 jumlah kasus
Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 325 kasus meningkat
dibandingkan tahun 2010 sebesar 169 kasus. Jumkah penderita yang
meninggal pada tahun 2011 sebanyak 5 orang yang tersebar 1 di
kabupaten Mamuju dan 4 di Kabupaten Mamuju Utara. Adanya kasus
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 36
kematian yang terjadi di Mamuju Utara ini karena adanya kasus KLB
yang membuat 139
orang menderita DBD
dan 4 diantaranya
meninggal.
Gambar 3.17
Jumlah kasus DBD tahun 2010 dan 2011 Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat 2011
Sumber : Program P2PL Dinas Kesehatan Sulawesi Barat 2012
b. Diare
Diare dapat didefinisikan sebagai perubahan konsistensi fases selain
dari frekuensi buang air besar. Dikatakan diare apabila fases lebih
berair dari biasanya. Diare juga didefinisikan bila Buang Air Besar
(BAB) tiga kali atau lebih atau BAB lebih berair tapi tidak berdarah
dalam waktu 24 jam. Sementara diare yang berdarah didefinisikan
sebagai disentri.
Selain angka kesakitan yang masih tinggi, penyakit diare juga sering
menimbulkan KLB dengan tingkat CFR yang juga tinggi. Salah satu
upaya menurunkan kematian akibat diare adalah dengan tatalaksana
yang tepat dan cepat. Pengolahan, analisa, dan interpretasi data
secara rutin juga akan dilakukan, sebagai upaya kewaspadaan dini KLB
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 37
Diare. Upaya ini dilakukan dengan mengadakan pelatihan petugas
terintegrasi dengan pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS),
serta pengamatan tatalaksana diare di puskesmas sentinel.
Gambar 3.18 Cakupan Penemuan Penderita Diare
Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Untuk tahun 2011, kejadian diare tertinggi tercatat di Kabupaten
Mamuju sebanyak 18.425 kasus melebihi kasus perkiraan kejadian
sebesar 13.850 kasus diare dan terendah di Kabupaten Mamasa
sebanyak 4.128 kasus dengan kasus perkiraan sebenayak 5.925 kasus
Gambar 3.19 Cakupan Penanganan Penderita Diare Menurut Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008 - 2011.
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 38
Penanganan kasus diare di Provinsi Sulawesi Barat sudah mulai
menunjukkan peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011 secara
signifikan. Pada tahun 2010 sebesar 43,9% dan menjadi 110,5% pada
tahun 2011. Jumlah kasus diare yang terjadi lebih tinggi dari perkiraan
kasus. Hal ini terjadi karena adanya kasus KLB diare yang terjadi
beberapa kali selama kurun waktu tahun 2011.
c. Filariasis
Limpathic Filariasis adalah penyakit parasit dimana cacing filaria
(Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori) menginfeksi
jaringan limfe (getah bening). Parasit ini ditularkan pada manusia
melalui gigitan berbagai jenis nyamuk yang telah terinfeksi dan
kemudian menjadi cacing dewasa dan hidup di jaringan limfe.
Penyakit ini sering menyebabkan menurunkan daya kerja dan
produktifitas serta timbulnya cacat tubuh yang menetap atau
permanen berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelaminsebagai
tanda tingkat lanjut dari penyakit. Penyakit ini juga sering disebut
Elefantiasis atau yang sering juga disebut penyakit kaki gajah karena
penderitanya sering mengalami bengkak di kaki yang sangat besar
menyerupai kaki gajah.
Pada tahun 2011 penyakit ini menyebar di Kabupaten Polewali Mandar
dan Mamuju Utara. Di Polewali Mandar berdasarkan data yang masuk
tercatat 33 dan di Mamuju Utara sebanyak 10 kasus. Survey pemetaan
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 39
endemitas telah di beberapa kabupaten namun hingga saat ini belum
dapat diketahui secara akurat prevalensi dan jumlah penderita secara
pasti. Penemuan kasus filariasis selama ini hanya setelah timbulnya
tanda tingkat lanjut dari penyakit ini mengingat penyakit ini bersifat
kronis. Belum pernah ditemukan orang yang menderita filaria secara
dini walaupun orang tersebut bermukim di daerah endemis atau
terdapat penderita filariasis disekitarnya.
Gambar 3.20 Trend Kejadian Kasus Filariasis
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 - 2011 Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Dalam upaya mencapai eradikasi filariasis pada tahun 2020 diperlukan
upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan memutus
rantai penularan dan mengobati penderita untuk mencegah infeksi
sekunder serta alat/sarana yang sensitive untuk penegakan diagnosis
sehingga penderita dapat ditemukan dalam stadium dini dan sampai
tidak menimbulkan kecatatan.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 40
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai
upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan
gambaran situasi upaya kesehatan yang telah dilakukan di Provinsi
Sulawesi Barat.
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat,
diharapkan sebagian besar masalah kesehatan dapat diatasi. Berbagai
pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan dan jaringannya adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Bayi
Ibu mempunyai peran besar didalam pertumbuhan bayi dan
perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu
yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam
kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi / anaknya.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 41
Pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi antara lain pelayanan
antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang
diberikan di sarana kesehatan mulai Posyandu sampai rumah sakit.
a. Pelayanan Antenatal (K 1 dan K 4)
Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan,
dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil sesuai
pedoman.Kegiatan pelayanan antenatal meliputi pengukuran berat
badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi pada ibu hamil
selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatan adalah promotif dan
preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K1 dan K4
Cakupan K1 untuk mengukur akses pelayanan ibu hamil,
menggambarkan besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama
ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal.
Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan
antenatal dan kemampuan program dalam menggerakan masyarakat.
Cakupan K1 tahun 2011 sebesar 97,8%, menurun dibandingkan tahun
2010 sebesar 99,2%.
Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali
kunjungan selama masa kehamilannya (sekali di trimester pertama,
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 42
sekali di trimester kedua dan dua kali di trimester ketiga). Indikator ini
berfungsi untuk menggambarkan tingkat perlindungan dan kualitas
pelayanan kesehatan pada ibu hamil.
Cakupan K4 Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011 sebesar 78,1% dan
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 sebesar 74,9%.
Gambar 4.21 Persentase cakupan pelayanan K1 dan K4 ibu hamil
Di Sulawesi Barat Tahun 2006-2011
Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Bidang Bina Kesehatan
Masyarakat, 2012
Dari grafik tersebut terlihat cakupan K4 di Sulawesi Barat menunjukan
peningkatan dalam empat tahun terakhir dari tahun 2006 - 2010 yang
berarti terjadi peningkatan kualitas pelayanan pada ibu hamil di
Sulawesi Barat, namun menunjukkan penurunan dari tahun 2010 –
2011. Hal ini menunjukkan adanya penurunan program memberikan
pelayanan kepada masyarakat terutama bagi ibu hamil.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 43
Hal ini harus menjadi perhatian dari pemegang program untuk
meningkatkan program pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan
memberikan kesadaran kepada masyarakat (ibu hamil) untuk
memeriksakan kesehatannya, terutama kabupaten Mamasa yang
cakupannya terendah 88,7%. Gambaran cakupan pelayanan K1 dan K4
menurut Kabupaten di Sulawesi Barat, dapat di lihat pada gambar 4.22
berikut:
Gambar 4.22 Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil Menurut Kabupaten Tahun 2011
Sumber : Program Ibu dan Anak, Binkesmas Dinkes Sulbar, 2012
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa tahun 2011 presentase
ibu hamil yang mendapat pelayanan ANC sampai 4 kali (cakupan K4)
yang tertinggi adalah Kabupaten Majene (85%) setelah itu Kabupaten
Mamuju 81,1% dan yang terendah adalah Kabupaten Mamasa (70%).
Untuk dapat meningkatkan cakupan K4 dapat didukung dengan
kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi
(P4K), kemitraan bidan dan dukun serta kelas ibu hamil dan juga
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 44
dengan adanya program kelambu oleh GF ATM Round 8 Kesehatan Ibu
dapat meningkatkan cakupan K4.
Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa ibu
hamil dengan memberikan sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga
kader dapat mengenali tanda – tanda dan mendeteksi secara dini.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di semua kabupaten se Provinsi
Sulawesi Barat terdapat penurunan cakupan K1 ke cakupan K4. Hal ini
disimpulkan bahwa banyaknya K4 yang drop out. Semua kabupaten se
Provinsi Sulawesi Barat cakupan K1 lebih banyak dari ibu hamil dari
sasaran yang telah mendapatkan pelayanan antenatal care pada
kehamilannya tapi melihat DO K1-K4 sejumlah 19,1% maka Provinsi
Sulawesi Barat perlu penelusuran dan intervensi lebih lanjut. Salah
satu penyebab DO tersebut adalah ibu yang kontak pertama (K1)
dengan tenaga kesehatan, kehamilannya sudah berumur lebih dari 3
bulan, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang
kehamilannya. Sehingga diperlukan intervensi penelusuran ibu hamil
dan mensosialisasikan kepada masyarakat pentingnya pemeriksaan
kehamilan secara dini ke petugas kesehatan serta meningkatkan
Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K) dan
melakukan sweeping ibu hamil secara berkala di wilayah kerja masing
– masing.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 45
Bila ibu hamil kontak pertama pada tenaga kesehatan (K1) bukan pada
trimester 1 maka cakupan K4 nya pasti akan lebih kecil dari K1 karena
dikatakan cakupan K4 bila memenuhi persyaratan 1 kali kontak dengan
tenaga kesehatan pada kehamilan trimester 1, 1 kali kontak dengan
tenaga kesehatan ada kehamilan trimester 2 serta 2 kali kontak
dengan tenaga kesehatan pada kehamilan trimester 3
b. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang memiliki
kompetensi Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian
besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain
disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi kebidanan (profesional).
Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan mengalami fluktuasi. Tahun 2011 Cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 79,3%
meningkat di bandingkan tahun 2010 sebesar 73,1% % Cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2006-2011
cenderung meningkat selama 4 tahun terakhir, namun belum mencapai
target Standar Pelayanan Minimal tahun 2015 sebesar 90%. Capaian
Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat hal dapat di
lihat pada gambar 4.23 dan 4.24 berikut ini :
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 46
Gambar 4.23 Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh tenaga Kesehatan Tahun 2006-2011
Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012
Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak, Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Pada gambar 4.23 terlihat bahwa presentase ibu hamil yang
melahirkan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan ( cakupan PN) yang
tertinggi adalah Kabupaten Majene (85,6%) kemudian Kabupaten
Polman (83,9%) dan yang terendah adalah Kabupaten Mamuju (67,8%).
Capaian Linakes Provinsi Sulawesi Barat berbanding lurus dengan Angka
Kematian Ibu Kabupaten masing-masing. Kabupaten Mamasa dengan
capaian Linakes 69,1% memiliki capaian Angka kematian ibu tertinggi
di Sulawesi Barat yang mencapai 214 Per 100.000 Kelahiran hidup.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 47
(Perhitungan menggunakan rumus Jumlah kematian Ibu / Jumlah
Kelahiran hidup x 100.000. Perhitungan ini digunakan sebagai alat
untuk membandingkan AKI per Kabupaten. Sebab konstanta yang
digunakan adalah 100.000 Kelahiran hidup sedangkan jumlah kelahiran
hidup di Kabupaten dan Provinsi belum mencapai angka 100.000)
Untuk dapat meningkatkan cakupan linakes dapat didukung dengan
kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi
(P4K), kemitraan bidan dan dukun, kelas ibu hamil serta pelatihan
APN bagi bidan sehingga dapat menambah keterampilan bidan
menangani persalinan disamping pelatihan – pelatihan lainnya yang
menunjang peningkatan keterampilan bidan memberikan pelayanan di
masyarakat. Serta membuat rumah tunggu untuk ibu hamil yang
tempat tinggalnya jauh dari tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan.
Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa
dengan memberikan sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader
dapat mengenali tanda – tanda dan mendeteksi secara dini.
c. Ibu Hamil Resiko Tinggi (Risti)/komplikasi yang ditangani
Risiko tinggi pada ibu hamil adalah keadaan penyimpangan dari normal
yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu
maupun bayi. Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb<8 %, Tekanan
darah tinggi (Sistole >140 mmHg, diastole > 90 mmHg), oedema nyata,
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 48
ekslampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang
pada usia kehamilan > 36 minggu, letak sungsang pada pramigravida,
infeksi berat/sepsis, persalinan prematur.
Dalam memberikan pelayan kuhususnya oleh tenaga bidan didesa dan
puskesmas, beberapa ibu hamil yang memiliki resiko tinggi (risti)
memerlukan pelayanan kesehatan karena terbatasnya kemampuan
dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan
rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai.
Gambar 4.26 Persentase Penanganan Komplikasi Ibu Hamil Di Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2011
Sumber : Program Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat tahun 2012
Pada tahun 2011
terdapat 28.154 ibu
hamil di Propinsi Sulawesi Barat. Dari jumlah tersebut, terdapat
sebanyak 5.631 ibu hamil risiko tinggi/komplikasi atau sebesar 20% dari
jumlah ibu hamil yang ada. Jumlah ibu hamil risiko tinggi/komplikasi
yang ditangani sebesar 3.519 ibu hamil atau sebesar 62,5% .
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 49
Gambar 4.27 Persentase Penanganan Komplikasi Ibu Hamil menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2011
Sumber : Program Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat tahun 2012
Persentase cakupan ibu hamil komplikasi yang ditangani (PK) yang
tertinggi adalah Kabupaten Polman (89,1%) dan yang terendah adalah
Kabupaten Mamuju(35,1%). Untuk dapat meningkatkan cakupan PK
dapat didukung dengan kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan
Penanganan Komplikasi (P4K) sehingga ibu hamil yang komplikasi dapat
lebih dini terdeteksi jika bumil melakukan ANC lengkap, dapat pula
didukung oleh kegiatan pemeriksaan ibu hamil secara brkala dengan
menggunakan USG Mobile yang dilakukan oleh dokter obgyn ke daerah
yang sulit dijangkau, kemitraan bidan dan dukun, kelas ibu hamil sera
PKM mampu PONED sehingga bila ada yang ditedeksi bumil resti oleh
nakes maupun masyarakat dapat terlebih dahulu ditangani di PKM
PONED sebelum dirujuk ke RS. Tapi kendala yang ada yaitu tim PONED
di PKM masih banyak yang belum aktif memberikan pelayanan
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 50
disebabkan oleh tiak adanya alat PONED serta seringnya terjadi
pergeseran petugas kesehatan.
Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa
bumil resti yang perlu mendapatkan penanganan dengan memberikan
sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader dapat mengenali tanda
– tanda dan mendeteksi secara dini.
d. Pelayanan Nifas
Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ
reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal,
walau pada umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam
waktu 3 bulan pasca persalinan.
Dalam masa nifas, ibu seharusnya memperoleh pelayanan kesehatan
yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, payudara, dinding perut,
perineum, kandung kemih dan organ kandungan. Karena dengan
perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan
kematian ibu nifas.
Gambar 4.28 Cakupan Kunjungan Ibu Nifas Di Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2011 Sumber : Sumber : Program Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat tahun 2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 51
Pada tahun 2011 jumlah sasaran ibu bersalin di Sulawesi Barat
sebanyak 26.911 orang dan 21.708 (81,1) mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2010 sebesar 76,89%. Capaian tertinggi pelayanan
nifas yang mendapat pelayanan nifas sesuai standar tahun 2011 adalah
kabupaten Majene (96,4%) dan terendah Mamasa (71,9%).
Persentase pelayanan nifas tidak sama dengan cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan. Di Kabupaten Majene, Mamasa, Mamuju dan
Mamuju Utara ada kecenderungan cakupan pelayanan nifas lebih tinggi
dibandingkan dengan persalinan oleh tenaga kesehatan. Hal ini
menandakan bahwa adanya ibu hamil yang dilahirkan dengan bantuan
tenaga non kesehatan yang masa nifasnya ditangani oleh tenaga
kesehatan. Sebaliknya di Kabupaten Polewali Mandar cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan lebih tinggi dibandingkan dengan
cakupan pelayanan ibu nifas. Sehingga dapat diasumsikan bahwa
adanya ibu hamil yang ditangani oleh tenaga kesehatan yang tidak
mendapatkan pelayanan nifas sebesar 7,1% atau sebanyak 657 ibu
hamil.
Gambar 4.29 Cakupan Kunjungan Ibu Nifas Menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2011
Sumber : Program Ibu dan Anak, Dinkes Sulawesi Barat 2011
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 52
e. Kunjungan Neonatus (KN2)
Kunjungan neonatus adalah bayi usia 0-28 hari yang kontak dengan
tenaga kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan minimal
tiga kali yaitu dua kali pada umur 0 -7 hari dan satu kali pada umur 8-
28 hari (KN2).
Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan adalah pelayanan
kesehatan neonatal dasar yang meliputi tindakan resusitasi,
pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan
infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian
imunisasi, pemberian vitamin K, manajemen terpadu balita muda
(MTBM) dan konseling untuk ibunya tentang perawatan neonatus di
rumah dengan menggunakan buku KIA.
Berdasarkan laporan Program Kesehatan ibu dan Anak jumlah
perkiraan dengan risiko tinggi/komplikasi pada neonatal di Propinsi
Sulawesi Barat tahun 2011 sebanyak 3.413 bayi. Dari jumlah tersebut
cakupan penanganan neonatal resiko tinggi ditangani sebanyak 1.431
atau sebesar 41,9%. Cakupan penanganan Neonatla selama tahun 2008
sampai 2011 dapat dilihat pada gambar berikut :
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 53
Gambar 4.30 Cakupan Penangana Neonatal resiko tinggi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011
Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat, 2012
Berdasarkan gambar 4.30 diatas menunjukkan bahwa selama tahun
2008-2011 penanganan neonatal resiko tinggi di Sulawesi Barat
mengalami peningkatan yang cukup fluktuatif . Penurunan penanganan
neonatus dengan komplikasi ditangani pada tahun 2010 - 2011 bukan
berarti penanganan neonatus tidak dilaksanakan, namun dari perkiraan
neonatus yang ada ternyata lebih banyak dari jumlah sebenarnya. Ini
menjadi tanda bahwa semakin baiknya pelayanan kesehatan dan
kunjungan ibu hamil kesarana pelayanan kesehatan selama hamil.
Pada tahun 2011 persentase cakupan neonatal komplikasi yang
ditangani yang tertinggi adalah Kabupaten Polman (57,9%). Kabupaten
Polman mempunyai 1 (orang) orang dokter ahli anak dan memiliki RS
mampu PONEK yang menjadi pusat rujukan, kemudian Kabupaten
Majene dapat menangani neonatal yang komplikasi sebesar 45,2%.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 54
Gambar 4.31 Cakupan Penanganan Neonatal resiko tinggi menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2011 Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat, 2012
Untuk dapat meningkatkan cakupan penanganan neonatal dapat
didukung dengan kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan
Penanganan Komplikasi (P4K) sehingga ibu hamil yang komplikasi dapat
lebih dini terdeteksi jika bumil melakukan ANC lengkap, dapat pula
didukung oleh kegiatan pemeriksaan ibu hamil secara berkala dengan
menggunakan USG Mobile yang dilakukan oleh dokter obstetric dan
ginekologin ke daerah yang sulit dijangkau, kemitraan bidan dan
dukun, kelas ibu hamil serta PKM mampu PONED sehingga bila ada
yang terdeteksi neonatal resti oleh nakes maupun masyarakat dapat
terlebih dahulu ditangani di PKM PONED sebelum dirujuk ke RS. Tapi
kendala yang ada yaitu tim PONED di PKM masih banyak yang belum
aktif memberikan pelayanan disebabkan oleh tidak adanya alat PONED
serta seringnya terjadi pergeseran petugas kesehatan. Serta
diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa neonatal
resti yang perlu mendapatkan penanganan dengan memberikan
sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader dapat mengenali tanda
– tanda dan mendeteksi secara dini.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 55
2. Pelayanan Kesehatan Anak Balita, Usia Sekolah Dan Remaja
Pelayanan kesehatan pada kelompok anak balita (pra sekolah), usia
sekolah dan remaja dilakukan melalui deteksi/pemantauan dini
terhadap tumbuh kembang dan kesehatan anak pra sekolah serta
pemeriksaan kesehatan anak sekolah dasar/ sederajat dan pelayanan
kesehatan pada remaja (SMP dan SMU).
Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita/pra sekolah adalah
cakupan anak umur 0-5 tahun yang dideteksi kesehatan dan tumbuh
kembangnya sesuai standar oleh dokter, bidan dan perawat paling
sedikit dua (2) kali per tahun baik didalam gedung maupun diluar
gedung seperti Posyandu, taman kanak-kanak, panti asuhan.
Sementara untuk pelayanan kesehatan bagi siwa SD/MI dan
siswa`SMP/SMU dan sederajat dilakukan melalui penjaringan
kesehatan bagi murid kelas 1 (satu) SD/MI dan SMP/SMU.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita
mencakup: Penimbangan berat badan; Penentuan status pertumbuhan;
Penyuluhan; Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan
pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang,
apabila ditemukan kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 56
Cakupan pelayanan anak balita pra sekolah tahun 2011 sebesar 77,1%
meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 43,6%, meningkat tajam
dibanding tahun 2009 sebesar 41,16%, namun masih jauh dari target
SPM sebesar 80%.
Gambar 4.32 Cakupan Pelayanan Anak Balita Sulawesi Barat Tahun 2008 – 2011
Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2012
Cakupan tahun 2011 masih sangat jauh target SPM yang harus dicapai
maka masih dibutuhkan upaya ekstra guna meningkatkan cakupan.
Dibutuhkan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait.
3. Pelayanan Kesehatan Pra Usila (45-59 Th) Dan Usila (>60 Th)
Seiring bertambahnya Umur Harapan Hidup (UHH) maka keberadaan
para lanjut usia tidak dapat begitu saja diabaikan, sehingga perlu
diupayakan peningkatan kualitas hidup bagi kelompok umur lanjut
usia.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 57
Pelayanan kesehatan pra usila dan usila adalah penduduk usia 60
tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan baik di Puskesmas, di Posyandu
lansia maupun di kelompok usia lanjut.
Pada tahun 2011 jumlah usila di Sulawesi Barat sebanyak 105.588
orang, dan yang mendapat pelayanan kesehatan 60.519 orang atau
57,32%. Kabupaten Mamuju menjadi kabupaten dengan capaian
tertinggi pelayanan kesehatan lansia sebesar 72,45% dan terendah
adalah kabupaten Mamuju Utara sebesar 6,30%. Kabupaten Mamasa
tidak melaporkan datanya.
Gambar 4.33 Cakupan pelayanan lansia menurut Kabupaten Sulawesi Barat Tahun 2011
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012
Masih kurangnya cakupan pelayanan kesehatan bagi untuk warga usila,
kemungkinan karena belum berfungsinya posyandu lansia secara
optimal. Selain itu belum semua desa mempunyai posyandu lansia.
Padahal dengan adanya posyandu lansia maka pelayanan kesehatan
akan lebih mudah dijangkau oleh para lansia. Dibutuhkan koordinasi
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 58
dan peran serta masyarakat serta lintas sektor terkait dalam upaya
meningkatkan cakupan pelayanan terhadap para lansia.
4. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya
kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi,
menurut hasil penelitian bahwa usia subur wanita antara usia 15-49
tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran, maka
wanita/ pasangan usia subur (PUS) diprioritaskan untuk menggunaan
KB.
Peserta KB dibagi menjadi KB baru dan KB aktif. Pada tahun 2011
cakupan peserta KB baru sebesar 13,3 % meningkat dibandingkan
tahun 2010 sebesar 6,1% dan KB aktif sebesar 42,9 % menurun
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 45,1 % dari jumlah PUS
sebanyak 188.922 orang. Cakupan KB aktif Sulawesi Barat tahun 2010
masih dibawah target nasional sebesar 70%
Gambar 4.34 : Cakupan peserta KB Baru dan Aktif Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 - 2011
Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 59
Berdasarkan jenis metode kontrasepsi yang digunakan, pada tahun
2010 sebanyak 93% akseptor KB aktif memilih metode kontrasepsi
jangka pendek (non MKJP) meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar
92,4% dengan pilihan terbanyak adalah metode Pil (48,2%). Sementara
yang memilih metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD,
MOW/MOP dan implant hanya 7,0% meningkat dibandingkan tahun
2010 sebesar 6,1%.
5. Pelayanan Imunisasi
Beberapa penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi
dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok vaksin, yaitu vaksin yang
tergabung dalam kelompok vaksin virus dan kelompok vaksin bakteri.
Kelompok vaksin bakteri misalnya tuberculosis, difteri, pertusis,
tetanus, meningitis meningokokus, tipus abdominalis, kolera,
hemophilus influenza tipe B dan pneumonia pneumokokus.
Sedangkan vaksin virus termasuk di dalamnya adalah penyakit campak,
polio, hepatitis B, hepatitis A, influenza, rabies, Japanese
encephalitis, yellow fever (demam kuning), rubella, varicella, parotitis
epidemica dan rotavirus. Banyak penyakit lain yang sedang
dikembangkan seperti malaria, demam berdarah, HIV/AIDS dan AI.
Upaya imunisasi telah terbukti dapat mengeradikasi penyakit cacar
dan menekan penyakit polio, yaitu serta sejak tahun 1995 tidak
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 60
ditemukan lagi virus polio liar yang berasal dari Indonesia (indigenous).
Hal ini sejalan dengan upaya global untuk membasmi polio di dunia
dengan program ERAPO.
Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan program imunisasi
secara nasional adalah angka cakupan Universal Child Immunization
(UCI) pada wilayah desa/kelurahan. Untuk tahun 2011 indikator
perhitungan UCI adalah cakupan imunisasi lengkap pada bay1 >85%
untuk semua antigen. Sehingga bila cakupan UCI dikaitkan dengan
batas wilayah maka dapat menggambarkan besarnya tingkat kekebalan
masyarakat atau bayi terhadap penularan PD3I di wilayah tersebut.
Gambar 4.35 Cakupan Desa / Kelurahan UCI
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2011 Sumber : Program P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2012
Cakupan UCI desa/kelurahan di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun
2011 sebesar 65,1% meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar
65,5%. Pencapaian UCI Sulawesi Barat tahun 2010 belum mencapai
target nasional sebesar 85%.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 61
Sedangkan untuk cakupan UCI per Kabupaten, Kabupaten Mamuju
memiliki cakupan UCI desa/kelurahan tertinggi 75,5%, yang paling
terendah adalah Kabupaten Mamasa (56,2%)
Gambar 4.36 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat tahun 2009-2011
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi kepada bayi
umur 0 – 1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi kepada
Wanita Usia Subur (WUS)/ibu hamil (TT) dan imunisasi kepada anak
sekolah dasar kelas 1 : DT, kelas 2-3 : TT) sedangkan kegiatan
imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah,
seperti desa non UCI, potensial/risti KLB, ditemukan adanya virus polio
liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis.
Gambar 4.37 Cakupan pemberian Imunisasi DPT, HB dan Campak Pada Bayi Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat tahun 2011
Sumber: Program P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 62
Dari 25.486 bayi di Sulawesi Barat 23.557 bayi atau 92,4% diantaranya
telah mendapatkan imunisasi campak pada tahun 2011. Cakupan DO
tahun 2011 sebesar 2,7%, meningkat dibandingkan tahun 2010 yang
hanya sebesar 0,5%. seluruh kabupaten di Sulawesi Barat mencapai
cakupan campak > 80% dengan cakupan terendah adalah Kabupaten
Mamasa (91,4%).
Adapun untuk Imunisasi BCG dan Polio Capaian Sulawesi Barat untuk
BCG sebesar 92,41% meningkat sedikit dibandingkan tahun 2010
sebesar 92,31%. Sedangkan untuk imunisasi polio juga mengalami
sedikit peningkatan dari 89,5% pada tahun 2010 menjadi 92,95% pada
tahun 2011. kabupaten Majene pada tahun 2011 memiliki cakupan
capaian tertinggi 102,44% dibandingkan dengan kabupaten lain.
Capaian ini melebihi 100% karena yang digunakan sebagai pembagi
adalah jumlah perkiraan sasaran bayi selama kurun waktu tahun 2011.
6. Perbaikan Gizi Masyarakat
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan melalui distribusi tablet
besi (Fe) pada ibu hamil, distribusi Vitamin A pada balita dan
pemberian kapsul yodium pada WUS.
a. Pemberian Tablet Besi (Fe) pada ibu hamil
Pada saat periksa kehamilan di sarana kesehatan, ibu hamil akan
mendapatkan tablet Fe yang bertujuan untuk mengatasi dan mencegah
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 63
terjadinya kasus anemia serta meminimalkan dampak buruk akibat
kekurangan Fe, karena kekurangan Fe pada ibu hamil dapat
mengakibatkan terjadinya abortus, kecacatan bayi atau bayi lahir
dengan berat badan rendah (BBLR).
Tablet Tambah Darah ( TTD ) atau Tablet Fe adalah suplemen gizi yang
mengandung 60 mg element besi dan 0,25 mg asam folat. Pemberian
Tablet Besi ( Fe ) pada ibu hamil bertujuan untuk mengatasi dan
mencegah terjadinya kasus anemia serta meminimalisasi dampak
buruk akibat kekurangan Fe pada ibu hamil karena kekurangan Fe
dapat mengakibatkan terjadinya abortus, kecacatan pada bayi dan
BBLR.
Gambar 4.38 Cakupan Fe3 Pada Ibu hamil Provinsi Sulawesi Barat tahun 2007-2011
Sumber : Program Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Berdasarkan grafik diatas pencapaian cakupan TTD ibu hamil ( Fe.1 )
provinsi Sulawesi barat dari tahun 2007 sampai tahun 2009 mengalami
penurunan dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 –
2011.Sedangkan cakupan Fe3 terjadi peningkatan dari tahun ke tahun.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 64
Pada tahun 2007 cakupan ibu hamil mendapat Fe3 55, 91 % dan pada
tahun 2011 sudah meningkat mencapai 74,47 %. Akan tetapi belum
mencapai target nasional. Hal ini bisa saja disebabkan beberapa hal
yaitu ibu malas datang keposyandu atau kesarana kesehatan , tingkat
pengetahuan dan kesadaran ibu hamil akan manfaat tablet tambah
darah masih rendah, system pencatatan dan pelaporan distribusi TTD
masih lemah sehingga banyak data yang tidak terinput
Pada tahun Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe-1 (30 tablet)
tahun 2011 sebesar 93,14% dan cakupan Fe-3 sebesar 74,47%.
Cakupan Fe-1 tertinggi dicapai Kabupaten Majene 110,90% dan
terendah Kota Mamasa (68,65%). Sedangkan capaian Fe-3 tertinggi
adalah kabupaten Majene sebesar 84,97% dan terendah kabupaten
Mamasa 63,93%. Berdasarkan data yang ada ada beberapa ibu hamil
yang tersaring pada saat pemberian Fe-1 namun tidak mendapatkan Fe
90 tablet. Petugas kesehatan harus memotivasi ibu hamil agar
meminum tablet besi tersebut guna mencegah terjadinya anemia ibu
hamil.
Gambar 4.39 Cakupan distribusi tablet Fe1 dan Fe-3 Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 Sumber : Program Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 65
b. Pemberian Kapsul Vitamin A pada balita
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam
lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh,
sehingga harus dipenuhi dari luar ( essensial ). Vitamin A bermanfaat
untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan, karena
vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit
infeksi seperti campak ,diare, dan ISPA. Vitamin A juga bermanfaat
sangat penting untuk kesehatan dan kelangsungan hidup
Sasaran pemberian kapsul Vitamin A adalah bayi usia 6-11 bulan dan
balita (1-4 tahun) sebanyak 2 kali dalam setahun (Februari dan
Agustus) serta ibu nifas satu kali. Cakupan balita yang mendapat
vitamin A pada tahun 2011 sebesar 77,57%, kondisi ini sudah mencapai
target nasional tahun 2010 75% namun belum mencapai target
Nasional 2015 sebesar 85%. Capaian tertinggi pemberian kapsul
vitamin A adalah Kabupaten Majene 89,74% dan terendah kabupaten
Mamuju Utara (66,72%)
Gambar 4.40 Cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2011 Sumber : Program Gizi Dinkes Sulawesi Barat 2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 66
c. Pemberian Kapsul Vitamin A Ibu Nifas
Selain balita, sasaran lain yang mendapatkan kapsul vitamin A dosis
tinggi adalah ibu nifas. Kapsul diberikan segera setelah melahirkan
atau dalam waktu sebulan setelah melahirkan yang bertujuan untuk
meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI, mempercepat proses
pemulihan ibu pasca melahirkan. Ibu nifas harus mendapatkan 2 kapsul
vitamin A dosis tinggi karena bayi lahir dengan cadangan vitamin A
yang rendah, kebutuhan bayi akan vitamin A tinggi untuk pertumbuhan
dan peningkatan daya tahan tubuh.
Pemberian 1 (satu ) kapsul vitamin A warna merah pada ibu nifas
hanya cukup untuk meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI
selama 60 hari sedangkan pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah
diharapkan dapat menambah kandungan vitamin A dalam ASI sampai
bayi usia 6 bulan.
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa cakupan kapul vitamin A
dosis tinggi ibu nifas di provinsi Sulawesi barat sudah baik , hal ini
ditandai dengan cakupan pada tahun 2011 udah mencapai target
nasional yaitu 81,77 %. Kendati demikian perlu dilakukan upaya
peningkatan distribusi vitamin A, sosialisasi program melalui promosi
penyuluhan dan integrasi gizi KIA untuk mencapai target cakupan
vitamin A ibu nifas sesuai SPM – gizi yaitu 100 % pada tahun 2014
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 67
Gambar 4.41 Cakupan pemberian kapsul Vitamin A Ibu Nifas Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2011
Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Kabupaten dengan
cakupan tertinggi
pemberian Vit A pada ibu nifas adalah Majene dengan capaian 100%
dan yang terendah adalah kabupaten Mamasa sebesar 72,36%. Capaian
pemberian Vit A pada ibu Nifas berbanding lurus dan hampir sama
dengan cakupan pemberian A pada balita. Rendahnya capaian Vit A
pada kabupaten Mamasa diperlukan intervensi secara khusus untuk
penanganannya.
d. Balita di timbang Berat Badannya
Pemantauan pertumbuhan balita biasa dilakukan di posyandu maupun
diluar posyandu secara teratur setiap bulan untuk mmngetahui adanya
gangguan pertumbuhan. Perubahan berat badan anak dari waktu ke
waktu merupakanpetunjuk awal perubahan status gizi anak.
pemantauan pertumbuhan balita dilakukan dengan mengunakan data
SKDN . Persentase D/S memberikan gambaran partisipasi masyarakat
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 68
terhadap kegiatan posyandu dan persentase N/D memberikan
gambaran keberhasilan program.
Gambar 4.42 Cakupan Penimbangan Balita Menurut Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 – 2011
Sumber : Program Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Berdasarkan hasil pencatatan pelaporan hasil penimbangan balita di
Provinsi Sulawesi Barat dalam kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun
2007 sampai tahun 2011 sudah mengalami peningkatan walaupun
belum signifikan . Hal ini dapat dilihat dari cakupan D/S provinsi
Sulawesi barat tahun 2007 hanya 49,20 % dan meningkat menjadi
68,52 % pada tahun 2011. Peningkatan ini belum bisa mencapai target
nasional yaitu 70% . Usaha peningkatan cakupan D/S saat ibi dilakukan
melaui beberapa program pengembangan. Salah satu program yang
dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan RI adalah Penanggulangan
Daerah bermasalah Kesehatan yang melakukan intervensi utama
terhadap indikator IPKM. Penimbangan balita dalam IPKM menjadi
prioritas utama yang dilaksanakan oleh daerah. 4 Kabupaten
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 69
bermasalah kesehatan di Sulawesi Barat (Polewali Mandar, Mamasa,
Mamuju dan Mamuju Utara) telah melaksanakan sweepin atau kejar
timbang bagi balita yang tidak tertimbang di sarana pelayanan
kesehatan.
Gambar 4.43 Cakupan penimbangan Balita menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011
Sumber : Program Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Dari 5 kabupaten yang ada di provinsi Sulawesi barat , 3 kabupaten
sudah mencapai target nasional tahun 2011 yaitu kabupaten mamasa
78,25 % , kabupaten majene 88,83 % dan kabupaten mamuju 74,33 %
sedangkan 2 kabupaten lainnya yaitu Polewali Mandar hanya 61,41 %
dan Mamuju Utara 45,02 %.
Rendahnya partisipasi masyarakat menunjukan bahwa perhatian
masyarakat akan pentingnyapemantauan pertumbuhan balita (
penimbangan berat badan balita ) masih sangat rendah. Hal ini
disebabkan masih kurangnya kesadaran ibu – ibu akan pentingya
memantau pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga malas
membawa anak keposyandu, dan juga sebagian ibu yang anaknya
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 70
sudah mendapat imunisasi lengkap tidak lagi mau membawa anaknya
keposyandu dan factor kebosanan Selain itu kerjasama lintas sector
terkait belum optimal sehingga pencapain target nasional yaitu 70 %
belum tercapai.
Pertumbuhan balita dapat digambarkan oleh pertambahan atau
kenaikan berat badan anak pada penimbangan diposyandu setiap
bulannya. Saat ini perhatian mulai diutamakan pada balita yang tidak
naik berat badannya, tetap atau kenaikan berat badannya tidak dapat
mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan berat badan minimal (
KBM ).
Rata – rata pertumbuhan balita di provinsi Sulawesi barat terjadi
penurunan dari 70,83 % tahun 2007 menjadi 58,19 % tahun 2008 dan
meningkat lagi pada tahun 2009 menjadi 68,16 % dan 70 % tahun 2010,
akan tetapi menurun lagi pada tahun 2011 menjadi 66,41 %. Hal ini
menunjukan bahwa pertumbuhan balita di provinsi Sulawesi barat
belum bertumbuh secara optimal sehingga diperlukan upaya
peningkatan kegiatan konseling dan pemantauan yang intensive bagi
balita yang berat badannya tidak naik
7. Pelayanan Kefarmasian
Pelaksanaan Program ini ditujukan dalam rangka melindungi
masyarakat dari bahaya penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat,
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 71
narkotika, psikotropika, Terhindarnya masyarakat dari penyalahgunaan
dan kesalahgunaan obat ;
Terwujudnya mutu sediaan Farmasi dan alat kesehatan yang
beredar;
Terhindarnya masyarakat dari informasi penggunaan sediaan farmasi
yang tidak objektif dan menyesatkan;
Terjaminnya mutu pengelolaan obat di kabupaten/kota dalam
rangka desentralisasi.
Kondisi Sulawesi Barat pada saat ini memiliki sumber daya berupa
sarana dan prasarana yang terdiri dari :
53 Apotik,
3 Instalasi Farmasi / GFK
2 Pedagang Besar Farmasi,
Dalam rangka menjamin ketersediaan dan pemerataan obat dan
perbekalan Kesehatan diperlukan Instalasi Farmasi Kab/Kota (GFK),
yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai pusat pengelolaan obat.
Dari 5 Kab / Kota, 4 kab/kota sudah mempunyai Instalasi Farmasi /
GFK yang dibangun dengan anggaran dari APBN, DAK dan DAU
Kab/Kota, sedangkan 1 (satu) Kabupaten yang baru, sementara
proses pembangunan IFK (Kab. Mamuju Utara).
Gambar 4.44 Anggaran Obat Kabupaten Majene Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2012
Sumber:Bidang Pelayanan Kefarmasian
Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 72
Gambar 4.45
Anggaran Obat Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2012
Sumber:Bidang Pelayanan
Kefarmasian Dinas Kesehatan
Sulawesi Barat, 2012
Gambar 4.46 Anggaran Obat Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2012
Sumber:Bidang Pelayanan
Kefarmasian Dinas
Kesehatan Sulawesi Barat,
2012
Gambar 4.47 Anggaran Obat Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2012
Sumber:Bidang Pelayanan
Kefarmasian Dinas
Kesehatan Sulawesi Barat,
2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 73
Gambar 4.48 Anggaran Obat Kabupaten Mamuju Utara Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2012
Sumber:Bidang
Pelayanan Kefarmasian
Dinas Kesehatan
Sulawesi Barat, 2012
Gambar 4.49 Anggaran Obat Per Kapita Menurut Kabupaten Sulawesi Barat
Sumber:Bidang
Pelayanan Kefarmasian
Dinas Kesehatan
Sulawesi Barat, 2012
Sasaran anggaran obat esensial generik disektor publik yang telah
ditetapkan sebesar US $ 2,00 setara dengan Rp. 18.000,- perkapita
pertahun. Dari 5 Kabupaten / Kota di Propinsi Sulawesi Barat masih
terdapat 3 (tiga) Kabupaten yang mempunyai biaya obat per kapita
dibawah Rp. 8.000,- yaitu : Mamuju, Polman, Mamasa. Sedangkan 2
(dua) Kabupaten yang mempunyai biaya obat per kapita diatas Rp.
10.000,- yaitu : Kabupaten Mamuju Utara dan Majene
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 74
Sasaran ketersediaan obat esensial generik dan alat kesehatan dasar
disarana pelayanan kesehatan diharapkan mencapai 95 %. Untuk
Propinisi Sulawesi Barat belum maksimal dapat terpenuhi, tetapi
melihat anggaran bersumber dana DAK pada 5 Kab/Kota 2 tahun
terakhir ( 2011, 2012 ) cenderung meningkat, sehingga diharapkan
dapat meningkatkan capian ketertesiaan obat dan perbekalan
kesehatan.
Peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian dan penggunaan obat
rasional di Puskesmas.
Penggunaan obat, merupakan rangkaian terakhir dalam siklus
pengelolaan obat, yang dapat mempengaruhi baik buruknya
perencanaan dalam hal pengadaan obat dan perbekalan kesehatan.
Dari hasil monitoring pada 25 Puskesmas di 5 ( lima ) kabupaten se-
Sulawesi Barat pada tahun 2012 menunjukkan masih belum
terlaksananya penggunaan obat rasional dimana penggunaan
polifarmasi masih di temukan walaupun demikian ada beberapa
sarana kesehatan yang mulai untuk menekan penggunaan antibiotik
yang tidak tepat. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas sebagai
acuan bagi provider tidak digunakan bahkan tidak tersedia walaupun
secara berkesinambungan telah disosialisasikan. Pada tahun 2012 telah
dilaksanakan Pertemuan Pergerakan POR oleh Dirjen Binfar dan Alkes
di Propinsi Sulawesi Barat dalam rangka untuk meningkatakan Tingkat
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 75
Pengetahuan dan Penggunaan Obat Rasional yang mana Dinas
Kesehatan Propinsi telah berupaya untuk mendukung program
Peregerakan Penggunaan Obat Rasional tersebut dengan mengajukan
Draf SK untuk pembentukan Tim Pergerakan POR propinsi kepada
Bapak Gubernur.
Dari monitoring dan Evaluasi yang dilakukan kepada Puskesmas
Kab/Kota diperoleh hasil terhadap daftar Tilik Pelayanan Kefamasian
yang masih sangat rendah Hal ini mungkin disebabkan pengelola Obat
di Puskesmas masih berstatus Tenaga Teknis Kefarmasian dan
Keperawatan sedangkan merujuk pada PP 51 tahun 2009 tentang
pelayanan kefarmasian seyogyanya Pengelola Obat di Puskesmas
Perawatan wajib
Dari monitoring dan Evaluasi yang dilakukan kepada Puskesmas
Kab/Kota diperoleh hasil rata – rata kesesuaian jenis obat yang
tersedia dibandingkan dengan DOEN sudah maksimal yaitu ± 97 %.
Hal ini mungkin disebabkan oleh aktifnya sosialisasi penggunaan obat
Generik di 5 kabupaten sejak tahun 2011 dan 2012.
Pelayanan Kefarmasian terhadap 5 (lima ) rumah sakit yaitu terdapat
1 rumah sakit yang sudah memiliki struktur organisasi Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS), 6 diantaranya di pimpin oleh Apoteker. Dari 6
rumah sakit yang sudah memiliki IFRS, 3 RS diantaranya telah memiliki
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 76
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dan Formularium Rumah Sakit (
Majene, mamuju dan Polewali Mandar ).
a. Dari 1 RS yang mempunyai Formularium RS, diperoleh tingkat
kepatuhan dokter dalam mematuhi Formularium Rumah Sakit
b. Kegiatan Farmasi Klinik yang terbanyak dilakukan oleh Apoteker
adalah Pelayanan Informasi Obat (PIO) yaitu sebanyak 5 RS satu
diantaranya sudah memiliki kepustakaan PIO sedangkan kegiatan
Farmasi Klinik berupa pengkajian resep hanya dilakukan oleh 1 RS
c. Perencanaan Pengadaaan Obat di IFRS berdasarkan: DOEN, Data
Catatan Medik, Anggaran yang tersedia, Penetapan Prioritas,
Siklus Penyakit, Sisa Persediaan dan data pemakaian Priode yang
lalu. Terdapat 5 RS yang perencanaan pengadaan obatnya sudah
mengikuti dasar – dasar di atas sisanya merencanakan obat
memakai salah satu atau lebih dasar - dasar di atas
d. Dalam pengembangan SDM di RS ada 1 RS yang telah
melaksanakan pendidikan berkelanjutan
e. RS yang memiliki SOP untuk setiap kegiatan pelayanan Farmasi
adalah sebanyak 3 RS .
Dari gambaran diatas, pelayanan kefarmasian di rumah sakit
belum berjalan secara optimal, Analisa hasil monitoring terhadap
pelayanan kefarmasian di rumah sakit diperoleh sebagai berikut:
Kurangnya jumlah RS yang memiliki struktur IFRS, PFT,
Formularium Rumah Sakit, Kepatuhan menerapkan
Formularium RS menunjukkan masih rendahnya komitmen dari
pihak management RS, hal ini mungkin disebabkannya
pelayanan kefarmasian tidak dimasukkan dalam akreditasi
tahap awal,serta kurangnya Advokasi dari Apoteker yang
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 77
bertugas di Rumah Sakit kemungkinan disebabkan kemampuan
advokasi yang masih kurang.
Kegiatan Farmasi Klinik berupa PIO dan pengkajian resep serta
pembuatan SOP yang dilakukan Apoteker di RS masih rendah
kemungkinan disebabkan oleh kurangnya kepercayaan diri dan
keilmuan yang dimiliki oleh Apoteker di RS.
Perencanaan Pengadaaan Obat di IFRS pada umumnya sudah
mengikuti dasar-dasar yang ada.
Dari hasil monitoring Sarana SUB PAK yang terletak di Kabupaten
Mamuju dan Kabupaten Polewali 8 (delapan) sarana SUB PAK, dapat
digambarkan
Dari semua Sarana SUB PAK yang berada di Kabupaten mamuju dan
Kabupaten Polewali Mandar sampai Bulan Juli 2012 belum ada yang
merubah Sarana SUB PAK ke PAK.Untuk Pengujian sampiling Alkes dan
PKRT yang telah dilakukan oleh seksi Obat Tradisional dan Alat
Kesehatan sejak tahun 2009 hingga tahun 2012 menunjukkan hasil yang
positif hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian Sampling alat
Kesehatan [ALKES] dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga [PKRT]
dari BPOM RI Jakarta.
Pelayanan farmasi komunitas khususnya di Apotek belum terlaksana
dengan baik sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan SK
Menkes No.1207/2004, faktor kehadiran Apoteker sangat menentukan
dalam hal ini, dimana 80 % APA adalah PNS dan tidak adanya
Apoteker Pendamping pada jam buka apotek, sanksi belum berjalan.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 78
Jumlah PBF tahun 2012 adalah 2 sarana, dengan perincian 2 PBF pusat
yang aktif mengirimkan laporan hingga triwulan IV ( tahun 2010 )
adalah 2 PBF ( 100 %) sedangkan yang Dalam penerapan sistem
pelaporan menggunakan software yang ditetapkan oleh Depkes belum
ada tenaga penanggung jawab PBF yang dilatih. Oleh karena itu masih
diperlukan pelatihan serupa untuk PBF yang belum mendapat pelatihan
Peningkatan SDM Kefarmasian melalui pelaksanaan Jabatan Fungsional
Apoteker dan Asisten Apoteker serta melalui Pendidikan
berkelanjutan, lebih banyak dilaksanakan bekerjasama dengan
Organisasi Profesi dan Perguruan Tinggi, antara lain dengan
melakukan uji kompetensi Apoteker secara bertahap, pada saat ini
sudah diikuti lebih kurang 4 apoteker dan pelaksanaan berbagai
kegiatan seminar.
Dalam rangka terkendalinya distribusi Narkotika dan Psikotropika telah
diterapkan sistem pelaporan melalui software secara berjenjang dari
Sarana ( Apotek, RS, dan Puskesmas ) ke Dinas Kab/Kota,
selanjutnya ke Dinas Kesehatan Propinsi dan Ke Kementerian
Kesehatan. Dari Kab/Kota yang sudah mendapat pelatihan software
rata-rata yang sudah mengirimkan laporannya setiap bulan ke Dinas
Kesehatan Propinsi adalah 25% untuk Laporan Penggunaan Narkotika
dan 10 % untuk Psikotropika. Selanjutnya Dinas Kesehatan Propinsi
melaporkan hasil rekapan laporan dari kab/kota setiap bulannya untuk
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 79
narkotika dan triwulan untuk psikotropika ke Dirjen Bina Kefarmasian
dan Alkes Kementerian Kesehatan RI
Dalam rangka terwujudnya mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang beredar; bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Propinsi telah
melakukan penertiban terhadap distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan dan makanan dan masih ditemukannya produk yang tidak
memenuhi syarat.
Dalam rangka pencapai tujuan dan sasaran dari Program Obat dan
Perbekalan Kesehatan serta Program Pengawasan Obat dan Makanan
dilaksanakan berbagai Kegiatan dengan sumber anggaran pembiayaan
APBN untuk Program Obat dan Perbekalan Kesehatan dan APBD untuk
Program Pengawasan Obat dan Makanan. Dari analisa situasi yang
telah dipaparkan di atas, telah dilakukan beberapa kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan ketercapaian sasaran program namun
masih ditemukan beberapa masalah sebagai berikut :
a. Anggaran obat mempengaruhi ketersediaan obat di kab/kota dimana
anggaran yang tersedia masih belum sesuai dengan yang diharapkan,
disamping itu dengan adanya kebijakan Permendagri No. 13 tidak
diperkenankannya lagi mengalokasikan anggaran ke daerah
bawahan. Untuk itu kegiatan yang terkait untuk meningkatan
anggaran obat seperti melakukan pertemuan advokasi pengelolaan
obat terpadu pada tahun 2012 kepada pengambil keputusan di
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 80
kab/kota harus dilaksanakan, serta kegiatan untuk pengelolaan obat
di sarana kesehatan perlu ditingkatkan.
b. Penerapan Pharmaceutical Care (PC) di Rumah Sakit masih belum
terlaksana sesuai dengan standard pelayanan kefarmasian di rumah
sakit. Untuk itu masih diperlukan lagi berbagai upaya dalam
kebijakan lintas sektor maupun lintas program terutama dalam
kebijakan akreditasi rumah sakit dimana pelayanan farmasi
dipisahkan dari pelayanan medis dan pelayanan keperawatan yang
masuk dalam akreditasi tahap I, sedangkan pelayanan farmasi
dimasukkan dalam akreditasi tahap II. Demikian juga ditinjau dari
kewenangan yang diatur dalam PP 38 tahun 2007 semakin terlihat
tidak adanya ditingkatan pemerintahan ( Pusat/Propinsi/Kab yang
bertanggung jawab terhadap kewenangan pelayanan kefarmasian.
c. Program Kefarmasian pada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
dilaksanakan melalui Program Obat dan Perbekalan Kesehatan serta
Program Pengawasan Obat dan Makanan yang masih perlu dilakukan
peningkatan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
d. Masih diperlukan kegiatan – kegiatan intervensi untuk mendukung
pelaksanaan program kefarmasian guna mencapai sasaran program
dan Kegiatan lintas sektor dan lintas program perlu ditingkat untuk
mensinergiskan program farmasi dengan program lainnya
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 81
e. Agar pelayanan kefarmasian di rumah sakit dapat berjalan dengan
baik , diperlukan review terhadap kebijakan rumah sakit khususnya
yang berhubungan dengan akreditasi rumah sakit, sehingga
pelayanan kefarmasian dapat dimasukkan kedalam akreditasi tahap
pertama bersama dengan pelayanan medis dan pelayanan
keperawatan
f. Agar pelayanan kefarmasian di Apotek dapat berjalan sesuai standar
yang diharapkan regulasi dalam bidang pekerjaan kefarmasian
sebagaimana yang telah dirancang dalam Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Pekerjaan Kefarmasian dapat segera terwujud (
PP 51 Tahun 2009 ).
Dalam rangka peningkatan mutu sediaan Farmasi dan perbekalan
kesehatan, sudah saatnya Pemerintah melaksanakan akreditasi
khususnya terhadap sarana distribusi sediaan farmasi, dan perbekalan
kesehatan sebagaimana yang diatur dalam Kewenangan yang tertuang
dalam PP 38 tahun 2007, KONAS 2006.
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya
pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya
kesehatan yang telah dilakukan di Provinsi Sulawesi Barat.
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan langkah awal yang sangat penting
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian
pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar
masalah kesehatan dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang
dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dan jaringannya adalah sebagai
berikut :
1. PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN BAYI
Seorang ibu mempunyai peran besar didalam pertumbuhan bayi dan
perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang
hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran
dan masa pertumbuhan bayi / anaknya.
Pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi antara lain pelayanan antenatal,
persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di sarana
kesehatan mulai Posyandu sampai rumah sakit.
a. Pelayanan Antenatal (K 1 dan K 4)
Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter
umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil sesuai pedoman.Kegiatan
pelayanan antenatal meliputi pengukuran berat badan dan tekanan darah,
pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian
tablet besi pada ibu hamil selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatan
adalah promotif dan preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K1 dan K4
Cakupan K1 untuk mengukur akses pelayanan ibu hamil, menggambarkan
besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Indikator ini digunakan untuk
mengetahui jangkauan pelayanan antenatal dan kemampuan program dalam
menggerakan masyarakat. Cakupan K1 tahun 2011 sebesar 97,8%, menurun
dibandingkan tahun 2010 sebesar 99,2%.
Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali kunjungan selama masa
kehamilannya (sekali di trimester pertama, sekali di trimester kedua dan dua
kali di trimester ketiga). Indikator ini berfungsi untuk menggambarkan tingkat
perlindungan dan kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil.
Cakupan K4 Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011 sebesar 78,1% dan
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 sebesar 74,9%.
Gambar 4.18 Persentase cakupan pelayanan K1 dan K4 ibu hamil
Di Sulawesi Barat Tahun 2006-2011
Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, 2012
Dari grafik tersebut terlihat cakupan K4 di Sulawesi Barat menunjukan
peningkatan dalam empat tahun terakhir dari tahun 2006 - 2010 yang berarti
terjadi peningkatan kualitas pelayanan pada ibu hamil di Sulawesi Barat, namun
menunjukkan penurunan dari tahun 2010 – 2011. Hal ini menunjukkan adanya
penurunan program memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama bagi
ibu hamil.
Hal ini harus menjadi perhatian dari pemegang program untuk
meningkatkan program pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan memberikan
kesadaran kepada masyarakat (ibu hamil) untuk memeriksakan kesehatannya,
terutama kabupaten Mamasa yang cakupannya terendah 88,7%. Gambaran
cakupan pelayanan K1 dan K4 menurut Kabupaten di Sulawesi Barat, dapat di
lihat pada gambar 4.19 berikut:
Gambar 4.19 Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil Menurut Kabupaten Tahun 2011 Sumber : Program Ibu dan Anak, Binkesmas Dinkes Sulbar, 2012
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa tahun 2011 presentase
ibu hamil yang mendapat pelayanan ANC sampai 4 kali (cakupan K4) yang
tertinggi adalah Kabupaten Majene (85%) setelah itu Kabupaten Mamuju 81,1%
dan yang terendah adalah Kabupaten Mamasa (70%).
Untuk dapat meningkatkan cakupan K4 dapat didukung dengan kegiatan
Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K), kemitraan
bidan dan dukun serta kelas ibu hamil dan juga dengan adanya program kelambu
oleh GF ATM Round 8 Kesehatan Ibu dapat meningkatkan cakupan K4.
Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa ibu hamil
dengan memberikan sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader dapat
mengenali tanda – tanda dan mendeteksi secara dini.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di semua kabupaten se Provinsi
Sulawesi Barat terdapat penurunan cakupan K1 ke cakupan K4. Hal ini
disimpulkan bahwa banyaknya K4 yang drop out. Semua kabupaten se Provinsi
Sulawesi Barat cakupan K1 lebih banyak dari ibu hamil dari sasaran yang telah
mendapatkan pelayanan antenatal care pada kehamilannya tapi melihat DO K1-
K4 sejumlah 19,1% maka Provinsi Sulawesi Barat perlu penelusuran dan
intervensi lebih lanjut. Salah satu penyebab DO tersebut adalah ibu yang kontak
pertama (K1) dengan tenaga kesehatan, kehamilannya sudah berumur lebih dari
3 bulan, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang
kehamilannya. Sehingga diperlukan intervensi penelusuran ibu hamil dan
mensosialisasikan kepada masyarakat pentingnya pemeriksaan kehamilan secara
dini ke petugas kesehatan serta meningkatkan Program Perencanaan Persalinan
dan Penanganan Komplikasi (P4K) dan melakukan sweeping ibu hamil secara
berkala di wilayah kerja masing – masing.
Bila ibu hamil kontak pertama pada tenaga kesehatan (K1) bukan pada
trimester 1 maka cakupan K4 nya pasti akan lebih kecil dari K1 karena dikatakan
cakupan K4 bila memenuhi persyaratan 1 kali kontak dengan tenaga kesehatan
pada kehamilan trimester 1, 1 kali kontak dengan tenaga kesehatan ada
kehamilan trimester 2 serta 2 kali kontak dengan tenaga kesehatan pada
kehamilan trimester 3
b. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang memiliki
kompetensi Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar
terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan
pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi
kebidanan (profesional).
Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan mengalami fluktuasi. Tahun 2011 Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 79,3% meningkat di bandingkan tahun
2010 sebesar 73,1% % Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
tahun 2006-2011 cenderung meningkat selama 4 tahun terakhir, namun belum
mencapai target Standar Pelayanan Minimal tahun 2015 sebesar 90%. Capaian
Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat hal dapat di lihat
pada gambar 4.20 berikut ini :
Gambar 4.20 Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh tenaga Kesehatan Tahun 2006-2011
Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012
Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak, Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Pada gambar 4.21 terlihat bahwa presentase ibu hamil yang melahirkan
dengan ditolong oleh tenaga kesehatan ( cakupan PN) yang tertinggi adalah
Kabupaten Majene (85,6%) kemudian Kabupaten Polman (83,9%) dan yang
terendah adalah Kabupaten Mamuju (67,8%). Capaian Linakes Provinsi Sulawesi
Barat berbanding lurus dengan Angka Kematian Ibu Kabupaten masing-masing.
Kabupaten Mamasa dengan capaian Linakes 69,1% memiliki capaian Angka
kematian ibu tertinggi di Sulawesi Barat yang mencapai 214 Per 100.000
Kelahiran hidup. (Perhitungan menggunakan rumus Jumlah kematian Ibu /
Jumlah Kelahiran hidup x 100.000. Perhitungan ini digunakan sebagai alat untuk
membandingkan AKI per Kabupaten. Sebab konstanta yang digunakan adalah
100.000 Kelahiran hidup sedangkan jumlah kelahiran hidup di Kabupaten dan
Provinsi belum mencapai angka 100.000)
Untuk dapat meningkatkan cakupan linakes dapat didukung dengan
kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K),
kemitraan bidan dan dukun, kelas ibu hamil serta pelatihan APN bagi bidan
sehingga dapat menambah keterampilan bidan menangani persalinan disamping
pelatihan – pelatihan lainnya yang menunjang peningkatan keterampilan bidan
memberikan pelayanan di masyarakat. Serta membuat rumah tunggu untuk ibu
hamil yang tempat tinggalnya jauh dari tenaga kesehatan dan fasilitas
kesehatan.
Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa dengan
memberikan sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader dapat mengenali
tanda – tanda dan mendeteksi secara dini.
c. Ibu Hamil Resiko Tinggi (Risti)/komplikasi yang ditangani
Risiko tinggi pada ibu hamil adalah keadaan penyimpangan dari normal yang
secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.
Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb<8 %, Tekanan darah tinggi (Sistole >140
mmHg, diastole > 90 mmHg), oedema nyata, ekslampsia, perdarahan
pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan > 36 minggu,
letak sungsang pada pramigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur.
Dalam memberikan pelayan kuhususnya oleh tenaga bidan didesa dan
puskesmas, beberapa ibu hamil yang memiliki resiko tinggi (risti) memerlukan
pelayanan kesehatan karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan
pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan rujukan ke unit pelayanan
kesehatan yang memadai.
Gambar 4.23 Persentase Penanganan Komplikasi Ibu Hamil Di Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2011
Sumber : Program Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat tahun 2012
Pada tahun 2011 terdapat 28.154 ibu hamil di Propinsi Sulawesi Barat. Dari
jumlah tersebut, terdapat sebanyak 5.631 ibu hamil risiko tinggi/komplikasi atau
sebesar 20% dari jumlah ibu hamil yang ada. Jumlah ibu hamil risiko
tinggi/komplikasi yang ditangani sebesar 3.519 ibu hamil atau sebesar 62,5% .
Gambar 4.24 Persentase Penanganan Komplikasi Ibu Hamil menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2011
Sumber : Program Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat tahun 2012
Persentase cakupan
ibu hamil komplikasi
yang ditangani (PK) yang
tertinggi adalah
Kabupaten Polman
(89,1%) dan yang terendah adalah Kabupaten Mamuju(35,1%). Untuk dapat
meningkatkan cakupan PK dapat didukung dengan kegiatan Program
Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K) sehingga ibu hamil
yang komplikasi dapat lebih dini terdeteksi jika bumil melakukan ANC lengkap,
dapat pula didukung oleh kegiatan pemeriksaan ibu hamil secara brkala dengan
menggunakan USG Mobile yang dilakukan oleh dokter obgyn ke daerah yang sulit
dijangkau, kemitraan bidan dan dukun, kelas ibu hamil sera PKM mampu PONED
sehingga bila ada yang ditedeksi bumil resti oleh nakes maupun masyarakat
dapat terlebih dahulu ditangani di PKM PONED sebelum dirujuk ke RS. Tapi
kendala yang ada yaitu tim PONED di PKM masih banyak yang belum aktif
memberikan pelayanan disebabkan oleh tiak adanya alat PONED serta seringnya
terjadi pergeseran petugas kesehatan.
Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa bumil
resti yang perlu mendapatkan penanganan dengan memberikan sosialisasi
penggunaan buku KIA sehingga kader dapat mengenali tanda – tanda dan
mendeteksi secara dini.
d. Pelayanan Nifas
Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ
reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal, walau pada
umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam waktu 3 bulan pasca
persalinan.
Dalam masa nifas, ibu seharusnya memperoleh pelayanan kesehatan yang
meliputi pemeriksaan kondisi umum, payudara, dinding perut, perineum,
kandung kemih dan organ kandungan. Karena dengan perawatan nifas yang tepat
akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian ibu nifas.
Gambar 4.25 Cakupan Kunjungan Ibu Nifas Di Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2011 Sumber : Sumber : Program Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat tahun 2012
Pada tahun 2011 jumlah sasaran ibu bersalin di Sulawesi Barat sebanyak
26.911 orang dan 21.708 (81,1) mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010
sebesar 76,89%. Capaian tertinggi pelayanan nifas yang mendapat pelayanan
nifas sesuai standar tahun 2011 adalah kabupaten Majene (96,4%) dan terendah
Mamasa (71,9%).
Persentase pelayanan nifas tidak sama dengan cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan. Di Kabupaten Majene, Mamasa, Mamuju dan Mamuju Utara
ada kecenderungan cakupan pelayanan nifas lebih tinggi dibandingkan dengan
persalinan oleh tenaga kesehatan. Hal ini menandakan bahwa adanya ibu hamil
yang dilahirkan dengan bantuan tenaga non kesehatan yang masa nifasnya
ditangani oleh tenaga kesehatan. Sebaliknya di Kabupaten Polewali Mandar
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan lebih tinggi dibandingkan dengan
cakupan pelayanan ibu nifas. Sehingga dapat diasumsikan bahwa adanya ibu
hamil yang ditangani oleh tenaga kesehatan yang tidak mendapatkan pelayanan
nifas sebesar 7,1% atau sebanyak 657 ibu hamil.
Gambar 4.26 Cakupan Kunjungan Ibu Nifas Menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2011
Sumber : Program Ibu dan Anak, Dinkes Sulawesi Barat 2010
e. Kunjungan Neonatus (KN2)
Kunjungan neonatus adalah bayi usia 0-28 hari yang kontak dengan tenaga
kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan minimal tiga kali yaitu dua
kali pada umur 0 -7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari (KN2).
Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan adalah pelayanan kesehatan
neonatal dasar yang meliputi tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia,
pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali
pusat, kulit dan pemberian imunisasi, pemberian vitamin K, manajemen terpadu
balita muda (MTBM) dan konseling untuk ibunya tentang perawatan neonatus di
rumah dengan menggunakan buku KIA.
Berdasarkan laporan Program Kesehatan ibu dan Anak jumlah perkiraan
dengan risiko tinggi/komplikasi pada neonatal di Propinsi Sulawesi Barat tahun
2011 sebanyak 3.413 bayi. Dari jumlah tersebut cakupan penanganan neonatal
resiko tinggi ditangani sebanyak 1.431 atau sebesar 41,9%. Cakupan penanganan
Neonatla selama tahun 2008 sampai 2011 dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.27 Cakupan Penangana Neonatal resiko tinggi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011
Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat, 2012
Berdasarkan gambar 4.27 diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2008-
2011 penanganan neonatal resiko tinggi di Sulawesi Barat mengalami
peningkatan yang cukup fluktuatif . Penurunan penanganan neonatus dengan
komplikasi ditangani pada tahun 2010 - 2011 bukan berarti penanganan neonatus
tidak dilaksanakan, namun dari perkiraan neonatus yang ada ternyata lebih
banyak dari jumlah sebenarnya. Ini menjadi tanda bahwa semakin baiknya
pelayanan kesehatan dan kunjungan ibu hamil kesarana pelayanan kesehatan
selama hamil.
Pada tahun 2011 persentase cakupan neonatal komplikasi yang ditangani
yang tertinggi adalah Kabupaten Polman (57,9%). Kabupaten Polman mempunyai
1 (orang) orang dokter ahli anak dan memiliki RS mampu PONEK yang menjadi
pusat rujukan, kemudian Kabupaten Majene dapat menangani neonatal yang
komplikasi sebesar 45,2%.
Gambar 4.28 Cakupan Penanganan Neonatal resiko tinggi menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2011
Sumber : Program Kesehatan Ibu dan Anak Dinkes Sulawesi Barat, 2012
Untuk dapat meningkatkan cakupan penanganan neonatal dapat didukung
dengan kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi
(P4K) sehingga ibu hamil yang komplikasi dapat lebih dini terdeteksi jika bumil
melakukan ANC lengkap, dapat pula didukung oleh kegiatan pemeriksaan ibu
hamil secara berkala dengan menggunakan USG Mobile yang dilakukan oleh
dokter obstetric dan ginekologin ke daerah yang sulit dijangkau, kemitraan bidan
dan dukun, kelas ibu hamil serta PKM mampu PONED sehingga bila ada yang
terdeteksi neonatal resti oleh nakes maupun masyarakat dapat terlebih dahulu
ditangani di PKM PONED sebelum dirujuk ke RS. Tapi kendala yang ada yaitu tim
PONED di PKM masih banyak yang belum aktif memberikan pelayanan disebabkan
oleh tidak adanya alat PONED serta seringnya terjadi pergeseran petugas
kesehatan. Serta diharapkan peran serta kader dalam mencari dan membawa
neonatal resti yang perlu mendapatkan penanganan dengan memberikan
sosialisasi penggunaan buku KIA sehingga kader dapat mengenali tanda – tanda
dan mendeteksi secara dini.
3. PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA, USIA SEKOLAH DAN REMAJA
Pelayanan kesehatan pada kelompok anak balita (pra sekolah), usia sekolah
dan remaja dilakukan melalui deteksi/pemantauan dini terhadap tumbuh
kembang dan kesehatan anak pra sekolah serta pemeriksaan kesehatan anak
sekolah dasar/ sederajat dan pelayanan kesehatan pada remaja (SMP dan SMU).
Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita/pra sekolah adalah
cakupan anak umur 0-5 tahun yang dideteksi kesehatan dan tumbuh kembangnya
sesuai standar oleh dokter, bidan dan perawat paling sedikit dua (2) kali per
tahun baik didalam gedung maupun diluar gedung seperti Posyandu, taman
kanak-kanak, panti asuhan. Sementara untuk pelayanan kesehatan bagi siwa
SD/MI dan siswa`SMP/SMU dan sederajat dilakukan melalui penjaringan
kesehatan bagi murid kelas 1 (satu) SD/MI dan SMP/SMU.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita
mencakup: Penimbangan berat badan; Penentuan status pertumbuhan;
Penyuluhan; Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan
kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas.
Cakupan pelayanan anak balita pra sekolah tahun 2011 sebesar 77,1%
meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 43,6%, meningkat tajam dibanding
tahun 2009 sebesar 41,16%, namun masih jauh dari target SPM sebesar 80%.
Gambar 4.29 Cakupan Pelayanan Anak Balita Sulawesi Barat Tahun 2008 – 2011 Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2012
Cakupan tahun 2011 masih sangat jauh target SPM yang harus dicapai maka
masih dibutuhkan upaya ekstra guna meningkatkan cakupan. Dibutuhkan
koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait.
4. PELAYANAN KESEHATAN PRA USILA (45-59 TH) DAN USILA (>60 TH)
Seiring bertambahnya Umur Harapan Hidup (UHH) maka keberadaan para
lanjut usia tidak dapat begitu saja diabaikan, sehingga perlu diupayakan
peningkatan kualitas hidup bagi kelompok umur lanjut usia.
Pelayanan kesehatan pra usila dan usila adalah penduduk usia 60 tahun ke
atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan baik di Puskesmas, di Posyandu lansia maupun di kelompok
usia lanjut.
Pada tahun 2011 jumlah usila di Sulawesi Barat sebanyak 105.588 orang,
dan yang mendapat pelayanan kesehatan 60.519 orang atau 57,32%. Kabupaten
Mamuju menjadi kabupaten dengan capaian tertinggi pelayanan kesehatan lansia
sebesar 72,45% dan terendah adalah kabupaten Mamuju Utara sebesar 6,30%.
Kabupaten Mamasa tidak melaporkan datanya.
Gambar 4.30 Cakupan pelayanan lansia menurut Kabupaten Sulawesi Barat Tahun 2011
Sumber : Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Barat
tahun 2012
Masih kurangnya cakupan pelayanan kesehatan bagi untuk warga usila,
kemungkinan karena belum berfungsinya posyandu lansia secara optimal. Selain
itu belum semua desa mempunyai posyandu lansia. Padahal dengan adanya
posyandu lansia maka pelayanan kesehatan akan lebih mudah dijangkau oleh
para lansia. Dibutuhkan koordinasi dan peran serta masyarakat serta lintas
sektor terkait dalam upaya meningkatkan cakupan pelayanan terhadap para
lansia.
4. PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB)
Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya
kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi, menurut
hasil penelitian bahwa usia subur wanita antara usia 15-49 tahun. Oleh karena
itu untuk mengatur jumlah kelahiran, maka wanita/ pasangan usia subur (PUS)
diprioritaskan untuk menggunaan KB.
Peserta KB dibagi menjadi KB baru dan KB aktif. Pada tahun 2011
cakupan peserta KB baru sebesar 13,3 % meningkat dibandingkan tahun 2010
sebesar 6,1% dan KB aktif sebesar 42,9 % menurun dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar 45,1 % dari jumlah PUS sebanyak 188.922 orang. Cakupan
KB aktif Sulawesi Barat tahun 2010 masih dibawah target nasional sebesar 70%
Gambar 4.31 Cakupan peserta KB Baru dan Aktif Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010 - 2011
Sumber : Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2012
Berdasarkan jenis metode kontrasepsi yang digunakan, pada tahun 2010
sebanyak 93% akseptor KB aktif memilih metode kontrasepsi jangka pendek
(non MKJP) meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 92,4% dengan pilihan
terbanyak adalah metode Pil (48,2%). Sementara yang memilih metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, MOW/MOP dan implant hanya
7,0% meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 6,1%.
5. PELAYANAN IMUNISASI
Beberapa penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat
dikelompokkan ke dalam dua kelompok vaksin, yaitu vaksin yang tergabung
dalam kelompok vaksin virus dan kelompok vaksin bakteri. Kelompok vaksin
bakteri misalnya tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, meningitis
meningokokus, tipus abdominalis, kolera, hemophilus influenza tipe B dan
pneumonia pneumokokus.
Sedangkan vaksin virus termasuk di dalamnya adalah penyakit campak,
polio, hepatitis B, hepatitis A, influenza, rabies, Japanese encephalitis, yellow
fever (demam kuning), rubella, varicella, parotitis epidemica dan rotavirus.
Banyak penyakit lain yang sedang dikembangkan seperti malaria, demam
berdarah, HIV/AIDS dan AI.
Upaya imunisasi telah terbukti dapat mengeradikasi penyakit cacar dan
menekan penyakit polio, yaitu serta sejak tahun 1995 tidak ditemukan lagi virus
polio liar yang berasal dari Indonesia (indigenous). Hal ini sejalan dengan upaya
global untuk membasmi polio di dunia dengan program ERAPO.
Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan program imunisasi
secara nasional adalah angka cakupan Universal Child Immunization (UCI) pada
wilayah desa/kelurahan. Untuk tahun 2011 indikator perhitungan UCI adalah
cakupan imunisasi lengkap pada bay1 >85% untuk semua antigen. Sehingga bila
cakupan UCI dikaitkan dengan batas wilayah maka dapat menggambarkan
besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi terhadap penularan PD3I di
wilayah tersebut.
Gambar 4.32 Cakupan Desa / Kelurahan UCI
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 – 2011
Sumber : Program P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2012
Cakupan UCI desa/kelurahan di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011
sebesar 65,1% meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 65,5%. Pencapaian
UCI Sulawesi Barat tahun 2010 belum mencapai target nasional sebesar 85%.
Sedangkan untuk cakupan UCI per Kabupaten, Kabupaten Mamuju memiliki
cakupan UCI desa/kelurahan tertinggi 75,5%, yang paling terendah adalah
Kabupaten Mamasa (56,2%)
Gambar 4.32 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat tahun 2009-2011
Sumber : Bagian P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi kepada bayi umur 0 –
1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi kepada Wanita Usia Subur
(WUS)/ibu hamil (TT) dan imunisasi kepada anak sekolah dasar kelas 1 : DT,
kelas 2-3 : TT) sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar
ditemukannya masalah, seperti desa non UCI, potensial/risti KLB, ditemukan
adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis.
Gambar 4.33 Cakupan pemberian Imunisasi DPT, HB dan Campak Pada Bayi Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat tahun 2011
Sumber: Program P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Dari 25.486 bayi di Sulawesi Barat 23.557 bayi atau 92,4% diantaranya telah
mendapatkan imunisasi campak pada tahun 2011. Cakupan DO tahun 2011
sebesar 2,7%, meningkat dibandingkan tahun 2010 yang hanya sebesar 0,5%.
seluruh kabupaten di Sulawesi Barat mencapai cakupan campak > 80% dengan
cakupan terendah adalah Kabupaten Mamasa (91,4%).
Adapun untuk Imunisasi BCG dan Polio Capaian Sulawesi Barat untuk BCG
sebesar 92,41% meningkat sedikit dibandingkan tahun 2010 sebesar 92,31%.
Sedangkan untuk imunisasi polio juga mengalami sedikit peningkatan dari 89,5%
pada tahun 2010 menjadi 92,95% pada tahun 2011. kabupaten Majene pada
tahun 2011 memiliki cakupan capaian tertinggi 102,44% dibandingkan dengan
kabupaten lain. Capaian ini melebihi 100% karena yang digunakan sebagai
pembagi adalah jumlah perkiraan sasaran bayi selama kurun waktu tahun 2011.
6. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan melalui distribusi tablet besi
(Fe) pada ibu hamil, distribusi Vitamin A pada balita dan pemberian kapsul
yodium pada WUS.
a. Pemberian Tablet Besi (Fe) pada ibu hamil
Pada saat periksa kehamilan di sarana kesehatan, ibu hamil akan
mendapatkan tablet Fe yang bertujuan untuk mengatasi dan mencegah
terjadinya kasus anemia serta meminimalkan dampak buruk akibat kekurangan
Fe, karena kekurangan Fe pada ibu hamil dapat mengakibatkan terjadinya
abortus, kecacatan bayi atau bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe-1 (30 tablet) tahun 2010 sebesar
94,36% dan cakupan Fe-3 sebesar 69,16%. Cakupan kedua indikator tersebut
meningkat dibandingkan tahun 2009 dan telah memenuhi target Indonesia sehat
2010 sebesar 80%. Cakupan Fe-3 tertinggi dicapai Kabupaten Majene 87,56%
dan terendah Kota Mamasa (61,83%).
Walaupun capaian telah melampaui target namun petugas kesehatan
tetap harus memotivasi ibu hamil agar meminum tablet besi tersebut guna
mencegah terjadinya anemia ibu hamil.
Gambar 4.11 Cakupan distribusi tablet Fe-1 dan Fe-3
Meurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2010
Sumber : Program Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2010
b. Pemberian Kapsul Vitamin A pada balita
Vitamin A adalah salah satu zat gizi yang diperlukan tubuh dan berguna
untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan mata. Bila seorang anak
yang menderita kekurangan vitamin A terserang campak, diare atau penyakit
infeksi lainnya maka penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat
mengakibatkan kematian, karena infeksi tersebut menghambat kemampuan
tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis
simpanan vitamin A dalam tubuh. Selain itu kekurangan vitamin A dalam waktu
lama dapat mengakibatkan gangguan pada mata bahkan dapat mengakibatkan
kebutaan.
Sasaran pemberian kapsul Vitamin A adalah bayi usia 6-11 bulan dan balita
(1-4 tahun) sebanyak 2 kali dalam setahun (Februari dan Agustus) serta ibu nifas
satu kali. Cakupan balita yang mendapat vitamin A pada tahun 2010 sebesar
77,57%, kondisi ini sudah mencapai target nasional tahun 2010 75% namun
belum mencapai target Nasional 2015 sebesar 85%. Capaian tertinggi pemberian
kapsul vitamin A adalah Kabupaten Majene 89,74% dan terendah kabupaten
Mamuju Utara (66,72%)
Gambar 4.12 Cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita
Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2010
Sumber : Program Gizi Dinkes Sulawesi Barat 2010
7. PELAYANAN FARMASI
a. Kabupaten Majene
Kabupaten Majene merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Barat yang
cukup maju infrastrukturnya baik sarana dan prasarana dan ditunjang oleh
perencanaan pemerintah Sulawesi Barat yang menggandengkan Kabupaten
Majene sebagai Kabupaten Pusat pendidikan Sulawesi Barat Kedepannya.
Upaya pelayanan kesehatan Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna.
Upaya tersebut dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan
pemerataan Obat Generik dan Obat Esensial yang bermutu bagi masyarakat.
Instalasi Farmasi Kabupaten Majene dipimpin oleh Apoteker, serta dibantu
1 orang tenaga Apoteker , 1 orang tenaga Asisten Apoteker dan 4 orang tenaga
SMA, sehingga seluruhnya berjumlah 7 orang.
Tabel 4.1 Gambaran Pengadaan Obat
Kabupaten Majene Tahun 2006 – 2010
No Anggaran Obat APBD (Rp) APBN/DAK (Rp)
1 Tahun 2006 Rp.
,-
Rp.
,-
2 Tahun 2007 Rp.
,-
Rp.
3 Tahun 2008 Rp.
1.000.000.000,-
Rp.
371.000.000,-
4 Tahun 2009 Rp.
500.000.000,-
Rp.
231.000.000,-
5 Tahun 2010 Rp.
400.000.000,-
Rp.
703.000.000,-
Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2011
Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk, maka didapat pembelian obat
untuk tahun 2010 sebesar Rp. 7.429/kapita. Jelas ini masih dibawah standart
nasional sebesar Rp.13.000,-.
Jadi dapat dikatakan bahwa ketersediaan obat di IFK Majene dengan
memakai parameter obat “indicator”, didapatkan obat yang habis atau kosong
ada 4 jenis, sementara obat dengan tingkat kecukupan dengan kategori kurang
sebanyak 16 jenis. Untuk tingkat kecukupan kategori lebih sebanyak 4 jenis
obat.
Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan ketersediaan obat tidak
dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta obat buffer stok di
Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke depan ada upaya
perbaikan di IFK Majene. Upaya yang dapat dilakukan antara lain, meningkatkan
dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar 400.000.000,-
mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan mutu yang
terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan Depkes untuk
tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab Majene menyediakan
dana sebesar = 148.467 (jumlah penduduk) x Rp 13.000,-/kapita – 703.000.000,-
(dana obat DAK tahun 2010) = Rp. 1.227.071.000,-.
b. Kabupaten Polewali Mandar
Polewali Mandar merupakan Kabupaten induk bersama Kabupaten Majene
dan Kabupaten Mamuju, sehingga Kabupaten ini merupakan Kabupaten yang
telah cukup maju infrastrukturnya baik itu sarana maupun prasarana kesehatan.
Kabupaten Polewali Mandar merupakan Kabupaten yang Cukup maju
infrastrukturnya baik sarana dan prasarana kesehatan sehingga pada awal
pembentukan Sulawesi Barat Kabupaten polewali Mandar direncanakan sebagai
kota rujukan untuk pelayanan kesehatan Masyarakat Sulawesi Barat.
Instalasi Farmasi Kabupaten Polewali Mandar memiliki seorang Asisten
Apoteker sebagai kepala instalasi farmasi dibantu 2 orang tenaga SMA, sehingga
seluruhnya berjumlah 3 orang.
Adapun gambaran pengadaan obat dari tahun ketahun yang diperoleh
dari dana APBD dan APBN dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 4.2 Gambaran Pengadaan Obat
Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2006 – 2010
No Anggaran Obat APBD (Rp) APBN/DAK (Rp)
1 Tahun 2006 Rp.
1.092.822.950,-
Rp.
,-
2 Tahun 2007 Rp.
1.578.691.606,-
Rp.
568.734.624,-
3 Tahun 2008 Rp.
1.258.175.688,-
Rp.
709.365.047,-
4 Tahun 2009 Rp.
893.080.965,-
Rp.
425.490.365
5 Tahun 2010 Rp.
170.000.000,-
Rp.
1.780.600.000,-
Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Keseharan Sulawesi Barat, 2010
Melihat data diatas, jelas ada pengaruh yang cukup signifikan dengan
adanya intervensi penambahan obat yang dilakukan IFK polewali Mandar melalui
dana DAK Tahun 2010.
Dari data diatas, menunjukkan bahwa ketersediaan obat di IFK Polewali
Mandar dengan memakai parameter obat “indicator”, obat yang habis atau
kosong ada 2 jenis, sementara obat dengan tingkat kecukupan dengan
kategori kurang sebanyak 12 jenis, sementara kecukupan kategori cukup
sebanyak 9 jenis obat.
Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan ketersediaan obat tidak
dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta obat buffer stok di
Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke depan ada upaya
perbaikan di IFK Polewali Mandar. Upaya yang dapat dilakukan antara lain,
meningkatkan dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar
170.000.000,- mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan
mutu yang terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan
Depkes untuk tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab
Polewali Mandar menyediakan dana sebesar = 392.290,- (jumlah penduduk) x Rp
13.000,-/kapita – 1.780.600.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp.
3.319.170.000,-.
c. Kabupaten Mamasa
Instalasi Farmasi Kabupaten memiliki 7 orang pengelola, dimana
pimpinannya seorang Diploma 3 Keperawatan yang dibantu oleh seorang
Apoteker sebagai Kepala Seksi Farmasi, 1 orang Sarjana Farmasi, 1 orang D3
Farmasi dan 4 orang berpendidikan SMU.
Adapun gambaran pengadaan obat dari tahun ketahun yang diperoleh dari dana
APBD dan APBN dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 4.3 Gambaran Pengadaan Obat
Kabupaten Mamasa Tahun 2006 – 2010
No Anggaran Obat APBD (Rp) APBN/DAK (Rp)
1 Tahun 2006 Rp.
200.000.000,-
Rp.
275.552.367,-
2 Tahun 2007 Rp.
400.000.000,-
Rp.
372.076.611,-
3 Tahun 2008 Rp.
800.000.000,-
Rp.
522.749.239,-
4 Tahun 2009 Rp.
1.000.0000.000,-
Rp.
296.667.356,-
5 Tahun 2010 Rp.
296.800.000,-
Rp.
703.200.000,-
Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Kesehatan Sulawesi Barat,2010
Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk, maka didapat pembelian obat
untuk tahun 2010 sebesar Rp. 7.144/kapita. Jelas ini masih di bawah standart
nasional sebesar Rp.13.000,-.
Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan ketersediaan obat tidak
dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta obat buffer stok di
Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke depan ada upaya
perbaikan di IFK Mamasa. Upaya yang dapat dilakukan antara lain, meningkatkan
dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar 296.800.000,-
mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan mutu yang
terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan Depkes untuk
tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab Mamasa
menyediakan dana sebesar = 139.962 (jumlah penduduk) x Rp 13.000,-/kapita –
703.200.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp. 1.116.306.000,-.
d. Kabupaten Mamuju
Kabupaten Mamuju merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Barat dengan Luas
wilayah lebih dari 50 % dari Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten ini telah
dimekarkan menjadi 2 yakni Kabupaten Mamuju Utara dan mana dalam kurung
waktu dekat ini kabupaten ini kembali dimekarkan menjadi 3 yakni Kabupaten
Mamuju Tengah.
Upaya Dinas Kesehatan mengajak Kabupaten berslogan Bersehati (Bersih,
Semangat,Hijau Aman,Tertib dan Indah ) ini untuk bekerja sama mewujudkan
masyarakat sulbar yang sehat, maju dan Amanah salah satunya ditunjang oleh
pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan yang baik sebagai penunjang vital
pelayanan Kesehatan
Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju dipimpin oleh D3 Farmasi, serta
dibantu 2 tenaga SMU dan 4 orang tenaga sukarela dari sukarela dari berbagai
disiplin ilmu, sehingga seluruhnya berjumlah 7 orang.
Untuk menjamin ketersediaan obat di pelayanan kesehatan itu sendiri,
maka sangatlah penting menjamin ketersediaan dana yang cukup untuk
pengadaan Obat esensial, namum yang lebih penting lagi dalam mengelola dana
penyediaan obat secara efektif dan efisien.
Adapun gambaran pengadaan obat dari tahun ketahun yang diperoleh dari
dana APBD dan APBN dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 4.4 Gambaran Pengadaan Obat
Kabupaten Mamuju Tahun 2006 – 2010
No Anggaran Obat APBD (Rp) APBN/DAK (Rp)
1 Tahun 2006 Rp.
996.103.900,-
Rp.
210.172.949,-
2 Tahun 2007 Rp.
983.702.730,-
Rp.
550.121.257,-
3 Tahun 2008 Rp.
1.999.000.000,-
Rp.
610.053.461
4 Tahun 2009 Rp.
1.998.000.000,-
5 Tahun 2010 Rp.
1.000.000.000,-
Rp.
1.093.400.000,-
Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk, maka didapat pembelian obat
untuk tahun 2010 sebesar Rp. 6.214,-/kapita. Jelas ini masih dibawah standart
nasional sebesar Rp.13.000,-.
Dari data diatas, menunjukkan bahwa ketersediaan obat di IFK Mamuju
dengan memakai parameter obat “indicator”, obat yang habis atau kosong ada
10 jenis, sementara obat dengan tingkat kecukupan dengan kategori kurang
sebanyak 14 jenis obat. Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan
ketersediaan obat tidak dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta
obat buffer stok di Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke
depan ada upaya perbaikan di IFK Mamuju. Upaya yang dapat dilakukan antara
lain, meningkatkan dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar
1.000.000.000,- mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan
mutu yang terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan
Depkes untuk tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab
Mamuju menyediakan dana sebesar = 336.879 (jumlah penduduk) x Rp 13.000,-
/kapita – 1.093.400.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp. 3.286.027.000,-
e. Kabupaten Mamuju Utara
Kabupaten Mamuju Utara masih tertinggal jauh baik dari infrastruktur
maupun sarana pendukung Pelayanan Kesehatan. Hal ini terbukti dengan belum
adanya Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) yang representative untuk menunjang
pelayanan obat baik penyimpanan, pendistribusian apalagi pengadaannya. Hal
inilah yang banyak menyebabkan terganggunya ketersediaan obat di “Instalasi
Farmasi Kabupaten” Mamuju Utara di unit pelayanan kesehatan lainnya seperti
puskesmas dan pustu. Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Utara dipimpin oleh
Apoteker, serta dibantu 1 orang tenaga S1 Farmasi dan 1 orang tenaga D3
Farmasi, sehingga seluruhnya berjumlah 3 orang.
Adapun gambaran pengadaan obat dari tahun ketahun yang diperoleh dari
dana APBD dan APBN dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 4.5 Gambaran Pengadaan Obat
Kabupaten Mamuju Utara Tahun 2006 – 2010
No Anggaran Obat APBD (Rp) APBN/DAK (Rp)
1 Tahun 2006 Rp.
647.967.939,-
Rp. 22
6.815.089,-
2 Tahun 2007 Rp.
680.000.000,-
Rp.
111.762.069,-
3 Tahun 2008 Rp. Rp.
859.828.000,- 157.672.265,-
4 Tahun 2009 Rp.
877.846.260,-
Rp.
89.112.913,-
5 Tahun 2010 Rp.
1.000.000.000,-
Rp.
584.000.000,-
Sumber : Bina Pelayanan Farmasi Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2010
Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk, maka didapat pembelian obat
untuk tahun 2010 sebesar Rp. 11.064/kapita. Jelas ini masih dibawah standart
nasional sebesar Rp.13.000,-. Untuk tahun 2010
Ketersediaan obat di IFK Mamuju Utara terlihat terjadi peningkatan obat
kosong di triwulan IV menjadi 90 %,Dari hasil analisis data, pengolahan obat di
IFK Mamuju Utara sangat jelek. Hal ini terbukti dari data yang ada, tidak
mencerminkan pengolahan data dan obat yang baik. Gambaran mutasi yang
dilakukan di IFK Mamuju Utara terlihat bahwa hampir 95 % dari data mutasi obat
yang ada kosong.
Upaya kearah perbaikan untuk mencukupkan ketersediaan obat tidak
dilakukan baik dari pengadaan APBD maupun meminta obat buffer stok di
Instalasi Farmasi Provinsi Sulawesi Barat. Diharapkan ke depan ada upaya
perbaikan di IFK Mamuju Utara, sehingga ketersediaan obat dapat lebih terjamin
baik mutu maupun jumlahnya. Upaya yang dapat dilakukan antara lain,
meningkatkan dana pengadaan obat yang untuk tahun 2010 hanya berkisar
700.000.000,- mengingat untuk mencapai ketersediaan obat dalam jumlah dan
mutu yang terjamin dan mengacu pada standar perkapita yang ditetapkan
Depkes untuk tahun 2010 sebesar Rp 13.000,-., maka seyogyanya pemkab
Mamuju Utara menyediakan dana sebesar = 108,900 (jumlah penduduk) x Rp
13.000,-/kapita – 566.500.000,- (dana obat DAK tahun 2010) = Rp. 849,200.000,-.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 82
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Sumber Daya Kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam
penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan
dapat meningkatkan derajat kesehatan masayarakat.
A. SARANA KESEHATAN
1. Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan
menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu
pelayanan kesehatan dan pelayanan Administrasi. Pelayanan kesehatan
mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi
medik dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan
melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan, dan unit rawat inap.
Dalam perkembangannya pelayanan rumah sakit tidak terlepas dari
pembangunan ekonomi masyarakat. Perkembangan ini tercermin pada
perubahan fungsi klasik RS yang pada awalnya hanya memberikan
pelayanan yang bersifat penyembuhan (kuratif) terhadap pasien
melalui rawat inap. Pelayanan rumah sakit kemudian bergeser karena
kemajuan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran, peningkatan
pendapatan dan pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatan di
rumah sakit ini tidak saja bersifat kuratif (penyembuhan) tetapi juga
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 83
besifat pemulihan (rehabilitatif). Keduanya dilaksanakan secara
terpadu melalui upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan
(preventif). Dengan demikian sarana pelayanan kesehatan rumah sakit
bukan hanya untuk individu pasien tetapi juga berkembang untuk
keluarga pasien dan masyarakat umum. Fokus perhatiannya memang
pasien yang datang atau yang dirawat sebagai individu dan bagian dari
keluarga. Atas dasar sikap seperti itu pelayanan kesehatan di rumah
sakit merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (kompeherensife
dan holistik)
Pada tahun 2011 jumlah rumah sakt di Sulawesi Barat sebanyak 7 Unit
yang terdiri atas rumah sakit umum (RSU) berjumlah 6 Unit dan rumah
sakit swasta sebanyak 1 unit. Rumah sakit tersebut dikelola oleh
Pemerintah Provinsi, pemerintah kabupaten/kota serta sektor swasta.
Bila melihat perkembangan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun
2011. Maka terjadi peningkatan jumlah rumah sakit di Sulawesi Barat.
Dari rumah sakit umum tersebut sebagian diantaranya masih belum
memiliki kelas. Hanya RSUD Polewali Mandar dan Majene yang
memiliki kelas D dan rumah sakit yang lain sementara dalam
pengurusan kelas.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 84
Tabel 5.3 Daftar Rumah Sakit milik Pemerintah Di Sulawesi Barat tahun 2011
Sumber : Bidang Yanmedik Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
2. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan sarana pelayanan
kesehatan dasar yang menyelenggarakan kegiatan Promosi Kesehatan,
Kesehatan Lingkungan, Pelayanan Kesehatan Ibu & Anak (KIA)
termasuk Keluarga Berencana (KB), Perbaikan Gizi, Pemberantasan
Penyakit Menular, dan Pengobatan. Beberapa Puskesmas yaitu
Puskesmas Perawatan, selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan
seperti Puskesmas pada umumnya, juga menyediakan fasilitas
pelayanan rawat inap. Dengan demikian Puskesmas Perawatan juga
berfungsi sebagai “Pusat Rujukan Antara” yang melayani penderita
gawat darurat sebelum dirujuk ke rumah sakit.Puskesmas merupakan
Unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan kabupaten yang berada di
semua wilayah kecamatan yang melaksanakan tugas-tugas operasional
pembangunan kesehatan.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 85
Pada tahun 2011 jumlah Puskesmas di seluruh Sulawesi Barat sebanyak
86 unit. Jika dilihat dari tahun 2006-2011 terlihat adanya peningkatan
sebanyak 5 PKM baru.
Gambar 5.50 Jumlah Puskesmas Sulawesi Barat Tahun 2006-2011
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Bila dilihat dari kabupaten, puskesmas terbanyak berada di kabupaten
Mamuju sebanyak 29 Unit dan paling sedikit di Kabupaten Majene 10
unit Puskemas.
Puskesmas di Sulawesi barat terdiri atas dua jenis yaitu Puskesmas
Perawatan dan non Perawatan. pada tahun 2011 Puskesmas Perawatan
sebanyak 38 Unit dan puskesmas Non perawatan 48 Unit.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas, maka
kedepan puskesmas non perawatan akan ditingkatkan menjadi
puskesmas perawatan.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 86
Gambar 5.51 Jumlah Puskesmas Perawatan dan Non Perawataan Tahun 2006-2011
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui
keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas adalah rasio Puskesmas
per 100.000 pendududk. Dalam kurun waktu 2006 hingga 2010
menunjukkan adanya perkembangan rasio secara fluktuatif. Rasio
Puskesmas pada tahun 2006 sebesar 6,19 , pada tahun 2010 meningkat
menjadi 7,13 dan meningkat menjadi 7,39 pada tahun 2011
Gambar 5.52 Rasio Puskesmas Per 100.000 Penduduk Sulawesi Barat Tahun 2006 – 2011
Sumber : Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 87
Gambar 5.53 Jumlah Pustu Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 – 2011
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan Puskesmas terhadap
masyarakat di wilayah kerjanya, puskesmas di dukung sarana
pelayanan kesehatan berupa puskesmas pembantu (pustu). Jumlah
pustu pada tahun 2011 dilaporkan sebanyak 221 buah meningkat
didbandingkan tahun 2010 sebesar 218 Pustu. Mamasa menjadi
kabupaten dengan jumlah pustu terbanyak 82 buah dan Kabupaten
Mamuju tidak memiliki Pustu karena adanya peraturan Pemerintah
Daerah Mamuju yang merubah status Puskesmas pembantu menjadi
poskesdes.
Gambar 5.54 Jumlah Puskesmas Pembantu menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011 Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 88
Puskesmas pembantu banyak dibangun karena sebagai strategi untuk
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pada Pustu
ditempatkan bidan Desa dan Perawat PTT yang diangkat melalui SK
penugasan Kementerian Kesehatan dan dari Pemerintah Kabupaten.
Puskesmas juga memiliki sarana lain berupa Puskesmas keliling yang
dilengkapi dengan kendaraan bermotor roda 4. Jumlah Puskesmas
keliling di Provinsi Sulawesi Barat yang dimiliki Puskesmas sebanyak 81
Buah. Sehingga ada 5 Puskesmas yang belum memiliki Puskesmas
Keliling. Puskesmas yang tidak memiliki rata-rata adalah Puskesmas
dengan kondisi geografis sulit yang tidak dapat diakses dengan
kendaraan roda 4. Sehingga perlu ada strategi lain dalam penanganan
kesehatan didaerah terpencil.
Gambar 5.55 Jumlah Puskesmas Keliling Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 89
3. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakuakan dengan
menerapkan berbagai pendekatan, termasuk didalamnya dengan
melibatkan potensi masyarakat. Hal ini sejalan dengan konsep
pemberdayaan masyarakat. Langkah tersebut tercermin dalam
pengembangan Sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM). UKBM diantaranya terdiri dari Pos Pelayanan terpadu
(Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) di desa siaga dan Pos Obat
Desa (POD).Pada tahun 2009 jumlah poskesdes dilaporkan sebanyak
255 unit dan mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 287
unit dan pada tahun 2011 menjadi 334 unit. Kabupaten Mamuju
merupakan kabupaten dengan poskesdes terbanyak di Kabupaten
Mamuju 171 unit dan paling sedikit kabupaten Mamuju Utara 21 unit.
Mamuju memiliki Poskesdes paling banyak dibandingkan dengan
Kabupaten lain karena kebijakan pemerintah daerah kabupaten
Mamuju yang menetapkan kebijakan daerah dimana semua Puskesmas
pembantu berubah status menjadi pokesdes.
Gambar 5.56 Jumlah Poskesdes Sulawesi Barat Tahun 2008-2010 Sumber : Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 90
UKBM lain yang yang telah lama dikembangkan adalah posyandu.
Posyandu merupakan UKBM yang telah lama mengakar di masyarakat.
Dalam menjalankan fungsinya, posyandu diharapkan dapat
melaksanakan 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan
diare.
Dalam rangka menilai kinerja dan perkembangannya, posyandu
dikalfikasikan menjadi 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu
Madya, Posuandu Purnama dan posyandu Mandiri. Pada tahun 2011
terdapat 1624 posyandu. Dengan demikian maka dapat dikatakan
semua desa memiliki minimal 2 posyandu diwilayahnya.
Gambar 5.57 Jumlah Posyandu menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011
Sumber : Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2012
B. TENAGA KESEHATAN
1. Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dilakukan melalui perbaikan
fisik dan penambahan sarana prasarana, penambahan peralatan dan
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 91
ketenagaan serta pemberian biaya operasional dan pemeliharaan.
Namun dengan semakin tingginya pendidikan dan kesejahteraan
masyarakat, tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan semakin
meningkat. Untuk itu dibutuhkan penambahan tenaga kesehatan yang
terampil dan siap pakai sesuai dengan karateristik dan fungsi
tenaganya.
Tenaga kesehatan merupakan setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan
kesehatan adalah tenaga kesehatan yang bertugas di sarana pelayanan
kesehatan di Masyarakat. Berikut adalah penjelasan persebaran tenaga
kesehatan di sarana pelayanan kesehatan:
a. Tenaga Medis
Gambar menunjukkan sebaran tenaga medis di Sulawesi Barat
berdasarkan unit kerja.
Gambar 5.58 Data Existing Tenaga medis menurut kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011 Sumber : Program Sumber Daya Kesehatan dinkes Sulbar 2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 92
Gambar tersebut diatas menunjukkan ketersediaan tenaga medis
(dokter umum PNS/PTT dan dokter gigi PNS/PTT) di Puskesmas
Kabupaten Se-Provinsi Sulawesi Barat. Kabupaten Mamuju memiliki
tenaga medis dokter umum berstatus PNS paling banyak yaitu 25
orang. Selain itu Kabupaten Mamuju juga memiliki dokter umum
berstatus PTT terbanyak yaitu 26 orang. Sedangkan Kabupaten Mamuju
Utara memiliki dokter umum berstatus PNS paling sedikit, yaitu 4
orang.
Untuk ketersediaan tenaga dokter gigi, Kabupaten Polewali Mandar
memiliki tenaga medis dokter gigi berstatus PNS paling banyak yaitu 13
orang. Sedangkan Kabupaten Mamasa memiliki tenaga medis dokter
gigi paling sedikit yaitu 1 orang. Kabupaten Mamuju memiliki tenaga
medis dokter gigi berstatus PTT terbanyak yaitu 10 orang, sedangkan
Kabupaten Mamasa memiliki tenaga medis dokter gigi PTT paling
sedikit yaitu 1 orang.
Berdasarkan data Dokumen Perencanaan SDK Prov. Sulawesi Barat
Tahun 2011, kebutuhan tenaga medis dokter umum berstatus PNS
dengan menggunakan standar Revitalisasi Kebijakan pada masing-
masing kabupaten yaitu kebutuhan Kabupaten Mamuju 12 orang,
kebutuhan Kabupaten Mamasa 17 orang , kebutuhan Kabupaten
Mamuju Utara 11 orang, kebutuhan Kabupaten Majene 2 Orang
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 93
sedangkan pada Kabupaten Polewali Mandar memiliki kelebihan tenaga
medis dokter umum berstatus PNS sebanyak 6 orang.
Gambar 5.59 Data Existing Tenaga medis menurut kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011
Sumber : Program Sumber Daya Kesehatan dinkes Sulbar 2012
Gambar tersebut diatas menunjukkan ketersediaan tenaga medis di
Rumah Sakit Umum Daerah Se- Provinsi Sulawesi Barat. RSUD Prov.
Sulawesi Barat memiliki tenaga medis dokter umum terbanyak yaitu 19
orang dan tenaga medis dokter gigi terbanyak yaitu 7 orang.
Sedangkan data tenaga medis dasar menunjukkan masih adanya
kekosongan tenaga medis dasar seperti dokter spesialis penyakit
dalam, dokter spesialis obgyn & ginekolog dan tenaga medis lainnya di
beberapa RSUD Kabupaten/Provinsi.
Berdasarkan standar Permenkes 340 Tahun 2010 tentang klasifikasi
rumah sakit, hanya RSUD Kabupaten Polewali Mandar dan RSUD
Kabupaten Mamuju yang memenuhi jumlah ketenagaan medisnya yang
di hitung dengan melihat tipe RS tersebut. Bahkan RSUD Kabupaten
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 94
Polewali Mandar memiliki kelebihan tenaga medis dokter umum
sebanyak 7 orang dan RSUD Kabupaten Mamuju memiliki kelebihan
tenaga medis dokter umum sebanyak 16 orang dari total kebutuhan
berdasarkan standar yang digunakan.
b. Perawat
Perawat adalah tenaga profesional dibidang keperawatan kesehatan
yang terlbat dalam kegiatan keperawatan. Perawat bertanggung jawab
untuk keperawatan, perlindungan dan pemulihan orang luka atau
pasien penderita penyakit akut atau kronis, pemeliharaan kesehatan
orang sehat, dan penanganan keadaan darurat yang mengancam nyawa
dalam berbagai jenis perawatan kesehatan. Perawat juga dapat
terlibat dalam riset medis dan perawatan serta menjalankan beragam
fungsi non klinis yang diperlukan untuk perawatan kesehatan.
Perawat mendapatkan wewenang menjalankan tugas profesinya di
bidang keperawatan melalui Surat Ijin Kerja (SIK) yang merupakan
bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan
keperawatan di seluruh wilayah Indonesia. Setiap perawat yang
bekerja disarana pelayanan kesehatan / praktek kelompok maupun
perorangan harus mempunyai Surat Ijin Kerja (SIK).
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 95
Gambar 5.60 Persebaran Tenaga Perawat dan Perawat gigi menurut kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012
Sumber : Program Sumber Daya Kesehatan Dinkes Sulawesi Barat, 2012
Gambar tersebut diatas menunjukkan ketersediaan tenaga perawat
dan perawat gigi di Puskesmas Kabupaten Se-Provinsi Sulawesi Barat.
Kabupaten Mamuju memiliki perawat berstatus PNS paling banyak
yaitu 203 orang. Begitu juga dengan tenaga perawat gigi berstatus
PNS, Kabupaten Mamuju memiliki tenaga kesehatan tersebut
terbanyak yaitu 14 orang.
Berdasarkan data Perencanaan Sumber Daya Kesehatan Provinsi
Sulawesi Barat Tahun 2011, Kebutuhan tenaga perawat berstatus PNS
di Kabupaten Mamuju dengan menggunakan standar revitalisasi
kebjakan dasar puskesmas mencapai 271 orang, Kabupaten Mamuju
Utara membutuhkan sebanyak 59 orang dan Kabupaten Mamasa
membutuhkan sebanyak 7 orang. Sedangkan Kabupaten Polewali
Mandar memilik kelebihan tenaga perawat sebanyak 90 orang dan
Kabupaten Majene memiliki kelebihan tenaga perawat sebanyak 66
orang.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 96
Gambar 5.61 Persebaran Tenaga Perawat dan Perawat gigi menurut Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012
Sumber :Program Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Sulawesi Barat 2012
Gambar tersebut diatas menunjukkan ketersediaan tenaga perawat &
perawat gigi RSUD Kabupaten/Regional Se- Provinsi Sulawesi Barat.
RSUD Kabupaten Polewali Mandar memiliki tenaga perawat berstatus
PNS terbanyak yaitu 114 orang. Sedangkan RSUD Kabupaten Mamuju
memiliki tenaga perawat kontrak terbanyak yaitu sebesar 93 orang.
Berdasarkan data Perencanaan SDK Prov. Sulawesi Barat Tahun 2011,
kebutuhan tenaga perawat berstatus PNS dengan menggunakan standar
Permenkes 340 tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit di RSUD
Polewali Mandar yaitu sebanyak 84 orang, RSUD Kabupaten Mamasa
sebanyak 31 orang dan RSUD Kabupaten Mamuju sebanyak 29 orang.
Sedangkan RSUD Kabupaten Majene memiliki kelebihan tenaga
perawat yaitu sebesar 22 orang dan RSUD Kabupaten Mamuju Utara
sebanyak 10 orang.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 97
c. Bidan
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan
bidan dan yang telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang
berlaku. Dalam hal menjalankan pelayanan asuhan kebidanan, seorang
bidan harus terlebih dahulu mengurus Surat Ijin Bidan (SIB) yang
merupakan bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan
pelayanan asuhan kebidanan diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Dalam hal pelaksanaan Praktek kebidanan, seorang bidan harus
mempunyai Surat Ijin Praktek Bidan (SIPB) yang merupakan bukti
tertulis yang diberikan kepada bidan untuk menjalankan praktek
bidan.
Pelayanan yang menjadi wewenang bidan adalah pelayanan kebidanan,
pelayanan keluarga berencana, pelayanan kesehatan masyarakat.
Pelayanan kebidanan ditujukan kepada Ibu dan Anak yang
pelayanannya berupa: pelayanan pra nikah, pra hamil, masa
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa
antara. Pelayanan kebidanan untuk anak diberikan kepada bayi baru
lahir, masa bayi, masa balita, dan masa pra sekolah.
Pelayanan keluarga berencana yang diberikan oleh Bidan meliputi
pemberian obat dan alat kontrasepsi, penyuluhan/ konseling alat
kontrasepsi, pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim, dan pelayanan
konseling keluarga berencana. Pelayanan kesehatan masyarakat yang
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 98
diberikan bidan adalah pembinaan peran serta masyarakat dibidang
kesehatan ibu dan anak, memantau tumbuh kembang anak,
melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas, melaksanakan deteksi
dini, melaksanakan pertolongan pertama, merujuk dan memberikan
penyuluhan infeksi menular seksual (IMS), penyuluhan narkotika,
psikotrofika dan zat adiktif lainnya serta penyakit lainnya. Bidan juga
berwenang melakukan pelayanan kebidanan lainnya selain
kewenangangnya untuk penyelamatan jiwa pada keadaan darurat.
Gambar 5.62 Persebaran Tenaga Bidan Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011
Sumber : Program Sumber Daya Kesehatan Dinkes Sulawesi Barat, 2012
Gambar tersebut diatas menunjukkan ketersediaan tenaga Bidan di
Kabupaten Se-Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012. Kabupaten Polewali
Mandar memiliki tenaga bidan berstatus PNS terbanyak yaitu 121
orang, sedangkan Kabupaten Mamuju memiliki tenaga bidan berstatus
PTT terbanyak yaitu 93 orang.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 99
Berdasarkan data Perencanaan Sumber Daya Kesehatan Provinsi
Sulawesi Barat Tahun 2011, kebutuhan tenaga bidan berstatus PNS
dengan menggunakan standar revitalisasi kebijakan puskesmas di
Kabupaten Mamuju sebanyak 229 orang, Kabupaten Polewali Mandar
sebanyak 143 orang, Kabupaten Mamuju Utara 59 orang dan Kabupaten
Mamasa sebanyak 34 orang. Sedangkan Kabupaten Majene memiliki
kelebihan tenaga bidan yaitu sebanyak 13 orang.
d. Farmasi
Definisi apoteker berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek adalah sarjana farmasi yang telah
lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.
Asisten apoteker berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek adalah mereka yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak
melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 100
Gambar 5.63 Persebaran tenaga Farmasi menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011
Sumber : Program Sumber Daya Kesehatan Dinkes Sulawesi Barat, 2012
Gambar tersebut diatas menunjukkan data ketersediaan tenaga
farmasi di Kabupaten Se- Provinsi Sulawesi Barat. Kabupaten Polewali
Mandar memiliki tenaga teknik kefarmasian berstatus PNS terbanyak
yaitu 16 orang, Kabupaten Mamasa memiliki tenaga teknik kefarmasian
13 orang, Kabupaten Mamuju Utara memiliki tenaga teknik
kefarmasian 12 orang, Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene
masing-masing memiliki tenaga teknik kefarmasian 7 orang. Untuk
ketenagaan Apoteker berstatus PNS, Kabupaten Polewali Mandar,
Kabupaten Mamuju Utara dan Kabupaten Majene masing-masing
memiliki 4 orang tenaga tersebut.
Berdasarkan data Perencanaan Sumber Daya Kesehatan Provinsi
Sulawesi Barat Tahun 2011, kebutuhan tenaga farmasi berdasarkan
standar revitalisasi kebijakan puskesmas di Kabupaten Polewali Mandar
sebanyak 5 orang, kebutuhan Kabupaten Mamuju sebanyak 2 orang dan
kebutuhan Kabupaten Mamasa 8 orang. Sedangkan Kabupaten Mamuju
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 101
Utara dan Kabupaten Majene telah memiliki tenaga kefarmasian sesuai
standar.
e. Gizi
Tenaga gizi adalah tenaga kesehatan yang meliputi nutrisionis dan
dietisien dengan pendidikan dasar minimal D3 Gizi. Nutrisionis adalah
seorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara
penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis
fungsional dibidang pelayanan gizi, makanan dan dietik baik di
masyarakat maupun rumahsakit dan unit pelaksana kegiatan kesehatan
lainnya, berpendidikan dasar D3 Gizi. Dietisien adalah seorang
nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan keterampilan
dietetik baik melalui lembaga pendidikan formal maupun pengalaman
bekerja dengan masa kerja minimal 1 tahun atau mendapat sertifikasi
dari Persatuan Ahli Gizi (PERSAGI) dan bekerja di unit pelayanan yang
menyelenggarakan terapi dietetik.
Tabel 5.64 Persebaran Tenaga SKM dan Sanitarian Menurut kabupaten Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011
Sumber: Program Sumber Daya Kesehatan Dinkes Sulawesi Barat, 2012
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 102
Gambar tersebut diatas menunjukkan ketersediaan tenaga kesehatan
masyarakat dan sanitarian di Kabupaten Se-Provinsi Sulawesi Barat.
Kabupaten Polewali Mandar memiliki tenaga kesehatan masyarakat
berstatus PNS paling banyak yaitu 23 orang. Kabupaten Mamuju Utara
memiliki tenaga kesehatan masyarakat berstatus PNS 22 orang,
Kabupaten Majene memiliki tenaga kesehatan masyarakat berstatus
PNS 12 orang, Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Mamasa masing-
masing memiliki tenaga kesehatan masyarakat berstatus PNS 10 orang.
Untuk ketersediaan jenis tenaga sanitarian berstatus PNS, Kabupaten
Polewali Mandar memiliki ketersediaan paling banyak yaitu 21 orang,
Kabupaten Mamuju memiliki tenaga sanitarian berstatus PNS 20 orang,
Kabupaten Majene memiliki tenaga sanitarian berstatus PNS 15 orang
dan Kabupaten Mamuju Utara memiliki tenaga sanitarian berstatus PNS
9 orang. Sedangkan Kabupaten Mamasa tidak memiliki tenaga
sanitarian.
Berdasarkan data Perencanaan Sumber Daya Kesehatan Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011, kebutuhan tenaga
kesehatan masyarakat dengan menggunakan standar revitalisasi
kebijakan puskesmas di Kabupaten Polewali Mandar sebanyak 33
orang, kebutuhan Kabupaten Mamuju 23 orang, kebutuhan Kabupaten
Mamasa 6 orang. Sementara Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju
Utara telah memenuhi kebutuhan, bahkan Kabupaten Mamuju Utara
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 103
memiliki kelebihan tenaga nutrisionis sebanyak 10 orang. Untuk
kebutuhan tenaga sanitarian berdasarkan standar revitalisasi kebijakan
puskesmas di Kabupaten Mamuju sebanyak 19 orang, kebutuhan
Kabupaten Mamasa sebanyak 7 orang, kebutuhan Kabupaten Mamuju
Utara 2 orang. Sedangkan Kabupaten Majene memiliki kelebihan
tenaga sebanyak 4 orang dan Kabupaten Polewali Mandar memiliki
kelebihan tenaga sebanyak 3 orang
f. Teknisi Gizi
Tenaga Gizi adalah tenaga kesehatan berwenang untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan menetapkan standar angka
kecukupan gizi, standar pelayanan gizi, dan standar tenaga gizi pada
berbagai tingkat pelayanan kesehatan.
Tabel 5.65 Persebaran tenaga Gizi Provinsi Sulawesi Barat
Tahun 2011
Sumber: Program Sumber
Daya Kesehatan Dinkes
Sulawesi Barat, 2012
Gambar tersebut diatas menunjukkan ketersediaan tenaga gizi di
Kabupaten Se-Provinsi Sulawesi Barat. Kabupaten Mamuju memiliki
tenaga gizi paling banyak yaitu 18 orang, Kabupaten Mamasa memiliki
tenaga gizi 16 orang, Kabupaten Majene memiliki tenaga gizi 12 orang,
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 104
Kabupaten Polewali Mandar memiliki tenaga gizi 11 orang dan
Kabupaten Mamuju Utara memiliki tenaga gizi 8 orang.
Berdasarkan data Perencanaan Sumber Daya Kesehatan Tahun 2011,
kebutuhan tenaga nutrisionis dengan menggunakan standar revitalisasi
kebijakan puskesmas di Kabupaten Mamuju sebanyak 17 orang,
kebutuhan Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa masing-
masing sebanyak 5 orang dan kebutuhan Kabupaten Mamuju Utara
sebanyak 3 orang. Sedangkan Kabupaten Majene memiliki kelebihan
tenaga nutrisionis sebanyak 2 orang.
g. Tenaga keterapian Disik dan keteknisan medis
Tenaga Keteknisan Medis meliputi Radiografer, Radioterafis, Teknisi
Gigi, Teknisi Elektormedis, Analisis Kesehatan, Refraksionis Optisien,
Otorik Prostetik, Teknisi Transfusi dan Perekam Medik.
Tabel 5.66 Persebaran tenaga Gizi Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011
Sumber: Program
Sumber Daya Kesehatan
Dinkes Sulawesi Barat,
2012
Gambar tersebut diatas menunjukkan ketersediaan tenaga keterapian
fisik dan keteknisian medis di RSUD Kabupaten dan Provinsi Se-
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 105
Sulawesi Barat. RSUD Provinsi Sulawesi Barat memiliki tenaga
keteknisian medis terbanyak yaitu 22 orang, RSUD Kabupaten
Polewali Mandar memiliki ketersediaan sebanyak 20 orang, RSUD
Kabupaten Mamuju memiliki ketersediaan sebanyak 17 orang, RSUD
Kabupaten Mamuju Utara memiliki ketersediaan sebanyak 14 orang,
RSUD Kabupaten Majene sebanyak 11 orang. Sementara RSUD
Kabupaten Mamasa tidak memiliki tenaga keteknisian medis.
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Arah kebijakan pembangunan kesehatan sebagaimana dicanangkan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-N)
mencakup upaya peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas puskesmas
sertapeningkatan kualitas tenaga medis, pemgembangan sistem
jaminan kesehatan terutama bagi penduduk miskin.
Anggaran yang di kelola di Dinas Kesehatan Provinsi Pada tahun 2011
dibagi/dikelompokkan dalam menjadi dua sumber utama yaitu
Dekonsentrasi dan APBD. Anggaran yang dikelola di tujukan kedalam
pelaksanaan 4 kelompok besar, yaitu program/kegiatan yang bersifat
promotif, preventif, kuratif dan preventif. Program/kegiatan yang
bersifat preventif antara lain penerapan kepemerintahan yang baik,
program obat dan perbekalan kesehatan, program pencegahan dan
pemberantasan penyakit, penelitian dan pengembangan kesehatan,
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 106
program sumber daya kesehatan, kebijakan dan manajemen
pembangunan kesehatan dan program pendidikan kedinasan.
Program/kegiatan yang bersifat promotif yaitu promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat. Program/kegiatan yang bersifat kuratif
yaitu program upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat. Sedangkan program/kegiatan yang bersifat rehabilitatif
yaitu perbaikan gizi masyarakat.
Gambar 5.67 Alokasi Anggaran Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun Anggaran 2007 - 2011 Sumber : Sub Bagian Program dan Pelaporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012
Berdasarkan gambar 5.58 alokasi anggaran dinas Kesehatan provinsi
Sulawesi Barat cenderung mengalami penurunan sejak 3 tahun
terakhir. Berdasarkan Undang – Undang Kesehatan Nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan besar anggaran kesehatan pemerintah daerah
provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji. Alokasi anggaran
Kesehatan yang dikelola Dinas Kesehatan masih belum mencapai angka
minimal 10% dari APBD Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011.
Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2011 107
Gambar 5.68 Perbandingan Alokasi APBD Dinas Kesehatan dengan APBD Sulawesi Barat Tahun 2011
Sumber: Sub Bagian Program dan Pelaporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L + P Satuan
A. GAMBARAN UMUM
1 Luas Wilayah 16,937 Km2
Tabel 1
2 Jumlah Desa/Kelurahan 604 Desa/Kel Tabel 1
3 Jumlah Penduduk 583,989 579,748 1,163,737 Jiwa Tabel 2
4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 4.6 Jiwa Tabel 1
5 Kepadatan Penduduk /Km2
68.7 Jiwa/Km2
Tabel 1
6 Rasio Beban Tanggungan 69.1 Tabel 2
7 Rasio Jenis Kelamin 100.7 Tabel 2
8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf 83.1 82.8 82.6 % Tabel 4
9 Penduduk 10 tahun ke atas dengan pendidikan
tertinggi SMP+ #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 5
B. DERAJAT KESEHATAN
B.1 Angka Kematian
10 Jumlah Lahir Hidup 6,189 6,054 22,754 Bayi Tabel 6
11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 14.8 11.4 14.0 Tabel 6
12 Jumlah Bayi Mati 74 68 264 Bayi Tabel 7
13 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 12.0 11.2 11.6 per 1.000 KH Tabel 7
14 Jumlah Balita Mati 83 73 281 Balita Tabel 7
15 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 13.4 12.1 12.3 per 1.000 KH Tabel 7
16 Jumlah Kematian Ibu 42 Ibu Tabel 8
17 Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 184.6 per 100.000 KH Tabel 8
B.2 Angka Kesakitan
18 AFP Rate (non polio) < 15 th 2.31 per 100.000 pend <15thn Tabel 9
19 Angka Insidens TB Paru 139 91 114.63 per 100.000 penduduk Tabel 10
20 Angka Prevalensi TB Paru 145 96 120.73 per 100.000 penduduk Tabel 10
RESUME PROFIL KESEHATAN
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
21 Angka kematian akibat TB Paru 3 3 2.84 per 100.000 penduduk Tabel 10
22 Angka Penemuan Kasus TB Paru (CDR) 64.50 45.01 54.79 % Tabel 11
23 Success Rate TB Paru 87.01 93.53 89.65 % Tabel 12
24 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani 10.99 9.95 14.48 % Tabel 13
25 Jumlah Kasus Baru HIV 0 0 0 Kasus Tabel 14
26 Jumlah Kasus Baru AIDS 0 0 0 Kasus Tabel 14
27 Jumlah Infeksi Menular Seksual Lainnya 259 389 648 Kasus Tabel 14
28 Jumlah Kematian karena AIDS 0 0 0 Jiwa Tabel 14
29 Donor darah diskrining positif HIV 26.90 0.13 21.40 % Tabel 15
30 Persentase Diare ditemukan dan ditangani 46.75 46.91 110.53 % Tabel 16
31 Jumlah Kasus Baru Kusta (Pausi Basiler) 14 7 29 Kasus Tabel 17
32 Jumlah Kasus Baru Kusta (Multi Basiler) 40 26 93 Kasus Tabel 17
33 Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) 9 6 10 per 100.000 penduduk Tabel 17
34 Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun 20.37 24.24 16.39 % Tabel 18
35 Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 7.41 6.06 8.20 % Tabel 18
36 Angka Prevalensi Kusta 1.08 0.78 1.91 per 10.000 Penduduk Tabel 19
37 Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) 112.50 66.67 40.51 % Tabel 20
38 Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 89.13 92.31 42.74 % Tabel 20
39 Jumlah Kasus Difteri 0 0 22 Kasus Tabel 21
40 Case Fatality Rate Difteri 0 % Tabel 21
41 Jumlah Kasus Pertusis 4 3 7 Kasus Tabel 21
42 Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) 0 0 46 Kasus Tabel 21
43 Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) 0 % Tabel 21
44 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum 1 0 1 Kasus Tabel 21
45 Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum 0 % Tabel 21
46 Jumlah Kasus Campak 10 8 18 Kasus Tabel 22
47 Case Fatality Rate Campak 0 % Tabel 22
48 Jumlah Kasus Polio 0 0 0 Kasus Tabel 22
49 Jumlah Kasus Hepatitis B 16 13 29 Kasus Tabel 22
50 Incidence Rate DBD 26.03 29.84 27.93 per 100.000 penduduk Tabel 23
51 Case Fatality Rate DBD 4.76 0.92 3.34 % Tabel 23
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
52 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) 0.00 0.00 5.89 per 1.000 penduduk Tabel 24
53 Case Fatality Rate Malaria 0.00 0.00 0.00 % Tabel 24
54 Angka Kesakitan Filariasis 1 0 4 per 100.000 penduduk Tabel 25
B.3 Status Gizi
55 Bayi baru lahir ditimbang 96 99 96 % Tabel 26
56 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 2.62 2.70 2.70 % Tabel 26
57 Balita Gizi Baik 71.07 73.08 78.70 % Tabel 27
58 Balita Gizi Kurang 6.20 6.04 6.15 % Tabel 27
59 Balita Gizi Buruk 0.19 0.23 0.37 % Tabel 27
C. UPAYA KESEHATAN
C.1 Pelayanan Kesehatan
60 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 98 % Tabel 28
61 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 78.06 % Tabel 28
62 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan 79.32 % Tabel 28
63 Pelayanan Ibu Nifas 81.13 % Tabel 28
64 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 71.11 % Tabel 29
65 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 74.47 % Tabel 30
66 Bumil Risti/Komplikasi ditangani 62.50 % Tabel 31
67 Neonatal Risti/Komplikasi ditangani 31.65 36.12 41.93 % Tabel 31
68 Bayi Mendapat Vitamin A 38.99 41.45 50.99 % Tabel 32
69 Anak Balita Mendapat Vitamin A 59.97 60.85 73.78 % Tabel 32
70 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 81.77 % Tabel 32
71 Peserta KB Baru 13.26 % Tabel 35
72 Peserta KB Aktif 42.90 % Tabel 35
73 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 91.58 96.66 93.75 % Tabel 36
74 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) 0.82 88.24 83.71 % Tabel 36
75 Kunjungan Bayi (minimal 4 kali) 52.06 59.17 83.19 % Tabel 37
76 Desa/Kelurahan UCI 65.07 % Tabel 38
77 Cakupan Imunisasi Campak Bayi 92.43 % Tabel 39
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
78 Drop-Out Imunisasi DPT1-Campak 2.70 % Tabel 39
79 Bayi yang diberi ASI Eksklusif 29.04 30.51 38.61 % Tabel 41
80 Pemberian MP-ASI pada anak 6-23 bulan dari Gakin #DIV/0! #DIV/0! 67.55 % Tabel 42
81 Cakupan Pelayanan Anak Balita (minimal 8 kali) 51.41 61.67 77.07 % Tabel 43
82 Balita ditimbang 29.87 34.19 68.52 % Tabel 44
83 Balita berat badan naik 62 180 66 % Tabel 44
84 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 2 2 4 % Tabel 44
85 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100.00 100.00 85.62 % Tabel 45
86 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan
Setingkat
72.21 74.57 50.91 % Tabel 46
87 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan
Setingkat
51.77 51.65 50.46 % Tabel 47
88 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) 33.51 29.11 57.32 % Tabel 48
89 Sarkes dgn kemampuan yan. gadar level 1 42.31 % Tabel 49
90 Desa/Kel. terkena KLB ditangani < 24 jam 85.19 % Tabel 51
91 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap 0.06 0.06 0.21 Tabel 52
92 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal 13.19 sekolah Tabel 49
93 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi 66.86 sekolah Tabel 49
94 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) 21.94 20.95 32.53 % Tabel 53
95 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) 42.03 44.63 49.50 % Tabel 53
96 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan
mulut 42.03 44.63 49.50 % Tabel 53
C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
97 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kes. Pra Bayar 11.71 14.06 34.73 % Tabel 55
98 Penduduk Miskin (dan hampir miskin) dicakup
Askeskin/Jamkesmas 90.00 101.49 67.09 % Tabel 56
99 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat
Pelayanan Rawat Jalan di Sarana Kes. Strata 1
45.58 47.84 71.55 %
Tabel 56
100 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat
Pelayanan Rawat Jalan di Sarana Kes. Strata 2&3
0.28 0.43 0.80 %
Tabel 56
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
101 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat
Pelayanan Rawat Inap di Sarana Kes. Strata 1
1.25 1.57 0.55 %
Tabel 57
102 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat
Pelayanan Rawat Inap di Sarana Kes. Strata 2&3
0.09 0.21 0.15 %
Tabel 57
103 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan 13.94 16.31 76.92 % Tabel 58
104 Cakupan Kunjungan Rawat Inap 0.14 0.16 1.75 % Tabel 58
105 Gross Death Rate (GDR) di RS 8.44 2.56 4.61 per 100.000 pasien keluar Tabel 59
106 Nett Death Rate (NDR) di RS 1.94 1.13 1.57 per 100.000 pasien keluar Tabel 59
107 Bed Occupation Rate (BOR) di RS 53.30 % Tabel 60
108 Length of Stay (LOS) di RS 6.32 Hari Tabel 60
109 Turn of Interval (TOI) di RS 5.54 Hari Tabel 60
C.3 Perilaku Hidup Masyarakat
110 Rumah Tangga ber-PHBS #REF! % Tabel 61
C.4 Keadaan Lingkungan
111 Rumah Sehat 44.49 % Tabel 62
112 Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes 55.52 % Tabel 63
113 Keluarga dengan sumber air minum terlindung 38.17 % Tabel 65
114 Keluarga memiliki Jamban Sehat 77.93 % Tabel 66
115 Keluarga memiliki Tempat Sampah Sehat 48.38 % Tabel 66
116 Keluarga memiliki Pengelolaan Air Limbah Sehat 45.47 % Tabel 66
117 TUPM Sehat 52.74 % Tabel 67
118 Institusi dibina kesehatan lingkungannya 58.50 % Tabel 68
D. SUMBERDAYA KESEHATAN
D.1 Sarana Kesehatan
119 Jumlah Rumah Sakit Umum 7.00 Tabel 70
120 Jumlah Rumah Sakit Khusus 1.00 Tabel 70
121 Jumlah Puskesmas Perawatan 38.00 Tabel 70
122 Jumlah Puskesmas non-Perawatan 48.00 Tabel 70
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
123 Jumlah Apotek 37.00 Tabel 70
124 Sarkes yang memiliki laboratorium kesehatan 61.70 % Tabel 71
125 Sarkes yang memiliki 4 spesialis dasar 42.86 % Tabel 71
126 Jumlah Posyandu 1,624.00 Posyandu Tabel 72
127 Posyandu Aktif 35.04 % Tabel 72
128 Rasio posyandu per 100 balita 1.17 per 100 balita Tabel 72
129 Jumlah Desa Siaga 271.00 Desa Tabel 73
130 Desa Siaga Aktif 47.97 % Tabel 73
131 Jumlah Poskesdes 334.00 Poskesdes Tabel 73
D.2 Tenaga Kesehatan
132 Jumlah Dokter Spesialis 7.00 5.00 23.00 Orang Tabel 74
133 Rasio Dokter Spesialis 1.20 0.86 1.98 per 100.000 penduduk Tabel 74
134 Jumlah Dokter Umum 45.00 74.00 163.00 Orang Tabel 74
135 Rasio Dokter Umum 7.71 12.76 13.83 per 100.000 penduduk Tabel 74
136 Jumlah Dokter Gigi 6.00 34.00 61.00 Orang Tabel 74
137 Jumlah Bidan 185.00 612.00 797.00 Orang Tabel 75
138 Rasio Bidan per 100.000 penduduk 68.31 Tabel 75
139 Jumlah Perawat 267.00 693.00 1,306.00 Orang Tabel 75
140 Jumlah Perawat Gigi 7.00 16.00 23.00 Orang Tabel 75
141 Jumlah Tenaga Kefarmasian 16.00 102.00 123.00 Orang Tabel 76
142 Jumlah Tenaga Gizi 9.00 52.00 60.00 Orang Tabel 76
143 Jumlah Tenaga Kesmas 35.00 84.00 213.00 Orang Tabel 77
144 Jumlah Tenaga Sanitasi 30.00 27.00 75.00 Orang Tabel 77
145 Jumlah Tenaga Teknisi Medis 12.00 23.00 79.00 Orang Tabel 78
146 Jumlah Fisioterapis 7.00 16.00 25.00 Orang Tabel 78
D.3 Pembiayaan Kesehatan
147 Total Anggaran Kesehatan ########## Rp Tabel 79
148 APBD Kesehatan thd APBD Kab/Kota 7.83 % Tabel 79
149 Anggaran Kesehatan Perkapita 175,845.24 Rp Tabel 79
TABEL 1
LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA,
DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
LUAS JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN
WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK
(km2) TANGGA TANGGA per km
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Majene 947.84 26 14 40 151,107 31,261 4.83 159
2 Polewali Mandar 2,022.30 146 21 167 401,272 84,557 4.75 198
3 Mamasa 2,909.21 167 12 179 140,082 32,268 4.34 48
4 Mamuju 8,014.06 145 10 155 336,973 75,746 4.45 42
5 Mamuju Utara 3,043.75 59 4 63 134,303 31,680 4.24 44
JUMLAH (KAB/KOTA) 16,937.2 543 61 604 1,163,737 255,512 4.55 69
Sumber:Profil Dinas Kesehatan Kabupaten tahun 2011
7.39
JUMLAH
PENDUDUK
JUMLAH
NO KABUPATENDESA KELURAHAN DESA+KEL.
TABEL 2
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR,
RASIO BEBAN TANGGUNGAN, RASIO JENIS KELAMIN, DAN KECAMATAN
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
JUMLAH PENDUDUK
LAKI-LAKI PEREMPUAN
0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 JUMLAH 0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Majene 151,107 9,533 18,992 32,691 9,318 3,139 73,673 9,118 18,178 35,283 10,726 4,129 77,434 71.68 95.14
2 Polewali Mandar 401,272 22,643 52,101 84,848 27,248 8,780 195,620 21,541 49,444 92,001 30,636 12,030 205,652 70.95 95.12
3 Mamasa 140,082 8,013 19,391 31,430 9,193 3,062 71,089 7,471 18,205 30,578 9,379 3,360 68,993 73.84 103.04
4 Mamuju 336,973 21,869 42,094 82,384 21,896 5,170 173,413 20,294 39,347 80,236 19,023 4660 163,560 65.56 106.02
5 Mamuju Utara 134,303 9,195 16,464 34,666 8,215 1,654 70,194 8,891 15,472 32,297 6,188 1,261 64,109 65.06 109.49
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,163,737 71,253 149,042 266,019 75,870 21,805 583,989 67,315 140,646 270,395 75,952 25,440 579,748 69.09 100.73
Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/kota
- Profil Kesehatan Kabupaten tahun 2011
Catatan : Jumlah kolom 3 = jumlah kolom 9 + jumlah kolom 15, yaitu sebesar: 1,163,737
RASIO
BEBAN
TANG
GUNGAN
RASIO
JENIS
KELAMIN
NO KECAMATANJUMLAH
PENDUDUK
TABEL 3
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR
PROVINSI
TAHUN
JUMLAH PENDUDUK
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN
1 2 3 4 5
1 0 - 4 71,253 9,118 80,371
2 5 - 9 0
3 10 - 14 0
4 15 - 19 0
5 20 - 24 0
6 25 - 29 0
7 30 - 34 0
8 35 - 39 0
9 40 - 44 0
10 45 - 49 0
11 50 - 54 0
12 55 - 59 0
13 60 - 64 0
14 65 - 69 0
15 70 - 74 0
16 75+ 0
Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/kota
- Sumber lain…... (sebutkan)
SULAWESI BARAT
2011
80,371JUMLAH 71,253 9,118
NO KELOMPOK UMUR (TAHUN)
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
JUMLAHMELEK
HURUF% JUMLAH
MELEK
HURUF% JUMLAH
MELEK
HURUF%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Majene 53,986 44,569 82.56 58,712 48,776 83.08 112,698 93,345 82.83
2 Polewali Mandar #DIV/0! #DIV/0! 0 0 #DIV/0!
3 Mamasa #DIV/0! #DIV/0! 0 0 #DIV/0!
4 Mamuju #DIV/0! #DIV/0! 0 0 #DIV/0!
5 Mamuju Utara #DIV/0! #DIV/0! 0 0 #DIV/0!53,986 44,569 82.56 58,712 48,776 83.08 112,698 93,345 82.83
Sumber: …………… (sebutkan)
LAKI-LAKI PEREMPUANNO
JUMLAH (KAB/KOTA)
TABEL 4
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF MENURUT JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN
KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK USIA 10 KE ATAS
LAKI-LAKI + PEREMPUAN
TABEL 5
PERSENTASE PENDUDUK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BERUSIA 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN DAN KECAMATAN
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN
TIDAK/
BELUM
PERNAH
SEKOLAH
TIDAK/
BELUM
TAMAT
SD/MI
SD/MISMP/
MTs
SMA/
SMK/
MA
AK/
DIPLO
MA
UNIVER
SITASJUMLAH
TIDAK/
BELUM
PERNAH
SEKOLAH
TIDAK/
BELUM
TAMAT
SD/MI
SD/MISMP/
MTs
SMA/
SMK/
MA
AK/
DIPLO
MA
UNIVER
SITASJUMLAH
TIDAK/
BELUM
PERNAH
SEKOLAH
TIDAK/
BELUM
TAMAT
SD/MI
SD/MISMP/
MTs
SMA/
SMK/
MA
AK/
DIPLO
MA
UNIVER
SITASJUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 Majene - - 0 0 0 0 0 0 0 -
2 Polewali Mandar - - 0 0 0 0 0 0 0 -
3 Mamasa - - 0 0 0 0 0 0 0 -
4 Mamuju - - 0 0 0 0 0 0 0 -
5 Mamuju Utara - - 0 0 0 0 0 0 0 -
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 0 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -
Sumber : ………sebutkan
NO KABUPATEN
TABEL 6
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 MAJENE 10 1,696 47 1,743 1,605 34 1,639 3,301 81 3,382
2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 8,062 118 8,180
3 MAMASA 16 1,257 1 1,258 1,084 2 1,086 2,341 3 2,344
4 MAMUJU 29 3,236 45 3,281 3,365 34 3,399 6,601 79 6,680
5 MAMUJU UTARA 11 0 0 2,449 42 2,491
JUMLAH (KAB/KOTA) 86 6,189 93 6,282 6,054 70 6,124 22,754 323 23,077
ANGKA LAHIR MATI (DILAPORKAN) 14.8 11.4 14.0
Sumber: ………. (sebutkan)
Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi
JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS
MATIHIDUP +
MATI
LAKI-LAKI LAKI-LAKI + PEREMPUAN
HIDUP MATIHIDUP +
MATI
JUMLAH KELAHIRAN
NO KABUPATEN PUSKESMAS
HIDUP
PEREMPUAN
HIDUP MATIHIDUP +
MATI
TABEL 7
JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 MAJENE 10 28 6 34 13 3 16 41 9 50
2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 75 1 76
3 MAMASA 16 7 - 7 7 0 7 14 0 14
4 MAMUJU 29 39 3 42 48 2 50 87 5 92
5 MAMUJU UTARA 11 0 0 47 2 49
JUMLAH (KAB/KOTA) 86 74 9 83 68 5 73 264 17 281
12.0 1.5 13.4 11.2 0.8 12.1 11.6 0.7 12.3
Sumber: ………. (sebutkan)
Keterangan : Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi
PUSKESMAS
JUMLAH KEMATIAN
PEREMPUAN
BALITA ANAK
BALITABAYI
ANAK
BALITA
ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN)
BAYI BALITA
LAKI - LAKI + PEREMPUAN
BAYI ANAK
BALITABALITA
LAKI - LAKINO KECAMATAN
TABEL 8
JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
JUMLAH KEMATIAN IBU
< 20 Thn 20-34 Thn ≥35 Thn JUMLAH < 20 Thn 20-34 Thn ≥35 Thn JUMLAH < 20 Thn 20-34 Thn ≥35 Thn JUMLAH < 20 Thn 20-34 Thn ≥35 Thn JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 MAJENE 10 3,301 0 0 0 0 1 2 2 5 0 0 1 1 1 2 3 6
2 POLEWALI MANDAR 20 8,062 3 1 4 0 7 1 8 0 1 0 1 0 11 2 13
3 MAMASA 16 2,341 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
4 MAMUJU 29 6,601 1 2 2 5 0 3 0 3 2 2 1 5 3 7 3 13
5 MAMUJU UTARA 11 2,449 0 0 1 1 0 1 2 3 0 0 1 1 0 1 4 5
22,754 1 5 4 10 1 13 5 19 2 3 3 8 4 21 12 42
ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN) 185
Sumber: ………. (sebutkan)
Keterangan:
- Jumlah kematian ibu = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas
- Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi
KEMATIAN IBU BERSALIN KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU
JUMLAH (KAB/KOTA)
NO KECAMATAN PUSKESMASJUMLAH LAHIR
HIDUPKEMATIAN IBU HAMIL
TABEL 9
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
NO KECAMATAN PUSKESMASJUMLAH PENDUDUK
<15 TAHUN
JUMLAH KASUS AFP
(NON POLIO)
1 2 3 4 5
1 MAJENE 10 55,821 4
2 POLEWALI MANDAR 20 145,729 2
3 MAMASA 16 53,080 0
4 MAMUJU 29 42,094 0
5 MAMUJU UTARA 11 50,022 2
JUMLAH (KAB/KOTA) 346,746 8
AFP RATE (NON POLIO) 2.31
Sumber: …………….. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di di RS
Catatan : Jumlah kolom 4 = jumlah penduduk < 15 tahun pada tabel 3, yaitu sebesar:
JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) DAN AFP RATE (NON POLIO) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
TABEL 10
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 MAJENE 10 73,673 77,434 151,107 206 143 349 4 2 6 210 145 355 285 187 235 3 4 7
2 POLEWALI MANDAR 20 195,620 205,652 401,272 318 210 528 6 4 10 324 214 538 166 104 134 9 5 14
3 MAMASA 16 71,089 68993 140,082 26 25 51 0 0 0 26 25 51 37 36 36 0 0 0
4 MAMUJU 29 173,413 163,560 336,973 204 116 320 25 26 51 229 142 371 132 87 110 4 5 9
5 MAMUJU UTARA 11 70,194 64,109 134,303 55 31 86 3 1 4 58 32 90 83 50 67 2 1 3
JUMLAH (KAB/KOTA) 583,989 579,748 1,163,737 809 525 1,334 38 33 71 847 558 1,405 145 96 121 18 15 33
ANGKA INSIDENS PER 100.000 PENDUDUK 138.5 90.6 114.6 KEMATIAN PER 100.000 PENDUDUK 3.1 2.6 2.8
Sumber: …………….. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
KECAMATAN PUSKESMAS KASUS BARU KASUS LAMA KASUS BARU +
KASUS LAMA
JUMLAH KASUS BARU TB PARU DAN KEMATIAN AKIBAT TB PARU MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
JUMLAH KASUS TB PARUPREVALENSI
(PER 100.000 PENDUDUK)
JUMLAH KEMATIAN
AKIBAT TB PARUNOJUMLAH PENDUDUK
TABEL 11
JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 MAJENE 10 155 163 317 1,900 1,925 3,825 206 143 349 133 88 110
2 POLEWALI MANDAR 20 411 432 843 6,386 318 210 528 77 49 63
3 MAMASA 16 149 145 294 728 26 24 50 17 17 17
4 MAMUJU 29 364 343 708 135 90 225 186 140 326 51 41 46
5 MAMUJU UTARA 11 147 135 282 11 8 19 55 31 86 37 23 30
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,226 1,217 2,444 2,046 2,023 11,183 791 548 1,339 64 45 55
Sumber: …………….. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TB PARU
ANGKA PENEMUAN KASUS
(CDR)BTA (+)NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH PERKIRAAN
KASUS BARU KLINIS
TABEL 12
JUMLAH KASUS DAN KESEMBUHAN TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2010
L P L + P
JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 MAJENE 10 158 111 269 138 87.34 104 93.69 242 89.96 1 0.63 0 0.00 1 0.37 87.97 93.69 90.33
2 POLEWALI MANDAR 20 268 197 465 235 87.69 180 91.37 415 89.25 3 1.12 0 0.00 3 0.65 88.81 91.37 89.89
3 MAMASA 16 26 24 50 21 80.77 24 100.00 45 90.00 9 34.62 10 41.67 19 38.00 115.38 141.67 128.00
4 MAMUJU 29 132 70 202 128 96.97 70 100.00 198 98.02 6 4.55 3 4.29 9 4.46 101.52 104.29 102.48
5 MAMUJU UTARA 11 55 31 86 10 18.18 10 32.26 20 23.26 5 9.09 4 12.90 9 10.47 27.27 45.16 33.72
JUMLAH (KAB/KOTA) 86 639 433 1,072 532 83.26 388 89.61 920 85.82 24 3.76 17 3.93 41 3.82 87.01 93.53 89.65
Sumber: …………….. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
L L + P
PENGOBATAN LENGKAP
L PNO KECAMATAN PUSKESMAS
TB PARU
BTA (+) DIOBATI ANGKA KESUKSESAN
(SUCCESS RATE/SR)P L + P
KESEMBUHAN
TABEL 13
PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 MAJENE 10 7,367 7,743 15,110 737 774 1,511 263 35.7 223 28.8 486 32.2
2 POLEWALI MANDAR 20 22,643 21,541 44,184 2,264 2,154 4,418 0 0.0 0 0.0 181 4.1
3 MAMASA 16 6,760 6,579 13,339 676 658 1,334 10 1.5 16 2.4 26 1.9
4 MAMUJU 29 17,177 16,133 33,310 1,718 1,613 3,331 397 23.1 342 21.2 739 22.2
5 MAMUJU UTARA 11 7,020 6,411 13,431 702 641 1,343 0 0.0 0 0.0 297 22.1
JUMLAH (KAB/KOTA) 60,967 58,407 119,374 6,097 5,841 11,937 670 11.0 581 9.9 1,729 14.5
Sumber: …………….. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
JUMLAH BALITA JUMLAH PERKIRAAN
PENDERITANO KECAMATAN PUSKESMAS
PNEUMONIA PADA BALITA
PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI
L P L + P
TABEL 14
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 MAJENE 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 0 0 0 0 16 0 16 0 0 0
3 MAMASA 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 MAMUJU 29 0 0 0 0 0 0 241 389 630 0 0 0
5 MAMUJU UTARA 11 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 0 0 0 259 389 648 0 0 0
Sumber: …………….. (sebutkan)
Ket: Jumlah kasus baru adalah seluruh kasus baru yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
JUMLAH KEMATIAN AKIBAT
AIDS
JUMLAH KASUS BARU HIV, AIDS, DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL LAINNYA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KECAMATAN PUSKESMASINFEKSI MENULAR SEKSUAL
LAINNYAA I D S
JUMLAH KASUS BARU
NO H I V
TABEL 15
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 RSUD MAJENE 668 117 785 668 100.00 117 100.00 785 100.00 785 117.51 0 0.00 785 100.00
2 RSUD POLEWALI MANDAR 1,516 465 1,981 1,516 100.00 465 100.00 1,981 100.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
3 RSUD KAB MAMUJU 742 175 917 742 100.00 175 100.00 917 100.00 2 0.27 1 0.57 3 0.33
0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!
0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!
JUMLAH 2,926 757 3,683 2,926 100.00 757 100.00 3,683 100.00 787 26.90 1 0 788 21.40
Sumber: …………….. (sebutkan)
PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV MENURUT JENIS KELAMIN
NO UNIT TRANSFUSI DARAH
DONOR DARAH
SAMPEL DARAH DIPERIKSA
L P
POSITIF HIV
L + P L P L + PJUMLAH PENDONOR
TABEL 16
KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 MAJENE 10 73,673 77,434 151,107 3,028 3,183 6,210 0 0 11,358 183
2 POLEWALI MANDAR 20 195,620 205,652 401,272 8,040 8,452 16,492 0 0 13,507 82
3 MAMASA 16 71,089 68,993 140,082 3,007 2,918 5,925 1,974 66 2,154 74 4,128 70
4 MAMUJU 29 173,413 163,560 336,973 7,127 6,722 13,850 9,327 131 9,098 135 18,425 133
5 MAMUJU UTARA 11 70,194 64,109 134,303 2,969 2,712 5,681 0 0 0 5,811 102
JUMLAH (KAB/KOTA) 583,989 579,748 1,163,737 24,171 23,987 48,158 11,301 46.8 11,252 46.9 53,229 110.5
Sumber: …………….. (sebutkan)
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
P L + PLNO KABUPATEN PUSKESMASJUMLAH PENDUDUK
DIARE
JUMLAH PERKIRAAAN KASUSDIARE DITANGANI
TABEL 17
JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 MAJENE 10 2 3 5 6 2 8 8 5 13 5 2 7 15 12 27 20 14 34 28 19 47
2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 0 0 0 8 0 0 8 0 0 1 26 0 0 27 0 0 35
3 MAMASA 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 1 2 1 1 2
4 MAMUJU 29 0 0 0 2 0 2 2 0 2 1 1 2 10 1 11 11 2 13 13 2 15
5 MAMUJU UTARA 11 1 0 1 3 2 5 4 2 6 2 2 4 6 7 13 8 9 17 12 11 23
JUMLAH (KAB/KOTA) 3 3 6 11 4 23 14 7 29 8 5 14 32 21 79 40 26 93 54 33 122
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION RATE ) PER 100.000 PENDUDUK 9.25 5.69 10.48
Sumber: …………….. (sebutkan)
NO KECAMATAN PUSKESMASPausi Basiler (PB)/ Kusta kering
0-14 TAHUN ≥ 15 TAHUN
KASUS BARU
PB + MBMulti Basiler (MB)/ Kusta Basah
JUMLAH 0-14 TAHUN ≥ 15 TAHUN JUMLAH
TABEL 18
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 MAJENE 10 28 19 47 7 25.00 5 26.32 12 25.53 0.00 0.00 - 0.00
2 POLEWALI MANDAR 20 - - 35 - #DIV/0! - #DIV/0! 1 2.86 #DIV/0! #DIV/0! 4 11.43
3 MAMASA 16 1 1 2 - 0.00 - 0.00 - 0.00 0.00 0.00 - 0.00
4 MAMUJU 29 13 2 15 1 7.69 1 50.00 2 13.33 2 15.38 2 100.00 4 26.67
5 MAMUJU UTARA 11 12 11 23 3 25.00 2 18.18 5 21.74 2 16.67 0 0.00 2 8.70
JUMLAH (KAB/KOTA) 54 33 122 11 20.37 8 24.24 20 16.39 4 7.41 2 6.06 10 8.20
Sumber: …………….. (sebutkan)
LNO KECAMATAN PUSKESMAS
KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PENDERITA KUSTAPENDERITA KUSTA 0-14 TAHUN
L P L+P P L+P
CACAT TINGKAT 2
KASUS BARU
TABEL 19
JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 MAJENE 10 8 5 13 21 14 35 29 19 48
2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 26 0 0 88 0 0 114
3 MAMASA 16 0 0 0 1 1 2 1 1 2
4 MAMUJU 29 4 0 4 15 13 28 19 13 32
5 MAMUJU UTARA 11 3 3 6 11 9 20 14 12 26
JUMLAH (KAB/KOTA) 15 8 49 48 37 173 63 45 222
ANGKA PREVALENSI PER 10.000 PENDUDUK 1.1 0.8 1.9
Sumber: …………….. (sebutkan)
NO KECAMATAN PUSKESMAS
KASUS TERCATAT
PB MB JUMLAH
TABEL 20
PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
KUSTA (PB) KUSTA (MB)
2010 2009
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 MAJENE 10 13 2 15 13 100 2 100 15 100 31 19 50 30 97 18 95 48 96
2 POLEWALI MANDAR 20 57 #DIV/0! #DIV/0! 10 18 279 #DIV/0! #DIV/0! 85 30
3 MAMASA 16 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! 1 0 1 0 #DIV/0! 0 0
4 MAMUJU 29 0 2 2 2 #DIV/0! 0 2 100 8 4 12 8 100 4 100 12 100
5 MAMUJU UTARA 11 3 2 5 3 100 2 100 5 100 6 3 9 3 50 2 67 5 56
JUMLAH (KAB/KOTA) 16 6 79 18 112.5 4 66.7 32 40.5 46 26 351 41 89 24 92 150 43
Sumber: …………….. (sebutkan)
L + P
RFT MB
L PL P
PENDERITA PB PENDERITA MBNO KECAMATAN PUSKESMAS
RFT PB
L + P
TABEL 21
JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
JUMLAH KASUS PD3I
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 MAJENE 10 0 0 0 0 4 3 7 0 0 0 0 0 0 0 0
2 POLEWALI MANDAR 20 20 0 0 0 0 46 0 0 0 0 0
3 MAMASA 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
4 MAMUJU 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 MAMUJU UTARA 11 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 22 0 4 3 7 0 0 46 0 1 0 1 0
CASE FATALITY RATE (%) 0 0 0
Sumber: …………….. (sebutkan)
JUMLAH KASUS MENING-
GAL
TETANUS (NON NEONATORUM) TETANUS NEONATORUM
JUMLAH KASUS MENING-
GAL
PERTUSISNO KECAMATAN PUSKESMASDIFTERI
JUMLAH KASUS MENING-
GAL
TABEL 22
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 MAJENE 10 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
2 POLEWALI MANDAR 20 4 4 8 0 0 0 0 7 8 15
3 MAMASA 16 1 1 2 0 0 0 0 0 0 0
4 MAMUJU 29 0 0 0
5 MAMUJU UTARA 11 4 3 7 0 0 0 9 5 14
JUMLAH (KAB/KOTA) 10 8 18 0 0 0 0 16 13 29
CASE FATALITY RATE (%) 0.0
Sumber: …………….. (sebutkan)
JUMLAH KASUS PD3I
JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
CAMPAK
JUMLAH KASUSMENINGGAL
POLIO HEPATITIS BNO KECAMATAN PUSKESMAS
TABEL 23
JUMLAH KASUS DBD MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 MAJENE 10 1 0 1 0 0 0 0.0 0.0 0.0
2 POLEWALI MANDAR 20 3 3 6 0 0 0 0.0 0.0 0.0
3 MAMASA 16 0 0 0 0 0 0 0.0 0.0 0.0
4 MAMUJU 29 64 109 173 0 1 1 0.0 0.9 0.6
5 MAMUJU UTARA 11 84 61 145 4 0 4 4.8 0.0 2.8
JUMLAH (KAB/KOTA) 152 173 325 4 1 5 4.8 0.9 3.3
INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK 26.0 29.8 27.9
Sumber: …………….. (sebutkan)
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
NO KECAMATAN MENINGGAL CFR (%)JUMLAH KASUSPUSKESMAS
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
TABEL 24
PROVINSI
TAHUN
MALARIA
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 MAJENE 10 1,164 74 6.4 0 0 0 51 23 74 0 0 0 0.0 0.0 0.0
2 POLEWALI MANDAR 20 1,548 138 8.9 0 0 81 0 0 1,548 0 0 0 0.0 0.0 0.0
3 MAMASA 16 #DIV/0! 196 2,981 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! 0.0
4 MAMUJU 29 #DIV/0! 1,656 1,088 2,744 808 565 1,373 0 0 0 0.0 0.0 0.0
5 MAMUJU UTARA 11 4,612 883 19.1 0 0 548 523 360 883 0 0 0 0.0 0.0 0.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 7,324 1,095 15.0 1,656 1,088 3,569 1,382 948 6,859 0 0 0 0.0 0.0 0.0
ANGKA KESAKITAN (API) PER 1.000 PENDUDUK 5.9
Sumber: …………….. (sebutkan)
KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PENDERITA
DENGAN PEMERIKSAAN
SEDIAAN DARAH POSITIF
TANPA PEMERIKSAAN
SEDIAAN DARAH
NO KECAMATAN PUSKESMAS CFRMENINGGAL
DIPERIKSA POSITIF % POSITIF
SEDIAAN DARAH
TABEL 25
PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 MAJENE 10 0 0 0 0 0 0
2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 0 33
3 MAMASA 16 0 0 0 0 0 0
4 MAMUJU 29 0 0 0 0 0 0
5 MAMUJU UTARA 11 8 2 10 8 2 10
JUMLAH (KAB/KOTA) 8 2 10 8 2 43
ANGKA KESAKITAN PER 100.000 PENDUDUK (KAB/KOTA) 1 0 4
Sumber: …………….. (sebutkan)
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
JUMLAH SELURUH KASUSKASUS BARU DITEMUKANNO KECAMATAN PUSKESMAS
PENDERITA FILARIASIS
TABEL 26
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 MAJENE 10 1,696 1,605 3,301 1,696 100.0 1,605 100.0 3,301 100.0 84 5.0 77 4.8 161 4.9
2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 8,062 #DIV/0! #DIV/0! 7,412 91.9 #DIV/0! #DIV/0! 225 3.0
3 MAMASA 16 1,257 1,084 2,341 1,213 96.5 1,120 103.3 2,333 99.7 6 0.5 4 0.4 10 0.4
4 MAMUJU 29 3,236 3,365 6,601 3,051 94.3 3,286 97.7 6,337 96.0 66 2.2 81 2.5 147 2.3
5 MAMUJU UTARA 11 0 0 2,449 #DIV/0! #DIV/0! 2,449 100.0 #DIV/0! #DIV/0! 47 1.9
JUMLAH (KAB/KOTA) 6,189 6,054 22,754 5,960 96.3 6,011 99.3 21,832 95.9 156 2.6 162 2.7 590 2.7
Sumber: ………. (sebutkan)
L
BAYI BARU LAHIR DITIMBANG
PNO KECAMATAN PUSKESMAS
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
P LL + P L + P
BBLRJUMLAH LAHIR HIDUP
TABEL 27
STATUS GIZI BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 MAJENE 10 6,392 7,030 13,422 23 0.36 30 0.43 53 0.39 5,789 90.57 6,354 90.38 12,143 90.47 562 8.79 628 8.93 1,190 8.87 18 0.28
2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 27,134 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 769 2.83 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 24,519 90.36 #DIV/0! #DIV/0! 915 3.37 #DIV/0!
3 MAMASA 16 5,274 5,164 10,438 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 5 0.09
4 MAMUJU 29 11,820 12,940 24,760 0 0.00 0 0.00 0 0.00 10,903 92.24 12,014 92.84 22,917 92.56 895 7.57 889 6.87 1,784 7.21 22 0.19
5 MAMUJU UTARA 11 0 0 6,047 #DIV/0! #DIV/0! 72 1.19 #DIV/0! #DIV/0! 4,802 79.41 #DIV/0! #DIV/0! 1,140 18.85 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 23,486 25,134 81,801 23 0.10 30 0.12 894 1.09 16,692 71.07 18,368 73.08 64,381 78.70 1,457 6.20 1,517 6.04 5,029 6.15 45 0.19
Sumber: ………. (sebutkan)
GIZI BAIK
L+PP L
GIZI LEBIH
LNO KECAMATAN PUSKESMAS BALITA DITIMBANG
BALITA
GIZI BURUK
L+P
GIZI KURANG
LL P PL+P
STATUS GIZI BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
JUMLAH % JUMLAH %
27 28 29 30
18 0.26 36 0.27
#DIV/0! 163 0.60
3 0.06 8 0.08
37 0.29 59 0.24
#DIV/0! 33 0.55
58 0.23 299 0.37
BALITA
GIZI BURUK
L+PP
TABEL 28
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
SULAWESI BARAT
2011
JUMLAH K1 % K4 % JUMLAHDITOLONG
NAKES% JUMLAH
MENDAPAT
YANKES%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 MAJENE 10 3653 4051 110.9 3104 85.0 3490 2986 85.6 3490 3,365 96.4
2 POLEWALI MANDAR 20 9,711 9,083 93.5 7,402 76.2 9,269 7,775 83.9 9,269 7,118 76.8
3 MAMASA 16 3388 3006 88.7 2370 70.0 3388 2341 69.1 3235 2,326 71.9
4 MAMUJU 29 8153 8149 100.0 6613 81.1 7782 6222 80.0 7782 6,450 82.9
5 MAMUJU UTARA 11 3249 3249 100.0 2488 76.6 2982 2023 67.8 2982 2,449 82.1
JUMLAH (KAB/KOTA) 28,154 27,538 97.8 21,977 78.1 26,911 21,347 79.3 26,758 21,708 81.1
Sumber: ………. (sebutkan)
IBU NIFAS
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS
PROVINSI
TAHUN
IBU BERSALIN
PUSKESMASNO KABUPATEN
IBU HAMIL
TABEL 29
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 MAJENE 10 3,653 3,650 99.9 2,796 76.5 309 8.5 127 3.5 186 5.1 3,418 93.6
2 POLEWALI MANDAR 20 9,711 6,092 62.7 4,770 49.1 622 6.4 276 2.8 40 0.4 5,708 58.8
3 MAMASA 16 3,388 2,152 63.5 1,736 51.2 83 2.4 38 1.1 30 0.9 1,887 55.7
4 MAMUJU 29 8,153 5,390 66.1 4,364 53.5 1,235 15.1 502 6.2 664 8.1 6,765 83.0
5 MAMUJU UTARA 11 3,249 3,249 100.0 2,197 67.6 0 - - 46 1.4 2,243 69.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 28,154 20,533 72.9 15,863 56.3 2,249 8.0 943 3.3 966 3.4 20,021 71.1
Sumber: …………….. (sebutkan)
IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMILJUMLAH IBU
HAMILNO KECAMATAN PUSKESMAS
TABEL 30
JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
FE1 (30 TABLET) FE3 (90 TABLET)
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 MAJENE 10 3653 4,051 110.90 3,104 84.97
2 POLEWALI MANDAR 20 9711 9,083 93.53 6,761 69.62
3 MAMASA 16 3388 2,326 68.65 2,166 63.93
4 MAMUJU 29 8153 7,513 92.15 6,475 79.42
5 MAMUJU UTARA 11 3249 3,249 100.00 2,459 75.68
JUMLAH (KAB/KOTA) 28154 26,222 93.14 20,965 74.47
Sumber: ……………… (sebutkan)
KECAMATANJUMLAH
IBU HAMILNO PUSKESMAS
TABEL 31
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
S % L P L + P L P L + P S % S % S %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 MAJENE 10 3,653 731 468 64.1 1,696 1,605 3,301 255 241 496 126 49.4 98 40.7 224 45.2
2 POLEWALI MANDAR 20 9,711 1,942 1730 89.1 - - 8,062 - - 1,209 #DIV/0! #DIV/0! 700 57.9
3 MAMASA 16 3,388 677 321 47.4 1,257 1,084 2,341 189 163 351 34 18.0 56 34.4 90 25.6
4 MAMUJU 29 8,153 1,631 573 35.1 3,236 3,365 6,601 485 505 990 134 27.6 174 34.5 308 31.1
5 MAMUJU UTARA 11 3,249 650 427 65.7 - - 2,449 - - 367 #DIV/0! #DIV/0! 109 29.7
JUMLAH (KAB/KOTA) 28,154 5,631 3519 62.5 6,189 6,054 22,754 929 908 3,413 294 31.6 328 36.1 1,431 41.9
Sumber: ……………… (sebutkan)
L + PL P
BUMIL
KOMPLIKASI
KEBIDANAN
DITANGANI
JUMLAH DAN PERSENTASE IBU HAMIL DAN NEONATUS RISIKO TINGGI/KOMPLIKASI DITANGANI
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
NO PUSKESMASKECAMATANJUMLAH
IBU HAMIL
JUMLAH LAHIR HIDUP
BUMIL
DENGAN
KOMPLIKASI
KEBIDANAN
PERKIRAAN NEONATUS
KOMPLIKASI
NEONATUS KOMPLIKASI DITANGANI
TABEL 32
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
BAYI ANAK BALITA (1-4 TAHUN) IBU NIFAS
L P L+P S % S % S % L P L+P S % S % S % S %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 MAJENE 10 1,588 1,733 3,321 1,124 70.8 1,250 72.1 2,374 71.5 5,461 6,056 11,517 4,606 84.344 5,134 84.775 9,740 84.571 3,365 3,365 100
2 POLEWALI MANDAR 20 8,717 #DIV/0! #DIV/0! 4,652 53.4 35,467 #DIV/0! #DIV/0! 26,743 75.402 9,269 7,640 82.425
3 MAMASA 16 1,527 1,552 3,079 642 42.0 685 44.1 1,327 43.1 6,955 6,762 13,717 4,836 69.533 4,164 61.579 9,000 65.612 3,235 2,341 72.365
4 MAMUJU 29 3,819 3,596 7,415 1,539 40.3 1,502 41.8 3,041 41.0 17,177 16,133 33,310 11,589 67.468 11,360 70.415 22,949 68.895 7,782 5,995 77.037
5 MAMUJU UTARA 11 1,543 1,411 2,954 0.0 0.0 1,602 54.2 5,477 5,000 10,477 0 0 8,657 82.629 2,998 2,449 81.688
JUMLAH (KAB/KOTA) 86 8,477 8,292 25,486 3,305 39.0 3,437 41.4 12,996 51.0 35,070 33,951 104,488 21,031 59.969 20,658 60.847 77,089 73.778 26,649 21,790 81.767
Sumber: ……………… (sebutkan)
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAHL + PJUMLAH
MENDAPAT VIT A 2X
CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN IBU NIFAS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
L P L + P
BAYI 6-11 BULAN MENDAPAT VIT A
VIT A
MENDAPAT JUMLAH
L P
TABEL 33
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
PESERTA KB AKTIF
MKJP
IUD % MOP % MOW %IM
PLAN% JUMLAH % SUNTIK % PIL %
KON
DOM %
OBAT
VAGINA%
LAIN
NYA% JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 MAJENE 10 225 3.1 1 0.0 8 0.1 149 2.1 383 5.4 3,381 47.3 2,471 34.5 920 12.9 0 0.0 0 0.0 6,772 94.6 7,155 100.0
2 POLEWALI MANDAR 20 392 1.2 46 0.1 335 1.0 2,497 7.8 3,270 10.2 12,276 38.4 15,838 49.5 598 1.9 0 0.0 24 0.1 28,736 89.8 32,006 100.0
3 MAMASA 16 354 3.0 7 0.1 7 0.1 172 1.5 540 4.6 3,081 26.5 7,377 63.5 162 1.4 0 0.0 458 3.9 11,078 95.4 11,618 100.0
4 MAMUJU 29 114 1.0 0 0.0 24 0.2 342 2.9 480 4.1 4,215 36.0 6,250 53.3 772 6.6 0 0.0 0 0.0 11,237 95.9 11,717 100.0
5 MAMUJU UTARA 11 411 2.2 36 0.2 70 0.4 1,816 9.8 2,333 12.6 7,503 40.4 7,565 40.8 1,159 6.2 0 0 0 0 16,227 87.4 18,560 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 86 1,496 1.8 90 0.1 444 0.5 4,976 6.1 7,006 8.6 30,456 37.6 39,501 48.7 3,611 4.5 0 0.0 482 0.6 74,050 91.4 81,056 100.0
Sumber: ……………….. (sebutkan)
Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
MKJP +
NON
MKJP
%
MKJP
+ NON
MKJP
NO KECAMATAN PUSKESMASNON MKJP
TABEL 34
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
PESERTA KB BARU
MKJP
IUD % MOP % MOW % IMPLAN % JUMLAH % SUNTIK % PIL % KONDOM %OBAT
VAGINA%
LAIN
NYA% JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 MAJENE 10 7 0.7 1 0.1 4 0.4 36 3.5 48 4.7 565 54.8 372 36.1 46 4.5 0 0.0 0 0.0 983 95.3 1,031 100.0
2 POLEWALI MANDAR 20 40 1.0 5 0.1 36 0.9 242 6.2 323 8.2 1,305 33.2 2,186 55.7 110 2.8 0 0.0 2 0.1 3,603 91.8 3,926 100.0
3 MAMASA 16 65 7.3 3 0.3 0 0.0 53 6.0 121 13.6 255 28.7 510 57.3 4 0.4 0 0.0 0 0.0 769 86.4 890 100.0
4 MAMUJU 29 114 1.0 0 0.0 24 0.2 342 2.9 480 4.1 4,215 36.0 6,250 53.3 772 6.6 0 0.0 0 0.0 11,237 95.9 11,717 100.0
5 MAMUJU UTARA 11 99 1.3 20 0.3 11 0.1 659 8.8 789 10.5 2,803 37.4 2,766 36.9 1,131 15.1 0 0.0 0 0.0 6,700 89.5 7,489 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 325 1.3 29 0.1 75 0.3 1,332 5.3 1,761 7.0 9,143 36.5 12,084 48.2 2,063 8.2 0 0.0 2 0.0 23,292 93.0 25,053 100.0
Sumber: ……………….. (sebutkan)
Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
NON MKJPMKJP +
NON
MKJP
% MKJP
+ NON
MKJP
NO KECAMATAN PUSKESMAS
TABEL 35
JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
PESERTA KB BARU
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 MAJENE 10 27,724 1,031 3.7 7,155 25.8
2 POLEWALI MANDAR 20 59,542 3,926 6.6 32,006 53.8
3 MAMASA 16 14,679 890 6.1 11,618 79.1
4 MAMUJU 29 60,745 11,717 19.3 11,717 19.3
5 MAMUJU UTARA 11 26,232 7,489 28.5 18,560 70.8
JUMLAH (KAB/KOTA) 188,922 25,053 13.3 81,056 42.9
Sumber: …………….. (sebutkan)
PESERTA KB AKTIFJUMLAH PUSNO KECAMATAN PUSKESMAS
TABEL 36
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 MAJENE 10 1,696 1,605 3,301 1,696 100.0 1,605 100.0 3,301 100.0 1,664 1.0 1,576 98.2 3,240 98.2
2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 8,062 #DIV/0! #DIV/0! 7,468 92.6 #DIV/0! #DIV/0! 6,902 85.6
3 MAMASA 16 1,257 1,084 2,341 970 77.2 961 88.7 1,931 82.5 987 0.8 1,038 95.8 2,025 86.5
4 MAMUJU 29 3,236 3,365 6,601 3,002 92.8 3,286 97.7 6,288 95.3 2,435 0.8 2,728 81.1 5,163 78.2
5 MAMUJU UTARA 11 0 0 2,449 #DIV/0! #DIV/0! 2,344 95.7 #DIV/0! #DIV/0! 1,718 70.2
JUMLAH (KAB/KOTA) 6,189 6,054 22,754 5,668 91.6 5,852 96.7 21,332 93.8 5,086 0.8 5,342 88.2 19,048 83.7
Sumber: ………. (sebutkan)
JUMLAH BAYI LAHIR HIDUPNO KECAMATAN PUSKESMAS P L + P
KUNJUNGAN NEONATUS 3 KALI (KN LENGKAP)
P L + PL
KUNJUNGAN NEONATUS 1 KALI (KN1)
L
TABEL 37
CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 MAJENE 10 1,588 1,733 3,321 777 48.9 1,166 67.3 1,943 58.5
2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 8,717 #DIV/0! #DIV/0! 7,923 90.9
3 MAMASA 16 1,527 1,552 3,079 0 0.0 0 0.0 1,974 64.1
4 MAMUJU 29 3,819 3,596 7,415 3,636 95.2 3,740 104.0 7,376 99.5
5 MAMUJU UTARA 11 1,543 1,411 2,954 0 0.0 0.0 1,985 67.2
JUMLAH (KAB/KOTA) 8,477 8,292 25,486 4,413 52.1 4,906 59 21,201 83.2
Sumber: ………. (sebutkan)
P L + PLNO KECAMATAN PUSKESMASJUMLAH BAYI
KUNJUNGAN BAYI (MINIMAL 4 KALI)
TABEL 38
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
1 2 3 4 5 6
1 MAJENE 10 40 34 85.0
2 POLEWALI MANDAR 20 167 77 46.1
3 MAMASA 16 179 108 60.3
4 MAMUJU 29 155 132 85.2
5 MAMUJU UTARA 11 63 42 66.7
JUMLAH (KAB/KOTA) 604 393 65.1
Sumber: …………….. (sebutkan)
2009 41.11
2010 61.9
2011 65.6
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
% DESA/KEL UCINO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH DESA/KEL DESA/KEL UCI
TABEL 39
CAKUPAN IMUNISASI DPT, HB, DAN CAMPAK PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
BAYI DIIMUNISASI
DPT1+HB1 DPT3+HB3 CAMPAK
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16.0 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 MAJENE 10 1,588 1,733 3,321 0.0 0.0 3,434 103.4 0.0 0.0 3,331 100.3 0.0 0.0 3,438 103.5 #DIV/0! #DIV/0! -0.1
2 POLEWALI MANDAR 20 - - 8,717 #DIV/0! #DIV/0! 8,099 92.9 #DIV/0! #DIV/0! 7,934 91.0 #DIV/0! #DIV/0! 7,768 89.1 #DIV/0! #DIV/0! 4.1
3 MAMASA 16 1,527 1,552 3,079 0 0.0 0 0.0 2,931 95.2 0 0.0 0.0 2,814 91.4 0.0 0.0 2,815 91.4 #DIV/0! #DIV/0! 4.0
4 MAMUJU 29 3,819 3,596 7,415 3,593 94.1 3,237 90.0 6,830 92.1 3,555 93.1 3,150 87.6 6,705 90.4 3,573 93.6 3,218 89.5 6,791 91.6 0.6 0.6 0.6
5 MAMUJU UTARA 11 1,543 1,411 2,954 0.0 0.0 2,916 98.7 0.0 0.0 2,729 92.4 0.0 0.0 2,745 92.9 #DIV/0! #DIV/0! 5.9
JUMLAH (KAB/KOTA) 8,477 8,292 25,486 3,593 42.4 3,237 39.0 24,210 95.0 3,555 41.9 3,150 38.0 23,513 92.3 3,573 42.1 3,218 38.8 23,557 92.4 0.6 0.6 2.7
Sumber: …………….. (sebutkan)
L P L + P
DO RATE (%)
L P L + PL + P L P L + P
NO KECAMATANL P
PUSKESMASJUMLAH BAYI
TABEL 40
CAKUPAN IMUNISASI BCG DAN POLIO PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
BAYI DIIMUNISASI
BCG POLIO3
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 MAJENE 10 1,588 1,733 3,321 - - 3,436 103.46 0 0 3,402 102.44
2 POLEWALI MANDAR 20 0 0 8,717 #DIV/0! #DIV/0! 7,889 90.50 #DIV/0! #DIV/0! 7,896 90.58
3 MAMASA 16 1,527 1,552 3,079 0 - 0 - 2,627 85.32 0 0 0 0 2,794 90.74
4 MAMUJU 29 3,819 3,596 7,415 3,556 93 3,215 89 6,771 91.31 3,525 92.30 3202 89.04 6,727 90.72
5 MAMUJU UTARA 11 1,543 1,411 2,954 - - 2,828 95.73 0 0 2,871 97.19
JUMLAH (KAB/KOTA) 86 8,477 8,292 25,486 3,556 42 3,215 39 23,551 92.41 3,525 41.58 3202 38.62 23,690 92.95
Sumber: …………….. (sebutkan)
NO KECAMATAN PUSKESMASJUMLAH BAYI
P L + PL P L + P L
TABEL 41
JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 MAJENE 10 1,588 1,733 3,321 911 57.4 1,147 66.2 2,058 62.0
2 POLEWALI MANDAR 20 - - 8,717 #DIV/0! #DIV/0! 2,780 31.9
3 MAMASA 16 1,527 1,552 3,079 - 0.0 - 0.0 1,031 33.5
4 MAMUJU 29 3,819 3,596 7,415 1,551 40.6 1,383 38.5 2,934 39.6
5 MAMUJU UTARA 11 1,543 1,411 2,954 0.0 0.0 1,038 35.1
JUMLAH (KAB/KOTA) 8,477 8,292 25,486 2,462 29.0 2,530 30.5 9,841 38.6
Sumber: ……………… (sebutkan)
JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF
NO KECAMATANJUMLAH BAYI
PUSKESMAS L P L + P
TABEL 42
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 MAJENE 10 0 0 0 0 - 0 0.00 0.00 0.00
2 POLEWALI MANDAR 20 792 535 #DIV/0! #DIV/0! 67.55
3 MAMASA 16 0 0 0 0 - 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
4 MAMUJU 29 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
5 MAMUJU UTARA 11 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 792 0 - 535 #DIV/0! #DIV/0! 67.55
Sumber: ……………… (sebutkan)
NO
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI ANAK USIA 6-23 BULAN KELUARGA MISKIN
%KECAMATAN PUSKESMAS
ANAK 6-23 BULAN
DARI KELUARGA MISKIN MENDAPAT MP-ASI
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
TABEL 43
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
ANAK BALITA (12-59 BULAN)
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 MAJENE 10 5,779 6,010 11,789 3,262 56.4 4,891 81.4 8,153 69.2
2 POLEWALI MANDAR 20 35,467 #DIV/0! #DIV/0! 28,157 79.4
3 MAMASA 16 5,233 5,027 10,260 0 0.0 0 0.0 8,271 80.6
4 MAMUJU 29 13,358 12,537 25,895 12,081 90.4 12,730 101.5 24,811 95.8
5 MAMUJU UTARA 11 5,477 5,000 10,477 0.0 0.0 2,970 28.3
JUMLAH (KAB/KOTA) 29,847 28,574 93,888 15,343 51.4 17,621 61.7 72,362 77.1
Sumber: ………. (sebutkan)
CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
P L + P
MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (MINIMAL 8 KALI)
LNO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH
TABEL 44
JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 MAJENE 10 7,367 7,743 15,110 6,392 86.8 7,030 90.8 13,422 88.8 4,209 65.8 4,683 66.6 8,892 66.2 193 3.0 256 3.6 449 3.3
2 POLEWALI MANDAR 20 22,643 21,541 44,184 0.0 0.0 27,134 61.4 #DIV/0! 19,040 #DIV/0! 19,040 70.2 #DIV/0! #DIV/0! 976 3.6
3 MAMASA 16 6,760 6,579 13,339 0.0 0.0 10,438 78.3 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 6,956 66.6 #DIV/0! #DIV/0! 442 4.2
4 MAMUJU 29 17,177 16,133 33,310 11,820 68.8 12,940 80.2 24,760 74.3 7,168 60.6 8,124 62.8 15,292 61.8 145 1.2 155 1.2 300 1.2
5 MAMUJU UTARA 11 7,020 6,411 13,431 0.0 0.0 6,046 45.0 #DIV/0! 4,148 #DIV/0! 4,148 68.6 #DIV/0! #DIV/0! 1,048 17.3
JUMLAH (KAB/KOTA) 60,967 58,407 119,374 18,212 29.9 19,970 34.2 81,800 68.5 11,377 62.5 35,995 180.2 54,328 66.4 338 1.9 411 2.1 3,215 3.9
Sumber: ………. (sebutkan)
NO KECAMATAN PUSKESMASP
BALITA YANG ADALL+P L+P
BALITA
BGM
L+P L P
DITIMBANG BB NAIK
L P
TABEL 45
CAKUPAN BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
BALITA GIZI BURUK
L P L+P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 MAJENE 10 18 18 36 18 100.0 18 100.0 36 100.0
2 POLEWALI MANDAR 20 - - 163 #DIV/0! #DIV/0! 120 73.6
3 MAMASA 16 5 3 8 5 100.0 3 100.0 8 100.0
4 MAMUJU 29 22 37 59 22 100.0 37 100.0 59 100.0
5 MAMUJU UTARA 11 18 15 33 18 100.0 15 100.0 33 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 63 73 299 63 100.0 73 100.0 256 85.6
Sumber: ……………… (sebutkan)
P L + P
MENDAPAT PERAWATANNO KECAMATAN PUSKESMAS
LJUMLAH
TABEL 46
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
MURID KELAS 1 SD DAN SETINGKAT
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 MAJENE 10 2,672 2,652 5,324 2,341 87.6 2,295 86.5 4,636 87.1
2 POLEWALI MANDAR 20 9,635 #DIV/0! #DIV/0! 2,938 30.5
3 MAMASA 16 387 #DIV/0! #DIV/0! 123 31.8
4 MAMUJU 29 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!
5 MAMUJU UTARA 11 1,981 1,788 3,769 1,019 51.4 1,016 56.8 2,035 54.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 4,653 4,440 19,115 3,360 72.2 3,311 74.6 9,732 50.9
CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT 72.2 74.6 50.9
Sumber: ………. (sebutkan)
CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAHMENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
L P L + P
TABEL 47
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
MURID SD DAN SETINGKAT
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 MAJENE 10 11,643 11,564 23,207 4,915 42.2 4,777 41.3 9,692 41.8
2 POLEWALI MANDAR 20 52,622 #DIV/0! #DIV/0! 25,143 47.8
3 MAMASA 16 14,574 13,685 28,259 12,979 89.1 12,483 91.2 25,462 90.1
4 MAMUJU 29 21,238 20,317 41,555 9,082 42.8 8,703 42.8 17,785 42.8
5 MAMUJU UTARA 11 9,935 10,130 20,065 2,735 27.5 2,804 27.7 5,539 27.6
JUMLAH (KAB/KOTA) 57,390 55,696 165,708 29,711 51.8 28,767 51.7 83,621 50.5
Sumber: ………. (sebutkan)
NO KECAMATAN PUSKESMAS
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN SISWA SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
P L + PJUMLAH
MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN SESUAI STANDAR
L
TABEL 48
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P L % P % L+P %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 MAJENE 10 4,807 6,270 11,077 2,939 61.14 3,607 57.53 6,546 59.10
2 POLEWALI MANDAR 20 23,995 29,603 53,598 - - 27,598 51.49
3 MAMASA 16 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!
4 MAMUJU 29 18,047 17,928 35,975 13,533 74.99 12,531 69.90 26,064 72.45
5 MAMUJU UTARA 11 2,825 2,113 4,938 173 6.12 138 6.53 311 6.30
JUMLAH (KAB/KOTA) 49,674 55,914 105,588 16,645 33.51 16,276 29.11 60,519 57.32
Sumber: ………. (sebutkan)
JUMLAH MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
USILA (60TAHUN+)
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
NO KECAMATAN PUSKESMAS
TABEL 49
SULAWESI BARAT
2011
MEMPUNYAI KEMAMPUAN YAN. GADAR LEVEL I
JUMLAH %
1 2 3 4 5
1 RUMAH SAKIT UMUM 7 7 100.00
2 RUMAH SAKIT JIWA 0 0 #DIV/0!
3 RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA 0 0 #DIV/0!
4 PUSKESMAS PERAWATAN 86 33 38.37
5 SARANA YANKES.LAINNYA 11 4 36.36
JUMLAH (KAB/KOTA) 104 44 42.31
Sumber: ……………… (sebutkan)
PERSENTASE SARANA KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I
NO SARANA KESEHATAN JUMLAH SARANA
PROVINSI
TAHUN
TABEL 50
JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KLB
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
YANG TERSERANG
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 MAJENE
Pertusis 4 5 6,194 6,509 12,703 4 3 7 0.06 0.05 0.06 0 1 1 - 33.33 14.29
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
2 MAMUJU 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Diare 1 1 307 277 584 1 1 2 0.33 0.36 0.34 0 1 1 - 100.00 50.00
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
3 MAMUJU UTARA 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Diare 4 6 8,063 55 #DIV/0! #DIV/0! 0.68 3 #DIV/0! #DIV/0! 5.45
DEMAM CHIKUNGUNYA 3 8 16,581 342 #DIV/0! #DIV/0! 2.06 0 #DIV/0! #DIV/0! -
CACAR AIR 1 1 2,009 27 #DIV/0! #DIV/0! 1.34 0 #DIV/0! #DIV/0! -
DBD 7 13 4,241 139 #DIV/0! #DIV/0! 3.28 4 #DIV/0! #DIV/0! 2.88
Sumber: ………………… (sebutkan)
JUMLAH
DESA
CFR (%)NO
JENIS KEJADIAN LUAR
BIASA
ATTACK RATE (%)JUMLAH PENDERITA JUMLAH KEMATIANJUMLAH PENDUDUK
TERANCAMJUMLAH
KEC
TABEL 51
DESA/KELURAHAN TERKENA KLB YANG DITANGANI < 24 JAM MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
JUMLAHDITANGANI <24
JAM%
1 2 3 4 5 6 7
1 MAJENE 10 40 5 5 100.00
2 POLEWALI MANDAR 20 167 0 0 #DIV/0!
3 MAMASA 16 179 0 0 #DIV/0!
4 MAMUJU 29 155 0 0 #DIV/0!
5 MAMUJU UTARA 11 63 22 18 81.82
JUMLAH (KAB/KOTA) 604 27 23 85.19
Sumber: ………………….. (sebutkan)
DESA/KELURAHAN TERKENA KLB
NO PUSKESMASJUMLAH
DESA/KELURAHANKECAMATAN
TABEL 52
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
L P L + P L P L + P L P L + P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 MAJENE 10 63 51 114 962 1,564 2,526 0.1 0.0 0.0
2 POLEWALI MANDAR 20 1,278 1,488 #DIV/0! #DIV/0! 0.9
3 MAMASA 16 - 261 272 533 0.0 0.0 0.0
4 MAMUJU 29 27 85 112 598 896 1,494 0.0 0.1 0.1
5 MAMUJU UTARA 11 49 63 112 638 859 1,497 0.1 0.1 0.1
JUMLAH (KAB/ KOTA) 139 199 1,616 2,459 3,591 7,538 0.1 0.1 0.2
Sumber: …………… (sebutkan)
PENCABUTAN GIGI TETAP RASIO TUMPATAN/ PENCABUTAN
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
NO PUSKESMASKECAMATAN TUMPATAN GIGI TETAP
TABEL 53
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L + P L % P % L + P % L P L + P L % P % L + P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 MAJENE 10 191 36 18.8 148 77.5 11,643 11,564 23,207 1,870 16.1 1,925 16.6 3,795 16.4 1,215 1,135 2,350 635 52.3 599 52.8 1,234 52.5
2 POLEWALI MANDAR 20 378 - 0.0 306 81.0 52,643 #DIV/0! #DIV/0! 24,143 45.9 3,087 #DIV/0! #DIV/0! 2,085 67.5
3 MAMASA 16 #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! - ##### - #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!
4 MAMUJU 29 165 43 26.1 88 53.3 10,422 9,592 20,014 2,410 23.1 2,059 21.5 4,469 22.3 1,354 1,331 2,685 1,222 90.3 1,243 93.4 2,465 91.8
5 MAMUJU UTARA 11 138 36 26.1 41 29.7 9,939 10,130 20,069 2,741 27.6 2,570 25.4 5,311 26.5 2,044 1,888 3,932 82 4.0 101 5.3 183 4.7
JUMLAH (KAB/ KOTA) 872 115 13.2 583 66.9 32,004 31,286 ###### 7,021 21.9 6,554 20.9 37,718 32.5 4,613 4,354 ##### 1,939 42.0 1,943 44.6 5,967 49.5
Sumber: …………… (sebutkan)
%
MURID SD/MI DIPERIKSA PERLU PERAWATAN MENDAPAT PERAWATANNO PUSKESMASKECAMATAN JUMLAH MURID SD/MI
UKGS (PROMOTIF DAN PREVENTIF)
JUMLAH
SD/MI
JUMLAH
SD/MI DGN
SIKAT GIGI
MASSAL
JUMLAH
SD/MI
MENDAPAT
YAN. GIGI
%
TABEL 54
PROVINSI SULAWESI BARAT
2011
PENYULUHAN KESEHATAN
JUMLAH SELURUH
KEGIATAN
PENYULUHAN
KELOMPOK
JUMLAH KEGIATAN
PENYULUHAN
MASSA
1 2 3 4 5
1 MAJENE 10 551 15
2 POLEWALI MANDAR 20 598 29
3 MAMASA 16 3097 0
4 MAMUJU 29 116310 0
5 MAMUJU UTARA 11 135 91
SUB JUMLAH I 120691 135
1 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 12 4
2 Rumah Sakit 6 2
JUMLAH (KAB/KOTA) 120709 141
Sumber: ……………. (sebutkan)
JUMLAH KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS
TAHUN
TABEL 55
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
JUMLAH PESERTA JAMINAN KESEHATAN PRA BAYAR
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 MAJENE 10 73,673 77,434 151,107 0 0 0 0 0 0 80,932 12,455 0 0 55,900 0.0 0.0 37.0
2 POLEWALI MANDAR 20 195,620 205,652 401,272 6,546 0 152,804 0 0 0 159,350 0.0 0.0 39.7
3 MAMASA 16 71,089 68,993 140,082 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0 0.0 0.0
4 MAMUJU 29 173,413 163,560 336,973 3,262 3,868 7,130 0 0 0 57,854 65,498 123,352 7,253 12,169 19,422 68,369 81,535 149,904 39.4 49.9 44.5
5 MAMUJU UTARA 11 70,194 64,109 134,303 6,114 0 30,254 2,600 0 0 38,968 0.0 0.0 29.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 583,989 579,748 1,163,737 3,262 3,868 19,790 0 0 0 57,854 65,498 387,342 7,253 12,169 34,477 68,369 81,535 404,122
PERSENTASE (KAB/KOTA) 0.6 0.7 1.7 0.0 0.0 0.0 9.9 11.3 33.3 1.2 2.1 3.0 11.7 14.1 34.7 11.7 14.1 34.7
Sumber: ……………….. (sebutkan)
PUSKESMAS JAMSOSTEK ASKESKIN/JAMKESMAS LAINNYA JUMLAH
CAKUPAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PRA BAYAR MENURUT JENIS JAMINAN, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
%JUMLAH PENDUDUK
ASKESNO KECAMATAN
TABEL 56
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 MAJENE 10 80,932 #DIV/0! #DIV/0! 80,932 100.0 #DIV/0! #DIV/0! 84,998 105.0 #DIV/0! #DIV/0! 2,568 3.2
2 POLEWALI MANDAR 20 152,804 #DIV/0! #DIV/0! 152,804 100.0 #DIV/0! #DIV/0! 99,410 65.1 #DIV/0! #DIV/0! 288 0.2
3 MAMASA 16 97,513 #DIV/0! #DIV/0! - 0.0 #DIV/0! #DIV/0! 71,877 73.7 #DIV/0! #DIV/0! 191 0.2
4 MAMUJU 29 16,534 14,556 31,090 14,155 85.6 13,904 95.5 28,059 90.3 7,537 45.6 6,963 47.8 14,500 46.6 46 0.3 63 0.4 109 0.4
5 MAMUJU UTARA 11 30,254 725 #DIV/0! 869 #DIV/0! 1,594 5.3 #DIV/0! #DIV/0! 10,131 33.5 #DIV/0! #DIV/0! - 0.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 16,534 14,556 392,593 14,880 90.0 14,773 101.5 263,389 67.1 7,537 45.6 6,963 47.8 280,916 71.6 46 0.3 63 0.4 3,156 0.8
Sumber: ……………….. (sebutkan)
CAKUPAN PELAYANAN RAWAT JALAN MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN) MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
NO KECAMATAN PUSKESMAS
MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN)
MENDAPAT YANKES RAWAT JALANPELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
(PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 2 DAN STRATA
3)
DICAKUP ASKESKIN/JAMKESMASJUMLAH YANG ADA
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
(PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 1)
P L + PL P L + P L P L + P L
TABEL 57
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 MAJENE 10 - - 80,932 #DIV/0! #DIV/0! 607 0.8 #DIV/0! #DIV/0! 111 0.1
2 POLEWALI MANDAR 20 - - 152,804 #DIV/0! #DIV/0! 714 0.5 #DIV/0! #DIV/0! 100 0.1
3 MAMASA 16 - - 97,513 #DIV/0! #DIV/0! 281 0.3 #DIV/0! #DIV/0! 191 0.2
4 MAMUJU 29 16,534 14,556 31,090 206 1.2 228 1.6 434 1.4 15 0.1 30 0.2 45 0.1
5 MAMUJU UTARA 11 - - 30,254 #DIV/0! #DIV/0! 126 0.4 #DIV/0! #DIV/0! 128 0.4
JUMLAH (KAB/KOTA) 16,534 14,556 392,593 206 1.2 228 1.6 2,162 0.6 15 0.1 30 0 575 0.1
Sumber: ……………….. (sebutkan)
L P L + P
JUMLAH YANG ADA
MENDAPAT YANKES RAWAT INAP
CAKUPAN PELAYANAN RAWAT INAP MASYARAKAT MISKIN (DAN HAMPIR MISKIN) MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
(PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 1)
L P L + P
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
(PASIEN MASKIN DI SARKES STRATA 2 DAN STRATA 3)NO KECAMATAN PUSKESMAS
MASYARAKAT MISKIN DAN HAMPIR MISKIN
TABEL 58
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
JUMLAH KUNJUNGAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Kabupaten Majene 196,711 1,021 0
2 Kabupaten Polewali Mandar 339,540 1,343 451
3 Kabupaten Mamasa 127,281 1,002 54
3 Kabupaten Mamuju 50,897 63,452 114,349 0 0
4 Kabupaten Mamuju Utara 15,926 16,002 31,928 66 60 126 1 0 1
SUB JUMLAH I 66,823 79,454 809,809 66 60 3,492 1 0 506
1 RSUD MAJENE 17,832 4,662 0
2 RSUD POLEWALI MANDAR 37,760 9,095 0
3 RS Mamasa 738 706 1,444 161 190 351 1 1
4 RS Banua Mamasa 1,312 1,253 2,565 268 334 602 0
5 RSUD MAMUJU 10,277 10,661 20,938 1,473 0 0 0
6 RSUD MAMUJU UTARA 2,287 2,460 4,747 341 330 671 1 0 0
0 0 0
SUB JUMLAH II 14,614 15,080 85,286 770 854 16,854 1 1 1
1 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
2 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
3 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
4 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
0 0 0
SUB JUMLAH III 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 81,437 94,534 895,095 836 914 20,346 2 1 507
JUMLAH PENDUDUK KAB/KOTA 583,989 579,748 1,163,737 583,989 579,748 1,163,737
CAKUPAN KUNJUNGAN (%) 13.9 16.3 76.9 0.1 0.2 1.7
Sumber: ……………… (sebutkan)
NO SARANA PELAYANAN KESEHATAN
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN , RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH
TABEL 59
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 RS MAJENE 80 2,049 2,613 4,662 196 73 269 42 31 73 95.7 27.9 57.7 20.5 11.9 15.7
2 RS POLEWALI MANDAR 163 9,095 387 150 #DIV/0! #DIV/0! 42.6 #DIV/0! #DIV/0! 16.5
3 RSUD MAMASA 40 60 62 122 3 1 4 1 1 2 50.0 16.1 32.8 16.7 16.1 16.4
4 RS BANUA MAMASE 40 261 329 590 1 3 4 2 2 4 3.8 9.1 6.8 7.7 6.1 6.8
5 RS MAMUJU 102 - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
6 RS MAMUJU UTARA 50 144 10 1 1 #DIV/0! #DIV/0! 69.4 #DIV/0! #DIV/0! 6.9
475 2,370 3,004 14,613 200 77 674 46 34 230 8.4 2.6 4.6 1.9 1.1 1.6
Sumber: ……………… (sebutkan)
Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta
JUMLAH
TEMPAT TIDUR
ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
KABUPATEN/KOTA
GDR NDRPASIEN KELUAR MATI PASIEN KELUAR
(HIDUP + MATI)
PASIEN KELUAR MATI
≥ 48 JAM DIRAWATNO NAMA RUMAH SAKITa
TABEL 60
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
PASIEN KELUAR
(HIDUP + MATI)
PASIEN KELUAR
MATI
PASIEN KELUAR
MATI ≥ 48 JAM
DIRAWAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 RS MAJENE 80 4,662 269 73 24,583 84.2 5.3 1.0
2 RS POLEWALI MANDAR 163 9,095 387 150 39,446 66.3 4.3 2.2
3 RSUD MAMASA 40 122 4 2 497 3.4 4.1 115.6
4 RS BANUA MAMASE 40 590 4 4 1,566 10.7 2.7 22.1
5 RS MAMUJU 102 - - - 25,968 69.8 #DIV/0! #DIV/0!
6 RS MAMUJU UTARA 50 144 10 1 348 1.9 2.4 124.3
475 14613 674 230 92,408 53.3 6.3 5.5
Sumber: ……………… (sebutkan)
Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta
JUMLAH HARI
PERAWATANBOR LOS TOI
KABUPATEN/KOTA
INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT
NONAMA RUMAH
SAKITa
JUMLAH
TEMPAT TIDUR
JUMLAH PASIEN
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
JUMLAHJUMLAH
DIPANTAU% DIPANTAU BER PHBS * %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 MAJENE 10 31,261 2,100 6.7 920 43.8
2 POLEWALI MANDAR 20 88,939 38036 42.8 25,222 66.3
3 MAMASA 16 32,268 15,151 47.0 4,328 28.6
4 MAMUJU 29 75,746 9,489 12.5 8,842 93.2
5 MAMUJU UTARA 11 31,680 8,452 26.7 3,109 36.8
JUMLAH (KAB/KOTA) 259,894 73,228 28.2 42,421 57.9
Sumber ……
RUMAH TANGGA
TABEL 61
NO KECAMATAN PUSKESMAS
PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
JUMLAH YANG
ADA
JUMLAH YANG
DIPERIKSA% DIPERIKSA
JUMLAH YANG
SEHAT
% RUMAH
SEHAT
1 2 3 4 5 6 7 8
1 MAJENE 10 31,843 26,915 84.5 14,466 53.7
2 POLEWALI 20 84,178 28,120 33.4 11,756 41.8
3 MAMASA 16 33,358 15,151 45.4 4,328 28.6
4 MAMUJU 29 75,746 9,489 12.5 8,842 93.2
5 MAMUJU UTARA 11 30,850 30,850 100.0 9,779 31.7
JUMLAH (KAB/KOTA) 255,975 110,525 43.2 49,171 44.5
Sumber: …………………….. (sebutkan)
TABEL 62
PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
NO KECAMATAN PUSKESMAS
RUMAH
TABEL 63
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
RUMAH/BANGUNAN DIPERIKSA
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 MAJENE 10 32,610 20,029 61.42 16,550 82.63
2 POLEWALI MANDAR 20 - - #DIV/0! - #DIV/0!
3 MAMASA 16 33,358 15,151 45.42 2,701 17.83
4 MAMUJU 29 71,093 - #DIV/0!
5 MAMUJU UTARA 11 30,850 1,084 3.51 884 81.55
JUMLAH ( KAB/KOTA) 167,911 36,264 21.60 20,135 55.52
Sumber: ........................... (sebutkan)
PERSENTASE RUMAH/BANGUNAN BEBAS JENTIK NYAMUK AEDES MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
RUMAH/BANGUNAN BEBAS JENTIKNO PUSKESMASKECAMATAN
JUMLAH
RUMAH/BANGUNAN
YANG ADA
TABEL 64
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
JUMLA
H% JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 MAJENE 10 35,375 30,486 86.2 - 0.0 5,775 18.9 1 0.0 2,455 8.1 823 2.7 23 0.1 1,426 4.7 10,503 34.5
2 POLEWALI MANDAR 20 92,141 60,354 65.5 - 0.0 12,657 21.0 3675 6.1 23,667 39.2 20,304 33.6 - 0.0 51 0.1 60,354 100.0
3 MAMASA 16 33,358 15,029 45.1 0.0 2,977 19.8 - 0.0 310 2.1 685 4.6 - 0.0 - 0.0 3,972 26.4
4 MAMUJU 29 75,746 75,746 100.0 - 0.0 9,034 11.9 3729 4.9 33,718 44.5 12,615 16.7 - 0.0 16,026 21.2 75,122 99.2
5 MAMUJU UTARA 11 34,232 3,761 11.0 - 0.0 - 0.0 55 1.5 2,179 57.9 107 2.8 86 2.3 1,334 35.5 3,761 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 270,852 185,376 68.4 - 0.0 30,443 16.4 7,460 4.0 62,329 33.6 34,534 18.6 109 0.1 18,837 10.2 153,712 82.9
Sumber: ………………… (sebutkan)
NO KECAMATAN
PERSENTASE KELUARGA MENURUT JENIS SARANA AIR BERSIH YANG DIGUNAKAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KEMASAN JUMLAH
JENIS SARANA AIR BERSIH
LEDENG SPT PAH LAINNYASGL MATA AIRPUSKESMAS
JUMLAH
KELUARG
A YANG
ADA
JUMLAH
KELUARGA
DIPERIKSA
SUMBER AIR
BERSIHNYA
%
KELUARG
A
DIPERIKSA
TABEL 65
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 MAJENE 10 30,486 0.0 19 0.1 5,718 18.8 - 0.0 1 0.0 - 0.0 0.0 - 0.0 - 0.0 - 0.0 - 0.0 - 0.0 5,738 18.8
2 POLEWALI MANDAR 20 92,144 0.0 51 0.1 12,657 13.7 - 0.0 - 0.0 23,667 25.7 281 0.3 - 0.0 0 21.7 20,023 34.5 31,791 #REF! 3,585 3.9 36,656 39.8
3 MAMASA 16 15,029 0.0 292 1.9 2,444 16.3 - 0.0 - 0.0 - 0.0 - 0.0 - 0.0 277 1.8 610 4.1 - 0.0 0.0 2,736 18.2
4 MAMUJU 29 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0!
5 MAMUJU UTARA 11 19,951 0.0 4,144 20.8 - 0.0 0.0 55 0.3 9,957 49.9 881 4.4 72 0.4 4,620 23.2 222 1.1 - 0.0 0.0 15,037 75.4
JUMLAH (KAB/KOTA) 157,610 - 0.0 4,506 2.9 20,819 13.2 - 0.0 56 0.0 33,624 21.3 1162 0.7 72 0.0 4,897 3.1 20,855 13.2 31791 20.2 3,585 2.3 60,167 38.2
Sumber: ………………… (sebutkan)
PERSENTASE KELUARGA MENURUT SUMBER AIR MINUM YANG DIGUNAKAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH
KELUARGA
DIPERIKSA
SUMBER
AIR
MINUMNYA
AIR KEMASAN LAIN-LAINAIR ISI ULANG
SUMBER AIR MINUM KELUARGA KELUARGA
DENGAN SUMBER
AIR MINUM
TERLINDUNG
MATA AIR TAK
TERLINDUNGAIR SUNGAIAIR HUJAN
LEDING
METERAN
LEDING
ECERANPOMPA
SUMUR
TERLINDUNG
SUMUR TAK
TERLINDUNG
MATA AIR
TERLINDUNG
TABEL 66
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 MAJENE 10 35,375 31,606 89.3 11,712 37.1 11,216 95.8 31,016 87.7 18,714 60.3 13,515 72.2 29,422 83.2 15,703 53.4 9,547 60.8
2 POLEWALI MANDAR 20 92,141 45,722 49.6 41,293 90.3 29,097 70.5 45,722 49.6 58,691 128.4 31,966 54.5 45,722 49.6 31,923 69.8 20,641 64.7
3 MAMASA 16 33,358 - 0.0 #DIV/0! #DIV/0! 0.0 #DIV/0! #DIV/0! 0.0 #DIV/0! #DIV/0!
4 MAMUJU 29 75,746 75,746 100.0 37,436 49.4 30,964 82.7 75,746 100.0 28,281 37.3 11,723 41.5 75,746 100.0 29,171 38.5 9,179 31.5
5 MAMUJU UTARA 11 34,232 11,593 33.9 16,538 142.7 12,093 73.1 34,232 100.0 12,557 36.7 0.0 11,593 33.9 9,777 84.3 - 0.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 270,852 164,667 60.8 106,979 65.0 83,370 77.9 186,716 68.9 118,243 63.3 57,204 48.4 162,483 60.0 86,574 53.3 39,367 45.5
Sumber: ………………… (sebutkan)
PUSKESMASJUMLAH
KELUARGA
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
KELUARGA MEMILIKI SEHATKELUARGA
DIPERIKSA
KELUARGA
DIPERIKSA
PERSENTASE KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
NO KECAMATAN SEHATKELUARGA
MEMILIKISEHAT
JAMBAN TEMPAT SAMPAH
KELUARGA
DIPERIKSA
KELUARGA
MEMILIKI
TABEL 67
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
JU
MLA
H Y
G
AD
A
JU
MLA
H
DIP
ER
IKS
A
JU
MLA
H
SE
HA
T
% S
EH
AT
JU
MLA
H Y
G
AD
A
JU
MLA
H
DIP
ER
IKS
A
JU
MLA
H
SE
HA
T
% S
EH
AT
JU
MLA
H Y
G
AD
A
JU
MLA
H
DIP
ER
IKS
A
JU
MLA
H
SE
HA
T
% S
EH
AT
JU
MLA
H Y
G
AD
A
JU
MLA
H
DIP
ER
IKS
A
JU
MLA
H
SE
HA
T
% S
EH
AT
JU
MLA
H Y
G
AD
A
JU
MLA
H
DIP
ER
IKS
A
JU
MLA
H
SE
HA
T
% S
EH
AT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20 21 22 23 24
1 MAJENE 10 7 7 7 100.00 62 55 31 56.36 26 25 - - 351 286 163 56.99 446 373 201 53.89
2 POLEWALI MANDAR 20 8 4 4 100.00 491 220 112 50.91 26 23 2 8.70 933 561 321 57.22 1,458 808 439 54.332
3 MAMASA 16 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 0 0 #DIV/0!
4 MAMUJU 29 29 11 11 100.00 21 3 3 100.00 39 24 11 45.83 138 85 57 67.06 227 123 82 66.667
5 MAMUJU UTARA 11 6 6 4 66.67 47 47 6 12.77 16 16 - 15.00 15 15 - 84 84 10 11.905
JUMLAH (KAB/KOTA) 50 28 26 92.86 621 325 152 46.77 107 88 13 14.77 1,437 947 541 57.13 2,215 1,388 732 52.74
Sumber: …………………….. (sebutkan)
PERSENTASE TEMPAT UMUM DAN PENGELOLAAN MAKANAN (TUPM) SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
JUMLAH TUPM
NO PUSKESMAS
HOTEL PASAR TUPM LAINNYARESTORAN/R-MAKAN
KECAMATAN
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
JUMLA
HDIBINA %
JUMLA
HDIBINA %
JUMLA
HDIBINA %
JUMLA
HDIBINA %
JUMLA
HDIBINA %
JUMLA
HDIBINA %
JUMLA
HDIBINA %
1 2 3 4 5 6 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 MAJENE 10 96 93 96.9 12 12 100.0 301 290 96.3 308 292 94.8 142 130 91.5 9 9 100.0 868 826 95.2
2 POLEWALI 20 143 143 100.0 51 46 90.2 770 447 58.1 748 508 67.9 378 270 71.4 820 208 25.4 2,910 1,622 55.7
3 MAMASA 16 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! - - #DIV/0!
4 MAMUJU 29 335 271 80.9 #DIV/0! 563 418 74.2 570 301 52.8 224 111 49.6 - - #DIV/0! 1,692 1,101 65.1
5 MAMUJU UTARA 11 90 7 7.8 3 3 100.0 202 9 4.5 494 120 24.3 112 39 34.8 #DIV/0! 901 178 19.8
JUMLAH (KAB/KOTA) 664 514 77.4 66 61 92.4 1,836 1,164 63.4 2,120 1,221 57.6 856 550 64.3 829 217 26.2 6,371 3,727 58.5
TABEL 68
NO KECAMATAN
PERSENTASE INSTITUSI DIBINA KESEHATAN LINGKUNGANNYA MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
JUMLAHSARANA LAINPERKANTORAN
Sumber: …………………….. (sebutkan)
PUSKESMASSARANA PENDIDIKAN SARANA IBADAH
INSTALASI
PENGOLAHAN AIR
MINUM
SARANA PELAYANAN
KESEHATAN
TABEL 69
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
NO NAMA OBAT SATUAN STOCK OBAT
PEMAKAIAN
RATA-RATA/
BULAN
TINGKAT
KECUKUPAN
(BULAN)
PERSENTASE
TINGKAT
KECUKUPAN1 2 3 4 5 6 7
1 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ml Btl 60 ml #DIV/0! #DIV/0!
2 Amoksisilin kapsul 500 mg Ktk @ 120 kap #DIV/0! #DIV/0!
3 Antasida DOEN tablet Btl @ 1000 tab #DIV/0! #DIV/0!
4 Antalgin tablet 500 mg Btl @ 1000 tab #DIV/0! #DIV/0!
5 Deksametason inj 5 mg/ml – 2ml Ktk @ 100 ampul #DIV/0! #DIV/0!
6 Dekstrometorfan Sirup 10 mg/5ml Btl 60 ml #DIV/0! #DIV/0!
7 Dekstrometorfan Tab 15 mg Btl @ 1000 tab #DIV/0! #DIV/0!
8 Difenhidramin HCl inj 10 mg/ml-1ml Ktk @ 100 ampul #DIV/0! #DIV/0!
9 Gliserin Guaiakolat tab 100 mg Btl @ 1000 tab #DIV/0! #DIV/0!
10 Glukosa Larutan Infus 5 % steril Btl 500 ml #DIV/0! #DIV/0!
11 Ibuprofen tablet 200 mg Btl @ 100 tab #DIV/0! #DIV/0!
12 Kloramfenikol kapsul 250 mg Btl @ 250 Kapsul #DIV/0! #DIV/0!
13 Kotrimoksazol tablet 480 mg Btl @ 100 tab #DIV/0! #DIV/0!
14 Kotrimoksazol tablet 120 mg Btl @ 100 tab #DIV/0! #DIV/0!
15 Kotrimoksazol Sirup Btl 60 ml #DIV/0! #DIV/0!
16 Klorfeniramini Maleat tab 4 mg Tablet #DIV/0! #DIV/0!
17 Kloroquin tablet Tablet #DIV/0! #DIV/0!
18 Natrium Klorida Infus 0,9 % steril Btl 500 ml #DIV/0! #DIV/0!
19 Parasetamol Tablet 500 mg Btl @ 1000 tab #DIV/0! #DIV/0!
20 Ringer Laktat Infus steril Btl 500 ml #DIV/0! #DIV/0!
21 Vitamin B Kompleks Kapsul Btl @ 1000 Kapsul #DIV/0! #DIV/0!
22 Retinol 200.000 IU Btl @ 30 Kapsul #DIV/0! #DIV/0!
23 Tablet Tambah darah Ktk @ 30 Tablet #DIV/0! #DIV/0!
24 Multivitamin Sirup Botol #DIV/0! #DIV/0!
25 Garam Oralit Bungkus #DIV/0! #DIV/0!
26 OAT Kat 1 Pkt #DIV/0! #DIV/0!
27 OAT Kat 2 Pkt #DIV/0! #DIV/0!
28 OAT Kat 3 Pkt #DIV/0! #DIV/0!
29 OAT Kat Sisipan Pkt #DIV/0! #DIV/0!
30 OAT Kat Anak Pkt #DIV/0! #DIV/0!
31 Pyrantel Pamoat 125 mg tablet Btl @ 1000 Tablet #DIV/0! #DIV/0!
32 Salep 2-4 Pot #DIV/0! #DIV/0!
33 Infus set dewasa Kantong #DIV/0! #DIV/0!
34 Infus set anak Kantong #DIV/0! #DIV/0!
Sumber:
KETERSEDIAAN OBAT MENURUT JENIS OBAT
TABEL 69
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011KABUPATEN MAJENE
NO NAMA OBAT SATUAN STOCK OBAT
PEMAKAIAN
RATA-RATA/
BULAN
TINGKAT
KECUKUPAN
(BULAN)
PERSENTASE
TINGKAT
KECUKUPAN1 2 3 4 5 6 7
1 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ml Btl 60 ml 1,450 135 10.74 59.67
2 Amoksisilin kapsul 500 mg Ktk @ 120 kap 7,786 650 11.98 66.55
3 Antasida DOEN tablet Btl @ 1000 tab 539 40 13.48 74.86
4 Antalgin tablet 500 mg Btl @ 1000 tab 200 7 28.57 158.73
5 Deksametason inj 5 mg/ml – 2ml Ktk @ 100 ampul 36 2 18.00 100.00
6 Dekstrometorfan Sirup 10 mg/5ml Btl 60 ml 1,794 137 13.09 72.75
7 Dekstrometorfan Tab 15 mg Btl @ 1000 tab 715 19 38.65 214.71
8 Difenhidramin HCl inj 10 mg/ml-1ml Ktk @ 100 ampul 183 2 91.50 508.33
9 Gliserin Guaiakolat tab 100 mg Btl @ 1000 tab 900 43 21.18 117.65
10 Glukosa Larutan Infus 5 % steril Btl 500 ml 1,500 71 21.13 117.37
11 Ibuprofen tablet 200 mg Btl @ 100 tab 738 55 13.42 74.55
12 Kloramfenikol kapsul 250 mg Btl @ 250 Kapsul 122 10 12.84 71.35
13 Kotrimoksazol tablet 480 mg Btl @ 100 tab 6,475 146 44.35 246.39
14 Kotrimoksazol tablet 120 mg Btl @ 100 tab 41 1 41.00 227.78
15 Kotrimoksazol Sirup Btl 60 ml 410 30 13.67 75.93
16 Klorfeniramini Maleat tab 4 mg Tablet 1,207 64 19.01 105.60
17 Kloroquin tablet Tablet 16 1 16.00 88.89
18 Natrium Klorida Infus 0,9 % steril Btl 500 ml 1,400 94 14.89 82.74
19 Parasetamol Tablet 500 mg Btl @ 1000 tab 1,172 62 19.06 105.87
20 Ringer Laktat Infus steril Btl 500 ml 6,700 367 18.26 101.42
21 Vitamin B Kompleks Kapsul Btl @ 1000 Kapsul 3,560 56 63.57 353.17
22 Retinol 200.000 IU Btl @ 30 Kapsul 20 2 12.50 69.44
23 Tablet Tambah darah Ktk @ 30 Tablet 911 19 48.20 267.78
24 Multivitamin Sirup Botol 1,340 234 5.74 31.88
25 Garam Oralit Bungkus 18,500 1,566 11.81 65.63
26 OAT Kat 1 Pkt 594 25 23.76 132.00
27 OAT Kat 2 Pkt 12 1 12.00 66.67
28 OAT Kat 3 Pkt - - - -
29 OAT Kat Sisipan Pkt - - - -
30 OAT Kat Anak Pkt 12 1 12.00 66.67
31 Pyrantel Pamoat 125 mg tablet Btl @ 1000 Tablet 110 9 12.22 67.90
32 Salep 2-4 Pot 5,280 220 24.00 133.33
33 Infus set dewasa Kantong 3,150 166 18.98 105.42
34 Infus set anak Kantong 1,725 48 35.94 199.65
Sumber: Kantor Instalasi Farmasi Kabupaten Majene
KETERSEDIAAN OBAT MENURUT JENIS OBAT
TABEL 70
JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
PEMILIKAN/PENGELOLA
KEMENKES PEM.PROV PEM.KAB/KOTA TNI/POLRI BUMN SWASTA JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 RUMAH SAKIT UMUM 7
2 RUMAH SAKIT JIWA -
3 RUMAH SAKIT BERSALIN 1
4 RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA -
5 PUSKESMAS PERAWATAN 38
6 PUSKESMAS NON PERAWATAN 48
7 PUSKESMAS KELILING 81
8 PUSKESMAS PEMBANTU 221
9 RUMAH BERSALIN 1
10 BALAI PENGOBATAN/KLINIK 4
11 PRAKTIK DOKTER BERSAMA 2
12 PRAKTIK DOKTER PERORANGAN 73
13 PRAKTK PENGOBATAN TRADISIONAL -
14 POSKESDES 334
15 POSYANDU 1,624
16 APOTEK 37
17 TOKO OBAT 47
18 GFK 1 4 5
19 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL -
20 INDUSTRI KECIL OBAT TRADISIONAL -
-
Sumber: ……................ (sebutkan)
NO FASILITAS KESEHATAN
TABEL 71
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7
1 RUMAH SAKIT UMUM 7 7 1.00 3 42.86
2 RUMAH SAKIT JIWA 0 0 #DIV/0!
3 RUMAH SAKIT KHUSUS 0 0 #DIV/0!
4 LABKESDA 1 1 1.00 1 100.00
5 PUSKESMAS 86 50 58.14
JUMLAH (KAB/KOTA) 94 58 61.70
Sumber: ……………… (sebutkan)
NO SARANA KESEHATAN JUMLAH
SARANA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN LABKES DAN MEMILIKI 4 SPESIALIS DASAR
LABORATORIUM KESEHATAN 4 (EMPAT) SPESIALIS DASAR
TABEL 72
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 MAJENE 10 38 15.57 106 43.44 97 39.75 3 1.23 244 100.00 100 40.98
2 POLEWALI MANDAR 20 186 37.05 231 46.02 80 15.94 5 1.00 502 100.00 85 16.93
3 MAMASA 16 275 91.97 24 8.03 0 0.00 0 0.00 299 100.00 243 81.27
4 MAMUJU 29 294 75.00 70 17.86 21 5.36 7 1.79 392 100.00 28 7.14
5 MAMUJU UTARA 11 25 13.37 49 26.20 106 56.68 7 3.74 187 100.00 113 60.43
818 50.37 480 29.56 304 18.72 22 1.35 1624 100.00 569 35.04
1.17
Sumber: ……………………. (sebutkan)
KECAMATAN PUSKESMAS
RASIO POSYANDU PER 100 BALITA
JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
JUMLAH (KAB/KOTA)
POSYANDU
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAHPOSYANDU AKTIF
NO
TABEL 73
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Majene 10 40 23 57.50 9 39.13 38 244
2 Polewali Mandar 20 167 65 38.92 45 69.23 69 502
3 Mamasa 16 179 33 18.44 33 100.00 35 299
4 Mamuju 29 155 131 84.52 29 22.14 171 392
5 Mamuju Utara 11 63 19 30.16 14 73.68 21 187
JUMLAH (KAB/KOTA) 604 271 44.87 130 47.97 334 1,624
Sumber: ………. (sebutkan)
DESA SIAGA DESA SIAGA AKTIFPOSYANDU
UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KECAMATAN
NO KECAMATAN
JUMLAH
DESA/
KELURAHANPOSKESDES
PUSKESMAS
TABEL 74
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
DR SPESIALIS a DOKTER UMUM
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 12 13 14 9 10 11
1 MAJENE - 2 1 3 2 1 3 - 2 2
2 POLEWALI MANDAR - 41 - - - 19
3 MAMASA - 6 7 13 6 7 13 - 1 1
4 MAMUJU - 19 32 51 19 32 51 3 17 20
5 MAMUJU UTARA - 8 9 17 8 9 17 2 6 8
- - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - 35 49 125 35 49 84 5 26 50
1 RS Majene 3 3 2 4 6 2 7 9 3 3
2 RS Polewali Mandar 11 - - - - 2
RS Mamasa 1 - 1 2 2 4 3 2 5 1 1
RS Banua Mamasa - 1 2 3 1 2 3 -
RS Mamuju 6 2 8 4 13 17 10 15 25 3 3
RS Mamuju Utara - 1 4 5 1 4 5 1 1 2
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 7 5 23 10 25 35 17 30 47 1 8 11
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 1 1
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK 1.2 0.9 2.0 7.7 12.8 13.8 8.9 13.6 11.3 1.0 5.9 5.2
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - -
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - 4 2 - 2 - - 1
DINAS KESEHATAN MAJENE - - - - - -
DINAS KESEHATAN POLMAN - 2 - - - 1
DINAS KESEHATAN MAMASA - - - - - -
DINAS KESEHATAN MAMUJU - - - - - -
DINAS KESEHATAN MAMUJU UTARA - 2 2 - 2 -
JUMLAH (KAB/KOTA) 7 5 23 45 74 163 54 79 134 6 34 61
Keterangan : a termasuk S3
b termasuk Dokter Gigi Spesialis
JUMLAH TENAGA MEDIS DI SARANA KESEHATAN
JUMLAH
Sumber: ……………… (sebutkan)
DOKTER GIGI b
NO UNIT KERJA
TABEL 75
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
BIDAN
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 MAJENE 28 104 132 1 2 3 36 90 126 15 21 36 52 113 165 3 10 13
POLEWALI MANDAR 62 139 201 4 197 - - - 201 -
MAMASA 24 39 63 3 9 12 35 140 175 38 149 187 -
MAMUJU 38 156 194 6 9 15 81 142 223 87 151 238 -
MAMUJU UTARA 23 102 125 4 4 17 52 69 20 18 38 41 70 111 3 3 6
- - - - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 175 540 715 14 20 38 169 424 790 35 39 74 218 483 902 6 13 19
1 RS Majene 2 16 18 2 1 3 13 35 48 1 10 11 16 46 62 - 1 1
2 RS Polewali Mandar 6 14 20 4 107 - - - 111
3 RS Mamasa 1 1 2 1 19 - - - 20
RS Banua Mamasa 1 1 9 - - - 9
4 RS Mamuju 23 23 10 10 25 121 146 - 25 131 156 -
5 RS Mamuju Utara 16 16 1 2 3 4 25 29 4 4 5 31 36 1 2 3
pula Rumah Bersalin) - - - - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 9 71 80 3 13 21 42 181 358 1 14 15 46 208 394 1 3 4
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - 5 - - - 5 -
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK 68 45 119 112 1 3 2
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - -
DINAS KESEHATAN 5 1 14 1 3 2 16 - - -
DINAS KESEHATAN MAJENE - - - - - - - -
DINAS KESEHATAN POLEWALI MANDAR 1 2 3 - 11 - - - 11 -
DINAS KESEHATAN MAMASA - - - - - - - -
DINAS KESEHATAN MAMUJU - - - - - - - -
DINAS KESEHATAN MAMUJU UTARA 1 1 2 1 1 2 1 3 1 1 3 2 5 - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 185 612 797 18 33 60 213 606 1,156 36 54 90 267 693 1,306 7 16 23
Sumber: ……………… (sebutkan)
Keterangan : a termasuk S2 dan S3
b termasuk SLTA
JUMLAHD-I PERAWATb
PERAWATPERAWAT GIGI
JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI SARANA KESEHATAN
BIDAN DIII BIDANJUMLAHSARJANA KEPERAWATAN
a D-III PERAWATNO UNIT KERJA
TABEL 76
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
TENAGA GIZI
APOTEKERa SARJANA FARMASI
D-III FARMASI DAN
ASS APOTEKERD-IV/SARJANA GIZI
a DI DAN D-III GIZI
L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1 MAJENE 1 6 7 - 1 3 4 2 9 11 1 1 2 10 10 1 11 12
POLEWALI MANDAR 5 - - - - 5 - - - - -
MAMASA 1 1 - 1 1 - 2 2 - - - - -
MAMUJU 14 14 - 1 5 6 1 19 20 2 4 6 4 10 14 6 14 20
MAMUJU UTARA 1 11 12 1 2 3 2 4 6 4 17 21 - 8 8 - 8 8
- - - - - - - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 2 32 39 1 2 3 4 13 17 7 47 59 3 5 8 4 28 32 7 33 40
1 RS Majene - 7 7 - - - - 1 1 - 8 8 1 1 2 - 1 1 2
2 RS Polewali Mandar 4
3 RS Mamasa - 2 2 - - - - 2 2 - 4 4 - 1 1 1 8 8 1 9 9
4 RS Banua Mamasa 1 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - -
5 RS Mamuju 14 14 - 1 5 6 1 19 20 2 2 3 3 - 5 5
6 RS Mamuju Utara 2 8 10 2 4 6 4 12 16 8 24 32 - - 4 4 - 4 4
- - - - - - - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 3 31 38 2 4 6 5 20 25 9 55 64 1 4 5 1 15 15 2 19 20
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - -
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK 3 18 11 2 9 5
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT 4 4 - - 2 2 - - - -
DINAS KESEHATAN MAJENE - 2 2 - - - - 1 1 - -
DINAS KESEHATAN POLEWALI MANDAR - - - - - - - - - - -
DINAS KESEHATAN MAMASA 1 2 3 - - - - 1 1 2 2 -
DINAS KESEHATAN MAMUJU - - - - - - - - - - -
DINAS KESEHATAN MAMUJU UTARA - - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 5 67 81 3 6 9 9 35 44 16 102 123 4 9 13 5 43 47 9 52 60
Sumber: ……………… (sebutkan)
Keterangan : a termasuk S2 dan S3
JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DAN GIZI DI SARANA KESEHATAN
NO UNIT KERJA JUMLAH JUMLAH
TENAGA KEFARMASIAN
TABEL 77
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
TENAGA KESMAS TENAGA
SANITASI
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 MAJENE 1 11 12 - - - 1 11 23 6 9 15
POLEWALI MANDAR 35 15 - - 50 17
MAMASA 4 4 8 - 4 4 8 -
MAMUJU 6 6 12 - 6 6 12 15 7 22
MAMUJU UTARA 6 16 22 - 6 16 22 -
- - 6 16 22 3 6 9
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 17 37 89 - - 15 23 53 137 24 22 63
1 RS Majene 4 6 10 - 4 6 10 1 - 1
RS Polewali Mandar 9 2 - - 11 1
RS Mamasa - 5 5 - 5 5 -
RS Mamuju 1 8 9 9 1 2 3
RS Mamuju Utara - - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 5 14 28 - 5 7 4 11 35 2 2 5
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - -
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK 4.6 11.0 14.8 4.5 4.1 5.8
Dinas Kesehatan 8 20 41 - - - 8 20 41 4 3 7
MAJENE 7 8 15 - - - 7 8 15 4 3 7
POLEWALI MANDAR - - 13 - - - - - 13 - - -
MAMASA 1 7 8 - - - 1 7 8 - - -
MAMUJU - - - - - - - - - - - -
MAMUJU UTARA - 5 5 - - - - 5 5 - - -
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 30 71 158 - 5 22 35 84 213 30 27 75
Sumber: ……………… (sebutkan)
Keterangan: a termasuk S2 dan S3
b termasuk D-I
JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN SANITASI DI SARANA KESEHATAN
NO UNIT KERJA JUMLAH SARJANA KESMAS a
D-III KESMAS b
TABEL 78
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
ANALIS LAB. TEM & P.RONTG P.ANESTESI
L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 MAJENE 2 4 6 - - - - - - 2 4 6 1 4 5
2 POLEWALI MANDAR 20 - - 20 -
3 MAMASA 3 6 9 - - - -
4 MAMUJU 4 6 10 3 5 8 2 - 2 - -
5 MAMUJU UTARA 1 1 - - 1 1 1
- - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 10 16 46 3 5 8 2 - 2 2 4 27 2 4 6
1 RS Majene 2 2 4 1 4 5 - - - 3 6 9 - 2 2
RS Polewali Mandar 1 9 1 11 2
RS Mamasa 3 3 - - 3 2 2
RS Mamuju 2 8 10 3 5 8 2 - 2 7 13 20 4 4 8
RS Mamuju Utara 1 2 3 2 4 6 - 9 1 4 5
- - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 8 12 21 6 13 28 2 - 3 10 19 52 5 12 19
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - -
RASIO TERHADAP 100.000 PDDK 2.1 4.0 6.8 1.2 2.8 2.1
DINAS KESEHATAN -
Majene - - - - - - - - - - - - - - -
Polman 2 2
Mamasa -
Mamuju -
Mamuju Utara -
JUMLAH (KAB/KOTA) 18 28 67 9 18 36 4 - 5 12 23 79 7 16 25
Sumber: ……………… (sebutkan)
JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DAN FISIOTERAPIS DI SARANA KESEHATAN
TENAGA TEKNISI MEDISFISIOTERAPIS
JUMLAH NO UNIT KERJA
TABEL 79
PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN 2011
ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN
Rupiah %
1 2 3 4
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:
1 APBD KAB/KOTA 164,263,245,060 80.27
a. Belanja Langsung 77,465,286,600.00
b. Belanja Tidak Langsung 86,797,958,460.34
2 APBD PROVINSI 11,883,027,270 5.81
a. Belanja Langsung 7,430,075,150.00
b. Belanja Tidak Langsung 4,452,952,120.00
3 APBN : 28,118,877,000 13.74
- Dana Dekonsentrasi - 0.00
- Dana Alokasi Khusus (DAK) 9,816,315,000 4.80
- ASKESKIN 5,054,513,000 2.47
- Jampersal 5,297,759,000 2.59
- BOK 7,950,290,000 3.89
- 0.00
4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) 372,468,540 0.18
GF ATM Malaria 276,271,540
GF ATM TB 96,197,000
DHS 2. Bansos 1,575,000,000
5 SUMBER PEMERINTAH LAIN 0.00
204,637,617,870 100.0
2,096,533,229,330
7.83
175,845.24
Sumber: ……................ (sebutkan)
ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
TOTAL APBD KAB/KOTA
% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA
ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA
NO SUMBER BIAYA
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN